14
METODOLOGI PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDARA INVENTARISASI DATA DAN INFORMASI Inventarisasi data dan informasi meliputi data yang diperoleh melalui studi kepustakaan / literatur (Data Sekunder) dan melalui survei lapangan (Data Primer) berdasarkan hasil koordinasi dengan instansi terkait maupun masyarakat di lokasi pekerjaan, meliputi : a. Kebijakan dan Stategi Pengembangan Wilayah yang berkaitan dengan program pemerintah dalam rangka mewujudkan Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS), Tatrawil dan Tatralok, dimaksudkan untuk mendapatkan suatu tatanan transportasi yang terorganisasi secara kesisteman dalam lingkup wilayah nasional, provinsi, kabupaten/kota yang mencakup transportasi jalan raya, transportasi jalan rel dan transportasi udara yang masing-masingnya terdiri dari sarana dan prasarana yang saling berinteraksi membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien, terpadu dan harmonis, guna menunjang serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah; b. Rencana Tata Guna Lahan dan Prasarana Fisik Wilayah yang ada, meliputi : 1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten / Kota; 2. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan di sekitar Bandar Udara; 3. Pola Jaringan Transportasi dan rencana pengembangannya; 4. Ketersediaan Jaringan Utilitas dan rencana pengembangannya. c. Data Sosial dan Ekonomi Wilayah, meliputi : 1.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB); 2.Kependudukan; 3.Profil Potensi Investasi dan Pariwisata daerah setempat;

Metodologi Penyusunan Rencvana Induk Bandara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Metodologi Penyusunan Rencvana Induk

Citation preview

Page 1: Metodologi Penyusunan Rencvana Induk Bandara

METODOLOGI PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDARA

INVENTARISASI DATA DAN INFORMASI

Inventarisasi data dan informasi meliputi data yang diperoleh melalui studi kepustakaan /

literatur (Data Sekunder) dan melalui survei lapangan (Data Primer) berdasarkan hasil

koordinasi dengan instansi terkait maupun masyarakat di lokasi pekerjaan, meliputi :

a. Kebijakan dan Stategi Pengembangan Wilayah yang berkaitan dengan program

pemerintah dalam rangka mewujudkan Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS),

Tatrawil dan Tatralok, dimaksudkan untuk mendapatkan suatu tatanan transportasi

yang terorganisasi secara kesisteman dalam lingkup wilayah nasional, provinsi,

kabupaten/kota yang mencakup transportasi jalan raya, transportasi jalan rel dan

transportasi udara yang masing-masingnya terdiri dari sarana dan prasarana yang

saling berinteraksi membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif

dan efisien, terpadu dan harmonis, guna menunjang serta meningkatkan pertumbuhan

ekonomi daerah;

b. Rencana Tata Guna Lahan dan Prasarana Fisik Wilayah yang ada, meliputi :

1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten / Kota;

2. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan di sekitar Bandar Udara;

3. Pola Jaringan Transportasi dan rencana pengembangannya;

4. Ketersediaan Jaringan Utilitas dan rencana pengembangannya.

c. Data Sosial dan Ekonomi Wilayah, meliputi :

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB);

2. Kependudukan;

3. Profil Potensi Investasi dan Pariwisata daerah setempat;

4. Kondisi Sosial Ekonomi lingkungan masyarakat setempat;

5. Potensi / Sumber Bahan Bangunan dan harga bahan/upah daerah setempat.

d.Topografi, Fisiografi dan Meteorologi

1. Peta topografi lokasi bandar udara dan dan kawasan di sekitar rencana

pengembangan bandar udara ( skala 1 : 25.000 atau 1 : 50.000);

2. Peta tata guna lahan di lokasi rencana pengembangan bandar udara dan daerah

disekitarnya;

3. Peta tematik wilayah perencanaan yang terkait dengan rencana pengembangan

bandar udara (kehutanan, pertanian, dsb);

4. Peta geologi dan kondisi tanah pada kawasan rencana pengembangan bandar

udara;

Page 2: Metodologi Penyusunan Rencvana Induk Bandara

5. Data status dan harga tanah untuk berbagai peruntukan lahan di lokasi rencana

pengembangan bandar udara dan sekitarnya;

