30
Asuhan Keperawatan Pada Ibu dengan Resiko Tinggi dan Komplikasi Selama Periode Perinatal Disusun oleh : Kelompok 6 Anggun Makyana 04101003033 Dewi Ayu Puspitasari 04101003012 Dewi Ismarina 04101003036 Dian Kusuma Putri 04101003032 Felia Nur Fitrianti 04101003002 Mifta Hussa’adah 04101003027 Nurjana Rachmawati 04101003009 Puteri Pratiwi 04101003026 Riza Umami 04101003004 Syofwatun Ngulya 04101003025 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya TA. 2012/2013

Mater Komplikasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mater

Citation preview

  • Asuhan Keperawatan Pada Ibu dengan Resiko Tinggi

    dan Komplikasi Selama Periode Perinatal

    Disusun oleh :

    Kelompok 6

    Anggun Makyana 04101003033

    Dewi Ayu Puspitasari 04101003012

    Dewi Ismarina 04101003036

    Dian Kusuma Putri 04101003032

    Felia Nur Fitrianti 04101003002

    Mifta Hussaadah 04101003027

    Nurjana Rachmawati 04101003009

    Puteri Pratiwi 04101003026

    Riza Umami 04101003004

    Syofwatun Ngulya 04101003025

    Program Studi Ilmu Keperawatan

    Fakultas Kedokteran

    Universitas Sriwijaya

    TA. 2012/2013

  • Kata Pengantar

    Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas seizin-Nya lah kami dapat

    menyelesaikan makalah ini dengan lancar.

    Dalam makalah ini ,kami membahas berbagai masalah yang terjadi pada ibu hamil baik dalam

    masa prenatal, intranatal maupun postnatal beserta asuhan keperawatannya. Karena itu kami susun

    makalah ini dengan judul Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan Resiko Tinggi dan

    Komplikasi Selama Periode Perinatal.

    Kami sangat menyadari segala kekurangan yang sangat mungkin ada dalam penulisan makalah ini

    ,untuk itu kami sangat mengharapkan saran maupun kritik guna membangun penulisan makalah

    yang lebih baik di waktu selanjutnya. Atas perhatian pembaca ,kami mengucapkan terimakasih.

    Semoga bermanfaat.

    Palembang, 24 April 2013

    Penulis

    (Kelompok 6)

  • Daftar Isi

    Bab. I Pendahuluan ....................................................................................................................................... 4

    1.1. Latar Belakang .................................................................................................................................... 4

    1.2. Tujuan ................................................................................................................................................ 5

    1.3. Manfaat .............................................................................................................................................. 5

    1.4. Rumusan masalah .............................................................................................................................. 5

    Bab.II Pembahasan........................................................................................................................................ 6

    2.1. Gangguan pada Masa Prenatal (Kehamilan) ...................................................................................... 6

    2.1.1. Ibu Hamil dengan Diabetes Melitus ............................................................................................ 6

    2.1.2. Ibu dengan Preeklamsi .................................................................................................................... 7

    2.1.3. Masalah Abruptio Plasenta ......................................................................................................... 9

    2.2.Gangguan pada Masa Intranatal (Persalinan) .................................................................................. 10

    2.2.1.Masalah Emboli Cairan Ketuban ............................................................................................... 10

    2.2.2.Ibu dengan Ekstraksi Vakum ..................................................................................................... 11

    2.2.3.Ibu dengan Ketuban pecah dini .................................................................................................. 11

    2.3. Gangguan pada Masa Postnatal (Postpartum/Nifas) ...................................................................... 12

    2.3.1.Ibu dengan Infeksi Puerpuralis .................................................................................................. 12

    2.3.2.Ibu dengan Hemorragia Postpartum .......................................................................................... 14

    2.4.Asuhan Keperawatan Periode Perinatal ............................................................................................ 15

    2.4.2.Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan Preeklamsi .......................................................... 15

    2.5..Asuhan Keperawatan Pada Periode Intranatal ................................................................................ 21

    2.5.1.Asuhan Keperawatan Ibu dengan Ketuban pecah dini .............................................................. 21

    2.6.Asuhan Keperawatan Periode Postnatal .......................................................................................... 24

    2.6.1.Asuhan Keperawatan Ibu dengan Hemoragia postpartum ......................................................... 24

    Bab.III Penutup ........................................................................................................................................... 29

    3.1.Kesimpulan ........................................................................................................................................ 29

    3.2.Saran ................................................................................................................................................. 29

    Daftar Pustaka

  • Bab. I

    Pendahuluan

    1.1. Latar Belakang

    Kehamilan merupakan suatu masa yang sangat membahagiakan bagi suatu keluarga

    terutama bagi ibu hamil itu sendiri. Semua ibu hamil tentu menginginkan kehamilan maupun

    persalinannya berjalan dengan lancar . Namun ,tak dapat dihindari, banyak masalah yang terjadi

    yang dapat menjadi penyulit dalam masa perinatal, baik kehamilan, persalinan maupun masa

    nifas. Berbagai penyulit ini bahkan dapat menjadi masalah serius yang dapat mengancam nyawa

    ibu.

    Gangguan dan penyulit pada kehamilan umumnya ditemukan pada kehamilan resiko

    tinggi. Yang dimaksud dengan kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan

    terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang

    dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan

    kehamilan persalinan dan nifas normal. Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangat

    bergantung pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta dan keadaan janin. Jika ibu sehat dan

    didalam darahnya terdapat zat-zat makanan dan bahanbahan organis dalam jumlah yang cukup,

    maka pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan akan berjalan baik. (Roeshadi,

    2004)

    Dalam kehamilan, plasenta akan befungsi sebagai alat respiratorik, metabolik, nutrisi,

    endokrin, penyimpanan, transportasi dan pengeluaran dari tubuh ibu ke tubuh janin atau

    sebaliknya. Jika salah satu atau beberapa fungsi di atas terganggu, maka janin seperti tercekik,

    dan pertumbuhannya akan terganggu.

    Demikian juga bila ditemukan kelainan pertumbuhan janin baik berupa kelainan bawaan

    ataupun kelainan karena pengaruh lingkungan, maka pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

    kandungan dapat mengalami gangguan.

    Menurut penelitian telah diketahui bahwa umur reproduksi sehat pada seorang wanita

    berkisar antara 20-30 tahun, artinya ; melahirkan setelah umur 20 tahun jarak persalinan sebaiknya

    2-3 tahun dan berhenti melahirkan setelah umur 30 tahun. Berarti anak cukup 2-3 orang. Telah

    dibuktikan bahwa kelahiran ke empat dan seterusnya akan meningkatkan kematian ibu dan janin.

