34
i MAKALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA GIZI KERJA Dosen Pengajar: Prof. DR. Qomariyatus Sholihah, Amd.Hyp, ST,M. Kes Oleh : FIDELIS BOY MANURUNG H1D113210 PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2016

Pengantar Gizi Kerja

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengantar Gizi Kerja

Citation preview

Page 1: Pengantar Gizi Kerja

i

MAKALAH

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

GIZI KERJA

Dosen Pengajar: Prof. DR. Qomariyatus Sholihah, Amd.Hyp, ST,M. Kes

Oleh :

FIDELIS BOY MANURUNG H1D113210

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2016

Page 2: Pengantar Gizi Kerja

ii

UCAPAN TERIMAKASIH

Fidelis Boy Manurung

H1D113210

Page 3: Pengantar Gizi Kerja

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makala kesehatan dan

keselamatan kerja tentang “Gizi Kerja” tepat pada waktunya.

Penyusunan makala ini dihadapkan dengan berbagai hambatan yang tidak

mudah tapi pada akhirnya dapat diatasi berkat adanya bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karenanya, dalam kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan rasa

terima kasih kepada:

1. Prof. DR. Qomariyatus Sholihah, Amd.Hyp, ST,M. Kes. selaku Dosen

pengajar mata kuliah kesahatan dan keselamatan kerja.

2. Peneliti dibidang gizi maupun kesehatan dan keselamatan kerjai.

3. Mahasiswa dan mahasiswi Teknik Kimia UNLAM, serta semua pihak

yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, begitu pula halnya

penyusun laporan ini dalam melakukan praktikum maupun penulisan makala

kesehatan dan keselamatan kerja ini. Dengan menyadari segala keterbatasan

penyusun, kritik dan saran yang sifatnya membangun dan konstruktif sangat

penyusun perlukan dalam penyempurnaan makalah ini nantinya. Akhir kata,

penyusun hanya bisa berharap semoga apa yang telah tersaji dalam makalah ini

dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Banjarbaru, 8 April 2016

Penyusun

Page 4: Pengantar Gizi Kerja

iv

DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1

1.3 Tujuan Makalah ................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi ............................................................................................... 14

BAB IV PEMBAHASAN

Pembahasan .............................................................................................. 15

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 20

5.2 Saran ................................................................................................... 20

BAB VI RINGKASAN

Ringkasan ................................................................................................. 21

BAB VII CONTOH SOAL

Contoh Soal .............................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 23

INDEKS .............................................................................................................. 24

Page 5: Pengantar Gizi Kerja

v

DAFTAR SINGKATAN

AKE = Angka Kecukupan Energi

ASI = Air Susu Ibu

BBLR = Berat Badan Lahir Rendah

EBM = Energi Basal Metabolisme

IMT = Indeks Massa Tubuh

Kal = Kalori

PUGS = Pedoman Umum Gizi Seimbang

SDM = Sumber Daya Manusia

TK = Tenaga Kerja

UU = Undang-Undang

WHO = World Health Organization

WTO = World Trade Ordganization

Page 6: Pengantar Gizi Kerja

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kategori IMT untuk Indonesia -------------------------------------------------- 4

Page 7: Pengantar Gizi Kerja

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah peningkatan

kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu upaya yang mempunyai dampak

cukup penting terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah upaya

peningkatan status gizi masyarakat. Status gizi masyarakat merupakan salah satu

faktor yang menentukan kualitas hidup dan produktivitas kerja (Satriono, 1999).

Zat gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang

dikonsumsi, mempunyai nilai yang sangat penting (tergantung dari macam-

macam bahan makanannya) untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan

fisik sehari-hari bagi para pekerja. Termasuk dalam memelihara proses tubuh

dalam pertumbuhan dan perkembangan yaitu penggantian sel-sel yang rusak dan

sebagai zat pelindung dalam tubuh (dengan cara menjaga keseimbangan cairan

tubuh). Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara

dengan baik akan menunjukkan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang.

Seseorang yang sehat tentunya memiliki daya pikir dan daya kegiatan fisik sehari-

hari yang cukup tinggi (Adrianto Dan Ningrum, 2010).

Tubuh manusia memerlukan sejumlah pangan dan gizi secara tetap, sesuai

dengan standar kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat

terpenuhi. Penduduk yang miskin tidak mendapatkan pangan dan gizi dalam

jumlah yang cukup. Mereka menderita lapar pangan dan gizi, mereka menderita

gizi kurang. Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang

dikonsumsinya dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan,

tidak akan dijumpai penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul

konsekuensi fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang tidak disadari kalau

hal tersebut karena faktor gizi (Aziza, Dkk. 2015).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu;

Page 8: Pengantar Gizi Kerja

2

1. Apa yang dimaksud gizi kerja?

2. Gizi apakah yang dibutuhkan pekerja?

3. Aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi gizi kerja?

4. Undang-undang apa saja yang mangatur gizi kerja?

5. Apa akibat kekurangan gizi pada pekerja?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui tentang gizi kerja.

2. Mengetahui gizi yang dibutuhkan pekerja.

3. Mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi gizi pekerja.

4. Mengetahui undang-undang yang mengatur gizi kerja.

5. Mengetahui akibat kekurangan gizi pada pekerja.

Page 9: Pengantar Gizi Kerja

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya

manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka

kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel

otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan. Berbagai masalah

yang timbul akibat gizi buruk antara lain tingginya angka kelahiran bayi dengan

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang disebabkan jika ibu hamil menderita

KEP akan berpengaruh pada gangguan fisik, mental dan kecerdasan anak, juga

meningkatkan resiko bayi yang dilahirkan kurang zat besi. Bayi yang kurang zat

besi dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan sel-sel otak, yang dikemudian

hari dapat mengurangi IQ anak. Faktor penyebab gizi buruk dapat berupa

penyebab tak langsung seperti kurangnya jumlah dan kualitas makananyang

dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan, menderita penyakit kanker

dan penyebab langsung yaitu ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku dan

pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi

juga merupakan masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah,

ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu, untuk mengatasi gizi

buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor.

Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan (kondisi tubuh) sebagai hasil

penyerapan zat-zat gizi yang esensial dan ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik

akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan yang dampak fisiknya

dapat diukur. Terdapat tiga konsep pengertian status gizi (Satriono, 1999).

1. Keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara gizi disatu pihak dan

pengeluaran organisme di lain pihak.

2. Proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui proses

pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan

pembuangan untuk pemeliharaan hidup, pertumbuhan, fungsi organ tubuh dan

produksi energi.

Page 10: Pengantar Gizi Kerja

4

3. Tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh “nutriture” yang terlihat

pada variabel tertentu. Oleh karena itu dalam mengacu tentang keadaan gizi

seseorang perlu disebutkan.

Perlu dipahami bahwa antara status gizi dan indikator status gizi terdapat suatu

perbedaan, yaitu bahwa indikator memberikan refleksi tidak hanya status gizi

tersebut tetapi juga pengaruh non gizi, oleh karenanya indikator walaupun sensitif

tetapi tidak selalu spesifik

Status gizi merupakan salah satu unsur dalam menentukan kondisi fisik

atau kualitas fisik seseorang atau kelompok masyarakat tertentu. Pada dasarnya

bekerja adalah aktivitas fisik yang selalu memerlukan enegi yang bersumber dari

asupan gizi. Makin banyak aktivitas fisik makin banyak pula kebutuhan energi.

Individu dengan status gizi baik menyimpan cadangan energi lebih baik dan

relative lebih lama bertahan dalam bekerja disbanding individu dengan status gizi

kurang. Dengan demikian, dapat dirumuskan asumsi bahwa semakin baik status

gizi seseorang, semakin bertahan di dalam mencegah timbulnya kelelehan kerja.

Penentuan status gizi meliputi:

1. Gejala klinik

2. Pemeriksaan antropometrik

3. Pemeriksaan biokimia.

Status gizi merupakan salah satu unsur dalam menentukan kondisi fisik

atau kualitas fisik seseorang atau kelompok masyarakat tertentu. Pada dasarnya

bekerja adalah aktivitas fisik yang selalu memerlukan enegi yang bersumber dari

asupan gizi. Makin banyak aktivitas fisik makin banyak pula kebutuhan energi.

Individu dengan status gizi baik menyimpan cadangan energi lebih baik dan

relative lebih lama bertahan dalam bekerja disbanding individu dengan status gizi

kurang. Dengan demikian, dapat dirumuskan asumsi bahwa semakin baik status

gizi seseorang, semakin bertahan di dalam mencegah timbulnya kelelehan kerja.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang menurut Reni

Wijayanti, 2007 yaitu:

Page 11: Pengantar Gizi Kerja

5

1). Faktor Ekonomi

Penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk

keluarga sehari-hari. Hendaklah dikesampingkan anggapan bahwa makanan yang

memenuhi persyaratan gizi hanya mungkin disajikan dikeluarga yang

berpenghasilan tinggi, memungkinkan keluarga yang berpenghasilan terbataspun

mampu menghidangkan makanan yang cukup memenuhi syarat gizi bagi anggota

keluarganya.

2). Faktor pengetahuan tentang gizi

Pengetahuan tentang kadar zat gizi dalam berbagai bahan makanan dapat

membantu keluarga memilih makanan bergizi,murah dan dapat menjadi selera

untuk semua anggota keluarga.

3). Faktor prasangka buruk terhadap jenis makanan tertentu

Adanya orang berpikiran salah dengan menganggap bila makan sayuran banyak

mengandung vitamin dan mineral akan menurunkan harkat keluarga.

4). Faktor fadhisme

Yaitu kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu. Hal ini akan

mengakibatkan kurang bervariasinya makanan yang akhirnya tubuh tidak

memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.

5). Faktor-faktor lingkungan kerja

Ini menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap keadaan gizi tenaga kerja

yang berlebihan maka penggunaan cadangan energipun akan bertambah besar.

Dalam penelitian ini, untuk menilai status gizi salah satu bentuk penilaiannya

dengan indeks anthropometri tubuh menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT).

Page 12: Pengantar Gizi Kerja

6

Tabel 1. Kategori IMT untuk Indonesia, adalah sebagai berikut:

Masalahnya hanya terletak pada kekurangan gizi, khususnya energi. Bagi

orang dewasa yang bekerja dengan energi yang melebihi dari kewajaran

(membanting tulang demi untuk memperoleh pendapatan yang lebih) umumnya ia

menggunakan cadangan energi dalam tubuhnya, akibat penggunaan tersebut dan

tidak adanya penggantian energi dan energi cadangan sehubungan dengan

kurangnya pemasukan zat makanan ke dalam tubuhnya, tentulah dari

pekerja/orang dewasa yang bersangkutan tidak dapat diharapkan adanya

produktivitas kerja yang dikehendaki. Pada masa sekarang para pengusaha telah

memikirkan akan masalah yang dihadapi oleh para karyawannya. Oleh karena itu,

bagi para karyawan yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja atau

menjalankan pekerjaan yang dianggap berat, selalu disediakan jaminan makan

(biasanya berupa makanan yang bergizi) dan makanan tambahan (extra voiding).

Pembatasan waktu kerja, pemberian jaminan makan setiap hari kerja, merupakan

suatu kebijaksanaan pengusaha utnuk mempertahankan produktivitas kerja yang

dikehendaki perusahaan dari para karyawannya

Gizi kerja adalah nutrisi atau zat makanan yang diperlukan oleh tenaga

kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaannya dengan tujuan

untuk meningkat daya kerja dan kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya

dengan tingkat gizi seseorang (Suma‟mur, 1996).

Menurut Reni Wijayanti (2007), gizi kerja yang baik akan meningkat

derajat kesehatan tenaga kerja yang tinggi dan akan mempengaruhi produktivitas

Page 13: Pengantar Gizi Kerja

7

perusahaan dan produktivitas nasional. Sedangkan gizi kerja yang buruk akan

menyebabkan:

a. Daya tahan tubuh menurun dan sering menderita sakit dengan akibat absensi

yang tinggi.

b. Daya kerja fisik turun sehingga prestasi rendah.

