Modul Materi Asistensi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

Modul Asistensi Agama Islam

MATERI 1

NIAT DAN IKHLAS

Tujuan Materi

Memberikan pemahaman kepada peserta tentang tujuan kuliah (asistensi) hanya untuk mendapatkan Ridho Allah.

Memberikan pemahaman kepada peserta tentang tujuan amal, karena Allah memberikan kemenangan yang besar.

Senantiasa berniat karena Allah dalam setiap melakukan aktivitas.

Rincian Materi

A. Pengertian NiatSecara bahasa, ikhlas berasal dari kata khalasa yang berarti bersih/murni. Sedangkan niat berarti al qashdu artinya maksud atau tujuan. Niat merupakan amal hati secara murni, bukan amal lidah. Niat bukan sekedar sesuatu yang melintas di dalam hati lalu hilang seketika itu juga, yang berarti tidak ada keteguhan. Al khaththaby mendefenisikan niat adalah tujuan yang terdetik di dalam hatimu dan menuntut darimu. Al Baidhawi juga mendefenisikan niat adalah dorongan hati yang dilihatnya sesuai dengan suatu tujuan, berupa mendatangkan manfaat atau mengenyahkan mudharat dari sisi keadaan maupun harta.

Keberadaan niat harus disertai pembebasan dari segala keburukan, nafsu dan keduniaan, harus ikhlash karena Allah, dalam setiap amal-amal akhirat, agar amal itu diterima di sisi Allah. Sebab setiap amal sholih mempunyai dua sendi, yang tidak akan diterima di sisi Allah kecuali dengan keduanya, yaitu:1. Niat yang ikhlas dan benar

2. Sesuai dengan Al Quran dan Sunnah.

Pentingnya Niat yang Ikhlas (Ikhlasunniyah)Ikhlas merupakan ruhnya amal, maka tanpa ikhlas, sebagus dan sebesar apapun amal tidak akan ada artinya disisi Allah swt.

Allah azza wa jalla tidak menerima amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas dalam mencari keridhoannya semata.(H.R. Abu Daud dan Nasai).Syarat diterimanya amal atau perbuatan:

a. Bersungguh-sungguh

b. Ikhlas dalam berniat

c. Sesuai dengan syariat Islam (AlQuran dan Sunnah)

Penentu nilai/kualitas suatu amal.

Sesungguhnya segala amal perbuatan tergantung pada niat, dan bahwasanya bagi tiap-tiap orang apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa hijrah menuju Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan RasulNya. Barangsiapa berhijrah kepada dunia (harta atau kemegahan dunia) atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu kea rah yang ditujunya.(H.R. Bukhori dan Muslim). Mendatangkan pahala dan berkah dari Allah(Q.S. 2:262; 4:145-146).

A. Dalil-Dalil Al Quran dan HaditsDi antara kalian ada yang mengehendaki dunia dan di antara kalian ada orang yang mengehendaki akhirat (QS Al Imran:152)

Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (Hud 15-16). Dan firman Allah yang lain dalam QS 2:262; 4:145; 4:145-146; Al Isra:18-19; Asy Syra: 20).

Sesungguhnya segala amal perbuatan tergantung pada niat, dan bahwasanya bagi tiap-tiap orang apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa hijrah menuju Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan RasulNya. Barangsiapa berhijrah kepada dunia (harta atau kemegahan dunia) atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu kea rah yang ditujunya.(H.R. Bukhori dan Muslim).

Ada satu pasukan perang yang hendak menyerbu Kabah. Tatkala mereka berada di suatu padang sahara, maka barisan yang pertama dan terakhir dibuat buta. Aisyah berkata, Aku bertanya, Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin barisan yang pertama dan yang terakhir dibuat buta, padahal di antara mereka ada orang-orang awam yang lemah dan juga bukan termasuk golongan mereka?Beliau menjawab,Barisan pertama dan yang terakhir dibuat buta, kemudian mereka dibangkitkan menurut niatnya.(H.R. Bukhori, Muslim, dll)B. Beberapa Unsur yang Membentuk Keikhlasan1. Orang yang mukhlis harus memperhatikan pandangan Khaliq bukan pandangan makhluk.

2. Apa yang lahir pada diri orang yang mukhlis harus sinkron dengan batinnya, yang tampak dengan yang tersembunyi.

3. Menganggap sama antara pujian dan celaan manusia.

4. Tidak boleh memandang ikhlasnya sehingga ia takjub kepada diri sendiri, sehingga ketakjubannya itu merusak dirinya.

5. Melupakan tuntutan pahala amal di akhirat. Sebab orang yang mukhlis tidak merasa aman terhadap amalnya, yang bisa saja dicampuri bagian untuk dirinya. Menurut pandangan orang mukhlis, amal yang dikerjakannya itu tidak layak dimintai suatu balasan dan ia melihat pahala sebagai suatu kebaikan Allah terhadap dirinya.

6. Takut penyusupan riya dan hawa nafsu ke dalam jiwa, sementara dia tidak menyadarinya.

C. Cara-Cara Untuk Menumbuhkan Niat yang Ikhlas1. Mengetahui arti keikhlasan dan urgensinya dalam beramal.2. Menambah pengetahuan tentang Allah dan hari kiamat.3. Memperbanyak membaca/berinteraksi dengan AlQuran, karena Al Quran adalah penyembuh dari segala penyakit dalam dada (QS 10:57) termasuk riya, ujub dan sumah.4. Memperbanyak amal-amal rahasia, sehingga kita terbiasa untuk beramal karena Allah tanpa diketahui orang lain.5. Menghindari/mengurangi saling memuji.6. Berdoa, dengan tujuan agar selalu diberi keikhlasan dan dijauhi dari syirik.D. Teladan Sejarah1. Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya orang yang pertama-tama diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid. Dia didatangkan ke pengadilan, diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmatnya. Maka dia pun mengakuinya. Allah bertanya,Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu? Dia menjawab, aku berperang karena Engkau hingga aku mati syahid. Allah berfirman,engkau dusta. Tetapi engkau berperang supaya dikatakan,dia adalah orang yang gagah berani. Dan memang begitulah yang dikatakan tentang dirimu. Kemudian diperintahkan agar dia diseret dengan muka tertelungkup lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah seseorang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta membaca AlQuran. Dia didatangkan ke pengadilan, lalu diperlihatkan kepadanya, nikmat-nikmatnya. Maka ia pun mengakuinya. Allah bertanya, apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu? Dia menjawab, aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca AlQuran karena Mu. Allah berfirman, engkau dusta. Tetapi engkau mempelajari ilmu agar dikatakan, dia adalah orang yang berilmu, dan engkau membaca AlQuran agar dikatakan, dia adalah Qori. Dan memang begitulah yang dikatakan tentang dirimu. Kemudian diperintahkan agar dia diseret dengan muka tertelungkup hingga dilemparkan ke neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberi kelapangan oleh Allah dan juga diberiNya berbagai macam harta. Lalu ia didatangkan ke pengadilan dan diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmatnya. Maka ia pun mengakuinya. Allah bertanya, apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu? Dia menjawab, aku tidak meninggalkan satu jalan pun yang Engkau suka agar dinafkahkan harta, melainkan aku pun menafkahkannya karenaMu. Allah berfirman, engkau berdusta. Tetapi engkau melakukan hal itu agar dikatakan, dia seorang pemurah. Dan memang begitulah yang dikatakan tentang dirimu. Kemudian diperintahkan agar dia diseret dengan muka tertelungkup hingga dilemparkan ke neraka. (H.R. Muslim, An Nasay, At Tirmidzi dan Ibnu Hibban).2. Ada seorang laki-laki berkata, malam ini aku benar-benar akan mengeluarkan shadaqah. Lalu ia keluar sambil membawa shadaqahnya, lalu memberikannya kepada seorang pencuri. Orang-orang pun membicarakan hal ini,Malam ini engkau telah memberikan shadaqah kepada seorang pencuri. Maka orang itu berkata,Ya Allah, bagimu segala puji atas pencuri itu. Aku benar-benar akan mengeluarkan shadaqah lagi.Maka dia pun keluar sambil membawa shadaqahnya, lalu memberikannya kepada seorang wanita pezina. Mereka pun membicarakannya,Malam ini engkau telah memberikan shadaqah kepada seorang wanita pezina. Maka orang itu berkata,Ya Allah, bagimu segala puji atas pezina itu. Aku benar-benar akan mengeluarkan shadaqah lagi.Maka dia pun keluar sambil membawa shadaqahnya, lalu memberikannya kepada orang yang kaya. Mereka pun membicarakannya,Malam ini engkau telah memberikan shadaqah kepada orang yang kaya. Maka orang itu berkata,Ya Allah, bagimu segala puji atas pencuri, pezina dan orang yang kaya itu. Lalu ia bermimpi, dan ada yang berkata kepadanya dalam mimpinya itu,Tentang shadaqah yang ia berikan kepada pencuri, semoga saja ia bisa menghentikan kebiasaannya mencuri. Tentang wanita pezina, semoga saja dia menghentikan kebiasaannya berzina. Tentang orang yang kaya, semoga saja dia bisa mengambil pelajaran, lalu dia mau menafkahkan dari sebagian yang diberikan Allah kepadanya. (H.R. Bukhori, Muslim dan An Nasay).

MATERI 2

MANAJEMEN CINTAA.Tujuan Materi

a. Memahami perbedaan antara cinta kepada Allah dengan cinta kepada selain-Nya serta menjadikan cinta kepada Allah di atas segala-galanya.

b. Menyadari pentingnya melandasi seluruh aktivitas hidup dengan kecintaan kepada Allah, Rasul, dan perjuangan.c. Merasakan kecintaan Allah pada orang-orang Mukmin dan wajibnya mencintai sesuatu secara manhaji.Rincian Materia.Hakikat Cinta: Cinta yang mengikuti syari'at dasarnya iman (QS. 3:15 , 52:21 , 3:170 )

Cinta yang tidak mengikuti syari'at dasarnya syahwat (QS. 3:14 , 80:34-37 , 43:67 )

Cinta adalah bagian dari fitrah, orang yang kehilangan cinta dia tidak normal tetapi banyak juga orang yang menderita karena cinta. Bersyukurlah orang-orang yang diberi cinta dan bisa menyikapi rasa cinta dengan tepat.

"Dijadikan indah pada pandangan manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik." (Al-Qur`an: Al-Imron ayat 14)

"Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli." (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Cinta memang sudah ada didalam diri kita, diantaranya terhadap lawan jenis. Tapi kalau tidak hati-hati cinta bisa menulikan dan membutakan kita. Cinta yang paling tinggi adalah cinta karena Allah cirinya adalah orang yang tidak memaksakan kehendaknya. Tapi ada juga cinta yang menjadi cobaan buat kita yaitu cinta yang lebih cenderung kepada maksiat. Cinta yang semakin bergelora hawa nafsu, makin berkurang rasa malu. Dan, inilah yang paling berbahaya dari cinta yang tidak terkendali.

Islam tidak melarang atau mengekang manusia dari rasa cinta tapi mengarahkan cinta tetap pada rel yang menjaga martabat kehormatan, baik wanita maupun laki-laki. Kalau kita jatuh cinta harus hati-hati karena seperti minum air laut semakin diminum semakin haus.

