12
Pengaruh antara Kematangan Emosi dan Self-eficacy terhadap Craving pada Mantan Pengguna Narkoba Nurul Fitrianti EM. Agus Subekti Puri Aquarisnawati Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya Korespondensi: Puri Aquarisnawati. Fakultas Psikologi Universitas Hang-Tuah, Jalan Arief Rahman Hakim 150 Surabaya Telp: (031) 5945894, (031)5946261. Email: [email protected] Abstract. The purpose of this study was to determine whether there is influence between emotional maturity (as variable X1) and self-efficacy (as variable X2) on craving (as variable Y) in ex-drug users. The population of this study was former drug users who have became a member of the Surabaya Orbit Foundation. Sampling technique used was simple random sampling. The characteristics of the research subjects were former drug users. Population n = 90 and significance level of 5%. The sampling number according to the table is 70. Data analysis used two predictors of regression analysis using SPSS 17 for windows. The results is r = 0.582 > 0.235 xy r with n = 70 at á = 5%. It means that there are significant effects between emotional maturity table and self-efficacy on craving in former drug users. The results of this study have shown significant effect, in which the emotional maturity and self-efficacy affects craving in former drug users, but the impact is very small because the coefficient of determination (R ) indicates that the relative 2 contribution given by emotional maturity and self-efficacy on craving are only 34%. Therefore there are 66% of other factors that may determine the emergence of craving in former drug users. Keywords: emotional maturity, self-efficacy, craving, former drug users Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara kematangan emosi (sebagai variabel X1) dan self-efficacy (sebagai variabel X2) terhadap craving (sebagai variabel Y) pada mantan pengguna narkoba. Populasi penelitian ini adalah mantan pengguna narkoba yang menjadi anggota di Yayasan Orbit Surabaya. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Karakteristik subyek penelitian adalah mantan pengguna narkoba. Populasi n = 90 dan taraf signifikansi 5%. Jumlah sampel yang diambil berdasarkan tabel sebanyak 70. Analisis data menggunakan analisis regresi dua prediktor dengan menggunakan program SPSS 17 for windows. Hasil analisis didapatkan nilai r = 0,582 > r 0,235 dengan n = 70 xy tabel pada a =5%. Artinya ada pengaruh yang signifikan antara kematangan emosi dan self-efficacy terhadap craving pada mantan pengguna narkoba. Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh yang signifikan dimana kematangan emosi dan self-efficacy mempengaruhi craving pada mantan pengguna narkoba, walaupun pengaruhnya sangat kecil karena dari hasil koefisien determinasi (R ) menunjukkan bahwa sumbangan relative yang diberikan oleh variable 2 kematangan emosi dan self-efficacy terhadap craving hanya sebesar 34%. Oleh karena itu terdapat 66% faktor lain yang kemungkinan menentukan munculnya craving pada mantan pengguna narkoba. Kata kunci: kematangan emosi, self-efficacy, craving, mantan pengguna narkoba. 106 INSAN Vol. 13 No. 02, Agustus 2011

Pengaruh antara Kematangan Emosi dan Self-eficacy terhadap ... · pengaruh yang signifikan dimana kematangan emosi dan self-efficacy mempengaruhi craving pada mantan pengguna narkoba,

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh antara Kematangan Emosi dan Self-eficacy terhadap ... · pengaruh yang signifikan dimana kematangan emosi dan self-efficacy mempengaruhi craving pada mantan pengguna narkoba,

Pengaruh antara Kematangan Emosi dan Self-eficacy terhadap Craving pada Mantan Pengguna Narkoba

Nurul FitriantiEM. Agus SubektiPuri AquarisnawatiFakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya

Korespondensi: Puri Aquarisnawati. Fakultas Psikologi Universitas Hang-Tuah, Jalan Arief Rahman Hakim 150 Surabaya Telp: (031) 5945894, (031)5946261. Email: [email protected]

Abstract.The purpose of this study was to determine whether there is influence between emotional maturity (as variable X1) and self-efficacy (as variable X2) on craving (as variable Y) in ex-drug users. The population of this study was former drug users who have became a member of the Surabaya Orbit Foundation. Sampling technique used was simple random sampling. The characteristics of the research subjects were former drug users. Population n = 90 and significance level of 5%. The sampling number according to the table is 70. Data analysis used two predictors of regression analysis using SPSS 17 for windows. The results is r = 0.582 > 0.235 xy

r with n = 70 at á = 5%. It means that there are significant effects between emotional maturity table

and self-efficacy on craving in former drug users. The results of this study have shown significant effect, in which the emotional maturity and self-efficacy affects craving in former drug users, but the impact is very small because the coefficient of determination (R ) indicates that the relative 2

contribution given by emotional maturity and self-efficacy on craving are only 34%. Therefore there are 66% of other factors that may determine the emergence of craving in former drug users.

Keywords: emotional maturity, self-efficacy, craving, former drug users

Abstrak.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara kematangan emosi (sebagai variabel X1) dan self-efficacy (sebagai variabel X2) terhadap craving (sebagai variabel Y) pada mantan pengguna narkoba. Populasi penelitian ini adalah mantan pengguna narkoba yang menjadi anggota di Yayasan Orbit Surabaya. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Karakteristik subyek penelitian adalah mantan pengguna narkoba. Populasi n = 90 dan taraf signifikansi 5%. Jumlah sampel yang diambil berdasarkan tabel sebanyak 70. Analisis data menggunakan analisis regresi dua prediktor dengan menggunakan program SPSS 17 for windows. Hasil analisis didapatkan nilai r = 0,582 > r 0,235 dengan n = 70 xy tabel

pada a =5%. Artinya ada pengaruh yang signifikan antara kematangan emosi dan self-efficacy terhadap craving pada mantan pengguna narkoba. Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh yang signifikan dimana kematangan emosi dan self-efficacy mempengaruhi craving pada mantan pengguna narkoba, walaupun pengaruhnya sangat kecil karena dari hasil koefisien determinasi (R ) menunjukkan bahwa sumbangan relative yang diberikan oleh variable 2

kematangan emosi dan self-efficacy terhadap craving hanya sebesar 34%. Oleh karena itu terdapat 66% faktor lain yang kemungkinan menentukan munculnya craving pada mantan pengguna narkoba.

Kata kunci: kematangan emosi, self-efficacy, craving, mantan pengguna narkoba.

