PBL PPOK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pbl

Citation preview

BAB I

BAB IPENDAHULUAN

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah penyakit pernafasan yang bersifat kronis progresif dan sangat sering dijumpai di masyarakat. PPOK ditandai dengan gangguan aliran udara yang tidak sepenuhnya dapat dikembalikan seperti semula. Gangguan aliran udara ini umumnya bersifat progresif dan berkaitan dengan respon radang yang tidak normal dari paru akibat gas atau partikel yang bersifat merusak. 1Beberapa waktu ini jumlah pasien PPOK terus meningkat seiring dengan peningkatan usia harapan hidup, meningkatnya prevalensi merokok, pesatnya industrialisasi dan polusi udara terutama di kota-kota besar dan lokasi industri serta pertambangan. Sekitar seperempat populasi dewasa di dunia yang berusia 40 tahun ke atas diketahui menderita penyakit obstruksi saluran pernafasan. Di USA ditemukan PPOK adalah penyebab kematian tersering keempat. Suatu badan yang bernama Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) memperkirakan PPOK nantinya akan menjadi penyebab kematian tersering ketiga di seluruh dunia pada tahun 2020.1,3

Di Indonesia sendiri, dari data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI tahun 1992, angka kematian karena asma, bronkitis kronis, dan emfisema menduduki peringkat keenam sebagai penyebab kematian tersering. Pasien PPOK biasanya penduduk usia pertengahan ke atas. Pasien PPOK laki-laki lebih banyak dari pada pasien perempuan. Sosial ekonomi yang rendah dan pemukiman yang padat memudahkan terkena PPOK.1

Berdasarkan latar belakang itulah pengalaman belajar lapangan tentang PPOK ini diharapkan dapat lebih mengenalkan penyakit paru obstruktif kronis pada mereka yang membacanya agar dapat dikenali dan ditanggulangi sebagaimana mestinya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Definisi

Penyakit Paru Obstruktif Kronis adalah penyakit paru kronis yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran pernafasan yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial1,2. PPOK bisa berupa bronkitis kronis, emfisema atau gabungan keduanya. Bronkitis kronis adalah kelainan saluran pernafasan yang ditandai oleh batuk kronis yang menimbulkan dahak selama minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut-turut dan tidak disebabkan oleh penyakit lainnya. Emfisema adalah kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal pada bronkiolus terminal, disertai dengan kerusakan dinding alveolus.1,3,4

2.2 Faktor Risiko

Asap rokok merupakan satu-satunya penyebab terpenting PPOK, jauh lebih penting dari faktor-faktor penyebab lainnya.3 Adapun yang termasuk dalam faktor-faktor risiko PPOK adalah:

1. Asap Rokok

Sejak lama telah disimpulkan bahwa asap rokok merupakan faktor risiko utama mortalitas dari bronkitis kronis dan emfisema. Serangkaian penelitian telah menunjukkan terjadinya percepatan penurunan volume udara yang dihembuskan dalam detik pertama dari manuver ekspirasi paksa (FEV1) dalam hubungan reaksi dan dosis terhadap intensitas merokok, yang ditunjukkan secara spesifik dalam bungkus-tahun (rata-rata jumlah bungkus rokok yang dihisap per hari dikalikan dengan jumlah total tahun merokok).1Walaupun hubungan sebab akibat antara merokok dan perkembangan PPOK telah benar-benar terbukti, namun reaksi dari merokok ini masih sangat bervariasi. Walaupun merokok merupakan prediktor signifikan yang paling besar pada FEV1, hanya 15% dari variasi FEV1 yang dapat dijelaskan dalam hubungan bungkus-tahun. Temuan ini mendukung bahwa terdapat faktor tambahan dan atau faktor genetik sebagai kontributor terhadap dampak merokok pada perkembangan obstruksi jalan nafas.1

2. Kepekaan Jalan Nafas dan PPOK

Kecenderungan meningkatnya bronkontriksi sebagai reaksi terhadap berbagai stimulus eksogen, termasuk methakolin dan histamin, adalah salah satu ciri-ciri dari asma. Bagaimanapun juga, banyak pasien PPOK juga memiliki ciri-ciri jalan nafas yang hiperresponsif. Pertimbangan akan tumpang tindihnya seseorang dengan asma dan PPOK dalam kepekaan jalan nafas, obstruksi aliran udara, dan gejala pulmonal mengarahkan kepada perumusan hipotesis Dutch. Hal ini menegaskan bahwa asma, bronkitis kronis, dan emfisema merupakan variasi dari dasar penyakit yang sama, yang dimodulasi oleh faktor lingkungan dan genetik untuk menghasilkan gambaran patologis yang nyata. Hipotesis alternatif dari British berpendapat bahwa asma dan PPOK pada dasarnya merupakan penyakit yang berbeda. Asma merupakan suatu fenomena alergi sedangkan PPOK diakibatkan dari hubungan-rokok inflamasi dan kerusakan.13. Infeksi Respirasi

Infeksi respirasi telah diteliti sebagai faktor risiko potensial dalam perkembangan dan progresivitas PPOK pada orang dewasa,1 terutama infeksi saluran nafas bawah berulang.3 Infeksi respirasi pada waktu anak-anak juga telah dinyatakan sebagai faktor predisposisi potensial pada perkembangan akhir PPOK.1

4. Paparan Pekerjaan

Meningkatnya gejala-gejala respirasi dan obstruksi aliran udara merupakan akibat dari paparan debu di tempat kerja. Beberapa paparan pekerjaan yang khas termasuk penambangan batu bara, panambangan emas, dan debu kapas tekstil telah ditegaskan sebagai faktor risiko obstruksi aliran udara kronis. Bagaimanapun juga, walaupun pekerja yang bukan perokok berkembang mengalami reduksi FEV1, yang paling penting adalah paparan debu sebagai faktor risiko PPOK, tidak merokok bukanlah sesuatu jaminan.1