Dengan absensi tinggi ditambah lagi dengan prestasi kerja rendah maka akan

menyebabkan produktivitas rendah pula.

Ada beberapa jenis atau unsur zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh

manusia. Unsur-unsur tersebut adalah karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan

air. Enam unsur tersebut dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga golongan besar,

yaitu:

a. Unsur gizi pemberi energi, yaitu : karbohidrat, protein, dan lemak.

b. Unsur gizi pembangun sel-sel jaringan tubuh, yaitu : protein, mineral, dan air.

c. Unsur gizi pengatur fungsi faal tubuh, yaitu : mineral, vitamin, dan air.

Pengetahuan mengenai cara menyusun menu seimbang yang didasarkan

“Empat Sehat Lima Sempurna” sangat diperlukan karena dapat menjamin

kesehatan dan gizi yang baik (Kardjati 1985 diacu dalam Yusra 1998). Hampir

semua negara yang mengikuti Kongres Gizi Internasional menyadari perlunya

disusun Nutritional Guidelines sebagai tindak lanjut dari Kongres Gizi

Internasional di Roma, Itali pada tahun 1992. Oleh karena itu, Indonesia membuat

pedoman umum gizi seimbang (PUGS) yang bertujuan untuk mencegah

timbulnya berbagai masalah gizi (Rai 1997 diacu dalam Yusra 1998).

Pada dasarnya kelahiran PUGS merupakan suatu proses dinamisasi dan

penjabaran secara operasional dari slogan ”Empat Sehat Lima Sempurna”. Dalam

PUGS terkandung 13 pesan dasar tentang perilaku makan yang diharapkan dapat

mencegah permasalahan gizi. Adapun isi dari 13 pesan tersebut antara lain :

1. Makanlah aneka ragam makanan

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi

5. Gunakan garam beriodium

Page 14: Pengantar Gizi Kerja

8

6. Makanlah makanan sumber zat besi

7. Biasakan makan pagi

8. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya

9. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur

10. Hindari minum minuman beralkohol

11. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan

12. Bacalah label pada makanan yang dikemas

(Depkes 2005).

1. Makanlah aneka ragam makanan

Makanan yang beraneka ragam, yaitu makanan yang mengandung zat

tenaga, pembangun, dan pengatur. Makanan sumber zat tenaga antara lain : beras,

jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti, dan mie. Makanan

sumber zat pembangun merupakan makanan yang berasal dari pangan nabati dan

hewani. Pangan nabati, seperti kacang-kacangan, tempe, tahu dan pangan hewani,

seperti telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahannya, sedangkan makanan

sumber zat pengatur, yaitu seluruh sayursayuran dan buah-buahan (Depkes,

2005). Makanlah makanan yang beragam dalam setiap kali makan sehari-hari.

Setiap kali hidangan makan dianjurkan minimal terdapat satu jenis pangan sumber

zat tenaga, satu jenis pangan sumber pembangun, dan satu jenis pangan sumber

zat pengatur (Depkes 2005). Makan makanan yang beragam dapat memelihara

kesehatan karena kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur

yang dibutuhkan tubuh terpenuhi. Oleh karena itu, perlu mengkonsumsi aneka

ragam jenis bahan makanan untuk mencapai konsumsi zat gizi secara lengkap dan

seimbang (Depkes 2005).

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

Energi dibutuhkan oleh seseorang untuk melakukan aktivitas. Energi

didapatkan dari makanan yang dikonsumsi. Makanan yang dapat memenuhi

kebutuhan energi, yaitu makanan sumber karbohidrat, protein, dan lemak (Depkes

2005). Menurut hasil analisis estimasi energi basal metabolisme (EBM)

berdasarkan berat badan Oxford Equation yang dilakukan pada populasi ASIA,

angka kecukupan energi (AKE) bagi orang dewasa khususnya umur 19-29 tahun

Page 15: Pengantar Gizi Kerja

9

yang berjenis kelamin wanita adalah 1900 Kal. Sementara angka kecukupan

energi (AKE) pria pada kelompok umur 19-29 tahun adalah 2550 Kal (Hardinsyah

& Tambunan 2004). Berat badan dapat dijadikan indikator kecukupan energi

seseorang. Apabila seseorang memiliki berat badan yang normal, maka kecukupan

asupan energinya sudah terpenuhi. Asupan energi yang berlebihan akan

menimbulkan dampak kegemukan. Namun, apabila konsumsi energinya kurang,

maka akan dapat menurunkan produktivitas kerja seseorang serta dalam waktu

yang lama akan menimbulkan kekurangan gizi dan penurunan berat badan

(Depkes 2005).

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan

energi

Karbohidrat terdiri dari karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana.

Karbohidrat sederhana, seperti gula. Konsumsi gula dibatasi sampai 5% atau

sekitar 3-4 sendok makan dari jumlah kecukupan energi per hari, sedangkan

karbohidrat kompleks, yaitu padi-padian (beras, jagung, gandum), umbi-umbian

(singkong, ubi jalar, kentang), dan makanan lain, seperti tepung, sagu, dan pisang

(Depkes 2005). Karbohidrat kompleks sangat baik dikonsumsi untuk tujuan

pengendalian kadar glukosa darah (Whitney et al 1998 diacu dalam Hardinsyah &

Tambunan 2004). Makanan sumber energi utama yang biasa dikonsumsi orang

Indonesia adalah nasi, jagung, ubi atau sagu. Makanan sumber energi ini tidak

mengadung zat gizi yang lengkap. Oleh karena itu, dianjurkan untuk

mengkonsumsi pangan sumber karbohidrat hanya 50-60% dari kebutuhan energi

(Depkes 2005).