1.Ciri-ciri Cinta:

Selalu mengingat-ingat (QS. 8:2 )

Mengagumi (QS. 1:1 )

Ridha /rela (QS. 9:61 )

Siap berkorban (QS. 2:207 )

Takut(QS. 21:90 )

Mengharap(QS. 21:90 )

Menaati(QS. 4:80 )2.Tingkatan Cinta:

A. Cinta menghamba hanya dengan Allah untuk menyembah atau mengabdikan diri (QS. 2:21 )B. Mesra dengan Rasulullah dan Islam untuk diikutiRasa rindu dengan Mukminin (keluarga atau jamaah) untuk saling kasih sayang dan saling mencintai (QS. 48:29 , 5:54 , 55 dan 56 )

C. Curahan hati untuk kaum Muslimin umumnya untuk persaudaraan Islam

D. Rasa simpati pada manusia umumnya untuk dida'wahi

E. Hubungan hati hanya dengan benda-benda untuk memanfaatkan3.Kelaziman Cinta:

a.Menghasilkan loyalitas (wala).

Mencintai siapa-siapa yang dicintai Kekasih

Mencintai apa saja yang dicintai Kekasih

b. Melepaskan diri (bara'):

Membenci siapa saja yang dibenci Kekasih

Membenci apa saja yang dibenci Kekasih4.Benci dan Cinta Karena Allah

Cinta yang paling tinggi dan paling wajib serta yang paling bermanfaat mutlak adalah cinta kepada Allah Taala semata, diiringi terbentuknya jiwa oleh sikap hanya menuhankan Allah Taala saja. Karena yang namanya Tuhan adalah sesuatu yang hati manusia condong kepadanya dengan penuh rasa cinta dengan meng-agungkan dan membesarkannya, tunduk dan pasrah secara total serta menghamba kepadaNya. Allah Taala wajib dicintai karena DzatNya sendiri,sedangkan yang selain Allah Taala dicintai hanya sebagai konsekuensi dari rasa cinta kepada Allah Taala.

Dalam Sunan At-Tirmidzi dan lain-lain, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda: . ( ).Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah. (HR.At Tirmidzi)

Dalam riwayat lain, Rasulullah juga bersabda: . ( ).Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna Imannya. (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, ia mengatakan hadits hasan)5.Ketika Allah Mencintai Hambanya - - : : : Dari Abu Hurairah radhiallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallhu 'alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah Taala berfirman: barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka sungguh! Aku telah mengumumkan perang terhadapnya. Dan tidaklah seorang hamba bertaqarrub (mendekatkan diri dengan beribadah) kepada-Ku dengan sesuatu, yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Ku-wajibkan kepadanya, dan senantiasalah hamba-Ku (konsisten) bertaqarrub kepada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya; bila Aku telah mencintainya, maka Aku adalah pendengarannya yang digunakannya untuk mendengar, dan penglihatannya yang digunakannya untuk melihat dan tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakannya untuk berjalan; jika dia meminta kepada-Ku niscaya Aku akan memberikannya, dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku niscaya Aku akan melindunginya. (H.R.al-Bukhriy)6.Cinta dan mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

Allah Ta'ala berfirman : Katakanlah:"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 3:31)

Ayat ini menerangkan bahwa tanda dari kecintaan kita kepada Allah adalah mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan bahwa mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah sarana untuk mendapatkan kecintaan dan ampunan dari Allah Ta'ala.

Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

" Seseorang di antara kamu belum beriman sehingga aku lebih dicintainya daripada kedua orangtua, anaknya dan seluruh manusia." HR. Bukhari dan Muslim.

dalam diri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terdapat akhlak yang mulia, keberanian dan kemuliaan. Barangsiapa melihatnya secara tiba-tiba akan takut kepadanya, dan barangsiapa yang bergaul dengannya maka dia akan mencintainya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah menyampaikan risalahnya, memberi nasihat kepada umat, mempersatukan kalimah, membuka beberapa hati manusia bersama para sahabatnya dengan mempersatukan mereka dan membuka banyak negeri dengan perjuangan mereka untuk membebaskan manusia dari penyembahan sesama manusia menuju penyembahan terhadap Tuhan manusia.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya telah menyampaikan kepada kita agama Islam secara sempurna tanpa tercampur dengan bid'ah dan khurafat, dan tidak perlu ditambah atau dikurangi.

Allah berfirman : Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu. QS. 5:3)

Oleh karenanya, ikutilah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan yang kita miliki dan janganlah menambah-nambah atau membuat syari'at yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan tidak pula pernah dikerjakan oleh para sahabatnya, dengan demikian mudah-mudahan Allah memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang benar dalam keimanan mereka kepada-Nya sehingga Allah memenuhi janji-Nya kepada mereka.

Allah berfirman : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. 33:21)

Dan ketahuilah bahwa cinta kepada Allah dan RasulNya yang benar mempunyai konsekuensi untuk melaksanakan kitab Allah dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang shahih, melaksanakan hukum dengan berpegang teguh kepada keduanya dan tidak boleh mendahulukan pendapat orang atas keduanya.

Allah berfirman : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 49:1)

Ya Allah, karuniailah kami untuk mencintai dan mengikuti RasulMu, berakhlak dengan akhlaknya dan memperoleh syafa'atnya.Kisah Cinta Sejati Tsauban Terhadap Nabi

Seorang hamba sahaya bernama Tsauban amat menyayangi dan merindui Nabi Muhammad saw. Sehari tidak berjumpa Nabi, dia rasakan seperti setahun. Kalau boleh dia hendak bersama Nabi setiap masa. Jika tidak bertemu Rasulullah, dia amat berasa sedih, murung dan seringkali menangis. Rasulullah juga demikian terhadap Tsauban. Baginda mengetahui betapa hebatnya kasihsayang Tsauban terhadap dirinya.

Suatu hari Tsauban berjumpa Rasulullah saw. Katanya "Ya Rasulullah, saya sebenarnya tidak sakit, tapi saya sangat sedih jika berpisah dan tidak bertemu denganmu walaupun sekejap. Jika dapat bertemu, barulah hatiku tenang dan bergembira sekali. Apabila memikirkan akhirat, hati saya bertambah cemas, takut-takut tidak dapat bersama denganmu. Kedudukanmu sudah tentu di syurga yang tinggi, manakala saya belum tentu kemungkinan di syurga paling bawah atau paling membimbangkan tidak dimasukkan ke dalam syurga langsung. Ketika itu saya tentu tidak bersua muka denganmu lagi."

Mendengar kata Tsauban, baginda amat terharu. Namun baginda tidak dapat berbuat apa-apa kerana itu urusan Allah. Setelah peristiwa itu, turunlah wahyu kepada Rasulullah saw, bermaksud "Barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya, maka mereka itu nanti akan bersama mereka yang diberi nikmat oleh Allah yaitu para nabi, syuhada, orang-orang soleh dan mereka yang sebaik-baik teman." Mendengarkan jaminan Allah ini, Tsauban menjadi gembira semula.

Moral & Iktibar

Cinta kepada Rasulullah adalah cinta sejati yang berlandaskan keimanan yang tulen

Mencintai Rasul bermakna mencintai Allah

Kita bersama siapa yang kita sayangi. Jika di dunia sayangkan nabi, insyallah kita bersama nabi di akhirat nanti

Hati yang dalam kecintaan terhadap seseorang akan merasa rindu yang teramat sangat jika tidak bertemu

Pasangan sahabat yang berjumpa dan berpisah kerana Allah semata-mata akan mendapat naungan Arasy di hari akhirat kelak

Rasulullah amat mengetahui mana-mana umatnya yang mencintai baginda, meskipun baginda sudah wafat.

Rasulullah memberi syafaat kepada sesiapa di antara umatnya yang mengasihi baginda

Sebaik-baik sahabat ialah mereka yang berkawan di atas landasan keagamaan dan semata-mata kerana Allah.

MATERI 3

AKHLAK ISLAMI

Tujuan Materi

Megetahui akhlaq seorang muslim

Mengerti dan mengamalkan akhlaq islami dalam segala aspek kehidupanRincian MateriA. DEFINISI AKHLAQ ISLAMI Akhlaq adalah ciri khas seorang muslim yang membedakan dirinya dengan yang lain. Akhlaq Islam yang tinggi dan mulia akan menjadikan generasi yang terbaik dalam peradaban manusia. Sehingga setiap muslim hendaknya menyadari ada perbedaan antara akhlaq dirinya dengan orang lain yang bukan muslim karena salah satu tugas Rasul di muka bumi adalah untuk menyempurnakan akhlaq manusia (QS.2:111,68:4,33:21). Akhlaq pula yang mengidentifikasikan manusia sebagai makhluk yang berbeda dengan binatang (QS.7:179) sehingga manusia yang dalam dirinya tidak terdapat akhlaq yang selayaknya dimiliki oleh manusia.

Akhlaq yang baik adalah cerminan baiknya aqidah dan syariah yang diyakini seseorang. Buruknya akhlaq merupakan indikasi buruknya pemahaman seseorang terhadap aqidah dan syariah . Akhlaq juga merupakan buah dari ibadah (QS.29:45, 2:197).Paling sempurna orang mukmin imannya adalah yang paling luhur,aqidahnya.(H.R.Tirmidzi)Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari Islam dan sesungguhnya sebaik-baik keislaman manusia adalah yang paling baik akhlaqnya. (H.R.Thabrani, Tidak ada yang lebih berat timbangan seorang hamba pada hari kiamat melebihi keluhuran akhlaqnya.(H.R.Tirmidzi) Seburuk-buruk umatku adalah orang yang banyak omong, bermulut besar dan berlagak pandai. Dan sebaik-baik umatku adalah mereka yang paling baik akhlaqnya. (H.R. Bukhari)

A.Ciri Pribadi Muslim Bertaqwa sebagai Realisasi Akhlaq yang sempurna

1. Mencintai Alloh diatas segala kecintaan dan menjadikan cinta ini sebagai dasar untuk mencintai yang lain seperti Rasulullah, orang tua, dsb (QS.9:24)2. Takut akan kemurkaan Alloh3. Senantiasa mengharap Ridho Alloh SWT4. Senantiasa merasa disertai Alloh dimanapun kita berada5. Senantiasa mendekatkan diri kepada Alloh dalam berbagai keadaan

a.Contoh Akhlaq Seorang Muslim1. Selalu memperkuat hubungan dengan Alloh2. Menjaga diri dari hal yang sybhat (samar-samar/meragukan)3. Menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan (QS. 24:30)4. Istiqomah dalam kebenaran (QS.11:113)5. Lemah lembut dan suka memaafkan (QS. 20:44)6. Penuh cinta dan kasih sayang (QS. 9:128)7. Benar, jujur dan tegas (QS. 33:70)8. Tawadhu/rendah hati (QS. 26:215)9. Jiwa yang siap berkorban (QS. 49:15)10. Menyimpan rahasia11. Menutupi aib orang lain12. Menghormati yang tua dan menyayangi yang muda13. Memenuhi janji14. Tidak berteman dengan orang-orang yang buruk / ikut-ikutan

