192
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman merupakan hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Lingkungan tempat kerja merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi fisik, mental dan sosial dalam kehidupan pekerja. Kesehatan suatu lingkungan tempat kerja dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan pekerja, seperti peningkatan moral pekerja, penurunan absensi dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya tempat kerja yang kurang sehat atau tidak sehat dapat meningkatkan angka kesakitan dan kecelakaan, rendahnya kualitas kesehatan pekerja, meningkatnya biaya kesehatan dan banyak lagi dampak negatif lainnya (Yusuf, 2008). Kesehatan pekerja sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional. Semakin meningkatnya perkembangan industri dan perubahan di bidang pembangunan secara umum di dunia, Indonesia juga melakukan perubahan-perubahan. Program-program kesehatan, terutama yang terkait dengan pekerja perlu selalu disosialisasikan secara terus menerus, hal ini dikarena perubahan tingkah laku kadang hanya dapat terjadi dalam kurun waktu yang relatif lama. Dari Page | 1

NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

  • Upload
    wisnu

  • View
    269

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman

merupakan hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Lingkungan tempat kerja

merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi fisik, mental dan sosial

dalam kehidupan pekerja. Kesehatan suatu lingkungan tempat kerja dapat

memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan pekerja, seperti

peningkatan moral pekerja, penurunan absensi dan peningkatan produktivitas.

Sebaliknya tempat kerja yang kurang sehat atau tidak sehat dapat meningkatkan

angka kesakitan dan kecelakaan, rendahnya kualitas kesehatan pekerja,

meningkatnya biaya kesehatan dan banyak lagi dampak negatif lainnya (Yusuf,

2008).

Kesehatan pekerja sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi dan

pembangunan nasional. Semakin meningkatnya perkembangan industri dan

perubahan di bidang pembangunan secara umum di dunia, Indonesia juga

melakukan perubahan-perubahan. Program-program kesehatan, terutama yang

terkait dengan pekerja perlu selalu disosialisasikan secara terus menerus, hal ini

dikarena perubahan tingkah laku kadang hanya dapat terjadi dalam kurun waktu

yang relatif lama. Dari pengalaman bertahun-tahun pelaksanaan promosi atau

penyuluhan kesehatan masyarakat mengalami berbagai hambatan dalam rangka

mencapai tujuannya, yaitu mewujudkan perilaku hidup sehat bagi pekerja,

terutama bagi para pekerja di perkantoran (Depkes RI, 2008).

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini penulis akan memaparkan beberapa rumusan masalah

sebagai berikut.

1) Menjelaskan tentang sejarah perkembangan promosi kesehatan.

2) Menjelaskan tentang konsep dasar promosi kesehatan.

3) Menjelaskan tentang strategi promosi kesehatan.

Page | 1

Page 2: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

4) Menjelaskan tentang pendekatan promosi kesehatan.

5) Menjelaskan tentang etika dalam promosi kesehatan

6) Menjelaskan tentang alat bantu kesehatan.

7) Menjelaskan tentang pemasaran social dalam promosi kesehatan.

Page | 2

Page 3: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH PROMOSI KESEHATAN

2.1.1 Era Propaganda dan Pendidikan Kesehatan Rakyat

A. Masa Penjajahan

          Mula-mula Belanda, untuk kepentingan mereka sendiri, membentuk

Jawatan Kesehatan Tentara (Militair Geneeskundige Dienst) pada tahun 1808. Itu

terjadi pada waktu pemerintahan Gubernur Jendral H.W. Daendels, yang terkenal

dengan pembuatan jalan dari Anyer sampai Banyuwangi, yang membawa banyak

korban jiwa penduduk. Pada waktu itu ada tiga RS Tentara yang besar, yaitu di

Batavia (Jakarta), Semarang dan Surabaya. Usaha kesehatan sipil mulai diadakan

pada tahun 1809, dan Peraturan Pemerintah tentang Jawatan Kesehatan Sipil

dikeluarkan pada tahun 1820. Pada tahun 1827 kedua jawatan digabungkan dan

baru pada tahun 1911 ada pemisahan nyata antara kedua jawatan tersebut. Pada

permulaannya, perhatian hanya ditujukan kepada kelompok masyarakat penjajah

(Belanda) sendiri, beserta para anggota tentaranya yang juga meliputi orang

pribumi. Sedangkan usaha untuk mempertinggi kesehatan rakyat secara

keseluruhan baru dinyatakan dengan tegas dengan dibentuknya Jawatan/Dinas

Kesehatan Rakyat pada tahun 1925. Sedangkan pelayanan kesehatan yang mula-

mula dilakukan adalah pengobatan dan perawatan (upaya kuratif), melalui RS

Tentara.

          Pada waktu itu sebagian besar rakyat di pedesaan masih sangat dipengaruhi

oleh kebiasaan, kepercayaan akan tahayul, sedangkan pengobatan lebih percaya

pada dukun. Ibu-ibu pada waktu melahirkan bayinya juga lebih banyak ditolong

oleh dukun. Kondisi hygiene-santasi masih sangat buruk, dan berobat ke dokter

masih menimbulkan rasa takut. Banyak penyakit timbul karena pola hidup yang

tidak bersih dan tidak sehat. Pada waktu itu sering terjadi wabah malaria, kolera,

sampar, dan cacar. Di samping itu juga sering terjadi wabah busung lapar di

daerah-daerah tertentu. Sedangkan penyakit frambusia/patek/puru, kusta dan

Page | 3

Page 4: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

tuberkulosis merupakan penyakit rakyat. Usaha preventif pertama yang dilakukan

adalah pemberian vaksin cacar yang hanya dilakukan dalam kelompok terbatas.

Usaha lainnya yang sebenarnya tertua usianya adalah pengasingan para penderita

kusta, tetapi itu lebih sebagai usaha pencegahan penularan semata-mata. Selain itu

juga ada kegiatan pengasingan para penderita sakit jiwa, yang hanya dilakukan

terhadap mereka yang berbahaya bagi masyarakat sekelilingnya. Dengan adanya

wabah kolera, pada tahun 1911 di Batavia dibentuk badan yang diberi nama

“Hygiene Commissie” yang kegiatannya berupa: memberikan vaksinasi,

menyediakan air minum dan menganjurkan memasak air untu diminum. Perintis

usaha ini adalah Dr. W. Th. De Vogel. Selanjutnya pada tahun 1920 diadakan

jabatan “propagandist” (juru penyiar berita) yang meletakkan usaha pendidikan

kesehatan kepada rakyat melalui penerbitan, penyebar luasan gambar dinding, dan

pemutaran film kesehatan. Usaha ini karena penghematan dihentikan pada tahun

1923.

“Medisch Hygienische Propaganda”

Pada tahun 1924 oleh pemerintah Belanda dibentuk Dinas Higiene.

Kegiatan pertamanya berupa pemberantasan cacing tambang di daerah Banten.

Bentuk usahanya dengan mendorong rakyat untuk membuat kakus/jamban

sederhana dan mempergunakannya. Lambat laun pemberantasan cacing tambang

tumbuh menjadi apa yang dinamakan “Medisch Hygienische Propaganda”.

Propaganda ini kemudian meluas pada penyakit perut lainnya, bahkan melangkah

pula dengan penyuluhan di sekolah-sekolah dan pengobatan kepada anak-anak

sekolah yang sakit. Timbulah gerakan, untuk mendirikan “brigade sekolah”

dimana-mana.

          Baru pada tahun 1933 dapat dimulai organisasi higiene tersendiri, dalam

bentuk Percontohan Dinas Kesehatan Kabupaten di Purwokerto. Dinas ini terpisah

dari Dinas Kuratif tetapi dalam pelaksanaannya bekerjasama erat. Dalam

hubungan usaha higiene ini perlu disebutkan nama Dr.John Lee Hydrick dari

Rocckefeller Fundation (Amerika), yang memimpin pemberantasan cacing

tambang mulai tahun 1924 sampai 1939, dengan menitik beratkan pada

Pendidikan Kesehatan kepada masyarakat. Ia mengangkat kegiatan Pendidikan

Kesehatan Rakyat (Medisch Hygienische Propaganda) dengan mengadakan

Page | 4

Page 5: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

penelitian operasional tentang lingkup penderita penyakit cacing tambang di

daerah Banyumas. Ia menyelenggarakan kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang

Hygiene dan Sanitasi, dengan mencurahkan banyak informasi tentang penyakit-

penyakit yang berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan lingkungan serta usaha

pencegahan dan peningkatan kesehatan (cacing tambang, malaria, tbc.). Ia

mengadakan pendekatan dalam upaya membangkitkan dan menggerakan

partisipasi masyarakat (pendekatan seperti ini nanti dikenal dengan nama

“pendekatan edukatif”). Yang menonjol pada waktu itu adalah penggunaan media

pendidikan (booklets, poster, film dsb) dan juga kunjungan rumah yang dilakukan

oleh petugas sanitasi yang terdidik.

Sebagai pelaksana kegiatan pendidikan kesehatan dalam bidang Hygiene

dan Sanitasi, seorang dokter pribumi bernama Dr. Soemedi, kemudian mendirikan

Sekolah Juru Hygiene di Purwokerto. Usaha ini kemudian dilanjutkan oleh Dr. R.

Mochtar yang kemudian menjabat sebagai Kepala Bagian Pendidikan Kesehatan

Rakyat. Perang dunia ke II mengakibatkan datangnya zaman baru. Arus

gelombang gerakan kesehatan rakyat di dunia telah juga meliputi Indonesia. Di

Indonesia filsafat kesehatan yang dianjurkan oleh W.H.O. itu diterima pula dan

dijadikan dasar dalam gerakan kesehatan rakyat di Indonesia. Riwayat Kesehatan

Rakyat memperlihatkan, bahwa pada permulaannya Usaha Kesehatan Rakyat itu

ditujukan kepada usaha menyehatkan lingkungan hidup dan pemberantasan

penyakit.  Akan tetapi dalam bentuk Usaha Kesehatan Rakyat yang paling baru,

usaha-usaha itu dijalankan untuk rakyat dengan ikut sertanya rakyat.

Inisiatif rakyat tadi perlu dibangunkan dengan jalan pendidikan, agar rakyat dapat

mengerti dan suka sama-sama bekerja dengan pemerintah untuk keperluan mereka

sendiri. Bantuan rakyat itu harus berdasarkan atas inteligensi”.

(R.Mochtar, M.D.,M.P.H. –1954, tulisan sudah disesuaikan dengan ejaan baru)

B. Pendidikan Kesehatan Rakyat

          Dalam tulisannya tersebut, Dr. R. Mochtar jelas memberikan gambaran

betapa penting arti Pendidikan Kesehatan Rakyat dalam upaya membangkitkan

dan menggerakkan partisipasi masyarakat dalam Kesehatan Rakyat, yang sejak

Page | 5

Page 6: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

sebelum Hydrick, yaitu 1911, sudah mulai digalakkan oleh pemeritah Belanda.

Ada bebarapa pokok penting yang dapat diangkat dari tulisan Dr. R.Mochtar,

yaitu :

1. Pendidikan Kesehatan Rakjat (PKR) sudah dirasakan pentingnya sejak

permulaan abad ke XX, namun direalisasikan dalam bentuk kegiatan nyata

baru dalam tahun 1911, yang dikenal dengan nama Medisch Hygienische

Propaganda.

2. Pendidikan Kesehatan Rakyat (PKR) terkait pada program kesehatan,

yaitu Hygiene dan Sanitasi lingkungan (PKR bukan suatu program yang

berdiri sendiri)

3. Walaupun Pendidikan Kesehatan merupakan bagian dan kegiatan

terintegrasi dalam program-program kesehatan, namun hal ini perlu

ditangani secara “professional”. Untuk ini perlu organisasi/unit kerja

khusus yang menangani Pendidikan Kesehatan, dan diperlukan pula

tenaga terdidik atau terlatih. Dalam hal ini tenaga sanitasi, disiapkan untuk

mampu memberikan pendidikan tentang kesehatan dan sanitasi kepada

masyarakat desa, disertai alat/media pendidikan (Audio Visual Aid ).

Tenaga “Health Educators” ini bekerja dengan penuh keyakinan dan

dedikasi.

          Memaknai apa yang diuraikan dalam kutipan tersebut di atas, ada contoh

menarik. PT Unilever dalam rangka mempromosikan produksinya berupa sabun

mandi dan pasta gigi, sering mengadakan bioskop keliling dengan layar tancap.

Pada zaman belum ada televisi, bioskop semacam ini sangat digemari oleh

masyarakat, terutama di pedesaan. Di sela-sela pertunjukan film dengan cerita

tertentu sering diselipkan pendidikan/penyuluhan kesehatan. Yaitu dengan selipan

slide film yang antara lain menunjukkan tokoh kartun yang memerankan petugas

laboratorium yang sedang meneropong secawan air mentah dengan mikroskop.

Melalui alat itu terlihat bahwa air mentah itu banyak mengandung kuman atau

bakteri dengan berbagai bentuk yang berkeliaran, berjingkrak-jingkrak dan

menari-nari di dalam air tersebut. Adegan berikutnya adalah air di cawan itu

Page | 6

Page 7: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

langsung diminum oleh tokoh kartiun yang lain dengan akibat beberapa lama

kemudian merasakan sakit perut dan beberapa kali buang air besar. Lalu

dijelaskan oleh narrator dari slide film tersebut itulah akibatnya apabila kita

minum air tanpa dimasak lebih dahulu. Sang narrator menganjurkan agar air

sebelum diminum agar dimasak lebih dahulu. Kemudian ditunjukkan slide film

berikutnya bahwa melalui mikroskop terlihat bahwa kuman-kuman itu pada mati

dan tidak berkeliaran lagi dalam air yang sudah dimasak. Sang narrator

menjelaskan bahwa air yang sudah dimasak aman dari gangguan penyakit. Dari

silide film sederhana ini ternyata banyak penduduk pedesaan yang memasak air

sebelum diminum.

“Prevention is better than cure”

Usaha Kesehatan Rakyat yang semula lebih ditekankan pada usaha kuratif,

lambat laun berkembang pula kearah preventif. Sebagian dari usaha kuratif

diserahkan pada “inisiatif partikelir” (1917 – 1937) seperti Zending, Missie, Bala

Keselamatan (Leger des Heils), perusahaan perkebunan. (Dr.J.Leimena, 1952).

Dalam tahun 1937 sampai meletusnya Perang Dunia ke II, Pemerintah Pusat

menyerahkan usaha kuratif kepada daerah otonom, namun tetap diawasi dan

dikoordinir oleh Pemerintah Pusat.

Seiring dengan perkembangan dalam bidang kuratif, maka usaha preventif

juga berkembang. Usaha kuratif dan preventif mulai digalakkan dan

dikembangkan di perusahaan-perusahaan perkebunan Belanda yang memang

bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan para pekerja perkebunan, dan

dengan demikian meningkat pula daya kerja (arbeidscapaciteit) dan daya

produksinya (productie capaciteit). Agar masyarakat sadar dan berpartisipasi

dalam upaya pencegahan dan upaya peningkatan kualitas kesehatannya, maka

sudah pada tempatnya jika informasi terkini mengenai perkembangan dalam

bidang kesehatan dapat disalurkan ke masyarakat, seperti penyebab penyakit, cara

penangulangannya atau cara pencegahannya. Disinilah Pendidikan Kesehatan

dapat mewujudkan perannya dengan jelas.Apa yang telah dirintis oleh Hydrick

tersebut kemudian ternyata dilanjutkan oleh Pemeritah (Belanda). Perhatian

Pemerintah Belanda terhadap usaha preventif dilaksanakan melalui berbagai

Page | 7

Page 8: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

kegiatan, tindakan dan peraturan (perundang-undangan). Motto yang berbunyi

“Prevention is better than cure” diwujudkan dalam berbagai kegiatan :

1. vaksinasi cacar, typus, cholera, desentri, pes

2. pendaftaran kelahiran, kematian

3. pelaporan tentang penyakit menular, sakit jiwa

4. pengawasan : air minum, pabrik, tempat pembuatan makanan dan minuman,

saluran limbah ait/riolering, pembuangan sampah, perumahan.

5. Termasuk upaya pendidikan kepada rakyat tentang peraturan dalam

pemeliharaan kesehatan diri dan lingkungan.

2.1.2 Masa Pendudukan Jepang dan Awal Kemerdekaan

          Dengan pecahnya Perang Dunia ke II dan pendudukan Jepang (1942 –1945)

maka semua sistem pemerintahan praktis mengalami disorganisasi, karena semua

usaha ditujukan untuk kepentingan perang (Pemerintahan dan orang-orang

Jepang). Pendidikan, ekonomi, kehidupan sosial, kesehatan amat sangat terpuruk.

Sumber daya alam dan sumber daya manusia, semua dikerahkan untuk

kepentingan Jepang. Dimana-mana hanya terlihat kemiskinan, penderitaan,

kelaparan, dan penyakit. Hidup masyarakat sangat tertekan. Situasi ini

berlangsung sampai tahun 1945, saat berakhirnya Perang Dunia ke II. Pada tahun

1945 Jepang menyerah dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaan serta

memperjuangkannya dengan melawan tentara sekutu (Amerika dan Inggris) dan

Belanda yang ingin memperoleh kembali supremasi penjajahannya di Indonesia.

          Disorganisasi Usaha Kesehatan Masyarakat yang sejak zaman pendudukan

Jepang sudah kacau, berlangsung terus dalam periode revolusi fisik (1945 –

1949). Banyak fasilitas Kesehatan tidak dapat dipergunakan karena rusak, bahkan

para petugas kesehatan pun banyak yang meninggalkan posnya, bergabung dalam

barisan gerilyawan melawan Belanda, Amerika dan Inggris. Dalam kaitan itu

perlu dicatat bahwa banyak tenaga dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang

menjadi pejuang dan di antaranya ada yang gugur di medan perang, atau menjadi Page | 8

Page 9: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

korban perang. Dalam periode revolusi fisik itu (Agustus 1945 – Desember 1949),

masih ada dua sistem pemeritahan, yaitu Belanda yang berpusat di Jakarta, dan

Republik Indonesia yang berpusat di Yogyakarta. Dengan demikian maka selama

8 tahun (1942 – 1949),  Baru setelah penyerahan Kedaulatan (27 Desember 1949),

Pemerintah memberikan perhatian pada kesehatan rekyat. Pemerintah (RI) juga

memberikan perhatiannya pada kesehatan masyarakat di desa. Pada waktu itu

dikembangkan Usaha Pembangunan Masyarakat Desa yang antara lain melakukan

pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Pada waktu itu ada yang disebut

Gerakan Kebersihan, Pekan Kerja Bakti, dll. Diadakan pula Usaha Kesehatan di

sekolah-sekolah, yang berkaitan dengan kebersihan diri dan lingkungan,

perbaikan gizi, dll. Bahkan di masa masih bergolak (1948) sudah didirikan

sekolah untuk penyuluh kesehatan di Magelang dan dibuat dua daerah

percontohan, yaitu di Magelang dan Yogyakarta.

“Empat Sehat Lima Sempurna dan “Bandung Plan”

          Pada sekitar tahun 1950 an itu masalah gizi cukup menonjol. Golongan gizi

minimal oleh Prof. Dr. Poerwo Soedarmo disebut golongan “tidak sakit dan tidak

sehat”. Sementara itu “kwashiorkhor” dan “xerophthalmia” sebagai masalah gizi

pda golongan anak para sekolah mendapat banyak perhatian. Selain penyelidikan

secara mendalam, usaha perbaikan dilakukan melalui penyuluhan gizi dan

penggalian sumber makanan bernilai gizi. Penerangan kepada masyarakat

dilaksanakan melalui kursus yang diselenggarakan oleh berbagai organisasi,

maupun melalui pers dan radio. Pada waktu itu diperkenalkan semboyan atau

pesan : “Empat Sehat Lima Sempurna”, sesuai dengan pola makanan Indonesia.

Pesan tersebut berhasil disebar luaskan dan menjadi populer. Pesan tersebut juga

banyak terpampang di dinding-dinding sekolah. Pengertian semboyan tersebut

ternyata berhasil dihayati masyarakat. Pesan itu sangat efektif dan mudah dihafal,

bahkan masih relevan sampai sekarang.

Selanjutnya pada sekitar tahun 1951, oleh Dr. J. Leimena dan Dr. Patah

diperkenalkan “Konsep Bandung” atau “Bandung Plan”, yang menggambarkan

perpaduan antara upaya kuratif dan preventif. Konsep tersebut sebenarnya tidak

lain dari konsep Communiyty health, yang merupakan dasar bagi pengembangan

Page | 9

Page 10: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Puskesmas, yang kemudian menjadi pembuka program kesehatan masyarakat desa

dan upaya pendidikan kesehatan masyarakat secara luas. Dengan demikian

masyarakat pedesaan akan mempunyai akses lebih dekat ke Pelayanan Kesehatan.

Hal ini dianggap penting, karena sebagian besar masyarakat Indonesia ada di

pedesaan, dan di masa lalu masyarakat desa kurang mendapat perhatian dalam

pelayanan kesehatan. Program pembangunan kesehatan untuk periode 10 tahun

(1950-1960) telah digariskan dalam konperensi Kementerian Kesehatan tahun

1952 di Jakarta. Isi program mencakup kebijaksanaan umum dan khusus. Usaha

kuratif dan preventif yang ditempuh sesuai dengan rumusan WHO mengenai

kesehatan, yaitu: “a state of complete physical, mental and social well being, and

not merely the absence of disease or infirmity”. Tujuan pemerintah adalah

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Indonesia untuk

meningkatkan derajat kesehatan bangsa Indonesia agar memiliki kemampuan

kerja semaksimal mungkin.

A. Kesehatan Masyarakat Desa (KMD)

Pada sekitar tahun 1956, dibentuk Unit Kesehatan Masyarakat Desa dan

Pendidikan Kesehatan Rakyat (KMD/PKR). Prof. Dr. dr. Sulianti Sarosa (alm),

yang biasa disebut dengan ”dr Sul” ditetapkan sebagai pimpinan unit tersebut.

Menurut beliau, titik berat usaha kesehatan masyarakat adalah pada usaha

preventif. Namun istilah preventif ini masih kurang dipahami secara tepat oleh

masyarakat, bahkan seringkali dikira bahwa usaha preventif hanya meliputi

penerangan-penerangan kesehatan atau usaha imunisasi saja. Yang diharapkan

dan dianggap penting oleh masyarakat adalah ’pengobatan’ atau usaha kuratif.

Sebenarnya yang dimaksud dengan usaha preventif adalah bahwa upaya kesehatan

yang dijalankan tidak semata-mata untuk penyembuhan yang sakit, tetapi lebih

pada upaya untuk mencegah timbulnya penyakit serta mempertinggi derajat

kesehatan masyarakat (promotif). Hal ini berarti bahwa usaha-usaha pengobatan

ringan perlu dilakukan agar penyakit tidak bertambah parah, juga termasuk

pengobatan dalam rangka memberantas penyakit menular yang dilakukan secara

sistematis. Mengenai upaya kesehatan yang harus dijalankan untuk mencapai

tujuan tersebut diatas dr. Sul mengingatkan kembali skema yang menggambarkan

riwayat penyakit dan tindakan yang dapat diambil sesuai dengan tahap-tahap Page | 10

Page 11: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

perkembangan penyakit, yang disusun oleh Prof Leavell dari Harvard University

dibawah ini.

Berdasarkan riwayat penyakit tersebut, maka usaha-usaha kesehatan

preventif yang dapat dilakukan adalah :

1. Pendidikan Kesehatan kepada Masyarakat (Health Education)

2. Perbaikan Makanan Rakyat

3. Perbaikan Hygiene lingkungan hidup

4. Kesejahteraan Ibu dan Anak

5. Dinas Kesehatan Sekolah

6. Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (Public Health Nursing)

7. Usaha Pengobatan

8. Pemberantasan Penyakit endemis dan epidemis

9. S t a t i s t i k

10. Laboratorium Kesehatan

B. Pendidikan Kesehatan Rakyat (PKR) Model Lemah Abang

Berhubung pada waktu itu (dan juga sampai sekarang) sebagian besar

penduduk hidup di pedesaan, maka usaha-usaha kesehatan terutama ditujukan

kepada masyarakat desa, selain karena disebabkan usaha kesehatan belum merata

sampai ke pelosok-pelosok. Konsep yang dianut oleh seluruh dunia ialah bahwa

sebaiknya usaha-usaha kesehatan itu dijalankan secara terintegrasi dan koordinasi

serta perlu mengikut sertakan masyarakat secara aktif pada penyelenggaraan

usaha-usaha kesehatan tersebut. Percontohan Usaha Kesehatan Masyarakat Desa

(KMD) dimulai dari Kabupaten Bekasi pada 1956. Di sini diadakan kursus-

kusrsus atau latihan mengenai usaha KMD untuk segala jenis tenaga kesehatan

dari seluruh Indonesia. Disamping KMD di Bekasi, di setiap propinsi juga

diadakan daerah percontohan KMD untuk dijadikan tempat pelatihan bagi tenaga Page | 11

Page 12: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

kesehatan setempat. Daerah-daerah percontohan lain adalah di : Bojongloa

(Bandung), Sleman (Magelang), Godean (Yogjakarta), Mojosari (Surabaya),

Metro (Lampung), Kasemen (Denpasar), Kotaraja (Banda Aceh), Indrapura

(Medan), dan Barabai (Banjarmasin). Pada waktu itu tenaga-tenaga yang akan

diterjunkan ke masyarakat dilatih dahulu secara intensif dalam suatu pelatihan

atau kursus yang diberi nama Pendidikan Kesehatan pada Rakyat (PKR).

      Khusus Daerah Percontohan KMD/PKR Kecamatan Lemah Abang,

Bekasi, dipersiapkan sebagai Daerah pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam

bidang Rural Health and Health Education. Tujuan diadakannya Daerah

Percontohan KMD/PKR Lemah Abang adalah : “Menjadikan Daerah itu sebagai

contoh sistem kerja dan pengelolaan program Kesehatan Masyarakat Desa, oleh

suatu Tim Kesehatan Desa (Rural Health), dan juga sebagai daerah pelatihan

lapangan (field training) tenaga-tenaga kesehatan (medis, para medis)”.

          Tim KMD/PKR Lemah Abang terdiri dari petugas kesehatan yang bertugas

sebagai full timer dan merupakan “administrative staff” dalam bidang-bidang :

1. Kuratif – dokter selaku pimpinan Tim, pimpinan proyek

2. Beberapa Penilik Kesehatan yang bertugas dalam : Public Health

Administration dan Statistik, Hygiene dan Sanitasi Lingkungan

3. Gizi (Nutrition)

4. Public Health Nursing

5. Pendidikan Kesehatan (Health Education).

Dapat dikemukakan bahwa Staf KMD/PKR secara keseluruhan, sebelum

ditugaskan dalam pos masing-masing, baik di Dep.Kes. sebagai staf Bagian

KMD/PKR, maupun di Lemah Abang, sebagai Team Staff lapangan, semua

mendapat pendidikan dan pelatihan khusus di Luar Negeri dalam disiplin profesi

masing-masing dalam konteks Kesehatan Masyarakat. Sekembali masing-masing

ke tanahair, masih ada tahap pembinaan intensif dari Kepala Bagian KMD/PKR

yaitu oleh Ibu Dr. J. Soelianti Saroso, mengenai program Rural Health, serta

tentang cara dan mekanisme kerja dalam Tim. Staff Meeting dilakukan secara

Page | 12

Page 13: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

teratur (hampir setiap hari) di Bag. KMD/PKR, Dep.Kes., dengan penugasan-

penugasan khusus, sebelum ke Lemah Abang. Dalam kesempatan pertemuan

seperti ini laporan lisan tentang pelaksanaan tugas dan masalah-masalah juga

dibicarakan bersama. Cara ini menimbulkan rasa kebersanaan, rasa tanggung-

jawab bersama, rasa persaudaraan, lebih-lebih bagi mereka yang memang harus

tinggal di Lemah Abang. Pembentukan dan pengembangan Daerah Percontohan

Lemah Abang mendapat bantuan tehnis dari badan Internasional, dengan

penempatan Team Konsultan (full tmer) di lokasi untuk bidang-bidang : kuratif

(dokter), Environment Sanitation, Public Health Nursing (semuanya dari US-AID)

dan Health Education (dari WHO). Team consultant ini masing-masing

didampingi oleh local national technical counterpart, sebagai Tim KMD/PKR.

Untuk Public Health Administration & Statistics tidak ada consultant tehnisnya.

          H.E. Consultant, Mr. Calhoun dalam masa penugasannya pernah

mengadakan penulusuran jejak karya Hydrick di wilayah Banyumas yang

didampingi Sdr. TarzanPanggabean Bsc, Penilik Kesehatan yang bertugas

dibidang Health Education di lapangan. Keberadaan dan bantuan tehnis dari para

konsultan Luar Negeri membantu upaya meningkatkan mutu kinerja local national

staff. Transfer of knowledge and technology tentang cara kerja dalam Team,

penggunaan alat-alat bantu dalam melaksanakan Pendidikan Kesehatan kepada

masyarakat, cara-cara pendekatan masyarakat.

Peranan Health Education Staff

Sebagaimana halnya tujuan Pendidikan pada umumnya, yaitu menjadikan orang

itu dewasa, memiliki tanggung-jawab untuk diri sendiri dan lingkungan sosialnya,

serta mampu mengambil keputusan yang bijaksana, maka Health Education

sebagai proses yang terarah, menjadikan orang itu “dewasa”, mampu

meningkatkan taraf kesehatan diri sendiri, keluarga dan lingkungannya atas

kesadaran diri tentang pentingnya kesehatan dan melaksanakan pola hidup sehat

atas upaya dan kekuatannya sendiri. Health Education “mengolah” pola pikir

orang, agar ia dapat berpikir rasional, objektif , mampu secara sadar mewujudkan

pengetahuan tentang kesehatan kedalam kehidupan sehari-hari, bahkan dapat

mentransfer pengetahuannya juga kepada orang lain. Para pertugas kesehatan di

Page | 13

Page 14: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

lapangan dibina sedemikian rupa, agar mampu mengembangkan “critical mind”-

nya.

