14
1 Desain Paket Kunjungan Wisata Sebagai Alternatif Pengembangan Kegiatan Ekowisata di Kawasan Hutan Tropis Berau Kalimantan Timur The Design of Tourism as an Alternative to Ecoutourism Activity Development in Berau, East Kalimantan. Yaya Rayadin* dan Chandradewana Boer Conservation Biodiversity Laboratory at the Forestry Faculty Mulawarman University ) *yrayadinATyahoo.com Rayadin, Y., Boer, C.D., (2002). The design of tourism as an alternative to ecotourism activity development in Berau, East Kalimantan. Published Journal Rimba Kalimantan Vol 8, Desember 2002. PP 31-41. Abstrak The research was a sort of observation some place in Berau to value their tourism potency. They are the forest of Labanan, Lamin telungsur and tangap. The tourism potency was determined based on potential nature appearance, biology, cultural and others. The identification result was mapped and analyzed and then used to design of a packet of visit. Based on the mapping of potential places of tourism and their accessibility, it was assigned that there are 4 packages for tourism. They are : 1. Labanan forest touring. This forest is attractive of its tropical biological biodiversity (Flora and Fauna). 2. Kelai river touring. This place has the main attraction of its biological diversity added by the unique culture of the community living along the kelai river. 3. Swamp forest touring of Lamin Telungsur. The touring on this place is assigned to enjoy the scenario of the vegetation appearance that is dominated by Lephoptalum spp 4. Derawan-Segah Touring there two place is attractive of their biological diversity and the culture of the community living along segah river in the island of derawan. Key word : Ecotourism, Berau, Touring, Labanan, Attraction PENDAHULUAN Potensi ekowisata di Kabupaten Berau saat ini baru bertumpu pada wisata laut khususnya Kepulauan Derawan, Semama dan Sangalaki dan belum mengarah kepada pengembangan ekowisata kawasan hutan tropisnya. Sumberdaya hutan di Kabupaten Berau memberikan manfaat yang multiguna bagi kehidupan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan sehingga pelestariannya merupakan suatu hal yang mutlak dilakukan. Pemanfaatan hutan yang berorientasi pada pemungutan hasil hutan berupa kayu harus dipadukan juga dengan pemungutan hasil hutan non kayu seperti tanaman obat, buah-

Paket Wisata-Duta Rimba, Yaya & Chandra

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Penelitian ini sebagai informasi dasar tentang design kawasan hutan untuk tujuan ecotourism dengan mengambil studi kasus di kawasan Hutan Labanan Berau. Dalam prosses design objeck wisata dikawasan hutan perlu dilakukan identifikasi potensi kawasan kemudian membuat jalur trackingnya agar memudahkan dalam prosses kunjungan.

Citation preview

Page 1: Paket Wisata-Duta Rimba, Yaya & Chandra

1

Desain Paket Kunjungan Wisata Sebagai Alternatif Pengembangan Kegiatan Ekowisata

di Kawasan Hutan Tropis Berau Kalimantan Timur

The Design of Tourism as an Alternative to Ecoutourism Activity Development in Berau, East Kalimantan.

Yaya Rayadin* dan Chandradewana Boer

Conservation Biodiversity Laboratory at the Forestry Faculty Mulawarman University )

*yrayadinATyahoo.com

• Rayadin, Y., Boer, C.D., (2002). The design of tourism as an alternative to ecotourism activity development in Berau, East Kalimantan. Published Journal Rimba Kalimantan Vol 8,

Desember 2002. PP 31-41.

Abstrak The research was a sort of observation some place in Berau to value their tourism potency. They are the forest of Labanan, Lamin telungsur and tangap. The tourism potency was determined based on potential nature appearance, biology, cultural and others. The identification result was mapped and analyzed and then used to design of a packet of visit. Based on the mapping of potential places of tourism and their accessibility, it was assigned that there are 4 packages for tourism. They are : 1. Labanan forest touring. This forest is attractive of its tropical biological

biodiversity (Flora and Fauna). 2. Kelai river touring. This place has the main attraction of its biological diversity

added by the unique culture of the community living along the kelai river. 3. Swamp forest touring of Lamin Telungsur. The touring on this place is assigned to

enjoy the scenario of the vegetation appearance that is dominated by Lephoptalum spp

4. Derawan-Segah Touring there two place is attractive of their biological diversity and the culture of the community living along segah river in the island of derawan.

