28
Makalah Kelompok Mata Kuliah Pengelolaan Limbah Padat Dosen : Dr. Ir. Fatimah, MT. PENGELOLAAN LIMBAH PADAT (SAMPAH) KOTA MEDAN DISUSUN OLEH Disusun Oleh : Muhammad Iriansyah 120405019 Nicko Sanjaya Adi Putra 120405039 M. Reza Rahmadhan 120405087 Fikri Naufal Anwari 120405128 Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

mklah2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ffg

Citation preview

Makalah KelompokMata Kuliah Pengelolaan Limbah PadatDosen : Dr. Ir. Fatimah, MT.PENGELOLAAN LIMBAH PADAT (SAMPAH) KOTA MEDANDISUSUN OLEH

Disusun Oleh :Muhammad Iriansyah120405019

Nicko Sanjaya Adi Putra120405039M. Reza Rahmadhan120405087Fikri Naufal Anwari

120405128Departemen Teknik KimiaFakultas TeknikUniversitas Sumatera Utara2015BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGManusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling terkait antar satu dengan lainnya. Manusia membutuhkan kondisi lingkungan yang baik agar dapat melaksanakan aktivitasnya, sebaliknya kondisi lingkungan yang baik tergantung pada aktivitas manusia terhadap lingkungan. Perkotaan sebagai pusat aktivitas telah berkembang dengan pesat dan berperan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, kebudayaan, pariwisata, transportasi maupun industri.Perkembangan industri dan pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, meningkatkan sampah industri dan sampah domestik yang dihasilkan oleh penduduk sehingga semakin membebani tanah, udara dan sungai yang mengalir dalam wilayah perkotaan. Akibat pertambahan jumlah penduduk yang setiap tahunnya mengalami peningkatan, jarang sekali dalam suatu wilayah kota di temukan ruang terbuka yang dapat digunakan untuk daerah pemukiman yang layak. Ini disebabkan karena ruang terbuka tersebut berubah fungsi menjadi tempat pembuangan berbagai macam sampah dari hasil aktivitas manusia, berupa sampah dari kegiatan rumah tangga, perkantoran, lembaga (instansi), pasar, terminal, restoran serta industri.

Secara garis besar, sampah perkotaan berasal dari pencemaran yang disebabkan oleh industri dan sektor domestik yang menghasilkan limbah domestik (sampah domestik). Sampah domestik ini terdiri dari sampah organik dan sampah non organik. Sampah organik berasal dari mahluk hidup yang dapat terdegradasi sedangkan sampah non organik yang tidak dapat terdegradasi misalnya: plastik, kaleng, kaca, dan lain-lain. Selain sampah organik dan sampah non organik terdapat juga yang disebut sampah berbahaya misalnya: baterai, jarum suntik, dan lain-lain. Sementara sampah industri terdiri dari emisi dari proses pembakaran, limbah cair (sampah cair), limbah padat (sampah padat) (Fitri, 2012).

Terjadinya penumpukan sampah di sebabkan oleh beberapa hal, diantaranya pertambahan penduduk dan arus urbanisasi yang pesat menyebabkan timbulnya sampah pada perkotaan semakin tinggi kendaraan pengangkutan yang jumlah maupun kondisinya kurang memadai; system pengelolaan TPA yang kurang tepat dan tidak ramah lingkungan; serta belum diterapkannya pendekatan reduce, reuse, dan recycle.Limbah padat adalah issue global lain yang signifikan sebagai sumber penting dalam menghasilkan gas rumah kaca. Untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari limbah padat, manajemen limbah padat secara konvensional harus dikonversi menjadi manajemen sumber daya dan membangun konstruksi baru hierarki manajemen limbah padat yang terintegrasi (Ponseng, dkk., 2012).

Dalam pengelolaan limbah padat di Indonesia, khususnya di Kota Medan diperlukan metode penanganan limbah yang tepat dan optimal untuk diterapkan agar limbah yang semakin meningkat kuantitasnya dapat tertangani dengan baik sehingga dampak negatif yang ditimbulkannya dapat diminimalkan (Ponseng, dkk., 2012).1.2 RUMUSAN MASALAHAdapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:1. Bagaimana kondisi dan karakteristik limbah padat di Kota Medan?2. Bagaimana sistem transportasi dan pengumpulan sampah di Kota Medan (secara umum) dan pada TPA Kelurahan Terjun Medan Marelan (secara khusus)?3. Bagaimana sistem pengelolaan limbah padat di Kota Medan (secara umum) dan pada TPA Kelurahan Terjun Medan Marelan (secara khusus)?1.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah : 1. Mengetahui kondisi dan karakteristik limbah padat di Kota Medan.

