27
Penerimaan diri orangtua yang memiliki anak down syndrom Nama :Wirawan hasfi Stambuk:4514091058 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2016

Penerimaan Diri Orangtua Yang Memiliki Anak Down Syndrom

Embed Size (px)

DESCRIPTION

psikologi klinis

Citation preview

Page 1: Penerimaan Diri Orangtua Yang Memiliki Anak Down Syndrom

Penerimaan diri orangtua yang memiliki anak down syndrom

Nama :Wirawan hasfi

Stambuk:4514091058

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS BOSOWA

MAKASSAR

2016

Page 2: Penerimaan Diri Orangtua Yang Memiliki Anak Down Syndrom

Bab I pendahuluan

1. Latar belakang

Anak adalah sebuah harapan bagi sepasang kekasih yang telah terikat oleh

sebuah janji suci yang di namakan pernikahan. Mendambangkan seorang anak

yang sempurna dari segi fisik dan mental layaknya anak-anak normal yang lain

dan sesuai dengan keinginan atau harpan orangtua. Itu semua adalah hal yang

lumrah bagi sepasang suami istri. Dan tugas orang tua adalah menjaga dan

merawat anak semaksimal mungkin agar anaknya dapat hidup dengan

kebutuhan,layak dan mandiri sebagai rasa tanggung jawab mereka.

Anak juga sebagai salah satu sumber kebahagiaan yang dimiliki

orangtua.Namun apa jadinya jika yang di harapkan oleh orangtua tersebut tidak

sesuai dengan kenyataan. Orangtua tersebut bisa jadi kecewa,sedih,putus

harapan,dan juga dapat meninggalkan anaknya tanpa ada rasa tanggung jawab

dan tanpa rasa penyesalan. Salah satu contoh adalah anak down syndrom yang

kurang sempurna dalam segi fisik,mental,akedemis, dan juga sosial.

Anak down syndrom acapkali di pandang sebelah mata oleh masyarat,karena

perbedaan atau kelainan yang dimiliki anak down syndrom seperti

fisik,mental,sosial dan kemandirian yang di alami oleh anak down syndrom.

Lingkungan masyarakat juga seringkali mengucilkan anak down syndrom yang

berakibat fatal terhadap psikis anak bahkan orangtua yang memiliki anak down

syndrom.

Page 3: Penerimaan Diri Orangtua Yang Memiliki Anak Down Syndrom

Anak down syndrom memiliki kemampuan yang di bawah rata-rata di

bandingkan dengan anak normal lainnya, contohnya saja mereka sulit menerima

pembelajaran yang di berikan serta sulit bersosialisasi ,sulit berkonsenstrasi dan

sulit untuk melakukan sesuatu dengan sendirinya,.

Down Syndrome sendiri merupakan kelainan kromosom, yakni terbentuknya

kromosom 21 (trisomy 21). Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang

kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Kelainan ini

berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental anak .

Down syndrome termasuk pada tunagrahita sedang, ini terlihat dari segi

intelegensi dan karekteristik anak down syndrome sama dengan anak

tunagrahita sedang. Untuk semua mata pelajaran anak down

syndrome,kemampuannya sama dengan anak tunagrahita sedang yaitu sulit

untuk memahami suatu pelajaran.

Penyadang down syndrom di Indonesia pada hasil survei terbaru, sudah

mencapai lebih dari 300.000 orang . kurangnya perhatian dan metode atau

terapi yang tepat bagi penyandang down syndrome ini dapat membuat

kurangnya kemandirian anak, menurunnya potensi yang di miliki anak down

syndrome, dan sulit untuk berbaur atau bersosialisai terhadap lingkungan

sekitarnya. Oleh sebab itu memberikan perhatian lebih terhadap anak

penyandang down syndrome seperti terapi atau metode bagi anak penyandang

down syndrom dapat membantu, memudahkan menerima pembelajaran,

mengajarkan bersosialisasi,mengoptimalkan potensi dan kemandirian bagi anak.

