165
PENGARUH PEMBELAJARAN MODUL DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA N 1 PERANAP KECAMATAN PERANAP TESIS OLEH: YULIATIN NIM : 51946 Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam Mendapatkan gelar magister pendidikan PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2011

PENGARUH PEMBELAJARAN MODUL DAN MOTIVASI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_YULIATIN_51946... · PENGARUH PEMBELAJARAN MODUL DAN MOTIVASI ... PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

  • Upload
    builiem

  • View
    236

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH PEMBELAJARAN MODUL DAN MOTIVASI

TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA N 1 PERANAP

KECAMATAN PERANAP

TESIS

OLEH:

YULIATIN NIM : 51946

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam Mendapatkan gelar magister pendidikan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2011

i

ABSTRACT

YULIATIN, 2011, The influence of modul and motivation learning to the geography learning result of students’s class X in SMAN 1 Peranap of Peranap Subdistrick.

This study aims to reveal: (1) The difference learning outcomes of students

using the modules and non-modules on the subjects of Geography, (2) difference in learning outcomes of students with high learning motivation and learning by using a non-module module on the subjects of Geography, (3) Differences learning outcomes of students with low motivation to learn and use the module that uses a non-module on the subjects of Geography, (4) interaction with a module of learning strategies and motivation towards learning outcomes.

This research was conducted using a quasi experimental methods, the population in this study is the class X SMA N 1 Peranap. Sample class is a class X5 as classroom learning modules and classroom learning X2 as a non-module class. One class is designed as an experimental class that will implement the learning system and a class module as a control class that will use non-module learning system. While the motivation variables obtained by using a prepared questionnaire motivation more advance by the researcher.

The results of analysis after the study of Geography students studied the results obtained are taught using the module higher than the learning outcomes of Geography students who use non-module, while the learning outcomes of Geography with a high motivation to learn is taught using the module higher than the learning outcomes of Geography students who use non- module, learning outcomes Geography students with low motivation to learn is taught using the module higher than the learning outcomes of Geography students who use non-module. In addition, there is no interaction between learning modules and non-modules on the Study abroad. From these date, we can conclude that learning by using the better than the non learning modules.

ii

ABSTRAK

YULIATIN. 2011. Pengaruh Pembelajaran Modul dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas X di SMA N I Pranap Kecamatan Pranap.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan: (1) Perbedaan hasil belajar siswa menggunakan modul dan non modul pada mata pelajaran Geografi, (2) Perbedaan hasil belajar siswa dengan motivasi belajar tinggi dengan menggunakan modul dan pembelajaran non modul pada mata pelajaran Geografi, (3) Perbedaan hasil belajar siswa dengan motivasi belajar rendah yang menggunakan modul dan yang menggunakan non modul pada mata pelajaran Geografi, (4) interaksi strategi pembelajaran dengan modul dan motivasi belajar terhadap hasil belajar.

Penelitian ini dilakukan mengunakan metode quasi eksperimen, populasi pada penelitian ini adalah kelas X SMA N 1 Peranap. Kelas sampel adalah kelas X5 sebagai kelas pembelajaran modul dan kelas X2 sebagai kelas pembelajaran non modul. Satu kelas didesain sebagai kelas eksperimen yang akan menerapkan sistem pembelajaran modul dan satu kelas sebagai kelas kontrol yang akan mengunakan sistem pembelajaran non-modul. Sedangkan variabel motivasi didapatkan dengan mengunakan angket motivasi yang dipersiapkan terlabih dahulu oleh peneliti.

Hasil analisa setelah penelitian didapatkan hasil belajar Geografi siswa yang diajarkan dengan menggunakan Modul lebih tinggi daripada hasil belajar Geografi siswa yang menggunakan non-modul, sedangkan hasil belajar Geografi dengan motivasi belajar tinggi yang diajarkan dengan menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar Geografi siswa yang menggunakan non modul, hasil belajar Geografi siswa dengan motivasi belajar rendah yang diajarkan menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar Geografi siswa yang menggunakan non modul. Selain itu, tidak terdapat interaksi anatara pembelajaran modul dan non modul terhadap hasil balajar. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan mengunakan modul lebih baik dari pada pembelajaran non modul.

iii

Persetujuan Akhir Tesis

Nama mahasiswa : Yuliatin NIM. : 51946

Nama Tanda Tangan Tanggal Prof. Dr. Ungsi A. O. M, M.Ed. _________ ________ Pembimbing I Dr. Jasrial, M.Pd _________ ________ Pembimbing II Direktur Program Pascasarjana KetuaProgram Studi/konsentrasi Prof. Dr. H. Mukhaiyar Dr. Jasrial, M.Pd NIP. 130 526 501

iv

Persetujuan Komisi Ujian Tesis Magister Kependidikan

No Nama Tand Tangan

1. Prof. Dr. Ungsi A.O.M, M.Ed ______________ (Ketua)

2. Dr. Jasrial, M.Pd ______________ (Sekretaris) 3. Prof. Dr. H. Abizar, M.Pd ______________ (Anggota) 4. Dr. Darmansyah Nabar, M.Pd ______________ (Anggota) 5. Prof. Dr. H. Mukhaiyar ______________ (Anggota) Mahasiswa: Nama : Yuliatin NIM : 51946 Tanggal Ujian : Agustus 2011

v

SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Karya tulis saya, tesis dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Modul dan

Motivasi Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas X di SMA

Negeri 1 Peranap Kecamatan Peranap” adalah asli dan belum pernah

diajukan untuk mendapat gelar akademik baik di Universitas Negeri Padang

maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, penilaian dan rumusan saya sendiri, tanpa

bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing yaitu

Bapak Prof. Dr. Ungsi Antara Oku Marmai M.Ed dan Bapak Dr. Jasrial

M.Pd.

3. Di dalam karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah

ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan

jelas dan dicantum sebagai acuan didalam naskah saya dengan disebutkan

nama pengarangnya dan dicantumkan pada daftar rujukan.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila di kemudian

hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini, saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah

saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma

dan ketentuan hukum yang berlaku.

Padang, 10 Agustus 2011 YULIATIN NIM. 51946

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, taufik dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal tesis ini dengan judul “Pengaruh pembelajaran Modul

dan motivasi terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas X di SMAN 1

Peranap Kab. Indragiri Hulu, Provinsi. Riau”. Sholawat beriring salam penulis

juga berikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa petunjuk untuk

keselamatan umat di dunia dan di akhirat.

Penulisan tesis ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas

Negeri Padang. Penulis menyadari dan merasa sepenuhnya, bahwa dalam

menyelesaikan thesis ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang

setulus-tulusnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Rektor Universitas Negeri Padang yang telah memberikan kesempatan

dalam melanjutkan pendidikan dan mendukung pada melancaran proses

pembelajaran dan arahan dalam pembelajaran.

2. Bapak Prof. Dr. H. Mukhyar, M. Pd, Bapak Prof. Dr. Gusril, selaku direktur

dan assisten direktur pasca sarjana UNP, yang telah memberikan kesempatan

serta arahan selama pendidikan, penelitian dan penulisan thesis ini.

3. Dr. Jasrial, M.Pd selaku Ketua program Studi Teknologi Pendidikan Program

Pascasarjana Universitas Negeri Padang yang memberikan fasilitas, arahan

dan persetujuan dalam penyelesaian akhir kuliah

4. Bapak Prof. Dr. Ungsi Antara Oku Marmai, M. Ed, dan Dr. Jasrial, M.Pd

Selaku pembimbing I dan II yang ditengah-tengah kesibukan telah

memberikan bimbingan yang mendalam dengan sabar dan kritis terhadap

permasalahan, selalu memberikan motivasi mulai dari awal sampai akhir.

vii

5. Prof Dr Abizar, M.Pd, Prof. Dr. H. Mukhaiyar, dan Dr. Darmansyah, M.Pd

selaku nara sumber dan tim penguji yang telah memberikan saran yang

kontribusi dalam rangka penyempurnaan tesis ini.

6. Drs. Sri Widodo, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Peranap, Guru-guru

serta pegawai SMAN 1 Peranap yang telah memberikan izin dan dukungan

serta kesempatan kepada penulis melakukan riset

7. Pemerintah Daerah Provinsi Riau yang telah memberikan dana baik proses

perkuliahan maupun penelitian thesis ini

8. Segenap keluarga, terutama ibunda (Lismar) dan ayahanda (Rustam) yang

telah banyak memberikan dorongan, semangat dan doa untuk terus maju guna

mencapai gelar Magister Pendidikan.

9. Rekan-rekan mahasiswa program studi teknologi pendidikan angkatan

2009/2010 Pascasarjana UNP, atas segala dukungan yang telah memberikan

semangat dan motivasi dalam merampungkan tesis ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan nama satu persatu.

Semoga amal baik yang telah Bapak, Ibu dan rekan-rekan berikan kepada

penulis demi kelancaran penyelesaian tesis ini, mendapatkan balasan karunia dan

nikmat dari Allah SWT.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan

tesis ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua

pihak sangat diharapkan. Terakhir, semoga hasil penelitian ini dapat memberikan

manfaat dan kontribusi bagi pengembangan pendidikan di sekolah.

Peranap, 10 Agustus 2011

Penulis

viii

DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT ………………………………………………………………… i ABSTRAK ………………………………………………………………….. ii SURAT PERNYATAAN …………………………………………………… iii PERSETUJUAN AKHIR ………………………………………………….. iv PERSETUJUAN KOMISI …………………………………………………. v KATA PENGANTAR ……………………………………………………… vi DAFTAR ISI ……………………………………………………………… viii DAFTAR TABEL …………………………………………………………. x DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… xi DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 7 C. Pembatasan Masalah .................................................................... 8 D. Perumusan Masalah ...................................................................... 8 E. Tujuan Penelitian. ......................................................................... 9 F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ........................................................................... 11

1. Pembelajaran Modul .............................................................. 11 2. Pembelajaran Non Modul ..................................................... 16 3. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi .................. 20

a. Pengertian belajar ............................................................ 20 b. Hasil belajar ..................................................................... 22 c. Karakteristik pembelajaran geografi ............................... 24 d. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ............. 26

4. Motivasi belajar ...................................................................... 27 B. Penelitian yang Relevan ............................................................ 35 C. Kerangka berfiikir ..................................................................... 37 D. Hipotesis ..................................................................................... 39

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian ......................................................................... 40 B. Populasi dan Sampel ................................................................. 40 C. Definisi Operasional ................................................................ 41 D. Pengembangan instrumen ......................................................... 42 E. Teknik pengumpulan data ......................................................... 48 F. Teknik analisa data ................................................................... 50

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ........................................................................ 54

ix

1. Deskripsi data motivasi kelas eksperimen ............................. 55 2. Deskripsi data motivasi tinggi kelas eksperimen (A1B1) ..... 56 3. Deskripsi data motivasi rendah kelas eksperimen (A2BI) .... 57 4. Deskripsi data motivasi belajar kelas kontrol ....................... 58 5. Deskripsi data motivasi tinggi kelas kontrol (AIB2) ............. 59 6. Deskripsi data motivasi rendah kelas kontrol (A2B2) ........... 60 7. Deskripsi data hasil belajar kelas eksperimen ........................ 61 8. Deskripsi data hasil belajar tinggi kelas eksperimen ............. 63 9. Deskripsi data hasil belajar rendah kelas eksperimen ............ 64

10. Deskripsi data hasil belajar kelas kontrol............................... 65 11. Deskripsi data hasil belajar tinggi kelas kontrol .................... 67 12. Deskripsi data hasil belajar rendah kelas kontrol ................... 68

B. Uji persyaratan analisis .............................................................. 69 C. Pembahasan ............................................................................... 78

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................... 82 B. Implikasi ..................................................................................... 83 C. Saran ........................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

x

DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Nilai rata-rata geografi siswa kelas X SMA N I Peranap ............................ 4 2. Perbedaan belajar dengan modul dan non-modul ..................................... 17 3. Desain penelitian ....................................................................................... 47 4. Deskripsi data hasil penelitian secara keseluruhan .................................... 54 5. Deskripsi data motivasi kelas eksprimen .................................................. 55 6. Deskripsi data motivasi tinggi kelas eksperimen ...................................... 56 7. Distribusi frekwensi motivasi rendah kelas ekseperimen ......................... 57 8. Distribusi frekwensi motivasi belajar kelas kontrol .................................. 58 9. Distribusi frekwensi motivasi tinggi kelas kontrol ................................... 60 10. Distribusi frekwensi motivasi rendah kelas kontrol ................................ 61 11. Hasil belajar siswa kelas eksperimen ...................................................... 63 12. Distribusi hasil belajar tinggi kelas eksperimen ..................................... 64 13. Distribusi hasil belajar rendah kelas eksperimen .................................... 65 14. Distribusi frekwensi hasil belajar siswa kelas kontrol ............................ 66 15. Distribusi frekwensi hasil belajar tinggi kelas kontrol ............................ 67 16. Distribusi frekwensi hasil belajar rendah kels kontrol ............................ 68 17. Rangkuman uji normalitas motivasi dan hasil belajar ............................. 69 18. Ringkasan motivasi tinggi dan rendah kelas eksperimen ....................... 70 19. Rangkuman hasil belajar tinggi dan rendah kelas kontrol ....................... 71 20. Rangkuman hasil uji homogenitas untuk motivasi dan hasil belajar........................................................................................ 72 21. Kesimpulan uji homogenitas untuk motivasi dan hasil belajar ................ 73 22. Hasil uji t untuk hipotesis I ...................................................................... 73 23. Uji t motivasi tinggi siswa pada hipotesis II ........................................... 74 24. Uji t motivasi rendah siswa dalam penelitian ......................................... 75 25. Perhitungan interaksi siswa ..................................................................... 76 26. Rekapitulasi rata-rata hasil belajar .......................................................... 76

xi

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Kerangka Berfikir ..................................................................................... 39 2. Histigram motivasi siswa kelas eksperimen ............................................. 55 3. Histogram data pengetahuan tinggi kelas eksperimen ............................... 57 4. Histogram motivasi rendah kelas eksperimen............................................ 58 5. Histogram motivasi belajar kelas kontrol ................................................. 59 6. Histogram motivasi tinggi kelas kontrol ................................................... 60 7. Histogram motivasi rendah kelas kontrol ................................................. 62 8. Histogram data hasil belajar kelas eksperimen ......................................... 63 9. Histogram hasil belajar tinggi kelas eksperimen ...................................... 64 10. Histogram hasil belajar rendah kelas eksperimen ................................... 65 11. Histogram hasil belajar siswa kelas kontrol ............................................ 66 12. Histogram hasil belajar tinggi kelas kontrol ........................................... 67 13. Hasil belajar rendah kelas kontrol ........................................................... 68 14. Diagram interaksi ordinali ....................................................................... 77

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha

esa, berahlak mulia, sehat berilmu, kreatif dan menjadi warga negara yang

demokratis serta tanggungjawab. Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional

tersebut pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan-perbaikan mutu

pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang. Tujuan pendidikan dapat terwujud

melalui pembentukan watak mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan

tinggi melalui peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah pada berbagai

jenjang.

Peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan dari segala unit, Kunandar

(2007: 6) menjelaskan:

Peningkatan mutu pemerataan pendidikan dapat ditempuh melalui program dan kebijakan, yaitu (1) meningkatkan pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun yang bermutu; (2) memberi akses yang lebih besar kepada kelompok masyarakat yang selama ini kurang terjangkau oleh layanan pendidikan; (3) meningkatan penyediaan pendidikan ketrampilan dan kewirausahaan atau pendidikan non formal yang bermutu; (4) meningkatkan penyediaan dan pemerataan sarana dan prasarana pendidikan; (5) meningkatkan kualifikasi, kompetensi, dan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan;

 

 

 

(6) meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan; (7) penyempurnaan manajemen pendidikan dan meningkatkan partisipasi dalam proses perbaikan mutu pendidikan; (8) meningkatkan kualitas kurikulum dan pelaksanaan yang bertujuan membentuk karakter dan kecakapan hidup (life skill), sehingga peserta didik mampu memecahkan berbagai masalah kehidupan secara kreatif dan menjadikan manusia yang inovatif serta produktif.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat penyempurnaan manajemen pendidikan

dan meningkatkan partisipasi dalam perbaikan mutu pendidikan, meningkatkan

profesional guru merupakan aspek yang tidak bisa diabaikan. Walau

bagaimanapun dalam proses pembelajaran di kelas guru merupakan pengajar,

pendidikan, pembimbing, ilmuan, fasilitator sekaligus motivator sehingga peserta

didik mampu mengembangkan potensi dirinya untuk menyerap, menggali dan

mengembangkan konsep keilmuan, maupun tata nilai yang dibelajarkan di kelas

secara mandiri.

Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah, guru berada pada garis

depan melalui interaksi dengan peserta didik di kelas maupun di luar kelas. Guru

sebagai pameran utama untuk merealisasikan program operasional pendidikan

serta tumpuan harapan mewujudkan agenda pendidikan nasional, seperti:

peningkatan mutu dan relevansi, pemerataan dan perluasan kesempatan belajar

serta peningkatan efesiensi.

Pengelolaan pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan

mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan atas adanya

interaksi antar guru dan siswa. Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan

mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk mencapai

 

 

 

tujuan tersebut maka dalam sistem pelaksanaan pengajaran di sekolah, guru perlu

meningkatkan kreativitasnya dalam pembelajaran.

Mata pelajaran Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan

dalam segala perwujudan makna, sepanjang hayat dan dorongan peningkatan

kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia memperoleh

jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek-aspek

spasial eksistensi manusia, agar manusia memahami karakteristik dunianya dan

tempat hidup. Bidang kajian geografi meliputi muka bumi dan proses-proses yang

membentuknya, hubungan antara manusia dan lingkungan, serta pertalian antara

manusia dan tempat-tempat. Sebagai suatu disiplin integratif, geografi

memadukan dimensi-dimensi alam dan manusia di dunia, dalam menelaah

manusia, tempat-tempat dan lingkungannya.

Ada beberapa masalah yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari guru

dalam melakukan proses pembelajaran. Masalah pokok yang dialami dalam

proses pembelajaran di kecamatan Peranap kabupaten Indragiri Hulu adalah

sangat rendahnya daya serap siswa terhadap materi pelajaran IPS dan khususnya

pada mata pelajaran Geografi. Proses pembelajaran yang didominasi oleh guru

(teacher centered) menyebabkan siswa pasif dan hanya menerima apa yang

diberikan guru. Dalam proses pembelajaran teacher centered yang dilaksanakan

menunjukkan kurang berkualitasnya hasil yang dicapai. Padahal penggunaan

metode pembelajaran yang sesuai dapat menumbuhkan partisipasi siswa dalam

 

 

 

proses belajar mengajar di kelas, dengan demikian akan dapat menumbuhkan

minat, motivasi, maupun kreatifitas belajar siswa dalam pembelajaran geografi.

Di lapangan pada umumnya permasalahan bagi guru mata pelajaran

geografi di kelas X pada umumnya waktu yang sedikit dengan materi ajar yang

banyak, sulitnya bagi guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang dapat

menimbulkan aktivitas dan motivasi siswa. Guru menggunakan pembelajaran

yang bersifat konvensional dengan pendekatan klasikal dalam proses

pembelajarannya. Pendekatan pembelajaran konvensional lebih disenangi oleh

guru dalam proses pembelajaran, karena proses pembelajaran dapat dilaksanakan

dengan alat dan media yang terbatas (apa adanya). Guru hanya menjelaskan

konsep-konsep yang ada pada buku paket serta memberikan soal-soal jawaban

singkat, sehingga jarang sekali memberikan soal dalam bentuk penalaran,

sehingga tidak menumbuhkan kreativitas siswa dalam belajar.

Tabel 1. Nilai rata-rata Geografi siswa kelas X SMA Negeri 1 Peranap Kecamatan Peranap Kabupaten Indragiri Hulu.

No

Kelas

SKBM Rata-rata Persentase Ketuntasan Hasil Belajar

Tahun ajaran 2007/2008

Tahun ajaran 2008/2009

Tahun ajaran 2009/2010

I II I II I II 1 X.1 70 69,45 68,90 68,50 67,90 66,20 68,88 2 X.2 70 68,28 65,00 59,50 63,00 64,58 67,25 3 X.3 70 66,50 67,10 65,50 64,20 65,26 68,08 4 X.4 70 62,18 65,80 59,90 64,40 64,80 66,80 5 X.5 70 67,70 64,30 59,80 63,20 64,28 66,90

 

 

 

Untuk mengetahui kurang berhasilnya siswa dalam pembelajaran geografi di

SMA Negeri 1 Peranap Kabupaten Indragiri Hulu maka dapat kita lihat gambaran

data yang tertera pada tabel 1 dibawah ini. Data pada tabel 1 terlihat bahwa hasil

belajar geografi kelas X SMA Negeri 1 Peranap Kabupaten Indragiri Hulu masih

begitu rendah dan di bawah standar KKM yang sudah ditetapkan yaitu 70, setelah

dikaji dari hasil tabel 1 menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dikelola 3

tahun terakhir ini belum terkelola dengan baik sehingga hasil belajar belum

memuaskan.

Mastery Learning adalah pembelajaran individual dengan ciri-ciri

terciptanya pembelajaran yang terfokus pada siswa (student centered learning)

dan pembelajaran seperti ini diharapkan dapat terlaksana di sekolah. Perubahan

paradigma ini sesungguhnya dimaksudkan agar guru tidak lagi menjadi satu-

satunya sumber belajar bagi siswa yang memiliki ilmu dan mengajarkanya

kepada siswa yang masih kosong tidak tahu apa-apa. Siswa secara aktif

melakukan kegiatan belajar mengambil tanggungjawab untuk membelajarkan

dirinya.

Kenyataan menunjukkan bahwa para guru tidak mudah untuk merubah

paradigma pembelajaran. Guru terbiasa menjelaskan dan proses pembelajaran

lebih bersifat teacher centered. Guru sebagai pihak yang menentukan bagaimana

siswa belajar dan guru yang menentukan batas materi yang akan diberikan kepada

siswa. Umumnya guru “mengajar” bukan membelajarkan siswa.

 

 

 

Motivasi siswa juga merupakan salah satu faktor yang diduga

mempengaruhi hasil belajar. Motivasi merupakan daya pengerak psikis dalam diri

siswa untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah ketrampilan dan

pengalaman. Motivasi juga dapat mendorong dan mengarahkan minat belajar

siswa untuk mendapatkan tujuan. Siswa akan bersungguh-sungguh belajar karena

termotivasi dengan keinginan-keinginan yang akan dicapai untuk memecahkan

suatu masalah.

Dengan memotivasi siswa, guru dapat memberikan batasan ruang lingkup

materi pengetahuan yang akan dipelajari siswa. Untuk mengetahui tingginya

motivasi siswa dalam belajar, guru harus memberikan motivasi sebelum

pembelajaran dimulai, namun ada kenyataan di lapangan banyak guru yang belum

melakukannya sehingga perlakuan yang diterapkan guru belum sesuai dengan

kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran.

Penggunaan Modul berarti siswa belajar sendiri sesuai dengan dengan

kemampuannya. Selain itu, siswa juga dapat menilai kemampuannya sendiri

dengan langkah kegiatan yang di kontrol sendiri. Dengan demikian maka hasil

belajar siswa pun dapat selalu diketahui. Apabila hasil belajar siswa telah dapat

diketahui maka siswa pun akan termotivasi untuk belajar lebih giat. Kemudian

siswa pun akan terhindar dari kegiatan yang tidak berguna, sebab materi dalam

modul mempunyai petunjuk kegiatan dan langkah kegiatan yang terarah, sehingga

pihak siswa juga belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing tanpa

harus menunggu teman-temannya yang kurang mampu. Berdasarkan fakta ini

 

 

 

peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang “Pengaruh

pembelajaran modul dan motivasi terhadap hasil belajar geografi kelas X di SMA

Negeri 1 Peranap kabupaten Indragiri Hulu”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah, maka

beberapa masalah dalam pembelajaran Geografi dapat diidentifikasi sebagai

berikut :

1. Pada umumnya guru belum menggunakan strategi belajar siswa aktif dalam

menyampaikan materi pelajaran, karena kegiatan pembelajaran masih

bersifat teacher centered learning.

2. Pembelajaran dengan non modul belum dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa karena banyaknya siswa yang tidak bersemangat belajar

dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang ada.