2. Mengetahui bagaimana cara kerja transportasi dan pengumpulan sampah di Kota Medan (secara umum) dan pada TPA Kelurahan Terjun Medan Marelan (secara khusus)?

3. Mengetahui bagaimana sistem pengelolaan limbah padat di Kota Medan (secara umum) dan pada TPA Kelurahan Terjun Medan Marelan (secara khusus)?

BAB IIPEMBAHASAN1.4 PENGERTIAN SAMPAHSampah adalah suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Dari segi ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia tetapi yang bukan biologis dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk ke dalamnya). Sehingga bukan semua benda padat yang tidak digunakan dan dibuang disebut sampah, misalnya: benda-benda alam, benda-benda yang keluar dari bumi akibat dari gunung meletus, banjir, pohon di hutan yang tumbang akibat angin ribut, dan sebagainya. Dengan demikian sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:a. Adanya sesuatu benda atau bahan padatb. Adanya hubungan langsung/tak langsung dengan kegiatan manusiac. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.1.5 SUMBER-SUMBER SAMPAH

Sumber-sumber sampah dibagi sebagai berikut :1. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic waste)

Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti: sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik, daun, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga.2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum.

Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api. Sampah ini berupa kertas, plastik, botol, dan daun.

3. Sampah yang berasal dari perkantoranSampah ini berasal dari perkantoran, perdagangan, departemen, perusahaan. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip. Umumnya sampah ini bersifat kering dan mudah terbakar (rubbish).

4. Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri atas: kertaskertas, kardus- kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, dan plastik.

5. Sampah yang berasal dari industri (industrial waste)

Sampah dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industri dan segala sampah yang berasal dari proses produksi,misalnya: sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan, tekstil, kaleng.

6. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian, misalnya: jerami, sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah.

7. Sampah yang berasal dari pertambangan

Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, misalnya: batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang).

8. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan

Sampah dari peternakan dan perikanan ini berupa: kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan, dan bangkai binatang.1.6 TEKNIK PENGUMPULAN DAN PEMBUANGAN AKHIR (TPA)1. Pada umumnya teknik pengumpulan limbah padat/sampah dilaksanakan dengan 2 cara, yaitu :a)Door to door, yaitu pengumpulan limbah padat dilakukan oleh petugas kebersihan dengan cara mendatangi tiap-tiap rumah tangga penghasil sampah.Sebagai alat angkut, biasanya digunakan gerobak, dumb truck, dan kijang.Sampah-sampah yang diangkut kemudian dikumpulkan di tempat penampungan sementara yang kemudian akan diangkut oleh truk dan dibuang ke tempat pembuangan akhir.Daerah yang dilayani dengan cara door to door adalah daerah dengan lingkungan permukiman yang sudah teratur misalnya perumahan dan tempat-tempat umum.Cara ini menggunakan penjadwalan yang sangat jelas dan dengan adanya pembebanan biaya retribusi untuk setiap rumah-rumah yang sampahnya terangkut oleh petugas, karena sampah selalu diangkut oleh petugas setiap hari dan pada waktu pagi sehingga tidak terlihat adanya penumpukan sampah di rumah-rumah.b)Komunal, yaitu pengumpulan sampah yang dilakukan sendiri oleh masing-masing rumah tangga ke tempat yang telah disediakan. Tempat tersebut berupa bak sampah dan container, yang selanjutnya akan diangkut oleh petugas kebersihan. Cara ini biasanya dilakukan pada daerah-daerah yang belum teratur dan kepadatan yang tinggi (Anas, 2011).2. Pembuangan akhir sampah merupakan proses terakhir dalam siklus pengelolaan persampahan formal. Fase ini dapat menggunakan berbagai metode dari yang sederhana hingga tingkat teknologi tinggi. Metode pembuangan akhir yang banyak dikenal adalah :1. Open dumping, Metode ini merupakan cara pembuangan akhir yang sederhana karena sampah hanya ditumpuk di lokasi tertentu tanpa perlakuan khusus. 2. Control landfill, Metode ini merupakan peralihan antara teknik open dumping dan sanitary landfill. Pada metode ini sampah ditimbun dan diratakan. Setelah timbunan sampah penuh lalu dilakukan penutupan terhadap hamparan sampah tersebut dengan tanah dan dipadatkan.

