68
PENGARUH INJEKSI INTRAMATRIKSIAL EKSTRAK DNA DARAH TALI PUSAT MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN KUKU PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley ( Skripsi ) Oleh Kuntum Sureda FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2020

PENGARUH INJEKSI INTRAMATRIKSIAL EKSTRAK DNA DARAH …digilib.unila.ac.id/61025/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENGARUH INJEKSI INTRAMATRIKSIAL EKSTRAK DNA DARAH TALI

    PUSAT MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN KUKU

    PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley

    ( Skripsi )

    Oleh

    Kuntum Sureda

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDARLAMPUNG

    2020

  • PENGARUH INJEKSI INTRAMATRIKSIAL EKSTRAK DNA DARAH TALI

    PUSAT MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN KUKU

    PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley

    Oleh

    Kuntum Sureda

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Lulus Sarjana Kedokteran

    Pada

    Fakultas Kedokteran

    Universitas Lampung

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDARLAMPUNG

    2020

  • ABSTRACT

    THE INFLUENCE OF INTRAMATRICIAL INJECTION EXTRACT DNA

    OF HUMAN UMBILICAL CORD BLOOD ON NAIL GROWTH IN

    Sparague dawley strain WHITE MALE RATS (Rattus norvegicus)

    By

    KUNTUM SUREDA

    Background: Nails are additional skin tools that have physiological functions to

    protect the fingertips and aesthetic functions to support appearance. At this time

    many events can cause lesions on the nails and require a long time to heal the nail

    completely. Extract DNA of human umbilical cord blood has the ability to assist

    the process of nail growth. This study aims to determine the effect of intramatricial

    injection extract DNA of human umbilical cord blood on nail growth including the

    length and time of nail growth.

    Method: This research was an experimental laboratory study using 18 white rats

    that were nailed and divided into control groups (K1), treatment groups (P1) and

    treatment groups (P2). Observations were made on the length of nail growth using

    calipers and nail growth time which was carried out for 14 days. Data were analyzed

    using One Way ANOVA and Kruskal Wallis statistical tests with α: 5% values.

    Result: The length of the nail growth showed the results of the data analysis test of

    p

  • ABSTRAK

    PENGARUH INJEKSI INTRAMATRIKSIAL EKSTRAK DNA DARAH

    TALI PUSAT MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN KUKU PADA

    TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)

    GALUR Sprague dawley

    Oleh

    KUNTUM SUREDA

    Latar Belakang: Kuku merupakan alat tambahan kulit yang mempunyai fungsi

    fisiologis untuk melindungi ujung jari dan fungsi estetis untuk menunjang

    penampilan. Pada saat ini banyak kejadian yang dapat menyebabkan lesi pada kuku

    dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyembuhkan kuku secara utuh.

    Ekstrak DNA darah tali pusat manusia memiliki kemampuan dalam membantu

    proses pertumbuhan kuku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

    injeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat manusia terhadap pertumbuhan

    kuku yang meliputi panjang dan waktu pertumbuhan kuku.

    Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan

    menggunakan 18 ekor tikus putih yang diavulsi kukunya dan dibagi menjadi

    kelompok kontrol (K1), kelompok perlakuan (P1) dan kelompok perlakuan (P2).

    Pengamatan dilakukan terhadap panjang pertumbuhan kuku menggunakan jangka

    sorong dan waktu pertumbuhan kuku yang dilakukan selama 14 hari. Data

    dianalisis menggunakan uji statistik One way ANOVA dan Kruskal wallis dengan

    nilai α : 5%.

    Hasil: Panjang pertumbuhan kuku menunjukkan hasil uji analisis data sebesar

    p

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dillahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Januari 1999. Penulis merupakan putri

    kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Zulmahdi dan Ibu Karmita.

    Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 01 Manggarai

    Selatan pada tahun 2004-2010, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri

    3 Jakarta pada tahun 2010-2013, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri

    55 Jakarta pada tahun 2013-2016. Pada tahun 2016, penulis diterima sebagai

    mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

    Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif pada organisasi FSI Ibnu Sina pada

    tahun 2017 sebagai anggota divisi Media dan Syi’ar (MEDIS) dan pada organisasi

    Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam dan Tanggap Darurat (PMPATD) Pakis

    Rescue Team sebagai anggota divisi Organisasi.

  • Bissmillahirrahmanirrahim

    Segala puji hanya milik Allah SWT atas

    rahmat, nikmat dan kasihNya yang tak

    pernah berhenti diberikan kepadaku selama

    ini. Sholawat serta salam selalu tercurah

    kepada junjungan kita Nabi Muhammad

    SAW.

    Ku persembahkan karya ini untuk kedua

    orang tuaku tercinta, abak dan amak yang

    telah membesarkan dan mendidikku dengan

    kasih sayangnya. Selalu memberi dukungan,

    nasihat, harapan pada diriku dan do’a yang

    tak pernah hentinya menyertaiku menuju

    kesuksesan.

    DO THE BEST AND LET ALLAH DO THE

    REST.

  • SANWACANA

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

    memberikan begitu banyak nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan

    penelitian ini, serta shalawat dan salam penulis junjungkan kepada Nabi

    Muhammad SAW, keberadaannya membuat hati tenang meskipun belum pernah

    bertemu.

    Atas kehendak dan karunia Allah, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini yang berjudul “PENGARUH INJEKSI INTRAMATRIKSIAL

    EKSTRAK DNA DARAH TALI PUSAT MANUSIA TERHADAP

    PERTUMBUHAN KUKU PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)

    GALUR Sprague dawley” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

    Kedokteran di Universitas Lampung.

    Dalam kesempatan ini penulis ucapkan sebesar-besarnya kepada :

    1. Prof. Dr. Karomani,M.Si., selaku Rektor Universitas Lampung;

    2. Dr. Dyah Wulan SRW,S.K.M., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

    Universitas Lampung;

    3. Dr. dr. Evi Kurniawaty, S.Ked., M.Sc selaku Pembimbing Satu yang telah

    bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran dan nasihat

    yang bermanfaat dalam penelitian skripsi ini;

  • 4. Dr. dr. Ety Apriliana, S.Ked., M.Biomed selaku Pembimbing Dua yang telah

    bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran dan nasihat

    yang bermanfaat dalam penelitian skripsi ini;

    5. dr. Rasmi Zakiah Oktarlina, S.Ked., M.Farm selaku Pembahas skripsi yang

    bersedia meluangkan waktu dan kesediannya untuk memberikan kritik, saran

    dan nasihat yang bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini;

    6. Ayah dan ibu tercinta, Bapak Zulmahdi dan Ibu Karmita yang paling spesial

    dalam persembahan ini atas segala doa dan dukungan yang tidak pernah putus.

    Terima kasih selalu menjadi pengingat dan penguat dalam setiap langkah

    kehidupan yang kujalani. Semoga hasil penelitian ini menjadi ilmu yang

    berbuah pahala bagi mereka berdua;

    7. Kakak dan adik saya, Riwa Orapakel dan Topaz Orapakel yang selalu

    memberikan dukungan baik moril maupun materil;

    8. Seluruh keluarga besar yang turut memberikan dukungan kepadaku untuk

    menyelesaikan pendidikan, terkhusus pada Mak Tuo dan Pak Tuo serta sepupu

    saya Uni Putri;

    9. dr. Agustyas Tjiptaningrum, S.Ked., Sp.PK selaku Pembimbing Akademik atas

    waktu dan bimbingannya;

    10. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

    atas segala ilmu dan bimbingan yang kelak akan digunakan sebagai bekal

    dalam menjalankan tugas sebagai dokter;

    11. Ny. N, yang telah bersedia memberikan tali pusatnya untuk digunakan dalam

    penelitian ini;

  • 12. Sahabat yang selalu mendukung, membantu dan menemani saya sejak

    dibangku SMP hingga sekarang Pepy Fajriah Nataayu terima kasih atas

    hiburannya dikala saya sedang susah;

    13. Teman yang selalu membantu dalam kehidupan sehari-hari maupun

    perkuliahan: Desti Dwi Rahmah, Nursilri Meidania, Fauziah Dwi Apriani dan

    Aulia Salma Azmi terimakasih atas segala bantuan yang sudah diberikan;

    14. Teman seperjuangan dalam hal bertahan hidup di Fakultas Kedokteran ini

    Rahma terimakasih atas kerja samanya;

    15. Teman yang tergabung dalam penelitian sel punca; Yasmin, Komden, Restu,

    Carla, Ihsan, Asyraf dan Kak Anggun, terimakasih atas segala bantuannya

    hingga skripsi ini dapat diselesaikan;

    16. Ibu Nuriah dan Mba Yani, atas segala bantuannya untuk proses ekstraksi sel

    punca;

    17. Temanku yang selalu siap membantu Mira Apriyani, Hanin Shafira, Felia

    Yustika;

    18. Teman-teman angkatan 2016 (TR16EMINUS) yang tidak bisa disebutkan satu

    persatu;

    Penulis menyadari sripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari

    sempurna, namun penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan

    pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya

    Bandar Lampung, Januari 2020

    Penulis

    Kuntum Sureda

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI ...........................................................................................................i

    DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................ii

    DAFTAR TABEL ..................................................................................................iii

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

    1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5

    1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

    1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

    1.4.1 Manfaat bagi Penulis ................................................................ 5

    1.4.2 Manfaat bagi Peneliti Lain ........................................................ 6

    1.4.3 Manfaat bagi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ....... 6

    1.4.4 Manfaat bagi Masyarakat .......................................................... 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7

    2.1 Kuku .................................................................................................. 7

    2.1.1 Anatomi Kuku ........................................................................... 7

    2.1.2 Embriologi Kuku ...................................................................... 9

    2.1.3.Pertumbuhan Kuku ................................................................. 11

    2.2 Sel Punca .......................................................................................... 13

    2.2.1 Klasifikasi Sel Punca .............................................................. 14

    2.2.2 Sel Punca Mesenkimal ............................................................ 20

    2.3 Gambaran Umum Hewan Coba ....................................................... 23

    2.4 Kerangka Penelitian ......................................................................... 26

  • 2.4.1 Kerangka Teori ....................................................................... 26

