Upload
vubao
View
244
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN
TERHADAP KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN (STUDI KASUS PADA BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN)
RIFKI DANARJANTO ADISURYO
1203571426
Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
JURUSAN AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUHAMMADIYAH
JAKARTA 2014
vi
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan sistem akuntansi
keuangan terhadap kualitas pelaporan keuangan. Pengumpulan data ini
menggunakan survei kuesioner. Kuesioner disampaikan kepada pengelola sistem
akuntansi keuangan di lingkungan Badan POM. Untuk menganalisa data
penelitian digunakan metode analisis regresi linier sederhana, analisa korelasi
sederhana, analisa koefien penentu dan pengujian hipotesis. Berdasarkan uraian
dan pembahasan mengenai pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan
terhadap kualitas pelaporan keuangan di Badan POM dapat disimpulkan bahwa
penerapan sistem akuntansi keuangan memiliki pengaruh terhadap kualitas
pelaporan keuangan. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari analisis regresi dimana
Y = 10,827 + 0,904 X + e artinya jika pengaruh penerapan sistem akuntansi
keuangan meningkat sebesar 1 poin, maka kualitas pelaporan keuangan
mengalami peningkatan sebesar 0,904 poin dan sebaliknya. Berdasarkan
perhitungan korelasi sederhana diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,600 yang
termasuk dalam kategori kuat. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pengaruh
penerapan sistem akuntansi keuangan terhadap kualitas pelaporan keuangan
Badan POM adalah kuat. Selain itu diperoleh pula persentase kontribusi
penggunaan sistem akuntansi keuangan terhadap kualitas pelaporan keuangan
yakni sebesar 36%, sedangkan sisanya 64% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Sedangkan untuk hasil perbandingan nilai thitung dengan ttabel, menujukkan hasil
thitung sebesar 5,198 dan ttabel sebesar 2,0106. Oleh karena thitung > ttabel maka Ho
ditolak, artinya sistem akuntansi keuangan berpengaruh terhadap kualitas
pelaporan keuangan.
Kata kunci : sistem akuntansi keuangan, kualitas pelaporan keuangan
ii
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
MUHAMMADIYAH JAKARTA
PENGESAHAN SKRIPSI
Judul Skripsi : PENGARUH PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI
KEUANGAN TERHADAP KUALITAS
PELAPORAN KEUANGAN
(STUDI KASUS PADA BADAN PENGAWAS
OBAT DAN MAKANAN)
Nama Mahasiswa : RIFKI DANARJANTO ADISURYO
NIM : 1203571426
Program Studi : S1 AKUNTANSI
Mengesahkan
Penguji,
1. Penguji I
(Ketua Merangkap Anggota)
:
(Prof. Dr. Haryono Umar, Ak., Msc.)
2. Penguji II
(Anggota)
:
(Samukri, SE., Ak., MAK.)
3. Penguji III
(Dosen Pembimbing
Merangkap Anggota)
:
(Ramdany, SE., Ak., MAK.)
Mengetahui
Ketua STIE Muhammadiyah Jakarta
(H. Enong Muiz, S.E. M.Si)
Jakarta : .................................................. Tanggal Lulus : .................................
iii
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
MUHAMMADIYAH JAKARTA
PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul Skripsi : PENGARUH PENERAPAN SISTEM
AKUNTANSI KEUANGAN TERHADAP
KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN
(STUDI KASUS PADA BADAN PENGAWAS
OBAT DAN MAKANAN)
Nama Mahasiswa : RIFKI DANARJANTO ADISURYO
NIM : 1203571426
Program Studi : S1 AKUNTANSI
Jakarta,
Mengetahui
KAPRODI
(DRS. H. RAWIDJO, Ak., M.Si)
Menyetujui
PEMBIMBING SKRIPSI
(RAMDANY, SE., Ak., MAK)
v
ABSTRACT
This study purpose to prove about the effect of financial information accounting
system to quality of financial reporting. The data was collect by questionare, from
Badan POM. The analyse data has done by a regression analysis simple linear,
analysis of simple correlation, analysis of determinant coefficient and test of
hypothesis. According to the explanation and discussion about the influence of the
application of financial information accounting system to the quality of financial
reporting in Badan POM, we can take a conclusion that the application of
financial information accounting system has a strong impact to the quality of
financial reporting. The impact is clearly seen through the regression analysis
where Y=10,827 + 0,904 X + e, it means if the influence of application of
financial information accounting system increase for 1 point, then the quality of
financial reporting will increase at 0,904 point. According to a simple correlation
calculation, a strong correlation co efficient of 0,600 was acquired. The
correlation co efficient shown that the application of financial information
accounting system influencing strongly to the quality of financial reporting on the
Badan POM. Meanwhile, the calculation also shown the presentation of the usage
of financial information accounting system is 36%, and the other 64% was
influenced by another factors. For the comparation ratio result tresult with ttabel , the
value tresult is 5,198 and ttabel 2,0106, because of tresult > ttabel so H0 is rejected, it
means financial information accounting system have an impact to the quality of
financial reporting.
Keywords : financial information accounting system, the quality of financial
reporting
iv
PERNYATAAN
Bismillahirrahmanirahiim
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Rifki Danarjanto Adisuryo
Tempat, tanggal lagir : Magelang, 11 Februari 1985
Program Studi : S1 Akuntansi
NIM : 1203571426
Alamat : Jl. Tanjung V/No.4 Taman Cimanngu, Kedungwaringin,
Tanah Sareal, Kota Bogor
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skrpsi saya dengan judul :
PENGARUH PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN
TERHADAP KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN
(STUDI KASUS PADA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN)
Merupakan gagasan asli dan hasil penelitian penulis, kecuali yang jelas
rujukannya. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana
pada program sejenis di STIE Muhammadiyah Jakarta dan atau perguruan tinggi
lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya. Apabila pernyataan saya terbukti tidak benar dan
atau skripsi saya terbukti plagiat, maka saya bersedia, skripsi saya dibatalkan
kelulusannya.
Jakarta, Agustus 2014
Yang membuat pernyataan
RIFKI DANARJANTO ADISURYO
NIM 1203571426
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada Penulis sehingga Penulis dapat
menyelesaikan Skripsi. Tidak lupa shalawat serta salam Penulis haturkan kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membimbing manusia kepada
kebaikan. Skripsi ini penulis ajukan dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan guna menyelesaikan Program Strata Satu Jurusan Akuntansi Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Muhammadiyah Jakarta dengan judul “Pengaruh
Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan terhadap Kualitas Pelaporan
Keuangan (Studi Kasus Pada Badan Pengawas Obat dan Makanan)”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi
ini masih jauh dari sempurna, hal ini dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran masih sangat
diharapkan penulis dalam menyempurnakan tulisan ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaiakan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini khususnya :
1. H. Enong Muiz, SE. M.Si., selaku Ketua STIE Muhammadiyah Jakarta
2. Drs. H. Rawidjo, Ak., M.S.i selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi STIE
Muhammadiyah Jakarta
3. Ramdany, SE., Ak., MAK. selaku dosen yang telah membimbing dan
mengarahkan Penulis dalam membuat skripsi.
viii
4. H. Suparsin (Alm) dan Hj. Sri Sudaryati selaku orang tua tercinta serta kakak-
kakakku tersayang yang selama ini telah memberikan nasihat, doa, dukungan,
pengorbanan dan kasih sayang yang tak akan tergantikan oleh siapapun.
5. Istriku terkasih Halidya Mutarani dan anakku tersayang Aila Mozza Almeera
yang telah memberikan dukungan tak terbatas dan motivasi yang besar kepada
penulis.
6. Ibu mertua Sri Wuryani yang telah menjaga dan merawat Aila selama kami
tinggal kerja, terimakasih atas pengorbanannya, semoga selalu diberi
kesehatan dan kesabaran dalam mengasuh.
7. Seluruh karyawan Badan Pengawasan Obat dan Makanan yang telah
mendukung dalam memberikan informasi untuk Penulis.
8. Seluruh Dosen dan staff STIE Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan
bekal pendidikan dan ilmu pengetahuan yang sangat berharga.
9. Untuk semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas
dukungan, semangat dan doanya.
Akhir kata semoga ALLAH SWT membalas budi baik semua pihak yang
telah membantu tersusunnya skripsi ini. Dan Penulis berharap skripsi ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi semua pihak. Amiinn.
Jakarta, September 2014
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman Sampul (Judul)
Pengesahan Ujian Skripsi .................................................................. ii
Persetujuan Skripsi ............................................................................ iii
Pernyataan ......................................................................................... iv
Abstract .............................................................................................. v
Abstrak ............................................................................................... vi
Kata Pengantar .................................................................................. vii
Daftar Isi ........................................................................................... ix
Daftar Tabel ...................................................................................... xii
Daftar Gambar .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................. 8
1.3 Batasan Masalah ....................................................... 8
1.4 Rumusan Masalah ...................................................... 9
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................. 9
1.5.1 Tujuan Penelitian ............................................. 9
1.5.2 Manfaat Penelitian ........................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................ 10
2.1 Landasan Teori ......................................................... 10
2.1.1 Sistem .............................................................. 10
2.1.2 Informasi .......................................................... 11
2.1.3 Definisi Akuntansi .......................................... 14
2.1.4 Sistem Informasi Akuntansi ........................... 15
2.1.4.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi 15
2.1.4.2 Tujuan Utama Sistem Informasi
Akuntansi .........................................
16
2.1.4.3 Komponen Sistem Informasi Akuntansi 17
2.1.5 Kualitas Laporan Keuangan ........................... 19
2.1.6 Akuntansi Pemerintahan ................................. 22
2.1.6.1 Pengertian Akuntansi Pemerintahan ... 22
x
2.1.6.2 Karakteristik Organisasi Pemerintahan 23
2.1.6.3 Karakteristik Akuntansi Pemerintahan 24
2.1.6.4 Tujuan Akuntansi Pemerintahan ......... 25
2.1.7 Sistem dan Prosedur Pencatatan ..................... 26
2.1.8 Penyajian Laporan Keuangan .......................... 27
2.1.9 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat ............. 29
2.1.10 Tujuan Penyajian Laporan Keuangan
Pemerintah .....................................................
32
2.1.11 Komponen Laporan Keuangan ....................... 34
2.1.8.1 Laporan Realisasi Anggaran .............. 34
2.1.8.2 Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih ...........................................................
36
2.1.8.3 Laporan Operasional ........................ 36
2.1.8.4 Laporan Perubahan Ekuitas ............... 37
2.1.8.5 Neraca ............................................... 37
2.1.8.6 Laporan Arus Kas .............................. 38
2.1.8.7 Catatan Atas Laporan Keuangan........ 38
2.1.12 Kendala Informasi Yang Andal dan Relevan .. 39
2.1.13 Pengaruh Penerpan Sistem Akuntansi
Keuangan Pemerintah Pusat Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah .......
41
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................ 42
2.3 Kerangka Pemikiran ............................................... 44
2.4 Hipotesis Penelitian ................................................. 49
BAB III Metodologi Penelitian .................................................... 50
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................. 50
3.2 Populasi dan Sampel ............................................... 50
3.3 Teknik Pengumpulan Data ..................................... 52
3.4 Operasional Variabel Penelitian ............................. 53
3.4.1 Variabel Independen .................................... 53
3.4.2 Variabel Dependen ...................................... 54
3.5 Metode Analisi Data ............................................. 56
xi
3.5.1 Uji Validitas ................................................. 56
3.5.2 Uji Reliabilitas ............................................. 58
3.6 Pengujian Hipotesis ............................................... 59
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif ........................ 59
3.6.2 Uji Asumsi Klasik ........................................ 60
3.6.3 Analisi Regresi Linier ................................. 60
3.6.4 Analisis Koefisien Korelasi Rank Spearman.. 62
3.6.5 Analisis Koefisien Determinasi .................... 64
3.6.6 Pengujian Hipotesis ...................................... 64
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1. Gambaran Umum Responden ............................... 67
4.2. Deskripsi Data ....................................................... 69
4.2.1 Instrumen Penelitian .................................... 69
4.2.2 Teknik Pengumpulan Data .......................... 70
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ............................... 86
4.3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas .............. 86
4.3.1.1 Hasil Uji Validitas ........................... 86
4.3.1.2 Hasil Pengujian Reliabilitas ............. 88
4.3.2 Analisis Data Kuesioner .............................. 90
4.3.2.1 Uji Asumsi Klasik ............................ 90
4.3.2.2 Analisis Data Untuk Uji Hipotesis ... 92
4.4. Pengujian Hipotesis .............................................. 97
BAB V Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan ............................................................. 99
5.2. Saran ...................................................................... 101
Daftar Pustaka
Lampiran
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah LKKL, LKBUN dan Opini BPK ........................... 6
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................... 43
Tabel 3.1 Operasional Varibel Sistem Akuntansi keuangan
dan kualitas Pelaporan Keuangan ........................................
54
Tabel 3.2 Interval Koefisien ................................................................ 64
Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Usia ................................... 67
Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... 68
Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Masa Kerja ........................ 68
Tabel 4.4 Data Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir ........... 69
Tabel 4.5
Satker membuat laporan hasil keuangan tiap periode .......
71
Tabel 4.6 Tujuan pembuatan laporan keuangan diketahui oleh
pegawai .............................................................................
71
Tabel 4.7 Pembuatan laporan keuangan disusun sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) ...........................
72
Tabel 4.8
Setiap transaksi keuangan dilakukan identifikasi dokumen
sumbernya .........................................................................
73
Tabel 4.9 Setiap transaksi keuangan di dukung oleh bukti transaksi .. 73
Tabel 4.10 Pencatatan transaksi keuangan dilakukan secara kronologis 74
Tabel 4.11
Transaksi keuangan diklasifikasikan sesuai dengan pos-pos
semestinya ............................................................................
75
Tabel 4.12 Laporan keuangan dilaporkan secara berjenjang setiap
xiii
bulan, triwulanan, semesteran dan tahunan ....................... 75
Tabel 4.13 Pelaksanaan rekonsiliasi internal dilakukan tiap bulan ..... 76
Tabel 4.14 Pelaksanaan rekonsiliasi dengan KPPN ............................. 77
Tabel 4.15 Laporan keuangan sebagai alat pengambil keputusan ....... 77
Tabel 4.16 Penyajian informasi pada laporan keuangan sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya .....................................
78
Tabel 4.17
Kepala Satker melakukan cross chek data untuk
menghindari kesalahan material dan bias pada laporan
keuangan ............................................................................
79
Tabel 4.18 Laporan keuangan digunakan sebagai alat pengawasan ... 79
Tabel 4.19 Laporan keuangan digunakan sebagai bahan perencanaan
untuk tahun yang akan datang .........................................
80
Tabel 4.20 Laporan keuangan menyampaikan informasi yang
diperlukan oleh manajemen ............................................
81
Tabel 4.21
Laporan keuangan menghasilkan informasi yang dapat
diperbandingkan dengan laporan keuangan periode
sebelumnya .................................................................
81
Tabel 4.22 Laporan keuangan menghasilkan informasi yang dapat
dibandingkan dengan entitas lain yang menerapkan
kebijakan akuntansi yang sama ........................................
82
Tabel 4.23 Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat
diuji, dan apabila pengujian dilakukan oleh pihak lain,
hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda
xiv
jauh .................................................................................... 83
Tabel 4.24 Seluruh informasi yang disajikan dalam Laporan keuangan
(Neraca, LRA, dan CaLk) dapat dipahami dengan mudah ..
84
Tabel 4.25
Informasi dalam laporan keuangan dinyatakan dalam
istilah yang mudah dipahami ............................................
84
Tabel 4.26 Setiap informasi dalam laporan keuangan disertai dengan
penjelasan yang rinci sehingga kekeliruan dalam
interpretasi dan penggunaan informasi tersebut dapat
dicegah ................................................................................
85
Tabel 4.27 Pengujian Validitas Sistem Akuntansi Keuangan ............. 87
Tabel 4.28 Pengujian Validitas Kualitas Laporan Keuangan .............. 88
Tabel 4.29 Pengujian Reliabilitas Sistem Akuntansi Keuangan ......... 89
Tabel 4.30 Pengujian Reliabilitas Sistem Akuntansi Keuangan ........ 89
Tabel 4.31 Uji Normalitas ...................................................................
91
Tabel 4.32 Deskriptisi Statistik..........................................................
93
Tabel 4.33 Nilai Koefisien Penggunaan Sistem Akuntasi Keuangan ..
93
Tabel 4.34 Nilai korelasi variabel X dan variabel Y. ....................... ... 95
Tabel 4.35 Ringkasan Model ................................................................
95
Tabel 4.36 ANOVA...............................................................................
95
Tabel 4.37 Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi .......................... 96
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran pengaruh sistem akuntansi
keuangan terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan ...
48
Gambar 2.2 Paradigma Kerangka Pemikiran ........................... 49
Gambar 4.1 Scatterplot Sistem Akuntansi Keuangan ............. 91
Gambar 4.2 Daerah Penentuan Ho ........................................ 98
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tata kelola pemerintah yang baik (good goverment governance) dibutuhkan
oleh setiap negara guna mewujudkan pengelolaan pemerintahan yang adil dan
transparan. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan
pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu
dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintahan yang telah
diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan keuangan
pemerintah tersebut sangat dipengaruhi oleh kepatuhan terhadap standar
akuntansi dan didukung oleh sebuah sistem akuntansi yang handal.
Menurut pemaparan Rohman (2009), Untuk mewujudkan kinerja
pemerintah yang memuaskan berupa tata kelola pemerintah yang baik (good
goverment governance), pemerintah terus melakukan berbagai upaya perbaikan
untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
negara, salah satunya dengan penyempurnaan sistem akuntansi dan administrasi
negara secara menyeluruh. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan
menerbitkan peraturan perundangan tentang pengelolaan keuangan negara.
