Upload
others
View
91
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGIKATAN JUAL BELI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI
TANAH KAVELING ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI
DI NOTARIS-PPAT BOYOLALI
(Studi Penerapan Asas Kebebasan Berkontrak)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1
pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Oleh:
NANDHITA LUH SHINTA
C100150077
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGIKATAN JUAL BELI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI
TANAH KAVELING ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI
DI NOTARIS-PPAT BOYOLALI
(Studi Penerapan Asas Kebebasan Berkontrak)
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
NANDHITA LUH SHINTA
C100150077
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
(Septarina Budiwati, S.H., M.H., C.N.)
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENGIKATAN JUAL BELI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI
TANAH KAVELING ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI
DI NOTARIS-PPAT BOYOLALI
(Studi Penerapan Asas Kebebasan Berkontrak)
Oleh:
NANDHITA LUH SHINTA
C100150077
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Rabu, 30 Januari 2019
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Septarina Budiwati, S.H., M.H., C.N. ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. ( )
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Prof. Dr. H. Khudzaifah Dimyati, S.H., M.Hum
NIK. 537
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 14 Januari 2019
Penulis
Nandhita Luh Shinta
C100150077
1
PENGIKATAN JUAL BELI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI
TANAH KAVELING ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI
DI NOTARIS-PPAT BOYOLALI
(Studi Penerapan Asas Kebebasan Berkontrak)
Abstrak
Pengikatan jual beli tanah merupakan perjanjian pendahuluan yang dilakukan oleh
penjual dan pembeli di hadapan Notaris-PPAT dan berfokus di Kabupaten
Boyolali .Pengikatan ini dilakukan karena adanya syarat Akta Jual Beli Tanah
yang belum terpenuhi diantaranya belum lunasnya harga tanah yang disepakati
atau belum terbitnya sertifikat hak atas tanah yang diperjual belikan. Untuk itu
dibuatlah akta pengikatan jual beli agar penjual dan pembeli dapat memenuhi
syarat, hak dan kewajiban sehingga dapat tercapai prestasi atau kesepakatan jual
beli tanah tersebut. Selanjutnya dalam akta tersebut juga memuat akibat hukum
atas dibuatnya akta pengikatan perjanjian jual beli yang harus ditaati oleh para
pihak dalam perjanjian dan dilaksanakan dengan iktikad baik. Selain itu akta ini
merupakan Akta Notariil dimana berkekuatan hukum tetap, bersifat otentik dan
tidak dapat ditarik kembali. Kemudian perjanjian memiliki banyak asas,
diantaranya asas kebebasan berkontrak. Pada perjanjian ini menganalisis
bagaimana penerapan asas kebebasan dituangkan dalam perjanjian, dimana dalam
asas kebebasan berkontrak seseorang dibebaskan untuk melakukan perjanjian
apapun sebanyak tidak bertentangan dengan hukum, bebas mengenai kausa, dan
syarat serta hak kewajiban didalamya.
Kata Kunci: pengikatan, jual beli, tanah kaveling
Abstract
The sale and purchase of land is a preliminary agreement made by the seller and
buyer in front of the Notaries and focuses on Boyolali District. This binding is
done because of the condition of the Land Sale and Purchase Act that has not been
fulfilled such as unpaid land price agreed or has not been issued certificate of land
rights traded for sale. For that, the sale and purchase agreement is made for sellers
and buyers to fulfill the requirements, rights and obligations so that the land
acquisition or agreement can be reached. Furthermore, the act also contains legal
consequences for the establishment of a binding agreement for sale and purchase
agreements which must be adhered to by the parties in the agreement and
executed in good faith. In addition, this act is a Notarial Deed where law
enforcement remains, authentic and irrevocable. Then the agreement has many
basic principles, including the principle of contractual freedom. In this agreement
it analyzes how the basic principle of freedom is set out in the agreement,
whereby in the principle of freedom of contract a person is freed to enter into any
agreement not with standing the law, independent of the cause, and the terms and
rights of obligations there in.
Keywords: binding, sale and purchase of land
2
1. PENDAHULUAN
Tanah merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam kebutuhan hidup
manusia dan makhluk hidup lainnya di bumi. Tanah sebagai benda yang sangat
penting dalam kehidupan manusia mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
Masyarakat berpandangan bahwa seseorang yang memiliki tanah yang luas dan
banyak lokasi tanah, maka akan dipandang sebagai orang kaya (tolak ukur
kekayaan seseorang).
Tanah merupakan salah satu benda tidak bergerak dalam hukum perdata
yang sebelum adanya jual beli harus dilakukan perjanjian antara para pihak yang
bersangkutan. Apabila terjadi kesepakatan jual beli, maka baru dapat dilakukan
pemindahan hak kepemilikan atas tanah. Seperti yang diatur dalam UUPA No. 5
Tahun 1960 bahwa perpindahan hak milik atas sebidang tanah harus dilakukan
dan di hadapan PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah). Sehingga dapat disebabkan
bahwa jual beli tanah adalah suatu perjanjian yang mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk membayar harga yang telah disepakati dan pihak yang
lain menyerahkan tanah beserta hak atas tanah tersebut dengan adanya kewajiban
melakukan pemindahan hak atas tanah di hadapan PPAT.
Hal yang sering kita temui di masyarakat proses jual beli tanah kini
dilakukan dengan cara pembayaran bertahap atau cicilan dengan ditentukan
jangka waktu tertentu. Dalam hal ini maka para pihak yakni penjual dan pembeli
melakukan suatu perbuatan hukum dengan cara membuat pengikatan jual beli
tanah di hadapan Notaris. Dalam akta pengikatan jual beli tanah ini memuat hal-
hal yang telah dijanjikan antara penjual dan pembeli yang harus ditaati dan
dilaksanakan bersama guna mencapai tujuan yang telah disepakati. Selain itu
pengikatan jual beli tanah ini muncul untuk memberikan perlindungan dan
kepastian hukum bagi para pihak yang akan melakukan perjanjian jual beli tanah.
