12
A. GOLONGAN DARAH A.1 DARAH Apa pun jenis golongannya, darah adalah elemen tubuh yang sangat penting. Fungsinya sangat vital, yakni sebagai media melawan kuman(sel darah putih/leukosit) dan sebagai faktor pembeku(trombosit/platelet). Dalam darah terkandung butiran darah merah yang mengandung hemoglobin atau sel darah merah yang bertugas mengangkut zat gizi dan oksigen untuk dialirkan ke seluruh tubuh(sel darah merah/eritrosit). 3 Selain mengangkut oksigen dan gizi tubuh, sel darah merah juga berperan dalam menentukan golongan darah. Golongan darah sendiri merupakan gambaran karakteristik sel-sel darah merah seseorang yang dipengaruhi oleh jumlah karbohidrat dan protein pada membran sel darahnya. Singkatnya, golongan darah ditentukan oleh jumlah zat(kemudian disebut antigen), yang terkandung dalam sel darah merah. 3 Ada empat jenis golongan darah, yaitu A,B,AB, an O. Masing- masing golongan darah itu mempunyai rhesus, yakni rhesus positif(Rh+) dan rhesus negatif(Rh-). 3-6 A.2 GOLONGAN DARAH SISTEM ABO Sebelum lahir, molekul protein yang ditentukan secara genetik disebut antigen muncul di permukaan membran sel darah merah. Antigen ini, tipe A dan tipe B bereaksi dengan antibodi pasangannya, yang mulai terlihat sekitar 2 sampai 8 bulan setelah lahir. 4

PBL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Page 1: PBL

A. GOLONGAN DARAH

A.1 DARAH

Apa pun jenis golongannya, darah adalah elemen tubuh yang sangat penting. Fungsinya

sangat vital, yakni sebagai media melawan kuman(sel darah putih/leukosit) dan sebagai

faktor pembeku(trombosit/platelet). Dalam darah terkandung butiran darah merah yang

mengandung hemoglobin atau sel darah merah yang bertugas mengangkut zat gizi dan

oksigen untuk dialirkan ke seluruh tubuh(sel darah merah/eritrosit).3

Selain mengangkut oksigen dan gizi tubuh, sel darah merah juga berperan dalam menentukan

golongan darah. Golongan darah sendiri merupakan gambaran karakteristik sel-sel darah

merah seseorang yang dipengaruhi oleh jumlah karbohidrat dan protein pada membran sel

darahnya. Singkatnya, golongan darah ditentukan oleh jumlah zat(kemudian disebut antigen),

yang terkandung dalam sel darah merah.3

Ada empat jenis golongan darah, yaitu A,B,AB, an O. Masing-masing golongan darah itu

mempunyai rhesus, yakni rhesus positif(Rh+) dan rhesus negatif(Rh-).3-6

A.2 GOLONGAN DARAH SISTEM ABO

Sebelum lahir, molekul protein yang ditentukan secara genetik disebut antigen muncul di

permukaan membran sel darah merah. Antigen ini, tipe A dan tipe B bereaksi dengan

antibodi pasangannya, yang mulai terlihat sekitar 2 sampai 8 bulan setelah lahir.4

Karena reaksi antigen-antibodi menyebabkan aglutinasi(penggumpalan) sel darah merah,

maka antigen disebut aglutinogen dan antibodi pasangannya disebut aglutinin. Seseorang

mungkin saja tidak mewarisi tipe A, maupun tipe B, atau hanya mewarisi salah satunya, atau

bahkan keduanya sekaligus.4,7

Klasifikasi golongan darah ABO ditentukan berdasarkan ada tidaknya aglutinogen(antigen

tipe A dan tipe B) yang ditemukan pada permukaan eritrosit dan aglutinin(antibodi), anti-A

dan anti-B, yang ditemukan dalam plasma darah:4-6

a. Darah golongan A mengandung aglutinogen tipe A dan aglutinin anti-B.

b. Darah golongan B mengandung aglutinogen tipe B dan aglutinin anti-A.

Page 2: PBL

c. Darah golongan AB mengandung aglutinogen tipe A dan tipe B, tetapi tidak

mengandung aglutinin anti-A dan anti-B.

d. Darah golongan O tidak mengandung aglutinogen, tetapi mengandung aglutinin anti-

A dan anti-B.