          Dapat dikemukakan bahwa sasaran Health Education bukan hanya

masyarakat saja, tetapi juga para petugas kesehatan. Tujuan tentu berbeda. Bagi

masyarakat, diharapkan agar mereka sadar akan pentingnya kesehatan bagi diri

sendiri, keluarga dan masyarakat lingkungannya, dan bagi Petugas kesehatan, agar

mereka juga dapat menjadi panutan dalam cara hidup sehat, serta mampu

menggunakan tehnologi Health Education dalam melaksanakan tugasnya, yang

dilaksanakan sedemikian rupa, hingga masyarakat yang menjadi sasarannya

menjadikan cara hidup bersih dan sehat sebagai pola hidupnya sehari-hari.

          Pengalaman di Lemah Abang memberikan pelajaran bahwa perubahan

sikap perilaku kesehatan yang diharapkan meskipun hanya dalam lingkup seluas

Keacamatan saja, ternyata memerlukan tindakan-tindakan di tingkat adminsitratif

dan sosial yang lebih tinggi. Untuk itu diperlukan tenaga khusus untuk

menanganinya secara professional. Pengalaman dan pengamatan menunjukkan

bahwa sebagai “health educator” dalam Tim, ia dapat menjadi “Mediator” dalam

menghadapi situasi konflik yang terjadi dalam Tim serta dapat membangun

“networking” antar berbagai program/unit kerja. Singkatnya ia dapat berperan

sebagai ”catalyst” dalam upaya mengadakan perubahan, yang memadukan

pendidikan kesehatan dengan program serta dengan melibatkan peran aktif

masyarakat.

2.1.3 Era Pendidikan Dan Penyuluhan Kesehatan Kurun Waktu 1960-1980)

A. Istilah Pendidikan Kesehatan dan UU Kesehatan 1960

Dr. J. Leimena, selaku Menteri Kesehatan menyampaikan kepada Presiden

Sukarno, Presiden I RI, pada tahun 1955 (dalam buku Kesehatan Rakyat di

Indonesia, Pandangan dan Planning), bahwa merajalelanya berbagai penyakit di

Indonesia pada saat itu adalah karena kurang baiknya keadaan hygiene lingkungan

di Indonesia. Hal ini disebabkan antara lain karena kurangnya pengertian

masyarakat tentang hygiene perseorangan dan hygiene umum. Dalam kaitan itu

Page | 14

Page 15: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

beliau juga menyatakan bahwa pada umumnya semua usaha di lapangan

kesehatan masyarakat tidak akan berhasil jika masyarakat tidak diberikan

pendidikan dan penerangan yang sebaik-baiknya tentang masalah itu. ”The public

health administration can achieve no solid, durable and effective result unless the

public is given Health Education”. Mengenai pentingnya pendidikan kesehatan ini

juga dapat dilihat pada Undang-undang No. 9 Ytahun 1960 tentang Pokok-pokok

Kesehatan.

          Paling tidak ada dua hal penting dalam Undang-undang tersebut yang perlu

dikemukakan dan dijadikan landasan dalam penyelenggaraan Pendidikan

Kesehatan Masyarakat yaitu :

1. Pasal 1, yang menyatakan bahwa Tiap-tiap warganegara berhak memperoleh

derajat kesehatan setinggi-tingginya dan perlu diikut sertakan dalam usaha-

usaha Kesehatan Pemerintah.

2. Pasal 4, yang menetapkan Tugas Pemerintah untuk memelihara dan

mempertinggi derajat kesehatan rakyat dengan menyelenggarakan dan

menggiatkan usaha-usaha dalam lapangan......... butir c. Penerangan dan

Pendidikan Kesehatan Rakyat......dst

Dengan demikian pada saat itu, istilah Pendidikan Kesehatan telah

dipergunakan secara resmi. Tentang apa yang disebut dengan Pendidikan

Kesehatan (Health Education) banyak ahli memberikan definisi (seperti: Dorothy

Neswander, Guy Steuart, Paul Mico, Helen Ross, Iwan Sutjahja, dll). Dari

berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan

merupakan upaya yang ditekankan pada terjadinya perubahan perilaku, baik pada

individu maupun masyarakat. Bahkan dalam salah satu jargonnya, yang bermula

dari Ruskin sebagaimana dikutip di awal bab ini, ditegaskan bahwa fokus Health

Education adalah pada perubahan perilaku itu, bukan hanya pada peningkatan

pengetahuan saja. Oleh karena itu area Pendidikan Kesehatan adalah pada

Knowledge (Pengetahuan), Attitude (Sikap) dan Practice (Perilaku).

Mengenai metode yang dipergunakan dalam pendidikan kesehatan dapat

bervariasi, sesuai dengan keadaan, masalah dan potensi setempat. Namun metode

tersebut harus dikembangkan dari oleh untuk dan bersama masyarakat.

Page | 15

Page 16: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

B. Pendidikan Health Education Specialist

Pada sekitar tahun 1967-1968, semakin disadari bahwa masalah kesehatan

tidak dapat diatasi melalui disiplin ilmu kedokteran saja, tetapi juga perlu

menggunakan ilmu sosial. Itu disebabkan karena masalah kesehatan banyak

terkait dengan masalah sosial, khususnya perilaku masyarakat. Untuk itu

dipikirkan tentang perlunya tenaga khusus pendidikan kesehatan masyarakat

tingkat sepesialis, yang memahami persoalan sosial kemasyarakatan. Hal itu telah

dibawa dan dibahas di dalam Rakerkesnas 1968, dan disepakati perlunya

pengembangan tenaga spesialis bidang pendidikan kesehatan masyarakat.

          Maka diadakanlah proyek khusus Pengadaan Tenaga Health Education

Specialist ini. Kegiatan ini mendapat bantuan dana dan konsultan dari WHO dan

USAID, dan proyeknya bernama: Health Education Manpower Development

Project. Konseptor dari proyek ini adalah Dr. Wiryawan Djojosoegito, Kepala

Biro Pendidikan waktu itu dengan dibantu khususnya Drs. Koento Hidayat dan

Dra.Koesnaniyah Wiryomihardjo. Selaku Pimpinan proyek ditetapkan: Dr.

Soeharto Wiryowidagdo. Tujuan proyek adalah pengadaan sekitar 60 orang HES

(Health Education Specialist) dan memperkuat Fakultas Kesehatan Masyarakat

khususnya di Universitas Indonesia, yang nantinya diharapkan mampu

menyelenggarakan pendidikan tenaga HES tersebut di dalam negeri.

C. Dari Pendidikan ke Penyuluhan

Pada tahun 1975, Struktur Bagian PKM berubah, dari eselon III menjadi

eselon II, tetapi tidak sebagai Biro, melainkan sebagai salah satu direktorat pada

Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat (Ditjen Binkesmas). Pada

waktu itu ada kebijakan Pemerintah dalam penggunaan nomenklatur (istilah/nama

institusi), yaitu bahwa istilah Pendidikan hanya boleh dipergunakan di lingkungan

Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan di luar Depdiknas, nomenklatur

Pendidikan Kesehatan yang dipergunakan adalah Penyuluhan Kesehatan. Dengan

demikian maka Direktorat baru yang menangani masalah Pendidikan Kesehatan

diberi nama Direktorat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, dengan Kepala

Direktoratnya adalah dr Pudjiastuti Pranjoto, MPH (alm). Sedangkan pengertian

Page | 16

Page 17: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

atau konsep Penyuluhan Kesehatan Masyarakat sebenarnya tidak berbeda dengan

Pendidikan Kesehatan. Dalam hal ini, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat diberi

pengertian sebagai ”suatu proses perubahan, pertumbuhan dan perkembangan diri

manusia menuju kepada keselarasan dan keseimbangan jasmani, rohani dan sosial

dari manusia tersebut terhadap lingkungannya, sehingga mampu dan bertanggung

jawab untuk mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri serta masyarakat

lingkungannya” (Direktorat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Ditjen Binkesmas

Depkes, 1976). Tujuan penyuluhan kesehatan masyarakat ini adalah agar: (a)

Kesehatan dianggap sebagai hal yang penting dan diberi nilai tinggi oleh

masyarakat; (b) Masyarakat melakukan tindakan yang perlu untuk mencapai

kesehatan diri dan lingkungannya; (c) Masyarakat berusaha membantu dan

mengembangkan serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia untuk

mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

D. Pendekatan Edukatif

Pendekatan edukatif yang merupakan pendekatan yang dipergunakan

dalam DKI PKM (juga kemudian dalam PKMD), adalah serangkaian kegiatan

untuk membantu masyarakat: mengenali dan menemukan masalah mereka sendiri,

dan kemudian atas dasar rumusan masalah kesehatan yang telah mereka sepakati

dikembangkanlah rencana penanggulangannya. Tujuan utama pendekatan edukatif

adalah untuk mengembangkan kemampuan masyarkat sehingga masyarakat yang

bersangkutan dapat memcahkan masalah yang dihadapi atas dasar swadaya

sebatas kemampuan mereka. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi dasar yang

ditempuh adalah mengembangkan provider dan masyarakat. Yang dimaksud

dengan provider adalah para petugas yang peduli terhadap kesehatan, utamanya

petugas kesehaan yang terlibat langsung dengan masalah kesehatan masyarakat.

Pengembangan provider ini bertujuan agar mereka mempunyai persamaan

pandangan atau sikap positif terhadap kesehatan dan pendekatan edukatif. Secara

lebih rinci pengembangan provider ini diharapkan akan menciptakan suatu kerja

sama lintas sektor yang terkoordinir.

Page | 17

Page 18: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Dalam rangka mewujudkan kerjasama antar provider, dilakukan langkah-

langkah:

1. Pendekatan terhadap para penjabat penentu kebijakan:

Para penjabat lintas sektor baik tingkat pusat, daerah dan lokal, terutama

pejabat pemerintahan (gubernur, bupati, camat, dsb) adalah merupakan kunci

kerja sama. Oleh sebabab itu dalam menggalang kerjasama dalam rangka

pendekatan edukatif ini, harus dilakukan pendekatan terhadap mereka ini.

Tujuan pendekatan kepada para penjabat ini adalah untuk memperoleh

dukungan politis. Dalam perkembangan selanjutnya pendekatan semacam ini

disebut ”advocacy”.

2. Pendekatan terhadap para pelaksana dari berbagai sektor dan tingkat:

Pendekatan ini bertujuan agar para pelaksanan dilapangan dari berbagai sektor

memperoleh pemahaman yang sama terhadap program atau pendekatan yang

akan dilakukan. Pendekatan ini dapat dilakukan baik secara horisontal (antar

sektor pada tingkat sektor yang sama), maupun secara vertikal, antara sektor

yang sama di tingkat administrasi yang berbeda (diatas atau dibawahnya).

3. Pengumpulan data oleh provider tingkat kecamatan:

Data adalah fakta empiris dari lapangan atau masyarakat, dan merupkan bukti

bahwa masalah memang ada di masyarakat secara riil (faktual). Dari data inilah

masalah ada, dan dari masalah inilah program atau kegiatan akan dimulai,

karena program merupakan upaya pemecahan masalah. Oleh sebab itu, para

petugas atau provider harus mengumpulkan sendiri data dan memahaminya

sendiri. Manfaat data bagi provider disamping untuk mengenal masalah yang

ada di masyarakat, juga merupakan pembanding (data awal) yang dapat

digunakan untuk mengevaluasi hasil kegiatan. Jenis data yang diperlukan

antara lain: (i) Data umum, yakni data tentang kondisi geografi wilayah,

demografi, pemuka masyarakat, media komunikasi yang ada, sejenisnya, dan

sebagainya; (ii) Data khusus, yakni data dari masing-masing sektor, antara lain:

data pertanian, pendidikan, kesehatan (jamban keluarga, sumber air bersih,

saluran air limbah, tempat pembuangan sampah, status gizi anak balita, dan

sebaginya, now(), now()); (iii) Data perilaku, khususnya perilaku yang

Page | 18

Page 19: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

berkaitan dengan kesehatan, misalnya: kebaiasaan buang air besar, kebiasan

mandi, kebiasaan makan, perilaku pencegahan penyakit, dan sebagainya.

Sedangkan pengembangan masyarakat pada hakekatnya adalah upaya

menghidupkan atau menggali potensi masyarakat. Dalam perkembangan

selanjutnya upaya ini disebut pemberdayaan masyarakat (community

empowerment). Adapun langkah-langkah pengembangan masyarakat adalah

sebagai berikut:

a. Pendekatan tingkat desa, Sasaran pendekatan ini adalah adalah para tokoh-

tokoh masyarakat tingkat desa, utamanya kepala desa. Tujuan pendekatan ini

adalah agar mereka memperoleh pemahaman tentang program, dan akhirnya

mendukung program tersebut. Agar memperoleh kepercayaan mereka, maka

sebaiknya pendekatan ini dilakukan oleh Kepala Puskesmas bersama-sama

dengan Camat setempat. Akan lebih baik lagi kalau dilakukan oleh tim

Kecamatan yang terdiri dari penjabat lintas sektor tingkat kecamatan yang

dipimpin oleh Camat. Pelaksanaan pendekatan ini dianjurkan diadakan dalam

bentuk pertemuan tingkat desa (kelurahan) yang dihadiri oleh kepala desa dan

stafnya, anggota-anggota Lembaga Sosial Desa dan tokoh-tokoh masyarakat

setempat lainnya. Dalam pertemuan ini tim dari kecamatan menjelaskan

tentang Pengertian pendekatan edukatif serta langkah-langkah selanjutnya yang

perlu dilakukan dalam pengembangan masyarakat.

b. Survai Mawas Diri (community self survey):

Survai Mawas Diri atau Community self survey (CSS) ini merupakan

pengenalan lingkungan sendiri, termasuk masalah yang ada di masyarakat, oleh

mereka sendiri. CSS tidak terlepas dari kegiatan pengumpulan data oleh

mereka sendiri untuk mengenal lebih baik tentang dirinya (masyarakat) sendiri.

Meskipun petugas (tim) kecematan atau provider telah mempunyai data

tentang masyarakat tersebut, tetapi data tersebut dilihat dari kaca mata

provider, yang mungkin agak berbeda dengan yang dilihat atau gambaran dari

masyarakat sendiri. Dengan cara ini maka program akan benar-benar

dikembangkan bertolak dari kebutuhan dan masalah yang ditemukan sendiri

atau oleh masyarakat sendiri, bukan menurut perkiraan provider. Kegiatan

Page | 19

Page 20: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

pokok CSS terdiri dari: Orientasi dan latihan; Pengumpulan data; Pengolahan

dan analisis data; serta Penyajian data.

c. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) Penyajian data (hasil CSS) diusahakan

oleh atau setidaknya di hadapan para tokoh masyarakat desa agar diperoleh

kesepakatan tentang: Masalah yang dirasakan oleh masyarakat, Prioritas

masalah, yaitu masalah yang dianggap perlu dan segera dipecahkan; serta

kesediaan masyarakat untuk ikut berperan sertan secara aktif dalam usaha

pemecahan masalah tersebut. Hal itu dibicarakan dalam suatu forum yang

disebut Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).

d. Perencanaan:

Setelah kesepakatan seperti tersebut diatas tercapai, tim pembangunan desa

yang bersangkutan, dibawah bimbingan tim dari kecamatan atau Puskesmas,

menyusun rencana pemecahan masalah, yang mencakup antara lain: Program

pemecahan masalah, sesuai dengan prioritas masalah yang telah ditentukan

sebelumnya, tujuan dan sasaran program (tujuan umum dan khusus), kegiatan

yang akan dilakukan, termasuk Rencana anggaran dan biaya, serta sumber

dananya.

e. Pelaksanaan:

Hal yang penting dalam tahap pelaksanaan adalah mempersiapkan tenaga-

tenaga pelaksana, termasuk penanggung jawaban pelaksana program.

f. Penilaian:

Pada waktu pelaksanaan program diperlukan pengawasan, monitoring sampai

dengan evaluasi terhadap program atau kegiatan-kegiatan tersebut. Monitoring

dan evaluasi program bukan sekedar apakah kegiatan-kegiatan telah berjalan

sesuai dengan perencanaannya, tetapi juga apakah program mempunyai

dampak terhadap penurunan atau hilangnya masalah. Dengan perkataan lain,

apakah program tersebut mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kesehatan

msyarakat.

E. Berbagai kegiatan penyuluhan kesehatan

Page | 20

Page 21: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Selain mengembangkan DKI PKM dengan menggunakan pendekatan

edukatif, Pusat PKM juga melakukan penyuluhan berbagai program kesehatan

melalui berbagai kegiatan. Penyuluhan langsung melalui media dilakukan melalui

televisi dan radio, baik secara nasional maupun secara lokal di Daerah. Setiap

tahun PKM juga selalu memproduksi berbagai leaflet, poster, radio spot, TV spot,

kalender, dll yang berisi pesan-pesan kesehatan. Berbagai pameran kesehatan juga

digelar, khususnya dalam memperingati hari-hari tertentu, seperti: Hari Kesehatan

Nasional, Hari Kesehatan Sedunia, Hari Tanpa Rokok Sedunia, dll. Dalam rangka

memperingati berbagai hari tertentu itu, PKM lah yang paling sibuk dalam

penyelenggaraannya, sekaligus memanfaatkan momentum hari-hari itu untuk

melakukan penyuluhan kesehatan. Selanjutnya berbagai pedoman, manual, dll

juga diterbitkan, sebagai panduan bagi daerah atau program untuk melakukan

penyuluhan kesehatan. Pelatihan-pelatihan bagi tenaga PKM daerah dan

organisasi kemasyarakatan juga sering diselenggarakan, baik mengenai ke-PKM-

an pada umumnya maupun mengenai metode dan tehnik tertentu, khususnya

dalam pengembangan media penyuluhan. Kerjasama dengan lintas sektor, lintas

program dan organisasi kemasyarakatan dijalin dalam rangka pemberdayaan

masyarakat di bidang kesehatan.

2.1.4 Era Pkmd, Posyandu Dan Penyuluhan Kesehatan Melalui Media Elektronik

(Kurun Waktu 1975 - 1995)

A. Peran Serta Dan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

Perlunya peranserta masyarakat dalam pembangunan, termasuk di bidang

kesehatan, didasarkan pada kesadaran bahwa tidak mungkin pembangunan hanya

dilakukan dan ditanggung oleh pemerintah saja. Masyarakat harus diikut sertakan

dan berperanserta di dalamnya. Masyarakat bukan hanya sebagai obyek, tetapi

juga sebagai subyek pembangunan. Hal ini sejak awal sudah merupakan konsep

dasar pendidikan atau penyuluhan kesehatan, yang sudah dilaksanakan sejak

sebelum dan di awal kemerdekaan. Banyak batasan pengertian tentang peran serta

masyarakat. Berdasarkan pertemuan Alma Ata (1978), WHO memberi rumusan

tentang peran serta masyarakat adalah suatu proses dimana individu dan keluarga:

Page | 21

Page 22: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

1. Bertanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan diri, keluarga dan

masyarakat.

2. Berkembang kemampuannya untuk berkontribusi dalam pembangunan.

3. Mengetahui keadaannya dengan lebih baik dan termotivasi untuk memecahkan

masalahnya.

4. Memungkinkan menjadi penggerak pembangunan (agent of develepment).

Bank Dunia (World Bank, 1978) merumuskan partisipasi masyarakat dari

dimensi cakupannya, yakni:

1. Keterlibatan dari semua unsur yang terlibat dalam proses pengambilan

keputusan terhadap apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara

pelaksanaannya.

2. Kontribusi massa dalam upaya pembangunan, misalnya dalam pelaksanaan

dari keputusan yang telah diambil.

3. Menikmati bersama hasil program pembangunan

Selanjutnya dalam ”World Health Assembly 1979” dirumuskan: Peran serta

masyarakat adalah suatu proses untuk mewujudkan kerja sama kemitraan

(partnership) antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam merencanakan,

melaksanakan dan memanfaatkan kegiatan kesehatan, sehingga diperoleh manfaat

berupa peningkatan kemampuan swadaya masyarakat dan masyarakat ikut

berperan dalam penentuan prasarana dan pemeliharaan teknologi tepat guna dalam

pelayanan kesehatan. Dari berbagai pengertian dan rumusan tersebut dapat

disimpulkan bahwa : Peran Serta Msayarakat adalah proses dimana individu dan

keluarga serta lembaga swadaya masyarakat termasuk swasta:

1. Mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri,

keluarga serta masyarakat.

2. Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam peningkatan

kesehatan mereka sendiri dan masyarkat sehingga termotivasi untuk

memecahkan berbagai masalah kesehatan yang dihadapi.

Page | 22

Page 23: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

3. Menjadi agen, perintis atau penggerak pembangunan kesehatan dan pemimpin

gerakan peran serta masyarakat di bidang kesehatan yang dilandasi semangat

gotong royong.

Dalam perkembangannya nanti, istilah peran serta masyarakat dipandang

kurang dinamis. Istilah tersebut dipandang kurang sesuai dengan isi pengertian

yang dicakupnya. Di dunia internasional, selanjutnya juga digunakan istilah lain

yang lebih menunjukkan tanggungjawab masyarakat yang lebih besar, yaitu:

empowerment, atau community empowerment. Di Indonesia istilah itu menjadi

”pemberdayaan masyarakat”. Dalam berbagai pertemuan dunia/internasional

tentang promosi kesehatan, istilah pemberdayaan masyarakat ini yang kemudian

lebih ditonjolkan.

B. Munculnya PKMD

PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) mulai muncul di

permukaan pada sekitar tahun 1975. Pada waktu itu oleh Depkes dibentuk Panitya

Kerja untuk menyiapkan konsep program Pembangunan Kesehatan Masyarakat

Desa (PKMD). Ketuanya adalah Dr. R. Soebekti, Dirjen Pembinaan Kesehatan

Masyarakat. Landasan dasar dikembangkannya PKMD ini adalah sejarah budaya

bangsa Indonesia yang telah turun temurun, yakni “gotong royong’ dan

“musyawarah”. Mengacu pada dua prinsip ini maka konsep PKMD

dikembangkan dengan semangat kekeluargaan dan saling membantu, yang kuat

membantu yang lemah, yang kaya membantu yang miskin, dan yang sehat

membantu yang sakit. Sementara itu PKMD juga dikaitkan dengan kebijakan

Departemen Dalam Negeri untuk melaksanakan program pembangunan desa

jangka panjang, yaitu untuk menuju desa swasembada dengan pendekatan UDKP

(Unit Daerah Kerja Pembangunan). Tiga tipe daerah pembangunan desa pada

waktu dikelompokkan berdasarkan perkembangannya, yakni : Desa Swadaya

(desa tradisional), Desa Swkarya (desa transsisi), dan Desa Swasembada

(modern).

          Kemudian pada tahun 1976 (Januari) di dalam Rapat Kerja Kesehatan

Nasional ditetapkan bahwa PKMD merupakan pendekatan yang strategis untuk

Page | 23

Page 24: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan dengan target meningkatnya

kesehatan masyarakt. Ditetapkan pula bahwa PKMD adalah program nasional.

Untuk mengoperasikan PKMD pada bulan Maret tahun 1976 diadakan Lokakarya,

yang diahadiri oleh para penjabat Departemen Kesehatan dan Depertemen Dalam

Negeri. Hasil Lokakarya tersebut menetapkan Kabupaten Karanganyar sebagai

daerah uji coba PKMD. Disamping itu Loakakrya juga menetapkan Prokesa

(promoter kesehatan desa) merupakan tenaga lapangan PKMD, dan Dana Sehat

merupakan salah satu elemen pokok PKMD. Selanjutnya pada Rapat Kerja

Kesehatan Nasional tahun 1977, hasil uji coba PKMD di kabupaten Karanganyar

dibahas, dan dari hasil pembahasan tersebut disimpulkan bahwa PKMD

dimantapakan sebagai startegi nasional untuk meningkatkan derajad kesehatan

masyarakat Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Oleh sebab itu implemetasi

PKMD diperluas secara nasional, bukan saja di pedesaan tetapi juga di perkotaan,

sehingga muncul istilah PKMD perkotan.

Dalam pertumbuhannya, PKMD mememperoleh komitmen dari lembaga

lembaga baik pemerintah maupun swasta. Departemen-Departemen dan lembaga-

lembaga non departemen yang telah meberikan komitmen terhadap PKMD

adalah: Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Depertemen

Pertanian, Departemen Sosial, Depertemen Pekerjaan Umum, Departemen Agama

, Departemen Perdagangan dan Industri dan Departemen Keuangan. Sedangkan

lembaga pemerintahan non Departemen, dan lemabga swadaya masyarakat

lainnya yang terlibat adalah: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN), Bank Rakyat Indonesia , Badan Perencanaan Nasional (Bappenas),

Pramuka, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Perkumpulan Kelauraga

Berenecana Indonsia (PKBI), Organisasi Wanita dan Palang Merah Indonsia.

C. PKMD dan Deklarasi Alma Ata

PKMD adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan dengan

berazaskan gotong royong dan swadaya. PKMD dilaksanakan dalam rangka

menolong diri (masyarakat) sendiri untuk mengenal dan memecahkan

masalah/kebutuhan yang dirasakan mayarakat. Kegiatan PKMD ini dimaksudkan Page | 24

Page 25: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

untuk mengembangkan kemampuaan masyarakat dalam bidang kesehatan maupun

dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan. Oleh sebab itu sasaran utama

PKMD adalah: masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kehidupannya

yang sehat dan sejehtera. Dengan demikian sebenarnya PKMD sama dan

sebangun dengan upaya Pendidikan Kesehatan Masyarakat, khususnya yang

dilakukan melalui pengembangan masyarakat (community development).

          PKMD juga merupakan bagian integral dari pembangunan nasional pada

umumnya, dan pembangunan desa pada khususnya. Kegiatan PKMD diharapkan

muncul dari masyarakat sendiri dengan bimbingan dan pembinaan oleh

pemerintah setempat secara lintas program dan lntas sektor. Puskesmas sebagai

pusat pembangunan kesehatan tingkat kecamatan atau kelurahan mengambil

parakarsa dalam pemabangunan kesehatan masyarakat. Tujuan umum PKMD

adalah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri mereka sendiri

dibidang kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan

masyarakat. Sedangkan tujuan khusus PKMD adalah:

1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimiliki untuk

menolong diri sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka.

2. Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan serta

aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.

3. Menghasilkan tenaga-tenaga masyarakat setempat yang mampu, trampil serta

mau berperan aktif dalam kegiatan pembangunan.

4. Meningkatnya kesehatan masyarakat.

PKMD kemudian memperoleh dukungan dunia internasional yang

menggalakkan Primary Health Care, yang dicetuskan dalam “Deklarasi Alma

Ata”. Deklarasi itu dicetuskan pada tahun 1978 dalam suatu konferensi kesehatan

yang dihadiri oleh 140 negara di dunia, termasuk Indonesia, di Alma Ata. Salah

satu keputusan penting konfrensi tersebut adalah dideklarasikan “Sehat Untuk

Semua Pada Tahun 2000” atau yang lebih dikenal dengan “Health For All By The

Year 2000”. Semua negara yang menanda tangani deklarasi Alma Ata tersebut,

termasuk Indonesia sepakat ingin mencapai kesehatan untuk semua tahun 2000

Page | 25

Page 26: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

dan “Primary Health Care” sebagai bentuk operasionalnya.

          Sementara itu Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) yang

telah dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996, sebenarnya sudah merupakan

perwujudan “primary helath care”. Maka kemudian dalam kebijakan nasional

PKMD dikatakan bahwa “Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)

merupakan bentuk kegiatan Primary Health Care” di Indonesia. Dengan adanya

deklarasi Alma Ata yang intinya adalah pelaksanaan primary health care, maka

memberikan dorongan pada pelaksanaan PKMD di Indonesia.

D. PKMD Dan SKN

Pada sekitar tahun 1982 ditetapkan Sistem Kesehatan Nasional oleh

Menteri Kesehatan RI (waktu itu Dr. Suwardjono Suryaningrat) yang menetapkan

pembangunan kesehatan sebagai suatu sistem dari supra sistem pembangunan

nasional. Selanjutnya berdasarkan Ketetapan MPR No. II/1983 tentang GBHN,

disebutkan bahwa “Dalam rangka mempertinggi taraf kesehatan dan kecerdasan

rakyat, pembangunan kesehatan termasuk perbaikan gizi perlu makin ditingkatkan

dengan mengembangkan Sistem Kesehatan nasional (SKN).”

          Peningkatan kesehatan dilakukan dengan melibatkan peran serta

(partisipasi) masyarakat berpengahasilan rendah baik di desa maupun di kota.

Panca Karsa Husada sebagai tujuan pembangunan panjang bidang kesehatan

mencakup: (1) Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya

dalam bidang kesehatan; (2) Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat

menjamin kesehatan; (3) Peningkatan status gizi masyarakat; (4) Pengurangan

kesakitan dan kematian; dan (5) Pengembangan keluarga sehat sejahtera dengan

makin diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

E. Penyebarluasan PKMD

Begitu PKMD memperoleh komitmen nasional bahkan dunia internasional

(melalui Primary Health Care), maka dipersiapkan perangkat keras dan perangkat Page | 26

Page 27: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

lunaknya. Direktorat Jenderal Binkesmas Depkes merupakan unit utama yang

menggerakkan kegiatan ini dengan dukungan semua unit di Depkes dan unit-unit

lain di luar Depkes. Direktorat Puskesmas yang berada di bawah Ditjen

Binkesmas merupakan motor atau sekretariat kegiatan ini, yang menyiapkan

tenaga, dana, sarana, dll yang diperlukan. Direktorat tersebut bekerjasama dengan

Pusdiklat Depkes dan unit-unit lain yang berkaitan, mula-mula menyelenggarakan

pelatihan pelatih untuk beberapa provinsi dan kabupaten. Angkatan pertama

pelatihan pelatih ini diselenggarakan di Bandung pada tahun 1978, dengan peserta

antara lain dari Jawa Barat (kab. Indramayu), Sumatera Barat (kab. Solok), Jawa

Timur (kab. Bangkalan) dan Sulawesi Utara (kab. Tondano). Pelatihan pelatih ini

ditindak lanjuti dengan kegiatan pelatihan di masing-masing kabupaten, dan

demikian seterusnya sampai pelaksanaan di lapangan. Sementara itu disiapkan

pula bahan-bahan berupa pedoman-pedoman, peralatan, dana penunjang, dll.

Pelatihan untuk angkatan-angkatan selanjutnya bagi kabupaten-kabupaten lain di

Indonesia diselenggarakan di Balai Latihan Kesehatan Masyarakat (BLKM

kemudian menjadi Bapelkes) Salaman, Magelang. BLKM Salaman ini kemudian

juga berperan sebagai laboratorium lapangan PKMD.