Hal diatas diperkuat dengan telah dilakukanya reformasi manajemen
keuangan negara pada pemerintah pusat dengan diberlakukannya paket undang-
undang bidang keuangan negara, yaitu Undang-Undang No. 17 Tahun 2003
2
tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara Pasal 31(ayat 1) menyatakan bahwa Presiden
menyampaikan rancangan Undang-undang tentang pertanggungjawaban APBN
kepada DPR berupa Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun
anggaran berakhir. Laporan Keuangan yang disusun mewajibkan adanya Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagai basis penyusunan bagi instansi
pemerintah.
Tujuan penting reformasi akuntansi dan administrasi sektor publik adalah
akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan pemerintah pusat
maupun daerah (Badjuri dan Trihapsari, 2004). Selanjutnya Badjuri dan
Trihapsari (2004) mengatakan bahwa akuntabilitas dan transparansi tersebut
dimaksudkan untuk memastikan bahwa pengelolaan keuangan pemerintah yang
dilakukan aparatur pemerintah berjalan dengan baik. Hal tersebut seiring dengan
tuntutan masyarakat agar organisasi sektor publik meningkatkan kualitas,
profesionalisme dan akuntabilitas publik dalam menjalankan aktivitas
pengelolaan keuangan pemerintah pusat.
Laporan Keuangan merupakan media bagi sebuah entitas dalam hal ini
pemerintah untuk mempertanggungjawabkan kinerja keuangannya kepada
publik. Pemerintah harus mampu menyajikan laporan keuangan yang
mengandung informasi keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan yang
3
dihasilkan oleh pemerintah akan digunakan oleh beberapa pihak yang
berkepentingan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Informasi akan bermanfaat apabila informasi tersebut dapat mendukung
pengambilan keputusan dan dapat dipahami oleh para pemakai. Oleh karena itu,
pemerintah wajib memperhatikan informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan untuk keperluan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan
keputusan. Dalam SAP dijelaskan bahwa laporan keuangan berkualitas itu
memenuhi karakteristik, yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat
dipahami (Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010).
Yuliani dkk. (2010) yang menemukan pemahaman akuntansi, pemanfaatan
sistem akuntansi keuangan daerah dan peran internal audit berpengaruh positif
terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah kota Banda Aceh. Sedangkan
kompetensi SDM, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, pemanfaatan
teknologi informasi dan sistem pengendalian intern mempunyai pengaruh positif
dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah (Nurillah,
2014).
Menurut Warren (2008:10) akuntansi adalah sistem informasi yang
menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai
aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan ini
meliputi kreditor, pemasok, investor karyawan, serta pemilik perusahaan.
Selain itu, hal yang mendasar dan penting dari penerapan akuntansi di dalam
penyusunan laporan keuangan pemerintah salah satunya adalah sistem akuntansi.
Sebagaimana pengertian dari sistem akuntansi keuangan yaitu serangkaian
4
prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai
dengan pelaporan keuangan, dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dilakukan dengan menggunakan
aplikasi komputer Sistem Akuntansi Keuangan (SAK).
Untuk menghasilkan laporan keuangan pemerintah yang berkualitas
dibutuhkan sumber daya manausia yang memahami dan kompeten dalam
akuntansi pemerintahan, keuangan, maupun organisasional tentang
pemerintahan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kompetensi aparatur
pemerintah yang terlibat dalam penyusunan laporan keuangan. Pendidikan dan
pelatihan diarahkan pada peningkatan kompetensi yang dibutuhkan. Terbatasnya
pegawai yang berlatar belakang pendidikan bidang akuntansi menjadikan
kurangnya pemahaman dan penguasaan bagi aparatur satuan kerja dalam
mengelola keuangan dengan baik dan benar.
Fenomena pelaporan keuangan pemerintah di Indonesia merupakan
sesuatu hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Dari berbagai tulisan yang
berhasil di-download dari internet, ternyata di dalam laporan keuangan
pemerintah masih banyak disajikan data-data yang tidak sesuai. Seperti yang
dikemukakan oleh Agung Firman Sampurna, BPK menemukan kelemahan
Sistem Pengendalian Intern (SPI) dan ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundangan. Kelemahan SPI biasanya berupa ketidaktertiban pengelolaan aset,
kelemahan dalam pengelolaan bantuan sosial baik dari segi peganggaran,
pengendapan dana bansos di pihak ketiga dan pertanggungjawaban yang tidak
sesuai ketentuan. Atas temuan-temuan tersebut, BPK menurunkan opini 6
5
Kementerian/Lembaga atas Laporan Keuangan LKKL Tahun Anggaran 2012.
(Bisnis.com, 27 Juni 2013).
Masih banyaknya penyimpangan-penyimpangan yang berhasil ditemukan
oleh BPK dalam pelaksanaan audit laporan keuangan pemerintah membuat
tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good
governance government) meningkat. Hal itu juga yang telah mendorong
pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menerapkan akuntabilitas publik.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP) menyatakan bahwa pemerintah menyusun sistem
akuntansi pemerintah yang mengacu pada SAP, yang merupakan suatu standar
penyusunan laporan keuangan milik pemerintah yang disusun dalam bentuk
prinsip-prinsip akuntansi dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah. Dengan demikian, SAP merupakan persyaratan dalam upaya
meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia.
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan No. 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011. Peraturan Menteri Keuangan ini
mengemukakan bahwa kementerian maupun lembaga wajib menyelenggarakan
Sistem Akuntansi Keuangan dengan membentuk unit-unit akuntasi atau entitas
akuntansi.
Sistem Akuntansi Keuangan Laporan keuangan dibuat untuk menyajikan
informasi yang relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipercaya
6
berkenaan dengan posisi keuangan serta data transaksi yang dicatat oleh suatu
entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Setiap tahunnya laporan
keuangan pemerintah mendapat penilaian dari auditor pemerintah yaitu BPK
yang berupa opini. Macam-macam opini yang diberikan oleh BPK yaitu : Opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP),
Opini Tidak Wajar dan Pernyataan Menolak memberikan Pendapat (disclaimer).
Pada saat BPK memberikan opini WTP pada laporan keuangan pemerintah pusat
berarti laporan keuangan sudah memenuhi syarat.
Tabel 1.1
Jumlah LKKL, LKBUN dan Opini BPK
OPINI BPK
CAPAIAN OPINI
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Wajar Tanpa Pengecualian/WTP
(Unqualified)7 16 35 45 53 67 69
Wajar Dengan Pengecualian/WDP
(Qualified)38 31 30 26 29 18 22
Tidak Menyatakan Pendapat/TMP
(Disclaimer)36 33 18 8 2 2 3
Tidak Wajar (Adversed) - 1 - - - -
Jumlah 81 81 83 79 84 87 94
Sumber: IHPS BPK Tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012.
Daftar opini LKKL sesuai tabel 1.1 menunjukkan bahwa dalam Ikhtisar
Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I tahun 2013 (http://www.bpk.go.id),
Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga tahun 2012 menggambarkan kenaikan
dari opini Wajar Tanpa Pengecualian dan Wajar Dengan Pengecualian
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan
sistem pengelolaan dan tingkat tanggung jawab dalam pelaporan keuangan
pemerintah.
7
Hasil evaluasi oleh BPK menunjukkan bahwa Laporan Keuangan
Kementerian/Lembaga yang memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian dan
Wajar Dengan Pengecualian pada umumnya memiliki pengendalian intern yang
memadai, sedangkan untuk laporan keuangan dengan opini Tidak Wajar dan
Pernyataan Menolak memberikan Pendapat (disclaimer) memerlukan perbaikan
pengendalian intern dalam hal ini keandalan informasi yang disajikan dalam
Laporan Keuangan. BPK menemukan beberapa kasus kelemahan sistem
pengendalian akuntansi dan pelaporan, terdiri atas :
1. Pencatatan tidak atau belum dilakukan secara akurat
2. Proses penyusunan laporan keuangan tidak sesuai dengan ketentuan
3. Terlambat menyampaikan laporan
4. Sistem informasi akuntansi dan pelaporan belum didukung SDM yang
memadai.
Penerapan sistem akuntansi keuangan merupakan proses yang
berkesinambungan dan terpadu. Dampak yang dihasilkan dari penerapan
sistem ini tidak dapat dilihat dalam waktu yang singkat. Pemahaman tentang
faktor- faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan dalam
pengenalan sistem akuntansi yang baru, khususnya pada konteks pemerintahan
adalah penting. Keberhasilan atau kegagalan penerapan akuntansi
keuangan pada pemerintah tidak lepas dari peran satuan kerja dan pengaruh
dari faktor-faktor yang ada pada satuan kerja tersebut, mulai dari faktor
sumber daya manusia, faktor organisasional seperti kualitas teknologi
informasi atau sistem akuntansi keuangan tersebut.
8
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Sistem
Akuntansi Keuangan terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan (Studi
Kasus Pada Badan Pengawas Obat dan Makanan)”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, peneliti
mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Keterlambatan penyampaian laporan keuangan yang dapat berdampak buruk
bagi kinerja pemerintah di masa mendatang dikarenakan satuan kerja yang
kurang kompeten.
2. Permasalahan dalam sistem akuntansi keuangan pemerintah pada umumnya
terkait dengan kurangnya pemahaman terhadap Sistem Akuntnasi Keuangan,
lemahnya pengendalian internal, kurangnya komitmen dan dukungan
pimpinan satuan kerja, tidak dibentuknya tim atau unit akuntansi pelaksana,
serta beberapa kelemahan lain yang berbeda antar satuan kerja yang
menyebabkan rendahnya kualitas laporan keuangan.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah pengaruh
penerapan sistem akuntansi keuangan terhadap kualitas pelaporan keuangan pada
satuan kerja di Badan Pengawas Obat dan Makanan.
9
1.4. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti
adanya pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan terhadap kualitas pelaporan
keuangan di Badan Pengawas Obat dan Makanan.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
penerapan sistem akuntansi keuangan terhadap kualitas Pelaporan Keuangan di
Badan Pengawas obat dan Makanan.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat kepada pihak-pihak yang
membutuhkan, yaitu :
1. Bagi Peneliti, untuk menambah pengetahuan terhadap akuntansi keuangan
pemerintah.
2. Bagi Badan Pengawas Obat dan Makanan, hasil penelitian ini diharapkan
menjadi masukan bagi pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan sistem
akuntansi yang telah ada dalam menghasilkan kualitas laporan keuangan
pada satuan kerja yang berada di Lingkungan Badan POM.
3. Bagi akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bagi
para akademisi yang akan melakukan penelitian selanjutnya.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Sistem
Pada dasarnya sistem adalah suatu kumpulan atau himpunan dari unsur,
komponen, atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi,
saling tergantung sama lain dan terpadu (Davis:1998). Sistem bertujuan
menyediakan informasi untuk membantu pengambilan keputusan
manajemen operasi perusahaan dari hari ke hari serta menyediakan
informasi yang layak bagi pihak luar perusahaan.
Dalam membahas sistem informasi akuntansi perlu dibedakan antara
sistem dan prosedur. Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat
menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan perusahaan.
Sedangkan prosedur adalah suatu kegiatan klerikal, biasanya melibatkan
beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih yang dibuat untuk
menjamin penanganan secara seragam terhadap transaksi perusahaan yang
terjadi secara berulang-ulang.
Menurut Azhar Susanto (2008:24), Sistem adalah kumpulan/group dari
subsistem/bagian/komponen apapun baik fisik ataupun non fisik yang saling
berhubungan satu sama lain dan bekerjasama secara harmonis untuk
mencapai satu tujuan tertentu. Demikian pula menurut Robert dan Vijay
(2005:7), Sistem merupakan suatu cara tertentu dan bersifat repetitif untuk
melaksanakan suatu kelompok aktivitas.
11
Sementara itu, Romney dan Steinbart (2006:2), berpendapat bahwa sistem
merupakan serangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling
berhubungan dan berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
Dari beberapa definisi mengenai sistem, dapat ditarik kesimpulan bahwa
sistem merupakan kumpulan dari unsur atau bagian yang berhubungan dan
bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan. Unsur atau
bagian tersebut bisa merupakan prosedur-prosedur atau subsistem-subsistem
yang terkumpul dan diatur sedemikian rupa untuk mencapai suatu sistem
yang diinginkan.
2.1.2. Informasi
Dalam konteks Akuntansi, Azhar Susanto (2008:38) menjelaskan bahwa
pengertian informasi adalah hasil dari pengolahan data yang memberikan arti
dan manfaat. Kusrini dan Andri Koniyo (2007:7), mengemukakan bahwa
informasi adalah data yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti
bagi pengguna, yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau
mendukung sumber informasi.
Dari pengertian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa data
harus diolah terlebih dahulu agar dapat menjadi informasi yang berguna
untuk pemakai informasi. Yang bersumber dari suatu pengolahan data harus
merupakan suatu informasi yang memenuhi kriteria tepat waktu, relevan dan
handal.
Dari uraian tentang informasi, ada tiga hal penting yang harus
diperhatikan menurut Azhar Susanto (2008:38) yaitu sebagai berikut:
1. Informasi merupakan hasil pengolahan data
12
2. Memberikan makna atau arti
3. Berguna atau bermanfaat.
Menurut Mc. Leod dalam Azhar Susanto (2008:38-39) suatu informasi
yang berkualitas harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Akurat
Artinya informasi harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
2. Tepat Waktu
Artinya informasi itu harus tersedia atau ada pada saat informasi
tersebut diperlukan, tidak besok atau tidak beberapa jam lagi.
3. Relevan
Artinya informasi yang diberikan harus sesuai dengan yang dibutuhkan
oleh individu yang ada di berbagai tingkatan dan bagian dalam
organisasi.
4. Lengkap
Maksudnya informasi harus diberikan secara lengkap.
Dan menurut Gelinas dalam Azhar Susanto (2008:39) ciri-ciri informasi
yang lain yang lebih detail dibandingkan dengan apa yang diusulkan oleh Mc.
Leod (2008), ciri-ciri tersebut adalah:
1. Efektifitas
Artinya informasi harus sesuai dan secara lengkap mendukung
kebutuhan pemakai dalam mendukung proses bisnis dan tugas
pengguna serta disajikan dalam waktu dan format yang tepat, konsisten
dengan format sebelumnya sehingga mudah dimengerti.
13
2. Efisiensi
Artinya informasi yang dihasilkan melalui penggunaan sumber daya
yang optimal.
3. Confidensial
Artinya informasi sensitif terlindungi dari pihak yang tidak berwenang.
4. Integritas
Artinya informasi yang dihasilkan harus merupakan hasil pengolahan
data yang terpadu dan aturan yang berlaku.
5. Ketersediaan
Artinya informasi yang diperlukan harus selalu tersedia kapanpun saat
diperlukan. Untuk itu diperlukan pengamanan terhadap sumber daya
informasi.
6. Kepatuhan
Artinya informasi yang dihasilkan harus patuh terhadap undang-
undang atau peraturan pemerintah serta memiliki tanggung jawab baik
terhadap pihak internal maupun pihak eksternal organisasi perusahaan.
7. Kebenaran informasi
Artinya informasi telah disajikan oleh sistem informasi dengan benar
dan dapat dipercaya sehingga dapat digunakan oleh manajemen untuk
mengoperasikan perusahaan.
2.1.3. Definisi Akuntansi
Ada beberapa pengertian akuntansi yang diungkapkan oleh penulis,
dalam penelitian ini untuk meningkatkan pengetahuan di bidang akuntansi
sebelum American Acounting Association (AAA) dalam Soemarso SR. (1996
14
: 5) mendefinisikan akuntansi sebagai proses pengidentifikasian, pengukuran
dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian-
penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan
informasi tersebut.
Akuntansi juga merupakan media komunikasi dalam dunia usaha, dimana
penerapan akuntansi yang berlaku di setiap perusahaan/instansi itu berbeda.
Hal ini tergantung pada jenis usaha atau badan usaha, besar atau kecilnya
perusahaan/instasi, rumit dan tidanya masalah keuangan perusahaan.
Akuntansi dapat berjala dengan baik jika ditunjang dengan sistem yang
memadai serta sesuai dengan kebutuhan.
Sugiyanto (1995) mengatakan bahwa akuntansi terdiri dari tiga bidang
utama yaitu, akuntansi komersial (Commercial accounting), akuntansi
pemerintahan (goverment accounting), dan akuntansi sosial (social
accounting). Dalam akuntansi komersial, data akuntansi digunakan untuk
memberikan informasi kepada manajemen, pemilik modal, penanaman
modal, kreditur dan pihak-pihak lain yang berkepentingan bagi perusahaan
tersebut. Dalam akuntansi pemerintahan data yang digunakan untuk
memberikan informasi ekonomi dan keuangan pemerintah baik daerah
maupun pusat kepada pihak eksekutif, legisatif, yudikatif dan masyarakat.
Sementara akuntansi sosial merupakan bidang akuntansi dimana
membahas tentang neraca pembayaran negara, rekening arus dana, rekening
pendapatan dan produksi nasional yang diterapkan pada lembaga makro yang
melayani perekonomian nasional.
15
Dalam ilmu akuntansi terdapat sistem pencatatan dan dasar akuntansi.
Adanya sistem pencatatan disebabkan oleh salah satu tahap dalam akuntansi
yaitu tahap pencatatan. Sedangkan dasar akuntansi digunakan untuk
menentukan saat pencatatan.
2.1.4. Sistem Informasi Akuntansi
2.1.4.1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Mulyadi (2011:2), Sistem Informasi Akuntansi adalah
sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain yang
berfungsi bersama - sama untuk mencapai tujuan tertentu. Dari definisi
tersebut dapat dirinci lebih lanjut pengertian umum mengenai sistem yaitu
sebagai berikut :
a. Setiap sistem terdiri dari unsur- unsur
b. Unsur- unsur tersebut adalah bagian yang terpadu dari sistem yang
bersangkutan
c. Unsur suatu sistem bekerja sama untuk mencapai tujuan sistem
d. Suatu sistem merupakan bagian dari sistem yang lain yang lebih besar.
