Click here to load reader
Upload
hurinrafiqa
View
255
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Acara : Pengolahan dan Pengawetan Pangan dengan Gula
B. Hari/Tanggal
Hari : Rabu
Tanggal : 19 Desember 2012
C. Tujuan
a. Jelly
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menyebutkan langkah-langkah pembuatan jelly.
2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembuatan jelly.
3. Mengetahui peranan pektin dalam pembuatan jelly.
4. Mengetahui peranan gula dalam pembuatan jelly.
5. Mengetahui peranan asam dalam pembuatan jelly.
b. Selai/Jam
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengetahui langkah-langkah pembuatan jam.
2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembuatan jam.
3. Menjelaskan peranan pektin dalam pembuatan jam.
4. Menjelaskan peranan gula dalam pembuatan pektin jam.
5. Menjelaskan peranan asam dalam pembuatan pektin jam.
c. Sirup
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan langkah-langkah pembuatan sirup.
2. Mengetahui jumlah gula dan fungsi gula dalam pembuatan sirup.
3. Membedakan jenis-jenis sirup.
BAB II2
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
a. Jelly
Alat:
1. Timbangan analit 1 buah
2. Pisau 1 buah
3. Plastik secukupnya
4. Talenan 1 buah
5. Panci 1 buah
6. Kompor 1 buah
7. Mangkok 1 buah
8. Saringan 1 buah
9. Sendok 1 buah
10. Saringan 1 buah
11. Gelas ukur 1 buah
12. Refraktometer 1 buah
13. Tisu secukupnya
Bahan:
1. Apel 219 gram
2. Jambu biji 170 gram
3. Gula 57,80 gram
4. Asam sitrat 0,0211 gram
b. Selai/Jam
Alat:
1. Pisau 1 buah
2. Talenan 1 buah
3. Timbangan analit 1 buah
4. Kompor 1 buah
5. Panci 1 buah
6. Mangkok 1 buah
7. Sendok 1 buah
8. Gelas ukur 1 liter 1 buah
9. Refraktometer 1 buah
10. Piring 1 buah3
11. Stopwatch 1 buah
12. pH meter 2 buah
Bahan:
1. Nanas 154 gram
2. Pepaya 250 gram
3. Asam sitrat 0,81 gram
4. Gula 182,25 gram
c. Sirup
Alat:
1. Timbangan analit 1 buah
2. Pisau 1 buah
3. Talenan 1 buah
4. Kompor 1 buah
5. Panci 1 buah
6. Saringan 1 buah
7. Blender 1 buah
8. Piring 1 buah
9. Sendok sayur 1 buah
10. pH meter 2 buah
11. Refraktometer 1 buah
12. Gelas ukur 1 buah
13. Plastik 2 buah
Bahan:
1. Mangga 92 gram
2. Air secukupnya
3. Gula 282 gram
4. Asam sitrat 1,88 gram
B. Cara kerja
a. Jelly
Jambu biji, apel 4
Menimbang buah
Mengupas buah, membuang biji, menimbang buah( menghitung BDD), mencuci buah
Memotong buah menjadi kecil
Merebus buah dengan menambahkan air 2 kali BDD
Memasak ± 1 jam dan mendiamkan 30 menit
Menyaring, mengukur volume sari buah, dan mengukur pH sari buah
Menambah gula pasir dengan perbandingan 55% sari buah dan setelah gula larut
menambah asam sitrat sampai pH 3,2( 0,2%) BDD
Memasak campuran sampai titik kekentalan jelly tercapai
Mengukur pH
Mengukur kadar gula dengan refraktometer, mengukur pH, dan menimbang volume akhir
Menguji organoleptik
b. Selai/Jam
Nanas, pepaya
Menimbang buah5
Mengupas buah, membuang biji, menimbang buah (menghitung BDD), dan memcuci buah
Memblanching buah selama 5- 10 menit
Memotong buah agar mudah dihancurkan
Memblender buah menjadi bubur buah dengan menambahkan air ± 10% dari BDD
Mengukur pH dan volume bubur buah
Memasak denganmenambahkan gula 25% dari bubur buah dan setelah gula larut
menambahkan asam sitrat sampai pH 3,2 (0,2%)
Memasak sampai kekentalan jam tercapai
Menguji organoleptik
c. Sirup
Mangga
Menimbang buah
6
Mengupas buah, membuang biji, menimbang buah (menghitung BDD), dan mencuci buah
Memotong-motongbuah
Menghancurkan buah denganblender dan tambahkan air 1:4
Menambahkan gula ± 60% dan memanaskannya
Menambah asam sitrat 0,4% BDD
Memasak sampai titik kekentalan sirup tercapai
Mengankat sirup, mengukur volume akhir, pH sirup, dan kadar gula sirup
Menguji organoleptik
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Jelly
Tabel 17
Jelly apel Jelly jambu biji
Berat awal (gr) 266 336
BDD (gr) 219 170
Air yang dipakai (ml) 438 340
Volume sari buah (ml) 85 21
pH sari buah 4 4
Gula yang ditambahkan (gr) 46,75 11,5
Penmabahan asam sitrat (gr) 0,017 0,0042
pH akhir 5 4
Kadar gula (brix) 68% 67%