Orangtua juga sering memberikan pengasuhan kepada guru di Sekolah Luar

Biasa karena ketidaktahuannya mengenai penanganan dan kurang

pengetahuannya kepada anak down syndrom. Namun hal itu tidaklah efektif

Page 4: Penerimaan Diri Orangtua Yang Memiliki Anak Down Syndrom

karena guru Sekolah Luar Biasa hanya dapat mengajarkan pendidikan formal

yang ada dan kurang mengajarkan kemandirian pada anak down syndrom

Anak down syndrome sering mengalami keterlamabatan belajar dalam proses

pembelajaran, salah satunya tidak bisa mengenal bentuk angka, tetapi anak

bisa menyebutkan angka, sehingga dalam proses pembelajaran terutama pada

mata pelajaran tertentu anak tidak bersemangat dan tidak fokus.

Pada saat mengenalkan pembelajaran , guru masih terpaku dengan buku

paket dan gambar angka yang tersedia di sekolah. guru hanya memberikan

penjelasan di papan tulis dengan menuliskan angka atau huruf dan meminta

anak untuk menyebutkan angka tersebut. Setelah menerangkan pembelajaran

anak diminta untuk mencatat materi pelajaran yang ada dipapan tulis, kemudian

setelah anak selesai mencatat, guru menanyakan angka-angka apa saja yang

ditulis, namun anak penyandang down syndrome tidak mampu menjawabnya

atau dengan kata lain kemampuan anak dalam mengenal bentuk angka atau

huruf bisa dikatakan rendah.

Nadia Murni (2003 : 824) menjelaskan bshwa hasil pengamatan dan

asesmen yang telah pernah di lakukan dalam membaca kata ,bahwa anak

tunagrahita ringan (x) mengalami masalah dalam membaca kata berpola kv-kvk

yang akan ditunjukkan dan dibacakannya, sehingga kata yang dibaca anak tidak

berdasarkan bacaannya. atau dengan kata lain kemampuan anak dalam

membaca kata anak masih dikatakan kurang baik, atau mencapai standarisasi .

Ridha fajriana (2013 : 609 ) dari hasil penelitian yang telah ia lakukan, bahwa

seorang anak Tunagrahita ringan di SLB Perwari Padang kelas II yang belum

mengenal konsep huruf. Dari hasil asesmen anak hanya mampu membaca

gambar masih belum mampu untuk membaca kata dari gambar tersebut.

Page 5: Penerimaan Diri Orangtua Yang Memiliki Anak Down Syndrom

Sedangkan huruf anak masih belum mampu untuk menyebutkan dan

menunjukkan. Kalau disuruh menunjukkan huruf dari gambar yang telah

diberikan kepada anak, anak hanya bisa menggelengkan kepalanya, dan ketika

anak diminta untuk menyebutkan huruf yang anak ketahui anak hanya

mehyebutkan huruf [a] saja.

Pendidikan luar biasa sebagai salah satu bentuk pendidikan khusus yang

meliputi tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, autis dan

kesulitan belajar. Anak down syndrome salah satunya, secara sadar sekolah

terus meningkatkan pelayanan dengan sebaik- baiknya kepada anak yang

mengalami kelainan.

Anak down syndrom berhak memperoleh layanan pendidikan dan

pengajaran, sehingga dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara

optimal,dan dapat menegerjakan tugas–tugas akademik seperti dalam mata

pelajaran bahasa Indonesia dan matematika. Anak down syndrome memiliki

keterbatasan mental dan akedemik, mengakibatkan dirinya sukar untuk

mengikuti program pendidikan disekolah biasa secara klasikal.

Anak down syndrom juga sering mengalami hambatan dalam melakukan

sesuatu jika dibandingkan dengan anak normal lain, seperti melangkah, tertawa,

menunjukkan sesuatu,menggunakan tangan, duduk, berjalan, berbicara, dan

sulit mengerti atau pekembangan untuk keterampilan tertentu sangat lamban,

sedangkan yang lain agak cepat.

