Upload
syaifullah-asep
View
899
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL
BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTANJAWA DAN MADURA
Sumedang, Desember 2006
PENANGANAN BENIH MANUAL
TANAMAN HUTANPENANGANAN BENIH PENANGANAN BENIH
MANUALMANUAL
TANAMAN HUTANTANAMAN HUTAN
Sumedang, Desember 2006
PENANGANAN BENIH MANUAL
TANAMAN HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL
BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTANJAWA DAN MADURA
Jl. Raya Tanjungsari Km.22, Sumedang,Jawa Barat. Tlp. (022) 7911343, 7912525
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
iiiManual Penanganan Benih Tanaman Hutan
KATA PENGANTAR
Manual Penanganan Benih Tanaman Hutan ini disusun sebagai acuan dalam
melaksanakan kegiatan memproduksi benih untuk selanjutnya dijadikan bibit
(dari benih berkualitas akan diperoleh bibit berkualitas). Informasi yang ingin
disajikan adalah bagaimana proses atau tahapan yang sebaiknya dilaksanakan
agar dapat diperoleh bibit berkualitas untuk pembangunan hutan yang
berkualitas di masa datang.
Benih berkualitas tidak hanya dipengaruhi oleh sumber benih, akan tetapi juga
dapat dipengaruhi oleh seed handling dari benih tersebut. Oleh karena itu, di
dalam manual ini disajikan langkah-langkah yang dapat mendukung terhadap
seed handling berkualitas yang diaplikasikan dalam 6 (enam) langkah
penanganan benih berkualitas.
Demikian manual ini disusun dengan harapan dapat berguna bagi para pihak yang
berminat untuk membangkitkan produksi benih berkualitas.
Sumedang, Desember 2006
Kepala Balai BPTH Jawa dan Madura
Ir. Harijoko SP, MM
NIP. 080 056 541
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
iiiiiManual Penanganan Benih Tanaman Hutan
DAFTAR ISI
No Teks halaman
KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------ i
DAFTAR ISI --------------------------------------------------------------------------- iii
DAFTAR TABEL ---------------------------------------------------------------------- iv
DAFTAR GAMBAR ------------------------------------------------------------------- iv
DAFTAR LAMPIRAN ----------------------------------------------------------------- iv
PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------------- 1
Latar Belakang ------------------------------------------------------------- 1
Maksud dan Tujuan ---------------------------------------------------------- 2
Ruang Lingkup -------------------------------------------------------------- 3
Pengertian-pengertian ---------------------------------------------------- 3
PENGUNDUHAN --------------------------------------------------------------------- 5
PENANGANAN PASCA PANEN ------------------------------------------------------ 11
PENGEPAKAN ----------------------------------------------------------------------- 17
PENGUJIAN -------------------------------------------------------------------------- 21
PEMASANGAN LABEL --------------------------------------------------------------- 25
ENAM LANGKAH PENANGANAN BENIH BERKUALITAS ------------------------- 27
LAMPIRAN ----------------------------------------------------------------------------- 29
iv
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
ii Manual Penanganan Benih Tanaman Hutan
DAFTAR TABEL
No Teks halaman
Tabel 1.Enam Langkah Penanganan Benih Berkualitas ............................2 8
DAFTAR GAMBAR
No...... Teks halaman
Gambar 1. Rehabilitasi dan Penggunaan Benih Berkualitas ..................... 1
Gambar 2. Skema Ruang Lingkup Penanganan Benih .............................. 3
Gambar 3. Warna Buah Masak ................................................... 5
Gambar 4. Buah Merekah ................................................... 6
Gambar 5. Benih Pulai ................................................... 6
Gambar 6. Pengumpulan Buah ................................................... 7
Gambar 7. Pengunduhan dengan Memanjat ...................................... 8
Gambar 8. Strata Tajuk ................................................... 8
Gambar 9. Pengunduhan dengan Sistim Perangkap .............................. 9
Gambar 10. Skema Penanganan Benih Pasca Panen ............................... 11
Gambar 11. Jamur pada Benih ................................................... 14
Gambar 12. Buah Toona sinensis ................................................... 14
Gambar 13. Pengepakan Benih ................................................... 17
Gambar 14. Tempat Penyimpanan Benih ........................................... 20
Gambar 15. Teknik Pengemasan dengan Menjaga Identitas Benih ............... 20
Gambar 16. Hasil Uji-TZ ................................................... 22
Gambar 17. Penyimpanan Benih. ................................................... 25
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks .......... halaman
Lampiran 1.Contoh Data Pengumpulan dan Penanganan Benih .................. 31
Lampiran 2.Contoh Data Pengumpulan dan Penanganan Benih (lanjutan) ..... 32
Lampiran 3.Contoh Data Pengambilan Contoh Benih .............................. 33
Lampiran 4.Contoh Label ................................................... 34
Latar Belakang
Kerusakan hutan yang
terjadi di Indonesia pada
saat ini telah menuntut
pemerintah dan seluruh
masyarakat Indonesia
untuk menjadi sadar dan
bangk i t membangun
hutan Indonesia.
Demikian halnya dengan BPTH sebagai salah satu kepanjangan tangan
pemerintah yang bergerak di bidang perbenihan, harus berjuang dan
menyingsingkan lengan baju untuk mendukung pembangunan hutan, sesuai
dengan garis Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI).
Pemerintah Indonesia; cq. Departemen Kehutanan telah meluncurkan
kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pembangunan hutan sebagai
salah satu wujud tanggung jawab terhadap kondisi hutan pada saat ini. Salah
satu yang dikedepankan dalam pembangunan hutan tersebut adalah penggunaan
benih/bibit berkualitas. Benih/bibit berkualiatas dapat dilihat dari tiga aspek,
yaitu kualitas genetik, kualitas fisik dan kualitas fisiologi. Kebijakan tersebut
tentunya memiliki landasan yang kuat. Dalam hal ini, beberapa contoh telah
membuktikan bahwa penggunaan benih/bibit berkualitas telah menghasilkan
tegakan yang berkualitas. Penggunaan benih/bibit berkualitas dalam
merehabilitasi hutan dan lahan dapat meningkatkan riap/pertumbuhan per
satuan luas lahan, diperolehnya jenis-jenis yang dapat mendukung bagi
pengembangan strategi pemuliaan (jenis yang memiliki karakter ekonomis) serta
meningkatkan efisiensi dan efektifitas lahan.
Berdasarkan aspek benih, kualitas genetik benih dapat diartikan sebagai benih
murni dari spesies tertentu yang menunjukkan identitas genetik atau asal-usul
dari tanaman induknya. Kualitas fisik benih merupakan penampilan benih secara
prima bila dilihat secara fisik (misalnya : ukuran, bernas, bersih dari campuran
benih lain, biji gulma dan dari kontaminan lainnya.) Sedangkan kualitas
fisiologis benih, yaitu dimana benih menampilkan kemampuan daya hidup atau
PENDAHULUAN
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
1iiManual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Gambar 1. Rehabilitasi dan Penggunaan Benih Berkualitas
Degradasi Hutan
Menggunakan
Benih Berkualitas
MenggunakanBenih Asal-asalan
Rehabilitasi
viabilitas benih yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh benih
(bermula dari kemampuan daya hidup awal yang maksimum saat masak fisiologis
dan tercermin pula pada daya simpannya selama periode tertentu, serta bebas
dari kontaminasi hama dan penyakit benih).
