Upload
irene-clara
View
185
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Materi buku ajar UB
Citation preview
MILD COGNITIVE IMPAIRMENT
DEFINISI/BATASAN
A) Definisi utama
Penurunan kognitif ringan (MCI – Mild Cognitive Impairment) adalah stadium transisi antara
perubahan kognitif akibat proses penuaan normal dan masalah lebih serius yang disebabkan oleh
penyakit Alzheimer.1
MCI secara khas melibatkan masalah memori, berpikir, bahasa, dan penilaian yang lebih
besar dibandingkan dengan perubahan yang berkaitan dengan usia. Pasien yang memiliki gangguan
kognitif ringan mungkin masih menyadari bahwa memori atau fungsi mental mereka telah
"tergelincir". Keluarga dan teman-teman dekatnya mungkin juga melihat perubahan tersebut. Namun
umumnya, perubahan tersebut tidak cukup parah untuk dapat mengganggu kehidupan dan akktivitas
sehari-hari pasien. MCI meningkatkan risiko untuk berkembang menjadi penyakit-penyakit demensia,
termasuk penyakit Alzheimer, terutama ketika kesulitan utama pasien adalah dalam hal
memori. Namun demikian, beberapa orang dengan gangguan kognitif ringan tidak menunjukkkan
progresivitas sakitnya, dan bahkan pada beberapa kasus akhirnya menjadi lebih baik.
B) Definisi lain untuk MCI
Penurunan kognitif ringan (MCI) adalah gangguan otak di mana sel-sel saraf yang terlibat
dalam satu aspek pengolahan kognitif (kemampuan berpikir) terganggu. Individu dengan MCI dapat
menunjukkan fungsi sosial dengan cukup baik dalam kegiatan sehari-hari, seperti mengelola
keuangan dan pembelian barang di toko-toko tanpa bantuan, tetapi individu tersebut mengalami
kesulitan dalam mengingat rincian percakapan, peristiwa dan janji mendatang. Sebagian besar (tapi
tidak semua) pasien dengan MCI mengalami penurunan secara progresif dalam kemampuan berpikir
mereka dari waktu ke waktu, dan kondisi penurunan progresif kemampuan berpikir tersebut sering
kita temukan pada penyakit Alzheimer.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi pasti dari gangguan kognitif ringan pada populasi sulit untuk ditentukan, tetapi
diperkirakan sebesar 20% dari populasi non demensia di atas umur 65 tahun. Namun demikian,
hanya sekitar sepertiga dari kasus yang mempunyai variasi amnesia yang berhubungan dengan
Alzheimer. Gangguan kognitif ringan berupa amnesia yang selanjutnya berkembang menjadi penyakit
Alzheimer sekitar 10-15% tiap tahun.2
Selain itu, epidemiologi penurunan kognitif ringan (bukan demensia) bervariasi berdasarkan
definisi syndrome itu sendiri, yaitu dengan asosiasi umur mempengaruhi penurunan memori dan
penurunan kognitif ringan. Estimasi prevalensi penurunan kognitif ringan adalah 3% hingga 53% dan
secara umum dua kali lebih banyak dari kasus demensia. Berdasarkan estimasi dari population-
based sample, prevalensi penurunan kognitif ringan adalah sebanyak 19% pada usia lebih dari 75
tahun. Incidence rate penurunan kognitif ringan ialah 1%-1.5% per tahun pada tiap kelompok umur.
Incidence rate tersebut dipengaruhi oleh adanya gejala depresi, peningkatan usia, dan kurangnya
edukasi yang juga merupakan faktor risiko bagi MCI. Prevalensi penurunan kognitif ringan (bukan
demensia), dengan kriteria diagnostik yang lebih umum adalah sekitar 15% hingga 30%.
ETIOLOGI
Daerah otak yang berperan dalam pengolahan (processing), penyimpanan, dan pengulangan
kembali pengetahuan dan informasi baru adalah hipokampus. Pada sebagian besar orang,
hipokampus mengalami atrofi karena proses penuaan dan kondisi tersebut menyebabkan penurunan
memori ringan. Pada pasien MCI, atrofi ini terjadi lebih cepat dan menyebabkan masalah memori
yang lebih besar. 1
Suatu studi dengan menggunakan pencitraan menunjukkan bahwa perubahan-perubahan
berikut ini sering dikaitkan dengan MCI:
Penyusutan hippocampus, suatu area otak yang penting untuk memori
Plak (gumpalan abnormal protein beta-amyloid) di seluruh otak
Pembesaran ventrikel
Penurunan penggunaan glukosa, sebagai sumber energi utama untuk sel-sel otak
Berikut ini merupakan penyebab penurunan kognitif ringan:
a) Gangguan yang berhubungan erat dengan penurunan kognitif ringan dan yang sering mudah
dikenali dengan pemeriksaan klinis dan/ atau tes tambahan
Penyakit Parkinson, penyakit Hungtington, trauma otak berat, infeksi otak, tumor
besar intraserebral, perdarahan otak, infark luas pada otak, depresi berat, gangguan psikotik
yang berlangsung lama, dan keracunan alkohol berat, keracunan obat (misalnya,
penggunaan jangka panjang dan dosis tinggi benzodiazepine), defisiensi tiamin atau vitamin
B12 yang berat, diabetes mellitus yang tidak terkontrol, atau gangguan tiroid.
b) Gangguan yang berhubungan erat dengan penurunan kognitif ringan, tetapi sulit untuk
dikenali dengan penilaian klinis dan/ atau tes tambahan
Predementia atau tahap prodromal penyakit Alzheimer, penyakit Lewy body,
demensia frontotemporal, demensia vaskuler, penyakit Parkinson, atrofi multisistem, atau
penyakit Huntington.
c) Gangguan yang memiliki keterkaitan yang lemah dengan gangguan kognitif ringan
Trauma otak ringan, serangan iskemik transient (TIA), epilepsy, gangguan aliran
darah yang kronis atau sementara yang menganggu perfusi otak (hiper/ hipotensi, stenosis a.
karotis, aterosklerosis, operasi jantung), depresi ringan, gangguan bipolar, gangguan
kecemasan, diabetes mellitus yang tidak terkontrol, atau gangguan tiroid, defisiensi tiamin
atau vitamin B12, gagal jantung, sindrom apnea saat tidur tipe obstruktif, penyakit paru
obstruktif kronis, anemia, gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat, gangguan pendengaran
akibat proses penuaan, masalah psikososial yang terkait dengan pekerjaan, masallah dalam
membina hubungan, perubahan fase kehidupan, atau gangguan somatik.