15. Tidak ghibah

b.Tata Krama yang berlaku umum untuk lelaki dan perempuan1. Komunikasi antara keduanya harus dalam batas ucapan yang baik, tidak mengandung kemunkaran, tidak mengandung hal yang tidak bermanfaat,dsb (QS.33:12)2. Menundukkan pandangan (QS.24:30-31) kecuali dalam hal pendidikan, kesehatan/kedokteran, jual beli, dan meminang.3. Menghindari percampuran antat lawan jenis (ikhtilat)4. Tidak berkhalwat / berduaan antara lawan jenis5. Menghindari posisi syubhat yang memungkinkan munculnya pandangan negatif dari orang lain.c. Tata Krama Khusus Wanita 1. Komitmen dengan pakaian syari / menutup aurat (QS. 24:31, 33:59)2. Serius dalam berbicara / tidak mendayu-dayu (QS.33:32)3. Wajar dalam melakukan gerak-gerikCatatan untuk Tentor :Permasalahan mengenai interaksi antara lawan jenis kadangkala menjadi hal yang dilematis terkait dengan relitas di lapangan. Maka dari itu, setiap tentor harus bijak dalam menjelaskan permaslahan ini, jangan sampai peserta mentoring merasa tertekan dan sebagainya. Bangun motivasi mereka untuk melakukan hal ini. Jelaskasn bahwa ketika kita mengaku sebagai seorang muslim dan mnyetakan diri kita sebagai orang yang beriman, maka mau tidak mau, konsekuensinya, kita harus melakukan aturan islam secara kaffah/sempurna. Tidak mengambil yang enaknya saja, dan meninggalkan yang lain. Jelaskan pula bahwa permasalahan-permasalahan yang ada sebenarnya ujian dari Alloh untuk menguji keistiqomahan keimanan kita kepada Alloh. Dan selama kita bisa menjaga prinsip yang kita miliki yang sesuai dengan Islam, Insya Alloh, Allo0h akan memberi balasan yang besar kepada kita.B. Cara Mencapai Akhlaq Mulia1. Menjadikan iman sebagai pondasi dan sumber. Iman artinya percaya yaitu percaya bahwa Alloh selalu melihat segala perbuatan manusia. Bila melakukan perbuatan baik, balasannya akan menyenangkan. Bila perbuatan jahat maka balasan pedih siap menanti. Hal ini akan melibatkan iman kepada hari akhir. Akhlaq yang baik akan dibalas dengan surga dan kenikmatan (QS.55:12-37). Begitu pula dengan akhlaq yang buruk akan disiksa di neraka (QS. 22:19-22).2. Pendekatan secara langsungArtinya melalui Al-Quran. Sebagai seorang muslim harus menerima Al-Quran secara mutlak dan menyeluruh. Jadi, apa pun yang tertera di dalamnya wajib diikuti. Misalnya, Al-Quran melarang untuk saling berburuk sangka (QS.49:12), menyuruh memenuhi janji (QS.23:18),dan sebagainya.3. Pendekatan tidak secara langsungYaitu dengan upaya mempelajari pengalaman masa lalu, yakni agar kejadian-kejadian malapetaka yang telah terjadi tak akan terulangi lagi di masa kini dan yang akan datang. Dari hal di atas, intinya adalah latihan dan kesungguhan. Latihan artinya berusaha mengulang-ulang perbuatan yang akan dijadikan kebiasaan. Kemudian bersungguh-sungguh berkaitan dengan motivasi. Motivasi yang terbaik dan paling potensial adalah karena ingin memenuhi perintah Alloh dan siksa-Nya.Daftar Pustaka:

Novi Hardian & Tim ILNA Learning Center. Super Mentoring

Kaderisasi UKKI UNSOED 2002. Silabus Materi PPAI UNSOED 2002

Abbas, Ziyad (ed.) , Pilihan Hadits Politik, Ekonomi dan Sosial, Pustaka Panjimas

Ali Hasyimi, Muhammad, Dr., Apakah Anda Berkepribadian Muslim? Hal 24-28, GIP

Yakan, Muna Hadad., Hati-hati terhadap Media yang Merusak Anak, hal 38-40, GIP

Isnet Urgensi Akhlak 1

MATERI 4

PRIBADI MUSLIM YANG UNGGULTujuan Materi Memahami ciri-ciri pribadi unggul

menjadikan insan yang unggul yang berakhlak islami

Rincian MateriA.Pendahuluan Sudah biasa dalam kehidupan kita sehari-hari disuguhi fakta kehancuran kepribadian bangsa, pakaian yang mengumbar aurat, kriminalitas yang semakin nekad, korupsi yang sulit menghukum pelakunya, tari-tarian seronok yang dianggap sebagai ekspresi pribadi dalam seni, kemusyrikin yang dibungkus secara halus dengan acara mistis, ghibah yang dibungkus indah dengan infotainment, zina diberi istilah manis dengan PSK (pekerja seks komersial) seolah-olah ini juga pekerjaan yang halal seperti pekerjaan lainnya, dan lain-lain. Sangat banyak jika diurut satupersatu. Bangsa ini dianggap tidak lagi mempunyai kepribadian, tetapi telah mengekor dengan kebudayaan Barat yang kafir dan sekuler. Sehingga mereka menganjurkan agar kembali kepada akar budaya bangsa, yakni warisan leluhur nenek moyang. Apakah yang menentukan kepribadian seseorang; penampilannya dengan jas dan berdasi?; sederet gelar yang menempel didepan dan belakang namanya?, seabrek jabatan yang disandangnya? Lantas sebagai umat Islam, apakah betul jika ingin memiliki kepribadian yang unggul maka kita harus kembali kepada akar budaya bangsa yang merupakan warisan leluhur?

Salah satu nilai yang tertanam dalam kehidupan kaum Muslimin saat ini adalah nilai-nilai yang dikembangkan dalam bidang ilmu kejiwaan atau psikologi; antara lain tentang konsep kepribadian manusia yang sangat ditentukan oleh berbagai standar. Para ahli Barat banyak membicarakan konsep kepribadian dan nilai-nilai tinggi-rendahnya kepribadian tersebut. Konsep mereka menyatakan bahwa tinggi rendahnya kepribadian seseorang ditentukan oleh : nilai-nilai fisik (bentuk tubuh, postur, cara berjalan, bentuk hidung, mata, letak tahi lalat, dsb.), nilai-nilai non-fisik (bentuk pakaian, warna kesukaan, makanan-minuman, saat kelahiran, adat istiadat, dsb).

Nilai-nilai genetik (orang tua pintar, seniman, dsb.) nilai-nilai ekternal lainnya (pendidikan, kondisi sosial-politik, dsb). Walhasil, nilai-nilai tersebut pun semakin mempengaruhi kaum Muslimin dalam memandang kemulyaan dan kerendahan nilai kepribadian pada diri seseorang maupun masyarakat. Seseorang yang berpakaian ala Barat, santun dalam berkata, rapi, peduli lingkungan, disiplin, pemaaf, tepat waktu; dikatakan berkepribadian baik, menarik dan mulya, meskipun ia biasa mengkonsumsi minuman keras meski tidak sampai mabuk, hidup seatap dengan pasangannya atas dasar suka-sama suka, iapun memakan uang riba dan hasil perjudian (legal maupun tidak), dan ia cukup datang ke tempat-tempat ibadahnya pada saat-saat tertentu saja. Berbagai contoh lain tentang hal ini tentu mudah kita dapatkan di masyarakat. Apalagi kini bermunculan 'sekolah kepribadian' yang mengajarkan tentang 'kepribadian baik dan mulya' sesuai dengan nilai-nilai baik dan mulya menurut para pengajarnya; yakni masyarakat. Sebagai umat Islam, untuk membentuk kepribadian yang unggul tentu harus mengacu kepada Islam pula, karena islam merupakan agama yang sempurna yang mengatur sluruh aspek kehidupan tak terkecuali kepribadian seseorang firman Allah dalam surat almaidah ayat 3. Bukan kembali kepada budaya leluhur atau sudut pandang para psikolog barat, karena dua hal tadi ciptaan manusia yang nyata-nyata tidak sempurna dan parameternya bisa berbeda disetiap daerah. Tetapi kalau parameternya Islam, maka pasti sempurna karena diciptakan oleh Sang Pencipta manusia sendiri, juga tidak berubah-ubah dan berlaku disetiap tempat. Sehingga seseorang yang mempunyai kepribadian Islam (syakhshiyah islamiyah), akan memancarkan suatu pribadi yang khas dalam dirinya, karena sistem Islam sendiri sangat khas dan sangat kontras dengan sistem kapitalis dan sosialis. Dengan kepribadian yang khas ini, sangat mudah membedakan seseorang Islam atau kafir, tidak seperti yang kita saksikan saat ini. Disamping itu, sebagai muslim/muslimah tentu kita menginginkan bahagia didunia dan selamat diakhirat kelak. Tidak ada cara lain agar tujuan itu tercapai, selain meningkatkan pengetahuan keislaman (tsaqafah islamiyah) dan menjalankannya secara konsisten dalam kehidupansehari-hari. Atas dasar itu, maka makalah ini akan berusaha mengurai bagaimana sesungguhnya membentuk kepribadian yang unggul ditinjau dari sudut pandang islam, karena kami menyakini hanya dengan standar Islam kita bisa membentuk kepribadian yang unggul (Syakhsiyyah Islamiyyah).

B.Arti Kepribadian Menurut Dr. Ibrahim Anis et. Al. (1972)

Dalam kitabnya Al Mujam Al Wasith hlm. 475 , syakhsiyah secara bahasa bermakna shifaatun tumayyizu al-syakhsya min ghoirihi (sifat atau karakter satu orang dengan yang lainya). Menurut An-Nabhani (2000) kepribadian adalah perwujudan dari pola sikap/pola pikir (yakni bagaimana ia bersikap dan berpikir) dan pola tingkah laku (bagaimana ia bertingkah laku). Pola sikap seseorang ditunjukkan dengan sikap, pandangan atau pemikiran yang ada pada dirinya dalam mensikapi atau menanggapi berbagai pandangan dan pemikiran tertentu. Pola sikap pada diri seseorang tentu sangat ditentukan oleh 'nilai paling dasar' atau ideologi yang diyakininya. Dari pola sikap inilah bisa diketahui bagaimana sikap, pandangan atau pemikiran yang dikembangkan oleh seseorang atau yang digunakannya dalam menanggapi berbagai sikap, pandangan dan pemikiran yang ada di masyarakat sekitarnya. Misalnya, seseorang akan mengembangkan suatu ide/konsep; -seperti kebebasan, persamaan dan kesetaraan,- bila ideologi yang diyakininya membolehkan hal tersebut. Begitu pula sebaliknya, bila ideologinya melarang hal seperti itu. Sedangkan 'pola tingkah laku' adalah perbuatan-perbuatan nyata yang dilakukan seseorang dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya (kebutuhan biologis maupun naluriahnya). Pola tingkah laku pada diri seseorang pun sangat ditentukan oleh 'nilai paling dasar' atau ideologi yang diyakininya. Seseorang akan makan-minum apa saja dalam memenuhi kebutuhan biologisnya bila ideologi yang diyakininya membolehkan hal itu. Seseorangpun akan memuaskan naluri seksualnya dengan cara apa saja bila ideologi yang diyakininya membolehkan hal itu. Dan ia pun akan mengatur aturan peribadahannya, tata cara berpakaiannya, tata cara bergaulnya dan berakhlak sesuai dengan keinginannya, bila ideologi yang diyakininya membolehkan hal itu. Begitu pula sebaliknya. Walhasil, pola sikap dan pola tingkah laku inilah yang menentukan 'corak' kepribadian seseorang. Dan karena pola sikap dan pola tingkah laku ini sangat ditentukan oleh nilai dasar/ideologi yang diyakininya, maka 'corak' kepribadian seseorang memang sangat bergantung kepada ideologi/aqidah yang dianutnya. Ideologi/aqidah kapitalisme akan membentuk masyarakat berkepribadian kapitalisme-liberal. Ideologi sosialisme pasti akan membentuk kepribadian sosialisme-komunis. Sedangkan ideologi/aqidah Islam seharusnya menjadikan kaum Muslimin yang memeluk dan meyakininya, memiliki berkepribadian Islam. Dalam bahasa yang lebih praktis, kepribadian (Syakhshiyah) terbentuk dari pola sikap (Aqliyah) dan pola tingkah laku (Nafsiyyah), yang kedua komponen tersebut terpancar dari ideologi (Aqidah) yang khas/ tertentu. Dari sinilah maka ketika membahas tentang kepribadian Islam (Syakhshiyyah Islamiyyah) berarti berbicara tentang sejauh mana seseorang memiliki pola sikap yang Islami (Aqliyyah Islamiyyah) dan sejauh mana ia memiliki pola tingkah laku yang Islami (Nafsiyyah Islamiyyah). Aqliyyah Islamiyyah hanya akan terbentuk dan menjadi kuat bila ia memiliki keyakinan yang benar dan kokoh terhadap aqidah Islamiyah dan ia memiliki ilmu-ilmu ke-Islaman yang cukup untuk bersikap terhadap berbagai ide, pandangan, konsep dan pemikiran yang ada di masyarakat; dimana semua pandangan dan konsep tersebut distandarisasi dengan ilmu dan nilai-nilai Islami. Sedangkan Nafsiyyah Islamiyyah hanya akan terbentuk dan menjadi kuat bila seseorang menjadikan aturan-aturan Islam dalam memenuhi kebutuhan biologisnya (makan, minum, berpakaian, dsb.), maupun kebutuhan naluriahnya (beribadah, bergaul, bermasyarakat, berketurunan, dsb). Jadi, seseorang dikatakan memiliki syakhshiyah Islamiyah, jika ia memiliki aqliyah Islamiyah dan nafsiyah Islamiyah. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa bersikap/berfikir atas dasar pola berfikir Islami dan orang-orang yang senantiasa memenuhi kebutuhan jasmani dan nalurinya sesuai dengan aturan Islam, tidak mengikuti hawa nafsunya semata. Terlepas apakah ia memiliki syakhshiyah Islamiyah yang kuat atau yang lemah, yang jelas ia telah memiliki syakhshiyah/ kepribadian Islam. Hanya saja perlu dipahami disini, bahwa Islam tidak menganjurkan agar umatnya memiliki syakhshiyah Islamiyah sebatas ala kadarnya. Yang dibutuhkan Islam justeru orang-orang yang memiliki syakhshiyah Islamniyah yang kokoh; kuat aqidahnya, tinggi tingkat pemikirannya, tinggi pula tingkat ketaatannya terhadap ajaran Islam.C. Langkah Menyusun Kepribadian Islam