Key word : Ecotourism, Berau, Touring, Labanan, Attraction

PENDAHULUAN

Potensi ekowisata di Kabupaten Berau saat ini baru bertumpu pada wisata laut khususnya Kepulauan Derawan, Semama dan Sangalaki dan belum mengarah kepada pengembangan ekowisata kawasan hutan tropisnya. Sumberdaya hutan di Kabupaten Berau memberikan manfaat yang multiguna bagi kehidupan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan sehingga pelestariannya merupakan suatu hal yang mutlak dilakukan. Pemanfaatan hutan yang berorientasi pada pemungutan hasil hutan berupa kayu harus dipadukan juga dengan pemungutan hasil hutan non kayu seperti tanaman obat, buah-

Page 2: Paket Wisata-Duta Rimba, Yaya & Chandra

2

buahan, getah, madu, rotan, bahkan produksi air bersih serta pemanfaatan dari segi kepariwisataan yang dikenal sebagai ekowisata atau wisata alam.

Kawasan hutan tropis di Kabupaten Berau memiliki kekayaan potensi keanekaragaman hayati dan keunikan sumber daya alam yang sangat potensial. Hal tersebut juga didukung oleh kemudahan aksesibilitas menuju kawasannya baik lewat darat maupun sungai. Saat ini pengelolaan kawasan hutan tropis Berau baru bertumpu pada hasil hutan berupa kayu, sedangkan pengembangan produk hasil hutan non kayu dan jasa wisata belum dikembangkan.

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa kawasan hutan tropis Berau memiliki potensi ekowisata yang cukup menarik yang tersebar pada kelompok hutan Labanan, Meraang, Sambarata, Tepian Buah, Lamin Telungsur serta Tangap. Namun potensi tersebut belum dipasarkan secara optimal hal ini dikarenakan belum tersedianya informasi bagi wisatawan yang akan berkunjung terutama mengeni potensi ekowisata, aksesibilitas menuju kawasan, fasilitas yang ada jalur (trekking) ekowisata serta jasa ekowisata yang dapat ditawarkan bagi pengunjung. Melihat kondisi tersebut maka dalam rangka pengembangan kawasan ekowisata hutan tropis Berau, yang paling awal perlu dilakukan adalah menyusun data potensi melalui pemetaan potensi yang ada serta desain jalur wisata. Hal ini dalam rangka menyusun data dan informasi tentang sebaran potensi ekowisata sehingga dapat mendukung perkembangan ekowisata di Kabupaten Berau

METODOLOGI

B. Penentuan dan Penetapan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian bertempat di Kawasan hutan Tropis Berau Khususnya di wilayah Kelompok Hutan Labanan, Lamin Telungsur dan Tangap. Beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dipilihnya lokasi tersebut adalah :

a. Kekayaan potensi keanekaragaman hayati cukup tinggi, sebagaimana terdapat dalam penelitian Yeager, 1998; Gardingen, 1999; Mawdsley, 1999; Oosterman, 1999; Keßler, 2001 serta Wind, 2001;

b. Kemudahan Aksesibilitas menuju kawasan yang dapat ditempuh dengan mengunakan transportasi darat, udara, maupun transportasi sungai;

c. Adanya Kepastian Status Kawasan dimana pada sebagian besar kawasannya telah dilakukan tata batas dengan jelas berdasarkan fungsi dan hak pengelolaannya;

d. Adanya sistim Manajemen Pengelolaan Hutan yang akan bermanfaat kepada dukungan organisasi pengelola serta pengamanan kawasan;

e. Kondisi Sosial dan budaya berbagai etnis dalam malakukan kegiatan kehidupan sehari-hari antara lain pola kegiatan pertanian, upacara ritual, kerajinan tangan, situs sejarah, bentuk bangunan tradisional serta pola hidup lainnya.

