93
 PENGELOLAAN ZAKAT SECARA PRODUKTIF SEBAGAI UPAYA PENGENTASAN KEMI SKINAN (Studi Kasus Pengelolaan Pendistribusian Zakat oleh BAZIS di Tarukan, Candi, Bandungan, Semarang) SKRIPSI Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I) Oleh: ARIF MASLAH 21106026 JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSYIYYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012

PENGELOLAAN ZAKAT SECARA PRODUKTIF SEBAGAI UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN - STAIN SALATIGA.pdf

  • Upload
    sufairi

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENGELOLAAN ZAKAT SECARA PRODUKTIF

    SEBAGAI UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN

    (Studi Kasus Pengelolaan Pendistribusian Zakat oleh BAZIS di

    Tarukan, Candi, Bandungan, Semarang)

    SKRIPSI

    Disusun untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Hukum Islam (S.H.I)

    Oleh:

    ARIF MASLAH

    21106026

    JURUSAN SYARIAH

    PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSYIYYAH

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

    SALATIGA

    2012

  • DEKLARASI

    Bismillahirrahmanirrahim

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

    Nama : Arif Maslah

    NIM : 21106026

    Jurusan : Syariah

    Program : Ahwal Al Syakhsiyyah

    Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan

    hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain.

    Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip

    atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah

    Salatiga, 11 Agustus 2012

    Penulis

    Arif Maslah

  • MOTTO

    Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain

    Menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik

  • PERSEMBAHAN

    Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk

    Allah, Tuhan seluruh alam.

    Skripsi ini aku persembahkan untuk:

    Pae & Mboe (Muhtasis dan Khotidjah)

    Farida Noor, Pae & Mae

    Mas & Mbakyu (Sihab, Huda, Ummatul, Rifah, Asad, Opex, Zakiya)

    Adik-adik (Lawi, Ulfe, Anna) & semua keponakan

  • KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah s.w.t

    yang sampai saat ini senantiasa memberikan semuanya. Allahumma shalli wa

    sallim ala sayyidina muhammad, shalawat dan salam senantiasa penulis haturkan

    kepada Nabi Muhammad s.a.w, dengan harapan semoga syafaatnya dipercikkan

    kepada kita.

    Selanjutnya, dalam menyelesaikan Skripsi ini penulis sangat terbantu

    dengan adanya doa, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

    terimah kasih penulis sampaikan kepada mereka yang telah membantu kami

    dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, khususnya kepada:

    1. Bapak. Dr. Imam Sutomo, M. Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga

    2. Bapak Mubasirun, M. Ag. selaku Ketua Jurusan Syariah

    3. Bapak Ilyya Muhsin, SHI, MSi. selaku Ketua Program Studi Ahwal Al-

    Syakhsiyah Jurusan Syariah

    4. Bapak Adang Kuswaya yang telah meluangkan waktunya untuk

    membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini

    5. Bapak dan Ibu Dosen, khususnya dosen Jurusan Syariah dan seluruh civitas

    akademik STAIN Salatiga

    6. Bapak Kepala Dusun, Ketua BAZIS, Mas Tandun serta keluarga dan seluruh

    masyarakat Dusun Tarukan

    7. Mbah Kyai Sadulloh Utsman Sampangan, Kaliangkrik, Magelang

    8. Para sesepuh PMII, pak Baehaqi, pak Wardi, pak Miftahuddin, pak Agus

    Waluyo, bu Zumrotun, pak Yusuf KH, kang Jambi, kang Asrofi, dll.

    9. Para Alumni PMII, kang Amex, kang Huda, kang Lutfi, kang Domer &

    Atenk, Badawi Sholeh dan semuanya

    10. Sahabat-sahabati & seluruh Keluarga Besar PMII kota Salatiga tercinta

  • 11. Bapak/Ibu Sri, sohibul Markas dan keluarga

    12. Teman-teman AHS angkatan 2006

    13. Konco-konco el Ekhlas (Ambon, Jarwo, Azis, Catur, Abid).

    Terakhir, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan

    dan masih jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik yang konstruktif senantiasa

    penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat

    memberikan manfaat bagi para pembaca. Wallahu alam bis shawab

    Penulis

    Arif Maslah

  • ABSTRAK

    Maslah, Arif. 2012. Pengelolaan Zakat Secara Produktif Sebagai Upaya

    Pengentasan Kemiskinan (Studi Kasus Pengelolaan Pendistribusian Zakat

    oleh BAZIS di Tarukan, Candi, Bandungan, Semarang). Skripsi. Jurusan

    Syariah, Program Studi Ahwal al Syaksiyyah, Sekolah Tinggi Agama

    Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dr. Adang Kuswaya, M Ag.

    Kemiskinan, sampai hari ini masih menjadi fakta sosial dan

    permasalahan yang tiada ujungnya. Zakat merupakan salah satu pendekatan Islam

    dalam pengentasan kemiskinan dan pencapaian pemerataan kesejahteraan. Saat ini

    berkembang konsep zakat produktif dalam upaya mewujudkan pemerataan

    ekonomi melalui zakat. Salah satu jenis zakat yang dikembangkan adalah zakat

    yang dikelola untuk kebutuhan produktif dan professional. Pengelolaan distribusi

    zakat ini menarik dikaji untuk mengetahui peran zakat dalam upaya mengentaskan

    umat dari kemiskinan.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan

    pendekatan sosiologis. Penelitian kualitatif adalah penelitian untuk memahami

    fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalkan perilaku dan

    tindakan secara holistik. Pendekatan sosiologis yang dimaksud adalah melihat

    fenomena masyarakat atau peristiwa sosial budaya suatu unit sosial, individu,

    kelompok atau lembaga-lembaga sosial, sebagai jalan untuk memahami hukum

    yang berlaku dalam masyarakat.

    Penelitian ini dilakukan di Dusun Tarukan, Desa Candi, Kecamatan

    Bandungan, Kabupaten Semarang. Awalnya, harta hasil zakat oleh BAZIS di

    Dusun Tarukan didistribusikan kepada para mustahiq berupa uang dan makanan

    pokok. Sistem pengelolaan tersebut dirasa tidak berdampak baik terhadap

    perekonomian mustahiq, hingga kemudian pada tahun 2008 muncul gagasan zakat

    produktif. Pendistribusian hasil zakat ini diwujudkan berupa seekor kambing

    untuk diberikan kepada para mustahiq. Saat ini distribusi zakat diwujudkan

    berupa seekor untuk alternatif solusi pengentasan kemiskinan. Keberhasilan

    tersebut dikarenakan sebagian besar para mustahiq mampu mengelola kambing

    yang mereka terima untuk dikembangbiakkan.

    Keywords: zakat, produktif, kemiskinan, BAZIS

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ................................................. iii

    HALAMAN DEKLARASI ............................................................................. iv

    HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v

    HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

    KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

    HALAMAN ABSRTAK ................................................................................. ix

    DAFTAR ISI .................................................................................................. x

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

    B. Penegasan Istilah .................................................................... 4

    C. Permasalahan Penelitian ......................................................... 5

    D. Tujuan Penelitian ................................................................... 5

    E. Kegunaan penelitian ............................................................... 6

    F. Metode Penelitian .................................................................. 7

    G. Sisitematika Penulisan ............................................................ 11

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

  • A. Konsepsi Zakat....................................................................... 14

    B. Tujuan dan Hikmah Zakat ...................................................... 16

    C. Harta yang Wajib Dizakati, Kadar dan Syaratnya ................... 20

    D. Distribusi Zakat ...................................................................... 29

    E. Islam dan Problematika Kemiskinan ...................................... 35

    F. Produktifitas Pengelolaan Zakat ............................................. 38

    BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

    A. Gambaran umum Dusun Tarukan ........................................... 44

    1. Letak Geografis dan Batas Wilayah ................................... 44

    2. Kondisi Sosial Ekonomi .................................................... 45

    3. Kondisi Keagamaan ........................................................... 47

    4. Kondisi Pendidikan............................................................ 49

    B. Profil BAZIS Dusun Tarukan ................................................. 50

    1. Sejarah BAZIS .................................................................. 50

    2. Program BAZIS ................................................................. 52

    C. Pengumpulan Harta Zakat oleh BAZIS Dusun Tarukan .......... 53

    D. Mustahiq Zakat di Dusun Tarukan.......................................... 56

    1. Penentuan Mustahiq .......................................................... 56

    2. Prosentase Pembagian........................................................ 58

    E. Pengelolaan Pendistribusian Zakat BAZIS Dusun Tarukan .... 60

    1. Pendistribusian Zakat Fitrah .............................................. 60

    2. Pendistribusian Zakat Mal ................................................. 61

    F. Dampak Pengelolaan Pendistribusian Zakat Diwujudkan

    Kambing ............................................................................... 63

    BAB IV PEMBAHASAN

    A. Analisis Pendistribusian Zakat Berupa Kambing ............... .... 67

    B. Analisis Dampak Zakat Terhadap Pengentasan Kemiskinan ... 68

    C. Analisis Pengembangan Pengelolaan Zakat ....................... ... 69

    BAB V PENUTUP

  • A. Kesimpulan ............................................................................ 77

    B. Saran ...................................................................................... 78

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Surat Tugas Pembimbing

    Lampiran 2. Surat Rekomendasi Penelitian

    Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian

    Lampiran 4. Lembar Konsultasi

    Lampiran 5. Daftar Nilai SKK

    Lampiran 6. Daftar Riwayat Hidup

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Kemiskinan dapat mempengaruhi akidah umat. Salah satu sebab

    orang yang keluar dari agama adalah karena kemiskinan dan kefakiran.

    Islam memerintahkan umatnya untuk menjaga hubungan dengan Allah dan

    sesama manusia dengan dua tujuan, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan

    hidup di dunia serta kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di akhirat.

    Secara sederhana, hablun minaaloh dapat diartikan bahwa seorang muslim

    harus secara tulus dan ikhlas bahwa seluruh aktivitasnya hanya untuk

    mengabdi kepada Allah. Sedangkan hablun minannas dapat diartikan

    bahwa seorang muslim harus mempunyai kepedulian dengan orang lain.

    Pedulian dengan orang adalah keharusan agar seorang muslim merasa

    punya tanggungjawab untuk memberikan solusi atas permasalahan umat

    termasuk kemiskinan.

    Salah satu cara menanggulangi kemiskinan adalah dukungan orang

    yang mampu untuk mengeluarkan harta kekayaan mereka berupa dana

    zakat kepada mereka yang kekurangan. Zakat merupakan salah satu rukun

    Islam dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam.

    Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang

    telah memenuhi syarat-syarat tertentu seperti sholat, haji, dan puasa. Di

    samping itu, zakat merupakan amal sosial kemasyarakatan dan

  • kemanusiaan yang strategis dan sangat berpengaruh pada pembangunan

    ekonomi umat. Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni orang miskin secara

    konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang lebih permanen yaitu mengentaskan

    kemiskinan (Qadir, 2001:83-84).

    Tujuan zakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sulit

    terwujud apabila tidak ada peran aktif dari para muzakki dan pengelola

    zakat. Para muzakki harus sadar betul bahwa tujuan mereka berzakat tidak

    hanya semata-mata menggugurkan kewajibannya akan tetapi lebih luas

    yaitu untuk mengentaskan kemiskinan. Pengelola zakat (amil) juga

    dituntut harus profesional dan inovatif dalam pengelolaan dana zakat.

    Salah satu model pengelolaan zakat yang inovatif adalah pengelolaan

    zakat secara produktif, di mana dengan motode ini diharapkan akan

    mempercepat upaya mengentaskan masyarakat dari garis kemiskinan,

    mereka pada awalnya adalah golongan mustahik kemudian menjadi

    seorang muzakki.

