Upload
nienda-marina
View
125
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAGIAN I
Korelasi Pancasila dengan Budaya Indonesia
A. Sila ke-1
Pancasila sudah tercermin di Indonesia sejak dahulu, jauh
sebelum Indonesia merdeka. Semua sila-sila pada pancasila
tercerminkan juga lewat budaya yang ada di Indonesia.
Pada sila pertama ini tercermin dari orang-orang Indonesia
pada masa sebelum agama Hindu masuk sudah mengenal
pengakuan dan pemujaan kepada sesuatu kekuatan yang
mengatur manusia dalam segala aspek. Hal ini bukan sekedar
Animisme. Misalnya, di Kalimantan,orang mengenal
sebutan Tuh sebagai bagian kepercayaan terhadap kekuatan
yang mengatasi manusia, yang kemudian menurun menjadi
Tuhan, dan kemudian menjadi Ketuhanan (M. Yamin). Selain itu di
Jawa, orang mengenal sebutan Hyang Paring Gesang (Yang
Memberi Kehidupan), di Jawa juga mengenal Dewi Sri (pemberi
rezeki), sedangkan di Tapanuli mengenal sebutan Ompu Debata,
di Jawa Barat adanya Agama Pasundan. Hal ini menunjukkan
bahwa Indonesia telah mengenal konsep Tuhan sejak dahulu.
Tuhan adalah sumber kekuatan manusia.Tempat bersandarnya
manusia.
Indonesia adalah negara yang multikultur.Ada 6 agama yg
diakui di Indonesia, yaitu Hindu, Budha, KongHuchu, Katholik,
Kristen dan Islam.Agama yang ada di Indonesia harus mengenal
batasan Pancasila, UUD, harmonisasi.Agama-agama lain bisa
masuk Indonesia asalkan membawa pencerahan dan dapat
bersinergi dengan yang lain.
B. Sila ke-2
Nilai-nilai yang ada pada sila kedua juga telah di kenal sejak
dahulu dengan konsep humanisme (memanusiakan manusia).
Ada beberapa konsepsi kemanusian yang sekarang di kenal
dengan istilah HAM (Hak Asasi Manusia) yang di dalamnya
terdapat bagaimana pola interaksi masyarakat Indonesia.
Rasa kemanusiaan yang ditunjukkan bangsa Indonesia pada
masa dahulu adalah dengan adanya kesediaan bangsa Indonesia
untuk bergaul dengan berbagai orang dari negeri jauh, sehingga
terbuka jalan untuk masuknya kebudayaan luar. Dari penelitian
sejarah dapat diketahui bahwa pada zaman kuno hubungan antar
bangsa sudah ada. Kebudayaan Hindu dapat dengan mudah
masuk justru karena adanya sikap terbuka dari orang-orang
Indonesia pada zaman dulu. Hal tersebut menunjukkan bahwa
manusia Indonesia pada dasarnya telah menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan, khususnya dalam tahap perkembangan budaya
Indonesia asli.
C. Sila ke-3
Sila ketiga juga sudah ada sejak dahulu manusia ada, yaitu
dengan adanya perkumpulan-perkumpulan antar suku. Jangan
tertuju pada kata Indonesia, karena kata Indonesia baru saja
ditemukan.Misalnya gotong-royong, gotong royong ini sudah ada
sejak dahulu dimana masyarakat hidup besrsama dalam satu
daerah dan saling tolong menolong.
Bersatu :hidup bersama :saling tolong menolong. Oleh
karena itu konsepsi ini dijadikan landasan membuat sila ketiga
bahwasannya rakyat Indonesia yang hidup bersama harus bersatu
dan saling tolong menolong. Contoh jaman penjajahan bila kita
berjalan sendiri-sendiriakan gagal. Setiap daerah ingin dipimpin
oleh putra daerahnya masing-masing.
Sila ketiga ini bisa di tunujukkan dengan adanya
perkumpulan berdasarkan keturunan, seperti di Jawa adanya
perkumpulan menurut Trah, di Medan dan Nusa Tenggara Timur
adanya perkumpulan menurut Marga. Dalam satu garis keturunan
ini semua di anggap saudara.
Tidak dipakainya nilai-nilai yang ada pada sila ketiga dapat
menyebabkan penyelewengan kekuasaan. Sebagai contoh adalah
adanya otonomi daerah yang saat ini ada di Indonesia. Bila
otonomi daerah ini kebablasan dapat membuat Indonesia menjadi
negara Federal. Karena Indonesia adalah negara kesatuan
seharusnya segala sesuatu dibagi dengan porsi yang pas.
Misalnya saja otonomi daerah dihilangkan dan diganti dengan
dekonsentralisasi.
D. Sila Ke-4
Sila ke IV menunjukan Negara berkedaulatan rakyat dengan
sifat demokrasi. Sila ke IV ini, terkandung nilai bahwa
musyawarah dilakukan berdasarkan asas kekeluargaan. Hal ini
ditunjukan dengan ikatan suku yang dijiwai oleh semangat
kekeluargaan yang besar. Masyarakat suku menggunakan cara
berunding, berembug atau bermusyawarah untuk menghadapi
sesuatu persoalan. Masyarakat Lombok mengenal istilah
begundem. Semangat kekeluargaan juga Nampak dalam
pembangunan dengan istilah gotong royong atau mapalus
(Manado). Konsepsi musyawarah untuk mufakat. Misal Rembug
deso (Jawa). Dengan ini mereka melaksanakan kesatuan karya
untuk menciptakan kesejahteraan sosial.
Betapapun kecilnya organisasi masyarakat, bertujuan untuk
terwujudnya kesejahteraan bagi para warganya. Hak milik atas
tanah yang dilandasi dengan rasa kekeluargaannya yang besar
tidak terlepas dari tujuan diatas. Begitu juga pembuatan rumah-
rumah besar untuk keluarga pasti dengan maksud untuk
terwujudnya kesejahteraan bersama. Hal ini nampak dalam
masyarakat Mentawai, Dayak, Toraja maupun Irian. Bahkan
rumah- rumah keluarga Jawa dahulu besar- besar juga. Untuk
menyelesaikan pekerjaan itu warga masyarakat bergotong royong.
