Upload
hidayah-mararotua-harahap
View
81
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bedah
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul “ HERNIA DIAFRAGMATIKA” ini merupakan
salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian
Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Rantau Prapat.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dr. H.M.Natsir Pohan, Sp.B
dan dr. Syafril R.M. Hrp, Sp.B ,selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingannya dan arahan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
sebaik-baiknya.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Terima Kasih.
Rantau Prapat, Maret 2013
Penyusun
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Diafragma adalah otot inspirasi utama. Sewaktu diafragma berkontraksi, ia
bergerak ke kaudal. Dengan menurunnya diafragma, vicera abdomen terdorong ke
kaudal pula. Akibatnya ialah bahwa volume cavitas thoracalis dan terjadi
penurunan tekanan intra thoracal, sehingga udara tersedot ke dalam paru. Selain
itu, volume cavitas abdominalis sedikit berkurang dan tekanan intraabdominal
agak meningkat.
Diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu membran pleuroperitonei, septum
transversum dan pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada.
Gangguan pembentukan itu dapat berupa kegagalan pembentukan sebagian
diafragma, gangguan fusi ketiga unsur dan gangguan pembentukan otot. Pada
gangguan pembentukan dan fusi akan terjadi lubang hernia, sedangkan pada
gangguan pembentukan otot akan menyebabkan diafragma tipis dan menimbulkan
eventerasi.
Secara umum terdapat tiga tipe dasar hernia diafragmatika kongenital yaitu
hernia Bochdalek (posterolateral), hernia Morgagni (retrosternal atau anterior),
dan hiatus hernia yaitu masuknya esophagus abdominal dan cardia gaster ke
dalam rongga dada melalui pelebaran hiatus esofagus. Hernia Bochdalek terjadi
karena kegagalan penutupan membrane pleuroperitoneal kiri, sedangkan hernia
Morgagni timbul karena kegagalan bersatunya otot rusuk dan sternal.
Insiden pada neonatus tercatat 1 : 2000 – 5000, pada dewasa dilaporkan
insidensi bervariasi antara 0,17% yang dilaporkan oleh mullens dkk sampai
setinggi 6% yang dilaporkan oleh Gale. Hal ini didapatdari penelitian retrospektif
dari pemeriksaan CT Scan yang dilakukan untuk berbagai tujuan. Hernia
Bockdalek paling banyak dijumpai pada bayi dan anak-anak. Pada dewasa sangat
jarang (sekitar 10% dari semua kasus) dan sering terjadi misdiagnosis dengan
pleuritis atau tuberkulosis paru. Kadang-kadang pada anak yang lebih besar juga
sering diduga sebagai staphylococcal pneumonia.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Diafragma adalah sekat yang membatasi rongga dada dan rongga perut.
Diafragma merupakan struktur muskulo tendineus yang terletak antara
toraks dan abdomen dan berhubungan di sebelah dorsal dengan vertebrae L.I
sampai dengan L.III, disebelah ventral dengan sternum di sebelah kaudal, dan di
sebelah kiri dan kanan dengan lengkung iga. Diafragma ditembus oleh beberapa
struktur. Hiatus aorta yang terletak di sebelah dorsal setinggi Th.XII dilalui aorta
ductus thoracicus dan v.azigos. hiatus esophagus yang terletak di ventral hiatus
3
aorta setinggi Th.X dilalui esophagus dan kedua n.vagus. Hiatus v.cava inferior
dan cabang kecil n.frenikus.
Diafragma mendapat darah melalui kedua a.frenika dan a.intercostalis
disertai disertai cabang terminal a.mammaria interna. Otot diafragma dipersarafi
oleh n.frenikus yang berasal dari C.2-5. N.frenikus dapat terganggu sepanjang
perjalanannya oleh trauma , tumor, atau proses radang yang mengakibatkan
kelumpuhan diafragma ipsilateral yang pada foto rontgen member tanda
diafragma letak tinggi.