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan

energi

Sebagian besar lemak (99%) dalam tubuh, yaitu trigliserida (Hardinsyah &

Tambunan 2004). Lemak dan minyak merupakan sumber energi tertinggi

dibanding bahan pangan lainnya. Setiap 1 gram lemak menghasilkan 9 Kal,

sedangkan karbohidrat dan protein hanya menyumbang 4 Kal (Depkes 2005).

Oleh karena itu, proporsi konsumsi energi dari lemak dan minyak yang dianjurkan

adalah 20% dari total konsumsi energi dan tidak melebihi 30% (Simopoulus et al

Page 16: Pengantar Gizi Kerja

10

2000 diacu dalam Hardinsyah & Tambunan 2004). Apabila mengkonsumsi lemak

dalam jumlah yang berlebihan maka akan mengakibatkan kebutuhan zat gizi lain

tidak terpenuhi. Komposisi konsumsi lemak yang dianjurkan, yaitu 2:1 antara

makanan sumber lemak nabati dan makanan sumber lemak lemak nabati (Depkes

2005). Lemak dan minyak yang terdapat dalam makanan selain befungsi untuk

meningkatkan jumlah energi juga dapat membantu penyerapan vitamin larut

lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K serta menambah cita rasa makanan. Lemak

terdiri dari tiga kelompok, mulai dari yang paling mudah dicerna hingga sulit

dicerna, yaitu lemak yang mengandung asam lemat tak jenuh ganda, lemak yang

mengandung asam lemak tak jenuh tunggal, dan lemak yang mengandung asam

lemak jenuh (Depkes 2005). Jenis lemak atau minyak yang banyak mengandung

lemak jenuh, yaitu lemak/gajih, minyak kelapa, mentega, minyak inti sawit, dan

coklat (Duyff 1998 diacu dalam Hardinsyah & Tambunan 2004).

5. Gunakan garam beriodium

Iodium berfungsi dalam produksi hormon tiroid. Hormon ini sangat

dibutuhkan dalam perkembangan dan pertumbuhan saraf otot pusat, pertumbuhan

tulang, perkembangan fungsi otak dan sebagian besar metabolisme sel tubuh,

pengaturan suhu tubuh, sintesa protein, reproduksi, pertumbuhan dan

perkembangan neuromuskular (Kartono & Soekarti 2004). Kekurangan iodium

akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan otak pada

anak, tekanan darah rendah, dan gondok. Kecukupan iodium menurut FAO/WHO

(2001) untuk kelompok umur diatas 12 tahun, pria dan wanita adalah 150 µg/hari

(Kartono & Soekarti 2004). Anjuran pemenuhan kebutuhan garam iodium, yaitu

tidak boleh lebih dari 6 gram per hari atau satu sendok teh setiap hari. Hal tersebut

dikarenakan di dalam garam beriodium mengandung natrium. Apabila konsumsi

garam berlebihan, maka akan dapat memicu timbulnya penyakit, seperti tekanan

darah tinggi, stroke, dan lainnya (Depkes 2005). Pangan sumber iodium adalah

ikan dan kerang yang mengandung iodium tinggi, dan pangan nabati tinggi

iodium, seperti rumput laut (Kartono & Soekarti 2004). Menurut Kodyat (1998)

diacu dalam Emilia (1998) penambahan garam pada makanan sebaiknya

Page 17: Pengantar Gizi Kerja

11

dilakukan setelah makanan dimasak karena kandungan iodium mudah rusak atau

hilang saat makanan dimasak.

6. Makanlah makanan sumber zat besi

Zat besi merupakan salah satu unsur yang berfungsi dalam pembentukan

sel darah merah. Zat besi terdapat dalam makanan. Oleh karena itu, zat besi dapat

diperoleh dari makanan sehari-hari (Depkes 2005). Apabila konsumsi pangan

sumber zat besi rendah, maka dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan

penyakit anemia gizi atau penyakit kurang darah. Anemia dapat menurunkan daya

tahan tubuh, kemampuan kognitif, dan lainnya (Depkes 2005).

Hidayat Syarief (1997) menyebutkan bahwa pada usia dewasa, faktor gizi

berperan untuk meningkatkan ketahanan fisik dan produktivitas kerja. Dan

selanjutnya disebutkan bahwa tanpa mengabaikan arti penting dari faktor lain, gizi

merupakan faktor kualitas SDM yang pokok, karena unsur gizi tidak hanya

sekedar mempengaruhi derajat kesehatan dan ketahanan fisik, tetapi juga

menentukan kualitas daya pikir atau kecerdasan intelektual yang sangat esensial

bagi kehidupan manusia. Dengan status gizi yang rendah akan sulit untuk hidup

secara sehat, aktif, dan produktif yang secara berkelanjutan, dan akan menjadi

penyakit turunan. Manusia untuk kehidupannya membutuhkan energi, hal ini demi

berlangsungnya proses-proses dalam tubuhnya, seperti berlangsungnya proses

peredaran/sirkulasi darah, denyut jantung, pernapasan, pencernaan, proses-proses

fisiologis lainnya, selanjutnya untuk melakukan berbagai kegiatan atau melakukan

pekerjaan fisik. Energi dalam tubuh manusia dapat dihasilkan dari pembakaran

karbohidrat, protein dan lemak, dengan demikian agar manusia selalu tercukupi

energinya diperlukan pemasukan zat-zat makanan yang cukup pula ke dalam

tubuhnya. Manusia yang kurang makan akan lemah baik daya kegiatan,

pekerjaan-pekerjaan fisik maupun daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat

makanan yang diterima tubuhnya yang dapat menghasilkan energi. Dan orang

tidak dapat bekerja dengan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari

makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh,

namun kebiasaan meminjam ini akan dapat mengakibatkan keadaan yang gawat,

yaitu kurang gizi khususnya energi (Marsetyo dan Kartasapoetra, 1991).

Page 18: Pengantar Gizi Kerja

12

Remaja adalah kelompok yang rentan terhadap perubahan-perubahan yang

ada di lingkungan sekitarnya, khususnya masalah konsumsi makanan. Masalah

yang terkait dengan konsumsi makanan yaitu kebiasaan remaja yang sangat

beragam terhadap makanan yang dikonsumsi, seperti acuh, terhadap pemilihan

makanan yang dikonsumsinya padahal tidak sesuai dengan kebutuhan gizi, makan

berlebih, mengikuti trend dengan makanan cepat saji tanpa memperhatikan

kecukupan gizi yang mereka butuhkan, lupa waktu makan karena padatnya

aktivitas dan sebagainya.

Tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku

dalam pemilihan makanan dan selanjutnya akan berpengaruh pada keadaan gizi

individu yang bersangkutan. Penelitian yang dilakukan untuk mencari hubungan

antara pengetahuan gizi seimbang dengan status gizi remaja pada Madrasah

Tsanawiyah ditemukan bahwa yang mempunyai pengetahuan gizi baik 54,2% dan

status gizi baik 57,3%.

Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan

masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan

faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen,

Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya

masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau khronis (sementara atau

berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek

terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung.Kesehatan

masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan

gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul

akibat pekerjaanya. Tujuan kesehatan kerja adalah:

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua

lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental

maupun kesehatan sosial.

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan

oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.

3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan

bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.

Page 19: Pengantar Gizi Kerja

13

4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang

sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan

pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang

meliputi, antara lain: metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang

mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari

kesehatan seseorang. Pada hakekatnya ilmu kesehatan kerja mempelajari

dinamika, akibat dan problematika yang ditimbulkan akibat hubungan interaktif

tiga komponen utama yang mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu:

1. Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-lain.

2. Beban kerja: fisik maupun mental.

3. Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara lain:bising,

panas, debu, parasit, dan lain-lain.

Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan kerja

yang optimal. Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan

masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang

pada akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja.

Penyusunan pesan-pesan dalam pedoman gizi seimbang adalah salah satu

bentuk strategi pendidikan gizi. Pesan-pesan dalam pedoman gizi seimbang

tersebut tertuang dalam 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, yaitu:

1) Makanlah aneka ragam makanan.

2) Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.

3) Makanlah sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.

4) Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi.

5) Gunakan garam beriodium

6) Makanlah makanan sumber zat besi.

7) Berikan air susu ibu ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan.

8) Biasakan makan pagi

Page 20: Pengantar Gizi Kerja

14

9) Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya.

10) Lakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur.

11) Hindari minum minuman beralkohol.

12) Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.

13) Bacalah label pada makanan yang dikemas.

Page 21: Pengantar Gizi Kerja

15

BAB 3

METODOLOGI

Pada makalah ini menggunakan studi literatur dalam pengolahannya. Jurnal

yang digunakan dalam makalah ini adalah Gizi Kerja. Adapun proses

pengumpulan studi literatur dilakukan selama 3 minggu sejak tugas pembuatan

makalah ini diberikan. Secara umum tahapan diagram alir proses pada Gambar 3.1

berikut:

Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan

Jurnal-Jurnal

Pembuatan Laporan

Selesai

Gambar 3.1 Skema Diagram Alir Kegiatan

Berdasarkan metodologi dengan studi literatur, maka jurnal-jurnal yang digunakan

Pada Makalah Ini Adalah Sebagai Berikut:

1. Hubungan Antara Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Status Gizi Dengan Produktivitas

Kerja. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adrianto Dan Ningrum, 2010).

Http://Journal.Unnes.Ac.Id/Nju/Index.Php/Kemas/Article/View/1873

2. Pengaruh Perbaikan Gizi Kesehatan Terhadap Produktivitas Kerja. Piramida (Ari,

2008).

Http://Ojs.Unud.Ac.Id/Index.Php/Piramida/Article/View/2973

Page 22: Pengantar Gizi Kerja

16

3. Perbedaan Aktivitas Fisik Intensitas Berat, Asupan Zat Gizi Makro, Persentase

Lemak Tubuh, Dan Lingkar Perut Antara Pekerja Bagian Produksi Dan Administrasi

Pt. Pupuk Kujang Cikampek. Journal Of Nutrition College (Aziza, Dkk. 2015).

Http://Ejournal-S1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Jnc/Article/View/10051

4. Hubungan Tingkat Kecukupan Energi Dan Protein Dengan Status Gizi Pekerja

Wanita Di Sentra Industri Sandal, Sidoarjo. Ikesma (Ellyke, 2007).

Http://Jurnal.Unej.Ac.Id/Index.Php/Ikesma/Article/View/1914

5. Status Gizi Mikro (Tembaga, Seng Dan Kronium), Pengetahuan Gizi Dan Keadaan

Gizi Lebih Pada Pria Pekerja. Jurnal Penelitian Gizi Dan Makanan(Mahdar Et

Al,1996)

Http://Ejournal.Litbang.Depkes.Go.Id/Index.Php/Pgm/Article/View/2309

6. Pengendalian Stres Pada Wanita (Tinjauan Dari Pekerjaan Dan Status Gizi).

Humaniora (Mulyatiningsih, 2000).

Http://Journal.Uny.Ac.Id/Index.Php/Humaniora/Article/View/5374

7. Hubungan Antara Asupan Energi, Asupan Protein Dan Aktivitas Fisik Terhadap

Status Gizi Penduduk Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Upt Kesmas Blahbatuh Ii,

Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. E-Jurnal Medika Udayana (Wulandari Et

Al, 2015).

Http://Ojs.Unud.Ac.Id/Index.Php/Eum/Article/View/15085

8. Atikah Proverawati Dan Erna Kusuma Wati, Ilmu Gizi Untuk Keperawatan

Dan Gizi Kesehatan. Nuhamedika, (Proverawati&Wati,2010)

9. Membangun Sdm Berkualitas. Suatu Telaahan Gizi Masyarakat Dan Sumber

Daya Keluarga. Ipb. Bogor ( Hidayat,2010)

10. Konsumsi Pangan Penyakit Infeksi Dan Status Gizi Anak Balita Pasca

Perawatan Gizi Buruk, Jurnal Gizi Dan Pangan (Nurcahyo Dan

Briawan,2010).

