22
MONEY LAUNDERING AND TRANSNATIONAL Sejarah dan Perkembangan Praktik Pencucian Uang Sebelum mengemukakan pengertian money laundering terlebih dahulu dikemukakan perkembangan kejahatan dan kaitan dengan kejahatan pencucian uang sebagai salah satu jenis kejahatan yang mendunia. Dewasa ini kejahatan meningkat dalam berbagai bidang, baik dan segi intensitas maupun kecanggihannya. Demikian juga dengan ancamannya terhadap keamanan dunia. Akibatnya kejahatan tersebut dapat menghambat kemajuan suatu negara, baik dari aspek sosial, ekonomi maupun budaya. Problematika pencucian uang sudah meminta perhatian dunia internasional karena dimensi dan implikasinya yang melanggar batas-batas negara. Al Capone, penjahat terbesar di Amerika masa lalu, mencuci uang hitam dan usaha kejahatannya dengan memakai si genius Meyer Lansky, seorang Polandia. Lansky seorang akuntan, mencuci uang kejahatan Al Capone melalui usaha binatu (Laundry). Demikianlah asal muasal muncul nama Money Laundering. Istilah pencucian uang atau money laundering telah dikenal sejak tahun 1930 di Amerika Serikat, yaitu ketika mafia membeli perusahaan yang sah dan resmi sebagai salah satu strateginya. Investasi terbesar adalah perusahaan pencucian pakaian atau disebut Laimdromat yang ketika itu terkenal di Amerika Serikat. Usaha pencucian itu berkembang maju, dan berbagai perolehan uang hasil kejahatan seperti dari cabang usaha lainnya ditanamkan ke usaha pencucian pakaian ini.

Money Laundering and Transnational

  • Upload
    asp

  • View
    224

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Akuntansi Forensik

Citation preview

Page 1: Money Laundering and Transnational

MONEY LAUNDERING AND TRANSNATIONAL

Sejarah dan Perkembangan Praktik Pencucian Uang

Sebelum mengemukakan pengertian money laundering terlebih dahulu dikemukakan

perkembangan kejahatan dan kaitan dengan kejahatan pencucian uang sebagai salah satu

jenis kejahatan yang mendunia. Dewasa ini kejahatan meningkat dalam berbagai bidang, baik

dan segi intensitas maupun kecanggihannya. Demikian juga dengan ancamannya terhadap

keamanan dunia. Akibatnya kejahatan tersebut dapat menghambat kemajuan suatu negara,

baik dari aspek sosial, ekonomi maupun budaya. Problematika pencucian uang sudah

meminta perhatian dunia internasional karena dimensi dan implikasinya yang melanggar

batas-batas negara. Al Capone, penjahat terbesar di Amerika masa lalu, mencuci uang hitam

dan usaha kejahatannya dengan memakai si genius Meyer Lansky, seorang Polandia. Lansky

seorang akuntan, mencuci uang kejahatan Al Capone melalui usaha binatu (Laundry).

Demikianlah asal muasal muncul nama Money Laundering.

Istilah pencucian uang atau money laundering telah dikenal sejak tahun 1930 di

Amerika Serikat, yaitu ketika mafia membeli perusahaan yang sah dan resmi sebagai salah

satu strateginya. Investasi terbesar adalah perusahaan pencucian pakaian atau disebut

Laimdromat yang ketika itu terkenal di Amerika Serikat. Usaha pencucian itu berkembang

maju, dan berbagai perolehan uang hasil kejahatan seperti dari cabang usaha lainnya

ditanamkan ke usaha pencucian pakaian ini. seperti uang hasil minuman keras illegal. hasil

perjudian, dan hasil usaha pelacuran. Money Laundering dapat diistilahkan dengan pencucian

uang atau pemutihan uang, pendulangan uang atau disebut juga dengan pembersihan uang

dari hasil transaksi gelap (kotor). Money Laundering merupakan salah satu aspek perbuatan

kriminal. Dikatakan demikian karena sifat kriminalitas money laundering ialah berkaitan

dengan latar belakang dari perolehan sejumlah uang yang sifatnya gelap, haram atau kotor,

lalu sejumlah uang kotor ini dikelola dengan aktifitas-aktifitas tertentu dengan membentuk

usaha, mentransfer atau mengkonversikannya ke bank atau valuta asing sebagai langkah

untuk menghilangkan latar belakang dari dana kotor tersebut.