Salah satu perwujudan pertanggungjawaban orangtua terhadap anaknya

adalah pola asuh atau cara mendidik merupakan suatu cara yang dilakukan

dalam mengajarkan,behitung,membaca,dan juga kemandirian anak.

Page 6: Penerimaan Diri Orangtua Yang Memiliki Anak Down Syndrom

Selain itu, orangtua juga harus mengetahui seutuhnya karakteristik yang

dimiliki oleh anaknya. Peranan orangtua begitu besar dalam membantu anak

agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari ,mengenal angka dan huruf sebagai

awal dari pendidikan yang dimilikinya. Sebagai orangtua harus betul-betul

melakukan sesuatu untuk anak tercinta. Namun, jika pola didik atau metode dari

orangtua telah salah, maka akan berdampak tidak baik pada anaknya.

Pembelajaran hendaknya dimulai dari yang kongkrit ke yang abstrak, dari

yang mudah ke yang sulit, dari sederhana ke yang kompleks, disesuaikan

dengan situasi dan kondisi serta kemampuan anak sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan permasalahan yang telah di jelaskan di atas maka penulis

memberikan saran kepada orangtua yang memiliki anak down syndrom agar

diberikan bekal pelatihan atau pengetahuan dan juga motivasi terhadap

penganangan anak down syndrom.

Judul penelitian : Penerimaan diri orang tua yang memiliki anak down

syndrom

2. Rumusan masalah

a. Bagaiamana penerimaan diri orangtua yang memiliki anak Down

Syndrom?.

Page 7: Penerimaan Diri Orangtua Yang Memiliki Anak Down Syndrom

3. Tujuan penelitian

a. Tujuan penelitian ini agar dapat bermanfaat bagi peneliti, orang tua,

dan psikolog. Untuk menegetahui penerimaan diri orangtua yang

memiliki anak Down Syndrom

4. manfaat penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi Psikolog dan tentunya para orang tua

yang memiliki anak down syndrom, khususnya untuk memahami bagaimana

seharusnya merawat serta membantu proses perkembangan anak Down

Syndrom.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, melalui hasil penelitian ini para orang tua yang memiliki anak

down syndrome dapat mengetahui apa yang seharusnya dilakukan serta

bagaimana harus bersikap pada anak tersebut.

Page 8: Penerimaan Diri Orangtua Yang Memiliki Anak Down Syndrom

BAB II

Tinjauan pustaka

I. Down syndrome

Asmadi (2013:771), mengemukakan bahwa kata sindroma down merupakan

alih bahasa Indonesia dari bahasa Inggris down syndrome. Down adalah

seorang dokter dari Inggris yang nama lengkapnya adalah Langdon Haydon

Down. Down menemukan seorang individu aneuploidi memiliki kekurangan dan

kelebihan di dalam sel tubuhnya yang dinamai trisomi 21 dan diberi istilah idiot

mongoloid atau mengolisme. Karena kondisi individual dengan trisomi 21

dianggap memiliki ciri-ciri wajah yang menyerupai orang oriental. Kondisi itulah

yang dinyatakan sebagai sindroma down. Dari beberapa pendapat di atas, dapat

dimaknai bahwa anak down syndrome merupakan seseorang yang mengalami

kelainan akibat perpindahan kromosom atau sering disebut trisomi 21.

Nur’aeni (2013:771) karakateristik anak down syndrome adalah: bermata sipit,

berbadan gendut, berwajah seperti anak mongoloid, hidung pesek, kaki tangan

agak lain, lidah menonjol, mengalami gangguan jantung dan memiliki usia tidak

lebih dari 20 tahun, IQ 20 – 50, bersifat ramah dan periang.Maka dapat dimaknai

bahwa

Down Syndrome merupakan kelainan kromosom, yakni terbentuknya

kromosom 21 (trisomy 21). Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang

Page 9: Penerimaan Diri Orangtua Yang Memiliki Anak Down Syndrom

kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Kelainan ini

berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental anak .

