Upload
fidelisboymanurung
View
235
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pengantar Gizi Kerja
Citation preview
i
MAKALAH
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
GIZI KERJA
Dosen Pengajar: Prof. DR. Qomariyatus Sholihah, Amd.Hyp, ST,M. Kes
Oleh :
FIDELIS BOY MANURUNG H1D113210
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016
ii
UCAPAN TERIMAKASIH
Fidelis Boy Manurung
H1D113210
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makala kesehatan dan
keselamatan kerja tentang “Gizi Kerja” tepat pada waktunya.
Penyusunan makala ini dihadapkan dengan berbagai hambatan yang tidak
mudah tapi pada akhirnya dapat diatasi berkat adanya bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karenanya, dalam kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan rasa
terima kasih kepada:
1. Prof. DR. Qomariyatus Sholihah, Amd.Hyp, ST,M. Kes. selaku Dosen
pengajar mata kuliah kesahatan dan keselamatan kerja.
2. Peneliti dibidang gizi maupun kesehatan dan keselamatan kerjai.
3. Mahasiswa dan mahasiswi Teknik Kimia UNLAM, serta semua pihak
yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, begitu pula halnya
penyusun laporan ini dalam melakukan praktikum maupun penulisan makala
kesehatan dan keselamatan kerja ini. Dengan menyadari segala keterbatasan
penyusun, kritik dan saran yang sifatnya membangun dan konstruktif sangat
penyusun perlukan dalam penyempurnaan makalah ini nantinya. Akhir kata,
penyusun hanya bisa berharap semoga apa yang telah tersaji dalam makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Banjarbaru, 8 April 2016
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan Makalah ................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 3
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi ............................................................................................... 14
BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan .............................................................................................. 15
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 20
5.2 Saran ................................................................................................... 20
BAB VI RINGKASAN
Ringkasan ................................................................................................. 21
BAB VII CONTOH SOAL
Contoh Soal .............................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 23
INDEKS .............................................................................................................. 24
v
DAFTAR SINGKATAN
AKE = Angka Kecukupan Energi
ASI = Air Susu Ibu
BBLR = Berat Badan Lahir Rendah
EBM = Energi Basal Metabolisme
IMT = Indeks Massa Tubuh
Kal = Kalori
PUGS = Pedoman Umum Gizi Seimbang
SDM = Sumber Daya Manusia
TK = Tenaga Kerja
UU = Undang-Undang
WHO = World Health Organization
WTO = World Trade Ordganization
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kategori IMT untuk Indonesia -------------------------------------------------- 4
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah peningkatan
kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu upaya yang mempunyai dampak
cukup penting terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah upaya
peningkatan status gizi masyarakat. Status gizi masyarakat merupakan salah satu
faktor yang menentukan kualitas hidup dan produktivitas kerja (Satriono, 1999).
Zat gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang
dikonsumsi, mempunyai nilai yang sangat penting (tergantung dari macam-
macam bahan makanannya) untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan
fisik sehari-hari bagi para pekerja. Termasuk dalam memelihara proses tubuh
dalam pertumbuhan dan perkembangan yaitu penggantian sel-sel yang rusak dan
sebagai zat pelindung dalam tubuh (dengan cara menjaga keseimbangan cairan
tubuh). Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara
dengan baik akan menunjukkan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang.
Seseorang yang sehat tentunya memiliki daya pikir dan daya kegiatan fisik sehari-
hari yang cukup tinggi (Adrianto Dan Ningrum, 2010).
Tubuh manusia memerlukan sejumlah pangan dan gizi secara tetap, sesuai
dengan standar kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat
terpenuhi. Penduduk yang miskin tidak mendapatkan pangan dan gizi dalam
jumlah yang cukup. Mereka menderita lapar pangan dan gizi, mereka menderita
gizi kurang. Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang
dikonsumsinya dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan,
tidak akan dijumpai penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul
konsekuensi fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang tidak disadari kalau
hal tersebut karena faktor gizi (Aziza, Dkk. 2015).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu;
2
1. Apa yang dimaksud gizi kerja?
2. Gizi apakah yang dibutuhkan pekerja?
3. Aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi gizi kerja?
4. Undang-undang apa saja yang mangatur gizi kerja?
5. Apa akibat kekurangan gizi pada pekerja?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang gizi kerja.
2. Mengetahui gizi yang dibutuhkan pekerja.
3. Mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi gizi pekerja.
4. Mengetahui undang-undang yang mengatur gizi kerja.
5. Mengetahui akibat kekurangan gizi pada pekerja.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya
manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka
kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel
otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan. Berbagai masalah
yang timbul akibat gizi buruk antara lain tingginya angka kelahiran bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang disebabkan jika ibu hamil menderita
KEP akan berpengaruh pada gangguan fisik, mental dan kecerdasan anak, juga
meningkatkan resiko bayi yang dilahirkan kurang zat besi. Bayi yang kurang zat
besi dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan sel-sel otak, yang dikemudian
hari dapat mengurangi IQ anak. Faktor penyebab gizi buruk dapat berupa
penyebab tak langsung seperti kurangnya jumlah dan kualitas makananyang
dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan, menderita penyakit kanker
dan penyebab langsung yaitu ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku dan
pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi
juga merupakan masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah,
ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu, untuk mengatasi gizi
buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor.
Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan (kondisi tubuh) sebagai hasil
penyerapan zat-zat gizi yang esensial dan ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik
akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan yang dampak fisiknya
dapat diukur. Terdapat tiga konsep pengertian status gizi (Satriono, 1999).
1. Keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara gizi disatu pihak dan
pengeluaran organisme di lain pihak.
2. Proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui proses
pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pembuangan untuk pemeliharaan hidup, pertumbuhan, fungsi organ tubuh dan
produksi energi.
