Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH DINAMIKA SPASIAL SOSIAL EKONOMI PADASUATU LANSKAP DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TERHADAP
KEBERADAAN LANSKAP HUTAN (STUDI KASUS PADADAS CITANDUY HULU DAN DAS CISEEL, JAWA BARAT)(
)
Effect of Spatial Dynamics of Socio-Economic in the WatershedLandscape Toward The Existence of the Forest Landscape;
Case Studies on Citanduy Hulu Watershed and Ciseel Watershed,West Java
1 2
1
2
Edy Junaidi, Retno MaryaniBalai Penelitian Kehutanan Ciamis, Jalan Ciamis-Banjar Km. 4 P.O. Box 5. Telp. 0265771352
email: [email protected] Perubahan Iklim dan Kebijakan, Jl. Gunung Batu No.5 Bogor PO Box 272 Bogor 16167
iterima 22 Januari 2013, direvisi 10 Mei 2013, disetujui 17 Mei 2013
Kelestarian hutan tidak dapat dipisahkan dari kondisi lingkungan sekitarnya, baik yang bersifat ekologis,ekonomis maupun sosial. Pengelolaan sumberdaya hutan perlu dilakukan dengan berorientasi ekosistem secarakeseluruhan. Oleh karenanya, rencana penataan tata guna hutan perlu pengelolaan di tingkat lanskap. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui adanya hubungan timbal balik antara kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berada didalam wilayah suatu DAS dengan kondisi lingkungan yang mempengaruhi terjadinya dinamika lanskap hutan.Metode untuk menentukan keeratan masing-masing karakteristik (lingkungan dan sosial-ekonomi) dengankeberadaan hutan, menggunakan model (GWR) dengan melihat nilai korelasinya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor biofisik dan sosial ekonomi yang mempunyai korelasi yang kuat terhadapkeberadaan lanskap hutan pada DAS Citanduy Hulu dan DAS Ciseel adalah (i) curah hujan, (ii) kelerengan, (iii)kepekaan tanah terhadap erosi, (iv) kerapatan drainase, (v) rata-rata lereng, (vi) kepadatan agraris dan (vii)ketegantungan terhadap lahan.
Kata kunci: Biofisik, sosial ekonomi dan lanskap hutan
D
ABSTRACT
Forest sustainability can not be separated from its surrounding environment, both ecological, economic and social. Management offorest resources that need to be done must be oriented toward ecosystem in totality. Therefore, the arrangement of land use forest plan needmanagement at a landscape level. This study aims to investigate the interrelationship between socio-economic conditions of the peopleresiding at watershed and environmental conditions that affect dynamics of forest landscape. The method for determining closeness of eachcharacteristic (environmental and socio-economic) with the forest existence, uses Geographically Weighted Regression models (GWR), bylooking at value of the correlation. Results showed that biophysical and socio-economic factors that have a strong correlation towardexistence of the forest landscape in the Citanduy Hulu Watershed and the watershed Ciseel were: (i) rainfall, (ii) slope, (iii) erosion soilsensitivity, (iv) drainage density, (v) average slope, (vi) density and (vii) dependence on agricultural land.
Keywords: Biophysical, social-economic and forest lansdcape
Geographically Weighted Regression
ABSTRAK
I. PENDAHULUAN
Rencana tata ruang wilayah (RTRW) mem-berikan arahan spasial pengelolaan lahan yangditetapkan sebagai kawasan hutan. KementerianKehutanan telah menyusun arahan spasial kawasanhutan di dalam dokumen Tata Guna Hutan
Kesepakatan (TGHK) yang memperhatikan hasilRTRW. Pada dokumen TGHK ditetapkan wilayahspasial kawasan hutan dan pengelolaan kawasansesuai dengan fungsinya.
Pengelolaan hutan bertujuan untuk me-lestarikan sumberdaya hutan dan meningkatkankesejahteraan masyarakat. Namun kenyataannya
122JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 2 Juni 2013, Hal. 122 - 139
masih terdapat masyarakat miskin di dalam dandisekitar hutan. Kemiskinan masyarakat ini didugamemicu proses deforestasi dan degradasi hutan.Kelestarian hutan tidak dapat dipisahkan darikondisi lingkungan sekitarnya, baik yang bersifatekologis, ekonomis maupun sosial. Pengelolaansumberdaya hutan perlu dilakukan denganberorientasi ekosistem secara keseluruhan. Olehkarenanya, rencana tata guna hutan perlu dilakukandi tingkat lanskap.
Salah satu definisi lanskap dikemukakan Green(1996). Lanskap merupakan konfigurasi khusus
dari topografi, penutupan vegetasi, tata guna lahandan pola pemukiman yang membatasi proses-proses alam dan budaya. Lanskap hutan dicirikanoleh karakteristiknya sebagai bentang alam yangdidominasi oleh adanya faktor biotik hutan yangwilayahnya terdapat di pegunungan dan pantai.Lanskap hutan merupakan bentang alam yangdidominasi oleh adanya hutan yang wilayahnyameliputi dari daerah hulu hingga ke bagian hilir.Lanskap hutan dapat dibatasi oleh suatu wilayahekologi. Wilayah ekologi yang sering dipakai sebagaibatas adalah Daerah Aliran Sungai (DAS). LanskapDAS yang lebih komplek daripada lanskap hutanyang merupakan interaksi antara struktur penyusundan fungsinya, menjadi alasan sebagai basis kajianlanskap hutan.
Pengelola hutan di Indonesia melalui pen-dekatan klasik mengklasifikasikan hutan sesuaidengan fungsinya, yaitu sebagai hutan produksi,hutan konservasi dan hutan lindung. Peng-klasifikasian fungsi hutan ini hanya berdasarkankondisi ekologis saja yaitu ketinggian tempat,kelerengan, jenis tanah dan curah hujan.Pendekatan pengelolaan semacam ini kurang tepatkarena masih terjadi proses degradasi dandeforestasi hutan. Pendekatan pengelolaan ini dapatdilakukan perbaikan dengan menerapkanmanajemen lanskap hutan yang memandang hutansebagai suatu kesatuan fungsi, dan pengelolaannyatidak dapat dipisahkan dari tujuan untuk memenuhikebutuhan yang beragam.