6. Data meteorologi dan klimatologi (temperatur, suhu udara, kelembaban, curah

hujan, lamanya penyinaran matahari serta arah dan kecepatan angin sekurang-

kurangnya 5 tahun terakhir);

7. Data hasil penyelidikan tanah;

8. Data hasil survei dan pemetaan topografi.

e. Data Bandar Udara Eksisting

1. Peta situasi bandar udara;

2. Peta status dan batas kepemilikan lahan bandar udara;

3. Data fasilitas pokok bandar udara, meliputi :

a) Fasilitas Sisi Udara;

b) Fasilitas Sisi Darat;

c) Fasilitas Navigasi Penerbangan;

d) Fasilitas Alat Bantu Pendaratan Visual;

e) Fasilitas Komunikasi Penerbangan.

4. Data jaringan jalan penghubung dan utilitas.

f. Data lalu-lintas angkutan udara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun terakir, meliputi :

1. Jumlah pergerakan penumpang;

2. Jumlah pergerakan barang dan pos;

3. Jumlah pergerakan pesawat;

4. Jaringan rute dan status penerbangan;

5. Jenis / Tipe pesawat yang beroperasi.

g. Survei pergerakan penumpang angkutan udara

1. Karakteristik penumpang angkutan udara;

2. Asal - Tujuan penumpang angkutan udara ( Origin - Distinasion );

h. Survey split moda, apabila ada potensi perpindahan penumpang dari moda transportasi

lain.

i. Dokumen/hasil studi terkait

1. Hasil studi atau perencanaan pengembangan bandar udara yang terkait

2. Hasil studi atau perencanaan sektor-sektor lain yang terkait dengan rencana

pengembangan bandar udara.

Page 3: Metodologi Penyusunan Rencvana Induk Bandara

PEKERJAAN SURVEI LAPANGAN

Pekerjaan survei lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer mengenai kondisi

fisiografi yang akurat pada area pembangunan / pengembangan bandar udara dan

sekitarnya.

a. Survei dan Pemetaan Topografi

Pekerjaan survei dan pemetaan topografi dilakukan untuk memetakan kondisi

permukaan tanah pada areal disekitar bandar udara dan gambaran situasi bandar

udara sesuai cakupan area pekerjaan dengan ketelitian yang dapat

dipertanggungjawabkan berskala 1 : 2.500 dan interval kontur 0,5 m. Lingkup kegiatan

survey ini meliputi :

1. Pemasangan Bench Mark (BM)

Pemasangan Bench Mark (BM) harus ditentukan terlebih dahulu diatas peta dasar

dan diletakkan pada lokasi yang aman dan mudah dicari sekurang-kurangnya 30

(tiga puluh) buah titik BM Rencana Induk dan BM Kawasan Keselamatan Operasi

Penerbangan.

Ukuran Bench Mark ( 1 m x 0,2 m x 0,2 m ) dibuat dengan campuran beton

bertulang dan dipasang baut kuningan ditengahnya serta diberi nomor / kode

pengenal yang terbuat dari marmer dengan kedalaman penanaman maksimum

0,75 m.

2. Pengukuran Koordinat (Kerangka Dasar Harizontal)

Pengukuran koordinat dilakukan menggunakan data dan informasi mengenai data

titik kerangka dasar nasional, yang ada di sekitar lokasi pengukuran yang dapat

digunakan sebagai titik ikat pengukuran kerangka poligon. Selain itu dibutuhkan

juga gambar peta situasi bandar udara dan sekitarnya, berupa peta topografi digital

dengan skala 1 : 2.500 atau 1 : 5.000 dan Data koordinat ARP sesuai AIP.Pengukuran koordinat titik tetap dilakukan dengan menggunakan GPS. Hasil pengukuran

koordinat dalam sistem UTM yang selanjutnya dapat ditransformasikan kedalam sistem

koordinat ACS dan Geografis.

Metode yang dilakukan adalah metode pengukuran deferensial positioning, menggunakan

minimal 2 buah GPS dengan metode static, lama pengamatan 1-2 jam dengan panjang base

line maksimal 50 km. ARP dan 2 threshold landas pacu membentuk base line yang saling

menutup (jaringan).