106INSAN Vol. 13 No. 02, Agustus 2011

Page 2: Pengaruh antara Kematangan Emosi dan Self-eficacy terhadap ... · pengaruh yang signifikan dimana kematangan emosi dan self-efficacy mempengaruhi craving pada mantan pengguna narkoba,

Salah satu faktor kendala pengguna narkoba rusak dalam kehidupannya, tidak hanya fisik, untuk berhenti tidak mengkonsumsi narkoba namun juga mental, sosial, dan spiritual. Craving kembali adalah adanya craving, yaitu perasaan muncul pada mantan pengguna narkoba juga ingin kembali menggunakan narkoba. Keinginan dapat dikarenakan aspek psikologis pada untuk sembuh 100%, tetapi perasaan ingin pengguna narkoba. Pengguna narkoba harus terus kembali menggunakan narkoba 95%, sehingga berjuang melawan faktor craving dengan memiliki kemungkinan untuk sembuh hanya 5% keyakinan diri akan kemampuan dalam (Kedaulatan Rakyat, 14 Desember 2003). mengatasinya yang biasa disebut self-efficacy dan

Kecanduan narkoba akan menyebabkan mantan pengguna narkoba akan dapat beradaptasi pecandu mengalami ketergantungan, sehingga dengan lingkungannya dan selalu dapat berpikir pada saat pecandu berhenti menggunakan positif terhadap masalah yang dihadapinya.narkoba akan muncul keinginan untuk Melander (2002) mengatakan bahwa self-menggunakan narkoba lagi (craving). Jellinek, dkk efficacy adalah keyakinan akan kemampuan diri (dalam Anton R.F, 1999) memperkenalkan craving sendiri mengorganisasi sumber-sumber yang sebagai komponen pusat yang berhubungan dimiliki untuk menghadapi situasi-situasi dalam dengan ketergantungan. Hingga tahun 1990-an hidup. Jinks, Iorsbach dan Morey (dalam belum ada yang melakukan penelitian tentang Setyawati, 2003) mengatakan bahwa yang craving secara tepat. Clark (2007), memandang terpenting dalam self-eff icacy bukanlah Craving sebagai sugesti yang masih ada untuk kemampuan yang secara nyata dimiliki oleh kembali menggunakan narkoba. Istilah craving seseorang, melainkan kemampuan yang sudah populer di kalangan orang yang dipersepsi oleh individu akan dapat mencapai menyalahgunakan narkoba. Craving terjadi pada suatu hasil tertentu hanya dengan membayangkan orang yang menggunakan narkoba dan dianggap dirinya mengusasai kemampuan yang diperlukan, sebagai motivasi subjektif dalam pengalaman karena self-efficacy berhubungan secara langsung individu berupa hasrat atau keinginan untuk dengan hasil yang akan dicapai oleh individu itu. kembali menggunakan narkoba, oleh karena itu Self-efficacy lebih tepat dikatakan sebagai perlu adanya perhatian lebih bagi pecandu yang fasilitator yang akan mengaktifkan faktor-faktor telah berhenti menggunakan narkoba (mantan yang menentukan tercapainya hasil tertentu pengguna narkoba), karena craving dapat muncul (Pintrich & De Groot, dalam Setyawati, 2003).dan akan mengakibatkan relaps atau kambuh. Young (dalam Cyrillia, 2006) menjelaskan

Menurut Volkow & Schelbert Craving bahwa kematangan emosi ditunjukkan melalui tersebut dapat muncul pada mantan pengguna kemampuan mekanisme pertahanan diri ketika narkoba karena adanya perbedaan sistem saraf konflik-konflik yang muncul mulai dirasakan otak yang ada pada diri pengguna narkoba yang menggagu perilaku. Individu yang matang secara berbeda dengan seseorang pada umumnya yang emosional akan melihat suatu akar permasalahan tidak menggunakan narkoba. Pada dasarnya obat- berdasarkan fakta dan kenyataan di lapangan, obatan berbahaya (narkoba) dapat merubah otak tidak menyalahkan orang lain atau hal-hal yang serta merubah struktur dan cara kerjanya. bersangkutan sebagai salah satu faktor Perubahan otak ini dapat terjadi lama (permanen) penghambat. Kematangan emosi tergantung pada atau menetap dan dapat menyebabkan perilaku aktivitas dari otak bagian bawah. Gejolak emosi yang membahayakan selama orang tersebut menyiapkan seseorang untuk mengatasi keadaan mengkonsumsi narkoba (dalam Darummond, yang genting, individu yang primitif membuat 2001) respons semacam itu bisa bertahan dalam

Craving menjadi suatu faktor penting yang hidupnya (Sobur, 2003). Sehingga individu harus diketahui oleh seorang pengguna narkoba tersebut bertanggung jawab akan pola emosi yang atau individu yang menganggap kecanduan dimiliki. Seseorang yang telah mampu sebagai sesuatu yang mudah untuk dihilangkan mencapai tujuannya maka akan berpengaruh atau disembuhkan. Seorang pecandu yang kepada tingkat emosi dan akan mempertahankan berupaya untuk sembuh harus berusaha untuk gaya hidup yang dipilih karena sadar bahwa memperbaiki komponen-komponen yang telah individu tersebut hidup dalam jaman dan konteks

107

Pengaruh antara Kematangan Emosi dan Self-eficacy terhadap Craving pada Mantan Pengguna Narkoba

INSAN Vol. 13 No. 02, Agustus 2011

Page 3: Pengaruh antara Kematangan Emosi dan Self-eficacy terhadap ... · pengaruh yang signifikan dimana kematangan emosi dan self-efficacy mempengaruhi craving pada mantan pengguna narkoba,

sosial tertentu yang ditandai oleh gaya integritas disebabkan oleh adanya stimulasi terkondisikan sendiri. Individu yang mengalami hal tersebut (conditioned stimulus).akan bersifat bijaksana dalam bertingkah lakunya sehingga kematangan emosi juga akan terbentuk. Karakteristik Craving

Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami Salah satu manfaat memahami model bahwa kematangan emosi dan self-efficacy craving adalah sebagai dasar proses perlakuan memiliki faktor yang mempengaruhi craving pada (treatment). Sebagai dasar treatment, maka mantan pengguna narkoba, oleh karena itu craving harus mampu dijelaskan dalam dibutuhkan penelitian tentang pengaruh pemahaman operasional perlakuan. Penjelasan kematangan emosi dan self-efficacy terhadap tentang craving yang banyak dijadikan acuan bagi craving pada mantan pengguna narkoba untuk proses perlakuan adalah cue-reactivity model. membuktikan hal tersebut. Subyek dalam Model ini menjelaskan craving dengan penelitian ini adalah mantan pengguna narkoba menggunakan logika conditioning dan kognitif yang berjenis kelamin pria. Penelitian ini (Drummond dkk, 2001). Berdasarkan pemahaman dilakukan di Yayasan Bina Hati Surabaya, karena tersebut dan sebagai acuan indikator dalam melihat banyaknya mantan pengguna narkoba penelitian ini, maka craving dipahami sebagai yang masih aktif. respon-respon terkondisikan terhadap isyarat-

isyarat terkait dengan penggunaan narkoba. Craving Adapun isyarat-isyarat yang dimaksud adalah

Menurut (McKim, 2003) craving diartikan konfigurasi stimulus yang berupa stimulus bagi sebagai hasrat yang kuat (strong desire). Secara indera penglihatan, pendengaran, pengecap, umum craving dipahami juga sebagai pengalaman penciuman, peraba. sadar akan suatu hasrat untuk menggunakan Mengacu pada penjelasan diatas dapat narkoba (drug). Menurut WHO dan UNDCP ditegaskan bahwa karakteristik kondisi craving (McKim, 2003) craving merupakan keinginan menurut Drummond (2001) adalah sebagai untuk mengalami kembali pengalaman berikut:menggunakan zat psikoaktif. Keinginan ini 1. Memiliki stimulus penglihatan yang menjadi semakin besar pada seseorang yang terkondisikan terkait dengan penggunaan memiliki kemungkinan besar menjadi pecandu. kembali narkoba.