B. Bahan dan Peralatan Penelitian

Bahan dan peralatan penelitian yang digunakan berupa Peta lokasi penelitian Data sekunder berupa data iklim dan curah hujan, tata ruang wilayah hutan , monografi desa, hasil survey sosial dan ekonomi dan lain-lain guna melengkapi deskripsi

Page 3: Paket Wisata-Duta Rimba, Yaya & Chandra

3

wilayah penelitian serta Program Sistim Informasi Geografi (SIG) dengan program Arc/View dan Arc/Info. Sedangkan perelatan penelitian yang digunakan yaitu Kamera photo, Tally sheet, Peralatan tulis menulis, pengukur waktu, Kompas serta Global Position Sistem (GPS),

C. Tahapan pelaksanaan Kegiatan Tahapan kegiatan desain paket ekowisata melalui identifikasi potensi ekowisata dan karakteristiknya terlihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Tahapan Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan Pemetaan Jalur

Ekowisata di Dalam Kawasan Hutan Tropis di Kabupaten Berau Bulan Kegiatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Persiapan dan Pengumpulan Bahan Penyusunan Proposal Pelaksanaan Penelitian Pemetaan Potensi Desain Jalur kunjungan Pengolahan Data Ahir dan Penyusunan Laporan

D. Tahapan Pembuatan Paket Wisata

Berdasarkan data-data yang diperoleh kemudian dibuatlah suatu paket ekowisata dengan mempertimbangkan berbagai faktor sebagaimana terlihat pada gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1 : Diagram Alur dalam Pembuatan Paket Ekowisata

Penjelasan dari Gambar 1 diatas diatas sehingga diperolehnya suatu paket ekowisata dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Data Identifikasi Potensi Alam, Biologi, Budaya

dan Lainnya

Data Identifikasi Potensi Pendukung :

aktifitas, fasilitas

Data Letak Geografi dan Aksesibilitas Kawasan

Ekowisata

Paket Ekowisata

Peta Potensi Peta Lokasi Peta Kegiatan

Padu Serasi Jalur Kunjungan

Page 4: Paket Wisata-Duta Rimba, Yaya & Chandra

4

1. Mengidentifikasikan data-data yang ada kemudian memetakannya, sehingga diperoleh peta yang meliputi : a. Peta sebaran potensi yang diperoleh dari data hasil identifikasi potensi alam, biologi, budaya dan lainnya, b. Peta lokasi ekowisata yang diperoleh dari data letak geografi dan aksesibilitas kawasan beserta sistim transportasi dan jaringan jalan, c. Peta kegiatan yang diperoleh dari data potensi pendukung yang diidentifikasi yang meliputi aktifitas yang dapat dilakukan oleh pengunjung serta fasilitas pendukung yang tersedia.

2. Apabila daerah yang telah diidentifikasi tidak berada pada suatu jalur wisata

maka daerah tersebut tidak dimasukkan dalam suatu paket wisata. Sehingga dari 33 lokasi daerah tujuan wisata yang ditetapkan tidak semuanya masuk ke dalam suatu paket wisata.

3. Melakukan proses paduserasi (Overlay) dari data dan peta yang ada berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan kualitatif untuk menentukan jalur ekowisata sebagai rute suatu paket ekowisata.

Beberapa elemen yang dijadikan bahan pertimbangan dalam penentuan paket wisata melalui proses paduserasi dari data dan peta yang ada pada umumnya terbagi kedalam potensi ekowisata yang meliputi potensi alam, biologi dan budaya serta potensi pendukungnya yang meliputi fasilitas, aktivitas dan aksesibilitas. Kemudian potensi dari berbagai lokasi tersebut dipetakan sebagaimana terdapat pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Teknik Pembuatan Paket Ekowisata pada Berbagai Lokasi Wisata melalui Pemetaan Potensi Ekowisata sebagai Dasar Dalam Penentuan Paket Wisata

.

Potensi : Alam …… Biologi ….. Budaya …..

Potensi : Alam …… Biologi ….. Budaya …..

Potensi : Alam …… Biologi ….. Budaya …..

