49
PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PENGHASILAN

  • Upload
    aneko

  • View
    103

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PAJAK PENGHASILAN. Pajak Penghasilan. Berdasarkan golongan : Pajak Langsung Berdasarkan Wewenang Pemungut : Pajak Pusat Berdasarkan sifat : Pajak Subjektif. Self Assessment System. PPh Tahunan Badan PPh Tahunan Orang Pribadi PPh Pasal 25. Self Assessment System (lanj.). - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Page 1: PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PENGHASILAN

Page 2: PAJAK PENGHASILAN

Pajak Penghasilan

Berdasarkan golongan :

Pajak Langsung

Berdasarkan Wewenang Pemungut :

Pajak Pusat

Berdasarkan sifat :

Pajak Subjektif

Page 3: PAJAK PENGHASILAN

Self Assessment System

PPh Tahunan Badan

PPh Tahunan Orang Pribadi

PPh Pasal 25

Page 4: PAJAK PENGHASILAN

Self Assessment System (lanj.)

Wajib Pajak menghitung besarnya Pajak terhutang

Wajib Pajak menyetorkan dan melaporkan pelaksanaan ini melalui SSP (Surat Setoran Pajak) dan SPT (Surat Pemberitahuan)

Page 5: PAJAK PENGHASILAN

Witholding Tax System

Pemotongan PPh Pasal 21 Pemotongan PPh Pasal 26 Pemotongan PPh Pasal 23 Pemungutan PPh Pasal 22 Pemotongan PPh Final lainnya

Page 6: PAJAK PENGHASILAN

Witholding Tax System (lanj.)

Pemotong / pemungut memotong / memungut atas pemberian penghasilan atau transaksi tertentu dengan tarif yang ditentukan

Pemotong/pemungut menyetorkan dan melaporkan pelaksanaan ini melalui SSP (Surat Setoran Pajak) dan SPT (Surat Pemberitahuan)

Page 7: PAJAK PENGHASILAN

Witholding Tax System (lanj.)

Bagi WP yang dipotong/dipungut, nilai tersebut merupakan cicilan pajak yang terutang di akhir tahun (kredit pajak), apabila atas penghasilannya dikenakan PPh dengan tarif umum (Pasal 17 UU PPh)

Page 8: PAJAK PENGHASILAN

Subjek & Non SubjekPajak Penghasilan

Page 9: PAJAK PENGHASILAN

Subjek Pajak Penghasilan

1) - Orang pribadi; - Warisan yang belum terbagi sebagai

satu kesatuan, menggantikan yang berhak;

2) Badan3) Bentuk Usaha Tetap

Page 10: PAJAK PENGHASILAN

Jenis Subjek Pajak

Subjek Pajak Dalam Negeri

Subjek Pajak Luar Negeri

Page 11: PAJAK PENGHASILAN

Subjek Pajak Dalam Negeri

orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia

badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia

warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak

Page 12: PAJAK PENGHASILAN

Subjek Pajak Luar Negeri

orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia kurang dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan tidak mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia

badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia

Page 13: PAJAK PENGHASILAN

BENTUK USAHA TETAP

Page 14: PAJAK PENGHASILAN

bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia

Definisi

Page 15: PAJAK PENGHASILAN

a. tempat kedudukan manajemen;

b. cabang perusahaan;

c. kantor perwakilan;

d. gedung kantor;

e. pabrik;

f. bengkel;

g. gudang;

h. ruang untuk promosi dan penjualan;

i. pertambangan dan penggalian sumber alam;

Bentuk

Page 16: PAJAK PENGHASILAN

j. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;

k. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;

l. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;

m. pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan;

n. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas

Bentuk (lanj.)

Page 17: PAJAK PENGHASILAN

o. agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia; dan

p. komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet.

Bentuk (lanj.)