Faktor risiko MCI
Riwayat keluarga
Genetik; orang yang mempunyai gen spesifik, alipoprotein E Ԑ4 lebih mudah mengalami
MCI. Gen ini juga mempercepat progresitivitas MCI menjadi penyakit Alzheimer.
Usia; makin tua usia pasien, risikonya semakin tinggi.1
*Gambar: Etiologi penurunan kognitif impairment 7
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi MCI bersifat multifaktorial. Sebagian besar kasus MCI bentuk amnestik
merupakan hasil dari perubahan patologis penyakit Alzheimer yang belum cukup parah untuk
menimbulkan gejala klinis demensia. Setidaknya dalam penelitian populasi khusus, otopsi pada
pasien MCI amnestik telah berhasil ditemukan neuropatologi khas untuk penyakit Alzheimer. MCI
nonamnestik mungkin berhubungan dengan penyakit serebrovaskular, demensia frontotemporal, atau
mungkin tidak ditemukan adanya patologi tertentu.4
Fisiologi
A) Proses penuaan pada otak
Semua organ pada proses penuaan akan mengalami perubahan struktural dan fisiologis,
begitu pula dengan otak. Dalam hal perubahan fisiologis hingga patologis, telah dikenal tingkatan
proses penuaan otak yang menggunakan istilan ‘senescence, ‘senility’ dan dementia. Senescens
menandakan adanya perubahan penuaan normal, sedangkan senility menandakan adanya
penuaan yang abnormal. Namun pada kenyataannya batas kedua istilah tersebut tetapi tidak
jelas. Senility juga dipakai sebagai indikator adanya gangguan mental yang ringan pada usia
lanjut yang tidak mengalami demensia.
Perubahan fisiologis tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi otak secara wajar.
Di antara fungsi otak yang menurun seiring dengan bertambahnya usia adalah fungsi memori
(daya ingat), penurunan fungsi tersebut berupa kemunduran dalam kemampuan penamaan
(naming) dan kecepatan memanggil informasi yang telah tersimpan dalam pusat memori (speed
of information retrievel from memory).
Penurunan fungsi secara linier tersebut tidak terjadi pada kemampuan kognitif dan tidak
mempengaruhi kualitas hidup yang normal. 10
B) Perubahan memori dengan bertambahnya usia
Perubahan atau gangguan memori merupakan bagian terpenting dari suatu proses penuaan
otak. Pengkajian fungsi memori yang terkait dengan proses penuaan otak telah dilakukan sejak
40 tahun yang lalu. Sejak itu telah banyak terbit berbagai hasil penelitian yang kembuktikan
adanya keterkaitan antara penurunan fungsi memori dengan penambahan usia. Walaupun
penurunan fungsi memori merupakan keluhan dan gangguan yang lazim dibidang neurologi,
namun bentuk pasti perubahan itu masih belum jelas. Perubahan atau gangguan memori pada
penuaan otak hanya terjadi pada aspek tertentu. Sebagai contoh, memori primer (memori jangka
pendek) relatif tidak mengalami perubahan dengan bertambahnya usia. Sedangkan pada bidang
lain, seperti memori sekunder (memori jangka panjang) mengalami perubahan bermakna.
Artinya, kemampuan untuk mengkonsolidasikan informasi dari memori jangka pendek ke memori
jangka panjang mengalami penurunan, seiring dengan bertambahnya usia. Para pakar
neurosains menganggap bahwa berkurangnya kemampuan proses belajar (learning) atau
perolehan (acquisition) tersebut merupakan gangguan memori baru (recent memory) yang
mencerminkan kegagalan transmisi informasi dari memori primer ke memori sekunder.
Dari sebuah penelitian pada subjek dengan kognisi normal dengan rentang usia antara 62-
100 tahun, disimpulkan bahwa kemampuan proses belajar (learning) atau perolehan (acquisition)
mengalami penurunan yang sama secara bermakna dengan bertambahnya usia, tetapi tidak
berhubungan dengan tingkat pendidikan. Sedangkan kemampuan ingatan tertunda (delayed
recall atau forgetting) sedikit menurun, tetapi lazimnya tetap, terutama kalau faktor pembelajaran
awal ikut dipertimbangkan. 11
Dalam lingkup fungsi kognitif, penurunan fungsi memori secara spesifik terjadi seiring dengan
proses bertambahnya usia. Penurunan fungsi kognitif lain, yaitu kemampuan visuospasial dan
abstarksi, tidak terkait dengan pertambahan usia. Penurunan fungsi memori diatas hanya terjadi
pada aspek memori tertentu, seperti kemampuan akuisisi dan pemanggilan kembali informasi
yang tersimpan, bukan pada retensi memori.
Dapat disimpulkan bahwa penurunan kemampuan fungsi luhur yang terkait dengan
penambahan usia tidak terjadi pada seluruh aspek memori, melainkan spesifik pada aspek
memori tertentu. Terkait dengan masalah tersebut, dalam kepustakaan saat ini dapat kita jumpai
berbagai istilah seperti ‘age-associated memory impairment. AAMI’, ‘late life forgetfulness’, dan
‘Mild cognitive impairment, MCI’. 12
C) Gangguan memori dan SDAT
Kemampuan ingatan tertunda (delayed recall) merupakan salah satu indikasi penurunan
memori pada awal perjalanan penyakit Alzheimer (Senile Dementia of the Alzheimer Type,
SDAT). Penelitian Wels et al. (1991) dengan parameter Consortium to Established a Registry for
Alzheimer’s Disease (CERAD) menunjukkan bahwa kemampuan ingatan tertunda itu merupakan
parameter terbaik untuk deteksi awal penyakit Alzheimer dan perlu dipertimbangkan dalam test
untuk skrining demensia dalam survey pada komunitas.
