169
Materi AAI MATERI ASISTENSI AGAMA ISLAM MENGENAL HAKIKAT PENCIPTAAN MANUSIA ( MA’RIFATUL INSAN ) “Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari saripati yang (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami balut dengan daging. Lalu Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (Al-Mu’minun : 12-14) Pernahkah kita bertanya pada diri tentang ‘siapa saya?’ Pertanyaan mendasar yang kadang kita belum mengetahui persis jawabannya. Terkadang kita hanya mengetahui diri kita sebatas nama diri, ortu kita, plus alamat tinggal dan sedikit karakter yang melekat. Tapi benarkah kita hanya sebatas itu? Nah, pada bagian pertama buku ini akan dijelaskan siapa kita, yang insya Allah setelah membaca dan memahaminya, kita akan menjadi mahasiswa cerdas yang paham who am i ? MANUSIA ADALAH CIPTAAN ALLAH

Materi Asistensi Agama Islam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

agama

Citation preview

Page 1: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

MATERI ASISTENSI AGAMA ISLAM

MENGENAL HAKIKAT PENCIPTAAN MANUSIA

( MA’RIFATUL INSAN )

“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari saripati

yang (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani

(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu

Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan

segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,

lalu tulang belulang itu Kami balut dengan daging. Lalu Kami jadikan ia

makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang

paling baik.”

(Al-Mu’minun : 12-14)

Pernahkah kita bertanya pada diri tentang ‘siapa saya?’ Pertanyaan

mendasar yang kadang kita belum mengetahui persis jawabannya.

Terkadang kita hanya mengetahui diri kita sebatas nama diri, ortu kita, plus

alamat tinggal dan sedikit karakter yang melekat. Tapi benarkah kita hanya

sebatas itu? Nah, pada bagian pertama buku ini akan dijelaskan siapa kita,

yang insya Allah setelah membaca dan memahaminya, kita akan menjadi

mahasiswa cerdas yang paham who am i ?

MANUSIA ADALAH CIPTAAN ALLAH

Bukan hal yang aneh jika kita pernah mendapati kucing kita mati,

tanaman kita kering, dan tetangga kita meninggal dunia. Semua yang hidup

Page 2: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

pasti mati. Ini adalah sebuah keniscayaan. Sejak Nabi Adam as hingga

kiamat nanti, ketentuan ini tetap berlaku.

Hal ini tentunya akan membuat kita berpikir, bagaimana kematian bisa

terjadi dan kemana kehidupan yang sebelumnya? Dan pasti, ada suatu

kekuatan besar yang menggerakan itu semua. Allahu Akbar! Inilah yang

membuat Harun Yahya—ilmuwan muslim dari Turki—berhasil meruntuhkan

teori Darwin yang dikenal dengan The Origin of Species yang dikemukakan

tahun 1859. Teori ini mengatakan bahwa manusia sebenarnya termasuk

jenis hewan yang telah mencapai tingkat perkembangan yang lebih tinggi

dari jenis-jenis hewan lainnya. Proses perkembangan manusia ini memakan

waktu ribuan tahun, dari amoeba sampai menjadi kera. Kemudian dari kera

ada yang berevolusi menjadi manusia sempurna, meskipun sebagian masih

ada yang tetap menjadi kera. Doktrin ini sudah ditanamkan kepada kita

sejak kecil dan menjadi bagian ilmu yang kita kaji di bangku pendidikan.

Begitu kuatnya doktrin ini mempengaruhi kerangka berpikir kita, sehingga

tidak mengherankan jika kita menganggap semua itu adalah benar. Padahal

ada sisi yang meragukan kebenaran teori ini. Jika manusia merupakan hasil

evolusi dari kera, tentunya selama masa evolusi tersebut adalah masa

transisi, sehingga memungkinkan ada kera setengah manusia, ataupun ada

kera hampir jadi manusia, sebagai bentuk peralihan menuju manusia

sempurna sampai sekarang. Namun kita tidak pernah menjumpai bentuk

tersebut bukan? Inilah mata rantai yang hilang, salah satu kelemahan teori

ini yang tidak dapat terjawab sampai sekarang.

Kemudian jika manusia berasal dari kera, bagaimanakah kisah Adam

dan Hawa sebagai manusia pertama yang diciptakan Allah? Mungkinkah

mereka dalam wujud kera juga sebagai hasil dari evolusi? Tentu saja hal

tersebut tidak mungkin. Nah, apakah masih mau bersikeras, kalau manusia

awalnya dari kera?

Sebagai insan yang beriman, tentunya tidak diragukan lagi keyakinan

dalam diri kita, bahwa manusia adalah ciptaan Allah, dilahirkan ke dunia

Page 3: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

pertama kali dalam bentuk manusia, kemudian menjalani masa kehidupan

di dunia, sampai akhirnya saat yang ditentukan tiba, yaitu kembali kepada

pencipta, Allah Maha Kuasa.

Allah swt sebagai pencipta manusia, tentu saja mempunyai kekuatan

besar untuk mematikan (mengambil kembali) makhluk ciptaan-Nya. Jadi

kematian adalah hukum Allah yang pasti. Ruh yang tiada itu tentu saja akan

kembali pada Allah dengan proses yang tak terjangkau akal kita. Kita harus

ingat bahwa manusia sebagai makhluk tentu tidak akan sama dengan

penciptanya (Allah), karena itu akal kita tidak bisa menjangkau ke wilayah

yang disana hanya ada kekuasaan Allah. Sepakat bukan?

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA

Tentu kita ingin mengetahui bagaimana proses penciptaan manusia.

Dalam Al-Quran, Allah swt. menjelaskan kronologis kejadian penciptaan

manusia. Mulai dari bahan baku penciptaannya, proses perkembangannya,

dan pertumbuhannya dalam rahim ibu, hingga ia kemudian dimatikan dan

dibangkitkan kembali dari kematian itu. Kronologis penciptaan manusia itu

ketika dikomparasikan dengan ilmu pengetahuan modern dengan analisis

ilmiahnya saat ini, sedikitpun tidak ditemukan pertentangan. Perhatikanlah

ayat Al-Quran di bawah ini :

“Hai manusia jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari

kubur), maka ketahuilah sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari

tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah,

kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak

sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam

rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan,

kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan

berangsur-angsur) kamu sampai pada kedewasaan, dan diantara kamu ada

yang diwafatkan dan ada pula yang dipanjangkan umurnya sampai pikun,

supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dulu diketahuinya. Dan

kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah kami turunkan air di

Page 4: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

atasnya, hidup dan suburlah bumi itu dan menumbuhkan berbagai macam

tumbuh-tumbuhan yang indah.” (Al-Hajj : 5)

Subhanallah! Segala sesuatu sudah diperhitungkan Allah sedemikian

rupa. Cermati sekali lagi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang luar

biasa dari ayat ini. Masih ada lagi ayat yang berbicara tentang proses

penciptaan manusia. Ini khusus berkaitan dengan janin di dalam rahim yang

mengalami 3 kegelapan. Kita perhatikan ayatnya yuk!

“…Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian

dalam tiga kegelapan. Yang berbuat demikian itu adalah Allah…” (Az-

Zumar: 6)

Tiga kegelapan yang dimaksud ayat tersebut adalah kegelapan dalam

perut, kegelapan dalam rahim dan kegelapan dalam selaput yang menutup

janin dalam rahim. Seperti yang telah dijelaskan dalam QS. Az-Zumar ayat

6. Hal ini juga tidak terbantahkan secara ilmiah.

Lebih jelas lagi, ayat Al-Quran yang menggambarkan proses penciptaan

manusia adalah pada QS. Al-Mukminun ayat 12-14, yang artinya :

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati yang

(berasal ) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang

disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami

jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal

daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang

belulang itu Kami balut dengan daging. Lalu Kami jadikan ia makhluk yang

(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (Al-

Mukminun: 12-14)

Dari ayat diatas ada 2 kesimpulan isi kandungan ayat tersebut, yaitu :

a. Penegasan Allah swt. bahwa manusia merupakan makhluk ciptaan-Nya

yang asal kejadiannya berasal dari saripati tanah. Bagaimana menurut

ilmu pengetahuan mengenai asal kejadian manusia? Menurut ilmu

Biologi, manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan asal kejadiannya adalah

Page 5: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

dari tanah. Hal ini telah dibuktikan dengan menggunakan metode abu

bekas bakaran dari makhluk hidup tersebut. Hasil penelitian abu bekas

bakaran tersebut diketahui bahwa unsur-unsur asli yang terdapat dalam

diri manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan sama dengan unsur-unsur

yang terdapat dalam tanah, yaitu, oksigen, hidrogen, zat belerang, zat

arang, kalium, natrium, iodium, asam arang, air, dan zat-zat lainnya yang

berfungsi sebagai pelengkap.

b. Informasi dari Allah swt. tentang proses kejadian manusia ketika masih

berada dalam kandungan.

Sesuai ayat tersebut, proses kejadian manusia dalam kandungan yaitu :

Allah swt menjadikan saripati tanah yang terdapat

dalam tubuh manusia sebagai nutfah (air yang berisi spermatozoa),

yang kemudian ditumpahkan ke dalam qarar (rahim)

Allah swt. menjadikan nutfah sebagai alaqah yang

berbentuk gumpalan darah menyerupai buah lecis atau lintah.

Dari alaqah, Allah swt. menjadikannya sebagai

mudghoh, yaitu segumpal daging yang menyerupai daging hancur

yang telah dikunyah.

Dari mudghoh, Allah swt. menjadikannya sebagai idzam,

yaitu tulang atau rangka.

Kemudian tulang atau rangka itu dibalut oleh daging.

Setelah itu Allah swt. menjadikannya sebagai makhluk

dalam bentuk lain yaitu dalam bentuk manusia yang telah berkepala,

berbadan, bertangan dan berkaki.

Bagaimana menurut pandangan ilmu pengetahuan tentang proses

kejadian manusia?

Menurut ilmu biologi, spermatozoa yang berasal dari laki-laki (suami)

melalui proses senggama masuk ke dalam qarar (rahim) wanita (istri). Di

Page 6: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

dalam rahim, spermatozoa ini bertemu dengan sel telur atau ovum istri

sehingga terjadi pembuahan. Sel telur yang telah dibuahi disebut zigot,

kemudian mengalami nidasi atau menempal pada salah satu dinding rahim.

Pada titik itulah ia membesar dengan sistem perkembangan sel, yaitu

membelah diri dari satu menjadi 2, 4, 8, 16, 32, dan seterusnya menurut

deret ukur, menjadi berkas sel-sel yang berbentuk seperti buah murbei.

Kemudian tumbuh memanjang, gepeng seperti lintah, kedua ujungnya

melekat pada dua titik pada dinding rahim, lalu salah satu ujungnya lepas

dan terbentuklah segumpal daging yang dihubungkan dengan seutas tali ke

dinding rahim ibunya. Dalam proses selanjutnya, daging itu tumbuh menjadi

tulang yang beruas-ruas panjang, kemudian berkembang menjadi kerangka

badan yang lengkap serta otot menutupi tulang-tulang itu. Sesudah 120 hari

atau 4 bulan masa kandungan, maka jabang bayi sudah lengkap dengan

segala organ-organ tubuh sebagai manusia dan setelah sembilan bulan

sepluh hari bayi tersebut siap dilahirkan.

Unsur Manusia

Manusia hidup dari rangkaian unsur-unsur tertentu yang menyusun

struktur kepribadiannya. Allah menciptakan manusia melalui dua tahap.

Allah pertama kali menciptakan jasadnya, kemudian meniupkan ruh ke

dalam jasad itu, sebagaimana pernyataan Allah swt. dalam ayat di bawah ini

:

“Maka apabila Aku telah menyempurnakan (penciptaan jasadnya), lalu

Kutiupkan dari ruh-Ku ke dalamnya, maka bersujudlah kamu sekalian

kepadanya.” (Shaad: 72)

Jadi, dua unsur utama dalam kepribadian manusia adalah unsur materi

yaitu fisik manusia dan unsur ruh yaitu hati dan jiwa manusia. Selain dua

unsur tersebut ada satu unsur yang membuat manusia menjadi makhluk

Allah yang sempurna dibandingkan hewan dan tumbuhan, unsur tersebut

adalah akal.

Page 7: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Ruh merupakan zat yang tak terlihat, tetapi hakekat ruh itu terasa

eksistensinya dalam jiwa manusia. Fungsi utama ruh untuk merasakan,

meyakini, menghendaki, dan memutuskan. Rasulullah saw mengatakan

bahwa di dalam jasad ada segumpal daging. Bila daging itu baik, maka

baiklah seluruh jasad. Namun bila daging itu rusak, maka rusaklah seluruh

jasad. Segumpal daging itu adalah hati manusia, dalam hal ini konteks

pembahasan hati bukanlah hati secara fisik, walaupun hepar juga sangat

menentukan kesehatan tubuh.

Akal adalah unsur dalam diri manusia yang berfungsi untuk

menampung dan memahami informasi yang disimpan dalam otak,

kemudian diproses dalam hati. Karena itulah Al-Quran sering menyatakan

bahwa kerja akal itu dalam hati, sebab memang tidak ada jeda waktu dari

proses-proses itu. Selanjutnya hasil keputusan hati itu akan menjadi tekad.

Dari tekad akan turun ke wilayah fisik menjadi sikap dan tindakan.

Fisik atau jasad memiliki tugas utama yaitu mengekspresikan

kehendak dalam bentuk sikap dan tindakan yang diarahkan oleh akal dan

keputusan jiwa. Oleh karena itu fisik adalah kendaraan bagi akal dan jiwa

kita. Para ulama Islam mengatakan, “Jika engkau mempunyai jiwa besar,

niscaya ragamu akan lelah mengikuti kehendaknya.” Jadi kendaraan ini

harus di up-grade kemampuannya dan dipelihara terus menerus, agar

sanggup membawa beban akal dan jiwa kita. Sebab setiap masalah yang

menimpa kendaraan ini akan mempengaruhi kondisi akal dan jiwa kita.

Ketiga unsur manusia tersebut, adalah kesatuan yang tidak bisa

dipisahkan dan pemenuhan kebutuhannya pun harus seimbang. Bayangkan

jika kita hanya memenuhi kebutuhan ruh dan fisik, maka kita akan menjadi

manusia bodoh yang tidak mengetahui perkembangan zaman. Atau kita

hanya memenuhi kebutuhan akal dan fisik saja, maka bisa dipastikan kita

menjadi manusia yang tidak mengenal Allah bahkan mengingkari-Nya.

Karena itu, jika kuliah/belajar kita rajin, makan dan tidur kita teratur, maka

Page 8: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

ibadah dan shalat kita juga harus teratur. Itulah yang dimaksud

keseimbangan (tawazun).

POTENSI MANUSIA

Manusia menyimpan potensi dalam dirinya. Potensi tersebut mengarah

pada dua kecenderungan yang berlawanan. Dua kecenderungan tersebut

mengarahkan manusia untuk berbuat takwa atau berbuat fujur.

“Maka Dia (Allah) mengilhamkan kepada manusia (jalan) fujur dan taqwa.”

(Asy-Syams: 8)

Fujur adalah representasi semua kebatilan, kejahatan dan keburukan

yang semua itu akan menghasilkan dosa dan kesengsaraan dan muaranya

adalah neraka. Sementara takwa adalah representasi kebenaran, kebaikan

dan keindahan yang semua itu menghasilkan pahala dan kebahagiaan yang

muaranya adalah surga. Nah, kita jadi tahu bukan apa yang menyebabkan

seseorang bisa masuk surga atau neraka?

Sesungguhnya potensi fujur dan potensi takwa tidak akan pernah

bertemu pada satu waktu dalam diri manusia. Tidaklah seseorang berbuat

maksiat ketika ia dalam keadaan beriman. Sebaliknya, orang-orang yang

sedang kafir tidak sekali-kali melakukan ketaatan kepada Allah. Demikian

hadits Nabi menuturkan. Maka, Allah swt. menjanjikan kepada orang-orang

yang bertakwa, balasan sesuatu yang tidak diberikan kepada orang-orang

kafir yang berbuat fujur.

Sebagaimana Allah swt berfirman :

“Sesungguhnya orang kafir, ahli kitab, dan orang musyrik masuk ke

dalam neraka jahanam dan mereka kekal di dalamnya, mereka itulah

sejelek-jelek makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan

mengerjakan amal saleh mereka itulah sebaik-baik makhluk. Balasan

mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga Adn yang mengalir di bawahnya

Page 9: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya….” (Al-

Bayyinah: 6-8)

Maka keputusan untuk memilih yang baik (surga) atau yang buruk

(neraka) ada pada diri kita. Dan tentu saja, kita ingin berada dalam

kebaikan yang selalu kekal di sisi Allah swt.

KEISTIMEWAAN MANUSIA

Seperti dijelaskan di awal, manusia mempunyai keistimewaan yang

tidak dimiliki makhluk lain. Keistimewaan tersebut antara lain :

a. Segi Penciptaan

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dinyatakan Allah sebagai

sebaik-baik penciptaan, sebagaimana firman-Nya :

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang

sebaik-baiknya.” (At-Tin: 4)

Coba bandingkan organ tubuh kita dengan organ tubuh makhluk Allah

yang lain, pastilah kita akan melihat manusia lebih sempurna

penciptaannya. Manusia memiliki organ tubuh yang lebih sempurna

fungsinya dibandingkan organ tubuh pada makhluk ciptaan Allah lainnya.

Coba perhatikan telapak tangan manusia, dengan lima jari dan sistem ruas

tulang yang ada di dalamnya, manusia dapat mengerjakan perbuatan dari

yang sangat berat hingga yang sangat rumit sekalipun. Dari yang sangat

kasar hingga yang sangat lembut sekalipun. Bandingkan dengan telapak

tangan kera dengan lima jari yang sama, seberapa banyak dia bisa berbuat?

Bandingkan pula keelokan wajah, keluwesan postur tubuh, hingga sistem

biologis yang ada pada manusia, semua lebih sempurna. Penciptaan otak

manusia dengan segenap potensi yang terkandung di dalamnya juga wujud

kesempurnaan ciptaan Allah. Walaupun ada hewan yang dilengkapi otak,

namun otak tersebut tidak berfungsi sebagaimana otak manusia. Ada yang

Page 10: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

agak “cerdas” seperti kera, namun binatang tersebut sangat rendah fungsi

otaknya.

b. Segi Ilmu

Penciptaan otak manusia dengan segenap potensi yang terkandung di

dalamnya, adalah wujud kesempurnaan ciptaan Allah. Dengan otak tersebut

manusia bisa menyerap ilmu dan sekaligus mengembangkannya. Semua itu

terjadi karena manusia diberi kelebihan yang tidak dimiliki oleh hewan dan

tumbuhan, yaitu berupa akal. Dengan analisis ilmu, manusia bisa

melakukan seleksi informasi, bisa menyimpulkannya, sekaligus

mengembangkannya. Maka budaya dan selera manusia dari waktu ke waktu

terus berkembang seiring ilmu yang dimiliki. Ini tidak dimiliki oleh

binatang, mereka memiliki perilaku, selera, dan perasaan yang tidak pernah

berubah apalagi berkembang. Dari dulu, misalnya binatang tidak punya

rasa malu tidak pakai baju. Maka jika sekarang ada sebagian orang makin

suka buka-buka baju tandanya ilmunya makin jongkok (seperti binatang?).

Hewan hanya memiliki insting, sehingga segala gerak dan perbuatannya

hanya sekedar instinktif. Bisa jadi hewan mampu dilatih untuk suatu hal

tertentu, namun itupun hanya sekedar insting bukan ilmu, sehingga ia tak

akan mampu mengembangkannya. Apalagi dibandingkan dengan tumbuhan

yang tak diberi indera, maka terbukti manusia adalah satu-satunya makhluk

yang bisa mencerna ilmu dan teknologi secara baik.

c. Segi Kehendak Untuk Memilih

Kita sebagai manusia pastilah punya kehendak. Kita bisa memilih mana

jalan yang baik dan mana yang sesat. Sekadar ilmu belum tentu bisa

mengarahkan kepada kebaikan, yang bisa mengarahkan orang pada

kebaikan adalah kemauan dan kehendak yang kuat untuk mengamalkan

ilmu itu dan menjadikan dirinya baik. Misalnya, seseorang yang telah

mengetahui bahwa mencuri itu perbuatan yang buruk, tapi ia tetap

Page 11: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

melakukannya karena dia tidak memiliki kemauan dan kehendak yang kuat

untuk menghindari mencuri.

Allah swt berfirman :

“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya (manusia) jalan yang lurus,

ada yang syukur ada pula yang kufur.” (Al-Insan: 3)

Dalam menentukan jalan hidup, manusia mempunyai banyak pilihan

karena ia memiliki kehendak, sehingga ada yang memilih jalan Islam dan

ada pula yang memilih jalan kufur. Lain halnya dengan para malaikat,

mereka hanya memiliki satu kemungkinan yaitu taat pada Allah swt.

d. Segi Kedudukan/kemuliaan

Allah memberikan kedudukan yang tinggi kepada manusia diantara

makhluk lainnya di bumi, yakni ia sebagai pemimpin atau khalifah di bumi

ini, sehingga manusia bisa memanfaatkan alam semesta ini untuk keperluan

hidupnya. Sebagaimana firman Allah:

“Dialah (Allah) yang menjadikan segala hal yang ada di bumi ini untuk

kamu.” (Al-Baqarah: 29)

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami

angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang

baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang lebih sempurna

atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Bani Isra’il: 70)

Dengan ilmu yang dimilikinya, manusia bisa memanfaatkan segala

sesuatu di alam ini sehingga bermanfaat untuk kemakmuran bersama.

e. Segi Kemampuan Bicara

Jika kita perhatikan semua makhluk hidup yang diberi mulut, semuanya

dapat berbicara dengan bahasa masing-masing. Binatang-binatang

berbicara dengan bahasa mereka masing-masing seperti yang disebut

manusia sebagai mengembik, mengaum, berkicau, dan lain-lain. Adapun

manusia, ia bisa berbicara dengan sempurna. Dengan simbol-simbol huruf

Page 12: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

yang terbatas jumlahnya, manusia dapat mengungkapkan pikirannya yang

rumit sekalipun sehingga bisa mentransfer ilmu kepada orang lain. Dengan

kata-kata itulah gagasan-gagasan terkomunikasikan dan diwujudkan dalam

realitas sehingga menjadi karya-karya besar peradaban manusia. Inilah

yang membedakannya dengan binatang. Allah swt berfirman:

“Ar-Rahman yang telah mengajarkan Al-Quran. Dia menciptakan

manusia, mengajarnya pandai berbicara.” (Ar-Rahman: 1-4)

f. Segi Kesiapan Moral

Manusia dapat dibentuk menjadi baik atau buruk, bahkan bisa juga

berperan ganda sebagaimana orang munafik. Ia bisa jahat melebihi syaitan,

sekaligus bisa menjadi makhluk baik melebihi malaikat. Dalam segi ini

sangat tampak perbedaan manusia dengan binatang. Binatang sulit atau

malah tidak bisa dibentuk dengan sifat dan karakter mereka yang

bermacam-macam. Karenanya tidak ada ya binatang munafik? Sedangkan

manusia bisa saja melakukannya dan bisa membentuk moralnya menjadi

apapun yang diinginkan.

MISI MANUSIA DI MUKA BUMI

Subhanallah, kita telah belajar banyak tentang manusia. Sekarang kita

akan membicarakan tentang misi mengapa manusia diciptakan Allah di

muka bumi ini. Karena manusia memiliki keutamaan dan keistimewaan

dibanding manusia yang lainnya, maka sangat wajar jika konsekuensinya

adalah manusia mengemban amanah dan tugas yang berat dalam

kehidupan ini.

Setidaknya, ada tiga misi diciptakannya manusia di bumi ini, yaitu :

1. Beribadah Kepada Allah SWT

Page 13: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Allah memerintahkan manusia untuk beribadah sebagai bentuk rasa

syukur atas karunia dan nikmat yang diberikan-Nya seperti disampaikan

dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56 berikut.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

menyembah-Ku.”

Jadi tugas utama kita adalah menyembah (beribadah) kepada Allah,

bukan untuk yang lainnya. Kita harus ingat, ibadah disini dalam arti luas

yang tidak melulu shalat, zakat, puasa, naik haji dan sebagainya, namun

bermakna luas. Segala sesuatu yang diperbuat seseorang karena ketaatan

dan ketundukannya kepada Allah adalah ibadah. Saat kita kuliah dengan

niat bismillah mencari ilmu Allah, maka itu bisa dihitung ibadah. Ketika kita

tersenyum ikhlas pada saudara seiman itu juga ibadah. Bahkan sekedar

menyingkirkan duri/rintangan di jalan pun dikatakan Rasulullah sebagai

ibadah. Ibnu Taimiyah mengartikan ibadah adalah segala sesuatu yang

dicintai Allah dan diridhoi-Nya. Prinsip “hidup hanya untuk beribadah”

jangan dimaknai meninggalkan berbagai aktivitas untuk melaksanakan

ritual ibadah tapi dimaknai dengan menjadikan seluruh aktivitas kehidupan

bernilai ibadah.

2. Sebagai Pemimpin di Muka Bumi (khalifah fil ardhi)

Allah swt. memilih manusia untuk memimpin dan mengelola bumi

dengan seluruh isinya. Hal ini karena kelebihan manusia atas kehendak

Allah swt. yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, yakni kecerdasan yang

dimilikinya. Perhatikan firman Allah swt berikut:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “sesungguhnya

Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi. ”Mereka berkata,

“Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi ini orang yang akan

membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami

senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”

Page 14: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang engkau tidak

ketahui.” (Al-Baqarah: 30)

Nah, ternyata manusialah yang dipilih Allah untuk memimpin di bumi,

bukan malaikat atau yang lainnya. Pemberian hak kepemimpinan oleh Allah

swt. kepada manusia dapat diilustrasikan dengan pemberian hak

kepemimpinan seorang presiden kepada seorang gubernur untuk memimpin

sebuah wilayah provinsi tertentu. Meskipun seorang gubernur memiliki

kekuasaan, namun dia tetap terikat kepada kebijakan yang ditetapkan

seorang presiden. Demikian kekhilafahan yang diamanahkan kepada

manusia oleh Allah swt, tetap dengan beberapa batasan, yaitu : Pertama,

orang yang diangkat sebagai pemimpin (khalifah) bukan berfungsi sebagai

penguasa mutlak, karena jelas, penguasa mutlak itu hanya Allah swt.

Kedua, ia harus berbuat berdasarkan perintah yang mengangkatnya, bukan

atas kemauannya sendiri. Ketiga, ia tidak boleh bertindak melampaui batas

yang telah ditentukan. Keempat, ia harus berbuat menurut kehendak yang

mengangkat. Jadi, tetap ada ketundukan dan kepatuhan kepada Allah swt.

Disinilah fungsi amar ma’ruf nahi munkar itu. Manusia diberi pilihan

untuk bisa memimpin dengan baik atau sebaliknya, menjadikan kerusakan.

Dan kembali kepada konsekuensi di awal, segala perbuatan kita akan

bermuara pada surga atau neraka di akhirat nanti.

“Setiap kalian (manusia) adalah pemimpin yang kelak pastilah akan

dimintai pertanggungjawabannya.” (HR. Bukhari & Muslim dari Ibnu

Umar)

3. Misi Peradaban (Al ‘Imarah)

Manusia dengan berbagai potensi yang dianugerahkan Allah, adalah

makhluk berperadaban. Dengan otaknya, manusia mampu menciptakan

karya-karya besar dalam kehidupan ini untuk meramaikan dan

memakmurkan kehidupan agar lebih nyaman ditinggali. Allah swt berfirman

dalam QS. Hud ayat 61, yaitu “Dan kepada Samud (Kami utus) saudara

Page 15: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

mereka, Salih. Salih berkata, ”Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali

tidak ada bagimu tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi

(tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah

ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhan-ku

amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).” (Hud :

61)

Bersamaan dengan itu, Islam hadir dengan tuntunan syariatnya yang

komprehensif dan integral, yang memungkinkan manusia memberdayakan

seluruh potensinya untuk mengemban misi agung sebagai makhluk yang

berperadaban, untuk membangun kehidupan dengan bimbingan nilai-nilai

luhur Islam.

Kita tentu ingat bagaimana Rasulullah dan para sahabat membentuk

peradaban yang luar biasa indah. Kisah teladan itulah yang kita contoh

untuk membangun peradaban manusia agar kembali kepada Al-Quran dan

sunnah Rasul.

Nah, semua tentang manusia sudah kita bahas. Tentunya kini kita

mengetahui jawaban pertanyaan di awal bab ini. Bahwa kita sebagai

manusia adalah hamba Allah yang tidak boleh hidup semaunya sendiri,

karena yang menciptakan kita telah membuat aturannya. Jika tidak tinggal

di bumi Allah, maka di mana lagi kita hidup? Dan sungguh murka pemilik

bumi ini yang telah memberikan kepercayaannya kepada kita, jika kita

selalu menentang dan bermaksiat pada-Nya. Na’udzubillah!

Pencerahan tentang hakikat diri telah kita dapatkan, maka sekaranglah

saatnya untuk mereformasi diri kita menjadi manusia yang cerdas. Manusia

yang tidak hanya memikirkan kepentingan dunia (yang hanya sesaat),

namun juga berpikir jauh ke depan tentang kematian dan kehidupan

akhirat. Selamat berproses!

Page 16: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Ma’rifatullah (Mengenal Allah)

“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama

yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama

meskipun orang musyrik membenci

(Ash-Shaff : 9)

”Tiga perkara bagi siapa yang mendapatkan hal itu pada dirinya maka ia

akan dapat menikmati manisnya iman. Pertama, Allah dan Rasulnya lebih ia

cintai dari pada yang lainnya; Kedua, tidak mencintai seseorang kecuali

karena Allah; Ketiga, ia benci kembali kepada kekufuran setelah Allah

selamatkan ia dari kekufuran itu, sebagaimana ia benci apabila

dicampakkan ke dalam api neraka”.

(HR Muttafaqun’alaih dari Anas bin Malik)

1. Mengenal Allah lebih dalam

Pernahkah terlintas di pikiran kita, siapa yang mengecat cabai

menjadi berwarna merah, yang menjadikan ulat berubah menjadi makhluk

indah bernama kupu-kupu, memberikan air di bumi (padahal di Mars tidak

ada), menumbuhkan rambut di kepala sedangkan alis dan bulu mata tidak

memanjang, dan mendetakkan jantung kita hingga saat ini dengan irama

yang teratur. Masuk akal kah jika ada yang menjawab bahwa semua itu

adalah gejala alam? Rasanya tidak.

Kita akan membuktikan hal tersebut dengan cara yang sederhana.

Coba hamburkan buku-bukumu di lantai dan biarkan tetep berserakan.

Mungkinkah buku itu lantas bergerak dengan sendirinya tersusun rapi di

rak? Tidak mungkin. Kemungkinan yang paling masuk akal adalah ada yang

menyusun buku-buku tersebut hingga rapi. Nah, jika benda mati yang

Page 17: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

demikian saja membutuhkan sesuatu di luar dirinya untuk mengurusnya,

apatah lagi makhluk hidup yang membutuhkan makan minum, reproduksi

(berkembang biak), bersosialisasi (berkumpul dengan jenisnya) seperti kita,

hewan-hewan dan juga tumbuhan, juga seluruh alam dan isinya.

Allah swt berfirman,

“Ataukah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang

menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan

langit dan bumi itu?“ (Ath Thur: 35-36)

Jadi, Allah swt sangat penting untuk dibicarakan sebab membicarakan

Allah berarti membicarakan keberadaan kita sendiri dan seluruh alam

semesta ciptaan-Nya.

“Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia yang hidu kekal lagi terus-

menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur.

Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di belakang mereka, dan mereka

tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-

Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat

memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.“ (Al

Baqarah:255)

2. Allah Kebutuhan Fitrah Manusia

Manusia sadar bahwa dirinya dan apapun yang ada dialam pasti ada yang

menciptakannya. Keserasian dan keharmonisan roda kehidupan dialam ini

merupakan bukti bahwa diatas semua itu, ada zat yang luar biasa. Tak

heran jika muncul beberapa aliran animisme, dinamisme, hindhu, budha

dan lain sebagainya. Itulah sebenarnya nurani kemanusiaan manusia dan

fitrah manusia yang telah ditetapkan ketentuannya. Setiap manusia

dilahirkan dalam keadaan fitrah

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus dengan agama (islam); (ssesuai)

fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu.