Untuk menyusun kepribadian Islam dalam diri seseorang, langkah pertama yang harus diintroduksikan dan ditanamkan pada diri seseorang adalah aqidah Islam. Sehingga seseorang sadar bahwa dirinya adalah seorang muslim. Bukan seorang Kristen, bukan Katolik, bukan Budha, bukan Yahudi, bukan Hindu, dan bukan Atheis. Pendeknya dia seorang muslim, bukan kafir. Ia bersaksi bahwa tiada Tuhan yang patut disembah (laa mabuuda) kecuali Allah, lailahaillallah. Dia juga bersaksi bahwa Nabi Muhammad saw. adalah rasul utusan Allah. Artinya tidak, ada satu bentuk cara penyembahan (ibadah) kepada Allah, dalam arti sempit maupun umum, kecuali cara yang telah diterangkan dan dicontohkan oleh Sayyidina Muhammad rasulullahsaw.Iman kepada dua kalimat syahadat itu disadarinya sebagai iman kepada seluruh persoalan yang harus diimani menurut ajaran Islam, baik iman kepada sifat-sifat Allah dan asmaul husnaNya, iman kepada para malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada para Rasul utusan-Nya, iman kepada hari kiamat, dan iman kepada qodlo dan qodar-Nya, yang baik maupun yang buruk. Iman kepada hari akhir dia fahami sebagai tempat pertanggungjawaban seluruh keimanan dengan segala konsekuensi dan konsistensi dalam kehidupan di dunia. Ia paham bahwa dunia adalah ladang menanam kebajikan untuk dituai buahnya di akhirat. Sebaliknya, orang yang lalai akan ceroboh dan berbuat yang justru membahayakan dirinya sendiri di akhirat nanti. Barang siapa menabur angin, akan menuai badai. Allah SWT memang menciptakan hidup dan mati ini untuk diuji siapa yang terbaik amalannya. Dia berfirman: Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS. Al Mulk 2).

Langkah kedua, adalah bertekad menjadikan aqidah Islam sebagai landasan (qoidah) dalam berfikir menilai segala sesuatu dan dijadikan landasan (qoidah) dalam bersikap dan berperilaku. Dengan tekad itu, telah seorang memiliki cara berfikir Islami (aqliyah Islamiyah) dan sikap jiwa Islami (nafsiyah Islami). Dengan langkah kedua ini seorang muslim telah selesai dalam pembentukan kepribadian Islam (takwinus syakhshiyyah). Dia telah dikatakan telah memiliki kepribadian Islam (syakhshiyyah Islamiyah) sekalipun baru tahap awal dalam berfikir secara Islami dan mengolah sikap jiwa secara Islami. Seorang muslim sudah dikatakan sudah memiliki cara berfikir Islam walaupun belum bisa berbahasa Arab apalagi berijtihad seperti Imam As SyafiI rahimahullah. Dia sudah dikatakan telah berfikir Islami walaupun baru tahu sholat lima waktu itu wajib, sholat berjamaah di masjid itu lebih utama 25-27 kali daripada sholat di rumah, judi dan khomer serta undian itu adalah permainan syaithon yang harus dijauhi, menyuap maupun menerima suap itu hukumnya haram. Seorang yang berfikir Islami memang tidak disyaratkan mesti canggih dulu berfikirnya semacam Prof. Baiquni yang bisa menilai bahwa hukum Lavoisier tentang kekekalan massa (bahwa massa suatu benda tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan) adalah bertentangan dengan aqidah tauhid yang menyatakan bahwa semua yang ada di alam semesta, baik itu manusia, hewan, tumbuhan, air, batuan, mineral, energi, suhu, dan lain-lain adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Seorang muslim dikatakan telah memiliki sikap jiwa Islami apabila telah bertekad untuk mengubah sikap hidupnya secara total mengikuti Islam dan istiqomah. Ketika ada orang meminta nasihat kepada Rasulullah saw. yang dengan nasihat itu dia tidak bertanya lagi, beliau saw. menjawab: Katakanlah aku beriman kepada Allah, lalu bersikaplah istiqomah (HR. Muslim). Asal orang sudah bertekad seperti itu, dia dikatakan telah memiliki sikap jiwa Islami (nafsiyah islamiyah) sekalipun belum banyak beribadah. Sekalipun dia baru melaksanakan sholat wajib dan sedikit sholat sunnah. Sekalipun dia baru belajar sholat tahajjud. Sekalipun dia baru belajar membaca Al Fatihah dan Qulhu. Sikap jiwa dan istiqomah untuk selalu mengendalikan perilaku dengan ajaran Islamlah yang membuat seorang memiliki sikap jiwa Islami. Rasulullah Saw. bersabda: Tiada beriman salah seorang di antara kamu sehingga mempersiapkan hawa nafsunya mengikuti ajaran Islam yang kubawa (HR. An Nawawi). D.Meningkatkan Kualitas Kepribadian IslamNamun untuk mencapai kesempurnaan hidup, agar menjadi manusia yang lulus terbaik dalam ujian Allah SWT dalam kehidupan di dunia, seorang muslim tidak boleh hanya berhenti di tekad atau status telah memiliki kepribadian Islam. Tapi dia harus memiliki tekad untuk menyempurnakan dirinya menjadi mukmin yang muttaqin. Oleh karena itu, langkah ketiga, seorang muslim itu membina cara berfikir Islaminya dengan meningkatkan pengetahuannya tentang ilmu-ilmu Islam, baik aqidah Islamiyah itu sendiri, Al Quran, As Sunnah, Tafsir ayat-ayat Al Quran, Fiqh, hadits, siroh, bahasa Arab dan lain-lain yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas cara berfikirnya yang senantiasa menghubungkan segala sesuatu yang difikirkannya dengan informasi Islam. Seorang muslim perlu menambah keyakinannya dengan tambahan pengetahuan tentang aqidah Islam dari Al Quran maupun As Sunnah. Dia akan menemukan Allah SWT menyatakan bahwa agama islamlah yang diridloi oleh Allah dan mencari agama selain Alloh adalah kerugian yang besar. Dia SWT berfirman:

Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya (QS. Ali Imran 19). Juga firman-Nya: Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi (QS. Ali Imran 85). Dengan keyakinan ini dia akan menjaga keislamannya sampai akhir hayatnya sebagaimana tuntunan Allah dalamfirman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam (QS. Ali Imran 102). Untuk bisa sebenar-benarnya taqwa dan beristiqomah sampai akhir hayat, maka sikap totalitas dalam hidup secara Islam harus dicanangkan. Sebagaimana firman Allah: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (QS. Al Baqoroh 208). Dia sadar harus menerima dan memahami petunjuk Allah yang berkaitan dengan sikap dan perilakunya secara total, tidak pilih-pilih. Sebab pilih-pilih akan membuat fatal, tersesat dari jalan Allah, dan berujung kepada kehinaan dan kesengsaraan. Dari semangatnya membolak-balik lembaran Al Quran seorang muslim akan menemukan firman-Nya:

Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat (QS. Al Baqoroh 85).E.Sifat-sifat Unik Pribadi Muslim IslamiSeorang muslim atau individu-individu kaum muslimin dengan aqidah yang mereka anut memang akan melahirkan sosok pribadi atau generasi yang berbeda dengan umat-umat lain. Al Quran menggelari mereka dengan sebutan khairu ummah, umat terbaik. Allah SWT berfirman:

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali Imron 110). Dalam ayat lain Allah SWT menjadikan mereka sebagai umat wasatho, umat adil dan pilihan. Dia berfirman: Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia (QS. Al Baqoroh 143).Bagaimana rincian karakteistik dari manusia yang mendaatkan gelar yang paling top dalam kehidupan kemanusiaan, yakni khoiru umah dan umah wasatho, Syaikh Taqiyuddin An Nabhani dalam Kitab As Sakhshiyah Juz I/11-12 menulis bahwa seorang muslim yang telah terbentuk dalam dirinya asliyah islamiyah dan nafsiyah Islamiyah, akan memiliki sifat-sifat sebagai berikut: Dia ahli menjadi pemimpin sekaligus sanggup menjadi prajurit. Dia mampu mengumpulkan sifat lembut dan keras. Dia mampu mengumpulkan sifat zuhud dan sangat menikmati hidup. Dia memahami hidup secara benar sehingga dapat mengusai dunia dengan sebenarnya dan senantiasa berupaya mengapai akhirat dengan beragai aktivitas yang mengantaran kepada kesuksesan di akhirat. Tidak materialisik seperti budak-budak dunia, namun juga tidak tenggelam pada sifat papa lara ala penganut Hindu. Bengis dan kasar di medan pertempuran, namun rendah hati di saat patroli. Mumpuni dalam pemerintahan, hukum fiqh, perdagangann, maupun politik. Seorang abid atau hamba Allah yang khusyu dalam sholat, menjauhi perkataan yang tiada berguna, membayar zakat, menundukkan pandangan, memelihara amanat, memenuhi kesepakatan dalam perjanjian, melaksanakan janji yang diucapkan, dan berjihad fi sabilillah. Itulah karakteristik seorang muslim yang telah memiliki kepribadian Islami yang dibentuk oleh Islam dan dijadikannya sebagai kepribadian terbaik di antara anak manusia. Al Quran menyebut indikasi-indikasi dari pribadi-pribadi unggul itu tatkala menguraikan sifat-sifat sahabat Rasulullah, orang-orang mukmin (al mukminun), para hamba Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang (ibadurrahman), dan orang-orang yang berjihad di jalan Allah (al mujahidin). Allah SWT berfirman: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka,.. (QS. AL Fath 29). (1) (2) (3) (4)