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer, dengan mengikatkan

terhadap titik koordinat hasil pengukuran kerangka horizontal.

Page 4: Metodologi Penyusunan Rencvana Induk Bandara

Teknik dan lama pengamatan dilakukan dengan memperhatikan syarat syarat sebagai

berikut:

a. Waktu pengamatan untuk pengikatan titik referensi selama minimal 2 (dua) jam

tergantung jarak base line.

b. Waktu pengamatan pada threshold dan alat bantu navigasi minimal 1 (satu) jam

c. Tersedia 6 satelit

d. Geometrical Dilution Of Precission (GDOP) yang lebih kecil dari 8

e. Kondisi atmosfer dan ionosfer yang memadai

f. Interval antar epoch 15 detik

Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan software processing GPS

sesuai dengan receiver yang digunakan Hasil pengukuran dihitung menggunakan

persyaratan yang telah ditetapkan yaitu:.

a. Posisi dalam sistem koordinat UTM ( Datum ID95 )

b. Posisi dalam sistem koordinat geografis ( Datum ID 95 )

c. Posisi dalam sistem koordinat Bandar Udara ( ACS )

3. Pengukuran Elevasi (Kerangka Dasar Vertikal)

Pengukuran Elevasi (Kerangka Dasar Vertikal) dilakukan dengan Metode Sipat

Datar Utama dan Sekunder dengan titik referensi tinggi ditentukan terhadap Titik

Tinggi Geodesi (TTG) atau titik-titik lain yang diketahui ketinggiannya dalam sistem

nasional (MSL).

Jalur pengukuran elevasi mengikuti jalur poligon yang dilakukan perseksi pergi dan

pulang menggunakan peralatan Automatic Level dengan kesalahan penutup

maksimum 8√D mm (dimana D adalah jarak dalam Km). Sebelum digunakan harus

di lakukan kalibrasi terhadap alat tersebut terlebih dahulu dan dipastikan bahwa

sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam seminggu telah dilakukan pengecekan

kesalahan garis bidik (kolimasi).

Pembacaan dilakukan terhadap 3 (tiga) benang (atas, tengah dan bawah) dan

diusahakan agar Jarak Belakang (DB) sama dengan Jarak Muka (DM). Apabila

dari hasil perhitungan beda tinggi diketahui ∑db≠∑dm maka perlu dilakukan

koreksi garis bidik.

Page 5: Metodologi Penyusunan Rencvana Induk Bandara

4. Pengukuran Situasi dan Identifikasi Obyek Duga Obstacle

Pengukuran Situasi merupakan pengukuran semua detail situasi bandar udara

eksisting yang dilakukan dengan Metode Stadia sedangkan Pengukuran Obyek

Obstacle merupakan pengukuran posisi horizontal obstacle yang dilakukan dengan

Metode Mengikat Kemuka dan pengukuran tinggi Obstacle yang dilakukan dengan

Metode Trigonometri dengan menggunakan peralatan Electronic Total Station

(ETS).

Basis pengukuran Situasi dan Obyek Obstacle diusahakan menggunakan titik-titik

poligon utama (titik-titik BM) sebanyak 20 (dua puluh) titik BM dengan ketelitian

pengukuran sudut horizontal sama dengan pengukuran sudut horizontal poligon

utama.

Identifikasi Obstacle dilakukan pada Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan

disekitar bandar udara, yang mencakup :

a. Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan;

b. Kawasan di Bawah Permukaan Transisi;

c. Kawasan di Bawah permukaan Horizontal Dalam;

d. Kawasan di Bawah Permukaan Kerucut;

e. Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas.

