Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR OR.01.02.211.05.15.1089 TAHUN 2015
TENTANG RENCANA STRATEGIS BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TAHUN 2015-2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Kondisi Umum
Renstra Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang memuat arah
kebijakan dan strategi pengawasan Obat dan Makanan telah diturunkan dalam
Renstra Eselon I di lingkungan BPOM, salah satunya adalah Sekretariat Utama
(Sektama). Sektama mempunyai tugas dan fungsi yang bersifat dukungan
manajemen pelaksanaan tugas teknis. Salah satu unit organisasi eselon II yang
mendukung pelaksanaan tugas sektama adalah Biro Perencanaan dan
Keuangan, utamanya dalam hal melaksanakan koordinasi perumusan rencana
strategis dan pengembangan organisasi, penyusunan program dan anggaran,
keuangan serta evaluasi dan pelaporan.
Perencanaan menjadi salah satu aspek yang paling penting dalam
manajemen pemerintahan. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara
terencana dan sistemik akan memberikan kontribusi langsung
terhadap peningkatan kualitas perencanaan dan pengganggaran unit
organisasi di lingkungan BPOM baik ditingkat pusat dan balai di daerah dalam
rangka mewujudkan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan
kegiatan pada Biro Perencanaan dan Keuangan harus dilandasi oleh
suatu kebijakan, strategi dan program yang komprehensif dan terpadu yang
dituangkan dalam dokumen Rencana Strategis.
Rencana strategis instansi Pemerintah merupakan langkah awal dalam
mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) yang disusun dengan mengintegrasikan antara ketersediaan
Sumber Daya Manusia (SDM) dan sumber daya lain agar mampu memenuhi
keinginan pemangku kepentingan. Selain itu penyusunan rencana strategis
-2-
yang meliputi penetapan visi, misi, tujuan, sasaran dan program, disusun
berdasarkan analisis terhadap permasalahan yang terjadi pada periode
sebelumnya dan peluang serta tantangan dalam pelaksanaan tugas ke depan.
Selama periode tahun 2010-2014 Biro Perencanaan dan Keuangan telah
melaksanakan berbagai kegiatan perencanaan dalam rangka mendukung
pelaksanaan tugas utama BPOM sebagai pengawas Obat dan Makanan.
Renstra Biro Perencanaan dan Keuangan Tahun 2015-2019 memuat
tujuan dan sasaran untuk periode 2015-2019. Diharapkan Renstra tersebut
dapat menjadi acuan dalam menyusun Rencana Kerja Tahunan (Renja) dan
memacu peningkatan kinerja pada masa yang akan datang. Adapun kondisi
umum Biro Perencanaan dan Keuangan saat ini dapat dijelaskan mulai dari
peran, tupoksi dan pencapaian kinerja sebagai berikut:
1.1.1 Peran Biro Perencanaan dan Keuangan berdasarkan Peraturan
Perundang-Undangan
Biro Perencanaan dan Keuangan merupakan unit organisasi eselon II
yang mempunyai tugas melaksanakan koordinasi perumusan rencana strategis
dan pengembangan organisasi, penyusunan program dan anggaran, keuangan
serta evaluasi dan pelaporan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Biro
Perencanaan dan Keuangan menyelenggarakan fungsi, yaitu:
a. Pelaksanaan analisis dan perumusan rencana strategis dan
pengembangan organisasi;
b. Pelaksanaan penyusunan program dan anggaran termasuk pinjaman
luar negeri;
c. Pelaksanaan manajemen keuangan;
d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan.
Dengan demikian, Biro Perencanaan dan Keuangan merupakan salah
satu unit organisasi yang mempunyai peran strategis dalam perancanaan dan
penganggaran serta manajemen keuangan BPOM sehingga diharapkan dapat
menjalankan tugasnya secara lebih profesional dan proaktif.
-3-
1.1.2 Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Organisasi dan tata kerja Biro Perencanaan dan Keuangan disusun
berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001
tentang Organisasi dan Tata Kerja BPOM, dengan struktur Biro Perencanaan
dan Keuangan sebagaimana gambar 1.1.
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan
Sesuai dengan struktur organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan, dari
14 jabatan struktural yang tersedia, masih terdapat 2 (dua) jabatan struktural
eselon IV yang belum diisi yaitu Kasubbag Organisasi di Bagian Renstra dan
Organisasi dan Kasubbag Perbendaharaan dan Akuntansi di Bagian Keuangan.
Hal ini tentunya dapat mengakibatkan pelaksanaan tugas menjadi kurang
optimal sebab tugas tersebut merupakan tugas tambahan bagi pejabat/staf
yang ditugaskan.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Biro Perencanaan dan Keuangan
didukung oleh 39 orang pegawai, dengan profil pegawai berdasarkan tingkat
kepangkatan/Golongan seperti pada tabel 1.1.
SEKRETARIAT UTAMA
BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN
BIRO HUKUM DAN HUKMAS
BIRO KSLN BIRO UMUM
BAGIAN RENSTRA DAN ORGANISASI
BAGIAN PROGRAM DAN ANGGARAN
BAGIAN EVALUASI DAN PELAPORAN
BAGIAN KEUANGAN
SUBBAG RENSTRA
SUBBAG ORGANISASI
SUBBAG PROGRAM
SUBBAG ANGGARAN
SUBBAG DATA DAN EVALUASI
SUBBAG PELAPORAN
SUBBAG PERBENDAHARAAN
DAN AKUNTANSI
SUBBAG VERIFIKASI KEUANGAN
SUBBAG TU
-4-
Tabel 1.1
Profil Pegawai Biro Perencanaan dan Keuangan
Berdasarkan Kepangkatan/Golongan Tahun 2014
No. Nama Bagian Kepangkatan/Golongan Jumlah
I II III IV
Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan 1 1
1. Bagian Program dan Anggaran 8 1 9
2. Bagian Renstra dan Organisasi 6 1 7
3. Bagian Evaluasi dan Pelaporan 8 1 9
4. Bagian Keuangan 2 10 1 13
Total 2 32 5 39
Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa pegawai Biro Perencanaan dan
Keuangan sebagian besar adalah Golongan III yaitu sebanyak 32 orang
(82,05%).
Tabel 1.2
Profil Pegawai Biro Perencanaan dan Keuangan
Berdasarkan Pendidikan Tahun 2014
No. Nama Bagian Tingkat Pendidikan
Jumlah SLTA D3 S1/S+ S2
Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan 1 1
1. Bagian Program dan Anggaran 2 6 1 9
2. Bagian Renstra dan Organisasi 1 5 1 7
3. Bagian Evaluasi dan Pelaporan 1 1 6 1 9
4. Bagian Keuangan 3 2 5 3 13
Total 6 4 22 7 39
Gambar 1.2 Profil Pegawai Biro Perencanaan dan Keuangan
berdasarkan Pendidikan Tahun 2014
-5-
Dari gambar 1.2 tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar pegawai
yaitu sebanyak 22 orang pegawai (56,41%) berpendidikan sarjana (ekonomi,
sosial, komputer) dan sarjana plus (apoteker). Saat ini jabatan fungsional yang
terdapat di Biro Perencanaan dan Keuangan masih sebagai fungsional umum
dan pengadmin umum. Terdapat 4 (empat) orang pegawai yang telah mengikuti
pendidikan dan pelatihan perencana tingkat pertama dan 1 (satu) orang
pelatihan perencana tingkat muda tahun 2013 dan 2014. Namun pada tahun
2014 belum ada pegawai Biro Perencanaan dan Keuangan yang diangkat
dalam jabatan fungsional Perencana. Perbandingan kebutuhan jabatan
fungsional dengan yang ada saat ini ditunjukkan pada tabel 1.3.
Tabel 1.3
Perbandingan antara Jabatan Fungsional yang dibutuhkan dengan yang ada saat ini
No Jabatan Fungsional Kondisi Saat Ini Kebutuhan
1 Perencana Pertama 0 15
2 Perencana Muda 0 4
3 Perencana Madya 0 1
4 Analis Kebijakan 0 2
5 Statistisi 0 1
6 Analis Kepegawaian 0 1
7 Verifikator Keuangan 0 13
8 Bendahara 2 2
9 Pengadmin Keuangan 0 11
10 Pengadmin Umum 1 4
11 Caraka 0 1
12 Fungsional Umum 24 4
Jumlah 27 60
Sebagai unit kerja perencanaan, Biro Perencanaan dan Keuangan
membutuhkan perencana yang kompeten dengan jumlah yang memadai.
Namun faktanya, kompetensi perencana tersebut belum divalidasi dalam
bentuk jabatan fungsional perencana. Selain itu, dibutuhkan juga fungsional
analis kebijakan, statistisi, verifikator keuangan, analis kepegawaian,
pengadmin umum dan keuangan, serta caraka yang diperlukan untuk
memperlancar tugas. Oleh karena itu, pengangkatan pegawai pada jabatan
-6-
fungsional sesuai tugasnya harus dilakukan. Selama ini, masih terdapat
pegawai yang melaksanakan pekerjaan tambahan lain seperti administrasi dan
keuangan yang menyebabkan tugas teknis perencanaan menjadi kurang
optimal.