3. Sanitary landfill, Teknik sanitary landfill adalah cara penimbunan sampah padat pada suatu hamparan lahan dengan memperhatikan keamanan lingkungan karena telah ada perlakuan terhadap sampah. Pada teknik ini, sampah dihamparkan hingga mencapai ketebalan tertentu lalu dipadatkan, kemudian dilapisi tanah dan dipadatkan kembali, di atas lapisan tanah penutup tadi dapat dihamparkan lagi sampah yang kemudian ditimbun lagi dengan tanah. Demikian seterusnya berselang-seling antara lapisan tanah dan sampah. Metode ini lebih baik dari metode lainnya. Konsekuensi dari pembuangan Sampah di tempat pembuangan akhir sampah ini adalah dibutuhkannya lahan yang luas serta biaya pengelolaan yang besar.

Pembuangan Akhir (TPA) sampah membutuhkan ruang/tempat yang luas dan disyaratkan jauh dari permukiman penduduk. Dengan adanya keterbatasan lahan di berbagai kota besar, maka tempat penampungan sampah akhir lambat laun menjadi masalah. Oleh karena itu, adanya upaya mengurangi beban penumpukan sampah di TPA dengan berbagai metode pengelolaan sampah yang lebih baik merupakan langkah yang perlu terus dikembangkan agar tidak menimbulkan banyak masalah. Lahan untuk TPA harus memiliki kesesuaian dengan sifat lahan tersebut, sehingga dapat meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkannya. Menurut Hifdziyah (2011) dalam Fitri (2012), ada beberapa sifat lahan yang sesuai sebagai Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) secara terbuka. Kesesuaian lahan tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 2.1 Kesesuaian Lahan untuk Tempat Pembuangan Sampah Secara Terbuka

(Fitri, 2012)

Berdasarkan SNI 03-3241-1997 Tahun 1997 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi tempat Pembuangan Akhir sampah yang diterbitkan Badan Standarisasi Nasional, ketentuan pemilihan lokasi TPA sampah diuraikan sebagai berikut : 1. TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai dan laut 2. Disusun berdasarkan 3 tahapan yaitu : a. Tahap regional yang merupakan tahapann untuk menghasilkan peta berisi daerah atau tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi beberapa zona kelayakan. b. Tahap penyisih yang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua lokasi terbaik di antara beberapa lokasi yang dipilih dari zona zona kelayakan pada tahap regional. c. Tahap penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh instansi yang berwenang. 3. Dalam hal suatu wilayah belum bias memnuhi tahapan regional, pemilihan lokasi TPA sampah ditentukan berdasarkan skema pemilihan lokasi TPA sampah ini dapat dilihat pada lampiran kriteria yang berlaku pada tahap penyisih. Beberapa alternatif carapun dilakukan agar menyingkirkan sampah demi terwujudnya kota bersih dan tidak mengganggu lingkungan. salah satu sub sistem dalam pengelolaan sampah yaitu Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Kota Medan yang mempunyai 2 (dua) lokasi TPA yaitu TPA Terjun dan TPA Namo Bintang yang setiap harinya melayani sampah kota Medan. Lokasi TPA merupakan tempat pembuangan akhir sampah yang akan menerima segala resiko akibat pola pembuangan sampah.TPA terjun berlokasi di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan seluas 137.563 m3 yang mulai dioperasikan sejak 1993 dengan sistem open dumping. Pengaruh open dumping yang paling utama adalah pencemaran air permukaan dan air tanah (Fitri, 2012).1.7 Gambaran Umum Kota MedanKota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di daerah dataran tinggi Karo, objek wisata Orangutan di Bukit Lawang, Danau Toba. Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590. John Anderson, orang Eropa yang pertama mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200 orang dan seorang pemimpin bernama Tuanku Pulau Berayan sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-sampan pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya residen Pesisir Timur serta Sultan Deli pindah ke Medan. Tahun 1909, Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari 12 anggota orang Eropa, dua orang bumiputra, dan seorang Tionghoa.Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupatenlainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3 30' ? 3 43' Lintang Utara dan 98 35' - 98 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.