Lubang hernia dapat terjadi di peritoneal (tipe Bochdalek) yang tersering
ditemukan, anterolateral (tipe Morgagni) atau di esofageal hiatus hernia.
Foramen bochdalek merupakan celah sepanjang 2-3 cm di posterior
diafragma setinggi costa 10 dan 11, tepat di atas glandula adrenal. Kadang-kadang
defek ini meluas dari lateral dinding dada sampai ke hiatus esophagus. Kanalis
pleuroparietalis ini secara normal tertutup oleh membran pleuroparietal pada
kehamilan minggu ke-8 sampai ke-10. Kegagalan penutupan kanalis ini dapat
menimbulkan terjadinya hernia Bochdalek. Hernia ini merupakan kelainan yang
jarang terjadi. Mc Culley adalah orang pertama yang mendeskripsikan kelainan ini
pada tahun 1754. Bochdalek pada 1848 menggambarkan secara detil aspek
embriologi pada hernia ini yang merupakan defek tersering (80%).
2.2 Definisi
Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga
dada melalui suatu lubang pada diafragma. Sesuai penjelasan sebelumnya terdapat
tiga tipe dasar hernia diafragmatika kongenital yaitu hernia Bochdalek
(posterolateral), hernia Morgagni (retrosternal atau anterior), dan hiatus hernia
4
1. Hernia Diaphragmatica Posterolateral (BOCHDALEK)
Hernia tipe Bochdalek adalah hernia diafragmatika dari membrane
pleuroperitoneal untuk berkembang dan menutup sebelum usus kembali ke
abdomen pada minggu ke 10 gestasi. Usus kemudian memasuki rongga
pleural dan menyebabkan perkembangan paru yang buruk sehingga terjadi
hipoplasia paru (penurunan jumlah alveoli per area paru). Hati dan limpa
mungkin juga akan ikut masuk ke dalam rongga thoraks. Frekuensi hernia
ini adalah 1:2000 kelahiran hidup dan umumnya bayi yang di diagnosis
dengan hernia ini sebanyak 60% akan meninggal.
Hernia ini paling sering mengenai foramen Bochdalek bagian kiri
(90% terdapat pada bagian kiri diafragma). Mortalitas dari CDH
(Congenital Diaphragmatic Hernia) secara langsung berhubungan dengan
derajat hipoplasia pada bagian paru yang terkena hernia. Kematian
disebabkn oleh hipertensi pulmonal yang menetap dan kegagalan
kompensasi paru yang sehat.
2. Hernia Diaphragmatica Retrosternal ( TIPE MORGAGNI)
Pertama kali ditemukan pada 1769. Hernia Morgagni adalah hernia
congenital yang jarang terjadi. Terjadi pada retrosternal atau di kedua sisi
sternum (parasternal). Didapatkan kurang dari 2% dari semua defek
diafragma. Hampir selalu asimtomatik, dapat muncul pada anak-anak yang
sudah besar atau bahkan orang dewasa dengan gastrointestinal yang
minimal. Ditemukan secara tidak sengaja pada saat dilakukan radiografi
thorak rutin. Defek dari hernia morgagni dapat berisi hatiatau sebagian
usus. Hernia ini dapat disertai dengan defek jantung, trisomy 1 atau
omphalochele.
5
3. Hernia Esophageal
Dua tipe dari hernia esophagus dikenal sebagai hernia hiatal dan
paraesophageal. Hernia hiatal merujuk kepada hernia dari rongga perut ke
rongga dada melalui hiatus esophagus. Hernia hiatal dapat disebabkan oleh
factor congenital , traumatic atau iatrogenic. Kebanyakan menghilang saat
penderita memasuki usia 2 tahun, akan tetapi semua bentuk hernia hiatal
dapat menjadi penyebab peptic esofagitis karena refluks gastroesofageal.
2.3 Etiologi
Penyebab pasti hernia masih belum diketahui. Hal ini sering dihubungkan
dengan penggunaan thalidomide, quinine, nitrofenide, antiepileptik, atau
defisiensi vitamin A selama kehamilan.
