6
Pemeriksaan Fisik Kardiovaskular 1. Kepala a. Tanda ikterus dapat timbul akibat gagal jantung berat yang menyebabkan kongesti dan gangguan fungsi hati. b. Mata : Xanthelasma : deposit lemak berwarna kuning pada sekeliling mata dan berhubungan dengan hiperlipidemia tipe III. Arcus senilis : garis lengkung kelabu yang berada di sekitar mata dan berkaitan dengan risiko kardiovaskular. Blue sclera pada osteogenesis imperfecta berhubungan dengan regurgitasi aorta. Ptechie pada konjungtiva dapat ditemukan pada endokarditis. c. Telinga : pada cuping telinga, ditemukan lipatan diagonal yang merupakan risiko PJK. d. Wajah : Aortic face : muka pucat dan “sallow” pada kondisi regurgitasi aorta. De Musset’s face : gerakan berdenyut dari kepala, sinkron dengan setiap denyut nadi. Dapat ditemukan pada regurgitasi aorta dan sindrom jantung hiperkinetik.

Pemeriksaan Fisik Kardiovaskular

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pemeriksaan Fisik Kardiovaskular

Citation preview

Page 1: Pemeriksaan Fisik Kardiovaskular

Pemeriksaan Fisik Kardiovaskular

1. Kepala

a. Tanda ikterus dapat timbul akibat gagal jantung berat yang menyebabkan

kongesti dan gangguan fungsi hati.

b. Mata :

Xanthelasma : deposit lemak berwarna kuning pada sekeliling mata

dan berhubungan dengan hiperlipidemia tipe III.

Arcus senilis : garis lengkung kelabu yang berada di sekitar mata dan

berkaitan dengan risiko kardiovaskular.

Blue sclera pada osteogenesis imperfecta berhubungan dengan

regurgitasi aorta.

Ptechie pada konjungtiva dapat ditemukan pada endokarditis.

c. Telinga : pada cuping telinga, ditemukan lipatan diagonal yang merupakan

risiko PJK.

d. Wajah :

Aortic face : muka pucat dan “sallow” pada kondisi regurgitasi aorta.

De Musset’s face : gerakan berdenyut dari kepala, sinkron dengan

setiap denyut nadi. Dapat ditemukan pada regurgitasi aorta dan

sindrom jantung hiperkinetik.

Corvisart’s face : muka yang puffy, sianosis, kelopak mata bengkak

dan mata mengkilap. Ditemukan pada gagal jantung kongestif dan

regurgitasi aorta lanjut.

Mitral face : muka akrosianotik, disebabkan desaturasi perifer akibat

curah jantung yang menetap rendah. Berhubungan dengan stenosis

mitral.

2. Mulut

a. Sianosis dapat dilihat pada bibir dan lidah.

b. Lengkungan arkus palatinum yang tinggi merupakan tanda dari sindrom

marfan yaitu kondisi berkaitan dengan adanya dilatasi dan regurgitasi aorta

serta regurgitasi mitral.

Page 2: Pemeriksaan Fisik Kardiovaskular

c. Infeksi gigi dan gusi bisa menjadi penyebab infeksi pada endocarditis.

d. Ptechie pada mukosa mulut juga tanda dari endocarditis.

3. Leher

a. Tekanan vena jugularismemberikan informasi mengenai tekanan atrium kanan

dan kiri. Penyebab meningkatnya JVP yaitu :

i. Gagal jantung

ii. Stenosis atau regurgitasi tricuspid

iii. Efusi perikard atau pericarditis konstriktif

iv. Obstruksi vena kava superior

v. Hipervolemik

vi. Sirkulasi hiperdinamik

b. Refluks abdominojugular dilakukan untuk mendeteksi adanya gagal jantung

ventrikel kanan subklinis, regurgitasi tricuspid, atau gagal jantung

kirisimtomatik. Penyebab refluks abdominojugular positif yaitu :

i. Preload ventrikel kanan tinggi

ii. Compliance ventrikel kanan menurun

iii. Fungsi sistolik ventrikel kanan menurun

iv. Peningkatan afterload ventrikel kanan

4. Jantung

a. Inspeksi : melihat ada kelainan kulit atau tanda bekas operasi jantung. Bentuk

tulang punggung yang tidak normal seperti kifoskoliosis dapat merubah posisi

jantung. Posisi apeks normal adalah sekitar 1 cm medial garis midkalvikula

pada garis intercostal V kiri.