Pada tahun 2012, penduduk Kota Medan mencapai 2.122.804 jiwa. Dibanding hasil Proyeksi Penduduk 2012, terjadi pertambahan penduduk sebesar 5.580 jiwa (0,26%). Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km, kepadatan penduduk mencapai 7.987 jiwa/ km (Pemko Medan, 2013)1.8 Kondisi Pengelolaan Sampah Kota Medan1. Teknis Operasionala. PewadahanPewadahan merupakan suatu cara penampungan sampah sementara di sumbernya baik individual maupun komunal. Ada beberapa tujuan dilakukan pewadahan ini yaitu memudahkan pengumpulan dan pengangkutan, mengatasi timbulnya bau busuk dan menghindari perhatian dari binatang, menghindari air hujan dan menghindari pencampuran sampah. Untuk saat ini di pemukiman Kota Medan cara pewadahan sampah yang dilakukan adalah pola individual dan terbatas pada kegiatan komersial sementara kegiatan domestik belum dilakukan pewadahan. Wadah-wadah individual ini di tempatkan di depan rumah, bangunan dan ruko di sepanjang jalan dan bentuk wadah yang digunakan bemacam-macam . Setiap biayanya menyediakan 1 unit wadah yang terbuat dari keranjang anyaman bambu, drum bekas, wadah sisa cat dan wadah sampah khusus yang dibuat dari tembok permanen. Wadah-wadah tersebut tidak tertutup dan dibiarkan terbuka, jika terdapat sisa-sisa makanan seringkali dimasuki oleh binatang sehingga sampah-sampah berserakan disekitar wadah, sehingga mengurangi nilai estetika kota. Namun untuk masa-masa yang akan datang wadah yang disediakan hendaknya dapat berfungsi seperti diharapkan semestinya. Tidak standarnya wadah tempat pembuangan sampah misalnya untuk sebagian toko, ukuran wadah tersebut terlalu kecil sehingga wadah ini juga tidak dapat dimanfaatkan dengan baik, misalnya sampah berupa kardus ukurannya yang relatif besar sehingga tidak bisa masuk ke dalam wadah. Penempatan wadah berada di sepanjang jalan utama dimana pada jalan tersebut terdapat banyak toko/ruko yang merupakan sumber timbulan sampah.

Pewadahan Sampah yang biasa terdapat di Pemukiman PendudukUntuk pasar tradisional pada umumnya menggunakan wadah komunal, yang terbuat dari tembok permanen namun karena besarnya volume sampah yang dihasilkan setiap harinya sehingga wadah komunal tersebut tidak dapat menampung sampah yang ada. Terkadang wadah sampah yang sudah tidak layak digunakan yang mengakibatkan sampah ditumpuk di depan pasar tanpa menggunakan wadah. Hal ini merupakan pemandangan yang kurang baik.

Kondisi Sampah yang Ditumpuk Sembarang di Pasar Tradisional

b. Pengumpulan dan Pengangkutan

Pengumpulan sampah dilakukan dari setiap sumber timbulan pada jalanan protokol dengan menggunakan Tripper Truck atau dikenal dengan pola individual langsung sedangkan untuk jalanan yang tidak bisa dilalui oleh Tripper Truck pada pemukiman penduduk dilakukan dengan menggunakan gerobak sampah atau becak sampah. Kegiatan ini dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pagi dan siang. Proses kegiatan pengumpulan dan pengangkutan sampah di Kota Medan menggunakan dua cara yaitu: 1) Cara pertama yaitu, dari sumber timbulan (sampah rumah tangga) dikumpulkan dan diangkut oleh gerobak/becak sampah ke TPS yang sudah disediakan setelah itu diangkut menggunakan Armroll truck ke TPA.2) Cara kedua yaitu, dari sumber timbulan (sampah rumah tangga, pertokoan, sisa pembangunan, pasar) diangkut menggunakan Tripper truck langsung ke TPA (Pemko Medan, 2013)

Pengumpulan Sampah Menggunakan Tripper Truck dari Sumber Timbulan

Pengumpulan Sampah Menggunakan Gerobak/Becak Sampah pada Daerah yang Tidak Bisa dilalui oleh Tripper Truckc. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah

Secara fungsional Kota Medan telah memiliki 2 (dua) yaitu TPA Terjun yang berada di Kecamatan Medan Marelan dengan luas areal kurang lebih 14 Ha dan TPA Namo Bintang yang terletak di Kecamatan Pancur Batu, Deli Serdang dengan luas 25 Ha. Namun secara operasional TPA yang beroperasi hanya TPA Terjun yang menampung seluruh sampah dari 21 kecamatan yang ada di Kota Medan (Gambar 4.6). Kegiatan TPA sampah Terjun sejak awal dioperasikan menggunakan sistem terbuka (open dumping). Pengelolaan sampah di lokasi tersebut belum optimal didukung oleh alat-alat berat yang memadai sehingga untuk pengolahan maupun untuk penghancuran sampah sementara produksi sampah dari waktu ke waktu mengalami peningkatan yang diperkirakan beberapa tahun ke depan TPA Terjun tidak akan dapat menampung volume sampah yang kian hari bertambah mengingat teknologi dan peralatan yang digunakan saat ini belum maksimal (Pemko Medan, 2013).

Kondisi TPA Terjun di Kecamatan Medan Marelan

Sumber: Hasil Observasi, 2013

d. Pemilahan dan PengolahanPemilahan sampah dilakukan setelah sampah sampai di lokasi pembuangan akhir. Sampah-sampah yang dipilah adalah berupa plastik yang berasal dari botol minuman mineral dan kaleng alumunium bekas minum atau sampah- sampah yang memiliki nilai ekonomi dan bisa dijual cepat. Jumlah pemulung yang memanfaatkan sampah dilokasi pembuangan akhir relatif sedikit. Pemulung ini merupakan masyarakat penduduk asli yang memiliki tempat tinggal sekitar lokasi pembuangan akhir (Gambar 4.7). Kegiatan memulung bukan pekerjaan utama tetapi hanya pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan. Selain pemilahan dilokasi pembuangan akhir, pemilahan juga dilakukan pada sumber sampah tetapi terbatas pada sampah alumunium berasal dari kaleng bekas minuman, plastik bekas minuman air mineral, jerigen dan botol bekas minyak goreng (sampah-sampah yang memiliki nilai ekonomi) tetapi bukan pemilahan antara sampah organik, anorganik dan B3.

Pemilahan Sampah yang dilakukan Pemulung di Lokasi TPA Terjun Kecamatan Medan Marelan

Untuk kaleng alumunium bekas minuman kebanyakan dilakukan pemungutan pada musim-musim tertentu saja terutama pada hari raya idul fitri, idul adha atau kegiatan perayaan hari-hari besar lainnya. Kaleng-kaleng tersebut dijual ke penampung barang-barang bekas sebagai bahan daur ulang. Botol kaca yang berasal bekas kecap atau bekas minuman dan jerigen bekas minyak goreng volume 5 liter digunakan kembali oleh masyarakat untuk wadah minuman, wadah madu lebah dan wadah untuk tempat minyak tanah keperluan rumah tangga atau tempat bahan bakar solar sebagai bahan bakar mesin genset. Namun penggunaan kembali ini jumlahnya relatif sangat sedikit (Pemko Medan, 2013).Secara lengkap sistim pemanfaatan sampah dan pengelolaan sampah dapat dilihat

Pola Teknis Operasional Pemilahan Sampah Kota Medan

Sumber: Hasil Observasi, 20131.9 Analisis Potensi dan Timbulan SampahPotensi Timbulan Sampah Kota Medan Seteleh dilakukan pengukuran dan penghitungan terhadap volume dan berat sampah yang dihasilkan oleh setiap sumber timbulan per jiwa per hari diperoleh hasil yang bervariasi untuk masing-masing sumber timbulan, hal ini disebabkan oleh tiap sumber sampah/responden memiliki latar belakang ekonomi yang berbeda-beda. Berdasarkan referensi penelitian-penelitian sebelumnya rata-rata timbulan sampah perkotaan adalah 0,370 Kg atau sekitar 2,48 liter ? 2,5 liter/kapita/hari. Jika dikaitkan antara jumlah penduduk per kecamatan dengan rata-rata timbulan sampah per jiwa perhari maka dapat diprediksi besaran timbulan sampah per harinya.

