163
PENGARUH MANAJEMEN PERUBAHAN DAN ORGANISASI PEMBELAJARAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DIVISI HUMAN CAPITAL PT. SUCOFINDO KANTOR PUSAT SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Disusun Oleh: Jeshica Khoirunnisa Amalia 11150810000032 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

PENGARUH MANAJEMEN PERUBAHAN DAN ORGANISASI … · manajemen perubahan dan organisasi pembelajaran. Sedangkan sisanya 39.8% dijelaskan oleh variabel/ faktor lain di luar penelitian

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENGARUH MANAJEMEN PERUBAHAN DAN ORGANISASI

    PEMBELAJARAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DIVISI

    HUMAN CAPITAL PT. SUCOFINDO KANTOR PUSAT

    SKRIPSI

    Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

    Disusun Oleh:

    Jeshica Khoirunnisa Amalia

    11150810000032

    JURUSAN MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1440 H/2019 M

  • ii

    PENGARUH MANAJEMEN PERUBAHAN DAN ORGANISASI

    PEMBELAJARAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DIVISI

    HUMAN CAPITAL PT. SUCOFINDO KANTOR PUSAT

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

    Oleh:

    Jeshica Khoirunnisa Amalia

    NIM: 11150810000032

    Di bawah bimbingan:

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. Suhendra, S.Ag., MM Sri Hidayati, S.Ag.,M.Ed

    NIP. 197112062003121001 NIP. 19770608201101002

    JURUSAN MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1440 H/2019 M

  • iii

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

    Hari ini Kamis, 11 April 2019 telah dilakukan ujian komprehensif atas

    mahasiswa:

    1. Nama : Jeshica Khoirunnisa Amalia

    2. NIM : 11150810000032

    3. Jurusan : Manajemen SDM

    4. Judul Skripsi : Pengaruh Manajemen Perubahan dan Organisasi Pembelajaran

    Terhadap Kinerja Pegawai Divisi Human Capital PT. Sucofindo

    Kantor Pusat

    Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan

    mahasiswa yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan

    bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan “LULUS” dan di beri kesempatan

    untuk melanjutkan ke tahap Ujian skripsi sebagai satu syarat untuk memperoleh

    gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 11 April 2019

    1. Lili Supriyadi, MM

    NIP. 196005051989031005

    2. Dwi Nur’aini Ihsan, MM ( )

    NIP. 197710212014112001 Penguji II

  • iv

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

    Hari ini Selasa, 16 Juli 2019 telah dilakukan ujian skripsi atas mahasiswa:

    1. Nama : Jeshica Khoirunnisa Amalia

    2. NIM : 11150810000032

    3. Jurusan : Manajemen SDM

    4. Judul Skripsi : Pengaruh Manajemen Perubahan dan Organisasi Pembelajaran

    Terhadap Kinerja Pegawai Divisi Human Capital PT. Sucofindo

    Kantor Pusat

    Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan

    mahasiswa yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa

    mahasiswa tersebut di atas dinyatakan “LULUS” dan skripsi ini diterima sebagai

    salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi

    dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 16 Juli 2019

    1. Murdiyah Hayati, S. Kom., M.M

    NIP. 197410032003122001 ( )

    2. Bahrul Yaman, S. Sos., M. Si

    NIP. 196208181986031001 ( )

    3. Dr. Suhendra, S. Ag., M.M

    NIP. 197112062003121001 ( )

    4. Sri Hidayati, S. Ag., M. Ed

    NIP. 19770608201101002

  • v

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

    Nama : Jeshica Khoirunnisa Amalia

    NIM : 11150810000032

    Jurusan : Manajemen

    Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

    Dengan ini menyatakan bahwa dalam penelitian skripsi saya:

    1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

    mempertanggungjawabkan.

    2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

    3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

    atau tanpa izin pemilik karya.

    4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas

    karya ini.

    Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

    melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, dan ternyata memang

    ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap untuk

    dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

    Jakarta, 16 Juli 2019

    Jeshica Khoirunnisa A

    11150810000032

  • vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    I. Identitas Pribadi

    1. Nama : Jeshica Khoirunnisa Amalia

    2. Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 26 November 1998

    3. Usia : 20 tahun

    4. Agama : Islam

    5. Alamat : Jl. Flamboyan D11-5, Perum.

    Pondok Safari Indah, Jurang

    Mangu Barat, Pondok Aren,

    Tangerang Selatan, 15223

    6. Telepon : 085862030903

    7. E-mail : [email protected]

    II. Pendidikan Formal

    1. SDN Jurang Mangu Timur 02 : 2003 - 2009

    2. SMPN 12 Tangerang Selatan : 2009 - 2012

    3. SMAN 4 Tangerang Selatan : 2012 - 2015

    4. UIN Syarif Hidayatullah : 2015 - 2019

    Jakarta

    III. Pengalaman Organisasi

    1. 2016 - 2017 : Anggota Divisi Hubungan Luar Kampus HMJ

    Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2. 2017 - 2018 : Anggota Divisi Hubungan Luar Kampus HMJ

    Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    IV. Latar Belakang Keluarga

    1. Ayah : Muhammad Supoyo

    2. Ibu : Dasih Julianti

    3. Anak-ke-dari : 1 dari 2 bersaudari

    8. Alamat : Jl. Flamboyan D11-5, Perum. Pondok Safari

    Indah, Jurang Mangu Barat, Pondok Aren,

    Tangerang Selatan, 15223

    mailto:[email protected]

  • vii

    ABSTRACT

    The purpose of this research is to find out the influence of change

    management and learning organization to the performance of Human Capital

    Division’s employees of PT. Sucofindo Head office, especially at the time of

    unpredictable change of the business environtment after the entry of industrial

    revolution 4.0 phenomenon.

    This research using quantitative research methode with technique of data

    collecting through spreading of questionnaire. Sample determination is done by

    non probability sampling, with sampling technique ‘saturated sampling’ of 33

    employees incorporated in Human Capital Division. Data analysis technique used

    is multiple linear regression by SPSS Version 20.

    The results of this research showed that change management and learning

    organization have significant influence to the employees’s performance of PT.

    Sucofindo, both partially and simultaneously. The percentage shows that 60.2% of

    employee’s performance variable can be explained by change management and

    learning organization. While the remaining at 39.8% is explained by other

    variables or factors outside of this research.

    Keywords: Change Management, Learning Organization, Employee’s

    Performance

  • viii

    ABSTRAK

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh manajemen

    perubahan dan organisasi pembelajaran terhadap kinerja pegawai Divisi Human

    Capital PT. Sucofindo Kantor pusat, khususnya pada kondisi lingkungan bisnis

    yang semakin tidak terprediksi pasca masuknya fenomena Revolusi Industri 4.0.

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik pengumpulan

    data melalui penyebaran kuisioner. Penentuan sampel dilakukan secara non

    probability sampling dengan teknik sampling jenuh terhadap 33 orang pegawai

    yang tergabung dalam Divisi Human Capital. Teknik analisis data yang digunakan

    adalah analisis regresi linear berganda menggunakan aplikasi SPSS ver 20.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel manajemen perubahan dan

    organisasi pembelajaran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja

    pegawai PT. Sucofindo, baik secara parsial maupun simultan. Persentase

    menunjukkan bahwa sebesar 60.2% variabel kinerja dapat dijelaskan oleh variabel

    manajemen perubahan dan organisasi pembelajaran. Sedangkan sisanya 39.8%

    dijelaskan oleh variabel/ faktor lain di luar penelitian ini.

    Kata kunci: Manajemen Perubahan, Organisasi Pembelajaran, Kinerja Pegawai

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahi rabbil ‘alamin

    Puji syukur kepada Allah SWT atas segala kekuatan, keteguhan dan

    kesabaran yang diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi

    dengan judul “Pengaruh Manajemen Perubahan dan Organisasi Pembelajaran

    terhadap Kinerja Pegawai Divisi Human Capital PT. Sucofindo Kantor Pusat”.

    Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad

    SAW yang telah membimbing umatnya dari zaman kegelapan ke zaman yang

    terang-benderang seperti saat ini.

    Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

    program Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tentu saja tidak

    lepas dari bimbingan, dukungan, bantuan, semangat, serta doa dari orang-orang

    terkasih di sekeliling penulis. Maka dari itu, penulis ingin menyampaikan rasa

    terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Terima kasih atas segala anugerah, rahmat,

    karunia, ilmu dan kemudahan yang engkau berikan, sehingga dengan seizin-

    Mu, hamba dapat meraih gelar Sarjana S1, di saat banyak orang lain di luar

    sana harus berjuang keras untuk mendapatkan kesempatan yang sama.

    2. Sosok-sosok terkasih. Terima kasih kepada Mama ku, yang telah

    mengorbankan waktu, tenaga, bahkan kesuksesannya demi mendedikasikan

    diri sebagai ibu yang menjaga dan mendidik anak-anaknya, tidak peduli

    bagaimana pun pandangan orang lain terhadapnya. Begitu pun kepada

    Bapak yang telah bekerja keras demi memberikan masa depan yang cerah

    untuk anak-anaknya. Terima kasih karena kalian berdua telah memberikan

    bekal termahal dalam hidup anak-anak kalian, yaitu ilmu pengetahuan. Tak

    lupa pada adikku tersayang, Hasyabila Kayla Aghniya, yang tawa dan

    eksistensinya sudah cukup membuat penulis berbahagia bahkan di situasi

    tersulit dalam hidup.

  • x

    3. Anggota keluarga besar Soemoyo dan Sarino, yang selama ini selalu

    memotivasi penulis untuk percaya bahwa perempun sekalipun dapat

    menjadi pribadi yang independen dan kompeten.

    4. Bapak Dr. Suhendra, S.Ag, M.M yang sudah memberikan bimbingan dalam

    proses penulisan skripsi penulis. Baik bimbingan yang berkaitan langsung

    dengan pembahasan skripsi, maupun bimbingan moriil yang memotivasi

    penulis untuk terus maju. Serta Ibu Sri Hidayati, S. Ag, M. Ed, yang sudah

    bersedia meluangkan waktunya dan memberikan penjelasan yang sangat

    detail, sehingga penulis mendapatkan pemahaman yang lebih terkait proses

    penelitian. Semoga Bapak dan Ibu selalu dilimpahkan kesehatan dan rezeki

    oleh Allah SWT. Amin.

    5. Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP. selaku Dekan

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negerti Syarif Hidayatullah

    Jakarta. Semoga Bapak diberikan kesehatan dan kemudahan dalam

    membangun FEB ke depannya.