Benih adalah simbol dari suatu permulaan; benih merupakan inti dari kehidupan
di alam semesta dan yang paling penting adalah kegunaannya sebagai
penyambung dari kehidupan tanaman. Benih disini diartikan sebagai biji yang
digunakan untuk tujuan penanaman.
Dalam hal kualitas benih, maka penangan benih merupakan suatu aspek yang
dapat mempengaruhi kualitas yang dihasilkan. Oleh karena itu, untuk
mendukung produksi benih berkualitas disusunlah manual ini yang merupakan
formulasi dari berbagai literatur dan pengalaman praktis di lapangan yang
dituangkan dalam suatu bentuk tulisan, sehingga dapat dijadikan rujukan bagi
aplikasi di lapangan. Manual ini dibuat sebagai upaya pembuatan rujukan teknis
praktis bagi para pelaksana di Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
pada khususnya serta semua kalangan yang bergerak di bidang perbenihan pada
umumnya.
Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan manual ini adalah sebagai salah satu acuan dalam
pelaksanaan kegiatan kehutanan khususnya kegiatan perbenihan tanaman hutan
dan untuk melengkapi keputusan-keputusan dan pedoman-pedoman yang telah
ada terutama dalam aspek penanganan benih.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai, yaitu agar diperoleh suatu acuan
pelaksanaan teknis penangan benih tanaman hutan bagi para pelaksana di
lingkup BPTH Jawa dan Madura pada khususnya serta bidang perbenihan pada
umumnya dalam aspek : pengunduhan, pengeringan/pengolahan, pengepakan,
pengujian (tersendiri) dan pelabelan.
Pedoman atau acuan yang disusun pada dasarnya merupakan teknik pelaksanaan
pengananan benih dengan tetap menjaga kualitasnya (fisik-fisiologik-genetik).
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
2 ii Manual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Sumber Benih
Benih
Pengeringan Pengepakan
Pengujian Pelabelan
Persemaian
Bibit
Penanaman
Pengunduhan
Ruang lingkup manual
Gambar 2. Skema Ruang Lingkup Penanganan Benih
Tersendiri
Penanganan
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan manual Penanganan Benih Tanaman Hutan Berkualitas
ini adalah bagaimana setiap tahapan proses yang dimulai dari pengunduhan
sampai kepada benih siap disemaikan. Oleh karena itu, substansi yang digali
adalah substansi yang berhubungan dengan prosesing benih yang meliputi
tahapan : pengunduhan, pengeringan/pengolahan, pengepakan, pengujian dan
pelabelan.
Secara skematis ruang lingkup penanganan benih dalam aspek produksi bibit
untuk mendukung rehabilitasi hutan dan lahan seperti Gambar 2.
Pengertian-pengertian
Benih : tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk
memperbanyak dan atau bagiannya yang digunakan untuk
memperbanyak dan atau mengembangbiakan tanaman.
Benih juga dapat didefinisikan sebagai :
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
3iiManual Penanganan Benih Tanaman Hutan
1. Biji tanaman yang dipergunakan untuk tujuan
penanaman.
2. Biji pohon yang memiliki daya hidup untuk ditanam dan
menumbuhkan tanaman yang berproduksi.
3. Simbol dari suatu permulaan yang merupakan inti dari
kehidupan di alam semesta dan sebagai penyambung
dari kehidupan tanaman.
Pengunduhan : kegiatan pengambilan/pengumpulan benih dari
pohon/sumber benih untuk dipergunakan dalam
memproduksi bibit.
Bibit : bahan tanaman yang telah memiliki morfologi (akar, batang
dan daun) yang lengkap, baik yang berasal dari benih, stek,
cangkokan maupun cabutan. Dalam manual ini, definisi
bibit lebih cenderung bahan tanaman yang telah memiliki
morfologi (akar, batang dan daun) yang lengkap yang
berasal dari benih.
Pengeringan : suatu cara untuk mengurangi kandungan air di dalam benih,
dengan tujuan agar benih dapat disimpan lama.
Pengepakan : proses mewadahi benih dalam kemasan dengan tujuan agar
benih dapat disimpan dalam jangka waktu yang maksimum
akan tetapi viabilitas benih tetap terjaga.
Pengujian : proses/kegiatan yang dilaksanakan sebagai upaya untuk
mengetahui mutu atau kualitas dari suatu jenis atau
kelompok benih.
Pelabelan : kegiatan pemasangan label yang menandakan identitas
kualitas fisik, fisiologi dan genetik benih atau kelompok
benih.
Label : keterangan tertulis yang diberikan pada benih yang sudah
dikemas setelah penerbitan sertifikat mutu benih atau
keterangan hasil pengujian.
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
4 ii Manual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Pengunduhan merupakan kegiatan pengambilan/pengumpulan benih dari
pohon/sumber benih untuk dipergunakan memproduksi bibit. Kegiatan
pengunduhan merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan sebagai salah
satu pendukung untuk memperoleh benih/bibit berkualitas. Bagaimanapun
kualitas benih yang dihasilkan akan sangat tergantung kepada teknik dan kondisi
buah yang diunduh.
Kondisi buah dimaksud, yaitu kondisi buah dimana pada saat diunduh telah
masak. Benih disebut masak apabila secara fisiologis dapat berkecambah
(meskipun perkecambahan dapat terhambat karena dormansi); buah atau organ
pembentuk biji sudak masak pada saat benih juga masak. Dalam hal ini proses
pematangan buah dan biji biasanya seiring (sinkron), sehingga kemasakan buah
dan biji diperoleh pada waktu yang hampir bersamaan. Indikator yang dapat
digunakan untuk menduga buah masak meliputi :
1. Warna kulit
Perubahan warna pada kulit buah yang terjadi
hampir pada seluruh jenis tanaman kehutanan
maupun tumbuhan dapat dijadikan indikator
untuk pemasakan buah/benih. Perubahan warna
merupakan efek dari produksi gula dan
peningkatan kadar air. Biasanya warna akan
berubah menjadi lebih mengkilap dan warna
menjadi gelap (merah, jingga atau kuning).
2. Bau
Untuk buah-buah tertentu (terutama yang penyebarannya melalui
kelelawar dan berdaging), kemasakan buah ditandai dengan keluarnya
bau/aroma dari buah tersebut. Perubahan bau ini lebih diakibatkan oleh
meningkatnya produksi gula pada daging buah.
3. Kadar air
Tahap akhir pematang benih/buah adalah proses biokimia pada
pembentukan cadangan protein dan hormon serta dehidrasi (pada benih-
benih ortodoks).
Kadar air pada benih tergantung pada jenis dan kondisi lingkungan. Benih
rekalsitran berkadar air relatif tinggi, sekitar 25 30%. Benih ortodoks
relatif kering, dapat mencapai 5 10% selama proses pematangan.
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
5iiManual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Gambar 3; Warna buah masak
PENGUNDUHAN
4. Pisahnya benih dari buah
Proses terpisahnya benih dari buah (pada tipe
buah polong) merupakan tanda bahwa
buah/benih telah masak. Proses tersebut
dipengaruhi oleh terjadinya dehidrasi yang
terjadi pada buah/benih, sehingga polong
menjadi terbuka dan benih terpisah dari
polong.