    Pengelolaan distribusi zakat yang diterapkan di Indonesia terdapat

    dua macam kategori, yaitu distribusi secara konsumtif dan produktif. Zakat

    produktif merupakan zakat yang diberikan kepada mustahik sebagai modal

    untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi dalam bentuk usaha, yaitu

    untuk mengembangkan tingkat ekonomi dan potensi produktifitas

    mustahik (Qadir, 2001:46).

    Saat ini, meski masih banyak yang mendayagunakan harta hasil

    zakat secara konsumtif, akan tetapi sudah mulai muncul pendayagunan

    hasil zakat secara produktif di daerah-daerah, bahkan di Dusun-Dusun

  • semisal Dusun Tarukan. Kinerja lembaga tersebut telah mengalami

    kemajuan dan menerapkan metode pemberdayaan mustahiq zakat untuk

    usaha ternak. Dengan metode tersebut diharapankan agar para mustahik

    mampu memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

    hidup, serta kedepan diharapkan menjadi muzakki dari hasil

    pengembangan hewan ternak tersebut.

    Perkembangan metode pendayagunaan zakat di Dusun Tarukan

    sudah mulai dirintis mulai tahun 2006 dan berjalan sampai sekarang. Pada

    awalnya gagasan ini muncul karena panitia mempunyai interpretasi baru

    tentang zakat yang selama ini dipahami oleh masyarakat pada umumnya

    yang masih mengelola zakat secara konservativ. Panitia mempunyai

    interpretasi baru bahwa zakat itu disamping sebagai ibadah individu,

    dalam zakat juga terkandung misi pengembangan ekonomi umat. Pada

    awalnya gagasan konsep baru yang dirumuskan oleh panitia zakat di

    Dusun Tarukan tersebut mendapatkan banyak kendala. Hal tersebut karena

    pemuka agama dan masyarakat di Dusun Tarukan masih berpijak pada

    teks dan logika-logika klasik dalam mengelola dana hasil zakat yang

    berorientasi konsumtif. Banyak masyarakat yang masih memahami bahwa

    zakat hanya sebagai sebuah pemindahan harta tanpa konsep yang berbasis

    pada produktifitas. Akan tetapi berkat kerja keras dari panitia zakat dalam

    memberikan pemahaman dan penyadaran akan pentingnya reorientasi

    pendayagunaan zakat dari orientasi konsumtif menjadi produktif, akhirnya

  • gagasan pengelolaan zakat secara produktif mendapatkan dukungan dari

    semua lapisan masyarakat.

    Sistem pengelolaan pendistribusian zakat di BAZIS Dusun Tarukan

    berbeda dengan sistem yang biasa dipraktekkan oleh panitia zakat lainnya.

    Pada umumnya pola pendistribusian yang terjadi di berbagai daerah masih

    bersifat konsumtif, di mana dana zakat didistribusikan masih berwujud

    harta atau benda yang diserahkan muzakki semisal uang atau hasil

    tanaman. Di Dusun Tarukan, dana hasil zakat oleh BAZIS diserahkan

    kepada para mustahiq diwujudkan berupa kambing agar

    dikembangbiakkan menjadi peternakan. Sistem pengelolaan

    pendistribusian zakat yang sudah berjalan delapan tahun tersebut

    merupakan suatu terobosan baru dalam menyelenggarakan zakat sebagai

    alternatif solusi persoalan kemiskinan. Sistem pengelolaan pendistribusian

    zakat tersebut menurut hemat penulis menarik untuk diteliti dan dikaji.

    Sebagai ikhtiar untuk mengetahui lebih mendalam terhadap praktik

    pengelolaan pendistribusian zakat di Dusun Tarukan, penulis memilih

    judul skripsi PENGELOLAAN SECARA ZAKAT PRODUKTIF

    SEBAGAI UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN (Studi Kasus

    Pengelolaan Pendistribusian Zakat oleh BAZIS di Dusun Tarukan, Desa

    Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang)

    B. Penegasan Istilah

    1. Zakat: derma yang wajib diberikan oleh umat Islam kepada fakir

    miskin. Harta yang jumlahnya sudah ditentukan untuk dikeluarkan

  • umat Islam kepada yang berhak menerima (merupakan rukun Islam

    ke-5) (Senja: 864)

    2. Produktif: mampu menghasilkan dalam jumlah besar; mampu

    menciptakan hasil karya secara baik dan banyak (Senja: 671).

    Zakat produktif merupakan zakat yang diberikan kepada mustahik

    sebagai modal untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi dalam bentuk

    usaha, yaitu untuk mengembangkan tingkat ekonomi dan potensi

    produktifitas mustahik

    C. Permasalahan Penelitian

    1. Bagaimanakah sistem pengelolaan pendistribusian zakat oleh BAZIS di

    Dusun Tarukan sebelum munculnya sistem pengelolaan pendistribusian

    yang diwujudkan kambing?

    2. Seperti apakah sistem pengelolaan distribusi zakat dalam wujud

    kambing di BAZIS Dusun Tarukan?

    3. Bagaimanakah dampak dari sistem pengelolaan pendistribusian zakat

    berupa kambing terhadap masyarakat Dusun Tarukan?

    D. Tujuan Penelitian

    Dalam setiap aktifitas manusia termasuk penelitian, selalu

    mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Adapun yang menjadi tujuan dari

    penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui sistem pengelolaan pendistribusian zakat di BAZIS

    Dusun Tarukan sebelum munculnya sistem pengelolaan pendistribusian

    yang diwujudkan kambing.

  • 2. sistem pengelolaan distribusi zakat dalam wujud kambing di BAZIS

    Dusun Tarukan

    3. Untuk mengetahui dampak dari sistem pengelolaan pendistribusian

    zakat berupa kambing terhadap masyarakat Dusun Tarukan.

    E. Kegunaan Penelitian

    Dalam penelitian ini penulis mengharapkan agar hasil penelitian ini

    dapat berguna tidak hanya bagi penulis pribadi tetapi juga dapat berguna

    bagi orang lain. Kegunaan penelitian ini dapat dirumuskan dalam dua hal,

    yaitu :

    1. Kegunaan Akademis

    Dengan penelitian ini penulis mengharapkan dapat menerapkan

    teori yang telah penulis dapat dalam perkuliahan serta membandingkan

    dengan realitas yang ada dalam masyarakat. Dari hasil penelitian ini

    diharapkan dapat bermanfaat pula bagi seluruh civitas akademika

    khususnya dalam program studi Ahwalus Syakhsiyyah Jurusan Syariah

    STAIN Salatiga sebagai bahan informasi dan bahan penelitian terhadap

    permasalahan zakat.

    2. Kegunaan Praktis

    Dari hasil penelitian ini, penulis berharap dapat bermanfaat bagi:

    a. Panitia zakat agar menjadi terobosan baru tentang pengelolaan zakat

    yang bervisi mengentaskan kemiskinan

    b. Muzakki agar bersedia mengeluarkan zakatnya dan melalui panitia

    zakat yang ada, mengingat selama ini masih banyak masyarakat

  • yang belum begitu paham mengenai kewajiban menunaikan zakat

    dan inti dari tujuan berzakat.

    c. Mustahiq agar mengelola harta dengan baik harta yang telah mereka

    terima, sehingga kelak bisa menjadi muzakki.

    F. Metode Penelitian

    Adapun metode penelitian yang didgunakan oleh penulis, sebagai berikut :

    1. Pendekatan dan jenis penelitian

    a. Metode dan pendekatan

    Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian

    kualitatif adalah penelitian untuk memahami fenomena tentang apa

    yang dialami oleh subjek penelitian misalkan perilaku dan tindakan

    secara holistik (Moleong, 2011: 6).

    Adapun pendekatan yang digunakan penulis dalam

    melakukan penelitian adalah pendekatan sosiologis yaitu

    pendekatan melihat fenomena masyarakat atau peristiwa sosial

    budaya suatu unit sosial, individu, kelompok atau lembaga-

    lembaga sosial. sebagai jalan untuk memahami hukum yang

    berlaku dalam masyarakat. (Soekanto, 1999:45)

    b. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus pengumpul

    data yang mana penulis langsung datang dan mewawancarai

    masyarakat Dusun Tarukan. Penelitian dilakukan oleh peneliti

    secara dua tahap. Tahap pertama adalah penelitian pendahuluan

    yang dilakukan oleh peneliti selama tiga hari, yaitu pada hari

  • Sabtu-Senin, 28-30 April 2012. Tahap kedua adalah penelitian

    lanjutan yang dilakukan oleh peneliti selama sepuluh hari yaitu

    pada hari Sabtu-Senin, 5-14 Juni 2012. Dan jika dipandang perlu,

    peneliti akan melakukan penelitian tahap ketiga sesuai kebutuhan.

    Penelitian ini berlokasi di Dusun Tarukan, Desa Candi, Kecamatan

    Bandungan, Kabupaten Semarang.

    c. Sumber Data

    Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu:

    1) Data Primer

    Merupakan sebuah keterangan atau fakta yang secara langsung

    diperoleh melalui penelitian lapangan. Data primer diperoleh

    dari:

    a) Informan

    Informan adalah orang yang di manfaatkan untuk

    memberikan informasinya tentang situasi dan kondisi latar

    penelitian. Jadi seorang informan harus mempunyai

    banyak pengalaman tentang latar penelitian. Seorang

    informan berkewajiban secara suka rela menjadi anggota

    tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Sebagai

    anggota tim dengan kebaikannya dan dengan

    kesukarelaannya ia dapat memberikan pandangan dari segi

    orang dalam, tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses

    dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat

  • (Moleong, 2002:90). Dalam penelitian ini yang menjadi

    informan adalah panitia pengelola zakat, aparat Desa,

    tokoh masyarakat dan masyarakat umum di Dusun

    Tarukan. Selanjutnya informasi yang diperoleh dari para

    informan dideskripsikan dan diolah menjadi data primer.

    2) Data Sekunder

    Adalah data yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-

    buku, hasil penelitian yang berbentuk laporan dan seterusnya

    (Soekanto, 1986:12). Sumber data skunder berasal dari setiap

    bahan tertulis berupa buku-buku dan tulisan yang berkaitan

    dengan zakat.

    2. Teknik Pengumpulan Data

    a. Wawancara (interview)

    Wawancara atua interview merupakan tanya jawab secara

    lisan diman dua orang atau lebih berhadapan secara langsung

    dalam proses interview ada dua pihak yang menempati kedudukan

    yang berbeda. Satu pihak berfungsi sebagai pencari informasi atau

    interviewer sedangkan pihak lain berfungsi sebagai informasi atau

    informan atau responden (Romy H, 1990:71). Wawancara

    dilakukan penulis dengan beberapa sumber

    1) Ahmad Mukito selaku ketua BAZIS untuk mengetahui

    pengelolaan pendistribusian zakat

  • 2) Kepala Dusun untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi

    masyarakat Dusun Tarukan

    3) Suhirzin selaku tokoh agama untuk mengetahui kondisi

    keagamaan masyarakat Dusun Tarukan

    4) Eriyanto selaku mustahiq untuk mengetahui perkembangan

    kambing yang dipelihara.

    b. Observasi (pengamatan)

    Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang

    dilakukan oleh penulis dengan menagadakan pengamatan secara

    langsung terhadap objek yang berkaitan masalah yang diteliti

    dengan tujuan untuk mendapatkan data yang menyeluruh dari

    perilaku manusia atau sekelompok manusia sebagaimana terjadi

    kenyataannya dan mendapatkan deskripsi yang relative lengkap

    mengenai kehidupan sisial dan salah satu aspek (Soekanto,

    1988:239). Dalam mengumpulkan data, penulis melakukan

    observasi di rumah mustahiq untuk mengetahui perkembangan

    kambing yang mereka kelola.

    3. Analisis Data

    Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis

    seperlunya agar diperoleh data yang matang dan akurat. Untuk

    menganalisisnya, data- data yang diperoleh kemudian direduksi,

    dikategorikan dan selanjutnya disentisasi atau disimpulkan (Moleong,

  • 2011:288). Dalam penganalisaan data tersebut penulis menggunakan

    analisa kualitatif yaitu analisis untuk meneliti kasus setelah terkumpul

    kemudian disajikan dalam bentuk uraian.

