15
Mata Kuliah Rekayasa dan Pengelolaan Sungai (2015) KONSERVASI TANAH DAN AIR LAHAN MIRING DENGAN METODE MEKANIK (COUNTOUR FARMING) IMAN MUHARDIONO 95014002 Magister Pengelolaan Sumber Daya Air Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung Abstrak Pengelolaan DAS bagian hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan bagian DAS. Perlindungan ini antara lain dari segi tata air, oleh karena itu perencanaan DAS hulu menjadi fokus perhatian mengingat dalam suatu DAS, bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi (Alimuddin, 2012). Terdapat tiga aspek utama yang menjadi perhatian dalam pengelolaan DAS, yaitu jumlah air (water yield), waktu penyediaan (water regime), dan sedimen. Sedimen merupakan hasil proses erosi baik erosi permukaan, erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya. Erosi dapat terjadi dari proses alamiah maupun intervensi manusia akibat aktivitasnya pada suatu lahan. Dampak yang terjadi akibat intervensi pada suatu lahan mengganggu sabilitas tata air dan tanah. Akibat dampak tersebut usaha yang dilakukan dalam konservasi lahan akibat kerusakan tersebut yakni dengan mengoptimalkan metode pengolahan lahan sesuai dengan kemampuannya dengan metode mekanik. Metode mekanik (contour farming) adalah metode pengolahan tanah diikuti dengan penanaman menurut kontur yang bertujuan untuk mengurangi erosi permukaan dan erosi alur serta mengurangi transport sedimen dan residu yang berasal dari air. Dari kajian mengenai konservasi tanah dan air lahan miring bahwa kombinasi contour farming atau strip cropping dan terasering memberikan proteksi yang paling baik pada budidaya di lahan miring dan akan lebih efektif dan efisien apabila dikombinasikan dengan teknik konservasi tanah vegetatif seperti penggunaan rumput atau legume sebagai tanaman penguat teras, penggunaan mulsa. Kata Kunci : Contour farming, Erosi, Konservasi, Sedimen 1. Pendahuluan Pengelolaan DAS (Daerah Aliran Sungai) adalah ilmu terapan untuk perlindungan, perbaikan, dan pengelolaan, dan objek dasarnya yakni meningkatkan suplai air, mengurangi kisaran aliran maksimum dan minimum, mengurangi hasil sedimen dan meningkatkan kualitas air untuk berbagai penggunaan (Copeland, 1961 dalam Sudaryono, 2002). Lahan sebagai bagian dari lingkungan fisik DAS digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga potensi keberadaanya akan terpengaruhi. Penggunaan lahan sangat mempengaruhi aliran permukaan, erosi, dan sedimentasi terutama dalam hal kemampuan penggunaan lahan memberi sanggaan (buffer) terhadap masukan (input) curah hujan sehingga tidak menimbulkan erosi dan banjir akibat limpasan aliran permukaan (Saribun, 2007) Metode konservasi tanah dan air pada umumnya dilakukan dengan maksud melindungi tanah dari curahan langsung air hujan, meningkatkan infiltrasi tanah, mengurangi run off, dan

Paper Tugas 2 (Contour Farming)_iman Muhardiono 95014002

Embed Size (px)

DESCRIPTION

metode contour farming management sedimen

Citation preview

Page 1: Paper Tugas 2 (Contour Farming)_iman Muhardiono 95014002

Mata Kuliah Rekayasa dan Pengelolaan Sungai (2015)

KONSERVASI TANAH DAN AIR LAHAN MIRING DENGAN METODE MEKANIK

(COUNTOUR FARMING)

IMAN MUHARDIONO 95014002

Magister Pengelolaan Sumber Daya Air

Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan

Institut Teknologi Bandung

Abstrak

Pengelolaan DAS bagian hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi

perlindungan terhadap keseluruhan bagian DAS. Perlindungan ini antara lain dari segi tata air,

oleh karena itu perencanaan DAS hulu menjadi fokus perhatian mengingat dalam suatu DAS,

bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi (Alimuddin, 2012).

Terdapat tiga aspek utama yang menjadi perhatian dalam pengelolaan DAS, yaitu jumlah air

(water yield), waktu penyediaan (water regime), dan sedimen. Sedimen merupakan hasil proses

erosi baik erosi permukaan, erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya. Erosi dapat terjadi dari

proses alamiah maupun intervensi manusia akibat aktivitasnya pada suatu lahan.

Dampak yang terjadi akibat intervensi pada suatu lahan mengganggu sabilitas tata air dan

tanah. Akibat dampak tersebut usaha yang dilakukan dalam konservasi lahan akibat kerusakan

tersebut yakni dengan mengoptimalkan metode pengolahan lahan sesuai dengan kemampuannya

dengan metode mekanik. Metode mekanik (contour farming) adalah metode pengolahan tanah

diikuti dengan penanaman menurut kontur yang bertujuan untuk mengurangi erosi permukaan

dan erosi alur serta mengurangi transport sedimen dan residu yang berasal dari air.

