217
i PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH TERHADAP POTENSI TERJADINYA FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RGEC (Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI Syariah Tahun 2012-2016) Tesis Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Master Ekonomi (M.E) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Magister Perbankan Syariah Diajukan Oleh : YUDNINA FALHANAWATI 21140850000019 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2017 M

PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

i

PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH

TERHADAP POTENSI TERJADINYA FINANCIAL DISTRESS

DENGAN MENGGUNAKAN METODE RGEC

(Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI

Syariah Tahun 2012-2016)

Tesis

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Master Ekonomi (M.E) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Program Studi Magister Perbankan Syariah

Diajukan Oleh :

YUDNINA FALHANAWATI

21140850000019

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2017 M

Page 2: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Page 3: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Page 4: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Page 5: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

v

Abstract

This study aims to measure the soundness of Islamic banking that consis of

three (3) component slm from company sources such as human capital (s, internal

variable), capital employed (l, external variable), structural capital (m, religiosity

variable) using RGEC method. As RGEC method, factors used in this study are

risk profile, good corporate government (GCG), earnings and capital. The data

used is secondary data which taken from annual triwulan of three of Islamic bank

from 2012 to 2016. This research used quantitative and descriptive approach to

analyse the data. Methods of data analysis used in this research is deskriptive

statistic, Kolmograv Smirnov and Mann Whitney Test. The results show that the

soundness level of PT BSM, PT BNI Syariah, PT. BRI Syariah, Tbk in 2012 until

2016 measured by RGEC approach was proved. And the results showusing the

CAR indicator, the author proved that the three of Islamic bank has good capital

factor, which is above Bank Indonesia provision that 8%.

Keyword : Level of Soundness, RGEC, NPF, FDR, ROA, NOM, CAR, Financial

Distress, internal (S), external (L), religiosity (M)

Page 6: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

vi

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat kesehatan bank

syariah yang terdiri dari tiga (3) komponen slm dari sumber perusahaan yaitu

human capital (s, internal variable), capital employed (l, external variable),

structural capital (m, religiosity variable) dengan menggunakan metode RGEC.

Faktor-faktor yang dinilai RGEC adalah Risk Profile, GCG, earnings dan capital.

Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari laporan

keuangan triwulan tiga (3) bank umum syariah (BUS) pada tahun 2012-2016.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Metode analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif, Kolmograv-

Simirnov dan Mann-Whitney Test. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat

kesehatan BSM, BNI Syariah dan BRI Syariah tahun2012-2016 yang diukur

menggunakan pendekatan RGEC secara keseluruhan dapat dikatakan bank sehat.

Dan hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dengan menggunakan indikator

CAR, peneliti membuktikan bahwa ketiga bank umum syariah memiliki faktor

Capital yang baik, yaitu diatas ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%.

Kata Kunci : Tingkat Kesehatan, RGEC, NPF, FDR, ROA, NOM, CAR,

Financial Distress, internal (S), eksternal (L), religiosity (M)

Page 7: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-

Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang

mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang

ini. Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat

guna mencapai gelar Magister Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah (UIN) Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa

dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Oleh karena itu,

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Kedua orang tua, My Daddy, My Proud (Alm) Drs.H.Abdurahim

Hidayat,MM and My Mama Hj.Siti Hafsah (you’ll always be the best parent

for me, i love you till forever ends) yang telah memberikan dukungan baik

moril maupun materil serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis

dan tak lupa pula do’a indah untuk Papa tersayang selalu ananda kirimkan

walaupun secara Jasadiyah terpisah namun ikatan Ruhiyah ini begitu dekat,

Love youuuu, Papa is the best.

2. Segenap keluarga, khususnya to all my sista’, thank you for your support

“Ceu’Ina, Ceu’Elly, Ceu’Pipin, and Ceu’Azna” ^_^ dan tak lupa juga kakak

ipar ku “Dr. Suhendra, MM , Dr. Nawiruddin, M.Ag , Yogi Anantha Aji

S.Tpi dan Chairul Umar S.Kom yang selalu mensupport dan tak pernah bosan

mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan tesis dan memberikan

nasehat-nasehat lainnya, dan juga untuk semua ponakan (Amel, Dinda,

Zayyan, Gibran, Delia, Arisya, Zaidan, Naurah, Rafa) , terima kasih atas doa

dan semangatnya yang selalu mengibur penulisselama menyelesaikan tesis

thanks so much.

