41
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan indung telur. Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita tersebut hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk mulai berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur wanita dan mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan berpisah dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode menstruasi (atau mens, atau haid), berlangsung selama tiga hingga tujuh hari. Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh karena Paper Amenorea Primer

Paper Ginekologi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

adalah

Citation preview

Page 1: Paper Ginekologi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan

tubuh wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa

tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh

hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan indung telur. Pada permulaan

daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan ini berperan

sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita tersebut hamil.

Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk mulai

berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur

wanita dan mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak

dibuahi oleh sperma pada saat berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan),

lapisan rahim akan berpisah dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan

dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode

menstruasi (atau mens, atau haid), berlangsung selama tiga hingga tujuh hari. Bila

seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh karena

itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda (walaupun tidak selalu)

bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di konfirmasi dengan

pemeriksaan darah sederhana.

Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang

wanita.Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan

menyusui, dan setelah menopause.Siklus menstruasi normal meliputi interaksi

antara komplek hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur serta organ reproduksi

yang sehat. Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu amenorea primer dan amenorea

sekunder.

Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita

berumur 18 tahun ke atas tidak pernah mendapatkan menstruasi. Amenorea primer

Paper Amenorea Primer

Page 2: Paper Ginekologi

umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit diketahui,

seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik 16 tahun. Amenorea primer

terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia reproduksi Amenore primer biasanya

disebabkan oleh gangguan hormon atau masalah pertumbuhan dapat juga

disebabkan oleh rendahnya hormon pelepas  gonadotropin (pengatur siklus haid),

stres, anoreksia, penurunan berat badan yang ekstrem, gangguan tiroid, olahraga

berat, pil KB, dan kista ovarium.

Paper Amenorea Primer

Page 3: Paper Ginekologi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fisiologi Menstruasi

Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam

tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi.

Periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi

setiap bulan antara usia remaja sampai menopause. Selain manusia, periode ini

hanya terjadi pada primata-primata besar, sementara binatang-binatang menyusui

lainnya mengalami siklus estrus.

Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal

ini berlaku umum, tetapi tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang

sama, kadang-kadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari. Biasanya,

menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, kadang-kadang menstruasi juga dapat terjadi

sekitar 2 hari sampai 7 hari. Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi

adalah 10mL hingga 80mL per hari tetapi biasanya dengan rata-rata 35mL per

harinya.

Biasanya pada saat menstruasi wanita memakai pembalut untuk menampung

darah yang keluar saat beraktivitas terutama saat tidur agar bokong dan celana

tidak basah dan tetap nyaman. Pembalut harus diganti minimal dua kali sehari

untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi pada vagina atau gangguan-gangguan

lainnya.

Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah

dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi

dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk

mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat

membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16

tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi,

dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira

Paper Amenorea Primer

Page 4: Paper Ginekologi

sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 - 50 tahun, sekali lagi tergantung

pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita

untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa

kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari,

namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu

wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke

bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi

wanita tersebut.

Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan

tubuh wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa

tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh

hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan indung telur. Pada permulaan

daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan ini berperan

sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita tersebut hamil.

Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk mulai

berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur

wanita dan mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak

dibuahi oleh sperma pada saat berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan),

lapisan rahim akan berpisah dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan

dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode

menstruasi (atau mens, atau haid), berlangsung selama tiga hingga tujuh hari. Bila

seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh karena

itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda (walaupun tidak selalu)

bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di konfirmasi dengan

pemeriksaan darah sederhana.

