26
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN MATEMATIKA KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI LOGIKA (PTK pada Siswa Kelas X Semester Gasal SMA Negeri 2 Boyolali ) A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pentingnya kemampuan berpikir kritis adalah supaya manusia dapat memecahkan masalah yang di hadapi lebih mudah dan dengan kemampuan berpikir kritis manusia dapat bersaing dalam mengisi pasar kerja. Trilling and Hood, 1999; Galbreath (1999) mengemukakan bahwa pada abad pengetahuan modal intelektual, yaitu kecakapan berpikir merupakan kebutuhan utama sebagai tenaga kerja.Degeng (2003) mengharapkan lulusan sekolah menengah sampai perguruan tinggi di Indonesia, di samping memiliki kecakapan vokasional (vocational skill) juga harus memiliki kecakapan berpikir (thinking skill) sehingga bangsa ini tidak menjadi bangsa “buruh”. Kecakapan berpikir merupakan kemampuan yang harus dipelajari di sekolah. Hal ini mendukung John Dewey (1916, dalam Johnson 2002) sejak awal mengharapkan agar siswa di sekolah diajarkan cara berpikir. Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) mengharapkan agar siswa menguasai kecakapan hidup (life skill) yang salah satunya adalah kecakapan berpikir (thinking skill) yang harus diajarkan melalui semua mata pelajaran Dari uraian di atas tampak bahwa kecakapan berpikir merupakan hal yang sangat penting yang diperlukan oleh setiap orang untuk hidupnya.Oleh karena itu kecakapan berpikir sangat penting dipelajari siswa si sekolah.Pendidikan berpikir di sekolah saat ini khususnya di SMA belum ditangani dengan baik. Guru hanya berupaya meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Akibatnya kecakapan berpikir lulusan SMA masih relatif rendah. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Rofi’udin (2000) mengemukakan bahwa terjadi keluhan tentang rendahnya kecakapan berpikir

Penerapan Model Pembelajaran Aktif

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penerapan Model Pembelajaran Aktif

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF  TIPE THE LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN MATEMATIKA KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

SISWA PADA MATERI LOGIKA

(PTK pada Siswa Kelas X Semester Gasal SMA Negeri 2 Boyolali )

 

A. PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang

Pentingnya kemampuan berpikir kritis adalah supaya  manusia dapat memecahkan masalah yang di hadapi lebih mudah dan dengan kemampuan berpikir kritis manusia dapat bersaing dalam mengisi pasar kerja. Trilling and Hood, 1999; Galbreath (1999) mengemukakan bahwa pada abad pengetahuan modal intelektual, yaitu kecakapan berpikir merupakan kebutuhan utama sebagai tenaga kerja.Degeng (2003) mengharapkan lulusan sekolah menengah sampai perguruan tinggi di Indonesia, di samping memiliki kecakapan vokasional (vocational skill) juga harus memiliki kecakapan berpikir (thinking skill) sehingga bangsa ini tidak menjadi bangsa “buruh”.

Kecakapan berpikir merupakan kemampuan yang harus dipelajari di sekolah. Hal ini mendukung John Dewey (1916, dalam Johnson 2002) sejak awal mengharapkan agar siswa di sekolah diajarkan cara berpikir. Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) mengharapkan agar siswa menguasai kecakapan hidup (life skill) yang salah satunya adalah kecakapan berpikir (thinking skill) yang harus diajarkan melalui semua mata pelajaran

Dari uraian di atas tampak bahwa kecakapan berpikir merupakan hal yang sangat penting yang diperlukan oleh setiap orang untuk hidupnya.Oleh karena itu kecakapan berpikir sangat penting dipelajari siswa si sekolah.Pendidikan berpikir di sekolah saat ini khususnya di SMA belum ditangani dengan baik. Guru hanya berupaya meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Akibatnya kecakapan berpikir lulusan SMA masih relatif rendah. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Rofi’udin (2000)  mengemukakan bahwa terjadi keluhan tentang rendahnya kecakapan berpikir kritis- kreatif lulusan sekolah dasar sampai perguruan tinggi di Indonesia, karena pendidikan berpikir belum ditangani dengan baik. Arnyana (2005) menemukan bahwa  guru matematika SMA di Singaraja belum secara sadar merencanakan untuk melatih kecakapan berpikir siswa.