    (Roeshadi, 2004)

    Penyakit yang diderita ibu baik sejak sebelum hamil ataupun sesudah kehamilan, seperti :

    penyakit paru, penyakit jantung sianotik, penyakit ginjal dan hipertensi, penyakit kelenjar endokrin

    ( gondok , diabetes mellitus, penyakit hati ), penyakit infeksi ( virus, bakteri parasit ), kelainan

    darah ibu-janin ataupun keracunan obat dan bahan-bahan toksis, juga merupakan penyabab yang

    mengakibatkan terjadinya gangguan dan penyulit pada kehamilan.

  • Disamping itu, kehamilan sendiri dapat menyebabkan terjadinya penyakit pad ibu hamil.

    Penyakit yang tergolong dalam kelompok ini antara lain : toksemia gravidarum ( keracunan hamil),

    perdarahan hamil tua yang disebabkan karena plasenta previa ( plasenta menutupi jalan lahir ), dan

    solusio plasenta ( plasenta terlepas sebelum anak lahir ). Penyebab kematian ibu bersalin di

    Indonesia masih di dominasi oleh perdarahan, infeksi dan toksemia gravidarum.

    Adapun peran perawat sangat dibutuhkan untuk meminimalisir masalah-masalah yang

    terjadi selama periode perinatal. Keprofesionalan perawat dituntut untuk menjadikan asuhan

    keperawatan yang sempurna yang dapat membantu ibu hamil melewati masa sulitnya.

    1.2. Tujuan

    Dengan penulisan makalah ini mahasiswa Ilmu Keperawatan diharapkan dapat menambah

    pengetahuannya mengenai komplikasi yang terjadi selama masa perinatal ,baik mengetahui

    konsep dasar dan etiologinya maupun bagaimana melakukan asuhan keperawatannya.

    1.3. Manfaat

    Makalah ini dapat menjadi sarana dalam proses belajar- mengajar.

    1.4. Rumusan masalah

    Adapun materi yang akan kami sampaikan dalam makalah ini ,antara lain :

    1. Periode Prenatal

    a. Ibu dengan diabetes mellitus

    b. Ibu dengan Preeklamsi

    c. Abruptio plasenta

    2. Periode Intranatal

    a. Ibu hamil dengan emboli cairan ketuban

    b. Ibu dengan Ekstraksi vakum

    c. Ibu dengan Ketuban pecah dini

    3. Periode Postnatal

    a. Ibu dengan Infeksi puerperalis

    b. Ibu dengan Hemorragia postpartum

    4. Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan Preeklamsi

    5. Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan Ketuban pecah dini

    6. Asuhan keperawatan pada ibu dengan Hemorragia postpartum

  • Bab.II

    Pembahasan

    2.1. Gangguan pada Masa Prenatal (Kehamilan)

    2.1.1. Ibu Hamil dengan Diabetes Melitus

    A. Definisi

    Diabetes Melitus Gestasional ( DMG ) / Diabetes dalam kehamilan adalah suatu

    intoleransi karbohidrat ringan ( Toleransi Glukosa Terganggu ) maupun berat ( Diabetes

    Melitus ) yang terjadi. (Kamal, 2011).

    B. Etiologi

    Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya

    jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa

    melewati membran sel.

    C. Faktor Resiko

    Hal-hal yang menjadi faktor resiko pada diabetes melitus adlah sebagai berikut (Mitayani,

    2011).

    1. Riwayat keluarga dengan DM.

    2. Glukosuria dua kali berturut-turut.

    3. Kegemukan.

    4. Keguguran kehamilan yang tidak bisa dijelaskan (abortus spontan).

    5. Adanya hidramnion.

    6. Kelahiran anak sebelumnya besar.

    D. Manifestasi Klinis

    Manifestasi klinis yang dirasakan dapat berupa : polidipsi, poliuri, polifagi, penurunan

    berat badan, lemah, mengantuk (somnolen), dan dapat timbul ketoasidosis.

    Pengaruh diabetes pada kehamilan adalah sebagai berikut.

    1. Hiperemis gradivarum.

    2. Pemakaian glikogen bertambah.

    3. Meningkatnya metabolisme basal.

  • Pengaruh diabetes pada bayi yang dilahirkan adalah sebagai berikut.

    1. Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan abortus.

    2. Cacat bawaan.

    3. Dismaturitas.

    4. Janin besar.

    5. Kelainan neurologis

    Efek Yang Ditimbulkan Akibat Diabetes Melitus Gestasional (Kamal, 2011) :

    1. Preeklampsia ( naiknya tekanan darah dalam kehamilan )

    2. Polihidramnion ( jumlah air ketuban banyak )

    3. Meningkatkan persalinan dengan bedah cesar akibat bayi besar

    4. Bayi kuning akibat perusakan sel darah merah yang berlebihan

    5. Bayi lahir premature

    2.1.2. Ibu dengan Preeklamsi

    A. Pengertian

    Preeklampsi adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema, atau

    keduanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke 20 atau kadang-kadang timbul

    lebih awal. (Mitayani, 2011).

    B. Etiologi :

    Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah iskemia

    plasenta. faktor resiko preeklampsia antara lain :

    1. Primigravida, terutama primigravida tua dan primigravida muda

    2. Kelompok social ekonomi rendah

    3. Hipertensi essensial

    4. Penyakit ginjal kronis

    5. DM (Diabetes Melitus)

    6. Multipara

    7. Polihidramnion

    8. Obesitas

    9. Riwayat preeklampsia pada kehamilan yang lalu dalam keluarga

  • C. Manifestasi Klinis :

    Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia, yaitu hipertensi dan proteinuria yang

    biasanya tidak disadari oleh wanita hamil.

    Penyebab dari kedua masalah tersebut adalah sebagai berikut :

    1. Tekanan darah

    Peningkatan tekanan darah dimana tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang

    terus-menerus menunjukkan keadaan abnormal.

    2. Kenaikan berat badan

    Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan preeklampsia dan bahkan

    kenaikan berat badan (BB) yang berlebihan merupakan tanda pertama preeklampsia pada

    sebagian wanita. Peningkatan BB normal adalah 0,5 kg per minggu. Bila 1 kg dalam

    minggu, maka kemungkinan terjadinya preeklampsi harus dicurigai. Peningkatan berat

    badan terutama disebabkan karena retensi cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum

    timbul gejala edema yang terlihat jelas seperti kelopak mata bengkak atau jaringan tangan

    yang membesar.

    3. Proteinuria

    Pada preeklampsia ringan, proteinuria hanya minimal positif satu, positif dua atau tidak

    sama sekali. Pada kasus berat, proteinuria dapat ditemukan dan dapat mencapai 10 g/dl.

    Proteinuria hamper selalu timbul kemudian dibandingkan hipertensi dan kenaikan BB yang

    berlebihan.