E. Sila Ke-5
Setiap organisasi yang terbentuk bertujuan untuk
mensejahterakan anggotanya ataupun masyarakat luas. Sehingga
dengan adanya hal tersebut diaharapkan Indonesia mampu
mensejahterakan masyarakatnya. Karena sudah terlihat banyak
dari penduduk Indonesia yang mengikuti organisasi social yang
mengutamakan kesejahteraan masyarakat dan sudah seharusnya
bangsa Indonesia sejahtera. Jadi Adil secara sejahtera disini lebih
didominasi oleh bagaimana perekonomian masyarakat itu sendiri.
Contohnya :
a. Jaman dahulu ada lumbung desa. Tujuan dari lumbung desa ini
tidak lain tidak bukan juga hanay untuk membantu
mensejahterakan masyarakat, dalam hal ini dari segi kebutuhan
pangan.
b. Ulu-ulu bagian irigasi air sawah yang membagi air untuk irgasi
sawah sama rata. Hal tersebut untuk mensejahterakan
masyarakat agar masyarakat mudah untuk mengairi sawahnya
dan masyaratkat bisa produktif.
Selian dari konsepsi ekonomi, keadilan secara sejahtera ini
meliputi bidang spiritual juga yang mencakup pengertian adil dan
makmur secara merata yang berdasarkan asa kekeluargaan.
Dalam sistem pendidikan nasional, adil dalam arti yang luas
maksudnya mencakup seluruh aspek pendidikan yang ada. Adil
disini berarti adil dalam melaksanakan pendidikan dengan tidak
berat sebelah, di dalam tujuan pendidikan nasional jelas antara
ilmu umum dan keagamaan itu seimbang, disamping kita
mengejar IPTEK juga mengejar IMTAQ yang merupakan tujuan
dari ibadah. Adil juga dalam arti sempit dikelas pendidikan tidak
boleh membeda-bedakan siswa, misalnya orang yang
berpengaruh atau anak orang kaya lebih diprioritaskan daripada
anak seorang petani. Contoh lain kepala sekolah harus adil
terhadap bawahannya secara wajar dan sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Ilmu disini juga yang nantinya akan membantu
mensejahterakan masyarakat itu sendiri.
BAGIAN II
Pancasila dan Agama-agama di Indonesia
Keampuhan Pancasila sebagai ideologi Negara tergantung kepada
nilai-nilai yang dikandungnya yang dapat memenuhi serta menjamin
segala aspirasi hidup dan kehidupan manusia, baik secara pribadi,
sebagai makhluk social maupun sebagai warga Negara sebagai
kodrat dan irodat Tuhan Yang Maha Esa. Rangkaian nilai tersebut
tidak identik dengan agama, tetapi mempunyai keterkaitan yang erat,
bahkan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Rangkaian nilai tersebut adalah kongkretisasi dari ajaran semua
agama dan berfungsi sebagai pemersatu kehidupan antarumat
beragama yang menciptakan kekuatan keagamaan, baik secara
mental maupun spiritual di dalam Ketahanan Nasional.
Sebagai negara yang bermayoritas penduduk beragama Islam,
Pancasila sendiri yang sebagai dasar negara Indonesia tidak bisa
lepas dari pengaruh agama yang tertuang dalam sila pertama yang
berbunyi sila “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yang pada awalnya
berbunyi “… dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluknya.” Yang sejak saat itu dikenal sebagai Piagam Jakarta.
Namun dua ormas Islam terbesar saat itu dan masih bertahan
sampai sekarang yaitu Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah
menentang Piagam Jakarta tersebut, karena dua ormas Islam
tersebut menyadari bahwa jika penerapan syariat Islam diterapkan
secara tidak langsung namun pasti akan menjadikan Indonesia
sebagai negara Islam dan secara “fair” hal tersebut dapat
memojokkan umat beragama lain. Yang lebih buruk lagi adalah dapat
memicu disintegrasi bangsa terutama bagi provinsi yang mayoritasnya
beragama nonislam. Oleh karena itu sampai detik ini bunyi sila
pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa yang berarti bahwa
Pancasila mengakui dan menyakralkan keberadaan agama, tidak
hanya Islam namun juga termasuk Kristen, Katholik, Hindu dan Budha
sebagai agama resmi pada saat itu.
A. Sila ke-1
Dalam suatu negara dibutuhkan suatu tata aturan yang bisa
mengakomodir seluruh masyarakat di bawah naungan negara
tersebut. Demikian halnya dengan Indonesia sebagaimana kita
ketahui bersama dalam sejarah bahwa sejak lama Pancasila telah
menopang dan mengakomodir berbagai suku, ras, dan agama
yang ada di Indonesia. Pancasila dirasa sangat sesuai dan tepat
untuk mengakomodir seluruh ras, suku bangsa, dan agama yang
ada di Indonesia. Hal ini dibuktikan bahwa sila-sila Pancasila
selaras dengan apa yang telah tergaris dalam al-Qur’an.
Islam sepakat dengan sila tersebut, di mana Al-Qur’an
dalam beberapa ayatnya menyebutkan dan selalu mengajarkan
kepada umatnya untuk selalu mengesakan Tuhan (misalkan QS.
al-Baqarah: 163). Dalam kacamata Islam, Tuhan adalah Allah
semata. Namun, dalam pandangan agama lain Tuhan adalah
yang mengatur kehidupan manusia, yang disembah.