Selaras dengan pendapat diatas, menurut 2. Memiliki stimulus pendengaran yang Robbinson (McKim, 2003) craving merupakan terkondisikan terkait dengan penggunaan perwujudan pemikiran di mana akan menjadi kembali narkoba.semakin kuat dengan adanya pengulangan 3. Me m i l i k i s t i m u l u s p e n ge c a p y a n g pe m a k a i a n s u a t u ob a t - ob a t a n k a re n a terkondisikan terkait dengan penggunaan berhubungan dengan sensitivitas pada bagian kembali narkoba.otak tertentu. Memahami definisi craving terkait 4. Memil iki st imulus penciuman yang dengan model teoritis yang digunakan. terkondisikan terkait dengan penggunaan

kembali narkoba.5. Memiliki stimulus peraba yang terkondisikan Faktor-Faktor Yang Menyebabkan

terkait dengan penggunaan kembali narkoba.Timbulnya CravingKarakteristik di atas akan dijadikan dasar Berdasarkan pada berbagai definisi craving

untuk menentukan indikator tentang craving. di atas, dapat dipahami bahwa terdapat berbagai Karena isyarat-isyarat dan stimulus yang kuat faktor yang menyebabkan craving. Menurut mengacu pada kelima indera pada diri manusia. model fenomenologi, craving dapat disebabkan Craving akan muncul apabila melihat, mendengar, oleh pengalaman positif ketika menggunakan merasa, menghirup sesuatu yang berhubungan narkoba, sedangkan menurut teori pengkondisian kuat dengan pengalaman-pengalaman saat craving disebabkan oleh hasil proses belajar. menggunakan narkoba.Sebagai proses belajar, craving merupakan bentuk

respon terkondisikan (conditioned respon) yang

108

Nurul Fitrianti, EM. Agus Subekti, Puri Aquarisnawati

INSAN Vol. 13 No. 02, Agustus 2011

Page 4: Pengaruh antara Kematangan Emosi dan Self-eficacy terhadap ... · pengaruh yang signifikan dimana kematangan emosi dan self-efficacy mempengaruhi craving pada mantan pengguna narkoba,

menjadikan reaksi pilihan individu sehingga Kematangan Emosisecara otomatis dapat mengubah emosi-emosi Ke m a t a n g a n e m o s i a d a l a h s u a t u yang ada dalam diri manusia (Hwarmstrong, kemampuan seseorang untuk mengarahkan 2005).emosi dasar yang kuat ke penyaluran yang

Young (dalam Cyrillia, 2006) dijelaskan mencapai tujuan, sedangkan tujuan itu bahwa kematangan emosi ditunjukkan melalui memuaskan diri sendiri dan dapat diterima oleh kemampuan mekanisme pertahanan diri ketika lingkungannya (Hergenhahn, 2001). konflik-konflik yang muncul mulai dirasakan Monks (1999) menyebutkan bahwa mengganggu perilaku. Orang yang matang secara kematangan emosi sebagai suatu kemampuan emosional akan melihat suatu akar permasalahan fungsi-fungsi psikis pada tingkat tinggi sebagai berdasarkan fakta dan kenyataan dilapangan, hasil dari pertumbuhan fisik. Pengalaman sebagai tidak menyalahkan orang lain atau hal-hal yang potensi psikologis individu yang dapat digunakan bersangkutan sebagai salah faktor penghambat.secara optimal. Medikus dan Johnson, (dalam

Kesimpulan dari uraian di atas adalah bahwa Monks, 1999) menyatakan bahwa dalam proses seseorang yang mempunyai kematangan emosi kehidupan individu yang matang akan adalah orang yang telah mencapai tingkat mempunyai tugas mengambangkan tingkat kedewasaan dari perkembangan emosionalnya, kehidupannya dan meningkatkan kemampuan memiliki emosi yang stabil tidak meledak-ledak, menghadapi masa sekarang dan masa yang akan mampu mengendalikan atau mengontrol emosi datang.dan mewujudkannya melalui respon emosional Kematangan emosi (dalam Puspitasari, yang baik dengan tanggung jawab yang baik pula. 2002) dapat didefinisikan sebagai kondisi yang Semakin berkembang tingkat kedewasaan ditandai oleh perkembangan emosi dan seseorang, maka semakin mampu pula individu pemunculan perilaku yang tepat sesuai dengan tersebut untuk memberikan respon emosi yang usia dewasa dari pada bertingkahlaku seperti baik sehingga dapat mengatasi tekanan kehidupan anak-anak. Semakin bertambah usia individu yang dihadapi.diharapkan dapat melihat segala sesuatunya

secara obyektif, mampu membedakan perasaan dan kenyataan, serta bertindak atas dasar fakta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi dari pada perasaan. Kematangan Emosi

Senada dengan pendapat di atas Covey Schneider (dalam Kenenbudi, 2007) (dalam Puspitasari, 2002) mengemukakan bahwa menekankan bahwa kualitas kematangan emosi kematangan emosi adalah kemampuan untuk setidak-tidaknya melibatkan tiga dimensi, yaitu :mengekspresikan perasaan yang ada dalam diri 1. Adequacy of Emotional Response, artinya secara yakin dan berani, seimbang dengan bahwa respon-respon emosional individu pertimbangan-pertimbangan akan perasaan dan harus sesuai dengan tingkat perkembangan keyakinan individu lain. individu dan adanya arah yang tepat bagi

Chaplin (dalam Walgito, 2002) mengartikan respon emosional tersebut.kematangan emosi sebagai suatu keadaan 2. Emotional Range & depth, kualitas ini seseorang yang telah mencapai tingkat menunjukkan pada tingkat kedalaman respon kedewasaan dan perkembangan emosional, oleh emosional pada tiap individu. Bagaimana cara karena itu individu tersebut tidak akan setiap individu tersebut merespon setiap menampilkan pola emosi seperti anak-anak. konflik-konflik yang terjadi dalam dirinya. Walgito (2002) menyatakan bahwa seseorang Sejauh mana respon tersebut mampu dapat dikatakan memiliki kematangan emosi ditangkap oleh individu tersebut dengan apabila dapat mengendalikan emosinya, seperti : sebaik dan sedalam mungkin.dapat berpikir secara matang, berpikir secara baik, 3. Emotional Control, berarti mengatur respon dan obyektif. emosional sesuai dengan tuntutan dari