3. Keterbatasan alat bantu dalam pembelajaran juga menyebabkan rendahnya

hasil belajar siswa. Beberapa alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran

geografi seperti peta, atlas, globe atau menggunakan charta. Namun

keterbatasan alat bantu tersebut bisa menyebabkan guru-guru melaksanakan

pembelajaran metode konvensional pada pembelajaran klasikal.

4. Anggapan siswa terhadap pembelajaran geografi yang sulit, membosankan

dan tidak menarik untuk dipelajari. Hal ini juga menyebabkan guru kurang

berhasil menciptakan situasi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan

 

 

 

sehingga perlu menciptakan suatu strategi untuk meningkatkan minat dan

motivasi siswa dalam pembelajaran Geografi.

5. Kurangnya kesesuaian antara metode yang dipakai dengan yang dipelajari

sehingga hasil belajar geografi siswa belum mencapai kriteria ketuntasan

minimal.

6. Pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar seharusnya dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, namun ditemukan masih banyak nilai

siswa di bawah standar akibat sulit memahami konsep pembelajaran yang

diberikan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah terlihat bahwa banyak faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa, baik yang bersumber dari diri siswa maupun

faktor lingkungan. Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi hasil belajar,

maka penelitian ini hanya dibatasi pada pembelajaran dengan menggunakan

modul. Hal ini dikarenakan pembelajaran dengan menggunakan modul

diharapkan akan membantu guru untuk meningkatkan motivasi siswa dalam

mencapai tingkat pemahaman materi yang lebih tinggi dan hasil belajar yang baik.

 

 

 

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat

dirumuskan permasalahanya yaitu:

1. Apakah hasil belajar geografi siswa yang menggunakan modul lebih tinggi

dibandingkan hasil belajar siswa yang menggunakan non modul?

2. Apakah hasil belajar geografi siswa dengan motivasi tinggi yang

menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar siswa bermotivasi

tinggi yang menggunakan non modul?

3. Apakah hasil belajar geografi dengan motivasi belajar rendah yang

menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar siswa dengan

motivasi belajar rendah yang menggunakan non modul?

4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran yang menggunakan modul

dan non modul terhadap hasil belajar geografi siswa?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan hasil belajar geografi siswa yang diajarkan dengan

menggunakan modul dan hasil belajar geografi siswa dengan

menggunakan non modul

10 

 

 

 

2. Perbedaan hasil belajar geografi siswa dengan motivasi tinggi yang

menggunakan modul dan hasil belajar siswa bermotivasi tinggi yang

menggunakan non modul.

3. Perbedaan hasil belajar geografi dengan motivasi belajar rendah yang

menggunakan modul dan hasil belajar siswa dengan motivasi belajar

rendah yang menggunakan non modul

4. Interaksi antara pembelajaran yang menggunakan modul dan non

modul terhadap hasil belajar geografi siswa.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dan dapat memberikan

sumbangan kepada dunia pendidikan pada umumnya, dan disamping itu

mempunyai nilai praktis antara lain:

1. Bagi siswa, siswa dapat meningkatkan hasil belajar geografi mereka

khususnya pada materi Kelas X di SMA Negeri 1 Peranap.

2. Bagi guru, dapat menjadi salah satu alternatif penggunaan metode dalam

pembelajaran.

3. Bagi kepala sekolah, menjadi acuan untuk memotivasi dalam mengarahkan

guru dalam memilih metode pembelajaran sehingga dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran di sekolah.

4. Untuk peneliti sendiri, untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan

memperluas cakrawala berpikir penulis dalam meningkatkan motivasi dan

hasil belajar siswa dengan pembelajaran modul.

11 

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teoretis

1. Pembelajaran Modul

Rusman (2010:375) menyatakan Modul adalah suatu paket program

yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan rancang sedemikian rupa

guna kepentingan belajar siswa. Satu paket modul biasanya memiliki

komponen petunjuk guru, lembaran kegiatan siswa, lembar kerja siswa,

kunci lembaran kerja, lembaran tes dan kunci lembaran tes.

B. Suryosubroto (1983:9) menyatakan sistem pengajaran dengan

modul adalah suatu sistem penyampaian yang telah dipilih dalam usaha

pengembangan sistem pendidikan yang lebih efisien, relevan, dan efektif.

Sehingga prinsip utama dari sistem pengajaran dengan modul adalah

meningkatkan efisiensi dan efektivitas belajar mengajar di sekolah dalam

hal penggunaan waktu dana, fasilitas dan tenaga secara tepat.

Prinsip yang mendukung bahwa sistem pembelajaran modul lebih baik

menurut B. suryosubroto (1983:15) adalah sebagai berikut:

1. Murid memiliki motif yang besar untuk mencapai tujuan-tujuan instruksional (tujuan pelajaran) yang sudah ditetapkan dan dirumuskan dalam modul.

2. Dalam sistem pengajaran dengan modul, siswa yang cepat belajarnya tidak boleh ditahan untuk menunggu murid-murid lain yang lambat.

3. Belajar dengan menggunakan modul mengakibatkan siswa lebih aktif dalam proses belajarnya itu.

11 

12 

 

4. Guru mempunyai waktu untuk membantu siswa secara perseorangan dalam menghadapi kesulitan atau pertanyaan-pertanyaan yang muncul selagi belajar.

5. Dengan sistem modul siswa selalu memperoleh informasi tentang kemajuan belajarnya masing-masing.

6. Dengan menggunakan modul guru lebih memahami tentang metode-metode belajar yang paling efisien dan mereka mempunyai ketrampilan dan fasilitas-fasilitas untuk melaksanakan metode-metode itu.

Beberapa keunggulan pembelajaran dengan sistem modul dapat

dikemukakan Hamid Darmadi (2009:164) sebagai berikut:

1. Berfokus pada kemampuan individu peserta didik, karena pada hakikatnya mereka memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dan lebih bertanggungjawab atas tindakannya.

2. Adanya kontrol terhadap hasil belajar melalui penggunaan standar kompetensi dalam setiap modul yang harus dicapai oleh peserta didik.

3. Relevansi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara pencapaiannya, sehingga peserta didik dapat mengetahui keterkaitan antara pembelajaran dengan hasil yang akan diperolehnya. Modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian

pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis

untuk membantu peserta didik dalam belajar. Modul adalah suatu proses

pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara

sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik,

disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Sebuah modul

adalah pernyataan satuan pembelajaran dengan tujuan-tujuan, pretes

aktivitas belajar yang memungkinkan peserta didik memperoleh

kompetensi-kompetensi yang belum dikuasai dari hasil pretes, dan

mengevaluasi kompetensinya untuk mengukur keberhasilan belajar.

13 

 

Pengajaran modul termasuk salah satu sistem individual yang paling

baru dan menggabungkan keuntungan dari berbagai metode pengajaran

individual lainnya. Suatu modul ialah suatu kesatuan yang bulat dan lengkap

yang terdiri atas serangkaian kegiatan belajar yang secara empiris telah

terbukti memberi hasil belajar efektif, untuk mencapai tujuan yang

dirumuskan secara jelas dan spesifik. Pengajaran modul adalah pengajaran

yang sebagian atau seluruhnya terdiri atas modul. Modul itu dapat

mengandung berbagai macam kegiatan-kegiatan belajar seperti membaca

buku pelajaran atau karangan-karangan, memperhatikan gambar atau foto

serta diagram, menyelidiki berbagai alat demontrasi, turut serta dalam

proyek dan eskperimen (Nasution, 2008:65).

Selain memberi kesempatan kepada murid untuk maju menurut

kecepatan masing-masing, modul mempunyai juga tujuan lain yang perlu

mendapat perhatian, yakni: (a) memberikan kesempatan untuk memilih

diantara sekian banyak topik dalam rangka suatu program, (b) mengadakan

penilaian yang sering tentang kemajuan dan kelemahan siswa, dan (c)

memberikan modul remedial untuk mengolah kembali seluruh bahan yang

telah diberikan guna pemantapan dan perbaikan, atau mengulangi bahan

pelajaran untuk lebih memantapkannya dengan menggunakan cara-cara lain

daripada modul semula, sehingga lebih mempermudahkan pemahaman oleh

murid (Nasution, 2008,66).

Dengan demikian Modul merupakan sebuah buku yang ditulis dengan

tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan

14 

 

bimbingan guru, sehingga modul berisi tentang petunjuk belajar, kompetensi

yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, lembar kerja dan

evaluasi.

Dapat dikatakan bahwa buku (bahan) ajar adalah buku yang

memberikan ajaran dalam suatu bidang studi seperti modul. Ia merupakan

salah satu sarana yang mutlak dibutuhkan atau diperlukan dalam proses

belajar mengajar di semua jenjang pendidikan. Jika tujuan pembelajaran

adalah untuk menjadikan siswa memiliki berbagai kompetensi, siswa perlu

menempuh pengalaman dan latihan serta mencari informasi yang

berkualitas.

Tersedianya bahan ajar yang memadai dan berkualitas bagi proses

pembelajaran saat ini menjadi tantangan bagi kreativitas guru untuk

mewujudkannya. Salah satu upaya tersebut adalah membuat Modul

pembelajaran atau Student Worksheet. Berkenaan dengan hal tersebut maka

penyusuan Modul ini disusun dan dapat digunakan sebagai referensi tertulis

bagi seluruh jajaran terkait dalam penyediaan bahan ajar bagi peserta didik

atau siswa. Modul ini merupakan rambu-rambu bagi guru dalam merancang

Modul untuk memperlancar pembelajaran di sekolah. Sebagai rambu-rambu,

pedoman ini tidak harus diikuti secara kaku, tetapi dapat dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan, kekhususan, dan karakteristik kompetensi yang

dikembangkan. Modul merupakan lembaran yang dirancang untuk siswa

yang didasarkan pada bahan ajar yang telah diberikan oleh guru. Modul

dipergunakan dalam proses pembelajaran, dimaksudkan untuk mengecek

15 

 

tingkat pemahaman siswa atas materi yang disajikan. Tugas-tugas yang

diberikan kepada peserta didik dapat berupa pengetahuan teoritis dan atau

tugas-tugas praktis yang dikerjakan di luar kelas.

Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis

sehingga penggunaanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator

(guru). Dengan demikian maka sebuah modul harus dapat dijadikan sebuah

bahan ajar sebagai pengganti fungsi guru. Kalau guru memiliki fungsi

menjelaskan sesuatu maka modul harus mampu menjelaskan sesuatu dengan

bahasa yang mudah diterima peserta didik sesuai dengan tingkat

pengetahuan dan usianya.

Pembelajaran modul juga memberi kesempatan bagi siswa untuk

belajar menurut cara masing-masing, oleh sebab mereka menggunakan

teknik yang berbeda-beda untuk memecahkan masalah tertentu berdasarkan

latar belakang pengetahuan dan kebiasaan masing-masing. Pembelajaran

modul (PM) yang baik memberikan aneka ragam kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran modul juga dikatakan pembelajaran individual atau

pembelajaran perseorangan adalah pembelajaran yang diberikan kepada

anak sendiri-sendiri. Dengan bentuk pengajaran ini tiap-tiap anak dimajukan

menurut kecepatannya masing-masing, artinya pembelajaran disesuaikan

dengan kebutuhan dan kesanggupan anak-anak itu masing-masing.

Vembriarto (1981:27) menyatakan pembelajaran individu adalah

pembelajaran yang diselenggarakan sedemikian rupa sehingga tiap-tiap

sehingga terlibat setiap saat dalam proses belajarnya itu dengan hal-hal yang

16 

 

paling berharga bagi dirinya sebagai individu. Pembelajaran individu

merupakan usaha yang menyajikan kondisi-kondisi belajar yang optimum

bagi masing-masing individu.

Dalam pengertian yang kedua itu yang dimaksud dalam pembelajaran

individual bukanlah semata-mata pembelajaran yang hanya ditujukan

kepada seorang-seorang saja, melainkan pembelajaran itu dapat saja

ditujukan kepada sekelompok siswa (kelas) namun dengan mengakui dan

melayani perbedan-perbedaan perseorangan siswa sedemikian rupa sehingga

pembelajaran itu memungkinkan berkembangnya potensi-potensi masing-

masing siswa secara optimal.

Ciri-ciri pembelajaran dengan menggunakan modul menurut

Vembriarto (1981:27) adalah sebagai berikut:

1. Modul merupakan paket pembelajaran yang bersifat self-instructional. 2. Pengakuan atas perbedaan-perbedaan individual. 3. Memuat rumusan tujuan pembelajaran secara eksplisit. 4. Partisifasi aktif pada siswa. 5. Adanya reinforcement langsung terhadap respon siswa. 6. Adanya evaluasi terhadap penguasaan siswa atas hasil belajarnya.

Pembelajaran modul menggunakan paket pembelajaran yang memuat

satu konsep daripada bahan pelajaran. Pendekatan dalam modul

menggunakan pengalaman belajar siswa melalui berbagai macam

penginderaan, melalui pengalaman dimana siswa terlibat secara aktif dalam

proses belajar itu. Pada pembelajaran klasikal, perbedaan-perbedaan

individual itu tidak mungkin mendapatkan pelayanan yang semestinya dari

guru, pembelajaran cenderung bersifat menyamaratakan. Perbedaan-

17 

 

perbedaan perorangan mempunyai pengaruh penting terhadap proses belajar

yaitu perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, perbedaan dalam latar

belakang akademik, dan perbedaan dalam gaya belajar.

Vembriarto (1981:36) bahwa:

Modul merupakan unit (paket) pengajaran terkecil dan lengkap; modul itu membuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematik; modul memuat tujuan belajar (pengajaran) yang dirumuskan secara eksplisit dan spesifik; modul memungkinkan siswa belajar sendiri, modul memuat bahan yang bersifat self intruksional; modul merupakan realisasi pengakuan perbedaan individual, merupakan salah satu perwujudan pengajaran individual.

Mengunakan modul, anak dapat belajar tanpa terikat oleh tempat

maupun waktunya. Lebih jauh lagi dengan menggunakan modul dapat

memupuk sikap dinamis dan aktif, karena siswa dituntut lebih giat untuk

memecahkan masalah-masalah dan penemuan-penemuan. Suryosubroto

(1983:9) menyatakan bahwa: “sistem pengajaran dengan modul adalah

suatu sistem penyampaian yang telah dipilih dalam usaha pengembangan

sistem pendidikan yang lebih efisien, relevan, dan efektif. Sehingga prinsip

utama dari sistem pengajaran dengan modul adalah meningkatkan efisiensi

dan efektivitas belajar mengajar di sekolah dalam hal penggunaan waktu,

dana, dan tenaga secara tepat”.

Modul sebagai sistem penyampaian dalam proses belajar mengajar

telah dijadikan tumpuan harapan untuk mengubah keadaan tersebut menjadi

situasi pembelajaran yang merangsang, lebih mengaktifkan untuk membaca

dan belajar memecahkan masalah sendiri di bawah pengawasan guru yang

selalu siap menolong siswa yang mempunyai kesulitan.

18 

 

2. Pembelajaran non modul

Pembelajaran klasikal adalah pengajaran yang diberikan kepada

kepada sekelas murid secara bersama-sama. Pengajaran klasikal biasanya

dipertentangkan dengan pengajaran individual, yaitu pembelajaran kepada

seorang-seorang. Pembelajaran klasikal adalah pembelajaran menggunakan

metode klasikal. Metode klasikal adalah “prosedures designed for use in

teaching more than one person at a time”. Ciri-ciri pembelajaran klasikal

itu antara lain sebagai berikut:

1) Seseorang atau beberapa orang guru yang menghadapi kelas yang terdiri atas sejumlah siswa.

2) Siswa-siswa yang sebaya usianya 3) Pada waktu yang sama guru memberikan pelajaran yang sama kepada

siswa-siswa tersebut, dan mereka mengerjakan tugas-tugas pembelajaran bersama-sama.

4) Pada awal tahun pelajaran kelas itu memulai program pembelajaran secara bersama-sama, dan pada akhir tahun pelajaran sebagian besar diantara mereka naik kelas secara bersama-sama pula kecuali beberapa siswa yang dianggap “gagal” harus tetap tinggal kelas.

Dasar fikiran sistem pembelajaran klasikal itu sebagai berikut: oleh

karena kelas terdiri dari anak-anak yang sebaya, padahal anak-anak yang

sebaya itu relatif memiliki perhatian, minat, pengalaman, dan taraf

kepandaian yang sama pula, maka kepada mereka dapat diberikan program

pembelajaran yang sama dan dikenai tuntutan-tuntutan yang sama pula,

Vembriarto. (1981:8).

Pembelajaran klasikal merupakan konsekwensi pelaksanaan

demokratisasi pendidikan. Dengan pembelajaran klasikal itu seorang guru

dapat melayani sejumlah siswa. Dengan demikian, dengan pembelajaran

19 

 

klasikal itu dimungkinkan penyelenggaraan secara meluas kepada rakyat.

Vembriarto (1981:8) menjelaskan pembelajaran klasikal mengandung

kelemahan-kelemahan.

1. Pembelajaran klasikal mengabaikan perbedaan individual. Beberapa siswa dalam suatu kelas belajar lebih cepat daripada teman-temannya.

2. Pembelajaran klasikal potensi-potensi dalam siswa tidak dapat dikembangkan secara optimal. Ini merupakan konsekwensi kelemahan pertama.

3. Pembelajaran klasikal siswa cenderung bersikap pasif dan reseptif, sedangkan guru cenderung berperan dominan.

Diantara siswa-siswa dalam kelas terdapat perbedaan-perbedaan

dalam hal ability, kebutuhan, minat, dan pengalaman yang berasal dari

lingkungan sosial mereka masing-masing. Sebab itu dalam proses

belajarnya masing-masing siswa memperlihatkan arah dan iramanya sendiri.

Dalam pembelajaran klasikal perbedaan-perbedaan itu diabaikan atau tidak

diberi peranan. Siswa-siswa yang cerdas sebenarnya dapat belajar lebih

cepat dan lebih banyak daripada program yang disediakan sekolah. Oleh

karena pembelajaran klasikal tidak mampu melayani kebutuhan dan minat

perseorangan siswa, maka potensi-potensi yang ada pada masing-masing

siswa tidak dikembangkan sebaik-baiknya. Kegiatan-kegiatan belajar yang

seragam cenderung lebih banyak diberikan oleh guru karena cara itu

merupakan cara yang paling mudah untuk memelihara ketertiban kelas.

Pembelajaran non modul atau pembelajaran konvensional adalah

serangkaian kegiatan pembelajaran yang tidak menekankan pada proses

keterlibatan siswa secara penuh. Siswa ditempatkan sebagai objek belajar

yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif. Pembelajaran

20 

 

klasikal yang menggunakan proses belajar-mengajar yang sama bagi semua

siswa tidak akan sesuai bagi kebutuhan dan kepribadian setiap siswa. Maka

karena itu perlu dicari sistem pengajaran yang membuka kemungkinan

memberikan pengajaran bagi sejumlah besar siswa dan di samping itu

memberi kesempatan bagi pembelajaran individual.

Tabel 2. Perbedaan Pembelajaran Modul dengan Pembelajaran Non Modul/Klasikal

No Pembelajaran Modul Pembelajaran Non Modul/ Pembelajaran Klasikal

1 Tujuan dirumuskan dalam bentuk kelakuan murid, apa yang diharapkan dapat dilakukan setelah menjalani pelajaran.

Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati

2 Bahan pelajaran disajikan secara individual. Tiap siswa dapat mempelajari sebagian atau seluruh bahan pelajaran menurut waktu yang diinginkan masing-masing.

Bahan pelajaran disajikan kepada kelompok, kepada kelas sebagai keseluruhan tanpa memperhatikan murid-murid secara individual.

3 Menggunakan aneka ragam kegiatan belajar yang dapat meningkatkan proses belajar. Media yang digunakan berdasarkan efektifitas yang ternyata melalui percobaan pada siswa

Bahan pelajaran kebanyakan berbentuk ceramah, kuliah, tugas tertulis dan media lain menurut pertimbangan guru.

4 Berorientasi pada kegiatan siswa dengan pengajaran kepada siswa secara individual dengan tekanan pada proses belajar

Berorientasi pada kegiatan guru dengan mengutamakan proses mengajar

5 Para siswa selalu aktif belajar dengan melakukan berbagai kegiatan untuk menguasai bahan pelajaran sepenuhnya.

Siswa siswa kebanyakan bersikap “pasif”, karena terutama harus mendengarkan uraian guru

6 Tiap siswa maju menurut kecepatan masing-masing

Siswa semua harus belajar menurut kecepatan yang

(Bersambung Tabel 2)

(Lanjutan Tabel 1)

21 

 

kebanyakan ditentukan oleh kecepatan guru mengajar.

7 Penguatan sering diberikan yakni segera setelah dipelajari sebagian kecil dari bahan pelajaran itu.

Penguatan biasanya baru diberikan setelah diadakannya ulangan atau ujian. Itupun jika ulangan itu kemudian dibicarakan

8 Dengan adanya tujuan yang jelas dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati dan diukur maka keberhasilan belajar dapat dinilai secara objektif berdasarkan hasil belajar murid.

Keberhasilan belajar kebanyakan dinilai oleh guru secara subyektif

9 Bila diberikan waktu yang cukup, maka semua siswa diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran sepenuhnya

Diharapkan bahwa hanya sebagian kecil saja akan menguasai untuk sebagian saja dan ada lagi yang akan gagal.

10 Pengajar memegang berbagai peranan sekaligus, sebagai pendiagnosis kekurangan murid, pemberi motivasi, pembimbing belajar, dan sebagai manusia sumber.

Pengajaran terutama berfungsi sebagai penyebar atau menyalur pengetahuan. Ialah sumber pengetahuan utama.

11 Test diadakan untuk mengukur keberhasilan belajar mengenai tujuan-tujuan yang telah dirumuskan pada awal pelajaran

Siswa biasanya menempuh beberapa test atau ulangan mengenai bahan yang telah dipelajari dan berdasarkan beberapa angka itu ditentukan angka rapornya untuk semester itu.

Sumber: Nasution (2008)

3. Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Geografi

a. Pengertian belajar

22 

 

Belajar merupakan suatu upaya pengembangan seluruh kepribadian

individu, baik segi fisik maupun psikis. Dalam proses belajar di sekolah

sasaran ini sering dirumuskan dalam tujuan pelajaran, tujuan instruksional.

Tujuan-tujuan pembelajaran ini merupakan penjabaran dari tujuan yang

lebih luas yaitu tujuan kurikuler, yang juga merupakan penjabaran dari

tujuan institusional atau tujuan sesuatu lembaga pendidikan.

Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan kegiatan

mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh karena

itu, adalah penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya

tentang proses belajar siswa, agar ia dapat memberikan bimbingan dan

menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa.

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

pengalaman. (learning is defined as the modification or strengthening of

behavior through experiencing).

Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada semua

orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang

lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya

perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut

menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan

ketrampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap

(afektif).

Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu

kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat,

23 

 

akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan

suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.

Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar,

yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, belajar

adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis, dan

seterusnya. Sejalan dengan perumusan diatas, ada pula tafsiran lain tentang

belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan

tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks,

sebagai tindakan hanya dialami oleh siswa sendiri. Dimyati dan Mudjiono

dalam Sagala (2010:13) mengemukakan siswa adalah penentu terjadinya

atau tidak terjadi proses belajar. Berhasil atau gagalnya pencapai tujuan

pendidikan amat tergantung pada proses belajar dan mengajar yang dialami

siswa pendidik baik ketika para siswa itu di sekolah maupun di lingkungan

keluarganya sendiri.

Belajar adalah suatu proses yang kompleks, sejalan dengan itu

menurut Gagne dalam Syaiful Sagala (2010:17) belajar merupakan kegiatan

yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas

disebabkan: (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan; dan (2) proses

kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Setelah belajar orang memiliki

ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Dengan demikian dapat

ditegaskan, belajar adalah seperangkat proses kognitif, yang mengubah sifat

stimulasi lingkungan dan menjadi kapabilitas baru.

24 

 

b. Hasil Belajar

Syaiful dan Djamarah (1994:84) menyatakan bahwa: “Hasil belajar

siswa adalah penilaian tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang

berkenaan dengan bahan pelajaran yang disajikan dalam bentuk angka-

angka/skor nilai. Zaenal Arifin (2009:27) menyatakan indikator hasil belajar

dapat digunakan sebagai dasar penilaian terhadap peserta didik dalam

mencapai pembelajaran dan kinerja yang diharapkan. Indikator hasil belajar

meripakan uraian kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam

berkomunikasi secara spesifik serta dapat dijadikan ukuran untuk menilai

ketercapaian hasil pembelajaran. Peserta didik diberi kesempatan untuk

menggunakan pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai yang sudah

mereka kembangkan selama pembelajaran dan dalam menyelesaikan tugas-

tugas yang sudah ditentukan.

Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan

hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang

ditentukan dalam bentuk angka-angka atau nilai setelah menjalani proses

pembelajaran. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang

yang berusaha memperoleh suatu bentuk perubahan prilaku yang menetap.

Apabila hasil belajar peserta didik telah direfleksikan dalam kebiasaan dan

bertindak, maka peserta didik tersebut telah mencapai suatu kompetensi.

Dengan demikian, penilaian harus mengacu pada ketercapaian standar

nasional yang didasarkan pada hasil belajar dan indikator hasil belajar.

25 

 

Oemar Hamalik (2005:42) menyimpulkan “Hasil belajar adalah

keseluruhan kegiatan yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan

belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Hasil

belajar menunjukkan pada prestasi sedangkan prestasi belajar itu merupakan

indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa”. Kunandar

(2007:406) juga menyimpulkan: “hasil belajar adalah suatu kompetensi

yang telah berhasil dikuasai siswa yang mengacu kepada indikator yang

telah ditentukan”.

Hasil belajar adalah suatu upaya pencapaian tujuan pembelajaran yang

ditetapkan serta nilai akhir yang diperoleh siswa setelah terjadi proses

pembelajaran yang diikuti dengan perubahan tingkah laku dan prestasi

belajar. Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi setelah mengikuti

proses pembelajaran. Perubahan itu muncul menyangkut perubahan

pengetahuan, sikap, kebiasaan, ketrampilan, kemampuan dan pertumbuhan

jasmaniah. Pola perubahan tingkah laku, nilai-nilai ideal, pengertian, fakta-

fakta kemampuan dan pengetahuan yang dicapai merupakan hasil yang

diperoleh setelah terjadinya proses belajar.

c. Karakteristik Pembelajaran Geografi

Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan dalam segala

perwujudan makna hidup sepanjang hayat dan dorongan peningkatan

kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia

memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang

26 

 

menenkankan pada aspek-aspek spasial eksistensi manusia memahami

karakteristik dunia dan tempat hidupnya.

Bidang kajian geografi meliputi muka bumi dan proses-proses yang

membentuknya, hubungan antara manusia dan lingkungan, serta pertalian

antara manusia dan tempat-tempat. Sebagai suatu disiplin integratif,

geografi memadukan dimensi-dimensi alam dan manusia di dunia, menelaah

manusia, tempat-tempat dan lingkungannya.

Geografi adalah disiplin ilmu yang mengkaji tentang fenomena

permukaan bumi atau geosfer. Apabila geografi sebagai pohon ilmu maka

akar-akarnya adalah atmosfer, lithosfer, hidrosfer, dan biosfer, sedangkan

cabang-cabangnya adalah geografi fisik dan geografi manusia. pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan keruangan, kelingkungan, dan

kewilayahan. Depdiknas, 2006 mengatakan bahwa karakteristik mata

pelajaran tersebut adalah sebagai berikut:

a) Geografi terutama merupakan kajian tentang fenomena alam, dan kaitannya dengan manusia di permukaan bumi.

b) Geografi mempelajari fenomena geosfer, yaitu lithosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer.

c) Pendekatan yang digunakan dalam geografi adalah pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan maupun analisis kompleks wilayah.

d) Tema-tema esensial dalam geografi dipilih dan bersumber serta merupakan perpaduan dari cabang-cabang ilmu alam dan ilmu sosial. Tema-tema esensial tersebut terkait dengan peristiwa alam dan sosial sehari-hari seperti bencana gempa bumi, gunung berapi, banjir, tanah longsor, badai, dan kekeringan.

e) Dalam teknik penyajiannya menggunakan cara identifikasi, inventarisasi, analisis, sintesis, klasifikasi dan evaluasi dengan bantuan peta, teknologi pengindraan jauh dan sistem informasi geografi.

27 

 

Mata pelajaran geografi mengembangkan pemahaman siswa tentang

organisasi sosial, masyarakat, tempat-tempat dan lingkungan pada muka

bumi. Siswa didorong untuk memahami proses-proses fisik yang

membentuk pola-pola muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial

ekologis di muka bumi sehingga diharapkan siswa dapat memahami bahwa

manusia menciptakan wilayah (region) untuk menyederhanakan

kompleksitas muka bumi. Selain itu, siswa dimotivasi secara aktif menelaah

bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia

tentang tempat-tempat dan wilayah. Dengan demikian, siswa diharapkan

bangga akan warisan budaya dengan memiliki kepedulian pada keadilan

sosial dan kelestarian ekologis, yang pada gilirannya dapat mendorong

siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan di lingkungannya dapat masa

sekarang dan masa depan.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor.

Faktor-faktor tersebut dapat bersumber pada dirinya atau diluar dirinya.

Namun secara garis besar, hasil belajar seorang siswa, menurut Depdiknas

(2003) dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor internal, yang meliputi

kondisi fisiologis dan kondisi psikologis, dan faktor eksternal, yang meliputi

faktor-faktor lingkungan dan faktor instrumental.

Slameto (1995) menyatakan bahwa dalam proses pendidikan di

sekolah, faktor sekolah seperti kurikulum, proses pembelajaran, guru, sarana

28 

 

pendidikan, pelayanan sekolah, pengelolaan kesiswaan, dan iklim sekolah

merupakan variabel-variabel yang dominan mempengaruhi terhadap

pencapaian prestasi para siswa dalam belajar.

Berdasarkan uraian tentang hasil belajar maka dapat disimpulkan

bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seorang siswa.

hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang

ditentukan dalam bentuk angka-angka atau nilai setelah menjalani proses

pembelajaran. Hasil belajar adalah suatu upaya pencapaian tujuan

pembelajaran yang ditetapkan serta nilai akhir yang diperoleh siswa setelah

terjadi proses pembelajaran yang diikuti dengan perubahan tingkah laku

dan prestasi belajar. Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi setelah

mengikuti proses pembelajaran. Perubahan itu muncul menyangkut

perubahan pengetahuan, sikap, kebiasaan, ketrampilan, kemampuan dan

pertumbuhan jasmaniah. Pola perubahan tingkah laku, nilai-nilai ideal,

pengertian, fakta-fakta kemampuan dan pengetahuan yang dicapai

merupakan hasil yang diperoleh setelah terjadinya proses belajar.

4. Motivasi Belajar

Keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan oleh motivasi belajar

yang dimilikinya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung

prestasinya pun akan tinggi pula; sebaliknya siswa yang motivasi belajarnya

rendah, akan rendah pula prestasi belajarnya. Sebab motivasi merupakan

penggerak atau pendorong untuk melakukan tindakan tertentu. Tinggi

rendahnya motivasi dapat menentukan tinggi rendahnya usaha atau

29 

 

semangat seseorang untuk beraktivitas, dan tentu saja tinggi rendahnya

semangat akan menentukan hasil yang diperoleh.

Nana Syaodih Sukmadinata (2009:265) Motivasi memegang peranan

penting dalam belajar. Keberhasilan siswa dalam belajar bukan hanya

ditentukan oleh kemampuan intelektual, tetapi juga oleh segi-segi afektif

terutama motivasi. Dalam membangkitkan motivasi belajar para siswa guru

perlu memperhatikan beberapa hal: 1) lebih banyak memberikan

penghargaan atau pujian daripada hukuman, 2) terhadap pekerjaan-

pekerjaan siswa sebaiknya guru memberikan komentar tertulis, 3) pendapat

dari teman-teman sekelas lebih memberikan motivasi yang kuat daripada

hanya pendapat dari guru, 4) strategi atau metode mengajar yang sesuai

dengan minat siswa akan lebih membangkitkan motivasi belajar, 5) guru

hendaknya banyak menekankan pelajaran kepada kenyataan, 6) penggunaan

metode atau strategi mengajar yang bervariasi dapat membangkitkan

motivasi belajar, 7) kegiatan belajar yang banyak memberikan tantangan,

lebih mengaktifkan dan memberikan dorongan belajar.

Wina Sanjaya (2009:257) Terdapat hubungan yang erat antara

kepuasan seseorang yang dicapai dengan motivasi, artinya semakin

seseorang merasa puas dengan pencapaian sesuatu, maka semakin tinggi

motivasi seseorang untuk berperilaku sesuai dengan tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian, maka kepuasan yang diperoleh siswa dari proses

belajar yang telah dilakukannya dapat menimbulkan unjuk kerja yang lebih

baik.

30 

 

Sardiman (2010:75) Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha

untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan

melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk

menidakkan atau mengelakan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu

dapat diransang oleh motivator dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh

didalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan

sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga

tujuan yang dikehendaki dapat dicapai.

Oemar Hamalik (2008:86) Motivasi dan belajar merupakan dua hal

yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara

relative permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau

penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai

tujuan tertentu. Hasibuan, (2007:95) Motivasi adalah pemberian daya

penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau

bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya

untuk mencapai kepuasan.

American Encyclopedia, dalam Hasibuan, (2007:96). Motivation: that

predisposition (it self the subject of much controvency) within the individual

wich arouses sustain and direct his behavior. Motivation in volve such

factor as biological and emotional needs that can only be inferred from

observation behavior.

31 

 

Motivasi adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok

pertentangan) dalam diri seseorang yang membangkit topangan dan

mengarahkan tindak tanduknya. Motivasi meliputi faktor kebutuhan

biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah-

laku manusia.

Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek

dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi

bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi

dikarenakan tidaknya adanya motivasinya untuk belajar sehingga ia tidak

berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya.

Dalam proses pembelajaran tradisional yang merupakan ekspositori

sebagai strategi pembelajaran utama, kadang-kadang motivasi ini terlupakan

guru. Guru sering memaksakan agar siswa menerima materi pelajaran yang

disampaikannya. Pentingnya materi pelajaran yang diberikan sering hanya

dipandang dari sudut guru, bukan dari sudut siswa sebagai subjek belajar.

Akibatnya, siswa belajar seadanya, tanpa adanya motivasi. Cara yang

demikian tentu tidak menguntungkan, sebab siswa belajar tidak akan

optimal yang berarti pencapaian tujuan pembelajaran pun tidak akan optimal

pula. Oleh sebab itu, pandangan modern tentang proses pembelajaran

menempatkan motivasi sebagai salah satu aspek penting. Guru harus

membangkitkan motivasi belajar siswa, agar siswa dapat berupa

mengerahkan segala kemampuan dalam proses belajar.

32 

 

Perbuatan belajar akan berhasil bila berdasarkan motivasi pada diri

siswa. Siswa mungkin dapat dipaksa untuk melakukan suatu perbuatan,

tetapi ia tak mungkin dipaksa untuk menghayati perbuatan itu sebagaimana

mestinya. Guru dapat memaksakan bahan pelajaran kepada siswa, tetapi tak

mungkin memaksakannya untuk belajar dalam arti sebenarnya. Ini berarti,

tugas guru yang paling berat ialah berupaya agar siswa mau belajar dan

memiliki keinginan belajar terus menerus.

Motivasi dapat dipahami sebagai suatu variabel penyelang yang

digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu dalam organisme, yang

membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah

laku menuju suatu sasaran. Dalam konsep pembelajaran motivasi berarti

seni mendorong peserta didik untuk mendorong melakukan kegiatan belajar

sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Motivasi adalah syarat mutlak dalam

belajar, hal ini berarti dalam proses pembelajaran (Syaiful Sagala,

2010:104).

Dimyati dan Mudjiono (2006:85) menyatakan bahwa Motivasi belajar

juga penting diketahui oleh guru, karena pemahaman dan pengetahuan

motivasi belajar siswa bermanfaat bagi guru untuk: (1) membangkitkan,

meningkatkan, dan memelihara semangat belajar siswa untuk belajar sampai

berhasil, membangkitkan jika belajar siswa tidak bersemangat,

meningkatkan bila semangat belajar siswa timbul tenggelam, memelihara

bila semangat belajar siswa telah kuat mencapai tujuan belajar; (2)

mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas yang bermacam-

33 

 

macam; (3) meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu

diantara bermacam-macam peran dan pendekatan belajar yang sesuai

dengan mata pelajaran yang menjadi tanggungjawabnya; dan (4) memberi

peluang bagi guru untuk memantapkan unjuk kerja dalam konteks rekayasa

pedagogis sehingga guru membuat siswa berhasil dalam belajar.

Syaiful Sagala (2010:113) mengungkapkan bahwa Motivasi dalam

belajar dilakukan dengan mengatur situasi atau atmosfir pembelajaran yang

kondusif. Kondisi yang diciptakan ini dapat menjadi penguatan

(reinforcement). Karena itu motivasi belajar penting bagi siswa yang

dimaksudkan untuk: (1) menyadarkan kedudukan awal belajar, proses dan

hasil akhir, (2) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar bila

dibandingkan dengan teman sebaya, (3) mengarahkan kegiatan kearah

pembelajaran yang lebih berkualitas, dan (4) membesarkan semangat belajar

bagi para siswa, (5) menyadarkan tentang adanya perjalanan yang harus

ditempuh dalam proses belajar dan sebagainya.

Motivasi belajar ini memberi gambaran bahwa jika motivasi yang

dilakukan oleh guru dan juga siswanya dengan peruntukannya, maka akan

menimbulkan semangat yang tinggi untuk mencapai keberhasilan yang

bermutu. Adanya pandangan beberapa ahli yang menekankan segi-segi

tertentu pada motivasi tersebut justru mengisyarat agar guru bertindak taktis

dan kreatif dalam mengelola motivasi belajar siswa. Motivasi belajar

dihayati dialami dan perlu dihidupkan terus untuk mencapai hasil belajar

optimal dan dijadikan dampak pengiring yang selanjutnya menimbulkan

34 

 

program belajar sepanjang hayat sebagai perwujudan emansipasi

kemandirian tersebut terwujud dalam cita-cita atau aspirasi siswa,

kemampuan siswa, kondisi, kemampuan siswa, mengatasi kondisi

lingkungan negatif, dinamika siswa dalam belajar.

Sardiman (2010: 83) juga mengemukan bahwa ciri-ciri motivasi yang

ada pada diri seseorang adalah :

a) Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu lama

b) Ulet menghadapi kesulitan dan tak mudah putus asa c) Tidak terlalu cepat puas atas prestasi yang diperoleh d) Menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah

belajar e) Lebih suka bekerja sendiri dan tidak tergantung pada orang lain f) Tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin g) Dapat mempertahankan pendapatnya h) Tidak mudah melepaskan apa yang diyakini i) Senang mencari dan memecahkan masalah

Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada

keinginan untuk belajar. Inilah prinsip hukum pertama dalam keingginan

atau dorongan untuk belajar kegiatan pendidikan dalam pengajaran.

Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan

motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: (1) Mengetahui akan

dipelajari, dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari.

Dengan berpijak pada ke dua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan

yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi (tidak mengerti apa yang

akan dipelajari dan memahami mengapa hal itu perlu dipelajari) kegiatan

belajar mengajar sulit untuk berhasil (sardiman, 2010:40).

35 

 

Motivasi sebagai proses pengantar siswa kepada pengalaman-

pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar. Hasil belajar akan

menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan,

akan makin berhasil pula pelajaran itu. Sebagai proses motivasi mempunyai

fungsi antara lain: (1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai

penggerak atau motor yang melepaskan energi, atau memberi semangat dan

mengaktifkan siswa agar tetap berminat dan siaga. (2) menentukan arah

perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai, atau memusatkan

pehatian anak pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan

pencapaian tujuan belajar. (3) menyeleksi perbuatan manusia, yang

menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi

guna mencapai tujuan itu, dengan mengenyampingkan perbuatan-perbuatan

yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu atau membantu memenuhi kebutuhan

akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang (Sardiman:2010:85).

Dalam kegiatan belajar mengajar dikenal adanya motivasi belajar.

menurut Winkels motivasi belajar merupakan motivasi yang diterapkan

dalam kegiatan belajar mengajar. Motivasi adalah “keseluruhan daya

penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,

menjamin kelangsungan belajar itu dalam mencapai satu tujuan.” (winkels,

1987:46). Jadi, motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai oleh munculnya perasaaan dan reaksi untuk

mencapai tujuan. Dengan demikian, maka munculnya motivasi ditandai oleh

adanya perubahan energi dalam diri seseorang yang mungkin disadari atau

36 

 

tidak. Pembelajaran akan berhasil manakala siswa memiliki motivasi dalam

belajar. Oleh sebab itu, menumbuhkan motivasi belajar siswa, merupakan

salah satu tugas dan tanggungjawab guru. Guru yang baik dalam mengajar

selamanya akan mendorong siswa untuk beraktivitas mencapai tujuan

pembelajaran.

Terdapat hubungan yang erat antara kepuasan seseorang yang diacapai

dengan motivasi. Artinya semakin seseorang merasa puas dengan

pencapaian sesuatu, maka semakin tinggi motivasi seseorang untuk

berperilaku sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Semakin jelas tujuan

yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi belajar siswa. Oleh

sebab itu sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru

menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai.

Dengan demikian, dapat disimpulkan motivasi belajar adalah

dorongan yang diberikan oleh guru kepada siswa selama proses

pembelajaran berlangsung yang dapat diamati melalui minat belajar,

relevansi dengan kebutuhan siswa, harapan untuk berhasil demi kepuasan

dalam mencapai tujuan.

B. Hasil Penelitian yang relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti ini, ada beberapa hasil

penelitian yang relevan. Beberapa penelitian tentang penggunaan modul sebagai

bahan ajar antara lain, Khairil Andri (2004) meneliti tentang perbedaan pengaruh

metode mengajar modul berbasis komputer dan metode pengajaran modul

37 

 

berbasis komputer dengan metode pengajaran konvensional terhadap hasil belajar.

Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar siswa yang diajarkan melalui modul

berbasis komputer lebih baik bila dibandingkan dengan siswa yang diajar melalui

metode konvensional.

Ellizar (2005) Disertasi dari Universitas Negeri Padang dengan judul

Model Pembelajaran Konstruksivisme Menggunakan Modul (Studi

Pengembangan Kimia). Hasil penelitian menunjukkan pendekatan

konstruktivisme dengan menggunakan modul dapat meningkatkan hasil belajar

lebih baik, siswa sekolah tidak unggul bahkan mampu menyamai hasil belajar

sekolah unggul.

Mahdalena (2009) meneliti tentang pengaruh pembelajaran modul dan

minat terhadap hasil belajar kewirausahaan Siswa SMKN 1 Pangkalan Kerinci.

Hasil penelitian menunjukkan (1). Siswa yang belajar dengan memperoleh hasil

belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan non modul. (2).

Siswa yang memiliki minat tinggi yang belajar dengan modul memperoleh hasil

belajar yang lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki minat tinggi yang belajar

dengan non modul. (3). Siswa yang memiliki minat yang belajar dengan modul

memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki minat

rendah yang belajar dengan non modul.

Retha Gusdiana (2010) meneliti tentang pembelajaran sistem modul

dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS di kelas VII SMPN 2 kuala

Cenaku Indragiri Hulu. Hasil penelitian menunjukkan (1) Terjadi peningkatan

aktivitas siswa setelah melaksanakan pembelajaran sistem modul. (2) Hasil belajar

38 

 

IPS setelah menggunakan modul lebih baik dari hasil belajar IPS sebelum

menggunakan modul. (3) Faktor yang berperan dalam mengoptimalkan hasil

belajar melalui sistem modul adalah perancangan modul dari segi isi materi

lembaran kegiatan siswa bahasa lebih disederhanakan, dipilih materi pokok lebih

penting sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran.

Dari beberapa penelitian pembelajaran dengan menggunakan modul di

atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan modul dapat

meningkatkan hasil belajar. Namun dari penelusuran literatur ternyata penelitian

diatas pada umumnya yang memanfaatkan bahan ajar modul dalam penelitian

quasi eksperimen. Karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

merancang pembelajaran sistem modul dalam pembelajaran. Memperhatikan hal

diatas, dirancanglah Penelitian quasi eksperimen dengan Pengaruh Pembelajaran

dengan Modul dan motivasi terhadap hasil belajar geografi siswa kelas X di SMA

Negeri 1 Peranap Kecamatan Peranap Kabupaten Indragiri Hulu.

C. Kerangka berpikir

Pandangan yang diberikan guru maupun siswa lain merupakan tanggapan

yang sangat mempengaruhi konsep diri siswa. Tanggapan yang positif akan

sangat berpengaruh pada proses belajar mengajar, mengajar dapat diartikan

sebagai usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan

terjadinya proses belajar yang sangat menyenangkan dan siswa dapat memahami

materi pembalajaran dengan sebaik-baiknya.

39 

 

Guru memiliki tanggung jawab dalam menciptakan lingkungan belajar

yang kondusif sehingga menciptakan suasana pembelajaran dapat membuat siswa

memahami materi pembelajaran dengan baik. Pemahaman materi belajar dengan

baik oleh siswa dapat memungkinkan peningkatan hasil belajar siswa. salah satu

cara yang dapat dilakukan ialah dengan menerapkan sebuah metode mengajar

termasuk perangkat pembelajaran yang merupakan komponen dari lingkungan

belajar.

Berdasarkan uraian metode belajar dengan mengunakan modul, dimana

dengan adanya modul siswa dapat melakukan pembelajaran mandiri selain belajar

bersama dengan guru di sekolah. Jika belum memahami akan materi yang

disampaikan oleh guru, siswa dapat belajar secara mandiri di rumah atau

dimanapun. Dengan adanya pembelajaran di manapun siswa belajar maka materi

pelajaran dapat dipahami oleh siswa. Modul yang dirancang dengan baik dan di

ikutsertakan gambar-gambar yang dapat mendukung pemahaman siswa dalam

belajar dapat dijadikan alternatif utama untuk tidak membosankan siswa dalam

belajar lebih lama dengan modul yang dimilikinya.

Hasil belajar merupakan faktor yang penting dalam pembelajaran, secara

umum hasil belajar dipandang sebagai perwujudan nilai yang diperoleh siswa

sebagai hasil dari proses belajar mengajar. Adanya hasil belajar pada diri

seseorang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Oleh sebab itu dalam

penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku siswa setelah

terjadi proses belajar. Lebih kerangka berfikir yang digunakan dalam penelitian

ini dapat dilihat dari gambar kerangka konseptual dibawah ini:

40 

 

Gambar : Kerangka Pemikiran Penelitian

C. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini adalah:

1. Hasil belajar geografi siswa yang menggunakan modul lebih tinggi

dibandingkan hasil belajar siswa yang menggunakan non modul.

2. Hasil Belajar geografi siswa dengan motivasi tinggi yang

menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar siswa

bermotivasi tinggi yang menggunakan non modul.

3. Hasil Belajar geografi dengan motivasi belajar rendah yang

menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar siswa dengan

motivasi belajar rendah yang menggunakan non modul.

4. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran yang menggunakan

modul dan non modul terhadap hasil belajar geografi siswa.

Pembelajaran Geografi di SMAN 1

Peranap

Motivasi belajar siswa tinggi dan rendah rendah

Pembelajaran dengan modul

Pembelajaran dengan non modul

Hasil belajar siswa

41 

 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dilakukan dengan metode eksperimen semu (quasi

eksperimen), yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi

yang dapat diperoleh dari eksperimen berdasarkan perlakuan (treatment)

terhadap suatu unit percobaan dalam batas-batas desain yang ditetapkan

pada kelas eksperimen sehingga diperoleh data yang menggambarkan apa

yang diharapkan. Dalam penelitian ini digunakan dua kelas, yaitu kelas

eksperimen diberikan perlakuan dengan pembelajaran yang menggunakan

modul dan kelas kontrol diberikan perlakuan dengan pembelajaran tidak

menggunakan modul. Penelitian ini dilakukan di kelas X SMA Negeri 1

Peranap. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada tahun ajaran

2010/2011, waktu penelitian yang disesuaikan dengan jadwal pembelajaran

di sekolah.

B. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1

Peranap Kecamatan Peranap Kabupaten Indragiri Hulu pada tahun

ajaran 2010/2011 yang berjumlah 155 siswa. Siswa tersebut, terdiri

41 

42 

 

dari kelas X1 32 siswa, X2 32 siswa, X3 31 siswa, X4 32 siswa, X5 32

siswa (data dari SMA Negeri 1 Peranap)

b. Sampel

Teknik penarikan sampel dilakukan dengan memilih dua kelas yang

diduga nilai geografinya tergolong rendah. Dengan menggunakan

kelas X5 terpilih kelompok yang diajarkan pembelajaran dengan

Modul (kelompok eksperimen) yang berjumlah 32 orang dan kelas X2

sebagai kelompok siswa yang diajakan dengan pembelajaran non

modul (kelompok kontrol) yang berjumlah 32 orang. Dengan

demikian, jumlah sampel kelompok eksperimen 32 orang dan

kelompok kontrol 32 orang.

C. Definisi Operasional

Definisi Operasional dalam penelitian ini dikemukan istilah-istilah sebagai

berikut:

1. Pembelajaran dengan menggunakan Modul adalah sistem

penyampaian dalam proses belajar mengajar telah dijadikan tumpuan

harapan untuk mengubah keadaan tersebut menjadi situasi

pembelajaran yang merangsang, lebih mengaktifkan untuk membaca

dan belajar memecahkan masalah sendiri di bawah pengawasan guru

yang selalu siap menolong siswa yang mempunyai kesulitan.

2. Pembelajaran dengan Non Modul atau klasikal adalah pengajaran

yang diberikan kepada sekelas murid secara bersama-sama. Rangkaian

43 

 

kegiatan pembelajaran yang tidak menekankan pada proses

keterlibatan siswa secara penuh. Siswa ditempat sebagai objek belajar

yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.

3. Motivasi belajar siswa adalah dorongan yang diberikan oleh guru

kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang dapat

diamati melalui minat belajar, relevansi dengan kebutuhan siswa,

harapan untuk berhasil demi kepuasan dalam mencapai tujuan.

4. Hasil belajar adalah suatu upaya pencapaian tujuan pembelajaran yang

ditetapkan serta nilai akhir yang diperoleh siswa setelah terjadi proses

pembelajaran yang diikuti dengan perubahan tingkah laku dan

prestasi belajar. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah skor postes yang diperoleh siswa setelah pembelajaran

berlangsung baik yang menggunakan dengan modul maupun

pembelajaran dengan menggunakan non modul. bahwa hasil belajar

adalah penilaian pendidikan tentang kemampuan siswa setelah

melakukan aktivitas belajar. Dari pendapat diatas dapat dinyatakan

bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil penilaian

terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka-

angka atau nilai setelah menjalani proses pembelajaran.

44 

 

D. Pengembangan Instrumen.

1. Rencana Pembelajaran

Untuk pembelajaran yang akan dieksprimenkan dalam mata pelajaran

Geografi melalui pembelajaran Modul adalah materi pelajaran lithosfer dan

pedosfer.

Materi tersebut dirancang penyampaiannya dalam pembelajaran

melalui pembelajaran Modul untuk di laksanakan di kelas.

Rencana pembelajaran ini dilaksanakan 7 x pertemuan dengan alokasi

waktu 1 x pertemuan 2 x 45 menit.

Pertemuan pertama - ketiga = materi lithosfer

Pertemuan keempat - ketujuh = materi pedosfer

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner dan

tes hasil belajar. Kuisioner digunakan untuk mengambil data tentang

motivasi belajar sedang tes untuk melihat hasil belajar siswa. Alternatif

respon siswa pada kuisioner untuk motivasi siswa, penskorannya

menggunakan skala Likert dengan 5 kategori: sangat sering (SS), sering (S),

kadang-kadang (KDG), jarang (JR), tidak pernah (TP). Penyataan terdiri

dari dua jenis yaitu positif dan negatif. Untuk pernyataan positif diberi skor

sangat sering (SS) dengan skor 5, sering (S) dengan skor 4, kadang-kadang

(KDG) dengan skor 3, jarang (JR) dengan skor 2, tidak pernah (TP) dengan

skor 1, sedangkan untuk pernyataan negatif sangat sering (SS) dengan skor

45 

 

1, sering (S) dengan skor 2, kadang-kadang (KDG) dengan skor 3, jarang

(JR) dengan skor 4, tidak pernah (TP) dengan skor 5.

Hasil belajar diukur dengan menggunakan tes hasil belajar, dengan

jenis tes pilihan ganda. Setiap siswa yang menjawab benar diberi skor 1 dan

siswa yang menjawab salah diberi skor 0.

a. Motivasi Belajar Siswa

Instrumen untuk motivasi belajar disajikan dalam bentuk angket, baik

untuk kelas eksperimen maupun untuk siswa kelas kontrol. Motivasi belajar

siswa dalam pembelajaran geografi berhubungan dengan materi yang akan

dipelajari oleh siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok kontrol

sebelum pembelajaran modul yang dieksperimenkan tersebut dilaksanakan.

b. Tes Hasil Belajar

Instrumen tes hasil belajar siswa dalam pembelajaran geografi

disajikan dalam bentuk pilihan ganda, baik untuk siswa kelompok

eksperimen maupun untuk siswa dalam kelompok kontrol. Tes hasil belajar

siswa ini dilaksanakan setelah siswa kelompok eksperimen dan siswa

kelompok kontrol mempelajari materi pelajaran yang akan

dieksperimenkan. Penentuan skor yaitu dengan ketentuan setiap jawaban

yang benar diberi skor 1 dan setiap jawaban yang salah akan diberi skor 0.

Soal yang disajikan pada tes hasil belajar sama dengan tes pada motivasi

belajar siswa.

46 

 

3. Prosedur Pembelajaran dengan Modul

Peranan guru dalam sistem ini bukannya sebagai penyampaian

informasi tetapi sebagai pengelola keras yang ditinjau dari langkah-langkah

belajar modul sebagai berikut:

1. Pada saat dimulainya sesuatu modul

Sebelum modul digunakan di kelas, guru harus mempelajari pedoman

guru dan bahan modul yang digunakan oleh siswa. Disamping itu guru

harus mempelajari alat-alat dan sumber apakah yang harus disediakan atau

dimiliki oleh para siswa agar modul tersebut dapat digunakan secara

maksimal.

2. Pada saat berlangsungnya proses belajar

Peodman guru tidak memberikan petunjuk secara terperinci mengenai

peranan guru dari waktu ke waktu pada saat berjalannya proses belajar

dengan modul. Dalam hubungan ini guru harus kreatif sesuai dengan

hakekat proses belajar dengan modul. Namun demikian ada garis besar

ketentuan yang merupakan beberapa petunjuk yaitu:

1) Guru hendaknya melaksanakan tugas yang digariskan dalam pedoman

guru

2) Guru harus menegaskan kepada siswa hal-hal khusus terdapat dalam

modul tertentu

47 

 

3) Guru hendaknya menegaskan kepada para siswa agar tidak perlu

tergesa-gesa dalam menyelesaikan modul, tetapi secepatnya

menguasai bahan modul itu (tidak banyak waktu terbuang)

4) Guru hendaknya menekankan kepada siswa bahwa mereka boleh

bertanya baik kepada guru maupun teman yang dianggap lebih tahu

tentang hal-hal yang belum jelas.

5) Guru hendaknya mengadakan pengecekan keliling untuk mengetahui:

a) Seberapa jauh para siswa memahami petunjuk-petunjuk yang

tertulis dalam modul, seperti terlihat dalam kemampuannya

mengisi lembaran kerja

b) Seberapa jauh para siswa mengerjakan tugas-tugas seperti yang

telah digariskan dalam modul

c) Kesulitan-kesulitan yang secara umum dihadapi oleh siswa

6) Guru boleh berperan menghentikan kelas secara khusus menjelaskan

hal yang sulit bila ternyata semua siswa dalam kelas menghadapi

kesulitan yang sama.

3. Pada saat siswa selesai mengerjakan seluruh lembaran kegiatan siswa

dan lembaran kerja

Secara umum dapat dikemukakan bahwa seorang siswa baru boleh

mengambil tes apabila dia sudah benar-benar menguasai modul yang

dipelajarinya seperti terbukti dari lembaran kerja yang telah diisinya.

48 

 

Atas dasar ini seorang guru hendaknya:

1) Mengecek sampai berapa jauh siswa telah benar-benar menguasai

modul tersebut dengan jalan memeriksa lembaran kerjanya

2) Segera memberikan tes kalau ternyata seseorang siswa benar-benar

telah menyelesaikan lembaran kegiatan dan lembaran kerja dengan

baik, secara kualitatif maupun kuantitatif.

4. Pada saat siswa telah menyelesaikan lembaran tes

1) Bagi siswa yang telah mencapai skor 70% guru harus segera:

a) Memberikan tugas-tugas pengayaan

b) Memberikan modul baru sebagai kelanjutan modul yang

diteskan

2) Bagi siswa yang belum mencapai skor 70% guru harus segera

mengadakan indentifikasi terhadap item-item yang masih dibuat

salah serta menunjukkan bagian-bagian yang relevan dengan

item-item tersebut. Terhadap siswa yang perlu mendapatkan

bimbingan khusus maka:

a) Guru memberikan bimbingan khusus kepada yang

bersangkutan

b) Berdiskusi kepada pihak bimbingan dan penyuluhan untuk

mempelajari latar belakang kesulitan siswa tersebut

sebelum mengambil suatu keputusan.

49 

 

4. Desain Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan desain faktorial 2x2. Desain penelitian ditunjukkan dalam gambar

sebagai berikut:

MetodePembelajaran

Motivasi belajar

Pembelajaran dengan

Modul

Pembelajaran dengan

Non Modul

Motivasi Belajar Tinggi

A1 B1 A1 B2

Motivasi Belajar Rendah

A2 B1 A2 B2

Bagan 3. Desain Penelitian

Keterangan: A1B1 : Siswa dengan motivasi belajar tinggi dalam kelompok eksperimen A1B2 : Siswa dengan motivasi belajar tinggi dalam kelompok kontrol A2B1 : Siswa dengan motivasi belajar rendah dalam kelompok eksperimen A2B2 : Siswa dengan motivasi belajar rendah dalam kelompok kontrol

E. Teknik Pengumpul Data

Pengumpulan data yang dilakukan pada masing-masing kelas objek

penelitian dengan memberikan tes terbentuk pilihan ganda kepada responden

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan

dengan cara menemui responden secara langsung, dan soal tes diisi oleh yang

bersangkutan pada saat jam belajar berlangsung dan tidak boleh dibawa pulang.

1. Uji Coba Instrumen Motivasi dan Hasil Belajar

50 

 

Sebelum tes diberikan pada siswa, sampel penelitian, maka dilakukan uji

coba. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan reabilitas tes.

Setelah dilakukan uji coba akan direvisi sesuai dengan persyaratan dan ketentuan

validitas tes. Uji coba tes motivasi dan tes hasil belajar dilakukan oleh siswa kelas

X SMA Negeri 1 Peranap Kabupaten Indragiri Hulu.

a. Validitas Soal

Validitas tes berhubungan dengan masalah ketepatan. Derajat validitas suatu

soal sangat bergantung pada karakteristik butir soal tersebut. Untuk mendapatkan

butir soal yang baik, maka dilakukan analisis butir yang meliputi daya pembeda,

taraf kesukaran, dan keberfungsian distraktor.

1) Daya pembeda soal

Daya pembeda soal merupakan ukuran kemampuan sesuatu soal untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa

berkemampuan rendah. Dengan daya beda soal adalah proporsi siswa

kelompok pandai atau kelompok atas dan kelompok siswa yang kurang

pandai atau kelompok bawah yang menjawab betul pada suatu soal. Untuk

memenuhi syarat soal yang baik adalah soal-soal yang dapat membedakan

kelompok atas dengan kelompok bawah.

2) Tingkat kesukaran

Analisis tingkat kesukaran bertujuan untuk melihat suatu soal itu mudah

atau sukar. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,0. Indeks

kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks

51 

 

kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, dan sebaliknya

indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu murah.

Indeks kesukaran diberi symbol P (proposisi) menurut Suharsimi

(2009:208) dihitung dengan rumus:

B P = --- JS Keterangan: P = Indeks kesukaran B = Banyaknya siswa menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes Klasifikasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut: P : 0,00 – 0,30 : sukar P : 0,31 – 0,70 : Sedang P : 0,71 - 1,00 : Mudah

3) Keberfungsian distraktor

Suharsimi (2009: 220) mengatakan, suatu distraktor dapat dikatakan

berfungsi jika paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut tes.

b. Reliabilitas

Reabilitas tes berhubungan dengan maslah tetapan. Tes dikatakan reliabel

jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk mencari reabilitas tes

maka digunakan rumus Kuder dan Richarson (K-R.20).

Adapun rumus K-R.20 menurut Suharsimi (2009:100) adalah:

Keterangan:

reabilitas tes secara keseluruhan proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

52 

 

F. Teknik Analisis Data

Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis rata-rata.

Adapun langkah-langkah dalam analisis data ini meliputi: 1) membuat deskripsi

data, 2) melakukan pengujian persyaratan analisis, 3) melakukan pengujian

hipotesis penelitian.

1. Deskripsi Data

Deskripsi data ini menyajikan keadaan data masing-masing kelompok data

penelitian, seperti skor rata-rata (mean), standar deviasi, tabel distribusi frekuensi,

histogram, dan kategori tingkat pencapaian rata-rata responden masing-masing

variabel penelitian.

Klasifikasi nilai yang dicapai oleh responden dalam menggunakan

klasifikasi menurut Suharsimi (2009:245) sebagai berikut:

Angka Keterangan/Kategori 80 – 100 Baik sekali 66 – 79 Baik 56 – 65 Cukup 40 – 55 Kurang 2. Pengujian Persyaratan Analisis 39 –39 Gagal

53 

 

Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan uji perbedaan rata-rata.

Sudjana (1984) mengatakan bahwa dalam menggunakan uji perbedaan rata-rata,

data harus berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan data kelompok

varians yang homogen.

Pengujian normalitas data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Tujuan

uji normalitas ini adalah untuk memeriksa (mengetahui) apakah data populasi

berdistribusi normal. Menurut Wahana (2004:161) pedoman dalam pengambilan

keputusan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai Sig atau Signifikansi atau nilai porbabilitas (p)<0,05 disimpulkan

populasi tidak berdistribusi normal.

2) Jika nilai Sig atau Signifikansi atau nilai porbabilitas (p)>0,05 disimpulkan

populasi tidak berdistribusi normal.

Uji homogenitas varians populasi ditujukan terhadap kelompok populasi

yaitu hasil belajar siswa kelompok eksperimen dengan hasil belajar siswa

kelompok kontrol. Uji ini dilakukan untuk melibatkan kesamaan keragaman

kemampuan siswa kedua kelompok (eksperimen dan kontrol). Hipotesis untuk

menguji kesamaan ini dinyatakan dengan:

Sudjana (1984) menjelaskan, bahwa jika Fhitung < Fa maka dapat dikatakan

data berasal dari varians populasi yang homogen, dan sebaliknya maka dapat

dikatakan bahwa data berasal dari varians populasi yang tidak homogen.

: :

54 

 

3. Pengujian Hipotesis Penelitian

Data dalam penelitian ini dianalisis untuk menguji hipotesis penelitian yang

dinyatakan pada Bab II. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t,

yaitu statistik uji kesamaan rata-rata dua kelompok populasi, baik hipotesis

pertama, hipotesis kedua, maupun hipotesis ketiga. Statistik ini dapat digunakan

jika asumsi normalitas dan homogenitas variansi dipenuhi. Secara matematis, uji-t

ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Sudjana, 1984:236):

Pengujian ini dilakukan dengan membanding nilai thitung yang didapat

dengan ttabel yang diketahui dari tabel distribusi t pada taraf nyata α yang dipilih.

Kriteria pengujian ini ditolak H0. Jika nilai thitung yang didapat lebih kecil daripada

ttabel artinya perbedaan yang terjadi tidak berarti atau tidak signifikan, dan jika

1 1

1 1

Jumlah subyek/sampel dalam kelompok 1

Jumlah subyek/sampel dalam kelompok 2

Nilai standar deviasi kelompok 1

Nilai standar deviasi kelompok 2

Keterangan :

Nilai rata rata skor kelompok 1

Nilai rata rata skor kelompok 2

 

55 

 

nilai thitung yang didapat besar dari ttabel artinya perbedaan yang terjadi berarti atau

signifikan, maka H0 diterima. Untuk mengetahui interaksi antara pembelajaran

siswa yang menggunakan modul dan non modul dilakukan dengan analisis

Varians (ANAVA).

 

  

56 

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Deskrisi data penelitian variabel motivasi dan hasil belajar secara

keseluruhan akan mengungkapkan informasi tentang total skor, skor tertinggi,

skor terendah, rata-rata, standard deviasi, modus, dan median. Deskripsi secara

keseluruhan terlihat seperti pada Tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Deskripsi Data Hasil Penelitian Secara Keseluruhan

No  Statistik Motivasi kelas 

eksperimen

motivasi kelas kontrol 

hasil belajar kelas 

eksperimen 

hasil belajar kelas kontrol 

1  Total skor  2053  1963  2573,29  2415,53 2  Skor tertinggi  78 75 93,33  88,893  Skor terendah   56  51  64,44  64,44 4  Rata‐rata  64,16  61,34  80,42  75,49 5  Standard deviasi  8,01  7,83  8,97  8,69 6  Modus   63,69  63,32  79,16  74,68 7  Median   64  62  80  75,55 

Dari tebal 4 di atas diketahui hasil secara keseluruhan pada penelitian ini.

Total skor yang didapat pada motivasi belajar kelas eksperimen (pembelajaran

dengan modul) adalah 2053, dengan skor tertinggi 78, skor terendah 56, dengan

rata-rata skor yang didapatkan siswa adalah 64,16. Sedangkan total skor motivasi

untuk kelas kontrol adalah 1963, dengan skor tertinggi yang diperoleh siswa

adalah 75 dan skor terendah 51, dengan rata-rata skor yang didapat siswa adalah

61,34. Secara lengkap akan dijabarkan sebagai berikut:

56

  

57 

1. Deskripsi Data Motivasi Kelas Eksperimen (Belajar dengan Modul)

Tabel 5. Deskripsi Data Motivasi Kelas Eksperimen

kelas interval  Fo  Fk  %fo 

56 – 60  8  8  25,00 61 – 65  11  19  34,38 66 – 70  8  27  25,00 71 – 75  2  29  6,25 76 – 80  3  32  9,38 

   32     100,00 

Motivasi belajar di ukur dengan mengunakan angket yang diisi oleh siswa

yang ada pada kelas eksperimen. Pembelajaran kelas eksperimen dilakukan

dengan menggunakan modul, sehingga selain belajar dengan pendidik, peserta

didik dapat belajar secara mandiri baik di sekolah maupun di rumah. Pada

awalnya angket berjumlah 30 item tetapi setelah dilakukan uji coba terdapat satu

item yang tidak valid. Maka dalam mengukur motivasi angket berjumlah 29 item.

Motivasi siswa dalam belajar yang didapatkan tercantum pada kelas interval data

motivasi kelas ekseperimen diatas yang tergambar dari histogram di bawah ini.

Gambar 2. Histogram Motivasi Siswa Kelas Eksperimen

0

2

4

6

8

10

12

Frekwen

si

interval Kelas

Motivasi kelas eksperimen

56 ‐60 61‐65 66‐70 71‐75 76‐80

8

11

2 23

  

58 

Dari distribusi frekwensi di atas terlihat range motivasi terbesar terdapat

pada kelas interval 61-65. Interval tertinggi berada pada nilai 76-80 dengan

banyaknya siswa yang berada pada rentang tersebut adalah 3 orang siswa. Dari

Tabel motivasi belajar kelas eksperimen di atas dapat diketahui total skor secara

keseluruhan adalah 2053, sedangkan skor tertinggi 78 dan skor terrendah 56,

sedang rata-rata skor 64,16 sebanyak 8 siswa dengan standar deviasi 8,01 dan

modus 63,69 serta nilai tengahnya adalah 64.

2. Deskripasi Data Motivasi Tinggi Kelas Eksperimen (A1 B1)

Motivasi tinggi kelas eksperimen didapatkan dari nilai tertinggi motivasi

siswa dari hasil angket yang telah di isinya, nilai tersebut kemudian di ranking

dari tertinggi hingga terendah untuk mendapatkan dua batasan antara motivasi

tinggi dan motivasi rendah kelas eksperimen. Dari 32 jumlah responden

didapatkan dua belahan rentang dengan jumlah 16 siswa yang menempati nilai

tertinggi masuk kedalam motivasi tinggi kelas eksperimen dan 16 sampai 32

menempati motivasi terendah kelas eksperimen.

Dari data penelitian diperoleh skor tertinggi kelas eksperimen tergambar

pada tabel 6 dibawah ini:

Tabel 6. Deskripsi Data Motivasi Tertinggi Kelas Eksperimen

kelas interval  Fo  Fk  %fo 

61 – 65  4  4  25,00 66 – 70  8  12  50,00 71 – 75  4  16  25,00 

   16     100,00 

  

59 

Gambar 3. Histogram Data Pengetahuan Tinggi Kelas Eksperimen

Dari tebel 6 distribusi frekwensi diatas diketahui rentang nilai tertinggi pada

skor motivasi tinggi kelas eksperimen adalah 66–70 dengan jumlah 8 orang

sebanyak 50%. Tabel distribusi frekwensi diatas juga dapat menjelaskan total skor

dari motivasi tinggi kelas eksperimen adalah 1091, dengan nilai tertinggi 78 dan

nilai tertendah 64. Sedangkan rata-rata skor motivasi siswa adalah 68,19 dengan

standar deviasi 8,26. Median pada motivasi tinggi kelas eksperimen adalah 67,

dengan modus 64,625.

3. Deskripsi Data Motivasi Rendah Kelas Eksperimen (A2 B1)

Tabel 7. Distribusi Frekwensi Data Motivasi Rendah Kelas Eksperimen

kelas interval  Fo  Fk  %fo 

55 – 56  1  1  6,25 

57 – 58  2  3  12,50 

59 – 60  5  8  31,25 

61 – 62  7  15  43,75 

63 – 64  1  16  6,25 

   16     100,00 

0123456789

Frekwen

si

Kelas Interval

Motivasi Tinggi Kelas Eksperimen

61 ‐ 65 66 ‐ 70 71 ‐ 75

4 4

8

  

60 

 

Gambar 4. Histogram Motivasi Rendah Kelas Eksperimen

Dari tabel 7 distribusi frekwensi diatas dapat diketahui motivasi rendah

kelas eksperimen berada pada rentang 56-60 adalah 8 siswa dengan presentase

motivasi rendah kelas eksperimen 50%. Sedangkan jumlah siswa yang berada

pada rentang 61-65 juga sebanyak 50% siswa dengan presentase motivasi rendah

kelas eksperimen 50%. Dari tabel 6 distribusi frekwesi juga diketahui total skor

motivasi rendah kelas eksperimen adalah 962, dengan rata-rata perolehan skor

siswa 60,13 dan standar deviasi 7,75, median 61 serta modus 62,75.

4. Deskripsi Data Motivasi Belajar Kelas Kontrol

Kelas kontrol pada penelitian ini terdiri dari 32 siswa dengan metode belajar

seperti biasa yang diterapkan di sekolah, yaitu belajar dengan guru sebagai

sumber utama pembelajaran dan tidak menggunakan modul didalam

pembelajarannya. Guru menjelaskan materi pelajaran dan siswa memberikan

pertanyaan bila ada materi pelajaran yang mereka belum pahami. Secara lengkap

motivasi belajar kelas kontrol terlihat pada tabel di bawah ini:

012345678

Frekwen

si

Interval kelas

Motivasi Rendah Kelas Eksperimen

51‐56 57‐58 59‐60 61‐62 51‐56

1

2

5

7

1

  

61 

Tabel 8. Distribusi Frekwensi Motivasi Belajar Kelas Kontrol

kelas interval  Fo  fk  %fo 

51 – 55  9  9  28,13 56 – 60  5  14  15,63 61 – 65  9  23  28,13 66 – 70  6  29  18,75 71 – 75  3  32  9,38 

   32     100,00 

Dari tabel 8 distribusi frekwensi motivasi belajar kelas kontrol diatas dapat

diketahui frekwensi terbesar berada pada interval kelas 51-55 dan 61-69 sebanyak

9 siswa, dengan presentase 28,13% distribusi frekwensi untuk motivasi belajar

kelas kontrol. Untuk lebih jelas perbandingan interval kelas motivasi belajar kelas

kontrol dapat diperhatikan pada gambar 5 histogram di bawah ini.