Menurut sistem ABO yang ditemukan dokter Austria, Karl Landsteiner(1900), darah

ditentukan oleh zat/ antigen yang terkandung dalam sel darah merah. Setiap individu bisa

mempunyai golongan darah A atau B, AB ataupun O. Golongan darah AB adalah golongan

darah yang jarang dijumpai, ditemukan oleh Decastello dan Strulli.1,3

Dalam sistem ABO terdapat dua jenis antigen: A dan B. Orang yang tidak memiliki baik

antigen A maupun antigen B digolongkan ke dalam jenis O(zero). Sisa populasi lainnya

memiliki jenis A, B, atau AB(keduanya). Ketika janin diwarisi golongan darah dari ayahnya

yang berbeda dari ibunya, darah janin mungkin melewati plasenta dan membentuk antigen

pada ibu terhadap golonga darah yang asing. Selama kehamilan yang berurutan, bayi lainnya

dengan golongan darah yang sama dengan bayi pertama mungkin dipengaruhi oleh

keganasan antibodi dalam darah ibunya. Bayi ini mungkin akan mengalami penyakit

hemolitik ABO. Inkompatibilitas ABO kurang dapat diperkirakan daripada inkompatibilitas

Rh. Sampai sekarang tidak terdapatnya imun globulin seperti RhoGAM telah dikembangkan

untuk melawan pembentukan antibodi pada ibu tersensitisasi.5,6

Inkompatibilitas antigen golongan darah utama A dan B merupakan kasus tersering penyakit

hemolitik pada neonatus. Sekitar 20 persen bayi mengalami inkompatibilitas golongan darah

ABO dengan ibunya, dan 5 persen mengalami gejala klinis. Untungnya, inkompatibilitas

ABO hampir selalu menyebabkan penyakit yang ringan yang bermanifestasi sebagai ikterus

neonatus atau anemia, tetapi bukan eritroblastosis fetalis(hidrops imun) dan terapi umumnya

hanya berupa fototerapi.5

Inkompatibilitas ABO berbeda dengan inkompatibilitas Rh(antigen CDE) karena beberapa

alasan:5

1. Penyakit ABO sering dijumpai pada bayi yang lahir pertama.

2. Penyakitnya hampir selali lebih ringan daripada isoimunisasi Rh dan jarang

menyebabkan anemia yang bermakna.

Page 3: PBL

3. Sebagian besar isoantibodi A dan B adalah imunoglobulin M, yang tidak dapat

menembus plasenta dan melisiskan eritrosit janin. Oleh karena itu, meskipun dapat

menyebabkan penyakit hemolitik pada neonatus, namun isoimunisasi ABO tidak

menyebabkan hidrops fetalis dan lebih merupakan penyakit pediatrik daripada

obstetris

4. Inkompatibilitas ABO dapat memengaruhi kehamilan mendatangm tetapi tidak seperti

penyakit Rh CDE, jarang menjadi semakin parah.

Pada intinya, individu bergolongan darah A memiliki antigen A pada permukaan eritrositnya.

Sedangkan, individu golongan B memiliki antigen B, individu golongan AB memiliki kedua

antigen A dan B karena merupakan gabungan tipe golongan darah A dan B, sedang individu

golongan darah O tidak memiliki antigen A atau B pada permukaan eritrositnya.1-3

A.3 ANTIGEN ABO

Golongan darah ABO terdiri atas antigen A dan B. Seseorang dapat menerima dari masing-

masing orang tua sebuah antigen A dan antigen B, atau bukan keduanya, yang disebut antigen

O. Antigen A dan B keduanya dominan terhadap antigen O, tetapi kodominan satu sama lain.

Seseorang yang menerima sebuah antigen A dari salah satu orang tua dan sebuah A atau O

dari orang tua yang lain (AA atau AO) akan memiliki golongan darah A. Seseorang yang

menerima sebuah antigen A dari salah satu orang tua dan antigen B dari orang tua yang lain

akan memiliki golongan darah AB. Golongan darah O hanya mungkin apabila seseorang

tidak menerima antigen A atau B dari kedua orang tuanya(OO).7

A.4 Reaksi Imun Terhadap Ketidakcocokan Golongan Darah

Seseorang dengan golongan darah A yang diberikan darah golongan B dapat mengalami

reaksi imun hebat terhadap darah B, suatu reaksi transfusi. Pada suatu reaksi transfusi, terjadi

lisis dan aglutinasi(penggumpalan) sel-sel darah merah donor. Dapat terjadi peradangan,

pembekuan darah dan kematian. Reaksi serupa akan terjadi apabila seseorang dengan

golongan darah B mendapat darah golongan A. Seseorang dengan darah negatif Rh yang

Page 4: PBL

mendapat transfusi darah positif Rh dapat mengalami rekasi imunologik, walaupun respons

tersebut biasanya lebih ringan.7

Orang dengan jenis golongan darah A atau B dapat dengan aman menerima darah golongan

