Upload
others
View
15
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH MANAJEMEN PERUBAHAN DAN ORGANISASI
PEMBELAJARAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DIVISI
HUMAN CAPITAL PT. SUCOFINDO KANTOR PUSAT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Jeshica Khoirunnisa Amalia
11150810000032
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
ii
PENGARUH MANAJEMEN PERUBAHAN DAN ORGANISASI
PEMBELAJARAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DIVISI
HUMAN CAPITAL PT. SUCOFINDO KANTOR PUSAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Jeshica Khoirunnisa Amalia
NIM: 11150810000032
Di bawah bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Suhendra, S.Ag., MM Sri Hidayati, S.Ag.,M.Ed
NIP. 197112062003121001 NIP. 19770608201101002
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 11 April 2019 telah dilakukan ujian komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Jeshica Khoirunnisa Amalia
2. NIM : 11150810000032
3. Jurusan : Manajemen SDM
4. Judul Skripsi : Pengaruh Manajemen Perubahan dan Organisasi Pembelajaran
Terhadap Kinerja Pegawai Divisi Human Capital PT. Sucofindo
Kantor Pusat
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan
mahasiswa yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan
bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan “LULUS” dan di beri kesempatan
untuk melanjutkan ke tahap Ujian skripsi sebagai satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 April 2019
1. Lili Supriyadi, MM
NIP. 196005051989031005
2. Dwi Nur’aini Ihsan, MM ( )
NIP. 197710212014112001 Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 16 Juli 2019 telah dilakukan ujian skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Jeshica Khoirunnisa Amalia
2. NIM : 11150810000032
3. Jurusan : Manajemen SDM
4. Judul Skripsi : Pengaruh Manajemen Perubahan dan Organisasi Pembelajaran
Terhadap Kinerja Pegawai Divisi Human Capital PT. Sucofindo
Kantor Pusat
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan
mahasiswa yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan “LULUS” dan skripsi ini diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Juli 2019
1. Murdiyah Hayati, S. Kom., M.M
NIP. 197410032003122001 ( )
2. Bahrul Yaman, S. Sos., M. Si
NIP. 196208181986031001 ( )
3. Dr. Suhendra, S. Ag., M.M
NIP. 197112062003121001 ( )
4. Sri Hidayati, S. Ag., M. Ed
NIP. 19770608201101002
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Nama : Jeshica Khoirunnisa Amalia
NIM : 11150810000032
Jurusan : Manajemen
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penelitian skripsi saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, dan ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap untuk
dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 16 Juli 2019
Jeshica Khoirunnisa A
11150810000032
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama : Jeshica Khoirunnisa Amalia
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 26 November 1998
3. Usia : 20 tahun
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jl. Flamboyan D11-5, Perum.
Pondok Safari Indah, Jurang
Mangu Barat, Pondok Aren,
Tangerang Selatan, 15223
6. Telepon : 085862030903
7. E-mail : [email protected]
II. Pendidikan Formal
1. SDN Jurang Mangu Timur 02 : 2003 - 2009
2. SMPN 12 Tangerang Selatan : 2009 - 2012
3. SMAN 4 Tangerang Selatan : 2012 - 2015
4. UIN Syarif Hidayatullah : 2015 - 2019
Jakarta
III. Pengalaman Organisasi
1. 2016 - 2017 : Anggota Divisi Hubungan Luar Kampus HMJ
Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. 2017 - 2018 : Anggota Divisi Hubungan Luar Kampus HMJ
Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
IV. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah : Muhammad Supoyo
2. Ibu : Dasih Julianti
3. Anak-ke-dari : 1 dari 2 bersaudari
8. Alamat : Jl. Flamboyan D11-5, Perum. Pondok Safari
Indah, Jurang Mangu Barat, Pondok Aren,
Tangerang Selatan, 15223
mailto:[email protected]
vii
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out the influence of change
management and learning organization to the performance of Human Capital
Division’s employees of PT. Sucofindo Head office, especially at the time of
unpredictable change of the business environtment after the entry of industrial
revolution 4.0 phenomenon.
This research using quantitative research methode with technique of data
collecting through spreading of questionnaire. Sample determination is done by
non probability sampling, with sampling technique ‘saturated sampling’ of 33
employees incorporated in Human Capital Division. Data analysis technique used
is multiple linear regression by SPSS Version 20.
The results of this research showed that change management and learning
organization have significant influence to the employees’s performance of PT.
Sucofindo, both partially and simultaneously. The percentage shows that 60.2% of
employee’s performance variable can be explained by change management and
learning organization. While the remaining at 39.8% is explained by other
variables or factors outside of this research.
Keywords: Change Management, Learning Organization, Employee’s
Performance
viii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh manajemen
perubahan dan organisasi pembelajaran terhadap kinerja pegawai Divisi Human
Capital PT. Sucofindo Kantor pusat, khususnya pada kondisi lingkungan bisnis
yang semakin tidak terprediksi pasca masuknya fenomena Revolusi Industri 4.0.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik pengumpulan
data melalui penyebaran kuisioner. Penentuan sampel dilakukan secara non
probability sampling dengan teknik sampling jenuh terhadap 33 orang pegawai
yang tergabung dalam Divisi Human Capital. Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis regresi linear berganda menggunakan aplikasi SPSS ver 20.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel manajemen perubahan dan
organisasi pembelajaran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
pegawai PT. Sucofindo, baik secara parsial maupun simultan. Persentase
menunjukkan bahwa sebesar 60.2% variabel kinerja dapat dijelaskan oleh variabel
manajemen perubahan dan organisasi pembelajaran. Sedangkan sisanya 39.8%
dijelaskan oleh variabel/ faktor lain di luar penelitian ini.
Kata kunci: Manajemen Perubahan, Organisasi Pembelajaran, Kinerja Pegawai
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala kekuatan, keteguhan dan
kesabaran yang diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pengaruh Manajemen Perubahan dan Organisasi Pembelajaran
terhadap Kinerja Pegawai Divisi Human Capital PT. Sucofindo Kantor Pusat”.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW yang telah membimbing umatnya dari zaman kegelapan ke zaman yang
terang-benderang seperti saat ini.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
program Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tentu saja tidak
lepas dari bimbingan, dukungan, bantuan, semangat, serta doa dari orang-orang
terkasih di sekeliling penulis. Maka dari itu, penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Terima kasih atas segala anugerah, rahmat,
karunia, ilmu dan kemudahan yang engkau berikan, sehingga dengan seizin-
Mu, hamba dapat meraih gelar Sarjana S1, di saat banyak orang lain di luar
sana harus berjuang keras untuk mendapatkan kesempatan yang sama.
2. Sosok-sosok terkasih. Terima kasih kepada Mama ku, yang telah
mengorbankan waktu, tenaga, bahkan kesuksesannya demi mendedikasikan
diri sebagai ibu yang menjaga dan mendidik anak-anaknya, tidak peduli
bagaimana pun pandangan orang lain terhadapnya. Begitu pun kepada
Bapak yang telah bekerja keras demi memberikan masa depan yang cerah
untuk anak-anaknya. Terima kasih karena kalian berdua telah memberikan
bekal termahal dalam hidup anak-anak kalian, yaitu ilmu pengetahuan. Tak
lupa pada adikku tersayang, Hasyabila Kayla Aghniya, yang tawa dan
eksistensinya sudah cukup membuat penulis berbahagia bahkan di situasi
tersulit dalam hidup.
x
3. Anggota keluarga besar Soemoyo dan Sarino, yang selama ini selalu
memotivasi penulis untuk percaya bahwa perempun sekalipun dapat
menjadi pribadi yang independen dan kompeten.
4. Bapak Dr. Suhendra, S.Ag, M.M yang sudah memberikan bimbingan dalam
proses penulisan skripsi penulis. Baik bimbingan yang berkaitan langsung
dengan pembahasan skripsi, maupun bimbingan moriil yang memotivasi
penulis untuk terus maju. Serta Ibu Sri Hidayati, S. Ag, M. Ed, yang sudah
bersedia meluangkan waktunya dan memberikan penjelasan yang sangat
detail, sehingga penulis mendapatkan pemahaman yang lebih terkait proses
penelitian. Semoga Bapak dan Ibu selalu dilimpahkan kesehatan dan rezeki
oleh Allah SWT. Amin.
5. Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP. selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negerti Syarif Hidayatullah
Jakarta. Semoga Bapak diberikan kesehatan dan kemudahan dalam
membangun FEB ke depannya.
6. Ibu Murdiyah Hayati, S.Kom, M.M selaku Ketua Jurusan Manajemen dan
Ibu Amalia, M.S.M selaku Wakil Ketua Jurusan Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negerti Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semoga Ibu sekalian selalu dilimpahkan kesehatan dan rezeki oleh Allah
SWT. Amin.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negerti Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya di jurusan manajemen, yang
telah memberikan ilmu pengetahuan, wawasan, serta nilai-nilai kepada
penulis selama menjadi mahasiswi Universitas Islam Negerti Syarif
Hidayatullah Jakarta.
8. Sahabatku sedari SMA, yaitu Meilusiyanie, yang selalu menjadi penghibur
dan pendengar yang baik selama penulis mengalami masa sulit dalam
pengerjaan skripsi. Terima kasih untuk waktu yang telah kita bagi bersama.
9. Audina, Raihana, Kurnia, Ira dan Siti, yang sudah menjadi teman terbaik
selama masa perkuliahan penulis. Terima kasih untuk semua lelucon dan
xi
kegilaan yang kita bagi bersama selama empat tahun belakangan ini. Hanya
dengan kalian lah penulis dapat sejenak berhenti berpura-pura dewasa.
10. Teman-teman manajemen dan SDM 2015. Terima kasih untuk semua
motivasi dan saran yang selama ini penulis dapatkan dari kalian semua. I’ll
see you all on top!!