Demikianlah PKMD berkembang di seleuruh penjuru tanah air. Gemanya

juga cukup keras terdengar dan di beberapa daerah juga melakukan berbagai

inovasi kegiatan. Di antara daerah tersebut adalah Jawa Timur yang pada waktu

itu Kepala Kanwilnya adalah Dr. Suyono Yahya. PKMD yang semula lebih

terbuka (unstructured) berkembang menjadi lebih fokus (semi structured).

Kegiatan yang lebih fokus dan semi structured ini kemudian mengarah pada

perkembangan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Apalagi Dr. Suyono Yahya

kemudian menjadi Dirjen Binkesmas, menggantikan Dr. Subekti yang memasuki

pensiun.

F. Penyuluhan Kesehatan Melalui Media Elektronik

Selain penggerakan dan pemberdayaan masyarakat melalui PKMD dan

Posyandu, penyuluhan kesehatan pada waktu itu juga dilakukan melalui berbagai

media, baik media cetak, media luar ruang, maupun khususnya media elektronik.

Page | 27

Page 28: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Media elektronik itu terutama melalui radio dan televisi, selain juga dilakukan

melalui kaset atau VCD, berupa lagu-lagu atau film lepas, dan belakangan juga

melalui internet. Khususnya penyuluhan melalui radio sudah dilakukan sejak awal

kemerdekaan melalui RRI, meskipun belum terprogram secara tetap. Selain acara

yang berskala nasional juga berlangsung siaran yang bersifat lokal.

          Kemudian pada sekitar tahun 1980-an, Direktorat PKM mempunyai

program tetap penyuluhan kesehatan melalui RRI Program Nasional. Programnya

berupa acara langsung dalam bentuk dialog tentang penyakit-penyakit yang ada di

masyarakat. Tanggapan masyarakat berupa pertanyaan tertulis diajukan ke

Direktorat PKM, yang dijawab oleh pengasuh pada acara dialog selanjutnya, atau

melalui surat. Selanjutnya juga dikembangkan pesan-pesan kesehatan melalui

sandiwara radio (judul: ”Butir-butir Pasir Putih”), yang siarannya dibawakan oleh

para aktor/aktris RRI, dan PKM megirim bahan sampai ratusan naskah.

          Pada sekitar tahun 1995-2000 karena maraknya masalah HIV/AIDS,

dikembangkan sandiwara radio dengan topik HIV/AIDS. Sandiwara yang

dilsiarkan setiap hari itu dilakukan oleh RRI dan terdengar sampai ke Papua.

Khusus untuk sandiwara radio ini juga ada ratusan naskah, dan acaranya disertai

lomba berupa ”kwis” untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan materi

sandiwara. Para pemenang lomba diundang dalam acara konperensi pers. Ada

yang sangat mengharukan: Salah satu pemenangnya adalah mahasiswa ITB yang

menyatakan bahwa hadiahnya akan dipergunakan untuk membayar uang kuliah.

Padahal waktu itu hadiahnya hanya beberapa ratus rupiah saja. Selain itu juga ada

radio spot juga mengenai HIV/AIDS yang sehari diulang sampai lima kali. Acara-

acara itu disponsori oleh Ford Foundation, yang juga mensponsori acara di

televisi. Penyuluhan kesehatan melalui radio ini terus berlangsung sampai

sekarang, bahkan meliputi radio swasta nasional dan lokal, dengan berbagai

program dan topik pesan. Sedangkan acara penyuluhan kesehatan melalui televisi,

mulai berlangsung sejak tahun 1960-an akhir atau 1970-an awal. Pada waktu itu

televisi pada umumnya masih hitam putih, dan bintangnya adalah dr. Herman

Susilo, MPH, kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta waktu itu, dibantu oleh Drs.

Tarzan Panggabean, dari unit PKM DKI Jakarta. Penyuluhan kesehatan berupa

nasehat-nasehat yang diberikan oleh dokter kepada pasiennya yang datang berobat

Page | 28

Page 29: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

dengan berbagai penyakit yang dideritanya. Acara itu cukup berkesan di

masyarakat, dan banyak anak yang mengidolakan profil dr. Herman Susilo. Acara

ini tetap berlangsung meskipun dr. Herman Susilo sudah tidak lagi menjabat

sebagai kepala Dinas Kesehatan DKI. Kemudian juga ada penyuluhan kesehatan

yang diberikan oleh dr. Sumaryati Aryoso, SKM, yang waktu itu menjabat

sebagai kepala Unit PKM DKI Jakarta. Penyuluhan dilakukan dalam bentuk

dialog dengan beberapa orang penanya yang hadir di studio tentang berbagai

penyakit atau masalah kesehatan yang ada di masyarakat.

          Selanjutnya pada sekitar tahun 1980-1995 itu, penyuluhan kesehatan

melalui TVRI diorganisir oleh Direktorat PKM melalui beberapa acara, antara

lain:

1. Sebaiknya Anda Tahu, yang menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan/penyakit yang perlu diketahui oleh masyarakat luas.

2. Dari Desa Ke Desa, mengekspose kegiatan masyarakat desa dalam melakukan

upaya-upaya yang dilakukan masyarakat setempat untuk meningkatkan

kesehatan masyarakatnya.

3. Dewasa Kita, mengekspose satu desa yang masyarakatnya giat melakukan

upaya kesehatan di desanya.

4. Bentuk acara lain, misalnya tentang mereka (petugas kesehatan atau kader

kesehatan) yang berhasil membangun kesehatan masyarakat di wilayahnya.

a. 2.1.5 Era Promosi Kesehatan Dan Paradigma Sehat (Kurun waktu 1995-

2005)

A. Munculnya Istilah Promosi Kesehatan

Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai

dicetuskan setidaknya pada tahun 1986, pada waktu diselenggarakan Konferensi

International Pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada, pada tahun

1986. Pada waktu itu dicanangkan the Ottawa Charter, yang memuat definisi dan

prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah tersebut pada waktu itu di

Page | 29

Page 30: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Indonesia belum bergema. Pada waktu itu, istilah yang ada tetap Penyuluhan

Kesehatan, disamping juga populer istilah-istilah lain seperti: KIE (Komunikasi,

Informasi dan Edukasi), Pemasaran Sosial (Social Marketing), Mobilisasi Sosial,

dll.

          Suatu ketika pada sekitar akhir tahun 1994, Dr. Ilona Kickbush, yang baru

saja menjabat sebagai Direktur Health Promotion WHO Headquarter Geneva,

datang ke Indonesia. Sebagai direktur baru ia mengunjungi beberapa negara,

termasuk Indonesia. Kebetulan pada waktu itu Kepala Pusat Penyuluhan

Kesehatan Depkes juga baru saja diangkat, yaitu Drs. Dachroni MPH, yang

menggantikan Dr. IB Mantra yang purna bakti (pensiun). Dengan kedatangan Dr.

Kickbush, diadakanlah pertemuan dengan pimpinan Depkes dan pertemuan

lainnya baik internal penyuluhan kesehatan maupun external dengan lintas

program dan lintas sektor, termasuk FKM UI. Bahkan sempat pula mengadakan

kunjungan lapangan ke Bandung, yang diterima dengan baik oleh Ibu Neni

Surachni (kepala Sub Dinas PKM Jabar waktu itu) dan teman-teman lain di

Bandung. Dari serangkaian pertemuan itu serta perbincangan selama kunjungan

lapangan ke Bandung, kita banyak belajar tentang Health Promotion (Promosi

Kesehatan). Barangkali karena terkesan dengan kunjungannya ke Indonesia, ia

kemudian menyampaikan usulan agar Indonesia dapat menjadi tuan rumah

Konferensi International Health Promotion yang keempat, yang sebenarnya

memang sudah waktunya diselenggarakan.

Usulan itu diterima oleh pimpinan Depkes (Menteri Kesehatan waktu itu

Prof. Dr. Suyudi). Kunjungan Dr. Kickbush itu ditindak lanjuti dengan kunjungan

pejabat Health Promotion WHO Geneva lainnya, yaitu Dr. Desmond O Byrne,

sampai beberapa kali, untuk mematangkan persiapan konferensi Jakarta. Sejak itu

khususnya Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan

konsep promosi kesehatan tersebut serta aplikasinya di Indonesia. Sebagai tuan

rumah konferensi internasional tentang promosi kesehatan, seharusnyalah kita

sendiri mempunyai kesamaan pemahaman tentang konsep dan prinsip-prinsipnya

serta dapat mengembangkannya paling tidak di beberapa daerah sebagai

percontohan.

          Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di Indonesia

Page | 30

Page 31: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

tersebut dipacu oleh perkembangan dunia internasional. Nama unit Health

Education di WHO baik di Headquarter, Geneva maupun di SEARO, India juga

sudah berubah menjadi Unit Health Promotion. Nama organisasi profesi

internasional juga sudah berubah menjadi International Union for Health

Promotion and Education (IUHPE). Istilah promosi kesehatan tersebut juga

ternyata sesuai dengan perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia

sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat.

B. Strategi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Bertolak dari prinsip-prinsip yang dapat dipelajari tentang Promosi

Kesehatan, pada pertengahan tahun 1995 dikembangkanlah Strategi atau Upaya

Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (disingkat PHBS), sebagai bentuk

operasional atau setidaknya sebagai embrio promosi kesehatan di Indonesia.

Strategi tersebut dikembangkan melalui serangkaian pertemuan baik internal

Pusat Penyuluhan Kesehatan maupun external secara lintas program dan lintas

sektor, termasuk dengan organisasi profesi, FKM UI dan LSM.

          Beberapa hal yang dapat disarikan tentang pokok-pokok Promosi Kesehatan

(Health Promotion) atau PHBS yang merupakan embrio Promosi Kesehatan di

Indonesia ini, adalah bahwa:

1. Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi : Proses

pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi

kesehatannya (the process of enabling people to control over and improve their

health), lebih luas dari Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan. Promosi

Kesehatan meliputi Pendidikan/ Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain

Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari Promosi

Kesehatan.

2. Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan (dapat dikatakan) menekankan pada upaya

perubahan atau perbaikan perilaku kesehatan. Promosi Kesehatan adalah upaya

perubahan/perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai dengan upaya

mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap

perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.

Page | 31

Page 32: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

3. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan)

sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan

rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif.

Promosi Kesehatan juga merupakan upaya untuk menjajakan, memasarkan

atau menjual yang bersifar persuasif, karena sesungguhnya “kesehatan”

merupakan “sesuatu” yang sangat layak jual, karena sangat perlu dan

dibutuhkan setiap orang dan masyarakat.

4. Pendidikan/penyuluhan kesehatan menekankan pada pendekatan edukatif,

sedangkan pada promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya

pendekatan edukatif yang banyak dilakukan pada tingkat masyarakat di strata

primer (di promosi kesehatan selanjutnya digunakan istilah gerakan

pemberdayaan masyarakat), perlu dibarengi atau didahului dengan upaya

advokasi, terutama untuk strata tertier (yaitu para pembuat keputusan atau

kebijakan) dan bina suasana (social suppoprt), khususnya untuk strata

sekundair (yaitu mereka yang dikategorikan sebagai para pembuat opini).

Maka dikenallah strategi ABG, yaitu Advokasi, Bina Suasana dan

Gerakan/pemberdayaan Masyarakat.

5. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan, masalah diangkat dari apa yang

ditemui atau dikenali masyarakat (yaitu masalah kesehatan atau masalah apa

saja yang dirasa penting/perlu diatasi oleh masyarakat, now(), now()); Pada

PHBS, masyarakat diharapkan dapat mengenali perilaku hidup sehat, yang

ditandai dengan sekitar 10 perilaku sehat (health oriented). Masyarakat diajak

untuk mengidentifikasi apa dan bagaimana hidup bersih dan sehat, kemudian

mengenali keadaan diri dan lingkungannya serta mengukurnya seberapa

sehatkah diri dan lingkungannya itu?

Pendekatan ini kemudian searah dengan paradigma sehat, yang salah satu dari

tiga pilar utamanya adalah perilaku hidup sehat. (Sebenarnya ini tidak baru,

karena dalam Posyandu, masalah juga sudah difokuskan pada sekitar 5 masalah

prioritas).

6. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan yang menonjol adalah pendekatan di

masyarakat (melalui pendekatan edukatif), sedangkan pada PHBS/promosi Page | 32

Page 33: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

kesehatan dikembangkan adanya 5 tatanan: yaitu di rumah/tempat tinggal

(where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work),

di tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana

kesehatan (where we get health services). Dari sini dikembangkan kriteria

rumah sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, tempat umum sehat, dll yang

mengarah pada kawasan sehat seperti : desa sehat, kota sehat, kabupaten sehat,

dll sampai ke Indonesia Sehat.

7. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi

oleh kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi

manfaat (mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah

dengan masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga

secara lintas program dan lintas sektor.

8. Sebagaimana pada Pendidikan dan Penyuluhan, Promosi Kesehatan sebenarnya

juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti

hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur

hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan

masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi

kegiatan seperti: advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat, dll. Karena

dituntut untuk dapat mengukur hasil kegiatannya, maka promosi kesehatan

mengaitkan hasil kegiatan tersebut pada jumlah tatanan sehat, seperti: rumah

sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, dst.

Konsep Promosi Kesehatan dan/atau PHBS tersebut selanjutnya digulirkan

ke daerah dan beberapa daerah mencoba mengembangkannya paling tidak di

beberapa kabupaten.

C. Konferensi Internasional Health Promotion IV dan Deklarasi Jakarta

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan IV ini terselenggara pada

bulan Juli 1997 bertempat di Hotel Horison, Ancol, Jakarta. Konferensi I di

Ottawa, Canada (1986) menghasilkan ”Ottawa Charter”, memuat 5 strategi pokok

Promosi Kesehatan, yaitu : (1) Mengembangkan kebijakan yang berwawasan

Page | 33

Page 34: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

kesehatan (healthy public policy; (2) Menciptakan lingkungan yang mendukung

(supportive environment; (3) Memperkuat gerakan masyarakat (community

action; (4) Mengembangkan kemampuan perorangan (personnal skills) ; dan (5)

Menata kembali arah pelayanan kesehatan (reorient health services).

          Konferensi II di Adelaide, Australia (1988), membahas lebih lanjut tentang

pengembangan kebijakan yang berwawasan kesehatan, dengan menekankan 4

bidang prioritas, yaitu: (1) Mendukung kesehatan wanita; (2) Makanan dan gizi;

(3) Rokok dan alkohol; dan (4) Menciptakan lingkungan sehat. Pada tahun 1989

diadakan pertemuan Kelompok Promosi Kesehatan negara-negara berkembang di

Geneva, sebagai seruan untuk bertindak (A call for action). Dalam pertemuan ini

ditekankan bahwa 3 strategi pokok promosi kesehatan untuk pembangunan

kesehatan: (1) Advokasi Kebijakan (advocacy, now(), now()); (2) Pengembangan

aliansi yang kuat dan sistem dukungan sosial (social support, now(), now()); dan

(3)Pemberdayaan masyarakat (empowerment). Selanjutnya pada tahun 1991

diselenggarakan Konferensi ke III di Sundval, Swedia. Konfrensi ini

menghasilkan pernyataan perlunya dukungan lingkungan untuk kesehatan. Untuk

dukungan ini diperlukan 4 strategi kunci, yakni: (1) Memperkuat advokasi

diseluruh lapisan masyarakat; (2) Memberdayakan masyarakat dan individu agar

mampu menjaga kesehatan dan lingkungannya melalui pendidikan dan

pemberdayaan; (3) Membangun aliansi; dan (4) Menjadi penengah diantara

berbagai konflik kepentingan di tengah masyarakat.

          Ketiga konferensi internasional tersebut diselenggarakan di negara maju.

Timbul pertanyaan apakah promosi kesehatan itu hanya sesuai untuk negara maju

saja dan tidak cocok untuk negara berkembang? Untuk membantah keraguan itu,

maka konferensi yang ke IV ini diselenggarakan di salah satu negara sedang

berkembang. Indonesia memperoleh kehormatan untuk menjadi penyelenggaranya

yang pertama. Konferensi ke IV di Jakarta ini dihadiri oleh sekitar 500 orang dari

78 negara, termasuk sekitar 150 orang Indonesia, khususnya dari daerah. Ini

karena konferensi tersebut juga merupakan konferensi nasional promosi kesehatan

yang pertama (Selanjutnya nanti ada konferensi nasional kedua di Hotel Bidakara,

Jakarta, tahun 2000, dan konferensi nasional ketiga di Yogyakarta, tahun 2003).

Konferensi dibuka oleh Presiden RI, Bapak Soeharto, di Istana Negara. Selain

Page | 34

Page 35: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

pembicara-pembicara internasional, juga tampil pembicara Indonesia, yaitu Prof

Dr. Suyudi selaku Menteri Kesehatan, dan Prof. Dr. Haryono Suyono, selain

selaku Menteri Kependudukan juga sebagai pakar komunikasi. Pada acara

Indonesia Day, tampil pembicara-pembicara dari berbagai program, sektor dan

daerah, menyampaikan pengalamannya dalam berbagai kegiatan promosi

kesehatan atau pendidikan kesehatan dalam program atau daerah masing-masing

(diselenggarakan dalam sidang-sidang yang berjalan secara serentak/pararel).

          Konferensi ini bertema: “New players for a new era: Leading Health

Promotion into the 21st century” dan menghasilkan Deklarasi Jakarta, yang diberi

nama: “The Jakarta Declaration on Health Promotion into the 21st Century”.

Selanjutnya Deklarasi Jakarta ini memuat berbagai hal, antara lain sebagai

berikut:

1. Bahwa Konferensi Promosi Kesehatan di Jakarta ini diselenggarakan hampir

20 tahun setelah Deklarasi Alma Ata dan sekitar 10 tahun setelah Ottawa

Charter, serta yang pertama kali diselenggarakan di negara sedang berkembang

dan untuk pertama kalinya pihak swasta ikut memberikan dukungan penuh

dalam konferensi.

2. Bahwa Promosi Kesehatan merupakan investasi yang berharga , yang

mempengaruhi faktor-faktor penentu di bidang kesehatan guna mencapai

kualitas sehat yang setinggi-tingginya.

3. Bahwa Promosi Kesehatan sangat diperlukan untuk menghadapi berbagai

tantangan dan perubahan faktor penentu kesehatan. Berbagai tantangan

tersebut seperti: adanya perdamaian, perumahan, pendidikan, perlindungan

sosial, hubungan kemasyarakatan, pangan, pendapatan, pemberdayaan

perempuan, ekosistem yang mantap, pemanfaatan sumber daya yang

berkelanjutan, keadilan sosial, penghormatan terhadap hak-hak azasi manusia,

dan persamaan, serta kemiskinan yang merupakan ancaman terbesar terhadap

kesehatan, selain masih banyak ancaman lainnya.

4. Bahwa untuk menghadapi berbagai tantangan yang muncul terhadap kesehatan

diperlukan kerjasama yang lebih erat , menghilangkan sekat-sekat penghambat,

serta mengembangkan mitra baru antara berbagai sektor, di semua tingkatan Page | 35

Page 36: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

pemerintahan dan lapisan masyarakat. Bahwa prioritas Promosi Kesehatan

abad 21 adalah :

a. Meningkatkan tanggung jawab sosial dalam kesehatan;

b. Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan;

c. Meningkatkan kemitraan untuk kesehatan;

d. Meningkatkan kemampuan perorangan dan memberdayakan masyarakat;

e. Mengembangkan infra struktur promosi kesehatan.

Selanjutnya menyampaikan himbauan untuk bertindak, dengan menyusun

rencana aksi serta membentuk atau memperkuat aliansi promosi kesehatan di

berbagai tingkatan, mencakup a.l. : (1) Membangkitkan kesadaran akan adanya

perubahan faktor penentu kesehatan; (2) Mendukung pengembangan kerjasama

dan jaringan kerja untuk pembangunan kesehatan; (3) Mendorong keterbukaan

dan tanggungjawab sosial dalam promosi kesehatan.

D. Era Paradigma Sehat: Visi dan Misi Promosi Kesehatan

Pada tahun 1998 Presiden Soeharto digantikan oleh Presiden Habibie.

Sebagai Menteri Kesehatan ditetapkan Prof. Dr. Farid Anfasa Moeloek. Setelah

melalui persiapan antara lain pertemuan dengan para pakar, pertemuan nasional

dengan daerah-daerah, pertemuan lintas sektor dan dengar pendapat dengan DPR,

pada 1 Maret 1999 oleh Presiden Habibie dicanangkan : “Gerakan Pembangunan

yang Berwawasan Kesehatan”, atau dikenal dengan “Paradigma sehat”. Sebagai

konsekwensinya adalah bahwa semua pembangunan dari semua sektor harus

mempertimbangkan dampaknya di bidang kesehatan, minimal harus memberi

kontribusi dan tidak merugikan pertumbuhan lingkungan dan perilaku sehat.

Disebutkan bahwa visi pembangunan kesehatan adalah: Indonesia Sehat 2010,

dengan misi: (1) Menggerakkan pembangunan nasional yang berwawasan

kesehatan; (2) Mendorong kamandirian masyarakat untuk hidup sehat; (3) Page | 36

Page 37: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu; dan (4) Meningkatkan

kesehatan individu, keluarga dan masyarakat termasuk lingkungannya. Salah satu

pilar Indonesia Sehat 2010 tersebut adalah : perilaku sehat, disamping dua pilar

lainnya yaitu: lingkungan sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan

merata.

          Ditetapkan pula strategi pembangunan kesehatan beserta program-program

pokoknya. Dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) disebutkan

bahwa salah satu program pokok pembangunan kesehatan adalah peningkatan

perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat, yang karenanya menempatkan

promosi kesehatan sebagai salah satu program unggulan. Dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 dan Rencana Strategis

(Renstra) Depkes 2005-2009 juga disebutkan bahwa Promosi Kesehatan

merupakan program tersendiri dan diposisikan pada urutan pertama. Ini

menegaskan bahwa Paradigma Sehat dengan Visi Indonesia Sehat-nya tersebut

sangat sesuai dengan Deklarasi Jakarta, dan dengan demikian promosi kesehatan

(termasuk PHBS), yang berorientasi pada perilaku hidup sehat, semakin

memperoleh pijakan yang kuat. Selanjutnya masing-masing program termasuk

Promosi Kesehatan menyusun visi, misi dan program kegiatannya, serta sasaran

atau target yang harus dapat terukur. Dalam kaitan itu ditetapkan Visi Promosi

kesehatan yaitu : Berkembangnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya

sehat. Misinya adalah: (1) Melakukan advokasi kebijakan publik yang berdampak

positif pada kesehatan; (2) Mensosialisasikan pesan-pesan kesehatan; (3)

Mendorong gerakan-gerakan sehat di masyarakat; Strategi pokok Promosi

Kesehatan disingkat ABG, yaitu:

(1) Advokasi, yaitu upaya untuk mempengaruhi kebijakan agar memberikan

kontribusi pada pertumbuhan perilaku dan lingkungan sehat;

(2) Bina Suasana, yaitu upaya pembentukan opini publik untuk mengembangkan

norma hidup sehat; dan

(3) Gerakan pemberdayaan masyarakat, yaitu upaya untuk menggerakkan dan

memberdayakan semua komponen masyarakat untuk hidup sehat.          

Page | 37

Page 38: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Dari visi, misi dan strategi tersebut direncanakan delapan kegiatan pokok,

yaitu: (1) Upaya advokasi; (2) Pembinaan suasana; (3) Pemberdayaan masyarakat;

(4) Pengembangan kemitraan; (5) Pengembangan SDM; (6) Pengembangan Iptek

Promosi Kesehatan; (7) Pengembangan media dan sarana; (8) Pengembangan

infra struktur Promosi kesehatan. Visi, misi, strategi, kegiatan pokok beserta

rincian kegiatan dan tolok ukurnya dan lain-lainnya dituangkan dalam pendoman

tehnis Program Promosi Kesehatan. Kemudian hari dengan beberapa perbaikan

dan penyempurnaan, pedoman tersebut dukukuhkan dengan SK Menteri

Kesehatan RI menjadi Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan.

E. Promosi Kesehatan Di Era Reformasi Dan Desentralisasi

Lahirnya semangat reformasi yang ditingkahi dengan terjadinya

pergantian pemerintahan pada tahun 1998 telah membawa perubahan fundamental

dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Angin reformasi yang bertiup

kencang sejak lengsernya Presiden Soeharto memperoleh wadahnya dalam

sidang-sidang MPR, yang merupakan lembaga tertinggi negara. Akhirnya

dilakukan amandemen terhadap UUD 1945, sesuatu yang “diharamkan” pada era

sebelumnya. Amandemen tersebut bahkan dilakukan beberapa kali, antara lain

menyangkut tentang penghapusan lembaga Dewan Pertimbangan Agung,

dibentuknya Mahkamah Konstitusi, ada Dewan Perwakilan Daerah (DPD),

pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI secara langsung oleh rakyat, dll.

          Salah satu perubahan yang mendasar adalah bergantinya sistem

pemerintahan sentralisasi menjadi desentralisasi, atau otonomi daerah. Semangat

inilah yang mengilhami diundangkannya UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 32

tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta UU No. 25 tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diberlakukan pada tahun 2001.

Sesuai dengan UU tersebut, maka Gubernur, Bupati dan Walikota kini dipilih

langsung oleh rakyat dan karenanya mempunyai kewenangan yang sangat

menentukan, termasuk dalam penentuan organisasi daerah, jabatan dan

personilnya. Sementara itu lembaga legislatif, baik DPR di Pusat maupun DPRD

di daerah mempunyai kewenangan yang lebih besar (bahkan sangat besar) dalam

penyusunan anggaran keuangan baik Pusat maupun Daerah. Berkaitan dengan itu,

Page | 38

Page 39: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

partai-partai politik mempunyai peranan yang sangat menentukan, melalui wakil-

wakilnya yang duduk di pemerintahan (ekskutif) dan lembaga perwakilan

(legislatif), baik di Pusat maupun di daerah.

Untuk mengantisipasi hal ini Departemen Kesehatan dalam hal ini

Promosi Kesehatan menyelenggarakan pertemuan dengan Bupati dan Walikota

seluruh Indonesia pada bulan Juli 2000 yang menyepakati tentang perlunya

perhatian Daerah secara lebih sungguh-sungguh terhadap program kesehatan,

kelembagaan, ketenagaan serta anggaran yang mendukungnya. Berbagai

pertemuan khusus untuk menjelaskan dan mendiskusikan tentang Paradigma

Sehat dan Visi Indonesia sehat 2010 juga diselenggarakan kepada partai-partai

politik dan anggota DPR kkhususnya komisi yang mengurusi bidang kesehatan.

          Demikian pula dengan tujuan yang sama beberapa kali pertemuan khusus

juga digelar di daerah, paling tidak di beberapa propinsi, seperti Banten, Sumatera

Selatan, Bangka Belitung, Sumatera Barat, dll. Belum lagi panduan tertulis

tentang penanganan program-program kesehatan termasuk promosi kesehatan di

daerah. Selanjutnya dalam rangka desentralisasi dan otonomi daerah, setelah

dilakukan pembahasan dan sosialisasi dengan daerah, telah ditetapkan Keputusan

Menteri Kesehatan tentang Stándar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan

di Kabupaten/Kota. Salah satu SPM bidang kesehatan tersebut adalah tentang

Penyuluhan perilaku sehat, yang harus mencakup setidaknya: Rumah tangga sehat

(65%) dan Desa Posyandu Purnama (40%). Selain itu juga ditetapkan bahwa

promosi kesehatan merupakan salah satu pelayanan yang wajib dilakukan di

Puskesmas.

F. Pengembangan Jaringan Dan Kemitraan

Pada era ini juga ditandai dengan berkembangan jaringan (networking)

dan kemitraan (partnership) antara unit promosi kesehatan dengan berbagai pihak,

baik sektor pemerintah maupun swasta dan masyarakat, baik regional maupun

global. Secara nasional dapat disebutkan a.l. : (1) Forum Komunikasi Promosi

Kesehatan, yang anggotanya adalah unit atau lembaga (pemerintah dan

masyarakat) yang peduli dengan upaya promosi kesehatan; (2) Koalisi Indonesia

Sehat (anggota: berbagai unit pemerintah dan swasta serta masyarakat yang peduli Page | 39

Page 40: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

pada Indonesia Sehat, now(), now()); (3) Forum Komunikasi Penanggulangan

Masalah Tembakau (anggota: unit, organisasi profesi dan lembaga peduli masalah

rokok/tembakau, now(), now()); (4) Jaringan Penanggulangan Penyakit Tidak

Menular; (5) Dan lain-lain, seperti: Forum Pengembangan Kota Sehat, Forum

Penanggulangan Penyakit TBC, dll.

Secara regional dan global dapat disebutkan: Mega country Health

Promotion Network, yaitu jaringan sekitar 10 negara di dunia yang berpenduduk

100 juta lebih dalam bidang promosi kesehatan; International Network for Health

Promotion Foundation (Indonesia diwakili oleh Unit Promkes sebelum

mempunyai Yayasan Promosi Kesehatan yang mandiri, now(), now());

International Union for Health Promotion and Education (organisasi profesi

Promosi kesehatan yang bersifat internasional), dll. Dalam kaitan itu

diselenggarakan beberapa kali pertemuan internasional (di Geneva, Jakarta,

Meksiko, Bangkok, Melbourne, dll).

Dalam rangka pengembangan jaringan dan kemitraan itu maka sejak tahun

2000, penyelenggaraan Hari Kesehatan Nasional dilakukan bersama oleh swasta

dan sektor di luar Depkes, sedangkan Depkes dalam hal ini Promosi Kesehatan

berperan sebagai sekretariatnya. Dengan penyelenggaraan oleh swasta itu terasa

bahwa Hari Kesehatan lebih bergema. Demikianlah maka sejak tahun 2000, pada

setiap acara puncak HKN Presiden RI (yaitu Gus Dur, Mbak Mega dan Pak SBY)

selalu hadir dan menyampaikan pesan-pesan kesehatan yang diliput oleh media

massa secara luas.