Kemampuan berpikir yang diperlukan setiap orang adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi.Johnson (2002); Krulik and Rudnick (1996) menyebutkan bahwa berpikir tingkat tinggi terdiri dari berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah aktivitas mental dalam hal memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi, mengevaluasi, memberi rasional, dan melakukan penyelidikan.Sedangkan berpikir kreatif adalah aktivitas mental yang menghasilkan ide-ide yang orisinil, berdaya cipta, dan mampu menerapkan ide-ide. Ennis (1985; 1993) dan Marzano, et al. (1988) mengemukakan bahwa berpikir kritis mencakup kemampuan: (1) merumuskan masalah, (2) memberikan argumen, (3) mengemukakan pertanyaan dan memberikan jawaban, (4) menentukan sumber informasi, (5) melakukan deduksi, (6) melakukan

Page 2: Penerapan Model Pembelajaran Aktif

induksi, (7) melakukan evaluasi, (8) memberikan definisi, (9) mengambil keputusan serta melaksanakan, dan (10) berkomunikasi. Bila dicernati apa yang dikemukakan oleh Ennis dan Marzano bahwa berpikir kritis itu tidak lain merupakan kemampuan memecahkan masalah melalui suatu investigasi sehingga mengasilkan kesimpulan atau keputusan yang sangat rasional. Berpikir kritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses terorganisasi dalam memecahkan masalah yang melibatkan aktivitas mental yang mencakup kemampuan: merumuskan masalah, memberikan argumen, melakukan deduksi dan induksi, melakukan evaluasi, dan mengambil keputusan.

Untuk mengajarkan kecakapan berpikir kritis di SMA N 2 Boyolali khususnya dalam mata pelajaran matematika sangat perlu di cari model maupun strategi pembelajaran yang sesuai dan untuk mencapai  keberhasilan  dalam  pembelajaran  matematika maka membuat para guru untuk terus berusaha menyusun dan menetapkan strategi pembelajaran yang paling efektif dan efisien untuk membantu peserta didik dalam  mencapai  tujuan  yang  telah dirumuskan (Hamzah  Uno,  2007:  28). Penyajian  bermacam-macam metode  mengajar  dan  aplikasinya  dalam pengajaran matematika ialah agar siswa dan guru memiliki pengetahuan yang luas  tentang  metode-metode  dan  memiliki  keterampilan  untuk menerapkannya.

Hal itu juga yang mendorong peneliti untuk menawarkan solusi permasalahan peningkatan minat dan hasil belajar matematika pada siswa  kelas VII  melalui strategi Learning  cycle. Siklus Belajar (Learning Cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif.Melalui  pendekatan  pembelajaran Learning  cycle dianggap  dapat meningkatkan  minat  dan  hasil  belajar  matematika  siswa  karena  denganpendekatan  ini  siswa  dapat  menyerap  informasi  lebih  cepat  dan  mudah selama  pendekatan  pembelajaran ini  sesuai  dengan  tujuan pembelajaran matematika yang sebenarnya.

2.   Perumusan Masalah

a.   Adakah peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi logika matematika setelah dilakukan pembelajaran dngan menggunakan strategi the learning cycle pada siswa kelas X semester gasal SMA N 2 Boyolali ?

b.   Adakah peningkatan hasil belajar siswa pada materi logika matematika setelah dilakukan pembelajaran dngan menggunakan strategi the learning cyclepada siswa kelas X semester gasal SMA N 2 Boyolali ?

3. Tujuan Penelitian

a.   Tujuan umum

Untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa dan prestasi belajar matematika

b.   Tujuan khusus

Page 3: Penerapan Model Pembelajaran Aktif

1)   Untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa dngan menggunakan strategi the learning cycle

2)   Untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dngan menggunakan strategi the learning cycle

 

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kepentingan teoritis maupun praktis yaitu:

1. Manfaat Teoritis

1)      Untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran melalui metode The Learningcycle

2)      Untuk mendapatkan gambaran tentang hasil belajar matematika melalui metode The Learningcycle

3)      Siswa mempunyai kemampuan berpikir kritis yang tinggi sehingga dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula

4)      Siswa mengetahui pengaruh penggunaan metode Learning Cycle serta kemampuan berpikir kritisterhadap penguasaan pelajaran matematika, khususnya pokok bahasan logika matematika

1. Manfaat Praktis

1)   Bersama dengan metode lain, metode hasil penelitian ini dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika

2)   Siswa menjadi tahu kemampuan yang dimilikinya dalam menguasai materi yang diajarkan.

3)   Siswa terbiasa belajar secara aktif Siswa dapat belajar untuk bekerjasama dalam tim, memiliki tanggung jawab serta memiliki kesempatan yang sama untuk terlibat dalam proses pembelajaran.