Kematangan emosi juga dapat dikatakan lingkungan dengan standar yang berasal dari sebagai proses belajar untuk mengembangkan lingkungan dan dengan standar yang berasal cinta secara sempurna dan luas dimana hal itu

109

Pengaruh antara Kematangan Emosi dan Self-eficacy terhadap Craving pada Mantan Pengguna Narkoba

INSAN Vol. 13 No. 02, Agustus 2011

Page 5: Pengaruh antara Kematangan Emosi dan Self-eficacy terhadap ... · pengaruh yang signifikan dimana kematangan emosi dan self-efficacy mempengaruhi craving pada mantan pengguna narkoba,

110

dari dalam diri individu. Standar-standar pemiki ran , kebiasaan , emos i , a tau tersebut berkaitan dengan nilai-nilai, ideal- kemampuan untuk mengarahkan dan ideal, dan prinsip-prinsip, sehingga dapat meregulasi impuls, pemikiran, kebiasaan, menimbulkan kepuasan maksimum dan emosi, sikap dan tingkah laku untuk gangguan keseimbangan yang minimum pada mengatasi ketegangan dan masalah yang individu. d i h a d a p i n y a s e r t a p e n g e m b a n g a n

kepribadiannya pada tujuan yang matang.Berdasarkan ura ian d ia tas dapat Ciri-Ciri Kematangan Emosi

disimpulkan bahwa kematangan emosi pada Menurut Hollingworth & Morgan (dalam mantan pengguna narkoba dalam mengatasi Cyrillia, 2006) dalam memahami kematangan craving dapat di ukur melalui kemampuan emosi dapat dilakukan dengan cara memahami memberikan gradasi respon emosional, mampu perubahan perilaku emosional dan respon-respon mengurangi frekuensi emosional, mampu emosional yang berlawanan dari anak-anak dan menunda responnya (tidak impulsive dan orang dewasa. Ciri-ciri orang dengan emosi yang eksplosif) menghargai diri sendiri, dan mampu matang menurut Hollingworth dan Morgan menghambat manifestasi emosinya. Dengan adalah sebagai berikut : demikian ciri-ciri di atas akan dijadikan dasar 1. Gradasi atau derajat toleransi terhadap untuk menentukan ind ikator tentang frustasi, yakni individu yang emosinya matang kematangan emosi.mampu memberikan gradasi respon

emosional atau mempunyai derajat toleransi terhadap rasa frustasi. Self-efficacy

2. Pengurungan frekuensi dan derajat kekacauan Konsep mengenai self-efficacy ini pada emosional, yakni individu yang emosinya dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang matang tidak mudah meledakkan emosinya terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan sesering yang ditunjukkan oleh anak-anak. untuk bertingkah laku. Self-efficacy adalah Bahwa seseorang yang mempunyai energy dan keyakinan diri seseorang akan kemampuan-kepercayaan akan memandang masa yang ke m a m p u a n ny a u n t u k m e n g a t u r d a n akan datang dengan baik, seseorang yang melaksanakan serangkaian tindakan yang mengontrol dirinya dengan mengurangi diperlukan untuk menghasilkan suatu hal. Self-frekuensi emosi yang meledak-ledak. eff icacy merupakan penilaian terhadap

3. Perilaku yang tidak impulsiv dan eksplosif, kemampuan diri seseorang.yakni individu yang emosinya matang mampu Bandura (dalam Panjares & Schunk, 2001) menunda responnya dan respon yang juga menyatakan bahwa self-efficacy merupakan diberikannya tidak impulsive seperti respon perasaan, penilaian seseorang mengenai emosi pada anak-anak. Anak-anak tidak dapat kemampuan dan kompetensi yang dimiliki untuk menunda dalam mengekspresikan emosi, menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. seperti marah, senang atau takut. Seperti bila Self-efficacy adalah evaluasi seseorang terhadap sedang senang, maka anak akan melompat- kemampuan atau kompetensinya untuk lompat. melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan, atau

4. Sikap menghargai diri sendiri, yakni individu mengatasi hambatan (dalam Panjares, F & yang emosinya matang dapat menghargai diri Schunk, 2001).sendiri (attitude of self regard) dan mampu Brehm dan Kassin (1999) disebutkan bahwa mengendalikan diri untuk mengasihi diri (self self-efficacy sebagai keyakinan individu bahwa diri pity) tidak menunjuk rasa kasihan terhadap sesrorang mampu melakukan tindakan spesifik diri sendiri secara berlebihan, melainkan yang diperlukan untuk menghasilkan out come sesuai dengan rasa. yang diinginkan dalam suatu situasi. Baron dan

5. Manifestasi emosional, yakni individu yang Byrne (2004) mendefinisikan self-efficacy sebagai emosinya matang mampu menghambat evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau manifestasi emosinya, atau kemampuan kompetensi diri dalam melakukan suatu tugas, untuk mengarahkan dan meregulasi impuls, mencapai tujuan, atau mengatasi suatu masalah.

Nurul Fitrianti, EM. Agus Subekti, Puri Aquarisnawati

INSAN Vol. 13 No. 02, Agustus 2011

Page 6: Pengaruh antara Kematangan Emosi dan Self-eficacy terhadap ... · pengaruh yang signifikan dimana kematangan emosi dan self-efficacy mempengaruhi craving pada mantan pengguna narkoba,

111

Schunk menyebutkan bahwa self-eff icacy didasarkan atas pengalaman pribadi individu. mengacu pada harapan yang dipelajari seseorang Prestasi adalah pengalaman-pengalaman bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu yang dialami secara langsung oleh individu. perilaku atau menghasilkan sesuatu yang Pengalaman keberhasilan atau kesuksesan diharapkan dalam suatu situasi tertentu (Schunk, dalam mengerjakan suatu tugas akan dalam Feldman 2003). meningkatkan self-efficacy terutama pada

Menurut Pajares (Woolfolk, 2004), self- awal kejadian dan kegagalan ini disebabkan efficacy adalah penilaian terhadap kompetensi diri oleh karena kurangnya usaha individu atau dalam melakukan suatu tugas khusus dalam karena lingkungan di luar dirinya yang konteks yang spesifik. Selanjutnya self-efficacy menghambat. diartikan dengan fokus pada kemampuan b. Pengalaman melalui model sosial (Vicarious seseorang untuk dapat menyelesaikan sejumlah experience)t u g a s d e n g a n s u k s e s . M y e r s ( 2 0 0 5 ) Self-efficacy dapat muncul ketika seseorang mengungkapkan bahwa self-efficacy adalah mengamati keberhasilan orang lain dalam perasaan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya melakukan aktivitas-aktivitas yang sama atau kompeten dan efektif dalam melakukan suatu mirip dengan tugas yang dilakukan oleh tugas. individu yang bersangkutan. Seseorang akan