4
3. Tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh “nutriture” yang terlihat
pada variabel tertentu. Oleh karena itu dalam mengacu tentang keadaan gizi
seseorang perlu disebutkan.
Perlu dipahami bahwa antara status gizi dan indikator status gizi terdapat suatu
perbedaan, yaitu bahwa indikator memberikan refleksi tidak hanya status gizi
tersebut tetapi juga pengaruh non gizi, oleh karenanya indikator walaupun sensitif
tetapi tidak selalu spesifik
Status gizi merupakan salah satu unsur dalam menentukan kondisi fisik
atau kualitas fisik seseorang atau kelompok masyarakat tertentu. Pada dasarnya
bekerja adalah aktivitas fisik yang selalu memerlukan enegi yang bersumber dari
asupan gizi. Makin banyak aktivitas fisik makin banyak pula kebutuhan energi.
Individu dengan status gizi baik menyimpan cadangan energi lebih baik dan
relative lebih lama bertahan dalam bekerja disbanding individu dengan status gizi
kurang. Dengan demikian, dapat dirumuskan asumsi bahwa semakin baik status
gizi seseorang, semakin bertahan di dalam mencegah timbulnya kelelehan kerja.
Penentuan status gizi meliputi:
1. Gejala klinik
2. Pemeriksaan antropometrik
3. Pemeriksaan biokimia.
Status gizi merupakan salah satu unsur dalam menentukan kondisi fisik
atau kualitas fisik seseorang atau kelompok masyarakat tertentu. Pada dasarnya
bekerja adalah aktivitas fisik yang selalu memerlukan enegi yang bersumber dari
asupan gizi. Makin banyak aktivitas fisik makin banyak pula kebutuhan energi.
Individu dengan status gizi baik menyimpan cadangan energi lebih baik dan
relative lebih lama bertahan dalam bekerja disbanding individu dengan status gizi
kurang. Dengan demikian, dapat dirumuskan asumsi bahwa semakin baik status
gizi seseorang, semakin bertahan di dalam mencegah timbulnya kelelehan kerja.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang menurut Reni
Wijayanti, 2007 yaitu:
5
1). Faktor Ekonomi
Penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk
keluarga sehari-hari. Hendaklah dikesampingkan anggapan bahwa makanan yang
memenuhi persyaratan gizi hanya mungkin disajikan dikeluarga yang
berpenghasilan tinggi, memungkinkan keluarga yang berpenghasilan terbataspun
mampu menghidangkan makanan yang cukup memenuhi syarat gizi bagi anggota
keluarganya.
2). Faktor pengetahuan tentang gizi
Pengetahuan tentang kadar zat gizi dalam berbagai bahan makanan dapat
membantu keluarga memilih makanan bergizi,murah dan dapat menjadi selera
untuk semua anggota keluarga.
3). Faktor prasangka buruk terhadap jenis makanan tertentu
Adanya orang berpikiran salah dengan menganggap bila makan sayuran banyak
mengandung vitamin dan mineral akan menurunkan harkat keluarga.
4). Faktor fadhisme
Yaitu kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu. Hal ini akan
mengakibatkan kurang bervariasinya makanan yang akhirnya tubuh tidak
memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
5). Faktor-faktor lingkungan kerja
Ini menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap keadaan gizi tenaga kerja
yang berlebihan maka penggunaan cadangan energipun akan bertambah besar.
Dalam penelitian ini, untuk menilai status gizi salah satu bentuk penilaiannya
dengan indeks anthropometri tubuh menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT).
6
Tabel 1. Kategori IMT untuk Indonesia, adalah sebagai berikut:
Masalahnya hanya terletak pada kekurangan gizi, khususnya energi. Bagi
orang dewasa yang bekerja dengan energi yang melebihi dari kewajaran
(membanting tulang demi untuk memperoleh pendapatan yang lebih) umumnya ia
menggunakan cadangan energi dalam tubuhnya, akibat penggunaan tersebut dan
tidak adanya penggantian energi dan energi cadangan sehubungan dengan
kurangnya pemasukan zat makanan ke dalam tubuhnya, tentulah dari
pekerja/orang dewasa yang bersangkutan tidak dapat diharapkan adanya
produktivitas kerja yang dikehendaki. Pada masa sekarang para pengusaha telah
memikirkan akan masalah yang dihadapi oleh para karyawannya. Oleh karena itu,
bagi para karyawan yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja atau
menjalankan pekerjaan yang dianggap berat, selalu disediakan jaminan makan
(biasanya berupa makanan yang bergizi) dan makanan tambahan (extra voiding).
Pembatasan waktu kerja, pemberian jaminan makan setiap hari kerja, merupakan
suatu kebijaksanaan pengusaha utnuk mempertahankan produktivitas kerja yang
dikehendaki perusahaan dari para karyawannya
Gizi kerja adalah nutrisi atau zat makanan yang diperlukan oleh tenaga
kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaannya dengan tujuan
untuk meningkat daya kerja dan kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya
dengan tingkat gizi seseorang (Suma‟mur, 1996).
Menurut Reni Wijayanti (2007), gizi kerja yang baik akan meningkat
derajat kesehatan tenaga kerja yang tinggi dan akan mempengaruhi produktivitas
7
perusahaan dan produktivitas nasional. Sedangkan gizi kerja yang buruk akan
menyebabkan:
a. Daya tahan tubuh menurun dan sering menderita sakit dengan akibat absensi
yang tinggi.
b. Daya kerja fisik turun sehingga prestasi rendah.
Dengan absensi tinggi ditambah lagi dengan prestasi kerja rendah maka akan
menyebabkan produktivitas rendah pula.