Suatu sistem yang baik sangat dibutuhkan bagi suatu perusahaan
dalam menjalankan operasi usahanya, dimana sistem tersebut harus
disesuaikan dengan keadaan dan kondisi perusahaan. Keberadaan sistem
tersebut dapat membantu tugas- tugas unit organisasi yang terkait. Sistem
perusahaan akan menggunakan sistem yang paling sesuai dengan aktivitas
perusahaan yang dijalankan, sederhana dalam pelaksana serta mudah dalam
pengawasannya.
16
Menurut Bodnar dan Hopwood (2003:1) : Sistem Informasi Akuntansi
adalah kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang
dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi
informasi.
Menanggapi pengertian dari Sistem Akuntansi ini, Bastian
(2007:151) mendefinisikan sistem akuntansi ini sebagai berikut, Sistem
Akuntansi adalah organisasi formulir,catatan dan laporan yang
dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi yang
dibutuhkan oleh manajemen guna menentukan dasar kebutuhan informasi.
2.1.4.2. Tujuan Utama Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2006:257), terdapat tiga tujuan
utama sistem informasi akuntansi, yaitu :
1. Memproses transaksi untuk tujuan akuntansi
2. Memelihara pengendalian yang memadai untuk memastikan
integritas data organisasi dan menjaga asetnya
3. Memberikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan.
2.1.4.3. Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Azhar Susanto (2008:207), komponen-komponen dari Sistem
Informasi Akuntansi adalah sebagai berikut :
1. Hardware
2. Software
3. Brainware
4. Prosedur
17
5. Database
6. Teknologi Jaringan Telekomunikasi
Sedangkan penjelasan dari masing-masing komponen diatas dijelaskan
sebagai berikut :
• Hardware
Hardware atau perangkat keras merupakan peralatan phisik yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan, memasukkan, memproses, menyimpan
dan mengeluarkan hasil pengolahan data dalam bentuk informasi.
Hardware terdiri antara lain input, proses dan output.
• Software
Software atau perangkat lunak adalah kumpulan dari program-program
yang digunakan untuk menjalankan aplikasi tertentu pada komputer.
Software dapat dikelompokkan menjadi perangkat lunak sistem (System
Software) dan perangkat lunak aplikasi (Application Software) contohnya
sistem operasi, software aplikasi siklus produksi, software aplikasi siklus
penerimaan, software aplikasi siklus pengeluaran, laporan keuangan dan
lain-lain.
• Brainware
Brainware atau merupakan sumber daya manusia yang menjalankan
sistem merupakan sumber daya yang terlibat dalam pembuatan sistem
informasi, pengumpulan dan pengolahan data, pendistribusian dan
pemanfaatan informasi. Brainware terdiri antara lain manajer, analis
sistem informasi, ahli komunikasi, administrator database, programmer
dan operator.
18
• Prosedur
Prosedur merupakan rangkaian aktivitas transaksi dalam siklus, terdiri
antara lain penerimaan, produksi, pengeluaran, penerimaan dan
pengeluaran kas dan laporan keuangan.
• Database
Data merupakan fakta baik dalam bentuk angka-angka, huruf-huruf atau
apapun yang dapat digunakan sebagai input dalam proses yang
menghasilkan informasi. Database merupakan simpanan data dalam
hardware atau software, contohnya eksternal data keuangan, konseptual
data keuangan, internal data keuangan.
• Teknologi Jaringan Telekomunikasi
Jaringan komunikasi atau network adalah penggunaan media elektronik
atau cahaya untuk memindahkan data atau informasi dari satu lokasi ke
satu atau beberapa lokasi lain yang berbeda. Jaringan komunikasi terdiri
dari server, terminal, network card, switching hub, saluran komunikasi
seperti LAN, WLAN dan lain-lain.
Dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen sistem informasi
akuntansi memiliki komponen yang kompleks dimulai dari penyusunan dan
input data, proses dan outputnya demi menghasilkan informasi yang akurat
dan berguna bagi pemakainya. Dalam proses pembuatan sistem informasi
akuntansi sebaiknya diperhatikan penggunaan seluruh komponen tersebut
demi kelancaran sistem dan output yang diharapkan.
19
2.1.5. Kualitas Laporan Keuangan
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 menjelaskan karakteristik
kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu
diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.
Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang
diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas
yang dikehendaki:
1. Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat
di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan
membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini
dan memprediksi masa depan serta menegaskan atau mengoreksi hasil
evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian informasi laporan
keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud
penggunaannya. Informasi yang relevan yaitu :
a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan alat
mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.
b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa
yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
c. Tepat waktu
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh
dan berguna dalam pengambilan keputusan.
20
d. Lengkap
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap
mungkin yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang melatar
belakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan
keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam
penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
2. Andal
Informasi Dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur,
serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat
atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi
tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal
memenuhi karakteristik.
a. Penyajian Jujur
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat
diharapkan untuk disajikan.
b. Dapat Diverifikasi (verifiability)
Informasi yang disajikan Dalam laporan keuangan dapat diuji,
dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang
berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda
jauh.
21
c. Netralitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada
kebutuhan pihak tertentu.
3. Dapat dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih
berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode
Sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada
umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal.
Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas
menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.
Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang
diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila
entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik
daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan
tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.
4. Dapat dipahami
Informasi yang disajikan Dalam laporan keuangan dapat dipahami
oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan
lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna
untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
22
2.1.6. Akuntansi Pemerintahan
2.1.6.1. Pengertian Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi pemerintahan di beberapa sumber disebut dengan akuntansi
sektor publik. Secara organisasi akuntansi, domain publik antara lain meliputi
pemerintah, BUMN/BUMD, universitas, yayasan dan organisasi nirlaba
lainnya.
Menurut Goverment Accounting Standard 1987 seperti yang dikutip
Freeman (1998:36), pengertian akuntansi pemerintahan adalah :“Goverment
accounting is an integral of accounting discipline. It is founded on the basic
concept nderlying the accounting discipline as a whole and shares man
characteristics with commercial accounting”. Pernyataan tersebut
menjelaskan bahwa akuntansi pemerintah adalah suatu kesatuan ilmu
akuntansi yang bersandar pada konsep ilmu akuntansi secara menyeluruh dam
memiliki berbagai kesamaan dengan akuntansi komersial.
Indra Bastian (2006:15) mendefinisikan Akuntansi Sektor Publik
sebagai, “mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada
pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan
departemen-departemen dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN, LSM dan
yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerjasama sektor publik”.
2.1.6.2. Karakteristik Organisasi Pemerintahan
Menurut Mardiasmo (2006:8) karakteristik dari organisasi pemerintah
atau sektor publik dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu :
23
1. Tujuan organisasi
Organisasi sektor publik atau organisasi pemerintah memiliki tujuan
bukan untuk memaksimalkan laba, melainkan pemebrian pelayanan publik
(public service) seperti pendidikan, kesehatan masyarakat, enegak hukum
dan sebagainya. Meskipun tujuan utama sektor publik adalah pelayanan
publik bkan erarti organisasi sektor publik sama sekali tidak memiliki
tujuan yang bersifat finansial. Usaha pemerintah untuk meningkatkan
penerimaan negara, peningkatan laba pada perusahaan-perusahaan milik
negara atau milik daerah (BUMN/BUMD .
2. Sumber Pembiayaan
Sumber pendanaan atau sumber pembiayaan pada sektor publik
berasala dari pajak minyak dan gas, Penerimaan Bukan pajak (PNBP),
laba perusahaan milik negara, pinjaman luar negeri, obligasi dan
pendapatan lain-lain yang sah serta tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang telah ditetapkan.
3. Pola Pertanggungjawaban
Pada organisasi sektor publik, manajemen bertanggungjawab kepada
masyarakat karena sumber dana yang digunakan organisasi sektor publik
dalam rangka pemberian pelayanan publik berasal dari masyarakat (public
funds). Pola pertanggungjawaban pada organisasi sektor publik bersifat
vertikal dan horizontal. Pertanggungjawaban vertikal (vertical
accountability) adalah pertanggungjawaban kepada otoritas yang lebih
tinggi, sedagkan pertanggungjawaban horizontal (horizontal
accountability) adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
24
4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi sektor publik bersifat birokratis, kakau dan
hierarkis. Struktur organisasi sangat berpengaruh pada politik seperti
tipologi pemimpin, termasuk pilihan dan orientasi kebijakan politik akan
sangat berpengaruh terhadap pilihan struktur birokrasi pada organisasi
sektor publik.
5. Karakteristik Anggaran
Pada organisasi sektor publik rencana anggaran dipublikasikan kepada
masyarakat secara terbuka untuk dikritisi dan didiskusikan. Anggaran
bukan lagi sebagai rahasia negara.
6. Sistem Akuntansi
Organisasi sektor publik menggunakan sistem cash toward to accrual
artinya adalah pelaporan keuangan menggunakan basis kas pada anggaran
dan pendapatan, sedangkan neraca sudah menggunakan basis akrual.
Namun pada tahun 2015, semua Kementerian/Lembaga harus sudah
menggunakan basis akrual dalam pelaporannya.
2.1.6.3. Karakteristik Akuntansi Pemerintahan
Menurut Baldric dan Boni Siregar (2001:9), terdapat dua jenis batasan
hukum dan administrasi yang ditekankan pada proses akuntansi dan
pelaporan keuangan organisasi pemerintah, yaitu :
1. Penggunaan Dana
Dalam akuntansi pemerintah bukan merupakan jumlah aktiva yang
disisihkan untuk tujuan tertentu, melainkan merupakan suatu kesatuan
25
akuntansi dan fiskal yang memeiliki seperangkat akun yang berimbang
sendiri untuk mencatat kas dan sumber keuangan lain, bersama-sama
denagn saldo ekuitas,serta perubahan-perubahan yang terjadi untuk
mencapai tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dan batasan-batasan lain.
2. Peranan Anggaran
Anggaran pada akuntansi pemerintah ditujukan untuk perencanaan
dan pengawasan aktivitas yang dilakukan. Satu hal yang membedakan
anggaran dalam organasisasi pemerintah denagn organisasi komersial
terletak pada perencanaanya.
2.1.6.4.Tujuan Akuntansi Pemerintahan
Adapun tujuan dari akuntansi pemerintahan adalah sebagai berikut:
1. Pertanggungjawaban (accountability and stewardship)
Tujuan pertanggungjawaban adalah memberiakn informasi keuangan
yang lengkap, cermat, berbentuk dan waktu yang tepat serta berguna bagi
pihak yang bertanggungjawab terhadap operasi unit-unit pemerintah.
Lebih lanjut tujuan pertanggungjawaban ini mewajibkan setiap orang atau
badan yang mengeloal keuangan negara memberikan pertanggungjawaban
atau perhitungan.
2. Manajerial
Tujuan manajerial berarti bahwa akuntansi pemerintahharus
menyediakan informasi keuangan yang diperlukan untuk perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian anggaran,
26
perumusan kebijakan, pengambilan keputusan dan penilaian kinerja
pemerintah.
3. Pengawasan
Tujuan pengawasan memiliki arti bahwa akuntansi pemerintah harus
memungkinkan terselenggaranya pemeriksaan oleh aparat pengawasan
fungsional secara efektif dan efisien.
2.1.7. Sistem dan Prosedur Pencatatan
Sebelum era reformasi, Pengertian pencatatan dalam akuntansi adalah
pembukuan, padahal menurut akuntansi pengertiannya adalah sistem
pencatatan. Menurut Abdul halim (2012:45) terdapat beberapa sistem
pencatatan yaitu single entry, double entry dan triple entry. Pembukuan hanya
menggunakan sistem pencatatan singe entry, sedangkan sistem akuntansi
dapat menggunakan ketiga sistem pencatatan tersebut.
1. Single entry
Sistem pencatatan single entry sering disebu juga dengan sistem tata
buku tunggal. Dalam sisitem ini pencatatan transaksi ekonomi dilakukan
dengan mencatatnya satu kali saja.
Sistem pencatatan singe entry atau tata buku memeiliki kelebihan,
diantaranya sederhana dan mudah dipahami. Tetapi sistem ini juga
memiliki kelemahan, antara lain; kurang bagus untuk pelaporan dan sulit
untuk menemukan kesalahan pembukuan yang terjadi.
27
2. Double entry
Sistem pencattan double entry sering disebut juga dengan sistem tata
buku berpasangan, dimana transaksi ekonomi akan dicatat dua kali.
Pencatatan dengan sistem ini disebut degan istilah menjurnal. setiap
pencatatan harus menjaga keseimbangan persamaan dasar akuntansi.
Dengan menggunakan double entry accounting maka setiap transaksi
yang terjadi akan tercatat pada akun yag tepat, karena masing-masing akun
penyeimbang berfungsi sebagai media cross chek. selain ketepatan dalam
pencatatan akun, double entry juga memiliki kemampuan untuk mencatat
transaksi dalam jumlah nominal akurat, karena jumlah sisi debet harus
sama dengan jumlah sisi kredit.
3. Triple entry
Sistem pencatatan triple entry adalah pelaksanaan pencatatan dengan
menggunaka sistem pencatatan double entry, ditambah dengan pencatatan
pada buku anggaran. Oleh karena itu, sementara sistem pencatatan double
entry dijalankan, sub bagian pembukuan (bagian keuangan) juga mencatat
transaksi tersebut pada buku anggaran sehingga pencatatan tersebut akan
berefek pada sisa anggaran.
2.1.8. Penyajian Laporan keuangan
Mardiasmo (2004:37) memaparkan bahwa secara garis besar tujuan
umum penyajian Laporan Keuangan oleh pemerintah pusat adalah sebagai
berikut :
28
1. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam embuatan keputusan
ekonomi, sosial dan politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban dan
pengelolaan.
2. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja
manajerial dan organisasi.
Sedangkan secara khusus, tujuan penyajian Laporan Keuangan oleh
pemerintah pusat adalah sebagai berikut :
1. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi
aliran kas, saldo neraca dan kebutuhan sumber daya finansial jangka
pendek unit pemerintah.
2. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi
kondisi ekonomi suatu unit pemerintahan dan perubahan-perubahan yang
terjadi didalamnya.
3. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaianya
dengan peraturan peundang-undangan, kontrak yang telah disepakati dan
ketentuan lainnya yang dipersyaratkan.
4. Memberikan informasi perancangan dan penganggaran
5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manjerial dan
organisasional.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP) menyatakan bahwa pelaporan keuangan
pemerintah seharusnya menyajikan informasi bagi para pengguna dalam
menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial
maupun politik dengan cara:
29
1. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber
daya keuangan.
2. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan
untuk membiayai seluruh pengeluaran.
3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan entitas peaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai.
4. Menyediakan informasi mengenai bagaiman entitas pelaporan mendanai
seluruh kegiatanya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaanya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan
pajak dan pinjaman.
6. Menyediakan informasi megenai perubahan posisi keuangan entitas
pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan sebagai akibat
kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan
menyediakan informasi mengenai sumber dan penggunaaan sumber daya
keuangan maupun ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang
pelaksanaan anaggran, saldo anggaran lebih, surplus atau defisit Laporan
Operasianal (LO), aset, kewajiban, ekuitas dan arus kas suatu entitas
pelaporan.
30
2.1.9. Laporan Keuangan Pemerintah
Laporan keuangan merupakan suatu dasar finansial suatu entitas
ekonomi yang disusun secara sistematis oleh akuntan pada akhir periode atau
catatan yang memberikan informasi keuangan perusahaan yang telah
menjalankan perusahaan selama satu periode (biasanya satu tahun).
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:7): “ Laporan Keuangan
merupakan bagian dari pelaporan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya
meliputi neraca, laporan laba, laporan rugi, laporan perubahan posisi
keuanagn (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas,
laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan”.
Laporan Keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi
keuangan dan taransaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan.Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi
mengenai posisi keuangan, realisasi anggran, arus kas, dan kinerja keuangan
suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat
dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.
Laporan keuangan pemerintah diujukan untuk memenuhi tujuan umum
pelaporan keuangan, namun tidak memenuhi kebutuhan khusus pemakainya.
Disamping penyusunan laporan keuangan bertujuan umum, entitas pelaporan
dimungkinkan untuk meghasilkan laporan keuangan yang disusun untuk
kebutuhan khusus.
Mardiasmo (2006:160) mengatakan bahwa lembaga pemerintah
dituntut untuk dapat mebuat laporan keuangan eksternal yang meliputi
31
laporan keuangan formal seperti laporan surplus defisit, laporan realisasi
amggaran, laporan arus kas dan neraca serta kinerja dinyatakan dalam ukuran
finansial dan non finansial.
Pengguna laporan keuangan pemerintah menurut International
Federation of Accountans-Public Sector Committe (IFAC-PSC)
diklompokkan sebagai berikut :
1. Badan legislatif dan badan-badan lain yang mempunyai kewenangan
mengatur dan mengawasi
2. Badan legislatif merupakan pengguna utama dari laporan keuangan
pemerintah. Laporan keuangan tersebut akan memberikan informasi, yang
dapat membantu untuk mengetahui bagaimana pemerintah mengurus
sumber-sumber daya, ketaatan terhadap ketentuan-ketentuan perundang-
undangan, kinerja pemerintah dan kondisi keuangan.
3. Rakyat merupakan kelompok terbesar dari pengguna laporan, yang terdiri
dari pembayar pajak, pemilih, serta kelompok-kelompok yang mempunyai
ketertarikan khusus dan memperoleh pelayanan dan manfaat dari
pemerintah.
4. Investor dan kreditur. Pemerintah harus memberikan informasi-informasi
yang berguna kepada investor dan kreditur pemerintah pada akhirnya akan
berguna untuk penilaian kemampuan pemerintah dan membiayai kegiatan-
kegiatan serta memenuhi kewajiban pada komitmennya.
5. Pemerintah lain, badan internasional dan penyedia sumber lain
6. Pemerintah lain, badan internasional mempunyai ketertarikan terhadap
kebijakan-kebijakan yang diambil serta rencana- rencananya.