Self-efficacy merupakan salah satu faktor meningkatkan self-efficacy jika memiliki personal yang menjadi perantara atau mediator kemampuan yang sebanding dengan orang dalam interaksi antara faktor perilaku dan faktor yang diamati, melakukan usaha yang lebih lingkungan. Self-efficacy dapat menjadi penentu giat, ulet dan tekun. keberhasilan performansi dan pelaksanaan c. Keadaan fisiologis (Pshysioligycalstates)p e k e r j a a n . S e l f - e f f i c a c y j u g a s a n g a t Individu akan lebih mungkin mencapai mempengaruhi pola pikir, reaksi emosional, keberhas i lan j ika t idak mengalami dalam membuat keputusan (Mujiadi, 2003). pengalaman-pengalaman yang menekan Meskipun demikian self-eff icacy diyakini secara fisik dan emosional, karena hal tersebut merupakan aspek prediktor dari kecakapan untuk dapat menurunkan prestasi, gejolak emosi dan sukses pada berbagai bentuk prestasi (Okech dan keadaan fisiologik memberikan suatu isyarat Harrington, 2002). akan terjadinya sesuatu yang sangat tidak

Berdasarkan ura ian di atas dapat diinginkan, sehingga situasi-situasi yang disimpulkan bahwa self-efficacy merupakan menekankan itu cenderung dihindari. keyakinan akan seluruh kemampuan meliputi d. Persuasi verbal (Persuasive verbal)kepercayaan diri, kemampuan menyesuaikan diri, Persuasi verbal digunakan secara luas untuk evaluasi terhadap kompetensi untuk melakukan berbicara kepada orang untuk meningkatkan tugas, mencapai tujuan dan mengatasi hambatan kepercayaan bahwa seseorang mampu atau masalah. Serta keyakinan individu untuk mencapai apa yang dilihat. Persuasi verbal mampu melakukan tugas khusus dalam konteks sendiri terbatas dalam kekuatan individu spesifik yang akan mempengaruhi pola pikir dan untuk menghasilkan kekuatan self-efficacy, reaksi emosional dalam membuat keputusan. tetapi memberikan sumbangan terhadap

keberhasilan kinerja jika penilaian diterapkan dalam batas-batas yang realistik, namun jika Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-dalam diri seseorang tumbuh keyakinan yang efficacytidak realistik tentang kecakapan personal S e l f - e f f i ca c y dapat d ipe la jar i dan maka yang terjadi adalah kegagalan yang akan ditumbuhkan melalui 4 faktor seperti yang merusak pandangan orang lain terhadap diri diungkapkan oleh Bandura (Panjares, 2001) :seseorang.a. Hasil yang telah dicapai (Performance

attainment)Ciri-Ciri Orang yang Memiliki Self-Hasil yang telah dicapai oleh individu dalam

memperkerjakan suatu tugas tertentu adalah efficacy Tinggi dan Rendahsumber informasi yang penting karena Orang yang memiliki Self-efficacy yang

Pengaruh antara Kematangan Emosi dan Self-eficacy terhadap Craving pada Mantan Pengguna Narkoba

INSAN Vol. 13 No. 02, Agustus 2011

Page 7: Pengaruh antara Kematangan Emosi dan Self-eficacy terhadap ... · pengaruh yang signifikan dimana kematangan emosi dan self-efficacy mempengaruhi craving pada mantan pengguna narkoba,

112

tinggi mempunyai ciri-ciri tertentu yang t ipe korelasional dalam penelit ian ini membedakan dari orang-orang yang memiliki menggunakan korelasional ganda dengan dua Self-efficacy rendah. Ciri-ciri individu dengan self- variabel independen dan satu variabel dependen efficacy tinggi dari (dalam Zarina. A, 2001) : (Sugiyono, 2008).1. Individu merasa yakin akan berhasil

(mampu). Identifikasi Variabel Penelitian2. Kinerja tinggi dalam mengerjakan tugas (hasil Berdasarkan jenis penelitian yaitu penelitian

cepat didapat). korelasional ganda, maka dalam penelitian ini 3. Gigih sampai tujuan tercapai. terdapat dua variabel bebas (X1 dan X2) dan satu 4. Memikul tanggung jawab secara pribadi dan variabel tergantung (Y). Adapun identifikasi

menginginkan hasil dari kemampuan yang variabel-variabel dalam penelitian ini adalah optimal (mandiri). sebagai berikut:

5. Mampu mengontrol stres dan kecemasan 1. Variabel bebas 1 (X1) yaitu kematangan emosi(tidak tertekan). 2. Variabel bebas 2 (X2) yaitu self-efficacy

6. Menganggap tugas sebagai pekerjaan yang 3. Variabel tergantung (Y) yaitu cravingmenarik.

7. Kreatif dan inovatif (bertindak aktif). PopulasiSebaliknya, individu yang memiliki self- Menurut Sugiyono (2007) populasi adalah

efficacy yang rendah memiliki ciri-ciri yang wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek yang berlawanan dengan individu yang memiliki self- mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu efficacy tinggi. Ciri-ciri individu yang memiliki yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan self-efficacy rendah yaitu: ditarik kesimpulannya. Mengacu pada pendapat 1. Individu merasa tidak yakin akan berhasil tersebut, maka dalam populasi penelitian ini

(tidak mampu). memiliki karakteristik atau ciri-ciri, mantan 2. Kinerja lemah dalam mengerjakan tugas (hasil pengguna narkoba, telah berhenti menggunakan

lama didapat). narkoba minimal 1 tahun, berjenis kelamin laki-3. Tidak mempunyai kegigihan dalam mencapai laki, berusia minimal 25 tahun, pendidikan

tujuan. minimal SMA atau sederajat, berdomisili di 4. bKurang memiliki tanggung jawab secara wilayah Surabaya, menjadi anggota dalam LSM

pribadi dan kurang menginginkan hasil dari yayasan orbit, bersedia menjadi subyek penelitian.kemampuan optimalnya (tergantung pada Secara khusus, populasi penelitian diambil orang lain). dari mantan pecandu narkoba yang aktif di

5. Kurang mampu mengontrol stres dan Yayasan Orbit. Berdasar data dari Yayasan Orbit, kecemasan (mudah tertekan). jumlah populasi yang sesuai dengan ciri-ciri di atas

6. Menganggap tugas sebagai pekerjaan yang sebanyak 70 orang, karena dalam penelitian ini tidak menarik (beban). jumlah populasi kurang dari 100 orang maka

7. Kurang kreatif dan inovatif (pasif). peneliti menggunakan seluruh populasi sebagai subjek penelitian.

METODE PENELITIANTeknik Pengumpulan Data

Jenis Penelitian Teknik pengumpulan data yang digunakan Penelitian ini didasarkan pada paradigma dalam penelitian ini adalah metode kuesioner atau

positivistik dengan pendekatan kuantitatif karena angket. Metode kuisioner dengan menggunakan data untuk menjawab permasalahan penelitian skala Likert yang sudah dimodifikasi disini adalah berupa data angka (numerik) dengan menghilangkan pernyataan tengah dengan tujuan menggunakan uji (Sugiyono, 2008). Disebut untuk menghindari kecenderungan sampel sebagai penelitian korelasional ganda karena memilih pernyataan yang netral.penelitian ini bertujuan menguji pengaruh antar variabel yaitu variabel X dan variabel Y. Adapun

