Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH PENGALAMAN, KEAHLIAN, DAN ETIKA TERHADAP
KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDIT MELALUI SKEPTISISME
PROFESIONAL AUDITOR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Mutia Rahmah
1111082000056
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H /2016 M
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILN{IAH
Yang bcftanda tangan di
Nama
Nomor Induk
Fakultas
Jurusan
bawaii ini:
: Mutia Rahmah
Mahasiswa : 1111082000055
: Ekonomi dan Bisnis
: Akuntansi/Audit
Dengan ini menyatakan bahwa dalarn penulisan slo-ipsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide oralrg lain tflnpa inarnpu mengemltangkau dan
merlp ertan g gur-r gj a'ar ab kan.
2 Ticiak rnelakukan piagiat terhadap naskah orang lain.
3. Tidak t'uenggunakan kar1,a ihriah orang lain tanpa rnenyebutkaii surnber asli atau
tanpa rnenyebut pemilik karya.
4. Menger;akan sendiri karya ini dan rnampu bertanggung jar,vab at'as kar1,a ini.
Jikalau di keinudian hari ada tuntutan pihak lain atas karya saya, dan telah melalui
pembuktian yang cl-apat diperlanggungjarvabkan, lemyata memallg diternukan bukti
bahiva saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatulloh Jakaita.
Demikian pernyataan irri saya buat dengan sesungguhlya.
Jakarta, 11 Maret2016
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap : Mutia Rahmah
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 19 November 1993
3. Alamat : Jl. H. Sinda RT 10/ RW 04 No. 64 Beji, Depok
4. Telepon : 0856 9595 6821
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD Negeri Kukusan Depok Tahun 1999-2005
2. SMP Negeri 5 Depok Tahun 2005-2008
3. SMA Negeri 97 Jakarta Tahun 2009-2011
4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Jakarta Tahun 2011-2016
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Bimbingan Belajar Nurul Fikri , 2009-2011
2. Kursus Bahasa Inggris Higher Learning,2008-2009
vii
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. English Club SMPN 5 Depok sebagai Staff Divisi Keilmuan (2008-2009)
2. Pramuka dan Paskibra SMPN 5 Depok sebagai Staff Divisi Kaderisasi
(2008-2009)
3. Rohani Islam (ROHIS) SMAN 97 Jakarta sebagai Wakil Koordinator Divisi
Keilmuan (2009-2010)
4. Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi) UIN Jakarta sebagai Wakil
Koordinator Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (2013-2015)
V. PENGALAMAN KERJA
1. Staff Divisi Akuntansi Keuangan PT Pulomas Jaya ( Januari- Maret 2014)
2. Staff Divisi Akuntansi Keuangan PT Pulomas Jaya ( Januari- Maret 2015)
3. Staff Divisi Administrasi dan Keuangan BMT Syahida UIN Jakarta
( September 2015)
VI. DATA KELUARGA
1. Ayah : Ajid Rahman
2. Ibu : Lindayani
viii
THE EFFECTS OF EXPERIENCE, EXPERTISE, AND ETHICS TO
ACCURACY OF AUDITOR’S OPINION TROUGH AUDITOR’S
PROFESSIONAL SKEPTICISM
ABSTRACT
The purpose of this research was to analyze about the influence of experience,
expertise, and ethics to accuracy of auditors opinion with auditor’s professional
skepticism as intervening variable. This research used primary data by the
questionnaires. Questionnaires were distributed to the auditor in Special Capital
Region of Jakarta (DKI Jakarta) whose work in Accountant Public Firm (KAP) listed
on KAP directory issued by Indonesian Institute of Public accountants (IAPI) on
2013. The sampling process was done using purposive sampling with prospector’s
judgment. Questionnaire distributed were 80 and only 60 questionnaire returned and
were able to be processed. The analyzing method to examine hypothesis was path
analysis with SPSS 20.0 software.
The result of this research showed that the effect of experience, expertise,
ethics to auditor’s professional skepticism were significant. Meanwhile, the effect of
experience, expertise, ethics, and professional skepticism to accuracy of auditor’s
opinion were significantly. The result of partial research in model 1 showed that the
experience has no significantly effect to professional auditor’s skepticism, both
expertise and ethics has significantly effect to professional auditor’s skepticism.
Whereas, the result of partial research in model 2 showed that expertise has no
significantly effect to accuracy of auditor’s opinion. Whereas, experience, ethics, and
professional auditor’s skepticism has significantly effect to accuracy of auditor’s
opinion.
Keyword: experience, expertise, ethics, auditor’s professional skepticism, accuracy
of auditor’s opinion, and path analysis.
ix
PENGARUH PENGALAMAN, KEAHLIAN, ETIKA,TERHADAP
KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDIT MELALUI SKEPTISISME
PROFESIONAL AUDITOR
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengalaman, keahlian, dan
etika terhadap ketepatan pemberian opini audit melalui skeptisisme profesional
auditor sebagai variabel intervening. Penelitian ini menggunakan data primer
melalui kuesioner. Kuesioner disebar kepada auditor independen di DKI Jakarta
yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) sesuai dengan directory KAP yang
diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2013. Pengambilan
sampel dilakukan dengan purposive sampling dengan judgement. Kuesioner yang
disebar berjumlah 80 kuesioner. Jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 60
kuesioner dan 60 tersebut dapat diolah. Metode analisis yang digunakan unutk
menguji hipotesis adalah analisis jalur (path analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pengalaman, keahlian dan
etika terhadap skeptisisme profesional auditor secara simultan adalah signifikan.
Sementara pengaruh pengalaman, keahlian etika, dan skeptisisme profesional auditor
secara simultan adalah signifikan. Hasil uji parsial pada pengujian model 1
menunjukkan pengalaman tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
skeptisisme profesional auditor, sementara etika dan keahlian memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap skeptisisme profesinal auditor. Hasil uji parsial pada
pengujian model 2 menunjukkkan bahwa pengalaman dan etika memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit. Keahlian tidak memiliki
pengaruh yang signifikan etrhadap ketepatan pemberian opini audit.
Kata kunci: pengalaman, keahlian, etika, skeptisisme profesional auditor, ketepatan
pemberian opini audit, dan analisis jalur.
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengalaman, Kehalian, dan
Etika Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit Melalui Skeptisisme
Profesional Audit”.Shalawat serta salam senantiasa penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis
hanturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah menganugerahkannya. Selain itu,
penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Keluarga dan saudara di rumah yang telah memberikan bimbingan, dukungan,
serta doa yang tiada hentinya untuk penulis.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM. selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah
bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing
penulis selama menyusun skripsi. Terima kasih atas segala masukan, motivasi dan
nasihat yang telah diberikan selama ini.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,Ak.,MM.,CA selaku dosen Pembimbing Skripsi II
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, berdiskusi, dan
memberikan pengaruh kepada penulis. Terimakasih atas semua saran dan
xi
bimbingan yang ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai
terlaksananya sidang skripsi.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang kepada
penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi
amal kebaikan bagi kita semua.
7. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam
mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
8. Sahabat-sahabatkuTrio Sayko,Part of Jiref ,Celoteh, Keluarga Besar PSDI Lintas
Generasi dan SGD Akhawat 2011terimakasih atas doa, dukungan, nasihat,
motivasi, serta canda tawanya selama ini. Semoga ikatan silaturahim kita akan
terus terjalin.
9. Akuntansi B 2011 dan teman-teman seperjuangan Akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2011, Keluarga Besar LiSEnSi UIN Jakarta dan Keluarga
Besar BMT Syahida, terimakasih atas doa dan semangatnya selama ini
10. Seluruh pihak yang turut berperan dalam penelitian ini namun tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarnakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 11 Maret 2016
(Mutia Rahmah )
xii
DAFTAR ISI
Judul ............................................................................................................. i
Lembar Pengesahan Skripsi....................................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ................................................ iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ............................................................ iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ............................................ v
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................ vi
Abstract ......................................................................................................... viii
Abstrak ......................................................................................................... ix
Kata Pengantar ........................................................................................... x
Daftar Isi ...................................................................................................... xii
Daftar Tabel ................................................................................................. xv
Daftar Gambar ............................................................................................ xvi
Daftar Lampiran ......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ..................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian............................................................ 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 14
A. Tinjauan Literatur .................................................................. 14
1. Teori Disonansi Kognitif................................................. 14
2. Auditing .......................................................................... 16
3. Skeptisisme Profesional Auditor ..................................... 19
4. Pengalaman ..................................................................... 22
5. Etika ................................................................................ 24
6. Keahlian .......................................................................... 26
7. Opini Audit .................................................................... 27
xiii
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis .............................. 28
C. Penelitian Sebelumnya .......................................................... 37
D. Kerangka Pemikiran .............................................................. 44
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 45
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 45
B. Metode Penentuan Sampel .................................................... 45
C. Metode Pengumpulan Data ................................................... 46
D. Metode Analisis Data ............................................................ 47
1. Statistik Deskriptif............................................. ............. 47
2. Uji Kualitas Data ............................................................ 48
3. Uji Hipotesis ................................................................... 48
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................ 57
1. Pengalaman ..................................................................... 57
2. Keahlian .......................................................................... 58
3. Etika ................................................................................ 59
4. Skeptisisme Profesional Auditor ..................................... 59
5. Ketepatan Pemberian Opini Audit .................................. 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 66
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .......................... 66
1. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................ 66
2. Karakteristik Profil Responden ...................................... 67
3. Hasil Uji Statistik Deskriptif .......................................... 69
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ......................................... 71
1. Hasil Uji Kualitas Data ................................................... 71
2. Hasil Uji Hipotesis .......................................................... 76
xiv
BAB V PENUTUP .................................................................................. 105
A. Kesimpulan ............................................................................ 105
B. Saran ...................................................................................... 107
Daftar Pustaka ............................................................................................. 108
Lampiran-lampiran .................................................................................... 111
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 5 Skandal Besar Akuntansi di Dunia .................................... 2
1.2 Skandal Akuntansi di Indonesia ............................................ 3
2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu .......................................... 37
3.1 Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran ........................... 60
4.1 Data Sampel Penelitian ........................................................ 66
4.2 Karakeristik dan Demografi Responden .............................. 67
4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................. 70
4.4 Hasil Uji Validitas Pengalaman ............................................ 71
4.5 Hasil Uji Validitas Keahlian ................................................ 72
4.6 Hasil Uji Validitas Etika ....................................................... 73
4.7 Hasil Uji Validitas Skeptisisme Profesional Auditor ............ 73
4.8 Hasil Uji Validitas Ketepatan Pemberian Opini Audit ......... 74
4.9 Hasil Uji Reliabiitas .............................................................. 75
4.10 Koefesien Jalur Persamaan Model 1................................... .. 77
4.11 Koefesien Jalur Determiasi Model 1................................... .. 77
4.12 Hasil Uji Korelasi .................................................................. 79
4.13 Hasil Uji Statistik F Persamaan Model 1 .............................. 81
4.14 Hasil Uji Statistik t Persamaan Model 1 ............................... 82
4.15 Koefesien Jalur Persamaan Model 2 ..................................... 88
4.16 Koefesien Determinasi Persamaan Model 2 ......................... 88
4.17 Hasil Uji Korelasi .................................................................. 91
4.18 Hasil Uji Statistik F Persamaan Model 2 .............................. 95
4.19 Hasil Uji Statistik t Persamaan Model 2 ............................... 96
4.20 Ringkasan Hasil Pengujian ................................................... 102
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Skema Kerangka Penelitian .................................................. 44
3.1 Diagram Analisis Jalur ......................................................... 53
4.1 Diagram Analisis Jalur Hasil Penelitian.............................. .. 101
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Surat Penyebaran Kuesioner ................................................. 105
2 Surat Keterangan KAP .......................................................... 106
3 Kuesioner Penelitian ............................................................. 107
4 Jawaban Responden Penelitian ............................................. 108
5 Hasil Pengujian Instrumen Penelitian .................................. 109
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Profesi akuntan publik merupakan profesi yang menarik untuk diteliti.
Akuntan publik khususnya auditor menjadi profesi yang akan selalu dibutuhkan
mengingat terus berkembangnya usaha-usaha yang ada di masyarakat yang
tentunya membutuhkan laporan audit untuk mengembangkan usahanya tersebut.
Salah satu tugas auditor yang utama adalah memberikan opini atas laporan
keuangan suatu perusahaan ataupun institusi. Opini tersebutlah yang kemudian
akan menjadi pertimbangan para pengguna laporan keuangan seperti stakeholders,
shareholders, maupun masyarakat umum dalam penentuan pengambilan
keputusan. Oleh karenanya, peran auditor dalam memberikan opini atas laporan
keuangan perusahaan manjadi suatu peran yang strategis (Arum, 2008:4)
Profesi auditor pun dianggap sebagai profesi yang tidak dapat
menunjukkan lagi idealisme dan objektivitasnya dalam memberikan opini atas
laporan keuangan suatu perusahaan. Kasus-kasus yang terjadi seolah menjadi
pembuktian bahwa profesi auditor sudah tidak dapat lagi dipercaya
kredibilitasnya. Pandangan skeptis pun muncul dari masyarakat. Hal tersebut
cukup beralasan, dikarenakan cukup banyak perusahaan yang mengalami
kebangkrutan justru setelah opini audit dikeluarkan. Kasus-kasus besar di
Amerika yang terjadi pada perusahaan Tyco, Enron, Worldcom, Xerox, AIG dan
berbagai perusahaan besar lain merupakan awal mula terbentuknya pandangan
buruk tentang profesi dan kredibilitas auditor sehingga menjadi efek domino dan
2
menimbulkan kasus-kasus kecurangan akuntansi lain. Berikut kasus- kasus
akuntansi yang etrjadi di belahan duni selama dua dekade terakhir yang
mengakibatkan kegemparan khususnya pada pelaku pasar serta pengguna laporan
keuangan.
Tabel 1.1
5 Skandal Akuntansi Besar di Dunia
No Nama
Perusahaan
Tahun
Terjadi
Tuduhan Kasus Kecurangan
1 Enron
Corporation
2000 Menyembunyikan utang dan terbukti
mendongkrak laba lebih dari 1
Miliar Dollar Amerika. Serta
melakukan tindak kecurangan
bersama- sama dengan akuntan
publik saat itu yaitu Artur Andersen
2 Tyco
International
2002 CEO dan CFO bersama- sama
melakukan tindak kecurangan
berupa pencurian uang perusahaan
sebesar 600 juta US Dollar
3 WorldCom 2003 Mendongkrak cashflow sebesar 38
Miliar Dollar Amerika dengan
memanipulasi opearting expense
serta capital expense
4 American
International
Group (AIG)
2005 Melambungkan posisi keuangan
sebesar 27 Miliar Dollar dan
melakukan kecurangan permohonan
penawaran kontrak asuransi
5 Toshiba 2015 Melakukan mark up atas laba dengan
mendongkraknya sebesar 151
Milyar Yen selama kurun waktu
enam tahun kebelakang
Sumber : Diolah dari berbagai referensi
Kasus skandal akuntansi tak hanya terjadi pada dunia internasional.
Beberapa kasus serupa juga terjadi di Indonesia, diantaranya terdapat dalam tabel
berikut ini:
3
Tabel 1.2
Skandal Akuntansi yang Terjadi di Indonesia
No Nama
Perusahaan
Tahun
Terjadi
Tuduhan Kasus Kecurangan
1 PT Kimia Farma 2001 Melakukan overstated laba bersih
sebesar Rp. 32 Miliar akibat
keterlambatan auditor yang
menyadari adanya ketidakberesan
pengelolaan keuangan
2 PT Bank Lippo 2002 Penggandaan Laporan Keuangan
serta mark up yang berbeda atas
setiap laporan keuangan yang
digandakan
3 BPK RI Provinsi
Bangka Belitung
2013 Penghentian perhitungan kerugian
negara dalam kausu sumur bor
yang bersumber dari dana APBD
Provinsi Kep. Bangka Belitung
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
Kasus diatas diantaranya laporan keuangan ganda Bank Lippo untuk
periode 30 September pada tahun 2002 dan mark up atas laporan keuangan tahun
2001 oleh manajemen PT Kimia Farma Tbk. yang terbukti melaporkan overstated
laba bersih sebesar Rp 32 milyar. Berbeda dengan kasus Enron yang auditornya
jelas-jelas membantu proses manipulasi keuangan, kasus Bank Lippo dan Kimia
Farma adalah kesalahan auditor yang terlambat menyadari dan melaporkan
adanya ketidakberesan yang dilakukan pihak manajemen perusahaan. Kesalahan
tersebut diakibatkan karena auditor kurang berhati-hati dalam melakukan
pengujian atas bukti audit yang seharusnya kompeten dan cukup (Arum, 2008:5).
Sejalan dengan kasus pelanggaran yang menimpa akuntan publik diatas,
akuntan atau auditor pemerintahan pun tak luput dari kasus kasus pelanggaran
akuntansi. Lain halnya dengan akuntan publik yang lebih banyak mengurusi
permasalahan yang terjadi pada sektor privat, maka auditor pemerintah lebih
banyak melaksanakan tugasnya dalam mengaudit bidang keuangan publik atau
4
kecurangan yang terjadi di suatu pemerintahan baik pusat maupun daerah. Kasus
pelanggaran akuntansi yang terjadi di pemerintahan menjadi tantangan tersendiri
bagi pihak auditor (yang selanjutnya disebut pemeriksa) yang mengaudit laporan
keuangan daerah karena langsung berhubungan dengan pemerintahan.
Kejadian tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas integritas auditor
eksternal. Pada sisi lainnya, para auditor senantiasa dituntut untuk menaati standar
dan berperilaku sesuai dengan kode etik (Nizarudin, 2013:1). Auditor independen
dituntut untuk bertanggung jawab terhadap merebaknya kasus-kasus manipulasi
akuntansi seperti ini. Posisi akuntan publik sebagai pihak independen yang
memberikan opini kewajaran terhadap laporan keuangan serta profesi auditor
yang merupakan profesi kepercayaan masyarakat juga mulai banyak
dipertanyakan, apalagi setelah didukung oleh bukti semakin meningkatnya
tuntutan hukum terhadap kantor akuntan publik. Padahal profesi akuntan
mempunyai peranan penting terhadap penyediaan informasi keuangan yang andal
bagi pemerintah, investor, kreditor, pemegang saham, dan pihak lain yang
berkepentingan (Arum, 2008:5).
Karena pentingnya opini yang diberikan oleh auditor bagi sebuah
perusahaan, maka seorang auditor harus mempunyai keahlian dan kompetensi
yang baik untuk mengumpulkan dan menganalisa bukti-bukti audit sehingga bisa
memberikan opini yang tepat. Auditor dituntut untuk melaksanakan skeptisisme
profesionalnya sehingga auditor dapat menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan cermat dan seksama. Kemahiran profesional seorang auditor
mempengaruhi ketepatan opini yang diberikannya (Gusti dan Ali, 2008:2 )
5
Hasil akhir yang diharapkan dari adanya proses auditing adalah pemberian
opini auditor. Pemberian opini auditor yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan
dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) ataupun SKPN bagi pemeriksa
di pemerintahan sangat penting agar hasil audit tidak menyesatkan para
penggunanya. Pemberian opini akuntan harus didukung oleh bukti audit yang
kompeten dan cukup, dimana dalam mengumpulkan bukti audit, auditor harus
senantiasa menggunakan skeptisisme profesionalnya (Suraida, 2005:187).
Skeptisisme profesional auditor adalah sikap yang mencakup pikiran yang
selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara skeptis terhadap bukti
audit (Gusti dan Ali, 2008:3). Skeptisisme berasal dari kata skeptis yang berarti
ragu-ragu atau kurang percaya. Auditor dituntut untuk dapat melaksanakan
skeptisisme profesionalnya sehingga auditor dapat menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama karena kemahiran profesional seorang
auditor mempengaruhi opini yang diberikannya (Pratiwi dan Januarti, 2013:2).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi skeptisisme profesional auditor.
Gusti dan Ali (2008:3) menyatakan bahwa faktor- faktor yang dimaksud
diantaranya keahlian, pengetahuan, kecakapan, pengalaman, situasi audit yang
dihadapi, dan etika. Pengetahuan, keahlian, dan kecakapan merupakan kesatuan
yang mempengaruhi skeptisisme profesional karena melalui keahlian,
pengetahuan, dan kecakapan yang dimiliki akan menentukan tingkat skeptisisme
profesional auditor tersebut. Kompetensi standar umum pertama (SA seksi 210
dalam SPAP, 2011) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang
atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai
6
auditor, sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2011)
menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama
(due professional care). Kompetensi auditor bisa juga diukur melalui banyaknya
ijazah atau sertifikat yang dimiliki serta jumlah atau banyaknya keikutsertaan
yang bersangkutan dalam pelatihan-pelatihan, seminar atau simposium. Semakin
banyak sertifikat yang dimiliki dan semakin sering mengikuti pelatihan, seminar,
dan simposium diharapkan auditor yang bersangkutan akan semakin cakap dalam
melaksanakan audit (Silalahi, 2013:2).
Pengalaman audit ditunjukan dengan jumlah penugasan audit yang pernah
dilakukan. Pengalaman seorang auditor menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi skeptisisme profesional auditor karena auditor yang telah
berpengalaman lebih dapat mendeteksi adanya kecurangan-kecurangan yang
terjadi pada laporan keuangan (Kushasyandita, 2012:12). Semakin tinggi
pengalaman yang dimiliki oleh auditor maka semakin tinggi pula skeptisisme
profesionalnya (Gusti dan Ali, 2008:3). Knoers dan Haditono (1999) dalam Asih
(2006:3) mengatakan bahwa pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran
dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan
formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang
membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.
Pengalaman biasanya diukur dengan lamanya bekerja, frekuensi pekerjaan
pemeriksaan yang telah dilakukan, dan banyaknya pelatihan yang telah diikuti.
Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi jam terbang seorang auditor, maka kualitas
7
audit yang dihasilkan tentunya akan lebih baik dibandingkan dengan auditor yang
baru saja memulai karier (junior auditor).
Tekanan atas situasi audit akan mudah diminimalisir ketika auditor tetap
berpegang teguh pada etika profesi. Etika profesi dapat diartikan sebagai
karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu profesi dengan profesi lainnya
yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para anggotanya. Etika profesi akan
mempengaruhi tingkat skeptisisme profesional auditor dalam menentukan
ketepatan pemberian opini audit. Dengan adanya etika profesi akuntan, maka
fungsi akuntan sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan
bisnis dapat dijalankan oleh pelaku bisnis (Silalahi, 2013:2)
Beberapa uraian diatas merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
skeptisisme profesional auditor yang baik secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh terhadap proses auditor untuk mengevaluasi bukti yang ada sehingga
opini audit yang diberikan tidak menyesatkan para pengguna. Penelitian mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan pemberian opini audit melalui
skeptisime profesional auditor belum banyak dilakukan. Oleh karenanya, penulis
termotivasi untuk mengembangkan berbagai penelitian yang telah ada sebelumnya
mengenai skeptisisme profesional auditor dan ketepatan pemberian opini audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Gusti dan Ali (2008) menyatakan bahwa
skeptisisme profesional auditor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
ketepatan pemberian opini audit. Namun penelitian tersebut hanya meneliti
skeptisisme profesional auditor secara langsung tanpa memasukan unsur faktor-
faktor yang mempengaruhi skeptisisme tersebut sebagai variabel. Selanjutnya
8
hasil penelitian menurut Januarti dan Aldiansyah (2011) menyatakan bahwa
situasi, skeptisime profesional, dan pengalaman audit memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik, sedangkan
etika dan keahlian tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Hal ini bertentangan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dan Januarti (2013) yang
menyatakan bahwa variabel pengalaman tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap ketepatan pemberian opini, sedangkan variabel etika dan
keahlian mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan pemberian
opini. Selain itu, dalam penelitian ini, Pratiwi dan Januarti menjadikan
skeptisisme profesional sebagai variabel intervening sehingga menghasilkan
hipotesis pengaruh langsung dan tidak langsung faktor- faktor skeptisisme
profesional auditor terhadap ketepatan pemberian opini audit. Hasil dari pengaruh
langsung adalah seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Sementara hasil
pengaruh tidak langsung melalui skeptisisme profesional auditor sebagai variabel
intervening menyatakan bahwa ketiga variabel yaitu pengalaman, keahlian, dan
etika tidak berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini audit melalui
skeptisisme profesional auditor.