Berat/ volume akhir (ml) 48 49
Tabel 2
Karakteristik Jelly apel Jelly jambu biji
Warna Coklat muda Merah bata
Aroma Caramel apel Karamel buah
Rasa Manis asam Asam+manis
Sifat Kenyal Kental+lengket
Tekstur Lembut lembut
2. Selai/Jam
Tabel 1
Selai/jam pepaya Selai/jam nanas
Berat awal (gr) 287 178
BDD (gr) 250 154
Air yang dipakai (ml) 25 15
Volume sari buah (ml) 240 165
pH sari buah 6 4
Gula yang ditambahkan (gr) 108 74,25
Penmabahan asam sitrat (gr) 0,48 0,33
pH akhir 5 4
Kadar gula (brix) 80% 75%
Berat/ volume akhir (ml) 120 20
Tabel 2
Karakteristik Selai/jam pepaya Selai/jam nanas
8
Warna Orange tua Kuning tua
AromaMenyengat
Tidak menyengat harum
nanas dan gula
Rasa Manis agak asam Manis gula
Sifat Sangat kental Keras mengkristal
Tekstur Tidak berserat berserat
3. Sirup
Tabel 1
Sirup mangga
Berat awal (gr) 351
BDD (gr) 92
Air yang dipakai (ml) 370
Volume sari buah (ml) 470
pH sari buah 4,5
Gula yang ditambahkan (gr) 282
Penmabahan asam sitrat (gr) 1,88
pH akhir 3
Kadar gula (brix) 78%
Berat/ volume akhir (ml) 250
Tabel 2
Karakteristik Sirup mangga
Warna Kuning kecoklatan
Aroma Mangga
Rasa Sangat manis
Sifat Kental
Tekstur Lembut halus tak berserat
B. Pembahasan
1. Materi Umum
Gula merupakan bahan pangan yang tidak asing lagi bagi manusia karena rasanya yang
manis. Umumnya diproduksi dari tanaman tebu atau nira. Beberapa jenis gula yang dikenal
perdagangan seperti gula merah, gula putih (kristal), dan cair atau sirup. Bahan pemanis lain
selain gula adalah madu lebah (Saparinto, dkk, 2006).
9
Gula adalah bentuk dari karbohidrat, jenis gula yang paling sering digunakan adalah
kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk merubah rasa dan keadaan makanan atau
minuman. Gula sederhana seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim
hidrolisis asam) menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel. Dalam istilah kuliner, gula
adalah tipe makanan yang diasosiasikan dengan salah satu rasa dasar, yaitu manis
(Saparinto, dkk, 2006).
Gambar 1. Struktur Kimiawi Glukosa
Prinsip pengawetan dengan cara penggulaan adalah mengikat kadar air yang ada pada
bahan makanan yang menyebabkan kadar air bebas dankadar Aw berkurang sehingga
mikrobia tidak dapat tumbuh karena tidak mendapatkan air untuk pertumbuhannya.
Kemampuan gula untuk mengikat air bebas tersebut dikarenakan gula memiliki sifat
higroskopis (Anonim, 2011).
Penambahan gula pada produk bukan saja untuk menghasilkan rasa manis meskipun
sifat ini sangatlah penting. Jadi gula bersifat untuk penyempurnaan rasa asam, cita rasa juga
memberikan kekentalan. Daya larut yang tinggi dari gula, memiliki kemampuan mengurangi
kelembaban relatif (ERH) dan daya mengikat air adalah sifat-sifat yang menyebabkan gula
dipakai dalam pengawetan pangan (Buckle, dkk, 2009).
Pada konsentrasi 40% gula sudah bersifat pengawet, karena sebagian dari air yang ada
sudah tidak tersedia untuk pertumbuhan mikrobia dan Aw menjadi berkurang. Sedangkan
pada konsentrasi 65% gula akan menyebabkan sel-sel mikroorganisme yang terdapat dalam
bahan pangan akan mengalami dehidrasi atau plasmolisis (Buckle, dkk, 2009).
Gula dalam pengawetan dan pembuatan aneka ragam produk-produk makanan.
Beberapa diantaranya yang biasa dijumpai termasuk jelly, selai, marmalade, sari buah pekat,
sirup buah-buahan, buah-buahan bergula, umbi dan kulit, buah-buahan dan sirup, acar
manis, chutney, susu kental manis, dan madu. Supaya terbentuk gel pektin kadar gula yang
tinggi dan asam harus ada dalam produk selai dan jelly. Selain itu kadar gula yang tinggi
dalam selai dan jelly juga menambah stabilitas terhadap mikroorganisme karena gula
menurunkan ERH (Buckle, dkk, 2009).
Penambahan pektin pada minuman berprotein dapat mencegah pengendapan. Pektin
adalah ikatan linier dari asam poligalakturonat dengan gugus metil ester yang memiliki
muatan negatif yang akan mengikat muatan positif NH3+ dari protein. Molekul pektin tersebut 10
akan melindungi protein dan akan menutupi secara langsung permukaan molekul protein,
sehingga molekul pektin dapat mencegah pengendapan protein (Anonim, 2011).