5. Polusi Udara

Beberapa peneliti melaporkan meningkatnya gejala respirasi pada orang-orang yang tinggal di daerah padat perkotaan dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah pedesaan, yang berhubungan dengan meningkatnya polusi di daerah padat perkotaan. Pada wanita bukan perokok di banyak negara berkembang, adanya polusi udara di dalam ruangan yang biasanya dihubungkan dengan memasak, telah dikatakan sebagai kontributor yang potensial. Pada sebagian besar populasi, polusi udara adalah faktor risiko yang kurang begitu penting untuk terjadinya PPOK daripada asap rokok.1

6. Paparan Rokok Pasif Paparan terhadap janin dari ibu-ibu perokok menghasilkan penurunan pertumbuhan paru yang signifikan. Paparan asap tembakau dalam rahim juga memberikan kontribusi penurunan yang signifikan pada fungsi paru post natal.1

1. Defisiensi 1 AntitrypsinDefisiensi 1AT yang berat adalah merupakan faktor risiko genetik terjadinya PPOK. Walaupun hanya 1-2% dari pasien-pasien PPOK yang mewarisi defisiensi 1AT yang berat, namun pasien-pasien ini menunjukkan bahwa faktor genetik ini dapat mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kecenderungan untuk berkembangnya PPOK. 1AT adalah suatu anti protease yang diperkirakan sangat penting untuk perlindungan terhadap protease yang terbentuk secara alami oleh bakteri, leukosit PMN, dan monosit.1

2.3 Patofisiologi

Faktor pencetus bronkitis kronis adalah iritasi kronis yang disebabkan oleh asap rokok dan polusi udara. Asap rokok terdiri dari campuran partikel dan gas. Pada setiap hembusan asap rokok terdapat radikal bebas berupa radikal hidroksida yang akan masuk sampai ke alveolus waktu menghisap rokok. Partikel ini merupakan suatu oksidan yang dapat merusak paru. Dampak yang ditimbulkan berupa rusaknya dinding alveolus dan terjadinya modifikasi fungsi anti elastase pada saluran pernafasan yang berfungsi untuk menghambat neutrofil. Oksidan menyebabkan gangguan fungsi antielastase, sehingga timbul kerusakan jaringan interstitial alveolus.1

Partikulat asap rokok dan udara terpolusi akan mengendap pada lapisan mukus yang melapisi mukosa bronkus sehingga menghambat aktivitas silia. Pergerakan cairan yang melapisi mukosa berkurang, sehingga iritasi pada sel mukosa meningkat sehingga merangsang kelenjar mukosa. Keadaan ini ditambah dengan gangguan aktivitas silia sehingga timbul gejala batuk kronis dan pengeluaran dahak. Produksi mukus yang berlebihan menimbulkan infeksi serta menghambat proses penyembuhan, keadaan ini merupakan suatu lingkaran setan dengan akibat terjadinya hipersekresi.1

Seiring terus berlangsungnya iritasi dan oksidasi di saluran pernafasan maka akan terjadi erosi epitel serta pembentukan jaringan parut. Akan timbul juga metaplasia skuamosa dan penebalan lapisan skuamosa yang menimbulkan stenosis dan obstruksi ireversibel dari saluran nafas.2

Terdapat dua jenis emfisema yang relevan terhadap PPOK, yaitu emfisema pan-asinar dan emfisema sentri-asinar. Pada jenis pan-asinar kerusakan asinar bersifat difus dan dihubungkan dengan proses penuaan serta pengurangan luas permukaan alveolus. Keadaan ini menyebabkan berkurangnya daya regang elastis paru sehingga timbul obstruksi saluran pernafasan. Pada jenis sentri-asinar kelainan terjadi pada bronkiolus dan daerah perifer asinar, kelainan ini sangat erat hubungannya dengan asap rokok dan penyakit saluran pernafasan perifer.2

2.4 Diagnosis

Diagnosis PPOK dapat ditegakkan berdasarkan temuan klinis (anamnesis dan pemeriksaan fisik) dan dibantu dengan pemeriksaan penunjang. Adapun diagnosis PPOK ditegakkan dengan:3,4,5,6

a. Anamnesis Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernafasan. Riwayat terpapar zat iritan dalam jumlah bermakna di tempat kerja. Riwayat penyakit emfisema pada keluarga. Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, misalnya berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran pernafasan berulang, lingkungan dengan asap rokok dan polusi udara. Batuk berulang dengan atau tanpa bunyi mengi b. Pemeriksaan fisik

InspeksiPursed-lips breathing (mulut setengah terkatup/mencucu), yaitu sikap seseorang yang bernafas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang memanjang. Ini diakibatkan oleh mekanisme tubuh yang berusaha mengeluarkan CO2 yang tertahan di dalam paru akibat gagal nafas kronis.Dapat juga ditemui adanya Barrel chest (diameter antero-posterior dan transversal yang sebanding), penggunaan otot bantu nafas dengan retraksi dinding dada, hipertropi otot bantu nafas, pelebaran sela iga. Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai.

Penampilan pink puffer atau blue bloater. Pink puffer adalah gambaran yang khas pada emfisema, pasien kurus, kulit kemerahan dan pernafasan pursed-lips breating. Blue bloater adalah gambaran khas pada bronkhitis kronis, pasien gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer. PalpasiPada emfisema akan ditemukan vokal fremitus melemah dan sela iga melebar. Perkusi

Hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah terutama pada emfisema. Auskultasi

Suara nafas vesikuler normal, atau melemah, terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernafas biasa atau pada ekspirasi paksa, ekspirasi memanjang, bunyi jantung terdengar jauh.

c. Pemeriksaan Penunjang

Spirometri (VEP1, VEP1 prediksi, KVP, VEP1/KVP)

Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi (%) dan atau VEP1/KVP (%).

Obstruksi : % VEP1 (VEP1/VEP1 pred) < 80%, VEP1 % (VEP1/ KVP) < 70%.

VEP1 merupakan parameter yang paling umum digunakan untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit. Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabilitas harian pagi dan sore agar tidak lebih dari 20%.

Uji BronkodilatorDilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter. Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15-20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE < 20 % nilai awal dan < 200 ml. Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil. Darah RutinPemeriksaan kadar hemoblobin, hematokrit, dan leukosit.