Tidah ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi

kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Rum : 30)

3. Bagaimana Bisa Mengenal Allah

Page 18: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Keberadaan Allah didukung oleh dalil-dalil yang kuat, yaitu

A. Bukti yang didasarkan dan dibenarkan oleh akal (dalil aqli)

Akal kita (asal kita tidak sombong dan ingkar) sebenarnya bisa

merasakan keberadaan Allah. Orang bisa mengatakan bahwa alam ini

tercipta dengan sendirinya, tapi pernyataan ini bisa langsung dipatahkan

dengan argumentasi yang sangat sederhana.

Ustadz Hasan Al-Banna rahimahullah, pernah mendapat sanggahan

bahwa alam ini tercipta dengan sendirinya. Sedangkan Allah atau

apapun yang menciptakan alam, itu tidak ada. Beliau dengan tenang

menjawab: ’’Jika Anda meletakkan sebuah buku di atas meja kemudian

Anda keluar dari kamar dan tak lama kemudian mendapati buku tersebut

berada di dalam laci, maka secara logis Anda akan berpendapat bahwa

pasti ada orang yang memindahkannya karena Anda tahu sifat-sifat buku

yang tidak mungkin berpindah dengan sendirinya. Lalu jika suatu ketika

Anda melihat seseorang duduk di kursi kemudian Anda

meninggalkannya. Ketika Anda kembali orang tersebut tak ada lagi di

kursinya melainkan duduk di karpet, secara logis pula Anda tidak akan

bertanya siapa yang memindahkannya dari kursi ke karpet karena Anda

tahu sifat-sifatnya, bahwa ia bisa berpindah dengan sendirinya. Jadi,

sifat-sifat alam semesta ini sebagaimana sifat buku yang tadi saya

umpamakan, tidak mungkin terjadi dengan sendirinya. Sedangkan sifat-

sifat Allah sejalan dengan perumpamaan kedua. Ia pasti ada dengan

sendirinya karena demikianlah sifatnya, Ia tidak membutuhkan sesuatu

yang lain di luar dirinya.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih

bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang

yang berakal, (Ali Imran: 190)

Akal pikiran merupakan anugerah terdahsyat yang dimiliki manusia,

dan Allah tidak menganugerahkannya kepada makhluk selainnya.

Dengan akal pikiran ini manusia dapat belajar, mengamati, dan akhirnya

Page 19: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

menyimpulkan. Penjelajahan inderawi manusia hanya akan menjadi data-

data empiris yang tidak memberi arti apa-apa jika tidak dibaca dengan

akal pikiran manusia. Akal pikiran (logika)-lah yang memberi arti data-

data alam itu, menghubung-hubungkan, lalu menyimpulkannya. Maka

dengan mengamati fenomena alam yang terbentang ini (ayat kauniyah),

manusia dengan logikanya sesungguhnya mampu mendapatkan

pengetahuan yang sangat luas.

Para ahli filsafat abad-abad silam melakukan penjelajahan

filosofinya untuk mendapatkan sebuah hakikat maha penting, yaitu

hakikat sumber dari segala alam wujud ini. Ada beragam kesimpulan,

namun banyak diantara mereka akhirnya menyimpulkan bahwa dibalik

fenomena alam ini ada sebuah ”kekuatan” yang Maha Dahsyat, yang

menciptakan alam yang maha luas ini. Jika mereka telah mendapatkan

kesimpulan adanya tuhan (what), namun mereka tidak mampu lagi

memperoleh informasi lebih lanjut tentang siapakah tuhan itu (who)?

Meskipun demikian, kesimpulan awal dari penjelajahan logika ini sudah

sangat memberi arti bagi kegelisahan jiwa manusia tatkala mereka

belum mendapatkan tuntunan wahyu dari langit yang memberi

penjelajahan lebih terperinci. Mungkin, jika para filosof ini berjumpa

Nabi dengan wahyu yang dibawanya, merekalah yang akan memberi

respon positif pertama kali untuk menerimanya. Ini persis seperti kisah

petualangan Ibrahim mencari tuhan, atau kisah beberapa sahabat yang

mencari agama yang benar dan akhirnya dipertemukan dengan baginda

Rasulullah saw.

B. Bukti yang berasal dari Al-Qur’an (dalil naqli)

Ada seorang profesor dari Jerman yang juga seorang dokter ahli

bedah. Ia seorang yang masih kafir, tapi suka mempelajari ilmu agama

(orientalis: belajar untuk diilmui saja, bukan untuk diimani), diantara

Page 20: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

yang dipelajarinya adalah Islam. Pada suatu hari ia menemukan ayat 92

dari surat Yunus(10) yang berbunyi;

’’Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat

menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan

sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda

kekuasaan Kami.“

Profesor itu kemudian mencari tahu badan siapa yang diselamatkan

Allah seperti yang dimaksudkan dalam ayat itu? Akhirnya dia

menemukan jawabannya pada surat Al Baqarah ayat 50,

’’Dan (ingatlah) ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami

selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-

pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.“

Dari ayat itu, sang Profesor berkesimpulan bahwa yang

dimaksudkan Allah itu adalah Fir’aun yang pernah tenggelam di Laut

Merah. Setelah mati tenggelam, Allah menyelamatkan jasadnya dengan

tidak membuatnya remuk membusuk. Menurut sejarah Mesir, mayat

yang tenggelam itu ditemukan di tepi pantai dan oleh rakyatnya, mayat

Fir’aun itu dibalsem dan dimusiumkan di Mesir. Pada tradisi Mesir

kuno, mayat-mayat para raja memang biasanya diawetkan dengan cara

dibalsem menjadi mummi dan disemayamkan di Piramida, sebuah

bangunan yang tersusun dari batu berbentuk limas.

Setelah tahu hal itu, sang profesor ingin membuktikan kebenaran

ayat tersebut dengan keahlian yang ia miliki, yaitu ilmu bedah. Ia lalu

pergi ke Mesir, tempat tersimpannya mummi Fir’aun. Ternyata, disana

ia tidak hanya menemukan satu Fir’aun atau yang sering dikenal dengan

sebutan raja Ramses. Ia menemukan tiga mummi raja Ramses, yakni

Ramses I, II dan III. Lalu manakah yang dimaksud dalam surat Yunus

ayat 92 itu? Untuk menemukannya, sang Profesor menggunakan ilmu

yang dimilikinya untuk membedah ketiga mummi tersebut. Ternyata,

mayat Ramses II-lah yang memiliki tanda-tanda pernah tenggelam. Itu

terlihat dari otot-otot tubuhnya yang menegang seperti orang yang mati

Page 21: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

tenggelam. Bukti lain yang menguatkan adalah adanya salah satu

spesies ganggang laut yang ada di Laut Merah terdapat dalam tubuh

mummi tersebut.

Setelah kejadian itu, sang Profesor yang semula kafir itu mendapat

hidayah. Ia tidak lagi sekadar mempelajari agama, namun sekaligus

mengimaninya dan mengamalkan Islam. Ini salah satu contoh yang

menunjukkan bahwa dalil naqli (ayat-ayat Al-Qur’an) membuktikan

keberadaan Allah swt.

C. Bukti Fitrah (dalil fitri)

Fitrah artinya hati nurani, nurani adalah bisikan hati yang paling

dalam. Mungkin kita sering merasakan hal-hal yang berkaitan dengan

ini, nurani tidak bisa berbohong kecuali kita mengingkarinya atau

menolaknya. Nah, keberadaan Allah itu sesuatu yang sulit disangkal

oleh nurani. Sebab, kita sejak awal sudah dibekali kesaksian tentang

Allah seperti dalam ayat berikut ini,

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang

belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil

kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini

Tuhanmu? “Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami

bersaksi,“(Kami lakukan yang demikian itu) agar dihari Kiamat kamu

tidak mengatakan, “ Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap

ini,“. (Al-A’raaf:172)

Jadi, nurani kita sebenarnya telah terisi kesaksian bahwa ternyata

ada Dzat yang Maha Lebih Segalanya dibandingkan kita. Ada kekuatan

yang luar biasa kuat menguasai hidup kita. Ada hal-hal yang tidak

terjangkau indera kita tetapi nurani kita mengakui adanya.

Coba kita perhatikan orang-orang Barat sekalipun yang sebagian

besarnya tidak memperhatikan masalah keimanan kepada Tuhan, pada

saat-saat terjepit mereka selalu menyebut: Oh My God, atau Please God,

help me! Nah, itu hanya salah satu contoh sederhana betapa nurani kita

—jika mau jujur—ternyata mengakui bahwa Allah itu ada.

Page 22: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Al-Quran juga menyebutkan bahwa keimanan kepada Allah swt

merupakan pokok atau dasar, dimana setiap rukun akidah bersandar

kepadanya atau mengikutinya.

”Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah

dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya

serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir

kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,

dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-

jauhnya.” (An-Nisa’: 136)

Adapun keimanan kita kepada Rasulullah merupakan konsekuensi

dari keyakinan kepada Allah. Tidak mungkin seseorang meyakini adanya

Rasulullah, apabila mereka tidak beriman kepada Allah. Demikian juga,

keimanan kepada kitab-kitab dan adanya hari akhir, berdiri di atas

pondasi keimanan kepada Allah. Tidak dibenarkan secara logika bahwa

seseorang mengingkari Allah tetapi meyakini kitab-kitab Allah.

Keseluruhan rukun keimanan berdiri di atas landasan iman kepada

Allah. Begitu banyak kehancuran melanda masyarakat paganis yang

mengagung-agungkan berhala. Karena kehidupan manusia hanya akan

bisa berjalan lurus dan benar apabila berada dalam bimbingan iman

kepada Allah swt.

4.Tauhidullah

Pengenalan kepada Allah menuntut pengetahuan tentang tauhid.

Apakah tauhid itu? Kata at-tauhiid berasal dari kata kerja wahhada-

yuwahhidu yang berarti sikap mengesakan. Allah adalah Dzat Yang Maha

Esa (Al-Ahad dan Al Waahid).

Namun pengakuan tentang keesaan Allah sesungguhnya belum cukup,

seharusnya ditindaklanjuti dengan sikap mengesakan-Nya. Dua hal ini harus

dibedakan, karena kalau hanya pengakuan tentang bahwa Allah Maha Esa

Page 23: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

telah diyakini oleh iblis sekalipun. Namun keyakinan ini tidak menjadikan

iblis mendapatkan ridha dari Allah swt ketika ternyata ia mengingkari

perintah-Nya.

Bahkan orang-orang musyrik jahiliyah, ketika ditanya mengapa mereka

menyembah patung, mereka juga menjawab bahwa itu hanya perantara

mereka menuju Allah. Mereka tetap mengakui keesaan Allah, namun tidak

mengesakan-Nya dalam sikap (karena mereka menganggap perlunya

perantara). Padahal itulah sikap yang paling dibenci Allah, sehingga Dia

berfirman,

”Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan

(sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi

siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu)

dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (An-

Nisaa’: 116)

Sikap tauhid kepada Allah harus bertitik tolak dari identitas Allah

sendiri, sesuai dengan pembahasan di atas. Tauhidullah dibagi menjadi 3

macam tauhid pokok, yaitu Tauhid Rububiyah (Allah sebagai Rabb), Tauhid

Mulukiyah (Allah sebagai Malik), dan Tauhid Uluhiyah (Allah sebagai Ilaah).

Selain itu, para ulama akidah juga menambahkan pembahasan yang

dianggap sebagai bagian dari tauhid yang sangat penting, yaitu Tauhid

Asma wa Sifat (Tauhid dalam Nama dan Sifat Allah).

Hal ini dapat disimak dalam firman Allah :

”Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan

menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia.” (An-Naas: 1-3)

Sekarang mari kita ulas satu persatu mengenai empat tauhidullah.

A.Pertama, Tauhid Rububiyah.

Kata rububiyah berasal dari akar kata Rabb, yaitu zat yang

menghidupkan, mematikan, menciptakan, memberi rizki, mengelola,

Page 24: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

mengatur dan menguasai alam semesta. Tauhid rububiyah menunjukkan

sebuah keyakinan terhadap keesaan Allah, bahwa Allah adalah satu-satunya

dzat yang melakukan perbuatan (af’al) tersebut. Allah berfirman:

”Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan

bumi dalam enam masa.” (Al A’raf: 54)

Malam dan siang adalah fenomena dan realitas yang sengaja diciptakan

oleh Allah, sebagaimana Allah pula yang menciptakan matahari serta

rembulan.

”Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan

bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”

(Al-Anbiyaa: 33)

Dialah Allah yang telah menciptakan manusia, dan memberikan

kepadanya kemampuan bicara:

”(Tuhan) Yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan Al-Quran. Dia

menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.” (Ar-Rahman: 1-4)

Allah swt. mengerjakan af’al-Nya dengan sangat teratur dan rapi tanpa

cela, termasuk dalam menciptakan segala sesuatu.

”Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak

mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya),

dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-

ukurannya dengan serapi-rapinya” (Al-Furqan: 2)

Sebagai kreator tunggal alam semesta ini, Allah tidak membiarkan

makhluk-Nya begitu saja, melainkan Dia pula yang memberikan rezeki

kepada seluruh manusia.

”Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki,

kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di

antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu

Page 25: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang

mereka persekutukan.” (Ar-Rum: 40)

Bukan hanya manusia, binatang melata pun tidak ada yang terlewatkan

dari perhatian Allah swt. dalam memberikan rezeki-Nya.

”Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah

yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu

dan tempat penyimpanannya.” (Hud: 6)

Fenomena pemberian rezeki ini sesungguhnya telah cukup memberikan

bukti bahwa Allah satu-satunya Sang Pemberi rezeki. Lihatlah semut yang

bertahan hidup, tanpa kita memberikan sedikitpun makanan. Mereka juga

bisa beranak pinak dalam jumlah banyak, tanpa pernah takut akan rezeki

anak-anaknya.

Karena itu seseorang yang memiliki sikap tauhid yang matang tidak

akan terjerumus dalam perbuatan syirik. Misalnya menganggap suatu

benda memiliki kekuatan ghaib, atau meyakini ramalan-ramalan dukun,

atau meyakini hari-hari tertentu sebagai hari bertuah, atau isyarat-isyarat

tertentu (dari binatang, atau cuaca) sebagai pertanda akan terjadinya

sesuatu. Na’udzubillah. Seorang muslim tidak boleh meyakini sesuatu yang

tidak ada korelasinya dengan konsep ilmu pengetahuan dan bisa dipahami

secara ilmiah, kecuali berdasarkan teks dalil yang terdapat dalam Al-Quran

atau Hadits Rasulullah saw.

Inilah yang dimaksud tauhid rububiyah, yakni keyakinan manusia

bahwa Allah itu Esa dalam penciptaan, pemberian rezeki dan penguasaan

atas makhluk-makhluk-Nya. Fenomena mekarnya bunga, tanaman hidup,

tumbuh, membesar, berbunga dan berbuah serta fenomena memancarnya

air dari dalam tanah, mengalir melalui sungai-sungai, menyatu di lautan,

menjadi awan dan turun lagi ke tanah setelah ditiup angin, kesemuanya itu

tidak lain adalah fenomena Allah swt.

Page 26: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Apa yang harus kita lakukan? Apa sekedar meyakini? Sekedar yakin

saja, tidak cukup. Sebab pada hakekatnya orang-orang musyrik jahiliyah

juga meyakini rububiyatullah ini, sebagai sebuah keyakinan turun temurun

sejak dulu, sejak Nabi Ibrahim as.

Orang-orang musyrik secara terang-terangan menyatakan

keyakinannya akan prinsip tauhid rububiyah. Bahkan, dalam kehidupan

sehari-hari dalam bersumpah, mereka menggunakan kata-kata wallahi,

billahi dan tallah (yang berarti demi Allah). Bahkan berdo’a pun mereka

menyebut nama Allah. Simak kisah mereka yang diabadikan dalam Al-Quran

berikut: ”Dan, ingatlah, ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, Ya

Allah jika betul (Al-Quran) ini, dialah yang benar disisi Engkau, maka

hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kami azab yang

pedih.” (Al-Anfal: 32)

Tidak rasional dan tidak masuk akal, bukan? Mereka malah meminta

laknat dan siksa bukan meminta hidayah. Namun demikian kebiasan

mereka dalam berdo’a dan mengungkapkan keinginan, diawali dengan

ungkapan Allahumma. Ini adalah kesadaran ”bertuhan” yang secara fitrah

dan alamiah telah ada pada diri setiap manusia.

Kita yang mengaku beriman dan mengaku ber-Islam, tidak sama seperti

orang-orang musyrik, kita meyakini hakekat rububiyatullah, dan kita

melaksanakan konsekuensinya, dengan bertakwa kepada-Nya. Salah

satunya dengan mensyukuri segala nikmat yang Dia berikan, dan tidak

sekali-sekali berani kufur akan nikmat-nikmat-Nya. Hal ini bisa kita lakukan

diantaranya dengan memanfaatkan potensi yang kita miliki sebagai

manusia, untuk ketaatan kepada Allah swt, bukan untuk perbuatan yang

sia-sia atau bahkan kefujuran.

B.Kedua, Tauhid Mulukiyah

Sudah disebutkan, bahwa bagi yang mengaku muslim, tauhid rububiyah

saja tidak cukup. Karenanya, perlu dilanjutkan dengan tauhid berikutnya.

Page 27: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Yaitu Tauhid Mulukiyah. Kata Mulukiyah berasal dari akar kata mulk, yang

dengannya terbentuk pula kata malik. Tauhid mulukiyah berarti sebuah

keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya dzat yang menguasai alam

semesta ini , dengan hak penuh penetapan peraturan atas kehidupan. Tidak

ada sekutu dalam kekuasaan Allah dalam alam semesta ini.

Kalau dengan sifat rububiyah-Nya, Allah berhak menentukan apa saja

untuk makhluk-Nya. Sebagai malik (yang memiliki) maka Allah adalah raja

atau penguasa. Raja menjadi berfungsi sebagai penguasa manakala ia

adalah pemimpin yang dipatuhi.

Mari kita simak, ayat demi ayat yang menjelaskan sifat-sifat Allah

sebagai pemimpin (Al-Wali) absolut dalam alam semesta, sebagai berikut:

”Dan katakanlah: ”Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak, dan

tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya.” (Al-Isra: 111)

Allah mengabarkan dirinya sebagai wali, yaitu pemimpin, pelindung,

dan penolong orang yang beriman: ”Sesungguhnya penolong kamu

hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yaitu orang-

orang yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat seraya mereka tunduk

(kepada Allah).” (Al-Maidah: 55)

Karena kekuasaan alam berada dalam diri-Nya, maka Allah pula yang

sesungguhnya berhak memberikan atau mencabut kekuasaan pada

manusia: ”Katakanlah: Ya Allah yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan

kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan

dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau

kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan-

Mu-lah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala

sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan

siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan

Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup, dan Engkau beri rezeki

kepada siapa pun yang Engkau kehendaki tanpa hisab.” (Ali-Imran: 26-

27)

Page 28: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Hanya orang-orang yang berhak atas kekuasan-Nya saja yang

semestinya memegang kendali kepemimpinan atas dunia ini: ”Allah

memberi pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah

maha luas pemberian-Nya lagi maha mengetahui.” (Al-Baqarah: 247)

Pemimpin dikatakan baru bertindak sebagai pemimpin jika aturan yang

dibuatnya dipatuhi dan diamalkan. Allah adalah Al-Hakim (yang

menentukan aturan hidup manusia), sebagaimana firman-Nya:

”Menetapkan hukum itu adalah hak Allah, Dia menerangkan yang

sebenarnya dan Dia pemberi keputusan yang paling baik.” (Al-An’am: 57)

Hak penetapan hukum, peraturan hidup, ketetapan adalah di tangan

Sang Pencipta alam. Jika alam diciptakan oleh suatu Dzat, kemudian

pembuat peraturan yang diberlakukan di alam tersebut adalah zat lain yang

berbeda, akan terjadi disharmoni, bahkan bisa berujung pada kerusakan

yang cepat. Karena yang menciptakan alam adalah Allah, maka Allah lah

yang paling mengetahui tentang kapasitas alam ciptaan-Nya, maka ia

menetapkan hukum dan aturan yang paling sesuai dengan kapasitas itu:

”Ketahuilah bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya dan Dialah

pembuat penghitungan yang paling cepat.” (Al-An’am: 62)

Dan Allah menegaskan lagi: ”Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah.

Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia.” (Yusuf:

40)

Paparan surat cinta (baca: Ayat Al-Quran) dari Allah di atas, merupakan

penguat keyakinan kita, bahwa Allah sajalah sebagai sumber hukum, bagi

peraturan di seluruh alam.

Coba kita renungi komentar Sayyid Qutb mengenai hal ini, dalam

kitabnya Fii Zhilalil Qur’an. Beliau mengatakan, ”Tak seorang pun di antara

makhluk Allah yang berhak mensyari’atkan selain apa yang telah di

syari’atkan Allah dan mengizinkan bagi sesuatu makhluk apapun. Hanya

Allah sajalah yang berhak menetapkan syari’at untuk hamba-Nya. Sebab

Page 29: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Allah swt. itulah yang mencipta alam dan mengaturnya dengan hukum-

hukum universal yang maha besar, yang Allah pilihkan untuknya.”

”Sedang kehidupan manusia hanyalah sebuah perisai kecil yang ada

dalam roda alam, karenanya harus diatur dengan suatu tasyri’ yang sejalan

dengan hukum-hukum itu. Sedangkan segala sesuatu selain Allah tidak

berkuasa atas peliputan itu. Ini tidak dapat diubah lagi.”

Apakah konsekuensi pengakuan Tauhid Mulukiyah ini?

Kalau kita sudah paham dan beriman tentang sifat Allah sebagai al-Wali

(pemimpin) dan Al-Hakim (pembuat peraturan), maka setiap apapun yang

kita lakukan harus diselesaikan dengan kehendak dan aturan-Nya.

Bagaimana kita tahu aturan-Nya? Mudah saja, kembalikan setiap urusan

kita mengenai benar salah dan baik buruknya sesuai Al-Quran dan hadits-

hadits Rasulullah. Jikalau apa yang kita tekuni selama ini bertentangan

dengan kedua sumber hukum itu, maka harus segera diluruskan. Oleh

karenanya, Allah harus menjadi tujuan kehidupan.

Keyakinan Mulukiyatullah ini yang membedakan antara pribadi muslim

dan bukan muslim. Orang-orang kafir menolak kepemimpinan Allah,

menolak hukum Allah, dan kehidupan mereka hanya berorientasi dunia

belaka, pemimpin mereka adalah thaghut (selain Allah), sebagaimana

penjelasan Allah: ”Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya

adalah thaghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan

(kekafiran). Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”

(Al-Baqarah: 257)

Sekarang pertanyaan bagi diri kita, yang harus segera dijawab; yang

mana kepribadian kita, muslim atau bukan? Karena bagi muslim yang telah

mengenal Allah sebagai Malik, sebagai penguasa tunggal di dunia ini, yang

tidak pernah menyerahkan kekuasaan-Nya kepada seorang makhluk pun

(termasuk nabi dan rasul), wajib menunjukkan sikap tauhid dalam hal ini.

Wujudnya adalah tidak mau meyakini keabsahan sebuah kepemimpinan,

Page 30: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

jika kepemimpinan itu tidak memberlakukan hukum dan aturan yang

seiring dengan syari’at Allah swt. Bersamaan dengan itu, ia tidak

menganggap sah sebuah undang-undang atau konstitusi, kecuali bila

undang-undang dan konstitusi tersebut sejalan dengan tuntunan syari’at

Allah.

Tauhidullah dalam mulukiyah menegaskan bahwa loyalitas, afiliasi,

kerelaan, pembelaan, dan semisalnya tidak boleh diberikan kecuali kepada

kepemimpinan atau undang-undang yang bersumber dari syari’at Allah swt,

atau undang-undang yang tidak bertentangan dengan syari’at Allah.

C.Ketiga, Tauhid Uluhiyah

Kalau pada topik sebelumnya kita bahas tauhid rubbubiyah dan tauhid

mulukiyah, maka sekarang kita bahas tentang Tauhid Uluhiyah. Mau tahu

lebih lengkap? Simak terus untaian hikmah berikut ini.

Uluhiyah atau ilahiyah berasal dari kata ilah. Dalam bahasa Arab kata

illah memiliki akar kata a-la-ha yang memiliki arti antara lain: tentram,

tenang, lindungan, cinta, dan sembah. Semua makna ini sesuai dengan

sifat-sifat kekhususan Allah, diantaranya :

1. Perasaan akan tenang dan tentram dengan melihat Allah

”Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan

mengingat Allah, ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati akn

menjadi tentram.” (Ar-Ra’d: 28)

2. Allah tempat meminta perlindungan

”Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari

orang-orang yang jahil.” (Al-Baqarah: 67)

”Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki diantara manusia

meminta perlindungan kapada beberapa laki-laki diantara jin, maka jin-

jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (Al-Jin: 6)

3. Kecintaan yang amat terhadap Allah

Page 31: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

4. Selain makna diatas maka makna lain yang utama adalah ’abada yang

mempunyai arti antara lain, hamba sahaya (abduna), patuh dan tunduk

(ibadah), yang mulia dan agung (al ma’bud), serta selalu mengikutinya

(abada bihi). Jika diurutkan, dapat ditarik sebuah pengertian yang logis

yaitu jika seseorang memperhambakan diri terhadap sesuatu maka ia

akan mengikuti memuliakan, mengagungkan, mematuhi, dan tunduk

padanya serta bersedia mengorbankan kemerdekaan yang dimilki.

Makna Tauhid Uluhiyah adalah sebuah keyakinan bahwa Allah adalah

satu-satunya dzat yang memilki dan menguasai langit, bumi, dan seisinya,

satu-satunya yang wajib ditaati, yang menentukan hukum dan segala

aturan, yang melindungi dan Dialah yang menjadi tumpuan harapan dan

kepada-Nya ditujukan semua amalan, dan pada puncaknya, Dialah satu-

satunya ilah yang maha berhak disembah.

Apa konsekuensi kita terhadap keyakinan Tauhid Uluhiyah?

Keyakinan itu perlu ditancapkan dalam hati, diucapkan dengan lisan,

dan diaplikasikan dalam perbuatan sehari-hari. Demikian pula dengan

keyakinan Tauhid Uluhiyah ini, juga punya konskuensi agar keyakinan

menjadi sempurna, diantaranya:

1. Hanya menyembah kepada Allah tidak kepada selain-Nya.

”Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada ilah selain Aku, maka

sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk menyembah Aku.” (Thaha:

14)

Ilah bagi manusia bermacam-macam bentuknya, bisa berupa berhala,

harta, pangkat, jabatan, kekuasaan, keterkenalan,bahkan hawan

nafsunya sendiri bisa menjadi ilah. Tapi bagi orang yang beriman maka

hanya Allah saja sebagai ilah. Setiap amal yang dilakukan bertujuan

untuk mengharap keridhoaan Allah.

Page 32: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

2. Mencintai Allah dengan sepenuh hati

Dari Anas ra., Rasulullah saw telah bersabda: ”Tiga perkara bagi siapa

yang mendapatkan hal itu pada dirinya maka ia akan dapat menikmati

manisnya iman. Pertama, Allah dan Rasulnya lebih ia cintai dari pada

yang lainnya; Kedua, tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah;

Ketiga, ia benci kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan ia

dari kekufuran itu, sebagaimana ia benci apabila dicampakkan ke

dalam api neraka.” (Muttafaq’alaih)

Sudah jelas, kan? Jadi, jangan sekali-kali menduakan cinta kita kepada

Allah. Jikalau kita mencintai seseorang dalam hidup kita, misalnya

keluarga, teman, atau siapapun, maka cinta kepada mereka harus

menjadi bukti kecintaan kita kepada Allah. Jangan terjebak dengan

cinta ”palsu”, seperti cinta sepasang insan tanpa keridhoan Allah

karena tidak dibingkai secara syar’i.

3. Memohon pertolongan hanya kepada Allah

Setiap hari dalam shalat, kita selalu mengikrarkan hal ini :

”Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada-Mulah kami mohon pertolongan.” (Al-Fatihah: 5)

Jadi, hanya Allah sajalah tempat kita memohon pertolongan akan segala hal yang terjadi kepada kita, tidak pada batu kuburan, pada penguasa, pada jimat, pada jin, atau apapun selain-Nya.

Tauhid uluhiyah, menuntut totalitas dalam mengabdi kepada Allah swt

dalam segenap aktivitas kehidupan kita. Segala ibadah harus dilakukan

dalam rangka meraih keridhoan-Nya. Sehingga setiap amal yang akan

kita lakukan perlu dipertimbangkan dulu, Allah ridho atau tidak.

Demikian pula ketika mendapat musibah, maka Allah saja tempat

meminta jalan keluar.

D.Keempat, Tauhid Asma Wa Sifat

Page 33: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Asma adalah jamak dari kata ismun, yaitu nama-nama. Dengan

demikian Tauhid asma wa shifat berarti bahwa Allah adalah Esa dalam

nama-nama dan sifat-sifat-Nya.

Kita diperintahkan untuk menerima dan mengimani nama serta sifat

Allah sebagaimana yang disampaikan sendiri oleh Allah di dalam Al-Quran

dan Rasulullah saw dalam sunah, sebagaimana adanya, tanpa menambah,

mengurangi, mengingkari, mentakwilkan, ataupun menyerupakan dengan

makhluk-Nya.

Diantara nama-nama Allah adalah sembilan puluh sembilan nama,

sebagaimana riwayat berikut: Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw

bersabda, ”Allah memiliki sembilan puluh sembilan (99) nama, seratus

kurang satu. Tidaklah seseorang menghafalnya kecuali bahwa ia akan

masuk syurga. Dia itu ganjil dan mencintai yang ganjil.” (HR. Bukhari dan

Muslim)

Hadits di atas tidak membatasi nama Allah hanya (99) nama tersebut.

Nama Allah adalah sebanyak yang Allah dan Rasul-Nya sebutkan dalam Al-

Quran dan Al-Hadits shahih.

Tirmidzi meriwayatkan ke-99 nama itu sebagai berikut :

Dia-lah Allah yang tiadaTuhan selain Dia

Maha Pengasih

Maha Penyayang

Sang Raja Diraja

Maha Suci

Maha Memberi

Rasa aman

Maha Membenarkan janji

Maha Menguasai

Maha Mulia

Maha Perkasa

Maha Sombong

Maha Mencipta

Maha Membuat

Maha Pembentuk

Maha Pengampun

Maha Pemaksa

Maha Pemberi

Maha Menganugrahi rezeki

Maha Pembuka)penakluk)

Maha Mengetahui

Maha Pencabut

Maha Meluaskan

Maha Menjatuhkan

Maha Mengang

Maha Memuliak

Maha Menghin

Maha Mendeng

Maha Melihat

Page 34: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

kat an akan arMaha Menetapkan Hukum

Maha Adil

Maha Halus(Lembut)

Maha Waspada

Maha Penyantun

Maha Agung

Maha Pengampun

Maha Pembalas (rasa syukur)

Maha Tinggi

Maha Besar

Maha Memelihara

Maha Memberi Kecukupan

Maha Menjamin

Maha Luhur

Maha Pemurah

Maha Meneliti

Maha Mengabulkan (do'a)

Maha Luas

Maha Bijaksana

Maha Mencinta

Maha Mulia

Maha Membangkitkan

Maha Menyaksikan

Maha Benar

Maha Memelihara Perwakilan

Maha Kuat

Maha Kokoh

Maha Melindungi

Maha Terpuji

Maha Menghitung

Maha Memulai

Maha Mengulangi

Maha Menghidupkan

Maha Mematikan

Maha Hidup

Maha Berdiri Sendiri

Maha Kaya

Maha Mulia Maha Esa

Maha Tempat Bergantung

Maha Kuasa

Maha Menentukan

Maha Mendahului

Maha Mengakhirkan

Maha Awal

Maha Akhir

Maha Nyata

Maha Tersembunyi

Maha Menguasai

Maha Suci

Maha Dermawan

Maha Menerima Taubat

Maha Penyiksa

Maha Pemaaf

Maha Pengasih

Maha Menguasai Kerajaan

Maha Memilki Kebesaran

Maha memiliki kebesaran dan Kemuliaan

Maha Mengadili

Maha Mengumpulkan

Maha Bercahaya

Page 35: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Maha Pemberi Kekayaan

Maha Mencegah

Maha Memberi Kenuddharatan

Maha Pemberi Manfaat

Maha Lurus

Maha Pemberi Petunjuk

Maha Pencipta yang Baru

Maha Kekal

Maha Pewaris

Maha Penyabar

Catatan: Apabila dijumpai sifat-sifat Allah yang seakan-akan sama

dengan makhluk, maka itu hanyalah kesamaan istilah; bukan kesamaan

hakikat. Sebab, pada dasarnya tidak ada yang menyamai Allah dalam zat,

sifat, af’al dan nama-Nya. Misalnya, Allah memiliki sifat maha mendengar

(As-sama’i) dan maha melihat (Al-Bashir), sedangkan manusia juga melihat

dan mendengar. Hal seperti ini tidak bermakna secara hakikat pendengaran

dan penglihatan, tetapi hanya kesamaan istilah belaka. Demikian sifat-sifat

Allah lainnya, harus tersucikan dari persekutuan dengan sifat makhluk.