Gambar 2. Struktur Kimiawi Pektin
Pembentukan gel sangat dipengaruhi oleh 3 komponen yaitu pektin, gula, dan
keasaman. Substrat buah-buahan , pektin adalah koloid bermuatan negatif. Penambahan
gula akan mempengaruhi keseimbangan pektin, air, dan meniadakan kemantapan pektin.
Pektin akan menggumpal dan membentuk serabut halus. Struktur ini mampu menahan
cairan. Makin tinggi kadar gula makin padat struktur serabut tersebut. Kondisi yang sangat
asam menghasilkan struktur gel yang sangat padat atau bahkan merusak gel karena
hidrolisis pektin. Keasaman yang rendah menghasilkan serabut yang lemah sehingga tidak
mampu menahan cairan (Luthana, 2009).
Asam sitrat termasuk dalam golongan flavor enhancer atau bahan pemacu rasa. Bahan
pemacu rasa merupakan bahan tambahan yang diberikan pada suatu produk pangan untuk
memberikan nilai lebih pada rasa, sesuai dengan karakteristik produk pangan yang
dihasilkan. Biasanya, bahan pemacu rasa hanya ditambahkan dalam jumlah kecil. Asam
sitrat sebagai bahan pemacu rasa, banyak digunakan dalam industri, terutama industri
makanan karena memiliki tingkat kelarutan yang tinggi, memberikan rasa asam yang enak,
dan tidak bersifat racun (Fachruddin, 2002).
Di pasaran, asam sitrat sering disebut garam asam. Senyawa ini berbentuk kristal putih
seperti gula pasir. Fungsi utama asam sitrat adalah sebagai bahan pengasam. Namun,
sebenarnya bahan ini memiliki fungsi sampingan, yaitu sebagai antioksidan yang mencegah
terjadinya reaksi browning (pencoklatan produk) akibat proses pemanasan. Asam sitrat juga
dapat merangsang bahan pengawet natrium benzoat agar bekerja lebih efektif. Dosis
penggunaan asam sitrat adalah 10-15 g/liter larutan perendam (Suprapti, 2005).
Di dalam pembuatan sari buah, asam sitrat digunakan untuk mengatur pH, terutama
yang menggunakan buah-buahan dengan tingkat keasaman yang rendah sehingga tidak
cukup untuk menghasilkan pH seperti yang diinginkan. Penggunaan asam sitrat juga
berfungsi untuk memberikan rasa dan aroma yang khas pada sari buah, meningkatkan flavor
(mengimbangi rasa manis), serta memperpanjang umur simpan (mengawetkan) sari buah
tersebut. Umumnya, penambahan asam sitrat dilakukan hingga pH sari buah yang dihasilkan 11
mencapai ±4,5, yaitu pH yang diinginkan untuk sari buah. Namun, sari buah yang telah
cukup asam, tidak perlu ditambah asam sitrat (Fachruddin, 2002).
a. Jelly
Jelly adalah produk yang hampir sama dengan selai. Kadar padatan terlarutnya tidak
kurang dari 65%. Kadar gula optimum yang dapat ditambahkan setelah dipanaskan adalah
65-68%. Jika lebih dari itu hasil yang akan diperoleh terbentuk kristal sedangkan bila kadar
gula terlalu rendah konsistensi jelly menjadi lemah. Karena terbuat dari sari buah-buahan,
jeli bersifat jernih, transparan, bebas dari serat dan bahan lain. Jika dikeluarkan dari
kemasan tampak seperti agar-agar, lembut, kukuh, dan dapat dengan mudah dikerat dengan
pisau (Anonim, 2011).
Menurut Koswara (2006), jelly merupakan makanan yang dibuat dari karaginan, yaitu
senyawa polisakarida rantai panjang yang diekstraksi dari rumput laut jenis-jenis karaginofit,
seperti Eucheuma sp., Chondrus sp., Hypnea sp., dan Gigartina sp. Karaginan dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu Ioto-karaginan, Kappa-karaginan, dan Lambda-karaginan.
Ketiganya berbeda dalam sifat gel yang dihasilkan. Kappa-karaginan dan Lambda-karaginan
menghasilkan gel yang kuat (rigid), sedangkan Ioto-karaginan membentuk gel yang halus
(flaccid) dan mudah dibentuk
Jelly dibuat dengan memasak sari buah jernih bersama gula hingga diperoleh bentukan
gel yang jernih. Agar menghasilkan produk yang baik, komposisi bahan harus tepat. Jelly
yang sempurna harus transparan, bentukan gel baik tetapi tidak terlalu kaku, dan
mempunyai rasa (flavor) dari buah aslinya. Jelly juga harus mempunyai warna yang menarik
dan tidak berubah bentuk apabila dipindahkan dari cetakannya. Demikian juga bila dipotong
akan tetap pada bentuknya dengan bekas potongan yang bersih dan cukup empuk untuk
dioleskan tetapi mengalir (Rukmana, 2008).