Jurnal.Unsyiah.Ac.Id/Jks/Article/View/2734

Page 23: Pengantar Gizi Kerja

17

BAB 4

PEMBAHASAN

Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya

manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka

kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel

otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan. Dalam studi literatur

yang dilakukan bahwa gizi pekerja diatur dalam perundang-undangan, dimana

bagi pelanggar akan di berisangksi yang sesuai dengan yang dilakukan. Adapun

undang-undang yang mengatur yaitu:

1. UU No.1 th 51 dan UU No.12 th 1948, tentang kondisi fisik tenaga kerja

setelah bekerja terus menerus selama 4 jam harus diberi istirahat.

2. Surat Edaran Menteri TK dan Trans No. 01/Men/1979 tentang Pengadaan

Kantin dan Ruang makan

3. Keputusan Menteri TK dan Trans No. 608/Men/1089 tentang perush yang

memperkerjakan TK sembilan jam sehari wajib menyediakan makan dan

minum 1400 kalori

4. Kep. Menteri Koord Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 06/Kep/Menko/

Kesra/VIII/1989 , Program Pangan dan Gizi yang berhubungan dengan

produktivitas kerja,

Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan bahwa dasarnya

kelahiran PUGS merupakan suatu proses dinamisasi dan penjabaran secara

operasional dari slogan ”Empat Sehat Lima Sempurna”. Dalam PUGS terkandung

13 pesan dasar tentang perilaku makan yang diharapkan dapat mencegah

permasalahan gizi.

Kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-

hari akan membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti:

1. Pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang,

2. Berat badan menurun,

3. Badan menjadi kurus,

Page 24: Pengantar Gizi Kerja

18

4. Muka pucat kurang bersemangat,

5. Kurang motivasi,

6. Bereaksi lamban

7. Apatis dan lain sebagainya.

Dalam keadaan yang demikian itu tidak bisa diharapkan tercapainya efisiensi

dan produktivitas kerja yang optimal.

Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan

masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan

faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen,

Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya

masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau khronis (sementara atau

berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek

terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung.Kesehatan

masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan

gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul

akibat pekerjaanya. Tujuan kesehatan kerja adalah:

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua

lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental

maupun kesehatan sosial.

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan

oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.

3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan

bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.

4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang

sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

Pengaruh tentang gizi kerja meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Kebutuhan gizi bagi tenaga kerja sebagai suatu kelompok dalam masyarakat.

2. Kalori yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.

3. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi status gizi tenaga kerja.

Page 25: Pengantar Gizi Kerja

19

4. Gizi kerja yang produktivitas.

Gizi kerja yang baik mempunyai pengaruh terhadap produktivitas kerja

yang tinggi, secara konkrit dapat dijabarkan beberapa fakta penting peranan status

gizi baik secara langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi kesehatan

dan kualitas tenaga kerja sebagai berikut :

1. Kecukupan makanan secara kualitas dan kuantitas menurut “empat sehat lima

sempurna” diisyaratkan untuk mempertahankan kondisi fisik yang tangguh dan

untuk mencapai kesegaran jasmani.

2. Peranan zat gizi, disamping zat-zat gizi penting pada pekerjaan yang

membutuhkan tenaga otot juga jumlah atau prevalensi anemia gizi yang

disebabkan oleh kurangnya zat besi.

Gizi kerja dapat dikaitkan dengan pendidikan, pengadaan ruang makan, penilaian

dan perbaiakn kebutuhan kalori. Selain memenuhi kebutuhan kalori pekerja, juga

masih perlu dipenuhi kualitas makanan bagi tenaga kerja.

Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan (kondisi tubuh) sebagai hasil

penyerapan zat-zat gizi yang esensial dan ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik

akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan yang dampak fisiknya

dapat diukur. Terdapat tiga konsep pengertian status gizi (Satriono, 1999).

1. Keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara gizi disatu pihak dan

pengeluaran organisme di lain pihak.

2. Proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui proses

pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan

pembuangan untuk pemeliharaan hidup, pertumbuhan, fungsi organ tubuh dan

produksi energi.

3. Tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh “nutriture” yang terlihat

pada variabel tertentu. Oleh karena itu dalam mengacu tentang keadaan gizi

seseorang perlu disebutkan.

Perlu dipahami bahwa antara status gizi dan indikator status gizi terdapat

suatu perbedaan, yaitu bahwa indikator memberikan refleksi tidak hanya status

gizi tersebut tetapi juga pengaruh non gizi, oleh karenanya indikator walaupun

sensitif tetapi tidak selalu spesifik

Page 26: Pengantar Gizi Kerja

20

Status gizi merupakan salah satu unsur dalam menentukan kondisi fisik

atau kualitas fisik seseorang atau kelompok masyarakat tertentu. Pada dasarnya

bekerja adalah aktivitas fisik yang selalu memerlukan enegi yang bersumber dari

asupan gizi. Makin banyak aktivitas fisik makin banyak pula kebutuhan energi.

Individu dengan status gizi baik menyimpan cadangan energi lebih baik dan

relative lebih lama bertahan dalam bekerja disbanding individu dengan status gizi

kurang. Dengan demikian, dapat dirumuskan asumsi bahwa semakin baik status

gizi seseorang, semakin bertahan di dalam mencegah timbulnya kelelehan kerja.

Penentuan status gizi meliputi :

1. Gejala klinik

2. Pemeriksaan antropometrik

3. Pemeriksaan biokimia.

Penentuan status gizi berdasarkan gejala klinik merupakan pemeriksaan

yang mudah dan murah. Sehingga timbul asumsi bahwa cara ini cepat dan mudah

dipelajari oleh pemula dan hasilnya mudah diintrepretasi. Tapi cara ini

mempunyai keterbatasan seperti hanya dapat dipakai pada kasus-kasus berat

sementara pada kasus-kasus yang belum bergejala sulit dilakukan. Pemeriksaan

antropometrik merupakan pengukuran variasi dimensi fisik dan komposisi tubuh

pada tingkat umum dan derajat nutrisi yang berbeda. Cara-cara dan pengukuran

antropometrik sangat banyak sehingga cara yang dipilih akan tergantung pada

tujuan dan maksud suatu survey atau penelitian. Pengukuran antropometrik

dilakukan dengan mangukur bagian-bagian tubuh tertentu, yaitu berat badan,

tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, jumlah gizi, lingkar lengan atas, dan

tebal lipatan kulit yang dihubungkan dengan umur dan jenis kelamin. Pengukuran

status gizi secara antropometrik dapat menggunakan indeks massa tubuh (IMT).