32
7. Analisis ekonomi dan keuangan. Para analisis ekonomi dan keuangan
termasuk media-media keuangan menelaah, menganalisis dan
menyebarkan hasil-hasilnya kepada para pemakai laporan yang lain.
Mereka melakukan evaluasi masalah-masalah ekonomi dan keuangan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa beban yang
diemban oleh suatu pelaporan sangat bervariasi karena makin banyak
informasi yang dibutuhkan baik oleh para pengambil keputusan maupun
rakyat sebagai pembayar pajak. Kebutuhan akan informasi itu
dilatarbelakangi oleh tujuan-tujuan berbeda seperti ekonomi, sosial bahkan
politik.
2.1.10. Tujuan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah
Mardiasmo (2004:37) memaparkan bahwa secara garis besar, tujuan
umum penyajian laporan keuangan oleh pemerintah adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan
ekonomi, sosial dan politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban
(accountability) dan pengelolaan (stewardship).
2. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja
manajerial dan organisasi.
Sedangkan secara khusus, tujuan penyajian laporan keuangan oleh
pemerintah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi
aliran kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumber daya finansial jangka
pendek unit pemerintah.
33
2. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi
kondisi ekonomi suatu unit pemerintahan dan perubahan-perubahan yang
terjadi di dalamnya.
3. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaian
dengan peraturan yang berlaku serta ketentuan-ketentuan lain.
4. Memberikan informasi untk perencanaan dan pegangggaran, serta untuk
memprediksi pengaruh pemilikan dan pembelanjaan sumber daya ekonomi
terhadap pencapaian tujuan operasional.
5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan
organisasional.
Sedangkam berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) menyatakan bahwa pelaporan keuangan
pemerintah seharusnya menyajikan informasi bagi para pengguna dalam
menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial
maupun politik dengan cara :
1. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber
daya keuangan.
2. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan
untuk membiayai seluruh pengeluaran.
3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasilnya yang telah
dicapai.
4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
34
5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaanya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan
pajak dan pinjaman.
6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas
pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan sebagai akibat
kegiatan yag dilakukan selama periode pelaporan.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan
informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya
keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan
anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit- Laporan operasional(LO),
aset, kewajiban, ekuitas dan arus kas suatu entitas pelaporan.
2.1.11. Komponen Laporan Keuangan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (Standar Akuntansi Pemerintah) laporan keuangan terdiri atas :
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
3. Laporan Operasional
4. Laporan Perubahan Ekuitas
5. Neraca
6. Laporan Arus Kas
7. Catatan atas Laporan Keuangan
35
2.1.11.1. Laporan realisasi anggaran
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyediakan informasi mengenai
anggaran dan realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-
LRA, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan. Informasi tersebut
berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan
mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan
entitas pelaporan terhadap anggaran karena menyediakan informasi-informasi
sebagai berikut:
a. Informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya
ekonomi.
b. Informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang
berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi
dan efektivitas penggunaan anggaran.
LRA menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi sumber
daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat
dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara
komparatif. Selain itu, LRA juga dapat menyediakan informasi kepada para
pengguna laporan keuangan pemerintah tentang indikasi perolehan dan
penggunaan sumber daya ekonomi dalam penyelenggaraan fungsi
pemerintahan, sehingga dapat menilai apakah suatu kegiatan/program telah
dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat, sesuai dengan anggaran
APBN dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Setiap komponen dalam LRA dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas
Laporan Keuangan. Penyusunan dan penyajian LRA didasarkan pada
36
akuntansi anggaran, akuntansi pendapatan - LRA, akuntansi belanja,
akuntansi surplus/defisit, akuntansi pembiayaan dan akuntansi sisa
lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA), yang mana berdasar
pada basis kas. Akuntansi yang ada pada laporan realisasi anggaran adalah:
1. Akuntansi Anggaran
2. Akuntansi Pendapatan-LRA
3. Akuntansi Belanja
4. Akuntansi Surplus/Defisit-LRA
5. Akuntansi Pembiayaan
6. Akuntansi Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)
2.1.11.2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL) menyajikan pos-
pos berikut, yaitu: saldo anggaran lebih awal (saldo tahun sebelumnya),
penggunaan saldo anggaran lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
(SILPA/SIKPA) tahun berjalan, koreksi kesalahan pembukuan tahun
sebelumnya, lain-lain dan Saldo anggaran lebih akhir untuk periode berjalan.
Pos-pos tersebut disajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya.
2.1.11.3. Laporan Operasional
Laporan Operasional (LO) menyediakan informasi mengenai seluruh
kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam
pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas
pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
37
2.1.11.4. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos
Ekuitas awal atau ekuitas tahun sebelumnya, Surplus/defisit-LO pada periode
bersangkutan dan koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi
ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh
perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar.
2.1.11.5. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Dalam neraca,
setiap entitas mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar dan nonlancar
serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan
jangka panjang.
Neraca setidaknya menyajikan pos-pos berikut: (1) kas dan setara kas;
(2) investasi jangka pendek; (3) piutang pajak dan bukan pajak; (4)
persediaan; (5) investasi jangka panjang; (6) aset tetap; (7) kewajiban jangka
pendek; (8) kewajiban jangka panjang; dan (9) ekuitas.
Pos-pos tersebut disajikan secara komparatif (dipersandingkan) dengan
periode sebelumnya. Selain pos-pos tersebut, entitas dapat menyajikan pos-
pos lain dalam neraca, sepanjang penyajian tersebut untuk menyajikan secara
wajar posisi keuangan suatu entitas dan tidak bertentangan dengan SAP.
Pertimbangan disajikannya pos-pos tambahan secara terpisah dalam
neraca didasarkan pada faktor-faktor berikut ini:
1. Sifat, likuiditas, dan materialitas aset;
2. Fungsi pos-pos tersebut dalam entitas pelaporan;
38
3. Jumlah, sifat, dan jangka waktu kewajiban.
4. Laporan Arus Kas
2.1.11.6. Laporan Arus Kas
Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai
sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode
akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Kas adalah
uang baik yang dipegang secara tunai oleh bendahara maupun yang disimpan
pada bank dalam bentuk tabungan/giro. Sedangkan setara kas pemerintah
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kas jangka pendek atau untuk tujuan
lainnya. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi jangka pendek
harus segera dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang dapat diketahui
tanpa ada risiko perubahan nilai yang signifikan. Oleh karena itu, suatu
investasi disebut setara kas kalau investasi dimaksud mempunyai masa jatuh
tempo 3 (tiga) bulan atau kurang dari tanggal perolehannya.
Aktivitas yang ada dalam peaporan arus kas antara lain : Aktivitas
Operasi, Aktivitas Investasi, Aktivitas Pendanaan, dan Aktvitas transitoris.
2.1.11.7. Catatan atas Laporan Keuangan
Agar informasi dalam laporan keuangan pemerintah dapat dipahami dan
digunakan oleh pengguna dalam melakukan evaluasi dan menilai
pertanggungjawaban keuangan negara diperlukan Catatan Atas Laporan
Keuangan (CaLK). CaLK memberikan informasi kualitatif dan
mengungkapkan kebijakan serta menjelaskan kinerja pemerintah dalam
tahapan pengelolaan keuangan negara. Selain itu, dalam CaLK memberikan
39
penjelasan atas segala informasi yang ada dalam laporan keuangan lainnya
dengan bahasa yang lebih mudah dicerna oleh lebih banyak pengguna laporan
keuangan pemerintah, sehingga masyarakat dapat lebih berpartisipasi dalam
menyikapi kondisi keuangan negara yang dilaporkan secara lebih pragmatis.
Secara umum, struktur CaLK mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
1. Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi.
2. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro.
3. Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut
kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target.
4. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-
transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.
5. Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada laporan
keuangan lainnya, seperti pos-pos pada Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas dan Neraca.
6. Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang belum disajikan dalam laporan keuangan lainnya.
7. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang
tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
2.1.12. Kendala Informasi yang Andal dan Relevan
Untuk mewujudkan informasi laporan keuangan yang relevan dan andal
terdapat beberapa kendala yang dihadapi. Kendala yang dimaksud adalah
setiap keadaan yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal
40
dalam mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan
dan andal akibat keterbatasan (limitations) atau karena alasan-alasan
kepraktisan
Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan
pelaporan keuangan pemerintah, yaitu:
1. Materialitas
Walaupun idealnya memuat semua informasi, laporan keuangan
pemerintah hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi
kriteria materialitas. Informasi dipandang material apabila kelalaian
untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut
dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas
dasar laporan keuangan.
2. Pertimbangan Biaya dan Manfaat
Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya
penyusunannya. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak
semestinya menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil
dari biaya penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan
manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya itu
juga tidak harus dipikul oleh pengguna informasi yang menikmati
manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pengguna lain
disamping mereka yang menjadi tujuan informasi, misalnya penyediaan
informasi lanjutan kepada kreditor mungkin akan mengurangi biaya
yang dipikul oleh suatu entitas pelaporan.
41
3. Keseimbangan antar Karakteristik Kualitatif
Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk
mencapai suatu keseimbangan yang tepat diantara berbagai tujuan
normatif yang diharapkan dipenuhi oleh laporan keuangan
pemerintah. Kepentingan relatif antar karakteristik dalam berbagai
kasus berbeda, terutama antara relevansi dan keandalan. Penentuan
tingkat kepentingan antara dua karakteristik kualitatif tersebut
merupakan masalah pertimbangan profesional.
2.1.13. Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
Laporan keuangan peerintah pusat sebagai bentuk pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN harus disusun secara sistematik mulai dari prosedur,
penyelenggara, peralatan, dan elemen lain. Hal tersebut dapat tercapai dengan
adanya suatu sistem akuntansi yabg handal, dapat di lakukan rekonsiliasi
serta berjenjang dari satuan kerja sampai ke tingkat yang lebih tinggi. Sesuai
dengan Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan Negara,
menyatakan bahwa agar informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan
pemerintah dapat memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas, perlu
diselenggarakan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) yang sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sistem Akuntansi keuangan dilaksanakan oleh Unit Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan. PMK No.233/PMK.05/2011 tentang Perubahan atas
PMK No.171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Pemerintah Pusat, Sistem Akuntansi keuangan akan dapat berjalan
42
apabila memenuhi unsur-unsur pokok sebagai berikut: Formulir maupun
Dokumen Sumber, Jurnal, Buku besar, Buku pembantu, dan Laporan.
Oleh karena itu penerapan sistem akuntansi keuangan pemerintah
merupakan pelaksanaan dalam menerapkan seluruh komponen dalam sistem
akuntansi keuangan berpedoman pada PMK No.233/PMK.05/2011 tentang
Perubahan atas PMK No.171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat untuk menyusun dan menyajikan
laporan keuangan pemerintah yang berkualitas. Sedangkan, mardiasmo
(2004:35) mengatakan bahwa untuk dapat menghasilkan laporan keuangan
yang relevan, handal, dan dapat dipercaya, pemerintah harus memiliki sistem
akuntansi yang handal. Sistem akuntansi yang lemah menyebabkan laporan
keuangan yang dihasilkan juga kurang handal dan kurang relevan untuk
pembuatan keputusan.oleh karena itu untuk dapat menghasilkan laporan
keuangan yang berkualitas diperlukan penepan Sistem Akuntansi Keuangan
yang baik.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian mengenai kualitas pelaporan keuangan yang terfokus
pada sektor publik diantaranya Yuliani (2010), Roviyantie (2011), Permadi (2013)
dan Nurillah (2014).
Penelitian Yuliani (2010) menunjukkan nilai pemahaman akuntansi,
pemanfaatan sistem akuntansi keuangan daerah dan peran internal audit
berpengaruh posistif terhadap kualitas pelaporan keuangan.
43
Hal ini didukung penelitian Roviyantie (2011) yang mengatakan sistem
akuntansi keuangan berpengaruh positif terhadap nilai informasi pelaporan
keuangan. sejalan dengan penelitian Roviyantie (2011), penelitian Permadi (2013)
mengatakan penerapan sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah berpengaruh
positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Penelitian Nurillah(2014) menunjukkan ada pengaruh yang positif antara
penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kualitas pelaporan
keuangan pemerintah daerah.
Adapun ringkasan hasil penelitian terdahulu tersebut, dapat dilihat pada tabel
2.1 berikut ini.
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No. Peneliti dan
Tahun
Variabel Hasil Penelitian
1.
Yuliani (2010)
Pemahaman akuntansi,
pemanfaatan sistem
informasi akuntansi
keuangan daerah, peran
internal audit dan
kualitas laporan
keuangan
Pemahaman akuntansi,
pemanfaatan sistem
informasi akuntansi
keuangan daerah dan
peran internal audit
memiliki pengaruh yang
positif terhadap kualitas
laporan keuangan
pemerintah daerah
2. Roviyantie
(2011)
Kualitas laporan
keuangan, sumber daya
manusia dan sistem
akuntansi keuangan
Sumber daya manusia
dan penerapan sistem
akuntansi keuangan
berpengaruh positif
terhadap nilai informasi
pelaporan keuangan
3. Permadi (2013) Penerapan sistem
akuntansi keuangan
pemerintah daerah dan
kualitas laporan
keuangan pemerintah
daerah
Penerapan sistem
akuntansi keuangan
pemerintah daerah
berpengaruh positif
terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah
daerah
44
4. Nurillah Kualitas laporan
keuangan, kompetensi
SDM, sistem akuntansi
keuangan, teknologi
informasi, sistem
pengendalian intern
kompetensi SDM, sistem
akuntansi keuangan,
teknologi informasi dan
sistem pengendalian
intern mempunyai
pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap
kualitas laporan
keuangan pemerintah
daerah
Sumber : Berbagai jurnal ilmiah, 2014
2.3. Kerangka Pemikiran
Sebagaimana sektor swasta, pemerintah merupakan sektor publik yang
membutuhkan akuntansi, baik untuk meningkatkan mutu pengawasan lembaga
pemerintah maupun sebagai penyedia informasi keuangan yang berkaitan. Secara
organisasi, domain publik antara lain meliputi badan pemerintahan. Badan Usaha
milik Negara, yayasan, universitas, dan organisasi nirlaba lainnya.
Akuntansi yang merupakan organisasi non profit dikenal dengan akuntansi
pemerintah atau akuntansi sektor publik. Menurut Goverment Accounting
Standard Board 1987 seperti yang dikutip Freeeman (1998:36), pengertian
akuntansi pemerintahan adalah :“Goverment acconting is an integral of the
accounting disciplne. It is founded on the basic concept underlying the accounting
discipline as a whole and shares many characteristic with commercial
accounting”.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa akuntansi pemerintah adalah suau
kesatuan ilmu akuntansi yang bersandar pada konsep dasar ilmu akuntansi secara
menyeluruh dan memiliki beberapa kesamaan dengan akuntansi komersial.
45
Dalam Peraturan Pemerintah No.71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah dikatakan bahwa sistem akuntansi pemerintahan tingkat pemerintah
pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Entitas pelaporan dan entitas
akuntansi pada pemerintah pusat melaksanakan Sistem Akuntansi Instansi.
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 219/PMK.05/2013
mendefinisikan kebijakan akuntansi pemerintah pusat sebagai prinsip-prinsip,
dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang
dipilih dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah pusat.
Kebijakan akuntansi pemerintah pusat disusun dalam rangka penerapan standar
akuntansi pemerintah.
Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran Pendapatan dan
belanja Negara, setiap sistem keuangan pemerintah menyusun dan melaporkan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN secara periodik, meliputi :
1. Laporan realisasi anggaran
2. Neraca
3. Catatan atas Laporan Keuangan
Berkaitan dengan Peraturan ini dapat disimpulkan bahwa akuntansi dan
laporan keuangan mengandung pengertian sebagai proses pengumpulan,
pengolahan, dan pegkomunikasian informasi yang bermanfaat untuk menilai
kinerja suatu organisasi.
Disamping penyusunan laporan keuangan bertujuan umum, entitas
pelaporan dimunkinkan untuk menghasilkan laporan keuangan yang disusun
untuk kebutuhan khusus. Laporan keuangan pemerintah ditujukan untuk
46
memenuhi tujuan umum pelaporan keuangan, namun tidak untuk memenuhi
kebutuhan khusus pemakainya(PP No.71 Tahun 2010).
Menurut Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP) pengertian dari kualitas laporan keuangan adalah
“ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi
sehingga dapat memenuhi tujuannya”.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah ada beberapa indikator dari laporan keuangan yang harus
dipenuhi dalam realisasi sistem akuntansi pemerintahan yang baik, juga dapat
menunjang kualitas dari laporan keuangan pemerintah, setiap informasi yang baik
dapat dikatakan baik apabila sudah memenuhi 4 syarat sesuai denagn prasayarat
normatif, yaitu :
1. Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat
di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan
membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini dan
memprediksi masa depan serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi
mereka di masa lalu. Dengan demikian informasi laporan keuangan yang
relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.
2. Andal
Informasi Dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur,
serta dapat diverifikasi.
47
3. Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna
jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode Sebelumnya
atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan
dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal
dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama
dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila
entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama.
Apabila entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih
baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan
tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.
4. Dapat Dipahami
Informasi yang disajikan Dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh
pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan
batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas
pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi
yang dimaksud.
Berdasarkan indikator di atas disimpulkan bahwa kualitas laporan
keuangan dapat diukur dengan :
1. Relevan berarti informasi keuangan dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan berdasarkan informasi terdahulu.
2. Andal berarti informasi keuangan yang dihasilkan dapat dipercaya dan
bebas dari salah saji material dan juga dapat dipertanggungjawabkan
48
kebenaranya.
3. Dapat dibandingkan berarti informasi keuangan yang disajikan di
periode sebelumnya dapat digunakan sebagai bahan pembanding atau
acuan untuk periode selanjutnya.