Pada neonatus hernia ini disebabkan oleh gangguan pembentukan
diafragma. Seperti diketahui diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu membran
pleuroperitonei, septum transversum dan pertumbuhan dari tepi yang berasal dari
otot-otot dinding dada. Gangguan pembentukan itu dapat berupa kegagalan
pembentukan sebagian diafragma, gangguan fusi ketiga unsur dan gangguan
pembentukan otot. Pada gangguan pembentukan dan fusi akan terjadi lubang
hernia, sedangkan pada gangguan pembentukan otot akan menyebabkan
diafragma tipis dan menimbulkan eventerasi.
6
2.4 Manifestasi klinik
Walaupun hernia morgagni merupakan kelainan kongenital, hernia ini
jarang bergejala sebelum usia dewasa. Sebaliknya hernia Bockdalek menyebabkan
gangguan nafas segera setelah lahir sehingga memerlukan pembedahan darurat.
Anak sesak terutama kalau tidur datar, dada tampak menonjol, tetapi gerakan
nafas tidak nyata. Perut kempis dan menunjukkkan gambaran scapoid. Pulsasi
apek jantung bergeser sehingga kadang-kadang terletak d hemithoraks kanan. Bila
anak didudukan dan diberi oksigen, maka sianosis akan berkurang.
Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui hernia. Jika
hernianya besar, biasanya paru-paru pada sisi hernia tidak berkembang secara
sempurna.Setelah lahir, bayi akan menangis dan bernafas sehingga usus segera
terisi oleh udara. Terbentuk massa yang mendorong jantung sehingga menekan
paru-paru dan terjadilah sindroma gawat pernafasan.
Gejalanya berupa:
- Gangguan pernafasan yang berat.
- Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen).
- Takipneu (laju pernafasan yang cepat).
- Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris).
- Takikardia (denyut jantung yang cepat).
Secara klinis hernia diafragmatika akan menyebabkan gangguan
kardiopulmoner karena terjadi penekanan paru dan terdorongnya mediastinum ke
arah kontralateral. Pemeriksaan fisik didapatikan gerakan pernafasan yang
tertinggal, perkusi pekak, fremitus menghilang, suara pernafasan menghilang dan
mungkin terdengar bising usus pada hemitoraks yang mengalami gangguan.
Kesulitan untuk menegakkan diagnosis hernia diafragma preoperative
menyebabkan sering terjadinya kesalahan diagnosis dan untuk itu diperlukan
pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis hernia diafragmatika.
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik,
yaitu:
- Gerakan dada pada saat bernafas tidak simetris.
7
- tidak terdengar suara pernafasan pada sisi hernia.
- bising usus terdengar di dada.
- perut teraba kosong.
- Rontgen dada menunjukkan adanya organ perut di rongga dada.
Gambar Anteroposterior (AP) pada pasien dengan Hernia
diafragmatika congenital menunjukkan herniasi di hemithirax kiri.
Foto Thoraks akan memperlihatkan adanya bayangan usus didaerah
thoraks. Kadang-kadang diperlukan fluoroskopi untuk membedakan antara
paralisis diafragmatika dengan eventerasi. Bila perlu dapat pula dilakukan untuk
membuktikan apakah kelainan itu eventerasi atau hernia biasa.
2.6 Diagnosis Banding
Pneumatokel akibat stafilokokus
Malformasi kista adenomatoid paru
Eventrasio Diafragmatika
Paralisis diafragma
8
Untuk membedakan satu dengan yang lain harus dilakukan pemeriksaan
foto dada dan fluoroskopi.
Pada pneumomatokel dan malformasi kista adenomatoid, gambaran foto
dada tidak menunjukkan adanya rongga dada berisi usus atau organ-organ viscera
lain (biasanya 80% pada sisi kiri) yang bayangannya bersambung dengan
bayangan usus dan organ visera dalam rongga perut. Pada foto abdomen tidak
ditemui adanya marked excess of gas di bawah diafragma. Untuk memastikannya
perlu dilakukan pemeriksaan foto dada dengan pemasangan NGT sebagai
petunjuk adanya lambung di dalam rongga dada.