Dari kajian mengenai konservasi tanah dan air lahan miring bahwa kombinasi contour

farming atau strip cropping dan terasering memberikan proteksi yang paling baik pada budidaya

di lahan miring dan akan lebih efektif dan efisien apabila dikombinasikan dengan teknik

konservasi tanah vegetatif seperti penggunaan rumput atau legume sebagai tanaman penguat

teras, penggunaan mulsa.

Kata Kunci : Contour farming, Erosi, Konservasi, Sedimen

1. Pendahuluan

Pengelolaan DAS (Daerah Aliran Sungai) adalah ilmu terapan untuk perlindungan,

perbaikan, dan pengelolaan, dan objek dasarnya yakni meningkatkan suplai air, mengurangi

kisaran aliran maksimum dan minimum, mengurangi hasil sedimen dan meningkatkan kualitas

air untuk berbagai penggunaan (Copeland, 1961 dalam Sudaryono, 2002). Lahan sebagai bagian

dari lingkungan fisik DAS digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga

potensi keberadaanya akan terpengaruhi. Penggunaan lahan sangat mempengaruhi aliran

permukaan, erosi, dan sedimentasi terutama dalam hal kemampuan penggunaan lahan memberi

sanggaan (buffer) terhadap masukan (input) curah hujan sehingga tidak menimbulkan erosi dan

banjir akibat limpasan aliran permukaan (Saribun, 2007)

Metode konservasi tanah dan air pada umumnya dilakukan dengan maksud melindungi

tanah dari curahan langsung air hujan, meningkatkan infiltrasi tanah, mengurangi run off, dan

Page 2: Paper Tugas 2 (Contour Farming)_iman Muhardiono 95014002

Mata Kuliah Rekayasa dan Pengelolaan Sungai (2015)

meningkatkan stabilitas agregat tanah. Metode konservasi tanah dengan metode mekanik

mempunyai fungsi untuk memperlambat aliran permukaan, menyalurkan dan menampung aliran

permujkaan dengan kekuatan yang tidak merusak (Hardjowigeno, 2007).

2. Kajian Literatur

2.1 Erosi

Erosi merupakan proses penghanyutan atau terkikisnya tanah atau bagian dari suatu tempat dan

terangkut ke tempat lain disebabkan oleh desakan dan kekuatan air dan angin, baik yang

berlangsung secara alamiah ataupun akibat tindakan/perbuatan manusia. Erosi terjadi secara

alamiah maupun akibat intervensi manusia maka secara umum penyebab dan yang

mempengaruhi besarnya laju erosi dapat dibagi menjadi lima faktor : 1. Faktor iklim

Hujan merupakan faktor iklim yang sangat besar mempengaruhi proses hujan. Faktor

iklim yang lainnya adalah temperatur, angin, kelembapan udara, dan penyinaran

matahari. Faktor iklim tersebut sangat berpengaruh terhadap penguapan, baik penguapan

yang langsung dari permukaan air ataupun yang tidak langsung yaitu lewat tanaman.

Iklim menentukan nilai indeks erosivitas hujan. 2. Faktor Tanah

Tanah dengan sifatnya dapat menentukan besar kecilnya laju pengikisan erosi 3. Faktor Topografi

Faktor bentuk wilayah menentukan tentang kecepatan lajunya air di permukaan yang

mampu mengangkut dan menghanyutkan partikel tanah. Faktor yang mempengaruhi

erosi adalah kemiringan dari lahan serta panjang kemiringan serta luas dan bentuk dari

daerah aliran tersebut. 4. Faktor Tanaman Penutup (Vegetasi)

Faktor vegetasi memiliki sifat melindungi tanah dari timpaan keras titik hujan ke

permukaan, selain itu dapat memperbaiki susunan tanah dengan bantuan akar yang

menyebar dan menjerap tanah. 5. Faktor Kegiatan Manusia

Faktor kegiatan manusia dapat mempercepat terjadinya erosi karena tindakan negatif,

tetapi dapat pula mempunyai peranan penting dalam usaha pencegahan erosi yakni

dengan kegiatan positif

Proses erosi oleh air dimulai dari jatuhnya air hujan ke tanah yang memberikan energi

dan menghancurkan ikatan butiran-butiran tanah, proses berikutnya adalah membawa butiran

tersebut oleh aliran air permukaan lahan. Hasil erosi oleh adanya pengaliran di atas lahan

tergantung dari tingkat konsentrasi aliran tersebut, akibatnya akan memberikan bentuk-bentuk

erosi yang berlainan, yaitu meliputi : Erosi Percikan (Splash erosion), Sheet Erosion, Rill