4. Dapat dipahami berarti informasi yang disajikan dapat dipahami
disesuaikan denagn kalangan pengguna yang akan menggunakan
informasi.
Berdasarkan teori-teori di atas bahwa pemerintah dalam membuat dan
melaporkan informasi keuangan mengacu pada suatu sistem pemerintahan
yang mengatur berbagai pedoman penyusunan akuntansi untuk membuat
laporan keuangan pemerintah agar dapat menghasilkan output yang
relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami oleh berbagai
kalangan.
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan
Reformasi Keuangan
Penyusunan Laporan
Keuangan Pemerintah
Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.71 Tahun
2010
Sistem Akuntansi Keuangan
(Variabel X)
Kualitas Laporan Keuangan
(Variabel Y)
49
Gambar 2.2. Paradigma Kerangka Pemikiran
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka hipotesis sementara yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ho : Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan tidak berpengaruh terhadap
Kualitas Laporan Keuangan
Ha : Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan berpengaruh terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
Sistem Akuntansi
Keuangan
(Variabel X)
Kualitas Laporan Keuangan
(Variabel Y)
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada lingkup pemerintahan Badan Pengawas Obat
dan Makanan (Badan POM) yang beralamat di Jl. Percetakan Negara no. 23,
Jakarta Pusat 10560. Badan POM yaitu salah satu Lembaga Negara yang
memiliki tugas fungsinya yaitu mengawasi peredaran obat dan makanan yang
berisiko terhadap kesehatan di masyarakat. Badan POM memiliki empat puluh
satuan kerja yang terdiri dari 9 (sembilan) satker di pusat dan 31 (tiga puluh satu)
satker di daerah. Adapun waktu penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus
2014.
3.2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Menurut Etta Mamang Sangadji dan Sopiah (2010: 185) Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek atau obyek dengan kualitas dan
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan. . Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
satuan kerja di Badan POM yang berjumlah empat puluh satuan kerja yang terdiri
dari 31(tiga puluh satu) satuan kerja Balai Besar POM di daerah 9 (sembilan)
satuan kerja di kantor pusat, dimana masing masing satker diwakili oleh 3
51
pegawai yang kompeten dalam pembuatan laporan keuangan atau yang pernah
membuat laporan keuangan.
b. Sampel
Pengertian sampel menurut Etta Mamang Sangadji dan Sopiah (2010: 186)
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Apa yang
diperlajari dari sampel, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi, oleh
karena itu sampel yang diambil dari populasi harus dapat mewakili kondisi
populasi.
Teknik pengambilan jumlah sampel dari populasi sesuai dengan aturan yang
ditetapkan, yaitu sampel diharapkan dapat mewakili populasi, sehingga
kesimpulan untuk sampel dapat digeneralisasikan menjadi kesimpulan populasi.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability
sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Teknik sampel ini bersifat Purposive Sampling, yaitu peneliti cenderung
memilih orang yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber
data yang mantap dan mengetahui masalah-masalah yang berhubungan dengan
permasalahan secara mendalam (Key Informan). Menurut Lexy J.Moleong (2007:
224) “Jadi, maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak
mungkin informasi dari berbagai macam sumber data dan bangunannya
(contruction)”.
52
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Menurut Jonathan sarwono (2006: 8) yang dimaksud dengan Data
primer berasal dari sumber asli atau pertama dan dikumpulkan secara khusus
untuk menjawab penelitian. Dalam penelitian ini peneliti memperoleh data
primer, yaitu dengan pengumpulan data yang dilakukan dengan survey secara
langsung pada objek penelitian guna memperoleh data yang diperlukan, yang
dapat dilakukan dengan cara:
a. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab
dengan pimpinan, pejabat yang berwenang serta staf di satker pusat BPOM untuk
memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam
pelaksanaanya wawancara ini bersifat terpimpin (guide interview) yaitu dilakukan
oleh pewawancara dengan sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti
yang dimaksud dalam wawancara terstruktur.
Informan yang dipilih peneliti adalah orang-orang yang dipandang benar-
benar mengetahui permasalahan, sehingga dapat diperoleh informasi yang
obyektif. Informan yang dipilih pada penelitian ini adalah: bagian inspektorat,
bagian administrasi, dan bagian keuangan.
b. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan yaitu mengkaji tingkah laku yang dinilai
kurang tepat jika diukur dengan tes, inventori, maupun kuisioner. Peneliti
mengambil tempat penelitian di Badan POM dimana Lembaga ini merupakan
53
salah satu Lembaga yang menerapkan Sistem Akuntansi Keuangan sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomer 71 Tahun 2010.
c. Dokumentasi
Merupakan teknik dari pengumpulan data sekunder yaitu informasi yang
berasal dari dokumen, seperti : buku, jurnal, surat kabar, majalah, notulen rapat
dan sebagainya. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejarah
berdirinya Badan POM dan data lain yang berhubungan dengan permasalahan
yang diteliti.
d. Angket atau Kuesioner
Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui. Pengumpulan data penelitian pada kondisi tertentu
mungkin tidak memerlukan kehadiran peneliti.
3.4. Operasional Variabel Penelitian
3.4.1. Variable Independen
Variabel independen ini sering disebut sebagai stimulus, prediktor,
antecendent. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen terikat (sugiyono, 2007:4).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah sistem akuntansi keuangan pada
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Sistem akuntansi keuangan adalah
serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan,
54
pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN yang digunakan menggunakan aplikasi
komputer.
3.4.2. Variabel Dependen
Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel terikat.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007:4). Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kualitas laporan keuangan pada Badan Pengawas Obat dan
Makanan. Kualitas laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu
diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.
Keempat karateristik berikut merupakan prasayarat normatif yang diperlukan agar
laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki yaitu
andal, relevan, dapat diperbandingkan dan dapat dipahami.
Penjabaran variabel dalam indikator-indikator yang akan mendasari penyusunan
kuesioner dapat dilihat pada Tabel 3.1. sebagai berikut :
Tabel 3.1.
Operasional variabel sistem akuntansi keuangan
dan kualitas laporan keuangan Variabel Indikator Skala
Pengukuran
Nomor
kuesioner
Referensi
Buku
Variabel
Independen
1. Kesesuaian sistem akuntansi
keuangan yang digunakan sudah
memenuhi Standar Akuntansi
1
Akuntansi sektor
publik (Mardiasmo:
2008)
55
Sistem
Akuntansi
Keuangan
(X)
Pemerintah (SAP).
2. Prosedur pencatatan transaksi
dilakukan berdasarkan standar
pencatatan akuntansi pada
umumnya.
3. Pembuatan laporan keuangan
dan dilaporkan secara periodik
Ordinal
2 s/d 6
7 s/d 10
Akuntansi sektor
publik
(Abdul Halim :2012)
Peraturan Menteri
Keuangan
No.233/PMK.05/
2011
Variabel
Dependen
Kualitas
Laporan
Keuangan
(Y)
1. Laporan keuangan yang disusun
sudah memenuhi kriteria dari
sebuah laporan keuangan yang
kualitatif dengan karakteristik
yaitu andal, relevan, dapat
diperbandingkan, dan dapat
dipahami
Ordinal
1 s/d 12
Peraturan Pemerintah
No.71 Tahun 2010
Teknik pengukuran yang digunakan untuk mengubah data-data kualitatif
dari kuesioner menjadi suatu urutan data kuantitatif adalah summated rating
method : likert scale atau skala likert. Skala likert merupakan suatu pengukuran
dengan menggunakan skala ordinal. Alasan penggunaan teknik pengukuran skala
likert adalah karena teknik ini tidak menuntut penggunaaan kategori dan subjek
yang diukur tidak terbatas kepada dua alternatif jawaban saja.
Ukuran yang digunakan untuk menilai jawaban-jawaban yang diberikan
dalam menguji variabel independen dan variabel dependen yaitu lima tingkatan,
56
bergerak dari satu sampai lima. Untuk pernyataan positif alternatif jawaban,
sebagai berikut :
• Skor 5 untuk jawaban sangat setuju (SS)
• Skor 4 untuk jawaban setuju (S)
• Skor 3 untuk jawaban Netral (N)
• Skor 2 untuk jawaban tidak setuju (TS)
• Skor 1 untuk jawaban Sangan Tidak Setuju (STS)
3.5. Metode Analisis Data
Analisis data adalah cara mengolah data yang terkumpul kemudian dapat
memberikan interpretasi. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk
menunjukkan masalah yang telah dirumuskan. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji validitas dan uji reliabilitas.
3.5.1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keabsahan dan
kevalidan suatu alat ukur atau instrumen penelitian. Validitas menunjukkan
seberapa baik suatu instrumen yang dibuat mengukur konsep tertentu yang ingin
diukur (sekaran, 2006). Alat pengukur yang absah akan mempunyai validitas yang
tinggi, begitu pula sebaliknya.
Untuk menguji validitas, alat ukur atau instrumen penelitian, terlebih
dahulu dicari nilai (harga) korelasi dengan menggunakan rumus koefisien korelasi
Product Moment Pearson sebagai berikut :
57
� = ���� − �����(��� − ��) (���� − ���)
Keterangan :
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah responden
Y = Jumlah skor total seluruh item Yi
X = Jumlah skor tiap item Xi
Setelah nilai korelasi (r) didapat, kemudian dihitung nilai thitung untuk
menguji tingkat validitas alat ukur penelitian dengan rumus sebagai berikut :
� = ��� − 2�1 − ��
Keterangan :
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah responden
Setelah nilai thitung diperoleh, langkah selanjutnya adalah membandingkan
nilai thitung tersebut dengan nilai ttabel pada taraf signifikan sebesar α = 0,05 dan
derajat kebebasan (dk) = n – 2. Kaidah keputusannya adalah :
� Jika thitung > ttabel, maka alat ukur atau instrumen penelitian yang digunakan
adalah valid.
� Jika thitung ≤ ttabel, maka alat ukur atau instrumen penelitian yang digunakan
adalah tidak valid.
Uji validitas dilakukan terhadap alat ukur berupa kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini terhadap variabel sistem akuntansi keuangan
pemerintah terhadap variabel kualitas laporan keuangan. Uji validitas terhadap
58
item-item penytaan ini dilakukan dengan menggunakan bantuan alat pengolah
data software SPSS v.19.
Namun dalam penelitian ini skala pengukuran untuk uji validitas dilakukan
dengan cara membandingkan r hitung atau nilai yang dihasilkan pada uji reabilitas
yaitu pada kolom Correlation item-Total Correaltion dengan nilai yang dihasilkan
r tabel. Berdasarkan perbandingan antara rhitung dan r tabel maka terbentuklah
hipotesis sebagai berikut :
Ho : rhiutng > rtabel1, maka butir pertanyaan pada kuesioner dinyatakan valid
Ha : rhiutng < rtabel1, maka butir pertanyaan pada kuesioner dinyatakan tidak
valid
3.5.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
pengukuran tanpa bias (bebas kesalahan) dan karena itu menjamin pengukuran
yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam item instrumen (Sekaran, 2006).
Untuk menguji reliabilitas atau keandalan alat ukur instrumen dalam
penelitian ini digunakan koefisien alpha cronbach. Koefisien keandalan
menunjukkan mutu seluruh proses pengumpulan data suatu penelitian. Koefisien
alpha cronbach ditunjukkan dengan:
���ℎ� (∝) = �. ��1 + (� − 1). ��
Keterangan :
k = Jumlah variabel manifes yang membentuk variabel laten
�� = Rata-rata korelasi antar variabel manifes
59
Tujuan perhitungan koefisien keandalan adalah untuk mengetahui tingkat
konsistensi jawaban responden. Besarnya koefisien ini berkisar dari nol hingga
satu. Makin besar nilai koefisien, makin tinggi keandalan alat ukur dan tingkat
konsistensi jawaban.
• Jika r < 0,20 maka tingkat keandalan sangat lemah atau keandalan tidak
berarti.
• Jika r diantara 0,20 – 0,40 maka ditafsirkan bahwa tingkat keandalan yang
rendah tetapi pasti.
• Jika r diantara 0,40 – 0,70 maka ditafsirkan bahwa tingkat keandalan yang
cukup berarti.
• Jika r diantara 0,70 – 0,90 maka ditafsirkan bahwa tingkat keandalan yang
tinggi.
• Jika r > 0,90 maka ditafsirkan bahwa tingkat keandalan yang sangat tinggi
Uji reliabilitas dilakukan terhadap alat ukur berupa kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini pada variabel Sistem Akuntansi Keuangan
terhadap variabel kualitas laporan keuangan. Uji reliabilitas terhadap variabel
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan alat pengolahan data
software SPSS v.19.
3.6. Pengujian Hipotesis
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif
Model yang digunakan untuk menganalisis data adalah dengan cara
mendeskripsikan data sampel yang telah terkumpul tanpa membuat
60
kesimpulan yang berlaku umum. Yang bertujuan untuk mengetahui rata-rata
(mean) dan standar deviasi dari earnings management.
3.6.2. Uji Asumsi Klasik
Uji ini dilakukan untuk mengetahui bahwa data yang diolah adalah sah
(tidak terdapat penyimpangan) serta distribusi normal, maka data tersebut
akan diisi melalui uji asumsi klasik, yaitu:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi,
varibel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui
bahwa uji t mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik
(Ghozali, 2005).
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika
variabel independen saling berkorelasi, maka variabel- variabel ini tidak
ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi
antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2005).
61
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut Homoskesdatisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskesdatisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas
atau tidak terjadi Heteroskesdatisitas (Ghozali, 2005). Apabila residual plot
yang terjadi tidak menggambarkan pola tertentu yang sistematis, lebih bersifat
acak dan berada diatas serta dibawah nol pada sumbu Y, maka persamaan
regresi yang dipakai dalam penelitian ini dapat memenuhi asumsi
homoskedastisitas atau tidak ada masalah heteroskedastisitas. Hal ini terlihat
dari probabilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5% (0,05). Dapat
disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
3.6.3. Analisis Regresi Linier
Analisis regresi linier dilakukan untuk menguji pengaruh satu atau lebih
variabel independen (explanatory) terhadap satu variabel dependen (Ghozali,
2009). Model regresi linier dalam pernyataan ini dinyatakan sebagai berikut :
Y = α + βX + e
Keterangan:
Y = kualitas laporan keuangan
α = konstanta
β = koefisien regresi penerapan Sistem akuntansi keuangan
X = variabel penerapan Sistem akuntansi keuangan
e = variabel pengganggu (error)
62
3.6.4 Analisis Koefisien Korelasi Rank Sparman
Analisis ini mengukur kuat lemahnya hubungan dan arahnya variabel
independen (variabel bebas) dengan variabel dependen (variabel terikat). Kedua
variabel tersebut diukur dalam skala ordinal. Adapun rumusnya sebagai berikut :
�� = �� �!"#$%�$
Dengan ketentuan :
�& = Koefisien korelasi Rank Spearman
'1 = selisih rank X dengan rank Y yang ke-1
N = Jumlah sampel
6 = Besaran sampel (konstanta)
Nilai �& ( Koefisien korelasi Rank Spearman) yang diperoleh akan berkisar
antara -1,0 sampai +1. Notasi ini menunjukkan tingkat korelasi antara variabel-
variabel yang diuji, yaitu :
1) Bila �& = -1 berarti terdapat korelasi yang kuat tetapi merupakan korelasi
negatif atau berlawanan arah (jika X naik maka Y turun atau sebaliknya)
2) Bila �& = 0 berarti ada korelasi antara variabel-variabel yang diuji atau
korelasi yang lemah dan tidak ada hubungan.
3) Bila �& = 1 berarti terdapat korelasi yang kuat antara varabel X dan
variabel Y, dan nilai positif atau searah (jika X naik maka Y naik atau
sebaliknya)
Jika dalam perhitungan hubungan terdapat dua subjek atau lebih yang
mendapatkan skor pada variabel yang sama, masing-masing akan mendapatkan
rata-rata rangking sehingga terdapat rangking kembar. Jika proporsi rangking
63
kembar yang terjadi tidak besar, maka akibatnya pada r, dapat diabaikan. Tetapi
apabila prporsi rangking kembar yang terjadi cukup besar, maka dalam
perhitungan korelasi adalah sebagai berikut:
( = )#� )��
Keterangan:
t = jumlah data variabel yang memiliki rank yang sama
besarnya r menunjukkan jumlah variasi nilai T dari semua kelompok nilai
kembar, sehingga perhitungan hubungan korelasi r, menjadi :
�� �*#+�,#��!-#��*#.# �,#
Dengan ketentuan sebagai berikut :
��2 = �2− �12 − �(
��2 = �2− �12 − �(.
Keterangan :
�& = koefisien korelasi Rank Spearman
'/ = Selisih Rank x dan Rank Y
N = Jumlah sampel
( = Faktor korelasi x
(. = Faktor korelasi y
Analisis kuat lemahnya koefisien koreksi ini menurut sugiyono (2005),
dapat digunakan sebagai pedoman seperti yang tertera pada tabel 3.1.
64
Tabel 3.2. Interval koefisien
Interval koefisien Tingkat Hubungan
0 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Sumber : Sugiyono (2005)
3.6.5. Analisis Koefisien Determinasi
Analisis ini digunakan ututk mengetahui besarnya dari pengaruh variabel
bebas sistem akuntansi keuangan terhadap variabel terikat kualitas laporan
keuangan. Koefisien determinasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Kd = rs2 x 100%
Keterangan :
Kd = Koefisien determinasi
rs = Koefisien korelasi Rank Spearman
3.6.6. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji apakah terdapat korelasi antara variabel bebas dan variabel
tidak bebas dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut :
Ho : rs ≤ 0 menunjukkan bahwa sistem akuntansi keuangan tidak
berpengaruh positif terhadap kualitas pelaporan keuangan.
Ho : rs > 0 menunjukkan bahwa sistem akuntansi keuangan berpengaruh
positif terhadap kualitas pelaporan keuangan.