Sedangkan untuk jenis konifer, proses dehidrasi
akan menyebabkan terbukanya sisik.
5. Rontok
Buah yang telah mengalami proses fisiologis
yang sempurna, maka akan terlepas dari
tangkai buah. Biasanya apabila tidak terjadi
hambatan atau kejadian yang menyimpang dari
proses fisiologis pematangan buah, maka buah
yang jatuh dari pohon dapat dijadikan indikator
buah tersebut telah masak.
6. Lain-lain
Untuk jenis-jenis tertentu (seperti buah/benih mangrove), maka tanda-
tanda buah telah masak dapat berbeda dengan indikator yang telah
disebutkan di atas. Sebagai contoh : untuk propagul rizophora,
pematangan buah ditandai dengan adanya cincin yang melingkar di bagian
atas dan berwarna kuning).
Berdasarkan indikator-indikator yang telah disebutkan di atas, maka teknik yang
paling mudah untuk dijadikan indikator buah telah masak, yaitu terjadinya
perubahan warna atau buah lepas dari tangkainya.
Pengetahuan kemasakan buah/benih ini sangat diperlukan sebagai wujud untuk
memproduksi benih yang berkualitas. Tentunya apabila benih yang digunakan
telah masak dapat meningkatkan prosen kecambah. Oleh karena itu,
penggunaan benih yang masak dapat membantu untuk meningkatkan kualitas
fisiologis benih.
Teknik pengunduhan/pengumpulan buah pada dasarnya telah berkembang dari
mulai teknik memungut buah yang jatuh sampai dengan menggunakan alat-alat
mekanis. Pemilihan terhadap berbagai alternatif teknik pengunduhan akan
sangat dibatasi oleh biaya. Pada dasarnya teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan buah/benih yang sederhana, yaitu :
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
6 ii Manual Penanganan Benih Tanaman Hutan
1. Pemungutan langsung di tanah
Teknik pemungutan langsung dilakukan dengan cara mengumpulkan buah
yang jatuh. Buah yang telah jatuh serta menunjukkan ciri-ciri masak dapat
diambil langsung dari tanah. Proses pengumpulan/pengunduhan dapat
diiringi dengan proses sortasi. Dimana dalam hal ini buah yang baik secara
fisik adalah buah-buah yang diambil. Buah yang memiliki kualitas fisik yang
baik ditandai dengan warna telah menunjukkan masak, bernas (berisi),
ukuran buah besar (standar), sehat (tidak terserang hama & penyakit), utuh
(bagian-bagian buah (exocarp, mesocarp & endocarp) lengkap) terutama
bagian endocarp serta tidak busuk.
Kendala yang harus diantisipasi melalui teknik ini adalah proses
pengumpulan/pengunduhan relatif memerlukan waktu lama atau dengan
kata lain produktifitas per satuan waktu rendah.
Teknik pengunduhan langsung dari
tanah merupakan teknik yang tidak
direkomendasikan untuk dilaksanakan.
Hal ini dengan dasar bahwa identitas
benih yang akan digunakan untuk
memproduksi bibit berkualitas dari
aspek genetik tidak dapat dipenuhi.
Seperti diketahui bahwa untuk
mendapatkan bibit berkulaitas dari
a s p e k g e n e t i k h a r u s d a p a t
diidentifikasi asal/sumber benih yang
digunakan.
Asal-usul induk merupaka suatu aspek yang sangat diperlukan untuk tetap
menjaga identitas bibit/benih yang diproduksi, maka sebaiknya dalam
pegunduhan harus tetap memperhatikan asal sumber benih maupun induk
dari benih yang digunakan.
Disamping hal tersebut di atas, teknik pengunduhan dengan cara memungut
langsung dari tanah dapat juga berpengaruh terhadap kualitas fisik-fisiologis
benih yang akan digunakan. Kualitas fisik-fisiologis yang dapat dipengaruhi
seperti : peningkatan KA karena efek dari kelembaban lantai tanah,
terbawanya jamur oleh benih akibat adanya sentuan dengan lantai tanah
maupun rusaknya enih akibat terjadinya serangan dari hama yang hidup
pada lantai tanah.
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
7iiManual Penanganan Benih Tanaman Hutan
2. Memanjat
Pengumpu l an/pengunduhan
dengan memanjat diperlukan
keah l i an se seorang da lam
memanjat pohon. Teknik
pengunduhan dengan memanjat
dapat dilakukan dengan cara
langsung memanjat tanpa bantuan
peralatan (seperti tali) maupun
dengan bantuan peralatan tali.
Apabila pengunduhan dialakukan dengan memanjat, maka si pemanjat
harus dibekali dengan pengetahuan tentang buah yang masak. Hal ini
dengan landasan bahwasannya buah yang masak di pohon agak berbeda
dengan yang sudah jatuh. Umumnya, buah yang masak di pohon masih ada
yang belum menunjukkan perubahan warna yang signifikan.
Sebaiknya untuk teknik pengunduhan
buah yang dilakukan dengan
memanjat, buah dikumpulkan dari
tajuk bagian tengah. Hal ini
berdasarkan beberapa penelitian
yang menghasilkan strata tajuk
bagian tengah memiliki kualitas fisik-
fisiologis yang lebih baik dibanding
strata bawah maupun atas.
Pembagian strata dapat dialakukan
dengan membagi tajuk pohon
menjadi 3 (tiga) bagian. Strata atas
adalah 1/3 bagian atas, strata
tengah, 1/3 bagian tengah dan strata
atas adalah 1/3 bagian bawah.
Hal yang perlu diperhatikan dalam aspek strata, yaitu kondisi fisiologis
pohon. Dalam hal ini bagian strata atas merupakan strata yang teridiri dari
mayoritas organ yang sel-selnya belum mature, bagian tengah strata
ditempati oleh organ-organ dengan sel yang sudah dewasa (mature),
sedangkan bagian bawah ditempati oleh organ penghasil buah degan kondisi
sel-selnya yang telah tua. Perbedaan tersebut tentunya akan berdampak
kepada buah/benih yang dihasilkan.
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
8 ii Manual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Gambar 8. Strata Tajuk
Atas
Tengah
Bawah
Gambar 7. Pengunduhan dengan Memanjat
3. Sistim perangkap
Sistim perangkap di sini adalah suatu
t e k n i k p e n g u m p u l a n a t a u
pengunduhan dimana di bawah
tegakan atau pohon dipasang alat
yang dapat menampung buah/benih.
Alat yang digunakan dapat sarlon
net, kain maupun palstik (pada
intinya bagaimana alat yang
dipasang dapat menahan jatuhnya
buah/benih ke tanah.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam aspek pengunduhan buah untuk menjaga
kualitas benih adalah :
1. Benih yang diunduh harus dari sumber benih yang bersertifikat. Apabila
benih yang digunakan terpaksa bukan dari sumber benih yang tidak
bersertifikat, maka benih harus diunduh dari pohon-pohon dengan
karakter yang baik untuk suatu tujuan pemanfaatan.
2. Pengumpulan data dan informasi yang berhubungan dengan
pengunduhan (seperti : jenis, tipe tegakan, waktu pengunduhan,
produksi buah, berat buah yang diunduh, ukuran buah, identitas pohon
yang diunduh dan orang yang mengunduh) yang dituangkan dalam suatu
bentuk dokumen pengunduhan.