Obyek Obstacle yang perlu diidentifikasi meliputi benda tumbuh dan benda tidak

tumbuh, antara lain berupa Bangunan/Gedung, Menara Pemancar, Jembatan,

Jaringan Listrik Tegangan Tinggi, Fasilitas Navigasi Penerbangan, Alat Bantu

Pendaratan Visual, Pepohonan, Gunung/Bukit, Pepohonan, dll.

b. Penyelidikan Tanah

Penyelidikan Tanah dilakukan dengan cara pengembilan sampel dan pengujian

laboratorium, meliputi :

1. Pekerjaan Sondir, sekurang-kurangnya 4 (empat) titik sampai kedalaman 20 m

atau sampai ditemukan struktur tanah keras yang dinyatakan dalam tegangan

konus qc > 150 kg/cm2;

2. Pekerjaan Boring, sekurang-kurangnya 4 (empat) titik sampai kedalaman 20 m

atau sampai ditemukan struktur tanah keras yang didefinisikan dari hasil SPT >

50 setiap 1,5 m, termasuk pengambilan sampel tidak terganggu (Undisturb

Sample) setiap pergantian lapisan tanah;

3. Pekerjaan Test Pit, untuk pengambilan sampel tanah terganggu (Disturb Sample)

sekurang-kurangnya 4 (empat) titik pada lokasi tanah timbunan dan material

tanah sumber timbunan;

Page 6: Metodologi Penyusunan Rencvana Induk Bandara

4. Pengujian laboratorium terhadap sampel tanah tidak terganggu (Undistrub

Sampel) dan sampel tanah terganggu (Distrub Sample) untuk mendapatkan

gambaran kondisi dan karakteristik tanah pada lokasi rencana pembangunan /

pengembangan bandar udara, meliputi Specific Gravity, Water Content, Batas

Atterberg, Analisa Saringan/Butiran Tanah, Triaxial Test, Unconfined

Compression Test, Direct Shear Test dan Consolidation.

c. Survey Permintaan Jasa Angkutan Udara

Pekerjaan survei Permintaan Jasa Angkutan Udara dilakukan untuk mendapatkan

data mengenai kondisi / karakteristik jasa angkutan udara yang diperlukan untuk

analisis kebutuhan pembangunan / pengembangan fasilitas bandar udara, yang

meliputi :

1. Jumlah pergerakan pesawat;

2. Jumlah pergerakan penumpang;

3. Volume pergerakan kargo dan pos;

4. Rute / jaringan dan status penerbangan;

5. Tipe / jenis pesawat yang beroperasi.

d. Identifikasi Dampak Lingkungan Hidup

Pekerjaan Identifikasi Dampak Lingkungan Hidup merupakan identifikasi awal

kemungkinan timbulnya dampak pada lokasi bandar udara dan sekitarnya akibat

penyelenggaraan operasi penerbangan, yang meliputi :

1. Kebisingan akibat pengoperasian pesawat udara;

2. Pencemaran udara dan air akibat pengoperasian bandar udara dan pesawat

udara;

3. Dampak terhadap flora dan fauna;

4. Dampak terhadap sosial, ekonomi dan budaya;

5. Kesehatan masyarakat;

6. Pengendalian limbah padat dan cair.

e. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan

Pekerjaan survey KKOP mencakup :

1. Standar prosedur pendaratan dan lepas landas

2. Persyaratan ruang udara (identifikasi KKOP)

3. Pelayanan lalu lintas udara (ATS)

4. Peralatan navigasi yang akan digunakan

5. Sesuai klasifikasi KKOP (klasifikasi RW)

Page 7: Metodologi Penyusunan Rencvana Induk Bandara

6. Akurasi referensi ACS dan AES

7. Akurasi titik koordinat batas kawasan

8. Akurasi batas / jarak horisontal

9. Akurasi batas / jarak vertikal

f. Daerah Lingkungan Kerja Bandar Udara

Pekerjaan survey DLKr mencakup :

1. Batas area dikuasai untuk pembangunan

2. Batas area dikuasai untuk pengembangan

3. Batas area dikuasai untuk operasi

h. Daerah Lingkungan Kepentingan Bandar Udara

Pekerjaan survey DLKp mencakup :