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat,(QS. AL Mukminun 1-4). (63) (64)Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. (QS. AL Furqon 63-64). (88) (89)Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan; dan mereka itulah (pula) orang-orang yang beruntung. Allah telah menyediakan bagi mereka syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At Taubah 88-89). Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji (Allah), yang melawat, yang ruku`, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma`ruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mu'min itu (QS. At Taubah 112).F.Teladan Kepribadian Para Shahabat Dan Tabi'in Ciri khas syakhshiyah pada shahabat dan tabi'in berbeda-beda sesuai dengan tingkatan ilmu, olah aqliyah, kemampuan hafalan Al-Quran dan hadits Rasul. Abu Ubaidah bin Jarrah merupakan salah seorang shahabat yang demikian teguh keimanannya. Beliau pantas menduduki jabatan Khalifah, sehingga Abu Bakar sendiri pernah mencalonkannya sebagai Khalifah dan menunjuknya ketika terjadi musyawarah di Tsaqifah Bani Sa'idah. Hal ini mengingat keahlian dan keamanahannya. Abu Ubaidah termasuk salah seorang shahabat yang menguasai dan hafal seluruhnya Al-Quran. Beliau mempunyai sifat amanah sehingga Rasulullah SAW memujinya. "Sesungguhnya setiap ummat mem- punyai orang yang terpercaya dan orang yang terpercaya dalam ummatku adalah Abu Ubaidah" (HR. Bukhari). Selain itu Beliau memiliki sifat terpuji, lapang dada dan tawadlu'. Sangat tepatlah apabila Khalifah Abu Bakar mengangkatnya sebagai pengelola Baitul Maal dan pada saat yang lain beliau dipercaya sebagai komandan pasukan untuk membebaskan Syam. Di kalangan shahabat terkenal pula seorang dermawan bernama Thalhah bin Zubeir, yang oleh Rasulullah SAW pernah dijuliki Thalhah bin Khair (Talhah yang baik) dalam Perang Uhud. Karena kederma- wanannya ia juga mendapat gelar-gelar lain yang serupa, semisal Thalhah Fayyadl (Talhah yang pemurah) pada saat Perang Dzul 'Asyiroh, dalam Perang Khaibar. Beliau sering me- nyembelih unta untuk dibagikan kepada rakyat dan selalu menyediakan air untuk kepentingan umum. Beliau tak pernah lupa memenuhi kebutuhan setiap orang faqir yang ada di sekeliling kaumnya (Bani Tim) dan selalu melunasi hutang-hutang mereka. Rasulullah SAW bersabda:"Setiap nabi mempunyai hawariy (pendamping) dan hawariku adalah Zubeir" (HR. Ahmad dengan isnad Hasan dalam "Al-Musnad" jilid I/89, dan Al-Hakim "Al-Mustadrak", jilid III/462). Beliau tidak pernah absen dalam setiap peperangan sejak masa Nabi SAW sehingga masa Khalifah Utsman bin Affan. Demikian tinggi semangat jihadnya sehingga dengan lapang dada beliau menjual rumahnya untuk kepentingan jihad fi sabilillah. Begitu pula dengan Abdurrahman bin Auf. Beliau adalah seorang dermawan yang memberikan sebagian besar hartanya untuk kepentingan jihad fi sabilillah, Az-Zuhri telah meriwayatkan.

"Abdurrahman bin Auf menanggung seluruh ahli Madinah. 1/3 penduduknya diberi pinjaman, 1/3 lainnya membayar pinjamannya, sedangkan 1/3 sisanya diberikan sebagai pemberian" (Lihat "Siar A'lam An-Nubala", karangan Imam Adz-DzahabiI/88). Di antara shahabat yang mempunyai keahlian di bidang pemerintahan dan peren- canaan tata kota dalah Utbah bin Hazwan. Beliau diangkat oleh Umar bin Khaththab sebagai wali sekaligus menata Kota Basrah. Ada pula shahabat yang terkenal ahli berpidato adalah Tsabit bin Qo'is, Abdullah bin Rawabah, Hasan bin Tsabit dan Ka'ab bin Malik. Dan tidak ketinggalan, shahabat Utsman bin Affan yang terkenal dengan sifat pemalunya, sampai-sampai Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya malaikatpun merasa malu kepadanya". Shahabat Khabab bin Mudzir, terkenal dengan kecermatan pendapatnya sehingga digelari Dzir Ro'yi (intelektual). Masih ada empat orang shahabat yang terkenal kecerdikannya, yaitu Mua'wiyah bin Abu Sufyan yang memiliki jiwa tenang dan lapang dada, Amr bin Ash yang ahli memecahkan masalah pelik dan cepat berfikirnya, Mughiroh bin Syu'bah yang mampu memecahkan masalah besar dan genting, serta Ziyad yang ahli dalam meng- hadapi masalah kecil maupun besar. Selain itu di masa shahabat terdapat seorang shahabat yang mampu berbicara dalam seratus bahasa. Ini merupakan kemampuan yang tak tertandingi oleh bangsa atau umat manapun hingga kini. Beliau adalah Abdullah bin Zubeir. Adapun shahabat Zaid bin Tsabit mempunyai keahlian dalam bidang qadha/kehakiman dan fatwa. Shahabat yang ahli dalam masalah pengkajian kitab Taurat adalah Abdullah bin Amr bin Ash dan Abil Jalad Al-Jauli. Di masa shahabat, ilmu astronomi telah dikenal. Shahabat masyhur di bidang ini adalah Rabi' bin Ziyad, sampai-sampai Ibnu Jahar dalam bukunya Al-Ishobah mengatakan :

"Tidak ada seorangpun, baik itu Arab maupun bukan ('ajam), yang ahli di bidang ini selain Rabi' bin Ziyad."Pada masa tabi'in tersebutlah Khalid bin Yazid bin Mu'awiyah yang ahli dalam berbagai cabang ilmu di kalangan Quraisy. Lebih spesifik lagi, keahlian beliau disebutkan dalam buku Walfiyat Al-A'yan karangan Ibnu Malikan jilid I/168 : "Beliau memiliki keahlian dalam bidang teori kimia dan kedokteran". Beliaupun banyak menerjemahkan berbagai literatur mengenai astronomi, kedok- teran dan kimia (lihat Al-Jahis, At-Tibyan, jilidI/126). Banyak lagi shahabat yang memiliki kemampuan dan keahlian dalam berbagai disiplin ilmu. Tentu saja apabila hendak kita sebutkan satu persatu memerlukan pem- bahasan yang amat panjang.G.KesimpulanTentu saja seorang muslim tidak ingin hidup hina di dunia dan sengsara di akhirat. Semboyan seorang muslim tentunya adalah hidup mulia dan mati syahid. Oleh karena itu, dia akan berjuang sekuat tenaga untuk menjadi manusia yang mulia dengan ilmu Allah SWT dan dengan ketaqwaan yang dihiaskan dalam dirinya. Secara serius dia mengkaji Islam dan belajar bahasa Arab bukan hanya untuk mengisi waktu yang luang atau hanya untuk kepauasan batin semata, tetapi semata-mata untuk memahami Al Quran dan As Sunnah supaya bisa melaksanakan ketaatan lebih sempurna. Dengan itu kepribadiannya akan sempurna. Wallahu alam bis showab! Daftar PustakaAn Nabhani, Taqiyuddin. 2000. Syakhsiyyah Islamiyyah. Jilid 1. Al-Azhar. Bogor Yusanto, Muhammad Ismail & Purnawan, M. Sigit. 2002. Membangun Kepribadian Islam. Khairul Bayan. Jakarta www.hayatulislam.comMATERI 5PROBLEMATIKA UMMAT

Tujuan Materi

Membangkitkan keresahan peserta asistensi tentang kondisi ummat Islam pada hari ini

Memberikan pemahaman tentang kelemahan dan potensi yang dimiliki ummat Islam

menumbuhkan kesadaran pada peserta asistensi untuk tidak berpangku tangan terhadap masalah yanbg sedang dihadapi oleh ummat Islam pada masa sekarang dalam sebuah kerja nyata.

Memberikan pemahaman kepada peserta asistensi bahwa memikirkan, membela serta perasaan senasib sepenanggungan terhadap kaum muslimin adalah sebuah kewajiban dan bernilai ibadah.

Rincian MateriKehidupan di dunia merupakan tempat berkumpulnya masalah, yang dengan masalah itu Allah ingin melihat kualitas diri kita apakah mampu menghadapinya dengan terus meminta pertolongan padaNya dan menjadi hambanya yang bertaqwa atau malah sebaliknya, menjadi lemah dan fasiq. Membiarkan masalah begitu saja bukanlah sebuah penyelesaian, karena umat yang tidak menyadari akan terus terjerumus sedangkan kita yang mengetahui mempunyai kewajiban untuk mengajak mereka kepada jalan yang benar. Oleh karena itu untuk mengantisipasi hal tersebut, kita perlu mengetahui apa sebenarnya masalah yang senantiasa di tubuh umat Islam dan bagaimana cara penyelesaiannya.

A. Problematika Umat Disebabkan oleh

a. Kecenderungan

Kecenderungan manusia kepada suatu kegiatan tertentu atau minat kepada suatu objek merupakan karakteristik manusia. Secara alamiyah manusia itu lebih menyukai hal-hal yang menyenangkan misalnya, bersantai sambil minum teh atau berekreasi dan mengunjungi temapt-tempat hiburan. Namun kecenderungan ini berbeda pada setiap individu tergantung pada bagaimana latar belakang kehidupan mereka dan lingkungan tinggalnya.b. Watak

Manusia memiliki watak yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Masing masing memiliki kekhasan serta memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Watak merupakan hasil dari interaski lingkungan dan bawaan seseorang sehingga terkadang sulit untuk dirubah. Watak biasanya menjadi ciri bagi pribadi tertentu. Namun demikian watak yang terbantuk tidak sesuai dengan fitrah manusia itu dapat dirubah dengan pendidikan Islam.c. Syahwat

Permasalahn yang berkaitan dengan syahwat ini sudah ada sejak adanya manusia. Seperti kisah habil dan kabil, kisah Nabi Yusuf AS yang digoda oleh Zulaikha, kisah isteri nabi yang ingin mendapatkan harta sehingga nabi berdiam diri selama dua bulan. Atau kisah Tsalabah yang terlambat sholat berjamaah karena sibuk mengurusi binatang ternaknya. Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Ali-Imran ayat 14:

dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini (syahwat) yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari Janis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (syurga).d. Insting

Insting dapat berupa keinginan makan dan minum, kecenderungan hati nurani (naluri), sensitifitas terhadap persoalan, daya respon tehadap suatu aksi. Setiap manusia memiliki insting yang berbeda-beda. Insting ini ada yang bernilai positif misalnya sesuai dengan fitrah ada juga yang negatif yang menjauhi fitrahnya. Dengan insting yang berbeda-beda inilah setiap orang mempunyai cara yang berbeda dalam menyikapi permasalahan umat.