Fase dalam siklus Menstruasi

Proses menstruasi pada wanita dalam setiap siklusnya terdapat empat fase atau

kejadian yang harus dilewati. Adapun urut-urutannya adalah sebagai berikut :

1.    Fase folikel

Paper Amenorea Primer

Page 5: Paper Ginekologi

Fase ini terjadi pada setiap akhir satu siklus menstruasi. Dari salah satu

bagian tubuh akan mengeluarkan hormon yang dinamakan gonadotropin. Yaitu

hormon yang bisa memberi rangsangan untuk melepas hormon lain yang

mendorong terjadinya pertumbuhan folikel. Kemudian pada hari ke satu sampai

empat belas folikel terus tumbuh di dalam ruang ovarium dan bila sudah matang

akan menghasilkan hormon lain yang akan membuat tumbuh endometrium pada

dinding di rahim.

2.    Fase Estrus

Yaitu peristiwa naiknya estrogen dengan tujuan membuat pertahanan

terhadap petumbuhan sekaligus memberi rangsangan agar terjadi pembelahan

terhadap endometrium di uterus. Peran lain dari kerjadian ini adalah

memperlambat terjadinya pembentukan zat yang menghasilkan suatu hormon lain

yang berfungsi untuk memberi rangsangan folike yang sudah matang dan

melaksanakan ovulasi di rahim. Hal ini biasanya berlangsung di hari keempat

belas dari dan dalam satu ovulasi bisa menghasilkan satu osit.

3.    Fase Luteal

Setelah folikel mendapat rangsangan dan membuat korpus atau badan kuning,

maka akan dihasilkan progestron yang dapat membuat endometrium bisa menjadi

tebal namun lembut. Dalam jangka waktu sepuluh hari, uterus sudah siap untuk

dibuahi. Dan bila memang ada pembuahan, maka terjadilah kehamilan. Maka

menstruasi tidak akan terjadi.

4.      Fase menstruasi atau pendarahan

Bila tidak terjadi pembuahan, maka kehamilan juga tidak akan terjadi.

Selanjutnya progeterone akan mengalami masa penurunan produksi pada hari

yang ke duapuluh enam. Kejadian selanjutnya adalah badan kuning tidak akan

melakukan produksi lagi dan lapisan di uterus dengan dinding yang berada di

rahim menjadi lepas di hari yang ke duapuluh delapan.

Saat itulah terjadi pendarahan  dari dalam rahim yang dikenal dengan nama

manstruasi atau haid. Sedangkan darah yang keluar ini dinamakan darah

menstruasi atau disingkat darah mens.

Paper Amenorea Primer

Page 6: Paper Ginekologi

gambar. 1

Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:

1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang

dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH

2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan

hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH

3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk

mengeluarkan prolaktin

Paper Amenorea Primer

Page 7: Paper Ginekologi

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis

merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada

umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat

menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf

yang membuat estrogen.

Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan

hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di

bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis.

Paper Amenorea Primer

Page 8: Paper Ginekologi

Gambar. 2

Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen

terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik

akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen.

Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah

pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah

ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di

bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon

gonadotropik).

Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus

luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan

progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan,

dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila

terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut

dipertahankan.

Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di

dalam siklus menstruasi normal:

1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH,

LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari

fase luteal siklus sebelumnya

2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah

akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase

folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan

endometrium

Paper Amenorea Primer

Page 9: Paper Ginekologi

3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada

pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat

dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level

hormon LH meningkat drastis (respon bifasik)

Gambar. 3

Paper Amenorea Primer

Page 10: Paper Ginekologi

4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima)

hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari

hormon LH, keluarlah hormon progesteron

5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang

menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian.

Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari

folikular ke luteal

6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi

sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi

dari korpus luteum

7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda

bahwa sudah terjadi ovulasi

8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup

korpus luteum dan kemudian menurun

2.2 Definisi Amenorea Primer

Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang

wanita.Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan

menyusui, dan setelah menopause.Siklus menstruasi normal meliputi interaksi

antara komplek hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur serta organ reproduksi

yang sehat. Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu amenorea primer dan amenorea

sekunder.

Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita

berumur 18 tahun ke atas tidak pernah mendapatkan menstruasi. Amenorea primer

umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit diketahui,

seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik 16 tahun. Amenorea primer

terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia reproduksi Amenore primer biasanya

disebabkan oleh gangguan hormon atau masalah pertumbuhan dapat juga

disebabkan oleh rendahnya hormon pelepas  gonadotropin (pengatur siklus haid),

Paper Amenorea Primer

Page 11: Paper Ginekologi

stres, anoreksia, penurunan berat badan yang ekstrem, gangguan tiroid, olahraga

berat, pil KB, dan kista ovarium.

2.3 Insidensi Amenorea Primer

Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita

usia 16 tahun. Amenorea primer terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia reproduksi

biasanya disebabkan oleh gangguan hormon atau masalah pertumbuhan dapat

juga disebabkan oleh rendahnya hormon pelepas  gonadotropin (pengatur siklus

haid), stres, anoreksia, penurunan berat badan yang ekstrem, gangguan tiroid,

olahraga berat, pil KB, dan kista ovarium

2.4 Etiologi Amenorea Primer

Kelainan kromosom. Beberapa jenis kelainan kromosom dapat

menyebabkan sel telur terganggu sehingga berpengaruh pada siklus

menstruasi.

Gangguan pada kelenjar hipotalamus.

Organ vagina yang tidak sempurna. Pembentukan organ kelamin yang

tidak sempurna semasa janin bisa menyebabkan seorang perempuan tidak

memiliki bagian vagina dengan sempurna. Misalnya seorang perempuan

tidak memiliki uterus, rahim, atau bahkan vagina. Organ vagina yang tidak

sempurna berpengaruh pada siklus menstruasi.

Gangguan pada kelenjar pituari. Kelenjar pituari adalah kelenjar yang

bertanggungjawab pada siklus menstruasi perempuan. Jika kelenjar ini

mengalami gangguan seperti tumor, peradangan, ataupun infeksi maka

siklus menstruasi ikut terganggu.

Struktur vagina yang tidak normal. Bentuk dari vagina, baik bentuk luar

ataupun dalam, berpengaruh pada siklus menstruasi. Menstruasi bisa saja

Paper Amenorea Primer

Page 12: Paper Ginekologi

terjadi, tapi karena bentuk vagina yang menghalangi darah haid keluar

tubuh, maka menstruasi dianggap tidak pernah terjadi.

Pubertas terlambat

Kegagalan dari fungsi indung telur

Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina) 

Gangguan pada susunan saraf pusat

Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah

menstruasi dapat dipikirkan apabila wanita memiliki rahim dan vagina

normal.

Gambar. 4

2.5 Pafisiologi Amenorea Primer

Paper Amenorea Primer

Page 13: Paper Ginekologi

Yang paling sering menyebabkan amenorea primer adalah gonadal

dysgenesis. Biasanya berhubungan dengan kelainan kromosom, gangguan

perkembangan gonad, deplesi yang prematur dari folikel dan oosit, serta tidak

adanya sekresi estradiol.

Pada gonadal dysgenesis, tebentuk gonad yang tidak mensekresi hormon,

sehingga menyebabkan amenorea primer, misalnya pada sindrom Turner. Deplesi

yang prematur dari folikel dapat ditemukan pada prematur ovarial failure.

Dikatakan prematur karena terjadi kurang dari usia 40 tahun. Ditandai

denganamenorea, peningkatan gonadotropin dan defisiensi estrogen

(hypergonadotropic hypogonadism)

2.6 Diagnosa Klinis Amenorea Primer

Tanda amenorea primer adalah tidak didapatkannya menstruasi pada usia

16 tahun, dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder (perkembangan

payudara, perkembangan rambut pubis. Gejala lainnya tergantung dari apa yang

menyebabkan terjadinya amenorea.

Gejala bervariasi, tergantung kepada penyebabnya. Jika gejala yang ada,

adalah kegagalan mengalami pubertas , maka tidak akan ditemukan tanda - tanda

pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan, rambut

ketiak, serta perubahan bentuk tubuh. Jika penyebabnya kadar hormon tiroid yang

tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang

hangat dan lembab.