Pencucian uang merupakan sarana bagi pelaku kejahatan untuk melegalkan uang hasil

kejahatan dalam rangka menghilangkan jejak. Selain itu ternyata jumlah uang yang dicuci

sangat besar, ini artinya hasil kejahatan tersebut telah mempengaruhi neraca keuangan

nasional balikan global dan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Bahaya selanjutnya

Page 2: Money Laundering and Transnational

pencucian uang membuat para pelaku kejahatan terutama organized crime untuk

mengembangkan jaringan dengan uang yang telah dicuci tersebut. Selain itu membuat para

pelaku kejahatan seperti korupsi, narkotika dan kejahatan perbankan leluasa

menggunakannya sehingga dengan demikian kejahatan-kejahatan tersebut akan semakin

marak.

Dalam perkembangannya, tindak pidana pencucian uang semakin kompleks, melintasi

batas-batas yurisdiksi, dan menggunakan modus yang semakin variatif, memanfaatkan

lembaga di luar sistem keuangan, bahkan telah merambah ke berbagai sektor. Untuk

mengantisipasi hal itu, Financial Action Task Force (FATF) on Money Laundering telah

mengeluarkan standar internasional yang menjadi ukuran bagi setiap negara/ jurisdiksi dalam

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana pendanaan

terorisme yang dikenal dengan Revised 40 Recomendation dan 9 Special Recomendations

(Revised 40+9) FATF, antara lain mengenai perluasan Pihak Pelapor (Reporting Parties)

yang mencakup pedagang permata dan perhiasan logam mulia dan pedagang kendaraan

bermotor. Dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang perlu dilakukan

kerja sama regional dan internasional melalui forum bilateral atau multilateral agar intensitas

tindak pidana yang menghasilkan atau melibatkan harta kekayaan yang jumlahnya besar

dapat diminimalisasi.

Pengertian Pencucian Uang

Istilah pencucian uang berasal dari bahasa Inggris, yakni money laundering, memang

tidak ada definisi yang universal, karena baik negara-negara maju maupun negara-negara

dunia ketiga masing-masing mempunyai definisi sendiri-sendiri berdasarkan prioritas dan

perspektif yang berbeda. Namun para ahli hukum di Indonesia sepakat mengartikan money

laundering dengan pencucian uang.

Harknstuti Harknsnowo, sebagai salah satu ahli hukum pidana, memandang

pencucian uang sebagai suatu kejahatan yang berupaya menyembunyikan asal-usul uang

sehingga dapat digunakan sebagai uang yang diperoleh secara legal.19 Tindak pidana

pencucian uang merupakan suatu kejahatan kerah putih (white collar crime) di bidang

perbankan, bahwa kejahatan ini dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pendidikan dan

tingkat sosial serta perekonomian yang tinggi. Dalam ketentuan mengenai pencucian uang

antara hasil tindak pidana (proceed of crime) dengan tindak pidana asal (predicate crimes)

dijadikan satu ketentuan karena memang terkait sangan erat.

Page 3: Money Laundering and Transnational

Dalam Undang-Undang TPPU disebutkan bahwa pencucian uang adalah segala

perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam undang-

undang tersebut. Dalam pengertian ini, unsur-unsur yang dimaksud adalah unsur pelaku,

unsur perbuatan melawan hukum serta unsur merupakan hasil tindak pidana. Sedangkan

pengertian tindak pidana pencucian uang dapat dilihat dalam ketentuan Pasal (3), (4), dan (5)

Undang-Undang TPPU. Intinya adalah bahwa tindak pidana pencucian uang merupakan

suatu bentuk kejahatan yang dilakukan baik oleh seseorang dan/atau korporasi dengan

sengaja menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,

menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan

mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau

patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dengan tujuan menyembunyikan atau

menyamarkan asal usul harta kekayaan itu, termasuk juga yang menerima dan mengusainya.

Di Indonesia, hal ini diatur secara yuridis dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian

Uang, dimana pencucian uang dibedakan dalam dua tindak pidana:

1. Tindak pidana pencucian uang aktif, yaitu Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer,

mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke

luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan uang-uang atau surat berharga atau

perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan

hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan. (Pasal 3 UU PP-TPPU

No. 8 Tahun 2010).

