Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVENINQUIRY (ADI) DAN GENDER TERHADAPKETERAMPILAN ARGUMENTASI SISWA
SMP PADA MATERI POKOKSISTEM PERNAPASAN
(Skripsi)
Oleh:
ZAHRA FATHYA CHAERUNISA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG2020
ii
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVENINQUIRY (ADI) DAN GENDER TERHADAPKETERAMPILAN ARGUMENTASI SISWA
SMP PADA MATERI POKOKSISTEM PERNAPASAN
Oleh
ZAHRA FATHYA CHAERUNISA
Materi sistem pernapasan pada manusia seharusnya diajarkan dengan
menggunakan fenomena-fenomena yang ada di lingkungan sekitar melalui
penyelidikan, sehingga siswa tidak kesulitan saat merancang penyelidikan ilmiah.
ADI merupakan sebuah model pembelajaran yang menekankan pada kontruksi
dan validasi pengetahuan melalui kegiatan penyelidikan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui signifikansi pengaruh penggunaan model pembelajaran ADI,
perbedaan gender, dan interaksi antara model pembelajaran dengan gender
terhadap keterampilan argumentasi siswa.
Penelitian kuasi eksperimen ini menggunakan desain Pretest Postest Non
Equivalent Control Group Desain. Populasi adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Negeri 4 Bandar Lampung dengan jumlah siswa 357. Sampel penelitian ini adalah
siswa kelas VIII.D dan VIII.E yang dipilih dari populasi dengan teknik cluster
random sampling. Siswa kelas VIII.D sebagai kelompok eksperimen dan kelas
VIII.E sebagai kelas kontrol. Data dalam penelitian ini adalah nilai pretes postes
iii
keterampilan argumentasi, keterlaksanaan sintaks pembelajaran, dan tanggapan
siswa terhadap penggunaan model pembelajaran. Instrumen yang digunakan
adalah tes, lembar observasi pembelajaran, dan kuesioner tanggapan siswa. Data
pretes dan postes dianalisis menggunakan uji Ancova taraf nyata 5% dan uji lanjut
dengan Beda Nyata Terkecil (BNT). Uji prasyarat Ancova berupa uji normalitas
dan uji homogenitas terhadap nilai pretes dan postes. Data keterlaksanaan sintaks
pembelajaran serta data tanggapan siswa dianalisis secara deskritif dalam bentuk
persentase.
Hasil penelitian menunjukkan signifikansi pengaruh model pembelajaran terhadap
keterampilan argumentasi adalah 0,000 (p<0,05), maka model pembelajaran
berpengaruh nyata. Signifikansi pengaruh gender terhadap keterampilan
argumentasi adalah 0,000 (p<0,05), maka gender berpengaruh nyata. Hasil
penelitian ini juga menyatakan bahwa signifikansi pengaruh dari interaksi antara
model pembelajaran ADI dengan gender terhadap keterampilan argumentasi
adalah 0,965 (p>0,05), maka interaksi antara model pembelajaran ADI dengan
gender tidak berpengaruh nyata. Hasil analisis keterlaksanaan sintaks model
pembelajaran ADI menunjukkan bahwa “hampir seluruh kegiatan terlaksana”
dengan Persentase Keterlaksanaan Sintaks (PKS) sebesar 75 ≤ PKS ≤ 100. Hasil
analisis tanggapan siswa terhadap pembelajaran sistem pernapasan pada manusia
dengan model ADI memiliki persentase tanggapan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan model konvensional.
Kata Kunci: argument-driven inquiry, perbedaan gender, keterampilanargumentasi
iv
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVENINQUIRY (ADI) DANGENDER TERHADAPKETERAMPILAN ARGUMENTASI SISWA
SMP PADA MATERI POKOKSISTEM PERNAPASAN
Oleh
ZAHRA FATHYA CHAERUNISA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan BiologiJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG2020
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pringsewu, pada tanggal 30
November 1997, yang merupakan putri bungsu dari empat
bersaudara, anak dari pasangan Bapak H. Saleh Riyanto
dan Ibu Hj. Sukarni Hadi.Penulis tinggal di sebuah rumah
beralamat di Podomoro Jalan Nawatama, Kecamatan
Pringsewu, Kabupaten Pringsewu. Penulis menempuh
pendidikan di Taman Kanak-kanak Hutama Karya Podomoro (2002-2003), SD
Negeri 1 Podomoro (2003-2009), SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu (2009-
2012), dan SMA Negeri 2 Pringsewu (2012-2015). Pada pertengahan tahun 2015,
penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan (FKIP)
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SBMPTN).
Pada tahun 2018 Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di
SMK Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Desa Braja Sakti, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur. Pada
tahun 2019 peneliti melaksanakan penelitian di SMP Negeri 4 di Kota Bandar
Lampung untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.).
ix
Dengan Menyebebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, dengan mengucap syukur kepada Allah SWTkarena atas karunia rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan tugas akhir ini untukorang-orang yang sangat berharaga dalam hidupku:
Bapakku (H. Saleh Riyanto) dan Ibukku (Hj. Sukarni Hadi)
Yang selama ini telah berjuang merawat, membesarkan dan memberikan segalayang beliau punya sehingga Penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikantinggi ini. Terimakasih selalu mendoakanku, memberi nasehat, memberi kasihsayang tiada henti, mendukungku dalam meraih cita-citaku, kalian merupakan
semangat terbesar dalam hidupku. Semoga Allah SWT meridhai saya untuk dapatmemberikan yang terbaik untuk Bapak, Ibu dan Allah SWT mengganti semuanya
dengan Syurga-Nya kelak. Amin Ya Robbal Alamin.
Kakak-Kakakku (Indah Purwatmi Lestari, STr.Keb), (Dwi Susilowati,Amd.Kep)dan (Brigpol Sofyan Pradito Hartono)
Untuk ketiga kakakku yang ingin aku banggakan.Yang selalu mendukung, mendoakan dan memberi semangat serta mengingatkan
untuk terus berusaha membahagiakan orang tua tercinta. Semoga kita selaludieratkan meskipun tidak selalu bersama, dan selalu dalam lindungan allah SWT.
Amin Ya Robbal Alamin.
Para Pendidik
Para dosen dan guru-guruku, yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat,membimbingku, memberikan nasihat-nasihat yang berharaga dan motivasinyauntuk dapat terus melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan hingga saat ini.
Almamaterku tercinta. Universitas Lampung
x
Motto
“Sesungguhnya bersama kesulitian ada kemudahan”(QS. Al-Insyirah: 6)
“Waktu itu bagaikan pedang, jika engkau tidak memanfaatkannya dengan baik (untukmemotong) maka, ia akan memanfaatkanmu (dipotong)”
(H.R. Muslim)
xi
SANWACANA
Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY
(ADI) DAN GENDER TERHADAP KETERAMPILAN ARGUMENTASI
SISWA SMP PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN”.
Penulis menyadari ini bukanlah hasil jirih payah sendiri akan tetapi berkat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil sehingga
penulisan skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu di dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan rasa terima kasih yang tulus
kepada:
1. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA Universitas Lampung.
3. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Progam Studi Pendidikan
Biologi Universitas Lampung.
4. Dr. Neni Hasnunidah, S.Pd, M.Si,. Selaku Pembimbing Akademik sekaligus
Pembimbing 1 yang selalu sabar membimbing, selalu memberi nasihat,
banyak memberi ilmu yang bermanfaat, dan sangat banyak membantu selama
proses penyelesaian skripsi ini.
xii
5. Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed., selaku Pembimbing II yang telah sabar
dalam memberikan ilmu, arahan, masukan serta motivasi sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik.
6. Dr. Arwin Surbakti, M.Si., selaku Pembahas yang telah memberikan ilmu
yang bermanfaat dan saran-saran perbaikan sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
7. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Biologi yang telah memberikan
motivasi, nasihat, dan memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat.
8. Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Bandar Lampung, dan Guru IPA kelas VIII
(Ibu Fatmawati, S.Pd.) serta siswa-siswi kelas VIII D dan VIII E yang telah
memberikan waktu dan kesempatan kepada Penulis untuk dapat melaksanakan
penelitian di SMP Negeri 4 Bandar Lampung.
9. Sahabat-sahabat kampusku (Delis, Dini, Foo, Danar, Khori, Ulfa, Tia, Enggal,
dan Marpuah). Terimakasih untuk semua kebaikan, kasih sayang, kenangan,
canda tawa, suka duka dari awal hingga akhir perkuliahan.
10. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita
semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 29 Desember 2020Penulis,
Zahra Fathya ChaeunisaNPM 15132024058
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL …………………………………………………………. xvi
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… xvii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… xiii
1. PENDAHULUANA. Latar Belakang ......................................................................................... 1B. Rumusan Masalah .................................................................................... 9C. Tujuan Masalah ....................................................................................... 9D. Manfaat Penelitian.................................................................................... 10E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 10
II. TINJAUAN PUSTAKAA. Pembelajaran IPA.................................................................................... 13B. Model Pembelajaran Argument Driven Inquiry (ADI) .......................... 15C. Gender ..................................................................................................... 20D. Keterampilan Argumentasi ..................................................................... 24E. Materi Pokok Sistem Pernapasan di SMP............................................... 27F. Kerangka Pikir ........................................................................................ 37G. Hipotesis.................................................................................................. 40
III. METODE PENELITIANA. Tempat dan Waktu Penelitan ................................................................. 42B. Populasi dan Sampel .............................................................................. 42C. Desain Penelitian ................................................................................... 42D. Prosedur Penelitian ................................................................................ 43E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 45F. Teknik Analisis Data.............................................................................. 51
IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Argument-Driven Inquiry
(ADI) Terhadap Keterampilan Argumentasi Siswa ................................ 55B. Pengaruh Perbedaan Gender Terhadap Keterampilan Argumentasi
Siswa ....................................................................................................... 59
xiv
C. Pengaruh Interaksi Antara Model Pemebelajaran Argument-DrivenInquiry (ADI) dengan Gender Terhadap Keterampilan ArgumentasiSiswa ...................................................................................................... 61
D. Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran..................................................... 62E. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran.............................................. 66F. Pembahasan ............................................................................................. 69
V. SIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan.............................................................................................. 88B. Saran ....................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perbedaan Gender ........................................................................................ 222. Kerangka Analisis Keterampilan Argumentasi Ilmiah ................................ 263. Rancangan Penelitian Faktorial 2x2 ............................................................ 434. Denah Perlakuan Pretes dan Postes ............................................................. 435. Kerangka Analisis Keterampilan Argumentasi Ilmiah ................................ 466. Hasil Uji Validitas Soal ............................................................................... 477. Hasil Uji Reabilitas ...................................................................................... 488. Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran ........................................ 499. Interpretasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran ...................................... 5010. Kuesioner Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran ................................. 5011. Nilai Keterampilan Argumentasi Sebelum dan Sesudah Penerapan Model
Pembelajaran ADI........................................................................................ 5512. Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Keterampilan Argumentasi .............. 5713. Hasil Uji Ancova Keterampilan Argumentasi ............................................. 5814. UJI BNT Rerata Nilai Keterampilan Argumentasi Pada Kedua Model
Pembelajaran................................................................................................ 5815. Nilai Keterampilan Argumentasi Pada Siswa Laki-Laki dan Perempuan ... 5916. Uji BNT Rerata Nilai Keterampilan Argumentasi Pada Siswa Laki-Laki
dan Siswa Perempuan .................................................................................. 6017. Keterampilan Argumentasi dengan Perbedaan Gender (Laki-Laki dan
Perempuan) dengan Model yang Berbeda ................................................... 6118. Hasil Analisis Keterlaksanaan Sintaks Model ADI melalui Pengamatan
Guru dan Siswa ............................................................................................ 6419. Hasil Analisis Keterlaksanaan Sintaks Model Konvensional melalui
Pengamatan Guru dan Siswa ....................................................................... 6520. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Sistem Pernapasan Pada
Manusia dengan Model Pembelajaran ADI ................................................. 6621. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Sistem Pernapasan Pada
Manusia dengan Model Pembelajaran Konvensional .................................. 68
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Toulmin’s (Toulmin Argumentation Pattern) ................................................ 262. Sistem Pernapasan Pada Manusia ................................................................ 283. Kondisi paru-paru normal (kiri) penderita pneumonia (kanan) ................... 344. Paru-paru penderita TB dan Bakteri penyebab TBC ................................... 345. Tonsilitis ...................................................................................................... 356. Paru-paru normal dan Kanker paru-paru ..................................................... 367. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................ 398. Hubungan Antara Variabel .......................................................................... 409. Diagram Skor Keterampilan Argumentasi Siswa ........................................ 5610. Contoh Soal Argumentasi Pretes dan Postes ............................................... 7211. Contoh Jawaban Pretes dan Postes Siswa Kelas Eksperimen ..................... 7312. Contoh Jawaban Pretes dan Postes Siswa Kelas Kontrol ............................ 7313. Hasil Kerangka Argumentasi Pada Tahap Pembuatan Argumen Tentatif .. 7614. Sesi Interaktif Argumentasi ......................................................................... 7715. Tahap Pembuatan Argumen Tentatif ........................................................... 8016. Jawaban Siswa Perempuan dengan Model ADI .......................................... 8317. Jawaban Siswa Laki-Laki dengan Model ADI ............................................ 8418. Jawaban Siswa Perempuan dengan Model Inkuiri ...................................... 8419. Jawaban Siswa Laki-Laki dengan Model Inkuiri ........................................ 84
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman1. Lembar Kuesioner Guru .............................................................................. 972. Lembar Kuisioner Siswa.............................................................................. 1023. Silabus Sistem Pernapasan Pada Manusia ................................................... 1044. RPP untuk Kelas Eksperimen ...................................................................... 1065. RPP untuk Kelas Kontrol............................................................................. 1216. LKPD dan Kunci Jawaban Kelas Eksperimen............................................. 1307. LKPD dan Kunci Jawaban Kelas Kontrol ................................................... 1378. Rubrik Soal Sistem Pernapasan Pada Manusia............................................ 1419. Soal Tes Keterampilan Argumentasi ........................................................... 14810. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran........................................ 15011. Lembar Kuesioner Tanggapan Siswa .......................................................... 15612. Hasil Uji Validitas........................................................................................ 15713. Hasil Uji Reabilitas ...................................................................................... 15914. Data Nilai Pretes Keterampilan Argumentasi Siswa Kelas ADI ................. 16015. Data Nilai Postes Keterampilan Argumentasi Siswa Kelas ADI................. 16116. Data Nilai Pretes Keterampilan Argumentasi Siswa Kelas
Konvensional ............................................................................................... 16217. Data Nilai Postes Keterampilan Argumentasi Siswa Kelas
Konvensional ............................................................................................... 16318. Perbandingan Hasil Skor Keterampilan Argumentasi Postes dengan
Model yang Berbeda .................................................................................... 16419. Data Deskritif Keterampilan Argumentasi Sebelum dan Sesudah Penerapan
Model Pembelajaran ADI dan Gender......................................................... 16520. Data Keterampilan Argumentasi Dengan Perbedaan Gender
dengan Model yang Berbeda ....................................................................... 16621. Hasil Uji Normalitas .................................................................................... 16722. Hasil Uji Homogenitas................................................................................. 16823. Hasil Uji Ancova.......................................................................................... 16924. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) ......................................................... 17025. Data Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran ADI Oleh
Guru dan Siswa ............................................................................................ 17126. Data Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Inkuiri
Oleh Guru dan Siswa ................................................................................... 17527. Data Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Model ADI ...................... 17728. Data Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Model Inkuiri................... 17829. Contoh Hasil Pre-test dan Post-test Siswa .................................................. 17930. Jawaban LKPD Kelas Eksperimen .............................................................. 18231. Jawaban LKPD Kelas Kontrol..................................................................... 184
xviii
32. Review Laporan ........................................................................................... 18733. Surat ............................................................................................................. 190
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada abad 21 telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Seiring dengan berkembangnya Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), maka bangsa indonesia harus mengikuti
perkembangan tersebut agar tidak tertinggal dengan negara lain. Oleh karena
itu, peningkatan sumber daya manusia di Indonesia perlu dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya melalui pendidikan. Dalam dunia pendidikan
aspek yang diajarkan pada siswa menurut Permendikbud No. 22 Tahun 2016
yaitu, mengajarkan keterampilan fiskal (hardskill) dan keterampilan mental
(softskill) pada siswa. Menurut AACTE (2010: 6) kemampuan komunikasi
termasuk keterampilan argumentasi merupakan salah satu kemampuan
softskill yang dibutuhkan oleh siswa.