Gejala lain yang biasa ditemukan adalah :

1. Belum mengalami haid pada usia 16 tahun

2. Sakit kepala.

3. Galaktore (pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil atau tidak

sedang menyusui)

Paper Amenorea Primer

Page 14: Paper Ginekologi

4. Peningkatan atau penurunan berat badan.

5. Vagina kering.

6. Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola

pria), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.

7. Penglihatan kabur atau kehilangan penglihatan (disebabkan oleh tumor

pituitari).

2.7 Pemeriksaan Amenorea Primer

Pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul maupun tes kehamilan harus

dilakukan untuk menjauhkan dari diagnosa kehamilan. Tes darah yang dapat

dilakukan untuk mengecek kadar hormon, antara lain:

1. Follicle stimulating hormone (FSH).

2. Luteinizing hormone (LH).

3. Prolactin hormone (hormon prolaktin).

4. Serum hormone (seperti kadar hormon testoteron).

5. Thyroid stimulating hormone (TSH).

Tes lain yang dapat dilakukan, meliputi:

1. Biopsi endometrium.

2. Tes genetik.

3. MRI.

4. CT scan.

2.8 Tata Laksana Amenorea Primer

Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorea yang

dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga adalah

terapinya. Belajar untuk mengatasi stress dan menurunkan aktivitas fisik yang

Paper Amenorea Primer

Page 15: Paper Ginekologi

berlebih juga dapat membantu.  Terapi amenorea diklasifikasikan berdasarkan

penyebab saluran reproduksi atas dan bawah, penyebab indung telur, dan

penyebab susunan saraf pusat.

A. Saluran reproduksi

1. Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi dengan

krim estrogen

2. Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput dara tidak

memiliki lubang), septa vagina (vagina memiliki pembatas diantaranya).

Diterapi dengan insisi atau eksisi (operasi kecil)

3. Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser. Sindrom ini terjadi pada

wanita yang memiliki indung telur normal namun tidak memiliki rahim

dan vagina atau memiliki keduanya namun kecil atau mengerut.

Pemeriksaan dengan MRI atau ultrasonografi (USG) dapat membantu

melihat kelainan ini. Terapi yang dilakukan berupa terapi non-bedah

berupa dilatasi (pelebaran) dari tonjolan di tempat seharusnya vagina

berada atau terapi bedah dengan membuat vagina baru menggunakan skin

graft

4. Sindrom feminisasi testis. Terjadi pada pasien dengan kromosom 46, XY

kariotipe, dan memiliki dominan X-linked sehingga menyebabkan

gangguan dari hormon testosteron.  Pasien ini memiliki testis dengan

fungsi normal tanpa organ dalam reproduksi wanita (indung telur, rahim).

Secara fisik bervariasi dari wanita tanpa pertumbuhan rambut ketiak dan

pubis sampai penampakan seperti layaknya pria namun infertil (tidak

dapat memiliki anak)

5. Parut pada rahim. Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan

intrauterine (dalam rahim) yang disebut sebagai sindrom Asherman dapat

terjadi karena tindakan kuret, operasi sesar, miomektomi (operasi

pengambilan mioma rahim), atau tuberkulosis. Kelainan ini dapat dilihat

dengan histerosalpingografi (melihat rahim dengan menggunakan foto

Paper Amenorea Primer

Page 16: Paper Ginekologi

roentgen dengan kontras). Terapi yang dilakukan mencakup operasi

pengambilan jaringan parut. Pemberian dosis estrogen setelah operasi

terkadang diberikan untuk  optimalisasi penyembuhan lapisan dalam rahim

B. Gangguan Indung Telur

1. Disgenesis gonadal. Disgenesis gonadal adalah tidak terdapatnya sel telur

dengan indung telur yang digantikan oleh jaringan parut. Terapi yang

dilakukan dengan terapi penggantian hormon pertumbuhan dan hormon

seksual

2. Kegagalan Ovari Prematur. Kelaianan ini merupakan kegagalan dari

fungsi indung telur sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya diperkirakan