G. SKN 2004 dan Promosi Kesehatan

Pada tahun 2004 oleh Menteri Kesehatan (Dr. Achmad Sujudi)

ditetapkanlah Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang baru, sebagai pengganti

SKN lama (tahun 1982). SKN baru ini dimaksudkan antara lain untuk

mempertegas makna pembangunan kesehatan dalam rangka pemenuhan hak asasi

manusia dan memperjelas penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai visi

dan misinya. Disebutkan bahwa SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun

berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung, guna

menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan Page | 40

Page 41: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945. Sedangkan

pada hakekatnya SKN adalah juga merupakan wujud dan sekaligus metode

penyelenggaraan pembangunan kesehatan, yang memadukan berbagai upaya

Bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tujuan pembangunan

kesehatan. Sedangkan tujuannya adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan

oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara

sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga tercapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya.

Apa kaitannya dengan Promosi Kesehatan? Dalam SKN tersebut

disebutkan adanya 7 prinsip dasar. Prinsip ke 4 adalah Prinsip Pemberdayaan dan

Kemandirian Masyarakat, dan prinsip ke 5 adalah Prinsip Kemitraan. Tanpa

mengurangi arti upaya kesehatan lainnya, kedua prinsip tersebut sangat erat

kaitannya dengan ruang lingkup upaya promosi kesehatan. Selain itu SKN ini

terdiri 6 subsistem, salah satunya adalah; Subsistem Pemberdayaan Masyarakat.

Disebutkan bahwa Subsistem pemberdayaan masyarakat adalah tatanan yang

menghimpun berbagai upaya perorangan, kelompok dan masyarakat umum di

bidang kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin

tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sedangkan

tujuannya adalah terselenggaranya upaya pelayanan, advokasi dan pengawasan

sosial oleh perorangan, kelompok dan masyarakat di bidang kesehatan dsn

seterusnya. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat dengan segala uraiannya itu

tentu saja merupakan ranah (domein) Promosi Kesehatan.

H. Promosi Kesehatan Pada Program-program Kesehatan

Sebenarnya pada setiap program kesehatan ada komponen promosi

kesehatannya, karena semua masalah kesehatan mengandung komponen perilaku.

Namun karena keterbatasan sumberdaya, pada kurun waktu ini secara nasional,

promosi kesehatan terbatas pada beberapa program prioritas saja. Program-

program kesehatan tersebut adalah: Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak (Khususnya

Pertolongan persalinan dan Penggunaan ASI Eklusif), Peningkatan Gizi Keluarga

dan Masyarakat (termasuk GAKY), Kesehatan Lingkungan (khususnya

penggunaan air bersih, penggunaan toilet/jamban, mencuci tangan dengan sabun),

Page | 41

Page 42: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (khususnya Aktivitas fisik, makan gizi

seimbang dan masalah merokok), Penanggulangan penyalahgunaan NAPZA, dan

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Di daerah, prioritas

program tersebut disesuaikan dengan keadaan, masalah dan potensi daerah.

          Selain itu juga dilakukan promosi kesehatan untuk mendukung beberapa

program khusus. Sebagai contoh adalah kampanye Pekan Imunisasi Nasional

(dalam rangka penanggulangan polio). Demikian pula dalam penanggulangan

HIV/AIDS yang dilakukan promosi kesehatan secara lintas sektoral, juga dalam

menghadapi SARS. Selain itu dilakukan pula promosi kesehatan dalam rangka

penanggulangan masalah tembakau, promosi penggunaan obat generik, dll. Perlu

diakui bahwa masih banyak promosi kesehatan untuk berbagai program kesehatan

lainnya yang belum dapat tertangani.

I. Era Globalisasi Dan Promosi Kesehatan

Kurun waktu 2000 an ini juga merupakan era globalisasi. Batas-batas antar

negara menjadi lebih longgar. Persoalan menjadi lebih terbuka. Berkaitan dengan

era globalisasi ini dapat menimbulkan pengaruh baik positif maupun negatif. Di

satu pihak arus informasi dan komunikasi mengalir sangat cepat. Ilmu

pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Dunia menjadi lebih terpacu dan

maju. Di pihak lain penyakit menular yang ada di satu negara dapat menyebar

secara cepat ke negara lain apabila negara itu rentan atau rawan. Misalnya AIDS,

masalah merokok, penyalahgunaan NAPZA, dll sudah menjadi persoalan dunia.

Demikian pula budaya negatif di satu bangsa/negara dengan cepat juga dapat

masuk dan mempengaruhi budaya bangsa/negara lain.

          Sementara itu khususnya di bidang Promosi Kesehatan, dalam era

globalisasi ini Indonesia memperoleh banyak masukan dan perbandingan dari

banyak negara. Melalui berbagai pertemuan internasional yang diikuti, setidaknya

para delegasi memperoleh inspirasi untuk mengembangkan promosi kesehatan di

Indonesia. Beberapa pertemuan itu adalah sebagai berikut :

1. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan. Konferensi ini bersifat

resmi, para utusannya diundang oleh WHO dan mewakili negara. Selama

kurun waktu 1995-2005 ada tiga kali konferensi internasional, yaitu: the 4th

Page | 42

Page 43: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

International Conference on Health Promotion, Jakarta, 1997, the 5th

International Conference on Health Promotion, Mexico City, 2000, dan the

6th Global Conference on Health Promotion, Bangkok, 2005. Pada

pertemuan di Bangkok istilah International Conference diganti dengan

Global Conference, a.l. karena dengan istilah “Global” tersebut

menunjukkan bahwa sekat-sekat antar negara menjadi lebih tipis dan

persoalan serta solusinya menjadi lebih mendunia. Menkes RI yang hadir

pada konferensi di Jakarta adalah Prof. Dr. Suyudi yang juga menjadi

pembicara kunci pada konferensi tersebut; di Mexico City: Dr. Achmad

Suyudi, yang juga menjadi salah satu pembicara kunci dan bersama para

menteri kesehatan dari negara-negara lain ikut menandatangani “Mexico

Ministerial Statements on health Promotion”; dan yang hadir di Bangkok

adalah Drs. Richard Panjaitan, Staf Ahli yang mewakili Menteri Kesehatan

yang harus berada di tanah air menjelang peringatan proklamasi

kemerdekaan RI. Konferensi di Bangkok ini menghasilkan “The Bangkok

Charter”. Ketiga konferensi tersebut baik proses maupun hasil-hasilnya

memberikan sumbangan yang bermakna dalam perkembangan promosi

kesehatan di Indonesia.

2. Konferensi internasional Promosi dan Pendidikan Kesehatan. Konferensi

ini bersifat keilmuan. Utusannya datang atas kemauan sendiri dengan

mendaftar lebih dahulu. Penyelenggaranya adalah Organisasi Profesi, yaitu

International Union for Health Promotion and Education. Dalam kurun

waktu ini sebenarnya ada empat kali pertemuan, tetapi Indonesia hanya

hadir di tiga pertemuan yaitu di Ciba, Jepang, tahun 1995, di Paris, Perancis,

tahun 2001, dan Melbourne, Australia, 2004. Indonesia tidak hadir pada

pertemuan di Pourtorico, tahun 1998, karena situasi tanah air yang tidak

memungkinkan untuk pergi. Dengan mengikuti konferensi seperti ini, selain

menambah wawasan dan gagasan, juga menambah teman dan jaringan.

3. Pertemuan-pertemuan WHO tingkat regional dan internasional.

Pertemuan seperti ini biasanya diikuti oleh kelompok terbatas, antara 20-30

orang. Sifatnya merupakan pertemuan konsultasi atau juga pertemuan

tenaga ahli (expert). Pesertanya adalah utusan yang mewakili unit Promosi Page | 43

Page 44: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Kesehatan di masing-masing negara, atau perorangan yang dianggap ahli,

yang diundang oleh WHO. Dalam kurun waktu 1995-2005 beberapa kali

diselenggarakan pertemuan konsultasi di New Delhi, India, di Bangkok,

Thailand, di Jakarta, Indonesia, dan beberapa kali di Genewa, Swis,

khususnya dalam kaitannya dengan Mega Country Health Promotion

Network. Pertemuan-pertemuan seperti ini juga memacu perkembangan

promosi kesehatan di Indonesia. Khusus dalam Mega country network ini

diupayakan penanggulangan penyakit tidak menular secara bersama melalui

upaya aktivitas fisik, makan gizi seimbang dan tidak merokok.

4. Pertemuan regional ASEAN. Pertemuan ini diselenggarakan oleh negara-

negara anggota ASEAN. Pertemuan seperti ini diselenggarakan beberapa

kali, tetapi yang menyangkut promosi kesehatan diselenggarakan pada tahun

2002 di Vientiane, Laos. Pertemuan ini menghasilkan Deklarasi Vientiane

atau Kesepakatan Menteri Kesehatan ASEAN tentang “Healthy ASEAN

Lifestyle” (antara lain ditandatangani oleh Dr. Achmad Suyudi selaku

Menkes RI) yang pada pokoknya merupakan kesepakatan untuk

mengintensifkan upaya-upaya regional untuk meningkatkan gaya hidup

sehat penduduk ASEAN. Dalam kesepakatan itu ditetapkan antara lain

tentang visinya, yaitu bahwa pada tahun 2020 semua penduduk ASEAN

akan menuju kehidupan yang sehat, sesuai dengan nilai, kepercayaan dan

budaya lingkungannya.

5. Pertemuan-pertemuan internasional atau regional lainnya, seperti:

International Conference on Tobacco and Health di Beijing, 1997;

International Conference on Working Together for better health di Cardiff,

UK, 1998; dan masih banyak pertemuan lainnya, misalnya tentang

HIV/AIDS di Bangkok, Manila, dll; pertemuan tentang kesehatan

lingkungan di Nepal; pertemuan tentang Health Promotion di Bangkok, di

Melbourne, dll. Ini semua memperkuat jaringan dan semakin memantapkan

langkah di Indonesia.

Selain itu, Indonesia juga banyak menerima kunjungan persahabatan dari

negara-negara sahabat, kebanyakan dari negara-negara yang sedang berkembang

Page | 44

Page 45: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

seperti dari Bangladesh, India, Myarmar, Sri Langka, Maladewa (Maldives) dan

beberapa negara di Afrika. Dalam kesempatan diskusi di kelas maupun kunjungan

lapangan, mereka juga sering memberi masukan dan perbandingan tentang

kegiatan promosi kesehatan.

J. Promosi kesehatan melalui berbagai media

Sebagaimana upaya promosi pada umumnya, Promosi kesehatan tidak

dapat dipisahkan dengan upaya untuk mempromosikan atau menjajagakan sesuatu

yang berupa kesehatan. Kesehatan memang sesuatu yang sebenarnya sangat

diperlukan oleh masyarakat, tetapi masyarakat belum banyak yang

memandangnya sebagai prioritas. Maka benar sekali ungkapan Dr. Mahler, Dirjen

WHO pada sekitar tahun 1985-an bahwa: “Health is not everything, but without

health everything else is nothing”. Selain itu kesehatan juga merupakan karunia

Tuhan yang perlu disyukuri. Karenanya perlu dijaga dan ditingkatkan kualitasnya.

Oleh karena itu seharusnya diperlukan promosi yang gencar untuk menjajakan

kesehatan itu. Upaya mempromosikan kesehatan itu antara lain dilakukan melalui

berbagai media. Baik media cetak, elektronik maupun media luar ruang. Dalam

hal ini media diposisikan sebagai sarana untuk membuat suasana yang kondusif

terhadap perubahan perilaku yang positif terhadap kesehatan. Dalam bahasa

promosi kesehatan, upaya tersebut disebut dengan: “bina suasana”.

          Melalui media cetak telah dikembangkan berbagai leaflet, brosur, poster,

kalender, dan lain-lain. Setiap tahun unit Promosi Kesehatan memproduksinya,

terutama sebagai semacam “proto type” agar dapat dikembangkan lebih lanjut

oleh daerah atau unit yang lain yang memerlukannya, sesuai dengan keadaan,

masalah dan potensi setempat.Juga dikembangkan “Logo Indonesia Sehat” yang

dihasilkan melalui lomba. Dalam rangka memfasilitasi penyelenggaraan promosi

kesehatan di daerah, disusunlah berbagai panduan, seperti: Panduan advokasi,

panduan bina suasana, panduan pemberdayaan masyarakat dan panduan

pengembangan kemitraan.  Selain itu Pusat Promosi Kesehatan juga menerbitkan

majalah: “Interaksi” yang terbit 3-4 kali setahun. Majalah itu merupakan forum

untuk tukar menukar informasi, baik yang berkaitan dengan ide/gagasan (disebut

inter ide) , maupun hal-hal lain (melalui rubrik: inter nest, inter info, inter fokus,

Page | 45

Page 46: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

inter kajian, inter program, inter studi, inter etika, inter iman, dll). Alamat email

redaksi majalah Interaksi adalah: [email protected], atau

[email protected]. Kemudian juga ada majalah khusus GAKY, yang

berkaitan dengan informasi tentang Penanggulangan GAKY (Gangguan Akibat

Kekurangan Yodium), Selanjutnya melalui media luar ruang, dikembangkan

prototype baliho, misalnya mengenai Garam Yodium, Penanggulangan Masalah

Rokok, dll. Beberapa pesan tentang masalah rokok sampai sekarang masih

terpampang di halaman parkir dan pintu masuk Dep-kes. Mobil jemputan pegawai

Depkes yang melewati jalan-jalan utama Jakarta juga pernah dipasangi pesan-

pesan kesehatan. Dan setiap Hari Kesehatan Nasional dan hari-hari tertentu

lainnya, Pusat Promosi Kesehatan bekrjasama dengan pihak-pihak lain juga

menyelenggarakan pameran kesehatan.

Sedangkan melalui media elektronik, dilakukan promosi atau bina suasana

melalui televisi, radio, dll. Antara lain sinetron Kupu-kupu ungu (13 episode) dan

beberapa film lepas yang sudah disampaikan pada bab IV. Selanjutnya juga

dilakukan penyampaian pesan melalui ”radio spot”, ”TV spot” atau ”filler”

mengenai berbagai macam program. Salah satunya yang cukup terkenal pada

waktu itu adalah dengan judul: ”Jangan Lupa” yang disampaikan oleh Butet

Kertajaya dengan kocaknya. Juga diproduksi filler tentang Penanggulangan

GAKY, Ibu Hamil, Napza/Narkoba, Gizi, Gaya Hidup Sehat, dll, serta khususnya

tentang Pekan Imunisasi Nasional yang dibawakan oleh kelompok Rano Karno

dan Mandra dengan sangat kocaknya.

Sebagaimana disampaikan pada bab IV, pesan-pesan kesehatan yang

disebar luaskan melalui media televisi itu beberapa cukup berhasil membina

suasana dan mengajak masyarakat untuk berbuat sesuatu. Namun beberapa juga

ada yang kurang mendapat sambutan masyarakat. Pada umumnya orang tahu

bahwa tayangan melalui teleivisi itu biayanya sangat mahal. Sementara itu pada

saat ini pilihan saluran TV cukup banyak, sehingga upaya penyebar luasan

informasi melalui televisi ini perlu dihitung dengan cermat plus minusnya.

          Selanjutnya juga diproduksi kaset dan VCD, berisi lagu, film atau pesan

lainnya, yang kemudian disebar luaskan ke daerah dan media. Dikembangkan

Page | 46

Page 47: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

pula pesan melalui internet, dengan kode: www.promosikesehatan.com, dan untuk

interaksi dapat digunakan email dengan kode: [email protected].

K. Profil Promosi Kesehatan 2003

Promosi Kesehatan adalah upaya yang menekankan pada proses dengan

tetap memperhatikan hasil (the process as well as content). Beberapa hal yang

dapat dicatat sebagai profil promosi kesehatan, secara rinci dapat dilihat di buku :

Profil Promosi Kesehatan 2003, sedangkan secara garis besar adalah sebagai

berikut:

1. Dalam upaya advokasi, telah dihasilkan beberapa keputusan yang

menyangkut kebijakan yang berkaitan dengan: “social enforcement” garam

beryodium, kawasan tanpa rokok, kabupaten/kota sehat, program langit

biru, dll. Selain itu sekitar 20 provinsi juga telah mengeluarkan Surat

Keputusan atau Edaran yang berkaitan dengan PHBS, garam yodium,

penanggulangan AIDS, Kawasan Tanpa Rokok, dll.

2. Dalam upaya bina suasana atau pembentukan opini masyarakat untuk

membudayakan perilaku sehat telah dilakukan penyebaran informasi

kesehatan, melalui media televisi, radio, media cetak, pameran, media luar

ruang lainnya, penyuluhan melalui mobil-mobil unit penyuluhan dan

penyuluhan melalui kelompok dan diskusi interaktif. Penyebaran informasi

kesehatan itu dilakukan baik di Pusat maupun Daerah, tentang berbagai

topik, masalah atau program kesehatan, seperti: GAKY, AIDS, Gaya Hidup

Sehat, dll, termasuk kampanye tentang penanggulangan dampak

pengurangan subsidi energi.

3. Dalam upaya pengembangan perilaku hidup sehat, 30 provinsi melaporkan

telah mengembangkan PHBS di berbagai tatanan: jumlah kumulatifnya

sebanyak 7.5 juta lebih di tatanan rumah tangga, 53 ribu lebih di tatanan

sekolah (SD, SMP, SMU), 260 ribu lebih di tempat kerja (kantor

pemerintah, kantor swasta, pabrik), 26 ribu lebih di tatanan tempat umum

(terminal, pelabuhan, pasar), dan 5 ribu lebih di tatanan sarana kesehatan

(pemerintah dan swasta).

Page | 47

Page 48: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

4. Dalam upaya peningkatan kemitraan untuk meningkatkan efektivitas dsan

efisiensi upaya promosi kesehatan, dilakukan berbagai kegiatan, seperti:

reorientasi LSM termasuk di provinsi, sosialisasi Indonesia Sehat ke partai

politik, organisasi kemasyarakatan dan wartawan, pertemuan-pertemuan

lintas program dan lintas sektor, juga berbagai pertemuan bersama LSM,

Sektor Swasta, Organisasi Profesi, Ormas Kepemudaan, Ormas Wanita,

Ormas Keagamaan, dll.

5. Pengembangan SDM Promosi Kesehatan, baik bagi pengelola program

maupun pelaksana di lapangan, termasuk tokoh masyarakat dan kader.

Dalam kaitan itu pada tahun 2002 tercatat ada 54 tenaga promosi kesehatan

di Pusat dan beberapa daerah mengikuti pendidikan formal (D3, S1 dan S2).

Sedangkan tenaga yang mengikuti pelatihan tentang promkes dalam tahun

2002 itu tidak kurang dari 600 orang, berasal dari Pusat dan sedikitnya dari

20 provinsi. Selain itu juga telah ditetapkan sebanyak 856 orang tenaga

jabatan profesional penyuluh kesehatan (98 orang ahli dan 758 orang

terampil), baik di Pusat maupun di daerah.

6. Dalam upaya pengembangan metode dan teknik promosi kesehatan, antara

lain dihasilkan: Promosi kesehatan (Promkes) di kawasan pariwisata,

Promkes di perusahaan, Promkes dalam era desentralisasi, Promkes dalam

pemberdayaan keluarga, Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, Promkes

di pondok pesantren, Pengembangan Kota Sehat, Pemanfaatan Dana Sosial

dan Keagamaan untuk Kesehatan, dll. Yang juga perlu disebutkan di sini

adalah: Pengembangan Sistem Surveilans Perilaku Beresiko Terpadu (yang

dipandang sebagai surveilans generasi kedua, setelah surveilans penyakit)

dan Pengembangan Sistem Informasi PHBS di berbagai tatanan.

7. Pengembangan media dan sarana promkes, antara lain pengembangan studio

mini dan mobil unit penyuluhan di Pusat dan 5 provinsi proyek Kesehatan

Keluarga dan Gizi beserta sarana kelengkapannya, serta berbagai prototype

media di Pusat untuk kemudian dikembangkan di daerah. Dikembangkan

pula media interaksi baik melalui majalah tiga bulanan maupun melalui

internet.Page | 48

Page 49: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

8. Pengembangan infra struktur khususnya yang menyangkut organisasi dan

kelembagaan, serta penganggaran, hasilnya mengalami pasang surut.

Demikian pula yang terjadi di daerah, ada yang muncul dan ada yang

terintegrasi dengan unit lain, sesuai dengan potensi, keadaan dan

perkembangan di daerah. Di beberapa daerah juga dibentuk Badan

Koordinasi Promosi Kesehatan Provinsi, seperti yang terjadi di Sumatera

Utara, Jawa Barat, DIY dan Lampung.

Selain itu dapat disampaikan bahwa pengembangan anggaran biaya untuk

kegiatan promosi kesehatan selama ini mengalami fluktuasi. Pada awal Repelita I

sampai VI tersedia dana melalui APBN termasuk bantuan luar negeri yang

jumlahnya belum memadai. Namun belakangan ini pada masa reformasi terjadi

peningkatan anggaran yang cukup besar, baik yang berasal dari APBN maupun

APBD bagi daerah otonom.

L. Dari Direktorat Menjadi Pusat, Kembali Direktorat Dan Pusat Lagi

Setelah selama sekitar 8 tahun menjadi Bagian, pada tahun 1975

berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 125 Tahun 1975, Bagian

PKM Biro V Pendidikan Depkes tersebut berkembang menjadi Direktorat

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM) pada Direktorat Jenderal Pembinaan

Kesehatan Masyarakat (Binkesmas). Diangkat sebagai Kepala Direktorat adalah

Dr. Pudjiastuti Pranjoto, MPH, yang memperoleh pendidikan tentang Health

Education di University of Berkeley, USA. Salah satu Kepala Subditnya adalah

Dr. I.B. Mantra, MSc., yang setelah selesai dari kegiatan Work Experience di

Bandung (beliau sebagai salah seorang supervisornya), beliau belajar di Harvard

University, USA. Pada masa inilah pemantapan pendidikan Health Education

Specialist baik di dalam maupun di luar negeri, pengembangan tenaga Wakil

Koordinator (Wator) di tingkat kabupaten, serta diperkenalkannya daerah

percontohan PKM yang disebut Daerah Kerja Intensif (DKI) PKM.

          Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 558 Tahun

1984, unit Direktorat PKM Ditjen Binkesmas tersebut berubah menjadi Pusat

Page | 49

Page 50: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

PKM di bawah Sekretariat Jenderal. Sebagian tugas pokok Direktorat PKM

tersebut ditambah dengan beberapa tugas lain menjadi Direktorat baru yaitu

Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat (BPSM) yang tetap berada di lingkungan

Ditjen Binkesmas. Sementara itu di bawah Ditjen Binkesmas juga ada Direktorat

Bina Puskesmas, yang kemudian menjadi motor pengembangan kegiatan

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Kepala Pusat PKM adalah

Dr. I.B. Mantra, MSc, dan Kepala Direktorat BPSM adalah Dr. Sonya Roesma,

SKM, sedangkan Kepala Direktorat Bina Puskesmas adalah Dr. Soeharto

Wiryowidagdo, MPH. Pada periode inlah Pusat PKM mengembangkan dan

memproduksi berbagai media, a.l. serial sinetron Dr. Sartika melalui TVRI (satu-

satunya saluran TV waktu itu), yang mendapatkan sambutan hangat dari

masyarakat.

          Selanjutnya pada tahun 2000, diadakan reorganisasi Depkes. Berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 130 Tahun 2000, unit Pusat PKM berubah

lagi menjadi Direktorat Promosi Kesehatan pada Ditjen Binkesmas. Direkturnya

adalah Drs. Dachroni, MPH, yang sebelumnya telah menjadi Kepala Pusat PKM

sejak 1994, menggantikan Dr. I.B. Mantra yang memasuki usia pensiun. Pada

masa inilah diperkenalkan Pengembangan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat) sebagai cikal bakal Promosi Kesehatan, yang kemudian menjadi

nomenklatur PKM di lingkungan Depkes. Pada masa ini pula diselenggarakan

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ke-4, yang menghasilkan Deklarasi

Jakarta, yang menjadin acuan kegiatan promosi kesehatan di dunia. Sesuai dengan

KepMenkes tersebut, Direktorat BPSM dilikuidasi. Salah satu subditnya masuk di

Direktorat Promosi kesehatan, sedangkan subdit lainnya ada yang bergabung

dengan Direktorat baru yaitu Dit. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

(JPKM), Dit. Kesehatan Tradisonal, dll.

          Satu hal yang menjadi catatan sejarah adalah bahwa pada tahun 2001 pada

era Presiden Abdurrahman Wahid, Departemen Kesehatan dan Departemen Sosial

digabung menjadi satu Departemen, yaitu Departemen Kesehatan dan Sosial RI.

Konsekwensinya adalah bahwa unit-unit di kedua departemen tersebut juga

disatukan, salah satunya adalah Direktorat Promosi Kesehatan Depkes dan Pusat

Penyuluhan Sosial Depsos. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan dan Sosial

Page | 50

Page 51: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

RI Nomor 446 Tahun 2001, unit tersebut ditetapkan menjadi Direktorat Promosi

Kesehatan dan Penyuluhan Sosial di bawah Ditjen Pemberdayaan Sosial RI. Surat

Keputusan sudah ditandatangani, dan telah ditetapkan Drs. Dachroni, MPH

sebagai direkturnya, tinggal menunggu saat pelantikannya saja. Struktur

organisasi ini tidak pernah diberlakukan, karena sebelum pelantikan telah terjadi

pergantian pemerintahyan dari Presiden Abdurrahman Wahid kepada Presiden

Megawati Soekarnoputeri, yang kembali memisahkan Depk. Kesehatan dan Dep.

Sosial RI.

 Akhirnya melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1227 Tahun

2001, Direktorat Promosi Kesehatan berubah status menjadi Pusat Promosi

Kesehatan di bawah Sekretariat Jenderal. Sudit Peran Serta Masyarakat terpisah

dari Pusat Promosi Kesehatan, bergabung dengan Direktorat baru, menjadi

Direktorat Kesehatan Komunitas, di bawah Ditjen Binkesmas. Dit JPKM tetap

ada, juga di bawah Ditjen Binkesmas. Sebagai Kepala Pusat ditetapkan Drs.

Dachroni, MPH, dan waktu ia pensiun pada tahun 2004, ia digantikan oleh

Bambang Hartono, SKM, MSc.

M.Direktorat BPSM, JPKM dan Kesehatan Komunitas

Sebagaimana disebutkan di muka, bahwa pada sekitar tahun 1985

berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 558 Tahun 1984 dibentuk

organisasi baru antara lain Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat (BPSM) di

lingkungan Ditjen Binkesmas. Sebagai sebuah organisasi baru yang ditugaskan

untuk mengelola dan mengembangkan peran serta masyarakat, Di.Bina PSM

memiliki sub.dit Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) yang

sebelumnya berada pada Direktorat Bina Puskesmas. Sub.dit ini memiliki seksi

PKMD dan PKMD Perkotaan (PKMD/K). Sub.dit inilah yang kemudian bersama

unit kerja terkait lainnya mengembangkan Posyandu. Secara kelembagaan sub.dit

PKMD bertanggung jawab untuk melakukan berbagai upaya pembinaan dan

pengembangan Posyandu, dan secara teknis memperoleh bantuan kerjasama yang

erat dari unit organisasi terkait, seperti Gizi, Imunisasi, Diare, KIA bahkan

BKKBN.

          Periode ini merupakan salah satu periode penting dalam perkembangan

Page | 51

Page 52: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

organisasi pendidikan kesehatan, karena selain pada tingkat Pusat ada Pusat PKM

dan Direktorat BPSM, pada tingkat propinsi terdapat Seksi PSM yang ada di

Kantor Wilayah Departemen Kesehatan (Kanwil Dep.Kes), dan Sub.Dinas PKM

pada Dinas Kesehatan Propinsi. Sementara itu pada tingkat kabupaten cerminan

serupa diatas juga masih tercerminkan, karena di kabupaten masih ada Kantor

Departemen Kesehatan ( Kandep.Kesehatan), dan Dinas Kesehatan Kabupaten.

          Yang menarik dari Dit.Bina PSM ini pada waktu itu sudah mulai

melakukan upaya rintisan untuk mengantisipasi masalah pembiayaan kesehatan

yang pada era tahun 2000 malah menjadi topik nasional dari pembangunan

kesehatan, yaitu dengan munculnya seksi Dana Sehat walaupun strukturnya masih

merupakan sebuah seksi saja. Ternyata dalam perkembangan lebih lanjut, masalah

pembiayaan kesehatan telah ditetapkan oleh para pengambil keputusan di

Departemen Kesehatan sebagai bagian terpenting dari sekian banyak topik dan

masalah peran serta masyarakat.

Hal ini menjadi latar belakang kebijakan penting dari lahirnya Direktorat

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Dit.JPKM), sebagai pengembangan lebih lanjut

dari Dit.Bina PSM dan masih tetap berada dilingkungan Dit.Jen Binkesmas. Maka

lahirlah Dit.JPKM, dan sirnalah Dit.BPSM atau dengan kata lain berakhirlah

periode peran serta masyarakat dalam bentuk kegiatan Posyandu, digantikan oleh

program JPKM yang melahirkan Badan Penyelenggara Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan Masyarakat ( Bapel JPKM). Berbeda dengan Posyandu yang ada

ditingkat akar rumput yaitu desa, maka Bapel JPKM berada diibukota Kabupaten.

          Praktis dengan lahirnya program JPKM sebagai primadona peran serta

masyarakat dalam pembangunan kesehatan, maka sirnalah era Posyandu yang

konon pada masa puncaknya pernah melahirkan tidak kurang dari 240.000 buah

Posyandu sebagai bentuk peran aktif masyarakat. Dan untuk tidak memberikan

kesan seolah peran serta masyarakat kurang penting, maka berbagai hal yang

terkait dengan hal tersebut akan dikelola oleh sebuah unit organisasi setingkat

sub.dit, yaitu sub.dit Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).

          Selanjutnya pada reorganisasi Depkes tahun 2000 muncul Direktorat

Kesehatan Komunitas, di bawah Ditjen Binkesmas. Direktorat ini mempunyai

beberapa sub direktorat antara lain UKBM dan PKMD Perkotaan. Dengan

Page | 52

Page 53: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

demikian upaya pemberdayaan masyarakat sepertinya menjadi urusan Direktorat

baru ini. Sementara itu Direktorat JPKM masih tetap bertahan, yang juga berada

di lingkungan Ditjen Binkesmas. Sedangkan Pusat Promosi Kesehatan yang

berada di lingkungan Sekretariat Jenderal mengurusi bidang metode, teknik dan

sarana promosi serta kemitraan dan peran serta masyarakat.

