176
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI KOMITMEN ORGANISASI PADA WANITA KARIR BERKELUARGA SKRIPSI Skripsi Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S1) Psikologi Oleh : MUTIA KUSUMA DEWI NIM. 107070002312 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H / 2011 M

Mutia Kusuma Dewi-fps

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mutia Kusuma Dewi-fps

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR PSIKOLOGIS YANG

MEMPENGARUHI KOMITMEN ORGANISASI PADA

WANITA KARIR BERKELUARGA

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk

Mendapatkan Gelar Sarjana (S1) – Psikologi

Oleh :

MUTIA KUSUMA DEWI

NIM. 107070002312

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H / 2011 M

Page 2: Mutia Kusuma Dewi-fps

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI

KOMITMEN ORGANISASI PADA WANITA KARIR BERKELUARGA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

MUTIA KUSUMA DEWI

NIM: 107070002312

Di bawah bimbingan:

Pembimbing I

Drs. Akhmad Baidun, M.Si

NIP: 19640814 100112 1 001

Pembimbing II

Desi Yustari Muchtar, M.Psi

NIP: 19821214 200801 2 006

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M

Page 3: Mutia Kusuma Dewi-fps

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG

MEMPENGARUHI KOMITMEN ORGANISASI PADA WANITA KARIR

BERKELUARGA” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6

Desember 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 12 Desember 2011

Sidang Munaqasyah

Dekan/Ketua Pembantu Dekan/Sekretaris

Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga,M.Si

NIP: 130 885 522 NIP: 19561223 198303 2 001

Anggota:

Desi Yustari Muchtar, M.Psi

NIP: 19821214 200801 2 006

Dra. Netty Hartati, M.Si

NIP : 19531002 198303 2 001

Drs. Akhmad Baidun, M.Si

NIP: 19640814 100112 1 001

Page 4: Mutia Kusuma Dewi-fps

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mutia Kusuma Dewi

NIM : 107070002312

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-

FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI KOMITMEN

ORGANISASI PADA WANITA KARIR BERKELUARGA” adalah benar

merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam

penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan

skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan

undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau

jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 6 Desember 2011

Mutia Kusuma Dewi .

NIM: 107070002312

Page 5: Mutia Kusuma Dewi-fps

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

Berdo’a dan berusaha menjadi yang terbaik untuk orang-orang yang kita sayangi

Tiada kata menyerah sebelum apa yang kita inginkan dapat kita raih

(Mutia Kusuma Dewi)

“Kepuasan itu terletak pada usaha, bukan pada pencapaian hasil. Berusaha keras adalah kemenangan besar.” Mahatma Gandhi.

“Kemuliaan paling besar bukanlah karena kita tidak pernah terpuruk, tapi karena kita selalu mampu bangkit setelah terjatuh”. Oliver Goldsmith.

PERSEMBAHAN:

“Skripsi ini ku persembahkan untuk :

Mama yang terhebat dan sangat aku sayangi , yang tak kenal lelah menyemangati

hari-hari ku..

Bapak tersayang yang selalu memberikan aku kekuatan untuk menampilkan usaha terbaikku..

I Love You My Lovely Parents..

This’s I Presented to You..

Page 6: Mutia Kusuma Dewi-fps

ABSTRAK

(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

(B) Desember 2011

(C) Mutia Kusuma Dewi

(D) xvi + 159 halaman + 31 lampiran

(E) Analisis Faktor-faktor Psikologis yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi

pada Wanita Karir Berkeluarga

(F) Komitmen organisasi menjadi hal yang penting bagi pencapaian tujuan suatu

perusahaan dan secara implisit juga sangat penting bagi kehidupan wanita

karir yang berkeluarga dalam memainkan Multiple Roles mereka. karena arti

bekerja yang awalnya berorientasi pada kodrat wanita sebagai pemelihara

rumah tangga menuju ke arah arti bekerja yang berorientasi pada fungsi

wanita sebagai individu yang bekerja. Untuk itu, komitmen organisasi harus

mampu mengembangkan sikap loyalitas pekerja secara terus-menerus kepada

organisasi untuk keberhasilan organisasinya. Komitmen organisasi ini

dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya yaitu keterlibatan kerja, konflik

peran ganda, Perceived Organizational Support (POS), dan faktor demografi

(seperti: usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan masa kerja).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

komitmen organisasi pada wanita karir berkeluarga. Adapun variabel yang

terdapat dalam penelitian ini berjumlah 8 variabel, yaitu 7 variabel sebagai

independent variable (yakni, usia, status perkawinan, tingkat pendidikan,

masa kerja, keterlibatan kerja, konflik peran ganda, dan Perceived

Organizational Support (POS), dan 1 variabel sebagai dependent variable,

yaitu komitmen organisasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan non-probability sampling dan jumlah sampel dalam penelitian

ini, yaitu sebanyak 156 wanita karir berkeluarga yang bekerja di perusahaan

swasta di Jakarta. Uji validitas penelitian ini menggunakan CFA (Confirmatory Factor

Analysis), dan untuk menguji apakah terdapat pengaruh yang signifikan

antara dependent variable (DV) dan independent variable (IV), peneliti

menggunakan uji analisis regresi berganda (Multiple Regression) dengan

standar taraf signifikan 0,05 atau 5%. Kesimpulan dari hasil penelitian ini, yaitu terdapat pengaruh yang signifikan

antara usia, status perkawinan, tingkat pendidikan, masa kerja, keterlibatan

kerja, konflik peran ganda, dan Perceived Organizational Support (POS)

Page 7: Mutia Kusuma Dewi-fps

terhadap komitmen organisasi wanita karir berkeluarga, dengan taraf

signifikasi sebesar 0.000 atau P < 0,05. Adapun R-square dari semua variabel

yang telah diujikan adalah sebesar 0.414 atau 41,4%. Artinya proporsi

varians dari komitmen organisasi yang dijelaskan oleh semua independen

variabel adalah sebesar 41.4%. Dari ketujuh IV yang diujikan, hanya terdapat

tiga variabel yang mempengaruhi secara signifikan terhadap komitmen

organisasi wanita karir berkeluarga, yaitu variabel keterlibatan kerja [dengan

nilai sig. 0.000 (p < 0.05)], masa kerja [dengan nilai sig. 0,044 (p < 0.05)],

dan Perceived Organizational Support (POS) [dengan nilai sig. 0,005 (p <

0.05)]. Dalam pengujian proporsi varians, terdapat tiga variabel yang

sumbangannya signifikan terhadap komitmen organisasi, yaitu variabel usia,

keterlibatan kerja, dan Perceived Organizational Support (POS). Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi

perusahaan untuk lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi komitmen organisasi karyawan, yakni keterlibatan kerja dan

Perceived Organizational Support (POS) khususnya pada karyawan wanita.

Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam pengembangan

teori komitmen organisas, sehingga dapat mengembangkan khazanah ilmu

psikologi.

Daftar Bacaan: 50, 21 buku; 25 jurnal; 4 website.

Page 8: Mutia Kusuma Dewi-fps

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim…

Syukur Alhamdulillah, puja dan puji penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas segala rahmat, hidayah, kekuatan dan kasih sayang yang diberikan-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul “Analisis

Faktor-faktor Psikologis yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi pada

Wanita Karir Berkeluarga”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan

kepada junjungan kita semua, Rasulullah Muhammad SAW, berikut para keluarga

dan sahabat.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah, dan dengan selesainya penulisan skripsi ini, maka,

berakhirlah langkah awal dari sebuah perjuangan panjang yang penuh dengan

kesabaran, kerja keras, dan do‟a yang telah memberikan banyak pelajaran hidup

yang berarti bagi penulis.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis meyadari sepenuhnya bahwa

keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri,

melainkan berkat dukungan, bantuan dorongan, semangat, dan bimbingan yang

tidak ternilai harganya dari pihak-pihak lain. Oleh karena itu dengan segala

kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, dan Ibu Fadhila Suralaga, M.Si, pembantu dekan I Fakultas Psikologi

UIN Syatif Hidayatullah.

2. Bapak Drs. Akhmad Baidun, M.Si, pembimbing I, dan Ibu Desi Yustari

Muchtar, M.Psi, pembimbing II, terima kasih telah berkenan memberikan

bimbingan, waktu, arahan, petunjuk, dan sumbangan pikiran dalam penulisan,

serta saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Page 9: Mutia Kusuma Dewi-fps

3. Ibu Yufi Adriani, M.Psi, dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas

bimbingan, perhatian, dan masukannya selama Penulis menjalani perkuliahan.

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmunya kepada

penulis, dari awal perkuliahan hingga selesai skripsi ini. Para pegawai bidang

akademik dan kemahasiswaan, bagian keuangan, bagian umum, serta seluruh

civitas akademika Fakultas Psikologi.

5. Kedua orangtuaku tercinta, Mat Ali dan Umamah, yang senantiasa

memberikan doa yang selalu menyertai penulis, dan memberikan cinta, kasih

sayang, perhatian, pengertian, semangat, motivasi, dan dukungan baik moril

maupun materil yang tidak akan pernah bisa terganti dan terbayar oleh

apapun. My love for you will never run out.

6. Kakek-nenekku tersayang, H. Mad Ali, dan Hj. Awinah, yang senantiasa

memberikan do‟a untuk penulis, perhatian, dan kasih-sayang yang tak

terhingga. Ketika penulis merasa bosan dan jenuh, kalian selalu memberikan

kisah-kisah lucu dan bermakna, sehingga penulis merasa kembali

bersemangat, dan ingin mentauladani “kehebatan” kalian dalam menjalani

kehidupan.

7. Kakak-kakaku tersayang, bang „Jak, ka‟ Nana, bang „Iin, ka‟ Eva, dan ka‟

Novi, yang selalu setia menyemangatiku. Setiap kita berkumpul bersama,

semangatku untuk bisa membanggakan dan membahagiakan kedua orangtua

kita semakin besar. Semoga penulis bisa mewujudkan harapan kalian di masa

depan.

8. Sahabatku tersayang, Hazmi Imama, yang telah memberikan semangat, selalu

menemani dan membantu dalam suka dan duka. Terima kasih, untuk canda-

tawa dan kesedihan yang kita bagi bersama, dan untuk semua waktu, dan

pengalaman “hebat” yang telah kita hadapi bersama. Semoga persahabatan

kita takkan lekang, hanya karena jarak dan waktu. I’m proud to be your friend.

9. Untuk “kucingku”, Fauzah Shaumiyah. Terima kasih, telah menjadi

pendengar setia keluhan segala masalah dan rasa galau-ku. Kata terima kasih,

mungkin takkan cukup untuk membalas semua nasihat dan kalimat-kalimat

penyemangatmu.

Page 10: Mutia Kusuma Dewi-fps

10. Sahabat dan ayank-ayank, Pury, Afifah, Renny „eyang”, Chahyu „mamih‟,

Imel, Reza, Zya, dan Vhia „tante‟. Terima kasih untuk cerita, dan canda tawa

yang telah dibagi, untuk kisah pertemanan kita yang penuh warna, dan terima

kasih untuk segala ketulusan dan kebaikan yang telah diberikan untuk penulis.

11. Seluruh teman-teman kelas A angkatan 2007, terima kasih untuk semua

kebersamaan kita selama 4 tahun ini, untuk semua cerita dan pengalaman yang

luar biasa serta suasana belajar dan diskusi yang menyenangkan dalam setiap

mata kuliah.

12. Teman sesama bimbingan skripsi, Gilang Raka Pratama, dan Rifky Anugrah.

Terima kasih sudah menemani hari-hari Penulis selama menjalani bimbingan,

dan menghabiskan waktu menunggu penuh motivasi dan kesabaran.

13. Bapak Ahmad Baydhowi, terima kasih telah mengajari penulis penggunaan

Lisrel.

14. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih untuk

segala doa, dukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan dibalas berlipat ganda oleh

Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang

membacanya.

Jakarta, 6 Desember 2011

Penulis

Page 11: Mutia Kusuma Dewi-fps

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Pembimbing .......................................................................... i

Lembar Pengesahan Panitia Ujian ....................................................................... ii

Lembar Orisinalitas ............................................................................................ iii

Motto dan Persembahan ...................................................................................... iv

Abstrak .................................................................................................................. v

Kata Pengantar ................................................................................................... vii

Daftar Isi ................................................................................................................. x

Daftra Tabel ...................................................................................................... xiii

Daftar Gambar .................................................................................................... xv

Daftar Lampiran ................................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................................... 14

1.2.1 Pembatasan Masalah ............................................................................. 14

1.2.2 Perumusan Masalah .............................................................................. 16

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 17

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 17

1.5 Sistematika Penulisan ................................................................................... 18

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Komitmen Organisasi ................................................................................... 20

2.1.1 Pengertian Komitmen Organisasi ........................................................ 20

2.1.2 Jenis Komitmen ................................................................................... 25

2.1.3 Antesenden dari Komitmen Organisasi ................................................ 28

2.1.4 Menciptakan Komitmen Organisasi ..................................................... 34

2.2 Keterlibatan Kerja ......................................................................................... 36

2.2.1 Pengertian Keterlibatan Kerja ............................................................. 36

2.2.2 Ciri-ciri Keterlibatan Kerja .................................................................. 37

Page 12: Mutia Kusuma Dewi-fps

2.2.2 Aspek-aspek Keterlibatan Kerja .......................................................... 39

2.3 Konflik Peran ............................................................................................... 42

2.3.1 Bentuk Konflik Peran Ganda .............................................................. 45

2.4 Masa Kerja (Tenure) ..................................................................................... 49

2.4.1 Pengertian Masa Kerja ......................................................................... 49

2.4.2 Konsep Masa Kerja ............................................................................. 50

2.3 Perceived Organizational Support (POS) .................................................... 51

2.3.1 Definisi Perceived Organizational Support (POS) ............................. 51

2.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi

Perceived Organizational Support (POS) .......................................... 54

2.4 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 58

2.5 Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian .................................................................................. 64

3.2 Populasi dan Sampel ..................................................................................... 64

3.2.1 Populasi ............................................................................................... 64

3.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .......................................... 65

3.3 Variabel Penelitian ....................................................................................... 66

3.3.1 Definisi Konseptual Variabel .............................................................. 67

3.4 Pengumpulan Data ....................................................................................... 68

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 68

3.4.2 Instrumen Penelitian ............................................................................ 72

3.5 Uji Instrumen ................................................................................................ 79

3.5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................... 79

3.5.2 Uji Validitas Skala Komitmen Organisasi .......................................... 81

3.5.3 Uji Validitas Skala Konflik Peran Ganda ............................................ 86

3.5.4 Uji Validitas Skala Keterlibatan Kerja .............................................. 104

3.5.5 Uji Validitas Skala Perceived Organizational Support (POS) .......... 109

3.5 Teknik Analisis Data ................................................................................. 111

3.6 Prosedur Penelitian ..................................................................................... 115

Page 13: Mutia Kusuma Dewi-fps

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian .................................................... 116

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................................... 119

4.1.1 Kategorisasi Skor Variabel ................................................................ 121

4.1.2 Analisis Uji Daya Beda Variabel Demografi ................................... 123

4.3 Uji Hipotesis ............................................................................................... 125

4.3.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian ................................................ 125

4.3.2 Pengujian Proporsi Varians Independent Variable ........................... 132

4.3.2 Pengujian Analisis Regresi Berdasarkan Sub-Kelompok

Variabel Demografi .......................................................................... 138

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 141

5.1.1 Hipotesis Mayor ................................................................................. 141

5.1.2 Hipotesis Minor .................................................................................. 142

5.2 Diskusi ....................................................................................................... 145

5.3 Saran ........................................................................................................... 151

5.3.1 Saran Metodologis ............................................................................. 152

5.3.2 Saran Praktis ...................................................................................... 153

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 155

LAMPIRAN

Page 14: Mutia Kusuma Dewi-fps

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Skor Skala Model Likert ............................................................................72 70

Tabel 3.2 Tabel Skor Skala Model Penilaian .......................................................................73 71

Tabel 3.3 Blue Print Komitmen Organisasi ........................................................................72 73

Tabel 3.4 Blue Print Konflik Peran .....................................................................................72 75

Tabel 3.5 Blue Print Keterlibatan Kerja ................................................................................72 76

Tabel 3.6 Blue Print Perceived Organizational Support (POS) ...........................................72 77

Tabel 3.7 Tabel Skala Alternatif ...........................................................................................72 78

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Komitmen Organisasi ..........................................................73 83

Tabel 3.9 Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Item

Komitmen Organisasi ..........................................................................................72 84

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Pengasuhan Anak untuk Konflik Peran ...............................72 88

Tabel 3.11 Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Item

Pengasuhan Anak ..................................................................................................72 89

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Bantuan Pekerjaan Rumah Tangga

untuk Konflik Peran ..............................................................................................72 90

Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Komunikasi dan Interaksi dengan

Anak dan Suami untuk Konflik Peran ..................................................................73 92

Tabel 3.14 Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Item

Komunikasi dan Interaksi dengan Anak dan Suami .............................................72 93

Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Waktu untuk Keluarga untuk Konflik

Peran .....................................................................................................................72 95

Tabel 3.16 Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Item

Waktu untuk Keluarga ..........................................................................................72 95

Tabel 3.17 Muatan Faktor Item Menentukan Prioritas untuk Konflik

Peran .....................................................................................................................72 97

Tabel 3.18 Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Item

Menentukan Prioritas ............................................................................................73 98

Tabel 3.19 Muatan Faktor Item Tekanan Karir dan Keluarga untuk

Konflik Peran ........................................................................................................72 100

Tabel 3.20 Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Item

Tekanan Karir dan Keluarga .................................................................................73 100

Tabel 3.21 Muatan Faktor Item Pandangan Suami Terhadap Peran

Ganda Wanita untuk Konflik Peran ......................................................................72 102

Tabel 3.22 Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Item

Pandangan Suami Terhadap Peran Ganda Wanita ................................................72 103

Tabel 3.23 Muatan Faktor Item Keterlibatan Kerja ................................................................72 105

Page 15: Mutia Kusuma Dewi-fps

Tabel 3.24 Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Item

Keterlibatan Kerja .................................................................................................72 107

Tabel 3.25 Muatan Faktor Item Perceived Organizational Support

(POS) .....................................................................................................................73 110

Tabel 3.26 Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Item

Perceived Organizational Support (POS) ............................................................73 111

Tabel 4.1 Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Usia ...................................................72 116

Tabel 4.2 Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Usia Perkawinan ................................73 117

Tabel 4.3 Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Tingkat

Pendidikan .............................................................................................................72 118

Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Masa Kerja .........................................................72 119

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ................................................................72 120

Tabel 4.6 Penyebaran Skot Komitmen Organisasi ...............................................................72 121

Tabel 4.7 Penyebaran Skor Keterlibatan Kerja .....................................................................72 122

Tabel 4.8 Penyebaran Skor Konflik Peran Ganda ................................................................73 122

Tabel 4.9 Penyebaran Skor Perceived Organizational Support (POS) ................................72 123

Tabel 4.10 Uji Beda Komitmen Organisasi ............................................................................73 124

Tabel 4.11 Tabel R-Square .....................................................................................................72 126

Tabel 4.12 Tabel Anova ..........................................................................................................72 126

Tabel 4.13 Koefisien Regresi ..................................................................................................72 128

Tabel 4.14 Proporsi Varians untuk Masing-masing Independent

Variable .................................................................................................................72 133

Tabel 4.15 Analisis Regresi Sub-Kelompok Variabel Demografi ..........................................72 138

Page 16: Mutia Kusuma Dewi-fps

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tipologi Komitmen Organisasi .............................................................................72 26

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Faktor-faktor Komitmen Organisasi .......................................73 62

Gambar 3.1 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Variabel Komitmen

Organisasi .............................................................................................................72 82

Gambar 3.2 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Aspek Pengasuhan Anak ..............................72 87

Gambar 3.3 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Aspek Bantuan

Pekerjaan Rumah Tangga .....................................................................................72 89

Gambar 3.4 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Aspek Komunikasi dan

Interaksi dengan Anak dan Suami ........................................................................72 91

Gambar 3.5 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Aspek Waktu untuk

Keluarga ................................................................................................................72 94

Gambar 3.6 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Aspek Menentukan

Prioritas .................................................................................................................73 96

Gambar 3.7 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Aspek Tekanan

Karir dan Keluarga ................................................................................................72 99

Gambar 3.8 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Aspek Pandangan

Suami terhadap Peran Ganda Wanita ...................................................................72 101

Gambar 3.9 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Variabel Keterlibatan

Kerja ......................................................................................................................72 104

Gambar 3.10 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Variabel

Perceived Organizational Support (POS) ............................................................72 109

Gambar 4.1 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual .......................................73 137

Page 17: Mutia Kusuma Dewi-fps

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Surat Keterangan Penelitian

Lampiran B : Output Uji Validitas CFA Skala Penelitian

Outpur Analisis Uji Regresi dengan Menggunakan SPSS 17.0

Angket Kuesioner Penelitian

Daftar Data Input Skoring Item Penelitian

Page 18: Mutia Kusuma Dewi-fps

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia kerja di Indonesia saat ini berlangsung sangat pesat,

baik dalam sektor formal maupun informal. Implikasinya, akan terbuka

lapangan kerja baru bagi tenaga kerja. Namun, lapangan kerja yang banyak

terbuka, dapat dipastikan tidak akan mampu menampung banyaknya jumlah

tenaga kerja yang semakin besar.

Data Badan Pusat Statistika menyebutkan bahwa pada tahun 2011,

jumlah tenaga kerja di indonesia mencapai 119,4 juta orang, yang naik

sebesar 2,9 juta orang dibanding keadaan Agustus 2010, dan naik 3,4 juta

orang dibanding keadaan Februari 2010, dan diprediksi jumlah

pengangguran saat ini mencapai mencapai 8,1 juta orang. Seiring dengan

peningkatannya jumlah tenaga kerja, setahun terakhir (Februari 2010 -

Februari 2011), hampir semua sektor mengalami kenaikan jumlah pekerja,

namun, angka pekerja yang dibutuhkan tidak seimbang dengan jumlah

pelamar kerja yang ada. Akibatnya, akan terjadi persaingan yang ketat dan

dapat dipastikan hanya individu yang dapat bersaing secara kompetitif dan

professional yang dapat memenangkan persaingan tersebut.

Tenaga kerja yang kompetitif dan profesional dengan kriteria

memiliki komitmen organisasi yang tinggi merupakan suatu kebutuhan yang

Page 19: Mutia Kusuma Dewi-fps

sangat penting bagi efektifitas kerja untuk mencapai keberhasilan organisasi.

Menurut Greenberg dan Baron (2003) tenaga kerja yang memiliki komitmen

organisasi yang tinggi, yaitu tenaga kerja yang produktif sehingga pada

akhirnya akan lebih menguntungkan bagi organisasi. Ketika komitmen

organisasi seseorang tinggi, maka efektifitas pelaksanaan tugas akan lebih

optimal.

Secara teoritis, komitmen organisasi dijabarkan oleh Baron (2003),

yang mengatakan bahwa komitmen organisasi merupakan sikap pekerja

terhadap organisasi tempat individu bekerja. Karyawan dengan komitmen

organisasi yang tinggi akan menunjukkan sikap positif, yaitu memiliki

harapan dan motivasi yang tinggi dalam bekerja di sebuah organisasi.

Komitmen ini memerlukan suatu pengorbanan dan pengabdian individu di

dalam organisasi, sehingga dapat diartikan sebagai kesetiaan untuk

melakukan apa saja yang telah di putuskan oleh organisasi. Komitmen

organisasi juga merupakan hubungan antara individu dengan organisasi

tempat individu bekerja, yang diartikan bahwa individu mempunyai

keyakinan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi, adanya kerelaan untuk

berusaha secara bersungguh-sungguh demi kepentingan organisasi serta

mempunyai keinginan yang kuat untuk tetap menjadi bagian dari organisasi.

Dalam sebuah jurnal penelitian mengenai komitmen organisasi oleh

Ali Nina (dalam Seniati, 2002), mengungkapkan bahwa karyawan yang

memiliki keinginan untuk bekerja sampai pensiun, dan karyawan yang

memiliki kesempatan untuk berkembang di dalam organisasi mempunyai

Page 20: Mutia Kusuma Dewi-fps

tingkat komitmen organisasi yang tinggi, yakni ditandai dengan tingkat

turnover yang rendah dan keterlibatan kerja yang aktif dalam organisasinya.

Hal tersebut selaras dengan konsep yang dijabarkan oleh Steers dan Porter

(dalam Yuwono, dkk., 2005) yang mengemukakan bahwa komitmen

merupakan suatu keadaan individu dimana individu menjadi sangat terikat

oleh tindakannya. Melalui tindakan ini akan menimbulkan keyakinan yang

menunjang aktivitas dan keterlibatannya. Sehingga seorang pekerja dengan

komitmen yang tinggi pada umumnya mempunyai kebutuhan yang besar

untuk mengembangkan diri dan senang berpartisipasi dalam proses

pengambilan keputusan di organisasi tempat mereka bekerja. Hasilnya

mereka jarang terlambat, tingkat absensi yang rendah, produktivitas yang

tinggi, serta berusaha menampilkan kinerja yang terbaik. Di samping itu,

pekerja dengan komitmen yang tinggi juga dapat menurunkan turn over

(dalam Greenberg dan Baron, 1995).

Secara teoritis, Allen dan Meyer (dalam Yuwono, dkk., 2005)

mengemukakan komponen model komitmen organisasi, yaitu (1) Komitmen

afektif (affective commitment) yang dimaknai bahwa keikatan emosional,

identifikasi, dan keterlibatan dalam suatu organisasi. Individu menetap

dalam organisasi karena keinginan sendiri; (2) Komitmen kesinambungan

(continuance commitment) yang dimaknai bahwa komitmen individu

didasarkan pada pertimbangan tentang apa yang harus dikorbankan bila akan

meninggalkan organisasi. Individu memutuskan untuk menetap pada suatu

organisasi karena menganggapnya sebagai suatu pemenuhan kebutuhan; (3)

Page 21: Mutia Kusuma Dewi-fps

Komitmen normatif (normative commitment) yang dimaknai bahwa

keyakinan individu tentang tanggung jawab terhadap organisasi. Individu

akan tetap tinggal pada suatu organisasi karena merasa wajib untuk loyal

kepada organisasi tersebut.

Setiap karyawan memiliki dasar dan tingkah laku yang berbeda

berdasarkan komitmen organisasi yang dimilikinya. Perwujudan tingkah

laku pada karyawan yang memiliki komitmen organisasi dengan dasar

afektif akan berbeda dengan karyawan dengan dasar continuance, dan begitu

pula untuk karyawan dengan dasar normatif. Karyawan yang ingin menetap

(betah) dalam organisasi karena keinginannya sendiri (affective) memiliki

keinginan menggunakan usaha agar sesuai dengan tujuan organisasi.

Karyawan yang memiliki komitmen organisasi dengan dasar continuance

cenderung menghindari kerugian finansial sehingga usaha yang dilakukan

untuk organisasi kurang maksimal, misalnya individu takut tidak

mendapatkan gaji sebagaimana yang saat ini didapat, dan takut tidak

mendapatkan pekerjaan sebagaimana yang saat ini dijalankan. Sementara

itu, komponen normatif yang berkembang sebagai hasil dari pengalaman

sosialisasi, tergantung dari sejauh mana perasaan kewajiban yang dimiliki

karyawan. Komponen normatif menimbulkan perasaaan kewajiban pada

karyawan untuk member balasan atas apa saja yang telah diterimanya dari

organisasi (Kuncoro, dalam Yuwono, dkk., 2005).

Van Dyne dan Graham, (dalam Coetzee, 2005) menjelaskan

mengenai beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi,

Page 22: Mutia Kusuma Dewi-fps

yaitu faktor personal, faktor posisional, dan faktor situasional. Faktor

personal berhubungan dengan elemen pribadi yang terdapat di dalam diri

individu. Faktor posisional berhubungan dengan kedudukan seseorang

dalam lingkungan kerjanya, sedangkan faktor situasional berhubungan

dengan situasi atau keadaan di dalam organisasi.

Beberapa faktor personal yang mempengaruhi komitmen organisasi

diantaranya yaitu faktor demografik (usia, tingkat pendidikan, dan status

perkawinan), keterlibatan kerja dan konflik peran. Dalam sebuah penelitian

yang dilakukan di sebuah perusahaan di Malaysia, Asri dan Hamrilah (2007)

menyatakan bahwa faktor-faktor demografik dapat memberikan efek positif

dan efek negatif terhadap komitmen organisasi karyawan.