”Orang-orang yang tidak percaya adanya hari Kiamat meminta agar

hari itu segera terjadi, dan orang-orang yang beriman merasa takut

kepadanya dan mereka yakin bahwa Kiamat itu adalah benar(akan terjadi).

Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang

terjadinya Kiamat itu benar-banar telah tersesat jauh”. (Asy-Syuro 18)

” Dan tidak ada yang setara dengan Dia” (Al-Ikhlas 4)

Apa Hikmah Mengenal Asma dan Sifat Allah?

Memahami dan mendalami asma dan sifat Allah sangat penting bagi

kita sebagai hamba-Nya yang beriman. Mengapa? Karena sikap kita pada

sesuatu akan ditentukan oleh sejauh mana kita mengenal sesuatu itu. Orang

yang tidak mengenal dengan baik orang lain, maka dia akan menunjukkan

sikap yang kurang tepat terhadap orang tersebut, bahkan bisa jadi salah

dalam bersikap. Semakin kenal dekat pada seseorang, maka sikap kita pada

orang tersebut tentunya akan semakin tepat ataupun tidak salah dalam

bersikap.

Page 36: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Demikian pula hubungan kita dengan Allah, betapa pun seseorang telah

beriman, bisa jadi dia bisa salah bersikap kepada Allah, bila tidak

memahami sifat-sifat Allah. Maka, sekarang mari kita pahami dan

renungkan asma dan sifat Allah dalam Asmaul Husna. Jika kita semakin

mengenal Allah kita akan bisa lebih dekat dengan-Nya.

5.URGENSI MENGENAL ALLAH

Dalam bab ini kita dijelaskan banyak hal tentang Ma’rifatullah, berarti

sekarang kita telah benar-benar mengenal Allah. Jangan sampai kita

mengaku menyembah Allah, tetapi kita tidak begitu mengenal-Nya.

Sekarang, apa pentingnya kita mengenal Allah? Simak dan perhatikan

penjelasan berikut :

A. Istiqomah di Jalan Allah.

Ma’rifatullah dapat mendorong seorang muslim hidup istiqomah dalam

keimanan dan takwa, termasuk istiqomah untuk menerapkan Islam dalam

kehidupan kita sehari-hari. Hal ini bisa terjadi karena ia merasa selalu

diawasi Allah dalam situasi dan kondisi apapun. Ia meyakini bahwa Allah

selalu mengetahui apapun yang dia lakukan, walau sekecil apapun. Bahkan,

Allah pun tahu apa isi hati kita. Mau lari kemana pun, Allah senantiasa

melihat kita. Maka tinggal satu pilihan terbaik, istiqomah di jalan Nya.

B.Stabil dan Optimis

”Beginilah manusia deritanya tiada akhir”, hal ini kadang yang terucap

oleh orang-orang yang tidak optimis dalam hidupnya. Padahal perlu kita

ketahui, bahwa tiada satu pun kejadian di alam ini tanpa kuasa-Nya. Bagi

orang yang mengenal Allah, ia akan menghadapi segala kejadian dalam

hidup entah itu bahagia atau nestapa dengan ketenangan dan keoptimisan.

Karena ia yakin, bahwa Allah senantiasa ada di balik segala peristiwa dan

Allah tidak pernah mendzolimi hamba-Nya. Jika mendapat kegembiraan ia

segera bersyukur, karena ini semua adalah semata karunia dari Allah,

Page 37: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

sedangkan dikala musibah menyapa ia akan bersabar dan optimis untuk

menghadapinya, karena di setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. ”Maka

sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan, maka bersama

kesulitan pasti ada kemudahan.” (Al-Insyirah: 5-6)

C.Berani dan Tidak Pengecut

Keberanian adalah indikator keimanan. Berani untuk apa? Tentunya

berani untuk menghadapi hidup. Keberanian ini akan muncul ketika kita

mau menyadari bahwa hidup di dunia bukan segala-galanya. Jatah kita

bernapas di dunia ini terbatas. Masing-masing kita punya titik akhir

kehidupan di dunia yaitu kematian. Yakinilah pasti kita akan mati. Maka.

untuk apa kita menjadi seorang pengecut, yang bersembunyi dibalik

kefanaan dunia? Orang yang sudah mengenal Allah, tidak ada kata

”pengecut” baginya, dalam menyuarakan kebenaran dan melaksanakan

aturan Allah. Sayyid Qutb berkata, ”Keberanian tidak mengurangi umur,

sebagaimana kepengecutan tidak menambah umur.”

D.Hidup Penuh Berkah

Terkadang, manusia menilai sesuatu hanya dari dimensi materi.

Padahal selain nilai materi banyak nilai-nilai non materi yang dapat diambil,

nilai inilah yang disebut berkah. Sehingga berkah sering pula disebut

ziyadatul khair (bertambahnya kebajikan). Keimanan dan kedekatan dengan

Allah, akan semakin menguatkan keyakinan bahwa segala sesuatu yang

terjadi di alam tidak terlepas dari kehendak-Nya, maka dengan spontan

ketika melakukan perbuatan positif ia akan menyebut asma Allah. Hal inilah

yang membuat pekerjaan menjadi sarat dengan berkah Allah. Rasulullah

saw, bersabda: ”Setiap perbuatan yang bermanfaat jika tidak dimulai

dengan bismillah (dengan menyebut nama Allah) maka pebuatan itu

terputus (dari berkah).” (HR. Abu Daud, Nasa’i, Ibnu Majah dari Abu

Hurairah ra.)

E.Ikhlas dalam Beramal

Page 38: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Dengan mengenal Allah, dan mau menyadari bahwa setiap amal

kebaikan akan mendapat pahala dari-Nya, dan amal buruk akan diganjar

dengan siksa-Nya, maka seorang yang mengaku beriman memiliki orientasi

amal yaitu ridha Allah, bukan yang lain. Dalam setiap amalnya ia tidak

mengharapkan balasan dari manusia, yang ia kejar hanya ridha Allah

semata. Kalaupun ia mendapatkan kebaikan dari manusia lain karena

kebaikannya, maka itu hanya ”uang muka” saja, pahala yang Allah janjikan

akan diterima di akherat kelak. Maka seiring dengan itu, ia akan berusaha

menerapkan prinsip beramal dengan benar sesuai syariat.

F. Tidak Mudah Putus Asa.

Kecewa, dongkol, bimbang, emosi, benci, sedih, adalah rentetan gejolak

perasaan yang membersamai hidup manusia saat nestapa datang menyapa.

Tapi, sebagai insan beriman dan mengenal Allah, ia akan memaknai semua

itu sebagai dinamika kehidupan, sehingga tidak larut dalam keputus-asaan.

Ia punya kesadaran yang kuat, bahwa apapun yang terjadi, Allah sudah

membuat skenarionya. Maka, untuk apa berputus asa? Lebih baik kita

bangkit, terus dan terus berusaha. Allah tidak akan pernah meninggalkan

hamba-Nya yang beriman.

Mengenal Rasululloh

(Ma’rifaturrosul)

“ Dan sesungguhnya engkau Muhammad berakhlak sangat mulia”

(Al Qalam : 4)

Page 39: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu rasul diantara kamu yang

membacakan ayat – ayat Kami kepadamu dan mensucikanmu dan

mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan hikmah, juga mengajarkan kepadamu

apa-apa yang belum kamu ketahui.”

(Al Baqarah : 151)

MENGENAL RASUL

Secara etimologi (bahasa), kata ”rasul” memiliki akar kata arsala-

yursilu, yang berarti mengutus. Maka rasul juga disebut ”mursal” yang

berarti ”orang yang diutus”, yang jamaknya mursaluun. Sedangkan secara

terminologi (istilah) rasul didefinisikan sebagai ”Seorang laki-laki pilihan

yang diberi wahyu oleh Allah swt dengan kewajiban untuk mengamalkan

dan menyampaikannya kepada umat manusia.”

Definisi rasul ini menggambarkan kepada kita bahwa Rasul adalah

manusia terbaik diantara manusia lainnya. Apa yang dibawa, diajarkan dan

diperjuangkan adalah sesuatu yang terpilih dan mulia.

Namun, bagaimanapun istimewanya, rasul tidak pernah menjadi tuhan,

tidak pernah mengaku sebagai tuhan dan tidak mau dipertuhankan. Karena

tidak ada tuhan selain Allah. Ia adalah manusia biasa yang tidak lepas dari

sifat-sifat kemanusiaan.

”Dan Kami tidak peernah mengutus rasul-rasul sebelummu melainkan

mereka juga memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar.” (Al Furqan:

20)

Rasulullah Muhammad saw. adalah rasul terakhir yang di utus Allah

swt. untuk manusia seluruhnya dan menjadi penutup para nabi. Beliau

sebagai penyempurna ajaran-ajaran yang dibawa rasul-rasul sebelumnya.

Dengan risalah Islam yang universal, beliau mengeluarkan manusia dari

gelapnya jahiliyah menuju terang benderangnya Islam. Hal ini telah

ditegaskan Allah dalam Al Qur’an:

”Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk

menjadi rahmat bagi semesta alam.” (Al Anbiya: 107)

KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP RASUL

Page 40: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Setiap manusia diciptakan oleh Allah swt. dengan fitrah, dimana

manusia bersih, suci dan mempunyai kecenderungan yang baik dan ke arah

positif yaitu ke arah Islam.

”Tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut

fitrah itu.”

(Ar-Ruum: 30)

Fitrah manusia diantaranya adalah mengakui keberadaan Allah sebagai

pencipta, keinginan untuk beribadah dan menghendaki kehidupan yang

teratur. Fitrah demikian perlu diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari

melalui petunjuk Al-Qur’an (firman-firman dan panduan dari Allah swt.) dan

panduan sunnah (sabda Nabi dan perbuatannya). Semua panduan ini

memerlukan petunjuk dari Rasul khususnya dalam mengenal pencipta dan

sebagai panduan kehidupan manusia. Dengan cara mengikuti panduan

Rasul kita akan mendapati ibadah yang shohih.

Secara fitri manusia juga menginginkan kehidupan yang teratur,

selaras, dan harmonis. Manusia pasti tidak menginginkan kerusakan,

kesemrawutan dan kekacauan. Manusia ingin hidup tenang dan damai

dalam naungan kasih sayang dan cinta kasih. Manusia tidak ingin hidup

dengan kondisi jiwa yang terancam. Namun, setan selalu berusaha

menimbulkan kekacauan dan keributan di antara manusia sehingga mereka

pun bermusuhan dan saling bunuh.

Fitrah yang suci itu apabila terawat dengan baik dan mendapatkan

bimbingan yang benar akan melahirkan kebaikan bagi diri manusia dan

alam semesta. Untuk merawat fitrah, melawan nafsu, dan memerangi setan,

manusia membutuhkan petunjuk dan bimbingan Allah swt. Akan tetapi

Allah yang Maha Ghaib tidak dapat ditemui secara langsung bahkan

manusia tak kuasa untuk berhadapan langsung dengan-Nya. Oleh karena

itulah Allah swt mengutus para utusan berupa malaikat dan manusia pilihan

untuk memberi petunjuk dan membimbing manusia bagaimana mengenal

penciptanya dan bagaimana menjalani kehidupan ini dengan baik. Para

Page 41: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Rasul diberi wahyu sebagai pedoman hidup yang terjamin kebenarannya,

sedangkan manusia dibimbing untuk melakukan ibadah yang benar.

FUNGSI RASUL

Rasulullah saw. yang diutus oleh Allah swt. kepada seluruh manusia

memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Membawa risalah dari Allah swt.

Rasulullah diberi amanah untuk menyampaikan apa saja yang Allah

kehendaki kepada umat manusia, tidak menambah ataupun mengurangi.

“Hai Rasul sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.

Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu

tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari

(gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk

kepada orang-orang yang kafir.” (Al Maidah: 67)

2. Teladan dalam menerapkan risalah

Dalam menjalankan dan mengamalkan Islam, tidak akan mungkin

seorang mnusia dapat memahami langsung apa-apa yang ada di dalam

Al-Qur’an kecuali apabila mendapat petunjuk dan contoh dari Nabi.

Muhammad dan para rasul lainnya mempunyai peranan dalam

menjembatani pesan-pesan Allah agar dapat diaplikasikan kepada

manusia.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri)Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al Ahzab:

21)

TANDA-TANDA KERASULAN

Kita tentu pernah mendengar ada orang yang mengaku sebagai nabi

atau rasul. Kasus Lia Eden yang dibawa hingga ke pengadilan karena

Page 42: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

dianggap melecehkan agama Islam adalah salah satu contohnya. Sebelum

itu, banyak juga kasus-kasus seperti itu. Rasulullah sudah ‘mewanti-wanti’

kita bahwa nantinya akan ada segolongan orang yang mengaku sebagai

rasul, padahal tidak ada lagi rasul sesudah Muhammad saw.

Kenabian dan kerasulan adalah karunia Allah, diberikan kepada siapa

saja di antara hamba-hamba-Nya yang Allah kehendaki. Karena

kedudukannya yang mulia itu maka kemudian banyak manusia yang

mengklaim dirinya sebagai nabi dan rasul. Padahal yang telah diangkat

sebagai nabi dan rasul saja tidak pernah memimpikannya. Agar kita tidak

salah dan keliru, maka kita harus mengenali tanda-tanda kerasulan

tersebut. Adapun tanda-tanda kerasulan tersebut, yaitu:

a. Memiliki sifat-sifat dasar sebagai rasul. Sifat-sifat ini adalah sifat-sifat

standar yang harus melekat pada seorang Rasul Allah. Dengan sifat

inilah tugas-tugas kerasulan bisa tertunaikan dengan baik dan misi yang

diemban bisa diwujudkan dengan sebaik-baiknya. Secara umum, sifat-

sifat standar kerasulan ini adalah sifat-sifat mulia yang harus dimiliki

oleh umumnya orang beriman, ditambah dengan sifat khusus sebagai

tambahan yang dengannya risalah kenabian dan kerasulan bisa

tertunaikan.

Para ulama menyebutkan empat sifat yang harus dimiliki seorang rasul,

dengan asumsi bahwa sifat-sifat dasar lainnya telah terpenuhi, yaitu :

shidq (kejujuran), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan

seutuhnya), dan fathanah (cerdas).

b. Mendapat mukjizat. Mu’jizat secara bahasa berarti “sesuatu yang

menundukkan”. Secara terminologi, mu’jizat berarti suatu kemampuan

yang luar biasa yang dimiliki oleh nabi dan rasul, yang dianugerahkan

Allah untuk mendukung misinya sebagai utusan Allah.

Perlu digarisbawahi kata “luar biasa”. Sekarang ini dengan kemampuan

akal manusia, pengetahuan telah mampu pula menghasilkan karya

peradaban yang luar biasa, yang bahkan tidak pernah terbayangkan oleh

manusia sebelumnya. Namun seluruh produk yang luar biasa ini

Page 43: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

sesungguhnya masih tunduk kepada hukum alam. Keluarbiasaan

mukjizat adalah pada sifatnya yang tidak tunduk, bahkan bertentangan,

dengan hukum alam. Seperti Nabi Musa membelah air laut dengan

tongkatnya dan Nabi Isa bisa menghidupkan orang mati.

Karena mukjizat dianugerahkan Allah kepada Rasul sebagai pendukung

tugasnya sebagai Rasul, maka bentuknyapun disesuaikan dengan

kebutuhan di masa rasul diutus. Jika Nabi Musa dana Nabi Isa didukung

dengan mukjizat yang beraroma “keanehan”, seperti membelah lautan

atau mengubah tongkat jadi ular raksasa, ini karena pada masa-masanya

orang masih sangat mengagungkan yang aneh-aneh seperti ini. Pada

masa Nabi Muhammad saw. dimana beliau diutus untuk era peradaban

modern manusia, mukjizatnya adalah “kekuatan argumentasi” yang tidak

tertandingi oleh ilmu pengetahuan manusia. Maka mukjizat utama beliau

yang dijadikan alat untuk menundukkan kaumnya adalah Al-Qur’an itu

sendiri, yang berisi ajaran yang komprehensif sekaligus ilmiah dan

argumentatif.

Karena itu jika pun Rasulullah saw pernah menunjukkan beberapa

mukjizat yang “aneh-aneh” seperti air yang keluar dari jemari beliau,

menjadikan kurma sewadah tak habis-habis dimakan orang banyak,

mengusap dada langsung mengubah sifat seseorang, itu tidak

dijadikannya mukjizat andalan untuk menghadapi orang kafir, namun

sekadar untuk meneguhkan keimanan para sahabat dan sekaligus

menghibur mereka.

“Dan orang-orang kafir Makkah berkata, “Mengapa tidak diturunkan

kepadanya mukjizat-mukjizat dari Tuhannya?” Katakanlah:

“Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah. Dan

sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata. Dan

apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan

kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an), sedang dia dibacakan kepada mereka?

Sesungguhnya dalam (Al-Qur’an) itu terdapat rahmat yang besar dan

pelajaran bagi orang-orang yang beriman.” (Al Ankabut: 50-51)

Page 44: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

c. Bisyarah. Bisyarah berarti berita gembira, yaitu kabar gembira akan

kehadiran seorang rasul terakhir di Makkah. Ini telah dituliskan dalam

wahyu Allah sebelum Al-Qur’an, sebagaimana dalam surat Ash-Shaff: 6,

yaitu : “Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, “Hai Bani

Isra’il, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan

kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira

dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang

namanya Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala rasul itu datang kepada

mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata,”Ini

adalah sihir yang nyata.” (Ash-Shaff: 6)

Selain itu, kisah Waraqah bin Naufal, salah satu paman Khadijah yang

beragama Nasrani ketika mendengar Muhammad menerima wahyu

sangatlah jelas menunjukkan bukti hal ini. Khadijah mendatangi Naufal

dan menceritakan apa yang pernah dilihat dan didengar Muhammad dan

menceritakan pula apa yang dikatakan Muhammad kepadanya, dengan

menyebutkan juga rasa kasih dan harapan yang ada dalam dirinya.

Waraqa menekur sebentar, kemudian katanya: "Maha Kudus Ia, Maha

Kudus. Demi Dia yang memegang hidup Waraqah. Khadijah, percayalah,

dia telah menerima Namus Besar seperti yang pernah diterima Musa.

Dan sungguh dia adalah Nabi umat ini. Katakan kepadanya supaya tetap

tabah."

Khadijah pulang. Dilihatnya Muhammad masih tidur. Dipandangnya

suaminya itu dengan rasa kasih dan penuh ikhlas, bercampur harap dan

cemas. Dalam tidur yang demikian itu, tiba-tiba ia menggigil, napasnya

terasa sesak dengan keringat yang sudah membasahi wajahnya. Ia

terbangun, manakala didengarnya malaikat datang membawakan wahyu

kepadanya:

“Wahai orang yang berselimut! Bangunlah dan sampaikan peringatan.

Dan agungkan Tuhanmu. Dan pakaianmu, maka hendaklah engkau

bersihkan. Dan hindarkan perbuatan dosa. Jangan kau memberi, kerana

Page 45: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

ingin menerima lebih banyak. Dan demi Tuhanmu, tabahkan hatimu.” (Al

Muddatstsir: 1 - 7)

d. Nubuaat. Nubuaat berarti berita atau kabar dari sesuatu kejadian yang

belum berlangsung. Yaitu bahwa salah satu ciri seorang Rasul Allah

adalah mampu menyampaikan berita tentang berbagai hal yang belum

terjadi. Dalam kisah perjuangan Rasulullah kita jumpai beberapa kisah

dimana Nabi saw menyampaikan berita kepada para sahabat hal-hal

yang sekian tahun kemudian baru terjadi, bahkan jauh setelah Rasulullah

sendiri wafat. Misalnya adalah ungkapan beliau ketika terjadinya perang

Khandaq, saat para sahabat menggali parit dan kesulitan untuk

memecahkan sebuah batu. Dalam sirah nabawiyah disebutkan ketika

umat Islam kesulitan dalam penggalian parit, seperti adanya potongan

benda keras yang berada di antara batu dan tanah, Rasulullah saw.

Meminta seember air. Beliau meludah di ember tersebut dan berdoa

sesuai dengan kehendak Allah. Kemudian beliau memercikkan air

tersebut kepada benda keras, maka benda tersebut dapat digeser

dengan mudah seperti memindahkan pasir.

e. Tsamarat. Yaitu buah, produk, atau output dari perjuangan Rasulullah

saw. Betulkah bahwa setelah sekian lama Rasulullah berjuang

menghasilkan sesuatu uyang besar? Jika ternyata hasilnya minim, tentu

kita boleh meragukannya, apakah ia benar-benar seorang rasul. Namun

yang kita saksikan adalah bahwa Rasulullah saw. yang berjuang hanya

dalam waktu 22 tahun lebih sedikit, mampu menghasilkan sesuatu

produk yang luar biasa. Produk ini bukan produk peradaban materi atau

yang sejenisnya, yang tentu saja membutuhkan waku yang lama. Namun

produk istimewa ini adalah lahirnya manusia-manusia unggul secara

moral dan mental dalam waktu yang bersamaan. Inilah yang disebut oleh

Ustad Sayyid Qutb sebagai “jail al-farid” (generasi unik). Keunikannya

karena mereka lahir dengan keunggulan moral yang puncak, di waktu

dan tempat yang sama. “Sebuah generasi yang tidak pernah akan

terlahir kembali di dunia ini, “ demikian simpul akhir beliau Sayyid Qutb.

Page 46: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Bagi kita tentu ini sebuah “pesimisme” yang menentang. Dan memang

harus dibuktikan bahwa statemen itu salah. Dengan apa? Tanyakan pada

dirimu sendiri.

SIFAT – SIFAT RASUL ALLAH

Rasulullah memiliki sifat-sifat syakhsiyah yang mendasar sebagai seorang

rasul. Sifat-sifat tersebut yaitu:

1) Shidiq yaitu benar atau jujur

Untuk menyelidiki sifat shidiq (kejujuran) ini, bisa kita lacak dari

kesaksian-kesaksian orang sezamannya, baik pengikut maupun musuh-

musuhnya, serta kesaksian realita. Berikut beberapa kesaksian mereka.

Kesaksia musuh

Kesaksian pengikut

Kesaksian realitas

2) Al-iltizamul kamil atau komitmen yang penuh

Sifat mendasar lain yang dimiliki Rosulullah adalah komitmen yang

penuh terhadap perintah-perintah Allah. Kita menyaksikan ketaaan

yang luar biasa dalam pelaksanaan perintah dan kedisiplinan yang

tinggi dalam menunaikan kewajiban. Sehingga tidak berlebihan

ungkapan bahwa Rosulullah adalah Al Qur’an yang berjalan (The living

Qur’an), sebagaimana yang Aisyah ra sifatkan pada beliau,

”Sesungguhnya akhlak beliau adalah Al Qur’an”.

3) Tabligh yaitu menyampaikan misi islam

Kita juga mendapatkan kualitas pribadi beliau sebagai penyampai

ajaran islam kepada manusia yang lurus jalannya. Rosulullah sejak di

mekkah melakukan tabligh dengan gigih. Belaiau menghubungi orang

per orang secara individu, juga kabilah-kabilah arab, mendatangi

Page 47: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

tempat-tempat yang biasa dijadikan pertemuan umum, demi

tersampaikannya islam.

4) Fathonah yaitu cemerlang akalnya

Sifat ini sangat diperlukan oleh seorang pembawa risalah. Dengan

kecerdasan yang kuat dalam menyerukan ajaran islam, diharapkan

dapat memberikan argumen yang kuat dan gamblang sehingga

Rosulullah mampu menguasai orang yang didakwahinya. QS. An-

Nisa:165

KEDUDUKAN RASUL

Syahadat Rasul yang kita ucapkan menuntut kita untuk mengakui bahwa

Muhammad bin Abdullah adalah nabi dan utusan Allah. Rasulullah SAW

melarang ketika ada sebagian sahabat yang memperlakukannya secara

berlebihan seraya menjelaskan kedudukan yang sebenarnya dengan

sabdanya : “Aku ini adalah hamba Allah dan RasulNya. Karenaitu panggillah

aku Abdullah wa Rasuluhu”.

1. Sebagai Hamba Allah

Rasulullah adalah manusia biasa, sebagaimana manusia pada

umumnya. Beliau lahir dari keluarga yang dikenal masyarakat. Beliau

tumbuh dan berkembang di masyarakat yang mengenal beliau dengan

baik, baik sosok maupun perilakunya. Mengalami berbagai dinamika

kehidupan sebagaimana orang lain mengalaminya. Ada suka, ada

duka, ada kesulitan, ada kemudahan, semua dialami beliau tanpa

kecuali.

Ini memberikan pesan kepada kita bahwa semua yang diperjuangkan

oleh beliau adalah misi yang manusiawi dan bisa dinapaktilasi oleh

umatnya. Jika beliau bisa meraih kemenangan demi kemenangan

dalam menghadapi penentangnya, maka umatnya pun pasti bisa

mengikuti jejaknya. Jika saja beliau adalah malaikat maka umat

manusia pasti akan mengatakan, “Oo, dia itu malaikat, mana mungkin

kita bisa menirukannya?” jika kita dan umat muslim memandang

Page 48: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

tindak tanduk beliau dengan persepsi seperti ini, maka inilah sumber

persoalannya. Maka prinsip yang harus dibangun adalah, “jika

Muhammad bisa, maka aku pasti juga bisa”

“Dan mereka berkata: "Mengapa rasul itu memakan makanan dan

berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya

seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-

sama dengan dia?,” (Al Furqon : 7)

2. Sebagai Utusan Allah

Sebagai hamba Allah dan sebagai manusia biasa, Muhammad adalah

utusan Allah. Beliau sebagai utusan Allah mengandung pengertian

bahwa apa yang dia perjuangkan sesungguhnya adalah “proyek” Allah

SWT, bukan rencana dirinya. Beliau hanyalah utusan untuk

menunaikan berbagai pesan yang diamanahkannya di pundak beliau.

Beliau hanyalaha pengemban tugas dari Sang Pencipta Alam Semesta.

Karena dakwah ini adalah proyek Ilahiyah, maka Allah pasti tidak

akan membiarkan sang utusan terseok-seok dalam kesulitan dan

kegagalan. Adalah selayaknya, orang yang memberi tugas kepada

orang lain, akan menyediakan semua sarana dan prasarana yang

memungkinkan tugas itu bisa diselesaikan dengan baik. Dan Allah

telah menjamin hal ini. Bahkan untuk mncapai keberhasilan harus

melalui kesulitan demi kesulitan, rintangan demi rintangan, namun

yakinlah di balik itu ada Allah yang hendak menganugrahi

kemenangan. Kini, sudahkah kita meyakininya…???

TUGAS-TUGAS RASUL

Untuk suatu hikmah yang dikehendaki-Nya, Allah mengutus para rasul

dengan tugas-tugas yang telah ditentukan. Secara umum tugas rasul

sebagaimana yang termaktub dalam Al Qur’an adalah mengemban risalah

dakwah dan menegakkan diinullah.

1. Mengemban risalah dakwah

Page 49: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Yang termasuk dalam mengemban risalah dakwah ini adalah:

a. Mengenalkan Al-Khaliq (Sang Pencipta) kepada umat manusia. Ini

disampaikan melalui wahyu yang diturunkan kepada beliau beupa

ayat-ayat qauliyah (tertulis, terucap). Selama ini fitrah manusia telah

meyakini adanya Tuhan, sang Pencipta. Namun siapakah Dia? Dimana

ada-Nya? Bagaimana eksistensi-Nya? Apa yang dikehendaki-Nya?

Semua dijelaskan melalui wahyu yang turun kepada Rasulullah, lalu

beliau menyampaikan kepada umat apa adanya.

b. Mengajarkan cara ibadah yang benar. Wahyu Allah swt. tidak memuat

hal-hal teknis dalam praktek ibadah. Apa yang Allah turunkan adalah

konsep-konsep nilai yang bersifat normatif. Bagaimana mewujudkan

norma-norma ini dalam kehidupan konkret, maka Rasulullah perlu

diutus untuk mengajarkan dan memberinya contoh nyata. Misalnya;

bagaimana gerakan sholat, bagaimana wukuf dan thawaf dalam

ibadah haji, bagaimana berpuasa yang benar, dan lain sebagainya.

c. Menyampaikan pedoman hidup. Pedoman hidup (manhaj al-hayah)

sangat dibutuhkan oleh umat manusia. Semakin mutakhir dinamika

kehidupan maka semakin tak terbendung tawaran-tawaran hidup

yang beraneka ragam. Kini telah banyak orang yang kehilangan

orientasi hidup. Jika pun orang banyak berbicara agama, ia sering

hanya dipandang sebagai simpul-simpul moral untuk pengendali.

Padahal sesungguhnya dienul Islam adalah nilai-nilai kehidupan yang

komprehensif yang seharusnya menuntun kita dalam mengarahkan

laju kehidupan. Inilah manhaj kehidupan, dan inilah yang

sesungguhnya diperjuangkan dan ditegakkan oleh utusan Allah itu

sepanjang hidupnya yang singkat. Beliau memang belum (dan tidak

perlu) berhasil membangun manhaj itu seutuhnya, namun pilar-pilar

pokoknya telah tegak berdiri saat beliau menghadap Tuhannya. Umat

setelah beliaulah yang lalu menyempurnakannya.

d. Mendidik umat. Salah satu tugas berat beliau adalah mendidik umat

dengan tarbiyah yang baik dan benar. Ini menjadi sangat fundamental

Page 50: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

karena nilai-nilai agama tidak terbangun dan tertegak dengan

sendirinya. Ia menghajatkan tangan-tangan kuat untuk

menegakkannya, tentu dengan ridha Allah swt. Jika Nabi telah

mendapatkan didikan dari Allah secara langsung, maka beliau punya

kewajiban untuk mentransfer nilai-nilai tarbawiyah itu kepada

umatnya, agar mereka bisa menunaikan tugas yang sama sepeninggal

beliau. Kegagalan proses tarbiyah ini tentu mengancam

keberlangsungan proses penegakan nilai-nilai ini, dan Allah tidak

membiarkannya terjadi. Kini, bangunan Islam tengah menunggu

peran generasi masa kini untuk mengembalikannya pada kejayaan

yang pernah ada di masa lalu.

2. Menegakkan dienullah (sistem agama Allah)

Sistem Al-Islam betapa pun hebatnya tidak akan berdiri sendiri tanpa

ada yang menegakkannya. Tegaknya sistem, bermula dari

kedaulatan/supremasi hukum. Tugas rasul dalam menegakkan sistem

agama Allah ini adalah:

a. Menegakkan khilafah

Disebut khilafah karena manusia mendapat mandat dari Allah untuk

menegakkan syariat-Nya dan mewujudkan kemaslahatan umat

manusia. Dalam menjalankan kekhilafahannya, manusia tidak boleh

menyimpang dari ketentuan Allah, dzat yang memberi mandat.

b. Mencetak generasi penerus

Dibutuhkan generasi penerus yang akan mengawal dan membela

sistem ini dalam menegakkan kalimat Allah. Hal ini penting demi

keberlangsungan Khilafah Islamiyah di bumi.

c. Mentarbiyah generasi

Mengajarkan kepada para pewarisnya, panduan yang harus mereka

ikuti dalam mendakwahkan agama-Nya.

Page 51: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

d. Memimpin dan memberi teladan

Dalam menjalankan misinya, perlu diberikan sebuah keteladanan

bagaimana mengimplementasikan risalah Islam. Tugas Rasulullah saw

dalam mengimplementasikan risalah islam: sebagai da’i, pendidik,

sekaligus pemimpin.