    2.4.2 Kerangka Konsep .................................................................... 27

    2.5 Hipotesis ............................................................................................. 27

    Jenis Penelitian ................................................................................ 28

    Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 28

    Subjek Penelitian ............................................................................. 28

    3.3.1 Populasi Penelitian ............................................................... 28

    3.3.2 Sampel Penelitian ................................................................. 29

    Rancangan Penelitian ...................................................................... 31

    Identifikasi Variabel Penelitian ....................................................... 31

    3.5.1 Variabel Bebas ........................................................................ 31

    3.5.2 Variabel Terikat ...................................................................... 32

    Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................ 32

    Alat dan Bahan ................................................................................ 33

    3.7.1 Alat Penelitian ......................................................................... 33

    3.7.2 Bahan penelitian ..................................................................... 33

    Cara Kerja ....................................................................................... 34

    3.8.1 Tahap Persiapan ...................................................................... 34

    3.8.2 Tahap Pengujian ..................................................................... 37

    Alur Penelitian ................................................................................ 40

    3.10.1 Pengolahan Data ................................................................... 41

    3.10.2 Analisis Data ......................................................................... 42

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 45

    4.1 Gambaran Umum Penelitian ............................................................... 45

    4.2 Hasil Penelitian ................................................................................... 46

    4.2.1 Panjang Pertumbuhan Kuku ...................................................... 46

    4.2.2 Waktu Pertumbuhan Kuku ........................................................ 55

    4.3 Pembahasan ......................................................................................... 59

    3.1

    3.2

    3.3

    3.4

    3.5

    3.6

    3.7

    3.8

    3.9

    3.10 Pengelolahan dan Analisis Data...................................................... 41

    3.11 Etika Penelitian............................................................................... 43

    3.12 Dummy Table.................................................................................. 44

    BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 28

  • 4.4 Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 64

    5.1 Simpulan ......................................................................................... 65

    5.2 Saran ................................................................................................ 66

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 67

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 65

  • DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Anatomi Kuku (Berker et al.,2007). ..................................................... 9

    Gambar 2. Embriogenesis dari kuku (Berker et al., 2007). .................................. 10

    Gambar 3. Pengembangan bidang kuku (Berker et al., 2007). ............................. 11

    Gambar 4. Sifat sel punca (Jusuf,2008). ............................................................... 14

    Gambar 5. Sel Punca Totipoten dan Pluripoten (Jusuf, 2008). ............................. 18

    Gambar 6. Sel Punca Multipotent dan Unipotent pada sumsum tulang (Jusuf,

    2008). .................................................................................................................... 19

    Gambar 7. Macam-macam Sel Punca Mesenkimal (Phuc Van Pham, 2016) ....... 21

    Gambar 8. Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley

    (Koolhas, 2010). .................................................................................................... 24

    Gambar 9. Kerangka Teori (Junqueira dan Corneiro, 2007). ............................... 26

    Gambar 10. Kerangka Konsep .............................................................................. 27

    Gambar 11. Alur Penelitian................................................................................... 40

    file:///C:/Users/Acer-pc/Documents/DAFTAR%20ISI.docx%23_Toc23108623

  • DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kuku (Haneke, 2015). .......... 12

    Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................................ 32

    Tabel 3. Konversi Perhitungan Dosis untuk Berbagai Jenis Hewan dan Manusia

    (Harmita dan Radji, 2008). ..................................................................... 39

    Tabel 4. Hasil Pengamatan Panjang Pertumbuhan Kuku Kelompok Kontrol

    Negatif (K) .............................................................................................. 46

    Tabel 5. Hasil Pengamatan Panjang Pertumbuhan Kuku Kelompok (P1) ............ 47

    Tabel 6. Hasil Pengamatan Panjang Pertumbuhan Kuku Kelompok (P2) ............ 48

    Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Panjang Pertumbuhan Kuku ................................. 49

    Tabel 8. Hasil Analisis Univariat pada Sebaran Data Normal .............................. 51

    Tabel 9. Hasil Analisis Univariat pada Sebaran Data Tidak Normal ................... 52

    Tabel 10. Hasil Uji Homogenitas Levene's test Panjang Pertumbuhan Kuku ...... 52

    Tabel 11. Hasil Uji One Way ANOVA post hoc Bonferroni Panjang Pertumbuhan

    Kuku ..................................................................................................... 53

    Tabel 12. Hasil Uji Kruskal Wallisi Perbedaan Panjang Pertumuhan Kuku ........ 54

    Tabel 13. Waktu Pertumbuhan Kuku Pada Hewan Coba ..................................... 56

    Tabel 14. Hasil Uji Homogenitas Levene's test Waktu Pertumbuhan Kuku......... 57

    Tabel 15. Hasil Uji One Way ANOVA Waktu Pertumbuhan Kuku ..................... 58

    Tabel 16. Hasil Analisis Post Hoc Bonferroni Waktu Pertumbuhan Kuku .......... 58

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Lembar Informed Consent

    Lampiran 2. Surat Persetujuan Etik

    Lampiran 3. Hasil Uji Statistik

    Lampiran 4. Pembuatan Sel Punca

    Lampiran 5. Pemotongan Kuku

    Lampiran 6. Pengukuran Kuku

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Manusia yang normal dan sehat pada umumnya memiliki jari dan kuku yang

    mempunyai banyak kegunaan misalnya sebagai alat untuk mempercantik diri.

    Pada saat ini banyak kejadian di dalam kehidupan sehari-hari yang dapat

    menyebabkan lesi pada anggota tubuh kita terutama kuku. Hal ini bisa terjadi

    karena kecelakaan yang terjadi di sekitar kita misalnya pada saat tersandung

    kaki meja, terjepit pintu dan kejadian tak terduga lainnya. Kuku merupakan alat

    tambahan kulit yang mempunyai fungsi fisiologis untuk melindungi ujung jari

    dan fungsi estetis untuk menunjang penampilan yang menunjukkan perbedaan

    nyata dengan epidermis karakteristik permeabilitas yang sangat berbeda

    (Haneke, 2015).

    Tingkat pertumbuhan kuku pada setiap individu sangat bervariasi, dengan nilai

    rata-rata 3 mm per bulan untuk kuku tangan dan 1 mm per bulan untuk kuku

    kaki. Pada umumnya kuku tangan normal tumbuh dalam waktu sekitar 6 bulan,

    sedangkan kuku kaki membutuhkan waktu sekitar 10 s.d. 12 bulan (Anonim,

    2009). Pertumbuhan kuku tergantung pada beberapa faktor antara lain seperti

    jenis kelamin, usia, dan kebiasaan yang dilakukan (Amador et al., 2016).

    Pertumbuhan kuku juga dipengaruhi oleh kadar protein dan sulfur, sedangkan

  • 2

    pada orang tua kadar protein dan sulfur cenderung lebih sedikit sehingga

    pertumbuhan kuku pada orang tua lebih lambat (Haneke, 2015).

    Akhir-akhir ini perkembangan dalam biologi sel dan molekul memang tidak

    hanya berkontribusi pada pemahaman mengenai dasar molekuler penyakit

    namun juga menyediakan teknologi potensial untuk mengobati penyakit-

    penyakit pada manusia. Dengan pengetahuan bahwa penyakit-penyakit pada

    manusia disebabkan oleh abnormalitas sel pada tubuh kita, banyak terapi yang

    berkembang dengan harapan bahwa sel-sel fungsional yang disisipkan ke dalam

    sel yang rusak dapat memperbaiki fungsi sel dan menghasilkan sel yang

    diperlukan, lalu mengkompensasi kelainan sel dan menyembuhkan penyakit.

    Terapi yang banyak memberikan manfaat dan cukup menjanjikan adalah terapi

    dengan sel punca.

    Sel punca merupakan sel yang belum berdiferensiasi dan mempunyai potensi

    yang sangat tinggi untuk berkembang menjadi banyak jenis sel yang berbeda di

    dalam tubuh. Sel punca juga berfungsi sebagai sistem perbaikan untuk

    mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak demi kelangsungan hidup organisme.

    Ketika sel punca terbelah, sel yang baru mempunyai potensi untuk tetap

    menjadi sel punca atau menjadi sel dari jenis lain dengan fungsi yang lebih

    khusus, misalnya sel otot, sel darah merah atau sel otak (Danny, 2010).

    Sel punca memiliki kemampuan berdifirensiasi menjadi sel tubuh yang berbeda

    jenisnya. Kemampuannya untuk berdiferensiasi itu berbeda-beda pada tiap jenis

    sel. Ada tiga macam kemampuan sel untuk berdiferensiasi. Ketiga kemampuan

    itu adalah totipotensi, pluripotensi, dan multipotensi. Kemampuan

  • 3

    berdiferensiasi pada jenis totipotensi ini adalah yang paling luas. Totipotensi

    adalah sifat untuk berdiferensiasi memjadi satu mahluk hidup utuh. Sifat ini

    dimiliki oleh zigot pada tahap morula (Li et al, 2017). Sifat diferensiasi yang

    lebih terbatas adalah pluripotensi. Sifat ini dimiliki sel punca embrio pada tahap

    blastula. Sel punca jenis ini dapat berdiferensiasi menjadi endoderm,

    mesoderm, dan ektoderm (Li et al., 2017). Sifat diferensiasi ketiga, yaitu

    multipotensi bersifat lebih terbatas dari kedua kemampuan diferensiasi lainnya.

    Sifat multipotensi dimiliki oleh stem sel dewasa. Sel punca dewasa berjumlah

    sedikit di dalam jaringan yang sudah berdiferensiasi. Sel punca dewasa berperan

    dalam pemeliharaan jaringan. Sel punca dewasa hanya membentuk sel yang

    sejenis, misalnya sel yang ada dalam satu sistem organ tertentu (Li et al., 2017).