Ada beberapa jenis atau unsur zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Unsur-unsur tersebut adalah karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan
air. Enam unsur tersebut dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga golongan besar,
yaitu:
a. Unsur gizi pemberi energi, yaitu : karbohidrat, protein, dan lemak.
b. Unsur gizi pembangun sel-sel jaringan tubuh, yaitu : protein, mineral, dan air.
c. Unsur gizi pengatur fungsi faal tubuh, yaitu : mineral, vitamin, dan air.
Pengetahuan mengenai cara menyusun menu seimbang yang didasarkan
“Empat Sehat Lima Sempurna” sangat diperlukan karena dapat menjamin
kesehatan dan gizi yang baik (Kardjati 1985 diacu dalam Yusra 1998). Hampir
semua negara yang mengikuti Kongres Gizi Internasional menyadari perlunya
disusun Nutritional Guidelines sebagai tindak lanjut dari Kongres Gizi
Internasional di Roma, Itali pada tahun 1992. Oleh karena itu, Indonesia membuat
pedoman umum gizi seimbang (PUGS) yang bertujuan untuk mencegah
timbulnya berbagai masalah gizi (Rai 1997 diacu dalam Yusra 1998).
Pada dasarnya kelahiran PUGS merupakan suatu proses dinamisasi dan
penjabaran secara operasional dari slogan ”Empat Sehat Lima Sempurna”. Dalam
PUGS terkandung 13 pesan dasar tentang perilaku makan yang diharapkan dapat
mencegah permasalahan gizi. Adapun isi dari 13 pesan tersebut antara lain :
1. Makanlah aneka ragam makanan
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi
5. Gunakan garam beriodium
8
6. Makanlah makanan sumber zat besi
7. Biasakan makan pagi
8. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya
9. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur
10. Hindari minum minuman beralkohol
11. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
12. Bacalah label pada makanan yang dikemas
(Depkes 2005).
1. Makanlah aneka ragam makanan
Makanan yang beraneka ragam, yaitu makanan yang mengandung zat
tenaga, pembangun, dan pengatur. Makanan sumber zat tenaga antara lain : beras,
jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti, dan mie. Makanan
sumber zat pembangun merupakan makanan yang berasal dari pangan nabati dan
hewani. Pangan nabati, seperti kacang-kacangan, tempe, tahu dan pangan hewani,
seperti telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahannya, sedangkan makanan
sumber zat pengatur, yaitu seluruh sayursayuran dan buah-buahan (Depkes,
2005). Makanlah makanan yang beragam dalam setiap kali makan sehari-hari.
Setiap kali hidangan makan dianjurkan minimal terdapat satu jenis pangan sumber
zat tenaga, satu jenis pangan sumber pembangun, dan satu jenis pangan sumber
zat pengatur (Depkes 2005). Makan makanan yang beragam dapat memelihara
kesehatan karena kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur
yang dibutuhkan tubuh terpenuhi. Oleh karena itu, perlu mengkonsumsi aneka
ragam jenis bahan makanan untuk mencapai konsumsi zat gizi secara lengkap dan
seimbang (Depkes 2005).
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
Energi dibutuhkan oleh seseorang untuk melakukan aktivitas. Energi
didapatkan dari makanan yang dikonsumsi. Makanan yang dapat memenuhi
kebutuhan energi, yaitu makanan sumber karbohidrat, protein, dan lemak (Depkes
2005). Menurut hasil analisis estimasi energi basal metabolisme (EBM)
berdasarkan berat badan Oxford Equation yang dilakukan pada populasi ASIA,
angka kecukupan energi (AKE) bagi orang dewasa khususnya umur 19-29 tahun
9
yang berjenis kelamin wanita adalah 1900 Kal. Sementara angka kecukupan
energi (AKE) pria pada kelompok umur 19-29 tahun adalah 2550 Kal (Hardinsyah
& Tambunan 2004). Berat badan dapat dijadikan indikator kecukupan energi
seseorang. Apabila seseorang memiliki berat badan yang normal, maka kecukupan
asupan energinya sudah terpenuhi. Asupan energi yang berlebihan akan
menimbulkan dampak kegemukan. Namun, apabila konsumsi energinya kurang,
maka akan dapat menurunkan produktivitas kerja seseorang serta dalam waktu
yang lama akan menimbulkan kekurangan gizi dan penurunan berat badan
(Depkes 2005).
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan
energi
Karbohidrat terdiri dari karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana.
Karbohidrat sederhana, seperti gula. Konsumsi gula dibatasi sampai 5% atau
sekitar 3-4 sendok makan dari jumlah kecukupan energi per hari, sedangkan
karbohidrat kompleks, yaitu padi-padian (beras, jagung, gandum), umbi-umbian
(singkong, ubi jalar, kentang), dan makanan lain, seperti tepung, sagu, dan pisang
(Depkes 2005). Karbohidrat kompleks sangat baik dikonsumsi untuk tujuan
pengendalian kadar glukosa darah (Whitney et al 1998 diacu dalam Hardinsyah &
Tambunan 2004). Makanan sumber energi utama yang biasa dikonsumsi orang
Indonesia adalah nasi, jagung, ubi atau sagu. Makanan sumber energi ini tidak
mengadung zat gizi yang lengkap. Oleh karena itu, dianjurkan untuk
mengkonsumsi pangan sumber karbohidrat hanya 50-60% dari kebutuhan energi
(Depkes 2005).
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan
energi
Sebagian besar lemak (99%) dalam tubuh, yaitu trigliserida (Hardinsyah &
Tambunan 2004). Lemak dan minyak merupakan sumber energi tertinggi
dibanding bahan pangan lainnya. Setiap 1 gram lemak menghasilkan 9 Kal,
sedangkan karbohidrat dan protein hanya menyumbang 4 Kal (Depkes 2005).