    6. Ibu Murdiyah Hayati, S.Kom, M.M selaku Ketua Jurusan Manajemen dan

    Ibu Amalia, M.S.M selaku Wakil Ketua Jurusan Manajemen, Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negerti Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Semoga Ibu sekalian selalu dilimpahkan kesehatan dan rezeki oleh Allah

    SWT. Amin.

    7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

    Negerti Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya di jurusan manajemen, yang

    telah memberikan ilmu pengetahuan, wawasan, serta nilai-nilai kepada

    penulis selama menjadi mahasiswi Universitas Islam Negerti Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    8. Sahabatku sedari SMA, yaitu Meilusiyanie, yang selalu menjadi penghibur

    dan pendengar yang baik selama penulis mengalami masa sulit dalam

    pengerjaan skripsi. Terima kasih untuk waktu yang telah kita bagi bersama.

    9. Audina, Raihana, Kurnia, Ira dan Siti, yang sudah menjadi teman terbaik

    selama masa perkuliahan penulis. Terima kasih untuk semua lelucon dan

  • xi

    kegilaan yang kita bagi bersama selama empat tahun belakangan ini. Hanya

    dengan kalian lah penulis dapat sejenak berhenti berpura-pura dewasa.

    10. Teman-teman manajemen dan SDM 2015. Terima kasih untuk semua

    motivasi dan saran yang selama ini penulis dapatkan dari kalian semua. I’ll

    see you all on top!!

    11. Teman-teman KKN FAMILY 100 2018. Terima kasih atas penerimaan dan

    sikap baik kalian semua. Terima kasih untuk dukungan yang diberikan

    selama penulis menjabat sebagai koordinator acara. Serta terima kasih

    karena sudah merawat penulis saat jatuh sakit. Janjinya sudah aku tepati ya.

    Sudah aku lampirkan di ucapan terima kasih☺

    12. Pihak-pihak lain yang berperan dalam kehidupan penulis, yang tidak dapat

    dijabarkan satu-persatu. Semoga kalian semua selalu dilingkupi keberkahan

    oleh Allah SWT.

    Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada kesempurnaan

    di dunia ini, tak terkecuali skripsi ini. Meski begitu, penulis berusaha sebaik-

    baiknya untuk menuliskan karya terbaik dengan meminimalkan kesalahan,

    sehingga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya sekalian.

    Penulis pun mengharapkan saran yang membangun agar dapat dilakukan perbaikan

    untuk penulisan berikutnya.

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

    Jakarta, 16 Juli 2019

    Jeshica Khoirunnisa Amalia

  • xii

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................................... iii

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................................iv

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................ v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................................vi

    ABSTRACT ....................................................................................................................... vii

    ABSTRAK ........................................................................................................................ viii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ix

    DAFTAR ISI ...................................................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xv

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xvi

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xvii

    BAB I .................................................................................................................................. 1

    PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

    A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 8

    C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 8

    D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 9

    BAB II ............................................................................................................................... 10

    TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 10

    A. Landasan Teori ...................................................................................................... 10

    1. Manajemen Perubahan ...................................................................................... 11

    2. Organisasi Pembelajaran ................................................................................... 32

    3. Kinerja............................................................................................................... 43

    B. Keterkaitan Antar Variabel ................................................................................... 51

    C. Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 54

    D. Kerangka Penelitian .............................................................................................. 61

    E. Hipotesis ............................................................................................................... 62

    BAB III ............................................................................................................................. 63

  • xiii

    METODE PENELITIAN .................................................................................................. 63

    A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................................... 63

    B. Jenis Penelitian ...................................................................................................... 63

    C. Metode Penentuan Sampel .................................................................................... 64

    1. Populasi ............................................................................................................. 64

    3. Sampel dan Teknik Sampling ........................................................................... 65

    D. Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 65

    E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 66

    F. Metode Analisis Data ............................................................................................ 68

    1. Analisis Statistik Deskriptif .............................................................................. 68

    2. Uji Kualitas Data ............................................................................................... 69

    3. Uji Asumsi Klasik ............................................................................................. 70

    4. Uji Hipotesis ..................................................................................................... 72

    G. Operasional Variabel Penelitian ........................................................................... 75

    BAB IV ............................................................................................................................. 80

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 80

    A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................... 80

    1. Sejarah Singkat PT. Sucofindo ......................................................................... 80

    2. Visi, Misi dan Tujuan PT. Sucofindo ............................................................... 82

    3. Struktur Organisasi PT. Sucofindo ................................................................... 83

    B. Karakteristik Responden dan Distribusi Jawaban ................................................. 84

    1. Karakteristik Responden ................................................................................... 84

    2. Distribusi Jawaban Responden ......................................................................... 89

    C. Hasil Analisis dan Pembahasan ............................................................................ 97

    1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................................. 97

    2. Hasil Uji Kualitas Data ..................................................................................... 98

    3. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 102

    4. Hasil Uji Hipotesis .......................................................................................... 106

    5. Analisis Regresi Berganda .............................................................................. 110

    6. Hasil Uji Koefisien Determinasi R2 ................................................................ 111

    BAB V ............................................................................................................................ 112

  • xiv

    KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 112

    A. Kesimpulan ......................................................................................................... 112

    B. Saran ................................................................................................................... 112

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 115

    LAMPIRAN .................................................................................................................... 118

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Target Perubahan dan Metode untuk Menghadapinya ............................ 17

    Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 54

    Tabel 3.1 Karakteristik Populasi ...................................................................... 64

    Tabel 3.2 Skala Likert ...................................................................................... 67

    Tabel 3.3 Operasional variabel ........................................................................ 75

    Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian .................................................................... 84

    Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Mengenai Manajemen Perubahan .................... 89

    Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Mengenai Organisasi Pembelajaran ................. 93

    Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Mengenai Kinerja ............................................. 95

    Tabel 4.5 Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................ 97

    Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Manajemen Perubahan ...................................... 98

    Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Organisasi Pembelajaran ................................... 99

    Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Kinerja ............................................................... 100

    Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................ 101

    Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-smirnov) ................................ 103

    Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolonieritas ............................................................ 103

    Tabel 4.12 Hasil Uji Heterokedastisitas (spearman) ........................................ 105

    Tabel 4.13 Hasil Uji t (parsial) ......................................................................... 106

    Tabel 4.14 Hasil Uji F (simultan) .................................................................... 109

    Tabel 4.15 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ......................................... 110

    Tabel 4.16 Koefisien Determinasi R2............................................................... 111

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kerangka Penelitian ..................................................................... 61

    Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Sucofindo............................................... 83

    Gambar 4.2 Jenis Kelamin Responden ............................................................ 85

    Gambar 4.3 Usia Responden ............................................................................ 85

    Gambar 4.4 Masa Kerja Responden................................................................. 86

    Gambar 4.5 Jabatan Responden ....................................................................... 87

    Gambar 4.6 Pendidikan Terakhir Responden ................................................. 88

    Gambar 4.7 Diagram P-plot ............................................................................. 102

    Gambar 4.8 Diagram Scatterplot...................................................................... 104

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1: Kuisioner ............................................................................ 118

    Lampiran 2: Tabulasi Jawaban Kuisioner Variabel MP (X1) ................. 124

    Lampiran 3: Tabulasi Jawaban Kuisioner Variabel OP (X2) .................. 125

    Lampiran 4: Tabulasi Jawaban Kuisioner Variabel K (Y)...................... 126

    Lampiran 5: Output SPSS Uji Validitas Variabel MP (X1) .................... 127

    Lampiran 6: Output SPSS Uji Validitas Variabel OP (X2) ..................... 132

    Lampiran 7: Output SPSS Uji Validitas Variabel K (Y) ........................ 138

    Lampiran 8: Uji Reliabilitas .................................................................... 139

    Lampiran 9: Uji Normalitas .................................................................... 139

    Lampiran 10: Uji Multikolonieritas ........................................................ 140

    Lampiran 11: Uji Heterokedastisitas ....................................................... 140

    Lampiran 12: Uji t, Uji F dan Uji Koefisien Determinasi (R2) .............. 141

    Lampiran 13: Hasil Wawancara .............................................................. 142

    Lampiran 14: Surat Izin Melakukan Penelitian ...................................... 145

    Lampiran 15: Surat Bukti Melakukan Penelitian .................................... 146

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dunia tengah memasuki fase keempat dalam perjalanan sejarah revolusi

    industri, yang ditandai dengan digitalisasi di berbagai aspek kehidupan

    manusia. Jika dibandingkan dengan tiga revolusi industri sebelumnya, maka

    revolusi industri 4.0 memiliki skala, ruang lingkup dan kompleksitas yang

    lebih luas. Hal ini dikarenakan revolusi teknologi telah mengintegrasikan

    dunia fisik, digital dan biologis, sehingga memengaruhi banyak disiplin ilmu,

    baik ekonomi, industri dan pemerintahan (https://www.weforum.org).

    Fenomena revolusi industri erat kaitannya dengan proses perubahan.

    Perubahan sendiri merujuk pada melakukan sesuatu dengan cara-cara yang

    berbeda dari sebelumnya. Terdapat perubahan yang sifatnya terencana,

    seperti perubahan cara kerja atau mengadopsi teknologi baru, adapun

    perubahan yang sifatnya tidak terencana, yang umumnya terjadi karena

    intervensi lingkungan eksternal. Perubahan seperti ini cenderung lebih

    disruptif/ mengganggu (Greenberg dan Baron dalam Wibowo, 2016: 117-

    118). Disruptif/ disrupsi sendiri mengandung makna inovasi yang akan

    menggantikan seluruh sistem lama dengan cara-cara baru dalam kurun waktu

    yang singkat (Rhenald Kasali, 2018: 34). Oleh karenanya, perkembangan

    dunia yang semakin kompleks, meningkatkan tekanan yang lebih kuat untuk

    mengelola lebih banyak perubahan pada kecepatan yang meningkat

    (Wibowo, 2016: 239).

    https://www.weforum.org/

  • 2

    Meskipun aktivitas bisnis masih berjalan dengan lancar, tidak berarti

    segala sesuatunya akan tetap berjalan dengan baik. Berbagai gejolak

    perubahan yang terjadi pada lingkungan bisnis, menuntut individu maupun

    organisasi untuk melakukan penyesuaian yang berkelanjutan. Penyesuaian ini

    dapat dilakukan melalui praktik manajemen perubahan, di mana terjadi proses

    penyejajaran yang berkelanjutan antara organisasi dengan pasarnya, dan

    melakukannya secara lebih tanggap daripada para pesaingnya

    (https://www.questia.com/magazine/global-trends-in-managing-change).

