22
METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN BIOLOGI PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi Disusun Oleh : Nama : Hafidha Asni Akmalia NIM : 08304241003 Prodi : Pendidikan Biologi Reguler JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

Pengembangan Model Pembelajaran

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengembangan Model Pembelajaran

METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN BIOLOGI

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi

Disusun Oleh :

Nama : Hafidha Asni Akmalia

NIM : 08304241003

Prodi : Pendidikan Biologi Reguler

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2011

Page 2: Pengembangan Model Pembelajaran

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN

1. Borg and Gall.

Borg dan Gall (1983: 775) mengajukan serangkaian tahap yang harus ditempuh

dalam pendekatan ini, yaitu "research and information collecting, planning, develop

preliminary form of product, preliminary field testing, main product revision, main field

testing, operational product revision, operational field testing, final product revision, and

dissemination and implementation".

a. Research and information collecting.

Tahap ini bisa dikatakan sebagai tahap studi pendahuluan. Dalam tahap ini, kegiatan-

kegiatan yang dilakukan adalah melakukan studi pustaka yang melandasi produk

pembelajaran yang akan dikembangkan, obeservasi di kelas, dan merancang kerangka

kerja penelitian dan pengembangan produk pembelajaran.

b. Planning.

Setelah studi pendahuluan dilakukan, langkah berikutnya adalah merancang berbagai

kegiatan dan prosedur yang akan ditempuh dalam penelitian dan pengembangan

produk pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dalam tahap ini, yaitu

merumuskan tujuan khusus yang ingin dicapai dengan dikembangkannya suatu

produk; memperkirakan dana, tenaga, dan waktu yang diperlukan untuk

mengembangkan suatu produk; merumuskan kemampuan peneliti, prosedur kerja,

dan bentuk-bentuk partisipasi yang diperlukan selama penelitian dan pengembangan

suatu produk; dan merancang uji kelayakan.

c. Development of the preliminary form of the product.

Tahap ini merupakan tahap perancangan draf awal produk pembelajaran yang siap

diujicobakan, termasuk di dalamnya sarana dan prasarana yang diperlukan untuk uji

coba dan validasi produk, alat evaluasi, dan lain-lain.

d. Preliminary field test and product revision.

Tujuan dari tahap ini adalah memperoleh deskripsi latar (setting) penerapan atau

kelayakan suatu produk jika produk tersebut benar-benar telah dikembangkan. Uji

coba pendahuluan ini bersifat terbatas. Hasil uji coba terbatas ini dipakai sebagai

bahan untuk melakukan revisi terhadap suatu produk yang hendak dikembangkan.

Page 3: Pengembangan Model Pembelajaran

Pelaksanaan uji coba terbatas bisa berulang-ulang hingga diperoleh draft produk yang

siap diujicobakan dalam skop yang lebih luas.

e. Main field test and product revision.

Tahap ini biasanya disebut sebagai uji coba utama dengan skop yang lebih luas.

Tujuan dari tahap ini adalah menentukan apakah suatu produk yang hendak

dikembangkan benar-benar telah menunjukkan suatu performansi sebagaimana yang

diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, biasanya tahap ini menggunakan

rancangan penelitian eksperimen. Hasil dari uji coba utama dipakai untuk merevisi

produk tersebut hingga diperoleh suatu produk yang siap untuk divalidasi.

f. Operational field test and final product revision.

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menentukan apakah suatu produk yang

dikembangkan itu benar-benar siap dipakai di sekolah tanpa melibatkan kehadiran

peneliti atau pengembang produk. Pada umumnya, tahap ini disebut sebagai tahap uji

validasi model.

g. Dissemination and implementation.

Tahap ini ditempuh dengan tujuan agar produk yang baru saja dikembangkan itu bisa

dipakai oleh masyarakat luas. Inti kegiatan dalam tahap ini adalah melakukan

sosialisasi terhadap produk hasil pengembangan. Misalnya, melaporkan hasil dalam

pertemuan-pertemuan profesi dan dalam bentuk jurnal ilmiah.