65
Pengujian hipotesis ini menggunakan model statistik uji t, dengan rumus
sebagai berikut :
� = �& ��−201−�&2
Dimana :
rs = koefisien korelasi spearman
n = banyaknya sampel
dengan ketentuan
α = 0,05
Df = n-(k+1)
Dimana :
N = Jumlah data responden
K = Variabel independen
1 = Variabel dependen
Untuk mengetahui apakah sistem akuntansi keuangan berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan, maka dapat dilakukan suatu
perbandingan antara thitung dengan ttabel yang terdapat dalam tabel distribusi t atau
lazim disebut ttabel. Adapun taraf nyata yang digunakan adalah α = 0,05 dengan
derajat kebebasan (degree of freedom) df=n-2. Ketentuan peneriman atau
penolakan pernyataan, yaitu :
66
1) Jika thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima
Artinya ada hubungan antara sistem akuntansi keuangan terhadap kualitas
laporan keuangan.
2) Jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
Artinya tidak ada hubungan antara sistem akuntansi keuangan terhadap
kualitas laporan keuangan.
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Responden
Objek dalam penelitian ini adalah sistem akuntansi keuangan terhadap
kualitas pelaporan keuangan. Sebagai variabel independen dalam penelitian
ini adalah sistem akuntansi keuangan, sedangkan untuk variabel dependen
dalam penelitian ini adalah kualitas pelaporan keuangan. Penelitian ini
dilakukan tahun 2014. Responden dalam penelitian ini pegawai Badan POM
yang membuat laporan keuangan tingkat satker atau pegawai yang pernah
membuat laporan keuangan dengan aplikasi Sistem Akuntansi Keuangan
(SAK). Jumlah responden sebanyak 50 responden yang terdiri dari 31
Satuan kerja di daerah (ibukota provinsi) dan 9 satuan kerja di Kantor Pusat
Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Untuk menjelaskan latar belakang responden yang menjadi sampel
dalam penelitian ini, maka dibuatkan tabel deskripsi profil responden dengan
karakteristik data responden sebagai berikut :
a) Berdasarkan Usia
Tabel 4.1
Data Responden Berdasarkan Usia
Usia (th) Frekuensi Persentase
20-25 4 8%
26-30 21 42%
31-35 11 22%
36-40 3 6%
68
>41 11 22%
Total 50 100%
Sumber : Hasil Kuesioner
Pada tabel diatas mengenai data responden berdasarkan umur
responden dapat disimpulkan bahwa umur antara 26-30 tahun
merupakan responden terbanyak yaitu sebesar 42% sedangkan yang
terendah yaitu pada usia 36-40 tahun yaitu 6%.
b) Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2
Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 23 46%
Perempuan 27 54%
Total 50 100%
Sumber : Hasil Kuesioner
Pada tabel diatas mengenai data responden berdasarkan jenis
kelamin dapat disimpulkan bahwa jumlah responsden perempuan
adalah 54% dan laki-laki mempunyai frekuensi lebih kecil yaitu
sebesar 46%.
c) Berdasarkan Masa Kerja
Tabel 4.3
Data Responden Berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja(th) Frekuensi Persentase
0-5 20 40%
6-10 15 30%
10-15 3 6%
16-20 2 4%
>21 10 20%
Total 32 100%
Sumber : Hasil Kuesioner
69
Pada tabel diatas mengenai data responden berdasarkan masa
kerja dapat disimpulkan bahwa jumlah pegawai dengan masa kerja
0-5 tahun merupakan responden terbanyak dalam penelitian yaitu
sebanyak 40% sedangkan terendah yaitu yang masa bekerja 16-20
tahun yaitu 4%.
d) Berdasarkan Pendidikan terakhir
Tabel 4.4
Data Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir
Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase
SMU Sederajat 7 14%
Diploma 19 38%
Sarjana 21 42%
Magister 3 6%
Lainnya 0 0%
Total 32 100%
Sumber : Hasil Kuesioner
Pada tabel diatas mengenai data responden berdasarkan
pendidikan terakhir dapat disimpulkan bahwa jumlah pegawai
dengan pendidikan terakhir sarjana merupakan responden terbanyak
dalam penelitian yaitu sebanyak 42%.
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mengukur variabel penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuesioner. Kuesioener merupakan seperangkat pertanyaan yang
diformulasikan untuk memperoleh informasi dari responden.
70
Kuesioner didistribusikan secara langsung atau melalui surat
elektronik (email) kepada responden. Kuesioner tersebut berisi 22
pertanyaan dalam bentuk tertutup, untuk variabel Penerapan Sistem
Akuntansi Keuangan sebanyak 10 (sepuluh) pertanyaan, sedangkan untuk
variabel Kualitas Pelaporan Keuangan sebanyak 12 (dua belas) pertanyaan.
4.2.2 Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Sebagaimana judul yang dipilih dalam penelitian ini, yakni Pengaruh
Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan terhadap Kualitas Pelaporan
Keuangan (Studi Kasus pada Badan Pengawas Obat dan Makanan), maka
dalam rangka pengumpulan data untuk keperluan analisis difokuskan pada
hasil pengumpulan data dengan menggunakan metode kuesioner terhadap
2 (dua) variabel yang akan diteliti, yaitu:
a. Variabel Sistem Akuntansi Keuangan, yaitu variabel yang
Berhubungan dengan penggunaan Sistem Akuntansi Keuangan di
Lingkungan Badan POM
Dalam melakukan penelitian mengenai variabel penerapan
Sistem Akuntansi Keuangan diajukan 10 (sepuluh) pertanyaan
kepada 50 pengelola Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) di
lingkungan Badan POM yang menghasilkan jawaban sebagai
berikut:
71
1) Satuan Kerja (satker) tempat saya bekerja membuat laporan
hasil keuangan tiap periode
Dari pertanyaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.5
Satker membuat laporan hasil
keuangan tiap periode
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 31 62%
2. Setuju 19 38%
3. Netral 0 0%
4. Tidak Setuju 0 0%
5. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Kuesioner
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar
responden sangat setuju bahwa satker membuat laporan hasil
keuangan tiap periode, terlihat dari jumlah persentase 62%
responden menyatakan sangat setuju dan 38% responden
menyatakan setuju.
2) Tujuan pembuatan laporan keuangan diketahui oleh pegawai
tempat saya bekerja
Dari pertanyaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.6
Tujuan pembuatan laporan keuangan diketahui oleh pegawai
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 16 32%
2. Setuju 27 54%
3. Netral 4 8%
4. Tidak Setuju 3 6%
5. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Kuesioner
72
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar
responden setuju bahwa tujuan pembuatan laporan keuangan
diketahui oleh pegawai, terlihat dari jumlah persentase 32%
responden menyatakan sangat setuju, 54% responden menyatakan
setuju, 8% responden menyatakan netral dan 6% responden
menyatakan responden.
3) Pembuatan laporan keuangan di tempat saya bekerja disusun
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Dari pertanyaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7
Pembuatan laporan keuangan disusun sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 32 64%
2. Setuju 17 34%
3. Netral 1 2%
4. Tidak Setuju 0 0%
5. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Kuesioner
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar
responden sangat setuju pembuatan laporan keuangan disusun
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), terlihat
dari jumlah persentase 64% responden menyatakan sangat setuju,
34% responden menyatakan setuju dan 2% responden
menyatakan netral.
73
4) Setiap transaksi keuangan dilakukan identifikasi dokumen
sumbernya
Dari pertanyaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8
Setiap transaksi keuangan dilakukan identifikasi
dokumen sumbernya
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 24 48%
2. Setuju 26 52%
3. Netral 0 0%
4. Tidak Setuju 0 0%
5. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Kuesioner
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar
responden setuju bahwa Setiap transaksi keuangan dilakukan
identifikasi dokumen sumbernya, terlihat dari jumlah persentase
48% responden menyatakan sangat setuju dan 52% responden
menyatakan setuju.
5) Setiap transaksi keuangan di dukung oleh bukti transaksi
Dari pertanyaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.9
Setiap transaksi keuangan di dukung oleh bukti transaksi
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 28 56%
2. Setuju 22 44%
3. Netral 0 0%
4. Tidak Setuju 0 0%
5. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Kuesioner
74
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar
responden sangat setuju bahwa Setiap transaksi keuangan di
dukung oleh bukti transaksi, terlihat dari jumlah persentase 56%
responden menyatakan sangat setuju dan 44% responden
menyatakan setuju.
6) Pencatatan transaksi keuangan dilakukan secara kronologis
Dari pertanyaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.10
Pencatatan transaksi keuangan dilakukan secara kronologis
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 22 44%
2. Setuju 27 54%
3. Netral 1 2%
4. Tidak Setuju 0 0%
5. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Kuesioner
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar
responden setuju bahwa pencatatan transaksi keuangan dilakukan
secara kronologis, terlihat dari jumlah persentase 44% responden
menyatakan sangat setuju, 54% responden menyatakan setuju dan
2% responden menyatakan netral.
7) Transaksi keuangan diklasifikasikan sesuai dengan pos-pos
semestinya
75
Dari pertanyaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.11
Transaksi keuangan diklasifikasikan sesuai dengan
pos-pos semestinya
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 19 38%
2. Setuju 30 60%
3. Netral 1 2%
4. Tidak Setuju 0 0%
5. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Kuesioner
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar
responden setuju bahwa transaksi keuangan diklasifikasikan
sesuai dengan pos-pos semestinya, terlihat dari jumlah persentase
38% responden menyatakan sangat setuju, 60% responden
menyatakan setuju dan 2% responden menyatakan netral.
8) Laporan keuangan dilaporkan secara berjenjang setiap bulan,
triwulanan, semesteran dan tahunan
Dari pertanyaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.12
Laporan keuangan dilaporkan secara berjenjang setiap bulan,
triwulanan, semesteran dan tahunan
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 28 56%
2. Setuju 21 42%
3. Netral 1 2%
4. Tidak Setuju 0 0%
5. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Kuesioner
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar
76
responden sangat setuju bahwa laporan keuangan dilaporkan
secara berjenjang setiap bulan, triwulanan, semesteran dan
tahunan, terlihat dari jumlah persentase 56% responden
menyatakan sangat setuju, 42% responden menyatakan setuju dan
2% responden menyatakan netral.
9) Pelaksanaan rekonsiliasi internal dilakukan tiap bulan
Dari pertanyaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.13
Pelaksanaan rekonsiliasi internal dilakukan tiap bulan
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 18 36%
2. Setuju 26 52%
3. Netral 4 8%
4. Tidak Setuju 2 4%
5. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Kuesioner
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar
responden setuju bahwa pelaksanaan rekonsiliasi internal
dilakukan tiap bulan, terlihat dari jumlah persentase 36%
responden menyatakan sangat setuju, 52% responden menyatakan
setuju, 8% responden menyatakan netral dan 4% responden
menyatakan tidak setuju.
10) Pelaksanaan rekonsiliasi dengan KPPN untuk menyamakan
data penggunaan data pengeluaran satker dengan data
pengeluaran KPPN
77
Dari pertanyaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.14
Pelaksanaan rekonsiliasi dengan KPPN
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 29 58%
2. Setuju 21 42%
3. Netral 0 0%
4. Tidak Setuju 0 0%
5. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Kuesioner
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar
responden sangat setuju bahwa pelaksanaan rekonsiliasi dengan
KPPN untuk menyamakan data penggunaan data pengeluaran
satker dengan data pengeluaran KPPN, terlihat dari jumlah
persentase 58% responden menyatakan sangat setuju dan 42%
responden menyatakan setuju.
b. Variabel Kualitas Pelaporan Keuangan, yaitu berhubungan dengan
kualitas laporan keuangan yang andal, relevan, dapat dibandingkan
dan dapat dipahami
1) Laporan keuangan digunakan sebagai alat pengambil
keputusan
Dari pertanyaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.15
Laporan keuangan sebagai alat pengambil keputusan
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 14 28%
2. Setuju 25 50%
78
3. Netral 10 20%
4. Tidak Setuju 1 2%
5. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Kuesioner
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar
responden setuju bahwa laporan keuangan sebagai alat pengambil
keputusan, terlihat dari jumlah persentase 28% responden
menyatakan sangat setuju, 50% responden menyatakan setuju,
20% responden menyatakan Netral dan 2% responden
menyatakan tidak setuju.
2) Penyajian informasi pada laporan keuangan sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya
Dari pertanyaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.16
Penyajian informasi pada laporan keuangan sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 22 44%
2. Setuju 26 52%
3. Netral 2 4%
4. Tidak Setuju 0 0%
5. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Kuesioner
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar
responden setuju bahwa penyajian informasi pada laporan
keuangan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, terlihat dari
jumlah persentase 44% responden menyatakan sangat setuju, 52%
79
responden menyatakan setuju, dan 4% responden netral.
3) Kepala Satker melakukan cross chek data untuk menghindari
kesalahan material dan bias pada laporan keuangan
Dari pertanyaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.17
Kepala Satker melakukan cross chek data untuk menghindari
kesalahan material dan bias pada laporan keuangan
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 13 26%
2. Setuju 22 44%
3. Netral 11 22%
4. Tidak Setuju 4 8%
5. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 32 100%
Sumber : Data Kuesioner
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar
responden setuju bahwa kepala Satker melakukan cross chek data
untuk menghindari kesalahan material dan bias pada laporan
keuangan, terlihat dari jumlah persentase 26% responden
menyatakan sangat setuju, 44% responden menyatakan setuju,
22% responden menyatakan netral dan 4% responden menyatakan
tidak setuju.
4) Laporan keuangan digunakan sebagai alat pengawasan
Dari pertanyaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.18
Laporan keuangan digunakan sebagai alat pengawasan
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 20 40%
2. Setuju 24 48%
3. Netral 6 12%
80
4. Tidak Setuju 0 0%
5. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Kuesioner
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar
responden setuju bahwa laporan keuangan digunakan sebagai alat
pengawasan, terlihat dari jumlah persentase 20% responden
menyatakan sangat setuju, 48% responden menyatakan setuju dan
16% responden menyatakan netral.
5) Laporan keuangan digunakan sebagai bahan perencanaan
untuk tahun yang akan datang
Dari pertanyaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.19
Laporan keuangan digunakan sebagai bahan perencanaan
untuk tahun yang akan datang
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 18 36%
2. Setuju 23 46%
3. Netral 9 18%
4. Tidak Setuju 0 0%
5. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Kuesioner
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar
responden setuju bahwa laporan keuangan digunakan sebagai
bahan perencanaan untuk tahun yang akan datang, terlihat dari
jumlah persentase 36% responden sangat setuju, 46% responden
menyatakan setuju dan 18% responden menyatakan netral.
81
6) Laporan keuangan menyampaikan informasi yang diperlukan
oleh manajemen
Dari pertanyaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.20
Laporan keuangan menyampaikan informasi yang
diperlukan oleh manajemen
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 16 32%
2. Setuju 31 62%
3. Netral 2 4%
4. Tidak Setuju 4 8%
5. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Kuesioner
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar
responden setuju bahwa laporan keuangan menyampaikan
informasi yang diperlukan oleh manajemen, terlihat dari jumlah
persentase 32% responden menyatakan sangat setuju, 62%
responden menyatakan setuju, 4% responden menyatakan netral
dan 8% responden menyatakan tidak setuju.
7) Laporan keuangan menghasilkan informasi yang dapat
diperbandingkan dengan laporan keuangan periode
sebelumnya
Dari pertanyaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.21
Laporan keuangan menghasilkan informasi yang dapat
diperbandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 21 44%
2. Setuju 28 56%
82
3. Netral 1 2%
4. Tidak Setuju 0 0%
5. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Kuesioner
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar
responden setuju bahwa laporan keuangan menghasilkan
informasi yang dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan
periode sebelumnya, terlihat dari jumlah persentase 44%
responden menyatakan sangat setuju, 56% responden menyatakan
setuju dan 2% responden menyatakan netral.
8) Laporan keuangan menghasilkan informasi yang dapat
dibandingkan dengan entitas lain yang menerapkan
kebijakan akuntansi yang sama
Dari pertanyaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.22
Laporan keuangan menghasilkan informasi yang dapat
dibandingkan dengan entitas lain yang menerapkan
kebijakan akuntansi yang sama
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 15 30%
2. Setuju 35 70%
3. Netral 0 0%
4. Tidak Setuju 0 0%
5. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Kuesioner
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar
responden setuju bahwa laporan keuangan menghasilkan
83
informasi yang dapat dibandingkan dengan entitas lain yang
menerapkan kebijakan akuntansi yang sama, terlihat dari jumlah
persentase 30% responden menyatakan sangat setuju dan 70%
responden menyatakan setuju.
9) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji,
dan apabila pengujian dilakukan oleh pihak lain, hasilnya
tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh
Dari pertanyaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.23
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji,
dan apabila pengujian dilakukan oleh pihak lain, hasilnya
tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 19 38%
2. Setuju 30 60%
3. Netral 1 2%
4. Tidak Setuju 0 0%
5. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Kuesioner
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar
responden setuju bahwa Informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan oleh pihak
lain, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda
jauh, terlihat dari jumlah persentase 38% responden menyatakan
sangat setuju, 60% responden menyatakan setuju dan 2%
responden menyatakan netral.
84
10) Seluruh informasi yang disajikan dalam Laporan keuangan
(Neraca, LRA, dan CaLk) dapat dipahami dengan mudah
Dari pertanyaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.24
Seluruh informasi yang disajikan dalam Laporan keuangan
(Neraca, LRA, dan CaLk) dapat dipahami dengan mudah
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 23 46%
2. Setuju 22 44%
3. Netral 5 10%
4. Tidak Setuju 0 0%
5. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Kuesioner
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar
responden setuju bahwa Seluruh informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan (Neraca, LRA, dan CaLk) dapat dipahami
dengan mudah, terlihat dari jumlah persentase 46% responden
menyatakan sangat setuju, 44% responden menyatakan setuju dan
10% responden menyatakan netral.
