Upload
friedi-kristian-carlos
View
219
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah
Citation preview
A. GOLONGAN DARAH
A.1 DARAH
Apa pun jenis golongannya, darah adalah elemen tubuh yang sangat penting. Fungsinya
sangat vital, yakni sebagai media melawan kuman(sel darah putih/leukosit) dan sebagai
faktor pembeku(trombosit/platelet). Dalam darah terkandung butiran darah merah yang
mengandung hemoglobin atau sel darah merah yang bertugas mengangkut zat gizi dan
oksigen untuk dialirkan ke seluruh tubuh(sel darah merah/eritrosit).3
Selain mengangkut oksigen dan gizi tubuh, sel darah merah juga berperan dalam menentukan
golongan darah. Golongan darah sendiri merupakan gambaran karakteristik sel-sel darah
merah seseorang yang dipengaruhi oleh jumlah karbohidrat dan protein pada membran sel
darahnya. Singkatnya, golongan darah ditentukan oleh jumlah zat(kemudian disebut antigen),
yang terkandung dalam sel darah merah.3
Ada empat jenis golongan darah, yaitu A,B,AB, an O. Masing-masing golongan darah itu
mempunyai rhesus, yakni rhesus positif(Rh+) dan rhesus negatif(Rh-).3-6
A.2 GOLONGAN DARAH SISTEM ABO
Sebelum lahir, molekul protein yang ditentukan secara genetik disebut antigen muncul di
permukaan membran sel darah merah. Antigen ini, tipe A dan tipe B bereaksi dengan
antibodi pasangannya, yang mulai terlihat sekitar 2 sampai 8 bulan setelah lahir.4
Karena reaksi antigen-antibodi menyebabkan aglutinasi(penggumpalan) sel darah merah,
maka antigen disebut aglutinogen dan antibodi pasangannya disebut aglutinin. Seseorang
mungkin saja tidak mewarisi tipe A, maupun tipe B, atau hanya mewarisi salah satunya, atau
bahkan keduanya sekaligus.4,7
Klasifikasi golongan darah ABO ditentukan berdasarkan ada tidaknya aglutinogen(antigen
tipe A dan tipe B) yang ditemukan pada permukaan eritrosit dan aglutinin(antibodi), anti-A
dan anti-B, yang ditemukan dalam plasma darah:4-6
a. Darah golongan A mengandung aglutinogen tipe A dan aglutinin anti-B.
b. Darah golongan B mengandung aglutinogen tipe B dan aglutinin anti-A.
c. Darah golongan AB mengandung aglutinogen tipe A dan tipe B, tetapi tidak
mengandung aglutinin anti-A dan anti-B.
d. Darah golongan O tidak mengandung aglutinogen, tetapi mengandung aglutinin anti-
A dan anti-B.
Menurut sistem ABO yang ditemukan dokter Austria, Karl Landsteiner(1900), darah
ditentukan oleh zat/ antigen yang terkandung dalam sel darah merah. Setiap individu bisa
mempunyai golongan darah A atau B, AB ataupun O. Golongan darah AB adalah golongan
darah yang jarang dijumpai, ditemukan oleh Decastello dan Strulli.1,3
Dalam sistem ABO terdapat dua jenis antigen: A dan B. Orang yang tidak memiliki baik
antigen A maupun antigen B digolongkan ke dalam jenis O(zero). Sisa populasi lainnya
memiliki jenis A, B, atau AB(keduanya). Ketika janin diwarisi golongan darah dari ayahnya
yang berbeda dari ibunya, darah janin mungkin melewati plasenta dan membentuk antigen
pada ibu terhadap golonga darah yang asing. Selama kehamilan yang berurutan, bayi lainnya
dengan golongan darah yang sama dengan bayi pertama mungkin dipengaruhi oleh
keganasan antibodi dalam darah ibunya. Bayi ini mungkin akan mengalami penyakit
hemolitik ABO. Inkompatibilitas ABO kurang dapat diperkirakan daripada inkompatibilitas
Rh. Sampai sekarang tidak terdapatnya imun globulin seperti RhoGAM telah dikembangkan
untuk melawan pembentukan antibodi pada ibu tersensitisasi.5,6
Inkompatibilitas antigen golongan darah utama A dan B merupakan kasus tersering penyakit
hemolitik pada neonatus. Sekitar 20 persen bayi mengalami inkompatibilitas golongan darah
ABO dengan ibunya, dan 5 persen mengalami gejala klinis. Untungnya, inkompatibilitas
ABO hampir selalu menyebabkan penyakit yang ringan yang bermanifestasi sebagai ikterus
neonatus atau anemia, tetapi bukan eritroblastosis fetalis(hidrops imun) dan terapi umumnya
hanya berupa fototerapi.5
Inkompatibilitas ABO berbeda dengan inkompatibilitas Rh(antigen CDE) karena beberapa