Berdasarkan uraian di atas, sesungguhnya, tahap-tahap penelitian dan

pengembangan yang dikemukakan Borg dan Gall dapat disederhanakan menjadi empat

langkah utama. Keempat langkah utama tersebut adalah studi pendahuluan, perencanaan,

uji coba, validasi, dan pelaporan.

a. Tahap studi pendahuluan, yang merupakan kegiatan research and information

collecting memiliki dua kegiatan utama, yaitu studi literatur (kaji pustaka dan hasil

penelitian terdahulu) dan studi lapangan. Hasil dari kegiatan ini adalah diperolehnya

profil implementasi sistem pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan

atau obyek pembelajaran yang hendak ditingkatkan mutunya.

b. Tahap pengembangan, sebagai gabungan dari tahap planning and development of the

preliminary form of product mengandung kegiatan-kegiatan; penentuan tujuan,

menentukan kualifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian dan

Page 4: Pengembangan Model Pembelajaran

pengembangan (misalnya; peneliti dan guru), merumuskan bentuk partisipasi pihak-

pihak yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan, menentukan prosedur kerja,

dan uji kelayakan. Hasil dari kegiatan ini adalah diperolehnya draft desain model

yang siap untuk diujicobakan.

c. Tahap uji lapangan mengandung tahap-tahap preliminary field testing, main product

revision, main field testing, dan product revision memiliki kegiatan utama yaitu uji

coba, baik uji coba terbatas (preliminary field test) maupun uji coba lebih luas (main

field test). Di samping itu, tahap ini mengandung pula kegiatan untuk merevisi

terhadap hasil setiap uji coba model system pembelajaran tersebut. Kegiatan uji coba

ini dilakukan secara siklis (desain, implementasi, evaluasi, dan penyempurnaan)

sampai ditemukan model sistem pembelajaran yang siap untuk divalidasikan.

Kegiatan selanjutnya adalah melakukan validasi, yang terdiri atas kegiatan

operational field testing dan final product revision dengan tujuan untuk menguji

model melalui eksperimentasi model kepada sejumlah sekolah. Hasil eksperimentasi

ini menjadi bahan pertimbangan dalam membuat rekomendasi tentang efektivitas dan

adaptabilitas model pembelajaran dalam konteks sistem pendidikan nasional.

d. Tahap diseminasi, yang diartikan sebagai tahap dissemination and implementation

mengandung kegiatan sosialisasi dan distribusi. Kegiatan ini diwujudkan dalam

bentuk sosialisasi terhadap produk hasil pengembangan kepada calon pengguna dan

pihak-pihak yang terkait di bidang pendidikan. Visualisasi kelima langkah kegiatan

R&D sebagai berikut.

Page 5: Pengembangan Model Pembelajaran

2. Dick and Carrey.

Salah satu model desain pembelajaran adalah model Dick and Carey (1985).

Model ini termasuk ke dalam model prosedural. Model Dick and Carey terdiri dari 10

langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang

pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain.

Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukan hubungan yang

sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan yang lainya. Dengan

kata lain, system yang terdapat pada Dick and Carey sangat ringkas, namun isinya padat

dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya. Langkah awal pada model Dick and

Carey adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan

kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya

dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat

melahirkan suatu rancangan pembangunan.

Langkah–langkah desain pembelajaran menurut Dick and Carey adalah:

a. Identifikasi Tujuan (Identity Instruyctional Goals).

Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar siswan dapat

melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program pengajaran. Definisi

tujuan pengajaran mungkin mengacu pada kurikulum tertentu atau mungkin juga

berasal dari daftar tujuan sebagai hasil need assessment, atau dari pengalaman praktek

dengan kesulitan belajar siswa di dalam kelas.

b. Melakukan Analisis Instruksional (Conducting a Goal Analysis).