Gambar 5. Histogram Motivasi Belajar Kelas Kontrol

Dari Tabel 8 distribusi frekwensi diatas dapat diketahui total skor sebanyak

1963 dengan skor tertinggi 75 dan skor terrendah 51, sedangkan rata-rata kelas

adalah 61,34. Standar deviasi data motivasi kelas kontrol adalah 7,83 dengan

modus 63,31 dan median 62.

0

2

4

6

8

10

Frekwen

si

Interval Kelas

Motivasi Kelas Kontrol

51‐55 56‐60 61‐65 66‐70 71‐75

9 9

56

3

  

62 

5. Deskripsi Data Motivasi Tinggi Kelas Kontrol (A1 B2)

Tabel 9. Distribusi Frekwensi Motivasi Tinggi Kelas Kontrol

kelas interval  fo   Fk  %fo 61 – 65  7  7  43,75 66 – 70  6  13  37,5 71 – 75  3  16  18,75 

   16     100 

 

Gambar 6. Histogram Motivasi Tinggi Kelas Kontrol

Motivasi tinggi kelas kelas kontol terdiri dari 16 siswa yang menempati

urutan teratas berdasarkan hasil pengisian angket motivasi yang telah mereka

lakukan, hasil motivasi tinggi kelas kontrol terlihat pada tabel 9 dibawah di atas.

Dari data diatas diketahui nilai motivasi tertinggi pada 71 dan nilai motivasi

tertendah adalah 62. Jumlah motivasi tertinggi kelas kontrol berada pada interval

kelas 61 – 65 dengan jumlah 7 siswa dengan presentasi 43,75 sedangkan motivasi

tertinggi pada interval 71–75 siswa hanya terdiri dari 5 siswa. secara lebih jelas

dapat diperhatikan pada gambar 6 histogram diatas. Dari tabel 9 distribusi

frekwensi motivasi belajar tinggi kelas kontrol didapatkan total skor 1067, dengan

012345678

Frekwen

si

Interval kelas

Motivasi Tinggi Kelas Kontrol

61 ‐ 65 66 ‐ 70 71 ‐ 75

76

3

  

63 

rata-rata kelas 66,69 dan standar deviasi 8,17 dengan modus 64,625 sedangkan

median 66.

6. Deskripsi Data Motivasi Rendah Kelas Kontrol (A2 B2)

Pada motivasi rendah kelas kontrol terdiri dari 16 siswa yang menempati

uratan terakhir hasil pencapaian skor dari angket motivasi yang telah di isi oleh

siswa. kemudian di masukkan kedalam peringkat dari nomer 16 sampai 32.

Urutan 16 adalah urutan pertama dari motivasi rendah kelas kontrol dan 32 adalah

urutan motivasi rendah terakhir pada kelas kontrol, secara lengkap dapat

diperhatikan pada tabel 9 distribusi frekwensi dibawah ini:

Tabel 10. Distribusi Frekwensi Motivasi Rendah Kelas Kontrol kelas interval  fo   Fk  %fo 

51 ‐ 55  9  9  56,25 56 – 60  5  14  31,25 61 – 65  2  16  12,5 

   16     100 

 

Gambar 7. Histogram Motivasi Rendah Kelas Kontrol

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Frekwen

si

Kelas interval

Motivasi Rendah Kelas Kontrol

51‐55 56‐60 61 ‐ 65

9

5

2

  

64 

Dari distribusi frekwensi motivasi rendah kelas kontrol diketahui jumlah

siswa yang berada pada rentang kelas 51–55 sebanyak 9 siswa dengan presentasi

56,25%. Dari tabel frekwensi diketahui total skor 896, dengan rata-rata kelas

56,00 sedangkan standar deviasi 7,48 dengan modus 83 dan median 65.

7. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen

Setelah dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan modul pada

kelas eksperimen dilakukan ujian untuk mengukur hasil belajar yang didapatkan

siswa sekaligus untuk mengetahui keberhasilan diterapkannya metode belajar

dengan modul pada kelas eksperimen. Semula test hasil belajar di ambil dengan

menggunakan soal sebanyak 50 item, tetapi setelah dilakukan uji coba angket

didapatkan 5 item yang gugur, sehingga hasil belajar di ukur dengan

menggunakan 45 item. Hasil belajar yang telah dicapai oleh kelas eksperimen

terangkum pada tabel 11 sebagai berikut:

Tabel 11. Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen

Interval kelas   F  Fo  %f 

61 ‐65  1  1  3,13 66 – 70  4  5  12,50 71 – 75  6  11  18,75 76 – 80  6  17  18,75 81 – 85  3  20  9,38 86 – 90  3  23  9,38 91 – 95  9  32  28,13 

   32     100 

  

  

65 

Gambar 8. Histogram Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen

Dari distribusi frekwensi diatas diketahui total skor yang di capai oleh siswa

adalah 2573,29 dengan rata-rata kelas hasil belajar 80,42, sedangkan hasil

tertinggi yang dapat dicapai siswa adalah 93,33 dan hasil terendah 64,44 dengan

standard deviasi 8,97 dengan modus 79,17 dan median 80,00. Nilai skor tertinggi

yang dicapai siswa pada interval 91–95 didapatkan sebanyak 9 orang siswa

dengan presentase kelas 28,17%.

8. Deskripsi Data Hasil Belajar Tinggi Kelas Eksperimen

Skor hasil belajar tertinggi kelas eksperimen didapatkan dari jumlah siswa

yang berada pada skor tertinggi (No. 1) sampai siswa berada pada skor tengah

(No. 16), adapun data hasil belajar tinggi kelas eksperimen seperti terlihat pada

tabel 12 distribusi frekwensi dibawah ini:

Tabel 12. Distribusi Hasil Belajar Tinggi Kelas Eksperimen

Interval kelas   F  Fo  %f 80 – 85  4  4  25,00 86 – 90  3  7  18,75 91 – 95  9  16  56,25 

   16     100,00 

0

2

4

6

8

10

Frekwen

si

Interval Kelas

Hasil Belajar kelas Eksperimen

61‐65 66‐70 71‐75 76‐80 81‐85 86‐90 91‐95

1

4

6 6

3 3

9

  

66 

 

Gambar 9. Histogram Hasil Belajar Tinggi Kelas Eksperimen

Dari tabel 12 distribusi hasil belajar tinggi kelas eksperimen diatas diketahui

total skor yang diperoleh siswa adalah 1426,64 dengan skor rata-rata 89,78 serta

standard deviasi 9,44 dan modus 87,12 dengan median 88,89.

9. Deskripsi Data Hasil Belajar Rendah Kelas Eksperimen

Data hasil belajar rendah kelas eksperimen didapatkan dari hasil belajar

siswa yang berada pada tingkat pertengahan (No.16) sampai siswa yang

mendapatkan hasil belajar paling akhir (No. 32). Secara lengkap hasil belajar

siswa rendah kelas eksperimen tertuang pada tabel 13 distribusi frekwensi sebagai

berikut:

Tabel 13. Distribusi Hasil Belajar Rendah Kelas Eksperimen

interval kelas   F  Fo  %f 61 – 65  1  1  6,25 66 – 70  4  5  25,00 71 – 75  6  11  37,50 75 – 80  5  16  31,25 

   16     100,00 

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10Frekwen

si

Interval Kelas

Hasil Belajar Tinggi Kelas Eksperimen

80‐85 86‐90 91‐95

43

9

  

67 

  

Gambar 10. Histogram Hasil Belajar Rendah Kelas Eksperimen

Dari tabel 13 distribusi frekwensi tersebut dapat diketahui total skor yang

dapat dicapai siswa adalah 1146,65 dengan rata-rata skor 72,15 serta standard

deviasi 8,47 dan modus 69,04 dengan median 71,11. Nilai tertinggi siswa hasil

belajar rendah kelas eksperimen adalah 77,78 dan skor terendah adalah 64,44.

10. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Kontrol

Setelah siswa belajar dengan metode belajar tanpa perlakuan didalam kelas,

siswa kelas kontrol juga diadakan pengujian hasil belajar untuk mengetahui

seberapa tingkat keberhasilan siswa dengan soal yang sama. Adapun hasil belajar

yang mempu dicapai siswa kelas kontrol adalah sebagai berikut:

Tabel 14. Distribusi Frekwensi Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol

interval kelas   F  Fo  %f 

61 ‐65  2  2  6,25 66 – 70  11  13  34,38 71 – 75  3  16  9,38 76 – 80  4  20  12,50 81 – 85  9  29  28,13 86 – 90  3  32  9,38 

   32     100            

0

1

2

3

4

5

6

7

Frekwen

si

Interval Kelas

Hasil Belajar Rendah Kelas Eksperimen

61‐65 66 ‐ 70 71 ‐ 75 76 ‐ 80

1

4

6

5

  

68 

  

Gambar 11. Histogram Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol

Dari distribusi hasil belajar kelas kontrol di atas dapat diketahui total skor

yang dicapai oleh siswa adalah 2415,53 dengan rata-rata skor 75,49 dan skor

tertinggi yang mampu dicapai siswa adalah 88,89, sedangkan skor terendah yang

dicapai siswa 64,44 dengan standar deviasi 8,69 dan median 75,55 serta modus

75,68. Rentang terbanyak hasil belajar yang dicapai siswa adalah 66–70 sebanyak

11 siswa dengan presentase kelas 34,38%.

11. Deskripsi Data Hasil Belajar Tinggi Kelas Kontrol

Data hasil belajar tinggi kelas kontrol didapat dengan cara merankingkan

siswa dari skor tertinggi sampai terendah, sehingga didapatkan siswa ranking 1

sampai 16 adalah siswa dengan hasil belajar tinggi kelas kontrol. Secara lengkap

dapat dilihat seperti pada tabel 15 dibawah ini:

Tabel 15. Distribusi Frekwensi Hasil Belajar Tinggi Kelas Kontrol

interval kelas   F  Fo  %f 75 – 80  4  4  25,00 81 – 85  9  13  56,25 86 – 90  3  16  18,75 

   16     100,00            

0

2

4

6

8

10

12

Frekwen

si

Interval Kelas

Hasil Belajar Kelas Kontrol

61‐65 66‐70 71‐75 76‐80 81‐85 86‐90

2

11

34

9

3

  

69 

 

Gambar 12. Histogram Hasil Belajar Tinggi Kelas Kontrol

Dari distribusi frekwensi hasil belajar tinggi yang mampu diraih siswa dapat

diketahui total skor yang mampu di raih siswa adalah 1322,19 dengan rata-rata

kelas 83,11 dengan standar deviasi 9,09 dengan median 84,44 dan modus 87,10.

Jumlah skor terbanyak yang mampu diraih siswa berada pada interval 81–85

sebanyak 9 siswa dengan presentasi kelas 56,25%.

12. Deskripsi Data Hasil Belajar Rendah Kelas Kontrol

Data hasil belajar rendah kelas kontrol di dapat dengan cara merankingkan

siswa dari skor tengah yang tidak masuk pada skor tinggi kelas kontrol sampai

terendah, sehingga didapatkan siswa ranking 16 sampai 32 adalah siswa dengan

hasil belajar rendah kelas kontrol. Secara lengkap dapat dilihat seperti pada tabel

16 dibawah ini:

Tabel 16. Distribusi Frekwensi Hasil Belajar Rendah Kelas Kontrol

Interval kelas   F  Fo  %f 61 – 65  2  1  12,50 66 – 70  11  13  68,75 71 – 75  3  16  18,75 

   16     100,00            

0

2

4

6

8

10Frekwen

si

Kelas Interval

Hasil Belajar Tinggi Kelas Kontrol

75‐80 81‐85 86‐90

4

9

4

  

70 

  

Gambar 13. Hasil Belajar Rendah Kelas Kontrol

Dari tabel 16 distribusi frekwensi diatas dapat diketahui total skor yang

mampu diraih siswa adalah 1093,34 dengan rata-rata 68,59, serta standar deviasi

8,27 dan median 68,89 serta modus 69,48. Rentang skor yang banyak diraih siswa

antara 66–70 sebanyak 11 orang dengan presentase kelas 66,75%.

B. Uji Persyaratan Analisis

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan uji lilifors. Pengujian ini dilakukan

pada masing-masing variabel penelitian yang menyangkut motivasi belajar

siswa, hasil belajar siswa, baik untuk kelas dengan metode belajar dengan

mengunakan modul (kelas eksperimen) maupun kelas yang belajar tidak

mengunakan modul (kelas kontrol). Secara lengkap data penelitian tersebut

adalah seperti terlihat pada tabel 17 dibawah ini:

0

2

4

6

8

10

12

Frekwen

si

Kelas Interval

Hasil Belajar Rendah Kelas Kontrol

61‐65 66‐70 71‐75

2

9

3

  

71 

Tabel 17. Rangkuman Uji Normalitas Motivasi dan Hasil Belajar

Kelompok Siswa   N  L hitung  L tabel  Kesimpulan Motivasi Kelas Eksperimen 

32  0,11  1,8223  Normal 

Motivasi Kelas Kontrol 

32  0,16  1,8223  Normal 

Hasil Belajar Kelas Eksperimen 

32  0,16  1,8223  Normal 

Hasil Belajar Kelas Kontrol 

32  0,22  1,8223  Normal 

              Dari tabel 17 rangkaian uji normalitas diatas dapat diketahui bahwa

variabel motivasi belajar siswa normal jika Lhitung < Ltabel, pada motivasi

kelas eksperimen didapatkan hasil Lhitung 0,11 dan Ltabel 1,8223 dengan taraf

alpha 0,05 sehingg hasil uji normalitas membuktikan bahwa variabel

motivasi belajar siswa kelas eksperimen adalah berdistribusi dengan normal.

Sedangkan untuk motivasi kelas kontrol didapatkan hasil Lhitung 0,16 dan

Ltabel 1,8223 pada taraf alpha 0,05 menunjukkan bahwa motivasi belajar

kelas kontrol berdistribusi dengan normal. Sedangkan untuk hasil belajar

kelas eksperimen dari uji normalitas didapatkan hasil Lhitung 0,16 dan Ltabel

1,8223 pada taraf alpha 0,05 menunjukkan Lhitung < Ltabel menunjukkan hasil

belajar siswa eksperimen berdistribusi dengan normal. Sedangkan hasil

belajar kelas kontrol dari uji normalitas didapatkan Lhitung 0,22 dan Ltabel

1,8223 dengan taraf alpha 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar

kelas kontrol berdistribusi dengan normal.

Sedangkan motivasi tinggi dan rendah untuk kelas eksperimen dan

kelas kontrol ditunjukkan pada rangkuman tabel 18 dibawah ini:

  

72 

Tabel 18. Ringkasan Motivasi Tinggi dan Rendah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelompok Siswa   N  L hitung  L tabel  kesimpulan Motivasi Tinggi Kelas Eksperimen  

16  0,23  0,25  Normal 

Motivasi Rendah Kelas Eksperimen 

16  0,17  0,25  Normal 

Motivasi Tinggi Kelas Kontrol 

16  0,23  0,25  Normal 

Motivasi Rendah Kelas Kontrol 

16  0,24  0,25  Normal 

              Dari tabel 18 diatas dapat diketahui motivasi tinggi kelas ekseperimen

menunjukan Lhitung 0,23 dan Ltabel 0,25 dengan taraf alpha 0,05 menunjukkan

bahwa motivasi tinggi kelas eksperimen berdistribusi dengan normal.

Sedangkan motivasi rendah untuk kelas eksperimen, dari hasil analisa

didapatkan Lhitung 0,17 dan Ltabel 0,25 dengan taraf alpha 0,05, hasil tersebut

menunjukkan motivasi rendah kelas eksperimen berdistribusi dengan

normal. Motivasi tinggi kelas kontrol didapatkan Lhitung 0,23 dan Ltabel 0,25

pada taraf alpha 0,05, hal ini menunjukkan motivasi tinggi kelas kontrol

berdistribusi dengan normal. Motivasi rendah kelas kontrol dari hasil uji

normalitas didapatkan Ltabel 0,24 dan Ltabel 0,25 pada alpha

0,05menunjukkan variabel motivasi rendah kelas kontrol berdistribusi

dengan normal.

Sedangkan rangkuman untuk hasil belajar tinggi dan hasil belajar

rendah kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:

  

73 

Tabel 19. Rangkuman Hasil Belajar Tinggi dan Rendah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelompok Siswa   N  L hitung  L tabel  Kesimpulan Hasil Belajar Tinggi Kelas Eksperimen 

16  0,21  0,25  Normal 

Hasil Belajar Rendah Kelas Eksperimen 

16  0,23  0,25  Normal 

Hasil Belajar Tinggi Kelas Kontrol 

16  0,24  0,25  Normal 

Hasil Belajar Rendah Kelas Kontrol 

16  0,23  0,25  Normal 

              Dari tebel 19 diatas dapat diketahui hasil uji normalitas untuk hasil

belajar tinggi kelas eksperimen didapatkan Lhitung 0,21 dan Ltabel 0,25 pada

taraf alpha 0,05 menunjukkan variabel hasil belajar belajar tinggi kelas

eksperimen berdistribusi dengan normal. Uji normalitas untuk hasil belajar

rendah kelas eksperimen didapatkan Lhitung 0,23 dan Ltabel 0,25 pada taraf

alpha 0,05 menunjukkan bahwa variabel hasil belajar rendah pada kelas

eksperimen berdistribusi dengan normal. Untuk variabel hasil belajar tinggi

pada kelas kontrol dari hasil uji normalitas, didapatkan Ltabel 0,24 dan Ltabel

0,25 pada taraf alpha 0,05 menunjukkan variabel hasil belajar tinggi pada

kelas kontrol berdistribusi dengan normal. Variabel hasil belajar rendah

untuk kelas kontrol dari hasil uji normalitas didapatkan Lhitung 0,23 dan Ltabel

0,25 pada taraf alpha 0,05 menunjukkan variabel hasil belajar rendah kelas

eksperimen berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas pada penelitian ini dengan mengunakan uji F.

Kriteria untuk sebuah variabel yang homeogen pada uji homogenitas disini

  

74 

adalah saat Fhitung < Ftabel, secara lengkap disajikan pada tabel 20 rangkuman

hasil uji homogenitas untuk motivasi dan hasil belajar dibawah ini:

Tabel 20. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas untuk Motivasi dan Hasil Belajar

Data  Uji F 

Kesimpulan  Hitung   Tabel α 0,05 

Motivasi Belajar  1,0227  2,07  Homogen Hasil Belajar  1,0321  2,07  Homogen 

Dari tebel 20 di atas diketahui variabel motivasi didapatkan Fhitung

1,0227 dan Ftabel 2,07 pada alpha 0,05, dengan demikian diketahui Fhitung <

Ftabel menunjukkan variabel homogen. Sedangkan variabel hasil belajar juga

didapatkan Fhitung < Ftabel menunjukkan hasil belajar siswa adalah homogen.

Tabel 21. Kesimpulan Uji Homogenitas untuk Motivasi dan Hasil Belajar

Data Uji F 

Kesimpulan  Hitung   Tabel  

Motivasi siswa  

Tinggi   1,0112  2,86  Homogen  Rendah   1,0362  2,86  Homogen  

Hasil belajar 

Tinggi   1,0387  2,86   Homogen Rendah   1,10241  2,86   Homogen 

Dari tebal 21 di atas diketahui semua variabel yang berhubungan

dengan motivasi baik tinggi maupun rendah dan hasil belajar baik tinggi

maupun rendah homogen, karena hasil Fhitung < Ftabel.

3. Uji Hipotesis

1) Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama pada penelitian ini adalah Hasil belajar

Geografi siswa yang diajarkan dengan pembelajaran Modul lebih

tinggi daripada hasil belajar Geografi siswa yang diajarkan dengan

  

75 

pembelajaran non-modul, untuk menjawab maka dilakukan pengujian

hipotesis dengan uji t-test. Dari hasil uji t diketahui hasilnya seperti

terjabarkan pada tabel 22 dibawah ini:

Tabel 22. Hasil Uji t untuk Hipotesis Pertama

Data 

Kelompok Kelas Eksperimen   Kelas Kontrol N1 = 32  N2 = 32 X1 = 80,42  X2 = 75,49 S1 = 8,97  S2 = 8,69 

t hitung  5,4689 

t tabel  1,697 Kesimpulan  berbeda secara signifikan 

Berdasarkan perhitungan dengan mengunakan uji t diperoleh

thitung 5,4689 dan ttabel 1,697 pada taraf alpha 0,05. Dengan demikian

dapat dilihat thitung lebih besar dari ttabel maka penelitian disimpulkan

bahwa hasil belajar siswa yang belajar dengan modul lebih tinggi dari

pada hasil belajar kelompok siswa yang belajar dengan non modul.

Artinya hipotesis penelitian pertama terjawab dan benar.

2) Hipotesis Kedua

Hopotesis penelitian yang kedua adalah Hasil Belajar Geografi

dengan motivasi belajar tinggi yang diajarkan dengan pembelajaran

Modul lebih tinggi daripada hasil belajar Geografi siswa yang

diajarkan dengan pembelajaran non Modul, untuk menjawab hipotesis

tersebut dilakukan dengan uji t yang hasilnya terangkum pada tabel 23

dibawah ini:

  

76 

Tabel 23. Uji t Motivasi Tinggi Siswa pada Hipotesis Kedua

Data 

Kelompok Kelas Eksperimen   Kelas Kontrol N1 = 16  N2 = 16 X1 = 68,19  X2 = 66,69 S1 = 8,26  S2 = 8,17 

t hitung  3,1132 

t tabel  1,753 Kesimpulan  berbeda secara signifikan 

Berdasarkan perhitungan dengan mengunakan uji t diperoleh

thitung 3,1132 dan ttabel 1,753 pada taraf alpha 0,05. Dengan demikian

dapat dilihat thitung lebih besar dari ttabel maka penelitian disimpulkan

bahwa motivasi tinggi siswa yang belajar dengan modul lebih tinggi

dari pada motivasi tinggi siswa yang belajar dengan non modul.

Artinya hipotesis penelitian kedua terjawab dan benar.

3) Hipotesis Ketiga

Hipotesis penelitian yang ke tiga adalah Hasil Belajar Geografi

siswa dengan motivasi belajar rendah yang diajarkan pembelajaran

modul lebih tinggi daripada hasil belajar Geografi siswa yang

diajarkan dengan pembelajaran Non Modul. Untuk menjawab

hipotesis tersebut dilakukan dengan uji t yang hasilnya seperti yang

terlihat pada tabel 24 di bawah ini:

  

77 

Tabel 24. Uji t Motivasi Rendah Siswa dalam Penelitian

Data 

Kelompok Kelas Eksperimen   Kelas Kontrol N1 = 16  N2 = 16 X1 = 60,13  X2 = 56,00 S1 = 7,75  S2 = 7,48 

t hitung  4,763 

t tabel  1,753 Kesimpulan  berbeda secara signifikan 

Berdasarkan perhitungan dengan mengunakan uji t diperoleh

thitung 4,63 dan ttabel 1,753 pada taraf alpha 0,05. Dengan demikian

dapat dilihat thitung lebih besar dari ttabel maka penelitian disimpulkan

bahwa motivasi belajar rendah siswa yang belajar dengan modul lebih

tinggi dari pada motivasi rendah siswa yang belajar dengan non

modul. Artinya hipotesis penelitian kedua terjawab dan benar.

4) Hipotesis ke Empat

Hipotesis ke empat menyatakan tidak terdapat interaksi antara

pembelajaran dengan menggunakan modul dan pembelajaran non

modul. Hasil perhitungan interaksi antara siswa yang belajar

menggunakan modul dan modul dapat disajikan pada tabel di bawah

ini:

Tabel 25. Perhitungan Interaksi Siswa

Sumber variansi  Dk  JK  RJK  Fhitung Ftabel Baris (A) Kolom (B) Interaksi (AB) Dalam sel  

1 1 1 61 

2933,441850,5243250,786812940,42

2933,441850,5243250,7868212,318 

46,563 4,009 1,182 

F (0,05)(1,64) = 3,99 F (0,05)(1,64) = 3,99 F (0,05)(1,64) = 3,99 

 Jumlah   64  16975,17      Kesimpulan   Tidak terdapat interaksi  

  

78 

Dari tabel di atas pada taraf alpha 0,05 dengan dk pembilang =1

dan dk penyebut = 64, Fhitung interaksi sebesar 1,182 < Ftabel sebesar

3,99. Maka dari kondisi tersebut dinyatakan tidak ada interaksi antara

siswa yang belajar dengan modul dan pembelajaran non modul.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran

menggunakan modul dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Tabel 26. Rekapitulasi Rata-Rata Hasil Belajar

Strategi Pembelajaran Motivasi

Pembelajaran dengan Mengunakan Modul

Pembelajaran dengan

Non Modul

Tinggi 80,42 75,49

Rendah 68,19 66,69

Rata-rata 74,31 71,09

Dari pengujian semua hipotesis di atas dapat diketahui bahwa

secara keseluruhan, strategi pembelajaran dengan modul efektif untuk

meningkatkan hasil belajar siswa baik yang memiliki motivasi tinggi

maupun yang memiliki motivasi rendah. Ini menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan modul sangat berpengaruh terhadap hasil belajar

siswa. Rekapitulasi hasil belajar siswa secara keseluruhan dapat

dilihat pada tabel di 26 di atas.