kerusakan sel telur akibat infeksi atau proses autoimun

3. Tumor ovarium. Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur

normal

C. Gangguan Susunan Saraf Pusat

1. Gangguan hipofisis. Tumor atau peradangan pada hipofisis dapat

mengakibatkan amenorea. Hiperprolaktinemia (hormone prolaktin

berlebih) akibat tumor, obat, atau kelainan lain dapat mengakibatkan

gangguan pengeluaran hormon gonadotropin. Terapi dengan

menggunakan agonis dopamin dapat menormalkan kadar prolaktin dalam

tubuh. Sindrom Sheehan adalan tidak efisiennya fungsi hipofisis.

Pengobatan berupa penggantian hormon agonis dopamin atau terapi bedah

berupa pengangkatan tumor

2. Gangguan hipotalamus. Sindrom polikistik ovari, gangguan fungsi tiroid,

dan Sindrom Cushing merupakan kelainan yang menyebabkan gangguan

hipotalamus. Pengobatan sesuai dengan penyebabnya

Paper Amenorea Primer

Page 17: Paper Ginekologi

3. Hipogonadotropik, hipogonadism. Penyebabnya adalah kelainan organik

dan kelainan fungsional (anoreksia nervosa ataubulimia). Pengobatan

untuk kelainan fungsional membutuhkan bantuan psikiater

PENANGANAN YANG DILAKUKAN

Penanganan pada kasus amenorea bergantung dari penyebabnya. Jika

disebabkan oleh kelebihan atau kekurangan berat badan, maka cara penangannaya

dengan mengubah pola hidup sehari-hari. Jika disebabkan oleh gangguan kelenjar

tiroid atau pituari, maka cara penanganannya dengan pemberian obat-obatan. Ada

beberapa cara yang bisa dilakukan agar terhindar dari amenorea, diantaranya :

Ubah pola hidup agar lebih sehat

Seimbangkan antara kerja, rekreasi, dan istirahat.

Kurangi beban pikiran atau stres.

BAB III

KESIMPULAN

1. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam

tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon

reproduksi. Periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada manusia, hal

ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai menopause.

2. Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang

wanita.Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan

Paper Amenorea Primer

Page 18: Paper Ginekologi

dan menyusui, dan setelah menopause.Siklus menstruasi normal meliputi

interaksi antara komplek hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur serta

organ reproduksi yang sehat. Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu

amenorea primer dan amenorea sekunder.

3. Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita

berumur 18 tahun ke atas tidak pernah mendapatkan menstruasi.

Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan

lebih sulit diketahui, seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik 16

tahun.

4. Amenore primer biasanya disebabkan oleh gangguan hormon atau

masalah pertumbuhan dapat juga disebabkan oleh rendahnya

hormon pelepas  gonadotropin (pengatur siklus haid), stres, anoreksia,

penurunan berat badan yang ekstrem, gangguan tiroid, olahraga berat, pil

KB, dan kista ovarium.

DAFTAR PUSTAKA

1. Speroff L, Fritz MA. 2005. Amenorrhea. In: Clinical gynecologic

endocrinology and infertility. 7th ed. Philadelphia, Pa.: Lippincott Williams

& Wilkins,;401-64.