11. Teman-teman KKN FAMILY 100 2018. Terima kasih atas penerimaan dan
sikap baik kalian semua. Terima kasih untuk dukungan yang diberikan
selama penulis menjabat sebagai koordinator acara. Serta terima kasih
karena sudah merawat penulis saat jatuh sakit. Janjinya sudah aku tepati ya.
Sudah aku lampirkan di ucapan terima kasih☺
12. Pihak-pihak lain yang berperan dalam kehidupan penulis, yang tidak dapat
dijabarkan satu-persatu. Semoga kalian semua selalu dilingkupi keberkahan
oleh Allah SWT.
Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada kesempurnaan
di dunia ini, tak terkecuali skripsi ini. Meski begitu, penulis berusaha sebaik-
baiknya untuk menuliskan karya terbaik dengan meminimalkan kesalahan,
sehingga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya sekalian.
Penulis pun mengharapkan saran yang membangun agar dapat dilakukan perbaikan
untuk penulisan berikutnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 16 Juli 2019
Jeshica Khoirunnisa Amalia
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................................vi
ABSTRACT ....................................................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xvii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 9
BAB II ............................................................................................................................... 10
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 10
A. Landasan Teori ...................................................................................................... 10
1. Manajemen Perubahan ...................................................................................... 11
2. Organisasi Pembelajaran ................................................................................... 32
3. Kinerja............................................................................................................... 43
B. Keterkaitan Antar Variabel ................................................................................... 51
C. Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 54
D. Kerangka Penelitian .............................................................................................. 61
E. Hipotesis ............................................................................................................... 62
BAB III ............................................................................................................................. 63
xiii
METODE PENELITIAN .................................................................................................. 63
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................................... 63
B. Jenis Penelitian ...................................................................................................... 63
C. Metode Penentuan Sampel .................................................................................... 64
1. Populasi ............................................................................................................. 64
3. Sampel dan Teknik Sampling ........................................................................... 65
D. Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 65
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 66
F. Metode Analisis Data ............................................................................................ 68
1. Analisis Statistik Deskriptif .............................................................................. 68
2. Uji Kualitas Data ............................................................................................... 69
3. Uji Asumsi Klasik ............................................................................................. 70
4. Uji Hipotesis ..................................................................................................... 72
G. Operasional Variabel Penelitian ........................................................................... 75
BAB IV ............................................................................................................................. 80
ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 80
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................... 80
1. Sejarah Singkat PT. Sucofindo ......................................................................... 80
2. Visi, Misi dan Tujuan PT. Sucofindo ............................................................... 82
3. Struktur Organisasi PT. Sucofindo ................................................................... 83
B. Karakteristik Responden dan Distribusi Jawaban ................................................. 84
1. Karakteristik Responden ................................................................................... 84
2. Distribusi Jawaban Responden ......................................................................... 89
C. Hasil Analisis dan Pembahasan ............................................................................ 97
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................................. 97
2. Hasil Uji Kualitas Data ..................................................................................... 98
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 102
4. Hasil Uji Hipotesis .......................................................................................... 106
5. Analisis Regresi Berganda .............................................................................. 110
6. Hasil Uji Koefisien Determinasi R2 ................................................................ 111
BAB V ............................................................................................................................ 112
xiv
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 112
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 112
B. Saran ................................................................................................................... 112
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 115
LAMPIRAN .................................................................................................................... 118
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Target Perubahan dan Metode untuk Menghadapinya ............................ 17
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 54
Tabel 3.1 Karakteristik Populasi ...................................................................... 64
Tabel 3.2 Skala Likert ...................................................................................... 67
Tabel 3.3 Operasional variabel ........................................................................ 75
Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian .................................................................... 84
Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Mengenai Manajemen Perubahan .................... 89
Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Mengenai Organisasi Pembelajaran ................. 93
Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Mengenai Kinerja ............................................. 95
Tabel 4.5 Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................ 97
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Manajemen Perubahan ...................................... 98
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Organisasi Pembelajaran ................................... 99
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Kinerja ............................................................... 100
Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................ 101
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-smirnov) ................................ 103
Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolonieritas ............................................................ 103
Tabel 4.12 Hasil Uji Heterokedastisitas (spearman) ........................................ 105
Tabel 4.13 Hasil Uji t (parsial) ......................................................................... 106
Tabel 4.14 Hasil Uji F (simultan) .................................................................... 109
Tabel 4.15 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ......................................... 110
Tabel 4.16 Koefisien Determinasi R2............................................................... 111
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian ..................................................................... 61
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Sucofindo............................................... 83
Gambar 4.2 Jenis Kelamin Responden ............................................................ 85
Gambar 4.3 Usia Responden ............................................................................ 85
Gambar 4.4 Masa Kerja Responden................................................................. 86
Gambar 4.5 Jabatan Responden ....................................................................... 87
Gambar 4.6 Pendidikan Terakhir Responden ................................................. 88
Gambar 4.7 Diagram P-plot ............................................................................. 102
Gambar 4.8 Diagram Scatterplot...................................................................... 104
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Kuisioner ............................................................................ 118
Lampiran 2: Tabulasi Jawaban Kuisioner Variabel MP (X1) ................. 124
Lampiran 3: Tabulasi Jawaban Kuisioner Variabel OP (X2) .................. 125
Lampiran 4: Tabulasi Jawaban Kuisioner Variabel K (Y)...................... 126
Lampiran 5: Output SPSS Uji Validitas Variabel MP (X1) .................... 127
Lampiran 6: Output SPSS Uji Validitas Variabel OP (X2) ..................... 132
Lampiran 7: Output SPSS Uji Validitas Variabel K (Y) ........................ 138
Lampiran 8: Uji Reliabilitas .................................................................... 139
Lampiran 9: Uji Normalitas .................................................................... 139
Lampiran 10: Uji Multikolonieritas ........................................................ 140
Lampiran 11: Uji Heterokedastisitas ....................................................... 140
Lampiran 12: Uji t, Uji F dan Uji Koefisien Determinasi (R2) .............. 141
Lampiran 13: Hasil Wawancara .............................................................. 142
Lampiran 14: Surat Izin Melakukan Penelitian ...................................... 145
Lampiran 15: Surat Bukti Melakukan Penelitian .................................... 146
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia tengah memasuki fase keempat dalam perjalanan sejarah revolusi
industri, yang ditandai dengan digitalisasi di berbagai aspek kehidupan
manusia. Jika dibandingkan dengan tiga revolusi industri sebelumnya, maka
revolusi industri 4.0 memiliki skala, ruang lingkup dan kompleksitas yang
lebih luas. Hal ini dikarenakan revolusi teknologi telah mengintegrasikan
dunia fisik, digital dan biologis, sehingga memengaruhi banyak disiplin ilmu,
baik ekonomi, industri dan pemerintahan (https://www.weforum.org).
Fenomena revolusi industri erat kaitannya dengan proses perubahan.
Perubahan sendiri merujuk pada melakukan sesuatu dengan cara-cara yang
berbeda dari sebelumnya. Terdapat perubahan yang sifatnya terencana,
seperti perubahan cara kerja atau mengadopsi teknologi baru, adapun
perubahan yang sifatnya tidak terencana, yang umumnya terjadi karena
intervensi lingkungan eksternal. Perubahan seperti ini cenderung lebih
disruptif/ mengganggu (Greenberg dan Baron dalam Wibowo, 2016: 117-
118). Disruptif/ disrupsi sendiri mengandung makna inovasi yang akan
menggantikan seluruh sistem lama dengan cara-cara baru dalam kurun waktu
yang singkat (Rhenald Kasali, 2018: 34). Oleh karenanya, perkembangan
dunia yang semakin kompleks, meningkatkan tekanan yang lebih kuat untuk
mengelola lebih banyak perubahan pada kecepatan yang meningkat
(Wibowo, 2016: 239).
https://www.weforum.org/
2
Meskipun aktivitas bisnis masih berjalan dengan lancar, tidak berarti
segala sesuatunya akan tetap berjalan dengan baik. Berbagai gejolak
perubahan yang terjadi pada lingkungan bisnis, menuntut individu maupun
organisasi untuk melakukan penyesuaian yang berkelanjutan. Penyesuaian ini
dapat dilakukan melalui praktik manajemen perubahan, di mana terjadi proses
penyejajaran yang berkelanjutan antara organisasi dengan pasarnya, dan
melakukannya secara lebih tanggap daripada para pesaingnya
(https://www.questia.com/magazine/global-trends-in-managing-change).
Upaya untuk berhasil melakukan perubahan harus dimulai dengan
memastikan adanya cukup orang yang bertindak dengan urgensi yang
memadai. Hal ini dapat terwujud jika organisasi sigap mengidentifikasi
peluang dan potensi masalah yang mungkin akan dihadapi organisasi di masa
mendatang (John Kotter dan Dan Cohen, 2014: 21). Ini pun yang turut
dilakukan oleh PT. Sucofindo (persero), meski tergolong sebagai BUMN
yang telah matang dari segi usia maupun pengalaman, tidak berarti
membuatnya terbebas dari tantangan perubahan. Seperti yang terjadi di tahun
2018, intervensi lingkungan eksternal berupa perubahan teknologi dan
perubahan regulasi pemerintah dalam menghadapi pesaing asing di sektor
yang sama, menjadi tantangan utama yang harus dihadapi oleh PT.
Sucofindo. Kontras dengan hal itu, kebutuhan internal menuntut PT.
Sucofindo untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya yang
dimiliki untuk meningkatkan daya saing.
https://www.questia.com/magazine/global-trends-in-managing-change
3
Menyikapi hal tersebut, berdasarkan hasil kajian tabloid internal PT.
Sucofindo di tahun 2018, diketahui jika Sucofindo tengah memantapkan diri
untuk melakukan perubahan melalui transformasi yang terarah pada
pembenahan SDM dan inovasi teknologi (https://www.sucofindo.co.id/id/e-
lensa), dan untuk mencapai sasaran tersebut, berdasarkan hasil Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) pada Maret 2018, telah diputuskan bahwa PT.