    4. Pengecekan Keabsahan Data

    Untuk mengecek keabsahan data, penulis menggunakan

    metode trigulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

    data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data itu sebagai

    pembanding (Moloeng, 2011:330). Pengecekan keabsahan data

    dilakukan karena dikhawatirkan masih adanya kesalahan atau

    kekeliruan yang terlewati oleh penulis, dengan cara menulis kembali

    hasil wawancara setelah selesai melakukan wawancara secara

    langsung, ataupun mewawancarai ulang dari salah satu subjek

    penelitian untuk menambah data yang kurang bila diperlukan.

    G. Sistematika Penulisan

    Untuk memudahkan dalam pembahasan dan pemahaman yang

    lebih lanjut dan jelas dalam membaca penelitian ini, maka disusunlah

    sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut:

    1. Bab I adalah pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, fokus

    penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah,

    metode penelitian yang berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian,

    kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur

    pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-

    tahap penelitian, dan sistematika penulisan.

  • 2. Bab II adalah kajian pustaka yang berisi pembahasan tentang makna

    zakat, kemiskinan dan produktifitas zakat yang meliputi makna zakat,

    hikmah dan tujuan zakat, harta yang wajib dizakati kadar dan syarat-

    syaratnya, distribusi zakat, Islam dan kemiskina, dan produktifitas

    pengelolaan zakat.

    3. Bab III adalah paparan data dan temuan penelitian yang berisi

    gambaran umum kondisi sosial keagamaan masyarakat Dusun

    Tarukan, Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang

    yang meliputi: letak geografis Dusun Tarukan, penduduk Dusun

    Tarukan dalam angka, potret kehidupan beragama serta kondisi umum

    BAZIS Dusun Tarukan yang meliputi sejarah berdiri dan program-

    program dalam mengelola pendistribusian zakat.

    4. Bab IV adalah pembahasan yang berisi analisis pemahaman

    masyarakat tentang praktik pengelolaan pendistribusian zakat,

    analisis dampak pengelolaan pendistribusian zakat sebagai upaya

    pengentasan kemiskinan oleh BAZIS di Dusun Tarukan, Desa

    Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.

    5. Bab V adalah penutup yang berisi kesimpulan, saran-saran, dan

    penutup.

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Konsepsi Zakat

    Kata zakat berasal dari kata zaka yang mempunyai pengertian

    berkah, tumbuh, bersih dan baik. Sedangkan menurut lisan Arab, arti dasar

    dari kata zakat, ditinjau dari segi bahasa adalah suci, tumbuh, berkah dan

    terpuji yang semuanya digunakan dalam Al Qur`an dan Hadist. Zakat

    dalam istilah fiqih berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah

    SWT diserahkan kepada orang-orang yang berhak (Qardawi, 1999:34).

    Dinamakan zakat karena dapat mengembangkan, menyuburkan pahala dan

    menjauhkan harta yang telah diambil zakatnya dari bahaya (Ash Shiddiqie,

    1984:24). Undang-undang nomor 23 tahun 2011 pasal ayat 3 Tentang

    Zakat, menjelaskan bahwa Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan

    oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak

    menerimanya sesuai dengan syariat Islam.

    Berdasarkan macamnya zakat ada dua, yaitu zakat mal atau zakat

    harta dan zakat fitrah. Yang dimaksud dengan zakat mal atau zakat harta

    adalah bagian dari harta seseorang yang wajib dikeluarkan untuk golongan

    orang-orang tertentu setelah dimiliki selama jangka waktu dan jumlah

    minimal tertentu. Sedangkan zakat fitrah adalah pengeluaran wajib yang

    dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kelebihan dari kebutuhan

    keluarga yang wajar pada malam dan siang hari raya (Ali, 1988:39). Zakat

  • merupakan sarana mensucikan jiwa seseorang dari berbagai kotoran hati

    yang salah satunya adalah cinta dunia. Zakat juga berfungsi untuk

    mensucikan harta, karena syubhat yang sering melekat pada waktu

    mendapatkannya atau mengembangkannya. Penyucian harta tersebut

    adalah dengan mengeluarkan zakat seperti yang telah ditegaskan dalam al

    Quran:

    Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka ( Q.S. at Taubah: 103)

    Perintah tentang pelaksanaan zakat, tentu saja mempunyai berbagai

    alasan atau motif, selain beraspek transenden-teologis, juga ada maksud

    sosial yaitu pemerataan kekayaan. Karena sesungguhnya dalam harta

    orang-orang kaya ada sebagian yang menjadi hak milik fakir-miskin dan

    hak tersebut harus diberikan kepada yang punya. Seperti firman Allah:

    Artinya: Maka berikanlah kepada Kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam

    perjalanan. (Q.S ar Rum: 38)

    Jadi, dalam memaknai zakat tidak hanya semata-mata

    mengeluarkan harta untuk ritual kosong tanpa makna, akan tetapi ada

    tujuan besar yaitu untuk melaksanakan kewajiban atau perintah dari Allah

  • dan memberikan harta yang menjadi hak orang lain atau mustahiq demi

    terciptanya kehidupan yang sejahtera.

    B. Tujuan dan Hikmah Zakat

    Perintah wajib zakat turun di Madinah pada bulan Syawal tahun ke

    dua Hijrah Nabi SAW, kewajibannya terjadi setelah kewajiban puasa

    Ramadhan. Zakat mulai diwajibkan di Madinah karena masyarakat Islam

    sudah mulai terbentuk dan kewajiban ini dimaksudkan untuk membina

    masyarakat muslim yakni sebagai bukti solidaritas sosial. Adapun ketika

    umat Islam masih berada di Makkah, Allah SWT sudah menegaskan

    dalam al Quran tentang pembelanjaan harta yang belum dinamakan zakat,

    tetapi berupa infaq bagi mereka yang mempunyai kelebihan harta agar

    membantu bagi yang kekurangan (Masud, 2005:39).

    Pada masa khalifah Abu Bakar, mereka yang terkena kewajiban

    membayar zakat tetapi enggan melakukannya diperangi dan ditumpas

    karena dianggap memberontak pada hukum agama. Hal ini menunjukkan

    betapa zakat merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar (Depag

    RI, 1996:176). Di jaman Umar bin Abdul Aziz, salah satu khalifah masa

    pemerintahan Bani Umayyah berhasil memanfaatkan potensi zakat.

    Sedekah dan zakat didistribusikan dengan cara yang benar hingga

    kemiskinan tidak ada lagi dizamannya, tidak ada lagi orang yang berhak

    menerima zakat ataupun sedekah.

    Sebagai salah satu rukun Islam, zakat mempunyai tujuan dan

    hikmah sebagai berikut:

  • 1. Tujuan Zakat

    Setiap segala ajaran agama Islam pasti mempunyai sebuah

    tujuan, di antara tujuan-tujuan zakat adalah sebagai berikut:

    a. Membantu, mengurangi dan mengangkat kaum fakir miskin dari

    kesulitan hidup dan penderitaan mereka

    b. Membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh para

    mustahiq zakat

    c. Membinan dan merentangkan tali solidaritas sesama umat manusia

    d. Mengimbangi ideologi kapitalisme dan komunisme

    e. Menghilangkan sifat bakhil dan loba pemilik kekayaan dan

    penguasaaan modal

    f. Menghindarkan penumpukan kekayaan perseorangan yang

    dikumpulkan di atas penderitaan orang lain

    g. Mencegah jurang pemisah kaya miskin yang dapat menimbulkan

    kejahatan sosial

    h. Mengembangkan tanggungjawab perseorangan terhadap kepentingan

    masyarakat dan kepentingan umum

    i. Mendidik untuk melaksanakan disiplin dan loyalitas seorang untuk

    menjalankan kewajibannya dan menyerahkan hak orang lain (Depag

    RI, 1996: 183).

    2. Hikmah Zakat

    Dalam melaksanakan zakat sebenaryna banyak sekali hikmah

    dan makna yang terkandung di dalamnya. Menurut Al-Ghazali

  • (1994:66) ada tiga makna yang dapat dipetik dalam melaksanakan

    zakat, yaitu:

    a. Pengucapan dua kalimat syahadat Pengucapan dua kalimat syahadat merupakan langkah yang

    mengikatkan diri seseorang dengan tauhid disamping

    penyaksian diri tentang keesaan Allah. Tauhid yang hanya

    dalam bentuk ucapan lisan, nilainya kecil sekali. Maka untuk

    menguji tingkat tauhid seseorang ialah dengan memerintahkan

    meninggalkan sesuatu yang juga dia cintai. Untuk itulah mereka

    diminta untuk mengorbankan harta yang menjadi kecintaan

    mereka. Sebagaimana dalam firman Allah dalam surat At

    Taubah ayat 111 yaitu:

    Artinya:

    ``Sesungguhnya Allah membeli dari kaum mu`min diri-diri dan

    harta-harta mereka, dengan imbalan surga bagi mereka.``

    b. Mensucikan diri dari sifat kebakhilan Zakat merupakan perbuatan yang mensucikan pelakunya dari

    kejahatan sifat bakhil yang membinasakan. Penyucian yang

    timbul darinya adalah sekedar banyak atau sedikitnya uang yang

    telah dinafkahkan dan sekedar besar atau kecilnya

    kegembiraannya ketika mengeluarkannya dijalan Allah.

    c. Mensyukuri nikmat Tanpa manusia sadari sebenarnya telah banyak sekali nikmat

    diberikan Allah kepada manusia, salah satunya adalah nikmat

    harta. Dengan zakat inilah merupakan salah satu cara manusia

    untuk menunjukkan rasa syukurnya kepada Allh SWT. Karena

    tidak semua orang mendapatkan nikmat harta. Disamping

    mereka yang hidup dalam limpahan harta yang berlebihan ada

    juga mereka yang hidup dalam kekurangan.

    Dari ketiga makna yang terkandung dalam kewajiban zakat

    tersebut dapat diketahui betapa pentingnya kedudukan zakat.

    Sebagaimana diketahui, bahwa manusia mempunyai sifat yang sangat

    mencintai kehidupan dunia. Dengan adanya kewajiban zakat tersebut,

  • manusia diuji tingkat keimanannya kepada Allah SWT, dengan

    menyisihkan sebagian dari harta kekayaan mereka menurut ketentuan

    tertentu. Tingkat keikhlasan manusia dalam melaksanakan kewajiban

    zakat dapat menunjukkan tingkat keimanan seseorang. Selain itu,

    dengan kewajiban zakat manusia dilatih untuk mensyukuri nikmat yang

    telah diberikan oleh Allah kepadanya.

    Di samping hikmah di atas, ada beberapa hikmah lain dalam

    melaksanakan zakat, di antaraanya adalah:

    a. Mensyukuri nikmat Allah, meningkatsuburkan harta dan pahala

    serta membersihkan diri dari kotoran, kikir dan dosa

    b. Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan kemelaratan

    dengan segala akibatnya

    c. Menerangi dan mengatasi kefakiran yang menjadi sumber kejahilan

    d. Membina dan mengembangkan stabilitas sosial, ekonomi,

    pendidikan dan lainnya

    e. Mewujudkan rasa solidaritas dan belah kasih

    f. Merupakan menifestasi kegotongroyongan dan tolong-menolong.