3. Untuk lebih meningkatkan kualitas benih yang dihasilkan, apabila
buah/benih diunduh dari sumber benih bersertifikat, maka dapat
dilakukan pengelompokkan benih berdasarkan klas pohon induk di dalam
sumber benih. Sebagai contoh : benih dapat di lot dari 30 pohon induk
terbaik di dalam tegakan.
4. Membuat laporan yang disampaikan kepada pihak yang berwenang
bahwa pengunduhan telah dialaksanakan. Bukti yang dapat dijadikan
tolok-ukur adalah berupa Berita Acara yang disyahkan oleh pihak yang
mengawasi kegiatan pengunduhan. Dalam hal ini Berita Acara dapat
disyahkan oleh Dinas setempat yang mengatur bidang kehutanan.
Sedangkan BPTH Jawa dan Madura cukup diberikan tembusan dan
sifatnya menerima laporan untuk dijadikan bahan pengawasan
peredaran benih.
5. Setelah benih diunduh harus segera disertifikasikan untuk mendapatkan
sertifikat mutu benih kepada pihak berwenang.
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
9iiManual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Gambar 9.Pengunduhan dengan Sistim Perangkap
Benih yang telah diunduh selanjutnya dilakukan penanganan benih (pasca
panen). Penanganan benih melalui tahapan/proses : seleksi (menyortir buah-
buah yang secara fisik terserang hama dan penyakit), pemeraman (dilakukan
terhadap benih yang belum masak benar), sortasi (pemisahan benih dari buah)
dan pengeringan. Secara skematis penangan pasca panen sebagai berikut.
1. Seleksi Buah
Seleksi terhadap buah dilakukan dalam rangka memilih dan memilah buah-
buah yang secara fisik telah diserang hama dan penyakit. Tanda-tanda buah
yang diserang oleh hama dapat terlihat secara visual terlihat terdapat
bekas-bekas serangan. Buah yang di reject adalah buah yang terserang
hama sampai kepada bagian benih (buah yang terserang hanya pada bagian
kulit (eksocarp) dan bagian daging (mesocarp)) masih dapat dimanfaatkan
untuk dijadikan benih.
Buah yang terserang oleh penyakit dilihat dengan cara mengamati pada
buah tersebut apakah terdapat tanda atau tidak. Tanda-tanda yang dapat
digunakan sebagai indikator dapat berupa benang-benang hypa (apabila
buah terserang jamur) dan terlihat terjadinya pembusukan (apabila buah
terserang bakteri dan virus).
Meskipun pada dasarnya buah yang diserang hama dan penyakit tidak sampai
kepada bagian benih yang akan digunakan untuk memproduksi bibit,
sebaiknya buah tersebut tidak digunakan. Hal ini dengan dasar
pertimbangan bahwa tidak menutup kemungkinan bahwa hama dan
penyakit yang terdapat pada buah adalah hama dan penyakit terbawa
buah/benih. Perlu diketahui bahwa hama/penyakit terbawa benih lebih
disebabkan karena faktor dalam dari buah/benih yang merupakan bawaan.
Dengan kata lain dapat diklasifikasikan bahwa buah tersebut memiliki
PENANGANAN PASCA PANEN
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
11iiManual Penanganan Benih Tanaman Hutan
ekspresi genetik yang lebih cenderung mudah terserang oleh hama dan
penyakit.
Oleh karena itu, untuk menghasilkan bibit berkualitas harus benar-benar
menggunakan buah/benih yang berkualitas (fisik, fisiologik dan genetik).
Untuk menghasilkan benih yang memiliki kualitas genetik yang baik, maka
sebaiknya identitas dari pohon sumber benih masih tetap dipertahankan
dalam prosesing seleksi buah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara seleksi
terhadap buah dengan tetap memperhatikan asal pohon sumber benih
(seleksi dilakukan berdasarkan asal pohon dimana buah diunduh).
Disamping seleksi dilakukan terhadap hama dan penyakit, maka seleksipun
dapat dilakukan berdasarkan sifat fisik/morfologi dari buah yang diunduh.
Dalam hal ini dengan sudut pandang bahwa terdapat kecenderungan bahwa
buah yang memiliki ukuran yang lebih besar memiliki sifat yang baik pada
saat dikecambahkan. Dasar pertimbangan yang dapat digunakan adalah
terdapat korelasi positif antara ukuran buah dengan ukuran benih. Buah
dengan ukuran besar akan diperoleh benih yang berukuran besar serta
sebaliknya. Besarnya ukuran benih mengindikasikan bahwa benih tersebut
memiliki cadangan makanan yang lebih banyak di dalam kotiledonnya
(angiospermae) atau endospermnya (gymnospermae).
Pentingnya memilih buah yang sehat karena :
! Penyak i t pada buah dapat
mengganggu perkecambahan dan
petumbuhan benih dengan demikian
dapat merugikan kualitas dan
kuantitas hasil;
! Buah dapat menjadi pengantar baik
hama maupun penyakit ke daerah
lain dimana hama dan penyakit itu
tidak ada sebelumnya;
! Hama dan penyakit bawaan memiliki
sifat dapat diturunkan dari satu
genarasi ke generasi berikutnya,
sehingga individu yang dihasilkan
akan mewarisi sifat tersebut.
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
12 ii Manual Penanganan Benih Tanaman Hutan
2. Pengeringan
Dalam hal pengeringan, terdapat 2 (dua) hal yang harus diperhatikan, yaitu
proses penurunan KA benih yang sudah masak serta peningkatan pemasakan
buah (buah yang tua, tetapi belum mature). Oleh karena itu, untuk benih-
benih yang diunduh, tetapi belum masak maka harus dilakukan pemeraman
terlebih dahulu.
Pemeraman dapat dilakukan dari beberapa hari sampai beberapa minggu.
Lingkungan selama periode pemeraman ini penting diperhatikan dalam
usaha mengontrol proses fisiologisnya. Buah ditempatkan pada suhu udara o onormal, di daerah tropis diantara 20 dan 30 C. Tingkat kelembaban
pertama kali tinggi, tetapi secara bertahap dikurangi selama proses
berlangsung. Kadar air tinggi selama perawatan awal dan menyebabkan
benih rentan terhadap serangan jamur perusak. Ventilasi yang memadai
membatasi kerusakan tersebut, tetapi dapat beresiko menyebabkan benih
terlalu kering.
Benih-benih yang dikeringkan adalah benih yang termasuk kedalam jenis
ortodoks. Pengeringan benih dilakukan sebagai upaya untuk menurunkan
kadar air (KA untuk mendukung proses perkecambahan optimal).
Untuk benih-benih rekalsitran, maka tidak diperlukan proses pengeringan.
Hal ini dengan landasan bahwa benih rekalsitran apabila diturunkan KA-nya
akan mengakibatkan embrio menjadi mati, sehingga benih menjadi tidak
berkecambah.
Dalam hal pengeringan, harus diperhatikan tujuan akhir pengkondisian
kadar air benih. Biasanya kadar air yang direkomendasikan untuk benih
ortodoks adalah 6-8% (apabila benih akan disimpan tidak dalam jangka
panjang). Sedangkan untuk benih ortodoks yang akan disimpan cukup lama,
maka pengkondisian kadar air dapat mencapai 2-4
Teknik pengeringan dapat dilaksanakan dalam beberapa cara. Teknik
tersebut akan sangat tergantung kepada peralatan maupun sarana-
prasarana yang dimiliki.