Erosion, Gully Erosion. Air hujan tersebut akan mengalir ke sungai-sungai dan di sungaipun

terjadi proses erosi yang disebut erosi saluran. Erosi saluran ini bisa terjadi pada dasar saluran

ataupun pada tebing saluran

2.2 Sedimen dan Sedimentasi

Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit, atau jenis erosi

tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap dibagian bawah kaki bukit, daerah genangan

banjir, saluran air, sungai, bendung, dan waduk. Hasil (sediment yield) adalah besarnya sedimen

yang berasal dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan

tempat tertentu. Hasil sedimen biasanya diperoleh dari pengukuran langsung dalam sungai

Page 3: Paper Tugas 2 (Contour Farming)_iman Muhardiono 95014002

Mata Kuliah Rekayasa dan Pengelolaan Sungai (2015)

(suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di dalam bendungan / waduk. Menurut

Asdak (2007), sedimen merupakan pecahan, mineral, atau material organik yang ditransforkan

dari berbagi sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es, atau oleh air dan serta termasuk

didalamnya material yang diendapkan dari material yang melayang dalam air atau bentuk larutan

kimia.

Sedimentasi merupakan suatu proses pengendapan material yang ditranspor oleh media

air, angin, es, atau glester di suatu cekungan. Delta yang terdapat di hilir sungai adalah hasil dan

proses pengendapan material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes)

yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material yang diangkut oleh

angin. Proses tersebut terjadi terus menerus, seperti batuan hasil pelapukan secara berangsur

diangkut ke tempat lain oleh tenaga air, angin, dan gletser.

Air mengalir di permukaan tanah atau sungai membawa batuan halus baik terapung, melayang,

atau digeser di dasar sungai menuju tempat yang lebih rendah. Pengendapan material batuan

yang telah diangkut oleh tenaga air atau angin tadi membuat terjadinya sedimentasi.

2.3 Metode Konservasi Mekanik

Konservasi tanah mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap

tanah dan pembuatan bangunan yang ditunjukan untuk mengurani aliran permukaan dan erosi

serta meningkatkan kelas kemampuan tanah. Teknik konservasi tanah ini dikenal pula dengan

sebutan metode sipil teknis (Dariah .dkk,

Perlakuan fisik mekanis tehadap tanah tetap diperlukan meskipun metode sipil teknis

bukan menjadi pilihan utama. Misalnya meskipun tindakan konservasi vegetatif menjadi pilihan

utama, namun perlakuan fisik mekanis seperti pembuatan saluran pembuangan air (SPA) atau

bangunan terjunan masih tetap diperlukan untuk mengalirkan sisa aliran permukaan yang tidak

terserap oleh tanah.

Selain teras bangku dan berbagai bentuk teras lainnya misalnya teras gulud, teras kebun,

teras kredit, dan teras individu, metode konservasi tanah lainnya tergolong sebagai tindakan sipil

teknis (mekanis) adalah roral, mulsa vertikal, barisan batu, saluran drainase (saluran pengelak,

saluran pembuangan air dan bangunan terjunan), pembuatan bedengan searah kontur. Olah tanah

konservasi (olah tanah minimum, tanpa olah tanah, pengolahan tanah menurut kontur) juga

merupakan konservasi mekanik.

3. Pembahasan

3.1 Contour Farming di Illnois Amerika Serikat

Guna mengurangi dan menghentikan besarnya kehilangan tanah akibat erosi lahan seluas

18 juta acre di Illnois, Amerika Serikat, petani mengembalikan kepada peningkatan kondisi tanah

dan kegiatan mengontrol erosi (Lehman dan Hay, 1941). Petani pada tahun tersebut

mengaplikasikan pengapuran dan pemupukan phospate kembali untuk menumbuhkan legume

(kacang-kacangan) yang memiliki perakaran dalam. Mereka menanam kembali tanaman penutup

lahan, dan mengembalikan lahan pertaniannya untuk kembali menjadi lahan rerumputan,

menanam pepohonan, dan mengadopsi contour farming (penanaman sesuai kontur) dan

mengkontruksi teras. Kegiatan tersebut dilakukan secara bersaaman dan simultan untuk

melindungi tanah dan kesuburannya dari daya rusak air akibat aliran permukaan.

Banyak petani yang ragu untuk memulai contour farming (penanaman kontur) dan

membuat teras dikarenakan mereka percaya bahwa dengan membuat contour farming dengan

Page 4: Paper Tugas 2 (Contour Farming)_iman Muhardiono 95014002

Mata Kuliah Rekayasa dan Pengelolaan Sungai (2015)

atau tanpa teras akan sangat sulit. Meskipun perhatian lebih sangat diperlukan dalam mengelola

teras dan menggabungkannya dengan mekanisasi pertanian bagi petani di Illnois bukan masalah

yang besar untuk bercocok tanam secara kontur dibandingkan harus memotong alur parit (gully)

atau bercocok tanam lahan kecil yang dipotong oleh selokan yang terlalu dalam untuk

memotong. Rata-rata ketidaknyamanan tersebut terbayar oleh lebih baiknya hasil pertanian yang

merupakan hasil dari terjaganya kesuburan tanah.