    C. Harta Yang Wajib Dizakati, Kadar dan Syarat-Syaratnya

    1. Harta Yang Wajib Zakat dan Kadarnya

    Pada hakikatnya, semua yang dihasilkan dari usaha seorang

    muslim, apapun sumbernya, pasti ada hak dari sebagian harta tersebut

    yang harus diberikan kepada kaum yang membutuhkan, dalam arti harta

    itu harus dikeluarkan zakatnya , tetapi disisi lain juga ada harta yang

  • tidak terkena atau wajib zaka. Pada umumnya harta yang harus

    dikelurkan zakatnya ada lima jenis, yaitu emas dan perak, barang

    tambang dan barang temuan, harta perdagangan, tanaman dan buah-

    buahan, dan binatang ternak yaitu unta, sapi dan kambing (Zuhayly,

    1995:126).

    a. Zakat Emas dan Perak

    Para fuqoha sepakat bahwa emas dan perak wajib

    dikeluarkan zakatnya, baik yang berupa potongan, yang dicetak

    ataupun yang berbentuk bejana. Bahkan dalam mazhab Hanafi,

    mengharuskan zakat kepada perhiasan yang terbuat dari bahan

    tersebut (Zuhayly, 1995:126). Berbeda dengan Hanafi, Jika perak

    dan emas digunakan sebagai perhiasan yang diperbolehkan,

    keduanya tidak wajib dizakati menurut Imam Syafii (al Mawardi,

    2007:213).

    Adapun nisab zakat emas adalah 200 dinar, atau menurut

    jumhur ukuran emas tersebut sama dengan 91 gram. Sedangkan

    nisab perak adalah 200 dirham yang kira-kira, menurut mazhab

    Hanafi, sama dengan 700 gram perak, dan menurut jumhur ulama

    adalah 643 gram. Sedangkan zakat uang disesuaikan dengan nisab

    emas dan disesuaikan dengan nilai tukar yang ada. Kadar zakat yang

    harus dikeluarkan dari emas dan perak adalah 2,5 %. Dengan

    demikian, jika seseorang memiliki nisab itu dalam waktu setahun,

    maka ia wajib mengeluarkan zakatnya (Zuhayly, 1995:127). Untuk

  • penetapan nisab emas terdapat berbagai pandangan. Ada yang

    berpendapat 85 gram, 91 gram, 93,6 gram, 94 gram dan 96 gram.

    Hal ini karena disebabkan ketidaksamaan dalam mengkonversi alat

    ukur yang dipergunakan dari masa lalu dan sekarang (Masud,

    2005:46)

    b. Zakat Barang Tambang

    Ada beberapa hal yang diperselisihkan oleh para fuqaha,

    yaitu makna barang tambang atau madin, barang temuan atau rikaz,

    atau harta simpanan atau kanz. Zakat yang mesti dikeluarkan dari

    harta tambang menurut mazhab Hanafi dan maliki adalah seperlima

    atau khumus, sedangkan menurut mazhab Syafii dan Hanbali

    sebanyak seperempat puluh (2,5 %). Barang tambang menurut

    mazhab Maliki dan Syafii adalah emas dan perak sedangkan

    menurut mazhab Hanafi, barang tambang adalah setiap yang dicetak

    dengan menggunakan api. Adapun mazhab Hanbali berpendapat

    bahwa yang dimaksud dengan barang tambang adalah semua jenis

    tambang, baik yang berbentuk padat maupun cair.

    c. Zakat Harta Terpendam

    Harta terpendam adalah harta yang ditemukan terpendam

    sejak zaman jahiliyah di lahan kosong atau jalanan. Harta tersebut

    menjadi milik penemunya dan besar zakatnya adalah 20%. Apa saja

    yang ditemukan di tanah milik seseorang, maka barang temuan

    tersebut menjadi milik pemilik tanah dan penemunya tidak punya

  • hak di dalamnya. Ada pun barang yang ditemukan sesudah zaman

    Islam, baik terpendam atau tidak maka namanya adalah luqatah

    (barang temuan). Luqatah tersebut harus diumumkan selama

    setahun. Jika pemiliknya datang penemunya harus menyerahkan

    barabg tersebut kepada pemiliknya. Jika tidak ada seorangpun yang

    datang kepadanya pemiliknya berhak memilikinya dengan jaminan

    ia menggantinya jika suatu saat pemiliknya datang kepadanya (al

    Mawardi, 2007:214)

    d. Zakat Harta Perdagangan

    Harta perdagangan adalah semua aset dari benda-benda yang

    diperjual-belikan, termasuk rumah yang diperjual oleh pemiliknya.

    Besar zakat yang dikeluarkan adalah 2,5% dari jumlah keseluruhan

    harta dagangan yang dimiliki. Dalil mengenai kewajiban zakat harta

    perdagangan tercantum dalam al quran, yaitu:

    Artinya: Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian hasil usahamu yang baik-baik (Q.S. al Baqarah: 267)

    Sebelum mengeluarkan harta perdangan harus memenuhi

    beberapa syarat, yang menurut jumhur ulama, ada 3 (tiga) syarat

    yang harus dipenuhi, yaitu :

    1) Nisab harta perdagangan harus telah mencapai nisab senilai 94

    gram emas. Harga tersebut disesuaikan dengan harga yang

    berlaku di setiap daerah.

  • 2) Harta dagang harus telah mencapai haul, yaitu satu tahun sejak

    dimilikinya harta tersebut. Jadi, zakat barang dagang

    dikeluarkan setiap tutup buku setelah perdagangan berjalan satu

    tahun.

    3) Niat melakukan perdagangan saat membeli barang-barang

    dagangan. Pemilik barang harus berniat berdagang ketika

    membelinya. Adapun jika niat dilakukan setelah harta dimiliki,

    niatnya harus dilakukan ketika kegiatan perdagangan dimulai.

    e. Zakat Profesi

    Zakat profesi itu bisa dilaksanakan setahun sekali atau

    sebulan sekali, atau berapa bulan sekali. Yang jelas, bila ditotal

    setahun besar zakat yang dikeluarkan harus sama. Namun zakat

    tersebut wajib dikeluarkan jika penghasilannya, ditotal selama

    setahun setelah dikurangi kebutuhan-kebutuhannya selama setahun

    melebihi nisab. dengan ketentuan nisab setara dengan 84 gram emas

    24 karat, dan kadar zakatnya sebesar 2,5%. Jika tidak mencapai

    nishab, tidak wajib untuk dizakati. (Hafidhuddin, 2002 :94) Semua

    penghasilan melalui kegiatan profesional tersebut, apabila telah

    mencapai nisab, maka wajib dikeluarkan zakatnya. Hal ini

    berdasarkan nash-nash yang bersifat umum, misalnya firman Allah

    dalam Surat al-Baqarah ayat 267 yang sudah disebutkan di atas.

    f. Zakat Tanaman dan Buah-buahan

  • Pada dasarnya, zakat ini diwajibkan berdasarkan dalil dari

    alquran, sunnah, ijma dan akal. Dalil yang diambil dari alquran

    diantara, yaitu :

    Artinya: Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya

    (dengan disedekahkan kepada fakir miskin), dan janganlah kamu

    berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang

    berlebih-lebihan (Q.S. Al Anam; 141)

    Juga dijelaskan lagi dalam surat al Baqarah ayat 267 yang

    berbunyi:

    Artinya: Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari usahamu yang baik-baik dan sebagian yang

    kami keluarkan dari hasil bumi untukmu (Q.S al Baqarah: 267) Mengenai zakat tanaman yang tumbuh dari tanah, para

    fuqaha mempunyai dua pendapat. Pendapat yang pertama

    menyatakan bahwa tanaman yang wajib dikeluarkan zakatnya

    mencakup semua jenis tanaman. Sedangkan pendapat kedua

    menyatakan bahwa tanaman yang wajib dizakati adalah khusus

    tanaman yang berupa makanan yang mengenyangkan dan bisa

    disimpan. Nisab zakat tanaman adalah 1350 kg gabah atau 750 kg

    beras. Kadar zakatnya adalah 5% jika pengairannya atas usaha

  • penanam dan 10% jika pengairanya berasal dari hujan tanpa usaha

    penanam.

    g. Zakat Hewan atau Binatang Ternak

    Zakat dikenakan atas binatang-binatang ternak seperti unta,

    sapi dan domba (kambing). Abu Hanifah berbeda pendapat dengan

    Syafii dan Maliki dengan menambahkan kewajiban zakat pada

    kuda. Sedangkan Syafii dan Maliki tidak mewajibkan kecuali jika

    kuda itu diperdagangkan.

    Secara umum pembagian zakat binatang ternak penulis

    gambarkan dalam tabel berikut:

    1) Unta, ketentuan nishob dan besarnya zakat yang harus

    dibayar penulis gambarkan dalam tabel 2.1:

    Tabel 2.1 Ketentuan Zakat Unta

    Nisab (ekor) Zakatnya Umur (tahun)

    5 9 1 kambing

    10 14 2 kambing 2

    15 19 3 kambing 2

    20 24 4 kambing 2

    25 35 1 unta 1

    36 45 1 unta 2

    46 60 1 unta 3

    61-75 1 unta 4

    76 90 2 unta

    91 120 2 unta

    121 - 3 unta

    Sumber: data diolah dari Wahbah Zuhayly (1995:233-234)

  • 2) Sapi atau kerbau, ketentuan nishob dan besarnya zakat yang

    harus dibayar penulis gambarkan dalam tabel 2.2:

    Tabel 2.2 Ketentuan Zakat Sapi atau Kerbau

    Nisab (ekor) Zakatnya Umur (tahun)

    30 39 1 sapi 1

    40 59 1 sapi 2

    60 69 2 sapi 1

    70 -79 2 sapi 1 dan 2

    80-89 2 sapi 2

    90-99 3 sapi 1

    100 3 sapi Dua ekor 1 dan satu

    2

    Sumber: data diolah dari Wahbah Zuhayly (1995:240-241)

    3) Kambing atau domba, ketentuan nishob dan besarnya zakat

    yang harus dibayar penulis gambarkan dalam tabel 2.3:

    Tabel 2.3 Ketentuan Zakat Kambing

    Nisab (ekor) Zakatnya Umur (tahun)

    40 120 1 Kambing 2

    121 200 2 Kambing 2

    201 399 3 Kambing 2

    400 4 Kambing 2

    Sumber: data diolah dari Wahbah Zuhayly (1995:243)

    Setelah lebih dari 400 ekor zakatnya dihitung tiap 100

    ekor adalah 1 kambing berumur 2 tahun.

    2. Syarat-syarat Harta Yang Wajab Dizakati

    Terhadap harta yang wajib dizakati, terdapat beberapa syarat

    yang harus dipenuhi sebelum diambil zakatnya. Syarat-syarat tersebut

    yaitu meliputi:

  • a. Milik penuh

    Harta tersebut harus berada dalam kontrol dan kekuasaannya

    secara penuh dan dapat diambil maanfaatnya secara penuh, serta

    didapatkan melalui proses pemilikan yang halal, seperti: usaha,

    warisan, pemberian negara atau orang lain serta cara-cara lain yang

    sah. Sedang untuk harta yang diperoleh dengan proses haram, maka

    harta tersebut tidak wajib untuk dizakati, sebab harta tersebut harus

    dikembalikan kepada yang berhak.

    b. Berkembang

    Harta tersebut merupakan harta yang dapat berkembang atau

    bertambah apabila diusahakan.

    c. Mencapai Nisab

    Artinya adalah harta tersebut telah mencapai batas minimal

    dari harta yang wajib dizakati. Sedangkan untuk harta yang belum

    mencapai nishab terbebas dari zakat.

    d. Lebih dari Kebutuhan Pokok

    Artinya adalah apabila harta tersebut lebih dari kebutuhan

    yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan minimal si pemilik

    harta untuk kelangsungan hidupnya. Kebutuhan tersebut meliputi

    kebutuhan primer, misalnya, pangan, sandang, dan papan.

    e. Bebas Dari Hutang

  • Orang yang mempunyai hutang yang besarnya sama atau

    mengurangi senishab yang harus dibayar pada saat yang bersamaan,

    maka harta tersebut tidak wajib zakat.

    f. Mancapai Haul

    Artinya adalah bahwa harta tersebut telah mencapai batas

    waktu bagi harta yang wajib dizakati, yaitu telah mencapai masa satu

    tahun. Haul hanya berlaku bagi harta berupa binatang ternak, harta

    perniagaan serta harta simpanan. Sedangkan untuk hasil pertanian,

    buah-buahan dan rikaz (barang temuan) tidak ada haulnya (Ahmad

    Husnan, 1996:38)

    D. Distribusi Zakat

    Dalam al Quran telah dijelaskan, bahwa zakat harus

    didistribusikan hanya untuk delapan golongan orang, seperti firman Allah

    yang berbunyi :

    .

    Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang

    dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang

    berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam

  • perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah

    Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (Q.S. at Taubah: 60) Secara umum, pesan pokok dalam ayat tersebut, adalah mereka

    yang secara ekonomi kekurangan. Kecuali amil dan muallaf yang sangat

    mungkin secara ekonomi berada dalam keadaan kecukupan. Karena itu, di

    dalam pendistribusiannya, hendaknya mengedepankan upaya merubah

    mereka yang memang membutuhkan, sehingga setelah menerima zakat,

    dalam periode tertentu berubah menjadi pembayar zakat.

    Umar bin Khattab berpendapat, bisa saja zakat dibagikan kepada

    salah seorang mustahik saja, ataupun dibagi secara rata. Namun yang perlu

    dipertimbangkan adalah bahwa tujuan zakat adalah menjadikan mereka

    tidak lagi sebagai penerima zakat, tetapi berubah menjadi muzakki.

    Dengan demikian, distribusi zakat dapat didasarkan kepada skala prioritas

    dan kebutuhan sesuai dengan kondisi masyarakat sekitar.

    Distribusi zakat, menurut mazhab Syafii tidak membolehkan

    pembayaran zakat hanya dalam satu kelompok saja karena berpegang

    teguh pada ayat al Quran surat at Taubah ayat 60. Sedangkan menurut

    Hanafi, Maliki, dan Hanbali seperti halnya Umar bin Khattab,

    membolehkan pembagian zakat hanya kepada satu kelompok saja, bahkan

    mazhab Maliki menyatakan bahwa memberikan zakat kepada orang yang

    sangat membutuhkan dibandingkan kelompok yang lainnya adalah sunat

    (Zuhayly, 1995:279).

    Berikut akan sedikit dijelaskan mengenai siapa saja delapan

    kelompok yang dimaksud mendapatkan zakat.

  • 1. Orang fakir (fuqara)

    Pengertian orang fakir adalah orang yang tidak memiliki harta

    benda dan pekerjaan yang mampu mencukupi kebutuhannya sehari-

    hari. Mungkin saja apa yang dihasilkan darinya untuk makan saja

    kurang. Secara sederhana di Indonesia khususnya Jawa tengah, yang

    termasuk orang-orang fakir menurut penulis adalah orang-orang yang

    berpenghasilan kurang dari Rp. 10.000,-.

    2. Orang miskin (masakin)

    Pengertian yang biasa dipahami dari orang miskin adalah orang

    yang mempunyai pekerjaan halal tetapi hasilnya tidak dapat mencukupi

    kebutuhan hidupnya sendiri dan orang yang ditanggungnya (Mahfud, :

    2003,145). Menurut penulis orang miskin saat ini adalah orang-orang

    yang berpenghasilan di atas Rp. 10.000,- dan dibawah Rp. 20.000,-.

    3. Panitia zakat (amil)

    Panitia zakat adalah orang yang bertugas untuk memungut harta

    zakat dan membagikannya kepada mustahik zakat.

    4. Muallaf yang perlu ditundukkan hatinya

    Yang dapat dikatakan kelompok ini adalah orang-orang yang

    lemah niatnya untuk memasuki Islam. Mereka diberi bagian dari zakat

    dengan maksud keyakinan untuk memeluk Islam dapat menjadi lebih

    kuat.

    5. Para budak

  • Budak yang dimaksud para ulama adalah para budak muslim yang

    telah membuat perjanjian dengan tuannya untuk dimerdekakan dan

    tidak memiliki uang untuk membayar tebusan atas mereka. Tetapi di

    zaman sekarang para budak sudah tidak ada.

    6. Orang yang memiliki hutang

    Yang dimaksud dari kelompok ini adalah orang yang memiliki

    hutang bukan untuk dirinya sendiri melainkan orang yang memiliki

    hutang untuk kepentingan orang banyak.

    7. Sabilillah

    Jumhur ulama berpendapat, maksud sabilillah adalah orang-

    orang yang kelompok ini adalah orang yang berangkat perang di jalan

    Allah dan tidak mendapat gaji dari pemerintah atau komando

    militernya. Makna sabilillah mempunyai cakupan yang luas,

    pemaknaan tersebut tergantung pada sosio kondisi dan kebutuhan

    waktu. Dapat dimasukkan ke dalam golongan ini seperti orang sholeh,

    pengajar keagamaan, dana pendidikan, dana pengobatan, dan lain-lain.

    8. Ibnu sabil

    Yang dimaksud adalah orang yang melakukan perjalanan untuk

    melaksanakan sesuatu dengan maksud baik dan diperkirakan tidak akan

    mencapai tujuannya jika tidak dibantu. Dalam konteks sekarang makna

    ibnu sabil bisa sangat artinya, termasuk di dalamnya adalah anak-anak

  • yang putus sekolah dan anak-anak yang tidak punya biaya untuk

    mengenyam pendidikan yang layak.

    Di samping penjelasan delapan asnaf tersebut di atas, ada beberapa

    ketentuan khusus sebagai berikut:

    1. Pengaturan bagi fakir miskin

    Bila hasil pengumpulan zakat cukup banyak, seharusnya pembagian

    untuk para fakir miskin (yang biasa berdagang) diberi modal berdagang

    yang besarnya diperkirakan keuntungannya cukup guna biaya hidup,

    agar sekali diberi untuk selamanya.

    2. Zakat kepada sanak kerabat

    Memberikan zakat kepada sanak kerabat demikian baiknya, karena

    selain memberi, akan berarti juga merapatkan persaudaraan

    (silaturahim). Adapun yang dimaksud sanak kerabat itu misalnya

    saudara laki-laki atau perempuan, paman, bibi, dan lain-lain, asal

    mereka termasuk mustahiq.

    3. Zakat kepada pencari ilmu

    Pemberian zakat kepada para pelajar dan mahasiswa itu boleh, terutama

    jika yang dipelajari itu ilmu-ilmu yang diperlukan oleh agama, dan

    mereka karena belajar itu tidak berkesempatan mencari nafkah.

    4. Zakat kepada suami yang fakir

    Seorang istri yang memiliki kekayaan berupa barang yang wajib

    dizakati dan barang itu telah cukub senisab, maka ia boleh memberikan

    zakatnya kepada suaminya asal suami itu termasuk golongan mustahiq

  • dan zakat yang diterimanya tidak akan dijadikan nafkah kepada

    isterinya.

    5. Zakat kepada orang soleh

    Diutamakan zakat diberikan kepada ahli ilmu dan orang yang baik adab

    kesopanannya. Orang yang bila diberi zakat akan dipergunakan untuk

    maksiat, maka orang semacam itu jangan diberi zakat (Depag RI,

    1996:126-129).

    Selain orang-orang yang berhak menerima zakat, ada pula

    beberapa orang atau kelompok yang tidak boleh mendapat pembagian

    zakat, yaitu :

    1. Keturunan Nabi

    2. Keluarga muzakki yang meliputi anak dan istri.

    3. Orang Kafir.

    Dalam pendistribusian dana hasil zakat untuk usaha ada dua

    pendapat ulama, kedua pendapat tersebut adalah sebagai berikut:

    1. Zakat, atau sebagian zakat tidak boleh ditasarufkan atau didistribusikan

    untuk kepentingan kemaslahatan umum lain. Namun ada pendapat yang

    dikutip dari tafsir al Khazin oleh Imam Qaffal yang menyatakan boleh

    (LTN NU Jatim, 2007:382).

    2. Pengelola zakat tidak diperbolehkan untuk mengelola (dijadikan modal

    usaha) harta zakat yang telah diperoleh sehingga menyampaikan

    kepada fakir miskin yang berhak. Hal ini karena fakir miskin sebagai

    pihak yang cakap tidak memberikan kewenangan kepada panitia,

  • sehingga mereka tidak diperbolehkan mengelola harta tanpa izin para

    fakir miskin tersebut (LTN NU Jatim, 2007:383). Dari pendapat ini

    sebenarnya zakat dikelola untuk modal usaha sebenarnya diperbolehkan

    dengan catatan diizinkan oleh para mustahiq.

    Pada praktek pendistribusian dana zakat telah dilakukan berbagai

    terobosan dalam berbagai bidang. Di Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang

    kabupaten Semarang, dana hasil zakat didistribusikan dalam berbagai

    bidang yaitu untuk beasiswa pendidikan dan kegiatan-kegiatan keagamaan

    masyarakat (Sigit Purnomo, 2006:56). Selain itu di Kota Salatiga dana

    zakat dikelola oleh BAZIS kota Salatiga didistribusikan untuk bidang

    pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) dan peternakan lembu

    (Catur Dyah Handayani, 2006:62).

    E. Islam dan Problematika Kemiskinan

    Kemiskinan adalah keadaan penghidupan di mana orang tidak

    amapu memenuhi kebutuhan dasar. Zakiyah Darajat mendefinisikan

    kemiskinan bahwa orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam

    kekurangan. Bambang Sudibyo mengukur ketetapan miskin dengan

    memakai standar nisab zakat (Masud, 2005:70). Akan tetapi yang terjadi

    di dalam masyarakat tidak jarang adanya perdebatan dalam kategorisasi

    seseorang dikatakan miskin, hal tersebut karena masyarakat memandang

    bahwa kurang atau tidaknya pemenuhan sehari-hari itu bersifat relatif.

    Sebagai salah satu ukuran kemiskinan adalah apa bila seseorang

    memiliki harta di bawah ukuran nisab zakat maka seseorang tersebut

  • digolongkan miskin. Penentuan seseorang atau keluarga dikategorikan

    miskin berdasarkan sampai berapa jauh terpenuhinya kebutuhan pokok

    atau konsumsi nyata yang meliputi pangan sandang, pemukiman,

    pendidikan dan kesehatan. Kebutuhan pokok ini dinyatakan secara

    kuantutatif (bentuk uang) berdasarkan harga tiap tahunnya (Masud,

    2005:71). Ukuran tersebut di atas menurut hemat penulis cukup untuk

    dijadikan landasan penentuan kategorisasi miskin karena sudah mencakup

    kebutuhan-kebutuhan dasar seseorang dalam kehidupan sehari-hari.

    Jika ditinjau dari pendapatan, kemiskinan ada dua macam yaitu

    kemiskinan relatif dan absolut. Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang

    dilihat antara satu tingkatan pendapatan dengan tingkat pendapatan

    lainnya, sebagai contohnya seseorang dalam kelompok masyarakat

    tertentu dapat digolongkan kaya akan tetapi dalam kelompok lain dapat

    digolongkan miskin. Sedangkan kemiskinan absolut adalah suatu keadaan

    kemiskinan yang ditentukan terlebih dahulu menetapkan garis tingkat

    pendapatan di atas tingkat pendapatan minimum tersebut dikategorikan

    bukan orang miskin (Masud, 2005:70).

    Kemiskinan jika ditinjau dari penyebabnya ada dua macam yaitu

    sebab mental (kultural) dan struktural. Kemiskinan yang disebabkan oleh

    kultural yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh budaya seperti malas,

    boros, dan lainnya. Sedangkan Kemiskinan yang disebabkan struktural

    adalah kemiskinan yang disebabkan oleh sistem pembangunan yang tidak

    adil dan diakibatkan oleh faktor-faktor ulah rekayasa manusia.