3. Bapak Dr.M.Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 8: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

viii

4. Bapak Dr. Indoyama Nasarudin, MAB, selaku dosen Pembimbing Tesis yang

telah berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap

permasalahan atas kesulitan dalam penulisan tesis ini. Bimbingan dan arahan

untuk membimbing penulis selama menyusun tesis agar tesis ini bisa

terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Dr. Herni Ali, HT,SE.,MM, selaku Ketua Magister Perbankan Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Ade Suherlan, MBA,.MM, selaku Sekretaris Magister Perbankan

Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan MA. MM. HAH. SLM sebagai penemu teori H

bahwa petunjuk jalan lurus manusia ke Allah denga ibadah dan parameter

H=a+h+S+L+M serta dosen penguji tesis yang telah meluangkan waktunya

untuk memberikan arahan dan memotivasi penulis agar tesis ini bisa

terselesaikan dengan baik.

8. Seluruh Bapak/Ibu dosen Magister Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan

Bisnis yang telah memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama

masa perkuliahan hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Seluruh teman-teman Magister Perbankan Syariah Angkatan 2014 yang

selalu menemani dari semester 1 sampai penulisan tesis ini. (Mr.Olimov, Pa

Kuntum, Pa Sandy, Bu Iffah, Ka Risna, Ka Rahayu, Shabrina, Yana, Elman,

Yudha, Dio, Arya, Yudhi, dan Affandi -- I’ll miss you forever and always,

please just remember even if i’m not there, I’ll always miss you forever and

always)

10. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang

telah memberikan bantuan kepada penulis sehingga tesis ini bisa diselesaikan

dengan baik.

Page 9: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

ix

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna dikarenakan

terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang

membangun dari berbagai pihak. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang manajemen perbankan

syariah.

Jakarta, 22 September 2017

Penulis,

Yudnina Falhanawati

Page 10: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN TESIS ................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESIS .................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iv

ABSTRACT . ..................................................................................................... v

ABSTRAK ......................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Masalah Penelitian .................................................................... 21

1.2.1 Identifikasi Masalah .......................................................... 21

1.2.2 Pembatasan Masalah ......................................................... 22

1.2.3 Rumusan Masalah ............................................................. 23

1.3 TujuanPenelitian .................................................................... 23

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 26

2.1 Filosofi Ekonomi Islam ............................................................. 26

2.1.1 Faktor Internal ................................................................... 30

2.1.2 Faktor Eksternal ................................................................ 31

2.1.3 Faktor Religiusitas ............................................................ 31

2.1.4 Teori Hahslm ..................................................................... 32

2.2 Manajemen Keuangan dalam Ekonomi Islam .......................... 45

2.3 Landasan Teori ........................................................................... 54

2.3.1 Kesehatan Bank.................................................................. 54

2.4 Kesulitan Keuangan (Financial Distress) .................................. 55

2.4.1 Penyebab Terjadinya Financial Distress ........................... 57

Page 11: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

xi

2.4.2 Penyelesaian Financial Distress......................................... 58

2.4.3 Kinerja Bank ...................................................................... 61

2.5 Perkembangan Metode Penilaian Kesehatan Bank ................... 64

2.6 Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC ......... 65

2.7 Peringkat Komposit ................................................................... 78

2.7.1 Menetapkan Bobot Peringkat Komposit ........................... 79

2.7.2 Peringkat Kesehatan Bank ................................................ 80

2.8 Penelitian Terdahulu .................................................................. 81

2.9 Kerangka Pemikiran ................................................................... 88

2.10 Hipotesis ........................................................................................... 89

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 95

3.1 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 95

3.2 Metode Penentuan Sampel ......................................................... 96

3.3 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 97

3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................. 98

3.5 Kriteria Penilaian Variabel Penelitian ....................................... 103

3.6 Metode Analisis Data ................................................................ 108

3.6.1 Analisis Data Deskriptif .................................................. 108

3.6.2 Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test) ................... 109