    Gejala-gejala subjektif yang dirasakan pada preeklampsia adalah sebagai berikut:

    1. Nyeri kepala

    Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal dan oksipital, serta tidak sembuh dengan

    pemberian analgetik biasa.

    2. Nyeri epigastrum

    Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preeklampsia berat. Keluhan ini

    disebabkan karena tekanan pada kapsula hepar akibat edema atau perdarahan,

    3. Gangguan penglihatan

  • Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasme aterial, iskemia dan

    edema retina dan pada kasus-kasus yang langka disebabkan oleh ablasia retina.

    D. Komplikasi :

    Bergantung pada derajat preeklampsia yang dialami. Yang termasuk komplikasi antara lain

    1. Pada ibu

    a. Eklampsia

    b. Solusio plasenta

    c. Perdarahan subskapula hepar

    d. Kelainian pembekuan darah (DIC)

    e. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, dan low platelet count)

    f. Ablasio retina

    g. Gagal jantung hingga syok dan kematian

    2. Pada janin

    a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus

    b. Prematur

    c. Asfeksia neonatorum

    d. Kematian dalam uterus

    e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan pperinatal.

    2.1.3. Masalah Abruptio Plasenta

    A. Definisi

    Abruptio plasenta adalah pelepasan sebagian atau keseluruhan plasenta dari uterus selama

    kehamilan dan persalinan. (Chapman, 2003)

    B. Etiologi dan Faktor Resiko

    Mekanisme terjadinya abrupsio plasenta tidak diketahui, beberapa faktor yang dapat

    meningkatkan terjadinya abrupsio plasenta telah terindentifikasi, diantaranya adalah

    wanita hamil yang mengkonsumsi yang merupakan penyebab utama dari abrupsio

    plasenta. Faktor resiko lain adalah pada wanita hamil yang merokok, kehamilan kedua atau

    lebih, tali pusat yang pendek, serta trauma abdominal.

    C. Manifestasi Klinis

    Tanda dan gejala dari abrupsio plasenta ada empat, yaitu :

  • 1. Perdarahan per vaginam atau perdarahan yang tersembunyi di belakang plasenta.

    2. Uterus menjadi lunak atau lembek.

    3. Aktivitas uterus berlebihan tanpa relaksasi di antara keduanya.

    4. Nyeri abdomen.

    Dua tipe utama dari kasus abrupsio plasenta adalah sebagai berikut.

    1. Abrupsio plasenta dengan perdarahan tertutup, yang berarti perdarahan terjadi di

    belakang plasenta, tetapi memiliki batas tegas karena posisi hematom.

    2. Abrupsio plasenta dengan perdarahan terbuka, yaitu perdarahan yang terlihat ketika

    pemisahan atau pemotongan membran juga lapisan endometrium dan darah mengalir

    keluar melalui vagina. Perdarahan yang terlihat tak selalu sama jumlahnya dengan

    jumlah darah yang hilang. Tanda-tanda syok (takikardi, hipertensi, pucat, demam, dan

    berkeringat) mungkin akan timbul ketika sedikit atau tidak ada perdarahan luar yang

    muncul.

    2.2.Gangguan pada Masa Intranatal (Persalinan)

    2.2.1.Masalah Emboli Cairan Ketuban

    A. Definisi

    Suatu kondisi yang mengancam kehidupan yang terjadi disaat cairan amnion memasuki

    sirkulasi ibu dan selanjutnya mencapai kapiler di paru-paru.( Chapman, 2003).

    B. Etiologi

    1. Lepasnya bagian pinggir plasenta, robekan uterus, atau serviks yang menimbulkan

    kebocoran.

    2. Persalinan yang kuat, yang diinduksi dengan oksitoksin yang berlebihan yang

    menyebabkan tekanan yang kuat.

    Tanda dan gejala embolisme cairan amnion (Fahy,2001 dalam Chapman, 2003)

    Tanda/gejala % ibu

    Hipotensi (syok) 100

    Gawat janin (bila belum

    dilahirkan)

    100

    Edema paru atau sindrom distress

    pernapasan dewasa

    93

    Henti kardiopulmoner 86

    Sianosis 83

    Koagulopati 83

    Dispnea (napas susah atau sesak) 49

    Kejang 48

  • 2.2.2.Ibu dengan Ekstraksi Vakum

    A. Definisi

    Suatu persalinan buatan di mana janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (vakum)

    pada kepalanya.Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse. (Mitayani ,2011)

    B. Indikasi

    1. Ibu dengan tujuan mempersingkat kala II,misalnya ibu dengan penyakit jantung

    kompensansi, penyakit paru-paru fibrotik, dilakukan pada :

    a. kala II yang memanjang;

    b. pada saat ibu merasa lebih dan tidak mampu mengejan dengan efektif .

    2. Janin : gawat janin.

    Memutar presentasi oksiput posterior menjadi oksiput anterior.

    C. Komplikasi

    1. Ibu

    a. trauma jalan lahir

    b. infeksi

    c. perdarahan

    2. Janin.

    a. Ekskoriasi kulit kepala.

    b. Sefalhematona.

    c. Subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat diabsorpsi tubuh janin.bagi janin yang

    mempunyai fungsi hepar yang belum matur,dapat menimbulkan ikterus

    neonatorum yang agak berat.

    2.2.3.Ibu dengan Ketuban pecah dini

    A .Definisi

    Ketuban pecah dini yaitu pecahnya/rupturnya selaput amnion sebelum memulai persalinan

    yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia kehamilan mencapai 37

    minggu dengan atau tanpa kontraksi.(Hossam,1992 dalam Mitayani ,2011)

    B. Etiologi

    1. Trauma, amniosinesis, pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual

    2. Peningkatan tekanan intrauterus, kehamilan kembar atau polihidromnion

    3. Infeksi vagina, serviks atau karioamniolotis streptokokus , serta bakteri vagina

    4. Selaput amnion yang mempunyai struktur yang lemah / selaput terlalu tipis

    5. Keadaan abnormal dari fetus seperti malpresentasi

    6. Kelainan pada serviks atau alat genitalia seperti ukuran serviks yang pendek(

  • 8. Defisiensi nutrisi

    C. Manifestasi klinis

    Terjadi karioamnionitis. dapat diketahui dari terjadinya infeksi. Mula-mula terjadinya

    takikardi pada janin. Kemudian terjadi pada ibu. Jika ibu demam maka diagnosis

    karioamnionitis dapat ditegakkan dan diperkuat dengan terlihat adanya pus dan bau pada

    secret. Pembuktiannya dengan menggunakan speculum steril guna melihat kumpulan cairan

    amnion disekitar serviks atau dapat dilihat langsung dengan cairan amnion yang keluar melalui

    vagina.