Oleh karena itu, proporsi konsumsi energi dari lemak dan minyak yang dianjurkan
adalah 20% dari total konsumsi energi dan tidak melebihi 30% (Simopoulus et al
10
2000 diacu dalam Hardinsyah & Tambunan 2004). Apabila mengkonsumsi lemak
dalam jumlah yang berlebihan maka akan mengakibatkan kebutuhan zat gizi lain
tidak terpenuhi. Komposisi konsumsi lemak yang dianjurkan, yaitu 2:1 antara
makanan sumber lemak nabati dan makanan sumber lemak lemak nabati (Depkes
2005). Lemak dan minyak yang terdapat dalam makanan selain befungsi untuk
meningkatkan jumlah energi juga dapat membantu penyerapan vitamin larut
lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K serta menambah cita rasa makanan. Lemak
terdiri dari tiga kelompok, mulai dari yang paling mudah dicerna hingga sulit
dicerna, yaitu lemak yang mengandung asam lemat tak jenuh ganda, lemak yang
mengandung asam lemak tak jenuh tunggal, dan lemak yang mengandung asam
lemak jenuh (Depkes 2005). Jenis lemak atau minyak yang banyak mengandung
lemak jenuh, yaitu lemak/gajih, minyak kelapa, mentega, minyak inti sawit, dan
coklat (Duyff 1998 diacu dalam Hardinsyah & Tambunan 2004).
5. Gunakan garam beriodium
Iodium berfungsi dalam produksi hormon tiroid. Hormon ini sangat
dibutuhkan dalam perkembangan dan pertumbuhan saraf otot pusat, pertumbuhan
tulang, perkembangan fungsi otak dan sebagian besar metabolisme sel tubuh,
pengaturan suhu tubuh, sintesa protein, reproduksi, pertumbuhan dan
perkembangan neuromuskular (Kartono & Soekarti 2004). Kekurangan iodium
akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan otak pada
anak, tekanan darah rendah, dan gondok. Kecukupan iodium menurut FAO/WHO
(2001) untuk kelompok umur diatas 12 tahun, pria dan wanita adalah 150 µg/hari
(Kartono & Soekarti 2004). Anjuran pemenuhan kebutuhan garam iodium, yaitu
tidak boleh lebih dari 6 gram per hari atau satu sendok teh setiap hari. Hal tersebut
dikarenakan di dalam garam beriodium mengandung natrium. Apabila konsumsi
garam berlebihan, maka akan dapat memicu timbulnya penyakit, seperti tekanan
darah tinggi, stroke, dan lainnya (Depkes 2005). Pangan sumber iodium adalah
ikan dan kerang yang mengandung iodium tinggi, dan pangan nabati tinggi
iodium, seperti rumput laut (Kartono & Soekarti 2004). Menurut Kodyat (1998)
diacu dalam Emilia (1998) penambahan garam pada makanan sebaiknya
11
dilakukan setelah makanan dimasak karena kandungan iodium mudah rusak atau
hilang saat makanan dimasak.
6. Makanlah makanan sumber zat besi
Zat besi merupakan salah satu unsur yang berfungsi dalam pembentukan
sel darah merah. Zat besi terdapat dalam makanan. Oleh karena itu, zat besi dapat
diperoleh dari makanan sehari-hari (Depkes 2005). Apabila konsumsi pangan
sumber zat besi rendah, maka dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan
penyakit anemia gizi atau penyakit kurang darah. Anemia dapat menurunkan daya
tahan tubuh, kemampuan kognitif, dan lainnya (Depkes 2005).
Hidayat Syarief (1997) menyebutkan bahwa pada usia dewasa, faktor gizi
berperan untuk meningkatkan ketahanan fisik dan produktivitas kerja. Dan
selanjutnya disebutkan bahwa tanpa mengabaikan arti penting dari faktor lain, gizi
merupakan faktor kualitas SDM yang pokok, karena unsur gizi tidak hanya
sekedar mempengaruhi derajat kesehatan dan ketahanan fisik, tetapi juga
menentukan kualitas daya pikir atau kecerdasan intelektual yang sangat esensial
bagi kehidupan manusia. Dengan status gizi yang rendah akan sulit untuk hidup
secara sehat, aktif, dan produktif yang secara berkelanjutan, dan akan menjadi
penyakit turunan. Manusia untuk kehidupannya membutuhkan energi, hal ini demi
berlangsungnya proses-proses dalam tubuhnya, seperti berlangsungnya proses
peredaran/sirkulasi darah, denyut jantung, pernapasan, pencernaan, proses-proses
fisiologis lainnya, selanjutnya untuk melakukan berbagai kegiatan atau melakukan
pekerjaan fisik. Energi dalam tubuh manusia dapat dihasilkan dari pembakaran
karbohidrat, protein dan lemak, dengan demikian agar manusia selalu tercukupi
energinya diperlukan pemasukan zat-zat makanan yang cukup pula ke dalam
tubuhnya. Manusia yang kurang makan akan lemah baik daya kegiatan,
pekerjaan-pekerjaan fisik maupun daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat
makanan yang diterima tubuhnya yang dapat menghasilkan energi. Dan orang
tidak dapat bekerja dengan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari
makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh,
namun kebiasaan meminjam ini akan dapat mengakibatkan keadaan yang gawat,
yaitu kurang gizi khususnya energi (Marsetyo dan Kartasapoetra, 1991).
12
Remaja adalah kelompok yang rentan terhadap perubahan-perubahan yang
ada di lingkungan sekitarnya, khususnya masalah konsumsi makanan. Masalah
yang terkait dengan konsumsi makanan yaitu kebiasaan remaja yang sangat
beragam terhadap makanan yang dikonsumsi, seperti acuh, terhadap pemilihan
makanan yang dikonsumsinya padahal tidak sesuai dengan kebutuhan gizi, makan
berlebih, mengikuti trend dengan makanan cepat saji tanpa memperhatikan
kecukupan gizi yang mereka butuhkan, lupa waktu makan karena padatnya
aktivitas dan sebagainya.
Tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
dalam pemilihan makanan dan selanjutnya akan berpengaruh pada keadaan gizi
individu yang bersangkutan. Penelitian yang dilakukan untuk mencari hubungan
antara pengetahuan gizi seimbang dengan status gizi remaja pada Madrasah
Tsanawiyah ditemukan bahwa yang mempunyai pengetahuan gizi baik 54,2% dan
status gizi baik 57,3%.
Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan
masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan
faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen,
Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya
masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau khronis (sementara atau
berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek
terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung.Kesehatan
masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan
gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul
akibat pekerjaanya. Tujuan kesehatan kerja adalah:
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua
lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental
maupun kesehatan sosial.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan
oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan
bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
13
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang
meliputi, antara lain: metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang
mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari
kesehatan seseorang. Pada hakekatnya ilmu kesehatan kerja mempelajari
dinamika, akibat dan problematika yang ditimbulkan akibat hubungan interaktif
tiga komponen utama yang mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu:
1. Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-lain.
2. Beban kerja: fisik maupun mental.
3. Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara lain:bising,
panas, debu, parasit, dan lain-lain.
Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan kerja
yang optimal. Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan
masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang
pada akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja.
Penyusunan pesan-pesan dalam pedoman gizi seimbang adalah salah satu
bentuk strategi pendidikan gizi. Pesan-pesan dalam pedoman gizi seimbang
tersebut tertuang dalam 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, yaitu:
1) Makanlah aneka ragam makanan.
2) Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.
3) Makanlah sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.
4) Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi.
5) Gunakan garam beriodium
6) Makanlah makanan sumber zat besi.
7) Berikan air susu ibu ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan.
8) Biasakan makan pagi
14
9) Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya.
10) Lakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur.
11) Hindari minum minuman beralkohol.
12) Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
13) Bacalah label pada makanan yang dikemas.
15
BAB 3
METODOLOGI
Pada makalah ini menggunakan studi literatur dalam pengolahannya. Jurnal
yang digunakan dalam makalah ini adalah Gizi Kerja. Adapun proses
pengumpulan studi literatur dilakukan selama 3 minggu sejak tugas pembuatan
makalah ini diberikan. Secara umum tahapan diagram alir proses pada Gambar 3.1
berikut:
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan
Jurnal-Jurnal
Pembuatan Laporan
Selesai
Gambar 3.1 Skema Diagram Alir Kegiatan
Berdasarkan metodologi dengan studi literatur, maka jurnal-jurnal yang digunakan
Pada Makalah Ini Adalah Sebagai Berikut:
1. Hubungan Antara Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Status Gizi Dengan Produktivitas
Kerja. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adrianto Dan Ningrum, 2010).
Http://Journal.Unnes.Ac.Id/Nju/Index.Php/Kemas/Article/View/1873
2. Pengaruh Perbaikan Gizi Kesehatan Terhadap Produktivitas Kerja. Piramida (Ari,
2008).
Http://Ojs.Unud.Ac.Id/Index.Php/Piramida/Article/View/2973
16
3. Perbedaan Aktivitas Fisik Intensitas Berat, Asupan Zat Gizi Makro, Persentase
Lemak Tubuh, Dan Lingkar Perut Antara Pekerja Bagian Produksi Dan Administrasi
Pt. Pupuk Kujang Cikampek. Journal Of Nutrition College (Aziza, Dkk. 2015).
Http://Ejournal-S1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Jnc/Article/View/10051
4. Hubungan Tingkat Kecukupan Energi Dan Protein Dengan Status Gizi Pekerja
Wanita Di Sentra Industri Sandal, Sidoarjo. Ikesma (Ellyke, 2007).
Http://Jurnal.Unej.Ac.Id/Index.Php/Ikesma/Article/View/1914
5. Status Gizi Mikro (Tembaga, Seng Dan Kronium), Pengetahuan Gizi Dan Keadaan
Gizi Lebih Pada Pria Pekerja. Jurnal Penelitian Gizi Dan Makanan(Mahdar Et
Al,1996)
Http://Ejournal.Litbang.Depkes.Go.Id/Index.Php/Pgm/Article/View/2309
6. Pengendalian Stres Pada Wanita (Tinjauan Dari Pekerjaan Dan Status Gizi).
Humaniora (Mulyatiningsih, 2000).
Http://Journal.Uny.Ac.Id/Index.Php/Humaniora/Article/View/5374
7. Hubungan Antara Asupan Energi, Asupan Protein Dan Aktivitas Fisik Terhadap
Status Gizi Penduduk Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Upt Kesmas Blahbatuh Ii,
Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. E-Jurnal Medika Udayana (Wulandari Et
Al, 2015).
Http://Ojs.Unud.Ac.Id/Index.Php/Eum/Article/View/15085
8. Atikah Proverawati Dan Erna Kusuma Wati, Ilmu Gizi Untuk Keperawatan
Dan Gizi Kesehatan. Nuhamedika, (Proverawati&Wati,2010)
9. Membangun Sdm Berkualitas. Suatu Telaahan Gizi Masyarakat Dan Sumber
Daya Keluarga. Ipb. Bogor ( Hidayat,2010)
10. Konsumsi Pangan Penyakit Infeksi Dan Status Gizi Anak Balita Pasca
Perawatan Gizi Buruk, Jurnal Gizi Dan Pangan (Nurcahyo Dan
Briawan,2010).