Radiologi

Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain. Pada emfisema terlihat gambaran: hiperinflasi, hiperlusen, ruang retrosternal melebar, diafragma mendatar, jantung menggantung (jantung pendulum/tear drop/eye drop appearance. Pada bronkitis kronis, gambaran bisa normal, bisa juga terdapat corakan bronkovaskular bertambah pada 21% kasus.

Pemeriksaan Khusus (tidak rutin)

Pemeriksaan yang tidak rutin dilakukan adalah uji latih kardiopulmoner, uji provokasi bronkus, uji coba kortikosteroid, analisis gas darah, elektrokardiografi (EKG), ekokardiografi, bakteriologi, dan pengukuran kadar alfa-1 antitripsin.2.5 PenatalaksanaanTujuan penatalaksanaan PPOK adalah mengurangi gejala, mencegah eksaserbasi berulang, memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. 1,3,6,7

Penatalaksanaan Secara Umum PPOK

1. EdukasiPPOK adalah penyakit yang kronis yang irreversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru. Berbeda dengan asma yang masih bersifat reversibel, menghindari pencetus dan memperbaiki derajat penyakit adalah inti dari edukasi atau pengobatan dari asma.

Tujuan edukasi pada pasien PPOK adalah mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan, melaksanakan pengobatan yang maksimal, mencapai aktiviti yang optimal, meningkatkan kualitas hidup. Edukasi yang diberikan antara lain pengetahuan dasar tentang PPOK, obat-obatan, manfaat dan efek sampingnya, cara pencegahan perburukan penyakit, menghindari pencetus (berhenti merokok), penyesuaian aktivitas. Pemberian edukasi pada derajat penyakit ringan berupa penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel, mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, antara lain berhenti merokok, segera berhenti merokok bila timbul gejala; pada penyakit derajat sedang: menggunakan obat dengan tepat, mengenal dan mengatasi eksaserbasi dini, program latihan fisik dan pernapasan; pada penyakit derajat berat: informasi tentang komplikasi yang dapat terjadi, penyesuaian aktivitas dengan keterbatasan, penggunaan oksigen dirumah.

2. Obat-obatan

a. BronkodilatorDapat diberikan tunggal atau kombinasi ketiga jenis bronkodilator, yaitu: antikolinergik, beta-2 agonis, xantin. Pemilihan obat diutamakan inhalasi, nebulizer tidak tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat atau obat berefek panjang.b. Anti-inflamasiObat ini digunakan pada eksaserbasi akut dalam bentuk intravena. Berfungsi sebagai anti inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednisone. Penggunaan obat ini ditujukan untuk mengurangi lamanya perawatan, mempercepat pemulihan, dan mengurangi kesempatan eksaserbasi berikutnya atau kumatnya untuk suatu periode lebih dari 6 bulan.c. AntibiotikaHanya diberikan bila terjadi infeksi. Antibiotik yang digunakan adalah lini pertama (amoksisilin atau makrolid), lini kedua amoksisilin dan asam klavulanat, sefalosporin, kuinolon, atau makrolid baru. Perawatan di rumah sakit dipilih amoksisilin dan asam klavulanat, sefalosporin generasi I dan II injeksi, atau kuinolon per oral, ditambah aminoglikosida injeksi, kuinolon injeksi, atau sefalosporin generasi IV injeksi.

d. AntioksidanDapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualitas hidup, digunakan N-asetilsistein.e. MukolitikHanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronchitis kronis dengan sputum yang kental.

f. AntitusifPemberian obat ini harus hati-hati

3. Terapi oksigenManfaat oksigen: mengurangi sesak, memperbaiki aktivitas, mengurangi hipertensi pulmonal, mengurangi vasokontriksi, mengurangi hematokrit, memperbaiki fungsi neuropsikiatri, meningkatkan kualiti hidup.

Indikasi pemberian oksigen adalah PaO2 < 60 mmHg atau Saturasi O2 < 90% atau PaO2 diantara 55-59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai kor pulmonal, perubahan P pulmonal, hematokrit > 55% dan tanda-tanda gagal jantung kanan.

4. Ventilasi mekanik

5. Nutrisi

6. RehabilitasiPenatalaksanaan Pada Keadaan Stabil

Tujuan penatalaksanaan pada keadaan stabil adalah untuk mempertahankan fungsi paru, meningkatkan kualitas hidup, mencegah eksaserbasi. Penatalaksanaan PPOK stabil dilaksanakan di poliklinik atau di rumah. Penatalaksanaan rawat jalan di poliklinik meliputi mengatasi eksaserbasi ringan sampai sedang, menjaga agar tidak terjadi gagal napas akut pada gagal napas kronis, mengatasi komplikasi ringan. Penatalaksanaan di rumah meliputi penggunaan obat-obatan dengan tepat, terapi oksigen, penggunaan mesin bantu napas dan pemeliharaannya, rehabilitasi, evaluasi dan monitor.

Penatalaksanaan Pada Eksaserbasi Akut

Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi sebelumya. Eksaserbasi dapat disebabkan infeksi atau faktor lainnya seperti polusi udara, kelelahan atau timbulnya komplikasi. Gejala eksaserbasi: sesak bertambah, produksi sputum meningkat, perubahan warna sputum. Eksaserbasi akut dibagi menjadi tiga:

1. Tipe I ( eksaserbasi berat), memilki 3 gejala di atas.

2. Tipe II (eksaserbasi sedang) memiliki 2 gejala di atas.

3. Tipe III (eksaserbasi ringan) memiliki 1 gejala di atas ditambah infeksi saluran pernapasan atas lebih dari 5 hari, demam tanpa sebab lain, peningkatan batuk, peningkatan mengi atau peningkatan frekuensi pernapasan > 20% baseline, atau frekuensi nadi > 20% baseline.

Penyebab eksaserbasi akut. Primer karena infeksi trakeobronkial (biasanya karena virus); sekunder: pneumonia, gagal jantung kanan, atau kiri, atau aritmia, emboli paru, pneumotoraks spontan, penggunaan oksigen yang tidak tepat, penggunaan obat-obatan (obat penenang, diuretik) yang tidak tepat, penyakit metabolic (DM, gangguan elektrolit), nutrisi buruk, lingkungan memburuk/polusi udara, aspirasi berulang, stadium akhir penyakit respirasi (kelelahan otot respirasi).