Sucofindo akan melakukan pengembangan organisasi melalui penambahan
struktur Direktorat SDM dan penunjukkan Direktur SDM, sebagai titik awal
upaya pembenahan SDM perusahaan.
Sumber daya manusia merupakan aset penting yang memegang kunci
keberhasilan dari kegiatan transformasi (Sopiah dan Etta, 2018: 228). Hal ini
sejalan dengan pandangan John Kotter dalam Wibowo (2016: 211) bahwa ada
tahapan di mana organisasi perlu merekrut, mempromosikan, dan
mengembangkan pegawai yang dinilai mampu melaksanakan perubahan visi.
Maka dari itu, merujuk pada kondisi di mana banyak pegawai usia lanjut yang
akan pensiun dalam lima tahun ke depan, mendorong urgensi bagi PT.
Sucofindo untuk mulai mempersiapkan SDM dengan talenta-talenta baru
yang lebih produktif dan inovatif, sebagai pengganti dari SDM lama. Hal
tersebut diwujudkan melalui beberapa perubahan prosedur pengelolaan
SDM, seperti program rekrutmen yang kini lebih terbuka pasca
diberlakukannya sistem online, serta program pengembangan yang sistematis
untuk mempersiapkan kaderisasi untuk mengisi jabatan struktural.
https://www.sucofindo.co.id/id/e-lensahttps://www.sucofindo.co.id/id/e-lensa
4
Perlu diketahui jika tujuan dari rekrutmen adalah menerima pelamar
sebanyak-banyaknya, sesuai dengan kualifikasi kebutuhan perusahaan, dari
berbagai sumber, sehingga memungkinkan terjaringnya calon pegawai
dengan kualitas tertinggi dari yang terbaik (Rivai dalam Sopiah dan Etta,
2018: 262). Untuk mencapai hal tersebut, diberlakukannya program
rekrutmen Management trainee (MT) yang dibentuk dengan fokus
pengembangan karir di level manajemen, dengan berbasis online. Program
ini merupakan wujud diberlakukannya perubahan prosedur serta teknologi
melalui pemanfaatan digitalisasi, yang dapat meningkatkan akurasi hasil,
melipatgandakan kecepatan, serta lebih efektif dan efisien dibandingkan
sistem berbasis offline (Rhenald Kasali, 2018: 22). Di sisi lain, untuk program
kaderisasi posisi-posisi struktural, perusahaan menyeleksi pegawai potensial
untuk mengikuti kegiatan Officer Development Program (ODP).
Perubahan terhadap struktur, prosedur, dan teknologi bisa menjadi sangat
penting, namun tidak diragukan jika perubahan sentral sesungguhnya terletak
pada perubahan perilaku individu (John Kotter dan Dan Cohen, 2014: 3).
Organisasi sangat memerlukan adanya perubahan sikap yang signifikan
dalam apa yang pegawai kerjakan. Bagi Sucofindo sendiri, perubahan sikap
menuju kedisiplinan sangat diharapkan dari seluruh insan perusahaan.
Penangan terkait kedisiplinan ini pada dasarnya telah diberlakukan sejak 1
juni 2015 melalui peraturan khusus yang tertuang dalam Keputusan Direksi
Nomor 22/KD/2015 tentang peraturan disiplin pegawai. Namun demikian,
pelanggaran masih terus terjadi, seperti yang tercatat pada periode Oktober
5
hingga Desember 2017, berdasarkan No. SKD 740/ SKD/ 2017 terjadi
pelanggaran yang dilakukan oleh Divisi Pengembangan Bisnis Korporat
(PBK). Adapun pelanggaran lain yang tercatat oleh Tim Satuan Pengendali
Operasi (Satdalop) terkait dijualnya sampel pasca analisis yang sudah tidak
terpakai, di mana hal ini menyalahi prosedur yang telah ditetapkan. Sisanya,
terjadi pelanggaran ringan berkaitan dengan masalah disiplin kehadiran
sepanjang Januari hingga Maret 2018. Kondisi ini menunjukkan jika upaya
perubahan sikap belum sepenuhnya didukung oleh keseluruhan insan
Sucofindo. Maka dari itu, pada Maret 2018, dibentuk dan ditugaskannya Tim
Satuan Tugas (Satgas) Kampanye Budaya, yang pada tahun ini
menitikberatkan pada tema penerapan disiplin waktu terkait absensi.
Berdasarkan dari data yang diperoleh oleh peneliti, benar bahwasanya
PT. Sucofindo telah menyadari pentingnya upaya perubahan untuk
beradaptasi dengan kondisi lingkungan bisnis saat ini. Namun demikian,
seperti pendapat Wibowo (2016: 148) bahwa untuk mengelola perubahan,
diperlukan SDM yang memahami tujuan suatu perubahan dan memiliki
kompetensi untuk melakukannya, namun kesalahan yang umumnya terjadi,
banyak organisasi yang lebih berfokus pada merubah struktur, prosedur, dan
teknologi yang pada dasarnya mudah dikendalikan, padahal nyatanya
masalah utama terletak pada merubah perilaku SDM. Kondisi tersebut yang
mengindikasikan diperlukannya manajemen perubahan oleh PT. Sucofindo
untuk memastikan upaya perubahan dapat berjalan dengan baik, dan
mencapai hasil seperti yang diharapkan.
6
Perlu diketahui jika upaya memanajemen perubahan tidak akan berhasil
jika tidak diimbangi dengan penerapan organisasi pembelajaran yang
menyediakan ruang untuk selalu improvement (Joeliaty dan Yayan, 2016:
320). Pernyataan tersebut sejalan dengan pandangan Peter Drucker dalam
Wibowo (2016: 149) bahwa mengelola perubahan hanya akan membuat kita
reaktif terhadap perubahan lingkungan, sedangkan untuk memimpin
perubahan kita harus mampu menciptakan perubahan, karena inovasi itu
sifatnya destruktif sekaligus kreatif, selalu ada pihak yang hilang, memudar,
dan mati, jika tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan sustaining
competitive advantages (Rhenald Kasali (2018: 35).
Maka dari itu, perlu disikapi kebutuhan terhadap pembelajaran di tingkat
individu, kelompok, hingga organisasi, di mana salah satu hasil dari Rapat
Pimpinan Nasional (Rapimnas) 2018 merekomendasikan pendirian corporate
university bernama Sucofindo Centre For Learning and Development
(SCLD). SCLD sendiri berperan sebagai fasilitator, dan untuk
memaksimalkan hasil dari SCLD tersebut, dilakukan optimalisasi IT dan juga
sinergi dengan BUMN lain dalam hal infrastruktur dan sistem pembelajaran,
sejalannya dengan program BUMN corporate university. Meski begitu, tetap
proses pembelajaran yang sesungguhnya terjadi di lingkungan kerja itu
sendiri, melalui pendekatan formal learning, learning from others, dan juga
on the job training.
Penerapan pembelajaran memerlukan transformasi sistem organisasi
yang mendukung dan memfasilitasi pertumbuhan karyawan (Gilley dan
7
Maycunich dalam Sopiah dan Etta, 2018: 155). Suatu usaha kolaboratif
diperlukan, sehingga keputusan tidak hanya dibuat oleh pimpinan teratas,
melainkan keseluruhan anggota organisasi berkesempatan untuk terlibat
dalam usaha perubahan (Wibowo, 2016: 424). Pernyataan tersebut
direalisasikan dalam bentuk program kerja prioritas PT. Sucofindo di tahun
2019, yang salah satunya menyatakan jika program desentralisasi harus
menjadi kekuatan PT. Sucofindo, sehingga sumber daya yang dimiliki
perusahaan dapat digunakan secara optimal. Namun pada kenyataannya,
berdasarkan hasil wawancara pra penelitian yang telah dilakukan, diketahui
jika perusahaan belum sepenuhnya membudayakan pengambilan risiko dan
keleluasaan wewenang untuk mengelola sumber daya perusahaan, padahal
kedua hal tersebut merupakan karakteristik utama yang dibutuhkan untuk
menjadi organisasi pembelajar (Wibowo, 2016: 438).
Alur pendapat peneliti yang telah dijabarkan di atas, sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Joeliaty dan Yayan Firmansyah yang dimuat
dalam Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia (2016: 319-330), yang
menunjukkan bahwa memang manajemen perubahan dan organisasi
pembelajaran sama-sama memiliki pengaruh terhadap kinerja pegawai,
namun besar atau kecilnya pengaruh terhadap kinerja sangat ditentukan dari
seberapa optimal penerapan kedua variabel tersebut di perusahaan. Oleh
karenanya, mengacu pada data dan berbagai potensi yang ada, peneliti tertarik
untuk mempelajari strategi pengelolaan perubahan yang dilakukan oleh PT.
Sucofindo dalam menghadapi gejolak perubahan lingkungan bisnis, begitu
8
juga dengan penerapan organisasi pembelajaran yang dapat membantu
meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya demi mencapai
keunggulan bersaing perusahaan. Hasil penelitian ini akan menunjukan
bagaimana praktik manajemen perubahan dan organisasi pembelajaran
memberikan pengaruh terhadap kinerja pegawai PT. Sucofindo (persero) di
tengah gejolak perubahan lingkungan bisnis akibat adanya fenomena revolusi
industri 4.0. Maka dari itu, penelitian ini akan mengangkat judul “Pengaruh
Manajemen Perubahan dan Organisasi Pembelajaran terhadap Kinerja
Pegawai Divisi Human Capital PT. Sucofindo Kantor Pusat”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh antara Manajemen Perubahan terhadap Kinerja
Pegawai Divisi Human Capital?
2. Apakah terdapat pengaruh antara Organisasi Pembelajaran terhadap Kinerja
Pegawai Divisi Human Capital?