Potensi : Fasilitas Aktivitas Aksesibilitas

Potensi : Fasilitas Aktivitas Aksesibilitas

Potensi : Fasilitas Aktivitas Aksesibilitas

Page 5: Paket Wisata-Duta Rimba, Yaya & Chandra

5

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertimbangan Penentuan Paket Wisata Beberapa pertimbangan dalam menentukan suatu daerah tujuan wisata menjadi bagian dalam suatu paket wisata (Douglas, 1969, Priasukmana, 1997 Clawson and Knetsch, 1975) adalah sebagai berikut: 1. Potensi ekowisata yang dapat dinikmati sebagai atraksi wisata); 2. Hubungan antar kawasan yang satu dengan yang lainnya; 3. Pertimbangan letak geografis; 4. Kemudahan sistim transportasi darat maupun air; 5. Keadaan sosial budaya masyarakat setempat. Berdasarkan hasil identifikasi dan pertimbangan diatas kemudian dilakukan pemetaan paket ekowisata. Sebagai titik awal paket kunjungan yaitu daerah Tanjung Redeb. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan kelengkapan dan ketersediaan berbagai sarana transportasi dan akomodasin, berada diantara 2 cabang daerah aliran sungai Segah dan Kelai. Selain itu Tanjung Redeb juga sebagai pusat pemerintahan sekaligus ibu kota di Kabupaten Berau. Dari hasil identifikasi diperoleh 33 lokasi ekowisata yang potensial untuk dikembangkan sebagai suatu paket kunjungan wisata. Dari 33 lokasi tersebut dapat dikelompok kedalam 4 paket ekowisata yang meliputi : 1. Menelusuri Hutan Tropis Labanan (Labanan Tropical Rain Forest Tourism) 2. Menelusuri Hutan Rawa Lamin Telungsur (Lamin Swamp Forest Tourism) 3. Menelusuri Sungai Kelai (Kelai River Tourism) 4. Menelusuri Sungai Segah dan Kepulauan Derawan (Derawan Segah Tourism) B. Paket Ekowisata di Kawasan Hutan Tropis Berau 1. Paket Ekowisata Menelusuri Hutan Tropis Labanan (Labanan Tropical Rain

Forest Tourism) Paket ini merupakan paket ekowisata menelusuri kawasan hutan hujan tropis yang menyajikan berbagai keanekaragaman hayati flora maupun fauna sebagai atraksi utamanya. Jenis-jenis flora dan fauna yang khas maupun sepesifik sebagai potensi biologi dapat dinikmati selama mengikuti perjalanan paket ini. Berbagai aktivitas ekowisata yang dapat dilakukan selama mengikuti paket ini dapat diklasifikasikan ke dalam aktivitas menelusuri hutan alam yang di dalamnya meliputi kegiatan pengamatan flora dan fauna, Jalan setapak, penelitian dan pelatihan, petualangan di hutan, camping, serta melihat kegiatan pengelolaan hutan tropis.

Waktu tempuh paket menelusuri hutan tropis Labanan yang paling ideal dilakukan selama 3 hari 2 malam dengan rincian sebagai berikut : Hari Pertama: (A) Perjalanan dimulai dari Tanjung Redeb dengan mengunjungi Training Center hutan tropis di kantor PT. Inhutani I adm Berau kemudian dilanjutkan ke (B) Tangap, (C) Camp Labanan (D) Lokasi transmigrasi (Labanan Makmur dan Labanan

