4
Pencegahan Kekerasan Pada Anak Penegakan hukum positif berkaitan dengan kekerasan terhadap anak antara lain Undang-Undang Perlindungan Anak. Secara umum kekerasan didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan satu individu terhadap individu lain yang mengakibatkan gangguan fisik dan atau mental. Yang dimaksud dengan anak ialah individu yang belum mencapai usia 18 tahun. Oleh karena itu, kekerasan pada anak adalah tindakan yang di lakukan seseorang /individu pada mereka yang belum genap berusia 18 tahun yang menyebabkan kondisi fisik dan atau mentalnya terganggu. Seringkali istilah kekerasan pada anak ini dikaitkan dalam arti sempit dengan tidak terpenuhinya hak anak untuk mendapat perlindungan dari tindak kekerasan dan eksploitasi. Kekerasan pada anak juga sering kali dihubungkan dengan lapis pertama dan kedua pemberi atau penanggung jawab pemenuhan hak anak yaitu orang tua (ayah dan ibu) dan keluarga. Kekerasan yang disebut terakhir ini di kenal dengan perlakuan salah terhadap anak atau child abuse yang merupakan bagian dari kekerasan dalam rumah tangga (domestic violence). Kekerasan pada anak atau perlakuan salah pada anak adalah suatu tindakan semena-mena yang dilakukan oleh seseorang seharusnya menjaga dan melindungi anak (caretaker) pada seorang anak baik secara fisik, seksual, maupun emosi. Pelaku kekerasan di sini karena bertindak sebagai caretaker, maka mereka umumnya merupakan orang terdekat di sekitar anak. Ibu dan bapak kandung, ibu dan bapak tiri, kakek, nenek, paman, supir pribadi, guru, tukang ojek pengantar ke sekolah, tukang kebon, dan seterusnya. Banyak teori yang berusaha menerangkan bagaimana kekerasan ini terjadi, salah satu di antaranya teori yang behubungan dengan stress dalam keluarga (family stress). Stres dalam keluarga tersebut bisa berasal dari anak, orang tua, atau situasi tertentu. • Stres berasal dari anak misalnya anak dengan kondisi fisik, mental, dan perilaku yang terlihat berbeda dengan anak pada umumnya. Bayi dan usia balita, serta anak dengan penyakit kronis atau menahun juga merupakan salah satu penyebab stres. • Stres yang berasal dari orang tua misalnya orang tua dengan gangguan jiwa (psikosis atau neurosa), orang tua sebagai korban kekerasan di masa lalu, orang tua terlampau perfek dengan harapan pada anak terlampau tinggi, orang tua yang terbiasa dengan sikap disiplin.

Pencegahan KPA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kekerasan pada anak

Citation preview

  • Pencegahan Kekerasan Pada Anak

    Penegakan hukum positif berkaitan dengan kekerasan terhadap anak antara lain Undang-Undang

    Perlindungan Anak. Secara umum kekerasan didefinisikan sebagai suatu tindakan yang

    dilakukan satu individu terhadap individu lain yang mengakibatkan gangguan fisik dan atau

    mental. Yang dimaksud dengan anak ialah individu yang belum mencapai usia 18 tahun. Oleh

    karena itu, kekerasan pada anak adalah tindakan yang di lakukan seseorang /individu pada

    mereka yang belum genap berusia 18 tahun yang menyebabkan kondisi fisik dan atau mentalnya

    terganggu. Seringkali istilah kekerasan pada anak ini dikaitkan dalam arti sempit dengan tidak

    terpenuhinya hak anak untuk mendapat perlindungan dari tindak kekerasan dan eksploitasi.

    Kekerasan pada anak juga sering kali dihubungkan dengan lapis pertama dan kedua pemberi atau

    penanggung jawab pemenuhan hak anak yaitu orang tua (ayah dan ibu) dan keluarga. Kekerasan

    yang disebut terakhir ini di kenal dengan perlakuan salah terhadap anak atau child abuse yang

    merupakan bagian dari kekerasan dalam rumah tangga (domestic violence).