alasan:5
1. Penyakit ABO sering dijumpai pada bayi yang lahir pertama.
2. Penyakitnya hampir selali lebih ringan daripada isoimunisasi Rh dan jarang
menyebabkan anemia yang bermakna.
3. Sebagian besar isoantibodi A dan B adalah imunoglobulin M, yang tidak dapat
menembus plasenta dan melisiskan eritrosit janin. Oleh karena itu, meskipun dapat
menyebabkan penyakit hemolitik pada neonatus, namun isoimunisasi ABO tidak
menyebabkan hidrops fetalis dan lebih merupakan penyakit pediatrik daripada
obstetris
4. Inkompatibilitas ABO dapat memengaruhi kehamilan mendatangm tetapi tidak seperti
penyakit Rh CDE, jarang menjadi semakin parah.
Pada intinya, individu bergolongan darah A memiliki antigen A pada permukaan eritrositnya.
Sedangkan, individu golongan B memiliki antigen B, individu golongan AB memiliki kedua
antigen A dan B karena merupakan gabungan tipe golongan darah A dan B, sedang individu
golongan darah O tidak memiliki antigen A atau B pada permukaan eritrositnya.1-3
A.3 ANTIGEN ABO
Golongan darah ABO terdiri atas antigen A dan B. Seseorang dapat menerima dari masing-
masing orang tua sebuah antigen A dan antigen B, atau bukan keduanya, yang disebut antigen
O. Antigen A dan B keduanya dominan terhadap antigen O, tetapi kodominan satu sama lain.
Seseorang yang menerima sebuah antigen A dari salah satu orang tua dan sebuah A atau O
dari orang tua yang lain (AA atau AO) akan memiliki golongan darah A. Seseorang yang
menerima sebuah antigen A dari salah satu orang tua dan antigen B dari orang tua yang lain
akan memiliki golongan darah AB. Golongan darah O hanya mungkin apabila seseorang
tidak menerima antigen A atau B dari kedua orang tuanya(OO).7
A.4 Reaksi Imun Terhadap Ketidakcocokan Golongan Darah
Seseorang dengan golongan darah A yang diberikan darah golongan B dapat mengalami
reaksi imun hebat terhadap darah B, suatu reaksi transfusi. Pada suatu reaksi transfusi, terjadi
lisis dan aglutinasi(penggumpalan) sel-sel darah merah donor. Dapat terjadi peradangan,
pembekuan darah dan kematian. Reaksi serupa akan terjadi apabila seseorang dengan
golongan darah B mendapat darah golongan A. Seseorang dengan darah negatif Rh yang
mendapat transfusi darah positif Rh dapat mengalami rekasi imunologik, walaupun respons
tersebut biasanya lebih ringan.7
Orang dengan jenis golongan darah A atau B dapat dengan aman menerima darah golongan
O, karena darah golongan O tidak akan merangsang suatu rekasi antibodi. Orang-orang
dengan golongan darah negatif O disebut donor universal karena mereka dapat memberikan
darah kepada siapapun. Orang dengan golonga darah positif AB dianggap sebagai
resipien(penerima) universal, karena mereka tidak akan bereaksi terhadap golongan darah
apapun. Darah negatif O adalah darah pilihan untuk pasien trauma darurat yang belum
dicocokkan golongan darahnya.5-7
A.5 KEPENTINGAN GOLONGAN DARAH ABO
Transfusi darah. Sebaiknya pada transfusi darah, donor maupun resipien golongan darahnya
sama. Untuk donor perlu diperiksa antigen ABH pada eritrositnya, sedangkan untuk resipien
diperiksa zat anti natural(zat anti-A dan zat anti-B) dalam plasma darahnya.5-7
Penggolongan darah penting dilakukan sebelum transfusi darah karena pencampuran
golongan darah yang tidak cocok menyebabkan aglutinasi dan destruksi sel darah merah.4
a. Dalam teknik slide biasa untuk penggolongan darah ABO, dua tetes darah yang
terpisah dari orang yang akan diperiksa golongan darahnya diletakkan pada sebuah
slide mikroskop.
b. Setetes serum yang mengandung aglutinin anti-A(dari darah golongan B) diteteskan
pada salah satu tetes darah, sedangkan golongan A diteteskan pada tetes darah
lainnya.
1. Jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu
tersebut memiliki aglutinogen tipe A(golongan darah A).
2. Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen
tipe-B(golongan darah B).
3. Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut
memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B(golongan darah AB).
4. Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak mengakibatkan aglutinasi, maka
individu tersebut tidak memiliki aglutinogen(golongan darah O).
Saat transfusi darah diberikan, plasma donor akan diencerkan oleh plasma resipien, sehingga
aglutinin donor tidak dapat menyebabkan aglutinasi. Walaupun demikian, aglutinogen pada
sel donor penting untuk transfusi. Jika golongan darah donor berbeda dengan golongan
penerima, maka sel darah merah peneria akan meng-aglutinasi sel darah merah asing donor.4
1. Reaksi transfusi disebabkan oleh aglutinasi sel darah merah donor.
a. Aliran darah dalam pembuluh kecil terhalang oleh gumpalan sel.
b. Hemolisis sel darah merah menyebabkan terlepasnya hemoglobin ke dalam aliran
darah.
c. Hemoglobin yang terbawa ke tubulus ginjal mengendap, menutup tubulus, dan
mengakibatkan ginjal tidak berfungsi.
2. Pencocokan-silang pada golongan darah resipien dan donor dilakukan sebelum
pemberian tranfusi untuk memastikan kecocokan darah.
3. Konsep donor universal dan resipien universal
a. Donor universal. Darah golongan O tidak memiliki aglutinogen untuk diaglutinasi
sehingga dapat diberikan pada resipien manapun, asalkan volume transfusinya
sedikit. Golongan O disebut donor universal.2,4
b. Resipien universal. Individu dengan golongan darah AB tidak memiliki aglutinin
dalam plasmanya sehingga dapat menerima eritrosit donor apapun. Darah
golongan AB disebut resipien universal.2,4
A.6 GOLONGAN DARAH SISTEM RHESUS
Golongan darah sistem rhesus ditemukan oleh Landsteiner dan Wiener(1940). Zat anti rhesus
berasal dari eritrosit. Macacus rhesus yang disuntikkan ke dalam badan kelinci. Kelinci akan
membuat anti rhesus. Zat anti rhesus akan memberikan reaksi aglutinasi baik dengan eritrosit
Macacus rhesus maupun dengan eritrosit manusia. Hal ini berarti bahwa pada eritrosit
manusia ditemukan antigen yang memiliki struktur mirip atau sama dengan antigen rhesus.1
Sistem Rh Adalah kelompok antigen lain yang diwariskan dalam tubuh manusia. Sistem ini
ditemukan dan diberi nama berdasarkan Rhesus monyet. Antigen RhD adalah antigen
terpenting dalam reaksi imunitas tubuh.4
a. Jika faktor RhD ditemukan, individu yang memilikinya disebut Rh positif. Jika faktor
tersebut tidak ditemukan maka individunya disebut Rh negatif. Individu dengan Rh
positif lebih banyak dibandingkan yang ber-Rh negatif.
b. Sistem ini berbeda dengan golongan ABO di mana individu ber-Rh negatif tidak
memiliki aglutinin anti-Rh dalam plasmanya.
c. Jika seseorang dengan Rh negatif diberikan darah ber-Rh positif maka aglutinin anti-
Rh akan diproduksi. Walaupun transfusi awal biasanya tidak membahayakan,
pemberian darah Rh positif selanjutnya akan mengakibatkan aglutinasi sel darah
merah donor.
d. Eritroblastosis fetalis atau penyakit hemolisis pada bayi baru lahir, dapat terjadi
setelah kehamilan pertama ibu ber-Rh negatif dengan janin ber-Rh positif.