KARAKTERISTIK RISALAH MUHAMMAD

1. Khotamul Anbiya (penutup para nabi)

Allah swt. telah mengutus nabi dan rasul pada setiap kaum. Namun yang

disebutkan di dalam Al-Qur’an hanya sebanyak 25 orang. Perhatikan Al-

Qur’an surat Al-Mu’min: 78, An-Nisa’: 163-164, dan Al-An’am: 84-86.

Sedangkan penutup bagi semua rasul dan nabi itu adalah Nabi

Muhammad saw.

Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum

kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di

antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak

dapat bagi seorang rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan

seizin Allah; Maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan

(semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang

berpegang kepada yang batil. (Al-Mu’min: 78)

Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu

sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-

nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula)

kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub,

Yunus, Harun, dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.

Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami

kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang

Page 52: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah

berbicara kepada Musa dengan langsung. (An-Nisa’: 163-164)

Muhammad itu bukan bapak salah seorang lelaki di antara kamu,

tetapi dia adalah Rasul Allah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah

Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Ahzab: 40)

Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yaqub kepadanya.

Kepada keduanya masing-masing telah kami beri petunjuk; dan

kepada Nuh sebelum itu (juga) telah kami beri petunjuk, dan kepada

sebagian dari keturunannya (Nuh), yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub,

Yusuf, Musa, dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada

orang-orang yang berbuat baik.

Dan Zakaria, Yahya, Isa, dan Ilyas; semuanya termasuk orang-orang

yang shalih.

Dan Ismail, Alyasa’, Yunus, dan Luth; masing-masing kami lebihkan

derajatnya di atas umat (di masanya). (Al-An’am: 84-86)

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Anas bin Malik r.a., Rasulullah

bersabda, “Sesungguhnnya risalah dan kenabian sudah terputus,

maka tidak ada rasul dan nabi setelah aku.”

Sebagai nabi yang terakhir, risalahnya pastilah yang terakhir pula. Jadi,

mustahil jika ada risalah sesudahnya. Jika ada yang mengaku sebagai

pembawa risalah baru, berarti ia adalah nabi palsu dan ajarannya palsu

pula.

2. Risalahnya menghapus risalah sebelumnya

Risalah nabi-nabi terdahulu hanya untuk kaum tertentu saja, sehingga

hanya sesuai untuk kaum tersebut. Selain itu risalah terdahulu mengikuti

keadaan dan situasi serta keperluan semasa waktu itu sehingga hanya

Page 53: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

sesuai pada saat tersebut saja. Sementara, risalah Nabi Muhammad saw.

adalah untuk umat manusia dan berlaku hingga hari kiamat.

Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia

seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi

peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (Saba’: 28)

Allah swt. juga menegaskan bahwa Nabi Muhammad saw. adalah

penutup para nabi. Sehingga tidak ada nabi setelahnya.

Muhammad itu bukan bapak salah seorang lelaki di antara kamu,

tetapi dia adalah Rasul Allah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah

Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Ahzab: 40)

Sebagai penutup para nabi, maka risalah yang dibawa Nabi

Muhamamd saw. menjadi penghapus risalah para rasul sebelumnya. Hal

ini pernah ditegaskan oleh Nabi Muhammad saw. saat Umar bin Khattab

membaca Taurat. Beliau berkata kepada Umar bahwa jika Nabi Musa

a.s. ada di antara mereka, pasti Nabi Musa akan mengikuti risalah yang

dibawa Nabi Muhammad saw.

Dengan adanya risalah yang terakhir, maka risalah sebelumnya tidak

berlaku lagi. Bukan berarti bahwa tidak ada sebagian pun dari risalah

sebelumnya yang berlaku lagi, namun ada sebagian risalah sebelumnya

yang diakui, diperbaharui, dan disempurnakan.

3. Membenarkan nabi-nabi sebelumnya (Mushaddiqul Anbiya)

Risalah yang dibawa Nabi Muhammad saw. melengkapi risalah yang

dibawa para rasul sebelumnya dan sekaligus memansukhkan risalah

sebelumnya. Risalah Nabi Muhammad saw. sesuai dan dapat digunakan

oleh semua manusia dan dapat diamalkan hingga hari kiamat.

Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia

seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi

peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada Mengetahui. (Saba’: 28)

Page 54: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Nabi Isa a.s. sebagai nabi setelah Nabi Musa, membenarkan kenabian

Nabi Musa. Bahkan, Nabi Isa a.s. mengabarkan kepada umatnya akan

datang seorang rasul setelahnya yang bernama Ahmad (Nabi Muhammad

saw.).

Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata, “Hai Bani Israil,

sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab

sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan

(datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya

Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka

dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “Ini adalah

sihir yang nyata.” (Ash-Shaff: 6)

Meski kedatangan Nabi Muhammad saw. sudah dikabarkan oleh para

nabi dan rasul sebelumnya, tetap saja ada usaha untuk mendustakannya.

Banyak tantangan dan usaha yang dicoba untuk menghapuskan agama

Allah, namun demikian Allah swt. senantiasa menjaga dan

memeliharanya dari serangan kaum kafir. Di antaranya dengan

memenangkan Islam atas agama lainnya atau dengan menurunkan para

Rasul dan Nabi untuk kembali meluruskan penyimpangan dan

kejahiliyahan umat. Nabi Muhammad saw. sebagai nabi akhir

melengkapi risalah nabi-nabi sebelumnya dan dijadikan sebagai rujukan

utama bagi umat Islam.

Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut

(ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya

meskipun orang-orang kafir benci. Dialah yang mengutus Rasul-Nya

dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia

memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang

musyrik benci. (Ash-Shaff: 8-9)

Page 55: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Para nabi itu bersaudara, diutus Allah yang sama dengan risalah yang

serupa. Perbedaannya hanya ada pada sebagian isi syariat karena

kondisi, waktu, dan kebutuhan yang berbeda.

4. Menyempurnakan risalah-risalah sebelumnya (Mukammirul Risalah)

Selain membenarkan para rasul dan nabi sebelumnya yang membawa

risalah Islam, kehadiran Nabi Muhammad saw. juga diperuntukkan guna

menyempurnakan risalah sebelumnya. Risalah sebelumnya cenderung

diperuntukkan bagi suatu kaum tertentu saja dan untuk saat tertentu.

Berbeda dengan Nabi Muhammad saw. yang diutus untuk semua

manusia dan berlaku hingga kiamat.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi dari

Rasulullah saw., Beliau bersabda, “Perumpamaan aku dan para nabi

yang lain seperti seorang laki-laki yang membangun rumah, ia

sempurnakan dan memperindahnya kecuali satu sisi dari bangunan itu,

maka setiap orang yang masuk ke dalamnya setelah ia melihatnya ia

berkata: alangkah indahnya rumah ini kecuali sisi ini, maka aku

menyempurnakan sisi itu , dengan itu aku penutup para nabi.”

Rasulullah saw memberi perumpamaan bahwa beliau dengan nabi-

nabi sebelumnya adalah seperti orang yang membangun rumah.

Ternyata, rumah tersebut kurang sempurna karena ada satu batu bata di

pojok rumah itu yang belum terpasang. Beliaulah batu bata tersebut.

5. Diutus untuk seluruh umat (Kaafatan Lin Naas)

Rasul Muhammad saw. berbeda dengan para rasul dan nabi sebelumnya,

dimana Nabi Muhammad saw. diutus bagi kepentingan umat manusia

secara keseluruhan dengan tidak membedakan suku, bangsa, warna

kulit, bahasa, dan sebagainya. Sehingga dapat dilihat perkembangan

Islam pada masa ini di mana kaum muslimin tersebar di seluruh pelosok

dunia.

Dan Kami tidak mengutus engkau, melainkan kepada umat manusia

seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi

peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (Saba’: 28)

Page 56: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Beliau mengatakan bahwa nabi-nabi sebelumnya diutus kepada kaumnya

secara khusus, adapun beliau diutus kepada umat manusia seluruhnya,

sampai akhir masa.

6. Rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan Lil Alamin)

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat

bagi semesta alam.” (Al-Anbiya’: 107)

Kehadiran Nabi Muhammad saw. di muka bumi ini adalah sebagai

rahmat bagi seluruh alam yang tidak saja manusia, tetapi juga alam,

hewan, pohon, dan sebagainya. Manusia, dengan kehadiran Nabi

Muhammad, mendapatkan rahmat dan kebaikan. Begitu juga manusia

kafir dan jahiliyah, mendapatkan rahmat dari kedatangan Islam. Dengan

demikian Islam dan Nabi Muhammad tidak hanya untuk umat Islam,

tetapi kebaikannya juga dirasakan oleh manusia lainnya. Islam adalah

membawa agama fitrah yang sesuai dengan penciptaan manusia. Jadi,

ketika Islam disampaikan, akan dirasakan sesuai oleh manusia.

Alam, hewan, dan tumbuhan pun dilindungi dan dipelihara dengan

kedatangan Islam. Umat Islam sebagai khalifah di muka bumi

melaksanakan pemeliharaan dan penjagaan alam. Dengan demikian

kestabilan terwujud, dan alam serta isinya menjadi damai.

Diutusnya nabi terakhir dengan risalahnya yang sempurna, meupakan

rahmat yang Allah berikan kepada seluruh alam. Rahmat yang diberikan-

Nya bukan hanya dirasakan oleh keluarga, bangsa Arab, atau umat Islam

saja, tapi dirasakan pula oleh penganut agama lain.

7. Risalatul Islam

Risalah Nabi Muhammad saw. adalah risalah Islam, yang dibawanya

adalah sesuatu yang benar. Hal ini tercermin dari akhlak, kepribadian,

dan sifat-sifat Nabi yang mulia. Inti dari risalah Nabi Muhammad saw.

adalah huda (petunjuk) dan dienul haq (agama yang benar). Risalah

membawa huda karena Islam itu sendiri sebagai panduan bagi manusia.

Page 57: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama

yang hak (benar) dan agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama.

Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (Al-Fath: 28)

8. Ad-Dakwah

Rasul menggunakan Islam sebagai petunjuk dan juga Allah

menangkan Islam sebagai dienul haq atas agama-agama lainnya. Usaha

ini tidak akan tercapai apabila tidak dilaksanakan dakwah.

Rasul dalam menjalankan dakwahnya mempunyai peranan sebagai

saksi atas umatnya, memberi penyampaian nilai-nilai Islam yang bersifat

kabar gembira ataupun kabar peringatan. Allah swt. sekali lagi

menegaskan bahwa Rasul berdakwah dengan menyeru manusia agar

kembali kepada Allah dan kemudian Rasul sebagai pelita yang

menerangi.

Peranan Nabi yang digambarkan di dalam surat Al-Ahzab ayat 45-46

adalah sebagai dai. Nabi berdakwah dengan mengajak manusia dan

bersifat sebagai pelita yang senantiasa dijadikan rujukan bagi manusia.

Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi, dan

pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi

penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya

yang menerangi. (Al-Ahzab: 45-46)

Nabi Muhammad saw. telah berhasil menegakkan Islam dengan

dakwahnya selama 23 tahun. Kini risalah yang diajarkannya telah

menyingkirkan kegelapan jahiliyah yang membelenggu dunia, dan

menempatkan kita ke dalam cahaya hidayah yang terang benderang.

Dengan begitu kita tahu mana jalan yang menyesatkan dan mana jalan

yang benar menuju pintu keridhaan Allah swt.

Page 58: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

KEWAJIBAN KITA KEPADA RASULULLAH SAW

Orang yang bersyahadat rasul mengakui bahwa Muhammad bin

Abdullah adalah nabi dan utusan Allah. Persaksian ini menuntut komitmen

darinya. Kewajiban kita kepada Rasulullah saw, adalah:

a. Mengimaninya dengan iman yang benar

Kewajiban pertama kita terhadap nabi adalah mengimaninya.

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu

perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu)

kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah

dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu

mengetahui.” (Ash Shaf: 10-11)

b. Mencintainya dengan cinta yang tulus

“Dari Anas ra, dari Nabi saw. bersabda: tiga perkara jika kalian

memilikinya, maka akan didapati manisnya iman. Pertama, siapa yang

menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya. Kedua,

mencintai seseorang semata-mata karena Allah swt. Ketiga, tidak senang

kembali kepada kekufuran setelah diselamatkan oleh Allah swt,

sebagaimana ketidaksenangannya dilempar ke dalam api neraka.” (HR.

Bukhari-Muslim)

c. Menghormati dan mengagungkannya

Jasa dan pengorbanan Rasulullah untuk umat ini membuatnya layak

untuk diagungkan. Namun pengagungan ini tidak boleh melampaui

batas, karena Islam melarang mengkultuskan seseorang.

d. Membelanya jika keadaan menuntut untuk itu

Memang para rasul tidak akan meminta-minta pertolongan kepada

manusia, karena Allah swt. telah memberikan jaminan bahwa Allah

akan membela Rasul saw. Namun demikian sebagai pengikut Nabi

saw. tidak mungkin kita tidak membelanya apabila sunah nabi dan

ajaran Islam dilecehkan dan dipermainkan orang. Untuk itu sebagai

suatu kewajiban terhadap rasul, membelanya sebagai suatu ciri cinta

kepadanya.

Page 59: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

e. Mencintai mereka yang mencintainya

Rasul saw. memiliki pengikut yang banyak dan setia. Tergambar dalam

sirah nabi tentang hubungan mahabbah di antara mereka yang diikat

dengan tali aqidah Islamiyah. Rasul saw. amat sangat mencintai para

sahabatnya, bahkan menjadikan suatu kekuatan Islam yang tak

terkalahkan dan membuat gentar tentara-tentara Romawi. Mencintai

Rasul tentunya juga mencintai para sahabat yang dicintainya. Tanpa

mencintai para sahabat yang dicintai Rasul tidak menjadikan sempurna

kita mengamalkan nilai-nilai Islam yang dicontohkan oleh Nabi saw.

Hadits, dari Abu Hurairah ra. mengatakan Rasulullah saw. bersabda,

"Janganlah kalian mencaci maki para sahabatku. Karena demi jiwa ku

yang berada dalam gengaman-Nya, kalau saja salah seorang diantara

kalian menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud, maka tidak akan

menyamai satu mud gandum dari mereka dan tidak pula setengahnya."

(HR. Muslim)

f. Menghidupkan sunah-sunahnya

Kewajiban lainnya kita kepada Rasul adalah menghidupkan sunahnya.

Sunah nabi tidak saja dalam perkataan dan perintahnya, tetapi perbuatan

sehari-hari yang mengandung nilai pedoman hidup. Menghidupkan berarti

mengamalkan sehingga amalan nabi tidak akan hilang tetapi selalu

melekat di hati dan tingkah laku setiap muslim.

Hadits, dari Anas ra. berkata Rasulullah saw, "Siapa yang membenci

sunahku, maka ia bukan dari golonganku." (HR. Muslim)

g. Memperbanyak shalawat kepadanya

Allah dan para malaikat saja bershalawat kepada nabi, tentunya perintah

Allah agar kita bershalawat kepada Nabi merupakan suatu kewajiban.

Begitu agung dan besarnya Nabi sehingga Allah dan malaikat bershalawat

kepada Nabi. Oleh karena itu kewajiban kita adalah memperbanyak

membaca shalawat, salam dan penghormatan kepada Nabi.

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.

Page 60: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan

ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

(Al Ahzab: 56)

h. Mengikuti manhaj-nya

Menjadi muslim yang baik tidak akan tercapai tanpa mengikuti manhaj

Islam yang dicontohkan oleh Nabi saw. Mengikuti rasul berarti

mengikuti manhaj (pedoman) Islam. Kewajiban muslim terhadap

rasulnya adalah mengikuti segala yang diperintahnya dan meninggalkan

semua yang dilarangnya. “Katakanlah: "Jika kamu benar-benar mencintai

Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-

dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah:

"Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya

Allah tidak menyukai orang-orang kafir." (Ali Imran: 31)

i. Mewarisi risalahnya

Adanya Islam di sekitar kita dan diri kita adalah karena dakwah Islam

yang disampaikan oleh para dai. Islam akan membawa kedamaian di

lingkungannya dan keharmonisan keluarga. Allah swt. telah mengutus

rasul agar nilai Islam menjadi menang atas nilai-nilai lainnya di muka

bumi ini. Kemenangan nilai Islam hanya dapat dicapai dengan

menyampaikan risalah Nabi kepada masyarakat. Kita wajib mewarisi

risalah Nabi kepada manusia sebagai wujud dari kecintaan kita kepada

Nabi saw.

HIKMAH MENGIKUTI RASULULLAH SAW

Dengan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mengikuti sunahnya,

maka seorang mukmin akan mendapat dua kebaiakn, yaitu kebaikan di

dunia dan kebaikan di akhirat.

1. Kebaikan di dunia

a. Memperoleh kecintaan Allah

Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai Allah. Jika Allah

sudah mencintai, semua hamba-hamba-Nya pasti akan mencintainya.

b. Mendapatkan rahmat Allah

Page 61: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah

Kami limpahkan kepadanya keberkahan dari langit dan bumi.” (Al

A’raf: 96)

c. Memperoleh petunjuk Allah

Orang yang beriman dan beramal shalih akan mendapat petunjuk dan

petunjuk tambahan sehingga kehidupannya menjadi lebih baik.

d. Mendapatkan kemuliaan

Kemuliaan adalah milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang

beriman. Orang yang paling mulia disisi Allah adalah yang paling

bertakwa.

e. Memperoleh kemenangan

Allah telah menjamin dalam kitab suci-Nya bahwa tentara-Nya adalah

yang akan menang. Sebab, orang-orang yang beriman berperang di

jalan Allah sedang orang-orang kafir berperang di jalan Allah sedang

orang-orang kafir berperang di jalan thagut

2. Kebaikan di akhirat

a. Mendapatkan syafa’at

Tidak ada yang dapat memberikan syafa’at di hadapan Allah kecuali

orang yang diizinkan-Nya. Hanya Nabi Muhammad saw. yang diberi

izin untuk memberi syafa’at kubra di akhirat kelak.

b. Keceriaan wajah

Orang-orang yang beriman dan beramal salih tampak ceria karena

Allah memberi jaminan kehidupan mulia setelah kematiannya. Bekas-

bekas wudhu dan amal shalih mereka di dunia akan memancarkan

cahaya yang menerangi.

c. Berdampingan dengan Rasulullah

Mereka yang menaati Allah dan rasul-Nya akan bersama para nabi,

para shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang yang shalih. Mereka

adalah sebaik-baik teman.

d. Bersama dengan orang-orang pilihan

Page 62: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Allah memilih di antara hamba-hamba-Nya orang-orang yang terbaik.

Mereka itu adalah para nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan orang-

orang shalih.

e. Memperoleh keberuntungan

Allah akan senantiasa membalas setiap amal perbuatan kita,

meskipun itu hanya kecil. Balasan yang akan Allah berikan jauh lebih

besar dan abadi.

Beribadah Seperti Rasul

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan shalat,

maka basuhlah muka dan tangan kalian sampai ke siku. Kemudian sapulah kepada

kailan dan basuhlah kai kalian sampai pada ke dua mata kaki.”

(QS. Al Maidah : 6)

“Allah tidak akan menerima shalat seseorang diantara kalian apabila berhadats,

sehingga ia berwudhu.”

(HR. Bukhari Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

A. WUDHU

Page 63: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

PENGERTIAN WUDHU

Salah satu syarat sahnya shalat yang merupakan ibadah wajib bagi kita seorang

muslim, adalah suci badan. Mensucikan badan sebelum kita sholat kita kenal

dengan wudhu. Mungkin setiap hari kita memang sudah berwudhu. Namun apakah

wudhu yang selama ini telah kita lakukan itu sudah sesuai dan benar dengan apa

yang diajarkan oleh Rasulullah? Pada lembaran-lembaran berikutnya kita akan

memperdalam kembali ilmu kita tentang aktivitas wudhu ini.

Wudhu adalah membasuh bagian tertentu dari anggota badan dengan air

sebagai persiapan bagi seorang muslim untuk menghadap Allah swt. (mendirikan

shalat). Dalam hal ini Allah Azza Wa Jalla sendiri memerintahkannya dan telah

menetapkan bagian-bagian anggota badan yang harus dibasuh pada saat

berwudhu.

Dalil yang menunjukkan kewajiban berwudhu antara lain :

1. Allah swt berfirman :

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan shalat,

maka basuhlah muka dan tangan kalian sampai ke siku. Kemudian sapulah kepada

kalian dan basuhlah kaki kalian sampai pada kedua mata kaki.” (Al-Maidah : 6)

2. Hadits Rasulullah yang diriwatkan dari Abu Hurairah, dimana Nabi saw.

bersabda :

“Allah tidak akan menerima shalat seseorang diantara kalian apabila berhadats,

sehingga ia berwudhu.” (HR. Bukhari Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Jelaslah bagi kita bahwa memang tata cara wudhu itu telah ditetapkan, jadi

wajib bagi kita untuk menyempurnakan wudhu kita.

Wudhu itu memiliki beberapa fardhu dan rukun yang ditertibkan secara

berurutan . Jika ada salah satu rukun itu yang tertinggal, maka wudhunya tidak

sah menurut syari’at.

RUKUN WUDHU

1. Niat, adalah kemauan dan keinginan hati untuk berwudhu, sebagai wujud

mentaati perintah Allah swt.

2. Membasuh wajah, yaitu membasuh dengan air pada bagian atas dahi sampai

bagian dagu yang bawah dan dari bagian bawah satu telinga ke bagian bawah

telinga lain. Air wudhu tersebut harus mengalir pada wajah.

3. Membasuh kedua tangan, yaitu membasahi kedua tangan dari ujung jari sampai

ke siku.

Page 64: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

4. Membasuh kepala. Pengertian mengusap di sini adalah membasahi kepala

dengan air, lalu mengusapnya dari arah depan ke belakang.

5. Membasuh ke dua kaki, yaitu membasuh kaki hingga mencapai kedua mata

kaki.

6. Tertib dalam membasuh anggota-anggota tubuh di atas. Membasuh muka

terlebih dahulu, lalu kedua tangan, kemudian mengusap kepala dan selanjutnya

membasuh ke dua kaki.

7. Berwudhu satu kali (sekaligus) dalam satu waktu, yaitu tidak berselang waktu

yang terlalu lama antara satu rukun wudhu dengan rukun yang lain.

SUNNAH WUDHU

Sunnah adalah ketetapan dari Rasulullah saw. baik berupa perbuatan maupun

perkataan . Adapun Sunnah wudhu itu antara lain adalah sebagai berikut :

a. Membaca basmalah

b. Membersihkan kedua telapak tangan tiga kali

c. Bersiwak atau menggosok gigi

Disunatkan ketika bau mulut mengalami perubahan, baik karena bangun tidur

maupun saat hendak melaksanakan shalat.

d. Berkumur tiga kali

e. Istinsyaq dan istintsar tiga kali

- Istinsyaq adalah memasukkan atau menghirup air sampai ke dalam rongga

hidung. (disunahkan dengan tangan kanan)

- Istintsar berarti mengeluarkan air tersebut dari dalam hidung. (disunatkan

dengan tangan kiri)

f. Membersihkan sela-sela jari

g. Mendahulukan yang kanan

h. Memperlebar basuhan pada dahi, lengan dan kaki

i. Membaca do’a setelah wudhu.

CARA WUDHU YANG SEMPURNA

1. Berniat di dalam hati

2. Membaca basmalah

3. Mencuci telapak tangan sampai pergelangan tangan sebanyak tiga kali

4. Berkumur tiga kali

5. Bersiwak

6. Istinsyaq dan istintsar tiga kali

Page 65: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

7. Membasuh muka sebanyak tiga kali.

Dalam membasuh muka ini dimulai dari tempat tumbuhnya rambut kepala

sampai ke ujung dagu paling bawah dan dari bagian bawah telinga satu ke

telinga yang lain.

8. Selanjutnya basuhlah tangan sebelah kanan sampai siku sebanyak tiga kali,

lalu tangan sebelah kiri juga tiga kali. Dalam membasuh tangan ini, hendaklah

dimulai dari jari-jari, yaitu dengan menyela-nyela antara jari-jari tersebut.

9. Kemudian usaplah kepala secara keseluruhan atau seperempat kepala pada

bagian depan satu kali saja, yaitu dengan menggunakan kedua telapak tangan

setelah membasuh keduanya dengan air. Air sisanya boleh digunakan untuk

mengusap kedua telinga baik bagian dalam maupun bagian luar sebanyak satu

kali saja.

10. Kemudian basuhlah kaki sebelah kanan sebanyak tiga kali dan sebelah kiri

juga tiga kali. Keduanya sampai mata kaki. Hal ini dilakukan dengan disertai

penyelaan terhadap jari-jari kaki dan meratakan basuhannya mencapai tumit.

Urutan-urutan ini harus benar-benar diperhatikan dan berhati-hatilah untuk

tidak membiarkan sedikitpun dari bagian anggota wudhu yang harus dibasuh

tidak terkena basuhan air, sehingga wudhu dan shalat yang kita lakukan

menjadi sah, dan tidak batal. Di dalam membasuh dan mengusap bagian-bagian

yang harus dibasuh dan diusap, tidak diperbolehkan menyelang waktu yang

terlalu lama antara bagian satu dengan yang lain, sehingga bagian sebelumnya

telah menjadi kering. Juga tidak di perbolehkan berbicara ketika berwudhu

kecuali adanya suatu kepentingan yang diperbolehkan.

11. Setelah selesai wudhu ucapkanlah do’a.

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN WUDHU

Berikut adalah hal-hal yang membatalkan wudhu :

1. Mengeluarkan sesuatu melalui dua jalan keluar, misal: kencing, kotoran, angin,

baik berjumlah sedikit atau banyak.

2. Tidur, dalam hal ini ada dua macam tidur :

a. Tidur telentang: jelas membatalkan wudhu

b. Tidur bersandar/duduk. Dalam hal ini ada dua pendapat, yaitu :

Menurut Imam Malik dan Ats-Tsauri, apabila tidur bersandar dilakukan

dalam waktu yang lama, maka wudhunya dianggap batal, tetapi bila

tidurnya tidak lama maka wudhunya tidak batal.

Page 66: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Menurut Imam Asy Syafi’i bahwa tidur dalam posisi bersandar itu tidak

membatalkan wudhu, meskipun dilakukan dalam waktu yang lama.

Dengan catatan, jika orang yang duduk tersebut tetap pada posisi semula

dan menjaga agar tidak ada sesuatu pun yang keluar dari duburnya,

dengan cara menempelkannya ke lantai.

3. Pingsan

4. Tidur dalam shalat.

5. Murtad. (keluar dari islam)

6. Menyentuh kemaluan (dengan telapak tangan dengan sengaja)

7. Memakan daging hewan sembelihan (tidak membatalkan, tetapi memang

dianjurkan berwudhu setelahnya)

Dari hadits Jabir bin Samurah radhiallahu ‘anhu, seseorang pernah bertanya

kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Apakah aku berwudhu setelah

makan daging kambing?” Beliau menjawab: “Kalau engkau mau engkau berwudhu,

kalau mau maka engkau tidak perlu berwudhu.” Beliau ditanya lagi: “Apakah aku

berwudhu karena makan daging unta?” Beliau menjawab: “Ya, berwudhulah

setelah makan daging unta.” (Shahih HR. Muslim)

KEUTAMAAN-KEUTAMAAN WUDHU

Wudhu mempunyai beberapa keutamaan seperti beberapa hadits yang telah

disabdakan Rasulullah saw. antara lain:

1. Menyempurnakan wudhu dari hal-hal yang makruf, banyak melangkahkan

menuju masjid dan menunggu-nuggu waktu shalat, dosa-dosanya akan

dihapuskan Allah dan ditinggikan derajatnya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda, “Maukah kutunjukkan kepada kalian sesuatu yang dapat menjadi

sebab Allah menghapuskan dosa-dosa dan meninggikan derajat.” Mereka -para

sahabat- menjawab, “Tentu saja mau, wahai Rasulullah.” Maka beliau

menjawab, “Yaitu menyempurnakan wudhu dalam kondisi yang tidak

menyenangkan, memperbanyak langkah menuju masjid, dan menunggu sholat

berikutnya sesudah mengerjakan sholat, maka itulah ribath.” (HR. Muslim

dalam Kitab at-Thaharah)

An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksud isbaghul wudhu’ adalah

menyempurnakannya. Adapun yang dimaksud kondisi yang tidak

menyenangkan adalah dingin yang sangat menusuk, luka yang ada di badan,

Page 67: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

dan lain sebagainya.” (SyarAh Muslim [3/41] cet. Dar Ibn al-Haitsam). Yang

dimaksud ar-ribath (ikatan) adalah karena amalan- amalan itu mengikat yang

bersangkutan dari berbagai kemaksiatan dan dosa. Sebagian lagi ada yang

mengatakan bahwa selalu ingat tali yang melingkar dileher musuh, karena

ingin mendapat kan syahid dan ampunan Allah. Wallahu a'lam.

2. Dapat memberikan pengaruh positif pada jiwa untuk senantiasa berusaha

suci, dan jauh dari perbuatan maksiat.

3. Wajah dan tubuh mereka (orang yang menjaga wudhunya) bersinar dan

bercahaya cemerlang kelak di hari akhir dan disambut kedatangannya oleh

Rasulullah.

Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, berkata, "Aku mendengar Rasulullah

Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, "Sesungguhnya umatku dipanggil pada

hari kiamat dalam keadaan ghurran muhajjilin (wajahnya bercahaya dan

badannya bersinar) karena bekas wudhu, maka barang siapa mampu untuk

memanjangkan ghurrah hendaklah melakukannya." (HR al Bukhari dan

Muslim).

4. Kesalahan-kesalahan dari seorang yang berwudhu dari bagian anggota

wudhunya akan keluar bersamaan dengan jatuhnya air wudhu dari bagian

anggota wudhunya itu.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda, “Apabila seorang hamba muslim atau mukmin berwudhu, kemudian

dia membasuh wajahnya maka akan keluar dari wajahnya bersama air itu -atau

bersama tetesan air yang terakhir- segala kesalahan yang dia lakukan dengan

pandangan kedua matanya. Apabila dia membasuh kedua tangannya maka akan

keluar dari kedua tangannya bersama air itu -atau bersama tetesan air yang

terakhir- segala kesalahan yang dia lakukan dengan kedua tangannya. Apabila

dia membasuh kedua kakinya maka akan keluar bersama air -atau bersama

tetesan air yang terakhir- segala kesalahan yang dia lakukan dengan kedua

kakinya, sampai akhirnya dia akan keluar dalam keadaan bersih dari dosa-

dosa.” (HR. Muslim dalam Kitab at-Thaharah)

B. TAYAMUM

1. Pengertian Tayamum

Page 68: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi wajib yang tadinya

seharusnya menggunakan air bersih digantikan dengan menggunakan tanah

atau debu yang bersih. Yang boleh dijadikan alat tayamum adalah tanah suci

yang ada debunya. Dilarang bertayamum dengan tanah berlumpur, bernajis

atau berbingkah. Pasir halus, pecahan batu halus boleh dijadikan alat

melakukan tayamum.

Orang yang melakukan tayamum lalu shalat, apabila air sudah

tersedia maka ia tidak wajib mengulang sholatnya. Namun untuk

menghilangkan hadas, harus tetap mengutamakan air daripada tayamum

yang wajib hukumnya bila sudah tersedia. Tayamum untuk hadas hanya

bersifat sementara dan darurat hingga air sudah ada.

Tayamum yang telah dilakukan bisa batal apabila ada air dengan

alasan tidak ada air atau bisa menggunakan air dengan alasan tidak dapat

menggunakan air tetapi tetap melakukan tayamum serta sebab musabab

lain seperti yang membatalkan wudu dengan air.

2. Sebab melakukan Tayamum :

a. Dalam perjalanan jauh

b. Jumlah air tidak mencukupi karena jumlahnya sedikit

c. Telah berusaha mencari air tapi tidak diketemukan

d. Air yang ada suhu atau kondisinya mengundang kemudharatan

e. Air yang ada hanya untuk minum

f. Air berada di tempat yang jauh yang dapat membuat telat shalat

g. Pada sumber air yang ada memiliki bahaya

h. Sakit dan tidak boleh terkena air

3. Syarat Sah Tayamum :

a. Telah masuk waktu salat

b. Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran

c. Memenuhi alasan atau sebab melakukan tayamum

d. Sudah berupaya / berusaha mencari air namun tidak ketemu

e. Menghilangkan najis yang yang melekat pada tubuh.