Penanganan eksaserbasi akut ringan dapat dilakukan di rumah oleh pasien yang telah diedukasi dengan cara menambahkan dosis bronkodilator atau dengan mengubah bentuk bronkodilator yang digunakan dari bentuk inhaler, oral menjadi bentuk nebulizer; menggunakan oksigen bila aktivitas dan selama tidur; menambahkan mukolitik; dan menambahkan ekspektoran.

Bila dalam 2 hari tidak ada perbaikan pasien harus segera dibawa ke dokter. Penatalaksanaan eksaserbasi akut sedang dan berat dilakukan di rumah sakit, dapat dilakukan secara rawat jalan atau rawat inap dan dilakukan di poliklinik rawat jalan, unit gawat darurat, ruang rawat, atau ruang ICU.

2.6 Komplikasi

Komplikasi yang dapat tejadi pada PPOK adalah:3

a. Gagal nafas Gagal nafas kronis

Dapat diatasi dengan menjaga keseimbangan PO2 dan PCO2, bronkodilator adekuat, terapi oksigen yang adekuat terutama waktu aktivitas atau waktu tidur, antioksidan, latihan pernapasan dengan pursed lips breathing. Gagal nafas akut pada gagal nafas kronis, ditandai oleh sesak nafas dengan atau tanpa sianosis, sputum bertambah dan purulen, demam, kesadaran menurun.

b. Infeksi berulang

Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadinya infeksi berulang. Pada kondisi kronis ini imunitas menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limfosit darah.

c. Kor pulmonal

Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50%, dapat disertai gagal jantung kanan.2.7 Pencegahan

a. Mencegah terjadinya PPOK dengan menghindari asap rokok, hindari polusi udara, hindari infeksi saluran pernapasan berulang.3,7b. Mencegah perburukan PPOK dengan berhenti merokok, gunakan obat-obatan adekuat, mencegah eksaserbasi berulang. Strategi yang dianjurkan oleh Public Health Service Report USA adalah: ask, lakukan identifikasi perokok pada setiap kunjungan; advice, terangkan tentang keburukan/dampak merokok sehingga pasien didesak mau berhenti merokok; assess, yakinkan pasien untuk berhenti merokok; assist, bantu pasien dalam berhenti merokok; dan arrange, jadwalkan kontak usaha berikutnya yang lebih intesif, bila usaha pertama masih belum memuaskan.3,7BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas PasienNama

: INRUmur

: 62 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Suku

: Bali

Agama

: Hindu

Pendidikan

: SD

Status perkawinan: Sudah menikah

Pekerjaan

: Tidak bekerja (pensiun)Alamat

: Jalan Tukad Banyusari Gang Pelita 3A No. 2 DenpasarTanggal MRS

: 12/5/2010Tanggal Pemeriksaan: 3/6/2010

3.2 Anamnesis

Keluhan utama : sesak napasRiwayat penyakit sekarang :Pasien mengeluh sesak napas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak dirasakan terus menerus dan tidak membaik dengan perubahan posisi. Sesak semakin bertambah berat sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Sesak disertai dengan suara napas ngik-ngik.Pasien juga mengeluh batuk sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk disertai dengan dahak berwarna putih tanpa disertai darah. Panas badan (+).Dada terasa berat seperti tertindih beban berat juga dikeluhkan pasien sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Rasa berat pada dada ini tidak menjalar ke punggung dan lengan. Mual juga dirasakan sejak kemarin. Muntah (-)

Nafsu makan pasien dikatakan menurun sejak sakit. Pasien bahkan tidak mau makan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. BAB dan BAK dikatakan normal.

Pasien sempat berobat ke dokter dan mendapat pengobatan methyl prednisolon 3x1, erythromycin 500 mg 3x1, paracetamol 3x1 dan biopress 8 mg 1x1.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien sering sesak napas sejak 5 tahun yang lalu, dimana sesak napas ini dikatakan sering kambuh, terutama jika pasien beraktivitas berat.

Riwayat hipertensi (+) sejak 1 tahun yang lalu, dimana pasien mengonsumsi obat biopress 1x1, tetapi konsumsi obat ini tidak teratur.

Riwayat alergi penisilin (+). Riwayat asma, diabetes mellitus, dyspepsia, penyakit jantung dan penyakit rematik disangkal pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.

Ayah pasien dahulu sering mengeluh nyeri dada dan meninggal mendadak. Istri pasien menderita penyakit jantung sejak 1 tahun yang lalu.

Riwayat asma, hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit jantung dalam keluarga tidak diketahui

Riwayat Sosial

Pasien sudah menikah dan tinggal bersama anak dan cucunya. Saat ini pasien tidak bekerja. Pasien dahulu bekerja sebagai pegawai negeri di PLN. Pasien mengendarai sepeda motor dalam melakukan pekerjaannya selama 30 tahun dengan menempuh jarak 100 km hari. Pasien mengatakan tidak pernah memakai masker dan jaket jika mengendarai sepeda motor. Pasien juga memiliki riwayat merokok, sehari kira-kira 1 bungkus selama 30 tahun, namun sudah berhenti sejak 5 tahun yang lalu saat pasien menderita sesak napas. Pasien dahulu sering makan makanan berkolesterol tinggi seperti babi guling dan sate kambing Namun, saat ini pasien tidak pernah lagi mengonsumsi makanan berkolesterol. Pasien sering mengonsumsi sayur-sayuran. Pasien mengaku tidak pernah berolahraga.Penapisan Status Fungsional ADL Barthel (BAI)

FungsiSkorKeterangan

01Mengotrol BAB0Inkontinen/tak teratur (perleunema)

1Kadang-kadang inkontinen (1 x seminggu)

2Kontinen teratur

02Mengotrol BAK0Inkontinen/pakai kateter dan tak terkontrol (perleunema)

1Kadang-kadang inkontinen (1 x seminggu)

2Kontinen teratur

03Membersihkan diri (lap muka, sisir rambut, sikat gigi)0Butuh pertolongan orang lain