5.     Definisi Istilah

1. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Berpikir keritis merupakan upaya pendalaman kesadaran serta kecerdasan membandingkan dari beberapa masalah yang sedang dan akan terjadi sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan dan gagasan yang dapat memecahkan masalah tersebut. setiap orang memiliki pola pikir yang

Page 4: Penerapan Model Pembelajaran Aktif

berbeda. Akan tetapi, apabila setiap orang mampu berpikir secara kritis, masalah yang mereka hadapi tentu akan semakin sederhana dan mudah dicari solusinya. Oleh karena itu, manusia diberikan akal dan pikiran untuk senantiasa berpikir bagaimana menjadikannya hidupnya lebih baik, dan mampu menjalani suatu masalah sepelik apapun yang diberikan kepadanya.

1. Model Pembelajaran Aktif  Tipe The Learning Cell

Metode pembelajaran merupakan salah satu cara yang digunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Metode pembelajaran yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa. Untuk itu guru harus memahami sepenuhnya materi yang hendak disampaikan dan memilih metode pembelajaran yang tepat dalam penyampaian materi sehingga dapat menciptakan proses belajar mengajar yang baik.

Strategi Learning Cycle merupakan  salah  satu  model  pembelajaran  yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan cara belajar dan mengembangkan daya nalar siswa (Dasna dan Fajaroh, 2006).

B. LANDASAN TEORI

1.     Kajian Teori

a.  Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam pembelajaran matematika materi logika matematika

1) Hakikat Matematika

Matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan (Hasan Alwi, 2002 : 723). Aristoteles (Moeharti Hadiwidjojo dkk, 1996 : 20) mempunyai pendapat yang lain tentang matematika. Matematika didasarkan atas kenyataan yang dialami, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari eksperimen, observasi, dan abstraksi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasionalnya yang didasari atas kenyataan, yang dialami, yaitu pengetahuan yang diperolah dari eksperimen, observasi, dan abstraksi

 

2) Konsep pembelajaran logika matematika

Secara etimologis, logika berasal dari kata Yunani ‘logos’ yang berartikata, ucapan, pikiran secara utuh, atau bisa juga berarti ilmu pengetahuan(Kusumah, 1986). Dalam arti luas, logika adalah suatu cabang ilmu yangmengkaji penurunan-penurunan kesimpulan yang sahih (valid, correct) dan yangtidak sahih (tidak valid, incorrect).

Page 5: Penerapan Model Pembelajaran Aktif

Logika, penalaran, dan argumentasi sangat sering digunakan di dalamkehidupan nyata sehari-hari, di dalam mata pelajaran matematika sendiri maupun mata pelajaran lainnya.Karenanya, tujuan pembelajaran Logika Matematika pada dasarnya adalah agar para siswa dapat menggunakan aturan-aturan dasar Logika Matematika untuk penarikan kesimpulan.

3) Hakikat Berfikir Kritis

Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat.

Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995: 6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.

Dari dua pendapat tersebut, tampak adanya persamaan dalam hal sistematika berpikir yang ternyata berproses.Berpikir kritis harus melalui beberapa tahapan untuk sampai kepada sebuah kesimpulan atau penilaian.Dengan kata lainberpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi.

 

 

4) Konsep Kemampuan

Di  dalam  kamus  bahasa  Indonesia,  kemampuan  berasal  dari kata  “mampu”  yang  berarti. Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.

Menurut Chaplinability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, kesanggupan, bakat,)  merupakan tenaga  ( daya kekuatan ) untuk melakukan suatu perbuatan

Dari uraian diatas kemamapuan merupakan kesanggupan untuk melakukukan sesuatu yang didapat sejak lahir maupun hasil latihan.

b.  Model Pembelajaran Aktif  Tipe The Learning cycle

1) Hakekat Pembelajaran.

Page 6: Penerapan Model Pembelajaran Aktif

Mengenai peristilahan dan makna dari sudut bahasa, pembelajaran berarti perihal mengajarkan sesuatu.Pembelajaran  pembelajaran sebagai suatu proses, buah atau hasilnya adalah belajar (learning), yaitu terjadinya peristiwa belajar di dalam diri siswa

Istilah “pembelajaran” terkandung makna: perbuatan membelajarkan, artinya menurut Munandir (2001:255) adalah mengacu ke segala daya upaya bagaimana membuat seseorang belajar, bagaimana menghasilkan terjadinya peristiwa belajar di dalam diri orang tersebut. Lebih lanjut dijelaskan, istilah pembelajaran diperkenalkan sebagai ganti istilah “pengajaran”,

Menurut Degeng (1997:1) bahwa pembelajaran mengandung makna kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode atau strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pembelajaran pada hakikatnya ialah pelaksanaan dari kurikulum sekolah untuk menyampaikan isi atau materi mata pelajaran tertentu kepada siswa dengan segala daya upaya, sehingga siswa dapat menunjukkan aktivitas belajar.