    Sel punca dewasa (adult stem cells) memiliki dua karakteristik, yaitu sel-sel

    tersebut dapat berproliferasi untuk periode yang panjang untuk memperbarui

    diri, dan dapat berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel khusus yang

    mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial. Salah satu macam

    sel punca dewasa adalah sel induk hematopoietik (hematopoietic stem cells),

    yaitu sel induk pembentuk darah yang mampu membentuk sel darah merah, sel

    darah putih, dan keping darah yang sehat. Sumber sel induk hematopoietik

    adalah sumsum tulang, darah tepi, dan darah tali pusar. Mekanisme dari

    perbaikan jaringan rusak menggunakan sel punca terdiri dari dua jenis, yaitu

    diferensiasi sel punca dan produksi faktor pertumbuhan sel punca (Amin, 2013).

    Tetapi beberapa penelitian mengatakan efek regenerasi tidak dimediasi oleh

    kemampuan diferensiasi sel punca untuk memperbaiki jaringan yang rusak,

  • 4

    melainkan kemampuan sel punca untuk melakukan sekresi metabolit bioaktif.

    Terdapat beberapa faktor yang disekresikan oleh sel punca antara lain sitokin,

    exosome, growth factor, dan mikrovesikel yang ditemukan dalam media

    tumbuh (Lane, 2014).

    Terapi dengan menggunakan sel punca mesenkimal (MSCs) baru-baru ini telah

    menjadi fokus penelitian, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Se-Ra Park

    et al (2018) di Gachon University, dalam penelitian in vitro ini menunjukkan

    bahwa sel punca mesenkimal (MSCs) dapat mempercepat pertumbuhan kuku

    pada kulit dengan mengaktifkan kaskade PI3K/Akt atau FAK/ERK1/2 dan

    selanjutnya meningkatkan proliferasi dan kemampuan migrasi berbagai jenis

    sel kulit, seperti fidroblas, keratinosit dan sel epitel vaskular yang pada

    akhirnya dapat mempercepat kontraksi luka dan penelitian di China yang

    dimana sel punca yang dipilih dari adiposa dan media yang terkondisi dari

    adipose derived stem cells (ADSCs) dapat meningkatkan laju proliferasi sel

    folikel manusia, melindungi sel papilla dermal dan meningkatkan

    pemanjangan poros rambut pada kultur organ rambut manusia ex vivo. Hal ini

    mungkin bisa menjadikan sel punca sebagai terapi klinis yang layak untuk

    pertumbuhan kuku pada kulit dan kerontokan rambut.

    Berdasarkan uraian di atas, penelitian lebih lanjut untuk mempelajari potensi

    sel punca sebagai terapi adalah suatu hal yang menarik untuk dilakukan.

    Namun dalam penelitian ini bertujuan untuk mengamati dan mempelajari

    tentang pengaruh injeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat manusia

  • 5

    yang didalamnya terdapat sel punca terhadap pertumbuhan kuku pada tikus

    putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah dari penelitian

    ini yaitu:

    1. Apakah terdapat perbedaan panjang pertumbuhan kuku antara kelompok

    perlakuan yang diinjeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat manusia

    dengan kelompok kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan pada tikus putih

    jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley ?

    2. Apakah terdapat perbedaan rerata waktu pertumbuhan kuku antara kelompok

    perlakuan yang diinjeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat manusia

    dengan kelompok kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan pada tikus putih

    jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley ?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

    1. Mengetahui panjang pertumbuhan kuku antara kelompok perlakuan yang

    diinjeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat manusia dengan

    kelompok kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan pada tikus putih

    jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley.

    2. Mengetahui rerata waktu pertumbuhan kuku antara kelompok perlakuan

    yang diinjeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat manusia dengan

    kelompok kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan pada tikus putih

    jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley.

  • 6

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat bagi Penulis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dan

    menambah pengetahuan bagi penulis, khususnya tentang pengaruh

    injeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat manusia terhadap

    pertumbuhan kuku pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur

    Sprague dawley.

    1.4.2 Manfaat bagi Peneliti Lain

    Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi untuk dasar

    penelitian lebih lanjut mengenai potensi penggunaan ekstrak DNA darah

    tali pusat manusia terhadap pertumbuhan organ atau jaringan.

    1.4.3 Manfaat bagi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

    sebagai hal baru yang perlu dikembangkan.

    1.4.4 Manfaat bagi Masyarakat

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan

    masyarakat luas mengenai pengobatan kuku yang lepas menggunakan

    injeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat manusia.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kuku

    2.1.1 Anatomi Kuku

    Kuku adalah derivat keratin yang keras dan fleksibel yang menutupi

    distal phalang dorsal jari tangan dan kaki yang dalam proses

    pembentukannya serupa dengan proses yang terjadi di rambut dan

    stratum korneum (Mescher, 2014; Rossi et al, 2002). Pada bagian

    proksimal kuku terletak berdekatan dengan sendi interphalangeal

    distal. Dari 19 jari yang dilakukan diseksi sireal menunjukkan bahwa

    penanda permukaan batas-batas matriks terletak pada 75% jarak dari

    kutikula ke lipatan dari sendi interphalangeal distal dan lateral ke

    garis tengah sagital dari digiti (Berker et al., 2007).

    Anatomi kuku terdiri atas beberapa komponen antara lain sebagai

    berikut (Berker et al., 2007):

    1. Nail plate merupakan struktur keratin yang tahan lama dan terus

    berkembang sepanjang hidup.

    2. Lateral nail folds merupakan suatu lipatan yang memberikan

    batas lateral ke kuku. Mereka biasanya lebih menonjol di jari-

    jari kaki daripada jari-jari tangan

  • 8

    3. Proximal nail folds merupakan suatu lipatan kuku yang

    memberikan batas proksimal ke kuku. Ini melekat pada bagian

    dorsal lempeng kuku dan menyembunyikan semua atau

    sebagian dari matriks kuku, yang secara klinis bermanifestasi

    menjadi lunula.

    4. Cuticle (Eponychium) merupakan lapisan epidermis yang

    membentang dari lipatan kuku proksimal dan melekat pada

    bagian dorsal lempeng kuku. Manipulasi kronis, peradangan,

    atau infeksi dapat menyebabkan hilangnya kutikula, yang

    seringkali menjadi tanda-tanda paronikia kronis.

    5. Nail matrix (nail root) merupakan struktur epitel di bawah kuku,

    mulai dari jangkauan paling proksimal kuku dan berakhir di tepi

    yang sesuai dengan tepi lunula.

    6. Lanula merupakan margin cembung matriks yang terlihat di

    kuku, biasanya sering terlihat di ibu jari tangan dan ibu jari kaki.

    7. Nail bed merupakan vaskular dasar kuku di mana kuku terletak

    memanjang dari lunula ke hyponychium. Ini merupakan area

    utama yang terlihat melalui lempeng kuku.

    8. Onychodermal band merupakan barier pertama untuk penetrasi

    bahan ke bawah lempeng kuku. Kerusakan yang terjadi pada

    barier ini oleh penyakit atau trauma dapat mempercepat

    berbagai kejadian lebih lanjut yang dapat mempengaruhi dasar

    kuku.

  • 9

    9. Hyponychium merupakan lapisan sel kulit yang tumbuh di atas

    ujung jari biasanya melekat ke bagian bawah tepi bebas.

    Gambar 1. Anatomi Kuku (Berker et al.,2007).

    2.1.2 Embriologi Kuku

    Pertumbuhan jari pada manusia dapat dilihat dari minggu ke delapan

    kehamilan. Unsur embrional pertama dari unit kuku adalah anlage

    kuku yang mulai muncul dari minggu ke sembilan sebagai epidermis

    yang melapisi ujung dorsal dari jari. Pada minggu ke 13, dengan

    matriks primordium yang mendasari lipatan kuku di proksimal

    bidang kuku mulai didefinisikan dengan baik di jari. Pada minggu

    ke 14, lempeng kuku mulai terlihat muncul dari bawah lipatan kuku

    proksimal, dengan unsur-unsur yang timbul dari lunula serta matriks

  • 10

    proksimal. Pada minggu ke 17, lempeng kuku menutupi sebagian

    besar dari dasar kuku. Mulai dari minggu ke 20, unit kuku dan jari

    tumbuh secara bersama-sama, dengan lempengan kuku terletak di

    dekat punggungan distal. Saat lahir, lempeng kuku memanjang ke

    alur distal, yang menjadi semakin tidak menonjol. kuku mungkin

    melengkung di atas permukaan volar jari. Hal itu mungkin juga

    menunjukkan koilonychia. Kelainan bentuk ini normal pada fungsi

    ketipisan lempeng kuku dan pada orang yang sangat muda (Berker

    et al., 2007).

    Gambar 2. Embriogenesis dari kuku (Berker et al., 2007).

  • 11

    Gambar 3. Pengembangan bidang kuku (Berker et al., 2007).

    2.1.3. Pertumbuhan Kuku

    Sebagian besar penelitian yang berhubungan dengan kuku jari

    mengatakan tingkat pertumbuhan kuku dapat bervariasi antara 1,9

    dan 4,4 mm/bulanan wajarnya adalah 3 mm/bulan atau 0,1 mm/hari.

    Kuku jari kaki diperkirakan tumbuh sekitar 1 mm/bulan.

    Pertumbuhan kuku setiap individu berbeda beda tergantung sejauh

    mana kuku dicabut dan kuku mana yang dicabut. Faktor individu

    seperti tinggi atau berat tidak membuat perbedaan yang signifikan.

    Tetapi untuk jenis kelamin terdapat perbedaan kecil pada masa

    dewasa awal, dengan laki-laki memiliki pertumbuhan kuku linier

    lebih cepat (P

  • 12

    Menurut Junqueira dan Carneiro (2007) proses pertumbuhan kuku

    dimulai dari epitel lempeng kuku yang timbul dari matriks kuku.

    Ujung proksimal matriks akan meluas ke dalam akar kuku.