2. Guyton A, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 1997

3. Linda J. Heffner. Danny J. At Glance : Sistem reproduksi 2nd

edition .Jakarta: EMS; 1997

4. Fauci A, et al. Harrison's Principles Of Internal Medicine Seventeenth

Edition. US: McGraw-Hill Companies; 2008

Paper Amenorea Primer

Page 19: Paper Ginekologi

5. Prawiroharjo s, Wiknjosatro H, Ilmu Kandungan Ginekologi , 2nd ed.

Jakarta: KDT : 2009

LAPORAN KASUS

STATUS ORANG SAKIT

1. DATA DASAR (KARAKTERISTIK PENDERITA)

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Umur : 42 Tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pekerjaan : IRT

Paper Amenorea Primer

Page 20: Paper Ginekologi

Pendidikan : SD

No RM : 23 13 30

Tanggal masuk : 24-05-2015

Pukul : 16.30 WIB

Nama suami : Tn. M

Umur : 52 Tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SD

Alamat : Jln. Saudara dusun III Kampung Hulu Pancur Batu

II. ANAMNESA

Ny. S, 42 tahun, P2A0, Islam, Jawa, IRT, SD, menikah 1 kali usia 19 tahun. Istri

dari Tn. S, 52 tahun, Islam, Jawa, Wiraswasta, SD datang ke RS Haji Medan

pada tanggal 24-05-2015 pukul 16.30 wib dengan :

KU : Benjolan di perut bagian bawah

Telaah : Pasien merupakan pasien dari poli Obgyn RS Haji Medan dengan

diagnosa mioma uteri. Pasien mengeluhkan terasa ada benjolan di

perut bagian bawah yang tidak nyeri sejak ± 2-3 bulan ini. Pasien

juga mengeluhkan keluar darah pervaginam yang banyak saat

menstruasi sejak 1 bulan terakhir dan nyeri selama menstruasi.

Darah yang keluar bergumpal dan haid yang dialami lama, lebih

dari 10 hari. Pasien juga mengaku haidnya tidak teratur.

Riwayat perut di kusuk (-), riwayat nyeri saat berhubungan (-),

Riwayat coitus berdarah (-), Keputihan (-), Riwayat trauma (-),

BAK (+) normal, BAB (+) normal.

RPT / RPO : (-/-)

Paper Amenorea Primer

Page 21: Paper Ginekologi

Menarche : 10 tahun

Menopause : -

Lama haid : 5 - 7 hari/siklus

Siklus haid : 28 - 30 hari

Darah haid : Normal, 2-3 x ganti pembalut/hari

Dysmenorrhea : (-)

Riwayat Pernikahan : suami ke 1, Menikah 1 kali, usia 19 tahun

Riwayat Kontrasepsi : (-)

Riwayat Persalinan : P2A0

1. Anak laki – laki, aterm, BBL 3.200gr, PSP, di tolong oleh bidan,

hidup, umur sekarang 15 tahun.

2. Anak perempuan, aterm, BBL 3.300gr, PSP, di tolong oleh bidan,

hidup, umur sekarang 13 tahun.

Riwayat Operasi : (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Present

Sens : CM Anemis : (-/-)

TD : 130/80 mmHg Ikterik : (-/-)

HR : 88 x/i Dyspnoe : (-)

RR : 20 x/i Sianosis : (-)

T : 36,50 C Oedem : (-)

TB : 157 cm

BB : 65 kg

B. Status Generalisata

Paper Amenorea Primer

Page 22: Paper Ginekologi

Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterus -/-

Leher : KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat

Thorax : Cor : Bunyi jantung normal, reguler,suara tambahan (-)

Pulmo : Suara pernapasan vesikuler, suara tambahan (-)

Abdomen : soepel, peristaltik (+) N, teraba massa padat, immobile, kenyal,

permukaan rata, nyeri tekan (-), dengan ukuran benjolan sebesar

kepalan tangan orang dewasa, dengan pole 1 jari di bawah pusat,

pole bawah setentang simphisis pubis.

Ekstremitas : akral hangat (+), edema (-)

C. STATUS GINEKOLOGIS

Inspekulo :

Portio : tampak drum stick, darah (-), erosi (-), flour albus (-), massa (-)

Vagina : dinding vagina normal, tanda-tanda peradangan (-), sekret (-),

massa (-)

Pemeriksaan Dalam (VT) :

Uterus : uterus anteflexi lebih besar dari biasanya, teraba

massa sebesar kepalan tangan orang dewasa, terasa kenyal, permukaan

rata, immobile.