Manajemen lanskap hutan dapat menunjukkanagar proses perubahan yang dibentuk dandipengaruhi kondisi hutan dalam skala luas dandalam waktu yang panjang dapat dipahami olehperencana pembangunan. Kajian lanskap hutanmencakup sebaran luas dan tutupan hutan sertasebaran fungsi hutan dan perubahannya, yangdiakibatkan oleh adanya dinamika sosial-ekonomi
etal.
dalam tataran spasial serta adanya dinamikalingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiadanya hubungan timbal balik antara kondisi sosialekonomi masyarakat yang berada di dalam wilayahsuatu DAS dengan kondisi lingkungan yangmempengaruhi terjadinya dinamika lanskap hutan.Manfaat yang akan dihasilkan dari adanyapenelitian ini adalah diperolehnya informasikondisi sosial ekonomi masyarakat dan lingkunganyang mempengaruhi keberadaan hutan baik luasdan fungsinya, sebagai dasar bagi pengambilkebijakan untuk merumuskan regulasi pengelolaanhutan
Penelitian ini dilaksanakan di 2 (dua) sub DASyang berada di wilayah DAS Citanduy, yaitu subDAS Citanduy Hulu dan sub DAS Ciseel. Untukposisi administrasi dan posisi geografis lokasipenelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Sub DASCitanduy Hulu berada pada hulu DAS Citanduyyang memiliki karakteristik dengan kepadatanpenduduk tinggi dan tekanan terhadap lahan yangberat, sedangkan DAS Ciseel berada pada bagianhilirDAS Citanduy yang memiliki karakteristikkepadatan penduduk sedang dengan tekananterhadap lahan yang rendah.
Tahapan kegiatan penelitian dibedakan menjadi3 (tiga), yaitu tahapan survei, tahapanpengelompokan data dan tahapan analisa data.Kegiatan pada masing-masing tahapan sebagaiberikut :1. Kegiatan Survei
Kegiatan survei terdiri dari beberapa tahapanyang dibedakan sebagai berikut:
a. PersiapanKegiatan persiapan berupa kegiatan
pengumpulan data sekunder yang dilakukanmelalui studi pustaka yang meliputi laporan-laporan dan peta-peta dari instansi-instansiterkait. Jenis data yang dikumpulkan berupadata meteorologi (curah hujan, temperatur,radiasi matahari dan kecepatan angin), dataSPAS (Stasiun Pengamatan Arus Sungai), data
II. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
B. Metode Penelitian
.
123Pengaruh Dinamika Spasial Sosial Ekonomi Pada Suatu Lanskap Daerah Aliran Sungai (DAS) terhadap ..... Edy Junaidi, Retno Maryani( )
karakteristik lahan, data karakteristik tanah, datasosial - ekonomi, peta administrasi terbaru, petatanah terbaru, peta penggunaan lahan (tahun2003, 2006 dan 2009), peta TGHK dan petaRTRW Kabupaten (Garut, Ciamis danTasikmalaya).b. Inventarisasi
Pada kegiatan ini dilakukan survei dandi lapangan untuk mengumpulkan data
primer pada lokasi sampel menggunakanpendekatan unit lahan. Penyusunan unit lahandilakukan dengan cara membagi setiap sub-subDAS ke dalam satuan peta yang mempunyaikesamaan parameter penggunaan lahan, lereng,curah hujan tahunan dan jenis tanah. Sampelpewakil ditentukan dengan caramembuat garistransek pada beberapa sub-sub DAS dimanagaris tersebut dapat memotong sebagianterbesar dari unit lahan yang ada.c. Pengelompokan data hasil persiapan daninventarisasi
Data hasil kegiatan persiapan daninventarisasi selanjutnya ditabulasi dalam bentuktabel sesuai dengan kelompok karakteristik(lingkungan dan sosial-ekonomi) sebagimanaditunjukkan pada Tabel 1. Masing-masingkelompok data tersebut dibuatmenggunakan kriteria yang telah ada (Arsyad
groundcheck
skoring
(2006), Paimin (2006), Kepres No. 32 danSK Mentan No. 837) (Lampiran 1). Kemudiandibuat peta sebaran spasial (peta tematik) yangakan digunakan pada tahapan analisis.
Untuk menentukan keeratan masing-masingkarakteristik (lingkungan dan sosial-ekonomi)dengan keberadaan hutan, digunakan model
(GWR). Tingkatkeeratan antara masing-masing karakteristikdengan keberadaan hutan ditentukan berdasarkanbesarnya koefisien korelasi (r). Makin tingginilai korelasinya berarti hubungan masing-masing karakteristik dengan keberadaan hutanmakin erat.
Persamaan umum GWR yang dikembangkanoleh Fotheringham .(2002) adalah
y = a (u ,v (u ,v
di mana y adalah variabel bebas (luas hutan), a dana adalah variabel tak bebas berupa karakteristiklingkungan dan sosial-ekonomi, adalah nilai erorpersamaan dan (u ,v )adalah koordinat masing-masing variabel. Perhitungan model GWRdilakukanmenggunakan bantuan software statistikspasial SAM 4.
et. al.
Geographically Weighted Regression
et. al
C. Analisis Data
i 0 i i k i i i
i 0
k
i
i i
) + Σk a ) xik + ε
ε
124
Gambar 1. Lokasi penelitian DAS Citanduy Hulu dan DAS CiseelFigure 1. Study location at Citanduy Hulu Watershed and Ciseel Watershed
JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 2 Juni 2013, Hal. 122 - 139
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Biofisik
1. DAS Citanduy HuluDAS Citanduy Hulu terletak pada hulu DAS
Citanduy yang secara geografi terletak pada 7 7' - 717' LS dan 108 4' - 108 24' BT. Luas DAS CitanduyHulu sekitar 72.409,5 ha. Panjang rata-rata sungaiutama sekitar 7,4 km dengan gradien 1,02 % (agakrendah).
Pada penelitian ini DAS Citanduy Hulu dibagimenjadi 67 sub DAS. Pembagian ini dimaksudkanuntuk mempermudah melakukan analisis lebihlanjut. Karakteristik masing-masing sub DAS dapatdilihat pada Lampiran 2.