  • Di Indonesia dari total penduduk yang berjumlah 240.000.000 jiwa,

    penduduk yang tergolong miskin sebanyak 30.018.930 jiwa. Dari jumlah

    penduduk miskin tersebut sebanyak 11.046.750 jiwa berdomisili di Kota

    dan yang berdomisili di Desa sebanyak 18.972.180 jiwa (BPSNAS, 2011),

    artinya penduduk miskin di Desa lebih banyak dibandingkan di Kota

    dengan perbandingan 63,2% di pedesaandan dan 36,8% di Kota. Secara

    umum ada beberapa faktor penyebab terjadinya kemiskinan di pedesaan,

    di antaranya adalah:

    1. Kurangnya pengembangan SDM

    2. Adanya struktur yang menghambat pengembangan ekonomi rakyat

    pedesaan

    3. Ketidakberuntungan kelompok masyarakat miskin pedesaan

    4. Ketimpangan distribusi pembangunan antara Kota dan Desa.

    Kemiskinan, dalam Islam menjadi perhatian serius. Hal tersebut

    terbukti dengan banyaknya ayat-ayat al quran yang memerintahkan untuk

    memberikan makanan kepada orang-orang yang kelaparan dan saling

    mengingatkan untuk menolong fakir miskin. Begitu pentingnya menolong

    orang orang miskin, sehingga Allah menyatakan sebagai pendusta agama

    orang yang tidak mau memberi makan orang miskin, dengan Fifman-Nya:

  • Artinya: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi Makan

    orang miskin (Q.S. al Maun: 1-3).

    Nabi Muhammad selalu mengajarkan kepada umatnya agar

    memberikan bantuan sosial kepada yang membutuhkan. Sebagai

    contohnya adalah ketika bani Nadir berpindah dan harta bendanya dimiliki

    oleh umat Islam Rasululloh membagikan harta tersebut dengan bagian

    yang sama kepada kaum Muhajirin. Orang-orang Ansar yang miskin dan

    tidak punya sumberkehidupan juga diberi harta tersebut. Rasululloh

    selanjutnya berusaha menyediakan kebutuhan-kebutuhan pokok bagi

    setiap anggota masyarakat miskin dan cacat serta bagi yang tidak mampu

    menyediakan kebutuhan pokok bagi dirinya atau keluarganya (Masud,

    2005:82).

    Islam memerintahkan kepada umatnya agar melawan kemiskinan.

    Di samping umat Islam diperintah untuk berjuang merubah diri mereka

    sendiri dengan bekerja keras, juga diajarkan agar tanggap terhadap kondisi

    lingkungan sekitar untuk memeratakan pendapatan dan kekayaan terutama

    bagi masyarakat pedesaan. Sebagai salah satu cara untuk mempersempit

    ketimpangan ekonomi dalam masyarakat, maka umat Islam dianjurkan

    untuk bersodaqoh, berinfaq dan diwajibkan untuk berzakat.

    F. Produktifitas Pengelolaan Zakat

    Zakat sebagai manifesto ajaran Islam yang bertujuan untuk

    mendistribusikan kekayaan umatnya, menemukan momentumnya sebagai

    salah satu alternatif solusi. Dengan tujuan untuk merubah penerima zakat

  • menjadi pemberi zakat, Islam sudah menawarkan nilai-nilai kebersamaan

    dalam bermasyarakat, sekaligus menjadi ciri sebagai agama pembebasan,

    membebaskan umat dari kemiskinan.

    Selama ini, peranan zakat dalam mengentaskan kemiskinan

    memang belum optimal, hal tersebut disebabkan karena cara pandang

    semua pihak baik muzakki, pengelola dan mustahiq, dalam mengelola

    harta zakat masih berorientasi konsumtif. Akibatnya, harta hasil zakat

    tersebut habis untuk dikonsumsi tanpa berpengaruh terhadap permasalahan

    kemiskinan. Demi mewujudkan zakat sebagai salah satu solusi

    pengentasan kemiskinan maka perlu adanya perubahan cara pandang

    dalam pengelolaan harta zakat dari konsumtif menjadi berorientasi

    produktif.

    Orientasi pengelolaan zakat secara produktif harus dipahami

    bersama-sama secara menyeluruh oleh semua masyarakat (muzakki, amil

    dan mustahiq). Masyarakat harus memahami tujuan dari pengelolaan zakat

    produktif yaitu untuk kesejahteraan masyarakat, seperti yang disebutkan

    dalam pasal 3 UU nomor 23 tahun 2011 bahwa pengelolaan zakat

    bertujuan:

    1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat

    2. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

    Untuk mengoptimalkan pengelolaan zakat yang produktif, dewasa

    ini muncul konsepsi kontemporer tentang permasalahan zakat yang telah

  • jauh melampui pendapat-pendapat hukum klasik, terutama menyangkut

    tiga hal pokok, yaitu:

    1. Pegembangan Obyek Zakat

    Obyek zakat tidak selalu harus sesuai dengan ketentuan-

    ketentuan yang telah diterapkan dalam al Quran dan Hadits, maupun

    yang dipersipkan oleh para ulama klasik seperti, emas dan perak,

    tanaman dan tumbuh-tumbuhan, hewan ternak tertentu, harta

    perniagaan, harta yang ditemukan dalam perut bumi (Masud, 2005:90).

    Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa perlu adanya

    terobosan-terobosan baru dalam menentukan obyek zakat. Perluasan

    obyek zakat jika mencermati kontekstual lingkungan dan kedinamisan

    kehidupan maka akan mengsilkan objek zakat yang sangat luas,

    misalnya harta rikaz yang secara klasik dipahami hanya emas dan perak

    dapat dikembangkan pada batu mulia, permata, berlian dan sebagainya.

    Sebagai contoh lainnya dalam dunia profesi misalnya, saat ini banyak

    sekali profesi yang menghasilkan uang dalam jumlah besar, misalnya

    para pejabat tinggi negara, pengusaha, dokter, pengacara dan

    sebagainya. Melihat potensi perluasan objek zakat yang ada, maka dana

    zakat akan bisa terkumpul optimal dan bisa melakukan tindakan atau

    aksi dalam mengentaskan kemiskinan.

    2. Kelembagaan Zakat

    Dalam rangka mengoptimalkan pendapatan dana zakat perlu

    pengelolaan yang berkualitas, untuk itu perlu adanya badan atau panitia

  • yang mengelola zakat (amil). Untuk membentuk sebuah lembaga atau

    panitia amil zakat yang berkualitas paling tidak ada tiga hal yang harus

    dipenuhi.

    a. Amanah

    Lembaga atau panitia pengelola (amil) zakat harus amanah

    (dapat dipercaya). Perlu adanya sistem akuntansi keuangan, untuk

    mengetahui akan ke mana uang zakat tersebut mengalir. Sehingga

    nantinya diharapkan tumbuhnya kesadaran dan kepercayaan

    masyarakat (muzakki) untuk menunaikan zakat melalui lembaga

    amil zakat.

    b. Fatonah

    Di samping sebuah lembaga pengelola zakat dapat dipercaya,

    juga harus fatonah (profesional). Lembaga tersebut harus dikelola

    oleh orang-orang yang punya dedikasi tinggi dan profesional dalam

    bidangnya, sehingga lembaga tersebut berjalan secara terus menerus

    dan mampu menelorkan dan mengawal program-program yang ada

    dengan baik.

    c. Transparan

    Sebagaiman diketahui dana zakat adalah dana yang

    dikumpulkan dari masyarakat (publik) untuk disalurkan kepada

    kepada masyarakat, atau dana yang dikumpulkan dari muzakki oleh

    suatu instansi yang akan diserahkan kepada para mustahiq. Karena

  • dana tersebut berasal dari dana publik, maka dengan demikian publik

    harus tahu kemana dana tersebut disalurkan dan dimanfaatkan.

    Zaman semakin maju dan keterbukaan tidak bisa dielakkan

    lagi apalagi hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan publik

    termasuk zakat. Dengan dituntut adanya keterbukaan maka lembaga-

    lembaga pengelola zakat harus bersifat terbuka dan dapat

    dipertanggungjawabkan. Sifat keterbukaan ini penting agar para

    muzakki mengetahui kemana distribusi dan pemanfaatan harta zakat

    mereka.

    Sebagai wujud keterbukaan atas dana zakat yang dikelola,

    lembaga-lembaga pengelola zakat dapat memberikan laporan secara

    langsung kepada masyarakat atau memanfaatka teknologi.

    Pemanfaatan tekhnologi sangat penting karena transparansi dapat

    diakses oleh publik secara luas (Masud, 2005:97)

    3. Pendayagunaan Zakat

    Secara umum terdapat dua pendapat masalah pendayagunaan

    dana zakat. Pertama, bahwa zakat lebih bersifat konsumtif dan

    disalurkan secara langsung kepada para mustahiq untuk kepentingan

    konsumtif. Kedua, bahwa pendayagunaan dana zakat mengedepankan

    aspek sosial ekonomi yang luas tidak sekedar konsumtif. Untuk

    mencermati hal ini, perlu dibedakan antara zakat fitrah dan zakat mal.

    Meski keduanya memiliki nilai ibadah (hablun minAllah) namun ada

    perbedaan antara keduanya. Zakat fitrah yang dimaknai sebagai

  • kewajiban bagi setiap muslim tanpa terkecuali untuk mensucikan diri,

    dan sifat dari zakat fitrah untuk kebutuhan konsumtif. Sedangkan zakat

    mal yang bertujuan untuk mensucikan harta maka sifat dari zakat ini

    untuk kepentingan produktif, untuk menyokong pengembangan harta

    para mustahiq terutama fakir miskin.

    Untuk dapat melakukan pendayagunaan dana zakat mal maka

    penyalurannya diprioritaskan untuk kepentingan yang bersifat

    produktif. Sebagai upaya mewujudkan produktifitas dalam pengelolaan

    dana zakat, dana hasil zakat dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan

    kesejahteraan lahir batin masyarakat. Dana tersebut dapat digunakan

    untuk pembiayaan bidang dan sarana ibadah, bidang pendidikan Islam,

    kesehatan, layanan sosial, dan pengembangan ekonomi (Depag RI,

    1996:195-196). Dari berbagai bidang atau program pengelolaan zakat

    secara produktif di atas untuk menentukan aplikasinya harus

    memperhatikan kondisi sosial masyarakat. Di samping melihat potensi

    daerah tertentu perlu juga diperhatikan potensi sumber daya

    masyarakatnya (mustahiq), agar program-program yang digulirkan

    mampu berjalan dengan baik, sehingga pemberdayaan harta zakat

    memang benar-benar berpengaruh terhadap pemerataan kesejahteraan

    bisa terwujud.

  • BAB III

    PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Dusun Tarukan

    1. Letak Geografis dan Batas Wilayah

    Dusun Tarukan adalah sebuah perkampungan kecil yang berada

    di sekitar lereng Gunung Ungaran. Terletak 2 km sebelah selatan

    Kecamatan Bandungan, dan 4 km sebelah timur dari objek wisata Candi

    Gedong Songo. Dusun Tarukan merupakan wilayah Dusun yang berada

    di bawah pemerintahan Desa Candi Kecamatan Bandungan, Kabupaten

    Semarang.

    Secara geografis Dusun Tarukan memiliki luas wilayah sekitar

    40 Ha, dengan batas wilayah sebelah barat berbatasan dengan Dusun

    Ngablak, Desa Candi, sebelah timur berbatasan dengan Dusun Ampel

    Gading, Desa Kenteng, sebelah utara berbatasan dengan Dusun Talun,

    Desa Candi, sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Banaran, Desa

    Banyukuning. Secara umum Dusun Tarukan sebagian besar wilayahnya

    terdiri dari lahan pertanian dan ladang persawahan. Dusun Tarukan

    terdiri dari 8 RT dan terdiri dari 328 kepala keluarga dan berpenduduk

    1170 dengan rincian 580 laki-laki dan 590 perempuan.

    2. Kondisi Sosial Ekonomi

  • Masyarakat Dusun Tarukan masih kental dengan ikatan

    silaturahminya, kepedulian sosialnya masih tinggi. Kegiatan-kegiatan

    sosial dalam masyarakat masih berjalan dengan baik sampai sekarang.