Pengikatan jual beli tanah ini terjadi karena kurangnya persyaratan apabila
dibuat AJB (Akta Jual Beli) secara langsung, sebab kemampuan dan kondisi
pembeli dalam membeli tanah ini berbeda-beda. Selain itu perjanjian pengikatan
jual beli ini muncul karena peraturan jual beli tanah dimana harus melakukan AJB
(Akta Jual Beli) yang mana dalam pelaksanaannya pembeli harus membayar tanah
secara lunas barulah dapat menandatangani akta jual beli. Agar transaksi jual beli
tanah tetap berjalan maka notaris membuat perjanjian pengikatan jual beli (PPJB)
3
yakni berbentuk Akta Notariil antara penjual dan pembeli karena pada umumnya
perjanjian pengikatan jual beli berisi kesepakatan penjual untuk mengikatkan diri
untuk menjual barang kepada pembeli dengan syarat adanya tanda jadi atau uang
muka. Dalam perjanjian tersebut memuat perjanjian yang disepakati antara
penjual dan pembeli, harga yang telah disepakati, waktu pelunasan dan
pelaksanaan AJB.
Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) yang disebabkan karena kurangnya
persyaratan apabila dibuat AJB secara langsung. Dalam dua hal tersebut
berhubungan dengan salah satu asas-asas perjanjian, yakni asas kebebasan
berkontrak. Dimana penjual dan pembeli tetap dapat melaksanakan transaksi jual
beli tanah meskipun persyaratan AJB masih kurang, dengan membuat perjanjian
perikatan jual beli yang isi dan bentuknya dibuat bebas sesuai dengan keinginan
penjual dan pembeli serta tidak melanggar perundang-undangan yang berlaku.
Kebebasan berkontrak didasarkan pada Pasal 338 ayat (1) KUHPerdata bahwa
semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undag-undag bagi
mereka yang membuatnya. Kebebasan berkontrak memberikan jaminan
kebebasan kepada seseorang dalam beberapa hal yang berkaitan dengan
perjanjian, diantaranya yakni bebas menentukan apakah ia akan melakukan
perjanjian atau tidak, bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan
perjanjian, bebas menentukan isi atau klausula perjanjian, bebas menentukan
bentuk perjanjian, bebas menentukan hukum yang digunakan, bebebasan-
kebebasan lainnya. Kebebasan berkontrak ini tetap ada batasnya, yaitu tidak
bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, maupun kesusilaan.
Perikatan hukum Islam asas kebebasan disebut Al-Hurriyyah. Islam
memberikan kebebasan kepada para pihak untuk melakukan suatu perikatan.
Bentuk dan isi perikatan tersebut ditentukan oleh para pihak. Apabila telah
sepakat dengan bentuk dan isinya, maka perikatan itu mengikat para pihak yang
menyepakatinya dan harus dilaksanakan segala hak dan kewajibannya. Namun,
kebebasan ini tidak absolut. Sepanjang tidak bertentangan dengan syariah Islam,
maka perikatan tersebut boleh dilaksanakan.
Bersadarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini diantaranya adalah:
(1) Bagaimana bentuk dan isi perjanjian pengikatan jual beli tanah kaveling antara
4
penjual dan pembeli di Notaris-PPAT Boyolali?, (2) Apa akibat hukum dari
pengikatan pengikatan jual beli tanah kaveling antara penjual dan pembeli di
Notaris-PPAT Boyolali?, (3) Bagaimana penerapan asas kebebasan berkontrak
pada pengikatan perjanjian jual beli tanah kaveling antara penjual dan pembeli di
Notaris-PPAT Boyolali?
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan
penelitian ini yakni untuk mengetahui bagaimana isi dan bentuk perjanjian
pengikatan jual beli tanah kaveling antara penjual dan pembeli di Notaris-PPAT
Boyolali, mengetahui apa akibat hukum dari perjanjian pengikatan jual beli tanah
kaveling antara penjual dan pembeli di Notaris-PPAT Boyolali, mengetahui
penerapan asas kebebasan berkontrak pada perjanjian pengikatan jual beli tanah
kaveling antara penjual dan pembeli di Notaris-PPAT Boyolali. Kemudian
manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah diharapkan penulisan penelitian ini
dapat menambah pengetahuan di bidang hukum perdata,berfokus pada pengikatan
perjanjian jual beli, akibat hukum dari pengikatan perjanjian jual beli dan
penerapan asas kebebasan berkontrak pada pengikatan perjanjian jual beli tanah
kaveling dan dapat memberikan pengetahuan kepada praktisi hukum dalam
implementasi pengikatan perjanjian jual beli, akibat hukum dari pengikatan
perjanjian jual beli dan penerapan asas kebebasan berkontrak pada pengikatan
perjanjian jual beli tanah kaveling.
2. METODE
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini yakni metode yuridis
normatif. Dalam penelitian ini, peneliti bekerja secara analitis induktif. Prosesnya
bertolak dari premis-premis yang berupa norma-norma hukum positif yang
diketahui, dan berakhir pada penemuan asas-asas hukum,yang menjadi pangkal
tolak pencarian asas adalah norma-norma hukum positif.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengikatan Jual Beli dalam Perjanjian Jual Beli Tanah Kaveling antara
Penjual dan Pembeli di Notaris-PPAT Kabupaten Boyolali
Dari Bentuk dan Isi Perjanjian Pengikatan Jual Beli Tanah Kaveling antara
Penjual dan Pembeli di Notaris-PPAT Boyolali yang telah dipaparkan di atas
maka dapat dianalisis sebagai berikut:
5
Dari akta perjanjian tersebut di atas merupakan perjanjian jual beli tanah.
Perjanjian pengikatan jual beli tanah ini dibuat karena terdapat salah satu syarat
pelaksanaan Akta Jual Beli tanah belum dapat terpenuhi yakni pembayaran tanah
yang harus lunas sesuai dengan harga yang telah disepakati. Dalam perjanjian jual
beli tanah tersebut dijelaskan bahwa Pihak Pertama belum dapat membayar lunas
harga tanah tersebut kepada Pihak Kedua maka Pihak Pertama mengikat jual beli
tanah tersebut dengan memberikan uang persekot atau uang muka sebesar Rp.