Keterampilan berargumentasi penting untuk diberdayakan di dalam
pembelajaran sains agar kemampuan literasi sains siswa dapat ditingkatkan.
Hal ini juga ditunjukkan oleh pendapat Bell dan Linn (2002, dalam Bricker
dan Bell 2008: 474) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran sains perlu
dimasukkan keterampilan argumentasi, karena dapat digunakan untuk
membantu siswa terlibat dalam kontruksi gagasan ilmiah serta belajar
bagaimana cara kerja ilmiah. Menurut Simon, dkk. (2006: 236) aspek penting
2
dalam literasi sains salah satunya adalah memahami dan menerapkan
keterampilan argumentasi ilmiah. Sementara itu, kemampuan literasi sains
siswa SMP di Indonesia masih tergolong rendah di bawah rata-rata. Hal ini
ditunjukkan dari hasil studi PISA (Programme for Internasional Student
Assessment) bahwa prestasi siswa di Indonesia dibidang IPA menduduki
peringkat 60 dari 69 negara peserta pada tahun 2012. Peringkat tersebut
menggambarkan siswa Indonesia masih rendah dalam kemampuan literasi
sains yaitu diantaranya mengidentifikasi masalah ilmiah, menggunakan fakta
ilmiah, memahami sistem kehidupan dan memahami penggunaan peralatan
sains (OECD, 2014: 232).
Pentingnya argumentasi dalam pembelajaran juga diungkapkan oleh beberapa
ahli, yaitu menurut pendapat Keraf (2007: 3) argumentasi adalah suatu bentuk
retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain,
agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh penulis atau pembicara. Dalam mengemukakan argumentasi,
untuk membuktikan pendapat tersebut benar atau tidak maka sesorang harus
mengumpulkan sebuah fakta. Penggunaan argumen adalah penting untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami serta mempraktekkan
berdebat secara ilmiah dan valid agar dapat menguak inti pengetahuan sains
(Osborne, dkk., 2004: 996). Siswa harus memiliki kesempatan untuk terlibat
dalam kegiatan yang mengharuskan mereka menggunakan bahasa dan
penalaran ilmiah dengan sesama siswa dan guru agar mengetahui cara
membangun dan mengevaluasi argumen ilmiah (Duschel dan Osborne, 2002:
48).
3
Pentingnya pengembangan argumentasi pada kehidupan sehari-hari dapat
dikatakan adalah hal yang esensial. Hampir setiap pekerjaan ataupun segala
hal memerlukan argumen. Menurut Weston (2007: 2-3) keesensialan
argumentasi tersebut disandarkan pada dua alasan, yakni argumentasi
merupakan sebuah usaha mencari tahu pandangan mana yang lebih baik dari
yang lain dan argumen dijabarkan sebagai cara seseorang menjelaskan dan
mempertahankan suatu gagasan. Kaitannya dengan hal itu, Keraf (2007: 3)
menyatakan bahwa melalui argumentasi seseorang dapat menunjukkan
pernyataan-pernyataan (teori-teori) yang dikemukakan benar atau tidak
dengan mengacu pada fakta atau bukti-bukti yang ditunjukkan. Dengan
demikian, argumentasi mengharuskan seseorang untuk mampu
mempertanggungjawabkan apa yang dikatakan/dinyatakan.
Berdasarkan hasil analisis angket terhadap 40 guru IPA SMP Negeri dan
Swasta di Kota Bandar Lampung menunjukkan bahwa 55% guru sudah
mengembangkan keterampilan argumentasi siswa dan 45% guru sudah pernah
menilai keterampilan argumentasi siswa dalam pembelajaran IPA. Sebagian
guru (55-60%) menyatakan bahwa keterampilan argumentasi siswa masih
tergolong rendah, seperti: 1) Menyatakan suatu pendirian berupa pendapat
atau pernyataan (claim), 2) Menampilan fakta-fakta tertentu yang diandalkan
untuk mendukung pendapat (claim) yang diberikan, 3) Memberikan bukti
yang mendukung dan relevan, 4) Membuat penjelasan sebab akibat yang
berhubungan terhadap fenomena yang diberikan, 5) Memberikan sanggahan
terhadap pendapat orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa, guru menyadari
bahwa keterampilan argumentasi siswa masih tergolong rendah.
4
Untuk mengembangkan kemampuan argumentasi pada siswa, maka
diperlukan sebuah model pembelajaran yang bisa memfasilitasinya. Bilig dan
Khun (1996, dalam Osborne, 2004: 996) menyatakan bahwa proses
pembelajaran yang melibatkan argumen dalam pembelajaran harus melibatkan
siswa pada kegiatan diskusi kelompok, sehingga siswa dapat memiliki
kesempatan untuk berlatih metode ilmiah dalam menyetujui dan menyanggah
ide-ide mereka selain mempelajari konsep. Salah satu cara yang mungkin
dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan keterampilan argumentasi
siswa adalah melalui model pembelajaran berbasis inkuiri. Inkuiri adalah
sebuah strategi yang menekankan pada proses berpikir secara sistematis, kritis
dan analisis untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu
permasalahan yang dihadapi, baik di dalam proses pembelajaran maupun di
lingkungan dimana mereka berada, sehingga di harapkan dapat menumbuhkan
sikap percaya diri dan kebermaknaan hidup (Lahadisi, 2014: 89).
Berdasarkan hasil analisis angket dan wawancara terhadap 40 guru IPA SMP
Negeri dan Swasta di Kota Bandar Lampung yang dilaksanakan pada bulan
September sampai Oktober 2018 diketahui bahwa 45% guru sudah
menggunakan inkuiri dalam pembelajaran IPA. Namun pelaksanaannya, guru
dalam penggunaan model inkuiri belum memberdayakan keterampilan
argumentasi siswa, karena siswa masih belum bisa menyampaikan
argumentasi dengan yakin dan percaya diri. Menurut Kim dan Song (2005:
134) pada umumnya pembelajaran IPA di kelas lebih menekankan pada kerja
praktek daripada melibatkan siswa dalam proses berpikir melalui serangkaian
wacana ilmiah diskusi, argumentasi dan negosiasi. Sementara itu, model
5
inkuiri yang kebanyakan telah diterapkan oleh guru masih belum dapat
mengembangkan kemampuan argumentasi ilmiah siswa karena hanya sebatas
melibatkan siswa untuk mencari data dan mempresentasikan data yang
didapat.
Selain itu, hasil survei yang dilaksanakan pada 546 siswa SMP kelas VIII di
Bandar Lampung menunjukkan, keterampilan argumentasi perlu dimiliki oleh
mereka. Selain itu, sebanyak 52% siswa merasa tertantang bila dalam forum
diskusi, 58% siswa menyatakan mampu berbicara lancar dan cukup percaya
diri untuk menyatakan pendapat di depan kelas, 73% siswa merasa tertarik
untuk memberikan komentar terhadap orang lain, 82% siswa merasa perlu
menunjukkan bukti dan melakukan pembenaran dalam mempertahankan
pendapat, 49% siswa menyatakan dapat mempengaruhi orang lain, serta
memberikan alasan yang kuat untuk mendukung suatu pendapat, dan 63%
menyatakan yakin dapat memberikan sanggahan terhadap suatu pendapat yang
dianggap tidak benar. Hasil survei menunjukkan bahwa besarnya potensi
siswa yang dikembangkan kemampuannya dalam berargumentasi.
Sebuah model pembelajaran yang berlandaskan inkuiri diperlukan dalam
mengembangkan kemampuan argumentasi siswa. Salah satu alternatif model
pembelajaran yang dapat digunakan adalah ADI (Argument Driven Inquiry).
Tetapi, hasil angket menunjukkan bahwa hampir semua (75%) guru belum
mengetahui tentang model pembelajaran ADI, sehingga model pembelajaran
tersebut belum diterapkan di sekolah dalam proses pembelajaran IPA,
terutama pada materi pokok sistem pernapasan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sampson dan Gleim (2009, dalam Demircioglu dan Ucar, 2015: 268)
6
bahwa beberapa guru IPA memiliki masalah dalam mengintegrasikan dan
menggunakan penyelidikan ilmiah di kelas mereka, serta melibatkan siswa
ikut dalam penelitian ilmiah untuk membantu mereka memahami
perkembangan konsep penting dalam sains.
Sistem pernapasan pada manusia termasuk ke dalam materi pokok yang
diajarkan di sekolah pada siswa kelas VIII SMP/MTs. Dalam pembelajaran
materi pokok tersebut, siswa diharapkan dapat mencapai Kompetensi Dasar
(KD) yaitu 3.9 Menganalisis sistem pernapasan pada manusia dan memahami
gangguan pada sistem pernapasan serta upaya menjaga kesehatan sistem
pernapasan dan KD 4.9 Menyajikan karya tentang upaya menjaga sistem
pernapasan. Model pembelajaran ADI diyakini tepat untuk digunakan karena
materi sistem pernapasan pada manusia merupakan materi yang objeknya
nyata dan dapat dilihat langsung oleh siswa. Siswa dapat mengobservasi
fenomena yang berkaitan dengan sistem pernapasan pada manusia secara
langsung, sehingga siswa tidak sulit merancang penyelidikan ilmiah. Hal ini
didasarkan penelitian Sampson, dkk. (2010: 219) bahwa model pembelajaran
ADI merupakan salah satu model pembelajaran yang didesain untuk
membantu siswa dalam memahami penjelasan ilmiah, belajar cara
menghasilkan bukti ilmiah, dan merefleksikan pengetahuan ilmiah kepada
siswa untuk mengembangkan metode mereka sendiri dalam memperoleh data,
melakukan investigasi, menggunakan data untuk menjawab pertanyaan
penyelidikan, menulis, dan berpikir lebih reaktif.
Beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang
akan dilakukan dan mendukung penelitian ini yaitu Ginanjar, dkk. (2015: 27)
7
yang menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran ADI dapat
meningkatkan kemampuan argumentasi siswa SMP, baik berargumentasi lisan
maupun tertulis. Sampson, dkk. (2010: 217) menyatakan bahwa siswa
memiliki keterlibatan disiplin yang lebih baik dan menghasilkan argumen
yang lebih baik setelah pembelajaran dengan menggunakan model ADI.