2) Konsep Model Pembelajaran Aktif  The Learning cycle

LC (Learning Cycle) ,yaitu suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). LC (Learning Cycle) patut dikedepankan, karena sesuai dengan teori belajar Piaget (Renner et al, 1988), teori belajar yang berbasis konstruktivisme.

Langkah-langkah Stategi the  learning cycle pada pembelajaran matematika yaitu Engage, Explore, Explain, Extend dan yang terakhir Evaluate

c) Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe The Learning Cycle Untuk   Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Logika Matematika

Langkah-langkah Stategi the learning cycle pada pembelajaran logika matematika yaitu:

1)              Engage:

Siswa mencari tau tentang semua yang berkaitan dengan logika matemaika

2)              Explore

Siswa secara berkelompok membahas konsep materi logika matematika

1. a.       Pengertian logika matematika logika adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji penurunan penurunan kesimpulan yang sahih (valid,correct) dan yang tidak sahih (tidak valid,incorrect).

2. b.      Disjungsi, konjungsi, implikasi, biimplikasi dan negasinya

Negasi : Jika p adalah “Surabaya ibu kota Jawa Timur.”, maka negasi atau ingkaran dari pernyataan p tersebut adalah ~p yaitu: “Surabaya bukan ibu kota Jawa Timur. “Atau” Tidak

Page 7: Penerapan Model Pembelajaran Aktif

benar bahwa Surabaya ibukota Jawa Timur.”. Dari contoh diatas Nampak jelas bahwa p merupakan pernyataan yang bernilai benar karena Surabaya pada kenyataannya memang ibu kota Jawa Timur, sehingga ~p akan bernilai salah. Namun jika p bernilai  salah maka ~p akan bernilai benar seperti ditunjukkan oleh tabel berikut :

P ~pB SS B

Konjungsi adalah suatu pernyataan majemuk yang menggunakan perakit “dan”. Contohnya, pernyataan Adi berikut :”Fahmi makan nasi danminum kopi.”Dapatlah disimpulkan bahwa suatu konjungsi pÙq akan bernilai benar hanya jika komponen-komponennya,yaitu baik p maupun q keduanya bernilai benar, sedangkan nilai kebenaran yang selain itu akan bernilai salah sebagaimana ditunjukkan pada table:

P Q pÙ qB

B

S

S

B

S

B

S

B

S

S

S

Disjungsi adalah pernyataan majemuk yang menggunakan perakit “atau”.Contohnya,pernyataan Adi berikut:”Fahmi makan nasi atauminum kopi.” Suatu disjungsi pÚq akan bernilai salah hanya jika komponen-komponennya, yaitu baik p maupun q, keduanya bernilai salah, yang selain itu akan bernilai benar sebagaimana ditunjukkan pada table, yaitu:

P Q pÙqB

B

S

S

B

S

B

S

S

B

B

B

Implikasi :Misalkan ada dua pernyataan p dan q. bahwa implikasi pÞq hanya akan bernilai salah untuk kasus kedua di mana p bernilai benar namun q-nya bernilai salah, pÞq akan bernilai benar seperti ditunjukkan tabel kebenaran berikut ini:

P Q pÞ qB B B

Page 8: Penerapan Model Pembelajaran Aktif

B

S

S

S

B

S

S

B

B

Biimplikasi atau bikondisional adalah pernyataan majemuk dari dua pernyataan p dan q yang dinotasikan dengan pÛq yang bernilai sama dengan (pÞq) Ù (qÞp) sehingga dapat dibaca: “p jika dan hanya jika q “atau” p bila dan hanya bila q. “Tabel kebenaran dari pÛq adalah:

 

P Q pÛqB

B

S

S

B

S

B

S

B

S

S

B

1. Konvers,Invers,Kontraposisi suatu Implikasi Serta Negasinya

Perhatikan pernyataan ini: “Jika suatu bendera adalah bendera RI maka ada warna merah pada bendera tersebut.”