3.6.3 Uji Beda Mann Whitney U Test ....................................... 109

3.6.4 Uji H ............................................................................... 110

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ................................................. 113

4.1 Deskripsi Objek Penelitan .......................................................... 113

4.1.1 Deskripsi Bank Syariah Mandiri (BSM) ......................... 113

4.1.2 Deskripsi BNI Syariah .................................................... 117

4.1.3 Deskripsi BRI Syariah ..................................................... 122

4.2 Analisa dan Pembahasan Data Penelitian .................................. 125

4.2.1 Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Kesehatan

Bank Syariah Mandiri (BSM) 2012-2016 ....................... 126

4.2.2 Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Kesehatan

BNI Syariah 2012-2016 ................................................... 144

Page 12: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

xii

4.2.3 Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Kesehatan

BRI Syariah 2012-2016 .................................................. 153

4.3 Perbandingan Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri

(BSM), BNI Syariah dan BRI Syariah terhadap

terjadinya financial distress Tahun 2012-2016 ......................... 168

4.3.1 Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test) .......... 168

4.3.2 Hasil Uji Beda Mann-Whitney U Test .............................. 171

4.3.3 Uji H ................................................................................ 180

4.4 Ringkasan Tingkat Kesehatan Bank Syariah ............................ 183

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 185

5.1 Kesimpulan .............................................................................. 185

5.2 Saran ......................................................................................... 187

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 191

LAMPIRAN ....................................................................................................... 204

Page 13: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Laba, NPF, BOPO, CAR dan SBIS ...................... 8

Tabel 3.1 Aspek Penilaian Good Corporate Governance (GCG) ................. 100

Tabel 3.2 Hasil Penilaian Self Assessment GCG ........................................... 101

Tabel 3.3 Indikator Penilaian Operasional Variabel Independen .................. 102

Tabel 3.4 Indikator Penilaian Operasional Variabel Dependen .................... 103

Tabel 3.5 Pengukuran Tingkat Skor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank..... 103

Tabel 3.6 Kriteria Penilaian Tingkat NPF ..................................................... 105

Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Tingkat FDR .................................................... 106

Tabel 3.8 Kriteria Penilaian Tingkat GCG .................................................... 106

Tabel 3.9 Kriteria Penilaian Tingkat ROA .................................................... 107

Tabel 3.10 Kriteria Penilaian Tingkat CAR .................................................... 108

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Rasio-rasio BSM ............................................. 127

Tabel 4.2 Hasil Parameter Penilaian Self Assessment ……………………….. 136

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Komposit BSM Tahun 2012 ………...………. 137

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Komposit BSM Tahun 2013 …………...……. 138

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Rasio-rasio BNI Syariah .................................. 147

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Komposit BNI Syariah Tahun 2012 …...……. 153

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Rasio-rasio BRI Syariah .................................. 156

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Komposit BRI Syariah Tahun 20……………. 162

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Komposit BRI Syariah Tahun 20……………. 163

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Komposit BRI Syariah Tahun 2014 ………… 164

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Komposit BRI Syariah Tahun 2015 ………… 165

Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Komposit BRI Syariah Tahun 2016 ………… 166

Tabel 4.13 Hasil Uji Kolmograv-Smirnov BSM 2012-2016 ……………….. 169

Tabel 4.14 Hasil Uji Kolmograv-Smirnov BNI Syariah 2012-2016 ……….. 170

Tabel 4.15 Hasil Uji Kolmograv-Smirnov BRI Syariah 2012-2016 ……….. 170

Tabel 4.16 Gabungan Hasil Uji Kolmograv-Smirnov 2012-2016 ………….. 171

Tabel 4.17 Hasil Uji Mann-Whitney Test BSM & BNIS 2012-2016 ………. 176

Tabel 4.18 Hasil Uji Mann-Whitney Test BSM & BRIS 2012-2016 ………. 178

Tabel 4.19 Hasil Uji Mann-Whitney Test BNIS & BRIS 2012-20………..... 180

Tabel 4.21 Ringkasan Predikat Kesehatan BSM, BNIS dan BRIS 2012-2…. 184

Page 14: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

xiv

DAFTAR GAMBAR

2.1 Tulisan Islam Dalam Tangan Manusia........................................................... 37

2.2 Model Dasar Islam Kaffah ............................................................................. 38

2.3 Diagram Kaffah Thinking Dalam Islam ........................................................ 96

2.4 Siklus Perubahan Metode Penilaian Kesehatan Bank .................................. 117

2.5 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 138

2.6 Kerangka Penelitian ..................................................................................... 141

4.20 Gambar Teori H ......................................................................................... 235

Page 15: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

xv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yudnina Falhanawati

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 13 Juni 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Kawin