1. Pada saat lahir, ibu akan terpapar beberapa antigen Rh positif janin sehingga ibu
akan membentuk antibodi untuk antigen tersebut.
2. Jika antibodi lawan faktor Rh telah diproduksi Ibu maka pada kehamilan
selanjutnya, antibodi tersebut akan menembus plasenta menuju aliran darah janin
dan menyebabkan hemolisis sel darah merah janin. Bayi yang mengalaminya akan
terlahir dengan anemia.
3. Pencegahan. Jika ibu ber-Rh negatif mendapat injeksi antibodi berlawanan dengan
faktor Rh positif dalam waktu 72 jam setelah melahirkan, keguguran, atau setelah
abortus janin ber-Rh positif, maka antigen tidak akan teraktivasi. Ibu akan
memproduksi antibodi lawannya.
Antigen sel darah merah CDE Rh secara klinis penting karena sebagian besar orang yang
tidak memiliki determinan antigenik utamanya, antigen D atau Rhesus, akan mengalami
imunisasi setelah satu kali terpajan. Gen CDE diwariskan tanpa bergantung pada gen
golongan darah lain serta terletak di lengan pendek kromosom 1.2
Seperti sebagian besar produk gen, tidak terdapat perbedaan ras yang penting. Orang
Amerika Asli, Inuit, dan Cina serta orang Asia lainnya hampir semua positif-D(99persen).
Sekitar 92 hingga 93 persen orang Amerika Afrika positif-D, tetapu hanya 87 persen orang
Kaukasus memiliki antigen D.5
Sistem golongan darah rhesus mencakup lima antigen sel darah merah: c, C, D, e, dan E.
Belum ada antigen “d” yang teridentifikasi, dan negativitas D dianggap sebagai tidak adanya
“D”. Antigen C, c, E dan e memiliki imunogenisitas yang lebih rendah daripada antigen D,
tetapi antigen ini dapat menyebabkan eritroblastosis fetalis.5
Dengan adanya zat anti rhesus di dalam plasma ada keungkinan timbul suatu penyakit
hemolitik, misalnya erithoblastosis fetalis.4-6
A.7 ANTIGEN RH
Pada sel darah merah terdapat sekelompok antigen kompleks yang disebut antigen Rh.
Apabila salah satu jenis antigen ini terdapat di sel darah merah, maka orang yang
bersangkutan dianggap positif Rh. Apabila antigen tersebut tidak ada, maka orang tersebut
dianggap negatif Rh.4-7
Setiap individu menerima satu gen Rh dari masing-masing orang tua. Gen positif Rh
mendominasi, sedemikian sehingga seseorang dengan satu gen positif Rh dan satu gen
negatif Rh akan positif Rh. Antigen-antigen Rh, apabila tidak memiliki kecocokan anatar ibu
dan janinnya dapat merupakan penyebab timbulnya reaksi hebat pada janin yang
bersangkutan. Reaksi ini ditandai oleh lisis sel darah merah dan anemia. Hal ini terjadi
apabila ibu negatif Rh janinnya. Antibodi dapat melewati plasenta dan menyebabkan
kerusakan sel-sel darah merah janin sebelum atau sewaktu kelahiran.7
1. Elrod S, Stansfield W.Schaum’s Outlines Genetika.Edisi ke-4.Jakarta : Penerbit
Erlangga.2007.h.1-2.
2. Ferdinand FP, Ariebowo M.Praktis Belajar Biologi.Edisi pertama.Jakarta: Visindo
Media Persada.2007.h.49.
3. Sutomo B, Ristyaningrum Y.Panduan Tepat Diet untuk Golongan Darah AB.Jakarta :
Kawan Pustaka.2007.h.1-2.
4. Sloane E.Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.Jakarta : EGC.2003.h.227-8.
5. Hamilton, PM. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas.edisi ke-6.Jakarta :
EGC.1995.h.115.
6. Leveno KJ, Cunningham FG, Gant NF, Alexander JM, Bloom SL, Casey BM, et
al.Obstetri Williams : Panduan Ringkas. Edisi ke-21.Jakarta : EGC.2009.h.307-11.
7. Corwin EJ. Patofisiogi : Buku Saku.Edisi ke-3.Jakarta:EGC.2009.h.152-3.