3. Apakah terdapat pengaruh antara Manajemen Perubahan dan Organisasi
Pembelajaran secara simultan terhadap Kinerja Pegawai Divisi Human
Capital?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan di
adakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh manajemen perubahan terhadap kinerja
pegawai Divisi Human Capital PT. Sucofindo Kantor pusat.
9
2. Untuk menganalisis pengaruh organisasi pembelajaran terhadap kinerja
pegawai Divisi Human Capital PT. Sucofindo Kantor pusat.
3. Untuk menganalisis pengaruh manajemen perubahan dan organisasi
pembelajaran terhadap kinerja pegawai Divisi Human Capital PT.
Sucofindo Kantor pusat.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah
wawasan di bidang Manajemen SDM, khususnya berkaitan dengan
Manajemen Perubahan, Organisasi Pembelajaran, dan Kinerja.
2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan
referensi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi praktisi, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan
untuk pembuatan prosedur dan kebijakan, khususnya yang berkaitan
dengan Manajemen Perubahan dan Organisasi Pembelajaran di PT.
Sucofindo Kantor Pusat.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Seiring dengan perkembangan dunia yang semakin kompleks, sumber
daya manusia telah dipandang lebih dari sekedar sumber daya semata,
melainkan aset yang nilainya dapat ditingkatkan melalui investasi.
Peningkatan nilai SDM dapat meningkatkan performa organisasi dan menjadi
nilai bagi pelanggan dan stakeholder-nya (Sopiah dan Etta, 2018: 228),
sehingga pengelolaan SDM harus diperhatikan melalui Manajemen Sumber
Daya Manusia strategis. Menurut Dessler dalam Sopiah dan Etta ( 2018: 54)
bahwa MSDM strategis adalah penghubung manajemen SDM dengan peran
dan tujuan strategis untuk meningkatkan kinerja bisnis dan mengembangkan
budaya organisasi dan mendorong inovasi dan fleksibilitas. MSDM strategis
membahas masalah-masalah organisasi yang luas berkaitan dengan
perubahan struktur dan budaya, efektivitas organisasi dan kinerja, sumber
daya yang cocok untuk kebutuhan masa depan, pengembangan kemampuan
yang khas, manajemen pengetahuan dan manajemen perubahan (Sopiah dan
Etta, 2018: 50).
Dalam kaitannya dengan MSDM strategis, terdapat beberapa skema
pengorganisasian yang menghubungkan intervensi SDM individu sehingga
mereka saling mendukung (Sopiah dan Etta, 2018: 63). Hal ini secara lebih
jelas dibahas dalam studi perilaku organisasi yang merupakan bidang studi
yang mencakup teori, metode, dan prinsip-prinsip dari berbagai disiplin guna
11
mempelajari persepsi individu dan tindakan-tindakan saat bekerja dalam
kelompok dan di dalam organisasi secara keseluruhan; menganalisis akibat
lingkungan eksternal terhadap organisasi dan sumber dayanya, misi, sasaran,
dan strategi (Veithzal Rivai, 2017: 171).
Sejalan dengan gejolak Revolusi Industri 4.0, keharusan untuk
melakukan perubahan di tengah intervensi lingkungan eksternal yang tidak
terprediksi merupakan fakta kehidupan kebanyakan organisasi dewasa ini.
Mereka secara terus-menerus perlu memprediksi dan mengantisipasi
kebutuhan akan perubahan (Winardi, 2015: 2). Oleh karenanya, sangat
diperlukan pemahaman terkait manajemen perubahan dan faktor-faktor apa
yang dapat memengaruhi terlaksananya proses transformasi.
1. Manajemen Perubahan
a. Konsep Perubahan
Winardi (2015: 1) berpendapat bahwa perubahan adalah suatu hal
yang pasti, sehingga manusia perlu senantiasa “berubah” sesuai dengan
tuntutan perubahan itu sendiri. Perubahan yang dimaksud dapat meliputi
perubahan dalam perilaku, perubahan dalam sistem nilai dan penilaian,
perubahan dalam metode dan cara-cara bekerja, perubahan dalam
peralatan yang digunakan, perubahan dalam cara berpikir, dan perubahan
dalam hal bersikap. Perlu diingat bahwa perubahan tidak selalu berakhir
baik, oleh karenanya perlu diupayakan agar perubahan dapat terarah
menuju kondisi yang lebih baik dibandingkan kondisi sebelumnya, dengan
kata lain perubahan berarti beralihnya keadaan sebelumnya (the before)
12
menjadi keadaan setelahnya (the after condition). Sejalan dengan pendapat
Winardi, Potts dan LaMarsh dalam Wibowo (2016: 105) melihat bahwa
perubahan merupakan pergeseran dari keadaan sekarang suatu organisasi
menuju pada keadaan yang diinginkan di masa depan. Perubahan dari
keadaan sekarang tersebut dilihat dari segi struktur, proses, orang, dan
budaya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa konsep perubahan
bermakna membuat sesuatu menjadi berbeda (Robbins dalam Wibowo,
2016: 105).
b. Konsep Manajemen Perubahan
Menurut Potts dan LaMarsh dalam Wibowo (2016: 241) manajemen
perubahan (Management of Change) adalah suatu proses secara sistematis
dalam menerapkan pengetahuan, sarana dan sumberdaya yang diperlukan
untuk memengaruhi perubahan pada orang yang terkena dampak proses
tersebut. Wibowo (2016: 242) pun menambahkan bahwa pendekatan
dalam management of change adalah, pertama, mengidentifikasi siapa di
antara mereka yang terkena dampak perubahan, yang mungkin menolak
perubahan; kedua, menelusuri sumber, tipe dan tingkat resistensi
perubahan yang mungkin ditemukan; ketiga, mendesain strategi yang
efektif untuk mengurangi resistensi tersebut. Sedangkan John P. Kotter
dan Dan Cohen (2014: 3) beranggapan bahwa jantung perubahan berada
pada hati itu sendiri atau emosi pegawai secara individu, di mana
perusahaan harus menyentuh perasaan individu untuk berkomitmen
melakukan perubahan, sehingga akan memotivasi pegawai untuk
13
mengubah perilaku, dan hanya perubahan perilaku individu lah yang dapat
mendorong berhasilnya perubahan organisasi.
Berdasarkan beberapa pendapat pakar di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa manajemen perubahan pada hakikatnya adalah sebuah proses yang
mengadaptasi pendekatan planning, organizing, actuating, dan
controlling, di mana pimpinan merencanakan arah perubahan pasca
menganalisa kondisi lingkungan bisnis, mengelompokan agen perubahan,
mengarahkan pegawai untuk berkomitmen mewujudkan perubahan, dan
mengendalikan setiap situasi yang timbul sebagai implikasi dari proses
perubahan itu sendiri, semisal penolakan terhadap perubahan.
c. Faktor Pendorong Perubahan
Kreitner dan Kinicki dalam Wibowo (2016: 84) memerhatikan bahwa
kebutuhan akan perubahan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu external
forces dan internal forces. Faktor pendorong external forces dapat dipicu
dari karakteristik demografis, kemajuan teknologi, perubahan pasar, serta
tekanan sosial dan politik. Sedangkan internal forces yang mendorong
perubahan dapat dipicu dari: problem/ prospek SDM dan perilaku/
keputusan manajerial.
Sesuai dengan apa yang terjadi sekarang ini, dunia tengah memasuki
awal dari revolusi industri 4.0, di mana kemajuan teknologi digital dan
otomatisasi menjadi faktor eksternal yang mendorong adanya perubahan.
Kondisi ini membuka peluang bagi siapa saja untuk maju dengan
memanfaatkan gelombang revolusi teknologi. Selain itu, kemunculan
14
beberapa pesaing asing yang bergerak di sektor yang sama, memicu
perubahan regulasi pemerintah untuk membentuk sinergi BUMN yang
bergerak di bidang jasa pemastian. Kontras dengan dua hal tersebut,
kemampuan SDM di beberapa negara, terkhusus insan-insan PT.
Sucofindo sendiri, masih kurang memadai untuk menghadapi derasnya
smart technology yang berkembang. Hal ini yang menjadi faktor
kebutuhan internal yang mendorong organisasi membangun strategi
penguatan SDM untuk menghadapi tantangan perubahan.
d. Faktor Penghambat Perubahan
George Jones dalam Winardi (2015: 3) menjabarkan beberapa kekuatan
yang dapat menghalangi proses perubahan, antara lain: kendala-kendala
keorganisasian, kekuasaan dan politik; perbedaan-perbedaan pada
orientasi fungsional; kultur keorganisasian; norma-norma kelompok dan
kohesivitas kelompok; kendala-kendala individual berupa perasaan tidak
aman, selektif informasi berdasarkan persepsi, dan retensi kebiasaan.
Di sisi lain, John M. Ivancevich, dkk (2007: 313) mengidentifikasi tiga
kondisi yang menghalangi dan membatasi perubahan dan inovasi, antara
lain:
1) Iklim kepemimpinan
Iklim kepemimpinan memengaruhi sebagian besar program
termasuk perubahan organisasi, dan program apapun yang kurang
mendapatkan dukungan dan komitmen dari pihak manajemen
memiliki peluang yang tipis untuk berhasil.
15
2) Organisasi formal
Organisasi formal meliputi filosofi dan kebijakan manajemen
puncak maupun penataan hukum, struktur organisasi, dan sistem
pengendalian.
3) Budaya organisasi
Budaya organisasi mengacu pada pola keyakinan yang
menghasilkan norma, nilai, dan kegiatan informal kelompok.
Menerapkan suatu cara yang tidak mempertimbangkan
ketidakleluasaan yang ditentukan oleh kondisi yang berlaku di dalam
organisasi saat ini, dapat menguatkan masalah yang dipicu proses
tersebut.
e. Jenis-Jenis Perubahan
Menurut Black & Gregersen dalam Wibowo (2016: 312) berdasarkan
antisipasi waktunya, jenis perubahan terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu
perubahan antisipatif, yang merupakan antisipasi terhadap kebutuhan
perubahan. Jenis perubahan ini menuntut kita untuk melihat situasi jauh ke
depan melalui tanda-tanda yang menunjukkan perlunya perubahan.