Page 18: PAJAK PENGHASILAN

Non Subjek Pajak

kantor perwakilan negara asing

pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat

atau pejabat-pejabat lain dari negara asing, dan

orang-orang yang diperbantukan kepada mereka

yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-

sama mereka, dengan syarat bukan warga negara

Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau

memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau

pekerjaannya tersebut serta negara yang

bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik

Page 19: PAJAK PENGHASILAN

Non Subjek Pajak (lanj.)

organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan MenKeu, dengan syarat: 1) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut2) tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain

untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota

Pejabat - pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan MenKeu dengan syarat bukan WNI dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia

Page 20: PAJAK PENGHASILAN

Objek-Objek Pajak Penghasilan

Page 21: PAJAK PENGHASILAN

Penentuan penghasilan

sebagai Objek Pajak

Taxable Income

(Pasal 4 ayat 1 & 2 UU No

17 Tahun 2000)

Non Taxable Income

(Pasal 4 ayat 3 UU No 17 Tahun 2000)

Penghasilan dikenakan Pajak Final

Penghasilan Tidak

dikenakan Pajak Final

Page 22: PAJAK PENGHASILAN
Page 23: PAJAK PENGHASILAN

Objek Pajak

penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang

hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan

laba usaha keuntungan karena penjualan atau karena

pengalihan harta penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah

dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak

Page 24: PAJAK PENGHASILAN

Objek Pajak (lanj.)

bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang

dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi

royalti sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan

penggunaan harta penerimaan atau perolehan pembayaran berkala keuntungan karena pembebasan utang, kecuali

sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah

Page 25: PAJAK PENGHASILAN

Objek Pajak (lanj.)

keuntungan karena selisih kurs mata uang asing selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; premi asuransi iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan

dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas

tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak

penghasilan dari usaha berbasis syariah; imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU

yang mengatur mengenai KUP surplus Bank Indonesia

Page 26: PAJAK PENGHASILAN

Pajak Penghasilan Final

Page 27: PAJAK PENGHASILAN

Karakteristik

Penghasilan yang dikenakan PPh final tidak perlu digabungkan dengan penghasilan lain (yang non final) dalam penghitungan Pajak Penghasilan pada SPT Tahunan

Jumlah PPh Final yang telah dipotong pihak lain ataupun dibayar sendiri tidak dapat dikreditkan

Biaya-biaya yang digunakan untuk menghasilkan, menagih dan memelihara penghasilan yang pengenaan PPh-nya bersifat final tidak dapat dikurangkan

Page 28: PAJAK PENGHASILAN

Penghasilan yang Dikenakan Pajak Secara Final (PPh Pasal 4 Ayat 2)

Bunga Deposito/Tabungan Penghasilan Transaksi saham di bursa efek Hadiah atas undian Selisih Lebih revaluasi Aktiva Tetap Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau

bangunan Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau

bangunan Bunga atau Diskonto Obligasi yang Diperdagangkan

di Bursa Efek Penghasilan Lainnya yang diatur dalam Peraturan

Pemerintah

Page 29: PAJAK PENGHASILAN

Non Objek Pajak

bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan/lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, dan

Page 30: PAJAK PENGHASILAN

Non Objek Pajak

harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak‐pihak yang bersangkutan;

warisan

Page 31: PAJAK PENGHASILAN

Non Objek Pajak

harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari WP atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan pajak secara final atau WP yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit)

Page 32: PAJAK PENGHASILAN

Non Objek Pajak

pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi

dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai WPDN, koperasi, BUMN, atau BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat: dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;

dan kepemilikan saham pada badan yang memberikan

dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;

Page 33: PAJAK PENGHASILAN

Non Objek Pajak

iuran yang diterima atau diperoleh dana pension yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan

penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang‐bidang tertentu yang ditetapkan dengan KMK;

bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham‐saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan KIK;

Page 34: PAJAK PENGHASILAN

Non Objek Pajak

penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut: merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah,

atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor‐sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan PMK; dan

sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;

Beasiswa

Page 35: PAJAK PENGHASILAN

Non Objek Pajak

sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan/ lembaga nirlaba bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang ditanamkan kembali, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut

bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada WP tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK.

