Upload
asmalina-azizan
View
11
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
wddf
Citation preview
Isi Kandungan
Skenario 7.................................................................................................................................................2
Hasil Diskusi Kelompok.............................................................................................................................2
Pendahuluan............................................................................................................................................4
Isi Makalah...............................................................................................................................................5
Anamnesis............................................................................................................................................5
Pemeriksaan.........................................................................................................................................7
Pemeriksaan Fisik Kelenjar Tiroid.....................................................................................................7
Pemeriksaan Laboratorium..............................................................................................................9
Pemeriksaan Radiologi...................................................................................................................11
Pemeriksaan Biopsi........................................................................................................................12
Diagnosis............................................................................................................................................12
Working Diagnosis..........................................................................................................................12
Differential Diagnosis.....................................................................................................................14
Penatalaksanaan................................................................................................................................16
Medikamentosa..............................................................................................................................16
Non-medika mentosa.....................................................................................................................17
Operasi Tiroid.................................................................................................................................17
Komplikasi..........................................................................................................................................18
Prognosis............................................................................................................................................19
Etiologi...............................................................................................................................................19
Epidemiologi.......................................................................................................................................20
Patofisiologi........................................................................................................................................20
Preventif.............................................................................................................................................21
Penutup..................................................................................................................................................22
Daftar Pustaka........................................................................................................................................23
PBL Metabolik Endokrin II 2010
Skenario 7
Seorang laki-laki, 70 tahun, datang ke klinik tempat anda bekerja dengan keluhan terdapat
benjolan dileher bagian depan yang kian hari makin membesar, sejak 1 tahun yang lalu.
Awalnya benjolan tersebut kecil dan tidak dihiraukan pasien, namun sekarang pasien menjadi
sulit menelan dan pasien mengeluh tidak bisa bernafas dengan lapang. Pasien juga mengeluh
suaranya menjadi serak akhir-akhir ini. Pada pemeriksaan fisik, tampak benjolan pada leher
berdiameter 20 cm, konsistensi keras dan sukar digerakkan dari dasarnya. Pada palpasi daerah
leher tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening. TD : 120/80 mmHg, nadi :
82x/menit, nafas 26x/menit, suhu tubuh 36,80C.
Hasil Diskusi Kelompok
Langkah 1 : Identifikasi Istilah
Tiada
Langkah 2 : Rumusan masalah
Terdapat benjolan di leher bagian depan yang makin membesar dengan konsistensi
keras, berdiameter 20 cm dan sukar digerakkan dari dasar.
Sulit menelan dan pasien mengeluh tidak bisa bernafas disertai suara menjadi serak.
Langkah 3 : Analisis Masalah
2
Benjolan membesar di leher, sulit menelan, tidak
bias bernafas dengan lapang, suara serak
Preventif dan faktor resiko
Etiologi
Epidemiologi Prognosis
Komplikasi
Penatalaksanaan
Diagnosis
PemeriksaanAnamnesis
Patofisiologi
PBL Metabolik Endokrin II 2010
Langkah 4 : Hipotesis
Benjolan membesar di leher, sulit menelan, tidak bias bernafas dengan lapang, suara
serak pada pasien merupakan akibat dari goiter.
Langkah 5 : Sasaran Pembelajaran
a. Mempelajari cara anamnesis bagi pasien yang menderita kelainan endokrin.
b. Mengetahui pemeriksaan fisik dan penunjang bagi kelainan metabolic endokrin.
c. Mempelajari diagnosis kerja dan diagnosis banding penyakit goiter.
d. Menatalaksana penyakit goiter.
e. Mengetahui komplikasi penyakit goiter.
f. Mengetahui prognosis bagi penyakit goiter.
g. Mengetahui epidemiologi dan etiologi dari penyakit goiter.
h. Mempelajari patofisiologi terjadinya goiter.
i. Mengetahui preventif dan factor resiko goiter.
3
PBL Metabolik Endokrin II 2010
Pendahuluan
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid, pembesaran ini dapat memiliki fungsi kelenjar
yang normal (eutirodisme), pasien tiroid (hipotirotdisme) atau kelebihan produksi hormon
(hipetrioidisme). Goiter nontoksik adalah pembesaran tiroid yang tidak disertai dengan
tirotoksikosis, hipotiroidisme, peradangan atau neoplasma. Penyebab yang sering adalah
hipersekresi thyroid stimulating hormone (TSH) sebagai respon detek sintesis hormon di dalam
kelenjar tiroid.
Pada sebagian besar kasus, peningkatan TSH mengkompensasi kelainan dalam
biosintesis hormon, yang menghasilkan seorang pasien yang eutiroid tetapi memiliki
pembesaran massa tiroid atau nama lainnya goiter. Dibeberapa bagian dunia dimana terjadi
defisiensi lodium, goiter adalah endemik. Daerah tersebut adalah daerah Alpen, Himalaya,
Andes, dan great Lakes di Amerika Serikat. Di Amerika Serikat dan Swiss, insiden goiter
menurun secara dramatis sejak diperkenalkannya garam beryodium. Goiter nontoksis terjadi
walaupun tersedia lodin pada orang yang memiliki kelainan fungsional tiroid yang
berhubungan dengan defek lodinasi tiroglobulin.
Gambar 1. Goiter.