Bentuk umum implikasi diatas adalah: ‘pÞq’ dengan p: Bendera RI, dan q: Bendera yang ada warna merahnya. Dari implikasi pÞq di atas, dapat dibentuk tiga implikasi lainnya, yaitu: (1) konversnya, yaitu qÞp; (2) inversnya, yaitu ~pÞ~q; dan (3) kontraposisinya, yaitu ~qÞ~p

3)              Explain : Siswa menjelaskan solusi yang masuk akal

4)              Extend :Masing–masing kelompok memaparkan hasil diskusi di dpan kelas dan kelompok lain menanggapi hasil dari kelompok yang presentasi.

5)        Evaluate : Guru menarik kesimpulan bersama-sama dengan siswa tentang apa pengertian logika himpunan,operasi dan juga sifat-sifatnya.

2.     Kajian Pustaka

Hasil penelitian muckhtar (28 agustus 2009) model Learning Cycle “5E” dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 6 Singaraja, yaitu dari rata-rata 23,06 (cukup baik) pada siklus I menjadi 28,57 (baik) pada siklus II, dan 34,2 (sangat baik) pada siklus III.. hasil yang sangat positif terhadap implementasi model pembelajaran Learning Cycle “5E” dengan nilai rata-rata sebesar 35,7.

Page 9: Penerapan Model Pembelajaran Aktif

Lutfi Nur Azizah, tahun 2007 Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ada perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Learning Cycle (LC)5 (2) Keaktifan siswa yang diajar dengan model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase lebih banyak daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional, (3) Persepsi siswa menunjukkan bahwa sebanyak 71,05% siswa menyatakan persepsi yang positif terhadap pelajaran Kimia dan sebanyak 63,16% siswa menyatakan persepsi positif terhadap model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase.

Fatimah Zahri, tahun 2010 Temuan penelitian adalah: (1) hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran LC lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional, (2) tes retensi pertama dan kedua menunjukkan bahwa retensi siswa model pembelajaran LC lebih baik daripada retensi siswa model pembelajaran konvensional, (3) kualitas proses belajar mengajar model pembelajaran LC adalah lebih baik daripada model pembelajaran konvensional

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Metode ini meningkatkan kemampuan berfikir siswa karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran,dapat membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa serta pembelajaran menjadi lebih bermakna..

3.     Kerangka Berpikir

Pembelajaran matematika khususnya pada mata pelajaran logika matematika dalam setiap memahami setiap materi dan memecahkan suatu permasalahan didalamnya dibutuhkan daya fikir yang cukup untuk menyelesaikannya. Pemikiran logis dan pemahaman terhadap materi ajar sangatlah penting menjadi langkah awal mencari solusi, sehingga dalam pembelajaran matematika tidak ditemukan kesulitan. Kemampuan berfikir kritis matematika siswa cenderung berkurang, sehingga menyebabkan prestasi belajar merekapun menurun.

Pemilihan model pembelajaran sangat berpengaruh dalam situasi kegiatan belajar matematika di kelas. Peneliti mengadakan penelitian dimana kelas tersebut  guru menggunakan model pembelajaran Learning Cycle ”5-E” Pembelajaran tersebut terdiri dari 5 rangkaian kegiatan yang dapat dilakukan tahap tahap kegiatan tersebut sekaligus mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa.

 

 

Kondisi AwalTindakan

Kondisi AkhirKurangnya  kemampuan berfikir kritis pada matri logika matematika siswa meliputi :

1.Mengajukan dugaan dan ide dalam bentuk kalimat matematika (9,52 %)

Page 10: Penerapan Model Pembelajaran Aktif

2.Menggunakan rumus secara tepat dalam menyelesaikan soal (28,57%)

3.Melakukan operasi hitung dengan benar (23,81%)

4.Menarik kesimpulan (19,04%) Menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika siswa

 Pembelajaran matematika melalui model Pembelajaran Learning Cycle ”5E” dengan menggunakan alat peraga yang meliputi 5 fase yaitu:

1. Engagement(membangkitkan),2. Exploration(Memanfaatkan),3. Explaination(memaparkan),4. Elaboration(mengaplikasikan),5. Evaluation(Mengevaluasi)

Peningkatan prestasi belajar matematika siswa dengan ditandai dengan meningkatnya aspek penalaran yang meliputi :

1.Mengajukan dugaan dan ide dalam bentuk kalimat matematika (59,52%)

2.Menggunakan rumus secara tepat dalam menyelesaikan soal (78,57%)

3.Melakukan operasi hitung dengan benar (73,80%)

4. Menarik kesimpulan (69,04%)

 

Uraian di atas dapat diilustrasikan pada gambar berikut

 

 

 

 

 

 

 

Page 11: Penerapan Model Pembelajaran Aktif

 

 

 

 

 

 

Gambar : Alur kerangka pemikiran tindakan penelitian

4.     Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pembahasan teori, hasil penelitian yang relevan dan kerangka pemikiran yang tersebut di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

”Ada peningkatan kemampuan kemampuan berfikir kritis pada materi logika matematika siswa pada saat  pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Learning Cycle – 5 .