1.1.3 Hasil Capaian Kinerja Biro Perencanaan dan Keuangan Periode 2010-
2014
Dalam rangka menjalankan tugas Biro Perencanaan dan Keuangan, pada
Renstra 2010-2014 memiliki tujuan:
1. Terselenggaranya perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja
dalam rangka mewujudkan pengawasan Obat dan Makanan yang
efektif;
2. Terselenggaranya pengelolaan dan pengendalian keuangan secara
akuntabel.
Sasaran yang ingin dicapai pada periode 2010-2014, adalah:
1. Meningkatnya koordinasi, perencanaan, pembinaan, pengendalian
terhadap program dan administrasi di Lingkungan Badan POM sesuai
dengan Sistem Manajemen Mutu;
2. Terselenggaranya Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) yang transparan dan akuntabel;
3. Tersedianya sarana dan prasarana penunjang kinerja sesuai yang
dibutuhkan.
Pada 2013, Renstra Biro Perencanaan dan Keuangan mengalami
penyesuaian dengan direvisinya Renstra BPOM 2010-2014, sehingga terdapat
perubahan indikator yang dijelaskan dalam tabel 1.4. Dari tabel tersebut dapat
dilihat bahwa kinerja Biro Perencanaan dan Keuangan telah menunjukkan
hasil yang baik, namun demikian untuk periode yang akan datang kinerja Biro
Perencanaan dan Keuangan masih terus perlu ditingkatkan utamanya terkait
kualitas perencanaan.
-7-
Tabel 1.4
Capaian Kinerja Biro Perencanaan dan Keuangan Periode 2010-2014
No Indikator Target Realisasi
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
1. Jumlah unit kerja yang mampu menyusun
dokumen perencanaan sesuai ketentuan*
53 26 54 54 53 53 54 54
2. Jumlah unit kerja yang menyusun LAKIP tepat
waktu*
57 57 58 59 25 19 35 37
3. Jumlah satuan kerja (satker) yang menyusun
laporan keuangan tepat waktu*
39 39 40 40 39 39 40 40
4. Jumlah unit kerja yang mengembangkan dan
menerapkan QMS*
0 54 54 55 2 54 54 54
5. Jumlah sistem yang dikembangkan* 1 1 1 1 1 1 2 1
6. Jumlah dokumen naskah akademik
pengembangan organisasi yang dihasilkan*
2 3 2 3
7. Jumlah sarana dan prasarana yang diadakan
sesuai kebutuhan di pusat*
2 5 2 2 4 5 2 2
8. Persentase unit kerja yang mengembangkan
dan menerapkan sistem manajemen mutu**
- - - - 100 - - - - 100
9. Jumlah dokumen perencanaan,
penganggaran, keuangan, dan monitoring
evaluasi yang dihasilkan**
- - - - 15 - - - - 15
10. Jumlah sarana dan prasarana yang
diadakan**
- - - - 4 - - - - 3
Sumber: LAKIP Biro Perencanaan dan Keuangan 2014
Ket: *) Indikator kegiatan 2010 s.d 2013 sesuai Renstra 2010-2014 sebelum revisi
**) Indikator kegiatan 2014 sesuai Renstra 2010-2014 setelah direvisi
-8-
1.2 Potensi dan Permasalahan
Sejalan dengan dinamika lingkungan strategis, baik internal maupun
eksternal BPOM, potensi dan permasalahan yang dihadapi Biro Perencanaan
dan Keuangan tidak terlepas dari potensi dan permasalahan BPOM yang
semakin kompleks. Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat
eksternal dan internal yang dihadapi oleh Biro Perencanaan dan Keuangan
adalah sebagai berikut:
1.2.1 Peraturan perundang-undangan terkait dengan Perencanaan dan
Keuangan
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Biro Perencanaan dan Keuangan
mengacu beberapa peraturan perundang-undangan (regulasi) pemerintah.
Adanya perubahan regulasi eksternal tersebut akan mempengaruhi
pelaksanaan tugas dan fungsi Biro Perencanaan dan Keuangan dalam
perencanaan dan keuangan. Berdasarkan perubahan tersebut, Biro
Perencanaan dan Keuangan perlu menyesuaikan tugas-tugasnya dalam bidang
perencanaan, pengembangan organisasi, program, anggaran, monitoring dan
evaluasi, serta pengelolaan keuangan. Beberapa peraturan perundang-
undangan yang saat ini mengalami perubahan dan perlu segera
ditindaklanjuti Biro Perencanaan dan Keuangan adalah sebagai berikut :
a) Peraturan yang berkaitan dengan keuangan, antara lain Peraturan
Pemerintah No 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP). Berdasarkan peraturan ini K/L diwajibkan
menerapkan Laporan Keuangan berbasis Akrual. Implementasi secara
penuh akan dimulai pada 2015. Sebelumnya selama masa peralihan
(2010-2014) K/L masih dimungkinkan menyusun laporan keuangan
berbasis kas menuju akrual atau Cash Toward Accrual (CTA) yang
selama ini telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
2005 tentang SAP.
b) Peraturan yang berkaitan dengan manajemen kinerja antara lain
Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dan peraturan pelaksanaan
Kementerian PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
-9-
c) Peraturan yang berkaitan perencanaan dan penganggaran antara lain
Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Renstra K/L 2015-2019,
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019, UU No. 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, PP No. 20 Tahun 2004 tentang
Rencana Kerja Pemerintah, PP No. 90 Tahun 2010 tentang
Penyusunan RKA-KL, serta Peraturan Menteri Keuangan terkait
penyusunan dan pelaksanaan anggaran.
d) Peraturan yang berkaitan dengan organisasi antara lain kebijakan
penyusunan organisasi dengan pendekatan tepat ukuran (right sizing).
e) Peraturan tentang pemekaran wilayah di masing-masing propinsi,
kabupaten, kota antara lain adanya Daerah Otonomi Baru (DOB).
Dengan adanya daerah otonomi baru, otomatis terjadi pembagian
wilayah kerja bagi balai pengawasan obat dan makanan di daerah.
f) Peraturan lainnya yang mendukung penyelenggaraan pelayanan
umum lainnya, antara lain PP Nomor 48 Tahun 2010 tentang Jenis
dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku
pada Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Perubahan Peraturan tersebut di atas harus disikapi dengan cepat
karena akan mempengaruhi penilaian kinerja organisasi BPOM. Sebagai
contoh adalah penyusunan laporan keuangan berbasis akrual. Apabila aturan
penyusunan laporan keuangan berbasis akrual tersebut tidak dipatuhi, opini
keuangan BPOM dapat terpengaruh, sehingga pencapaian kinerja (tujuan dan
sasaran strategis) organisasi BPOM tidak optimal.
1.2.2 Jejaring Kerja Sama dengan Lintas Sektor Terkait dengan
Perencanaan dan Keuangan
Perencanaan pembangunan nasional merupakan suatu sistem yang
melibatkan banyak pemangku kepentingan. Sistem perencanaan nasional
mewajibkan perencanaan dilakukan secara sinergi antar pemangku
kepentingan, dalam hal ini adalah Bappenas, Kementerian Keuangan,
Kementerian/Lembaga terkait, serta pemangku kepentingan lain yang
berkaitan. Untuk itu, Biro Perencanaan dan Keuangan sebagai salah satu unit
-10-
di BPOM yang konsisten dalam menyusun perencanaan pembangunan
sebagaimana pedoman perencanaan nasional harus senantiasa berkoordinasi
dengan suprasistem perencanaan dan penganggaran yaitu Bappenas dan
Kementerian Keuangan.
Selain itu, pelaksanaan program dan kegiatan pengawasan Obat dan
Makanan sudah semestinya dimonitor dan dievaluasi untuk mengukur
capaian kinerja instansi sebagai bentuk tanggung jawab kepada rakyat dan
pemangku kepentingan terkait. Penilaian terhadap Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) menjadi ukuran suatu K/L dalam
pelaksanaan kinerjanya. Untuk itu, BPOM melalui Biro Perencanaan dan
Keuangan berkoordinasi dengan suprasistem yaitu Kementerian PAN dan RB
dalam upaya peningkatan kualitas penerapan SAKIP dan implementasi
Reformasi Birokrasi.
1.2.3 Reformasi di Bidang Perencanaan dan Penganggaran
Reformasi di bidang perencanaan dan penganggaran dimulai pada tahun
anggaran 2005 dengan mengacu pada UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dan UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang SPPN. Sebagai
tindaklanjut terhadap pelaksanaan peraturan perundangan tersebut,
Pemerintah telah menetapkan PP Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana
Kerja Pemerintah (RKP), PP No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan RKA-KL,
PP Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan dan PP Nomor 40 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional yang menekankan
pada:
1) Perencanaan dan penganggaran yang berbasis kinerja yaitu pendekatan
penganggaran atas dasar perencanaan kinerja,
2) Penganggaran berjangka menengah, yaitu pendekatan penganggaran
berdasarkan kebijakan, pengambilan keputusan terhadap kebijakan
tersebut yang dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran,
dengan mempertimbangkan implikasi biaya keputusan pada tahun
berikutnya dalam bentuk prakiraan maju, dan
3) Sistem penganggaran terpadu, yaitu penyusunan rencana keuangan
tahunan yang dilakukan secara terintegrasi mencakup seluruh jenis
belanja pemerintah dan didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi
alokasi dana.