N. Unit PKM/Promosi Kesehatan di Daerah

Keberadaan unit PKM dalam organisasi kesehatan di daerah (provinsi dan

kabupaten/kota) sebenarnya sudah ada sejak dicanangkannya pembangunan

nasional melalui Repelita I tahun 1969. Pada beberapa provinsi yang relatif maju,

unit PKM sudah dibentuk sejak tahun 1967 setelah pemberlakuan struktur

organisasi Depkes tahun 1967. Pada waktu itu kegiatan-kegiatannya masih

terbatas pada dukungan terhadap upaya penenggulangan beberapa penyakit

menular di daerah tersebut dengan metoda dan sarana yang masih sangat terbatas.

Tersedianya dana melalui APBN yang kemudian dituangkan dalam bentuk proyek

di daerah, ternyata memberikan dukungan sangat berarti bagi kegiatan PKM di

daerah. Hal ini semakin meningkat dan memperoleh momentum setelah pada

sebagian besar provinsi ditempatkan tenaga spesialis Penyuluh Kesehatan (HES).

          Pada mulanya PKM berupa unit yang pada sebagian daerah berdiri sendiri

atau menjadi bagian dari Direktorat Daerah yang merupakan cerminan dari

struktur yang berlaku di tingkat Nasional. Kemudian sesuai dengan kewenangan

otonomi daerah yang dimiliki oleh provinsi dan semakin dipahaminya arti penting

PKM, maka status PKM menjadi Direktorat Daerah (eselon III) dalam struktur

organisasi Inspektur / Dinas Kesehatan Provinsi. Ini terjadi sekitar tahun 1979-an,

dan ini juga tercermin pada struktur organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten, yang

menempatkan unit PKM pada seksi (eselon IV). Tenaga pengelola PKM di

kabupaten pada waktu itu pada umumnya adalah tenaga perawat atau sanitarian

zdengan ketrampilan PKM yang terbatas.

 Pada waktu itu belum ada tenaga PKM di front terdepan yaitu Puskesmas.

Itu karena dianut prinsip bahwa penyuluhan kesehatan adalah bagian yang

terintegrasi dengan semua program di Puskesmas, dan penyuluhan kesehatan

Page | 53

Page 54: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

dapat dilakukan oleh siapa saja di Puskesmas. Akibatnya, kegiatan PKM menjadi

tidak terarah dan dijalankan secara sambil lalu saja.

Dengan pembentukan Kantor Wilayah pada tahun 1985, sebagian tugas

PKM yaitu pengembangan masyarakat dialihkan dan ditangani oleh Kantor

Wilayah, yaitu oleh seksi Peran Serta Masyarakat. Sedangkan sebagian yang lain

masih tetap berada di Dinas Kesehatan dan dikelola oleh Sub Dinas Penyuluhan

Kesehatan Masyarakat. Hal ini juga tercermin di kabupaten/kota, yang tercermin

dalam organisasi Kandep dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pada waktu itu

memang sering terjadi rivalitas antara kedua unit yang sama-sama mengurusi

penyuluhan/pemberdayaan masyarakat itu. Rivalitas itu ada yang berkembang

positif dengan kerjasama yang baik, tetapi ada juga yang kurang berjalan baik.

          Dengan diberlakukannya otonomi daerah secara penuh pada tahun 2001

melalui UU No. 22 Tahun 1999, maka kewenangan pembentukan organisasi

daerah sepenuhnya berada dalam tangan pemerintah daerah kabupaten dan kota.

Hal itu juga berimbas pada struktur organisasi dinas kesehatan, termasuk unit

promosi kesehatan. Struktur organisasi promosi kesehatan menjadi sangat

bervariasi. Ada daerah yang menempatkannya dalam sub dinas tersendiri, ada

yang menjadi seksi/bagian dari subdinas lain, dan ada juga yang hanya menjadi

program tanpa eselon. Bahkan ada pula yang hilang sama sekali dari peredaran.

Hal ini tentunya menjadi bahan renungan dan pemikiran untuk dicarikan solusinya

yang terbaik.

O. Organisasi Profesi PPKMI

Di satu pihak dengan semakin berkembangnya program PKM/Promosi

Kesehatan dengan organisasi formal pengelola di belakangnya dan di lain pihak

meningkatnya kesadaran dan kecerdasan masyarakat di bidang kesehatan

mempersyaratkan bahwa tenaga PKM/Promosi kesehatan haruslah profesional

dan dapat diandalkan. Untuk itu diperlukan faktor pendukung seperti organisasi

profesi yang mampu menghimpun dan membina anggotanya sehingga memiliki

keahlian dan ketrampilan yang mumpuni dan sekaligus dapat mengangkat citra Page | 54

Page 55: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

PKM/Promosi kesehatan didalam lingkungan kesehatan maupun masyarakat pada

umumnya.

          Menyadari akan hal ini, maka pada tahun 1988 sekelompok ahli dan

peminat pendidikan dan promosi kesehatan masyarakat mendirikan suatu

organisasi profesi bernama Perkumpulan Pendidikan Kesehatan Masyarakat

Indonesia (PPKMI) yang kemudian disempurnakan menjadi Perkumpulan

Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia (Perkumpulan PPKMI).

Organisasi ini disahkan melalui Akte Notaris Eko Hari Poernomo,SH no. 3 tgl 1

Agustuis 2003. Pada hakekatnya organisasi ini tidaklah sepenuhnya mandiri tapi

bernaung dibawah organisasi Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia

(IAKMI).

          Hubungan ini menggambarkan eratnya hubungan antara promosi kesehatan

dengan kesehatan masyarakat pada umumnya. Dengan terbentuknya organisasi

ini, dirumuskan pula visi, misi, tujuan, strategi dan program-program pokok

PPKMI. Visi PPKMI adalah : Perilaku hidup sehat bagi masyarakat Indonesia

guna terciptanya kualitas sumber daya manusia Indonesia yang optimal. Misinya

adalah : Meningkatkan kemampuan profesional di bidang promosi dan pendidikan

kesehatan masyarakat agar berperan optimal dalam pembangunan kesehatan.

          Sedangkan Tujuan PPKMI adalah : 1). Berperan aktif dalam pembangunan

kesehatan dengan menerapkan promosi dan pendidikan kesehatan masyarakat; 2).

Mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan di bidang promosi dan

pendidikan kesehatan masyarakat melalui seminar, simposium, sarasehan,

penelitian dan pelatihan; 3). Meningkatkan kemampuan organisasi dan

kesejahteraan anggotanya; 4). Mengatur standardisasi dan akreditasi profesi; 5).

Memberikan umpan balik atau masukan pada kebijakan.

          Adapun Strategi yang ditetapkan adalah : 1) Advokasi di bidang kesehatan

dengan menempatkan bidang kesehatan sebagai agenda pokok dalam kebijakan

yang berpengaruh pada masyarakat luas; 2) Meningkatkan dukungan sosial

dengan menekankan pada terciptanya lingkungan yang mendukung serta

kemitraan dan jaringan kerja yang dapat memberikan dukungan untuk terciptanya

perilaku hidup sehat. 3) Pemberdayaan masyarakat dengan memberikan bekal

pada setiap individu, keluarga dan kelompok yang ada di masyarakat akan

Page | 55

Page 56: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

pengetahuan dan kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat dalam

pemecahan masalah kesehatan perorangan maupun kesehatan masyarakat umum.

          Selanjutnya juga dirumuskan Program Pokok: 1) Mengembangkan bidang

penelitian dan pengembangan program promosi kesehatan; 2) Mengembangkan

program peningkatan kualitas SDM sehingga mampu berperan dalam upaya

promosi kesehatan secara optimal; 3) Melakukan kemitraan dengan berbagai

pihak terkait dalam mendukung upaya promosi kesehatan berdasarkan prinsip

kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan.

Selama ini organisasi tersebut telah terlibat dalam berbagai kegiatan antara

lain: 1) Kegiatan Penelitian berupa pengembangan dan penyempurnaan indikator

perilaku hidup bersih dan sehat tahun 2001-2002 dalam kerjasama dengan Pusat

Promosi Kesehatan, Litbangkes Depkes dan BPS; 2) Kegiatan Pelatihan dalam

bentuk pelatihan tenaga PKM trampil dan ahli di tingkat pusat dan provinsi tahun

2002, 2003 bekerjasama dengan Pusat Promosi Kesehatan, Dinas Kesehatan

Provinsi dan Diklatkes Depkes. 3) Pengembangan Organisasi menyangkut

penyusunan etika profesi promosi, penyuluh dan pendidik kesehatan masyarakat

Indonesia dan terlibat dalam penyelenggaraan Konferensi Nasional Promosi

Kesehatan; 4) Menyiapkan tenaga konsultan.

 Dalam hal konferensi nasional itu PPKMI bekerjasama dengan Pusat

Promosi Kesehatan Depkes telah tiga kali menyelenggarakan konferensi nasional

promosi kesehatan. Pertama di Hotel Horizon, Ancol, pada tahun 1997,

bersamaan dengan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ke-4. Kedua di

hotel Bidakara, Jakarta pada tahun 2001 dan ketiga di Yogyakarta pada tahun

2004.

          Pengurus Perkumpulan PPKMI periode 2002-2005 (sekarang) dipimpin

oleh dr. Zulasmi Mamdi, MPH selaku Ketua Umum. Sedangkan Ketua Umum

pada Pengurus yang pertama adalah dr. I.B.Mantra, MPH, MSc (alm).

Keanggotaannya terbuka pada mereka yang terkait dengan promosi

kesehatan/pendidikan kesehatan termasuk yang berminat.

2.2 PROMOSI KESEHATAN

Page | 56

Page 57: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

2.2.1 Pengertian Promosi Kesehatan

Sesuai dengan perkembangan promosi kesehatan tersebut diatas, WHO

memberikan pengertian promosi kesehatan sebagai “The Process of enabling

individuals and communtes to increase control over the determinants of health and

thereby improve their health” (Proses mengupayakan individu-individu dan

masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan factor-faktor

yang mempengaruhi kesehatn sehingga dapat meningkatkan derajat

kesehatannya).

Bertolak belakang darp pengertian dirumuskan WHO tersebut, di

Indonesia pengertian promosi kesehatan dirumuskan sebagai berikut:

”Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,

oleh dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta

mengembangkan kegiatan yang besumber daya masyarakat, sesuai social budaya

setempat dan didukung oleh kebijakan public yang berwawasan kesehatan”.

Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut

pendidikan, organisasi, kebijakan, dan peraturan perundangan untuk perubahan

lingkungan.

2.2.2 Visi Promosi Kesehatan

Visi promosi kesehatan Nasional ditetapkan sebagai “Perilaku sehat

2010”. Adapun yang dimaksud “perilaku sehat 2010” adalah keadaan dimana

individu-individu dalam rumah tangga (keluarga) masyarakat Indonesia telah

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam rangka:

1. Mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain

2. Menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain

3. Memanfaatkan pelayanan kesehatan

4. Mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber

masyarakat

2.2.3 Misi Promosi Kesehatan

Page | 57

Page 58: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Untuk mewujudkan Visi tersebut diatas, maka Misi Promosi Kesehatan

Nasional adalah:

1. Memberdayakan individu, keluarga dan kelompok-kelompok dan

masyarakat,baik melalui pendekatan individu dan keluarga, maupun melalui

pengorganisasian dan penggerakan masyarakat.

2. Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya perubahan

perilaku masyarakat.

3. Mengadvokasi para pengambil keputusan dan penentu kebijakan serta pihak-

pihak lain yang berkepentingan (stakeholders) dalam rangka:

4. Mendorong diperlakukannya kebijakan dan peraturan perundang-undangan

yang berwawasan kesehatan.

5. Mengintegrasikan promosi kesehatan, khususnya pemberdayaan masyarakat

dalam program-program kesehatan.

6. Meningkatkan kemitraan sinergis antara pusat, daerah, swasta dan LSM

7. Meningkatkan investasi dalam bidang promosi kesehatan pada khususnya dan

bidang kesehatan pada umumnya.

2.2.4 Tujuan Dan Sasaran Promosi Kesehatan

Sesuai dengan visi dan misinya, tujuan dari promosi kesehatan adalah

meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk

hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat

serta terciptanya lingkungan yang kondusif untuk mendorong terbentuknya

kemampuan tersebut. Sedangkan sasaran atau tujuan khususnya adalah:

1. Individu dan keluarga

Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran baik langsung

maupun media massa

Mempunyai pengetahuan, kemauan, dan kemampuan untuk memelihara,

meningkatkan dan melindungi kesehatannya

Mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menuju keluarga

atau rumahtangga sehat

Mengupayakan paling sedikit salah seorang menjadi kader kesehatan bagi

keluarganya

Page | 58

Page 59: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Berperan aktif dalam upaya/kegiatan kesehatan

2. Tatanan Sarana kesehatan, Istitusi pendidikan, tempat kerja dan tempat

umum

Masing-masing tatanan mengembangkan kader-kader kesehatan

Mewujudkan tatanan yang sehat menuju terwujudnya kawasan sehat

3. Organisasi kemasyarakatan/organisasi profesi/LSM dan media massa

Menggalang potensi untuk mengembangkan perilaku sehat masyarakat

Bergotong royong untuk mewujudkan lingkungan sehat

Menciptakan suasana yang kondusif untuk mendukung perubahan

perilaku masyarakat

4. Program/Petugas Kesehatan

Melakukan integrasi promosi kesehatan dalam program dan kegiatan

kesehatan

Mendukung tumbuhnya perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat

khususnya melalui pemberdayaan individu, keluarga dan atau kelompok

yang menjadi kliennya

Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang memberikan kepuasan

kepada masyarakat

5. Lembaga pemerintah Lintas Sektor/Politisi/swasta

Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam mengembangkan

lingkungan dan perilaku sehat.

Membuat kebijakan dan peraturan perundang-undangan dengan

memperhatikan dampaknya di bidang kesehatan.

2.3 STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

Sesuai dengan konsep promosi kesehatan, individu dan masyarakat bukan

hanya menjadi objek yang pasif (sasaran) tetapi juga (pelaku). Dalam kosep

tersebut masalah kesehatan bukan hanya menjadi urusan sektor kesehatan tetapi

juga termasuk urusan swasta dan dunia usaha yang dilakukan dengan pendekatan

kemitraan. Dengan demikian kesehatan adalah upaya dari,oleh dan masyarakat

yang diwujudkan sebagai gerakan perilaku hidup besih sehat (PHBS). Dalam

upaya promosi kesehatan dilakukan 3 strategi sebagai berikut:

Page | 59

Page 60: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

1. Advokasi kesehatan yaitu pendekatan kepada para pimpinan atau

pengambilan keputusan agar dapat memberikan dukungan kemudahan,

perlindungan pada upaya pembangunan kesehatan.

2. Bina suasana yaitu upaya untuk menciptakan suasana kondusif untuk

menunjang pembangunan kesehatan sehingga masyarakat terdorong

melakukan perilaku hidup bersih dan sehat.

3. Gerakan masyarakat yaitu upaya memandirikan masyarakat agar secara

proaktif mempraktikkan hidup bersih dan sehat secara mandiri.

Ketiga strategi tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan

(sinergis) namun ditandai dengan focus yang berbeda yaitu:

1. Advokasi kesehatan lebih diarakan kepada sasaran tersier yang menghasilkan

kebijakan kesehatan

2. Bina suasana lebih diarahkan kepada sasaran sekunder yang menghasilkan

kemitraan dan opini

3. Gerakan masyarakat lebih diarahkan pada sasaran primer yang menghasilkan

kegiatan gerakan masyarakat mandiri.

Strategi promosi kesehatan diarahkan untuk:

Mengembangkan kebijaksanaan guna mewujudkan masyarakat yang sehat

membina suasana, iklim dan lingkungan yang mendukung memperkuat,

mendukung dan mendorong kehiatan masyarakat meningkatkan kemampuan dan

keterampilan perorangan.

Mengupayakan pembangunan kesehatan yang lebih memberdayakan

masyarakat. Berikut akan dibahas penjelasan dari masing-masing stategi promosi

kesehatan.

2.3.1 Strategi Advokasi Kesehatan

1. Pengertian Advokasi Kesehatan

Advokasi kesehatan adalah pendekatan kepada para pimpinan atau

pengambilan keputusan agar dapat memberikan dukungan, kemudahan,

perlindunagan, pada upaya pembangunan kesehatan.

2. Tujuan Advokasi Kesehatan

Page | 60

Page 61: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

a) Mempengaruhi peraturan dan kebijakan yang mendukung pembudayaan

perilaku hidup bersih dan sehat

b) Mempengaruhi pihak lain (program, sektor, LSM peduli kesehatan,

professional) agar mendukung perilaku hidup bersih dan sehat melalui

kemitraan dan jaringan kerja.

c) Meningkatkan kerjasama antara masyarakat dan pemerinatah khususnya

kesehatan lingkungan di tempat-tempat umum.

d) Menggalang dukungan lewat pendapat umum melalui media komunikasi

tentang program perilaku hidup bersih dan sehat.

3. Luaran (hasil yang diharapkan)

a) Adanya dukungan politik dari para pengambilan keputusan baik dalam

bentuk instruksi/surat edaran/surat keputusan maupun himbauan untuk

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

b) Makin banyak LSM yang peduli kesehatan

c) Adanya anggaran rutin yang dinamis dari APBD II dan sumber lain untuk

pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat di Kabupaten/Kota.

d) Adanya indicator perilaku hidup bersih dan sehat dalam perencanaan

daerah.

e) Fasilitas umum semakin merata terutama di daerah kumuh.

4. Sasaran

Sasaran advokasi meliputi sasaran kepada perorangan dan sasaran kepada

masyarakat (publik). Sasaran perorangan dapat dilakukan melalui komunikasi

interpersonal sedangkan untuk sasaran publik dilakukan melalui media massa

dan kampanye. Sasaran menurut jenjang administrasi adalah:

a. Pengambilan kebijakan di tingkat pusat seperti:DPR (Komisi 7), partai-

partai politik, Menteri Dirjen departemen terkait, BAPPENAS, lembaga

donor (WHO, Word Bank, UNICEF, ADB), organisasi profesi, LSM,

Nasional dan International.

b. Pengambian kebijakan tingkat daerah atau Propinsi seperti: DPRD (Komisi

E), partai-partai politik, BAPPEDA, Gubernur dan asisten Kesejahteraan

rakyat, Ka.Din.Kes Tkt I, lembaga donor, organisasi profesi, LSM

internasional, nasional dan propensi.

Page | 61

Page 62: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

c. Pengambilan kebijakan di tingkat Kabupaten dan Kota seperti: DPRD

Kabupaten/Kota/Komisi E, partai-partai politik BAPPEDA,

Bupati/Walikota dan bagan kesejahteraan rakyat, Ka.Din.Kes, Lembaga

Donor, organisasi profesi, LSM, institusi pendidikan, institusi kesehatan dan

non kesehatan, lembaga swasta/industry (tempat umum dan tempat kerja)

5. Metode advokasi

Kegiatan yang bernuansa advokasi dapat berupa:

Seminar sehari.

Orientasi.

Lobby.

Kampanye.

Sarasehan.

Bentuk kegiatan lain yang sesuai.

6. Langkah-langkah advokasi

Secara umum menurut Jhon Hopkins University (JHU) advokasi

kesehatan ditempuh melalui kerangka advokasi yang memuat 6 langkah

yaitu:

1. Melakukan analisa

Yang termasuk dalam analisa adalah:

a) Identifikasi masalah

b) Kebijakan yang ada

c) Program-program komunikasi yang telah dilaksanakan untuk

membuat kebijakan

d) Perubahan kebijaksanaan yang diinginkan oleh tingkat tertentu

e) Stakeholders (mitra kerja) yang terkait dengan perubahan kebijakan

f) Jejaring untuk penentu kebijakan, pesan yang tepat

g) Sumberdaya yang memungkinkan untuk pelaksanaan kebijakan

2. Menyusun strategi

Yang termasuk dalam strategi:

a) Membentuk pokja (kelompok kerja) PHBS

b) Indentifikasi sasaran primer dan sekunder

Page | 62

Page 63: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

c) Mengembangkan tujuan “SMART” (specific/spesifik,

Mearsurable/dapat diukur, Appropriate/tepat, Realistic/Nyata,

Time bound/sesuai jadwal)

d) Menentukan indikator

e) Menyipkan dukungan dana dan kebijakan pelaksanaan

f) Menempatkan “issue” yang pantas mendapat dukungan dari

penentu kebijakan

g) Merencanakan perbaikan sarana komunikasi

3. Menggalang kemitraan (mobilisasi)

a) Menyusun POA bersama-sama

b) Mendorong kemitraan

c) Mendelegasikan tanggung jawab

d) Merencanakan koordinasi peliputan berita dan data oleh media

e) Merencanakan koordinasi peliputan berita dan data oleh media

4. Tindakan / pelaksanaan

Setelah 3 langkah terdahulu dilakukan dengan seksama sampailah

kepada tindakan pelaksanaan dengan tepat, seksama dan cermat.

Tindakan/pelaksanaan mengacu kepada rencana yang telah disusun

berdasarkan hasil analisis, persiapan strategi yang telah dituangkan

dalam Plan of action yang dipersiapkan bersama mitra, dalam hal ini

beberapa mitra sudah terlibat mulai saat analisis.

Beberapa tindakan dalam pelaksanaan advokasi:

a) Melaksanakan rencana advokasi (Plan of action)

b) Mengumpulkan mitra

c) Menyajikan pesan yang tepat

d) Menepati jadwal

e) Mengembangkan jaringan komunikasi dengan mitra waktu dapat

dipilih dengan tepat sesuai pesan yang akan disampaikan misalnya:

Hari Kesehatan Dunia tanggal 7 April, hari Kesehatan Nasional

tanggal 12 Nopember, Hari sadar panagan gizi dan hari-hari lain

yang tepat atau disesuaikan dengan kebutuhan mitra dan

masyarakat setempat. Kegiatan harus berkesinambungan karena itu

Page | 63

Page 64: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

diperlukan jaringan komunikasi dengan mitra untuk saling

memberi informasi tentang pelaksanaan di Lingkungan masing-

masing.

5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan mengukur mencapaian tujuan (proses dan

otput) melalui pengecekan dokumentasi tentang kegiatan-kegiatan

yang seharusnya dilaksanakan, materi KIE yang telah diterbitkan dan

disebarluaskan serta produk-produk kebijakan yang diterbitkan.

6. Kesinambungan proses

Melaksanakan proses komunikasi secara terus menerus dengan

memanfaatkan hasil evaluasi.

2.3.2 STRATEGI BINA SUASANA

A. Pengertian bina suasana

Bina suasana adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini publik dengan

berbagai kelompok yang ada di masyarakat seperti: Tokoh Masyarakat, Tokoh

Agama, Lembaga Swadaya masyarakat (LSM), dunia usaha/swasta, media massa,

organisasi profesi pemerintah dan lain-lain.

B. Tujuan

Diperolehnya berbagai opini yang ada di masyarakat sehingga dapat menciptakan

opini publik yang jujur, terbuka sesuai dengan normal situasi, kondisi masyarakat

yang mendukung tercapainya perilaku hidup bersih dan sehat di semua tatanan.

C. Luaran (Hasil yang diharapkan)

Terciptanya opini, etika, norma dan kondisi masyarakat yang berPerliaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Terciptanya dukungan kebijakan, fatwa, peraturan pemerintah, peraturan

daerah, surat keputusan, sumber daya untuk PHBS

D. Sasaran

a. Sasaran individu

Anggota Legislatif (Lembaga Perwakilan Rakyat)

Anggota Eksekutif (Lembaga pemerintah)

Anggota Yudikatif (Lembaga Peradilan/hukum)

Tokoh Masyarakat, Tokoh adat

Page | 64

Page 65: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Tokoh Agama

Petugas (Provider)

Kader

b. Sasaran Kelompok

Organisasi massa

Organisasi profesi, dunia usaha/swasta

Kelompok peduli kesehatan

c. Sasaran massa/public

Masyarakat yang bias dijangkau melalui media massa (cetak dan elektronik)

seperti Koran, majalah, radio dan televise baik pemerintah maupun swasta

serta media tradisional.

E. Metode bina suasana

Metode bina suasana dapat berupa:

Pelatihan

Semiloka

Konfrensi pers

Dialog terbuka

Sarasehan

Penyuluhan

Pendidikan

Lokakarya mini

Pertunjukan tradisional

Diskusi meja bundar (Round table discussion)

Peremuan berkala di desa

Kunjungan lapangan

Studi banding

F. Langkah-langkah kegiatan bina suasana

a. Persiapan

Indentifikasi sasaran

Sasaran dalam upaya bina suasana dapat sisebut sebagai “mitra” kita harus

dapat menentukan apakah daftar sasaran yang kita miliki memenuhi syarat

Page | 65

Page 66: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

untuk menjadi mitra. Cara untuk mengenal dan memilih mitra dikenal

dengan “ 5C” yaitu:

1. Kompetensi (Competent)

Apakah organisasi itu memiliki staf teknik dan manajemen yang kuat?

Bila dibutuhkan tambahan staf, apakah organisasi itu memiliki aliran

dana dan cadangan dana yang cukup, sistem akuntansi, bank account

dan pengauditan teratur?

Apakah telah memiliki pengalaman dalam kegiatan yang sama

Apakah organisasi itu memiliki citra positif dan reputasi untuk

ketinggian mutu kerja?

2. Komitmen (commitmen)

Apakah organisai tersebut mendukung promosi kesehatan

Dapatkah mendukung dan berperan kuat dalam promosi kesehatan

3. Relasi (clout)

Apakah organisasi tersebut memiliki kontak atau akses ke pembuat-

pembuat kebijakan dan para tokoh yang berpengaruh di masyarakat.

Apakah organisasi itu mendapat dukungan politis dalam kegiatannya.

4. Jangkauan (coverage)

Apakah organisasi tersebut mampu menjangkau sasaran yang telah

ditetapkan, diberbagai wilayah berbagai segmen seperti demografi,

psikografi, sosial ekonomi.

5. Kesinambungan (continuity)

Sudah berapa lamakah organisasi ini melakukan kegiatan

Sudah pernakah menangani kegiatan yang serupa

Apakah memiliki dasar kelembagaan dan sumberdaya untuk jangka

panjang

Menyiapkan Paket Informasi (Information Kit). Sebagai langkah awal

terlebih dahulu disiapkan bahan informasi yang dikemas secara baik

sehingga dapat meyakinkan/memotivasi mitra kerja. Bahan yang

dimaksud dapat berupa hasil pengkajian dan pemetaan PHBS baik

secara kuantitatif atau prosentase maupun secara kualitatif hasil

wawancara mendalam atau diskusi kelompok terarah. Juga bias

Page | 66

Page 67: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

ditambahkan hasil pengkajian yang lain seperti 10 penyakit terbahaya,

pengkajian sumberdaya yang lain seperti dana, tenaga, fasilitas kerja,

potensi yang ada di masyarakat dll. Bahan-bahan tersebut dikemas

secara baik sehingga menarik untuk disajikan dan disampaikan kepada

sasaran. Hal itu bias dilakukan dengan membuat transparansi yang

baik dan menarik, atau berupa media cetak yang dikemas seperti

brosur atau dikemas dalam map yang baik.

Metode atau cara yang dapat dilakukan langkah berikutnya adalah

menentukan atau merencanakan metode atau cara yang tepat untuk

melakukan bina suasana.

Waktu dan temapat

Kedua hal ini perlu direncanakan dengan baik agar kegiatan yang

dilakukan dapat mencapai hasil yang baik. Perlu di jajaki terlebih

dahulu, kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan kegiatan. Artinya

sebagaian besar para peserta yang diharapkan hadir dapat memenuhi

undanagan. Sedangkan tempat, sebaiknya dicari tempat yang lebih

netral, misalnya tempat pertemuan milik masyarakat.

Menyiapkan instrument monitoring dan evaluasi

b. Pelaksanaan kegiatan

Pelaksanaan kegiatan bina suasana mencakup komponen:

Ada forum komunikasi dan dokumentasi kegiatan

Penyajian data yang selalu “up to date” atau terbaru

Mengikuti kebutuhan masyarakat yang selalu berkembang

Menjalin hubungan yang serasi dan dinamis serta memegang prinsip-prinsip

kemitraan

Menggalang sumber-sumber dana dan potensi yang ada dari masing-masing

mitra

c. Pemantauan dan penilaian

Penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan bina suasana

dilakukan dengan benar dan menghasilkan sasaran yang diharapkan (POA)

dengan menggunakan instrument pemantauan dan penilaian dengan melihat

luaran dalam bentuk opini, etika, dan norma-norma atau kondisi yang ada di

Page | 67

Page 68: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

masyarakat. Kalau sudah ada, berarti kegiatan bina suasana dapat dikatakan

berhasil. Kalau tidak berhasil, maka harus dikaji ulang, mungkin masih ada

langkah-langkah yang tidak dilakukan dengan baik atau mungkin faktor-faktor

lain.

G. Indikator keberhasilan

Ada peningkatan jumlah kegiatan dan jaringan kemitraan

Ada forum komunikasi

Ada dokumentasi kegiatan

Ada kesepakatan lisan dan tulisan

Ada opini publik

2.3.3 Strategi Gerakan Masyarakat

A. Pengertian

Strategi Gerakan Masyarakat adalah cara untuk menumbuhkan dan

mengembangkan norma yang membuat masyarakat mampu untuk berperilaku

hidup bersih dan sehat.

B. Tujuan

Menumbuhkan kembangkan potensi masyarakat yang artinya segala potensi

masyarakat perlu dioptimalkan untuk mendukung dan membudayakan perilaku

hidup bersih dan sehat.

C. Luaran (hasil yang diharapkan)

Pelaksanaan strategi gerakan masyarakat yang diharapkan adalah sebagai

berikut:

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam peningkatan

kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat dan derajat

kesehatannya.

Page | 68

Page 69: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Peningkatan keberdayaan berarti peningkatan kemampuan dan kemandirian

masyarakat agar dapat mengembangkan diri dan memperkuat sumberdaya yang

dimiliki untuk mencapai kemajuan.

Sehingga diharapkan dapat terciptanya kondisi:

Tumbuh kembangnya berbagai upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat

serta meningkatkan kemampuan dan kemandirian dalam PHBS

Adanya upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat seperti Posyandu,

Pos Obat Desa (POD)

Masyarakat menjadi peserta dana sehat (JPKM)

D. Sasaran

Seluruh anggota masyarakat baik secara perorangan, kelompok maupun tokoh

masyarakat yang menjadi panutan di setiap tatanan yang ada di masyarakat.