Nurul Fitrianti, EM. Agus Subekti, Puri Aquarisnawati

INSAN Vol. 13 No. 02, Agustus 2011

Page 8: Pengaruh antara Kematangan Emosi dan Self-eficacy terhadap ... · pengaruh yang signifikan dimana kematangan emosi dan self-efficacy mempengaruhi craving pada mantan pengguna narkoba,

Skala pengukuran untuk data Self-efficacy pada tabel 3.2, yaitu blue print Self-efficacy sebagai digunakan skala Self-efficacy yang terdiri dari 28 berikut :aitem dengan indikator seperti yang tercantum

113

Skala pengukuran untuk data craving tabel 3.3, yaitu blue print craving sebagai berikut :digunakan skala craving yang terdiri dari 20 aitem dengan indikator seperti yang tercantum pada

Pengaruh antara Kematangan Emosi dan Self-eficacy terhadap Craving pada Mantan Pengguna Narkoba

INSAN Vol. 13 No. 02, Agustus 2011

Page 9: Pengaruh antara Kematangan Emosi dan Self-eficacy terhadap ... · pengaruh yang signifikan dimana kematangan emosi dan self-efficacy mempengaruhi craving pada mantan pengguna narkoba,

HASIL DAN BAHASAN kematangan emosi, self-efficacy dan craving.

Uji HipotesisHasil Uji InstrumenSetelah semua asumsi untuk analisis regresi Skala kematangan emosi yang terdiri dari 20

terpenuhi, maka dilakukan perhitungan analisis item, setelah dianalisis menggunakan rumus regresi umum. Hasil uji asumsi menunjukkan korelasi product moment melalui program SPSS 17 bahwa data yang terkumpul memenuhi syarat for windows diperoleh 2 item yang tidak valid, yaitu untuk dilakukan analisis berikutnya, yaitu uji item nomor 8 dan 10. Ke-2 item tersebut hipotesis. Hipotesis pada penelitian ini adalah ada mempunyai koefisien korelasi dengan skor pengaruh antara kematangan emosi dan self-totalnya lebih kecil dari r = 0,235untuk á = 5% tabel

efficacy terhadap craving.dengan n = 70.Berdasarkan analisis regresi diperoleh hasil Berdasarkan skala self-efficacy semula 28

koefisien korelasi p (0,006) < 0,01; (tabel 4.2). item, ternyata diperoleh 4 item yang tidak valid Artinya ada pengaruh yang signifikan, ini yaitu nomor 5,6,10 dan 14 karena mempunyai menunjukkan bahwa hipotesis kerja (Hk) minor koefisien korelasi dengan skor totalnya lebih kecil nol ditolak yang artinya ada pengaruh antara dari r = 0,235 untuk á = 5% dengan n = 70.tabel

kematangan emosi dengan craving. Berdasarkan Sedangkan berdasarkan skala craving semula analisis regresi diperoleh hasil koefisien korelasi p 20 item, ternyata diperoleh 2 item yang tidak valid (0,001) < 0,01; (tabel 4.2). Artinya ada hubungan yaitu nomor 11 dan 13 karena mempunyai koefisien yang signifikan, ini menunjukkan bahwa hipotesis korelasi dengan skor totalnya lebih kecil dari r = tabel

kerja (Hk) minor nol ditolak yang artinya ada 0,235 untuk á = 5% dengan n = 70.pengaruh antara self-efficacy dengan craving. B e rd a sa rka n ha s i l u j i re l i a b i l i t a s

menggunakan rumus alpha , pada skala kematangan emosi diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,829; sedangkan pada skala self-efficacy diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,718 dan pada skala craving diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,789. á =5% dengan n = 70 diperoleh r = tabel

0,235. Hasil pengujian reliabilitas tersebut di atas, lebih besar daripada r , maka dari itu, dapat tabel

disimpulkan bahwa kedua instrument tersebut diatas, reliabel.

BahasanUji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat normal tidaknya sebaran data variabel data penelitian dalam populasi. Hasil uji normalitas pada skala craving diperoleh Sig Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,2 p > 0,05. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut sebarannya normal.

Uji LinieritasPenelitian ini menunjukkan ada pengaruh

Uji Linieritas pengaruh kematangan emosi yang signifikan antara kematangan emosi dan self-

dan self-efficacy terhadap craving pada table efficacy terhadap craving pada mantan pengguna

ANOVA menunjukkan kelinieran. Pada tabel narkoba yang relative kecil karena dapat dilihat

tersebut didapatkan F hitung (17,199) > F table dari sumbangan relative dalam penelitian ini

(0,95;2;67) 3,13, atau p (0,000) <0,05. Sehingga dari sebesar 34% yang terdiri dari, kematangan emosi

hasil ini ada hubungan linier antara variabel terhadap craving sebesar 15%; sedangkan

Pada tabel model summary, kolom R adalah koefisien korelasi Pearson (0,582) yang menunjukkan hubungan antara kedua variable, karena r = 0,582 > r = 0,235; (tabel 4.3) dengan n xy tabel

= 70 pada á =5%. Sehingga dalam penelitian hipotesis kerja (Hk) mayor nol ditolak, yang artinya ada pengaruh antara kematangan emosi dan self-efficacy terhadap craving. Sumbangan relatif dapat dilihat pada R square, didapatkan nilai 0,339 x 100% = 33,9% atau 34%.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara kematangan emosi dan self-efficacy terhadap craving pada mantan pengguna narkoba. Hal ini ditunjukkan dengan nilai r = 0,582 > r = 0,235 dengan n = 70 xy tabel

pada á =5%. Kolerasi yang ditunjukkan adalah positif, artinya semakin tinggi kematangan emosi dan semakin baik self-efficacy yang dimiliki individu maka semakin tinggi pula craving.

114

Nurul Fitrianti, EM. Agus Subekti, Puri Aquarisnawati

INSAN Vol. 13 No. 02, Agustus 2011

Page 10: Pengaruh antara Kematangan Emosi dan Self-eficacy terhadap ... · pengaruh yang signifikan dimana kematangan emosi dan self-efficacy mempengaruhi craving pada mantan pengguna narkoba,

115

sumbangan efektif self-efficacy terhadap craving lagi…awalnya saya hampir goyah, tapi sekali lagi sebesar 19%, dalam hal ini berarti masih ada 66% saya ingat tujuan utama hidup…2 tahun berhenti, faktor-faktor lain yang lebih mempengaruhi berusaha mati-matian, gak gampang lho craving dibandingkan kematangan emosi dan self- mbak…sakit kalo sakaw…terus masa saya gampang efficacy. Melihat masih ada faktor-faktor lain yang mau diajak nyimeng lagi…gak! saya udah yakin lebih mempengaruhi craving dari pada 100%...Saya pasti bisa hidup normal gak ikutan kematangan emosi dan self-efficacy maka hal temen-temen lagi…”tersebut dapat diperhitungkan. Faktor-faktor (Hasil wawancara dengan subyek S, hari Senin tersebut antara lain kemampuan untuk mengatasi tanggal 27 Oktober 2010)stress (stress management) dan coping skills, dari kedua faktor tersebut t idak menutup Dari hasil wawancara di atas menunjukkan kemungkinan dapat menjadi pendorong maupun bahwa kualitas kematangan emosi setidak-penghambat dalam mengatasi craving. Dimana tidaknya melibatkan dimensi Emotional Range & mantan pengguna narkoba yang memiliki depth, menunjukkan tingkat kedalaman respon pemikiran yang tidak realistis terhadap suatu emosional tiap individu untuk mengatasi permasalahan akan cenderung mengalami perasaan atau hasrat ingin menggunakan narkoba craving. kembali atau craving (dalam Kenenbudi, 2007).