Page 6: Paket Wisata-Duta Rimba, Yaya & Chandra

6

Makarti), (E) Plot Penjarangan, (F) Petak pembalakan ramah lingkungan (reduced impact logging), (G) Plasma Nutfah, (Kembali dan nginap di Basecamp Labanan); Hari Kedua : Pagi hari jam 6.00-8.00 di sekitar base camp Labanan dapat dilihat berbagai jenis kera dan burung kemudian dilanjutkan sarapan pagi di sekitar Labanan Makmur. Perjalanan dilanjutkan ke (G) Kebun Rotan, (H) Tegakan Benih (Sambil makan siang di pendopo), (I) Plot penelitian silvikultur (Strek plot) , (J) Plasma Nutfah, (L) Koridor Satwa, (K) Training center dan menginap di Training Center; Hari Ketiga: Pagi hari sebelum sarapan dapat mengamati berbagai jenis primata dan burung sambil jalan santai. Setelah itu perjalanan dilanjutkan ke (M) Air terjun di sungai Merasak, (N) Buffer zone untuk melihat berbagai pola perladangan yang dilanjutkan ke perkampungan masyarakat dayak di Merasak (O), kemudian kembali ke Tanjung Redeb lewat jalur sungai Kelai sepanjang 120 Km atau selama 2 jam dengan speed boat 200 HP. Peta perjalanan paket ekowisata menelusuri hutan tropis Labanan “Labanan Tropical Rain Forest Tourism” dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini. . Gambar 9. Paket Kunjungan Ekowisata Menelusuri Hutan Tropis Labanan di

Wilayah Konsesi Hutan PT. Inhutani I Labanan Kabupaten Berau. 2. Menelusuri Sungai Kelai (Kelai River Tourism)

Paket ekowisata menelusuri sungai Kelai (Kelai River Tourism) merupakan paket wisata alam menelusuri sungai dan wisata budaya diantara dua wilayah kelompok hutan yaitu kelompok hutan Labanan dan Meraang Kabupaten Berau. Atraksi ekowisata yang disajikan dalam paket ini berupa atraksi keanekaragaman hayati flora

PT. Inhutani I Labanan

(83.240 Ha)

N

EW S

A

B C

O

LK

NM

I-J

D

E-FG-H

Rute Perjalanan

Page 7: Paket Wisata-Duta Rimba, Yaya & Chandra

7

maupun fauna serta budaya masyarakat yang berada di sekitar kanan-kiri sungai Kelai. Berbagai pola kehidupan masayarakat asli Berau maupun Dayak dapat dilihat selama menelusuri sungai Kelai.

Aktivitas ekowisata yang dapat dilakukan selama mengikuti paket ini dapat diklasifikasikan ke dalam aktivitas ekowisata menelusuri sungai (River Bound Activity) yang didalamnya meliputi kegiatan Berakit (Rafting), Cano (Canoeing), Memancing (Fishing), menggunakan Ketinting , Melihat satwa liar sekitar sungai serta wisata budaya berupa perkampungan penduduk asli, Lamin, Hasil kerajinan tangan, Pertanian tradisional serta berbagai atraksi seni dan budaya. Waktu tempuh paket menelusuri sungai Kelai yang paling ideal dilakukan selama 2 hari 1 malam dengan rincian sebagai berikut: Hari Pertama: (A) Di Tanjung Redeb sebelum melakukan perjalanan dapat mengunjungi Museum Keraton Gunung Tabur dan Museum Keraton Sambaliung perjalan bisa lewat darat maupun angkutan air kemudian dilanjutkan ke (B) Rantau panjang, (C) Berau coal, (D) Inaran, (E) Tumbit Melayu, (F) Tumbit Dayak dan nginap di Tumbit Dayak sambil mengamati kebudayaan masyarakat dayak didalam dan di sekitar lamin; Hari kedua: Perjalanan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk melihat atraksi berbagai satwa burung maupun primata di sekitar sungai Kelai menuju (G) Long Lanuk, (H) Nyapa Indah, serta (I) Merasak. Ketiga perkampungan tersebut menyimpan banyak potensi budaya masyarakat dayak sebagai atraksi ekowisata. Selanjutnya kembali ke Tanjung Redeb lewat (J) PT.inhutani I Labanan dengan perjalanan kembali sepanjang 50 Km yang dapat ditempuh selama 2 jam dengan jalan darat. Peta perjalanan paket ekowisata “Kelai River Tourism” dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini. Gambar 4. Paket Kunjungan Ekowisata Menelusuri Sungai Kelai di Sekitar Wilayah