    Sedangkan sel-sel matriks akan membelah, bergeser ke distal, dan

    pada akhirnya mengalami kornifikasi yang membentuk bagian

    proksimal dari lempeng kuku. Kemudian lempeng kuku akan

    bergeser ke depan di atas dasar kuku. Dimana ujung distal lempeng

    menjadi bebas dari dasar kuku.

    Tabel 1. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kuku (Haneke, 2015).

    Lebih cepat Lebih Lambat

    Siang hari

    Kehamilan

    Minor trauma

    Tangan kanan / dominan

    Usia muda

    Jari tangan

    Musim panas

    Jari tengah

    Pria

    Psoriasis

    Pitting

    Kuku yang normal

    Onycholysis pitryriasis rubra

    Pilaris

    Etretinate

    Oncholysis idiopatik perempuan

    Hipertiroidisme

    AV shunt

    Kalsium/ vitamin D

    Benoxaprofen

    Malam hari

    Hari pertama kehidupan

    Tangan kiri/ non-dominan

    Usia tua

    Jari kaki

    Musim dingin

    Ibu jari

    Perempuan

    Finger imobilisasi

    Demam

    Beau’s lines

    Methotrexate, azathiopirine

    Etretinate

    Kurang gizi

    Denervasi

    Sindrom kuku kuning

    Polychondritis berulang

  • 13

    2.2 Sel Punca

    Sudah sejak lama manusia tertarik dengan kemampuan regenerasi sel

    tubuh dari makhluk hidup seperti cacing pipih Planaria sp maupun Hydra.

    Kedua makhluk tersebut memiliki kemampuan regenerasi yang sangat

    cepat dan akurat. Kemampuan itu tidak dimiliki oleh sebagian besar

    vertebrata dengan kelas yang lebih tinggi. Berdasarkan hal ini, manusia

    mulai memikirkan pengembangan kemampuan regenerasi sebagai bagian

    terapi berbagai macam penyakit. Pada tahun 1950-an, stem cell mulai

    menarik minat peneliti di seluruh dunia, yaitu sejak ditemukannya sel yang

    menyusun sumsum tulang yang dapat membentuk semua jenis sel darah

    pada manusia yang selanjutnya disebut stem cell hematopoietic. Stem cell

    itulah yang berperan sebagai awal mula pertumbuhan sel dalam menyusun

    tubuh manusia. Stem cell dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi

    sel punca yang berarti awal mula. Definisi dari Sel Punca atau stem cell

    sendiri adalah sel yang tidak atau belum berdiferensisasi dan mempunyai

    kemampuan/potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel

    yang spesifik yang membentuk berbagai jaringan tubuh (Du et al., 2009).

    Sel Punca mempunyai dua sifat yang khas yaitu:

    1. Differentiate yaitu kemampuan untuk berubah menjadi sel lain. Sel

    Punca mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel yang khas

    (spesifik) misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel

    pankreas dan lain-lain

  • 14

    2. Self regenerate/self renew yaitu kemampuan untuk memperbaharui

    atau meregenerasi dirinya sendiri. Stem cells mampu membuat salinan

    sel yang persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel (Jusuf,

    2008).

    Gambar 4. Sifat sel punca (Jusuf,2008).

    2.2.1 Klasifikasi Sel Punca

    Sel Punca dapat diklasifikasikan munurut terminologinya sebagai berikut.

    (Yuliana & Suryani, 2012).

    2.2.1.1 Berdasarkan asalnya

    Berdasarkan asalnya sel punca dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

  • 15

    1. Sel Punca Embrionik (Embrionic Stem cells)

    Sel punca embrionik adalah sel yang berasal dari masa sel dalam

    (inner cell mass) yaitu suatu kumpulan sel yang terdapat dalam

    embrio pada tahap blastokista (5-7 hari setelah pembuahan)

    berjumlah 100 sel. Sel punca embrionik dapat berdiferensiasi

    menjadi semua jenis sel dalam tubuh kecuali sel pada jaringan

    ekstraembrional yaitu plasenta dan tali pusat (Yuliani & Suryani,

    2012). Sel induk embrionik dapat di deferensiasikan menjadi

    berbagai jenis sel seperti sel-sel otot, sel jantung, sel kulit,

    hepatosit, neuron dan sebagainya (Djauhari, 2010).

    2. Sel Germinal/Benih Embrionik (Embrionic Germ Cells)

    Sel germinal atau benih (sperma atau ovum) embrionik

    induk/primordial (primordial germ cells) dan prekursor sel

    germinal diploid ada sesaat pada embrio sebelum mereka

    terasosiasi dengan sel somatik gond dan kemudian menjadi sel

    germinal. Sel germinal embrionik manusia/human embryonic germ

    cells (hEGCs) termasuk sel punca yang berasal dari sel germinal

    primordial dari janin berumur 5-9 minggu. Sel germinal/benih

    embrionik ini memiliki sifat pluripotensi (Djauhari, 2010).

    3. Sel Punca Ekstraembrional

    Sel punca ekstraembrional berasal dari plasenta dan tali pusat

    (diambil dari warthon’s jelly atau jaringan gelatinosa pada tali

    pusat) dan darah tali pusat bayi segera setelah lahir. Sel punca yang

    berasal dari darah tali pusat mengandung sel punca hematopoetik

  • 16

    yang memiliki kemampuan berdiferensiasi lebih baik dari pada sel

    punca dewasa sumsum tulang. Sel punca ekstra embrional pada

    beberapa studi dianggap sebagai sel punca dewasa. Selain itu,

    dalam isolasinya sel punca tali pusat tidak melakukan prosedur

    yang invasif karena jenis jaringan sel punca ini merupakan jaringan

    buangan. Adapun untuk proses transplantasinya tidak memerlukan

    100% ketepatan human leukocytes antigen dikarenakan sel punca

    tali pusat memiliki imunogenisitas rendah (Yuliana & Suryani,

    2012; Kurniawaty, 2017).

    4. Sel Punca Dewasa

    Sel punca dewasa adalah sel yang belum mengalami diferensiasi

    namun diambil dari berbagai organ dan jaringan dewasa seperti

    otak, sumsum tulang, darah tepi, otot rangka, kulit, pulp gigi,

    jantung, hati, saluran cerna, epitel ovarium, tetis, dan jaringan

    lemak dan sebagainya. sel punca dewasa bersifat multipoten yaitu

    memiliki kemampuan berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel.

    Peran sel punca dewasa adalah memperbaiki dan memelihara

    jaringan tempat asal sel punca tersebut di ambil atau ditemukan

    (Yuliana & Suryani, 2012).

    5. Sel Punca Fetal

    Sel punca fetal berasal adalah sel primitif yang dapat ditemukan

    dari berbagai organ dan jaringan fetus seperti otak, sumsum tulang

    dan pankreas. Otak yang ditemukan pada fetal menghasilkan sel

    punca neural. Sel punca neural yang ada pada fetal menunjukkan

  • 17

    kemampuan berdiferensiasi menjadi sel neuron dan sel glial (sel-

    sel pendukung pada sistem saraf pusat) (Djauhari, 2010). Sumsum

    tulang menghasilkan sel punca hematopoetik dan juga pankreas

    yang menghasilkan pregenitor sel beta pulau langerhans. Biasanya

    sel punca fetal di peroleh dari klinik aborsi (Yuliana & Suryani,

    2012; Kurniawaty, 2017).

    2.2.1.2 Berdasarkan kemampuan berdiferensiasi

    Berdasarkan pada kemampuan berdiferensiasi sel punca

    dikelompokkan menjadi sebagai berikut (Jusuf, 2008).

    1. Totipoten

    Sel punca yang dapat berdiferensiasi menjadi semua jenis sel.

    Salah satu contoh yang termasuk dalam sel punca totipoten adalah

    zigot dan morula. Sel-sel ini merupakan sel embrionik awal yang

    mempunyai kemampuan untuk membentuk berbagai jenis sel

    termasuk sel-sel yang menyusun plasenta dan tali pusat. Oleh

    karena itu sel punca kelompok ini mempunyai kemampuan untuk

    membentuk satu individu yang utuh.

  • 18

    Gambar 5. Sel Punca Totipoten dan Pluripoten (Jusuf, 2008).

    2. Pluripoten

    Sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi 3 lapisan germinal

    (ektoderm, mesoderm, dan endoderm) tetapi tidak dapat menjadi

    jaringan ekstraembrionik seperti plasenta dan tali pusat. Yang

    termasuk sel punca pluripoten adalah sel punca embrionik

    (embryonic stem cells).

    3. Multipoten

    Sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel

    misalnya sel punca hemopoetik (hemopoetic stem cells) yang

    terdapat pada sumsum tulang yang mempunyai kemampuan untuk

    berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel yang terdapat di dalam

    darah seperti eritrosit, lekosit dan trombosit. Contoh lainnya adalah

    sel punca saraf (neural stem cells) yang mempunyai kemampuan

    berdifferensiasi menjadi sel saraf dan sel glia.

  • 19

    4. Unipotent

    Sel punca yang hanya dapat berdifferensiasi menjadi 1 jenis sel.

    Berbeda dengan non sel punca, sel punca mempunyai sifat masih

    dapat memperbaharui atau meregenerasi diri (self-regenerate/self

    renew) Contohnya erythroid progenitor cells hanya mampu

    berdifferensiasi menjadi sel darah merah (Jusuf, 2008).

    Gambar 6. Sel Punca Multipotent dan Unipotent pada sumsum tulang

    (Jusuf, 2008).

  • 20

    2.2.2 Sel Punca Mesenkimal

    Studi mengenai sel punca mesenkimal ini pertama kali dilaporkan di

    Jerman tahun 2001 pada seorang laki-laki yang mengalami infark

    miokard. Hasilnya, daerah infark pada jantung laki-laki tersebut

    mengecil dengan indeks kardiak dan cardiac output naik sebesar 20-

    30%. Pada kasus lainnya juga ditemukan peningkatan signifikan dari

    fungsi jantung setelah dilakukan terapi (Schuleri, 2002). Penelitian

    lainnya juga dilakukan dimana dilaporkan bahwa terapi transplantasi sel

    punca mesenkimal tali pusat manusia mampu memberikan hasil yang

    baik pada pasien sirosis bilier primer. Hal ini menunjukkan adanya

    perbaikan gejala dan terapi ini dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien

    tanpa menimbulkan efek samping (Wang et al., 2012). Banyaknya

    publikasi ini menguntungkan untuk membuka wawasan bagi peneliti

    lainnya dan membuat terapi menggunakan sel punca lebih dikenal lagi.