Eventrasi diafragma merupakan duplikasi hernia diafragmatika bawaan
sehingga bila hanya berdasarkan pemeriksaan fisik dan foto dada saja keduanya
sering sukar dibedakan. Pemeriksaan foto dada hanya menunjukkan peninggian
diafragma sedangkan pada pemeriksaan fluoroskopi mula-mula terlihat gerakan
diafragma berkurang dan akhirnya menunjukkan gerakan paradoksal.
Paralisis diafragma oleh karena trauma maupun bawaan, baik yang bersifat
sementara atau menetap, pada pemeriksaan foto toraks terlihat letak diafragma
yang makin lama makin meninggi, sedangkan bila dilakukan pemeriksaan
fluoroskopi terlihat pergerakan diafragma berkurang yang pada akhirnya
menunjukkan gambaran paradoksal.
2.7 Penatalaksanaan
Anak ditidurkan dalam posisi duduk dan dipasang pipa nasogastrik yang
dengan teratur dihisap. Diberikan antibiotika profilaksis dan selanjutnya anak
dipersiapkan untuk operasi. Hendaknya perlu diingat bahwa biasanya (70%) kasus
ini disertai dengan hipospadia paru.
Pembedahan elektif perlu untuk mencegah penyulit. Tindakan darurat juga
perlu jika dijumpai insufisiensi jantung paru pada neonatus. Reposisi hernia dan
penutupan defek memberi hasil baik.
Tata laksana Hernia Bochdalek
Konseling prenatal dilakukan segera setelah diagnosis dibuat berdasarkan USG.
Setelah melalui berbagai pemeriksaan tersebut, tim medis harus menjelaskan
segala kemungkinan pilihan tata laksana kepada orang tua seperti terminasi
9
kehamilan, meneruskan kehamilan dan melahirkan bayi tersebut di pusat
pelayanan medis yang memadai termasuk prognosis dari kasus ini.
Tata laksana hernia Bochdalek yang optimal harus memperhatikan
berbagai hal yang terkait dengan kelainan bawaan ini.
1. Proses persalinan dan unit perawatan intensif Neonates Bayi harus dilahirkan di
pusat kesehatan yang memiliki sarana bedah anak dan perinatologi yang
memadai. Secara umum sarana yang diperlukan adalah intubasi endotrakeal dan
pemakaian ventilator mekanik yang disesuaikan dengan derajat keparahan
herniasi organ abdomen, (hindari pemakaian ventilasi dengan manual bag
karena lambung dan organ intestinal akan distensi oleh udara yang berakibat
semakin tertekannya paru dan organ-organ intratorakal), pemasangan pipa
nasogastrik untuk dekompresi, menghindari pemakaian tekanan inspirasi yang
tinggi.
2. Stabilisasi preoperative
Pada hernia diafragmatika terdapat paru yang hipoplastik, tidak atelektasis
vaskularisasi arteriolar yang abnormal dan hipertensi pulmonal sehingga
dipertimbangkan pembedahan ditunda atau dipersiapkan dahulu.
Umur rata-rata untuk melakukan pembedahan adalah sekitar 72 jam.
3. Ventilasi mekanik konvensional
Pemberian ventilasi mekanik harus mempertimbangkan faktor-faktor yang
diketahui meningkatkan resistensi vaskuler pulmonal (hipoksia, asidosis,
hipotensi dan hiperkarbia). Ventilasi dengan inspirasi bertekanan rendah dipilih
karena menurunkan kemungkinan terjadinya pneumothorax kontralateral yang
dapat meningkatkan ketidakstabilan sistem kardiorespirasi dan dekompensasi.