%.
Prosedur untuk memberlakukan buah dalam upaya menurunkan KA/meningkatkan kemasakan :
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
13iiManual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Teknik yang dapat direkomendasikan dengan
menimbang efektifitas dan efisiensi adalah
dengan cara menjemur di bawah terik
matahari, dikeringudarakan (diangin-anginkan)
atau dengan cara pengkondisian pada suhu
tertentu di suatu ruangan. Pemilihan teknik-
teknik tersebut akan sangat tergantung juga
kepada proses penggunaan benih (apabila
benih akan cepat digunakan, maka teknik
penjemuran merupakan teknik yang
direkomendasikan).
Teknik penjemuran yang dilakukan di bawah cahaya matahari dapat
mempercepat penurunan KA benih, apabila kondisi cuaca memungkinkan.
Sedangkan apabila dihadapkan kepada kondisi cahaya yang kurang baik,
maka teknik ini akan mengakibatkan meningkatkan KA benih. Oleh karena
itu, teknik yang dipilihpun akan tergantung juga kepada kondisi lingkungan
setempat.
Selain untuk tujuan penyimpanan, kegiatan pengeringan bertujuan juga
untuk menghindari terjadinya serangan jamur terhadap benih. Benih
dengan KA tinggi akan lebih rentan untuk diserang jamur.
Hal yang harus diperhatikan dalam rangka menjaga identitas benih yang
ditangani, maka dalam proses pengeringan harus tetap menjaga fisik benih
berdasarkan identitas masing-masing (identitas dapat secara individu pohon
induk, lot induk superior maupun lot sumber benih).
3. Ekstraksi
Proses ekstraksi benih merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk memisahkan benih dari buah
(apabila benih yang diunduh masih merupakan
benih yang memiliki komponen lain dari buah).
Manfaat lain yang dapat diperoleh dari kegiatan
ekstraksi dapat juga sebagai upaya untuk
memisahkan benih dari kotoran lainnya, sehingga
dapat meningkatkan kemurnian benih.
Landasan yang berhubungan dengan ekstrkasi benih adalah :
! Mengurangi campuran. Biasanya benih merupakan 1-5% dari total
volume buah, sehingga melalui proses ekstraksi dapat membantu
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
14 ii Manual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Gambar 11. Jamur pada Benih
Gambar 12. Buah Toona sinensis
mengurangi biaya penyimpanan dan pengangkutan.
! Memudahkan penangan selanjutnya. Benih berkualitas harus melalui
tahapan pengujian (untuk mendapatkan sertifikasi mutu benih) dan
harus diperlakukan pendahuluan, sehingga diperlukan proses pemisahan
beni dari buahnya.
! Meningkatkan kemampuan penyimpanan. Sifat komponen lain dari
buah selain benih adalah mudah terdekomposisi, apabila tidak
dilakukan ekstraksi maka dapat mengundang serangan jamur.
Proses ekstraksi sebenarnya dapat dilaksanakan pada 2 (dua) tahap, yaitu
sebelum dilaksanakan pengeringan dan atau setelah dilaksanakan
pengeringan. Untuk benih-benih yang memiliki polong dan tidak berdaging
buah, maka ekstraksi disarankan dilaksanakan setelah kegiatan
pengeringan/pemeraman. Sedangkan untuk benih-benih yang memiliki
daging buah, sebaiknya proses ekstraksi dilaksanakan sebelum proses
penurunan kadar air. Hubungan waktu ekstraksi dan tipe buah dapat dilihat
sebagai berikut.
Pemisahan benih dari komponen lainnya sebagai hasil dari proses ekstraksi
dapat dilakukan dalam beberapa cara/teknik. Teknik yang lebih umum
biasanya dengan menggunakan penampi. Dengan mengandalkan angin yang
berhembus serta gerakan dari tampi, maka benih dapat terpisah dari
komponen selain benih. Disamping menggunakan alat tampi, juga dapat
digunakan alat lain seperti ayakan. Metode ekstraksi dengan alat bantu
ayakan dengan landasan perbedaan ukuran antara komponen selain benih
dengan benih.
Teknik lainnya, dapat dilaksanakan dengan cara menggunakan alat
Benih umumnya diekstr aksi sebelum disimpan
Kebanyakan jenis, seperti konifer, kasuarina, ekaliptus dan jenis dari famili Fabaceae, Meliaceae, Bignoniaceae
Benih umumnya disimpan da n ditanam bersama -sama dengan buah
Termilia spp., Quercus spp., dan Dipterocarpaceae
Benih sering atau terkadang disimpan di dalam buah, tetapi diekstraksi sebelum ditanam
Vitex spp., Maesopsis eminii , Grewia spp., Pterocarpus spp.
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
15iiManual Penanganan Benih Tanaman Hutan
pembantu devider (alat yang dapat memisahkan benih dan komponen lain
dari benih dengan menggunakan saringan berdasarkan ukuran. Setelah
benih dan komponen lainnya dimasukkan ke dalam devider, maka benih
dapat terpisah dengan komponen lainnya.
Teknik pemisahan antara benih dan komponen lainnya berdasarkan teknik di
atas lebih efektif dan efisien untuk benih-benih yang tidak memiliki
mesokarp (daging buah), sedangkan untuk benih-benih yang memiliki daging
buah langkah ekstraksi lebih baik dilaksanakan pada tahap awal (sebelum
pengeringan).
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
16 ii Manual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Pengepakan/penyimpanan merupakan suatu proses yang harus diperhatikan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah kualitas fisik-fisiologik. Kualitas fisik-fisiologik bibit dapat dipengaruhi oleh kualitas benih yang melalui tahapan proses penyimpanan.
Tujuan utama penyimpanan benih untuk menjamin persediaan benih yang masih memiliki mutu yang baik untuk suatu program penanaman (apabila penanaman tidak dilaksanakan segera). Dengan demikian benih yang disimpan berfungsi sebagai penyangga antara permintaan untuk penanaman dengan produksi. Dalam hal ini, penyimpanan benih lebih cenderung karena pegaruh waktu penanaman, musim serta sifat dari pembuahan pohon induk.
Durasi atau lamanya penyimpanan benih akan sangat tergantung kepada sifat doemansi benih. Benih-benih dengan sifat dorman yang lama, maka akan memiliki peluang untuk disimpan lama. Seperti benih-benih ortodoks yang memiliki ciri masa dormansi yang lama, sehingga jenis-jenis benih tersebut dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama. Berbeda dengan jenis yang semi rekalsitran dan rekalsitran. Jenis-jenis benih yang rekalsitran memiliki sifat yang tidak tahan untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan untuk jenis semi rekalsitran memiliki sifat dapat disimpan jalam jangka waktu yang cukup lama.
Teknik yang dapat dijadikan indikator dalam pengelompokkan jenis berdasarkan sifat penyimpanan adalah dapat diduga berdasarkan ukuran benih. Benih-benih dengan ukuran yang besar dapat diduga tergolong ke dalam jenis rekalsitran, ukuran benih yang sedang dapat diduga sebagai jenis benih yang semi rekalsitran serta benih dengan ukuran yang kecil dapat diduga sebagai benih ortodoks.