Indeks massa tubuh merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi

orang dewasa khususnya berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan,

maka dengan mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang

dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Masalah kekurangan dan

kelebihan gizi pada orang dewasa merupakan masalah penting, karena selain

Page 27: Pengantar Gizi Kerja

21

mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi

produktivitas kerja.

Penelitian yang dibuat oleh Suci Widiastuti (2011) berjudul Faktor

Determinan Produktivitas Kerja pada Pekerja Wanita didapatkan hasil adanya

hubungan antara asupan energi, persentase lemak tubuh, IMT, dan kadar

hemoglobin dengan produktivitas kerja. Variabel yang paling berhubungan

dengan produktivitas adalah kadar hemoglobin pekerja (Widiastuti, 2011).

Penelitian tentang gizi kerja hubungannya dengan kelelahan dilakukan oleh

Dyahumi dan Nur Ulfah (2012) pada salah satu Perusahaan penghasil bulu mata

palsu di Purbalingga didapatkan hasil sebanyak 50% pekerja mengalami defisit

konsumsi energi. Setelah diuji dengan menggunakan analisis Regresi Logistik

dapat disimpulkan bahwa pekerja yang mempunyai tingkat konsumsi energi

defisit akan mempunyai probabilitas 75,57% (apabila variabel yang dimasukkan

hanya energi dan protein) atau 77,8 % (apabila variabel yang dimasukkan energi,

protein dan anemia) untuk terjadinya kelelahan.

Penelitian Chandola, dkk. mengenai hubungan stress kerja dan sindrom

metabolik 10.308 orang subyek yang diikuti selama 14 tahun, didapatkan terdapat

hubungan stres kerja dan risiko sindrom metabolik. Paparan stres kerja yang

kronis merupakan risiko yang besarnya lebih dari dua kali untuk terjadi sindrom

metabolik (OR 2,25; 95% CI: 1,31-3,85). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

stres kerja merupakan faktor risiko penting terjadinya sindrom metabolik. Stres

kerja dapat menimbulkan perubahan metabolisme tubuh yang kemudian dapat

menimbulkan perubahan parameter status gizi. Penelitian Kouvonen, dkk.

mengenai hubungan stres kerja dan indeks massa tubuh (IMT) sebagai parameter

status gizi pada 45.810 orang subyek, didapatkan hubungan lemah antara stres

kerja ringan dengan IMT tinggi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan

lemah antara stres kerja dan IMT. Berbagai faktor dapat mempengaruhi keadaan

stres kerja, status gizi dan sindrom metabolik antara lain jenis kelamin laki-laki,

usia dewasa (30-55 tahun), sudah menikah, merokok, minum alkohol, aktivitas

fisik rendah dan terikat kontrak kerja 6-8.

Page 28: Pengantar Gizi Kerja

22

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Gizi kerja adalah bagian ilmu gizi yang diterapkan pada lingkungan kerja

untuk memenuhi kebutuhan gizi pekerja, memelihara dan meningkatkan

status gizi dan kesehatan pekerja sehingga dapat meningkatkan daya kerja

dan produktivitas kerja.

2. Aspek-aspek yang mepengaruhi gizi kerja berupa kebutuhan gizi bagi

tenaga kerja sebagai suatu kelompok dalam masyarakat, kalori yang

diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, faktor-faktor lingkungan yang

mempengaruhi status gizi tenaga kerja, gizi kerja yang produktivitas.

3. Pada umumnya gizi yang dibutuhkan pekerja sama dengan yang

dibutuhkan dalam aktifitas sehari-hari yaitu karbohidrat, protein, lemak,

mineral, dan air.

4. Undang-undang yang mengatur gizi kerja yaitu UU No.1 th 51 dan UU

No.12 th 1948, Surat Edaran Menteri TK dan Trans No. 01/Men/1979,

Keputusan Menteri TK dan Trans No. 608/Men/1089, dan Kep. Menteri

Koord Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 06/Kep/Menko/

Kesra/VIII/1989.

5. Akibat kekurang asupan gizi bagi pekerja yaitu pertahanan tubuh

terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang, berat badan

menurun, badan menjadi kurus, muka pucat kurang bersemangat, kurang

motivasi, bereaksi lamban, apatis dan lain sebagainya.

5.2 Saran

Adapun saran dapat diberiukan dalam pembuatan makalah ini yaitu

mencari lebih banyak rreferensi yang terbaru mengenai gizi kerja, serta lebih baik

pada pembuatan makalah ini dilakukan peninjauan lapangan secara langsung agar

mendapatkan data yang lebih akurat.

Page 29: Pengantar Gizi Kerja

23

BAB 6

RINGKASAN

Gizi kerja adalah nutrisi atau zat makanan yang diperlukan oleh tenaga

kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaannya dengan tujuan

untuk meningkat daya kerja dan kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya

dengan tingkat gizi seseorang. Pada umumnya ada beberapa faktor yang

mempengaruhi status gizi seseorang faktor ekonomi, faktor pengetahuan tentang

gizi faktor prasangka buruk terhadap jenis makanan tertentu, faktor fadhisme, dan

faktor-faktor lingkungan kerja. Adapun dasar-dasar hukum yang mengatur tentang

gizi kerja salah satunya pada UU No.1 th 51 dan UU No.12 th 1948, tentang

kondisi fisik tenaga kerja setelah bekerja terus menerus selama 4 jam harus diberi

istirahat.