E. Cara pendeatan gerakan masyarakat

Cara pendekatan gerakan masyarakat terbagi dua:

a. Makro

Membangun komitmen di setiap jenjang

Membangkitkan opini masyarakat (critical mass)

Menyediakan juklak dan biaya operasional

Monitoring dan evaluasi serta kordinasi

b. Mikro

Menggali potensi yang belum disadari masyarakat. Potensi dapat muncul

dari adanya kebutuhan masyarakat (demand creation) yang diperoleh

melalui pengarahan, pemberian masukan dialog kerjasama dan

pendelegasian.

Membuat model-model percontohan dan prototype pengembangan

masyarakat seperti menerapkan pendekatan edukatif dan manajemen ARRIF

(analisis, rumusan, rencana, intervensi, forum komunikasi)

Dalam melaksanakan gerakan masyarakat perlu memperhatikan karakteristik

masyarakat setempat yang dapat dikelompkkan sebagai berikut:

a. Masyarakat Pembina (Caring Community)

Yaitu masyarakat yang peduli kesehatan misalnya: LSM kesehatan,

organisasi profesi yang bergerak di bidang kesehatan.

Page | 69

Page 70: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

b. Masyarakat setara (Coping Community)

Yaitu masyarakat yang karena kondisinya kurang memadai sehingga tidak

dapat memelihara kesehatannya. Misalnya seorang ibu sadar akan

pentingnya memeriksakan kehamilan, tetapi karena keterbatasan ekonomi

dan tidak adanaya transportasi maka si ibu tidak pergi ke sarana pelayanan

kesehatan

c. Masyarakat pemula (Crisis respon Community)

Yaitu masyarakat yang tidak tahu akan pentingnya kesehatan dan belum

didukung oleh fasilitas yang tersedia misalnya masyarakat di lingkungan

kumuh dan daerah terpencil.

F. Langkah-langkah melaksanakan gerakan masyarakat

Dalam melaksanakan gerakan masyarakat ada lima langkah pokok yaitu:

a. Pendekatan terhadap tokoh masyarakat

Pendekatan tokoh masyarakat merupakan tahap pertama yang harus dilakukan

sebelum implementasi program di wilayah tersebut. Mereka merupakan

kelompok penyaring terhadap sesuatu inovasi yang akan masuk ke wilayah

tersebut. Cara melakukan pendekatan tokoh masyarakat melalaui: kunjungan

rumah, pertemuan perorangan, pembicaraan informal di berbagai kesempatan

dan pertemuan lainnya. Setelah parah tokoh masyarakat didekati secara

interpersonal, perlu diadakan pembahasan bersama diantara para tokoh

masyarakat tersebut, antara lain melalui:

Pertemuan khusus/tersendiri mengenai kesehatan

Forum komunikasi yang sudah ada

Dalam pertemuan ini sekaligus dipilih tim pelaksana survey mawas diri (SMD)

sebagai pengumpul data.

Contoh:

Bagi masyarakat desa/kelurahan/RW, tokoh yang dimaksud adalah

pimpinan formal (kepala desa, lurah, ketua RW, pengurus LKMD dsb) dan

pimpinan formal (ulama, guru dsb)

Untuk kelompok kerja pimpinan perusahaan dan ketua kelompok pekerja

yang bersangkutan

Page | 70

Page 71: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Bagi organisai pemuda, pimpinan dan pengurus organisasi harus didekati

termasuk para pembinanya. Intinya adalah mendekati mereka yang menjalin

panutan dalam kelompok tersebut.

Selain pendekatan terhadap tokoh masyarakat , pendekatan terhadap para

pelaksana dari sektor-sektor di berbagai tingkat administrasi juga perlu

dilakukan. Tujuannya selain mereka memahami dan memberikan

dukungannya, juga merumuskan kebijaksanaan dan pola pelaksanaannya

secara menyeluruh

b. Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat

Kegiatan ini bertujuan untuk mengenali keadaan dan masalah mereka sendiri,

serta potensi yang mereka miliki untuk mengatasi masalah tersebut dengan

melakukan kegiatan Survey Mawas Diri (SMD)

SDM mempunyai tujuan agar masyarakat:

Menyadari pentingnya pengenalan situasi dan masalah kesehatan setempat

dalam perencanaan program

Mengenal dan mempunyai kesamaan pengertian tentang masalah kesehatan

yang dihadapi masyarakat

Menyadari bahwa perilaku merupakan faktor penting dalam timbulnya

masalah kesehatan

Mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam mengumpulkan dan

mengolah data secara sederhana

c. Perumusan upaya penanggulangan masalah oleh masyarakat

Perumusan upaya penanggulangan masalah dilakukan dengan musyawarah

mufakat. Hal ini diperlukan untuk merumuskan upaya penanggulangan oleh

masyarakat yang merupakan kesepakatan masyarakat terhadap prioritas

masalah dan upaya penanggulangannya. Dalam musyawara masyarakat ini

hadir para pimpinan (baik formal maupun informal) para tokoh masyarakat dan

angota masyarakat. Dalam pertemuan ini dilakukan penyampaian temuan dari

kegiatan perumusan upaya penanggulangan masalah oleh masyarakat untuk

kemudian dibahas bersama bagaimana upaya mengatasinya.

Langkah-langkah pembahasan pada musyawarah masyarakat adalah sebagai

berikut:

Page | 71

Page 72: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Memaparkan temuan serangkaian masalah dan sederetan potensi/sumber

daya setempat yang mungkin bias digunakan oleh masyarakat setempat

untuk menanggulangi masalah yang dihadapi

Petugas memandu peserta musyawarah untuk menentukan urutan prioritas

masalah

Petugas memandu peserta musyawarah untuk menggali tenaga, dana,

material, atau pemikiran inovatif lainnya.

Atas dasar prioritas masalah yang telah disusun dan potensi masyarakat

yang tergali, dibuat rencana kegiatan penangulangan masalah, lengkap

dengan jadwal kegiatannya.

Ada beberapa patokan yang bias digunakan untuk menentukan skala prioritas

masalah anatara lain:

Kegawatannya: besar kecilnya akibat masalah ini bagi masyarakat

Mendesaknya: dalam hal ini lebih menekankan soal waktu. Bila tidak segera

ditanggulangi akan menimbulkan akibat yang serius

Penyebarannya: semakin banyak penduduk atau semakin luas wilayah yang

terkena, menjadi semakin penting

Sumberdaya yang dimiliki, yaitu kaitannya dengan kemampuan yang

mereka miliki untuk mengatasi permasalahan tersebut, baik dana, prasarana,

tenaga maupun teknologinya.

d. Pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah oleh masyarakat merupakan

rangkaian kegiatan sebagai penjabaran dari perumusan upaya penanggulangan

masalah, berdasarkan hasil pengenalan masalah kesehatan.

Pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah oleh masyarakat dapat dibagi

menjadi 3 kegiatan yaitu:

Memersiapkan tenaga pelaksana

Tenaga pelaksana adalah tenaga-tenaga pembangunan desa yang sudah

dipilih sebelumnya dan sudah melaksanakan SDM. Tenaga ini pula yang

ikut memegang peran pokok dalam merencanakan kegiatan-kegiatan yang

akan dilaksanakan.

Melaksanakan apa yang direncanakan

Page | 72

Page 73: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Sesudah melalui proses yang dikemukakan terdahulu, diharapkan para

tenaga pembangunan kesehatan desa tersebut mampu dan menjadi

termotivasi melaksanakan apa yang sudah direncanakan. Namun dalam hal

ini sektor-sektor tingkat kecamatan harus tetap memberikan bimbingan

dalam bidang teknis secara teratur berkesinambungan.

Menilai kegiatan yang sudah direncanakan

Penilaian merupakan suatu hal yang penting dalam proses perubahan

masyarakat dapat melihat dan merasakan, sampai dimana rencana mereka

sudah terlaksana dan kegiatan mana yang memerlukan

perbaikan/peningkatan. Pada tahap ini diharapkan masyarakat melakukan

penilaian sendiri terhadap rencana yang telah mereka laksanakan. Penilaian

dilakukan secara sederhana dan praktis melalui forum Musyawarah

Masyarakat Desa (MMD).

e. Pembinaan dan Pengembangan

Setiap pelaksanaan program harus dibina agar tenaga pembangunan kesehatan

desa mantap jalannya. Setelah mantap harus dikembangkan agar tak jenuh dan

makin maju tingkat pencapaiannya. Pemantapan dan pembinaan juga

bermaksud memantapkan dan membina pengetahuan, sikap, keterampilan dan

motivasi para tenaga pembangunan kesehatan desa dan masyarakat sendiri di

bidang-bidang khusus yang mudah dimilikinya.

Pembinaan dan pengembangan dapat dilakukan dengan berbagai cara antara

lain:

Supervise

Forum komunikasi

Mempertunjukkan film-film pembangunan kesehatan

Kunjungan tamu-tamu dari luar desa

Wisata karya ke desa-desa maju lainnya

Perlombaan-perlombaan desa sehat secara teratur

Penerbitan berkala khusus untuk tenaga-tenaga pembangunan desa

2.4 PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN

Page | 73

Page 74: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Beraneka ragam model promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan

adalah alat analisis yang berguna, yang dapat membantu memperjelas tujuan dan

nilai promosi kesehatan. Suatu kerangka yang terdiri dari 5 pendekatan bagi

promosi kesehatan yang menunjukan nilai yang melekat pada masing-masing

pendekatan. (Elwes,dkk,1994).

2.4.1 Pekdekatan medis

Tujuan dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan

yang didefinisikan secara medis, seperti penyakit infeksi, kanker, dan penyakit

jantung. Pendekatan ini melibatkan kedokteran untuk mencegah dan meringankan

kesakitan, mungkin dengan metode persuasive maupun paternalistic. Sebagai

contoh, memberitahu orang tua agar membawa anak mereka untuk imunisasi,

wanita untuk memanfaatkan klinik keluarga berencana dan pria umur pertengahan

untuk dilakukan screening tekanan darah. Pendekatan ini memberikan arti penting

dari tindakan pencegahan medis dan tanggung jawab profesi kedokteran untuk

membuat kepastian bahwa pasien patuh pada prosedur yang dianjurkan.

Kegiatan untuk mengembangkan pedekatan ini meliputi penyebaran

kampanye melalui media atau pendidikan. Fokusnya adalah taktik persuasive dan

menempatkan tanggung jawab individu untuk membuat pilihan dan pencegahan

penyakit.

2.4.2 Pendekatan perubahan perilaku

Pendekatan ini dilakukan dengan cara mendorong seseorang untuk

menjalankan perilaku kesehatan dan menerapkan dalam kehidupan sehari hari.

Tujuan dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku individu

masyarakat, sehingga mereka mengambil gaya hidup “sehat” Contohnya antara

lain mengajarkan orang bagaimana menghentikan merokok, pendidikan tentang

minum alcohol “wajar”, mendorong orang untuk melakukan latihan olahraga,

memelihara gigi, makan-makanan yang baik dan seterusnya. Orang-orang yang

menerapkan pendekatan ini akan merasa yakin bahwa gaya hidup “sehat”

merupakan hal paling baik bagi kliennya dan akan melihatnya sebagai tanggung

jawab mereka untuk mendorong sebanyak mungkin orang untuk mengadopsi gaya

hidup sehat yang menguntungkan. Pendekatan yang dibutuhkan adalah

Page | 74

Page 75: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

komunikasi, konseling, pendidikan, pemberdayaan, membuat kebijakan serta

peran serta masyarakat dan membangun jaringan dukungan sosial.

2.4.3 Pendekatan education

Tahap pendekatan ini melalui cara memfasilitasi invividu untuk proses

pembelajaran dan cara memfasilitasi penunjang dalam proses belajar melalui

dialog terbuka atau diskusi. Tujuan dari pendekatan ini adalah memberikan

informasi dan memastikan pengetahuan dan pemahaman tentang perihal

kesehatan dan membuat keputusan yang ditetapkan atas dasar informasi yang ada.

Informasi tentang kesehatan disajikan dan orang dibantu untuk menggali nilai dan

sikap, dan membuat keputusan mereka sendiri. Bantuan dalam melaksanakan

keputusan-keputusan itu dn mengadopsi praktek kesehatan baru dapat pula

ditawarkan, program pendidikan kesehatan sekolah, misalnya menekankan

membantu murid mempelajari keterampilan hidup sehat, tidak hanya memperoleh

pengetahuannya. Orang-orang yang mendukung pendekatan ini akan member arti

tinggi bagi proses pendidikan, akan menghargai hal individu untuk memilih

perilaku mereka sendiri, dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka

mengangkat bersama persoalan-persoalan kesehatan yang mereka anggap

menjadi hal yang paling baik bagi klien mereka.

2.4.4 Pendekatan yang berpusat pada klien

Pendekatan ini didasarkan pada persamaan status antara tenaga kesehatan dan

klien. Yaitu memberikan bimbingan, support dn mendorong klien untuk

mengambil keputusan. Tujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien

agar dapat membantu mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan

lakukan, dan membuat keputusan dan pilihan mereka. Peran promoter kesehatan

adalah bertindak sebagai fasilitator, membantu orang menidentifikasi kepedulian-

kepedulian mereka dan memperoleh pengetahuan serta keterampilan yang mereka

butuhkan agar memungkinkan terjadi perubahan. Pemberdayaan diri sendiri klien

dilihat sebagai central dari tujuan ini. Klien dihargai sama yang mempunyai

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berkontribusi dan siapa yang

mempunyai hak absolute untuk mengontrol tujuan kesehatan mereka sendiri.

Page | 75

Page 76: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

2.4.5 Pendekatan perubahan sosial

Tujuan dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan pada lingkungan

fisik, sosial dan ekonomi, supaya dapat membuatnya lebih mendukung untuk

keadaan yang sehat. Contohnya adalah mengubah masyarakat, bukan pada

pengubahan perilaku individu-individunya. Orang-orang yang menerapkan

pendekatan ini memberikan nilai penting bagi demokrasi mereka mengubah

masyarakat, mempunyai komotmen pada penempatan kesehatan dalam agenda

politik di berbagai tingkat dan pada pentingnya pembentukan lingkungan yang

sehat daripada pembentukan kehidupan individu-individu orang yang tinggal di

tempat itu.

2.5 ETIKA PROMOSI KESEHATAN

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

nasional. Dalam konstitusi organisasi kesehatan dunia tahun 1948 disepakati

antar lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah

hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik

yang dianut dan tingkat sosial ekonomi. Program pembangunan kesehatan yang

dilaksanakan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara

cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang

akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu

diperlukan adanaya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan

hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan

yang masih tertinggal dibandingkan dengan Negara-negara tetangga dan

kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan. Reformasi di bidang

kesehatan perlu dilakukan mengingat lima fenomena yang berpengaruh terhadap

pembangunan kesehatan. Pertama, perubahan pada dinamika kependudukan.

Kedua, temuan-temuan ilmu dan teknologi kedokteran. Ketiga, tantangan global

sebagai akibat dari kebijakan perdagangan bebas, revolusi informasi,

telekomunikasi dan transportasi. Keempat, perubahan lingkungan. Kelima,

demokratisasi. Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta semakin

Page | 76

Page 77: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

maju IPTEK dengan informasi tentang determinan penyebab penyakit telah

menggugurkan pradigma pembangunan kesehatan yang lama yang mengutamakan

pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Pradigma

pembangunan kesehatan yang baru yaitu pradigma sehat merupakan upaya untuk

lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Pradigma sehat

sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam janka panjang diharapkan

mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui

kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat

promotif dan preventif. Dalam Indonesia sehat 2010, lingkungan yang diharapkan

adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang

bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai,

pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta

terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Perilaku

masyarakat Indonesia sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya

penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam

gerakan kesehatan masyarakat.

2.5.1 Menetapkan sasaran

A. Sasaran primer

Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan

atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini

dapat dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum,

ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak

sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan

terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat

(empow-erment).

B. Sasaran sekunder

Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran

sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ini

Page | 77

Page 78: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

akan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat disekitarnya. Disamping

itu dengan prilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan

kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan

contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi

kesehatan yang ditunjuk kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan

strategi dukungan social (social support).

C. Sasaran tersier

Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat pusat, maupun

daerah adalah sasarab tersier pendidikan kesehatan dengan kebijakan-kebijakan

atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak

terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada

masyarakat umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditunjukan

kepada sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi.

2.5.2 Menetapkan tujuan

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan

masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara

Indonesia yang ditandai oleh pendudukungnya yang hidup dengan perilaku dan

dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan

kesehatan yang bermutu adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang

optimal di seluruh wilayah Indonesia.

2.5.3 Menetapkan pesan pokok

Program-program pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam pokok-pokok

program yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan pembangunan

sektor lain yang memerlukan dukungan dan peran serta masyarakat. Disusun 7

program pembangunan kesehatan yaitu (DepKes RI, 1999):

1. Program perilaku dan pemberdayaan masyarakat.

2. Program lingkungan sehat

3. Program upaya kesehatan

4. Program pengembangan sumber daya kesehatan

5. Program pengawasan obat, makanan dan obat berbahaya

6. Program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan

Page | 78

Page 79: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

7. Program pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan

Untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat yang

dinilai penting untuk mendukung keberhasilan program pembangunan nasional

ditetapkan 10 program unggulan kesehatan (DepKes RI, 1999):

1. Program kebijakan kesehatan, pembiayaan kesehatan dan hokum kesehatan

2. Program perbaikan gizi

3. Program pencegahan penyakit menular termasuk imunisasi

4. Program peningkatan perilakau hidup sehat dan kesehatan mental

5. Program lingkungan pemukiman, air dan sehat

6. Program kesehatan keluarga, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana

7. Program keselamatan dan kesehatan kerja

8. Program anti tembakau, alcohol dan madat

9. Program pengawasan obat, bahan berbahaya, makanan dan minuman

10. Program pencegahan kecelakaan, rudapaksa dan keselamatan lalu lintas

2.5.4 Menetapkan metode dan saluran komunikasi

Merancang program komunikasi, pada tahap ini telah dapat menentukan

perubahan perilaku dan menempatkan pesan dengan tepat dengan memadukan

semua informasi yang telah dikumpulkan, selanjutnya dikomunikasikan dengan

dukungan seperti audio visual (Video, film), oral (radio), cetak (poster, leaflet),

visual (flip charts).

2.5.5 Menetapkan kegiatan operasional

Untuk mencapai taraf kesehatan bagi semua, maka yang terpenting adalah

menetapkan kegiatan operasional yang harus tercakup dalam pelayanan kesehatan

dasar:

1. Pendidikan tentang masalah kesehatan umum, cara pencegahan dan

pemberantasannya

2. Peningkatan persediaan pangan dan cakupan gizi

3. Penyediaan air minum dan sanitasi dasar

4. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana

5. Imunisasi

6. Pengobatan dan pengadaan obat

Page | 79

Page 80: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

7. Oleh karena pelayanan kesehatan dasar merupakan kunci untuk mencapai

derajat kesehatan yang layak bagi semua, maka perencanaan,

pengorganisasian dan penyelenggaraan yang efisien mutlak diperlukan

disamping harus berdasarkan: Perikemanusiaan, Kesehatan sebagai hak asasi,

Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat

8. Pengutamaan upaya kesehatan promotif dan upaya kesehatan preventif

9. Pelayanan kesehatan perorangan yang sesuai dengan kebutuhan

10. Dukungan sumber daya kesehatan

11. Misi pembangunan kesehatan

12. Dalam mewujudkan Visi Indonesia sehat 2010, telah ditetapkan misi

pembangunan kesehatan (DepKes RI, 1999)

13. Menggerakan pembangunan nasional berwawasan kesehatan

14. Untuk dapat mewujudkan Indonesia sehat 2010, para penanggung jawab

program pembangunan harus memasukkan pertimbangan-pertimbangan

kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya. Oleh karena itu seluruh

elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus berperan sebagai penggerak

utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.

15. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

16. Perrilaku sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan

pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan

pembangunan kesehatan.

17. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata

dan terjankau

18. Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya

pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak hanya berada ditngan

pemerintah, melainkan mengikutsertakan masyarakat dan potensi swasta.

19. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat

beserta lingkungannya

20. Untuk terselanggaranya tugas penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus

diutamakan adalah bersifat promotif dan preventif yang didukung oleh upaya

kuratif dan rehabilitative

Page | 80

Page 81: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

21. Strategi pembangunan kesehatan

22. Strategi pembangunan nasional harus berdasarkan kebijakan nasional,

mencakup garis besar kegiatan dimana semua sektor yang terlibat untuk

mewujudkan kebijaksanaan tersebut. Beberapa hal yang penting yang harus

diterapkan adalah (DepKes RS, 1999): pembangunan berwawasan kesehatan

23. Setiap program pembangunan nasional yang diselenggarakan di Indonesia

harus memberikan konstribusi positif terhadap kesehatan, yaitu terbentuknya

lingkungan sehat dan pembentukan perilaku sehat.

2.5.6 Menetapkan pemantauan dan evaluasi

1. Memperkenalkan kepada masyarakat gagasan dan teknik perilaku Program

promosi Hygiene perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), yang merupakan

pendekatan terencana untuk mencegah penyakit diare melalui pengadopsian

perubahan perilaku oleh masyarakat secara meluas. Program ini dimulai dari

apa yang diketahui, diinginkan, dan dilakukan masyarakat. Perencanaan suatu

program promosi hygiene untuk masyarakat dilakukan berdasarkan jawaban

atau pertanyaan diatas atau bekerjasama dengan pihak yang terlibat, untuk itu

diperlukan pesan-pesan sederhana, positif, menarik yang dirancang untuk

berkomunikasi lewat sarana local seperti poster, leaflet.

2. Mengidentifikasi perubahan perilaku masyarakat, dalam tahap ini akan

dilakukan identifikasi perilaku berisiko melalui pengamatan terstruktur.

Sehingga dapat ditentukan cara pendekatanbaru terhadap perbaikan hygiene

sehingga diharapakan anak-anak terhindar dari lingkungan yang

terkontaminasi.

3. Memotivasi perubahan perilaku masyarakat, langkah-langkah untuk

memotivikasi orang utuk mengadopsi perilaku hygiene termasuk memilih

beberapa perubahan perilaku yang diharapkan dapat diterapkan

4. Mencari tahu apa yanag dirasakan oleh kelompok sasaran mengenai perilaku

tersebut melalui diskusi terfokus, wawancara dan nelalui uji coba perilaku

5. Membuat pesan yang tepat sehingga sasaran mau melakukan perubahan

perilaku

Page | 81

Page 82: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

6. Menciptakan sebuah pesan sederhana, positif, menarik berdasarkan apa yang

disukai kelompok sasaran

2.5.7 Hubungan dengan klien

Tenaga kesehatan masyarakat berhubungan erat dengan klien atau masyarakat.

Hal ini ditunjukkan dengan pentingnya peran tenaga kesehatan masyarakat dalam

mengubah perilaku masyarakat menuju hidup bersih dan sehat.

Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa dikenal PHBS/

Promosi Higiene merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit

menular yang lain melaui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat luas.

Program ini dimulai dengan apa yang diketahui, diinginkan dan dilakukan

masyarakat setempat dan mengembangkan program berdasarkan informasi

tersebut (Curtis v dkk,1997;UNICEF, WHO. Bersih, sehat dan sejahtera).

Program promosi PHBS harus dilakukan secara professional oleh individu dan

kelompok yang mempunyai kemampuan dan komitmen terhadap kesehatan

masyarakat serta memahami tentang lingkungan dan mampu melaksanakan

komunikasi, edukasi dan menyampaikan informasi secara tepat dan benar yang

sekarang disebut dengan promosi kesehatan. Tenaga kesehatan masyarakat

diharapkan mampu mengambil bagian dalam promosi PHBS sehingga dapat

melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup berdasarkan PHBS.

Tenaga kesehatan masyarakat telah mempunyai bekal yang cukup untuk

dikembangkan dan pada waktunya disumbangkan kepada masyarakat dimana

mereka bekerja.

2.5.8 Kepedulian dengan determinan sosial dan hubungannya dengan

kesehatan

Perilaku adalah resultan antar stimulus (factor eksternal) dengan respons (factor

internal) dalam subjek atau orang yang berperilaku tersebut. Perilaku seseorang

atau subjek dipengaruhi atau ditentuakn oleh faktor-faktor baik dari dalam

maupun dari luar subjek. Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku ini

disebut detrminan. Dalam bidang perilaku kesehatan ada 3 teori yang sering

menjadi acuan penelitian-penelitian kesehatan yaitu:

1. Teori Lawrence green

Ada dua determinan masalah kesehatan tersebut yaitu Behavioral

Page | 82

Page 83: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

factor (factor perilaku) dan non behavioral factor (factor non perilaku). Dan

factor tersebut ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu:

a. Faktor-faktor predisposisi, yaitu factor-faktor yang mempermudah atau

mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan,

sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pemungkin, yaitu factor-faktor yang memungkinkan atau

yang memfasilitasi perilaku atau tindakan.

c. Faktor-faktor penguat, yaitu factor-faktor yang mendorong atau

memperkuat terjadinya perilaku.

2. Teori snehanduk B.Karr

Mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu:

a. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan

objek atau stimulus diluar dirinya.

b. Adanya dukungan dari masyarakat sekitar (social support)

c. Terjangkaunya informasi, yaitu tersedianya informasi-informasi terkait

dengan tindakan yang akan di ambil oleh seorang

d. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan

e. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan

3. Teori WHO

Ada 4 determinan yaitu:

a. Pemikiran dan perasaan yaitu merupakan modal awal untuk bertindak atau

berperilaku

b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai

c. Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya

perilaku seseorang atau masyarakat

d. Sosio budaya merupakan factor eksternal untuk terbentuknya perilaku

seseorang

2.5.9 Pertimbangan-pertimbangan etis

Pertimbangan-pertimbangan etis yang perlu kita lakukan dan pikirkan yakni:

1. Promoter kesehatan tidak akan secara sengaja menunda pelayanan atau

informasi, dilihat dari status pengetahuan sekarang yang dapat memberikan

Page | 83

Page 84: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

manfaat kepada klien, mereka berusaha mengikuti perkembangan promosi

kesehatan

2. Promoter kesehatan akan menghargai kerahasiaan informasi yang dapat

mereka akses kecuali atas permintaan hokum dan demi kepentingan klien

3. Promoter kesehatan harus tidak melakukan kegiatan promosi kesehatan yang

tidak kompeten bisa kerjakan

2.6 MEDIA DAN METODE PROMOSI KESEHATAN

2.6.1 Alat Bantu

A. Pengertian

Yang dimaksud alat bantu adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik

dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajar. Alat bantu ini lebih sering

disebut alat peraga karena berfungsi untuk mebantu dan meragakan sesuatu

kedalam proses pendidikan pengajaran. Alat peraga ini disusun berdasarkan

prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau

ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk

menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau

pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan

untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga

mempermudah persepsi.

Seseorang atau masyarakat didalam proses pendidikan dapat memperoleh

pengalaman atau pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu pendidikan.

Tetapi masing-masing alat mempunyai intensitas yang berbeda-beda dalam

membantu persepsi seseorang. Elgar Dale membagi alat peraga tersebut menjadi

11 macam dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut

dalam suatu kerucut. Dari kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang

paling dasar adalah benda asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini

berarti bahwa dalam proses pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang

paling tinggi untuk mempersepsi bahan pendidikan atau pengajaran. Sedangakan

penyampaian bahan yang hanya dengan kata-kata sangat kurang efektif atau

Page | 84

Page 85: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

intensitasnya paling rendah. Jelas bahwa penggunaan alat peraga adalah salah satu

prinsip proses pendidikan.

Dalam rangka pendidikan kesehatan, masyarakat sebagai konsumen juga

dapat dilibatkan dalam pembuatan alat peraga (alat bantu). Untuk itu petugas

kesehatan berperan untuk membimbing dan membina, bukan hanya dalam hal

kesehatan mereka sendiri tetapi juga memotivasi mereka sehingga meneruskan

informasi kesehatan kepada anggota masyarakat yang lain. Alat peraga akan

membantu dalam melakukan penyuluhan, agar pesan-pesan kesehatan dapat

disampaikan lebih jelas dan masyarakat sasaran dapat menerima pesan orang

tersebut dengan jelas dan tetap pula. Dengan alat peraga, orang dapat lebih

mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit sehingga mereka dapat menghargai

betapa bernilainya kesehatan itu bagi kehidupan.

B. Faedah alat bantu

Secara terperinci, faedah alat peraga anatara lain sebagai berikut:

a. Menibulkan minat sasaran pendidikan.

b. Mencapai sasaran yang lebih banyak.

c. Mebantu mengatasi hambatan bahasa.

d. Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesankesehatan.

e. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat

f. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang

diterima kepada orang lain.

g. Mempermudah penyampaian bahan pendidikan atau informasi oleh para

pendidik atau pelaku pendidikan.

h. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. Seperti

diuraikan diatas bahwa pengetahuan yang ada pada seseorang diterima

melalui indera. Menurut penelitian para ahli indera, yang paling banyak

menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75%

Page | 85

Page 86: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

sampai 87% dari pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui

mata. Sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indera yang lain.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara

penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan pendidikan.

i. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui kemudian lebih mendalami

dan akhirnya meberikan pengertian yang lebih baik. Orang yang melihat

sesuatu yang memang diperlukan akan menimbulkan perhatiaannya. Dan apa

yang dilihat dengan penuh perhatian akan memberikan pengertian baru

baginya yang merupakan pendorong untuk melakukan atau memakai sesuatu

yang baru tersebut.

j. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh. Didalam menerima

sesuatu yang baru, manusia mempunyai kecenderungan untuk melupakan

atau lupa.

Untuk mengatasi hal tersebut, AVA akan membantu menegakkan

pengetahuan-pegetahuan yang telah diterima oleh manusia sehingga apa yang

diterima akan lebih lama tinggal atau disimpan dalam ingatan.

C. Macam-macam Alat Bantu

Pada garis besarnya, hanya ada 2 macam alat bantu pendidikan (alat peraga):

a. Alat bantu lihat (Visual Aids).

Alat ini berguna dalam mebantu menstimulasi indera mata (penglihatan) pada

waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk:

1) Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film stip, dan sebagainya.