    Resiko infeksi pada ketuban pecah dini tinggi sekali. Disebabkan oleh organism yang ada

    divagina seperti E,coli, streptokokus fastafis, streptokokus B. Hemolitikus, proteus, klebsiela,

    pseudomonas, stafilokokus. Jika terdapat karioamnionitis , diberi antibiotic dan akan lebih

    baik jika diberikan melalui intravena. Antibiotic yang paling efektif yaitu gentasimin,

    cepalosporine, dan ampiciline.

    2.3. Gangguan pada Masa Postnatal (Postpartum/Nifas)

    2.3.1.Ibu dengan Infeksi Puerpuralis

    A. Definisi

    Infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri pada traktusgenitalia yang terjadi setelah

    melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai 380C atau lebih selama 2 hari

    dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama. (Mitayani,

    2011)

    Istilah infeksi puerperium dapat dibagi dalam dua golongan berikut.

    1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.

    2. Penyebaran melalui vena, saluran limfe (sistemik), dan melalui permukaan

    endometrium.

    B. Etiologi

    Melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob patogen yang kebanyakan merupakan flora

    normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari luar. Bentuknya bisa berupa kuman

    anaerob, biasanya berupa kokus gram positif, seperti: streptokokus, bakteriode, dan

    klostridium. Bisa juga berbentuk kuman aerob bakteri gram positif dan E.Coli. selain itu,

    dapat juga diakibatkan oleh streptokokus hemolitikus aerobikus dan stafilokokus aureus.

  • C. Faktor resiko

    Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu seperti perdarahan, anemia,

    nutrisi buruk, status sosial ekonomi rendah, dan imunosupresi.

    1. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama.

    2. Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perluakaan pada jalan lahir.

    3. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.

    D. Manifestasi Klinis

    Infeksi nifas dibagi atas dua golongan.

    1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.

    a. Infeksi perineum, vulva, dan serviks.

    Tanda dan Gejala

    1) Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria dengan atau tanpa distensi

    urine.

    2) Jahitan luka mudah lepas, merah, dan bengkak.

    3) Bila getah radangbisa keluar, biasanyakeadaan tidak berat, suhu sekitar 380C,

    dan nadi kurang dari 100 kali per menit.

    4) Bila luka terinfeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam

    bisa meningkat hingga 39-40 0C, kadang-kadang disertai menggigil.

    b. Endometriosis

    1) Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah sisa plasenta dan selaput

    ketuban yang disebut lokiametra.

    2) Pengeluaran lokia bisa banyak/sedikit, kadang-kadang berbau/tidak, lokia

    berwarna merah/cokelat.

    3) Suhu badan meningkat mulai 48 jam postpartum, sering kali dengan pola gigi

    gergaji (38,5-40 0C), menggigil, nadi biasanya sesuai dengan kurva suhu tubuh.

    4) Sakit kepala, sulit tidur, dan anoreksia.

    5) Nyeri tekan pada uterus, uterus agak membesar dan lembek, his susulan

    biasanya sangat mengganggu.

    6) Leukositosis dapat berkisar antara 10.000-13.000/mm3.

    2. Penyebaran dari tempat-tempat infeksi melalui vena-vena jalan limfe dan permukaan

    endometrium.

    a. Septikemia dan piemia.

    1) Pada septikemia, dari permulaan ibu sudah sakit dan lemah sampai 3 hari

    postpartum suhu meningkat dengan cepat. Biasanya disertai menggigil suhu

  • 39-40 0C. Keadaan umum cepat memburuk, nadi sekitar 140-160 kali per

    menit atau lebih, juga ibu dapat meninggal dalam 6-7 hari postpartum.

    2) Pada ibu dengan piemia, ciri khasnya adalah suhu tinggi disertai menggigil

    yang terjadi berulang-ulang. Suhu meningkat dengan cepat disertai

    menggigil, kemudian suhu turun dan lambat laun timbul gejala abses paru,

    pneumonia, dan pleuritis.

    b. Peritonitis.

    1) Pada umumnya terjadi peningkatan suhu, nadi cepat dan kecil, perut

    kembung dan nyeri, serta ada defensif muskuler. Muka ibu mula-mula

    kemerahan, kemudian menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin, serta

    terdapat facishipocratica.

    2) Pada peritonitis yang terdapat di daerah pelvis, gejala tidak seberat

    peritonitis umum ibu demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap

    baik. Bisa terdapat pembentukan abses.

    c. Selulutis pelvis

    Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kir atau kanan.

    Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus.

    Dalam keadaan ini, suhu yang mula-mula tinggi menetap menjadi naik turun

    disertai menggigil. Ibu tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.

    2.3.2.Ibu dengan Hemorragia Postpartum

    A. Definisi

    Hemoragia postpartum adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama

    setelah lahirnya bayi (William, 1981 dalam Mitayani,2011).

    Perdarahan postpartum dibagi 2:

    1. Perdarahan postpartum awal (sampai 24 jam pacsa kelahiran).

    2. Perdarahan postpartum lambat (28 jam pasca kelahiran).

    B. Etiologi

    1. Trauma jalan lahir.

    a. Kegiatan kompresi pembuluh darah tempat implantasi plasenta.

    b. Miometrium hipotonia.

    c. Retensi sisa plasenta.

    d. Gangguan koagulasi.

    C. Faktor Predisposisi

    Faktor-faktor predisposisi sbb :

    1. Kelahiran besar.

  • 2. Kelainan forsep tengah.

    3. Rotasi forsep.

    4. Kelahiran sebelum pembukaan serviks lengkap.

    5. Insisi serviks.

    6. Kelahiran pervaginam.

    7. Post-seksio caesarea.

    8. Insisi uterus lain.

    D. Tanda Klinis

    Pengaruh perdarahan bergantung pada hal-hal berikut :

    1. Volume darah yang ada sebelum kehamilan.

    2. Besarnya hipovolemi akibat kehamilan.

    3. Tingkat anemia waktu kelahiran.

    Tanda klinis perdarahan postpasrtum antara lain :

    1. Hipovolemi yang berat, hipoksia, takipnea, dyspnea, asidosis, dan sianosis.

    2. Kehilangan darah dalam jumlah besar.

    3. Distensi kavum uterus.

    2.4.Asuhan Keperawatan Periode Perinatal

    2.4.2.Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan Preeklamsi

    Pengkajian

    Pengkajian yang dilakukan terhadap ibu preeklampsia antara lain :

    1. Identitas umum ibu

    2. Data riwayat kesehatan

    a. Riwayat kesehatan dahulu

    1) Kemingkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebalum hamil

    2) Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklampsia pada kehamilan ter dahulu

    3) Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas

    4) Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis

    b. Riwayat kesehatan sekarang

    1) Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal

    2) Terasa sakit di ulu hati/ nyeri epigastrium

    3) Gangguan virus: penglihatan kabur, skotoma, dan diplopia

    4) Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan

  • 5) Gangguan serebral lainnya: terhuyung-0huyung, refleks tinggi, dan tidak tenang

    6) Edema pada ekstremitas

    7) Tengkuk terasa berat

    8) Kenaikan BB mencapai 1 kg seminggu

    c. Riwayat kesehatan keluarga

    Kemingkianan mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia dalam keluarga

    d. Riwayat perkawinan

    Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun atau di atas 35

    tahun.