Down sindrom merupakan bentuk retardasi mental kromosomal yang paling

sering dijumpai, down Sindrom memiliki keterbelakangan perkembangan fisik

dan mental anak yang diakibatkan oleh kelainan kromosom. Kelainan yang

berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental anak.

Ada pula ciri-ciri anank penyandang down syndrome adalah Bentuk kepala

anak yang relative lebih kecil dari ukuran kepala anak normal, bagian kepala

belakang yang tampak datarUkuran hidung kecil datar (pesek); hal ini

mengakibatkan mereka sulit bernafas.Ukuran mulut kecil, menguncup, dengan

lidah yang tebal dan pangkal mulut yang cenderung dangkal, yang

mengakibatkan ledah sering menjulur keluar.Bentuk mata yang miring dan tidak

punya lipatan di kelopak matanya.letak telinga lebih rendah dari posisi normal

dan ukuran telianga lebih kecil posisi dan ukuran yang tidak normal

menyebabkan rentan terserang inferksi telinga, tangan dan jari kaki yang

pendek,ruas kedua jari kelingking miring atau bahkan tidak ada pada telapak

tangan terdapat garis melintang yang disebut Simian Crease garis tersebut juga

terdapat di kaki mereka, diantara telunjuk dan ibu jari yang jaraknya cenderung

lebih jauh dari pada kaki orang normal, sedangkan pada orang normal memiliki 3

ruas tulang.

Karakteristik mental pada kondisi anak dengan down syndrome adalah

mempunyai kemampuan mental yang relatif rendah sehingga kesulitan

pengolahan pembelajaran dan informasi yang tentu saja lebih lambat

dibandingkan dengan anak-anak lain pada umumnya. kognitif pada anak down

syndrome adalah mereka lebih mudah untuk menyadari yang terjadi di

Page 10: Penerimaan Diri Orangtua Yang Memiliki Anak Down Syndrom

sekelilingnya namun mempunyai hambatan mengekspresikan respon mereka.

Untuk mengatasinya, anak down syndrome seringkali harus didorong untuk

belajar mengekpresikan respon mereka menggunakan cara lain seperti

menggunakan warna, gambar atau media lain.

karakteristik medis., anak down syndrome juga mempunyai masalah dengan

kondisi medis terutama gangguan pada saluran cerna, masalah pernafasan,

leukemia dan cacat bawaan pada jantung.

II. Penerimaan diri

Penerimaan diri seseorang mampu menunjukkan perasaan menerima dan

bahagia atas segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya serta

mampu dan bersedia untuk hidup dengan segala karakteristik yang ada dalam

dirinya, tanpa merasakan ketidaknyamanan terhadap dirinya sendiri.

Dian Wijayanti (jurnal,2015) mengatakan penerimaan diri sebagai kemampuan

individu untuk dapat memiliki suatu pandangan positif mengenai siapa dirinya

yang sebenar-benarnya, dan hal ini tidak dapat muncul dengan sendirinya,

melainkan harus dikembangkan oleh individu.

Orang yang memiliki penerimaan diri, mampu mengenali kelebihan dan

kekurangannya. Ia biasanya memiliki keyakinan diri dan harga diri (self esteem).

Selain itu mereka juga lebih dapat menerima kritik demi perkembangan dirinya.

Penerimaan diri yang disertai dengan adanya rasa aman untuk mengembangkan

diri ini memungkinkan agar seseorang untuk menilai dirinya secara lebih realistis

sehingga dapat menggunakan potensinya secara efektif. Dengan penilaian yang

realistis terhadap diri, seseorang akan bersikap jujur dan tidak berpura-pura. Ia

Page 11: Penerimaan Diri Orangtua Yang Memiliki Anak Down Syndrom

juga mampu membuat penilaian diri yang kritis yang membantunya mengenal

dan mengoreksi kekurangan yang ada pada dirinya. Selain itu yang paling

penting adalah mereka juga merasa puas dengan menjadi dirinya sendiri tanpa

ada keinginan untuk menjadi orang lain.