2) Alat-alat yang tidak diproyeksikan:

2 Dimensi, gamabar, peta, bagan, dan sebagainya.

3 Dimensi missal bola dunia, boneka, dan sebagainya.

b. Alat-alat Bantu Dengar (Audio Aids)

Ialah alat yang dapat membantu menstimulasi indera pendengaran pada

waktu prose penyampaian bahan pendidikan atau pengajaran. Misalnaya

piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.Page | 86

Page 87: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

c. Alat bantu lihat-dengar

Seperti televisi dan video cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal

dengan audio visual aids (AVA).

Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menjadi

2 macam menurut pembuatannya dan penggunaannya.

1) Alat peraga yang complicated (rumit), seperti film, film stripe slide dan

sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor

2) Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan-

bahan setempat yang mudah diperoleh, seperti bambu, karton, kaleng bekas,

kertas Koran, dan sebagainya. Beberapa contoh alat peraga yang sederhana

yang dapat dipergunakan di berbagai tempat misalnya:

Di rumah tangga seperti leaflet, model buku bergambar, benda-benda

yang nyata seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan sebagainya.

Di kantor-kantor dan sekolah-sekolah, seperti papan tulis, flipchart,

poster, leaflet, buku cerita bergambar, kotak gambar gulung, boneka dan

sebagainya.

Di masyarakat umum, misalnya poster, spanduk, leaflet, fanel graph,

boneka wayang, dan sebagainya.

Ciri-ciri alat peraga kesehatan yang sederhana antara lain:

a. Mudah dibuat

b. Bahan-bahannya dapat diperoleh dari bahan-bahan local

c. Mencerminkan kebiasaan, kehidupan dan kepercayaan setempat.

d. Ditulis (digambar) dengan sederhana.

e. Bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh masyarakat.

f. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan petugas kesehatan dan masyarakat.

2.6.2 Sasaran Yang Dicapai Alat Bantu Pendidikan

Menggunakani alat peraga harus didasari pengetahuan tentang sasaran

pendididakan yang akan dicapai alat peraga tersebut .

1. Individu atau kelompok

Page | 87

Page 88: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

2. Katagor-katagori sasaran seperti kelompok umur, pendidikan, pekerjaan, dan

sebagainya

3. Bahasa yang mereka gunakan

4. Adat istiadat serta kebiasaan

5. Minat dan perhatian

6. Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima

Tempat memasang (menggunakan) alat peraga

a. Didalam keluarga antara lain dalam kesempatan kunjungan rumah, waktu

menolong persalinan, merawat bayi atau menolong orang sakit dan

sebagainya.

b. Di masyarakat misaknya seperti pada waktu perayaan hari-hari

besar,pengajaran, dan sebagainya, serta dipasang juga di tempat-tempat

umum yang strartegi.

c. Di instansi-instansi antara lain di puskesmas, rumah sakit, kantor-kantor di

sekolah-sekolah dan sebagainya.

Alat-alat peraga tersebut sedapat mungkin dapat dipergunakan oleh

a. Petugas-petugas puskesmas atau kesehatan

b. Kader kesehatan

c. Guru-guru sekolah dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya

d. Pamong desa

2.6.3 Merencanakan Dan Menggunakan Alat Peraga

Biasanya kita menggunakan alat peraga sebagai pengganti objek-objek

yang nyata sehingga dapat memberikan pengalaman yang tidak langsung bagi

sasaran. Didalam menggunakan alat peraga untuk memperjelas pesan-pesan yang

disampaikan kepada masyarakat, benda-benda yang sebenarnya mempermudah

masyarakat untuk mengerti dan memahaminya, karena alat peraga seperti ini

merupakan benda-benda yang mereka jumpai sehari-hari.

Page | 88

Page 89: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Oleh karena itu sebelum mempergunakan alat peraga lain sebagai

pengganti benda-benda asli, perlu ditelaah terlebih dahulu apakah pengunaan

benda-benda asli memungkinkan atau tidak. Sebaliknya kalau tidak ada benda-

benda asli maka dibuatlah alat peraga dari benda-benda pengganti.

Sebelum membuat alat peraga kita harus merencanakan dan memilih alat

peraga yang paling tepat untuk digunakan. Untuk itu perlu diperhatikan antara lain

hal-hal sebagai berikut.

2.6.4 Tujuan Yang Hendak Dicapai

1. Tujuan pendidikan. Tujuan ini dapat untuk

Mengubah pengetahuan atau pengertian, pendapat dan konsep-konsep.

Mengubah sikap dan persepsi.

Menanamkan tingak laku atau kebiasaan yang baru.

2. Tujuan penggunaan alat peraga

Sebagai alat bantu dalam latihan atau pendidikan

Untuk menimbulkan perhatian terhadap suatu masalah

Untuk meningkatkan sesuatu pesan atau informasi

Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan.

Perencanaan dan pelilihan alat peraga ditentukan sebagian dasar oleh tujuan ini.

Kalau tujuannya itu rumit maka mungkin diperlukan lebih dari satu

macam alat peraga. Kemampuan penyampaian pesan masing-masing alat peraga

berbeda-beda, misalnya leaflet dan pamphlets lebih banyak berisi pesan

sedangkan poster lebih sedikit pesan-pesan tetapi bersifat pemberitahuan dan

propaganda. Dengan sendirinya alat peraga yang dipergunakan untuk

meningkatkan pengetahuan akan berbeda dengan alat peraga yang dipergunakan

untuk meningkatkan keterampilan.

2.6.5 Persiapan Penggunaan Alat Peraga

Semua alat peraga yang dibuat berguna sebagai alat bantu belajar dan tetap

harus diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita

harus mengembangkan keterampilan dalam memilih, mengadakan alat peraga

secara tepat sehingga mempunyai hasil yang maksimal.

Page | 89

Page 90: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Misalnya satu set flip chart tentang makanan sehat untuk bayi atau anak-

anak harus diperlihatkan satu-persatu secara berurutan sambil menerangkan tiap-

tiap gambar beserta pesannya. Kemudian diadakan pembahasan sesuai dengan

kebutuhan pendengarannya terjadi komunikasi dua arah. Apabila kita tidak

mempersiapkan diri dan hanya mempertunjukan lembaran-lembaran flip chart

satu demi satu tanpa menerangkan atau membahasnya maka penggunaan flip chart

tersebut mungkin akan gagal.

Sebelum penggunaan alat peraga sebaiknya petugas mencoba terlebih

dahulu alat-alat tersebut, yang masih dalam bentuk dasar sebelum diprodusi

seluruhnya. Gunakan tes percobaan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana alat

peraga tersebut dapat dimengerti oleh sasaran pendidikan.

Contoh sebuah poster yang akan dipergunakan menunjang program

keluarga berencana dibuat desain atau rancangan beberapa buah. Lalu dicobakan

pada sekelompok kecil sasaran yang dianggap memiliki ciri-ciri yang sama

dengan sasaran pada umumnya, kepada siapa poster itu akan di tunjukan. Salah

satu desain yang paling mudah dipahami, terutama yang dapat dikenal pesan-

pesannya dengan baik itulah yang akan diproduksi dan diperbanyak.

Cara melakukan percobaan tersebut antara lain sebagai beerikut.

a. Merencanakan terlebih dahulu tes pendahuluan untuk suatu media yang akan

diproduksi.

b. Menentukan pokok-pokok yang akan dipesankan dalam media tersebut.

c. Menentukan gambar-gambar pokok atau simbol-simbol yang disesuaikan

dengan cirri-ciri sasaran.

d. Memperlihatkan alat peraga atau media tersebut kepada sasaran tercoba.

e. Menanyakan kepada sasaran terkait hal.

Apakah mereka mengalami kesukaran dalam memahami pesan-pesan,

kata-kata, gambar-gambar didalam media tersebut.

Menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti.

Mencatat komentar-komentar dari sasaran yang sedang diuji

Melakukan perbaikan alat peraga (media) tersebut.

f. Mendiskusikan alat yang dibuat tersebut dengan orang lain (teman-teman)

atau dengan para ahli.Page | 90

Page 91: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

2.6.6 Cara Mempergunakan Alat Peraga

Cara mempergunakan alat peraga sangat tergantung pada alatnya.

Menggunakan gambar sudah barang tentu lain menggunakan film strip dan

sebagainya. Disamping itu juga dipertimbangkan factor sasaran pendidikannya.

Untuk masyarakat yang buta huruf akan lain dengan masyarakat yang telah

berpendidikan. Dan yang lebih penting lagi alat yang digunakan harus menarik

sehingga menimbulkan minat para pesertanya.

Pada waktu menggunakan AVA hendaknya memperhatikan hal sebagai

berikut.

a. Gunakan senyum untuk mencari simpati.

b. Tunjukkan perhatian bahwa hal yang dibicarakan atau diragakan itu adalah

penting.

c. Pandangan mata hendaknya keseluruh pendengar agar mereka tidak

kehilangan kontrol dari pihak pendidik.

d. Yang berbicara atau yang meragakan hendaknya bergantian agar pendengar

tidak bosan dan mengantuk.

e. Ikut sertakan para peserta atau pendengar, berikan kesempatan untuk

memegang atau mencoba alat tersebut.

f. Bila perlu, berilah selingan humor, untuk menghidupkan suasana dan

sebagainya.

2.6.7 Media Pendidikan Kesehehatan

Yang dimaksud dengan media pendidikan kesehatan pada hakekatnya

adalah bantu pendidikan (AVA). Disebut media pendidikan karena alat-alat

tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk menyampaikan kesehatan karena

alat-alat tersebut digunakan nutuk mempermudah penerimaan pesan-pesan

kesehatan bagi masyarakat atau klien.

Page | 91

Page 92: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media),

media ini dapat dibagi menjadi menjadi tiga, yakni.

a. Media cetak

Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan

sangat bervariasi antara lain.

1. Booklet ialah suatu media untuk meyampaikan pesan-pesan kesehatan

dalam bentuk buku baik tulisan maupun gambar.

2. Leaftlet ialah bentuk penyampaian imformasi atau pesan-pesan kesehatan

melalui lembaran yang dilipat, Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat

maupun gambar atau kombinasi dari keduanya.

3. Flyer (selebaran) ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

4. Flip chart (lembaran balik) ialah media penyampaian pesan atau informasi-

informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik biasanya dalam bentuk

buku dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan dibaliknya

berisi kalimat sebagai pesan atau informasi berkaitan dengan gambar

tersebut.

5. Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah mengenaibahasa

suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.

6. Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi

kesehatan yang biasanya ditempel ditembok-tembok, ditempat-tempat

umum, atau di kendaraan umum.

7. Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

Berikut ini adalah 10 alasan kenapa setiap Promosi Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (K3) menggunakan gambar visual :

1. Pikiran lebih cepat menangkap informasi dalam bentuk gambar. Karena

setiap informasi yang hanya menggunakan teks tanpa gambar akan

membuat pikiran bekerja dahulu untuk menerjemahkan setiap kata

menjadi gambar dalam pikiran dan informas itidak langsung diserap

sebagaimana informasi yang langsung menggunakan gambar visual dan

teks.

Page | 92

Page 93: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

2. Teks hanya diproses oleh bagian memori jangka pendek, sehingga

informasi mudah dilupakan. Sedangkan gambar visual diproses langsung

oleh memori jangka panjang sehingga informasi lebih lama dalam ingatan

audiens. (Sumber: The Power of Visual Communication)

3. Separuh dari fungsi otak manusia khusus untuk memproses informasi yang

disampaikan secara visual. Sehingga informasi yang diterima dengan cara

dilihat mata akan lebih ramah diproses dalam otak. (Sumber: Professor

Mriganka Sur of MIT's Department of Brain and Cognitive Sciences)

4. Orang hanya akan mengingat 10% dari informasi tanpa gambar visual

yang disampaikan 72 jam yang lalu. Jika informasi tersebut ditambahakan

gambar visual, maka orang akan mengingat lebih banyak sebesar 65% dari

informasi tersebut.

5. 90% informasi ditransfer keotak secara visual dengan kecepatan 60.000

kali lebih cepat diproses otak dari pada informasi yang hanya dalam

bentuk teks. (Sumber: 3M Corporation and Zabisco)

6. Kita cenderung lebih mudah mengingat-ingat memori dalam bentuk

gambar visual. Faktanya gambar visual lebih mudah diingat (sebesar 84%)

daripa dateks (hanyasebesar 44%) (Sumber: Picture Superiority Effect)

7. Ilmuan dalam bidang pendidikan meyakini bahwa 83% manusia belajar

semua hal secara visual/ melalui gambar.

8. 40% orang lebih efektif member tanggapan terhadap informasi dalam

bentuk gambar visual dari pada informasi dalam bentuk teks saja.

9. Survey membuktikan bahwa orang orang lebih banyak menghabiskan

waktu ber internet dengan melihat video secara online.

10. Trainer atau pembicara yang menggunakan gambar visual sebagai

perangkat presentasi, 43% lebih efektif dalam menggerakan audiens untuk

melakukan aksi dari informasi tersebut. (Sumber: 3M)

Page | 93

Page 94: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

b. Media Elektronik

Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan atau informasi-

informasi kesehatan, jenisnya berbeda-beda antara lain.

1. Televisi

Penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan melalui media

televise bisa dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau Tanya

jawab sekitar masalah kesehatan.

2. Radio

Penyampaian informasi atau pesan kesehatan melalui radio juga dpat

berbentuk macam-macam antara lain obrolan (tanya jawab), sandiwara radio,

ceramah, radio spot, dan sebagainya.

3. Video

Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat melalui video

a) Slide

Media slide atau film bingkai adalah media visual yang diproyeksikan

melalui alat yang disebut proyektor.

b) Film strip

Filmstrip atau film rangkai atau film gelang adalah media visual proyeksi

diam, yang pada dasarnya hampir sama dengan media slide. Hanya

filmstrip ini terdiri atas beberapa film yang . Kelebihan filmstrip

dibanding film slide adalah media filmstrip mudah penggandaannya

karena tidak memerlukan bingkai tetapi pengeditan dan perbaikan/ revisi

filmstrip relatif agak sukar, karena harus dilakukan di laboratorium

khusus.

c. Media Papan (Billboard)

Papan billboard yang dipasang ditempat-tempat umum dapat dipakai dan

diisi dengan pesan-pesan atau informsi-informasi kesehatan. Media papan di

sini juga mencangkup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran yang di temple

pada kendaraan-kendaraan umum.

Page | 94

Page 95: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

2.6.8 Metode Pendidikan

1. Metode Pendidikan Individual atau Perorangan

Dalam promosi kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual

digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai

tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, membina

seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang

sedang tertarik terhadap imunisasi, karena baru saja memperoleh atau

mendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang digunakan agar ibu

tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu hamil tersebut segera minta

imunisasi, adalah dengan pendekatan secara perorangan. Perorangan disini

tidak hanya berarti harus hanya kepada ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi

mungkin juga kepada suami atau keluarga ibu tersebut.

Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang

mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan

penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui

dengan tepat serta dapat membantunya maka perlu menggunakan metode

(cara). Bentuk pendekatan ini antara lain :

a.    Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance And Counceling)

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap

masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu

penyelesaiannya,. Akhirnya klien tersebut dengan sukarela, berdasarkan

kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut

(mengubah perilaku).

b.   Wawancara (Interview)

Cara ini sebenarnya mmerupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.

Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali

informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah ia

tertarik atau tidak menerima perubahan untuuk mengetahui apakah

perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar

pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu

penyuluhan yang lebih mendalam lagi.Page | 95

Page 96: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

2. Metode Pendidikan Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, perlu diingat besarnya

kelompok, sasaran, serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk

kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas

suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan.

a.  Kelompok Besar

Yang dimaksud kelompok besar disini adalah peserta penyuluhan itu lebih

dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain

ceramah dan seminar.

Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah :

Persiapan

Ceramah akan berhasil apabila penceramah menguasai materi yang akan

disampaikan untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri dengan :

Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau

disusun dalam diagram atau skema.

Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat,

slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya.

Pelaksanaan

Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah

tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk itu penceramah dapat

melakukan hal-hal sebagai berikut :

Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-

ragu dan gelisah.

Suara hendaknya cukup keras dan jelas.

Pandangan hatrus tertuju ke seluruh peserta ceramah.

Berdiri di depan (dipertengahan. Ttidak boleh duduk.

Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.

Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan

menengah keatas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari suatu

Page | 96

Page 97: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan

biasanya dianggap hangat di masyarakat.

b.  Kelompok Kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut

kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil ini

antara lain :

Diskusi Kelompok

Agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi

maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka

dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya

dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pemimpin diskusi juga duduk di

antara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi.

Dengan kata lain mereka harus merasa berada dalam taraf yang sama,

sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/ keterbukaan

untuk mengeluarkan pendapat.Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi

harus memberikan pancingan-pancingan yang dapat berupa pertanyaan-

pertanyaan atau kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi

diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengatur dan

mengarahkan jalannya diskusi sehingga semua orang dapat kesempatan

berbicara dan tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.

Curah Pendapat (Brain Storming)

Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya

sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya pada permulaannya

pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap

peserta memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan (curah pendapat).

Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam

flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan

pendapatnya, tidak boleh diberikan komentar oleh siapapun. Harus setelah

semua mengelurakan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan

akhirnya terjadi diskusi.

Bola Salju (Snow Balling)

Page | 97

Page 98: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) kemudian

dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit

maka tiap 2 pasang bergabung menjadi 1. Mereka tetap mendiskusikan

masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya.

Kemudian tiap-tiap pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini

bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya

sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.

Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz

group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak

sama dengan kelompok lain. Masing-masing kelompok mendiskusikan

masalah tersebut. Selanjutnya hasil dari tiap kelompok didiskusikan

kembali dan dicari kesimpulannya.

Memainkan Peranan (Role Play)

Dalam metode ini beberapa anggota kelompok diunjuk sebagai pemegang

peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter

Puskesmas, sebagai perawat, atau bidan, dan sebagainya, sedangkan

anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka

memperagakan, misalnya bagaimana komunikasi/interaksi sehari-hari

dalam melaksanakan tugas.

Permainan Simulasi (Simulation Game)

Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi

kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk

permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti

bermain monopoli dan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah) selain

beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain dan sebagian

lagi berperan sebagai narasumber.

3.  Metode Pendidikan Massa

Metode pendidikan (pendekatan massa) cocok untuk mengkomunikasikan

pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Oleh karena sasaran

pendidikan ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur,

jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan

Page | 98

Page 99: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus

dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh masa tersebut.

Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat

terhadap suatu inovasi awarenss, dan belum begitu diharapkan untuk sampai

pada perubahan tingkah laku. Namun demikian, bila kemudian dapat

berpengaruh terhadap perubahan perilaku juga merupaka hal yang wajar. Pada

umumnya, bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya

dengan menggunakan atau melalui media massa. Berikut ini akan dijelaskan

beberapa contoh metode yang cocok untuk pendekatan massa.

Ceramah umum (public speaking)

Pada cara-cara tertentu, misalnya pada hari kesehatan nasional, menteri

kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa

rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga

merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.

Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV

maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk pendidikan kesehatan

massa.

Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan

lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan disuatu media

massa adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa

contoh : Praktik Dokter Herman Susilo di televisi pada tahun 1980-an.

Sinetron Dokter Sartika dalam acara TV pada tahun 1990-an juga

merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa.

Tulisan-tulisan dimajalah atau Koran, baik dalam bentuk artikel maupaun

Tanya jawab/ konsultasi tentang kesehatan dan penyakit juga merupakan

bentuk pendekatan pendidikan kesehatan massa.

Billboard, yang dipasang dipinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya

juga merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard

Ayo ke Posyandu.

2.7 PEMASARAN SOSIAL DALAM PROMOSI KESEHATAN

Page | 99

Page 100: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

2.7.1 Pendahuluan

Konsep pemasaran pada mulanya diterapkan di perusahaan besar di

Negara industri yang telah maju, sedemikian rupa sehingga menjadi penentu

setiap usaha. Penerapan konsep tersebut saat ini sudah meluas samapai ke luar

bidang, yaitu ke bidang politik dan social. Di bidamg kesehatan, konsep

pemasaran telah diterapkan di berbagai Negara untuk berbagai program. Indonesia

telah menggunakan pendekatan ini dalam upaya penanggulan diare melalaui

rehidrasi oral. Imunisasi, penanggulanagan kekurangan vitamin A, keluarga

berencana dan lainnya. Pengertian pemasaran seringkali dikacaukan dengan

penjualan. Padahal konsep kedua hal tersebut sangat berbeda. Dan bertolak dari

produk yang telah dibuat, kemudian dibuat atau dikembangkan produk yang dapat

memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen itu.

Pemasaran didefinisikan sebagai suatu proses social dan manjerial dimana

individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan, dan keinginan mereka dengan

menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.

Definisi ini berdasarkan konsep inti pemasaran , yaitu: kebutuhan, keinginan, dan

permintaan; produk; nilai, biaya, dan, kepuasan; pertukaran, transaksi, dan

hubungan; pasar serta pemasaran dan calon pembeli. Konsep-kosep tersebut

diilustrasikan dalam gambaran sebagai berikut:

Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk

mempertahankan hidup serta untuk memperoleh kesejahteraan dan

kenyamanan.

Keinginan adalah sesuatu tambahan atas kebutuhan yang diharapkan dapat

dipenuhi sehingga manusia tersebut merasa lebih puas. Namun bila keinginan

tidak terpenuhi maka sesungguhnya kesejahteraannya tidak berkurang.

Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang ingin dan mampu dibeli oleh

konsumen, pada berbagai tingkat harga, dan pada periode tertentu

Produk  adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu

kebutuhan dan keinginan.

Barang yaitu sebagai suatu produk fisik (berwujud, tangible) yang dapat

diberikan pada seorang pembeli dan melibatkan perpindahan kepemilikan

dari penjual ke pelanggan.

Page | 100

Page 101: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

 Jasa  adalah setiap tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah

satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip intangibel dan tidak

menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun.

gagasan adalah rancangan yang tersusun di pikiran. Artinya sama

dengan cita-cita. 

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan

berguna bagi manusia.

Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa

yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di masa mendatang bagi

organisasi

Kepuasan merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan

kinerja (atau hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Jadi

tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan

dengan harapan.

Pertukaran adalah proses yang mengarah kepada sesuatu persetujuan

Transaksi adalah laporan yang didesign untuk menampilkan detail setiap

transaksi yang terjadi pada periode tertentu, mulai dari Dokumen Bukti

Transaksi , Order, Surat Jalan, Pajak, Pembayaran dan status Transaksi pada

saat dilaporkan.

Hubungan adalah kegiatan-kegiatan pengerahan tenaga / jasa seseorang secara

teratur demi kepentingan dirinya atau dengan orang lain.

Pasar adalah tempat bertemunya calon penjual dan calon pembeli barang dan

jasa. Ddan pasar tergantung dari orang yang memiliki kebutuhan dan sumber

yang dimiliki orang lain mau menawarkan sumber daya itu untuk ditukarkan

supaya dapat memenuhi inginana mereka.

Pemasar adalah seseorang yang mencari satu atau lebih calon pembeli yang

akan terlebit dalam pertukaran nilai.

Calon Pembeli adalah seseorang yang diidentifikasi oleh pemasar sebagai

orang yang mungkin bersedia dan mampu terlibat dalam pertukaran nilai.

Page | 101

Page 102: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Pemasaran adalah kegiatan tukar menukar yang saling memuaskan. Agar

kegiatan tukar menukar yang dimiliki itu dapat terjadi, terlebih dahulu perlu

dipelajari;

a. Apa kebutuhan dan keinginan konsumen

b. Berapa konsumen mau membayar untuk itu

c. Bagaimna cara agar produk tersebut dapat diperoleh pada waktu dan tempat

yang tepat

d. Bagaimana mengkonfirmasikan produk tersebut kepada konsumen.

2.7.2 Pemasaran Sosial

Pemasaran sosial dapat diartikan sebagai perancangan, penerapan, dan

pengendalian program yang ditujukan untuk meningkatkan penerimaan suatu

gagasan atau praktik tertentu pada suatu kelompok. Pada dasarnya pemasaran

sosial tidak berbeda dengan pemasaran komersial. Pemasaran social menggunakan

teknik analisis yang sama: riset pasar, pengembangan produk, penentuan harga,

keterjangkauan, dan promosi. Dapat disimpulkan, bahwa pemasaran social adalah

penerapan konsep dan teknik pemasaran untuk mendapatkan manfaat sosial.

Tentu saja ada sedikit perbedaan antara pemasaran di bidang usaha dengan

pemasaran sosial. Perbedaan tersebut antara lain adalah:

a. Penggunaan produk sosial biasanya lebih rumit daripada produk

komersial.

b. Produk sosial hasilnya tidak cepat dirasakan.

c. Saluran distribusi untuk produk-produk social lebih sulit dikontrol karena

biasanya menyangkut banyak pihak.

d. Konsumen pada umumnya tidak mampu, atau rawan terhadap penyakit,

dan berpendidikan rendah.

Hal-hal tersebut menyebabkan pemasaran social jauh lebih rumit dan sulit

sehingga tahap perencanaan perlu dilakukan secara mantap.

2.7.3 Bauran Pemasaran

Banyak diantara kita mungkin tidak menyadari bahwa setiap produk yang

kita beli atau konsumsi sebenarnya menjalani proses penciptaan yang rumit

Page | 102

Page 103: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

hingga menjadi suatu produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kita.

Membutuhkan biaya hingga menjadi produk yang dibutuhkan konsumen,

memerlukan komunikasi dari produsennya hingga kita mengetahui bahkan

mengkonsumsinya, dan mungkin juga menjalani perjalanan panjang hingga

akhirnya ada di tangan kita. Kombinasi variabel atau kegiatan memasarkan itulah

yang merupakan inti dari sistem pemasaran. Sedikitnya ada 4 aktivitas pemasaran

dan disebut dengan “Bauran Pemasaran” atau “Marketing Mix”. Beragam

definisi atau pengertian “Bauran Pemasaran” atau “Marketing Mix” disampaikan

pakar marketing namun secara umum dapat disampaikan adalah kumpulan dari

variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan yang digunakan oleh suatu

badan usaha untuk mencapai tujuan pemasaran dalam pasar sasaran.

A. Konsumen

Konsumen atau penggunan bukan hanya merupakan sasaran pokok, tetapi juga

sebagai pengukur apakah kegiatan yang dilaksanakan cocok, diminati dan

berhasil. Sasaran pemasaran sosial terdiri dari berbagai sub-kelompok dan tiap

sub kelompok mempunyai pandangan, nilai, dan kebutuhan sendiri. Karena itu

dimulai dengan segmentasi sasaran

Segmentasi sasaran adalah suatu proses mengelompokkan sasaran ke dalam

sub-sub kelompok yang lebih homogen yang memiliki kesamaan kebutuhan dan

atau kesamaan karakter. Pembagian sub kelompok ini dilakukan sebagai berikut :

1. Khalayak sasaran primer : sasaran pokok yang diharapkan dapat berubah

prilakunya ke perilaku yang diharapkan.

2.  Khalayak sasaran sekunder : sasaran antara yang mempunyai pengaruh

terhadap khalayak sasaran primer, misalnya petugas kesehatan, tokoh

masyarakat, anggota keluarga dan lainnya

3.  Khalayak sasaran tersier : sasaran penunjang yang turut menentukan

keberhasilan program, seperti para pengambil keputusan, penyandang dana,

dan orang-orang yang berpengaruh untuk kita

B. Produk

Page | 103

Page 104: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Produk ini didefinisikan sebagai segala sesuatu yang ditawarkan dan dapat

memuaskan kebutuhan atau keinginan. Produk bisa berupa barang, jasa, orang,

tempat, organisasi, ide. Produk sosial adalah produk yang disediakan produsen

kepada konsumen dengan tujuan yang lebih utama untuk memeperoleh manfaat

sosial, seperti misalnya meningkatnya derajat sosial. Pada produk sosial

kemanfaatan sosial lebih diutamakan daripada keuntungan atau profit.

Sehubungan dengan pemilihan produk yang akan dipasarkan, khususnya yang

berbentuk prilaku sehat Kotler mengingatkan lima dimensi penting :

1.      Ketahanan atau Durability

2.      Kerumitan atau Complexity

3.      Daya tarik atau visibility

4.      Risiko dalam penerapan atau penggunaannya atau risk

5.      Keakraban produk tersebut dengan konsumen familiarity

C.  Tempat

Tempat  atau saluran distribusi yang dimaksudkan adalah tempat dimana

produk yang ditawarkan dapat diperoleh konsumen atau saluran distribusi yang

berperan untuk memindahkan produk dari satu titik produksi ke titik konsumsi.

Pada pemasaran sosial titik produksi adalah kegiatan kampanye sosial, sedangkan

titik konsumsi adalah tempat di mana kelompok sasaran terpapar dan mengadopsi

produk sosial tersebut.

Bentuk-bentuk saluran distribusi untuk produk sosial antara lain :

1.      Untuk produk intangible, distribusi dilakukan melalui perantaraan media dan

komunikasi antarpribadi ( melalui kelompok professional dan relawan )

2.      Penggunaan media dilakukan secara :

One step flow ( pemasaran sosial- media- adopter)

  Two step flow ( pemasaran sosial-media-adopter awal- adopter lanjut )

 Multi step flow ( pemasar sosial melalui serangkaian jaringan yang terdiri

dari media dan agen periklanan kemudian menjangkau adopter awal dan

kemudian adopter lanjut )

D. Harga

Page | 104

Page 105: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Harga  adalah biaya atau beban yang harus ditanggung oleh konsumen untuk

memperoleh produk yang ditawarkan. Harga yang dimaksudkan dalam pemasaran

sosial bukanlah nilai dalam pengertian jumlah uang yang dikeluarkan saja tetapi

dalam arti yang lebih luas. Seymour H. Fine membagi harga dalam 4 kategori,

yaitu :

1.      Waktu yang digunakan

2.      Daya berupa gerakan fisik yang diperlukan

3.      Gaya hidup yang mungkin harus berubah

4.      Batin yang berupa gangguan ketentraman pikiran

Pada produk sosial sering diberikan subsidi karena mengingat manfaat sosial

yang tinggi untuk kepentingan orang banyak. Oleh karena itu, aspek price pada

produk sosial lebih bersifat non moneter dalam kaitan dengan proses pertukaran

untuk produk sosial.

E. Promosi

Promosi adalah upaya memperkenalkan produk dan meningkatkan adopsi

produk kepada konsumen. Untuk itu perlu membedakan konsumen sebagai

individu dan sebagai kelompok masa dijangkau dengan menggunakan komunikasi

massa sedangkan konsumen sebagai individu lebih sesuai dijangkau dengan

melalui komunikasi selektif dan komunikasi antar pribadi.