Berdasarkan citra Landsat TM tahun 2009terdapat 9 penggunaan lahan pada DAS CitanduyHulu, yaitu belukar, hutan, pemukiman, pertaniansemak, sawah, tambak, tubuh air, pertanian danrawa. Luas masing-masing penggunaan lahan dapat
o o
o o
dilihat pada Tabel 2, sedangkan letak penggunaanlahan secara spasial dapat dilihat pada Gambar 2
Luasan penggunan lahan di DAS Citanduy Huluyang berhutan sekitar 20,73 %, pertanian semaksekitar 25,61 %, pertanian (pertanian dan sawah)sekitar 67,23 %, pemukiman sekitar 10,68 % danpenggunaan lahan (belukar, tambak, tubuh air danrawa) sekitar 1,36 % dari total luas DAS.
a. Keadaan iklimPeta sebaran spasial curah hujan tahunan selama
5 (lima) tahun yang berasal dari 6 (enam) stasiuncurah hujan (stasiun curah hujan Kadipaten,Panjalu, Pagerageung, Ciamis, Cihonje danTasikmalaya) yang tersebar pada DAS CitanduyHulu dapat dilihat pada Gambar 3A.
Berdasarkan Gambar 3 (A) dapat diketahuibahwa sebagian besar wilayah DAS Citanduy Huluberada pada kisaran curah hujan lebih dari 2000mm/tahun, yakni termasuk dalam kriteria tinggi,sedangkan luas wilayah DAS yang berada pada
.
125
No.Karakteristik( haracteristic)C
Kelompok Data(Data group)
Jenis Data(Data type)
Teknik Inventarisasi(Inventory techniques)
1 Biofisik Iklim Curah hujan tahunan (mm) - Data hujan di DASHujan rata-rata harian maksimum(mm/hari)
- Data hujan 5 – 10 tahun terakhir
Evapotranspirasi aktual tahunan (mm) - Data iklim di DAS- Metode perhitungan evapotranspirasi
Lahan Kelerengan lahan (%) - Peta topografi- Program GIS
Bentuk lahan - Peta geomorfologiTanah Kedalaman solum tanah (mm) - Survei lahan
Batuan singkapan (%) - Survei lahanDrainase tanah - Survei lahanPermiabilitas ( - Hasil analisa tanahErodibitas tanah - Hasil analisa tanahHidrologi tanah - Hasil analisa tanah
Morfometri DAS Bentuk DAS - Peta DASGradien sungai (%) - Menggunakan metode Benson (1962)
α = (h85 – h 10) (0,75 LB)Ket : LB = panjang sungai
h = elevasiKerapatan drainase (km/km2) - Rumus Dd = L/A
Ket : L = panjang sungaiA = luas DAS
Lereng rata-rata DAS (%) - Peta topografi- Program GIS
Geologi Jenis batuan - Peta geologi2 Sosial - ekonomi Sosial Rasio penduduk - Data BPS
Kepadatan penduduk geografis (orang/ha) - Data BPSKepadatan agraris (orang.ha) - Data BPSTenaga kerja produktif - Data BPSPengelompokan tenaga kerja - Data BPS
Ekonomi Ketergantungan terhadap lahan (%) - Data BPSTingkat pendapatan - Data BPSKegiatan dasar wilayah (LC) - Data BPS
Tabel 1. Kelompok masing-masing data pada tiap-tiap karakteristikTable 1. Each group of data on each characteristic
Pengaruh Dinamika Spasial Sosial Ekonomi Pada Suatu Lanskap Daerah Aliran Sungai (DAS) terhadap ..... Edy Junaidi, Retno Maryani( )
126
Tabel 2. Luas masing-masing penggunaan lahan di DAS Citanduy Hulu2.Table Area of each land use in Citanduy Hulu watershed
NoPenggunaan Lahan
(Land use)Luas (Ha)
(Area)Persentase (%)
(Prosentage)
1 Belukar 553.8 0.762 Hutan poduksi 887.9 1.233 Hutan terbatas 4,974.3 6.874 Hutan lindung 9,146.7 12.635 Pemukiman 7,730.3 10.686 Pertanian semak 18,543.3 25.617 Sawah 20,676.1 28.558 Tambak 12.7 0.029 Tubuh air 420.5 0.58
10 Pertanian 9,462.5 13.0711 Rawa 1.3 0.00
T o t a l 72,409.5 100
Gambar 2. Peta sebaran spasial penggunaan lahan di DAS Citanduy Hulu2. sFigure Map of patial distribution land use in Citanduy Hulu watershed
kisaran curah hujan kurang dari 2000 mm/tahunhanya sekitar 12 % dari luas DAS, tepatnya hanyadisekitar hilir DAS Citanduy Hulu.
Gambar 3 (B) menunjukkan peta sebaran nilaievapotranspirasi aktual pada DAS Citanduy Huluyang dihitung menggunakan metode Thornthwaitedari 4 (empat) stasiun iklim yang berada disekitarDAS Citanduy. Berdasarkan gambar tersebutdiketahui bahwa sebagian besar DAS Citanduy
Hulu berada pada nilai aktual evapotranspirasilebih dari 1000 mm/tahun, yakni termasuk kriteriasedang.
b. Keadaan geologi dan jenis tanahBerdasarkan Peta Geologi, jenis batuan induk
(geologi) yang terdapat di DAS Citanduy Hulusebagian besar didominasi oleh campuran antarabatuan andesit, basalt dan tefra berbutir halus (68
JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 2 Juni 2013, Hal. 122 - 139
127
Gambar 3. (A) Peta sebaran spasial curah hujan tahunan DAS Citanduy Hulu; (B) Peta sebaran spasialevapotranspirasi aktual tahunan DAS Citanduy Hulu
Figure 3. (A) Map spatial distribution of annual rainfall in Citanduy Hulu watershed; (B) Map spatial distribution ofannual actual evapotranspiration in Citanduy Hulu watershed
(A) (B)
Gambar 4. (A) Peta geologi pada DAS Citanduy Hulu; (B) Peta jenis tanah;Figure4. (B)Geological map of the Citanduy Hulu Watershed (B) Map soil types)
% luas DAS). Pada Gambar 4 (A) terlihat sebaranjenis batuan di DAS Citanduy Hulu. Jenis batuanandesit, basalt dan tefra berbutir halus hampirtersebar merata pada bagian tengah dan hilir DASCitanduy Hulu.