11) Informasi dalam laporan keuangan dinyatakan dalam istilah
yang mudah dipahami
Dari pertanyaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.25
Informasi dalam laporan keuangan dinyatakan dalam
istilah yang mudah dipahami
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 19 38%
2. Setuju 25 50%
3. Netral 4 8%
4. Tidak Setuju 2 4%
85
5. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Kuesioner
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar
responden setuju bahwa informasi dalam laporan keuangan
dinyatakan dalam istilah yang mudah dipahami, terlihat dari
jumlah persentase 38% responden menyatakan sangat setuju, 50%
responden menyatakan setuju, 8% responden menyatakan netral
dan 4% responden menyatakan tidak setuju.
12) Setiap informasi dalam laporan keuangan disertai dengan
penjelasan yang rinci sehingga kekeliruan dalam interpretasi
dan penggunaan informasi tersebut dapat dicegah
Dari pertanyaan di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.26
Setiap informasi dalam laporan keuangan disertai dengan
penjelasan yang rinci sehingga kekeliruan dalam interpretasi
dan penggunaan informasi tersebut dapat dicegah
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Setuju 21 42%
2. Setuju 27 54%
3. Netral 2 4%
4. Tidak Setuju 0 0%
5. Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Kuesioner
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar
responden setuju bahwa Setiap informasi dalam laporan keuangan
disertai dengan penjelasan yang rinci sehingga kekeliruan dalam
interpretasi dan penggunaan informasi tersebut dapat dicegah,
86
terlihat dari jumlah persentase 42% responden menyatakan sangat
setuju, 54% responden menyatakan setuju dan 4% responden
menyatakan netral.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum data hasil penelitian dianalisis lebih lanjut, terlebih ahulu dijui
validitas dan reliabilitasnya untuk menguji apakah alat ukur yang digunakan
berupa butir item pertanyaan yang diajukan kepada respondentelah mengukur
secara cermat dan tepat apa yang ingin diukur dalam penelitian ini.
4.3.1.1. Hasil Pengujian Validitas
Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang
dirancang dalam bentuk kesioer benar-benar dapat menjalankan fungsinya. Dalam
pengujian validitas bertujuan untuk mengetahui apakah pernyataan yang telah
diterapkan dalam kuesioner dapat mengukur variabel yang telah ada. Pengujian
validitas ini dilakukan dengan mengkorelasi skor jawaban responden dari setiap
pertanyaan. Nilai R hitung dibandingkan dengan R tabel, apabila R hitung > R
tabel maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut valid.
a. Uji Validitas Sistem Akuntansi Keuangan
Berdasarkan uji validitas yang dilakukan terhadap pertanyaan kuesioner
dari variabel sistem akuntansi keuangan adalah sebagai berikut:
87
Tabel 4.27
Pengujian Validitas Sistem Akuntansi Keuangan
Sesuai dengan hasil diatas, maka analisis output yang didapat oleh
peneliti dari hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS,
dengan r tabel 30 dengan taraf signifikansi 5% = 0,361 maka di dapat
bahwa semua butir pertanyaan dapat digunakan karena r-hasil > r-tabel,
sehingga dapat dikatakan telah memenuhi syarat validitas.
b. Uji Validitas Kualitas Laporan Keuangan
Berdasarkan uji validitas yang dilakukan terhadap pertanyaan kuesioner
dari variabel Kualitas Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:
88
Tabel 4.28
Pengujian Validitas Kualitas Laporan Keuangan
Sesuai dengan hasil diatas, maka analisis output yang didapat oleh
peneliti dari hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS,
dengan r tabel 30 dengan taraf signifikansi5% = 0,361 maka di dapat
bahwa semua butir pertanyaan dapat digunakan karena r-hasil > r-tabel,
sehingga dapat dikatakan telah memenuhi syarat validitas.
4.3.1.2. Hasil Pengujian Reliabiltas
Uji reliabitas merupakan suatu ukuran kestabilan dan kosistensi responden
dalam menjawab hal yang berkaitan dengan pertanyaan yang merupakan suatu
variabel dan disusun dalam bentuk kuesioner. Uji reliabilitas dapat dilakukan
bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan untuk lebih dari satu variabel.
89
a. Uji Reliabilitas Sistem Akuntansi Keuangan
Tabel 4.29
Pengujian Reliabilitas Sistem Akuntansi Keuangan
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.855 .868 10
Sesuai dengan ketentuan diatas, maka analisis output SPSS yang
digunakan oleh peneliti menunjukan hasil bahwa nilai Cronbach`s Alpha
sebesar 0,855 dapat dilihat pada Reliability Statistics, dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa r-Alpha bernilai positif, dimana r-Alpha > r-
tabel yaitu 0,855 > 0,70 ini menunjukkan bahwa keseluruhan pertanyaan
– pertanyaan dalam kuesioner yang digunakan terbukti sangat reliabel
atau handal.
b. Uji Reliabilitas dan Validitas Variabel Kualitas Laporan Keuangan
Tabel 4.30
Pengujian Reliabilitas Sistem Akuntansi Keuangan
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.918 .924 12
90
Sesuai dengan ketentuan diatas, maka analisis output SPSS yang
digunakan oleh peneliti menunjukan hasil bahwa nilai Cronbach`s Alpha
sebesar 0,918 dapat dilihat pada Reliability Statistics, dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa r-Alpha bernilai positif, dimana r-Alpha > r-
tabel yaitu 0,918 > 0,70 ini menunjukkan bahwa keseluruhan pertanyaan
– pertanyaan dalam kuesioner yang digunakan terbukti sangat reliabel
atau handal.
4.3.2 Analisis Data Kuesioner
4.3.2.1. Uji Asumsi Klasik
A. Uji multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji adanya korelasi yang
kuat antara beberapa variabel bebas. Dikarenakan penelitian ini hanya
menggunakan 1 variabel bebas maka tidak perlu dilakukan uji
multikolinieritas.
B. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual dari satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan
kepengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah model yang mempunyai homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas. Salahsatu cara mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dengan melihat grafik plot.
91
Gambar 4.1. Scatterplot Sistem Akunatnsi Keuangan
Dari grafik scatterpllots terlihat bahwa titik titik menyebar secara
acak baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, serta tidak
menunjukkan pola tertentu. Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi.
C. Uji Normalitas
Table 4.31
Uji Normalitas
92
Hipotesis yang diusulkan adalah sebagai berikut:
H0 =Data variabel terdistribusi secara normal
Ha =Data variabel tidak terdistribusi secara normal
Hasil uji kenormalan dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov
terlihat angka sebesar 0,847. Dapat disimpulkan bahwa data menyebar
normal atau berdistribusi normal, karena nilai sig. (2-tailed) lebih besar
dari nilai (alpha) 0,05 sehingga H0 diterima.
Dari data tersebut diperoleh hasil bahwa sampel yang dipilih
berasal dari populasi yang terdistribusi secara normal. (Nugroho, 2005)
4.3.2.2. Analisis Data untuk Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang telah penulis kemukakan sebelumnya,
penulis menggunakan teknik regresi, analisis korelasi sederhana dan koefisien
penentu sebagai berikut:
a. Analisis Regresi Sederhana
analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa besar
hubungan pengaruh yang saling ditimbulkan antara penerapan sistem
akuntansi keuangan penggunaan dengan kualitas pelaporan keuangan.
Dengan menggunakan aplikasi SPSS dapat diperoleh hasil sebagai
berikut :
93
Table 4.32
Deskriptisi Statistik
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
KUALITAS LAPORAN
KEUANGAN 51.0400 5.90040 50
SISTEM AKUNTASI
KEUANGAN 44.5000 3.91882 50
Tabel menunjukkan nilai rata-rata (mean) dari variabel Penerapan Sistem
Akuntansi Keuangan adalah 44.5000 dengan standar deviasi 3.91882 dan
banyak data adalah 50. Sedangkan variabel Kualitas Pelaporan Keuangan
Menghasilkan mean 51.0400 dengan standar deviasi 5.90040 dengan
jumlah data sebanyak 50.
Hasil uji regresi terhadap model penelitian yang digunakan dalam
penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 4.33
Nilai Koefisien Penggunaan Sistem Akuntasi Keuangan
Maka persamaan model penelitian ini adalah :
Y = a + bX+ e
Y = 10.827 + 0.904 X + e
94
Dimana : Y = Kualitas Pelaporan Keuangan
X = Sistem Akuntani Keuangan
Angka-angka ini dapat diartikan sebagai berikut:
- Konstanta sebesar 10.827; artinya jika sistem akuntansi keuangan (X)
nilainya adalah 0, maka kualitas pelaporan keuangan (Y) nilainya
positif yaitu sebesar 10.827.
- Koefisien regresi variabel sistem akuntansi keuangan (X) sebesar
0.904; artinya jika sistem akuntansi keuangan mengalami kenaikan 1
poin maka kualitas pelaporan keuangan (Y) akan mengalami
peningkatan sebesar 0.904. Koefisiean bernilai positif artinya terjadi
hubungan positif antara sistem akuntansi keuangan dengan kualitas
pelaporan keuangan, semakin diterapkan sistem akuntansi keuangan
maka semakin meningkat nilai kualitas pelaporan keuangan.
b. Analisis Korelasi Sederhana
Analisis korelasi sedrhana ini digunakan untuk mengetahui seberapa
kuat hubungan anatara variabel Penerapan Sistem Akuntansi
Keaungan (X) dan variabel Kualitas Pelaporan Keuangan (Y). Dengan
analisis ini akan diketahui besarnya nilai R (koefisien krelasi) yaitu
suatu nilai yang menunjukkan kuat tidaknya hubungan variabel X dan
Y dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 19. Data yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
95
Tabel 4.34
Nilai korelasi antara variabel Penerapan Sistem Akuntansi
Keuangan (X) dan variabel Kualitas Pelaporan Keuangan (Y). Correlations
Y X
Pearson Correlation
Y 1.000 .600
X .600 1.000
Sig. (1-tailed) Y . .000
X .000 .
N Y 50 50
X 50 50
Tabel diatas menunjukkan bahwa dengan menggunakan uji pearson
correlation, maka diketahui variabel Penerapan Sistem Akuntansi
Keaungan memiliki korelasi dengan variabel Kualitas Pelaporan
Keuangan sebesar 0,600.
Tabel 4.35
Ringkasan Model
Tabel 4.36
ANOVA
96
Dari uji ANOVA atau uji F, didapat F hitung adalah 27.024,
dengan tingkat signifikansi 0,000a. Oleh karena tingkat signifikansi jauh
lebih kecil dari 0,05, maka ada hubungan linier antara variabel sistem
akuntansi keuangan terhadap kualitas pelaporan keuangan. Oleh karena
terdapat hubungan linier antara kedua variabel, maka variabel sistem
akuntansi keuangan mempunyai pengaruh terhadap variabel kualitas
pelaporan keuangan. Kesimpulannya, model regresi di atas sudah benar
dan layak. Dapat juga di uji mengunakan uji F, dimana jika Fhitung > Ftabel
maka persamaan model linier sudah tepat digunakan. Dimana Fhitung =
27.024 dan Ftabel = 4.04 (0.05 ; 1; 48), maka Fhitung > Ftabel, dikatakan
bahwa persamaan regresinya sudah tepat.
Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat
hubungan positif sebesar 0,600 antara Penerapan Sistem Akuntansi
Keaungan memiliki korelasi dengan Kualitas Pelaporan Keuangan.
Selanjtnya untuk menginterprestasikan seberapa kuat hubungan antara
Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan , maka digunakan pedoman
interprestasi koefisien korelasi seperti tabel di bawah ini.
Tabel 4.37
Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat Kuat
97
Dengan menggunakan tabel diatas, maka koefisien korelasi sebesar
0,600 termasuk kategori kuat. Sehingga terdapat hubungan pengaruh
yang kuat antara Penerapan Sistem Akuntansi Keaungan memiliki
korelasi dengan Kualitas Pelaporan Keuangan di Badan POM.
c. Analisa terhadap Koefisien Penentu
Besarnya angka koefisien determinasi dalam penghitungan denga
SPSS diatas adalah sebesar 0,360 atau sama dengan 36%. Angka
tersebut mempunyai arti bahwa besarnya kontribusi pengaruh sistem
akuntansi keuangan sebesar terhadap kualitas pelaporan keuangan
sebesar 36%, dan sisanya sebesar 64% dijelaskan oleh variabel lain di
luar variabel yang digunakan atau tidak dapat diterangkan pada
penelitian ini.
4.3.3. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji signifikansi koefisien regresi (b), yaitu apakah
variabel independen (X) berpengaruh secara nyata atau tidak maka
dilakukan uji t.
Hipotesis :
Ho = Sistem akuntansi keuangan tidak berpengaruh terhadap kualitas
pelaporan keuangan
Ha = Sistem akuntansi keuangan berpengaruh terhadap kualitas
pelaporan keuangan
98
Pengambilan keputusan, jika -ttabel < thitung < ttabel maka Ho diterima dan
jika thitung > ttabel maka Ho ditolak. Dari hasil pengolahan data (tabel)
diperoleh thitung = 5.198 dan ttabel = 2.0106 (0.05;48). Oleh karena thitung >
ttabel maka Ho ditolak, artinya Sistem akuntansi keuangan berpengaruh
terhadap kualitas pelaporan keuangan. Secara statistik, dengan pengujian
uji t ini terlihat bahwa Sistem akuntansi keuangan mempunyai pengaruh
terhadap kualitas pelaporan keuangan.
Ho ditolak Ho diterima Ho ditolak
-2,0106 +2,0106 5.198
Gambar 4.2. Daerah Penentuan Ho
99
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan mengenai
Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan di
Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagai berikut:
1. Penerapan sistem akuntansi keuangan mempunyai peran yang penting
terhadap kualitas pelaporan keuangan di Badan Pengawas Obat dan
Makanan. Dengan adanya sistem akuntansi keuangan sebagai salah
satu sarana dalam meningkatkan kualitas pelaporan keuangan, para
pegawai dapat membuat laporan keuangan tiap periode, sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), berdasarkan dokumen
sumbernya, dilakukan rekonsiliasi baik dengan pengelola Aset
(SIMAK BMN) maupun dengan KPPN sebagai mitra kerja. Sehingga
manajemen dapat memanfaatkan laporan keuangan untuk mengambil
keputusan, sebagai bahan pengawasan, bahan perencanaan dan
menyajikan informasi yang dibutuhkan setiap saat.
2. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, diperoleh
hasil sebagai berikut:
a. Terdapat hubungan pengaruh yang positif dan signifikan dari
masing-masing unsur atau indikator penerapan sistem akuntansi
100
keuangan terhadap kualitas pelaporan keuangan di Badan POM
secara keseluruhan, yakni koefisien korelasi sebesar 0.904 yang
berarti jika pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan
mengalami kenaikan 1 poin maka kualitas pelaporan keuangan
(Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0.904 poin.
b. Berdasarkan korelasi sederhana, diperoleh koefisien korelasi
sebesar 0,600 yang termasuk dalam kategori kuat. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa pengaruh penerapan sistem
akuntansi keuangan terhadap kualitas pelaporan keuangan di
Badan POM adalah kuat.
c. Berdasarkan analisa terhadap koefisien penentu (KP) diperoleh
hasil sebesar 36% yang berarti persentase besarnya kontribusi
atau pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan terhadap
kualitas pelaporan keuangan adalah sebesar 36%, sedangkan
sisanya 64% dipengaruhi oleh faktor lain.
3. Berdasarkan uji hipotesis, diperoleh t-hitung > t tabel, yaitu 5.198 >
2.0106 yang berarti Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan pengaruh yang signifikan antara penerapan
sistem akuntansi keuangan dengan kualitas pelaporan keuangan yang
dapat digeneralisasikan atau dapat berlaku bagi populasi yakni para
pengelola Sistem Akuntansi Keuangan di lingkungan Badan Pengawas
Obat dan Makanan.
101
5.2. Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan dan hasil pengolahan data kuesioner
pada penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya
bermanfaat bagi beberapa dalam memanfaatkan Sistem akuntansi keuangan:
1. Instansi
a) Badan POM lebih memperhatikan sistem akuntansi yang digunakan,
baik dalam memahami penggunaannya atau salam hal mengetahui
standar akuntansi pemerintahan sehingga dalam mengolah data
keuangan dapat menghsilkan laporan keuangan yang berkualitas.
b) Pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas dan berkompeten
agar dapat bekerja lebih baik dengan adanya sistem akuntansi
keuangan pada Badan POM.
2. Penelitian Selanjutnya
a) Memperluas objek penelitian dengan skala yang lebih besar lagi
b) Memperbanyak populasi dan jumlah sampelnya, agar hasilnya
menggambarkan situasi yang lebih akurat
c) Menambah variabel independen, seperti sumber daya manusia yang
berkualitas, Sistem pengendalian intern dan pemanfaatan teknologi
informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert N dan Vijay Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian
Manajemen, Penerbit. Jakarta : Salemba Empat.
Azhar Susanto. 2008. Sistem Informasi Akuntansi. Bandung: Lingga Jaya.
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Jakarta :
Erlangga.
Bastian, Indra. 2007. Sistem Akuntansi Sektor Publik Edisis 2. Jakarta :
Salemba Empat.
Badjuri, Achmad dan Elisa, Trihapsari, 2004, “Audit Kinerja pada
Organisasi Sektor Publik Pemerintah.”
Badan Pemeriksa Keuangan RI, Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun
2013, http://www.bpk.go.id.
Baldric Siregar dan Boni Siregar. 2001. Akuntansi Penerimaan Dengan Sistem
Dana.
Bodnar dan Hopwood. 2003. Accounting information system.8th. Pretince
Hall, New Jersey.
Davis, Gordon B. 1998. Manajemen information system, conceptual
Foundation Structure and Development. Edisi Indonesia. New York.
Penerbit Mc. Millan.
Freeman, Robert J. 1998. Govermental Nonprofit Accounting Theory and
Practise. New Jersey:Prentice-hall, Inc.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,
Edisi Keempat, Penerbit Universitas Diponegoro.