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa Bagaimana cara setiap individu tersebut merespon pengaruh self-efficacy lebih besar dari pada setiap konflik-konflik yang terjadi dalam diri, kematangan emosi terhadap craving. Hal tersebut karena menurut Drummond D.C, 2001 craving senada dengan pendapat Covey (dalam khususnya dipahami sebagai respon-respon Puspitasari, 2002) mengemukakan bahwa terkondisikan terhadap isyarat-isyarat terkait kematangan emosi tergantung pada kemampuan dengan penggunaan narkoba. Adapun isyarat-mengekspresikan perasaan dalam diri secara yakin isyarat yang dimaksud adalah konfigurasi stimulus dan berani, seperti pertimbangan-pertimbangan yang berupa stimulus bagi indera penglihatan, akan perasaan serta self-efficacy (keyakinan) yang pendengaran, pengecap, pencium, peraba. Sejauh dimiliki individu untuk melakukan sesuatu. mana respon-respon tersebut mampu ditangkap Sehingga individu yang memiliki self-efficacy oleh individu tersebut dengan sebaik dan sedalam (keyakinan) akan menunjukkan sikap mampu mungkin.mengendalikan atau mengontrol emosi dan Pengalaman yang dialami oleh D, seorang mewujudkannya melalui respon emosional yang mantan pengguna narkoba berusia 35 tahun yang baik dengan tanggung jawab yang baik pula. saat ini bekerja disebuah perusahaan ternama di Semakin berkembang tingkat keyakinan dan Gresik. sebagai berikut:

“…saya kerjanya di lapangan jadi bertemu kedewasaan seseorang, maka semakin mampu dengan berbagai macam orang, waktu itu saya pula individu tersebut untuk memberikan respon ikutan teman-teman untuk mengkonsumsi obat. emosi yang baik sehingga dapat mengatasi hasrat Saya rasakan kok enak, rasanya itu tidak bisa yang kuat untuk kembali menggunakan narkoba diungkapkan dengan kata-kata…Selama hampir 10 atau disebut dengan craving.tahun saya aktif dan ketergantungan, uang gaji, Selaras dengan pengalaman yang dialami uang bonus dari kantor saya habiskan untuk oleh S, seorang mantan pengguna narkoba yang itu…istri saya tahu, makanya selalu marah-marah juga aktif di Yayasan Orbit Surabaya, sebagai kalau melihat saya bergaul dengan teman-teman berikut: yang mengajak saya untuk mengkonsumsi…istri “…saya sudah berhenti selama 2 tahun saya selalu menangis tiap malam, memohon saya mbak, saya gak pake lagi…bener-bener stop gak untuk berhenti karena melihat kondisi badan saya pake lagi. Temen-temen pada gak percaya. Kata yang semakin hari semakin kurus kering, seperti mereka, kok bisa?gak sakit apa?gimana orang tidak mempunyai semangat hidup…nah, caranya?...ya saya bilang aja kalo yakin dan ada sejak itu saya memutuskan untuk berhenti karena niat dari dalam pasti bisa…tergantung sungguh-saya berf ikir memil iki tanggung jawab sungguh gak-nya kalian mau lepas…Sering temen-besar…membahagiakan istri dan anak-anak temen godain saya , nga jak in ny imeng

Pengaruh antara Kematangan Emosi dan Self-eficacy terhadap Craving pada Mantan Pengguna Narkoba

INSAN Vol. 13 No. 02, Agustus 2011

Page 11: Pengaruh antara Kematangan Emosi dan Self-eficacy terhadap ... · pengaruh yang signifikan dimana kematangan emosi dan self-efficacy mempengaruhi craving pada mantan pengguna narkoba,

116

saya…mau sampai kapan saya begini terus…mau kontrol diri yang tinggi untuk tidak menggunakan sampai mati..terus istri dan anak saya siapa yang narkoba kembali meskipun mendapatkan mengurus…” stimulasi pada hal-hal yang terkait dengan (Hasil wawancara dengan subyek D, hari Senin pengalaman menggunakan narkoba, sehingga tanggal 27 Oktober 2010) dalam kondisi clean & sober.

Dari hasil wawancara di atas menunjukkan SIMPULAN DAN SARANbahwa individu yang matang emosinya memiliki rasa tanggung jawab dan yakin untuk mengambil Simpulankeputusan atau melakukan suatu tindakan dan Hasil penelitian ini menunjukkan ada berani untuk menanggung resikonya. Menurut pengaruh yang signifikan, dimana Hipotesis kerja Overstreet (dalam Puspitasari, 2002) Individu (Hk) penelitian yang menyatakan bahwa yang matang tidak menggantungkan hidup k e m a t a n g a n e m o s i d a n s e l f - e f f i c a c y sepenuhnya kepada individu lain karena individu mempengaruhi craving pada mantan pengguna yang matang tahu bahwa setiap orang narkoba, namun pengaruhnya relative kecil karena bertanggung jawab atas kehidupan masing- dar i has i l koef i s ien determinas i (R2) masing. Hal ini menunjukkan bahwa semakin menunjukkan bahwa sumbangan relative yang individu itu matang maka keyakinan untuk diberikan oleh variabel kematangan emosi dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri semakin self-efficacy terhadap craving sebesar 34%, oleh besar, sehingga individu tetap yakin akan karena itu ada 66% faktor lain yang menentukan pendiriannya dan tidak mudah dipengaruhi munculnya craving pada mantan pengguna teman-temannya untuk kembali menggunakan narkoba. Faktor-faktor tersebut antara lain narkoba. kemampuan untuk mengatasi stress (stress