4. Sunah Ketika Melaksanakan Tayamum :

a. Membaca basmalah

b. Menghadap ke arah kiblat

c. Membaca doa ketika selesai tayamum

Page 69: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

d. Medulukan kanan dari pada kiri

e. Meniup debu yang ada di telapak tangan

f. Menggodok sela jari setelah menyapu tangan hingga siku.

5. Rukun Tayamum :

a. Niat Tayamum.

b. Menyapu muka dengan debu atau tanah.

c. Menyapu kedua tangan dengan debu atau tanah hingga ke siku.

6. Tata Cara Tayamum :

a. Membaca basmalah

b. Renggangkan jari-jemari, tempelkan ke debu, tekan-tekan hingga debu

melekat.

c. Angkat kedua tangan lalu tiup telapat tangan untuk menipiskan debu

yang menempel, tetapi tiup ke arah berlainan dari sumber debu tadi.

d. Niat tayamum : Nawaytuttayammuma listibaa hatishhalaati fardhollillahi

ta'aala (Saya niat tayammum untuk diperbolehkan melakukan shalat

karena Allah Ta'ala).

e. Mengusap telapak tangan ke muka secara merata

f. Bersihkan debu yang tersisa di telapak tangan

g. Ambil debu lagi dengan merenggangkan jari-jemari, tempelkan ke debu,

tekan-tekan hingga debu melekat.

h. Angkat kedua tangan lalu tiup telapat tangan untuk menipiskan debu

yang menempel, tetapi tiup ke arah berlainan dari sumber debu tadi.

i. Mengusap debu ke tangan kanan lalu ke tangan kiri.

C. SHOLAT

PERINTAH SHALAT

Shalat merupakan salah satu pilar agama yang menduduki peringkat ke dua

setelah syahadat. Mengerjakannya pada awal waktu merupakan amalan yang

terbaik, sedang meninggalkannya merupakan perbuatan dosa dan kufur.

Sebagaimana yang Allah swt telah berfirman :

“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-

orang yang beriman.” (An-Nisa’ : 103)

Sedang Rasulullah saw pernah bersabda :

Page 70: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

“Sesungguhnya tanda-tanda yang ada di antara seorang hamba dengan syirik

maupun kufur itu adalah perbuatan meninggalkan shalat.” (HR. Muslim)

Selain dalil-dalil yang tertulis di atas masih banyak dalil lain yang

menyampaikan atau menegaskan bahwa posisi shalat dalam agama islam itu

sangat penting dan wajib dikerjakan oleh seorang yang telah berikrar sebagai

muslim, antara lain :

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap

mendirikan shalat; ya Tuhan kami perkenankanlah doaku.” (Ibrahim: 40)

“Hai Maryam taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuuklah bersama orang-

orang yang rukuk.” (Ali-Imran : 43)

“dan Dia menjadikan aku orang yang diberkahi dimana saja aku berada, dan

Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama

aku hidup.” (Maryam: 31)

Secara etimologis shalat berarti do’a, sedangkan menurut syari’at, shalat

berarti ibadah yang terdiri dari ucapan-ucapan dan gerakan-gerakan tertentu,

yang diawali dengan takbiratul ihram, dan diakhiri dengan salam.

Shalat lima waktu hukumnya adalah wajib. Shalat lima waktu mampu

membawa pelakunya berbuat adil dan mensucikan serta mendekatkan diri kepada

Allah, sebagai upaya mempersiapkan diri menghadapi hari kiamat kelak.

Sebagaimana shalat juga mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan munkar.

PEMBAGIAN SHALAT

Shalat yang telah disyariatkan oleh Allah swt. sebagai penyuci hati dan

ungkapan rasa syukur atas berbagai nikmat yang telah diberikan-Nya terbagi tiga

yaitu:

a. Shalat Wajib

Shalat yang apabila dikerjakan berpahala, apabila ditinggalkan merupakan

dosa besar. Shalat wajib adalah shalat lima waktu, hukumnya wajib

dilaksanakan oleh muslim yang sudah baligh (dewasa ).

b. Shalat Sunah

Shalat yang apabila dikerjakan berpahala, namun apabila tidak dikerjakan

tidak berdosa. Misal shalat witir, dhuha, dua rakat setelah wudhu, tarawih,

qiyamulail/tahajud.

c. Shalat Nafiah/Rawatib

Page 71: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Shalat sunnat yang menyertai shalat fardhu, baik malam maupun siang hari,

mempunyai waktu tertentu, yang tidak dapat dikerjakan kecuali pada

waktunya.

SYARAT WAJIB SHALAT

1. Shalat itu tidak diwajibkan kecuali bagi seorang yang telah mengucapkan

syahadatain

2. Shalat itu hanya diwajibkan bagi mereka yang berakal sehat dan telah

mencapai usia baligh.

3. Shalat juga diwajibkan setelah mencapai waktunya

4. Suci dari hadats besar, seperti haid, nifas dan junub. Disamping itu juga suci

dari hadats kecil seperti buang angin atau lainnya yang dapat disucikan

dengan cara berwudhu.

RUKUN SHALAT

Dalam shalat ada yang dinamakan rukun shalat yang tanpa terpenuhinya

pelaksanaanya shalat dianggap tidak sah. Hal ini akan disampaikan agar dapat

membedakan antara rukun shalat dengan sunnat shalat. Rukun shalat adalah

sebagai berikut:

a. Niat

b. Takbiratul Ikhram

c. Membaca Al Fatihah

d. Ruku’

Yaitu membungkukkan punggung dengan meletakkan kedua telapak tangan

pada kedua lutut. Kemudian beri’tidal dan bertuma’ninah (berdiam sebentar),

dan membaca doa ruku’.

e. Berdiri dari ruku’. Setelah ruku’ hendaklah berdiri tegak dan tuma’ninah

f. Sujud.

Yaitu meletakkan dahi dan hidung di atas tempat shalat setelah kedua telapak

tangan, lutut serta ujung jari jemari kaki dan bertuma’ninah.

g. Bangkit dari sujud atau duduk diantara dua sujud..

h. Salam.

Setelah selesai membaca tasyahud akhir. Dengan menolehkan wajah ke kanan

dan ke kiri dalam posisi duduk, dengan mengucap Assalamu’alaikum

Warohmatullahi Wabarokaatuh.

Page 72: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

i. Tertib.

Harus tertib atau urut dalam melaksanakan rukun shalat.

SUNNAH SHALAT

Sunnah sholat perlu diketahui karena melaksanakannya akan mendapatkan

pahala. Adapun sunnah sholat adalah sebagai berikut :

a. Mengangkat kedua tangan. Disunnahkan mengangkat kedua tangan

pada empat hal yaitu :

1. Takbiratul Ikhram

2. Ruku’

3. Bangun dari ruku’

4. Ketika bangun dari tasyahud pertama.

b. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri

c. Posisi kedua tangan. Ada beberapa pendapat sebagai berikut:

1. Abu Hanifah: posisi kedua tangan adalah di bawah pusar

2. Asy- Syafi’i : Posisi kedua tangan adalah di bawah dada.

3. Imam Ahmad : Posisi kedua tangan adalah di bawah dada atau di

bawah pusar

Sementara ada sebuah hadits hasan, yang menyebutkan bahwa Nabi saw.

meletakkan kedua tangannya di bawah dada. Diriwayatkan oleh Ahmad dan

Tirmidzi.

d. Doa iftitah

Membaca do’a ta’awudz. Dibaca setelah membaca doa iftitah dan sebelum

Surat Al Fatihah. Ta’awudz dibaca perlahan dan hanya pada rakaat pertama

saja.

a Mengucapkan Aamiin, yaitu setelah bacaan Al Fatihah selesai.

b Bacaan surat atau ayat Al Qur’an setelah membaca Al Fatihah.

c Tasyahud pertama.

Demikian sunnah-sunnah yang apabila seseorang lupa melakukannya, tidak

wajib untuk melakukan sujud sahwi (sujud yang dilakukan karena ada bacaan,

gerakan atau jumlah rekaat yang terlupa). Mengerjakannya akan mendapat pahala

yang besar, oleh karena itu kita senantiasa menjaga sunnah-sunnah tersebut.

TATA CARA SHALAT

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (H.R Bukhari)

Page 73: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Hadits di atas memberikan ilmu pada kita untuk senantiasa menjaga dan

menyempurnakan sholat kita agar sesuai dengan tata cara sholat nabi, sehingga

amalan ibadah kita tidak sia-sia. Adapun tata cara atau urutan gerakan sholat

adalah sebagai berikut:

Pertama adalah persiapan yaitu sebagai berikut :

1. Menghadap kiblat

2. Berdiri tegak

3. Kaki tidak renggang dan tidak rapat

4. Mengangkat kedua tangan dan mengucap takbir.

5. Pandangan tertuju pada tempat sujud.

Selanjutnya, kedua adalah masuk rakaat pertama sebagai berikut:

1. Takbiratul ihram

Dengan cara :

a. Mengangkat tangan kemudian bertakbir atau mengangkat tangan

bersamaan dengan takbir atau bertakbir kemudian mengangkat tangan.

b. Posisi tangan setinggi dada atau bahu atau telinga

c. Jari-jari tangan lurus tidak renggang dan tidak mengepal

d. Telapak tangan menghadap kiblat

e. Membaca takbir

2. Berdiri bersedekap

a. Tangan kanan diletakkan pada punggung telapak tangan pergelangan

dan hasta tangan kiri.

b. Posisi tangan di dada , atau di bawah dada.

3. Membaca do’a iftitah

4. Membaca ta’awudz

5. Membaca surat Al Fatihah

6. Membaca ayat atau surat Al Qur’an

a. Kita membaca satu surah dari awal sampai akhir

b. Kita membaca lebih dari satu surat

c. Kita membaca beberapa ayat saja dari suatu surat Al-Quran.

7. Ruku’

a. Turun ruku’ sambil bertakbir

b. Kedua tangan lurus memegang kedua lutut, lengan renggang dari

lambung, dan jari-jari tangan merenggang.

Page 74: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

c. Kedua lutut direnggangkan

d. Punggung lurus

e. Kepala tidak menunduk dan tidak mendongak

f.Tuma’ninah

8. Membaca bacaan ruku’

9. Berdiri i’tidal

a. Bangkit dari ruku’

b. Mengangkat tangan setinggi bahu atau telinga

c. Berdiri tegak sambil bersedekap atau tidak bersedekap

d. Tuma’ninah

10. Membaca bacaan i’tidal

11. Sujud pertama

a. Turun sujud dengan mengangkat tangan atau tidak mengangkat tangan

sambil bertakbir

b. Menurunkan kedua lutut sebelum kedua tangan

c. Meletakkan tujuh anggota badan :

1. Kening dan hidung di tempat sujud

2. Tangan diletakkan dekat kepala atau dekat telinga atau di tempat

yang mudah

3. Tangan direnggangkan dari lambung atau dirapatkan

4. Jari-jari tangan diarahkan ke kiblat

5. Jari-jari kaki diarahkan ke kiblat

6. Kedua paha dirapatkan atau direnggangkan

7. Perut tidak menempel pada paha

d. Punggung lurus

e. Tuma’ninah

12.Membaca bacaan sujud

13.Duduk antara dua sujud

a. Bangkit dari sujud sambil bertakbir

b. Boleh mengangkat tangan boleh tidak

c. Cara duduk antara dua sujud:

Duduk di atas telapak kaki kiri, telapak kaki kanan ditegakkan, dan jari-

jari kaki kanan mengarah ke kiblat dengan kedua tangan diletakkan di

paha dan boleh berisyarat dengan telunjuk kanan

Page 75: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

d. Tuma’ninah

14.Membaca bacaan sujud

15.Bangkit dari sujud kedua

a. Sambil bertakbir

b. Duduk terlebih dahulu sebelum bangkit berdiri ke rakaat kedua

Selanjutnya masuk pada rakaat kedua yaitu:

1. Bangkit berdiri

a. satu atau dua tangan bertopang di tanah

b. tangan tidak bertopang pada tanah.

2. Melakukan gerakan dan bacaan sebagaimana rakaat pertama tanpa

takbiratul ikhram, membaca iftitah dan ta’awudz.

3. Duduk tahiyat awal

a. Telapak kaki kiri dibeberkan untuk diduduki dan telapak kaki kanan

ditegakkan (duduk Iftirasy)

b. Tangan di atas paha atau lutut, siku kanan menempel pada paha kanan,

dan berisyarat dengan telunjuk.

c. Pandangan tidak melampaui jari telunjuk

d. Jari telunjuk digerak-gerakkan atau tidak

4. Membaca tasyahud

5. Membaca shalawat

Selanjutnya untuk melanjutkan ke rakaat tiga atau empat, mengulangi

gerakan dan bacaan pada raat pertama dan ke dua.

Selanjutnya pada rakaat terakhir, setelah sujud ke dua maka masuk pada

gerakan tasyahud akhir sebagai berikut:

1. Tasyahud akhir

Cara duduk tahhiyat akhir sama dengan duduk tahiyyat awal, hanya saja

telapak kaki kiri dimasukkan ke bawah tulang kering kaki kanan dan

duduk dengan pantat (duduk tawarruk), kedua telapak tangan di atas

lutut, dan berisyarat dengan telunjuk.

2. Membaca tasyahud dan shalawat

3. Membaca do’a sebelum salam.

4. Salam

a. Memalingkan muka dengan mengucap salam

i. Memalingkan muka sedikit dengan mengucap salam

Page 76: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

ii. Memalingkan muka ke kanan dengan mengucap salam, kemudian ke

kiri dengan mengucapkan salam.

b. Mengusap kepala atau kening dengan tangan kanan (sunnah)

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang

yang khusyu' dalam sembahyangnya.” (QS. Al-Mu’minun (23) : 1-2)

ANCAMAN BAGI YANG MENINGGALKAN SHALAT BERJAMAAH DI MASJID PADAHAL IA

MAMPU

Allah Ta'ala berfitman: "Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk

bersujud; maka mereka tidak kuasa, (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk kebawah,

lagi mereka diliputi kehinaan. Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseru untuk

bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera." (Al-Qalam:42-43)

Ibrahim At-Taimi berkata,"Maksudnya, mereka diajak kepada shalat-shalat wajib yang

terdapat adzan dan iqamatnya. "Said bin Musyayab berkata,"Mereka mendengar 'hayya

'alas shalah, hayya 'alal falah namun mereka tidak memenuhi panggilan itu sementara

mereka dalam keadaan sehat wal afiat."

Kabul Ahbar berkata,"Demi Allah, ayat ini tidak diturunkan kecuali kepada orang-

orang yang meninggalkan shalat berjamaah. Adakah ancaman lain yang lebih dahsyat dari

ancaman di atas bagi orang yang meninggalkan shalat berjamaah padahal mampu

melakukannya?.

Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma ketika ditanya tentang orang yang berpuasa pada

siang hari dan melakukan qiyamul lail di malam hari, namum ia tidak shalat berjamaah di

Masdjid. Ia menjawab, "Jika ia mati dalam keadaan demikian maka ia di neraka."

(Diriwayatkan Tirmidzi).

Abu Hurairah Radhiyallahu Anhuma berkata," Jika telinga anak Adam dipenuhi dengan

cairan timah panas, tentu hal itu lebih baik daripada ia mendengar adzan namun tidak

memenuhinya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma bahwa Rasulullah shallallahu

alaihi wassalam bersabda, "Barangsiapa mendengar orang memanggil untuk shalat dan

tidak ada halangan untuk memenuhinya. "Ada yang bertanya," Apa halangannya wahai

Rasulullah? Rasulullah shallallahu alaihi wassalam menjawab,"Rasa takut atau sakit. Maka

shalat yang dilakukannya (yakni shalat dirumahnya) tidak diterima. (Diriwayatkan Abu

Dawud, Ibnu HIbban, dan Ibnu Majah).

Page 77: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu berkata,"Tidak ada shalat bagi tetangga masdjid

kecuali di masdjid." Ada yang bertanya kepadanya, "Siapakah tetangga masdjid itu?" Ia

menjawab,"Siapa (saja) yang mendengar adzan." (diriwayatkan Ahmad)

Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu

berkata,"Barangsiapa yang senang untuk bertemu dengan Allah besok-yakni pada hari

kiamat-maka hendaklah ia memelihara shalat yang lima itu selama ia dipanggil untuk

melakukannya. Karena Allah telah mensyariatkan kepada Nabi kalian sunnah-sunnah

hidayah, dan shalat merupakan salah satu dari sunnah-sunnah hidayah. Jika kalian shalat

dirumah-rumah kalian sebagaiamana orang yang meninggalkan shalat berjamaah, berarti

kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian. Dan jika kalian meninggalkan sunnah Nabi

kalian pastilah kalian tersesat. Aku telah melihat kami semua, tidak ada seorangpun dari

kami yang meninggalkannya kecuali orang munafik yang jelas kemunafikannya atau orang

sakit. Bahkan ada seseorang yang didatangkan untuk shalat, ia disandarkan diantara dua

orang hingga bisa didirikan didalam shaf, atau hingga ia bisa datang ke masdjid untuk

shalat berjamaah." (Diriwayatkan Muslim dan Abu Dawud).

Ibnu Umar berkata bahwa Umar pernah pergi ke kebun kurma miliknya, kemudian ia

pulang sementara orang-orang sudah selesai melakukan shalat Ashar. Lalu Umar berkata,

'Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, aku ketinggalan shalat berjamaah Ashar, saksikanlah oleh

kalian bahwa kebun itu aku sedekahkan untuk orang-orang miskin sebagai penebus dosa

yang dilakukan Umar.

MENGENAL ISLAM ( MA’RIFATUL ISLAM)

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara

kaffah (keseluruhan). Dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah

syaithan, karena sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata

bagimu.”

(Al-Baqarah: 208)

“Islam adalah sebuah sistem yang universal (komprehensif, total dan

integral).

Mencakup berbagai aspek hidup dan kehidupan.

Page 78: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Islam adalah negara dan tanah air, pemerintahan dan umat, akhlak dan

kekuatan, serta kasih sayang dan keadilan.

Islam adalah kebudayaan dan perundang-undangan, ilmu dan hukum,

materi dan harta benda, serta usaha dan kekayaan.

Dan Islam juga adalah jihad dan dakwah, militer dan ideologi serta aqidah

yang murni dan ibadah yang benar sekaligus.”

(Hasan Al-Banna)

Suatu saat datanglah para pemuka Yahudi menghadap Rasulullah

saw. Mereka terdiri dari Abdullah bin Salam, Tsa’labah Ibnu Yamin, Asad

bin Ka’ab, Usaid bin Ka’ab, Sa’id bin ‘Amru dan Qois bin Zaid. Tujuan

kedatangan mereka adalah untuk memeluk agama Islam, tetapi dengan

suatu syarat tertentu.

“Ya Rasulullah, hari Sabtu adalah hari yang kami hormati, maka

biarkanlah kami tetap menghormatinya. Dan sesungguhnya kitab Taurat

adalah kitab Allah juga, maka biarkanlah kami menjalankannya di malam

hari,” demikian permintaan mereka.

Atas permintaan mereka itu, Allah swt. langsung memberikan

jawaban dengan menurunkan satu ayat:

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam

secara kaffah (keseluruhan). Dan janganlah kalian mengikuti langkah-

langkah syaithan, karena sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang

nyata bagimu.” (Al-Baqarah: 208)

Allah swt menolak permintaan para pemuka Yahudi yang ingin masuk.

Islam dengan syarat tetap menghormati hari Sabtu dan tetap menjalankan

Taurat di malam hari. Jika ingin masuk Islam, masuklah dengan

keseluruhan; tidak dengan mencampurkannya dengan yang lain. Masuklah

Page 79: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

ke dalam ajaran Islam secara keseluruhan, jangan diterima sebagian dan

ditolak sebagian yang lain.

Perintah tersebut mengandung konsekuensi logis bagi setiap hamba

Allah agar mengenal Islam dengan benar. Seseorang tidak mungkin masuk

ke dalam Islam secara keseluruhan (kaffah) apabila pengenalannya

terhadap Islam masih parsial. Oleh karena itu, tuntutan bagi setiap muslim

adalah mengenal Islam dalam segala cakupan ajarannya.

PENGERTIAN ISLAM

1. Secara etimologi, kata islam berasal dari kata aslama-yuslimu-islam.

Kata ini memiliki akar kata: salima, dari kata salima muncul beberapa

istilah dengan makna yang beraneka ragam namun memiliki

keterkaitan. Adapun beberapa istilah itu adalah sebagai berikut:

a. Tasliim yang berarti tunduk dan menyerahkan diri. Kata ini terdapat

dalan QS. An-Nisa: 65 di ujung ayat: wayusallimuu tasliima (dan

mereka menerima dengan sepenuhnya).

b. Salaam yang berarti keselamatan. Kata ini terdapat dalam QS. Al-

Maidah: 15; subulas salaam (jalan-jalan keselamatan)

c. Salm yang berarti perdamaian. Kata ini terdapat dalam QS. Al-Anfal:

61; wain janahu lis salm.... (jika mereka condong kepada

perdamaian....)

d. Salaam yang berarti ucapan sejahtera. Ini terdapat dalan QS. Al-

An’am: 54; salaamun alaikum (kesejahteraan buat kalian semua).

Juga dalam QS. Yunus: 10; watahiyyatuhum fiha salaam (dan

ucapan penghormatan mereka adalah salaam)

2. Secara terminologi, Islam didefinisikan sebagai, ”Agama yang

diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir, Muhammad saw, sebagai

penyempurna dari agama yang diturunkan kepada nabi-nabi

sebelumnya.”

Page 80: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Berkaitan dengan definisi ini dan bagaimana pengertiannya lebih jauh,

banyak para ulama yang memberikan penjelasan panjang lebar.

Misalnya Sa’id Hawwa dalam Al-Islam, (seri 1-4) Jilid 1, menyatakan

bahwa makna asal Islam yaitu menerima segala perintah dan larangan

Allah swt, yang terdapat dalam wahyu yang diturunkan kepada Nabi.

Barangsiapa yang menghadapkan wajah dan hatinya—dalam semua

persoalan hidup—kepada Allah maka ia adalah seorang muslim. Para

nabi dan rasul adalah orang-orang yang paling menerima segala

perintah dan larangan Allah dan sepenuhnya berserah diri kepada-Nya.

Oleh karena itu mereka disebut sebagai orang-orang Islam yang

terkemuka. Allah berfirman,

"Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku

hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya,

dan dengan itu aku diperintah, dan aku adalah orang-orang Islam

pertama.“ (Al-An’am : 162-163)

DIN SAMAWIY DAN DIN ARDHIY

Al-Qur’an menyebut kata din (agama) dengan pengertian yang umum,

baik agama yang benar maupun yang salah, atau agama yang haq maupun

agama yang bathil (QS. Al Fath: 28; QS As-Shaff: 9). Maka ”agama”

memiliki pengertian: sistem kepercayaan atau keyakinan kepada suatu

prinsip-prinsip nilai tertentu, baik nilai-nilai kebenaran maupun nilai-nilai

kebatilan.

Adapun jika dinilai dari sumber agama itu berasal, maka din dapat dibagi

menjadi dua: din samawiy dan din ardhiy. Din samawiy adalah agama langit,

yaitu agama yang sumbernya dari wahyu Allah yang dibawa oleh para nabi,

semenjak Nabi Adam as hingga Muhammad saw. Dengan demikian, agama

yang sekarang masih eksis, seperti Yahudi dan Nasrani, terlepas bahwa

keduanya telah banyak diselewengkan dari sumber aslinya, termasuk dalam

kategori agama samawiy. Jelas termasuk disini adalah agama Islam.

Page 81: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Sedangkan din ardhiy berarti agama bumi, adalah semua agama atau

keyakinan yang tidak bersumber dari wahyu dan tidak dibawa oleh para

nabi. Karena itu, agama ardhiy mencakup semua sistem keyakinan atau

kepercayaan yang dibangun oleh manusia dengan sumber ajaran yang

dinisbatkan kepada tokoh tertentu, bukan wahyu dari langit. Agama ardhiy

jumlahnya lebih banyak di dunia ini dengan mengusung berbagai nilai

ajaran yang sumbernya sangat beragam. Bahkan seringkali hanya berupa

warisan keyakinan dari nenek moyang yang tidak jelas sumber rujukannya.

KARAKTERISTIK DINUL ISLAM

Sebagai sebuah sistem, Islam mempunyai karakteristik yang

membedakannya dengan sistem-sistem yang lain. Karakteristik adalah ciri-

ciri umum yang menjadi bingkai dari keseluruhan ajaran Islam. Cara

pandang Islam terhadap berbagai permasalahan eksistensial seperti Tuhan,

alam, manusia dan kehidupan, serta interpretasinya terhadap berbagai

peristiwa selamanya akan berada dalam bingkai ciri-ciri umum tersebut.

Karakteristik ini pula yang kemudian menjadi letak keunggulan Islam

terhadap sistem-sistem lainnya.

RobbaniyahRabb berarti Tuhan. Islam disebut agama yang berkarakter rabbani, artinya

bahwa ajaran Islam merupakan agama yang penisbatannya selalu kepada

Tuhan (Rabb oriented). Agama ini membawa pesan-pesan Tuhan, tujuannya

untuk mengagungkan Tuhan, nilai-nilainya mengarahkan umat kepada

Tuhan, sistemnya juga berorientasi menegakkan “kekuasaan“ Tuhan di

dunia ini. Sehingga, manusia yang rabbani (rabb oriented man) berarti

manusia yang hidupnya selalu mengarahkan perilakunya kepada ridha

Tuhan.

Page 82: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu

mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (Ali-

Imran: 79)

Secara umum, kerobaniyahan Islam mencakup dua hal: rabbaniyatul ghayah

dan rabbaniyatul mashdar.

a. Rabbaniyyah Ghoyah (Tuhan sebagai tujuan akhir)

Maksudnya, Islam menjadikan tujuan pertama dan terakhir untuk

menyembah Allah semata dan untuk mencapai ridho-Nya. Tujuan ini pun

akhirnya merupakan tujuan akhir, puncak cita-cita, usaha dan kerja keras

manusia dalam kehidupan.

Dampak rabbaniyyah tujuan pada manusia adalah :

(1)Mereka mengetahui tujuan hidupnya dan memahami hakikat

keberadaannya dalam hidup

(2)Mereka mendapat petunjuk menuju fitrah yang suci

(3)Mereka terselamatkan dari perpecahan dan pertikaian

(4)Mereka terbebaskan dari penghambaaan pada egoisme dan hawa nafsu

b. Rabbaniyyah Mashdar (Tuhan sebagai sumber nilai)

Maksudnya, manhaj/sistem yang telah diterapkan oleh Islam untuk

mencapai tujuan dan sasaran itu adalah manhaj Robbani yang murni,

yaitu yang bersumber pada wahyu Allah, kepada Rasulullah saw (Al-Qur

an). Manhaj ini tidak lahir sebagai sebuah hasil rekayasa dari ambisi

individu, keluarga, golongan, partai atau bangsa tertentu. Tetapi manhaj

ini datang dari Allah yang menginginkan agar menjadi petunjuk,

penjelas, kabar gembira, obat dan rahmat bagi hamba-hamba-Nya.

Adapun Rasulullah Muhammad saw. adalah penyeru pada manhaj dan

sebagai penjelas perintah-Nya yang masih samar bagi manusia.

Dampak Rabbaniyyah mashdar:

(1)Terlepas dari sikap ceroboh dan sikap ekstrim, sikapnya proporsional

(2)Terlepas dari fanatisme buta dan hawa nafsu

(3)Terhormat dan mudah diyakinkan dengan kebenaran

(4)Terbebas dari penghambaan sesama manusia.

Page 83: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

2. Insaniyah (manusiawi)

Islam adalah ajaran yang sangat manusiawi. Islam mengakomodasi

seluruh kecenderungan manusia melalui ajaran akidah, ibadah, syariat dan

arahan-arahannya. Islam adalah agama manusia. Al-Qur’anul Karim

merupakan kitab yang ditujukan bagi manusia, berbicara tentang manusia

serta berbicara kepada manusia. Di samping itu ibadah-ibadah yang

disyari’atkan oleh Islam juga mengandung dimensi kemanusiaan, misalnya

shalat, zakat dan haji.

Muhammad saw adalah rasul dari jenis manusia. Ketika kita membaca

biografi beliau, maka kita juga akan menemukan perjalanan hidup seorang

manusia. Mari kita perhatikan kesaksian Muhammad saw. dalam Al-Qur’an

berikut ini:

”Katakanlah, ’Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti

kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu

adalah Ilah Yang Maha Esa.” (Al-Kahfi: 110)

Adapun buah insaniyah dalam Islam adalah terwujudnya persaudaraan

antar umat manusia dan tegaknya prinsip persamaan hak bagi seluruh umat

manusia.

3. Syumul (universal)

Artinya Islam meliputi semua zaman, kehidupan dan eksistensi

manusia. Jangkauan keuniversalan dalam risalah Islam ini diungkapkan oleh

Hasan al-Banna: “Islam adalah risalah yang panjang terbentang sehingga

meliputi semua abad sepanjang zaman, terhampar luas sehingga meliputi

semua cakrawala umat dan begitu mendalam (mendetail) sehingga memuat

urusan-urusan dunia dan akhirat”.

Di dalam Risalah Ta’lim-nya, yang dimaksud dengan Islam universal

yaitu: “Islam adalah sebuah sistem yang universal (komprehensif, total dan

integral). Mencakup berbagai aspek hidup dan kehidupan. Islam adalah

negara dan tanah air, pemerintahan dan umat, akhlak dan kekuatan, serta

Page 84: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

kasih sayang dan keadilan. Islam adalah kebudayaan dan perundang-

undangan, ilmu dan hukum, materi dan harta benda, serta usaha dan

kekayaan. Dan Islam juga adalah jihad dan dakwah, militer dan ideologi

serta aqidah yang murni dan ibadah yang benar sekaligus.”

a. Risalah semua zaman

Islam adalah risalah untuk semua zaman dan generasi, bukan risalah

yang terbatas oleh masa atau generasi tertentu. Secara substansial

(dasar-dasar aqidah dan moralnya), Islam merupakan risalah setiap nabi

yang diutus dan misi setiap kitab suci yang diturunkan. Maka semua nabi

diutus dengan membawa risalah (misi) Islam, menyerukan tauhid dan

menjauhi taghut.

b. Risalah bagi seluruh alam semesta

Islam tidak terbatas pada bangsa maupun status sosial tertentu, yang

merupakan petunjuk Rabb manusia bagi segenap manusia, rahmat bagi

sekalian hamba-Nya.

4. Al-Wasthiyyah/Tawazun (moderat atau pertengahan)

Islam berada dalam keseimbangan di antara dua jalan atau dua arah

yang saling berhadapan atau bertentangan, dimana salah satu di antara dua

jalan tadi tidak bisa berpengaruh dengan sendirinya dan mengabaikan jalan

lain. Salah satu di antara dua jalan atau arah tersebut juga tidak dapat

mengambil hak yang lebih banyak dan melampaui yang lain. Contohnya :

individu dengan kolektif, kontekstual dengan idealisme, konsisten dengan

perubahan. Islam memberikan haknya secara adil terhadap aspek-aspek

kehidupan seperti ruhiyah (spiritualisme), maddiyyah (materialisme),

fardiyah (individu), jama’iyyah (kolektif), tsabat (konsisten) dan taghayyur

(perubahan) dan tidak berada dalam poros yang ekstrim.

Moderat atau dalam arti yang lain adalah at tawazun, keseimbangan.

Yaitu keseimbangan di antara dua jalan atau dua arah yang saling

berhadapan atau bertentangan, dimana salah satu dari dua jalan tadi tidak

bisa berpengaruh dengan sendirinya dan mengabaikan yang lain.

1. Moderat dalam ideologi.

Page 85: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

2. Moderat diantara rasionalis dan naturalis.

3. Moderat dalam memperlakukan nabi.

4. Moderat dalam meletakkan akal dan wahyu

5. Moderat dalam sisi ketuhanan dan kemanusiaan beribadah

6. Moderat di antara orientasi dunia dan akhirat.

5. Al-Waqi’iyyah (aktual)

Allah menjamin Islam sebagai ajaran yang sesuai dengan kondisi

manusia di manapun, kapanpun dan bagi segala jenis manusia. Islam

senantiasa menjaga dan memelihara realita (aktual) bahwa sistem ajaran

Islam bersifat kontekstual di setiap aspek yang didakwahkan pada manusia,

mulai aspek aqidah, ibadah, akhlak dan syari’at.