 

C.  METODE PENELITIAN

1.     Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) yang dilakukan secara kolaborasi antara kepala sekolah, guru matematika, dan peneliti. Lewin (dalam Prendergast, 2002:2) secara tegas menyatakan, bahwa penelitian tindakan kelas merupakan cara guru untuk mengorganisasikan pembelajaran berdasarkan pengalamannya sendiri atau pengalamannya berkolaborasi dengan guru lain.

Penelitian tindakan memiliki banyak karakteristik, diantaranya adalah didasarkan atas masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran; dilakukan secara kolaboratif melalui kerja sama dengan pihak lain; peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran; dan dilaksanakan dalam rangkaian langkah yang terdiri dari beberapa siklus.

2.     Tempat dan Waktu Penelitian

a.   Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Boyolali.Alasan peneliti memilih sekolah tersebut adalah karena letaknya strategis sehingga mempermudah dalam melakukan penelitian..

Page 12: Penerapan Model Pembelajaran Aktif

b.   Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada tahun ajaran 2011/2012. Adapun rincian waktu penelitian sebagai berikut :

1)      Tahap Persiapan : minggu I bulan September 2011 sampai minggu IV bulan September 2011.

2)      Tahap Pelaksanaan : minggu I bulan Oktober 2011 sampai minggu IV bulan Oktober 2011

3)      Tahap Analisis Data : minggu I bulan Nopember 2011 sampai minggu IV bulan Nopember 2011

4)      Tahap Laporan : minggu I bulan Desember 2011 sampai minggu IV bulan Desember 2011

 

 

3.     Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini guru Matematika dan peneliti bertindak sebagai subyek yang memberikan tindakan. Seluruh siswa kelas X C di SMA Negeri 2 Boyolali tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 42 siswa bertindak sebagai subyek yang menerima tindakan yakni terdiri dari 24 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Peneliti dibantu guru matematika sebagai observer. Peneliti juga bertugas merencanakan, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan.

4.     Rancangan Penelitian

EvaluasiPengertian dan pemahaman

Seterusnya sesuai dengan alokasi waktu setiap tindakan yang direncanakanDialog AwalPerencanaanTindakan IObservasi IRefleksi IEvaluasi

Pengertian dan pemahamanPerencanaan Terevisi

Tindakan IIObservasi IIRefleksi II

PUTARAN  IPUTARAN II

Page 13: Penerapan Model Pembelajaran Aktif

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas secara kolaboratif yaitu penelitian yang bersifat praktis, situsional, kondisional, dan kontekstual berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Peneliti bersama mitra guru matematika berupaya efektif, sehingga memungkinkan adanya tindakan yang berulang-ulang dengan revisi untuk meningkatkan komunikasi dan prestasi belajar matematika dalam pembelajaran. Mitra guru matematika di dalam penelitian ini dilibatkan sejak : 1) dialog awal, 2) perencanaan tindakan, 3) pelaksanaan tindakan, 4) observasi, 5) refleksi, 6) evaluasi, 7) penyimpulan. Langkah-langkah penelitian dapat diilustrasikan dalam gambar

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

a.    Dialog Awal

Dialog awal dilakukan oleh peneliti, guru dan kepala sekolah untuk pengenalan dan diskusi membahas masalah dan cara-cara peningkatan kemampuan berfikir kritis siswa dan prestasi belajar matematika. Dalam dialog awal membicarakan tentang media dan alternative strategi pembelajaran yang akan dipraktikan dan dikembangankan, sehingga diperoleh kesepakatan untuk menangani masalah peningkatan kemampuan berfikir kritis siswa dan prestasi belajar matematika melalui strategi pembelajaran Learning Cycle.