3.2 Keuntungan Contour Farming dan Pembuatan Teras

Bervariasinya metode yang dapat digunakan untuk mengurangi efek kehilangan tanah

akibat erosi sangat bergantung kepada karakteristik dan kesuburan dari tanah, jenis pertanian

yang diikuti, panjang dari kemiringan lerengnya, kecuramannya, dan tingkat dimana erosi telah

terjadi. Apabila suatu lereng dengan kondisi tanah lunak maka erosi pasti terjadi, maka dari itu

diperlukan penanganan tanah yang baik secara tersendiri dimana dapat menjaga kehilangan tanah

tetap terpantau. Bahkan pada kondisi kemiringan lereng sedang dan tanah yang subur akan

mustahil dalam mejaganya dari pengikisan kecuali dilakukan penanganan seperti penanaman,

pembajakan, menanaman searah kontur dan membuat teras.

Contour farming merupakan kegiatan pembajakan, penanaman dan budidaya pertanian

yang memotong kesamping lahan bukan ke arah atas ataupun ke bawah dari miring suatu lereng

pada lahan budidaya yang memiliki kemiringan lebih dari 2 atau 3 % (elevasi lebih dari 2 atau 3

feet dalam 100 feet). Contour farming merupakan metode proteksi dasar yang digunakan untuk

mendukung pengelolaan tanah. Keuntungan dalam membudidayakan lahan dengan contour

farming dan terasering lebih baik dibandingkan keuntungan hanya metode terasering saja.

Tanah yang sudah mengalami erosi sebaiknya diistirahatkan menjadi padang rumput.

Apanila suau tanah tidak mampu ditanam rumput dapat dimanfaatkan menjadi teras kecil atau

alur larikan (berjarak 15-25 feet tergantung dari kemiringan) disusun dengan interval rapat untuk

menahan runoff. Alur berumput tidak hanya dapat mengontrol erosi lembar dan alur namun

dapat menjaga kelembapan tanah dimana juga hasil tidak langsung dari menjaga kesuburan

tanah. Strip Cropping (Tanaman berlajur) memberikan efek yang lebih baik satu langkah dalam

menjaga kehilangan tanah dari erosi. Kombinasi dari contour farming atau strip cropping dan

terasering memberikan proteksi yang paling baik pada budidaya di lahan miring.

3.3 Sistem Pembajakan dan Penanaman Kontur

Lahan berteras sebaiknya dijadikan sistem penanaman berkontur. Pada budidaya lahan

dengan kemiringan 3 % maka kegiatan contour farming diperlukan sebagai pendukung

kesuksesan terasering. Pada lahan dengan kemiringan kurang dari 3%, lahan berteras dapat

dibudidayakan secara baris lurus apabila teras dikelola secara hati-hati (Lehman dan Hay, 1941)

Meskipun demikian contour farming tetap direkomendasikan bahkan pada kondisi tersebut

karena setiap baris dapat menjadi teras-teras kecil yang berfungsi untuk menjaga kelembapan

dan pengecekan erosi antar teras.

Budidaya lahan berkontur baik yang berteras ataupun tidak akan menimbulkan beberapa

permasalahan dalam menentukan ketidakumuman panjang suatu baris dan bentuk suatu lahan.

Terdapat empat prinsip dalam sistem pembajakan dan penanaman yang dimana sistem ini

diadaptasi untuk meyangga strips didalam strips cropping and terasering.

System A. Ketika keseluruhan lahan dalam budidaya sejenis atau ketika strips penyangga

sebagai pembatas atau penanda hilang, pembajakan secara umum sering dilakukan pada sekitar

strips penyangga atau jalur petunjuk. Baris panjang dilarikan secara paralel kearah garis petunjuk

Page 5: Paper Tugas 2 (Contour Farming)_iman Muhardiono 95014002

Mata Kuliah Rekayasa dan Pengelolaan Sungai (2015)

baik atas dan bawahnya hingga mereka bertemu. Titik pusat baris kemudian bertemu di tengah.

Metode ini sangat dianjurkan ketika jagung dipanen dengan menggunakan pemanen mekanis

atau corn binder.

Sistem B. Penanaman dilakukan hanya akhir setiap garis kontur atau strips peyangga atau

bubungan teras dan dibuat kebawah searah kemiringan menuju garis selanjutnya. Pembentukan,

penanaman dan budidaya baru dilakukan di saluran teras dengan strips peyangg.

Sistem C. Ketika titik baris tidak dibudiayakan, strips rumput penyangga dengan lebar

beraneka ragam digunakan. Daerah diantara koreksi strips ini dibajak sebagai lahan. Koreksi

strip lebih ditujukan akan tergantung oleh ukuran daerah yang dihilangkan menjadi baris

tanaman dimana jumlah titik baris diabaikan.