4
PBL Metabolik Endokrin II 2010
Isi Makalah
Anamnesis
Anamnesis adalah wawancara antara dokter, penderita atau keluarga penderita yang
mempunyai hubungan dekat dengan pasien, mengenai semua data tentang penyakit. Dalam
anamnesis, harus diketahui adalah identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang
dan dulu, riwayat kesihatan keluarga, riwayat peribadi dan riwayat ekonomi. Dalam rekam
medik, perlu ada anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis kerja,
penatalaksanaan dan prognosis.
Anamnesis1 ;
i. Harus dilakukan secara teliti, teratur dan lengkap.
ii. Sebagian data yang diperlukan diperoleh dari anamnesis dapat menegakkan diagnosis.
iii. Merupakan sarana holostik dalam pembinaan tumbuh-kembang anak.
Terdapat 2 jenis anamnesis, yaitu;
i. Auto anamnesis; langsung dari pasien.
ii. Alloanamnesis; dari orangtua atau sumber lain.
Identitas
Identias meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang tua
atau suami atau isteri, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan agama.
Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter.
Keluhan utama harus disertai indicator waktu, berapa lama pasien mengalami keluhan tersebut.
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat perjalanan penyakit merupakan kriteria yang kronologis, terinci dan jelas mengenai
keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat. Dalam
anamnesis, bisa ditanyakan :-
5
PBL Metabolik Endokrin II 2010
Waktu dan lamanya keluhan berlangsung
Sifat dan berat serangan misalnya mendadak, perlahan-lahan, terus-menerus, hilang
timbul, cenderung bertambah berat atau berkurang dan sebagainya.
Lokalisasi dan penyebarannya, menetap, menjalar, berpindah-pindah.
Hubungannya dengan waktu samaada pagi sahaja atau sore.
Hubungannya dengan aktivitas.
Keluhan yang menyertai serangan.
Faktor-faktor resiko dan pencetus serangan.
Riwayat perjalanan ke daerah endemis.
Perkembangan penyakit.
Upaya yang dilakukan, jenis obat yang diminum, juga tindak medis lain yang
berhubungan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit
yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang. Bisa ditanyakan;
Pernah tidak mengalami kecelakaan.
Menderita penyakit yang berat dan menjalani operasi tertentu.
Riwayat alergi obat dan makanan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Penting untuk mencari kemungkinan herediter, familial atau penyakit infeksi.
Riwayat Peribadi
Riwayat peribadi meliputi data-data social, kebiasaan pasien samaada merokok, minum alcohol
atau penyalahgunaan obat. Bisa juga anamnesis mengenai lingkungan tempat tinggalnya,
sanitasi, sumber air minum dan sebagainya.
6
PBL Metabolik Endokrin II 2010
Untuk pemeriksaan kasus ini, terdapat 3 hal utama yang perlu dianamnesis, yaitu :
Adakah gangguan fungsi kelenjar tiroid
Adakah kecurigaan proses keganasan
Bagaimana kecepatan pertumbuhan nodul tiroid tersebut.
Pada anamnesa awal, harus diketahui apakah ada gejala-gejala toksik atau tidak. Gejala toksik
ditandai dengan takikardi, tremor, banyak keringat, lekas lelah, sukar tidur, emosi yang labil,
rambut rontok dan berat badan menurun. Selain itu kadang diikuti oleh diare. Pada nodul non-
toksik biasanya tidak ada keluhan kosmetik atau mekanik penekanan di daerah leher.
Kecurigaan adanya proses keganasan secara klinis pada penderita struma nodusa (nodul tiroid)
apabila ditemukan adanya :
Riwayat pernah terpapar radiasi
Pembesaran nodul tiroid yang relatif cepat tanpa rasa nyeri
Nodul yang keras
Adanya gejala-gejala seperti suara serak, penekanan pada tenggorokan dan
kerongkongan, dan sukar bernapas
Foto leher menunjukkan adanya perkapuran atau kalsifikasi di dalam jaringan tiroid
Adanya pembesaran kelenjar getah bening leher yang menyertai nodul tiroid
Adanya tanda metastasis (penyebaran sel kanker) di paru pada roentgen dada yang
menyertai nodul tiroid.
Adanya perdarahan di dalam nodul atau disertai kelainan tiroiditis akut/subakut.
Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik Kelenjar Tiroid
Inspeksi2,3
Inspeksi leher dilakukan dengan mengamati adakah terdapat pembesaran, simetris atau tidak. 2
Posisikan kepala pasien agak ke belakang dan dengan menggunakan pencahayaan tangensial
yang ditujukan langsung ke arah dagu pasien, perhatikan dengan seksama daerah di bawah
kartilago krikoid untuk menemukan kelenjar tiroid. Batas bawah kelenjar tiroid terlihat.
7
PBL Metabolik Endokrin II 2010
Kemudian minta pasien mendongakkan kepala, lalu minta pasien untuk menelan. Perhatikan
dengan seksama gerakan ke atas dari kelenjar tiroid saat menelan tadi serta perhatikan bentuk
dan simetris atau tidaknya kelenjar tiroid.3
Palpasi 2-4
Dengan palpasi, dapat ditentukan letak, konsistensi, ukuran dan mobilitasnya. Periksa kelenjar
tiroid dari depan pasien dan rabalah dari depan pasien serta belakang.3 Pembesaran tiroid dari
dapat bersifat difus atau asimetris. Lakukan palpasi kelenjar tiroid perlobus dan kaji ukuran,
nodul tunggal atau multipel, apakah ada rasa nyeri pada saat dipalpasi.2 Mula-mula, lakukan
palpasi dengan jari menyilang trakea, kemudian tentukanlah garis bentuk lobus lateral.