III. Pengaruh penerimaan diri orang tua yang memiliki anak down

syndrom

Kehadiran anak down syndrome akan memberikan pengaruh besar terhadap

keluarga terutama orangtua yang menjadi figur terdekat anak. (Dian

Wijayanti,2015) menyatakan, reaksi orangtua yang pertama kali muncul pada

saat mengetahui bahwa anaknya mengalami kelainan adalah perasaan shock,

mengalami kegoncangan batin,terkejut, dan tidak mempercayai kenyataan yang

menimpa anaknya.

Respon negatif yang diberikan lingkungan kepada anaknya yang down

syndrome juga menjadi masalah yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-

hari dan merupakan salah satu kekhawatiran orangtua. Seorang ibu yang

memiliki anak down syndrome, bahkan sering mendapat pandangan negatif

dan ejekan dari masyarakat sekitar terkait dengan keterbatasan yang dimiliki

anaknya.

Penerimaan orangtua dalam menerima anak dengan masalah down

syndrome tergantung oleh tingkat kestabilan emosi dalam memecahkan suatu

permasalahan. Tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, struktur dalam

keluarga, budaya dalam keluarga, dan juga faktor lingkungan sekitar sangat turut

melatarbelakanginya. Penerimaan ibu terhadap seorang anak merupakan

refleksi dari penerimaan dirinya. Ibu yang mempunyai penerimaan diri yang

Page 12: Penerimaan Diri Orangtua Yang Memiliki Anak Down Syndrom

baik maka dapat dengan mudah menerima kekurangan anaknya, begitupula

sebaliknya.

Hasil penelitian (Dian Wijayanti,2015) individu yang mempunyai penerimaan

diri yang baik menunjukkan sikap menyayangi dirinya dan juga lebih

memungkinkan untuk bisa menyayangi oranglain, sedangkan individu yang

penerimaan dirinya rendah maka cenderung membenci dirinya dan lebih

memungkinkan untuk membenci oranglain.

IV. Kerangka penelitian

Kerangka pemikiran guna memperoleh jawaban sementara atas permasalahan

yang timbul. Permasalahan penerimaan diri orangtua yang memiliki anak down

syndromOrangtua dengan anak

down syndrom

Melalui proses penerimaan

Penerimaan

Aspek penerimaan :

a Tidak menolak kondisi anak

b Memahami kondisi dan kebutuhan anak

c Ada komunikasi yang hangat antara ayah dan anak

d orangtua memperlakukan sang anak tanpa membedakan.

e Mengupayakan penanganan khusus

Page 13: Penerimaan Diri Orangtua Yang Memiliki Anak Down Syndrom

Bab III

Metodelog penelitian

Dalam bab ini akan di jelaskan mengenai pendekatan dan metode

penelitian,variabel penelitian,populasi dan sampel penelitia, teknik

pengumpulan data, teknik uji instrumen dan prosedur penelitian.

3.1 Jenis penelitian

3.3.1 Pendekatan dan metode penelitian

Pendekatan dalam penlitian ini adalah pendekatan kuantitatif, pendekatan

kuantitatif yaitu mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek

penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefinisikan dalam bentuk

oprasionalisasi variabel masing-masing(jonathan sarwono ,2006).

Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori,membangun

fakta,menunjukkan hubungan antar variabel, memberikan deskriptif statistik,

menaksir dan meramalkan hasilnya.Karena penelitian ini berupaya untuk

menetukan sebab atau alasan adanya perbedaan metode pengajaran untuk

anak down sindrom. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berguna

untuk memudahkan menyampaikan pembelajaran .

Page 14: Penerimaan Diri Orangtua Yang Memiliki Anak Down Syndrom

3.2 Variabel penilitian

variabel adalah fenomena yang bervariasi dalam bentuk, kualitas,

kuantitas, mutu standar dan sebagainya (jonathan sarwono 2006). Dalam

penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu penerimaan diri orangtua yang

memiliki anak down syndrom di salah satu SLB Negeri Makassar.