    Kekerasan pada anak atau perlakuan salah pada anak adalah suatu tindakan semena-mena yang

    dilakukan oleh seseorang seharusnya menjaga dan melindungi anak (caretaker) pada seorang

    anak baik secara fisik, seksual, maupun emosi. Pelaku kekerasan di sini karena bertindak sebagai

    caretaker, maka mereka umumnya merupakan orang terdekat di sekitar anak. Ibu dan bapak

    kandung, ibu dan bapak tiri, kakek, nenek, paman, supir pribadi, guru, tukang ojek pengantar ke

    sekolah, tukang kebon, dan seterusnya.

    Banyak teori yang berusaha menerangkan bagaimana kekerasan ini terjadi, salah satu di

    antaranya teori yang behubungan dengan stress dalam keluarga (family stress). Stres dalam

    keluarga tersebut bisa berasal dari anak, orang tua, atau situasi tertentu.

    Stres berasal dari anak misalnya anak dengan kondisi fisik, mental, dan perilaku yang terlihat

    berbeda dengan anak pada umumnya. Bayi dan usia balita, serta anak dengan penyakit kronis

    atau menahun juga merupakan salah satu penyebab stres.

    Stres yang berasal dari orang tua misalnya orang tua dengan gangguan jiwa (psikosis atau

    neurosa), orang tua sebagai korban kekerasan di masa lalu, orang tua terlampau perfek dengan

    harapan pada anak terlampau tinggi, orang tua yang terbiasa dengan sikap disiplin.

  • Stres berasal dari situasi tertentu misalnya terkena PHK (pemutusan hubungan kerja) atau

    pengangguran, pindah lingkungan, dan keluarga sering bertengkar.

    Mengingat sedemikian kompleks kekerasan pada anak ini maka usaha pencegahan kekerasan

    pada anak tidak hanya tergantung pada program dan layanan yang telah disediakan oleh

    pemerintah melainkan juga sangat tergantung pada bagaimana masyarakat memaknai issu

    kekerasan ini. Beberapa indikator bahwa pemerintah atau negara menempatkan anak sebagai

    prioritas utama di antaranya adalah sebagai berikut:

    Kemarahan warga termotivasi dan mereka akan bertindak saat mendengar ada anak yang

    mengalami kekerasan.

    Perumahan yang memadai tersedia bagi seluruh keluarga, layanan kesehatan dapat

    terjangkau seluruh keluarga,

    Sistim layanan sosial dapat dijangkau keluarga saat mereka membutuhkan bantuan sebelum

    kekerasan pada anak terjadi,

    Materi umum mengenai bimbangan dan perawatan anak serta materi komunikasi

    interpersonal, penyelesaian konflik tanpa kekerasan, dijumpai dalam kurikulum sekolah

    mulai taman kanak-kanak sampai sekolah lanjutan dan diteruskan untuk pendidikan bagi

    orang dewasa,

    Program pendidikan dan latihan kerja tersedia bagi pekerja dalam rangka memperoleh

    pekerjaan dan upah yang memadai,

    Kebijakan tempat kerja yang mendukung keluarga seperti perjanjian kerja yang

    memungkinkan karyawan memilih waktu kerjanya sendiri,

    Setiap orang tua memiliki akses untuk menolong dirinya dan kelompok pendukung ,

    Model-model kampanye anti kekerasan jelas terlihat,

  • Sistim hukum, pidana atau perdata, memiliki dana, staf terlatih yang cukup untuk

    menyelesaikan kasus kekerasan dengan tepat dan adil,

    Program pendidikian bagi orang tua berbasis budaya dan etnis tersedia bagi seluruh orang

    tua yang baru punya anak.

