60
Edisi II, 2010 15 Juta KK di Indonesia Belum Peroleh Akses Air Minum

Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

  • View
    2.049

  • Download
    9

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

Edisi II, 2010

15 Juta KK di Indonesia Belum Peroleh Akses Air Minum

Page 2: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

Media Informasi Air Minumdan Penyehatan Lingkungan

Diterbitkan olehKelompok Kerja Air Minumdan Penyehatan Lingkungan

(Pokja AMPL)

Penanggung JawabDirektur Permukiman dan Perumahan

BappenasDirektur Penyehatan Lingkungan

Kementerian KesehatanDirektur Pengembangan Air Minum

Kementerian Pekerjaan UmumDirektur Bina Sumber Daya Alam dan

Teknologi Tepat Guna Kementerian Dalam Negeri

Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup Kementerian Dalam Negeri

Pemimpin RedaksiOswar Mungkasa

Dewan RedaksiMaraita Listyasari

Nugroho Tri Utomo

Redaktur PelaksanaEko Budi Harsono

Desain dan ProduksiAgus Sumarno

Sofyar

Sirkulasi/SekretariatAgus Syuhada

Nur Aini

Alamat RedaksiJl. RP Soeroso 50, Jakarta Pusat.

Telp./Faks.: (021) 31904113Situs Web: htt p//www.ampl.or.ide-mail: [email protected]

[email protected]

Redaksi menerima kirimantulisan/arti kel dari luar.

Isi berkaitan dengan air minum dan penyehatan lingkungan.

DaftarIsi

Dari Redaksi ............................................................................................................. 3 Suara Anda................................................................................................................ 4Laporan Utama

Kisah Sistem Multi Desa di NTT................................................................... 5Bercermin dari Sistem Multi Desa di Kodi Utara NTT.................................. 8

Bernd Ugner, Meniti kkan Air Mata Berkisah Perjuangan Bocah NTT Menghargai Air minum..................................................................... 12

Regulasi Pengaturan Tata Kelola Air Perlu Payung Hukum Kuat............................... 15Agenda Hari Lingkungan Hidup Sedunia..................................................................17 Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Dunia.................. 20Wacana 15 Juta KK di Indonesia Belum Peroleh Akses Air Minum ........................ 22 Studi BPSAB di 5 Kabupaten Jawa Barat dan Jawa Timur.......................... 27 Wawancara Budi Yuwono, Direktur Jenderal Cipta Karya ............................................ 31Inovasi Teknologi Sederhana Mengubah Air Hujan Siap Minum ......................... 34 Lewat Proses Ozon dan Filter Air Gambut Jadi Bersih ............................... 36Sisi Lain Krisis Air dan Tingkat Ketahanan Air Indonesia......................................... 38Testi moni Teti Suryani, Sang Guru yang Jadi Komposer Sampah.................................................... 42Reportase Roadshow Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Grobogan...................... 44 Pertemuan Konsolidasi Pembangunan AMPL Tahun 2010......................... 45 Forum Tingkat Tinggi Menteri Lingkungan Dampak Krisis Air Bagi Masyarakat Umum, Perempuan dan Anak-Anak.. 46 Pameran INDOWATER 2010...................................................................... 48 Air Tanah di Jakarta Tidak Layak Konsumsi............................................... 49Panduan Kiat Mudah Buat Distalator Surya untuk Pemurnian Air............................ 52Info CD..................................................................................................................... 54Info Buku................................................................................................................. 55Info Situs ................................................................................................................. 56Pustaka AMPL......................................................................................................... 57Fakta Fakta Terkait Kelangkaan Air....................................................................... 58

Page 3: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

Edisi II, 2010

3

EEEEEEEEEEEEEEEdddddddddddiiiiiiiiiiiii iiiiii IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 22222222222222222222222200000000000000000000000000011111111111111000000EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiisssssssssssssssssssiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 22222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222220000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000011111111111111111111111111111111111111100000000000000000000

33

Pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan dalam waktu sepuluh tahun terakhir telah mengalami banyak perubahan mendasar. Terutama dengan telah disepakatinya pada tahun 2003 Kebijakan

Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat dan berperannya Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) secara optimal dalam pembangunan AMPL. Kondisi ini mendorong maraknya pembangunan AMPL berbasis masyarakat di hampir seluruh Indonesia, yang melibatkan hampir seluruh pemangku kepentingan mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, LSM, dan masyarakat. Bahkan kemudian semangat ini menghasilkan gerakan yang jauh melampaui perkiraan kita semua. Sebut saja proyek besar yang saat ini menerapkan pendekatan berbasis masyarakat diantaranya Waspola, Pro AIR, WSLIC-2, CWSH, Pamsimas, ISSDP yang dilanjutkan menjadi USDP, WES UNICEF, Community-Led Total Sanitation (CLTS) yang disempurnakan menjadi Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan direplikasi menjadi Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi (SToPS). Belum termasuk kegiatan LSM yang bekerjasama dengan pemerintah diantaranya Plan Indonesia, dan SIMAVI. Tidak terlupakan juga kegiatan dalam bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) oleh perusahaan.

Dari maraknya kegiatan berbasis mayarakat tersebut, kemudian dikenali munculnya fenomena kegiatan berbasis masyarakat yang melibatkan lebih dari satu komunitas dan melintasi lebih dari satu desa, dan bahkan menjangkau penduduk dalam jumlah belasan ribu orang. Sebagian orang bahkan menyebutnya PDAM Desa, saking besarnya. Menariknya adalah prosesnya berbasis masyarakat. Sepertinya ini melanggar kaidah yang selama ini dipegang bahwa kegiatan berbasis masyarakat bersifat sangat lokal (satu desa, satu komunitas), tidak melebih jumlah tertentu (rata-rata 2000-3000 penduduk). Namun kenyataannya banyak daerah sudah mempunyai kegiatan pembangunan air minum multi desa. Namun

kemudian dalam edisi kali ini kami lebih menyoroti pada daerah Kodi (NTT) dengan mempertimbangkan kegiatan ini yang menjangkau jumlah penduduk terbesar sampai saat ini, yaitu sekitar 17.000 orang. Ini hal yang mencengangkan dengan mempertimbangkan masih banyaknya PDAM yang pelanggannya hanya berkisar pada angka 2.000-5.000 pelanggan.

Perlu kami informasikan juga bahwa sampai pada saat ini kami telah berhasil menerbitkan Percik dalam dua versi yaitu edisi reguler dan edisi khusus. Edisi reguler adalah edisi yang diterbitkan sebanyak 4 (empat) kali setiap tahun, dan direncanakan secara berkala tiga

bulan, walaupun pada kenyataannya baru dapat diterbitkan setelah bulan Juni. Sementara edisi khusus merupakan edisi hasil kerjasama dengan pemangku kepentingan untuk menyajikan topik tertentu, dan waktu penerbitannya fl eksibel. Sampai saat ini edisi khusus telah diterbitkan sebanyak 3 (tiga) edisi yaitu Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat bekerjasama

dengan BORDA dan jaringannya, Satu Dekade Upaya Pengarusutamaan Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat kerjasama dengan WASPOLA, dan 7 Tahun Sanimas bekerjasama dengan BORDA. Direncanakan pada tahun 2010 akan terbit dua edisi yaitu Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) bekerjasama dengan Tim Teknis Pembangunan Sanitasi dan Water and Environmental Sanitation (WES) UNICEF bekerjasama dengan UNICEF. Sampai saat ini juga sedang dalam penjajakan beberapa edisi khusus lainnya. Keseluruhan edisi tersebut juga diterbitkan dalam bahasa Inggris. Tentunya ini semua merupakan hal yang menggembirakan bagi perkembangan majalah kita tercinta ini.

Memasuki edisi ini, pembaca akan melihat di susunan redaksi mengalami beberapa perubahan karena terjadinya mutasi pada beberapa anggota Pokja AMPL yang selama ini terlibat dalam penerbitan Percik. Walaupun demikian kami berharap semoga saja hal ini tidak akan mengurangi kualitas atau bahkan meningkatkan kualitas dari majalah kita tercinta ini.

Akhir kata, tak lupa kami mengucapkan selamat berpuasa bagi yang menjalankannya. Selamat menikmati, dan jangan lupa hal yang selalu kami tunggu adalah kritik dan saran dari pembaca. (OM).

DariRedaksi

bubabumdeundaSadiedBPOKJA

Page 4: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

4

Puskesmas Perlu Majalah Percik

Kami adalah salah satu pembaca Majalah Percik, walaupun hingga saat ini kami baru satu kali dikirimi Majalah Percik edisi Maret dan Oktober 2008 yang lalu, inginnya sih berlangganan dan mendapat kiriman edisi terbaru. Sebagai seorang sanitarian yang bekerja di Puskesmas, dengan masa kerja lebih dari 10 tahun (2000-2010) tentu sudah banyak pengalaman, namun, bukan berarti semua masalah sanitasi bisa dengan mudah ditangani. Salah satu contoh, keti ka kami diminta untuk memberi bimbingan teknis pembuatan jamban, khusus untuk daerah pantai (pasang-surut), banjir dan rumah panggung. Terus terang kami agak kesulitan, mengingat buku atau panduan teknisnya ti dak kami miliki. Disamping itu, tentunya ilmu atau teori yang diperoleh diperkuliahan ti dak mudah untuk diingat lagi.

Oleh karena itu, kami berharap melalui redaki majalah Percik ini, su-dilah kiranya mengirimkan atau mem-beri informasi kepada kami majalah, buku, cd, dan bahan lainnya tentang hal yang berhubungan dengan pem-buatan jamban. Kalau bisa yang di-lengkapi dengan gambar dan ukuran-nya.

Terimakasih atas perhati annya dan dikabulkannya permohonan kami. Semoga majalah Percik senanti asa memercikkan ilmu dan informasinya seti ap saat, khususnya yang berkom-peten dengan Air Minum dan Penye-hatan Lingkungan.

Na’ Mal SalehPerumahan Puskesmas Batulampa

Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan

Sungguh senang membaca surat anda. Terimakasih atas perhati an dan kepercayaan kepada majalah kami sebagai media yang secara konsisten dan terpercaya dalam menyajikan informasi terkait persoalan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Kami akan perhati kan permohonan anda untuk mendapat majalah ini secara regular. Salam Percik buat teman-teman di Puskesmas Batulampa, selamat bertugas.

Selamatkan Air KitaNobody needs no water. Ya, semua

orang memang butuh air. Seti ap orang, paling ti dak membutuhkan lima liter air seti ap harinya. Tanpa air, memang tak akan ada kehidupan.

Tapi, disayangkan sekali keti ka banyak orang kurang peduli terhadap ketersediaan air. Menyia-nyiakan air dengan memakai melebihi kebutuhan. Seolah-olah manusia ti dak butuh air. Padahal, seti ap manusia berkepen-ti ngan terhadap air. Memang, kita membayar seti ap tetes air yang sampai di bak mandi, tapi bukan berarti bisa sekenanya mengkonsumsi air tanpa batas. Memang pemerintahlah yang mengelola air, agar bisa tersalurkan ke masyarakat. Tapi bukan berarti tang-gungjawab akan tersedianya air, hanya tugas pemerintah. Sebab, sesungguh-nya air mempunyai keterbatasan juga. karena itu, jika semua pihak tak bisa peduli, tetap saja berkemungkinan un-tuk habis.

Mari bayangkan jika sumber air habis. Apakah kita harus berharap pada air hujan? Atau harus menyuling air laut? Malang sekali nasib kita jika hal itu sampai terjadi.

Pantaslah sedini mungkin kita melestarikan air. Karena pada hake-katnya air adalah ti ti pan anak cucu kita, berarti harus dipelihara. Sebuah tanggungjawab moral bagi kita untuk menjaga warisan agar layak waris.

Lina NaibahoMedan, Sumatera Utara

Distribusi Air Kian Timpang

Distribusi Air Kian Timpang

Planet bumi kita kaya akan air. Para ahli memperkirakan dunia kita memiliki ti dak kurang dari 1.360.000.000 km3 air. Dari total volume tersebut, sekitar 1.320.000.000 km3 atau sebesar 97,2 persennya merupakan lautan. Selebihnya, 25.000.000 km3 atau sekitar 1,8 persennya merupakan air tanah. Sedangkan 250.000 km3 merupakan air tawar di danau dan sungai, dan sisanya 13.000 km km3 atau sekitar 0,001 persen merupakan air yang terkandung dalam atmosfer dalam bentuk awan hujan.

Akan tetapi, dari volume air yang begitu besar itu ti dak seluruhnya dapat digunakan oleh manusia untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Sebab hanya air tanah dan separuh dari volume air tawar yang dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Yang lebih parah lagi, volume air bersih itu mengalami kemerosotan yang amat cepat akibat kerusakan hutan, pencemaran lingkungan oleh limbah industri dan rumah tangga, penduduk dunia bertambah banyak, dan meningkatnya standar hidup sehingga ti ngkat konsumsi air pun meningkat.

Kondisi kriti s tersebut mendesak PBB untuk mencanangkan tahun 2005 hingga 2015 sebagai ’Dekade Air’. Pencanangan ‘Dekade Air’ oleh PBB memang bukan suatu kebijakan yang mengada-ada. Melalui serangkaian peneliti an ilmiah diketahui bahwa pemakaian air telah melonjak enam kali lipat dalam era 100 tahun terakhir. Akibatnya, dalam periode tersebut sebanyak 20 persen dari total volume air bersih di bumi, ludes, sementara harga air bersih melonjak lebih dari dua kali lipat. Masalahnya ti dak cuma itu. Dari masa ke masa, ternyata distribusi air bersih menjadi kian ti mpang.

Maximus Ali PerajakaPesanggrahan, Jakarta

sd

Sunanda. Td Tkepercaak

SuaraAnda

Page 5: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

5

Edisi II, 2010

55

Kisah Sistem Multi Desa di NTT

LaporanUtama

Kecamatan Kodi, Ka-bupaten Sumba Barat Daya, Nusa Teng-gara Timur merupa-kan salah satu contoh

nyata keberhasilan pembangunan sa-rana air bersih multi desa. Pasalnya, program penyediaan air minum multi desa yang dilakukan di sejumlah desa di kecamatan Kodi tersebut dilakukan dengan biaya besar dan mencakup pe-layanan bagi penduduk dengan jum-lah populasi sangat banyak. Belum lagi kompleknya permasalahan baik teknis maupun non teknis di lapang-an ketika program air minum multi desa ini dilakukan.

Menurut Koordinator ProAir, Bernd Ugner pelayanan air minum

multi desa di kecamatan Kodi, kabu-paten Sumba Barat Daya difokuskan pada pembangunan sarana air bersih yang melayani lima desa yaitu desa Kori, desa Homba, desa Karipit, desa Hohawungo, dan desa Wailabubur. Jumlah warga yang membutuhkan pelayanan ini mencapai 17.000 orang pengguna dengan biaya 37 milyar ru-piah berupa sistim perlindungan mata air.

“Sistem air minum multi desa yang kami lakukan berupa perpipaan dengan pengaliran secara gravitasi ke 4 desa dengan kapasitas penampung air 400 m3, panjang pipa transmisi sepanjang 6,8 km, pipa distribusi sepanjang 60 km, serta membangun 55 unit kios air dan 210 sambungan

rumah. Sarana air bersih multi desa di kecamatan Kodi ini selesai pada awal tahun lalu. Kini warga pun boleh bergembira dan bilang “ambil air so dekat”,” ujar Bernd

Program pembangunan air mi-num multi desa di Kodi diakui Bernd dilakukan warga dengan penuh perjuang an. Sejumlah kendala sempat terjadi. Target pembangunan perpi-paan sempat tidak tercapai lantaran dipengaruhi oleh hasil kerja yang kurang baik dari kontraktor khusus-nya kontraktor utama yang menger-jakan konstruksi pada lokasi sumber mata air. “Kami bersyukur ham-batan tersebut berhasil de ngan cepat diatasi. Kendala uta-ma dalam

PRO AIR

Page 6: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

6

proses pembangunan air minum multi desa berhasil dipecahkan de-ngan mengganti kontraktor utama dengan sub kontraktor yang memiliki kinerja lebih baik,” tukasnya.

Selain penyediaan air minum multi desa di Kodi, ProAir juga membangun konstruksi multi desa di kabupaten Alor. Dari 6 sistim sarana yang seluruhnya berupa perpipaan, berlokasi di kecamatan Pantar, Pantar Timur, Alor Barat Daya, Alor Timur, Alor Timur Laut, diperkirakan akan dimanfaatkan oleh ± 10.280 orang dari sejumlah desa. Sekarang ini pro-ses pembangunan perpipaan masih dilakukan. Diharapkan pada Desem-ber 2010 sudah selesai.

Khusus desa Bouweli dan Kabir di kecamatan Pantar, konstruksi per-pipaan multi desa sempat berjalan lambat dimana kemajuannya sempat tersendat namun sekarang sudah lan-car. Hal ini disebabkan karena ada per ubahan desain sistim jaringan air dan kon-struksi (detail engineer-ing design/DED) dari konsultan yang ber-dampak pada adanya permintaan dana un-tuk pekerjaan tambah tersebut. Setiap kali terjadi masalah, kami melibatkan warga dan aparat desa un-tuk mencari solusi bersama. Prinsipnya kepentingan masyarakat agar percepatan pemba-ngunan sarana dan keberlanjutan pro-gram air minum multi desa berjalan baik.

Kabupaten LainSelain di kecamatan Kodi, kisah

sukses ProAir melaksakan air minum multi desa juga dapat dipetik di desa

Pili dan desa Kamura y a n g

merupakan desa lokasi program ProAir di kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur. Pelajaran berharga sukses pengelolaan air minum multi desa tersebut da-pat terlihat dalam proses pengajuan usulan, perencanaan, pelaksanaan

konstruksi sampai pada kemandi-rian pengelolaan, peme liharaan dan perawatan sarana air bersih oleh masyarakat itu sendiri.

Alasan utama desa-desa di NTT

mengajukan program pembangunan air mi-num multi desa tidak

lain karena sulitnya memperoleh air. Untuk memenuhi kebutuhan air mi-num biasanya mereka harus berjalan tidak kurang dari 2 kilometer ke mata air atau pilihan lainnnya mengambil air di sungai yang berjarak 1,5 km.

Terdorong oleh kesulitan untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih yang mereka rasakan selama berta-

hun-tahun, maka ketika masyarakat desa Pili dan tetangganya mendapat informasi bahwa ProAir menawarkan kerjasama untuk pembangunan sarana air bersih, beberapa tokoh masyarakat desa Pili berinisiatif mengumpulkan masyarakat untuk berdiskusi guna mempersiapkan kontribusi yang men-jadi persyaratan ProAir.

Dalam pertemuan tersebut, masyarakat membahas beberapa hal yang menjadi persyaratan untuk terlibat dalam program dukungan ProAir, termasuk didalamnya ada-lah pengum pulan dana tunai yang harus ditunjukkan melalui tabungan awal pemeliharaan. Segera setelah pertemuan itu masyarakat desa Pili berhasil mengumpulkan dana tunai sesuai yang diharapkan dalam waktu yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan desa-desa lain yang juga men-jadi wilayah sasaran program ProAir.

Faktanya masyarakat desa Pili dan desa Kamura berhasil mengumpulkan dana pemeliharaan tidak lebih dari tiga minggu. Beberapa wakil masyarakat desa Pili kemudian mendatangi kan-tor ProAir membawa usulan, lengkap

Setiap kali terjadi masalah, kami

melibatkan warga dan aparat desa

untuk mencari solusi bersama

mepemnum

k li

apu

Setiap ka

PRO AIR

p p gproses pembangunan airl d b h l d

Laporan Utama

Page 7: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

7

Edisi II, 2010

dengan bukti tabungan awal berupa foto copy buku rekening bank se-nilai Rp.7.000.000,- dan beberapa dokumen kesepakatan masyarakat sebagaimana yang disyaratkan oleh ProAir.

Menanggapi usulan tersebut, Pro-Air menindaklanjuti dengan beberapa kegiatan ikutan, baik perencanaan bersama masyarakat, pelatih an mau-pun kegiatan konstruksi. Masyarakat sangat antusias dan proaktif didalam mengikuti proses tersebut karena masyarakat benar-benar ingin keluar dari kesulitan yang mereka alami se-lama ini.

Selanjutnya apa yang terjadi ? Ber-kat kerjasama dengan ProAir, partisi-pasi aktif, ketekunan dan kerja keras mereka akhirnya membuahkan hasil dengan terbangunnya sarana air ber-sih sistim perpipaan gravitasi dengan jalur pipa sepanjang 5.403 meter dan 11 buah Tugu Kran (TK). Sistem tersebut dapat melayani 274 Kepala Keluarga atau populasi ber-jumlah 680 jiwa. Selain itu terdapat juga 5 unit Sumur Gali yang melayani 166 Kepala Keluarga atau sekitar 501 Jiwa. Untuk sarana sani-tasi, terdapat 14 unit Lantai Cuci/Kamar Mandi dan 1 buah WC sehat sebagai per-contohan. Kini masyarakat cukup puas dan senang de-ngan hadirnya sarana-sarana yang ada.

Karena air yang ada, ternyata tidak hanya un-tuk kebutuhan mandi, cuci, masak dan minum, tapi kelebih an penggunaan air yang ada, mereka dapat me-manfaatkan juga untuk usa-ha pekarangan seperti mena-nam sayur demi pemenuhan kebutuhan gizi keluarga. Selain juga dapat dijual un-

tuk tam bahan dalam membayar iuran bulanan. Rupanya dengan menga-lami proses pende katan yang me-nempatkan masyarakat sebagai pelaku utama benar-benar mem bangun rasa kemandirian, sekaligus mendorong kesadaran agar masyarakat bertang-gung-jawab ter hadap keberlanjutan hasil pembangun an itu sen diri.

Rasa kepemilikan dan kesadaran untuk menjaga keberlanjutan hasil pembangunan inilah yang mendo-rong masyarakat yang terwadah dida-lam Badan Pengelola Sarana Air Ber-sih (BP-SAB) “Banum Aitium” untuk secara serius membenahi kelom-poknya. Terbukti dengan terbangun-nya sebuah gedung semi permanen untuk kantor kelompok berukuran 6 x 16 m, penyusunan aturan main (AD/ART) yang kemudian dilegalisir dengan diterbitkannya Akte Notaris Kelompok, penyusunan Rencana Kerja dan Cashfl ow Tahunan kelom-pok, pengumpulan iuran bulanan

untuk peningkatan keuangan kelom-pok. Khusus untuk keuangan kelom-pok Banum Aitum ini, hingga Bulan September 2009 tercatat pemasukan sebesar Rp. 25.974.370.– yang berupa kumpulan tabungan awal dan iuran. Sedangkan pengeluaran digunakan untuk biaya insentif pengurus, biaya rapat, pengadaan inventaris, perawat-an sistim (penggantian mata kran), transport, ATK dan lain lain, sebesar Rp.7.495.549,-.

Sehingga saldo kas Kelompok Ba-num Aitum ini sampai akhir Bulan Sep-tember 2009 sebesarRp.18.478.821,-. Menariknya, tercatat bahwa iuran bu-lanan sudah dilunasi oleh masyarakat (anggota cakupan) sampai dengan Desember 2010 yang secara adminis-tratif dibukukan dengan baik dan ter-atur oleh Bendahara kelompok. De-mikian pun dari sisi teknis, ke lompok sudah memiliki tenaga-tenaga teknis yang trampil. Para tenaga ini telah mengikuti magang pada saat peker-

jaan konstruksi berlangsung. Disamping itu, mereka juga telah dibekali dengan peralat-an dan pelatih an teknis oleh tenaga-tenaga profesio nal dari ProAir sebelum sistem diserah-terimakan kepada masyarakat.

Tentu saja semuanya ini menjadi suatu kebang-gaan bagi masyarakat karena ternyata hasil dari jerih payah dan kerja keras mereka juga mendapatkan apresiasi posi-tip dari pihak luar yang ter-panggil untuk menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dalam pembangunan demi keberlanjutan hasil pembangungan itu sendiri. (eko/ProAir.org)

PRO AIR

Page 8: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

8

Kodi Utara di Nusa Tenggara Timur adalah satu daerah di Sumba Barat Daya, yang

mengalami kesulitan air hampir sepanjang tahun. Meskipun selama musim hujan, air melimpah, tanah karang dan struktur batuan karst mengakibatkan daya simpan air rendah. Pemerintah telah berupaya mengatasi melalui beberapa proyek penyediaan air yang lalu berupa pe-nyediaan sumur dangkal maupun dalam, dan sistem perpipaan gravitasi, namun kelihatan hanya berfungsi sebagian.

Kemudian proyek terbaru adalah ProAir, yaitu proyek penyediaan air bersih pedesaan di NTT (Rural Water

Supply Project NTT),

yang dibiayai oleh KfW dan GTZ, memulai kegiatannya di Sumba pada tahun 2002. Direncanakan akan berakhir tahun 2010.

Pada tahun 2005-2006, pada saat survei, sistem perpipaan dari masyarakat sudah rusak sedangkan sumur dalam yang ada membutuhkan operasi dan pemeliharaan pompa yang tidak sedikit biayanya. Harga air menjadi mahal karena air dari sumur atau sungai diangkut dengan kendaraan yang biayanya dapat mencapai Rp.150.000 untuk sekali angkut sebanyak 2-4 m3 yang hanya cukup untuk kebutuhan seminggu. Di samping itu, air yang dibeli tersebut maupun sumber air di daerah ini sudah tercemar berat. Masyarakat beberapa desa di Kodi lalu meminta

bantuan ProAir untuk membangun sistem air.

Mata Air “Mataloko”Sumber air yang cukup besar di

Kodi hanya satu yaitu “Mataloko” dengan debit antara 40 sampai 250 liter per detik. Sumber ini letaknya di sebuah gua di perbukitan Wailabubur di hutan Rokoraka. Survai tim ProAir menunjukkan bahwa sumber air ini dapat dimanfaatkan untuk memasok air bagi sekitar 50.000 orang yang bermukim di 10-12 desa. Akan tetapi, usaha membangun sistem sebesar ini sebenarnya melampaui kerangka kerja ProAir karena ternyata bukan lagi pembangunan sistem pedesaan yang sederhana.