Jika dengan ventilasi mekanik konvensional ini gagal maka dipakai strategi
ventilasi yang lain yaitu high-frequency oscillatory ventilation (HFOV), gentle
ventilation dan intratracheal pulmonary ventilation (ITPV). Selain strategi
ventilasi juga dibutuhkan terapi pendukung untuk menunjang keberhasilan
pembedahan dan memperbaiki prognosis.
4. Extracorporeal Membrane Oxygenation (ECMO)
Alat ECMO adalah perlengkapan paru buatan yang digunakan untuk
mengembangkan sisa jaringan paru agar oksigenasi tetap adekuat selama
10
pembedahan untuk mencegah gagal napas dan hipoksia berat. ECMO
meningkatkan keberhasilan hidup bayi dengan hernia diafragmatika sebesar 42%
pada era awal, menjadi sebesar 79% pada era sekarang ini. Waktu yang tepat
untuk memberikan ECMO masih kotroversial.
5. Pemberian surfaktan
Gagal nafas pada bayi dengan hernia diafragmatika dapat berhubungan dengan
perkembangan paru yang abnormal dan defisiensi surfaktan. Studi
postmortem menunjukkan adanya penurunan ekskresi surfaktan apoprotein A (SP-
A) yang lebih berat pada sisi dengan hernia diafragmatika
dibandingkan dengan sisi yang lain. Hal ini menunjukan adanya penundaan
pematangan fungsional atau perkembangan dan sintesis SP-A. Analisis cairan
amnion mendukung kenyataan tersebut. Surfaktan sebaiknya diberikan segera saat
bayi menarik nafasnya untuk pertama kali.
11
6. Terapi antenatal
Pemberian glukokortikoid antenatal untuk memperbaiki maturitas paru dan
meningkatkan oksigenasi serta kemampuan paru.
7. Terapi pembedahan perinatal
Davis dkk. mengungkapkan bahwa pembedahan yang dipersiapkan lebih dahulu
diikuti dengan terapi ECMO memberikan hasil yang lebih baik. Waktu yang tepat
untuk melakukan pembedahan belum diketahui dengan pasti, beberapa ahli
menganjurkan pembedahan dapat dilakukan 24 jam setelah bayi stabil, tetapi
penundaan sampai 7-10 hari dapat juga ditoleransi. Banyak ahli bedah lebih
menyukai operasi dikerjakan saat ekokardiografi menunjukkan tekanan arteri
pulmonalis stabil dalam 24-48 jam. Drainase dengan chest tube diperlukan bila
terdapat tension pneumothorax. Prinsip pembedahan adalah mengembalikan
organ abdomen pada tempatnya.
8. Transplantasi paru
Transplantasi paru adalah salah satu teknik pembedahan dalam upaya
mengurangi efek buruk distres pernapasan pada bayi dengan hernia Bochdalek
akibat hipoplasia paru berat yang gagal dengan terapi suportif pernapasan, namun
pengobatan ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
9. Perawatan pasca bedah
Perawatan pasca bedah meliputi perawatan jangka pendek (segera setelah
pembedahan) dan perawatan jangka panjang. Perawatan jangka pendek:
Perawatan pasca bedah jangka pendek meliputi deteksi dan tata laksana
komplikasi yang dapat terjadi setelah pembedahan. Komplikasi yang mungkin
timbul dapat berupa perdarahan, distres pernapasan, hipotermia, produksi urin
yang menurun, infeksi dan obstruksi usus.
Pengawasan yang dilakukan saat pasien masih dirawat di rumah sakit
meliputi monitoring pernapasan, evaluasi neurologis, dan masalah pemberian
makanan. Perawatan jangka panjang: Perawatan pasca bedah jangka panjang
meliputi pemantauan tumbuh kembang pasien. Pertumbuhan kasus dipantau
karena risiko terjadi gagal tumbuh besar akibat adanya penurunan asupan kalori
sebagai akibat penyakit paru kronis, gastroesophageal refluk dan feeding yang
buruk terutama pada pasien dengan defek neurologis yang berat.
12
Teknik Operasi
Posisi Supine.