Page 14: Penerapan Model Pembelajaran Aktif

b.    Perencanaan Tindakan Kelas

Perencanaan tindakan kelas ini mengacu pada hasil dialog awal yang telah dirumuskan focus permasalahan. Pada perencanaan tindakan ini melibatkan guru terhadap siswa selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Dari hasil dialog awal diharapkan dapat meningatkan kemampuan berfikir kritis sisw dan prestasi belajar matematika di SMA Negeri 2 Boyolali, adapun langkah-langkahnya :

1)    Memperbaiki Kompetensi Material Guru dalam BIdang Matematika

Setiap guru pasti mempunyai permasalahan sendiri dalam pembelajaran, maka alangkah lebih baiknya guru tersebut mengajukan permasalahannya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat membantu mencari solusi masalah tersebut.

2)    Identifikasi Masalah dan Penyebabnya

Peneliti merumuskan permasalahan siswa sebagai upaya untuk meningkatkan komunikasi dan prestasi belajar matematika. Tindakan yang diterapkan pada identifikasi masalah, seperti : (1) bagaimana memanfaatkan stategi pembelajaran improve dan media berbasis komputer, (2) bagaimana mengusahakan siswa agar mampu meningkatkan komunikasi dan prestasi belajar matematika. Selain itu guru dapat menggambarkan penyebab permasalahan yang dialami saat proses pembelajaran kepada peneliti, sehingga guru matematika dan peneliti dapat berdiskusi untuk mencari penyebab utamannya.

3)    Perencanaan Solusi Masalah

Solusi yang ditawarkan peneliti untuk mengatasi akar penyebab permasalahan adalah dengan penggunaan strategi pembelajaran improve dan media berbasis komputer untuk meningkatkan komunikasi dan prestasi belajar matematika. Dengan solusi ini diharapan siswa tertarik dan senang belajar matematika yang akhirnya dapat meningkatkan komunikasi dan prestasi belajar matematika.

c.    Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti yang bertindak sebagai guru kelas X. Pada tahap ini, penelitian melaksanakan pembelajaran dengan strategi Learrning cycle dalam usaha kearah perbaikan. Selain itu, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas mengarah pada subtansi yang menjadi permasalahan pokok untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan prestasi belajar matematika.

d.    Observasi dan Monitoring

Observasi terhadap proses tindakan yang sedang dilaksanakan untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan yang dilaksanakan, berorientasi  ke masa yang akan dating bagi kegiatan refleksi. Observasi ini dilakukan dengan mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang

Page 15: Penerapan Model Pembelajaran Aktif

dikenakan terhadap siswa, khususnya kemampuan berfikir kritis siswa dan prestasi belajar matematika

e.    Refleksi

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan masa yang lain (Nuurhadi, 2004 : 51). Pelaksanaan refleksi ini berupa diskusi yang dilakukan peneliti dan guru matematika untuk menelaah hasil tindakan yang telah dilakukan, Refleksi ini dilaukan setiap akhir pembelajaran matematika.

f.     Evaluasi

Evaluasi hasil pengamatan dilakukan untuk mengkaji hasil perencanaan, observasi, dan refleksi penelitian pada setiap pelaksanaan PTK. Pada proses ini diantaranya mencakup penyeleksian, penyederhanaan, pemfokusan, pengabstraksian, pengorganisasian data secara sistematis dan rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan PTK.

g.    Penyimpulan

Penyimpulan merupakan pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisir dalam bentuk pernyataan atau kalimat yang singkat, padat dan bermakna. Hasil dari penelitian tersebut berupa peningkatan komunikasi dan prestasi belajar matematika.

 

5.     Metode Pengumpulan Data

Penelitian tindakan kelas dilakukan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data primer adalah peneliti yang melakukan tindakan dan siswa yang menerima tindakan, sedangkan data sekunder berupa data dokumentasi. Pengambilan data dapat dilakukan dengan teknik observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi.

a.  Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung para pembuat keputusan berikut lingkungan fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan. Dalam penelitian ini, observasi digunakan untuk mengetahui adanya perubahan tingkah laku tindakan belajar siswa yaitu peningkatan kemampuan berfikir kritis siswa dan prestasi belajar matematika melalaui strategi pembelajaran learning cycle. Peneliti melakukan observasi sesuai dengan pedoman observasi  yang ditetapkan.

b.  Catatan Lapangan

Model catatan lapangan dalam penelitian ini adalah catatan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan guru. Catatan pengamatan adalah pernyataan tentang semua peristiwa yang dialami,

Page 16: Penerapan Model Pembelajaran Aktif

dilihat, dan didengar. Setiap pengamatan mewakili semua peristiwa yang penting dalam setiap tindakan yang dimasukkan dalam proposisi suatu konteks.

c.  Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini berupa RPP pada kegiatan pembelajaran dengan strategi pembelajaran improve dengan media komputer. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan identitas siswa antara lain nama siswa dan nomor induk siswa dengan melihat dokumen untuk yang ada dalam sekolah.