Terdapat 11 macam jenis tanah yang ada padaDAS Citanduy Hulu. Jenis tanah terluas sebarannyadidominasi oleh latosal coklat kemerahan (30 %)dan latosal coklat (16 %), dimana keduanya merupakan jenis tanah yang peka erosi.Sebaran spasialjenis tanah pada DAS Citanduy Hulu dapat dilihatpada Gambar 4 (B). Tanah-tanah yang kurang pekaerosi (jenis latosol) hampir mendominasi pada
-
tengah dan hilir DAS, sedangkan tanah-tanah yangkurang peka terhadap erosi (tanah jenis andosol)berada pada hulu DAS. Peta sebaran kedalamantanah, permiabilitas tanah, kandungan bahanorganik tanah, dan nilai kepeka an erosi tanah (nilaiK) dapat dilihat pada Gambar 5. (A, B, C dan D)
Pada Gambar 6 (A) terlihat sebagian besarwilayah DAS Citanduy berada pada ketinggian 250- 750 m dpl. Kisaran ketinggian ini hampirmenempati lebih 50 % luas DAS dan tersebarmerata pada wilayah tengah dan hilir DAS.
Pada DAS Citanduy hulu terdapat 5 (lima) kelaskelerengan, yaitu kelas 0 - 8 % (luas 40 % dari luas
-.
Pengaruh Dinamika Spasial Sosial Ekonomi Pada Suatu Lanskap Daerah Aliran Sungai (DAS) terhadap ..... Edy Junaidi, Retno Maryani( )
128
(A) (B)
(C) (D)
Gambar 5. Karakteristi masing-masing jenis tanah pada DAS Citanduy Hulu, (A) kedalaman horizon, (B)permiabilitas, (C) kandungan bahan organik dan (D) nilai kepekaan tanah terhadap erosi
Figure 5. Characteristic of each type of soil in the Citanduy Hulu Watershed, (A) depth of horizon, (B) permeability, (C)organic matter content and (D) the value of erosion soil sensitivity
Gambar 6. (A) Peta sebaran spasial ketinggian tempat pada DAS Citanduy Hulu; (B) Peta kemiringanlereng
(Figur 6. A) Map of elevation ofspatial distribution in the Citanduy Hulu watershed; (B)Map of slope
(A) (B)
JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 2 Juni 2013, Hal. 122 - 139
DAS), kelas 8 - 15 % (22 % dari luas DAS), kelas15 - 25 % dengan luas 18 % dari luas DAS, kelas 25 -40 % mempunyai luas 15 % dari luas DAS dan kelas> 40 % dengan luas 5 % dari luas DAS (Gambar 6(B). Sebaran spasial kelerengan pada DAS CitanduyHulu dapat dilihat pada Gambar 6 (B), dimana kelaskelerengan 0 - 8 % tersebar pada DAS bagian tengahdan hilir, sedangkan kelas kelerengan yang lainterbesar merata pada hulu dan hilir DAS.
Letak DAS Ciseel secara geografis, yaitu pada 737' - 7 17' LS dan 108 24' BT. DAS Ciseel yangterletak pada DAS Citanduy bagian hilir,berdasarkan hasil analisa dengan bantuan GISmempunyai luas sekitar 61.905,1 Ha. Panjang rata-rata sungai utama DAS Ciseel sekitar 7,1 km dengangradien sungai agak rendah yakni 0,73 %.
Dengan menggunakan bantuan GIS, DAS Ciseeldalam penelitian ini dibagi menjadi 65 sub DASdengan tujuan untuk mempermudah dalammelakukan analisis. Karakteristik masing-masingsub DAS dapat dilihat pada Lampiran 3.
Pada DAS Ciseel luas penggunaan lahan hutan(25 % luas DAS) dan yang bertajuk kayu
2. DAS Ciseelo
o o
(perkebunan dan pertanian semak) lebih luasdibandingkan areal untuk pertanian (14 % luasDAS). Gambar 7 menunjukkan sebaran spasialpenggunaan lahan yang tersebar pada DAS Ciseel.
a. Keadaan iklimPeta sebaran spasial curah hujan tahunan
dianalisis berdasarkan data curah hujan selama 5(lima) tahun. Data curah hujan berasal dari 5 (lima)stasiun curah hujan yaitu stasiun curah hujanCineam, Pataruman, Sidamulih, Cikupa danCilacap yang tersebar pada DAS Ciseel.
Gambar 8 A menampilkan luasan danpersentase curah hujan pada wilayah DAS Ciseel.Pada peta terlihat bahwa sebagian besar wilayahDAS Ciseel berada pada kisaran curah hujan lebihbesar 2000 mm/tahun (kriteria tinggi), dimanaluasan wilayah tersebut meliputi 77 % dari luasDAS Ciseel, sedangkan sisanya merupakan wilayahDAS yang mempunyai curah hujan lebih kecil 2000mm/tahun, tepatnya disekitar hilir DAS Ciseel.
Wilayah DAS Ciseel berdasarkan klasifikasiiklim Mohr (1993) termasuk Golongan II yaknidaerah agak basah dan berdasarkan klasifikasi iklimSchmidt - Fergusson (1951) termasuk tipe hujangolongan B yakni basah.
129
Gambar 7. Peta sebaran spasial penggunaan lahan di DAS CiseelsFigure 7. Map of patial distribution land use in Ciseel watershed
Pengaruh Dinamika Spasial Sosial Ekonomi Pada Suatu Lanskap Daerah Aliran Sungai (DAS) terhadap ..... Edy Junaidi, Retno Maryani( )
Gambar 8 B menunjukkan peta sebaran nilaievapotranspirasi aktual pada DAS Ciseel denganmenggunakan metode Thornthwaite dari 4 (empat)stasiun iklim yang berada disekitar DAS Citanduy.Peta tersebut menunjukkan bahwa seluruh DASCiseel berada pada nilai aktual evapotranspirasilebih dari 1000 mm/tahun yakni termasuk kriteriasedang.
b. Keadaan geologi dan jenis tanahGambar 9 A menunjukkan sebaran spasial peta
geologi yang terdapat di DAS Ciseel. Berdasarkangambar tersebut diketahui bahwa sebagian besarjenis batuan induk pada DAS Ciseel didominasioleh endapan aluvial muda yang menempati 45 %
dari luas DAS, serta batuan induk yang berasal dariandesit, basalt dan brecia yang menempati luaswilayah DAS sekitar 32 %. Untuk jenis batuaninduk lain dapat dilihat pada Gambar 9 A.