Dinyatakan pula oleh Brehm dan Kassin management) dan coping skills, dimana mantan (1999) self-efficacy yang tinggi pada individu pengguna narkoba yang memiliki pemikiran yang untuk mampu melakukan tindakan yang tidak realistis terhadap suatu permasalahan akan diperlukan dalam menghasilkan out come yang cenderung mengalami craving.diinginkan dalam suatu situasi atau proses pemulihan untuk tidak menggunakan narkoba Sarankembali sangatlah mempengaruhi. Kematangan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, emosi dan self-efficacy pada mantan pengguna ada beberapa saran yang dapat diberikan peneliti, narkoba merupakan dua hal yang dapat antara lain: menghambat atau mendorong munculnya 1. Bagi subyek yaitu mantan pengguna narkoba.craving. Dikatakan sebagai faktor penghambat a. Apabila bersungguh-sungguh untuk apabila kematangan emosi dan self-efficacy pada sembuh dan tidak menggunakan narkoba mantan pengguna narkoba dapat dikategorikan kembali, hendaknya mendatangi tempat tinggi, sebaliknya dapat dikatakan sebagai rehabilitasi untuk proses penyembuhan, pendorong munculnya craving apabi la karena dikhawatirkan banyak pengaruh kematangan emosi dan self-efficacy pada mantan e k s t e r n a l y a n g m e m p e n g a r u h i pengguna narkoba dikategorikan rendah. menggunakan kembali seperti teman dekat Kematangan emosi dan self-efficacy yang rendah atau pun komunitas.dapat mendorong munculnya craving karena b. Apabila dorongan menggunakan narkoba ketika mantan pengguna narkoba mendapatkan ke m b a l i i t u m u n c u l , h e n d a k nya stimulasi yang mengenai panca indera, khususnya meningkatkan keyakinan dalam diri dan stimulasi yang memiliki pengalaman pada mantan benar-benar melihat tujuan hidup untuk pengguna narkoba maka memungkinkan mencapai masa depan.munculnya craving akan tinggi karena kurangnya c. Apabila dorongan menggunakan narkoba kontrol dari diri individu. Sebaliknya kematangan ke m b a l i i t u m u n c u l , h e n d a k nya

mengalihkan perasaan pada aktivitas-emosi dan self-efficacy yang tinggi dapat aktivitas yang lebih bermanfaat seperti menghambat craving karena individu memiliki

Nurul Fitrianti, EM. Agus Subekti, Puri Aquarisnawati

INSAN Vol. 13 No. 02, Agustus 2011

Page 12: Pengaruh antara Kematangan Emosi dan Self-eficacy terhadap ... · pengaruh yang signifikan dimana kematangan emosi dan self-efficacy mempengaruhi craving pada mantan pengguna narkoba,

117

mengikuti suatu lembaga pendidikan dan pembuatan aitem-aitem untuk kuesioner keterampilan atau dengan melakukan hendaknya lebih diperhatikan secara kegiatan yang sesuai dengan hobi. spesifik yang mencakup keadaan pada

2. Bagi keluarga subyek. indikatornya.a. Agar dapat memberikan perhatian lebih c. Agar lebih memperhatikan faktor-faktor

pada keluarga yang sedang dalam proses selain kondisi kematangan emosi dan self-penyembuhan dari narkoba dan selalu efficacy yang kemungkinan mempengaruhi memberikan motivasi serta dukungan baik craving pada mantan pengguna narkoba, secara moral. misalnya: seperti kemampuan untuk

b. Memberikan fasilitas pada mantan mengatasi stress (stress management) dan pengguna narkoba dengan kegiatan- coping skills.kegiatan positif yang mendukung proses 4. Bagi pihak Yayasan Orbit.penyembuhan seperti mengikuti kegiatan a. Agar dapat memberikan perhatian berupa kursus, memberikan modal untuk motivasi dan dukungan, tidak hanya membuka usaha mandiri dan sebagainya. kepada pengguna narkoba tetapi juga pada

3. Bagi peneliti selanjutnya. mantan pengguna narkoba.a. Mempertimbangkan populasi dengan b. Disarankan untuk membuat suatu lembaga

karakteristik yang berbeda dari penelitian pendidikan dan keterampilan bagi mantan ini, misalnya mantan pengguna narkoba pengguna narkoba yang telah sembuh dan yang mengalami relaps, mantan narkoba kembali ke masyarakat.yang mengalami withdrawal, atau mantan c. Perlu mengadakan suatu kegiatan yang pengguna narkoba yang sedang melakukan terprogram untuk mengembangkan proses clean & sober. kepribadian bagi para mantan pengguna

b. Apabila menggunakan kuisioner sebagai narkoba melalui kegiatan-kegiatan seperti alat ukur, perlu memperhatikan aspek out bound, konseling, dan sejenisnya. indikator aitem yang diukur dalam. Setiap

PUSTAKA ACUAN

Badan Narkotika Nasional (2003). Bahan Pendidikan Pencegahan dan Kampanye Penyadaran akan Bahaya Penyalahgunaan Narkoba bagi Remaja. Jakarta: Badan Narkotika Nasional.

Baron, R.A & Byrne, R. (2004). Psikologi Sosial Jilid 1 (alih bahasa oleh Ratna Djuwita, Melania Meitty Parman, Dyah Yasmina & Lita P Lunanta). Jakarta. Penerbit Erlangga.

Bhrem, S & Kassim, S.M (1999). Social Psychology. New Jersey: Hougtc Mifflin Company.Clark. (2007). Menanggulangi NAPZA. Bogor: Dana Bhakti Prima yasa.Courtney . (2003). Self-efficacy Beliefs of Adolescent. Grenwich: information age publishing.Cyrillia, J.S. (2006). Perbedaan kematangan Emosi dan Kemandirian anak tunggal dan anak bersaudara. Skripsi,

Fakultas Psikologi Universitas Ubaya. tidak diterbitkan,Drummond, D.C. (2001). Conceptualizing Addiction: Theories of drug craving, ancient and modern. London, UK:

Department of Addictive Behavior and Psychologycal Medecine, St George's Hospital medical School.Feldmans, R.S. (2003). Social Psychology. New Jersey: Prentice-Hall Inc.Hergenhahn. (2001). An Introduction to theories of learning. Massachusetts: Allyn & Bacon.Hwamstrong. (2005). Emotional Quality Management. Refleksi, Revisi dan Revitalisasi Hidup Melalui Kedaulatan

Emosi. Jakarta: Penerbit Arga.Jellinekk, dkk. (1999). The Disease Concept of Alcoholism. New Haven: Hill House.Kenenbudi, C.M. (2007). Penyesuaian Akademik, Kematangan Emosi Dan Dukungan Teman Pada Mahasiswa Urban

Di Tahun Pertama. Skripsi, S-1. Surabaya, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya: tidak diterbitkan.Mc.Kim, W-A. (2003). Drugs and Behavior: An Introduction to Behavior Pharmacology. Fith Edition. New Jersey:

person Education, Inc.Melander. (2002). Health Psychology: Integrating Mind And Body. Singapore: Allyn And Balcon.Monks, F.J. (1999). Psikologi perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.Mujiadi. (2003). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Okech & Harrington. (2002). The Developing Child.

Pengaruh antara Kematangan Emosi dan Self-eficacy terhadap Craving pada Mantan Pengguna Narkoba

INSAN Vol. 13 No. 02, Agustus 2011