    Seperti di Dusun-dusun sekitar, di Dusun Tarukan kegiatan gotong-royong dan saling bantu-membantu sesama warga

    berjalan dengan baik, seperti kerja bakti, sambatan (bantuan

    secara cuma-cuma) kepada orang-orang yang sedang

    mempunyai hajatan seperti pembangunan rumah, walimatul

    urs, membantu sohibul musibah dan kegiatan-kegiatan

    hajatan lainnya. Hal tersebut dilandasi karena seseorang tidak

    mampu hidup sendiri dan suatu saat pasti membutuhkan

    dengan bantuan orang lain.

    Dari keterangan bapak Kepala Dusun Tarukan (wawancara

    pada 4/6/2012) dapat disimpulkan bahwa kegiatan sosial di Dusun

    Tarukan sampai saat ini dapat berjalan dengan baik karena adanya

    pemahaman warga bahwa seseorang tidak akan mampu memenuhi

    kebutuhan hidup sendirian dan pasti butuh bantuan orang lain.

    Dalam bidang ekonomi, masyarakat Dusun Tarukan

    memiliki berbagai macam mata pencaharian, ada yang berprofesi

    sebagai pejabat pemerintah pusat dan pemerintah daerah, wirausaha,

    guru, petani, dan sebagainya. Dengan didukung wilayah yang masih

    luas lahan pertaniannya, bidang pertanian menjadi mata pencaharian

    mayoritas masyarakat. Angka penduduk Tarukan berdasrkan mata

    pencaharian dapat dilihat pada tabel 3.1

    Tabel 3.1 data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

    No Profesi Jumlah Prosentase %

  • 1 PNS 23 4,62

    2 Pegawai swasta 49 9,85

    3 Pensiunan 8 1,66

    4 Buruh bangunan 79 15,89

    5 Buruh Pabrik 14 2,81

    6 Buruh Tani 39 7,84

    7 Petani 205 41,24

    8 Peternak 27 5,43

    9 Lain-lain 53 10,66

    Jumlah 497

    Sumber: Monografi Kantor Kepala Dusun

    Di Dusun Tarukan angka kemiskinan bisa dibilang cukup

    kecil. Karena hanya berjumlah sekitar 12% dari jumlah penduduk

    Dusun secara keseluruhan. Bapak Kepala Dusun Tarukan

    mengatakan bahwa:

    Penduduk di Dusun Tarukan tergolong rata-rata orang mampu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

    Pengalaman orang yang mendapatkan BLT pada tahun 2008

    ada 38 KK. Dan penentuan penerima BLT tersebut

    berdasarkan tim survey langsung dari Pemerintah Kabupaten

    Semarang

    Dari kerterangan bapak Kepala Dusun Tarukan (wawancara

    pada 4/6/2012) dapat disimpulkan bahwa jika diasumsikan 38 KK

    beranggotakan 4 jiwa maka berjumlah 152 jiwa. Dari total penduduk

    Dusun Tarukan yang berjumlah 1170 maka dapat diprosentasekan

    bahwa penduduk miskin di Dusun tersebut berjumlah 12%.

  • 3. Kondisi Keagamaan

    Penduduk Dusun Tarukan mayoritas memeluk agama Islam,

    meskipun ada itu hanya sedikit yang beragama katolik yang angkanya

    tidak mencapai 10% dari keseluruhan jumlah penduduk. Tidak ada

    agama lain yang dianut masyarakat setempat kecuali kedua agama

    tersebut. Meskipun dua ajaran agama dianut dalam satu wilayah

    masyarakat hubungan kerukunan umat beragama sudah terjalin dengan

    baik. Masyarakat mampu memisahkan wilayah keagamaan dan

    kehidupan bermasyarakat. Harmonisasi dalam kehidupan

    bermasyarakat sangat tampak, masih menjunjung tinggi semangat

    gotong-royong yang masih berlangsung dengan baik. Bapak Sukhirzin

    mengatakan bahwa:

    Di sini terdapat tiga macam agama, ada yang beragama Islam, katolik dan Protestan. Meski berbeda dalam beragama,

    tapi masyarakat tetap menjaga kerukunan antar agama. Setiap

    ada kegiatan-kegiatan sosial semua saling membantu tanpa

    memandang agama. Yang terpenting adalah menghormati

    agama orang lain jika kita ingin dihormati agama kita.

    Dari keterangan bapak Sukhirzin (wawancara pada 3/6/2012)

    dapat disimpulkan bahwa kerukunan antar umat beragama di Dusun

    Tarukan masih mampu berjalan dengan baik karena didasari rasa saling

    menghormati antar umat beragama. Berikut penulis gambarkan jumlah

    penduduk berdasarkan agama dalam tabel 3.2

  • Tabel 3.2 Data Penduduk Berdasarkan Agama

    No Agama Laki-laki Perempuan Jumlah Prosentase %

    1 Islam 558 553 1111 94,96

    2 Katolik 30 25 55 4,70

    3 Protestan 2 2 4 0,34

    Jumlah 590 580 1170

    Sumber: Kantor Kepala Dusun

    Masyarakat Dusun Tarukan termasuk masyarakat yang religius,

    mereka sangat memperhatikan dan menjunjung tinggi kegiatan

    keagamaan. Suasana religius dapat dilihat dari banyaknya kegiatan-

    kegiatan keagamaan seperti khataman al Quran, pengajian al Quran,

    yasinan dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan keagamaan oleh penulis

    gambarkan pada tabel 3.3

    Tabel 3.3 Kegiatan Keagamaan Dusun Tarukan

    No Waktu Kegiatan

    1 Malam Senin Yasinan bapak-bapak di tiap-tiap RT

    2 Malam Selasa Mujahadah bapak-bapak digilir tiap

    musholla

    3 Malam Rabu Khatmil Quran bapak-bapak digilir tiap

    rumah

    4 Malam Kamis Yasinan ibu-ibu seDusun digilir tiap rumah

    5 Kamis Wage Semaan Quran umum digilir tiap musholla

    6 Malam Jumat Yasinan umum laki-laki dibagi dua

  • kelompok dewasa dan remaja digilir tiap

    rumah

    7 Jumat Pahing Pengajian darul arqom yang diisi bapak-

    bapak dan dan ibu-ibu digilir tiap rumah

    8 Malam Minggu Dzibaan lelaki dan perempuantiap-tiap

    musholla

    Sumber: data diolah dari wawancara dengan Sukhirzin (3/6/2012)

    Islam, oleh masyarat Dusun Tarukan dimaknai sebagai suatu

    agama yang harus dijalankan sesuai dengan syariatnya dan disesuaikan

    dengan kebutuhan zaman. Syariat Islam harus dinamis dan jangan

    dimaknai secara kaku. Bapak Sukhirzin mengatakan bahwa:

    Dalam menjalankan syariat Islam di daerah manapun, dan khususnya di Dusun Tarukan harus memperhatikan konteks

    keadaan dan kebutuhan zaman. Setiap orang bisa memaknai

    ajaraan Islam sesuai dengan pemahaman masing masing, akan

    tetapi paling penting adalah menghargai setiap perbedaan

    pandangan agar tetap bisa hidup rukun. Ajaran-ajaran Islam

    harus dikembangkan sesuai kebutuhan zaman, karena telah

    nyata bahwa aturan-aturan syariat zaman dahulu, seperti zakat,

    qurban, dan kegiatan keagamaan yang dahulu dilakukan oleh

    orang tua zaman dahulu sekarang sudah tidak dilestarikan lagi

    karena sudah tidak sesuai dengan keadaan zaman. Begitu juga

    apa yang sudah tertata sekaraang ini, pasti kelak 20-30 tahun

    kedepan jika generasi dan perkembangan zaman sudah berganti

    maka yang ada hari ini juga harus dirubah sesuai kebutuhan

    zaman.

    Dari keterangan bapak Sukhirzin (wawancara pada 3/6/2012) ini

    dapat disimpulkan bahwa Dalam menjalankan syariat Islam, harus

    menghargai perbedaan yang ada. Syariat Islam juga harus dijalankan

    sesuai dengan konteks keadaan dan zaman.

    4. Kondisi Pendidikan

  • Untuk mengetahui tingkat pendidikan masyarakat Dusun

    Tarukan dapat dilihat dalam tabel 3.4

    Tabel 3.4 Data Penduduk Berdasarkan Pendidikan

    No Keterangan Jumlah Prosentase %

    1 Tidak sekolah 173 16,77

    2 Tidak Lulus SD 8 0,78

    3 TK 20 1,94

    4 Belum tamat SD 101 9,79

    5 Lulusan SD 308 29,85

    6 Lulusan SLTP 173 16,76

    7 Lulusan SMA 179 17,34

    8 Diploma 18 1,74

    9 Lulusan S1 ke atas 52 5,03

    Jumlah 1032

    Sumber: Kantor Kepala Dusun

    Dari data diatas menunjukkan tamatan SMP keatas berjumlah

    40,8%, tamatan SD dan tidak sekolah berjumlah 47,4%, sedang sekolah

    TK dan SD sebanyak 11,7%. Dari prosentase tersebut dapat diketahui

    bahwa jumlah dari rata-rata tamatan pendidikan masyarakat Dusun

  • Tarukan masih cukup banyak masyarakatnya kurang memperhatikan

    pendidikan sekolah.

    B. Profil BAZIS Dusun Tarukan

    1. Sejarah BAZ Tarukan

    Badan amil zakat, infaq dan shodaqoh (BAZIS) Dusun Tarukan

    berdiri pada tahun bulan Ramadhan tahun 1996. Berdirinya BAZIS

    tersebut diinisiasi oleh Pengurus Takmir Masjid Baiturrahman pada

    masa itu. Pendirian BAZIS tersebut dilatarbelakangi karena sebelumnya

    zakat dikelola oleh tiap-tiap musholla, sehingga distribusi zakat hanya

    berputar pada wilayah musholla tersebut. Distribusi tersebut dirasa

    tidak merata, karena ada RT yang terdapat banyak fakir miskinnya

    mendapatkan bagian sedikit dan yang sedikit warga fakir miskinnya

    mendapatkan jatah harta banyak. Dengan tujuan agar harta zakat dapat

    dibagi merata kepada seluruh mustahiq di Dusun tersebut, maka

    didirikanlah Badan Amil Zakat Infaq dan Sadaqah (BAZIS).

    Berikut adalah nama-nama ketua BAZIS dari awal berdiri

    sampai sekarang:

    a. Ketua BAZIS periode 2010/2012 Bapak Ahmad Mukito

    b. Ketua BAZIS periode 2008-2010 Bapak Kholid

    c. Ketua BAZIS periode 1998-2008 Bapak Khirzin (terpilih selama 9

    periode)

    d. Ketua BAZIS periode 1996-1998 Bapak Kiran (terpilih selama 2

    periode)

    Sebelum tahun 2006 masa jabatan pengurus BAZIS adalah satu

    tahun, kemudian setelah tahun 2006 masa jabatan dirubah selama dua

  • tahun, hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut muncul rintisan

    pengelolaan pendistribusian zakat mal berorientasi produktif, dengan

    masa jabatan dua tahun dimaksudkan agar BAZIS dapat memantau

    perkembangan mustahiq yang diberi dana zakat.