Oleh karena itu, untuk menduga lama durasi penyimpanan benih dapat diduga berdasarkan ukuran dari benih yang akan disimpan. Pada dasarnya teknik pendugaan jenis benih berdasarkan ukuran dapat berimplikasi kepada kandungan air benih. Benih dengan ukuran yang kecil lebih cenderung untuk memiliki kadar air yang rendah, benih dengan ukuran yang sedang memiliki kadar air yang sedang serta benih dengan ukuran besar dapat mengandung kadar air yang tinggi.
Dalam hal lama penyimpanan, benih ortodoks dapat disimpan dalam jangka waktu bertahun-tahun. Sedangkan untuk jenis semi rekalsitran dapat disimpan jalam jangka tahunan saja. Aspek-aspek yang dapat mempengaruhi lamanya
PENGEPAKAN
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 17iiManual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Gambar 13. Pengepakan Benih
benih dapat disimpan selain berdasarkan tipe benih, juga dapat dipangaruhi oleh :
! Genetik (daya simpan diwariskan). Dalam aspek ini lamanya daya simpan sangat tergantung kepada sifat yang diwariskan dari induk ke keturunannya. Induk-induk yang memiliki karakter dapat memperhatahankan masa dorman yang lama, maka dapat diwariskan ke keturunannya juga yang akan mewarisi masa dorman yang lama;
! Perkembangan. Perkembangan dimaksud adalah dari buah yang diunduh. Buah yang belum masak, biasanya memiliki masa dorman yang pendek.
! Lingkungan. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi masa simpan benih adalah faktor lingkungan sebelum dan sesudah benih disimpan. Faktor lingkungan yang kurang baik pada saat penganan benih dapat menimbulkan kerusakan pada saat penyimpanan. Seperti pada saat penanganan benih memiliki kadar air yang tinggi, maka pada saat penyimpanan dapat mengakibatkan benih terserang oleh jamur. Demikian juga kondisi lingkungan pada saat benih disimpan akan berpengaruh terhadap daya simpan benih. Sebagai contoh pada saat benih disimpan masih mengandung oksigen, maka dapat mengakibatkan benih tersebut melakukan respirasi, sehingga benih menjadi kopong.
Faktor yang dapat mempengaruhi terhadap kualitas fisik-fisiologik benih akibat penyimpanan adalah penuaan benih. Penuaan benih dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu : suhu, kadar air, tekanan oksigen serta cahaya.
1. Suhu
Suhu udara dapat mempengaruhi proses biokimia maupun organisme lainnya untuk aktif. Proses biokimia serta aktifitas serangga, jamur dan
obakteri dapat terhambat pada kondisi suhu di bawah 8-10 C. Pada kondisi demikian dapat mengakibatkan kerja enzim yang terkandung di dalam benih dalam fase istirahat, sehingga dengan demikian baik enzim yang terdapat di dalam benih, serangga, bakteri maupun jamur tidak aktif. Oleh karena itu, benih dapat aman apabila dikondisikan pada suhu tersebut.
2. Kadar air
Kadar air yang tinggi dapat mengakbatkan proses pembusukan benih. Hal ini disebabkan air yang terlalu tinggi dapat merangsang untuk aktifnya enzim yang terdapat di dalam benih, sehingga dapat mengakibatkan pembusukan yang disebabkan oleh jamur maupun bakteri.
3. Tekanan oksigen
Oksigen diperlukan benih untuk melakukan proses respirasi. Benih-benih yang disimpan sebaiknya diberikan tekanan yang cukup untuk
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
18 ii Manual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
mempertahankan viabilitas benih (dormansi benih). Tekanan yang terlalu rendah kurang baik bagi benih karena dengan tekanan yang rendah disertai kadar air yang tinggi dapat merangsang aktifitas jamur dan bakteri yang anaerob. Sedangkan tekanan yang tinggi juga dapat engakibatkan over respirasi yang dapat menyebabkan benih menjadi kopong akibat cadangan makanan serta enzim terlalu aktif untuk melakukan proses respirasi.
4. Cahaya
Jenis benih yang memiliki tipe ortodoks tidak dapat dipengaruhi oleh cahaya pada saat pentimpanan. Jenis-jenis benih yang foto-dormansi, yaitu benih yang akan berkecambah pada saat ada ransangan cahaya harus diperhatikan dalam proses penyimpanan. Karena cahaya yang diterima oleh benih akan merangsang benih untuk berkecambah.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pada saat melaksanakan penyimpanan benih harus memperhatikan sifat dari benih terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas benih. Pengkondisian yang sesuai dengan sifat benih akan sangat menjaga kualitas fisik-fisiologik dari benih yang disimpan. Oleh karena itu, implikasinya kepada teknik penyimpanan benih.
Pada dasarnya semua teknik penyimpanan benih dapat dilakukan dengan pertimbangan bahwa benih yang disimpan harus kompatibel antara kondisi lingkungan serta sifat dari benih. Beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam proses penyimpanan benih, yaitu :
! Benih yang akan disimpan sebaiknya dikemas dengan menggunakan kemasan yang baik, seperti menggunakan plastik, blek maupun wadah yang cukup kedap udara.
! Kondisikan benih yang dipak oksigennya (jangan terlalu tinggi tekanannya maupun jangan terlal rendah). Untuk mengkondisikannya dapat dilakukan dengan menggunakan vakum maupun penyedot udara.
! Wadah yang digunakan ditutup rapat agar tidak terjadi perubahan oksigen selama penyimpanan.
! Dapat juga memberikan karbon di wadah yang digunakan. Pemberian karbon dapat membantu untuk mengikat oksigen yang terdapat di dalam wadah. Karbon dapat diberikan dengan cara menggunakan arang maupun abu serta hembusan asap lilin ke dalam wadah.
! Perhatikan kadar air benih yang disimpan; apabila benih masih memiliki kadar air yang tinggi sebaiknya diturunkan dulu.
! Perhatikan bahan karbon yang dimasukkan ke dalam wadah (karbon harus benar-benar dalam kondisi kering). Penggunaan bahan karbon yang basah dapat mengakibatkan meningkatnya kadar air benih.
iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 19iiManual Penanganan Benih Tanaman Hutan
! Simpan benih dalam kondisi suhu dan kelembaban yang sesuai dengan persyaratan. Ruang penyimpanan dapat berupa DCS, refigerator maupun ruangan yang telah diset dengan suhu yang baik untuk proses penyimpanan. Untuk benih-benih tertentu (ortodoks) dapat disimpan dalam ruang suhu kamar, apabila penyimpanan benih tidak terlalu lama.
Untuk tetap menjaga kualitas genetik, maka pada saat dilakukan proses pengepakan maupun penyimpanan harus tetap mencantumkan identitas dari benih. Identitas dipasang pada setiap kemasan maupun wadah yang digunakan. Dengan demikian maka benih yang disimpan akan selalu memiliki kualitas fisik-fisiologik-genetik. Kualitas fisik-fisiologik dijaga dengan cara melakukan pengepakan maupun penyimpanan dengan baik dan kualitas genetik dijaga dengan memberikan identitas di setiap wadah maupun kemasan yang dibuat.