1. Area diluar DLKR untuk Keselamatan / keamanan

2. Area diluar DLKR untuk Kelancaran aksesibilitas

ANALISA LALU LINTAS ANGKUTAN UDARA

Analisa lalu-lintas angkutan udara merupakan tahap pengolahan data lalu-lintas angkutan

udara yang diperlukan sebagai dasar perencanaan fasilitas bandar udara secara optimal

sesuai dengan kebutuhan, meliputi :

a. Prakiraan jumlah pergerakan pesawat tahunan;

b. Prakiraan jumlah pergerakan penumpang tahunan;

c. Prakiraan jumlah pergerakan pesawat pada jam sibuk;

d. Prakiraan jumlah pergerakan penumpang pada jam sibuk;

e. Prakiraan volume barang dan pos tahunan;

f. Prakiraan jaringan rute penerbangan masa mendatang;

h. Prakiraan pengoperasian jenis/tipe pesawat masa mendatang;

ANALISA KAPASITAS DAN KEBUTUHAN FASILITAS BANDAR UDARA

Analisa kapasitas dan kebutuhan fasilitas bandar udara dilakukan berdasarkan hasil analisis

lalu-lintas angkutan udara dengan mempertimbangkan kebutuhan operator bandar udara

dan keselamatan operasi penerbangan, yang meliputi :

Page 8: Metodologi Penyusunan Rencvana Induk Bandara

a. Analisa kapasitas / kebutuhan fasilitas Sisi Udara dan penunjangnya yang dikaitkan pula

dengan kapasitas yang diperkenankan lingkungan (environment capacity), meliputi :

1. Orientasi, karakteristik dan kapasitas landas pacu (runway);

2. Sistem dan kapasitas landas hubung (taxiway);

3. Sistem dan kapasitas tempat landas parkir pesawat (apron);

4. Sistem dan kapasitas saluran (drainage);

5. Penyediaan jalan pelayanan sisi udara (airside service road) dan jalan pelayanan

tempat parkir pesawat (apron service road).

b. Analisa kapasitas / kebutuhan fasilitas Sisi Darat dan bangunan penunjangnya,

meliputi :

1. Bangunan terminal penumpang;

2. Bangunan/Lahan terminal VIP / VVIP;

3. Bangunan terminal barang;

4. Bangunan operasi;

5. Bangunan administrasi;

6. Bangunan menara pengawas dan pengatur lalu lintas angkutan udara;

7. Bangunan/lahan pengisian bahan bakar pesawat udara (DPPU);

8. Bangunan PKP-PK;

9. Bangunan meteorologi;

10. Bangunan SAR;

11. Bangunan/lahan pemerintahan;

12. Bangunan/lahan hanggar pesawat;

13. Bangunan catu daya listrik;

14. Bangunan pemasok air bersih;

15. Bangunan pengolah limbah padat dan limbah cair;

16. Bangunan/Lahan komersial;

17. Bangunan/Lahan pergudangan;

18. Tempat parkir kendaraan;

19. Jalan penghubung / jalan masuk;

20. Bangunan fasilitas penunjang lainnya yang diperlukan.

c. Analisa kapasitas / kebutuhan fasilitas navigasi penerbangan;

d. Analisa kapasitas / kebutuhan fasilitas alat bantu pendaratan visual;

e. Analisa kapasitas / kebutuhan utilitas dan jalan penghubung (access road).

PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS BANDAR UDARA

Page 9: Metodologi Penyusunan Rencvana Induk Bandara

Merupakan tahap optimalisasi perencanaan tata letak fasilitas bandar udara berdasarkan

data dan informasi hasil survey lapangan serta analisa kapasitas / kebutuhan fasilitas bandar

udara dengan mempertimbangkan kondisi lahan yang ada, tata guna lahan dan ruang udara,

prosedur penerbangan serta dampak lingkungan yang meliputi :

a. Penyusunan alternatif konsep rencana tata letak fasilitas bandar udara kriteria / standar

perencanaan bandar udara yang berlaku dengan memperhatikan aspek kelancaran,

keselamatan, keamanan serta aspek teknis dan lingkungan.

b. Melakukan pengkajian terhadap alternatif rencana tata letak fasilitas bandar udara yang

telah disusun guna menetukan alternatif terpilih.

c. Penyusunan tahapan pembangunan bandar udara sesuai kebutuhan/demand untuk

masing - masing fasilitas dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomis dan

operasional.