Kunci dan titik sentral pemikiran dari kelima sila ada pada
sila pertama, yaitu “Ke-Tuhanan”, karena Tuhan adlah dasar
keberadaan bagi makluk pemberian kekuatan oleh oleh-Nya,
merupakan syarat bagi setiap gerakan, upaya, dan perubahan
pada mahluk-Nya. Semua agama di NKRI ini, meyakini
keberadaan Tuhan. Tuhan Maha Besar, Maha Pencipta, Maha
Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala sesuatu yang ada dan
terjadi dalam kehidupan ini, adalah ciptaan dan atas kehendak
Tuhan. Kaum Kristiani menyatakan bahwa Tuhan ada dalam diri
setiap orang. Kaum Hindu/Budha menyatakan, bahwa diri
manusia merupakan rumah Tuhan yang harus dijaga
kebersihannya dan dijauhkan dari hal-hal yang bertentangan
dengan agama. Sedang kaum Islam, sesuai dengan Firman
Tuhan (Allah) dinyatakan, bahwa “Allah ada sangat dekat dengan
dirimu, tidak lebih dari kedua urat nadi lehermu”. Keberadaan dan
keesahan Tuhan ini, mendasari suatu kesepakatan untuk
menempatkan “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai Sila
Pertama, yang menjiwai semua sila-sila dibawahnya. (Belief in
God).
Kata “maha” berasal dari bahasa Sanskerta / Pali yang bisa
berarti mulia atau besar (bukan dalam pengertian bentuk). Kata
“maha” bukan berarti “sangat”. Jadi adalah salah jika penggunaan
kata “maha” dipersandingkan dengan kata seperti besar menjadi
maha besar yang berarti sangat besar.
Kata “esa” juga berasal dari bahasa Sanskerta / Pali. Kata
“esa” bukan berarti satu atau tunggal dalam jumlah. Kata “esa”
berasal dari kata “etad” yang lebih mengacu pada pengertian
keberadaan yang mutlak atau mengacu pada kata “ini” (this –
Inggris). Sedangkan kata “satu” dalam pengertian jumlah dalam
bahasa Sanksertamaupun bahasa Pali adalah kata “eka”. Jika
yang dimaksud dalam sila pertama adalah jumlah Tuhan yang
satu, maka kata yang seharusnya digunakan adalah “eka”, bukan
kata “esa”.
Dari penjelasan yang telah disampaikan di atas dapat di tarik
kesimpulan bahwa arti dari Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah
berarti Tuhan Yang Hanya Satu, bukan mengacu pada suatu
individual yang kita sebut Tuhan yang jumlahnya satu. Tetapi
sesungguhnya, Ketuhanan Yang Maha Esa berarti Sifat-sifat
Luhur / Mulia Tuhan yang mutlak harus ada. Jadi yang ditekankan
pada sila pertama dari Pancasila ini adalah sifat-sifat luhur / mulia,
bukan Tuhannya.
B. Sila ke-2
Sila kedua ini mencerminkan nilai kemanusiaan dan
bersikap adil (Qs. al-Maa’idah: 8). Islam selalu mengajarkan
kepada umatnya untuk selalu bersikap adil dalam segala hal, adil
terhadap diri sendiri, orang lain dan alam.
Semua agama meyakini, bahwa manusia adalah mahluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna, lebih sempurna dari
binatang. Kalau binatang diberi makanan, cenderung rebutan
bahkan cakar-cakaran. Sedang manusia sebagai mahluk yang
diberi kelebihan akal, akan membaginya secara “adil”. Binatang
bila telah besar (dewasa) mau menggauli induknya, sedang
manusia sebagai mahluk yang beradab tak akan mungkin
sebiadab yang dilakukan binatang. Sehubungan dengan ini, pada
dasarnya manusia adalah mahluk yang “adil dan beradab”, yang
taat dan patuh pada ajaran agama, serta norma yang berlaku
yang telah disepakati bersama yang tidak bertentangan dengan
ajaran agama.
Didasarkan pada pemikiran ini, Bangsa Indonesia
bersepakat, merumuskan “Kemanusiaan yang adil dan beradab”
sebagai Sila Kedua. Bangsa Indonesia sangat menentang
ketidakadilan dan perbuatan yang tidak manusiawi, serta
menentang penjajahan dalam bentuk apapun (Nationalism).
C. Sila ke-3
Semua agama termasuk Islam mengajarkan kepada
umatnya untuk selalu bersatu dan menjaga kesatuan dan
persatuan (Qs. Ali Imron: 103). Pada umumnya semua agama
meyakini, bahwa kehadiran manusia di dunia ini, semata-mata
bertugas untuk menyembah dan mencintai “Pencipta”. Hal ini
sesuai Firman Tuhan dalam salah satu Kitab Suci (Al-Quran),
mengatakan “Tiada Ku ciptakan Jin dan Manusia selain untuk
beribadah kepada KU”. Sehubungan dengan ini, manusia
diharuskan berjuang mempertahankan hidup, bersama-sama
manusia lainnya secara rukun, tentram dan damai, sehingga
dengan tenang beribadah menyembah dan mencintai Pencipta.
Untuk ini, Tuhan menganugerahkan “Alam” dengan segala
isinya, yang dapat dikelola dan dimanfaatkan bersama. Nikmat
dan Anugerah Tuhan yang sangat besar ini, harus dijaga,
dipelihara, dan dimanfaatkan sebaik-baiknya, serta jangan sampai
terjadi pengrusakan terhadap alam ciptaan Tuhan. Agar tidak
terjadi kerusakan maka bangsa ini “harus bersatu”, tidak
memperebutkan ruang hidup diatas nikmat Tuhan yang
memberikan sumber kehidupan bagi bangsa Indonesia dan
bangsa-bangsa lain di dunia. Adanya ketentraman, kedamaian
dan kerukunan dalam hidup ini, memungkinkan Bangsa ini dapat
beribadah dengan tenang dan khusuk menyembah dan mencintai
Pencipta (Tuhan). Dasar pemikiran ini, secara filosofis dituangkan
dalam rumusan “Persatuan Indonesia” sebagai Sila Ketiga.
Bangsa Indonesia cinta akan bangsanya dan seluruh bangsa di
dunia (Internationalism).
D. Sila ke-4
Pancasila dalam sila keempat ini selaras dengan apa yang
telah digariskan al-Qur’an dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Islam selalu mengajarkan untuk selalu
bersikap bijaksana dalam mengatasi permasalahan kehidupan
(Shaad: 20) dan selalu menekankan untuk menyelesaikannya
dalam suasana demokratis (Ali Imron: 159).