Sjabadhyni, dkk. (2001) menyatakan bahwa faktor demografik,

seperti usia, tingkat pendidikan, dan status perkawinan memang memiliki

hubungan yang signifikan dengan komitmen organisasi. Selanjutnya,

Sjabadhyni menguraikannya sebagai berikut: (1) usia, dalam penelitian

Mowday, Porter, dan Steers (1982) menunjukkan bahwa usia mempunyai

hubungan secara positif dengan komitmen organisasi. March dan Simon

(1958) mengemukakan bahwa kesempatan individu untuk mendapatkan

pekerjaan lain menjadi lebih terbatas sejalan dengan meningkatnya usia

individu; (2) tingkat pendidikan, Mowday, Porter, dan Steers (1982)

mengatakan bahwa tingkat pendidikan sering ditemukan berhubungan

negatif dengan komitmen organisasi, meskipun hasil penelitian tersebut

tidak seluruhnya konsisten. Hal ini disebabkan oleh pendidikan sering

Page 23: Mutia Kusuma Dewi-fps

membentuk keterampilan yang kadang-kadang tidak dapat dimanfaatkan

sepenuhnya dalam pekerjaan sehingga harapan individu sering tidak

terpenuhi dan menimbulkan kekecewaan terhadap organisasi. Dengan

demikian, makin tinggi tingkat pendidikan individu makin banyak pula

harapannya yang mungkin tidak dapat dipenuhi atau tidak sesuai dengan

organisasi tempat di mana ia bekerja; dan yang terakhir, (3) status

perkawinan, dalam sebuah penelitian oleh Vera Racmayati (dalam Seniati,

2002) menyatakan bahwa status perkawinan mempunyai kontribusi negatif

terhadap komitmen organisasi. Hal tersebut, dapat saja terjadi, terutama

pada individu yang telah berkeluarga dan berkaitan dengan manajemen

peran yang diperankan oleh pihak laki-laki maupun wanita.

Komitmen organisasi seorang laki-laki dan wanita mempunyai

perbedaan yang cukup signifikan. Apalagi, persaingan gender di dalam

dunia kerja terlihat semakin nyata. Dahulu, dunia kerja hanya didominasi

oleh kaum laki-laki, seperti yang dinyatakan oleh Beechey (dalam

Imanoviani, 2011) bahwa hampir setiap jenis pekerjaan tampak laki-laki

lebih mempunyai kekuasaan dibandingkan wanita. Namun, di zaman

teknologi dan informasi yang semakin canggih, siapapun memiliki

kesempatan yang sama dalam hal mendapatkan pendidikan dan pekerjaan

yang layak. Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa

partisipasi wanita dalam lapangan kerja meningkat signifikan. Selama

(Februari 2006-Februari 2007), jumlah pekerja wanita bertambah 2,12 juta

orang, terbesar di sektor pertanian dan perdagangan, sedangkan jumlah

Page 24: Mutia Kusuma Dewi-fps

pekerja laki-laki hanya bertambah 287 ribu orang. Namun disayangkan

jumlah tenaga kerja yang banyak tidak diimbangi dengan lahirnya

perusahaan baru yang siap ”menampung” lulusan sarjana wanita. Mowday

(dalam Sjabadhyni, 2001) menyatakan bahwa wanita dalam dunia kerja

cenderung memiliki komitmen terhadap organisasi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pria, karena wanita pada umumnya harus mengatasi

lebih banyak rintangan dalam mencapai posisi mereka dalam organisasi

sehingga keanggotaan dalam organisasi menjadi lebih penting bagi mereka.

Faktor personal yang selanjutnya akan dijelaskan keterkaitannya

dengan komitmen organisasi, yaitu keterlibatan kerja (job involvement).

Dunnete (dalam Gading, 1997) menerangkan bahwa keterlibatan kerja

seseorang dalam pekerjaannya terlibat pada keseriusan dalam melakukan

pekerjaan, memiliki nilai-nilai yang penting yang selalu dipertahankan

dalam hubungannya dengan pekerjaan, dan perasaan menikmati pekerjaan.

Gading (1997) yang menyimpulkan beberapa pendapat pakar,

mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan keterlibatan kerja adalah

tingkat dimana seseorang mengidentifikasikan diri secara psikologis

terhadap pekerjaan, serta dapat dikatakan sebagai tingkat kesuksesan dalam

kerja yang mempengaruhi kerja dirinya, serta pentingnya kerja bagi

kehidupan seseorang. Keterlibatan kerja ini ditandai oleh harapan yang besar

terhadap pekerjaan, rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan, kesiapan

dalam menghadapi tugas, kebanggaan terhadap pekerjaan, ambisi, serta

keinginan untuk mobilitas ke atas.

Page 25: Mutia Kusuma Dewi-fps

Keterlibatan kerja penting bagi kualitas kehidupan kerja karyawan

dan diperlukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Menurut

Diefendorff et al., (dalam Yekty, 2006), karyawan yang melibatkan diri

secara penuh dalam bekerja akan memperhatikan kepentingan organisasi

dalam mencapai tujuannya. Karyawan menjadi lebih peduli terhadap fungsi

organisasi yang efektif, berusaha memelihara perilaku yang menguntungkan

organisasi dan mengerahkan seluruh kemampuan serta keahliannya dalam

bekerja. Keterlibatan kerja membuat karyawan lebih berkomitmen dalam

bekerja, karena adanya pandangan bahwa usaha dan kinerja yang dilakukan

memiliki makna positif bagi kesejahteraan dirinya dan organisasi.

Keterlibatan kerja (Job involvement) seseorang berhubungan secara

positif dengan komitmen organisasi (Chughtai dan Zafar, dalam Srimulyani,

2009). Mowday et al. (dalam Srimulyani, 2009) menerangkan seorang

karyawan lebih dahulu dijadikan terbiasa dengan pekerjaannya dan

dilibatkan dalam pekerjaan tertentu, dan kemudian, ketika kebutuhan

mereka terpenuhi, hal ini akan mengembangkan rasa komitmen untuk

organisasi.

Penjelasan mengenai faktor terakhir dari personal factor yang

berhubungan dengan komitmen organisasi, yaitu konflik peran seorang

wanita. Saat ini, peran wanita telah bergeser dari peran tradisional menjadi

modern. Dari hanya memiliki peran tradisional untuk melahirkan anak dan

mengurus rumah tangga, kini wanita mempunyai peran sosial dimana dapat

berkarir dalam bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan didukung

Page 26: Mutia Kusuma Dewi-fps

pendidikan yang tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya konflik

peran ganda sebagai pekerja dan ibu rumah tangga bagi wanita yang telah

berkeluarga.

Wanita sebagai partner kaum pria, tidak hanya di rumah tapi juga

dalam bekerja dengan menyalurkan potensi dan bakat mereka. Bagi wanita

pekerja, bagaimanapun mereka juga merupakan ibu rumah tangga yang tetap

terikat dengan lingkungan keluarga. Anoraga (2005) menjelaskan bahwa

dalam meniti karir, wanita lebih mempunyai beban dan hambatan yang lebih

berat dibandingkan dengan pria. Kedua peran yang dipegang oleh seorang

wanita, kenyataannya cukup banyak wanita yang tidak mampu

mengatasinya, sehingga menimbulkan konflik peran dalam kehidupannya.

Konflik peran menurut Frieze, Parsons, Johnson, Ruble & Zellman

(dalam Geraldine M. Menger, BA, 1988) merupakan keadaan dimana

individu menghadapi tututan atau harapan yang saling bertentangan dari dua

peran atau lebih yang dilakukannya. Konflik peran pada wanita akan

menimbulkan dua keadaan (situasi) yang mempengaruhi proses

terbentuknya komitmen organisasi, yaitu situasi keluarga dan situasi

pekerjaan. Keduanya situasi tersebut (keluarga dan pekerjaan) menuntut

tanggung jawab lebih dari individu yang bersangkutan. Hal tersebut lebih

banyak dialami oleh seorang wanita.

Dalam teori Kopelman (1983) dan Burley (1989) (dalam Herts,

2003) menyatakan tentang konflik peran pada wanita. Teori tersebut

dikembangkan dari teori Interrole Conflict, yaitu adanya konflik antara

Page 27: Mutia Kusuma Dewi-fps

pekerjaan dengan keluarga. hal tersebut dapat terjadi karena wanita lebih

dihadapkan pada permintaan antara peran kerja dan peran keluarga secara

bersamaan yang memerlukan prioritas dalam menjalankan kedua peran

tersebut. Kedua peran ini (pekerjaaan dan keluarga) jika dilakukan tidak

sejalan atau tidak seimbang maka akan timbul konflik peran atau yang

disebut sebagai work-family conflict yang bisa mempengaruhi komitmen

organisasi individu dalam perusahaan ditempat individu bekerja. Situasi

pekerjaan dan situasi keluarga merupakan hal yang mempengaruhi proses

komitmen.

Dalam sebuah penelitian, Nurul Mahvira Harahap dan Cherly

Kumala (2010) membuktikan bahwa konflik peran (work-family conflict)

pada wanita karir berkeluarga pada usia (20-45 tahun), berkorelasi negatif

dengan komitmen organisasi. Hal tersebut membuktikan bahwa seorang

Wanita yang bekerja dan berkeluarga sulit untuk dapat mengatur

kehidupannya, yaitu bagaimana ia harus bertindak dalam mengatasi masalah

keluarga dan pekerjaan. Misalnya, ketika seorang wanita dihadapkan

diwaktu yang bersamaan kepada pilihan untuk menjaga anaknya yang sakit

di rumah atau menghadiri rapat penting dengan atasannya di kantor. Hal

tersebut dapat menjadi suatu indikasi atau pemicu terjadinya konflik peran

ganda, bila wanita tersebut tidak dapat mengambil keputusan secara cerdas

dan tepat.

Selanjutnya, mengenai faktor posisional. Van Dyen dan Graham

(dalam Coetzee, 2005) menjabarkan bahwa terdapat dua faktor yang

Page 28: Mutia Kusuma Dewi-fps

mempengaruhi komitmen organisasi, yaitu masa kerja. Sjabandhyni, dkk.,

(2001) menguraikan studi yang dilakukan oleh Angle dan Perry (1981),

Hrebeniak (1974), Morris dan Sherman (1981), dan Sheldon (1971), yang

menunjukkan bahwa prediktor masa kerja dan komitmen organisasi

mempunyai hubungan yang postitif, karena semakin lama seseorang bekerja

pada suatu organisasi, semakin ia memberi peluang untuk menerima tugas

yang lebih menantang, otonomi yang lebih besar, keleluasaan untuk bekerja,

tingkat imbalan ekstrinsik yang lebih besar dan peluang mendapat promosi

yang lebih tinggi.

Jika seseorang telah lama bekerja dalam suatu organisasi adanya

peluang investasi pribadi, yang berupa pikiran, tenaga, dan waktu untuk

organisasi yang makin besar, sehingga makin sulit untuk meninggalkan

organisasi tersebut, serta dalam diri individu tersebut telah memiliki

keterlibatan sosial yang dalam dengan organisasi dan individu-individu yang

ada, hubungan sosial yang lebih bermakna, sehingga membuat individu

semakin berat meninggalkan organisasi. Semakin lama seseorang bekerja

dalam suatu organisasi juga berdampak pada kesempatan orang tersebut

untuk mendapatkan Akses informasi pekerjaan baru, karena mungkin faktor

usia yang semakin lama semakin bertambah, (Cohen, 1993).

Sebuah penelitian dijelaskan bahwa hubungan antara masa kerja dan

komitmen organisasi mempunyai hubungan yang positif, pada penelitian

tentang Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja

Dan Komitmen Organisasi oleh Darwito (2008) , terdapat data persepsi

Page 29: Mutia Kusuma Dewi-fps

mengenai hubungan masa kerja dan komitmen organisasi, menurut data

tersebut pegawai dengan masa kerja di atas (2-10 tahun) (Advancement

Stage), memiliki komitmen organisasi yang tinggi, dan terdapat dampak

positif pada komitmen organisasi itu sendiri. Seorang pegawai akan setia

melayani organisasinya, dan enggan untuk meninggalkan organisasinya,

karena terdapat faktor-faktor tertentu yang menguatkannya, seperti pangkat

yang tinggi (status jabatan), atau imbalan (gaji) yang sesuai dengan yang

diharapkan, tak elak juga faktor dari hubungan sosial dengan rekan kerja dan

atasan yang baik dan nyaman.

Faktor terakhir yang akan dibahas dalam latar belakang ini yaitu,

faktor situasional. Faktor situasional yang diangkat dalam penelitian ini,

yaitu Perceived Organizational Support (POS) yang disebut juga dengan

persepsi terhadap dukungan organisasi. Perceived Organizational Support

dapat diartikan sebagai keyakinan pegawai tentang bagaimana organisasi

menghargai kontribusi pegawai dalam perusahaan dan bagaimana organisasi

memperhatikan kesejahteraan pegawai (Rhoades dan Eisenberger, 2002).

Eisenberger dkk, (dalam Rhoades, Eisenberger, dan Armeli, 2001)

menjelaskan bahwa dukungan organisasi akan diukur dari persepsi individu

mengenai kesiapan organisasi untuk member reward pada peningkatan

usaha-usaha yang dilakukan individu dan seberapa besar organisasi menilai

kontribusi dan memperhatikan kesejahteraan karyawan, yang disebut

sebagai Perceived Organizational Support (POS).

Page 30: Mutia Kusuma Dewi-fps

Pack dan Soetjipto (dalam Srimulyani, 2009) menyatakan bahwa

persepsi dukungan organisasi mempunyai hubungan yang positif komitmen

organisasi. Hal ini berarti jika organisasi peduli dengan keberadaan dan

kesejahteraan personal karyawan dan juga menghargai kontribusi karyawan

pada organisasi maka karyawan mau mengikatkan diri dan menjadi bagian

dari organisasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini terdapat tiga

faktor yang akan diteliti pengaruhnya terhadap komitmen organisasi wanita

karir berkeluarga, yaitu faktor personal (yang meliputi: usia, status

perkawinan, tingkat pendidikan, keterlibatan kerja, dan konflik peran),

faktor posisional (yaitu, masa kerja), dan faktor situasional (yaitu, Perceived

Organizational Support).

Peneliti berpendapat bahwa ketiga faktor tersebut secara bersama-

sama memberi pengaruh terhadap komitmen organisasi wanita karir

berkeluarga, baik berpengaruh negatif ataupun positif. Karena, seperti yang

telah kita ketahui bahwa arti bekerja yang semula berorientasi pada kodrat

wanita sebagai pemelihara rumah tangga kearah arti bekerja yang

berorientasi pada fungsi mereka sebagai makhluk yang bekerja (homo

laboran) menjadi sangat unik untuk diteliti lebih lanjut. (Setiawan, dalam

Jurnal Sikap Karir Pustakawan Wanita, Erlina Inderasari, 2007). Oleh

karena itu, peneliti tertarik mengambil judul penelitian, yaitu: Analisis

faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi komitmen organisasi pada

wanita karir berkeluarga.

Page 31: Mutia Kusuma Dewi-fps

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Penelitian ini hanya dibatasi tentang pengaruh faktor-faktor

psikologis yang mempengaruhi komitmen organisasi pada wanita

karir berkeluarga. Berikut ini merupakan batasan-batasan objek dan

variabel yang diteliti, yaitu:

1. Komitmen Organisasi, Allen dan Meyer (1990) (dalam

Sjabadhyni, 2001), yaitu kepercayaan dan penerimaan atas nilai

dan tujuan organisasi, sehingga membuat orang itu untuk betah

dan tetap ingin bertahan di organisasi, yang meliputi dimensi

afektif, continuance, dan normatif.

2. Usia, yaitu usia seseorang terhitung dari seseorang tersebut

lahir.

3. Tingkat pendidikan, yaitu tingkat pendidikan yang telah

ditempuh individu dimulai dari pendidikan dasar, hingga

pendidikan tingkat tinggi.

4. Status perkawinan, yaitu seseorang yang telah menikah yang

telah menempuh hidup berpasangan (suami – isteri).

5. Job Involvement, keterlibatan kerja adalah tingkat sejauh mana

orang mengidentifikasikan diri secara psikologis terhadap

pekerjaan, sejauh mana tingkat kesuksesan dalam kerja

mempengaruhi kerja dirinya, serta pentingnya kerja bagi

Page 32: Mutia Kusuma Dewi-fps

kehidupan seseorang. Keterlibatan kerja ini ditandai oleh

harapan yang besar terhadap pekerjaan, rasa tanggung jawab

terhadap pekerjaan, kesiapan dalam menghadapi tugas,

kebanggaan terhadap pekerjaan, ambisi, serta keinginan untuk

mobilitas ke atas (dalam Gading, 1998).

6. Konflik peran yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu konflik

yang berasal dari Kopelman (1983) dan Burley (1989) (dalam

Herts, 2003) yakni, konflik peran pada istri yang dikembangkan

dari teori Interrole Conflict, yaitu adanya konflik antara

pekerjaan dengan keluarga. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi komitmen wanita karir diduga berasal dari peran

dalam pekerjaan dan peran dalam keluarga yaitu pengasuhan

anak, bantuan pekerjaan rumah tangga, komunikasi dan

interaksi dengan anak dan suami, waktu untuk keluarga,

penentuan prioritas, tekanan karir dan tekanan keluarga, serta

pandangan suami terhadap peran ganda wanita (Azwar, 2005).

7. Masa kerja, yaitu lamanya seorang karyawan bekerja dalam sebuah

perusahaan tempat ia bekerja.

8. Perceived Organizational Support (POS) yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah segala tindakan yang dilakukan oleh

organisasi yang diwujudkan melalui kebijakan organisasi,

aturan, dan tanggung jawab keuangan. Hal ini sebagai kekuatan

organisasi dalam menggerakkan karyawan agar lebih giat dalam

Page 33: Mutia Kusuma Dewi-fps

bekerja dan di sini lah karyawan dapat melihat apakah

organisasi memperlakukan mereka secara baik atau tidak.

9. Wanita karir yang bekerja yang akan diteliti merupakan wanita

karir yang berkeluarga (mempunyai anak) dan bekerja di kantor

atau di sebuah perusahaan atau di instansi lainnya (bukan wanita

wirausahawan), berusia 20-45 tahun, minimal telah bekerja

selama 2 tahun pada posisinya, dan berpendidikan minimal

SLTA .

1.2.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijabarkan di atas, perumusan

masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara usia terhadap

komitmen organisasi wanita karir berkeluarga?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat

pendidikan terhadap komitmen organisasi wanita karir

berkeluarga?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara status

perkawinan terhadap komitmen organisasi wanita karir

berkeluarga?

4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara keterlibatan

kerja terhadap komitmen organisasi wanita karir berkeluarga?

Page 34: Mutia Kusuma Dewi-fps

5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara konflik peran

terhadap komitmen organisasi wanita karir berkeluarga?

6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara masa kerja

terhadap komitmen organisasi wanita karir berkeluarga?

7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara perceived

organizational support (POS) terhadap komitmen organisasi

wanita karir berkeluarga?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dan manfaat subtansial penelitian ini sangat berkaitan erat

dengan pertanyaan penelitiannya yaitu:

1. Untuk melihat pengaruh faktor-faktor psikologis, yakni usia, tingkat

pendidikan, status perkawinan, job involvement, konflik peran, masa

kerja, dan Perceived Organizational Support (POS) terhadap

komitmen organisasi wanita karir berkeluarga.

2. Melihat variabel mana yang paling besar mempengaruhi komitmen

organisasi wanita karir berkeluarga.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis: Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi

masukan dalam pengembangan teori tentang komitmen organisasi,

khususnya yang berhubungan pada faktor-faktor psikologis yang

Page 35: Mutia Kusuma Dewi-fps

mempengaruhinya, sehingga dapat mengembangkan dan menambah

khazanah dalam ilmu psikologi.

b. Manfaat Praktis: Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi

masukan yang berguna bagi masyarakat umum, bagi perusahaan atau

instansi terkait yang memberdayakan wanita sebagai karyawannya, dan

terutama para wanita karir, baik yang belum maupun yang sudah

berkeluarga, sehingga mereka mampu berkomitmen dengan baik, dan

dapat menyeimbangkan kehidupan mereka baik dirumah maupun di

dalam organisasi.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan pedoman penyusunan

penulisan skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu

dengan mengadopsi sistematika penulisan dari American Psychology

Assosiation Style (APA Style). Adapun sistematika penulisan dalam

penyusunan skripsi ini sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan: Berisi latar belakang, pembatasan dan perumusan

masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II Kerangka Teori: Di dalam bab ini akan dibahas sejumlah teori

yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti secara sistematis, beserta

hipotesis penelitian.

Page 36: Mutia Kusuma Dewi-fps

BAB III Metodelogi Penelitian: Bab ini meliputi, subyek penelitian,

variabel penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan teknik

analisis data.

BAB IV Analisis Hasil Penelitian: Dalam bab ini peneliti akan membahas

mengenai hasil penelitian meliputi, pengolahan statistik dan analisis

terhadap data.

BAB V Penutup: Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi

penelitian dan meyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga akan

dimuat diskusi dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

Page 37: Mutia Kusuma Dewi-fps

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Komitmen Organisasi

2.1.1 Pengertian Komitmen Organisasi

Pengertian komitmen organisasi (organizational commitment) banyak

dikemukakan oleh para ahli. Steers (dalam Yuwono, dkk., 2005:133)

menjelaskan bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan

peristiwa ketertarikan individu terhadap tujuan, nilai-nilai, dan

sasaran organisasi. Ahli lain, Menurut Mowday dan Porter (dalam

Jex, 2002:133), pada tingkat yang sangat umum komitmen organisasi

dapat diartikan sebagai penelitian, sejauh mana karyawan

mendedikasikan diri pada organisasi yang telah mempekerjakan

mereka dan siap bekerja demi kepentingan organisasi, serta memiliki

keinginan untuk mempertahankan keanggotaannya.

Armstrong (dalam Yuwono dkk., 2005:134) menyatakan

bahwa pengertian komitmen mempunyai 3 (tiga) area perasaan atau

perilaku terkait dengan perusahaan tempat seseorang bekerja:

1. Kepercayaan, pada area ini seseorang melakukan penerimaan

bahwa organisasi tempat bekerja atau tujuan-tujuan organisasi di

dalamnya merupakan sebuah nilai yang diyakini kebenarannya.

Page 38: Mutia Kusuma Dewi-fps

2. Keinginan, untuk bekerja atau berusaha di dalam organisasi

sebagai kontrak hidupnya. Pada konteks ini orang akan

memberikan waktu, kesempatan, dan kegiatan pribadinya untuk

bekerja di organisasi atau berkorban demi organisasi tanpa

mengharapkan imbalan personal.

3. Keinginan, untuk bertahan dan menjadi bagian dari organisasi.

Jadi, pengertian komitmen tidak sekedar menjadi anggota

dalam organisasi saja dan bekerja saja, tetapi lebih dari itu, orang

akan bersedia untuk mengusahakan pada derajat upaya tertinggi untuk

kepentingan organisasi, demi kemajuan organisasi, serta untuk

mencapai tujuan organisasi (Yuwono dkk., 2005:134).

Selanjutnya, Robbins (dalam Sjabadhyni, dkk, 2001:456)

memandang komitmen organisasi sebagai satu sikap kerja. Karena

merefleksikan perasaan orang (suka atau tidak suka) terhadap

organisasi di tempat ia bekerja. Bila ia menyukai organisasi tersebut,

ia akan berupaya untuk tetap bekerja di sana. Robbins

mendefinisikannya sebagai suatu orientasi individu terhadap

organisasi yang mencakup loyalitas, identifikasi, dan keterlibatan.

Jadi, komitmen terhadap organisasi mendefinisikan unsur orientasi

hubungan (aktif) antara individu dan organisasinya; orientasi

hubungan tersebut mengakibatkan individu sebagai pekerja

berkehendak dan bersedia memberikan sesuatu; dan sesuatu yang

Page 39: Mutia Kusuma Dewi-fps

diberikan itu demi merefleksikan dukungannya untuk tercapainya

tujuan organisasi.

John B. Minner (1992:124) mendefinisikan komitmen

organisasi sebagai sebuah sikap, memiliki ruang lingkup yang lebih

global dari pada kepuasan kerja, karena komitmen organisasi

menggambarkan pandangan terhadap organisasi secara kesuluruhan,

bukan hanya aspek pekerjaan saja.

Komitmen organisasi didefinisikan dan diukur dengan berbagai

cara yang berbeda. Pendekatan-pendekatan teoritis atau komponen

utama yang muncul dari riset sebelumnya, yaitu:

a). Pendekatan Sikap (Attitudinal Approach)

Komitmen menurut pendekatan ini, menunjuk pada

permasalahan keterlibatan dan loyalitas. Menurut pendekatan ini,

komitmen dipandang sebagai suatu sikap keterikatan kepada

organisasi, yang berperan penting pada pekerjaan tertentu dan

perilaku yang terkait. Sebagai contoh, pegawai yang memiliki

komitmen tinggi, akan rendah tingkat absensinya, dan lebih kecil

kemungkinannya untuk meninggalkan organisasi dengan sukarela,

dibandingkan dengan pegawai yang memiliki komitmen yang

rendah.

Konsep komitmen organisasi dari Mowday, Porter, dan

Steers (dalam Luthans, 1995:130), merupakan pendekatan sikap;

dimana, komitmen didefinisikan sebagai:

Page 40: Mutia Kusuma Dewi-fps

1. Keinginan yang kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi

tertentu.

2. Keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi.

3. Keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan

organisasi.

b). Pendekatan Perilaku (Behavioral Approach)

Pendekatan ini menitikberatkan pandangan bahwa investasi

karyawan (berupa waktu, pertemanan, pensiun, dan lain-lain)

membuat ia terikat untuk loyal terhadap organisasi. Dalam

pendekatan ini, Kanter, dalam Suliman dan Iles (dalam Yuwono,

dkk., 2005:142) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai:

“profit associated with continued participation and a `cost'

associated with leaving”.

Menurut White (dalam Yuwono, dkk., 2005:142),

komitmen organisasi terdiri dari tiga area keyakinan ataupun

perilaku yang ditampilkan oleh karyawan terhadap perusahaan

dimana ia bekerja. Ketiga area tersebut adalah :

1. Keyakinan dan penerimaan terhadap organisasi, tujuan, dan

nilai-nilai yang ada di organisasi tersebut.

2. Adanya keinginan untuk berusaha sebaik mungkin sesuai

dengan keinginan organisasi. Hal ini tercakup di antaranya

menunda waktu libur untuk kepentingan organisasi dan bentuk

pengorbanan yang lain tanpa mengharapkan personal gain

secepatnya.

Page 41: Mutia Kusuma Dewi-fps

3. Keyakinan untuk mempertahankan keanggotaannya di

organisasi tersebut.

Spector, (dalam Sopiah, 2008:157), menyebutkan dua

perbedaan konsepsi tentang komitmen organisasi, yaitu sebagai

berikut:

1. Pendekatan pertukaran (exchange approach), dimana

komitmen pada organisasi sangat ditentukan oleh pertukaran

kontribusi yang dapat diberkan oleh perusahaan terhadap

anggota dan anggota terhadap organisasi, sehingga semakin

besar kesesuaian pertukaran yang didasari pandangan anggota

maka semakin besar pula komitmen mereka pada organisasi.

2. Pendekatan psikologis (Psychology Approach), dimana

pendekatan ini lebih menekankan orientasi yang bersifat aktif

dan positif dari anggota terhadap organisasi, yakni sikap atau

pandangan terhadap organisasi tempat kerja yang akan

menghubungkan dan mengaitkan keadaan seseorang dengan

organisasi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Angle & Perry,

serta Bateman & Stresser (dalam Yuwono, dkk., 2005:142)

menemukan kenyataan bahwa individu yang memiliki komitmen

organisasi yang tinggi memiliki kondisi:

(a) individu-individu tersebut lebih mampu beradaptasi;

(b) jumlah karyawan yang keluar-masuk (turnover) lebih sedikit;

Page 42: Mutia Kusuma Dewi-fps

(c) kelambatan dalam bekerja lebih sedikit dijumpai;

(d) kepuasan kerja lebih tinggi.

Mathieu dan Zajack (dalam Yuwono, dkk., 2005:142)

menyatakan bahwa seseorang yang terlalu berkomitmen pada

organisasi akan cenderung mengalami stagnasi dalam kariernya

serta cenderung berkurang pengembangan dirinya (self

development); dan bila komitmen mencerminkan identifikasi dan

keterlibatan dalam organisasi, maka organisasi akan mendapat

keuntungan dengan berkurangnya turnover, adanya prestasi yang

lebih baik.

Berdasarkan definisi dan pengertian para ahli di atas, dapat

di simpulkan bahwa pegawai yang memiliki komitmen tinggi

merasakan adanya loyalitas dan rasa memiliki organisasi;

memiliki keinginan kuat untuk tetap bergabung dengan

organisasi; terlibat sungguh-sungguh dalam pekerjaannya; dan

menampilkan tingkah laku yang sesuai dengan tujuan organisasi,

serta bersedia atas kemauan sendiri untuk memberikan sesuatu

yang ada pada dirinya guna membantu merealisasikan tujuan dan

kelangsungan organisasi.

2.1.2 Jenis Komitmen

Jenis komitmen organisasi dari Allen dan Meyer, merupakan

pendekatan multidimensi (the multidemensional approach).