2. Tindak pidana pencucian uang pasif yang dikenakan kepada setiap Orang yang menerima

atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan,

penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya

merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Hal

tersebut dianggap juga sama dengan melakukan pencucian uang. Namun, dikecualikan

bagi Pihak Pelapor yang melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur dalam

undang-undang ini. (Pasal 5 UU PP-TPPU No. 8 Tahun 2010).

Kemudian diatur lebih lanjut dalam Pasal 17(1) Undang-Undang TPPU, transaksi keuangan

mencurigakan adalah:

Page 4: Money Laundering and Transnational

1. Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola

transaksi dari pengguna jasa yang bersangkutan;

2. Transaksi keuangan oleh pengguna jasa yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk

menghindari pelaporan transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh pihak

pelapor sesuai dengan ketentuan undang-undang ini;

3. Transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan harta

kekayaan yang diduga berasal dan hasil tindak pidana; atau

4. Transaksi keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh pihak pelapor

karena melibatkan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana.

Tahapan dalam Praktik Pencucian Uang

Secara sederhana, proses pencucian uang dapat dikelompokkan pada tiga kegiatan,

yakni placement, layering dan integration.

a. Placement merupakan fase menempatkan uang yang dihasilkan dari suatu aktivitas

kejahatan misalnya dengan pemecahan sejumlah besar uang tunai menjadi jumlah

kecil yang tidak mencolok untuk ditempatkan dalam sistem keuangan baik dengan

menggunakan rekening simpanan bank, atau dipergunakan untuk membeli sejumlah

instrumen keuangan (cheques, money orders) yang akan ditagihkan dan selanjutnya

didepositokan di rekening bank yang berada di lokasi lain. Placement dapat pula

dilakukan dengan pergerakan fisik dari uang tunai, baik melalui penyelundupan uang

tunai dari suatu negara ke negara lain, dan menggabungkan antara uang tunai yang

berasal dan kejahatan dengan uang yang diperoleh dari hasil kegiatan yang sah.

Proses placement ini merupakan titik paling lemah dari perbuatan pencucian uang,

b. Layering, diartikan sebagai memisahkan hasil tindak pidana dari sumbernya yaitu

aktivitas kejahatan yang terkait melalui beberapa tahapan transaksi keuangan. Dalam

hal ini terdapat proses pemindahan dana dan beberapa rekening atau lokasi tertentu

sebagai hasil placement ke tempat lainnya melalui serangkaian transaksi yang

kompleks yang didesain untuk menyamarkan menyembunyikan sumber uang “haram”

tersebut. Layering dapat pula dilakukan melalui pembukaan sebanyak mungkin ke

rekening-rekening perusahaan-perusahaan fiktif dengan memanfaatkan ketentuan

rahasia bank.

c. Integration, yaitu upaya untuk menetapkan suatu landasan sebagai suatu “legitimate

explanation” bagi hasil kejahatan. Disini uang yang ‘dicuci’ melalui placement

Page 5: Money Laundering and Transnational

maupun layering dialihkan ke dalam kegiatan-kegiatan resmi sehingga tampak tidak

berhubungan sama sekali dengan aktivitas kejahatan sebelumnya yang menjadi

sumber dan uang yang di-laundry. Pada tahap ini uang yang telah dicuci dimasukkan

kembali ke dalam sirkulasi dengan bentuk yang sejalan dengan aturan hukum. Proses

integration itu terjadi apabila proses layering berhasil dengan baik.

Dalam UU PP-TPPU pengertian tindak pidana pencucian uang diatur dalam Pasal 3

sampai Pasal 6. Pasal 3 menyebutkan, bahwa Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer,

mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar

negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan

lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak

pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau

menyamarkan asal usul Harta Kekayaan dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang

dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak

Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Sementara itu Pasal 4 Undang-undang yang sama mengatur, bahwa Setiap Orang

yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan

hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau

patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)

dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama 20 (dua

puluh) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 5 UU PP-TPPU mengatur bahwa : Setiap Orang yang menerima atau menguasai

penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau

menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil

tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi Pihak Pelapor

yang melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Di dalam Pasal 6 UU PP-TPPU disebutkan Dalam hal tindak pidana Pencucian Uang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 dilakukan oleh Korporasi, pidana

dijatuhkan terhadap Korporasi dan atau Personil Pengendali Korporasi. Pidana dijatuhkan

terhadap Korporasi apabila tindak pidana Pencucian Uang:

Page 6: Money Laundering and Transnational

a. dilakukan atau diperintahkan oleh Personil Pengendali Korporasi;

b. dilakukan dalam rangka pemenuhan maksud dan tujuan Korporasi;

c. dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi pelaku atau pemberi perintah; dan

d. dilakukan dengan maksud membelikan manfaat bagi Korporasi.