-11-
Perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja, berjangka menengah
serta terpadu merupakan perwujudan dari pelaksanaan 3 (tiga) prinsip
pengelolaan keuangan publik, yaitu:
a) Kerangka Kebijakan Fiskal Jangka Menengah, yaitu pendekatan
penyusunan prakiraan ketersediaan anggaran sesuai tujuan kebijakan
fiskal jangka menengah untuk menjaga kesinambungan fiskal;
b) Alokasi pada prioritas untuk mencapai manfaat yang terbesar dari dana
yang terbatas. Hal ini dimungkinkan melalui penerapan Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah. Dengan prinsip ini, kebutuhan dana
untuk tahun anggaran berikutnya dihitung sejak tahun sebelumnya guna
memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui;
dan
c) Efisiensi dalam pelaksanaan dengan meminimalkan biaya untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa harus dilakukan
penyelarasan program dan kegiatan yang semula seringkali berdasarkan
kebiasaan menjadi sesuatu yang berorientasi kinerja. Untuk itu diperlukan
kerangka pikir penyusunan program dan kegiatan untuk mencapai dampak
dari tingkat perencanaan yang lebih tinggi, yaitu pencapaian visi, misi, dan
tujuan pembangunan pada tingkat Kabinet dan/atau dalam rangka
pencapaian visi, misi dan sasaran strategis K/L pada tingkat organisasi.
Kerangka pikir penyusunan program dan kegiatan diturunkan berdasarkan
logic model maupun logical framework. BPOM sudah menerapkan keduanya,
sehingga dalam pelaksanaan pengembangan kerangka pikir tidak mengalami
kesulitan. Kerangka pikir penyusunan program tersebut akan menjadi arah
dalam penyusunan program dan kegiatan pada masing-masing unit kerja.
Tantangan ke depan adalah mengembangkan perencanaan berdasarkan pada
aspek teknis, ekonomi, sosial dan spasial. Risiko dalam perencanaan perlu
dikelola sehingga Sektama dapat mengawal pencapaian kinerja BPOM.
1.2.4 Komitmen dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, BPOM
melaksanakan reformasi birokrasi (RB) sesuai PP Nomor 81 Tahun 2010
tentang Grand Design RB 2010-2025. Upaya atau proses RB yang dilakukan
BPOM merupakan pengungkit dalam pencapaian sasaran sebagai hasil yang
-12-
diharapkan dari pelaksanaan RB. Pola pikir pelaksanaan RB sebagaimana
Gambar 1.3 di bawah ini:
PO
LA
PIK
IR D
AN
BU
DA
YA
KE
RJ
A
PE
LA
YA
NA
N P
UB
LIK
ME
NIN
GK
AT
NY
A K
AP
AS
ITA
S
DA
N A
KU
NTA
BIL
ITA
S
KIN
ER
JA
BIR
OK
RA
SI
TERWUJUDNYA
PEMERINTAHAN
YANG BERSIH
DAN BEBAS
KORUPSI,
KOLUSI, DAN
NEPOTISME
PENGUNGKIT HASIL
INOVASI & PEMBELAJARAN
PENGAWASAN INTERNAL
PENATAAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
AKUNTABILITAS KINERJA
MENINGKAT-
NYA
KUALITAS
PELAYANAN
PUBLIK
ORGANISASI
SDMTATA
LAKSANA
Gambar 1.3 Pola Pikir Pelaksanaan RB
Dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi, Biro Perencanaan dan
Keuangan berperan dalam penataan dan penguatan organisasi dan
tatalaksana, penguatan akuntabilitas dan pola pikir dan budaya kerja, sebagai
berikut:
1) Penataan dan Penguatan Struktur Organisasi
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, BPOM memiliki instansi vertikal
atau UPT BB/Balai POM di tingkat provinsi. Selain itu, untuk mendukung
pengawasan Obat dan Makanan di wilayah perbatasan dengan negara lain dan
daerah-daerah yang sulit dijangkau dari ibukota provinsi, BPOM memiliki Pos
POM. Peran BPOM, BB/Balai POM dan Pos POM perlu dilakukan penataan
dan penguatan baik dari segi struktur organisasi, kompetensi dan kuantitas
SDM, sarana dan prasarana, maupun koordinasi dengan lintas sektor agar
pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan dapat
dilakukan secara lebih optimal. Tantangan BPOM ke depan adalah melakukan
kajian, penataan, dan evaluasi organisasi dalam rangka meningkatkan
efisiensi dan efektivitas organisasi menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran
sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi BPOM.
2) Penataan Tatalaksana
Sebagai organisasi penyelenggara pelayanan publik, BPOM berkomitmen
untuk melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan yang berisiko terhadap
kesehatan dan secara terus-menerus meningkatkan pengawasan serta
memberikan pelayanan kepada seluruh pemangku kepentingan. Komitmen
-13-
BPOM tersebut dilakukan melalui penerapan sistem manajemen mutu secara
konsisten dan ditingkatkan secara berkelanjutan yang dibuktikan dengan
pemenuhan atau perolehan Quality Management System ISO 9001:2008;
Akreditasi Laboratorium IEC 17025:2005; PIC/S Quality System Requirement
for Pharmaceutical Inspectorate (PI 0023), OHSAS 18001:2007; ISO 27001:2013
Information Security Management System; WHO Quality System Requirement for
National GMP Inspectorates (TRS 902 Annex 8, 2002); dan Akreditasi Pranata
Penelitian dan Pengembangan untuk sistem riset dan pengembangan
(KNAPPP02:2007).
Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan
juga dilakukan melalui penerapan e-government atau penggunaan teknologi
informasi di lingkungan BPOM, antara lain pendaftaran produk (obat, obat
tradisional, kosmetik, pangan olahan) dan berbagai penyelenggaraan
manajemen pemerintahan lainnya yang dilakukan secara elektronik serta
keterbukaan informasi publik bagi masyarakat. Berbagai sistem manajemen
mutu dan pengembangan e-government yang dapat meningkatkan kinerja
BPOM tersebut seyogyanya dapat diintegrasikan sesuai dengan ruang
lingkupnya agar pelaksanaannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
3) Penguatan Akuntabilitas Kinerja
Penguatan Akuntabilitas Kinerja bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Untuk mencapai
tujuan tersebut, BPOM telah mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dengan baik, dibuktikan dengan hasil
evaluasi KemenPAN-RB tahun 2014 memperoleh nilai B.
Komitmen pimpinan yang sangat tinggi terhadap pelaksanaan SAKIP
menjadi kekuatan penting dalam upaya penguatan akuntabilitas kinerja
BPOM. Namun, BPOM perlu melakukan penyempurnaan dalam
penatausahaan manajemen pemerintahan (keuangan dan BMN) dalam
mewujudkan pemerintahan yang akuntabel. Ke depan, untuk menjawab
ekspektasi masyarakat terhadap akuntabilitas BPOM selaku institusi
pengawasan, BPOM akan menerapkan e-performance, e-planning, dan e-
proposal. BPOM telah menargetkan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap
opini laporan keuangan BPOM dari BPK.
-14-
4) Manajemen Perubahan
Manajemen perubahan bertujuan untuk mengubah secara sistematis dan
konsisten sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan budaya
kerja individu atau unit kerja menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dan
sasaran RB. Untuk menggerakkan organisasi dalam melakukan perubahan,
BPOM telah membentuk agent of change sebagai role model serta forum bagi
pembelajaran atau inovasi dalam proses perubahan yang dilakukan.
Komitmen dan keterlibatan pimpinan dan seluruh pegawai BPOM secara aktif
dan berkelanjutan merupakan unsur pendukung paling utama dalam
perubahan pola pikir dan budaya kerja dalam rangka pelaksanaan RB.
Untuk mengurangi risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan
timbulnya resistensi terhadap perubahan dibutuhkan media komunikasi
secara reguler untuk mensosialisasikan RB atau perubahan yang sedang dan
akan dilakukan, termasuk pentingnya peran agent of change dan manfaat dari
forum pembelajaran atau inovasi.