Gizi kerja yang baik mempunyai pengaruh terhadap produktivitas kerja yang

tinggi, secara konkrit dapat dijabarkan beberapa fakta penting peranan status gizi

baik secara langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi kesehatan dan

kualitas tenaga kerja

Page 30: Pengantar Gizi Kerja

24

BAB 7

CONTOH SOAL

1. Apa yang dimaksud gizi kerja?

Jawab: Gizi kerja adalah bagian ilmu gizi yang diterapkan pada lingkungan kerja

untuk memenuhi kebutuhan gizi pekerja, memelihara dan meningkatkan

status gizi dan kesehatan pekerja sehingga dapat meningkatkan daya kerja

dan produktivitas kerja.

2. Gizi apakah yang dibutuhkan pekerja?

Jawab: Pada umumnya gizi yang dibutuhkan pekerja sama dengan yang

dibutuhkan dalam aktifitas sehari-hari yaitu karbohidrat, protein, lemak,

mineral, dan air

3. Aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi gizi kerja?

Jawab: Aspek-aspek yang mepengaruhi gizi kerja berupa kebutuhan gizi bagi

tenaga kerja sebagai suatu kelompok dalam masyarakat, kalori yang

diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, faktor-faktor lingkungan yang

mempengaruhi status gizi tenaga kerja, gizi kerja yang produktivitas.

4. Undang-undang apa saja yang mangatur gizi kerja?

Jawab: Undang-undang yang mengatur gizi kerja yaitu UU No.1 th 51 dan UU

No.12 th 1948, Surat Edaran Menteri TK dan Trans No. 01/Men/1979,

Keputusan Menteri TK dan Trans No. 608/Men/1089, dan Kep. Menteri

Koord Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 06/Kep/Menko/ Kesra/VIII/1989.

5. Apa akibat kekurangan gizi pada pekerja?

Jawab: Akibat kekurang asupan gizi bagi pekerja yaitu pertahanan tubuh

terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang, berat badan

menurun, badan menjadi kurus, muka pucat kurang bersemangat, kurang

motivasi, bereaksi lamban, apatis dan lain sebagainya.

Page 31: Pengantar Gizi Kerja

25

DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, E. H. And D. N. A. Ningrum (2010). "Hubungan Antara Tingkat Kesegaran

Jasmani Dan Status Gizi Dengan Produktivitas Kerja." Jurnal Kesehatan

Masyarakat (Vol 5, No 2 (2010)).

Atikah Proverawati Dan Erna Kusuma Wati, Ilmu Gizi Untuk Keperawatan Dan

Gizi Kesehatan, (Yogyakarta: Nuhamedika, 2010)

Ari Agung, I. G. A. (2008). "Pengaruh Perbaikan Gizi Kesehatan Terhadap Produktivitas

Kerja." Piramida (Vol. 4, No. 1 Juli 2008).

Aziza, Z. And F. F. Dieny (2015). "Perbedaan Aktivitas Fisik Intensitas Berat, Asupan

Zat Gizi Makro, Persentase Lemak Tubuh, Dan Lingkar Perut Antara Pekerja

Bagian Produksi Dan Administrasi Pt. Pupuk Kujang Cikampek." Journal Of

Nutrition College (Vol 4, No 2 (2015): (April 2015)): 96-103.

Ellyke, E. (2007). "Hubungan Tingkat Kecukupan Energi Dan Protein Dengan Status

Gizi Pekerja Wanita Di Sentra Industri Sandal, Sidoarjo." Ikesma (Vol 3, No 1

(2007)).

Hidayat Syarief. 1997. Membangun Sdm Berkualitas. Suatu Telaahan Gizi

Masyarakat Dan Sumber Daya Keluarga. Ipb. Bogor.

Mahdar, D., Et Al. (1996). "Status Gizi Mikro (Tembaga, Seng Dan Kronium),

Pengetahuan Gizi Dan Keadaan Gizi Lebih Pada Pria Pekerja." Jurnal

Penelitian Gizi Dan Makanan (Jilid 19 (1996)).

Marsetyo, H Dan G. Kartasapoetra. 1991. Ilmu Gizi. Rineka Cipta. Jakarta.

Miagia I.S. & Hidayati T. (2010) Hubungan Pelaksanaan Prinsip Pemberian Menu

Nurcahyo, K. Dan Briawan, D. (2010) Konsumsi Pangan Penyakit

Infeksi Dan Status Gizi Anak Balita Pasca Perawatan Gizi Buruk,

Jurnal Gizi Dan Pangan, Vol. 5 (3): Pp. 164-170

Mulyatiningsih, E. (2000). "Pengendalian Stres Pada Wanita (Tinjauan Dari Pekerjaan

Dan Status Gizi)." Humaniora (Vol 5, No 2: 2000).

Suma‟Mur, 1996. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Pt. Toko

Gunung Agung

Sunitaalmatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, (Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama,

2009), Hlm.296

Wijayanti, Reni, 2007. Materi Kuliah Gizi Kerja. Surakarta : D-Iii Hiperkes Dan

Kk Fakultas Kedokteran Uns.

Page 32: Pengantar Gizi Kerja

26

Wulandari, P. D. A., Et Al. (2015). "Hubungan Antara Asupan Energi, Asupan Protein

Dan Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi Penduduk Lanjut Usia Di Wilayah

Kerja Upt Kesmas Blahbatuh Ii, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar."

E-Jurnal Medika Udayana(Vol 4 No 7(2015):E-Jurnal Medika Udayana).

Page 33: Pengantar Gizi Kerja

27

INDEKS

A

AKE

Angka

ASI

Air

B

Beban

Bising

Berisangksi

Bahaya

Berat

Badan

C

Cadangan

D

Daya

E Energi

Ekonomi

Extra

Empat

Estimasi

Equation

Efek

F

Fisik

Faktor

G

Gizi

Gambaran

Gejala

Gunakan

Garam

Gaji

Page 34: Pengantar Gizi Kerja

28

H

Health

Hari

Hormon

Hindari

I

Individu Intensitas

J

Jenis

Jumlah

K

Kecukupan

Kalori

Kerja

L

Lahir

Lama

Lapangan

Lingkungan

M

Manusia

Masalah

Mental

Makanan

Menyimpan