Firman Tuhan dalam salah satu Kitab Suci (Al-Qur‟an), yang
intinya mengatakan bahwa “Manusia sengaja diciptakan Tuhan
berbeda-beda”, supaya saling mengenal. Tidak dapat dipungkiri,
bahwa dengan adanya perbedaan, pasti ada ketidaksesuaian, ada
gesekan, bahkan bisa meluas pada pertengkaran atau
permusuhan. Sebagai manusia yang Ber-Tuhan dan beradab,
yang menginginkan persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan,
ketentraman, kedamaian dan kerukunan hidup bersama,
seyogianya dalam setiap menghadapi berbagai masalah sekecil
apapun, diselesaikan secara “musyawarah”, demi tetap utuhnya
persatuan dan kesatuan.
Hitorogenitas masyarakat atau rakyat Indonesia dengan
beragam aspirasi dan kepentingan, telah menempatkan
penyelesaian secara musyawarah menjadi sangat penting,
terutama dalam memelihara Persatuan dan Kesatuan Bangsa.
Bertolak dari pemikiran ini, dengan mempertimbangkan
kemajemukan dari bangsa Indonesia dan menempatkan
kedaulatan berada di tangan rakyat, maka dirumuskan Sila
Keempat, yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam “permusyawaratan” perwakilan. Dari rakyat
diputuskan oleh rakyat dalam bentuk peraturan perundangan, dan
dikembalikan kepada rakyat untuk ditaati (Democracy).
E. Sila ke-5
Sila yang menggambarkan terwujudnya rakyat adil, makmur,
aman dan damai. Hal ini disebutkan dalam surat al-Nahl ayat 90.
Islam mengajarkan sedekah dan zakat. Di mana hal itu tentu
memiliki keterkaitan menyejahterakan manusia. Hal itu juga
selaras dengan sila ke-lima pancasila yaitu keadilan sosial.
Pada hakekatnya manusia diciptakan Tuhan dimuka bumi
adalah sebagai “Khalifah” atau pemimpin yang bertugas
mengelola alam dengan segala isinya, sehingga berada dalam
kehidupan yang aman, tenteram, dan damai, yang memungkinkan
manusia melaksanakan kewajibannya dengan khusyuk dalam
menyembah dan mecintai pencipta/Tuhan. Khalifah/pemimpin
yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk memecahan dan
menyelesaikan berbagai masalah secara musyawarah, terhadap
beragam macam kebutuhan manusia, baik kebutuhan sebagai
mahluk individu maupun sebagai mahluk sosial. Dalam hal ini
diperlukan pemimpin yang mampu dan mau mangambil keputusan
yang dapat diterima oleh semua pihak sengan keputusan yang
seadil-adilnya tanpa keberpihakkan. Didasarkan pada pemikiran
ini, bangsa Indonesia bersepakat secara filosofis merumuskan
„Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia‟. Semua
keputusan yang telah disepakati bersama, ditaati sebagai produk
hukum yang harus ditegakkan dan dikenakan tindakan
tegas/keras bagi siapa yang melanggarnya (Social Justice).
F. Toleransi
Setiap agama mengajarkan hidup rukun, tentram dan damai.
Toleransi antar maupun inter umat beragama sangat penting
supaya kehidupan manusia berjalan selaras dan harmonis.
Di Indonesia, praktik toleransi mengalami pasang surut dan
selalu dipicu pemahaman distingtif yang bertumpu pada relasi
yang ada. Tidak mengherankan dalam berbagai diskursus
kontemporer, sering dikemukakan bahwa radikalisme,
ekstremisme, dan fundamentalisme merupakan baju kekerasan
yang ditimbulkan pola pemahaman yang eksklusif dan antidialog
terhadap paham keagamaan.
Padahal, seluruh agama selalu mengajarkan kepada umat-
Nya untuk mewujudkan keadilan, kedamaian, dan kasih sayang,
bukan berdasarkan klaim kebenaran, tapi membutuhkan teologi
pluralisme yang berorientasi pada pembebasan.
Dengan adanya sikap toleransi, warga suatu komunitas dapat
hidup berdampingan secara damai, rukun, dan bekerja sama
dalam mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi di
lingkungannya.
Namun sayangnya penerapan toleransi dalam kehidupan
sehari-hari tidak semudah teorinya. Tidak jarang toleransi yang
terdapat pada nilai pancasila dikesampingkan. Hal itu dapat
diakibatkan oleh beberapa hal berikut. Diantaranya:
1. Adaya perasangka dalam diri manusia. Perasangka itu
meliputi perasangka baik maupun perasangka buruk.
Perasangka buruk inilah yang membuat toleransi terselubungi
awan hitam perasangka buruk yang dapat membuat hal baik
menjadi tersamarkan.
2. Sikap fundamentalis individu. Fundamentalis merupakan sikap
dasar yang merupakan sifat bawaannya sejak kecil dan sukar
digoyangkan.
3. Kurangnya kontrol diri seseorang. Kontrol diri yang bagus
dapat mencegah kita dari perilaku yang menyimpang dan
emosional.
Tidak jarang juga toleransi terbentur karena adanya berbagai
tafsiran dari kitab suci yang akan memunculkan perbedaan
meskipun berasal dari sumber yang sama. Hal tersebut tentu akan
memicu terbentuknya lahirnya aliran agama. Dimulai dari
penafsiran yang berbeda itulah pandangan orang terhadap suatu
hal akan berlainan dan dapat memicu konflik.
BAGIAN III
Ideologi Pancasila ditengah-tengah Ideologi lain
Ada beberapa ideologi yang dianut oleh negara-negara di dunia,
diantaranya yaitu:
A. Liberalisme dan Kapitalisme :
Liberalisme adalah paham yang menuntut kebebasan bagi
individu.Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu
masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi
para individu.Tuntunan kebebasan tersebut pertama kali tumbuh
di Barat sesudah Revolusi Prancis bersamaan munculnya
individualisme.
Dalam negara liberalisme, negara itu di umpamakan sebagai
penjaga malam atau polisi lalu lintas.Tugas negara hanya
menjaga. Rakyat atau warganya mempunyai kebebasan untuk
berbuat atau bertindak apa pun asal tidak melanggar tertib hukum.