Rangkuman analisa pengaruh lingkungan strategis diatas dapat dilihat
dalam gambar 1.4 berikut:
Gambar 1.4 Rangkuman Analisis SWOT
KEKUATAN KELEMAHAN
1. Kualitas SDM Biro Perencanaan dan
Keuangan yang memadai
2. Penerapan sistem manajemen mutu
3. Pedoman kerja yang jelas
4. Adanya Komitmen Pimpinan dan staf
1. Masih terbatasnya jumlah pegawai sehingga
kinerja belum optimal
2. Masih belum optimalnya pemanfaatan TIK
dalam pelaksanaan pekerjaan
3. Pegawai yang melaksanakan tugas
fungsional tertentu belum diangkat dalam
jabatan yang sesuai
4. Variasi latar belakang pendidikan belum
sesuai kebutuhan
5. Belum ada penunjukan PIC khusus
mengkoordinasi dan melayani unit kerja
dalam perencanaan, monitoring dan
evaluasi
PELUANG TANTANGAN
1. Menjadi acuan unit kerja dalam perencanaan pembangunan,
penganggaran, dan evaluasi
2. Koordinasi antar lembaga yang semakin
kuat, terutama terkait perencanaan dan
penganggaran
3. Semakin tumbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap BPOM
4. Desentralisasi dapat memungkinkan
pemekaran wilayah yang menuntut
kajian penyesuaian organisasi BPOM
1. Perubahan peraturan perundang-undangan 2. Perkembangan teknologi yang sangat cepat
3. Tuntutan suprasistem agar perencanaan
dan penganggaran disusun berdasarkan
pada aspek teknis, ekonomi, sosial, dan
spasial
4. Komitmen pimpinan unit kerja masih kurang
5. Kebijakan yang belum sinergi antar
suprasistem dalam perencanaan,
penganggaran, dan evaluasi
-15-
Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, maka Biro
Perencanaan dan Keuangan perlu memperkuat sistem perencanaan,
penganggaran, monitoring dan evaluasi, pengelolaan keuangan.
Dengan memperhatikan kondisi kekuatan dan kelemahan internal serta
pengaruh lingkungan eksternal, Biro Perencanaan dan Keuangan harus
melakukan inovasi dalam perencanaan, penganggaran, monitoring dan
evaluasi, serta pengelolaan keuangan untuk dapat menjawab permasalahan
yang tergambar dalam gambar 1.5.
Gambar 1.5 Diagram Permasalahan dan Isu Strategis, Kondisi Saat Ini dan
Dampaknya
Berdasarkan kondisi obyektif yang dipaparkan di atas, kapasitas Biro
Perencanaan dan Keuangan sebagai unit yang melakukan koordinasi dan
pelayanan di bidang manajemen kinerja perlu terus dilakukan penguatan
kelembagaan agar pencapaian kinerja di masa datang dapat terus ditingkatkan
sehingga hasil pelaksanaan tugas dapat memberikan kontribusi bagi tujuan
dan sasaran organisasi BPOM.
Untuk itu, isu-isu strategis yang menjadi pokok permasalahan dalam
peran dan kewenangan Biro Perencanaan dan Keuangan yang harus terus
diperkuat dalam peningkatan kinerja di masa yang akan datang adalah
sebagai berikut:
1. Pengelolaan data dan informasi terkait perencanaan, penganggaran,
monitoring dan evaluasi serta keuangan belum terintegrasi;
Belum Optimalnya Peran Biro Perencanaan dan Keuangan dalam Melaksanakan Perencanaan, Penganggaran, Monitoring
dan Evaluasi, serta Pengelolaan Keuangan
Belum optimalnya perencanaan, penganggaran,
monitoring dan evaluasi BPOM
Belum optimalnya pengelolaan keuangan BPOM
Belum optimalnya sistem dan organisasi BPOM
Peran Biro Perencanaan dan Keuangan
Pembinaan terkait Perencanaan dan Laporan Keuangan kepada Unit Kerja
Pemberian pelayanan terkait keuangan dan administrasi lainnya
-16-
2. Penerapan peraturan perundang-undangan yang belum optimal
untuk mendorong reformasi perencanaan;
3. Implementasi ketatalaksanaan dan tata hubungan kerja belum
optimal;
4. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di dalam
perencanaan, penganggaran, monitoring dan evaluasi serta
keuangan yang belum optimal.
Untuk memperkuat peran dan kewenangan tersebut secara efektif, Biro
Perencanaan dan Keuangan perlu terus melakukan perbaikan, dalam
menjalankan tugas utamanya untuk koordinasi perencanaan dan pengelolaan
keuangan dengan memperhatikan dinamika perubahan lingkungan strategis
yang sangat cepat sehingga mampu beradaptasi. Dengan etos kerja tersebut,
diharapkan mampu menjadi katalisator dalam proses pencapaian tujuan dan
sasaran BPOM.
Gambar 1.6 Bisnis Proses Biro Perencanaan dan Keuangan
Sesuai dengan bisnis proses pada gambar di atas, untuk melaksanakan
peran dan kewenangan yang optimal maka diperlukan penguatan peran dan
kewenangan Biro Perencanaan dan Keuangan untuk periode 2015-2019
sebagaimana tabel 1.6.
-17-
Tabel 1.6 Penguatan Peran dan Kewenangan Biro Perencanaan dan Keuangan
Tahun 2015-2019
Koordinasi: Pelayanan:
1. Penyusunan renstra BPOM dan
Sekretariat Utama
2. Pengembangan Organisasi
3. Penyusunan Renja BPOM
4. Penyusunan DIPA BPOM
5. Penyusunan perjanjian kinerja
BPOM
6. Penyusunan Laporan Kinerja
BPOM dan Sekretariat Utama
7. Penyusunan Laporan Tahunan
BPOM
8. Penyusunan Laporan Keuangan
BPOM, Sekretariat Utama, dan
Belanja Subsidi
9. Penyusunan dokumen
penganggaran pinjaman luar
negeri
1. Perencanaan
2. Penganggaran
3. Monitoring dan evaluasi
4. Tata laksana dan tata kerja
5. Verifikasi Keuangan
-18-
BAB II
VISI, MISI DAN TUJUAN
2.1 Visi
Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang
dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, Biro Perencanaan
dan Keuangan perlu menetapkan visi, misi dan tujuan serta sasarannya
sesuai dengan tugas dan fungsi. Mengingat Biro Perencanaan dan Keuangan
memiliki peran strategis dalam mendukung pencapaian Visi BPOM, maka Visi
Biro Perencanaan dan Keuangan yang akan dicapai sesuai Renstra periode
2015-2019 adalah sama dengan Visi BPOM yaitu:
“Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat
dan Daya Saing Bangsa”
Dengan visi tersebut, diharapkan Biro Perencanaan dan Keuangan dapat
memberikan kontribusi yang signifikan dalam pencapaian target Renstra
BPOM 2015-2019.
Penjelasan Visi:
Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan
masyarakat dan pemangku kepentingan serta dilaksanakan secara akuntabel
serta diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih
baik. Sejalan dengan itu, pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah
sebagai berikut:
Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat dan
Makanan telah melalui analisa dan kajian, sehingga risiko yang
mungkin masih timbul adalah seminimal mungkin/ dapat
ditoleransi/tidak membahayakan saat digunakan pada
manusia. Dapat juga diartikan bahwa khasiat/manfaat Obat
dan Makanan meyakinkan, keamanan memadai, dan mutunya
terjamin.
Daya Saing : Kemampuan produsen menghasilkan Obat dan Makanan yang
telah memenuhi standar, baik standar nasional maupun
internasional, sehingga Obat dan Makanan lokal unggul dalam
menghadapi pesaing di masa depan.
-19-
2.2 Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, telah ditetapkan Misi Biro
Perencanaan dan Keuangan sebagai berikut:
1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko
untuk melindungi masyarakat
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan pengawasan
komprehensif (full spectrum) mencakup standardisasi, penilaian produk
sebelum beredar, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, sampling
dan pengujian produk serta penegakan hukum. Dengan penjaminan
mutu produk Obat dan Makanan yang konsisten, yaitu memenuhi
standar aman, berkhasiat/ bermanfaat dan bermutu, diharapkan BPOM
mampu melindungi masyarakat dengan optimal. Menyadari
kompleksnya tugas yang diemban BPOM, maka perlu disusun suatu
strategi yang mampu mengawalnya.
Di satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan
semakin tinggi, sementara sumber daya yang dimiliki terbatas, maka
perlu adanya prioritas dalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu
pengawasan Obat dan Makanan seharusnya didesain berdasarkan
analisis risiko, untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang
dimiliki secara proporsional dalam mencapai tujuan sasaran strategis
ini. Biro Perencanaan dan Keuangan harus dapat memperkuat
pelaksanaan manajemen risiko pada semua proses bisnis BPOM, mulai
dari tahap identifikasi, analisis risiko, perencanaan risiko, penanganan
risiko, sampai pada pemantauan risiko.
2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan
keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan
pemangku kepentingan
Dalam 5 (lima) tahun ke depan, paradigma pengawasan Obat dan
Makanan harus diubah yang sebelumnya adalah “watchdog” control
menjadi pro-active control dengan mendorong pemberdayaan masyarakat
dan kemitraan dengan pemangku kepentingan.
Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
(SISPOM), masyarakat sebagai konsumen juga mempunyai peran yang
sangat strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan. Masyarakat
diharapkan dapat memilih dan menggunakan Obat dan Makanan yang
-20-
memenuhi standar, dan diberi kemudahan akses informasi dan
komunikasi terkait Obat dan Makanan, serta memberikan
laporan/pengaduan atas kejadian pelanggaran Obat dan Makanan.