Sistem D. Diadaptasi untuk kemiringan lunak. Seluruh baris ditanami secara paralel

menjadi satu jalur yang dimana pada umumnya yang terpanjang atau terjauh. Sistem ini

biasanya tidak cocok untu strip cropping namun diadaptasikan untuk contour farming pada lahan

tidak berteras tanpa strips peyangga

Gambar 1. Metode Penanaman Kontur dengan Terasering pada Strips Penyangga

(Sumber : University of Illinois, College of Agriculture , 1941)

3.4 Perencanaan Kontur dan Sistem Teras

Salah satu alasan dalam memulai pembuatan contour farming and terasering pada

budidaya miring yakni kegiatann ini akan lebih jauh lebih murah dan penting sekali dalam

mencegah hilangnya kesuburan tanah (top soil) dibandingkan mencoba untuk memperkaya

Page 6: Paper Tugas 2 (Contour Farming)_iman Muhardiono 95014002

Mata Kuliah Rekayasa dan Pengelolaan Sungai (2015)

subsoil. Alasan lainnya adalah biaya terasering lebih murah dan kegiatan pertanian jauh lebih

sederhana jika teras dibangun sebelum dibandingkan erosi alur terjadi. Jalur yang dibanung

untuk contour farming sebaiknya ditempatkan bukan hanya secara langsung sebagai praktik

untuk contour farming namun pada saat bersamaan mengizinkan teras ditambahkan setelah

saluran air sebagai outlet dengan baik dirumputi. Saluran berumput yang lebar dibutuhkan

dimanapun lahan yang diolah pada kontur, namun secara khusus dibutuhkan pada lahan yang

diterasering sejak setiap teras membutuhkan satu atau lebih outlet air.

Ketika buffer strips peyangga sudah digunakan dalam contour farming proses pembuatan

terasering sangat sederhana. Teras dapat dibangun diatas rumput strips tanpa mengganggu

pertumbuhan tanaman diantara mereka. Ketika suatu lahan akan diterasering, perencanaan harus

dilakukan dimana pertimbangan keseluruhan area dimasukan, termasuk DAS (Daerah Aliran

Sungai) yang mengalirkan air ke lahan dimana diantara lainnya

- Keseluruhan perencanaan DAS : Sistem teras sebaiknya dilokasikan secara bersamaan

dari puncak kemiringan. Jarak vertikal dari puncak teras dengan puncak kemiringan

sebaiknya tidak lebih jauh dari jarak vertikal diantara teras lainnya. Terkadang air dari

lahan yang diatas mengalir memotong lahan yang diterasering atau dikonturkan. Apabila

lahan diatasnya kecil, puncak teras dapat diletakan dimana tidak mengalirkan air lebih

dari 4 acre. Jika lahan diatasnya lebih luas, solusi terbaik adalah men-terasering paling

atas terlebih dahulu. Jika lahan tersebut tidak diterasering maka parit pengelak harus

dibangun pada tanah nonerosive di bagian lebih atas dari lahan paling rendah untuk

membawa air dari lahan paling atas ke sisi dari lahan, yang dimana dapat dibiarkan

mengalir kebawah arah outlet yang juga bisa digunakan sebagai outlet teras.

- Kesesuaian peletakan outlet : salah satu hal yang paling penting dalam

mempertimbangkan pekerjaan terasering adalah menentukan lokasi paling tepat dari

outlet. Saluran rumput yang sudah permanen dapat dijadikan outlet alamiah yang baik.

Ketika outlet alami tidak dapat ditemukan, maka saluran lebar teras dapat dikeruk lebih

dalam dan dirumputi dan jika perlu diberikan perlindungan dengan waduk permanen.

Ketika saluran outlet dikeruk, seluruh subsoil yang tidak produktif sebaiknya ditutupi

dengan top soil sebelum pemberian benih/ dirumputi. Outlet sebaiknya dipersiapkan satu

tahun atau lebih sebelum teras dibangun.

- Penggabungan Lahan : Petani yang memiliki lahan berdekatan dapat mengatur untuk

memanfaatkan outlet terbaik sepanjang jalur pembatas dengan mengaliri teras dari sisi

satu ke sisi lainnya. Perencaaan untuk pembuatan teras dimasa yang akan datang harus

diperhitungkan pula. Sangat tidak dianjurkan untuk mebangunj outlet sepanjang pagar

pembatas atau pembagian lahan yang sedang dirubah.

- Menganalisa kemiringan : Lahan tanpa perubahan tiba-tiba atau alur yang dalam sangat

baik diadaptasikan untuk terasering. Memetakan seluruh kemiringan dalam suatu lahan

akan membuat terasering dan contour farming lebih mudah dikerjakan.

- Apakah tanah tererosi secara buruk : Beberapa tanah lebih mudah tererosi dibandingkan

yang lainnya. Erosi pada tanah abu kuning memiliki kemiringan yang lunak yang cukup

baik untuk dijadikan terasering, dimana coklat lempung di kemiringan yang sama dapat

membuktikan tidak ada erosi. Pada tanah yang paling mudah tererosi, teras biasanya

diberikan jarak dengan interval yang pendek dan lebih baik bertingkat lebih dibandingkan

pada teras dengan tanah yang lebih baik.