Modus Operandi Dalam Pencucian Uang

A. Metode Konvensional

1. Penyelundupan Uang

Penyelundupan uang adalah suatu metode dimana para pelaku pencucian uang

melakukan suatu transfer pendapatan yang illegal secara rahasia ke sebuah Negara

atau teritori. Transfer disini dilakukan secara tunai bukan secara elektronik.

2. Melalui institusi keuangan

Metode ini adalah dengan menggunakan institusi keuangan seperti bank untuk

membantu melakukan pencucian uang terutama dalam hal memindahkan uang hasil

kejahatan ke Negara atau daerah lain. Beragam fasilitas yang diberikan oleh institusi

keuangan seperti pembukaan rekening, kredit, penukaran mata uang, dan transfer

uang telah membuat para pelaku pencucian uang menggunakan institusi ini sebagai

alat untuk mencuci uangnya. Adanya ekonomi global dan pasar modal yang

terintegrasi juga membuat para pelaku pencucian uang dapat melakukan transfer antar

Negara dengan lebih aman dan mudah. Metode ini semakin popular mengingat

adanya prinsip kerahasiaan bank, sehingga identitas mereka aman dari penyelidikan

3. Melalui institusi non-keuangan

Metode yang paling umum dilakukan dibidang ini adalah dengan membeli berbagai

barang berharga dan property atau dengan melakukan kegiatan bisnis seperti restoran,

hotel dan toko. Metode ini juga sudah mulai susah dilakukan karena selam berbagai

rekomendasi di bidang keuangan, FATF dan berbagai konvensi internasional juga

telah membuat rekomendasi amiti money laundering di bidang non-keuangan. The

2001 EC Directive misalnya mensyaratkan tanggung jawab anti pencucian uang tidak

hanya kepada institusi keuangan tetapi juga institusi non keuangan, pribadi atau entity

seperti Auditor, akuntan dan konsultan eksternal, agen property, notaries, dan legal

profesi lainnya, serta dealer barang-barang berharga. Selain itu, perbaikan dari 40

Rekomendasi FATF juga telah mewajibkan perusahaan financial maupun profesi

untuk memenuhi kewajiban anti pencucian uang.

B. Metode Baru (Pencucian Uang Dengan Menggunakan Teknologi)

Page 7: Money Laundering and Transnational

1. Menggunakan Electronic Money (uang elektronik)

Menurut Bank For International Settlement, Electronic Money (E-Money) adalah

“nilai yang tersimpan” atau produk “prepaid” dimana catatan dari dana atau nilai

milik konsumen tersimpan dalam sebuah alat elektronik milik konsumen. E-money

mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan uang tradisional yaitu:

a) E-Money menggunakan sebuah kartu atau alat yang dapat menyimpan dana

dalam jumlah sangat besar, sehingga tidak memerlukan tempat atau Container

yang besar untuk membawanya.

b) E-Money mudah untuk ditransfer kapan saja dan dimana saja dengan bantuan

internet.

c) E-Money lebih sulit dilacak karena tidak memiliki nomor seri seperti uang

tradisional. Selain itu teknologi penyandian yang terdapat dalam proses transfer

E-Money semakin mempersulit untuk mengetahui asal-usulnya.

Dengan adanya ketiga kelebihan tersebut membuat para pelaku yang biasa melakukan

penyelundupan uang berpindah dengan fasilitas ini. Mereka dapat melakukan

pencucian uang sejumlah uang kemana saja dan kapan saja, karena E-Money tidak

membutuhkan intermediary untuk memindahkannya.

2. Internet Bank

Internet Bank (I-Bank) adalah bank virtual yang menawarkan berbagai fasilitas

layaknya bank biasa dimana saja dan kapan saja melalui Internet. Beberapa fasilitas

yang ditawarkan antara lain pembayaran langsung, transfer e-money, pengeluaran

cek, pembelian surat berharga dan pembukaan dan penutupan rekening.