60.000.000 kemudian sisa pembayarannya dibayar secara angsuran setiap
bulannya selama empat tahun. Setelah lunas sisa pembayarannya barulah dapat
dilakukan AJB.
Bahwa subyek hukum dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli Tanah
Kaveling Antara Penjual Dan Pembeli Di Notaris-PPAT Boyolali, menyebutkan:
Tuan TEMU HADIPUDJI SISWANTO, Lahir di Boyolali, pada tanggal
01-01-1950 (satu bulan Januari tahun seribu Sembilan ratus lima puluh), Warga
Negara Indonesia, swasta, dan bertempat tinggal di Klajiran Rukun Tetangga
001Rukun Warga 002, Desa Sawahan, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten
Boyolali sebagai “PENJUAL”
Nyonya DWI SETIANI, lahir di Surakarta, pada tanggal 07-011-1982
(tujuh bulan januari tahun seribu sembilan ratus delapan puluh dua), Warga
Negara Indonesia, dan bertempat tinggal di Sumber Rukun Tetangga 006 Rukun
Warga 001, Kelurahan Banjarsari, Kota Surakarta sebagai “PEMBELI”.
MOCH ARIYADI, sebagai Notaris yang membuat Akta Perjanjian Jual
Beli Tanah yang beralamat di Kabupaten Boyolali.
Berdasarkan dari Perjanjian Pengikatan Jual Beli Tanah Kaveling Antara
Penjual dan Pembeli di Notaris-PPAT Boyolali menjelaskan bahwa obyek
hukumnya ialah sebidang tanah pekarangan dari Hak Milik Nomor
68411/Sawahan menurut sertipikat yang diuraikan dalam surat ukur pada tanggal
30-04-2012 (tiga puluh bulan april dua ribu dua belas) nomor
00110/Sawahan/20122, seluas 84 m2 (delapan puluh empat meter persegi), yang
terletak di Propinsi Jawa-Tengah, Kabupaten Boyolali, Kecamatan Ngemplak,
Desa Sawahan, dan dalam sertipikat tercatat dan terdaftar atas nama Tuan Temu
Pudjisiswanto.Jual beli ini menurut para pihak telah disepakati harga sebesar
Rp. 130.000.000,- Kemudian Pihak Kedua yakni sebagai pembeli telah membayar
6
uang muka atau uang persekotsebesar Rp. 60.000.000,- kepada Pihak Pertama.
Kemudian Pihak Kedua berjanji kekurangannya sebesar Rp. 70.000.000,- (tujuh
puluh juta rupiah) akan dilunasi dalam kurun waktu 4 tahun atau 48 bulan mulai
dari tanggal 01-04-2016 sampai dengan tanggal 01-04-2020 dibayar dengan cara
mengangsur setiap bulannya sebesar Rp. 2.019.000,-. Dalam hal ini dapat
dianalisis terdapat bunga sebesar 3,8% dimana dalam pembayaran secara
angsuran sebesar Rp. 2.019.000 x 48 bulan = Rp. 96.912.000,-. Padahal telah
disebutkan kekurangan pembayaran sebesar Rp. 70.000.000,-. Jadi dapat
disimpulkan terdapat bunga sebesar 3,8% yang tidak disebutkan sehingga
pembayaran menghasilkan bunga sebesar Rp 26.912.000,- Berarti hal ini terjadi
karena adanya kemudahan dalam membayar sisa pembayaran dengan
menggunakan sistem angsuran perbulannya.
Suatu perjanjian dapat dikatakan sah apabila telah memenuhi beberapa hal.
Dalam Pasal 1320 KUHPerdata disebutkan ada empat syarat sahnya suatu
perjanjian, yakni : sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, cakap untuk
membuat suatu perjanjian, mengenai suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang
halal. Dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli Tanah Kaveling Antara Penjual Dan
Pembeli Di Notaris-PPAT Boyolali.
Syarat pertama yakni sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, syarat
tersebut sudah terpenuhi Pihak Pertama dengan ditandatanganinya akta berkas
pengikatan jual beli tanah oleh Tuan Temu Hadipudji Siswanto menerangkan
dalam akta tersebut telah mengikatkan diri untuk menjual dan menyerahkan
kepada Pihak Kedua yakni Nyonya Dwi Setiani yang menerangkan telah
mengikat dirinya sendiri untuk membeli dan menerima penyerahan dari Pihak
Pertama. Syarat yang kedua yakni cakap untuk membuat suatu perjanjian,
diketahui pada saat membuat perjanjian pengikatan jual beli tersebut Pihak
Pertama yakni Tuan Temu Hadipudji Siswanto berusia 66 tahun dan Pihak Kedua
Nyonya Dwi Setiani berusia 34 tahun. Sehingga dapat diartikan bahwa para pihak
sudah berusia dewasa dan dianggap telah cakap dalam membuat perjanjian.
Selanjutnya yakni syarat mengenai suatu hal tertentu yakni mengarah pada obyek
perjanjian menurut Pasal 1333 KUHPerdata barang yang menjadi obyek perjajian
haruslah tertentu, harus ditentukan jenisnya dan jumlahnya tidak perlu ditentukan
asalkan dapat diperhitungkan. Dalam perjanjian pengikatan jual beli tersebut yang
7
menjadi obyek perjanjian adalah sebidang tanah pekarangan dari Hak Milik
Nomor 6841/Sawahan menueurut sertipikat yang diuraikan dalam surat ukur pada
tanggal 30-04-2012 nomor 00110/Sawahan/20122, seluas 84 m2 yang terletak di
Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Boyolali, Kecamatan Ngemplak, dan dalam
sertipikat tercatat dan terdaftar atas nama Temu Pudjisiswanto. Syarat yang
terakhir yakni suatu sebab yang halal, dalam perjanjian tidak boleh dilakukan
untuk suatu hal yang dilarang, yakni berlawanan dengan hukum atau perudang-
undangan, tidak berkekuatan hukum, suatu hal yang palsu dan dapat merugikan
seseorang. Dalam perjanjian pengikatan jual beli tanah tersebut hal yang menjadi
sebab adalah sebidang tanah pekarangan dari Hak Milik Nomor 6841/Sawahan
menurut sertipikat yang diuraikan dalam surat ukur pada tanggal 30-04-2012
nomor 00110/Sawahan/20122 seluas 84 m2 terletak di Desa Sawahan, Kecamatan
Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah dan dalam sertipikat
tercatat dan terdaftar atas nama Temu Pudjisiswanto dan dalam hal ini tanah
merupakan suatu hal yang sah dan halal untuk diperdagangkan dan tidak dalam
sengketa serta sertipikat tanah yang diperjualbelikan tersebut sudah atas nama
penjual sendiri dan penjelasannya terdapat dalam Pasal 2 perjanjian jual beli tanah
tersebut yang menyatakan terhadap obyek tersebut tidak dikenakan suatu sitaan
atau menjadi tanggungan untuk suatu perhutangan dan tidak dibebani oleh ikatan-
ikatan lain yang berupa apapun juga, baik sekarang maupun di kemudian hari
Pihak Kedua tidak akan mendapat tuntutan dari pihak lain yang menyatakan
mempunyai hak terlebih dahulu atau turut mempunyai hak atasnya.