Gambar 15. Teknik Pengemasan dengan Menjaga Identitas Benih
Kualitas fisik-
fisiologik
Kemasan & penyimpanan
Identitas pada kemasan/wadah
Kualitas
genetik
Kualitas fisik-
fisiologik-genetik
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
20 ii Manual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Gambar 14. Tempat Menyimpan Benih
PENGUJIAN
Pengujian benih dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana kondisi benih
(kualitas fisik-fisiologik) dari benih yang diproduksi. Pengujian benih diperlukan
sebagai upaya untuk mengetahui mutu dari benih yang akan digunakan untuk
pembangunan tegakan (hutan). Data yang diperoleh dari hasil pengujian dapat
memberikan informasi/gambaran kepada konsumen bahwa benih yang
digunakan benar-benar memiliki kualitas yang baik.
Pada manual ini tidak akan
d ibahas mengena i tekn ik
pengujian benih secara detail.
Hal ini dikarenakan untuk teknik
pengujian benih dimuat dalam
buku manual tersendiri.
P a d a d a s a r n y a , u n t u k
mendapatkan kualitas benih yang
selalu memperhatikan kualitas
genetik, maka pada saat
mengirimkan contoh uji kepada
pihak berwenang (BPTH) harus
disertakan identitas dari asal-usul
benih. Disamping itu, informasi
mengenai sumber benih maupun
p o h o n i n d u k h a r u s
didokumnetasikan di setiap lot
contoh benih yang akan diuji.
Apabila identitas dari lot contoh uji selalu dapat diketahui, maka sebenarnya
sudah memperhatikan kualitas genetik dari benih yang akan digunakan untuk
memproduksi bibit. Kehilangan identitas tentunya dapat berimplikasi terhadap
kulaitas genetik dari benih yang diproduksi maupun bibit yang digunakan untuk
pembangunan hutan.
Benih yang dujikan sebagai upaya untuk mengetahui serta memastikan kualitas
atau mutu benih yang terdiri dari mutu fisik benih (kesehatan, kemurnian,
jumlah 1000 butir dan ukuran benih) serta kualitas fisiologis yang terdiri dari
informasi kadar air, daya kecambah dan kemasakan.
Oleh karena itu, pada tahapan proses pengujian benih data dikumpulkan adalah
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
21iiManual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Contoh Uji
Desikator
Open
Kecambah
kemurnian, jumlah 1000 butir dan daya kecambah. Untuk mendapatkan
informasi daya kecambah dalam waktu yang cepat, maka teknik uji-TZ
(tetrazolium) merupakan teknik yang cukup relevan. Sebenarnya uji TZ ini lebih
cenderung untuk mengetahui daya hidup benih bukan sebagai informasi yang
berhubungan dengan daya kecambah. Oleh karea itu, untuk mengetahui
informasi daya kecambah dapat dilakukan dengan cara setiap produsen benih
memberikan dokumen/data mengenai daya kecambah benih pada saat
pelaksanaan proses penaburan benih. Bentuk informasi dapat berupa berita
acara yang ditandatangani oleh pihak yang berwenag mengawasi pelaksanaan
produksi bibit (misalnya : Dinas Kabupaten/Kota setempat).
Kelemahan yang mungkin terjadi dengan
menggunakan uji-TZ adalah untuk benih-benih yang
muda. Benih muda pada dasarnya mengandung
enzim yang cukup banyak dan dalam kondisi proses
maturisasi. Oleh karena itu, pada saat dilakukan uji-
TZ, benih tersebut akan memberikan warna yang
menunjukkan bahwa benih tersebut hidup. Padahal
pada kondisi yang sebenarnya benih yang muda sulit
untuk berkecambah (bahkan tidak akan berkecambah
pada saat dikecambahkan).
Setelah pelaksanaan pengujian, selanjutnya data hasil pengujian dituangkan
dalam suatu label yang memuat informasi dari hasil pengujian. Sebaiknya setiap
informasi hasil pengujian berdasarkan masing-masing lot contoh uji benih. Hal
ini untuk menghindari terjadinya mis identity dari benih yang diuji. Untuk
menghindari terjadinya penurunan kualitas/mutu benih yang diproduksi akibat
dilakukannya proses penyimpanan benih, maka benih yang telah disimpan dalam
suatu periode produksi harus dilakukan perpanjangan uji benih. Benih-benih
yang diperpanjang pengujiannya adalah benih-benih tipe ortodoks dan atau
semi rekalsitran.
Waktu pengujian akan sangat tergantung kepada jenis benih yang diproduksi.
Pada dasarnya untuk setiap produsen benih harus menguji benih yang diproduksi
setiap kali panen atau benih yang disimpan sampai periode panen berikutnya.
Untuk benih yang telah disimpan sampai periode berikutnya harus dilakukan
perpanjangan pengujian sebagai upaya untuk mengetahui mutu/kualitas benih
setelah masa penyimpanan.
Sebagai bentuk pengesahan terhadap informasi dari benih yang telah diujikan,
maka BPTH berwenang menerbitkan sertifikat mutu benih. Sertifikat mutu
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
22 ii Manual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Gambar 16, Hasil Uji-TZ
benih ini merupakan suatu bentuk keabsahan yang dapat diyakini oleh konsumen
bahwa benih tersebut benar-benar layak edar atau bahkan tidak layak edar.
Berdasarkan hal tersebut maka keterjaminan mengenai benih yang akan
dimanfaatkan oleh pihak konsumen atau produsen menjadi lebih terjamin.
Disamping itu, dengan diterbitkannya sertifikat mutu benih maka dapat dapat
dikontrol atau dikendalikan mengenai aspek lalu-lintas benih.
Diketahuinya lalu lintas benih yang beredar di masyarakat akan sangat
membantu dalam meningkatkan variasi genetik dati tegakan yang dibangun.
Perlu diketahui bahwa variasi genetk yang tinggi merupakan modal dasar bagi
pemabangunan hutan berkualitas.
Hutan yang memiliki variasi genetik yang tinggi tentunya merupakan dambaan
bagi semua pihak yang interes terhadap pembangunan hutan. Hal ini
dikarenakan dengan semakin tingginya variasi genetik, maka dapat menciptakan
kondisi efektifitas lahan terjadi, meningkatnya produktifitas lahan serta dapat
ditemukannya variasi-variasi yang lebih baik dari yang dibangun pada saat ini.
Pengujian benih :
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
23iiManual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
24 ii Manual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Label yang tertuang pada benih/kemasan merupakan suatu identitas yang
memberikan informasi mengenai
mutu dari benih yang diproduksi.
Label dimaksud berisi mengenai data-
data yang berhubungan dengan benih
tersebut sebagai output dari proses
pengujian benih. Data-data yang
tercantum merupakan identitas dari
benih, sehingga sangat bermanfaat
untuk pihak konsumen pada saat akan
membeli atau menggunakan benih
tersebut.
Kualitas fisik-fisiologik-genetik dapat
diketahui dengan melihat label yang
terdapat pada benih. Proses
pemasangan label dapat dilakukan
oleh pihak produsen.
Namun demikian, untuk mengantisipasi terjadinya penyalahgunaan dari label
yang dipasang di setiap kemasan benih, maka jumlah label yang dikeluarkan
harus mendapatkan pengesahan dari pihak yang berwenang. Oleh karena itu,
bagi setiap produsen yang telah memasangkan label memiliki kewajiban untuk
memberikan informasi tentang label yang telah dipasang kepada pihak yang
berwenang.