Komposisi jelly secara umum yakni 45 bagian buah dan 55 bagian gula, serta
dibutuhkan sejumlah air (60-62%) untuk melarutkannya hingga diperoleh produk akhir. Salah
satu senyawa yang sangat berpengaruh dalam proses pembuatan jelly adalah pektin, sebab
pektin mempengaruhi pembentukan gel dari jelly. Pektin merupakan senyawa yang berasal
dari asam polygalakturonat. Kondisi pH optimum untuk pembentukan gel dari pektin adalah
2,8-3,2. Apabila pH diatas 3,5, makan gel tidak akan terbentuk. Sedangkan pH dibawah 2,5
gel yang terbentuk terlalu keras. Secara umum pembuatan jelly cukup sederhana, yakni
buah-buahan yang akan dibuat jelly diperas dan diambil sarinya. Sejumlah gula kemudian
ditambahkan, sesuai dengan perbandingan, yakni 45 bagian buah dan 55 bagian gula
(Koswara, 2006).
Pektin akan membentuk jelly terutama bila bercampur dengan gula, asam, dan air dalam
jumlah yang cukup. Pektin terdapat dalam dinding sel buah, dengan kandungan yang 12
bervariasi menurut jenis dan varietas buah. Buah-buahan yang kaya akan pektin dan
memiliki kandungan asam tinggi antara lain apel (yang berasa asam), anggur, jambu biji,
lemon (yang berasa asam), dan jeruk (yang berasa asam). Jenis-jenis buah tersebut sangat
baik untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan jelly (Rukamana, 2008).
Komposisi yang baik dalam pembuatan jelly adalah 1% pektin, 60%-64% gula, 1% fruit
acid, dan 33%-38% air. Produk jelly biasanya dikemas dalam botol gelas. Sebelum diisi,
botol harus segera didinginkan pada suhu 70oC. Pada suhu tersebut jelly lebih cepat
terbentuk daripada suhu yang lebih rendah (Rukmana, 2008).
Pembuatan jelly yakni, pertama buah dipotong-potong kecil, lalu direbus selama 5-10
menit. Kemudian dihaluskan dengan blender, kemudian disaring. Cairan yang diperoleh
didiamkan selama 1 jam sampai semua kotoran mengendap, sehingga diperoleh cairan sari
buah yang bening. Lalu masukkan 450 gram sari buah kedalam wajan, lalu ditambahkan 550
gram gula pasir dan dimasak sampai kental dan matang. Tanda kematangannya ialah bila
dituangkan jatuhnya terputus-putus dan tercium aroma buah yang khas (Koswara, 2006).
Pada praktikum kali ini, pembuatan jelly diawali degan menimbang buah (jambu biji dan
apel) kemudain mengupas, membuang biji, menimbang BDD buah, dan mencucinya.
Setelah itu potong daging buah menjadi kecil-kecil. Rebus buah dengan menambahkan air
2x BDD. Masak selama 1 jam dan diamkan selama 30 menit. Saring, ukur volume sari buah,
dan ukur pH nya. Masak dengan menambahkan gula 55% dari sari buah dan setelah gula
larut tambahkan asam sitrat (0,2%). Masak sampai titik kekentalan jelly tercapai. Ukur kadar
gula dengan refraktometer, ukur pH, dan timbang volume akhir.
Berat awal apel yang digunakan adalah 266 gram dan BDDnya 219 gram. Sedangkan
berat awal jambu biji adalah 336 gram dan BDDnya 170 gram. Air yang digunakan untuk
apel adalah 438 ml dan untuk jambu biji adalah 340 ml. Volume sari buah yang diperoleh
pada apel sebanyak 85 ml dan pada jambu biji 21 ml. pH sari buah pada apel dan pada
jambu biji sama yaitu sebesar 4. Gula yang ditambahkan pada apel sebanyak 46, 75 gram
dan pada jambu biji sebanyak 11,5 gram. Penambahan asam sitrat yang dilakukan pada
apel sebanyak 0,017 gram dan pada jambu biji sebanyak 0,0042 gram. pH akhir yang
diperoleh pada apel adalah 5 yang artinya naik dari pH sebelumnya. Ini mungkin
dikarenakan lamanya proses pemasakan. Sedangkan pH pada jambu biji tetap 4. Kadar gula
yang ditunjukkan oleh refraktometer sebesar 68% brix pada apel dan 67% brix pada jambu
biji. Berat/ volume akhir pada apel sebanyak 48 ml dan pada jambu biji 49 ml.
Sedangkan untuk uji organoleptiknya, warna yang dihasilkan pada apel adalah coklat
muda sedangkan pada jambu biji adalah merah bata. Aroma pada apel caramel apel dan
pada jambu biji karamel buah. Rasa apel manis asam dan pada jambu biji asam + manis.
Sifat jelly apel kenyal pada jambu biji kental +lengket. Tekktur kedua jelly buah lembut.