Ada beberapa keunggulan dari I-Bank sebagai alat untuk melakukan pencucian uang,

yaitu:

a) Sangat mudah diakses kapan saja dan dimana saja.

b) Tidak perlu kontak langsung antara konsumen dengan I-Bank.

c) I-Bank menyediakan fasilitas keuangan Internasional, dan setiap transaksi

dilakukan dengan nyaman dan aman.

3. Internet Casino (Internet Gambling)

Saat ini banyak sekali situs casino yang didirikan di kepulauan Karibia. Kebanyakan

situs ini sama sekali tidak diatur atau diawasi oleh pemerintah. Bahkan beberapa

diantaranya tidak meminta identifikasi konsumen. Kondisi inilah yang dimanfaatkan

oleh para pelaku pencucian uang karena semenjak timbulnya gerakan anti Money

Page 8: Money Laundering and Transnational

Laundering di dunia, mereka tidak bias lagi mencuci uangnya di tradisional casino

karena tradisional casino sudah menerapkan prinsip-prinsip anti pencucian uang.

C. Modus Lainnya

Terdapat beberapa modus operandi kejahatan pencucian uang menurut A.S Mahmoedm

dalam bukunya Analisis Kejahatan Perbankan, yang umumnya dilakukan melalui cara-cara

antara lain:

1. Melalui kerja sama modal,

Uang hasil kejahatan secara tunai dibawa ke luar negeri. Uang tersebut masuk

kembali dalam bentuk kerja sama modal (joint venture project). Keuntungan investasi

tersebut diinvestasikan lagi dalam berbagai usaha lain. Keuntungan usaha lain mi

dinikmati sebagai uang yang sudah bersih, karena tampaknya diolah secara legal,

balikan sudah dikenakan pajak.

2. Melalui agunan kredit.

Uang tunai diselundupkan ke luar negeri, lalu disimpan di bank Negara tertentu yang

prosedur perbankannya terlalu lunak. Dari bank tersebut ditransfer ke bank Swiss

dalam bentuk deposito. Kemudian dilakukan peminjaman ke suatu bank di Eropa

dengan jaminan deposito tersebut. Uang hasil kejahatan ditanamkan kembali ke

Negara asal uang haram tadi.

3. Melalui perjalanan luar negeri.

Uang tunai ditransfer ke luar negeri melalui bank asing yang ada dinegaranya. Lalu

uang tersebut dicairkan kembali dan dibawa kembali ke Negara asalnya oleh orang

tertentu, seolak-olah uang tersebut berasal dan luar negeri.

4. Melalui penyamaran usaha dalam negeri.

Dengan uang tersebut didirikanlah pemisahaan samara, tidak dipermasalahkan apakah

uang tersebut berhasil atau tidak, namun kesannya usaha tersebut telah menghasilkan

uang 'bersih”.

5. Melalui penyamaran perjudian,

Dengan uang tersebut didirikanlah usaha perjudian. Tidak menjadi masalah apakah

menang atau kalah, namun akan dibuat kesan “menang”, sehingga ada alasan asal usul

uang tersebut. Seandainya di Indonesia masih ada SDSB, Nalo, Lotre, dan lain-lain

yang sejenisnya, kepada pemilik uang haram dapat ditawarkan nomor yang menang

dengan harga yang lebih mahal, sehingga uang tersebut memberikan kesan kepada

yang bersangkutan sebagai hasil kemenangan kegiatan perjudian tersebut.

6. Melalui penyamaran dokumen,

Page 9: Money Laundering and Transnational

Uang tersebut secara fisik tidak kemana-mana, namun keberadaannya didukung oleh

berbagai dokumen palsu atau dokumen yang diada-adakan, seperti membuat double

invoice dalam jual beli dan ekspor impor, agar terkesan uang itu sebagai hasil

kegiatan luar negeri.

7. Melalui pinjaman luar negeri,

Uang tunai dibawa keluar negeri dengan berbagai cara, lalu uang tersebut dimasukkan

kembali sebagai pinjaman luar negeri. Hal ini seakan-akan memberikan kesan bahwa

pelaku memperoleh bantuan kredit dari luar negeri.