Dalam perjanjian jual beli harus ada barang dan harga yang disepakati
sebab tanpa barang dan harga perjanjian jual beli tidak mungkin dapat
dilaksanakan ini adalah unsur-unsur perjanjian. Unsur pertama yakni unsur
essensialia yakni dalam perjanjian pengikatan jual beli tersebut barangnya berupa
sebidang tanah pekarangan dari Hak Milik Nomor 6841/Sawahan menurut
sertipikat yang diuraikan dalam surat ukur pada tanggal 30-04-2012 nomor
00110/Sawahan/20122, seluas 84 m2 yang terletak di Provinsi Jawa Tengah,
Kabupaten Boyolali, Kecamatan Ngemplak, dan dalam sertipikat tercatat dan
terdaftar atas nama Pihak Pertama sebagai penjual Temu Pudjisiswanto yang
dijual kepada Pihak Kedua yakni Nyonya Dwi Setiani dengan kesepakatan harga
tanah tersebut sebesar Rp. 130.000.000,- dengan membayar uang muka atau
8
persekot sebesar Rp. 60.000.000,- sedangkan kekurangannya sebesar
Rp. 70.000.000,- akan dibayar dengan cara angsuran setiap bulannya sebesar
Rp. 2.019.000,- selama 4 tahun. Dalam unsur naturalia ini adalah unsur perjanjian
yang diatur dalam undang-undang, tetapi dapat diganti atau disingkirkan oleh
pihak. Undang-undang dalam hal ini hanya bersifat mengatur atau menambah
(regelend/aanvullend). Sebagai contoh, dalam suatu perjanjian jual beli dapat
diatur tentang kewajiban penjual untuk menanggung biaya penyerahan. Dalam
pengikatan perjanjian jual beli tanah tersebut bahwa segala ongkos-ongkos yang
berhubungan dengan balik nama hak atas tanah tersebut ke atas nama Pihak
Kedua wajib dipikul dan dibayar oleh Pihak Kedua, sedangkan biaya pengutusan
sertipikat atas tanah hak tersebut atas nama Pihak Pertama dibayar dan ditanggung
oleh Pihak Pertama hal tersebut tercantum pada Pasal 8.Unsur ini merupakan
unsur yang tidak diatur dalam undang-undang, melainkan ditambahkan sendiri
sebagai pelengkap. Hal ini terdapat dalam Pasal 7 yang berisi bahwa perjanjian
tersebut tidak berakhir karena salah satu pihak meninggal dunia, akan tetapi tetap
turun menurun, dan harus ditaati oleh para ahli waris yang meninggal atau
penggantinya menurut hukum dari pihak yang dibubarkan.
Hak dan kewajiban penjual dalam perjanjian pengikatan jual beli tanah
tersebut yakni penjual berhak memperoleh uang muka atau uang persekot sebesar
Rp. 60.000.000,- dari kesepakatan harga tanah Rp 130.000.000,- kemudian
menerima kekurangannya dibayar secara angsuran setiap bulannya sebsar
Rp. 2.019.000,- selama 4 tahun. Kewajiban penjual terdapat di Pasal 3 bahwa
Pihak Pertama berjanji kepada dan mengikat diri terhadap Pihak Kedua untuk
membantu pengurusan balik nama atas tanah tersebut atas nama Pihak Kedua,
seketika sertifkat hak atas nama tersebut dikeluarkan atas nama Pihak Pertama
oleh instansi yang berwenang. Hak dan kewajiban pembeli dalam perjanjian
pengikatan jual beli tersebut yakni pembeli berhak melakukan pengurusan balik
nama atas nama Pihak Kedua yakni pembeli ketika setelah sertifikat hak atas
tanah tersebut dikeluarkan atas nama Pihak Pertama yakni Penjual oleh instansi
yang berwenang dan berkewajiban untuk mengangsur pembayaran tanah sebesar
Rp. 2.019.000,- setiap bulannya selama 4 tahun yang telah disepakati.
Perjanjian Pengikatan Jual Beli Tanah wajib dibuat dengan akta notaris
dan dari hasil penelitian di atas menyatakan bahwa Perjanjian Pengikatan Jual
9
Beli Tanah tersebut telah dilakukan di hadapan Notaris yang bernama Moch
Ariyadi S.H., M.Kn yang beralamat di Kanoman RT03/RW10, Gagaksipat,
Ngemplak, Boyolali dengan daerah kerja Kabupaten Boyolali.
Dari syarat-syarat dan aturan-aturan yang telah dibuat dalam akta, bahwa
para pihak wajib untuk melaksanakan ketentuan tersebut dan berlaku sebagai
undang-undang bagi para pihak yang telah membuatnya serta harus ditaati oleh
para pihak untuk mencapai suatu prestasi yakni terlaksananya jual beli tanah
tersebut. Dimana penjual atau pihak pertama memberikan hak atas tanah tersebut
kepada pembeli setelah pembayaran harga tanah lunas dengan sebelumnya
membayar uang muka atau uang persekot sebagai kesepakatan awal pembeli
membeli tanah tersebut dan kemudian kekurangan pembayaran akan dicicil setiap
bulannya selama 4 bulan setelah lunas maka pihak pertama atau penjual
memperoleh uang pembayaran tersebut dan pembeli memperoleh hak atas tanah
tersebut atau melakukan ajb.