Letakkan ujung jari pada pinggir lateral musculus sternocleidomastoideus dan ujung ibu jari
pada garis tengah tepat di atas insisura sternalis. Suruh pasien menelan. Bila kelenjar tiroid
membesar, waktu menelan ia akan teraba sebagai jaringan yang berjalan ke atas.
Tiroid normal tidak teraba. Namun isthmus dapat diraba dengan mendongakkan
kepala.2 Kelenjar yang teraba minimal mungkin normal pada individu yang mempunyai leher
tipis, wanita hamil dan lain-lain.4
Gambar 2. Palpasi Kelenjar Tiroid Cara Anterior Dan Posterior.5
8
PBL Metabolik Endokrin II 2010
Auskultasi 2,4
Setiap kali menemukan pembesaran tiroid, lakukan auskultasi pada kelenjar tersebut. Bising
tiroid menyarankan adanya hipervaskularitas pada kelenjar dan juga pada keadaan hipertiroid.4
Auskultasi pada daerah leher, di atas kelenjar tiroid dapat identifikasi bruit. Bruit adalah bunyi
yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada pembuluh darah tiroidea. Normal, tidak terdengar.
Dapat diiedtifikasi bila terjadi peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar tiroid sebagai dampak
peningkatan aktivitas kelenjar tiroid. Auskultasi dapat pula dilakukan untuk mengidentifikasi
perubahan pembuluh darah dan jantung seperti tekanan darah, ritme dan rate jantung yang
dapat menggambarkan gangguan keseimbangan cairan, perangsangan katekolamin dan
perubahan metabolisme tubuh.2
Pemeriksaan Laboratorium
Tes Fungsi Kelenjar Tiroid
Pemeriksaan fungsi tiroid sangat berguna untuk menegakkan diagnosis kelainan kelenjar tiroid,
memantau terapi T4 replacement dan terapi supresi. Juga dapat mendeteksi disfungsi tiroid pada
penyakit bukan kelenjar tiroid. American Thyroid Association (ATA) menganjurkan
pemeriksaan ini pada kelompok neonatus, penderita yang menderita kelainan status tiroid,
penderita dengan riwayat penyakit tiroid dalam keluarga, penderita penyakit autoimun, usia
lanjut dan post partum 2 hingga 3 bulan.
Pemeriksaan fungsi kelenjar tiroid dapat dilakukan dengan memeriksa;
I. Kadar hormon
T4 : Kadar hormon tiroksin total serum
T3 : Kadar hormon triiodothyronine total serum
rT3 : Triiodothyronine reverse.
TSH : Kadar Thyroid Stimulating Hormone.
II. Protein pengankut
TBG : Thyroxine Binding Globulin
TBPA : Thyroxine Binding Pre-albumin
T3U : T3 Resin Uptake
9
PBL Metabolik Endokrin II 2010
III. Hormon bebas
FT4 : Free T4
FT3 : Free T3
FT4I : Free Thyroxine Index (T4 x T3U)
FT3I : Free Triiodothyronine Index (T3 x T3U)
Pemeriksaan yang digunakan untuk menetapkan hipertiroidism adalah total T4, FT4I, total T3
dan TSH. Pemeriksaan untuk mendeteksi hipotiroidism pula adalah total T4, FT4I dan TSH.
Pemeriksaan
Antara pemeriksaan yang dilakukan adalah6 :
Pemeriksaan Tujuan Nilai rujukan Peningkatan Penurunan
TSH
Cara tes :
Electrochemi-
lumenescene
immunoassay
Spesimen :
Serum/plasma
Pemeriksaan
penyaring paling
sensitif untuk
hipertiroidism,
dapat mendeteksi
kadar TSH
mendekati 0,05
mU/L
Dewasa : 0,4-4,2
mU/L
Anak : 0,7-6,4
mU/L
Neonatus : 1-39
mU/L
-Hipotiroidism
-Thyrotropin-
producing Tumor
-Tiroiditis
Hashimoto
-Tumor pituitari
-Hipertiroidism
-Grave disease
yang sembuh
-Terapi hormon
tiroid.
T4 Total
Cara tes :
Chemilumetri
c
immunoassay
Spesimen :
Serum
Hasil
pemeriksaan ini
dipengaruhi kadar
TBG plasma.
Total thyroxine,
T4 akan normal
bila TBG normal.
Dewasa : 5,4 –
11,5 µg/dL
Anak : 6,4 – 13.3
µg/dL
Neonatus :
11,8 – 22,6
µg/dL
-Hipertiroidism
-TBG meningkat
-Tirotoksikosis
factitia
-Tiroiditis akut
-Hepatitis
-Limfoma
-Goiter
-Hipotiroidism
-TBG menurun
-Hipo
proteinemia
-Terapi T3
-Sindrom
Nefrotik
10
PBL Metabolik Endokrin II 2010
T3 Total
Cara tes :
Chemilumet-
ric immuno-
assay
Spesimen :
Serum
Nilai tidak
dipengaruhi TBG.
Diguna untuk tes
hipertiroidism.