13
b. Selai
Selai dapat dibuat dari berbagai macam buah seperti nanas, stroberi, jambu biji,
cempedak, dan lain-lain. Buah dapat dipilih sesuai dengan ketersediaan yang ada di
lingkungan sekitar atau berdasarkan rasa buah yang disukai. Keadaan buah yang digunakan
sangat menentukan dalam pembuatan selai. Buah yang akan dijadikan selai dipilih yang
bermutu baik, belum membusuk, dan sudah cukup tua. Buah yang masih muda akan terasa
masam atau sepet. Sedangkan buah yang terlalu matang, maka warna, aroma, pektin, dan
rasa asam pada buah berkurang. Agar diperoleh selai yang aromanya harum dan
konsistensinya (kekentalan) sebaiknya digunakan campuran buah setengah matang dan
buah yang matang penuh. Buah setengah matang akan memberi pektin dan asam yang
cukup, sedangkan buah yang matang penuh akan memberikan aroma yang baik
(Fachruddin, 2001).
Gula terdapat dalam berbagai bentuk, yakni sukrosa, glukosa, fruktosa, dan dekstrosa.
Dalam pembuatan selai, gula yang digunakan adalah sukrosa yang sehari-hari dikenal
sebagai gula pasir. Tujuan penambahan gula dalam pembuatan selai adalah untuk
memperoleh tekstur, penampakan, dan flavor yang ideal. Selain itu, gula dapat pula
berfungsi sebagai pengawet. Pada konsistensi tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut),
larutan gula dapat mencegah pertumbuhan bakteri, ragi, dan kapang. Mekanismenya, gula
menyebabkan dehidrasi sel mikroba sehingga sel mengalami plasmolisis dan terhambat
siklus perkembangbiakannya. Dalam pembuatan selai, teknik pengawetan dikombinasikan
pula dengan tingkat keasaman yang rendah, pasteurisasi, dan penambahan bahan kimia
seperti asam benzoat. Jumlah penambahan gula yang tepat pada pembuatan selai
tergantung pada banyak faktor, antara lain tingkat keasaman buah yang digunakan,
kandungan gula dalam buah, dan tingkat kematangan buah yang digunakan. Perbandingan
gula dengan buah yang digunakan untuk buah yang asam adalah 1:1. Penambahan gula
akan mempengaruhi keseimbangan air dan pektin yang ada. Buah yang kandungan
pektinnya rendah seperti nanas, maka penambahan gula sebaiknya lebih sedikit daripada
bagian buahnya. Sebaliknya, buah yang kandungan pektinya tinggi seperti cempedak dan
apel, maka penambahan gula sebaiknya lebih banyak. Kandungan gula yang ideal pada
produk selai berkisar 60%-65% (Fachruddin, 2001).
Penambahan asam bertujuan mengatur pH dan menghindari pengkristalan gula. pH
optimum yang dikehendaki dalam pembuatan selai berkisar 3,1-3,46. Asam yang biasa
digunakan dalam pembuatan selai adalah asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat.
Penggunaan asam tidak mutlak, tetapi hanya apabila diperlukan saja. Apabila terlalu asam
akan terjadi sineresis yakni keluarnya air dari gel sehingga kekentalan selai akan berkurang
bahkan dapat sama sekali tidak terbentuk gel (Fachruddin, 2001).
14
Pektin diperlukan untuk membentuk gel (kekentalan) pada produk selai. Jumlah pektin
yang ideal untuk pembentukan gel berkisar 0,75%-1,5%. Kadar gula tidak lebih dari 65% dan
konsentrasi pektin 1% sudah dapat dihasilkan gel dengan kekerasan yang cukup baik. Makin
besar konsentrasi pektin, makin keras gel yang terbentuk. Beberapa jenis buah secara alami
memiliki kandungan pektin yang cukup tinggi, misalnya pada buah apel dan buah cempedak.
Buah-buahan yang akan matang (ripe) mengandung pektin yang cukup banyak. Makin
matang buah, kandungan pektin akan menurun karena adanya enzim yang memecah pektin
menjadi asam pektat dan alkohol. Oleh karena itu, untuk memperoleh pektin yang cukup
sebaiknya buah yang digunakan dikombinasikan antara yang setengah matang dan yang
matang penuh. Pembuatan selai yang menggunakan buah dengan kandungan pektin yang
tinggi tidak memerlukan tambahan pektin dari luar. Pektin perlu ditambahkan untuk membuat
selai yang menggunakan buah dengan kadar pektin rendah, seperti nanas. Pektin dapat
dibeli di toko yang menjual bahan-bahan untuk membuat kue, misalnya citrus pectin grade
100. Kecepatan pembentukan gel oleh pektin tergantung pada jenis pektin, suhu
pemasakan, dan konsentrasinya. Jenis pektin rapid set dapat cepat membentuk gel pada
suhu tinggi yakni sekitar 88oC, sedangkan jenis pektin slow set hanya memerlukan suhu
54oC untuk membentuk gel (Fachruddin, 2001).
Praktikum pembuatan selai ini diawali dengan menimbang buah nanas dan pepaya.