Page 36: PAJAK PENGHASILAN

PenentuanPenghasilan Kena Pajak

(PKP) OP

Page 37: PAJAK PENGHASILAN

PKP BAGI WAJIB PAJAK

DALAM NEGERI

PKP BAGIWAJIB PAJAK YG DIHITUNG

DGN NORMA

PKP BAGIWP BUT

PKP BAGI WP ORANG PRIBADI DN YG KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIFNYA <

1 TAHUN YG TERUTANG PAJAK DLM BAG.THN PAJAK

PENGHASILAN DIKURANGI DENGAN BIAYA YANG

DIPERKENANKAN, KOMPENSASI KERUGIAN,

UNTUK WP ORANG PRIBADIDIKURANGI DGN PTKP,

DIHITUNG DENGAN NORMA PENGHITUNGAN DAN

UNTUK WP ORANG PRIBADI DIKURANGI PTKP

PENGHASILAN DIKURANGI DGN BIAYA YG DIPERKENANKAN ,

KOMPENSASI KERUGIAN

DIHITUNG SESUAI PENGHASILAN NETO

DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK YANG DISETAHUNKAN

PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP)

Pasal 16 ayat (1), (2), (3) dan (4)

Page 38: PAJAK PENGHASILAN

Penentuan PKP bagi WP OP

Metode Pembukuan

Metode Pencatatan (Norma Penghitungan)

Page 39: PAJAK PENGHASILAN

PKP WP OP dengan Pembukuan

PENGHASILAN NETO

-/- PENGURANG/BIAYA DIPERKENANKAN

-/- KOMPENSASI KERUGIAN

-/- PTKP

Page 40: PAJAK PENGHASILAN

PEREDARAN BRUTO Rp 300.000.000BIAYA (3M) PENGHASILAN Rp 255.000.000LABA USAHA/PENGH. NETO USAHA Rp 45.000.000

PENGH. LAINNYA Rp 5.000.000BIAYA (3M) PENGH. LAINNYA Rp 3.000.000LABA USAHA DARI PENGH. LAINNYA Rp 2.000.000

JML SELURUH PENGH. NETO Rp 47.000.000KOMPENSASI KERUGIAN (Rp 2.000.000)

PKP BAGI WP BADAN Rp 45.000.000

* PENGURANGAN (PTKP) BAGI WP ORG. PRIBADI (K/1) (Rp18.480.000)

PKP BAGI WP ORG. PRIBADI Rp 26.520.000Rp 26.520.000

CONTOH PENGHITUNGAN PKPBAGI WP DALAM NEGERI OP YANG

MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN

Page 41: PAJAK PENGHASILAN

NORMA Penghitungan

Page 42: PAJAK PENGHASILAN

MENENTUKAN PENGHASILAN NETO

DIBUAT DAN DISEMPURNAKAN TERUS-MENERUS SERTA DITERBITKAN

OLEH DIRJEN PAJAK

Norma PenghitunganPenghasilan Neto

PENGGUNAAN NORMA PENGHITUNGAN

Pasal 14 ayat (1)

untuk

Page 43: PAJAK PENGHASILAN

Penggunaan Norma penghitungan pada dasarnya dilakukan dalam hal-

hal:

tidak terdapat dasar penghitungan yang lebih baik, yaitu pembukuan yang lengkap, atau

pembukuan atau catatan peredaran bruto WP ternyata diselenggarakan secara tidak benar

Page 44: PAJAK PENGHASILAN

HANYA WAJIB PAJAKORANG PRIBADI

SYARAT

* Peredaran bruto dalam satu tahun kurang dari Rp 4.800.000.000

* Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari Tahun Pajak Ybs. Apabila tidak memberitahu-kan, dianggap memilih Pembukuan

* Wajib menyelenggarakan Pencatatan

Norma PenghitunganPenghasilan Neto

PENGGUNAAN NORMA PENGHITUNGAN

Pasal 14 ayat (2), (3) dan (4)

Page 45: PAJAK PENGHASILAN

PEREDARAN BRUTO Rp 300.000.000PENGH. NETO (Menurut NormaPenghitungan Misal 20 %) Rp 60.000.000PENGH. NETO LAINNYA Rp 5.000.000JML SELURUH PENGH. NETO Rp 65.000.000PENGURANGAN (PTKP) BAGI WP ORG. PRIBADI (K/1) (Rp 18.480.000)

