Upload
bachrihidayat
View
32
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
adalah
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan
tubuh wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa
tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh
hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan indung telur. Pada permulaan
daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan ini berperan
sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita tersebut hamil.
Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk mulai
berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur
wanita dan mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak
dibuahi oleh sperma pada saat berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan),
lapisan rahim akan berpisah dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan
dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode
menstruasi (atau mens, atau haid), berlangsung selama tiga hingga tujuh hari. Bila
seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh karena
itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda (walaupun tidak selalu)
bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di konfirmasi dengan
pemeriksaan darah sederhana.
Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang
wanita.Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan
menyusui, dan setelah menopause.Siklus menstruasi normal meliputi interaksi
antara komplek hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur serta organ reproduksi
yang sehat. Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu amenorea primer dan amenorea
sekunder.
Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita
berumur 18 tahun ke atas tidak pernah mendapatkan menstruasi. Amenorea primer
Paper Amenorea Primer
umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit diketahui,
seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik 16 tahun. Amenorea primer
terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia reproduksi Amenore primer biasanya
disebabkan oleh gangguan hormon atau masalah pertumbuhan dapat juga
disebabkan oleh rendahnya hormon pelepas gonadotropin (pengatur siklus haid),
stres, anoreksia, penurunan berat badan yang ekstrem, gangguan tiroid, olahraga
berat, pil KB, dan kista ovarium.
Paper Amenorea Primer
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fisiologi Menstruasi
Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam
tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi.
Periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi
setiap bulan antara usia remaja sampai menopause. Selain manusia, periode ini
hanya terjadi pada primata-primata besar, sementara binatang-binatang menyusui
lainnya mengalami siklus estrus.
Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal
ini berlaku umum, tetapi tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang
sama, kadang-kadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari. Biasanya,
menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, kadang-kadang menstruasi juga dapat terjadi
sekitar 2 hari sampai 7 hari. Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi
adalah 10mL hingga 80mL per hari tetapi biasanya dengan rata-rata 35mL per
harinya.
Biasanya pada saat menstruasi wanita memakai pembalut untuk menampung
darah yang keluar saat beraktivitas terutama saat tidur agar bokong dan celana
tidak basah dan tetap nyaman. Pembalut harus diganti minimal dua kali sehari
untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi pada vagina atau gangguan-gangguan
lainnya.
Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah
dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi
dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk
mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat
membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16
tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi,
dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira
Paper Amenorea Primer
sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 - 50 tahun, sekali lagi tergantung
pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita
untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa
kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari,
namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu
wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke
bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi
wanita tersebut.
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan
tubuh wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa
tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh
hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan indung telur. Pada permulaan
daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan ini berperan
sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita tersebut hamil.
Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk mulai
berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur
wanita dan mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak
dibuahi oleh sperma pada saat berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan),
lapisan rahim akan berpisah dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan
dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode
menstruasi (atau mens, atau haid), berlangsung selama tiga hingga tujuh hari. Bila
seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh karena
itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda (walaupun tidak selalu)
bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di konfirmasi dengan
pemeriksaan darah sederhana.
Fase dalam siklus Menstruasi
Proses menstruasi pada wanita dalam setiap siklusnya terdapat empat fase atau
kejadian yang harus dilewati. Adapun urut-urutannya adalah sebagai berikut :
1. Fase folikel
Paper Amenorea Primer
Fase ini terjadi pada setiap akhir satu siklus menstruasi. Dari salah satu
bagian tubuh akan mengeluarkan hormon yang dinamakan gonadotropin. Yaitu
hormon yang bisa memberi rangsangan untuk melepas hormon lain yang
mendorong terjadinya pertumbuhan folikel. Kemudian pada hari ke satu sampai
empat belas folikel terus tumbuh di dalam ruang ovarium dan bila sudah matang
akan menghasilkan hormon lain yang akan membuat tumbuh endometrium pada
dinding di rahim.