Kemudian mengupas, membuang biji, menimbang BDDnya, dan mencuci buah. Setelah itu
mengiris buah danmemblansir buah selama 5-10 menit. Potong buah agar mudah
dihancurkan, kemudian blender buah menjadi bubur dengan menambahkan air ±10% dari
BDD. Ukur pH bubur buah dan volume bubur buah. Masak dengan menambahkan gula 45%
dari bubur buah dan setelah gula larut tambahkan asam sitrat 0,2%.
Berat awal buah pepaya adalah 287 gram dengan BDDnya 250 gram pada buah nanas
berat awalnya adalah 178 gram dan BDDnya sebesar 154 gram.air yang digunakan
pembuatan selai pepaya adalah 25 ml dan pada nanas sebanyak 12 ml. Volume sari buah
yang dihasilkan sebanyak 240 ml untuk pepaya dan 165 ml untuk nanas. pH sari buah
pepaya adalah 6 dan pH pada sari buah nanas adalah 4. Gula yang ditambahkan pada
pembuatan selai pepaya sebanyak 108 gram dan pembuatan selai nanas sebanyak 74, 25
gram. Penambahan asam sitrat padapepaya sebanyak 0,48 gram dan pada nanas sebanyak
0,33 gram. pH akhir yang dihasilkan oleh selai pepaya adalah 5 dan pada selai nanas adalah
4. Kadar gula yang diukur menggunakna refraktometer pada selai pepaya sebesar 80% brix
dan pada selai nanas sebanyak 75% brix. Berat/ volume akhir dari selai pepaya adalah 120
gram dan pada selai nanas adalah 20 gram.
Untuk uji organeloptik warna selai pepaya orange tua dan pada selai nanas adalah
kuning tua. Aroma yang dihasilkan pada selai pepaya adalah menyengat dan pada selai
nanas tidak menyengat harum nanas dan gula. Rasa selai pepaya adalah manis asam dan 15
rasa pada selai nanas adalah manis gula. Sifat selai pepaya sangat kental dan selai nanas
keras mengkristal. Tekstur selai pepaya tidak berserat dan selai nanas berserat.tekstur selai
nanas berserat.
c. Sirup
Sirup adalah cairan yang kental dan memiliki kadar gula terlarut yang tinggi, namun
hampir tidak memiliki kecenderungan untuk mengendapkan kristal. Viskositas (kekentalan)
sirup disebabkan oleh banyaknya ikatan hidrogen antara gugus hidroksil (OH) pada molekul
gula terlarut dengan molekul air yang melarutkannya. Secara teknik maupun dalam dunia
ilmiah, istilah sirup juga sering digunakan untuk menyebut cairan kental, umumnya residu,
yang mengandung zat terlarut selain gula. Untuk meningkatkan kadar gula terlarut, biasanya
sirup dipanaskan. Larutan sirup menjadi super-jenuh. Sirup juga sering digunakan pada
dunia obat-obatan, kuliner, serta minuman (Suprapti, 2005).
Sirup sintetis merupakan produk yang berasal dari essence buah yang kemudian
ditambah gula, air, asam, dan bahan pengawet. Sirup disuplementasikan dengan flavor, zat
warna, asam, serta distabilkan dengan pengawet. Penggunaan pewarna sintetik selalu
dalam kekhawatiran bahwa setiap saat bahan ini bisa dinyatakan tidak layak untuk dipakai
sebagai bahan tambahan makanan (Suprapti, 2005).
Menurut Suprapti (2005), bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat sirup sintetis:
1. Gula
Gula dipergunakan sebagai pemanis, memiliki peran yang besar pada penampakan dan
cita rasa sirup yang dihasilkan. Disamping itu, gula juga bertindak sebagai pengikat
komponen flavor. Pemanis yang paling umum digunakan dalam pembuatan sirup yang
dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai gula pasir.
2. Asam sitrat
Asam sitrat termasuk dalam golongan flavor enhancer atau bahan pemicu rasa. Bahan
pemicu rasa merupakan bahan tambahan yang diberikan pada suatu produk pangan
untuk memberikan nilai lebih pada rasa, sesuai dengan karakteristik produk pangan
yang dihasilkan. Biasanya, bahan pemicu rasa hanya ditambahkan dalam jumlah kecil.
Asam sitrat sebagai bahan pemicu rasa, banyak digunakan dalam industri, terutama
industri makanan karena memiliki tingkat kelarutan yang tinggi, memberikan rasa asam
yang enak dan tidak bersifat racun.
3. Pewarna
Pewarna ditambahkan ke dalam minuman atau sirup buah karena beberapa alasan,
diantaranya adalah untuk memperbaiki warna aslinya, untuk memperoleh warna
standar, dan untuk menarik konsumen. Pada umumnya, pewarna yang ditambahkan ke
16
dalam sirup adalah berupa pewarna sintetik. Adapun pewarna yang digunakan antara
lain adalah sunset yellow FCF, tartrazine, dan karamel.