  

79 

Gambar 14. Diagram Interaksi Ordinal antara Metode Modul dengan Hasil

Belajar

Berdasarkan hasil perhitungan dengan anava, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara motivasi belajar

dan pembelajaran modul terhadap hasil belajar siswa. Siswa dengan

motivasi tinggi dan diajar dengan mengunakan modul dapat

meningkatkan hasil belajarnya. Begitu juga dengan siswa yang

memiliki motivasi rendah dan diajarkan dengan menggunakan modul

dapat meningkatkan hasil belajarnya. Motivasi modul dan non modul

seirama dalam menentukan hasil belajar. Hal ini menunjukkan bahwa,

pembelajaran modul sangat efektif di gunakan dalam upaya

meningkatkan hasil belajar siswa.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, penerapan metode belajar dengan modul dapat

meningkatkan hasil belajar geografi siswa. Rata-rata hasil belajar siswa setelah

menerapkan metode diskusi secara keseluruhan lebih tinggi dari pada siswa yang

  

80 

belajar tidak mengunakan modul. Hal ini terlihat dari rata-rata yang dicapai kelas

eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.

Gambaran di atas sejalan dengan pengamatan yang penulis lakukan selama

pembelajaran, bahwa siswa pada kelas eksperimen memiliki semangat yang

tinggi, terlihat dari cara belajar dan cara menelaah modul dalam upaya menguasai

materi pembelajaran bila dibanding dengan kelas kontrol. Hal ini

mengindikasikan bahwa siswa yang belajar dengan modul merasa memiliki

sebuah alat bantu untuk memahami materi pembelajaran selain dapat bersama-

sama belajar dengan guru dalam upaya menguasai materi pembelajaran.

Dari pengujian hipotesis pertama bahwa hasil belajar siswa dengan

mengunakan modul lebih tinggi dibanding dengan hasil belajar siswa yang

mengunakan pembelajaran non modul. Hal ini disebabkan karena pada penerapan

metode pembelajaran dengan modul dapat memberikan motivasi tambahan

dengan alat bantu modul dan dilengkapi dengan gambar berwarna yang

mengilustarikan materi pembelajaran yang sedang di bahas. Adanya ilustrasi

tersebut menunjukkan akan kondisi nyata materi yang sedang dibahas dalam

pembelajaran. Dari kondisi ini siswa terlihat lebih bersemangat dalam belajar dan

lebih berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Suasana partisipasi lebih lebih

menonjol pada kelas eksperimen, terlihat dari siswa yang bersemangat untuk

bertanya dan menjawab pertanyaan dengan sebaik mungkin.

Suatu pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk saling berpacu

dalam menguasai materi pembelajaran yang telah disajikan oleh guru agar

nantinya siswa dapat menjawab dan sekaligus dapat menjawab pada waktu ujian

dilakukan, dengan demikian akan tertanam pada diri siswa untuk menunjukkan

kemampuan terbaik dalam dirinya. Dengan demikian jelas bahwa metode

pembelajaran dengan modul lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar bila

dibanding dengan pembelajaran non modul.

  

81 

Pada pengujian hipotesis ke dua hasil belajar geografi siswa dengan

motivasi tinggi yang menggunaan modul lebih tinggi dari pada siswa dengan

motivasi tinggi dalam pembelajaran non modul. Motivasi belajar seperti yang

dikemukakan pada kajian teori merupakan salah satu faktor yang dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajaran motivasi belajar

sangat perlu diperhatikan, sebab jika siswa tidak memiliki motivasi belajar maka

sulit bagi siswa untuk menguasai materi yang telah diajarkan oleh guru dikelas.

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa hasil belajar siswa yang

memiliki motivasi tinggi pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada siswa yang

memiliki motivasi rendah. Pada kelas eksperimen siswa yang memiliki motivasi

tinggi memperoleh hasil belajar lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki

motivasi rendah, begitu juga kelas kontrol. Hal ini disebabkan pada metode

pembelajaran dengan modul siswa di tuntut untuk lebih aktif dan kreatif dalam

memecahkan tugas yang diberikan oleh guru dengan bantuan modul. Adanya sifat

aktif dan kreaktif tersebut dapat menciptakan kerjasama yang baik antara siswa

dengan siswa dan siswa dengan guru. Selain itu, pada pembelajaran modul juga

memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih menilai langsung kemampuan

dan penguasaan konsep pada setiap pertanyaan yang di ajukan oleh guru.

Pada hipotesis ke tiga hasil belajar geografi dengan motivasi belajar rendah

yang menggunakan modul lebih tinggi dari pada siswa yang motivasi rendah pada

kelas kontrol yang tidak menggunakan modul. Terlihat dari rata-rata hasil belajar

yang mampu diraih oleh siswa dalam pembelajaran, siswa yang memiliki motivasi

rendah pada pembelajaran modul memiliki rata-rata hasil belajar lebih tinggi dari

siswa bermotivasi rendah pada kelas kontrol. Hasil ini menunjukkan nilai tamhan

sistem pembelajaran dengan modul. Dengan adanya modul siswa memiliki

tambahan referensi untuk menguasai pembelajaran. Selain itu gambar-gambar

  

82 

yang disajikan dalam modul juga memberikan variasi tersendiri dalam upaya

pemahaman siswa dalam pembelajaran.

Pada pengujian hipotesis ke empat antara pembelajaran yang menggunakan

modul dan non modul terhadap hasil belajar geografi siswa. interaksi merupakan

hubungan ketergantungan antara satu variabel pada taraf tertentu terhadap variabel

lain. Berdasarkan hasil analisis pengujian interaksi siswa, dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat interaksi pada pembelajaran dengan menggunakan modul

dan non modul. Pengujian hipotesis tersebut menunjukkan bahwa metode

pembelajaran dengan modul cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa

sebagaimana motivasi mereka. Namun demikian kesimpulan penelitian terutama

pada hipotesis kedua kurang tajam, sebab dari awal rata-rata motivasi kedua

kelompok eksperimen (68,19 hal 76) lebih tinggi dari rata-rata kelompok kontrol

(60,13 hal 59).

83 

 

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengujian hipotesis, hasil pengujian menunjukkan

bahwa:

1. Hasil belajar geografi siswa yang menggunakan modul lebih tinggi

dibandingkan hasil belajar siswa yang menggunakan non modul.

2. Hasil Belajar geografi siswa dengan motivasi tinggi yang

menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar siswa

bermotivasi tinggi yang menggunakan non modul.

3. Hasil Belajar geografi dengan motivasi belajar rendah yang

menggunakan modul lebih tinggi daripada hasil belajar siswa dengan

motivasi belajar rendah yang menggunakan non modul.

4. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran yang menggunakan

modul dan non modul terhadap hasil belajar geografi siswa.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan penerapan

pembelajaran yang menggunakan modul berpengaruh positif terhadap hasil

belajar geografi siswa. Pembelajaran dengan menggunakan modul dapat

mengoptimalkan hasil belajar siswa dengan merancang modul dari segi isi

materi lembaran kegiatan siswa dengan bahasa yang lebih disederhanakan,

dipilih materi yang lebih penting sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran,

dan hal yang berperan juga adalah adanya bimbingan guru, arahan guru

83

84 

 

terhadap pemahaman siswa yang mengadakan tanya jawab dan membuat

kesimpulan pelajaran.

B. Implikasi

Hasil temuan dalam penelitian ini memberikan gambaran dan

masukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan modul cukup baik

untuk meningkatkan hasil belajar geografi. Keuntungan menggunakan

metode belajar dengan modul adalah dapat meningkatkan keterlibatan siswa

dalam pembelajaran dan siswa dapat belajar secara mandiri setelah belajar

dengan guru di sekolah. Adanya modul merupakan panduan pembelajaran

kedua setelah guru. Jika siswa lupa akan sebuah materi pelajaran siswa

langsung dapat membaca kembali modul yang telah mereka miliki di rumah,

sehingga siswa mampu memahami materi dengan mudah tanpa harus selalu

berdiskusi dengan guru.

Setiap pendidik perlu menggunakan metode belajar dengan modul ini

untuk meningkatkan keaktifan siswa dan keterlibatan siswa untuk lebih aktif

dalam pembelajaran dalam mengapai prestasi lebih tinggi. Melalui hasil

penelitian ini dapat dijadikan solusi tambahan untuk meningkatkan hasil

belajar siswa yang melibatkan siswa secara lebih banyak dalam

pembelajaran. Selain itu saat siswa mendapatkan tugas di rumah, siswa

dapat membaca dan memahami modul yang diberikan pada mereka untuk

memecahkan dan menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka.

Dengan pemberian modul dalam proses pembelajaran guru dapat

selalu berupaya untuk menemukan inovasi pembelajaran untuk mendukung

85 

 

proses pembelajaran didalam kelas sesuai dengan tata pelaksanaan

pembelajaran dengan modul di kelas. Begitu juga dengan siswa, dengan

adanya panduan bacaan materi siswa dapat lebih aktif, antusias, semangat

dan bekerja keras baik dalam pembelajaran maupun dalam menyelesaikan

tugas yang diberikan guru. Adanya semangat dan kerja keras dalam

pembelajaran dapat meningkatkan rasa kompetisi secara akademis. Dengan

demikian metode pembelajaran dengan modul ini merupakan metode

pembelajaran yang baik untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan

aktifitas guru selama pembelajaran di kelas.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian tindakan ini

dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

1) Sebaiknya dalam pembelajaran agar dapat menerapkan

pembelajaran dengan mengunakan modul di sekolah. Penerapan

tersebut dapat dilakukan dengan cara antara lain, memberikan

kesempatan bagi siswa untuk terlibat langsung dalam proses

pembelajaran secara aktif dalam menyerap materi-materi pada

sebuah mata pelajaran, sedangkan guru dapat secara aktif

mengali inovasi yang dapat mendukung pelaksanaan

pembelajaran dalam kelas secara lebih aktif dan menarik.

86 

 

2) Guru dapat memperhatikan perbedaan karakteristik dalam

pembelajaran, sehingga memerlukan sebuah metode yang dapat

meningkatkan dan memacu hasil belajar dan motivasi siswa.

3) Guru disarankan untuk merancang materi pembelajaran dalam

sebuah modul yang dapat mendukung siswa dalam

pembelajaran, sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dan

termotivasi untuk menemukan konsep-konsep secara mandiri

dalam sebuah materi pembelajaran.

2. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian dalam

jumlah sampel yang lebih besar dan metode tambahan lain dalam

belajar untuk melibatkan siswa secara lebih aktif sesuai dengan

karakteristik kecocokan penerapan dan karakteristik siswa dengan

metode belajar menggunakan modul.

GEOGRAFI

KELAS

Penyusun

YULIATIN, S.Pd

BIDANG STUDI GEOGRAFI SMA NEGERI 1 PERANAP

KABUPATEN INDRAGIRI HULU 2010

1

KATA PENGANTAR

Salah satu implikasi penerapan pendidikan yang berbasis kompetensi adalah perlunya

pengembangan silabus dan dan sistem penilaian yang menjadikan peserta didik mampu

mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan sesuai standar yang ditetapkan dengan

pengintegrasian life skill. Modul adalah acuan untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Adapun sistem penilaian mencakup indikator dan instrumen penilaiannya yang

meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen dan contoh instrumen. Jenis tagihan adalah berbagai

bentuk ulangan dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, sedangkan bentuk

instrumen terkait dengan jawaban yang harus dikerjakan oleh peserta didik.

Untuk mengakomodasi hal-hal tersebut, perlu disusun sebuah petunjuk yang dapat

dijadikan acuan dan pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar di kelas. Salah

satu buku yang dapat mengakomodasi hal tersebut adalah modul atau buku petunjuk bagi guru

mata pelajaran geografi. Sehingga hasil belajar siswa di sekolah ditentukan oleh proses

pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan modul. Proses pembelajaran akan terasa lebih

bermakna dan efektif jika guru membuat perencanaan yang tepat.

Geografi dalam hal ini mengkaji ruang dan tempat pada berbagai skala dibumi.

Penekanan bahan kajiannya adalah gejala-gejala alam dan kehidupan yang membentuk serta

tempat-tempat dan lingkungan dunia. Gejala alam dan kehidupan itu dapat di pandang sebagai

hasil dari proses alam yang terjadi di bumi, atau sebagai kegiatan yang dapat memberikan

dampak kepada mahluk hidup yang tinggal di atas permukaan bumi. Untuk menjelaskan pola-

pola geografis yang terbentuk dan mempertajam maknanya, disajikan dalam bentuk deskripsi,

peta dan tampilan geografis lainnya.

Fungsi pelajaran geografi adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan pengetahuan tentang pola-pola keruangan dan proses yang berkaitan

2. Mengembangkan ketrampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi,

mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi.

3. Menumbuhkan sikap, dan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan hidup dan

sumber daya toleransi terhadap keragaman sosial budaya masyarakat.

2

Semoga modul ini dapat meningkatkan hasil dalam proses belajar mengajar yang maksimal dan

upaya peningkatan mutu sumber daya manusia melalui sekolah menengah atas akan benar-benar

mencapai sasaran.

3

DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR.................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................... 3

PETUNJUK BELAJAR.................................................................................. 4

BAB III DINAMIKA LITOSFER SERTA DAMPAKNYA TERHADAP

KEHIDUPAN........................................................................... 7

A. Struktur perlapisan bumi.................................................... 8

B. Batuan pembentuklapisan kulit bumi................................. 9

C. Proses perubahan bentuk muka bumi................................ 18

D. Evaluasi............................................................................ 34

BAB IV. DINAMIKA PEDOSFER SERTA DAMPAKNYA TERHADAP

KEHIDUPAN.............................................................................. 42

E. Dinamika perubahan pedosfer dan dampaknya

Terhadap kehidupan di muka bumi................................... 43

F. Mengidentifikasi degradasi lahan dan dampaknya

terhadap kehidupan.......................................................... 55

G. Evaluasi............................................................................ 60

4

A. Deskripsi

Modul tentang pembelajaran lithosfer, pedosfer, atmosfer dan hidrosfer ini ditujukan

untuk siswa kelas X SMA pada semester genap, berisikan kegiatan belajar yang mencakup

materi konsep dari struktur lapisan lithosfer, bentuk muka bumi, faktor pembentuk tanah,

rusakan pada tanah dan upaya penanggulangan yang disertai dengan evaluasi serta

Lembaran Kerja Siswa pada Modul yang diberikan pada peserta didik.

Didalam modul ini terdapat beberapa pokok bahasan di dalam setiap kegiatan

belajar, sebaiknya siswa mempelajari pokok-pokok materi pertama langsung mengerjakan

tugas setelah itu lanjutkan pada pokok materi berikut. Jika sudah selesai mengerjakan tugas

bandingkan hasil kerja antara siswa dengan kunci jawaban. Agar siswa dapat mengukur

sendiri tingkat pencapaian belajar yang diharapkan, lebih baik siswa mengulang kegiatan

belajarnya. Jika sudah memenuhi tingkat pencapaian hasil belajar siswa dapat melanjutkan

kegiatan selanjutnya. Cepat atau lambat penyelesaian kegiatan-kegiatan belajar tersebut

sangat tergantung pada kesungguhan dan kerajinan anda mempelajarinya.

B. Cara Belajar

Cara belajar siswa akan menentukan penguasaan dan keberhasilan siswa dalam belajar.

Ikutilah petunjuk belajar ini agar siswa dapat memahami isi modul ini dengan baik. Agar dapat

memahami isi modul dengan baik, ikutilah petunjuk berikut:

1. Pahami deskripsi modul sehingga siswa dapat mengetahui secara garis besar isi modul

2. Pahami indikator pembelajaran dan pokok-pokok uraian materi dengan seksama

3. Pahami setiap gambar / ilustrasi yang mempermudah mempelajari materi

4. Bacalah rangkuman modul untuk mengingatkan kembali isi pokok modul

5. Kerjakanlah soal-soal evaluasi dengan baik

PETUNJUK BELAJAR

5

Sebelum belajar

1. Yakinkan diri siswa bahwa siswa untuk belajar

2. Tenangkan pikiran siswa dan pusatkan pikiran siswa pada modul yang akan siswa pelajari.

3. Usahakan tempat belajar cukup tenang dan nyaman karena akan mempengaruhi siswa

dalam belajar tetapi jika siswa lebih merasa bersemangat belajar dengan diiringi musik

maka lakukanlah.

4. Percaya pada diri siswa sendiri bahwa apa yang akan siswa pelajari itu bermanfaat bagi

peningkatan pengetahuan dan keberhasilan siswa sebagai siswa SMA kelas X

5. Siapkan alat-alat tulis

6. Berdoalah sesuai dengan agama dan keyakinan

Saat belajar

1. Bacalah sekilas daftar isi dari modul

2. Pahami deskripsi dari isi setiap modul agar siswa dapat mengetahui apa yang harus di

pelajari dari keseluruhan isi modul

3. Baca dan pahami tujuan belajar dan pokok-pokok materi setiap kegiatan belajar

4. Baca dan pahami urai materi secara seksama. Tandailah kalimat dan kata-kata yang

dianggap penting dengan pencil. Dan catat pula materi belajar yang belum siswa pahami.

5. Tanyakanlah kepada guru pembimbing atau teman-teman mengenai materi yang belum

siswa pahami.

6. Jangan lewatkan siswa memahami setiap gambar, bagan, peta, atau ilustrasi yang ada

didalam buku karena akan lebih memudahkan siswa pada materi yang diuraikan.

7. Bacalah kata-kata penting pada setiap akhir kegiatan belajar.

8. Setelah sebuah materi siswa pahami jawablah latihan dan cocokkan jawabannya pada

bagian akhir modul ini.

9. Jika nilai siswa belum memuaskan jangan putus asa cobalah lebih giat lagi untuk belajar.

Sesudah belajar

1. Sebagai bahan pengayaan materi yang sedang siswa pelajari jika ada tugas-tugas yang pada

akhir belajar. Kerjakanlah dan sampaikan hasilnya pada guru pembimbing atau diskusikan

pada teman-teman.

6

2. Hapalkan pengertian atau kata-kata yang penting

3. Semakin sering siswa belajar dan menghapal akan menghantarkan siswa sukses belajar.

C. Pengukuran Kemampuan Belajar

1. Jawablah pertanyaan pada latihan setiap akhir kegiatan belajar

2. Cocokkanlah jawaban siswa dengan kunci jawaban pada akhir modul ini.

3. Hitunglah jawaban siswa yang benar kemudian gunakan rumus dibawah ini.

Setelah mengerjakan soal-soal evaluasi, hitunglah jawaban yang benar untuk

mengetahui tingkat penguasaan materi dengan rumus :

Tingkat Penguasaan :

Tingkat penguasaan yang dicapai :

90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = baik

70% - 79% = Cukup

< 69% = Kurang

Jika siswa mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih maka siswa dapat

melanjutkan dengan kegiatan belajar berikutnya tetapi jika nilai siswa bawah 80%

sebaiknya mengulangi kegiatan belajar tersebut terutama pada bagian yang belum

dikuasi siswa.

4. Setelah siswa mempelajari seluruh kegiatan belajar pada modul ini cobalah siswa

sekali lagi mengerjakan latihan pada setiap kegiatan belajar dan hitunglah

jawabannya dengan menggunakan rumus diatas

5. Jika secara keseluruhan siswa telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih

maka anda sudah siap menempuh ujian.

Jumlah jawaban benar Jumlah soal seluruhnya X 100 %

7

Mata Pelajaran : Geografi

Kelas/Semester : X/2

Standar Kompertensi : 3. Menganalisis Geosfer

Kompetensi Dasar : 3.1. Menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan

litosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan

di muka bumi

Materi pokok : Lithosfer

Struktur lapisan kulit bumi

Tenaga Endogen

Tenaga Eksogen

I. Petunjuk Belajar

Siswa mengerjakan modul bersama kelompok yang telah dibagi oleh guru, dan menjawab lembar

kerja selama 2 X 45 menit (2 jam pelajaran)

II. Pendahuluan

Lithosfer adalah lapisan kerak bumi paling luas dan terdiri dari batuan. Kandungan

senyawa kimia yang paling banyak dalam lithosfer yaitu oksida silikon (SiO2). Lithosfer terdiri

atas dua lapisan yaitu lapisan sial dan lapisan sima. Bentuk lithosfer didorong oleh tenaga yang

berasal dari dalam maupun luar bumi. Dari dalam bumi (endogen) seperti mekanisme,

tektonisme dan gempa bumi sedangkan dari luar seperti pengikisan, pelapukan, dan

pengendapan. Batuan kulit bumi di bedakan menjadi tiga yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan

batuan metamorf. Persebaran tanah di permukaan bumi hampir kita jumpai di mana-mana

kepentingan tiap-tiap orang terhadap tanah berbeda-beda.

MODUL

LITHOSFER

8

A. Struktur lapisan kulit bumi

Litosfer berasal dari kata Lithos artinya batuan dan sphaira artinya lapisan-

lapisan. Lithosfer adalah lapisan kerak bumi yang paling luar dan terdiri dari batuan.

Batuan yang membentuk lithosfer mengandung beberapa senyawa kimia. Kandungan

senyawa kimia yang paling banyak dalam lithosfer yaitu oksida silikon (SiO2). Oleh

karena itu, lithosfer dinamakan lapisan silikat.

Susunan lapisan bumi terdiri dari:

Gambar 1. Lapisan bumi.

1. Bariesfer (inti bumi)

yaitu lapisan inti bumi, berupa bahan padat yang tersusun dari lapisan nife. Jari-

jarinya ±2.900km di bawah permukaan bumi.

Yang terdiri dari inti dalam dan inti luar, pada posisi 1 pada gambar gambar

menunjukkan inti dalam dan posisi 2 menunjukkan inti luar.

2. Lapisan pengantara (astenosfer/mantel)

yaitu lapisan yang terdapat di atas lapisan nife, tebalnya ±1.700km. berat jenis

rata-rata nya 5. Lapisan pengantar disebut juga asthenosfer (mantle) merupakan

bahan cair yang bersuhu tinggi dan pijar pada gambar ditunjukkan posisi 3.

3. Lithosfer

Materi Pembelajaran

12

34

9

yaitu yang terletak di atas lapisan pengantara atau mantel. Pada gambar

ditunjukkan posisi no 4.

Lithosfer (kulit bumi) terdiri atas dua bagian.

a. Lapisan sial yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun atas logam silisium dan

aluminum

b. Lapisan sima yaitu lapisan kulit yang tersusun dari logam silisium dan

magnesium dalam bentuk senyawa SiO2 dan MgO

B. Batuan pembentuk lapisan kulit bumi

1. Batuan Beku

Adalah batuan yang terbentuk karena pembekuan lava

1. Batuan beku Dalam

Ciri utama batuan beku dalam adalah besrtuktur holokristalin (semua

mengkristal) atau granitis. Semua bagian dari batuan terdiri dari kristal-

kristal. Pada waktu terjadi pembekuan, turunnya suhu berjalan sangat

lambat sehingga terjadi pengkristalan yang sempurna. Ukuran kristalnya

besar-besar dan kasar.

BATUAN BEKU

BATUAN BEKU DALAM

BATUAN BEKU GANG

BATUAN BEKU LUAR

10

Contohnya batuan beku dalam adalah batu granit, diorit, gabro, dan

pedorit.

Gambar 2. Jenis batuan

2. Batuan beku gang/celah

Magma yang bergerak naik ke permukaan bumi mengalami proses

pendinginan yang lebih cepat. Akibatnya terjadi pembekuan magma pada

sela-sela lapisan batuan atau corong diatrema (saluran magma). Inilah

yang disebut batuan beku gang, karena proses pendinginan lebih cepat,

akibatnya sebagian kristal berukuran besar dan ada kristal yang berukuran

kecil.