Berdasarkan Gambar 9 A terlihat bahwa jenisbahan induk endapan aluvium tersebar meratapada bagian tengah dan hilir DAS Ciseel,sedangkanjenis batuan lain tersebar pada hulu DAS.
Terdapat 11 macam jenis tanah yang ada padaDAS Ciseel. Jenis tanah terluas sebarannyadidominasi oleh komplek podsolik merahkekuningan, podsolik kuning dan regosol (28 %)serta komplek regosol dan litosol (27 %). Jeniskomplek podsolik merah kekuningan, podsolik
130
Gambar 8. (A) Peta sebaran spasial curah hujan tahunan DAS Ciseel; (B) Peta sebaran spasialevapotranspirasi aktual tahunan DAS Ciseel
Figure 8. (A) Map spatial distribution of annual rainfall in Ciseel watershed; (B) Map spatial distribution of annual actualevapotranspiration in Ciseelwatershed
(A) (B)
Gambar 9. (A) Peta geologi pada DAS Ciseel; (B) peta jenis tanah9. ;Figure (A) Geological map of the Ciseel Watershed (B) Map of soil types
(A) (B)
JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 2 Juni 2013, Hal. 122 - 139
kuning dan regosol merupakan tanah peka erosi.Sebaran spasial jenis tanah pada DAS Ciseel dapatdilihat pada Gambar 9 B. Tanah-tanah yang pekaerosi (komplek podsolik dan latosol) hampirmendomisi seluruh wilayah DAS, sedangkan tanah-tanah yang kurang peka terhadap erosi seperti tanahjenis aluvial berada pada hilir DAS.
Peta sebaran kedalaman tanah, permiabilitastanah, kandungan bahan organik tanah dan nilaikepekaan erosi tanah (nilai K) dapat dilihat padaGambar 10 A, B, C dan D.
c. Ketinggian tempat dan kelerengan DAS CiseelPada Gambar 11 A terlihat sebagian besar
wilayah DAS Ciseel berada pada ketinggian 0 - 250
m dpl. Kisaran ketinggian ini hampir menempatilebih 55 % dari luas DAS dan tersebar merata padawilayah tengah dan hilir DAS.
Pada DAS Ciseel terdapat 4 (empat) kelaskelerengan, yaitu kelas 0 - 8 % (luas 37 % dariluas DAS), kelas 8 - 15 % (7 % dari luas DAS), kelas15 - 25 % dengan luas 47 % dari luas DAS dankelas 25 - 40 % mempunyai luas 7 % dari luasDAS (Gambar 12 B). Gambar 11 B menunjukkansebaran spasial kelerengan pada DAS Ciseel . Kelaskelerengan 15 - 25 % yang menempati sebagianbesar kawasan DAS tersebar pada DAS bagiantengah, sedangkan kelas kelerengan yang lainterbesar merata pada hulu dan hilir DAS.
131
(A) (B)
(C) (D)
Gambar 10. Karakteristik masing-masing jenis tanah pada DAS Ciseel, (A) kedalaman horizon, (B)permiabilitas, (C) kandungan bahan organik dan (D) nilai kepekaan tanah terhadap erosi
Figure 10. Characteristic of each type of soil in the Ciseel Watershed, (A) depth of horizon, (B) permeability, (C) organicmatter content and (D) the value of erosion soil sensitivity
Pengaruh Dinamika Spasial Sosial Ekonomi Pada Suatu Lanskap Daerah Aliran Sungai (DAS) terhadap ..... Edy Junaidi, Retno Maryani( )
132
Gambar 11. (A) Peta sebaran spasial ketinggian tempat pada DAS Ciseel; (B) Peta kemiringan lerengFigure 11. Map of elevation ofspatial distribution in the Ciseel watershed; (B)Map of slope
(A) (B)
B. Kondisi Sosial dan Ekonomi
1. DAS Citanduy HuluSecara Geografis, DAS Citanduy Hulu meliputi 5
(lima) wilayah administrasi kabupaten dan 1 (satu)kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, yaituKabupaten Majalengka, Kabupaten Garut,Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya,Kabupaten Sumedang dan Kota Tasikmalaya.Kabupaten Tasikmalaya terdapat 13 kecamatanyang masuk wilayah DAS Citanduy Hulu,sedangkan di Kota Tasikmalaya terdapat 6 (enam)kecamatan yang berada diDAS Citanduy Hulu.Untuk Kabupaten Ciamis, DAS Citanduy Hulumeliputi 12 kecamatan, untuk Kabupaten Garutmeliputi 3 (tiga) kecamatan, Kabupaten Majalengkameliputi 2 (dua) kecamatan dan KabupatenSumedang hanya 1 (satu) kecamatan yang beradapada wilayah DAS Citanduy Hulu.
a. Kepadatan geografis DAS Citanduy HuluKepadatan geografis mencerminkan jumlah
penduduk yang mendiami suatu wilayah. Padaperhitungan kepadatan geografis dilakukan faktorkoreksi luasan wilayah administrasi yang masukdalam DAS Citanduy Hulu terhadap luasan wilayahadministrasi yang sebenarnya.
Gambar 12 A menunjukkan sebaran spasialkepadatan geografis pada DAS Citanduy Huludalam kisaran . Semakin tinggi nilaimenunjukkan kepadatan geografis wilayah tersebutmakin tinggi. Kepadatan geografis untuk wilayahDAS Citanduy Hulu berada pada tengah dan hilirDAS.
range range
b. rasio penduduk di DAS Citanduy Hulurasio menunjukkan perbandingan antara
jumlah penduduk pria dan wanita yang bermukimpada suatu wilayah. Semakin tinggi rasio suatuwilayah berarti jumlah penduduk laki-laki lebihbanyak daripada penduduk wanita. Padaperhitungan rasio ini juga dilakukan faktorkoreksi luasan wilayah administrasi yang masukdalam DAS Citanduy Hulu terhadap luasan wilayahadministrasi yang sebenarnya.
Pada peta sebaran rasio dalam bentuk dotmatrik (Gambar 13 B) menunjukkan semakin besardot, semakin besar pula nilai rasio. Pada DASCitanduy Hulu sebaran rasio yang mempunyainilai range besar hampir merata pada seluruhwilayah DAS.
c. Kepadatan agraris DAS Citanduy HuluKepadatan agraris menunjukkan jumlah
penduduk yang bekerja di sektor pertanianpersatuan luas lahan pertanian. Pada perhitungankepadatan agraris juga dilakukan faktor koreksiluasan wilayah administrasi yang masuk dalamDAS Citanduy Hulu dengan luasan wilayahadministrasi sebenarnya.