Dewasa : 80-200
ng/dL
Anak : 105-245
ng/dL
Ibu hamil : 116-
247 ng/dL
-Hipertiroidism
-Grave disease
-Tiroiditis akut
-Gagal tiroid dini
-Tirotoksikosis
factitia
-Gondok
-Hipotiroidism
-Kekurangan
TBG
Tabel 1. Pemeriksaan Faal Kelenjar Tiroid.
Pemeriksaan Radiologi
Thyroid Sonogram
Tiroid Sonogram atau ultrasound atau echogram adalah salah satu cara untuk menilai kelenjar
tiroid. Pemeriksaan ini tidak memerlukan persiapan. Pemeriksaan ini dilakukan jika terdapat
pembesaran di kelenjar tiroid, dan ultrasound bisa membedakan sama ada terdapat kista atau
tumor.6 Bila hasil USG memberikan gambaran solid atau padat, maka selanjutnya dapat
dilakukan pemeriksaan scanning tiroid.
Computerized Tomography Scan (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Modalitas pencitraan lain seperti Computerized Tomographic scanning (CT-Scan) dan MRI
tidak dianjurkan pada evaluasi awal nodul tiroid karena selain tidak memberikan keterangan
berarti untuk diagnosis, selain itu biaya yang dikeluarkan juga akan sangat mahal. CT-scan dan
MRI diperlukan bila ingin mengetahui perluasan struma substernal, yaitu di bawah tulang
rusuk atau terdapat kompresi trachea yaitu penekanan pada tenggorokan.
Thyroid Imaging Nuclear Medicine
Pemeriksaan ini menggunakan radioaktif iodine 131I atau 123I. Iodine ini akan ditransport ke
kelenjar tiroid dan diperlukan untuk menghasilkan hormone tiroid. Tes ini diperlukan untuk
evaluasi saiz tiroid, posisi dan fungsi. Pasien diminta mengambil radioaktif iodium dan setelah
11
PBL Metabolik Endokrin II 2010
4 hingga 6 jam dan setelah 24 jam, pasien discan. Pemeriksaan ini perlu untuk menilai
hipertiroid, hipotiroid, Grave’s disease, nodul tiroid dan tiroiditis Hashimoto.6
Pemeriksaan Biopsi
Pemeriksaan biopsi jaringan dilakukan jika masih belum dapat ditentukan diagnosis, jenis
kelainan jinak atau ganas. Biopsi Aspirasi dengan Jarum Halus (BAJAH/FNAB) dapat menjadi
metode yang efektif untuk membedakan jinak atau ganas pada nodul soliter atau nodul
dominan dalam struma multinodular. Hasil BAJAH dibagi menjadi 4 kategori yaitu jinak,
mencurigakan termasuk adenoma folikular, Hurtle dan gambaran sugestif tapi tidak konklusif
seperti karsinoma papilar tiroid, ganas termasuk karsinoma papilare, anaplastik dan metastasis
dan tidak adekuat.
Diagnosis
Working Diagnosis
Pembesaran Tiroid (Goiter)
Kelenjar tiroid yang membesar disebut goiter atau struma. Goiter dapat menyertai hipofungsi
maupun hiperfungsi tiroid. Bila secara klinis tidak ada tanda-tanda khas, disebut goiter non
toksik.7
Gambar 3. Abnormalitas Tiroid.A; Grave’s disease. B; diffuse nontoxic goiter. C; goiter noduler.7
Manifestasi klinis goiter8 :
Simptom paling utama adalah terjadinya pembesaran kelenjar tiroid. Saiz dan ukurannya bisa
bervariasi. Pembengkakan tiroid boleh menyebabkan penekanan pada saluran pernafasan dan
esophagus yang mana bisa terjadinya;
12
PBL Metabolik Endokrin II 2010
Kesukaran bernafas.
Batuk
Suara serak
Susah menelan.
Kadang, bisa terjadinya pembesaran vena leher dan pusing bila diangkat tangannya ke atas.
Goiter Non-Toksik
Goiter non-toksik merujuk kepada pembesaran kelenjar tiroid yang mana tidak terkait dengan
produksi berlebihan hormone tiroid dan keganasan. Tiroid akan membesar sehingga bisa
terlihat terdapat massa di leher.
Gambar 4. Ukuran Pembesaran Tiroid.
Gambar 4 menunjukkan kelenjar tiroid yang bersaiz normal pada warna hitam dan pink
menunjukkan berlakunya goiter. Goiter koloid, difus, nontoksik dan goiter noduler koloid
merupakan gangguan yang sangat sering. Biasanya tidak ada gejala-gejala lain kecuali
gangguan kosmetik, tetapi kadang-kadang timbul komplikasi. Tiroid mungkin membesar
secara difus dan bernodula.9
Berdasarkan pasien di skenario, pasien menunjukkan tanda-tanda menderita struma nodusa
nontoksik atau goiter nodular nontoksik.