Penelitian Welsh et al. (1992) lebih lanjut menyimpulkan bahwa kemampuan ingatan tertunda
merupakan sebuah indikator yang sangat sensitif untuk penyakit Alzheimer, sedangkan
kemampuan leksiko-semantik dan fungsi visuospasial merupakan indikator yang baik untuk
memprediksi perjalanan penyakitnya.
Gangguan memori hampir selalu menjadi ciri khas perjalanan awal demensia Alzheimer
(Demensia of the Alzheimer’s Type. DAT). Diagnosis DAT ditegakkan apabila pasien menderita
penyakit ini sebelum usia 65 tahun, sedangkan diagnosis SDAT ditegakkan setelah pasien
berusia lebih dari 65 tahun. Gangguan memori tahap awal pada demensia Alzheimer, khususnya
mengenai aspek kemampuan belajar hal baru dan kesulitan dalam mengingat kembali (recalling)
informasi lama yang masih bersifat ringan. 13
Pengenalan dini SDAT sangat penting dalam praktik klinik. SDAT berkaitan erat dengan
gangguan memori pada usia tua. Namun demikian, membedakan proses penuaan yang normal
dan SDAT sangat sulit.
Salah satu skala yang digunakan dalam praktik klinik untuk menilai derajat keparahan
demensia adalah dengan CDR (Washington University Clinical Demensia Rating Scale) dengan
nilai secara berturut-turut: healthy (CDR = 0), questionable dementia (CDR = 0,5), mild dementia
(CDR = 1), moderate dementia (CDR = 2), dan severe dementia (CDR = 3). Sebagai contoh
aplikasinya, skala CDR = 0,5 menunjukkan adanya mudah lupa yang konsisten, adanya
kesulitan untuk mengingat kembali beberapa peristiwa dan ‘benign forgetfulness’.
Hasil penelitian Rubin et al. (1989) menyatakan bahwa subjek penelitian mereka dengan nilai
CDR 0,5, ternyata sebagian besar menunjukkan SDAT yang sangat ringan.
D) Mudah lupa (forgetfulness)
Banyak individu dengan usia lanjut mengeluhkan adanya kemunduran daya ingat, yang
secara umum disebut sebagai mudah lupa. Hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa
kapasitas ingatan segera (immediate recall) masih normal. Mereka masih mampu menemukan
kembali simpanan informasi dalam memori jangka panjang dan mampu untuk belajar deretan
panjang kata-kata yang tidak berhubungan. Mengingat kembali informasi non-verbal lebih
terganggu daripada mengingat kembali informasi verbal. Orang lanjut usia memerlukan bantuan
berupa petunjuk semantik, sedangkan orang muda membutuhkan lebih sedikit petunjuk.
Perubahan memori yang paling banyak dialami pada usia lanjut adalah penurunan kemampuan
dalam mengingat kembali informasi yang telah dipelajari sebelumnya, bukan dalam kemampuan
proses belajar. Boleh dikatakan bahwa orang lanjut usia tersebut ‘lupa untuk mengingat’. Pada
masa lampau, kondisi ini disebut sebagai ‘benign senescent forgetfulness, BSF’ atau ‘Age
associated memory impairment, AAMI’. Kadang-kadang istilah BSF dan AAMI digunakan secara
terpisah. BSF digunakan untuk kondisi kemunduran yang terjadi pada usia lanjut, sedangkan
AAMI dipergunakan untuk kemunduran memori pada usia dewasa muda.
Kemunduran kapasitas memori secara normal pada usia lanjut, umumnya menyebabkan:
1. Proses berpikir menjadi lamban
2. Kurang mampu menggunakan strategi memori yang tepat
3. Kesulitan untuk pemusatan perhatian dan konsentrasi
4. Mengabaikan hal yang tidak perlu
5. Memerlukan lebih banyak waktu untuk belajar sesuatu yang baru
6. Memerlukan lebih banyak isyarat (cue) untuk mengingat kembali apa yang
dpernah diingatnya
Kriteria mudah lupa:
1. Mudah lupa nama benda, orang dan sebagainya
2. Terdapat gangguan dalam mengingat kembali
3. Terdapat gangguan dalam memanggil kembali informasi yang telah
tersimpan dalam memori
4. Tidak terdapat gangguan dalam mengenal kembali sesuatu, apabila dibantu
dengan isyarat
5. Lebih sering menjabarkan fungsi atau bentuk daripada menyebutkan
namanya
E) Mild cognitive impairment
Penuaan normal, benign senescent forgetfulness, dan SDAT merupakan suatu rangkaian
kesatuan (continuum). Berangkat dari masalah itu, ada yang mengusulkan agar pendekatan
penelitian mendatang sebaiknya mengkombinasikan aspek biologis dan epidemiologis untuk
mengganti model ‘has he got it?’ dengan model ‘how much of it has he got’ and ‘why?’.
Kemampuan intelektual orang-orang yang mengalami demensia telah menurun bertahun-
tahun sebelum gejala klinis tampak nyata. Pada saat gejala klinis mulai tampak samar-samar,
sudah dapat di observasi adanya penurunan kemampuan intelektual secara umum, dapat kita
deteksi adanya kesulitan dalam kapasitas ingatan tertunda dengan evaluasi WMS logical
memory (mengingat kembali suatu bagian prosa). Sebaliknya, orang dengan kemampuan
intelektual stabil pada evaluasi klinis dapat tetap stabil pada evaluasi psikometris berikutnya.
Dapat disimpulkan bahwa penurunan intelektual secara mendadak pada observasi bertahap
lebih menunjukkan adanya suatu awal demensia daripada penurunan kapasitas memori karena
proses penuaan.