Konsesi Hutan Labanan dan Meraang di Kabupaten Berau

A

B

CK

H

J

DEF

G

N

E W S

Sungai Kelai

Tanjung Redeb

Rute Perjalanan

i

Lamin

Labanan

Meraang

Page 8: Paket Wisata-Duta Rimba, Yaya & Chandra

8

4. Ekowisata Hutan Rawa Lamin Telungsur (Lamin Swamp Forest Tourism) Paket ekowisata menelusuri hutan rawa Lamin Telungsur (Lamin Swamp Forest Tourism) seluas 23.000 Ha merupakan perpaduan paket wisata alam khususnya wisata sungai dan wisata hutan rawa di wilayah kelompok hutan tropis Sambarata Kabupaten Berau. Paket ini merupakan paket ekowisata yang menyajikan atraksi keanekaragaman hayati flora maupun fauna yang terdapat di kawasan hutan rawa, budaya masyarakat, kegiatan industri perkayuan serta pertambangan. Peta perjalanan paket ekowisata tersebut dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5. Paket Kunjungan Ekowisata di Wilayah Konsesi Hutan PT. Inhutani I Lamin

Telungsur Kabupaten Berau. Berdasarkan obyek ekowisata sebagaimana tersaji pada Gambar 5, maka waktu tempuh yang ideal untuk menelusuri paket ini diperlukan waktu selama 3 hari 2 malam dengan rute perjalanan sebagai berikut : Hari Pertama: Perjalanan dimulai dari (A) Tanjung Redeb menuju (B) Teluk Bayur dan (C) Tangap. Kemudian dilanjutkan ke dusun Lamin Telungsur untuk melihat lamin dan pola kehidupan masyarakat Dayak sambil makan siang. Kemudian menggunakan ketinting menyebrangi sungai Segah menuju (D) Base Camp Lamin untuk melihat persemaian Perupuk dan kegiatan budidayanya sambil menginap di Base Camp Lamin Telungsur; Hari kedua: Perjalanan dimulai dari (E) Persemaian Perupuk, dilanjutkan ke (F) Treking Hutan Rawa untuk melihat (G) Tegakan Perupuk. Kemudian menuju (H)treking hutan daratan untuk melihat tegakan antara hutan rawa dan hutan daratan sambil menuju (J) Base Camp Sambarata dan menginap di Base Camp Sambarata;

A

B

CD-E

K

F

GI-J

H

G

Lamin 30.185 (Ha)

N

E W

S

Sungai Segah Labanan

Tanjung Redeb

Rute Perjalanan

Page 9: Paket Wisata-Duta Rimba, Yaya & Chandra

9

Hari Ketiga: Dari (J) Base Camp Sambarata menuju (G)Tegakan alam Perupuk dan lokasi TPTJ kemudian dilanjutkan ke (I) Persemaian Meranti sambil makan siang. Perjalanan kembali ke Tanjung Redeb melewati (K) TPK Logging Sambarata sambil menelusuri Hutan Rawa lewat Sungai Segah.

Berbagai aktivitas ekowisata yang dapat dilakukan selama mengikuti paket ini dapat diklasifikasikan ke dalam aktivitas menelusuri hutan rawa antara lain menelusuri hutan rawa lewat jalan setapak, Jembatan tanah rawa yang memanjang (Bridging), Mengamati burung (Birdwatching), Penelitian, Budidaya tanaman rawa, serta wisata santai lainnya. Aktivitas lainnya dapat dikelompokan kedalam kegiatan menelusuri sungai yang didalamnya meliputi kegiatan Berakit (Rafting), Cano (Canoeing), Memancing (Fishing), Melihat satwaliar sekitar di sungai Segah Lamin Telungsur. 5. Menelusuri Sungai Segah (Segah River Tourism) Paket wisata menelusuri sungai Segah merupakan suatu paket wisata yang menghubungkan potensi ekowisata kawasan hutan tropis dengan wilayah pesisir pantai Kabupaten Berau. Paket tersebut dibuat berdasarkan pertimbangan adanya hubungan antara kawasan dengan aksesibilitas melewati Sungai Segah maupun Kelai. Jenis kegiatan ekowisatanya adalah wisata menelusuri sungai Segah yang meliputi wisata sejarah, wisata budaya, menelusuri hutan tropis, wisata Kepulauan Derawan, Wisata Pesisir Pantai serta Wisata Taman Laut. .