2. Fase Estrus
Yaitu peristiwa naiknya estrogen dengan tujuan membuat pertahanan
terhadap petumbuhan sekaligus memberi rangsangan agar terjadi pembelahan
terhadap endometrium di uterus. Peran lain dari kerjadian ini adalah
memperlambat terjadinya pembentukan zat yang menghasilkan suatu hormon lain
yang berfungsi untuk memberi rangsangan folike yang sudah matang dan
melaksanakan ovulasi di rahim. Hal ini biasanya berlangsung di hari keempat
belas dari dan dalam satu ovulasi bisa menghasilkan satu osit.
3. Fase Luteal
Setelah folikel mendapat rangsangan dan membuat korpus atau badan kuning,
maka akan dihasilkan progestron yang dapat membuat endometrium bisa menjadi
tebal namun lembut. Dalam jangka waktu sepuluh hari, uterus sudah siap untuk
dibuahi. Dan bila memang ada pembuahan, maka terjadilah kehamilan. Maka
menstruasi tidak akan terjadi.
4. Fase menstruasi atau pendarahan
Bila tidak terjadi pembuahan, maka kehamilan juga tidak akan terjadi.
Selanjutnya progeterone akan mengalami masa penurunan produksi pada hari
yang ke duapuluh enam. Kejadian selanjutnya adalah badan kuning tidak akan
melakukan produksi lagi dan lapisan di uterus dengan dinding yang berada di
rahim menjadi lepas di hari yang ke duapuluh delapan.
Saat itulah terjadi pendarahan dari dalam rahim yang dikenal dengan nama
manstruasi atau haid. Sedangkan darah yang keluar ini dinamakan darah
menstruasi atau disingkat darah mens.
Paper Amenorea Primer
gambar. 1
Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang
dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH
2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk
mengeluarkan prolaktin
Paper Amenorea Primer
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis
merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada
umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat
menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf
yang membuat estrogen.
Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan
hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di
bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis.
Paper Amenorea Primer
Gambar. 2
Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen
terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik
akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen.
Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah
pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah
ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di
bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon
gonadotropik).
Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus
luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan
progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan,
dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila
terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut
dipertahankan.
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di
dalam siklus menstruasi normal:
1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH,
LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari
fase luteal siklus sebelumnya
2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah
akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase
folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan
endometrium
Paper Amenorea Primer
3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada
pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat
dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level
hormon LH meningkat drastis (respon bifasik)
Gambar. 3
Paper Amenorea Primer
4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima)
hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari
hormon LH, keluarlah hormon progesteron
5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang
menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian.
Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari
folikular ke luteal
6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi
sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi
dari korpus luteum
7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda
bahwa sudah terjadi ovulasi
8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup
korpus luteum dan kemudian menurun
2.2 Definisi Amenorea Primer
Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang
wanita.Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan
menyusui, dan setelah menopause.Siklus menstruasi normal meliputi interaksi
antara komplek hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur serta organ reproduksi
yang sehat. Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu amenorea primer dan amenorea
sekunder.
Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita
berumur 18 tahun ke atas tidak pernah mendapatkan menstruasi. Amenorea primer
umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit diketahui,
seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik 16 tahun. Amenorea primer
terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia reproduksi Amenore primer biasanya
disebabkan oleh gangguan hormon atau masalah pertumbuhan dapat juga
disebabkan oleh rendahnya hormon pelepas gonadotropin (pengatur siklus haid),
Paper Amenorea Primer
stres, anoreksia, penurunan berat badan yang ekstrem, gangguan tiroid, olahraga
berat, pil KB, dan kista ovarium.
2.3 Insidensi Amenorea Primer
Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita
usia 16 tahun. Amenorea primer terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia reproduksi
biasanya disebabkan oleh gangguan hormon atau masalah pertumbuhan dapat
juga disebabkan oleh rendahnya hormon pelepas gonadotropin (pengatur siklus
haid), stres, anoreksia, penurunan berat badan yang ekstrem, gangguan tiroid,
olahraga berat, pil KB, dan kista ovarium
2.4 Etiologi Amenorea Primer
Kelainan kromosom. Beberapa jenis kelainan kromosom dapat
menyebabkan sel telur terganggu sehingga berpengaruh pada siklus
menstruasi.
Gangguan pada kelenjar hipotalamus.