Contoh batuan beku gang adalah porfir granit, porfirit, porfir syenit, dan

porfir gabro.

3. Batuan beku Luar

Magma yang telah keluar di permukaan bumi disebut lava. Setelah sampai

di permukaan bumi proses pendinginan berjalan sangat cepat sehingga

tidak ada kesempatan untuk berlangsungnya proses kristalisasi. Kalau

masih terdapat kristal, itu sangat halus dan sukar sekali dibeda-bedakan.

Batuan beku yang tidak berkristal disebut berstruktur amorf (tidak

berbentuk).

11

Contoh batuan beku luar adalah rhyolit, andesit, trachit, basalt, obsidian,

dan batu apung.

Gambar 3. Contoh batuan beku luar

Macam-macam batuan beku: Basalt, Obsidian, Granit dan Apung.

Perbedaan Basalt Obsidian Granit Apung Cara terjadinya

Lava panas dengan pendinginan cepat yang disertai penggunaan gas

Lava panas yang mendingin dengan cepat dipermukaan bumi

Pembekuan magma secara lambat yang terjadi dibawah permukaan bumi

Pendinginan lava sangat cepat yang banyak mengandung gas-gas dan mineral

Kegunaan Bahan bangunan Alat pemotong/ujung tombak

Hiasan taman

Menggosok kayu

2. Batuan Sedimen atau Endapan

Menurut proses terbentuknya, batuan sedimen dibagi menjadi batuan

sedimen klastis/mekanis, batuan sedimen kimiawi, dan batuan sedimen organis

12

Gambar 4. Batuan Sedimen.

1. Batuan sedimen Mekanik/Klastis

Batuan sedimen klastis yaitu batuan sedimen yang terdiri dari kelompok

batuan. Bahan asal dari batuan tersebut (fragmen-fragmennya) terlepas dari

batuan induknya karena pengaruh pelapukan mekanis. Fragmen-fragmen

yang telah mengendap di suatu tempat mengalami sedimentasi dan kompaksi

sehingga terikat satu sama lain, mengeras dan membentuk batuan baru,

seperti konglomerat, breksi, batu pasir, dan batuan lempeng.

BATUAN SEDIMEN

BATUAN SEDIMEN KLASTIS/MEKANIK

BATUAN SEDIMEN KIMIAWI

BATUAN SEDIMEN ORGANIS

13

Besar kecilnya fragmen yang membentuk batuan sedimen dapat dibedakan

menjadi:

Bongkah-bongkah, dengan diameter 2000 – 200 mm

Kerikil besar(kerakal), dengan diameter 200 – 20 mm

Kerikil halus, dengan diameter 20 – 2mm

Pasir kasar, dengan diameter 2- 0,2 mm

Pasir halus, dengan diameter 0,2 – 0,02 mm

Geluh/lanau, dengan diameter 0,02 -0,002 mm

Lempung, dengan diameter < 0,002 mm

2. Batuan Sedimen Kimiawi

Bahan asal batuan sedimen kimiawi adalah uraian hasil pelapukan batuan

beku yang larut dalam air. Kebanyakan terjadi karena pengikisan air yang

kaya akan garam dn konsentrasi –konsentrasi pengendapan.

Umumnya batuan sedimen kimiawi tersusun atas garam-garaman yang larut

dalam air larut, seperti NaCl, KCl, MgSO4, CaCO4, dan CaCO3

Gambar 5. Contoh batuan sedimen kimiawi

3. Batuan Sedimen Organis

Batuan sedimen organis berasal dari larutan-larutan yang terbentuk

karena pemisahan oleh organisme. Semua batuan sedimen organis terdiri atas

14

gamping atau dolomit. Batuan ini terbentuk oleh onggokan bagian-bagian

rangka jasad tumbuh-tumbuhan atau binatang.

Berdasarkan tenaga yang mengangkut bahan asal, bahan sedimen dibedakan

menjadi:

Batuan sedimen aquatis yaitu batuan sedimen yang diendapkan oleh air

Gambar 6. Batuan sedimen aquatis

Batuan sedimen aeris atau aeolis yaitu batuan sedimen yang diendapkan

oleh angin

Gambar 7. Batuan sedimen aeris atau aeolis

Batuan sedimen glasial yaitu batuan sedimen yang diendapkan oleh

gletser atau es.

Berdasarkan tempat terjadinya pengendapan batuan sedimen di golongkan

menjadi:

15

Batuan sedimen teristris, diendapkan di daratan

Gambar 8. Batuan sedimen teristris

Batuan sedimen marine, diendapkan di dasar laut

Gambar 9. Batuan sedimen marine

16

Batuan sedimen fluvial, diendapkan di dasar sungai

Gambar 10. Sedimen fluvial

Batuan sedimen limnis, diendapkan di dasar danau

Gambar 11. Sedimen limnis

17

Batuan sedimen glasial, diendapkan di daerah yang pernah mengalami

erosi glasial

Gambar 12. Sedimen glasial

3. Batuan Metamorf atau Malihan

Bahan asal batuan metamorf adalah batuan beku dan batuan sedimen, karena

pengaruh tenaga alam (suhu dan tekanan dalam jangka waktu lama), sifat batuan

beku dan batuan sedimen dapat berubah.

1. Dinamo Metamerfosa

Yaitu proses perubahan sifat batuan karena mengalami tekanan. Tekanan ini

dapat berasal dari gerakan magma ke permukaan bumi, gerakan, lipatan, dan

patahan pada kulit bumi disebut metamorf kinetis.

Contohnya batu sabak, antrosit, dan schist.

METAMERFOSA BATUAN

DINAMO METAMERFOSA

KONTAK METAMERFOSA

18

Gambar 13. Contoh batuan dinamo metamerfosa

2. Kontak Metamerfosa

Yaitu proses perubahan sifat batuan karena mendapat pengaruh dari

pemanasan. Biasanya terjadi dari batuan yang sudah ada, kemudian mendapat

pemanasan (kontak) dari magma terjadi akibat suhu yang sangat tinggi

karena terletak dekat dapur magma.

Contohnya marmer dan batu bara yang terdapat di bukit asam.

Gambar 14. Gambar batuan kontak metamerfosa

C. Proses perubahan bentuk Muka Bumi.

Perubahan bentuk muka bumi disebabkan oleh tenaga geologi. Tenaga geologi dibedakan

menjadi dua bagian yaitu,

19

1. Tenaga endogen yaitu tenaga yang berasal dari dalam bumi yang memiliki sifat

membangun, yang berupa tenaga:

1. Tektonisme adalah perubahan letak lapisan kulit bumi yang disebabkan tenaga

endogen dengan arah horizontal dan vertikal.

Gambar 15. Salah satu patahan akibat tenaga tektonisme

Secara garis besar tektonisme dapat dibedakan menjadi:

a. Epirogenesis

Merupakan suatu gerakan vertikal yang lambat dan meliputi daerah yang

luas.

b. Orogenesis(gerak pembentukan pegunungan)

Gerakannya cepat tetapi hanya meliputi daerah yang terbatas atau relatif

sempit.

Gambar 16. Macam-macam Lipatan

20

Gambar 17. Bentuk patahan

Gerakan orogenesis meliputi:

1. Pelengkungan (warping)

2. Pelipatan (folding)

3. Patahan (faulting)

4. Retakan/diaklas (jointing)

2. Vulkanisme adalah gerakan magma dari dalam bumi.

Gambar 18. Akibat tenaga vulkanisme

Vulkanisme terdari dari dua macam yaitu;

1) Instrusi magma (plutonisme) adalah aktivitas magma yang tidak sampai ke

permukaan bumi.

Akibat adanya instrusi magma, terjadi benrmacam-macam bentukan

seperti berikut:

21

Gambar 19. Gambar proses vulkanisme

Batolit

Lakolit

Sill

Intrusi korok (gang)

Apofisis

Diatrema

2). Erupsi/ekstrusi magma adalah aktivitas magma yang sampai ke

permukaan bumi menghasilkan gunung api atau vulkan. Hasil ekstrusi

magma yaitu erupsi.

Gambar 20. Salah satu erupsi magma

Klasifikasi ekstrusi magma berdasarkan kekuatan tekanan gas:

1. Erupsi ekplosif, bila disertai tekanan gas yang kuat, sihingga

menimbulkan suatu letusan atau ledakan.

22

2. Erupsi efusif, bila tekanan gas berkurang (kecil), sehingga tidak

menghasilkan letusan, tetapi mengeluarkan suatu lelehan.

3. Erupsi campuran, menghasilkan erupsi eksplosif dan erupsi efusif

secara bergantian.

Klasifikasi erupsi berdasarkan tipe letusan dan bahan hasil letusan:

1. Erupsi magmatik, terjadi semata-mata oleh kegiatan magma yang

mnerobos ke permukaan bumi.

2. Erupsi freatik, terjadi karena uap sebagai akibat adanya air yang

bersentuhan secara langsung dan tidak langsung dengan magma.

3. Erupsi freatomagmatik, merupakan gabungan antara erupsi freatik dan

magmatik

Klasifikasi erupsi menurut terjadinya:

1. Erupsi sentral yaitu erupsi gunung api yang terpusat di suatu tempat di

muka bumi

2. Erupsi linier yaitu erupsi gunung api yang terjadi melalui suatu

rekahan memanjang.

Erupsi sentral dapat menghasilkan bentuk gunung api:

1. Strato (campuran), terjadi ari pergantian perlapisan lelehan lava cair

hasil dari erupsi efusif dengan perlapisan bahan lepas hasil erupsi

eksplosif.

2. Perisai, terjadi terutama di lapisan lelehan atau aliran lava encer oleh

erupsi efusif berulang kali sehingga menghasilkan kubah landai

3. Maar, terjadi oleh adanya satu kali erupsi eksplosif yang berlangsung

dalam waktu yang relatif singkat

4. Kaldera, terjadi sebagai akibat dari suatu erupsi eksplosif yang

dahsyat sehingga puncak dari kerucut gunung api runtuh dan

23

terbentuk kawah raksasa dengan tebing terjal yang mempunyai garis

tengah kaldera antara 2 – 10 km.

3. Gempa bumi (seisme) adalah getaran kulit bumi yang disebabkan kekuatan dari

dalam bumi.

Berdasarkan peristiwa yang menyebabkan, gempa bumi digolongkan menjadi 3

jenis.

Gambar 21. Akibat gempa bumi

1. Gempa tektonik yaitu gempa yang terjadi karena pergeseran kerak bumi

(peristiwa tektonisme) atau patahan /sesaran.

2. Gempa vulkanik yaitu gempa yang terjadi karena aktivitas vulkanisme, baik

sebelum, sedang atau sesudah letusan.

3. Gempa runtuhan (terban) yaitu gempa yang disebabkan oleh adanya

reruntuhan, termasuk di dalamnya adalah longsoran, akibat runtuhnya atap gua

bawah tanah dan reruntuhan di dalam lubang pertambangan.

24

Gambar 22. Salah satu gempa runtuhan

Berdasarkan bentuk episentrumnya, ada dua macam gempa yaitu ;

1. Gempa linier. Episentrum gempa ini berbentuk garis (linier)

2. Gempa sentral. Episentrumnya berbentuk titik.

Berdasarkan letak atau kedalaman hiposentrumnya, terdapat tiga macam gempa

yaitu:

1. Gempa dalam, jika letak hiposentrum 300 – 700 km

2. Gempa intermidier (menengah), jika hiposentrumnya terletak antara 100 km

sampai 300 km

3. Gempa dangkal, jika kedalaman hiposentrumnya kurang dari 100km

Berdasarkan jarak episentrumnya, dibedakan dua macam dua macam gempa

yaitu;

1. Gempa dekat (lokal), jarak episentrumnya kurang dari 10.000 m

2. Gempa jauh, jarak episentrumnya lebih dari 10.000 m.

2. Tenaga eksogen yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi Tenaga ini bersifat merusak

berupa;

25

1. Pelapukan

Pelapukan adalah proses penghancuran massa batuan yang dipengaruhi oleh

keadaan, struktur batuan, iklim, topografi, dan faktor biologis (hewan,

tumbuhan dan manusia)

Klasifikasi pelapukan:

Pelapukan mekanik/phisis yaitu pelapukan yang terjadi karena pengaruh

suhu/sinar matahari dan curah hujan berlangsung berulang-ulang dan

dalam kurun waktu tertentu.

Gambar 23. Contoh pelapukan mekanis

Pelapukan biologis/organik yaitu pelapukan yang disebabkan oleh

tumbuhan, hewan dan manusia

26

Gambar 24. Contoh pelapukan biologis

Pelapukan kimiawi/chemis yaitu pelapukan yang terjadi karena proses

kimiawi, contoh pelapukan di daerah karst.

Gambar 25. Contoh pelapukan kimiawi

2. Erosi/pengikisan

27

Erosi adalah suatu proses pelepasan dan pemindahan masa batuan , secara

alamiah dari suatu tempat ke tempat yang lain oleh suatu zat pengangkut.

Gambar 26. Contoh bentukan pengikisan

a) Mekanisme terjadinya erosi

Pelepasan masa batuan

Proses pengangkutan masa batuan

Proses pengendapan masa batuan

Gambar 27. Contoh pengikisan mekanisme

28

b) Bentuk-bentuk erosi

Erosi lembar: pengangkatan tanah yang tebalnya merata dari suatu

permukaan bidang tanah

Gambar 28. Contoh : erosi lembar.

Erosi percikan: proses pengikisan tanah yang terjadi akibat

percikan air

Gambar 29. Contoh : erosi percikan.

Erosi alur: erosi yang menghasilkan alur-alur searah dengan

kemiringan lereng

29

Gambar 30. Contoh : erosi alur.

Erosi parit: erosi yang saluran-saluran terbentuk sudah dalam,

sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.

Gambar 31. Contoh : erosi parit.

c) Berdasarkan tenaga-tenaga pengikis

Abrasi: erosi yang tenaganya oleh air laut

Gambar 32. Contoh akibat abrasi.

Ablasi: erosi yang disebabkan oleh air yang mengalir

30

Gambar 33. Contoh akibat ablasi.

Deflasi: erosi yang disebabkan oleh tenaga angin

Gambar 34. Contoh akibat deflasi.

Eksarasi: erosi hasil pengerjaan es.

Gambar 35. Contoh akibat eksarasi.

31

3. Masswating

Masswating adalah pemindahan massa batuan atau tanah berat (secara besar-

besaran) ke tempat yang lebih rendah karena pengaruh gravitasi.

Gambar 36. Contoh pemindahan massa batuan/masswasting.

Jenis-jenis masswating:;

Land slide (tanah longsor)

32

Gambar 37. Contoh tanah longsor.

Subsidence (tanah amblas/ambruk)

Gambar 38. Contoh tanah amblas/ambruk.

Slumping (tanah nendat)

Gambar 39. Contoh tanah nendat/slumping.

Earth flow (tanah mengalir)

33

Gambar 40. Contoh tanah mengalir.

Mud flow (lumpur mengalir)

Gambar 41. Contoh lumpur mengalir.

Soil creep (rayapan tanah)

Gambar 42. Contoh: tanah rayapan atau Soil creep

4. Sedimentasi/pengendapan

Sedimentasi adalah proses pengendapan massa batuan atau tanah.

Jenis-jenis sedimentasi

34

Sedimentasi fluvial yaitu sedimentasi yang terjadi di sepanjang aliran

sungai atau dasar tanah.

Gambar 43. Contoh sedimentasi fluvial

III. Alat dan Sumber

Alat : Alat-alat tulis

Sumber : Buku Geografi yang relevan

IV. Tugas Siswa

A. Berikanlah tanda silang (X) huruf a, b, c, d, atau e, pada jawaban yang paling benar

1. Unsur kimia yang paling banyak kandungannya lithosfer yaitu...

a. SiO2 d. K2O

b. FeO3 e. MnO

c. CaO

2. Lapisan kerak bumi paling luar dan terdiri dari batuan disebut...

a. Nife d. lithosfer

b. Atmosfer e. hidrosfer

c. bariesfer

3. Lithosfer atau kulit bumi terdiri atas dua bagian yaitu...

a. lapisan sial dan lapisan barisfer

b. lapisan sial dan lapisan pengantara

c. lapisan sima dan lapisan barisfer

d. lapisan sima dan lapisan sial

35

e. lapisan barisfer dan lapisan pengantara

4. Lempeng lithosfer dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a. lempeng dasar laut dan lempeng perairan

b. lempeng daratan dan lempeng pegunungan

c. lempeng benua dan lempeng benua

d. lempeng benua dan lempeng samudera

e. lempeng dasar laut dan permukaan

5. Dilihat dari tempat pengendapannya, batuan sedimen dibedakan menjadi...

a. sedimen marines, sedimen aeolis, dan sedimen glasial

b. sedimen lakustre, sedimen akualis, dan sedimen glasial

c. sedimen lakustre, sedimen teristris, dan sedimen marine

d. sedimen aeolis, sedimen teristris, dan sedimen akualis

e. sedimen aeolis, sedimen glasial, dan sedimen akualis

6. Yang dimaksud dengan tenaga endogen adalah...

a. tenaga yang berasal dari luar dan bersifat membangun

b. tenaga yang berasal dari luar bumi dan bersifat merusak permukaan bumi

c. tenaga yang berasal dari luar bumi

d. tenaga yang berasal dari dalam bumi

e. tenaga yang bersifat merusak permukaan bumi

7. Batuan beku yang berasal dari resapan magma di antara dua lithosfer yang bentuknya

seperti cermin cembung adalah...

a. lakolit d. apofisa

b. silis e. batolit

c. gang

8. Lapisan lithosfer yang memiliki ketebalan ± 60 km terdiri dari lapisan...

a. sial dan sima d. nife dan astenosfer

b. sial dan barisfer e. sima dan barisfer

c. nife dan sial

9. Batas antara mantel dengan kerak bumi adalah lapisan...

36

a. nife d. astenosfer

b. feridatit e. moko

c. barisfer

10. Pelapukan batuan yang disebabkan oleh organisme, baik tumbuhan maupun hewan

disebut...

a. pelapukan mekanik d. pelapukan organisme

b. pelapukan kimiawi e. pelapukan

c. pelapukan insolasi

11. Batuan granit, diarit, sienit, dan grato termasuk jenis batuan...

a. beku luar d. beku hipoabisis

b. beku dalam e. beku effusive

c. beku gang

12. Berikut ini yang bukan merupakan pengendapan batuan sedimen, yaitu...

a. sedimen teristris di danau

b. sedimen marine di laut

c. sedimen fluvial di sungai

d. sedimen limnis di danau

e. sedimen glasial di daerah es

13. Batuan metamorf dinamo terjadi akibat...

a. persinggungan antara batuan asal dan magma

b. adanya tekanan dari lapisan di atasnya dalam waktu yang lama

c. disusupi unsur-unsur batuan lain

d. tenaga endogen yang bergerak secara cepat

e. tenaga endogen yang bergerak secara lambat

14. Tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan terjadinya pergeseran

(diskolasi), lipatan (fold), sesar atau patokan (fault) pada kulit dan batuan disebut...

a. vulkanisme d. gempa bumi

b. tektonisme e. epirogenesa

c. seisme

37

15. Lapisan magma tipis yang menyusup diantara lapisan dan bentuknya pipih disebut...

a. sill d. batolit

b. diatrema e. gang

c. lakolit

B. Lengkapilah pernyataan berikut dengan pilihan jawaban di bawah ini!

1. Tenaga yang berasal dari dalam bumi yang disebabkan oleh gerakan magma

disebut...

2. Perubahan letak lapisan kulit bumi yang disebabkan oleh tenaga endogen dengan arah

horizontal dan vertikal disebut...

a. Lithosfer

b. Tektonisme

c. Breksi

d. Epirogenesa

e. Endogen

f. Horst

g. Batuan beku

h. Oksida silikon

i. Tekanan yang tinggi

j. Limnis

38

3. Batuan sedimen yang terdiri dari batu-batu yang bersudut-sudut tajam yang sudah

direkat satu sama lain disebut...

4. Perubahan letak lapisan kulit bumi yang gerakannya lambat pada wilayah yang luas

disebut...

5. Batuan sedimen yang diendapkan dirawa disebut..

C. Isilah dengan benar titik-titik di bawah ini

1. Lapisan lithosfer yang mempunyai berat jenis lebih besar karena mengandung besi

dan magnesium yaitu mineral fero magnesium dan batuan basalt disebut...

2. Mantel (astenosfer) merupakan bahan cairan yang bersuhu tinggi dan pijar. Lapisan

tersebut juga dinamakam lapisan...

3. Suatu gerakan tenaga endogen yang relatif cepat dan meliputi wilayah yang relatif

sempit disebut...

4. Peristiwa merendahnya atau menjadi ratanya kenampakan relatif permukaan bumi

karena pengikisan dari suatu tempat ke tempat lain disebut...

5. Batuan yang terbentuk jauh di dalam kulit bumi dan hanya terdiri atas kristal

disebut...

6. Jawablah dengan benar pertanyaaan-pernyataan di bawah ini!

7. Jelaskan susunan lapisan lithosfer dengan ketebalannya!

8. Berdasarkan tenaga yang menyangkutnya, batuan sedimen terbagi menjadi tiga,

sebutkan dengan memberikan contoh!

9. Apa yang menyebabkan perubahan bentuk pada batuan metamorf

10. Jelaskan tentang tenaga-tenaga endogen (berasal dari dalam bumi yang memiliki sifat

membangun)

39

A. Deskripsi

Modul tentang pembelajaran lithosfer, pedosfer, atmosfer dan hidrosfer ini

ditujukan untuk siswa kelas X SMA pada semester genap, berisikan kegiatan belajar yang

mencakup materi konsep dari struktur lapisan lithosfer, bentuk muka bumi, faktor

pembentuk tanah, rusakan pada tanah dan upaya penanggulangan yang disertai dengan

evaluasi serta Lembaran Kerja Siswa pada Modul yang diberikan pada peserta didik.

Didalam modul ini terdapat beberapa pokok bahasan di dalam setiap kegiatan

belajar, sebaiknya siswa mempelajari pokok-pokok materi pertama langsung mengerjakan

tugas setelah itu lanjutkan pada pokok materi berikut. Jika sudah selesai mengerjakan tugas

bandingkan hasil kerja antara siswa dengan kunci jawaban. Agar siswa dapat mengukur

sendiri tingkat pencapaian belajar yang diharapkan, lebih baik siswa mengulang kegiatan

belajarnya. Jika sudah memenuhi tingkat pencapaian hasil belajar siswa dapat melanjutkan

kegiatan selanjutnya. Cepat atau lambat penyelesaian kegiatan-kegiatan belajar tersebut

sangat tergantung pada kesungguhan dan kerajinan anda mempelajarinya.

PETUNJUK BELAJAR

40

B. Cara Belajar

Cara belajar siswa akan menentukan penguasaan dan keberhasilan siswa dalam belajar.

Ikutilah petunjuk belajar ini agar siswa dapat memahami isi modul ini dengan baik. Agar dapat

memahami isi modul dengan baik, ikutilah petunjuk berikut:

1. Pahami deskripsi modul sehingga siswa dapat mengetahui secara garis besar isi modul

2. Pahami indikator pembelajaran dan pokok-pokok uraian materi dengan seksama

3. Pahami setiap gambar / ilustrasi yang mempermudah mempelajari materi

4. Bacalah rangkuman modul untuk mengingatkan kembali isi pokok modul

5. Kerjakanlah soal-soal evaluasi dengan baik

Sebelum belajar

1. Yakinkan diri siswa bahwa siswa untuk belajar

2. Tenangkan pikiran siswa dan pusatkan pikiran siswa pada modul yang akan siswa pelajari.

3. Usahakan tempat belajar cukup tenang dan nyaman karena akan mempengaruhi siswa

dalam belajar tetapi jika siswa lebih merasa bersemangat belajar dengan diiringi musik

maka lakukanlah.

4. Percaya pada diri siswa sendiri bahwa apa yang akan siswa pelajari itu bermanfaat bagi

peningkatan pengetahuan dan keberhasilan siswa sebagai siswa SMA kelas X

5. Siapkan alat-alat tulis

6. Berdoalah sesuai dengan agama dan keyakinan

Saat belajar

1. Bacalah sekilas daftar isi dari modul

2. Pahami deskripsi dari isi setiap modul agar siswa dapat mengetahui apa yang harus di

pelajari dari keseluruhan isi modul

3. Baca dan pahami tujuan belajar dan pokok-pokok materi setiap kegiatan belajar

4. Baca dan pahami urai materi secara seksama. Tandailah kalimat dan kata-kata yang

dianggap penting dengan pencil. Dan catat pula materi belajar yang belum siswa pahami.