    Upaya untuk berhasil melakukan perubahan harus dimulai dengan

    memastikan adanya cukup orang yang bertindak dengan urgensi yang

    memadai. Hal ini dapat terwujud jika organisasi sigap mengidentifikasi

    peluang dan potensi masalah yang mungkin akan dihadapi organisasi di masa

    mendatang (John Kotter dan Dan Cohen, 2014: 21). Ini pun yang turut

    dilakukan oleh PT. Sucofindo (persero), meski tergolong sebagai BUMN

    yang telah matang dari segi usia maupun pengalaman, tidak berarti

    membuatnya terbebas dari tantangan perubahan. Seperti yang terjadi di tahun

    2018, intervensi lingkungan eksternal berupa perubahan teknologi dan

    perubahan regulasi pemerintah dalam menghadapi pesaing asing di sektor

    yang sama, menjadi tantangan utama yang harus dihadapi oleh PT.

    Sucofindo. Kontras dengan hal itu, kebutuhan internal menuntut PT.

    Sucofindo untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya yang

    dimiliki untuk meningkatkan daya saing.

    https://www.questia.com/magazine/global-trends-in-managing-change

  • 3

    Menyikapi hal tersebut, berdasarkan hasil kajian tabloid internal PT.

    Sucofindo di tahun 2018, diketahui jika Sucofindo tengah memantapkan diri

    untuk melakukan perubahan melalui transformasi yang terarah pada

    pembenahan SDM dan inovasi teknologi (https://www.sucofindo.co.id/id/e-

    lensa), dan untuk mencapai sasaran tersebut, berdasarkan hasil Rapat Umum

    Pemegang Saham (RUPS) pada Maret 2018, telah diputuskan bahwa PT.

    Sucofindo akan melakukan pengembangan organisasi melalui penambahan

    struktur Direktorat SDM dan penunjukkan Direktur SDM, sebagai titik awal

    upaya pembenahan SDM perusahaan.

    Sumber daya manusia merupakan aset penting yang memegang kunci

    keberhasilan dari kegiatan transformasi (Sopiah dan Etta, 2018: 228). Hal ini

    sejalan dengan pandangan John Kotter dalam Wibowo (2016: 211) bahwa ada

    tahapan di mana organisasi perlu merekrut, mempromosikan, dan

    mengembangkan pegawai yang dinilai mampu melaksanakan perubahan visi.

    Maka dari itu, merujuk pada kondisi di mana banyak pegawai usia lanjut yang

    akan pensiun dalam lima tahun ke depan, mendorong urgensi bagi PT.

    Sucofindo untuk mulai mempersiapkan SDM dengan talenta-talenta baru

    yang lebih produktif dan inovatif, sebagai pengganti dari SDM lama. Hal

    tersebut diwujudkan melalui beberapa perubahan prosedur pengelolaan

    SDM, seperti program rekrutmen yang kini lebih terbuka pasca

    diberlakukannya sistem online, serta program pengembangan yang sistematis

    untuk mempersiapkan kaderisasi untuk mengisi jabatan struktural.

    https://www.sucofindo.co.id/id/e-lensahttps://www.sucofindo.co.id/id/e-lensa

  • 4

    Perlu diketahui jika tujuan dari rekrutmen adalah menerima pelamar

    sebanyak-banyaknya, sesuai dengan kualifikasi kebutuhan perusahaan, dari

    berbagai sumber, sehingga memungkinkan terjaringnya calon pegawai

    dengan kualitas tertinggi dari yang terbaik (Rivai dalam Sopiah dan Etta,

    2018: 262). Untuk mencapai hal tersebut, diberlakukannya program

    rekrutmen Management trainee (MT) yang dibentuk dengan fokus

    pengembangan karir di level manajemen, dengan berbasis online. Program

    ini merupakan wujud diberlakukannya perubahan prosedur serta teknologi

    melalui pemanfaatan digitalisasi, yang dapat meningkatkan akurasi hasil,

    melipatgandakan kecepatan, serta lebih efektif dan efisien dibandingkan

    sistem berbasis offline (Rhenald Kasali, 2018: 22). Di sisi lain, untuk program

    kaderisasi posisi-posisi struktural, perusahaan menyeleksi pegawai potensial

    untuk mengikuti kegiatan Officer Development Program (ODP).

    Perubahan terhadap struktur, prosedur, dan teknologi bisa menjadi sangat

    penting, namun tidak diragukan jika perubahan sentral sesungguhnya terletak

    pada perubahan perilaku individu (John Kotter dan Dan Cohen, 2014: 3).

    Organisasi sangat memerlukan adanya perubahan sikap yang signifikan

    dalam apa yang pegawai kerjakan. Bagi Sucofindo sendiri, perubahan sikap

    menuju kedisiplinan sangat diharapkan dari seluruh insan perusahaan.

    Penangan terkait kedisiplinan ini pada dasarnya telah diberlakukan sejak 1

    juni 2015 melalui peraturan khusus yang tertuang dalam Keputusan Direksi

    Nomor 22/KD/2015 tentang peraturan disiplin pegawai. Namun demikian,

    pelanggaran masih terus terjadi, seperti yang tercatat pada periode Oktober

  • 5

    hingga Desember 2017, berdasarkan No. SKD 740/ SKD/ 2017 terjadi

    pelanggaran yang dilakukan oleh Divisi Pengembangan Bisnis Korporat

    (PBK). Adapun pelanggaran lain yang tercatat oleh Tim Satuan Pengendali

    Operasi (Satdalop) terkait dijualnya sampel pasca analisis yang sudah tidak

    terpakai, di mana hal ini menyalahi prosedur yang telah ditetapkan. Sisanya,

    terjadi pelanggaran ringan berkaitan dengan masalah disiplin kehadiran

    sepanjang Januari hingga Maret 2018. Kondisi ini menunjukkan jika upaya

    perubahan sikap belum sepenuhnya didukung oleh keseluruhan insan

    Sucofindo. Maka dari itu, pada Maret 2018, dibentuk dan ditugaskannya Tim

    Satuan Tugas (Satgas) Kampanye Budaya, yang pada tahun ini

    menitikberatkan pada tema penerapan disiplin waktu terkait absensi.

    Berdasarkan dari data yang diperoleh oleh peneliti, benar bahwasanya

    PT. Sucofindo telah menyadari pentingnya upaya perubahan untuk

    beradaptasi dengan kondisi lingkungan bisnis saat ini. Namun demikian,

    seperti pendapat Wibowo (2016: 148) bahwa untuk mengelola perubahan,

    diperlukan SDM yang memahami tujuan suatu perubahan dan memiliki

    kompetensi untuk melakukannya, namun kesalahan yang umumnya terjadi,

    banyak organisasi yang lebih berfokus pada merubah struktur, prosedur, dan

    teknologi yang pada dasarnya mudah dikendalikan, padahal nyatanya

    masalah utama terletak pada merubah perilaku SDM. Kondisi tersebut yang

    mengindikasikan diperlukannya manajemen perubahan oleh PT. Sucofindo

    untuk memastikan upaya perubahan dapat berjalan dengan baik, dan

    mencapai hasil seperti yang diharapkan.

  • 6

    Perlu diketahui jika upaya memanajemen perubahan tidak akan berhasil

    jika tidak diimbangi dengan penerapan organisasi pembelajaran yang

    menyediakan ruang untuk selalu improvement (Joeliaty dan Yayan, 2016:

    320). Pernyataan tersebut sejalan dengan pandangan Peter Drucker dalam

    Wibowo (2016: 149) bahwa mengelola perubahan hanya akan membuat kita

    reaktif terhadap perubahan lingkungan, sedangkan untuk memimpin

    perubahan kita harus mampu menciptakan perubahan, karena inovasi itu

    sifatnya destruktif sekaligus kreatif, selalu ada pihak yang hilang, memudar,

    dan mati, jika tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan sustaining

    competitive advantages (Rhenald Kasali (2018: 35).

    Maka dari itu, perlu disikapi kebutuhan terhadap pembelajaran di tingkat

    individu, kelompok, hingga organisasi, di mana salah satu hasil dari Rapat

    Pimpinan Nasional (Rapimnas) 2018 merekomendasikan pendirian corporate

    university bernama Sucofindo Centre For Learning and Development

    (SCLD). SCLD sendiri berperan sebagai fasilitator, dan untuk

    memaksimalkan hasil dari SCLD tersebut, dilakukan optimalisasi IT dan juga

    sinergi dengan BUMN lain dalam hal infrastruktur dan sistem pembelajaran,

    sejalannya dengan program BUMN corporate university. Meski begitu, tetap

    proses pembelajaran yang sesungguhnya terjadi di lingkungan kerja itu

    sendiri, melalui pendekatan formal learning, learning from others, dan juga

    on the job training.

    Penerapan pembelajaran memerlukan transformasi sistem organisasi

    yang mendukung dan memfasilitasi pertumbuhan karyawan (Gilley dan

  • 7

    Maycunich dalam Sopiah dan Etta, 2018: 155). Suatu usaha kolaboratif

    diperlukan, sehingga keputusan tidak hanya dibuat oleh pimpinan teratas,

    melainkan keseluruhan anggota organisasi berkesempatan untuk terlibat

    dalam usaha perubahan (Wibowo, 2016: 424). Pernyataan tersebut

    direalisasikan dalam bentuk program kerja prioritas PT. Sucofindo di tahun

    2019, yang salah satunya menyatakan jika program desentralisasi harus

    menjadi kekuatan PT. Sucofindo, sehingga sumber daya yang dimiliki

    perusahaan dapat digunakan secara optimal. Namun pada kenyataannya,

    berdasarkan hasil wawancara pra penelitian yang telah dilakukan, diketahui

    jika perusahaan belum sepenuhnya membudayakan pengambilan risiko dan

    keleluasaan wewenang untuk mengelola sumber daya perusahaan, padahal

    kedua hal tersebut merupakan karakteristik utama yang dibutuhkan untuk

    menjadi organisasi pembelajar (Wibowo, 2016: 438).

    Alur pendapat peneliti yang telah dijabarkan di atas, sejalan dengan

    penelitian yang dilakukan oleh Joeliaty dan Yayan Firmansyah yang dimuat

    dalam Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia (2016: 319-330), yang

    menunjukkan bahwa memang manajemen perubahan dan organisasi

    pembelajaran sama-sama memiliki pengaruh terhadap kinerja pegawai,

    namun besar atau kecilnya pengaruh terhadap kinerja sangat ditentukan dari

    seberapa optimal penerapan kedua variabel tersebut di perusahaan. Oleh

    karenanya, mengacu pada data dan berbagai potensi yang ada, peneliti tertarik

    untuk mempelajari strategi pengelolaan perubahan yang dilakukan oleh PT.