b. Palpasi : meraba denyut apeks jantung dan menentukan letak posisinya. Bila

posisi denyut apeks bergeser dari normal dapat disebabkan pembesaran

jantung atau penyakit paru. Posisi terbaik untuk melakukan palpasi dan

mendeteksi karakteristik denyutnya adalah posisi berbaring ke sebelah kiri

dimana apeks paling dekat dengan dinding dada. Palpasi apeks menggunakan

telapak tangan bagian tengah untuk mendeteksi impuls apeks dan thrill,

menggunakan telapak tangan dekat pergelangan tangan untuk meraba heave.

Palpasi menggunakan ujung jari pada daerah katup pulmonal dapat

Page 3: Pemeriksaan Fisik Kardiovaskular

mendeteksi perabaan katup pulmonal. Katup pulmonal yang teraba denyutnya

ditemukan pada hipertensi pulmonal.

c. Perkusi : menetukan batas jantung kanan dan kiri. Jika dari garis aksilaris

anterior kiri ICS 5 dilakukan perkusi kea rah sternum sampai terdengar suara

redup itu akan menetukan batas jantung kiri. Jika jaraknya dari tengah sternum

> 10,5 cm terdapat kardiomegali.

d. Auskultasi : untuk mendengarkan bunyi jantung

i. S1 : penutupan katup mitral dan tricuspid.

ii. S2 : penutupan katup aorta dan pulmonal yang menandakan akhir fase

sistolik.

iii. Bunyi jantung tambahan S3 : bunyi jantung bernada rendah pada fase

diastolic awal yaitu awal pengisian pasif ventrikel.

iv. Bunyi jantung tambahan S4 : bunyi jantung pada fase akhir diastolic

akibat kontraksi atrium menyebabkan pengisian cepat.

v. Murmur

vi. Gallop

5. Abdomen

Adanya asites dan pembesaran hati bisa terjadi akibat kongesti pada gagal

jantung. Tes refluks hepato-jugular positif menunjukkan tanda gagal jantung.

Splenomegaly kadang ditemui pada pasien endocarditis infektif. Pulsasi arteri

abdominal pada sebelah kiri garis tengah abdomen yang terlalu kuat dapat merupakan

tanda aneurisma aorta abdominal.

6. Ekstremitas

Melihat tanda-tanda clubbing yaitu pembengkakan jaringan lunak pada bagian

distal jari tangan atau kaki. Pada endocarditis katup jantung terjadi penggumpalan

trombosit pada sirkulasi arteri atau kelainan kongenital seperti ASD yang

menyebabkan shunt atrium kanan ke atrium kiri sehingga darah menuju sirkulasi

sistemik perifer tanpa melewati pembuluh paru. Penyebab clubbing bervariasi salah

satunya endocarditis infektif dan kelainan kongenital jantung sianotik. Pada clubbing

unilateral kemungkinan aneurisma arteriovenus arteri aksila. Pada endocarditis

infektif ditemukan tanda-tanda yaitu :

a. Splinter haemorrhage : garis melintang pada alur kuku yang memanjang

Page 4: Pemeriksaan Fisik Kardiovaskular

b. Osler’s nodes : nodul berwarna kemerahan dan nyeri pada punggung jari

tangan atau kaki.

c. Janeway lesion : lesi makulopapular berwarna kemerahan yang tidak terasa

nyeri pada telapak tangan atau punggun jari tangan.

Secara klinis sianosis dapat dibedakan antara sianosis sentral dan sianosis perifer.

Sianosis sentral apabila sianosis ditemukan pada lidah, namun tidak pada jari.

Sedangkan sianosis perifer apabila sianosis juga ditemukan pada jari.

Referensi :

Setiati,Siti dkk. Panduan Sistematis untuk Diagnosis Fisis Anamnesis dan

Pemeriksaan Fisis Komprehensif. Interna Publishing. Jakarta; 2013.