Kemudian karena perjanjian itu adalah persetujuan kedua belah pihak,
maka jika akan ditarik kembali atau dibatalkan adalah wajar jika disetujui oleh
kedua belah pihak pula. Hal ini terdapat pada pasal 6 perjanjian pengikatan jual
beli tersebut yang menyatakan bahwa kuasa-kuasa yang tersebut dalam akta
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pengikatan jual beli tersebut,
jika atau apabila tanpa kuasa-kuasa di atas maka perjnajian pengikatan tesebut
tidak dapat dilangsungkan, karena kuasa-kuasa tersebut tidak akan berakhir
disebabkan oleh hal-hal yang tercantum pada Pasal 1813 yakni :
Pemberian kuasa berakhir: dengan ditariknya kembali kuasanya si kuasa,
dengan pemberitahuan penghentian kuasanya oleh si kuasa; dengan
meninggalnya, pengampunannya, atau pailitnya si pemberi kuasa maupun si
kuasa; dengan perkawinanya si perempuan yang memberikan atau menerima
kuasa. Maka dari itu selanjutnya diatur dalam pasal 7 bahwa perjanjian tidak akan
berakhir apabila ada salah satu pihak yang meninggal dunia, melainkan akan
diteruskan secara turun-menurun kepada ahli warisnya.
Ditinjau dari isi perjanjian pengikatan jual beli di atas dapat dilihat
pelaksanaan iktikad baik sudah terlaksana pada pihak pertama menjamin kepada
pihak kedua tentang apa yang dijual dan diserahkan atas sebidang tanah
pekarangan tersebut hanya pihak pertamalah yang berhak penuh untuk
10
memindahtangankannya, tanah tersebut tidak sedang dalam suatu perhutangan dan
tidak dibebani ikatan lain dan menjamin bahwa pihak kedua tidak akan mendapat
dari pihak yang menyatakan mempunyai hak terlebih dahulu atau turut
mempunyai hak atasnya yang termuat dalam pasal 3 dan dalam pasal 4 pihak
pertama beritikad baik berjanji untuk membantu pengurusan balik nama hak atas
tanah tersebut kepada pihak kedua dan siap menerima resiko apabila ia
mengingkari janjinya dalam membantu pengurusan balik nama hak atas
tanahyakni pihak kedua dianggap telah diberi kuasa untuk mengurus dan
menjalankan segala tindakan yang berkenaan atas tanah tersebut agar sertipikat
hak atas tanah tersebut dapat di balik nama pihak pertama oleh instansi yang
berwenang dan hak atas tanah tersebut dapat di balik nama atas nama pihak
kedua.
Jadi dapat diketahui bahwa syarat-syarat dan aturan-aturan yang dibuat
dalam bentuk pasal-pasal dalam akta pengikatan jual beli ini dalam
pelaksanaannya sudah mengandung unsur pelaksanaan dengan iktikad baik, yang
mendominasi yakni pihak pertama sebagai penjual. Untuk selanjutnya pihak
kedua sebagai pembeli harus memenuhi aturan-aturan yang telah dibuat dan
disepakati bersama dengan pihak pertama agar terciptanya tujuan yang baik agar
tidak saling merugikan dalam perjanjian pengikatan jual beli tersebut serta telah
mengindahkan norma kepatuan dan norma kesusilaan.
3.2 Penerapan Asas Kebebasan Berkontrak pada Pengikatan Perjanjian Jual
Beli Tanah Kaveling antara Penjual dan Pembeli di Notaris-PPAT
Boyolali
Pengikatan Perjanjian Jual Beli adalah perjanjian bantuan yang berfungsi sebagai
perjanjian pendahuluan dan bentuknya bebas. Sebagai perjanjian bantuan, maka
perjanjian tersebut dapat berupa perjanjian pendahuluan (pactum de contrahendo),
yaitu perjanjian dimana para pihak saling mengikatkan diri untuk terjadinya
perjanjian pokok yang menjadi tujuan mereka, yakni perjanjian kebendaan.
Mengingat PPJB tidak lain adalah perjanjian obligator maka, baik unsur
perjanjian maupun syarat sahnya perjanjian termasuk asas-asas hukum perjanjian
harus dipenuhi.
Salah satu asasnya yakni asas kebebasan berkontrak, menurut Sutan Remy
Syahdeni ada beberapa hal yang diatur di dalam asas tersebut, yakni kebebasan
11
untuk membuat atau tidak membuat suatu perjanjian, kebebasan untuk memilih
pihak dengan siapa akan melakukan perjanjian, kebebasan untuk menentukan atau
memilih kausa dari perjanjian yang dibuat, kebebasan untuk menentukan obyek
dan subyek perjanjian, kebebasan untuk menentukan syarat-syarat suatu
perjanjian.
Kemudian analisis penerapan asas kebebasan berkontrak menurut
perjanjian pengikatan jual beli tanah di atas, menurut ketentuan pertama asas
kebabasan berkontrak yakni kebebasan untuk membuat atau tidak membuat suatu
perjanjian. Dalam hal ini sesuai dengan ketentuan mengenai pelaksanaan jual beli
tanah yang memuat bahwa akta jual beli tanah hanya dapat dilakukan apabila
pembayaran harga tanah tersebut telah lunas. Kemudian pada hal di atas Tuan
Temu Hadipudji Siswanto sebagai Pihak Pertama atau sebagai Penjual dan
Nyonya Dwi Setiani sebagai Pihak Kedua atau sebagai Pembeli sepakat untuk
melakukan perjanjian pengikatan jual beli di hadapan notaris sebagai perjanjian
pendahuluan untuk saling mengikatkan diri untuk tercapainya jual beli tanah
tersebut. Barulah setelah pelunasan harga yang telah disepakati dapat melakukan
AJB.
Berikutnya yakni kebebasan memilih dengan siapa akan melakukan
perjanjian. Dalam perjanjian pengikatan jual beli tersebut dapat dilihat bahwa
penjual dan pembeli tidak saling membatasi diri untuk membuat perjanjian.