Page 43: Mutia Kusuma Dewi-fps

Meyer dan Allen (dalam Coetzee, 2005: 5.4) membedakan

komitmen organisasi atas tiga komponen, yaitu :

1. Komponen afektif berkaitan dengan emosional, identifikasi

dan keterlibatan karyawan didalam suatu organisasi.

2. Komponen normatif merupakan perasaan-perasaan tentang

kewajiban pekerjaan yang harus ia berikan kepada organisasi.

3. Komponen continuance berarti komponen berdasarkan

persepsi karyawan tentang kerugian akan dihadapinya jika ia

meninggalkan organisasi.

Gambar 2.1 Tipologi Komitmen Organisasi

Sumber: Meyer dan Allen (dalam Sri Mulyani, 2009:2)

Meyer dan Allen berpendapat bahwa setiap komponen

memiliki dasar yang berbeda. Karyawan dengan komponen afektif

tinggi, masih bergabung dengan organisasi karena keinginan untuk

tetap menjadi anggota organisasi. Kunci dari komitmen ini adalah

Organizational Commitment

Affective Commitment

Continuance

Commitment

Normative

Commitment

Page 44: Mutia Kusuma Dewi-fps

want to, dalam tipe komitmen ini, individu merasakan adanya

kesesuaian antara nilai pribadinya dan nilai-nilai organisasi.

Sementara itu, karyawan dengan komponen continuance

tinggi, tetap bergabung dengan organisasi tersebut karena mereka

membutuhkan organisasi. Komitmen ini didasarkan kepada

kebutuhan rasional. Dengan kata lain komitmen ini terbentuk atas

dasar untung rugi, dipertimbangkan atas apa yang harus

dikorbankan bila akan menetap pada organisasi. Kunci dari

komitmen ini adalah kebutuhan untuk bertahan (need to).

Karyawan yang memiliki komponen normatif yang tinggi,

tetap menjadi anggota organisasi karena mereka harus

melakukannya. Komitmen ini didasarkan kepada norma yang ada

di dalam diri karyawan, yang berisi keyakinan individu akan

tanggung jawab terhadap organisasi. Ia merasa harus bertahan

karena loyalitas. Kunci dari komitmen ini adalah kewajiban untuk

bertahan dalam organisasi (ought to). Tipe komitmen ini lebih

dikarenakan nilai-nilai moral yang dimiliki karyawan secara

pribadi.

Ketiga jenis komitmen individu tersebut di atas

mencerminkan suatu keadaan psikologis, yaitu keinginan,

kebutuhan, dan kewajiban untuk berkomitmen pada organisasi

yang ada dalam diri individu dan merupakan hasil dari pengalaman

berbeda-beda yang diterima individu selama aktif pada suatu

Page 45: Mutia Kusuma Dewi-fps

organisasi. Individu berkomitmen pada organisasi karena adanya

kebutuhan untuk berkomitmen karena dirasakan bahwa organisasi

memberikan keuntungan baginya. Individu juga merasa harus

berkomitmen pada organisasi karena adanya suatu kewajiban

dalam dirinya, serta memberikan pandangan bahwa komitmen

merupakan kondisi psikologis yang mencirikan hubungan antara

karyawan dengan organisasi dan memiliki implikasi bagi

keputusan individu untuk tetap berada atau meninggalkan

organisasi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk

komitmen pada organisasi yang dikemukakan oleh Allen & Meyer

(1990) yaitu, komitmen afektif, komitmen kesinambungan, dan

komitmen normative. Karena lebih sesuai dengan penelitian yang

dilakukan pada sampel wanita karir berkeluarga.

2.1.3 Anteseden dari Komitmen Organisasi

Van Dyne and Graham (dalam Coetzee, 2005: 5.11) menyatakan

bahwa, faktor-faktor : personal, situasional, dan posisional dapat

mempengaruhi komitmen pegawai pada organisasi.

Beberapa personal characteristic dianggap memiliki

hubungan dengan komitmen organisasi di antaranya, yaitu:

Page 46: Mutia Kusuma Dewi-fps

a. Personal Characteristic

1). Usia. Steers (1977); Mathieu dan Zajac (1990); Meyer dan

Allen (1997) (dalam Srimulyani, 2009:11) usia

berhubungan positif dengan komitmen organisasi. Usia

dalam hal ini mempengaruhi kinerja pada karyawan.

Robbins (2001:43) menjelaskan bahwa semakin seseorang

bertambah tua, maka akan semakin kecil seseorang berhenti

dari pekerjaan. Dengan makin tuanya seorang karyawan,

maka semakin sedikit kesempatan alternatif pekerjaan bagi

individu tersebut. Di samping itu, pekerja yang lebih tua

mempunyai kemungkinan yang kecil untuk berhenti dari

pekerjaannya, karena masa kerja mereka yang lebih

panjang cenderung memberikan kepada mereka tingkat

upah yang lebih tinggi, dan tunjangan pensiun yang lebih

menarik. Dan hal tersebut pula yang mempengaruhi

komitmen organisasi seseorang,

2). Tingkat Pendidikan. Steers (1977); Glisson dan Durick,

(1988) (dalam Srimulyani, 2009:11) Makin tinggi tingkat

pendidikan, makin banyak pula harapan individu yang

mungkin tidak bisa diakomodir oleh organisasi, sehingga

komitmennya semakin rendah.

3). Jenis Kelamin. Tomhill et al., (dalam Srimulyani, 2009:11)

menjelaskan bahwa wanita pada umumnya menghadapi

Page 47: Mutia Kusuma Dewi-fps

tantangan yang lebih besar dalam pencapaian kariernya,

sehingga komitmennya lebih tinggi.

4). Status Perkawinan. Johannes dan Taylor (1999); Tsui et al.,

(1994) (dalam Srimulyani, 2009:11). Seseorang yang sudah

menikah menjadi merasa lebih terikat dengan organisasi

tempatnya bekerja dibandingkan seseorang yang belum

menikah.

5). Keterlibatan kerja (Job involvement). Janis (1989); Loui

(1995) (dalam Srimulyani, 2009:11). Tingkat keterlibatan

kerja seseorang berhubungan secara positif dengan

komitmen organisasi Mowday et al. (dalam Srimulyani,

2009:11) menerangkan seorang karyawan lebih dahulu

dijadikan terbiasa dengan pekerjaannya dan dilibatkan

dalam pekerjaan tertentu, dan kemudian, ketika kebutuhan

mereka terpenuhi, hal ini akan mengembangkan rasa

komitmen untuk organisasi.

6). Konflik Peran, timbul jika harapan dari karyawan mengenai

perannya dalam suatu pekerjaan bertentangan dengan

harapan perannya yang lain.

Page 48: Mutia Kusuma Dewi-fps

b. Situational Factors

1. Workplace Value

Shared values adalah suatu komponen kritis dari

hubungan keterikatan (covenantal relationship). Nilai-nilai

seperti: quality, innovation, cooperation, participation,

trust, mempermudah anggota organisasi untuk saling

berbagi dan membangun hubungan erat. Jika para pegawai

percaya bahwa nilai-nilai organisasinya adalah quality

products, para pegawai akan terlibat dalam perilaku yang

memberikan kontribusi untuk mewujudkan itu. Para

pegawai akan lebih berkeinginan mencari solusi dan

membuat usulan untuk berperan dalam mencapai

kesuksesan organisasi (dalam Coetzee, 2005: 5.12).

2. Organizational Justice

Organizational justice atau keadilan organisasi

meliputi: distributive justice, procedural justice, dan

interactional justice. Distributive justice berkaitan dengan

kewajaran alokasi sumber daya, sedangkan procedural

justice memusatkan pada kewajaran proses pengambilan

keputusan. Interactional justice mengacu persepsi

kewajaran atas pemeliharaan hubungan antar pribadi atau

informal interaction antara karyawan yang menerima

keputusan dengan pembuat keputusan. Schmiesing dan

Page 49: Mutia Kusuma Dewi-fps

Safrit mengemukakan bahwa persepsi positif dari keadilan

organisasional mengakibatkan perilaku positif seperti

kepuasan kerja, komitmen, dan kepercayaan (dalam

Srimulyani, 2009:12). Cropanzano dan Folger serta Tang

dan Sarsfield Baldwin mengatakan bahwa Komitmen

berkembang pelan-pelan dan secara konsisten dari waktu ke

waktu, sebagai hasil hubungan pegawai dengan pemberi

kerja. Sikap ini secara signifikan dipengaruhi oleh persepsi

pegawai tentang keadilan di dalam organisasi yang

bersangkutan (dalam Srimulyani, 2009:12-13).

3. Job Characteristics

Job characteristic ini meliputi: meaningfull work,

otonomi, dan umpan balik merupakan motivasi kerja yang

bersifat internal. Menurut Jernigan, Beggs dan Kohut

(dalam Coetzee, 2005: 5.12) kepuasan atas otonomi

(perceived independence), status (sense of importance) dan

kebijakan (satisfaction with organizational demands)

merupakan prediktor penting dari komitmen. Dengan

demikian, karakteristik spesifik dari pekerjaan dapat

meningkatkan rasa tanggung jawab pegawai dan

konsekuensinya; serta rasa keterikatan dengan organisasi.

Page 50: Mutia Kusuma Dewi-fps

4. Organizational Support

Dukungan organisasional ini didefinisikan sebagai

sejauh mana pegawai mempersepsikan bahwa organisasi

(lembaga, atasan, dan rekan kerja) memberi dorongan,

respek, menghargai kontribusi pegawai, dan memberi

apresiasi bagi individu dalam pekerjaannya. Pack dan

Soetjipto (dalam Srimulyani, 2009:13) menyatakan bahwa

persepsi dukungan organisasi mempunyai hubungan yang

positif komitmen organisasi. Hal ini berarti jika organisasi

peduli dengan keberadaan dan kesejahteraan personal

karyawan dan juga menghargai kontribusi karyawan pada

organisasi maka karyawan mau mengikatkan diri dan

menjadi bagian dari organisasi.

5. Positional Factors

1). Organizational Tenure Dari hasil studi yang dilakukan

oleh Angle dan Perry (1981); Meyer dan Allen (dalam

Srimulyani, 2009:14), menunjukkan bahwa salah satu

anteseden dari komitmen organisasi adalah masa kerja

(tenure) seseorang pada organisasi tertentu.

2). Hierarchial Job Level (Status Jabatan), berbagai

penelitian terdahulu secara konsisten menemukan status

socioeconomic sebagai prediktor komitmen yang paling

Page 51: Mutia Kusuma Dewi-fps

kuat sebab status yang tinggi cenderung meningkatkan

baik motivasi maupun kemampuan untuk aktif terlibat

(Coetzee, 2005:5.14).

2.1.4 Menciptakan Komitmen Organisasi

Menurut Martin dan Nicholss (dalam Srimulyani, 2009:15-

17), ada tiga (3) pilar besar dalam komitmen. Ketiga pilar itu

meliputi:

1. Perasaan memiliki kepada perusahaan (A sense of belonging to

the organization)

Untuk mencapai rasa memiliki tersebut, maka salah satu pihak

dalam manajemen harus mampu membuat karyawan: a)

mampu mengidentifikasikan dirinya terhadap organisasi; b)

merasa yakin bahwa apa yang dilakukannya/pekerjaannya

adalah berharga bagi organisasi tersebut; c) merasa nyaman

dengan organisasi tersebut; d) merasa mendapat dukungan

yang penuh dari organisasi dalam bentuk misi yang jelas ( apa

yang direncanakan untuk dilakukan); nilai-nilai yang ada (apa

yang diyakini sebagai hal yang penting oleh manajemen) dan

norma-norma yang berlaku (cara-cara berperilaku yang bisa

diterima oleh organisasi).

Page 52: Mutia Kusuma Dewi-fps

2. Perasaan bergairah terhadap pekerjaan (a sense of excitement in

the job)

Perasaan seperti ini bisa dimunculkan dengan cara: a)

mengenali faktor faktor motivasi intrinsik dalam mengatur

desain pekerjaan (job design); b) kualitas kepemimpinan; c)

kemauan manajer dan supervisor untuk mengenali bahwa

motivasi dan komitmen pegawai bisa meningkat jika ada

perhatian terus menerus, memberi delegasi atas wewenang,

serta memberi kesempatan serta ruang yang cukup bagi

pegawai untuk menggunakan ketrampilan dan keahliannya

secara maksimal.

3. Pentingnya rasa memiliki (ownership)

Rasa memiliki bisa muncul jika pegawai merasa bahwa mereka

benar-benar diterima menjadi bagian atau kunci penting dari

organisasi. Konsep penting dari ownership akan meluas dalam

bentuk partisipasi dalam membuat keputusan-keputusan dan

mengubah praktik kerja, yang pada akhirnya akan

mempengaruhi keterlibatan pegawai. Jika pegawai merasa

dilibatkan dalam membuat keputusan-keputusan dan jika

pegawai merasa ide-idenya didengar dan jika pegawai merasa

memberi kontribusi yang ada pada hasil yang dicapai, maka

pegawai akan cenderung menerima keputusan-keputusan atau

Page 53: Mutia Kusuma Dewi-fps

perubahan yang dilakukan. Hal ini dikarenakan pegawai

merasa dilibatkan, bukan karena dipaksa.

2.2 Keterlibatan Kerja

2.2.1 Pengertian Keterlibatan Kerja

Sumber daya manusia sangat penting peranannya dalam suatu

perusahaan maka kita perlu tahu keterlibatan kerja karyawannya atau

Job Involvement. Belum ada kesepakatan yang lengkap mengenai

apa yang diartikan dengan istilah keterlibatan kerja ini.

Kanungo mendefinisikan keterlibatan kerja sebagai

"identifikasi psikologis dengan pekerjaan" (dalam Zatz, 1995).

Definisi ini menurut Lawler & Hall (dalam Zatz, 1995) menyiratkan

bahwa seseorang yang terlibat dalam pekerjaan atau dia melihat

pekerjaannya "sebagai bagian penting dari konsep dirinya", dan

Kanungo (dalam Zatz, 1995) menambahkan bahwa pekerjaan itu

"mendefinisikan konsep diri seseorang dalam suatu cara utama".

Lodahl dan Kejner (dalam Ciliana dan Wilman, 2008)

mengemukakan bahwa keterlibatan kerja merupakan derajat dimana

seseorang mengidentifikasikan diri terhadap pekerjaannya,

berpartisipasi secara aktif, dan menyadari bahwa performa yang ia

tampilkan merupakan hal yang penting bagi harga dirinya.

Keterlibatan kerja dipengaruhi oleh karakteristik pekerjaan yang

dapat memenuhi kebutuhan pertumbuhan yang kuat, memiliki

Page 54: Mutia Kusuma Dewi-fps

otonomi, keberagaman, identitas tugas yang jelas, umpan balik, dan

memungkinkan bekerja untuk memiliki partisipasi yang tinggi. Hal

ini berarti individu yang terlibat dalam pekerjaannya memiliki

kebutuhan pertumbuhan yang kuat dan berpartisipasi secara aktif

dalam pekerjaannya. Individu tersebut akan lebih siap untuk berubah

karena perubahan dapat memenuhi kebutuhannya untuk terus

bertumbuh dan berkembang dalam pekerjaannya.

Dunnette (dalam Gading, 1998) menerangkan bahwa

keterlibatan seseorang dalam pekerjaannya terlihat pada keseriusan

dalam melakukan pekerjaan, suasana hati yang selalu di pengaruhi

pengalaman dalam pekerjaan, dan perasaan menikmati pekerjaan.

Gading (1997) menyimpulkan beberapa pendapat ahli bahwa

yang dimaksud dengan keterlibatan kerja adalah tingkat sejauh mana

seseorang mengidentifikasikan diri secara psikologis pekerjaan,

sejauhmana tingkat kesuksesan dalam kerja mempengaruhi harga

dirinya, serta pentingnya kerja bagi kehidupan seseorang.

2.2.2 Ciri- ciri Keterlibatan Kerja

Faktor-faktor keterlibatan kerja dilihat dari sejauh mana

seorang karyawan ikut berpartisipasi dengan seluruh kemampuannya

dalam membuat peningkatan kesuksesan suatu organisasi atau

perusahaan. Ramsey et al., Blau & Boal, dan Balay (dalam Uygur,

Ozean Journal of Applied Sciences, 2009) mengemukakan ada

Page 55: Mutia Kusuma Dewi-fps

beberapa cirri-ciri yang dapat dipakai untuk melihat keterlibatan

kerja seorang karyawan, dimana ciri-ciri ini telah banyak digunakan

para ahli untuk studi - studi keterlibatan kerja yaitu:

1. Aktif berpartisipasi dalam pekerjaannya

Aktif berpartisipasi dalam pekerjaan dapat menunjukkan

seorang pekerja terlibat dalam pekerjaan/job involvement-nya.

Aktif partisipasi adalah perhatian seseorang terhadap sesuatu.

Dari tingkat atensi inilah maka dapat diketahui seberapa

seseorang karyawan perhatian, peduli dan menguasai bidang

yang menjadi bagiannya.

2. Menunjukkan pekerjaannya sebagai yang utama

Faktor view it as a central life interest pada karyawan dapat

mewakili tingkat keterlibatan kerjanya. Apabila karyawan

tersebut merasa bahwa pekerjaanya adalah hal yang utama.

Seorang karyawan yang mengutamakan pekerjaannya akan selalu

berusaha yang terbaik untuk pekerjaannya dan mengganggap

pekerjaannya sebagai pusat yang menarik dalam hidup dan yang

pantas untuk diutamakan.

3. Melihat pekerjaannya sebagai sesuatu yang penting bagi harga

diri

Keterlibatan kerja dapat dilihat dari sikap seorang pekerja

dalam pikiran mengenai pekerjaannya, dimana seorang karyawan

Page 56: Mutia Kusuma Dewi-fps

menganggap pekerjaan itu penting bagi harga dirinya. Harga diri

merupakan perpaduan antara kepercayaan diri dan penghormatan

diri, mempunyai harga diri yang kuat artinya merasa cocok

dengan kehidupan dan penuh keyakinan, yaitu mempunyai

kompetensi dan sanggup mengatasi masalah kehidupan. Apabila

pekerjaan tersebut dirasa berarti dan sangat berharga baik secara

materi dan psikologis bagi pekerja tersebut maka pekerja tersebut

akan menghargai dan akan melakukan pekerjaannya sebaik

mungkin sehingga keterlibatan kerja dapat tercapai, dan

karyawan tersebut merasa bahwa pekerjaan mereka penting bagi

harga dirinya.

2.2.3 Aspek – aspek Keterlibatan Kerja

Dalam keterlibatan kerja banyak aspek-aspek yang menjadi

ukuran seberapa besar keterlibatan kerja karyawan terhadap

organisasi. Untuk meningkatkannya karyawan perlu memperhatikan

berbagai aspek yang harus dikembangkan dan ditingkatkan. Dalam

keterlibatan kerja terdapat lima aspek, menurut Lodahl & Kejner

(dalam Gading, 1998) aspek-aspek tersebut, yaitu:

a. Adanya harapan yang besar terhadap pekerjaan

Harapan terhadap pekerjaan muncul pada pandangan

individu bahwa dirinya memiliki berbagai macam kebutuhan

yang perlu dipenuhi baik sandang, pangan maupun papan. Selain

Page 57: Mutia Kusuma Dewi-fps

itu, seorang individu juga memiliki harapan yang besar terhadap

pekerjaannya untuk memberikan kesejahteraan bagi dirinya

dimasa depan. Setiap individu mempunyai keinginan untuk dapat

mencapai hasil yang semaksimal sesuai harapan individu.

Harapan inilah yang nantinya akan mempengaruhi tinggi

rendahnya keterlibatan kerja individu dalam melakukan kerja

atau tugas.

b. Adanya keterlibatan emosional terhadap pekerjaan

Keterlibatan secara emosional atau keterlibatan psikologis

karyawan terhadap pekerjaan muncul melalui pengabdian yang

dilakukan untuk memperoleh keberhasilan dalam mendapatkan

kepuasan dari keberhasilan pribadi dalam menyelesaikan

pekerjaan. Selain kemampuan dalam bidang pengetahuan

individu pun dalam bekerja perlu melibatkan emosionalnya.

Tidak dipungkiri bahwa banyak individu yang melibatkan emosi

dan perannya dalam mengambil sebuah keputusan.

c. Adanya rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan

Rasa tanggung jawab yang tinggi dari seorang karyawan

muncul berdasarkan pelaksanaan kerjanya yang banyak dan

ditentukan oleh usaha atau peranan penting dirinya dalam bekerja

serta konsistensi identitas yang dimiliki dirinya daripada faktor-

faktor kebetulan diluar pengendalian dirinya atau berdasarkan

Page 58: Mutia Kusuma Dewi-fps

kerjasama. Rasa tanggung jawab pada individu yaitu menilai dan

memahami tugas dan pekerjaan yang dilakukannya.

d. Adanya rasa bangga terhadap pekerjaan

Rasa bangga yang dirasakan oleh seseorang karyawan

terbentuk karena organisasi tempat dirinya bekerja mampu

memberikan penghargaan, penghormatan dan status. Pekerjaan

yang dilakukan oleh karyawan juga dihargai dan hal ini yang

dapat mendorong karyawan untuk mencapai target yang telah

ditentukan oleh organisasi.

e. Adanya keinginan untuk maju untuk visi dimasa depan

(mobilitas ke atas)

Setiap karyawan menginginkan mobilitas ke atas terhadap

pekerjaannya, dimana hal ini dapat diwujudkan oleh karyawan

yang menyumbangkan ide-ide atau brainstorming dirinya guna

penacapaian tujuan dan sasaran organisasi. Dalam aktivitas

bekerjanya, karyawan lebih memiliki semangat kerja tinggi dan

lebih kreatif.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil aspek keterlibatan

dari Lodahl dan Kejner, karena menurut peneliti berbagai aspek

tersebut dapat mewakili intisari dari keterlibatan kerja secara praktis.

Page 59: Mutia Kusuma Dewi-fps

2.3. Konflik dan Peran

Pengertian konflik yang lebih mendasar adalah suatu kenyataan yang

muncul karena adanya kehidupan bersama yang dibentuk manusia yang

tidak dapat di atasi secara tuntas selama kehidupan masih terus berlangsung

(dalam Anoraga, 2001:99). Konflik menggambarkan suatu kondisi dimana

seseorang berada di bawah tekanan untuk berespon secara simultan terhadap

dua atau lebih dorongan yang bertentangan (Atwaeter, dalam Triwahyuni

2011:3).

Dalam hidup bermasyarakat setiap individu memiliki peran-peran

tertentu sesuai dengan posisinya. Masing-masing peran memiliki tuntutan

yang berkaitan dengan pola tingkah laku yang diharapkan oleh masyarakat,

misalnya kedudukan sebagai ibu yang menuntut perilaku tertentu, seperti

mendidik anak-anaknya dan menjadi tauladan bagi anak-anaknya.

Dengan demikian ibu yang bekerja, sesuai dengan statusnya sebagai

wanita yang telah menikah, memiliki peran sebagai isteri, ibu rumah tangga,

dan orang tua (ibu dari anak-anaknya). Tetapi, sebagai wanita yang bekerja,

maka ia pun mempunyai peran yang lain yaitu sebagai pekerja, yang mana

dari masing-masing peran memiliki peran memiliki tuntutan dan harapan

tertentu yang berbeda.

Ralph Linton dalam bukunya The Study of Man (1936:115) membagi

peran menjadi dua (2) yaitu:

a. Ascribed Roles adalah peran-peran yang dimiliki seseorang sejak

dilahirkan dan peran-eran yang diperoleh seseorang tanpa ada usaha

Page 60: Mutia Kusuma Dewi-fps

atau keinginan dari orang itu, misalnya: peran jenis kelamin dan peran

yang berkaitan dengan pertalian keluarga, seperti ibu, anak, dan lain-

lain.

b. Achieved Roles adalah peran yang diterima setelah beberapa proses

atau usaha. Peran ini biasanya menuntut sejumlah keahlian atau

pelatihan, misalnya: peran dan pekerjaan.

Seorang ibu yang bekerja menjalani kehidupan kedua peran di atas,

perannya sebagai isteri dan ibu merupakan Ascribed Roles. Sedangkan,

perannya sebagai pegawai adalah Achieved Roles. Dengan demikian peran

yang dimiliki wanita bekerja yang berkaitan dengan keluarga (isteri dan ibu)

merupakan peran yang berbeda dengan perannya sebagai pegawai.

Peran wanita dalam rumah tangga seringkali bertentangan dengan

perannya sebagai pekerja sehingga menimbulkan masalah atau konflik pada

diri wanita berperan ganda. Wanita yang bekerja seringkali mengalami

konfik dan stress sehubungan dengan usahanya untuk menggabungkan

perannya dalam keluarga dan perannya sebagai pekerja. Konflik yang

seperti ini disebut sebagai konflik peran.

Kahn, Wolfe, Quinn, Snoek & Rosenthal (dalam Geraldine, 1988:8)

mendefinisikan konflik peran sebagai:

“A type of stress occurring when conflicting and competing

demands or expectancies were perceived from two or more

roles enacted by an individual”.

Page 61: Mutia Kusuma Dewi-fps

Defini lain menurut Frieze, Parsons, Johnson, Ruble & Zellman (dalam

a comparative study of transitional role strain in reentry women students

oleh Geraldine M. Menger, BA, 1988:9) adalah:

“Another form of role conflict was based on external time

demands rather than inherent contradictions in expectations”

Dari kedua definisi di atas dapat dikatakan konflik peran merupakan

keadaan dimana individu menghadapi tekanan, tuntutan, atau harapan yang

saling bertentangan dari dua peran atau lebih yang dilakukannya.

Duxbury dan Higgins menambahkan bahwa Konflik (ketegangan)

peran yang dialami oleh ibu rumah tangga yang bekerja di kantor dan

memiliki tuntutan yang berbeda dari dua peran yang harus dilakukan secara

bersamaan, yakni di rumah dan di dalam organisasi (kantor), dapat

diistilahkan dengan Multiple Roles (Duxbury dan Higgins, 1991:3).

Duxbury dan Higgins, (1991:3) mengatakan bahwa akibat dari

berbagai peran yang dimiliki (Multiple Roles) individu akan menghasilkan

ketegangan fisik dan psikologis dalam dua cara, yaitu:

a. Beban peran yang berlebih (Role Overload), yang menimbulkan

kesulitan untuk menentukan prioritas peran mana yang akan

didahulukan. Seorang wanita bekerja yang memiliki peran sebagai ibu

rumah tangga, pekerja dan sebagai anggota Dharma Wanita misalnya,

akan mengalami kesulitan untuk menentukan prioritas ketika ketiga

perannya tersebut menuntut untuk dipenuhi pada suatu saat yang sama.

b. Tuntutan terhadap kedua peran akan menimbulkan kesulitan untuk

memenuhi harapan dari kedua peran tersebut. Pada contoh di atas,

Page 62: Mutia Kusuma Dewi-fps

wanita mengalami kesulitan untuk memenuhi harapan dari ketiga peran

yang dimilikinya, karena kedua peran tersebut menuntut untuk

dipenuhi.

2.3.1 Bentuk Konflik Peran Ganda

Menurut Greenhaus dan Beutell (dalam Carlson, dkk.

2000:250) ada tiga bentuk konflik peran ganda, yaitu:

a. Time-Based conflict

Konflik yang terjadi karena tuntutan waktu dari peran yang

satu mempengaruhi partisipasi dalam peran lain. Konsep yang

termasuk dalam konflik ini diantaranya: waktu bekerja yang

berlebihan, kurangnya waktu untuk pasangan atau anak, atau

jadwal yang tidak fleksibel.

b. Strains-Based conflict

Konflik yang disebabkan oleh gejala stress seperti

kelelahan dan mudah marah, yang diakibatkan oleh satu peran

mengganggu peran yang lain. Konflik ini melibatkan stress

dalam keluarga dan pekerjaan, meluapnya emosi yang negatif

dan dukungan dari pasangan.

c. Behavior-Based conflict

Konflik yang terjadi jika tingkah laku tertentu dituntut oleh

satu peran lain, yang kemudian dapat mempersulit individu

dalam memenuhi tuntutan peran yang lain, misalnya tuntutan

peran keluarga dengan tuntutan pekerjaan.

Page 63: Mutia Kusuma Dewi-fps

Allen (1968:9) menjelaskan sebuah tipe konflik peran, yaitu

Interrole Conflict (Konflik antar Peran). Interrole Conflict terjadi

ketika seorang memainkan dua peran sekaligus dalam waktu yang

bersamaan. Hall juga menambahkan (dalam Geraldine, 1988:41)

dalam konflik ini ketegangan sering kali terjadi pada wanita

disebabkan karena adanya Multiple Roles yang harus dilakukan pada

suatu saat yang sama karena adanya harapan dan tuntutan yang

menekan.