1Mandiri

04Penggunaan toilet pergi kedalam WC (melepas, mamakai celana, menyeka, menyiram)0Tergantung pertolangan orang lain

1Perlu pertolongan beberapa aktivitas tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa aktivitas yang lain

2Mandiri

05Makan 0Tidak mampu

1Perlu seseorang menolong memotong makan

2Mandiri

06Berpindah tempat dari tidur ke duduk0Tidak mampu

1Perlu banyak bantuan untuk duduk (2orang)

2Bantuan minimal 1 orang

3Mandiri

07Mobilisasi/berjalan0Tidak mampu

1Bisa berjalan dengan kursi roda

2Berjalan dengan bantuan Saturday

3Mandiri

08Berpakaian (memakai baju)0Tergantung orang lain

1Sebagaian dibantu (mis. mengancing baju)

2Mandiri

09Naik turun tangga0Tidak mampu

1Butuh pertolongan orang lain

2Mandiri

10Mandi 0Tergantung orang lain

1Mandiri

Interpretasi skor ADL (BAI)

20

: mandiri 12 19: ketergantungan ringan

9 11

: ketergantungan sedang

5 8

: ketergantungan berat

0 4

: ketergantungan totalDengan penapisan ADL (BAI), didapatkan total skor pasien adalah 20, yang berarti pada pasien didapatkan tidak memiliki ketergantungan terhadap keluarga dan orang-orang di sekitarnya dan mandiri dalam melakukan tugas-tugas sehariannya.IADLNoAktivitasIndependen (tidak perlu bantuan orang lain) Nilai = 0Dependen (perlu bantuan orang lain) Nilai = 1Nilai

1Telepon Mengoperasikan telepon sendiri

Mencari dan menghubungi nomer

Menghubungi beberapa nomer yang diketahui

Menjawab telepon tetapi tidak menghubungiTidak bisa menggunakan telepon sama sekali0

2BelanjaMengatur semua kebutuhan belanja sendiri Perlu bantuan untuk mengantar belanja Sama sekali tidak mampu belanja0

3Persiapan makananMerencanakan, menyiapkan, dan menghidangkan makanan Menyiapkan makanan jika sudah disediakan bahan makanan Menyiapkan makanan tetapi tidak mengatur diet yang cukup

Perlu disiapkan dan dilayani0

4Perawatan rumah Merawat rumah sendiri atau bantuan kadang-kadang Mengerjakan pekerjaan ringan sehari-hari (merapikan tempat tidur, mencuci piring) Perlu bantuan untuk semua perawatan rumah sehari-hari Tidak berpartisipasi dalam perawatan rumah1

5Mencuci baju Mencuci semua pakaian sendiri Mencuci pakaian yang kecil Mencuci hanya beberapa pakaian Semua pakaian dicuci oleh orang lain0

6Transport Berpergian sendiri menggunakan kendaraan umum atau menyetir sendiri Mengatur perjalanan sendiri

Perjalanan menggunakan transportasi umum jika ada yang menyertai Perjalanan terbatas ke taxi atau kendaraan dengan bantuan orang lain Tidak melakukan perjalanan sama sekali0

7PengobatanMeminum obat secara tepat dosis dan waktu tanpa bantuanTidak mampu menyiapkan obat sendiri0

8Manajemen keuangan Mengatur masalah finansial ( tagihan, pergi ke bank)

Mengatur pengeluaran sehari-hari, tapi perlu bantuan untuk ke bank untuk ke bank/transaksi pentingTidak mampu mengambil keputusan finansial atau memegang uang1

Interpretasi skor IADL :

0 : Independen

1 : Kadang-kadang perlu bantuan

2: Perlu bantuan sepanjang waktu

3-8 : Tidak beraktivitas / Dikerjakan orang lain

Melalui penapisan IADL, didapatkan total skor 1 yang berarti pasien kadang-kadang memerlukan bantuan untuk semua perawatan rumah sehari-hariPenapisan KognitifAMT (Abreviated Mental Test)a. Umur . tahun

b. Waktu/jam sekarang .

c. Alamat tempat tinggal .

d. Tahun ini .

e. Saat ini berada di mana

f. Mengenali orang lain di RS (dokter, perawat,dll)

g. Tahun kemerdekaan RI

h. Nama presiden RI

i. Tahun kelahiran pasien atau anak terakhir .

j. Menghitung terbalik (20 s/d 1)0.Salah 1.Benar0.Salah 1.Benar0.Salah 1.Benar

0.Salah 1.Benar

0.Salah 1.Benar

0.Salah 1.Benar

0.Salah 1.Benar

0.Salah 1.Benar

0.Salah 1.Benar

0.Salah 1.Benar

Skor AMT:0 3 : Gangguan kognitif berat

3 7 : Gangguan kognitif ringan

8 10 : NormalTotal Skor :10

Perasaan hati (afeksi) oBaik oLabil oDepresi oAgitasi oCemas

Penapisan DepresiGDS (Geriatric Depresion Scale)YATIDAK

01Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda?01

02Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau kesenangan anda? 10

03Apakah anda merasa kehidupan anda kosong?10

04Apakah anda sering merasa bosan?10

05Apakah anda sangat berharap terhadap masa depan? 01

06Apakah anda merasa targanggu dengan pikiran bahwa anda tidak dapat keluar dari pikiran anda? 10

07Apakah anda merasa mempunyai semanagat yang baik setiap saat?01

08Apakah anda merasa takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada diri anda? 10

09Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? 10

10Apakah anda sering merasa tidak berdaya?10

11Apakah anda sering merasa resah dan gelisah?01

12Apakah anda lebih senag berada dirumah daripada pergi ke luar rumah dan melakukan hal-hal yang baru? 10

13Apakah anda sering merasa khawatir terhadap masa depan anda?01

14Apakah anda merasa bahwa situasi tanpa harapan?10

15Apakah anda merasa bahwa kebanyakan orang lebih baik daripada anda?10

skala Depresi Geriatri (Geriatric Depresion Scale/GDS)* Nilai : 3 atau lebih pada GDS 15 mendeteksi adanya kasus depresi (100% sensitif)