41

5. Tanyakanlah kepada guru pembimbing atau teman-teman mengenai materi yang belum

siswa pahami.

6. Jangan lewatkan siswa memahami setiap gambar, bagan, peta, atau ilustrasi yang ada

didalam buku karena akan lebih memudahkan siswa pada materi yang diuraikan.

7. Bacalah kata-kata penting pada setiap akhir kegiatan belajar.

8. Setelah sebuah materi siswa pahami jawablah latihan dan cocokkan jawabannya pada

bagian akhir modul ini.

9. Jika nilai siswa belum memuaskan jangan putus asa cobalah lebih giat lagi untuk belajar.

Sesudah belajar

1. Sebagai bahan pengayaan materi yang sedang siswa pelajari jika ada tugas-tugas yang pada

akhir belajar. Kerjakanlah dan sampaikan hasilnya pada guru pembimbing atau diskusikan

pada teman-teman.

2. Hapalkan pengertian atau kata-kata yang penting

3. Semakin sering siswa belajar dan menghapal akan menghantarkan siswa sukses belajar.

C. Pengukuran Kemampuan Belajar

1. Jawablah pertanyaan pada latihan setiap akhir kegiatan belajar

2. Cocokkanlah jawaban siswa dengan kunci jawaban pada akhir modul ini.

3. Hitunglah jawaban siswa yang benar kemudian gunakan rumus dibawah ini.

Setelah mengerjakan soal-soal evaluasi, hitunglah jawaban yang benar untuk

mengetahui tingkat penguasaan materi dengan rumus :

Tingkat Penguasaan :

Tingkat penguasaan yang dicapai :

90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = baik

70% - 79% = Cukup

< 69% = Kurang

Jumlah jawaban benar Jumlah soal seluruhnya X 100 %

42

Jika siswa mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih maka siswa dapat

melanjutkan dengan kegiatan belajar berikutnya tetapi jika nilai siswa bawah 80%

sebaiknya mengulangi kegiatan belajar tersebut terutama pada bagian yang belum

dikuasi siswa.

4. Setelah siswa mempelajari seluruh kegiatan belajar pada modul ini cobalah siswa

sekali lagi mengerjakan latihan pada setiap kegiatan belajar dan hitunglah

jawabannya dengan menggunakan rumus diatas

5. Jika secara keseluruhan siswa telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih

maka anda sudah siap menempuh ujian.

Mata Pelajaraan : Geografi

Kelas : X

Semester : GENAP

Standar Kompertensi : 3. Menganalisis unsur-unsur Geosfer

Kompetensi Dasar : 3.1. Menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan

litosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di

muka bumi

Materi pokok : Pedosfer

Konsep dasar tanah

Proses pembentukan tanah

Jenis dan ciri tanah di Indonesia

Jenis dan persebaran tanah pada Indonesia

Erosi tanah

MODUL

43

I. Petunjuk Belajar

Siswa mengerjakan modul bersama kelompok yang telah dibagi oleh guru, dan menjawab

lembar kerja selama 2 X 45 menit (2 jam pelajaran)

II. Pendahuluan

Pedosfer adalah lapisan kulit yang tipis, terletak di bagian paling atas di permukaan

bumi. Pedosfer kita kenal sehari-hari sebagai tanah (soil). Tanah terbentuk dari hasil

pelapukan, erosi, atau pengendapan batuam dari bahan organik maupun anorganik. Proses

pembentukan itu berlangsung bersama-sama antara bahan induk (batuan), tumbuhan, dan

hewan dengan bantuan topografi, cuaca, dan iklim. Materi yang akan dikembangkan

dalam hal ini adalah ciri dan proses pembentukan tanah di Indonesia, penyebab terjadinya

erosi tanah dan kerusakan tanah yang lain serta dampaknya terhadap kehidupan, serta

usaha mengurangi erosi tanah. Manfaat mengenal tanah kita akan mampu memprediksi

perubahan yang terjadi pada tanah tempat tinggal kita dan melakukan hal-hal yang dapat

mengurangi erosi tanah.

E. Dinamika perubahan pedosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi.

1. Proses pembentukan tanah di indonesia

Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam

horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organik, air, udara dan

merupakan media tumbuhnya tanaman.

Pada dasarnya, tanah berasal dari batuan atau zat organik lainnya yang mengalami

pelapukan. Berubahnya batuan atau zat organik menjadi butir-butir tanah

dikarenakan beberapa faktor,

PEDOSFER

MATERI PELAJARAN

44

a. Pemanasan matahari pada siang hari dan pendinginan pada malam hari

Gambar 44. Akibat pemanasan matahari

b. Batuan yang sudah retak pelapukan dipercepat oleh air

Gambar 45. Akibat pelapukan batuan

c. Akar tumbuh-tumbuhan dapat menerobos dan memecahkan batu-batuan

hinggga hancur

d. Binatang-binatang seperti cacing tanah, rayap dan sebagainya selalu membuat

lubang dan mengeluarkan zat-zat yang dapat menghancurkan batuan

e. Proses pemadatan atau tekanan pada sisa-sisa zat organik akan mempercepat

terjadinya tanah.

45

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah

a. Iklim. Faktor iklim yang berupa curah hujan dan temperatur merupakan faktor

yang sangat penting dalam proses pembentukan tanah. Tingkat cuarah hujan

dan suhu yang tinggi di daerah tropis menyebabkan reaksi kimia berjalan

dengan cepat sehingga proses pelapukan dan pencucian berjalan dengan cepat.

b. Organisme. Peranan organisme dalam proses pembentukan tanah sangat besar.

Akumulasi bahan organisme, siklus unsur hara, dan pembentukan struktur tanah

yang stabil sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme dalam tanah.

c. Bahan induk. Jenis batuan yang merupakan bahan induk pembentuk tanah

meliputi batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf

d. Topografi. Faktor topografi berpengaruh terhadap prosese pembentukan tanah

dengan cara sebagai berikut:

Mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap

Mempengaruhi dalamnya air tanah

Mempengaruhi tinggi rendahnya erosi

Mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut di dalamnya.

Sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan topografi antara lain:

Tebal solum

Kandungan bahan organik dalam horizon A

Kandungan air tanah

Warna tanah

Tingkat perkembangan horizon

Reaksi PH tanah

Kandungan garam yang mudah larut dalam tanah.

e. Waktu. Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah. Akibat

pelapukan dan pencucian tanah yang terus menerus maka tanah makin tua.

Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka bahan induk tanah

berubah menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.

46

3. Komponen-komponen pembentukan tanah

Komponen tersebut meliputi bahan mineral, bahan organik, air dan udara.

4. Warna tanah

Warna tanah merupakan petunjuk untuk menentukan sifat tanah karena warna

tanah karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam

tanah yaitu:

Gambar 46. Contoh warna tanah

a. Persenyawaan besi dalam tanah

b. Kandungan bahan organik

c. Persenyawaan unsur ruangan.

5. Profil tanah dan PH tanah

a. Profil tanah adalah penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan susunan

horizon.

b. PH tanah yaitu derajat keasaman tanah

47

Gambar 47. Salah satu bentuk profil tanah

Untuk menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, perhatikan

uraian berikut ini.

a. Pada PH tanah netral masam, unsur hara tidak dapat diserap

b. Pada PH tanah masam, unsur hara tidak dapat diserap tanaman karena di ikat

oleh aluminum

c. Pada PH tanah basa(alkali), unsur hara tidak dapat diserap tanaman karena

diikat oleh Ca

Cara mengubah PH tanah adalah sebagai berikut

a. Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan PH-nya dengan menambah kapur

b. Tanah yang terlalu basa (alkali) dapat diturunkann PH-nya dengan menambah

belerang.

6. Tekstur dan kesuburan tanah

Tekstrur tanah menunjukkan proporsi relatif dari ukuran partikel-partikel tanah

dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara praksi-fraksi pasir,debu,

dan lempung. Beberapa faktor yang mempengaruhi tekstur tanah, yaitu komposisi

mineral dan batuan (bahan induk), sifat dan cepatnya proses pembentukan tanah

lokal, serta umur relatif tanah.

48

Gambar 48. Tekstur tanah

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi

a. Curah hujan

b. Sifat tanah

Sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan tanah terhadap erosi adalah...

1) Tekstur tanah yang paling peka terhadap erosi adalah debu dan pasir yang

sangat halus.

2) Bentuk dan kemanfaatan struktur tanah. Tanah-tanah yang mempunyai

struktur tanah yang mantap sangat mudah hancur oleh pukulan hujan,

menjadi butir-butir halus sehingga menutupi pori-pori tanah.

3) Daya infiltrasi tanah dipengaruhi oleh porositas dan kenampakan struktur

tanah.

4) Kandungan bahan organik. Tanah dengan kandungan bahan organik

kurang dari 2% umumnya peka terhadap erosi.

c. Lereng. Erosi akan meningkatkan apabila lereng makin curam sehingga

kecepatan aliran permukaan meningkat.

d. Vegetasi. Pengaruh vegetasi terhadap erosi tanah adalah

1) Mengalangi air hujan tidak jatuh langsung di permukaan tanah.

49

2) Menghambat aliran permukaan dan memperbanyak infiltrasi air.

e. Manusia. Pembuatan teras-teras pada tanah yang berlereng curam merupakan

pengaruh baik bagi manusia karena dapat mengurangi erosi.

8. Dampak erosi terhadap kehidupan

a. Kerusakan di tempat terjadinya erosi.

Gambar 49. Akibat kerusakan di tempat erosi

b. Kerusakan di tempat penerima hasil erosi

50

Gambar 50. Kerusakan di tempat penerima hasil erosi

9. Usaha-usaha untuk mengurangi erosi tanah

a. Untuk menjaga kesuburan tanah

1) Pemupukan diusahakan dengan pupuk hijau

2) Sistem irigasi yang baik, misalnya membuat bendungan-bendungan

3) Pada lereng-lereng gunung dibuat hutan cadangan

4) Menanami lereng-lereng yang gundul

5) Menyelenggarakan pertanian di daerah miring secara benar

b. Usaha mengatasi erosi tanah pada lahan pertanian di daerah miring

1) Terasering

Gambar 51. Salah satu contoh terasering

51

2) Contour farming

Gambar 52. Salah satu bentuk contour farming

3) Pembuatan tanggul pasangan (guludan) untuk menahan erosi

Gambar 53. Salah satu bentuk pembuatan tanggul

4) Contour plowing, yaitu membajak searah garis contour sehingga terjadilah

alur horizontal

Gambar 54. Salah satu bentuk contour plowing

5) Contour strip croping, yaitu bercocok tanam dengan cara membagi

bidang-bidang tanah dalam bentuk sempit dan memanjang dengan

52

mengikuti garis kontur sehingga bentuknya berbelok-belok, masing-

masing ditanami tanaman yang berbeda-beda jenis secara berselang seling

(tumpang sari)

Gambar 55. Salah satu bentuk contour strip croping

6) Crop rotation, yaitu usaha pergantian jenis tanaman supaya tanah tidak

kehabisan salah satu unsur hara akibat di hisap terus oleh salah satu jenis

tanaman.

Gambar 56. Salah satu bentuk crop rotation

10. Persebaran beberapa jenis tanah di Indonesia

a. Tanah Aluvial yaitu tanah endapan di dasar sungai, subur.

Terdapat di pantai timur Sumatera, Pantai Utara Jawa, sepanjang sungai

Barito, Mahakam, Musi, Bengawan Solo.

53

Gambar 57. Salah satu bentuk tanah aluvial

b. Tanah Andosol yaitu tanah halus dari gunung berapi, subur.

Terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Lombok.

Gambar 58. Salah satu bentuk tanah andosol

c. Tanah Kapur yaitu tanah hasil endapan kapur, tidak subur.

Terdapat di pantai selatan Jawa, Jawa Tengah, Aceh, Sulawesi Selatan.

Gambar 59. Salah satu bentuk tanah kapur

54

d. Tanah Regosol yaitu tanah kasar dari gunung berapi, kurang subur.

Terdapat di Bengkulu, NTB, pantai barat Sumatera.

Gambar 60. Salah satu bentuk tanah regosol

e. Tanah Latosol yaitu tanah merah kaya zat besi dan aluminium.

Terdapat di Bali, Lampung, Kalimantan Tengah.

Gambar 61. Salah satu bentuk tanah latosol

f. Tanah Litosol yaitu tanah kasar hasil pelapukan tidak sempurna.

Gambar 62. Salah satu bentuk tanah litosol

g. Tanah Argosol/Gambut yaitu tanah sisa tumbuhan yang mengalami

pembusukan. Terdapat di Kalimantan, Papua, Sumatera.

55

Gambar 63. Salah satu bentuk tanah argosol/gambut

h. Tanah Grumosol yaitu tanah halus berlempung berwarna merah.

Terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Sulawesi Selatan dan

Tenggara.

Gambar 64. Salah satu bentuk tanah grumosol

56

F. Mengidentifikasi degredasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan.

1. Yang dimaksud dengan lahan adalah permukaan dengan kekayaan berupa tanah,

batuan, mineral benda cair, dan gas yang terkandung didalamnya.

a. Faktor penyebab terjadinya lahan kritis di berbagai belahan bumi

Lahan kritis adalah lahan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media

pengatur tata air dan undur pertanian yang baik.

Penyebab meluasnya lahan kritis atau degradasi lahan dipermukaan bumi

yaitu akibat proses alam dan perilaku manusia dalam memanfaatkan

lingkungan

a. Faktor penyebab lahan kritis sebagai akibat proses alam yaitu erosi,

tanah longsor, dan pencucian tanah.

b. Faktor penyebab lahan kritis sebagai akibat perilaku manusia misalnya

perusakan hutan, pertanian berpindah, dll.

b. Upaya pencegahan dan penanggulangan lahan kritis

1. Reboisasi, adalah penghutanan kembali tanah-tanah hutan yang

gundul dengan ditanami-tanaman keras

Gambar 65. Salah satu bentuk reboisasi

2. Penghijauan, adalah penanaman kembali tanah gundul

3. sistem penanaman searah garis kontur adalah penanaman tanaman

yang searah atau sejajar dengan garis kontur

4. sistem terasering atau sengkedan. Cara terasering ini digunakan

untuk mengurangi laju air yang mengalir di permukaan bumi.

57

Gambar 66. Salah satu bentuk sistem terasering

5. lahan dengan kemiringan > 45° harus dijadikan areal hutan lindung

6. pengiliran tanaman adalah suatu sistem bercocok tanam pada

sebidang tanah yang terdiri dari beberapa macam tanaman yang

ditanam secara berturut-turut pada waktu tertentu.

7. pemulsaan (mulching) adalah menutupi permukaan tanah dengan

sisa-sisa tanaman, yang biasanya digunakan untuk pemulsaan yaitu

jerami.

Klasifikasi kemampuan lahan

a. Kelas I

1. Topografi hampir datar

2. Ancaman erosi kecil

3. Mempunyai kedalaman efektif (solum) yang dalam

4. Drainase baik

5. Tidak terancam banjir

b. Kelas II

1. Lereng landai

2. Ancaman erosi lebih besar

3. Struktur tanah kurang baik

4. Terancam banjir

c. Kelas III

58

1. Lereng miring dan bergelombang

2. Peka terhadap erosi

3. Drainase kurang baik

4. Kapasitas menahan air rendah

d. Kelas IV

1. Lereng miring atau berbukit

2. Peka terhadap erosi

e. Kelas V

1. Topografi relatif rendah

2. Tergenang air

3. Biasanya tanah berbatu

4. Tidak sesuai untuk lahan pertanian

f. Kelas VI

1. Lereng agak curam

2. Ancaman erosi berat

3. Tanah berbatu-batu

g. Kelas VII

1. Terletak pada lereng curam

2. Erosi sangat kuat

3. Solum dangkal

4. Untuk padang rumput atau hutan produksi terbatas

h. Kelas VIII

1. Lereng sangat curam

2. Berbatu-batu

3. Kapasitas menahan air rendah

4. Harus dihutankan

Persebaran lahan kritis di permukaan bumi

a. Didaerah pantai

1. Hutan bakau yang rusak

59

2. Pantai rawa

3. Dataran rendah yang tererosi

Gambar 67. Salah satu persebaran lahan kritis di daerah pantai

b. Di daerah dataran rendah

1. Rawa

2. Lahan Tidur

3. Dataran rendah yang tererosi

Gambar 68. Salah satu persebaran lahan kritis di daerah dataran rendah

c. Di daerah pegunungan

1. Pegunungan kapur

60

Gambar 69. Salah satu persebaran lahan kritis di daerah pegunungan

2. Lahan pegunungan yang gundul

Gambar 70. Salah satu persebaran lahan pengunungan yang gundul

Dampak degredasi lahan terhadap kehidupan

a. Akibat proses erosi, lahan menjadi tidak subur dan lapisan top soil hilang

b. Produktifitas pertanian menurun sehingga pendapatan petani kurang

c. Terjadi banjir

d. Menurunnya kemampuan lahan untuk menyerap air tanah

e. Terganggunya ekosistem mahluk hidup

III. Alat dan Sumber

Alat : Alat-alat tulis

Sumber : Buku Geografi yang relevan

IV. Tugas Siswa

A. Berikanlah tanda silang (X) huruf a, b, c, d, atau e, pada jawaban yang paling

benar

61

1. Kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang terdiri dari bahan organik

disebut...

a. region d. horizon

b. tanah e. solum

c. lahan

2. Berikut ini yang bukan merupakan faktor-faktor topografi yang berpengaruh terhadap

cara pembentukan tanah adalah...

a. ketebalan tanah

b. mempengaruhi dalamnya air tanah

c. memengaruhi tinggi rendahnya erosi

d. memengaruhi jumlah air hujan yang meresap

e. mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut di dalamnya

3. Jenis batuan induk yang merupakan bahan pembentuk tanah tidak meliputi...

a. batuan beku d. batuan metamorf

b. solum tanah e. batuan konglomerat

c. batuan sedimen

4. Berikut ini yang bukan merupakan faktor pembentukan tanah adalah...

a. topografi d. organisme bahan induk tanah

b. waktu e. iklim

c. PH tanah

5. Salah satu hal yang menyebabkan lahan atau tanah di permukaan bumi mempunyai

kemampuan yang berbeda-beda ialah...

a. jenis tanah d. permiabelitas tanah

b. profil tanah e. solum tanah

c. partikel zarah tanah

6. Lapisan tanah atas yang merupakan bagian optimal bagi kehidupan tumbuh-

tumbuhan disebut...

a. sub soil d. bedrock

b. top soil e. rotation

62

c. regolith

7. Tanah aluvial adalah..

a. tanah yang berasal dari bahan induk organik

b. endapan lumpur yang dibawa melalui sungai-sungai

c. batu kapur yang terdapat didaerah pegunungan

d. tanah yang berasal dari batuan vulkanis

e. pelapukan batu-batuan yang mengandung kuarsa

8. Berubahnya batu-batuan menjadi butir-butir tanah tidak disebabkan oleh faktor...

a. organisme dalam tanah d. air hujan

b. pemanasan matahari e. erosi

c. akar tumbuh-tumbuhan

9. Tekstur tanah merupakan perbandingan...

a. berbagai jenis tanah

b. tanah atas dengan tanah bawah

c. permiabelitas tanah

d. relatif ukuran partikel-partikel tanah

e. solum (ketebalan) tanah

10. Perbedaan warna tanah pada umumnya dipengaruhi oleh kandungan bahan organik.

Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin...

a. terang d. cokelat

b. cerah e. merah

c. gelap

11. Yang dimaksud PH tanah adalah...

a. bahan induk tanah

b. bahan mineral campur dengan humus

c. kandungan bahan organik

d. persenyawaan besi dalam tanah

e. derajat keasaman tanah

12. Warna dalam tanah tidak dipengaruhi oleh..

63

a. persenyawaan besi dalam tanah

b. kandungan bahan organik

c. persenyawaan kuarsa

d. bahan induk tanah

e. persenyawaan unsur mangan

13. Usaha untuk menjaga pelestarian tanah ialah...

a. diversifikasi tanaman

b. membuka lahan baru

c. menanami lereng-lereng yang gundul

d. pergantian teknik pengolahan lahan

e. penanaman lahan secara optimal

14. Komposisi tanah pada umumnya terdiri dari...

a. 90% bahan mineral, 60% bahan organik, 0,5% udara dan air

b. 90% bahan mineral, 65% bahan organik, 0,5% udara dan air

c. 90% bahan mineral, 1-5% bahan organik, 0,9% udara dan air

d. 90% bahan mineral, 1-15% bahan organik, 0,10% udara dan air

e. 90% bahan mineral, 1-15% bahan organik, 0,15% udara dan air

15. Tanah dengan kemiringan 45°-65° merupakan daerah dengan topografi yang...

a. berbukit d. sangat curam

b. curam e. bergelombang

c. datar

B. Lengkapilah pernyataan berikut dengan pilihan jawaban di bawah ini!

1. Bahan mineral dalam tanah bersalah dari...

2. Tanah yang mengandung humus atau bahan organik adalah....

3. Pada lapisan tanah bagian bawah, kandungan bahan organik rendah sehingga warna

tanah dipengaruhi oleh banyaknya...

4. Cepat atau lambatnya air meresap ke dalam tanah melalui pori-pori tanah, baik ke

arah horizon maupun ke arah vertikal disebut...

64

5. Bila tanah banyak mengandung bahan-bahan organik yang telah terurai, maka warna

tanah berupa...

6. Salah satu cara untuk mengatasi erosi tanah pada daerah miring ialah dengan

menanami lahan menurut garis kontur sehingga perakaran dapat tanah disebut...

7. Pegunungan di Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, Maluku dan jawa barat memiliki

jenis tanah...

8. Tanah laterit ialah tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminum. Karena

tua, maka tanah ini tidak subur. Tanah laterit berwarna...

9. Tanah-tanah yang secara kualitatif sangat memungkinkan untuk dapat dimanfaatkan

dalam pemenuhan kabutuhan manusia disebut...

10. Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan PH-nya dengan menambah...

C. Isilah dengan benar titik-titik di bawah ini

1. Tempat tumbuhnya berbagai tanaman atau akumulasi tumbuh-tumbuhan alam yang

bebas dan menduduki sebagian besar permukaan bumi disebut...

2. Ketebalan tanah yang menunjukkan berapa tebal tanah diukur dari permukaan sampai

batuan induk disebut...

3. Bila tanah banyak mengandung bahan-nahan organis asam yang lapuk maka warna

tanahnya adalah...

4. Menanam tanaman di daerah yang miring dengan sistem berteras-teras untuk

mencegah erosi disebut...

5. Usaha pergantian jenis tanaman supaya tanah tidak kehabisan salah satu unsur hara

akibat terus diisap oleh salah satu jenis tanaman disebut...

D. Jawablah dengan benar pertanyaaan-pernyataan di bawah ini!

1. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah dan komponen

pembentukan tanah!

2. Jelaskan perbedaan tanah dengan lahan!

3. Sebutkan empat hal yang dapat mempengaruhi warna tanah!

65

4. Sebutkan dua cara mengubah PH tanah!

5. Tekstur tanah menunjukkan kasar-halusnya tanah. Sebutkan tekstur tanah lempung!

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Yani, 2008. Geografi SMA Kelas X. Grafindo Media Pratama. Bandung.

Bagja Waluya, 2007. Geografi SMA/MA 1. Armico. Bandung

Gatot Harmanto, 2008. Geografi SMA Kelas X. Penerbit Yrama Widya. Bandung.

Hendra Wisesa, 2010. Serba-serbi Bumi. Penerbit Garailmu. Jogjakarta

Khosim, A dan Lubis, M. 2007. Geografi untuk SMA kelas X. Grasindo. Jakarta

Mulyadi, A. Geografi untuk SMA dan MA kelas X. Esis. Jakarta.

Samadi, 2007. Geografi SMA/MA 1. Yudistira. Bogor

Wardiyatmoko, K. 2006. Geografi untuk SMA kelas X. Erlangga. Jakarta.

Winarno, 2008. Seribu Pena Geografi SMA Kelas X. Erlangga. Jakarta

Zamroni, 2010. Buku kantong Geografi SMA IPS. Pustaka Widyatama. Yogyakarta

66