B. Faktor-faktor Penyebab Kelemahan Umat IslamAdapun faktor penyebab terjadinya kelemahan umat islam saat ini adalah:1. Faktor Eksternal: Ghozwul Fikr (perang pemikiran)

Ghozwul Fikri adalah serangan pemikiran secara bertubi-tubi yang tersusun secara sistematik, teratur dan terancang dengan baik yang dilakukan untuk merubah kepribadian, gaya hidup, dan tingkah laku pada umat Islam. Ghozwul fikri ini bertujuan merusak akhlak, menghancurkan pemikiran, melarutkan kepribadian, dan menjadikan muslim keluar dari agamanya. Ghozwul fikri ini merupakan strategi baru yang ditemukan oleh orang-orang kafir setelah melihat kenyataan kekalahan nasrani pada masa perang salib. Usaha ini mulai dilaksanakan sebelum jatuhnya Khilafah Islamiyah, dimulai dengan memutuskan hubungan di antara negeri Islam sehingga memunculkan paham nasionalisme, kekauman, dan kebangsaan. Pemisahan segala aspek-aspek kehidupan dari nilai-nilai luhur agama Islam. Dapat dilihat dengan munculnya orientalisme, kristenisasi, dan gerakan pembebasan perempuan yang sudah menunjukkan hasilnya pada sebagian umat Islam, mereka telah berubah menjadi jahiliyah (bodoh). Firman Allah dalam QS Al-Maidah: 50;

Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?

Pelaku dari Ghazwul fikri ini secara umum terdiri dari orang-orang yahudi, Nasrani, Majusi, Musyrikin, Munafikin, Atheis, dan orang kafir. Mereka biasa disebut dengan mustakbiruun (orang-orang yang melampaui batas),

bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan pula (jalan) mereka yang sesat. (QS Al-Fatihah: 7).

Mereka akan terus bergerak untuk mewujudkan tujuannya itu dan orang-orang yahudi tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka (QS Al-Baqoroh: 120)2. Faktor Internal, antara lain:

I) Jauhnya ummat Islam dari Al-Quran

Dalam Q.S. Al-Furqan: 30, dan Rasul (Muhammad) berkata, Ya Tuhanku, sesunggguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini diabaikan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimakumullah menyatakan bahwa yang dimaksud dengan orang-orang yang mengacuhkan Al-Quran ini ada tiga kemungkinan:

Ia tidak membaca Al-Quran

Ia membaca Al-Quran namun tidak mentadabburinya (Q.S. Al-Anfal: 2) Ia membaca dan mentadabburi Al-Quran namun tidak mengamalkannya

Salah satu penyebab kemunduran umat Islam adalah akibat mempelajari Islam hanya karena mengikuti sehingga pemahaman yang ada pun sekedar pemahaman ikut-ikutan (taqlid buta), bukan pemahaman yang berlandaskan ilmu pengetahuan. Padahal Allah telah berfirman:

Dan janganlah kamu mengikuti apa ynag kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya. (Q.S. Al-Isra: 36)

2) Terpecah belah karena perbedaan masalah furu (cabang)

Oleh musuh-musuh Islam. Sudah saatnya bagi umat Islam untuk memperkuat kesatuan hati dan tali ukhuwah. Firman Allah:

dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesuangguhnya Dia Mahaperkasa lagi Mhabijaksana. (Q.S. Al-Anfal: 63)

3) Adanya perasaan rendah diri dan tidak tsiqoh pada ummat Islam

Di antara umat Islam saat ini banyak yang tidak memiliki Izzah Islam, merasa enggan untuk menunjukkan identitas keislamannya.. Padahal Islam itu tinggi dan tidak ada yang menandingi ketinggiannya (al Islamu yalu wa laa yula alaihi), demikian sabda Rasulullah. Maka Izzah Islam harus bangkit pada diri tiap-tiap umat Islam, karena orang yang paling tinggi derajatnya di muka bumi ini sesungguhnya adalah orang-orang yang beriman.

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (Q.S. Ali-Imran: 139)

4) Adanya gejala taqlid dengan semua yang datang dari kaum kafir

Bagi seorang muslim yang tidak lagi memiliki izzah Islam akan mudah baginya untuk berkiblat dan mengikuti sesuatu yang lain, yang datang dari luar Islam bahkan orang kafir sekalipun. Dan tentu saja hal ini menjadi bukti kelemahan padahal Allah sudah berfirman:

wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu menjadikan orang yahudi dan nasrani sebagai teman setia(mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepad aorang-orang yang zalim. (Q.S. Al-Maidah: 51)

5) Tertinggal dalam ilmu pengetahuan dan teknologi

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu, berilah kelapoangan di dalam majlis-majlis, maka lapangkanlah niscaya Allah akn memberi kelapangan untuk mu. Dan apanbila dikatakan berdirilah kamu, maka berdirilah, nioscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang beriman diantaramu dan orang orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha teliti apa yang kamu kerjakan. Q.S. Al Mujadilah(58):11 Dan rasulullah telah bersabda Keutamaan seorang alim (ahli ilmu) atas seorang abid (ahli ibadah) seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah derajatnya (HR. Tirmidzi).

Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga (Hr.Muslim, Ibdi Hibban dan Al hakim)

Islam telah pula melahirkan ilmuan besar dalam sejarah seperti Ibnu sina (avicena), Ibnu Rusyid (Averroes), Al Khawarijmi dll.

C. Upaya Perbaikan Yang Dapat Dilakukan

1. Kembali kepada Perintah Allah dan RosulNya

2. Bersungguh-sungguh dalam pendidikan Islam

3. Kembali mengkaji sejarah Islam tentang kegemilangan Islam untuk menimbulkan kecintaan pada tatanan kehidupan yang diatur oleh Al-Islam

4. Mengamalkan prinsip tawazun (keseimbangan)

Menuntut ilmu, memahami dan mengamalkannya dengan niat yang ikhlas dan dengan cara yang sesuai dengan syariat Islam serta menyerahkan hasilnya hanya kepada Allah (bertawakkal

5. Ummat islam harus menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan

6. Mendidik generasi Islam dengan manhaj (system) pendidikan yang syamil (sempurna) dan mutakamil (menyeluruh)

7.Menyiapkan kekuatan semaksimal mungkin untuk menghadapi musuh Islam.

Firman Allah dalam Q.S. Al-Anfal: 60 : dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya. Apa saja yang kamu infaqkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).

8.Dengan perjuangan dan pengorbanan yang total sebagai bukti dari ungkapan cinta kepada Allah dan Rasulnya. Sebab tiada cinta tanpa usaha dan pengorbanan.

MATERI 6

PERSAUDARAAN ISLAM

Tujuan Materi Setelah mendapatkan materi ini maka peserta asistensi akan mampu :

Mengetahui makna, hakekat dan buah dari ukhuwah islamiyah Menjalin ukhuwah islamiyah sesama peserta khususnya dan umat islam pada umumnya

Merasakan penderitaan saudara-saudaranya di negeri-negeri islam yang sedang tertindas oleh musuh-musuh islam.Rincian MateriIkatan persaudaraan antara sesama muslim merupakan model persaudaraan yang paling berharga dan hubungan paling mulia yang mungkin terbentuk antara sesama manusia.

Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. (QS. 15:47)

Persaudaraan antar mukmin lebih unggul dari hubungan persaudaraan dengan saudara kandung sendiri karena ikatan aqidah lebih kokoh dari ikatan keturunan. Hal ini dapat dilihat dari dialog Nuh as,

Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan Sesungguhnya janji Engkau Itulah yang benar. dan Engkau adalah hakim yang seadil-adilnya." (QS.11 : 46)

Lalu Allah SWT menjawab :

Allah berfirman: "Hai Nuh, Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), Sesungguhnya (perbuatan)nya[722] perbuatan yang tidak baik. sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." (QS 11 : 46)

A. Makna Ukhuwah IslamiyahKata ukhuwah berasal dari kata kerja akha, missal dalam kalimat akha fulanun shalihan (Fulan menjadikan Shalih sebagai saudara). Makna ukhuwah menurut Hasan Al Banna adalah katerkaitan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah.

B. Hakekat Ukhuwah IslamiyahPersaudaraan yang terjalin antar kaum mukmin pada hakekatnya merupakan :

1. Nikmat Allah

Persaudaraan yang terjalin antara kaum mukmin merupakan anugerah nikmat yang besar dari Allah SWT,

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.(QS Ali Imran : 103)2. Seperti Tali Tasbih

Ukhuwah yang dijalin oleh orang-orang yang beriman tidak memandang status keduniaan tapi berdasarkan aqidah. Ukhuwah laksana tili tasbih yang menyatukan manik-manik sehingga menjadi satu kesatuan. Jika tali putus maka bercerai-berailah semuanya. Ukhuwah islamiyah ini adalah sifat kaum mukmin dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.(QS 43 : 67)3. Arahan Rabbani

Ikatan persaudaraan orang-orang yang beriman merupakan arahan dari Allah SWT karena ia terbina karena Allah dan merupakan tali iman yang paling kuat .

Dan jika mereka bermaksud menipumu, Maka Sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin, Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman)[622]. walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah Telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya dia Maha gagah lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Anfal: 62-63)4.Cermin Kekuatan Iman

Hanya orang-orang yang berimanlah yang akan merasakan indahnya hidup dalam persaudaraan islam,

Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (QS. Al Hujarat :10)

C. Perbedaan Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah JahiliyahPerbedaan ukhuwah islamiyah dan ukhuwah jahiliyah adalah :

Ukhuwah islamiyah bersifat abadi dan universal karena berdasarkan akidah dan syariat islam.

Ukhuwah Jahiliyah bersifat temporer (terbatas waktu dan tempat), yaitu ikatan selain ikatan akidah (misal : ikatan keturunan orang tua anak, perkawinan, nasionalisme, kesukuan, kebangsaan dan kepentingan pribadi).D. Peringkat-Peringkat UkhuwahTaaruf, berarti saling mengenal sesama manusia. Saling mengenal antara kaum muslimin merupakan wujud nyata ketaatan kepada perintah Allah SWT.

Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al Hujarat :13)

Taaluf, berarti bersatunya seorang muslim dengan muslim yang lainnya. Taaluf berasal dari kata ilf artinya persatuan. Kata ulfah juga serupa dengan kata ilf yang bermakna kecintaan Allah SWT kepada orang yang beriman, yang mana Allah telah mempersatukan hati mereka (QS.3:103 dan QS.8:63)

Tafahum, berarti saling memahami.

Riayah dan tafaqud adalah hendaknya seorang muslim memperhatikan keadaan saudaranya agar bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum saudaranya meminta, karena pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya yang harus ia tunaikan. Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Muhammad saw beliau bersabda, Barang siapa menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat, Allah selalu menolong hamba selama ia menolong saudaranya.(HR. Muslim)Taawun, berarti saling membantu tentu saja dalam kebaikan dan meninggalkan kemungkaran.