    3. Pemeriksaaan fisik biologis

    Keadaan umum : lemah

    Kepala : sakit kepala, wajah edema

    Mata : konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina

    Pencernaan abdomen : nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual, dan

    muntah.

    Ekstremitas : edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari

    Sistem pernafasan : hiper refleksia, klonus pada kaki

    Genitourinaria : oliguria, proteinuria

    Pemeriksaaan janin : bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin

    melemah

    4. Pemeriksaan penunjang

    a. Pemeriksaan laboratorium

    1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

    a) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita

    hamil adalah 12-14 gr %)

    b) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol %)

    c) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3)

    2) Urinalisis

    Ditemukan protein dalam urin

    a) Pemeriksaan fungsi hati

    9) Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dl)

  • 10) LDH (laktat dehidrogenase) meningkat

    11) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul

    12) Serum glutamate pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-45 u/ml)

    13) Serum glutamate oxaloacetic transaminase (SGOT) meningkat (N=< 31 u/l)

    14) Total protein serum menurun (6,7-8,7 g/dl)

    b) Tes kimia darah

    Asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl)

    b. Radiologi

    c) Ultrasonografi

    Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intrauterus. Pernafasan intrauterus lambat,

    aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.

    d) Kardiotografi

    Diketahui denyut jantung bayi lemah

    c. Data sosial ekonomi

    Preeklampsia berat lebih banyak terjadi pada wanita golongan ekonomi rendah, karena

    mereka kurang mengonsumsi makanan yang mengandung protein dan juga kurang

    melakukan perawatan antenatal yang teratur.

    d. Data psikologis

    Biasanya ibu preeklampsia ini berada dalam kondisi yang labil dan mudah marah, ibu

    khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan janin dalam kandungannya, dia takut nanti

    anaknya lahir cacat atau meninggal dunia sehingga ia takut untuk melahirkan.

    Diagnosis Keperawatan :

    Setelah data terkumpul dan kemudian dianalisis, sehingga diagnosis yang mungkin

    ditemukan pada ibu preeklampsia berat adalah sebagai berikut:

    1. Kelebihan volume cairan interstisial yang berhubungan dengan penurunan tekanan

    osmotic, perubahan permeabilitas, pembuluh darah.

    2. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan hipovolemi atau penurunan aliran

    balik vena.

    3. Resiko cedera pada janin yang berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke

    plasenta.

  • 4. Resiko tinggi intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan adanya masalah sirkulasi,

    peningkatan tekanan darah

    5. Resiko cedera pada ibu yang berhubungan dengan edema/ hipoksia jaringan, kejang

    tonik klonik.

    6. Nyeri epigastrik yang berhubungan dengan peregangan kapsula hepar.

    Perencanaan :

    Perencanaan keperawatan merupakan tugas lanjut dari perawatan setelah mengumpulkan

    data yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ibu sesuai dengan pengkajian yang telah

    dilakukan.

    Pada tahap ini ditetapkan tujuan dan alternative tindakan yang akan dilakukan pada tahap

    implementasi dalam upaya memecahkan masalah atau mengurangi masalah ibu.

    Berikut ini akan diuraikan rencana tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan

    kemungkinan diagnosis yang telah dijelaskan sebelumnya.

    1. Kelebihan volume cairan interstisial yang berhubungan dengan penurunan tekanan

    osmotik, perubahan permeabilitas pembuluh darah, serta retensi sodium dan air.

    Tujuan : volume cairan kembali seimbang

    Rencana tindakan :

    a. Pantau dan catan intake dan output setiap hari

    Rasional : dengan memantau intake dan output diharapkan dapat diketahui adanya

    keseimbangan cairan dan dapat diramalkan keadaan dan kerusakan glomerulus.

    b. Pemantauan tanda-tanda vital, catat waktu pengisian kapiler (Capillary Refill Time-

    CRT)

    Rasional : dengan memantau tanda-tanda vital dan pengisian kapiler dapat dijadikan

    pedoman untuk penggantian cairan atau menilai respon dari kardiovaskular.

    c. Memantau atau membimbing berat badan ibu

    Rasional : dengan memantau berat badan ibu dapat diketahui berat badan yang

    merupakan indikator yang tepat untuk menentukan keseimbangan cairan.

    d. Observasi keadaan edema

    Rasional : keadaan edema merupakan indikator keadaan cairan dalam tubuh.

  • e. Berikan diet rendah garam sesuai hasil kolaborasi dengan ahli gizi.

    Rasional : diet rendah garram akan mengurangi terjadinya kelebihan cairan.

    f. Kaji distensi vena jugularis dan perifer

    Rasional : retensi cairan yang berlebihan dapat dimanifestasikan dengan pelebaran

    vena jugularis dan edema perifer.

    g. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anti diuretic

    Rasional : diuretic dapat meningkatkan filtrasi glomerulus dan menghambat

    penyerapan sodium dan air dalam tubulus ginjal.

    2. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan hipovolemi atau penurunan aliran

    balik vena.

    Tujuan : agar curah jantung kembali normal.

    Rencana tindakan :

    a. Pemantauan nadi dan tekanan darah

    Rasional : dengan memantau nadi dan tekanan darah dapat melihat peningkatan volume

    plasma, relaksasi vaskuler dengan penurunan tahanan perifer.

    b. Lakukan tirah baring pada ibu dengan posisi miring kiri

    Rasional : meningkatkan aliran balik vena, curah jantung dan perfusi ginjal.

    c. Pemantauan parameter hemodinamik invasive (kolaborasi)

    Rasional : memberikan gambaran akurat dari perubahan vascular dan volume cairan.

    Konstruksi vaskular yang lama,peningkatan dan hemokonsentrasi, serta perpindahan

    cairan menurunkan curah jantung.

    d. Berikan obat antihipertensi sesuai kebutuhan berdasarkan kolaborasi dengan dokter

    Rasional : obat anti hipertensi bekerja secara langsung pada arteriol untuk

    meningkatkan relaksasi otot polos kardiovaskuler dan membantu meningkatkan suplai

    darah.

    e. Pemantauan tekanan darah dan obat hipertensi

    Rasional : mengetahui efek samping yang terjadi seperti takikardi, sakit kepala, mual,

    muntah, dan palpitasi.