8. Melalui rekayasa pinjaman luar negeri.

Uang secara fisik tidak kemana-mana, namun kemudian dibuat suatu dokumen

seakan-akan ada bantuan atau pinjaman dari luar negeri. Jadi pada kasus ini sama

sekali tidak ada pihak pemberi pinjaman. Yang ada hanya dokumen pinjaman, yang

kemungkinan besar adalah dokumen palsu.

Meskipun praktik pencucian uang merupakan suatu fenomena global dan penanganannya

melalui proses kerja sama internasional, namun pelaku pencucian uang masih selalu saja

menemukan cara dan sarananya untuk tumbuh dan berkembang terus menerus. Cara dan

teknik yang digunakan dalam praktik pencucian uang sangat bervariasi, yang antara lain

diterapkan oleh pelaku pencucian uang pada sektor perbankan dan non perbankan dengan

memanfaatkan fasilitator profesional, pendirian perusahaan gadungan, investasi di bidang

real estate, pembelian produk asuransi dan perusahaan sekuritas, serta penyalahgunaan

corporate vehicle.

Begitupun, secara umum ada tiga metode pencucian uang yang bertujuan untuk

manipulasi dan mengubah status dana illegal (hasil kejahatan) menjadi dana legal.

1. Pertama, Buy and sell yang dilakukan melalui transaksi jual-beli barang dan jasa.

Sebagai contoh misalnya real estate atau properti lainnya dapat dibeli dan dijual

kepada co conspirator yang menyetujui untuk membeli atau menjual dengan harga

yang lebih tinggi danpada harga yang sebenarnya dengan maksud untuk memperoleh

fee atau discount. Kelebihan harga dibayar dengan dana legal yang kemudian ‘

dicuci” melalui transaksi bisnis. Dengan cara ini setiap asset, barang atau jasa dapat

diubah bentuknya sehingga seolah-olah menjadi hasil yang legal melalui rekening

pribadi atau perusahaan yang ada di suatu bank.

2. Kedua, offshore conversions dimana dana ilegal dialihkan ke wilayah tax haven

country dan kemudian disimpan di bank atau lembaga keuangan lain yang ada di

wilayah tersebut. Selanjutnya dana ilegal tersebut digunakan antara lain untuk

Page 10: Money Laundering and Transnational

membeli asset dan investasi (fund investments). Di wilayah seperti (tax haven

country) ini cenderung memiliki hukum perpajakan yang lebih longgar, ketentuan

rahasia bank yang cukup ketat dan prosedur bisnis yang sangat mudah sehingga

memungkinkan adanya perlindungan bagi kerahasiaan suatu transaksi bisnis,

pembentukan perusahaan dan kegiatan usaha trust fund. Kerahasiaan inilah yang

memberikan ruang gerak yang cukup leluasa bagi pergerakan ‘dana kotor” (dirty

money) melalui berbagai pusat keuangan di dunia. Pada offshore conversions ini

biasanya dibantu oleh pengacara, akuntan dan pengelola dana dengan memanfaatkan

“celah hukum” yang ditawarkan oleh ketentuan rahasia bank dan rahasia perusahaan.

3. Ketiga, legitimate business conversion yang digunakan melalui bisnis atau kegiatan

usaha yang sali sebagai sarana untuk memindahkan dan memanfaatkan dana ilegal.

Dana-dana hasil kejahatan dikonversikan melalui transfer, cek, atau instrumen

pembayaran lainnya, yang kemudian disimpan di rekening bank, atau ditransfer

kembali ke rekening bank lain. Metode ini memungkinkan pelaku kejahatan

menjalankan usaha atau bekerja sama dengan mitra bisnisnya dan menggunakan

rekening perusahaan tertentu sebagai tempat penampungan dana hasil kejahatan.

Pada era globalisasi ekonomi seperti sekarang ini, yang ditandai dengan terintegrasinya

sistem perdagangan dunia sebagai salah satu implikasi dan kemajuan di bidang teknologi

informasi yang begitu pesat khususnya di sektor keuangan, sehingga memungkinkan

'pengguna jasa keuangan" untuk melakukan transaksi keuangan dengan mudah dan cepat

melampaui batas-batas yurisdiksi suatu negara. Kemudahan dan kecepatan dalam melakukan

transaksi keuangan tersebut telah dimanfaatkan oleh para pencuci uang (money launderers)

untuk menyembunyikan atau menyamarkan harta kekayaan yang mereka peroleh dan hasil

tindak pidana misalnya dengan cara memasukkan dana-dana ilegal tersebut ke dalam bisnis

legal melalui international banking system atau melalui jaringan bisnis di internet sehingga

asal-usulnya menjadi sulit dilacak oleh penegak hukum.