Tanashur, adalah jenis taawun tetapi memiliki pengertian yang lebih dalam, lebih luas dan lebih menggambarkan makna loyalitas dan cinta. Tanashur merupakan terjemahan nyata dari ukhuwah dalam islam. Orang-orang yang berukhuwah dan bertanashur dalam kebenaran yang dibawanya. Allah SWT telah menjelaskan bahwa Dia pasti akan menolong siapa saja yang menolong agama-Nya dalam firman-Nya,

(yaitu) orang-orang yang Telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali Karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah Telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (QS. Al Hajj:40)

E. Hal-hal yang Menguatkan Ukhuwah IslamiyahHal-hal yang menguatkan ukhuwah islamiyah adalah:

1. Memberitahukan kecintaan kepada yang kita cintai.

Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda: Ada seseorang yang berada di samping Rasulullah lalu salah seorang sahabat berlalu di depannya. Orang yang di samping Rasulullah tadi berkata: Aku mencintai dia ya Rasulullah, Lalu Nabi menjawab Apakah kamu telah memberi tahukan padanya? Orang tersebut menjawab Belum. Kemudian Rasulullah bersabda Beritahukan kepadanya Lalu orang itu memberituhukan kepadanya seraya berkata Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah. Kemudian orang yang dicintainya itu menjawab : Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya.

2. Memohon didoakan bila berpisah

Tidak seorang hamba mukmin berdoa untuk saudaranya dari kejauhan melainkan malaikat berkata : Dan bagimu juga seperti itu (HR. Muslim).

3. menunjukkan kegembiraan dan senyuman bila berjumpa.

Janganlah kamu meremehkan kebaikan (apa saja yang datang dari saudaramu) dan jika kamu berjumpa dengan saudaramu maka beerikan dia senyuman kegembiraan. (HR.Muslim)

4. Berjabatan tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)

Tidak ada dua orang mukmin yang berjumpa lalu berjabatan tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah (HR. abu Daud dari Barra).

5. Saling bersilaturrahim (mengunjungi saudara)

Imam Malik meriwayatkan : Berkata Nabi bahwa Allah berfirman : Pasti akan mendapatkan cinta-Ku orang-orang yang mencintai karena Aku, di mana keduanya saling berkunjung karena Aku dan saling memberi karena Aku.

6. menberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu

Hendaknya kalian saling memberi hadiah karena hadiah itu dapat mewariskan rasa cinta dan menghilangkan kekotoran hati. (HR. imam Dailami dari Anas)

7. Memperhatikan saudaranya dan membantu keperluannya

Siapa yang meringankan beban penderitaan seorang mukmin di dunia psti Allah akan meringankan beban penderitaannya di akhirat. Siapa yang memudahkan orang yang dalam keadaan susah pasti Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Siapa yang menutup aib seorang muslim pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan selalu menolong hamba-Nya jika hamba tersebut menolong saudara-Nya. (HR. Muslim)

8. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya

Hak seorang muslim atas muslim ada enam, yaitu jika bertemu maka ucapkan salam padanya, jika diundang maka penuhilah, jika dinasehati maka nasehati pulalah dia, jika bersin maka doakanlah, jika sakit kunjungilah dan jika meninggal maka antarkanlah ke kubur. (HR. Muslim dan Abu Hurairah)

9. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilannya

Barang siapa mengucapkan selamat kepada saudaranya ketika saudaranya mendapat kebahagiaan niscaya Allah mengembirakannya pada hari kiamat. (HR. Thabrani)

E. Buah Ukhuwah IslamiyahAdapun buah dari ukhuwah Islamiyah adalah :

Merasakan lezatnya iman

Tiga perkara yang barang siapa terdapat padanya tiga perkara tersebut maka ia akan merasakan lezatnya iman, yaitu : jika ia mencintai Allah dan rasul-Nya lebih dari mencintai yang lain, merasa cinta karena Allah dan benci karena Allah, lebih menyukai api neraka yang menyala-nyala daripada harus berbuat syirik kepada Allah. (HR. Muslim)

Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7 golongan yang dilindungi)

Allah berfirman pada hari kiamat : di mana orang-orang yang menjalin rasa cintakarena Aku? Hari ini pada saat tidak ada lagi naungan apapun kecuali naungan-Ku.

Ada sebanyak 7 kelompok dari mereka itu yang mendapat perlindungan-Nya,sebagaimana diriwayatkan Asy-Syaikhani bahwa diantara yang 7 kelompok itu adalah dua orang yang menjalin cinta karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah juga. (HR. Ibnu Hibban dan Hakim dari Anas ra.) Mendapatkan tempat khusus disurga

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir). (Dikatakan kepada mereka): "Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman[801]". Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya. (QS.Al Hijr :45-48)

Sesungguhnya di sekitar Arsy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya, yang di atasnya terdapat suatu kaum yang menggunakan pakaian cahaya. Wajah mereka bercahaya dan mereka itu bukan Nabi dan syuhada tertegun (merasa iri) kepada mereka sehingga berkata : Hai Rasulullah tolong beritahu siapa gerangan mereka itu? Beliau menjawab :Mereka adalah orang yang menjalin cinta karena Allah dan saling bermajelis (duduk memikirkan sesuatu) karena Allah dan saling mengunjungi karena Allah semata. (HR. Nasai).

MATERI 7PERAN PEMUDA DALAM MEMIKUL TUGAS RISALAHTujuan Materi1. Memahami peranan pemuda dalam da'wah dan harakah Islamiyah di tengah-tengah masyarakat

Kisi-kisi Materi1. Peran pemuda dalam memikul tugas risalah

2. Mengangkat semangat dari problematika (QS. 21:52 dan 67 , 26:69 -70, 10:83 -84)

3. Generasi penerus (QS. 52:21 , 25:74 )

4. Generasi pengganti (QS. 5:54 , 47:38 )

5. Pembaru moral umat (QS. 2:246 -247)

6. Unsur perbaikan (QS. 18:13 -14)

Rincian MateriDauru as syababu fi hamili risalatil Islam (peranan pemuda di dalam membawa risalah Islam) menjelaskan beberapa potensi yang dimiliki pemuda (pelajar) sehingga dengan potensi yang dimiliki pemuda dapat dikembangkan melalui pembekalan seperti tarbiyah. Potensi pemuda ini dapat digerakkan hingga mencapai objektif yang dikehendaki. Peranan pemuda dirasakan penting karena pemuda mempunyai beberapa potensi misalnya bathul himmah fi at tasaaulat (membangkitkan himmah di dalam menimbulkan persoalan), naqlul ajyaal (memindahkan generasi), istibdaalul ajyal (menukar generasi), tajdid maknawiyah al ummah (memperbaharui maknawi ummat) dan anasir ishlah (unsur perubah).

Risalah Islam atau apapun bentuk pesan perubahan hanya dapat dilaksanakan oleh para pemuda. Sepanjang perjalanan sejarah manusia dari nabi Adam As hingga kepada Nabi SAW dan diteruskan hingga hari ini membuktikan bahwa perubahan-perubahan senantiasa dipelopori oleh pemuda. Pemuda yang potensial di masa sekarang ini adalah mereka yang berkumpul sebagai pelajar/mahasiswa.

Selain perjuangan Islam juga perjuangan lainnya dimotori oleh pemuda atau pelajar. Banyak contoh revolusi-revolusi di sebagian besar negara hingga jatuhnya Presiden Soeharto di Indonesia adalah realita (bukti) nyata peranan pelajar (pemuda). Pelajar dengan potensi yang dimilikinya menjadi sesuatu yang ditakuti oleh pihak penguasa zalim. Dakwah Islam oleh Nabi SAW juga dipelopori oleh pemuda seperti Ali bin Abi Thalib, Mushab bin Umair, Usamah bin Zaid dan sebagainya.

Pemuda dalam konteks saat ini adalah para pelajar di sekolah dan di PT. Mereka adalah pemuda yang strategik. Selain itu pemuda boleh juga bukan pelajar yang berumur 15 tahun hingga dewasa umur 45 tahun. Walaupun demikian pelajar merupakan nyawa gerakan pemuda dan masyarakat.

Kehadiran pemuda atau pelajar sangat dialu-alukan bagi menyongsong suatu perubahan dan pembaharuan. Aksi reformasi di segala bidang juga mesej pemuda dalam membawa masyarakat madani. Perubahan yang dibawa oleh pemuda ini tidak mungkin dapat dibawa oleh orang tua ataupun anak-anak. Potensi pemuda yang dimiliki oleh pemuda dan pelajar dapat membawa kepada kejayaan.

Beberapa potensi pemuda yang dapat berperan mengadakan perubahan adalah bathul himmah fi at tasaulat (membangkitkan himmah dalam menimbulkan persoalan), naqlul ajyaal (memindahkan generasi), istibdaalul ajyal (menukar generasi), tajdid maknawiyah al ummah (memperbaharui maknawi ummat) dan ansir ishlah (unsur perubah).1. Bathul himmah fi at tasaaulat (membangkitkan himmah dalam menimbulkan persoalan)

Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS dan nabi-nabi lainnya yang masih pemuda seringkali memberikan persoalan dan kritik kepada apa saja yang berlaku di sekitarnya. Para pemuda kerap menimbulkan pertanyaan terhadap perkara-perkara yang tidak betul, tidak benar dan tidak adil. Keadaan yang tidak sesuai ini biasanya dijadikan sebagai suatu tempat kritikan atau persoalan pemuda. Potensi membangkitkan suatu persoalan ini adalah ciri pertama kenapa pemuda ini dapat melakukan perubahan.Pemuda tidak akan senang dengan sesuatu yang sudah dicapainya. Pemuda juga tidak dapat tenang melihat ketidakadilan. Bagaimana juga peranan pemuda ini sangat penting, lebih khususnya dalam membentuk budaya dan arus perdana di kampus dan di masyarakat.

Persoalan yang menghujat ini dapat menggerakkan pemuda dan juga dapat menjatuhkan kerajaan yang zolim. Persoalan perlu selalu dimunculkan sehingga dapat menjadikan sesuatu yang tidak baik diusahakan perbaikannya.

Dalil

21:52 ; Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: Apakah hakikatnya patung-patung ini yang kamu sungguh-sungguh memujanya?

21:67 ; Jijik perasaanku terhadap kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah! Maka mengapa kamu tidak mau menggunakan akal fikiran kamu?

26:69-70 ; Dan bacakanlah pula kepada mereka perihal Nabi Ibrahim. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: Apa yang kamu sembah?

10:83-84 ; Maka tidaklah ada yang beriman kepada Nabi Musa melainkan sebilangan kecil dari keturunan kaumnya, itupun dalam keadaan takut kepada Firaun dan ketua-ketua kaum mereka menyiksa mereka; karena sesungguhnya Firaun merajalela di muka bumi, dan sebenarnya ia dari orang-orang yang melampaui batas. Dan Nabi Musa berkata (kepada kaumnya):Wahai kaumku! Kalau kamu sungguh-sungguh beriman kepada Allah, maka hendaklah kamu berserah diri kepada-Nya, jika kamu benar-benar orang Islam .

2. Naqlul ajyaal (generasi penerus)

Generasi tua atau generasi pemegang kepimpinan di dalam kerajaan, dakwah atau masyarakat tentunya akan semakin tua dan mungkin mati. Keadaan demikian perlu ada generasi penerus yang menggantikan peranan pemimpin sebelumnya. Keadaan ini adalah suatu yang logis. Siapakah penggantinya maka jawabannya adalah pemuda atau pelajar yang potensial. Kepemimpinan, kerajaan dan sebagainya perlu dilanjutkan ke generasi berikutnya.

Generasi ibu bapak perlu digantikan oleh generasi anaknya, begitupun seterusnya diganti kepada cucunya. Di tengah masyarakat dan organisasipun berlaku demikian, yaitu perubahan pimpinan kepada generasi seterusnya yang masih pemuda atau pelajar.