Pendekatan ini membantu untuk mengenal lebih dini jika hal yang kita
yakini benar untuk saat ini, bisa saja menjadi salah di masa depan.
Selanjutnya perubahan reaktif, yang dilakukan sebagai reaksi terhadap
tanda yang sangat jelas untuk segera melakukan perubahan. Tanda-tanda
tersebut dapat muncul dari pelanggan, pesaing, pemegang saham, bahkan
pekerja, yang memberikan indikasi bahwa harus berubah sekarang atau
16
mungkin harus membayar lebih tinggi di kemudian hari jika tidak segera
bereaksi. Jenis perubahan yang terakhir adalah perubahan krisis, yang
dilakukan saat kondisi sudah berbahaya. Perubahan ini memiliki risiko
kegagalan yang paling jelas, namun dari segi penerimaan dapat dikatakan
lebih mudah karena semua orang sudah melihat bahaya di depan mata.
f. Sejumlah Tujuan dari Perubahan yang Direncanakan
Winardi (2015: 87) berpendapat bahwa perubahan-perubahan yang
direncanakan umumnya berupaya untuk mencapai dua tipe tujuan. Tipe
pertama, ditujukan untuk memperbaiki kemampuan organisasi untuk
menghadapi perubahan-perubahan yang tidak terencana di masa depan.
Perubahan ini mencakup efektivitas pengumpulan informasi, sistem
peramalan, dan fleksibilitas organisasi, sehingga organisasi dapat
menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat ketika dihadapkan dengan
intervensi lingkungan eksternal, semisal akibat perubahan peraturan
pemerintah atau pembatasan suplai, dan lain-lain.
Sedangkan tipe kedua, perubahan yang direncanakan ditujukan untuk
mengubah perilaku para karyawan, agar mereka menjadi kontributor-
kontributor yang lebih efektif dalam perwujudan tujuan organisasi.
Perubahan pada kategori ini mencakup: upaya menciptakan sikap baru,
nilai-nilai baru, dan pemberian pelatihan guna meningkatkan
produktivitas.
17
g. Sasaran Perubahan
Menurut Veithzal Rivai (2017: 405) pilihan perubahan dapat
dilakukan terhadap empat hal, yaitu: struktur, teknologi, penataan fisik,
dan orang. Struktur organisasi bukanlah hal yang permanen, sehingga
beberapa perubahan dapat dilakukan, seperti menghilangkain lapisan
vertikal atau melebarkan rentang kendali yang bertujuan untuk
mengurangi birokrasi dan membuat organisasi lebih datar. Selain itu
perubahan teknologi pasti akan terjadi di era revolusi industri 4.0, dimana
agen perubahan akan memperkenalkan alat dan metode baru yang
berkaitan dengan digitalisasi dan otomatisasi. Perubahan penataan fisik
juga dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan interaksi
formal tenaga kerja dalam memenuhi tuntutan pekerjaan. Semua
perubahan ini akan maksimal setelah agen melakukan perubahan terhadap
orang di dalam organisasi dengan mengomunikasikan sikap dan perilaku
yang sesuai dengan situasi bisnis saat ini.
Di sisi lain, Schermerhorn, Hunt, dan Osborn dalam Winardi, (2015:
3) memaparkan sejumlah target keorganisasian yang dapat diubah dan
metode-metode untuk menghadapinya, antara lain:
Tabel 2.1
Target Perubahan dan Metode untuk Menghadapinya
18
h. Sikap Pegawai Terhadap Perubahan
Menurut Conner dalam Wibowo (2016: 169) tidak menjadi masalah
apakah perubahan dilihat sebagai hal yang positif atau negatif, bergantung
pada cara orang memanifestasikan perubahan. Adapun respon positif
terhadap perubahan terjadi dalam lima fase, antara lain:
1) Uninformed optimism: Fase di mana orang dalam melakukan
interaksi perlu saling menyesuaikan tanpa data dan informasi yang
cukup. Banyak keputusan perubahan yang didasarkan pada
informasi yang kemudian terbukti tidak cukup.
2) Informed pessimism: Fase di mana mulai disadari bahwa keputusan
menyeluruh mungkin sudah baik, namun mengandung konsekuensi
biaya yang tidak diharapkan.
3) Hopeful relism: Fase di mana mulai terlihat cahaya diujung
terowongan. Pada fase ini beberapa masalah telah ditangani, dan
semakin percaya diri untuk bergerak lebih lanjut.
4) Informed optimism: Fase di mana semakin banyak masalah yang
terselesaikan dan semakin meningkatkan kepercayaan diri yang kuat
setelah melalui percobaan yang berat.
5) Completion: Fase di mana kita perlu mengukur biaya dari keputusan
perubahan. Apabila biaya terlalu tinggi, maka kita menarik diri dari
keputusan. Tetapi apabila keraguan dan pesimisme tidak melebihi
tingkat toleransi, maka kita dapat menyelesaikan masalah dan maju
terus.
19
Sedangkan di sisi lain, terdapat delapan tahapan sikap yang
merupakan respon negatif terhadap perubahan (Conner dalam Mike
Bourne dan Pippa Bourne, 2017: 40), antara lain:
1) Situasi awal sebelum pengumuman tentang perubahan adalah netral
dan mewakili status quo.
2) Berlanjut pada imobilisasi, yang merupakan akibat dari rasa syok
karena orang yang menghadapi perubahan yang tidak diinginkan
akan mengalami disorientasi dan kebingungan.
3) Penyangkalan: perubahan ditolak atau berusaha mengabaikan.
4) Kemarahan: perubahan tidak akan hilang, dan penyangkalan
berubah menjadi suatu kemarahan karena rasa sakit hati dan frustasi.
5) Tawar-menawar: mulai menyadari bahwa perubahan tidak dapat
dihindari, dan akhirnya mulai tawar-menawar untuk meminimalisir
dampak negatif yang mungkin akan menimpa mereka.
6) Depresi: mulai merasa ingin mengundurkan diri karena merasa tidak
berdaya untuk menghadapi perubahan.
7) Mendapatkan kembali pengendalian, dan mengakui cara kerja yang
baru. Hal ini mengarah pada ditemukannya cara untuk sukses di
bawah rezim yang baru.
8) Penerimaan: bukan berarti semua orang menyukai cara kerja yang
baru, tetapi mereka tetap menerima target-target yang ada dan
menetapkannya menjadi bentuk normalitas yang baru.
20
i. Penolakan Terhadap Perubahan
Pada sub-bab sebelumnya telah dijabarkan bahwa sikap pegawai
terhadap perubahan tidak selamanya positif, melainkan ada saat di mana
terjadi penolakan dari para pegawai. Menurut Robbins dalam Wibowo
(2016: 157) pada dasarnya penolakan lebih mudah dikelola jika muncul
secara terang-terangan, sebaliknya akan sulit dikendalikan jika penolakan
bersifat tersirat. Penolakan terhadap perubahan itu sendiri dapat timbul
dari individu maupun organisasi. Berikut ini alasan-alasan penolakan baik
dari individu dan organisasi:
1) Penolakan perubahan dari individu
Pertama, karena kebiasaan dalam mengambil keputusan dengan
respon-respon yang sudah terprogram. Kedua, merasa perubahan
dapat mengancam perasaan aman mereka. Ketiga, timbulnya
kekhawatiran bahwa perubahan tugas-tugas kerja dapat mengurangi
penghasilan mereka. Keempat, perubahan berpotensi merubah
teknik kerja yang sudah jelas menjadi sesuatu yang ambiguitas/ tidak
pasti, dan pegawai tidak menyukai ketidakpastian. Kelima, terbiasa
menyeleksi informasi yang sesuai dengan persepsi mereka.
Akibatnya mereka hanya mendengar apa yang mereka ingin dengar
dan mengabaikan informasi yang tak sejalan dengan pemikiran
mereka.
21
2) Penolakan perubahan dari organisasi
Enam alasan mengapa organisasi menolak perubahan adalah
karena: Pertama, adanya inersia struktural/ penolakan terstruktur, di
mana organisasi yang sudah memiliki tujuan, struktur dan aturan
main yang kuat, tidak ingin stabilitasnya terganggu karena
perubahan. Kedua, adanya dampak luas dari perubahan di mana
perubahan pasti memengaruhi seluruh bagian di dalam organisasi.
Ketiga, meskipun individu mau menerima perubahan, adanya norma
kelompok dapat menjadi kendala. Keempat, perubahan pola
organisasional dapat mengancam keahlian beberapa kelompok kerja.
Kelima, perubahan bisa jadi mengancam kekuasaan seorang manajer
bila dilakukan perombakan pada struktur organisasi. Keenam,
kelompok organisasi yang biasa mengelola sumber daya dalam
jumlah besar, sering kali khawatir akan ada pengurangan pada
kuantitas sumber daya (anggaran/ SDM) di unit kerjanya.
j. Mengatasi Penolakan Perubahan
Veithzal Rivai (2017: 407) menyarankan enam taktik untuk
digunakan agen perubahan dalam upaya mengatasi penolakan. Pertama,
melalui pendidikan dan komunikasi. Taktik ini mengandaikan bahwa
penolakan terjadi karena adanya salah-informasi akibat komunikasi yang
buruk, yang akhirnya menimbulkan kesalahpahaman. Kedua, melalui
strategi partisipasi di mana pegawai dilibatkan langsung dalam proses
pengambilan keputusan untuk melakukan perubahan. Ketiga, perusahaan
22
dapat mengurangi rasa takut pegawai dengan memberikan fasilitas dan
dukungan seperti memberikan pelatihan atau cuti pendek yang dibayar.