    Sucofindo dalam menghadapi gejolak perubahan lingkungan bisnis, begitu

  • 8

    juga dengan penerapan organisasi pembelajaran yang dapat membantu

    meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya demi mencapai

    keunggulan bersaing perusahaan. Hasil penelitian ini akan menunjukan

    bagaimana praktik manajemen perubahan dan organisasi pembelajaran

    memberikan pengaruh terhadap kinerja pegawai PT. Sucofindo (persero) di

    tengah gejolak perubahan lingkungan bisnis akibat adanya fenomena revolusi

    industri 4.0. Maka dari itu, penelitian ini akan mengangkat judul “Pengaruh

    Manajemen Perubahan dan Organisasi Pembelajaran terhadap Kinerja

    Pegawai Divisi Human Capital PT. Sucofindo Kantor Pusat”.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apakah terdapat pengaruh antara Manajemen Perubahan terhadap Kinerja

    Pegawai Divisi Human Capital?

    2. Apakah terdapat pengaruh antara Organisasi Pembelajaran terhadap Kinerja

    Pegawai Divisi Human Capital?

    3. Apakah terdapat pengaruh antara Manajemen Perubahan dan Organisasi

    Pembelajaran secara simultan terhadap Kinerja Pegawai Divisi Human

    Capital?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan di

    adakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk menganalisis pengaruh manajemen perubahan terhadap kinerja

    pegawai Divisi Human Capital PT. Sucofindo Kantor pusat.

  • 9

    2. Untuk menganalisis pengaruh organisasi pembelajaran terhadap kinerja

    pegawai Divisi Human Capital PT. Sucofindo Kantor pusat.

    3. Untuk menganalisis pengaruh manajemen perubahan dan organisasi

    pembelajaran terhadap kinerja pegawai Divisi Human Capital PT.

    Sucofindo Kantor pusat.

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah

    wawasan di bidang Manajemen SDM, khususnya berkaitan dengan

    Manajemen Perubahan, Organisasi Pembelajaran, dan Kinerja.

    2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan

    referensi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta untuk penelitian selanjutnya.

    3. Bagi praktisi, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan

    untuk pembuatan prosedur dan kebijakan, khususnya yang berkaitan

    dengan Manajemen Perubahan dan Organisasi Pembelajaran di PT.

    Sucofindo Kantor Pusat.

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    Seiring dengan perkembangan dunia yang semakin kompleks, sumber

    daya manusia telah dipandang lebih dari sekedar sumber daya semata,

    melainkan aset yang nilainya dapat ditingkatkan melalui investasi.

    Peningkatan nilai SDM dapat meningkatkan performa organisasi dan menjadi

    nilai bagi pelanggan dan stakeholder-nya (Sopiah dan Etta, 2018: 228),

    sehingga pengelolaan SDM harus diperhatikan melalui Manajemen Sumber

    Daya Manusia strategis. Menurut Dessler dalam Sopiah dan Etta ( 2018: 54)

    bahwa MSDM strategis adalah penghubung manajemen SDM dengan peran

    dan tujuan strategis untuk meningkatkan kinerja bisnis dan mengembangkan

    budaya organisasi dan mendorong inovasi dan fleksibilitas. MSDM strategis

    membahas masalah-masalah organisasi yang luas berkaitan dengan

    perubahan struktur dan budaya, efektivitas organisasi dan kinerja, sumber

    daya yang cocok untuk kebutuhan masa depan, pengembangan kemampuan

    yang khas, manajemen pengetahuan dan manajemen perubahan (Sopiah dan

    Etta, 2018: 50).

    Dalam kaitannya dengan MSDM strategis, terdapat beberapa skema

    pengorganisasian yang menghubungkan intervensi SDM individu sehingga

    mereka saling mendukung (Sopiah dan Etta, 2018: 63). Hal ini secara lebih

    jelas dibahas dalam studi perilaku organisasi yang merupakan bidang studi

    yang mencakup teori, metode, dan prinsip-prinsip dari berbagai disiplin guna

  • 11

    mempelajari persepsi individu dan tindakan-tindakan saat bekerja dalam

    kelompok dan di dalam organisasi secara keseluruhan; menganalisis akibat

    lingkungan eksternal terhadap organisasi dan sumber dayanya, misi, sasaran,

    dan strategi (Veithzal Rivai, 2017: 171).

    Sejalan dengan gejolak Revolusi Industri 4.0, keharusan untuk

    melakukan perubahan di tengah intervensi lingkungan eksternal yang tidak

    terprediksi merupakan fakta kehidupan kebanyakan organisasi dewasa ini.

    Mereka secara terus-menerus perlu memprediksi dan mengantisipasi

    kebutuhan akan perubahan (Winardi, 2015: 2). Oleh karenanya, sangat

    diperlukan pemahaman terkait manajemen perubahan dan faktor-faktor apa

    yang dapat memengaruhi terlaksananya proses transformasi.

    1. Manajemen Perubahan

    a. Konsep Perubahan

    Winardi (2015: 1) berpendapat bahwa perubahan adalah suatu hal

    yang pasti, sehingga manusia perlu senantiasa “berubah” sesuai dengan

    tuntutan perubahan itu sendiri. Perubahan yang dimaksud dapat meliputi

    perubahan dalam perilaku, perubahan dalam sistem nilai dan penilaian,

    perubahan dalam metode dan cara-cara bekerja, perubahan dalam

    peralatan yang digunakan, perubahan dalam cara berpikir, dan perubahan

    dalam hal bersikap. Perlu diingat bahwa perubahan tidak selalu berakhir

    baik, oleh karenanya perlu diupayakan agar perubahan dapat terarah

    menuju kondisi yang lebih baik dibandingkan kondisi sebelumnya, dengan

    kata lain perubahan berarti beralihnya keadaan sebelumnya (the before)

  • 12

    menjadi keadaan setelahnya (the after condition). Sejalan dengan pendapat

    Winardi, Potts dan LaMarsh dalam Wibowo (2016: 105) melihat bahwa

    perubahan merupakan pergeseran dari keadaan sekarang suatu organisasi

    menuju pada keadaan yang diinginkan di masa depan. Perubahan dari

    keadaan sekarang tersebut dilihat dari segi struktur, proses, orang, dan

    budaya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa konsep perubahan

    bermakna membuat sesuatu menjadi berbeda (Robbins dalam Wibowo,

    2016: 105).

    b. Konsep Manajemen Perubahan

    Menurut Potts dan LaMarsh dalam Wibowo (2016: 241) manajemen

    perubahan (Management of Change) adalah suatu proses secara sistematis

    dalam menerapkan pengetahuan, sarana dan sumberdaya yang diperlukan

    untuk memengaruhi perubahan pada orang yang terkena dampak proses

    tersebut. Wibowo (2016: 242) pun menambahkan bahwa pendekatan

    dalam management of change adalah, pertama, mengidentifikasi siapa di

    antara mereka yang terkena dampak perubahan, yang mungkin menolak

    perubahan; kedua, menelusuri sumber, tipe dan tingkat resistensi

    perubahan yang mungkin ditemukan; ketiga, mendesain strategi yang

    efektif untuk mengurangi resistensi tersebut. Sedangkan John P. Kotter

    dan Dan Cohen (2014: 3) beranggapan bahwa jantung perubahan berada

    pada hati itu sendiri atau emosi pegawai secara individu, di mana

    perusahaan harus menyentuh perasaan individu untuk berkomitmen

    melakukan perubahan, sehingga akan memotivasi pegawai untuk

  • 13

    mengubah perilaku, dan hanya perubahan perilaku individu lah yang dapat

    mendorong berhasilnya perubahan organisasi.

    Berdasarkan beberapa pendapat pakar di atas, peneliti menyimpulkan

    bahwa manajemen perubahan pada hakikatnya adalah sebuah proses yang

    mengadaptasi pendekatan planning, organizing, actuating, dan

    controlling, di mana pimpinan merencanakan arah perubahan pasca

    menganalisa kondisi lingkungan bisnis, mengelompokan agen perubahan,

    mengarahkan pegawai untuk berkomitmen mewujudkan perubahan, dan

    mengendalikan setiap situasi yang timbul sebagai implikasi dari proses

    perubahan itu sendiri, semisal penolakan terhadap perubahan.

    c. Faktor Pendorong Perubahan

    Kreitner dan Kinicki dalam Wibowo (2016: 84) memerhatikan bahwa

    kebutuhan akan perubahan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu external

    forces dan internal forces. Faktor pendorong external forces dapat dipicu

    dari karakteristik demografis, kemajuan teknologi, perubahan pasar, serta

    tekanan sosial dan politik. Sedangkan internal forces yang mendorong

    perubahan dapat dipicu dari: problem/ prospek SDM dan perilaku/

    keputusan manajerial.

    Sesuai dengan apa yang terjadi sekarang ini, dunia tengah memasuki

    awal dari revolusi industri 4.0, di mana kemajuan teknologi digital dan

    otomatisasi menjadi faktor eksternal yang mendorong adanya perubahan.

    Kondisi ini membuka peluang bagi siapa saja untuk maju dengan

    memanfaatkan gelombang revolusi teknologi. Selain itu, kemunculan

  • 14

    beberapa pesaing asing yang bergerak di sektor yang sama, memicu

    perubahan regulasi pemerintah untuk membentuk sinergi BUMN yang

    bergerak di bidang jasa pemastian. Kontras dengan dua hal tersebut,

    kemampuan SDM di beberapa negara, terkhusus insan-insan PT.

    Sucofindo sendiri, masih kurang memadai untuk menghadapi derasnya

    smart technology yang berkembang. Hal ini yang menjadi faktor

    kebutuhan internal yang mendorong organisasi membangun strategi

    penguatan SDM untuk menghadapi tantangan perubahan.

    d. Faktor Penghambat Perubahan

    George Jones dalam Winardi (2015: 3) menjabarkan beberapa kekuatan

    yang dapat menghalangi proses perubahan, antara lain: kendala-kendala

    keorganisasian, kekuasaan dan politik; perbedaan-perbedaan pada

    orientasi fungsional; kultur keorganisasian; norma-norma kelompok dan

    kohesivitas kelompok; kendala-kendala individual berupa perasaan tidak

    aman, selektif informasi berdasarkan persepsi, dan retensi kebiasaan.