Meskipun demikian, setelah pem-

PRO AIR

Laporan Utama

Page 9: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

9

Edisi II, 2010

ba hasan dan perundingan panjang antara Tim Pengarah (“Steering Committee”) di Jakarta (lebih dikenal sekarang sebagai Pokja AMPL) dan pemerintah daerah kabupaten Sumba Barat Daya, akhirnya KfW (Kredit Anstalt fuer Wiederaufbau) bersedia menyediakan dukungan teknis dan keuangan and GTZ (Gesellschaft fuer Technische Zusammenarbeit) ber sedia menyediakan dukungan untuk pemberdayaan masyarakat dalam membangun sistem multi-desa di empat desa (Wailabubur, Hombakaripit, Hoha Wungo dan Kori). Adapun dukungan ini bersyarat bahwa masyarakat menyediakan sum-bangan uang tunai (in-cash) dan tenaga kerja serta bahan/tenaga (in-kind) serta bersedia pula mengelola sistem ter sebut.

Sebagai langkah awal dilakukan survai yang meliputi pengukuran sumber air dan penyelidikan alter-natif mengingat geografi daerah Kodi sangat datar. Selain itu, dilaksanakan pembahasan mendalam mengenai hasil yang diharapkan dari segi sosial, kelembagaan, keuangan dan teknis sebelum ada keputusan akhir. Pada saat yang sama juga diputuskan untuk membangun organisasi pengelola khusus yang berazaskan ‘kepemilikan oleh masyarakat’, ‘pengelolaan secara profesional’ dalam ‘kerangka hukum’ yang jelas.

Pada tahun 2006 dibuatlah Master Plan untuk Kodi Utara dan pada tahun 2007 dana sumbangan masyarakat mulai dikumpulkan dan persiapan awal kelompok pengelola air dilakukan. Pada tanggal 25 November 2006 dan sekali lagi di awal 2007, para pemangku kepentingan berkumpul di Kodi dan sepakat bahwa sekurang-kurangnya 75% dari sumbangan uang sebesar Rp 30,000 per anggota keluarga bagi sekitar 15.000 pemakai air harus sudah terkumpul pada

tanggal 31 Juni 2007. Pada tanggal 4 Juli 2007 sumbangan uang dari masyarakat yang terkumpul berjumlah Rp.424.034.505, atau 94% dari jumlah yang dibutuhkan sebesar Rp. 450 juta. Keberhasilan ini atas usaha dan kerja sama kelompok masyarakat dan pemerintah daerah dalam mengembangkan

pendekatan inovatif, misalnya dengan menghitung sumbangan uang dalam satuan vo lume beras. Sumbangan uang yang dituntut untuk mendukung pembangunan sistem penyediaan air oleh ProAir dimaksudkan bukan untuk membayar konstruksi tetapi sebagai simpanan untuk pembiayaan awal operasi dan pemeliharaan sistem oleh kelompok masyarakat pengelola air (tabungan pemeliharaan).

Dengan terkumpulnya dana ter-sebut, para pemangku kepentingan memutuskan persiapan pembangunan sistem penyediaan air di Kodi dapat dilanjutkan, termasuk pembuatan

Rencana Rinci (Detailed Engineering Design/DED). Pada tang gal 13 Agustus 2007, KfW menyampaikan pada Kementerian Kesehatan bahwa semua prasyarat untuk sistem di Kodi telah terpenuhi dan tidak ada

lagi keberatan pelaksanaan pembangunan sistem Kodi.

Maka dimulailah pembuatan DED

dan persiapan tender berdasarkan perhi tungan besaran yang ‘aman’ dari sumber Mataloko yaitu 32 liter per detik.

Tetapi sistem kompleks seperti ini bukanlah tanpa tantangan. Dalam kurun waktu antara bulan Oktober dan November 2007, konsultan yang melaksanakan pemberdayaan masyarakat berkesimpulan bahwa pembayaran dengan satu harga (fl at rate) seperti umumnya dalam sistem berbasis masyarakat di daerah pedesaan tidak mencukupi kebutuhan

Keberhasilan ini atas usaha

dan kerja sama kelompok

masyarakatbaunter

lagpem

M k di l

Keberhai i

PRO AIR

Page 10: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

10

pendanaan yang berkelanjutan untuk sistem dengan kran umum. Untuk dapat mencapai tingkat pelayanan dan pengumpulan dana yang dibutuhkan dalam pengelolaan profesional, diper-lukan sistem kombinasi dengan kios air dan sambungan rumah.

DED terpaksa disesuaikan dan baru bulan April 2008 proses tender untuk pipa transmisi dapat dimulai.

Tender untuk pipa transmisi dan sistem distribusi, maupun suplai,harus dilaksanakan secara terpisah. Selain proses persiapan dan penilaian yang membutuhkan waktu lama, sistem berbasis masyarakat seperti ini juga menghadapi banyak masalah dalam pelaksanaan konstruksi. Misalnya, bergesernya jalur pipa karena renovasi atau pelebaran jalan. Atau perlunya pembelian tanah di perbatasan desa Noha dan Wailabubur karena hanya tempat ini, yang sedikit lebih tinggi, cocok untuk pembangunan reservoir umum sebesar 400 m3. Pembelian

tanah ini diatur oleh

masyarakat dan Camat Kodi Utara dan difasilitasi ProAir dan Pemda Sumba Barat Daya. Kelambatan proses diperparah oleh masalah dengan kontraktor lokal dan hujan yang sepanjang tahun. Masalah lain adalah sukarnya memperoleh ijin Kementerian Kehutanan untuk membangun jalur pipa transmisi di hutan Rokoraka. Karena sistem

tata kelola dan status hukum kawasan hutan yang kurang jelas, proses perolehan ijin (sementara) membutuhkan hampir satu tahun. Selama waktu itu, pekerjaan kons-truksi transmisi terhenti.

Organisasi Multi Desa Berbasis MasyarakatMeskipun demikian, pada tahun

2009 pembangunan sistem ini cukup maju, bukan saja dari segi konstruksi tetapi juga dengan terbentuknya or-ganisasi berbasis masyarakat. Tim ProAir telah bekerja keras memba-ngun organisasi masyarakat ini, tidak saja di tingkat desa tetapi juga an-

tardesa untuk pengelolaan menyelu-ruh dengan mempertimbangkan ke-terwakilan yang layak. Pada akhirnya organisasi ini bahkan lebih besar dari organisasi perusahaan daerah air mi-num di Sumba Barat.

Struktur organisasi untuk sistem multi desa Kodi yang dikembangkan dalam tahun 2007/2008 adalah berdasar konsep pada halaman berikut: (lihat diagram)

Unit Profesional yang menun-tut adanya staf yang digaji sedang di seleksi dan dilatih. Anggota unit ini akan melakukan pengelolaan, operasi dan pemeliharaan rutin ha-rian sedang kan organisasi bersama antardesa akan mengawasi mereka. Konsep pengelolaan ini dikembang-kan tahun 2007 dan dalam pengem-bangannya akan disesuaikan dengan keadaan setempat. Akan tetapi pada saat air mulai mengalir nanti pada akhir 2010, semua sumberdaya sudah harus terbentuk dan siap berfungsi.

Pada saat ini tarif air ditetapkan Rp.5 per liter atau Rp.100 untuk satu ember atau jeriken 20 liter. Untuk itu digunakan koin khusus yang diproduksi oleh proyek, sampai saat ini sudah ada 250.000 butir. Satu koin bernilai Rp.2.550 untuk membayar 510 liter.

Pipa transmisi saat ini masih sedang dibangun. Bila selesai maka akan ada 6,8 km pipa transmisi dan 46,4 km pipa distribusi. Masyarakat telah membangun 57 kios, satu diantaranya akan dimanfaatkan khu-sus bagi truk air. Dari target 210 sambungan rumah sudah terpasang 170. Diharapkan pada akhir Tahun 2010 sistem ini akan rampung dan beroperasi. Investasi total KfW adalah Rp.37 Milyar atau sekitar 3 juta Euro.

Proses pengembangan dan pem-bangunan sistem multi-desa yang kompleks ini panjang dan sulit kare-

PRO AIR

p y g jpendanaan yang berkelanjutd k

Laporan Utama

Page 11: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

11

Edisi II, 2010

na selain melibatkan banyak pihak, proses ini menghadapi berbagai per-masalahan. Banyak orang terlibat.Tim motivator masyarakat memban-tu mempersiapkan dan membimbing masyarakat.Tenaga teknis (engineer dan site inspectors) merancang, me-ngelola dan meng awasi konstruksi dan para kontraktor pelaksana kon-

struksi. Banyak masalah dihadapi. Namun demikian, berkat kerja sama antara masyarakat dan pemerintah daerah, difasilitasi oleh tim proyek kebanyakan masalah dapat diatasi. Pemerintah daerah Sumba Barat Daya sangat mendukung dan meren-canakan mengembangkan lebih lan jut tipe sistem baru ini yaitu sistem yang

Diagram Konsep Struktur Organisasi Penyedia Air Bersih Kodi Utara

dikelola oleh Organisasi Berbasis Masyarakat (Community Based Orga-nization atau CBO), yang meman-faatkan keahlian profesional, yang diharapkan menjadi organisasi yang berkelanjutan dalam melayani kebu-tuhan air masyarakat, Kodi. Dengan liputan 10 desa dan 50.000 pemakai air, sistem ini seukuran dengan sistem bagi satu kota agak besar di NTT.

Untuk itu dibutuhkan du kung an bagi CBO, akses terhadap informasi dan “expertise” (keahlian pengetahuan khusus) dan ketersediaan bahan dan peralatan yang tepat, dana yang cu-kup dan terjamin, serta keah lian di bidang kelembagaan dan teknis. Dan pada akhirnya dibutuh kan proses yang tepat untuk mengembangkan organisasi tersebut sebagai pemilik dan pengelola yang sah.

Penulis adalah Team Leader Financial Cooperation ProAir (Depkes, KfW Component)

Komite Keuangan

Audit Laporan

Keuangan

Pimpinan

Dewan Federasi

Federasi Pengelola Air

KepalaKomite

Pelaksana

KepalaKomite

Pelaksana

KepalaKomite

Pelaksana

KepalaKomite

Pelaksana

PelaksanaHarian

PelaksanaHarian

PelaksanaHarian

PelaksanaHarian

AsosiasiPengelola

AsosiasiPengelola

AsosiasiPengelola

AsosiasiPengelola

Pengguna Pengguna Pengguna Pengguna

Manajer Umum

Bagian Teknis

Staf------

Bagian Keuangan

Staf------

Komunikasi dan Kerjasama Harian

Konsultasi dan Koordinasi

Harian

Laporan Ruti n

Rekomendasi

Rekomendasi

4 AnggotaTerpilih

4KepalaKomitePelaksana

Anggota

Penguna memilih perwakilan untuk masing-masing Asosiasi Pengelola

Page 12: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

12

SALAH satu tokoh di balik suksesnya program Pro Air dalam memberikan layanan air minum bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah Bernd Ugner. Pria jangkung berkebangsaan Jerman ini berti nggi

badan 198 cm, boleh jadi dia merupakan salah satu “champion” di balik sukses air minum multi desa di Nusa Tenggara Timur.

“Saya sering terharu jika mengingat perjuangan warga desa terpencil di Nusa Tenggara Timur untuk mendapat air minum. Salah satu cerita yang ti dak pernah saya lupa, seorang anak berumur 10 tahun yang berjalan 3 km menenteng jerigen ke salah satu mata air. Keti ka sampai di mata air dan mengisi jerigennya, dia ti dak membuang sisa air yang dia dapat tapi dimasukan kembali ke dalam sumur. Anak sekecil itu menyadari penti ngnya air bagi saudaranya yang lain,” ujar Bernd terharu keti ka mengisahkan cerita

tersebut kembali kepada Percik .Bernd Ugner telah sejak

tahun 2003 terlibat dalam program Pro Air dalam menyediakan air minum berbasis masyarakat di NTT. Saat pertama kali bersentuhan dengan masyarakat NTT khususnya di pedesaan, kondisi saat itu belum ada kesadaran masyarakat tentang sanitasi dan hidup dengan lingkungan yang sehat. Pertama kali saya berada di Sumba Timur yang kondisinya lebih memprihati nkan lagi. Ketersediaan air sangat terbatas, warga harus berjalan kaki hingga puluhan kilo meter untuk mendapatkan air minum di sumber mata air Nabbo.

Menurut Bernd, salah satu kendala paling besar dalam penyediaan air multi desa di NTT adalah persoalan geografi s dan juga persoalan budaya. Persoalan geografi s sangat jelas karena hampir sebagian besar pedesaan di NTT berbukit-bukit, sedangkan persoalan budaya karena warga di NTT punya kebiasaan untuk ti nggal di atas bukit, sedangkan mata air di bawah. Mereka ti dak mau mendekati mata air dan lebih suka berada diatas bukit karena alasan

PRO AIR

Bernd Ugner:

Menitikkan Air Mataberkisah Perjuangan Bocah NTTMenghargai Air Minum

Page 13: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

13

Edisi II, 2010

untuk bertahan dari serangan musuh lebih mudah. Ini sangat kuat mereka pegang teguh. Padahal alasan ini sangat ti dak masuk akal, karena jika musuh sudah menguasai sumber air, tentunya mereka ti dak akan pernah dapat air. Mereka juga ti dak lagi bisa pindah ke sumber air karena di bukit-bukit tersebut leluhur mereka dikubur.

Keti ka pertama kali membuat program pemberdayaan masyarakat untuk memperoleh air minum di Sumba Timur, dari sejumlah kecamatan hanya dua kecamatan mengusulkan perlu mendapat bantuan teknis dan prasarana. Sedikitnya 84 desa mengusulkan perlu mendapat kebutuhan air secepatnya, sayang sejumlah usulan banyak kelemahan karena persoalan budaya dan sumber air berada di bawah desa dan perlu waktu untuk mengangkat ke atas. Dari sejumlah usulan tersebut ( 84 desa) ternyata hanya 8 desa yang cocok dengan sistem gravitasi, ini yang di bantu Pro Air saat itu. Banyak desa yang terpisah-pisah, jarak rumah satu dengan lain agak berjauhan. Banyaknya usulan ini menunjukan bukti kebutuhan air sangat ti nggi.

“ Kami keliling ke seti ap desa dan melihat sejauh mana kebutuhannya. Kami melihat hal ini sangat serius. Saat itu memang sangat dilemati s, jika mereka diberikan pompa air untuk mengangkat air ke atas bukit sangat sulit karena ti dak ada listrik dan solar. Dan kami juga ragu masyarakat mampu mengelolanya. Akhirnya, kami hanya membantu 8 desa. Investasi yang diberikan Pro kami kepada ti ap orang sekitar 100 Euro per kepala,” ujarnya.

Pro Air, merupakan proyek air minum pemerintah Jerman di NTT yang bermula di 3 kabupaten yaitu Sumba Timur, Sumba Barat dan Timor Tengah Selatan (TTS). Kemudian meluas ke kabupaten Alor dan Ende. ProAir adalah program penyediaan air minum yang berbasis masyarakat pedesaan yang menggunakan sisti m gravitasi dan sumur gali. ProAir melibatkan semua pihak termasuk insinyur yang menyusun desain dan program sesuai dengan aturan main standar internasional, serta berkesinambungan.

Air minum terdapat jauh di dalam tanah yang gersang dan berbatu-batu di NTT. Masalahnya bagaimana mengangkat air tersebut ke permukaan, yang dibutuhkan masyarakat terutama yang ti nggal di dataran ti nggi. Di NTT juga terdapat sungai-sungai yang airnya berlimpah ruah.

Posisi dan peran Pemda cukup positi p sekalipun Pemda sendiri sedang menghadapi masalah desentralisasi. Spesialisasi merupakan salah satu masalah, selain pengawasan, kerja sama antarintansi serta pelayanan masyarakat. Akti vitas PDAM lebih diarahkan pada penyediaan air minum di perkotaan, sementara dana ruti n dari pemerintah pusat ti dak mencukupi untuk penyediaan air minum di pedesaan.

ProAir merupakan proyek air minum yang berbasis masyarakat, dengan tujuan agar masyarakat dapat menjaga dan mengelola sarananya sendiri. Hal ini merupakan penjabaran kebijakan nasional yang tercantum dalam Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat. Tentu ti dak mudah untuk mengubah perilaku masyarakat agar dapat bertanggung jawab dalam mengelola sarananya sendiri.

Proyek ini berbeda dengan proyek konvensional lainnya, dimana sistem sudah jadi dan digunakan. Dalam ProAir, dibutuhkan perjuangan yang sangat sulit untuk dapat membuat masyarakat sadar akan kegunaan dari sistem tersebut, dan sasaran akhir adalah masyarakat mampu menjaga, mengelola dan memelihara sendiri sarananya. “Jadi jangan

berburuk sangka dulu karena dalam ProAir, konstruksi adalah suatu proses bukan hanya bangun dan jadi. Tetapi juga penti ng bagaimana dengan keberlanjutannya. Hal ini yang mau dicapai oleh ProAir. saya sendiri sudah mengalami bagaimana sulitnya melaksanakan program ini,” katanya.

Bagaimana sulitnya memberi pengerti an kepada masyarakat pedesaan. Sampai saat ini kami masih belajar dan mencari bentuk yang paling opti mal agar program ini berhasil.

PRO AIR

Page 14: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

141414

Komitmen yang diharapkan dari masyarakat adalah masyarakat sadar untuk mengelola dan memelihara sarana umum khususnya air minum agar sistem dapat bertahan selama mungkin dan ti dak hanya jadi monumen.

Ini merupakan realita di desa-desa di hampir semua kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur. Curah hujan yang kecil, kondisi lahan yang kering dan kriti s telah menjadikan air sebagai suatu barang yang langka. Hampir seti ap rumah tangga di pedesaan harus mengirimkan salah satu anggotanya untuk berjalan kaki mengambil air di tempat yang cukup jauh seti ap hari. Tidak terkecuali anak-anak. Banyak waktu belajar yang terbuang akibat harus “menarik” beban memenuhi kebutuhan air di rumah.

Harus diakui, lanjut Bernd antusiasme warga NTT untuk mendapatkan air dapat dilihat dari kontribusi tenaga bagi kelancaran pembangunan sarana air minum di desa mereka. Tua, muda, laki-laki, perempuan, semua hadir mewujudkan impian bersama. Kerjasama ini bersifat mutlak bagi peningkatan rasa memiliki dari masyarakat terhadap sarana.

Dijelaskan oleh Bernd apa yang dilakukan ProAir merupakan sinergi dari program Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), KfW Bankengruppe (Grup Perbankan KfW), dan German Technical Cooperati on (GTZ) yang sepakat

melaksanakan bersama program ProAir beserta Pemerintah-

pemerintah kabupaten di Nusa Tenggara Timur. Dalam lingkup kerjasama ini, GTZ menyediakan

bantuan teknis untuk pemberdayaan masyarakat, sementara KfW menyediakan bantuan dana untuk investasi. Mitra kerja ProAir di daerah adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum, dan Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BMPD).

Tujuan dari ProAir adalah membentuk struktur manajemen sederhana di ti ngkat desa yang memungkinkan kemandirian didalam pengelolaan sistem penyediaan air minum dan sanitasi yang berkesinambungan. Program ini juga membantu pemerintah daerah dalam rangka pembentukan dan pemberdayaan organisasi pengelola dan infrastruktur, membangun sistem pemantau struktur air, dan menyusun peraturan perlindungan

sumber air.Dampak yang diharapkan dalam

jangka panjang, penyediaan air minum dan sanitasi yang berkesinambungan

diharapkan dapat meningkatkan kondisi kesehatan masyarakat. Jarak yang semakin dekat ke sumber air minum akan mengurangi waktu yang dihabiskan para ibu dan anak-anak untuk mengambil air. Hal ini akan membuka peluang untuk melakukan akti vitas yang lebih produkti f yang pada akhirnya akan mengurangi ti ngkat kemiskinan. Dengan memindahkan tanggung jawab atas pengelolaan air dan sanitasi kepada masyarakat akan menciptakan kesempatan kerja baru dan diversifi kasi ekonomi.

Harus diakui, lanjut Bernd antusiasme

warga NTT untuk mendapatkan air dapat dilihat dari kontribusi

tenaga bagi kelancaran pembangunan sarana

air minum di desa mereka.

sum

jandan

.

HHarus Bernd

PRO AIR

Page 15: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

Edisi II, 2010EEEEEEEEEEEEEEEEEEEdddddddddddddddiiiiiiiiiiiiiiiiii iiiiii IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 2222222222222222222222222220000000000000000000000000000000001111111111111111000000000EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEdddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiisssssssssssssssssssssssssssiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 2222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222220000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000111111111111111111111111111111111111111111111110000000000000000000000000

15

Air merupakan karunia Tuhan untuk umatnya, ter-masuk seluruh rakyat Indonesia, sedangkan dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 diamanatkan bahwa

penguasaan atas bumi, air, dan ruang angkasa, serta keka-yaan yang terkandung di dalamnya itu untuk diperguna-kan sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat. Pengua-saan yang dimaksud tidak menempatkan negara sebagai pemilik (ownership), tetapi tetap pada fungsi-fungsi penye-lenggaraan negara.

Air merupakan kebutuhan makhluk hidup yang pa ling hakiki, termasuk manusia, tanaman dan hewan, oleh sebab itu air perlu ditata pengguna an nya agar memberikan manfaat bagi rakyat-nya. Dalam jaring an distribusi air, diperlukan suatu sistem yang terkoor-dinasi, baik antara para pe laku mau-pun pembuat kebijakan, dan jaminan pero lehan air yang cukup.

Begitu pentingnya masalah air, baik untuk memenuhi kebutuhan hajat hidup rakyat banyak maupun untuk kebutuhan pertanian (teruta-ma tanaman pangan) dan ke perluan pada sektor lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa air menjadi suatu komoditas yang memiliki posisi stra-tegis dari kepentingan-kepentingan untuk peme nuhan kebu tuhan hajat hidup, bisnis, industri, pertanian/iri-gasi, maupun ketahanan pangan yang menjadi bagian dari sistem ketahanan nasional. Posisi air yang strategis dalam menguasai hajat hidup orang banyak, maka tidak dapat di-elakkan bahwa air akan menjadi persoalan tarik menarik dari berbagai kepen tingan. Oleh karena itu, persoalan air harus ditata dengan baik melalui perangkat peraturan perundang-undangan yang dapat melindungi dan mewujudkan keter-tiban umum yang mencerminkan keadilan masyarakat.

Kewenangan Pengelolaan Sejak berlakunya Otda melalui UU No. 22 Tahun

1999 hingga direvisi menjadi UU No 32 Tahun 2004, undang-undang yang berhubungan pengelolaan air adalah UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air. Dalam UU Sumber Daya Air dua jenis kewenangan ini dinyata-kan secara detail (pasal 16 sampai 18). UU Sumberdaya Air memberikan kewenangan dan tanggung jawab daerah atas pengelolaan sumberdaya air yakni dalam hal menetap-kan kebijakan pengelolaan sumber daya air, menetapkan pola pengelolaan sumber daya air, menetapkan rencana pe-

ngelolaan sumber daya air, menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air, melaksanakan pengelolaan sumber daya air, meng atur, menetapkan dan memberi izin penyediaan, per untukan, penggunaan, dan pengusahaan air, membentuk dewan sumber daya air, memenuhi kebutuhan pokok mi nimal sehari-hari atas air dan menjaga efekti-vitas, efi siensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota. Dengan cara seperti itu, UU Sumber Daya Air secara leng-kap menguraikan tentang kewenangan baik yang sifatnya substantif maupun teknis. Kewenangan teknis terutama menyangkut peng aturan, penetapan,

pemberian izin, penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air serta pembentukan dewan sumber-daya air sedangkan kewenangan substantif adalah delapan kewenangan lainnya yang secara singkat dapat dikatakan sebagai kewenangan otonomi pengelolaan SDA.

Di dalam UU Sumber Daya Air terlihat banyak meng atur soal partisipasi masyarakat. Dalam bagian menim bang huruf (d) dikatakan: ‘Sejalan de-ngan semangat demokratisasi,

Regulasi

Pengaturan Tata Kelola Air Perlu Payung Hukum Kuat

POKJA

Page 16: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

16

desentralisasi, dan keterbukaan dalam tatanan kehidup an bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, masyarakat perlu diberi peran dalam pengelolaan sumber daya air’. Keten-tuan ini selanjutnya diatur lebih komprehensif dan meluas dalam BAB XI Tentang Hak, Kewajiban dan Peran Serta Masyarakat. Dikatakan bahwa “masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk berperan dalam proses peren-canaan, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pe ngelolaan sumber daya air”. Pelaksanaan partisipasi itu kemudian akan diatur dalam Peraturan Pemerintah. UU ini juga menetap-kan hak masyarakat yang harus dipenuhi sebagai prasyarat terlaksananya partisipasi yang sejati. Hak-hak tersebut ada-lah hak informasi, mendapat manfaat, ganti rugi, keberatan, laporan dan pengaduan dan hak menggugat ke pengadilan atas pengelolaan sumber daya air.

Pengaturan Hak Atas AirHak Guna AirHak guna air yang disebutkan pada UU SDA pasal

6, 7, 8, dan 9 dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu hak guna pakai air dan hak guna usaha air. Hak guna pakai air adalah hak penggunaan air untuk kebutuhan pokok sehari-hari atau nonkomersial, sementara hak guna usaha air adalah hak untuk mengusahakan air bagi tujuan-tujuan komersial. Hal ini secara eksplisit telah menempatkan air sebagai barang komoditi yang dapat diperjualbelikan. Hak guna air tidak dapat disewakan atau dipindahtangankan, sebagian atau seluruhnya, sedangkan Hak guna pakai air diperoleh tanpa izin untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan bagi pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi.

Hak guna pakai air memerlukan izin oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya apabila:

a. cara menggunakannya dilakukan dengan mengubah kondisi alami sumber air;

b. ditujukan untuk keperluan kelompok yang memer-lukan air dalam jumlah besar; atau

c. digunakan untuk pertanian rakyat di luar sistem iri-gasi yang sudah ada.