Sebuah penelitian dengan subjek usia lanjut normal yang mengevaluasi kemampuan
psikometris setiap tahun, menunjukkan bahwa pada subjek tersebut tidak mengalami penurunan
kognitif, sekurang-kurangnya sampai usia 90 tahun.
Petersen et al. (1999) telah berhasil melakukan penelitian longitudinal, yang
membandingkan kapasitas kognitif pada individu dengan usia lanjut yang normal, yang
mengalami gangguan kognitif ringan,dan pada individu dengan demensia Alzheimer ringan.
Peneilitian tersebut menyimpulkan bahwa MCI merupakan ‘transisional state’ antara kognitif
normal dan demensia, terutama demensia Alzheimer. Keadaan ini memunculkan suatu antara,
yang kita sebut sebagai mild cognitive impairment (MCI). Penelitian untuk membandingkan rasio
konversi ke demensia Alzheimer pada subjek dengan MCI dan subjek yang normal,
menunjukkan hasil bahwa subjek dengan MCI mempunyai risiko lebih tinggi untuk menjadi
demensia daripada subjek kontrol normal dengan usia sebaya.
Latar belakang penelitian Petersen adalah bahwa subjek MCI yang mempunyai gangguan
memori terkait usia dan pendidikan, namun tidak mengalami demensia. Subjek MCI ini menjadi
fokus perhatian dalam aspek penelitian dan percobaan intervensi.
Subjek MCI, bila ditinjau dari aspek memori, lebih mirip dengan subjek penyakit Alzheimer
dibandingkan dengan subjek kontrol. Apabila dalam praktik ditemukan seorang pasien yang
mengalami gangguan memori berupa gangguan ingatan tertunda atau mengalami kesulitan
mengingat kembali sebuah informasi, walaupun telah diberikan bantuan isyarat somantik,
padahal pasien itu memiliki kognisi umum normal, maka perlu dipertimbangkan adanya MCI.
Pada umumnya pasien MCI mengalami kemunduran dalam memori baru. Perjalanan penyakit
MCI sangat penting untuk diperhatikan, karena rasio penderita MCI yang akan menjadi penderita
Alzheimer adalah 10 sampai 12 persen setahun.
PEMBAGIAN/ KLASIFIKASI
MCI dibagi menjadi dua jenis:
1. MCI amnestik yang terutama mempengaruhi memori. 1
MCI amnestik merupakan hasil dari perubahan patologis penyakit Alzheimer
yang belum cukup parah untuk menyebabkan demensia klinis. Setidaknya dalam
penelitian populasi khusus, otopsi pada pasien MCI amnestic postmortem
menunjukkan adanya neuropatologi yang khas penyakit Alzheimer.
2. MCI nonamnestik yang tidak mempengaruhi memori, melainkan mempengaruhi
fungsi lainnya, seperti bahasa, atensi dan orientasi visuospasial. 1
Berhubungan dengan penyakit serebrovaskular, demensia frontotemporal,
atau tanpa temuan patologis yang khas (eg: Lewy body dementia, penyakit
Parkinson, atau Atypical Alzheimer).
GEJALA KLINIS
Jika terjadi MCI, maka masalah memori menjadi lebih nyata. Keluarga dan orang-orang
disekeliling penderita bisa mulai melihat tanda-tanda seperti:
Mengulangi pertanyaan yang sama berulang-ulang
Menceritakan kembali cerita yang sama atau memberikan informasi yang sama
berulang kali
Kurang inisiatif pada awal atau akhir kegiatan
Kesulitan mengelola tugas-tugas numerikal (eg: terkait seperti membayar tagihan)
Kurang fokus selama percakapan dan aktivitas
Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk yang kompleks
Masalah memori jangka pendek
Pengujian status mental menunjukkan penurunan daya ingat jangka pendek
Fungsi berpikir lain masih dalam batas normal (kesulitan sesekali tapi biasanya
normal)
Kegiatan harian dan penyelesaian tugas (baik di tempat kerja maupun di rumah)
masih normal, mungkin sesekali perlu bantuan beberapa tugas yang bersifat
kompleks, atau
Perawatan pribadi (personal hygiene, berpakaian sendiri, dll) masih dalam batas
normal
Gejala lain yang mungkin di alami adalah:
Depresi
Lekas marah dan agresif
Kegelisahan
Kelesuan
PEMERIKSAAN FISIK
Tidak ada gambaran yang khas dari pemeriksaan fisik pasien dengan MCI. Namun demikian,
pemeriksaan fisik harus tetap dilakukan sebagai evaluasi umum dalam mencari berbagai kondisi yang
bisa menyebabkan terjadinya MCI (eg: tanda penyakit thyroid, kekurangan kobalamin, atau venereal
disease) dan apakah defisit sensoris atau motoris yang ada bisa menjelaskan gejala MCI. MMSE
penting untuk menentukan derajat fungsi kognitif. 3
Pengujian Status Mental (MMSE)
Bentuk sederhana dari pengujian status mental dapat dilakukan dalam waktu sekitar 10
menit. Umumnya tes yang digunakan meliputi tugas-tugas berikut dan pertanyaan:
Menggambar wajah dan jam tangan yang menunjukkan waktu, yang ditentukan oleh
pemeriksa.
Nama hari ini, tanggal, dan lokasi.
Menyalin rancangan gambar, seperti dua pentagon yang saling berpotongan.
Mengikuti perintah tiga langkah.
Mengingat daftar tiga kata yang diucapkan oleh pemeriksa kepada pasien.
Mengikuti instruksi tertulis.
Menuliskan kalimat lengkap.
Menghitung mundur dari 100 dikurangi tujuh.
Contoh MMSE:
No Test Nilai Maks.