Penelitian yang dilakukan oleh Demircioglu & Ucar (2015: 267) model ADI
menyimpulkan bahwa metode yang efektif untuk meningkatkan prestasi
akademik dan proses sains.
Penggunaan model pembelajaran dipengaruhi oleh karakteristik siswa,
diantaranya adalah gender. Gender adalah suatu proses kultural yang berupaya
membuat perbedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik
emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang di dalam
masyarakat tanpa konotasi-konotasi yang sepenuhnya bersifat biologis (Janah,
2017: 168). Gender merupakan suatu konsep yang digunakan untuk
mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Secara alamiah
telah diketahui bahwa laki-laki dan perempuan memiliki struktur otak yang
berbeda (Yuliani, 2014: 3). Hasil tersebut berkaitan dengan perkembangan
otak laki-laki dan perempuan pada usia 12-16 tahun yang berbeda, karena
selama puber perkembangan otak perempuan lebih cepat dua tahun dari pada
laki-laki. Ini menjelaskan mengapa siswa putra lebih sulit belajar bahasa,
tetapi lebih cepat menyerap pelajaran matematika dari pada siswa putri
(Yulianto dan Dwijananti, 2013: 27). Menurut (Yuliani, 2014: 4) terdapat
perbedaan kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa
perempuan. Siswa laki-laki mampu memunculkan pertanyaan dimensi kognitif
8
analisis (C4) lebih banyak dibandingkan perempuan untuk kategori taksonomi
Bloom. Sedangkan siswa perempuan lebih banyak menanyakan dimensi
kognitif analisis (C1) untuk kategori taksonomi Bloom.
Hasil analisis angket menunjukkan bahwa 25% guru dalam membentuk
kelompok belajar yang heterogen mempertimbangkan perbedaan gender (laki-
laki/perempuan) peserta didik. Menurut (Slavin, 2010: 16) guru membentuk
kelompok yang anggotanya empat atau lima orang secara heterogen (berbeda
jenis kelamin, latar belakang, status sosial, kemampuan akademik dan lain-
lain. Seperti pada penelitian Kariawati (2017: 269) kelas disusun dalam
kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa dengan kemampuan yang
heterogen baik jenis kelamin maupun suku). Heterogenitas anggota dalam
suatu kelompok dapat diliat dari level keterampilan, pengalaman, etnis, jenis
kelamin, keterampilan komunikasi, kepemimpinan, dan keinginan untuk
berjuang bagi timnya. Makin heterogen anggota tim makin cenderung mudah
melaksanakan penilaian keberhasilan pembelajaran (Suherman, 2009: 30).
Menurut Wang (2012: 109) siswa harus bekerjasama dalam kelompok untuk
bisa melaksanakan tugas dan mencapai tujuan bersama. Dengan demikian,
akan terjalin komunikasi interpersonal termasuk ke dalamnya adalah
kemampuan untuk mendengarkan, bertanggung jawab terhadap tugas, belajar
untuk memberi dan menerima umpan balik, dan kemampuan untuk saling
menolong satu sama lain antara anggota kelompok (Polvi dan Telama,
2000:106).
Berdasarkan uraian tersebut dan mengingat pentingnya keterampilan
argumentasi bagi siswa serta perlunya seorang guru dalam
9
mempertimbangkan perbedaan gender dalam pembelajaran, maka perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut yang dapat melatih keterampilan argumentasi
siswa dengan metode inquiry. Hal inilah yang menjadi dasar alasan peneliti
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
Argument-Driven Inquiry (ADI) dan Gender Terhadap Keterampilan
Argumentasi Siswa SMP Pada Materi Pokok Sistem Pernapasan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan model
pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI), terhadap keterampilan
argumentasi siswa SMP pada materi pokok sistem pernapasan?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari perbedaan gender terhadap
keterampilan argumentasi siswa SMP pada materi pokok sistem
pernapasan?
3. Apakah terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara model
pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI) dengan gender terhadap
keterampilan argumentasi siswa SMP pada materi pokok sistem
pernapasan?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
10
1. Signifikasi pengaruh dari penggunaan model pembelajaran Argument-
Driven Inquiry (ADI) terhadap keterampilan argumentasi siswa SMP pada
materi pokok sistem pernapasan.
2. Signifikasi pengaruh dari perbedaan gender terhadap keterampilan
argumentasi siswa SMP pada materi pokok sistem pernapasan.
3. Signifikasi pengaruh dari interaksi antara pembelajaran Argument-Driven
Inquiry (ADI) dengan gender terhadap keterampilan argumentasi siswa
SMP pada materi pokok sistem pernapasan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda untuk
meningkatkan keterampilan argumentasi siswa dalam pembelajaran IPA.
2. Bagi guru, dapat menjadi pertimbangan sebagai alternatif model
pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan argumentasi siswa.
3. Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman dan pengetahuan, dalam
mengajar dengan menggunakan model ADI untuk materi sistem
pernapasan pada manusia.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran ADI adalah model pembelajaran yang
menerapkan kegiatan membaca, menulis, dan argumentasi yang
dilengkapi mereview dengan fakta-fakta melalui penelitian. Ada 8
sintaks pada penelitian ini yaitu: 1) Mengidentifikasi masalah; 2)
Mengumpulkan data; 3) Pembuatan argumen tentatif; 4) Sesi
11
argumentasi; 5) Penyusunan laporan; 6) Revieu laporan; 7) Revisi
laporan; 8) Diskusi reflektif;
2. Variabel gender dalam penelitian ini dibedakan menjadi laki-laki dan
perempuan. Gender merupakan suatu konsep yang digunakan untuk
mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Secara
alamiah telah diketahui bahwa laki-laki dan perempuan memiliki
struktur otak yang berbeda;
3. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Negeri 4 Bandar Lampung. Sedangkan sampel penelitian ini adalah
siswa-siswa SMP Negeri 4 Bandar Lampung yang terdiri dari kelas
VIII.D dan kelas VIII.E yang dibedakan menjadi kelas eksperimen
dan kelas kontrol;
4. Materi pokok yang diteliti adalah Sistem Pernapasan pada Manusia
untuk siswa SMP kelas VIII pada KD. 3.9 Menganalisis sistem
pernapasan pada manusia dan memahami gangguan pada sistem
pernapasan serta upaya menjaga kesehatan sistem pernapasan;
5. Keterampilan argumentasi siswa, yaitu kemampuan siswa untuk
mengkonstruk atau membangun gagasan atau penjelasan ilmiah untuk
memecahkan suatu gejala atau masalah dengan dilengkapi data-data
atau fakta yang ditemukan dalam kegiatan penyelidikan. Keterampilan
argumentasi diukur menggunakan kerangka kerja TAP yang
dimodifikasi oleh Osborne, dkk. (2004: 1008), yaitu: a) Argumentasi
terdiri dari argumen-argumen dengan sebuah counter claim atau claim
dengan claim lain; b) Argumentasi memiliki argumen-argumen yang
tersusun atas claim, data, warrant atau backing tapi tidak memiliki
12
rebuttals; c) Argumentasi memiliki argumen dengan serangkaian claim
atau counter claim dengan data, warrents atau backings dengan
sanggahan yang lemah sekali; d) Argumentaasi menunjukkan argumen
dengan sebuah rebuttal yang bisa diidenitfikasi dengan jelas seperti,
sebuah argumen yang memiliki beberapa claim dan counter claim tetapi
tidak diperlukan. e) Argumentasi menghadirkan argumen yang
diperpanjang dengan lebih satu rebuttal. Adapun alat ukur yang
dilakukan dalam penelitian ini yaitu soal pre tes dan pos tes dengan tipe
Competiting Theories oleh (Osborne, dkk., 2004: 1002).
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan konsep pembelajaran alam yang
mempunyai hubungan sangat luas dengan kehidupan manusia. Menurut
Zubaidah (2011: 6) IPA didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh
melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan dan deduksi
untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat
dipercaya. IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya
secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui
metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah
seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya (Trianto, 2010: 136).
Sedangkan menurut Sulistyanto dan Endy (2008: 7) IPA merupakan
kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja tetapi juga
mencangkup pengetahuan seperti keterampilan dalam hal melaksanakan
penyelidikan ilmiah.
IPA merupakan ilmu dasar (basic sciece) yang membekali peserta didik
belajar tentang alam dengan segala aktivitasnya dan mendasari ilmu-ilmu
terapannya (Munandar, 2016: 11). IPA memiliki karakteristik khusus, yaitu:
1) mempelajari fenomena alam yang flaktual; 2) berupa kenyataan atau
kejadian; 3) hubungan sebab akibatnya (Wisudawati dan Sulistyowati, 2004:
14
22-24). Dalam IPA peserta didik akan belajar tentang alam dengan segala
aktivitasnya untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan proses.
Keterampilan proses dalam IPA meliputi: mengamati, mengajukan hipotesis,
menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar, mengajukan pertanyaan,
menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasi hasil temuan
secara lisan ataupun tertulis, menggali dan memilah informasi faktual yang
relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-
hari (Munandar, 2016: 12).
Pada hakikatnya, proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian
pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
memahami alam sekitar secara alamiah. Pembelajaran IPA menurut
Muhlisin, dkk. (2016: 113) merupakan integrasi antara proses inkuiri dan
pengetahuan sehingga pengembangan konsep IPA harus dikaitkan dengan
pengembangan keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah. Peserta didik dilatih
untuk mengembangkan keterampilan menjelajah lingkungan dan
memecahkan masalah. Selain itu, menurut Sayekti, dkk. (2012: 143)
pembelajaran IPA memberikan kesempatan siswa untuk mendeskripsikan
objek dan kejadian, mengajukan pertanyaan, memperoleh pengetahuan,
mengkonstruk penjelasan dari fenomena alam, menguji penjelasan dengan
berbagai cara dan mengomunikasikannya kepada orang lain. Pembelajaran
IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2014: 53).
15
Pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: (1) memberikan pengalaman pada
siswa sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran
fisis; (2) menanamkan pada siswa pentingnya pengamatan empiris dalam
menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari
pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang memerlukan pembuktian
secara ilmiah; (3) latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan
belajar matematika, yaitu sebagai penerapan matematika pada masalah-
masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam; (4) memperkenalkan
dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan dan
pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan
keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah (Depdiknas, 2006: 6).
Sebagai bagian dari IPA, secara eksplisit biologi juga memiliki misi
tersendiri, yaitu: aspek empiris, aspek evaluasi dan aspek sintas. Belajar
biologi berarti berupaya mengenali proses kehidupan nyata di lingkungan,
atau belajar biologi dari aspek empiris (purpose in emerical evidence).
Belajar biologi berarti berupaya mengenali diri sebagai makhluk, atau belajar
biologi dari aspek evaluasi (purpose in human institution). Belajar biologi
diharapkan bermanfaat untuk peningkatkan kualitan dan kehidupan manusisa
serta lingkungannya atau belajar biologi dari aspek sintas (purpose in human
life) (Rustaman, 2005: 34).
B. Model Pembelajaran Argument -Driven Inquiry (ADI)
Salah satu model pembelajaran yang memiliki peranan penting dalam proses
pembelajaran IPA adalah Argumen-Driven Inquiry (ADI). Argumen-Driven
Inquiry (ADI) merupakan sebuah model pembelajaran yang menekankan
16
pada konstruksi dan validasi pengetahuan melalui kegiatan penyelidikan
(inkuiri). Model pembelajaran ADI menurut Sampson dan Gleim (2009: 465)
sebagai model pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan siswa dengan cara melakukan penyelidikan di
laboratorium sehingga siswa dapat berkontribusi melalui argumentasi ilmiah,
membaca dan menulis.
Model pembelajaran ADI dirancang untuk membuat sebuah kelas yang dapat
membantu siswa untuk mengerti tentang bagaimana cara membuat sebuah
penjelasan ilmiah, bagaimana menggeneralisasikan fakta ilmiah,
menggunakan data untuk menjawab pertanyaan ilmiah dan pada akhirnya
merefleksikan hasil kerja yang telah dilakukannya (Sampson dkk., 2011: 18).
Model pembelajaran ADI berbeda dengan metode lainnya, yaitu siswa
diarahkan untuk merancang dan melaksanakan penyelidikan mereka sendiri,
mengumpulkan dan menganalisis data, berkomunikasi dan membenarkan ide-
ide mereka satu sama lain selama sesi argumentasi interaktif, menulis laporan
penyelidikan dan mendokumentasikan pekerjaan mereka, dan terlibat dalam
peer-review (Demircioglu dan Ucar, 2015: 269). Sementara, Astuti dan
Corebima (2016: 336) menyatakan bahwa model pembelajaran ADI
memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah membingkai tujuan
kegiatan kelas sebagai upaya untuk mengembangkan, memahami, atau
mengevaluasi penjelasan ilmiah untuk fenomena alam atau solusi untuk
masalah.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran ADI menurut (Sampson dan
Gleim, 2009: 466-470) sebagai berikut:
17
1) Identifikasi tugas
Pada tahap ini, guru mengenalkan topik utama dan urutan pembelajaran
yang akan dipelajari. Langkah-langkah pada tahap ini di rancang untuk
menarik perhatian dan minat siswa. Guru perlu memancing siswa apakah
mereka sudah memahami kegiatan yang akan mereka lakukan. Pada akhir
tahap ini, siswa harus menyiapkan diri untuk terlibat dalam topik yang
akan dipelajari serta harus mengetahui langkah-langkah untuk
mengumpulkan data.