3.3 Defenisi konseptual dan defenisi operasional variabel

Defenisi konseptual variabel dari penelitian ini adalah penerimaan

diri,ketika seseorang mampu menunjukkan perasaan menerima dan bahagia

atas segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya serta mampu

dan bersedia untuk hidup dengan segala karakteristik yang ada dalam

dirinya, tanpa merasakan ketidaknyamanan terhadap dirinya sendiri. .

Penerimaan diri orangtua yang memiliki anak down syndrom yaitu ketika

orangtua dapat menerima sepenuh hati kondisi sang anak dengan apa

adanya tanpa membeda-bedakannya dengan anak lainnya. Sedangkan

definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah skor yang di peroleh

responden dari skala.

Penerimaan diri : hasil yang di peroleh dari skala penerimaan diri yang di lihat

dari respon orangtua berdasarkan pertanyaan yang telah diberikan : tidak

menolak kondisi anak,memahami kondisi dan kebutuhan anak,ada komunikasi

yang hangat antara orangtua dan anak,orangtua memperlakukan sang anak

tanpa membedakan, mengupayakan penanganan khusus.

Page 15: Penerimaan Diri Orangtua Yang Memiliki Anak Down Syndrom

Untuk mengukur perbedaan penerimaan diri pada orangtua yang memiliki

anak down syndrom yang dapat menerima anaknya dengan sepenuh hati dan

yang tidak dapt menerima anaknya dengan sepenuh hati di Sekolah Luar

Biasa (SLB) Negeri Makassar. Dapat di lihat dari skor yang jawaban yang

telah di berikan. Apabila seseorangtersebut memiliki skor yang tinggi dalam

mimilih pernyataan yang mengacu pada indikator penerimaan diri dalam

menerima anaknya , berarti orangtua tersebut dapat di kategorikan bahwa ia

dapat menerima anaknya dengan sepenuh hati dan sebaliknya jika skor

jawaban yang di berikan rendah maka dapat di kategorikan bahwa orangtua

tersebut kurag bisa menerima anaknya yang mengidap down syndrom .

3.4 Populasi dan sampel

3.4.1 Populasi penelitian

Populasi yaitu keseluruhan jumlah subyek yang ingin di teliti. Populasi

adalah wilayah generelisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang di terapkan oleh peneliti untuk di

pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (sugiyono,2013). Penelitian di

laksakan pada tanggal 1 Bulan juni tahun 2016. Populasi dalam penelitian ini

adalah orangtua yang memiliki anak down syndrom di Sekolah Luar Biasa

(SLB) Negeri makassar yang berjumlah 20 orang.

3.4.2 Sampel penelitian

Sampel yaitu perwakilan dari populasi yang memiliki karakteristik sama

dan dapat mewakili keseluruhan sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki populasi (sugiyono,2013). Dalam penelitian ini,

Page 16: Penerimaan Diri Orangtua Yang Memiliki Anak Down Syndrom

jumlah sampel yang akan diambil adalah sebanyak 10 orang karena peneliti

hanya mendapatkan izin pada orangtua yang besangkutan.

3.4.3 Teknik pengambilan sampel

Berdasarkan permasalahan yang diteliti “penerimaan diri orangtua yang

memiliki anak down syndrom di SLB Negeri Makassar ”. Desain penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif yang

bertujuan untuk mengetahui penerimaan diri orangtua yang memilki anak

down syndrom. Pengambilan sampel penelitian didasarkan atas ciri-

ciri,sifat,atau karakteristik yang di tentukan peneliti.

3.4.4 Karakteristik sampel

1. Orangtua yang memiliki anak down syndrom

2. Usia 45- 56

3.5 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data.