Selama para pihak dalam keadaan sudah cakap (dianggap sudah mengerti hukum),
dewasa, dalam keadaan sehat jasmani dan rohani serta tidak sedang dalam
pengampunan orang lain dalam artian tidak sedang mengalami permasalahan
dalam hukuman atau perkara di persidangan, serta tidak membedakan suku,
agama, ras, dan golongan. Maka perjanjian tersebut tetap dapat dilaksanakan
selama pihak-pihak tersebut memenuhi ketentuan di atas. Dan dalam isi perjanjian
pengikatan jual beli tanah di atas para pihak sudah memenuhi ketentuan tersebut.
Selanjuntnya mengenai ketentuan kebebasan untuk menentukan atau
memilih kausa dari perjanjian yang dibuat. Dalam perjanjian di atas para pihak
menentukan sendiri bahwa kausa atau sebab perjanjian tersebut merupakan
perjanjian pengikatan jual beli tanah. Kemudian perjanjian pengikatan jual beli
tanah wajib dibuat dengan akta notaris, kemudian para pihak juga melakukan
perjanjian tersebut di hadapan notaris, agar para pihak saling mengikatkan diri
12
terhadap perjanjian tersebut untuk tetap terlaksananya jual beli tanah tersebut.
Mengingat syarat dilakukannya akta jual beli tanah salah satunya yakni pelunasan
harga tanah terlebih dahulu sebelum melakukan akta jual beli di hadapan Notaris-
PPAT dan dalam hal tersebut pembeli baru dpaat memberikan uang persekot atau
uang muka dalam pembayaran tanah tersebut, maka dilakukanlah perjanjian
pengikatan jual beli tanah seperti yang telah diuraikan di atas agar tercapai tujuan
perjanjian tersebut. Selain itu mengenai kausa yang halal yakni mengenai tanah
yang menjadi benda dalam hal tersebut, tanah merupakan hal yang halal untuk
diperjual belikan dan tidak melanggar undang-undang dan sertipikat tersebut tidak
sedang dalam sengketa. Hal tersebut dijamin oleh Pihak Pertama atau penjual
yakni Tuan Temu Hadipudji Siswanto dan terdapat dalam Pasal 2.
Berikutnya yakni kebebasan untuk menentukan obyek dan subyek
perjanjian. Obyek pengikatan perjanjian jual beli tanah adalah sebidang tanah
pekarangan dari Hak Milik Nomor 6841/Sawahan menurut sertipikat yang
diuraikan dalam surat ukur pada tanggal 30-04-2012 nomor 00110/Sawahan/
20122, seluas 84 m2 yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Boyolali,
Kecamatan Ngemplak, dan dalam sertipikat tercatat dan terdaftar atas nama Temu
Pudjisiswanto. Kemudian subyek pengikatan perjanjian jual beli tanah yakni:
1. Tuan TEMU HADIPUDJI SISWANTO, Lahir di Boyolali, pada tanggal 01-
01-1950 (satu bulan Januari tahun seribu Sembilan ratus lima puluh), Warga
Negara Indonesia, swasta, dan bertempat tinggal di Klajiran Rukun Tetangga
001 Rukun Warga 002, Desa Sawahan, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten
Boyolali sebagai “PENJUAL”;
2. Nyonya DWI SETIANI, lahir di Surakarta, pada tanggal 07-011-1982 (tujuh
bulan Januari tahun seribu sembilan ratus delapan puluh dua), Warga Negara
Indonesia, dan bertempat tinggal di Sumber Rukun Tetangga 006 Rukun
Warga 001, Kelurahan Banjarsari, Kota Surakarta sebagai “PEMBELI”;
3. MOCH ARIYADI, sebagai Notaris yang membuat Akta Perjanjian Jual Beli
Tanah yang beralamat di Kabupaten Boyolali dengan daerah kerja di
Kabupaten Boyolali.
Dapat dilihat bahwa para pihak dalam melakukan perjanjian pengikatan
jual beli tersebut para pihak bebas dalam menentukan tanah yang dipilih untuk
obyek perjanjian tersebut, baik dari segi lokasi tanah, luas tanah, status tanah
13
yakni tanah pekarangan dan notaris yang ditunjuk sebagai pihak yang membuat
akta pengikatan jual beli tanah tersebut.
Ketentuan yang terakhir yakni kebebasan untuk menentukan syarat-syarat
suatu perjanjian. Syarat-syarat yang diatur dalam perjanjian tersebut adalah yang
pertama terdapat pada pasal 1 kesepakatan pembayaran yakni sebesar Rp
130.000.000 dan dibayar dengan uang persekot atau uang muka sebesar Rp
60.000.000 dan kekurangan pembayaran sebesar Rp 70.000.000 akan dibayarkan
dengan cara diangsur setiap bulannya oleh Pihak Kedua atau Pembeli yakni
Noyonya Dwi Setiani sebesar Rp 2.019.000 kepada Pihak Pertama/ Penjual yakni
Tuan Temu Hadipudji Siswanto selama 4 tahun mulai dari tanggal perjanjian itu
dibuat tanggal 01-04-2016 dan berakhir pada tanggal 01-04-2020 dan harus
dipatuhi oleh pihak kedua apabila lebih dari batas waktu yang telah ditentukan
maka sertipikat tidak dapat di balik nama, dan apabila di kemudian hari ternyata
pihak pertama tidak mempunyai hak atas tanah tersebut, maka perjanjian tersebut
dapat batal demi hukum, bila sampai terjadi hal tersebut, maka segala uang yang
telah dibayarkan pihak kedua kepada pihak pertama berikut ongkos-ongkos dan
biaya lain tidak diganti oleh pihak pertama atau dapat dibahas lagi secara
kekeluargaan. Kemudian pada pasal 2 menyatakan bahwa pihak pertama
menjamin pihak kedua tentang apa yang akan dijual dan akan diserahkan menurut
akta tersebut diantaranya betul tanah tersebut hak pihak pertama dan hanya pihak
pertama yang berhak penuh untuk memindahtangankannya, tidak dikenakan suatu
sitaan atau menjadi tanggungan untuk suatu perhutangan dan tidak dibebani
ikatan-ikatan lain yang berupa apapun juga, dan baik sekarang ataupun nanti
pihak kedua tidak akan mendapatkan tuntutan dari pihak lain yang menyatakan
mempunyai hak terlebih dahulu atau turut mempunyai hak atasnya serta janji
pihak pertama yang akan membantu pihak kedua dalam pengurusan balik nama
hak atas tanah tersebut kepada pihak kedua seketika setelah sertipikat hak atas
tanah dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, jika di kemudian hari pihak
pertama melalaikan janjinya maka pihak kedua dapat melakukan pembalikan
nama hak atas tanah sendiri terdapat pada pasal 4. Pihak pertama telah
memberikan kuasanya pada saat itu juga kepada pihak kedua yakni ketika perlu
memindahkan / mengalihkan hak atas tanah tersebut kepada pihak kedua,
mewakili atau menunjuk pihak lain guna mewakili pihak pertama salam
14
kedudukan sebagai penjual untuk melakukan jual beli dengan aturan-aturan
tersebut di atas kepada pihak kedua dan mewakili pihak pertama dalam segala hal
dan tindakan berkenaan dengan tanah tersebut agar hak atas tanah tersebut dapat
di balik nama atas nama pihak kedua seperti yang dijelaskan pasal pasal 5. Kuasa-
kuasa yang tersebut dalam akta merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari pengikatan jual beli seperti yang telah dijelaskan pasal 6.