2) Pengumpulan data
Pada tahap ini, siswa akan mengembangkan dan menerapkan suatu
metode untuk menjawab permasalahan penelitian dalam kelompok
kolaboratif. Siswa diberi kesempatan umtuk berinteraksi langsung
mencari data yang sesuai dengan permasalahan penelitian menggunakan
teknik pengumpulan data yang tetap dan sesuai. Siswa memiliki
kesempatan untuk mempelajarai jenis, bahan dan teknik pengumpulan
data yang sesuai dengan subjek kualifikasi penelitian. Siswa akan
mengetahui permasalahan yang mereka temui selama penelitian dalam
studi eksperimental.
3) Produksi argumen tentatif
Pada tahap ini guru membimbing siswa untuk menuliskan argumen
meliputi claim, bukti (data), warrant dan backing dipapan tulis dan bisa
dibagikan oleh kelompok lainnya. Setiap siswa harus bekerja sama agar
penulisan argumen selesai dengan tepat waktu yang telah disediakan.
Tahap ini dirancang untuk memfokuskan perhatian siswa pada
pentingnya membangun sebuah argumen yang bersifat ilmiah dan harus
18
mampu mendukung penjelasan dengan bukti-bukti yang valid. Siswa
harus memahami ilmuan harus mendukung klaim dengan bukti dan
penjelasan yang tepat.
4) Sesi interaktif argumentasi
Pada tahap ini, siswa diberi kesempatan untuk mengusulkan, memberi
dukungan, memberi kritik, memperbaiki kesimpulan, penjelasan atau
dugaan dari hasil penelitain kelompok yang lain. Salah satu anggota dari
masing-masing kelompok akan berlaku sebagai juru bicara untuk berbagi
hasil penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan yang telah dicapai, data
yang mereka kumpulakan, dan ide-ide dari kelompok mereka. Setiap
anggota dari masing-masing kelompok bisa memberikan sanggahan
kepada kelompok lainnya untuk menentukan klaim yang paling valid atau
memperbaiki klaim sehingga klaim bisa diterima. Dalam tahap ini, siswa
dilatih untuk berargumen ketika apa yang mereka temukan berbeda
dengan kelompok lain. Kemudian siswa akan berusaha mencari tahu
kebenarannya dengan memastikan kembali data-data yang telah diperoleh
berdasarkan penyelidikan yang telah dilaksanakan dan juga memastikan
teori yang berkaitan dengan penemuannya.
5) Penyusunan laporan
Pada tahap ini, siswa belajar untuk menuliskan hasil penyelidikan yang
telah dilakukan. Dengan menuliskan kembali hasil penyelidikan akan
membuat siswa semakin mengingat temuan-temuan berkaitan dengan
materi tersebut. Laporan dibuat oleh masing-masing individu yang
menjelaskan tujuan penyelidikan, metode yang digunakan, serta
memberikan argumen dengan alasan yang baik.
19
6) Review Laporan
Setelah laporan diselesaikan,maka akan dilakukan review laporan antar
teman untuk mengetahui ketepatan isi atau kriteria laporan berdasarkan
lembar review model ADI. Riviewer bertugas untuk memberikan skor
pada setiap tahapan. Kemudian menulisakan komentar berdasarkan
kesalahan-kesalahan atau kekurangan-kekurangan yang terdapat pada
laporan tersebut. Pada tahap ini siswa juga dilatih untuk objektif dalam
memberikan skor kepada temannya dan mengasah kemampuan dalam
memahami tulisan orang lain.
7) Revisi laporan personal
Tahap ini laksanakan setelah terlaksananya review laporan. Laporan yang
telah dikoreksi dikumpulkan kepada guru untuk diberikan nilai. Jika nilai
yang diperoleh dibawah ketentuan maka akan dikembalikan kepada
pemiliknya untuk direvisi. Setelah revisi selesai, maka laporan tersebut
harus dikumpulkan kembali kepada guru untuk dinilai. Revisi laporan
bertujuan untuk melatih siswa menulis dengan lebih baik dan tidak
mengulangi kesalahan yang sama.
8) Diskusi reflektif
Guru memimpin diskusi eksplisit dan reflektif tentang penyelidikan
setelah peer review selesai. Tujuan dari diskusi ini adalah menyediakan
tempat bagi siswa untuk berbicara tentang apa yang telah mereka pelajari
selama penyelidikan.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran ADI
dapat mengembangan keterampilan argumentasi siswa. Penelitian yang
20
dilakukan oleh Sampson, dkk. (2010: 217) menujukkan bahwa model
pembelajaran ADI, mempengaruhi cara siswa berpartisipasi dalam
argumentasi ilmiah dan kualitas argumentasi ilmiah mereka. Siswa memiliki
disiplin yang lebih baik dan menghasilkan argumen yang lebih baik setelah
pembelajaran, meskipun ada beberapa masalah muncul yang menghambat
peningkatan secara keseluruhan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh
Sampson, dkk. (2012: 7) menyimpulkan bahwa siswa memiliki keterampilan
dan pemahaman tentang sifat dari penyelidikan ilmiah serta menghasilkan
argumen yang lebih baik setelah menggunakan model pembelajaran ADI.
Demircioglu & Ucar (2012: 5037) telah melakukan penelitian kepada
Mahasiswa PPG Sains SD di Universitas Turki, ternyata model pembelajaran
ADI mampu meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam berargumen
dibandingkan dengan metode praktikum tradisional. Penelitian yang
dilakukan Kadayifci, dkk. (2012: 805) yang dilakukan di kelas kimia sebuah
Universitas di Turki menyimpulkan bahwa melalui model pembelajaran ADI
dapat ditemukan hubungan antara kelemahan siswa dalam keterampilan
berargumentasi dengan rendahnya keterampilan berpikir kritis dan rendahnya
kreativitas.
C. Gender
Gender dipahami sebagai suatu konsep mengenai peran laki-laki dan
perempuan. Istilah gender menyangkut perbedaan psikologi, sosial dan
budaya antara laki-laki dan perempuan (Remiswal, 2013: 12). Menurut
Santrock (2011:217) gender merujuk pada konsep laki-laki atau perempuan
berdasarkan dimensi sosial budaya dan psikologi. Gender dibedakan dari
21
jenis kelamin, yang melibatkan dimensi biologis dari perempuan atau laki-
laki. Peran gender adalah harapan sosial yang menentukan bagaimana laki-
laki dan perempuan seharusnya berpikir, bertindak, dan merasakan.
Sedangkan menurut (Nevid, 2009: 770) Gender adalah konsep psikososial
yang membedakan maskulinitas dan feminitas. Dengan demikian, kita
menggunakan istilah peran gender untuk menyebut tatanan prilaku oleh
budaya tertentu dianggap bisa diterima bagi laki-laki atau perempuan.
Pengalaman psikologis menjadi laki-laki atau perempuan disebut dengan
identitas gender.
Perbedaan gender merupakan satu dari berbagai macam perbedaan yang ada
di dalam kelas. Siswa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam
beberapa hal. Elliot, dkk. (2000: 138) telah menunjukkan beberapa perbedaan
siswa ditinjau dari perbedaan gender. Perbedaan yang tampak jelas adalah
perbedaan secara fisik. Anak laki-laki biasanya memiliki fisik yang lebih
besar dan kuat meskipun hampir semua anak perempuan matang lebih cepat
daripada anak laki-laki. Anak laki-laki juga dinyatakan lebih unggul dalam
hal keterampilan spasial daripada anak perempuan. Sementara itu, menurut
Pambudiono, dkk. (2018: 449) anak laki-laki sering mengalami masalah
dalam hal berbahasa, sehingga anak perempuan dinyatakan lebih unggul
dalam hal kemampuan verbal. Perbedaan gender ini tampaknya juga
berpengaruh pada besarnya motivasi siswa untuk berprestasi. Hal tersebut
karena adanya anggapan bahwa anak laki-laki lebih unggul dalam bidang
sains dan matematika, sedangkan anak perempuan akan lebih unggul pada
tugas-tugas yang lebih feminim seperti seni dan musik.
22
Persoalan perbedaan gender dalam kecerdasan atau pencapaian akademis
telah diperdebatkan selama berabad-abad dan masalah itu menjadi sangat
penting (Slavin, 2008: 159). Beberapa pendekatan biologis menjelaskan
perbedaan-perbedaan dalam otak perempuan dan laki-laki. Satu pendekatan
berfokus pada perbedaan antara perempuan dan laki-laki di dalam Corpus
collosum, sekumpulan serat saraf yang menggabungkan dua belahan otak
(Santrock, 2011: 218). Corpus collosum pada perempuan lebih besar daripada
laki-laki dan ini mungkin menjelaskan mengapa perempuan lebih sadar
dibandingkan dengan laki-laki tentang emosi mereka sendiri dan emosi orang
lain. Ini bisa terjadi karena otak kanan mampu meneruskan lebih banyak
informasi tentang emosi ke otak kiri. Bagian otak yang terlibat dalam
pengungkapan emosional menunjukkan lebih banyak aktivitas metabolis pada
perempuan dibandingkan pada laki-laki Gur, dkk., (1995 dalam Santrock,
2011: 218). Selain itu, bagian Lobus parietal (salah satu cuping otak di
bagian ujung kepala) yang berfungsi dalam keterampilan visual dan ruang
pada laki-laki, lebih besar daripada perempuan (Frederikse, dkk., 2000: 425).
Perbedaan gender dalam hal kemampuan kognitif, kepribadian dan
kemampuan kepemimpinan dapat dilihat dalam tabel 1. berikut ini:
Tabel 1. Perbedaan GenderKeterampilan atau Ciri Temuan Penelitian Komentar Tambahan
Kemampuan Kognitif Anak perempuan umumnyabekerja lebih baik dari padaanak laki-laki dalamketerampilan verbaltertentu, sedangkan anaklaki-laki bekerja lebih baikdalam keterampilan visual-spasial spesifik danketerampilan matematika
Perbedaan di dalamgender lebih besardaripada di antaragender. Perbedaangender terkaitkemampuan mungkinmencerminkan faktorbiologis danpsikososial
23
Lanjutan Tabel 1.Keterampilan atau Ciri Temuan Penelitian Komentar Tambahan
Kepribadian Laki-laki umumnyamempunyai agresivitas danpenghargaan lebih tinggi.Perempuan cenderunglebih tinggi dalam halkeramahan,kesalingpercayan,kepengasuhan dan ekspresiemosi
Watak kepribadian,kemampuan kognitifdan perilaku bermainterkait erat denganperan gender, sehinggamungkin mustahilmemisahkan efekbudaya dari perbedaanbiologis
Kemampuankepemimpinan
Perempuan dan laki-lakisama-sama efektif sebagaipemimpin, tetapi gayakepemimpinan biasanyaberbeda sesuai dengangender
Pemimpin perempuancenderung lebihberfokus padapengupayaankerjasama. Sedangakanpemimpin laki-lakicenderung memimpinmelalui perintah atausuruhan.
Sumber: (Nevid, 2009: 789).
Berdasarkan hasil penelitian Sadker (1994, dalam Yulianto dan Dwijananti
2013: 27) diketahui bahwa ada hubungan antara hasil belajar dengan jenis
kelamin. Penelitian lain oleh sekolah di Inggris didapatkan bahwa siswa putri
yang belajar di sekolah putri lebih cerdas di bandingkan dengan siswa di
sekolah campuran. Hasil dari penelitian Ricketts (2004: 15) menunjukkan
bahwa perempuan lebih tinggi dari nilai laki-laki dalam hal kemampuan
berpikir kritis analisis. Perempuan juga dinilai lebih tinggi dari laki-laki
dalam kemampuan membuat kesimpulan, yang berarti perempuan lebih
mampu mengidentifikasi unsur-unsur yang dibutuhkan untuk menarik
kesimpulan, untuk menyusun hipotesis, untuk mempertimbangkan informasi
yang relevan. Pada perempuan, daerah otak yang berhubungan dengan fungsi
bahasa bekerja lebih keras sehingga mengakibatkan kemampuan bahasa
perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.
24
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh gender
terhadap penggunaan pemilihan model pembelajaran yang ternyata
berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini dibuktikan oleh (Sulistiyawati dan
Andriani, 2017: 130) terdapat model pembelajaran Gallery of Learning
diyakini berpotensi memberdayakan keterampilan berpikir. Model
pembelajaran ini melibatkan semua siswa untuk aktif belajar dan
mengakomodasi segala perbedaan yang ada di kelas, termasuk perbedaan
gender. Selain itu, menurut Monica, dkk. (2018: 1) model pembelajaran ADI
efektif untuk meningkatkan keterampilan argumentasi siswa pada materi zat
aditif dan adiktif ditinjau dari gender.