    3. Resiko cedera pada janin yang berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke

    plasenta.

  • Tujuan : agar cedera tidak terjadi pada janin.

    Rencana tindakan :

    a. Istirahatkan ibu

    Rasional : dengan mengistirahatkan ibu diharapkan metabolisme tubuh menurun dan

    peredaran darah ke plasenta menjadi adekuat, sehingga kebutuhan oksigen untuk janin

    dapat dipenuhi.

    b. Anjurkan ibu agar tidur miring ke kiri

    Rasional : dengan tidur miring ke kiri diharapkan vena kava yang di bagian kanan tidak

    tertekan oleh uterus ysng membesarr, sehingga aliran darah ke plasenta menjadi lancar.

    c. Pantau tekanan darah ibu

    Rasional : dengan memantau tekanan darah ibu dapat diketahui keadaan aliran darah ke

    plasenta seperti tekanan darah tinggi, aliran darah ke plasenta berkurang, sehingga suplai

    oksigen ke janin berkurang.

    d. Memantau bunyi jantung ibu

    Rasional : dengan memantau denyut jantung janin dapat diketahui keadaan jantung janin

    lemah atau menurun menandakan suplai oksigen ke plasenta berkurang, sehingga dapat

    direncanakan tindakan selanjutnya.

    e. Beri obat hipertensi setelah kolaborasi dengan dokter

    Rasional : dengan obat antihipertensi akan menurunkan tonus arteri dan menyebabkan

    penurunan afterload jantung dengan vasodilatasi pembuluh darah, sehingga tekanan darah

    turun. Dengan menurunnya tekanan darah, maka aliran darah ke plasenta menjadi adekuat.

    Implementasi Keperawatan :

    Setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya diterapkan tindakan yang nyata untuk

    mencapai hasil yang diharapkan berupa berkurangya atau hilangnya masalah ibu. Pada

    tahap implementasi ini terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan,

    menuliskan atau mendokumentasikan rencana keperawatan, serta melanjutkan

    pengumpulan data.

    Dalam implementasi keperawatan, tindakan harus cukup mendetail dan jelas supaya

    semua tenaga keperawatan dapat menjalankannya dengan baik dalam waktu yang telah

  • ditentukan. Perawat dapat melaksanakan langsung atau bekerjasama dengan para tenaga

    kesehatan lainnya.

    Evaluasi :

    Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan, dimana perawat

    menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu dan menilai sejauhmana

    masalah ibu dapat diatasi. Disamping itu perawat juga memberikan umpan balik atau

    pengkajian ulang, seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal ini

    proses keperawatan dapat dimodifikasi.

    2.5..Asuhan Keperawatan Pada Periode Intranatal

    2.5.1.Asuhan Keperawatan Ibu dengan Ketuban pecah dini

    Pengkajian

    1. Identifikasi ibu

    2. Riwayat penyakit.

    a. Riwayat kesehatan sekarang: ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum

    usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi.

    b. Riwayat kesehatan dahulu:

    1) Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion.

    2) Sintesis pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual.

    3) Kehamilan ganda, polihidromnion

    4) Infeksi vagina/serviks oleh kuman streptokokus

    5) Selaput amnion yang tipis

    6) Posisi fetus yang tidak normal

    7) Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang

    pendek.

    8) Multipara dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.

    c. Riwayat kesehatan keluarga.

    Ada atau tidanya keluahan ibu yang pernah hamil kembar atau keturunan

    kembar.

    3. Pemeriksaan fisik

    a. Kepala dan leher

    1) Mata,perlu diperiksa dibagian sclera, konjungtiva

  • 2) Hidung, ada/tidaknya pembekakan konka nasalis. Ada/tidaknya

    hipersekresi mukosa.

    3) Mulut, gigi karies/tidak, mukosa mulut kering dan warna mukosa gigi

    4) Leher berupa pemeriksaan JVP,KGB dan tiroid.

    b. Dada

    Torak

    1) inspeksi kesimetrisan dada, jenis pernapasan torakoabdominal, dan tidak

    ada retraksi dinding dada. Frekuensi pernafasan normal 16-24kali/menit.

    Ikus cordiks terlihat/tidak.

    2) Palpasi: payudara tidak ada pembekakan.

    3) Auskultasi: terdengar BJ dan IIdi IC kiri/kanan. Bunyi nafas normal

    vascular.

    Abdomen

    1) Inspeksi: ada/tidaknya bekas operasi, striae, dan linea

    2) Palsasi: TFU, kontraksi ada/ tidaknya, posisi, kandung kemih/ tidak.

    3) Auskultasu: DJJ ada /tidak

    c. Genitalia

    1) Inspeksi: keberhasilan, ada/tidaknya tanda-tanda REEDA( red, edema,

    discharge, approximately); pengeluaran air ketuban ( jumlah, warna, bau);

    dan lender merah muda kecoklatan.

    2) Palpasi: pembukaan serviks 0-4

    3) Ekstremitas; edema, varises ada/tidak

    4. Pemeriksaan diagnostic

    a. Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia, infeksi

    b. Golongan darah dan factor Rh

    c. Rasio lesitin terhadap spingomielin(rasio US) menentuksn maturasi janin

    d. Tes ferning dan kertas nitrazine: memastika pecah ketuban

    e. Utrasonografi: menentukan usia gestasi, ukuran janin, gerakan jantung janin.

    Dan lokasi plasenta.

    f. Pelvimetri: identifikasi posisi janin

    Diagnose keperawatan

    1. Resiko tinggi maternal berhubungan dengan resiko invasive, pemeriksaan vagina

    berulang, dan rupture membrane amniotic

    2. Kerusakan pertukaran gas pada janin yang berhubungan dengan adanya penyakit

    3. Risiko cedera pada janin yang berhubungsn dengan aanya penyakit

    4. Ansietas berhubungan dengan adanya krisis situasi, ancamanan pada diri sendiri/janin

    5. Risiko tinggi penyebaran infeksi/sepsis yang berhubungan dengan adanya infeksi ,

    prosedur invasive dan peningkatan pemahaman lingkungan

    6. Risiko tinggi keracunan karena toksik yang berhubungan dengan dosis/efek samping

    tokolitik

  • 7. Risiko tinggi cedera pasa ibu yang berhubungan dengan intervensi

    pembedahan,penggunaan obat tokolitik

    8. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan hipersensitivitas otot

    9. Risiko tinggi kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan

    masukan cairan.