Hak guna pakai air meliputi hak untuk mengalirkan air dari atau ke tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan dengan tanahnya berdasarkan persetujuan dari pemegang hak atas tanah yang bersangkutan (dapat berupa kesepakatan ganti kerugian atau kompensasi). Hak guna pakai ini dapat diberikan kepada perseorangan atau badan usaha dengan izin dari Pemerintah atau pemerintah daerah

sesuai dengan kewenangannya.

PerizinanDapat dipahami bahwa perizinan memang menem-

patkan posisi dan peran negara sesuai dengan fi losofi dasar konstitusi (UUD 1945), dalam UU SDA penting untuk menempatkan rasa keadilan masyarakat. Perizinan mengacu pada pemikiran perlindungan terhadap kepentingan rakyat banyak terhadap kebutuhan air baku dan konsep pelestarian lingkungan hidup dan kelestarian sumber daya air. Perizinan dalam UU SDA diberlakukan secara menyeluruh (pasal 45), termasuk penggunaan air pada lokasi (4a), Pemanfaat-an wadah air (4b), pemanfaatan daya air (4c), alokasi air untuk pengusahaan dan rencana pengelolaan sumber daya air (pasal 46).

Air Baku Rumah TanggaDi dalam hal penyediaan air minum rumah tangga,

maka pengembangan sistemnya menjadi tanggungjawab pemerintah dan pemerintah daerah, akan tetapi penye-lenggaraannya dapat diberikan kepada BUMN/BUMD, Koperasi, badan usaha swasta, dan masyarakat (UU SDA pasal 40). Pengaturan terhadap pengembangan sistem pe-nyediaan air minum bertujuan untuk:

a. terciptanya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga yang terjangkau;

b. tercapainya kepentingan yang seimbang antara kon-sumen dan penyedia jasa pelayanan; dan

c. meningkatnya efi siensi dan cakupan pelayanan air minum.

KonservasiUU SDA menekankan konsep pelestarian (konservasi)

sumber daya dan distribusi untuk menjaga stabilitas sumber daya dan siklus air, serta pemikiran administratif (per izinan dan pemberian hak). Konservasi mendapat penekanan un-tuk kelangsungan sumberdaya air yang telah mengalami pengrusakan pada hutan-hutan di daerah hulu (pegunung-an) dengan usaha-usaha pencegahan secara konkrit.

Pengrusakan hutan dan lingkungan yang dilakukan secara sistematis sebagaimana pada UU No. 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup mendapatkan perhatian yang lebih serius, penghukuman dan penjeraan terhadap pelaku-pelaku pengrusakan dirumuskan dalam konsep pemidanaan yang begitu berat baik pemidanaan badan maupun pembebanan ganti rugi dan denda yang sebesar-besarnya. Konservasi harus menumbuhkan semangat kepada seluruh unsur masyarakat untuk menjaga kelestarian sumber daya air, pertanian konservasi pada wilayah hulu untuk dirangsang menumbuhkan semangat konservasi.(eko/dewi)

,desentralisasi, dan keterbukb k b b d

Regulasi

Page 17: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

17

Edisi II, 2010

Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day/WED) diperingati pada tanggal 5 Juni setiap tahunnya sejak

PBB mengadakan Konferensi Lingkungan Hidup di Stockholm pada tahun 1977. Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia diselenggarakan di bawah kordinasi United Nations Environment Programme (UNEP), yang dibentuk PBB sejak 1977.

Pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2010 ini, mengangkat tema “Many Species. One

Planet. One Future” (Banyak Spesies. Satu Planet. Satu Masa Depan). Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2010, sebagaimana dilansir dari situs resmi UNEP akan dipusatkan di kota Kigali, ibu kota Rwanda, sebuah negara di Afrika Timur.

UNEP berencana menjadikan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia (WED) 2010 sebagai perayaan terbesar dalam merangsang kesadaran publik seluruh dunia akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup.

Tema WED kali ini berhubungan dengan pencanangan tahun 2010 sebagai Tahun Internasional Keanekaragaman Hayati (International Year of Biodiversity) dengan COP 10 Convention on Biological Diversity (CBD) di Nagoya, Jepang yang berlangsung pada 18-29 Oktober 2010.

Tema ini diharapkan mampu mengajak seluruh dunia untuk melestarikan keragaman kehidupan di bumi. Memberikan kesadaran bahwa sebuah dunia tanpa keanekaragaman hayati adalah prospek yang sangat suram. Jutaan orang

Agenda

ISTIMEWA

Page 18: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

18

dan jutaan spesies berbagi bersama dalam satu planet yang sama, dan hanya dengan bersama-sama kita semua bisa menikmati masa depan yang lebih aman dan lebih makmur.

Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah istilah yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di bumi atau bagian dari Bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan. Lawan dari lingkungan hidup adalah lingkungan buatan, yang mencakup wilayah dan komponen-komponennya yang banyak dipengaruhi oleh manusia.

Hari Lingkungan Hidup Sedunia dirayakan dalam banyak hal di negara-negara seperti Kenya, Selandia Baru, Polandia, Spanyol dan Amerika Serikat. Kegiatan yang dilakukan meliputi aksi unjuk rasa dan parade jalanan, serta konser, penanaman pohon, dan kampanye pembersihan. Di banyak negara, acara tahunan ini digunakan untuk meningkatkan perhatian politik dan tindakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memperhatikan masalah lingkungan.

Di Indonesia Di Indonesia acara peringatan Hari Lingkungan

Hidup Sedunia mendapat sambutan hangat dari pemerintah dan masyarakat Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama Ibu Negara

Ani Yudhoyono memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia

yang jatuh pada 5 Juni 2010 di Istana Negara. Indonesia, melalui Kementerian Lingkungan Hidup, mengadopsi semangat seluruh bangsa di dunia, dengan mengusung tema `Keanekaragaman Hayati, Masa Depan Bumi Kita`. United Nations Environment Programme (UNEP) sendiri mengangkat tema `Many Species, One Planet, One Future.`

Pemilihan tema ini dianggap penting oleh Menteri LH Gusti Muhammad Hatta karena dapat mengingatkan bahwa Indonesia yang dikaruniai Tuhan kekayaan keanekaragaman hayati yang harus diwariskan kepada generasi yang akan datang. “Indonesia dikarunai keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dengan dimilikinya sekitar 90 tipe ekosistem, 40 ribu spesies tumbuhan, dan 300 ribu spesies hewan. Keanekaragaman

hayati yang melimpah merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan bagi pembangunan ekonomi nasional dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujar Muhamad Hatta.

Presiden SBY sendiri dalam sambutanya mengatakan betapa pentingnya keanekaragaman hayati bagi Indonesia dan dunia. “Negara kita memiliki geografi yang khas dan unik. Kita kaya akan biodivertsity dan kita juga memiliki kekayaan alam, pantai terpanjang di dunia, hutan terluas ketiga di dunia. Kaya

dengan fl ora, fauna, dan plasmanufa. Kita memiliki 500 jenis mamalia atau 12 persen yang dimiliki dunia. 500 jenis reptil atau 7 persen yang dimiliki dunia. 1500 jenis burung atau 17 persen yang dimiliki dunia. 38 ribu jenis tumbuhan, 1.260 jenis tumbuhan medis, 700 jenis rumput laut, 450 jenis karang batu, dan 2 ribu jenis ikan,” kata SBY.

“Mari kita bayangkan betapa Tuhan Yang Maha Kuasa menganugerahi Indonesia dengan biodeversity seperti itu yang sulit dicarikan bandinganya di negara-negara lain. Oleh karena itu kewajiban moral kita, tugas kemanusiaan kita, adalah menjaga kelestariannya, dan manakala itu kita gunakan untuk kesejahteraan rakyat, maka mestilah mempertahankan kaidah-kaidah kelestarian lingkungan yang baik, yaitu systemable development atau pembangunan berkelanjutan. Bukan hanya untuk generasi kita tapi untuk anak cucu kita di masa akan datang. Green development, pembangunan yang ramah lingkungan,” SBY menjelaskan.

Dalam kesempatan ini Presiden SBY memberikan

Indonesia dikarunai keanekaragaman hayati

yang sangat tinggi dengan dimilikinya

sekitar 90 tipe ekosistem, 40 ribu spesies

tumbuhan, dan 300 ribu spesies hewan kita

unidanalamhut

flora fauna da

n

IIIndoneskeanekar

POKJA

j p gdan jutaan spesies berbagi bd h d

Agenda

Page 19: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

19

Edisi II, 2010

penghargaan Kalpataru kepada 12 orang/organisasi untuk 4 kategori, penghargaan Adipura yang pada tahun 2010 ini meningkat menjadi 140 kota dari 126 kota pada tahun 2009. Sedangkan untuk penghargaan Adiwiyata Mandiri diberikan kepada 25 sekolah.

Sejumlah daerah juga menggelar acara peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, melakukan upacara bendera yang dipimpin langsung oleh Pelaksana Tugas Gubernur Kepri HM Sani di Kantor Gubernur, Tanjungpinang. Rangkaian acara peringatan di Provinsi Riau Kepulauan adalah pembuatan buku tentang lingkungan hidup. Buku ini memperoleh penghargaan ditingkat nasional. Kegiatan lainnya adalah pengelolaan amdal, melakukan sosialisasi bahaya limbah B3 bagi lingkungan sekitar maupun juga pengelolaan serta pemanfaatan air bersih. Kegiatan lainnya adalah melakukan nota kesepakatan antara Pemerintah Provinsi Kepri, Badan Pengawasan Kota Batam dan Pemerintah Kota Batam, mengenai pengelolaan laut.

“Adapun puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup adalah penanaman 500 pohon penghijauan di Sungai Pulai serta pelepasan burung merpati di Kantor Gubernur,” kata Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Kepri, Khairudin Ja’far.

Di Provinsi Gorontalo alam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tingkat Provinsi Gorontalo ke-38 yang dirangkaikan dengan Apel Korpri dan Hari Keluarga Nasional ke-17 Tingkat Kabupaten

Gorontalo, Wakil Gubernur Gorontalo H. Toni Uloli, SE menghadiri upacara peringatan tersebut yang didampingi Ketua DPRD Provinsi Gorontalo Marten Taha di Bumi Perkemahan Bongohulawa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Upacara ini diawali dengan penanaman pohon pelindung yang penanamannya diawali oleh Wakil Gubernur Gorontalo Toni Uloli, Ketua DPRD Provinsi Gorontalo Marten Taha kemudian diikuti pejabat lainny

Puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup Dunia 2010 tingkat Jawa Timur dilaksanakan di Bendungan Selorejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang dan di Kota batu pada 26 Juli. Kepala Badan Lingkungan Hidup Prop Jatim, Indra Wiragana SH pada LJ, mengatakan, rangkaian kegiatan dimulai 23 hingga 26 Juli dengan beberapa kegiatan, diantaranya kemah hijau yang dilaksanakan pada 24 hingga 26 Juli di Bendungan Selorejo-Malang.

Penyebaran angket “Peduli Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas” dilaksanakan pada 23 Juli di Kota Batu. “Dengan penyebaran angket ini dimaksudkan agar masyarakat tahu tentang kondisi DAS Brantas saat ini sehingga menimbulkan kepedulian untuk berperan serta dalam pelestarian dan peningkatan kualitas DAS ini,” kata Indra. Selanjutnya, dengan mengadakan uji emisi kendaraan agar masyarakat mengetahui potensi beban pencemaran CO2 oleh kendaraan bermotor, yang akan dilaksanakan pada 23 Juli di Jalan Raya Kota Batu. (eko)

FOTO-FOTO: ISTIMEWA

Page 20: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

20

Pada tahun 1994 Sidang Umum PBB telah mendeklarasikan tanggal 17 Juni sebagai Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan

Dunia melalui resolusi Nomor A/Res/49/115 untuk meningkatkan kesadaran publik akan bahaya degradasi lahan. Hal ini menunjukkan bahwa degradasi lahan merupakan masalah global dan merupakan proses degradasi lingkungan yang paling berbahaya di dunia. Sidang Umum PBB tersebut mengajak seluruh negara dan kalangan organisasi masyarakat madani untuk memperingati, dan mendukung kegiatan berkaitan dengan upaya pencegahan dan penanggulangan degradasi lahan setiap tanggal 17 Juni guna meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap prinsip pembangunan yang berkelanjutan.

Sebagai salah satu wujud kepedulian negara kita dan solidaritas terhadap masalah degradasi lahan global, pada tahun 1998 Indonesia meratifi kasi Konvensi PBB tentang Penanggulangan Degradasi Lahan dan kekeringan atau United Nations Convention to Combat Desertifi cation, yang disingkat UNCCD, melalui Keputusan Presiden Nomor 135 Tahun 1998. UNCCD juga dikenal sebagai Konvensi Rio, yaitu konvensi hasil Pertemuan Bumi (Earth Summit) di Rio de Janeiro bersama dua konvensi lingkungan lainnya, yaitu Convention on Bio Diversity/CBD (konvensi keanekaragaman hayati) dan UNFCCC (konvensi

POKJA

Page 21: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

21

Edisi II, 2010

kerangka kerja perubahan iklim).Upaya Departemen Kehutanan

untuk mengajak masyarakat secara bersama-sama menanam pohon melalui kampanye Indonesia menanam, seperti Gerakan Nasional Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (Gerhan), Aksi Penanaman Serentak Indonesia (APSI), Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon (GPTPP) adalah merupakan implementasi dari konvensi UNCCD tersebut di Indonesia.

Demikian juga pengembangan Hutan Kemasyarakatan, Hutan Rakyat, dan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang dilakukan pada lahan-lahan yang harus dilindungi. Namun demikian akhir-akhir ini kegiatan dimaksud lebih banyak hanya dikaitkan dengan penyerapan karbon sebagai implementasi kerangka kerja konvensi perubahan iklim (UNFCCC).

Maksud diselenggarakannya peringatan hari penanggulangan degradasi lahan ini adalah untuk mengingatkan kembali akan masalah degradasi lahan dalam kaitannya dengan masalah daya dukung DAS untuk masa depan bangsa. Dengan demikian, tujuan yang hendak dicapai adalah meningkatnya pemahaman akan degradasi lahan dan kesadaran akan bahayanya

terhadap kehidupan nasional sehingga diperoleh dukungan bulat dari pemangku kepentingan mengenai upaya perlindungan dan rehabilitasi hutan dan lahan seluruh DAS prioritas di Indonesia.

Tema peringatan Hari Penanggulangan Degradasi Lahan Sedunia tahun 2010 ini disesuaikan dengan tema tahun 2010 sebagai Tahun Internasional Keanekaragaman Hayati, yaitu: “Enhancing soils anywhere, enhances life everywhere” atau: “Memperbaiki tanah dimanapun, memperbaiki kehidupan dimana-mana”.

Tema tersebut menggambarkan bahwa degradasi lahan dan kekeringan secara signifi kan mempengaruhi seluruh komponen keanekaragaman hayati di dalam tanah. Luas lahan kritis dan sangat kritis diseluruh Indonesia sudah melebihi 30 juta ha. Penanggulangan atau rehabilitasi lahan terdegradasi tersebut harus diprogramkan secara cer mat yang sejalan dengan pembangunan pertanian yang berkelanjutan agar berdampak positif pada kesejahteraan rakyat.

Terkait dengan pembangunan AMPL, tentunya berkurangnya lahan kritis akan meningkatkan keberlanjutan sumber air, serta mengurangi banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau [Eko].

ISTIMEWA

Degradasi lahan dan kekeringan secara

signifi kan mempengaruhi seluruh komponen

keanekaragaman hayati di dalam tanah.

sehibulmenrehDA

peringatan Ha

yh.

DDDDDDDDDDDDDDDDDDeeeeeeeeeegggggggggggrrrrrrrrrrrrkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkeeeeeeeeeeeeeeeekkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkeeeeeeee

gggggg

Page 22: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

Wacana

Oleh Lauren Damiar

Persediaan air minum di Indonesia, sebenarnya relatif cukup besar. Indonesia memiliki 6 persen dari persediaan air dunia. Sementara di Asia Pasifi k, 21 persen persediaan air ada di Indonesia. Namun dibandingkan Malaysia dan beberapa

negara tetangga lainnya di Asia Tenggara, pemenuhan pasokan air bagi penduduk Indonesia lebih rendah.

Hingga kini jumlah penduduk Indonesia yang memiliki akses terhadap air minum kurang dari 40 persen. Cakupan air perpipaan secara nasional baru 17 persen, jauh dibawah target yang ditetapkan sebelumnya. Jaringan tersebut hanya mencakup 32 persen kawasan perkotaan dan jauh lebih rendah di perdesaan. Cakupan nyata di lapangan tentu lebih rendah, mengingat di banyak tempat, jaringan yang sudah terpasang tidak berfungsi optimal.

Saat ini Kementerian Pekerjaan Umum tengah beru-paya keras membangun fasilitas air minum bagi 15 juta KK di 30.000 desa yang kesulitan air minum di seluruh Indonesia dan dibutuhkan anggaran Rp 15 triliun. Setiap tahun hingga 2010 dibutuhkan Rp 5 triliun. Asumsinya tiap desa membutuhkan Rp 500 juta

Kondisi ketersediaan air di Indonesia tidak beda jauh dengan apa yang terjadi di tataran

global. Indonesia berhadapan

15 Juta KK di Indonesia Belum Peroleh

Akses Air Minum

22

Page 23: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

Edisi II, 2010EEEEEEEEEEEEEEEEEEddddddddddddiiiiiiiiiiii iiiiii IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 22222222222222222200000000000000000000000111111111111110000000

dengan persoalan ketersediaan air minum yang terus turun 15-35 persen setiap tahun akibat kerusakan alam dan pencemaran. Kondisinya akan bertambah parah jika persediaan air minum tersebut dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk. Pada tahun 2015, jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan mencapai 245,7 juta jiwa. Lebih dari setengah jumlah tersebut hidup di perkotaan dengan penggunaan air minum per kapita lebih besar dibandingkan penduduk pedesaan. Konsekuensinya, pertumbuhan permintaan air minum jauh tidak sebanding dengan kondisi ketersediaan dan pertambahan suplainya.

Karena itu, tidak terhindarkan mayoritas masyarakat Indonesia berhadapan dengan keterbatasan pemenuhan air minum sebagai persoalan sehari-harinya. Sekitar 6 juta rakyat miskin di beberapa tempat di Indonesia harus membeli air minum dari penjual keliling dengan harga yang jauh lebih mahal dari harga air PDAM. Setidaknya ada 15 juta KK di 30.000 desa seluruh Indonesia yang tidak memiliki sarana air bersih.

Sejumlah persoalan air minum terjadi hampir di setiap tempat. Di distrik Tembuni, Teluk Bintuni, masyarakat

kesulitan mendapatkan air minum karena air tercampur minyak. Di Palembang, selama musim kemarau, masyarakat di desa Sungai Rengit, kecamatan Talang Kelapa, dan desa Limbang Mulia, kecamatan Pangkalan Balai, kabupaten Banyuasin harus bersabar menunggu dalam antrian ratusan orang, siang dan malam, untuk mendapatkan air minum dari satu-satunya sumur di daerah tersebut. Yang tidak tahan mengantri terpaksa membeli air dengan harga Rp.3.500 per jerigen berukuran 20 liter di Air Batu, 18 kilometer dari desa mereka.

Nusa Tenggara Timur: Daerah Krisis AirNusa Tenggara Timur termasuk daerah yang paling

sering dan paling parah mengalami krisis air. Krisis tersebut baik dalam aspek ketersediaan (kuantitas) ataupun kualitas. Sepanjang 2007 lalu, hampir setiap hari berita tentang krisis air di Nusa Tenggara Timur mengisi halaman surat kabar lokal. Krisis air minum terjadi hampir merata di seluruh Nusa Tenggara Timur. Dari 19 (kini 20) kabupaten/kota di NTT hanya 5 kabupaten yang relatif tercukupi kebutuhannya.

Di musim kering, debit 29 sumber air dan sembilan sumur pompa yang menjadi sumber air masyarakat kota Kupang turun drastis, dari 10-75 liter per detik pada musim hujan menjadi 0,5-20 liter per detik. Hal ini menyulitkan distribusi air PDAM dengan prinsip gravitasi, sehingga distribusi air berkurang dari 3 hari sekali menjadi 5-7 hari sekali.

Selain kekurangan pasokan, masyarakat kota Kupang juga menghadapi persoalan kualitas air bersih. Menurut hasil pemeriksaan Dinas Kesehatan Kota Kupang, 12 sumur galian yang melayani tangki air milik PDAM dan pengusaha lokal untuk dijual ke warga kota berkedalaman kurang dari 80 meter. Berapa di antaranya bahkan berkedalaman kurang dari 10 meter. Karena itu, air yang ada berasal dari air permukaan yang tercemar bakteri.

Pedesaan, persoalan ketersediaan air minum lebih berat. Hampir seluruh kecamatan di kabupaten Kupang, yang adalah daerah pedesaan, mengalami krisis air bersih. Warga desa Lefuleo, kecamatan Kupang Barat harus berjalan 4 km dari desanya untuk mendapatkan air bersih. Di desa Baumata Timur, Baumata Utara dan Kuaklalo di kecamatan Taebenu, masyarakat tidak sanggup lagi membiayai operasional pompa air yang membutuhkan Rp.600 ribu per empat jam. Sementara di beberapa desa di kecamatan Amarasi Barat, warga terpaksa membeli air seharga Rp 200 ribu per tangki.

Krisis air bahkan dialami oleh warga Tilong, desa Oelnasi, tempat terdapatnya bendungan terbesar di NTT. Jaringan

POKJA

23

EEEEEEEEEEEdddddddddddiiiiiiiiii iiiiiii IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 222222222220000000000000111111111111000000000000EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEdddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiissssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 22222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222220000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111100000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000

pr tercampurk

Edisi II, 2010

Page 24: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

24

pipa dan 11 bak penampung yang telah dibangun di desa tersebut, sebagai balas jasa penyerahan tanah oleh rakyat untuk bendungan (rakyat menyerahkan lahan ulayatnya secara adat dengan janji akan mendapatkan pelayanan air bersih), tidak pernah dialiri air. Setiap hari kaum ibu di Tilong harus berjalan 3 km untuk memikul air.

Krisis air lebih buruk lagi di Pulau Sabu, baik di kecamatan Sabu Barat, Sabu Timur, Sabu Utara dan kecamatan Liae. Secara merata masyarakat di sana berhadapan dengan kurangnya pasokan air bersih. Di kabupaten Belu, dari 400.000 penduduknya, hanya 12 persen yang menikmati air bersih. Penduduk di desa-desa di pinggiran sungai Benanain seperti desa Tafuli kecamatan Rainhat, desa Benae kecamatan Malaka Tengah, dan desa Manleten kecamatan Tasifeto Barat terpaksa

mengkonsumsi air sungai Benanain yang berlumpur dan tercemar kotoran hewan. Warga tidak sanggup berjalan 3-10 km tiap harinya ke mata air terdekat ataukah membeli pompa dan pipa agar dapat mengalirkan air dari mata air yang terletak di lembah itu. Hal serupa dialami warga desa Kateri di kecamatan Weliman, dan desa Buliaran di kecamatan Sasitamean.

Seperti halnya di kabupaten Belu, masyarakat kabupaten Ngada juga terpaksa mengkonsumsi air sungai karena sumber air minum jauh dari desa. Terlampau melelahkan untuk berjalan 3-7 km ke sumber air minum tiap harinya, warga desa Mainai di Wolomeze dan desa

Benteng Tawa di kecamatan Riung Barat, terpaksa memanfaatkan air

sungai yang berlumpur dan menjadi tempat kubangan hewan. Persoalan serupa dialami warga desa Pondok di kabupaten Sumba Barat.

Di Solor, kabupaten Flores Timur dan 8 kecamatan di kabupaten Lembata, meskipun memiliki sumur, masyarakat mengkonsumsi air yang tidak layak. Sumur-sumur milik warga terkontaminasi resapan air laut. Untuk mendapatkan air yang bebas dari resapan air laut dibutuhkan sumur bor yang kedalamannya mencapai puluhan meter. Masyarakat tidak memiliki cukup dana dan teknologi untuk itu.

Penderitaan Terus BerlanjutKrisis air minum berdampak pada banyak persoalan

lain, seperti penyakit, turunnya tingkat kesejahteran, rendahnya produktivitas, dan terabaikannya kesempatan

memperoleh pendidikan. Di Nusa Tenggara Timur, sepanjang Agustus hingga September 2007, 11 balita meninggal akibat diare yang disebabkan kurangnya ketersediaan air minum dan buruknya kondisi sanitasi. Di provinsi ini, kasus kematian balita akibat diare terjadi sepanjang tahun.

Selain akses air minum yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan, bagi masyarakat yang terpaksa membeli air minum dari penjual keliling (mobil tangki dan gerobak dorong), keterbatasan air minum berarti bertambahnya beban anggaran untuk konsumsi rumah tangga. Harga air pada penjual keliling jauh lebih mahal dari tarif berlangganan air pipa milik PDAM.

Karena itu, masyarakat yang tidak memiliki akses pada pelayanan PDAM atau yang pasokan air PDAM terhenti pada musim kemarau, harus mengurangi konsumsi kebutuhan lainnya agar dapat menutupi besarnya pengeluaran untuk membeli air bersih.

Di desa-desa yang tidak tersedia cukup sumber air bersih, masyarakat harus berjalan kaki berjam-jam hanya untuk mengambil satu atau dua jerigen air dari sumber yang jauh, atau menghabiskan waktunya dalam antrian panjang menunggu giliran di satu-satunya sumber air yang ada dan terbatas. Jika saja rumah penduduk di desa-desa tersebut telah terlayani jaringan pipa air bersih, tentunya waktu yang ada dapat digunakan untuk melakukan aktivitas ekonomi yang menambah pendapatan keluarga,

POKJA

p p p ppipa dan 11 bak penampunb b i b l j

Wacana

Page 25: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

25

Edisi II, 2010

atau juga aktivitas sosial-budaya. Bagi anak-anak, jauh dan

terbatasnya sumber air dari rumah atau pemukiman mereka akan berarti kehilangan kesempatan untuk melanjutkan sekolah. Di Solor Barat, Flores Timur, sebelum adanya program pembangunan bak penampung air hujan (PAH), para perempuan muda tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi karena harus memikul tanggungjawab atas tersedianya air untuk kebutuhan rumah tangga. Berjam-jam mereka habiskan untuk berjalan kaki dan mengantri mengambil air dari sumber yang terletak jauh dari rumah. Tanggungjawab tersebut merupakan pembagian peran dengan orang tua yang berkerja di ladang.