Berdasarkan peta kepadatan agraris pada DASCitanduy (Gambar 13 C), diketahui bahwa tingkatkepadatan agraris tinggi pada hampir seluruhwilayah DAS. Hal ini menunjukkan bahwa DASCitanduy Hulu terjadi tekanan penduduk yangtinggi terhadap lahan pertanian.
d. Sebaran tenaga kerja DAS Citanduy HuluSalah satu faktor sosial lain yang dinilai pada
penelitian ini adalah sebaran tenaga kerja. Semakin
SexSex
sex
sex
sex
sexsex
JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 2 Juni 2013, Hal. 122 - 139
133
Gambar 12. DAS Citanduy Hulu (A) Peta sebaran kisaran kepadatan geografis; (B) Peta sebaran rangerasio jenis kelamin; (C) Peta sebaran kepadatan agraris; (D) Peta sebaran tenaga kerja; (E) Petasebaran ketergantungan terhadap lahan; (F) Peta sebaran pendapatan
(A) ; (B); ; (E)
Figure 12. The Citanduy Hulu watershed Distribution range map of Geographic density Distribution rangemap of sex ratios (C) Distribution of Agricultural density; (D) Map of the Labor distribution Map ofReliance on land distribution; (F) Map of income distribution
(A) (B)
(C) (D)
(E) (F)
Pengaruh Dinamika Spasial Sosial Ekonomi Pada Suatu Lanskap Daerah Aliran Sungai (DAS) terhadap ..... Edy Junaidi, Retno Maryani( )
besar nilainya semakin besar tenaga kerja yang ter-dapat pada suatu wilayah,sehingga sebaran tenagakerja dapat pula menggambarkan penumpukantenaga kerja pada suatu wilayah. Perhitungan tenagakerja juga menggunakan faktor koreksi luas lahan.
Berdasarkan Gambar 13 D diketahui bahwapada DAS Citanduy Huluterjadi penumpukantenaga kerja pada wilayah Kabupaten Ciamis. Halini menunjukkan jumlah tenaga kerja di KabupatenCiamis cukup besar, dengan range 41.796 -63.724.
e. Sebaran ketergantungan terhadap lahanpertanian DAS Citanduy HuluNilai ketergantungan terhadap lahan pertanian
merupakan salah satu kriteria yang dinilai untukfaktor ekonomi. Nilai ini menunjukkan per-bandingan besarnya pendapatan pada sektorpertanian dibandingkan dengan pendapatan total.Semakin tinggi nilainya menunjukkan keter-gantungan terhadap lahan pertanian makin besar.Perhitungan nilai ini juga menggunakan faktorkoreksi perbandingan luas lahan.
Gambar 13 E, menunjukkan peta keter-gantungan terhadap lahan di DAS Citanduy Huludimana sebaran nilai ini berada pada kisaran kurangdari 50 %, artinya berada pada kriteria rendahsampai sedang. Untuk wilayah KabupatenTasikmalaya mempunyai nilai kisaran sedang -tinggi.
f. Sebaran pendapatan regional domestik bruto(PRDB) DAS Citanduy HuluNilai sebaran PRDB digunakan sebagai kriteria
faktor ekonomi yang lain pada penelitian ini. NilaiPRDB mencerminkan tingkat pendapatan suatuwilayah. Perhitungan nilai PRDP pada penelitian inijuga dilakukan koreksi dengan perbandingan luaswilayah administrasi.
Nilai pendapatan suatu wilayah administrasiyang mencerminkan pendapatan pada suatu DAS,pada penelitian ini digambarkan secara kisaran padaGambar 13 F. Terlihat pada grafik pendapatantertinggi berada disekitar wilayah DAS CitanduyHulu bagian Hulu Barat, tepatnya di KabupatenTasikmalaya dan sekitarnya. Secara umum hasilperhitungan tingkat pendapatan perkecamatanberada pada kriteria rendah yakni lebih kecil daripendapatan masing-masing kabupaten.
Secara Geografis, DAS Ciseel berada padawilayah administrasi 2 (dua) kabupaten dan 2 (dua)
2. DAS Ciseel
kota di Provinsi Jawa Barat, yaitu KabupatenCiamis, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Banjar danKota Tasikmalaya.
Di Kabupaten Tasikmalaya terdapat 5 (lima)kecamatan yang masuk wilayah DAS Ciseel, sedang-kan Kota Tasikmalaya terdapat 2 (dua) kecamatanyang masuk wilayah DAS Ciseel. Di KabupatenCiamis, DAS Ciseel meliputi 10 kecamatan, sedang-kan Kota Banjar meliputi 2 (dua) kecamatan.
a. Kepadatan geografis DAS CiseelGambar 13 A menunjukkan tentang sebaran
spasial kepadatan geografis pada DAS Ciseel dalamkisaran range. Semakin tinggi nilai rangemenunjukkan kepadatan geografis wilayah tersebutmakin tinggi. Kepadatan geografis tertinggi untukwilayah DAS Ciseel berada pada wilayah KotaTasikmalaya.
b. rasio penduduk DAS CiseelPeta sebaran rasio dalam bentuk dot matrik
(Gambar 13 B) menunjukkan bahwa semakin besardot, semakin besar pula nilai rasio. Pada DASCiseel sebaran rasio yang mempunyai nilairange besar tersebar pada wilayah DAS yangterdapat pada wilayah Tasikmalya dan Banjar.
c. Kepadatan agraris DAS CiseelBerdasarkan peta kepadatan agraris (Gambar 13
C) DAS Ciseel, diketahui bahwa hampir sebagianbesar wilayah DAS mempunyai tingkat kepadatansedang. Untuk wilayah DAS yang mempunyai tingkatkepadatan tinggi berada disekitar hilir tepatnya diwilayah administrasi Ciamis. Hal ini menunjukkanbahwa DAS Ciseel mempunyai tingkat tekananpenduduk yang rendah terhadap lahan pertanian.
d. Sebaran tenaga kerja DAS CiseelBerdasarkan Gambar 13 D diketahui bahwa
pada DAS Ciseel tenaga kerja tersebar meratadisetiap wilayah DAS. Penumpukan tenaga kerjaterbesar berada disekitar wilayah Kota Tasikmalayadan Kota Banjar.
e. Sebaran ketergantungan terhadap lahanpertanian DAS CiseelGambar 13 E menunjukkan peta ketergantung-
an terahadap lahan di DAS Ciseel. Sebaran nilai iniberada pada kisaran kurang dari 50 %, artinyaberada pada kriteria rendah. Sebaran keter-gantungan terhadap lahan pertanian untuk wilayahKabupaten Tasikmalaya yang berada di wilayahDAS Ciseel secara keseluruhan mempunyai nilaikisaran tinggi.