    Ketika masyarakat sadar akan keberadaan kekerasan pada anak ini sebagai salah satu masalah

    mereka yang meresahkan, maka dengan sendirinya masyarakat sangat berkeingingan untuk

    membantu seluruh upaya layanan, program ataupun kebijakan terkait dengan pencegahan

    kekerasan pada anak. Upaya pencegahan kekerasan pada anak dapat dilaksanakan dari dua sisi,

    masyarakat dan pemerintah.

    Pemerintah sangat diharapkan memiliki komitmen dasar nasional yang sungguh-sungguh untuk

    anak. Sebagai langkah awal dimulai dengan inisiatif pemimpin atau tokoh nasional untuk ambil

    bagian untuk mendukung upaya pencegahan sebagai salah satu usaha penting memerangi

    kekerasan pada anak. Tokoh atau pemimpin berkaliber nasional berinisiatif mendukung upaya

    ini, dengan kemampuannya bisa mempengaruhi kebijakan baik pada sektor privat atau publik.

    Aksi berikut yang perlu diambil adalah memasukan langkah pencegahan kekerasan pada anak

    secara komprehensif ke dalam sistim peradilan. Sistim hukum yang ada, baik peradilan anak,

    pidana, dan perdata, seluruh peraturan dan prosedurnya harus sedemikan rupa sehingga sensitif

    dengan kebutuhan anak dan keluarga. Tentu dalam hal ini harus ditunjang pula dengan jumlah

    tenaga hakim, pengacara, staf pengadilan terlatih yang memadai.

    Bagi masyarakat, keluarga, atau orang tua diperlukan kebijakan, layanan, sumberdaya, dan

    pelatihan pencegahan kekerasan pada anak yang konsisten dan terus menerus. Strategi

    pencegahan ini meliputi :

    Pencegahan primer untuk semua orang tua dalam upaya meningkatkan kemampuan

    pengasuhan dan menjaga agar perlakuan salah atau abuse tidak terjadi, meliputi

    perawatan anak dan layanan yang memadai, kebijakan tempat bekerja yang medukung,

    serta pelatihan life skill bagi anak. Yang dimaksud dengan pelatihan life skill meliputi

    penyelesaian konflik tanpa kekerasan, ketrampilan menangani stress, manajemen sumber

  • daya, membuat keputusan efektif, komunikasi interpersonal secara efektif, tuntunan atau

    guidance dan perkembangan anak, termasuk penyalahgunaan narkoba.

    Pencegahan sekunder ditujukan bagi kelompok masyarakat dengan risiko tinggi dalam

    upaya meningkatkan ketrampilan pengasuhan, termasuk pelatihan dan layanan korban

    untuk menjaga agar perlakuan salah tidak terjadi pada generasi berikut. Kegiatan yang

    dilakukan di sini di antaranya dengan melalukan kunjungan rumah bagi orang tua yang

    baru mempunyai anak untuk melakukan self assessment apakah mereka berisiko

    melakukan kekerasan pada anak di kemudian hari.

    Pencegahan tersier dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pengasuhan yang

    menjaga agar perlakuan salah tidak terulang lagi, di sini yang dilakukan adalah layanan

    terpadu untuk anak yang mengalami korban kekerasan, konseling, pelatihan tatalaksana

    stres.

    Pada saat kasus kekerasan pada anak ditemukan, sebenarnya ada masalah dalam pengasuhan

    anak (parenting disorder) di belakang kejadian tersebut. Maka dari itu, dasar dari strategi

    pencegahan adalah tersedianya secara luas akses untuk mendapatkan informasi pengasuhan bagi

    para orang tua khususnya bagi mereka yang memiliki anak pertama. Di sisi lain, anak dengan

    segala haknya harus pula dimengerti dan dipahami para orang tua sebagai orang yang paling

    bertanggung jawab atas pemenuhan hak anak tersebut. Semua usaha yang dilakukan dalam

    rangka mengubah perilaku orang tua agar melek informasi pengasuhan dan hak anak

    membutuhkan upaya edukasi sejak dini dan terus menerus. Sehingga pendidikan sebagai bagian

    dari strategi pencegahan kekerasan pada anak menjadi sangat penting.