Tanggungjawab PemerintahBicara tentang sebab-sebab terjadinya

krisis air, seringkali dengan mudah kita tempatkan sebagai sebab, hal-hal seperti: pertumbuhan pesat penduduk dan industri, beserta semakin beragamnya kebutuhan dan aktivitas hidup yang membutuhkan air; keadaan lingkungan seperti iklim kering dan lahan gambut; ataukah perubahan lingkungan, baik secara alamiah maupun akibat pengrusakan dan pencemaran oleh ulah manusia. Hal-hal tersebut benar adanya. Tetapi jika berkaca pada sejumlah krisis air di daerah-daerah yang disebutkan di depan, kebijakan pemerintah turut menyumbang peran penting bagi krisis air yang tak kunjung usai.

Hal yang paling banyak disorot dari tanggungjawab pemerintah terhadap pemenuhan air minum adalah pembangunan jaringan perpipaan, yang tentu saja berkaitan dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pembangunan jaringan pipa air minum di Indonesia telah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda. Pada masa tersebut, pengadaan sarana air minum perpipaan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan orang-orang Belanda di kota-kota besar di Indonesia. Karena itu pembangunan jaringan pipa hanya melayani kawasan pemukiman tertentu, seperti Menteng di Jakarta dan pemukiman Belanda di kota-kota seperti Bogor, Medan,

dan Bandung.Setelah kemerdekaan, sebelum

tahun 1970an, tercatat beberapa proyek pembangunan instalasi air minum perpipaan, seperti pembangunan sarana air minum Pejompongan-1 untuk Kota Jakarta dan proyek-proyek yang dilaksanakan oleh Pengusaha Perancis (Degremont) di kota-kota besar Jakarta, Bandung, Makasar, Padang, Menado, dan Surabaya. Tentu saja, di tengah upaya mempertahankan kemerdekaan, ke terbatasan sumber daya, dan begitu banyak

persoalan mendesak --yang harus ditangani sebagai negara yang masih sangat muda-- pembangunan instalasi air minum saat itu sangat tidak memadai dan hanya memenuhi bagian sangat kecil masyarakat.

Pada awal tahun 1970an, ketika pemerintah yang berkuasa memperkenalkan bentuk perencanaan pembangunan lima tahuhan (Repelita), pembangunan air minum dimasukan dalam kategori bidang sosial. Pengelompokan ke dalam kategori

ini berkaitan dengan urutan prioritas dan alokasi dana. Kategori bidang sosial adalah kategori yang ber ada pada prioritas ke sekian setelah sektor-sektor lainnya. Tidak heran jika pada 1970an, tercatat kapasitas terpasang sarana air minum di seluruh Indonesia sebanyak ± 9.000 liter per detik dengan cakupan pelayanan ± 7 persen di perkotaan . Dengan jumlah penduduk saat itu ± 110 juta jiwa, tingkat konsumsi rata-rata (nasional) adalah 7,1 liter per orang per hari.

Pada tahun-tahun selanjutnya, hingga 1990an, pembangunan fasilitas air minum perpipaan dilakukan lebih luas. Saat itu ditetapkan target 60 Iiter per hari untuk setiap orang, dengan cakupan pelayanan 60 persen untuk perkotaan. Investasi dilakukan oleh pemerintah pusat, dimaksudkan sebagai investasi awal. Pada tahap selanjutnya PDAM dan Pemda diharapkan dapat mengembangkan sendiri pelayanan air minum sesuai perkembangan di wilayahnya. Untuk kawasan pedesaan, penekanan pembangunan fasilitas air minum lebih pada perbaikan kualitas prasarana

Berjam-jam mereka habiskan untuk

berjalan kaki dan mengantri mengambil air dari sumber yang

terletak jauh dari rumah. pe

pedaPe

erkaitan dengan

BBBBerjamhabi

POKJA

Page 26: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

26

dan sarana air minum individual serta sistem perpipaan sederhana yang dikelola kelompok masyarakat.

Antara tahun 1990-1997, prinsip pemulihan biaya penuh (full-cost recovery) untuk pelayanan air minum perpipaan mulai diberlakukan oleh PDAM di kawasan perkotaan. Dengan prinsip ini, investasi pembangunan jaringan perpiaan yang didanai pinjaman lunak luar negeri harus dibayar kembali oleh PDAM dengan tarif yang dipungut dari masyarakat konsumen. Meski demikian, pemerintah menetapkan batas atas tarif maksimal tidak boleh lebih dari 4 persen rata-rata pendapatan rumah tangga. Di masa itu sektor swasta mulai masuk dalam pembangunan instalasi dan bisnis air bersih.

Harus diakui, sejak 1970 hingga 1997 telah terjadi peningkatan kapasitas produksi air minum 10 kali lipat, dari 9.000 liter per detik menjadi 94.000 liter per detik. Tetapi peningkatan tersebut tidak berarti jika dibandingkan pertambahan penduduk, terutama penduduk perkotaan yang sebesar 4 persen per tahun (sekitar 12 kali lipat antara 1970 hingga 1997).

Untuk itu pemerintah pusat dan daerah dituntut untuk meningkatkan percepatan pembangunan fasilitas air ber-sih. Tetapi di tahun 1997, pembangunan fasilitas air mi-num justru bergerak ke arah sebaliknya. Kesulitan keuang-an akibat krisis ekonomi menyebabkan pembangun an dan perluasan fasilitas air minum berkurang drastis. Di sisi lain, PDAM mengalami persoalan kenaikan biaya produksi dan kesulitan biaya opersional.

Kondisi tersebut berpengaruh hingga kini. Perhimpun-an Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi) menyebutkan, pada akhir 2001 hanya 29 dari 293 PDAM di seluruh Indonesia yang berada dalam kondisi sehat.

Sekitar 264 lainnya menanggung utang Rp 4 triliun kepa-da pemerintah. Di tahun 2004, jumlah tersebut mening-kat menjadi Rp 5,3 triliun.

Tentu saja, krisis ekonomi tidak bisa menjadi kambing hitam. Perhatian pemerintah dalam penyediaan air minum harus terus dituntut. Salah satu ukuran untuk menilai seberapa besar tanggungjawab pemerintah akan penyedia-an air minum bagi rakyat adalah seberapa alokasi ang ga r an pemerintah bagi hal tersebut. Setiap tahun hingga 2010 dibutuhkan Rp 5 triliun. Asumsinya tiap desa membutuh-kan Rp 500 juta. Dengan perhitungan kasar tiap penduduk membutuhkan 6 liter air perhari maka untuk memenuhi kebutuhan 200 juta penduduk Indonesia, dibutuhkan ang-garan Rp. 4 triliun per tahun. Kenyataannya jumlah yang dilakokasikan pemerintah bagi penyediaan air minum un-tuk masyarakat hanya sebesar Rp 1,2 triliun atau 1 persen dari APBN. Jumlah tersebut jauh di bawah anggaran bagi militer atau bagi pembayaran bunga dan hutang luar ne-geri (hutang najis atau odious debt).

Kondisi di atas berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan air minum bagi rakyat. Walaupun cakupan layanan sudah terlihat meningkat tetapi cakupan riil di lapangan tentu lebih rendah, mengingat di banyak tempat, jaring an yang sudah terpasang tidak berfungsi optimal. Dari kasus-kasus yang dipaparkan sebelumnya, bertahun-tahun jaring an yang terpasang tidak dialiri air, hanya dialiri beberapa kali sebulan, bahkan beberapa kali setahun. Di sebagian tempat, air yang dialirkan melalui pipa-pipa PDAM berlumpur di musim hujan.

Penulis adalah Aktivis Kesehatan dan Lingkungan Hidup PIKUL NTT

ISTIMEWA

dan sarana air minum indid h dik l l k l

Wacana

Page 27: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

27

Edisi II, 2010

Penulis Jemima SY dan Deviariandi Seti awan

Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mencapai target-target pembangunan milenium (the Millennium Development Goals/MDGs), dan

dalam rangka melaksanakannya, diperkirakan 78 juta jiwa membutuhkan pelayanan air bersih pada tahun 2015. Dari sekitar 70.000 jumlah desa di Indonesia, 80% dikelompokkan sebagai daerah perdesaan walaupun

sebagian diantaranya tengah berkembang menjadi daerah perkotaan, sebagian besar belum terlayani dengan sarana air minum yang memadai. Pada tahun 2005, hanya 2% dari keseluruhan jumlah desa dilayani dengan perpipaan ke rumah-rumah atau melalui keran-keran umum – mayoritas desa-desa di perdesaan (52%) bergantung pada sumur dangkal. Dari sisi populasi, data pada tahun 2006 memperlihatkan bahwa 47% penduduk Indonesia yang tinggal di

FOTO-FOTO POKJA

Page 28: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

28

perdesaan bergantung pada sistem air bersih non perpipaanhanya 5% penduduk perdesaan memiliki akses pada sarana air bersih perpipaan.

Target MDG untuk sektor air bersih perdesaan menunjukan sebuah tantangan bagi Indonesia. Penduduk perdesaan termasuk 63% dari 35 juta penduduk miskin di Indonesia. Pertumbuhan peningkatan pelayanan publik di perdesaan merupakan kunci untuk mengurangi kemiskinan bagi jutaan orang. Dalam kaitannya dengan pembangunan sarana air bersih, target-target MDG membutuhkan peningkatan pada sarana air bersih (perpipaan dan sumber lainnya yang terlindungi) oleh masyarakat perdesaan. Hal ini berarti dibutuhkan penyediaan air bersih tambahan bagi sekitar 26.5 juta penduduk di perdesaan.

Pemerintah telah melakukan upaya keras untuk meningkatkan akses yang berkelanjutan pada sarana air bersih di daerah perdesaan, melalui proyek-proyek investasi berskala besar yang mendukung pembangunan infrastruktur sarana air bersih di perdesaan yang dikelola oleh masyarakat melalui badan pengelola sarana air bersih masyarakat (BPSAB).

Sesuai dengan kebijakan nasional air minum dan penyehatan lingkungan berbasis masyarakat, tipe pendekatan yang digunakan adalah dengan memfasilitasi masyarakat untuk menimbulkan permintaan kepada intervensi proyek; adanya kontribusi masyarakat untuk pembangunan konstruksi; dibentuknya tim kerja

masyarakat yang berpartisipasi pada saat pelaksanaan proyek dan selanjutnya, mereka bertanggung jawab utnuk mengoperasikan dan memelihara sarana air bersih; serta dilaksanakan pelatihan-pelatihan bagi badan pengelola untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam melaksanakan fungsi pengelolaan dimaksud.

Dimulai pada tahun 1990an Pemerintah Indonesia, dengan dukungan Bank Dunia, telah melaksanakan investasi pada proyek-proyek yang diperkirakan telah menyediakan air bersih melalui skema perdesaan untuk lebih dari 4.000 desa. Beberapa proyek yang sama juga telah diimplementasikan dengan dukungan lembaga-lembaga bilateral seperti AusAID dan GTZ; lembaga multilateral seperti UNICEF dan Bank Pembangunan Asia; serta Lembaga Non Pemerintah, beberapa dilakukan dengan kemitraan dengan philanthropy perusahaan. Diperkirakan setidaknya 6.400 sistem baru akan dibangun dan dikelola oleh masyarakat antara tahun 2008 dan 2013, melalui program-program pembangunan air bersih yang dilaksanakan melalui Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pekerjaan Umum. Lebih dari itu, sarana air bersih dan sanitasi juga akan dibangun melalui Program Nasional Permberdayaan Masyarakat (PNPM), sebuah payung program untuk pembangunan infrastruktur multi sektor berbasis masyarakat yang akan dilaksanakan di seluruh desa dimulai pada tahun 2009. Pembangunan air

POKJA

p g g pperdesaan bergantung pada sh d d k d

Wacana

Page 29: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

29

Edisi II, 2010

bersih masyarakat juga merupakan program yang populer diantara pemerintah daerah, dengan menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk air bersih.

Saat ini, proyek-proyek berfokus pada tantangan awal pembangunan sarana air bersih perdesaan; yaitu membentuk serta menyiapkan tim kerja masyarakat untuk mengoperasikannya. Ketika proyek investasi ini selesai, terdapat keinginan untuk melihat sistem-sistem

yang dikelola oleh masyarakat tersebut dapat menyediakan pelayanan secara berlanjut kepada masyarakat. Terdapat juga harapan untuk melihat organisasi masyarakat tersebut matang sebagai organisasi dan mengeksplorasi kemampuannya untuk menjadi mesin dalam peningkatan pelayanan air bersih di perdesaan di Indonesia.

Proyek Air Bersih yang dikelola Masyarakat Generasi Kedua (Proyek Generasi Kedua) berfokus untuk memperkenalkan intervensi-intervensi paska proyek. Proyek tersebut membantu BPSAB untuk meningkatkan kapasitasnya, dan memperkenalkan mekanisme untuk meningkatkan profesionalisme BPSAB; pengembangan aspek legal, masuk kedalam perjanjian pelayanan dengan pemerintah kabupaten, memperkenalkan kontrak pelayanan dengan pihak swasta dan pembiayaan mikro melalui bank komersial.

Hasil PembelajaranBPSAB telah menjadi wadah yang berguna untuk

pelaksanaan proyek di perdesaan– literatur mengenai pem-bangunan berbasis masyarakat menyebutkan sejumlah ha-sil-hasil yang positif dari pendekatan ini, termasuk men-

ingkatnya rasa kepemilikan terhadap proyek, mengurangi biaya proyek, pendistribusian manfaat yang lebih merata, dan sebagai nya. Namun demikian, kinerja BPSAB pada masa paska konstruksi tidak pasti, walaupun memperlihat-kan peluang untuk berkinerja baik.

Sebuah studi yang dilaksanakan pada 171 contoh BPSAB di 5 kabupaten di Jawa Barat dan Jawa Timurmenemukan bahwa mereka menyediakan pelayanan yang memuaskan– melayani rata-rata 1.200 jiwa per BPSAB, atau secara keseluruhan melayani lebih dari 200.000 jiwa. Dari jumlah total BPSAB yang beroperasi di 5 kabupaten ini dapat melayani sekitar 800.000 jiwa, sepadan dengan 7% dari total populasi kabupaten dimaksud. Hampir seluruh BPSAB dapat menyediakan air selama 20-24 jam pelayanan (70%), tujuh hari dalam seminggu (85%), tetapi tingkat kecukupan tekanan bagi seluruh sistem dinilai ‘kurang cukup,’ yang mengindikasikan rendahnya kinerja dari sistem.

Mayoritas (70%) dari BPSAB menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutupi biaya operasional mereka. Tetapi, dengan mempertimbangkan BPSAB yang secara fundamental merupakan organisasi yang bersandar pada transaksi tunai, kenyataannya

sejumlah BPSAB memiliki periode penagihan selama satu bulan atau lebih, yang mengindikasikan bahwa mereka menghadapi beberapa masalah.

Jumlah aset yang saat ini dikelola oleh BPSAB saat ini cukup signifi kan. Mereka mengelola fasilitas produksi air, transmisi dan reservoir, bangunan kantor dan memiliki tanah. Untuk aset tetap saja, BPSAB di kedua provinsi ini mengelola aset senilai miliaran rupiah.

Namun demikian, banyak BPSAB tidak memiliki catatan yang cukup mengenai nilai dan status dari aset-aset mereka. Hal ini menjadi hambatan kemampuan mereka bahkan untuk mulai memahami posisi awal mereka, untuk merencanakan penggantian dan pengembangan, selain itu mungkin saja terdapat implikasi-implikasi terhadap akuntabilitasnya.

BPSAB beroperasi dalam lingkungan yang berubah se-cara cepat. Pertumbuhan ekonomi dan penduduk (urba-nisasi) yang sebelumnya merupakan masyarakat perdesaan seringkali mengharapkan peningkatan tingkat pelayanan yang lebih baik seiring peningkatan pendapatan. Da-lam teori, BPSAB akan dapat mengoperasikan inf-rastruktur sistem air bersih awal sesuai dengan desain umur sarana (umumnya

BPSAB telah menjadi wadah yang berguna untuk pelaksanaan

proyek di perdesaan air, kanttetapmen

n demikyang cukup me

BBPSAB ted h

POKJA

Page 30: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

303030

10 tahun) dan mengembangkan pelayanan pada mereka yang belum terlayani. Pada kenyataanya, faktor-faktor lain yang muncul, yang mempengaruhi kemampuan mereka dalam melakukan beberapa hal:

Keterbatasan dalam sistem manajemen komersial• – Pengembangan membutuhkan solusi-solusi manaje-men yang lebih rumit diluar yang saat ini dapat di-kelola oleh BPSAB. Penambahan jumlah pelanggan sebagai contoh, akan membutuhkan praktik-praktik penagihan dan pengumpulan (billings and collection) yang lebih baik, registrasi pelanggan yang lebih terta-ta dan pencatatan keuangan yang lebih rapih.Hambatan dalam desain teknis dan pelaksanaan–• desain rekayasa dan konstruksi membutuhkan input dari ahli yang tidak tersedia di, atau tidak dapat diakses oleh masyarakat. Sektor publik seringkali lambat untuk memberikan tanggapan pada kebutuhan ini, dan juga BPSAB cenderung membuat peningkatan sistem tanpa input-input dimaksud. Kesalahan desain dalam pengembangan seringkali dapat mengancam kualitas teknis dari sistem.Akses pada modal keuangan• – BPSAB saat ini sangat bergantung pada hibah dan pendapatan internal tunai (internally generate cash/IGC) untuk membiayai pengembangan. Dana hibah seringkali tidak dapat diperkirakan; ketika BPSAB bergantung pada pendapatan tunai internal, hal ini akan menghambat BPSAB terhadap kebutuhan dana pada saat yang

dibutuhkan karena mereka harus menabung/menunggu bertahun-tahun.

Sangat sedikit BPSAB yang memiliki hubungan dengan bank – hanya 9 BPSAB memiliki pengalaman dalam meminjam untuk investasi dan hanya 20% menyimpan dana tabungannya di bank. Legitimasi, kepastian hukum dan kejelasan hubungan • dengan pemerintrah daerah– Desentralisasi baru-baru ini meletakan kewenangan pelayanan air bersih pada pemerintah kabupaten dan dibawah Peraturan Pemerintah 16/2006, aktivitas operasi BPSAB diatur atas permintaan dari pemerintah kabupaten. Namun artikulasi dari hak dan kewajiban kedua belah pihak baik BPSAB maupun pemerintah daerah masih dalam pengembangan. Sementara pemerintah daerah baru saja mulai untuk memahami dan mendapatkan tanggung jawab penyediaan air minum, banyak pemerintah daerah melakukan pendekatan ”lepas tangan” pada pembangunan paska proyek dan supervisi BPSAB yang telah dibentuk melalui program-program nasional. Hal ini seringkali meninggalkan kevakuman bagi BPSAB untuk mengakses dukungan teknis dan managemen yang sangat diperlukan. Pada saat yang sama, BPSAB kurang akuntabel terhadap buruknya kinerja dalam mengelola infrastuktur publik. Rumitnya masalah ini, umumnya dikarenakan BPSAB tidak mengambil bentuk dari sebuah entitas yang secara legal diakui yang akan mengijinkan mereka untuk eksis, melakukan transaksi dengan atau mencari dukungan dari lembaga-lembaga lain dibawah kerangka kerja dan aturan yang jelas.

POKJA

Wacana

Page 31: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

Edisi II, 2010EEEEEEEEEEEEEEEEEEEdddddddddddddddiiiiiiiiiiiiiiiiii iiiiii IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 2222222222222222222222222220000000000000000000000000000000001111111111111111000000000EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEdddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiisssssssssssssssssssssssssssiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 2222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222220000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000111111111111111111111111111111111111111111111110000000000000000000000000

Air minum dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Namun sayangnya pemenuhan akan kebutuhan tersebut belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Guna mencapai target

air dan sanitasi yang baik dibutuhkan upaya yang lebih keras dari semua pihak.

Harus diakui, akses pelayanan bidang air minum dan sanitasi di Indonesia masih jauh dari target Millenium Development Goal’s (MDGS). Untuk mengejar keter-tinggalan tersebut pemerintah perlu berupaya keras untuk memenuhinya. Saat ini, pemerintah menyediakan dana Rp.11,8 triliun untuk air minum dan Rp.14,2 triliun untuk sanitasi hingga akhir tahun 2014. Untuk mengetahui lebih jauh tentang isu ini, war-tawan Percik, Eko Budi Harono, berkesem-patan melakukan wawancara dengan Direk-tur Jenderal Cipta Karya Kementerian Peker-jaan Umum, Budi Yuwono, usai acara perkenalan kantor baru Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Lingkung-an Indonesia (IATPI).

PertanyaanBisa bapak jelaskan

upaya apa yang tengah dilakukan pemerintah terkait persoalan pem-bangunan air minum di perdesaan? Dan bagaimana kaitan-nya dengan target

pencapaian MDGs.Jawaban Cukup ba nyak yang telah, sedang dan akan dilakukan

tentunya. Sekarang ini pemerintah tengah melakukan upaya untuk menyinergikan dan mengonsolidasikan per-cepatan pelaksanaan program pencapaian MDGs terkait penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat, air minum, dan sanitasi secara nasional. Kon-solidasi tersebut diharapkan akan menghasilkan sebuah Rencana Tindak (Action Plan) yang dapat dijadikan dasar bagi semua pihak untuk berkontribusi. Program

Percepatan Pencapai an Target MDGs Bi-dang Cipta Karya yang disusun oleh

Direktorat Jenderal Cipta Karya periode 2010 – 2014 antara lain mencakup kegiatan penyediaan air minum perkotaan di 820 ibu kota kecamatan (IKK), 577 kawasan

Masyarakat Berpendapat an Rendah (MBR)/Rumah Seder ha na Sehat

(RSH)/Rumah Susun Sederhana (Rusuna), dan 100 kawasan

khusus serta kegiatan pe-nyediaan air minum

perdesaan di 2.340 desa rawan air/terpencil/pulau kecil terluar dan pem-bangunan Program

Wawancara

susun oleh pta Karya antara lain enyediaan air820 ibu kota 7 kawasan at an Rendahna Sehat Sederhana

00 kawasan kegiatan pe-

n air minum saan di 2.340 rawan air/

pencil/pulauecil terluar dan pem-bangunan Program

pemerintah perlu berupaya keras untuk aat ini, pemerintah menyediakan dana tuk gga aauh BudwawaKaryYuwbaru

n danPI).

askanngahntahpem-um

n -

dasar bagi semua pihak untuk berkontribusi. Percepatan Pencapai an Target M, p y d d

air minum dan Rp.14,2 triliun akhir tahun 2014. Untuk tentang isu ini, war-

di Harono, berkesem-ancara dengan Direk-ya Kementerian Peker-

wono, usai acara u Ikatan Ahli n Lingkung-

n hh-

p p gdang Cipta Karya yang dis

Direktorat Jenderal Cipperiode 2010 – 2014 amencakup kegiatan peminum perkotaan di 8kecamatan (IKK), 577

Masyarakat Berpendapa(MBR)/Rumah Seder ha n

(RSH)/Rumah Susun (Rusuna), dan 10

khusus serta nyediaan

perdesdesa terpked

POKJ

A A

MPL

Page 32: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

3223232

Penyediaan Air Minum dan Sanita si Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di 2.310 desa.

Sedangkan kegiatan penyediaan sistem sanitasi men-cakup pengembangan prasarana dan sarana air limbah Sistem Terpusat (Off Site) di 11 kota, pengembangan prasarana dan sarana air limbah Sistem Setempat (On Site) di 210 kabupaten/kota, serta kegiatan persampahan. Selain itu, program percepatan penyediaan air minum dan sanitasi akan didukung oleh program DAK (Dana Alokasi Khusus) air minum dan sanitasi dengan alokasi dana Rp. 3,4 triliun, program percepatan penyediaan air minum perkotaan melalui pembiayaan pinjaman bank nasional, program hibah air minum dan air limbah, serta program percepatan sanitasi untuk mendorong swadaya masyarakat. Itulah serangkaian program strategis yang diupayakan pemerintah.

PertanyaanMengapa target MDG’s ini menjadi prioritas

penting bagi pemerintah? JawabanProgram pencapaian Tujuan Pembangunan

Milenium (MDGs) merupakan salah satu dari tiga program pembangunan yang berkeadilan yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Inpres 3/2010, selain program pro-rakyat dan program keadilan untuk semua. Dari semua program yang dijabarkan dalam Inpres tersebut, yang terkait dengan tugas Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah program penanggulangan kemis-kinan berbasis pemberdayaan masyarakat yang merupakan program pro-rakyat serta penyediaan air minum dan sanitasi yang merupakan pro-gram penjaminan kelestarian lingkungan hidup.

Selama ini kita telah melihat dijalankannya berba-gai program pencapaian MDGs bidang Cipta Karya, baik yang didanai oleh APBN, APBD, pihak swasta se perti kor porasi, maupun lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Namun kita belum dapat memetakan data pencapaian yang sebenarnya terhadap sasaran MDGs karena belum ada konsolidasi program antarpelaku pem-bangunan.

Harus diakui stakeholder program Penyediaan Air minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) telah melakukan koordinasi yang mantap, baik di tingkat pusat dan daerah. Jika tidak, maka akan terjadi sa ling menunggu, berjalan tidak seiring dan pada akhirnya

terlambat mencapai target. Prinsip dasar pelaksanaan PAMSIMAS ada-

lah pemberdayaan masyarakat. Artinya, masyarakat baik, tua, muda, laki-laki, perempuan, kaya, dan miskin harus dilibatkan dalam seluruh proses pembangunan. Selain itu, program ini memiliki pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat.