PKP BAGI WP ORG. PRIBADI Rp 46.520.000Rp 46.520.000

CONTOH PENGHITUNGAN PKPBAGI WP DALAM NEGERI YANG

MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO

Page 46: PAJAK PENGHASILAN

- DILAKUKAN SETIAP BULAN,

ATAU

- MASA LAIN YANG DITETAPKAN OLEH MENTERI KEUANGAN

MERUPAKAN ANGSURAN PAJAKYANG BOLEH DIKREDITKAN

TERHADAP PPh YANG TERUTANG UNTUK TAHUN PAJAK YBS

KECUALI PEMBAYARAN PPh YANG

BERSIFAT FINAL

- PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK OLEH PIHAK LAIN (PPh Psl 21, 22, 23, 24)

- PEMBAYARAN OLEH WAJIB PAJAK SENDIRI (PPh Pasal 25)

PELUNASAN PPhDALAM TAHUN BERJALAN

Pasal 20 ayat (1), (2) dan (3)

Page 47: PAJAK PENGHASILAN

PASAL 21

PASAL 22

PASAL 23

PASAL 24

PEMOTONGAN PPh DARI PEKERJAAN,JASA DAN KEGIATAN LAIN

PEMUNGUTAN PPh DARI KEGIATAN DI BIDANG IMPOR ATAU KEGIATAN USAHA DI BIDANG LAIN

PEMOTONGAN PPh DARI DIVIDEN,BUNGA,ROYALTI,SEWA, HADIAH DAN PENGHARGAAN,

DAN IMBALAN LAIN

PAJAK YG DIBAYAR ATAU TERUTANG ATAS PENGHASILAN DARI LUAR NEGERI YANG BOLEH DIKREDITKAN

PASAL 25

PASAL 26 AYAT (5)

TIDAK BOLEH DIKREDITKAN

PEMBAYARAN YG DILAKUKAN OLEH WAJIB PAJAK SENDIRI

PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN YG TDK BERSIFAT FINAL

SANKSI ADMINISTRASI BERUPA BUNGA, DENDA DAN KENAIKAN

SERTA SANKSI PIDANA BERUPA DENDA

PAJAK YANG TERUTANG DIKURANGI DENGANKREDIT PAJAK TAHUN YANG BERSANGKUTAN

KREDIT PAJAK BAGI WP DALAM NEGERI DAN BUT

Pasal 28 ayat (1) dan (2)

Page 48: PAJAK PENGHASILAN

CONTOH PENGHITUNGAN KREDIT PAJAK:

PPh TERUTANG WP ORG PRIBADI Rp 80.000.000

KREDIT PAJAK :

a. PPh YG DIPOTONG PEMBERI KERJA Rp 5.000.000 (PPh PSL. 21)b. PPh YG DIPUNGUT PIHAK LAIN Rp 10.000.000 (PPh PSL. 22)c. PPh YANG DIPOTONG PIHAK LAIN Rp 5.000.000 (PPh PSL 23 DARI MODAL) d. KREDIT PPh LUAR NEGERI Rp 15.000.000 (PPh PSL. 24)e. DIBAYAR SENDIRI OLEH WP Rp 10.000.000 (PPh PSL 25)JUMLAH PPh YG DPT DIKREDITKAN (Rp 45.000.000)

PPh YG MASIH HARUS DIBAYAR Rp 35.000.000

Page 49: PAJAK PENGHASILAN

PAJAK TERUTANG UNTUK SATU TAHUN PAJAKLEBIH BESAR DARI

JUMLAH KREDIT PAJAK

HARUS DILUNASI SELAMBAT-LAMBATNYA

SEBELUM SPT TAHUNAN DISAMPAIKAN

KEKURANGANPAJAK YANG TERUTANG

BATAS WAKTU PEMBAYARAN PPh PADA AKHIR TAHUN PAJAK

Pasal 29