Sexsex
sexsex
134JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 2 Juni 2013, Hal. 122 - 139
Gambar 13. DAS Ciseel(A) Peta sebaran kisaran kepadatan geografis; (B) Peta sebaran range rasio jeniskelamin; (C) Peta sebaran kepadatan agraris; (D) Peta sebaran tenaga kerja; (E) Peta sebaranketergantungan terhadap lahan; (F) Peta sebaran pendapatan
(A) ; (B) ;; (E)
Figure13. The Ciseel watershed Distribution range of Geographic density Distribution range of sex ratios (C)Distribution of Agricultural density; (D) Map of the Labor distribution Map of reliance on landdistribution; (F) Map of income distribution
(A) (B)
(C) (D)
(E) (F)
135Pengaruh Dinamika Spasial Sosial Ekonomi Pada Suatu Lanskap Daerah Aliran Sungai (DAS) terhadap ..... Edy Junaidi, Retno Maryani( )
f. Sebaran Pendapatan Regional Domestic Bruto(PRDB) DAS CiseelNilai pendapatan suatu wilayah administrasi
yang mencerminkan pendapatan pada suatu DAS,pada penelitian ini digambarkan secara range padaGambar 13 F. Terlihat pada grafik bahwa pen-dapatan tertinggi berada disekitar wilayah DASCiseel bagian hilir, tepatnya di Kabupaten Banjardan Ciamis. Secara umum hasil perhitungan tingkatpendapatan berada pada kriteria rendah yakni lebihkecil dari pendapatan masing-masing kabupaten.
C. Hubungan antara Lanskap Hutan denganKondisi Biofisik dan Sosial Ekonomi
1. DAS Citanduy HuluHasil analisis menggunakan model GWR untuk
mengetahui keeratan hubungan masing-masingfaktor biofisik dan sosial ekonomi dengankeberadaan hutan, dianalisa dengan bantuansoftware spasial statistik SAM versi 4. Nilaikeeratan hubungan didekati dengan nilai korelasidari model GWR masing-masing faktor (biofisikdan sosial ekonomi). Tabel 3 menunjukkan hasil
Tabel 3.Hasil nilai korelasi antara keberadaan hutan dengan faktor-faktor biofisik dan sosial ekonomi padaDAS Citanduy Hulu
Table 3. The results of the correlation presence of forest with biophysical and socio-economicfactors in the Citanduy Huluwatershed
No.Faktor(Factor)
Keberadaan Hutan(Forest existence)
Korelasi(Correlation)
Kuat(Strong)
Sedang(Medium)
Rendah(Low)
Biofisik
1 Curah hujan �
2 Hujan maksimum �
3 evapotranspirasi aktual �
4 Kelerengan �
5 Batuan induk �
6 Kedalam solum tanah �
7 Batuan singkapan �
8 Drainase tanah �
9 Permiabilitas tanah �
10 Erodibilitas tanah �
11 Gradien DAS �
12 Kerapatan Drainase �
13 Rata-rata lereng �
Sosial ekonomi
1 Kepadatan geografis �
2 Kepadatan agraris �
3 Rasio penduduk �
4 Pengelompokan tenaga kerja �
5 Ketergantungan terhadap lahan �
6 Tingkat pendapatan �
Sumber : hasil analisa (Keterangan ( : - Korelasi kuat = r > 0,5
- Korelasi sedang = r = 0,5- Korelasi rendah = r < 0,5- Fungsi pembobot spasial menggunakan Bi-square dan memperhitungkan nilai spasial Kernel
(source) analysis result)explanation)
136JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 2 Juni 2013, Hal. 122 - 139
analisa nilai korelasi masing-masing faktor biofisikdan sosial ekonomi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapatfaktor-faktor biofisik dan sosial ekonomi yangmempunyai nilai korelasi kuat terhadap keberadaanhutan pada DAS Citanduy Hulu. Hal inimenunjukkan terdapat hubungan antara keber-adaan hutan pada DAS dengan kondisi faktorbiofisik (lingkungan) dan kondisi sosial ekonomimasyarakatnya. Sedangkan faktor-faktor biofisikdan sosial ekonomi yang mempunyai nilai korelasikuat terhadap keberadaan hutan pada DAS
Citanduy Hulu adalah curah hujan, kelerengan,erodibilitas tanah ( nilai kepekaan tanah terhadaperosi), kerapatan drainase DAS, rata-rata lerengDAS, kepadatan agraris dan ketergantunganterhadap lahan.
Analisis nilai korelasi model GWR meng-gunakan software spasial statistik SAM versi 4ditujukan untuk mengetahui keeretan hubunganmasing-masing faktor biofisik dan sosial ekonomidengan keberadaan hutan, dimana hasilnyadisajikan dalam Tabel 4.