PertanyaanKami melihat sejumlah potensi yang ada ditengah

masyarakat dan juga sejumlah negara donor masih belum terjamah dengan baik, apa kendalanya?

JawabPotensi yang ada pada masyarakat dan dunia

usaha serta sejumlah lembaga lainya memang belum sepenuhnya diberdayakan oleh Pemerintah. Sedangkan fungsi pembinaan belum sepenuhnya menyentuh

masyarakat yang ingin mencukupi kebutuhannya sendiri. Masyarakat juga masih banyak menganggap air sebagai benda sosial dan masih dianggap sebagai urusan pemerintah. Ini memang tantang an yang perlu segara kami jawab secara arif dan bijaksana.

PAMSIMAS akan dilaksanakan di 15 provinsi, meli-puti 110 kabupaten/kota dengan target dilaksanakan di 4.000 desa dan 1.000 desa replikasi. Dalam jangka 4 ta-hun, masing-masing kabupaten/kota hanya boleh meng-usulkan maksimal 50 desa. Setiap desa, menurutnya akan mendapatkan hibah sebesar Rp 275 juta dan akan diberikan kepada kelompok masyarakat desa sasaran. Dana itu berasal dari APBN/pinjaman Bank Dunia Rp 192.500.000 (70%), APBD kabupaten/kota minimal Rp 27,5 juta (10%), dan kontribusi masyarakat desa 20%

PROAIR

yPenyediaan Air Minum dan(P i ) di 2 310 d

Wawancara

Page 33: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

33

Edisi II, 2010

33333

Edisi II, 2010Edisi II, 2010

yang terdiri dari Rp 11 juta tunai (4%), dan Rp 44 juta berupa tenaga dan material (16%).

Karena itu, penguatan kelompok masyarakat yang akan menjadi kunci sukses PAMSIMAS untuk berkelan-jutan. Selama pelaksanaan PAMSIMAS, Pemda dapat memperluas cakupan wilayah melalui pelaksanaan pro-gram sejenis (cloning) di desa-desa lain yang secara teknik dan kualitas yang sama dengan Program PAMSIMAS serta mengacu pada Buku Panduan dan ketentuan PAM-SIMAS. Ini yang disebut sebagai replikasi dalam prinsip PAMSIMAS.

PertanyaanApakah pemerintah daerah sudah

cukup baik menyikapi program PAM-SIMAS?

JawabanPertanyaan yang menarik. Paska

pelaksanaan PAMSIMAS, Pemda mam-pu konsisten melaksanakan, meneruskan dan mengembangkan PAMSIMAS di wilayahnya secara mandiri dengan sum-ber daya sepenuhnya dari pemda dan masyarakat. Dana berasal dari Pemda dan masyarakat untuk membiayai pela-tihan dan penyiapan masyarakat, pelak-sanaan fi sik maupun fasilitator.

Ditjen Cipta Karya saat ini sedang mengonsolidasikan program-program tersebut, sehingga mampu dicapai ke-samaan data dan informasi mengenai pencapaian, rencana dan target percepatan pencapaian MDGs, untuk mendo-rong percepatan pencapaian MDGs.

Langkah awal konsolidasi tersebut tengah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dengan menyeleng-garakan rapat teknis regional secara maraton di empat wilayah di Indonesia. Rapat teknis yang diikuti oleh pe-merintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota tersebut, ditargetkan akan menghasilkan sebuah Rencana Tindak (Action Plan) yang dapat dijadikan dasar bagi se-mua pihak untuk berkontribusi.

Rencana Tindak Percepatan Pencapaian Sasaran MDGs akan berisi updating data eksisting yang ada, rencana pencapaian target MDGs masing-masing kabupaten/kota, langkah-langkah yang akan dilakukan masing-masing ka-bupaten/kota di bawah koordinasi provinsi, dalam sektor air minum, sanitasi, dan PNPM, yang terpadu, berdasar-kan kesamaan pandangan, kesepa katan, serta komitmen semua pihak, khususnya komitmen daerah, untuk menca-pai target yang telah ditetapkan.

PertanyaanAdakah perlakuan khusus atau program bantuan yang

disediakan pemerintah untuk program air minum dan sanitasi?

JawabanPemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum

telah mengucurkan dana hibah sebesar Rp 119 miliar untuk air minum dan sanitasi ke 29 kota di Indonesia. Pemerintah melalui bantuan hibah yang diberikan Peme-rintah Australia (USAID) kepada Indonesia senilai 60,5 juta dolar Australia untuk periode setahun (11 Juni 2011) dimaksudkan untuk memberikan pelayanan akses air mi-num dan sanitasi kepada masyarakat yang lebih baik. Pola bantuan program ini dinilai Menteri PU merupakan yang

pertama dite rapkan di Indonesia.Pasalnya, pihak Pemda (Bupati/

Walikota) menyiapkan program akses sambungan air minum dan air lim-bah perpipaan yang diprioritaskan bagi masyarakat penghasilan rendah menggunakan biaya APBD. Setelah program dinyatakan berhasil dana yang dikeluarkan Pemda diganti de ngan dana hibah. Menurut Men-teri PU, bila program itu nantinya berjalan baik maka tidak menutup

kemungkin an nilai bantuan serupa akan ditingkatkan ditahun-tahun berikutnya.

Kami segera meneruskan hibah Australia untuk pro-gram air minum dan air limbah kepada 29 kota di Indone-sia. Dan hibah senilai AUD 25 juta (tahap pertama) akan digunakan untuk membangun 42.300 unit Sambung an Rumah (SR) air minum dan bagi kota-kota yang telah memiliki sistem pengelolaan air limbah terpusat. Program ini sebagai insentif dan motivasi Kepala Daerah agar lebih serius meningkatkan pelayanan disektor air minum dan air limbah di daerah masing-masing. Selain itu, penerapan konsep output based dalam program ini terbi lang bagus un-tuk diterapkan di wilayah lain.

Program hibah ini merupakan salah satu program per-cepatan pencapaian target MDGs bidang Air minum dan Sanitasi yang disusun Ditjen Cipta Karya periode 2010 – 2014. Program ini direncanakan akan terus dikembang-kan oleh pemerintah daerah khususnya yang berminat hingga 2011 dengan sasaran penambahan 60 ribu Sam-bungan Rumah baru. Sementara itu, program hibah air limbah akan dikembangkan kepada kota-kota yang telah memiliki sistem pengelolaan air limbah.

Paska pelaksanaan PAMSIMAS, Pemda mampu konsisten

melaksanakan, meneruskan dan mengembangkan

PAMSIMAS di wilayahnya secara

mandiri dtb

kemditi

ami segera men

i

Paska pS

p

Page 34: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

34

Air merupakan sumber daya alam yang sangat vital bagi kelangsungan hidup umat manusia. Manusia biasanya menggunakan air untuk keperluan minum, mandi, mencuci, dan mengairi lahan pertanian.

Namun, akhir-akhir ini, di beberapa wilayah di Indonesia seperti Jakarta Timur dan Jakarta Utara, air menjadi barang langka. Krisis air di beberapa wilayah ini umum nya disebabkan oleh infrastruktur air minum yang sangat terbatas. Pakar Lingkungan Universitas Indonesia, Dr. Ir. Setyo S. Moersidik, DEA mengatakan bahwa kecepatan pengadaan infrastruktur air minum lebih rendah dibandingkan dengan kecepatan pertumbuhan penduduk di Indonesia.

Jadi, ti dak heran jika banyak penduduk Jakarta yang tetap memilih untuk mengonsumsi air tanah, padahal penggunaan air tanah yang berlebihan ini dapat me-nyebabkan penurunan muka tanah dan intrusi air laut. Hal ini menjadi masalah besar dan penti ng sehingga memerlukan suatu solusi yang cepat, tepat, dan kom-prehensif. Salah satu solusinya adalah mencari sumber air alternati f yang dapat menyubti tusi fungsi air tanah.

Sumber air alternati f yang paling potensial di Indonesia adalah air hujan. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan curah hujan. Seti ap tahunnya, curah hujan di Indonesia dapat mencapai 2.000-4.000 mm. Sayangnya, keti ka curah hujan di Indonesia cukup ti nggi, masyarakat jarang sekali memanfaatkannya. Air hujan yang berlimpah ini lebih banyak terbuang sia-sia dibandingkan dimanfaatkan.

Sebaliknya, keti ka curah hujan di Indonesia sangat rendah, masyarakat justru kekurangan

air. Hal ini menjadi suatu

ironi yang tak terelakkan keti ka negara lain yang curah hujannya terbatas bisa memanfaatkan air hujan dengan sangat baik seperti Inggris. Dengan curah hujan hanya sekitar 700 mm/tahun saja, Inggris ti dak pernah meng alami kekurangan air. Mereka membangun danau-danau buatan untuk menampung air hujan, sehingga pada saat musim kemarau datang mereka tetap memiliki cadangan air.

Sebenarnya, sudah ada masyarakat Indonesia yang memanfaatkan air hujan dengan cara menampung air hujan terlebih dahulu di dalam suatu bak penam-pungan. Namun, air hujan yang ditampung, biasanya hanya dimanfaatkan untuk keperluan mencuci saja bu-kan untuk mandi apalagi minum. Untuk kebutuhan air minum, masyarakat masih bergantung pada air tanah dan air PAM, padahal cadangan air tanah di Indonesia semakin menipis dan harga air PAM juga tergolong mahal.

Selain itu, untuk mengonsumsi air PAM sebagai air minum pun perlu proses pemasakan terlebih dahulu agar kuman dan bakteri yang terkandung dalam air PAM mati . Proses pengolahan air minum seperti ini menjadi ti dak prakti s dan boros energi. Jadi, secara ti dak langsung dapat dikatakan bahwa metode pe-manfaatan air hujan di Indonesia sampai saat ini masih belum opti mal.

Dari uraian di atas, tentu kita berpikir mengapa In-donesia ti dak memulai untuk mengembangkan suatu teknologi yang dapat mengolah air hujan yang ber-limpah menjadi air siap minum yang memenuhi syarat kualitas air minum? Jawaban sederhana adalah perso-alan alih teknologi yang mahal dan standar kualitas air yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.

Berdasarkan Kepmenkes No 907/Menkes/SK/

Teknologi Sederhana

Mengubah Air Hujan Siap Minum

oni yang tak terelakkan ketika negara lain yang

Inovasi

Page 35: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

35

Edisi II, 2010

VII/2002 tentang Syarat dan Peng awasan Kualitas Air Minum, air minum harus bebas dari komponen anorganik dan organik seperti bakteri, racun, limbah berbahaya, dan zat kimia. Saat ini, sudah banyak sekali teknologi yang dapat menghilangkan komponen an-organik yang terkandung dalam air, mi salnya dengan fi ltrasi. Begitu juga dengan teknologi penghilangan komponen organik, seperti teknologi disinfeksi bakteri.

Untuk skala sederhana, disinfeksi bakteri dapat dilakukan dengan memberikan kaporit ke dalam air, atau dengan menjemur air dengan sinar matahari atau sinar ultraviolet. Disinfeksi bakteri dengan kaporit akan menyebabkan air berbau kaporit dan mengandung klorin. Jika kita menggunakan radiasi sinar matahari, pada cuaca cerah biasanya dibutuhkan waktu yang cu-kup lama yaitu sekitar 5-6 jam untuk proses disinfeksi bakteri secara sempurna (www.who.or.id, 2010). Oleh karena itu, teknologi yang cepat, dan efekti f untuk disinfeksi bakteri sa-ngatlah diperlukan.

Salah satu teknologi yang dapat mendisinfeksi bakteri adalah fotokatalisis. Teknologi ini merupakan teknologi terintegrasi yang melibatkan reaksi fotokimia oleh suatu katalis. Reaksi ini mengakibatkan dinding dan membran sel bakteri rusak, sehingga bakteri mati . Katalisnya disebut seba-gai fotokatalis karena hanya akan akti f keti ka terkena cahaya, termasuk cahaya matahari. Katalis yang digu-nakan, yaitu ti tanium oksida (TiO2), tergolong aman dan ramah lingkungan karena non toksik. Selain itu, karena menggunakan energi radiasi sinar matahari, fotokatalisis termasuk teknologi hemat energi. Dengan demikian, fotokatalisis merupakan teknologi yang cu-kup soluti f untuk mendisinfeksi bakteri.

Dalam upaya pengaplikasian teknologi ini, Ayuko Cheeryo Sinaga dan Ikha Muliawati , di bawah bimbing-an Dosen Ahli Fotokatalisis Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia, yaitu Dr. Ir. Slamet, MT., telah melakukan riset kecil-kecilan untuk disinfeksi bakteri dengan teknologi fotokatalisis. Dengan menggunakan air keran rumahan yang mengandung bakteri sebagai sampel, mereka melakukan eksperimen dengan ti ga macam variasi kondisi, yaitu: pertama, sampel diradiasi

dengan sinar Ultra Violet (UV) saja dan kedua, sampel diradiasi dengan sinar UV dan terdapat fotokatalis. Masing-ma sing eksperimen dilakukan pada kotak uji acrylic berlapiskan aluminium foil yang berisi 6,75 L air sampel, dengan ±1g fotokatalis, sebuah lampu UV-A dengan daya 8 W yang diradiasikan selama 80 menit.

Dalam peneliti an ini, mereka menggunakan TiO2 Degussa P-25 berukuran nano sebagai katalis yang ke-mudian dilapiskan ke batu apung. Batu apung yang di-gunakan terdiri dari dua variasi ukuran, yaitu diameter 0,5-1 cm, dan diameter 1-3 mm. Dengan memvariasi-kan ukuran batu apung, akan terdapat batu apung yang tenggelam di dasar kotak uji dan mengapung di permukaan sampel. Selain itu, dengan ukuran batu

apung yang lebih kecil, maka luas permukaan kontak antara fotokatalis dengan sampel akan semakin besar, sehingga proses disinfeksi bakteri akan semakin efekti f. Hasil peneliti an cukup me-muaskan, sampel pertama menunjukkan penurunan jumlah bakteri seba nyak 7,74% dan sampel kedua 27,83%. Dengan demikian, terbukti bahwa dengan adanya fotokatalisis proses disinfeksi bakteri menjadi

ti ga setengah kali lebih cepat dibandingkan dengan tanpa fotokatalis. Untuk mencapai proses disinfeksi bakteri secara sempurna (memati kan seluruh bakteri di dalam air), kita dapat menambah jumlah katalis dan juga menambah intensitas cahaya yang digunakan. Secara teori, proses disinfeksi bakteri berbanding lurus dengan intensitas cahaya yang digunakan. Jadi, jika kita menggunakan matahari yang notabene intensitasnya sangat jauh lebih besar dibandingkan dengan lampu UV yang digunakan dalam peneliti an ini, maka proses disinfeksi juga seharusnya jauh lebih cepat.

Kesimpulannya, jika kita mengombinasikan teknolo-gi fi ltrasi yang telah ada dengan teknologi fotokatalisis, air hujan yang selama ini jarang kita manfaatkan dapat kita olah menjadi air siap minum. Kedua teknologi ini merupakan teknologi yang sangat potensial untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan keta-hanan air nasional secara komprehensif. [eko/berbagai sumber]

Talang air

Tanki berteknologi fotokatalisis

Teknologi fi lter

Page 36: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

36

Penyediaan air bersih untuk keperluan hidup sehari-hari masih menjadi kendala mayoritas penduduk di provinsi kaya sumber daya alam Kalimantan Selatan. Karakteristi k geografi s yang didominasi lahan bergambut dan

sungai memaksa warga harus mengkonsumsi air kotor. Untuk memperoleh air warga terpaksa membuat sumur dan menggali lebih dalam saluran air di tengah sawah mereka. Tak jarang air baru ditemukan di kedalaman belasan meter dari permukaan tanah.

Karena lapisan bawah tanah adalah tanah gambut, maka air yang keluar di lobang sumurpun berwarna kehitaman, kecoklatan atau kekuningan dengan ti ng-kat kekeruhan ti nggi. Meski demikian warga terpaksa mengandalkan air kotor tersebut untuk keperluan hidup sehari-hari. Riza Nift ahul Khair, seorang peneliti dalam Program Studi Magister Tehnik Lingkungan Universitas Gajah Mada menawarkan sebuah teknologi yang bisa mengubah air rawa gambut berwarna tersebut menjadi siap minum.

“Kami menyebutnya teknologi karbon akti f untuk penjernih air,” ujar Riza. Dengan menempatkan karbon akti f, air kotor yang berasal dari rawa atau lahan gambut dapat berubah menjadi bersih dan bahkan siap minum.

Air gambut adalah air permukaan yang berwarna coklat dan bersifat asam. Untuk dapat menjadikan air gambut sebagai sumber air bersih, perlu dilakukan peng olahan. Peneliti an ini bertujuan untuk menurunkan intensitas warna air gambut dengan menggunakan ozo-nisasi dan kombinasi media fi lter (karbon akti f, pasir akif, dan zeolit) secara konti nu. Asam humus yang terdiri dari asam humat, asam fulvat, dan humin sebagai pemben-tuk warna pada air gambut dapat di netralkan dengan proses ozonisasi, oksidasi dan adsorpsi oleh media fi lter (Zeolit, Karbon Akti f, Pasir Akti f).

Metode yang digunakan adalah penurunan inten-sitas warna air gambut dengan proses ozonisasi dan kombinasi fi lter (pasir akit-zeolit, pasir akti f-karbon akti f) secara konti nu dengan variasi waktu 30 menit, 60 menit, 120 menit, 240 menit, dan 300 menit pada seti ap per-lakuan proses. Hasil maksimum dari proses yaitu inten-

sitas warna air gambut dapat berkurang hingga sebesar 21,21 % un-

tuk proses ozonisasi pada waktu 300 menit. pada proses kombinasi Ozon-Zeolit-Pasir Akti f 87,88 % pada waktu 240 menit dan pada proses kombinasi Ozon-Karbon Akti f-Pasir Akti f sebesar 87,88 % pada waktu 300 menit. Penurunan intensitas warna melalui cara ini dapat di-jadikan alternati f dalam mendapatkan air bersih dari air gambut.

Lahan gambut merupakan campuran heterogen antara endapan vegetasi yang terakumulasi daiam ling-kungan jenuh air. Pembentukan utama Iahan gambut di Indonesia adalah vegetasi hutan tropis. Air gambut um-umnya memiliki variasi warna kuning sampai kecoklatan, tergantung dari proses pelapukan, jenis tanaman serta kandungan sedimennya. Unsur pembentukan lahan gambut adalah bahan organik yang terdiri dari karbon, nitrogen, oksigen, dan hidrogen serta sedikit unsur anor-ganik yang terdiri dari silika, kalium dan magnesium.

Bantuan Filter Air gambut yang ti dak layak dipakai untuk mandi dan

mencuci dapat diolah menjadi air yang jernih dengan membuat sistem fi lter. Sistem fi lter ini terdiri dari pom-pa air, bak penampung air gambut, dan tabung fi lter. Keti ga komponen tersebut dihubungkan dengan pipa.

Dijelaskannya pula, tabung fi lter dibuat dari kompo-sisi terdiri atas kerikil, pasir, busa, kertas fi lter, dan kar-bon akti f. Karbon akti f terbuat dari tanah gambut yang telah diakti vasi secara fi sika dengan pemanasan pada rentang suhu 400oC sampai 500 oC.

Penggunaan karbon akti f pada sistem fi lter terutama untuk mengurangi kadar keasaman, mengurangi kadar logam, mengurangi bau dan mengurangi kekeruhan air. Keunggulan sistem fi lter ini adalah mengurangi kadar keasaman, kadar logam, kekeruhan, bau, dan rasa. Man-faat sistem ini adalah memperbaiki kualitas air gambut sehingga dapat digunakan untuk air jernih yang layak pakai untuk minum maupun MCK.

Menurut data Badan Lingkungan Hidup Daerah, menyatakan hasil peneliti an yang dilakukan pihaknya di sejumlah lokasi sungai seperti Riam Kiwa dan Sungai Tabuk, mendapatkan hasil kandungan logam berat san-gat ti nggi. Air sungai terbukti mengandung logam berat berupa Arsen (AS) dengan kandungan jauh diatas batas

Lewat Proses Ozon dan Filter Air Gambut Jadi Bersih

Inovasi

Page 37: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

37

Edisi II, 2010

normal 0,005 Mg/Ltr. Logam berat arsenic merupakan racun yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kemati an.

Demikian juga dengan Mercury Mg, besi (Fe) serta kandungan ecoli mencapai 1.600 atau diatas batas nor-mal 1.000. Kondisi ini memperlihatkan, sungai-sungai maupun air baku untuk konsumsi masyarakat di kalsel ti dak layak dan berbahaya bagi kesehatan.

Riza juga menyebutkan, ti ngginya ti ngkat kekeruh-an sungai, membuat pihaknya harus mengeluarkan dana besar untuk proses penjernihan air. Karenanya dengan adanya teknologi penjernihan air ini, PDAM Bandarmasih akan merancang penggunaan karbon akti f dalam pengelolaan air untuk masyarakat.

Proses pertama terjadi di tangki clarifi er yang ber-fungsi menjernihkan dan me-naikkan nilai pH menjadi 8-9 melalui pemberian abu soda atau kapur tohor yang dilarut-kan. Hasilnya, akan terbentuk gumpalan berwarna hijau dan secara perlahan-lahan akan mengambang ke permukaan air, tetapi ti dak berapa lama (sekitar 25 menit). Gumpalan berupa sebagian logam dan organik ter-larut itu akan berubah warnanya menjadi kuning kecokelatan dan secara perlahan-lahan me-ngendap (30 menit).

Untuk mempercepat proses pengendapan dapat diguna-kan tawas atau polyaluminum chloride dengan diaduk searah sekitar lima menit. Bahan yang dipakai dan dosisnya di-tentukan melalui eksperimental sederhana di lapangan.

Air yang telah jernih dialirkan ke bak pengendap 1 dan 2. Tetapi, meski sudah jernih, air masih mengan-dung parti kel kecil yang melayang-layang (organik), besi, mangan terlarut yang cukup ti nggi dan berbau. Pada tahap selanjutnya dilakukan proses oksidasi (bisa de-ngan udara, kaporit, atau kalium permanganat). Kalium permanganat dipilih dengan perti mbangan berwarna dan ti dak berbau, di samping juga turut mengakti fk an media mangan zeolit untuk proses oksidasi lanjutan dari besi dan mangan, setelah disaring dengan saringan pasir silika. Selanjutnya, proses penghilangan bau dan warna menggunakan karbon akti f.

Air yang telah jernih, ti dak berbau dan berwarna,

kemudian disaring lagi dengan menggunakan saringan mikro dengan ukuran 0,1-0,5 μm, untuk menurunkan padatan total tersuspensi sampai dengan kurang dari 500 mg/l. Proses ini penti ng agar membran ti dak cepat rusak dan dapat berumur panjang. Membran hanya dipergunakan untuk menurunkan kadar garam saja, dengan rasio pemulihan 35 persen.

Air olahan yang telah jernih, tawar, ti dak berbau, dan bebas bakteri sudah dapat langsung diminum ditam-pung dalam bak penampung air bersih. Sebelum proses pembotolan, untuk menghindari rekontaminasi, air kembali melalui mikrofi ltrasi dan penyinaran ultraviolet untuk sterilisasi. Hasil akhir, air yang dihasilkan tampak sangat jernih, ti dak berbau, dan sudah ti dak asin lagi.

Proses Singkat Mengolah air gambut menjadi

air yang siap diminum sebenarnya bukanlah hal sulit dan mahal.

Air baku yang berwarna ke-coklatan itu bisa diproses dengan pengolahan air minum sederhana dan dapat dibuat oleh masyarakat dengan menggunakan bahan yang ada di pasaran setempat seperti drum, keran, pompa sepeda, bak penyaring serta kerikil, pasir dan ijuk, serta bahan kimia kapur dan tawas.

Pengolahan air gambut, diawali dengan Netralisasi untuk mengatur keasaman air agar menjadi netral (pH 7-8), yaitu dengan pemberian kapur.

Selanjutnya dilakukan aerasi yaitu mengontakkan udara dengan air baku agar kandungan zat besi dan mangan yang ada dalam air baku bereaksi dengan ok-sigen yang ada dalam udara membentuk senyawa besi dan senyawa mangan yang dapat diendapkan.

Disamping itu proses aerasi juga berfungsi untuk menghilangkan gas-gas beracun yang tak diinginkan mis-alnya gas H2S, Methan, Carbon Dioksida dan gas-gas ra-cun lainnya. Untuk 1 "parts per million" (ppm) oksigen, menurut dia, dapat mengoksidasi 6.98 ppm ion Besi. Reaksi oksidasi ini dapat dipengaruhi antara lain oleh jumlah Oksigen yang bereaksi, dalam hal ini dipen-garuhi oleh jumlah udara yang dikontakkan dengan air serta luas kontak antara gelembung udara dengan permukaan air.

Page 38: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

38

Jika semua berjalan normal, bisa dipastikan bahwa pada 2010 ini bumi akan dihuni oleh tujuh miliar jiwa. Suatu jumlah yang sangat besar dalam sejarah peradaban bumi yang tentunya membutuhkan ketersediaan sumber daya untuk

bisa menopang dan menjaga keberlangsungan hidup dan kehidupan. Salah satu di antaranya adalah air bersih. Air bersih merupakan kebutuhan pokok manusia dan kehidupan yang jumlahnya sangat terbatas. Hingga saat ini, air belum bisa digantikan oleh bahan lain. Sayangnya, jumlah ketersediannya sangat terbatas, apalagi untuk bisa mencukupi kebutuhan tujuh miliar penduduk bumi ini.

AIR adalah salah satu kebutuhan utama semua mahluk hidup di dunia. Namun ketersediaan air bersih ternyata semakin menyusut. Jumlah air bersih yang tersimpan di ceruk bumi (aquifer) darat, laut, dan atmosfi r, yang sebenarnya terbatas, terus menerus berkurang jumlahnya. Di masa mendatang, air akan menjadi begitu berharga dan mungkin segera menjadi komoditas utama dunia dan berpotensi menjadi sumber konfl ik yang cukup serius. Bagi negara dunia yang berada di kawasan Timur Tengah dan Afrika, ketersediaan air bersih telah lama menjadi masalah. Namun kini negara lain dengan jumlah penduduk yang besar seperti China, India, dan Amerika Serikat juga mulai merasakan masalah yang serupa.