Jurnal.Unsyiah.Ac.Id/Jks/Article/View/2734
17
BAB 4
PEMBAHASAN
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya
manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka
kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel
otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan. Dalam studi literatur
yang dilakukan bahwa gizi pekerja diatur dalam perundang-undangan, dimana
bagi pelanggar akan di berisangksi yang sesuai dengan yang dilakukan. Adapun
undang-undang yang mengatur yaitu:
1. UU No.1 th 51 dan UU No.12 th 1948, tentang kondisi fisik tenaga kerja
setelah bekerja terus menerus selama 4 jam harus diberi istirahat.
2. Surat Edaran Menteri TK dan Trans No. 01/Men/1979 tentang Pengadaan
Kantin dan Ruang makan
3. Keputusan Menteri TK dan Trans No. 608/Men/1089 tentang perush yang
memperkerjakan TK sembilan jam sehari wajib menyediakan makan dan
minum 1400 kalori
4. Kep. Menteri Koord Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 06/Kep/Menko/
Kesra/VIII/1989 , Program Pangan dan Gizi yang berhubungan dengan
produktivitas kerja,
Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan bahwa dasarnya
kelahiran PUGS merupakan suatu proses dinamisasi dan penjabaran secara
operasional dari slogan ”Empat Sehat Lima Sempurna”. Dalam PUGS terkandung
13 pesan dasar tentang perilaku makan yang diharapkan dapat mencegah
permasalahan gizi.
Kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-
hari akan membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti:
1. Pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang,
2. Berat badan menurun,
3. Badan menjadi kurus,
18
4. Muka pucat kurang bersemangat,
5. Kurang motivasi,
6. Bereaksi lamban
7. Apatis dan lain sebagainya.
Dalam keadaan yang demikian itu tidak bisa diharapkan tercapainya efisiensi
dan produktivitas kerja yang optimal.
Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan
masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan
faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen,
Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya
masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau khronis (sementara atau
berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek
terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung.Kesehatan
masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan
gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul
akibat pekerjaanya. Tujuan kesehatan kerja adalah:
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua
lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental
maupun kesehatan sosial.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan
oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan
bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
Pengaruh tentang gizi kerja meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Kebutuhan gizi bagi tenaga kerja sebagai suatu kelompok dalam masyarakat.
2. Kalori yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.
3. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi status gizi tenaga kerja.
19
4. Gizi kerja yang produktivitas.
Gizi kerja yang baik mempunyai pengaruh terhadap produktivitas kerja
yang tinggi, secara konkrit dapat dijabarkan beberapa fakta penting peranan status
gizi baik secara langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi kesehatan
dan kualitas tenaga kerja sebagai berikut :
1. Kecukupan makanan secara kualitas dan kuantitas menurut “empat sehat lima
sempurna” diisyaratkan untuk mempertahankan kondisi fisik yang tangguh dan
untuk mencapai kesegaran jasmani.
2. Peranan zat gizi, disamping zat-zat gizi penting pada pekerjaan yang
membutuhkan tenaga otot juga jumlah atau prevalensi anemia gizi yang
disebabkan oleh kurangnya zat besi.
Gizi kerja dapat dikaitkan dengan pendidikan, pengadaan ruang makan, penilaian
dan perbaiakn kebutuhan kalori. Selain memenuhi kebutuhan kalori pekerja, juga
masih perlu dipenuhi kualitas makanan bagi tenaga kerja.
Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan (kondisi tubuh) sebagai hasil
penyerapan zat-zat gizi yang esensial dan ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik
akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan yang dampak fisiknya
dapat diukur. Terdapat tiga konsep pengertian status gizi (Satriono, 1999).
1. Keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara gizi disatu pihak dan
pengeluaran organisme di lain pihak.
2. Proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui proses
pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pembuangan untuk pemeliharaan hidup, pertumbuhan, fungsi organ tubuh dan
produksi energi.
3. Tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh “nutriture” yang terlihat
pada variabel tertentu. Oleh karena itu dalam mengacu tentang keadaan gizi
seseorang perlu disebutkan.
Perlu dipahami bahwa antara status gizi dan indikator status gizi terdapat
suatu perbedaan, yaitu bahwa indikator memberikan refleksi tidak hanya status
gizi tersebut tetapi juga pengaruh non gizi, oleh karenanya indikator walaupun
sensitif tetapi tidak selalu spesifik
20
Status gizi merupakan salah satu unsur dalam menentukan kondisi fisik
atau kualitas fisik seseorang atau kelompok masyarakat tertentu. Pada dasarnya
bekerja adalah aktivitas fisik yang selalu memerlukan enegi yang bersumber dari
asupan gizi. Makin banyak aktivitas fisik makin banyak pula kebutuhan energi.
Individu dengan status gizi baik menyimpan cadangan energi lebih baik dan
relative lebih lama bertahan dalam bekerja disbanding individu dengan status gizi
kurang. Dengan demikian, dapat dirumuskan asumsi bahwa semakin baik status
gizi seseorang, semakin bertahan di dalam mencegah timbulnya kelelehan kerja.
Penentuan status gizi meliputi :
1. Gejala klinik
2. Pemeriksaan antropometrik
3. Pemeriksaan biokimia.
Penentuan status gizi berdasarkan gejala klinik merupakan pemeriksaan
yang mudah dan murah. Sehingga timbul asumsi bahwa cara ini cepat dan mudah
dipelajari oleh pemula dan hasilnya mudah diintrepretasi. Tapi cara ini
mempunyai keterbatasan seperti hanya dapat dipakai pada kasus-kasus berat
sementara pada kasus-kasus yang belum bergejala sulit dilakukan. Pemeriksaan
antropometrik merupakan pengukuran variasi dimensi fisik dan komposisi tubuh
pada tingkat umum dan derajat nutrisi yang berbeda. Cara-cara dan pengukuran
antropometrik sangat banyak sehingga cara yang dipilih akan tergantung pada
tujuan dan maksud suatu survey atau penelitian. Pengukuran antropometrik
dilakukan dengan mangukur bagian-bagian tubuh tertentu, yaitu berat badan,
tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, jumlah gizi, lingkar lengan atas, dan
tebal lipatan kulit yang dihubungkan dengan umur dan jenis kelamin. Pengukuran
status gizi secara antropometrik dapat menggunakan indeks massa tubuh (IMT).