Orientasi
1 Sekarang (tahun, musim, bulan, tanggal), hari apa? 5
2 Kita berada di mana? (Negara, propinsi, kota, rumah sakit, lantai/ kamar) 5
Registrasi
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin) setiap benda 1 detik,
pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk setiap nama
benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar dan
catat jumlah pengulangan
3
Atensi dan Kalkulasi
4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah
5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata ‘WAHYU’ (nilai diberi pada huruf
yang benar sebelum kesalahan; misalnya uyahw= 2 nilai
5
Mengingat Kembali (Recall)
5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3
Bahasa
6 Pasien disuruh menyebut nama benda yang ditunjukkan (pensil, buku) 2
7 Pasien disuruh mengulang kata-kata ‘namun’, ‘tanpa’, ‘bila’ 1
8 Pasien disuruh melakukan perintah ‘Ambil kertas ini dengan tangan anda,
lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai’
3
9 Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah ‘pejamkanlah mata anda’ 1
10 Pasien disuruh menulis dengan spontan 1
11 Pasien disuruh menggambar bentuk di bawah ini 1
Total 30
Skor :
Nilai 24-30 : normal
Nilai 17-23 : gangguan kognitif probable
Nilai 0-16 : gangguan kognitif definit
Bentuk yang lebih lama dari pengujian neuropsikologi dapat memberikan rincian tambahan
tentang fungsi mental dibandingkan dengan orang lain dengan usia dan tingkat pendidikan yang
sama. Tes-tes ini juga dapat membantu dalam identifikasi pola-pola perubahan yang memberikan
petunjuk mengenai penyebab dari gejala yang timbul.
Pemeriksaan Neurologis
Sebagai bagian dari pemeriksaan fisik, beberapa tes dasar yang menilai kerja sistem saraf
perlu dilakukan. Tes-tes ini dapat membantu mendeteksi tanda-tanda penyakit Parkinson, stroke,
tumor, atau kondisi medis lain yang dapat mengganggu fungsi memori serta fungsi fisik. Pemeriksaan
neurologis yang dapat dilakukan antara lain:
Refleks
Gerakan bola mata
Berjalan dan keseimbangan
Rasa sentuhan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Fungsi tiroid, vitamin B12, kadar asam folat, serologi sifilis, dan tes untuk menyingkirkan
kemungkinan lain yang bersifat reversible, seperti kelainan metabolik (uremia atau ensefalopati
hepatikum).
Pemeriksaan cairan otak
Indikator untuk penyakit Alzheimer dari cairan serebrospinalis berupa peningkatan kadar
protein tau dan menurunnya β-amiloid-42.
Pencitraan otak
CT scan secara rutin digunakan untuk mengidentifikasi hematom subdural, infark, tumor, dan
neuropatologis lainnya. MRI otak juga rutin direkomendasikan untuk menilai berbagai macam kondisi,
karena pemeriksaan MRI dapat membedakan pasien MCI dengan pasien Alzheimer melalui derajat
atropi hipokampus. Volume hipokampus dan spektroskopi N-asetil aspartat/ keratin adalah penilaian
yang paling sensitif untuk membedakan apakah seseorang menderita MCI atau penyakit Alzheimer.
Skala pemeriksaan rutin
Beberapa skala yang digunakan untuk pemeriksaan rutin antara lain MMSE, GDS (Geriatric
Depression Scale) dan CDR (Clinical Dementia Rating). 1
DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik untuk MCI adalah ditemukannya defisit memori, tanpa adanya defisit
dalam kemampuan penilaian, persepsi dan aktivitas sehari-hari. Pasien MCI juga menunjukkan
penurunan nilai tes memori dibandingkan dengan orang yang berumur dan berlatar belakang
pendidikan yang sama.
Kriteria individu MCI yang berisiko tinggi untuk mengalami perkembangan progresif menjadi
demensia antara lain:
1. Kesulitan untuk melakukan fungsi eksekutif, seperti disorganisasi, gangguan persepsi dan
kesulitan memecahkan masalah, merencanakan, serta memori dalam bekerja.
2. Kesulitan melakukan tugas yang biasa dilakukan, terutama untuk kemampuan
menggunakan telepon, alat transportasi, kemampuan untuk mengatur keuangan, dan
tanggungjawab dalam menjaga kesehatan diri sendiri.
3. Atrofi hipokampus.
4. Genotip apolipoprotein E Ԑ4.
5. Faktor risiko penyakit vaskuler pada usia dewasa.1
DIAGNOSIS BANDING
A) Demensia (Menurut WHO): merupakan sindrom neurodegeneratif yang timbul karena adanya
kelainan yang bersifat kronis dan progresif, disertai dengan gangguan fungsi luhur yang multipel,
seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa dan mengambil keputusan.
B) Demensia Alzheimer : manifestasi klinis gangguan kognitif, gangguan psikiatrik, serta perilaku.
C) Demensia Vaskuler : adalah sindrom demensia yang disebabkan oleh disfungsi otak akibat
penyakit serebrovaskuler atau stroke. Demensia vaskuler merupakan penyebab demensia kedua
tersering setelah demensia Alzheimer.