Total skor GDS pasien adalah 3, yang berarti didapatkan adanya depresi ringan.Penapisan Nutrisi Mini (Mini Nutritional Assessment)NoPenilaianNilai

1Indeks masa tubuh : BB/TB (m2)

a.< 19 =0, b. 19-21=1, c.21-23 =2, d.>23 = 31

2Lingkar lengan atas (cm)

a.< 21 = 0, b.21-22 =0.5, c. >22 =11

3Lingkar betis (cm)

a. 31=0, b. >31=10

4BB selama 3 bulan terakhir :

a.kehilangan > 3kg = 0, b.tidak tahu =1

c.kehilangan antara 1-3 kg=2, d.tidak kehilangan BB=32

5Hidup tidak tergantung (tidak di tempat perawatan atau RS) : a.tidak = 1, b.ya =01

6Menggunakan lebih dari 3 obat perhari

a. tidak = 1, b.ya =01

7Mengalami stres psikologis atau penyakit akut dalam 3 bulan terakhir :a.tidak = 2, b.ya =02

8Mobilitas a. Hanya terbaring atau diatas kursi roda = 0b. Dapat bangkit dari tempat tidur tapi tidak keluar rumah=1c. Dapat pergi keluar rumah =22

9Masalah neuropsikologis a. Demensia berat dan depresi =0b. Demensia ringan =1c. Tidak ada masalah psikologis = 22

10Nyeri tekan atau luka kulit

a.ya=0, b. tidak = 11

11Barapa banyak daging yang dikonsumsi setiap hari ?a. 1x makan =0, b.2xmakan=1, c.3x makan =2 0

12Asupan protein terpilih a. Minimal 1x penyajian poduk-produk susu olahan (susu, keju, yoghurt, es krim) perhari. Ya = 1, tidak =0b. Dua atau lebih pnyajian produk kacang-kacangan (tahu, tempe, susu kedelai ) dan telur perminggu ya=1, tidak = 0c. Daging, ikan , unggas tiap hari ya=1, tidak =00

1

0

13Konsumsi 2 atau lebih penyajian sayur atau buah-buahan perhari a.ya =1, b.tidak=00

14Bagaimana asupan makanan 3 bulan terakhir a. Kehilangan nafsu makan berat = 0b. Kehilangan nafsu makan sedang = 1c. Tidak kehilangan nafsu makan = 21

15Berapa banyak cairan (air, jus,kopi, teh, susu) yang dikonsumsi perhari

a.< 3 cangkir = 0, b. 3-5 cangkir = 0,5, c. >5 cangkir =10.5

16Pola makan a. Tidak dapat makan tanpa bantuan = 0b. Dapat makan sendiri dengan sedikit kesulitan = 1c. Dapat makan sendiri tanpa masalah =2 2

17Apakah mereka tahu bahwa mereka memiliki masalah gizi ?a. Malnutrisi = 0, b.tidak tahu atau malnutrisi sedang = c. Tidak ada masalah gizi = 22

18Dibandingkan dengan orang lain dengan usia yang sama, bagaimana mereka menilai kesehatan mereka sekarang?a.Tidak baik =0, b.Tidak tahu =0.5, c.Baik =1, d.Lebih baik =22

Total penilaian 21,5

Interpretasi:Skor 24 = gizi baik Skor 17-23,5= berisiko malnutrisi

Skor < 17= malnutrisi

Total skor pasien ini 21,5, yang berarti bahwa pasien berisiko malnutrisi.

Penapisan Inkontinensia

SkorPertanyaan : Apakah anda mengompol atau BAB tanpa disadari ?

0Tidak pernah

1,0Kadang-kadang kehilangan kontrol berkemih/ menggunakan alat bantu untuk berkemih dan BAB

2,5Kehilangan kontrol berkemih sedikitnya sekali dalam sebulan

4,0Kehilangan kontrol berkemih sedikitnya 2 kali sebulan / kadang-kadang kehilangan kontrol BAB

5,0Kehilangan kontrol BAB sedikitnya 1 kali sebulan

5,5Kehilangan kontrol berkemih sedikitnya sekali dalam seminggu

6,5Kehilangan kontrol BAB sedikitnya 2 kali sebulan

8,0Kehilangan kontrol BAB sedikitnya 1 kali seminggu/ Kehilangan kontrol berkemih sedikitnya sekali tiap hari

10Kehilangan kontrol BAB sedikitnya 1 kali sehari

10,5Tidak bisa mengontrol fungsi berkemih sama sekali

11,5Tidak bisa mengontrol BAB sama sekali

Inkontinensia dikelompokkan menjadi :

0

: Tidak ada inkontinensia

1-2,5

: inkontinensia ringan

4,0-6,5 : inkontinensia sedang

8

: Inkontinensia beratPada pasien ini didapatkan skor 0, yang berarti tidak ada inkontinensia.3.3 Pemeriksaan fisik (3/6/2010)

Status present:

Tekanan darah

: 140/90 mmHg

Nadi

: 88 x/mnt

Respirasi

: 22 x/mnt

Suhu aksila

: 36,7 C

Berat badan

: 55 kg

Tinggi badan

: 165 cm

Status general:

Mata : anemia -/-, ikterus -/-, RP +/+ isokor

THT : kesan tenang Leher : JVP PR + 0 cm H2O Pembesaran kelenjar (-)Thorak :

Cor

Inspeksi: iktus cordis tidak tampak

Palpasi : iktus cordis teraba di MCL kiri ICS V Perkusi : Batas kanan PSL kanan

Batas kiri MCL kiri

Batas atas ICS II

Auskultasi: S1 S2 tunggal reguler, murmur (-)Pulmo

Inspeksi: simetris statis dan dinamis, sela iga melebar, barrel chest (+), retraksi (-)Palpasi: vokal fremitus /Perkusi: hipersonor/hipersonor

Auskultasi: vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen :

Inspeksi: distensi (-), ascites (-)Auskultasi: BU (+) N Palpasi: H/L tidak teraba, nyeri tekan (-),

Perkusi: timpani Ekstremitas :