    Adapun komposisi pengurus BAZIS adalah tokoh agama, tokoh

    masyarakat dan ketua RT. Tokoh agama dan tokoh masyarakat tersebut

    selanjutnya akan dipilih menjadi Badan Pengurus Harian (BPH) dan

    ketua RT menjadi anggota, melalui Forum Evaluasi yang diadakan

    setiap dua tahun sekali pada bulan Syaban. Secara teknis tokoh agama,

    tokoh masyarakat dan ketua RT berkumpul untuk menentukan ketua

    beserta pengurusnya. Setelah pengurus itu terbentuk kemudian

    dikonsultasikan dengan Ketua takmir Masjid dan selanjutnya

    dimintakan SK kepada Ketua takmir tersebut. Berikut ini adalah

    Struktur Pengurus BAZIS tahun 2010/2012:

    Susunan Pengurus BAZIS Dusun Tarukan tahun 2010/2012

    Penasehat : Ketua Takmir Masjid Baiturrahman

    Ketua : Ahmad Mukito

    Wakil ketua : Ngatono

    Sekretaris : Supriyanto

    Wakil sekretaris : Adi Triyanto

    Bendahara : Nasoka

    Wakil Bendahara : Mawardi

    Anggota :

    1. Ketua RT 1

    2. Ketua RT 2

    3. Ketua RT 3

    5. Ketua RT 5

    6. Ketua RT 6

    7. Ketua RT 7

  • 4. Ketua RT 4 8. Ketua RT 8

    2. Program-program BAZIS

    a. Evaluasi kepengurusan setiap dua tahun sekali pada bulan Syaban

    b. Persiapan pengumpulan dan pendistribusian zakat mal, infaq dan

    shodaqoh.

    1) Akhir bulan Syaban dibentuk petugas penerima zakat di tiap-tiap

    musholla dan di masjid.

    2) Minggu pertama Ramadhan melakukan sosialisasi kepada

    masyarakat

    3) Minggu kedua pendataan calon mustahiq di wilayah RT

    4) Minggu ketiga pengusulan calon mustahiq dari RT kepada BPH

    BAZIS

    5) Minggu keempat penetapan mustahiq dan pendistribusian zakat

    fitrah

    6) Bulan Dzul Hijjah pendistribusian zakat mal.

    c. Pada bulan Dzul Qodah Persiapan qurban yang dilaksanakan bulan

    Dzul Hijjah.

    C. Pengumpulan Harta Zakat Oleh BAZIS Dusun Tarukan

    Zakat mal zakat fitrah, infaq dan shodaqoh dibayarkan secara

    bersamaaan oleh masyarakat pada bulan Ramadhan. Untuk zakat fitrah

    oleh muzakki ada dua macam wujudnya, ada yang dibayarkan berbentuk

    beras dan berbentuk uang. Selanjutnya harta-hasil Pengumpulan tersebut

    dikelompokkan sendiri-sendiri. Dalam pembayaran zakat fitrah dan zakat

  • mal, secara teknis para penduduk membayar kepada panitia tersebut di

    mushola-mushola terdekat. Untuk masyarakat wilayah RT 1 di mushola as

    Syaifullah, wilayah RT 2 dan 3 di masjid Baiturrahman, wilayah RT 4

    mausola Nurul Iman, wilayah RT 5 dan 6 mushola al Ihsan, wilayah RT 7

    di musholla as Syafaat, wilayah RT 8 Darul Iman selanjutnya

    dikumpulkan di kantor BAZIS Dusun yang bertempat di rumah bapak

    kepala Dusun. Setelah semua harta dikumpulkan menjadi satu kemudian

    harta didistribusikan oleh para pengurus BAZIS dari unsur RT dan dibantu

    oleh petugas RT untuk 10 mustahiq didistribusikan oleh 1 orang.

    Pendataan pemasukan zakat fitrah tahun 2011 penulis gambarkan

    dalam tabel 3.5 dan tabel 3.6 untuk pemasukan zakat fitrah dari tahun

    2008-2011.

    Tabel 3.5 Rekapitulasi Pemasukan Zakat Fitrah Dusun Tarukan

    Tahun 2011

    No Mushalla/Masjid Muzak

    ki

    Beras Uang

    Jiwa Kg Jiwa Rupiah

    1 Mushalla As syaifullah 110 19 47,5 91 1.834.000

    2 Masjid Baiturrahman 227 95 237,5 132 2.640.000

    3 Mushalla Nurul Iman 88 39 97,5 47 940.000

    4 Mushalla al Ikhsan 255 128 320 127 2.540.000

    5 Mushalla as Syafaat 129 49 122,5 80 1.600.000

    6 Mushalla Darul Iman 96 41 102,5 55 1.100.000

    Jumlah 903 371 927,5 532 10.654.000

    Sumber: arsip BAZIS Dusun Tarukan

    Tabel 3.6 Rekapitulasi Pemasukan Zakat Fitrah

    Dari Tahun 2008-2011

    No Tahun Muzakki Beras Uang

    1 2011 903 927,5 10.654.000

    2 2010 891 975 9.769.500

  • 3 2009 840 847,5 9.669.300

    4 2008 813 780 9.519.000

    Sumber: arsip BAZIS Dusun Tarukan

    Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan

    penerimaan zakat fitrah mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal tersebut

    dipengaruhi dengan bertambahnya muzakki zakat fitrah dalam setipa

    tahunnya.

    Sedangkan untuk perolehan zakat mal setiap tahunnya tidak

    menentu, jumlahnya tergantung pada kesadaran masyarakat dalam

    mengeluarkan zakat mal. Sebagai contoh pendataan zakat mal, penulis

    gambarkan pada tabel 3.5 untuk tahun 2011 dan tabel 3.6 untuk kurun

    waktu 4 tahun terakhir.

    Tabel 3.7 Rekapitulasi Pemasukan Zakat Mal Dusun Tarukan

    Tahun 2011

    No Mushalla/masjid Muzakki Uang

    1 Mushalla As

    syaifullah

    - -

    2 Masjid Baiturrahman 1 200.000

    3 Mushalla Nurul Iman - -

    4 Mushalla al Ikhsan - -

    5 Mushalla as Syafaat 1 1.000.000

    6 Mushalla Darul Iman 1 900.000

    Jumlah 3 2.100.000

    Sumber: arsip BAZIS Dusun Tarukan

    Tabel 3.8 Rekapitulasi Pemasukan Zakat Mal Dusun Tarukan

    Tahun 2008-2011

    No Tahun Jumlah

    Muzakki

    Jumlah Uang

    1 2011 3 2.100.000

    2 2010 6 7.900.000

    3 2009 5 8.050.000

  • 4 2008 4 1.700.000

    Sumber: arsip BAZIS Dusun Tarukan

    Kesadaran masyarakat menunaikan zakat mal masih rendah, selama

    ini yang memberikan zakat mal hanya masyarakat yang berprofesi sebagai

    pedagang. Sedangkan untuk zakat mal di luar zakat dagang belum ada

    yang mengeluarkan zakatnya. Dalam perolehan 2008 dan 2009 cukup

    banyak karena pada waktu itu ada salah satu warga Dusun Tarukan yang

    telah sukses berdagang di jakarta kemudian selama dua tahun tersebut

    mengeluarkan zakat kepada BAZIS Dusun Tarukan.

    D. Mustahiq Zakat di Dusun Tarukan

    1. Penentuan Mustahiq

    Sesungguhnya mustahiq yang disebutkan di dalam al quran ada

    delapan asnaf yang berhak menerima zakat. Di Dusun Tarukan ada

    enam kelompok yang diberi harta zakat yaitu:

    a. Faqir adalah karena di Dusun Tarukan tidak ada orang yang taidak

    mempunyai penghasilan, maka fakir dimaknai sebagai orang yang

    paling miskin diantara orang-orang miskin.

    b. Miskin adalah orang yang punya penghasilan tetap akan dan hanya

    cukup untuk kebutuhan sandang dan pangan tetapi tidak cukup

    untuk membiayai sekolah

    c. Mualaf adalah Orang-orang yang baru masuk Islam.

    d. Amil adalah Orang-orang yang menjadi pengurus BAZIS dan para

    petugas dari RT yang membantu menggurusi zakat.

  • e. Sabillah adalah orang-orang yang berjuang mendakwahkan ilmu

    agama semisal guru ngaji, guru TPA.

    f. Ghorim adalah orang-orang yang mempunyai hutang untuk

    mencukupi kebutuhan sandang dan pangan.

    Untuk menentukan siapa saja yang akan menjadi mustahiq di

    atas, Badan Pengurus Harian BAZIS dibantu oleh panitia zakat unsur

    RT. Secara teknis setiap Ketua RT berkoordinasi dengan ketua takmir

    takmir musholla atau masjid diwilayah tersebut untuk menetukan siapa

    saja yang diusulkan kepada Badan Pengurus Harian BAZIS untuk

    menjadi mustahiq zakat. Setelah itu nama-nama calon mustahiq tersebut

    digodog oleh BPH BAZIS yang kemudian menjadi data final mustahiq

    zakat.

    Dalam menentukan mustahiq zakat mal ada kriteria khusus di

    luar kriteria orang-orang yang tergolong fakir miskin dalam zakat

    fitrah. Ahmad Mukito mengatakan bahwa:

    Dalam menentukan mustahiq zakat mal berbeda dari mustahiq fitrah, di samping dilihat kondisi ekonomi pada waktu

    bulan Ramadahan juga dilihat tingkat keaktifan dalam beribadah

    dan kegiatan-kegiatan sosial di masyarakat.

    Dari keterangan bapak Ahmad Mukito (wawancara pada

    4/6/2012) dapat disimpulkan bahwa ada tiga kriteria dalam menentukan

    mustahiq zakat mal, yaitu:

    a. Orang orang yang tergolong fakir atau miskin

    b. Taat dalam menjalankan ibadah

    c. Aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan sosial keagamaan.

  • 2. Prosentase Pembagian Untuk Mustahiq

    a. Zakat Fitrah

    Zakat fitrah dibagikan kepada enam asnaf yaitu fakir, miskin,

    mualaf, amil gharim dan sabilillah. Prosentase pembagiannya adalah

    sebagai berikut:

    1) Fakir, miskin, mualaf adalah 70% dari total zakat. Dari 70%

    tersebut kemudian dibagi untuk fakir adalah 50%, dan 50%

    sisanya untuk miskin dan mualaf.

    2) Amil, gharim dan sabilillah adalah 30% dari total zakat. Dari

    30% itu kemudian dibagi Untuk amil adalah 40%, untuk

    gharim 30% dan sabilillah 30%.

    3) Ada ketentuan tambahan jika jatah perorang amil melebihi

    jatah perorangan faakir, maka jatah amil tersebut dikurangi

    untuk dialokasikan jatah fakir. Bagi amil jatahnya selama

    mengurusi zakat hanya dihitung uang kerja sehari yang

    gajinya maksimal 50.000.

    4) Contoh prosentase pembagian harta zakat fitrah tahun 2011.

    a) Perolehan hasil zakat

    Jumlah beras: 927,5 kg

    Jumlah uang: Rp. 10.654.000

    b) Pembagian untuk fakir, miskin dan mualaf:

    Beras 70% x 927,5 = 649,25 kg

    Uang 70% x 10.654.000 = 7.457.800

    Fakir

    Beras 50% x 649,25 = 324, 625 kg

    Uang 50% x 7.457.800 = 3.728.900

  • Miskin dan mualaf

    Beras 50% x 649,25 = 324, 625 kg

    Uang 50% x 7.457.800 = 3.728.900

    c) Amil Ghorim dan Sabillah

    Beras 30% x 927,5 = 278, 25 kg

    Uang 30% x 10.654.000 = 3.196.200

    Amil

    Beras 40% x 278, 25 = 112,25 kg

    Uang 40% x 3.196.200 = 1.278.500

    Ghorim dan Sabillah

    Beras 60% x 278, 25 = 166 kg

    Uang 60% x 3.196.200 = 1.917.700

    b. Zakat Mal

    Zakat mal hanya diberikan kepada tiga asnaf yaitu kepada fakir,

    miskin sebagai pengentasan kemiskinan dan kepada amil. Prosentase

    pembagian zakat mal dari total harta zakat adalah 85% diberikan

    kepada fakir miskin untuk pengentasan kemiskinan dan 15% untuk

    amil. Contoh pembagian zakat mal tahun 2011:

    1) Perolehan zakat mal 2.100.000

    2) Jatah fakir Miskin 85% x 2.100.000 = 1.750.000

    3) Jatah amil 15% x 2.100.000 = 300.000

    Transport = 85.000

    Uang