Organ vagina yang tidak sempurna. Pembentukan organ kelamin yang
tidak sempurna semasa janin bisa menyebabkan seorang perempuan tidak
memiliki bagian vagina dengan sempurna. Misalnya seorang perempuan
tidak memiliki uterus, rahim, atau bahkan vagina. Organ vagina yang tidak
sempurna berpengaruh pada siklus menstruasi.
Gangguan pada kelenjar pituari. Kelenjar pituari adalah kelenjar yang
bertanggungjawab pada siklus menstruasi perempuan. Jika kelenjar ini
mengalami gangguan seperti tumor, peradangan, ataupun infeksi maka
siklus menstruasi ikut terganggu.
Struktur vagina yang tidak normal. Bentuk dari vagina, baik bentuk luar
ataupun dalam, berpengaruh pada siklus menstruasi. Menstruasi bisa saja
Paper Amenorea Primer
terjadi, tapi karena bentuk vagina yang menghalangi darah haid keluar
tubuh, maka menstruasi dianggap tidak pernah terjadi.
Pubertas terlambat
Kegagalan dari fungsi indung telur
Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina)
Gangguan pada susunan saraf pusat
Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah
menstruasi dapat dipikirkan apabila wanita memiliki rahim dan vagina
normal.
Gambar. 4
2.5 Pafisiologi Amenorea Primer
Paper Amenorea Primer
Yang paling sering menyebabkan amenorea primer adalah gonadal
dysgenesis. Biasanya berhubungan dengan kelainan kromosom, gangguan
perkembangan gonad, deplesi yang prematur dari folikel dan oosit, serta tidak
adanya sekresi estradiol.
Pada gonadal dysgenesis, tebentuk gonad yang tidak mensekresi hormon,
sehingga menyebabkan amenorea primer, misalnya pada sindrom Turner. Deplesi
yang prematur dari folikel dapat ditemukan pada prematur ovarial failure.
Dikatakan prematur karena terjadi kurang dari usia 40 tahun. Ditandai
denganamenorea, peningkatan gonadotropin dan defisiensi estrogen
(hypergonadotropic hypogonadism)
2.6 Diagnosa Klinis Amenorea Primer
Tanda amenorea primer adalah tidak didapatkannya menstruasi pada usia
16 tahun, dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder (perkembangan
payudara, perkembangan rambut pubis. Gejala lainnya tergantung dari apa yang
menyebabkan terjadinya amenorea.
Gejala bervariasi, tergantung kepada penyebabnya. Jika gejala yang ada,
adalah kegagalan mengalami pubertas , maka tidak akan ditemukan tanda - tanda
pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan, rambut
ketiak, serta perubahan bentuk tubuh. Jika penyebabnya kadar hormon tiroid yang
tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang
hangat dan lembab.
Gejala lain yang biasa ditemukan adalah :
1. Belum mengalami haid pada usia 16 tahun
2. Sakit kepala.
3. Galaktore (pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil atau tidak
sedang menyusui)
Paper Amenorea Primer
4. Peningkatan atau penurunan berat badan.
5. Vagina kering.
6. Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola
pria), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.
7. Penglihatan kabur atau kehilangan penglihatan (disebabkan oleh tumor
pituitari).
2.7 Pemeriksaan Amenorea Primer
Pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul maupun tes kehamilan harus
dilakukan untuk menjauhkan dari diagnosa kehamilan. Tes darah yang dapat
dilakukan untuk mengecek kadar hormon, antara lain:
1. Follicle stimulating hormone (FSH).
2. Luteinizing hormone (LH).
3. Prolactin hormone (hormon prolaktin).
4. Serum hormone (seperti kadar hormon testoteron).
5. Thyroid stimulating hormone (TSH).
Tes lain yang dapat dilakukan, meliputi:
1. Biopsi endometrium.
2. Tes genetik.
3. MRI.
4. CT scan.
2.8 Tata Laksana Amenorea Primer
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorea yang
dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga adalah
terapinya. Belajar untuk mengatasi stress dan menurunkan aktivitas fisik yang
Paper Amenorea Primer
berlebih juga dapat membantu. Terapi amenorea diklasifikasikan berdasarkan
penyebab saluran reproduksi atas dan bawah, penyebab indung telur, dan
penyebab susunan saraf pusat.
A. Saluran reproduksi
1. Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi dengan
krim estrogen
2. Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput dara tidak
memiliki lubang), septa vagina (vagina memiliki pembatas diantaranya).