Halim, Abdul. 2012. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Harahap, Sofyan Syafrie. 2008. Teori Akuntansi. Jakarta: Rajawali Pers.
Harto, Tantriani Aukmaningrum Puji. 2010. “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah”. Jurnal Akuntansi Pemerintah.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan.
Jakarta:Salemba Empat.
Jonathan Sarwono, 2006, ”Teori dan Praktik Riset Pemasaran dengan SPSS”,
Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Jones, B.M.R. dan M. Pendlebury. 2000. Public Sector Accounting. 4th Ed.
London: Pitman.
Kusrini dan Andri Koniyo. (2007). Tuntunan Praktis Membangun Sistem
Informasi Akuntansi dengan Visual Basic & Microsoft SQL Server.
Yogyakarta: Andi.
La Midjan dan Azhar Susanto.2000. Sistem Informasi Akuntansi 1. Edisi
Keenam : Lembaga Informasi Akuntansi.
Mardiasmo. 2004. Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta.
Andi Offset.
Mardiasmo. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi Offset.
Mulyadi. 2011. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Nazier, Daeng. 2009. Kesiapan SDM Pemerintah Menuju Tata Kelola
Keuangan Negara yang Akuntabel dan Transparan. Jakarta. Kaditama
Revbang BPK-RI
Nugroho, Sigit, PhD. 2009. Dasar-Dasar Metode Statistika. Jakarta : Cikal
Sakti.
Nurillah, As syifa. 2014. “Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia,
Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD), Pemanfaatan
Teknologi Informasi, dan Sistem Pengendalian Intern terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada
SKPD Kota Depok”. Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Peraturan Menteri Keuangan No. 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011.
Peraturan Menteri Keuangan No. 291/PMK.05/2013 tentang Kebijakan
Akuntansi Pemerintah.
Peraturan Pemerintah No.71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP).
Permadi, Angga Dwi. 2013. Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan
Pemerintah Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (Studi Kasus Pada Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat).
(Tidak untuk dipublikasikan).
Rohman, Abdul. 2009. “Pengaruh Implementasi Sistem Akuntansi,
Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Fungsi Pengawasasn dan
Kinerja Pemerintah daerah”. Jurnal Akuntansi dan Bisnis
Romney, Marshall B., Steinbart dan Paul John. 2006. Accounting Information
System. New Jersey:prentice Hall.
Roviyantie, Devi. 2011.”Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia dan
Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Daerah, Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Univeritas Pendidikan Indonesia. Bandung.(Tidak untuk
dipublikasikan).
Sangadji, Etta Mamang., dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan
Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta : Andi.
Sekaran, Uma .2006. Research Methods For Business. Jakarta: Salemba
Empat.
Siregar, Baldric. 2001. Akuntansi Pemerintah Dengan Sistem Dana.
Yogyakarta:STIE YKPN.
Soemarso.1996. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV. Alfabeta.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
CV. Alfabeta.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung :
CV. Alfabeta
Undang-undang No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-undang No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Undang-undang No.15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
Utomo, Suryo Hariadi. 2012 “Analisis Pengaruh Pendididikan dan Pelatihan
terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi (Studi Kasus Pada PNS yang
Bekerja pada Dinas Koperasi dan UMKM Bagian Keuangan Pemprov
Jatim) ”.
Yuliani, Syafrida. 2010. Pemahaman Akuntansi, Pemanfaatan Sistem Informasi,
Akuntansi, Keuangan Daerah dan Peran Internal Audit Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada SKPD di Kota
Pariaman).
Weygant, Jerry J., et al. (2005). Accounting Principles 7th Edition. John Wiley
and Sons.
Resume Hasil Kuesioner Sistem Akuntansi Keuangan
No. Resp
Kuesioner
SAK
1
SAK
2
SAK
3
SAK
4
SAK
5
SAK
6
SAK
7
SAK
8
SAK
9
SAK
10
1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
2 4 3 5 4 5 4 4 4 4 5
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
6 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5
7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
8 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5
9 4 3 4 4 5 4 4 5 4 4
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
11 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4
12 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4
13 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
14 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5
15 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5
16 4 4 5 4 5 4 4 4 3 4
17 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5
18 4 3 5 4 4 4 4 5 4 4
19 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5
20 5 4 5 4 4 4 4 4 3 5
21 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4
22 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4
23 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4
24 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5
25 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
26 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5
27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
28 5 5 5 5 5 4 4 4 2 5
29 5 2 5 5 5 3 3 5 4 5
30 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5
31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
32 5 2 5 5 5 5 4 5 5 5
33 5 2 5 5 5 4 4 5 5 5
34 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
35 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5
36 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
37 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5
38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
39 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
40 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5
41 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
42 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
43 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
44 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4
45 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5
46 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5
47 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5
48 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4
49 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5
50 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5
Total 231 206 231 224 228 221 218 227 210 229
rata-rata
4,62 4,12 4,62 4,48 4,56 4,42 4,36 4,54 4,2 4,58
Resume Hasil Kuesioner Kualitas Pelaporan Keuangan
No. Resp
Kuesioner
KLK
1
KLK
2
KLK
3
KLK
4
KLK
5
KLK
6
KLK
7
KLK
8
KLK
9
KLK
10
KLK
11
KLK
12
1 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5
2 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4
3 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
6 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3
7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
8 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4
9 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4
10 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
11 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4
12 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4
13 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4
14 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4
15 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4
16 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5
17 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5
18 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4
19 4 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5
20 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4
21 3 4 5 4 3 4 4 4 4 5 4 5
22 3 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 5
23 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5
24 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5
25 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4
26 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
27 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
28 3 5 2 3 3 2 4 4 4 4 4 4
29 3 4 2 3 3 4 5 5 4 4 4 4
30 3 5 3 4 5 4 4 4 4 5 5 4
31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
32 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
33 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
34 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
35 4 5 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4
36 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
37 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4
38 4 5 4 5 5 4 4 4 5 3 2 4
39 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
40 4 5 2 5 5 4 4 4 5 3 2 4
41 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
42 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
43 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
44 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
45 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5
46 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5
47 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5
48 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5
49 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5
50 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5
Total 202 220 194 214 209 212 220 215 218 218 211 219
rata-rata 4,04 4,4 3,88 4,28 4,18 4,24 4,4 4,3 4,36 4,36 4,22 4,38
2. UJI REGRESI
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
KUALITAS LAPORAN
KEUANGAN 51.0400 5.90040 50
SISTEM AKUNTASI
KEUANGAN 44.5000 3.91882 50
Correlations
KUALITAS
LAPORAN
KEUANGAN
SISTEM
AKUNTASI
KEUANGAN
Pearson Correlation KUALITAS LAPORAN
KEUANGAN 1.000 .600
SISTEM AKUNTASI
KEUANGAN .600 1.000
Sig. (1-tailed) KUALITAS LAPORAN
KEUANGAN . .000
SISTEM AKUNTASI
KEUANGAN .000 .
N KUALITAS LAPORAN
KEUANGAN 50 50
SISTEM AKUNTASI
KEUANGAN 50 50
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 SISTEM
AKUNTASI
KEUANGANa
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: KUALITAS LAPORAN
KEUANGAN
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
Durbin-Watson
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .600a .360 .347 4.76846 .360 27.024 1 48 .000 1.770
a. Predictors: (Constant), SISTEM AKUNTASI
KEUANGAN
b. Dependent Variable: KUALITAS LAPORAN
KEUANGAN
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 614.485 1 614.485 27.024 .000a
Residual 1091.435 48 22.738
Total 1705.920 49
a. Predictors: (Constant), SISTEM AKUNTASI KEUANGAN
b. Dependent Variable: KUALITAS LAPORAN KEUANGAN
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 10.827 7.765 1.394 .170
SISTEM AKUNTASI
KEUANGAN .904 .174 .600 5.198 .000 1.000 1.000
a. Dependent Variable: KUALITAS LAPORAN
KEUANGAN
Coefficient Correlationsa
Model
SISTEM
AKUNTASI
KEUANGAN
1 Correlations SISTEM AKUNTASI
KEUANGAN 1.000
Covariances SISTEM AKUNTASI
KEUANGAN .030
a. Dependent Variable: KUALITAS LAPORAN KEUANGAN
Collinearity Diagnosticsa
Model
Dimensi
on Eigenvalue Condition Index
Variance Proportions
(Constant)
SISTEM
AKUNTASI
KEUANGAN
1 1 1.996 1.000 .00 .00
2 .004 22.985 1.00 1.00
a. Dependent Variable: KUALITAS LAPORAN KEUANGAN
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 44.2626 56.0101 51.0400 3.54126 50
Std. Predicted Value -1.914 1.403 .000 1.000 50
Standard Error of Predicted
Value .680 1.468 .936 .184 50
Adjusted Predicted Value 43.9761 56.0748 51.0156 3.55531 50
Residual -1.12028E1 10.93010 .00000 4.71955 50
Std. Residual -2.349 2.292 .000 .990 50
Stud. Residual -2.393 2.364 .002 1.008 50
Deleted Residual -1.16245E1 11.63023 .02437 4.89850 50
Stud. Deleted Residual -2.523 2.489 .001 1.026 50
Mahal. Distance .016 3.663 .980 .767 50
Cook's Distance .000 .179 .019 .029 50
Centered Leverage Value .000 .075 .020 .016 50
a. Dependent Variable: KUALITAS LAPORAN KEUANGAN
HASIL PENGOLAHAN MENGGUNAKAN SPSS
1. UJI RELIABILITAS DAN VALIDITAS
A. VARIABEL SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items N of Items
.855 .868 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
q1 4.6667 .47946 30
q2 4.1000 .71197 30
q3 4.7000 .46609 30
q4 4.4333 .50401 30
q5 4.5333 .50742 30
q6 4.3667 .55605 30
q7 4.3333 .54667 30
q8 4.6333 .49013 30
q9 4.2000 .76112 30
q10 4.5667 .50401 30
Inter-Item Correlation Matrix
q1 q2 q3 q4 q5 q6 q7 q8 q9 q10
q1 1.000 .303 .463 .618 .189 .345 .307 .489 .378 .523
q2 .303 1.000 .197 .356 .134 .601 .709 .109 .089 .221
q3 .463 .197 1.000 .572 .408 .306 .406 .408 .175 .455
q4 .618 .356 .572 1.000 .683 .644 .584 .386 .216 .629
q5 .189 .134 .408 .683 1.000 .505 .456 .259 .071 .396
q6 .345 .601 .306 .644 .505 1.000 .832 .257 .391 .340
q7 .307 .709 .406 .584 .456 .832 1.000 .472 .414 .417
q8 .489 .109 .408 .386 .259 .257 .472 1.000 .666 .312
q9 .378 .089 .175 .216 .071 .391 .414 .666 1.000 .144
q10 .523 .221 .455 .629 .396 .340 .417 .312 .144 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
q1 39.8667 11.499 .587 .691 .840
q2 40.4333 11.082 .432 .705 .857
q3 39.8333 11.730 .529 .423 .844
q4 40.1000 10.852 .762 .800 .825
q5 40.0000 11.724 .476 .605 .848
q6 40.1667 10.695 .724 .832 .826
q7 40.2000 10.510 .798 .892 .820
q8 39.9000 11.541 .557 .714 .842
q9 40.3333 11.057 .395 .623 .864
q10 39.9667 11.551 .535 .498 .843
B. VARIABEL KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items N of Items
.918 .924 12
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
q1 3.8333 .79148 30
q2 4.3333 .54667 30
q3 3.8000 .99655 30
q4 4.1667 .74664 30
q5 3.9667 .76489 30
q6 4.1333 .68145 30
q7 4.3000 .53498 30
q8 4.1667 .37905 30
q9 4.2000 .48423 30
q10 4.3667 .61495 30
q11 4.2000 .61026 30
q12 4.3333 .54667 30
Inter-Item Correlation Matrix
q1 q2 q3 q4 q5 q6 q7 q8 q9 q10 q11 q12
q1 1.000 .531 .612 .574 .560 .682 .366 .441 .540 .342 .500 .452
q2 .531 1.000 .443 .535 .605 .339 .472 .388 .651 .547 .724 .423
q3 .612 .443 1.000 .695 .443 .599 .375 .183 .514 .630 .522 .696
q4 .574 .535 .695 1.000 .735 .633 .561 .264 .477 .538 .530 .451
q5 .560 .605 .443 .735 1.000 .604 .447 .258 .391 .393 .458 .275
q6 .682 .339 .599 .633 .604 1.000 .454 .445 .334 .455 .514 .525
q7 .366 .472 .375 .561 .447 .454 1.000 .595 .559 .388 .549 .472
q8 .441 .388 .183 .264 .258 .445 .595 1.000 .564 .321 .447 .388
q9 .540 .651 .514 .477 .391 .334 .559 .564 1.000 .440 .677 .521
q10 .342 .547 .630 .538 .393 .455 .388 .321 .440 1.000 .717 .650
q11 .500 .724 .522 .530 .458 .514 .549 .447 .677 .717 1.000 .724
q12 .452 .423 .696 .451 .275 .525 .472 .388 .521 .650 .724 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
q1 45.9667 26.654 .699 .686 .910
q2 45.4667 28.671 .687 .727 .910
q3 46.0000 24.828 .722 .821 .912
q4 45.6333 26.516 .770 .759 .906
q5 45.8333 27.247 .646 .702 .912
q6 45.6667 27.471 .708 .742 .909
q7 45.5000 29.155 .615 .596 .913
q8 45.6333 30.792 .489 .649 .918
q9 45.6000 29.214 .677 .711 .912
q10 45.4333 28.254 .667 .691 .911
q11 45.6000 27.697 .767 .834 .907
q12 45.4667 28.671 .687 .743 .910
KUESIONER PENELITIAN
Saya Rifki Danarjanto Adisuryo, mahasiswa Program Studi S1 Akuntansi STIE Muhammadiyah
Jakarta. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian untuk penulisan skripsi dengan judul “
Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan
(Studi Kasus pada Badan Pengawas Obat dan Makanan)”, Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu
untuk meluangkan waktu dalam mengisi kuesioner ini secara lengkap. Kerahasiaan data Bapak/Ibu
sebagai responden dalam penelitian ini terjamin dan tidak akan disebarluaskan. Atas bantuannya,
saya ucapkan terima kasih.
Nama Responden : .........................................................................
(boleh tidak diisi)
Umur : � 20 – 25 tahun � 26 – 30 tahun
� 31 – 35 tahun � 36 – 40 tahun
�> 41 tahun
Jenis Kelamin : �Pria �Wanita
Masa Kerja :� 0 – 5 tahun � 6 – 10 tahun
� 10 – 15 tahun � 16 – 20 tahun
�> 21 tahun
Pendidikan terakhir :� SMU Sederajat � Diploma
� Sarjana � Magister
� Lainnya.........................
Daftar Kuesioner
Silahkan memberikan jawaban anda dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban
yang tersedia :
SS = Sangat Setuju N = Netral STS = Sangat Tidak Setuju
S = Setuju TS = Tidak Setuju
A. SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN
No. Pertanyaan SS S N TS STS
1. Satuan Kerja (satker) tempat saya bekerja membuat
laporan hasil keuangan tiap periode
2. Tujuan pembuatan laporan keuangan diketahui oleh
pegawai tempat saya bekerja
3. Pembuatan laporan keuangan di tempat saya bekerja
disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP)
4. Setiap transaksi keuangan dilakukan identifikasi dokumen
sumbernya
5. Setiap transaksi keuangan di dukung oleh bukti transaksi
6. Pencatatan transaksi keuangan dilakukan secara
kronologis
7. Transaksi keuangan diklasifikasikan sesuai dengan pos-
pos semestinya
8. Laporan keuangan dilaporkan secara berjenjang setiap
bulan, triwulanan, semesteran dan tahunan
9. Pelaksanaan rekonsiliasi internal dilakukan tiap bulan
10. Pelaksanaan rekonsiliasi dengan KPPN untuk
menyamakan data penggunaan data pengeluaran satker
dengan data pengeluaran KPPN
B.KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN
No. Pertanyaan SS S N TS STS
Andal
1. Laporan keuangan digunakan sebagai alat pengambil
keputusan
2. Penyajian informasi pada laporan keuangan sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya
3. Kepala Satker melakukan cross chek data untuk
menghindari kesalahan material dan bias pada laporan
keuangan
Relevan
1. Laporan keuangan digunakan sebagai alat pengawasan
2. Laporan keuangan digunakan sebagai bahan perencanaan
untuk tahun yang akan datang
3. Laporan keuangan menyampaikan informasi yang
diperlukan oleh manajemen
Dapat Dibandingkan
1. Laporan keuangan menghasilkan informasi yang dapat
diperbandingkan dengan laporan keuangan periode
sebelumnya
2. Laporan keuangan menghasilkan informasi yang dapat
dibandingkan dengan entitas lain yang menerapkan
kebijakan akuntansi yang sama
3. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat
diuji, dan apabila pengujian dilakukan oleh pihak lain,
hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda
jauh
Dapat Dipahami
1. Seluruh informasi yang disajikan dalam Laporan
keuangan (Neraca, LRA, dan CaLk) dapat dipahami
dengan mudah
2. Informasi dalam laporan keuangan dinyatakan dalam
istilah yang mudah dipahami
3. Setiap informasi dalam laporan keuangan disertai dengan
penjelasan yang rinci sehingga kekeliruan dalam
interpretasi dan penggunaan informasi tersebut dapat
dicegah
DAFTAR RIWATA HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Rifki Danarjanto Adisuryo
Tempat/tangga Lahir : Magelang, 11 Februari 1985
Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Islam
Alamat : Jl. Tanjung V/No. 4 Taman Cimanggu Kota Bogor
RIWAYAT PENDIDIKAN
� Diploma III UGM Yogyakarta (2002 – 2005)
� SMU Negeri 1 Muntilan (1999 – 2002)
� SMP Negeri 1 Sawangan (1996 – 1999)
� MI Muhammadiyah 2 Sawangan (1990 – 1996)