Hangat : + + Edema : - -

+ + - -

3.4 Pemeriksaan Penunjang

Darah Lengkap

Darah Lengkap12/05/2010Nilai Normal

WBC7,74,1 10,9

Netrofil80,2 47 80

Limfosit13,513 40

Monosit6,22 11

Eosinofil0,00 5

Basofil0,10 2

RBC5,014,5 5,9

HB15,213,5 17,5

HCT44,341 53

MCV88,480 100

MCH30,426 34

MCHC34,331 36

PLT137 150 440

Kimia DarahKimia Darah12/05/2010Nilai Normal

SGOT33,69 11 33

SGPT16,0211 50

BUN17,410 28

SC0,9830,5 1,2

CKMB33,96 7 25

LDH469,7240 480

GDS109,170 140

Na134,1 135 147

K3,6133,5 5,5

Analisa Gas Darah

AGD12/05/2010Nilai Normal

pH7,458 7,35 7,45

pCO238,635 45

pO273,2 80 100

Hct54 37 48

HCO3-26,7 22 26

TCO227,924 30

BE2,9-3 3

SO295,5

Na127 135 145

K3,26 3,4 4,8

EKG (12/05/2010)

Irama sinus HR : 85 x/menit Axis normal III, aVF ST depresi slope downKesan : Iskemia Inferior

Foto Thorax AP (12/05/2010)

Cor : CTR=48%, bentuk tear drop Pulmo : infiltrat (+) pada paracardial dextra Sinus pleura kanan kiri tajam

Diafragma kanan kiri normal

Tulang-tulang tidak tampak kelainan, sela iga melebarKesan : Emfisematous lung

Suspek pneumonia3.5 Diagnosis

PPOK eksaserbasi akut

Suspek pneumonia PJK iskemia inferior

Hipertensi grade I3.6 Penatalaksanaan

MRS Diet rendah kalori tinggi protein

IVFD NaCl 0,9% 12 tetes/menit

O2 2 liter/menit

Nebulizer Combivent @ 8 jam

Cefotaxim 3 x 1 g

Azitromycin 1 x 500 mg

Methyl prednisolon 2 x 62,5 mg

Paracetamol 3 x 500 mg (kp) Bisolovon syrup 3 x C1

Acetosal 1 x 80 g

Clopidogrel 1 x 75 mg

Biopress 1 x 8 mg

Planning Diagnosis

Spirometri

Sputum gram/kultur/tes sensitvitas

Monitoring

Vital sign

Keluhan

3.7 Prognosis

Ad vitam: dubius ad bonam

Ad fungsionam: dubius ad malam3.8 Daftar PermasalahanAdapun sejumlah permasalahan yang masih menjadi kendala pasien dalam hal menghadapi penyakitnya : Pasien jika keluar rumah dengan sepeda motor tidak pernah memakai masker sebagai pelindung terhadap debu dan polusi udara.

Pasien sejak mengikuti terapi alternatif (ceragem) 1 bulan yang lalu tidak mengkonsumsi obat dan kontrol ke poliklinik secara rutin.

Lingkungan rumah padat dan kurang ventilasi karena ventilasi rumah yang terlalu kecil dan jendela rumah yang selalu tertutup sehingga sirkulasi udara kurang baik.

Keadaan rumah yang berantakan dan terlihat kotor.

Stres psikologis karena pasien terlalu mencemaskan anak perempuannya yang saat ini masih duduk di bangku kuliah salah dalam pergaulan sehingga pasien sangat protektif dan sangat khwatir kepada anaknya. Asupan karbohidrat berlebih sedangkan asupan protein masih kurang dan kebutuhan kalori belum tercukupi Pasien jarang berolahraga dan berekreasi karena lebih memilih untuk diam di rumah.3.9 Analisis Kebutuhan PasienKebutuhan Fisik-Biomedis Kecukupan GiziNutrisi harian keluargaJenisJumlahJadwal/hariJadwal/minggu

Karbohidrat

Nasi

Roti

Mie

Lainnya

Protein

Hewani

Nabati

Susu

Buah

Sayur

Lainnya

1 piring

1 potong

1 mangkok

-

1 potong ikan & telur1 potong tahu & tempe

1 gelas

1 biji/potong

1 ikat

-

3 kali

Tidak tentu

Tidak tentu

-

2 kali

3 kali

1 kaliTidak tentu

2

-

21 kali

1 kali1 kali-

14 kali

21 kali

7 kali3 kali14 kali

-

Menurut pengakuan pasien, dalam sehari pasien makan tiga kali berupa nasi, ikan, tempe, tahu, telur dan sayur. Selain itu pasien juga mengonsumsi susu setiap hari. Sesekali pasien juga mengkonsumsi daging ayam ataupun babi serta buah-buahan.. Keseharian pasien tidak mengalami kendala dalam pola makannya dan nafsu makan cukup baik.

Perhitungan kebutuhan kalori bagi penderita ini dihitung dengan menggunakan rumus Brocca yang sudah dimodifikasi sebagai berikut:

Berat badan ideal =90% x ( TB-100)x 1 kg

=90% x (165-100) x 1 kg

=58.5 kg

Kalori yang dibutuhkan:

Kebutuhan kalori pada laki-laki

= 58,5 kg x 30 kal/kgbb

= 1755 kal

Kebutuhan kalori pada dekade 60-69 tahun= 1755 kal (10% x 1755)

= 1579,5 kal

Penderita memiliki aktivitas ringan = 1579,5 kal + (10% x 1755)

= 1755 kal

Untuk memudahkan perhitungan maka dipakai kebutuhan kalori penderita adalah 1700 kalori per hari.Distribusi makanan:

Karbohidrat 30% = 30% x 1700 kal = 510 kal yang setara dengan 127,5 gram karbohidrat

Protein 50% = 50% x 1700 kal = 850 kal yang setara dengan 212,5 gram protein Lemak 20% = 20% x 1700 kal = 340 kal yang setara dengan 37,8 gram lemak

Dari nutrisi harian keluarga, dapat dihitung jumlah kalori, karbohidrat, protein dan lemak dari makanan yang dikonsumsi pasien setiap harinya sebagai berikut:JenisKarbohidrat

(gr)Protein

(gr)Lemak

(gr)Kalori

(kal)