    Di sisi lain, John M. Ivancevich, dkk (2007: 313) mengidentifikasi tiga

    kondisi yang menghalangi dan membatasi perubahan dan inovasi, antara

    lain:

    1) Iklim kepemimpinan

    Iklim kepemimpinan memengaruhi sebagian besar program

    termasuk perubahan organisasi, dan program apapun yang kurang

    mendapatkan dukungan dan komitmen dari pihak manajemen

    memiliki peluang yang tipis untuk berhasil.

  • 15

    2) Organisasi formal

    Organisasi formal meliputi filosofi dan kebijakan manajemen

    puncak maupun penataan hukum, struktur organisasi, dan sistem

    pengendalian.

    3) Budaya organisasi

    Budaya organisasi mengacu pada pola keyakinan yang

    menghasilkan norma, nilai, dan kegiatan informal kelompok.

    Menerapkan suatu cara yang tidak mempertimbangkan

    ketidakleluasaan yang ditentukan oleh kondisi yang berlaku di dalam

    organisasi saat ini, dapat menguatkan masalah yang dipicu proses

    tersebut.

    e. Jenis-Jenis Perubahan

    Menurut Black & Gregersen dalam Wibowo (2016: 312) berdasarkan

    antisipasi waktunya, jenis perubahan terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu

    perubahan antisipatif, yang merupakan antisipasi terhadap kebutuhan

    perubahan. Jenis perubahan ini menuntut kita untuk melihat situasi jauh ke

    depan melalui tanda-tanda yang menunjukkan perlunya perubahan.

    Pendekatan ini membantu untuk mengenal lebih dini jika hal yang kita

    yakini benar untuk saat ini, bisa saja menjadi salah di masa depan.

    Selanjutnya perubahan reaktif, yang dilakukan sebagai reaksi terhadap

    tanda yang sangat jelas untuk segera melakukan perubahan. Tanda-tanda

    tersebut dapat muncul dari pelanggan, pesaing, pemegang saham, bahkan

    pekerja, yang memberikan indikasi bahwa harus berubah sekarang atau

  • 16

    mungkin harus membayar lebih tinggi di kemudian hari jika tidak segera

    bereaksi. Jenis perubahan yang terakhir adalah perubahan krisis, yang

    dilakukan saat kondisi sudah berbahaya. Perubahan ini memiliki risiko

    kegagalan yang paling jelas, namun dari segi penerimaan dapat dikatakan

    lebih mudah karena semua orang sudah melihat bahaya di depan mata.

    f. Sejumlah Tujuan dari Perubahan yang Direncanakan

    Winardi (2015: 87) berpendapat bahwa perubahan-perubahan yang

    direncanakan umumnya berupaya untuk mencapai dua tipe tujuan. Tipe

    pertama, ditujukan untuk memperbaiki kemampuan organisasi untuk

    menghadapi perubahan-perubahan yang tidak terencana di masa depan.

    Perubahan ini mencakup efektivitas pengumpulan informasi, sistem

    peramalan, dan fleksibilitas organisasi, sehingga organisasi dapat

    menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat ketika dihadapkan dengan

    intervensi lingkungan eksternal, semisal akibat perubahan peraturan

    pemerintah atau pembatasan suplai, dan lain-lain.

    Sedangkan tipe kedua, perubahan yang direncanakan ditujukan untuk

    mengubah perilaku para karyawan, agar mereka menjadi kontributor-

    kontributor yang lebih efektif dalam perwujudan tujuan organisasi.

    Perubahan pada kategori ini mencakup: upaya menciptakan sikap baru,

    nilai-nilai baru, dan pemberian pelatihan guna meningkatkan

    produktivitas.

  • 17

    g. Sasaran Perubahan

    Menurut Veithzal Rivai (2017: 405) pilihan perubahan dapat

    dilakukan terhadap empat hal, yaitu: struktur, teknologi, penataan fisik,

    dan orang. Struktur organisasi bukanlah hal yang permanen, sehingga

    beberapa perubahan dapat dilakukan, seperti menghilangkain lapisan

    vertikal atau melebarkan rentang kendali yang bertujuan untuk

    mengurangi birokrasi dan membuat organisasi lebih datar. Selain itu

    perubahan teknologi pasti akan terjadi di era revolusi industri 4.0, dimana

    agen perubahan akan memperkenalkan alat dan metode baru yang

    berkaitan dengan digitalisasi dan otomatisasi. Perubahan penataan fisik

    juga dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan interaksi

    formal tenaga kerja dalam memenuhi tuntutan pekerjaan. Semua

    perubahan ini akan maksimal setelah agen melakukan perubahan terhadap

    orang di dalam organisasi dengan mengomunikasikan sikap dan perilaku

    yang sesuai dengan situasi bisnis saat ini.

    Di sisi lain, Schermerhorn, Hunt, dan Osborn dalam Winardi, (2015:

    3) memaparkan sejumlah target keorganisasian yang dapat diubah dan

    metode-metode untuk menghadapinya, antara lain:

    Tabel 2.1

    Target Perubahan dan Metode untuk Menghadapinya

  • 18

    h. Sikap Pegawai Terhadap Perubahan

    Menurut Conner dalam Wibowo (2016: 169) tidak menjadi masalah

    apakah perubahan dilihat sebagai hal yang positif atau negatif, bergantung

    pada cara orang memanifestasikan perubahan. Adapun respon positif

    terhadap perubahan terjadi dalam lima fase, antara lain:

    1) Uninformed optimism: Fase di mana orang dalam melakukan

    interaksi perlu saling menyesuaikan tanpa data dan informasi yang

    cukup. Banyak keputusan perubahan yang didasarkan pada

    informasi yang kemudian terbukti tidak cukup.

    2) Informed pessimism: Fase di mana mulai disadari bahwa keputusan

    menyeluruh mungkin sudah baik, namun mengandung konsekuensi

    biaya yang tidak diharapkan.

    3) Hopeful relism: Fase di mana mulai terlihat cahaya diujung

    terowongan. Pada fase ini beberapa masalah telah ditangani, dan

    semakin percaya diri untuk bergerak lebih lanjut.

    4) Informed optimism: Fase di mana semakin banyak masalah yang

    terselesaikan dan semakin meningkatkan kepercayaan diri yang kuat

    setelah melalui percobaan yang berat.

    5) Completion: Fase di mana kita perlu mengukur biaya dari keputusan

    perubahan. Apabila biaya terlalu tinggi, maka kita menarik diri dari

    keputusan. Tetapi apabila keraguan dan pesimisme tidak melebihi

    tingkat toleransi, maka kita dapat menyelesaikan masalah dan maju

    terus.

  • 19

    Sedangkan di sisi lain, terdapat delapan tahapan sikap yang

    merupakan respon negatif terhadap perubahan (Conner dalam Mike

    Bourne dan Pippa Bourne, 2017: 40), antara lain:

    1) Situasi awal sebelum pengumuman tentang perubahan adalah netral

    dan mewakili status quo.

    2) Berlanjut pada imobilisasi, yang merupakan akibat dari rasa syok

    karena orang yang menghadapi perubahan yang tidak diinginkan

    akan mengalami disorientasi dan kebingungan.

    3) Penyangkalan: perubahan ditolak atau berusaha mengabaikan.

    4) Kemarahan: perubahan tidak akan hilang, dan penyangkalan

    berubah menjadi suatu kemarahan karena rasa sakit hati dan frustasi.

    5) Tawar-menawar: mulai menyadari bahwa perubahan tidak dapat

    dihindari, dan akhirnya mulai tawar-menawar untuk meminimalisir

    dampak negatif yang mungkin akan menimpa mereka.

    6) Depresi: mulai merasa ingin mengundurkan diri karena merasa tidak

    berdaya untuk menghadapi perubahan.

    7) Mendapatkan kembali pengendalian, dan mengakui cara kerja yang

    baru. Hal ini mengarah pada ditemukannya cara untuk sukses di

    bawah rezim yang baru.

    8) Penerimaan: bukan berarti semua orang menyukai cara kerja yang

    baru, tetapi mereka tetap menerima target-target yang ada dan

    menetapkannya menjadi bentuk normalitas yang baru.

  • 20

    i. Penolakan Terhadap Perubahan

    Pada sub-bab sebelumnya telah dijabarkan bahwa sikap pegawai

    terhadap perubahan tidak selamanya positif, melainkan ada saat di mana

    terjadi penolakan dari para pegawai. Menurut Robbins dalam Wibowo

    (2016: 157) pada dasarnya penolakan lebih mudah dikelola jika muncul

    secara terang-terangan, sebaliknya akan sulit dikendalikan jika penolakan

    bersifat tersirat. Penolakan terhadap perubahan itu sendiri dapat timbul

    dari individu maupun organisasi. Berikut ini alasan-alasan penolakan baik

    dari individu dan organisasi:

    1) Penolakan perubahan dari individu

    Pertama, karena kebiasaan dalam mengambil keputusan dengan

    respon-respon yang sudah terprogram. Kedua, merasa perubahan

    dapat mengancam perasaan aman mereka. Ketiga, timbulnya

    kekhawatiran bahwa perubahan tugas-tugas kerja dapat mengurangi

    penghasilan mereka. Keempat, perubahan berpotensi merubah

    teknik kerja yang sudah jelas menjadi sesuatu yang ambiguitas/ tidak

    pasti, dan pegawai tidak menyukai ketidakpastian. Kelima, terbiasa

    menyeleksi informasi yang sesuai dengan persepsi mereka.

    Akibatnya mereka hanya mendengar apa yang mereka ingin dengar

    dan mengabaikan informasi yang tak sejalan dengan pemikiran

    mereka.

  • 21

    2) Penolakan perubahan dari organisasi

    Enam alasan mengapa organisasi menolak perubahan adalah

    karena: Pertama, adanya inersia struktural/ penolakan terstruktur, di

    mana organisasi yang sudah memiliki tujuan, struktur dan aturan

    main yang kuat, tidak ingin stabilitasnya terganggu karena

    perubahan. Kedua, adanya dampak luas dari perubahan di mana

    perubahan pasti memengaruhi seluruh bagian di dalam organisasi.

    Ketiga, meskipun individu mau menerima perubahan, adanya norma

    kelompok dapat menjadi kendala. Keempat, perubahan pola

    organisasional dapat mengancam keahlian beberapa kelompok kerja.