4. Bahan Pengawet
Fungsi utama dari penggunaan bahan pengawet adalah untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme dalam bahan pangan sehingga masa simpan makanan atau minuman
dapat diperpanjang. Penggunaan bahan pengawet kimia mempunyai beberapa
keuntungan, antara lain yaitu makanan atau minuman dapat tetap awet meskipun
disimpan pada suhu kamar. Namun apabila sirup buah yang dibuat hanya sedikit dan
langsung dikonsumsi, tidak perlu ditambah dengan bahan pengawet. Bahan pengawet
yang paling umum digunakan untuk sari buah adalah natrium benzoat. Natrium benzoat
memiliki bentuk kristal putih, rasa manis dan kadang-kadang sepet. Garam natrium
benzoat ini lebih mudah larut dalam air dari pada asam benzoat. Dalam pembuatan
sirup buah, natrium benzoat digunakan dengan dosis antara 0,05%-0,1%. Penggunaan
natrium benzoat pada kadar tersebut relatif tidak mempengaruhi rasa dan aroma sirup
buah.
5. Bahan penstabil
Suatu zat yang dapat berfungsi menstabilkan, mengentalkan atau merekatkan suatu
makanan yang campur dengan air, sehingga dapat membentuk cairan dengan
kekentalan yang stabil dan homogen pada waktu yang relatif lama. Adapun pencegah
tersebut dapat dilakukan dengan penambahan bahan penstabil yaitu: Gum arab 5-10
gr/ltr, Karagenan 5 gr/ltr, Agar-agar 5-10 gr/ltr.
Jenis-jenis sirup berdasarkan bahan bakunya adalah:
- Sirup essence adalah sirup yang citarasanya ditentukan oleh essence yang
ditambahkan.
- Sirup glukosa hanya mempunyai rasa manis saja, sering disebut gula encer. Sirup ini
biasanya tidak langsung dikonsumsi tapi lebih merupakan bahan baku industri minuman,
sari buah, dll.
- Sirup buah adalah sirup yang citarasanya ditentukan oleh bahan dasarnya yaitu buah
segar. Misalnya: jambu biji, sirup markisa, sirup nanas, dsb.
Pada praktikum kali ini dilakukan penimbangan buah mangga lalu mengupas,
membuang biji, menimbang BDDnya, dan mencuci buah. Lalu potong-potong buah dan
hancurkan buah dengan blender dan tambahkan air (1:4). Saring, dan ukur pH dan volume
cairan. Tambahkan gula ± 60% dan memanaskannya.kemudian tambahkan asam sitrat
0,4%. Masak sampai kekentalan sirup tercapai. Angkat sirup, ukur volume akhir, pH sirup,
dan kadar gula sirup. Lakukan uji organoleptik.17
Buah mangga berat awalny aadal 351 gram dan hanya digunakan 1/4nya saj ayaitu
sebanyak 92 gram. Air yang digunakan pembuatan sirup mangga ini adalah 370 ml, volume
sari buah yang dihasilkan sebanyak 470 ml. pH sari buah 4, 5. Banyaknya gula yang
ditambhkan pada pembuatan sirup mangg adalah 282 gram dan asam sitrat sebanyak 1,88
gram. pH akhir sirup mangga 3. Kadar gula yang diuku rmenggunaka refraktometer sebesar
78% brix. Berat/volume akhir yang dihasilkan adalah 250 ml. pH sirup menjadi 3 dikarenakan
mangga yang digunakan mempunyai rasa yang asam dan kadar gula sebesar 78% brix
mungkin dikarenakan proses pemasakan yang terlalu lama.
Untuk pengujian organoleptiknya warna dari sirup mangga adalah kuning kecoklatan ,
aromanya mangga, rasanya sangat manis, sifatnya kental, dan teksturnya lembut halus tidak
berserat.
Pada praktikum pembuatan jelly, selai dan sirup, alat yang digunakan tidak terlalu
berbeda jauh. Timbangan analit digunakan untuk menimbang berat buah. Pisau digunakan
untuk mengupas dan memotong buah. Talenan digunakan sebagai alas pada saat
memotong buah. Mangkok digunakan sebagai wadah setelah buah dikupas dan dipotong.
Panci digunakan untuk memblanching buah, dan memasak jelly. Kompor digunakan untuk
memanaskan apa yang harus dipanaskan. Saringan digunakan untuk menyaring buah yang
sudah direbus dengan air sehingga diperoleh sari buah/ bubur buah jernih. Saringan tersebut
hanya digunakan pada pembuatan jelly dan sirup. Refraktometer digunakan untuk
mengetahui seberapa besar kadar gula dalam jelly, selai, dan sirup. pH meter digunakan
untuk mengukur kadar pH
KESIMPULAN
1. Jelly
1. Langkah-langkah dalam pembuatan jelly pada praktikum kali ini, pembuatan jelly
diawali dengan menimbang buah (jambu biji dan apel) kemudain mengupas,
membuang biji, menimbang BDD buah, dan mencucinya. Setelah itu potong daging
buah menjadi kecil-kecil. Rebus buah dengan menambahkan air 2x BDD. Masak
selama 1 jam dan diamkan selama 30 menit. Saring, ukur volume sari buah, dan
ukur pH nya. Masak dengan menambahkan gula 55% dari sari buah dan setelah
gula larut tambahkan asam sitrat (0,2%). Masak sampai titik kekentalan jelly
tercapai. Ukur kadar gula dengan refraktometer, ukur pH, dan timbang volume akhir.