Greenhaus dan Beutell (dalam Simanjuntak, 2007:97)

mengatakan bahwa Interrole Conflict terjadi ketika muncul tekanan

peran dari domain karir dan keluarga yang satu sama lain

bertentangan dalam beberapa aspek. Oleh karena itu, partisipasi

dalam peran karir (keluarga) dibuat lebih sulit dengan partisipasi

yang baik dalam peran keluarga (karir). Seorang wanita yang

berprofesi sebagai pengacara misalnya, pada suatu saat diharapkan

untuk hadir dalam persidangan suatu kasus penting. Namun, pada

saat yang sama ia juga diharapkan untuk memberikan prioritas

utamanya pada keluarganya di rumah karena suami atau anaknya

sedang sakit.

Hall (dalam Geraldine, 1988:43) menjelaskan bahwa inti dari

Interrole Conflict yang dialami wanita adalah ketidaksesuaian

harapan yang berlebih (Role Overload) pada dirinya, yang kemudian

menyebabkan wanita merasa sulit untuk memenuhi harapan dari

Page 64: Mutia Kusuma Dewi-fps

masing-masing peran tersebut karena keterbatasan waktu yang

dimilikinya. Konflik peran yang dialami oleh wanita adalah tidak

cukupnya waktu untuk melakukan semua tugas-tugas dan kewajiban

yang diharapkan dari dirinya terutama setelah ia menikah dan

memiliki anak kecil serta ketika pekerjaan menuntut waktu kerja

yang panjang.

Imelda Luki Arinta (dalam Azwar, 2005:160) dalam

penelitiannya mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konflik

Peran Ganda pada Ibu Bekerja, menyatakan bahwa konflik peran

ganda pada wanita diperkirakan berasal dari peran dalam pekerjaan

dan peran dalam keluarga. Hal tersebut mengacu pada teori

Kopelman (1983) dan Burley (1989) (dalam Herts, 2003:13-15) yang

menyatakan dalam studinya tentang konflik peran pada istri yang

dikembangkan dari teori Interrole Conflict, yaitu adanya konflik

antara pekerjaan dengan keluarga.

Kopelman hanya membahas mengenai faktor-faktor

penyebab dari munculnya Interrole Conflict, yaitu a) waktu kerja

yang berlebihan; b) konflik jadwal/kegiatan; dan c) kelelahan/marah.

Ketiga aspek tersebut masuk ke dalam dua (2) bentuk global dari

teori Kopelman mengenai Interrole Conflict, yaitu : Time – Based,

yang berdasarkan waktu dan Strain-Based (Excessive Strains), yang

berdasarkan kepada tekanan/stress.

Page 65: Mutia Kusuma Dewi-fps

Menurut Burley (dalam Herts, 2003:15), dari penjabaran

Kopelman tersebut, ia hanya mewakili pekerjaan yang menghambat

keluarga (work interference with family). Artinya konflik perjadi

antarperan dimana tuntutan waktu dan ketegangan secara

keseluruhan yang dihasilkan dari pekerjaan mempengaruhi pekerja

untuk memenuhi tanggung jawab yang berkaitan dengan keluarga,

sedangkan untuk bukan keluarga yang menghambat pekerjaan

(family interference with work) adalah bentuk konflik antarperan

dimana tuntutan waktu dan ketegangan secara keseluruhan

dihasilkan dari keluarga yang mempengaruhi pekerja untuk

memenuhi tanggung jawab yang berkaitan dengan pekerjaan. Lalu,

Burley merekonstruksi teori tersebut dengan memfokuskan kajian

family interference with work dengan membuat skala pengukuran.

Berdasarkan atas teori Kopelman (1983) dan Burley (1989),

Imelda Luki Arinta (dalam Azwar, 2005:160) mengelompokkan

konflik peran ganda menjadi 7 aspek, yaitu:

1) Pengasuhan anak

2) Bantuan pekerjaan rumah tangga

3) Komunikasi dan interaksi dengan anak dan suami

4) Waktu untuk keluarga

5) Menentukan prioritas

6) Tekanana karir dan tekanan keluarga

7) Pandangan suami terhadap peran ganda wanita

Berdasarkan ketujuh aspek tersebut, maka peneliti akan

menjadikan aspek-aspek tersebut menjadi landasan dalam membuat

Page 66: Mutia Kusuma Dewi-fps

skala pengukuran dalam melakukan penelitian konflik peran ganda

wanita.

2.4 Masa Kerja (Tenure)

2.4.1 Pengertian masa kerja

Menurut Robbins (2001:45) masa kerja adalah “masa

seseorang menjalankan pekerjaan tertentu” atau dapat disebut juga

sebagai senioritas. Sjabandhyni, dkk. (2001) menyatakan bahwa

pada umumnya karyawan ditetapkan untuk promosi antara lain

karena pengalaman kerjanya dan karyawan akan diberikan

kedudukan atau jabatan lebih tinggi, yaitu karena pengalaman, usia

atau kemampuan karyawan yang diperoleh dari umur atau lamanya

bekerja.

Studi yang dilakukan oleh Angle dan Perry (1981),

Hrebeniak (1974), Morris dan Sherman (1981), serta Sheldon (1971)

(dalam Sjabandhyni ,2001:458), menunjukkan bahwa salah satu

anteseden dari komitmen organisasi, yaitu masa kerja (tenure)

seseorang pada organisasi tertentu. Hal ini dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. Makin lama seseorang bekerja pada suatu organisasi, semakin ia

memberi peluang untuk menerima tugas yang lebih menantang,

otonomi yang lebih besar, keleluasaan untuk bekerja, tingkat

Page 67: Mutia Kusuma Dewi-fps

imbalan ekstrinsik yang lebih besar dan peluang mendapat

promosi yang lebih tinggi.

b. Adanya peluang investasi pribadi, yang berupa pikiran, tenaga,

dan waktu untuk organisasi yang makin besar, sehingga makin

sulit untuk meninggalkan organisasi tersebut.

c. Adanya keterlibatan sosial yang dalam dengan organisasi dan

individu-individu yang ada, hubungan sosial yang lebih

bermakna, sehingga membuat individu semakin berat

meninggalkan organisasi.

d. Akses untuk mendapat informasi pekerjaan baru makin

berkurang, karena mobilitas individu berkurang dan terlalu lama

berada dalam suatu organisasi.

2.4.2 Konsep Masa Kerja

Gould & Hawkins, Mount, Sturnpf & Rabinowitz (dalam

Cohen 1997:149), mengelompokkan masa kerja menjadi 3 tahap,

yaitu yang terdiri dari:

1. Tahap Perkembangan (Establish Stage), yaitu masa kerja kurang

dari 2 Tahun.

2. Tahap lanjutan (Advancement Stage). Yaitu masa kerja antara 2

sampai 10 tahun.

3. Tahap pemeliharaan (MaintenanceStage), yaitu masa kerja lebih

dari 10 tahun.

Page 68: Mutia Kusuma Dewi-fps

2.5 Perceived Organizational Support (POS)

2.5.1 Definisi Perceived Organizational Support (POS)

Perceived Organizational Support dapat diartikan sebagai keyakinan

pegawai tentang bagaimana organisasi menghargai kontribusi

pegawai dalam perusahaan dan bagaimana organisasi

memperhatikan kesejahteraan pegawai (Rhoades dan Eisenberger,

2002). Perkembangan POS didorong oleh kecenderungan karyawan

dalam menentukan karakteristik kemanusiaan dalam organisasi

(Eisenberger et al., 1986 dalam Rhoades dan Eisenberger, 2002).

Levinson (1965, dalam Rhoades dan Eisenberger, 2002)

mencatat bahwa segala tindakan yang dilakukan oleh organisasi

dilihat sebagai indikasi dalam mencapai tujuan organisasi, bukan hal

yang semata-mata dilakukan berdasarkan motif kesadaran organisasi.

Hal ini diwujudkan melalui kebijakan organisasi, aturan, dan

tanggung jawab keuangan. Perwujudan ini sebagai kekuatan

organisasi dalam menggerakkan keryawan agar lebih giat dalam

bekerja.

Menurut Eisenberger et al., (1986; Eisenberger, Cummings,

Armeli, dan Lynch, 1997, serta Shore dan Shore, 1995, dalam

Rhoades dan Eisenberger, 2002), imbalan organisasi dan kondisi

kerja yang baik seperti gaji, promosi, pekerjaan yang berkembang

serta pengaruh asuransi organisasi dapat lebih memiliki kontribusi

terhadap POS jika karywan meyakini bahwa tindakan tersebut

Page 69: Mutia Kusuma Dewi-fps

dilakukan atas dasar sukarela, bukan karena adanya paksaan seperti

perundingan terlebih dahulu. Di sinilah karyawan dapat melihat

apakah organisasi memperlakukan mereka secara baik atau tidak.

Teori Organizational Support juga menunjukkan proses

psikologis yang mengakibatkan Perceived Organizational Support

(POS). Pertama, pada kaidah pertukaran (jika pekerja melakukan

pekerjaan dengan baik maka akan mendapat imbalan dari

organisasi), POS dapat menghasilkan perasaan wajib dalam diri

karyawan untuk memperdulikan kesejahteraan organisasi dan

menolong organisasi menuju sasarannya. Kedua, kepedulian,

persetujuan dan rasa menghargai ditimbulkan oleh POS yang

memenuhi kebutuhan sosioemosional, menuju keanggotaan pekerja

yang bersatu dan status peran pada identitas sosial mereka. Ketiga,

POS akan menguatkan keyakinan pegawai bahwa organisasi akan

memberi penghargaan terhadap peningkatan kinerja (performance

reward expectancies). Proses ini akan menimbulkan kebaikan baik

dari individu (peningkatan kepuasan kerja dan suasana hati yang

positif) maupun bagi organisasi (meningkatnya komitmen afektif dan

kinerja serta berkurangnya pergantian).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Perceived

Organizational Support adalah keyakinan pegawai tentang sejauh

mana organisasi menghargai kontribusi mereka dalam perusahaan

dan sejauh mana organisasi memperhatikan kesejahteraan pegawai

Page 70: Mutia Kusuma Dewi-fps

yang diwujudkan melalui kebijakan organisasi, aturan, dan tanggung

jawab keuangan dan di sinilah karyawan dapat melihat apakah

organisasi memperlakukan mereka secara baik atau tidak.

Dalam sejumlah penelitian, POS mempunyai hubungan yang

positif dengan beberapa variable lain, diantaranya, yaitu:

1. Komitmen organisasi afektif (Eisenberger et al., 1990; Setton,

Bennet, dan Liden, 1996; Rhoades, eisenberger dan Armeli,

2001; Shore dan Tetrick, 1991 dalam Rhoades dan Eisenberger,

2002),

2. Effort-reward expectancies atau harapan bahwa segala upaya

akan dibalas dengan imbalan (Eisenberger et al., 1990, dalam

Rhoades dan Eisenberger, 2002),

3. Komitmen kesinambungan (Shore dan Tetrik, 1991, dalam

Rhoades dan Eisenberger, 2002),

4. Leader-member exchange atau pertukaran anggota dengan

pemimpin (Setton et al., 1996; Wayne, Shore dan Liden, 1997,

dalam Rhodes dan Eisenberger, 2002),

5. Dukungan pengawas dalam organisasi (Kottke dan Sharafinski,

1988; Malatesta 1995; Shore dan Tetrik, 1991, dalam Rhoades

dan Eisenberger, 2002),

6. Perceived organizational politics atau penerimaan dukungan

politik (Andrews dan Kacmar, 2001; Cropanzano, Howes,

Graney dan Toth, 1997; M. L. Randall, Cropanzano, Bornmann,

Page 71: Mutia Kusuma Dewi-fps

dan Birjulin, 1999, dalam Rhoades et al., 2001, dalam Rhoades

dan Eisenberger 2002),

7. Keadilan prosedural (Andrews dan Kacmar, 2001; Rhoades et

al., 2001, dalam Rhoades dan Eisenberger, 2002) dan,

8. Kepuasan kerja (Aquino dan Griffeth, 1999; Eisenberger et al.,

1997; Shore dan Tetrick, 1991, dalam Rhoades dan Eisenberger,

2002).

2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Perceived Organizational Support

Berdasarkan pada teori Organizational Support (Eisenberger

et al., 1986, dalam Rhodes dan Eisenberger, 2002), tiga bentuk

umum dari penerimaan perlakuan yang baik dari organisasi (seperti

kejujuran, dukungan pengawas organisasi, serta imbalan organisasi

dan kondisi kerja) dapat meningkatkan POS, yaitu:

1. Kejujuran atau Keterbukaan

Keadilan prosedural berhubungan dengan kejujuran yang

digunakan untuk mengukur pembagian sumber penghasilan di

antara pegawai (Grenberg, 1990, dalam Rhoades dan

Eisenberger, 2002) berpendapat bahwa suatu hal yang

berhubungan dengan kejujuran yang dilakukan secara berulang-

ulang dalam memutuskan sumber penghasilan akan

menimbulkan efek POS dengan menunjukkan kesejahteraan

pegawai.

Page 72: Mutia Kusuma Dewi-fps

Cropanzano dan Grenberg (1997, dalam Rhoades dan

Eisenberger, 2002) membedakan antara aspek struktural dan

aspek sosial pada keadilan prosedural. Aspek struktural sebagai

faktor penentu adanya peran formal dan asuransi mengenai

keputusan yang dapat mempengaruhi pegawai, termasuk

pemberitahuan yang memuaskan sebelum sebuah keputusan

dilaksanakan, menerima informasi yang akurat dan pegawai

diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan. Aspek

sosial dari keadilan prosedural memperlakukan pegawai dengan

kewibawaan dan penuh penghargaan serta melengkapi pegawai

dengan informasi mengenai bagaimana sebuah hasil diukur.

Penerimaan politik organisasi juga berhubungan dengan

keadilan prosedural, seperti berusaha mempengaruhi orang lain

untuk membuat dirinya menarik, bahkan terkadang memberikan

imbalan kepada orang lain (Cropanzano et al., 1997; Kacmar

dan Carlson, 1997; Nye dan Witt, 1993; M. L. Randall et al.,

1999, dalam Rhoades dan Eisenberger, 2002). Persepsi skala

politik menganggap pandangan mengenai sesuatu yang

menurutnya lazim yakni mendapatkan hasil yang bernilai

dengan berperan dengan gaya bekerja, memberikan nasehat

yang tidak baik mengenai keputusan manajemen agar

perilakunya aman dan memperoleh bayaran tambahan dan

Page 73: Mutia Kusuma Dewi-fps

mempromosikan kualitas dirinya (Kacmar dan Carlson, 1997,

dalam Rhoades dan Eisenberger, 2002).

2. Dukungan Pengawas

Persepsi umum pegawai mengenai penilaian terhadap

organisasi mereka mengembangkan pandangan umum mengenai

tingkatan, pengawas mana yang memberi nilai kontribusi mereka

tentang kesejahteraan pegawai (Kottke dan Sharafinski, 1988,

dalam Rhoades dan Eisenberger, 2002). Karena tugas pengawas

sebagai wakil dari perusahaan, memiliki tanggung jawab dalam

memerintah dan mengevaluasi kinerja bawahan, pegawai melihat

pengawas mereka memperlakukan mereka dengan baik atau tidak

sebagai indikasi dukungan organisasi (Eisenberger et al.,

Levinson, 1965, dalam Rhoades dan Eisenberger, 2002).

3. Imbalan organisasi dan kondisi kerja.

Shore dan Shore (dalam Rhoades dan Eisenberger, 2002)

berpendapat bahwa praktek sumber daya manusia (SDM) yang

memberikan penghargaan pada pegawai yang memiliki

kontribusi terhadap perusahaan berhubungan positif dengan

POS. Segala sesuatu yang berhubungan dengan imbalan

organisasi dan kondisi kerja di antaranya adalah :

a. Penghargaan, gaji dan promosi (Recognition, pay, and

promotions). Pada teori Organizational Support, kesempatan

Page 74: Mutia Kusuma Dewi-fps

baik untuk penghargaan yang tepat dapat memberikan nilai

positif bagi kontribusi pegawai dan kontribusi pada POS itu

sendiri.

b. Keamanan Kerja (Job security). Asuransi yang dimiliki

organisasi demi keselamatan pegawai diharapkan menjadi

bagian dari POS.

c. Otonomi (Autonomy). Dengan otonomi, diharapkan pegawai

dapat mengontrol pekerjaan mereka, seperti penjadwalan,

prosedur kerja, dan tugas yang beragam.

d. Penekan Peran (Role Stressor). Penekan ini berhubungan

dengan lingkungan yang mana pegawai merasa tidak mampu

mengatasi sebuah permasalahan dalam organisasi.

e. Pelatihan (Training). Wayne et al., (1997, dalam Rhoades

dan Eisenberger, 2002) berpendapat bahwa pelatihan kerja

adalah sebuah kegiatan yang dapat ditentukan sebagai

investasi bagi pegawai yang dapat meningkatkan POS.

f. Ukuran Organisasi (Organization Size). Dekker dan Barling

(1995, dalam Rhoades dan Eisenbergert, 2002) berpendapat

bahwa individu merasa kurang bernilai dalam sebuah

organisasi yang besar, dengan asuransi yang besar dan

prosedur yang mungkin dapat mengurangi sifat fleksibel

sebagai kebutuhan pegawai. Organisasi yang besar, dapat

menunjukkan kedermawanan kepada kelompok pegawai,

Page 75: Mutia Kusuma Dewi-fps

kemudian mengurangi keluwesan pegawai dalam bekerja,

hal ini dapat mengurangi POS.

Teori yang digunakan untuk mengetahui persepsi wanita karir

berkeluarga mengenai dukungan perusahaan mengenai kesejahteraan

mereka, maka peneliti mengunakan adaptasi skala Perceived

Organizational Support (POS) dari Eisenberger.

2.6 Kerangka Berpikir

Komitmen organisasi (organizational commitment) merupakan salah satu

tingkah laku dalam organisasi yang banyak dibicarakan dan diteliti, baik

sebagai independent variable (variabel bebas), maupun sebagai dependent

variable (variabel terikat). Hal ini antara lain dikarenakan organisasi

membutuhkan karyawan yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi

agar organisasi dapat terus bertahan serta meningkatkan produksi jasa dan

barang yang dihasilkan. Indikasi yang paling jelas dapat dilihat ketika

komitmen karyawan mempunyai komitmen organisasi yang rendah adalah

tingginya jumlah karyawan yang mengundurkan diri atau keluar dari

organisasi (dalam Yuwono, dkk. 2005:142).

Pada penelitian ini, komitmen organisasi sebagai variabel terikat.

Dalam hal ini, peneliti ingin membuktikan teori oleh Van Dyen dan Graham

(dalam Coetzee, 2005) yang menguraikan 3 (tiga) faktor psikologis yang

mempengaruhi komitmen organisasi, yaitu: (1) faktor personal, meliputi

Page 76: Mutia Kusuma Dewi-fps

usia, tingkat pendidikan, status perkawinan, keterlibatan kerja (job

involvement), dan konflik peran; (2) faktor posisional, meliputi masa kerja

dan status jabatan; dan yang terakhir, (3) faktor situasional, yakni Perceived

Organizational Support (POS).

Dalam banyak penelitian, masing-masing faktor telah dibuktikan

kontribusinya dalam komitmen organisasi. Seperti penelitian yang dilakukan

oleh Ali Nina (1996) pada sejumlah karyawan di Jakarta (dalam Seniati,

2002) yang membuktikan bahwa faktor personal seperti status penikahan,

dan tingkat pendidikan berhubungan negatif dengan komitmen organisasi.

Beberapa hasil penelitian lain mengenai dampak masa kerja terhadap

komitmen organisasi, dikemukakan oleh Cherington, Condie dan England

(dalam Sjabadhyni, 2001) yang melaporkan bahwa pekerja yang lebih tua

(senior) memiliki komitmen organisasi yang tinggi dibandingkan dengan

pekerja yang lebih muda (junior).

Seniati (2002) menjabarkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh

Vera Rachmayati pada karyawan perusahaan di Jakarta, yakni konflik peran

(pada wanita) mempunyai hubungan negatif dengan komitmen organisasi.

Jika dilihat menurut kaca mata peneliti, hal tersebut terjadi karena dalam

segi peranan wanita sebagai wanita karier dan wanita yang berkeluarga yang

tidak diorganisir dengan baik. Kerancuan peran dapat saja terjadi, apabila

kedua peran tersebut mengalami ketimpangan, dan wanita dihadapkan

kepada pilihan yang sulit, yakni mengurus keluarga (suami dan anak) atau

bekerja untuk mendapatkan tambahan pemasukan finansial.

Page 77: Mutia Kusuma Dewi-fps

Dalam Robbins (2001) komitmen organisasi dan keterlibatan kerja

memiliki hubungan yang positif. Keterlibatan kerja dalam aspek sikap kerja

dari komitmen organisasi menimbulkan tingkat dimana seorang karyawan

memihak dan terlibat secara aktif dalam pekerjaannya. Bukti riset

memperlihatkan bahwa seseorang yang memiliki komitmen dan

keterlibatan yang positif, maka tingkat keluar masuknya (turnover) individu

dalam organisasi sangat rendah.

Dalam sejumlah penelitian, Perceived Organizational Support

(persepsi terhadap dukungan organisasi) yang termasuk kedalam faktor

situasional, mempunyai hubungan yang positif dengan komitmen organisasi

afektif (Eisenberger et al., 1990; Setton, Bennet, dan Liden, 1996; Rhoades,

eisenberger dan Armeli, 2001; Shore dan Tetrick, 1991 dalam Rhoades dan

Eisenberger, 2002). hal tersebut karena komitmen afektif berkaitan dengan

adanya keinginan untuk terikat pada organisasi. Individu menetap dalam

organisasi karena keinginannya sendiri. Kunci dari tipe komitmen ini

dengan POS adalah individu merasakan adanya kesesuaian antara nilai

pribadinya dan dengan nilai-nilai organisasi.

Berbagai penelitian yang telah diuraikan di atas sesuai dengan

asumsi peneliti, bahwa kontribusi faktor-faktor psikologis yang dijabarkan

menjadi faktor personal, posisional, dan situasional tersebut yang

mempunyai kontribusi positif dan negatif pada komitmen organisasi.

Namun, hasil yang disimpulkan dari sebuah penelitian tidak mutlak

Page 78: Mutia Kusuma Dewi-fps

mempunyai hasil yang sama, jika diuji dengan sampel yang berbeda dalam

sebuah populasi tertentu.

Peneliti mengamati bahwa banyak penelitian yang menggunakan

sampel secara umum, yakni lebih menekankan kepada karyawan pada

sebuah perusahaan, baik itu laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu,

peneliti sangat tertarik mengambil sampel penelitian dengan sasaran utama

wanita karir berkeluarga. Hal tersebut diminati untuk melihat lebih spesifik

kepada satu peran gender secara utuh.

Pada dasarnya faktor personal, faktor posisional, dan faktor

situasional pada komitmen organisasi, masing-masing faktor mempunyai

kontribusi yang positif dan negatif. Namun, bagaimana hal itu akan benar-

benar mempengaruhi secara nyata, adalah tergantung dari individu itu

sendiri. Bagaimana cara dia untuk menyikapi kehidupan organisasinya, yaitu

bagaimana individu tersebut dapat memaknai eksistensinya dalam sebuah

organisasi sebagai hal yang penting bagi organisasinya sendiri, orang lain,

maupun untuk dirinya sendiri. Oleh karena itu, untuk mengtahui hal tersebut

lebih lanjut. Maka, peneliti akan mencoba meneliti topik tersebut, agar

mendapatkan hasil yang faktual.

Page 79: Mutia Kusuma Dewi-fps

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis Mayor:

H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara usia, tingkat pendidikan,

status perkawinan, keterlibatan kerja, konflik peran, masa kerja, dan

Perceived Organizational Support (POS) terhadap komitmen

organisasi wanita karir berkelurga.

KOMITMEN

ORGANISASI

USIA

Tingkat Pendidikan

Status Perkawinan

Keterlibatan Kerja

(Job Involvement)

Konflik Peran

MASA KERJA

Perceived

Organizational

Support

(POS)

Faktor

Personal

Faktor

Posisional

Faktor

Situasional

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Faktor – faktor

Komitmen Organisasi

Page 80: Mutia Kusuma Dewi-fps

Hipotesis Minor:

Ho1 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara usia terhadap komitmen

organisasi pada wanita karir berkelurga.

Ho2 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan

terhadap komitmen organisasi pada wanita karir berkelurga.

Ho3 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara status perkawinan

terhadap komitmen organisasi pada wanita karir berkelurga.

Ho4 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara keterlibatan kerja

terhadap komitmen organisasi pada wanita karir berkelurga.

Ho5 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara konflik peran ganda

terhadap komitmen organisasi pada wanita karir berkelurga.

Ho6 : Tidak ada pengaruh yang signifikana antara masa kerja terhadap

komitmen organisasi pada wanita karir berkelurga.

Ho7 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara Perceived

Organizational Support (POS) terhadap komitmen organisasi pada

wanita karir berkelurga.

Page 81: Mutia Kusuma Dewi-fps

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini, yaitu pendekatan kuantitatif.

Menurut Creswell (1994), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

bekerja dengan angka yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai,

peringkat atau frekuensi) yang dianalisis dengan menggunakan statistik

untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik

dan melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi

variabel yang lain. Dengan pendekatan ini peneliti mengharapkan akan

mendapatkan data yang lebih spesifik dan lebih akurat.

Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh signifikasi

perbedaan kelompok atau signifikasi antar variabel yang diteliti. Dalam

penelitian ini, penulis berusaha melihat pengaruh dari faktor-faktor yang

mempengaruhi komitmen organisasi pada wanita karir berkeluarga.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Dalam buku Metodologi Penelitian, W.Gulo (2005)

mengatakan bahwa populasi adalah “sekumpulan objek yang

menjadi pusat perhatian, yang dari padanya terkandung informasi

Page 82: Mutia Kusuma Dewi-fps

yang ingin diketahui”. Subjek dalam penelitian ini, yaitu wanita

yang memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Masih aktif bekerja (menjadi pekerja) atau karyawan dan telah

menikah, berusia 20–45 tahun, dan memiliki anak yang masih

memerlukan asuhan, atau masih harus terlibat dalam pengasuhan

anaknya.

b. Karyawan tetap di perusahaannya dan telah bekerja minimal 2

tahun di tempat atau posisinya sekarang, dengan tujuan untuk

meyakinkan bahwa subjek memiliki pengalaman dan

penghayatan yang sama berkaitan dengan perusahaan dan

pekerjaannya.

c. Berpendidikan minimal SLTA, sehingga diharapkan subjek

tidak akan mengalami kesulitan dalam memahami dan mengisi

kuesioner yang diberikan peneliti.

3.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini subjek diambil dari populasi wanita

yang bekerja dan berkeluarga. Sampel yang akan diambil peneliti,

yaitu 156 orang wanita yang berasal dari dua perusahaan (nama

perusahaan tidak diizinkan untuk disebutkan). Metode pengambilan

sampel menggunakan Non-Probability Sampling, yaitu pengambilan

sampel dimana setiap objek penelitian yang diambil tidak memiliki

peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Sampel yang

Page 83: Mutia Kusuma Dewi-fps

diambil hanya sampel yang memenuhi kriteria atau tujuan yang telah

ditentukan peneliti. Jadi, setiap karyawati yang telah berkeluarga yang

sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dan bersedia menjadi

subjek penelitian akan ditetapkan sebagai sampel.

3.3 Variabel Penelitian

Menurut Kerlinger (dalam Gulo, 2005) mengatakan bahwa:

Variable is a property that takes on different values … A variable

is a symbol which numerals or values are assigned.

Variabel merupakan suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih dari

nilai atau sifat yang berdiri sendiri, serta menyebut variabel sebagai suatu

konstruk (properties) atau sifat yang diteliti. Hal yang sama dikatakan oleh

Arikunto (1997) yang mengatakan bahwa, variabel adalah suatu objek

penelitian.

Variabel dalam penelitian ini, yaitu komitmen organisasi sebagai

Dependent Variable (DV). Independent Variable (IV) merupakan

sehimpunan variabel yang digunakan untuk memprediksi atau menjelaskan

bagaimana suatu variabel dapat mempengaruhi komitmen organisasi pada

wanita karir berkeluarga. IV dalam penelitian ini, yaitu:

1. Usia;

2. Tingkat pendidikan;

3. Status perkawinan;

4. Keterlibatan kerja (job involvement);

5. Konflik peran;

6. Masa kerja; dan,

7. Perceived Organizational Support (POS).

Page 84: Mutia Kusuma Dewi-fps

3.3.1 Definisi Operasional Variabel

Dependent variable: Variabel komitmen organisasi adalah skor

yang diperoleh dari pengukuran aspek-aspek dalam komitmen

organisasi yang meliputi komitmen afektif (Affective comitment),

komitmen berkelanjutan (continuence commitment) dan komitmen

normatif (normative commitment). Dengan mengadaptasi skala

baku dari Allen dan Meyer (1997), yaitu Organizational

Commitment Questionnaire (OCQ) dengan 18 item.