Diterapi dengan insisi atau eksisi (operasi kecil)
3. Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser. Sindrom ini terjadi pada
wanita yang memiliki indung telur normal namun tidak memiliki rahim
dan vagina atau memiliki keduanya namun kecil atau mengerut.
Pemeriksaan dengan MRI atau ultrasonografi (USG) dapat membantu
melihat kelainan ini. Terapi yang dilakukan berupa terapi non-bedah
berupa dilatasi (pelebaran) dari tonjolan di tempat seharusnya vagina
berada atau terapi bedah dengan membuat vagina baru menggunakan skin
graft
4. Sindrom feminisasi testis. Terjadi pada pasien dengan kromosom 46, XY
kariotipe, dan memiliki dominan X-linked sehingga menyebabkan
gangguan dari hormon testosteron. Pasien ini memiliki testis dengan
fungsi normal tanpa organ dalam reproduksi wanita (indung telur, rahim).
Secara fisik bervariasi dari wanita tanpa pertumbuhan rambut ketiak dan
pubis sampai penampakan seperti layaknya pria namun infertil (tidak
dapat memiliki anak)
5. Parut pada rahim. Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan
intrauterine (dalam rahim) yang disebut sebagai sindrom Asherman dapat
terjadi karena tindakan kuret, operasi sesar, miomektomi (operasi
pengambilan mioma rahim), atau tuberkulosis. Kelainan ini dapat dilihat
dengan histerosalpingografi (melihat rahim dengan menggunakan foto
Paper Amenorea Primer
roentgen dengan kontras). Terapi yang dilakukan mencakup operasi
pengambilan jaringan parut. Pemberian dosis estrogen setelah operasi
terkadang diberikan untuk optimalisasi penyembuhan lapisan dalam rahim
B. Gangguan Indung Telur
1. Disgenesis gonadal. Disgenesis gonadal adalah tidak terdapatnya sel telur
dengan indung telur yang digantikan oleh jaringan parut. Terapi yang
dilakukan dengan terapi penggantian hormon pertumbuhan dan hormon
seksual
2. Kegagalan Ovari Prematur. Kelaianan ini merupakan kegagalan dari
fungsi indung telur sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya diperkirakan
kerusakan sel telur akibat infeksi atau proses autoimun
3. Tumor ovarium. Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur
normal
C. Gangguan Susunan Saraf Pusat
1. Gangguan hipofisis. Tumor atau peradangan pada hipofisis dapat
mengakibatkan amenorea. Hiperprolaktinemia (hormone prolaktin
berlebih) akibat tumor, obat, atau kelainan lain dapat mengakibatkan
gangguan pengeluaran hormon gonadotropin. Terapi dengan
menggunakan agonis dopamin dapat menormalkan kadar prolaktin dalam
tubuh. Sindrom Sheehan adalan tidak efisiennya fungsi hipofisis.
Pengobatan berupa penggantian hormon agonis dopamin atau terapi bedah
berupa pengangkatan tumor
2. Gangguan hipotalamus. Sindrom polikistik ovari, gangguan fungsi tiroid,
dan Sindrom Cushing merupakan kelainan yang menyebabkan gangguan
hipotalamus. Pengobatan sesuai dengan penyebabnya
Paper Amenorea Primer
3. Hipogonadotropik, hipogonadism. Penyebabnya adalah kelainan organik
dan kelainan fungsional (anoreksia nervosa ataubulimia). Pengobatan
untuk kelainan fungsional membutuhkan bantuan psikiater
PENANGANAN YANG DILAKUKAN
Penanganan pada kasus amenorea bergantung dari penyebabnya. Jika
disebabkan oleh kelebihan atau kekurangan berat badan, maka cara penangannaya
dengan mengubah pola hidup sehari-hari. Jika disebabkan oleh gangguan kelenjar
tiroid atau pituari, maka cara penanganannya dengan pemberian obat-obatan. Ada
beberapa cara yang bisa dilakukan agar terhindar dari amenorea, diantaranya :
Ubah pola hidup agar lebih sehat
Seimbangkan antara kerja, rekreasi, dan istirahat.
Kurangi beban pikiran atau stres.
BAB III
KESIMPULAN
1. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam
tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon
reproduksi. Periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada manusia, hal
ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai menopause.
2. Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang
wanita.Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan
Paper Amenorea Primer
dan menyusui, dan setelah menopause.Siklus menstruasi normal meliputi
interaksi antara komplek hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur serta
organ reproduksi yang sehat. Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu
amenorea primer dan amenorea sekunder.
3. Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita
berumur 18 tahun ke atas tidak pernah mendapatkan menstruasi.
Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan
lebih sulit diketahui, seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik 16
tahun.
4. Amenore primer biasanya disebabkan oleh gangguan hormon atau
masalah pertumbuhan dapat juga disebabkan oleh rendahnya
hormon pelepas gonadotropin (pengatur siklus haid), stres, anoreksia,
penurunan berat badan yang ekstrem, gangguan tiroid, olahraga berat, pil
KB, dan kista ovarium.
DAFTAR PUSTAKA
1. Speroff L, Fritz MA. 2005. Amenorrhea. In: Clinical gynecologic
endocrinology and infertility. 7th ed. Philadelphia, Pa.: Lippincott Williams
& Wilkins,;401-64.
2. Guyton A, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 1997
3. Linda J. Heffner. Danny J. At Glance : Sistem reproduksi 2nd
edition .Jakarta: EMS; 1997
4. Fauci A, et al. Harrison's Principles Of Internal Medicine Seventeenth
Edition. US: McGraw-Hill Companies; 2008
Paper Amenorea Primer
5. Prawiroharjo s, Wiknjosatro H, Ilmu Kandungan Ginekologi , 2nd ed.
Jakarta: KDT : 2009
LAPORAN KASUS
STATUS ORANG SAKIT
1. DATA DASAR (KARAKTERISTIK PENDERITA)
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 42 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : IRT
Paper Amenorea Primer
Pendidikan : SD
No RM : 23 13 30
Tanggal masuk : 24-05-2015
Pukul : 16.30 WIB
Nama suami : Tn. M
Umur : 52 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SD
Alamat : Jln. Saudara dusun III Kampung Hulu Pancur Batu
II. ANAMNESA
Ny. S, 42 tahun, P2A0, Islam, Jawa, IRT, SD, menikah 1 kali usia 19 tahun. Istri
dari Tn. S, 52 tahun, Islam, Jawa, Wiraswasta, SD datang ke RS Haji Medan
pada tanggal 24-05-2015 pukul 16.30 wib dengan :
KU : Benjolan di perut bagian bawah
Telaah : Pasien merupakan pasien dari poli Obgyn RS Haji Medan dengan
diagnosa mioma uteri. Pasien mengeluhkan terasa ada benjolan di
perut bagian bawah yang tidak nyeri sejak ± 2-3 bulan ini. Pasien
juga mengeluhkan keluar darah pervaginam yang banyak saat
menstruasi sejak 1 bulan terakhir dan nyeri selama menstruasi.
Darah yang keluar bergumpal dan haid yang dialami lama, lebih
dari 10 hari. Pasien juga mengaku haidnya tidak teratur.
Riwayat perut di kusuk (-), riwayat nyeri saat berhubungan (-),
Riwayat coitus berdarah (-), Keputihan (-), Riwayat trauma (-),
BAK (+) normal, BAB (+) normal.
RPT / RPO : (-/-)
Paper Amenorea Primer
Menarche : 10 tahun
Menopause : -
Lama haid : 5 - 7 hari/siklus
Siklus haid : 28 - 30 hari
Darah haid : Normal, 2-3 x ganti pembalut/hari
Dysmenorrhea : (-)
Riwayat Pernikahan : suami ke 1, Menikah 1 kali, usia 19 tahun
Riwayat Kontrasepsi : (-)
Riwayat Persalinan : P2A0
1. Anak laki – laki, aterm, BBL 3.200gr, PSP, di tolong oleh bidan,
hidup, umur sekarang 15 tahun.
2. Anak perempuan, aterm, BBL 3.300gr, PSP, di tolong oleh bidan,
hidup, umur sekarang 13 tahun.