Kekurangan dari taktik ini adalah biaya yang mahal. Keempat, melalui
negosiasi dengan menukarkan sesuatu yang berharga sebagai imbalan
untuk menyetujui perubahan. Namun risikonya, setelah menyelesaikan
negosiasi dengan satu pihak, agen perubahan terancam mengalami
pemerasan dari pihak lainnya. Kelima, melalui manipulasi dan kooptasi.
Manipulasi lebih kepada memutar balik fakta untuk membuat fakta itu
tampak lebih menarik, menahan informasi yang tidak diinginkan, dan
menciptakan desas-desus palsu, sedangkan kooptasi dilakukan dengan
menyuap pemimpin kelompok penolak agar mereka berpartisipasi untuk
peran keputusan perubahan. Keenam, melalui praktik pemaksaan seperti
ancaman dipindahkan, hilangnya promosi, evaluasi kinerja yang negatif,
dan surat rekomendasi yang buruk.
k. Tahapan Pengelolaan Perubahan
Dalam menghadapi revolusi industri 4.0, organisasi perlu melakukan
transformasi sebagai aksi tanggap dari berbagai perubahan lingkungan.
Oleh karenanya, Kurt lewin dalam Mike dan Pippa Bourne (2014: 15)
menjabarkan tiga langkah pendekatan bagi organisasi agar sukses
menjalani perubahan, yaitu melalui unfreezing the status quo, dilanjutkan
dengan movement to the new state, dan terakhir melakukan refreezing the
new change to make it permanent.
23
Unfreezing atau pencairan merupakan tahapan mempersiapkan
perubahan. Pengakuan akan diperlukannya perubahan harus terjadi,
beberapa alternatif diidentifikasi, dan serangkaian tindakan diusulkan
untuk dipilih. Selain perencanaan tersebut, tindakan ‘pencairan’ perilaku
harus dilakukan supaya memungkinkan terjadinya perubahan. Selanjutnya
tahapan movement atau changing dilakukan dengan memberikan informasi
baru, model perilaku baru, atau cara baru dalam melihat sesuatu. Tahapan
ini dilakukan untuk menyampaikan gagasan kepada para pekerja bahwa
perubahan adalah suatu proses pembelajaran berkelanjutan dan bukannya
kejadian sesaat. Terakhir adalah tahapan refreezing atau pembekuan
kembali dimana perubahan yang terjadi distabilisasi dengan membantu
pekerja mengintegrasikan perilaku dan sikap yang baru ke dalam rutinitas
bekerja sehari-hari. Dengan terbentuknya perilaku dan sikap yang baru,
perlu diperhatikan apakah masih sesuai dengan perkembangan lingkungan
yang terus berlangsung. Apabila ternyata diperlukan perubahan kembali,
maka proses unfreezing akan dimulai kembali.
l. Kebijakan Pimpinan Terhadap Perubahan
Kebanyakan perubahan dilakukan dengan pendekatan organization
in, di mana dilakukan perubahan organisasi terlebih dahulu, kemudian
diikuti oleh perubahan individu. Pengalaman justru menunjukkan bahwa
keberhasilan perubahan seharus dimulai dengan merubah individual
terlebih dulu, karena setiap individu memiliki peta mental yang berbeda,
dan jika peta mental ini tidak digambarkan ulang, maka akan muncul
24
barrier/ rintangan yang sesungguhnya hanya terjadi di kepala mereka,
menahan mereka untuk melakukan improvement dikarenakan perasaan
tidak mampu (Black dan Gregersen dalam Wibowo, 2016: 308-309).
Hussey dalam Wibowo (2016: 316) menyarankan pendekatan langkah
demi langkah bagi para pemimpin perubahan yang disingkat menjadi
EASIER, berikut penjelasannya:
1) Envisioning (Memimpikan): visi harus dijabarkan dengan jelas agar
tidak menimbulkan berbagai interpretasi yang dapat mendistorsi
implementasi perubahan. PT. Sucofindo sendiri telah menetapkan
target sebagai perusahaan pemastian kelas dunia sebagai visinya,
dan untuk mengimbangi itu, ditetapkannya visi dari Divisi Human
Capital sebagai mitra strategis, agen perubahan dan rujukan dalam
tata kelola SDM agar perusahaan tumbuh dan berkembang guna
peningkatan mutu kehidupan pegawai.
2) Activating (Mengaktifkan): salah satu tugas pemimpin adalah
mengaktifkan followers atau pengikut untuk mewujudkan visi
perubahan. Hal ini perlu dilakukan dengan mengomunikasikan visi
melalui berbagai media atau secara langsung di setiap pertemuan.
3) Supporting (Mendukung): kepemimpinan yang baik bukan hanya
memberitahukan apa yang perlu dilakukan, melainkan
mencontohkan secara langsung melalui sikap, agar dapat
menginspirasi pegawai dan menjadi role model.
25
4) Implementing (Melaksanakan): berkaitan dengan rencana rinci dan
jadwal yang harus diselesaikan untuk menjadikan visi sebagai
kenyataan.
5) Ensuring (Memastikan): rencana dan kebijakan bisa jadi telah
tertulis di atas kertas, tetapi masih diperlukan proses monitoring
untuk memastikan semuanya terealisasikan secara nyata. Maka dari
itu, dibentuklah tim-tim seperti Satuan Tugas Kampanye Budaya
atau Tim Satuan Pengendali Operasi oleh PT. Sucofindo untuk
memastikan rencana perubahan terealisasikan.
6) Recognizing (Mengenal): memberikan pengakuan kepada mereka
yang terlibat dalam proses perubahan menjadi langkah terakhir yang
diperlukan. Seperti yang dilakukan oleh Sucofindo, bersamaan
dengan berlangsungnya Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) 2018.
Pada acara tersebut, perusahaan memberikan penghargaan yang
dibagi ke dalam beberapa kategori, salah satunya adalah “Milenial
Berpotensi” yang diberikan pada salah satu insan Divisi Human
Capital.
m. Dimensi dan Indikator Manajemen Perubahan
John P. Kotter dan Dan Cohen melakukan penelitian di tahun 2002
dan 2007 yang menunjukkan bahwa perubahan sentral dalam melakukan
perubahan organisasi ada pada mengubah perilaku/ sikap dan perlunya
perubahan sikap yang signifikan dalam apa yang mereka kerjakan (John
P. Kotter dan Dan Cohen, 2014: 3). Model ini dinamakan The heart of
26
change yang menggunakan pendekatan 8 proses yang lebih diarahkan pada
dinamika see-feel-change.
1) Dimensi Establishing a sense of urgency
Dalam upaya perubahan yang berhasil, langkah pertama yang
terpenting adalah memastikan ada cukup banyak orang yang bertindak
dengan urgensitas yang cukup. Oleh karenanya, organisasi perlu
dicairkan dengan menciptakan alasan mengapa perubahan diperlukan.
Dimensi ini mendorong eksekutif untuk mengambil langkah pertama
dalam mengartikulasikan peluang strategis, dan menyampaikan
gambaran besar kepada anggotanya melalui pernyataan bukti yang
valid, atau objek yang sungguh terlihat, yang menunjukkan perubahan
itu sangat diperlukan.
Terdapat dua indikator pada dimensi ini, yaitu:
a) Meneliti pasar dan situasi kompetitif
Dengan terus mengidentifikasi potensi peluang dan ancaman,
dapat mendorong perusahaan untuk mengambil tindakan sesegera
mungkin, dan keluar dari zona nyaman.
b) Mengidentifikasi dan mendiskusikan krisis, potensi krisis, atau
peluang besar sehingga memerlukan perubahan
2) Dimensi Forming a powerful guiding coalition
Perubahan besar tidak akan berjalan hanya dengan urgensi,
melainkan dibutuhkan tim pemandu yang efektif. Kelompok pemandu
yang kuat terdiri dari dua karakteristik, yaitu terdiri dari orang yang
27
tepat, dan menunjukkan kerja tim yang solid. Anggota tim dapat berasal
dari lintas departemen dan jabatan, untuk memastikan proyek
perubahan dilaksanakan oleh setiap kelompok di organisasi.
Terdapat dua indikator pada dimensi ini, yaitu:
a) Membentuk kelompok dengan kekuatan yang cukup untuk
memimpin upaya perubahan
Orang-orang yang memiliki kapasitas kepemimpinan terkait
visi, komunikasi dan motivasi, serta pengetahuan dan
keterampilan yang sejalan dengan aktivitas perubahan. Di lain
sisi, agen perubahan haruslah memiliki wewenang formal untuk
merumuskan kebijakan perubahan, dan hasilnya menjadi arah
bagi aktivitas perubahan.
b) Mendorong kelompok untuk bekerja sama sebagai kesatuan tim
Diperlukan kesatuan tim yang tidak memandang hierarki
formal selama menjalankan tugas sebagai agen perubahan.
3) Dimensi Creating a vision
Untuk mempersiapkan perubahan skala besar yang sukses, tim
pemandu perlu untuk menghasilkan arah yang jelas. Empat hal yang
dapat membantu mengarahkan perubahan pada sasaran yang tepat
adalah anggaran, rencana, strategi, dan visi. Visi itu sendiri
menunjukkan keadaan akhir di mana semua rencana dan strategi akan
membawa perusahaan. Usahakan visi yang bergerak seperti komitmen
untuk melayani orang, jangan mengandalkan visi yang hanya
28
memangkas biaya, karena ini akan menghasilkan kecemasan dan
depresi pada pegawai.
Terdapat dua indikator pada dimensi ini, yaitu:
a) Menciptakan visi untuk membantu mengarahkan upaya
perubahan
Perumusan visi memerlukan kreativitas untuk melihat masa
depan yang mungkin, kuncinya hanyalah fokus pada kecepatan.
Perusahaan perlu mengartikulasikan visi dengan jelas namun
singkat, sehingga mudah untuk tertanam di benak pegawai.
b) Mengembangkan strategi untuk mencapai visi
Visi yang telah dibuat harus diimbangi dengan strategi-strategi
untuk memastikan pencapaian dari visi itu sendiri.