    Kelima, perubahan bisa jadi mengancam kekuasaan seorang manajer

    bila dilakukan perombakan pada struktur organisasi. Keenam,

    kelompok organisasi yang biasa mengelola sumber daya dalam

    jumlah besar, sering kali khawatir akan ada pengurangan pada

    kuantitas sumber daya (anggaran/ SDM) di unit kerjanya.

    j. Mengatasi Penolakan Perubahan

    Veithzal Rivai (2017: 407) menyarankan enam taktik untuk

    digunakan agen perubahan dalam upaya mengatasi penolakan. Pertama,

    melalui pendidikan dan komunikasi. Taktik ini mengandaikan bahwa

    penolakan terjadi karena adanya salah-informasi akibat komunikasi yang

    buruk, yang akhirnya menimbulkan kesalahpahaman. Kedua, melalui

    strategi partisipasi di mana pegawai dilibatkan langsung dalam proses

    pengambilan keputusan untuk melakukan perubahan. Ketiga, perusahaan

  • 22

    dapat mengurangi rasa takut pegawai dengan memberikan fasilitas dan

    dukungan seperti memberikan pelatihan atau cuti pendek yang dibayar.

    Kekurangan dari taktik ini adalah biaya yang mahal. Keempat, melalui

    negosiasi dengan menukarkan sesuatu yang berharga sebagai imbalan

    untuk menyetujui perubahan. Namun risikonya, setelah menyelesaikan

    negosiasi dengan satu pihak, agen perubahan terancam mengalami

    pemerasan dari pihak lainnya. Kelima, melalui manipulasi dan kooptasi.

    Manipulasi lebih kepada memutar balik fakta untuk membuat fakta itu

    tampak lebih menarik, menahan informasi yang tidak diinginkan, dan

    menciptakan desas-desus palsu, sedangkan kooptasi dilakukan dengan

    menyuap pemimpin kelompok penolak agar mereka berpartisipasi untuk

    peran keputusan perubahan. Keenam, melalui praktik pemaksaan seperti

    ancaman dipindahkan, hilangnya promosi, evaluasi kinerja yang negatif,

    dan surat rekomendasi yang buruk.

    k. Tahapan Pengelolaan Perubahan

    Dalam menghadapi revolusi industri 4.0, organisasi perlu melakukan

    transformasi sebagai aksi tanggap dari berbagai perubahan lingkungan.

    Oleh karenanya, Kurt lewin dalam Mike dan Pippa Bourne (2014: 15)

    menjabarkan tiga langkah pendekatan bagi organisasi agar sukses

    menjalani perubahan, yaitu melalui unfreezing the status quo, dilanjutkan

    dengan movement to the new state, dan terakhir melakukan refreezing the

    new change to make it permanent.

  • 23

    Unfreezing atau pencairan merupakan tahapan mempersiapkan

    perubahan. Pengakuan akan diperlukannya perubahan harus terjadi,

    beberapa alternatif diidentifikasi, dan serangkaian tindakan diusulkan

    untuk dipilih. Selain perencanaan tersebut, tindakan ‘pencairan’ perilaku

    harus dilakukan supaya memungkinkan terjadinya perubahan. Selanjutnya

    tahapan movement atau changing dilakukan dengan memberikan informasi

    baru, model perilaku baru, atau cara baru dalam melihat sesuatu. Tahapan

    ini dilakukan untuk menyampaikan gagasan kepada para pekerja bahwa

    perubahan adalah suatu proses pembelajaran berkelanjutan dan bukannya

    kejadian sesaat. Terakhir adalah tahapan refreezing atau pembekuan

    kembali dimana perubahan yang terjadi distabilisasi dengan membantu

    pekerja mengintegrasikan perilaku dan sikap yang baru ke dalam rutinitas

    bekerja sehari-hari. Dengan terbentuknya perilaku dan sikap yang baru,

    perlu diperhatikan apakah masih sesuai dengan perkembangan lingkungan

    yang terus berlangsung. Apabila ternyata diperlukan perubahan kembali,

    maka proses unfreezing akan dimulai kembali.

    l. Kebijakan Pimpinan Terhadap Perubahan

    Kebanyakan perubahan dilakukan dengan pendekatan organization

    in, di mana dilakukan perubahan organisasi terlebih dahulu, kemudian

    diikuti oleh perubahan individu. Pengalaman justru menunjukkan bahwa

    keberhasilan perubahan seharus dimulai dengan merubah individual

    terlebih dulu, karena setiap individu memiliki peta mental yang berbeda,

    dan jika peta mental ini tidak digambarkan ulang, maka akan muncul

  • 24

    barrier/ rintangan yang sesungguhnya hanya terjadi di kepala mereka,

    menahan mereka untuk melakukan improvement dikarenakan perasaan

    tidak mampu (Black dan Gregersen dalam Wibowo, 2016: 308-309).

    Hussey dalam Wibowo (2016: 316) menyarankan pendekatan langkah

    demi langkah bagi para pemimpin perubahan yang disingkat menjadi

    EASIER, berikut penjelasannya:

    1) Envisioning (Memimpikan): visi harus dijabarkan dengan jelas agar

    tidak menimbulkan berbagai interpretasi yang dapat mendistorsi

    implementasi perubahan. PT. Sucofindo sendiri telah menetapkan

    target sebagai perusahaan pemastian kelas dunia sebagai visinya,

    dan untuk mengimbangi itu, ditetapkannya visi dari Divisi Human

    Capital sebagai mitra strategis, agen perubahan dan rujukan dalam

    tata kelola SDM agar perusahaan tumbuh dan berkembang guna

    peningkatan mutu kehidupan pegawai.

    2) Activating (Mengaktifkan): salah satu tugas pemimpin adalah

    mengaktifkan followers atau pengikut untuk mewujudkan visi

    perubahan. Hal ini perlu dilakukan dengan mengomunikasikan visi

    melalui berbagai media atau secara langsung di setiap pertemuan.

    3) Supporting (Mendukung): kepemimpinan yang baik bukan hanya

    memberitahukan apa yang perlu dilakukan, melainkan

    mencontohkan secara langsung melalui sikap, agar dapat

    menginspirasi pegawai dan menjadi role model.

  • 25

    4) Implementing (Melaksanakan): berkaitan dengan rencana rinci dan

    jadwal yang harus diselesaikan untuk menjadikan visi sebagai

    kenyataan.

    5) Ensuring (Memastikan): rencana dan kebijakan bisa jadi telah

    tertulis di atas kertas, tetapi masih diperlukan proses monitoring

    untuk memastikan semuanya terealisasikan secara nyata. Maka dari

    itu, dibentuklah tim-tim seperti Satuan Tugas Kampanye Budaya

    atau Tim Satuan Pengendali Operasi oleh PT. Sucofindo untuk

    memastikan rencana perubahan terealisasikan.

    6) Recognizing (Mengenal): memberikan pengakuan kepada mereka

    yang terlibat dalam proses perubahan menjadi langkah terakhir yang

    diperlukan. Seperti yang dilakukan oleh Sucofindo, bersamaan

    dengan berlangsungnya Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) 2018.

    Pada acara tersebut, perusahaan memberikan penghargaan yang

    dibagi ke dalam beberapa kategori, salah satunya adalah “Milenial

    Berpotensi” yang diberikan pada salah satu insan Divisi Human

    Capital.

    m. Dimensi dan Indikator Manajemen Perubahan

    John P. Kotter dan Dan Cohen melakukan penelitian di tahun 2002

    dan 2007 yang menunjukkan bahwa perubahan sentral dalam melakukan

    perubahan organisasi ada pada mengubah perilaku/ sikap dan perlunya

    perubahan sikap yang signifikan dalam apa yang mereka kerjakan (John

    P. Kotter dan Dan Cohen, 2014: 3). Model ini dinamakan The heart of

  • 26

    change yang menggunakan pendekatan 8 proses yang lebih diarahkan pada

    dinamika see-feel-change.

    1) Dimensi Establishing a sense of urgency

    Dalam upaya perubahan yang berhasil, langkah pertama yang

    terpenting adalah memastikan ada cukup banyak orang yang bertindak

    dengan urgensitas yang cukup. Oleh karenanya, organisasi perlu

    dicairkan dengan menciptakan alasan mengapa perubahan diperlukan.

    Dimensi ini mendorong eksekutif untuk mengambil langkah pertama

    dalam mengartikulasikan peluang strategis, dan menyampaikan

    gambaran besar kepada anggotanya melalui pernyataan bukti yang

    valid, atau objek yang sungguh terlihat, yang menunjukkan perubahan

    itu sangat diperlukan.

    Terdapat dua indikator pada dimensi ini, yaitu:

    a) Meneliti pasar dan situasi kompetitif

    Dengan terus mengidentifikasi potensi peluang dan ancaman,

    dapat mendorong perusahaan untuk mengambil tindakan sesegera

    mungkin, dan keluar dari zona nyaman.

    b) Mengidentifikasi dan mendiskusikan krisis, potensi krisis, atau

    peluang besar sehingga memerlukan perubahan

    2) Dimensi Forming a powerful guiding coalition

    Perubahan besar tidak akan berjalan hanya dengan urgensi,

    melainkan dibutuhkan tim pemandu yang efektif. Kelompok pemandu

    yang kuat terdiri dari dua karakteristik, yaitu terdiri dari orang yang

  • 27

    tepat, dan menunjukkan kerja tim yang solid. Anggota tim dapat berasal

    dari lintas departemen dan jabatan, untuk memastikan proyek

    perubahan dilaksanakan oleh setiap kelompok di organisasi.

    Terdapat dua indikator pada dimensi ini, yaitu:

    a) Membentuk kelompok dengan kekuatan yang cukup untuk

    memimpin upaya perubahan

    Orang-orang yang memiliki kapasitas kepemimpinan terkait

    visi, komunikasi dan motivasi, serta pengetahuan dan

    keterampilan yang sejalan dengan aktivitas perubahan. Di lain

    sisi, agen perubahan haruslah memiliki wewenang formal untuk

    merumuskan kebijakan perubahan, dan hasilnya menjadi arah

    bagi aktivitas perubahan.

    b) Mendorong kelompok untuk bekerja sama sebagai kesatuan tim

    Diperlukan kesatuan tim yang tidak memandang hierarki

    formal selama menjalankan tugas sebagai agen perubahan.

    3) Dimensi Creating a vision

    Untuk mempersiapkan perubahan skala besar yang sukses, tim

    pemandu perlu untuk menghasilkan arah yang jelas. Empat hal yang

    dapat membantu mengarahkan perubahan pada sasaran yang tepat

    adalah anggaran, rencana, strategi, dan visi. Visi itu sendiri

    menunjukkan keadaan akhir di mana semua rencana dan strategi akan

    membawa perusahaan. Usahakan visi yang bergerak seperti komitmen

    untuk melayani orang, jangan mengandalkan visi yang hanya

  • 28

    memangkas biaya, karena ini akan menghasilkan kecemasan dan

    depresi pada pegawai.