D. Keterampilan Argumentasi
Salah satu keterampilan yang berperan penting dalam pembelajaran adalah
keterampilan argumentasi. Menurut Keraf (2007: 3) argumentasi adalah suatu
bentuk pernyataan yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat
orang lain agar mereka percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa
yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Argumentasi juga merupakan
kegiatan sosial dan rasional yang bertujuan untuk meyakinkan orang lain
secara logika agar mereka percaya dan terpengaruh dengan sudut pandang
penulis atau pembicara (Eemeren, dkk., 2002: 1-2). Dalam pembelajaran
sains argumentasi sangat diperlukan untuk memahami suatu konsep.
Argumen sangat penting terutama dalam pembelajaran sains di kelas. Dengan
berargumentasi siswa ditantang untuk menyatakan pendapatnya sendiri
mengenai suatu fenomena. Osborne (2005, dalam Celep, 2015: 32)
menyatakan bahwa argumentasi di kelas membuat siswa dapat memperoleh
25
dan mempromosikan pemahaman epistemologis tentang sains melalui
pemahaman konseptual dan mengembangkan pemahaman tentang
pembangunan pengetahuan ilmiah. Oleh karena itu, argumentasi perlu
dianggap serius oleh siswa dan diajarkan secara eksplisit di kelas melalui
pengajaran dengan menggunakan pendekatan dan model pembelajaran yang
sesuai (Demircioglu dan Ucar 2015: 268).
Kualitas keterampilan argumentasi ilmiah siswa dapat dievaluasi dengan
menggunakan 4 indikator yakni pemberian claim yang sesuai dengan
pernyataan, menganalisis data untuk menguatkan claim, memberikan
penjelasan yakni menghubungkan data dengan claim, dan memberikan teori
yang sesuai (Sampson, dkk., 2010: 221). Pola argumentasi Toulmin sangat
efektif untuk mengukur kemampuan berargumentasi seseorang. Hasil
penelitian Simon, dkk. (2006: 256) menunjukkan bahwa pola argumentasi
Toulmin (Toulmin Argumentation Pattern) sangat cocok bagi seorang
peneliti untuk mengidentifikasi argumentasi dan mengukur kualitas
argumentasi. Menurut Toulmin mengklasifikasikan enam elemen penting
dalam sebuah argumen yaitu, claim, grounds, warrant, qualifer, backing dan
rebuttals. Beberapa komponen penyusunan argumen menurut Toulmin
(2003: 89-104), yaitu:
1. Grounds/data, yaitu bukti-bukti atau informasi yang dijadikan dasar untuk
membuat sebuah pernyataan;
2. Claim, yaitu kesimpulan atau pernyataan yang diangkat dan diyakini
kebenarannya oleh penulis/penutur. Claim tersebut menjadi sentral dalam
26
teks. Didalam sebuah proses argumentasi baik lisan maupun tulisan,
claim akan selalu diperjelas dan dipertahankan oleh penutur atau penulis;
3. Warrant/pendukung, yaitu pernyataan yang menghubungkan sebuah
claim dengan data;
4. Backing/dukungan, yaitu bukti-bukti yang mendukung warrant;
5. Rebuttal/bantahan, yaitu bantahan terhadap suatu pernyataan. Rebutal dapat
pula sebagai pernyataan tentang suatu pengecualian;
6. Qualifier, yaitu syarat-syarat atau kondisi dimana claim berlaku.
Berikut ini skema TAP adalah dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Data So. (Quallifier). Claim
Since… Unless…Warrant Rebuttal
On account of…Backing
Gambar 1. Toulmin’s (Toulmin Argumentation Pattern)
Sumber: (Toulmin, 2003: 997).
Kerangka kerja analisis argumentasi berdasarkan TAP yang dimodifikasi
oleh Osborne, dkk. (2004: 1008) untuk mengukur kualitas keterampilan
argumentasi siswa dapat dilihat dalam tabel 2. dibawah ini.
Tabel 2. Kerangka Analisis Keterampilan Argumentasi Ilmiah.Skor Deskripsi
1Argumentasi terdiri dari argumen-argumen dengan sebuah counterclaim atau claim dengan claim lain.
2Argumentasi memiliki argumen-argumen yang tersusun atas claim,data, warrants atau backings, tetapi tidak memiliki rebuttals.
3Argumentasi memiliki argumen dengan serangkaian claim atau counterclaim dengan data, warrants atau backings, dengan sanggahan yanglemah sekali.
4Argumentasi menunjukkan argumen dengan claim sebuah rebuttal yangbisa diidentifikasi dengan jelas, seperti sebuah argumen yang memilikibeberapa claim dan counter claim tetapi tidak diperlukan.
27
Lanjutan Tabel 2.Skor Deskripsi
5Argumentasi menghadirkan argumen yang diperpanjang dengan lebihdari satu rebuttal.
F. Materi Pokok Sistem Pernapasan di SMP
Salah satu kompetisi dasar materi sistem pernapasan pada manusia kelas VIII
SMP semester genap, tercantum dalam KD 3.9 yaitu Menganalisis sistem
pernapasan pada manusia dan memahami gangguan pada sistem pernapasan,
serta upaya menjaga kesehatan sistem pernapasan. Untuk mencapai KD
tersebut pembelajaran IPA diarahkan pada materi pokok sistem pernapasan
pada manusia terdiri dari sub materi pengertian sistem pernapasan, organ
pernapasan pada manusia, mekanisme penapasan manusia, frekuensi
pernapasan, volume pernapasan, gangguan pada sistem pernapasan manusia
dan upaya untuk mencegah atau menanggulanginya.
1. Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan merupakan sistem yang berperan untuk menukar udara
ke permukaan yang terjadi di dalam paru-paru.
a. Pengertian Pernapasan
Pernapasan sendiri memiliki beberapa definisi yaitu:
1) Pernapasan adalah proses pertukaran gas antara makhluk hidup
dengan lingkungannya (Widodo, dkk., 2009: 52).
2) Pernapasan merupakan peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 dan mengeluarkan CO2 sebagai sisa oksidasi
(Setiadi, 2007: 40)
28
3) Pernapasan merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran
gas di dalam jaringan atau “pernapasan dalam” dan di dalam paru-
paru atau pernapasan luar (Pearce, 2016: 255).
b. Fungsi Bernapas
Fungsi bernapas menurut Zubaidah, dkk. (2014: 18) adalah proses
memasukkan gas oksigen (CO2) ke dalam tubuh dan mengeluarkan
karbondioksida O2 (gas sisa-sisa metabolisme) ke luar tubuh.
2. Organ Sistem Pernapasan
Pernapasan pada manusia terdiri dari berbagai macam organ pernapasan
yang saling berhubungan satu sama lain. Organ yang termasuk dalam
sistem pernapasan yaitu hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus,
dan paru-paru (Zubidah, dkk., 2017: 48). Sistem pernapasan pada manusia
digambarkan secara lengkap melalui gambar 2. berikut.
Gambar 2. Sistem Pernapasan Pada ManusiaSumber: Reece (2012: 919).
a. Hidung
Hidung merupakan alat pernapasan yang di lalui oleh udara dari luar. Di
dalam rongga hidung terdapat rambut dan selaput lendir. Menurut
29
Widodo, dkk. (2009: 53) udara yang dihirup oleh hidup akan
mengalami tiga perlakuan sebagai berikut:
1. Udara disaring rambut-rambut halus dan selaput lendir yang
terdapat pada rongga hidung.
2. Udara diatur suhunya sebelum masuk ke paru-paru.
3. Udara di dalam hidung diatur kelembapannya oleh selaput lendir.
b. Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan usofagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Maka letaknya di belakang hidung (nasofaring), di belakang
mulut (orofaring) dan di belakang laring (faring-laringeal) (Pearce,
2016: 257).
c. Laring
Laring atau ruang suara merupakan organ pernapasan yang
menghubungkan faring dengan trakea. Di dalam laring terdapat
epiglotis dan pita suara. Epiglotis berupa katup tulang rawan yang
berbentuk seperti daun yang dilapisi oleh sel-sel epitel, berfungsi untuk
menutup laring sewaktu menelan makanan atau minuman (Zubaidah,
dkk., 2017: 51).
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorok kira-kira sembilan sentimeter
panjangnya. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh
lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama
oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran di sebelah
30
belakang trakea. Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri atas
epitalium bersilia dan sel cangkir (Pearce, 2016: 258)
e. Bronkus
Bronkus merupakan dua cabang yang berasal dari trakea, masing-
masing dari cabang tersebut mengarah ke salah satu paru-paru
(Campbell, 2011: 79).
f. Bronkiolus
Di dalam paru-paru bronkus bercabang-cabang lagi menjadi saluran-
saluran halus (Campbell, 2011: 79). Pada ujung-ujung bronkiolus
terdapat gelembung yang sangat kecil dan berdinding tipis disebut
alveolus (Zubaidah, dkk., 2017: 52).
g. Paru-Paru
Menurut Aryulina (2007: 190 ) Paru-paru adalah alat pernapasan yang
terletak di dalam rongga dada dan di atas diafragma. Diafragma adalah
sekat rongga badan yang membatas rongga dada dan rongga perut.
Paru-paru diselubungi oleh selaput elastis yang disebut pleura.
Pleura terdiri atas selaput dalam (pleura viselaris) dan selaput luar
(pleura parietalis). Pada paru-paru kanan terdapat tiga lobus, sedangkan
paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus terbagi atas lobulus-lobulus dan
masing-masing lobulus memiliki bronkiolus dengan sejumlah alveolus.
(Arif, 2010: 110).
3. Mekanisme Penapasan Manusia
Pada saat kamu bernapas berlangsung dua mekanisme, yaitu menghirup
udara (inhalasi/inspirasi) dan menghembuskan udara (ekshalasi/ekspirasi)
31
(Zubaidah, dkk., 2014: 22). Menurut Widodo, dkk. (2009: 52) pernapasan
dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Pernapasan Dada
Pada waktu diafragma mendatar, volume rongga dada membesar
sehingga tekanan udara dalam rongga mengecil. Akibatnya udara dari
luar masuk ke dalam paru-paru. Bersamaan dengan kontraksi otot
diafragma, otot tulang rusuk juga berkontraksi sehingga rongga dada
mengembang.
2. Pernapasan Perut
Pada saat menarik nafas, otot diafragma berkontraksi. Akibatnya
kedudukan diafragma yang mula-mula melengkung ke atas menjadi
lurus atau mendatar sehingga rongga dada membesar dan perut
mengembang hingga menggembung. Karena paru-paru mengembang,
tekanan udara di dalam paru-paru turun sehingga udara dari luar masuk
ke dalam paru-paru.
4. Faktor Frekuensi Pernapasan
Gerakan pernapasan diatur oleh pusat pernapasan di otak, sedangkan
aktivitas saraf pernapasan dirangsang oleh stimulus (rangsangan) dari
karbondioksida (CO2). Pada umumnya, manusia mampu bernapas antara
15–18 kali setiap menitnya. Menurut Zubaidah, dkk. (2017: 56-58)
frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
a. Umur, pada umumnya semakin bertambah umur seseorang maka
semakin rendah frekuensi pernapasannya;
32
b. Jenis kelamin, kebutuhan oksigen dan produksi CO2 pada laki-laki lebih
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa proses metabolisme pada laki-laki
jauh lebih tinggi daripada perempuan;
c. Suhu tubuh, semakin tinggi suhu tubuh maka semakin cepat frekuensi
pernapasannya;
d. Posisi tubuh, posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap frekuensi
pernapasan;
e. Kegiatan atau aktivitas tubuh, orang yang melakukan aktivitas
memerlukan lebih banyak energi dibandingkan dengan orang yang tidak
melakukan aktivitas seperti duduk santai atau tiduran.
5. Volume Udara Pernapasan
Volume yang digunakan dalam proses pernapasan ada beberapa macam
menurut Zubaidah, dkk. (2017: 58-62) sebagai berikut:
a. Volume tidal, yaitu volume udara yang keluar masuk paru-paru saat
tubuh melakukan inspirasi atau ekspirasi biasa (normal) volumenya
sekitar 500 mL;
b. Volume cadangan ekspirasi, merupakan volume udara yang masih
dapat dikeluarkan secara maksimal dari paru-paru setelah mealakukan
ekspirasi biasa. Volume cadangan ekspirasi sekitar 1.500 mL;
c. Volume cadangan inspirasi, yaitu volume udara yang masih dapat
dimasukkan ke dalam paru-paru setelah melakukan inspirasi secara
biasa. Volume cadangan inspirasi sekitar 1.500 mL;
33
d. Volume residu, yaitu volume udara yang masih tersisa di dalam paru-
paru meskipun telah melakukan ekspirasi secara maksimal, volume
sekitar 1.000 mL;
e. Kapasitas vital paru-paru, yaitu total dari volume tidal ditambah volume
cadangan ekspirasi diambah volume cadangan inspirasi. Kapasitas vital
paru-paru sekitar 3.500 mL;
f. Kapasitas total paru-paru, yaitu volume udara yang dapat ditampung
secara maksimal dalam paru-paru. Volume kapasitas total paru-paru
yaitu volume kapasitas vital paru-paru ditambah volume residu,
volumenya sekitar 4.500 mL.