 

6.     Instrumen Penelitian

a.  Pengembangan Instrumen

Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti bersama guru matematika dengan menjaga validitas isi. Berdasarkan cara pelaksanaan dan tujuan, penelitian menggunakan observasi penuh. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kemampuan penalaran siswa dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, jenis instrumen yang digunakan, yaitu: lembar Observasi

Penelitian ini menggunakan observasi yang  observer atau peneliti ikut ambil bagian kegiatan saat tindakan kelas berlangsung. Keterlibatan observer dalam hal ini sangat penting karena segala sesuatu yang mengarah pada perilaku siswa dalam pembelajaran akan dijadikan acuan tindakan berikutnya hingga mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Keterlibatan peneliti dalam aktivitas penelitian dalam bentuk kegiatan dibedakan menjadi partisipasi sebagian (partial participal) dan partisipasi penuh (full participal). Metode ini digunakan bertujuan untuk mengamati tingkah laku siswa secara langsung saat kegiatan pembelajaran di dalam kelas menilai prestasi belajar siswa.

b.    Validitas Isi Instrumen

Penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2005: 330).

Penelitian ini menggunakan trianggulasi dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamatan lainnya dalam hal ini adalah guru matematika dan mitra peneliti. Mereka ini dapat membantu mengurangi kesalahan dalam pengumpulan data.

7.     Teknik Analisis Data

Page 17: Penerapan Model Pembelajaran Aktif

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode alur. Dimana langkah-langkah yang harus dilalui dalam metode alur meliputi pengumpulan data, penyajian data, dan verifikasi data.

a.  Proses Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah dikaji kemudian membuat rangkuman untuk setiap pertemuan atai tindakan di kelas. Berdasarkan rangkuman yang dibuat kemudian penelitian melaksanakan reduksi data yang kegiatan mencakup unsur-unsur sebagai berikut : (a) memilih data atas dasar relevansi, (b) menyuusn data dalam satuan-satuan jenis, (c) memokuskan penyederhanaan dan mentransfeer dari data kasar ke catatan lapangan.

b.  Penyajian Data

Pada langkah penelitian ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga dapat menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Dengan cara menampilkan data dan membuat hubungan antara variable, peneliti mengerti apa yang terjadi dan apa yang perlu ditindak lanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.

c.  Verifikasi Data

Verifikasi data atau penarikan kesimpulan dilakukan secara bertaha untuk memperoleh derjat kepercayaan tinggi. Dengan demikian, analisis data dalam penelitian dilakukan sejak tindkan dilaksanakan. Verifikasi data dilakukan pada setiap tindakan yang pada akhirnya dipadukan menjadi kesimpulan.

8.     Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan data(validitas)dan keandalan (realibilitas)menurut aliran “postivisme”. Ada empat criteria yang digunakan dalam teknik pemeriksaan yaitu Credibelity, transferability, dependability, Confirmability.

 

 

 

 

 

 

Page 18: Penerapan Model Pembelajaran Aktif

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Sutama. 2011. Penelitian Tindakan.Semarang: CV.Citra Mandiri Utama

 

Retno Indriawati, Iin. 2009.  Peningkatan Pemahaman Konsep Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Penerapan Metode Conceptual Understanding Procedure (Cups). Skripsi. Surakarta. Perpustakaan UMS: (Tidak Diterbitkan)

 

Agung, Rama. 2009. Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle “5E” Berbantuan Lks Terstruktur Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Siswa.  http://one.indoskripsi.com/node/10412

Di unduh tanggal : 15 Desember 2009

Utaminingsih. 2007. Peningkatan  keaktifan dan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan tabung dan kerucut melalui pendekatan

Page 19: Penerapan Model Pembelajaran Aktif

Realistic Mathematic Education. Skripsi. Surakarta.  Perpustakaan UMS ( Tidak Diterbitkan ) 

Dzaki.2009. Karakteristik PTK .http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/02/penelitian-tindakan-kelas-karakteristik.html . Diakses pada tanggal 31 Mei 2011

 

Anwar.2009.  Hakikat Pembelajaran. http://instructionaltheorycourse.blogspot.com/2009/02/1-introduction_18.html. Diakses pada tanggal 14 Mei 2011

 

Setyasih, Ika Lestari. 2007. Upaya Peningkatan Penalaran Siswa dalam Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education. Perpustakaan UMS(Tidak dipublikasikan)