    Intervesi keperawa

    1. Risiko tingi infeksi maternal yang berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan

    vagina berulang atau rupture membrane amniotic. Tujuannya infeksi maternal tidak

    terjadi.

    Criteria hasil. Dalam waktu 3x24 jam ibu bebas dari tanda-tanda infeksi(tidak demam,

    cairan amnio jernih,hampir tidak berwarna, dan tidak berbau)

    Intervensi Rasional

    Mandiri

    a. Lakukan pemeriksaan vagina awal,

    ulangi bila pola kontraksi atau

    perilaku ibu nandakan kemajuan

    a. Pengulangan pemeriksaan vagina

    berperan dalam insiden infeksi saluran

    asendens

    b. Gunakan teknik aseptic selama

    pemeriksaan vagina

    b. Pencegahan pertumbuhan bakteri dan

    kontaminasi pada vagina

    c. Anjurkan perawatan perineum setelah

    eliminasi setiap 4 jam dan sesuai

    indikasi

    Menurunkan risiko saluran asendens

    d. Pantau dan gambarkan karekteristik

    cairan amnion

    Pada infeksi, cairan amnion menjadi

    lebih kental dan kuning pekat serta

    dapat terdeteksi pada bau yang kuat

    e. Pantau suhu, nadi, pernapasan dan sel

    darah putih sesuai indikasi

    Dlam 4 jam membrane rupture,

    insidens korioamnionitis meningkat

    secara progresif sesuai waktu yang

    ditunjukan dengan TTV

    F Tekankan pentingnya mencuci tangan

    dengan baik dan benar

    Mengurangi perkembangan

    microorganism

    Kolaborasi

    g. Berikan cairan oral dan parental

    sesuai indikasi. Berikan

    enemapembersih bula sesuai indikasi

    Meski tidak boleh sering dilakukan,

    namun evaluasi usus dapat

    meningkatkan kemajuan persalinan

    dan menurunkan resiko infeksi

    Berikan antibiotic profilaktik bila

    diindifikasikan dapatkan kultur darah

    bila gejala sepsis ada

    Antibiotic dapat melindungi

    perkembangan karioamnionitis pada

    ibu beresiko

    dapatkan kultur darah bila gejala

    sepsis ada.

    Mendeteksi dan mengidentifikasi

    organism penyebab terjadinya infeksi

  • 2 : Ansietas berhubungan dengan adanya krisis situasi, ancamanan pada diri sendiri/janin.

    Tujuan: mengurangi kecemasa

    Criteria yang diharapkan dalam waktu 1x24 jam

    a. Menggunakan teknik pernapasan dan relaksasi yang efektif

    b. Berpartifipasi aktif dalam proses melahirkan

    Pada panggul yang normal pada waktu pembukaan lengkap, janin harus segera dilahirkan.

    Pada letak sungsan janin harus dilahirkan ekstrasi kaki, pada letak lintang dilairkan versi

    ektraksi, sedangkan pada presentasi belakang kepala dilakukan tekanan yang cukup pada

    fundus uteri ketika his, agar kepala Janis pasuk pada rongga panggul dan dpat segera

    dilahirkan , bila tindakan ini dapat dibantu dengan melakukan ektrasi cunam.

    Implementasi keperawatan

    Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan, mencakup

    tindakan mandiri dan kolaboratif. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan

    berdasarkan analisi dan kesimpulan keperawatan dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan

    lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil

    keputusan bersama dengan dokter dan petugas keperawatn lain.

    Evaluasi keperawatan

    Merupkan hasil perkembangan ibu dengan pedoman perkembangan kepada hasil dan

    tujuan yang hendak dicapai.

    2.6.Asuhan Keperawatan Periode Postnatal

    2.6.1.Asuhan Keperawatan Ibu dengan Hemoragia postpartum

    Pengkajian

    Pada Kasus perdarahan postpartum seharusnya lebih dilakukan pemeriksaan fisik secara

    keseluruhan dan lebih difokuskan pada :

    1. Aktivitas dan istirahat

    2. Sirkulasi. Kehilangan darah umumnya 400-500 ml (kelahiran pervaginam), 600-800

    ml (kelahiran seksio caesaria). Riwayat anemia kronis, defek koagulasi kongenital atau

    incidental dan idiopatik trombositopenia purpura.

    3. Integritas ego : cemas ,ketakutan , dan khawatir.

    Perdarahan postpartum awal (sampai 24 jam pasca kelahiran)

  • 1. Sirkulasi

    a. TD dan nadi

    b. Perlambatan pengisian kapiler

    c. Pucat, kulit dingin atau lembap.

    d. Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (plasenta tertahan).

    e. Dapat mengalami perdarahan per vaginam, rembesan dari episiotomy atau insisi

    caesaria.

    f. Hemoragi berat atau gejala syok.

    2. Eliminasi

    Kesulitan berkemih. Menunjukkan hematoma dari porsi vagina.

    3. Nyeri/ketidaknyamanan

    Sensasi nyeri terbakar ,nyeri vulva/vagina/pelvis/punggung berat (hematoma), nyeri uterus

    lateral, nyeri panggul, nyeri tekan abdominal, nyeri abdominal.

    4. Keamanan

    a. Laserasi jalan lahir.

    b. Hematoma.

    5. Seksualitas

    a. Pembesaran uterus lunak dan menonjol, sulit dipalpasi, perdarahan merah terang dari

    vagina.

    b. Uterus kuat, kontraksi baik atau kontraksi parstial dan agak menonjol.

    c. Fundus uterus terinversi mendekat pada kontak atau menojol melalui os.oeksternal.

    d. Kehamilan baru dapat memengaruhi hiperdistensi uterus.

    Perdarahan postpartum lambat (24-28 hari pasca kelahiran).

    1. Sirkulasi

    a. Rembesan kontinu atau tiba-tiba.

    b. Pucat, anemis.

    2. Nyeri/ Ketidaknyaman

    a. Nyeri tekan uterus

    b. Ketidaknyamanan vagina/pelvis/sakit punggung (hematoma).

    3. Keamanan

    a. Lokia baerbau busuk (infeksi)

    b. Ketuban pecah dini

    4. Seksualitas

    a. Tinggi fundus badan uterus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum

    kehamilan.

    b. Leukore mungkin ada

    c. Terlepasnya jaringan

  • Pemeriksaan diagnostic

    1. Golongan darah (Rh, AB0)

    2. Jumlah darah lengkap (penurunan Hb dan peningkatan leukosit)

    3. Kultur uterus dan vagina (infeksi)

    4. Urinalitas (kerusakan kandung kemih)

    5. Profil koagulasi

    6. Sonografi (jaringan plasenta tertahan)

    Diagnosis Keperawatan

    1. Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan vascular berlebihan.