Setelah mengidentifikasi tujuan pembelajaran, maka akan ditentukan apa tipe belajar

yang dibutuhkan siswa. Tujuan yang dianalisis untuk mengidentifikasi keterampilan

yang lebih khusus lagi yang harus dipelajari. Analisis ini akan menghasilkan carta

atau diagram tentang keterampilan-keterampilan/ konsep dan menunjukkan

keterkaitan antara keterampilan konsep tersebut. Analisis dilakukan dengan cara: (1)

mengklasifikasikan rumusan tujuan menurut jenis ranah belajar (keterampilan

psikomotor, keterampilan intelektual, informasi verbal, sikap), dan (2) mengenali

teknik analisis pembelajaran yang cocok untuk memeriksa secara tepat perbuatan

belajar yang sebaiknya dilakukan dalam mencapai tujuan sesuai dengan karakteristik

Page 6: Pengembangan Model Pembelajaran

mata pelajaran yang menjadi objek penelitian, tujuan difokuskan pada pencapaian

keterampilan intelektual.

c. Mengidentifikasi Tingkah Laku Awal/Karakteristik Siswa (Identity Entry Behaviours,

Characteristic).

Ketika melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan

dan tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga harus dipertimbangkan keterampilan

apa yang telah dimiliki siswa saat mulai mengikuti pengajaran. Penting juga untuk

diidentifikasi adalah karakteristik khusus siswa yang mungkin ada hubungannya

dengan rancangan aktivitas-aktivitas pengajaran.

d. Merumuskan Tujuan Kinerja (Write Performance Objectives).

Berdasarkan analisis instruksional dan pernyataan tentang tingkah laku awal siswa,

selanjutnya akan dirumuskan pernyataan khusus tentang apa yang harus dilakukan

siswa setelah menyelesaikan pembelajaran.

e. Pengembangan Tes Acuan Patokan (Developing Criterian-Referenced Test Items).

Pengembangan Tes Acuan Patokan didasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan,

pengembangan butir assesmen untuk mengukur kemampuan siswa seperti yang

diperkirakan dalam tujuan.

f. Pengembangan Strategi Pengajaran (Develop Instructional Strategy).

Informasi dari lima tahap sebelumnya, maka selanjutnya akan mengidentifikasi yang

akan digunakan untuk mencapai tujuan akhir. Strategi akan meliputi aktivitas

preinstruksional, penyampaian informasi, praktek dan balikan, testing, yang

dilakukan lewat aktivitas.

g. Pengembangan atau Memilih Pengajaran (Develop And Select Instructional

Materials).

Tahap ini akan digunakan strategi pengajaran untuk menghasilkan pengajaran yang

meliputi petunjuk untuk siswa, bahan pelajaran, tes dan panduan guru.

h. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif (Design And Conduct Formative

Evaluation).

Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk

mengidentifikasi bagaimana meningkatkan pengajaran.

i. Menulis Perangkat (Design And Conduct Summative Evaluation).

Page 7: Pengembangan Model Pembelajaran

Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang

dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas/

diimplementasikan di kelas.

j. Revisi Pengajaran (Instructional Revitions).

Tahap ini mengulangi siklus pengembangan perangkat pengajaran. Data dari evaluasi

sumatif yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya diringkas dan dianalisis serta

diinterpretasikan untuk diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam

mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil implementasi dari

pakar/validator.

Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran

dimaksudkan agar :

Pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan

mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir

pembelajaran.

Adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan

hasil pembelajaran yang dikehendaki

Menerangkan langkah–langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan

perencanaan desain pembelajaran.

3. Kemp.

Page 8: Pengembangan Model Pembelajaran

Menurut Kemp (dalam, Trianto, 2007: 53) Pengembangan perangkat merupakan

suatu lingkaran yang kontinum. Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung

dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat ini dimulai dari titik manapun sesuai di

dalam siklus tersebut.

Pengembangan perangkat model Kemp memberi kesempatan kepada para

pengembang untuk dapat memulai dari komponen manapun. Namun karena kurikulum

yang berlaku secara nasional di Indonesia dan berorientasi pada tujuan, maka seyogyanya

proses pengembangan itu dimulai dari tujuan.

Model pengembangan sistem pembelajaran ini memuat pengembangan perangkat

pembelajaran. Terdapat sepuluh unsur rencana perancangan pembelajaran. Kesepuluh

unsur tersebut adalah :

1. Identifikasi masalah pembelajaran.

Tujuan dari tahapan ini adalah mengidentifikasi antara tujuan menurut kurikulum

yang berlaku dengan fakta yang terjadi di lapangan baik yang menyangkut model,

pendekatan, metode, teknik maupun strategi yang digunakan guru.