O, karena darah golongan O tidak akan merangsang suatu rekasi antibodi. Orang-orang

dengan golongan darah negatif O disebut donor universal karena mereka dapat memberikan

darah kepada siapapun. Orang dengan golonga darah positif AB dianggap sebagai

resipien(penerima) universal, karena mereka tidak akan bereaksi terhadap golongan darah

apapun. Darah negatif O adalah darah pilihan untuk pasien trauma darurat yang belum

dicocokkan golongan darahnya.5-7

A.5 KEPENTINGAN GOLONGAN DARAH ABO

Transfusi darah. Sebaiknya pada transfusi darah, donor maupun resipien golongan darahnya

sama. Untuk donor perlu diperiksa antigen ABH pada eritrositnya, sedangkan untuk resipien

diperiksa zat anti natural(zat anti-A dan zat anti-B) dalam plasma darahnya.5-7

Penggolongan darah penting dilakukan sebelum transfusi darah karena pencampuran

golongan darah yang tidak cocok menyebabkan aglutinasi dan destruksi sel darah merah.4

a. Dalam teknik slide biasa untuk penggolongan darah ABO, dua tetes darah yang

terpisah dari orang yang akan diperiksa golongan darahnya diletakkan pada sebuah

slide mikroskop.

b. Setetes serum yang mengandung aglutinin anti-A(dari darah golongan B) diteteskan

pada salah satu tetes darah, sedangkan golongan A diteteskan pada tetes darah

lainnya.

1. Jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu

tersebut memiliki aglutinogen tipe A(golongan darah A).

2. Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen

tipe-B(golongan darah B).

3. Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut

memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B(golongan darah AB).

4. Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak mengakibatkan aglutinasi, maka

individu tersebut tidak memiliki aglutinogen(golongan darah O).

Page 5: PBL

Saat transfusi darah diberikan, plasma donor akan diencerkan oleh plasma resipien, sehingga

aglutinin donor tidak dapat menyebabkan aglutinasi. Walaupun demikian, aglutinogen pada

sel donor penting untuk transfusi. Jika golongan darah donor berbeda dengan golongan

penerima, maka sel darah merah peneria akan meng-aglutinasi sel darah merah asing donor.4

1. Reaksi transfusi disebabkan oleh aglutinasi sel darah merah donor.

a. Aliran darah dalam pembuluh kecil terhalang oleh gumpalan sel.

b. Hemolisis sel darah merah menyebabkan terlepasnya hemoglobin ke dalam aliran

darah.

c. Hemoglobin yang terbawa ke tubulus ginjal mengendap, menutup tubulus, dan

mengakibatkan ginjal tidak berfungsi.

2. Pencocokan-silang pada golongan darah resipien dan donor dilakukan sebelum

pemberian tranfusi untuk memastikan kecocokan darah.

3. Konsep donor universal dan resipien universal

a. Donor universal. Darah golongan O tidak memiliki aglutinogen untuk diaglutinasi

sehingga dapat diberikan pada resipien manapun, asalkan volume transfusinya

sedikit. Golongan O disebut donor universal.2,4

b. Resipien universal. Individu dengan golongan darah AB tidak memiliki aglutinin

dalam plasmanya sehingga dapat menerima eritrosit donor apapun. Darah

golongan AB disebut resipien universal.2,4

A.6 GOLONGAN DARAH SISTEM RHESUS

Golongan darah sistem rhesus ditemukan oleh Landsteiner dan Wiener(1940). Zat anti rhesus

berasal dari eritrosit. Macacus rhesus yang disuntikkan ke dalam badan kelinci. Kelinci akan

membuat anti rhesus. Zat anti rhesus akan memberikan reaksi aglutinasi baik dengan eritrosit

Macacus rhesus maupun dengan eritrosit manusia. Hal ini berarti bahwa pada eritrosit

manusia ditemukan antigen yang memiliki struktur mirip atau sama dengan antigen rhesus.1

Page 6: PBL

Sistem Rh Adalah kelompok antigen lain yang diwariskan dalam tubuh manusia. Sistem ini

ditemukan dan diberi nama berdasarkan Rhesus monyet. Antigen RhD adalah antigen

terpenting dalam reaksi imunitas tubuh.4

a. Jika faktor RhD ditemukan, individu yang memilikinya disebut Rh positif. Jika faktor

tersebut tidak ditemukan maka individunya disebut Rh negatif. Individu dengan Rh

positif lebih banyak dibandingkan yang ber-Rh negatif.

b. Sistem ini berbeda dengan golongan ABO di mana individu ber-Rh negatif tidak

memiliki aglutinin anti-Rh dalam plasmanya.

c. Jika seseorang dengan Rh negatif diberikan darah ber-Rh positif maka aglutinin anti-

Rh akan diproduksi. Walaupun transfusi awal biasanya tidak membahayakan,

pemberian darah Rh positif selanjutnya akan mengakibatkan aglutinasi sel darah

merah donor.

d. Eritroblastosis fetalis atau penyakit hemolisis pada bayi baru lahir, dapat terjadi

setelah kehamilan pertama ibu ber-Rh negatif dengan janin ber-Rh positif.