- Memperkirakan panjang teras : Perkiraan panjang teras akan memberikan pertolongan

dalam menentukan tingkatan yang akan dipakai ketika teras dibentuk. Jika teras lebih

Page 7: Paper Tugas 2 (Contour Farming)_iman Muhardiono 95014002

Mata Kuliah Rekayasa dan Pengelolaan Sungai (2015)

panjang dari 1600 sampai 1800 feet maka outlet harus diletakan di posisi tengah atau

setiap sisi lahan.

- Perencaaan tanaman yang berkaitan : jika memungkikan, lahan sebaiknya diterasering

sebelum ditanami alfaalfa supaya teras dapat tahan dan siap sebelum tanaman budidaya

ditanam

- Membuat perencanaa jalan lahan : Jalan lahan sebaiknya dipertimbangkan ketika

merencanakan pembuatan teras dan kontur. Terkadang jalan kontur dapat dibangun di

teras yang luas. Ketika jalan sudah dibuat di ujung teras, lokasinya harus berada diatas

daripada outletnya. Jika jalan tersebut harus dibuat pada otlet maka harus dibuat paralel

diluarnya sehingga tidak memotong teras

3.5 Menentukan lokasi dan menandai jalur

Peralatan yang diperlukan untuk mengukur teras dan lajur kontur ialah drainage level

atau teodolite. Jumlah patok yang dibutuhkan akan tergantung dari panjang lajur dan kondisi

lahan. Patok pada umumnya dipasang setiap jarak 50 feet, namun untuk kemiringan yang

seragam dapat dipasang setiap jarak 100 feet. Pada kegiatan ini dibutuhkan dua orang dimana

yang satu memegang alatnya dan yang satunya memegang patok.

Gambar 2. Drainage level direkomendasikan untuk mematok teras

Dalam membuat contour farming yang sederhana, pertunjuk lajur dapat diletakan dengan

memulainya pada beberapa titik kemiringan (umumnya bagian yang tercuram) kegiatan

pengukuran jarak (umumnya jumlah baris tanaman budidaya) dari bawah hingga titik tertinggi.

Menempatkan lajur untuk teras membutuhkan kehati-hatian yang lebih dan ketepatan

dibandingkan menentukan lajur kontur sederhana. Sebelum pematokan dimulai, titik tertingi

dari lahan harus diketahui terlebih dahulu, perkiraan panjang teras harus ditentukan dan

kemiringan dihitung dibeberapa lokasi.

Gambar 3. Perhitungan kemiringan

Page 8: Paper Tugas 2 (Contour Farming)_iman Muhardiono 95014002

Mata Kuliah Rekayasa dan Pengelolaan Sungai (2015)

Untuk menghitung kemiringan tentukan ketinggian dan bidik patok pada titik tetinggi

kemiringan kemudian hitung jarak 100 feet kebawah dan ambil pembacaan patok selanjutnya.

Perbedaan dianytara dua pembacaan memberikan persentase kemiringan (titik jatuh dalam 100

feet). Pada umumnya untuk lajur teras paling tinggi dipatok terlebih dahulu. Kerap kali teras

paling atas harus dipatok ulang untuk mencegah hulu alur kecil atau area yang dapat

menimbulkan erosi lembar.

Gambar 4. Penentuan patok (kemiringan 4%)

Pada (Gambar 4) menjelaskan jika pembaca pada tinggi patok awal 2 feet 6 inches dan

kemiringan 4%, maka spasi vertikal yang tepat yakni (3 feet 6 inches)(Tabel 2) yang dimana

akan memberikan tinggi patok pada outlet senilai 6 feet.

Gambar 5. Penetuan patok

Apabila tingkatan 3 inches dalam 100 feet ditentukan pada teras, target patok dipasang

kebawah senilai 1½ menjadi 5 feet 1½ inches agar dapat menentuka lokasi 50 feet dari outlet

dimana kemudian patok kedua dipasang pada titik 1½ inches lebih tinggi dari outletnya (Gambar

5). Untuk mematok teras selanjutnya hampir sama seperti awalnya yakni dengan menentukan

tinggi sebelumnya sepanjang kemiringan 200-400 feet dari outletnya yang dihitung dari lajur

batas teras sebelumnya. Apabila penglihatan pembacaan patok terlalu jauh maka patok dapat

diarahkan hingga pembaca dapat melihat ketepatan pada 200-400 feet. Ketelitian dan akurasi

pada saat pengukuran patok sangat dibutuhkan. Pembaca patok harus menahan alat pada lokasi

terakhir pengukuran patok dimana orang kedua membawa patok keposisi lainnya (Gambar 6)

Gambar 6. Posisi Pembacaan dan Pemasangan Patok

Page 9: Paper Tugas 2 (Contour Farming)_iman Muhardiono 95014002

Mata Kuliah Rekayasa dan Pengelolaan Sungai (2015)

Di Illnois, tingkat teras sepanjang saluran tidak boleh lebih dari 4 inches dalam 100 feet.