Untuk itu, BPOM melakukan berbagai upaya yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mendukung pengawasan
melalui kegiatan Pemberdayaan, Komunikasi, Informasi dan Edukasi
kepada masyarakat, serta kemitraan dengan pemangku kepentingan
lainnya sehingga mampu melindungi diri sendiri dan terhindar dari
produk Obat dan Makanan yang mengandung bahan berbahaya dan
ilegal.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BPOM tidak dapat
berjalan sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan
pemangku kepentingan. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait
dengan bidang kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan
pembangunan dan kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan. Pengawasan
Obat dan Makanan bersifat tersentralisasi, yaitu dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Pusat dan diselenggarakan oleh Balai di seluruh
Indonesia. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam
pelaksanaan tugas pengawasan, karena kebijakan yang diambil harus
bersinergi dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah, sehingga
pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM
Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber
daya yang memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat.
Hal ini membutuhkan sumber daya yang merupakan modal penggerak
organisasi, terutama terkait dengan sumber daya manusia dan sarana-
prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang terbatas
baik jumlah dan kompetensinya, menuntut BPOM harus mampu
mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat
mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah
ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan
efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen
organisasi.
-21-
Selain itu, BPOM sebagai suatu LPNK yang dibentuk pemerintah
untuk melaksanakan tugas tertentu tidak hanya bersifat teknis semata
(techno structure), namun juga melaksanakan fungsi pengaturan
(regulating), pelaksana (executing), dan pemberdayaan (empowering).
Untuk itu, diperlukan penguatan kelembagaan/ organisasi.
Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kaya dengan fungsi,
proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang sesuai
dengan nilai organisasi.
Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan
tetap mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi
pembelajar (learning organization). Untuk mendukung itu, maka BPOM
perlu memperkuat koordinasi internal dan meningkatkan kapasitas
sumber daya manusia serta saling bertukar informasi (knowledge
sharing).
2.3 Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus
dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan
tugasnya. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh-kembang dalam organisasi
menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan
berkarya, adalah:
1. Profesional
Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas,
ketekunan dan komitmen yang tinggi.
2. Integritas
Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung
tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan
3. Kredibilitas
Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan
internasional.
4. Kerjasama Tim
Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang
baik.
5. Inovatif
Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.
-22-
6. Responsif/Cepat Tanggap
Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.
2.4 Tujuan
Dalam rangka mewujudkan visi, melaksanakan misi berdasarkan
potensi dan permasalahan Biro Perencanaan dan Keuangan, ditetapkan tujuan
Biro Perencanaan dan Keuangan tahun 2015-2019 adalah:
“Terwujudnya sistem perencanaan, penganggaran, monitoring dan
evaluasi, serta pengelolaan keuangan yang akuntabel, efektif, dan efisien”
Uraian tujuan:
1. Biro Perencanaan dan Keuangan merupakan unit pendukung berperan
memperlancar proses pelaksanaan program dan kegiatan pengawasan
Obat dan Makanan.
2. Akuntabel merupakan kriteria pelaksanaan program dan kegiatan
pembangunan dengan menggunakan anggaran pemerintah yang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan serta dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Efektif adalah output yang dihasilkan dari pelaksanaan kegiatan dapat
menyasar pada fungsi/tujuan.
4. Efisien adalah penggunaan sumber daya yang paling optimal,
penggunaan sumber daya sesuai dengan tujuan/kinerja yang diberikan.
Tercapainya tujuan ini diindikasikan dengan meningkatnya kualitas
kapasitas kelembagaan BPOM dalam memberikan pelayanan di bidang
perencanaan dan keuangan.
2.5 Sasaran Strategis dan Sasaran Kegiatan
Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin
dicapai Biro Perencanaan dan Keuangan, dengan mempertimbangkan
tantangan masa depan dan sumber daya serta infrastruktur yang dimiliki Biro
Perencanaan dan Keuangan. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2015-2019)
ke depan diharapkan Biro Perencanaan dan Keuangan dapat mencapai
sasaran strategis yaitu “Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan
BPOM” dalam rangka mewujudkan visi, melaksanakan misi dan mencapai
-23-
tujuan. Untuk mengukur kinerja Biro Perencanaan dalam mencapai sasaran
strategis tersebut, dirumuskan indikator sebagai berikut:
1. Jumlah unit kerja yang memperoleh nilai penerapan SAKIP A,
dengan target sampai tahun 2019 sebanyak 54 unit kerja.
2. Jumlah satker dengan laporan keuangan yang memenuhi SAP
dengan target 100 persen per tahun.
3. Jumlah unit kerja yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO
9001secara konsisten, dengan target 100 persen per tahun.
Dalam rangka mencapai sasaran strategis tersebut di atas, Biro
Perencanaan dan Keuangan menyelenggarakan kegiatan “Koordinasi
Perumusan Renstra dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan
Anggaran, Keuangan serta Evaluasi dan Pelaporan”, dengan sasaran kegiatan:
1. Dihasilkannya dokumen perencanaan, penganggaran, laporan
keuangan, dan hasil evaluasi yang terintegrasi.
Indikator sasaran kegiatan adalah:
Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, keuangan dan
monitoring evaluasi yang dihasilkan dengan target 15 dokumen per
tahun.
2. Tersusunnya kajian Organisasi, Tata Laksana dan Reformasi Birokrasi
Indikator sasaran kegiatan adalah:
Jumlah kajian Organisasi, tata laksana, dan Reformasi Birokrasi
dengan target 1 per tahun.
Adapun ringkasan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator
Kinerja BPOM periode 2015-2019 sesuai dengan penjelasan di atas adalah
sebagai berikut:
-24-
Tabel 2.1
Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis, dan Indikator
Visi Misi Tujuan
Sasaran Strategis/
Sasaran Program/
Sasaran Kegiatan
Indikator
Obat dan Makanan
Aman
Meningkatk
an
Kesehatan Masyarakat
dan Daya
Saing
Bangsa
1. Meningkatkan sistem
pengawasan
Obat dan
Makanan
berbasis risiko untuk
melindungi
masyarakat
2. Mendorong
kemandirian
pelaku usaha dalam
memberikan
jaminan
keamanan Obat
dan Makanan serta
memperkuat
kemitraan
dengan
pemangku
kepentingan
3. Meningkatkan
kapasitas
kelembagaan
BPOM
Terwujudnya sistem
perencanaan,
penganggaran,
monitoring
dan evaluasi, serta
pengelolaan
keuangan
yang
akuntabel,
efektif, dan efisien
Meningkatnya kualitas kapasitas
kelembagaan BPOM
1. Jumlah unit kerja yang memperoleh nilai
penerapan SAKIP A
2. Jumlah satker dengan
laporan keuangan yang
memenuhi Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP)
3. Jumlah unit kerja yang
menerapkan sistem
manajemen mutu ISO
9001 secara konsisten
Dihasilkannya dokumen
perencanaan,
penganggaran,
laporan keuangan,
dan hasil evaluasi yang terintegrasi
4. Jumlah dokumen perencanaan,
penganggaran,
keuangan dan
monitoring evaluasi
yang dihasilkan
Tersusunnya kajian
Organisasi, Tata
Laksana dan
Reformasi Birokrasi
5. Jumlah kajian
Organisasi, tata
laksana, dan Reformasi
Birokrasi
Kelima indikator pada tabel 2.1 ditetapkan menjadi Indikator Kinerja Utama
Biro Perencanaan dan Keuangan 2015-2019.
-25-
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPOM
Untuk mendukung tujuan pembangunan subbidang kesehatan dan gizi
masyarakat dan mencapai tujuan dan sasaran strategis BPOM periode 2015-
2019, dilakukan upaya secara terintegrasi dalam fokus dan lokus pengawasan
Obat dan Makanan.
Arah Kebijakan BPOM yang akan dilaksanakan:
1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko
untuk melindungi masyarakat
Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko dimulai
dari perencanaan yang diarahkan berdasar pada aspek teknis, ekonomi, sosial
dan spasial. Aspek-aspek tersebut dilakukan dengan pendekatan analisis
risiko yaitu dengan memprioritaskan pengawasan kepada hal-hal yang
berdampak risiko lebih besar agar pengawasan yang dilakukan lebih optimal.
Keberadaan BB/Balai POM hampir di seluruh wilayah Indonesia
memungkinkan BPOM meningkatkan pemerataan pembangunan terutama di
bidang pengawasan Obat dan Makanan. Perencanaan berbasis spasial sudah
menjadi hal yang perlu diperhatikan karena secara logis risiko terhadap Obat
dan Makanan yang beredar di masyarakat berbeda pada setiap lokus atau
wilayah di daerah. Kebijakan ini harus dijabarkan juga oleh BB/Balai POM di
daerah dalam perencanaan pengawasan Obat dan Makanan di catchment area-
nya.