1. Pada saat lahir, ibu akan terpapar beberapa antigen Rh positif janin sehingga ibu

akan membentuk antibodi untuk antigen tersebut.

2. Jika antibodi lawan faktor Rh telah diproduksi Ibu maka pada kehamilan

selanjutnya, antibodi tersebut akan menembus plasenta menuju aliran darah janin

dan menyebabkan hemolisis sel darah merah janin. Bayi yang mengalaminya akan

terlahir dengan anemia.

3. Pencegahan. Jika ibu ber-Rh negatif mendapat injeksi antibodi berlawanan dengan

faktor Rh positif dalam waktu 72 jam setelah melahirkan, keguguran, atau setelah

abortus janin ber-Rh positif, maka antigen tidak akan teraktivasi. Ibu akan

memproduksi antibodi lawannya.

Antigen sel darah merah CDE Rh secara klinis penting karena sebagian besar orang yang

tidak memiliki determinan antigenik utamanya, antigen D atau Rhesus, akan mengalami

imunisasi setelah satu kali terpajan. Gen CDE diwariskan tanpa bergantung pada gen

golongan darah lain serta terletak di lengan pendek kromosom 1.2

Page 7: PBL

Seperti sebagian besar produk gen, tidak terdapat perbedaan ras yang penting. Orang

Amerika Asli, Inuit, dan Cina serta orang Asia lainnya hampir semua positif-D(99persen).

Sekitar 92 hingga 93 persen orang Amerika Afrika positif-D, tetapu hanya 87 persen orang

Kaukasus memiliki antigen D.5

Sistem golongan darah rhesus mencakup lima antigen sel darah merah: c, C, D, e, dan E.

Belum ada antigen “d” yang teridentifikasi, dan negativitas D dianggap sebagai tidak adanya

“D”. Antigen C, c, E dan e memiliki imunogenisitas yang lebih rendah daripada antigen D,

tetapi antigen ini dapat menyebabkan eritroblastosis fetalis.5

Dengan adanya zat anti rhesus di dalam plasma ada keungkinan timbul suatu penyakit

hemolitik, misalnya erithoblastosis fetalis.4-6

A.7 ANTIGEN RH

Pada sel darah merah terdapat sekelompok antigen kompleks yang disebut antigen Rh.

Apabila salah satu jenis antigen ini terdapat di sel darah merah, maka orang yang

bersangkutan dianggap positif Rh. Apabila antigen tersebut tidak ada, maka orang tersebut

dianggap negatif Rh.4-7

Setiap individu menerima satu gen Rh dari masing-masing orang tua. Gen positif Rh

mendominasi, sedemikian sehingga seseorang dengan satu gen positif Rh dan satu gen

negatif Rh akan positif Rh. Antigen-antigen Rh, apabila tidak memiliki kecocokan anatar ibu

dan janinnya dapat merupakan penyebab timbulnya reaksi hebat pada janin yang

bersangkutan. Reaksi ini ditandai oleh lisis sel darah merah dan anemia. Hal ini terjadi

apabila ibu negatif Rh janinnya. Antibodi dapat melewati plasenta dan menyebabkan

kerusakan sel-sel darah merah janin sebelum atau sewaktu kelahiran.7

Page 8: PBL

1. Elrod S, Stansfield W.Schaum’s Outlines Genetika.Edisi ke-4.Jakarta : Penerbit

Erlangga.2007.h.1-2.

2. Ferdinand FP, Ariebowo M.Praktis Belajar Biologi.Edisi pertama.Jakarta: Visindo

Media Persada.2007.h.49.

3. Sutomo B, Ristyaningrum Y.Panduan Tepat Diet untuk Golongan Darah AB.Jakarta :

Kawan Pustaka.2007.h.1-2.

4. Sloane E.Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.Jakarta : EGC.2003.h.227-8.

5. Hamilton, PM. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas.edisi ke-6.Jakarta :

EGC.1995.h.115.

6. Leveno KJ, Cunningham FG, Gant NF, Alexander JM, Bloom SL, Casey BM, et

al.Obstetri Williams : Panduan Ringkas. Edisi ke-21.Jakarta : EGC.2009.h.307-11.

7. Corwin EJ. Patofisiogi : Buku Saku.Edisi ke-3.Jakarta:EGC.2009.h.152-3.