Pada negara liberalisme, kepentingan dan hak warga negara lebih
diutamakan daripada kepentingan negara.Negara didirikan untuk
menjamin kebebasan dan kepentingan warga negara.Liberalisme
menghendaki adanya pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi
pasar yang mendukung ekonomi pribadi (private enterprise) yang
relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan,
serta menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan individu.
Seiring dengan perkembangan liberalisme, tumbuh pula
ideologi yang kini menjadi kekuatan raksasa dalam perkembangan
dunia, yaitu kapitalisme.Kapitalisme adalah liberalisme dalam
bidang ekonomi yang lahir sejak abad XVIII di Eropa
Barat.Kapitalisme merupakan sistem ekonomi yang di dalamnya
setiap warga negara secara bebas dapat menggunakan modal
(kapital) milik pribadi untuk meraih keuntungan untuk sebesar-
besarnya.
Dalam sistem liberalisme negara tidak mencampuri urusan
agama.Agama menjadi urusan pribadi setiap warga
negara.Negara terpisah dengan agama.Warga negara bebas
beragama, bebas tidak beragama, dan bebas pula untuk
propaganda antiagama.
Jika dibandingkan dengan ideology Pancasila yang secara
khusus norma-normanya terdapat di dalam Undang-Undang
Dasar 1945, maka dapat dikatakan bahwa hal-hal yang terdapat di
dalam liberalisme terdapat di dalam pasal-pasal UUD 1945, tetapi
Pancasila menolak liberalisme sebagai ideology yang bersifat
absolutisasi (mutlak) dan determinisme (ditentukan oleh
lingkungan).Pancasila dan Liberal sulit disatukan.Karena ideology
liberal lebih mengutamakan kebebasan individu.Sedangkan dalam
pancasila masih diatur norma-norma yang berlaku.
B. Komunisme
Komunisme merupakan kebalikan dari ideologi
liberalisme.Komunisme lebih mengutamakan kepentingan negara
dari pada kepentingan individu.Ideologi komunisme adalah
ideologi yang menghendaki penghapusan pranata kaum kapitalis
serta berkeinginan membentuk masyarakat kolektif agar tanah
dan modal (faktor produksi) dimiliki secara sosial dan
pertentangan kelas serta sifat kekuatan menindas dari negara
tidak berlangsung lagi.
Ideologi komunisme bersifat absolutisasi dan determinisme,
karena memberi perhatian yang sangat besar kepada kolektivitas
atau masyarakat, kebebasan individu, hak milik pribadi tidak diberi
tempat dalam Negara komunis.Manusia dianggap sebagai
“sekrup” dalam sebuah kolektivitas.
Ciri-ciri ideologi komunisme :
1. Penghapusan hak-hak individu
2. Negara tidak mengakui agama
3. Sistem pemerintah cenderung diktaktor
4. Kehidupan beragama diserahkan setiap individu, bahkan
negara membolehkan paham antiagama
5. Penguasaan atas alat produksi kegiatan ekonomi sepenuhnya
diserahkan pada negara
6. Kurangnya jaminan perlindungan HAM dalam UUD
negara.Tidak memberi kesempatan pada peran swasta
7. Berbagai bidang kehidupan, pendidikan, sosial dan budaya
dikuasai negara
8. Kekuasaan negara dikuasai satu partai dominan yaitu partai
komunis
Sampai tahun 2005, dilaporkan ada 5 negara yang
berpaham komunis: Cina (sekarang sedang peralihan ke liberal),
Kuba, Laos, Vietnam, dan Korea Utara (komunis Juche, yang
ekonominya tidak bergantung ke sesama negara komunis; berdiri
dengan kaki sendiri secara harfiah). Berikut ini adalah asas
komunisme:
1. Kesejahteraan rakyat yang sama (sama rata sama rasa)
2. Persamaan derajat/kelas masyarakat
3. Pemusatan ekonomi, kekuasaan (diktatorisme proletariat/pro
rakyat kecil), dan demokrasi (Demokrasi Terpimpin)
4. Perencanaan Ekonomi oleh pemerintah
5. Pengakuan pemerintah atas pemilikan pribadi (jadi istilahnya
"common ownership"/kepemilikan bersama)
6. Rasa nasionalisme dan internasionalisme antarnegara komunis
yang tinggi (maka itu, komunisme di berbagai belahan dunia
berhubungan satu sama lain)
7. Penyatuan ideologi masyarakat ke komunisme (tidak ada
liberalisme)
C. Agama
Suatu ideologi baru yang mulai naik daun.Dalam ideologi ini
ada teori reception in complex.Tidak bisa diaplikasikan di
Indonesia karena Indonesia itu multicultural dan multi agama,
maka dari itu muncul ideologi pancasila.Ideologi ini banyak
digunakan di negara2 agamis.Seperti di timur tengah.
Ciri khas ideoligi Agama :
1. Negara berdasarkan kitab suci
2. Hukum bersumber pada kitab suci
3. Tiap indiviidu wajib beribadah
4. Pemimpin agama memiliki peran besar dalam pemimpin
agama atau bahkan sebagai pemimpin politik seperti di masa
kekhalifahan di timur tengah
D. Pancasila
Pancasila yaitu sebagai Ideologi memberi kedudukan yang
seimbang kepada manusia sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial.Pancasila bertitik tolak dari pandangan bahwa secara
kodrati bersifat monopluralis, yaitu manusia yang satu tetapi dapat
dilihat dari berbagai dimensi dalam aktualisasinya.
Ideologi pancasila mendasarkan hakikat sifat kodrat manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.Oleh karena itu, di
dalam ideologi Pancasila mengakui atas kebebasan hak-hak
masyarakat.Selain itu, manusia dipandang Pancasila memiliki
kodrati sebagai makhluk pribadi dan sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.Sehingga, nilai-nilai ketuhanan senantiasa menjiwai
kehidupan manusia dalam hidup negara dan
masyarakat.Kebebasan manusia dalam rangka demokrasi tidak
melampaui hakikat nilai-nilai Ketuhanan, bahkan nilai Ketuhanan
terjelma dalam bentuk moral dalam ekspresi kebebasan manusia.