Indeks massa tubuh merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa khususnya berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan,
maka dengan mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang
dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Masalah kekurangan dan
kelebihan gizi pada orang dewasa merupakan masalah penting, karena selain
21
mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi
produktivitas kerja.
Penelitian yang dibuat oleh Suci Widiastuti (2011) berjudul Faktor
Determinan Produktivitas Kerja pada Pekerja Wanita didapatkan hasil adanya
hubungan antara asupan energi, persentase lemak tubuh, IMT, dan kadar
hemoglobin dengan produktivitas kerja. Variabel yang paling berhubungan
dengan produktivitas adalah kadar hemoglobin pekerja (Widiastuti, 2011).
Penelitian tentang gizi kerja hubungannya dengan kelelahan dilakukan oleh
Dyahumi dan Nur Ulfah (2012) pada salah satu Perusahaan penghasil bulu mata
palsu di Purbalingga didapatkan hasil sebanyak 50% pekerja mengalami defisit
konsumsi energi. Setelah diuji dengan menggunakan analisis Regresi Logistik
dapat disimpulkan bahwa pekerja yang mempunyai tingkat konsumsi energi
defisit akan mempunyai probabilitas 75,57% (apabila variabel yang dimasukkan
hanya energi dan protein) atau 77,8 % (apabila variabel yang dimasukkan energi,
protein dan anemia) untuk terjadinya kelelahan.
Penelitian Chandola, dkk. mengenai hubungan stress kerja dan sindrom
metabolik 10.308 orang subyek yang diikuti selama 14 tahun, didapatkan terdapat
hubungan stres kerja dan risiko sindrom metabolik. Paparan stres kerja yang
kronis merupakan risiko yang besarnya lebih dari dua kali untuk terjadi sindrom
metabolik (OR 2,25; 95% CI: 1,31-3,85). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
stres kerja merupakan faktor risiko penting terjadinya sindrom metabolik. Stres
kerja dapat menimbulkan perubahan metabolisme tubuh yang kemudian dapat
menimbulkan perubahan parameter status gizi. Penelitian Kouvonen, dkk.
mengenai hubungan stres kerja dan indeks massa tubuh (IMT) sebagai parameter
status gizi pada 45.810 orang subyek, didapatkan hubungan lemah antara stres
kerja ringan dengan IMT tinggi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan
lemah antara stres kerja dan IMT. Berbagai faktor dapat mempengaruhi keadaan
stres kerja, status gizi dan sindrom metabolik antara lain jenis kelamin laki-laki,
usia dewasa (30-55 tahun), sudah menikah, merokok, minum alkohol, aktivitas
fisik rendah dan terikat kontrak kerja 6-8.
22
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Gizi kerja adalah bagian ilmu gizi yang diterapkan pada lingkungan kerja
untuk memenuhi kebutuhan gizi pekerja, memelihara dan meningkatkan
status gizi dan kesehatan pekerja sehingga dapat meningkatkan daya kerja
dan produktivitas kerja.
2. Aspek-aspek yang mepengaruhi gizi kerja berupa kebutuhan gizi bagi
tenaga kerja sebagai suatu kelompok dalam masyarakat, kalori yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi status gizi tenaga kerja, gizi kerja yang produktivitas.
3. Pada umumnya gizi yang dibutuhkan pekerja sama dengan yang
dibutuhkan dalam aktifitas sehari-hari yaitu karbohidrat, protein, lemak,
mineral, dan air.
4. Undang-undang yang mengatur gizi kerja yaitu UU No.1 th 51 dan UU
No.12 th 1948, Surat Edaran Menteri TK dan Trans No. 01/Men/1979,
Keputusan Menteri TK dan Trans No. 608/Men/1089, dan Kep. Menteri
Koord Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 06/Kep/Menko/
Kesra/VIII/1989.
5. Akibat kekurang asupan gizi bagi pekerja yaitu pertahanan tubuh
terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang, berat badan
menurun, badan menjadi kurus, muka pucat kurang bersemangat, kurang
motivasi, bereaksi lamban, apatis dan lain sebagainya.
5.2 Saran
Adapun saran dapat diberiukan dalam pembuatan makalah ini yaitu
mencari lebih banyak rreferensi yang terbaru mengenai gizi kerja, serta lebih baik
pada pembuatan makalah ini dilakukan peninjauan lapangan secara langsung agar
mendapatkan data yang lebih akurat.
23
BAB 6
RINGKASAN
Gizi kerja adalah nutrisi atau zat makanan yang diperlukan oleh tenaga
kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaannya dengan tujuan
untuk meningkat daya kerja dan kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya
dengan tingkat gizi seseorang. Pada umumnya ada beberapa faktor yang
mempengaruhi status gizi seseorang faktor ekonomi, faktor pengetahuan tentang
gizi faktor prasangka buruk terhadap jenis makanan tertentu, faktor fadhisme, dan
faktor-faktor lingkungan kerja. Adapun dasar-dasar hukum yang mengatur tentang
gizi kerja salah satunya pada UU No.1 th 51 dan UU No.12 th 1948, tentang
kondisi fisik tenaga kerja setelah bekerja terus menerus selama 4 jam harus diberi
istirahat.