Dalil

52:21 ; Dan orang-orang yang beriman yang bibawa oleh Zuriat keturunannya dalam keadaan beriman, Kami hubungkan (himpunkan) Zuriat keturunannya itu dengan mereka (di dalam surga); dan Kami (dengan itu) tidak mengurangi sedikitpun dari pahala amal-amal mereka; tiap-tiap manusia terikat dengan amal yang dikerjakannya.

25:74 ; Dan juga mereka (yang diridhoi Allah itu ialah orang-orang) yang berdoa dengan berkata:Wahai Tuhan kami, berilah kami dari isteri-isteri dan Zuriat keturunan kami; (generasi pengganti) perkara-perkara yang menyukakan hati melihatnya, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.

3. Istibdaalul ajyal (generasi pengganti)Memindahkan generasi berarti menggantikan pemimpin sebelumnya dengan meneruskan semua program-program yang telah dirancang sebelumnya. Manakala menukar generasi disebabkan generasi berikutnya tidak baik atau kurang berjaya sehingga diperlukan penukaran generasi kepada generasi yang baru. Allah SWT menyebutkan bahwa orang yang tidak beriman ini akan digantikan oleh orang yang beriman, begitu juga yang terjadi di negara atau kerajaan, dimana raja atau PM/presiden tidak berbuat adil, jujur dan amanah maka kepemimpinan sebelumnya perlu diganti oleh yang baru.

Dalil

5:54 ; Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa diantara kamu yang murtad dari agamamu, maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah sayang kepada mereka dan mereka sayang kepada Allah; bersifat lemah lembut terhadap orang beriman dan tegas terhadap orang-orang kafir, mereka berjihad di jalan Allah, dan mereka tidak takut terhadap celaan orang-orang yang suka mencela. Yang demikian itu ialah karunia dari Allah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya; sesungguhnya Allah maha luas karunian-Nya lagi maha mengetahui.

47:38 ; (Ingatlah), kamu adalah orang yang bertabiat demikian- kamu diseru supaya membelanjakan sedikit dari harta kamu di jalan Allah, maka ada diantara kamu yang berlaku bakhil, padahal siapa yang bakhil maka sesungguhnya ia hanya bakhil kepada dirinya sendiri. Dan (ingatlah) Allah Maha kaya , sedang kamu semua orang-orang miskin. Dan jika kamu berpaling (dari beriman, bertawa, dan bersedekah) Ia akan menggantikan kamu dengan kaum yang lain;setelah itu mereka tidak akan seperti kamu.4. Tajdid maknawiyah al ummah (memperbaharui maknawi ummat)Siapakah yang dapat bergerak untuk memperbaharui maknawiyah ummah. Jawabannya adalah pemuda atau pelajar. Pemuda dengan potensi yang dimiliki, semangat yang berkobar-kobar, jasad yang kuat, pemikiran yang cerdas dapat memperbaharui maknawiyah ummat. Usaha pembaharuan ini adalah dengan memberikan dakwah, tarbiyah dan jihad. Usaha-usaha pemuda demikian dapat memperbaharui maknawiyah ummat.

Orang tua tidak akan mungkin dapat melaksanakan peranan ini begitu juga para anak-anak tidak dapat berperanan secara efektif. Hanya pemuda yang dapat menjalankan peranan perubahan ini.

Dalil

2:246 ; Tidakkah engkau ketahui (wahai Muhammad), tentang (kisah) ketua-ketua dari Bani Israil sesudah (wafatnya) Nabi Musa, ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka:Lantiklah seorang raja untuk kamu, supaya kami boleh berperang (bersama-sama dengannya) di jalan Allah Nabi mereka menjawab:Tidakkah harus, jika kamu kelak diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang?, Mereka berkata:Mengapa kami tidak akan berperang di jalan Allah, sedang kami telah diusir dari kampung halamankami, dan dari anak-anak kami? Maka apabila perang itu diwajibkan atas mereka, mereka membelakangkan kewajiban itu, kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zolim.

2:247 ; Dan Nabi mereka berkata kepada mereka:Sesungguhnya Allah telah melantik Talut menjadi raja bagi kamu. Mereka menjawab:Bagaimana dia mendapat kuasa memerintah kami sedang kami lebih berhak dengan kekuasaan itu daripadanya, dan ia tidak diberi keluasan harta kekayaan? Nabi mereka berkata:Sesungguhnya Allah telah memilihnya (Talut) menjadi raja kamu, dan telah mengaruniakannya kelebihan ilmu pengetahuan dan kekuatan fisik. Dan (ingatlah), Allah juga yang memberikan kekuasaan kepada siapa yang dikehendakiNya; dan Allah Maha Luas (rahmat-Nya dan karunia-Nya), lagi Maha Mengetahui.

5. Anasir al islah (unsur perubah)Pemuda dengan potensi yang dimilikinya juga mempunyai unsur perubah. Unsur perubah ketidakadilan, kejahiliyahan, kesesatan, kemusyrikan dan sebagainya dapat dirubah oleh pemuda ini. Pemuda dengan unsur perubahnya dapat efektif menjalankan peranan secara baik.

Di zaman nabi yang merubah jahiliyah kepada islamiyah, kemusyrikan kepada tauhid, kebatilan kepada al-haq, dan perubahan dari sekuler ke Islam, hanya dilakukan oleh para pemuda.

Unsur perubah yang paling potensial adalah pemuda yang sadar, berpengetahuan, berfikroh dan berpotensi. Mereka yang mempunyai ciri seperti ini adalah mereka yang belajar dan menuntut ilmu.

Dalil 18:13-14 ; Kami ceritakan kepadamu (wahai Muhammad) perihal mereka dengan benar, sesungguhnya mereka itu orang-orang muda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambahi mereka dengan petunjuk. Dan Kami kuatkan hati mereka (dengan kesabaran dan keberanian), semasa mereka bangun (menegaskan tauhid) lalu berkata: Tuhan kami ialah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak akan menyembah Tuhan yang lain daripadanya; jika kami menyembah yang lainnya maka kami mengakui sesuatu yang jauh dari kebenaran.

Referensi:

http://yuari.wordpress.com/2008/01/31/peranan-pemuda-dalam-membawa-risalah-islam/MATERI 8

MANAJEMEN WAKTUTujuan Materi

Dapat memanajemen waktu dengan baikI . Waktu Dalam Al Quran dan SunnahDalam banyak ayat Allah bersumpah dengan waktu, seperti dalam firman-Nya :

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian ( Qs Al Ashr : 12 ) Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang, ( Qs Al Lail : 1-2 ) Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi (gelap ( Qs Ad Duha : 1-2 ) Ayat-ayat di atas menunjukkan betapa pentingnya waktu dalam kehidupan manusia ini, karena Allah tidak bersumpah terhadap sesuatu di dalam Al Quran kecuali untuk menunjukkan kelebihan yang dimilikinya.

Bahkan dalam ayat lain Allah menegaskan bahwa dengan menggunakan waktu tersebut seorang hamba bisa mengambil pelajaran dan bersyukur, sebagaiman yang tersebut dalam firman Allah swt :

Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. ( Al Furqan : 62 ) Tadzakkur berarti mengingat Allah, mengingat nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada kita, mengingat bahwa seorang muslim dalam hidupnya ini mempunyai tujuan yaitu beribadat kepada Allah swt dan memakmurkan dunia ini dengan nilai-nilai yang diletakkan oleh Allah swt, mengingat bahwa kematian adalah sesuatu yang benar-benar akan terjadi pada diri setiap manusia, sehingga dia harus mempersiapkan segalanya untuk menyambutnya. Dengan demikian tadzakkur berarti juga kesempatan untuk mengembangkan diri di dalam kehidupan ini untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi manusia, negara, bangsa dan ummat, serta di akherat nanti menjadi pendamping para nabi , syhuhada siddiqun serta sholihun di syurga .

Syukur berarti mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepada kita, mensyukuri kesempatan yang diberikan Allah kepada kita, mensyukuri potensi yang diletakkan Allah dalam diri kita , untuk kemudian kita gali, kita kembangkan dan kita aktualisasikan untuk kepentingan masyarakat dan umat.

Bahkan Allah telah menyatakan bahwa Ulul Albab adalah orang orang yang mampu memanfaatkan waktunya untuk ketaatan. Allah berfirman :

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Qs Ali Imran : 190) Ayat di atas menunjukkan bahwa Ulul Albab ( para cerdik cendikia ) bukanlah orang yang mampu menghafal kata-kata maupun sususan huruf yang tertulis di dalam buku atau mampu menjawab soal-soal ujian di suatu sekolah, akan tetapi Ulul Albab adalah orang yang mampu melihat kejadian yang ada disekitarnya dan memanfaatkan waktu yang ada, selanjutnya diramu menjadi bekal di dalam kehidupan ini, untuk kemudian diteruskan dengan mengerjakan hal-hal yang bermanfaat bagi kepentingan manusia.

Karena pentingnya waktu yang ada, sehingga Allah akan meminta pertanggungjawaban dari setiap manusia untuk apa saja waktu yang diberikan Allah selama hidup ini. Dalam suatu hadist disebutkan :

: Tidak tergelincir dua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga Allah menanyakan empat hal : 1. Umurnya, untuk apa selama hidupnya dihabiskan 2. Waktu mudanya, digunakan untuk apa saja 3. Hartanya, darimana dia mendapatkan dan untuk apa saja dihabiskannya4. Ilmunya, apakah diamalkan atau tidak ( Hadist Hasan, HR. Tirmidzi )

Kalau kita perhatikan hadist di atas, kita dapatkan bahwa 4 unsur kekuatan yang ada dalam diri manusia, jika ia mau memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya, niscaya akan berhasil di dunia dan akherat. ( kesempatan + kesehatan + harta + ilmu ) .

Hal ini dikuatkan dengan hadist lain yang menyatakan :

: Dua nikmat yang kebanyakan manusia rugi di dalamnya : Kesehatan + Kesempatan ( HR Bukhari ) II. Langkah Langkah Efektif Dalam Mengatur Waktu Banyak diantara kita yang mempunyai keinginan yang kuat untuk memanfaat waktunya dengan sebaik-baiknya dalam hal-hal yang positif, akan tetapi tidak sedikit dari mereka yang belum mempunyai gambaran utuh tentang langkah -langkah yang harus ditempuh untuk mencapai cita-citanya. Berikut ini beberapa tawaran singkat tentang langkah-langkah pengaturan waktu :Langkah Pertama : Isi waku kosong dengan kegiatan yang bermanfaat .Ada sebuah hikmah mengatakan :

Kekosongan jika melanda para pemuda yang mempunyai uang , maka akan mengakibatkan kerusakan yang lur biasa . Ini dikuatkan dengan hikmah lainnya :

Pengangguran bagi laki-laki adalah sebuah kelalaian dan bagi perempuan akan menjerumus kepada hal-hal yang negatife ( syahwat ). - Bukankah Istri pejabat yang merayu nabi Yusuf as. disebabkan karena kekosongan dan kesepian yang menyelimutinya.

- Para dokter menyatakan bahwa 50 % kebahagian hidup bisa di dapat dengan mengisi waktu kosong dengan kegiatan yang bermanfaat. Betapa kita lihat para pekerja kasar di jalan-jalan, para kuli bangunan, para petani di sawah-sawah , para pedagang asongan di terminal-terminal, merasa lebih tenang dan bahagia dibanding dengan anda yang melamun dan tergeletak di atas kasur akibat pengangguran.

- Beberapa penelitian menyebutkan bahwa sebagian orang yang sudah lanjut usia didap