Penelitian tersebut serupa dengan penelitian yang dilakukan
Kushasyandita (2012) dimana penelitian tersebut menggunakan skeptisime
profesional sebagai variabel intervening yang akan menghasilkan hipotesis
pengaruh langsung dan tidak langsung. Hasil penelitian menyatakan bahwa
gender berpengaruh secara langsung terhadap ketepatan pemberian opini auditor,
dan situasi audit berpengaruh positif dengan ketepatan pemberian opini auditor
9
melalui skeptisisme profesional auditor. Sedangkan faktor lainnya yaitu
pengalaman, keahlian, situasi dan etika tidak berpengaruh langsung terhadap
ketepatan pemberian opini. Faktor pengalaman, etika, keahlian, gender tidak
berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini melalui skeptisisme sebagai
variabel intervening. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Adrian (2013),
menyatakan bahwa pengalaman, kehalian, etika, dan skeptisisme profesional
auditor berpengaruh secara positif dan signifikan baik secara parsial maupun
simutan terhadap ketepatan pemberian opini audit.
Dari beberapa penelitian tersebut terdapat hasil penelitian yang berbeda
walaupun variabel-variabel yang digunakan sama. Beberapa penelitian tersebut
menyatakan bahwa skeptisisme profesional auditor sangat mempengaruhi
ketepatan pemberian opini auditor, sehingga penelitian ini akan meneliti ketepatan
pemberian opini auditor dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi skeptisisme
profesional auditor. Oleh karena itu, pada penelitian ini skeptisisme profesional
auditor diteliti sebagai variabel intervening.
Penelitian ini akan menganalisis pengaruh langsung faktor-faktor yang
mempengaruhi skeptisisme profesional terhadap ketepatan pemberian opini
auditor dan menganalisis pengaruh tidak langsung antara faktor-faktor skeptisisme
profesional terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor. Maka berdasarkan
uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melaksanakan peneltian dengan judul
”Pengaruh Pengalaman, Keahlian, dan Etika Terhadap Ketepatan
Pemberian Opini Audit Melalui Skeptisime Profesional Auditor.” Penelitian
ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
10
Pratiwi dan Januarti (2013). Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yaitu:
1. Model penelitian sebelumnya menggunakan Structural Equational Model
(SEM) sedangkan pada penelitian ini menggunakan path analysis (analisis
jalur) dengan penambahan beberapa hipotesis baru.
2. Tahun penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2013 sedangkan pada
penelitian ini dilakukan pada tahun 2015.
3. Sampel dan populasi penelitian sebelumnya yang dilakukan di BPK
Perwakilan Provinsi Jawa Tengah, sedangkan pada penelitian ini dilakukan
pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang tersebar di wilayah DKI Jakarta.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dituliskan, maka permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pengalaman berpengaruh terhadap skeptisisme profesional
auditor?
2. Apakah keahlian berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor?
3. Apakah etika berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor?
4. Apakah pengalaman, keahlian, dan etika secara simultan berpengaruh
terhadap skeptisisme profesional auditor?
5. Apakah pengalaman berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini
audit?
6. Apakah keahlian berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini audit?
11
7. Apakah etika berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini audit?
8. Apakah skeptisisme profesional auditor berpengaruh terhadap ketepatan
pemberian opini audit?
9. Apakah keahlian, pengalaman, etika berpengaruh secara simultan terhadap
ketepatan pemberian opini audit melalui skeptisisme profesional auditor
sebagai variabel intervening?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis besarnya pengaruh pengalaman terhadap skeptisisme
profesional auditor.
2. Menganalisis besarnya pengaruh keahlian terhadap skeptisisme
profesional auditor.
3. Menganalisis besarnya pengaruh etika terhadap skeptisime profesional
auditor.
4. Menganalisis besarnya pengaruh pengalaman, keahlian, etika, secara
simultan terhadap skeptisisme profesional auditor.
5. Menganalisisbesarnya pengaruh pengalaman terhadap ketepatan
pemberian opini audit.
6. Menganalisis besarnya pengaruh keahlian terhadap ketepatan pemberian
opini audit.
7. Menganalisis besarnya pengaruh etika terhadap ketepatan pemberian opini
audit.
12
8. Menganalisis besarnya pengaruh skeptisisme profesional auditor terhadap
ketepatan pemberian opini audit..
9. Menganalisis besarnya pengaruh keahlian, pengalaman, etika terhadap
ketepatan pemberian opini audit melalui skeptisisme profesional auditor
sebagai variabel intervening.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini diantaranya
merupakan kontribusi yang berguna bagi lapisan masyarakat yaitu:
a. Kontribusi Teoritis
1. Mahasiswa jurusan akuntansi, diharapkan penelitian ini dapat
bermanfaat sebagai bahan rujukan penelitian selanjutnya dan
pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan.
2. Peneliti berikutnya, sebagai referensi yang akan digunakan bagi
pihak-pihak yang ingin mengadakan penelitian selanjutnya.
3. Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan dan
menambah referensi tentang audit eksternal.
b. Kontribusi Praktis
1. Auditor Eksternal, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan
acuan bagi auditor eksternal ataupun auditor pemerintah dalam
mengambilkebijakan dan keputusan.
13
2. Perusahaan pengguna jasa KAP, diharapkan penelitian dapat
dijadikan acuan untuk dapat memilih dan mengunakan jasa KAP
dengan lebih bijak dan lebih beretika.
3. Insitut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sebagai dasar dan
pertimbangan dalam merumuskan regulasidi dunia akuntansi
yang berkaitan dengan kinerja auditor.
4. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan sebagai dasar
pengambilan keputusan dan kebijakan terhadap kinerja auditor
serta hasil audit yang dilakukan oleh auditor tersebut.
5. Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang pertimbangan
auditor serta menambah pengetahuan di bidang akuntansi
khususnya auditing dan akuntansi perilaku tentang pengaruh
pengalaman, keahlian, dan etika terhadap ketepatan pemberian
opini auditor melalui skeptisisme profesional auditor.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Literatur
1. Teori Disonansi Kognitif
Pada dasarnya manusia bersifat konsisten dan akan cenderung
mengambil sikap-sikap yang tidak bertentangan satu sama lain, serta
menghindari melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan sikapnya.
Namun demikian, dalam kenyataannya manusia seringkali terpaksa harus
melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan sikapnya (Noviyanti, 2008).
Agung (2007) dalam Kushasyandita (2012:12) menyatakan
hipotesis dasar dari teori disonansi kognitif yaitu bahwa adanya disonansi
akan menimbulkan ketidaknyamanan psikologis, hal ini akan memotivasi
seseorang untuk mengurangi disonansi tersebut dan mencapai konsonansi.
Arti disonansi adalah adanya suatu inkonsistensi dan perasaan tidak suka
yang mendorong orang untuk melakukan suatu tindakan untuk keluar dari
ketidaknyamanan tersebut dengan dampak-dampak yang tidak dapat
diukur (Kushasyandita, 2012:12). Disonansi terjadi apabila terdapat
hubungan yang bertolak belakang akibat penyangkalan dari satu elemen
kognitif terhadap elemen lain, antara elemen-elemen kognitif dalam diri
inidividu. Disonansi kognitif mengacu pada inkonsistensi dari dua atau
lebih sikap-sikap individu, atau inkonsistensi antara perilaku dan sikap.
Dalam teori ini, unsur kognitif adalah setiap pengetahuan, opini, atau apa
15
saja yang dipercayai orang mengenai lingkungan, diri sendiri atau
perilakunya. Menurut Kushasyandita (2012) teori ini mampu membantu
untuk memprediksi kecenderungan individu dalam merubah sikap dan
perilaku dalam rangka untuk mengurangi disonansi yang terjadi.
Teori disonansi kognitif dalam penelitian ini digunakan untuk
menjelaskan pengaruh interaksi antara skeptisisme profesional auditor dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya terhadap pertimbangan auditor
dalam proses audit. Persyaratan profesional auditor memiliki sikap
skeptisisme profesional, sehingga dapat mengumpulkan bukti audit yang
memadai dan tidak dengan mudah menerima penjelasan dari klien sebagai
dasar untuk memberi opini audit yang tepat dalam laporan keuangan.
Disonansi kognitif terjadi apabila auditor mempunyai kepercayaan tinggi
terhadap klien sehingga menyebabkan sikap skeptisisme profesionalnya
berada pada tingkat rendah. Padahal, Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) menghendaki agar auditor bersikap skeptis. Kejadian situasional
seperti ditemukannya adanya kecurangan pada laporan keuangan atau
situasi seperti masalah komunikasi antara auditor lama dengan auditor
baru yang mengaudit suatu perusahaan juga akan berpengaruh terhadap
opini yang diberikan pada perusahaan tersebut.
16
2. Auditing
Menurut Arens, Elder, dan Beasley, (2010:14) definisi auditing
adalah sebagai berikut:
“ Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about
information to determine and report on degree of correspondence between
the information an established criteria. Auditing should be done by
competent, and independent person.”
Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai
informasi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara informasi yang ada
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus diakukan oleh orang
yang kompeten dan independen.
Sedangkan menurut Boynton dan Johnson (2006:6), definisi audit
yang berasal dari The Report of The Committee on Basic Auditing Concepts
of the American According Association adalah sebagai berikut:
“A Systematic process of objectively obtaining and evaluating
regarding assertions about economic actions and events to ascertain the
degree of correspondence between those assertion and established criteria
and communicating the results to interested users.”
Hal ini berarti, auditing merupakan suatu proses yang sistematis
untuk memperoleh serta mengevaluasi asersi- asersi atas kegiatan dan
peristiwa ekonomi dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara
asersi- asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Menurut Halim (2013:1), dari definisi tersebut dapat diuraikan
menjadi 7 (tujuh) elemen yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
audit, yaitu:
17
1. Proses yang sistematis
Auditing merupakan rangkaian proses dan prosedur yang bersifat
logis, terstruktur, dan terorganisir.
2. Menghimpun dan mengevaluasi bukti audit secara objektif
Hal ini berarti bahwa proses yang sistematis yang dilakukan tersebut
merupakan proses untuk menghimpun bukti-bukti yang mendasari
asersi-asersi yang dibuat oleh individu maupun entitas. Auditor
kemudian mengevaluasi bukti-bukti yang diperoleh tersebut. Baik
saat penghimpunan maupun pengevaluasian bukti, auditor harus
objektif yang berarti mengungkapkan fakta apa adanya sesuai yang
terjadi.
3. Asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi.
Asersi merupakan suatu pernyataan atau suatu rangkaian pernyataan
secara keseluruhan oleh pihak yang bertanggung jawab atas
pernyataan tersebut. Unutk laporan audit , asersi meliputi informasi
yang terdapat dalam laporan keuangan historis. Asersi merupakan
pernyataan manajemen melalui laporan keuangan sesuai dengan
standar akuntansi keuangan.
4. Menetukan tingkat kesesuaian
Hal ini berarti penghimpunan dan pengevaluasian bukti-bukti
dimaksudkan untuk menentukan dekat tidaknya atau sesuai tidaknya
asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.
18
5. Kriteria yang ditentukan
Kriteria yang ditentukan merupakan standar- standar pengukur untuk
mempertimbangkan asersi atau representasi. Kriteria tersebut dapat
berupa standar yang ditetapkan di setiap negara atau standar yang
dijadikan acuan. Standar tersebut dapat berupa Generally Accepted
Accounting Principle (GAAP) ataupun International Financial
Reporting Standard (IFRS).
6. Menyampaikan hasil-hasilnya
Hal ini berarti hasil audit dikomunikasikan melalui laporan tertulis
yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi dengan
kriteria yang telah ditentukan.
7. Para pemakai yang berkepentingan
Para pemakai yang berkepentingan merupakan para pengambil
keputusan yang menggunakan dan mengandalkan temuan-temuan
yang diinformasikan melalui laporan audit. Laporan audit yang berisi
opini audit akan mempengaruhi pengambilan keputusan pihak pihak
yang berkepentingan.
Berdasarkan uraian atas definisi auditing diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa auditing merupakan proses yang sitematis dalam
menghimpun bukti-bukti yang berasal dari kejadian ekonomi yang
dilakukan suatu entitas yang nantinya akan dilihat dan dinilai kesesuaiannya
19
serta kewajarannya. Hasil dari proses tersebut tertuang dalam laporan audit
yang berisi opini audit yang berguna bagi proses pengambilan keputusan.
3. Skeptisisme Profesional Auditor
Skeptisisme profesional merupakan sikap yang menunjukkan
keragu-raguan dan tidak mudah mempercayai atas bukti-bukti audit yang
ada selama proses pengauditan. Menurut SPAP SA seksi 230.2 Tahun
2011 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan skeptisisme auditor adalah
suatu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan
melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit (Suraida, 2005:191).
Menurut Shaub dan Lawrence (1996) dalam Suraida (2005:192),
secara spesifik skeptisisme auditor dapat diartikan sebagai suatu sikap
kritis terhadap bukti audit dalam bentuk keraguan, pertanyaan, atau
ketidaksetujuan dengan pernyataan klien atau kesimpulan yang dapat
diterima umum. Skeptisime profesional akan membantu auditor dalam
menilai dan mengevaluasi bukti dengan kritis sehingga dapat menurun kan
risiko-risiko yang akan timbul akibat kesalahan-kesalahan yang ada jika
skeptisime professional yang dimiliki rendah.
Menurut Kee and Knox’s (1970) dalam Gusti dan Ali (2008:5)
menyatakan bahwa skeptisisme profesional auditor dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu (1) faktor-faktor kecondongan etika, (2) faktor-
faktor situasi, dan (3) pengalaman. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
20
1. Faktor-faktor kecondongan etika:
Faktor-faktor kecondongan etika memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap skeptisisme professional auditor. The American
Heritage Directory menyatakan etika sebagai suatu aturan atau
standar yang menentukan tingkah laku para anggota dari suatu
profesi. Menurut Lowers (1997) dalam Gusti dan Ali (2008:5)
mengungkapkan bahwa pengembangan kesadaran etis atau moral
memainkan peran kunci di dalam semua area profesi akuntan,
termasuk dalam melatih sikap skeptisisme profesional akuntan.
2. Faktor- faktor situasi
Fakor-faktor situasi berpenngaruh secara positif terhadap
skeptisisme profesional auditor. Faktor situasi seperti situasi audit
yang memiliki risiko tinggi (irregularities situation) mempengaruhi
auditor untuk meningkatkan sikap skeptisisme profesionalnya.
Menurut Hurtt (2003) dalam Quadackers (2008) mengatakan
bahwa karakteristik skeptis menurut standar audit yang ada pada
skeptisisme dalam audit yang bersama-sama menentukan tingkat
keseluruhan individu skeptisisme profesional, yaitu (1) pemeriksaan bukti,
(2) pemahaman bukti yang tersedia, (3) tindakan atas bukti. Adapun
penjelasannya sebagai berikut :
1. Pemeriksaan bukti
Karakteristik yang berkenaan dengan pemeriksaan bukti terdiri dari
pikiran yang selalu mempertanyakan, suspensi penghakiman dan
21
mencari pengetahuan. Pikiran yang mempertanyakan ditujukan
dalam persyaratan untuk alasan, pembenaran bukti atau bukti.
Suspensi penghakiman adalah karakteristik yang menunjukkan
bahwa skeptis untuk membentuk penilaian dan sebagai informasi
pendukung tambahan untuk mencapai penilaian.
2. Pemahaman bukti yang tersedia
Karakteristik yang berhubungan dengan pemahaman bukti yang
tersedia dari pemahaman antar pribadi dari motivasi dan integrasi
bukti penyedia.
3. Tindakan atas bukti
Karakteristik untuk bertindak atas bukti terdiridari percaya diri dan
menentukan nasib sendiri. Percaya diri berarti keberanian
profesional untuk bertindak berdasarkan bukti bukti yang diproleh.
Menentukan nasib sendiri merupakan kecukupan individu.
Menurut Louwers (2005) dalam Waluyo (2007), skeptisisme bukan
berarti bersikap sinis, terlalu banyak mengkritik, ataupun melakukan
penghinaan. Sikap skeptisisme profesional audit akan mengarahkannya
untuk menanyakan setiap isyarat yang menunjukkan kemungkinan
terjadinya fraud. Menurut Ramdan (2011:33), skeptisisme profesional
khususnya adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit.
Skeptisme profesional seorang auditor dibutuhkan untuk mengambil
keputusan-keputusan tentang seberapa banyak serta tipe bukti audit seperti
22
apa yang harus dikumpulkan (Arens 2008:48). Sementara, frase-frase dalam
proses auditing dalam Arens (2008:15) yaitu yang pertama, terdapat
informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Kedua, pengumpulan serta
pengevaluasian bukti. Ketiga, ditangani oleh auditor yang kompeten dan
independen. Terkahir adalah mempersiapkan laporan audit. Dapat dijelaskan
dari sini bahwa auditor yang skeptis akan terus mancari dan menggali bahan
bukti yang ada sehingga cukup bagi auditor tersebut untuk melaksanakan
pekerjaannya untuk mengaudit, tidak mudah percaya dan cepat puas dengan
apa yang yang telah terlihat dan tersajikan secara kasat mata, sehingga dapat
menemukan kesalahan-kesalahan atau kecurangan-kecurangan yang bersifat
material, dan pada akhirnya dapat memberikan hasil opini audit yang tepat
sesuai gambaran keadaan suatu perusahaan yang sebenarnya.
4. Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan
perkembangan potensi bertingkah laku. Semakin luas pengalaman kerja
seseorang, semakin terampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna
pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Praditaningrum dan Januarti,2011:8). Semakin berpengalaman
seorang auditor maka dia akan semakin mampu dalam menghasilkan kinerja
yang lebih baik dalam melakukan pemeriksaan. Auditor yang
berpengalaman akan membuat judgment yang relatif lebih baik dalam tugas-
tugas profesional dibanding dengan auditor yang belum berpengalaman
23
(Herliansyah dan Meifida, 2006). Seorang auditor yang berpengalaman akan
semakin peka dalam memahami setiap informasi yang relevan sehubungan
dengan judgment yang akan diambilnya, semakin peka dengan kesalahan
penyajian laporan keuangan dan semakin memahami hal-hal yang terkait
dengan kesalahan yang ditemukan tersebut.
Pengalaman yang dimaksudkan disini adalah pengalaman auditor
dalam melaksanakan pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya
waktu, maupaun banyaknya penugasan yang pernah dilakukan. Butt (1998)
dalam Gusti dan Ali (2008:5) memperlihatkan dalam penelitiannya bahwa
auditor yang berpengalaman akan membuat judgement yang relatif lebih
baik dalam tugas-tugas profesionalnya daripada auditor yang kurang
berpengalaman. Jadi, seorang auditor yang lebih berpengalaman akan lebih
tinggi tingkat skeptisisme profesionalnya dibandingkan dengan auditor yang
kurang berpengalaman.
Gusti dan Ali (2008:6) menyatakan bahwa berkaitan dengan
skeptisisme ini, penelitian yang dilakukan Knee dan Knox’s (1970) yang
menggambarkan skeptisisme profesional sebagai fungsi dari disposisi etis,
pengalaman, dan faktor situasional. Shaub dan Lawrence (1996) dalam
Gusti dan Ali (2008:6) mengindikasikan bahwa auditor yang menguasai
etika situasi yang kurang lebih terkait dengan etika professional dan kurang
lebih dapat melaksanakan skeptisisme professionalnya. Faktor situasional
merupakan faktor yang paling penting dalam melaksanakan skeptisisme
professional auditor.
24
Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan
pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, maupun
banyaknya penugasan yang pernah dilakukan (Arum, 2007:163). Auditor
yang berpengalaman akan membuat judgment yang relatif lebih baik dalam
tugas-tugasnya. Auditor dengan jam terbang lebih banyak pasti sudah lebih
berpengalaman bila dibandingkan dengan auditor yang kurang
berpengalaman. Libby dan Frederick (1990) dalam Kushandyanita
(2012:16) menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor semakin
dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan
audit. Seseorang yang lebih pengalaman dalam suatu bidang substantif
memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat
mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-
peristiwa.
5. Etika
Menurut Boynton et al, (2006:97) etika secara harfiah berasal dari
kata Yunani ”ethos” yang artinya sama persis dengan moralitas yaitu adat
kebiasaan yang baik, adat kebiasaan yang menjadi sistem nilai yang
berfungsi sebagai pedoman dan tolak ukur tingkah laku yang baik dan
buruk. Secara umum etika didefinisikan sebagai nilai-nilai tingkah laku atau
aturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh suatu golongan
tertentu atau individu (Sukamto, 1991:1). Menurut Suseno Magnis (1989)
dan Sony Keraf (1991) dalam Suraida (2005: 189) bahwa untuk memahami
etika perlu dibedakan dengan moralitas. Moralitas merupakan suatu sistem
25
nilai tentang bagaimana orang harus hidup sebagai manusia. Sedangkan
etika berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku
manusia dalam hidupnya.
Maryani dan Ludigdo (2001) mendefinisikan etika sebagai
seperangkat aturan atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik
yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh
sekelompok atau segolongan manusia atau masyarakat atau profesi. Dasar
yang melandasi penyusunan kode etik setiap profesi adalah kepercayaan
masyarakat terhadap mutu jasa yang diberikan profesi. Setiap profesi
termasuk auditor yang menjual jasanya kepada masyarakat membutuhkan
kepercayaan dari kliennya. Oleh karena itu, profesi tersebut perlu mengatur
dan menetapkan ukuran mutu yang harus dicapai auditornya. Aturan yang
ditetapkan menyangkut aturan perilaku, yang mengatur perilaku auditor
sesuai dengan tuntutan profesi yang disebut dengan kode etik (Pusdiklatwas
BPKP, 2008). Kode etik adalah salah satu upaya dari profesi untuk menjaga
integritas profesi tersebut agar mampu menghadapi berbagai tekanan yang
dapat muncul dari dirinya atau pihak luar. Anggota profesi seharusnya
menaati kode etik profesi sebagai wujud kontra profesi bagi masyarakat dan
kepercayaan yang diberikannya.
Etika dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip- prinsip moral
atau nilai- nilai. Dalam hal etika, sebuah profesi harus memiliki komitmen
moral yang tinggi yang dituang dalam bentuk aturan khusus. Aturan ini
26
mmerupakan aturan menjalankan dan mengemban profesi tersebut
(Wahyudi, 2013: 4).
Terdapat dua saasaran pokok dari kode etik yaitu : (1) kode etik
bermaksud melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan oleh
kelalaian baik secara sengaja atupun tidak dari kaum profesional, (2) kode
etik bertujuan melindungi keluhuran profesi tersebut dari perilaku buruk
orang- orang tertentu yang mengaku dirinya profesional (Veronita, 2012: 2).
Dimensi etika yang sering digunakan dalam penelitian terdiri dari
kepribadian (locus of contol internal dan eksternal), kesadaran etis, dan
kepedulian terhadap etika profesi.
6. Keahlian
Keahlian merupakan unsur yang penting yang harus dimiliki oleh
seorang auditor independen untuk bekerja sebagai tenaga professional. Hal
tersebut ditegaskan dalam standar umum pertama SA Seksi 210, SPAP
2011, “audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”. Auditor harus
memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya, keahlian ini meliputi
keahlian mengenai audit yang mencakup merencanakan program kerja
pemeriksaan, menyusun program kerja pemeriksaan, melaksanakan
program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja pemeriksaan,
menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan.