Parametrium : parametrium kanan dan kiri lemas, tidak teraba

massa

Adnexa : adnexa kanan dan kiri tidak teraba massa.

Cavum douglas : tidak menonjol

Paper Amenorea Primer

Page 23: Paper Ginekologi

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hematologi

Darah rutin Nilai Nilai Rujukan satuan

Hemoglobin 12,6 12 – 16 g/dl

Hitung eritrosit 4,9 3,9 - 5,6 10*5/µl

Hitung leukosit 6,700 4,000- 11,000 /µl

Hematokrit 42,7 36-47 %

Hitung trombosit 263.000 150,000-450,000 /µl

Index eritrosit

MCV 71,8 80 – 96 fL

MCH 31,6 27 – 31 pg

MCHC 35,1 30 – 34 %

LED 42 0-20 mm/jam

Kimia Klinik Nilai Rujukan

Glukosa Darah Sewaktu 97 mg/dL <140 mg/dl

Fungsi Hepar Nilai Rujukan

Alkali Phospate 210 mg/dl 15-70 mg/dl

Bilirubin Total 0,70 mg/dl 0,3-1 mg/dl

Bilirubin Direct 0,25 mg/dl <0,25 mg/dl

SGOT 18 U/l <40 U/l

SGPT 20 U/l <40 U/l

Fungsi Ginjal Nilai Rujukan

Ureum 31 mg/dl 20-40 mg/dl

Kreatinin 0,19 mg/dl 0,6-1 mg/dl

Paper Amenorea Primer

Page 24: Paper Ginekologi

Foto Thorax : dalam Batas Normal

EKG : Dalam Batas Normal

Ca 125 : 50 U/mL 0-35 U/mL

Ultrasonografi Trans Abdominal Sonography (USG TAS)

Uterus anteflexi dengan ukuran lebih besar dari biasa

Tampak gambaran hiperechoic seperti kumparan

Adnexa kanan dan kiri dalam batas normal

Diagnosa : Mioma Uteri

Rencana : Operasi Total Abdominal Histerectomy and Bilateral Salphingo

Oophorectomy (TAH-BSO) pada tanggal 25 Mei 2015

Penatalaksanaan :

1. Informed Consent

2. Surat izin operasi

3. Anjurkan ibu berpuasa 6 jam sebelum operasi

4. IVFD RL 20 tetes/menit

5. Injeksi cefotaxime 2 gram

6. Pemasangan kateter

7. Konsul anestesi

8. Awasi vital sign

E. Laporan Operasi

Operator: Dr. Muslich P, SpOG

Tanggal: 25/05/2015

1. Ibu dibaringkan di meja operasi dengan kateter dan infuse terpasang baik.

2. Dilakukan spinal anestesi, dilakukan tindakan antiseptic dan aseptic

kemudian abdomen ditutup dengan duck steril kecuali lapangan operasi.

Paper Amenorea Primer

Page 25: Paper Ginekologi

3. Dibawah general anastesi dilakukan insisi midline mulai dari simpisis

hingga 2 jari diatas pusat dari kutis, subkutis, fascia digunting keatas ke

bawah otot dilebarkan secara tumpul, peritonium diklem di 2 tempat lalu

dijinjing digunting keatas kebawah otot dilebarkan secara

tumpul,peritonium diklem di 2 tempat lalu dijinjing digunting keatas

kebawah

4. Dilakukan pemasangan hack blass

5. Dilakukan pemasangan kasa besar

6. Dilakukan pencucian pada cavum abdomen, kemudian cavum abdomen

ditutup lapis demi lapis.