    Sel punca mesenkimal dapat ditemukan diseluruh organ tubuh khususnya

    pada daerah perivaskuler. Sumber terbanyak sel punca mesenkimal

    adalah jaringan adiposa, darah tali pusat dan sumsum tulang (Kern,

    2006). Jumlah stem cell mesenkimal jaringan adiposa lebih banyak

    dibandingkan stem cell mesenkimal dari kedua sumber lainnya. Literatur

    ilmiah menyebutkan bahwa persentase isolasi stem cell mesenkimal dari

    jaringan adiposa menyamai sumsum tulang yaitu 100% sementara jika

    melalui darah tali pusat, isolasi stem cell sulit untuk dilakukan. Meskipun

    demikian, stem cell mesenkimal yang didapat dari darah tali pusat

  • 21

    memiliki potensi proliferasi yang jauh lebih tinggi, terutama bila

    dibandingkan stem cell mesenkimal dari sumsum tulang. Hingga saat ini

    karakteristik absolut stem cell mesenkimal masih banyak dipertanyakan,

    terutama yang menyangkut model protein permukaan yang terdapat

    padanya. Sebagai contoh dari ketidaksesuaian ini adalah keberadaan

    CD29, CD44, dan CD166 yang sebenarnya juga banyak dimiliki stem

    cell mesenkimal. Selain itu stem cell yang diisolasi dari jaringan adiposa

    juga menunjukkan ekspresi CD34 dan CD54 pada permukaannya. Dalam

    hal potensi diferensiasi, sejumlah peneliti juga melaporkan bahwa stem

    cell mesenkimal yang didapat dari darah tali pusat hanya mampu

    membentuk dua jalur diferensiasi, yaitu kondrogenik (menjadi tulang

    rawan/kondrosit) dan osteogenik(menjadi tulang/osteosit) (Halim, 2010).

    Gambar 7. Macam-macam Sel Punca Mesenkimal (Phuc Van Pham, 2016)

  • 22

    Sel punca mesenkimal memiliki empat kemampuan biologis yang dapat

    memberikan efek terapeutik yaitu kemampuan untuk bermigrasi menuju

    jaringan yang mengalami luka untuk berdiferensiasi menjadi berbagai

    jenis sel, mensekresi berbagai molekul bioaktif yang dapat membantu

    proses perbaikan komponen jaringan yang rusak, mempercepat proses

    regenerasi pada sel dan mencegah inflamasi, serta memodulasi sistem

    imun dengan efek imunogenisitas yang rendah (Wang et al., 2012).

    Sel punca mensekresikan sejumlah protein (secretome) termasuk faktor

    pertumbuhan (growth factor), kemokin, sitokin, metabolit dan lipid

    bioaktif yang mengatur secara autokrin atau parakrin sambil merekayasa

    interaksi dengan lingkungan mikro sekitarnya (Drago et al., 2013).

    Sel punca mesenkimal akan mensekresikan berbagai molekul bioaktif

    berupa growth factors, sitokin, dan kemokin yang berperan penting

    dalam proses pertumbuhan kuku. Molekul-molekul ini melalui sinyal

    parakrin akan berperan dalam meregulasi integritas sel, proliferasi sel,

    dan migrasi dari sel-sel yang berperan penting dalam proses

    pertumbuhan kuku seperti sel epitel, endotel, keratinosit, dan fibroblast

    (Padeta et al., 2017). Beberapa molekul bioaktif yang disekresikan oleh

    sel punca mesenkimal adalah prostaglandinE-2 (PGE2) yang berperan

    sebagai mediator vasokonstriksi dan anti inflamasi, interleukin-10 (IL-

    10) sebagai mediator anti-inflamasi, LL-37 peptida yang berperan

    sebagai anti inflamasi dan anti mikroba, angiopoietin-1 yang akan

  • 23

    memperbaiki permeabilitas protein epitel, MMP3 MMP9 sebagai

    mediator neovaskularisasi, basic fibroblast growth factor (bFGF) dan

    endothelial growth factor (VEGF) protein yang akan memberikan sinyal

    pembentukan pembuluh darah, serta monocyte chemoattractant protein-

    1 (MCP-1) yang akan memicu proliferasi sel endotel dan otot polos.

    Molekul-molekul akan mencegah apoptosis dan menstimulasi regenerasi

    sel yang membantu proses pertumbuhan kuku (Wang et al., 2004).

    2.3 Gambaran Umum Hewan Coba

    Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja di

    kembang biakkan dan dipelihara untuk digunakan sebagai hewan model

    dalam pengamatan laboratoris untuk pembelajaran dan pengembangan

    berbagai penelitian dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan (Widiartini et

    al., 2013). Penggunaan hewan coba dalam penelitian eksperimental bertujuan

    untuk memperkirakan efek yang mungkin timbul dalam percobaan pada

    manusia sehingga dapat bermanfaat untuk kepentingan diagnostik maupun

    terapeutik dalam dunia kedokteran (Koolhas, 2010).

    Tikus putih (Rattus norvegicus) terdiri atas tiga galur atau varietas yaitu

    Sprague dawley, Wistar, dan Long Evans. Sprague dawley diciptakan oleh

    ilmuan kimia R.W Dawley pada tahun 1925, yang merupakan salah satu

    varietas tikus albino hasil persilangan dari induk jantan yang tidak diketahui

    asalnya dan induk betina galur Wistar (Sharp & Villano, 2012). Rattus

    norvegicus atau tikus albino memiliki berat badan sekitar 150-600 gram

    dengan hidung tumpul dan panjang badan 18-25cm, kepala dan badan yang

  • 24

    lebih pendek dibandingkan ekor dan telinga kecil berukuran 20-23 mm

    (Koolhas, 2010).

    Berdasarkan taksonominya, klasifikasi tikus putih yang digunakan dalam

    penilitian ini adalah sebagai berikut (Besselsen, 2004):

    Kingdom : Animalia

    Filum : Chordata

    Subfilum : Vertebrata

    Kelas : Mamalial

    Subkelas : Theria

    Ordo : Rodensia

    Subordo : Sciurognathi

    Famili : Muridae

    Subfamili : Murinae

    Genus : Rattus

    Spesies : Rattus norvegicus

    Gambar 8. Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley

    (Koolhas, 2010).

  • 25

    Tikus galur Sprague Dawley lebih jinak dan mudah ditangani dibandingkan

    tikus galur lainnya (Janvier, 2017). Siklus hidup tikus Sprague dawley

    memiliki siklus hidup yang lebih singkat dibandingkan dengan galur tikus

    lainnya, yaitu hanya sekitar 2 tahun. Selain itu tikus galur ini memiliki

    pertumbuhan yang cepat, tempramen yang baik dan kemampuan laktasi yang

    tinggi (Carere dan Maestripieri, 2013).

    Pada saat penelitian, keadaan tikus ini juga harus dijaga sedemikian rupa agar

    kondisi optimal dapat tercapai selama masa penelitian sebagai hewan coba.

    Banyak hal yang bisa mempengaruhi kondisi tikus ini seperti ketersediaan

    pangan, tempat tinggal (kandang), temperatur dan lingkungan sekitar.Tikus

    dapat mengalami dehidrasi dan penurunan berat badan dengan mudah. Oleh

    sabab itu, diperlukan waktu selama 7 hari untuk beradaptasi dengan

    lingkungan kandangnya. Imobilisasi tikus harus diperhatikan karena tikus

    mudah sekali stres jika tinggal dikandang yang sempit dan populasi yang

    terlalu padat. Tikus sebaiknya ditempatkan di kandang dengan luas sekitar

    1500-1800 m² dan tinggi sekitar 22 cm. Kebutuhan pangan tikus rata-rata

    adalah 12-30 mg/hari, membutuhkan cairan sekitar 140 ml/KgBB perhari,

    disediakan secara ad libitum yaitu dimana makan dan cairan didesediakan di

    tempat makan namun juga harus ditaburkan di lantai kandang tikus, suhu

    lingkungan harus baik yaitu 20-25˚C dan tingkat kebisingan

  • 26

    2.4 Kerangka Penelitian

    2.4.1 Kerangka Teori

    Keterangan :

    = Variabel bebas

    = Mempercepat proses

    Gambar 9. Kerangka Teori (Junqueira dan Corneiro, 2007).

    Pertumbuhan kuku

    1. Panjang Pertumbuhan Kuku

    2. Waktu Pertumbuhan Kuku

    Kornifikasi bagian proksimal

    Terbentuk lempeng kuku dibagian

    proksimal

    Nail matriks bergeser ke distal

    Mitosis nail matrix

    Pertumbuhan kuku dari bagian proksimal

    Pergeseran lempeng kuku ke distal

    = Variabel terikat

    Ekstraksi DNA darah tali

    pusat manusia

    Sekresi growth

    factor (FGF,

    EGF, VEGF dan

    lainnya

  • 27

    2.4.2 Kerangka Konsep

    2.5 Hipotesis

    Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, hipotesis pada penelitian ini sebagai

    berikut.

    Terdapat pengaruh injeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat

    manusia terhadap peningkatan kecepatan pertumbuhan kuku pada tikus putih

    jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley.

    Variabel Terikat Variabel Bebas

    Gambar 10. Kerangka Konsep

    Injeksi Intramatriksial

    Ekstrak DNA Darah

    Tali Pusat Manusia

    Pertumbuhan Kuku Pada Tikus Putih

    Jantan (Rattus norvegicus) Galur

    Sprague dawley

    -Panjang pertumbuhan kuku

    - Waktu pertumbuhan kuku

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang

    bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan kuku secara makroskopis pada

    tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley yang diberi

    injeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat manusia dengan yang

    tidak diberikan.