6. Al-Wudhuh (jelas)

Yang dimaksud adalah jelas dalam hal:

a. Kejelasan dalam masalah ibadah

b. Kejelasan dalam masalah akhlak/adab

c. Kejelasan dalam masalah hukum

d. Kejelasan dalam tujuan beragama

e. Kejelasan sistem dan jalan penyelesaian masalah

PENTINGNYA MEMAHAMI ISLAM SECARA KAFFAH

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam

secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.

Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al Baqarah: 208)

Tujuan memahami :

1. Agar umat Islam tidak terjebak ke dalam propaganda, program serta

langkah-langkah syaitan. Sebab syaitan adalah musuh yang nyata bagi

manusia.

2. Ajaran Islam sendiri bersifat universal dan menolak parsialisasi hukum

dan ajarannya. Aspek dalam kehidupan merupakan satu kesatuan yang

Page 86: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

tidak dapat dipisahkan. Kehidupan tidak akan harmonis apabila Islam

dilaksanakan secara parsial.

RUANG LINGKUP DINUL ISLAM

Secara global kandungan Islam dapat kita bagi kepada tiga bagian:

1. Pokok dan Fondasi (asas) yang terdiri atas:

a. Aqidah yang mencakup : Dua kalimat Syahadat dan Rukun Iman yang

enam "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu

suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah

beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,

nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,

anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan

pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan

(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan

zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan

orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam

peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan

mereka itulah orang-orang yang bertaqwa". (Al-Baqarah: 177)

b. Ibadah, yaitu: shalat, zakat, puasa dan haji.

Sabda Rasulullah saw;

"Islam didirikan diatas 5 pokok: Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain

Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, mendirikan sholat,

menunaikan zakat, puasa bulan Ramadhan dan pergi haji bila

mampu.“ (HR Bukhori Muslim dari Ibnu Umar ra)

2. Bangunan (bina'), hal itu terlihat pada sistem hidup seperti;

2.1 Sistem politik, seperti:

a. Musyawarah

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah

lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu

Page 87: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila

kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-

Nya." (Ali Imran: 159)

b. Perdamaian

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam

keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan.

Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu." (Al Baqarah:

208)

"Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah

kepadanya dan bertawwakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang

Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Al Anfal: 61)

c. Hukum

"Katakanlah:"Sesungguhnya aku (berada) di atas hujjah yang nyata

(al-Qur'an) dari Rabbku sedang kamu mendustakannya. Bukanlah

wewenangku (untuk menurunkan azab) yang kamu tuntut untuk

disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah.

Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia pemberi keputusan yang

paling baik." (Al An’am: 57)

"Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya

(menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-

buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-

nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah

memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama

yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (Yusuf: 40)

2.2 Sistem Perekonomian, seperti:

a. Utang piutang

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak

secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu

Page 88: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu

menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan

menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka

hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu

mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertaqwa

kepada Allah Rabbnya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada

hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau

lemah (keadannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka

hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah

dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak

ada dua orang lelaki, maka (boleh seorang lelaki dan dua orang

perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa

maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksisaksi itu enggan

(memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu

jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu

membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat

menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)

keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu

perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada

dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah

apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-

menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya

hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertaqwalah kepada

Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu".

(Al Baqarah: 282)

b. Pegadaian

"Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara

tunai) sedang kamu tidak memperolah seorang penulis, maka hendaklah

ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan

tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka

hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan

Page 89: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Rabbnya; dan janganlah kamu (para

saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang

menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia ia adalah orang yang

berdosa hatinya; dan Allah Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Al

Baqarah: 283)

c. Pengharaman riba dan penghalalan jual beli

"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri

melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran

(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah

disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu

sama dengan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan

dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya

apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan

urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil

riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di

dalamnya". (Al Baqarah: 275)

2.3 Sistem Keprajuritan, seperti:

Mempersiapkan tentara"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja

yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang

(yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuhmu

dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang

Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah

niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan

dianiaya (dirugikan)". (Al Anfal: 60)

2.4 Sistem Akhlak, seperti:

a. Berbuat kebaikan

Page 90: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang

kamu melupakan (kewajiban) dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al-

Kitab (Taurat). Maka tidakkah kamu berpikir?" (Al Baqarah: 44)

b. Berkata benar

"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu

suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman

kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi

dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak anak

yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan

orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,

mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang

menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam

kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-

orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang

bertaqwa". (Al Baqarah: 177)

c. Memaafkan

"Jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur

dengan mereka padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan

maharnya, maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu

tentukan itu, kecuali jika isteri-isterimu itu mema'afkan atau dima'afkan

oleh orang yang memegang ikatan nikah, dan pema'afan kamu itu lebih

dekat kepada taqwa. Dan jangajlah kau melupakan keutamaan di antara

kamu. Sesungguhnya Allah Melihat segala apa yang kamu kerjakan". (Al

Baqarah: 237)

2.5 Sistem sosial kemasyarakatan, seperti:

a. Zakat

"Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku'lah bersama

orang-orang yang ruku'". (Al Baqarah: 43)

b. Adil dalam rnenegakkan hukum

Page 91: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila

menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan

adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya

kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha

Melihat". (An Nisa’: 58)

c. Persaudaraan

"Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu

damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah

supaya kamu mendapat rahmat". (Al Hujurat: 10)

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah

orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Mengenal" (Al Hujurat: 13)

2.6 Sistem Pengajaran, seperti:

a. Mengajar dengan lemah lembut

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah

lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu

ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila

kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-

Nya". (Ali Imran: 159)

b. Memberi nasihat

"Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman,

yaitu:"Bersyukurlah kepada Allah.Dan barangsiapa yang bersyukur

(kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri;

Page 92: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha

Kaya lagi Maha Terpuji". (Luqman: 12)

"Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.

Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai". (Luqman: 19)

3. Pendukung dan penopang (muayyidat), yaitu;

a. Jihad

"Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena

sesungguhnaya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-

benar Maha Kuasa menolong mereka itu". (Al Hajj: 39)

"(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka

tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata:"Rabb kami

hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian

manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara

Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-

masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sseungguhnya Allah

pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah

benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa". (Al Hajj: 40)

b. Amar ma'ruf dan nahi munkar

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang

munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung". (Ali Imran: 104)

Ibarat bangunan yang kokoh, Islam harus mempunyai pondasi yang

bagus, yakni aqidah dan ibadah. Semakin kuat pondasinya maka akan

semakin kokoh bangunannya, begitu juga dengan Islam yang akan semakin

kokoh jika umatnya beraqidah dan beribadah dengan benar. Hal tersebut

juga harus didukung oleh bangunan (sistem Islam) dan penopang

(muayyidat) yang bagus.

BEBERAPA ASPEK KEYAKINAN SEORANG MUSLIM TERHADAP

ISLAM

Page 93: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

1. Islam adalah wahyu Allah

" Demikianlah Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana,

mewahyukan kepada kamu dan kepada orang-orang yang sebelum kamu".

(Asy Syura: 3)

2. Islam adalah dinul haq

"Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan

agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama

meskipun orang-orang musyrik benci". (As Shaff: 9)

3. Islam adalah din yang lurus

"Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya

(menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-

buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama

itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar

kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi

kebanyakan manusia tidak mengetahui". (Yusuf: 40)

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah

itu.Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus; tetapi

kebanyakan manusia tidak mengetahui". (Ar Rum: 30)

4. Islam adalah din yang bersih

"Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).

Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):"Kami

tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami

kepada Allah dengan sedekatdekatnya". Sesungguhnya Allah akan

memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih

padanya.Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta

dan sangat ingkar". (Az Zumar: 3)

5. Bersih dari syirik

"Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka

bergembira dengan kitab yang diturunkan kepadamu, dan diantara

golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang

Page 94: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

mengingkari sebahagiannya. Katakanlah: "Sesungguhna aku hanya

diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun

dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya

aku kembali". (Ar Ra’du: 36)

6. Bersih dari kesalahan dan kekurangan

"Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an? Kalau kiranya

al-Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan

yang banyak di dalamnya". (An Nisa’: 82)

"Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.

Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah

datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di

antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah

sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya". (Ali Imran: 19)

"Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-

kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat

termasuk orang-orang yang merugi". (Ali Imran: 85)

PERBANDINGAN DINUL ISLAM DENGAN JAHILIYAH1. Sistem Islam sumbernya dari Allah sedangkan sistem jahiliyah

sumbernya selain Allah, yaitu akal manusia.

”Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yangtelah

diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada

Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu

berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orangorang musyrik agama

yang kamu seru mereka kepadanya.Allah menarik kepada agama itu

orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya

orang yang kembali (kepada-Nya).” (Asy Syura: 13)

2. Allah adalah pencipta sedangkan selain Allah adalah makhluk

Page 95: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

"Dan demikianlah telah pasti berlaku ketetapan azab Rabbmu

terhadap orang-orang kafir, karena sesungguhnya mereka adalah

penghuni neraka. " (Al Mu’min: 6)

3. Allah Maha Mengetahui kebutuhan manusia sedangkan manusia bahkan

sering tidak mengetahui kebutuhannya sendiri

"Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu

lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui"

(Al Mulk: 14)

”Mereka menjawab:"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami

ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;

sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

(Al Baqarah: 32)

4. Allah Maha Bijaksana sedangkan manusia sering berbuat alpa dan sering

salah perhitungan

"Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami

ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;

sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".

(Al Baqarah: 32)

5. Setiap yang datang dari Allah adalah kebenaran adanya, sedangkan yang

datang dari manusia banyak mengandung kebatilan

"(Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang

dari Rabbmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang

ragu". (Ali Imran: 60)

"Kebenaran itu adalah dari Rabb-mu, sebab itu jangan sekali-kali

kamu termasuk orang-orang yang ragu". (Al Baqarah: 147)

6. Agama yang datang dari Allah pasti adalah agama yang benar sedangkan

sistem yang datang dari manusia dipenuhi dengan berbagai kerancuan

dan kesalahan

"Dia-lah yang mengutus Rasulnya dengan membawa petunjuk dan

agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-

agama meskipun orang-orang musyrik benci". (Ash Shaff: 9)

Page 96: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

7. Agama yang benar mengantarkan manusia kepada hidayah sedangkan

sistem yang dipenuhi kerancuan hanya akan menyeret manusia semakin

jauh dari petunjuk

"Katakanlah: "Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang menunjuki

kepada kebenaran" Katakanlah:"Allah-lah yang menunjuki kepada

kebenaran". Maka apakah orang-orang yang menunjuki kepada kebenaran

itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk

kecuali (bila) diberi petunjuk Mengapa kamu (berbuat demikian)

Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?" (Yunus: 35)

ILMU TAJWID

A. Definisi Ilmu Tajwid

Lafadz tajwid menurut bahasa (lughowi) artinya membaguskan, sedangkan menurut

istilah :

mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya dengan memberikan hak (berupa sifat

huruf) dan mustahaknya (berupa hukum-hukum).

Yang dimaksud dengan hak huruf adalah sifat asli yang selalu bersamanya seperti sifat Al-

Jahr, Isti’la’, istifal dan lain sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan mustahak huruf

adalah sifat yang nampak sewaktu-waktu seperti tafkhim, tarqiq, ikhfa’ dan lain sebaginya.

B. Hukum Ilmu Tajwid

Hukum mempelajari ilmu tajwid secara teori adalah fardhu kifayah, sedangkan

membaca Al Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid hukumnya fardhu ’ain.

Dalil kewajiban membaca Al Qur’an dengan tajwid adalah:

1. Firman Allah SWT dalam Al Qur’an :

”Dan bacalah Al Qur’an dengan tartil”. (Al Muzammil : 4)

Page 97: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Al-Imam Ali bin Abi Tolib menjelaskan arti tartil dalam ayat ini, yaitu mentajwidkan

huruf-hurufnya dan mengetahui tempat-tempat waqof.

2. Sabda Rasulullah saw sebagai berikut:

”Bacalah Al Qur-än sesuai dengan cara dan suara orang-orang Arab. Dan jauhilah

olehmu cara baca orang-orang fasik dan berdosa besar, maka sesungguhnya akan

datang beberapa kaum setelah aku melagukan AL Qur’an seperti nyanyian dan

Rohbaniah (membaca tanpa tadabbur dan pengamalan) suara mereka tidak dapat

melewati tenggorokan mereka (tidak dapat meresap dalam hati), hati mereka dan

orang-orang yang simpati kepada mereka telah terfitnah (keluar dari jalan yang

lurus)”. (Al Burhan fi Tajwidiil Qur’an)

3. Adapun hukum fardhu ’ain, Imam Ibnul Jazari mengatakan : ”Membaca Al Qur-än

dengan tajwid hukumnya wajib, barangsiapa tidak membacanya dengan tajwid ia

berdosa. Karena dengan tajwid Allah menurunkan Al Qur-an, dan demikianlah Al Qur-

an sampai kepada kita dari-Nya”.

C. Fadhilah (Keutamaan) Ilmu Tajwid

Ilmu tajwid adalah ilmu yang sangat mulia, karena berhubungan langsung dengan Al

Qur’an. Diantara keistimewaannya adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari dan mengajarkan Al Qur-an adalah tolok ukur kualitas seorang muslim.

Sabda Rasulullah SAW:

”Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.”

(HR.Bukhari)

2. Mempelajari Al Qur-an adalah sebaik-baik kesibukan. Allah swt berfirman dalam

hadist qudsi :

”Barangsiapa yang disibukkan oleh Al Qur’an dalam rangka berdzikir kepadaku, dan

memohon kepadaku, niscaya Aku akan berikan sesuatu yang lebih utama daripada apa

yang telah Aku berikan kepada orang-orang yang telah meminta. Dan keutamaan kalam

Allah daripada seluruh kalam selain-Nya, seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya.”

(HR. At-Turmudzi)

3. Dengan mempelajari Al Qur’an, maka akan turun sakinah (ketentraman), rahmat,

malaikat, dan Allah menyebaut-nyebut orang yang mempelajari kepada makhluk yang

ada disisi-Nya.

Tempat Keluarnya Huruf dan Sifatnya

Secara global makhroj huruf ada lima tempat:

1. Rongga mulut

2. Tenggorokan

Page 98: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

3. Lidah

4. Dua bibir

5. Rongga hidung

Keterangan:

1. Yang keluar dari rongga mulut berupa huruf-huruf mad, yaitu

و - ي - ا ) )

contoh:

1.1 ن - و pengucapannya dengan memonyongkan kedua bibir.

1.2 ح - ی pengucapannya dengan menurunkan bibir bagian bawah.

ه - ا 1.3 pengucapannya dengan membuka mulut.

2. Yang keluar dari tenggorokan yaitu huruf-huruf : ء - ه - ع - ح - غ - خ

Perinciannya adalah sebagai berikut:

ء - ه .2.1 keluar dari tenggorokan bawah

2.2. ع - ح keluar dari tenggorokan tengah

2.3. غ - خ keluar dari tenggorokan atas

3. Yang keluar dari lidah yaitu huruf-huruf sebagai berikut:

ق - ك - ج - ش - ي - ض - ل - ن - ر - ط - د - ت - ظ - ث - ذ - ص - ز - س

3.1 keluar dari pangkal lidah dekat tenggorokan, mengangkat ke langit-langit ( ق )

3.2 ( ك ) seperti makhroj qof namun pangkal lidah diturunkan

3.3 ( ج - ش - ي ) keluar dari tengah lidah bertemu dengan langit-langit

3.4 ( ض) keluar dari dua sisi lidah atau salah satunya bertemu dengan geraham

3.5 ( ل) keluarnya dengan menggerakkan semua lidah dan bertemu dengan ujung

langit-langit

3.6 ( ن) keluar dari ujung lidah sedikit di bawah makhroj

3.7 keluar dari ujung lidah hampir sama seperti dengan memasukkan punggung ( ر)

lidah

3.8 ( ط - د - ت ) keluar dari ujung lidah yang bertemu dengan gusi bagian atas

3.9 ص - ز - س ) ) keluar dari ujung lidah, hampir bertemu gigi depan bagian bawah

3.10 ( ظ - ث - ذ ) ujung lidah keluar sedikit bertemu dengan ujung gigi depan atas

4. Yang keluar melalui dua bibir yaitu ف - و - ب - م

4.1 keluar dari bibir bawah bagian dalam bertemu dengan ujung gigi atas ( ف )

4.2 و - ب - م ) ) keluar dari dua bibir

5. Yang keluar dari rongga hidung hanya satu yaitu ghunnah (dengung)

HUKUM NUN MATI DAN TANWIN

Ada empat hukum yang berkaitan dengan hukum nun mati dan tanwin.

Page 99: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

1. Idzar artinya jelas. Apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf

idzar ( ء - ه - ح - خ - ع - غ ) maka membacanya harus jelas.

Contoh :

Nun mati وهني ن

Tanwin '(انيه ,ن) ع'ي

2. Idghom artinya memasukkan. Kaidah tajwid ini ada dua macam, yaitu

a. Idghom Ma’alghunnah (idghom bighunnah)

Artimya memasukkan dengan disertai dengung, yaitu apabila ada nun mati atau

tanwin bertemu dengan huruf ي ن م و maka dibaca dengan disertai dengung.

Contoh :

tanwin ( ) bertemu dengan ي ( م bertemu dengan ن )

b. Idghom Bilaghunnah, artinya membaca tanpa dengung, apabila ada nun mati ( ( ن,

atau tanwin ( 3( ) bertemu dengan huruf dan ل maka dibaca ر tanpa disertai

dengungan.

Contoh :

Tanwin bertemu ل (lam)

Nun mati ( (lam) ( ل ) bertemu ( ن,

3. Ikhfa - artinya menutupi. Apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf-

huruf ikhfa’ maka dibaca dengan samar-samar (antara idzar dan idham).

Huru-huruf ikhfa’ ada 15 yaitu semua huruf selain huruf idhzar, idgham dan iqlab.

Huruf-huruf itu adalah:

ت- ث- ج – د- ذ – ز- س- ش- ص- ض- ط- ظ- ف- ق - ك

Contoh: nun mati Dنط Dنم tanwin ل, ج'مDی ,ر ص'ب

4. Iqlab, artinya mengubah. Apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf

amak berubah menjadi mim dan disertai dengan dengung.

HUKUM MIM MATI

Apabila terdapat mim mati dalam bacaan Al- Qur’an, maka hukum bacaannya adalah

sebagai berikut (ada 3 macam hukum bacaan mim sakinah):

1. Ikhfa’ Syafawi

Yaitu apabila ada mim mati ( maka dibaca samar disertai ,( ب) ’bertemu dengan ba ( م,

ghunnah.

Contoh: (ة DحDج'ار' ,هDم ب 'ر, مDي ت

2. Idghom Mistlain

Yaitu apabila ada mim mati ( ( م, bertemu dengan mim ( ,( م maka dibaca dengan

ghunnah (dengungan).

Contoh: 3ؤ,ص'د'ةOم, مDه, 'ی Dنها ع'ل إ

Page 100: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

3. Idzhar Syafawi

Yaitu apabila terdapat mim mati ( ب dan م) bertemu dengan selain dua huruf diatas ( م,

), maka mim harus dibaca dengan jelas tanpa ghunnah, terutama ketika bertemu

dengan fa’ dan waw (ف dan و ).

Contoh: ,ح ر' 'ش, 'م, ن ' ل أ (mim mati bertemu ن )

HUKUM MAD

Arti mad menurut bahasa adalah ’tambahan’, sedangkan secara istilah berarti

memanjangkan suara dengan lama ketika mengucapkan huruf mad. Hukum mad ada tiga,

yaitu :

1. waw sukun (,و ) yang sebelumnya berharakat dlommah ( O ),

2. ya’ sukun ( yang huruf sebelumnya berharakat kasrah ( D ) dan (ي,

3. alif yang sebelumnya berharakat fathah ( ' ).

Jenis-jenis mad terdiri dari:

1. Mad Thabi’i atau mad asli, panjangnya 2 harakat.

Contoh: لر� نDי أ لDكD م'ا ح,م

Mad Far’i, panjangnya 2 sampai 6 harakat. Pemanjangan mad ini ada yang disebabkan

betemu dengan hamzah (۶) dan ada yang disebabakan waqaf (berhenti), ada yang

karena bertemu huruf sukun dan ada yang karena aslinya harus dibaca panjang. Mad

ini dibagi lagi menjadi:

1.1. Mad yang dibaca panjang karena bertemu dengan hamzah.

1.1.1. Mad Wajib Muttasil: mad yang bertemu dengan hamzah dalam satu kalimat,

dengan panjang 5 harakat ketika washol dan 6 harakat ketika waqaf.

Contoh : 'ذ'ا ج'اء D ء' جDي, و' إ

1.1.2. Mad Jaiz Muntasil: mad yang bertemu dengan hamzah pada kalimat yang

terpisah. Panjang 2 – 5 harakat, dibaca seragam, kalau memulai dengan 2 harakat,

maka seterusnya harus dibaca 2 harakat.

Contoh : D 'ق,وD,يم نD ت 'ح,س' فDي ا

1.1.3. Mad Badal: jika hamzah bertemu dengan huruf Mad. Panjangnya 2 harakat.

Contoh : 'يD و, ت' ا ― أ ,م'ا ن D ي إ

1.1.4. Mad ’aid Lis sukun: jika mad thabi’i jatuh sebelum huruf yang diwaqafkan.

Panjangnya 2 sampai 6 harakat.

Contoh : , ,ن' 'مDی DD ر'با لع'ال 'ل,ح'م,دO هللا�ل ا

1.1.5. Mad Layyin: jika berhenti pada satu huruf yang sebelumnya waw (و) sukun

atau ya’ (ي) sukun yang didahului oleh huruf berharakat fathah ( ' ), panjangnya 2

sampai 6 harakat.

Contoh : Dت, 'ی ',لب ,هD - ا 'ی ع'ل

Page 101: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Pergaulan dalam Islam

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu

dari manusia (karena sombong), dan janganlah

kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh”

(QS.Luqman:18)

“Tidak ada yang paling berat dalam

timbangan amal di akhirat kelak selain dari pekerti yang baik”

(HR. Ahmad dan Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Baniy dalam Shahih

al-Jami’ 5721)

Urgensi adab-adab dalam Islam

Salah satu aspek dari ajaran Islam yang tidak kalah pentingnya dan wajib bagi

setiap muslim mengetahuinya dan memilikinya serta menghiasi diri dengannya

adalah akhlak dan adab, karena suatu umat apabila telah hilang akhlak dan

adabnya, maka ini merupakan tanda-tanda kehancuran suatu umat dan generasi

tersebut, demikian juga sebaliknya, ketika suatu kaum dan generasi mempunyai

akhlak dan adab maka jayalah umat tersebut. Beberapa peran penting adab-adab

dalam Islam yaitu:

a. Membentuk kehidupan yang baik

b. Membina aqidah

Page 102: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

c. Membina kepribadian

d. Mengetahui hak dan kewajiban masyarakat

e. Membina kekuatan dan persatuan umat

Adab-adab Pergaulan

Adab terhadap Allah swt

Bersyukur terhadap segala nikmat-Nya

"Dan jika kamu kamu menghitung nikmat Allah, niscaya engkau tidak bisa

menghitungnya".

(QS. Ibrahim: 34 )

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Oleh karena itu, ingatlah kepada-Ku niscaya aku ingat pula kepadamu dan

bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku".

(QS. al-Baqarah: 152)

Malu dan takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala

"Ia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan".

(QS. at-Taghabun: 4)

Berserah diri dan menggantungkan segala perkara dan urusan kepada-Nya

"Dan hanya kepada Allahlah hendaknya kamu bertawakkal jika kamu benar-benar

orang yang beriman". (QS. al-Maidah: 23).

Merenungi rahmat Allah yang telah dilimpahkannya dan kepada seluruh

makhluk

"Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah". (QS. Yusuf:

87)

Berhusnuzhan kepada Allah terhadap janji yang pasti akan ditepati dan

ancaman yang pasti dipenuhi.

"Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan

bertakwa kepada-Nya maka mereka adalah orang-orang yang mendapatkan

kemenangan". (QS. an-Nur: 52)

Adab Kepada Al-Qur'an

Page 103: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Membacanya dalam keadaan suci, menghadap kiblat dan duduk dengan

penuh kesopanan dan ketenangan.

Membacanya dengan tartil dan tidak terburu-buru.

Membaca dengan penuh kekhusu'an.

Membaguskan suaranya, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wa sallam : "Hiasilah Al-Qur'an dengan suaramu". (HR. Ahmad, Ibnu Majah,

Nasa'i, Abu Daud)

Mensirkan (merendahkan) bacaannya jika ia takut riya' atau mengganggu

kekhusyu'an orang sedang shalat.

Membacanya dengan penuh perhatian, serta berusaha merenungi dan

memahami maknanya dan hikmah-hikmah yang terkandung didalamnya.

Ketika membaca Al-Qur'an hendaknya ia tidak termasuk orang yang lalai

dan menyimpang dari aturan-aturannya, karena hal tersebut dapat

menyebabkan laknat terhadap diri sendiri, seperti ia membaca ayat: "Maka

kita minta supaya laknat Allah ditimpakan pada orang-orang yang dusta".

(QS. Ali Imran: 61) Dalam surat lain Allah Ta'ala berfirman: "Ingatlah laknat

Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dzalim". (QS. Hud: 18)

Berusaha dengan sungguh-sungguh supaya menjadi ahlul-Qur'an yang

merupakan Ahlullah dan orang-orang yang mendapatkan keistimewaan.

Adab Kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

* Mentaati dan mengikuti jalan kehidupan beliau shallallahu ‘alaihi wa

sallam, baik dalam urusan dunia ataupun agamanya.

* Mendahulukan cinta kepadanya dari mencintai yang lain.Dalam hal ini

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Tidaklah sempurna

keimanan salah seorang dari kalian sehingga aku lebih dia cintai dari

anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia" (Muttafaqun ‘alaihi)

* Mencintai orang yang beliau cintai, memusuhi orang yang beliau musuhi,

dan meridhai apa yang beliau ridhai, serta marah terhadap sesuatu yang

beliau murkai.

* Memuliakannya ketika menyebut nama beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam

dan bershalawat beserta salam kepadanya.

Page 104: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

* Membenarkan apa yang beliau khabarkan, baik tentang urusan agama,

permasalahan dunia maupun hal ghaib tentang kehidupan dunia maupun

akhirat.

* Menghidupkan sunnah-sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

memperjuangkan syari'atnya, dan menyampaikan dakwah beliau serta

menjadikan beliau sebagai khudwah uswatun hasanah

Adab seorang muslim terhadap dirinya sendiri

Seorang Muslim harus mempunyai sifat-sifat:

Taubat

Yang dimaksud dengan taubat adalah berlepas diri dari seluruh perbuatan

dosa dan maksiat, menyesali segala dosa yang telah berlalu serta bertekad

untuk tidak mengulanginya dikemudian hari.

Muraqabah

Hendaklah setiap muslim menjaga sikap dan perbuatannya dihadapan Allah

Ta'ala di setiap waktu dalam hidupnya, dan menyadari bahwa Allah

Subhanahu wa Ta'ala selalu mengawasi segala tindak-tanduk, serta

mengetahui apa yang dirahasiakannya dan yang dinyatakannya

Muhasabah (Mengoreksi diri)

Mujahadah

Didalam melaksanakan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala seorang

muslim dihadapkan dengan berbagai macam godaan-godaan dunia, dengan

godaan tersebut banyak orang yang terlena dan jatuh ke dalam lembah

keburukan, dosa, maksiat, dan memperturutkan syahwat.

Pergaulan dengan orang lain

Menjaga Pandangan

Menutup Aurat

Adanya Pembatas Antara Lelaki Dengan Perempuan

Tidak Brdua-duaan Di Antara Lelaki dan Perempuan

Tidak Melunakkan Ucapan (Percakapan)

Tidak Menyentuh Kaum Berlawanan Jenis

Page 105: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Beberapa Adab dalam Kehidupan Sehari-hari

Adab dalam Berpakaian

Beberapa adab dalam berpakaian antara lain dimulai dengan membaca do’a

sebagai berikut

Segala puji bagi Allah yang telah memberi pakaian dan rezeki kepadaku tanpa

jerih payahku dan kekuatanku. Syarat pakaian yang digunakan yaitu:

1. Harus tertutup aurat

Aurat bagi perempuan (muslimah) adalah seluruh anggota tubuhnya kecuali

muka dan telapak tangan sedangkan bagi laki-laki (muslimin) adalah dari pusar

hingga lutut.

“Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk

menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa[531]

Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda

kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat”.

(.S Al-A’raf:26)

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki)

mesjid[534], Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya

Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (.S Al-A’raf:26)

2. Tidak terlalu ketat

Bagi seorang perempuan, pakaian yang terlalu ketat mengakibatkan lekuk-lekuk

tubuhnya akan kelihatan, tentunya akan mengundang pikiran kotor dan

sangkaan buruk (suuzan) yang melihatnya.

3. Tidak berlebih-lebihan

Berpakaianlah secara sederhana tetapi menarik simpai orang lain. Allah SWT

tidak menyukai orang yang selalu berlebih-lebihan.

4. Bersih dan rapi

Pakaian yang kita pakai harus bersih dan rapi. Sebab Allah SWT menyukai

orang-orang yang senantiasa menjaga kebersihan, baik kebersihan badannya

maupun pakaiannya.

5. Sesuai dengan situasi dan kondisinya

Page 106: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Dalam berpakaian, kita harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisinya.

Ketika sekolah, pakailah pakaian seragam sekolah. Ketika bermain, pakaian

bermain dan lain-lain

Adab dalam makan

a. Memulai makan dengan mengucapkan Bismillah.

Berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Apabila salah seorang diantara kalian hendak makan, maka ucapkanlah:

‘Bismilah.’ Dan jika ia lupa untuk mengucapkan Bismillah di awal makan, maka

hendaklah ia mengucapkan ‘Bismillahi Awwalahu wa Aakhirahu (dengan

menyebut nama Allah di awal dan diakhirnya).’” (HR. Daud Dishohihkan oleh

Syaikh Al Albani dalam Shohih Ibnu Majah: 3264)

b. Hendaknya mengakhiri makan dengan pujian kepada Allah.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Barangsiapa telah selesai makan hendaknya dia berdo’a:

“Alhamdulillaahilladzi ath’amani hadza wa razaqqaniihi min ghairi haulin minni

walaa quwwatin. Niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Daud,

Hadits Hasan)

Oح'م,د, cهD ال Dل cذDي ل Dي ال 'ط,ع'م'ن DيهD ه'ذ'ا أ ق'ن ز' ,رD مDن, و''ر' kي حو,ل) غ'ي ' و' مDن قOوcة) ال

“Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan ini kepadaku dan yang telah

memberi rizki kepadaku tanpa daya dan kekuatanku.”

Atau bisa pula dengan doa berikut,

Oح'م,د, cهD ال Dل ,دا ل ن ح' Dيرا كث kبا ط'ي كا 'ار' ,ر' فDيهD مOب ,فDيq )غ'ي ' و' م'ك ' و' مOو'دcع)( ال 'ي ال 'غ,ن ت ,هO مOس, ' ع'ن cنا ب ر'

“Segala puji bagi Allah dengan puja-puji yang banyak dan penuh berkah, meski

bukanlah puja-puji yang memadai dan mencukupi dan meski tidaklah

dibutuhkan oleh Rabb kita.”

(HR. Bukhari VI/214 dan Tirmidzi dengan lafalnya V/507)

c. Hendaknya makan dengan menggunakan tiga jari tangan kanan.

“Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam makan dengan

menggunakan tiga jari.” (HR. Muslim, HR. Daud)

d. Hendaknya menjilati jari jemarinya sebelum dicuci tangannya.

Page 107: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

“Apabila salah seorang diantara kalian telah selesai makan maka janganlah

ia mengusap tangannya hingga ia menjilatinya atau minta dijilati (oleh

Isterinya, anaknya).” (HR. Bukhari Muslim)

e. Apabila ada sesuatu dari makanan kita terjatuh, maka hendaknya dibersihkan

bagian yang kotornya kemudian memakannya.