Independent Variable:

1. Variabel usia adalah hasil yang diperoleh dari usia subjek

berupa data mengenai usia subjek.

2. Variabel tingkat pendidikan adalah hasil yang diperoleh dari

subjek berupa data mengenai tingkat pendidikan yang telah

ditempuh subjek.

3. Variabel status perkawinan adalah hasil yang diperoleh dari

subjek berupa data mengenai status dan usia perkawinan

subjek.

4. Variabel konflik peran adalah skor yang diperoleh dari hasil

pengukuran dari skala konflik peran ganda, yang meliputi

aspek pengasuhan anak, bantuan pekerjaan rumah tangga,

komunikasi dan interaksi dengan anak dan suami, waktu untuk

keluarga, menentukan prioritas, tekanan karir dan tekanan

keluarga, pandangan suami terhadap peran ganda wanita.

Page 85: Mutia Kusuma Dewi-fps

5. Variabel keterlibatan kerja (job involvement) adalah skor yang

diperoleh dari hasil pengukuran skala mengenai harapan yang

besar terhadap pekerjaan, rasa tanggung jawab terhadap

pekerjaan, kesiapan dalam menghadapi tugas, kebanggaan

terhadap pekerjaan, ambisi, serta keinginan untuk mobilitas ke

atas.

6. Variabel masa kerja adalah skor yang diperoleh dari subjek

berupa data mengenai lamanya subjek bekerja sebagai

karyawan/pegawai dalam sebuah perusahaan.

7. Variabel Perceived Organizational Support (POS) adalah skor

yang diperoleh dari hasil pengukuran skala baku mengenai

keyakinan karyawan mengenai penghargaan yang diberikan

organisasi kepada karyawan melaui kebijakan organisasi,

aturan dan tanggung jawab keuangan.

3.4 Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

Established Instrument yaitu alat ukur yang sudah dikembangkan oleh

peneliti lain. Instrumen yang diadaptasi, yaitu pengukuran untuk

komitmen organisasi, dan Perceived Organizational Support (POS)

diadaptasi dalam bahasa inggris, sehingga kemudian peneliti akan

melakukan penerjemahan item-item dalam instrumen tersebut ke

Page 86: Mutia Kusuma Dewi-fps

dalam bahasa Indonesia. Dalam menerjemahkan instrumen-instrumen

penelitian, peneliti dibantu oleh ahli Bahasa Inggris, dan mencari

berbagai literatur yang terkait dengan instrumen penelitian.

Sedangkan, untuk instrument pengukuran konflik peran, peneliti

mengadaptasi skala yang dibuat oleh peneliti dari Indonesia.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode skala

sebagai alat pengumpul data, yaitu sejumlah pernyataan tertulis untuk

memperoleh jawaban dari responden. Skala yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan skala model Likert dengan variasi pilihan

respon dan skala penilaian.

Skala model Likert adalah suatu himpunan butir pernyataan

sikap yang kesemuanya dipandang kira-kira sama dengan ‟nilai

sikap‟, subjek menanggapi setiap butir dengan menggunakan taraf

setuju atau tidak setuju, atau taraf sesuai atau tidak sesuai. Pernyataan

(item) dalam skala model Likert ini terdiri dari pernyataan positif dan

negatif (favorable dan unfavorable).

Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan

alat ukur model Likert dan skala model penilaian antara lain adalah

terdapat variasi pilihan respon yang masing-masing terdiri empat

alternatif jawaban yang disediakan. Untuk mengukur variabel-

variabel penelitian ini, peneliti menggunakan skala model Likert yang

telah dimodifikasi yaitu dengan menghilangkan jawaban netral, agar

mendorong reponden untuk memilih dan memutuskan respon negatif

Page 87: Mutia Kusuma Dewi-fps

ataupun positif, sehingga terlihat “kecenderungan sentral” (central

tendency) dari jawaban responden.

Selanjutnya pernyataan tertinggi untuk pernyataan

unfavorable diberikan pada pilihan jawaban sangat tidak setuju dan

skor terendah diberikan untuk pilihan sangat setuju. Setiap katagori

memiliki nilai sebagai berikut:

Tabel 3.1

Tabel Skor Skala Model Likert

Respon Pilihan Jawaban Skor

Favorable

Skor

Unfavorable Variasi I Variasi 2

SS

(Sangat Setuju)

SS

(Sangat Sesuai) 4 1

S

(Setuju)

S

(Sesuai) 3 2

TS

(Tidak Setuju)

TS

(Tidak Sesuai) 2 3

STS

(Sangat Tidak

Setuju)

STS

(Sangat Tidak

Sesuai)

1 4

Skala model Likert dipilih untuk mengukur variabel komitmen

organisasi, skala keterlibatan kerja, dan skala POS (Perceived

Organizational Support).

Untuk skala model penilaian menurut Sevilla (dalam Sevilla,

dkk., 1993) merupakan salah satu alat pengamatan tidak langsung,

karena responden diminta untuk mencarikan penilaian berdasarkan

pengamatan yang telah berlalu atau tentang bagaimana peranannya

terhadap objek, situasi, atau orang yang dinilai. Subjek menanggapi

Page 88: Mutia Kusuma Dewi-fps

setiap butir pernyataan dengan respon pilihan jawaban: tidak pernah,

kadang-kadang, seringkali, dan selalu. Skala model penilaian ini

digunakan untuk pengukuran skala konflik peran, dengan alternatif

jawaban sebagai berikut:

Tabel 3.2

Tabel Skor Skala Model Penilaian

Respon Pilihan Jawaban Skor

Tidak Pernah

(TP) 1

Kadang-Kadang

(KD) 2

Seringkali

(SR) 3

Selalu

(SL) 4

Dalam penelitian ini, subjek akan diberikan kuesioner yang

terdiri dari tiga bagian, yaitu:

a. Bagian pengantar, berisi tentang nama peneliti, tujuan dari

penelitian, kerahasian jawaban yang diberikan oleh responden, dan

ucapan terima kasih peneliti.

b. Bagian data, berisi tentang data-data subjek seperi nama inisial,

usia, usia bekerja (masa kerja), status jabatan, tingkat pendidikan,

dan status perkawinan.

Page 89: Mutia Kusuma Dewi-fps

c. Bagian inti, berisi empat alat ukur penelitian yaitu alat ukur

komitmen organisasi, alat ukur keterlibatan kerja, alat ukur konflik

peran, dan alat ukur Perceived Organizational Support (POS).

Pada saat penelitian, subjek diminta untuk memilih salah

satu dari pilihan jawaban yang menunjukkan kesesuaian

pernyataan yang diberikan dengan keadaan yang dirasakan oleh

responden dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan

jawaban.

3.4.2 Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian sebanyak 4 alat ukur,

yaitu:

1. Alat ukur komitmen organisasi

Untuk mengukur komitmen organisasi, peneliti

mengadaptasi skala baku OCQ (Organizational Commitment

Questionnaire) dari Allen dan Meyer (1990). Skala ini

menggunakan skala model Likert dengan alternatif jawaban

Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat

Tidak Sesuai (STS). Skala terdiri dari 18 butir item pernyataan

yang mengukur komitmen organisasi dengan 3 dimensi utama,

yaitu komitmen afektif, komitmen kesinambungan, dan komitmen

normatif (masing-masing terdiri dari 6 item).

Page 90: Mutia Kusuma Dewi-fps

Tabel 3.3

Blue Print Komitmen Organisasi

No. Dimensi Indikator ∑

1. Affective

Commitment

Merasa senang berkarir di organisasi.

Merasa masalah perusahan masalah saya juga.

Merasa perusahaan ini sangat berarti.

Merasa sangat memiliki perusahaan ini.

Merasa ada ikatan batin.

Merasa bagian perusahaan.

6

2. Continuance

Commitment

Merasa tetap dalam perusahaan merupakan

kebutuhan dan keinginan saya.

Merasa sangat berat bila meninggalkan

pekerjaan.

Merasa akan terganggu bila keluar dari

perusahaan.

Merasa mempunyai sedikit pilihan bila keluar

dari perusahaan.

Jika belum terlalu berkecimpung dalam

perusahaan mungkin memilih kerja di tempat

lain.

Salah satu konsekuensi negatif meninggalkan

perusahaan adalah jarangnya alternatif pekerjaan

yang tersedia.

6

3. Normative

Commitment

Kewajiban untuk tetap bekerja di organisasi.

Perasaan karyawan bila keluar dari organisasi.

Loyalitas dalam bekerja.

Tidak keluar dari organisasi karena memiliki

tanggung jawab.

Merasa dibutuhkan oleh orang-orang dalam

perusahaan.

Merasa berhutang budi.

6

Jumlah 18

2. Alat ukur konflik peran

Untuk mengukur konflik peran pada wanita karir

berkeluarga, peneliti menggunakan skala konflik peran ganda

Luki Arinta (1993) dengan model skala penilaian dengan

alternatif pilihan jawaban Tidak Pernah (TP), Kadang-Kadang

Page 91: Mutia Kusuma Dewi-fps

(KD), Seringkali (SR), dan Selalu (SL). Skala baku ini disusun

untuk mengungkap tingkat konflik peran ganda pada wanita karir,

dimana konflik peran diperkirakan berasal dari peran dalam

pekerjaan dan peran dalam keluarga. Skala ini dibuat dengan

mengacu pada Skala Konflik Peran Ganda oleh Sekaran (1986)

dan Work-Family Conflict Scale dari Kopelman, dkk., (1983) dan

Burley (1989).

Dari kedua skala tersebut oleh Imelda Luki Arinta (1993)

dikelompokkan menjadi 7 aspek, yaitu aspek pengasuhan anak,

bantuan pekerjaan rumah tangga, komunikasi dan interaksi

dengan anak dan suami, waktu untuk keluarga (anak-anak dan

suami), menentukan prioritas, tekanan karir dan tekanan keluarga,

dan pandangan suami terhadap peran ganda wanita.

Dari skala 41 item tersebut didapatkan hasil koefisien rix bergerak

dari 0,304 sampai dengan 0,701. Pengujian reliabilitas Skala

Konflik Peran Ganda ini menggunakan pendekatan Alpha,

hasilnya menunjukkan koefisien reliabilitas Alpha sebesar 0,914.

Page 92: Mutia Kusuma Dewi-fps

Tabel 3.4

Blue Print Konflik Peran Ganda

No. Aspek Nomor Butir ∑

1. Pengasuhan Anak 1, 7, 13, 19, 24,

29, 33, 7

2. Bantuan Pekerjaan Rumah

Tangga 8, 14 2

3. Komunikasi & Interaksi

dengan Anak & Suami

2, 9, 15, 20, 25,

30, 40, 41 8

4. Waktu untuk Keluarga 3, 10, 21, 34, 37 5

5. Menentukan Prioritas 4, 18, 26, 31, 38 5

6. Tekanan Karir & Tekanan

Keluarga

5, 11, 16, 17, 22,

32, 35 7

7. Pandangan Suami terhadap

Peran Ganda Wanita

6, 12, 23, 27, 28,

36, 39 7

Jumlah 41

3. Alat ukur keterlibatan kerja

Alat ukur keterlibatan kerja merupakan alat ukur yang

mengukur keterlibatan karyawan di perusahaan tempat individu

bekerja. Penilaiannya meliputi penilaian terhadap jawaban

responden mengenai aspek harapan yang besar terhadap

pekerjaan, rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan, kesiapan

dalam menghadapi tugas, kebanggaan terhadap pekerjaan, ambisi,

serta keinginan untuk mobilitas ke atas.

Peneliti membuat sendiri skala berdasarkan 5 aspek

tersebut. Skala tersebut menggunakan skala model Likert dengan

alternatif jawaban Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai (TS), dan

Sangat Tidak Sesuai (STS). Masing-masing aspek memiliki item

Page 93: Mutia Kusuma Dewi-fps

untuk mewakili aspek yang diukur dengan total keseluruhan item,

yaitu 30 item.

Tabel 3.5

Blue Print Keterlibatan Kerja

No Aspek Item

∑ Favorable Unfavorable

1. Harapan yang besar

terhadap pekerjaan 1, 10, 22 6, 16 5

2. Keterlibatan Secara

emosional terhadap

pekerjaan

12, 18, 26, 29 2, 23, 28 7

3. Rasa Tanggung jawab

terhadap pekerjaan 5, 11, 27, 30 7, 15, 24 7

4. Rasa bangga terhadap

pekerjaan 4, 14, 21 9, 19 5

5. Keinginan mobilitas keatas 8, 17, 20 3, 13, 25 6

Jumlah 17 13 30

4. Alat ukur POS

Alat ukur Perceived Organizational Support adalah alat

ukur yang mengukur persepsi karyawan mengenai penilaiannya

terhadap kebijakan yang diterapkan di dalam perusahaan. Alat

ukur ini bernama Survey of Perceived Organizational Support

(SPOS) yang diciptakan oleh Eisenberger, R. Huntington, S.

Hutchinson dan D. Sowa (1986) yang kemudian diadaptasi oleh

peneliti untuk digunakan dalam penelitian ini.

Alat ukur ini menggunakan skala model Likert dengan

alternatif jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju

(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala tersebut terdiri dari 36

Page 94: Mutia Kusuma Dewi-fps

item pernyataan, namun hanya 8 item yang memiliki tingkat

reliabilitas yang sangat tinggi (Eisenberger, 2002). Oleh karena itu

peneliti menggunakan 8 item tersebut sebagai acuan penelitian

yaitu pada no. item: 1, 3, 7, 9, 17, 21, 23, 27 . Blue print alat ukur

Perceived Organizational Support, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.6

Blue print Perceived Organizational Support (POS)

No. Aspek – aspek POS Favorable Unfavorable ∑

1. Keyakinan pegawai tentang sejauhmana

organisasi menghargai kontribusi mereka

dalam perusahaan dan sejauhmana organisasi

memperhatikan kesejahteraan pegawai yang

diwujudkan melalui kebijakan organisasi,

aturan, dan tanggung jawab.

1, 9, 21,

27 3, 7, 17, 23 8

Jumlah 4 4 8

5. Item untuk mengukur usia, tingkat pendidikan, status perkawinan,

masa kerja, dan status jabatan. Item pengkuran dikembangkan

sendiri oleh peneliti berupa pertanyaan dengan empat pilihan

jawaban. Alat ukur usia, masa kerja, status jabatan, status

perkawinan, dan tingkat pendidikan menggunakan model pilihan

dan isian dengan kriteria yang telah ditentukan peneliti.

Page 95: Mutia Kusuma Dewi-fps

Tabel 3.7

Tabel Skala Alternatif

Jawaban Score

a 1

b 2

c 3

d 4

Berdasarkan tabel, skala disajikan dalam bentuk

sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberi tanda silang

(x) pada pilihan yang telah disediakan. Item tersebut, sebagai

berikut:

1. Usia saya saat ini 2. Tingkat Pendidikan :

a. ≥ 20 tahun a. SMA

b. 25 – 30 tahun b. Diploma

c. 31 – 40 tahun c. S-1

d. > 41 tahun d. S-2

3. Status Perkawinan 4. Pekerjaan/Jabatan:

Menikah/Bercerai (ISIAN)

Menikah : .... Tahun

5. Saya telah bekerja selama

a. 2 tahun

b. 3 – 5 tahun

c. 6 – 8 tahun

d. > 8 tahun

Page 96: Mutia Kusuma Dewi-fps

3.5 Uji Instrumen

3.5.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan Confirmatory Factor Analysis

(CFA) dengan bantuan software Lisrel 8.70 (Joreskog dan Sorbom,

2004). adapun langkah-langkah untuk mendapatkan kriteria item

yang baik pada CFA, yaitu sebagai berikut:

1. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai

Chi-Square yang dihasilkan. Jika nilai Chi-Square tidak

signifikan (P>0.05) berarti semua item hanya mengukur satu

faktor saja. Namun jika nilai Chi-Square signifikan (P<0.05),

maka perlu dilakukan modifikasi terhadap model pengukuran

yang diuji sesuai dengan langkah kedua berikut ini.

2. Jika nilai Chi-Square signifikan (P<0.05), maka dilakukan

modifikasi model pengukuran dengan cara membebaskan

parameter berupa korelasi kesalahan pengukuran. Ini terjadi

ketika suatu item mengukur selain konstruk yang ingin diukur,

item tersebut juga mengukur hal yang lain (mengkur lebih dari

satu konstruk/multidimensional). Setelah beberapa kesalahan

pengkuran dibebaskan untuk saling berkorelasi, maka akan

diperoleh model yang fit, maka model terakhir inilah yang akan

digunakan pada langkah selanjutnya.

Page 97: Mutia Kusuma Dewi-fps

3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item

dengan melihat apakah muatan faktor item tersebut signifikan

dan mempunyai koefisien positif.

4. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, maka dilakukan

olah data untuk mendapatkan faktor skornya. Selanjutnya,

melakukan pengolahan data menggunakan SPSS 17.0 dengan

ketentuan tidak mengikutsertakan skor mentah dari item yang

dieliminasi.

Terdapat kriteria item yang baik pada CFA, yaitu (Wijanto,

2008):

1. Menguji apakah item signifikan atau tidak mengukur apa yang

hendak di ukur, dengan menggunakan t-test. Melihat signifikan

tidaknya item tersebut mengukur faktornya dengan melihat nilai t

bagi koefisien muatan faktor item. Perbandingannya adalah jika t

> 1.96 maka item tersebut tidak akan didrop dan sebaliknya.

2. Melihat koefisien muatan faktor dari item. Jika item tersebut

sudah diskoring dengan favorable (pada skala model likert 1-4),

maka nilai koefisien muatan faktor harus bermuatan positif, dan

sebaliknya. Apabila item favorable, namun muatan faktor item

bernilai negatif, maka item tersebut akan didrop dan sebaliknya.

3. Terakhir, apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak

berkorelasi, maka item tersebut akan didrop. Sebab, item yang

Page 98: Mutia Kusuma Dewi-fps

demikian selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga

mengukur hal lain (multidimensi).

Dalam penelitian ini data yang akan dianalisis adalah hasil

pengukuran dalam bentuk skor faktor seperti yang diperoleh pada

langkah keempat dalam melakukan uji validitas CFA di atas, kecuali

untuk variabel usia, tingkat pendidikan, status perkawinan, masa

kerja, dan status jabatan. adapun uji validitas alat ukur akan

dipaparkan pada subbab berikut ini:

3.5.2. Uji Validitas Skala Komitmen Organisasi

Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 18 item yang ada

bersifat unidmensional dalam mengukur komitmen organisasi. Dari

hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor tidak fit,

dengan Chi – Square = 856.67, df = 135, P-value = 0.00000, RMSEA

= 0.186. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model,

dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model sebagai berikut:

Page 99: Mutia Kusuma Dewi-fps

fit seperti pada gambar di bawah ini:

.

Gambar 3.1 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Variabel

Komitmen Organisasi

Dari gambar 3.1, nilai Chi – Square menghasilkan P-value

> 0.05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan satu

faktor (unidimensional) dapat diterima, dan dapat disimpulkan

bahwa seluruh item terbukti mengukur satu faktor saja, yaitu

komitmen organisasi. Hanya saja, pada model pengukuran ini

terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling

berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item

tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada dirinya masing-

masing.

Selanjutnya, untuk mengetahui kualitas dari item dapat

dilihat melalui signifikasi item dalam mengukur faktor yang

hendak diukur. Hal tersebut juga dapat menentukan apakah item

tersebut perlu didrop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji

Page 100: Mutia Kusuma Dewi-fps

merupakan hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari

item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t (t-value) bagi

setiap koefisien muatan faktor, seperti pada table 3.8 berikut:

Tabel 3.8

Muatan Faktor Item Komitmen Organisasi

No Koefisien Standar

error

Nilai

t

Sig. No Koefisien Standar

error

Nilai

t

Sig.

1 0.40 0.08 5.02 V 10 0.09 0.09 0.99 X

2 0.02 0.08 0.20 X 11 0.21 0.08 2.56 V

3 0.57 0.07 7.72 V 12 0.68 0.07 9.72 V

4 0.34 0.08 4.36 V 13 0.50 0.07 6.65 V

5 0.59 0.08 7.53 V 14 0.81 0.07 11.56 V

6 0.54 0.07 7.33 V 15 0.77 0.07 11.02 V

7 0.30 0.08 3.78 V 16 0.66 0.07 9.26 V

8 0.50 0.08 6.50 V 17 0.67 0.07 9.34 V

9 0.46 0.09 5.43 V 18 0.56 0.08 7.29 V Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel di atas, nilai t bagi koefisien muatan faktor dari

item 2 dan 10 tidak signifikan, sedangkan koefisien muatan faktor

item lainnya signifikan. Dengan demikian, item no. 2 dan 10 akan

di drop. Artinya, bobot nilai pada item 2 dan 10 tidak ikut

dianalisis dalam penghitungan faktor skor. Selanjutnya, melihat

muatan faktor dari item apakah ada yang bermuatan negatif. Dari

tabel 3.8 pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan

faktornya negatif. Dengan demikian tidak ada item yang di drop,

kecuali item no 2 dan 10.

Pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran

item yang saling berkorelasi. Artinya, dapat disimpulkan bahwa

item-item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing-

Page 101: Mutia Kusuma Dewi-fps

masing. Korelasi kesalahan pengukuran item ditampilkan pada

tabel di bawah ini, yaitu:

Tabel 3.9

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Item Komitmen Organisasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 1

2 V 1

3 V 1

4 V V 1

5 V V 1

6 V V V 1

7 V V 1

8 V 1

9 V V V V V V 1

10 V V V V V 1

11 V V V V V 1

12 V V V V V 1

13 V V 1

14 V V V V V V 1

15 V V 1

16 V V 1

17 V V V V V 1

18 V V V V 1

Keterangan: tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item

Dari table di atas dapat dilihat korelasi antar kesalahan

pengukuran item. Item yang baik memiliki kesalahan pengukuran

Page 102: Mutia Kusuma Dewi-fps

yang tidak berkorelasi satu sama lain. Namun, pada model ini tidak

ada kesalahan pengukuran yang tidak berkorelasi, tetapi paling

tidak ada item yang hanya memiliki satu kesalahan pengukuran

korelasi terhadap item lainnya, yaitu: item 2, 3, dan 8. Sedangkan,

untuk item yang tidak bagus, yaitu: item 9, 10, 11, 12, 14, 17, dan

18, karena paling banyak mempunyai tanda V, yang berarti

kesalahan pengukuran item-item tersebut berkorelasi dengan

kesalahan pengukuran item lainnya. Hal itu juga berarti bahwa

item tersebut selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga

mengukur hal lain. Dengan demikian, item 9, 10, 11, 12, 14, 17,

dan 18 akan didrop, artinya bobot nilai item-item tersebut tidak

akan dianalisis dalam penghitungan faktor skor.

Langkah terakhir, item-item komitmen organisasi yang

tidak didrop dihitung faktor skornya. Faktor skor ini dihitung untuk

menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Jadi,

penghitungan faktor skor ini tidak menjumlahkan item-item

variabel pada umumnya, tetapi justru dihitung true score pada tiap

item. Setelah didapatkan faktor skor, peneliti mentransformasikan

faktor skor menjadi t-score yang berfungsi menghilangkan

bilangan negatif dari z-score. Semua skor ditransformasi ke skala t

yang semuanya positif dengan menetapkan harga mean = 50 dan

standar deviasi = 10. Langkah selanjutnya, yaitu melakukan proses

Page 103: Mutia Kusuma Dewi-fps

komputasi melalui formula T-score = 50 + 10.z (Mc.Call dalam

Crocker dan Algina, 1986).

Setelah didapatkan faktor skor yang telah dirubah menjadi

t-score, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis

korelasi dan regresi. Perlu dicatat, bahwa hal yang sama juga

berlaku untuk variabel konflik peran, keterlibatan kerja, dan

Perceived Organizational Support (POS).

3.5.3. Uji Validitas Skala Konflik Peran Ganda

Dalam hal ini peneliti menguji apakah 41 item pada skala

konflik peran bersifat unidimensional. Dari hasil yang diperoleh dari

variabel konflik peran, model satu faktor (unidimensional) tidak fit,

dengan Chi-Square = 2616.31, df = 780, dan P-value = 0.00000, dan

RMSEA = 0.123. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap

model, peneliti tidak mendapatkan hasil yang fit pada skala tersebut.

Oleh karena itu, peneliti memecah skala konflik peran tersebut

menjadi 7 bagian sesuai dengan dimensi (aspek) dari skala konflik

peran tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Validitas konstruk aspek pengasuhan anak

Dalam hal ini peneliti menguji apakah 7 item tersebut

bersifat unidimensional. Dari hasil yang diperoleh pada aspek

tersebut, model satu faktor (unidimensional) tidak fit, dengan Chi-

Square = 40.49, df = 14, dan P-value = 0.00021, dan RMSEA =

Page 104: Mutia Kusuma Dewi-fps

0.110. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi

satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, seperti pada gambar

di bawah ini:

Gambar 3.2 Analisis Faktor Konfirmatorik Dari Aspek

Pengasuhan Anak

Dari gambar 3.2 di atas, nilai Chi-Square menghasilkan P

> 0.05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya

satu faktor dapat terima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti

mengukur satu hal saja, yaitu pengasuhan anak. Hanya saja, pada

model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada

beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat di

simpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat

multidimensional pada dirinya masing-masing.

Page 105: Mutia Kusuma Dewi-fps

Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikasi

tidaknya item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang

hendak diukur melalui koefisien muatan faktor dengan cara

melihat nilai t bagi setiap koefisen muatan faktor, seperti pada

tabel 3.10 berikut ini:

Tabel. 3.10

Muatan Faktor Item Aspek Pengasuhan Anak Untuk

Konflik Peran Ganda

No Koefisien Standar

error

Nilai

t

Sig.

1 0.67 0.08 8.89 V

7 0.72 0.07 9.78 V

13 0.80 0.07 11.41 V

19 0.79 0.07 11.24 V

24 0.67 0.08 8.86 V

29 0.65 0.08 8.54 V

33 0.77 0.07 10.91 V Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari muatan faktornya 7 item yang mengukur

pengasuhan anak, semua menghasilkan hasil yang signifikan

karena t-value bermuatan positif (t>1,96), yang berarti item-item

tersebut dapat digunakan dalam mengestimasi skor faktor.

Adapun matriks korelasinya dijelaskan di bawah ini:

Page 106: Mutia Kusuma Dewi-fps

Tabel 3.11

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Item Aspek

Pengasuhan Anak

1 2 3 4 5 6 7

1 1

2 1

3 V 1

4 1

5 1

6 V 1

7 1

Keterangan: tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item

Dari tabel di atas terlihat bahwa kesalahan pengukuran item

yang berkorelasi terlihat pada item 13 dan item 29.

2. Validitas konstruk aspek bantuan pekerjaan rumah tangga

Dalam hal ini peneliti menguji apakah 2 item tersebut

bersifat unidimensional. Dari hasil yang diperoleh pada aspek

tersebut, model satu faktor (unidimensional) fit, dengan Chi-

Square = 0.00, df = 0, dan P-value = 1.00, dan RMSEA = 0.000,

yaitu seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.3 Analisis Faktor Konfirmatorik Aspek Bantuan

Pekerjaan Rumah Tangga

Page 107: Mutia Kusuma Dewi-fps

Dari gambar 3.3 di atas, nilai Chi-Square menghasilkan P

> 0.05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya

satu faktor dapat terima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti

mengukur satu hal saja, yaitu bantuan pekerjaan rumah tangga.

Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikasi

tidaknya item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang

hendak diukur melalui koefisien muatan faktor dengan cara

melihat nilai t bagi setiap koefisen muatan faktor, seperti pada

tabel 3.12 berikut ini:

Tabel. 3.12

Muatan Faktor Item Aspek Bantuan Pekerjaan Rumah

Tangga Untuk Konflik Peran

No Koefisien Standar

error

Nilai

t

Sig.

8 0.99 0.06 17.29 V

14 0.83 0.07 12.62 V Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari muatan faktornya 2 item yang mengukur

bantuan pekerjaaan rumah tangga, semua menghasilkan hasil

yang signifikan karena t-value bermuatan positif (t>1,96), yang

berarti item-item tersebut dapat digunakan dalam mengestimasi

skor faktor.

Adapun untuk tabel matrix korelasi dari aspek tersebut,

peneliti tidak mencantumkannya, karena kedua item tersebut

tidak memiliki kesalahan pengukuran yang berkorelasi, sehingga

Page 108: Mutia Kusuma Dewi-fps

dapat dinyatakan bahwa kedua item tersebut akan ikut diolah

kedalam skor faktor.