Masalahnya, sebanyak 97,6 persen dari total air yang tersedia (1,403

miliar kilometer kubik) di jagat ini merupakan air asin sehingga tidak dapat dimanfaatkan langsung sebagai sumber air bersih. Sedangkan, sebagian besar dari air tawar yang ada (33 juta kilometer kubik) berada dalam wujud es, salju, dan air dalam tanah. Secara teoretis, yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber air tawar tidak lebih dari 126,7 juta kilometer kubik atau hanya 0,009 persen dari total air keseluruhan. Inilah jumlah yang harus dan akan diperebutkan oleh seluruh penduduk bumi dan hal ini sudah menjadi masalah serius terkait dengan kelangkaan yang dapat menjurus pada konfl ik dan krisis kemanusiaan.

Badan Pertanian Dunia (FAO) telah memperingatkan bahwa setidaknya empat miliar jiwa akan hidup dalam daerah yang amat minim air bersih di tahun 2025. Lebih dari setengah penduduk dunia akan hidup dalam kekeringan, mengais makanan yang tersisa dan merambah wilayah pantai yang telah tercemar selama 50 tahun terakhir. Limbah yang tak terkendali dan kebijakan penanganan air yang buruk menjadi penyebab utama dari semua masalah ini, terutama yang terjadi di negara berkembang. Demikian laporan dari Badan Lingkungan PBB (UNEP, United Nations Environment Programme) yang bekerja sama dengan lebih dari 200 pakar sumber daya air dunia.

“Kini, lebih dari 800 juta orang di dunia kesulitan mengakses sumber air bersih. Hal ini menandakan krisis, “ ujar Halifa Drammeh dari UNEP. Lembaga ini, yang sejak tahun 2003 mencanangkan program Tahun

Sisi Lain

POKJA

Page 39: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

39

Edisi II, 2010

Internasional Air Bersih (International Year of Freshwater) bagi penduduk dunia, melaporkan terjadinya penyusutan terumbu karang dan garis pantai dunia akibat perubahan cuaca. Beberapa negara berkembang juga akan mengalami krisis air, gagal panen dan konfl ik seputar masalah pengelolaan air sungai dan telaga bila tidak melakukan langkah penyelamatan terhadap salah-kelola irigasi dan tidak memperbaiki pola pengelolaan sumber air tawar mereka.

Berdasarkan data dari NASA dan WHO, dilapor-kan temuan data akan terjadinya krisis air yang mempengaruhi sekitar 400 juta jiwa saat ini akan berdampak serius pada setidaknya 4 miliar jiwa di tahun 2050 nanti. Pengelolaan fasilitas sanitasi yang tak memadai akan berdampak buruk terhadap lebih dari 2,4 miliar penduduk dunia, dan jumlah ini merupakan 40 persen dari jumlah umat manusia yang ada. Separuh kawasan pantai, tempat di mana lebih dari semiliar orang menggantungkan hidupnya, bakal menyusut akibat pengembangan yang berlebihan atau pencemaran lingkungan.

Bagi anak balita, penyakit yang disebabkan oleh air yang tercemar (muntaber, diare dan sebagainya) merupakan salah satu ancaman utama bagi mereka. WHO melaporkan bahwa setengah dari jumlah ranjang rumah sakit di negara berkembang dihuni penderita balita yang menderita serangan penyakit seperti ini.

Kondisi IndonesiaBagi Indonesia, masalah kelangkaan lebih disebabkan

oleh kegagalan kita dalam mengelola sumber daya air. Hal ini menyebabkan semakin tidak seimbangnya antara kebutuhan (demand) yang terus berkembang dengan ketersediaan (availability) serta kemampuan untuk menyuplai (supply) kebutuhan tersebut. Kondisi ini juga diperberat dengan semakin tingginya tingkat pencemaran air oleh limbah cair ataupun padat serta adanya ancaman serius dari dampak perubahan dan anomali iklim yang sudah menjadi kenyataan dewasa ini. Sehingga, tidak heran, ketika kita bicara krisis air, pada saat bersamaan kita dihadapkan pada bencana beruntun yang terkait air, seperti banjir dan longsor.

Bagi kawasan lokal, seperti Pulau Jawa misalnya, krisis air yang membayang menjadi ancaman yang mencemaskan. Kekeringan mulai meresahkan para petani diberbagai sentra produksi padi. Lebih dari 800.000 hektar sawah di Pantura Jawa sudah puso dan ribuan hektar lainnya terancam gagal panen akibat kekurangan air. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofi sika bahkan memperkirakan pada bulan Agustus, semua wilayah Indonesia akan mengalami kemarau panjang. Akibat kerusakan ekosistem hutan di berbagai wilayah ini, Pulau Jawa bisa mengalami defi sit air empat kali setiap tahunnya. Menteri Negara Lingkungan Hidup bahkan telah menyatakan, di tahun 2005 Pulau Jawa

telah mengalami defi sit air 13 miliar meter kubik. Jumlah ini dipastikan terus bertambah setiap tahunnya.

Penyusutan air dan kekeringan yang berulang setiap tahunnya, tak saja karena fenomena alam, namun juga terjadi karena kerusakan lingkungan yang parah. Dibandingkan luas wilayah yang ada, hutan di Pulau Jawa hanya secuil 3.289.131 hektar. Dari jumlah ini, sekitar 1.714 juta hektar hutan, baik berupa hutan lindung atau hutan konservasi -berada dalam kondisi kritis. Kondisinya diperburuk dengan terseraknya lahan kritis di luar kawasan hutan, yang tahun ke tahun jumlahnya terus meningkat. Sumber di Balai Pemantapan Kawasan Hutan Jawa-Madura menyebutkan bahwa jumlah kawasan hutan yang harus dihijaukan mencapai 10.731 juta hektar, atau 84, 16 persen dari luas seluruh daratan Pulau Jawa. Dengan begitu, bisalah kita bayangkan bila di masa depan,

ISTIMEWA

Page 40: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

40

Pulau Jawa akan semakin “kehausan”. Dengan jumlah hutan yang minim, hanya sekitar 20 persen air hujan yang bisa diserap tanah. Sisanya mengalir percuma ke laut.

Padahal, menurut data di Kementerian Lingkungan Hidup, pada tahun 2003 saja, kebutuhan air di pulau terpadat se Indonesia ini sudah mencapai 38 milyar meter kubik. Bila air yang tersedia hanya sekitar 25,3 miliar meter kubik, terjadi defi sit air bersih dalam jumlah yang cukup banyak, dalam satu periode saja.

Penyebaran Potensi AirBerdasarkan teori, Indonesia memiliki potensi air

tawar sebesar 1.957 miliar meter kubik/tahun. Dengan total populasi saat ini mencapai 228 juta jiwa, jumlah air tawar tersebut setara dengan 8.583 meter kubik/kapita/tahun. Jumlah tersebut berada di atas nilai rata-rata dunia, yaitu 8.000 meter kubik/kapita/tahun (Bappenas, 2006). Namun, ketersediaan air ini sangat bervariasi, baik antarwilayah/kawasan maupun antarwaktu.

Dari jumlah tersebut, hampir 87 persen di antara potensi aliran air permukaan umumnya terkonsentrasi di Pulau Kalimantan, Papua, dan Sumatra. Sisanya tersebar secara tidak merata di Jawa-Madura-Bali, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan wilayah lainnya. Pulau Jawa yang memiliki luas kurang dari 7 persen dari total

luas daratan Indonesia dan dihuni oleh 65 persen (148 juta jiwa) dari

total penduduk Indonesia hanya memiliki lebih dari 4,5 persen dari total cadangan air tawar nasional.

Dari segi kuantitas dan penyebarannya, sudah jelas terlihat adanya ketidakseimbangan. Dari segi kualitas, justru lebih memprihatinkan lagi karena sangat terkait dengan bisa atau tidaknya air tawar tersebut dimanfaatkan. Hampir sebagian besar sumber-sumber air perkotaan kita, khususnya di Pulau Jawa, terus tercemar oleh limbah. Sebagai gambaran, dari 13 sungai/kali yang mengalir di wilayah DKI Jakarta, kecuali Kali Krukut, hampir semuanya sudah tidak layak dijadikan sumber air baku untuk keperluan air bersih/minum oleh PAM Jaya.

Akibat gangguan kualitas terhadap sumber air tawar tersebut, biaya pengolahan air bersih, baik akibat kebutuhan bahan kimia maupun biaya energi untuk pengolahan dan untuk mendistribusikan air, terus mengalami kenaikan yang cukup signifi kan dari waktu ke waktu. Sehingga, ini akan dapat menyebabkan masyarakat harus membayar lebih mahal untuk bisa mendapatkan air bersih, seperti yang sedang terjadi di beberapa kawasan di Jakarta.

Sementara itu, kemampuan pemerintah melalui 372 Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) untuk memenuhi kebutuhan air bersih masih jauh dari yang diharapkan. Sampai hari ini, Indonesia baru memiliki sekitar 7,1 juta sambungan air bersih yang secara kasar baru mampu melayani sekitar 35,5 juta jiwa yang mayoritas bermukim di daerah perkotaan. Sehingga, sebagian besar masyarakat yang belum mempunyai akses ke air bersih terpaksa mengantungkan kebutuhan mereka kepada sumber lain permukaan lain, seperti kali, empang, air hujan, sumur dangkal, tanah dalam, dan bahkan air payau sekalipun. Pemanfaatan sumber air alternatif tersebut tentunya mengandung risiko, terutama jika dikaitkan dengan jaminan keamanan kualitas (aspek kesehatan) dan ancaman terjadinya bencana ekologi perkotaan (akibat eksploitasi berlebihan air tanah dalam yang mengakibatkan turunnya muka tanah atau land subsidence ).

Beberapa masalah utama yang menandai terjadinya krisis air antara lain adalah tak tersedianya sumber air minum yang cukup saat ini bagi sekitar 1,1 miliar penduduk dunia. Kedua, pengambilan air tanah yang berlebihan ikut berperan bagi penyusutan lahan pertanian. Ketiga, polusi dan penggunaan mata air yang berlebihan mencederai keanekaragaman hayati yang ada. Keempat, mulai muncul berbagai konfl ik regional yang diakibatkan oleh berbagai kebijakan dan politisasi yang bersumber pada masalah penguasaan sumber air bersih.

POKJA

Sisi Lain

Page 41: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

41

Edisi II, 2010

WILAYAH BARATPROPINSI D.I. ACEH KAB. ACEH TENGGARA KAB. ACEH TIMUR KAB. ACEH TENGAH *) KAB. ACEH BARAT KAB. ACEH BESAR KAB. PIDIE KAB. ACEH UTARA KAB. SIMEULUE KAB. ACEH SINGKIL KAB. BIREUN KAB. ACEH B DAYA KAB. GAYO LUES KAB. ACEH JAYA KAB. NAGAN JAYA KAB. ACEH TAMIANG

PROPINSI SUMUT KAB. TAPANULI UTARA KAB. TAPANULI SLTN KAB. NIAS KAB. LANGKAT KAB. KARO KAB. DELI SERDANG KAB. SIMALUNGUN KAB. ASAHAN KAB. LABUHAN BATU KAB. DAIRI KAB. TOBA SAMOSIR KAB. MANDAILING NATAL KAB. NIAS SELATAN

PROPINSI SUMATERA BARAT KAB. SOLOK*) KAB. SW.LUNTO KAB. TANAH DATAR KAB. P PARIAMAN KAB. AGAM KAB. 50 KOTA KAB. PASAMAN *) KAB. KEP MENTAWAI

PROPINSI RIAU KAB. INDRAGIRI HULU KAB. BENGKALIS KAB. INDRAGIRI HILIR KAB. PELALAWAN KAB. ROKAN HULU KAB. ROKAN HILIR KAB. SIAK KAB. K SINGINGI

PROPINSI JAMBI KAB. MEANGIN KAB. SAROLANGUN KAB. BATANGHARI KAB. T JABUNG BARAT KAB. T JABUNG TIMUR KAB. BUNGO KAB. TEBO

PROPINSI SUMATERA SELATAN KAB. OGAN KOM ILIR *) KAB. MUARA ENIM KAB. LAHAT KAB. MUSI RAWAS KAB. MUSI BANYUASIN

PROPINSI BENGKULU KAB. REJANG LEBONG *) KAB. BENGKULU UTARA

PROPINSI LAMPUNG KAB. LAMPUNG TENGAH KAB. LAMPUNG UTARA KAB. LAMPUNG BARAT KAB. TULANG BAWANG KAB. TANGGAMUS KAB. WAY KANAN

PROPINSI BANGKA BELITUNG*) KAB. BELITUNG

WILAYAH TENGAHPROPINSI DKI JAKARTA KODYA JAKARTA PUSAT***) KODYA JAKARTA UTARA***) KODYA JAKARTA BARAT***) KODYA JAKARTA SELTN***) KODYA JAKARTA TIMUR***)

PROPINSI JAWA BARAT KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON

PROPINSI JAWA TENGAH KAB. BANYUMAS KAB. PURBALINGGA KAB. BANJARNEGARA KAB. KEBUMEN KAB. PURWOREJO KAB. WONOSOBO KAB. MAGELANG KAB. BOYOLALI KAB. KLATEN KAB. SUKOHARJO KAB. WONOGIRI KAB. KARANGANYAR KAB. SRAGEN KAB. GROBOGAN KAB. BLORA KAB. REMBANG KAB. PATI KAB. KUDUS KAB. JEPARA KAB. DEMAK KAB. SEMARANG KAB. TEMANGGUNG KAB. KENDAL KAB. BATANG KAB. PEKALONGAN KAB. PEMALANG KAB. TEGAL KAB. BREBES

PROPINSI D.I. YOGYAKARTA KAB. BANTUL KAB. GUNUNG KIDUL*) KAB. SLEMAN

PROPINSI JAWA TIMUR KAB. PONOROGO KAB. TRENGGALEK KAB. TULUNGAGUNG KAB. BLITAR KAB. KEDIRI KAB. MALANG KAB. LUMAJANG KAB. JEMBER KAB. BANYUWANGI KAB. BONDOWOSO KAB. SITUBONDO KAB. PROBOLINGGO KAB. PASURUAN KAB. SIDOARJO KAB. MOJOKERTO KAB. JOMBANG KAB. NGANJUK KAB. MAGETAN KAB. MADIUN KAB. NGAWI KAB. BOJONEGORO KAB. TUBAN KAB. LAMONGAN KAB. GRESIK KAB. BANGKALAN KAB. SAMPANG KAB. PAMEKASAN KAB. SUMENEP

PROPINSI BANTEN KAB. LEBAK KAB. TANGERANG KAB. SERANG KOTA TANGERANG

PROPINSI KAL BARAT KAB. PONTIANAK KAB. SANGGAU *) KAB. KETAPANG KAB. SINTANG *) KAB. KAPUAS HULU

PROPINSI KAL TENGAH KAB. KW TIMUR KAB. KAPUAS KAB. BARITO SELATAN KAB. BARITO UTARA

PROPINSI KAL SELATAN KAB. KOTABARU KAB. BANJAR KAB. BARITO KUALA KAB. TAPIN KAB. H SUNGAI SLTN KAB. H SUNGAI TNGH KAB. H SUNGAI UTARA KAB. TABALONG

PROPINSI KALIMANTAN TIMUR KAB. KUTAI KERTANEGARA KAB. BERAU KAB. BULUNGAN KAB. NUNUKAN KAB. MALINAU KAB. KUTAI BARAT KAB. KUTAI TIMUR

WILAYAH TIMURPROPINSI BALI KAB. TABANAN KAB. BADUNG KAB. GIANYAR KAB. KLUNGKUNG KAB. BANGLI KAB. KARANGASEM KAB. BULELENG KOTA DENPASAR

PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT KAB. LOMBOK TENGAH KAB. LOMBOK TIMUR KAB. SUMBAWA *) KAB. DOMPU*) KAB. BIMA*)

PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR*) KAB. TIMOR TENGAH SELATAN KAB. TIMOR TENGAH UTARA*) KAB. BELU KAB. ALOR KAB. FLORES TIMUR KAB. SIKKA KAB. ENDE KAB. NGADA KAB. MANGGARAI KAB. SUMBA TIMUR *) KAB. SUMBA BARAT*) KAB. LEMBATA

PROPINSI GORONTALO KAB. BOALEMO

PROPINSI MALUKU KAB. MALUKU TENGGARA *) KAB. MALUKU TENGGARA BRT KAB. BURU KAB. KEPULAUAN ARU*)

PROPINSI MALUKU UTARA KAB. HALMAHERA TENGAH KAB. HALMAHERA UTARA KAB. HALMAHERA SELATAN KAB. KEPULAUAN SULA

PROPINSI PAPUA KAB. JAYAWIJAYA KAB. JAYAPURA KAB. NABIRE KAB. YAPEN WAROPEN KAB. BIAK NUMFOR*) KAB. PUNCAK JAYA KAB. MIMIKA

PROPINSI PAPUA BARAT KAB. MANOKWARI KAB. FAK FAK

Keterangan :*) Kabupaten yang memiliki cadangan air minum terbatas**) Kabupaten dengan kondisi air minum sangat kurang***) Daerah yang air tanahnya ti dak siap untuk di konsumsi.

(eko/wawasan.com)

Berikut Daerah Rawan Air di Indonesia menurut data Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum.

Page 42: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

42

Testimoni

Guru yang Mengurusi Sampah dan Limbah Kecintaan Teti Suryati, kelahiran Garut, 18 April 1961, pada tanaman dan lingkungan

mendorongnya gencar menyosialisasikan pengolahan sampah menjadi kompos. Dan sebagai pilar pertama kesehatan lingkungan sekolah. Awalnya, guru Biologi SMAN 12 Jakarta ini sekadar membagi ilmu dengan sesama guru di Jakarta, lalu meluas sampai di berbagai wilayah di Tanah Air.

Keengganan warga mengolah sampah dan limbah rumah tangga dijawab Teti dengan menciptakan alat pembuat kompos atau komposter sederhana. Komposter buatan Teti berbahan kaleng bekas cat berukuran 25 kilogram, yang diberi alat pemutar pada bagian samping atau tutup kaleng. Semua ini berawal saat Teti terpilih sebagai kader kebersihan oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta, enam tahun lalu. Sebagai kader, dia mendapat banyak informasi tentang pengolahan sampah dan limbah menjadi kompos.

Pengetahuan itu tak dibiarkannya begitu saja. Tetapi dia mengembangkannya dengan menciptakan komposter. Untuk memenuhi selera masyarakat, Teti telah mengembangkan 13 tipe komposter dengan bahan baku kaleng dengan alat pemutar. Tahun lalu, dia

mengembangkan komposter gantung yang dibuat dari tempayan air,

untuk mengajari warga membuat kompos cair. “Setiap kali saya ceramah soal pengolahan sampah dan limbah di seputar rumah, warga malah bertanya ’ngapain susah-susah ngurus sampah?’ Mereka merasa sudah membayar retribusi kebersihan, jadi enggak perlu pusing mikirin sampah,” cerita Teti.

Ketika ia meminta warga belajar bikin kompos, ”Sebagian warga menjawab, untuk apa? Beli saja, kompos kan harganya murah, cuma Rp 1.000 per kilogram,” ujarnya. Sikap apatis warga yang dia datangi lewat kelompok arisan, pengajian, PKK, warga perumahan, guru, maupun karyawan itu tetap tak menyurutkan semangat Teti untuk berbagi dan mengubah paradigma berpikir masyarakat soal sampah. Keluhan itu justru membuat dia kreatif dengan menciptakan komposter untuk mengurangi sampah dan limbahdi rumah.

Umumnya warga kota malas berurusan dengan sampah dan limbah organik atau basah yang mudah berbau busuk. Mereka enggan membuka tempat pembuangan sampah, lalu mengaduknya agar tak bau dan berbelatung.

”Dari situlah saya terpikir harus membuat alat pengaduk sehingga tempat sampah dan limbah organik tak harus sering dibuka. Saya lalu ke tukang las, minta kaleng bekas cat itu dilubangi sisi kiri dan kanannya, lalu

DOK. PRIBADI

Page 43: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

43

Edisi II, 2010

dipasangi seperti jeruji yang memudahkan pemutaran sampah dan limbah di dalamnya,” tuturnya. Komposter ala Teti bahkan bisa disimpan di ruang tamu, tanpa orang sadar bahwa isinya sampah dan limbah basah. Adapun komposter gantung dari tempayan air cocok dipasang di rumah yang tak punya halaman.

Bersih dan hijauKeterlibatan Teti mengajak warga memilah dan

mengolah sampah dan limbah semakin intens ketika suaminya terpilih menjadi Wakil Ketua RW 15, Kampung Bulak, Klender, Jakarta Timur, tahun 2004. Teti, yang saat itu aktif sebagai instruktur pendidikan lingkungan hidup bagi guru-guru DKI Jakarta, merasa harus mendukung tugas suami. ”Ketika itu ada lomba RW bersih dan sehat tingkat kelurahan. Saya ikut terlibat di PKK dan harus menggerakkan semua warga agar berpartisipasi,” kenangnya.

Kondisi lingkungan tempat tinggal yang kumuh dan sempit menginspirasi dia untuk mengajak warga mengubahnya menjadi lingkungan yang bersih dan hijau. Ia minta setiap rumah menanam dua pohon. ”Ini menimbulkan pro-kontra.”

Warga yang umumnya masyarakat menengah-bawah keberatan harus membeli tanaman dan pot. Teti pun menyarankan kaleng bekas sebagai ganti pot. Selain itu, setiap pukul 16.00, salah satu penghuni rumah harus membersihkan halaman masing-masing. Bagi warga yang tak bersedia, ada denda menyediakan dua pohon di depan rumah.

”Cara itu efektif untuk membangkitkan kesadaran warga. Mereka ikut aktif menciptakan kebersihan lingkungan. Setelah tampak hasilnya, warga jadi gemar bertanam,” kata Teti. Hasilnya? RW 15 ditunjuk sebagai RW percontohan di Jakarta Timur.

Namun, kecintaan warga menanam itu menimbulkan persoalan lain. Mereka sulit menemukan media tanam. Dan Teti lalu memperkenalkan kompos sebagai media tanam.

Pembuatan kompos menuntut warga punya kebiasaan memilah sampah dan limbah di rumah. Sampah dan limbah organik warga RW itu dikumpulkan di enam posko, sedangkan sampah dan limbah non organik, seperti kertas, plastik, dan kayu, dijual atau dibuat kerajinan tangan. Petugas kebersihan hanya mengangkut sampah dan limbah yang sama sekali tak bisa didaur ulang.

Dalam kurun 2004-2006, RW 15 ”hanya” mendapat juara ketiga RW bersih dan sehat tingkat provinsi

DKI Jakarta. Tetapi, kebiasaan mengelola sampah dan limbahrumah dan mengolahnya menjadi kompos telah menjadi pola hidup warga. Mereka cinta lingkungan bukan karena ada lomba.

Baru pada 2007, RW 15 menjadi juara nasional RW Bersih yang diselenggarakan Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Sejak itu, kawasan ini sering didatangi masyarakat dan pejabat yang ingin mengetahui bagaimana warga setempat mengelola sampah dan limbah rumah tangga.

Untuk menumbuhkan kesadaran warga, seperti memilah sampah dan limbah di rumah, tak semudah membalik telapak tangan. Padahal, sampah dan limbah organik mencapai 60 persen dari total sampah dan limbah rumah tangga. ”Kalau semua orang mau sedikit saja susah, memilah sampah dan limbah dan mengolahnya, bayangkan, betapa nikmatnya lingkungan hidup ini. Akibat global warming pun bisa diminimalkan,” ujarnya lebih lanjut.

Tahun 2006 Teti menggagas muatan lokal lingkungan hidup sebagai materi pelajaran di sekolah tempatnya mengajar. Pengolahan sampah dan limbah termasuk salah satu materi yang diajarkan. Ia membuat semacam kurikulum, siswa diajak praktik di rumah dan di sekolah.

Apa yang dia lakukan membuahkan hasil. Sekolah tempatnya mengajar, SMAN 12 Jakarta, terpilih sebagai sekolah berwawasan lingkungan tingkat nasional. Dalam lomba pemanfaatan sampah dan limbah oleh pelajar yang digelar World Wildlife Fund, SMAN 12 Jakarta meraih juara kedua. Siswa mengolah sampah dan limbahplastik menjadi aksesori.

Kiprah Teti yang gencar memperkenalkan pengolahan sampah dan limbah skala rumah tangga dan sekolah ini menarik perhatian berbagai pihak yang peduli lingkungan hidup. Dia semakin sering diminta menjadi pembicara ke berbagai kota, seperti Balikpapan, Pontianak, dan Bandar Lampung. Ia muncul dalam talkshow di radio dan televisi.

Teti semakin sibuk sebagai pembicara soal pengolahan sampah dan limbah dan pemberdayaan warga untuk menciptakan lingkungan hidup yang bersih dan hijau. Namun, dia tak mengabaikan tugasnya sebagai guru.

Nama : Dra Teti Suryati Lahir : Garut, 18 April 1961Agama : IslamProfesi : Guru SMAN 12 JakartaSuami : HeriyantoAnak : Muti Axanoriyanti , Meti Asokariyanti dan Media Heriyanto

Page 44: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

44

Reportase

Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) telah diperkenalkan di Kabupaten Grobogan semenjak tahun 2008. Melalui program ini, Pokja

AMPL Grobogan dan Plan Indonesia telah melakukan kerjasama untuk membentuk tim STBM di seluruh tingkat kecamatan di Grobogan dengan pilot CLTS di 6 desa. Hingga kini, Kabupaten Grobogan telah memiliki 2 desa yang terbebas dari perilaku buang air besar sembarangan, yaitu kabupaten Panimbo dan kabupaten Gunung Tumpeng. Keberhasilan penerapan STBM di kabupaten Grobogan ini akan dikembangkan dengan melakukan scaling up di 153 desa di 10 kecamatan. Rencananya kegiatan upscaling ini merupakan bagian dari kerjasama program Pokja AMPL dan Plan Indonesia.