6. Gangguan dan Penyakit pada Sistem Pernapasan
Beberapa gangguan pada sistem pernapasan yaitu:
1) Influenza
Influenza merupkan penyakit yang disebabkan oleh infeksi influenza
virus yang menimbulkan radang pada selaput mukosa di saluran
pernapasan (Purnomo, 2009: 235)
2) Pneumonia
Pneumonia merupakan infeksi yang terjadi pada paru-paru. Penyebab
terjadinya pneumonia, antara lain karena infeksi dari virus,
bakteri,jamur dan parasite lainnya. Pada paru-paru penderita
pneumonia terdapat cairan yang kental, Cairan tersebut dapat
mengganggu pertukaran gas pada paru-paru. Hal ini menyebabkan
oksigen yang diserap oleh darah menjadi kurang (Zubaidah, dkk.,
34
2014: 24). Adapun perbandingan antara paru-paru orang sehat dengan
paru-paru penderita pneumonia disajikan pada Gambar 3. berikut.
Gambar 3. Kondisi paru-paru normal (kiri) penderita pneumonia (kanan)Sumber: Zubaidah, dkk. (2014: 24).
3) Tuberculosis (TBC)
Penyakit spesifik yang disebabkan Mycobacterium tuberculosae.
Bakteri ini dapat menyerang semua organ tubuh, tetapi yang paling
sering adalah paru-paru dan tulang (Aryuliana, 2007: 197). Dibawah
ini disajikan gambar paru-paru penderita TB dan bakteri penyebab
TBC, Mycobacterium tuberculosae.
Gambar 4. (a) Paru-paru penderita TB (b) Bakteri penyebab TBCSumber: Zubaidah, dkk. (2017: 67).
4) Asma
Asma adalah menyempitnya saluran pernapasan yang terjadi karena
otot polos penyusun dinding saluran berkontraksi terus menerus yang
35
berakibat pelebaran saluran pernapasan terganggu. Asma antara lain
disebabkan oleh alergi dan kekurangan hormon adrenalin (Hidayati,
2007: 220).
5) Tonsilitis
Secara normal, tonsil (amandel) akan menyaring virus dan bakteri
yang akan masuk ke dalam tubuh bersamaan dengan makanan atau
udara. Apabila daya tahan tubuh dalam kondisi lemah, virus dan
bakteri akan menginfeksi tonsil sehingga dapat menyebabkan penyakit
tonsillitis. Virus yang dapat menyebabkan tonsillitis yaitu Adenovirus,
Rhinovirus, Influenza dan Corona virus (Zubaidah, dkk., 2017: 64).
Adapun gambar penyakit tonsillitis disajikan pada gambar 5. di bawah
ini.
Gambar 5. TonsilitisSumber: Zubaidah, dkk. (2017: 64).
6) Kanker Paru-Paru
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencangkup
keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian
klinik yang dimaksud dengan paru-paru primer adalah tumor ganas
yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus/bronchogenic
36
carcinoma) (Kemenkes, 2017: 7). Kanker paru-paru terjadi karena
pertumbuhan sel-sel yang tidak terkendali pada jaringan dalam paru-
paru. Jika sel-sel tersebut tidak segera ditangani, dapat menyebar
keseluruh paru-paru bahkan jaringan di sekitar paru-paru (Zubaidah,
dkk., 2017: 69). Adapun Gambar 6 merupakan paru-paru normal dan
penyakit kanker paru-paru.
Gambar 6. (a) Paru-paru normal (b) Kanker paru-paruSumber: Zubaidah, dkk. (2017: 69).
7. Upaya Menjaga Kesehatan Sistem Pernapasan
Berikut ini beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan
sistem pernapasan manusia menurut (Purnomo dkk., 2013: 235-236).
a. Berolahraga Secara Rutin Dan Teratur
Dengan berolaraga, organ pernapasan terutama paru-paru akan terlati
sehingga aliran oksigen ke dalam paru-paru menjadi lebih lancar.
Olahraga yang cukup membuat paru-paru menjadi lebih kuat serta
meningatkan daya tahan tubuh melawan mioorganisme yang
menyebabkan kelainan atau penyakit pada sistem pernapasan.
b. Menghindari Lingkungan Yang Tercemar
Pada lingkungan yang tercemar terdapat polutan pencemar udara yang
dapat memicu kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan seperti
37
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Menjaga lngkungan sekitar
agar tetap bersih serta meminimalkan terjadinya pencemaran udara
merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk menhindari lingkungan
tercemar sehingga tidak akan mempengaruhi kesehatan sistem
pernapasan. Selain itu, menggunaan masker saat berpergian juga dapat
menjadi alternatif untu menghindari polutan tersebut.
c. Tidak Merokok Dan Menghindari Asap Rokok
Merokok dan juga asap rokok dapat menyebabkan penyakit serius
seperti kanker paru-paru. Oleh karena itu, menghindari asap rokok
merupakan pilihan paling efektif untuk menjaga kesehatan sistem
pernapasan.
d. Mengonsumsi Makanan Bergizi
Walaupun mengonsumsi makanan secara bergizi tidak terkait
langsung dengan sistem pernapasan, namun hal tersebut merupakan
cara terpenting agar tubuh tetap sehat. Seseorang yang pola makannya
tidak baik atau menderita gizi buruk tentunya berpotensi lebih rentan
terhadap berbagai macam penyakit, termasuk juga sitem pernapasan.
e. Berlatih Menarik Napas Dalam-Dalam
Dengan rutin menarik napas dalam-dalam akan meningkatkan
kekuatan paru-paru. Hal tersebut menyebabkan paru-paru bekerja lebih
optimal.
G. Kerangka Pikir
Keterampilan argumentasi ilmiah sangat penting dalam pembelajaran sains,
karena berhubungan erat dengan kemampuan berpikir siswa. Pendidikan di
38
negara kita saat ini diharapkan mampu memunculkan kemampuan tersebut
pada pembelajaran sains, karena dapat digunakan untuk membantu siswa
untuk terlibat dalam konstruksi gagasan ilmiah serta belajar bagaimana cara
kerja ilmiah. Kemampuan argumentasi ilmiah ini dapat dijadikan indikator
bagi guru untuk mengukur pemahaman siswa terhadap suatu permasalahan
atau konsep dalam pembelajaran sains. Dengan melatih keterampilan
argumentasi, maka kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan
berkomunikasi pada siswa akan ikut terlatih.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih
keterampilan argumentasi ilmiah adalah ADI (Argument-Driven Inquiry).
Selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ADI,
diutamakan keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan penyelidikan,
berargumentasi, membaca dan menulis. Selama kegiatan pembelajaran
tersebut, guru tidak mendominasi kegiatan yang ada di kelas, namun siswalah
yang aktif bekerja. Pada pembelajaran dengan model ADI siswa harus mampu
menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan sumber daya yang disediakan
untuk dapat bekerjasama di dalam suatu kelompok dengan melibatkan
kemampuan komunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Melalui tahapan-
tahapan tersebut siswa terlatih untuk dapat memecahkan masalah secara
sistematis dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Selain itu,
keterlibatan siswa secara langsung selama proses pembelajaran berlangsung
akan membuat materi yang diterima khususnya materi sistem pernapasan pada
manusia menjadi lebih mudah dipahami dan diingat oleh siswa, karena materi
sistem pernapasan pada manusia merupakan materi yang objeknya nyata dan
39
dapat dilihat langsung oleh siswa. Siswa dapat mengobservasi fenomena yang
berkaitan dengan sistem pernapasan pada manusia secara langsung, sehingga
menjadi lebih mudah dipahami dan diingat oleh siswa. Oleh karena itu, model
pembelajaran ADI diyakini dapat meningkatkan kemampuan berargumentasi
siswa.
Pada proses pembelajaran, penggunaan model ADI juga dipengaruhi oleh
karakteristik siswa, diantaranya adalah gender. Gender dapat mempengaruhi
keberhasilan penerapan model pembelajaran ADI. Setiap gender memiliki
karakteristiknya masing-masing. Perbedaan-perbedaan inilah yang nantinya
akan mempengaruhi keterampilan argumentasi pada siswa. Hal tersebut secara
tidak langsung dapat berpengaruh terhadap keterampilan argumentasi siswa.
Guru juga harus memperhatikan gender pada masing-masing siswa dalam
membentuk kelompok belajar yang heterogen, karena makin heterogen
anggota tim makin cenderung mudah melaksanakan penilaian keberhasilan
pembelajaran. Adapun untuk mengetahui alur kerangka pikir penelitian ini
dapat digambarkan secara lengkap pada Gambar 7.
Gambar 7. Kerangka Pikir Penelitian
Tantangan Golabalisasi Abad 21
Model Argument-DrivenInquiry(ADI)
Gender
Keterampilan argumentasisiswa meningkat
Pendidikan IPA
40
Pada penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu variabel bebas, variabel terikat
dan variabel moderat. Variabel bebas (X1) dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran ADI, variabel terikat (Y) adalah keterampilan argumentasi dan
variabel moderatnya (X2) adalah gender. Adapun untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat dan variabel moderatnya akan
diperlihatkan Gambar 8. Berikut:
Gambar 8. Hubungan Antara Variabel
H. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1) H1 = Ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran
Argument-Driven Inquiry (ADI), terhadap keterampilan
argumentasi siswa SMP pada materi pokok sistem pernapasan.
H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan model
pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI), terhadap
keterampilan argumentasi siswa SMP pada materi pokok sistem
pernapasan.
2) H1 = Ada pengaruh yang signifikan dari perbedaan gender terhadap
keterampilan argumentasi siswa SMP pada materi pokok sistem
pernapasan.
X2
(Gender)
(X1)(Model Pembelajaran ADI)
(Y)(Keterampilan Argumentasi)
41
H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan dari perbedaan gender terhadap
keterampilan argumentasi siswa SMP pada materi pokok sistem
pernapasan.
3) H1 = Ada pengaruh interaksi yang signifikan antara model pembelajaran
Argument-Driven Inquiry (ADI) dengan gender terhadap
keterampilan argumentasi siswa pada materi sistem pernapasan.
H0 = Tidak ada pengaruh interaksi yang signifikan antara model
pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI) dengan gender
terhadap keterampilan argumentasi siswa pada materi sistem
pernapasan.
42
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Tahun 2019, di kelas VIII.D dan
VIII.E SMP Negeri 4 Bandar Lampung yang beralamatkan di Jl. Hos.
Cokroaminoto No.93, Enggal, Kec. Enggal Kota Bandar Lampung.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 4
Bandar Lampung yang berjumlah 357 orang yang terbagi ke dalam 11 kelas.
Sampel sebanyak dua kelas dicuplik dari populasi dengan teknik cluster random
sampling (sampling cluster). Menurut Margono (2004: 127) teknik ini digunakan
apabila populasi tidak terdiri dari individu-individu atau klaster. Teknik ini
mengambil sekelompok individu, bukan mengambil secara individual anggota
populasi menjadi sampel penelitian (Ali 2014: 74). Adapun jumlah sampel
sebanyak 67 siswa. Dua kelompok sampel yang ditetapkan sebagai sampel,
yaitu kelas VIII.D dan VIII.E.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment. Rancangan
penelitiannya adalah Pretest Postest Non Equivalent Control Group Design.
Unit perlakuan yang digunakan adalah faktorial 2x2. Faktor pertama adalah
43
model pembelajaran, yaitu Argument-Driven Inquiry (ADI) dan
konvensional. Faktor kedua adalah gender, yaitu (laki-laki dan perempuan).
Sebagai variabel terikat adalah keterampilan argumentasi. Struktur desainnya
adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Rancangan Penelitian Faktorial 2x2
Gender (G)Model Pembelajaran (M)
ADI (M1) Konvensional (M2)Laki-Laki G1M1 G1M2
Perempuan G2M1 G2M2
Berdasarkan rancangan di atas, maka denah perlakuan yang akan diberikan
ditunjukkan pada Tabel 4. berikut:
Tabel 4. Denah Perlakuan Pretes dan PostesPretest Perlakuan Postest
O1 G1 M1 O2
O3 G1 M2 O4
O5 G2 M1 O6
O7 G2 M2 O8
Keterangan:G1 M1= Kelompok siswa laki-laki diberi pembelajaran dengan ADIG1 M2 = Kelompok siswa laki-laki diberi pembelajaran konvesionalG2 M1 = Kelompok siswa perempuan diberi pembelajaran dengan ADIG2 M2 = Kelompok siswa perempuan diberi pembelajaran konvesionalO1, O3, O5, O7 = PretestO2, O4, O6, O8 = Postest
D. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga
tahapan yaitu:
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Melakukan studi pendahuluan melalui kegiatan survei dengan
menyebarkan angket, mengobservasi kegiatan pembelajaran IPA di
44
dalam kelas dan kelengkapan sarana laboratorium.
b. Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat
mengenai permasalahan yang akan dikaji.
c. Melakukan studi kurikulum mengenai pokok bahasan yang diteliti
untuk mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai.
d. Menyusun RPP kelas eksperimen dan kelas kontrol. RPP kelas
eksperimen dibuat dengan menggunakan model pembelajaran ADI.
e. Membuat instrumen penelitian yaitu tes keterampilan argumentasi.
f. Melakukan uji validasi instrumen oleh pembimbing.
g. Melakukan uji coba instrumen penelitian kepada siswa
h. Menganalisis hasil uji validitas dan uji realibilitas instrumen
penelitian.
i. Melakukan revisi instrumen penelitian yang tidak valid dan reliabel.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi:
a. Memberikan test awal (pre-test) untuk mengukur keterampilan
argumentasi siswa sebelum diberi perlakuan (treatment).
b. Memberikan perlakuan yaitu dengan cara menerapkan model ADI
pada pembelajaran serta mengobservasi jalannya pembelajaran
dengan bantuan observer.
c. Memberikan test akhir (post-test) untuk mengukur peningkatan
keterampilan argumentasi siswa setelah diberi perlakuan (treatment).