27
Menurut Meinhard (1987) dalam Aldiansyah (2011) ada beberap
ukuran yang dapat mewakili keahlian auditor dalam melaksanakan
tugasnya meliputi prinsip akuntansi, standar auditing, auditing jenis dan
spesialisasi industri, keikutsertaan dalam pendidikan, pelatihan dan kursus.
Konsep skeptisisme profesional yang dijabarkan Knee dan Knox (1970)
menjelaskan bahawa keahlian dapat mempengaruhi sikap skeptisisme
profesional auditor terhadap keputusan seorang auditor dalam memberikan
judgement dan opini.
7. Opini Audit
Menurut Halim (2013:1),ada lima jenis opini auditor yang diberikan
ketika laporan audit telah selesai dibuat. Kelima opini tersebut yaitu:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian, merupakan pendapat atau opini
yang diberikan auditor apabila audit telah dilaksanakan dan
diselesaikan sesuai dengan standar auditing. Penyajian laporan
keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan tidak
terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa
penjelasan.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan,
merupakan pendapat yang diberikan ketika audit telah dilaksanakan
sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai
dengan standar akuntansi keuangan, tetapi terdapat keadaan atau
kondisi tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan. Kondisi atau
28
keadaan tertentu seperti pendapat auditor yang didasarkan atas
pendapat auditor independen lain, penyimpangan dari prinsip
akuntansi yang ditetapkan namun penyimpangan itu memang harus
dilakukan agar tidak menyesatkan para pengguna laporan keuangan.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian, diberikan ketika ada
penyimpangan dalam laporan keuangan manajemen namun tidak
berpengaruh secara material tehadap keseluruhan laporan keuangan.
4. Pendapat tidak wajar, berkenaan dengan penyajian laporan keuangan
yang tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.
Dalam memberikan pendapat ini, auditor harus mengemukakan
pendapatnya secara jelas mengenai penyebab pemberian opini
tersebut.
5. Pendapat tidak memberikan pendapat, merupakan pernyataan auditor
untuk tidak memberikan pendapat dikarenakan adanya pembatasan
ruang lingkup audit serta terganggunya independensi auditor terhadap
klien.
B. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis
a. Pengaruh pengalaman terhadap skeptisime profesional auditor
Pengalaman berkaitan dengan lamanya waktu penugasan audit dan
banyaknya penugasan yang diterima. Menurut Herdiansyah (2008)
Akuntan pemeriksa yang berpengalaman juga memperlihatkan perhatian
selektif yang lebih tinggi pada informasi yang relevan. Oleh karena itu
29
auditor yang lebih tinggi pengalamannya akan lebih tinggi skeptisisme
profesionalnya dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman.
Semakin tinggi jam terbang seorang auditor maka akan semakin melatih
sikap skeptisisme yang dimilikinya sehingga menghasilkan opini audit
yang tepat dan objektif karena tidak mudah terpengaruh dengan berbagai
pihak tertentu. Penelitian yang dilakukan Gusti dan Ali (2008) menyatakan
bahwa terdapat pengaruh yang positif antara skeptisisme profesional
auditor dengan ketepatan pemberian opini audit, dan terdapat pengaruh
positif antara pengalaman dengan ketepatan pemberian opini audit.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah :
Ha1 : Terdapat pengaruh antara pengalaman dengan skeptisisme
profesional auditor
b. Pengaruh keahlian dengan skeptisime profesional auditor
. Seseorang akan bersikap sesuai dengan pandangan orang lain
terhadap keahlian yang dimilikinya. Seorang yang dianggap ahli akan
melaksanakan tugas sesuai dengan aturan yang ada. Dalam hal ini auditor
sebagai profesi yang terdapat di masyarakat akan berusaha memenuhi
harapan masyarakat ketika melaksanakan tugasnya dengan memperhatikan
prosedur audit yang dilaksanakan. Auditor akan bersikap lebih skeptis
dalam melaksanakan tugas sehingga opini yang diberikan sesuai dengan
keadaan yang ada. Penelitian yang dilakukan oleh Ida Suraida (2005) serta
Gusti dan Ali (2008) menyatakan bahwa keahlian berpengaruh secara
30
signifikan terhadap skeptisime profesional auditor. Berdasarkan uraian
tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah :
Ha2 : terdapat pengaruh antara keahlian dengan skeptisime profesional
auditor.
c. Pengaruh etika terhadap skeptisime profesional auditor
Etika merupakan aturan yang mengatur perilaku manusia, baik
yang harus dilakukan maupun ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok
masyarakat atau profesi (Maryani dan Ludigdo, 2001).Faktor pencegah
tindakan dan perilaku yang tercela seorang auditor adalah dengan
penerapan etika sesuai dengan prinsip etika. Prinsip etika mengatur
bagaimana harus bertindak dalam hidup ini sebagai auditor yang baik dan
bagaimana menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik. Etika yang
dimiliki oleh seorang auditor diharapkan dapat menerapkan sikap
skeptisisme profesional auditor dalam melaksanakan tugasnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah :
Ha3 : Terdapat pengaruh antara etika dengan skeptisisme profesional
auditor
d. Pengaruh pengalaman, keahlian, dan etika terhadap skeptisisme
profesional auditor.
Pengaruh pengalaman, keahlian,dan etika merupakan variabel
yang akan dipergunakan dalam menentukan skeptisisme profesional
auditor, dimana auditor selalu mempertanyakan dan mengevaluasi secara
31
kritis terhadap bukti audit sehingga meminimalisir terjadinya kesalahan
auditor dalam menentukan opini audit. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Silalahi (2013), ketiga variabel tersebut merupakan
variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap skeptisisme
profesional auditor. Berdasarkan pernyataan diatas, maka hipotesis yang
akan diajukan adalah:
Ha4 : Terdapat pengaruh antara pengalaman, keahlian, dan etika
terhadap skeptisisme profesional auditor.
e. Pengaruh pengalaman terhadap ketepatan pemberian opini audit
Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melaksanakan
pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, maupun
banyaknya penugasan yang dilakukan. Akuntan yang berpengalaman
memperlihatkan perhatian selektif yang lebih tinggi pada informasi yang
relevan. Standar umum pertama dari standar auditing seksi 210 paragraf
pertama menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau
lebih yang memiliki keahlian dan penelitian teknis yang cukup sebagai
auditor. Dengan demikian dapat diartikan bahwa dalam melaksanakan
audit, auditor harus memiliki keahlian tentang audit dan penelitian teknis
auditing dalam melaksanakan audit dengan tujuan agar dalam pemberian
opini audit, auditor tidak merasa canggung atau ragu. Hal ini didasarkan
pada paragraf selanjutnya dari standar umum pertama yang menyatakan
bahwa dalam pelaksanaan audit untuk sampai pada tahap menyatakan
32
pendapat, seorang auditor harus bertindak sebagai seorang ahli dalam
bidang akuntansi dan bidang auditing.
Pengalaman menumbuhkan kemampuan auditor untuk mengolah
informasi, membuat perbandingan mental berbagai solusi alternatif dan
mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan. Auditor yang belum
berpengalaman tidak memiliki kemampuan tersebut. Dengan pengalaman
audit mereka, auditor mengembangkan struktur memori yang luas dan
kompleks yang membentuk kumpulan informasi yang dibutuhkan dalam
membuat keputusan-keputusan. Semakin banyak pengalaman yang
dimiliki oleh auditor, maka semakin baik auditor tetrsebut dalam
melakukan judgement atas proses pengauditan dan dalam menentukan
ketepatan opini audit. Kushasyandita (2012:16) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa pengalaman berpengaruh secara positif terhadap
ketepatan pemberian opini audit. Suraida (2005:200) juga menyatakan
dalam penelitiannya bahwa pengalaman berpegaruh positif terhadap
ketepatan pemberian opini audit Hal ini sejalan dengan penelitiaan yang
dilakukan oleh Aldiansyah dan Januarti (2011) yang menyatakan bahwa
pengalaman memiliki pengaruh yang signifikan etrhadap ketepatan
pemberian opini audit . Berdasarkan penelitian dari Kushasyandita (2012),
Aldiansyah dan Januarti (2011), dan Ida Suraida (2005), serta beberapa
uraian diatas, maka hipotesis pertama dari penelitian ini adalah :
Ha5: Terdapat pengaruh antara pengalaman dengan ketepatan
pemberian opini audit
33
f. Pengaruh keahlian terhadap ketepatan pemberian opini audit
Keahlian atau kompetensi yang dimiliki oleh auditor merupakan
standar audit yang harus dipenuhi oleh auditor yang termasuk dalam
standar umum audit. Kompetensi atau keahlian ini dapat diperoleh melalui
pendidikan formal, ujian profesional, maupun keikutsertaan dalam
pelatihan- pelatihan (Suraida, 2005:190). Auditor yang memiliki tingkat
pengetahuan yang tinggi akan berperilaku pantas sesuai dengan persepsi
serta ekspektasi orang lain dan lingkungan tempat auditor bekerja. Orang
lain akan menilai seseorang yang berkeahlian tinggi pasti akan berperilaku
baik, oleh karena itu setiap individu dengan keahlian tertentu biasanya
akan bersikap sesuai dengan bagaimana persepsi orang terhadap dirinya.
Keahlian audit akan membantu proses judgement audit. Keahlian dalam
merumuskan hasil-hasil evaluasi bukti audit akan menentukan
pertimbangan audit yang selanjutnya menghasilkan opini audit yang
diharapkan tepat dan sesuai dengan keadaan.
Penelitian yang dilakukan Wibowo (2010) menyatakan bahwa
keahlian berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini audit.
Januarti dan Pratiwi (2013) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa
keahlian mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
ketepatan pemberian opini audit. Hal ini sejalan dengan penelitian
Kushasyandita (2012) yang menyatakan bahwa keahlian memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesisnya adalah:
34
Ha6 : Terdapat pengaruh antara keahlian dan ketepatan pemberian
opini audit
g. Pengaruh etika terhadap ketepatan pemberian opini audit
Setiap profesi yang memberikan pelayanan dan jasa pada
masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan seperangkat prinsip
moral yang mengatur tentang etika profesional. Etika profesi merupakan
karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu profesi dengan profesi
lain yang berfungsi mengatur tingkah laku para anggotanya. Auditor yang
menggunakan prinsip-prinsip etika dalam melaksanakan tugasnya akan
cenderung menilai segala hal yang ada secara objektif. Objektifitas
tersebut akan mempengarui proses auditor dalam menentukan opini audit.
Opini audit yang dihasilkan dari proses yang objektif akan terjamin
ketepatannya karena opini yang dihasilkan menggambarkan sesuai dengan
keadaan yang ada.
Suraida (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa etika
mempengaruhi auditor dalam ketepatan pemberian opini audit. Adrian
(2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa etika berpengaruh secara
parsial terhadap ketepatan pemberian opini audit. Januarti dan Pratiwi
(2013) menyatakan hal serupa yaitu etika berpengaruh terhadap ketepatan
pemberian opini audit. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis ketiga
yang diajukan adalah :
35
Ha7 : Terdapat pengaruh antara etika dengan ketepatan pemberian
opini audit
h. Pengaruh skeptisisme profesional auditor terhadap ketepatan
pemberian opini audit
Skeptisisme profesional auditor adalah sikap yang mencakup
pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis
terhadap bukti audit (SPAP, 2011:230.2). Auditor yang dengan disiplin
menerapkan skeptisisme professional tidak akan terpaku pada prosedur
yang tertera dalam program audit, sehingga menghasilkan hasil kualitas
audit yang lebih baik(Tuanakota, 2011).Skeptisisme profesional menjadi
salah satu faktor dalam menentukan kemahiran profesional seorang
auditor. Kemahiran profesional akan sangat mempengaruhi keputusan
pemberian opini oleh seorang auditor. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa sikap skeptisisime seorang auditor dalam melakukan audit,diduga
akan berpengaruh pada keputusan pemberian opini auditor tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah
Ha8 : Terdapat pengaruh antara skeptisime auditor terhadap ketepatan
pemberian opini audit
36
i. Pengalaman, keahlian, etika berpengaruh secara signifikan terhadap
ketepatan pemberian opini audit melalui skeptisisme auditor sebagai
variabel intervening
Hubungan pengalaman, keahlian, etika, mempunyai pengaruh
langsung terhadap ketepatan pemberian opini audit. Namun demikian,
pengalaman, keahlian, etika juga mempunyai hubungan tidak langsung
terhadap pemberian opini audit yaitu dari pengalaman, keahlian, etika
melalui skeptisisme profesional auditor untuk selanjutnya menuju
pemberian opini audit. Pengalaman, keahlian, etika, dan skeptisisme
auditor merupakan satu kesatuan yang dapat mempengaruhi keputusan dan
ketepatan pemberian opini audit. Penelitian yang dilakukan oleh Adrian
(2013) pada auditor di BPK Perwakilan Provinsi Riau menyatakan bahwa
pengalaman, keahlian, etika dan skeptisime profesional auditor
berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap ketepatan pemberian
opini audit. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gusti
dan Ali (2008). Pengalaman menunjukkan lamanya waktu bekerja dan
banyaknya penugasan yang telah dilakukan. Keahlian berkaitan erat
dengan kompetensi dan pendidikan yang ditempuh seorang auditor dalam
meningkatkan kualitas dirinya. Etika berkaitan dengan etika profesional
akuntan publik dalam menjalankan tugasnya. Dengan tetap berpegang
teguh pada etika profesionalnya, auditor juga akan mudah menggunakan
skeptisisme profesionalnya dalam setiap penugasan yang ada. Semakin
tingi skeptisisme profesional yang dimiliki, maka ketepatan akan opini
37
audit yang dihasilkan diduga akan semakin baik dan objektif. Berdasarkan
pernyataan tersebut, maka hipotesis yang akan diajukan adalah:
Ha9 : Terdapat pengaruh antara pengalaman, keahlian, dan etika
terhadap ketepatan pemberian opini audit melalui skeptisisme
profesional auditor sebagai variabel intervening
C. Hasil PenelitianTerdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian terdahulu dapat dilihat
dalam tabel 2.1 dibawah ini:
38
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
Penulis Judul Penelitian Variabel dan Metodologi Penelitian
Sebelumnya
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Ida
Suraida
(2005)
Pengaruh Etika,
Kompetensi, Pengalaman
Audit dan Risiko Audit
terhadap Skeptisisme
Profesional Auditor dan
Ketepatan Pemberian
Opini Akuntan Publik
Variabel etika,
kompetensi,
pengalaman,
skeptisisme profesional
dan ketepatan
pemberian opini audit
Variabel risiko audit,
skeptisisme auditor
sebagai variabel
intervening, metode
penelitian, tahun
penelitian, sampel dan
populasi.
Etika, kompetensi, pengalaman audit
dan risiko audit berpengaruh terhadap
Skeptisisme profesional auditor baik
secara parsial maupun secara
simultan.
Maghfira
h Gusti
dan
Syahril
Ali
(2008)
Hubungan
SkeptisismeProfesional
Auditor Dan Situasi
Audit, Etika, Pengalaman
Serta Keahlian Audit
Dengan Ketepatan
Pemberian Opini Auditor
Oleh Akuntan Publik
Variabel skeptisime
auditor, situasi audit,
etika, keahlian, dan
ketepatan pemberian
opini audit.
Variabel gender,
skeptisisme sebagai
variabel intervening,
tahun penelitian,
populasi dan sampel
penelitian
Skeptisime, pengalaman, keahlian,
situasi audit berpengaruh secara
signifikan terhadap ketepatan
pemberian opini audit. Etika tidak
berpengaruh secara signifikan
terhadap ketepatan pemberian opini
audit
Bersambung ke halaman berikutnya.
39
Tabel 2.1 (lanjutan)
Penulis Judul Penelitian Variabel dan Metodologi Penelitian
Sebelumnya
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Aldiansy
ah dan
Indira
Januarti
(2011)
Hubungan Skeptisisme
Profesional Auditor,
Situasi Audit, Independensi,
Etika, Keahlian, dan
Pengalaman dengan
Keputusan Pemberian Opini
Audit Oleh Auditor
Variabel skeptisime
profesional, situasi
audit, etika, keahlian,
pengalaman, keputusan
pemberian opini audit
Variabel gender,
independensi, skeptisme
profesional sebagai
variabel intervening
,statistik deskriptif,
tahun penelitian dan
sampel penelitian
Skeptisisme profesional
auditor,situasi audit, pengalaman
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap keputusanpemberian opini
audit oleh auditor.Independensi,
Etika, keahlian tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap
keputusanpemberian opini audit oleh
auditor.
Yuneita
Anisma,
Zainal
Abidin,
dan
Cristina
(2011)
Faktor yang Mempengaruhi
Sikap Skeptisisme
Profesional Auditor di
daerah Sumatera Utara
Variabel etika,
kompetensi,
pengalaman audit,
situasi audit, dan
skeptisisme auditor
Variabel ketepatan
pemberian opini audit,
skeptisme profesional
sebagai variabel
intervening ,statistik
deskriptif, tahun
penelitian dan sampel
penelitian
Pengalaman, kesadaran etis,
profesionalisme, dan keahlian
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap skeptisime profesional
auditor
Bersambung ke halaman berikutnya.
40
Tabel 2.1 (lanjutan)
Penulis Judul Penelitian Variabel dan Metodologi Penelitian
Sebelumnya
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Sabrina
Kushasya
ndita
(2012)
Pengaruh Pengalaman,
Keahlian, Situasi Audit, dan
Gender Terhadap Ketepatan
Pemberian Opini Audit
Melalui Skeptisisme
Profesional Auditor
Variabel Pengalaman,
Keahlian, Etika,
Skeptisisme
Profesional Auditor,
dan Ketepatan
Pemberian Opini Audit
Variabel Gender dan
Situasi Audit
Model penelitian
menggunakan SEM
Tahun dan populasi
penelitian
gender berpengaruh langsung
terhadap ketepatan pemberian opini
auditor, situasi audit berpengaruh
positif dengan ketepatan pemberian
opini auditor melalui skeptisisme
profesional auditor. Pengalaman,
keahlian, situasi,etika tidak
berpengaruh langsung terhadap
ketepatan pemberian opini.
Pengalaman, etika, keahlian, gender
tidak berpengaruh terhadap ketepatan
pemberian opini melalui skeptisisme
profesional aditor
Bersambung ke halaman berikutnya.
41
Tabel 2.1 (lanjutan)
Penulis Judul Penelitian Variabel dan Metodologi Penelitian
Sebelumnya
Hasil penelitian
Persamaan Perbedaan
Sem
Paulus
Silalahi
(2013)
Pengaruh Etika,
Kompetensi, Pengalaman
Audit, dan Situasi Audit
Terhadap Skeptisime
Profesional Auditor
Variabel etika,
kompetensi,
pengalaman audit,
situasi audit, dan
skeptisisme auditor
Variabel ketepatan
pemberian opini audit,
skeptisme profesional
sebagai variabel
intervening ,statistik
deskriptif, tahun
penelitian dan sampel
penelitian
Etika, kompetensi, pengalaman,
situasi audit berpengaruh secara
signifikan terhadap skeptisisme
profesional auditor
Astari
Bunga
Pratiwi
dan
Indira
Januarti
(2013)
Pengaruh Faktor- Faktor
SkeptisismeProfesional
Auditor Terhadap Ketepatan
Pemberian Opini Audit
Variabel Penalaman,
Keahlian, Etika
Model penelitian SEM,
Tahun Penelitian,
Sampel dan lokasi
penelitian
Etika, pengalaman, kehalian tidak
berpengaruh terhadap ketepatan
pemberian opini audit melalui
skeptisisme profesional auditor. Etika
keahlian berpengaruh signifikan
terhadap ketepatan pemberian opini
audit. Pengalaman tidak berpengaruh
terhadap ketepatan pemberian opini
audit.
Bersambung ke halaman berikutnya.
42
Tabel 2.1 (lanjutan)
Penulis Judul Penelitian Variabel dan Metodologi Penelitian
Sebelumnya
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Dwi
Putra
Wahyudi,
Emrinaldi
Nur DP,
Juita
Saidi
(2013)
Hubungan Etika Profesi,
Keahlian, Pengalaman,
Situasi Audit dengan
Ketepatan Pemberian Opini
dalam Auddit Laporan
Keuangan Melalui
Pertimbangan Materialitas
dan Skeptisisme Profesional
Auditor
Variabel etika,
keahlian, pengalaman,
skeptisisme profesional
auditor, dan ketepatan
pemberian opini audit
Variabel pertimbangan
materialitas, model
penelitian dengan SEM,
tahun penelitian dan
populasi penelitian.
etika profesi, keahlian, dan
pengalaman memiliki hubungan
langsung dengan ketepatan pemberian
opini akuntan publik, dengan mediasi
pertimbangan materialitas
menunjukkan bahwa etika profesi dan
skeptisisme profesional memiliki
hubungan yang signifikan dengan
ketepatan opini akuntan publik
melalui pertimbangan materialitas.
sementara, pengujian dengan
mediasi skeptisisme profesional
auditor :variabel etika dan situasi
audit yang memiliki hubungan
signifikan terhadap ketepatan
pemberian opini melalui skeptisisme
profesional auditor.
Arfin
Adrian
(2013)
Pengaruh Pengalaman,
Keahlian, Etika, dan
Skeptisisme Profesional
Terhadap Ketepatan
Pemberian Opini Audit
Variabel etika,
pengalaman,skeptisime
profesional dan
ketepatan pemberian
opini audit
model penelitian regresi
berganda, variabel
intervening skeptisisme
profesional auditor
Semua variabel berpengaruh secara
signifikan dan positif baik secara
parsial maupun simultan
Bersambung ke halaman berikutnya.
43
Tabel 2.1 (lanjutan)
Penulis Judul Penelitian Variabel dan Metodologi Penelitian
Sebelumnya
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Marietta
Peytcheva
(2014)
Professional Skepticism
and Auditor Cognitive
Performance in A
Hypothesis- Testing Task
Variabel skeptisisme
profesional auditor
serta faktor- faktor
yang dapat
mempengaruhi
skeptisisme profesional
auditor
Variabel pendeteksian
kecurangan, serta
dimensi responden,
tahun penelitian, dan
model penelitian.
Skeptisisme profesional auditor
(faktor-faktor didalamnya)
berpengaruh signifikan terhadap
pendeteksoan kecurangan. Pengaruh
terbesar terdapat pada tingkat
practicing auditors
Sumber: Diolah dari berbagai referensi.
44
A. Kerangka Pemikiran
Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan
dalam gambar 2.1 berikut:
.
Kasus pelanggaran kode etik seorang auditor dalam melaksanakan prosedur
pengauditan dengan mengabaikan sikap etika profesi
Teori Auditing dan Teori Keperilakuan
Analisis Jalur
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Pengalaman (X1)
(Adrian,2013)
Keahlian (X2)
(Adrian, 2013)
Etika (X3)
(Adrian,2013)
Skeptisisme Profesional
Auditor (Y) (Adrian, 2013)
Ketepatan
Pemberian
Opini
Audit (Z)
(Cahayu,
2013)
Variabel
Independen
Variabel
Intervening
Variabel
Dependen
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen yaitu pengalaman,
keahlian, dan etika terhadap variabel dependen yaitu ketepatan pemberian opini
audit dengan skeptisisme profesional auditor sebagai variabel intervening.
Populasi penelitian ini adalah auditor atau akuntan publik yang bekerja pada
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah DKI Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja pada
Kantor Akuntan Publik (KAP) wilayah DKI Jakarta. Metode yang digunakan
peneliti dalam pemilihan sampel penelitian adalah pemilihan sampel bertujuan
(purposive sampling) dengan teknik berdasarkan pertimbangan (judgement
sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang
informasinya diperoleh dengan meggunakan pertimbangan tertentu (umumnya
disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian) (Indriantoro dan Supomo,
2012: 131) dengan kriteria sebagai berikut:
46
1. Sampel merupakan auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP)
yang berada di DKI Jakarta sesuai dengan directory Kantor Akuntan Publik
2013 yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
2. Sampel merupakan auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP)
dan pernah melaksanakan pekerjaan di bidang auditing atau pernah terlibat
langsung dalam proses pengauditan laporan keuangan.