Berdasarkan sifatnya ideologi pancasila bersifat terbuka
yang berarti senantiasa mengantisipasi perkembangan aspirasi
rakyat sebagai pendukung ideologi serta menyesuaikan dengan
perkembangan zaman.Ideologi Pancasila senantiasa merupakan
wahana bagi tercapainya tujuan bangsa.
Pancasila mengakui semua ideology dan mengadopsi hal
positif di setiap ideology.Seperti mengakui kebebasan, mengakui
semua agama, adanya toleransi berbudaya dan menganut
kebersaman.
Jatuh bangun Pancasila :
17 Ag ’45 PANCASILA ’48 Madiun affair/PKI (ideology komunis)
’49 DI/TII (ideology agama) ‘65 PKI ‘80 peristiwa tanjung
priuk ‘98 (reformasi rakyat tetap memilih pancasila
Pancasila :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
BAGIAN IV
Pancasila di Dunia
A. Asia Tenggara
1. Latar Belakang
a. Kekhawatiran Amerika Serikat terhadap komunis di Asia
Tenggara periode 1950-1970an (teori DOMINO).
b. Kedudukan Indonesia sebagai “kekuatan utama” di Asia
Tenggara.
Tahun 1960an Indonesia mempunyai armada yang
bagus.Yang datang dari Uni Soviet.Sehingga AS mencoba
supaya Indonesia tidak jatuh ke komunis.Karena apabila
komunis masuk Indonesia, AS hancur.
c. Fenomena bahwa bangsa di Asia Tenggara “serumpun”:
Fenomena bangsa Asia Tenggara = serumpun
Bangsa Astronesia Antropologi = Ciri2 fisik (rambut,
warna kulit) = kesamaan fisik memungkinkan kesamaan
budaya
Adanya persamaan bahasa indonesia dengan vietnam
1) Sila 1 : Asia Tenggara merupakan ladang subur
untuk semua agama.
2) Sila 2 : Negara selain Asia Tenggara kurangnya
dukungan HAM.
3) Sila 3 : Dulu pernah ada ide Soeharto untuk
menyatukan mata uang, namun masih gagal. Dulu
negara di Asia Tenggara mempunyai hubungan yang
baik. Singapura dan Malaysia belajar dari pancasila
yang berkembang di Indonesia.
4) Sila 4 : konsepsi sila ke empat membentuk ASEAN.
Pancasila mengandung nilai universal (umum).
Kerjasama yang dilakukan di ASEAN merupakan
aplikasi dari pancasila.
5) Sila 5 :Asia Tenggara di bawah kepemimpinan
Indonesia. Konsepsi pancasila ada di seluruh
kawasan Asia Tenggara.
d. Adanya kesamaan agama konsepsi ketuhanan di Asia
Tenggara seperti agama Islam, Hindu dan Budha.
e. Kemanusiaan yang adil dan beradab
f. ASEAN
g. Musyawarah, misalnya ASEAN Way.
2. Aplikasi Sila 1 di Asia Tenggara :
Ada kesamaan agama.Asia Tenggara juga menganut
ketuhanan yang maha esa. Mayoritas Islam, hindu, dan
budha.
Pada sila pertama yaitu ketuhanan yang Maha Esa.Bangsa
Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya
pada Tuhan Yang Maha Esa.Dari butir sila ini, tersirat kalau
kita harus mengembangkan sikap saling menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing juga membina kerukunan
antar pemeluk umat agama.
Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan adanya
UU Kerukunan Umat Beragama yang nantinya diharapkan
dapat menjembatani pemeluk agama mayoritas dan minoritas
yang ada di Tanah Air.
a. Agama
Agama yang dianut oleh penduduk Asia Tenggara sangat
beragam dan tersebat di seluruh wilayah.Agama Budha
menjadi mayoritas di Thailand, Myanmar, dan Laos serta
Vietnam dan Kamboja.Agama Islam dianut oleh mayoritas
penduduk di Indonesia, Malaysia, dan Brunei dengan
Indonesia menjadi Negara dengan penganut Islam
terbanyak di dunia.Agama Kristen menjadi mayoritas di
Filipina. Di Singapura, agama dengan pemeluk terbanyak
adalah agama yang dianut oleh orang Tionghoa seperti
Budha, Taoisme, dan Konfusianisme.
Walau begitu, di beberapa daerah ada kantong-kantong
pemeluk agama yang bukan mayoritas seperti Hindu di
Bali dan Kristen di Maluku dan Papua atau Islam di
Thailand dan Filipina bagian selatan.
b. Bukti Indonesia menerapkan sila 1 :
1) Pembukaan UUD 1945 aline ketiga, yang antara lain
berbunyi:
“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa …. “Dari
bunyi kalimat ini membuktikan bahwa negara
Indonesia tidak menganutpaham maupun
mengandung sifat sebagai negara sekuler. Sekaligus
menunjukkanbahwa negara Indonesia bukan
merupakan negara agama, yaitu negara yang
didirikan atas landasan agama tertentu, melainkan
sebagai negara yang didirikan ataslandasan Pancasila
atau negara Pancasila
2) Pasal 29 UUD 1945
a) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa.
b) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanyamasing-
masing dan untuk beribadah menurut agamanya
dan kepercayaannya.
3. Aplikasi sila ke 2 :
Penghormatan HAM & hubungan antar manusia (prinsip-
prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab/ hubungan yang
humanisme).
AICHNbadan HAM di Asia Tenggara. Peresmian di
Indonesia.
Komite kerja sama militer bersama. Adanya badan ASEAN
untuk pemudahan penanganan bencana.
4. Aplikasi sila ke 3 :
Terbentuknya ASEAN sebagai tempat untuk bersatu di
kawasan Asia Tenggara.
5. Aplikasi sila ke 4:
ASEAN WAY - Menyelesaikan dengan musyawarah.