Data Persampahan Per Kecamatan di Kota Medan (dalam satuan kilogram)

Data Peningkatan Volume Sampah di Kota Medan Tahun 1997-20121.10 Komposisi Timbulan SampahKomposisi sampah adalah komponen fisik sampah seperti sisa-sisa makanan, kertas, plastik, logam, kaca, kain, karet dan lain-lain. Dari penelitian yang sudah dilakukan berdasarkan berat sampah yang dihasilkan, komponen sampah yang paling dominan pada umumnya adalah sisa makanan yakni 32.63% dan yang terendah adalah kain/tekstil sebesar 0.80 %. Namun berdasarkan volumenya potensi sampah terbesar adalah jenis kertas dan plastik masing-masing 38.90 % dan 38.09 %, sementara yang terendah adalah kain 0.66 %. Berdasarkan beratnya, plastik dan kertas komposisinya hanya 25.48 % dan 15.81 % hal ini disebabkan perbedaan kerapatan masing-masing komponen sampah dimana sampah plastik memiliki kerapatan terendah.Sampah sisa makanan/organik, sampah kertas dan sampah plastik jumlah tampak lebih dominan hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut: a. Sampah kertas untuk saat ini sama sekali belum memiliki nilai ekonomi, sehingga sampah kertas berupa koran, kardus langsung dibuang oleh sumber sampah dan tidak di pungut kembali oleh pemulung. b. Sebagian besar masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok berbelanja setiap hari dan sebagian besar tidak membawa tempat belanjaan hal ini meningkatkan potensi timbulan sampah plastik. Komposisi sampah dari tahun ke tahun akan mengalami perubahan jenis, hal ini berkaitan dengan adanya peningkatan kehidupan masyarakat (Pemko Medan, 2013).1.11 Upaya Mereduksi Produksi Sampah dan Mengurangi Sampah dari Sumber TimbulanUpaya mereduksi sampah ada 2 pendekatan yang bisa dilakukan yaitu mengurangi produksi sampah dari setiap sumber sampah dan mengurangi produksi sampah yang telah dihasilkan. Upaya mengurangi produksi sampah dari sumbernya menerapkan prinsip 3R yaitu Reduce, mengurangi atau minimasi barang atau material yang digunakan, Re-use, memakai kembali atau memilih barang-barang atau bahan yang dapat dipakai kembali dan Recycle, mendaur ulang sampah yang dihasilkan.Pendekatan yang kedua adalah tindakan-tindakan dalam mengurangi sampah yang telah dihasilkan. Pendekatan yang kedua adalah tindakan-tindakan dalam mengurangi mengurangi sampah yang telah dihasilkan. Tindakan yang dilakukan berupa kegiatan daur ulang (Recycle) sampah menjadi kompos, briket arang, pencacahan plastik fit. Berdasarkan uraian di atas untuk merealisasikannya terlebih dahulu dibutuhan penyuluhan, sosialisasi dan pelatihan terhadap stakeholders. Pengolahan sampah menjadi kompos cukup potensi baik bahan baku maupun pemasaran. Dari segi potensi bahan baku berdasarkan data hasil penelitian pada umumnya menunjukkan bahwa sampah organik basah yang dihasilkan per hari adalah sebesar 32,63 % dari 4,8 ton sampah yang dihasilkan per hari. Jumlah ini setara dengan 1,57 ton sampah organik perhari.Selain pembuatan kompos kegiatan daur ulang sampah plastik fit dapat ditingkatkan karena potensi sampah plastik cukup besar yakni 15,81 %, Jika diasumsikan 30 % dari sampah plastik tersebut berupa plastik fit maka per hari bahan baku plastik fit yang tersedia adalah 15.81 % dari 4,8 ton adalah 0,76 ton, maka jumlah plastik fit adalah 30 % dari 0,76 ton adalah 228 kg per hari jadi untuk satu bulan bahan baku yang tersedia adalah 6,84 ton. Jika dalam proses produksi terjadi penyusutan sebesar 20 % maka dari 6,84 ton plastik fit dapat menghasilkan 5,5 ton hasil cacahan plastik. Harga penjualan plastik fit per 1 kg adalah Rp 5.000 maka nilai ekonomi yang diperoleh dari pencacahan sampah plastik fit adalah Rp 27.500.000 per bulan. Biaya produksi dan penjualan untuk satu ton hasil cacahan sampah adalah Rp 1.868.250, maka untuk 5,5 ton dibutuhkan biaya sebesar Rp 10.275.375,- maka keuntungan adalah sebesar Rp 17.224.625. Dari nilai ini penghasilan yang diperoleh oleh setiap anggota per bulan adalah 80 % dari Rp 17.224.625 dibagikan untuk 10 orang anggota maka masing-masing mendapatkan Rp 1.377.970. per bulan (Pemko Medan, 2013).