Label yang telah dicetak dipasang pada setiap lot benih yang telah diujikan.
Label dipasang pada kemasan yang digunakan. Kemasan yang digunakan dapat
berupa plastik, wadah tertutup maupun blek/kaleng. Untuk menjaga kerusakan
tulisan yang telah dicantumkan pada label, maka sebaiknya label dibungkus oleh
plastik (pada dasarnya jangan sampai data yang terdapat pada label rusak).
Data/informasi yang harus dituangkan dalam label adalah Sumber Benih, Nama,
Nomor dan Kelas. Dicantumkannya Identitas sumber benih dimaskudkan untuk
melacak/mengetahui kualitas genetik dari benih yang dilabel. Sampai saat ini
identifikasi kualitas sumber benih masih dilakukan dengan cara melacak asal-
usul dari sumber benih yang dijadikan tempat pengumpulan benih.
Identitas nama ditujukan untuk memberikan informasi mengenai benih jenis apa
yang diproduksi oleh produsen. Nama akan mencerminkan barang yang akan
dibeli oleh pihak konsumen. Dengan diketahuinya nama benih dengan pasti,
PEMASANGAN LABEL
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
25iiManual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Gambar 17. Penyimpanan Benih
maka diharapkan dapat tercipta kondisi yang saling meyakini mengenai benih
yang diperjual-belikan.
Identitas nomor disini adalah nomor dari sertifikat sumber benih yang dijadikan
sumber benih. Identitas nomor sumber benih hanya dapat diperoleh apabila
sumber benih yang dijadikan tempat pengumpulan benih telah disertifikasi oleh
pihak yang berwenang.
Identitas kelas dimaskud adalah menunjukkan kelas dari sumber benih yang
dijadikan sumber pengumpulan benih yang diproduksi. Semakin tinggi kelas dari
sumber benih, maka pada dasarnya akan semakin kualitas genetik dari benih
yang digunakan. Hal ini dengan dasar pertimbangan bahwa semakin tinggi
kualitas sumber benih, pada dasarnya semakin tinggi kualitas penotipe yang
dipersyaratkan.
Disamping data tersebut di atas, maka pada label benih juga harus memuat
data-data lain yang dapat mendukung informasi dari benih yang diproduksi.
Data-data pendukung yang diperlukan sebagai bentuk informasi yang
berhubungan dengan kondisi dari benih yang diproduksi. Data-data yang harus
dicantumkan adalah :
Data-data tersebut pada dasarnya merupakan data hasil dari pengujian benih.
Hasil dari pengujian benih akan diperoleh sertifikasi mutu benih. Output
sertifikat mutu benih merupakan bentuk dokumen yang dapat digunakan untuk
keabsahan dari label atau benih yang diproduksi.
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
26 ii Manual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Pebangunan hutan yang diakibatkan telah terdegradasinya hutan merupakan
bentuk tanggung jawab bagi semua insan. Hal ini dengan dasar bahwa menjaga
hutan berarti menjaga kahidupan makhluk hidup. Kerusakan hutan telah
mengakibatkan bencana bagi hidup dan kehidupan (banjir, longsor, kekeringan,
kehilangan plasma nutfah serta perubahan iklim). Pembangunan hutan yang
menganut kepada asal hijua ternyata masih memberikan hasil yang kurang
optimal, sehingga sudah saatnya bahwa pembangunan hutan harus menganut
kepada hutan berkualitas. Kualitas hutan yang dibangun dapat berimplikasi
kepada output yang diperoleh.
pembangunan hutan berkualitas hanya dapat dicapai apabila benih yang
digunakan juga berkualitas. Kualitas benih dapat mendukung kepada
tercapainya output yang optimal. Salah satu yang dapat dilakukan untuk
mencapai benih berkualitas, yaitu dengan malakukan penangan benih
berkualitas. Terdapat enam langkah penangan benih berkualitas, sehingga pada
akhirnya akan mendukung terhadap bibit berkualitas. Enam langkah tersebut
adalah :
Untuk menciptakan kondisi sinergisitas antar komponen yang harus mensuport
pembangunan hutan, maka penangan benih berkualitas harus dilakukan secara
bersama-sama dengan melibatkan berbagai pihak. Pihak-pihak yang dirasa
harus menjadi pelopor dalam pembangunan hutan adalah pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan teknis lapangan harus
terjadi sinkronisasi dan sinergisitas antara wakil pemerintah pusat dan daerah.
Keterlibata pemerintah daerah merupakan bentuk ainisitif yang harus
dikedepankan.
ENAM LANGKAH
PENANGANAN BENIH BERKUALITAS
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
27iiManual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Oleh karena itu, sebagai bentuk kerja yang sinergis dalam mewujudkan
pembangunan hutan berkualitas dirasa harus terdapat pembagian peran dalam
penanganan benih berkualitas. Dalam hal ini dapat dijadikan sebagai alternatif
peran yang harus dijunjung oleh pihak-pihak yang berkompeten.
Pembagian peran yang bertujuan untuk mengawal tercapainya penanganan
benih berkualitas dengan cara terdapat pihak yang mengontrol untuk setiap
tahapan yang dialukan. Untuk keseluruhan tahapan, BPTH dengan TUPOKSI-nya
harus mendapatkan informasi yang general (keseluruhan), namun demikian
harus terdapat controlling pada simpul-simpul stage masing-masing kegiatan.
Sebagai langkah alternatif, maka untuk memainkan peran yang sinergis dapat
dilihat Tabel 1.
Tabel 1. Enam Langkah Penanganan Benih Berkualitas
*)Catatan : Dibina oleh Dishut Setempat (Dok. Lacak-Balak)
Pada Tabel 1. meskipun bahwa pihak yang melaksanakan kegiatan adalah pihak
produsen, akan tetapi untuk menjaga keterjaminan mutu dari benih yang
berkualitas diperlukan keterlibatan pihak lain yang berperan sebagai
pengontrol. Peranan pengontrol dapat berasal dari pihak pemerintah daerah
(Dinas Kab./Kota setempat), pihak LITBANG maupun Balai Konservasi. Hal ini
akan sangat tergantung kepada tempat/lokasi produsen berada. Pertimbangan
tersebut lebih cenderung untuk menciptakan efektifitas dan efisiensi kerja
penanganan benih berkualitas.
Sebagai upaya melaksanakan TUPOKSI, pihak BPTH harus mendapatkan seluruh
informasi yang berkaitan dengan setiap langkah penanganan benih berkualitas.
Oleh karena itu, untuk 4 langkah lainnya BPTH harus dapat menerima
laporannya.
No
Stage
TIM BPTH
PRODUSEN
1 Sertifikasi Sumber Benih
2
Pengunduhan *)
3 Pengeringan (Penanganan Pasca
Panen) *)
4
Pengepakan
*)
5 Pengujian
6 Pemasangan Label *)
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
28 ii Manual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
29iiManual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
30 ii Manual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
31iiManual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
32 ii Manual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
33iiManual Penanganan Benih Tanaman Hutan
34 ii Manual Penanganan Benih Tanaman Hutan
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
ISBN 978-979-16185-4-0BPTH JAWA DAN MADURA
MANUAL PENANGANAN BENIH TANAMAN HUTAN