Selanjutnya pada pasal 7 menjelaskan bahwa perjanjian tidak akan
berakhir karena salah satu pihak meninggal dunia. Perjanjian akan tetap terjadi
secara turun-temurun dan harus ditaati oleh para ahli waris dari masing-masing
para pihak. Kemudian pada pasal 7 juga menyatakan bahwa ongkos-ongkos yang
berhubungan dengan balik nama hak atas tanah tersebut ke atas nama pihak kedua
akan dibayar oleh pihak kedua dan bila di balik nama atas nama pihak pertama
maka ongkosnya ditanggung oleh pihak pertama. Terakhir segala akibat dari
pelaksanaannya akta tersebut para pihak telah memilih tempat tinggal kediaman
hukum yang umum dan tetap di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Boyolali.
Selanjutnya dapat diketahui pada ketentuan syarat perjanjian pengikatan
jual beli tanah tersebut telah memuat penerapan asas kebebasan berkontrak
dimana pihak pertama dan pihak kedua bebas dan sesuai dengan kesanggupan
masing-masing pihak untuk menentukan cara untuk pelunasan harga tanah sesuai
yang telah disepakati dan besaran angsuran setiap bulannya yang harus
dibayarkan di setiap bulan selama 4 tahun, kemudian janji pihak pertama untuk
mengikatkan diri terhadap pihak kedua untuk membantu pengurusan balik nama
hak atas tanah tersebut setelah sertipikat dikeluarkan atas nama pihak pertama
oleh instansi yang berwenang dan apabila pihak pertama melanggar perjanjian
tersebut, maka atas pertimbangan pihak kedua sendiri maka pihak kedua dianggap
telah diberi kuasa untuk mengurus dan menjalankan segala tindakan yang
berkenaan atas tanah tersebut agar sertipikat hak atas tanah tersebut dapat di balik
nama atas nama pihak pertama oleh instansi yang berwenang dan hak atas tanah
tersebut dapat di balik nama atas nama pihak kedua hal tersebut terdapat dalam
pasal 3 dan 4 perjanjian pengikatan jual beli tanah kaveling antara penjual dan
pembeli di Notaris-PPAT Boyolali. Dan segala ongkos akan ditanggung oleh
pihak kedua. Kedua belah pihak dalam menentukan syarat-syarat serta aturan
dalam akta tersebut telah menunjukkan cerminan asas kebebasan berkontrak
15
dalam perjanjian. Mereka berhak dalam menentukan hal apa saja yang harus
dipenuhi dan hal yang harus dilaksanakan serta konsekuensi yang harus diterima
ketika perjanjian tersebut telah disepakati dan mulai dijalankan. Kemudian dalam
hal tersebut tidak ada hal yang dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan
dengan ketertiban umum dan tidak bertentangan dengan kesusilaan.
Berikutnya mengenai pandangan Islam Asas ini disebut Al-Hurriyyah
At-Ta’aqud yaitu suatu prinsip hukum yang menyatakan bahwa setiap orang dapat
membuat akad jenis apapun tanpa terikat kepada nama-nama yang telah
ditentukan dalam Undang-Undang Syariah dan memasukkan klausula apa saja
kedalam akad yang dibuatnya sesuai dengan kepentingannya sejauh tidak
berakibat makan harta sesama dengan jalan bathil.
Dalam akta perjanjian pengikatan jual beli tanah tersebut telah dijelaskan
bahwa yang menjadi obyek dalam perjanjian terbut adalah tanah dan telah
ibuktikan bahwa tanah tersebut merupakan hal yang halal, tidak dalam sengketa
dan benar milik Pihak Pertama.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Akta Pengikatan Jual Beli
yang telah diuraikan pada bab 3, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
4.1.1 Bahwa Akta Pengikatan Jual Beli telah dibuat dalam bentuk Akta Notariil
oleh Notaris yang mana kekuatan hukumnya sangat kuat dan bersifat otentik
sehingga tidak dapat ditarik kembali dalam Akta Pengikatan Jual Beli dan
isinya telah memuat pengertian perjanjian pengikatan jual beli dilakukan di
hadapan Notaris-PPAT. Kemudian syarat sah perjanjian jual beli, unsur-
unsur perjanjian, hak dan kewajiban penjual dan pembeli juga telah dimuat
juga dalam bentuk uraian-uraian pasal.
4.1.2 Bahwa akibat hukum dari pengikatan perjanjian jual beli tanah yakni hal-hal
yang tertuang didalam perjanjian menjadi undang-undang bagi para pihak
yang ada didalam akta pengikatan jual beli tanah, perjanjian merupakan
kesepakatan kedua belah pihak yang mana harus dilaksanakan dan ditaati
kedua belah pihak.