2. Analisis Siswa.

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan karateristik siswa

yang meliputi ciri, kemampuan dan pengalaan baik individu maupun kelompok.

3. Analisis Tugas

Analisis ini adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu pengajaran,

analisis konsep, analisis pemrosesan informasi, dan analisis prosedural yang

digunakan untuk memudahkan pemahaman dan penguasaan tentang tugas-tugas

belajar dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk Rencana Program

Pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS)

4. Merumuskan Indikator.

Analisis ini berfungsi sebagai (a) alat untuk mendesain kegiatan pembelajaran, (b)

kerangka kerja dalam merencanakan mengevaluasi hasil belajar siswa, dan (c)

panduan siswa dalam belajar.

5. Penyusunan Instrumen Evaluasi. 

Page 9: Pengembangan Model Pembelajaran

Bertujuan untuk  menilai hasil belajar, kriteria  penilaian yang digunakan adalah

penilaian acuan patokan, hal ini dimaksudkan untuk mengukur ketuntasan pencapaian

kompetensi dasar yang telah dirumuskan.

6. Strategi Pembelajaran. 

Pada tahap  ini pemilihan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan.

Kegiatan ini meliputi: pemilihan model, pendekatan, metode, pemilihan format, yang

dipandang mampu memberikan  pengalaman yang berguna untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

7. Pemilihan media atau sumber belajar.

Keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada penggunaan sumber pembelajaran

atau media yang dipilih, jika sumber-sumber pembelajaran dipilih dan disiapkan

dengan hati-hati, maka dapat memenuhi tujuan pembelajaran.

8. Merinci pelayanan penunjang yang diperlukan untuk mengembangkan dan

melaksanakan dan melaksanakan semua kegiatan dan untuk memperoleh atau

membuat bahan.

9. Menyiapkan evaluasi hasil belajar dan hasil program.

10. Melakukan kegiatan revisi perangkat pembelajaran.

Setiap langkah rancangan pembelajaran selalu dihubungkan dengan revisi. Kegiatan

ini dimaksudkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki rancangan yang dibuat.

Page 10: Pengembangan Model Pembelajaran

Kelebihan dari model Kemp antara lain: (a) Diagram pengembangannya

berbentuk bulat telur yang tidak memiliki titik awal tertentu, sehingga dapat memulai

perancangan secara bebas, (b) Bentuk bulat telur itu juga menunjukkan adanya saling

ketergantungan di antara unsur-unsur yang terlibat, (c) Dalam setiap unsur ada

kemungkinan untuk dilakukan revisi, sehingga memungkinkan terjadinya sejumlah

perubahan dari segi isi maupun perlakuan terhadap semua unsur tersebut selama

pelaksanaan program.

4. Four D (4D)

Model pengembangan 4-D (Four D) merupakan model pengembangan perangkat

pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh S. Thagarajan, Dorothy S. Semmel, dan

Melvyn I. Semmel. Model pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap utama yaitu: (1) Define

(Pembatasan), (2) Design (Perancangan), (3) Develop (Pengembangan) dan Disseminate

(Penyebaran), atau diadaptasi Model 4-P, yaitu Pendefinisian, Perancangan,

Pengembangan, dan Penyebaran.

Secara garis besar keempat tahap tersebut sebagai berikut (Trianto, 2007 : 65 –

68).

1. Tahap Pendefinisian (Define).

Tujuan tahap ini adalah menentapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran

di awali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya.

Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu: (a) Analisis ujung depan, (b) Analisis

siswa, (c) Analisis tugas. (d) Analisis konsep, dan (e) Perumusan tujuan

pembelajaran.

2. Tahap Perencanaan (Design ).

Tujuan tahap ini adalah menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini

terdiri dari tiga langkah yaitu :

(a) Penyusunan tes acuan patokan, merupakan langkah awal yang menghubungkan

antara tahap define dan tahap design. Tes disusun berdasarkan hasil perumusan

Tujuan Pembelajaran Khusus (Kompetensi Dasar dalam kurikukum KTSP). Tes

ini merupakan suatu alat mengukur terjadinya perubahan tingkah laku pada diri

siswa setelah kegiatan belajar mengajar

(b) Pemilihan media yang sesuai tujuan, untuk menyampaikan materi pelajaran

Page 11: Pengembangan Model Pembelajaran

(c) Pemilihan format. Di dalam pemilihan format ini misalnya dapat dilakukan

dengan mengkaji format-format perangkat yang sudah ada dan yang

dikembangkan di negara-negara yang lebih maju.