1.    Komunikasi melalui komunikasi masa

Fungsi pokok komunikasi masa adalah untuk memberikan informasi dan untuk

mengajak dalam kurun waktu tertentu sebanyak mungkin sasaran tentang

bagaimana sebuah produk dapat memenuhi kebutuhan mereka dan kelebihan

produk tersebut dibandingkan dengan produk yang lain.

2.   Promosi melalui komunikasi selektif

Komunikasi selektif berperan untuk mengisi keterbatasan dari komunikasi

massa, yang tidak mungkin memberikan pesan khusus untuk konsumen

tertentu. Melalui komunikasi selektif dimungkinkan terjadinya pemberian

informasi dan mengajak kelompok tertentu secara spesifik dengan cara

interaktif dan fleksibel. Jalur komunikasi ni digunakan untuk segmen pasar

yang lebih tajam/spesifik.

Page | 105

Page 106: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

2.7.4 Langkah_Langkah Dalam Mengembangkan Kegiatan Pemasaran Sosial

Pemasaran sosial adalah suatu bentuk di siplin untuk mengembangan

kegiatan komunikasi kesehatan. Tujuannya adalah mendapat kata yang tepat di

pakai untuk meyakinkan para ibu agar berbuat seperti yang di anjurkan, tokoh

yang akan di pakai untuk menyampaikan pesan, saluran komunikasi (langsung

dan tidak langsung), dan bagaimana memanfaatkan saluran komunikasi tersebut

sebaik-baiknya.

Ada 14 langkah dalam mengembangkan kegiatan pemasaran sosial itu, yaitu:

1. Riset Formatif

Sebelum kita menganjurkan orang untuk mengubah perilakunya, kita

harus tahu dulu bagaimana sekarang dan bagaimana sikapnya terhadap

perilaku yang kita anjurkan. Kita tidak dapat hanya menduga atau

memperkirakan kedua hal tersebut. Kita harus menggalinya dari mereka

sendiri. Kita namakan penggalian demikian riset formatif, karena dilakukan

untuk menentukan format strategi kegiatan. Kita akan memilih sampel secara

acak dalam jumlah, yang memadai serta melakukan wawancara dengan

mereka, secara kelompok atau perorangan, dan biasanya kedua cara ini dipakai.

Kita juga ingin menemukan tokoh yang paling dihormati oleh kelompok

sasaran, sehingga kita dapat memanfaatkan tokoh tersebut untuk

menyampaikan pesan-pesan kita. Kita akan menggali sikap mereka

terhadap pelayanan yang ada, puskesmas, posyandu, kader, dan

terhadap organisasi kemasyarakatan, seperti PKK, dan lain sebagainya.

Kita akan mewawancarai petugas dan berbagai instansi. Kita akan bertanya

kepada ibu tentang kehidupan sehari-hari, bagaimana interaksi mereka dalam

masyarakat dan kelompok masyarakat dan kelompok kemasyarakatan, ke

mana mereka pergi, kalau ke luar rumah. Radio dan media massa yang mereka

manfaatkan, berapa kali, kapan, dan hiburan apa serta peristiwa keagamaan

atau budaya apa yang mereka hadiri. Berdasarkan kesemua itu kita

kembangkan strategi kegiatan kita.

2. Penyusunan Strategi

Page | 106

Page 107: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Strategi akan mencakup:

b) Berbagai kelompok sasaran yang diperoleh dari penelitian formatif dapat

dibagi dalam 3 kelompok besar:

Sasaran primer, yaitu sasaran pokok yang benar-benar kita harapkan

berubah kebiasaannya.

Sasaran sekunder, yaitu sasaran antara yang akan terlibat dalam

penyampaian produk atau pelayanan atau yang terlibat dalam penyampaian

pesan-pesan secara langsung.

Sasaran tersier, yaitu sasaran penunjang yang terlibat secara tidak

langsung, namun dukungannya sangat diperlukan.

b) Berbagai perilaku yang diharapkan dari tiap kelompok sasaran.

c)    Sikap negatif terhadap perilaku yang diharapkan secara rinci.

d)    Pemecahan yang disarankan untuk mengatasi hambatan tersebut.

e)    Kata-kata yang disarankan untuk dipakai guna meyakinkan kelompok

sasaran untuk melakukan apa yang diharapkan.

f)    Berbagai saluran komunikasi yang ada untuk analisis selanjutnya.

3. Menguji Coba Strategi

Setelah strategi disusun, kita kembali mengunjungi kelompok sasaran

primer untuk menguji coba strategi tersebut pada mereka. Bila perilaku yang

disarankan perlu dilaksanakantiap hari, seperti pemberian makan anak, kita

mints pars ibu melaksanakan dalam satu minggu. Bila perilaku yang

dianjurkan hanya dilaksanakan sekali, seperti imunisasi atau menimbangkan

anak di Posyandu, kita akan minta para ibu itu melaksana kan sekali atau dua

kali.

Kita akan menggunakan kata-kata dan tokoh yang tertuang dalam strategi

untuk meyakinkan ibu-ibu agar man melak sanakannya. Semua pertanyaan

yang dipunyai ibu-ibu, seperti yang tergambar pads hasil riset formatif

berupa sikap negatif dan hambatan yang mungkin menghalanginya untuk

berbuat, hendaknya bisa terjawab.

Kendati demikian, pelaksanaan penelitian mungkin masih menjumpai

bahwa kata-kata tersebut belum cukup menyakinkan ibu-ibu untuk berbuat.

Dalam hal ini, petugas lapangan akan bekerja sama dengan para ibu untuk

Page | 107

Page 108: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

menemukan cara melakukannya sampai ibu-ibu tersebut sepenuhnya puss dan

setuju untuk melaksanakannya. Petugas lapangan secara cermat menulis cara-

cara yang ditemukan untuk meyakinkan ibu-ibu itu. Biasanya, setelah satu

minggu petugas lapangan akan kembali mengunjungi ibu yang sama dan

membicarakan hasilnya dengan mereka. Apakah mereka melaksanakannya?

Apakah mereka akan melaksanakannya terus? Pembicaraan akan dilakukan

hati-hati dengan para ibu yang gagal, atau hanya setengah berhasil, untuk

menemukan apa masalahnya, rasa keberatan apa yang masih ada dan

bagaimana masalah dan rasa keberatan itu dapat diatasi. Percakapan ini akan

dicatat dengan cermat.

Berdasarkan masukan itu, strategi yang kita buat serta menggambarkan

apa yang kita harapkan dilakukan ibu-ibu itu dan bagaimana

melaksanakannya, sekarang sudah dapat disempurnakan.

4. Menulis Arahan Kreatif dan Media

Kini kita menulis strategi kreatif dan media. Kita menuliskan ini

walaupun kita akan melaksanakan kegiatan kreatif atau melaksanakan kegiatan

media kita sendiri. Arahan tertulis ini penting walau pelaksanaannya

dilakukan instansi lain atau biro, iklan. Arahan ini menyimpulkan tujuan dan

maksud kegiatan, gambaran rinci data ekonomi, sosial, dan geografis daerah

kegiatan serta daftar kelompok sasaran primer, sekunder, dan tersier dan

gambaran keadaan mereka.

Kecuali itu juga berisikan analisis semua saluran komu nikasi yang

mungkin dipakai untuk mencapai sasaran primer sehingga diteliti lebih lanjut

serta frekuensi dan biayanya. Mungkin akan mencakup media massa, kader,

kelompok masyarakat atau saluran lain seperti promosi di pasar lokal

atao peristiwa budaya dan saluran lain yang muncul dalam penelitianpads

ibu-ibu serta mungkin dapat dipakai. Juga catatan  bagaimana

komunikasi dan motivasi sasaran sekunder dan tersier akan dilaksanakan.

Bahan komunikasi yang perlu dikembangkan mungkin meliputi TV atau

slide, bahan-bahan penyuluhan bagi kader dalam bentuk kartu konsultasi,

lembar balik atau poster dan pita kaset, spanduk (yang berguna untuk upaya

promosi jangka, pendek) atau poster-poster (sebagai pengingat pesan-pesan

Page | 108

Page 109: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

yang disampaikan media massa atau kader), dan lain sebagainya. Sebagai

tambahan, booklet barangkali cocok dipakai untuk mendapatkan dukungan

yang diharapkan dari kelompok sasaran sekunder dan tersier. Pedoman

pelatihan dan modul juga diperlukan untuk melatih kader. Pada arahan

dijelaskan pula anggaran yang mungkin didapat.

Bagian kedua dari arahan itu berupa uraian tentang kelompok sasaran,

dan kegiatan yang ditulukan pada tiap kelompok sasaran, pesan-pesan yang

harus diterima tiap, kelompok sasaran, semua keengganan yang diketahui dan

menghambat penerimaan dan bagaimana rasa keberatan itu di atasi dan tokoh

yang dapat diterima kelompok sasaran.

5. Menentukan Konsultan Kreatif dan Konsultan Media

Sangat disarankan untuk menggunakan ahli kreatif dan ahli media,

apakah itu orang yang berpengalaman di bidangnya, lembaga konsultan atau

biro iklan untuk membuat bahan-bahan media. Bila media massa digunakan,

perencanaan media yang matang disertai pengalokasian waktu dan

pemantauan sangat diperlukan. Biasanya mereka dibayar berdasarkan tarif

komersial untuk produksi dan penyiarannya. Kelompok kreatif dan

mediaharus benar-benar mendapat arahan, baik itu ahli dari luar atau tenaga

yang ada di dalam sendiri.

6. Menyusun Peran dan Bahan serta Rencana Media

Para perencana kreatif dan perencana media kini dapat menyajikan

rancangan lengkap termasuk tatap muka dan bentuk semua bahan cetak, naskah

untuk spot radio dan bagaimana cerita untuk TV atau film. Alasan tertulis

untuk semua pesan dan ilustrasi juga dikemukakan untuk membuktikan dan

memastikan bahwa strategi telah dimanfaatkan sepenuhnya sebagai dasar

penyusunan bahan-bahan tersebut.

Perencanaan media yang rinci dan biaya yang diperlukan juga termasuk.

Rencana tersebut harus menunjukkan jangkauan yang memadai terhadap semua

kelompok sasaran dengan frekuensi yang memadai dan biaya yang paling

sesuai. Beberapa kemungkinan paduan media bisa diajukan dalam

pembicaraan. Biro iklan khususnya merupakan sumber informasi yang baik

untuk perencanaan media. Berdasarkan hasil penelitian, misalnya mereka

Page | 109

Page 110: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

tahu semua stasiun radio dan program yang ada dan pada waktu kapan ibu-

ibu desa paling banyak mendengarkan dan berapa banyak.

Kesemua itu merupakan informasi yang berharga untuk memanfaatkan

radio secara efektif. Mereka juga akan menganalisis efektivitas kader sebagai

komunikator berdasarkan data yang diberikan pads waktu riset formatif,

sehingga memberi gam baran berapa banyak ibu yang dapat berhubungan

(kontak) dengan kader. Arahan itu akan menjadi dasar untuk

menyusun rencana pelatihan bagi kader dan menentukan bahan penyuluhan siapa

yang cocok digunakan kader (rancangannya dibuat kelompok, kreatif). Biaya

yang diperlukan untuk jangkauan, frekuensi, juga biaya kegiatan komponen

komunikasi yang dilakukan kader dibuat perkiraannya. Perkiraan yang sama

juga dibuat untuk jalur komunikasi formal dan informal lain, sehingga biaya

yang diperlukan bisa dibandingkan, dan bisa diketahui paduan media mana

yang efektif dan efisien.

Biro iklan juga menyarankan untuk memperkuat peran serta masyarakat

dengan menggunakan bahan cetak yang menarik dan kegiatan hubungan

masyarakat. Pengelola kegiatan dapat mempelajari penyajian tersebut,

memperbaikinya bila diperlukan dan akhirnya mints kelompok kreatif

membuat bahan untuk diuji coba.

7. Menguji Bahan dan Pesan

Semua bahan dipersiapkan untuk diuji coba. Spot radio sudah dibuat,

bahan cetak sudah berwarna, atau berupa rancangan jadi, kadang-kadang

sudah tercetak bila biaya memungkinkan, bahan film diperlihatkan dalam

bentuk story board, bends besar seperti papan iklan atau spanduk dibuat

dalam bentuk kecil. Semua bahan sekarang diuji coba untuk memas tikan

bahwa pesannya jelas, tidak membingungkan, bisa dimengerti, dipercaya,

sejalan dengan budaya, secara emosional merangsang dan bebas dari hal-hal

yang negatif. Tiap bahan media diuji coba pada wakil kelompok sasaran yang

dituju, bahan untuk memotivasi petugas dan kelompok masyarakat diuji

coba pads kelompok yang mewakili, bahan-bahan penyuluhan

yang digunakan sebagai alai bantu kader diuji coba pada kader. Hasil uji coba

dipakai untuk menyempurnakan semua bahan.

Page | 110

Page 111: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

8. Memperbaiki Bahan

Kelompok kreatif sekarang diberi penjelasan tentang hasil, uji coba.

Semua bahan bisa diperbanyak. Betapapun, bila diper lukan perubahan basar,

uji coba ulang secara informal dibutuhkan untuk memastikan bahan perbaikan

yang telah dibuat dapat diterima kelompok sasaran.

Kegiatan uji coba bahan juga merupakan kesempatan yang sangat

berguna untuk memantapkan koordinasi. Proses uji coba termasuk uji coba

kegiatan dan bahan pads sektor-sektor yang terkait, unit-unit program di

tingkat nasional dan provinsi dan semua lembaga donor. Hal ini untuk

memastikan bahwa kegiatan di daerah panduan tidak bertentangan dengan

kebijakan prog ram.

9. Penyempurnaan Program

Program pada akhirnya bisa disempurnakan. Bila mungkin kesimpulan

akhir perlu dibuat secara tertulis dan bisa dilengkapi dengan slides untuk

penyajian dan koordinasi.

10. Memproduksi Bahan

Semua bahan sudah diperbanyak dalam bentuk akhir.

11. Pengumpulan Data Dasar dan Evaluasi

Pengumpulan data dasar dilaksanakan di daerah uji coba dan daerah

kontrol. Masa proyek sudah ditentukan dan kegiatan evaluasi dijadwalkan.

12. Orientasi dan Pelatihan

Sebelum kegiatan dilaksanakan, kader dilatih dan semua sektor serta

kelompok masyarakat yang terlibat juga dilatih atau diberi orientasi tentang

peran mereka.

13. Melaksanakan Kegiatan

Sebaiknya kegiatan promosi dan hubungan masyarakat langsung

dilaksanakan pada saat pencanangan. Misalnya, dalam bentuk penyuluhan atau

pencanangan oleh kepala daerah yang dihadiri para pelak sana dan instansi

serta media yang terlibat.

Bahan-bahan luar ruang seperti spanduk, poster atau papan iklan dipasang.

Kelompok masyarakat dan kader memulai kegiatan komunikasi mereka

Page | 111

Page 112: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

dan media massa mulai penyiaran (sebaiknya paling tidak 10-20 spot per hari

di setiap stasiun ra dio pada bulan pertama).

14. Memantau dan Memperbaiki

Setelah dicanangkan, semua kegiatan komunikasi harus dipantau untuk

memastikan bahwa pelaksanaannya seperti yang diharapkan. Apakah spanduk

dan poster dipasang di tempat yang tepat? Apakah kader sudah dilatih? Apakah

mereka sudah punya peraga yang harus dipakai? Apakah kelompok masyarakat

tabu peran mereka? Apakah mereka aktiP Apakah bahan disiarkan? Untuk

itu, semua dapat dilakukan peninjauan lapangan. Kele mahan dalam

pelaksanaan dapat segera diperbaiki. Pemantauan harus dilakukan setiap 6

bulan. Kegiatan pemantauan seha rusnya lebih dalam untuk menjajagi

efektivitas pesan yang disampaikan. Apakah kelompok sasaran menerima

pesan? Apakah pesannya benar dan dimengerti? Apakah ada masalah atau

kesulitan, atau hambatannya yang dialami dalam menerapkan isi pesan?

Titik utama uji coba pemasaran adalah memantau dan memperbaiki

kegiatan komunikasi yang diperlukan dan  ditemukan dalam proses

pengalaman, apa saluran komunikasi dan pesan yang paling efektif untuk

mencapai tujuan program.

2.7.5 Faktor Penentu Dalam Pemasaran Sosial

Ada beberapa faktor yang menetukan keberhasilan pemasaran sosial,

yaitu;

1.      Manajemen

Manajemen yang baik sangat diperlukan dalam pemasaran sosil.

Kalaupun ada kelompok kerja yang dibentuk, menajer yang bertanggung

jawab penuh terhadap pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan sangat

dibutuhkan. Manajer demikian perlu memiliki beberapa keterampilan.

Manajer tersebut harus memahami betul pola kegiatan yang akan

dilaksanakan, kendati secara teknis dia tidak harus ahli tentang produk atau

pelayanan yang di promosikan. Dia harus benar-benar mengerti sikap

kelompok sasaran terhadap program yang akan dilaksanakan. Dia harus

memiliki kemampuan dan keterampilan mengkoordinasikan. Dia harus bisa

Page | 112

Page 113: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

menulis arahan yang jelas dan mendalam untuk riset,perencanaan media,dan

untuk menganalisis dan menafsirkan laporan penelitian. Dia juga akan

mengawasi penggunaan biaya dan pelaksanaan kegiatan. Aneka keterampilan

tersebut perlu dikembangkan agar dapat melaksanakan pemasaran social di

tingkat nasional,provinsi,dan kabupaten untuk berbagai program kesehatan.

2.      Konsumen

Orientasi harus sepenuhnya pada konumen. Penyusunan pesan unutuk

kelempok sasaran,bangaimana pesan itu di sampaikan,saluran komusikasi

mana yang dipergunakan,harus berdasarkan hasil penelitian terhadap

konsumen. Konsumen merupakan titik tolak semua unsur untuk kegiatan

pemasaran.

3.      Kelompok Sasaran.

Semua program komunikasi yang berhasil menunjukan bahwa pesan–

pesan ditujukan langsung kepada kelompok sasaran teretentu. Misalnya

saja,pada usia tertentu anak-anak perlu memperoleh imunisasi. Pesan-pesan

tentang imunisasi harus khusus ditujukan kepada ibu anak-anak di usia

tersebut. Pesan demikian akan menarik ibu untuk perperan serta dibandingkan

dengan pesan imunisasi yang pesannya umum. Hasil penelitian juga

membuktikn bahwa pesan yang berbeda diperlukan bagi para ibu yang

mempunyai anak dengan usia berbeda. Pesa-pesan gizi bagi para ibu anak

balita, umumnya . kelompok sasaran bisa berbeda berdasarkan pola makan

anak pada umur yang berbeda. Pesan dapat ditujukan kepada ibu dari tiap

tingkat usia balita itu.

4.      Identitas

Produk atau pelayanan yang dipromosikan harus memilih identitas yang

jelas dan tegas. “sayuran baik untuk anak-anak “ adalah suatu pernyataan

yang tidak memberikan identitas yang jelas pada sayuran tersebut. “sayuran

mengandung vitamin yang menyehatkan “ memberikan identitas yang lebih

jelas pada sayuran tersebut.

5.      Manfaat

Produk atau pelayanan yang dipromosikan sebagai sesuatu yang

memberikan manfaat atau keuntungan yang jelas dan nyata. Poster yang

Page | 113

Page 114: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

berbunyi”datanglah ke posyandu dan timbangkan anak anda” tidak akan

memberi pengaruh yang diharapkan. Penelitian yang cermat akan membantu

menunjukan keuntungan atau manfaat yang nyata dan dapat dipercaya.

6.      Biaya

Pemasaran yang baik harus mempertimbangkan agar produk pelayanan

yang dipasarkan bisa dijangkau konsumen. Kb misalnya, tidak akan berhasil

bila konsumen tidak mampu memperoleh alat kontrasepsi atau promosi

penggunaan oralit hanya akan bisa berhasil bila oralitnya ada dan bisa

terjangkau. Terjangkau dalam arti ibu merasa beruntung atas pengeluarannya

untuk memperoleh oralit dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh

anaknya dari minum oralit tersebut. Walaupun pelayanan bisa diperoleh tanpa

bayar di posyandu, namun ada biaya tersembunyi yang harus dikeluarkannya

apakah ibu punya waktu untuk dating ke posyandu? Inilah “biaya “ dalam

bentuk waktu yang harus ada pada ibu-ibu. Biaya yang nyata maupun

tersembunyi harus terjangkau agar promosi berhasil.

7.      Ketersediaan

Sudah tentu tidak satu promosi pun akan berhasil bila produk atau

pelayanan yang dipromosikan tidak bisa diperbolehkan.Promosi oralit, bila

oralitnya tidak mudah diperoleh, sudah tentu merupakan pemborosan biaya

saja. Manajer pemasaran social karena itu harus memastikan bahwa

produknya memang bisa diperoleh sebelum promosi dilancarkan. Karena hal

itu merupakan bagian yang menentukan keberhasilan bagian pemasaran.

8.      Saluran Komunikasi

Manajer pemasaran harus berusaha agar pesan disampaikan kepada

kelompok sasaran melalui komunikasi yang dapat dipercaya.Penelitian

dibutuhkan untuk bisa menentukan saluran komunikasi yang bisa dipakai,

seperti media massa, kalender, kelompok masyarakat, dan lain-lain. Berapa

persen kelompok sasaran yang dapat dicari tiap saluran komunikasi dan

berapa frekuensinya. Berdasarkan itu rencana pemanfaatan media disusun

untuk mencapai kelompok sasaran sebanyak mungkin dan ssering mungkin

dengan biaya yang tersedia. Paduan media yang digunakan tergantung pada

saluran komunikasi baik secara langsung maupun media, maupun secara

Page | 114

Page 115: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

langsung melalui pelaksana di jajaran kesehatan dan dimasyarakat, yang bisa

diperoleh secara ekonomis dan mantap.

9.      Pemantauan dan Perbaikan

Sistem pemantauan merupakan bagian dari pendekatan pemasaran

sosial. Biasanya pemantuan dilakukan setelah program dilaksanakan.

Pemantauan ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua unsur komunikasi

sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan perbaikan yang kiranya

diperlukan. Pemantauan selanjutny dilaksanakan setiap tiga, enam., atau dua

belas bulan tergantung pada besar dan luasnya program untuk mengetahui

kegiatan dilapangan dan mengukur hasil yang sudah dicapai.

10.  Evaluasi

Komponen evaluasi  diperlukan bagi semua kegiatan agar dampak dan

hasil yang dicapai bisa diketahui. Bila programnya belum diterapkan secara

nasional, evaluasi bisa dilaksanakan di daerah panduan dan di daerah lain

sebagai pembanding pada sebelum dan sesudah dilaksanakan. Pengumpulan

data dilaksanakan dikedua tempat tersebut hasilnya dibandingkan. Evaluasi

dilakukan pada akhir program bilajangka waktu program sudah ditentukan,

atau dilakukan setiap tahun bila programnya berjangka panjang. Penelitian

untuk evaluasi hendaknya tidak dikacaukan dengan penelitian untuk

pemantauan

Terdapat 10 (sepuluh) area tindakan promosi kesehatan, yaitu :

1. membangun kebijakan kesehatan publik

2. menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan

3. memberdayakan masyarakat

4. mengembangkan kemampuan personal

5. berorientasi pada layanan kesehatan

6. promote social responbility of health

7. meningkatkan investasi kesehatan dan ketidakadilan social

8. meningkatkan konsolidasi dan memperluas kerjasama untuk kesehatan

9. memberdayakan masayarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat.

10. infrastuktur yang kuat untuk promosi kesehatan

Page | 115

Page 116: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Promosi Kesehatan adalah proses memandirikan masyarakat agar dapat

memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Ottawa Charter 1986).

Sebagaimana tersirat didepan, promosi kesehatan bukanlah proses yang mudah

dan sederhana. Keberhasilan pelaksanaan promosi kesehatan terletak pada

prakarsa, kesungguhan para penyyelenggara di pusat, propinsi, kabupaten/kota

dalam merencanakan dan melaksanakan promosi kesehatan. Perlu difahami bahwa Page | 116

Page 117: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

pada akhirnya upaya promosi kesehatan merupakan tanggung jawab kita bersama,

bahkan bukan sektor kesehatan semata, melainkan juga lintas sektor, masyarakat

dan dunia usaha.

Kebijakan promosi kesehatan perlu didukung oleh semua pihak yang

berkepentingan (Stakeholders). Kesamaan pengertian, efektifitas, kerjasama dan

sinergi antar aparat kesehatan pusat, propinsi, kabupaten/kota menjadi penting

dalam rangka mencapai visi serta tujuan dan sasaran promosi kesehatan secara

Nasional. Oleh karena itu, kebijakan promosi kesehatan nasional ini perlu segera

tindaklanjut dengan diterbitkannya Surat keputusan bersama menteri kesehatan

dan menteri dalam Negeri tentang Pedoman Penyelenggaraan Promosi Kesehatan

daerah.

  

·     

   

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, anwar.1984.Strategi Komunikasi Suatu Pengantar Ringkas. Armico:

Bandung

Fitriani, sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Graha Ilmu:Yogyakarta

Mulyana, deddy. 2005. Ilmu Komunikasi suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya:

Bandung

Page | 117

Page 118: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Efendi, F & Makhfudli. 2009. Keperawataan kesehatan Komunitas teoti dan

praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Evans, dkk. 2011. Health Promotion and Public Health for Nursing Students.

Exeter Great Britain; Learning Matters Ltd.

Ewles, linda. 1994. Promosi kesehatan. Gadja Mada University Press:

Yogyakarta

Jalaludin, Rakhmat.1994. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya: Bandung

Littlejohn. 1999. Theoris of Human Communication Belmont. Wadswort

Publishing Company: California

Machfoedz. 2006. Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan.

Fitramaya: Yogyakarta

Maulana, Herry. 2007 . Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC

Mubarak. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar proses belajar mengajar

dalam pendidikan. Graha Ilmu: Yogyakarata

Notoadmojo, Soekidjo. 2007.  Kesehatan Mayarakat Ilmu dan Seni. Jakarta :

Rineka Cipta

Notoadmojo, Soekidjo. 2010.  Kesehatan Mayarakat Ilmu dan Seni. Jakarta :

Rineka Cipta

Nottoatmodjo. 2005. Promosi Kesehatan teori dan aplikasi. Rineka Cipta: Jakarta

Nottoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta:

Jakarta

Pusat Promosi Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Perkembangan Dan

Tantangan Masa Depan Promosi Kesehatan Di Indonesia . Jakarta

Page | 118

Page 119: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Pusat Promosi Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Sejarah perkembangan

promosi kesehatan. Jakarta

Syafrudin. 2009. Promosi Kesehatan Untuk Mahasiswa Bidan. Trans Info Media:

Jakarta

Wiryanto. 2005. Pengantar ilmu Komunikasi. Gramedia Widiasarana Indonesia:

Jakarta

Wass, A. 1995. Promoting health the primary Health approach. W. B. Sanders:

Toronto

Chin, daek. 2014. Pemasaran social.(Online)

http://daek-chin.blogspot.co.id/2014/12/pemasaran-sosial.html

Dans. 2012. Promosi Kesehatan. (Online)

http://dmp-dans.blogspot.co.id/2012/11/promosi-kesehatan.html

Mustamin, Masitha. 2013. Upaya-Upaya Meningkatkan Pemasaran Sosial

Kesehatan. (Online)

http://masithamustamin.blogspot.co.id/2013/10/makalah-pemasaran-

sosial-kesehatan.html

Soal dan Pembahasan

1. Pada tahun berpakah Era Promosi Kesehatan Dan Paradigma Sehat?

a. tahun 1995-2005

Page | 119

Page 120: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

b. tahun 1990-2004

c. tahun 1994-2005

d. tahun 1990-2000

e. tahun 1991-2005

Jawaban A. sekitar akhir tahun 1994, yang diusulkan oleh Dr. Ilona Kickbush,

yang baru saja menjabat sebagai Direktur Health Promotion WHO Headquarter

Geneva

2. Berkut adalah Tujuan PPKMI, kecuali

a. Berperan aktif dalam pembangunan kesehatan dengan menerapkan promosi

dan pendidikan kesehatan masyaraka

b. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan di bidang promosi dan

pendidikan kesehatan masyarakat melalui seminar, simposium, sarasehan,

penelitian dan pelatihan

c. Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya perubahan

perilaku masyarakat.

d. Meningkatkan kemampuan organisasi dan kesejahteraan anggotanya

e. Mengatur standardisasi dan akreditasi profesi

Jawaban C. Karena membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi

terciptanya perubahan perilaku masyarakat adalah misi dari Promosi

Kesehatan.

3. Berikut adalah tujuan advokasi kesehatan, kecuali

a. Mempengaruhi peraturan dan kebijakan yang mendukung pembudayaan

perilaku hidup bersih dan sehat

b. Mempengaruhi pihak lain (program, sektor, LSM peduli kesehatan,

professional) agar mendukung perilaku hidup bersih dan sehat melalui

kemitraan dan jaringan kerja.

Page | 120

Page 121: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

c. Meningkatkan kerjasama antara masyarakat dan pemerinatah khususnya

kesehatan lingkungan di tempat-tempat umum.

d. Menggalang dukungan lewat pendapat umum melalui media komunikasi

tentang program perilaku hidup bersih dan sehat

e. Mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber

masyarakat

Jawaban E. Karena Mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan

bersumber masyarakat merupakan Visi Promosi kesehatan.

4. Berikut merupakan Pendekatan Promosi Kesehatan

a. Pendekatan medis

b. Pendekatan perubahan perilaku

c. Pendekatan education

d. Pendekatan yang berpusat pada klien

e. Semua benar

Jawaban E, karena Pendekatan medis, pendekatan perilaku, pendekatan

education, pendekatan yang berpusat pada klien merupakan pendekatan

pada Promosi Kesehatan.

5. Media cetak digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan,

Berikut merupakan contoh media cetak, kecuali

a. Booklet

b. Leaftlet

c. Flyer

d. Flip chart

e. Televisi

Jawaban E. Karena Televisi termasuk dalam media elektronik

A. 1.

Page | 121

Page 122: NEW Makalah Sejarah Singkat Prokes

Page | 122