“Apabila ada sesuap makanan dari salah seorang diantara kalian terjatuh,

maka hendaklah dia membersihkan bagiannya yang kotor, kemudian

memakannya dan jangan meninggalkannya untuk syaitan.” (HR. Muslim,

Abu Daud)

f. Hendaknya tidak meniup pada makanan yang masih panas dan tidak

memakannya hingga menjadi lebih dingin, hal ini berlaku pula pada

minuman. Apabila hendak bernafas maka lakukanlah di luar gelas, dan

ketika minum hendaknya menjadikan tiga kali tegukan.

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang untuk menghirup udara di

dalam gelas (ketika minum) dan meniup di dalamnya.” (HR. At Tirmidzi)

g. Hendaknya menghindarkan diri dari kenyang yang melampaui batas.

“Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya,

cukuplah baginya memakan beberapa suapan sekedar dapat menegakkan

tulang punggungnya (memberikan tenaga), maka jika tidak mau, maka ia

dapat memenuhi perutnya dengan sepertiga makanan, sepertiga minuman

dan sepertiga lagi untuk bernafasnya.” (HR. Ahad, Ibnu Majah)

h. Makan memulai dengan yang letaknya terdekat kecuali bila macamnya

berbeda maka boleh mengambil yang jauh.

“Wahai anak muda, sebutkanlah Nama Allah (Bismillah), makanlah dengan

tangan kananmu dan makanlah dari apa-apa yang dekat denganmu.” (HR.

Bukhari Muslim)

i. Hendaknya memulai makan dan minuman dalam suatu jamuan makan

dengan mendahulukan (mempersilakan mengambil makanan terlebih

dahulu) orang-orang yang lebih tua umurnya atau yang lebih memiliki

derajat keutamaan.

j. Ketika makan hendaknya tidak melihat teman yang lain agar tidak

terkesan mengawasi.

Page 108: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

k. Hendaknya tidak melakukan sesuatu yang dalam pandangan manusia

dianggap menjijikkan.

l. Jika makan bersama orang miskin, maka hendaklah kita mendahulukan

mereka.

Adab Tidur

Berikut beberapa adab tidur yang diajarkan oleh Rasulullah SAW

1. Berintropeksi diri (muhasabah) sesaat sebelum tidur

Sangat dianjurkan sekali bagi setiap muslim bermuhasabah (berintropeksi

diri) sesaat sebelum tidur, mengevaluasi segala perbuatan yang telah ia lakukan

siang hari. lalu jika ia dapatkan perbuatannya baik makahendaknya memuji

Allah SWT dan jika sebaliknya maka hendaknya segera memohon ampunan-Nya,

kembali dan bertobat kepada-Nya.

2. Tidur dini

Berdasarkan hadits yang bersumber dari ‘Aisyah “Bahwasanya Rasulullah

tidur pada awal malam dan bangun pada penghujung malam, lalu beliau

melakukan sholat”.(Muttafaq’alaih).

3. Disunnatkan berwudhu’ sebelum tidur, dan berbaring miring sebelah

kanan.

Al-bara’ bin ‘azib menuturkan : Rasulullah bersabda:”Apabila kamu akan

tidur,maka berwudhu lah sebagaimana wudhu untuk sholat, kemudian

berbaringlah dengan miring ke sebelah kanan…” Dan tidak mengapa berbalik

kesebelah kiri nantinya.

4. Disunnatkan pula mengibaskan seprei tiga kali sebelum berbaring

Berdasarkan hadits Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda:”

Apabila seorang dari kamu akan tidur, maka hendaklah mengirapkan kainnya

pada tempat tidurnya itu terlebih dahulu, karena ia tidak tahu apa yang ada

diatasnya…” Di dalam satu riwayat lain dikatakan:”tiga kali”.(MuttafaQ’alaih)

5. Makruh tidur tengkurap

Abu dzar menuturkan :”Nabi pernah lewat melintasi aku, dikala itu aku

sedang berbaring tengkurap. Maka nabi membagunkan akau dengan kakinya

sambil bersabda:” Wahai Abu Dzar, sesungguhnya berbaring seperti ini

(tengkurap) adalah cara berbaringnya penghuni neraka”.

Page 109: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

(H.R. Ibnu Majah).

6. Makruh tidur diatas dak terbuka.

Hadits yang bersumber dari ‘Ali bin Syaiban menyebutkan bahwasanya Nabi

telah bersabda:”Barangsiapa yang tidur malam diatas atap rumah yang tidak

ada penutupnya, maka hilanglah jaminan darinya”. (H.R. Al-Bukhari)

7.Menutup pintu, jendela dan memadamkan api dan lampu sebelum tidur.

Dari Jabir diriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah telah bersabda:”

Padamkanlah lampu dimalam hari apabila kamu tidur, tutuplah pintu, tutuplah

rapat-rapat bejana-bejana dan tutuplah makanan dan

minuman.”(Muttafaq’alaih).

8. Membaca ayat kursi, dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah.

Surah Al-ikhlas dan Al-Mu’awwiidzatain (Al-Falaq dan An-Nas), karena

banyak hadits-hadits shahih yang menganjurkan hal tersebut.

9. Membaca do’a-do’a dan dzikir yang keterangannya shahih dari

Rasulullah

Seperti : Allaahumma qinii yauma tab’atsu’ibaadaka (Ya Allah,peliharalah

aku dari Adzab-Mu pada hari Engkau membangkitkan kembali segenap hamba-

hamba-Mu). Dibaca tiga kali.(HR. Abu Dawud)

Dan membaca: “Bismika Allahumma Amuutu Wa ahya” (Dengan menyebut

nama-mu ya Allah, aku mati dan aku hidup.) (HR. Al-Bukhari)

10. Apabila disaat tidur merasa kaget atau merasa gelisah atau merasa

ketakutan,

Maka, dianjurkan berdo’a dengan do’a berikut ini:”A’uudzu

bikalimaatillaahit taammati min ghadhabihi Wa syarru ‘ibaadihi, wamin

hamazaatisy syasaathiini wa an yahdhuruuna.(Aku berlindung dengan

kalimatullah yang sempurna dari murka-Nya,kejahatan hamba-hamba-Nya,

dari gangguan syetan dan kehasiran mereka kepadaku”.) (HR. Abu Dawud)

11. Apabila bermimpi buruk maka hendaknya ia meludah ke sebelah

kirinya tiga kali lalu merubah posisi tidurnya dari kiri ke kanan atau

sebaliknya.

Dan hendaknya ia tidak menceritakan mimpi buruknya tersebut kepada

orang lain serta tidak memikirkannya namun hendaknya ia berdoa dan

bertawakkal kepada Allah, sesungguhnya mimpi buruknya tersebut tidak akan

Page 110: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

membahayakannya. Adapun jika mimpinya baik maka boleh ia

menceritakannya kepada orang lain.

12. Hendaknya apabila bangun tidur membaca :

“Allhamdu Lillahilladzi Ahyaanaa ba’da maa Amaatanaa wa

ilaihinnusyurru” (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah

kami dimatikan-Nya,dan kepada-nya lah kami dikembalikan) (HR. Al-Bukhari)

13. Ketika seorang menguap hendaknya ia menahannya sekuat tenaga

Karena jika ia mengucapkan “Ha”,maka setan akan menertawainya,

berdasarkan hadits dari Abu Hurairah riwayat Imam Al-Bukhari dan Imam

muslim. Atau hendaknya ia menutup mulutnya dengan tangannya karena setan

akan masuk, berdasarkan hadits dari Abu Sa’id Al-Khurdiy riwayat Imam

Muslim, Imam Abu dawud dan Imam Ahmad.

Adab Berdo’a

• Ikhlas karena Allah semata. (QS. Al-Mu’min: 14),(QS. Al-Bayyinnah: 5)

• Mengawalinya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah, lalu diikuti

dengan bacaan shalawat kepada atas Rasulullah dan diakhiri dengannya.

• Bersungguh-sungguh dalam memanjatkan do’a serta yakin akan dikabulkan

• Mendesak dengan penuh kerendahan dalam berdo’a dan tidak terburu-buru

• Menghadirkan hati dalam do’a.

• Memanjatkan do’a, baik dalam keadaan lapang maupun susah.

• Tidak boleh berdo’a dan memohon sesuatu kecuali hanya kepada Allah

semata.

• Tidak mendo’akan keburukan kepada keluarga, harta, anak dan diri sendiri.

• Merendahkan suara ketika berdo’a, yaitu antara samar dan keras. (QS. Al-

A’raaf: 55, 205).

• Mengakui dosa yang telah diperbuat, lalu mohon ampunan atasnya, serta

mengakui nikmat yang telah diterima dan bersyukur kepada Allah atas nikmat

tersebut.

• Tidak membebani diri dalam membuat sajak dalam do’a.

• Tadharru’ (merendahkan diri), khusyu’, raghbah (berharap untuk dikabulkan)

dan rahbah (rasa takut tidak dikabulkan). (QS. Al-Anbiyaa’: 90).

• Mengembalikan (hak orang lain) yang dizhalimi disertai dengan taubat.

• Memanjatkan do’a tiga kali.

Page 111: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

• Menghadap Qiblat.

• Mengangkat kedua tangan dalam do’a.

• Jika mungkin berwudhu’ terlebih dahulu sebelum berdo’a.

• Tidak berlebih-lebihan dalam berdo’a.

• Tawassul kepada Allah dengan Asmaa’-ul Husna dan sifat-sifatNya yang

Maha Tinggi, atau dengan amal shalih yang pernah dikerjakannya sendiri

atau dengan do’a seorang shalih yang masih hidup dan berada di

hadapannya.

• Makanan dan minuman yang dikonsumsi serta pakaian yang dikenakan harus

berasal dari usaha yang halal.

• Tidak berdo’a untuk suatu dosa atau memutuskan silaturahmi.

• Menjauhi segala bentuk kemaksiatan.

• Harus menegakkan amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh berbuat kebaikan

dan mencegah kemunkaran).

• Hendaklah orang yang berdo’a memulai dengan mendo’akan diri sendiri, jika

dia hendak medo’akan orang lain.

Adab Bertamu

1. Memperbaiki Niat

Tidak bisa dipungkiri bahwa niat merupakan landasan dasar dalam setiap

amalan. Hendaklah setiap muslim yang akan bertamu, selain untuk

menunaikan hajatnya, juga ia niatkan untuk menyambung silaturahim dan

mempererat ukhuwah. Sehingga,… tidak ada satu amalan pun yang ia perbuat

melainkan berguna bagi agama dan dunianya. Tentang niat ini Rasulullah

shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

نوى ما امريء لكل وإنما بالنيات األعمال إنما

“Sesungguhnya seluruh amal perbuatan itu dengan niat dan setiap orang

tergantung pada apa yang ia niatkan” (HR. Bukhari, Muslim dan selain

keduanya).

Ibnul-Mubarak berkata :

النية تصغره كبير عمل ورب النية تعظمه صغير عمل رب

“Betapa amal kecil diperbesar oleh niatnya dan betapa amal besar

diperkecil oleh niatnya” (Jaami’ul-Ulum wal-Hikam halaman 17 – Daarul-

Hadits).

Page 112: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

2. Memberitahukan Perihal Kedatangannya (untuk Minta Ijin) Sebelum

Bertamu

Adab ini sangat penting untuk diperhatikan. Mengapa ? Karena tidak setiap

waktu setiap muslim itu siap menerima tamu. Barangkali ia punya

keperluan/hajat yang harus ditunaikan sehingga ia tidak bisa ditemui. Atau

barangkali ia dalam keadaan sempit sehingga ia tidak bisa menjamu tamu

sebagaimana dianjurkan oleh syari’at. Betapa banyak manusia yang tidak bisa

menolak seorang tamu apabila si tamu telah mengetuk pintu dan mengucapkan

salam padahal ia punya hajat yang hendak ia tunaikan. Allah telah memberikan

kemudahan kepada kita berupa sarana-sarana komunikasi (surat, telepon, sms,

dan yang lainnya) yang bisa kita gunakan untuk melaksanakan adab ini.

3. Menentukan Awal dan Akhir Waktu Bertamu

Adab ini sebagai alat kendali dalam mengefisienkan waktu bertamu. Tidak

mungkin seluruh waktu hanya habis untuk bertamu dan melayani tamu. Setiap

aktifitas selalu dibatasi oleh aktifitas lainnya, baik bagi yang bertamu maupun

yang ditamui (tuan rumah). Apabila memang keperluannya telah usai, maka

hendaknya ia segera berpamitan pulang sehingga waktu tidak terbuang sia-sia

dan tidak memberatkan tuan rumah dalam pelayanan.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

أهله إلى فليعجل وجهه من نهمته أحدكم قضى فإذا

“Apabila salah seorang diantara kamu telah selesai dari maksud

bepergiannya, maka hendaklah ia segera kembali menuju keluarganya” (HR.

Bukhari dan Muslim).

4. Berwajah Ceria dan Bertutur Kata Lembut dan Baik Ketika Bertemu

Wajah muram dan tutur kata kasar adalah perangai yang tidak disenangi

oleh setiap jiwa yang menemuinya. Allah telah memerintahkan untuk bersikap

lemah lembut, baik dalam hiasan rona wajah maupun tutur kata kepada setiap

bani Adam, dan lebih khusus lagi terhadap orang-orang yang beriman. Dia

telah berfirman :

'اح'ك' و'اخ,فDض, ن Dين' ج' ,مOؤ,مDن Dل ل

“Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman” (QS. Al-

Hijr : 88).

Ibnu Katsir dalam Tafsirnya berkata : [ من رسول جاءكم لقد: }كقوله, جانبك لهم ألن

{رحيم رءوف بالمؤمنين عليكم حريص عنتم ما عليه عزيز أنفسكم ] “Maksudnya bersikap

Page 113: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

lemah lembutlah kepada mereka sebagaimana firman Allah ta’ala :

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri,

berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan

keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang kepada orang-orang

beriman” (QS. At-Taubah : 128).

5. Tidak Sering Bertamu

Mengatur frekwensi bertamu sesuai dengan kebutuhan dapat menimbulkan

kerinduan dan kasih-sayang. Hal itu merupakan sikap pertengahan antara

terlalu sering dan terlalu jarang. Terlalu sering menyebabkan kebosanan.

Sebaliknya, terlalu jarang mengakibatkan putusnya hubungan silaturahim dan

kekeluargaan.

6. Dianjurkan Membawa Sesuatu Sebagai Hadiah

Memberi hadiah termasuk amal kebaikan yang dianjurkan. Sikap saling

memberi hadiah dapat menimbulkan perasaan cinta dan kasih saying, karena

pada dasarnya jiwa senang pada pemberian. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi

wasallam bersabda :

تحابوا تهادوا

“Berilah hadiah di antara kalian, niscaya kalian akan saling mencintai”

(HR. Bukhari dalam Al-Adabul-Mufrad 594; dan dihasankan oleh Syaikh Al-

Albani dalam Al-Irwaa’ nomor 1601).

7. Tidak Boleh Seorang Laki-Laki Bertamu kepada Seorang Wanita yang

Suaminya atau Mahramnya Tidak Ada di Rumah

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam sangat keras menekankan

pelarangan ini sebagaimana sabda beliau :

الحمو قال الحمو أفرأيت الله رسول يا األنصار من رجل فقال النساء على والدخول إياكم

الموت

“Janganlah sekali-kali menjumpai wanita”. Maka seorang laki-laki dari

kaum Anshar bertanya : “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan Al-Hamwu?”.

Beliau menjawab : “Al-Hamwu adalah maut” (HR. Bukhari dan Muslim).

Imam Al-Baghawi dalam menerangkan hadits ini mengatakan : Al-Hamwu

jamaknya Ahma’ yaitu keluarga laki-laki dari pihak suami dan keluarga

perempuan dari pihak istri. Dan yang dimaksudkan di sini adalah saudara laki-

laki suami (ipar) sebab dia bukan mahram bagi istri. Dan bila yang dimaukan

Page 114: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

adalah ayah suami sedang ayah suami adalah mahram, maka bagaimana lagi

dengan yang bukan mahram ?

Tentang kalimat “Al-Hamwu adalah maut”; Ibnul-‘Arabi berkata : “Ini

adalah kalimat yang diucapkan oleh orang Arab, sama dengan ungkapan :

Serigala adalah maut. Artinya, bertemu serigala sama dengan bertemu maut”.

PEDOMAN HIDUP

Rasulullah saw bersabda : “Aku telah meninggalkan kepada kalian dua perkara,

yang kamu tidak akan tersesat selama kamu berpegang teguh kepada keduanya,

yaitu kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah Rasulullah.”

(HR. Malik)

AL-QUR’AN

Secara bahasa, kata Al Qur’an berasal dari kata dasar qa-ra-a, yang berarti membaca. Dari kata

ini terbentuklah kata benda : qar’, qira’ah, dan qur’an yang berarti bacaan. Secara terminologi, Al Qur’an

berarti firman Allah swt yang mengandung mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw

secara berangsur-angsur sebagai petunjuk bagi manusia yang membacanya bernilai ibadah.

FUNGSI AL QUR’AN

Allah menurunkan Al Qur’an agar manusia mengambil manfaat darinya. Al Qur’an akan berfungsi

ketika nilai-nilainya diterapkan dalam kehidupan nyata. Adapun fungsi dari Al Qur’an adalah:

Page 115: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

1) Al Qur’an sebagai minhajul hayyah (pedoman hidup) bagi

seluruh manusia tanpa kecuali

2) Al Qur’an sebagai an-nur (cahaya)

3) Al Qur’an sebagi ad-dzikr (pemberi peringatan)

4) Al Qur’an sebagi al-furqon (pembeda)

5) Al Qur’an sebagai al-burhan (bukti)

6) Al Qur’an sebagai al basyir (kabar gembira) dan an-nadzir

(pemberi peringatan)

7) Al Qur’an sebagai ruh

8) Al Qur’an sebagai asy-syifa’ (obat)

9) Al Qur’an sebagai ar-rahmah

10) Al Qur’an sebagai al-huda (petunjuk)

11) Al Qur’an sebagai al-mau’izhah (pengajaran)

12) Al Qur’an sebagai al-kitab

13) Al Qur’an sebagai al-basyir (mata hati)

KEISTIMEWAAN AL QUR’AN

Al Qur’an adalah satu-satunya kitab Allah yang diturunkan sebagai pedoman hidup manusia yang

memiliki keistimewaan yang tak tertandingi oleh kitab manapun. Diantara keistimewaan Al Qur’an

adalah sebagai berikut:

1) Satu-satunya kitab yang terjaga kesalihanya sampai akhir zaman.

2) Kelengkapan peraturan yang termuat dalam Al Qur’an dan selalu sesuai untuk

manusia di semua zaman.

3) Keindahan penyampaian, ketinggian bahasanya dan kerapihan susunan ayatnya

yang sampai saat ini tidak seorangpun sanggup menandinginya.

4) Pemberitahuan Al Qur’an tentang kejadian yang akan datang.

5) Penemuan ilmiah yang tercantum didalam Al Qur’an.

Page 116: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Tidak hanya sebatas itu saja, Al Qur’an juga menggambarkan tentang kajadian alam semesta, bumi yang

bulat, bintang, bulan, planet, laut, matahari dan banyak hal lain yang kesemuanya kemudian dibuktiksn

kebenarannya oleh orang-orang yang menentang kebenaran Al Qur’an. Subhanallah !

KEWAJIBAN SEORANG MUSLIM TERHADAP AL QUR’AN

1) Meyakini dan mengimani Al Qur’an

2) Membaca Al Qur’an

3) Tadabbur Al Qur’an

4) Mengamalkan isi ajaran Al Qur’an

5) Belajar dan mengajarkanya

Belajar dan mengajarkan Al Qur’an adalah kewajiban yang suci dan mulia. Di dalam mengajarkan

Al Qur’an terkandung tiga kemuliaan, yaitu kemuliaan mengajar (yang merupakan tugas para nabi),

kemuliaan membaca Al Qur’an ketika mengajarkanya, kemudian men-taddabur-inya. Dengan

mengajarkan secara terus-menerus, selain untuk belajar, menjadikan seseorang lebih mahir dalam

pemahamannya.

ADAB MEMBACA AL QUR’AN

Hendaklah seorang muslim mewarnai hari-harinya dengan tilawah (membaca) Al Qur’an.

Sebagaimana ibaah-ibadah lain, tilawatil Qur’an memiliki adab-adab yang harus diperhatikanoleh setiap

muslim. Adab-adab dalam membaca Al Qur’an:

1) Pertama, adab yang berhubungan dengan batiniyah, diantarnya adalah sebagai

berikut:

- Ikhlas

- Konsentrasi

- Khusyuk

2) Kedua, adab yang berhubungan dengan lahiriyah yaitu dengan :

- Memilih waktu, tempat dan kondisi yang tepat.

- Suci dari hadast dan najis.

- Membaca dimulai dengan ta’awudz dan basmallah.

KEUTAMAAN MEMBACA AL QUR’AN

Page 117: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Allah swt menurunkan kitab-Nya yang kekal dan abadi berupa Al Qur’an, agar dibaca oleh lidah-

lidah manusia, didengarkan oleh telinga-telinga mereka, di taddabur-i oleh akal mereka dan menjadi

ketenangan bagi kegundahan dan kegersangan hati mereka. Seorang muslim yang senantiasa menghiasi

hari-harinya dengan membaca Al Qur’an, maka akan memperoleh keutamaan dan kebaikan sebagaimana

disebutkan dalam Al Qur’an dan hadits. Diantara keutamaan membaca Al Qur’an adalah:

- Seperti di dalam surat Fthir ayat 29-30.

- Al Qur’an memberi syafaat kepada pembacanya kelak di hari kiamat. Sebagaimana diriwayatkan oleh

Abu Umamah Al Bahili, bahwa Rosulullah saw bersabda: “Bacalah Al Qur’an, karena

sesungguhnya,akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pembacanya (HR.Muslim)

- Diberikan yang terbaik oleh Allah serta mendapat kebaikan. Dari Ibnu Mas’ud bahwasanya

Rosulullah saw bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah akan mendapatkan satu

kebaikan dan satu kebaikan berlipat sepuluh kali. Aku tidak mengatakan Aliif Lam Miim satu huruf,

namun Aliif satu huruf, Laam satu huruf, dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi).

Subhanallah, begitu besar keutamaan yang Allah berikan kepada para pembaca Al Qur’an,

sekualitas apapun mereka. Coba bayangkan seandainya salah seorang diantara kita membaca Al Qur’an

beberapa waktu saja, berapa jumlah huruf yang habis terbaca? Dan jika dalam setiap huruf terdapat

sepuluh kebaikan, maka berpakah pahala yang kita dapatkan? Hanyalah orang-orang yang keras hatinya,

sehingga tidak terketuk dengan panggilan membaca Al Qur’an.

Hadits

1. Secara Lughowi (Harfiyah)  

Hadits adalah ism masdar, yang fi’il madhi dan mudhori’nya, hadatsa – yahdutsu.

Hadits mempunyai empat makna, yaitu:

a. Af’al (Perbuatan)

Ahdasa diambil dari kata hadits, mengikuti wazan af’ala, yang artinya ’amila ’amalan la minar

rasul (mengada-adakan atau melakukan perbuatan lain yang tidak ada di zaman rasul). Jadi hadits

disini bermakna perbuatan, dan kalau berubah menjadi ahdasa, maka maknanya berbuat-buat atau

mengadakan perbuatan.

b. Akhbar/aqwal (Cerita atau perkataan atau kabar)

Dalam sejarah dikenal istilah haditsul ifki (cerita bohong) berkenaan dengan tuduhan keji

terhadap ibunda Aisyah ra. Di dalam Al Qur’an terdapat 220 kata hadits serta pecahannya yang

berarti cerita atau menceritakan. Misalnya dalam surat Adh Dhuha ayat 11, Allah berfirman, “Dan

terhadap nikmat Robbmu maka hendaklah engkau menceritakannya”. 

c. Jadid (baru) 

Page 118: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Dalam aqidah menurut imam mazhab Asyar’iyah, dikenal ada 20 sifat wajib Allah, 20 sifat muhal

(mustahil) Allah dan ada satu sifat jaiz. Dan yang kedua dari sifat wajib Allah setelah wujud adalah

Qidam. Lawannya qidam adalah hadits. Qidam artinya dahulu, sedangkan hadits artinya baru atau ada

permulaan. Jadi hadits disini artinya adalah baru, atau ada permulaan

d. Qorib (dekat)

Dalam bahasa arab, ada kalimat antum haditsun minni bil islam (kamu terasa dekat dengan saya

karena islam). Jadi hadits disini, artinya dekat perasaan/hati.

2. Hadits secara istilah (definisi) 

Hadits adalah segala perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan persetujuan (taqrir) dari Nabi

Muhammad saw.  yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama serta sifat dari Rasulullah

saw baik secara lahiriah maupun batiniah .

Hadits-hadits Nabi saw. itu dinamakan dengan “Al Hadits” karena ada persesuaian dengan arti dari

segi bahasanya yang memberi makna “baharu” lawan kepada “Al Qadim”. Seolah-olahnya apa yang

disandarkan kepada Nabi s.a.w. yang dikenali dengan Al Hadits itu adalah sesuatu yang lain daripada

Al Quran yang qadim – demikian kata Syeikhul Islam Hafidz Ibnu Hajar.

Sementara Allamah Syabir Ahmad Utsmani berpendapat bahwa hadits- hadits Rasulullah saw itu

sebenarnya merupakan pernyataan Nabi saw. akan nikmat Allah swt. yang paling besar yaitu Islam

seperti yang terdapat dalam firman Allah swt bermaksud : “Pada hari ini aku sempurnakan  untuk

kamu agamamu, aku lengkapkan kepadamu nikmatku dan aku redhai Islam sebagai agama untukmu”.

(Surah Al Maaidah : 3)

PEMBAGIAN HADITS

Dilihat dari konsekuensi hukumnya :

1. Hadits Maqbul (diterima) : terdiri dari Hadits sohih dan Hadits Hasan

Hadits Sohih :

Yaitu hadits yang memenuhi lima syarat berikut ini :

1. Sanadnya bersambung (telah mendengar/bertemu antara para perawi).

2. Melalui penukilan dari perawi-perawi yang adil.

perawi yang adil adalah perawi yang muslim,

baligh (dapat memahami perkataan dan menjawab pertanyaan),

berakal,

terhindar dari sebab-sebab kefasikan dan rusaknya kehormatan (contoh-contoh

kefasikan dan rusaknya kehormatan adalah seperti melakukan kemaksiatan dan

bid’ah, termasuk diantaranya merokok, mencukur jenggot, dan bermain musik).

Page 119: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

3. Tsiqoh (yaitu hafalannya kuat).

4. Tidak ada syadz (syadz adalah seorang perawi yang tsiqoh menyelisihi perawi yang lebih

tsiqoh darinya.)

5. Tidak ada illat atau kecacatan dalam Hadits

Tingkatan Hadits Shohih

1. Hadits muttafaqqun ‘alaihi yang dikeluarkan oleh imam Bukhori dan imam Muslim pada

kitab shohih mereka masing-masing.

2. Hadits shohih yang dikeluarkan oleh imam Bukhori saja

3. Hadits shohih yang dikeluarkan oleh imam Muslim saja

4. Hadits yang sesuai dengan syarat Bukhori dan Muslim, serta tidak dicantumkan pada kitab-

kitab shohih mereka.

5. Hadits yang sesuai dengan syarat Bukhori

6. Hadits yang sesuai dengan syarat Muslim

7. Hadits yang tidak sesuai dengan syarat Bukhori dan Muslim

Syarat Bukhori dan Muslim : perawi-perawi yang dipakai adalah perawi-perawi Bukhori dan

Muslim dalam shohih mereka.

Hukum Hadits sohih : dapat diamalkan dan dijadikan hujjah.

Hadits Hasan :

Yaitu Hadits yang apabila perawi-perawinya yang hanya sampai pada tingkatan soduq

(tingkatannya berada dibawah tsiqoh). Soduq : tingkat kesalahannya 50: 50 atau di bawah 60%

tingkat ke tsiqoan-nya. Soduq bisa terjadi pada seorang perawi atau keseluruhan perawi pada

rantai sanad.

Para ulama dahulu meneliti tingkat ketsiqo-an seorang perawi adalah dengan memberikan

ujian, yaitu disuruh membawakan 100 hadits berikut sanad-sanadnya. Jika sang perawi mampu

menyebutkan lebih dari 60 hadits (60%) dengan benar maka sang perawi dianggap tsiqoh.

Hukum Hadits Hasan : dapat diamalkan dan dijadikan hujjah.

Hadits Hasan Shohih

Penyebutan istilah Hadits hasan shohih sering disebutkan oleh imam Thirmidzi. Hadits

hasan shohih dapat dimaknai dengan 2 pengertian :

- Imam Thirmidzi mengatakannya karena Hadits tersebut memiliki 2 rantai sanad/lebih.

Sebagian sanad hasan dan sebagian lainnya shohih, maka jadilah dia Hadits hasan shohih.

- Jika hanya ada 1 sanad, Hadits tersebut hasan menurut sebagian ulama dan shohih oleh

ulama yang lainnya.

2. Hadits Mardud (ditolak) : yaitu Hadits dhoif

Page 120: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Hadits Dhoif

Yaitu hadits yang tidak memenuhi salah satu/lebih syarat Hadits shohih dan Hasan.

Hukum Hadits dhoif : tidak dapat diamalkan dan tidak boleh meriwayatkan Hadits dhoif

kecuali dengan menyebutkan kedudukan Hadits tersebut. Hadits dhaif berbeda dengan hadits palsu

atau hadits maudhu. Hadits dhaif itu masih punya sanad kepada Rasulullah saw, namun di beberapa

rawi ada dha`f atau kelemahan. Kelemahan ini tidak terkait dengan pemalsuan hadits, tetapi lebih

kepada sifat yang dimiliki seorang rawi dalam masalah dhabit atau al-`adalah. Mungkin sudah sering

lupa atau ada akhlaqnya yang kurang etis di tengah masyarakatnya. Sama sekali tidak ada kaitan

dengan upaya memalsukan atau mengarang hadits.

Yang harus dibuang jauh-jauh adalah hadits maudhu`, hadits mungkar atau matruk. Dimana

hadits itu sama sekali memang tidak punya sanad sama sekali kepada Rasulullah saw walau yang

paling lemah sekalipun. Inilah yang harus dibuang jauh-jauh. Sedangkan kalau baru dha`if, tentu

masih ada jalur sanadnya meski tidak kuat. Maka istilah yang digunakan adalah dha`if atau lemah.

Meski lemah tapi masih ada jalur sanadnya.

Karena itulah para ulama berbeda pendapat tentang penggunaan hadits dha`if, dimana

sebagian membolehkan untuk fadha`ilul a`mal. Dan sebagian lagi memang tidak menerimanya.

Namun menurut iman An-Nawawi dalam mukaddimahnya, bolehnya menggunakan hadits-hadits

dhaif dalam fadailul amal sudah merupakan kesepakatan para ulama.

FUNGSI HADITS

Dalam hubungan dengan Al Qur’an, maka As-Sunnah (hadits) berfungsi sebagai penafsir,

pensyarah, penjelas atas ayat-ayat tertentu. Apabila disimpulkan tentang fungsi As-Sunnah dalam

hubungan dengan Al Qur’an itu adalah sebagai berikut:

a. Bayan tafsiri, yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum mujmal dan musytarak.

Seperti hadits: “Shallukama ra’aitumuni ushalli” (shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku

shalat) adalah merupakan tafsiran dari ayat Al Qur’an yang umum, yaitu: “Aqimush-shalah”

(kerjakan shalat). Demikian pula dengan hadits: “khudzu ‘annimanasikakum” (ambillah dariku

perbuatan hajiku) adalah tafsiran ayat Al Qur’an “Waatimmulhajja” (dan sempurnakan hajimu).

Termasuk bayan tafisiri adalah :

- Ayat-ayat Al Qur’an yang tersebut secara mujmal diperincikan oleh hadits, misalnya hukum-

hukum di dalam Al Qur’an yang disebut secara umum dengan tidak menyebutkan kaifiat, sebab-

sebab, syarat-syarat dan lainnya semuanya diperjelaskan oleh hadits, seperti dalil halal haram

dalam makanan, dalam masalah ibadah sholat dll.

Page 121: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

- Ayat-ayat yang mutlaq kemudian dimuqayyadkan oleh hadits sesuai dengan tempat dan

keadaan yang menghendakinya. Seperti ayat tentang muamalah, munakahat, siyasiyah, dll.

- Ayat-ayat yang musykil diterangkan oleh hadits, contoh ayat-ayat yang terkait dengan

masalah aqidah, ayat yang memiliki makna khusus, dll.

b. Bayan taqriri, yaitu berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan al-Qur’an.