6. Aplikasi sila ke 5 :
Kesejahteraan bagi seluruh warga Di piagam ASEAN
“Kesejahteraan di seluruh kawasan Asia Tenggara.”
B. Asia
1. Sila ke-1
Ketuhanan Yang Maha Esa
Tuhan seperti diketahui adalah Pencipta segala sesuatu
yang ada termasuk manusia, tetapi dalam pancasila tidak
semua ciptaan Tuhan dimasukan, melainkan hanya khusus
untuk manusia . Seperti diketahui pula setiap warga Negara
memiliki kepercayaan masing-masing.Di setiap Negara di Asia
banyak terdapat bangunan berupa rumah peribadatan
misalnya masjid, gereja, vihara, klenteng, dan lain-lain.
2. Sila ke-2
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Kemanusiaan sebenarnya menunjuk manusia di mana saja
di seluruh dunia, baik yang ada pada zaman dahulu maupun
yang ada sekarang. Sebagai bangsa yang ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa dengan sendirinya bangsa kita mempunyai
rasa kemanusiaan yang luhur. Pada hakekatnya kemanusiaan
adalah bawaan kodrat manusia. Pengejawantahannya dapat
kita lihat pada tindakan manusia yang dapat kita nilai sesuai
dengan kemanusiaan atau tidak. Perikemanusiaan adalah
nilai khusus yang bersumber pada nilai kemanusiaan. Jika
sesuatu perbuatan dinilai sebagai tindakan yang
berperikemanusiaan, ini berarti bahwa tindakan tersebut
sesuai dengan hakekat manusia yaitu kemanusiaan.
Perikemanusiaan adalah yang bersumber pada kemanusiaan,
jiwa yang membedakan manusia dengan makhluk lain.
Berdasarkan pengertian tersebut sebenarnya semua bangsa
mesti mempunyai kemanusiaan, begitu pula bangsa Indonesia
bahkan kemanusiaannya adalah adil dan beradab.
Kekhususan bangsa Indonesia adalah adil dan beradab. Adil
berarti memberikan kepada orang lain apa yang menjadi
haknya dan tahu apa haknya sendiri. Beradab artinya
mempunyai adab, mempunyai sopan santun, mempunyai
susila, artinya ada kesediaan menghormati bangsa lain,
menghormati pandangan pendirian dan sikap Bangsa lain.
Sejarah menunjukkan bahwa bangsa Indonesia terkenal
berwatak ramah tamah, sopan santun, lemah lembut, dengan
sesama manusia. Ini berarti bahwa bangsa Indonesia
berperikemanusiaan yaitu mempunyai rasa bahwa antara
mereka dengan bangsa lain ada hubungan bersifat
manusiawi. Sejak dahulu bangsa Indonesia selalu menerima
bangsa lain dengan ramah tamah, karena suatu bangsa tidak
akan hidup sendirian terlepas dari bangsa lain.Buktinya
berupa adanya bangunan seperti padepokan atau
pondok.Kemudian adanya hubungan perdagangan,
perkawinan antar negara, itu berguna untuk mempererat
hubungan yang bersifat kemanusiaan.
3. Sila ke-3
Persatuan Indonesia
Mungkin di negara-negara Asia tidak menggunakan istilah
Persatuan Indonesia namun pada intinya sama yaitu
menjunjung nilai persatuan. Bertindak bukan semata-mata
atas perhitungan untung rugi dan pamrih serta kepentingan
pribadi. Ada juga buktinya yang berhubungan pula dengan
Negara Indonesia yaitu bukti-bukti berupa bangunan misalnya
Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Kedua candi ini
adalah lambang agama Budha dan Hindu. Keduanya terletak
di daerah yang jaraknya tidak terlalu jauh. Keduanya dapat
hidup berdampingan secara damai. Keduanya merupakan
bukti bahwa umat Budha dan umat Hindu dapat hidup rukun,
saling menenggang satu sama lain. Padahal pada waktu itu di
India tempat asal kedua agama itu, umat Budha dan umat
Hindu hidupnya tidak rukun dan saling bermusuhan. Pada
jaman Raja Hayam Wuruk kedua agama tersebut diakui
sebagai agama resmi, mempunyai Kuilnya sendiri-sendiri,
mempunyai hak yang sama untuk menduduki jabatan penting
dalam pemerintahan. Demikian pula setelah agama Islam
datang dan di peluk oleh sebagian terbesar rakyat Indonesia,
maka kehidupan agama berjalan tertib dan damai serta rukun
terbukti adanya bangunan-bangunan Mesjid yang tidak jauh
dari bangunan rumah peribadatan lain.
4. Sila ke-4
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan
Istilah kerakyatan berarti bahwa yang berdaulat atau yang
berkuasa adalah rakyat. Dalam bahasa lain Kerakyatan
disebut Demokrasi berasal dari kata Yunani Demos yang
berarti Rakyat Kratos yang berarti Berdaulat.Dibuktikan
dengan adanya bangunan-bangunan yang digunakan oleh
masyarakat untuk berkumpul dan membahas suatu
permasalahan yang aka diselesaikan secara bijaksana oleh
pemimpinnya.
5. Sila ke-5
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Keadilan Sosial ialah sifat masyarakat adil dan makmur
berbahagia buat semua orang, tidak ada penghinaan, tidak
ada penghisapan, bahagia material dan bahagia spritual, lahir
dan batin. Istilah adil sudah saya terangkan yaitu
menunjukkan bahwa orang harus memberi kepada orang lain
apa yang menjadi haknya dan tahu mana haknya sendiri serta
tahu apa kewajibannya kepada orang lain dan dirinya. Sosial
berarti tidak mementingkan diri sendiri saja, tetapi
mengutamakan kepentingan umum, tidak individualistik dan
egoistik, tetapi berbuat untuk kepentingan bersama.Di setiap
negara di Asia sebenarnya sudah menerapkan sila yang satu
ini, contoh sederhananya yaitu bergotong royong untuk
kepentingan bersama.Pengadaan DAM,jembatan
penghubung, dan lain-lain.