Selain itu, penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan juga
didorong untuk meningkatkan perlindungan kepada kelompok rentan meliputi
balita, anak usia sekolah, dan penduduk miskin. Pada pengawasan Obat, hal
ini dilakukan antara lain melalui pengawasan keamanan, khasiat, dan mutu
vaksin serta Obat Program JKN. Pada pengawasan makanan, kelompok rentan
ini bahkan telah diidentifikasi mencakup bayi, orang sakit, ibu hamil, orang
dengan immunocompromised, dan manula. Pengawasan ini dilakukan antara
lain melalui pengawasan pangan berisiko tinggi (seperti susu formula dan
produk kaleng), pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah, dan pengawasan
pangan fortifikasi.
-26-
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong
kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan
dan daya saing produk Obat dan Makanan.
Sejalan dengan Revolusi Mental, diharapkan BPOM dapat meningkatkan
kemandirian ekonomi utamanya daya saing Obat dan Makanan. Pendekatan
dalam kebijakan ini meliputi antara lain penerapan Risk Management Program
secara mandiri dan terus menerus oleh produsen Obat dan Makanan.
Ketersediaan tenaga pengawas merupakan tanggung jawab produsen. Namun
BPOM perlu memfasilitasi pemenuhan kualitas sumber daya pengawas
tersebut melalui pembinaan dan bimbingan, pelatihan, maupun media
informasi, serta verifikasi kemandirian tersebut.
3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik
melalui kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat
dalam pengawasan Obat dan Makanan
Menyadari keterbatasan BPOM, baik dari sisi kelembagaan maupun
sumber daya yang tersedia (SDM maupun pembiayaan), maka kerjasama
kemitraan dan partisipasi masyarakat adalah elemen kunci yang harus
dipastikan oleh BPOM dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat
dan Makanan. Di sisi lain, tanggung jawab pengawasan Obat dan Makanan
(walau mandat konstitusionalnya ada di BPOM) semestinya tidak hanya
melekat dan menjadi monopoli BPOM, tetapi pemerintah daerah dan
masyarakat juga dituntut untuk ikut andil dan terlibat aktif dalam
pelaksanaan pengawasan tersebut. Dalam hal ini BPOM harus jeli dan proaktif
dalam mendorong kerjasama dan kemitraan dengan melibatkan berbagai
kelompok kepentingan dalam dan luar negeri, baik dari unsur pemerintah,
pelaku usaha (khususnya Obat dan Makanan), asosiasi pihak
universitas/akademisi, media dan organisasi masyarakat sipil terkait lainnya,
dalam upaya memastikan bahwa Obat dan Makanan yang beredar di
masyarakat aman untuk dikonsumsi.
Bentuk model kerjasama/kemitraan itu juga harus dirancang dengan
fleksibel, tetapi tetap mengikat dan dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat
dalam kerjasama, serta berkelanjutan dengan terpantau.
Kebijakan ini juga dapat difokuskan pada mengoptimalkan Komunikasi,
Informasi dan Edukasi publik sebagai upaya strategis dalam pengawasan Obat
dan Makanan. Dalam hal ini, yang harus dipastikan bahwa materi KIE itu
-27-
harus distandarkan, memiliki muatan informatif dan jelas menguraikan pesan
yang dikampanyekan, serta mampu menjangkau khalayak yang ingin disapa
oleh BPOM tersebut (misalnya memanfaatkan berbagai media sosial).
4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan OM melalui penataan
struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan
efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta
pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.
Kebijakan ini mengarahkan pada pengelolaan sumber daya internal
secara efektif dan efisien, dengan fokus pada 8 (delapan) area reformasi
birokrasi untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis, dan terpercaya. Pengelolaan persediaan, penataan aset, penguatan
kapasitas laboratorium, penguatan sistem informasi teknologi untuk
mendukung pelayanan publik, pengembangan SIPT sebagai aplikasi
knowledge base dalam mendukung risk based control, penguatan sistem
perencanaan dan penganggaran, serta implementasi keuangan berbasis akrual
perlu menjadi penekanan/agenda prioritas.
Dalam upaya meraih WTP, selain memelihara komitmen dan integritas
pimpinan, para pengelola keuangan, dan pelaksana kegiatan, perlu juga
dilakukan strategi dan upaya penguatan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP), penguatan perencanaan dan penganggaran, peningkatan
kualitas laporan keuangan (LK), peningkatan kualitas proses pengadaan
Barang dan Jasa, pembenahan penatausahaan BMN (aset tetap dan
persediaan), penguatan monitoring dan evaluasi, peningkatan kualitas
pengawasan dan reviu LK, serta percepatan penyelesaian tindak lanjut
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
Terkait perencanaan dan penganggaran, sesuai tuntutan suprasistem,
BPOM perlu mengubah data elektronisasi menjadi data bentuk peta (spasial)
dapat diakses secara online dan real time yaitu berupa data-data kondisi
(misalnya peta penyebaran sarana produksi & sarana distribusi Obat dan
Makanan), peta capaian kinerja pengawasan (misalnya peta hasil pengujian
laboratorium, pemeriksaan sarana, dan sebagainya). Selain itu data-data perlu
diolah dan dilakukan analisis kesenjangan kinerja pengawasan antar wilayah
sehingga dapat menjadi input dalam pelaksanaan program pengawasan Obat
dan Makanan berbasis risiko.
-28-
Selain memberi arah penguatan ke dalam institusi BPOM, kebijakan ini
perlu disertai dengan strategi dan upaya peningkatan kerjasama dan
komunikasi ke pihak eksternal yang strategis.
Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan
internal:
Eksternal:
1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat
dan Makanan;
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi
dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan
Makanan;
Internal:
3) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan
berbasis risiko;
4) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja
individu/pegawai;
5) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta
diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan
pegawai;
6) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BPOM di tingkat pusat dan
daerah secara lebih proporsional dan akuntabel;
7) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun
utama dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.
Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan
dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok
masyarak sipil). Mengingat begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan
strategis baik internal maupun eskternal seperti yang diuraikan pada Bab I
tersebut di atas, maka dengan sendirinya menuntut penyesuaian-penyesuaian
dalam mekanisme internal organisasi dan kelembagaan BPOM sendiri.
Misalnya dalam konteks kerjasama, secara kelembagaan selama ini BPOM
belum memiliki satu Deputi/Biro/Bagian khusus yang menangani terkait
dengan kerjasama ini. Bahwa ada Biro Kerjasama Luar Negeri, tetapi fokus
tugas dan fungsi Biro ini tidak terkait dengan model kerjasama yang akan
-29-
dikembangkan oleh BPOM ke depan. Oleh sebab itu, perlu segera melakukan
pembenahan di level organisasi dan kelembagaan dengan membentuk satu
Deputi/ Biro/Bagian khusus yang bertanggungjawab atas program kerjasama
dan kemitraan ini.
Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal
organisasi dan kelembagaan serta sumber daya pegawai BPOM sendiri. Poin
penting yang harus diperhatikan di sini adalah SDM, karena kunci
keberhasilan sebuah lembaga sangat ditentukan dari kualitas SDM-nya.
Agar pembangunan pengawasan Obat dan Makanan menjadi tajam dan
terarah, arah kebijakan dan strategi tersebut harus dijabarkan pada
perencanaan tahunan dengan penekanan sesuai isu nasional terkini
(penjabaran tahunan Nawacita) dan atau mengacu alternatif penekanan
sebagai berikut :
– Tahun 2016: Mendorong penguatan kelembagaan dan Pengembangan
program strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan serta
memaksimalkan fungsi pelayanan publik. Dalam hal ini Penguatan
Laboratorium, Sistem IT dan Dukungan Sarana Prasarana menjadi pra
syarat yang harus dipenuhi.
– Tahun 2017: Penguatan regulasi di bidang pengawasan Obat dan Makanan
termasuk Pelaksanaan Regulatory Impact Analysis, Penguatan sistem data
pre dan post terintegrasi antara pusat dan daerah (sistem pemeriksaan
penyidikan dan pengujian), dan Penguatan Kapasitas dan Kapabilitas
Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan untuk memaksimalkan
Fungsi Penegakan Hukum.
– Tahun 2018: Penguatan dalam penegakan hukum di bidang pengawasan
Obat dan Makanan didukung dengan analisis dampak efektifitas
pengawasan secara ekonomi dan sosial untuk mendukung pencapaian
pembangunan nasional. Dalam hal ini economic burden akibat pengawasan
Obat dan Makanan yang tidak efektif akan menjadi beban pemerintah
secara nasional.
– Tahun 2019: Percepatan pengawasan Obat dan Makanan serta evaluasi
program (Renstra 2015-2019) dalam rangka peningkatan kinerja
pengawasan Obat dan Makanan periode berikutnya.
-30-
3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI SEKRETARIAT UTAMA
Berdasarkan arah kebijakan Renstra BPOM tahun 2015-2019, maka arah
kebijakan untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis Sektama tahun 2015-
2019 adalah:
1. Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko
untuk melindungi masyarakat
2. Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik
melalui kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat
dalam pengawasan Obat dan Makanan
3. Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan OM melalui penataan
struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan
efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta
pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.
Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan Sektama meliputi:
1) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis
risiko;
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi
dan edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan
Makanan;
3) Membangun manajemen kinerja mulai dari kinerja lembaga hingga
kinerja individu/pegawai;
4) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif, dan akuntabel
termasuk penyajian laporan keuangan sesuai SAP yang diarahkan
untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;
5) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BPOM di tingkat pusat dan
daerah secara lebih proporsional dan akuntabel; dan
6) Penguatan kemitraan di dalam dan di luar negeri terkait Obat dan
Makanan
7) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana penunjang maupun
utama dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.
-31-
3.3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIRO PERENCANAAN DAN
KEUANGAN
Berdasarkan arah kebijakan dan strategi Renstra BPOM dan Sektama
periode 2015-2019, maka Biro Perencanaan dan Keuangan menetapkan arah
kebijakan yaitu:
Adapun strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan
internal, yaitu:
1. Membangun sistem manajemen kinerja (perencanaan, penganggaran,
monitoring dan evaluasi, serta keuangan) yang terintegrasi secara
lebih efisien, efektif, dan akuntabel serta diarahkan untuk mendorong
peningkatan kinerja lembaga;
2. Meningkatkan kualitas perencanaan dan pengelolaan keuangan;
3. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di
dalam perencanaan, penganggaran, monitoring dan evaluasi serta
keuangan;
4. Optimalisasi implementasi ketatalaksanaan dan tata hubungan kerja.
Sebagai bagian dari Sektama, Biro Perencanaan dan Keuangan
melaksanakan kegiatan yang merupakan penjabaran dari program generik
Sektama, yaitu Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
lainnya. Selanjutnya, program tersebut dijabarkan dalam kegiatan Biro
Perencanaan dan Keuangan yaitu Koordinasi perumusan renstra dan
pengembangan organisasi, penyusunan program dan anggaran, evaluasi dan
pelaporan, serta keuangan. Program, sasaran program, kegiatan strategis,
sasaran kegiatan, serta indikator dalam lingkup Biro Perencanaan dan
Keuangan termuat dalam tabel 3.1.
Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan Obat dan Makanan
melalui penataan struktur, tata laksana, perencanaan,
penganganggaran, monitoring dan evaluasi, serta pengelolaan
keuangan yang efektif dan efisien.
-32-
Tabel 3.1 Program, Sasaran Program, Kegiatan Strategis, Sasaran Kegiatan,
Indikator di Biro Perencanaan dan Keuangan
Logic model yang digunakan untuk menggambarkan kerangka logis
penjabaran sasaran strategis BPOM hingga sasaran kegiatan Koordinasi
perumusan renstra dan pengembangan organisasi, penyusunan program dan
anggaran, evaluasi dan pelaporan, serta keuangan adalah seperti gambar 3.1
berikut ini:
Gambar 3.1 Logframe Biro Perencanaan dan Keuangan
-33-
3.4 KERANGKA REGULASI
Biro Perencanaan dan Keuangan sebagai unit organisasi di Sekretariat
Utama memerlukan dukungan regulasi untuk pelaksanaan tugas dan fungsi
terkait dengan perencanaan, penganggaran, pengembangan organisasi,
monitoring, evaluasi, serta pengelolaan keuangan.
Kerangka regulasi yang dibutuhkan dalam upaya peningkatan kualitas
pelayanan Biro Perencanaan dan Keuangan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Penyusunan/reviu regulasi tentang organisasi dan tata laksana;
2. Peraturan Kepala BPOM terkait dengan pelaksanaan perencanaan
pembangunan di BPOM, meliputi perencanaan jangka menengah
(rencana strategis), maupun jangka pendek (rencana kerja);
3. Penyusunan/reviu regulasi tentang pedoman/juknis/juklak pelayanan
di bidang perencanaan, penganggaran, monitoring dan evaluasi, serta
pengelolaan keuangan;
4. Penyusunan/reviu regulasi tata cara pengelolaan, pelaporan, dan
penyajian informasi dan dokumentasi kinerja.
3.5 KERANGKA KELEMBAGAAN
Beberapa hal yang diusulkan terhadap kerangka kelembagaan Biro
Perencanaan dan Keuangan, antara lain:
1) Perkuatan fungsi pengembangan organisasi dan tata laksana.
2) Perkuatan fungsi pengelolaan keuangan diintegrasikan dengan fungsi
yang mengelola aset negara.
3) Perkuatan tata laksana yang berperan dalam mempermudah dan
menjaga konsistensi proses sampai dengan hasil kinerja di lingkungan
Biro Perencanaan dan Keuangan, termasuk pemeliharaan Sistem
Manajemen Mutu yang telah diimplementasikan BPOM untuk
memastikan bisnis proses dan tata laksana baik dalam hal tata kelola
pembuatan keputusan, implementasi keputusan, tata kelola evaluasi,
serta manajemen kinerja dilaksanakan secara efektif, efisien, dan
transparan.
4) Perkuatan koordinasi internal dengan unit kerja terkait dan eksternal
dengan K/L dalam mendukung peningkatan kualitas manajemen
kinerja BPOM.
-34-
5) Perbaikan tata laksana yang berperan dalam mempermudah dan
menjaga konsistensi proses sampai dengan hasil kinerja di lingkungan
Biro Perencanaan dan Keuangan.
Selain struktur, aspek penting yang lain terkait dengan kelembagaan
adalah mengenai SDM. SDM saat ini disebut ASN merupakan salah satu
modal kerja organisasi memiliki peranan yang sangat penting. Di dalam
pemerintahan, ASN yang kompeten harus disediakan dalam rangka
melaksanakan tugas dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk membentuk
ASN Biro Perencanaan dan Keuangan yang andal, profesional, adaptif, dan
kredibel dibutuhkan sistem pengembangan kompetensi pegawai ASN sesuai
dengan kebutuhan organisasi dan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan prinsip kepastian karir, adil, professional, transparan,
dan akuntabel.
Agar perkembangan kompetensi pegawai ASN dapat sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan, perlu dilakukan analisis kebutuhan
pengembangan kompetensi agar upaya yang dilakukan dapat terarah, efektif,
dan efisien. Untuk itu, Biro Perencanaan dan Keuangan perlu melakukan
analisis kompetensi jabatan dan kebutuhan pendidikan atau pelatihan yang
diperlukan untuk mengisi gap antara kompetensi yang dibutuhkan dengan
kondisi saat ini.
-35-
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1 Target Kinerja
Sesuai Tujuan dan Sasaran Strategis Biro Perencanaan dan Keuangan
yang telah ditetapkan maka target kinerja indikator masing-masing sasaran
strategis (Program) pada tabel 4.1 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Sasaran Strategis, Sasaran Program, Indikator dan Target Kinerja Sasaran Strategis/
Sasaran Kegiatan Indikator
Target Kinerja
2015 2016 2017 2018 2019
Sasaran Strategis:
Meningkatnya
kualitas kapasitas
kelembagaan BPOM
1. Jumlah unit kerja
yang memperoleh
nilai penerapan
SAKIP A
45 47 49 52 54
2. Jumlah satker
dengan laporan
keuangan yang
memenuhi Standar
Akuntasi Pemerintah
(SAP)
40 40 41 41 41
3. Jumlah unit kerja
yang menerapkan
sistem manajemen
mutu ISO 9001
secara konsisten
55 55 56 56 57
Sasaran Kegiatan 1:
Dihasilkannya
dokumen
perencanaan,
penganggaran,
laporan keuangan,
dan hasil evaluasi
yang terintegrasi
Jumlah dokumen
perencanaan,
penganggaran, keuangan
dan monitoring evaluasi
yang dihasilkan
15 15 15 15 15
Sasaran Kegiatan 2:
Tersusunnya kajian
Organisasi, Tata
Laksana dan RB
Jumlah kajian
Organisasi, Tata Laksana
dan Reformasi Birokrasi
1 1 1 1 1
Untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan, Biro Perencanaan dan
Keuangan perlu menjabarkan strategi dan kegiatan strategis tersebut dalam
kegiatan tahunan dengan prioritas pada kegiatan yang berdaya ungkit
terhadap pencapaian kinerja. Intervensi ini dapat berupa serangkaian kegiatan
namun tidak terbatas pada (i) koordinasi perencanaan sesuai siklus
perencanaan jangka menengah maupun siklus perencanaan tahunan BPOM,
(ii) koordinasi penganggaran tahunan, (iii) koordinasi perencanaan organisasi,
-36-
tata laksana, dan reformasi birokrasi, (iv) koordinasi monitoring dan evaluasi
pelaksanaan kegiatan BPOM maupun Satker, (v) bimbingan, asistensi,
ataupun pendampingan perencanaan, penganggaran, monitoring, evaluasi,
pengelolaan keuangan, (vi) evaluasi organisasi, tata laksana, dan reformasi
birokrasi, (vii) peningkatan kompetensi perencanaan dan keuangan pegawai
Biro Perencanaan dan Keuangan maupun unit kerja di lingkungan BPOM,
serta (vii) penyediaan sarana prasarana pendukung kerja.