3. Auditor yang memiliki pengalaman kerja minimal satu tahun karena dinilai
telah mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja dan memiliki
pengalaman dalam menilai kinerja serta kondisi lingkungan kerja.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data data pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua
cara yaitu:
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti melalui
buku, jurnal, skripsi, tesis, disertasi, internet, perangkat lain dan pustaka lain
yang berkaitan dengan judul penelitian
2. Penelitian Lapangan
Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan. Peneliti
memperoleh data langsung dari pihak pertama dengan menyebar data primer.
47
Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah auditor yang
bekerja pada KAP di wilayah DKI Jakarta . Peneliti memperoleh data dengan
mengirimkan kuesioner kepada KAP secara langsung maupun tidak langsung.
Data primer diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah
terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari auditor yang
bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai responden dalam
penelitian. Sumber data dalam penelitian ini adalah skor masing-masing
indikator variabel yang diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah
dibagikan kepada auditor KAP sebagai responden.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data,dan
uji hipotesis Model 1 dan Model 2.
1. Statistik deskriptif
Untuk memberikan gambaran mengenai demografi responden (jenis
kelamin, umur, jenjang pendidikan, jabatan) dan deskripsi mengenai variabel-
variabel penelitian (pengalaman, keahlian, etika, skeptisisme profesional
auditor, dan ketepatan pemberian opini audit) peneliti menggunakan tabel
distribusi frekuensi absolut yang menunjukkan angka rata-rata, median,
kisaran, dan standar deviasi.
48
2. Uji Kualitas Data
Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian
dapat dievaluasi melalui uji reliabilitas dan uji validitas. Uji tersebut masing-
masing untuk mengetahui konsistensi uji validitas dengan akurasi data yang
dikumpulkan dari penggunaan instrumen. Terdapat dua prosedur yang
dilakukan dalam penelitian ini untuk uji kualitas data, yaitu: (1) Uji reliabilitas
dengan melihat koefisien cronbanch alpha, dan (2) Uji validitas dengan
melihat analisis faktor MSA. Nilai reliabilitas dari cronbach alpha masing
masing instrumen penelitian (< 0,70 dianggap tidak reliabel) sebagaimana
yang ditunjukkan Nunally (1967) dalam Ghozali (2013:42). Sedangkan
validitas dilihat dari MSA >0,50 dianggap valid. Semua perhitungan
dilakukan dengan bantuan SPSS versi 20.0
3. Uji Hipotesis
Penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis) sebagai uji
hipotesisnya. Analisis jalur (path analysis) digunakan untuk menganalisis
pola antar hubungan variabel dengan tujuan untuk mengetahuipengaruh
langsung dan tidak langsung seperangkat variabel eksogen dengan variabel
endogen (Ridwan dan Kuncoro,2011:128). Seluruh pengujian dan analisis
data menggunakan bantuan SPSS versi 20.0
Setiap analisis yang dipilih untuk memecahkan permasalahan statistik
tidak lepas dari asumsi yang harus ditaati agar kesimpulan yang diperoleh
dapat dipertanggungjawabkan. Adapun langkah-langkah pengujian analisis
49
jalur (path analysis) menurut Ridwan dan Kuncoro (2011:128) adalah sebagai
berikut:
1. Menggambar diagram jalur lengkap
2. Merumuskan persamaan struktural
3. Menghitung koefisien regresi untuk setiap sub struktur yang telah
dirumuskan
4. Menghitung koefesien jalur secara individual maupun secara simultan
5. Merangkum kedalam tabel kemudian memaknai dan menyimpulkan
hasil analisis jalur
Diagram jalur memberikan secara eksplisist hubungan kausalitas antar
variabel. Model bergerak dari kiri ke kanan dengan implikasi prioritas
hubungan kausalvariabel yang bergerak kesebelah kiri. Setiap nilai
menggambarkan jalur dan koefesien jalur (Ghozali, 2013: 250)
Teknik analisis jalur (path analysis) ini akan digunakan dalam
pengujian besarnya kontribusi yang ditunjukan oleh koefesien jalur pada
setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar variabel pengalaman (X1),
keahlian (X2), etika (X3), skeptisisme profesional auditor (Y) dan ketepatan
pemberian opini audit (Z)
Dalam uji hipotesis penelitian ini terdapat dua model pengujian
hipotesis yaitu pengujian model hipotesis Model 1 yang merupakan pengujian
pengaruh variabel X1, X2, X3, Y terhadap Z secara langsung maupun tidak
langsung. Serta pengujian hipotesis Model 2 yang merupakan pengujian
50
pengaruh variabel X1, X2, X3, terhadap Z baik secara langsung maupun tidak
langsung.
1. Uji Hipotesis Penelitian Model 1
2. Pengujian Hipotesis Penelitian Model 1
a. Pengujian Model 1 Secara Keseluruhan
Dalam pengujian secara keseluruhan akan diuji secara simultan
seberapa besar pengaruh variabel pengalaman (X1), keahlian (X2), situasi
audit (X3) terhadap Skeptisisme auditor (Y). Sehingga menghasilkan
rumusan hipotesis sebagai berikut :
Ha1: Pengalaman, keahlian, dan etika berpengaruh signifikan
terhadap skeptisisme profesional auditor
Dari rumusan hipotesis tersebut diatas, maka diketahui persamaan
struktural model 1 dengan nilai pengaruh ρ variabel independen terhadap
variabel dependen diperoleh dari nilai beta (β) pada analisis regresi yang
dilakukan sehingga membentuk dasar atau acuan struktur persamaan model
1 seperti dibawah ini
Z = ρyx1X1 + ρyx2X2 + ρyx3X3 + ρyε1
b. Pengujian Hipotesis secara Individu Model 1
Untuk menguji pengaruh secara individual baik parsial maupun
simultan antara pengalaman, keahlian, etika terhadap variabel intervening
yaitu skeptisisme auditor dapat ditumuskan hipotesis sebagai berikut:
51
Pengalaman (X1) berpengaruh terhadap skeptisisme profesional
auditor (Y)
Ha2: ρyx1 ≠ 0
Keahlian (X1) berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor
(Y)
Ha3 : ρyx2 ≠ 0
Etika (X3) berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor (Y)
Ha4: ρyx3 ≠ 0
a. Pengujian Hipotesis Model 2 Secara Keseluruhan
Dalam pengujian secara keseluruhan ini akan diuji secara simultan
seberapa besar pengaruh variabel Pengalaman (X1), Keahlian (X2), Etika
(X3), dan Skeptisisme Auditor (Y) terhadap Ketepatan Pemberian Opini
Audit (Z). Untuk menguji secara simultan pengaruh antara variabel
independen, variabel dependen, dengan variabel intervening, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha5 : Pengalaman, keahlian, etika berpengaruh terhadap ketepatan
pemberian opini audit melalui skeptisisme profesional auditor
sebagai variabel intervening
Dari hasil hipotesis tersebut, dapat dibuat rumusan sebagai berikut:
Z = ρzx1X1 + ρzx2X2 + ρzx3X3 + ρzyY + ρzε2
52
b. Pengujian Hipotesis Secara Individual Model 2
Untuk menguji pengaruh secara individual baik parsial maupun
simultan antara pengalaman, keahlian, etika , dan skeptisisme auditor
terhadap variabel dependen yaitu ketepatan pemberian opini audit dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Pengalaman (X1) berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini
audit (Z)
Ha6: ρzx1 ≠ 0
Keahlian (X2) berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini audit
(Z)
Ha7 : ρzx2 ≠ 0
Etika (X3) berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini audit
(Z)
Ha8: ρzx3 ≠ 0
Skeptisisme auditor berpengaruh terhadap ketepatan pemberian
opini audit (Z)
Ha9: ρzyY ≠ 0
53
Keterangan:
Pyx1 : Standarized coefficients, koefisien jalur pengaruh langsung X1 terhadap Y
Pyx2 : Standarized coefficients, koefisien jalur pengaruh langsung X2 terhadap Y
Pyx3 : Standarized coefficients, koefisien jalur pengaruh langsung X3 terhadap Y
Pzx1 : Standarized coefficients, koefisien jalur pengaruh langsung X1 terhadap Z
Pzx2 : Standarized coefficients, koefisien jalur pengaruh langsung X2 terhadap Z
Pzx3 : Standarized coefficients, koefisien jalur pengaruh langsung X3 terhadap Z
PyE1 : Besarnya pengaruh variable lain
PyE2 : Besarnya pengaruh variable lain
X1 : Variabel eksogen pengalaman
X2 : Variabel eksogen keahlian
54
X3 : Variabel eksogen etika
Y : Variabel intervening skeptisisme auditor
Z : Variabel endogen pemberian opini audit
Berdasarkan gambar model jalur diajukan bahwa hubungan pengalaman,
keahlian, etika, mempunyai pengaruh langsung terhadap ketepatan pemberian opini
audit. Namun demikian, pengalaman, keahlian, etika juga mempunyai hubungan tidak
langsung terhadap pemberian opini audit yaitu dari pengalaman, keahlian, etika
melalui skpetisisme profesional auditor untuk selanjutnya menuju pemberian opini
audit.
Hubungan langsung terjadi jika satu variabel mempengaruhi variabel lainnya
tanpa ada variabel ketiga yang memediasi (intervening) hubungan kedua variabel
tadi. Hubungan tidak langsung adalah jika ada variabel ketiga yang memediasi
hubungan kedua variabel ini. Kemudian pada setiap variabel dependen (endogen
variable) akan ada anak panah yang menuju variabel ini dan ini berfungsi untuk
menjelaskan jumlah varians yang tidak dapat dijelaskan (unexplained variance)oleh
variabel itu (Ghozali, 2013: 211). Berdasarkan diagram jalur diatas dibuat persamaan
struktural:
Persamaan 1
Y= px1yX1+px2yX2+px3yX3+pε1Y
Persamaan 2
Z = px1zX1+px2zX2+px3zX3+pyzY+pε2Z
55
Pengujian yang dapat dilakukan untuk analisis jalur antara lain :
a. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan variabel independen terhadap variabel dependen serta seberapa
besar pengaruh dari faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian. Nilai
koefesien dterminasi (R2) adalah antara nol dan satu. Nilai R
2 yang kecil
berarti kemampuan-kemampuan variabel independen dalam menjalankan
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang hampir mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen (Ghozali, 2013:
97)
Dalam penentuan pengaruh variabel penelitian secara keseluruhan
didapat nilai koefesien jalur dari penjumlahan variabel eksogen terhadap
variabel endogen. Koefesien jalur adalah koefesien regresi yang distandarkan
yaitu koefesien regresi yang dihitungdari basis data yang telah diset dalam
angka baku. Koefesien jalur yang distandarkan (standarized path coeffecients)
ini digunakan untuk menjelaskan besarnya pengaruh variabel bebas (eksogen)
terhadap variabel lain yang diberlakukan sebagai variabel terikat (Ridwan dan
Kuncoro, 2011:166)
b. Uji Korelasi
Dalam metode analisis jalur untuk mencari hubungan kausal atau
pengaruh variabel-variabel penelitian, terlebih dahulu dihitung matriks
56
korelasi dari variabel pengalaman, keahlian, dan etika. Untuk menafsirkan
angka, digunakan kriteria korelasi menurut Ridwan dan Kuncoro (2011: 62)
yaitu:
0.00- 0.199: korelasi sangat rendah
0.20-0.399 : korelasi rendah
0.40-0.599: korelasi cukup kuat
0.60- 0.799 : korelasi kuat
0.80- 1,00 : korelasi sangat kuat
c. Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik t dengan kriteria
pengambilan keputusan menurut Ridwan dan Kuncoro (2011:64) adalah
sebagai berikut:
1. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau (0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak,
artinya tidak signifikan.
2. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau (0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya signifikan.
57
d. Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian secara
keseluruhan dapat dilihat dari tabel anova yang nantinya akan diperoleh nilai
F dan didapat hasil probabilitas (sig). Jika nilai sig 0,05,maka keputusannya
adalah H0 ditolak dan Ha diterima artinya signifikan (Ghozali, 2013: 98)
E. Definisi Operasionalisasi Variabel dan Pengukurannya
Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai
(Indriantoro dan Supomo, 2002:61). Tipe- tipe variabel dalam penelitian ini
terbagi menjadi tiga jenis yaitu variabel independen, variabel intervening, dan
variabel dependen. Operasionalisasi variabel dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Variabel Independen
a. Pengalaman
Pengalaman yang dimaksudkan disini adalah pengalaman auditor
dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya
waktu, maupun banyaknya penugasan yang pernah dilakukan. Butt (1988)
dalam Gusti dan Ali (2008) memperlihatkan dalam penelitiannya bahwa
58
auditor yang berpengalaman akan membuat judgement yang relatif lebih
baik dalam tugas-tugas profesionalnya daripada auditor yang kurang
berpengalaman. Seorang auditor yang lebih berpengalaman akan lebih
tinggi tingkat skeptisisme profesionalnya dibandingkan dengan auditor
yang kurang berpengalaman. Pengalaman diukur menggunakan indikator
yang digunakan oleh Arens (2008) dalam Zailia (2013) yaitu diukur dengan
lamanya waktu bekerja serta banyaknya penugasan yang diberikan.
Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin dari sangat
setuju (5), tidak setuju (4), netral (3) , tidak setuju (2), sangat tidak setuju
(1)
b. Keahlian
Kompetensi standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP
2011) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau
lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai
auditor, sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2011)
menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya,
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat
dan seksama (due professional care). Keahlian diukur dengan indikator
yang dikembangkan oleh Adrian (2013) diukur melalui keahlian dalam
berkomunikasi, komputerisasi, penafsiran bukti audit, jenjang pendidikan
dan banyaknya pelatihan yang diikuti. Variabel ini diukur dengan
59
menggunakan skala likert 5 poin dari sangat setuju (5), tidak setuju (4),
netral (3) , tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1).
c. Etika
Etika profesional terdiri dari empat dimensi prinsi etis yaitu
integritas, objektifitas, kerahasiaan, dan kompetensi. Instrumen pengukuran
variabel ini menggunakan variabel yang digunakan oleh Adrian (2013).
Variabel ini digali dengan empat indikator. Respon dari responden akan
diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin dari sangat setuju (5), tidak
setuju (4), netral (3) , tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1). Untuk
pernyataan kuesioner yang bersifat negatif akan diberi skor terbalik dimana
skor sangat setuju (SS) mendapat skor 1, setuju (S) mendapat skor 2, netral
(N) mrndapat skor 3, Tidak setuju (TS) mendapat skor 4, dan sangat tidak
setuju (STS) mendapat skor 5. Pernyataan negatif dalam keusioner untuk
variabel etika terdapat pada poin pernyataan nomer 3 dimana
kecenderungan orang untuk menjawab kuesioner itu seharusnya mengarah
pada jawaban yang negatif
2. Variabel Intervening
Variabel intervening adalah tipe variabel yang mempengaruhi
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi
hubungan tidak langsung (Indriantoro dan Supomo, 2012:66). Variabel
intervening dalam penelitian ini adalah skeptisisme profesional auditor.
60
Skeptisisme profesional auditor adalah sikap yang harus dimiliki
olehauditor dalam melaksanakan tugasnya sebagai akuntan publik yang
dipercaya olehpublik dengan selalu mempertanyakan dan tidak mudah
percaya atas bukti-buktiaudit agar pemberian opini auditor tepat. Variabel
skeptisisme profesional auditor diukur berdasarkan indikator yang
dikembangkan oleh Arens (2008) dalam Adrian (2013). Indikatornya adalah
(1) tingkat keraguanauditor tehrhadap bukti audit, (2) banyaknya pemeriksaan
tambahan, (3) konfirmasi langsung. Variabel ini diukur dengan menggunakan
skala likert 5 poin dari sangat setuju (5), tidak setuju (4), netral (3) , tidak
setuju (2), sangat tidak setuju (1).
3. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi
oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
pemberian opini audit. Pemberian opini auditor dalam penelitian ini diukur
berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi skeptisisme profesional
auditor, diantaranya etika, pengalaman, keahlian audit. Kuesioner pada
penelitian ini menggunakan penilaian dengan skala likert lima point dari
sangat setuju (5), tidak setuju (4), netral (3) , tidak setuju (2), sangat tidak
setuju (1)
61
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Indikator No. Butir
Pernyataan
Skala
Pengalaman
(X1)
Arens (2008)
dalam Zailia
(2013)
Auditor dikatakan berpengalaman
apabila menjalankan tugasnya lebih
dari tiga tahun.
1 Likert
(ordinal)
Pengalaman auditor berpengaruh
terhadap tingkat kecurigaan terhadap
bukti audit dari perusahaan klien.
2
Pengalaman dalam pekerjaan pada
umumnya dapat mengembangkan
karir.
3
Pengalaman auditor akan meningkat
karena seringnya melaksanakan tugas.
4
Pengalaman dapat membantu auditor
mengetahui kekeliruan di suatu
perusahaan berikut penyelesaiannya.
5
Pengalaman dapat membantu auditor
mengetahui kekeliruan di suatu
perusahaan berikut penyelesaiannya
6
Semakin banyak pengalaman yang
dimiliki auditor, semakin besar
kemampuan auditor dalam mengatasi
setiap permasalahan yang ada.
7
Pengalaman membantu auditor dalam
menganalisis masalah.
8
Pengalaman mambantu auditor dalam
memprediksi dan mendeteksi
masalahsecara profesional
9
Auditor yang kurang berpengalaman
cenderung sulit menentukan
judgement audit.
10
Bersambung ke halaman berikutnya
62
Tabel 3.1 (lanjutan)
Variabel Indikator No. Butir
Pernyataan
Skala
Keahlian
(X2)
Arens (2008)
dalam Zailia
(2013)
Keahlian khusus yang dimiliki auditor
berhubungan positif dengan ketepatan
pemberian opini audit
1 Likert
(ordinal)
Kemampuan komputerisasi sangat
diperlukan auditor dalam
melaksanakan proses audit
2
Kemampuan berkomunikasi
berpengaruh kuat terhadap ketepatan
pemberian opini audit.
3
Selain memahami kaidah kaidah
akuntansi, seorang auditor harus pula
memiliki keahlian dalam menafsirkan
bukti audit. Keahlian inilah yang
membedakan auditor dengan akuntan.
4
Auditor dikatakan ahli jika telah
mengikuti pelatihan profesi yang
cukup banyak.
5
Auditor dikatakan ahli jika telah
memiliki pengalaman sebagai auditor
selama tiga tahun
6
Untuk melakukan audit yang baik,
dibutuhkan pengetahuan dari tingkat
strata satu (S1) perguruan tinggi
7
Bersambung ke halaman berikutnya.
63
Tabel 3.1(lanjutan)
Bersambung ke halaman berikutnya.
Variabel Indikator No. Butir
Pernyataan
Skala
Etika
(X3)
Arens (2008) dalam
Adrian (2013)
Auditor harus mengemukakan
pendapat secara jujur dan bijaksana
sesuai dengan hasil temuannya
1 Likert
(ordinal)
Auditor tidak dapat sepenuhnya
menerapkan sikap jujur dalam dirinya
dalam melaksanakan tugasnya
2
Hasil kerja auditor akan dapat
dipertangungjawabkan apabila ia
menerapkan sikap objektif yang
dimiliki.
3
Auditor harus memiliki pengetahuan,
keahlian, pengalaman dan
keterampilan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas.
4
Etika profesi menjadi salah satu
penentu kesuksesan auditor.
5
Kepedulian pada etika profesi sangat
baik untuk dilaksanakan.
6
Auditor harus mempertahankan nama
baik profesi dengan menjunjung
tinggi etika profesi serta hukum yang
berlaku di Indonesia
7
Keputusan anggota dalam
melaksanakan kode etik sebagai dasar
penyempurnaan pelaksanaan kode
etik dalam menjalankan tugas
8
64
Tabel 3.1(lanjutan)
Bersambung ke halaman berikutnya.
Variabel Indikator No. Butir
Pernyataan
Skala
Skeptisisme
Profesional Auditor
(Y)
Arens (2008) dalam
Adrian (2013)
Auditor sebaiknya tidak terlalu dekat
dengan klien
1 Likert
(ordinal)
Auditor tidak akan menerima begitu
saja penjelasan dari klien.
2
Selama proses audit, auditor tidak
hanya sekadar mengikuti prosedur
audit tetapi juga harus disertai sikap
skeptisime profesional
3
Auditor selalu bersikap berdasarkan
pikiran yang selalu mempertanyakan
dan mengevaluasi secara kritis bukti
audit
4
Auditor wajib melakukan konfirmasi
langsung atas akun-akun utang dan
piutang.
5
Auditor wajib melakukan konfirmasi
langsung atas temuan yang tidak
diungkapkan dalam laporan keuangan
perusahaan klien.
6
Auditor wajib melakukan konfirmasi
langsung atas akun-akun hutang dan
piutang
7
Auditor wajib melakukan konfirmasi
langsung terhadap temuan yang tidak
diungkapkan dalam laporan keuangan
perusahaan klien
8
65
Tabel 3.1 (lanjutan)
Sumber: Diolah dari berbagai referensi.
Variabel Indikator No. Butir
Pernyataan
Skala
Ketepatan Pemberian
Opini Audit
(Z)
Cahayu (2013)
Pengalaman menentukan tepat atau
tidaknya pemberian opini audit
1 Likert
(ordinal)
Keahlian dan kemahiran profesional
menentukan ketepatan pemberian
opini audit
2
Opini audit harus sesuai dengan
temuan dan bukti audit yang ada.
3
Bukti yang cukup dan kompeten
dapat menentukan ketepatan
pemberian opini audit
4
Kesalahan yang material dapat
mempengaruhi jenis opni yang
diberikan oleh auditor
5
Auditor menolak memberikan
pendapat dikarenakan ketidakpastian
yang terdapat dalam pos-pos laporan
keuangan
6
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap auditor yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah DKI Jakarta. Auditor yang
berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi junior auditor, senior auditor,
supervisor ,partner, dan manajer.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner
penelitian secara langsung kepada responden yang bekerja pada KAP di
wilayah DKI Jakarta yang terdaftar dalam directory Kantor Akuntan
Publik yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
2013. Penyebaran serta pengambilan kuesioner dilaksanakan mulai tanggal
11 Mei 2015 hingga 12 Juli 2015. Peneliti mengambil sampel sebanyak 10
KAP dari keseluruhan KAP yang berada di wilayah DKI Jakarta dengan
disrtribusi KAP yang terlihat pada tabel berikut
Tabel 4.1
Data Sampel Penelitian
No Nama Kantor
Akuntan Publik
Kuesioner
dikirim
Kuesioner
kembali
Kuesioner
diolah
1 Bambang, Ali, Mumajat,
dan Sayuti
10 7 7
2 Rama Wendra 5 - -
3 Nursalim,Nursehan,
Sinarahadja
8 8 8
4 Gatot Victor 10 10 -
Bersambung ke halaman berikutnya
67
Tabel 4.1 (lanjutan)
No Nama Kantor
Akuntan Publik
Kuesioner
dikirim
Kuesioner
kembali
Kuesioner
diolah
5 Kosasih, Nurdiyaman,
Tjahjo, dan Rekan
10 10 10
6 Mulyamin Sensi Suryanto
dan Lianny
15 12 12
7 Abubakar Usman 5 5 5
8 Jojo Sumardjo 2 2 2
9 Sulaimin dan Rekan 10 5 5
10 Drs Thalib Daeng Mattemu 5 1 1
Total 80 60 60
Sumber: Data primer yang diolah
Kuesioner yang disebarkan berjumlah 80 buah dan yang kembali
sebanyak 60 buah atau sebanyak 75% sedangkan kuesioner yang tidak
kembali sebanyak 20 buah atau 25%. Kesemua kuesioner yang kembali
termasuk dalam krietria purposive sampling penelitian ini sehingga
kesemuanya dapat diolah sebagai data sampel penelitian.
2. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada
KAP di DKI Jakarta. Tabel berikut menyajikan deskripsi mengenai
identitas responden penelitian yang terdiri dari jenis kelamin, pendidikan,
jabatan terakhir, usia, dan pengalaman kerja.
Tabel 4.2
Karakteristik dan Demografi Responden
Keterangan Total Presentase
Jumlah Sampel 60 100%
Jenis Kelamin Laki- laki 29 48,33%
Perempuan 31 51,67%
Bersambung ke halaman berikutnya
68
Tabel 4.2 (lanjutan)
Keterangan Total Presentase
Usia 21-22 tahun 18 30%
23-24 tahun 22 36,67%
25-26 tahun 7 11,66%
27-28 tahun 9 15%
29-30 tahun 2 3,33%
>30 tahun 2 3,33%
Jabatan Manajer -
Partner -
Supervisor 2 3,33%
Auditor
Senior
13 21,67%
Auditor
Junior
45 75%
Pendidikan D3 1 1,67%
S1 58 96,66%
S2 1 1,67%
Pengalaman < 1tahun -
1-3 tahun 42 70%
>3tahun 18 30%
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa jenis kelamin yang
terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 31 responden atau sekitar
51,67% sedangkan responden dengan jenis kelamin laki- laki adalah
sebanyak 29 responden atau 48,33%.
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa usia responden yang
terbanyak sebagai sampel adalah 23-24 tahun yaitu sebanyak 22 responden
atau 36,67%. Usia 21-22 tahun sebanyak 18 responden atau 30%. Usia 25-
26 tahun sebanyak 7 responden atau 11,67%. Usia 27-28 tahun sebanyak 9
responden atau 15%. Usia 27-28 tahun sebanyak 19 responden atau 15%.
69
Usia 29-30 tahun sebanyak 2 responden yaitu 3,33%. Sedangkan usia >30
tahun sebanyak 2 responden atau 33,3%.
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa posisis terakhir
responden yang terbanyak dijadikan sampel adalah auditor junior yaitu
sebanyak 45 responden atau 75%, auditor senior sebanyak 13 responden
atau 21,67%, dan supervisor sebanyak 2 responden atau 33,3%
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan
responden paling banyak adalah S1 yaitu sebanyak 58 responden atau
96,99%. Lalu D3 sebanyak 1 responden atau 1,67% dan pendidikan S2
sebanyak 1 responden atau 1,67%
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa pengalaman atau lama
bekerja responden yang berkkisar 1-3 tahun sebanyak 33 responden atau
55% sedangkan yang berpengalaman > 3 tahun sebanyak 27 responden atau
45%.
3. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif variabel digunakan untuk memberikan
gambaran tentang tanggapan responden mengenai variabel-
variabelpenelitian yang menunjukkan angka minimum, maksimum, rata-
rata serta standar deviasi. Gambaran data dalam penelitian ini adalah
gambaran data variabel penelitian yaitu pengalaman, keahlian, etika,
skeptisime profesional auditor, dan ketepatan pemberian opini audit.
Adapun rata- rata skor pada setiap variabel adalah sebagai berikut:
70
Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Min Max Mean Std.
Deviation
Pengalaman 60 27 43 35,88 3,778
Keahlian 60 18 33 27,05 3,050
Etika 60 24 39 32,75 3,368
Skeptisisme
Profesional
Auditor
60 24 37 31,87 2,752
Ketepatan
Pemberian
Opini Audit
60 21 35 28,62 2,946
Valid N
(listwise)
60
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.3 menjelaskan bahwa pada variabel pengalaman jawaban
responden minimum sebesar 27 dan maksimum sebesar 43, dengan rata-
rata 35,88 dan standar deviasi sebesar 3,788. Variabel keahlian memiliki
jawaban minimum sebesar 18 dan maksimum sebesar 33, dengan rata-rata
total jawaban sebesar 27,05 dan standar deviasi sebesar 3,050. Variabel
etika memiliki jawaban minimum sebesar 24 dan maksimum sebesar 39,
dengan rata-rata total jawaban sebesar 35,67 dan standar deviasi sebesar
3,368. Variabel skeptisisme profesional auditor memiliki jawaban
minimum sebesar 24 dan maksimum sebesar 37, dengan rata-rata total
jawaban sebesar 31,87 dan standar deviasi sebesar 2,752. Variabel
ketepatan pemberian opini audit memiliki jawaban minimum sebesar 21
dan maksimum sebesar 35, dengan rata-rata total jawaban sebesar 26,62
dan standar deviasi sebesar 2,946.
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwa rata-rata jawaban responden untuk variabel
71
pengalaman, keahlian, etika, skeptisisme profesional auditor, dan
ketepatan pemberian opini audit adalah setuju.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu kuesioner. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan Pearson
Correlation. Pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat
signifikansinya dibawah 0,05 (Sig < 0,05) maka butir pernyataan dalam
kuesioner dikatakan valid (Ghozali, 2013:52). Data validitas item
pernyataan untuk variabel pengalaman (PNG) dapat dilihat dalam tabel
berikut :
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas
Variabel Pengalaman (PNG)
Nomor
Butir
Pertanyaan
Perason
Corelation
Sig
(2- Tailed)
Keterangan
1 (PNG1) 0,445 0,000 Valid
2 (PNG2) 0,565 0,000 Valid
3 (PNG3) 0,746 0,000 Valid
4 (PNG4) 0,698 0,000 Valid
5 (PNG 5) 0,753 0,000 Valid
6 (PNG6) 0,724 0,000 Valid
7 (PNG7) 0,633 0,000 Valid
8 (PNG8) 0,726 0,000 Valid
9 (PNG9) 0,550 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.9 diatas, hasil uji validitas terhadap variabel
pengalaman (PNG) bernilai signifikan diatas 0,05. Dapat disimpulkan
72
bahwa semua butir pernyataan untuk variabel pengalaman adalah valid
(Ghozali, 2013:52)
Hasil uji validitas untuk variabel keahlian (KEA) dapat dilihat
dalam tabel berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas
Variabel Keahlian (KEA)
Nomor
Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlations
Sig- 2
Tailed
Keterangan
1 (KEA1) 0,714 0,000 Valid
2 (KEA2) 0,609 0,000 Valid
3 (KEA3) 0,692 0,000 Valid
4 (KEA4) 0,555 0,000 Valid
5 (KEA5) 0,652 0,000 Valid
6 (KEA6) 0,416 0,000 Valid
7 (KEA7) 0,743 0,000 Valid
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.10 diatas, hasil uji validitas terhadap variabel
keahlian (KEA) bernilai signifikan diatas 0,05. Dapat disimpulkan bahwa
semua butir pernyataan untuk variabel keahlian adalah valid (Ghozali,
2013:52).
Hasil uji validitas untuk variabel etika (ETK) dapat dilihat dalam
tabel 4.6 berikut ini:
73
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas
Variabel Etika (ETK)
Nomor
Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlations
Sig 2-
Tailed
Keterangan
1 (ETK1) 0,648 0,000 Valid
2 (ETK2) 0,479 0,000 Valid
3 (ETK3) 0,438 0,000 Valid
4 (ETK4) 0,604 0,000 Valid
5 (ETK5) 0,747 0,000 Valid
6 (ETK6) 0,714 0,000 Valid
7 (ETK7) 0,811 0,000 Valid
8 (ETK8) 0,544 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.11 diatas, hasil uji validitas terhadap variabel
etika (ETK) bernilai signifikan diatas 0,05. Dapat disimpulkan bahwa
semua butir pernyataan untuk variabel etika adalah valid (Ghozali,
2013:52).
Hasil uji validitas untuk variabel skeptisisme profesional auditor
(SPA) dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas
Variabel Skeptisisme Profesional Auditor (SPA)
Nomor
Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig 2-
Tailed
Keterangan
1 (SPA1) 0,305 0.000 Valid
2 (SPA2) 0,611 0.000 Valid
3 (SPA3) 0,564 0.000 Valid
4 (SPA4) 0,778 0.000 Valid
5 (SPA5) 0,798 0.000 Valid
6 (SPA6) 0,584 0.000 Valid
7 (SPA7) 0,767 0.000 Valid
8 (SPA8) 0,554 0.000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
74
Berdasarkan tabel 4.12 diatas, hasil uji validitas terhadap variabel
skeptisisme profesional auditor (SPA) bernilai signifikan diatas 0,05. Dapat
disimpulkan bahwa semua butir pernyataan untuk variabel skeptisisme
profesional auditor adalah valid (Ghozali, 2013:52).
Hasil uji validitas untuk variabel ketepatan pemberian opini audit
(KPO) dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas
Variabel Ketepatan Pemberian Opini Audit (KPO)
Nomer
Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig 2-
Tailed
Keterangan
1 (KPO1) 0,655 0,000 Valid
2 (KPO2) 0,652 0,000 Valid
3 (KPO3) 0,890 0,000 Valid
4 (KPO4) 0,690 0,000 Valid
5 (KPO5) 0,734 0,000 Valid
6 (KPO6) 0,710 0,000 Valid
7 (KPO7) 0,796 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.13 diatas, hasil uji validitas terhadap variabel
ketepatan pemberian opini audit (KPO) bernilai signifikan diatas 0,05.
Dapat disimpulkan bahwa semua butir pernyataan untuk variabel ketepatan
pemberian opini audit adalah valid (Ghozali, 2013:52).
b. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk menilai konsistensi dari
instrumen penelitian. Suatu konstruk dari instrumen penelitian
dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha berada diatas 0,7
75
(Nunally, 1960 dalam Ghozali, 2013:48). Hasil pengujian reliabilitas
variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Reliabilitas
Pengalaman, Keahlian, Etika, Skeptisisme Profesional Auditor
dan Ketepatan Pemberian Opini Audit
No Variabel Cronbach’s
Alpha
N of
Items
Keterangan
1 Pengalaman 0, 757 9 Reliabel
2 Keahlian 0, 749 7 Reliabel
3 Etika 0, 796 8 Reliabel
4 Skeptisisme Profesional
Auditor
0, 752 8 Reliabel
5 Ketepatan Pemberian
Opini Audit
0, 781 7 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.13 di atas, hasil pengujian variabel pengalaman
diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0,757. Nilai tersebut lebih besar
dari 0,70 (0,757>0,70) sehingga diperoleh kesimpulan bahwa jawaban
responden terhadap pernyataan variabel pengalaman adalah reliabel. Hasil
pengujian variabel keahlian diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0,749.
Nilai tersebut lebih besar dari 0,70 (0,749>0,70) sehingga dapat
disimpulkan bahwa jawaban responden terhadap pernyataan variabel
keahlian adalah reliabel. Hasil pengujian variabel etika diperoleh nilai
Cronbach Alpha sebesar 0,796. Nilai tersebut lebih besar dari 0,70
(0,796>0,70) sehingga dapat disimpulkan bahwa jawaban responden
terhadap pernyataan etika adalah reliabel. Hasil pengujian variabel
skeptisisme profesional auditor diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar
0,752. Nilai etrsebut lebih besar dari 0,70 (0,752>0,70) sehingga dapat
76
disimpulkan bahwa jawaban responden terhadap pernyataan skeptisisme
profesional auditor adalah reliabel. Hasil pengujian variabel ketepatan
pemberian opini audit diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0,781. Nilai
tersebut lebih besar dari 0,70 (0,781 > 0,70) sehingga dapat disimpulkan
bahwa jawaban responden terhadap pernyataan variabel ketepatan
pemberian opini audit adalah reliabel.
Berdasarkan uraian jawaban diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
setiap pernyataan yang digunakan mampu memberikan data yang konsisten
yang berarti bila pernyataan tersebut diajukan atau digunakan kembali
maka akan menghasilkan jawaban yang relatif sama dibandingkan dengan
jawaban yang sebelumnya.
C. Hasil Uji Hipotesis
Penelitian ini menggunakan analisis jalur sebagai uji hipotesisnya.
Adapun dalam pengujian hipotesis ini terdiri dari dua persamaan yaitu
Persamaan Model 1 dan Persamaan Model 2. Seluruh pengujian dan
analisis data menggunakan bantuan SPSS20.0 sebagai berikut:
1. Menguji Persamaan Analisis Jalur Model 1
a. Hasil Uji Koefisien Jalur Model 1
Dalam penentuan pengaruh variabel penelitian secara
keseluruhan didapat nilai koefisien jalur dari penjumlahan variabel
eksogen terhadap variabel endogen. Nilai koefisien jalur
77
diolahdengan menggunakan bantuan software SPSS 20.0. Hasil
pengolahan data dapat dilihat dalam Tabel 4.10
Tabel 4.10
Koefisien Jalur Persamaan 1
Model
1
Standardized Coefficients
Beta
Pengalaman
Keahlian
Etika
0,115
0,471
0,286
Sumber: Data primer yang diolah
Sedangkan besarnya nilai koefisien determinasi pada
persamaan model 1 (analisis jalur 1) ditunjukkan pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4.11
Koefisien Determinasi (R2) Jalur 1
Model R R Square Adjusted
R Square
Std. Error
Estimate
1 0,714 0,614 0,593 1,755
Sumber: Data primer yang diolah
Nilai dari AdjustedR Square sebesar 0,593 dapat digunakan untuk
melihat besarnya pengaruh pengalaman, keahlian, dan etika terhadap
skeptisisme profesional auditor dengan cara menghitung Koefisien
Determinasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
KD = R2 x 100%
KD = 0,593 x 100%
KD = 59,3%
Keterangan:
KD :Koefisien determinasi
78
R2 : R Square
Persamaan struktural hubungan kausal Model 1 yang terbentuk:
Y= px1yX1+px2yX2+px3yX3+pε1Y
Maka dari itu diketahui:
R2 = 0,593
Pyε1 = √(1-R2) = √(1-0,593) = 0,417 = 41,7%
Keterangan:
px1y : standardized coefficient, koefisien jalur pengaruh x1terhadap y
px2y : standardized coefficient, koefisien jalur pengaruh x2 terhadap y
px3y : standardized coefficient, koefisien jalur pengaruh x3 terhadap y
Pε1 : Besarnya pengaruh variabel lain
R2 : R square
X1 : variabel independen pengalaman
X2 : Variabel independen keahlian
X3 : variabel independen etika
Y : Variabel intervening skeptisisme profesional auditor
Jadi, pYε1 menunjukkan jumlah varians variabel skeptisisme
profesional auditor yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel pengalaman,
keahlian, dan etika. Dengan kata lain, skeptisisme profesional auditor
dipengaruhi oleh variabel lain sebesar 41,7% seperti faktor situasi audit
ataupun materialitas. Oleh karena itu, persamaan analisis jalur yang
terbentuk adalah sebagai berikut:
Y = 0,115X1 + 0,471X2 + 0,286X3 + 0,417ε1
79
2. Hasil Uji Korelasi Antara Pengalaman (X1), Keahlian (X2), Etika (X3)
Dalam metode analisis jalur, untuk mencari hubungan kausal
atau pengaruh variabel- variabel penelitian, terlebih dulu menghitung
matriks korelasi dari variabel pengalaman, keahlian, dan etika dalam
uji korelasi pada tabel 4.12 dibawah ini:
Tabel 4.12
Koefesien Korelasi Antar Variabel Pengalaman, Keahlian,
Etika, dan Skeptisisme Profesional Auditor
Hubungan Koefesien
Korelasi
Kategori Probabilitas Kesimpulan
Pengalaman
(X1) dengan
Keahlian
(X2)
0,721 Kuat 0,000 Signifikan
Pengalaman
(X1) dengan
Etika (X3)
0,636 Kuat 0,000 Signifikan
Pengalaman
(X1) dengan
Skeptisisme
Profesional
Auditor (Y)
0,663 Kuat 0,000 Signifikan
Keahlian
(X2) dengan
Etika (X3)
0,807 Sangat
Kuat
0,000 Signifikan
Keahlian
(X2) dengan
Skeptisisme
profesional
auditor (Y)
0,736 Kuat 0,000 Signifikan
Etika (X3)
dengan
Skeptisisme
professional
auditor (Y)
0,669 Kuat 0,000 Signifikan
Sumber: Data primer yang diolah
Korelasi sebesar 0,721 mempunyai arti hubungan antara
variable pengalaman dengan keahlian kuat dan searah dikarenakan
80
hasilnya positif. Searah berarti semakin tinggi pengalaman dalam
meng audit, semakin tinggi keahlian yang dimiliki. Korelasi antara dua
variabel signifikan dengan angka 0,000 < 0,05.Korelasi sebesar 0,636
mempunyai arti hubungan antara variabel pengalaman dan etika
berhubungan kuat dan searah dikarenakan hasilnya positif. Hal ini
berarti semakin tinggi pengalaman auditor, maka semakin tinggi pula
etika yang dimiliki. Korelasi antara dua variabel signifikan dengan
angka 0,000 < 0,05.
Korelasi sebesar 0,663 mempunyai arti hubungan antara
variabel pengalaman dan skeptisisme profesional auditor berhubungan
kuat dan searah dikarenakan hasilnya positif. Hal ini berarti semakin
tinggi pengalaman auditor, semakin tinggi pula sikap skeptissime
profesional yang dimiliki. Korelasi antar kedua variabel signifikan
dengan angka0,000 < 0,05. Korelasi sebesar 0,807 mempunyai arti
hubungan antara variabel keahlian dengan etika mempunyai hubungan
yang sangat kuat dan searah dikarenakan hasilnya positif. Hal ini
berarti semakin tinggi keahlian yang dimiliki, semakin tinggi pula
etika yang dimiliki oelh auditor. Korelasi antara kedua variabel
bernilai signifikan dengan nilai 0,000 < 0,05.
Korelasi sebesar 0,736 mempunyai arti hubungan antara
keahlian dengan skeptisisme profesional auditor berhubungan kuat dan
searah dikarenakan hasilnya positif. Hal in berarti semakintinggi
keahlian yang dimiliki, semakin tinggi pula sikap skeptisisme
81
profesional auditor. Korelasi antara kedua variabel bernilai signifikan
dengan nilai 0,000 < 0,05.
Korelasi sebesar 0,669 mempunyai arti hubungan antara etika
dengan skeptisisme profesional auditor berhubungan kuat dan searah
dikarenakan nilainya positif . Hal ini berarti semakin tinggi etika, maka
semakin tinggi pula sikap skeptisisme profesional auditor. Korelasi
antara kedua variabel bernilai signifikan dengan nilai 0,000 < 0,05.
3. Hasil Uji Statistik Secara Simultan (F)
Hasil uji statistik secara simultan dapat dilihat pada tabel ANOVA
pada software pengolah data SPSS 20.0 dibawah ini
Tabel 4.13
Hasil Uji Statistik F
Sumber: Data primer yang diolah
Dari table ANOVA diperoleh nilai F sebesar 29,711 dengan nilai
probabilitas (sig) sebesar 0,000. Karena nilai sig < 0,05, maka
keputusannya adalah menerima Ha4 yang berarti koefisien analisis jalur
adalah signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengalaman,
keahlian, dan etika secara bersamaan (simultan) mempengaruhi
skeptisisme profesional auditor. Hasil penelitian ini konsisten dengan
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
Regression 274,482 3 91,494 29,711 0,000
Residual 172,451 56 3,709
Total 446,933 59
82
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suraida (2005), Gusti dan Ali
(2008), Ramdan (2011), serta Pratiwi dan Januarti (2013).
4. Hasil Uji Statistik Secara Individual
Hasil uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh suatu variabel independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Hasil
uji statsitik t dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.14
Hasil Uji Statistik t
Sumber: Data primer yang diolah
a) Pengaruh Pengalaman (X1) terhadap Skeptisisme Profesional
Auditor (Y)
Hasil uji statistik t menunjukkan nilai sig. sebesar 0.414.
Dibandingkan dengan nilai probabilitas 0,05, nilai probabilitas 0,05
lebih kecil dari nilai probabilitas sig yaitu 0,05 < 0,414. Hal ini berarti
Ha1 ditolak dan H01 diterima. Artinya tidak terdapat pengaruh
signifikan antara pengalaman dengan skeptisisme profesional auditor.
Koefisien lintasan parsial (path coeffecients) menunjukkan hubungan
positif antara variabel pengalaman dengan skeptisisme profesional
auditor sebesar 0,115 atau 11,5%.
Model
1
Standardized
Coefficients
T Sig.
Beta
(Constant)
Pengalaman
Keahlian
Etika
0,115
0,471
0,286
4,095
0,823
3,829
2,287
0,000
0,414
0,000
0,026
83
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa banyaknya
pengalaman yang dimiliki oleh seorang auditor tidak mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap skeptisisme profesional auditor. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Partiwi dan Januarti
(2013) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan dan positif antara pengalaman dengan skeptisisme
profesional auditor. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
sikap skeptisisme profesional auditor yaitu : (1) Faktor kecondongan
etika dan (2) Faktor situasi. Auditor akan lebih menggunakan dan
meningkatkan sikap skeptisismenya ketika sudah memahami etika
dan mematuhi standar profesional auditor dengan baik. Situasi audit
yang memiliki risiko tinggi juga merupakan salah satu faktor yang
dapat meingkatkan sikapskeptisisme profesional auditor (Gusti dan
Ali, 2008: 4). Hal ini berarti pengalaman bukan merupakan salah satu
faktor penentu sikap skeptisime profesional auditor meskipun secara
tidak langsung, dengan banyaknya pengalaman dapat mempengaruhi
kepekaan seorang auditor dalam mendeteksi kesalahan dan
kecurangan sehingga tidak dapat dengan mudah mempercayai asersi
manajemen yang ada.
Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan hasil peneltian
yang dilakukan oleh Ida Suraida (2005) yang menyatakan bahwa
pengalaman berpengaruh secara signifikan terhadap skeptisisme
profesional auditor. Dia berpendapat bahwa seiring dengan lamanya
84
seorang auditor dalam melaksanakan tugas, maka akan semakin
meningkatkan kepekaannya terhadap suatu tindak kecurangan atau
kejanggalan yang dilakukan oleh kliennya sehingga seorang auditor
tidak akan selalu mempercayai apa yang klien sampaikan. Sejalan
dengan Suraida (2005), hasil penelitian yang dilakukan Silalahi
(2013) juga tidak sejalan dengan hasil penelitian ini. Silalahi (2013)
menyatakan bahwaauditor yang berpengalaman memiliki tingkat
selektifitas yang lebih tinggi terhadap informasi yang relevan,
sehingga mempengaruhi seorang auditor untuk memiliki sikap
skeptisisme profesional auditor.
Berdasarkan hasil pengolahan data atas penelitian ini, maka
dapat disimpulkan bahwa pengalaman memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap skeptisisme profesional auditor. Pada dasarnya,
skeptisisme profesional auditor merupakan sikap yang harus dimiliki
oleh seorang auditor sejak awal melakukan penugasan. Skeptisisme
auditor secara tersirat meerupakan bagian dari standar umum
penugasan audit yang termasuk ke dalam bagian professional due
care. Pengalaman audit diukur dari lamanya bekerja dan banyaknya
penugasan yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian ini,
pengalaman tidak berpengaruh secara signifikan terhadap skeptisisme
profesional auditor. Hal ini disebabkan karena poin lamanya waktu
bekerja belum tentu merepresentasikan banyaknya penugasan dan
kompleksitas tugas yang dikerjakan. Dan banyaknya penugasan pun
85
secara objektif belum tentu dapat merepresentasikan tingginya
pengalaman dikarenakan bisa saja penugasan yang dilakukan tidak
mengalami peningkatan ke tugas yang lebih kompleks sehingga
menyebabkan hambatan bagi perkembangan auditor dan menghambat
sikap skeptisisme profesional yang seharusnya berkembang di tiap
penugasan.
b) Pengaruh Keahlian (X2) Terhadap Skeptisisme Profesional
Auditor (Y)
Hasil uji statistik t menunjukkan nilai sig. sebesar 0,000.