45
3. Tahap Akhir
Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilakukan antara lain:
a. Mengolah data hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) dan
instrumen pendukung penelitian lainnya.
b. Membandingkan hasil analisis data tes antara sebelum perlakuan dan
setelah diberi perlakuan untuk menentukan apakah terdapat perbedaan
keterampilan argumentasi siswa antara pembelajaran dengan model
pembelajaran ADI dengan tanpa model pembelajaran ADI.
c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari
langkah-langkah menganalisis data.
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini dapat diuraikan secara
lengkap sebagai berikut:
1. Jenis Data
a) Data Kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data keterampilan
argumentasi siswa pada materi pokok sistem pernapasan manusia yang
diperoleh dari nilai pretes dan postes.
b) Data Kualitatif
Data kualitatif yang digunakan adalah data hasil observasi
keterlaksanaan pembelajaran materi sistem pernapasan pada manusia.
Selain itu, data tanggapan siswa mengenai penggunaan model
pembelajaran digunakan sebagai data kualitatif.
46
2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah:
a) Pretes dan Postes
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik tes. Data kemampuan argumentasi berupa nilai pretes dan postes.
Nilai pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik
eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil di akhir
pembelajaran, baik eksperimen maupun kontrol. Tes digunakan untuk
mengukur keterampilan argumentasi siswa dalam menjawab soal
berbentuk esai yang dikembangkan mengacu kepada The Competiting
Theories Category Startegy oleh Osbrone, dkk., (2004:1002). Format
disajikan kerangka kerja analisis argumentasi pada tabel 5. berikut ini.
Tabel 5. Kerangka Analisis Keterampilan Argumentasi IlmiahSkor Deskripsi
1Argumentasi terdiri dari argumen-argumen dengan sebuahcounter claim atau claim dengan claim lain.
2Argumentasi memiliki argumen-argumen yang tersusun atasclaim, data, warrants atau backings, tetapi tidak memilikirebuttals.
3Argumentasi memiliki argumen dengan serangkaian claimatau counter claim dengan data, warrants atau backings,dengan sanggahan yang lemah sekali.
4
Argumentasi menunjukkan argumen dengan claim sebuahrebuttal yang bisa diidentifikasi dengan jelas, seperti sebuahargumen yang memiliki beberapa claim dan counter claimtetapi tidak diperlukan.
5Argumentasi menghadirkan argumen yang diperpanjangdengan lebih dari satu rebuttal.
Sebelum instrumen tes keterampilan argumentasi digunakan, terlebih
dahulu dilakukan analisis validitas isi, konstruk, dan empiris. Analisis
47
validitas isi dan konstruk oleh pembimbing, sedangkan validitas empiris
dengan rumus korelasi product moment.
Dengan kriteria pengujian apabila r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka
alat ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila r hitung < r tabel
maka alat ukur tersebut adalah tidak valid. Uji validitas dalam
penelitian ini dilakukan dengan SPSS 17 for windows.
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai
indeks r11 sebagai berikut (Arikunto, 2005: 72):
1. Antara 0,81 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi2. Antara 0,61 sampai dengan 0,80 : tinggi3. Antara 0,41 sampai dengan 0,60 : cukup4. Antara 0,21 sampai dengan 0,40 : rendah5. Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah
Setelah dilakukan uji soal ke siswa, maka didapatkan hasil validitas soal
dan disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil Uji Validitas SoalNo item rhitung rtabel 5% (21) Kriteria
1a 0,325 0,433 Tidak valid1b 0,360 0,433 Tidak valid1c 0,720 0,433 valid2a 0,522 0,433 valid2b 0,335 0,433 Tidak valid2c 0,559 0,433 valid3a 0,566 0,433 valid3b 0,179 0,433 Tidak valid3c 0,527 0,433 Valid4a 0,076 0,433 Tidak valid4b 0,609 0,433 Valid
Selain uji validitas, dilakukan juga uji reliabilitas untuk mengetahui
tingkat kepercayaan. Rumus yang digunakan adalah Alpha Cronbach
(Arikunto, 2008: 109).
48
Kriteria uji reliabilitas dengan rumus alpha adalah apabila r hitung > r tabel,
maka alat ukur tersebut reliabel dan juga sebaliknya, jika r hitung < r tabel
maka alat ukur tidak reliabel. Dalam penelitian ini, dilakukan uji
reliabilitas dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows dengan model
Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach’s 0
sampai 1. Menurut Sujianto (2009: 97) kuesioner dinyatakan reliabel
jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran
kemantapan alpha yang diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Nilai Alpha Cronbach`s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel.2. Nilai Alpha Cronbach`s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.3. Nilai Alpha Cronbach`s 0,40 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel.4. Nilai Alpha Cronbach`s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.5. Nilai Alpha Cronbach`s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat reliabel.
Setelah dilakukan uji soal ke siswa, maka didapatkan hasil realibilitas
soal dan disajikan pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil Uji ReabilitasCronbach's Alpha N of Items
0,614 11
Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian dibagikan kepada
sampel sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan
menjumlahkan skor setiap nomor soal.
Teknik Penskoran nilai pretes dan postes yaitu:
= × 100Keterangan : S = nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari
item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skormaksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).
49
b) Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan
pembelajaran melalui aktivitas guru dan siswa berdasarkan kegiatan
pembelajaran yang diamati. Lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran memuat beberapa indikator yang dikembangkan untuk
menjadi fokus pengamatan sesuai sintaks pembelajaran. Lembar
observasi ini berupa daftar cek yang dikembangkan oleh peneliti
dengan mengadaptasi lembar observasi oleh Hasnunidah (2016: 387).
Lembar observasi ini diisi dengan cara memberi tanda checklist pada
salah satu kolom penilaian yang telah ditentukan. Kolom penilaian
terdiri atas kriteria terlaksana, kurang, dan tidak terlaksana. Lembar
observasi diisi oleh observer. Format observasi keterlaksanaan sintaks
pembelajaran disajikan pada tabel 8. berikut ini.
Tabel 8. Observasi Keterlaksanaan Sintaks PembelajaranSintaks
PembelajaranAktivitas
GuruTerlaksana Aktivitas
SiswaTerlaksana
Data keterlaksanaan pembelajaran dianalisis secara deskriptif kualitatif
dalam bentuk persentase. Setiap indikator pada sintaks pembelajaran
yang terlaksana diberi skor 2, kurang terlaksana diberi skor 1, dan tidak
terlaksana diberi skor 0. Setelah itu, dilakukan penghitungan persentase
keterlaksanaan.
Tidak
Ya
Kurang
Tidak
Kurang
Ya
50
Kemudian persentase yang sudah didapat ditentukan berdasarkan
kategorinya. Berikut tabel interpretasi keterlaksanaan model
pembelajaran.
Tabel 9. Interpretasi Keterlaksanaan Sintaks PembelajaranPKS (%) Kriteria
PKS = 0 Tidak ada kegiatan terlaksana0 < PKS < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana25 ≤ PKS < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksanaPKS = 50 Setengah kegiatan terlaksana50 ≤ PKS < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana
PKS (%) Kriteria75 ≤ PKS < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksanaPKS = 100 Seluruh kegiatan terlaksana
PKS = Persentase keterlaksanaan sintaks.
c) Kuesioner Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran
Kuesioner atau angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa
terhadap pembelajaran yang dialami. Kuesioner tanggapan mahasiswa
diadaptasi dari Hasnunidah (2016: 397). Pernyataan dalam kuesioner
menggunakan skala Likert. Setiap siswa diminta menjawab pertanyaan
dengan jawaban ya, ragu, atau tidak. Format kuesioner tanggapan siswa
terhadap pembelajaran disajikan pada tabel 10. berikut ini.
Tabel 10. Kuesioner Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran
No PernyataanTanggapan
Ya Ragu Tidak
Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dianalisis juga secara
deskriptif kualitatif dalam bentuk persentase. Setiap indikator pada
sintaks pembelajaran yang terlaksana diberi skor 2, kurang terlaksana
Sumber : (Hasnunidah, 2016: 387).
51
diberi skor 1, dan tidak terlaksana diberi skor 0. Setelah itu, dilakukan
penghitungan tanggapan siswa.
Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran dapat
ditentukan dan dilihat pada persentase hasil penelitian dengan
klasifikasi angka sebagai berikut :
a. 76% - 100% : baikb. 56% - 75% : cukupc. 40% - 55% : kurang baikd. 0% - 39% : tidak baik
(Tohirin, 2007: 48).
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan 3 macam data yaitu data hasil tes, data hasil
observasi,dan data hasil kuesioner. Data nilai keterampilan argumentasi diuji
statistik menggunakan Ankova atau analisis kovarian. Analisis kovarian
digunakan untuk menguji perbedaan perlakuan terhadap sekelompok data
hasil postest setelah disesuaikan dengan pengaruh kovariat yaitu pretest. Uji
lanjut digunakan apabila ditemukan perbedaan hasil belajar, dalam hal ini
adalah keterampilan argumentasi pada kelompok perlakuan dengan uji BNT
(Beda Nyata Terkecil). Uji Ankova dan uji BNT dalam penelitian ini
menggunakan software SPSS versi 17 for Windows pada taraf nyata 5%.
Kriteria pengujiannya adalah jika
a > maka hipotesis diterima, dan jika
b < maka hipotesis ditolak.
Asumsi uji Ankova adalah data berdistribusi normal dan memiliki varians
yang homogen. Pengujian normalitas data pada penelitian ini menggunakan
52
One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan kriteria uji menggunakan taraf
signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih
besar dari 5% atau 0,05. Sementara uji Homogenitas menggunakan Levene’s
Test of Equality of Error Variances dengan kriteria uji menggunakan taraf
signifikansi 0,05. Data dinyatakan homogen jika signifikansi lebih besar dari
5% atau 0,05.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi berdistribusi normal atau tidak.
a. Rumusan Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal
Ha : data tidak berdistribusi tidak normal
b. Kriteria uji
Data akan berdistribusi normal jika hitung < tabel dengan dk = k-1
dengan taraf signifikansi 5% (Pratisto, 2004: 5).
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas data dilakukan setelah diketahui data berdistribusi
normal. Uji homogenitas 2 varians digunakan untuk mengetahui apakah
data hasil belajar siswa dari 2 kelompok sampel mempunyai varians yang
homogen atau tidak, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
53
a. Rumusan hipotesis
Ho : = (data hasil belajar siswa memiliki varians yang
homogen)
Ha : ≠ (data hasil belajar memiliki varians yang tidak
homogen)
b. Kriteria uji
Terima Ho jika Fhitung < Ftabel, dan tolak, jika sebaliknya (Pratisto,
2004: 13).
3. Model Matematis Ancova dengan Satu Covariate
a. Asumsi dalam Ancova
1. X adalah fixed, diukur tanpa error dan independen terhadap
perlakuan (tidak dipengaruhi oleh perlakuan).
2. ɛij mengikuti sebaran NID (o,σ2).
3. β≠0 yang mengindikasikan bahwa antara x dan y terdapat
hubungan linier.
b. Hipotesis
H0 : τ1 = τ2 = ...= τa = 0
H1 : sekurang-kurangnya ada satu τi ≠ 0, i = 1, 2, ...a
H0 = = = ⋯ = 0 (tidak ada pengaruh perbedaan perlakuan
terhadap peubah respon)
H1 = sekurang – kurangnya ada satu ≠ 0, = 1, 2, … . . , (ada
pengaruh perbedaan perlakuan terhadap peubah respon)
54
c. Kriteria Keputusan Uji
- Jika angka sig > 0,05 maka H0 diterima yang berarti tidak ada
pengaruh perbedaan perlakuan terhadap peubah respon
- Jika sig < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti ada pengaruh perbedaan
perlakuan terhadap peubah respon.
88
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Adapun simpulan yang diperoleh dari penelitian ini diantaranya yaitu sebagai
berikut:
1. Penggunaan model Argument-Driven Inquiry (ADI) berpengaruh
signifikan terhadap pencapaian keterampilan argumentasi siswa. Rerata
keterampilan argumentasi siswa yang diajarkan dengan model ADI (72,72
± 9,608) lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan model
konvensional (65,44±11,765).
2. Perbedaan gender berpengaruh signifikan terhadap pencapaian
keterampilan argumentasi siswa. Rerata keterampilan argumentasi siswa
perempuan (71,62 ± 10,07) lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki
(65,83 ± 12,04).
3. Interaksi antara model pembelajaran dengan gender berpengaruh tidak
signifikan terhadap pencapaian keterampilan argumentasi siswa.
B. Saran
Saran-saran dalam penelitian ini, antara lain:
1. Penelitian selanjutnya perlu memperhatikan keterlaksanaan seluruh
sintaks model pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI) agar
keterampilan argumentasi peserta didik lebih meningkat.