4) Dimensi Communicating the vision
Dalam upaya perubahan, visi dan strategi baru tidak bisa hanya
diketahui oleh eksekutif dan tim agen perubahan. Mereka harus
sesering dan sebanyak mungkin dikomunikasikan pada seluruh
pegawai di dalam organisasi. Tujuannya adalah untuk menjaring
sebanyak mungkin orang yang berkomitmen untuk membuat visi
menjadi kenyataan. Di lain sisi, harus ada kecocokan antara perkataan
dan perbuatan yang dimulai dari tim agen perubahan, sehingga menjadi
panutan bagi pegawai lainnya.
29
Terdapat dua indikator pada dimensi ini, yaitu:
a) Menggunakan berbagai saluran untuk mengkomunikasikan visi
dan strategi baru
Dapat dilakukan presentasi dan sesi tanya jawab yang efektif.
Pastikan selama tanya jawab berlangsung, tim agen perubahan
dapat menjawab secara lugas dan yakin, sehingga
memperlihatkan bahwa rencana perubahan ini telah dikelola
dengan matang.
b) Agen perubahan mendemonstrasikan perilaku yang sesuai
dengan perkataannya
5) Dimensi Empowering others to act on the vision
Rintangan terhadap usaha perubahan harus dapat dihilangkan,
dimulai dari pihak yang resistensi terhadap perubahan. Selain itu,
struktur, sistem, dan mekanisme perlu diubah, untuk memastikan tidak
ada hambatan pada kelancaran informasi atau aksi pengambilan
keputusan. Hal ini dapat didorong melalui keberanian pekerja untuk
melakukan tindakan kreatif, mengambil risiko, dan melakukan tindakan
nontradisional untuk bertindak cepat dan efisien dalam menemukan
solusi terhadap sebuah permasalahan.
Terdapat tiga indikator pada dimensi ini, yaitu:
a) Menyingkirkan hambatan untuk berubah
b) Mengubah sistem atau struktur yang menghalangi perubahan
30
c) Mendorong pengambilan risiko dan gagasan, kegiatan, dan
tindakan nontradisional
6) Dimensi Planning for and creating short-term wins
Kredibilitas visi dan strategi baru tidak akan bertahan lama tanpa
konfirmasi bahwa keputusan perubahan tersebut benar-benar
menguntungkan organisasi. Sikap skeptis akan menghambat perubahan
kecuali mereka melihat bukti nyata. Oleh karena itu, buatlah banyak
target jangka pendek untuk memperlihatkan kemenangan awal dalam
rencana perubahan. Pegawai yang berhasil melakukan perubahan awal
perlu dikenal dan dihargai.
Terdapat tiga indikator pada dimensi ini, yaitu:
a) Merencanakan peningkatan kinerja yang terlihat
b) Menciptakan peningkatan tersebut
c) Mengenali dan memberi penghargaan kepada karyawan yang
terlibat dalam perbaikan
7) Dimensi Consolidating improvements and producing still more
change
Organisasi harus terus melaksanakan inisiatif strategis dan
menciptakan hal baru untuk beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang
terus berubah. Perusahaan harus melakukan continuous improvement
dari perubahan awal yang telah dilakukan, dengan melakukan
peningkatan aktivitas dan terus meninjau perubahan. Jangan biarkan
urgensi perubahan menurun dan mendeklarasikan kemenangan terlalu
31
cepat, kemenangan singkat di dimensi sebelumnya hanyalah bukti
perbaikan kinerja dari tahap awal perubahan, sedangkan proses
perubahan yang sesungguhnya masih jauh di depan. Jangan berhenti di
tengah jalan dan pertahankan kegigihan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menghapus semua sistem, struktur, kebijakan, bahkan kebiasaan yang
tidak sesuai dengan perubahan. Perusahaan harus membawa masuk
sumber daya baru yang dinilai mampu melaksanakan perubahan visi,
untuk terus dibangun melalui rekrutmen, promosi dan pengembangan.
Selain itu, perusahaan melakukan penyegaran kembali proses
perubahan dengan mengembangkan proyek-proyek baru dengan tema
baru terkait perubahan.
Terdapat tiga indikator pada dimensi ini, yaitu:
a) Menghapus sistem, struktur, dan kebijakan yang tidak sesuai
dengan perubahan
b) Merekrut, mempromosikan, dan mengembangkan karyawan yang
dapat menerapkan visi
c) Memperkuat proses perubahan dengan proyek, tema, dan agen
perubahan yang baru
8) Dimensi Institutionalizing new approaches
Tradisi dan budaya organisasi adalah unsur yang kuat, oleh
karenanya, jika perubahan-perubahan yang tercipta tidak ditanamkan
kembali ke dalam semua aspek organisasi, maka organisasi dapat
meluncur kembali ke masa lalu. Kesuksesan perubahan hanya akan
32
terjadi jika anda menciptakan budaya yang menyediakan akar untuk
cara-cara baru dalam bekerja. Pastikan perubahan pada nilai dan budaya
baru diperkenalkan pada seluruh pegawai, terutama pada pegawai baru.
Dan jangan lupakan budaya baru saat anda memberikan promosi.
Promosi yang tepat, pada calon pemimpin yang terbuka terhadap
perubahan, dapat membuat mereka lebih terpengaruh, sehingga
memperkuat norma-norma itu.
Terdapat tiga indikator pada dimensi ini, yaitu:
a) Memperkuat proses perubahan dengan proyek, tema, dan agen
perubahan yang baru
b) Memastikan pegawai menerapkan nilai dan budaya baru dalam
kegiatan sehari-hari
c) Merencanakan pengembangan kepemimpinan dan suksesi pada
orang yang berkomitmen pada perubahan
2. Organisasi Pembelajaran
Organisasi perlu belajar dengan cepat dan menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan yang sangat pesat, atau mereka tidak akan bertahan.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sugarman dalam Marvin Elie (2014:
15) bahwa sangat penting untuk meningkatkan kapasitas untuk belajar,
beradaptasi, dan berubah, karena sebuah organisasi dapat mengalami
disfungsional akibat tidak mampu beradaptasi dengan intervensi lingkungan
eksternalnya. Kondisi ini lah yang menimpa perusahaan Blackberry yang
merasa puas dengan apa yang sudah dicapai, sehingga mereka tidak sigap
33
untuk terus belajar, sampai pada akhirnya keberadaannya sudah tidak mampu
menyaingi perusahaan sekelas Samsung yang terus menerus berinovasi
dengan android yang sangat diminati oleh pelanggan.
a. Konsep Organisasi Pembelajaran
Watkins dan Marsick telah mengembangkan teori terkait organisasi
pembelajaran sejak tahun 1993 dan dikutip dalam Marvin Elie (2014: 16)
bahwa “a learning organization is an organization that has embedded a
continuous learning process within its structure and that has an enhanced
organizational capacity to change or transform.”. Lebih jelasnya Peter
Senge dalam Kaswan (2016: 156) berpendapat bahwa organisasi
pembelajaran adalah organisasi di mana orang-orang yang secara terus
menerus memperluas kapasitas menciptakan hasil yang sungguh-sungguh
diinginkan, yang menumbuhkan pola pikir baru dan ekspansif, di mana
aspirasi kolektif dibiarkan bebas, serta orang-orang yang terus menerus
berupaya belajar bersama.Sedangkan Marquardt dalam Kaswan (2016:
156) berpikir organisasi pembelajaran memberdayakan orang di dalam dan
di luar organisasi untuk belajar sambil mereka bekerja dan memanfaatkan
teknologi untuk mengoptimalkan baik pembelajaran dan produktivitas
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
organisasi pembelajaran adalah wadah atau bentuk organisasi yang
mendukung/ memfasilitasi pembelajaran berkelanjutan bagi para
anggotanya untuk meningkatkan kapasitas organisasi agar siap berubah.
34
b. Mengelola Pembelajaran
Menurut Viethzal Rivai (2017: 392) dan Wibowo (2016: 438) terdapat
beberapa hal yang dapat dilakukan oleh manajer untuk menjadikan
organisasinya menjadi suatu organisasi pembelajaran, di antaranya dengan
menciptakan strategi agar manajemen bersedia membuat komitmen secara
eksplisit terhadap perubahan, melakukan inovasi, dan perbaikan terus-
menerus. Hal tersebut didukung dengan merancang ulang struktur
organisasi atau disebut dengan reorganisasi struktural yang dapat
dilakukan semisal melalui penggabungan tanggung jawab departemental,
menghilangkan lapisan vertikal, dan melebarkan rentang kendali untuk
membuat organisasi lebih datar dan mengurangi birokratis. Peningkatan
desentralisasi dapat dilakukan untuk mempercepat proses pengambilan
keputusan (Veithzal Rivai, 2017: 405). Selain itu, pembentukan kembali
budaya organisasi yang berkarakteristik berani mengambil risiko,
memperlihatkan keterbukaan informasi, dan pertumbuhan, dapat
mendorong pegawai memiliki sikap dan perilaku yang baru sesuai dengan
karakteristik organisasi pembelajar.
c. Tingkatan Pembelajaran
Menurut Watkins dan Marsick yang dikutip oleh Joeliaty dan Yayan
(2016: 322) bahwa organisasi pembelajaran terjadi pada tiga tingkatan,
antara lain: pembelajaran individu, kelompok, dan organisasi.
Pembelajaran individu merujuk pada keahlian dan pengetahuan yang
diperoleh melalui pembelajaran mandiri atau hasil pengamatan.
35
Sedangkan pembelajaran kelompok adalah pengetahuan yang diperoleh
anggota kelompok secara bersama. Pembelajaran ini memanfaatkan
pengalaman di masa lalu, misalnya kebijakan, strategi atau model
implementasi masa lalu. Sedangkan pembelajaran organisasi adalah
pengetahuan yang didapatkan organisasi dari lingkungannya.