ANALISA KELAYAKAN EKONOMI DAN FINANSIAL

Analisa kelayakan ekonomi dan finansial antara lain meliputi analisis investasi

pengembangan Bandar Udara Sibisa serta dampak ekonomi yang ditimbulkan terhadap

tingkat pendapatan bandar udara, pemerintah daerah serta masyarakat setempat, yang

meliputi :

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value adalah nilai keuntungan bersih saat sekarang, yang perhitungannya

berdasarkan pada manfaat yang diperoleh untuk proyek pembangunan bandar udara

pada suatu kurun waktu tertentu dengan mempertimbangkan besaran tingkat bunga

bank komersial.

b. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return adalah tingkat bunga pengembalian suatu kegiatan

pembangunan / pengembangan bandar udara, yang perhitungannya berdasarkan pada

besaran NPV sama dengan nol. Kegiatan pembangunan/ pengembangan bandar udara

dinyatakan lebih menguntungkan, apabila IRR lebih besar dari tingkat bunga bank

komersial. Sebaliknya kegiatan pembangunan/pengembangan tersebut dinyatakan

kurang menguntungkan apabila IRR lebih rendah dari tingkat bunga bank komersial.

c. Profitability Index (PI) atau Benefit Cost Ratio (BCR)

Profitability Index (PI) atau Benefit Cost Ratio (BCR) adalah suatu besaran yang

membandingkan antara keuntungan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan

dalam kurun waktu penyelenggaraan kegiatan pembangunan/ pengembangan bandar

udara. Satu kegiatan pembangunan/pengembangan bandar udara dinyatakan

Page 10: Metodologi Penyusunan Rencvana Induk Bandara

menguntungkan apabila besaran PI atau BCR lebih besar dari 1 (satu). Sebaliknya

kegiatan pembangunan/pengembangan bandar udara dinyatakan tidak layak apabila

besaran PI atau BCR lebih kecil dari satu.

d. Payback Period (PP)

Payback Period adalah kurun waktu dalam tahun yang diperlukan untuk

mengembalikan sejumlah dana yang telah dikeluarkan dalam suatu kegiatan

pembangunan/pengembangan bandar udara. Metode Payback Period tidak

memperhatikan nilai waktu aliran uang (time value of money cash flow) serta

mengabaikan aliran pengeluaran dana setelah kurun waktu perhitungan payback

period namun metode ini mudah dipahami dan menerapkannya.

ANALISA KEBUTUHAN BIAYA DAN TAHAPAN PEMBANGUNAN

a. Analisa kebutuhan biaya pembangunan merupakan perhitungan biaya pembangunan

bandar udara yang dibuat secara rinci disesuaikan dengan pentahapan pembangunan

fasilitas bandar udara yang optimal berdasarkan standar satuan harga terakhir pada

saat pelaksanaan pekerjaan pembuatan rencana induk bandar udara yang ditetapkan

oleh pemerintah daerah setempat dan atau satuan harga pasar yang berlaku setelah

memperhatikan hasil analisa ekonomi dan finansial serta kemampuan pendanaan.

b. Tahapan pelaksanaan pembangunan merupakan pedoman pembangunan/

pengembangan fasilitas bandar udara yang berdasarkan skala prioritas serta

kemampuan pendanaan sesuai hasil analisa kebutuhan biaya.

RANCANGAN PERATURAN/ KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN Hasil penyusunan Studi Kelayakan Pemilihan Lokasi dan Rencana Induk Bandara Baru Dabra di Kabupaten Membramo Raya dengan alternatif-alternatif rencana terpilih atau skenario pengembangannya untuk selanjutnya dapat diproses dan ditetapkan menjadi Keputusan Menteri Perhubungan. Penyampaian Rancangan Peraturan harus dilengkapi dengan lampiran sebagai berikut: 1. Gambar kebutuhan lahan bandara

2. Daftar Sisitem koordinat batas-batas lahan eksisting bandara

3. Daftar sistem koordinat batas-batas lahan pengembangan bandara

4. Perkembangan dan prakiraan permintaan/kebutuhan jasa angkutan udara di bandara dimaksud

5. Rencana pengembangan dan tahapan pembangunan fasilitas bandara

6. Gambar rencana induk bandara