2. DAS Ciseel
No.Faktor(Factors)
Keberadaan Hutan(Forest existence)
Korelasi(Correlation)
Kuat(Strong)
Sedang(Medium)
Rendah(Low)
Biofisik
1 Curah hujan �
2 Hujan maksimum �
3 evapotranspirasi aktual �
4 Kelerengan �
5 Batuan induk �
6 Kedalam solum tanah �
7 Batuan singkapan �
8 Drainase tanah �
9 Permiabilitas tanah �
10 Erodibilitas tanah �
11 Gradien DAS �
12 Kerapatan Drainase �
13 Rata-rata lereng �
Sosial ekonomi
1 Kepadatan geografis �
2 Kepadatan agraris �
3 Rasio penduduk �
4 Pengelompokan tenaga kerja �
5 Ketergantungan terhadap lahan �
6 Tingkat pendapatan �
Tabel 4. Hasil nilai korelasi antara keberadaan hutan dengan faktor-faktor biofisik pada DAS CiseelTable 4. The results of the correlation presence of forest with biophysical factors in the Ciseel watershed
Sumber : hasil analisa (Keterangan ( : - Korelasi kuat = r > 0,5
- Korelasi sedang = r = 0,5- Korelasi rendah = r < 0,5- Fungsi pembobot spasial menggunakan Bi-square dan memperhitungkan nilai spasial Kernel
(source) analysis result)explanation)
137Pengaruh Dinamika Spasial Sosial Ekonomi Pada Suatu Lanskap Daerah Aliran Sungai (DAS) terhadap ..... Edy Junaidi, Retno Maryani( )
Hasil analisis menunjukkan terdapat faktor-faktor biofisik dan sosial ekonomi yang mempunyainilai korelasi yang kuat terhadap keberadaan hutan(nilai korelasi kuat) pada DAS Ciseel. Hal inimenunjukkan bahwa tidak hanya faktor biofisik(lingkungan) yang mempengaruhi keberadaanhutan pada suatu DAS, tetapi faktor sosial ekonomimasyarakat yang berada pada DAS tersebut jugabisa mempengaruhi keberadaan hutan, sedangkanfaktor-faktor biofisik dan sosial ekonomi yangmempunyai korelasi kuat terhadap keberadaanhutan di DAS Ciseel adalah curah hujan,kelerengan, erodibilitas tanah (nilai kepekaan tanahterhadap erosi), kerapatan drainase DAS, rata-ratalereng DAS, kepadatan agraris dan ketergantunganterhadap lahan.
1. Terdapat hubungan yang erat antara keberadaanhutan pada suatu DAS dengan kondisi sosialekonomi masyarakatnya dan kondisi biofisik(lingkungan). Hubungan tersebut dapatdibuktikan dengan menggunakan Metode
2. Aplikasi metode GWR pada DAS berpasanganCitanduy Hulu dan DAS Ciseel menunjukkanbahwa keeratan hubungan antara faktor biofisikdan sosial ekonomi terhadap keberaadaanlanskap ditentukan oleh faktor curah hujan,kelerengan, kepekaan tanah terhadap erosi,kerapatan drainase DAS, rata-rata lereng DAS,kepadatan agraris dan ketegantungan terhadaplahan.
3. Rendahnya korelasi yang ditunjukkan melaluirasio penduduk, tenaga kerja dan tingkatpendapatan diduga merupakan konsekuensi darikeberadaan Kota Tasikmalaya dan Banjarsebagai outlet penyedia kesempatan kerja danpendapatan bagi masyarakat di wilayah DASCitandui Hulu dan DAS Ciseel.
Penentuan arahan spasial keberadaan hutan yangditentukan oleh faktor biofisik (curah hujan,kelerengan dan jenis tanah) perlu ditinjau kembalidengan memasukkan faktor sosial ekonomi
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Geographically Weighted Regression models (GWR).
masyarakat dan faktor keberadaan DAS.Pertimbangan tersebut diperlukan agar rencanapembangunan kehutanan dalam melestarikansumberdaya hutan dan air dilakukan sesuai dengankenyataan lapangan,sehingga mendukungpengentasan kemiskinan serta meminimalkankonflik dengan masyarakat.
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPBPress. Bogor.
Becerra, E.H., 1995. Monitoring and Evaluation ofwatershed Management Project Achivements.FAOConservationGuide24.FAOUN.Rome.
Diaz, N. and Apostol, D. ____ .ForestLandscapeAnalysis and Design.A Processfor Developing andImplementing LandManagementObjectives for LandscapePatterns.USDA Forest Service.PacificNorthwest Region.United State.
Fotheringham, A.S.,Charlton, M., and Brunsdon,C. 2002 .Geog raphica l l y WeightedRegression. ESRC National Centre forResearch Methods.NCRM Methods ReviewPapers. [terhubung berkala].
Html [11 Desember 2010]
Green, B.H., E.A. Simmons, and I. Woltjer. 1996.Landscape Conservation: Some StepsTowards Developing a New ConservationDimension. A draft report of the IUCN-CESPLandscape Conservation Working Group. Dept.Agriculture, Horticulture and Environment,WyeCollege, Ashford, Kent, UK
Jennings, S., Jarvie, J. 2002. A Sourcebook forLandscape Analysis of High ConservationValue Forests.
Keputusan Presiden Republik Indonesia, 1990.Kepres No. 92 tentang Pengelolaan KawasanLindung. [terhubung berkala].
[11november 2011].
Maryani, R. 2010. Manajemen Lanskap HutanBerbasis Daerah aliran Sungai (DAS).Rencana Penelitian Integratif 2010 - 2014.Pusat Penelitian Sosial Ekonomi danKebijakan Kehutanan. Badan Penelitian dan
DAFTAR PUSTAKA
http://ncg.nuim.ie/GWR.
http://www.dephut.go.id/bksda.
138JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 2 Juni 2013, Hal. 122 - 139
Pengembangan Kehutanan. KementerianKehutanan. Bogor.
Paimin, Sukrisno dan Purwanto. 2006. Sidik CepatDegradasi Sub Daerah Aliran Sungai. PuslitHutan dan Konservasi Alam. BadanPenelitian dan Pengembangan. DepartemenKehutanan. Bogor.
Pawitan, H. 2004. Aplikasi Model erosi dalamPerpektif Pengelolaan Derah Aliran Sungai. IProsiding Seminar Degradasi Lahan danHutan. Masyarakat Konservasi Tanah danAir Indonesia. Universitas Gadjah Mada danDepartemen Kehutanan.
Surat Keputusan Menteri Pertanian, 1980, Nomer837/kpts/Um/11/1980 tentang Kriteriadan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung.[terhubung berkala].
..... [11 November 2011]
Thiago F. Rangel, Jose,A. F. Diniz-Filho and Luis,M. B. 2010. SAM: a comprehensiveapplication for Spatial Analysis inMacroecology.
.
http://www.deptan.go.id/
Journal compilation of
Ecography
139Pengaruh Dinamika Spasial Sosial Ekonomi Pada Suatu Lanskap Daerah Aliran Sungai (DAS) terhadap ..... Edy Junaidi, Retno Maryani( )