89
2. Peneliti selanjutnya perlu memperhatikan alokasi waktu agar
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan sintaks model pembelajaran
ADI.
3. Peneliti selanjutnya perlu mempertimbangkan gender dalam membentuk
kelompok selama pembelajaran, sehingga tidak ada perbedaan
kemampuan antar kelampok dalam memahami ketika proses
pembelajaran.
90
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 2014. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung:Angkasa.
Amin, M.S., 2018. Perbedaan Struktur Otak dan Prilaku Belajar Antara Pria danWanita; Eksplansi Dalam Sudut Pandang Neuro Sains dan Filsafat. JurnalFilsafat Indonesia. 1(1): 2620-7982.
American Association of Colleges for Teacher Education (AACTE). 2010. 21st
Century Knowledge and Education. New York: National EducationAssociation.
Arif, P. 2010. Biologi 2 SMA Kelas XI. Bogor: Yudhistira.
Arikunto, S. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Aryulina, D. 2007. Biologi SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta: Esis.
Astuti dan Corebima. 2016. Analisis Persepsi Dosen Terhadap StrategiPembelajaran Reading Questiong and Answering (rqa) dan ArgumentDriven Inquiry (ADI) Pada Program Studi Pendidikan Biologi di KotaMakasar. Malang: Universitas Negeri Malang.
Bricker, L. A., dan Bell, P. 2008. Conceptualizations of Argumentation FromScience Studies and the Learning Sciences and Their Implications for thePractices of Science Education. University of Washington Seattle.
Campbell, N. A. 2011. Biologi Edisi ke-8 Jilid Tiga. Jakarta: Erlangga.
Celep, N. D. 2015. The Effect Argument-Driven Inquiry Instructional Model on10th Grade Students’ Understanding of Gases Concepts (Disertasi).Turkey: Middle East Technical University.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:Depdiknas.
91
Demircioglu, T., dan Ucar, S. 2012. The Effect of Argument-Driven Inquiry onPre-Service Science Teachers’ Attitudes and Argumentation Skill.Procedia-Sosial and Behavioral Science. 46: 5035-5039. 5 hlm.
Demircioglu, T., dan Ucar, S. 2015. Investigating the effect of ArgumentDriven Inquiry in Laboratory Instruction. Educational Sciences:Theory and Practice. 15(1): 267-283.
Duschel, R. A., dan Osborne, J. 2002. Supporting and Promoting Discoursein Science Education. 38(1): 39-72 hlm.
Eemeren, V., Grotendorst, R dan Henkemans, A. 2002. Argumentation: Analysis,Evaluation, Presentation. London: Lawrence Erlbaum AssociatesPublisher.
Elliot, S.N., Thomas, R.K., Joan, L.C dan Jhon, F.T. 2000. EducationalPsychology: Effective Teaching, Effective Learning. Indonesia: YayasanPendidikan Internasional.
Farida, L.A., dkk. 2018. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI) Terhadap Keterampilan Argumentasi Siswa SMPBerdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin. Journal Of Physics and ScienceLearning. 2(2): 2622-6707.
Frederikse, M., Lu., Aylward dan Barta. 2000. Sex differences in inferior ParietalVolume in Schizophrenia. American Journal of Psychiatry. 157, 422-427.
Ginanjar, W.S., Utari, S., dan Muslim. 2015. Penerapan Model ArgumentDriven Inquiry dalam Pembelajaran IPA untuk MeningkatkanKemampuan Argumentasi Ilmiah Siswa SMP. Jurnal Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam. 20(1): 32-37.
Hasnunidah, N. 2016. Pengaruh Argument-Driven Inquiry denganScaffolding Terhaadap Keterampilan Argumentasi, KeterampilanBerpikir Kritis, dan Pemahaman Konsep Biologi Dasar MahasiswaJurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung (Disertasi).Malang: Universitas Negeri Malang.
Hasnunidah, N. 2016. Pembelajaran Biologi Dengan Strategi Argument-Driven Inquiry dan Keterampilan Argumentasi Peserta Didik. 29hlm
Hidayati, S. 2007. Sains Biologi 2 SMA/MA. Jakarta: Bumi Aksara.
Hodiyanto, H. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Sloving TerhadapKemampuan Komunikasi Matematis Ditinjau dari Gender. Jurnal RisetPendidikan Matematika. 4(2): 219-228.
92
Janah, N. 2017. Telaah Buku Argumentasi Kesetaraan Gender PerspektifAl-Qur’an Karya Nasaruddin Umar. Sawwa. 12(2): 167-186.
Kadayifci, H., Atasoy, B., Akkus, H. 2012. The correlation between the flowsstudents define in an argument and their creative and critical thinkingabilities. Procedia Social and Bihavioral Sciences. 47 (2012): 802-806.
Kariawati, S. 2017. Upaya Meingkatkan Hasil Belajar Siswa Pada MataPelajaran IPA Materi Energi dan Kegunaanya Dengan MenggunakanKIP IPA Pada siswa kelas IV SD Negeri 18 Tungkuno. Jurnal IlmuPendidikan. 8(2): 125-306.
Kemenkes. 2017. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Paru-ParuJakarta: KPKN.
Keraf, G. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kim, H. dan Song, J. 2005. The Features of Peer Argumentation in MiddleSchool Students’ Scientific Inquiry. Research in Science Education.36(3): 211-233.
Lahadisi. 2014. Inkuiri: Sebuah Strategi Menuju Pembelajaran Bermakna.Jurnal Al-Ta’dib. 7(2): 85-98.
Latif, S. 2005. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Bandar Lampung:Universitas Lampung.
Marhamah, O.S., Nurlaila, I dan Setiawati, I. 2017. Penerapan Model Argument-Drivent Inqury (ADI) dalam meningkatkan kemampuan BerargumentasiSiswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan di Kelas X SMA Negeri 1CIAWIGEBANG. 2017. 9(2): 1907-3089.
Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Monica, D., Nina, K dan Lisa, T. 2018. Efektivitas Model ADI terhadapKeterampilan Argumentasi Materi Zat Aditif dan Adiktif Ditinjau DariGender. 14 hlm.
Muhlisin, A., Herawati, S., Mohammad, A., dan Fatchur, R. 2016. AnalisisKeterampilan metakognisi Ditinjau Dari Kemampuan Akademik BerbedaPada Perkuliahan Konsep Dasar IPA. Proseding Seminar NasionalBiologi. 9(11): 493-496.
Munandar, K. 2016. Pengenalan Laboratorium IPA-Biologi sekolah. Bandung:PT. Rafika Aditama.
Nevid, J.S. 2009. Psikologi Konsepsi Dan Aplikasi. Bandung: Nusa Media.
93
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). 2014. PISA2012 Result: What Student Know and Can do: Student Performance inMathematics, Reading and Science [Revised edition February 2014]. 1:232.
Osborne, J., Erduran, S., dan Simon, S. 2004. Enhancing The Quality ofArgumentation in School Science. Journal of Research ScienceTeaching. 41(10): 994-1020.
Pambudiono, A., S, Zubaidah dan Susriyati. 2018. Perbedaan KemampuanBerpikir dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA 7 MalangBerdasarkan Gender Dengan Penerapan Strategi Jigsaw. ProsidingNasional Biologi. 448-455.
Pearce, E.C. 2016. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: GramediaPustaka Indonesia.
Polvi, S dan Telama, R. 2000. The Use of Cooperative Learning as A SocialEnhancer in Physical Education. Scandinavian Journal EducationalResearch, 44(1).
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan RancanganPercobaan dengan SPSS 12. Jakarta: Gramedia.
Purnomo, dkk. 2009. Biologi untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Intan Pariwara.
Purnomo, S.A. dkk. 2013. Ilmu Pengetahuan Alam untuk Siswa SMP-MTs KelasVIII. Jakarta: Yrama Widya
Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:Remaja Rosda Karya.
Putra, D.J., Hasnunidah, N., Jalmo, T. 2019. Pengaruh Argument Driven Inquiry(ADI) Terhadap Keterampilan Argumentasi Siswapada Materi PokokSistem Pernapasan. Jurnal Bioterdidik. 7(1). 1-12.
Ricketts, J. 2004. Critical Thinking Skills of FFA Leaders. Journal of SouthernAgricultural Education Research. 54(1). 7-20.
Reece, J.B. 2012. Biology 7th Edition. San Francicko: Pearson BenjaminCummings.
Remiswal. 2013. Menggugah Partisipasi Gender di Lingkungan KomunitasLokal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rustaman, N.Y. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.
Sampson, V dan Clark, D.B. 2008. Assesment of the Ways Students GenerateArguments in Science Educations: Current Persepective and
94
Recommendations for Future Directions. The American Biology Teacher.92: 447-472.
Sampson, V dan Gleim, L. 2009. Argument Driven Inquiry to Promote theUnderstanding of Important Concepts dan Practices in Biology. TheAmerican Biology Teacher. 71 (8):465-472.
Sampson, V., Grooms, J dan Walker, J. P. 2010 Argument-Driven Inquiry asa Way to Help Students Learn How to Participate in ScientificArgumentation and Craft Written Arguments: An Exploratory Study.Science Education. 95(2): 217-257.
Sampson, P., Enderle, P., Gleim,L., Grooms, J., Hester, M., Southerland, s., danWilson, K. 2011. Argument Driven Inquiry in Biology. NSTA Press.United States of America.
Sampson, V., Grooms, J., Enderle, P., dan Southerland. 2012. Using LaboratoryActivities The Emphasize Argumentation and Argument to Help HighSchool Students Learn How to Engage in Scientifc Practices andUnderstand the Nature of Scientific Inquiry. Florida State University.
Santrock, J.W. 2011. Psikologi pendidikan. Jakarta: Selemba Humanika.
Sayekti, I.C., Sarwanto dan Suparmi. 2012. Pembelajaran IPA MenggunakanPendekatan Inkuiri Terbimbing Melalui Metode Eksperimen DanDemonstrasi Ditinjau Dari Kemampuan Analisis Sikap Ilmiah Siswa.Jurnal Inkuiri. 1(2): 142-152.
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Simon, S., Erduran, S dan Osborne, J. 2006. Learning to Teach Argumentation:Research and Development in the Science Classroom. InternationalJounar of Science Education. 28: 235-260.
Slavin, R.E. 2008. Cooperativ Learning : Teori, Riset dan Praktek. Bandung:Nusa Media.
Slavin. 2010. Cooprative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:Penerbit Nusa Media.
Suherman, A. 2009. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani: AlternatifPengembangan dan Implementasi Model Pembelajaran dalamPengajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK.
Sujianto, A.E. 2009. Aplikasi Statistik Dengan SPSS. Jakarta PrestasiPustaka.
Sulistiana., Sriyono., Nurhidayati. 2012. Pengaruh Gender, Gaya Belajar,dan Reinforcement Guru Terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa
95
Kelas XI SMA Negeri Sekabupaten Purworejo Tahun Pelajaran2012/2013. 3(2): 106 hlm.
Sulistiyawati dan Andriani, C. 2017. Kemampuan Berpikir Kritis dan HasilBelajar Biologi Berdasarkan Perbedaan Gender Siswa. WacanaAkademika. 1(2): 127-141.
Sulistyanto, H dan Endy. W. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD dan MIKelas VI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Tohirin. 2007. Pendidikan dan Konseling diIntitusi Pendidikan. Jakarta:Grasindo.
Toulmin, S. 2003. The Uses Of Argument. New York: Cambridge UniversityPress.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi danImplementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Jakarta: Bumi Aksara.
Trianto. 2019. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: KonsepLandasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Umar, W. 2012. Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis dalamPembelajaran Matematika. Jurnal Ilmiah Program Studi MatematikaSTKIP Siliwangi Bandung. 1(1): 1-9.
Wang, M. 2012. Effect of Cooperative Learning on Achievment Motivationof Female University Students. Published by Canadian Center ofScience and Education. Asian Social Science.8(15).
Weston, A. 2007. Kaidah Beragumentasi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Widodo, T., Tri C., Bambang S., Suharsono dan Mintayani S. 2009. IPATerpadu. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Wisudawati, A.W. dan Sulistyowati, E. 2004. Metodologi Pembelajaran IPA.Jakarta: Bumi Aksara.
Widhiarso, W. 2009. Membahas Interakasi dalam Analisis Varian. Yogyakarta.Fakultas Psikologi UGM.
Yuliani. 2014. Analisis Kualitas Pertanyaan Siswa Berdasarkan Gender danTaksonomi Bloom. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
96
Yulianto, T dan Dwijananti, P. 2013. Studi Perbandingan Hasil BelajarFisika Sesaat Kelas Campuran Pada Materi Getaran di SMA N 1Kradenan Kabupaten Grobogan. Unnes Physics Education Journal.2(2): 27-31.
Viyanti., Widha S., dan Zuhdan, K.P. 2016. Pemberdayaan KeterampilanArgumrntasi Mendorong Pemahaman Konsep Siswa. JurnalPembelajaran Penelitian Fisika. (7): 43-48.
Zubaidah, S. 2011. Pembelajaran sains (IPA) sebagai wahana pendidikankarakter. Malang: Universitas Negeri Malang.
Zubaidah, S., dkk. 2014. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Kementrian DanKebudayaan.
Zubaidah, S., dkk. 2017. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: KementrianPendidikan Dan Kebudayaan.