KOMPLIKASI/PENYULIT
Orang dengan MCI memiliki risiko yang meningkat secara signifikan – namun tidak selalu –
untuk berkembang menjadi penyakit Alzheimer atau demensia jenis lainnya. Secara keseluruhan,
sekitar 1 sampai 2 persen dari orang dewasa dapat berkembang menjadi demensia dalam setiap
tahunnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara orang dewasa dengan MCI, 6 hingga 15
persennya dapat dapat berkembang menjadi demensia dalam setiap tahunnya.4
TERAPI
Tujuan pengobatan adalah:
Menjaga dan memaksimalkan fungsi yang ada saat ini
Mengurangi gangguan tingkah laku
Meringankan beban pengasuh, dan
Menunda progresivitas ke tingkat yang lebih lanjut.1
Nama Obat Golongan Indikasi Dosis Efek samping
Donepezil Penghambat
kolinesterase
DA ringan,
sedang
Dosis awal 5 mg/hr bila
perlu, setelah 4-6
minggu menjadi 10
mg/hr
Mual, muntah,
diare, insomnia
Galantamine Penghambat
kolinesterase
DA ringan,
sedang
Dosis awal 8 mg/ hr
setiap bulan dosis
dinaikkan 8 mg/hr
hingga dosis maksimal
24 mg/ hr
Mual, muntah,
diare, anoreksia
Rivastigmine Penghambat
kolinesterase
DA ringan,
sedang
Dosis awal 2 x 1,5 mg/
hr setiap bulan dosis
dinaikkan 2 x 1,5 mg/
hr hingga dosis
maksimal 2 x 6 mg/ hr
Mual, muntah,
pusing, diare,
anoreksia
Memantine Penghambat
NMDA
DA sedang,
berat
Dosis awal 5 mg/ hr;
setelah 1 minggu, dosis
dinaikkan menjadi 2x5
mg/ hr dan seterusnya
sehingga dosis
maksimal 2 x 10 mg/ hr
Pusing, nyeri
kepala, konstipasi
*Tabel : Jenis, Dosis dam Efek Samping Obat-obat Dimensia1
Saat ini, tidak ada obat MCI atau perawatan lain secara khusus disetujui oleh Food and Drug
Administration (FDA). Namun demikian, MCI saat ini merupakan lingkup yang aktif diteliti. Studi klinis
saat ini sedang berjalan untuk menjelaskan lebih lanjut tentang mekanisme terjadinya gangguan dan
untuk menemukan perawatan yang dapat memperbaiki gejala atau mencegah atau menunda
perkembangan MCI menjadi demensia.
A) Obat Alzheimer
Kolinesterase inhibitor, jenis obat yang disetujui untuk penyakit Alzheimer, dapat
diberikan untuk orang dengan MCI yang memiliki gejala utama berupa hilangnya
memori. Namun, inhibitor kolinesterase tidak dianjurkan untuk digunakan secara rutin
pada pasien MCI karena efeknya pada pasien tersebut tidak konsisten.
B) Mengobati kondisi lain yang dapat mempengaruhi fungsi mental
Kondisi umum lainnya, selain MCI, bisa membuat pasien merasa lupa atau mental
kurang tajam dari biasanya. Pengobatan kondisi tersebut dapat membantu
meningkatkan memori dan fungsi mental secara keseluruhan. Kondisi yang dapat
mempengaruhi memori tersebut diantaranya adalah:
Tekanan darah tinggi
Orang dengan MCI lebih cenderung memiliki masalah dengan pembuluh darah
di dalam otak mereka. Tekanan darah tinggi dapat memperburuk masalah-
masalah ini dan menyebabkan masalah dalam memori. Monitor tekanan darah
dan direkomendasikan untuk menurunkan tekanan darah jika terlalu tinggi.
Depresi
Ketika depresi, pasien sering merasa mudah lupa dan memiliki mental
‘berkabut’. Depresi adalah umum terjadi pada orang dengan MCI. Mengobati
depresi dapat membantu meningkatkan memori, sehingga membuat pasien lebih
mudah untuk beradaptasi dengan perubahan dalam hidup mereka.
Sleep apnea
Pada saat pasien sedang tertidur, pernapasan akan berhenti secara berulang-
ulang. Sehingga pasien mengalami kesulitan untuk mendapatkan istirahat
malam dengan kualitas yang baik. Sleep apnea dapat membuat pasien merasa
terlalu lelah di siang hari, pelupa, dan sulit berkonsentrasi. Pengobatan pada
sleep apnea dapat memperbaiki gejala dan memulihkan kewaspadaan.
Saat ini telah dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah diet, olahraga atau pilihan gaya
hidup sehat dapat mencegah atau memperbaiki penurunan kognitif. Bagaimanapun juga, olah raga
merupakan pilihan yang sehat untuk meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dan mungkin juga
peran dalam memperbaiki kesehatan kognitif.
Olahraga teratur diketahui bermanfaat untuk kesehatan jantung dan juga membantu
mencegah penurunan kognitif.
Diet rendah lemak, kaya buah-buahan, dan sayuran juga merupakan pilihan yang sehat dan
dapat membantu memelihara kesehatan kognitif.
Asam lemak omega-3 juga baik untuk jantung. Sebagian besar penelitian menunjukkan
bahwa asam lemak tersebut juga mungkin bermanfaat bagi kesehatan kognitif. Konsumsi
ikan digunakan sebagai ukuran jumlah asam lemak omega-3 yang dikonsumsi.
Interaksi sosial dan stimulasi intelektual dapat membuat hidup lebih tenang dan membantu
menjaga fungsi mental.
PROGNOSIS
MCI merupakan suatu kondisi kognitif yang tidak stabil. Tergantung pada penyebab MCI itu
sendiri, pasien bisa mengalami demensia, MCI yang berkelanjutan, atau mengalami perbaikan
kondisi. Suatu studi dengan follow up yang singkat menunjukkan bahwa 10% dari populasi subjek
MCI akan menjadi demensia. Studi tersebut juga menunjukkan bahwa 90% dari subjek dengan MCI
yang berkembang menjadi demensia tadi akan menderita demensia tipe Alzheimer.8
ALGORITME
* Gambar: Diagnosis Penurunan Kognitif Ringan dan Subtipenya 6
RINGKASAN
Gangguan kognitif ringan merupakan keadaan prodromal atau faktor resiko dari penyakit
Alzheimer. Gejala awal demensia sering terlewatkan karena dianggap sebagai gejala usia lanjut yang
wajar atau salah diagnosis. Deteksi awal dan pengobatan bagi inidividu yang menderita gangguan
kognitif ringan mungkin akan memberi kesempatan penderita untuk menunda progresivitas dari
penurunan fungsi kognitif.
Hipokampus merupakan area otak yang berperan dalam pengolahan, penyimpanan, dan
pengulangan kembali pengetahuan dan informasi baru.