Terkait dengan hal tersebut Pokja AMPL Grobogan menyelenggarakan kegiatan roadshow STBM dalam rangka sosialisasi dan advokasi program STBM kepada para pemangku kepentingan. Kegiatan ini diselenggarakan pada Selasa, 15 Juli 2010 bertempat di Ruang Riptaloka Kantor Pemerintah Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Acara ini dibuka oleh Wakil Bupati Grobogan, Icek Baskoro, dan juga dihadiri oleh Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas, Budi Hidayat.

Dalam sambutannya Budi Hidayat menyampaikan pentingnya kegiatan STBM, mengingat masih ada sekitar 70 juta masyarakat Indonesia yang masih buang air besar sembarangan dan akibatnya negara mengalami kerugian sebesar 56 triliun setiap tahunnya. Untuk itu, diperlukan kerjasama semua pihak untuk mengatasi

persoalan tersebut. Hal inipun diamini oleh Wakil Bupati Grobogan yang menyambut

gembira rencana scaling up STBM ini. Sebagai komitmen, pada kesempatan ini juga dilakukan pendeklarasian komitmen 10 kecamatan bebas dari perilaku buang air besar sembarangan di tahun 2012.

Agar program dan pendekatan STBM dapat tersosialisasikan dan teradvokasikan dengan baik, dalam acara ini juga diselenggarakan talkshow yang dihadiri oleh Nugroho Tri Utomo dari Direktorat Permukiman dan Perumahan Bappenas, Atang Saputra dari Direktorat Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, dr. Djauhari dari Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan dan Alit Avianne dari Plan Internasional Indonesia. Dalam diskusi dikemukakan bahwa pendekatan STBM ini terbilang efektif, karena belajar dari pengalaman yang lalu bahwa pembangunan sanitasi tidak dapat berhasil apabila masyarakat tidak mengubah perilakunya. Selain itu, pendekatan STBM ini menitikberatkan pada keterlibatan dan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan. Namun sebagai catatan, meski peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan, keterlibatan pemerintah daerah juga sangat dibutuhkan untuk menjaga keberlanjutan. Untuk itu, diperlukan pembagian peran yang jelas dalam pembangunan. DHA

Roadshow Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Grobogan

ISTIMEWA

ISTIMEWA

Page 45: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

45

Edisi II, 2010

Sebagai upaya merespon dan menyinergikan kegi-atan pembangunan AMPL yang ada di Indonesia, Pokja AMPL mengadakan pertemuan Perenca-

naan AMPL tahun 2010. Pertemuan ini diadakan guna mengkonsolidasikan kegiatan pembangunan AMPL yang dilakukan instansi pemerintah nasional dan mitra kerja yang terdiri dari program serta proyek dan Lembaga Swadaya Masyarakat atau Non Government Organization (NGO).

Pertemuan ini diadakan di Hotel Sahira Bogor, pada tanggal 2-3 Agustus 2010, dan dihadiri segenap anggota Pokja AMPL (Kementeri-an Dalam Negeri, Kemen-terian PU, Kementerian Kesehatan, dan Bappenas), serta para mitra kerja dari Program/Proyek (PPSP, WASPOLA, WES Unicef, ProAir, dan lainnya). Per-temuan ini dibuka oleh Maraita Listyasari dari Direktorat Perkim Bap-penas, Pelaksana Harian Se kretariat Pokja AMPL Nasional.

Dalam pembahasan mengenai sinergi, terungkap beberapa kebutuhan untuk mendukung percepatan pencapaian target pembangunan AMPL Nasional yang tercantum di RPJMN 2010-2014 dan target MDGs. Kebutuhan tersebut antara lain per-lunya mengefi sienkan pelaksanaan kegiatan AMPL agar tidak dilakukan berulang-ulang oleh berbagai pelaku di lokasi yang sama, menyinergikan jadwal kegiatan dari berbagai pelaku agar tidak bertabrakan, perlunya mengumpulkan database daerah sebagai referensi pemba-ngunan AMPL, serta perlunya meningkatkan peran provinsi dalam pembangunan AMPL Nasional.

Dari pembahasan tersebut, antara lain disepakati bahwa perlu ada konsolidasi indikasi jadwal dan konsolidasi ke-giatan dari berbagai pelaku yang diterjemahkan menjadi Almanak AMPL untuk menjadi acuan penentuan jadwal kegiatan, pembuatan database daerah, serta penyusunan Roadmap AMPL dan Juklak-Juknis pemba ngunan AMPL sebagai acuan bagi pelaku pembangunan AMPL.

Setelah pembahasan de ngan mitra kerja, para instansi anggota Pokja AMPL melakukan kick-off meeting per-siapan pelaksanaan MA 999 Perdesaan yang merupakan mata anggaran Pokja AMPL dari APBN. Kick-off meeting ini akan menjadi titik tolak pelaksanaan kegiatan Pokja AMPL tahun 2010 yang dimulai bulan Agustus ini. Ke-giatan yang akan dilakukan meliputi kegiatan Peningkat-an Kapasitas, Koordinasi dan Operasionalisasi Kebijakan, Dukungan terhadap Program/Proyek AMPL, Advokasi dan Sosialisasi, serta Monitoring dan Evaluasi.

Persoalan DataPengelolaan data pem-

bangunan AMPL meru-pakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari bidang AMPL, yang merupakan kebutuhan dasar manusia dan menjadi urusan wa-jib pemerintah pusat dan daerah. Pengelolaan data ini diperlukan dalam upaya meningkatkan kinerja pem-bangunan AMPL. Namun demikian, kesadaran akan perlunya data yang akurat

masih menjadi persoalan.Melihat besaran persoalan terse-but, diperlukan suatu konsep praktis yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mengelola data AMPL.

Konsep yang ditawarkan pada dasarnya mencakup penyamaan persepsi tentang pentingnya data AMPL dalam pembangunan AMPL pemerintah daerah, baik perencanaan maupun pemantauan. Mulai dengan varia-bel data yang prioritas sesuai kebutuhan (dapat mengacu kepada variabel pemantauan MDG). Mendata mulai dari tingkat terkecil yang dibutuhkan bagi perencanaan dan pemantauan, yaitu mulai dari tingkat dusun, desa, keca-matan, sampai kabupaten. Menawarkan metode registrasi rumah tangga bagi wilayah dengan ukuran jumlah pen-duduk kecil, dan uji petik (sampling) bagi wilayah dengan jumlah penduduk relatif besar. Yang tidak kalah pen-ting adalah melibatkan kader masyarakat dan para pelaku data lokal. (eko)

Pertemuan Konsolidasi Pembangunan AMPL Tahun 2010

ISTIMEWA

Page 46: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

46

Forum Tingkat Tinggi Menteri Lingkungan

Dampak Krisis Air Bagi Masyarakat Umum, Perempuan dan Anak-Anak

Sebuah forum pertemuan tingkat tinggi Menteri Lingkungan Asia , Afrika dan Uni Eropa guna membahas secara khusus persoalan Air Minum,

Sanitasi dan Lingkungan Hidup digelar di Johannes Berg, Afrika Selatan, 15-17 Juni 2010 lalu. Pertemuan tersebut diprakarsai oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) Perserikatan Bangsa-Bangsa sebelum Sidang Majelis Umum PBB yang membahas tentang persoalan Air Minum, Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan digelar di New York pada September 2010.

Dalam pertemuan tersebut, Badan Kesehatan Dunia mengungkapkan bahwa keributan masalah air minum bisa terjadi dalam suatu negara, kawasan,

ataupun berdampak ke benua luas karena penggunaan air secara

bersama-sama. Di Afrika, misalnya, lebih dari 57 sungai besar atau lembah danau digunakan bersama oleh dua negara atau lebih; Sungai Nil oleh sembilan, dan Sungai Niger oleh 10 negara. Sedangkan di seluruh dunia, lebih dari 200 sungai, yang meliputi lebih dari separo permukaan bumi, digunakan bersama oleh dua negara atau lebih. Selain itu, banyak lapisan sumber air bawah tanah membentang melintasi batas-batas negara, dan penyedotan oleh suatu negara dapat menyebabkan ketegangan politik dengan negara tetangganya.

Kekhawatiran bencana krisis air dunia ini juga disampaikan Dirjen Unesco Koichiro pada Forum Air Negara Dunia Ketiga yang berlangsung di Kyoto Jepang pada tanggal 16 – 23 Maret 2010 lalu. “Dunia akan dilanda krisis air, dalam kurun waktu beberapa dekade

ISTIMEWA

Reportase

Page 47: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

47

Edisi II, 2010

mendatang, karena meningkatnya populasi penduduk, polusi dan perubahan cuaca yang menghilangkan sumber-sumber alam yang paling berharga, demikian Laporan PBB yang diterbitkan Rabu. Dari semua krisis sosial maupun alam yang kita alami krisis air adalah yang paling utama untuk kelangsungan kehidupan kita dan planet bumi ini,” kata Dirjen UNESCO Koichiro Matsuura .

Menurutnya, tak akan ada bagian dari bumi yang terbebas dari krisis yang satu ini yang menyentuh setiap segi kehidupan mulai dari kesehatan anak-anak sampai kepada kemampuan suatu negara untuk dapat menjamin pengadaan pangan bagi rakyatnya. Penyediaan air telah menurun secara drastis pada tingkat tidak berkesinambungan.

Untuk dua puluh tahun mendatang, penyediaan air rata-rata bagi semua orang akan menurun sampai sepertiga dari yang ada sekarang ini. Laporan ini disebut sebagai kumpulan informasi yang paling lengkap dan rinci tentang persediaan air bersih dunia yang dikeluarkan oleh UNESCO koordinator konferensi internasional, Konferensi Air Negara-Negara Dunia Ketiga yang akan dijadwalkan bulan ini di Jepang.

Masa depan sebagian besar wilayah dunia terlihat suram. Laporan itu juga berisi perkiraan pada tahun 2050, dimana jumlah penduduk mencapai 2 miliar, tersebar di 48 negara, dan lebih dari 7 miliar di 60 negara, akan kekurangan air bersih.

Angka-angka tersebut amat tergantung pada jumlah populasi dan kebijakan pemerintah untuk menekan polusi dan limbah.

Walaupun angka kelahiran menurun secara signifi kan jumlah penduduk dunia masih akan mencapai kira-kira 9,3 miliar pada 2050 dibandingkan dengan 6,1 miliar pada tahun 2001. Polusi adalah hal terbesar dan terburuk yang menyebabkan rusaknya kelangsungan air bersih. Setiap hari sebanyak dua ton limbah masuk kedalam sungai, danau dan sumber air lainnya.

Pada saat ini menurut laporan tersebut terdapat 12 ribu km persegi sumber air dunia yang tercemar dengan catatan bila pola hidup tetap sama dengan apa yang terjadi sekarang maka jumlah itu akan mencapai 18 ribu

km persegi pada tahun 2050 hampir sembilan kali lipat jumlah yang dipakai untuk irigasi pada saat ini.

Penelitian itu juga menambahkan temuan yang didapat pada penelitian sebelumnya bahwa global warming meningkatnya suhu bumi disebabkan oleh kecerobohan manusia membakar sisa-sisa bahan bakar yang terdapat dalam lapisan bumi yang mengakibatkan kerusakan parah pada sumber air bersih.

Perubahan cuaca juga menjadi salah satu hal penyebab langkanya persediaan air bersih karenanya pola curah hujan akan berubah pula.

Wilayah bumi yang memiliki kelembaban tinggi kemungkinan akan mengalami curah hujan lebih tinggi walaupun sebenarnya wilayah tersebut mengharapkan adanya penurunan dan keadaan akan semakin memburuk didaerah tropis maupun sub-tropis. Mutu air akan semakin menurun dengan meningkatnya polusi dan temperatur.

Laporan tersebut menganjurkan beberapa hal, antara lain, para pemimpin dunia agar memiliki niat kebijakan untuk menghadapi krisis air dan menjujung tinggi komitmen yang telah dibuat oleh masing-masing negara.

Selain itu, menggalakkan sistem penanganan limbah bagi irigasi terutama di negera miskin. Kemudian, mendorong penanaman modal dalam penyediaan air bersih dan pembuangan limbah. Sekitar 12,6 miliar dolar AS diperlukan sebagai dana tambahan per tahunnya untuk dapat memenuhi target yang dicanangkan PBB. Biaya tersebut

diperuntukkan bagi program tahun 2015 yang bertujuan mengurangi

separuh jumlah orang-orang yang tidak mempunyai akses terhadap air bersih dan sistem sanitasi dasar.

Laporan tersebut berujung kepada kontroversi yang mempertanyakan perlunya penyediaan air bersih dilakukan oleh pihak swasta. Sektor swasta haruslah dilihat sebagai katalisator yang akan membantu menyelesaikan masalah air namun pengawasan atas sumber air haruslah dilakukan oleh pihak pemerintah dan pengguna,” demikian saran laporan tersebut. Sementara itu, badan pengawas mutu air dari PBB dalam laporannya mengatakan Finlandia memiliki air yang paling baik mutunya sedangkan Belgia memiliki yang terburuk.

Untuk dua puluh tahun

mendatang, penyediaan

air rata-rata bagi semua

orang akan menurun

sampai sepertiga dari

yang ada sekarang ini.

undic

dip201

h jumlah orang

Untuk dua

Page 48: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

48

Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (PERPAMSI), Ikatan Ahli

Tehnik Lingkungan Indonesia (IATPI) dan International Water Association (IWA) akan menggelar Indonesia Water and Wastewater Expo and Forum (IWWEF) 2011 yang akan digelar pada tanggal 18 hingga 20 Januari 2011 di Hotel Bidakara Jakarta. Diharapkan expo ini diikuti oleh 394 PDAM di seluruh Indonesia dan dihadiri 5000 orang ini menurut rencana akan dibuka oleh Wakil Presiden, Budiono.

Pada kesempatan itu, Dirjen Cipta Karya, Budi Yuwono menegaskan lewat kegiatan ini diharapkan dapat terjadi transformasi teknologi dan ditemukan kiat atau strategi yang baik dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap air bersih dan penyehatan lingkungan. “Saya berharap kita tidak hanya menjadi penonton dan pengguna teknologi tetapi juga

menciptakan teknologi terbaru dibidang tehnik lingkungan dan

air bersih yang dapat dibagi kepada masyarakat yang membutuhkan,” tukasnya di sela-sela acara Jumpa Pers terkait pelaksanaan IWWEF 2011 pada 2 Juli 2010 di Jakarta.

Menurut dia, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum menargetkan tahun 2015, secara nasional cakupan air bersih mencapai 63 persen dan sanitasi sebesar 62 persen. Oleh karena itu diperlukan pemetaan masalah di tingkat daerah. Tujuan tersebut merupakan bagian dari Millenium Development Goals (MDGs) yang digagas tahun 2000 lalu. Program ini adalah program berkesinambungan untuk air bersih dan sanitasi bagi penduduk Indonesia.

Selama perjalanan 10 tahun ini memang masih belum terealisasi dengan baik karena menemui kendala. Ada pun kendala yang jadi perhatian adalah masih banyaknyaPerusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang belum sehat. Selain itu permasalahan air bersih dan sanitasi di kota/kabupaten belum diinventarisir dengan baik. Sehingga untuk mendapatkan solusi daerah harus duduk bareng dengan pemerintah pusat. Dikatakan pihaknya ingin melakukan langkah nyata untuk

mengkonsolidasikan program pencapaian MDGs dalam sebuah Roadmap yang dapat dijadikan dasar bagi semua pihak untuk berkontribusi.

Menurut Budi, selama ini pemenuhan pencapaian MDGs Indonesia sebagian besar berada pada jalur yang benar, sebagian lainnya masih memerlukan kerja keras. Untuk

itu, lanjutnya, masih perlu dilakukan penajaman guna mendorong percepatan pencapaiannya. Upaya tersebut perlu mempertimbangkan disparitas wilayah, sehingga tidak hanya dilihat dari portofolio seluruh wilayah dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, tetapi juga pada agregat perpropinsi yang perlu menjadi tolok ukur bersama terhadap keberhasilan pencapaiannya. “Dengan demikian pencapaian akan dinilai dari keseluruhan provinsi terkait MDGs yang notabene hal ini perlu menjadi perhatian bersama khususnya dari pihak provinsi dan kabupaten/kota,” ujarnya. [eko]

Pameran

INDOWATER 2010

ISTIMEWA

. . .tidak hanya menjadi penonton dan pengguna

teknologi tetapi juga menciptakan teknologi terbaru dibidang tehnik

lingkungan dan air bersih. . . In

jalma

itu,man guna mend

b l

. . .tidak ht

Reportase

Page 49: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

49

Edisi II, 2010

Air tanah Jakarta sudah tidak dapat dipakai lagi sejak 12 tahun yang lalu. Dengan demikian, yang selama ini diambil oleh warga Jakarta dari dalam

tanah bukan lagi air tanah, melainkan cadangan air purba yang tersimpan di bebatuan. “Kita sudah mengambil cadangan air tanah purba kita, yang kita isi tidak lebih banyak dari yang kita ambil,” ujar Ketua Water Institute, Dr Firdaus Ali dalam acara diskusi media di Jakarta, akhir Juli lalu di IATPI,

Penggunaan air tanah purba yang terus-menerus tersebut, kata Firdaus Ali, dapat menyebabkan menurunnya permukaan tanah sehingga diperkirakan Jakarta akan tenggelam sebelum penyediaan air tanah purba itu habis. “Enggak ada pilihan. Sekarang bagaimana mengerem agar tidak naik air laut, tidak turun air tanah, dengan jangan membiarkan semua kebutuhan air bersih rumah tangga mengandalkan air tanah, gunakan air permukaan, perpipaan, PAM,” imbuhnya.

Untuk diketahui, menurut data yang disampaikan Firdaus Ali, kecepatan penurunan muka tanah Jakarta pada 2007-2008 mencapai 26 cm per tahun. Untuk itulah, menurut Firdaus Ali, diperlukan strategi dalam memenuhi kebutuhan air Jakarta tanpa mengeksplorasi air tanah berlebihan, yakni dengan memperbaiki pelayanan air perpipaan (PAM), pengendalian bertahan eksploitasi air tahan dalam melalui Peraturan Gubernur 37/2009 yang sudah dilaksanakan, merencanakan dan mengimplementasikan upaya memanen air hujan dan daur ulang limbah cair, serta restorasi dan melindungi sumber air permukaan kota.

Defi sit air baku Jakarta telah mencapai 11.982 liter per detik pada tahun 2010. Jumlah tersebut diyakini akan membengkak lebih dari tiga kali lipatnya pada akhir 2025, yakni menjadi 35.786 liter per detik. Hal tersebut disampaikan anggota Badan Regulator Pelayanan Air Minum (BRPAM) DKI Jakarta Firdaus Ali.

Menurut Firdaus Ali, Jakarta mengalami defi sit air karena 13 sungai yang melewati Jakarta tidak dapat menjadi sumber air baku yang layak. Dengan demikian, penyediaan air bersih perpipaan (PAM) hanya mencakup

44 persen dari kebutuhan air warga Jakarta. “Ada 13 sungai yang melewati, tapi tidak ada satu pun yang layak jadi air PAM kecuali Kali Krukut. Tapi saya katakan, Krukut juga tidak layak, kebocoran PAM juga masih sangat tinggi,” katanya.

Selain itu, harga air pipa di Jakarta, menurut Firdaus Ali, masih sangat tinggi dibandingkan harga di kota-kota lain. Harga tertinggi air pipa di Jakarta mencapai Rp 14.650 tiap meter kubik, sedangkan di Surabaya hanya Rp 10.000 tiap meter kubik, menurut data Mei 2010. Harga tersebut juga jauh lebih tinggi dibandingkan harga

Sudah 12 Tahun

Air Tanah di Jakarta Tidak Layak Konsumsi

POKJA

Page 50: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

50

air pipa di negara-negara Asia Tenggara lainnya. Sebagai contoh, Taipei yang hanya mematok harga Rp 2.196 untuk tiap meter kubik air pipa.

Kondisi tersebut kemudian akan mengakibatkan penggunaan air tanah yang tidak terkendali oleh warga. Pada tahun 2007 saja, kata Firdaus Ali, berdasarkan data pemerintah, jumlah pemakaian air tanah dalam oleh warga mencapai sekitar 22 juta. “Padahal, menurut perhitungan saya, yang diambil Jakarta itu 11 kali dari yang dikatakan, dari 22 juta,” katanya.

Sementara itu, Kepala BPLHD DKI Jakarta, Ir Peni Susanti menyebutkan Laju kelahiran dan urbanisasi menyebabkan pertambahan jumlah penduduk Jakarta semakin meningkat. Hal ini menyebabkan kebutuhan air bersih ikut meningkat pula. Pada tahun 2009, jumlah penduduk Jakarta mencapai 8,5 juta orang. Berdasarkan standar IWA, setiap orang membutuhkan 190 liter air per hari, sedangkan dunia usaha membutuhkan 30 persen dari total kebutuhan domestik. Secara total, masyarakat Jakarta dengan total jumlah penduduk sebesar 11,437 juta jiwa (Badan Regulator Pelayanan Air Minum, 2010) membutuhkan air bersih sekitar 2,099 miliar liter per hari atau 24.300 liter per detik.

Berdasarkan data Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta, produksi air bersih tahun 2009 hanya mencapai 19.328 liter per detik. Padahal, itu sudah mengalami peningkatan dari seluruh Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang ada saat ini. Dengan demikian, pada tahun 2009 saja sudah terjadi defi sit air bersih 4.972 liter

per detik. Belum lagi masalah kebocoran yang masih sangat tinggi,

yaitu sekitar 48,1persen. Untuk menghadapi masalah tersebut, ke depan PAM Jaya harus memiliki strategi untuk mengatasi defi sit air.

Penelitian Walhi Sedangkan Eksekutif Nasional Wahana

Lingkungan Hidup Indonesia P. Raja Siregar, mengatakan, kondisi air tanah Jakarta makin menurun dan tidak layak dikonsumsi.

Dari data Pemda dan Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2002 diketahui bahwa air tanah di Jakarta antara lain telah tercemar bakteri ecoli, dan intrusi air laut yang hingga kini telah sampai ke daerah Slipi, Jakarta Barat.

“Sekitar 50 persen warga Jakarta mengonsumsi air tercemar yang diambil dari sumur mereka, karena hanya 50 persen warga yang tersambung oleh pipa PAM,”

katanya.Raja Siregar mengatakan, di daerah

Rawamangun, Jakarta Timur, airnya bahkan tidak layak lagi digunakan untuk mandi, karena berminyak, berwarna coklat dan licin.

Sementara itu, warga Kelurahan Tomang Jakarta Barat mengaku lebih banyak memilih menggunakan air dari Perusahaan Air Minum (PAM) daripada air tanah.

“Air tanah di sini sudah tidak bisa dipakai lagi,” kata Ny. Ibrahim, warga Jalan Rawa Kepa Kelurahan Tomang.

Menurut dia, air tanah hasil sedotan dari mesin pompa air berwarna kuning dan kadang-kadang ada sedikit lapisan berminyak. Baju akan dekil jika dicuci dengan air tersebut.

Bahkan Eman, salah seorang Ketua Rukun Tetangga (RT) di Kelurahan Tomang, mengatakan bahwa ember yang digunakan untuk menampung air hasil sedotan pompa listrik pun akan berwarna kuning dan tidak bisa dihilangkan.

“Saat ini, jika ingin memperoleh air tanah dengan kondisi yang jernih, sangat sulit,” katanya.

Menurut dia, jika tetap ingin menggunakan pompa listrik jenis jetpump, harus dilakukan pengeboran hingga kedalaman lebih dari 30 meter, baru bisa diperoleh air tanah yang jernih dan bisa dikonsumsi. Dan jika pengeboran tidak mencapai lebih dari 30 meter, air yang dihasilkan akan berwarna kuning karena mengandung banyak zat besi.

Sekretaris kelurahan setempat, Riyanto, mengatakan

. . . kondisi air tanah Jakarta

makin menurun dan tidak layak

dikonsumsi.TombanPertan

“Air tanah di s

. . . kond

POKJA

Reportase

Page 51: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

51

Edisi II, 2010

bahwa warganya lebih memilih menggunakan air PAM daripada air tanah. “Airnya lebih jernih dan tidak berbau, meskipun jika siang hari alirannya sangat kecil dan baru pada malam hari alirannya deras,” katanya.

Penjual Air Keliling Dengan semakin banyaknya warga yang

menggunakan fasilitas air ledeng (PAM), maka rezeki pada penjual air keliling di kawasan Tomang pun cenderung menurun. Walau demikian, penjual air keliling di wilayah Jakarta Utara masih tetap bertahan, karena air tanah di daerah ini sudah lama terintrusi air laut.

“Memang tidak seramai dulu, tapi sampai sekarang kita masih bisa jualan. Untuk makan sehari-hari cukuplah,” ujar Wartono, pegawai pangkalan air Saron yang berlokasi di Jalan Ancol Selatan I No. 47, Sunter Agung, Jakarta Utara. Mereka sekarang mengaku hanya menjual air ke warung-warung di pinggir jalan yang sudah menjadi pelanggan tetap.

Tanpa pelanggan tetap, tidak mungkin bagi penjual air bisa bertahan. “Kita punya langganan tetap, kalau enggak punya langganan siapa yang mau beli,” ujar Marto, penjual air keliling yang sudah berjualan sejak 1981. Oleh karena itu, kata Marto, sebagian besar penjual air keliling di sana telah beroperasi sejak 1980-an. Ia bahkan mengaku mempunyai sejumlah pelanggan tetap selama 15 tahun.