18
2. Faktor – faktor yang berpengaruh dalam pembuatan jelly antara lain buah yang
digunakan, kemasakan buah yang digunakan, kandungan pektin pada buah,
penambahan gula dan asam sitrat saat pemasakan.
3. Peranan pektin dalam pembuatan jelly adalah dalam proses pembentukan struktur
gel pada jelly.
4. Peranan gula dalam pembuatan jelly adalah sebagai pemanis dan pengawet.
5. Peranan asam sitrat dalam pembuatan jelly adalah sebagai pemberi rasa asam dan
mencegah kristalisasi gula dan sebagai katalisator hidrolisa sukrosa ke bentuk gula
invert.
2. Selai/Jam
1. Langkah-langkah pembuatan selai pepaya dan nanas ini diawali dengan menimbang
buah nanas dan pepaya. Kemudian mengupas, membuang biji, menimbang BDDnya,
dan mencuci buah. Setelah itu mengiris buah danmemblansir buah selama 5-10
menit. Potong buah agar mudah dihancurkan, kemudian blender buah menjadi bubur
dengan menambahkan air ±10% dari BDD. Ukur pH bubur buah dan volume bubur
buah. Masak dengan menambahkan gula 45% dari bubur buah dan setelah gula larut
tambahkan asam sitrat 0,2%.
2.Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembuatan selai adalah buah yang digunakan
harus benar-benar matang, waktu yang dibutuhkan untuk pemasakan jangan terlalu
lama, dan banyaknya penambahan asam.
3. Peranan pektin dalam pembuatan selai adalah untuk membentuk gel (kekentalan)
dari selai.
4. Peranan gula dalam pembuatan selai adalah untuk memperoleh tekstur,
penampakan, dan flavor yang ideal. Selain itu, gula dapat pula berfungsi sebagai
pengawet.
5. Peranan asam dalam pembuatan selai adalah untuk mengatur pH dan menghindari
pengkristalan gula.
3. Sirup
1. Langkah-langkah pembuatan Pada praktikum kali ini dilakukan penimbangan buah
mangga lalu mengupas, membuang biji, menimbang BDDnya, dan mencuci buah.
Lalu potong-potong buah dan hancurkan buah dengan blender dan tambahkan air
(1:4). Saring, dan ukur pH dan volume cairan. Tambahkan gula ± 60% dan
memanaskannya.kemudian tambahkan asam sitrat 0,4%. Masak sampai kekentalan
sirup tercapai. Angkat sirup, ukur volume akhir, pH sirup, dan kadar gula sirup.
Lakukan uji organoleptik.19
2. Jumlah gula yang digunakan dalam pembuatan sirup adalah 9:1 dengan BDD dari
buah. Fungsi gula pada pembuatan sirup adalah sebagai pemanis, memiliki peran
yang besar pada penampakan dan cita rasa sirup yang dihasilkan.
3. Jenis-jenis sirup adalah sirup essence (sirup yang citarasanya ditentukan oleh
essence yang ditambahkan), sirup glukosa (hanya mempunyai rasa manis saja,
sering disebut gula encer), sirup buah (sirup yang citarasanya ditentukan oleh bahan
dasarnya).
Yogyakarta, 23 Desember 2012
Asisten Praktikan
(Diba Aulia) (Ditta Cempaka P.) (Hurin Rafiqa Chaerani)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Makalah Pektin. Diakses dari http://firmansyah-04-01-1990.blogspot.com pada tanggal 22 Desember 2012
Anonim. 2011. Penggulaan. Dalam http://lizalightz.blogspot.com/2011 . diakses pada tanggal 22 Desember 2012
Buckle, K. A., et al. Ilmu Pangan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)
Fachruddin, Lisdiana. 2001. Membuat Aneka Selai. Yogyakarta: Kanisius
Fachruddin, Lisdiana. 2002. Membuat Aneka Sari Buah. Yogyakarta: Kanisius
Koswara, Sutrisno. 2006. Cara Sederhana Membuat Selai dan Jam. Diakses dari www.e-bookpangan.com pada tanggal 3 Desember 2011
Luthana, Yongki Kastanya. 2008. Jelly. Dalam www.yongkikastanyaluthanablog.blogspot . Diakses pada 22 Desember 2012
Rukmana, Rahmat. 2008. Bertanam Buah-Buahan di Pekarangan. Yogyakarta: Kanisius20
Saparinto, Cahyo.,Hidayati, Diana. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: Kanisius
Suprapti, M. Lies. 2005. Kuaci Manisan Buah Waluh. Yogyakarta: Kanisius
Suprapti, M. Lies. 2005. Teknologi Pengolahan Pangan Sirup Asam. Yogyakarta: Kanisius
21