Gambar 6. Paket Kunjungan Ekowisata Menelusuri Sungai Segah di Kabupaten Berau.

Berdasarkan paket obyek ekowisata sebagaimana tersaji pada Gambar 6 dapat disarankan bahwa waktu tempuh yang ideal untuk menelusuri paket ini adalah selama 3 hari 2 malam dengan rute perjalanan sebagai berikut : Hari Pertama dan Kedua: Dengan menelusuri sungai Segah perjalanan dimulai dari (A) Tanjung Redeb – (B) Derawan – (C)Maratua – (D) Sangalaki (Menginap di Derawan).

N

E W S

A BC

D

E-F

G H

Derawan

Sangalaki

Maratua

Labanan

Lamin Telungsur

Sei Kelai

Sei Segah

Rute Perjalanan

Tanjung Redeb

Page 10: Paket Wisata-Duta Rimba, Yaya & Chandra

10

Pada hari pertama dan kedua ini wisatawan akan menikmati atraksi kenekaragaman hayati laut maupun pesisir pantai disekitar pulau-pulau tersebut. Hari Ketiga: (B) Derawan- (A)Tanjung Redeb dengan Speed (2 jam) berhenti di (F) Museum Battiwakal dan (E) Gunung Tabur, (G) Tangap, (H) Kawasan Hutan Labanan kemudian dapat mengikuti Paket I, Paket II atau Paket III. Pada hari ketiga wisatawan akan menikmati obyek wisata sejarah maupun wisata lingkungan saat menelusuri sungai Segah maupun hutan Labanan. Dalam perjalanan peket menulusuri sungai Segah sebagaimana terlihat pada gambar 6 dapat di integrasikan dengan potensi wisata di kepulauan Derawan dan Sangalaki yang merupakan pusat pengambangan kegiatan ekotourism di Kabupaten Berau yang sudah cukup terkenal di tingkat Nasional maupun International dengan atraksi ekowisata yang khas dan spesifik berupa atraksi keindahan taman laut serta atraksi fauna yang khas yaitu Penyu dari jenis Penyu Hijau (Chelonia midas) dan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata). Melalui paket ini diharapakan potensi wisata di Kabupaten Berau dapat terintegrasi

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil identifikasi potensi, pemetaan lokasi wisata di kelompok hutan Labanan, Sambarata, dan Lamin Telungsur maka dapat ditetapkan 4 paket tujuan ekowisata yang meliputi Paket I. Menelusuri hutan Labanan (Labanan Tropical Rain Forest Tourism) dengan daya tarik utama kekayaan keanekaragaman hayati (flora dan fauna) kawasan hutan tropis, Paket II. Menelusuri Sungai Kelai (Kelai River Tourism) dengan daya tarik utama potensi keanekaragaman hayati serta budaya masyarakat di sekitar kanan kiri sungai Kelai, Paket III. Menelusuri Hutan Rawa Lamin Telungsur (Swamp Forest Tourism) dengan daya tarik utama kawasan hutan rawa yang didominasi oleh tegakan Perupuk (Lophoptalum spp), Paket IV. Menelusuri sungai Segah dengan daya tarik utama kekayaan keanekaragaman hayati serta budaya masyarakat di sekitar kanan kiri sungai Segah (Segah River Tourism) dan Kepulauan Derawan

B. Saran

Dalam pengembangan sektor pariwisata dikawasan hutan tropis Berau perlu disusun suatu buku panduan wisata yang dikemas sedemikian rupa sehingga mampu memberikan informasi potensi wisata hutan tropis yang menarik, singkat dan jelas tentunya dengan dukungan data berbagai penelitian diantaranya hasil penelitian diatas. Hal ini cukup beralasan mengingat permasalahan yang dihadapi para wisatawan yang ingin menelusuri kawasan hutan tropis di Kabupaten Berau adalah kurangnya informasi wilayah-wilayah ekowisata potensial.

Page 11: Paket Wisata-Duta Rimba, Yaya & Chandra

11

DAFTAR PUSTAKA

Clawsons, M.; JL. Knetsch, 1975. Economics of Outdoor Recreation. Third Printing.