    Terdapat dua indikator pada dimensi ini, yaitu:

    a) Menciptakan visi untuk membantu mengarahkan upaya

    perubahan

    Perumusan visi memerlukan kreativitas untuk melihat masa

    depan yang mungkin, kuncinya hanyalah fokus pada kecepatan.

    Perusahaan perlu mengartikulasikan visi dengan jelas namun

    singkat, sehingga mudah untuk tertanam di benak pegawai.

    b) Mengembangkan strategi untuk mencapai visi

    Visi yang telah dibuat harus diimbangi dengan strategi-strategi

    untuk memastikan pencapaian dari visi itu sendiri.

    4) Dimensi Communicating the vision

    Dalam upaya perubahan, visi dan strategi baru tidak bisa hanya

    diketahui oleh eksekutif dan tim agen perubahan. Mereka harus

    sesering dan sebanyak mungkin dikomunikasikan pada seluruh

    pegawai di dalam organisasi. Tujuannya adalah untuk menjaring

    sebanyak mungkin orang yang berkomitmen untuk membuat visi

    menjadi kenyataan. Di lain sisi, harus ada kecocokan antara perkataan

    dan perbuatan yang dimulai dari tim agen perubahan, sehingga menjadi

    panutan bagi pegawai lainnya.

  • 29

    Terdapat dua indikator pada dimensi ini, yaitu:

    a) Menggunakan berbagai saluran untuk mengkomunikasikan visi

    dan strategi baru

    Dapat dilakukan presentasi dan sesi tanya jawab yang efektif.

    Pastikan selama tanya jawab berlangsung, tim agen perubahan

    dapat menjawab secara lugas dan yakin, sehingga

    memperlihatkan bahwa rencana perubahan ini telah dikelola

    dengan matang.

    b) Agen perubahan mendemonstrasikan perilaku yang sesuai

    dengan perkataannya

    5) Dimensi Empowering others to act on the vision

    Rintangan terhadap usaha perubahan harus dapat dihilangkan,

    dimulai dari pihak yang resistensi terhadap perubahan. Selain itu,

    struktur, sistem, dan mekanisme perlu diubah, untuk memastikan tidak

    ada hambatan pada kelancaran informasi atau aksi pengambilan

    keputusan. Hal ini dapat didorong melalui keberanian pekerja untuk

    melakukan tindakan kreatif, mengambil risiko, dan melakukan tindakan

    nontradisional untuk bertindak cepat dan efisien dalam menemukan

    solusi terhadap sebuah permasalahan.

    Terdapat tiga indikator pada dimensi ini, yaitu:

    a) Menyingkirkan hambatan untuk berubah

    b) Mengubah sistem atau struktur yang menghalangi perubahan

  • 30

    c) Mendorong pengambilan risiko dan gagasan, kegiatan, dan

    tindakan nontradisional

    6) Dimensi Planning for and creating short-term wins

    Kredibilitas visi dan strategi baru tidak akan bertahan lama tanpa

    konfirmasi bahwa keputusan perubahan tersebut benar-benar

    menguntungkan organisasi. Sikap skeptis akan menghambat perubahan

    kecuali mereka melihat bukti nyata. Oleh karena itu, buatlah banyak

    target jangka pendek untuk memperlihatkan kemenangan awal dalam

    rencana perubahan. Pegawai yang berhasil melakukan perubahan awal

    perlu dikenal dan dihargai.

    Terdapat tiga indikator pada dimensi ini, yaitu:

    a) Merencanakan peningkatan kinerja yang terlihat

    b) Menciptakan peningkatan tersebut

    c) Mengenali dan memberi penghargaan kepada karyawan yang

    terlibat dalam perbaikan

    7) Dimensi Consolidating improvements and producing still more

    change

    Organisasi harus terus melaksanakan inisiatif strategis dan

    menciptakan hal baru untuk beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang

    terus berubah. Perusahaan harus melakukan continuous improvement

    dari perubahan awal yang telah dilakukan, dengan melakukan

    peningkatan aktivitas dan terus meninjau perubahan. Jangan biarkan

    urgensi perubahan menurun dan mendeklarasikan kemenangan terlalu

  • 31

    cepat, kemenangan singkat di dimensi sebelumnya hanyalah bukti

    perbaikan kinerja dari tahap awal perubahan, sedangkan proses

    perubahan yang sesungguhnya masih jauh di depan. Jangan berhenti di

    tengah jalan dan pertahankan kegigihan. Hal ini dapat dilakukan dengan

    menghapus semua sistem, struktur, kebijakan, bahkan kebiasaan yang

    tidak sesuai dengan perubahan. Perusahaan harus membawa masuk

    sumber daya baru yang dinilai mampu melaksanakan perubahan visi,

    untuk terus dibangun melalui rekrutmen, promosi dan pengembangan.

    Selain itu, perusahaan melakukan penyegaran kembali proses

    perubahan dengan mengembangkan proyek-proyek baru dengan tema

    baru terkait perubahan.

    Terdapat tiga indikator pada dimensi ini, yaitu:

    a) Menghapus sistem, struktur, dan kebijakan yang tidak sesuai

    dengan perubahan

    b) Merekrut, mempromosikan, dan mengembangkan karyawan yang

    dapat menerapkan visi

    c) Memperkuat proses perubahan dengan proyek, tema, dan agen

    perubahan yang baru

    8) Dimensi Institutionalizing new approaches

    Tradisi dan budaya organisasi adalah unsur yang kuat, oleh

    karenanya, jika perubahan-perubahan yang tercipta tidak ditanamkan

    kembali ke dalam semua aspek organisasi, maka organisasi dapat

    meluncur kembali ke masa lalu. Kesuksesan perubahan hanya akan

  • 32

    terjadi jika anda menciptakan budaya yang menyediakan akar untuk

    cara-cara baru dalam bekerja. Pastikan perubahan pada nilai dan budaya

    baru diperkenalkan pada seluruh pegawai, terutama pada pegawai baru.

    Dan jangan lupakan budaya baru saat anda memberikan promosi.

    Promosi yang tepat, pada calon pemimpin yang terbuka terhadap

    perubahan, dapat membuat mereka lebih terpengaruh, sehingga

    memperkuat norma-norma itu.

    Terdapat tiga indikator pada dimensi ini, yaitu:

    a) Memperkuat proses perubahan dengan proyek, tema, dan agen

    perubahan yang baru

    b) Memastikan pegawai menerapkan nilai dan budaya baru dalam

    kegiatan sehari-hari

    c) Merencanakan pengembangan kepemimpinan dan suksesi pada

    orang yang berkomitmen pada perubahan

    2. Organisasi Pembelajaran

    Organisasi perlu belajar dengan cepat dan menyesuaikan diri dengan

    perubahan lingkungan yang sangat pesat, atau mereka tidak akan bertahan.

    Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sugarman dalam Marvin Elie (2014:

    15) bahwa sangat penting untuk meningkatkan kapasitas untuk belajar,

    beradaptasi, dan berubah, karena sebuah organisasi dapat mengalami

    disfungsional akibat tidak mampu beradaptasi dengan intervensi lingkungan

    eksternalnya. Kondisi ini lah yang menimpa perusahaan Blackberry yang

    merasa puas dengan apa yang sudah dicapai, sehingga mereka tidak sigap

  • 33

    untuk terus belajar, sampai pada akhirnya keberadaannya sudah tidak mampu

    menyaingi perusahaan sekelas Samsung yang terus menerus berinovasi

    dengan android yang sangat diminati oleh pelanggan.

    a. Konsep Organisasi Pembelajaran

    Watkins dan Marsick telah mengembangkan teori terkait organisasi

    pembelajaran sejak tahun 1993 dan dikutip dalam Marvin Elie (2014: 16)

    bahwa “a learning organization is an organization that has embedded a

    continuous learning process within its structure and that has an enhanced

    organizational capacity to change or transform.”. Lebih jelasnya Peter

    Senge dalam Kaswan (2016: 156) berpendapat bahwa organisasi

    pembelajaran adalah organisasi di mana orang-orang yang secara terus

    menerus memperluas kapasitas menciptakan hasil yang sungguh-sungguh

    diinginkan, yang menumbuhkan pola pikir baru dan ekspansif, di mana

    aspirasi kolektif dibiarkan bebas, serta orang-orang yang terus menerus

    berupaya belajar bersama.Sedangkan Marquardt dalam Kaswan (2016:

    156) berpikir organisasi pembelajaran memberdayakan orang di dalam dan

    di luar organisasi untuk belajar sambil mereka bekerja dan memanfaatkan

    teknologi untuk mengoptimalkan baik pembelajaran dan produktivitas

    Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

    organisasi pembelajaran adalah wadah atau bentuk organisasi yang

    mendukung/ memfasilitasi pembelajaran berkelanjutan bagi para

    anggotanya untuk meningkatkan kapasitas organisasi agar siap berubah.

  • 34

    b. Mengelola Pembelajaran

    Menurut Viethzal Rivai (2017: 392) dan Wibowo (2016: 438) terdapat

    beberapa hal yang dapat dilakukan oleh manajer untuk menjadikan

    organisasinya menjadi suatu organisasi pembelajaran, di antaranya dengan

    menciptakan strategi agar manajemen bersedia membuat komitmen secara

    eksplisit terhadap perubahan, melakukan inovasi, dan perbaikan terus-

    menerus. Hal tersebut didukung dengan merancang ulang struktur

    organisasi atau disebut dengan reorganisasi struktural yang dapat

    dilakukan semisal melalui penggabungan tanggung jawab departemental,

    menghilangkan lapisan vertikal, dan melebarkan rentang kendali untuk

    membuat organisasi lebih datar dan mengurangi birokratis. Peningkatan

    desentralisasi dapat dilakukan untuk mempercepat proses pengambilan

    keputusan (Veithzal Rivai, 2017: 405). Selain itu, pembentukan kembali

    budaya organisasi yang berkarakteristik berani mengambil risiko,

    memperlihatkan keterbukaan informasi, dan pertumbuhan, dapat

    mendorong pegawai memiliki sikap dan perilaku yang baru sesuai dengan

    karakteristik organisasi pembelajar.

    c. Tingkatan Pembelajaran

    Menurut Watkins dan Marsick yang dikutip oleh Joeliaty dan Yayan

    (2016: 322) bahwa organisasi pembelajaran terjadi pada tiga tingkatan,

    antara lain: pembelajaran individu, kelompok, dan organisasi.

    Pembelajaran individu merujuk pada keahlian dan pengetahuan yang

    diperoleh melalui pembelajaran mandiri atau hasil pengamatan.