Misalnya ada hadits yang berbunyi: “Shaumul liru’yatihi wafthiruliru’yatihi” (berpuasalah karena

melihat bulan dan berbukalah karena melihatnya) adalah memperkokoh ayat al-Qur’an dalam surat

Al-Baqarah: 185.

Termasuk bayan taqriri adalah hadits yang menyatakan hukum-hukum, saluran dan saranan bagi

sesuatu perkara sesuai dengan masa atau situasi dan kondisi bagi berlakunya perkara-perkara itu

berlandaskan prinsip dan objektif Al Qur’an. Dan hadits-hadits menarik kaedah prinsipal daripada

keterangan-keterangan Al Qur’an yang boleh dijadikan sebagai panduan untuk mengqiaskan

persoalan-persoalan yang baru timbul.

c.  Bayan taudhihi, yaitu menerangkan maksud dan tujuan suatu ayat Al-Qur’an.

Seperti pernyataan Nabi: “Allah tidak mewajibkan zakat melainkan supaya menjadi baik harta-

hartamu yang sudah dizakati” adalah taudhih (penjelasan) terhadap ayat Al-Qur’an dalam surat At-

Taubah ayat 34 yang berbunyi sebagai berikut:

“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak yang kemudian tidak membelanjakannya di

jalan Allah maka gembirakanlah mereka dengan azab yang sangat pedih”.

Pada waktu ayat ini turun banyak para sahabat yang merasa berat untuk melaksanakan perintah ini,

maka mereka bertanya kepada Nabi yang kemudian dijawab dengan hadits tersebut.

Termasuk dalam bayan taudhihi, adalah hadits-hadits yang menceritakan sebab-sebab, hikmat dan

maslahat-maslahat di sebalik ketentuan hukum dalam Al Qur’an yang boleh dijadikan kaedah dan

prinsip dalam menentukan hukum-hukum yang tidak tersebut di dalamnya. Nabi saw. mengambil

hikmat ilahi daripada bimbingan, panduan dan misi Al Quran, kemudian menjelaskannya ke dalam

kehidupan amali manusia.

Page 122: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Problematika Umat Islam Kontemporer

”Saya cemas bahwa suatu saat nanti umat akan diperebutkan

sebagaimana hidangan di atas meja makan yang diperebutkan.”

Lalu para sahabat bertanya, ”Apakah karena bilangan kita sedikit,

wahai Rasulullah?”

”Tidak,” jawab Rasul,

”Bahkan kalian ketika itu lebih banyak. Hanya saja kalian menjadi

buih seperti buihnya banjir.”

Selanjutnya beliau bersabda, ”Sungguh perasaan gentar akan

dicabut dari musuh-musuh kalian dan wahn akan ditanamkan dalam

dada kalian.”

Para sahabat bertanya, ”Apa wahn itu, wahai Rasulullah?”

”Cinta dunia dan takut mati,” jawab Rasul.

(HR. Abu Daud)

Kejayaan Islam

Nabi Muhammad saw yang diutus oleh Allah swt sebagai nabi dan rasul

bagi umat manusia. Beliau bertugas membimbing umat manusia agar

mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat dengan ajaran Islam. Nabi

Muhammad saw telah mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam untuk

memperbaiki masyarakat yang pada waktu itu masih dalam keadaan

jahiliyah (bodoh). Hasilnya, terciptalah suatu masyarakat Islam yang penuh

dengan kemuliaan dengan menjalankan ajaran Islam yang berpedoman

pada Al-Quran dan Sunah. Kemudian, setelah Nabi Muhammad saw wafat,

penyebaran nilai-nilai Islam dilanjutkan oleh para sahabat Nabi

(khulafaurasyidin) yang terdiri dari Abu Bakar As-Sidiq, Umar bin

Khaththab, Utsman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib. Setelah itu,

Page 123: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

dilanjutkan oleh orang-orang yang mengikuti Nabi dan para sahabat hingga

sekarang ini.

Pada waktu masyarakat Islam dipimpin oleh Umar Bin Khaththab, Islam

telah berkembang sampai menguasai daerah Persia, Syam, dan Maroko.

Masyarakat muslim saat itu benar-benar hidup makmur dan merasakan

keadilan Islam. Setelah itu, Islam semakin berkembang lagi di bawah

naungan Bani Umayah dan Bani Abasiyah yang kemudian diteruskan oleh

khilafah Turki Utsmani.

Ketika di bawah naungan Bani Umayah dan Bani Abasiyah, Islam

mencapai puncak kejayaan. Wilayah Islam terbentang dari Arab, Persia,

Romawi, Eropa, dan daratan Asia. Semua wilayah tersebut berada di bawah

naungan Islam selama empat abad. Saat itu masyarakat berpegang teguh

pada Al-Qur’an dan Sunah sehingga Islam benar-benar bisa diterapkan pada

seluruh aspek kehidupan secara menyeluruh. Kondisi kehidupan

masyarakat Islam pada waktu itu bisa digambarkan sebagai berikut: hukum

Islam bisa ditegakkan, kehidupan masyarakat tertata rapi, bangunan masjid

berdiri megah, pusat-pusat kesehatan bertebaran di mana-mana, pusat-

pusat keilmuan berdiri di setiap sudut kota. Kebutuhan hidup rakyat berupa

pendidikan dan kesehatan diperoleh secara gratis, biayanya ditanggung

oleh pemimpin Islam saat itu.

Ternyata dengan berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah dan

menerapkannya secara keseluruhan di semua aspek kehidupan, umat Islam

bisa mencapai puncak kejayaan dan kehidupan yang begitu menakjubkan

seperti telah diuraikan di atas. Satu lagi bukti yang menakjubkan pada

masa kejayaan Islam yaitu di bidang kesehatan yang tampak begitu maju.

Ini terjadi pada masa kepemimpinan Sultan Malik Mansur tahun 931 M.

Pada waktu itu di setiap kota terdapat rumah sakit. Di Cordoba (kota kecil

di Spanyol) terdapat 50 rumah sakit. Setiap rumah sakit merupakan sekolah

kedokteran. Bahkan, di rumah sakit Ibnu Thoulan di Kairo terdapat

perpustakaan yang berisikan 100.000 buku dari segala jenis ilmu. Para

dokter muda dilarang praktek sebelum diuji oleh dokter ahli yang ditunjuk

Page 124: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

oleh khalifah (pemimpin umat Islam waktu itu). Pada saat itu, hampir 4000

orang setiap hari keluar masuk dari rumah sakit itu. Bahkan, bagi pasien

yang baru sembuh diberi pakaian dan uang agar pasien beristirahat, tidak

bekerja dulu.

Allahu Akbar! Kita bisa membayangkan betapa makmur dan terjamin

kehidupan umat Islam pada saat itu. Kita semua pasti sepakat bahwa

prestasi besar seperti yang digambarkan di atas tidak mungkin bisa diraih

tanpa sistem yang sempurna seperti yang terdapat dalam ajaran Islam. Jadi,

sekarang kita bisa melihat betapa sempurna dan mulia kehidupan umat

manusia ketika ajaran Islam diterapkan secara menyeluruh.

Eropa merupakan tempat berkembangnya peradaban Yunani dan

Romawi. Namun, pada saat yang bersamaan dengan kejayaan Islam,

masyarakat Eropa sedang terlena oleh doktrin-doktrin gereja. Apalagi saat

itu muncul fatwa gereja (700 M) yang meramalkan akan terjadi kiamat pada

tahun 1000 M. Akibatnya menjadi fatal, Eropa menjadi benua yang mati. Di

sisi lain, perkembangan peradaban Islam mulai masuk ke Eropa. Hal ini

membuka mata orang Eropa (baca: Kristen) dan bangkit kembali dari

keterlenaan terhadap doktrin-doktrin gereja. Masa bangkitnya orang Eropa

saat itu sering disebut dengan masa Renaisance. Kebangkitan orang Eropa

ini sebenarnya dilandasi oleh dua hal, yaitu :

1. Keinginan mengembalikan kejayaan Yunani (paganisme) dan Romawi

(filsafati)

2. Rasa dendam terhadap pemimpin gereja yang dianggap telah

membohongi mereka dan dendam terhadap umat Islam yang telah

menghancurkan peradaban Yunani dan Romawi.

Dengan latar belakang di atas, akhirnya Eropa mendapat kejayaan

kembali dengan meninggalkan gereja (berketuhanan) dan memusuhi umat

Islam yang telah mengajari mereka (Eropa) tentang peradaban. Sejak saat

itu, muncullah perang yang berkepanjangan antara umat Islam dan Eropa

sampai sekarang.

Page 125: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Keruntuhan Islam

Setelah kita menyimak sejarah zaman keemasan umat Islam di atas,

kita jadi tahu bahwa umat Islam bisa mencapai puncak kejayaannya dengan

menjalankan Al-Qur’an dan Sunah. Pada saat itu, umat Islam mampu

menjalankan ajaran dan tuntunan Islam dalam seluruh dimensi

kehidupannya sehingga peradaban manusia mencapai kemuliaannya.

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa pada zaman

keemasannya, umat Islam mendapatkan puncak kesejahteraan dan

kemakmuran. Sayangnya, setelah itu umat Islam terlena dengan

kenikmatan hidup yang mereka miliki. Akhirnya, lambat laun umat Islam

meninggalkan Al-Qur’an dan As Sunah yang menjadi pedoman hidup dan

telah mengantarkan pada kejayaan mereka. Mereka tenggelam dalam

kemewahan harta dunia dan kekuasaan. Umat Islam sudah mulai

mengabaikan sunah-sunah Rasul. Bahkan, banyak yang mulai haus dengan

pangkat dan jabatan sehingga muncullah perpecahan antar-umat Islam

sendiri yang melemahkan kekuatan umat Islam. Permasalahan menjadi

semakin besar karena kekuatan orang-orang yang memusuhi Islam

senantiasa mengancam eksistensi umat Islam dan menjadikan lemahnya

internal umat Islam.

Perang Salib yang terjadi sampai tujuh kali yang berlangsung selama

hampir satu abad selalu dimenangkan oleh umat Islam karena pada saat itu

umat Islam masih berpegang pada Al-Qur’an sekalipun saat itu kekuatan

Nasrani dan Yahudi bersatu untuk memadamkan cahaya Islam. Namun,

kemudian umat Islam semakin jauh dari Al-Qur’an sehingga lebih

mementingkan dunia. Maka, muncullah banyak kelemahan di internal umat

Islam. Puncak kelemahan dan kekalahan umat Islam adalah terjadinya

peristiwa bersejarah pada tanggal 3 Maret 1924, dimana Khilafah Turki

Utsmani telah dihapuskan oleh Musthofa Kemal Pasha. Turki yang saat itu

merupakan simbol kekuatan Islam runtuh dan digantikan dengan sistem

Barat yang dianggap lebih modern dan maju yaitu dengan meruntuhkan

Page 126: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

pelaksanaan ajaran Islam. Saat itu, di Turki, sekolah Islam ditutup, simbol-

simbol Islam (jilbab, bahasa arab, adzan masjid, dll) dihapus.

Jadi, dengan cara seperti itulah Islam akhirnya terkalahkan. Sebagai

buktinya saat ini umat Islam telah jauh dari ajaran Islam yang menyebabkan

mereka kehilangan identitasnya sebagai muslim, mulai dari penampilan,

perilaku, pedoman hidup, maupun segi kehidupan yang lain. Sungguh

fenomena ini sangat memprihatinkan, bukan? Parahnya lagi, sekarang

permasalahan umat Islam telah terakumulasi menjadi sebuah permasalahan

yang sangat kompleks. Sebenarnya solusi untuk menjawab semua

permasalahan umat Islam tersebut adalah dengan kembali berpegang pada

Al-Qur’an dan As Sunah.

Problematika Umat Islam

Syarat utama untuk bisa menyeleseaikan permasalahan adalah

mengetahui dengan tepat apa saja permasalahan yang muncul.

b)Realitas Individu

Lemahnya komitmen aqidah

Lemahnya wawasan

Lemahnya spiritualitas

Lemahnya kemauan dan cita-cita

Lemahnya harga diri

c) Realitas Masyarakat Islam

Kita tidak hanya dihadapkan pada permasalahan individu, tetapi juga

permasalahan yang terjadi di masyarakat.

Lemahnya kepemimpinan

Lemahnya persaudaraan

Lemahnya jaringan

Lemah dalam perencanan dakwah

Tantangan Umat Islam

Selain problematika yang bersifat internal, kita juga dihadapakan pada

tantangan eksternal yang tak bisa dianggap remeh. Ada sejumlah invasi

Page 127: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

yang dilakukan berbagai pihak. Ada 2 invasi, yaitu fisik dan pemikiran.

Penjajahan secara pemikiran dilakukan dengan invasi pemikiran dan

ideologi. Ada beberapa cara yang digunakan, antara lain:

a. Pertama, tasykik (menanamkan keraguan), yaitu menciptakan keragu-

raguan terhadap Islam dengan cara pendangkalan ajaran Islam.

Tahukah kita apa dampak dari metode tasykik tersebut? Hasilnya,

terjadilah krisis keyakinan di tengah-tengah umat Islam terhadap

kebenaran agamanya. Contohnya: hukum warisan sekarang sudah tidak

relevan diterapkan karena penerapannya dahulu lebih disebabkan para

wanita terlalu sedikit yang bekerja sedangkan sekarang wanita sudah

banyak yang bekerja bahkan sangat sukses karirnya. Akibatnya, banyak

umat Islam yang tidak mau lagi hukum warisan secara Islam.

b. Kedua, tasywih (pengkaburan persepsi). Cara ini bertujuan

menghilangkan kebanggan umat terhadap agamanya dengan

memberikan gambaran yang buruk terhadap Islam. Di antaranya dengan

mendistorsi sejarah Islam yang akan menghilangkan kebanggaan umat

terhadap agamanya. Contoh lain dengan mempropagandakan bahwa

Islam identik dengan teroris, Islam adalah pembunuhan dan

peperangan, dan sebagainya. Padahal itu semua tidak benar. Hilangnya

kebanggaan ini menyebabkan umat Islam kurang berani memunculkan

Islam dalam bentuk sistem Islam, kehidupan politik, ekonomi, dan

sebagainya. Akibatnya, Islam hanya sebatas di masjid, mushala, dan

pesantren-pesantren. Padahal ajaran Islam adalah menyeluruh dan

seharusnya diterapkan dalam semua aspek kehidupan untuk mencapai

kemuliaan.

c. Ketiga, tadzwib (pelarutan), yaitu mengeliminasi ajaran Islam dengan

melakukan akulturasi nilai Islam dengan budaya dan pemikiran

setempat yang bertentangan dengan Islam. Sebagai hasilnya, batasan

antara Islam dengan syirik (menyekutukan Allah dengan makhluk-Nya)

tidak jelas. Hal ini menyebabkan kebenaran dan kebatilan pun juga

menjadi kabur. Bahkan, umat akan terjebak dengan banyak kesyirikan

Page 128: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

seperti yang banyak kita jumpai di masyarakat, misalnya sesajen,

meminta berkah kepada kuburan, dll.

d. Keempat, taghrib (pembaratan) adalah upaya agar umat menerima

semua pemikiran barat yang jahiliyah tanpa terkecuali. Hal ini akan

memunculkan sosok muslim yang jauh dari sosok muslim yang

sempurna. Bagaimana mau menjadi sosok muslim yang sempurna jika

secara penampilan, pemikiran, dan perilaku mengekor kepada Barat

yang sangat berkebalikan dengan ajaran Islam?

Demikianlah langkah-langkah perang pemikiran (ghazwul fikr) yang

dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani untuk memadamkan cahaya

Islam. Mereka melakukannya dengan sangat rapi dan mungkin tidak

dirasakan oleh umat Islam yang menjadi sasaran mereka. Bahkan, mungkin

kita sendiri telah menjadi korban dari penyerangan secara pemikiran

tersebut. Sesungguhnya mereka memang tidak akan pernah berhenti

memerangi umat Islam sampai umat Islam mau mengikuti milah mereka.

Tarbiyah Islamiyah

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara

mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan

mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya

mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

(Al-Jumuah : 2)

Page 129: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

“Tarbiyah memang bukan segala–galanya, tetapi segala–galanya takkan bisa diraih

kecuali melalui tarbiyah”. (Musthafa Masyhur)

“Dahulu kami adalah orang–orang yang hina, kemudian Allah memuliakan kami

dengan Islam”. (Umar bin Khaththab)

Pengertian Tarbiyah Islamiyah

Tarbiyah berasal dari kata:

a. Raba-yarbu yang artinya bertambah dan berkembang

b. Rabiyya-yarba yang artinya tumbuh dan berkembang

c. Rabba-yarubbu yang artinya memperbaiki, mengurusi,. Mengatrur, menjaga

dan mempersiapkan.

Urgensi tarbiyah islamiyah

1. Membentuk kepribadian Islami (syakhsiyah islamiyah) yang ideal

Pribadi yang Islami adalah pribadi yang menjadikan nilai–nilai Islam

sebagai unsur–unsur pembentuk kepribadiannya, sehingga ia benar–benar

mencerminkan keislamannya. Kepribadian seseorang terbentuk dengan adanya

keyakinan, pendirian, perasaan, pemikiran, watak, performa, dan perilaku. Dan

kesemuanya itu ada karena adanya aqidah Islamiyah. Dengan tarbiyah

islamiyah diharapkan akan terbentuk sosok seorang muslim ideal yang mampu

mengaplikasikan nilai–nilai islam secara keseluruhan (kaffah). Ciri seorang

muslim yang ideal yaitu :

a. Benar akidahnya (salimul akidah)

Perbaikan akidah adalah hal pertama yang dilakukan oleh Rasulullah saw

ketika menyebarkan ajaran Islam. Dan ayat–ayat Al-Quran yang pertama

diturunkan adalah ayat–ayat tentang akidah, yaitu penegakan kalimat laa

ilaaha illallah. Hal terpenting bagi setiap muslim adalah kelurusan

akidahnya, karena kelurusan akidah inilah yang akan menentukan arah

gerak kemana seseorang akan melangkah, sehingga secara langsung ia akan

melaksanakan syariat islam.

b. Benar ibadahnya (shohihul ibadah)

Ibadah merupakan kebutuhan dan kepentingan manusia. Ibadah seorang

muslim harus benar, yaitu senantiasa niat ikhlas karena Allah semata dan

berdasarkan syariat islam. Ibadah disini adalah segala sesuatu yang dicintai

Page 130: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

oleh Allah swt, baik perkataan, kepasrahan dan ketundukan yang sempurna

serta membebaskan diri dari segala hal yang bertentangan dan salah.

c. Kokoh akhlaknya (matinul khuluq)

“Sesungguhnya yang paling sempurna imannya dari orang–orang mukmin

adalah yang paling baik akhlaknya”. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dari

Abu Huroiroh) Kalimat di atas adalah sabda dari Rasulullah saw, manusia

yang paling sempurna akhlaknya. Akhlak dan perilaku seseorang merupakan

cerminan dari kesempurnaan imannya. Untuk itu, kita harus senantiasa

menjaga akhlak kita, karena akhlak ini yang menentukan arah kehidupan

kita. Dan islam telah mengatur setiap perilaku manusia dalam setiap aspek

kehidupan ini.

d. Berwawasan luas (mutsaqoful fikr)

Wawasan yang luas adalah hal yang penting yang harus di miliki setiap

muslim, sehingga kita sebagai seorang muslim wajib untuk menuntut ilmu,

baik ilmu agama maupun ilmu yang lain. Sehingga kita akan bisa

memberikan kontribusi untuk agama dan bangsa kita melalui ilmu dan

pikiran–pikiran kita.

e. Kuat fisiknya (qowwiyyul jism)

Rasulullah telah menegaskan betapa pentingnya seorang muslim untuk

menjaga kesehatan tubuhnya. Karena dengan tubuh yang kuat dan sehatlah

kita bisa melaksanakan ibadah dan kewajiban–kewajiban kita dengan baik

dan sempurna. Sedangkan jika kondisi kita sedang sakit, maka aktivitas–

aktivitas kita tidak akan berjalan maksimal.

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin

yang lemah, pada keduanya ada kebajikan.” (HR. Muslim)

f. Mandiri kehidupannya/bisa mencari nafkah (qadirun ‘alal kasbi)

Seorang muslim haruslah bisa kreatif, inovatif dan produktif sehingga ia

mampu untuk memenuhi kebutuhan materinya sendiri tanpa harus

bergantung pada orang lain. Rasulullah dan para sahabat telah memberikan

contohnya. Di sela–sela aktivitas dakwahnya yang berat, beliau mampu

memanfaatkan peluang ekonomi yang ada. Sehingga seorang muslim harus

bisa menunjukkan potensinya dalam dunia ekonomi juga.

g. Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighairihi)

Page 131: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

“Khairunnas anfa’uhum linnas”,(HR. Ahmad dan Thobrani) sebaik–baik

manusia ialah yang paling bermanfaat untuk orang lain. Seorang muslim

yang ideal adalah seorang yang bisa jadi problem solver bukan trouble

maker apalagi lari dari permasalahan. Tapi buat diri kita menjadi seorang

muslim ideal yang bisa memberikan kontribusi terhadap masyarakat sekecil

apapun itu.

h. Menjaga dengan sungguh-sungguh waktunya (harishun ‘ala waqtihi)

Allah swt menegaskan bahwa manusia yang melalaikan waktunya akan

berada dalam kerugian yang besar. Waktu sangat penting untuk kita jaga.

Karena seorang muslim yang ideal selayaknya mampu untuk memanfaatkan

dan memelihara waktunya untuk hal–hal yang produktif agar kita terhindar

dari kelalaian yang akan membawa kita pada hal yang sia–sia dan tidak

bermanfaat. Pepatah bilang waktu ibarat pedang, jika tidak ditebaskan

dengan tepat, maka justru pedang itulah yang akan menebasnya.

i. Bersungguh-sungguh mengendalikan hawa nafsu (mujahidun Linafsihi)

Kita semua tentu masih ingat, bahwa manusia memiliki dua potensi, yaitu

fujur dan taqwa. Karena itulah, diri manusia harus senantiasa dikontrol,

agar apa yang dikerjakannya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Tidak

menyimpang mengikuti hawa nafsunya belaka. Dan sesungguhnya

seseorang yang kuat ialah yang paling bisa menahan hawa nafsunya.

j. Teratur segala urusannya (munazham fii syu’unihi)

Kita sebagai seorang muslim hendaknya bisa memberikan yang terbaik

untuk Islam. Untuk itu, kita harus bisa memberikan citra positif. Islam itu

akan dilihat dari orang-orang yang ada di dalamnya. Nah, kita adalah bagian

tersebut, maka mulai dari diri kita masing-masing, kita harus bisa

mencitrakan Islam dan salah satu caranya adalah dengan senantiasa

memperbaiki diri kita, baik pemahamn terhadap Islam sendiri maupun

secara fisiknya. Selain itu, kita juga harus senantiasa berhati-hati terhadap

lembaga-lembaga yang menentang Islam.

2. Membentuk jiwa kebersamaan

Melalui tarbiyah islamiyah, maka kita akan dikumpulkan dalam sebuah bentuk

kerjasama (amal jama’i), dimana merupakan sebuah amal kerjasama yang akan

menghasilkan kekuatan yang lebih besar jika dibandingkan ketika kita beramal

sendiri–sendiri (infiradhi). Rasulullah telah membuktikan keberhasilan amal

Page 132: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

jama’i, dimana Rasulullah telah mempersatukan kaum Muhajirin dan kaum

Anshar, sehingga terbentuk kekuatan Islam yang lebih besar. Rasulullah telah

mentarbiyah kaum–kaum tersebut sehingga tercipta masyarakat yang islami

yang senantiasa saling membantu dan bekerjasama.

3. Membentuk kepribadian da’i (syakhsiyah da’iyah)

“Dialah yang telah mengurus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk Al-Quran

dan dien al-haq untuk dimenangkan-Nya atas segala agama walaupun orang–

orang musyrik tidak menyukai.” (At-Taubah : 33)

Islam adalah agama yang komprehensif dan integral (syamil dan mutakamil)

sehingga setiap dai harus memiliki pemahaman yang komprehensif terhadap

apa yang akan di dakwahkannya. Dai pertama dien ini adalah Rasulullah

Muhammad saw. dan dakwah yang dibawanya adalah Islam. Perintah

berdakwah ini telah sering Allah swt sampaikan kepada Rasulullah saw secara

terus–menerus.

“Dan serulah kepada (dien) Rabb-mu. Karena sesungguhnya kamu benar–benar

berada di jalan yang lurus.” (Al-Hajj : 67)

Jelaslah bahwa dakwah ini harus dipikul setiap muslim dan muslimah. Sehingga

salah satu tujuan dari tarbiyah Islamiyah ialah untuk mencetak seorang muslim

menjadi dai yang memiliki pemahaman yang benar dan luas, iman yang mantap,

dan hubungan yang kokoh dengan Allah swt. Maka ia akan mampu

melaksanakan tugas–tugas amal islami dan juga mampu memikul beban serta

berani menghadapi resiko.

4. Mengembangkan potensi individu

Kualitas diri merupakan sebuah tuntutan dan kebutuhan di dalam proses

tarbiyah. Kita tidak boleh merasa puas dan menganggap sempurna apa yang

sudah kita miliki, namun hendaknya kita senantiasa meningkatkan potensi yang

ada dalam diri kita. Dengan tarbiyah, kekurangan dan kelemahan akan

diperbaiki, potensi dan wawasan kita akan ditingkatkan. Sehingga kita akan

menjadi pribadi-pribadi yang siap menjadi problem solver dari setiap

permasalahan yang ada.

5. Memberdayakan dan mengarahkan potensi individu

“Di antara orang-orang yang beriman itu ada orang–orang yang menepati apa

yang mereka telah janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang

Page 133: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

gugur, dan di antara mereka ada pula yang menunggu–nunggu dan mereka

sedikitpun tidak merubah janjinya.” (Al-Ahzab: 23)

Tarbiyah mengarahkan, memfungsikan dan memberdayakan potensi individu

sesuai dengan kapasitasnya, sehingga mampu memberikan kontribusi yang riil

bagi dakwah, umat, serta tidak ragu untuk berjuang dan berkorban demi

tegaknya dinul Islam.

Karakteristik tarbiyah isalmiyah

Tarbiyah Islamiyah memiliki karakter yang berbeda dengan sistem pendidikan

yang lain, yaitu:

1. Integral (Syumuliyah)

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimat

yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu

memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhan-Nya. Allah

membuat perumpamaan–perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka

selalu ingat.” (Ibrahim : 24-25)

Ibarat pohon diatas, seperti itulah kepribadian yang akan dibentuk di dalam

Tarbiyah Islamiyah, yaitu seseorang yang memiliki kepribadian yang kokoh,

tahan terhadap segala tantangan hidup dan berguna bagi orang lain. Tarbiyah

Islamiyah akan menjaga keseimbangan pertumbuhan potensi manusia (fisik,

hati, akal) agar dapat berkembang dengan baik. Seperti yang dicontohkan

Rasulullah. Selain menanamkan akidah pada diri para sahabat, beliau juga

membina jasad dan akal para sahabat, sehingga terbentuk individu–individu

yang memiliki kepribadian Islami yang menyeluruh.

2. Bertahap (Mutadarrijah)

“…Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga

kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang

mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat

dipalingkan?” (Az-Zumar: 6)

Setiap sesuatu memerlukan proses, setahap demi setahap, tidak bisa terjadi

begitu saja. Demikian pula dengan Tarbiyah Islamiyah. Proses pembentukan

individu tidak bisa secara instan, tapi butuh proses yang panjang, sehingga

harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan fase–fase kehidupannya. Ibarat

seorang bayi, ia awalnya hanya minum ASI, kemudian bubur atau pisang, lalu

Page 134: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

beranjak besar mencoba nasi. Ketika dewasa, maka ia bisa mencicipi makanan

apa saya yang halal dan toyyib.

3. Terus–menerus (Istimrarriyah)

Kondisi keimanan seseorang tidak selamanya stabil. Adakalanya iman itu naik

sebagaimana ia juga sewaktu-waktu turun, karena ada berbagai hal yang

mempengaruhinya. Kondisi demikian yang menyebabkan tarbiyah harus

dilakukan secara terus menerus. Manakala keimanan seseorang turun, dia tidak

mudah terbawa arus penurunan moral, karena ia selalu terjaga dalam proses

tarbiyah. Akan tetapi kala seseorang memutuskan berhenti atau melepaskan

diri dari proses tarbiyah Islamiyah barang sekejap saja, akan teramat sulit

baginya untuk mencapai kepribadian yang islami (syakhsiyah islamiyah).

Dengan demikian, tarbiyah Islamiyah harus senantiasa dilaksanakan secara

terus-menerus untuk memperbaiki setiap kekurangan yang ada pada setiap

individu dan menyempurnakan kelebihan yang dimilikinya.

4. Penuh kesungguhan (Jiddiyah)

Tarbiyah Islamiyah bukanlah sekedar kegiatan untuk mengisi waktu

senggang di tengah kesibukan, namun ia adalah suatu kebutuhan yang harus

dilaksanakan secara sungguh-sungguh, dan kesungguhan ini harus dimiliki

oleh yang membina maupun yang dibina.

Kesungguhan ini harus senantiasa dimunculkan dan dijaga, sebab proses

tarbiyah akan selalu berjalan sepanjang masa bersama segala rintangan dan

hambatan yang akan selalu mengiringinya. Andaikan tarbiyah Islamiyah ini

dilalui tanpa kesungguhan, niscaya setiap individu akan mudah sekali

berguguran. Dan tujuan tarbiyah Islamiyah tidak akan tercapai.

Tanpa adanya tarbiyah Islamiyah, selamanya tidak akan tercapai predikat

umat Islam sebagai khairu ummah (umat terbaik), ummatan wasathan (umat

yang menjadi tolak ukur umat yang lain). Sudah selayaknya kita selalu

berusaha untuk terus berjalan bersama tarbiyah Islamiyah. Berusaha sungguh-

sungguh mendapatkan tarbiyah yang diajarkan Rasulullah saw kemudian

bersama menggapai predikat pribadi muslim yang memiliki syakhsiyah

Islamiyah dan bersama-sama pula menegakkan kembali peradaban Islam.

Mengingat pentingnya tarbiyah Islamiyah yang demikian itu, wajar ada

sebagian orang berkomentar , ”Tarbiyah bukan segala-galanya”. Dengan

tarbiyah saja kita takkan bisa meraih kemenangan.” Maka, Musthafa Mansyur

Page 135: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

menjawab, “Tarbiyah memang bukan segala-galanya, tetapi segala-galanya

takkan bisa diraih kecuali melalui tarbiyah.”

Alasan perlunya tarbiyah dari aspek ajaran islam

Rosul mengambil murobi dan da’iyah membimbing umat manusia untuk keluar

dari jahiliyah. Ciri-ciri jahiliyah:

a. Jahl (kebodohan)

b. Djillah (kehinaa)

c. Fakr (kefakiran)

d. Tanafur (penciptaan)

Inti jahiliyah adalah dhalul mubin (kesetsatan yang nyata) (3:164)

Jalan keluar dari kesesatan adalah tarbiyah atau pembinaan yang didalamnya

diajarkan (2:151):

- Tilawah (membaca atau dibacakan)

- Tazkiyah (pembersihan diri)

- Ta’limun kitab wal hikmah/sunah (Al Qur’an dan hadist)

Dengan tarbiyah kita memperoleh nikmat yang dapat mengatur kita menuju khairu

ummah (3:110) dengan ciri-ciri:

- Ilmu (berpengetahuan)

- Izzah (terhormat)

- Ghina (kekayaan)

- Ukhuwah (persaudaraan)

Urgensi Tarbiyah ada 2:

- Hakikat jiwa yang memerlukan pembinaan (91:8-9)

- Waqi’ul ummat (kekayaan umat)

Ya Allah ...

Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini

telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,

telah berjumpa pada taat pada-Mu,

telah bersatu dalam dakwah pada-MU,

telah berpadu dalam membela syariat-Mu.

Kukuhkanlah Ya Allah ikatannya.

Kekalkanlah cintanya.

Page 136: Materi Asistensi Agama Islam

Materi AAI

Tunjukilah jalan-jalannya.

Penuhilah hati-hati ini dengan Nur-Mu yang tiada pernah pudar.

Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan

bertawakal di jalan-Mu.

(As-Syahid Sayyid Quthub)