3. Validitas konstruk aspek komunikasi dan interaksi dengan

anak dan suami

Dalam hal ini peneliti menguji apakah 8 item tersebut

bersifat unidimensional. Dari hasil yang diperoleh pada aspek

tersebut, model satu faktor (unidimensional) tidak fit, dengan Chi-

Square = 280.42, df = 17, dan P-value = 0.00000, dan RMSEA =

0.316 . Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi

satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, seperti pada gambar

di bawah ini:

Gambar 3.4 Analisis Faktor Konfirmatorik Aspek

Komunikasi Dan Interaksi Dengan Anak Dan Suami

Page 109: Mutia Kusuma Dewi-fps

Dari gambar 3.4 di atas, nilai Chi-Square menghasilkan P

> 0.05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya

satu faktor dapat terima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti

mengukur satu hal saja, yaitu komunikasi dan interaksi dengan

anak dan suami. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat

kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling

berkorelasi, sehingga dapat di simpulkan bahwa beberapa item

tersebut sebenarnya bersifat multidimensional pada dirinya

masing-masing.

Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikasi

tidaknya item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang

hendak diukur melalui koefisien muatan faktor dengan cara

melihat nilai t bagi setiap koefisen muatan faktor, seperti pada

tabel 3.13 berikut ini:

Tabel. 3.13

Muatan Faktor Item Aspek Komunikasi dan Interaksi

Dengan Anak dan Suami untuk Konflik Peran

No Koefisien Standar

error

Nilai

t

Sig.

2 0.41 0.08 5.09 V

9 0.70 0.07 9.65 V

15 0.74 0.07 10.46 V

20 0.88 0.07 12.95 V

25 0.51 0.08 6.61 V

30 0.81 0.07 11.10 V

40 0.61 0.07 8.16 V

41 0.58 0.08 7.78 V Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Page 110: Mutia Kusuma Dewi-fps

Dilihat dari muatan faktornya 8 item yang mengukur

komunikasi dan interaksi dengan anak dan suami, semua

menghasilkan hasil yang signifikan karena t-value bermuatan

positif (t>1,96), yang berarti item-item tersebut dapat digunakan

dalam mengestimasi skor faktor.

Adapun matriks korelasinya dijelaskan di bawah ini:

Tabel 3.14

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Item Aspek

Komunikasi dan Interaksi Anak dan Suami

1 2 3 4 5 6 7 8

1 1

2 V 1

3 1

4 1

5 V 1

6 V 1

7 1

8 V V 1

Keterangan: tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item

Dari tabel di atas terlihat bahwa kesalahan pengukuran item

yang berkorelasi terlihat pada item 9, 25, 30 dan 41.

4. Validitas konstruk aspek waktu untuk keluarga

Dalam hal ini peneliti menguji apakah 5 item tersebut

bersifat unidimensional. Dari hasil yang diperoleh pada aspek

tersebut, model satu faktor (unidimensional) tidak fit, dengan Chi-

Page 111: Mutia Kusuma Dewi-fps

Square = 27.82, df = 5, dan P-value = 0.00004, dan RMSEA =

0.172 . Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi

satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, seperti pada gambar

di bawah ini:

Gambar 3.5 Analisis Faktor Konfirmatorik Aspek Waktu

untuk Keluarga

Dari gambar 3.5 di atas, nilai Chi-Square menghasilkan P

> 0.05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya

satu faktor dapat terima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti

mengukur satu hal saja, yaitu waktu untuk keluarga. Hanya saja,

pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada

beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat di

simpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat

multidimensional pada dirinya masing-masing.

Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikasi

tidaknya item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang

Page 112: Mutia Kusuma Dewi-fps

hendak diukur melalui koefisien muatan faktor dengan cara

melihat nilai t bagi setiap koefisen muatan faktor, seperti pada

tabel 3.15 berikut ini:

Tabel. 3.15

Muatan Faktor Item Aspek Waktu untuk Keluarga untuk

Konflik Peran

No Koefisien Standar

error

Nilai

t

Sig.

3 0.54 0.08 6.80 V

10 0.57 0.08 7.00 V

21 0.78 0.07 10.69 V

34 0.75 0.07 10.24 V

37 0.85 0.07 11.98 V Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari muatan faktornya, 5 item yang mengukur

menentukan prioritas, semua menghasilkan hasil yang signifikan

karena t-value bermuatan positif (t>1,96), yang berarti item-item

tersebut dapat digunakan dalam mengestimasi skor faktor.

Adapun matriks korelasinya dijelaskan di bawah ini :

Tabel 3.16

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Item Waktu untuk

Keluarga

1 2 3 4 5

1 1

2 V 1

3 V 1

4 1

5 1

Keterangan: tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item

Page 113: Mutia Kusuma Dewi-fps

Dari tabel di atas terlihat bahwa kesalahan pengukuran item

yang berkorelasi terlihat pada item 10 dan item 21.

5. Validitas konstruk aspek menentukan prioritas

Dalam hal ini peneliti menguji apakah 5 item tersebut

bersifat unidimensional. Dari hasil yang diperoleh pada aspek

tersebut, model satu faktor (unidimensional) tidak fit, dengan Chi-

Square = 11.71, df = 5, dan P-value = 0.03905, dan RMSEA =

0.093 . Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi

satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, seperti pada gambar

di bawah ini:

Gambar 3.6 Analisis Faktor Konfirmatorik Dari

Menentukan Prioritas

Dari gambar 3.6 di atas, nilai Chi-Square menghasilkan P >

0.05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya

satu faktor dapat terima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti

mengukur satu hal saja, yaitu menentukan prioritas. Hanya saja,

Page 114: Mutia Kusuma Dewi-fps

pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada

beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat di

simpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat

multidimensional pada dirinya masing-masing.

Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikasi

tidaknya item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang

hendak diukur melalui koefisien muatan faktor dengan cara

melihat nilai t bagi setiap koefisen muatan faktor, seperti pada

tabel 3.17 berikut ini:

Tabel. 3.17

Muatan Faktor Item Menentukan Prioritas untuk Konflik

Peran

No Koefisien Standar

error

Nilai

t

Sig.

4 0.56 0.09 6.21 V

18 0.55 0.09 6.13 V

26 0.54 0.10 5.39 V

31 0.51 0.09 5.68 V

38 0.60 0.10 6.10 V Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari muatan faktornya, 5 item yang mengukur

menentukan prioritas, semua menghasilkan hasil yang signifikan

karena t-value bermuatan positif (t>1,96), yang berarti item-item

tersebut dapat digunakan dalam mengestimasi skor faktor.

Adapun matriks korelasinya dijelaskan di bawah ini :

Page 115: Mutia Kusuma Dewi-fps

Tabel 3.18

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Item

Menentukan Prioritas

1 2 3 4 5

1 1

2 1

3 1

4 1

5 V 1

Keterangan: tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item

Dari tabel di atas terlihat bahwa kesalahan pengukuran item

yang berkorelasi terlihat pada item 38.

6. Validitas konstruk aspek tekanan karir dan keluarga

Dalam hal ini peneliti menguji apakah 7 item tersebut

bersifat unidimensional. Dari hasil yang diperoleh pada aspek

tersebut, model satu faktor (unidimensional) tidak fit, dengan Chi-

Square = 56.95, df = 14, dan P-value = 0.00000, dan RMSEA =

0.141 . Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi

satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, seperti pada gambar

di bawah ini:

Page 116: Mutia Kusuma Dewi-fps

Gambar 3.7 Analisis Faktor Konfirmatorik Aspek Tekanan

Karir dan Keluarga

Dari gambar 4.7 di atas, nilai Chi-Square menghasilkan P

> 0.05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya

satu faktor dapat terima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti

mengukur satu hal saja, yaitu tekanan karir dan keluarga. Hanya

saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran

pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat di

simpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat

multidimensional pada dirinya masing-masing.

Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikasi

tidaknya item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang

hendak diukur melalui koefisien muatan faktor dengan cara

melihat nilai t bagi setiap koefisen muatan faktor, seperti pada

tabel 3.19 berikut ini:

Page 117: Mutia Kusuma Dewi-fps

Tabel. 3.19

Muatan Faktor Item Aspek Tekanan Karir dan Keluarga

Untuk Konflik Peran

No Koefisien Standar

error

Nilai

t

Sig.

5 0.66 0.08 8.51 V

11 0.67 0.08 8.79 V

16 0.80 0.07 11.04 V

17 0.76 0.07 10.27 V

22 0.60 0.08 7.48 V

32 0.60 0.08 7.66 V

35 0.52 0.08 644 V Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari muatan faktornya 7 item yang mengukur

tekanan karir dan keluarga, semua menghasilkan hasil yang

signifikan karena t-value bermuatan positif (t>1,96), yang berarti

item-item tersebut dapat digunakan dalam mengestimasi skor

faktor.

Adapun matriks korelasinya dijelaskan di bawah ini:

Tabel 3.20 Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Untuk Tekanan

Karir dan Keluarga

1 2 3 4 5 6 7

1 1

2 1

3 1

4 1

5 V 1

6 V 1

7 V V 1

Keterangan: tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item

Page 118: Mutia Kusuma Dewi-fps

Dari tabel di atas terlihat bahwa kesalahan pengukuran item

yang berkorelasi terlihat pada item 22, 32, dan item 35.

7. Validitas konstruk aspek pandangan suami terhadap peran

ganda wanita

Dalam hal ini peneliti menguji apakah 7 item tersebut

bersifat unidimensional. Dari hasil yang diperoleh pada aspek

tersebut, model satu faktor (unidimensional) tidak fit, dengan Chi-

Square = 127.17, df = 14, dan P-value = 0.00000, dan RMSEA =

0.228 . Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi

satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, seperti pada gambar

di bawah ini:

Gambar 3.8 Analisis Faktor Konfirmatorik Aspek

Pandangan Suami Terhadap Peran Ganda Wanita

Page 119: Mutia Kusuma Dewi-fps

Dari gambar 3.8 di atas, nilai Chi-Square menghasilkan P

> 0.05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya

satu faktor dapat terima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti

mengukur satu hal saja, yaitu pandangan suami terhadap peran

ganda wanita. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat

kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling

berkorelasi, sehingga dapat di simpulkan bahwa beberapa item

tersebut sebenarnya bersifat multidimensional pada dirinya

masing-masing.

Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikasi

tidaknya item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang

hendak diukur melalui koefisien muatan faktor dengan cara

melihat nilai t bagi setiap koefisen muatan faktor, seperti pada

tabel 3.21 berikut ini:

Tabel. 3.21

Muatan Faktor Item Pandangan Suami Terhadap Peran

Ganda Wanita untuk Konflik Peran

No Koefisien Standar

error

Nilai

t

Sig.

6 0.66 0.08 8.46 V

12 0.72 0.08 9.16 V

23 0.72 0.08 9.17 V

27 0.70 0.08 8.76 V

28 0.66 0.08 8.14 V

36 0.70 0.08 8.73 V

39 0.60 0.08 7.21 V Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Page 120: Mutia Kusuma Dewi-fps

Dilihat dari muatan faktornya 7 item yang mengukur

pandangan suami terhadap peran ganda wanita, semua

menghasilkan hasil yang signifikan karena t-value bermuatan

positif (t>1,96), yang berarti item-item tersebut dapat digunakan

dalam mengestimasi skor faktor.

Adapun matriks korelasinya dijelaskan di bawah ini :

Tabel 3.22

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Item

Pandangan Suami Terhadap Peran Ganda Wanita

1 2 3 4 5 6 7

1 1

2 1

3 1

4 V 1

5 V V 1

6 V 1

7 V V 1

Keterangan: tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item

Dari tabel di atas terlihat bahwa kesalahan pengukuran item

yang berkorelasi terlihat pada item 27, 28, 36, dan 39.

Jadi, kesimpulan dalam uji validitas dari skala konflik

peran ganda yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, yaitu peneliti

menggunakan 41 item skala tersebut untuk digunakan dalam

mengestimasi skor faktor untuk variabel keterlibatan kerja. Karena

pada dasarnya, item-item tersebut mempunyai t-value yang lebih

besar daripada 1.96 (t > 1,96).

Page 121: Mutia Kusuma Dewi-fps

3.5.4. Uji Validitas Skala Keterlibatan Kerja

Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 30 item yang ada

bersifat unidmensional dalam mengukur keterlibatan kerja. Dari hasil

awal analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor tidak fit,

dengan Chi – Square = 1209,99, df = 405, P-value = 0.00000,

RMSEA = 0.113. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap

model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada

gambar di bawah ini:

Gambar 3.9 Analisis Faktor Konfirmatorik Dari Variabel Keterlibatan

Kerja

Page 122: Mutia Kusuma Dewi-fps

Dari gambar 3.9, nilai Chi – Square menghasilkan P-value >

0.05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan satu faktor

(unidimensional) dapat diterima, dan dapat disimpulkan bahwa

seluruh item terbukti mengukur satu faktor saja, yaitu keterlibatan

kerja.

Selanjutnya, untuk mengetahui kualitas dari item dapat dilihat

melalui signifikasi item dalam mengukur faktor yang hendak diukur.

Hal tersebut juga dapat menentukan apakah item tersebut perlu didrop

atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan

melihat nilai t (t-value) bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti

pada table 3.23 berikut:

Tabel 3.23

Muatan Faktor Item Keterlibatan Kerja

No Koefisien Standar

error

Nilai

t

Sig. No Koefisien Standar

error

Nilai

t

Sig.

1 0.76 0.07 10.20 V 16 0.10 0.09 1.09 X

2 0.59 0.08 7.48 V 17 0.50 0.08 6.34 V

3 0.59 0.08 7.20 V 18 0.72 0.08 9.51 V

4 0.53 0.08 6.72 V 19 0.27 0.08 3.27 V

5 0.62 0.08 7.80 V 20 0.72 0.08 9.47 V

6 0.34 0.08 4.05 V 21 0.78 0.08 10.29 V

7 0.22 0.09 2.53 V 22 0.57 0.08 7.11 V

8 0.77 0.07 10.25 V 23 0.14 0.09 1.55 X

9 0.44 0.08 5.34 V 24 0.29 0.08 3.39 V

10 0.85 0.07 12.21 V 25 0.44 0.08 5.38 V

11 0.67 0.08 8.64 V 26 0.68 0.08 9.01 V

12 0.62 0.08 8.06 V 27 0.62 0.08 7.81 V

13 0.47 0.08 5.69 V 28 0.22 0.08 2.67 V

14 0.73 0.08 9.66 V 29 0.37 0.09 4.31 V

15 0.58 0.08 7.50 V 30 0.57 0.08 7.24 V Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Page 123: Mutia Kusuma Dewi-fps

Pada tabel di atas, hanya nilai t bagi koefisien muatan faktor

dari item 16 dan 23 yang tidak signifikan, sedangkan koefisien

muatan faktor item lainnya signifikan. Dengan demikian, item no. 16

dan 23 akan di drop. Artinya, bobot nilai pada item 16 dan 23 tidak

ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor. Selanjutnya, melihat

muatan faktor dari item apakah ada yang bermuatan negatif. Dari

tabel 4.9, pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan

faktornya negatif. Dengan demikian tidak ada item yang di drop,

kecuali item no 16 dan 23.

Pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran

item yang saling berkorelasi. Artinya, dapat disimpulkan bahwa item-

item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing.

Korelasi kesalahan pengukuran item ditampilkan pada tabel di bawah

ini, yaitu:

Page 124: Mutia Kusuma Dewi-fps

Tabel 3.24

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Dari Item Keterlibatan Kerja

Keterangan: tanda “V” menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item

1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 1

2 1

3 V 1

4 V 1

5 V 1

6 V 1

7 V V 1

8 V 1

9 V V V 1

10 V V 1

11 V 1

12 V V V 1

13 V V V 1

14 V V 1

15 V V V V 1

16 V V V V 1

17 V V 1

18 V V V V V 1

19 V V V V V 1

20 V V V V V 1

21 V V V V 1

22 V V V V V V 1

23 V V V V V V 1

24 V V V V V V 1

25 V V V V V V V V V 1

26 V V V V V 1

27 V V V V V V V V 1

28 V V V V V V 1

29 V V V V V V V V V 1

30 V V V V V V V 1

Page 125: Mutia Kusuma Dewi-fps

Dari table di atas dapat dilihat korelasi antar kesalahan

pengukuran item. Item yang baik memiliki kesalahan pengukuran

yang tidak berkorelasi satu sama lain. Namun, pada model ini tidak

ada kesalahan pengukuran yang tidak berkorelasi, tetapi paling tidak

ada item yang sama sekali tidak memiliki kesalahan pengukuran

korelasi terhadap item lainnya, yaitu: item 2, selain itu pada variabel

tersebut juga terdapat item yang hanya memiliki satu kesalahan

pengukuran korelasi terhadap item lainnya, yaitu item 3, 4, 5, 6, 8,

dan 11. Sedangkan, item yang paling banyak mempunyai tanda V,

yang berarti kesalahan pengukuran item-item tersebut berkorelasi

dengan kesalahan pengukuran item, yaitu: item 7, 9, 10, 12, 13, 14,

15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, dan 30. Hal

itu juga berarti bahwa item tersebut selain mengukur apa yang hendak

diukur, ia juga mengukur hal lain.

Namun, peneliti mengingat dari 30 item keterlibatan kerja

hanya terdapat 2 item yang tidak signifikan, yaitu item no. 16 dan 23

(karena taraf signifikasinya t<1.96 maka, peneliti menggunakan 28

item (selain item no.16 dan 23) untuk digunakan dalam mengestimasi

skor faktor untuk variabel keterlibatan kerja. Dalam hal ini, peneliti

menggunakan kriteria no. 2 dalam mendrop item. Sehingga, apabila

ditemukan keseluruhan nilai t > 1.96, maka dapat diartikan bahawa

item tersebut signifikan dan dapat digunakan dalam mendapatkan

true-score untuk variabel keterlibatan kerja.

Page 126: Mutia Kusuma Dewi-fps

3.5.5. Uji Validitas Skala Perceived Organizational Support (POS)

Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat

unidmensional dalam mengukur Perceived Organizational Support

(POS). Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu

faktor tidak fit, dengan Chi – Square = 176.71, df = 20, P-value =

0.00000, RMSEA = 0.223. Namun, setelah dilakukan modifikasi

terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit

seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.10 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Variabel

Perceived Organizational Support (POS)

Dari gambar 3.10, nilai Chi – Square menghasilkan P-value >

0.05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan satu faktor

(unidimensional) dapat diterima, dan dapat disimpulkan bahwa

Page 127: Mutia Kusuma Dewi-fps

seluruh item terbukti mengukur satu faktor saja, yaitu Perceived

Organizational Support (POS).

Selanjutnya, untuk mengetahui kualitas dari item dapat dilihat

melalui signifikasi item dalam mengukur faktor yang hendak diukur.

Hal tersebut juga dapat menentukan apakah item tersebut perlu

didrop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan

dengan melihat nilai t (t-value) bagi setiap koefisien muatan faktor,

seperti pada table 3.25 berikut:

Tabel 3.25

Muatan Faktor Item Perceived Organizational Support (POS)

No Koefisien Standar

error

Nilai

t

Sig.

1 0.80 0.07 12.06 V

2 0.72 0.07 10.47 V

3 0.31 0.08 3.99 V

4 0.81 0.07 11.81 V

5 0.60 0.07 8.24 V

6 0.98 0.06 16.49 V

7 0.76 0.07 11.08 V

8 0.69 0.07 9.68 V Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel di atas, 8 item merupakan item yang baik, karena

nilai t dari item tersebut signifikan (valid), yaitu t>1.96 dan

bermuatan Positif, artinya item-item tersebut dapat mengukur

Perceived Organizational Support (POS). Oleh karena itu, 8 item

tersebut akan diikutsertakan dalam menghitung faktor skor dari

variabel POS. skor faktor inilah yang akan digunakan dalam analisis

regresi ketika dilakukan uji hipotesis penelitian.

Page 128: Mutia Kusuma Dewi-fps

Pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran

item yang saling berkorelasi. Artinya, dapat disimpulkan bahwa

item-item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing-

masing. Korelasi kesalahan pengukuran item ditampilkan pada tabel

di bawah ini, yaitu:

Tabel. 3.26

Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Dari Item POS

1 2 3 4 5 6 7 8

1 1

2 1

3 V V 1

4 V 1

5 V V 1

6 V 1

7 V V 1

8 1

Keterangan: tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item

Dari tabel di atas terlihat bahwa kesalahan pengukuran item

yang berkorelasi terlihat pada item 3, 4, 5, 6 dan 7.

3.6 Teknik Analisia Data

Untuk menjawab pernyataan penelitian, peneliti menggunakan

teknik analisis regresi berganda. Teknik analisis berganda ini digunakan

untuk menentukan ketepatan prediksi dan ditujukan untuk mengetahui

besarnya pengaruh dari variabel bebas (IV) (Sugiyono, 2009)., yaitu konflik

Page 129: Mutia Kusuma Dewi-fps

peran, keterlibatan kerja, dan Perceived Organizational Support (POS)

terhadap variabel bebas (DV) komitmen organisasi.

Regresi berganda merupakan metode statistika yang digunakan

untuk membentuk model hubungan antara variabel terikat (dependen;

respon; Y) dengan lebih dari satu variabel bebas (independen; predictor; X).

Persamaan garis regresi penelitian, yaitu:

Keterangan:

Y` = Dependent Variable (DV) yang dalam hal ini

adalah komitmen organisasi.

a = Konstanta

X1, X2,….,Xp = Independent Variable (IV), yakni:

X1 = Usia

X2 = Tingkat pendidikan

X3 = Status perkawinan

X4 = Konflik peran

X5 = Keterlibatan kerja

X6 = Masa kerja

X7 = Perceived Organizational Support (POS)

p = Jumlah independent variable (IV)

b1, b2,….,bp = Koefisien regresi untuk masing-masing IV

Untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan

model yang paling sesuai (memiliki error terkecil) dibutuhkan beberapa

pengujian dan analisis, yaitu:

Y` = a + b1X1 + b2X2 + …… + bpXp

Page 130: Mutia Kusuma Dewi-fps

1. R2 (koefisien determinasi berganda)

Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu

koefisien korelasi berganda antara komitmen organisasi dengan

independent variable. Besarnya komitmen organisasi yang disebabkan

faktor-faktor yang telah disebutkan tadi ditunjukkan oleh koefisien

determinasi berganda R2. R

2 menunjukkan variasi atau perubahan

variabel terikat (Y) disebabkan variabel bebas (X) atau digunakan untuk

mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel

terikat (Y) atau merupakan perkiraan proporsi varians dari komitmen

organisasi yang dijelaskan oleh independent variable. Untuk

mendapatkan nilai R2, digunakan rumus:

Keterangan:

R2 = Proporsi varians

SSreg = Sum of Square Regression (jumlah kuadrat regresi)

SSy = Sum of Square Y (jumlah kuadrat Y)

2. Uji F

Untuk membuktikan apakah regresi Y pada X signifikan atau

tidak, maka digunakan uji F. dari hasil uji F yang dilakukan, maka dapat

dilihat apakah independent variable yang diujikan memiliki pengaruh

terhadap dependent variable. Untuk membuktikan hal tersebut

menggunakan rumus:

Page 131: Mutia Kusuma Dewi-fps

Keterangan:

R2 = Proporsi varians

K = Jumlah independent variable

N = Jumlah sampel

3. Uji T

Uji T digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang

diberikan variabel bebas (X) signifikan terhadap variabel terikat (Y)

secara sendiri-sendiri atau parsial. Uji ini digunakan untuk menguji

apakah sebuah variabel bebas (X) benar-benar memberikan kontribusi

terhadap variable terikat (Y). Hasil uji T ini akan diperoleh dari hasil

regresi yang akan dilakukan oleh peneliti nantinya. Uji T yang akan

dilakukan menggunakan rumuas sebagai berikut:

Keterangan:

b = Koefisien regresi

Sb = Standart error Estimates

Page 132: Mutia Kusuma Dewi-fps

3.7 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

a. Tahap persiapan

1. Menyusun proposal penelitian.

2. Menyusun perumusan masalah.

3. Menentukan variabel yang akan diteliti.

4. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan

landasan teoritis yang tepat mengenai variabel penelitian.

5. Menentukan subjek penelitian.

6. Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan

digunakan dalam penelitian ini yaitu mengenai komitmen

organisasi, komponen keterlibatan kerja, konflik peran, usia,

tingkat pendidikan, status perkawinan, masa kerja, dan Perceived

Organizational Support (POS).

7. Persiapan segala hal yang menyangkut perizinan.

b. Tahap pelaksanaan

1. Menentukan jumlah sampel penelitian.

2. Memberikan penjelasan tujuan penelitian dan meminta kesediaan

responden untuk mengisi skala dalam penelitian.

3. Melaksanakan pengambilan data.

c. Tahap pengolahan data

1. Melakukan skoring terhadap skala hasil jawaban responden.

2. Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh dan

membuat tabel data.

3. Menganalisis data dengan menggunakan metode statistik untuk

menguji hipotesis.

4. Membuat kesimpulan dan laporan hasil penelitian.

Page 133: Mutia Kusuma Dewi-fps

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 156 wanita karir yang mempunyai anak

dan aktif bekerja di perusahaan swasta. Berikutnya, peneliti akan

memaparkan gambaran subjek berdasarkan usia, tingkat pendidikan, masa

kerja, dan usia perkawinan.

Subjek dalam penelitian ini berasal dari usia yang berbeda meskipun

masih dalam satu tahap perkembangan dewasa, yaitu mulai dari usia 20 tahun

sampai dengan 45 tahun. Berikut ini merupakan hasil distribusi responden

berdasarkan usia, yaitu:

Tabel 4.1

Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Usia

Rentang Usia Frequency Percent (%)

Valid

20 – 26 Tahun 3 1.9

27 – 33 Tahun 53 34.0

34 – 40 Tahun 52 33.3

41 – 47 Tahun 48 30.8

Total 156 100.0

Berdasarkan tabel di atas, responden dalam penelitian didominasi

oleh responden dengan rentang usia (27 – 33) tahun dan (34 – 40) tahun,

dengan persentase masing-masing, yaitu 34% (53 orang) dan 33,3% (52

orang). Sedangkan, untuk rentangan usia (41 – 47) tahun diperoleh persentase

Page 134: Mutia Kusuma Dewi-fps

30,8%, yaitu sebanyak 48 orang. Sisa responden berjumlah 3 orang, yaitu

usia (20 – 26) tahun dengan presentase 1,9% . Artinya, bahwa sebagian besar

responden dalam penelitian ini memiliki rentang usia yang berkisar antara

(20 – 40) tahun ke atas, maka dapat dikatakan bahwa sampel memenuhi

syarat penelitian, karena sesuai dengan karakteristik sampel yang ditetapkan

oleh peneliti.

Gambaran subjek berdasarkan usia perkawinan dalam penelitian ini

berasal dari usia perkawinan yang berbeda, mulai dari usia 2 tahun sampai

dengan 24 tahun. Untuk mempermudahkan perhitungan maka peneliti

mengkategorikan usia perkawinan ke dalam empat kategori, yaitu dapat

dilihat dalam tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2

Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Usia Perkawinan

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan bahwa responden

dalam penelitian ini didominasi oleh 64 orang yang memiliki usia

perkawinan antara (1 – 6) tahun, dengan presentase 41% . Sedangkan, 34

orang responden memiliki usia perkawinan antara (19 – 24) tahun, dengan

presentase 21,8% . sisanya responden dengan usia perkawinan (7 – 12) tahun

Rentangan Frequency Percent %

Valid

1-6 Tahun 64 41.0

7-12 Tahun 29 18.6

13-18 Tahun 29 18.6

19-24 Tahun 34 21.8

Total 156 100.0

Page 135: Mutia Kusuma Dewi-fps

dan usia (13 – 18) tahun, masing-masing berjumlah sebanyak 29 orang, dan

dengan presentase masing-masing 18,6%.

Selanjutnya, akan dijelaskan gambaran subjek berdasarkan tingkat

pendidikan. Subjek dalam penelitian ini berasal dari tingkat pendidikan yang

berbeda, mulai dari SMA, Diploma, S1, dan S2. Hal tersebut dapat dilihat

pada table 4.3, sebagai berikut:

Tabel 4.3

Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Rentangan Frequency Percent (%)

Valid

SMA 40 25.6

Diploma 28 17.9

S-1 71 45.5

S-2 17 10.9

Total 156 100.0

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan bahwa responden

penelitian yang berpendidikan SMA terdapat 40 orang dengan persentase

40%. Sedangkan untuk tingkat Diploma terdapat 28 orang dengan persentase

17.9%. Selanjutnya untuk tingkat pendidikan S-1 memiliki jumlah tertinggi,

yaitu sebanyak 71 orang responden dengan persentase 45,5%, dan yang

terakhir untuk tingkat pendidikan S-2 mempunyai jumlah yang paling sedikit,

yaitu 17 orang responden dengan presentase 10,9%.