Gizi kerja yang baik mempunyai pengaruh terhadap produktivitas kerja yang
tinggi, secara konkrit dapat dijabarkan beberapa fakta penting peranan status gizi
baik secara langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi kesehatan dan
kualitas tenaga kerja
24
BAB 7
CONTOH SOAL
1. Apa yang dimaksud gizi kerja?
Jawab: Gizi kerja adalah bagian ilmu gizi yang diterapkan pada lingkungan kerja
untuk memenuhi kebutuhan gizi pekerja, memelihara dan meningkatkan
status gizi dan kesehatan pekerja sehingga dapat meningkatkan daya kerja
dan produktivitas kerja.
2. Gizi apakah yang dibutuhkan pekerja?
Jawab: Pada umumnya gizi yang dibutuhkan pekerja sama dengan yang
dibutuhkan dalam aktifitas sehari-hari yaitu karbohidrat, protein, lemak,
mineral, dan air
3. Aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi gizi kerja?
Jawab: Aspek-aspek yang mepengaruhi gizi kerja berupa kebutuhan gizi bagi
tenaga kerja sebagai suatu kelompok dalam masyarakat, kalori yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi status gizi tenaga kerja, gizi kerja yang produktivitas.
4. Undang-undang apa saja yang mangatur gizi kerja?
Jawab: Undang-undang yang mengatur gizi kerja yaitu UU No.1 th 51 dan UU
No.12 th 1948, Surat Edaran Menteri TK dan Trans No. 01/Men/1979,
Keputusan Menteri TK dan Trans No. 608/Men/1089, dan Kep. Menteri
Koord Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 06/Kep/Menko/ Kesra/VIII/1989.
5. Apa akibat kekurangan gizi pada pekerja?
Jawab: Akibat kekurang asupan gizi bagi pekerja yaitu pertahanan tubuh
terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang, berat badan
menurun, badan menjadi kurus, muka pucat kurang bersemangat, kurang
motivasi, bereaksi lamban, apatis dan lain sebagainya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto, E. H. And D. N. A. Ningrum (2010). "Hubungan Antara Tingkat Kesegaran
Jasmani Dan Status Gizi Dengan Produktivitas Kerja." Jurnal Kesehatan
Masyarakat (Vol 5, No 2 (2010)).
Atikah Proverawati Dan Erna Kusuma Wati, Ilmu Gizi Untuk Keperawatan Dan
Gizi Kesehatan, (Yogyakarta: Nuhamedika, 2010)
Ari Agung, I. G. A. (2008). "Pengaruh Perbaikan Gizi Kesehatan Terhadap Produktivitas
Kerja." Piramida (Vol. 4, No. 1 Juli 2008).
Aziza, Z. And F. F. Dieny (2015). "Perbedaan Aktivitas Fisik Intensitas Berat, Asupan
Zat Gizi Makro, Persentase Lemak Tubuh, Dan Lingkar Perut Antara Pekerja
Bagian Produksi Dan Administrasi Pt. Pupuk Kujang Cikampek." Journal Of
Nutrition College (Vol 4, No 2 (2015): (April 2015)): 96-103.
Ellyke, E. (2007). "Hubungan Tingkat Kecukupan Energi Dan Protein Dengan Status
Gizi Pekerja Wanita Di Sentra Industri Sandal, Sidoarjo." Ikesma (Vol 3, No 1
(2007)).
Hidayat Syarief. 1997. Membangun Sdm Berkualitas. Suatu Telaahan Gizi
Masyarakat Dan Sumber Daya Keluarga. Ipb. Bogor.
Mahdar, D., Et Al. (1996). "Status Gizi Mikro (Tembaga, Seng Dan Kronium),
Pengetahuan Gizi Dan Keadaan Gizi Lebih Pada Pria Pekerja." Jurnal
Penelitian Gizi Dan Makanan (Jilid 19 (1996)).
Marsetyo, H Dan G. Kartasapoetra. 1991. Ilmu Gizi. Rineka Cipta. Jakarta.
Miagia I.S. & Hidayati T. (2010) Hubungan Pelaksanaan Prinsip Pemberian Menu
Nurcahyo, K. Dan Briawan, D. (2010) Konsumsi Pangan Penyakit
Infeksi Dan Status Gizi Anak Balita Pasca Perawatan Gizi Buruk,
Jurnal Gizi Dan Pangan, Vol. 5 (3): Pp. 164-170
Mulyatiningsih, E. (2000). "Pengendalian Stres Pada Wanita (Tinjauan Dari Pekerjaan
Dan Status Gizi)." Humaniora (Vol 5, No 2: 2000).
Suma‟Mur, 1996. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Pt. Toko
Gunung Agung
Sunitaalmatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, (Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama,
2009), Hlm.296
Wijayanti, Reni, 2007. Materi Kuliah Gizi Kerja. Surakarta : D-Iii Hiperkes Dan
Kk Fakultas Kedokteran Uns.
26
Wulandari, P. D. A., Et Al. (2015). "Hubungan Antara Asupan Energi, Asupan Protein
Dan Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi Penduduk Lanjut Usia Di Wilayah
Kerja Upt Kesmas Blahbatuh Ii, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar."
E-Jurnal Medika Udayana(Vol 4 No 7(2015):E-Jurnal Medika Udayana).
27
INDEKS
A
AKE
Angka
ASI
Air
B
Beban
Bising
Berisangksi
Bahaya
Berat
Badan
C
Cadangan
D
Daya
E Energi
Ekonomi
Extra
Empat
Estimasi
Equation
Efek
F
Fisik
Faktor
G
Gizi
Gambaran
Gejala
Gunakan
Garam
Gaji
28
H
Health
Hari
Hormon
Hindari
I
Individu Intensitas
J
Jenis
Jumlah
K
Kecukupan
Kalori
Kerja
L
Lahir
Lama
Lapangan
Lingkungan
M
Manusia
Masalah
Mental
Makanan
Menyimpan