13
PBL Metabolik Endokrin II 2010
Differential Diagnosis
Tiroiditis Autoimun / Penyakit Hashimoto10,11
Gangguan kelenjar tiroid di mana terdapat antibody tiroid bersirkulasi dalam plasma, selain itu,
ditemukan gambaran PA nya yaitu; infiltrasi limfosit termasuk sel B dan T yang profus,
lymphoid germinal centers dan apoptosis sel folikel tiroid.10 Pasien bisa hipotiroid, eutiroid
atau hipertiroid. Penyakit Hashimoto adalah keadaan di mana tiroiditis autoimun menyebabkan
terbentuknya goiter nodular keras. Destruksi jaringan yang menghasilkan tiroid menyebabkan
peningkatan kadar TSH, yang menyebabkan pembesaran tiroid.11
Pada stadium ini, kadar hormone tiroid di sirkulasi walaupun menurun, bisa berada
dalam batas normal dan tidak ada bukti hipotiroidisme. Akan tetapi simpanan tiroid menurun,
dan kemudian kadar T4 bebas semakin menurun dan timbul gejala hipotiroidisme. Pada saat
itu, pasien telah memiliki goiter yang seringkali keras dan kadang-kadang nodular.11 Umumnya
pada wanita dengan 7 banding 1 dibanding dengan laki-laki. Pengobatannya ditujukan terhadap
hipotiroid dan pembesaran tiroid. Levotiroksin diberikan sampai kadar TSH normal.10
Goiter Nodular Toksik
Penyakit ini paling sering ditemukan pada pasien usia lanjut sebagai komplikasi goiter nodular
kronik. Pada pasien ini, hipertiroidisme timbul secara lambat dan manifestasi klinisnya lebih
ringan daripada penyakit Graves. Pasien mungkin mengalami aritmia dan gagal jantung yang
resisten terhadap terapi digitalis.
Pasien tampak lemah, timbul pengecilan otot dan mengalami penurunan berat badan.
Selain itu, tampak pada pasien goiter nodular toksik tanda-tanda mata yaitu; kedipan berkurang
dan pelebaran fisura palpebra akibat aktiviti simpatis yang berlebihan. Tidak ada manifestasi
dramatis oftalmopati infiltrative.9
Tumor Tiroid
Tumor tiroid terbagi menjadi:
Tumor Benigna
a. Follicular adenoma
14
PBL Metabolik Endokrin II 2010
b. Involutionary Nodules
c. Cysts
Tumor Maligna
a. Primary Malignant Thyroid Tumors
i. Differentiated
ii. Undifferentiated
b. Metastatic Tumors from: lung (paru), mammae (breast), kidney (ginjal)
Sarcoma
a. Lymphosarcoma
b. Fibrosarcoma
Tumor tiroid sering timbul sebagai pembesaran tiroid yang memiliki ciri khusus. Kadang-
kadang mirip goiter nodular jinak. Untuk menentukan nodul tiroid ganas atau tidak, harus
dinilai factor-faktor resiko dan gambaran klinis massa tersebut dan harus dilakukan beberapa
pemeriksaan laboratorium. Risiko karsinoma pada nodul tiroid adalah tinggi pada anak-anak di
bawah 14 tahun. Nodul biasanya timbul mendadak atau pembesaran cepat nodul yang memang
sudah ada sebelumnya. Karsinoma tiroid dicurigai berdasarkan tanda klinis jika hanya ada satu
nodul yang teraba, keras, tidak dapat digerakkan dari dasarnya dan adanya limfadenopati.
Terdapat 4 jenis kanker tiroid.9,11
4 Jenis Kanker Tiroid
Karsinoma papilaris -berasal dari se tiroid dan paling umum
-terkena radiasi semasa kanak-kanak
-kanker tumbuh lambat
-teraba benjolan pada kelenjar tiroid dan pembesaran kelenjar
limfe di leher.
Karsinoma folikularis -berasal dari sel folikel
-menyerang berusia di atas 40 tahun dan wanita
-lebih invasive dan pendedahan sinar x
Karsinoma anaplastik -sangat ganas dan lebih sering wanita.
-metastasis cepat, timbul suara serak, stridor dan sukar menelan.
15
PBL Metabolik Endokrin II 2010
Karsinoma medularis
tiroid
-jarang ditemukan dan tumbuh lambat
-metastasis ke kelenjar getah bening local
-penyebarannya tidak merata, biasanya melibatkan satu lobus
tiroid
Tabel 2. Empat Jenis Kanker Tiroid.