Dibandingkan dengan nilai probabilitas 0,05, nilai probabilitas 0,05
lebih besar dari nilai probabilitas sig yaitu 0,05 > 0,000. Hal ini berarti
Ha1 diterima dan H01 ditolak. Artinya terdapat pengaruh signifikan
antara keahlian dengan skeptisisme profesional auditor. Koefisien
lintasan parsial (path coeffecients) menunjukkan hubungan positif
antara variabel keahlian dengan skeptisisme profesional auditor
sebesar 0,471 atau 41,7%.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Pratiwi dan Januarti (2013) yang menyatakan bahwa
tterdapat pengaruh yang signinfikan antara keahlian dengan sikap
skeptisisme profesional auditor. Keahlian merupakan salah satu aspek
yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik dimana
seorang auditor wajib memiliki kemahiran profesional (profesional
due care) dalm menjalankan tugas. Hal ini berkaitan dengan teknik-
86
teknik audit yang dilakukan dalam menentukan kewajaran suatu
laporan keuangan. Sementara, sikap skeptisime profesional lebih
terbangun atas kesadaran seorang auditor dalam mempercayai atau
tidak atas bukti-bukti yang didapatkan. Hal ini berbading lurus dengan
penelitian yang dilakukan oleh Christina, dkk. (2011) yang
menyatakan bahwa keahlian berpengaruh terhadap skeptisisme
profesional auditor. Penenlitian ini juga mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Suraida (2005).
Dari hasil pengolahan data diatas, dapat disimpulkan bahwa
keahlian memiliki pengaruh yang signifikan terhadap skeptisisme
profesional auditor. Keahlian yang dimaksud mencakup technical skill
atau kemahiran profesional dimana prosedur-prosedur dan analisis
akuntansi lebih mempunyai peran dominan dalam proses pengauditan.
Dalam hal itu, auditor tidak hanya melakukan prosedur analitis
berdasrkan perhitungan saja, namun juga menginterpretasikan hasil
perhitungan yang ada untuk kemudian dilihat relevansinya dengan
keadaan klien dan tetap harus mewaspadai peluang kecurangan yang
ada dengan meningkatkan skeptisisme profesionalnya.
c) Pengaruh Etika (X3) Terhadap Skeptisisme profesional Auditor
(Y)
Hasil uji statistik t menunjukkan nilai sig. sebesar 0,026.
Dibandingkan dengan nilai probabilitas 0,05, nilai probabilitas 0,05
lebih besar dari nilai probabilitas sig yaitu 0,05 > 0,026. Hal ini berarti
87
Ha1 diterima dan H01 ditolak. Artinya terdapat pengaruh signifikan
antara etika dengan skeptisisme profesional auditor. Koefesien lintasan
parsial (path coeffecients )menunjukkan hubungan positif antara
variabel keahlian dengan skeptisisme profesional auditor sebesar 0,286
atau 28,6%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Silalahi (2013). Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor- faktor
kecondongan etika berpengaruh secara signifikan terhadap skeptsime
profesional auditor. Akuntan secara terus-menerus akan berhadapan
dengan dilema etika yang melibatkan pilihan antara nilai-nilai yang
bertentangan terhadap prinsip etika dasar auditor (Silalahi, 2013:16).
Hasil penelitian yang dilakukan Suraida (2005) menyatakan bahwa
etika mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap skeptisisme
profesional auditor dimana penelitian tersebut berbanding terbalik
dengan hasil penelitian diatas.
Etika menjadi salah satu indikator skeptisisme profesional
auditor karena semakin tinggi etika profesi yang dipegang oleh
akuntan publik (auditor), semakin tinggi pula skeptisisme
profesionalnya yang dapat mempengaruhi opini yang diberikan.
88
2. Menguji Persamaan Analisis Jalur Model 2
a. Hasil Uji Koefisien Jalur Model 2
Dalam penentuan pengaruh variabel penelitian secara
keseluruhan didapat nilai koefesien jalur dari penjumlahan variabel
eksogen terhadap variabel endogen. Nilai koefisien jalur diolah
dengan menggunakan bantuan software SPSS 20.0. Hasil pengolahan
data dapat dilihat dalam Tabel 4.15
Tabel 4.15
Koefisien Jalur Persamaan 2
Model
2
Standardized
Coefficients
Beta
Pengalaman
Keahlian
Etika
Skeptisisme
Profesional Auditor
0,268
0,177
0,216
0,343
Sumber: Data primer yang diolah
Sedangkan besarnya nilai koefisien determinasi peda
persamaan model 2 (analisis jalur 2) ditunjukkan pada tabel
dibawah ini
Tabel 4.16
Koefisien Determinasi (R2) Jalur 2
Model R R Square Adjusted
R Square
Std. Error of
The Estimate
1 0,884 0,781 0,765 1,429
Sumber: Data primer yang diolah
Nilai dari Adjusted R Square sebesar 0,765 dapat digunakan
untuk melihat besarnya pengaruh pengalaman, keahlian, etika, dan
skeptisisme professional auditor terhadap ketepatan pemberian opini
89
audit dengan cara menghitung Koefisien Determinasi dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
KD = R2 x 100%
KD = 0, 765 x 100%
KD = 76,5%
Keterangan:
KD :Koefisien determinasi
R2 : R Square
Persamaan struktural hubungan kausal Model 1 yang terbentuk:
Z = px1zX1+px2zX2+px3zX3+pyzY+pε2Z
Maka dari itu diketahui:
R2 = 0,765
Py1E1 = √(1-R2) = √(1-0,765) = 0,235 = 23,5%
Keterangan:
Px1zX1 : Standardized coefficient, koefisien jalur pengaruh X1
terhadap Z
Px2zX2 : Standardized coefficient, koefisien jalur pengaruh X2
terhadap Z
Px3zX3 : Standardized coefficient, koefisien jalur pengaruh X3
terhadap Z
PyzY : Standardized coefficient, koefisien jalur pengaruh Y
terhadap Z
Pyε1 : Besarnya pengaruh variabel lain
90
R2 : R square
X1 : variabel independen pengalaman
X2 : variabel independen keahlian
X3 : variabel independen etika
Y : variabel intervening skeptisisme profesional auditor
Z: variabel dependen ketepatan pemberian opini audit
Jadi, pzε1 menunjukkan jumlah varians variabel ketepatan
pemberian opini audit yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel
pengalaman, keahlian, etika, dan skeptisime profesional auditor.
Dengan kata lain, ketepatan pemberian opini audit dipengaruhi oleh
variabel lain sebesar 23,5% seperti misalnya gender, situasi audit,
ataupun tingkat pertimbangan materialitas. Oleh karena itu,
persamaan analisis jalur yang terbentuk adalah sebagai berikut:
Y = 0,268X1 + 0,117X2 + 0,216X3 + 0,343Y+0,235ε
5. Hasil Uji Korelasi Antara Pengalaman (X1), Keahlian (X2), Etika
(X3), dan Skeptisisme Profesional Auditor (Y)
Dalam metode analisis jalur, untuk mencari hubungan kausal
atau pengaruh variabel- variabel penelitian, terlebih dulu menghitung
matriks korelasi dari variabel pengalaman, keahlian, dan etika dalam
uji korelasi pada tabel 4.17 dibawah ini:
91
Tabel 4.17
Koefesien Korelasi Antara Variabel Pengalaman,
Keahlian, Etika, Skeptisisme Profesional Auditor dan
Ketepatan Pemberian Opini Audit
Hubungan Koefesien
Korelasi
Kategori Probabilitas Kesimpulan
Pengalaman
(X1) dengan
Keahlian (X2)
0,721 Kuat 0,000 Signifikan
Pengalaman
(X1) dengan
Etika (X3)
0,636 Kuat 0,000 Signifikan
Keahlian (X2)
dengan Etika
(X3)
0,807 Sangat
Kuat
0,000 Signifikan
Ppengalaman
(X1) dengan
Skeptissime
Profesional
Auditor (Y)
0,663 Kuat 0,000 Signifikan
Keahlian (X2)
dengan
Skeptisisme
profesional
auditor (Y)
0,736 Kuat 0,000 Signifikan
Etika (X3)
dengan
Skeptisisme
professional
auditor (Y)
0,669 Kuat 0,000 Signifikan
Pengalaman
(X1) dengan
Ketepatan
Pemberian
Opini Audit
(Z)
0,782 Kuat 0,000 Signifikan
Bersambung ke halaman berikutnya.
92
Tabel 4.17 (lanjutan)
Hubungan Koefesien
Korelasi
Kategori Probabilitas Kesimpulan
Keahlian (X2)
dengan
Ketepatan
Pemberian
Opini Audit
(Z)
0,760 Kuat 0,000 Signifikan
Etika (X3)
dengan
Ketepatan
Pemberian
Opini Audit
(Z)
0,755 Sangat
Kuat
0,000 Signifikan
Skeptisisme
Profesional
Auditor (Y)
dengan
Ketepatan
Pemberian
Opini Audit
(Z)
0,796 Kuat 0,000 Signifikan
Sumber: Data primer yang diolah
Korelasi sebesar 0,721 mempunyai arti hubungan antara
variable pengalaman dengan keahlian kuat dan searah dikarenakan
hasilnya positif. Searah ebrarti semakin tinggi pengalaman dalam
meng audit, semakin tinggi keahlian yang dimiliki. Korelasi antara dua
variabel signifikan dengan angka 0,000< 0,05. Korelasi sebesar 0,636
mempunyai arti hubungan antara variabel pengalaman dan etika
berhubungan kuat dan searah dikarenakan hasilnya positif. Hal ini
berarti semakin tinggi pengalaman auditor, maka semakin tinggi pula
etika yang dimiliki. Korelasi antara dua variabel signifikan dengan
angka 0,000 < 0,05.
93
Korelasi sebesar 0,663 mempunyai arti hubungan antara
variabel pengalaman dan skeptisisme profesional auditor berhubungan
kuat dan searah dikarenakan hasilnya positif. Hal ini berarti semakin
tinggi pengalaman auditor, semakin tinggi pula sikap skeptissime
profesional yang dimiliki. Korelasi antar kedua variabel signifikan
dengan angka 0,000 < 0,05. Korelasi sebesar 0,807 mempunyai arti
hubungan antara variabel keahlian dengan etika mempunyai hubungan
yang sangat kuat dan searah dikarenakan hasilnya positif. Hal ini
berarti semakin tinggi keahlian yang dimiliki, semakin tinggi pula
etika yang dimiliki oleh auditor. Korelasi antara kedua variabel
bernilai signifikan dengan nilai 0,000< 0,05.
Korelasi sebesar 0,736 mempunyai arti hubungan antara
keahlian dengan skeptisisme profesional auditor berhubungan kuat dan
searah dikarenakan hasilnya positif. Hal ini berarti semakintinggi
keahlian yang dimiliki, semakin tinggi pula sikap skeptisisme
profesional auditor. Korelasi antara kedua variabel bernilai signifikan
dengan nilai 0,000 < 0,05. Korelasi sebesar 0,669 mempunyai arti
hbungan antara etika dengan skeptisisme profesional auditor
berhubungan kuat dan searah dikarenakan nilainya positif . Hal ini
berarti semakin tinggi etika, maka semakin tinggi pula sikap
skeptisisme profesional auditor. Korelasi antara kedua variabel bernilai
signifikan dengan nilai 0,000 < 0,05.
94
Korelasi sebesar 0,782 mempunyai arti hubungan antara
pengalaman dengan ketepatan pemberian opini audit berhubungan kuat
dan searah dikarenakan nilainya positif . Hal ini berarti semakin
banyak pengalaman yang dimiliki, maka semakin tinggi pula ketepatan
auditor dalam memberikan opini audit. Korelasi antara kedua variabel
bernilai signifikan dengan nilai 0,000 <0,05.
Korelasi sebesar 0,760 mempunyai arti hubungan antara
keahlian dengan ketepatan pemberian opini audit berhubungan kuat
dan searah dikarenakan nilainya positif . Hal ini berarti semakin
banyak keahlian yang dimiliki, maka semakin tinggi pula tingkat
ketepatan pemberian opini audit. Korelasi antara kedua variabel
bernilai signifikan dengan nilai 0,000 < 0,05. Korelasi sebesar 0,755
mempunyai arti hubungan antara etika dengan ketepatan pemberian
opini audit berhubungan kuat dan searah dikarenakan nilainya positif .
Hal ini berarti semakin banyak keahlian yang dimiliki, maka semakin
tinggi pula ketepatan pemberian opini audit. Korelasi antara kedua
variabel bernilai signifikan dengan nilai 0,000 < 0,05
Korelasi sebesar 0,796 mempunyai arti hubungan antara
skeptisisme profesional auditor dengan ketepatan pemberian opini
audit berhubungan kuat dan searah dikarenakan nilainya positif . Hal
ini berarti semakin banyak pengalaman yang dimiliki, maka semakin
tinggi pula ketepatan pemberian opini audit. Korelasi antara kedua
variabel bernilai signifikan dengan nilai 0,000 < 0,05.
95
Dari hasil uji korelasi diatas, dapat disimpulkan bahwa variabel
pengalaman, keahlian, dan etika berpengaruh positif terhadap
skeptisisme profesional auditor serta memiliki pengaruh yang cukup
kuat dan signifikan. Sedangkan pengalaman, keahlian, etika, dan
skeptisisme profesional auditor memiliki hubungan yang positif serta
pengaruh yang kuat terhadap ketepatan pemberian opini audit.
Hubungan kesemuanya memiliki pengaruh yang signifikan.
3. Hasil Uji Statistik Secara Simultan (F)
Hasil uji statistik secara simultan dapat dilihat pada tabel
ANOVA pada software pengolah data SPSS 20.0 dibawah ini
Tabel 4.18
Hasil Uji Statistik F
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
Regression 399,830 3 99,958 48,932 0,000
Residual 112,353 55 2,043
Total 512,183 59
Sumber: Data primer yang diolah
Dari table 4.21diperoleh nilai F sebesar 48,932 dengan nilai
probabilitas (sig) sebesar 0,000. Karena nilai sig < 0,05 maka
keputusannya adalah menerima Ha4 yang berarti koefesien analisis
jalur adalah signifikan.Hal tersebut menunjukkan bahwa pengalaman,
keahlian, etika, dan skeptisisme profesional auditor secara bersamaan
(simultan) mempengaruhi ketepatan pemberian opini audit. Hal ini
96
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kushasyandita (2012),
Suraida (2005), dan Aldiansyah (2011).
4. Hasil Uji Statistik Secara Individual
Hasil uji statistik t digunakan unutk mengetahui seberapa jauh
pengaruh suatu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikansi 0,05. Hasil uji statsitik t dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.19
Hasil Uji Statistik t
Model
1
Standardized
Coefficients
T Sig.
Beta
(Constant)
Pengalaman
Keahlian
Etika
Skeptisisme
Profesional
0,268
0,177
0,216
0,343
-0,594
2,514
1,681
2,176
3,378
0,555
0,015
0,098
0,034
0,001
Sumber: Data primer yang diolah
d) Pengaruh Pengalaman (X1) terhadap Ketepatan Pemberian
Opini Audit (Z)
Hasil uji statistik t menunjukkan nilai sig. sebesar 0,015.
Dibandingkan dengan nilai probabilitas 0,05, nilai probabilitas 0,05
lebih besar dari nilai probabilitas sig yaitu 0,05> 0,015. Hal ini
berarti Ha1 diterima dan H01 ditolak. Artinya terdapat pengaruh
signifikan antara pengalaman dengan ketepatan pemberian opini
audit. Koefesien lintasan parsial (path coeffecients) menunjukkan
97
hubungan positif antara variabel pengalaman dengan ketepatan
pemberian opini audit sebesar 0,268 atau 26,8%.
Hasil penenlitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ida Suraida (2005) yang menyatakan bahwa secara
parsial pengalaman berpengaruh signifikan dengan ketepatan
pemberian opini audit. Hal ini disebabkan karena semakin
banyaknya penugasan yang dilakukan auditor, semakin
mempertajam pula kemampuan auditor dalam mendeteksi
kesalahan sehingga dapat menentukan kualitas opini yang
dihasilkan. Auditor yang berpengalaman memiliki tingkat
selektifisme yang lebih tinggi terhadap informasi yang relevan
sehingga potensi untuk melakukan kesalahan pemberian opini
menjadi lebih kecil. Aldiansyah (2011) dalam penelitiannya juga
menyatakan bahwa pengalaman memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap ketepatan opini audit. Auditor lebih memahami kondisi
klien yang diauditnya melalui pengalaman yang didapat. Indikator
terbesar pengalaman didapat dari lamanya waktu bekerja auditor.
Hal ini berbending terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh
Prtaiwi dan Januarti (2013) yang menyatakan bahwa pengalaman
tidak mempunyai pengruh yang signifikan terhadap ketepatan
pemberian opini audit.
98
e) Pengaruh Keahlian (X2) Terhadap Ketepatan Pemberian
Opini Audit (Z)
Hasil uji statistik t menunjukkan nilai sig. sebesar 0,098.
Dibandingkan dengan nilai probabilitas 0,05, nilai probabilitas 0,05
lebih kecil dari nilai probabilitas sig yaitu 0,05<0,098. Hal ini
berarti Ha1 ditolak dan H01 diterima. Artinya, tidak terdapat
pengaruh signifikan antara keahlian dengan ketepatan pemberian
opini audit. Koefesien lintasan parsial (path coeffecients)
menunjukkan hubungan positif antara variabel keahlian dengan
ketepatan pemberian opini audit sebesar 0,177 atau 17,7%. Hal ini
berarti keahlian tidak menentukan seseorang untuk dapat dengan
tepat memberikan opini audit. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Aldiansyah (2011) yang menyatakan bahwa
keahlian memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap
ketepatan pemberian opini audit. Hal ini dimungkinkan karena
keahlian mencakup kemampuan teknis auditor yang diperoleh
melalui pendidikan formal dan non formal. Dalam penelitian ini
sebagian besarresponden memiliki pendidikan rata-rata S1 dan
masa kerja auditor yang relatif masih sedikit. Hal ini
memungkinkan bagi auditor terhadap cara mereka menyelesaikan
suatu pekerjaan dan mendeteksi penyimpangan yang ditemukan.
Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gusti
dan Ali (2008) yang menyatakan bahwa kehalian memiliki
99
pengaruh yang tidak signifikan terhadap ketepatan pemberian opini
audit. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dan
Januarti (2013) juga mendukung hasil penelitian diatasa bahwa
kehalian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketapatan
pemberian opini audit.
f) Pengaruh Etika (X3) Terhadap Ketepatan Pemberian Opini
Audit (Z)
Hasil uji statistik t menunjukkan nilai sig. sebesar 0,034.
Dibandingkan dengan nilai probabilitas 0,05, nilai probabilitas 0,05
lebih besar dari nilai probabilitas sig yaitu 0,05>0,034. Hal ini
berarti Ha1 diterima dan H01 ditolak. Artinya terdapat pengaruh
signifikan antara etika dengan ketepatan pemberian opini audit.
Koefesien lintasan parsial (path coeffecients) menunjukkan
hubungan positif antara variabel keahlian dengan ketepatan
pemberian opini audit sebesar 0,216 atau 21,6%.
Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oelh Aldiansyah (2011) dan Zailia (2013) yang
menyatakan bahwa etika tidak berpengaruh signifikan terhadap
ketepatan pemberian opini audit, penelitian ini menyatakan hasil
yang sebaliknya. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya
yang dikalukan oleh Pratiwi dan Januarti (2013) dan
Kushasyandita (2011). Etika profesi yang dipegang oleh auditor
100
akan menentukan sikap yang dimilikinya serta sikap yang harus
diambil ketika dihadapkan pada keputusan pemberian opini.
Hal ini sejalan dengan teori disonansi kognitif, bahwa
manusia akan cenderung melakukan sesuatu sikap yang cenderung
tidak bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan
adanya etika profesi yang dipegang teguh, maka auditor akan
semakin menghindari sikapdan tindakan yang tidak sesuai dengan
sikapnya sehingga keputusanpemberian opini audit akan sejalan
dengan keputusannya dalam melakukan hal yang sejalan dengan
etika profesi yang ada.
g) Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor (Y) Terhadap
Ketepatan Pemberian Opini Audit (Z)
Hasil uji statistik t menunjukkan nilai sig. sebesar 0,001.
Dibandingkan dengan nilai probabilitas 0,05, nilai probabilitas 0,05
lebih besar dari nilai probabilitas sig yaitu 0,05>0,001. Hal ini
berarti Ha1 diterima dan H01 ditolak. Artinya terdapat pengaruh
signifikan antara skeptisisme profesional aud itor dengan ketepatan
pemberian opini audit. Koefesien lintasan parsial (path
coeffecients) menunjukkan hubungan positif antara variabel
skeptisisme profesional auditor dengan ketepatan pemberian opini
audit sebesar 0,343 atau 34,3%.
Hasil penelitian ini mendukung penelian sebelumnya yang
dilakukan oleh Suraida (2005), Aldiansyah (2011), serta Pratiwi
101
dan Januarti (2013). Skeptisisme profeioanal Auditor memiliki
pengaruh yang signifikan dan postif terhadap ketepatan pemberian
opini audit oleh auditor. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi sikap skeptisisme seorang dalam melakukan audit,
maka akan juga berpengaruh kepada keputusan pemberian opini
oleh auditor tersebut (Aldiansyah, 2011: 29). Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Gusti dan Ali (2008) serta Adrian (2013)
yang menyatakan bahwa skeptisisme profesional auditor
berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit.
Hasil penelitian terhadap keseluruhan hasil analisis jalur
dapat diringkas dalam diagram analisis jalur dibawah ini:
Gambar 4.1
Diagram Analisis Jalur
102
Tabel 4.20
Koefesien Jalur, Kontribusi Langsung, Kontribusi Tidak Langsug,
Kontribusi Total, Kontribusi Pengalaman (X1),
Keahlian (X2), Etika (X3), Skeptisisme profesional Auditor (X4)
Secara Simultan dan Signifikan
Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit (Z)
Variabel Koefesien
Jalur
Pengaruh Pengaruh
Bersama Langsun
g
Melalui
(Y)
Total
X1 Terhadap Y 0,115 0,115 0,115
X1 Terhadap Z 0,268 0,268 0,030 0,298
X2 Terhadap Y 0,471 0,471 - 0,471
X2 Terhadap Z 0,177 0,177 0,083 0.260
X3 terhadap Y 0,286 0,286 - 0,286
X3 Terhadap Z 0,216 0,216 0,062 0,278
Y Terhadap Z 0,343 0,343 0,343
X1, X2,
X3Terhadap Y
0,593
XI, X2, X3, Y
Terhadap Z
0,765
ε1 0,417
ε2 0,235
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur dan juga diagram analisis
jalur yang digambarkan, maka informasi yang dapat dijabarkan dari data
tersebut adalah:
1) Besarnya kontribusi pengalaman (X1) secara langsung mempengarui
skeptisisme profesional auditor (Y) adalah 0,115 atau 11,5%
2) Besarnya keahlian (X2) yang secara langsung mempengaruhi skeptisisme
profesional auditor (Y) adalah 0,471 atau 47,1%
3) Besarnya kontribusi etika (X3) yang secara langsung mempengaruhi
skeptisisme profesional auditor (Y) adalah 0,268 atau 26,8%
103
4) Besarnya kontribusi pengalaman (X1), keahlian (X2), dan etika (X3) yang
secara simultan mempengaruhi skeptisisme profesional auditor (Y) adalah
0,593 atau 59,3% . Sisanya sebesar 0, 417 atau 41,7% dipengaruhi oleh
faktor lain seperti situasi audit, dan gender (Kushasyandita, 2012).