Pada sebagian besar orang, hipokampus mengalami atrofi karena pertambahan usia dan
menyebabkan penurunan memori yang ringan. Pada pasien MCI, atrofi tersebut terjadi lebih cepat
dan menyebabkan masalah memori yang lebih besar.
Patofisiologi MCI adalah multifaktorial. Sebagian besar kasus bentuk MCI amnestik
merupakan hasil dari perubahan patologis penyakit Alzheimer yang belum cukup parah untuk
menyebabkan demensia klinis. Setidaknya dalam penelitian pada populasi khusus, hasil otopsi
pasien MCI amnestik postmortem menunjukkan adanya neuropatologi yang khas untuk penyakit
Alzheimer. MCI nonamnestik mungkin berhubungan dengan penyakit serebrovaskular, demensia
frontotemporal, atau mungkin tidak ditemukan kondisi patologis yang khas.
MCI terbagi kepada dua jenis, yaitu MCI amnestik; dimana didapatkan gangguan terus-
menerus pada memori, dan MCI nonamnestik; dimana memori tidak terpengaruh, melainkan
mempengaruhi fungsi kognitif lain seperti bahasa, atensi dan orientasi visuospasial.
Tanda dan gejala MCI antar lain mengulangi pertanyaan yang sama berulang-ulang,
menceritakan kembali cerita yang sama atau memberikan informasi yang sama berulang kali,
kurangnya inisiatif pada awal/ akhir kegiatan, kesulitan mengelola tugas numerikal, kurang fokus
dalam percakapan dan aktivitas, memiliki masalah dalam memori jangka pendek, namun aktivitas
sehari-hari pasien tersebut tetap normal. Gejala lain yang mungkin dialami oleh penderita MCI antara
lain depresi, lekas marah dan agresif, kegelisahan, dan kelesuan.
Tidak ada temuan khas dari pemeriksaan fisik umum pada pasien MCI. Namun demikian,
pemeriksaan fisik tetap harus dilakukan sebagai evaluasi umum dalam mengeggali penyebab
terjadinya MCI (misalnya, tanda adanya penyakit thyroid, kekurangan kobalamin, atau venereal
disease) dan apakah defisit sensoris atau motoris yang ada bisa menjelaskan gejala MCI tersebut.
MMSE penting untuk menentukan derajat fungsi kognitif. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
pada pasien yang diduga mengalami MCI adalah fungsi kelenjar tiroid, vitamin B12, kadar asam folat,
serologi sifilis, dan pemeriksaan lain untuk menyingkirkan kemungkinan lain yang bersifat reversibel,
seperti kelainan metabolik. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan cairan otak, imaging (CT scan dan
MRI otak) serta skala pemeriksaan kognitif rutin (MMSE, GDS, dan CDR).
Diagnosis MCI dibuat pada pasien yang memenuhi kriteria berikut: ada keluhan memori,
aktivitas hidup sehari-hari normal, fungsi kognitif umum normal, memori abnormal untuk usia pasien
tersebut dan tidak ada demensia.
Orang dengan MCI memiliki peningkatan risiko yang signifikan – namun tidak selalu – untuk
menderita penyakit Alzheimer atau demensia jenis lainnya. Secara keseluruhan, sekitar 1 sampai 2
persen dari orang dewasa dapat berkembang menjadi demensia dalam setiap tahunnya. Di antara
orang dewasa dengan MCI, penelitian menunjukkan bahwa 6 hingga 15 persen pada populasi
tersebut dapat berkembang menjadi demensia dalam setiap tahunnya.
Saat ini tidak ada obat MCI atau perawatan lain yang secara khusus disetujui oleh Food and
Drug Administration (FDA). Namun, saat ini MCI merupakan lingkup yang aktif diteliti. Studi klinis
yang ditujukan untuk menjelaskan lebih lanjut tentang terjadinya gangguan pada MCI dan untuk
menemukan perawatan yang dapat memperbaiki gejala atau mencegah atau menunda
pengembangan menjadi demensia saat ini sedang berlangsung. Tujuan pengobatan MCI secara
umum adalah untuk menjaga dan memaksimalkan fungsi yang ada saat ini, mengurangi gangguan
tingkah laku, meringankan beban pengasuh, dan menunda progresivitas ke tahap yang lebih lanjut.
PERTANYAAN
1. Apa perbedaan antara gangguan kognitif ringan (MCI) dan Demensia?
Baik MCI maupun demensia, kedua-duanya merupakan penyakit yang mengenai fungsi kognitif.
Namun, kedua penyakit tersebut dibedakan menurut derajat penurunan fungsi kognitifnya. MCI
mengacu pada defisit kognitif halus, namun masih terukur. Orang dengan MCI memiliki
gangguan yang terbatas pada satu kategori fungsi kognitif (misalnya memori, penilaian,
penalaran, pengenalan obyek), tetapi penurunan tersebut tidak mengganggu kegiatan mereka
sehari-hari (seperti mandi, berpakaian, dll). Jika kondisi medis yang menyebabkan MCI tidak
tangani dengan baik, penyakit MCI tersebut selanjutnya dapat berkembang menjadi demensia.
Demensia mengacu pada penurunan dalam dua atau lebih kategori fungsi kognitif, yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam rutinitas sosial, profesional, atau
pribadi mereka sehari-hari.
2. Apa yang menyebabkan MCI dan Demensia?
Penyebab utama dari MCI dan demensia adalah sekelompok gangguan yang disebut penyakit
Alzheimer dan Gangguan Terkait (AKDR). Sekitar 60% kasus MCI atau demensia disebabkan
oleh penyakit Alzheimer, dan 20% lainnya adalah karena demensia vaskular. Sejumlah kecil
kasus disebabkan oleh penyakit Parkinson, penyakit Lewy Body, dan demensia lobus frontal.
Sekitar 5% dari pasien dengan MCI atau Demensia akan memiliki kondisi seperti depresi,
kekurangan vitamin atau masalah tiroid yang masih bersifat reversible. Pengobatan bagi mereka
dengan ADRD sangat tergantung pada waktu intervensi yang tepat dan secara substansial dapat
menguntungkan jika pengobatan dimulai sejak dini.