Teras pendek biasanya dibuat dengan tingkatan yang seragam, namun teras yang lebih dari 400

feet lebih dianjurkan dan memiliki kapasitas yang lebih baik ketika dibuat dengan tingkatan yang

beragam dimana tingkatan dikurangi pada setiap interval 400 kaki dari outlet kearah ujung atas

(Tabel.1)

Tabel 1. Tingkatan Teras setiap 100 feet

(Sumber : University of Illinois, College of Agriculture , 1941)

Teras pada jenis tanah yang mudah menyerap air dapat dibuat sedikit tingkatannya

dibandingkan dengan tanah yang keras. Teras yang memiliki panjang lebi dari 1800 feet harus

memiliki outlet yang terletak di ujung beberapa titik tertentu dan jika memungkinkan teras

tersebut hanya memiliki satu arah saluran. Jarak yang terbaik diijinkan antar teras atau kontur

tergantung dari jenis tanah, besarnya erosi dan curah hujan (Tabel. 2)

Tabel 2. Jarak Antar Teras

(Sumber : University of Illinois, College of Agriculture , 1941)

Ketika teras dibuat memotong alur parit (gully) maka patok harus diletakan dengan

bentuk yang halus membelok dari kemiringan alur parit (gully) tersebut. Pada prakteknya akan

lebih baik membuat teras lurus memtong dibandingkan dengan mengikuti lajur tingkatan

(Gambar 7) serta tidak disarankan mengikuti lajur alur parit sama seperti bentuknya (V).

Page 10: Paper Tugas 2 (Contour Farming)_iman Muhardiono 95014002

Mata Kuliah Rekayasa dan Pengelolaan Sungai (2015)

Gambar 7. Teknik memotong arah alur parit (gully)

Pada saat teras sudah selesai dipatok maka kegiatan pembelokan halus harus dikerjakan

secara cermat. Meskipun mesin terasering sudah siap setiap lajur teras harus ditandai kembali

dengan bajak searah alur untuk mencegah kehilangan tanda patok secara tidak sengaja.

Gambar 8. Teras berdasarkan kemiringan

Dalam membuat teras yang baik dibutuhkan sarana yang kuat. Terkadang petani hanya

membuat teras terlalu kecil dan menggunakan alat yang kecil sehingga tidak teras tidak tahan

lama dan berubah bentuk. Pada kemiringan curam (C) (Gambar 8) teras harus dibentuk lebih

tinggi dibandingkan kemiringan yang landai (A). Umumnya petani mengunakan teknologi

mesin guna membantu dalam membangun konstruksi teras, namun tidak jarang ditemukan

beberapa kelompok petani yang menggunakan peralatan sederhananya untuk membuat teras

(Gambar 9)

Page 11: Paper Tugas 2 (Contour Farming)_iman Muhardiono 95014002

Mata Kuliah Rekayasa dan Pengelolaan Sungai (2015)

Gambar 9. Traktor pada saat pembuatan terasering

Diperlukan ketelitian dan pemeriksaan setelah teras selesai dibuat untuk memastikan

tidak adanya kegagalan konstruksi. Umumnya dilakukan pengukuran setiap 50 feet untuk

memastikan tinggi atau rendahnya suatu teras (Gambar 10)

Gambar 10. Proses pemeriksaan ulang terasering

Koreksi diperlukan ketika pemeriksaan kondisi terasering. (Gambar 11) menunjukan

dimana bubungan A (ridge) terlalu rendah dan harus dinaikan senilai 6 inches. Saluran pada

bubungan B (ridge) sudah tepat. Saluran C terlalu tinggi dan harus diturunkan senilai 3 inches.

bubungan C (ridge) dalam kondisi 6 inches dari yang diperlukan yang dimana dapat dipindahkan

untuk mengisi di bubungan A (ridge)

Gambar 11. Proses Koreksi Pembacaan Tinggi Teras

Page 12: Paper Tugas 2 (Contour Farming)_iman Muhardiono 95014002

Mata Kuliah Rekayasa dan Pengelolaan Sungai (2015)

3.6 Saluran Air Berumput dan Outlet Teras

Outlet teras merupakan bagian tersulit dalam membuat suatu sistem terasering. Apabila

outlet tidak diletakan secara tepat dan terlindungi maka akan terjadi erosi alur yang buruk dan

melebihi kapasitas petani untuk menanggulanginya. Pada umumnya kegagalan outlet teras yakni

mengalirkan air ke saluran dari kemiringan yang tinggi atau area yang tidak terlindungi dari

rerumputan dan mengalirkannya ke parit kecil atau bak vertikal atau head pada outletnya.

Gambar 12. Saluran alami berumput yang dapat membawa debit curah hujan tinggi

dari teras tanpa erosi.