Terkait perbankan, perbankan merupakan suatu bentuk usaha yang memiliki keleluasaan

dalam menghimpun dan menyalurkan dana sehingga sangat strategis untuk digunakan

sebagai sarana pencucian uang, baik melalui placement, layering, maupun integration. Selam

itu transfer dana secara elektronis juga dapat dimanfaatkan oleh pencuci uang untuk

mengalihkan dana secara cepat dan relative murah serta aman ke rekening pihak lain, baik di

dalam maupun di luar negeri.51

Perbankan juga sangat rentan bagi tindak pidana yang terorganisasi sehingga sangat

strategis untuk dimanfaatkan. Tindak pidana yang terorganisasi biasanya bersembunyi dibalik

Page 11: Money Laundering and Transnational

suatu perusahaan atau nama lain (nominees) dengan melakukan perdagangan internasional

palsu dan berskala besar dengan maksud untuk memindahkan uang yang tidak sah dan suatu

Negara ke Negara lain. Perusahaan yang digunakan untuk menyembunyikan kegiatan tindak

pidana tersebut biasanya meminta kredit pembiayaan dan bank untuk menyamarkan aktivitas

pencucian uang. Modus operandi lainnya antara lain dengan menggunakan faktur (invoice)

palsu yang di-mark-up atau L/C palsu sebagai upaya untuk menyulitkan pengusutan

dikemudian hari.52

Akibat yang ditimbulkan dari Praktik Pencucian Uang

Menurut pemerintah Kanada dalam sebuah kertas kerja berjudul electronic money

laundering: an environtment scan yang dikeluarkan oleh Department of Justice Kanada pada

oktober 1998, ada beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan money

laundering terhadap masyarakat. Konsekuensi-konsekuensi yang dapat ditimbulkan berupa:

a. Money laundering memungkinkan para penjual dan pengedar narkoba, para

penyelundup, dan para penjahat lainnya untuk dapat memperluas kegiatan operasinya.

Hal ini akan meningkatkan biaya penekanan hukum untuk memberantasnya, biaya

perawatan serta perobatan kesehatan bagi para korban atau para pecandu narkoba.

b. Kegiatan money laundering mempunyai potensi untuk merongrong masyarakat keuangan

(financial community) sebagai akibat demikian besarnya jumlah uang yang terlibat dalam

kegiatan tersebut. Potensi untuk melakukan korupsi meningkat bersamaan dengan

peredaran jumlah uang haram yang sangat besar.

c. Pencucian uang mengurangi pendapatan pemerintah dari pajak dan secara tidak langsung

merugikan para pembayar pajak yang jujur dan mengurangi kesempatan kerja yang sah.

d. Mudahnya uang masuk ke Kanada telah menarik unsur yang tidak diinginkan melalui

perbatasan, menurunkan tingkat kualitas hidup, dan meningkatkan kekhawatiran

terhadap keamanan nasional.

FOLLOW THE MONEY

Follow the money secara harafiah berarti “mengikuti jejak-jejak yang ditinggalkan

dalam suatu arus uang atau arus dana”. Jejak-jejak ini akan membawa penyidik atau akuntan

forensik ke arah pelaku fraud.

Page 12: Money Laundering and Transnational

Follow the money dilandasi oleh gagasan yang sangat sederhana yaitu pertama kita

akan melihat naluri penjahat. Tanpa disadari, nalurinya ini akan meninggalkan jejak-jejak

berupa gambaran mengenai arus uang. Jejak-jejak uang atau money trails inilah yang

dipetakan oleh penyidik. Ketentuan perundang-undangan mengenai tindak pidana pencucian

uang mengingatkan kita bahwa bukan kejahatan utamanya saja yang merupakan tindak

pidana, tetapi juga pencucian uangnya adalah tindak pidana. Teknologi informasi merupakan

faktor yang sangat menentukan dalam teknik follow the money.