“Bisnis penjualan air kami biasanya per minggu bisa 30 sampai 40 tangki, tapi sekarang hanya 15 sampai 20 tangki,” kata Iman, seorang pengusaha air tangki. Situasi

pengambilan air di Gudang Air terlihat lima truk tangki air menunggu order. Menurut Wandi, kalau orderan banyak, antrean mobil truk tangki memanjang hingga Pasar Induk Kramat Jati yang jaraknya sekitar 400 meter dari Gudang Air. Meskipun sepi, namun Iman yakin penjualan air ini tetap akan bertahan, karena air bersih merupakan kebutuhan penting. “PAM juga tidak bisa melayani seluruh masyarakat, alternatifnya membeli per air per tangki,” ujar Iman

Kondisi air tanah di Indonesia, terutama kota besar seperti Jakarta sudah memprihatinkan. Di kawasan petak dayak, Jelambar, Jakarta Barat salah satunya. Jika dibiarkan, Jakarta akan kekurangan air pada 2015 nanti. Kondisi nyaris sama dialami warga di Nusa Tenggara. Selain keruh, air tanah yang hanya dipakai untuk mandi dan mencuci itu berbau serta berasa payau.

Penelitian Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menunjukkan, sebanyak 94 persen air tanah di Jakarta sudah tercemar bakteri ecoli dan colifom. Bakteri ini timbul akibat pencemaran limbah industri maupun rumah tangga. Pembangunan yang tidak memperhatikan sistem lingkungan dan peresapan air juga membuat kondisi air tanah makin parah.

Krisis air juga ditandai dengan kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim penghujan. Jika perbaikan regulasi tata bangun kota dan kelola air tidak dilakukan, kondisi akan semakin parah. Peran masyarakat seperti menghemat pemakaian air, penghijauan, dan membuat resapan air juga diperlukan (eko)

ISTIMEWA

Page 52: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

52

Arti kel ini memaparkan teknologi disti la-tor surya yang digunakan baik untuk pemurnian air, maupun merubah air laut menjadi air tawar (desalinasi). Teknologi ini bisa digunakan dimana saja asalkan

tempat tersebut mendapat penyinaran matahari. Pada dasarnya teknologi ini beoperasi melalui proses peng-uapan yang diikuti oleh pengembunan. Disti lasi surya sangat berguna untuk memurnikan air dari polutan-polutan berbahaya. Keti ka mengalami pemanasan, air menguap sedangkan polutan terti nggal, karena perbedaan volati litas. Dalam kasus desalinasi, air murni (ti dak mengandung garam) menguap kemudian mengembun sedangkan garam dan mineral lainnya

akan tersisa. Dengan demikian akan diperoleh desti lat air yang relati f sangat murni dan ti dak asin sama sekali.

Konstruksi Disti lator SuryaDisti lator surya dibuat dengan bentuk tadahan-

tadahan air sebagai tempat menuangkan air yang akan didisti lasi. Tadahan-tadahan tersebut berhubungan melalui pipa penghubung dan disusun sedemikian rupa sehingga saling bersambung dan saling membawahi sehingga membentuk sudut kemiringan 30°. Hal ini menyebabkan air bisa mengalir dari penadah atas ke bawah akibat gaya gravitasi. Pada bagian atas, susunan tadahan tersebut ditutup dengan penutup transparan (kaca, mika, akrilik, plasti k). Dengan demikian, cahaya

matahari dapat masuk memanaskan air, sehingga menyebabkan terjadinya penguapan air. Uap air yang terbentuk naik ke atas, dan akibat terhalang oleh permukaan bawah/dalam penutup yang memiliki temperatur yang lebih rendah, berakibat uap air terkondensasi mem-bentuk buti r-buti r air (kondensat). Ka-rena posisi pemasangan penutup dibuat miring, buti r-buti r kondensat tersebut mengalir sepanjang penutup dan jatuh di bagian ujung untuk selanjutnya ditam pung. Untuk lebih jelasnya perha-ti kan Gambar 1.

Produkti fi tasFlux energi surya yang sampai ke per-

mukaan atmosfer bumi rata-rata adalah 1.4 kW/m2. Namun demikian karena berbagai faktor, hanya kurang dari 1 kW/m2 yang benar-benar sampai ke per-mukaan tanah pada siang hari. Jumlah

Panduan

Kiat Mudah Buat Distalator Surya untuk Pemurnian Air Oleh M Rois Bilad, Peneliti LIPI

Gambar 1: Ilustrasi konstruksi Disti lasi Surya

Page 53: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

53

Edisi II, 2010

fl ux energi yang diterima oleh disti lator surya tergantung pada kemi ringan, kondisi cuaca, lokasi, dan lain-lain. Flux maksimum energi yang bisa diterima oleh disti lator surya kira-kira 8kW jam/m2/hari. Namun demikian, pada banyak disti lator surya satu tahap yang telah dibuat, paling banyak me nerima 6kW/m2/hari (perkiraan di Indonesia, di USA hanya 5 6kW/m2/hari). Energi ini cukup besar untuk digunakan menguap kan air. Un-tuk menguapkan air diperlukan energi sebesar 540 kalori/gram. Jadi untuk menguapkan 1 liter air diperlukan energi sebesar 0,628 kW jam/m2/day pada temperatur konstan. Jadi jika 6kW jam/m2/hari digunakan untuk disti lasi, maka diperoleh 9,6 liter/m2/hari. Dari perhitungan ini dapat dihitung luas disti lator surya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari.

Disti lator Surya Multi TahapPada disti lator surya satu tahap, energi matahari

hanya digunakan satu kali penguapan saja. Pada saat kondensasi, kalor laten dari uap air terbuang ke ling-kungan sehingga berubah fase menjadi cair berupa kondensat. Pembuangan energi ini membuat sistem satu tahap relati f kurang efi sien. Untuk meningkatkan produkti fi tas disti lator surya dapat digunakan sistem multi tahap seperti diilustrasikan pada Gambar 2. Pada sistem multi tahap, proses berlangsung secara multi efek. Pada tahap satu, pancaran cahaya matahari yang masuk ke lapisan paling bawah digunakan untuk penguapan air. Uap air terse-but terkondensasi di bagian bawah penutup tahap 2 dan mentransfer panasnya untuk memanaskan air ditahap ke dua, demikian seterusnya. Pada sistem ini kehilangan energi ti dak terlalu banyak sehingga produkti fi tasnya meningkat. Umumnya disti la-tor surya 3 tahap dapat men-ingkatkan produkti fi tas des-ti lat 2.5 kali disti lator surya

satu tahap. Dengan kata lain, seti ap 1 m2 dari disti lator surya 3 tahap dapat menghasilkan kurang lebih 24 liter desti lat per hari. Untuk desti lator surya dengan dimensi 3 x 3 (panjang x lebar) dengan luas 9 m2 akan menghasilkan desti lat 216 liter per hari. Jumlah ini su-dah cukup untuk memenuhi kebutuhan air domesti k satu keluarga. Selain itu juga kualitas airnya terjamin bagus, jauh lebih bagus dibandingkan air dari PDAM.

Pemanfaatan1. Pengolahan air minum: Seperti kita ketahui ber-

sama kualitas air dari PDAM sangat rendah. Disti lator surya ini dapat digunakan untuk memurnikan air PDAM dan disti lat digunakan sebagai air minum. Jadi ti dak perlu lagi membeli air minum galonan

2. Daur ulang air: Pada daerah yang jarang air, teknologi ini juga dapat digunakan untuk daur ulang air. Air yang telah digunakan untuk mencuci atau man-di dapat ditampung dan di disti lasi ulang untuk diguna-

kan kembali.3. Konversi air laut menjadi

air tawar: Untuk daerah pinggir laut yang suplai air tawarnya kurang, teknologi ini sangat berguna untuk merubah air laut menjadi air tawar. Terlebih lagi ditunjang oleh temperatur di permukaan laut yang relati f lebih ti nggi dengan ti ngkat pencahayaan matahari yang ti nggi.

Gambar 2: Disti lator surya multi tahap

Gambar 3: Beberapa contoh disti lator surya

Page 54: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

545454

Info CD

Sisti m Pengelolaan Air Bersih Berbasis Masyarakat (SPABBM): Penjaringan RW 12 Jakarta Utara Tahun 2010. Dalam cd yang berdurasi 30 menit ini terungkap upaya warga Penjaringan RW 12, Jakarta Utara yang terlibat

dalam pembangunan sistem pengelolaan air bersih

dan penyehatan lingkungan. Mulai

kondisi RW 12 (seti ngkat dusun) ti dak memiliki sanitasi dasar hingga akhirnya

mempunyai sistem

pengelolaan air bersih yang baik .

Bridging the Knowledge GapCD tentang sejumlah kisah berharga AMPL yang dipublikasi oleh IRC. CD ini berdurasi 40 menit yang mengungkapkan mengenai pelajaran terpeti k dari sejumlah negara dalam membangun sanitasi dasar dan pengelolaan air bersih secara baik. Sejumlah pelajaran berharga sejak perencanaan, pengambilan

keputusan, pembentukan organisasi dan perawatan produk disajikan secara menarik.

Kemitraan Pemerintah-Swasta untuk Cuci Tangan Pakai Sabun (KPS-CTPS). CD berdurasi 25 menit menggambarkan upaya kemitraan pemerintah-swasta untuk Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), yang merupakan suatu inisiati f global yang melibatkan dan menggalakan peran pemerintah dan swasta untuk bekerja secara kolaborati f untuk mempromosikan perilaku cuci tangan pakai sabun. Upaya ini dalam rangka menurunkan insiden diare penyebab utama kemati an balita di negara berkembang dewasa ini dan merupakan penyebab kedua terbesar kemati an pada balita di Indonesia. Kemitraan ini dilatarbelakangi pembelajaran dari negara lain yang telah terbukti sebagai model yang efekti f menurunkan ti ngkat penyakit diare.

Program SToPS Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi di SD Mancar 1 Peterongan - Jombang dan Lingkungan Masyarakat Sekitarnya.VCD berdurasi 35 menit ini berisi sejumlah Program SToPS Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi yang dilaksanakan di SD Mancar 1 Peterongan – Jombang. Dibuat oleh Dinas Kesehatan Jombang tahun 2010.

kpoppdm

plola

n peingkko12dmshi

mesistengel

bersih yang

pengedan

li

spen

b ih

emitraanemitraan

–bu

– uat

Page 55: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

Edisi II, 2010EEEEEEEEEEEEEEEEEEEdddddddddddddddiiiiiiiiiiiiiiiiii iiiiii IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 2222222222222222222222222220000000000000000000000000000000001111111111111111000000000EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEdddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiisssssssssssssssssssssssssssiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 2222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222220000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000111111111111111111111111111111111111111111111110000000000000000000000000

55

Info Buku

Catatan Tentang: Perumahan dan Permukiman Indonesia pada masa Transisi 1998-2004Pengarang: Tjuk KuswartojoPenerbit : Jakarta, Ditjen Perumahan & Permukiman, Depkimpraswil, x + 132 hal.Tahun Terbit: 2010

Sebelum terjadinya krisis moneter tahun 1997, selama hampir dua puluh lima tahun, Pemerintah terus menerus berusaha membangun perumahan secara sistemati s dan terorganisasikan agar lebih banyak masyarakat Indonesia menjangkau perumahan yang layak. Selain membentuk organisasi pembangun perumahan dan memprakarsai terbentuknya lembaga pembiayaan perumahan, juga mendorong hadirnya perusahaan pembangun perumahan.

Rumah yang dibangun secara ter-organisasikan oleh perusahaan pemba-ngun perumahan swasta ternyata me ningkat lebih cepat. Banyak peru-sahaan yang kemudian mampu mem-bangun perumahan dalam skala kota dengan kualitas yang makin ti nggi. Di satu sisi ini adalah suatu potensi, tapi di sisi lain juga menimbulkan tantangan baru. Pembangunan perumahan yang diba ngun oleh usaha swasta tersebut dihantar kepada masyarakat dan men-capai konsumen melalui mekanisme pasar. Pada akhirnya masyarakat yang

memperoleh rumah adalah mereka yang mampu dan ti dak selalu mereka yang perlu. Rumah menjadi komoditas, atau barang dagangan, yang lepas dari tujuan Pemerintah untuk meningkat-kan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Lebih menjadi persoalan lagi karena perkembangan ini antara lain harus menggunakan sumber daya yang ti dak mungkin diperbanyak se per-ti misalnya tanah dan air. Oleh karena itu mengiringi perkembangan tersebut, Pemerintah juga melakukan regulasi.

Undang-Undang Perumahan dan Permukiman yang diterbitkan tahun 1992, antara lain merupakan upaya untuk menjamin hak seti ap warga negara untuk memperoleh rumah yang layak dan mengupayakan agar tanah yang akan menjadi langka dapat dimanfaatkan secara adil dan efi sien.

Dalam masa transisi yang kondisi-nya digambarkan pada bab dua, peru-mahan memang kurang mendapatkan perhati an dari semua pihak. Walaupun demikian Pemerintah menerbitkan be-berapa kebijakan dan melakukan kajian untuk pengembangan kebijakan yang akan datang seperti digambarkan pada bab ti ga. Kondisi perumahan sendiri diungkapkan pada bab keempat. Akhirnya pada bab kelima, dicoba digambarkan apa yang harus dilakukan untuk masa datang.

Evaluasi dan Feedback Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat - Kiat Menyusun Evaluasi Berbasis MasyarakatPenerbit: PKPM, Bappenas, JICATahun 2010

Buku ini merupakan hasil dari salah satu kegiatan yang dilakukan oleh PKPM yang berisi proses dan hasil-hasil kegiatan tersebut. Penerbitannya

sen diri bukanlah mengejar adanya output semata, tetapi diharapkan menjadi acuan lebih lanjut bagi penggiat pemberdayaan masyarakat, baik yang selama ini ikut serta secara akti f dalam PKPM maupun berbagai pihak yang menaruh minat untuk membangun pemahaman yang tepat mengenai pemberdayaan masyarakat, serta keinginan untuk be kerja sebagai pendamping masyarakat dengan metodologi yang eff ekti f.

Bagaimanapun juga buku ini hanya merupakan sebuah pengalaman, melakukan kegiatan peningkatan kapasitas bagi fasilitator masyarakat melalui pelati han di PKPM.

Pola Pengelolaan Sumber Daya Air: Wilayah Sungai Bengawan Solo. Penerbit: Kementerian Pekerjaan Umum.Tahun 2010

Sungai Bengawan Solo menjadi sumber air baku yang sangat penti ng bagi masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhan, namun hampir seti ap tahun menimbulkan bencana banjir yang sangat merugikan.

Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Bengawan Solo bermaksud untuk membuat kerangka dasar da-lam pe ngelolaan sumber daya air di wilayah Sungai Bnegawan Solo. Tujuan penyu sunan pola pengelolaan Sumber Daya Air WS Bengawan Solo adalah untuk menjamin terselenggaranya pe-ngelolaan sumber daya air yang dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepenti ngan masyarakat dalam segala bidang kehidupan.

Page 56: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

565656

International Water Management Institutehttp://www.iwmi.cgiar.org

Di dalam situs ini pengunjung dapat menemukan berbagai macam publikasi dan basis data mengenai air. Yang menarik disini juga dipublikasikan hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh IWMI dengan topik penelitian

antara lain mengenai Basin Water Management, Land, Water and Livelihood, Agriculture, Water and Cities, Water Management and Environment, Benchmark Basins. IWMI adalah organisasi ilmiah nirlaba yang dibiayai oleh the Consultative Group on International Agricultural Research (CGIAR). Agenda riset IWMI dikelompokkan menjadi empat tema utama, meliputi isu-isu yang berkenaan dengan lahan, air, mata pencaharian, lingkungan dan kesehatan. Institusi berkonsentrasi pada permasalahan air dan manajemen lahan yang dihadapi oleh masyarakat pedesaan. Tantangan-tantangan tersebut meliputi malnutrisi, mata pencaharian dan kesehatan, yang berkaitan dengan permasalahan lingkungan. IWMI bekerja melalui penelitian yang berkolaborasi dengan mitra di Utara dan Selatan, untuk membantu negara berkembang membasmi kemiskinan dan mengatur air dan sumber daya lahannya dengan lebih baik

International Groundwater Resources Assessment Center (IGRAC)http://www.igrac.nl

Di dalam situs ini pengunjung dapat memperoleh basis data, berikut proses pengumpulan data, dan perangkat presentasi yang berkaitan dengan air (khususnya mengenai air tanah). Tujuan dari dibentuknya International Groundwater Resources

Assessment Centre (IGRAC), yang diluncurkan pada saat Konferensi Internasional

Ke-5 Ilmu Hidrologi

pada februari 1999, adalah memberikan manfaat kepada seluruh komunitas internasional dibidang air bawah tanah. Organisasi ini berpusat di Netherlands Institute of Applied Geoscience TNO, Utrecht, Belanda. Pada awalnya, oraganisasi ini dibiayai oleh Th e Dutch Interministerial Bureau ‘Partners for Water’. IGRAC, secara prosedural, beroperasi dibawah pengawasan UNESCO dan WMO.

Kelompok Kerja Komunikasi Airhttp://www.komunikasiair.org

Kelompok Kerja Komunikasi Air adalah kumpulan individu dari berbagai LSM bidang lingkungan hidup dan kesehatan yang bergerak di dalam proses mengomunikasikan pengelolaan lingkungan hidup dan segala aspeknya terutama

sumber daya air dan penyampaian informasi berupa “call for action” melalui berbagai media.K3A membangun komunikasi berbagai pihak dalam pengelolaan sumber daya air dari berbagai aspek, menuju keberlanjutan kehidupan yang lebih baik, untuk generasi sekarang dan yang akan datang terutama di wilayah Jawa Barat.

Pelangihttp://www.pelangi.or.id

Di dalam situs ini terdapat informasi seputar program yang dijalankan oleh Pe-langi antara lain program iklim, energi, kehutanan, serta transportasi dan kualitas udara. Pengun-jung juga dapat membaca bebe rapa materi publikasi yang berkaitan dengan

lingkung an hidup. Beberapa judul menarik yang dapat ditemukan disini antara lain: Bumi Makin Panas: Anca-man Perubahan Iklim di Indonesia, Loe Loe Gue Gue: ancurnya Kerekatan Sosial, Rusaknya Lingkungan Kota Jakarta, Kyoto Protocol: Beyond 2012, Th e Asia Pacifi c Re-gion Speaks: Perspectives on Climate Change. Situs ini milik Yayasan Pelangi Indonesia yang memiliki tujuan untuk menjadi satu lembaga penelitian mandiri dengan reputasi nasional dan internasional yang menjadi acuan dan pionir melalui kajian dan advokasi isu-isu strategis.

Info Situs

DpmmbYdhdd

antara lain mengenai Basin Wate

DdbdyaaiaidG

Assessment Centre (IGRe

KAinLhyappd

sumber daya air dan penyam

Dinylaiksekjuby

lingkungan hidup Beberapa jud

Page 57: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

Edisi II, 2010EEEEEEEEEEEEEEEEEEEdddddddddddddddiiiiiiiiiiiiiiiiii iiiiii IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 2222222222222222222222222220000000000000000000000000000000001111111111111111000000000EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEdddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiisssssssssssssssssssssssssssiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 2222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222220000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000111111111111111111111111111111111111111111111110000000000000000000000000

57

BukuSinergi Pusat dan Daerah dalam Perspekti f Desentralisasi Fiskal. Buku Pegangan Penye-lenggaraan Pemerintahan. Kementrian Keuangan Tahun 2010

Ruang Terbuka Hijau Sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota. Dirjen Penataan Ruang PU Tahun 2010

Upaya Mengatasi Masalah Banjir secara Menyeluruh. Siswoko Sismodiharjo. Yayasan Penerbit Pekerjaan UmumTahun 2010.

Memacu Infrastruktur Di Tengah Krisis. Kementrian Keuangan Tahun 2010.

Laporan Laporan Bulanan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Juni 2010

StudiKIPRAH Tarakan Lestari, Tarakan Kalimantan Timur

Studi Kasus Sambungan Air Bersih untuk Masyarakat MiskinEnvironmental Services Program (ESP)

Panduan Panduan Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan dalam Pembangunan Sanitasi, Tahun 2010

Panduan Pelati han Tenaga Fasilitator Lapangan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat Dana Alokasi Khusus Tahun Kementerian Pekerjaan Umum2010

Majalah Percik Yunior Edisi 13, Maret 2010 ”Menjaga Sungai Kehidupan“

Warta UKS Mei 2010, Penti ngnya Gizi Seimbang dan Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

Air Minum Edisi Maret 2010 ”Semua PDAM Harus Sehat Tahun 2014”

Leafl et Tips Hemat Air

Pengelolaan Lingkungan: Program Kelola & Pantau Lingkungan

Poster Mampukah aku........? (CWSH – Community Water Services & Health)

PustakaAMPL

UKS M i 2010

Leaflet

Majalah

Ruang Terbuka Hijau

Upaya Mengatasi Mas

poran

duan Pelatihan Tenag

tudi

Poster

Page 58: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

5885858

1. Kelangkaan air terjadi, bahkan di daerah-daerah dimana terdapat banyak curah hujan atau air sangat mudah di dapat. Bagaimanapun air adalah kekal, digunakan dan didistribusikan dalam masyarakat, dan kualitas air yang tersedia dapat menentukan apakah ada dana cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan lingkungan.

2. Kelangkaan Air mempengaruhi satu dari ti ga orang di seti ap benua dunia. Situasi makin parah karena kebutuhan air meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, urbanisasi dan peningkatan rumah tangga dan industri menggunakannya.

3. Hampir seperlima dari penduduk dunia (sekitar 1,2 miliar orang) ti nggal di daerah di mana air secara fi sik langka. Seperempat dari populasi global juga ti nggal di negara-negara berkembang yang menghadapi kekurangan air karena kurangnya infrastruktur untuk mengambil air dari sungai dan sumber air.

4. Kelangkaan air memaksa orang untuk mengandalkan sumber-sumber yang ti dak aman air minum. Ini juga berarti mereka ti dak bisa mandi atau membersihkan pakaian atau rumah-rumah mereka dengan benar.

5. Kualitas air yang buruk dapat meningkatkan risiko penyakit diare seperti kolera, demam ti pus dan disentri, dan infeksi yang terbawa air. Kelangkaan air dapat menyebabkan penyakit-penyakit seperti trachoma (infeksi mata yang dapat menyebabkan kebutaan), wabah penyakit dan ti fus.

6. Kelangkaan air mendorong orang untuk menyimpan air di rumah mereka. Hal ini dapat meningkatkan risiko pencemaran air rumah tangga dan menyediakan tempat berkembang biak bagi nyamuk - yang adalah pembawa demam berdarah, malaria dan penyakit lainnya.

7. Kelangkaan air menggarisbawahi perlunya pengelolaan air yang lebih baik. Pengelolaan air yang baik juga mengurangi situs perkembangbiakan serangga semacam nyamuk yang dapat menularkan penyakit dan mencegah penyebaran infeksi yang terbawa air seperti schistosomiasis.

8. Kurangnya air telah mendorong atas penggunaan air limbah untuk produksi pertanian miskin perkotaan dan masyarakat pedesaan. Lebih dari 10% dari orang di seluruh dunia mengkonsumsi makanan irigasi dengan air limbah yang dapat mengandung bahan kimia atau organisme penyebab penyakit.

9. Tujuan Pembangunan Milenium nomor 7, sasaran 10 bertujuan untuk mengurangi separuh, pada tahun 2015, proporsi penduduk tanpa akses berkelanjutan ke air minum yang aman dan sanitasi dasar. Kelangkaan air bisa

mengancam upaya untuk mencapai sasaran ini.

Dampaknya Bagi Masyarakat Umum:a. Seti ap hari, ribuan orang meninggal dari kurangnya akses

ke air minum. b. Jutaan orang meninggal seti ap tahun dari penyakit yang

berhubungan dengan airc. 43% kemati an terkait air disebabkan oleh diared. 84% air yang berhubungan dengan kemati an terbesar

adalah pada anak-anak berusia 0 - 14 tahune. 98% kemati an terkait air terjadi di negara berkembangf. 884 juta orang, kurang memiliki akses terhadap perse-

diaan air yang aman, atau sekitar satu dari delapan orangg. Kelangkaan air dan krisis sanitasi merenggut kehidupan

lebih banyak daripada korban perang.h. Pada waktu tertentu, setengah dari tempat ti dur rumah

sakit dunia ditempati oleh pasien yang menderita penyakit terkait air.

i. Kurang dari 1% dari air tawar dunia (atau sekitar 0,007% dari semua air di bumi) adalah mudah diakses untuk digunakan manusia secara langsung.

j. Kurang dari 1% dari air tawar dunia (atau sekitar 0,007% dari semua air di bumi) adalah mudah diakses untuk digunakan manusia secara langsung.

k. Sekitar seperti ga orang yang ti dak memiliki akses terhadap sumber air berpenghasilan kurang dari $ 1 per hari. Lebih dari dua perti ga orang tanpa sumber air berpenghasilan

kurang dari $ 2 per haril. Orang miskin yang ti nggal di daerah

kumuh sering membayar 5-10 kali lebih banyak per liter air daripada orang kaya yang ti nggal di kota yang sama.

m. Tanpa makanan seseorang bisa hidup selama berminggu-minggu, tetapi tanpa air anda dapat berharap untuk hidup hanya beberapa hari.

n. Kebutuhan harian untuk sanitasi, mandi, dan memasak kebutuhan, serta untuk menjamin kelangsungan hidup, adalah sekitar 13,2 galon per orang.

Dampaknya bagi Anak-anak:a. Seti ap 15 deti k, seorang anak meninggal akibat penyakit

yang berhubungan dengan air.b. Anak-anak di lingkungan miskin sering membawa 1.000

cacing parasit dalam tubuh mereka seti ap saatc. 1,4 juta anak meninggal akibat diare seti ap tahun.d. 90% dari semua kemati an disebabkan oleh penyakit diare

adalah anak-anak di bawah usia 5 tahun, terutama di negara-negara berkembang.

Dampaknya bagi Perempuan:Jutaan perempuan dan anak-anak menghabiskan beberapa jam sehari untuk mengumpulkan air dari jauh, sering kali sumber polusi. [digilib/ampl.or.id/kruha.org/eko]

Fakta terkait Kelangkaan Air

POKJA

Fakta

Page 59: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa

59

Edisi II, 2010

Page 60: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi II Tahun 2010. Tema Air Minum Multidesa