C. Dunia
Yang harus dipunyai pancasila :
1. Keteladanan
Pengamalan nilai-nilai Pancasila membutuhkan keteladanan
para pemimpin dan tokoh masyarakat maupun tokoh pemuda.
Nilai-nilai yang terkandung dalamlima sila Pancasila tidak bisa
hanya sekedar diajarkan saja, namun juga harus dicontohkan
melalui perbuatan dan tindakan dalam sehari-hari terutama
oleh mereka yang diangkat sebagai pimpinan.
2. Resosialisasi bagaimana mensosialisasikan pancasila
sosialisasi ulang
Pemahaman Pancasila perlu dikenalkan kembali sehingga
nilai yang terkandung di dalamnya menjadi pijakan berpikir
dan berperilaku.
3. Adanya penegakkan hukum
Salah satu bukti nyata dari mulai menghilangnya nilai-nilai
pancasiladalam kehidupan masyarakat yaitu dalam hal
penegakan hukum.Pancasila diharapkan bisa menanamkan
moral yang baik bagi seluruh lapisan masyarakat khususnya
bagi para penegak hukum. Apabila semua komponen
penegak hukum yang ada di Indonesia ini, baik itu hakim,
jaksa, pengacara , dan polisi sudah mengerti, memahami
serta menerapkan dengan benar semua nilai yang terkandung
di dalam pancasila khususnya sila keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia niscaya keadilan yang selama ini diharapkan
pasti terwujud.
Daftar Pustaka Bagian IV
http://www.pelitaonline.com/read-opini/16/pancasila-perlu-keteladanan/
http://indah-maulida.blogspot.com/2011/12/peranan-penegak-hukum-
daklam-kaitannya.html
BAGIAN V
Prospek Pancasila dimasa depan
A. Tantangan
1. Eksternal :
a. Ideologi liberal
b. Ideologi komunisme
c. Ideologi agama.
2. Internal :
a. Pola pendidikan
Menurut Langeveld Pendidikan adalah setiap usaha,
pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan
kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau
lebih tepat membantu anak agar cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu
datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh
orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup
sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang
yang belum dewasa. Pola pendidikan akan membentuk
kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual
dan emosional. 1
b. Penegakan hukum/ law enforcement
Proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai
pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-
hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. 2
law in society
law in book
law enforcement
c. Good governance
Merupakan praktek penyelenggaraan pemerintahan
dalam rangka memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Good governance telah menjadi isu sentral,
dimana dengan adanya era globalisasi tuntutan akan
penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah suatu
keniscayaan seiring dengan meningkatnya pengetahuan
masyarakat. meliputi 3 (tiga) domain yaitu negara
(pemerintah), dunia usaha (swasta) dan masyarakat
yang saling berinteraksi. Arti good dalam good
governance mengandung pengertian nilai yang
menjunjung tinggi keinginan rakyat, kemandirian, aspek
fungsional dan pemerintahan yang efektif dan efisien.
Karakteristik good governance :
Participation : Setiap warga negara mempunyai
suara dalam pembuatan keputusan
Rule of law : Kerangka hukum harus adil terutama
hukum HAM
Tranparency: Transparansi/keterbukaan dibangun
atas dasar kebebasan arus informasi
Responsiveness : Lembaga dan proses harus
mencoba untuk melayani setiap pihak yang
berkepentingan (stakeholders)
Prinsip Good Governance:
1) Partisipasi,
2) Penegakan Hukum,
3) Transparasi,
4) Kesetaraan,
5) Daya Tanggap,
6) Wawasan Kedepan,
7) Akuntabilitas,
8) Pengawasan,
9) Efesiensi & Efektifitas,
10) Profesionalisme. 3
Ada tiga pilar pokok yang mendukung kemampuan suatu
bangsa dalam melaksanakan good governance, yakni:
- Pemerintah (the state)
- Civil society (masyarakat adab, masyarakat madani,
masyarakat sipil)
- Pasar atau dunia usaha 12
Pengetahuan atau pemahaman : Pemahaman yang
dimaksud adalah pemahaman masyarakat tentang
Pancasila.
B. Pancasila dapat bertahan dengan :
1. Keteladanan : sesosok yang dapat dijadikan teladan. Missal
adanya penghematan, tapi anggota DPR malah mengganti
kursinya dengan kursi impor senilai Rp 20 juta per kursi. Dari
kasus tersebut belum tercermin adanya keteladanan di
sendi- sendi pemerintahan Indonesia yang mana dari
pemerintahlah rakyat bercermin.
2. Resosialisasi ( Masuk disetiap lini masyarakat) : Pengenalan
kembali Pancasila kepada masyarakat Indonesia.
3. Human resources
Kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang
dimiliki individu, perilaku dan sifatnya ditentukan oleh
keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya
dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.
Orang yang bisa menerjemahkan pancasila dengan bahasa
yang lugas dan mudah dipahami.
DARTAR PUSTAKA BAGIAN V
1. Anonim. Dasar Pendidikan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Dasar_Pendidikan (diakses
tanggal 18 April 2012)
2. Anonim. Penegakan Hukum. jimli.com (diakses tanggal 18
April 2012)
3. Thamrin.10PrinsipGoodGovernance.http://
thamrin.wordpress.com/2006/11/17/10-prinsip-good-
governance/ (diakses tanggal 18 April 2012)
Daftar Pustaka
Anonim. Dasar Pendidikan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Dasar_Pendidikan (diakses tanggal 18 April
2012)
Anonim. Penegakan Hukum. jimli.com (diakses tanggal 18 April 2012)
Thamrin.10PrinsipGoodGovernance.http://thamrin.wordpress.com/
2006/11/17/10-prinsip-good-governance/ (diakses tanggal 18 April 2012)
PANCASILA
RESUME PANCASILA
Dosen Pembimbing : Bp. Koesoemadji
Disusun oleh :
Reny Widya Kirana H 22020111130068
Rahmatika Isnaeni 22020111130069
Rinda Winandita 22020111130070
Chyntia Intani 22020111130071
Hana Adilah 22020111130072
Hantiantoro MIK 22020111130073
Ninda Marina 22020111130074
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012