    2. Perubahan perfusi jaringan b.d. hipovolemi.

    3. Risiko penurunan curah jantung b.d. gangguan sirkulasi.

    4. Gangguan pola napas b.d. intake O2 rendah.

    5 . Nyeri b.d. episiotomy dan laserasi.

    6 . Risiko tinggi terjadi infeksi b.d. adanya trauma jalan lahir.

    7. Gangguan pola eliminasi urine b.d.pengeluaran renin.

    Intervensi Keperawatan

    Diagnosis 1 : Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan vaskuler berlebihan ditandai

    dengan asidosis, sianosis, takipnea, dyspnea, dan syok hipovolemik.

    Tujuan: volume cairan adekuat.

    Kriteria hasil : tanda-tanda vital dalam batas normal, pengisian kapiler cepat (< 3 detik),

    sensorium tepat, input dan output cairan seimbang, BJ urine dalam batas normal.

    Intervensi Rasional

    Kaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi perdarahan. Timbang dan

    hitung pembalut. Simpan

    bekuan dan jaringan untuk

    dievaluasi oleh dokter

    Perkirakan kehilangan darah, arterial versus vena dan adanya bekuan-bekuan

    membantu diagnosis banding serta

    menentukan kebutuhan penggantian (1

    gr peningkatan berat pembalut sama

    dengan kurang lebih 1 ml kehilangan

    darah).

  • Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan

    masase, penonjolan uterus

    dengan satu tangan sambil

    menempatkan tangan yang

    lain di atas simfisis pubis

    Derajat kontraktilitas uterus membantu menentukan diagnose banding.

    Peningkatan kontraktilitas

    myometrium dapat menurunkan

    kehilangan darah, Penempatan satu

    tangan di atas simfisis pubis mencegah

    kemungkinan inversi uterus selama

    masase.

    Perhatikan hipotensi dan takikardi, perlambatan

    pengisian kapiler atau sianosis

    dasar buku, serta membrane

    mukosa dan bibir.

    Tanda-tanda menunjukkan hipovolemi dan terjadinya syok. Perubahan

    tekanan darah tidak dapat dideteksi

    sampai volume cairan telah menurun

    hingga 30-50%. Sianosis adalah tanda

    akhir dari hipoksia.

    Pantau masukan dan keluaran : perhatikan berat jenis urine.

    Memperkirakan luas kehilangan cairan. Volume perfusi/sirkulasi

    adekuat ditunjukkan dengan keluaran

    30-50%. Sianosis adalah tanda akhir

    dari hipoksia.

    Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan

    psikologis

    Meningkatkan relaksasi, menurunkan ansietas, dan kebutuhan metabolic.

    Diagnosis 2 : Perubahan perfusi jaringan b.d. hypovolemia, ditandai dengan pengisian

    kapiler lambat, pucat, kulit dingin atau lembap, penurunan produksi ASI.

    Tujuan : perfusi jaringan kembali normal.

    Kriteria hasil : TD, nadi, Hb/Ht dalam batas normal, pengisian kapiler cepat, fungsi

    hormonal normal menunjukkan dengan suplai ASI adekuat untuk laktasi dan mengalami

    kembali menstruasi normal.

    Intervensi

    Intervensi Rasional

    Perhatikan Hb/Ht sebelum dan sesudah kehilangan darah. Kaji

    status nutrisi, tinggi, dan BB.

    Nilai bandingan membantu menentukan beratnya kehilangan

    darah. Status sebelumnya dari

    kesehatan yang buruk

    meningkatkan luasnya cedera

    karena kekurangan O2.

    Pantau tanda vital, catat derajat, dan durasi episode hipovolemik.

    Luasnya keterlibatan hipofisi dapat dihubungkan dengan derajat dan

    durasi hipotensi. Peningkatan

    frekuensi pernapasan dapat

  • menunjukkan upaya untuk

    mengatasi asidosis metabolic.

    Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan perilaku.

    Perubahan sensorium adalah indicator dini hipoksia, sianosis

    tanda lanjut, mungkin tidak tampak

    smapai kadar PO2 turun di bawah

    50 mmHg.

    Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi, dan lidah serta

    perhatikan suhu kulit.

    Pada kompensasi vasokontriksi dan pirau organ vital, sirkulasi pada

    pembuluh darah perifer diturunkan

    yang mengakibatkan sianosis dan

    suhu kulit dingin.

    Kaji payudara setiap hari, perhatikan ada atau tidaknya laktasi

    dan perubahan ukuran payudara.

    Kerusakan hipofisis anterior menurunkan kadar prolactin,

    mengakibatkan tidak adanya

    produksi ASI, dan akhirnya

    menurunkan jaringan kelenjar

    payudara.

    Kolaborasi

    Pantau kadar pH Membantu dalam mendiagnosis derajat hipoksia jaringan atau

    asidosisyang diakibatkan oleh

    terbentuknya asam laktat dari

    metabolism anaerobic.

    Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan

    Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk transport sirkulasi ke

    jaringan.

    Implementasi Keperawatan

    Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan ,mencakup

    tindakan mandiri dan kolaborasi.

    Evaluasi Keperawatan

    Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang

    hendak dicapai.

  • Bab.III

    Penutup

    3.1.Kesimpulan

    Adapun yang dapat disimpulkan dari pembahasan makalah ini yaitu :

    1. Setiap masa atau periode perinatal (prenatal, intranatal, dan postnatal) terdapat gangguan

    ataupun komplikasinya.

    2. Komplikasi dapat timbul karena factor internal (ibu) ataupun factor eksternal (lingkungan,

    pola hidup, trauma).

    3. Masalah yang terjadi pada ibu berkemungkinan besar berdampak pada bayinya.

    3.2.Saran

    Kepada perawat dan tenaga kesehana lainnya diharapkan untuk lebih meningkatkan

    kinerjanya dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada ibu-ibu hamil hingga nifas yang

    mengalami komplikasi ,sehingga resiko untuk parah dapat diminimalisir dan harapan hidup dapat

    ditingkatkan.

    Kepada pihak ibu supaya lebih peduli untuk memperhatikan kehamilannya. Menjaga pola hidup

    sebaik mungkin dan rutin untuk melakukan check selama kehamilan.

  • Daftar Pustaka

    Chapman, Vicky.2003. Asuhan Kebidanan : Persalinan dan Kelahiran. Jakarta : EGC

    Mitayani.2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.

    dr. Reza Kamal ,Sp.OG.2011. DIABETES MELITUS GESTASIONAL ( Diabetes Dalam

    Kehamilan ) (online). (http://www.mitrakeluarga.com/depok/diabetes-melitus-gestasional-

    diabetes-dalam-kehamilan/ ,diunduh pada tanggal 24 April 2013)