5) Besarnya kontribusi pengalaman (X1) yang secara langsung
mempengaruhi Ketepatan pemberian opini audit (Z) adalah 0,268 atau
26,8%. Sementara besarnya kontribusi pengalaman (X1) yang secara
langsung mempengaruhi ketepatan pemberian opini audit (Z) melalui
skeptisisme profesional auditor (Y) adalah 0,030 atau 3,0% yang didapat
dari perkalian X1 menuju Y dan X1 menuju Z (0,115x0,268)
6) Besarnya kontribusi keahlian (X2) yang secara langsung mempengaruhi
Ketepatan pemberian opini audit (Z) adalah 0,177 atau 17,7%. Sementara
besarnya kontribusi keahlian (X2) yang secara langsung mempengaruhi
ketepatan pemberian opini audit (Z) melalui skeptisisme profesional
auditor (Y) adalah 0,083 atau 8,3% yang didapat dari perkalian X2 menuju
Y dan X2 menuju Z (0,471x0,177)
7) Besarnya kontribusi etika (X3) yang secara langsung mempengaruhi
Ketepatan pemberian opini audit (Z) adalah 0,286 atau 28,6%. Sementara
besarnya kontribusi etika (X3) yang secara langsung mempengaruhi
ketepatan pemberian opini audit (Z) melalui skeptisisme profesional
auditor (Y) adalah 0,182 atau 18,2% yang didapat dari perkalian X3
menuju Y dan X1 menuju Z (0,392x0,466)
104
8) Besarnya kontribusi skeptisisme profesional auditor (Y) yang secara
langsung mempengaruhi ketepatan pemberian opini audit (Z) adalah 0,343
atau 34,3%.
9) Besarnya kontribusi pengalaman (X1), keahlian (X2), etika (X3) melalui
skeptisisme profesional auditor sebagai variabel intervening (Y) secara
simultan terhadap ketepatan pemberian opini audit (Z) adalah sebesar
0,765 atau 76,5%. Sisanya sebesar 0, 235 atau 23,5% dipengaruhi oleh
faktor lain seperti materialitas (Rahayu: 2013) atau situasi audit dan
gender (Kushasyandita: 2012)
105
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengalaman,
keahlian, dan etika terhadap ketepatan pemberian opini audit melalui
skeptisisme profesional auditor sebagai variabel intervening. Responden
penelitian berjumlah 60 auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik
yang berada di wilayah DKI Jakarta. Berdasarkan pada data yang etlah
dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan
dengan menggunakan metode analisis jalur (path analysis), maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengalaman tidak berpengaruh secara signifikan terhadap skeptisisme
profesional auditor. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Pratiwi dan Januarti (2013) serta Silalahi (2013)
2. Keahlian berpengaruh secara signifikan terhadap skeptisisme profesional
auditor. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Suraida (2005), Gusti dan Ali (2008), Zailia (2013
3. Etika berpengaruh secara signifikan terhadap skeptisisme profesional
auditor. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
106
dilakukan oleh Suraida (2005), Gusti dan Ali (2008), Kushasyandita
(2012) , Adrian (2013), serta Silalahi (2013)
4. Pengalaman, keahlian, etika, secara bersama- sama berpengaruh terhadap
skeptisisme profesional auditor. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Suraida (2005), Gusti dan Ali (2008), Kushasyandita
(2012), serta Silalahi (2013)
5. Pengalaman berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan pemberian
opini audit. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Adrian (2013) dan Silalahi (2013)
6. Keahlian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan
pemberian opini audit. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Zailia (2013) dan Cahayu (2013)
7. Etika berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan pemberian opini
audit. Hal ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Zailia (2013), Pratiwi dan Januarti (2013), dan Adrian (2013)
8. Skeptisisme profesional auditor berpengaruh secara signifikan terhadap
ketepatan pemberian opini audit. Hal ini mendukung penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Aldiansyah dan Januarti (2011), serta
Adrian (2013).
9. Pengalaman, keahlian, etika, secara bersama- sama berpengaruh terhadap
ketepatan pemberian opini audit melalui skeptisisme profesional auditor.
107
Hal ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Aldiansyah (2011), Adrian (2013) serta Pratiwi dan Januarti (2013).
B. Saran
Penelitian selanjutnya di masa yang akan datang diharapkan dapat
lebih berkembang dan berkualitas dengan mempertimbangkan hal- hal sebagai
berikut:
1. Penelitian selanjutnya disarankan dapat memperoleh data melalui
sumber lain seperti wawancara dari beberapa responden sehingga dapat
lebih menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan menghindari
pengisian kuesioner yang tidak tepat
2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperoleh data sampel yang
lebih banyak lagi dan dapat mewakili Kantor Akuntan Publik yang ada
di DKI Jakarta secara lebih komprehensif dan menambah jumlah
responden yang ada.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah variabel yang ada dengan
variabel lain yang mendukung ketepatan pemberian opini audit seperti
situasi audit dan gender. Serta mengembangkan metode penelitian dari
path analysis menuju structural equational model (SEM) jika
memungkinkan.
108
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, Arfin.2013. Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Etika,dan Skeptisisme
Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit (Studi
Empiris Pada BPK RI perwakilan provinsi Riau). Artikel Penelitian
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Agung, Mangaraja. 2007. “Disonansi Kognitif”. Literatur. Fakultas
Psikologi, Universitas Indonesia.
Aldiansyah, Utama Prihandono dan Indira Januarti.2011. Hubungan
Skeptisisme Profesional Auditor, Situasi Audit, Independensi, Etika,
Keahlian, dan Pengalaman dengan Keputusan Pemberian Opini Audit
Oleh Auditor (Studi Empiris pada KAP di Jakarta). Jurnal Fakultas
Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro.
Arens. A. A., R. J. Elder & Beasley. M. S. 2006. Auditing and Assurance
Services: An Integrated Approach, 11th Edition. Jilid 1. New Jersey :
Pearson PrenticeHall.
Arum, Enggar Dyah Puspa.2008. Pengaruh Persuasif Preferensi Klien dan
Pengalaman Audit Terhadap Pertimbangan Auditor dalam
Mengevaluasi Bukti Audit. Jurnal Akuntansi Keuangan.Vol 5 No.2.
Boynton, William C., Johnson, Walter G. Kell& Ray Johnson. 2003. Modern
Auditing, 7th Edition. New York : John Willey Sons Inc.
Cahayu, Dwi Ranti. 2013. ”Pengaruh Etika, Pendidikan, dan Pengalaman
Terhadap Profesionalisme Auditor Internal dengan Motivasi Sebagai
Variabel Intervening.” Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ghozali, Imam.2013. Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: UniversitasDiponegoro
Gusti, Maghfirah dan Ali, Syahril (2008). “ Hubungan Skeptisme Profesional
Auditor dan Situasi Audit, Etika, Pengalaman Serta Keahlian Audit
dengan Ketepatan Pemberian Opini Auditor oleh Akuntan Publik ”.
Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak.
Halim.A, 2003.Auditing dan Sistem Informasi, Edisi Pertama.UPP AMP
YKPN. Yogyakarta
Haynes, C. M., J. G. Jenkins and S. R. Nutt. 1998. “The Relationship
between Client Advocacy and Audit Experience: An Exploratory
Analysis”. Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol.17 (2) Fall :
88 – 104.
109
Herliansyah, Yudhi dan Meifida Ilyas. 2006. “Pengaruh Pengalaman
Auditor Terhadap Penggunaan Bukti Tidak Relevan Dalam Auditor
Judgment”. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang.
Herusetya, Antonius. 2007. “Kewajiban Hukum Bagi Akuntan Publik: Resiko
Profesional yang Semakin Meningkat”. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan. Vol.1, No.1. .
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2002. Metodelogi Penelitian
Bisnis.BPFE. Yogyakarta.
Kushasyandita, Sabrina. 2012. Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi
Audit, Etika dan Gender Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit
Melalui Skeptisisme Profesional Auditor. Skripsi Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Koroy. T Ramaraya 2005. “Pengaruh Preferensi Klien dan Pengalaman
Audit terhadap Pertimbangan Auditor”,Simposium Nasional Akuntansi
VIII, September : 917 – 928.
Kee, H. W., Knox, R. E. 1970. “Conceptual and Methodological
Consideration in the Study of Trust and Suspicion.”The Journal of
Conflict Resolution.Vol.14, No.3 : 357-366.
Nasution, Hafifah. 2012. “Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit dan
Tipe Kepribadian terhadap Skeptisisme Profesional dan Kemampuan
Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan”. Jurnal. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Nizarudin, Abu, 2013, Pengaruh Etika, Pengalaman Audit, dan Independensi
Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Bangka Belitung
Peytcheva, Marietta.2014.”Professional Skepticism And Auditor Cognitive
Performance in A Hypothesis- Testing Task”,Mangerial Accounting
Journal Vol .29 No.1. Emerald Group Publishing Limited
Praditaningrum, Anugerah Suci dan Indira Januarti. 2011. Analisis Faktor-
Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Judgement. Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Pratiwi, Astari Bunga dan Indira Januarti.2013. Pengaruh Faktor- Faktor
Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Pemberian Opini (Studi
Empiris BPK RI Provinsi Jawa Tengah). Jurnal Fakultas Ekonomika
dan Bisnis. Universitas Diponegoro.
110
Ramdan, Ahmad.2010. Analisis Pengaruh Etika, Kompetensi, Gender, dan
Pengalaman Audit Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor.Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Riduwan dan Kuncoro Engkos Ahmad. 2011. Cara Menggunakan dan
Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis).Jakarta :Alfabeta
Shaub, K. Michael dan Jenice E. Lawrence. 1996. Ethics Experience and
Professional Scepticism: A Situational Analysis. Behavioral Research
In Accounting Vol 8, 124-157.
Standar Profesional Akuntan Publik,2011.Jakarta: Institut Akuntan Publik
Indonesia
Sudarmadji, Ahmad.2011.Pengaruh Keahlian dan Indpendensi Auditor
Terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Sukriah, dkk. “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas,
Integritas, danKompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan”.
Suraida, Ida, 2005. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan
Risiko Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan
Pemberian Opini Akuntan Publik. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Padjadjaran. Bandung.
Tuanakotta, T. M. 2011. Berpikir Kritis dalam Auditing. Jakarta: Salemba
Empat.
Wahyudi, Dwi Putra dan Nur DP, Emrinaldi.2013.Hubungan Etika Profesi,
Keahlian, Pengalaman, dan Situasi Audit dengan Ketepatan Pemberian
Opini Audit dalam Audit Laporan Keuangan Melalui Pertimbangan
Materialitas dan Skeptisisme Profesional Auditor. Jurnal Fakultas
Ekonomi. Universitas Riau
Zailia, Yulfa.2013. Pengaruh Etika, Kompetensi, Gender, dan Pengalaman
Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
111
LAMPIRAN I
SURAT KETERANGAN
PENYEBARAN KUESIONER
PENELITIAN
112
LAMPIRAN II
SURAT KETERANGAN PENELITIAN
KAP
113
LAMPIRAN III
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PENGALAMAN, KEAHLIAN, DAN ETIKA TERHADAP
KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDIT MELALUI SKEPTISISME
PROFESIONAL AUDITOR
KUESIONER PENELITIAN
Mutia Rahmah
(1111082000056)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015 M/1436 H
Bila ada kritik dan saran dapat menghubungi Mutia (0856 9595 6821) Email: [email protected]. Terima Kasih 2
Hal: Permohonan Pengisian Kuesioner Jakarta, April 2015
Kepada Yth
Bapak/Ibu/Saudara/i Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswa Program Strata Satu
(S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Saya:
Nama : Mutia Rahmah
NIM : 1111082000056
Fak/Jur/Smt : Ekonomi dan Bisnis/Akuntansi/8
Bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyususnan skripsi dengan judul
”Pengaruh Pengalaman, Keahlian, dan Etika Terhadap Ketepatan Pemberian Opini
Audit Melalui Skeptisisme Profesional Auditor”
Untuk itu saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjadi
responden dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan sebelumnya saya mohon
maaf karena telah menggangu waktu bekerjanya. Data yang diperoleh hanya akan digunakan
untuk kepentingan penelitian dan tidak digunakan sebagai penilaian kinerja di tempat
Bapak/Ibu/Saudara/i bekerja, sehingga kerahasiaannya akan saya jaga sesuai etika penelitian.
Informasi yang diperoleh atas partisispasi Bapak/Ibu/Saudara/i merupakan faktor
kunci untuk mengetahui pengaruh Pengalaman, Keahlian, dan Etika terhadap Ketepatan
Pemberian Opini Audit Melalui Skeptisisme Profesional Auditor
1. Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan secara hati- hati dan menjawab
dengan lengkap semua pertanyaan. Karena apabila terdapat salah satu nomer
yang tidak diisi, maka kuesioner dianggap tidak berlaku
2. Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan ini, yang penting
memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat anda
Bila ada kritik dan saran dapat menghubungi Mutia (0856 9595 6821) Email: [email protected]. Terima Kasih 3
Apabila dantara Bapak/Ibu/Saudara/i ada yang membutuhkan hasil penelitian ini,
maka Bapak/Ibu/Saudara/i dapat menghubungi saya. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i
dalam meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian ini, saya sampaikan Terima
Kasih.
Dosen Pembimbing Hormat Saya
Peneliti
(Dr. Yahya Hamja, MM) (Mutia Rahmah)
Bila ada kritik dan saran dapat menghubungi Mutia (0856 9595 6821) Email: [email protected]. Terima Kasih 4
Nomor Kuesioner :..................(diisi oleh peneliti)
IDENTITAS RESPONDEN
Nama : ..........................
(boleh tidak diisi)
Nama KAP : ..........................
Jenis Kelamin : laki laki Perempuan
Umur : ...........................
Posisi Terakhir : Partner Manajer Supervisor
Auditor Senior Auditor Junior
Pendidikan Terakhir : D3 S1 S2 S3
Pengalaman Kerja : < 1 tahun 1-3 tahun > 3 tahun
Variabel Pengalaman (X1)
Berilah tanda centang/checklist (√) pada setiap butir pernyataan dibawah ini dengan
keterangan:
STS : Sangat Tidak Setuju N : Netral SS : Sangat Setuju
TS : Tidak Setuju S : Setuju
No Butir Pernyataan STS TS N S SS
1 Auditor dikatakan berpengalaman apabila menjalankan
tugasnya lebih dari tiga tahun
2 Pengalaman auditor berpengaruh terhadap tingkat kecurigaan
terhadap bukti audit dari perusahaan klien
3 Pengalaman dalam pekerjaan pada umumnya dapat
mengembangkan karir
4 Pengalaman auditor dapat meningkatkan kualitas pekerjaan
auditor karena seringnya melaksanakan tugas
5 Pengalaman dapat membentu auditor mengetahui kekeliruan di
suatu perusahaan berikut penyelesaiannya
Bila ada kritik dan saran dapat menghubungi Mutia (0856 9595 6821) Email: [email protected]. Terima Kasih 5
No Butir Pernyataan STS TS N S SS
6 Semakin banyak pengalaman yang dimiliki auditor semakin
besar kemempuan auditor dalam mengatasi setiap permasalahan
yang ada
7 Pengalaman membantu auditor dalam menganalisis masalah
8 Pengalaman membantu auditor dalam memperdiksi dan
mendeteksi masalah secara profesional
9 Auditor yang kurang berpengalaman cenderung sulit
menentukan judgement audit
Variabel Keahlian (X2)
Berilah tanda centang/checklist (√) pada setiap butir pernyataan dibawah ini dengan
keterangan:
STS : Sangat Setuju N : Netral SS : Sangat Setuju
TS : Tidak Setuju S : Setuju
No Butir Pernyataan STS TS N S SS
1 Keahlian khusus yang dimiliki auditor berhubungan positif
dengan ketepatan pemberian opini audit
2 Kemampuan komputerisasi sangat diperlukan auditor dalam
melaksanakan proses audit
3 Kemampuan berkomunikasi berpengaruh kuat terhadap
ketepatan pemberian opini audit
4 Selain memahami kaidah- kaidah akuntansi, seorang auditor
harus pula memiliki keahlian dalam menafsirkan bukti audit,
keahlian inilah yang membedakan auditor dengan akuntan.
6 Auditor dikatakan ahli, jika telah mengikuti pelatihan profesi
yang cukup banyak
7 Auditor dikatakan ahli jika telah memiliki pengalaman sebagai
auditor selama tiga tahun
8 Untuk melakukan audit yang baik, dibutuhkan pengetahuan dari
tingkat strata satu (S1) perguruan tinggi
Bila ada kritik dan saran dapat menghubungi Mutia (0856 9595 6821) Email: [email protected]. Terima Kasih 6
Variabel Etika (X3)
Berilah tanda centang/checklist (√) pada setiap butir pernyataan dibawah ini dengan
keterangan:
STS : Sangat Setuju N : Netral SS : Sangat Setuju
TS : Tidak Setuju S : Setuju
No Butir Pernyataan STS TS N S SS
1 Auditor harus mengemukakan pendapat secara jujur
dan bjaksana sesuai dengan hasil temuannya
2 Auditor tidak dapat sepenuhnya menerapkan sikap
jujur dalam dirinya dalam melaksanakan tugasnya
3 Hasil kerja auditor akan dapat
dipertanggungjawabkan apabila ia menerapkan sikap
objektif yang dimiliki
4 Auditor harus memiliki pengetahuan, keahlian, dan
pengalaman dan keterampilan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas
5 Etika profesi menjadi salah satu penentu kesuksesan
auditor
6 Kepedulian pada etika profesi sangat baik untuk
dilaksanakan
7 Auditor dapat memberitahu klien yang lain tentang
kemungkinan bankrut yang dialami kliennya
8 Auditor harus mempertahankan nama baik profesi
dengan menjunjung tinggi etika profesi serta hukum
yang berlaku di Indonesia
9 Keputusan anggota dalam melaksanakan kode etik
sebagai dasar penyempurnaan pelaksanaan kode etik
dalam menjalankan tugas
Bila ada kritik dan saran dapat menghubungi Mutia (0856 9595 6821) Email: [email protected]. Terima Kasih 7
Variabel Skeptisisme Profesional Auditor (X4)
Berilah tanda centang/checklist (√) pada setiap butir pernyataan dibawah ini dengan
keterangan:
STS : Sangat Tidak Setuju N : Netral SS : Sangat Setuju
TS : Tidak Setuju S : Setuju
No Butir Pernyataan STS TS N S SS
1 Auditor sebaiknya tidak terlalu dekat dengan klien
2 Auditor tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari
klien
3 Selama proses audit, auditor tidak hanya sekadar
mengikuti prosedur audit tapi juga harus disertai sikap
skeptisisme profesional
4 Auditor selalu bersikap berdasarkan pikiran yang selalu
mempertanyakan dan mengevaluasi secara kritis bukti
audit
5 Auditor tidak akan cukup puas dengan bukti audit yang
kurang persuasif yang hanya didasarkan pada
kepercayaaan bahwa manajemen adalah jujur
7 Dalam perencanaan audit, auditor harus melihat hasil
audit tahun lalu
9 Auditor wajib melakukan konfirmasi langsung atas akun-
akun hutang dan piutang
10 Auditor wajib melakukan konfirmasi langsung terhadap
temuan yang tidak diungkapkan dalam laporan keuangan
perusahaan klien
Bila ada kritik dan saran dapat menghubungi Mutia (0856 9595 6821) Email: [email protected]. Terima Kasih 8
Variabel Ketepatan Pemberian Opini Audit (Y)
Berilah tanda centang/checklist (√) pada setiap butir pernyataan dibawah ini dengan
keterangan:
STS : Sangat Setuju N : Netral SS : Sangat Setuju
TS : Tidak Setuju S : Setuju
No Butir Pernyataan STS TS N S SS
1 Pengalaman menentukan tepat atau tidaknya pemberian
opini audit
2 Keahlian dan kemahiran profesional menentukan tepat atau