    3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September-Desember 2019

    dan dilakukan di Universitas Lampung. Pemeliharaan tikus, pemberian

    intervensi dan pengamatan mengenai pertumbuhan kuku akan dilakukan di

    Animal House Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Pembuatan

    bahan injeksi ekstrak DNA darah tali pusat manusia dilakukan di

    Laboratorium Biokimia dan Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran

    Universitas Lampung.

    3.3 Subjek Penelitian

    3.3.1 Populasi Penelitian

    Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih

    jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley. Sampel yang

  • 29

    digunakan adalah tikus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

    sebagai berikut.

    3.3.1.1 Kriteria Inklusi

    Adapun kriteria inklusi yang digunakan dalam pemilihan

    sampel tikus putih jantan (Rattus norwegicus) galur Sprague

    dawley pada penelitian ini adalah :

    a. Berat badan normal pada kisaran 250-300 gram.

    b. Usia sekitar 8−10 minggu sebelum diadaptasi

    c. Secara visual tikus ampak sehat, bergerak aktif dengan

    rambut tidak kusam, rontok, atau botak dan tidak

    terdapat kelainan anatomis.

    3.3.1.2 Kriteria Eksklusi

    Adapun kriteria eklusi yang digunakan dalam pemilihan

    sampel Tikus putih jantan (Rattus norwegicus) galur

    Sprarague dawley pada penelitian ini adalah :

    a. Tikus yang memliki kelainan pada kuku.

    b. Terdapat penurunan berat badan secara drastis lebih dari

    10% setelah masa adaptasi di laboratorium.

    c. Mati selama masa perlakuan.

    3.3.2 Sampel Penelitian

    3.3.2.1 Besar Sampel

    Pada penelitian ini besar sampel dihitung menggunakan

    rumus Federer untuk data homogen, yaitu (t-1) (n-1) ≥ 15

  • 30

    dengan t merupakan banyaknya kelompok perlakuan dan n

    merupakan jumlah sampel tiap kelompok (Sastroasmoro,

    2004). Penelitian ini menggunakan 3 kelompok perlakuan,

    dimana kelompok 1 (satu) adalah control groups (K) yang

    tidak diberi perlakuan, kelompok 2 (dua) adalah

    experimental groups (P1) yang diberi perlakuan injeksi

    intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat manusia

    sebanyak 1x, kelompok 3 (tiga) adalah experimental groups

    (P2) yang diberi perlakuan injeksi intramatriksial ekstrak

    DNA darah tali pusat manusia sebanyak 2x sehingga

    perhitungan sampel menjadi:

    t (n-1) ≥15

    3(n−1) ≥15

    3n- 3 ≥15

    3n ≥15+3

    3n ≥18

    n ≥18/3

    n = 6

    Berdasarkan rumus tersebut, jumlah minimal sampel yang

    dibutuhkan untuk masing-masing kelompok perlakuan pada

    penelitian ini adalah 6 ekor tikus sehingga jumlah sampel

    minimal yang dibutuhkan untuk 3 kelompok perlakuan

    adalah 18 ekor tikus. Kemudian untuk mengantisipasi adanya

    drop out saat penelitian dilakukan maka ditambahkan 10%

  • 31

    ke dalam jumlah minimal sampel sehingga setiap kelompok

    perlakuan terdiri atas 7 ekor tikus.

    3.3.2.2 Teknik Sampling

    Pada penelitian ini pengambilan sampel dari populasi

    dilakukan dengan teknik simple random sampling dimana

    pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana karena

    anggota populasi tikus putih jantan disediakan dengan cara

    yang sama dan memiliki karakteristik yang homogen.

    3.4 Rancangan Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental laboratorium dengan

    menggunakan hewan coba tikus putih jantan (Rattus norwegicus) galur

    Sprague dawley sebagai objek penelitian. Penelitian dilakukan dengan

    rancangan penelitian randomize post-test only control group. Pada objek

    diamati pertumbuhan kuku antara yang tidak diberi perlakuan dan yang

    diberi perlakuan injeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat

    manusia.

    3.5 Identifikasi Variabel Penelitian

    3.5.1 Variabel Bebas

    Variabel bebas pada penelitian ini adalah sediaan injeksi

    intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat manusia.

  • 32

    3.5.2 Variabel Terikat

    Variabel terikat pada penelitian ini adalah panjang pertumbuhan

    kuku dan waktu pertumbuhan kuku pada tikus putih jantan (Rattus

    norwegicus) galur Sprague dawley.

    3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian

    Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian.

    Variabel Definisi

    Operasional

    Alat ukur Cara

    Ukur

    Hasil

    Ukur

    Skala

    Ukur

    Variabel

    Bebas

    Injeksi

    intramatriksia

    l ekstrak

    DNA darah

    tali pusat

    manusia

    Ekstrak DNA

    darah tali pusat

    manusia yang

    dibuat di

    Laboratorium

    Biologi Molekuler

    FK Unila diinjeksi

    secara

    intramatriksial

    sebanyak 50 µl

    sekali suntik

    Spuit 1 cc

    Injeksi

    intramatri

    ksial

    ekstrak

    DNA

    darah tali

    pusat

    manusia

    dengan

    mengguna

    kan spuit

    1 cc

    µL

    Nominal

    Variabel

    Terikat

    Panjang

    Pertumbuhan

    kuku

    Waktu

    Pertumbuhan

    Kuku

    Panjangnya

    pertumbuhan kuku

    yang diukur dari

    tepi proksimal

    kuku dan

    dinyatakan dalam

    mm pada hari ke-

    14

    Waktu yang

    dibutuhkan untuk

    mencapai panjang

    kuku normal

    Jangka

    sorong

    Lembar

    observasi

    Hasil

    pengamat

    an dicatat

    dalam

    lembar

    observasi

    Hasil

    pengamat

    an dicatat

    dalam

    lembar

    observasi

    mm

    Hari

    Numerik

    Numerik

  • 33

    3.7 Alat dan Bahan

    3.7.1 Alat Penelitian

    a. Kandang hewan coba.

    b. Timbangan.

    c. Pisau cukur.

    d. Pisau skalpel steril.

    e. Gelas beker.

    f. Mikropipet dan tipnya.

    g. Inkubator.

    h. Quick-dna Universal Kit (Zymo-Spin IIC-XL Column).

    i. Tabung mikrosentrifugasi.

    j. Kasa Steril.

    k. Spuit dan jarum.

    l. Handschoen.

    m. Jangka Sorong.

    n. Biological safety cabinet.

    3.7.2 Bahan penelitian

    a. Pakan dan minum tikus.

    b. Alkohol 70%.

    c. NaCl fisiologis.

    d. Tali pusat manusia.

    e. Larutan buffer garam fosfat.

  • 34

    f. Quick-DNA Universal Kit (Solid Tissue Buffer, Proteinase

    K,Genomic Binding Buffer, DNA-Pre Wash Buffer, g-DNA

    Wash Buffer, dan DNA Elution Buffer).

    g. Lidocain 0.5 %.

    3.8 Cara Kerja

    3.8.1 Tahap Persiapan

    3.8.1.1 Aklimatisasi Hewan Uji

    Aklimatisasi adalah suatu proses penyesuaian diri dengan

    iklim, lingkungan, kondisi, atau suasana baru. Sebelum

    diberi perlakuan pada tikus percobaan, dilakukan

    pengadaptasian pada semua tikus di Animal House Fakultas

    Kedokteran Universitas Lampung selama satu minggu.

    Tikus diadaptasikan dengan tempat tinggal baru,

    lingkungan baru, serta makanan dan minuman yang sesuai

    dengan standar kebutuhannya.

    3.8.1.2 Randomisasi Hewan Uji

    Randomisasi hewan uji bertujuan untuk mengelompokkan

    hewan uji sesuai kelompok perlakuan. Selanjutnya pada

    bagian punggung dari masing-masing hewan uji akan diberi

    nomor yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk menghindari

    kesalahan pengukuran pada setiap hewan uji.

  • 35

    3.8.1.3 Pembuatan Ekstrak DNA Darah Tali Pusat Manusia

    Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan ethical

    clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas

    Kedokteran Universitas Lampung. Tali pusat didapat dari

    donor sukarela berjumlah satu orang yang akan

    menandatangani lembar informed consent.

    Tali pusat yang akan digunakan harus memiliki kriteria

    sebagai berikut.

    1. Tidak berasal dari ibu yang melahirkan janin mati

    2. Ibu tidak mengalami pre-eclamsia

    3. Tidak memiliki riwayat hepatitis B, hepatitis C, HIV,

    infek CMV, INFEKSI Treponema pallidum, serta riwayat

    infeksi lainnya yang dapat ditularkan melalui darah, sawar

    plasenta dan genital (Puranik et al., 2012; Chen et al.,

    2015).

    Setelah proses kelahiran bayi, tali pusat akan dipotong sekitar

    5-7 cm menggunakan pisau steril dan disimpan dalam wadah

    berisi larutan salin normal 0.9% pada suhu 4oC sampai proses

    pengolahan dilakukan. Tali pusat akan diproses selama 12-24

    jam pasca melahirkan. Tali pusat ditangani secara aseptik dan

    di proses dalam biological safety cabinet. Permukaan tali pusat

    dibilas dengan larutan buffer garam fosfat untuk

    membersihkannya dari darah yang menempel di permukaan

    setelah itu rendam tali pusat dalam larutan ethanol 70% selama

  • 36

    30 detik lalu dicuci kembali menggunakan larutan buffer

    garam fosfat untuk diproses ke tahap selanjtnya (Puranik et al.,

    2012).