16
4.1.3 Bahwa penerapan asas kebebasan berkontrak sesuai dengan asas kebebasan
berkontrak, diantaranya kebebasan untuk membuat suatu perjanjian lalu
dibuatlah akta pengikatan jual beli tanah yang dilakukan di hadapan Notaris,
kebebasan untuk memilih dengan siapa perjanjian tersebut dibuat, dalam
data para pihak telah melakukan kebebasan untuk melakukan perjanjian
tidak ada unsur diskriminasi, adanya kausa yang diperjanjikan yakni telah
memuat isi kausanya adalah sebidang tanah pekarangan dan terakhir
kebebasan menentukan syarat-syarat perjanjian juga telah terpenuhi dan
sesuai dengan kesanggupan para pihak untuk melaksanakan dan menaati
perjanjian dan terlihat keseimbangan dalam menentukan syarat perjanjian
tidak ada pihak yang mendominasi syarat perjanjian. Dan bahwa dalam
Akta Pengikatan Jual Beli telah memuat penerapan asas kebebasan
berkontrak menurut Islam yakni Al- Hurriyah, dimana perjanjian jual beli
atau muamalah adalah perjanjian yang bersifat bebas sepanjang perjanjian
adalah benda yang halal dan tanah sebagai obyek perjanjian adalah tanah
yang halal, sedang tidak dalam keadaan sengketa dan bebas dari tuntutan
pihak manapun, dan tidak merugikan pihak-pihak yang terdapat dalam
perjanjian.
4.2 Saran
4.2.1 Sebaiknya dalam Akta Pengikatan Jual Beli tanah memuat klausul mengenai
bagaimana apabila dalam perjanjian itu terjadi wanprestasi yang dilakukan
salah satu pihak. Karena suatu perjanjian yang telah disepakati bersama
harus dilaksanakan dan ditaati kedua belah pihak yang telah sepakat dalam
melakukan perjanjian, tidak dapat dibatalkan oleh salah satu pihak
melainkan harus melalui kesepakatan kedua belah pihak yang pada awalnya
telah sepakat untuk melakukan pengikatan perjanjian jual beli tanah.
4.2.2 Dalam Akta Pengikatan Jual Beli tanah terdapat bunga dari angsuran,
namun tidak disebutkan bahwa terdapat bunga dalam angsuran. Sebaiknya
klausul ini ditulis oleh Notaris dan para pihak yakni penjual dan pembeli
yang melakukan perjanjian dalam akta pengikatan jual beli tanah agar
penjual dan pembeli tanah mengetahui secara jelas, terang dan terbuka
adanya bunga tidak tersirat begitu saja supaya dikemudian hari tidak timbul
permasalahan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ali, Zainudin. 2016. Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika.
Dewi, Gemala. 2005. Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada
Media.
Miru, Ahmadi. 2012. Hukum Kontrak Bernuansa Islam, Jakarta: Rajawali Press.
Muhtarum, M. 2002, Hukum Kontrak (Jilid I), Surakarta: Muhammadiyah Press.
Prasetyono, Wirahadi. 2013. Cara Mudah Mengurus Surat Tanah dan
Rumah,Yogyakarta: Flashbooks
Qardawi, Yusuf. 1995. Fatwa-Fatwa Kontemporer (Jilid I), Jakarta: Gema Insani
Press.
Santoso, Urip. 2013. Hukum Agraria, Jakarta: Kencana
Sinaga, Budiman N.PD. 2005. Hukum Kontrak & Penyelesaian Sengketa dari
Prespektif Sekretaris, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Soekanto, Soerjono. 2008. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas
Indonesia (UI-Press)
Soimin, Soedharyo. 2001. Status Hak Dan Pembebasan Tanah, Jakarta: Sinar
Grafika.
Subekti, 1996, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa
Widjaja, Gunawan dan Kartini Muljadi, 2003, Jual Beli (Seri Hukum Perikatan),
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Wijaya, I.G Rai, 2002, Merancang Suatu Kontrak atau Perjanjian (Akta), Jakarta:
Kesaint Blanc.
Majalah
Herlien Budiono, 2004. “Pengikat Jual Beli dan Kuasa Mutlak”. Majalah Renvoi,
Edisi Tahun I, No 10, Bulan Maret 2004.
18
Internet
Adityo Ari Wibowo, Sekilas tentang Pengikatan Perjanjian Jual Beli, diakses
melalui https://adityoariwibowo.wordpress.com/2013/07/25/sekilas-
tentang-perjanjian-pengikatan-jual-beli/, pada tanggal 3 November 2018
Pukul 21.00 WIB
Baginda Ali Zubeir Hasibuan, Perjanjian Menurut Para Ahli, diakses melalui
http://kostummerdeka.blogspot.com/2014/06/perjanjian-menurt-para-ahli,
pada tanggal 4 November 2018 Pukul 19.30 WIB.
Cermati.com, Pahami Arti PPJB, PJB, dan AJB Agar Anda Terhindar dari
Penipuan,diakses melalui https://www.cermati.com/artikel/pahami-arti-
ppjb-pjb-dan-ajb-agar-anda-terhindar-dari-penipuan, pada tanggal 3
Oktober 2018 Pukul 9:52 WIB.
Istishadconsulting.com, Asas-Asas Akad (Kontrak) dalam Hukum Syariah ,
diakses melalui https://www.iqtishadconsulting.com/content/read/blog/
asas-asas-akad-kontrak-dalam-hukum-syariah, pada tanggal 4 November
2018 Pukul 16.30
Rocket Managemen, Pengertian Asas dan Jenis-Jenisnya, diakses melalui
https://rocketmanajemen.com/definisi-asas/#a, pada tanggal 4 November
2018 Pukul 16.00 WIB
Sanabila.com, Asas dalam Hukum Perjanjian, diakses melalui www.sanabila.com/
2015/11/asas-dalam-hukum-perjanjian.html?, diakses pada tanggal 9
November 2018 Pukul 06.38 WIB.
Jurnal
Susanti Fitri, Praktek Perjanjian Pengikatan Jual Beli Hak Atas Tanah
Berdasarkan Akta Notaris di Jakarta Timur, diakses melalui
eprints.undip.com, diakses pada tanggal 8 November 2018 Pukul 20.14
WIB.