Lakukan irisan kocher atau subcostal kiri → perdalam sampai membuka
peritoneum
Identifikai diafragma kemudian lakukan reposisi organ.
Jahitan ruptur/robekan diafragmanya mulai dari posisi antero lateral
sampai posteromedial sisi diafragma sampai diafragma intak.
Luka operasi dijahit lapis demi lapis
Tehnik Operasi Hernia Hiatal
1. Nissen fundoplication (posterior)
- Lakukan insisi abdominal (midline) atau insisi thorakal
- Gastroesophageal junction dikembalikan ke posisi intraabdominal.
- Lakukan putaran 360º dari cardiac gaster yang mengelilingi
esofagus intra abdominal.
- Hiatus di tutup
2. Hemi Nissen (posterior) putaran 180° = TOUPET
3. Dor (anterior)
3. Belsey Mark IV
- dilakukan thorakotomi kiri pada ICS 5 atau 6 untuk disseksi bebas
dari esofagus distal.
- Bagian anterior dan lateral gaster diikatkan ke esofagus distal
dengan 2 jalur jahitan yang akhirnya direkatkan ke diafragma. Crus
diafragma di re-aproksimasi di posterior.
13
BAB 3
KESIMPULAN
Telah dibahas mengenai hernia diafragmatika pada neonatus. Untuk
menegakkan diagnosis hernia diafragmatika, diperlukan adanya gambaran klinis
yang sesuai serta diperlukan pemeriksaan penunjang yaitu Foto Thorax. Sampai
saat ini etiologi pasti belum diketahui. Pada hernia Bockdalek sering ditandai
gejala namun pada hernia Morgagni biasanya asimtomatis. Penatalaksanaan
dengan tindakan operasi dan perlu diingat bahwa biasanya 70% kasus disertai
dengan hipospadia paru.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit
buku kedokteran EGC. Jakarta.2010. Hal 95 - 120.
2. Reksoprodjo, Soelarto, dkk, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bina Rupa
Aksara, FKUI, Jakarta.
3. A. Grace Pierce & Neil R Borley, At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga,
Erlangga, Jakarta, 2006.
4. Anggraini, DG 2005. Anatomi dan Aspek Klinis Diafragma Thorax, USU
Press, Medan.
5. Fahmi 2010, Hernia Diafragmatika, UM Community, diakses tanggan 4
Januari 2011, < community.um.ac.id%2Fshowthread.php%3F57464-
Hernia-Diafragmatika&rct=j&q=hernia diafragma&ei=crghTfi-
AoHmrAf9mbjOCw&usg=AFQjCNEiyRbTxm6lqVk6Ee6tcod2e7iZtQ&s
ig2=-Y37yrH60yOLgkhgIhx21Q&cad=rja >
6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia 1998. Buku Kuliah 1 Ilmu kesehatan Anak, Infomedika, Jakarta
7. IDAI, hernia bochdalek,text book online available at :
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=
%E2%80%A2+Eventrasio+Diafragmatika+adalah&source=web&cd=1&c
ad=rja&ved=0CC4QFjAA&url=http%3A%2F
%2Fdadangsjarif.files.wordpress.com%2F2011%2F07%2Fbohdalek-
minggu-edit-pagi.doc&ei=aOc-
UY2UDMPprQeR8oDQCQ&usg=AFQjCNFA_GY4cK7-
8. Ilmu bedah anak, congenital hernia diafragmatika, available at :
http://books.google.co.id/books?id=9yq-
qTP6teIC&pg=PA255&lpg=PA255&dq=
%E2%80%A2%09Pneumatokel+akibat+stafilokokus&source=bl&ots=CG
ZJ8CyvJ2&sig=fm-
ik2zTtOop_vOtdn3UYGTk37E&hl=en&sa=X&ei=Cds-
15
UZruFMmqrAfe1YHgCw&redir_esc=y#v=onepage&q=
%E2%80%A2%09Pneumatokel%20akibat%20stafilokokus&f=false
16