  • 35

    Sedangkan pembelajaran kelompok adalah pengetahuan yang diperoleh

    anggota kelompok secara bersama. Pembelajaran ini memanfaatkan

    pengalaman di masa lalu, misalnya kebijakan, strategi atau model

    implementasi masa lalu. Sedangkan pembelajaran organisasi adalah

    pengetahuan yang didapatkan organisasi dari lingkungannya.

    Pembelajaran organisasi dicapai melalui visi dan pengetahuan bersama,

    serta mental model dari personelnya.

    d. Tahapan Pembelajaran

    Terdapat empat langkah pembelajaran yang perlu dilalui untuk

    menjadi organisasi pembelajaran (Wibowo, 2016: 439). Dimulai dari

    Knowledge acquisition dengan menghimpun keahlian dari pekerjanya

    untuk menciptakan cadangan sumber pengatahuan yang suatu saat dapat

    diambil apabila diperlukan. Dilanjutkan dengan Information distribution

    kepada mereka yang membutuhkan pengetahuan tersebut. Pengetahuan

    tidak bisa sekedar dikumpulkan, melainkan harus diinterpretasikan, tahap

    ini disebut Information interpretation. Organisasi juga memerlukan wadah

    bagi pengetahuan, atau Organizational memorization agar pelajaran dapat

    ditarik apabila diperlukan untuk memulai perubahan.

    e. Karakteristik Organisasi Pembelajaran

    Menurut Wibowo (2016: 440) organisasi pembelajaran memiliki tiga

    karakteristik. Pertama, selalu memiliki gagasan dan informasi baru. Hal

    tersebut dilakukan dengan menyaring lingkungan eksternalnya, menyewa

    tenaga ahli apabila perlu, dan menggunakan sumber daya yang penting

  • 36

    dengan melatih dan mengembangkan pekerjanya. Kedua, pengetahuan

    baru harus ditransfer ke seluruh bagian di dalam organisasi, oleh sebab itu

    dilakukannya pengurangan struktur, proses, dan hambatan interpersonal

    yang dapat mengganggu aktivitas berbagi informasi, gagasan, dan

    pengetahuan baru di antara anggota organisasi. Ketiga, perilaku pegawai

    harus berubah sebagai hasil dari pengetahuan baru.

    f. Cara Pembelajaran

    Terdapat enam learning mode atau cara pembelajaran yang dominan

    (Wibowo, 2016: 441), yaitu Analytic learning yang dilakukan dengan

    menyatukan informasi kuantitatif dari internal dan eksternal yang

    kemudian dianalisis. Ada pula Synthetic learning di mana pekerja

    berusaha mengidentifikasi hubungan antara isu, masalah, dan peluang.

    Sedangkan Experimental learning didasarkan pada menjalankan

    eksperimen dan memonitor hasilnya. Interactive learning menyangkut

    praktik learning by doing. Structural learning menggunakan pendekatan

    metodologis yang didasarkan pada penggunaan rutinitas organisasional,

    seperti proses dan prosedur standar yang memerinci bagaimana

    menjalankan tugas dan peran. Dan terakhir Institutional learning di mana

    organisasi menyumbangkan dan memodelkan nilai-nilai, kepercayaan, dan

    praktik baik dari lingkungan eksternal atau dari eksekutif senior.

    Sosialisasi dan mentoring memainkan peran penting dalam Institutional

    learning.

  • 37

    g. Resistensi Organisasi Pembelajaran

    Kreitner dan Kinicki dalam Wibowo (2016: 443-444) berpendapat

    bahwa umumnya organisasi tidak secara sadar menolak pembelajaran.

    Mereka melakukan hal tersebut karena tiga masalah fundamental, yaitu

    terbiasa membentuk fragmen dibandingkan bekerja sebagai satu sistem,

    sehingga menciptakan tembok fungsional yang memisahkan orang

    menjadi kelompok independen. Selain itu penekanan kompetisi di atas

    kerja sama membuat pembelajaran terhambat sebab orang menjadi enggan

    mengakui bila tidak tahu sesuatu, dan berakhir menolak menerima tugas

    baru yang tidak dikuasai. Lebih dari itu, kecenderungan menjadi reaktif

    daripada bersikap kreatif turut menjadi hambatan karena kita semua telah

    dikondisikan untuk merespon dan bereaksi terhadap arah dan persetujuan

    orang lain. Kondisi ini tidak hanya membuat orang menolak untuk belajar,

    tapi takut untuk mengambil risiko.

    h. Output dan Outcome dari Organisasi Pembelajaran

    Suatu lembaga pembelajaran maupun pelatihan menghasilkan dua

    jenis keluaran, yaitu berupa output dan outcome

    (https://bppk.kemenkeu.go.id). Untuk membedakan output dan outcome

    organisasi pembelajaran sendiri, bahwa output-nya merupakan hasil

    langsung dan segera dari proses pembelajaran yang dilakukan, sedangkan

    outcome-nya adalah keuntungan yang didapatkan dari output itu sendiri.

    Menurut Sopiah dan Etta (2018: 157) output dari organisasi

    pembelajaran adalah terciptanya kerangka kerja yang komprehensif untuk

    https://bppk.kemenkeu.go.id/

  • 38

    mengembangkan karyawan melalui penciptaan budaya belajar. Gilley dan

    Maycunich dalam Sopiah dan Etta (2018: 156) pun menambahkan jika

    output dari organisasi pembelajaran mencakup terciptanya lingkungan

    kerja yang kondusif, dinamis, dan proaktif, sedangkan outcome yang

    didapatkan mencakup perbaruan organisasi, keunggulan kompetitif, dan

    peningkatakan produktifitas dan kapabilitas organisasi.

    Sedangkan di PT. Sucofindo sendiri, melalui pembentukan Sucofindo

    Centre for Learning & Development (SCLD) sebagai fasilitator

    pembelajaran, output yang didapat berupa terbentuknya kebiasaan untuk

    terus belajar hal baru agar mampu menciptakan inovasi. Salah satu inovasi

    nyata dari PT. Sucofindo adalah terciptanya layanan jasa terbaru IT

    Security melalui penciptaan software OMNIGUARD, bersamaan dengan

    grand launching unit Sucofindo Technology yang khusus bergerak di

    bidang jasa teknologi informasi. Di sisi lain, outcome dari penerapan

    organisasi pembelajaran secara umum adalah memiliki kapasitas untuk

    terus bertransformasi dan keunggulan kompetitif bagi organisasi. Begitu

    pun bagi PT. Sucofindo, di tengah kuatnya tekanan kompetitif para

    pesaingnya, Sucofindo masih mampu menciptakan diversifikasi

    produknya, sehingga tidak membuatnya tergerus dari persaingan. Selain

    itu, Sucofindo pun mampu menarget pasar teknologi informasi,

    menyesuaikan dengan kondisi pasar saat ini dan kebutuhan pelanggan

    yang sudah berubah pasca maraknya aktivitas digitalisasi.

  • 39

    i. Dimensi dan Indikator Organisasi Pembelajaran

    Ada beberapa model organisasi pembelajaran yang dikembangkan

    oleh beberapa pakar, sebut saja Peter Senge, Marquardt, Garvin, dan

    Pedler, namun tidak ada yang memiliki instrumen yang dirancang untuk

    membantu praktisi dalam melakukan pengukuran. Dari semua model

    organisasi pembelajaran yang dikembangkan, the Dimension of the

    Learning Organization Questionnaire (DLOQ) yang dikembangkan

    Watkins dan Marsick di tahun 2003 yang dikutip oleh Marvin Elie (2014:

    19) diakui sebagai kuisioner yang paling komprehensif, karena ketujuh

    dimensi yang dikembangkan telah diuji secara ilmiah dan empiris, antara

    lain:

    1. Dimensi Create Continous Learning Opportunities

    Kegiatan belajar didesain ke dalam pekerjaan sehingga anggota

    organisasi dapat belajar melalui pekerjaan yang ada. Pegawai

    diharapkan untuk tidak hanya mempelajari keterampilan yang

    berkaitan dengan pekerjaan mereka sendiri, tetapi juga keterampilan

    orang lain di unit kerja mereka, dan bagaimana unit kerja mereka

    berhubungan dengan operasi dan tujuan dari bisnis. Pegawai

    diharapkan untuk mengajar serta belajar. Singkatnya, keseluruhan

    lingkungan kerja mendukung pembelajaran. Tidak ada waktu yang

    spesifik terkait “kapan harus belajar”, karena setiap tantangan yang

    ada dapat dianggap sebagai kesempatan untuk belajar.

  • 40

    Terdapat empat indikator dalam dimensi continuous learning,

    yaitu:

    a) learning as part of job

    b) learn skills of others

    c) help each other learn

    d) take time to support learning.

    2. Dimensi Promote Inquiry and Dialogue

    Anggota organisasi mendapatkan keterampilan penalaran

    produktif untuk mengekspresikan pandangan mereka dan

    kemampuannya dalam mengemukakan pandangannya,

    mendengarkan dan menyelidiki pandangan orang lain. Budaya

    berubah dan mendukung dari munculnya pertanyaan, feedback, dan

    eksperimen.

    Terdapat tiga indikator dalam dimensi dialogue & inquiry, yaitu:

    a) Provide open discussion

    b) Feedback

    c) experimentation.

    3. Dimensi Encourage Collaboration and Team Learning

    Pekerjaan didesain untuk menggunakan kelompok dalam

    mengakses berbagai cara berpikir dari anggota organisasi.

    Kelompok diharapkan untuk belajar dan bekerja secara bersama-

    sama. Kolaborasi merupakan nilai yang berasal dari budaya dan

    penghargaan.

  • 41

    Terdapat tiga indikator dalam dimensi team learning, antara lain:

    a) access different modes of thinking

    b) learn and work together

    c) being rewarded for collaboration.

    4. Dimensi Establish Systems to Capture and Share Learning

    Sistem teknologi digunakan untuk membagi pembelajaran dan

    diintegrasikan dengan pekerjaan. Menyediakan akses dan mengelola

    sistem teknologi yang ada.

    Terdapat tiga indikator dalam dimensi system capture, antara lain:

    a) Create system for sharing learning

    b) access is provided

    c) systems are maintained.

    5. Dimensi Empower People Toward a Collective Vision

    Memberdayakan anggota organisasi, menumbuhkan rasa

    memiliki dan mengimplementasikan tujuan organisasi secara

    bersama-sama. Membagikan tanggung jawab dalam menentukan

    keputusan sehingga memotivasi anggota organisasi untuk belajar

    sesuai dengan kemampuan mereka.

    Terdapat tiga indikator dalam dimensi collective vision, antara

    lain:

    a) Invo