Terakhir, peneliti akan memaparkan mengenai distribusi sampel

penelitian berdasarkan masa kerja yang dikategorikan menjadi 4 (empat)

kelompok, sebagai berikut:

Page 136: Mutia Kusuma Dewi-fps

Tabel 4.4

Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Masa Kerja

Rentangan Frequency Percent

(%)

Valid

2 Tahun 23 14.7

3 - 5 Tahun 28 17.9

6 - 8 Tahun 39 25.0

> 8 Tahun 66 42.3

Total 156 100.0

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa sebaran

responden terbanyak berdasarkan masa kerja, yaitu pada didominasi pada

rentangan masa kerja di atas 8 tahun sebanyak 66 orang responden dengan

persentase 42,3%. selanjutnya, untuk rentangan (6 – 8) tahun terdapat 39

orang responden dengan presentase 25%, untuk rentangan usia (3 – 5) tahun

terdapat 28 responden dengan presentase 17,9%, dan yang terakhir, untuk

rentangan usia 2 tahun memiliki presentase yang paling kecil 14,7% dengan

jumlah 23 orang.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

Sebelum diuraikan secara lebih detail tentang beberapa sub bab

selanjutnya, perlu dijelaskan bahwa skor yang digunakan dalam analisis

statistik adalah skor murni (t-score) yang merupakan hasil proses konversi

dari raw score. Proses ini ditujukan agar mudah dalam membandingkan

antarskor hasil pengukuran variabel yang diteliti. Dengan demikian semua

raw score pada setiap variabel mesti diletakkan pada skala yang sama. Secara

teknis komputasinya yang ditempuh, yaitu dengan melakukan tranformasi

Page 137: Mutia Kusuma Dewi-fps

dari raw score menjadi z-score. Untuk menghilangkan bilangan negatif dari

z-score, semua skor ditransformasi ke skala T yang semuanya positif dengan

menetapkan harga mean = 50 dan standar deviasi = 10. Langkah selanjutnya,

yaitu melakukan proses komputasi melalui formula T-score = 50 + 10.z

(McCall dalam Crocker dan Algina, 1986).

Selanjutnya untuk menjelaskan gambaran umum tentang statististik

deskriptif dari variabel-variabel dalam penelitian ini, indeks yang menjadi

patokan adalah nilai mean, median, standar deviasi (SD), nilai maksimal dan

minimal dari masing-masing variabel. Nilai tersebut disajikan dalam tabel

berikut ini:

Tabel 4.5

Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Statistics

Komitmen

Organisasi

Keterlibatan

Kerja Konflik Peran

Perceived

Organizational

Support

N Valid 156 156 156 156

Missing 0 0 0 0

Mean 50.00 50.00 50.00 50.00

Std. Deviation 9.017 9.575 9.791 9.400

Minimum 27 27 31 22

Maximum 67 70 71 67

Berdasarkan tabel 4.5 skor komitmen organisasi terendah, yaitu 27

dan skor tertinggi 67 dengan nilai rata-rata 50, dan standar deviasi 9.017.

Berikutnya, untuk keterlibatan kerja skor terendah, yaitu 27 dan tertinggi 70

dengan nilai rata-rata 50, dan standar deviasi 9,575. Kemudian, untuk konflik

Page 138: Mutia Kusuma Dewi-fps

peran skor terendah, yaitu 31 dan tertinggi 71 dengan nilai rata-rata 50, dan

standar deviasi 9,791. Dan yang terakhir, untuk Perceived Organizational

Support (POS) skor terendah, yaitu 22 dan skor tertinggi 67 dengan nilai

rata-rata 50, dan standar deviasi 9,400. Nilai rentangan terbesar (nilai

maximum-minimum) terdapat pada variabel Perceived organizational

Support (POS), yaitu sebesar 45. Hal ini berarti POS merupakan variabel

yang paling heterogen diantara variabel-variabel yang lainnya.

4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel

Peneliti membagi klasifikasi skor komitmen organisasi,

keterlibatan kerja, konflik peran, dan Perceived Organizational

Support (POS), menjadu tiga (3) kategori skor, yaitu tinggi, sedang,

dan rendah. Rumus untuk mengkategorisasikannya, yaitu:

1. Kategori skor komitmen organisasi

Tabel 4.6

Penyebaran Skor Komitmen Organisasi

Kategori Nilai Jumlah Subjek Persentase

Tinggi 54 - 67 52 33,3%

Sedang 41 - 53 85 54,5%

Rendah 27 - 40 19 12,2 %

Total 156 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden

yang memiliki skor komitmen organisasi yang tinggi sebanyak 52

Nilai maximum – Nilai minimum

Kategori

Page 139: Mutia Kusuma Dewi-fps

orang dari jumlah responden 156 orang, dan 85 orang responden

memiliki skor sedang, dan terdapat 19 orang memiliki skor

komitmen organisasi yang rendah.

2. Kategori skor keterlibatan kerja

Tabel 4.7

Penyebaran Skor Keterlibatan Kerja

Kategori Nilai Jumlah Subjek Persentase

Tinggi 56 - 70 41 26.3%

Sedang 42 - 55 90 57.7%

Rendah 27 - 41 25 16%

Total 156 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden

yang memiliki skor keterlibatan kerja yang tinggi sebanyak 41

orang dari jumlah responden 156 orang, dan 90 orang responden

memiliki skor sedang, dan terdapat 25 orang memiliki skor

keterlibatan kerja yang rendah.

3. Kategori skor konflik peran ganda

Tabel 4.8

Penyebaran Skor Konflik Peran Ganda

Kategori Nilai Jumlah Subjek Persentase

Tinggi 58 - 71 33 21,2%

Sedang 45 - 57 72 46,2%

Rendah 31 - 44 51 32,7%

Total 156 100%

Page 140: Mutia Kusuma Dewi-fps

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden

yang memiliki skor konflik peran ganda yang tinggi sebanyak 33

orang dari jumlah responden 156 orang, dan 72 orang responden

memiliki skor sedang, dan terdapat 51 orang memiliki skor konflik

peran ganda yang rendah.

4. Kategori skor Perceived Organizational Support (POS)

Tabel 4.9

Penyebaran Skor Perceived Organizational Support (Pos)

Kategori Nilai Jumlah Subjek Persentase

Tinggi 53 - 67 52 33,3%

Sedang 38 - 52 94 60,3%

Rendah 22 - 37 10 6,4%

Total 156 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden

yang memiliki skor Perceived Organizational Support (POS) yang

tinggi sebanyak 52 orang dari jumlah responden 156 orang, dan 94

orang responden memiliki skor sedang, dan terdapat 10 orang

memiliki skor Perceived Organizational Support (POS) yang

rendah.

4.2.2 Analisis Uji Daya Beda Variabel Demografi

Untuk mengetahui uji beda komitmen organisasi terhadap

variabel demografi penelitian, maka peneliti menggunakan uji anova

Page 141: Mutia Kusuma Dewi-fps

(One-Way Anova) yang perhitungannya menggunakan SPSS 17.0,

berikut ini merupakan hasil ringkasannya:

Tabel 4.10

Uji Beda Komitmen Organisasi

Klasifikasi uji beda komitmen

organisasi Mean

Std.

Deviasi F Sig.

Usia

20 - 26 Tahun 31,31 6.573

5.179 .002* 27 - 33 Tahun 49,64 9.446

34 - 40 Tahun 50,03 8.297

41 - 47 Tahun 51,54 8.247

Usia Perkawinan

1 - 6 Tahun 48,39 9.651

1.433 .235 7 - 12 Tahun 51,33 8.170

13 - 18 Tahun 52,12 10.187

19 - 24 Tahun 50,08 6.991

Tingkat

Pendidikan

SMA 47,27 9.857

1.740 .161 Diploma 51,47 9.195

S-1 50,93 8.027

S-2 50,13 10.006

Masa Kerja

2 Tahun 47,37 9.488

1.082 .359 3 - 5 Tahun 49,62 9.774

6 - 8 Tahun 49,76 9.039

> 8 Tahun 51,22 8.480

(keterangan: tanda * : signifikan)

Dengan melihat nilai F dan signifikasi dari uji beda pada tabel

4.10, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

komitmen organisasi dengan usia responden, yakni dengan nilai F =

5.179 dan nilai sig. sebesar 0,002 (P<0,05). Artinya usia responden

memiliki dampak yang signifikan dalam menentukan tinggi

rendahnya komitmen organisasi wanita karir berkeluarga.

Namun, untuk usia perkawinan, tingkat pendidikan, dan masa

kerja tidak memiliki perbedaan yang signifikan karena nilai

Page 142: Mutia Kusuma Dewi-fps

signifikasinya lebih dari 0,05 (P>0,05). Artinya usia perkawinan,

tingkat pendidikan, dan masa kerja tidak memiliki dampak yang

signifikan dalam menentukan tinggi rendahnya komitmen organisasi

wanita karir berkeluarga.

4.3 Uji Hipotesis

4.3.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik

analisis regresi berganda dengan menggunakan software SPSS 17.0.

Seperti yang sudah disebutkan pada bab 3, dalam regresi ada 3 hal

yang dilihat, yaitu pertama, melihat besaran R-square untuk

mengetahui berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV.

Kedua, apakah secara keseluruhan IV berpengaruh secara signifikan

terhadap DV, dan yang ketiga, melihat signifikan atau tidaknya

koefisien regresi dari masing – masing IV.

Langkah pertama peneliti melihat besaran R-square untuk

mengetahui berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV.

Selanjutnya untuk tabel R square, dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut:

Page 143: Mutia Kusuma Dewi-fps

Tabel 4.11

Tabel R-square

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .644a .414 .387 7.06157

a. Predictors: (Constant), Perceived Organizational Support, Status Perkawinan "Menikah" dengan usia perkawinan, Tingkat Pendidikan, Konflik Peran, Keterlibatan Kerja, Masa Kerja, Usia Responden

b. Dependent Variable: Komitmen Organisasi

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa perolehan R-square

sebesar 0.414 atau 41,4%. Artinya proporsi varians dari komitmen

organisasi yang dijelaskan oleh semua independen variabel adalah

sebesar 41.4%, sedangkan 58,6% sisanya dipengaruhi oleh variabel

lain diluar penelitian ini.

Langkah kedua peneliti menganalisis dampak dari seluruh

independent variable terhadap komitmen organisasi. Adapun hasil uji

F dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut:

Tabel 4.12

Tabel Anova

ANOVAb

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5222.045 7 746.006 14.960 .000a

Residual 7380.143 148 49.866

Total 12602.188 155

a. Predictors: (Constant), Perceived Organizational Support, Status Perkawinan "Menikah" dengan usia perkawinan, Tingkat Pendidikan, Konflik Peran, Keterlibatan Kerja, Masa Kerja, Usia Responden

b. Dependent Variable: Komitmen Organisasi

Page 144: Mutia Kusuma Dewi-fps

Jika melihat taraf sig. pada kolom ke-6 dari tabel di atas,

diketahui bahwa (p < 0.05) yang berarti nilai F yang dihasilkan

signifikan, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh

yang signifikan dari seluruh independen variabel terhadap komitmen

organisasi ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan antara usia,

tingkat pendidikan, status perkawinan “menikah” (dilihat berdasarkan

usia perkawinan), keterlibatan kerja, konflik peran, masa kerja, dan

Perceived Organizational Support (POS) terhadap komitmen

organisasi.

Langkah terakhir, yaitu melihat koefisien regresi tiap

independen variabel. Jika nilai t > 1,96 maka koefisien regresi tersebut

signifikan yang berarti bahwa IV tersebut memiliki dampak yang

signifikan terhadap komitmen organisasi. Adapun penyajiannya

ditampilkan pada table 4.13 berikut:

Page 145: Mutia Kusuma Dewi-fps

Tabel 4.13

Koefisien Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 13.177 5.517 2.389 .018

Usia Responden 2.426 1.437 .229 1.687 .094

Tingkat Pendidikan .697 .617 .077 1.130 .260

Status Perkawinan

"Menikah" dengan usia

perkawinan

-.296 .159 -.236 -1.857 .065

Keterlibatan Kerja .401 .074 .426 5.415 .000

Konflik Peran -.081 .061 -.088 -1.326 .187

Masa Kerja 1.489 .734 .181 2.029 .044

Perceived Organizational

Support .217 .075 .226 2.872 .005

a. Dependent Variable: Komitmen Organisasi

Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.13, dapat kita

hasilkan persamaan regresi sebagai berikut:

Persamaan regresi komitmen organisasi

Komitmen Organisai = 13.177 + 2.426 Usia + 0,697 Tingkat

Pendidikan – 0,296 Status Perkawinan

+ 0,401 Keterlibatan Kerja* – 0,081

Konflik Peran + 1.489 Masa Kerja* +

0,217 POS*

(Keterangan: Tanda * : signifikan)

Page 146: Mutia Kusuma Dewi-fps

Dari tabel 4.13, untuk melihat signifikan atau tidaknya

koefisien regresi yang dihasilkan. Untuk mengetahui signifikasi

variabel, lihat nilai sig. pada kolom ke-6 pada tabel di atas, jika p <

0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya

terhadap komitmen organisasi dan sebaliknya. Dari hasil analisis

regresi di atas, hasil yang signifikan terdapat pada koefisien regresi

variabel keterlibatan kerja, masa kerja dan Perceived Organizational

Support (POS), sedangkan untuk variabel lainnya tidak signifikan. Hal

ini berarti bahwa dari 7 hipotesis minor hanya terdapat tiga yang

signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada

masing-masing IV adalah sebagai berikut:

1. Variabel usia responden. Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar

+2.426, dengan nilai signifikasi 0,094 (p > 0.05), yang berarti

bahwa variabel usia responden secara positif mempengaruhi

komitmen organisasi tetapi tidak signifikan. Jadi, semakin tua usia

responden maka semakin tinggi tinggi komitmen organisasi,

walaupun tidak signifikan secara statistik.

2. Variabel tingkat pendidikan. Diperoleh nilai koefisien regresi

sebesar +0,697 dengan nilai signifikasi 0,260 (p > 0.05), yang

berarti bahwa variabel tingkat pendidikan secara positif

mempengaruhi komitmen organisasi tetapi, tidak signifikan. Jadi,

semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula

komitmen organisasi, walaupun secara statistik tidak signifikan.

Page 147: Mutia Kusuma Dewi-fps

3. Variabel status perkawinan “menikah” (*berdasarkan usia

perkawinan), diperoleh nilai koefisien regresi sebesar –0,296,

dengan nilai signifikasi 0,065 (p > 0.05), yang berarti bahwa

variabel status perkawinan “menikah” dengan usia perkawinan

antara rentangan (2 – 24) tahun secara negatif mempengaruhi

komitmen organisasi, tetapi tidak signifikan. Jadi, semakin tinggi

usia perkawinan seseorang, maka semakin rendah komitmen

organisasinya, walaupun secara statistik tidak signifikan.

4. Variabel keterlibatan kerja. Diperoleh nilai koefisien regresi

sebesar +0,401, dengan nilai signifikasi 0.000 (p < 0.05), yang

berarti bahwa variabel keterlibatan kerja secara positif

mempengaruhi komitmen organisasi, dan signifikan. Jadi, semakin

tinggi keterlibatan kerja seseorang, maka semakin tinggi komitmen

organisasinya.

5. Variabel konflik peran. Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar

–0.081 dengan nilai signifikasi 0,187 (p > 0.05), yang berarti

bahwa variabel konflik peran secara negatif mempengaruhi

komitmen organisasi, dan tidak signifikan. Jadi, semakin tinggi

konflik peran ganda seseorang, maka semakin rendah komitmen

organisasinya.

6. Variabel masa kerja. Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar

+1.489, dengan nilai signifikasi 0,044 (p < 0.05), yang berarti

bahwa variabel masa kerja secara positif mempengaruhi komitmen

Page 148: Mutia Kusuma Dewi-fps

organisasi, dan signifikan. Jadi, semakin tinggi masa kerja

seseorang di tempat ia bekerja, maka semakin tinggi komitmen

organisasinya.

7. Variabel Perceived Organizational Support (POS). Diperoleh nilai

koefisien regresi sebesar +0,217, dengan nilai signifikasi 0,005

(p < 0.05), yang berarti bahwa variabel POS secara positif

mempengaruhi komitmen organisasi, dan signifikan. Jadi, semakin

tinggi POS seseorang, maka semakin tinggi komitmen

organisasinya.

Pada tabel 4.13 koefisien regresi di atas, dari dua IV yang

berpengaruh signifikan terhadap DV dapat diketahui mana yang

memiliki pengaruh lebih besar. Untuk melihat perbandingan besar

kecilnya pengaruh antara tiap IV terhadap DV dapat diketahui dengan

dua cara, yaitu melihat nilai signifikansinya (p) dan melihat

Standardized coefficients (beta) (Umar, 2011). Maka dari tabel di atas

dapat diketahui perbandingan atau urutan IV yang memiliki pengaruh

terbesar adalah sebagai berikut:

1. Keterlibatan kerja, dengan nilai beta sebesar = 0,426

2. Perceived Organizational Support (POS),

dengan nilai beta sebesar = 0,226

3. Masa kerja, dengan nilai beta sebesar = 0,181

Page 149: Mutia Kusuma Dewi-fps

4.3.2 Pengujian Proporsi Varians Independent Variable

Pada subbab ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana

penambahan proporsi varians dari masing-masing independent

variable terhadap dependent variable, yaitu komitmen organisasi. Pada

tabel 4.14, kolom pertama merupakan IV yang dianalisis secara satu

per satu, kolom kedua berisi tentang penambahan varians DV dari tiap

IV yang dianalisis satu per satu tersebut. Kolom ketiga berisi tentang

nilai murni varians DV dari tiap IV yang dimasukkan secara satu per

satu. Kolom keempat merupakan nilai F hitung bagi IV yang diteliti,

kolom DF merupakan derajat bebas bagi IV tersebut, yang terdiri dari

numerator dan denumerator, F tabel merupakan nilai IV pada tabel F

dengan DF yang telah ditentukan sebelumnya, nilai inilah yang akan

dibandingkan dengan kolom nilai F hitung. Apabila nilai F hitung

lebih besar daripada F tabel, maka kolom selanjutnya, yaitu kolom

signifikansi yang akan dituliskan signifikan dan sebaliknya. Besarnya

proporsi varians pada komitmen organisasi dapat dilihat pada table

4.14, sebagai berikut:

Page 150: Mutia Kusuma Dewi-fps

Tabel 4.14

Proporsi Varians untuk Masing–masing Independent Variable

Model Summaryh

Keterangan :

X1 : Usia Responden

X2 : Tingkat Pendidikan

X3 : Status Perkawinan

X4 : Keterlibatan Kerja

X5 : Konflik Peran

X6 : Masa Kerja

X7 : Perceived Organizational Support (POS)

Dari tabel di atas dapat disampaikan informasi sebagai berikut :

1. Dari tabel terlihat bahwa R2-change dari usia responden terhadap

komitmen organisasi adalah 0,030, ini berarti 3.0% varians dari

komitmen organisasi dipengaruhi oleh usia individu. Angka

signifikansinya, berdasarkan F-hitung, yaitu sebesar 4.725, ini

berarti sumbangan usia terhadap komitmen organisasi signifikan,

karena F-hitung (4.725) > F tabel (3.902).

Model R R

Square

Change Statistics

R Square

Change

F

Change df1 df2

F

Table

Sig. F

Change

1 .173 .030 .030 4.725 1 154 3.902 .031

2 .198 .039 .009 1.482 1 153 3.902 .225

3 .244 .060 .020 3.301 1 152 3.903 .071

4 .593 .352 .292 68.069 1 151 3.903 .000

5 .606 .367 .015 3.666 1 150 3.904 .057

6 .618 .382 .015 3.502 1 149 3.904 .063

7 .644 .414 .033 8.251 1 148 3.904 .005

Page 151: Mutia Kusuma Dewi-fps

2. Dari tabel terlihat bahwa R2-change dari tingkat pendidikan

terhadap komitmen organisasi adalah 0,009, ini berarti 0.9%

varians dari komitmen organisasi dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan. Angka signifikansinya berdasarkan F-hitung, yaitu

sebesar 1.482, ini berarti sumbangan tingkat pendidikan terhadap

komitmen organisasi tidak signifikan karena F-hitung (1.482) < F

tabel (3.902).

3. Dari tabel terlihat bahwa R2-change dari status perkawinan

terhadap komitmen organisasi adalah 0,020, ini berarti 2.0%

varians dari komitmen organisasi dipengaruhi oleh status

perkawinan. Angka signifikasinya berdasarkan F-hitung, yaitu

sebesar 3.301, ini berarti sumbangan status perkawinan terhadap

komitmen organisasi tidak signifikan karena F-hitung (3.301) < F

tabel (3.903).

4. Dari tabel terlihat bahwa R2-change dari keterlibatan kerja terhadap

komitmen organisasi adalah 0,292, ini berarti 29.2% varians dari

komitmen organisasi dipengaruhi oleh keterlibatan kerja. Angka

signifikansinya berdasarkan F-hitung, yaitu sebesar 68.069, ini

berarti sumbangan keterlibatan kerja terhadap komitmen organisasi

signifikan karena F-hitung (68.069) > F tabel (3.903).

5. Dari tabel terlihat bahwa R2-change dari konflik peran terhadap

komitmen organisasi adalah 0.015, ini berarti 1.5% varians dari

komitmen organisasi dipengaruhi oleh konflik peran. Angka

Page 152: Mutia Kusuma Dewi-fps

signifikansinya berdasarkan F-hitung, yaitu sebesar 3.666, ini

berarti sumbangan konflik peran terhadap komitmen organisasi

tidak signifikan karena F-hitung (3.666) < F tabel (3.904).

6. Dari tabel terlihat bahwa R2-change dari masa kerja terhadap

komitmen organisasi adalah 0.015, ini berarti 1.5% varians dari

komitmen organisasi dipengaruhi oleh masa kerja. Angka

signifikansinya berdasarkan F-hitung, yaitu sebesar 3.502, ini

berarti sumbangan masa kerja terhadap komitmen organisasi tidak

signifikan karena F-hitung (3.502) < F tabel (3.904).

7. Dari tabel terlihat bahwa R2-change dari Perceived Organizational

Support (POS) terhadap komitmen organisasi adalah 0.033, ini

berarti 3.3% varians dari komitmen organisasi dipengaruhi oleh

POS. Angka signifikansinya berdasarkan F-hitung, yaitu sebesar

8.251, ini berarti sumbangan POS terhadap komitmen organisasi

signifikan karena F-hitung (9.002) > F tabel (3.904).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada 3 IV, yaitu

usia responden, keterlibatan kerja, dan Perceived Organizational

Support (POS) yang signifikan sumbangannya terhadap komitmen

organisasi, jika dilihat dari besarnya pertambahan R2

yang dihasilkan

setiap kali dilakukan penambahan IV (sumbangan proporsi varians

yang diberikan). Dari ketiga IV tersebut dapat dilihat mana yang

paling besar memberikan sumbangan terhadap DV. Hal tersebut dapat

diketahui dengan melihat nilai R2-change nya, semakin besar nilainya

Page 153: Mutia Kusuma Dewi-fps

maka, semakin banyak sumbangan yang diberikan terhadap DV

(Umar, 2011). Dari tabel 4.14 di atas diketahui urutan IV yang

signifikan memberikan sumbangan dari yang terbesar hingga yang

terkecil ialah usia responden dengan persentase 3,0%, Perceived

Organizational Support (POS) dengan persentase 3,3%, dan

keterlibatan kerja dengan persentase 29,2%.

Salah satu asumsi dalam regresi yang harus dipenuhi agar hasil

analisis regresi dengan metode least square dapat dipercaya adalah

bahwa distribusi frekuensi dari residual mengikuti distribusi normal.

Distribusi normal adalah satu cara untuk mengetahui apakah

residualnya adalah normal. Apabila residual berada disekitar garis

harapan untuk kurva normal, dapat disimpulkan bahwa persamaan

regresi ini memiliki error atau residual yang distribusinya mengikuti

kurva normal. Artinya, hasil persamaan regresi beserta interpretasinya

dapat dipercaya. Berikut adalah gambar 4.1 “residual plot” untuk

variabel komitmen organisasi yang dihasilkan dengan menggunakan

software SPSS 17.0.

Page 154: Mutia Kusuma Dewi-fps

Gambar 4.1

Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa distribusi dari residual

yang dihasilkan adalah normal. Dengan demikian, uji hipotesis dan

penelitian dengan analisis regresi pada komitmen organisasi dapat

dipercaya.

Page 155: Mutia Kusuma Dewi-fps

4.3.3 Pengujian Analisis Regresi Berdasarkan Sub-Kelompok Variabel

Demografi

Tabel 4.15

Tabel Analisis Regresi Sub-Kelompok Variabel Demografi

(Keterangan: Tanda * : signifikan)

Berdasarkan tabel 4.15 di atas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Usia: berdasarkan rentangan usia (20 – 33) tahun, dapat diketahui

bahwa hanya terdapat satu variabel yang signifikan dengan

komitmen organisasi, yaitu variabel keterlibatan kerja dengan nilai

sig. .000, dengan nilai koefisien regresi +0,473. Sedangkan, untuk

Klasifikasi uji regresi

komitmen organisasi N Model

Unstd.

Coefficients

Std.

Coefficients Beta t Sig.

B Std. Error

Usia

20 - 33

Tahun 56

Keterlibatan Kerja .473 .121 .524 3.890 .000*

Konflik Peran -.082 .112 -.076 -.739 .463

POS .184 .130 .192 1.423 .161

34 - 47

Tahun 100

Keterlibatan Kerja .357 .096 .368 3.715 .000*

Konflik Peran -.074 .072 -.089 -1.031 .305

POS .223 .095 .236 2.362 .020*

Usia

Perkawinan

1 - 12

Tahun 93

Keterlibatan Kerja .440 .092 .490 4.806 .000*

Konflik Peran -.062 .080 -.066 -.775 .441

POS .151 .093 .165 1.618 .109

13 - 24

Tahun 63

Keterlibatan Kerja .321 .130 .312 2.464 .017*

Konflik Peran -.075 .095 -.084 -.788 .434

POS .375 .138 .358 2.717 .009*

Tingkat

Pendidikan

S-1

ke bawah 68

Keterlibatan Kerja .431 .111 .487 3.892 .000*

Konflik Peran -.071 .091 -.077 -.781 .438

POS .273 .122 .274 2.243 .028*

S-1 ke

atas 88

Keterlibatan Kerja .279 .119 .275 2.349 .021*

Konflik Peran -.146 .090 -.161 -1.619 .109

POS .207 .103 .225 2.015 .047*

Masa Kerja

2 - 5

Tahun 51

Keterlibatan Kerja .613 .125 .699 4.914 .000*

Konflik Peran -.059 .106 -.060 -.553 .583

POS -.058 .124 -.066 -.486 .642

6 - 8

Tahun 105

Keterlibatan Kerja .338 .091 .338 3.707 .000*

Konflik Peran -.041 .072 -.045 -.568 .571

POS .372 .094 .367 3.970 .000*

Page 156: Mutia Kusuma Dewi-fps

rentangan usia (34 – 47) tahun, keterlibatan kerja dan POS secara

signifikan mempengaruhi komitmen organisasi dengan masing-

masing nilai sig. dan nilai koefisien, yaitu 0,000 dan +0,357 (untuk

keterlibatan kerja), dan 0,020 dan +0,223 (untuk POS).

2. Usia Perkawinan: berdasarkan rentangan usia perkawinan (1 – 12)

tahun, dapat diketahui bahwa hanya terdapat satu variabel yang

signifikan dengan komitmen organisasi, yaitu variabel keterlibatan

kerja dengan nilai sig. .000, dengan nilai koefisien regresi +0,440.

Sedangkan, untuk rentangan usia perkawinan (13 – 24) tahun,

keterlibatan kerja dan POS secara signifikan mempengaruhi

komitmen organisasi dengan masing-masing nilai sig. dan nilai

koefisien, yaitu 0,017 dan +0,321 (untuk keterlibatan kerja), dan

0,009 dan +0,375 (untuk POS).

3. Tingkat Pendidikan: berdasarkan tingkat pendidikan S1-ke bawah,

dapat diketahui bahwa terdapat dua variabel yang signifikan

dengan komitmen organisasi, yaitu variabel keterlibatan kerja

dengan nilai sig. 0,000 , dengan nilai koefisien regresi +0,431 dan

variabel POS dengan nilai sig. 0,028 , dengan nilai koefisien

regresi +0,273. Sedangkan, untuk tingkat pendidikan S1-ke atas,

keterlibatan kerja dan POS secara signifikan mempengaruhi

komitmen organisasi dengan masing-masing nilai sig. dan nilai

koefisien, yaitu 0,021 dan +0,279 (untuk keterlibatan kerja), dan

0,047 dan +0,207 (untuk POS).

Page 157: Mutia Kusuma Dewi-fps

4. Masa Kerja: berdasarkan rentangan masa kerja (2 – 5) tahun, dapat

diketahui bahwa hanya terdapat satu variabel yang signifikan

dengan komitmen organisasi, yaitu variabel keterlibatan kerja

dengan nilai sig. .000, dengan nilai koefisien regresi +0,613.