Pembelajaran organisasi dicapai melalui visi dan pengetahuan bersama,
serta mental model dari personelnya.
d. Tahapan Pembelajaran
Terdapat empat langkah pembelajaran yang perlu dilalui untuk
menjadi organisasi pembelajaran (Wibowo, 2016: 439). Dimulai dari
Knowledge acquisition dengan menghimpun keahlian dari pekerjanya
untuk menciptakan cadangan sumber pengatahuan yang suatu saat dapat
diambil apabila diperlukan. Dilanjutkan dengan Information distribution
kepada mereka yang membutuhkan pengetahuan tersebut. Pengetahuan
tidak bisa sekedar dikumpulkan, melainkan harus diinterpretasikan, tahap
ini disebut Information interpretation. Organisasi juga memerlukan wadah
bagi pengetahuan, atau Organizational memorization agar pelajaran dapat
ditarik apabila diperlukan untuk memulai perubahan.
e. Karakteristik Organisasi Pembelajaran
Menurut Wibowo (2016: 440) organisasi pembelajaran memiliki tiga
karakteristik. Pertama, selalu memiliki gagasan dan informasi baru. Hal
tersebut dilakukan dengan menyaring lingkungan eksternalnya, menyewa
tenaga ahli apabila perlu, dan menggunakan sumber daya yang penting
36
dengan melatih dan mengembangkan pekerjanya. Kedua, pengetahuan
baru harus ditransfer ke seluruh bagian di dalam organisasi, oleh sebab itu
dilakukannya pengurangan struktur, proses, dan hambatan interpersonal
yang dapat mengganggu aktivitas berbagi informasi, gagasan, dan
pengetahuan baru di antara anggota organisasi. Ketiga, perilaku pegawai
harus berubah sebagai hasil dari pengetahuan baru.
f. Cara Pembelajaran
Terdapat enam learning mode atau cara pembelajaran yang dominan
(Wibowo, 2016: 441), yaitu Analytic learning yang dilakukan dengan
menyatukan informasi kuantitatif dari internal dan eksternal yang
kemudian dianalisis. Ada pula Synthetic learning di mana pekerja
berusaha mengidentifikasi hubungan antara isu, masalah, dan peluang.
Sedangkan Experimental learning didasarkan pada menjalankan
eksperimen dan memonitor hasilnya. Interactive learning menyangkut
praktik learning by doing. Structural learning menggunakan pendekatan
metodologis yang didasarkan pada penggunaan rutinitas organisasional,
seperti proses dan prosedur standar yang memerinci bagaimana
menjalankan tugas dan peran. Dan terakhir Institutional learning di mana
organisasi menyumbangkan dan memodelkan nilai-nilai, kepercayaan, dan
praktik baik dari lingkungan eksternal atau dari eksekutif senior.
Sosialisasi dan mentoring memainkan peran penting dalam Institutional
learning.
37
g. Resistensi Organisasi Pembelajaran
Kreitner dan Kinicki dalam Wibowo (2016: 443-444) berpendapat
bahwa umumnya organisasi tidak secara sadar menolak pembelajaran.
Mereka melakukan hal tersebut karena tiga masalah fundamental, yaitu
terbiasa membentuk fragmen dibandingkan bekerja sebagai satu sistem,
sehingga menciptakan tembok fungsional yang memisahkan orang
menjadi kelompok independen. Selain itu penekanan kompetisi di atas
kerja sama membuat pembelajaran terhambat sebab orang menjadi enggan
mengakui bila tidak tahu sesuatu, dan berakhir menolak menerima tugas
baru yang tidak dikuasai. Lebih dari itu, kecenderungan menjadi reaktif
daripada bersikap kreatif turut menjadi hambatan karena kita semua telah
dikondisikan untuk merespon dan bereaksi terhadap arah dan persetujuan
orang lain. Kondisi ini tidak hanya membuat orang menolak untuk belajar,
tapi takut untuk mengambil risiko.
h. Output dan Outcome dari Organisasi Pembelajaran
Suatu lembaga pembelajaran maupun pelatihan menghasilkan dua
jenis keluaran, yaitu berupa output dan outcome
(https://bppk.kemenkeu.go.id). Untuk membedakan output dan outcome
organisasi pembelajaran sendiri, bahwa output-nya merupakan hasil
langsung dan segera dari proses pembelajaran yang dilakukan, sedangkan
outcome-nya adalah keuntungan yang didapatkan dari output itu sendiri.
Menurut Sopiah dan Etta (2018: 157) output dari organisasi
pembelajaran adalah terciptanya kerangka kerja yang komprehensif untuk
https://bppk.kemenkeu.go.id/
38
mengembangkan karyawan melalui penciptaan budaya belajar. Gilley dan
Maycunich dalam Sopiah dan Etta (2018: 156) pun menambahkan jika
output dari organisasi pembelajaran mencakup terciptanya lingkungan
kerja yang kondusif, dinamis, dan proaktif, sedangkan outcome yang
didapatkan mencakup perbaruan organisasi, keunggulan kompetitif, dan
peningkatakan produktifitas dan kapabilitas organisasi.
Sedangkan di PT. Sucofindo sendiri, melalui pembentukan Sucofindo
Centre for Learning & Development (SCLD) sebagai fasilitator
pembelajaran, output yang didapat berupa terbentuknya kebiasaan untuk
terus belajar hal baru agar mampu menciptakan inovasi. Salah satu inovasi
nyata dari PT. Sucofindo adalah terciptanya layanan jasa terbaru IT
Security melalui penciptaan software OMNIGUARD, bersamaan dengan
grand launching unit Sucofindo Technology yang khusus bergerak di
bidang jasa teknologi informasi. Di sisi lain, outcome dari penerapan
organisasi pembelajaran secara umum adalah memiliki kapasitas untuk
terus bertransformasi dan keunggulan kompetitif bagi organisasi. Begitu
pun bagi PT. Sucofindo, di tengah kuatnya tekanan kompetitif para
pesaingnya, Sucofindo masih mampu menciptakan diversifikasi
produknya, sehingga tidak membuatnya tergerus dari persaingan. Selain
itu, Sucofindo pun mampu menarget pasar teknologi informasi,
menyesuaikan dengan kondisi pasar saat ini dan kebutuhan pelanggan
yang sudah berubah pasca maraknya aktivitas digitalisasi.
39
i. Dimensi dan Indikator Organisasi Pembelajaran
Ada beberapa model organisasi pembelajaran yang dikembangkan
oleh beberapa pakar, sebut saja Peter Senge, Marquardt, Garvin, dan
Pedler, namun tidak ada yang memiliki instrumen yang dirancang untuk
membantu praktisi dalam melakukan pengukuran. Dari semua model
organisasi pembelajaran yang dikembangkan, the Dimension of the
Learning Organization Questionnaire (DLOQ) yang dikembangkan
Watkins dan Marsick di tahun 2003 yang dikutip oleh Marvin Elie (2014:
19) diakui sebagai kuisioner yang paling komprehensif, karena ketujuh
dimensi yang dikembangkan telah diuji secara ilmiah dan empiris, antara
lain:
1. Dimensi Create Continous Learning Opportunities
Kegiatan belajar didesain ke dalam pekerjaan sehingga anggota
organisasi dapat belajar melalui pekerjaan yang ada. Pegawai
diharapkan untuk tidak hanya mempelajari keterampilan yang
berkaitan dengan pekerjaan mereka sendiri, tetapi juga keterampilan
orang lain di unit kerja mereka, dan bagaimana unit kerja mereka
berhubungan dengan operasi dan tujuan dari bisnis. Pegawai
diharapkan untuk mengajar serta belajar. Singkatnya, keseluruhan
lingkungan kerja mendukung pembelajaran. Tidak ada waktu yang
spesifik terkait “kapan harus belajar”, karena setiap tantangan yang
ada dapat dianggap sebagai kesempatan untuk belajar.
40
Terdapat empat indikator dalam dimensi continuous learning,
yaitu:
a) learning as part of job
b) learn skills of others
c) help each other learn
d) take time to support learning.
2. Dimensi Promote Inquiry and Dialogue
Anggota organisasi mendapatkan keterampilan penalaran
produktif untuk mengekspresikan pandangan mereka dan
kemampuannya dalam mengemukakan pandangannya,
mendengarkan dan menyelidiki pandangan orang lain. Budaya
berubah dan mendukung dari munculnya pertanyaan, feedback, dan
eksperimen.
Terdapat tiga indikator dalam dimensi dialogue & inquiry, yaitu:
a) Provide open discussion
b) Feedback
c) experimentation.
3. Dimensi Encourage Collaboration and Team Learning
Pekerjaan didesain untuk menggunakan kelompok dalam
mengakses berbagai cara berpikir dari anggota organisasi.
Kelompok diharapkan untuk belajar dan bekerja secara bersama-
sama. Kolaborasi merupakan nilai yang berasal dari budaya dan
penghargaan.
41
Terdapat tiga indikator dalam dimensi team learning, antara lain:
a) access different modes of thinking
b) learn and work together
c) being rewarded for collaboration.
4. Dimensi Establish Systems to Capture and Share Learning
Sistem teknologi digunakan untuk membagi pembelajaran dan
diintegrasikan dengan pekerjaan. Menyediakan akses dan mengelola
sistem teknologi yang ada.
Terdapat tiga indikator dalam dimensi system capture, antara lain:
a) Create system for sharing learning
b) access is provided
c) systems are maintained.
5. Dimensi Empower People Toward a Collective Vision
Memberdayakan anggota organisasi, menumbuhkan rasa
memiliki dan mengimplementasikan tujuan organisasi secara
bersama-sama. Membagikan tanggung jawab dalam menentukan
keputusan sehingga memotivasi anggota organisasi untuk belajar
sesuai dengan kemampuan mereka.
Terdapat tiga indikator dalam dimensi collective vision, antara
lain:
a) Invo