tidaknya pemberian opini audit
3 Bukti yang cukup dan kompeten dapat menentukan
ketepatan pemberian opini audit
4 Kesalahan yang material dapat mempengaruhi jenis opini
yang akan diberikan oleh auditor
5 Opini audit harus sesuai dengan temuan dan bukti audit
yang ada
6 Auditor akan menolak memberikan pendapat dikarenakan
ketidakpastian yang terdapat dalam pos-pos laporan
keuangan
7 Dalam menentukan opini audit, auditor harus berpegang
pada etika profesi yang ada
114
LAMPIRAN IV
JAWABAN RESPONDEN
KUESIONER PENELITIAN
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL PENGALAMAN (PNG)
NO PNG1 PNG2 PNG3 PNG4 PNG5 PNG6 PNG7 PNG8 PNG9 TPNG
1 3 4 4 4 4 5 5 5 4 38
2 3 4 4 4 4 5 5 5 4 38
3 3 4 4 4 4 5 5 5 4 38
4 3 4 4 4 4 5 5 5 4 38
5 2 4 4 4 4 4 4 3 2 31
6 3 4 4 4 4 4 4 4 4 35
7 4 3 4 5 4 5 4 4 3 36
8 4 4 5 5 5 4 5 5 3 40
9 4 5 4 4 5 4 5 4 4 39
10 2 4 4 4 4 4 4 4 4 34
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27
12 3 4 5 5 5 5 4 5 3 39
13 2 4 4 4 4 3 4 3 4 32
14 3 4 4 4 4 5 5 5 4 38
15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27
16 2 3 2 4 4 2 4 4 4 29
17 3 4 4 4 4 4 5 5 5 38
18 2 3 2 4 4 2 4 4 4 29
19 3 4 4 4 3 3 4 2 2 29
20 4 2 4 5 5 5 4 5 4 38
21 4 5 4 4 5 4 5 4 4 39
22 4 4 5 5 5 4 5 5 3 40
23 4 3 4 5 4 5 4 4 3 36
24 3 4 4 4 4 4 4 4 4 35
25 2 4 4 4 4 4 4 3 2 31
26 3 4 4 4 4 5 5 5 4 38
27 3 4 4 4 4 5 5 5 4 38
28 3 4 4 4 4 5 5 5 4 38
29 3 4 4 4 4 5 5 5 4 38
30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27
31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
32 3 4 4 4 4 4 4 4 3 34
33 3 3 4 4 4 4 4 4 3 33
34 4 4 5 5 5 5 3 4 4 39
35 2 4 5 5 4 5 5 5 4 39
NO PNG1 PNG2 PNG3 PNG4 PNG5 PNG6 PNG7 PNG8 PNG9 TPNG
36 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
37 4 4 5 4 4 4 4 4 4 37
38 4 4 5 4 4 4 4 4 4 37
39 2 4 5 5 3 4 4 5 3 35
40 4 4 5 4 4 4 4 4 4 37
41 4 4 4 4 4 4 4 4 3 35
42 3 3 4 4 4 4 4 4 4 34
43 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
44 4 4 5 5 5 4 5 4 5 41
45 2 5 5 5 5 4 5 4 5 40
46 2 4 4 4 4 3 4 3 4 32
47 4 5 5 5 5 5 4 5 5 43
48 4 4 4 4 4 4 4 4 3 35
49 3 4 4 4 4 4 3 3 4 33
50 4 4 4 4 4 4 4 4 3 35
51 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
52 5 5 5 5 4 4 4 4 3 39
53 4 4 5 4 4 4 4 4 4 37
54 4 4 4 4 4 4 4 4 3 35
55 3 3 4 4 4 4 4 4 4 34
56 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
57 4 4 5 5 5 4 5 4 5 41
58 2 5 5 5 5 4 5 4 5 40
59 2 4 4 4 4 3 4 3 4 32
60 4 5 5 5 5 5 4 5 5 43
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KEAHLIAN (KEA)
NO KEA1 KEA2 KEA3 KEA4 KEA5 KEA6 KEA7 TKEA
1 4 5 4 4 3 3 4 27
2 4 5 4 4 3 3 4 27
3 4 5 4 5 4 3 4 29
4 4 5 4 4 3 3 4 27
5 2 3 3 3 2 2 3 18
6 4 4 4 4 4 4 4 28
7 3 5 3 3 3 5 4 26
8 4 5 5 4 5 5 5 33
9 4 4 5 4 5 4 4 30
10 3 4 4 4 3 3 4 25
11 3 3 3 3 3 3 3 21
12 5 3 4 4 3 3 5 27
13 4 4 4 4 4 2 4 26
14 4 5 4 4 3 3 4 27
15 3 3 4 3 3 3 3 22
16 4 5 5 4 1 4 4 27
17 4 4 5 5 3 3 3 27
18 4 4 4 4 1 4 4 25
19 4 3 3 4 4 3 3 24
20 4 4 4 4 2 4 2 24
21 4 4 5 4 5 4 4 30
22 4 5 5 4 5 5 5 33
23 3 5 3 3 3 5 4 26
24 4 4 4 4 4 4 4 28
25 2 3 3 3 2 2 3 18
26 4 5 4 4 3 3 4 27
27 4 5 4 5 4 3 4 29
28 4 5 4 4 3 3 4 27
29 4 5 4 4 3 3 4 27
30 3 3 4 3 3 3 3 22
31 4 4 4 4 4 4 4 28
32 4 4 4 4 4 4 3 27
33 3 4 3 4 3 3 3 23
34 4 5 4 4 4 4 3 28
35 5 4 5 5 4 2 5 30
NO KEA1 KEA2 KEA3 KEA4 KEA5 KEA6 KEA7 TKEA
36 4 4 4 4 4 4 4 28
37 3 4 4 4 4 4 4 27
38 3 4 4 4 4 4 4 27
39 3 4 4 4 4 3 3 25
40 3 4 4 4 4 4 4 27
41 4 3 3 4 3 4 4 25
42 3 5 3 5 3 3 4 26
43 4 4 4 4 4 4 4 28
44 5 5 5 4 4 5 5 33
45 5 5 4 5 5 2 5 31
46 4 5 4 5 4 3 4 29
47 4 4 5 5 3 4 4 29
48 4 4 4 4 3 4 3 26
49 4 3 4 3 4 4 4 26
50 4 4 4 4 4 4 4 28
51 4 4 4 4 4 4 4 28
52 3 4 4 4 4 5 5 29
53 3 4 4 4 4 4 4 27
54 4 3 3 4 3 4 4 25
55 3 5 3 5 3 3 4 26
56 4 4 4 4 4 4 4 28
57 5 5 5 4 4 5 5 33
58 5 5 4 5 5 2 5 31
59 4 5 4 5 4 3 4 29
60 4 4 5 5 3 4 4 29
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL ETIKA (ETK)
NO ETK1 ETK2 ETK3 ETK4 ETK5 ETK6 ETK8 ETK9 TETK
1 5 4 4 4 5 5 5 4 36
2 5 4 4 4 5 5 5 4 36
3 5 4 4 4 5 5 5 4 36
4 5 4 4 4 5 5 5 4 36
5 3 3 4 2 4 3 4 2 25
6 4 2 4 4 4 4 4 4 30
7 5 4 4 4 4 5 5 3 34
8 5 2 4 5 5 4 5 5 35
9 4 2 4 4 4 4 4 4 30
10 4 2 4 4 4 4 4 4 30
11 3 3 3 3 3 3 3 3 24
12 5 4 5 5 5 5 5 5 39
13 4 3 4 4 4 4 4 4 31
14 5 4 4 4 5 5 5 4 36
15 4 3 3 3 4 3 3 3 26
16 5 1 4 4 4 4 4 4 30
17 5 3 4 4 4 4 3 3 30
18 4 2 4 4 4 4 4 4 30
19 4 3 4 4 3 3 4 4 29
20 4 3 4 4 4 4 4 4 31
21 4 2 4 4 4 4 4 4 30
22 5 2 4 5 5 4 5 5 35
23 5 4 4 4 4 5 5 3 34
24 4 2 4 4 4 4 4 4 30
25 3 3 4 2 4 3 4 2 25
26 5 4 4 4 5 5 5 4 36
27 5 4 4 4 5 5 5 4 36
28 5 4 4 4 5 5 5 4 36
29 5 4 4 4 5 5 5 4 36
30 4 3 3 3 4 3 3 3 26
31 4 3 4 4 4 4 4 4 31
32 4 3 4 4 4 4 4 3 30
33 4 3 4 4 4 4 4 3 30
34 5 4 4 5 4 4 5 5 36
35 5 4 4 4 4 4 4 4 33
NO ETK1 ETK2 ETK3 ETK4 ETK5 ETK6 ETK8 ETK9 TETK
36 4 4 4 4 4 4 4 4 32
37 4 4 4 4 5 4 5 4 34
38 4 4 4 4 5 4 5 4 34
39 4 3 4 4 5 5 4 4 33
40 4 4 4 4 5 4 5 4 34
41 5 4 4 4 4 3 4 4 32
42 4 4 4 4 4 3 4 4 31
43 4 3 4 4 4 4 4 4 31
44 5 1 4 5 4 5 5 5 34
45 5 4 5 5 5 5 5 5 39
46 4 3 4 5 4 4 4 4 32
47 5 1 5 4 3 5 5 5 33
48 4 3 3 4 4 4 4 4 30
49 4 3 4 4 3 4 3 3 28
50 4 4 4 4 4 4 4 4 32
51 4 3 4 4 4 4 4 4 31
52 4 2 4 4 4 4 5 4 31
53 4 4 4 4 5 4 5 4 34
54 5 4 4 4 4 3 4 4 32
55 4 4 4 4 4 3 4 4 31
56 4 3 4 4 4 4 4 4 31
57 5 1 4 5 4 5 5 5 34
58 5 4 5 5 5 5 5 5 39
59 4 3 4 5 4 4 4 4 32
60 5 1 5 4 3 5 5 5 33
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL SKEPTISISME PROFESIONAL
AUDITOR (SPA)
NO SPA1 SPA2 SPA3 SPA4 SPA5 SPA6 SPA7 SPA8 TSPA
1 3 4 4 4 4 4 4 5 32
2 3 4 4 4 4 4 4 5 32
3 3 4 4 4 4 4 4 5 32
4 3 4 4 4 4 4 4 5 32
5 3 4 4 3 4 4 2 3 27
6 4 4 4 4 4 4 4 4 32
7 3 4 5 5 4 4 5 3 33
8 3 4 5 5 5 4 4 4 34
9 4 4 4 5 4 4 5 4 34
10 3 3 4 4 4 4 4 4 30
11 3 3 3 3 3 3 3 3 24
12 2 5 5 5 5 5 5 5 37
13 3 4 3 4 4 4 4 4 30
14 3 4 4 4 4 4 4 5 32
15 3 3 4 3 3 4 3 4 27
16 4 5 4 4 4 4 4 5 34
17 4 4 4 4 5 4 4 4 33
18 3 5 4 4 4 4 4 4 32
19 2 4 4 4 3 4 4 3 28
20 4 4 4 4 4 4 4 4 32
21 4 4 4 5 4 4 5 4 34
22 3 4 5 5 5 4 4 4 34
23 3 4 5 5 4 4 5 3 33
24 4 4 4 4 4 4 4 4 32
25 3 4 4 3 4 4 2 3 27
26 3 4 4 4 4 4 4 5 32
27 3 4 4 4 4 4 4 5 32
28 3 4 4 4 4 4 4 5 32
29 3 4 4 4 4 4 4 5 32
30 3 3 4 3 3 4 3 4 27
31 4 4 4 4 4 4 4 4 32
32 3 3 4 4 4 4 4 4 30
33 3 3 3 3 4 3 4 4 27
34 3 4 5 4 4 4 5 4 33
NO SPA1 SPA2 SPA3 SPA4 SPA5 SPA6 SPA7 SPA8 TSPA
35 3 4 5 5 5 5 4 4 35
36 4 4 4 4 4 4 4 4 32
37 4 4 4 4 4 4 4 4 32
38 4 4 4 4 4 4 4 4 32
39 2 4 4 5 5 5 5 5 35
40 4 4 4 4 4 4 4 4 32
41 3 4 5 4 4 4 4 4 32
42 3 3 4 4 3 5 5 4 31
43 3 4 4 4 4 4 4 4 31
44 4 4 4 4 5 5 5 5 36
45 3 4 4 5 5 4 5 4 34
46 4 4 4 5 5 4 5 5 36
47 4 4 5 4 5 4 5 4 35
48 3 3 4 4 4 4 4 4 30
49 3 3 3 3 3 3 3 3 24
50 3 4 4 4 4 4 4 4 31
51 3 4 4 4 4 4 4 4 31
52 3 4 4 3 4 4 5 5 32
53 4 4 4 4 4 4 4 4 32
54 3 4 5 4 4 4 4 4 32
55 3 3 4 4 3 5 5 4 31
56 3 4 4 4 4 4 4 4 31
57 4 4 4 4 5 5 5 5 36
58 3 4 4 5 5 4 5 4 34
59 4 4 4 5 5 4 5 5 36
60 4 4 5 4 5 4 5 4 35
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KETEPATAN PEMBERIAN OPINI
AUDIT (KPO)
NO KPO1 KPO2 KPO3 KPO4 KPO5 KPO6 KPO7 TKPO
1 4 4 4 4 4 4 5 29
2 4 4 4 4 4 4 5 29
3 4 4 4 4 4 4 5 29
4 4 4 4 4 4 4 5 29
5 3 4 2 3 3 4 3 22
6 4 4 4 4 4 4 4 28
7 3 3 4 5 5 4 5 29
8 4 4 5 5 5 5 5 33
9 4 4 4 4 4 4 4 28
10 4 4 4 4 4 4 4 28
11 3 3 3 3 3 3 3 21
12 5 5 5 5 5 5 5 35
13 4 4 4 4 4 4 4 28
14 4 4 4 4 4 4 5 29
15 3 3 3 4 4 4 3 24
16 2 4 5 4 4 5 4 28
17 5 5 5 5 5 4 4 33
18 2 4 4 4 4 4 4 26
19 4 4 4 4 4 5 4 29
20 4 4 4 4 4 4 4 28
21 4 4 4 4 4 4 4 28
22 4 4 5 5 5 5 5 33
23 3 3 4 5 5 4 5 29
24 4 4 4 4 4 4 4 28
25 3 4 2 3 3 4 3 22
26 4 4 4 4 4 4 5 29
27 4 4 4 4 4 4 5 29
28 4 4 4 4 4 4 5 29
29 4 4 4 4 4 4 5 29
30 3 3 3 4 4 4 3 24
31 4 4 4 4 4 4 4 28
32 4 4 4 4 4 4 4 28
33 3 3 4 4 4 3 4 25
34 4 4 5 5 5 4 5 32
NO KPO1 KPO2 KPO3 KPO4 KPO5 KPO6 KPO7 TKPO
35 4 4 4 4 4 4 4 28
36 4 4 4 4 4 4 4 28
37 4 4 4 4 4 4 4 28
38 4 4 4 4 4 4 4 28
39 4 4 5 4 4 3 5 29
40 4 4 4 4 4 4 5 29
41 4 4 4 4 4 4 4 28
42 3 3 4 5 5 4 4 28
43 4 4 4 4 4 4 4 28
44 5 4 5 5 4 5 5 33
45 4 5 5 4 5 5 5 33
46 4 4 4 4 4 4 4 28
47 5 5 5 4 5 5 5 34
48 3 4 4 3 4 3 4 25
49 4 3 3 3 4 3 3 23
50 4 4 4 4 5 4 5 30
51 4 4 4 4 4 4 4 28
52 3 4 4 4 5 5 5 30
53 4 4 4 4 4 4 5 29
54 4 4 4 4 4 4 4 28
55 3 3 4 5 5 4 4 28
56 4 4 4 4 4 4 4 28
57 5 4 5 5 4 5 5 33
58 4 5 5 4 5 5 5 33
59 4 4 4 4 4 4 4 28
60 5 5 5 4 5 5 5 34
115
LAMPIRAN V
HASIL UJI INSTRUMEN
PENELITIAN
HASIL UJI VALIDITAS
Variabel Pengalaman (X1)
Correlations
PNG1 PNG2 PNG3 PNG4 PNG5 PNG6 PNG7 PNG8 PNG9 TPNG
PNG1
Pearson Correlation 1 ,117 ,335** ,193 ,279
* ,307
* -,054 ,186 ,022 ,445
**
Sig. (2-tailed) ,372 ,009 ,139 ,031 ,017 ,682 ,154 ,868 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
PNG2
Pearson Correlation ,117 1 ,551** ,279
* ,411
** ,216 ,395
** ,144 ,306
* ,565
**
Sig. (2-tailed) ,372 ,000 ,031 ,001 ,097 ,002 ,273 ,018 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
PNG3
Pearson Correlation ,335** ,551
** 1 ,670
** ,505
** ,522
** ,285
* ,313
* ,227 ,746
**
Sig. (2-tailed) ,009 ,000 ,000 ,000 ,000 ,027 ,015 ,082 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
PNG4
Pearson Correlation ,193 ,279* ,670
** 1 ,681
** ,430
** ,326
* ,429
** ,233 ,698
**
Sig. (2-tailed) ,139 ,031 ,000 ,000 ,001 ,011 ,001 ,073 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
PNG5
Pearson Correlation ,279* ,411
** ,505
** ,681
** 1 ,356
** ,434
** ,401
** ,478
** ,753
**
Sig. (2-tailed) ,031 ,001 ,000 ,000 ,005 ,001 ,001 ,000 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
PNG6
Pearson Correlation ,307* ,216 ,522
** ,430
** ,356
** 1 ,415
** ,692
** ,176 ,724
**
Sig. (2-tailed) ,017 ,097 ,000 ,001 ,005 ,001 ,000 ,180 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
PNG7
Pearson Correlation -,054 ,395** ,285
* ,326
* ,434
** ,415
** 1 ,614
** ,373
** ,633
**
Sig. (2-tailed) ,682 ,002 ,027 ,011 ,001 ,001 ,000 ,003 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
PNG8
Pearson Correlation ,186 ,144 ,313* ,429
** ,401
** ,692
** ,614
** 1 ,383
** ,726
**
Sig. (2-tailed) ,154 ,273 ,015 ,001 ,001 ,000 ,000 ,003 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
PNG9
Pearson Correlation ,022 ,306* ,227 ,233 ,478
** ,176 ,373
** ,383
** 1 ,550
**
Sig. (2-tailed) ,868 ,018 ,082 ,073 ,000 ,180 ,003 ,003 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
TPNG
Pearson Correlation ,445** ,565
** ,746
** ,698
** ,753
** ,724
** ,633
** ,726
** ,550
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Variabel Keahlian (X2)
Correlations
KEA1 KEA2 KEA3 KEA4 KEA5 KEA6 KEA7 TKEA
KEA1
Pearson Correlation 1 ,314* ,542
** ,478
** ,341
** ,066 ,509
** ,714
**
Sig. (2-tailed) ,015 ,000 ,000 ,008 ,618 ,000 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
KEA2
Pearson Correlation ,314* 1 ,272
* ,456
** ,171 ,110 ,407
** ,609
**
Sig. (2-tailed) ,015 ,036 ,000 ,193 ,404 ,001 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
KEA3
Pearson Correlation ,542** ,272
* 1 ,336
** ,318
* ,267
* ,387
** ,692
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,036 ,009 ,013 ,039 ,002 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
KEA4
Pearson Correlation ,478** ,456
** ,336
** 1 ,266
* -,218 ,333
** ,555
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,009 ,040 ,094 ,009 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
KEA5
Pearson Correlation ,341** ,171 ,318
* ,266
* 1 ,162 ,439
** ,652
**
Sig. (2-tailed) ,008 ,193 ,013 ,040 ,216 ,000 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
KEA6
Pearson Correlation ,066 ,110 ,267* -,218 ,162 1 ,213 ,416
**
Sig. (2-tailed) ,618 ,404 ,039 ,094 ,216 ,102 ,001
N 60 60 60 60 60 60 60 60
KEA7 Pearson Correlation ,509
** ,407
** ,387
** ,333
** ,439
** ,213 1 ,743
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,002 ,009 ,000 ,102 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
TKEA
Pearson Correlation ,714** ,609
** ,692
** ,555
** ,652
** ,416
** ,743
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Variabel Etika (X3)
Correlations
ETK1 ETK2 ETK3 ETK4 ETK5 ETK6 ETK7 ETK8 ETK9 TETK
ETK1
Pearson Correlation 1 ,100 ,417** ,578
** ,373
** ,658
** -,331
** ,593
** ,565
** ,684
**
Sig. (2-tailed) ,446 ,001 ,000 ,003 ,000 ,010 ,000 ,000 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
ETK2
Pearson Correlation ,100 1 -,051 -,070 ,488** ,025 ,345
** ,155 -,201 ,479
**
Sig. (2-tailed) ,446 ,701 ,596 ,000 ,852 ,007 ,237 ,124 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
ETK3
Pearson Correlation ,417** -,051 1 ,435
** ,129 ,498
** -,467
** ,525
** ,518
** ,438
**
Sig. (2-tailed) ,001 ,701 ,001 ,324 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
ETK4
Pearson Correlation ,578** -,070 ,435
** 1 ,255
* ,481
** -,326
* ,448
** ,809
** ,604
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,596 ,001 ,049 ,000 ,011 ,000 ,000 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
ETK5
Pearson Correlation ,373** ,488
** ,129 ,255
* 1 ,455
** ,138 ,592
** ,242 ,747
**
Sig. (2-tailed) ,003 ,000 ,324 ,049 ,000 ,292 ,000 ,063 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
ETK6
Pearson Correlation ,658** ,025 ,498
** ,481
** ,455
** 1 -,215 ,698
** ,457
** ,714
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,852 ,000 ,000 ,000 ,099 ,000 ,000 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
ETK7
Pearson Correlation -,331** ,345
** -,467
** -,326
* ,138 -,215 1 -,110 -,475
** ,109
Sig. (2-tailed) ,010 ,007 ,000 ,011 ,292 ,099 ,401 ,000 ,409
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
ETK8 Pearson Correlation ,593
** ,155 ,525
** ,448
** ,592
** ,698
** -,110 1 ,558
** ,811
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,237 ,000 ,000 ,000 ,000 ,401 ,000 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
ETK9
Pearson Correlation ,565** -,201 ,518
** ,809
** ,242 ,457
** -,475
** ,558
** 1 ,544
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,124 ,000 ,000 ,063 ,000 ,000 ,000 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
TETK
Pearson Correlation ,684** ,479
** ,438
** ,604
** ,747
** ,714
** ,109 ,811
** ,544
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,409 ,000 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Variabel Skeptisisme Profesional Auditor (Y)
Correlations
SPA1 SPA2 SPA3 SPA4 SPA5 SPA6 SPA7 SPA8 TSPA
SPA1
Pearson Correlation 1 ,127 -,055 ,035 ,218 -,081 ,149 ,067 ,305*
Sig. (2-tailed) ,334 ,678 ,791 ,094 ,537 ,257 ,611 ,018
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
SPA2
Pearson Correlation ,127 1 ,366** ,416
** ,498
** ,227 ,224 ,313
* ,611
**
Sig. (2-tailed) ,334 ,004 ,001 ,000 ,082 ,085 ,015 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
SPA3
Pearson Correlation -,055 ,366** 1 ,493
** ,425
** ,386
** ,341
** -,009 ,564
**
Sig. (2-tailed) ,678 ,004 ,000 ,001 ,002 ,008 ,943 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
SPA4
Pearson Correlation ,035 ,416** ,493
** 1 ,609
** ,400
** ,669
** ,194 ,778
**
Sig. (2-tailed) ,791 ,001 ,000 ,000 ,002 ,000 ,137 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
SPA5
Pearson Correlation ,218 ,498** ,425
** ,609
** 1 ,323
* ,453
** ,369
** ,789
**
Sig. (2-tailed) ,094 ,000 ,001 ,000 ,012 ,000 ,004 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
SPA6
Pearson Correlation -,081 ,227 ,386** ,400
** ,323
* 1 ,442
** ,362
** ,584
**
Sig. (2-tailed) ,537 ,082 ,002 ,002 ,012 ,000 ,005 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
SPA7
Pearson Correlation ,149 ,224 ,341** ,669
** ,453
** ,442
** 1 ,371
** ,767
**
Sig. (2-tailed) ,257 ,085 ,008 ,000 ,000 ,000 ,004 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
SPA8 Pearson Correlation ,067 ,313* -,009 ,194 ,369
** ,362
** ,371
** 1 ,554
**
Sig. (2-tailed) ,611 ,015 ,943 ,137 ,004 ,005 ,004 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
TSPA
Pearson Correlation ,305* ,611
** ,564
** ,778
** ,789
** ,584
** ,767
** ,554
** 1
Sig. (2-tailed) ,018 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Variabel Ketepatan Pemberian Opini Audit (Z)
Correlations
KPO1 KPO2 KPO3 KPO4 KPO5 KPO6 KPO7 TKPO
KPO1
Pearson Correlation 1 ,605** ,484
** ,258
* ,205 ,311
* ,416
** ,655
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,046 ,116 ,016 ,001 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
KPO2
Pearson Correlation ,605** 1 ,536
** ,020 ,237 ,539
** ,412
** ,652
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,880 ,069 ,000 ,001 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
KPO3
Pearson Correlation ,484** ,536
** 1 ,642
** ,664
** ,522
** ,695
** ,890
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
KPO4
Pearson Correlation ,258* ,020 ,642
** 1 ,697
** ,462
** ,506
** ,690
**
Sig. (2-tailed) ,046 ,880 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
KPO5
Pearson Correlation ,205 ,237 ,664** ,697
** 1 ,478
** ,553
** ,734
**
Sig. (2-tailed) ,116 ,069 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
KPO6
Pearson Correlation ,311* ,539
** ,522
** ,462
** ,478
** 1 ,428
** ,710
**
Sig. (2-tailed) ,016 ,000 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
KPO7
Pearson Correlation ,416** ,412
** ,695
** ,506
** ,553
** ,428
** 1 ,796
**
Sig. (2-tailed) ,001 ,001 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
TKPO Pearson Correlation ,655
** ,652
** ,890
** ,690
** ,734
** ,710
** ,796
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
HASIL UJI RELIABILITAS
Variabel Pengalaman (X1)
Variabel Keahlian (X2)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
,723 ,744 7
Variabel Etika (X3)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
,659 ,758 8
Variabel Skeptisisme Profesional Auditor (X4)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
,771 ,772 8
Variabel Ketepatan Pemberian Opini Audit (Z)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
,856 ,857 7
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
,817 ,829 9
HASIL UJI KOEFESIEN DETERMINASI, UJI SIGNIFIKANSI T DAN UJI
SIMULTAN ANOVA (PENGUJIAN ANALISIS JALUR MODEL 1)
Model Summaryb
Mo
del
R R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F
Change
1 ,784a ,614 ,593 1,755 ,614 29,711 3 56 ,000
a. Predictors: (Constant), TETK, TKEA, TPNG
b. Dependent Variable: TSPA
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 274,482 3 91,494 29,711 ,000b
Residual 172,451 56 3,079
Total 446,933 59
a. Dependent Variable: TSPA
b. Predictors: (Constant), TETK, TKEA, TPNG
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 9,832 2,401 4,095 ,000
TPNG ,083 ,101 ,115 ,823 ,414
TKEA ,425 ,111 ,471 3,829 ,000
TETK ,234 ,102 ,286 2,287 ,026
a. Dependent Variable: TSPA
HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI, UJI SIGNIFIKANSI T DAN UJI
SIMULTAN ANOVA (PENGUJIAN ANALISIS JALUR MODEL 2)
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 ,884a ,781 ,765 1,429 ,781 48,932 4 55 ,000
a. Predictors: (Constant), TSPA, TPNG, TETK, TKEA
b. Dependent Variable: TKPO
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 399,830 4 99,958 48,932 ,000b
Residual 112,353 55 2,043
Total 512,183 59
a. Dependent Variable: TKPO
b. Predictors: (Constant), TSPA, TPNG, TETK, TKEA
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -1,325 2,229 -,594 ,555
TPNG ,209 ,083 ,268 2,514 ,015
TKEA ,171 ,102 ,177 1,681 ,098
TETK ,189 ,087 ,216 2,176 ,034
TSPA ,368 ,109 ,343 3,378 ,001
a. Dependent Variable: TKPO