Riwayat Operasi : (-)
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Present
Sens : CM Anemis : (-/-)
TD : 130/80 mmHg Ikterik : (-/-)
HR : 88 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 20 x/i Sianosis : (-)
T : 36,50 C Oedem : (-)
TB : 157 cm
BB : 65 kg
B. Status Generalisata
Paper Amenorea Primer
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterus -/-
Leher : KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat
Thorax : Cor : Bunyi jantung normal, reguler,suara tambahan (-)
Pulmo : Suara pernapasan vesikuler, suara tambahan (-)
Abdomen : soepel, peristaltik (+) N, teraba massa padat, immobile, kenyal,
permukaan rata, nyeri tekan (-), dengan ukuran benjolan sebesar
kepalan tangan orang dewasa, dengan pole 1 jari di bawah pusat,
pole bawah setentang simphisis pubis.
Ekstremitas : akral hangat (+), edema (-)
C. STATUS GINEKOLOGIS
Inspekulo :
Portio : tampak drum stick, darah (-), erosi (-), flour albus (-), massa (-)
Vagina : dinding vagina normal, tanda-tanda peradangan (-), sekret (-),
massa (-)
Pemeriksaan Dalam (VT) :
Uterus : uterus anteflexi lebih besar dari biasanya, teraba
massa sebesar kepalan tangan orang dewasa, terasa kenyal, permukaan
rata, immobile.
Parametrium : parametrium kanan dan kiri lemas, tidak teraba
massa
Adnexa : adnexa kanan dan kiri tidak teraba massa.
Cavum douglas : tidak menonjol
Paper Amenorea Primer
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Darah rutin Nilai Nilai Rujukan satuan
Hemoglobin 12,6 12 – 16 g/dl
Hitung eritrosit 4,9 3,9 - 5,6 10*5/µl
Hitung leukosit 6,700 4,000- 11,000 /µl
Hematokrit 42,7 36-47 %
Hitung trombosit 263.000 150,000-450,000 /µl
Index eritrosit
MCV 71,8 80 – 96 fL
MCH 31,6 27 – 31 pg
MCHC 35,1 30 – 34 %
LED 42 0-20 mm/jam
Kimia Klinik Nilai Rujukan
Glukosa Darah Sewaktu 97 mg/dL <140 mg/dl
Fungsi Hepar Nilai Rujukan
Alkali Phospate 210 mg/dl 15-70 mg/dl
Bilirubin Total 0,70 mg/dl 0,3-1 mg/dl
Bilirubin Direct 0,25 mg/dl <0,25 mg/dl
SGOT 18 U/l <40 U/l
SGPT 20 U/l <40 U/l
Fungsi Ginjal Nilai Rujukan
Ureum 31 mg/dl 20-40 mg/dl
Kreatinin 0,19 mg/dl 0,6-1 mg/dl
Paper Amenorea Primer
Foto Thorax : dalam Batas Normal
EKG : Dalam Batas Normal
Ca 125 : 50 U/mL 0-35 U/mL
Ultrasonografi Trans Abdominal Sonography (USG TAS)
Uterus anteflexi dengan ukuran lebih besar dari biasa
Tampak gambaran hiperechoic seperti kumparan
Adnexa kanan dan kiri dalam batas normal
Diagnosa : Mioma Uteri
Rencana : Operasi Total Abdominal Histerectomy and Bilateral Salphingo
Oophorectomy (TAH-BSO) pada tanggal 25 Mei 2015
Penatalaksanaan :
1. Informed Consent
2. Surat izin operasi
3. Anjurkan ibu berpuasa 6 jam sebelum operasi
4. IVFD RL 20 tetes/menit
5. Injeksi cefotaxime 2 gram
6. Pemasangan kateter
7. Konsul anestesi
8. Awasi vital sign
E. Laporan Operasi
Operator: Dr. Muslich P, SpOG
Tanggal: 25/05/2015
1. Ibu dibaringkan di meja operasi dengan kateter dan infuse terpasang baik.
2. Dilakukan spinal anestesi, dilakukan tindakan antiseptic dan aseptic
kemudian abdomen ditutup dengan duck steril kecuali lapangan operasi.