The Johns Hopkins Press. Baltimore. Douglass, W.R. 1969. Forest Recreation (Second Editions). Perganom Press. New York. Gardingen, P. 1999. Application of The Strek Permanent Sample Plot Database For

Management Purpose; Oprtunity and Challenges. Berau. Keßler, P.J.A., Gerald R. 2001. Berau Herbarium. Berau Forest Management Project

dan PT. Inhutani I. 2001 Mawdsley, N. 1999. Integrating Biodiversity Management Into Sustainable Forest

Management in the Labanan (PT. Inhutani I) Concession, BFMP-PT. Inhutani I Report. Berau.

Oosterman, A. 1999. A Marketing Strategy for Eco-Tourism Development in Berau. Berau Forest Management Project. Jakarta.

Priasukmana, S. 1997. Pembangunan Ekotourism di Hutan Produksi Suatu Konsep Pengelolaan Hutan Berwawasan Indonesia Edisi 8/XI/1997-1998. Jakarta.

Wind J. 2001. Regional Conservation Development. BFMP-PT. Inhutani I Report. Berau. Yeager, C. 1998. Biodiversity in Berau District, East Kalimantan. A Report Originaly

Prepared for the nature Conservancy-Indonesia Program and Modified for the NRM/EPIQ Project.

IN MEMORI Sejak proses desentralisasi di gulirkan, kawasan hutan yang menjadi objek penelitian ini tidak lagi dikelola oleh PT. Inhutani I sebagi salah satu BUMN Kehutanan, namun dikelola bersama dengan Perusahaan Daerah milik Pemda Berau dan Masyarakat. Harapannya agar pengelolaan hutan ini menjadi lebih lestari. Namun yang terjadi pengelolaan menjadi LEBIH BURUK, karena pengelolanya lebih berorientasi kepada aspek ekonomi ketimbang aspek ekologi. Perusda yang lebih dominant dari sisi kepemilikan saham menjadi terdepan dalam pengelolaan pasca kerjasama ini. Namun tidak bisa meneruskan visi dan misi yang telah dibangun oleh perusahaan sebelumnya yang ingin menjadikan kawasan ini sebagai kawasan hutan percontohan atau ”Model Forest”. Dari kawasan hutan ini juga dilahirkan konsep penebangan ramah lingkungan (Reduce Impact Logging), teory Sistem Manajement of Forestry (SIMFOR); Sistem inventarisasi pohon dan topography (SIPTOP); Pengaturan hasil (GROWTH AND YIELD); dan model pengelolaan hutan lestari lainnya. NAMUN KINI TINGGAL SEJARAH KARENA PENGELOLA BERIKUTNYA TIDAK MEMPUNYAI VISI KEDEPAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN LESTARI. Belajar dari kasus ini ternyata kolaborasi management dalam pengelolaan hutan bersama Pemda dan Masyarakat tidak selamanya dapat menjamin kelestarin hutan.

Page 12: Paket Wisata-Duta Rimba, Yaya & Chandra

12

Salah satu sisi hutan Labanan, Berau Demo masyarakat atas kawasan, mereka menuntut untuk diberi akses mengelola hutan, di duga di sponsori oleh cukong-cukong kayu

Page 13: Paket Wisata-Duta Rimba, Yaya & Chandra

13

”Pencurian Kayu” yang melibatkan cukong-cukong. Camp disekitar kawasan hutan Labanan, dipinggir jalan utama ”Berau-Samarinda” (Photo, 2 tahun setelah penelitian) Patok-patok klaim kawasan hutan labanan oleh masyarakat. (Note ada nama YAHYA dalam patok tersebut, itu bukan nama penulis)

Page 14: Paket Wisata-Duta Rimba, Yaya & Chandra

14

Penulis, ngobrol bareng bersama masyarakat diatas tumpukan kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri) dan Bangkirai (Shorea laevis). Mereka hanya sebagai tenaga buruh yang dibayar oleh cukong Rp. 75.000 s/d Rp. 100.000 perhari.