    Ekstrak DNA darah tali pusat manusia dibuat menggunakan

    Quick-DNA Universal Kit yang diproduksi oleh Zymo

    Research. Sampel disiapkan dengan mengambil darah dari tali

    pusat manusia yang telah disiapkan. Ukur sampel darah tali

    pusat manusia hingga 200µL dan kemudian dimasukkan ke

    dalam tabung mikrosentrifugasi kemudian di tambah dengan

    200µL BioFluid & Cell Buffer dan 20 µL Proteinase K lalu

    putar menggunakan vortex selama 10-15 detik. Setelah itu,

    inkubasi tabung tersebut selama 10 menit atau sampai jaringan

    larut pada suhu 55℃ (Zymo, 2017).

    Setelah inkubasi selesai, tambahkan Genomic Binding Buffer

    sebanyak volume pada tabung mikrosentrifugasi yang berisi

    sampel tersebut (contoh: tambahkan 420 µL Genomic Binding

    Buffer untuk 420 µL sampel yang ada pada tabung

    mikrosentrifugasi), vortex selama 10-15 detik. Pindahkan

    campuran tersebut ke tabung Zymo-Spin IIC-XL dalam

    tabung pengumpul lalu sentrifugasi dengan kecepatan 12.000

    xg selama 1 menit, kemudian buang supernatan hasil

    sentrifugasi (Zymo, 2017).

  • 37

    Setelah itu, tambahkan 400 µL DNA Pre-Wash Buffer lalu

    sentrifugasi dengan kecepatan 12.000 xg selama 1 menit, lalu

    kosongkan tabung pengumpul. Kemudian tambahkan 700 µL

    g-DNA Wash Buffer lalu sentrifugasi kembali dengan

    kecepatan 12.000 xg selama 1 menit, lalu kosongkan tabung

    pengumpul. Setelah itu, tambahkan kembali 200 µL g-DNA

    Wash Buffer lalu sentrifugasi dengan kecepatan dan waktu

    yang sama dengan proses sebelumnya, lalu kosongkan tabung

    pengumpul. Terakhir, pindahkan tabung Zymo-Spin yang

    telah ditambahkan 50 µL DNA Elution ke dalam tabung

    pengumpul baru, lalu inkubasi pada suhu ruangan selama 5

    menit, dan kemudian di sentrifugasi dengan kecepatan

    maksimum selama 1 menit. Terbentuklah ekstrak ekstrak

    DNA darah tali pusat manusia. Simpan pada suhu ruangan

    ≤ -20℃ sampai ekstrak akan digunakan (Zymo, 2017).

    3.8.2 Tahap Pengujian

    3.8.2.1 Pembuatan Kuku Lepas

    Sebelum pembuatan kuku yang lepas pada tikus dilakukan,

    daerah yang akan dibuat perlukaan dibebaskan terlebih

    dahulu dari bulu menggunakan pisau cukur. Setelah itu,

    lakukan anestesi dengan menggunakan Lidokaine 0,5%

    dengan dosis 7 mg/kgBB subkutan untuk mengurangi rasa

    sakit pada tikus dan menghindari gerakan tikus yang

    berlebihan (IACUC, 2017). Setelah itu lakukan prosedur

  • 38

    antiseptik dengan mengoleskan polyvinylpyrolidone iodine

    1% pada area yang akan dibuat perlukaan yaitu bagian

    proksimal dari kuku. Luka dibuat dengan menggunakan

    skalpel steril.

    3.8.2.2 Penanganan Kuku Lepas

    Setelah luka selesai dibuat pada kuku tikus kemudian tunggu

    hingga 24 jam dan selanjutnya perawatan kuku lepas

    disesuaikan dengan kelompok perlakuan yang sudah

    ditentukan. Kuku lepas pada control groups (K) tidak

    diberikan perlakuan apapun, sedangkan pada experimental

    groups diberikan injeksi intramatriksial ekstrak DNA darah

    tali pusat manusia sebanyak 1 kali suntik pada saat 24 jam

    setelah dicabut kukunya untuk experimental groups (P1) dan

    2 kali suntik pada saat 24 jam setelah dicabut kukunya dan

    pada hari ke-8 untuk experimental groups (P2). Injeksi

    intramatriksial dilakukan sekitar 2 mm dibawah lateral dan

    proximal nail fold sebanyak 50 µL (Grover, 2005). Adapun

    dosis letal injeksi ekstrak DNA darah tali pusat manusia

    terhadap tikus adalah ≥ 252 ⅹ 106 sel/kgBB atau setara

    dengan 1.875 µL (Rengasamy, et al., 2015). Kondisi umum

    tikus diamati sampai 24 jam setelah injeksi untuk melihat

    efek samping.

  • 39

    Tabel 2. Konversi Perhitungan Dosis untuk Berbagai Jenis Hewan dan Manusia

    (Harmita dan Radji, 2008).

    3.8.2.3 Penilaian Pertumbuhan Kuku Lepas

    Penilaian pertumbuhan kuku pada tikus putih jantan (Rattus

    norvegicus) galur Sprague dawley akan dilakukan selama 14

    hari dengan mengukur panjang pertumbuhan kuku. Setelah

    pengukuran selesai akan dilakukan perbandingan rata-rata

    pertumbuhan kuku pada masing-masing kelompok penelitian

    menggunakan software stastistik pengolah data.

  • 40

    3.9 Alur Penelitian

    Gambar 9. Alur Penelitian

    Gambar 1. Alur Penelitian.

    Pemilihan Hewan Uji Menurut Kriteria Inklusi

    Aklimatisasi Hewan Uji Selama Satu Minggu

    Pemberian anestesi Lidokaine 0,5% (7 mg/KgBB)

    Prosedur Aseptik dan Pembuatan Luka Kuku Lepas

    Pengelolahan data dan hasil pengamatan

    P2

    Pembuatan laporan hasil penelitian

    Pengukuran pertumbuhan kuku selama 14 hari

    K

    Pemberian injeksi

    intramatriksial ekstrak DNA

    darah tali pusat manusia

    sebanyak 1 kali

    P1

    Pemberian injeksi

    intramatriksial ekstrak DNA

    darah tali pusat manusia

    sebanyak 2 kali

  • 41

    3.10 Pengelolahan dan Analisis Data

    3.10.1 Pengolahan Data

    Data yang didapatkan dari proses pengumpulan data akan diubah

    ke dalam bentuk tabel untuk kemudian diolah menggunakan

    program pengolahan data statistik. Proses pengolahan data

    menggunakan komputer ini terdiri dari beberapa langkah :

    1. Editing

    Pada tahap ini, penulis mengkaji dan meneliti kembali data

    yang diperoleh kemudian memastikan apakah terdapat

    kekeliruan atau tidak dalam pengisian lembar observasi.

    2. Coding

    Proses konversi data dari kode berupa angka-angka yang

    dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang sesuai

    untuk keperluan analisis.

    3. Data entry

    Proses memasukkan data ke dalam program komputer untuk

    danalisis.

    4. Cleaning

    Pengecekan ulang data dari setiap sumber data atau

    responden untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan

    kode, ketidaklengkapan, dan kemudian dilakukan koreksi.

    5. Output computer.

  • 42

    3.10.2 Analisis Data

    Pada penelitian ini akan dilakukan dua kali uji statistik yaitu

    analisis univariat untuk mengetahui karakteristik tiap variabel dan

    analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antarvariabel

    penelitian.

    a. Analisis Univariat

    Analisis univariat merupakan analisis yang digunakan untuk

    mendeskripsikan karakteristik suatu variabel penelitian. Pada

    analisis univariat terdapat dua macam ukuran data yaitu

    ukuran pemusatan dan ukuran penyebaran. Untuk data

    numerik apabila data terdistribusi secara normal maka

    ukuran pemusatan yang digunakan adalah mean dan ukuran

    penyebarannya adalah standar deviasi. Apabil data tidak

    terdistribusi normal makan ukuran pemusatan yang

    digunakan adalah modus dan ukuran penyebarannya adalah

    persentil (Dahlan, 2014).

    b. Analisis Bivariat

    Setelah dilakukan analisis univariat kemudian dilanjutkan

    degan analisis bivariat untuk mencari hubungan antar

    variabel penelitian. Analisis ini juga bertujuan untuk analisis

    uji hipotsis komparatif numerik lebih dari dua kelompok

    tidak berpasangan untuk mengetahui hubungan antarvariabel

    numerik dan kategorik. Kemudian data di analisis

    menggunakan software statistik. Jenis statistik yang

  • 43

    digunakan adalah uji one way ANOVA dengan beberapa hal

    yang harus diperhatikansebagai berikut (Dahlan, 2014):

    a. Uji one way ANOVA dengan post hoc Bonferroni atau

    LSD, bila sebaran normal dengan varian yang sama;

    b. Uji Kruskal-Wallis dengan post hoc Mann-Whitney, bila

    sebaran tidak normal

    3.11 Etika Penelitian

    Penelitian ini telah diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas

    Kedokteran Universitas Lampung setelah proposal penelitian disetujui oleh

    tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Penelitian ini

    menerapkan prinsip 3R yaitu replacement, reduction, dan refinement.

    Prinsip 3R secara luas telah digunakan di seluruh dunia dan banyak negara

    yang telah menggunakan prinsip 3R dalam penetapan peraturan perundang-

    undangannya, termasuk di Indonesia. Replacement adalah keperluan

    memanfaatkan hewan percobaan sudah diperhitungkan secara seksama,

    baik dari pengalaman terdahulu maupun literatur untuk menjawab

    pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh makhluk hidup lain

    seperti sel atau biakan jaringan. Reduction diartikan sebagai pemanfaatan

    hewan dalam penelitian sesedikit mungkin, tetapi tetap mendapatkan hasil

    yang optimal. Sedangkan refinement adalah memperlakukan hewan

    percobaan secara manusiawi, memelihara hewan dengan baik, tidak

    menyakiti hewan, serta meminimalisasi perlakuan yang menyakitkan

    sehingga menjamin kesejahteraan hewan coba sampai akhir penelitian

    (Depkes RI, 2006). Penelitian ini telah lolos uji kaji etik oleh Komisi Etik

  • 44

    Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor

    persetujuan etik 3864/UN26.18/PP.05.02.00/2019.