7. KU ibu post TAH + BSO stabil

POST OPERASI

Tindakan Operasi : Total Abdominal Histerektomi (TAH) + BSO

Penemuan Intra Operasi :

Uterus ukuran 8 x 8 x 9 cm

Perdarahan ± 200 cc

Instruksi Post Operasi :

Pemeriksaan laboratorium post-operatif

IVFD RL 20 gtt/i

Injeksi Cefotaxime 1 g/12 jam

Paper Amenorea Primer

Page 26: Paper Ginekologi

Injeksi Ketorolac 30 mg/12 jam

Injeksi As. Traneksamat/12 jam

Injeksi Metronidazol/12 jam

Observasi tanda vital dan keluhan pasien

Follow up tanggal 26-05-2015, pukul 06.00 WIB

S : Nyeri bekas luka operasi

O : Sens : Compos mentis Anemis : -

TD : 120/80 mmHg Ikterik : -

HR : 88x/i Dyspnoe : -

RR : 20x/i Sianosis : -

T : 36,5 ºC Oedem : -

SL : Abdomen : soepel, peristaltik (+) normal

L/O : Tertutup perban kesan kering

Paper Amenorea Primer

Page 27: Paper Ginekologi

P/V : (-)

BAK : (+) via kateter 400cc

BAB : (-)

Flatus : (+)

A : Post TAH + BSO a/I mioma uteri + H1

• Th : -IVFD RL 20 gtt/i

-Injeksi Cefotaxime 1 g/12 jam

-Injeksi Metronidazol/12 jam

-Injeksi Ketorolac 30 mg/8 jam

-Injeksi As.Traneksamat/12 jam

Follow up tanggal 27 -05-2015, jam 06.00 WIB

S : Nyeri luka operasi

O : Sens : Compos mentis Anemis : -

TD : 140/80 mmHg Ikterik : -

HR : 84x/i Dyspnoe : -

RR : 20x/i Sianosis : -

Paper Amenorea Primer

Page 28: Paper Ginekologi

T : 36,0 ºC Oedem : -

SL : Abdomen : soepel, peristaltik (+) normal

L/O : Tertutup verban kesan kering

P/V : (-)

BAK : (+)

BAB : (-)

Flatus : (+)

A : Post TAH + BSO a/I mioma uteri + H2

• Th/ : -IVFD RL 20 gtt/i

-Injeksi Cefotaxine 1 g/12 jam

-Injeksi Metronidazol/12 jam

-Injeksi Ketorolac 30 mg/8 jam

-Injeksi As.Traneksamat/12 jam

Follow up tanggal 27 -05-2015, jam 06.00 WIB

S : (-)

O : Sens : Compos mentis Anemis : -

TD : 120/80 mmHg Ikterik : -

HR : 80x/i Dyspnoe : -

RR : 20x/i Sianosis : -

T : 36,6 ºC Oedem : -

SL : Abdomen : soepel, peristaltik (+)

Paper Amenorea Primer

Page 29: Paper Ginekologi

L/O : Tertutup perban kesan kering

P/V : (-)

BAK : (+)

BAB : (-)

Flatus : (+)

A : Post TAH + BSO a/I mioma uteri + H3

Th/ : - cefadroxil 2x 500 mg

-as.mefenamat 3 x 500 mg

-grahabion 1 x1

Follow up tanggal 28-05-2015, jam 06.00 WIB

S : (-)

O : Sens : Compos mentis Anemis : -

TD : 120/80 mmHg Ikterik : -

HR : 83x/i Dyspnoe : -

RR : 21x/i Sianosis : -

T : 36,6 ºC Oedem : -

SL : Abdomen : soepel, peristaltik (+)

L/O : Tertutup perban kesan kering

Paper Amenorea Primer

Page 30: Paper Ginekologi

P/V : (-)

BAK : (+)

BAB : (-)

Flatus : (+)

A : Post TAH + BSO a/I mioma uteri + H4

Th/ : - cefadroxil 2x 500 mg

-as.mefenamat 3 x 500 mg

-grahabion 1 x1

Paper Amenorea Primer