3. Mengapa penting untuk menidentifikasi MCI?
Mengidentifikasi MCI memungkinkan diagnosis awal dari gangguan yang mendasarinya. Sama
seperti kondisi lain, seperti diabetes atau penyakit jantung, semakin dini diagnosis gangguan
kognitif dibuat, pengobatan yang lebih efektif akan semakin memberikan hasil yang baik. Deteksi
dini dan pengobatan yang tepat untuk penyakit Alzheimer dapat memperlambat progresivitas
penyakit pada 50% kasus.
4. Apa yang harus dicari ketika mengevaluasi penilaian kognitif?
Perbandingan untuk tes awal – beberapa tes menetapkan skor dasar untuk pasien sehingga
hasil tes berikutnya dapat dibandingkan dengan hasil sebelumnya, untuk mengidentifikasi
perubahan fungsi kognitif pasien. Tes komputerasi memfasilitasi dalam penentuan nilai dasar,
sehingga memungkinkan dokter untuk lebih mudah mengevaluasi hasil longitudinal.
Perbandingan data normatif – beberapa tes membandingkan hasil individu untuk data normatif
bagi orang-orang dalam kelompok usia yang sama. Tes tersebut dapat membuat perbandingan
pada satu atau dua faktor demografis (biasanya usia dan/ atau tingkat pendidikan), atau lebih
banyak faktor seperti pola respons keseluruhan. Secara umum, semakin canggih penggunaan
data perbandingan, semakin besar kekuatan prediksi dari layar.
5. Bagaimana keakuratan penilaian kognitif saat evaluasi?
Kekuatan lingkup kognitif tertentu harus diukur kapasitasnya untuk dapat mengidentifikasi
masalah kognitif (sensitivitas) tanpa ada kesalahan dalam mengklasifikasi respon yang
diharapkan (spesifisitas). Secara umum, semakin tinggi sensitivitas dan spesifisitas dari suatu
alat penilaian tertentu, semakin akurat hasil yang diperoleh. Dalam mengevaluasi ketepatan alat
penilaian berbagai fungsi kognitif, penting untuk mempertimbangkan kesalahan minimal alat
pendeteksi. Tergantung pada kondisi medis yang mendasari, individu sering mengalami
penurunan kognitif ringan selama tujuh tahun atau lebih. Sementara banyak tes mengklaim
tingkat akurasi yang tinggi dalam mendeteksi demensia moderat, sangat sedikit yang cukup
sensitif untuk mengidentifikasi tahap awal gangguan ringan untuk diklasifikasikan sebagai
gangguan kognitif ringan atau demensia ringan.
6. Apa yang dievaluasi/ diidentifikasi dalam penilaian kognitif?
Penilaian yang mengevaluasi fungsi kognitif yang berbeda, memberikan gambaran fungsi dari
otak yang berhubungan dengan fungsi itu. Domain kognitif yang dimaksudkan adalah memori,
penilaian dan penalaran, orientasi, kefasihan verbal dan lain-lain. Namun, penilaian kognitif tidak
memberikan diagnosis akhir. Mereka hanya mengidentifikasi tanda-tanda yang mencurigakan,
yang harus dievaluasi lebih lanjut oleh seorang tenaga medis. Sebelumnya, dokter harus
mengidentifikasi penyebab masalah ditandai oleh penilaian kognitif agar mendapatkan hasil
pengobatan yang baik.
REFERENSI
1. Dr. George Dewanto Sp.S et all, 2009, Diagnosis Tatalaksana Penyakit Saraf, pg: 172-174,
diakses pada 17 Juni 2011, 3.00pm
2. Dr. Yuda Turana, Sp.S, 2009, Gannguan Kognitif Ringan,
http://www.medikaholistik.com/medika.html?xmodule=document_detail&xid=175, diakses
pada 18 Juni 2011, 12.55pm
3. Heather S Anderson, MD, 2011, Penurunan Kognitif Ringan (MCI),
http://emedicine.medscape.com/article/1136393-overview, diakses pada 14 Juni 2011,
10.03pm
4. Anonymous, 2011, Penurunan Kognitif Ringan (MCI), http://www.mayoclinic.org/mild-
cognitive-impairment/, diakses tanggal 15 Juni 2011, 2.00 am
5. Petersen RC. Conceptual overview. In: Petersen RC, ed. Mild Cognitive Impairment:Aging
to Alzheimer’s Disease. New York, NY: Oxford University Press; 2003: Pge: 1-14
6. Petersen RC. Mild cognitive impairment as a diagnostic entity. J Intern Med. 2004; 256
(3):183-194.
7. Jean-Paul Macher, MD, 2004, Dialogue in Clinical Neuroscience: Mild Cognitive impairment,
diakses pada 16 Juni 2011, 4.00pm
8. Bruscoli M & Lovestone S. Is MCI really just early dementia? A systematic review of
conversion studies. International Psychogeriatrics, 2004; 16:129
9. Anonymous, 2011, Dementia, Mild Cognitive Impairment Common in ‘Oldest Old’ Women,
http://www.medicalnewstoday.com/releases/224460.php, diakses pada 13 Juni 2011, 5.00
pm
10. Besdin, R.w., 1987., Normal human aging. In: Besdin R.W. (ed). Second seminar on aging
Exerpta Medica Asia, Singapore, Taipei, Hongkong, pp 3-13
11. Petersen, R.c., Smith, M.D., Kokmen, e., Ivnik, R.j., & Tangalos, E.G., 1992. Memory
function in normal aging. Neurology, 42:396-401
12. Small, S.A., Stern, Y., Ming Tan., & Mayeux, R., 1992. Selective decline in memory function
among healthy elderly. Neurology, 52: 1392-1396
13. Cummings, J.L. & Benson, D.F. 1992, Dementia. A clinical approach, 2nd Ed. Butterworth-
Heine-mann, USA