Meskipun indikator yang ditetapkan Biro Perencanaan dan Keuangan
adalah indikator yang berorientasi jumlah, namun kualitas sesuai regulasi
yang telah ditetapkan suprasistem maupun internal BPOM tetap menjadi
perhatian dan melekat pada setiap dokumen yang disusun.
4.2 Kerangka Pendanaan
Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah
ditetapkan maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan
dan sasaran kegiatan Biro Perencanaan dan Keuangan periode 2015-2019
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Sasaran Program, Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja dan Pendanaan
Sasaran
Program Sasaran Kegiatan Indikator
Alokasi (Rp Milyar)
2015 2016 2017 2018 2019
Meningkatnya
kualitas
kapasitas
kelembagaan
BPOM
Dihasilkannya
dokumen
perencanaan,
penganggaran,
laporan keuangan,
dan hasil evaluasi
yang terintegrasi
Jumlah dokumen
perencanaan,
penganggaran,
keuangan dan
monitoring evaluasi
yang dihasilkan
45,7 50 55 61 67
Tersusunnya kajian
Organisasi, Tata
Laksana dan RB
Jumlah kajian
Organisasi, Tata
Laksana dan
Reformasi Birokrasi
-37-
BAB V
PENUTUP
Renstra Biro Perencanaan dan Keuangan merupakan arahan dasar yang
dijabarkan secara operasional oleh masing-masing unit bagian di dalamnya
sehingga kegiatan yang ingin dicapai nantinya dapat memenuhi visi dan misi
program pengawasan Obat dan Makanan. Renstra Biro ini dimaksudkan
untuk mengurangi kesenjangan dalam penyusunan
program, penganggaran, monitoring dan evaluasi, pengelolaan data serta
pengelolaan keuangan BPOM. Dengan menerapkan prinsip-prinsip
pembangungan yang berkelanjutan dan transparan serta akuntabel
diharapkan penyelenggaraan program pengawasan Obat dan Makanan dapat
dijalankan secara efektif dan efisien, sehingga pada akhirnya perlindungan
kepada masyarakat di bidang kesehatan dapat lebih terjamin guna
membentuk masyarakat yang lebih sehat dan berdaya saing.
Renstra Biro Perencanaan dan Keuangan ini terbuka untuk
disempurnakan. Hal ini sesuai dengan prinsip bahwa Renstra adalah suatu
proses yang sistematis dan berkelanjutan sehingga bersifat adaptif terhadap
lingkungan strategis yang senantiasa berubah.
Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan
Badan Pengawas Obat dan Makanan,
Dra. Ratna Irawati, Apt. M.Kes.
NIP 19630525 199103 2001
KEPUTUSAN KEPALA BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR OR.01.02.211.05.15.1089 TAHUN 2015
TENTANG
RENCANA STRATEGIS BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TAHUN 2015-2019
KEPALA BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 3
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan
Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019, perlu
menetapkan Keputusan Kepala Biro Perencanaan dan
Keuangan Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang
Rencana Strategis Biro Perencanaan dan Keuangan Badan
Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun
2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4664);
4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun
2013;
-2- 5. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang
Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah
Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4
Tahun 2013;
6. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2015-2019;
7. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) 2015-2019;
8. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan
Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.00.05.21.4231 Tahun 2004;
9. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan
Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 1714);
10. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan
Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019 (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 515);
11. Keputusan Sekretaris Utama Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor HK.04.2.21.04.15.1986 Tahun 2015
tentang Rencana Strategis Sekretariat Utama Badan
Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BIRO PERENCANAAN DAN
KEUANGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
TENTANG RENCANA STRATEGIS BIRO PERENCANAAN DAN
KEUANGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
TAHUN 2015-2019.
-3-
Pertama : Menetapkan dan mengesahkan Rencana Strategis Biro
Perencanaan dan Keuangan Badan Pengawas Obat dan
Makanan Tahun 2015-2019, yang selanjutnya disebut
Renstra Biro Perencanaan dan Keuangan, sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.
Kedua : Renstra Biro Perencanaan dan Keuangan memuat visi, misi,
tujuan, sasaran strategis, kebijakan, strategi, program, dan
kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi Biro Perencanaan
dan Keuangan dalam rangka mencapai sasaran strategis
Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Ketiga : Renstra Biro Perencanaan dan Keuangan sebagaimana
dimaksud pada diktum Kedua berfungsi sebagai:
a. acuan Biro Perecanaan dan Keuangan dalam menyusun
dokumen perencanaan tahunan;
b. dasar penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah Biro Perencanaan dan Keuangan.
Keempat : Terhadap pelaksanaan Renstra Biro Perencanaan dan
Keuangan dilakukan:
a. pemantauan secara berkala; dan
b. evaluasi pada paruh waktu dan tahun terakhir periode
Rencana Strategis.
Kelima : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 Mei 2015 KEPALA BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,
Dra. Ratna Irawati, Apt, M.Kes.
NIP. 19630525 199103 2001
Update 2 April 2015
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
SS 3 Meningkatnya kualitas kapasitas
kelembagaan BPOM
Sekretariat Utama
1 Capaian pelaksanaan Reformasi
Birokrasi di BPOM
Pusat B BB A A AA
2 Opini Laporan Keuangan BPOM dari BPK Pusat WTP WTP WTP WTP WTP
3 Nilai SAKIP BPOM dari MENPAN Pusat B A A A A
45,7 50,00 55,00 61,00 67,00 Biro Perencanaan
dan Keuangan
1 Jumlah unit kerja yang memperoleh nilai
penerapan SAKIP A
Pusat 45 47 49 52 54
2 Jumlah satker dengan laporan keuangan
yang memenuhi Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP)
Pusat 40 40 41 41 41
3 Jumlah unit kerja yang menerapkan
sistem manajemen mutu ISO 9001
secara konsisten
Pusat 55 55 56 56 57
45,7 50,00 55,00 61,00 67,00 Biro Perencanaan
dan Keuangan
1 Jumlah dokumen perencanaan,
penganggaran, keuangan dan monitoring
evaluasi yang dihasilkan
Pusat 15 15 15 15 15
2 Jumlah kajian Organisasi, Tata Laksana
dan Reformasi Birokrasi
Pusat 1 1 1 1 1
Badan Pengawas Obat dan Makanan
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya
BPOM
Koordinasi Perumusan Renstra dan Pengembangan Organisasi,
Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan serta Evaluasi
dan Pelaporan
Dihasilkannya dokumen perencanaan,
penganggaran, laporan keuangan, dan hasil
evaluasi yang terintegrasi
Tersusunnya kajian Organisasi, Tata Laksana
dan RB
Meningkatnya kualitas kapasitas
kelembagaan BPOM
Anak Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Biro Perencanaan dan Keuangan
Program/KegiatanSasaran Program (Outcome)/Sasaran
Kegiatan (Output)/IndikatorLokasi
Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)
Unit Organisasi
Pelaksana
K/L-N-
B-NS-
BS
1 Penyusunan/reviu regulasi tentang organisasi dan
tata laksana
Meningkatkan efesiensi dan efektifitas organisasi secara
proporsional sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas
dan fungsi sehingga organisasi menjadi tepat fungsi dan
tepat ukuran
1. Biro Perencanaan dan Keuangan
2. Biro Hukum dan Humas
Kementerian Hukum
dan HAM
2 Peraturan Kepala BPOM terkait dengan pelaksanaan
perencanaan pembangunan di BPOM, meliputi
perencanaan jangka menengah (rencana strategis),
maupun jangka pendek (rencana kerja);
Perlu adanya reformasi perencanaan pembangunan di
BPOM untuk meningkatkan efektifitas pengawasan Obat
dan Makanan
1. Biro Perencanaan dan Keuangan
2. Biro Hukum dan Humas
Kementerian Hukum
dan HAM
3 Penyusunan/reviu regulasi tentang
pedoman/juknis/juklak pelayanan di bidang
perencanaan, penganggaran, monitoring dan
evaluasi, serta pengelolaan keuangan;
Panduan bagi Biro Perencanaan dan Keuangan dalam
memberikan layanan serta pembinaan kepada seluruh unit
organisasi/satker/eselon II di lingkungan BPOM dalam
melaksanakan perencanaan, penganggaran, monitoring dan
evaluasi, serta pengelolaan keuangan;
1. Biro Perencanaan dan Keuangan
2. Biro Hukum dan Humas
4 Penyusunan/reviu regulasi tata cara pengelolaan,
pelaporan, dan penyajian informasi dan dokumentasi
kinerja.
Panduan bagi unit organisasi/satker/eselon II di lingkungan
BPOM dalam melaksanakan pengelolaan, pelaporan, dan
penyajian informasi dan dokumentasi kinerja.
1. Biro Perencanaan dan Keuangan
2. Biro Hukum dan Humas
ANAK LAMPIRAN II
MATRIKS KERANGKA REGULASI BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN 2015-2019
NoArah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan
regulasiUrgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi
Regulasi Eksisting, Kajian dan PenelitianUnit Penanggungjawab
Unit Terkait/Institusi