Cara langsung untuk menentukan apakah nodul tiroid ganas atau jinak adalah biopsy aspirasi
dengan menggunakan jarum dan pemeriksaan sitologi lesi.9
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Thyroid Hormone Replacement Therapy
Tiroksin (Na-levotiroksin) merupakan obat pilihan utama untuk replacement therapy pada
hipotiroidisme atau kretinisme, karena potensinya konsisten dan lama kerjanya panjang. Dosis
levotiroksin untuk replacement therapy 112 µg sebagai dosis tunggal. Masa paruh tiroksin
panjang yaitu 7 hari dan keadaan kadar mantap tercapai setelah sekitar 5 minggu. Setelah
minggu ke 6 hingga ke 8 pengobatan, harus dievaluasi terapi dengan mengukur kadar TSH
plasma. Tujuan terapi untuk mencapai kadar TSH normal yaitu 0,5 hingga 5,0 µIU/mL. Bila
terapi berlebihan akan terjadi supresi TSH sampai subnormal dan dapat menyebabkan
osteoporosis dan disfungsi jantung. Pada pasien lanjut usia, diberikan dosis 25-50 µg sehari
untuk mencegah eksaserbasi penyakit jantung yang tidak terdiagnosis.12
Terapi Yodium Radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar tiroid sehingga
menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi maka pemberian yodium
radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50%. Yodium radioaktif tersebut berkumpul dalam
kelenjar tiroid sehingga memperkecil penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya. Terapi ini
tidak meningkatkan resiko kanker, leukimia, atau kelainan genetik. Yodium radioaktif
diberikan secara oral, IV dan dalam bentuk kapsul, obat ini biasanya diberikan empat minggu
setelah operasi, sebelum pemberian obat tiroksin.12
16
PBL Metabolik Endokrin II 2010
Non-medika mentosa
Pasien harus menghindari kontak langsung dari agent penyebab struma. Agent adalah faktor
penyebab penyakit dapat berupa unsur hidup atau mati yang terdapat dalam jumlah yang
berlebihan atau kekurangan. Agent kimia penyebab struma adalah goitrogen yaitu suatu zat
kimia yang dapat menggangu hormogenesis tiroid. Goitrogen menyebabkan membesarnya
kelenjar tiroid seperti yang terdapat dalam kandungan kol, lobak, padi-padian, singkong dan
goitrin dalam rumput liar. Goitrogen juga terdapat dalam obat-obatan seperti propylthiouracil,
lithium, phenylbutazone, aminoglutethimide, expectorants yang mengandung yodium secara
berlebih. Pasien perlu ;
Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber iodium seperti ikan laut
Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium setelah dimasak,
tidak dianjurkan memberikan garam sebelum memasak untuk menghindari hilangnya
yodium dari makanan
Operasi Tiroid
Antara jenis operasi tiroid yang dilakukan :-
Biopsi insisi, contoh indikasi: struma difus pradiagnosis.
Biopsi eksisi, contoh indikasi:tumor atau nodul yang terbatas pradiagnosis.
Tiroidektomi subtotal, contoh indikasi: hipertiroidi yaitu Graves, struma nodusa
benigna.
Hemitiroidektomi atau istmolobektomi, contoh indikasi: kelainan unilteral (adenoma).
Tiroidektomitotal, contoh indikasi: keganasan terbatas tanpa kelainan kelenjar limfe.
Tiroidektomi radikal, contoh indikasi: keganasan tiroid dengan kemungkinan metastasis
ke kelenjar limfe regional.
Subtotal tiroidektomi
Keuntungan dilakukan tiroidektomi adalah dapat menghilangkan keluhan, dan menurunkan
insiden terjadinya hipotiroidism yang bisa didapat oleh terapi radioiodine. Dilakukan tindakan
subtutal tiroidektomi apabila :-
17
PBL Metabolik Endokrin II 2010
pada kelenjar tiroid yang sudah membesar.
Keganasan.
Terapi untuk anak dan wanita hamil.
Untuk pasien yang tidak dapat melakukan terapi jangka panjang.
Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi adalah8 :-
Asfiksia dan trakeomalacia akibat dari penekanan goiter.
Hipertiroid berlaku setelah pasien terdedah dengan iodine, dikenali sebagai iodine-
induced hipertiroidism atau Jod-Basedow phenomenon. Jod-Basedow phenomenon
merupakan tirotoksikosis yang disebabkan oleh pendedahan berlebihan dengan iodium
yang mana ada riwayat kekurangan iodium.13
Goiter Toxic Nodular.
Jika dilakukan tiroidektomi, komplikasi yang seringkali muncul adalah;
Perdarahan masif. Resiko ini minimum, namun hati- hati dalam mengamankan
hemostatis dan penggunaan drain setelah operasi.
Masalah terbukanya vena besar, yaitu vena tiroidea superior dan menyebabkan
embolisme udara. Tetapi dengan tindakan anestesi mutakhir, ventilasi tekanan
positif yang intermitten, dan teknik bedah yang cermat, bahaya ini dapat di
minimalkan.
Trauma pada nervus laringeus rekurens. Ia menimbulkan paralisis sebagian atau total
jika bilateral laring. Pengetahuan anatomi bedah yang kuat dan ke hati- hatian pada saat
operasi harus diutamakan.
Sepsis yang meluas ke mediastinum. Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi
bedah sekarang ini, sehingga antibiotik tidak diperlukan sebagai profilaksis lagi.
Hipokalsemi. Karena terangkatnya kelenjar paratiroid pada saat pembedahan.
Metastasis kanker yang sudah mencapai organ- organ lain.
Hipotiroid, biasanya terjadi setelah melakukan pengangkatan kelenjar tiroid jika pasien
tidak mengambil suplemen yang dianjurkan. Gejala umumnya menjadi lebih nyata
ketika kondisinya memburuk akibat perlambatan metabolisme tubuh. Antara gejala
18
PBL Metabolik Endokrin II 2010
umumnya, kelelahan, depresi, kenaikan berat badan yang sedang, mengantuk yang
berlebihan dan rambut yang kering dan kasar. Ketika penyakit menjadi lebih berat,
mungkin ada bengkak-bengak sekeliling mata-mata, suatu denyut jantung yang
melambat, suatu penurunan temperatur tubuh, dan gagal jantung. Hipotiroid yang berat
bisa menjurus pada suatu koma myxedema.9
Prognosis
Prognosis baik. Biasanya, struma nodosa non toksik tumbuh sangat lambat selama bertahun-
tahun. Setiap perilaku pertumbuhan yang cepat harus dievaluasi baik untuk membedakan sama
ada ia adalah degenerasi, perdarahan nodul atau bagi pertumbuhan neoplasma. Seringkali, pada
pasien yang hadir dengan pertumbuhan yang progresif, mereka yang mengalami dispnea atau
disfagia yang signifikan harus dievaluasi untuk tiroidektomi subtotal. Pada beberapa pasien,
terapi yodium radioaktif dapat dipertimbangkan, terutama jika pasien yang lebih tua.