Paper Amenorea Primer
3. Dibawah general anastesi dilakukan insisi midline mulai dari simpisis
hingga 2 jari diatas pusat dari kutis, subkutis, fascia digunting keatas ke
bawah otot dilebarkan secara tumpul, peritonium diklem di 2 tempat lalu
dijinjing digunting keatas kebawah otot dilebarkan secara
tumpul,peritonium diklem di 2 tempat lalu dijinjing digunting keatas
kebawah
4. Dilakukan pemasangan hack blass
5. Dilakukan pemasangan kasa besar
6. Dilakukan pencucian pada cavum abdomen, kemudian cavum abdomen
ditutup lapis demi lapis.
7. KU ibu post TAH + BSO stabil
POST OPERASI
Tindakan Operasi : Total Abdominal Histerektomi (TAH) + BSO
Penemuan Intra Operasi :
Uterus ukuran 8 x 8 x 9 cm
Perdarahan ± 200 cc
Instruksi Post Operasi :
Pemeriksaan laboratorium post-operatif
IVFD RL 20 gtt/i
Injeksi Cefotaxime 1 g/12 jam
Paper Amenorea Primer
Injeksi Ketorolac 30 mg/12 jam
Injeksi As. Traneksamat/12 jam
Injeksi Metronidazol/12 jam
Observasi tanda vital dan keluhan pasien
Follow up tanggal 26-05-2015, pukul 06.00 WIB
S : Nyeri bekas luka operasi
O : Sens : Compos mentis Anemis : -
TD : 120/80 mmHg Ikterik : -
HR : 88x/i Dyspnoe : -
RR : 20x/i Sianosis : -
T : 36,5 ºC Oedem : -
SL : Abdomen : soepel, peristaltik (+) normal
L/O : Tertutup perban kesan kering
Paper Amenorea Primer
P/V : (-)
BAK : (+) via kateter 400cc
BAB : (-)
Flatus : (+)
A : Post TAH + BSO a/I mioma uteri + H1
• Th : -IVFD RL 20 gtt/i
-Injeksi Cefotaxime 1 g/12 jam
-Injeksi Metronidazol/12 jam
-Injeksi Ketorolac 30 mg/8 jam
-Injeksi As.Traneksamat/12 jam
Follow up tanggal 27 -05-2015, jam 06.00 WIB
S : Nyeri luka operasi
O : Sens : Compos mentis Anemis : -
TD : 140/80 mmHg Ikterik : -
HR : 84x/i Dyspnoe : -
RR : 20x/i Sianosis : -
Paper Amenorea Primer
T : 36,0 ºC Oedem : -
SL : Abdomen : soepel, peristaltik (+) normal
L/O : Tertutup verban kesan kering
P/V : (-)
BAK : (+)
BAB : (-)
Flatus : (+)
A : Post TAH + BSO a/I mioma uteri + H2
• Th/ : -IVFD RL 20 gtt/i
-Injeksi Cefotaxine 1 g/12 jam
-Injeksi Metronidazol/12 jam
-Injeksi Ketorolac 30 mg/8 jam
-Injeksi As.Traneksamat/12 jam
Follow up tanggal 27 -05-2015, jam 06.00 WIB
S : (-)
O : Sens : Compos mentis Anemis : -
TD : 120/80 mmHg Ikterik : -
HR : 80x/i Dyspnoe : -
RR : 20x/i Sianosis : -
T : 36,6 ºC Oedem : -
SL : Abdomen : soepel, peristaltik (+)
Paper Amenorea Primer
L/O : Tertutup perban kesan kering
P/V : (-)
BAK : (+)
BAB : (-)
Flatus : (+)
A : Post TAH + BSO a/I mioma uteri + H3
Th/ : - cefadroxil 2x 500 mg
-as.mefenamat 3 x 500 mg
-grahabion 1 x1
Follow up tanggal 28-05-2015, jam 06.00 WIB
S : (-)
O : Sens : Compos mentis Anemis : -
TD : 120/80 mmHg Ikterik : -
HR : 83x/i Dyspnoe : -
RR : 21x/i Sianosis : -
T : 36,6 ºC Oedem : -
SL : Abdomen : soepel, peristaltik (+)
L/O : Tertutup perban kesan kering
Paper Amenorea Primer
P/V : (-)
BAK : (+)
BAB : (-)
Flatus : (+)
A : Post TAH + BSO a/I mioma uteri + H4
Th/ : - cefadroxil 2x 500 mg
-as.mefenamat 3 x 500 mg
-grahabion 1 x1
Paper Amenorea Primer