  • 65

    BAB V

    SIMPULAN DAN SARAN

    Dari hasil penelitian perbedaan pertumbuhan kuku antara kelompok perlakuan

    yang diinjeksi intramtriksial ekstrak DNA darah darah tali pusat manusia

    dengan yang tidak pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague

    dawley, didapatkan simpulan sebagai berikut :

    1. Terdapat perbedaan panjang pertumbuhan kuku antara kelompok

    perlakuan yang diinjeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat

    manusia dengan kelompok kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan

    pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley.

    Perbedaan yang signifikan terjadi pada antara kelompok kontrol negatif

    (K) dan kelompok perlakuan (P2) dan antara kelompok perlakuan (P1)

    dan kelompok perlakuan (P2).

    2. Terdapat perbedaan rerata waktu pertumbuhan kuku antara kelompok

    perlakuan yang diinjeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat

    manusia dengan kelompok kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan

    pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley.

    5.1 Simpulan

  • 66

    Adapun saran yang dapat diberikan peneliti dari hasil penelitian ini antara lain:

    1. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat melanjutkan penelitian

    menggunakan hewan coba yang berbeda seperti kelinci atau hewan

    lainnya yang sesuai dengan kaidah penelitian.

    2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penelitian

    selanjutnya mengenai ekstrak DNA darah tali pusat manusia terhadap

    kondisi lainnya yang membutuhkan terapi yang dapat mempercepat

    proses regenerasi jaringan.

    3. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat melakukan proses ekstrak DNA

    darah tali pusat manusia yang kemudian proses kultur lebih lanjut.

    4. Bagi Universitas Lampung, diharapkan dapat meningkatkan dan

    mengembangkan prasarana untuk penelitian mengenai ekstrak DNA

    darah tali pusat manusia sebagai terapi regeneratif.

    5.2 Saran

  • DAFTAR PUSTAKA

    Amador EV, Perez SC, Cuellar WT. 2016. Recommendations on treatment of nail

    and fingertip injuries in children. Cases series and literature review.

    Rev.Fac.Med. 64(3): 499-504

    Amin HZ. 2013. Terapi stem cell untuk infark miokard akut. eJournal Kedokteran

    Indonesia.1(2). 157-64.

    Anonim. 2009. Skin and Nail: Barrier Function, Structure, and Anatomy

    Considerations for Drug Delivery. Particle Sciences. 3.

    Berker D, Brauer E, Baran R. Cosmetics: The care and andornment of nail in: Baran

    R, Dawber RPR et al. 2007. Diseases of the nail and their management, 3rd

    ed. Oxford (UK): Blackwell

    Besselsen D.G. 2004. Biology of laboratory rodent. diakses tanggal 20 Agustus

    2019 dari http://www.ahsc.arizona.edu/.

    Braid LR, Catherine A, Wood, Danielle M, Wiese, Barry NF. 2018. Intramuscular

    administration potentiates extended dwell time of mesenchymal stromal

    cells compared to other routes. Journal Cytotherapy.20: 232–244

    Carere C dan Maestripieri D. 2013. Animal Personalities: Behavior, Physiology,

    and Evolution. Chicago (USA): University of Chicago Pr.

    Chen G, Yue A, Ruan Z, Yin Y, Wang R, Ren Y et al. 2015. Comparison of

    biological characteristics of mesenchymal stem cells derived from maternal-

    origin placenta and wharton’s Jelly. stemcellres. 6(1):1-7.

    Dahlan, MS. 2014. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Epidemiologi

    Indonesia.

    Danny et al. 2010. Stem cell Dasar Teori & Aplikasinya. Jakarta: Penerbit Erlangga

    Djauhari T. 2010. Sel Punca. Jurnal Saintika Medika. 6(13); 91–96.

    Drago D, Cossetti C, Iraci N, Gaude E, Musco G, Bachi A, Pluchino S. 2013. The

    stem cell secretome and it’s role in brain repair. Biochimie, no. 95, hlm.

    2271-2285.

    http://www.ahsc.arizona.edu/

  • Du, H., Taylor H.S. 2009. Stem cells and female reproduction. Reprod Sci, 16 (2),

    126-139

    Halim D, Murti H, Sandra F, Boediono A, Djuwantono T, Setiawan B. 2010. Stem

    cell-dasar teori & aplikasi klinis. Jakarta: Penerbit Erlangga

    Haneke E. 2015. Anatomy of the nail unit and the nail biopsy. Seminars in

    Cutaneous Medicine and Surgery. 34: 95-100.

    IACUC. 2017. Anasthesia and analgesia in laboratory animals at ucsf. University

    of California San Fransisco [Online Journal] [Diunduh tanggal 12 Desember

    2018]. Tersedia dari: http://www.iacuc.ucsf.edu/Proc/awRatFrm.asp

    Janvier. 2017. Sprague dawley rat. Janvier. Tersedia di : https://www.janvier-

    labs.com/rodent-research-models-services/research-models/per-

    species/outbred-rats/product/sprague-dawley.html. (Diakses pada: 22

    Agustusl 2019).

    Junqueira L.C., J.Carneiro, R.O. Kelley. 2007. Histologi Dasar. Edisi 5. Jakarta;

    EGC.

    Jusuf A.A. 2008. Aspek Dasar Sel Punca Embrionik (Embrionic Stem Cells) Dan

    Potensi Pengembangannya. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

    Kementan RI, 2008. Petunjuk teknis rodensia. Kementan RI. hlm 25-42.

    Kern S, Eichler H, Stoeve J, Kluter H, Bieback K. 2006. Comparative analysis of

    mesenchymal stem cells from bone marrow, umbilical cord blood, or

    adipose tissue. Stem Cells.;24:1294-301.

    Koolhas JM. 2010. The laboratory rat. The UFAW Handbook on the Care and

    Management of Laboratory and Other Research Animals. University of

    Gronigen. hlm 311-15.

    Kurniawaty, Evy. 2017. Buku ajar terapi gen miracle of placenta. BandarLampung.

    CV. Anugrah Utama Raharja

    Lane SW, Williams DA, Watt FM. 2014. Modulating the stem cell niche for tissue

    regeneration. Journal Nature Biotechnology. 32:1-9

    Lehoczky AJ, Tabin CJ. 2015. Lgr6 marks nail stem cells and is required for digit

    tip regeneration. Journal Proceedings of the National Academy of Sciences

    of The United States of America 112(43): 13249-13254

    Li, M, Cascino, P., Ummarino, S., Di Ruscio, A. 2017. Application of Induced

    Pluripotent Stem Cell Technology to the Study of Hematological Diseases.

    Cells, 6(1).

    http://www.iacuc.ucsf.edu/Proc/awRatFrm.asp

  • Mescher AL. 2014. Kulit . Dalam: Teks dan Atlas Histologi Dasar Junquiera. hlm

    309-24.

    Padeta I, Nugroho WS, Kusindarta DW, Fibrianto YH, Budipitojo T. 2017.

    Research article mesenchymal stem cell-conditioned medium promote the

    recovery of skin burn wound. Asian J.Anim. 12(3):132–41

    Phuc Van Pham. 2016. Mesenchymal stem cells ini clinical application in Stem cell

    processing p 37-69. Springer.

    Puranik SB, Nagesh A, Guttedar RS. 2012. Isolation of mesenchymal-like cells

    from wharton’s jelly of umbilical cord. Ijpcbs. 2(3):218–24

    Rengasamy M, Pawan KG, Udaykumar K, Gurbind S, Sudha B, Swathi SR, et al.

    2015. Preclinical safety & toxicity evaluation of pooled, allogeneic human

    bone marrow-derived mesenchymal stromal cells. Indian Journal Med Res

    144. hlm. 852-864.

    Rossi, Raton, FL, A. Barbieri, L. Pistola, G. Bonaccorsi, P. Calvieri, S. 2002. Hair

    and nail structure and function. J.APPL.Cosmetol (21).

    Sastroasmoro S. 2014. Dasar-dasar metodelogi penelitian. Edisi ke- 5. Jakarta:

    Sagung Seto.

    Schuleri KH, Amado LC, Boyle AJ. 2008. Early improvement in cardiac tissue

    perfusion due to mesenchymal stem cells. Am J Physiol Heart Circ Physiol.

    Se-ra Park, Jae-Wan Kim, Hee-Sook Jun, Joo Young Roh, Hwa Yong Lee, In-Sun

    Hong. 2018. Stem Cell Secretome and Its Effect on Cellular Mechanisms

    Relevant to Wound Healing. The American Society of Gene and Cell

    Therapy. 26(2): 606 and it’s role in brain repair. Biochimie, no. 95, hlm.

    2271-2285.

    Sharp. P.E & Villano.J., 2012. The Laboratory Rat 2nd. ed. CRC press. Boca

    Therapy in Myocardial Infarction. Bioteknologi, 11(2), hal.176–190.

    Wang HS, Hung SC, Peng ST, Huang CC, Wei HM, Guo YJ et al. 2004.

    Mesenchymal stem cells in the wharton's jelly of the human umbilical cord.

    Stemcells. 22(7): 1330–1337.

    Wang HS, Xu C, Zhao RC. 2012. Clinical applications of mesenchymal stem cells.

    Jhoonline. 5(19): 1-9.

    Widiartini W, Siswati E, Setiyawati A, Rohmah IM, Prastyo E. 2013.

    Pengembangan usaha produksi tikus putih (Rattus Norvegicus) dalam upaya

    memenuhi kebutuhan dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu

    dalam skala penelitian atau pengamatan laboratoris. Kemenristekdikti

  • Yuliana, I. & Suryani, D. 2012. Terapi Sel Punca pada Infark Miokard Stem Cell

    Zymo Research. 2017. Quick -DNA TM Universal kit manual instruction.

    [Diunduh tanggal 29 Agustusi 2019]. Tersedia dari:

    http://www.zymoresearch.com/dna.

    http://www.zymoresearch.com/dna