Etiologi
Pembesaran kelenjar tiroid atau goiter nodular nontoksik disebabkan oleh meningkatnya
sekresi hormon penstimulasi tiroid (TSH) sekunder akibat berkurangnya output hormon tiroid.
Penyebabnya adalah sebagai berikut11.
Goiter sederhana. Defisiensi iodium, khususnya di tempat-tempat dengan goiter
endemik. Goiter sporadis mungkin disebabkan oleh defisiensi iodium relatif pasien bagi
pasien tersebut. Kebutuhan iodium meningkat saat pubertas pada wanita dan selama
kehamilan. Kelenjar cenderung menjadi nodular dengan bertambahnya usia.
Goitrogen, misalnya iodida dalam dosis besar, obat antitiroid seperti asam
paraaminosalisilat (PAS) dan litium, jarang merupakan penyebab kecuali bila
digunakan dengan tujuan terapeutik, misalnya karbimazol.
Kegagalan bawaan dalam sintesis hormon tiroid yaitu dishormonogenesis. Terdapat
enam jenis defek enzim yang diketahui. Semuanya jarang dan bersifat resesif
autosomal. Bentuk yang paling umum berhubungan dengan tuli sensoris yaitu sindrom
Pendred dan disebabkan oleh ikatan organik pada iodium yang terganggu.
19
PBL Metabolik Endokrin II 2010
Epidemiologi
Data status iodium global yang dikumpulkan oleh World Health Organization (WHO) dari 126
negara menunjukkan bahwa 54 negara masuk kategori kekurangan iodium. Sebanyak 5 negara
yang masuk kategori berlebihan iodium yang berisiko iodine induced hipertyroidism (IIH) dan
bahay gangguan kesehatan lainnya. Beberapa daerah di Propinsi Jawa Tengah telah lama
dikenal sebagai kantong daerah gondok endemik walaupun telah dilakukan program
penanggulangan masalah kekurangan iodium yaitu Kecamatan Dukun, daerah endemik ringan
dan Kecamatan Muntilan, daerah endemik berat.13 Rasio terjadinya goiter pada wanita : laki-
laki adalah 4:1. Nodul tiroid jarang pada laki-laki. Tapi, jika berlaku, tampak seperti ganas.
Bila bertambah usia, frekuensi berlakunya goiter makin berkurang. Mortalitas dan morbiditas
tergantung pada kompresi struktur sekitar, kanker tiroid, hipertiroid atau hipotiroid.15
Patofisiologi
Iodium adalah sumber untuk aktifitas utama kelenjar tiroid untuk membuat hormon tiroid.
Kelenjar tersebut tidak dapat membuat hormon tiroid cukup jika tidak memiliki cukup iodium.
Akibatnya, tingkat hormon tiroid terlalu rendah dan mengirim sinyal ke tiroid. Sinyal
ini disebut thyroid stimulating hormone (TSH). TSH akan merangsang tiroid untuk
menghasilkan T3 dan T4. Jika berlebihan, kelenjar tiroid akan mengalami pertumbuhan
abnormal disebut sebagai goiter. Sekresi TSH dipengaruhi oleh hormone thyrotropin releasing
hormon (TRH) dari hipotalamus. Stimulasi dari reseptor TSH dapat mengakibatkan gondok
difus. Jika terakumulasi sel tiroid, sel inflamasi, atau sel ganas, suatu nodul tiroid dapat
berkembang.15
Berkurangnya sintesis hormon tiroid menyebabkan produksi TSH meningkat.
Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan cellularity dan hiperplasia kelenjar tiroid dalam
upaya untuk menormalkan kadar hormon tiroid. Jika proses ini berkelanjutan, maka akan
mengakibatkan goiter. Pemasukan iodium yang kurang sangat menentukan adekuat tidaknya
sekresi hormone tiroid.15
Goiter dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara
sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia yang akan berdampak terhadap gangguan
pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Penekanan pada pita suara akan
20
PBL Metabolik Endokrin II 2010
menyebabkan suara menjadi serak atau parau. Bila pembesaran keluar, maka akan memberi
bentuk leher yang besar dapat simetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan
disfagia.
Preventif
Preventif Primer
Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari berbagai
faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya struma
adalah :
Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pola perilaku makan dan pemakaian
garam yodium.
Tambah iodium pada air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini
memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam karena dapat
terjangkau daerah luas dan terpencil. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol)
pada penduduk di daerah endemik berat dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya
adalah semua pria berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35 tahun, termasuk wanita hamil
dan menyusui yang tinggal di daerah endemis berat dan endemis sedang. Dosis
pemberiannya bervariasi sesuai umur dan kelamin.
Memberikan suntikan yodium dalam minyak, lipiodol 40%, diberikan 3 tahun sekali
dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc dan untuk anak kurang
dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.
Preventif Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mendeteksi secara dini suatu penyakit, mengupayakan
orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit.