Uang sangat cair (likuid), mudah mengalir. Itulah sebabnya follow the money

mempunyai banyak peluang untuk digunakan dalam investigasi. Namun, mata uang kejahatan

atau currency of crime bukanlah uang semata-mata. Mengetahui currency of crime akan

membuka peluang baru untuk menerapkan teknik follow the money.

a. Naluri Penjahat

Dalam kasus kejahatan,pelaku berupaya seolah-olah tidak terlibat seperti dengan cara

memberikan alibi (keterangan bahwa ia tidak ada di tempat terjadinya kejahatan ketika

kejahatan itu berlangsung) atau menggunakan identitas palsu. Dalam kejahatan kerah

putih (white-collar crime) pelaku menggunakan identitas orang lain seperti identitas

karyawan, sopir, dll yang terlihat dalam dokumen perjanjian yang nantinya akan

digunakan oleh penyidik sebagai bukti surat atau identitas pelaku tidak tampak. Bila

identitas terlanjur muncul maka ia akan menghancurkan dokumen-dokumen tersebut.

Audit investigatif follow the money didasari oleh naluri pelaku fraud yang memiliki

motif untuk mendapatkan uang untuk dirinya, orang lain atau untuk organisasi dengan

memberikan kesan bahwa pelaku tidak terlibat. Dana akan mengalir secara bertahap dan

berjenjang tapi akhirnya akan berhenti di satu atau tempat pemberhentian terakhir, yang

akan menjadi petunjuk kuat pelaku fraud.

Jadi dapat disimpulkan, akuntansi forensik dalam teknik follow the money adalah

mengikuti jejak-jejak yang ditinggalkan oleh suatu aliran dana.

b. Kriminalisasi dari Pencucian Uang

Pencucian uang merupakan suatu tindakan untuk mendapatkan uang dari tindak

kejahatan yang kemudian memasukkan uang tersebut ke dalam sistem keuangan dengan

tujuan menyamarkan atau menyembunyikan asal-usul kekayaan tersebut.

c. Terorisme dan Pencucian Uang

Pengeboman di Hotel JW Marriott dan The Ritz-Carlton di Jakarta pada

tanggal 17 Juli 2009 dapat berlangsung karena ada dukungan dana yang cukup

Page 13: Money Laundering and Transnational

memadai. Polisi menduga, beberapa orang dalam kelompok tersebut menjadi semacam

penghubung antara jaringan dan sumber dana, yang berada di dalam maupun di

luar negeri. Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan antara terorisme sebagai

kejahatan utama atau tindak pidana asal (predicate crime) dengan pencucian uang.

d. Kewajiban Melapor Bagi Penyelenggara Negara

Pencucian uang dalam hal terorisme disebut reverse money laundering atau pencucian

uang terbalik yaitu uang digunakan untuk membiayai tindak pidana asalnya. Kewajiban

melapor harta kekayaan bagi penyelenggara negara, ditetapkan dalam Undang-undang

Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Ketentuan KPK tersebut

mendefinisikan “Harta Kekayaan Penyelenggaraan Negara” sebagai harta benda yang

dimiliki oleh penyelenggara negara beserta istri dan anak yang masih menjadi

tanggungan, baik berupa harta bergerak, harta tidak bergerak, maupun hak-hak lainnya

yang dapat dinilai dengan uang yang diperoleh penyelenggara negara sebelum, selama

dan setelah memangku jabatannya. Harta kekayaan penyelenggara negara dilaporkan

dalam “Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara” disingkat (LHKPN). LHKPN

adalah daftar seluruh Harta Kekayaan Penyelenggara Negara, yang dituangkan dalam

formulir yang ditetapkan oleh KPK.

e. Follow The Money dan Data Mining

Teknik investigasi ini sebenarnya sangat sederhana. Kesulitannya adalah datanya

yang sangat banyak dalam hitungan terabytes. Kita tidak bisa mulai dengan pelakunya,

yang ingin kita lihat justru adanya polapola arus dana yang menuju ke suatu tempat

(yang memberi indikasi tentang pelaku atau otak kejahatan).

f. Mata Uang Kejahatan (currency of crime)

Ciri dari penggunaan currency of crime yang bukan berupa uang adalah adanya izin-

izin atau lisesnsi untuk akses ke sumber-sumber daya alam yang umumnya

dialokasikan kepada keluarga dan kerabat sang diktator. Dalam hal itu currency of

crime-nya bisa berupa intan berlian, minyak bumi, pasir laut, kayu bundar (logs), ganja,

dan lain sebagainya. Disini ada dua arus yang bisa diikuti investigator, yakni arus dana

dan arus fisik barang.