Instrumen dalam dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner

yaitu skala likert penerimaan diri. Untuk memperoleh data yang dapat diuji

kebenaran dan sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka

metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah skala likert yang merupakan data primer. Skala yang

digunakan adalah skala pengukuran zuhud dan skala pengukuran

Page 17: Penerimaan Diri Orangtua Yang Memiliki Anak Down Syndrom

penerimaan diri. Kategori jawaban yang digunakan dalam skala ini adalah

sebagai berikut :

Tabel skor skala likert

Jawaban Skor favorable Skor unfavorable

Sangat setuju 4 4

Setuju 3 3

Tidak setuju 2 2

Sagat tidak setuju 1 1

Favorable adalah pernyataan yang berisi hal yang positif dan

mendukung mengenai aspek penelitian. Sedangkan unfavorable adalah

pernyataan sikap yang berisi hal negatif dan bersifat tidak mendukung

mengenai aspek penelitian. Berikut blue print dari penerimaan diri mengacu

pada definisi yang disampaikan oleh (Rizkiana, 2009), individu yang mempunyai

penerimaan diri yang baik menunjukkan sikap menyayangi dirinya dan juga lebih

memungkinkan untuk bisa menyayangi oranglain, sedangkan individu yang

penerimaan dirinya rendah maka cenderung membenci dirinya dan lebih

memungkinkan untuk membenci oranglain.

Tabel. Blue print skala penerimaan diri

Aspek Indikator Fav Unfav Jml

Page 18: Penerimaan Diri Orangtua Yang Memiliki Anak Down Syndrom

Meneirma anak dengan tulus

Merawat anak

4 2 5

Mendidik anak Mengajarkan kemandirian

3 2 5

Menghentikan pemikiran negative

Melihat banyak hal dari banyak aspek

4 2 5

3.6 Teknik uji instrument

Untuk uji instrumen yang telah di buat, pneliti melaksanakannya di

Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Makassar pada penerimaan diri orangtua

yang memiliki anak down syndrom berjumlah 10 orang .

3.6.1 Validitas

Dari tabel penerimaan diri yang berjumlah 5 item diperoleh hasil bahwa

4 item yang valid.

3.6.2 Realibilitas

Uji realibitas dilakukan pada 10 orangtua yang memilki anak down

syndrom. Uji realibilitas skala penerimaan diri ini menggunakan uji statistik

alpha cronbach dengan menggunakan SPSS versi 13.0. oleh karena itu skala

ini dapat di katakan reliabel.

3.7 Prosedur penelitian

3.7.1 Tahap persiapan

Page 19: Penerimaan Diri Orangtua Yang Memiliki Anak Down Syndrom

Pada tahap ini peniliti melakukan penelususran dan observasi terhadap

orangtua down symdrom yang berda di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan

menemukan pertanyaan-pertanyaan yang ada yaitu bagaiman penerimaan

diri orangtua yang memiliki anak yang mengidap down syndrom.

Selanjutnya mencari buku dan jurnal yang berkaitan dengan metode

penerimaan diri juga mengenai anak yang mengidap down syndrom guna

mendapatkan teori-teori yang berkaitan dengan aspek yang ingin di ukur .

setelah itu penliti meminta izin untuk melaksanakan penelitian kepada pihak-

pihak yang terkait .

3.7.2 Tahap pelaksanaan

Pada tahap yang terakhir ini peneliti melakukan scoring terhadap hasil

skala yang telah diisi oleh responden, kemudian menghitung dan membuat

tabulasi data yang di peroleh. Selanjutnya peneliti membuat tabel dat dan

terakhir melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik untuk

menguji hipotesis penelitian.

3.7.3 Tahap pengolahan dan analisis data

Analisis data di maksudkan untuk menguji hipotesis yang di ajukan.

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui perbedaan

penerimaan diri pada orangtua yang memiliki anak down syndrom, metode

statistik yang digunakan adalah t-test dengan taraf signifikan 5%.

Pengolahan data dibantu dengan menggunakan SPSS 13,0 for windows

alasan peneliti menggunakan rumus ini adalah karena untuk mengganti

Page 20: Penerimaan Diri Orangtua Yang Memiliki Anak Down Syndrom

perbedaan antara rata-rata dua sampel yang tidak berhubungan satu sama

lain . Uji t digunakan khusus untuk menentukan apakah ada perbedaan yang

signifikan rata-rata dari dua kelompok yang diamati.