Sedangkan, untuk rentangan masa kerja (6 – 8) tahun, keterlibatan

kerja dan POS secara signifikan mempengaruhi komitmen

organisasi dengan masing-masing nilai sig. dan nilai koefisien,

yaitu 0,000 dan +0,338 (untuk keterlibatan kerja), dan 0,000 dan

+0,372 (untuk POS).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa diantara empat sub-kelompok variabel demografi

di atas yang menunjukkan pengaruh yang lebih besar terhadap komitmen

organisasi, yaitu kelompok usia responden (34 – 47) tahun, kelompok usia

perkawinan (13 – 24) tahun, kelompok tingkat pendidikan S1 - ke bawah dan S1 -

ke atas, dan kelompok masa kerja (6 – 8) tahun. Dari simpulan tersebut dapat

ditarik kesimpulan kembali bahwa kelompok-kelompok dengan rentangan

masa/rentangan yang besar (tinggi) berpengaruh secara signifikan. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa pada kelompok-kelompok tersebut variabel keterlibatan kerja

dan POS mempengaruhi komitmen organisasi pad wanita karir berkeluarga secara

signifikan.

Page 158: Mutia Kusuma Dewi-fps

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Sebelum peneliti menjelaskan kesimpulan hasil penelitian yang telah

dibuktikan melalui analisa data pada subbab sebelumnya, peneliti ingin

memunculkan kembali pernyataan hipotesis mayor dan hipotesis minor agar

pembaca lebih mudah memahami kesimpulan dari hasil penelitian. Berikut

pernyataan hipotesis mayor dan hipotesis minor:

5.1.1 Hipotesis Mayor

H0 : Tidak Ada pengaruh yang signifikan antara usia, tingkat

pendidikan, status perkawinan, keterlibatan kerja, konflik

peran, masa kerja, dan Perceived Organizational Support

(POS) terhadap komitmen organisasi pada wanita karir

berkeluarga.

Berdasarkan hasil analisis data dan uji hipotesis yang sudah

dipaparkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

yang signifikan antara usia, tingkat pendidikan, status perkawinan,

keterlibatan kerja, konflik peran, masa kerja, dan Perceived

Organizational Support (POS) terhadap komitmen organisasi pada

Page 159: Mutia Kusuma Dewi-fps

wanita karir berkeluarga, yaitu sebesar 41,4%. Jadi, dapat dikatakan

bahwa hipotesis mayor ditolak.

5.1.2 Hipotesis Minor

H01 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara usia terhadap

komitmen organisasi pada wanita karir berkeluarga.

Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dipaparkan sebelumnya,

maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan

antara usia terhadap komitmen organisasi pada wanita karir

berkeluarga. Jadi, dapat dikatakan bahwa hipotesis minor (H01)

diterima. Variabel usia memberikan sumbangan kepada komitmen

organisasi sebesar 3,0%.

H02 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan

terhadap komitmen organisasi pada wanita karir berkeluarga.

Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dipaparkan sebelumnya,

maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan

antara tingkat pendidikan terhadap komitmen organisasi wanita karir

berkeluarga. Jadi, dapat dikatakan bahwa hipotesis minor (H02)

diterima. Variabel tingkat pendidikan memberikan sumbangan kepada

komitmen organisasi sebesar 0,9%.

Page 160: Mutia Kusuma Dewi-fps

H03 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara status perkawinan

terhadap komitmen organisasi pada wanita karir berkeluarga.

Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dipaparkan sebelumnya,

maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan

antara status perkawinan “menikah” terhadap komitmen organisasi

pada wanita karir berkeluarga. Jadi, dapat dikatakan bahwa hipotesis

minor (H03) diterima. Variabel status perkawinan “menikah”

memberikan sumbangan kepada komitmen organisasi sebesar 2,0%

H04 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara keterlibatan kerja

terhadap komitmen organisasi pada wanita karir berkeluarga.

Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dipaparkan sebelumnya,

maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara

keterlibatan kerja terhadap komitmen organisasi wanita karir

berkeluarga. Jadi, dapat dikatakan bahwa hipotesis minor (H04)

ditolak. Variabel keterlibatan kerja memberikan sumbangan kepada

komitmen organisasi sebesar 29,2%

H05 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara konflik peran

terhadap komitmen organisasi pada wanita karir berkeluarga.

Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dipaparkan sebelumnya,

maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan

antara konflik peran ganda terhadap komitmen organisasi wanita karir

Page 161: Mutia Kusuma Dewi-fps

berkeluarga. Jadi, dapat dikatakan bahwa hipotesis minor (H05)

diterima. Variabel konflik peran ganda memberikan sumbangan

kepada komitmen organisasi, yaitu sebesar 1,5%

H06 : Tidak ada pengaruh yang signifikana antara masa kerja

terhadap komitmen organisasi pada wanita karir berkeluarga.

Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dipaparkan sebelumnya,

maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara

masa kerja terhadap komitmen organisasi wanita karir berkeluarga.

Jadi, dapat dikatakan bahwa hipotesis minor (H06) ditolak. Variabel

masa kerja memberikan sumbangan kepada komitmen organisasi, yaitu

sebesar 1,5%.

H07 : Tidak Ada pengaruh yang signifikan antara Perceived

Organizational Support (POS) terhadap komitmen organisasi

pada wanita karir berkeluarga.

Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dipaparkan sebelumnya,

maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara

Perceived Organizational Support (POS) terhadap komitmen

organisasi wanita karir berkeluarga. Jadi, dapat dikatakan bahwa

hipotesis minor (H07) ditolak. Variabel status perkawinan “menikah”

memberikan sumbangan kepada komitmen organisasi sebesar 3,3%.

Page 162: Mutia Kusuma Dewi-fps

5.2 Diskusi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka didapatkan kesimpulan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara usia, tingkat pendidikan,

status perkawinan, keterlibatan kerja, konflik peran, masa kerja, dan

Perceived Organizational Support (POS) terhadap komitmen organisasi.

Hasil yang didapatkan tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Van Dyne and Graham (dalam Coetzee, 2005), bahwa usia, tingkat

pendidikan, status perkawinan, dan keterlibatan kerja (yang masuk ke dalam

faktor personal responden), serta masa kerja (yang masuk ke dalam faktor

posisional), dan POS (yang masuk ke dalam faktor situasional), masing-

masing memberikan pengaruh (kontribusi) yang positif maupun negatif pada

komitmen organisasi. Selanjutnya, untuk variabel konflik peran ganda,

mendukung penelitian yang dilakukan oleh Vera Rachmayati (dalam, Seniati,

2002), bahwa konflik peran ganda memberikan pengaruh yang negatif kepada

komitmen organisasi.

Berdasarkan hasil penelitian ini, variabel usia memberi sumbangan

sebanyak 3,0% terhadap komitmen organisasi dan memberi pengaruh yang

positif, namun tidak signifikan. Kesimpulan tersebut, sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh Mowday, Porter, dan Steers (1982, dalam

Sjabandhyni, 2001) bahwa usia berhubungan secara positif dengan

komitmen organisasi. Hal tersebut terjadi karena kesempatan individu untuk

mendapatkan pekerjaan di organsasi yang baru menjadi lebih terbatas

Page 163: Mutia Kusuma Dewi-fps

sejalan dengan meningkatnya usia individu tersebut. Selain itu, dengan

bertambahnya usia individu juga dapat memberikan dampak positif terhadap

persepsi individu terhadap perusahaan tempat mereka bekerja, misalnya:

meningkatnya rasa kenyamanan terhadap organisasi dan rekan kerja (March

dan Simon, 1958), serta kecenderungan untuk mendapatkan posisi dan

jabatan yang lebih tinggi dan kestabilan posisi individu di dalam perusahaan.

Penelitian terdahulu, di dalam sebuah jurnal Ekonomi dan Bisnis

oleh R.A. Supriyono, Universitas Gajah Mada (2006), menjabarkan tentang

pengaruh usia dan komitmen organisasi pada manager di sebuah perusahaan

swasta, didapatkan hasil yang positif, namun tidak signifikan mempengaruhi

komitmen organisasi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini, walaupun

dengan sampel yang berbeda, yaitu karyawan wanita yang telah berkeluarga.

R.A. Supriyono menjabarkan bahwa semakin tua individu, maka loyalitas

dan komitmen individu akan semakin tinggi dibandingkan oleh karyawan

yang berusia muda, hal ini dapat terjadi karena semakin bertambahnya usia

kesempatan individu untuk mendapatkan pekerjaan di organisasi yang lain

semakin terbatas. Kesempatan tersebut, menyebabkan karyawan yang

berusia semakin tua cenderung mempertahankan komitmen mereka terhadap

perusahaan tempat mereka bekerja (March dan Simon, 1985). Selain itu,

semakin tua usia individu, maka pengalaman dalam bekerja pun semakin

tinggi, sehingga faktor-faktor seperti sikap-sikap positif terhadap perusahaan

semakin terbentuk, dan realisasi harapan individu terhadap perusahaan pun

semakin berkembang (dalam, Sjabandhyni, dkk. 2001).

Page 164: Mutia Kusuma Dewi-fps

Dalam penelitian ini, untuk variabel tingkat pendidikan tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan, dan memberikan sumbangan yang

positif untuk komitmen organisasi sebesar 0,9%. Namun, Pada penelitian

sebelumnya, Mathieu dan Zajac (1990, dalam Seniati, 2002) menemukan

bahwa tingkat pendidikan berkorelasi negatif dengan komitmen organisasi.

Angle dan Perry (1981) serta Steers (1977) (dalam Seniati, 2002)

berpendapat bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin

tinggi pula harapannya sehingga tidak mungkin dipenuhi oleh organisasi;

akibatnya semakin rendah komitmen karyawan pada organisasi. Mowday,

Porter, dan Steers (dalam Sjabandhyni, 2001) menambahkan bahwa untuk

tingkat pendidikan yang berpengaruh negatif dengan komitmen organisasi,

tidak sepenuhnya menampilkan hasil yang konsisten. Hal tersebut

disebabkan oleh pendidikan sering membentuk keterampilan yang kadang-

kadang tidak dapat dimanfaatkan sepenuhnya dalam pekerjaan sehingga

harapan individu sering tidak terpenuhi dan menimbulkan kekecewaan

terhadap organisasi. Dalam penelitian ini, untuk hasil pengaruh tingkat

pendidikan yang berpengaruh positif memungkinkan bahwa responden

penelitian telah terpenuhi harapannya kepada organisasi tempat mereka

bekerja. Hal tersebut ternyata sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Ryan Artiana (2004) yang manyatakan bahwa variabel

tingkat pendidikan berpengaruh secara positif terhadap komitmen

berorganisasi, hal ini dinyatakan bahwa tingkat pendidikan dapat

Page 165: Mutia Kusuma Dewi-fps

membentuk identitas karir individu, tujuan, dan nilai-nilai, yang menjaga

individu tetap setia kepada organisasinya.

Selanjutnya, hasil penelitian untuk status pernikahan “menikah”

bedasarkan usia pernikahan (2 – 24 tahun) berhubungan negatif, tetapi tidak

signifikan dengan komitmen organisasi. Hal tersebut menyiratkan bahwa

status pernikahan “menikah” menyebabkan rendahnya komitmen organisasi.

Soekanto (2000), menyatakan bahwa, Perkawinan (marriage) adalah ikatan

yang sah antara seorang pria dan wanita yang menimbulkan hak-hak dan

kewajiban-kewajiban antara mereka maupun turunannya. Oleh karena itu,

apabila seseorang telah mempunyai status pernikahan “menikah” maka,

tanggung jawabnya akan bertambah, dimana individu tersebut mempunyai

kewajiban kepada perusahaan tempat ia berkerja, dan kewajiban sebagai

istri/ibu dalam kehidupan berumah tangga. Jadi, ketika status pernikahan

berpengaruh negatif, maka komitmen organisasi wanita akan rendah, namun

pengaruh ini tidak signifikan terjadi.

Keterlibatan kerja karyawan secara positif mempengaruhi komitmen

organisasi, dan signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi keterlibatan

karyawan, maka semakin tinggi komitmen organisasi mereka. Mowday et

all. (dalam Srimulyani, 2009) menerangkan seorang karyawan lebih dahulu

dijadikan terbiasa dengan pekerjaannya dan dilibatkan dalam pekerjaan

tertentu, dan kemudian, ketika kebutuhan mereka terpenuhi, hal ini akan

mengembangkan rasa komitmen untuk organisasi. Dalam sebuah penelitian,

oleh Kartiningsih (2007), tentang analisis pengaruh budaya organisasi dan

Page 166: Mutia Kusuma Dewi-fps

keterlibatan kerja terhadap komitmen organisasi dalam meningkatkan

kinerja karyawan, menjabarkan pengujian hipotesis yang dilakukan

membuktikan bahwa ada pengaruh yang positif antara keterlibatan kerja

dengan komitmen organisasi. Hal ini mendukung penelitian ini yang

menunjukkan bahwa keterlibatan kerja memang berpengaruh positif

terhadap komitmen organisasi, dengan nilai sumbangan sebesar 29,2%

dengan sampel wanita karir berkeluarga.

Berikutnya, untuk variabel konflik peran dengan komitmen

organisasi berpengaruh negatif, hal tersebut dijelaskan oleh Kusnadi (1999,

dalam Handayani, 2008) yang dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa

wanita yang bekerja dan menjunjung tinggi (berkomitmen) kepada

profesinya akan lebih mengalami konflik peran. Dalam penelitian Wiwik

Handayani (2008) memaparkan mengenai pengaruh konflik peran dan

komitmen organisasi menghasilkan nilai negatif dan signifikan. Jadi,

semakin wanita mengalami konflik peran, maka semakin rendah komitemen

organisasinya. Hal tersebut dapat terjadi ketika wanita karir berkeluarga

memiliki tuntutan yang berbeda dari dua peran yang harus dilakukan secara

bersamaan, yakni di rumah dan di dalam organisasi (kantor), dapat

diistilahkan dengan Multiple Roles (Duxbury dan Higgins, 1991:3).

Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dipaparkan sebelumnya,

maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara masa

kerja terhadap komitmen organisasi wanita karir berkeluarga. Masa kerja

memberikan sumbangan yang positif kepada komitmen organisasi, yaitu

Page 167: Mutia Kusuma Dewi-fps

sebesar 1,5%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa secara signifikan, semakin

lama seseorang bekerja dalam sebuah organisasi, maka semakin tinggi

komitmen organisasinya. hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan

oleh Mowday, Porter, dan Steers (dalam Sjabandhyni, dkk., 2001) yang

menunjukkan bahwa masa kerja berhubungan positif dengan komitmen

organisasi.

Dijelaskan oleh studi yang dilakukan oleh Angle dan Perry (1981),

Hrebeniak (1974), Morris dan Sherman (1981), dan Sheldon (1971), (dalam

Sjabandhyni, 2001) yang menjelaskan bagaimana masa kerja menjadi salah

satu prediktor komitmen organisasi, yakni dengan empat alasan utama, yaitu

yang pertama, bahwa semakin lama seseorang bekerja dalam sebuah

organisasi, maka semakin memberi peluang untuk menerima tugas-tugas

yang lebih menantang, otonomi yang lebih besar, keleluasaan dalam bekerja,

dan peluang menduduki jabatan yang lebih tinggi semakin besar. Kedua,

semakin lama seseorang bekerja pada suatu organisasi, maka peluang

investasi pribadi (pikiran, tenaga, dan waktu) untuk organisasi semakin

besar. Ketiga, keterlibatan individu dalam lingkungan organisasi semakin

besar, menyebabkan individu segan untuk meninggalkan organisasi. Dan

yang keempat, mobilitas individu berkurang karena lama berada suatu

organisasi, sehingga berakibat kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan

semakin kecil.

Dukungan organisasional didefinisikan sebagai sejauh mana pegawai

mempersepsikan bahwa organisasi (lembaga, atasan, dan rekan kerja)

Page 168: Mutia Kusuma Dewi-fps

memberi dorongan, respek, menghargai kontribusi pegawai, dan memberi

apresiasi bagi individu dalam pekerjaannya (Perceived Organizational

Support). Di dalam penelitian ini POS memberikan kontribus positif dan

secara signifikan mempengaruhi komitmen organisasi wanita karir

berkeluarga. Hal tersebut sesuai dengan Pack dan Soetjipto (2005, dalam

Srimulyani, 2009) yang menyatakan bahwa persepsi dukungan organisasi

mempunyai hubungan yang positif komitmen organisasi.

Terdapat juga penelitian yang sesuai untuk variabel Perceived

Organizational Support (POS), yang dilakukan oleh Esther M. Kembaren

(2002) yang meneliti tentang pengaruh Trait kepribadian, komitmen

pekerjaan, POS terhadap komitmen Dosen Perguruan Tinggi. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa POS memberikan pengaruh positif

yang signifikan terhadap komitmen organisasi. Hal ini berarti jika organisasi

peduli dengan keberadaan dan kesejahteraan personal karyawan dan juga

menghargai kontribusi karyawan pada organisasi maka karyawan mau

mengikatkan diri dan menjadi bagian dari organisasi dan dengan rela setia

melayani organisasi.

5.3 Saran

Peneliti menyadari bahawa masih banyak keterbatasan dan

kelemahan yang ada di dalam penelitian ini. Namun, hal tersebut merupakan

pembelajaran yang sangat berharga untuk dapat menjadi bahan evaluasi baik

bagi peneliti sendiri maupun peneliti lain di masa yang akan datang.

Page 169: Mutia Kusuma Dewi-fps

Berdasarkan hasil penelitan yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran

yang mungkin dapat bermanfaat, yaitu sebagai berikut:

5.3.1 Saran Metodologis

1. Proporsi varians dari komitmen organisasi yang dijelaskan oleh

semua independen variabel adalah sebesar 41.4%, dan sedangkan

58,6% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.

Oleh karena itu, disarankan untuk penelitian selanjutnya agar

meneliti atau menganalisa pengaruh variabel lain yang dapat

mempengaruhi komitmen organisasi karyawan, yaitu di antaranya

variabel jenis kelamin, status jabatan, job characteristics,

workplace value, organizational justice, Organizational

Citizenship Behavior (OCB), dll.

2. Desain kuesioner secara keseluruhan perlu diperhatikan agar tidak

menyebabkan kejenuhan responden sehingga mau memberikan

jawaban secara benar dan lengkap.

3. Diharapkan dapat melakukan pilot study kepada responden yang

akan diteliti, sehingga dapat meminimalisir kesalahan pada

penelitian.

4. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menggunakan

Multivariate Regression Analysis agar hasil penelitian bisa lebih

komprehensif, khususnya pada variabel komitmen organisasi, agar

dibedakan hal (variabel) mana saja yang berpengaruh terhadap

komitmen afektif, continuance, dan normatif.

Page 170: Mutia Kusuma Dewi-fps

5.3.2. Saran Praktis

1. Bagi Perusahaan/Organisasi

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang

positif bagi perusahaan untuk lebih memperhatikan faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi

karyawan, khususnya pada wanita, dan terutama pada

konstruk variabel keterlibatan kerja dan Perceived

Organizational Support (POS).

b. Akan lebih memudahkan jika setiap perusahaan memiliki

dukungan kebijakan (Organizational Support) yang ramah

untuk perempuan bekerja, yaitu dengan cara menciptakan

perusahaan yang ramah perempuan. Misalnya, berinvestasi

fasilitas yang mengakomodasi kebutuhan pekerja sebagai

orangtua, yaitu dengan memberikan fasilitas ibu menyusui,

penitipan anak, dan fleksibilitas waktu untuk ibu bekerja

(contohnya: memberikan waktu untuk cuti hamil dan

melahirkan)

2. Bagi wanita karir yang berkeluarga

a. Diharapkan para wanita karir berkeluarga dapat meningkatkan

komitmen berorganisasi mereka di perusahaan tempat mereka

bekerja, yakni dengan cara wanita harus bisa melakukan

Page 171: Mutia Kusuma Dewi-fps

perannya dengan seimbang (menjadi ibu, dan pekerja), agar

terciptanya perusahaan dan pekerja wanita yang sejahtera.

b. Diharapkan seorang ibu bekerja harus bisa menempatkan diri

agar berguna bagi perusahaan tempatnya bekerja, yakni

dengan meningkatkan keterlibatan kerja mereka di perusahaan

dan menyesuaikan diri serta memanfaatkan fasilitas dan

kebijaksanaan perusahaan yang diberikan (Organizational

Support) kepada mereka secara optimal dalam situasi tertentu.

Page 172: Mutia Kusuma Dewi-fps

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2011). Evaluation of Allen and Meyers organizational commitment

scale: A cross-cultural application in Pakistan. Journal of Education and

Vocational Research. Internasional Islamic University , Vol. 1, No. 3, pp.

80-86, June 2011: Islamad, Pakistan.

Allen, and Evert Van De Vliet. (1968). Role transition exploration and

explanation. Plenum Press: New York and London.

Allen, and John Meyer. (1990). The measurement and anteendent of affective,

continuance, and normative commitment to the organization. Journal of

Occupational Psychology. The British Psychological Society.

Anoraga, Pandji. (2001). Psikologi kerja. PT Rineka Cipta: Jakarta.

Arikunto, S. (1997). Prosedur penelitian (suatu pendekatan praktek). Rineka

Cipta: Jakarta.

Artianan, Ryan. (2004). Tesis: Pengaruh faktor kepribadian dan demografi

terhadap komitmen karir. Program Studi Magister Manajemen. Program

Pasca Sarjana Universitas Diponegoro: Semarang.

Azwar, Saifuddin. (2005). Penyusunan skala psikologi. Penerbit Pustaka Pelajar:

Yogyakarta.

Azwar, Saifuddin. (2003). Reliabilitas dan validitas. Penerbit Pustaka Pelajar:

Yogyakarta.

Carlson, & K. Michele Kacmar, et., all. (2000). Construction and initial validation

of a multidimensional measure of work–family conflict. Journal of

Vocational Behavior: 56, 249–276. online at http://www.idealibrary.com.

Ciliana, dan Wilman. (2008). Jurnal: Pengaruh kepuasan kerja, keterlibatan kerja,

stress kerja, dan komitmen organisasi terhadap kesiapan untuk berubah

pada karyawan PT Bank Y. Fakultas Psikologi: Universitas Indonesia:

Depok.

Coetzee, M. (2005). Employee commitment. University of Pretoria.

Cohen, Aaron. (1997). Age and tenure in relation to organizational commitment:

A meta-analysis. Applied and Social Psychology Journal. Departement of

Political Science of Haifa. Lawrence Erlbaum Associates.

Page 173: Mutia Kusuma Dewi-fps

Creswell, John W. (1994). Research design : Qualitative and quantitative

approaches. Sage Production : USA.

Crocker, Linda M. (1986). Introduction to classical and modern test theory.

Library of Congress Cataloging : Holt, Rinehart and Winston: New-York.

Darwito. (2008). Skripsi: Analisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap

kepuasan kerja dan komitmen organisasi untuk meningkatkan kinerja

karyawan. Program Studi Magister Manajemen. Program Pasca Sarjana

Universitas Diponegoro: Semarang.

Duxbury, and Crish Higgins. (1991).Work-life balance in the new millennium:

where are we? where do we need to go?. Work Network Canadian Policy

Research Networks, Inc.: Ottawa.

Eisenberger, and Robin Huntington. (1986). Perceived organizational support.

Journal of Applied Psychology, Vol. 71, No.3, 500 – 507. The American

Psychological Association, Inc.

Gading, I Ketut. (1997). Jurnal: Kepuasan kerja, keterlibatan kerja, orientasi nilai

terhadap kerja dan produktivitas kerja para pekerja wanita pada sektor

informal di kota Singaraja. Aneka Widya STKIP: Singaraja.

Gading, I Ketut. (1998). Jurnal: Hubungan antara kepuasan dan keterlibatan kerja

dengan produktivitas kerja para pekerja wanita di sektor informal di Bali.

Aneka Widya STKIP: Singaraja.

Greenberg, Jerald & Robert A. Baron. (1995). Behavior in organizations:

Understanding and managing the human side of work. Prentice-Hall: New

Jersey.

Greenberg, Jerald & Robert A. Baron. (2003). Behavior in organizations:

Understanding and managing the human side of work. Pearson Education

International: Canada.

Gulo, W. (2005). Metodologi penelitian. PT Grasindo: Jakarta.

Herts, David E. Loran. (2003). Cross-cultural measurement invariance of

work/family conflict scales across English – speaking samples. A

Dissertation Department of Psychology: College of Arts and Sciences,

University of South Florida.

Imanoviani, Tera, dan Eko Djuniarto. (2011). Difference in Burnout Tendencie

level on married and single career woman. Fakultas Psikologi: Universitas

Gunadarma.

Page 174: Mutia Kusuma Dewi-fps

Inderasari, Erlina. (2007). Jurnal: Sikap karir pustakawan wanita. Universitas

Indonesia: Depok.

Jex, Steve M. (2002). Organizational psychology : a scientist-practitioner

approach. John Wiley & Sons : New York.

Linton, Ralph. (1936). The study of man: An introduction. Appleton – Century –

Crofts, inc: New York.

Luthans, Fred. (1995). Organizational behavior. 7th

Edition. Mc. Graw-Hill:

Singapore.

Marsidi, Asri dan Hamrila Abdul Latip. (2007). Faktor-faktor yang

mempengaruhi komitmen pekerja di organisasi awam. Jurnal

Kemanusiaan No.10. Fakultas Ekonomi dan Perniagaan . Universitas

Malaysia Sarawak.

Menger, Geraldine M. (1988). A comparative study of transitional roll strain in

reentry women students. Dissertation in education. The Graduate Faculty

of Texas Tech.University: Texas.

Miner, John B. (1992) .Industrial-organizational psychology. McGraw Hill:

Singapore.

Rhoades, and Robert Eisenberger. (2002). Perceived organizational support: The

review of the literature. Journal of Applied Psychology, Vol. 87, No.4,

698 – 714. The American Psychological Association, Inc.

Robbins, Stphen P. (2001). Perilaku organisasi: Konsep, kontroversi, aplikasi.

Prentice Hall : Pearson Education Asia. PT Prehalindo: Jakarta.

Seniati, Liche. (2002). Seputar komitmen organisasi. Disampaikan dalam Acara

Arisan Angkatan ‟86, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta.

Simanjuntak, Megawati. (2007). Permasalahan keluarga: Konflik antara

pekerjaan dan keluarga. Sekolah Pascasarjana: Fakultas Ekologi Manusia.

IPB: Bogor.

Sjabadhyni, Bertina., dkk. (2001). Pengembangan kualitas SDM dari perspektif

PIO. Penerbit Bagian Fakultas Psikologi: Universitas Indonesia.

Sevilla, Consuelo G.. (1993). Pengantar metode penelitian. Universitas Indonesia

Press: Jakarta.

Sopiah. (2008). Perilaku organisasional. Andi: Yogyakarta.

Page 175: Mutia Kusuma Dewi-fps

Srimulyani, Veronika Agustini. (2007). Tipologi dan anteseden komitmen

organisasi, program studi manajemen. Fakultas Ekonomi Universitas

Widya Mandala: Madiun. p. 5-18.

Sugiyono. (2009). Metode penelitian administrasi. IKAPI. CV. Alfabeta:

Bandung.

Supriyono, R.A. (2006). Pengaruh variabel perantara komitmen organisasi dan

partisipasi penganggaran terhadap hubungan dengan usia dan kinerja

manager di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis: Fakultas Ekonomi

Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

Srimulyani, Veronika Agustini. (2007). Tipologi dan anteseden komitmen

organisasi, program studi manajemen. Fakultas Ekonomi Universitas

Widya Mandala: Madiun. p. 5-18.

Triwahyuni, Bunga. (2011). Dual role conflict relationship with satisfaction

work on the married women teachers. Fakultas Psikologi: Universitas

Gunadarma.

Uygur, Akyay & Gonca Kilic. (2009). A study into organizational commitment

and job involvement. Ozean Journal of Applied Sciences 2. Ozean

Publication.

Wijanto, Setyo Hari. (2008). Structural equation modeling dengan LISREL 8.8.

Ed. 1. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Yekty, Rakhesma Pasaty. (2006). Skripsi: Analisis pengaruh iklim psikologis

terhadap keterlibatan kerja dan kepuasan kerja dalam meningkatkan

kinerja karyawan. Universitas Diponegoro: Semarang.

Yuwono, Ino.dkk. (2005). Psikologi industri dan organisasi. Fakultas Psikologi.

Universitas Airlangga: Surabaya.

WEB SITE :

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17669?mode=simple&submit_simpl

e=Show+simple+item+record diunduh pada tanggal 3 Juni (2011), Skripsi oleh

Nurul Mahvira Harahap dan Cherly Kumala; Universitas Sumatera Utara : 2010.

Page 176: Mutia Kusuma Dewi-fps

http://www.toolpack.info/articles/job-involvement.html. Review of Journal: Zatz,

D.A. (1995). Job involvement and interrole conflict. (Doctoral

dissertation, Columbia University, 1995).

http://www.bps.go.id/. Berita resmi statistik : No. 33/05/Th. XIV, 5 Mei 2011.

Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2011.

http://www.bps.go.id/. Berita resmi statistik No. 28/05/Th. X, 15 Mei 2007.

Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2007.