Nasi

Roti

Mie

Tahu Tempe

Ikan

Telur

Susu

Buah

Sayur1201,9

2,86

21

10,5

-

-

10

5,14

10120,19

0,29

15

7,5

14

14

7

-

2--

-

9

4,5

4

10

6

-

-

5258,3

12,5

225

112,5

100

150

125

21,4

50

Total181,47233,51329,7

Perbandingan hasil analisis makanan pasien di rumah dengan kebutuhanPerbandinganKarbohidrat

(gr)Protein

(gr)Lemak

(gr)Kalori

(kal)

Konsumsi

Kebutuhan

Tingkat konsumsi181,4

127,5

142,3%72

212,5

33,9%33,537,8

88,6%1329,71755

75,8%

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat konsumsi pasien dirumah sudah cukup baik kecuali konsumsi protein yang masih kurang yaitu kebutuhan konsumsi protein sebesar 212,5gr tetapi pasien hanya mengkonsumsi protein sebanyak 72gr. Dilihat dari konsumsi karbohidrat masih cukup tinggi, dimana secara ideal kebutuhan konsumsi karbohidrat sebanyak 127,5gr perharinya sedangkan pasien mengkonsumsi karbohidrat sebanyak 181,4gr. Akses pelayanan kesehatan

Pasien tinggal di wilayah Sanglah. Akses ke pelayanan kesehatan terdekat sekitar 500 m dari tempat tinggal pasien, yakni RSUP Sanglah. Lingkungan

Saat ini pasien tinggal bersama istri, dua anak laki-laki dimana anak yang pertama sudah bekerja dan yang kedua masih duduk di bangku kuliah, satu orang anak perempuan yang masih kuliah, satu menantu yang merupakan ibu rumah tangga dan satu orang cucu. Rumah pasien seluas 2 are dan cukup lapang. Di rumah pasien terdapat 4 buah kamar, sebuah ruang tamu, sebuah ruang keluarga, sebuah kamar mandi, sebuah dapur serta sebuah balai bengong. Ventilasi dan cahaya matahari yang masuk ke rumah kurang karena selalu tertutup. Suasana di dalam rumah sedikit pengap karena kurangnya udara yang masuk ke dalam rumah. Pasien berlangganan air kemasan isi ulang untuk memenuhi kebutuhan minum sehari-hari, dimana menghabiskan sekitar 3 galon tiap minggunya. Sedangkan untuk keperluan memasak dan MCK, pasien menggunakan air sumur.Kebutuhan bio-psikososial Lingkungan biologis

Dalam lingkungan biologis keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit PPOK. Faktor psikososial

Pasien saat ini kurang mendapat perhatian dan dukungan dari keluarga. Untuk kebutuhan kontrol ke Poliklinik RS Sanglah, pasien tidak rutin datang ke rumah sakit. 3.10 Saran Pasien hendaknya selalu memakai masker jika berpergian keluar rumah dengan sepeda motor sebagai pelindung terhadap debu dan polusi udara.

Ada anggota keluarga yang berperan sebagai caregiver sehingga ada yang mengontrol pasien untuk minum obat dan kontrol ke poliklinik geriatri secara rutin

Jendela rumah hendaknya sering dibuka agar udara dapat bersirkulasi dengan baik

Lingkungan rumah sebaiknya dibersihkan setiap hari.

Pasien sebaiknya mengikuti kegiatan-kegiatan untuk mengisi kesibukan sehari-hari dengan aktivitas ringan agar tidak memikirkan hal-hal yang negatif.

Pasien sebaiknya melakukan konsultasi kebutuhan gizi kepada ahli gizi untuk memenuhi kebutuhan kalori.

Pasien sebaiknya secara rutin mengikuti olahraga ringan dan berekreasi agar dapat menyegarkan badan dan pikiran.DAFTAR PUSTAKA1. Reilly JJ, Silverman EK, Shapiro SD. Chronic obstructive pulmonary disease.In: Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, editors. Harrisons principles of internal medicine. 16th ed. New York: McGraw-Hill; 2004. p. 1547-54.

2. Roisin RR., Anzeuh, A., Barbeau, Jean., Calverley, P., et al. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Diseases (Global Strategy For Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Diseases Updated 2009). Medical comunication resources, inc.

3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Tim Kelompok Kerja PPOK; 2004.4. Soemantri ES, Uyainah A. Bronkitis kronis dan emfisema paru. In: Suyono HS, Waspadji S, Lesmana L, Alwi I, Setiati S, Sundaru H et al, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 2nd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001. p. 872-81.

5. Wilson LM. Penyakit pernapasan obstruktif. In: Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. 4th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1994. p. 688-97.

6. Raynauld. Chronic Obstructive Pulmonary Disease; Scientists at University of California discuss research in chronic obstructive pulmonary disease.Obesity, Fitness & Wellness Week.2009Apr18 816. In: Academic Research Library.7. KunikM.,VeazeyC.,CullyJ.,SouchekJ.,GrahamD.,HopkoD.,CarterR.,SharafkhanehA.,GoepfertE.,WrayN.,StanleyM..COPD education and cognitive behavioral therapy group treatment for clinically significant symptoms of depression and anxiety in COPD patients: a randomized controlled trial.Psychological Medicine.2008Mar1;38(3): 385-396. 8. Wilson LM. Tanda dan gejala penyakit pernapasan. In: Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. 4th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1994. p. 681-86.9. Hood A, Mukty HA, editors. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Surabaya: Airlangga University Press; 2002. p. 231-53.

DENAH RUMAH PASIEN

LAMPIRAN Gang rumah pasien menuju jalan utama

Bale bengong

Dapur

Kamar mandiGambar 1. Faktor Risiko PPOK

Gambar 2. Patogenesis PPOK

Gambar 3. Patogenesis Emfisema pada PPOK

Gambar 4. Perbandingan Spirometry Pasien PPOK dan Orang Normal

Ruang keluarga

Ruang Tamu

Kamar tidur

Teras

Dapur

Bale Bengong

Dapur

Kamar Mandi

Kamar Tidur

Kamar Tidur

Kamar tidur

S

U

PAGE 8