Sebaiknya posisi outlet dibangun pada sisi dari suatu kemiringan terakhir di suatu lahan

atau saluran drainase dapat pula dibuat dilokasi ini. Teras alami berumput yang diintegrasikan

dengan lahan yang diterasering akan mendukung outlet teras dimana teras dapat pula dialiri

melalui saluran tersebut (Gambar 8)

Gambar 13. Desain terasering contour farming

Puncak teras sebaiknya dibuat paling jauh dan kemiringan sebaiknya dibangun paling

sekurang-kurangnya 25 feet dari teras sebelumnya. Air mengalir keluar teras yang dibangun dan

tidak akan terkonsentrasi pada satu strip parit saja (Gambar 9). Outlet parit dipersiapkan dan

ditanami rumput untuk mencegah erosi dan dibangun sebelum air mengalir melalui outlet.

Adapun ukuran dimensi saluran parit dan kemiringan saliran (elevasi dalam 100 feet) dapat

ditentukan dengan menggunakan (Tabel 3)

Page 13: Paper Tugas 2 (Contour Farming)_iman Muhardiono 95014002

Mata Kuliah Rekayasa dan Pengelolaan Sungai (2015)

Tabel 3. Dimensi Outlet Parit Teras

Pada umumnya kemiringan yang cocok sebagai outlet teras dapat distabilkan dengan

rerumputan dimana outlet teknis tidak diperlukan. Beberapa outlet yang lebih rendah dapat tiba-

tiba terjadi kegagalan (overfall) yang dapat merusak puncak lereng lahan pada kondisi ini maka

diperlukan lokasi outlet yang tepat dimana dapat mengalirkan aliran permukaan dan mencegah

kegagalan dengan mebuat oulet teknis (Gambar 10).

Gambar 14. Perkuatan Outlet (Check Dam)

Page 14: Paper Tugas 2 (Contour Farming)_iman Muhardiono 95014002

Mata Kuliah Rekayasa dan Pengelolaan Sungai (2015)

3.7 Pemeliharaan Sistem Terasering

Meskipun teras sudah direncanakan dan dibuat dengan baik, namun akan lebih baik

memberikan pemeliharaan yang berkala setiap tahunnya dibandingan harus memperbaiki

dibandingkan terjadi kerusakan. Ketelitian dan kehati-hatian dalam memperhatikan kerusakan

yang timbul sangat diperlukan dan memudahkan untuk menyelesaikan permasalahannya. Outlet

parit harus diperhatikan dan harus ditangani secara cepat untuk mengehentikan proses erosi yang

terjadi. Apabila erosi alur terjadi pada suatu outlet, hasil erosi tersebut harus dikembalikan pada

lokasi asal dan ditanami rumput. Kebocoran dan kerusakan pada outlet teknis (check dam) harus

ditangani secara serius karena dapat menyebabkan kegagalan dan merusak outlet tersebut.

Setiap terasering yang sudah dibentuk dengan baik dalam pemeliharaannya diperlukan

ketelitian termasuk dalam pembuatan lajur kembali pada teknis pembajakan. Saat pembajakan

lahan pada kontur pada prosesnya traktor tidak boleh berbalik arah dan harus sejajar searah

kontur guna mengrangi resiko kerusakan teras (Gambar 15)

Gambar 15. Teknik pembuatan lajur kembali

4. Kesimpulan

Kombinasi dari contour farming atau strip cropping dan terasering memberikan proteksi

yang paling baik pada budidaya di lahan miring. Diperlukan ketelitian dan kehati-hatian dalam

merencanakan pembangunan terasering suatu lahan dengan membaca sifat fisik tanah, curah

hujan, dan jenis erosi yang terjadi pada lahan tersebut. Konservasi tanah dan air lahan miring ini

lebih ekonomis dalam penerapannya apabila dibandingkan tingkat kerusakan yang terjadi akibat

erosi dan sedimentasi karena kuranngya penanganan secara teknis.

5. Referensi

Alimuddin. 2012. Pendugaan Sedimentasi pada DAS Mamasa di Kab. Mamasa. Sulewesi Barat.

Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.

Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. UGM Press: Yogyakarta

Dariah, Ai. 2004. Teknologi Konservasi Tanah pada Lahan Kering Berlereng. Pusat Penelitian

dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Departemen Pertanian. Indonesia

Lehman, E.W dan R.C.Hay. 1941. Save The Soil With Contour Farming and Teracing.

University of Illnois College of Agriculture and the United States Departement of

Agriculture. Urbana, Illnois

Hardjowigeno, Sarwono. 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo : Jakarta

Page 15: Paper Tugas 2 (Contour Farming)_iman Muhardiono 95014002

Mata Kuliah Rekayasa dan Pengelolaan Sungai (2015)

Saribun, Daud S. 2007. Pengaruh Jenis Penggunaan Lahan dan Kelas Kemiringan Lereng

Terhadap Bobot Isi, Porositas Total, dan Kadar Air Tanah pada Sub-Das Cikapundung

Hulu. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran : Jatinangor

Sudaryono. 2002. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu, Konsep Pembangunan

Berkelanjutan. Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.3 No.2 Hal. 153-158.