Preventif Tertier
Pencegahan tertier bertujuan untuk mengembalikan fungsi mental, fisik dan sosial penderita
setelah proses penyakitnya dihentikan. Upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
Setelah pengobatan diperlukan kontrol teratur untuk memastikan dan mendeteksi
adanya kekambuhan atau penyebaran.
21
PBL Metabolik Endokrin II 2010
Menekan munculnya komplikasi dan kecacatan.
Melakukan rehabilitasi dengan membuat penderita lebih percaya diri, fisik melalui
fisioterapi yaitu dengan rehabilitasi fisik, psikoterapi yaitu dengan rehabilitasi
kejiwaan, sosial terapi yaitu dengan rehabilitasi sosial dan rehabilitasi aesthesis yaitu
yang berhubungan dengan kecantikan.
Penutup
Pasien laki-laki, 70 tahun, datang ke klinik dengan keluhan terdapat benjolan dileher bagian
depan yang kian hari makin membesar, sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya benjolan tersebut
kecil dan tidak dihiraukan pasien, namun sekarang pasien menjadi sulit menelan dan pasien
mengeluh tidak bisa bernafas dengan lapang. Pasien juga mengeluh suaranya menjadi serak
akhir-akhir ini. Pada pemeriksaan fisik, tampak benjolan pada leher berdiameter 20 cm,
konsistensi keras dan sukar digerakkan dari dasarnya. Pada palpasi daerah leher tidak teraba
adanya pembesaran kelenjar getah bening. Skenario ini menunjukkan pasien menderita goiter
nodular non toksik atau nama lainnya struma nodosum nontoksik. Oleh itu, penatalaksanaan
harus segera dilaksanakan untuk mengelakkan dari berlakunya komplikasi.
Hipotesis diterima.
22
PBL Metabolik Endokrin II 2010
Daftar Pustaka
1. Bambang Setiyohadi. Anamnesis. Aru W.Sudoyono, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi,
Marcellus S.K, Siti Setiati. (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi 4. Jakarta;
Penerbit FKUI; 2007. Pp 20-1.
2. Rumahorbo H. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Bab 1.
Tinjauan Sistem Endokrin. Pengkajian Umum Sistem Endokrin. Jakarta; EGC; 1999. Pp
24-6.
3. Yasavati K.N., Mardi Santoso, Johanna S.P.Rumawas, Indriani K sumadikarya, Dan
Hidayat, Widodo Sutandar et al. Buku Panduan Keterampilan Medik (Skills Lab).
Pemeriksaan Tiroid. Jakarta; Penerbit FK Ukrida; 2010. Pp 35-8.
4. Williams W. Physical Diagnosis. Trans Henny Lukmanto. Leher. Edisi 17. Jakarta;
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995; pp 155-66.
5. Mark H.Swartz. Textbook Of Physical Diagnosis. Trans Lukmanto P, R.F Maulany, Jan
Tambayong. Kepala dan Leher. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995; pp 84.
6. Frances T.F., Marshall B.Dunning. A Manual of Laboratory and Diagnostic Tests. Edisi 8.
Winconsin; Lippincott Williams And Wilkins Publisher; 2009. Pp 464-80, 701-2.
7. Jan Tambayong. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Bab 15; Perubahan Fungsi
Endokrin.Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000. Pp 149-70.
8. Ari S.Eckman. Goiter-simple. Update Oktober 2010 [Online] Diunduh dari
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001178.htm. Diunduh pada 26 November
2011.
9. David E. Schteingart. Gangguan Kelenjar Tiroid. Sylvia A.Price, Lorraine M.W. (eds)
Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Trans Brahm U.Pendit, Huriawati H,
Pita Wulansari, Dewi Asih Mahanani. Edisi 6. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2006. Pp 1225-53.
10. Paulus Wiyono. Tiroiditis. Aru W.Sudoyono, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus
S.K, Siti Setiati. (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi 4. Jakarta; Penerbit
FKUI; 2007. Pp 1949-52.
23
PBL Metabolik Endokrin II 2010
11. David Rubenstein, David Wayne, John Bradley. Lecture Notes On Clinical Medicine.
Trans Annisa Rahmalia. Bab 10; Penyakin Endokrin. Edisi 6. Jakarta; Penerbit Erlangga;
2007. Pp 161-76.
12. Suharti K.Suherman, Elysabeth. Hormon Tiroid Dan Antitiroid. Sulistia G.G., Rianto
Setiabudy, Nafrialdi, Elysabeth. (eds) Farmakologi Dan Terapi. Edisi 5. Jakarta; Fakultas
Kedokteran UI; 2007; pp 433-45.
13. Karl A.Basedow. Jod-Basedow phenomenon. Mosby’s Medical Dictionary. Edisi 8. 2009.
[Online] Diunduh dari http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/Jod-
Basedow+phenomenon. Diunduh pada 28 November 2010.
14. Suwono,Sutantri, R.Hariyati Masudi, Sudiyanto. Survei Status Sosial Ekonomi Dan
Pevalensi Penderita Gondok Endemik Di Jawa Tengah. Berita Kedokteran Masyarakat.
[Online] 1990. Volume IV (3). P 231-4. Diunduh dari
http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=7391. Diunduh pada 29 November 2010.
15. James R.Mulinda. Goiter. Updated 18 August 2009. [Online] Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/120034-overview. Diunduh pada 28 November
2010.
24