3. Tahap Pengembangan (Develop).

Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah

direvisi berdasarkan masukan dari pakar. Tahap ini meliputi:

(a) Validasi perangkat oleh para pakar diikuti dengan revisi,

(b) Simulasi yaitu kegiatan mengoperasionalkan rencana pengajaran

(c) Uji coba terbatas dengan siswa yang sesungguhnya.

Hasil tahap (b) dan (c) digunakan sebagai dasar revisi. Langkah berikutnya adalah uji

coba lebih lanjut dengan siswa yang sesuai dengan kelas sesungguhnya.

4. Tahap penyebaran (Disseminate).

Pada tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan

pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang lain.

Tujuan lain adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat di dalam KBM.

Kelebihan dari model 4-D antara lain: (a) lebih tepat digunakan sebagai dasar

untuk mengembangkan perangkat pembelajaran bukan untuk mengembangkan sistem

pembelajaran, (b) uraiannya tampak lebih lengkap dan sistematis, (c) dalam

pengembangannya melibatkan penilaian ahli, sehingga sebelum dilakukan uji coba di

lapangan perangkat pembelajaran telah dilakukan revisi berdasarkan penilaian, saran dan

masukan para ahli. Namun demikian pada model 4-D ini juga terdapat kekurangan, salah

satunya adalah tidak ada kejelasan mana yang harus didahulukan antara analisis konsep

dan analisis tugas.

Page 12: Pengembangan Model Pembelajaran

5. ADDIE

Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu

model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate). ADDIE muncul pada

tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsinya

ADIDE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program

pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.

Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :

1. Analysis (analisa).

Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh

peserta belajar, yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan)

Page 13: Pengembangan Model Pembelajaran

mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis).

Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa karakteristik atau

profile calon peserta belajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan

analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.

2. Design (disain / perancangan)

Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint). Ibarat

bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-print) diatas kertas

harus ada terlebih dahulu. Apa yang kita lakukan dalam tahap desain ini? Pertama

merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable,

dan realistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada

tujuan pembelajaran yag telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah strategi

pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam

hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat kita pilih dan

tentukan yang paling relevan. Disamping itu, pertimbangkan pula sumber-sumber

pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti

apa seharusnya, dan lainlain. Semua itu tertuang dalam sautu dokumen bernama blue-

print yang jelas dan rinci.

3. Development (pengembangan).

Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print alias desain

tadi menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu

software berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus

dikembangkan. Atau diperlukan modul cetak, maka modul tersebut perlu

dikembangkan. Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar lain yang akan

mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan dalam tahap ini. Satu

langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum

diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu

langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya

digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang kita kembangkan.

4. Implementation (implementasi/eksekusi).

Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang

sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal

Page 14: Pengembangan Model Pembelajaran

atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa

diimplementasikan. Misal, jika memerlukan software tertentu maka software tersebut

harus sudah diinstal. Jika penataan lingkungan harus tertentu, maka lingkungan atau

seting tertentu tersebut juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario

atau desain awal.

5. Evaluation (evaluasi/ umpan balik).

Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang

dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi

bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat

tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan

revisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk

evaluasi formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan

yang sedang kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari

produk yang kita kembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan

lainlain.

Page 15: Pengembangan Model Pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Supriatna, Dadang dan Mochamad Mulyadi. 2009. Konsep Dasar Desain Pembelajaran. Jakarta:

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga kependidikan Taman

Kanak Kanak dan Pendidikan Luar Biasa

Tim Puslitjaknov. 2008. Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta : Pusat Penelitian Kebijakan

dan Inovasi Pendidikan Badan penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan

Nasional

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Surabaya: Pustaka Ilmu

http://www.teknologipendidikan.net