Alamat Asal : Jl. Swadarma Raya Gg. Perdana No.44 Rt.018

Rw.003 Kelurahan Ulujami Kecamatan

Pesanggrahan, Jakarta Selatan 12250

E-mail : [email protected]

Nomor Telepon : 087882424368

PENDIDIKAN FORMAL

2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2009-2013 Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2006-2009 SMA Darunnajah Ulujami-Jakarta

2003-2006 MTs Darunnajah Ulujami-Jakarta

2000-2006 MI Darunnajah-Jakarta

Page 16: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka mencapai sistem perbankan yang kuat, sehat serta

efisien maka Bank Indonesia melakukan proses konsolidasi terhadap

Perbankan Indonesia. Proses konsolidasi perbankan tersebut semakin

dipercepat oleh Bank Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan

ketahanan dan kesehatan perbankan dalam jangka panjang, menciptakan

kestabilan sistem keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi

nasional yang berkesinambungan, juga untuk meningkatkan perlindungan

terhadap masyarakat mengingat peran bank sebagai salah satu lembaga

kepercayaan. Kinerja yang baik suatu bank diharapkan mampu meraih

kembali kepercayaan masyarakat terhadap bank itu sendiri atau sistem

perbankan secara keseluruhan. Pada sisi lain, kinerja bank dapat dijadikan

tolak ukur kesehatan bank tersebut.

Bank adalah suatu lembaga yang lahir karena fungsinya sebagai

agent of trust dan agent of development. Yang dimaksud sebagai agent of

trust adalah suatu lembaga perantara (intermediary) yang dipercaya untuk

melayani segala kebutuhan keuangan dari dan untuk masyarakat.

Sedangkan sebagai agent of development, bank adalah suatu lembaga

perantara yang dapat mendorong kemajuan pembangunan dengan

Page 17: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

2

berbagai fasilitas bank dan kemudahan-kemudahan pembayaran dan

penarikan dalam proses transaksi yang dilakukan oleh para pelaku

ekonomi. Lebih lanjut, pemerintah juga telah mengeluarkan regulasi

terbaru yang mengatur secara khusus perbankan syariah, yaitu melalui

UU No.21 tahun 2008.

Perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan nasional

mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Peranan perbankan

syariah dalam aktivitas ekonomi tidak jauh berbeda dengan perbankan

konvensional. Keberadaan perbankan syariah dalam sistem perbankan

nasional di Indonesia diharapkan dapat mendorong perkembangan

perekonomian nasional. Perbedaan mendasar antara perbankan syariah

dan konvensional terletak pada prinsip-prinsip dalam transaksi keuangan

dan operasional. Tujuan dan fungsi perbankan syariah dalam

perekonomian adalah : 1) kemakmuran ekonomi yang meluas, tingkat

kerja yang penuh dan tingkat pertumbuhan yang optimum, 2) keadilan

sosial ekonomi dan distribusi pendapatan serta kekayaan yang merata, 3)

stabilitas mata uang, 4) mobilisasi dan investasi tabungan yang menjamin

adanya pengembalian yang adil, dan 5) pelayanan yang efektif (Setiawan,

2006).

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat dipengaruhi oleh

keberadaan umat muslim di Indonesia yang menjadi mayoritas populasi

secara nasional, sehingga fungsi perbankan syariah memberikan

kemakmuran ekonomi sangat dikontribusikan oleh masyarakat muslim

Page 18: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

3

yang direpresentasikan oleh Islamic bankers di lingkungan perbankan

syariah. Hal ini menjadi nilai intangibilitas yang lebih kuat. Semakin

banyak SDM di lingkungan perbankan syariah semakin religiuslah

perekonomian di Indonesia. (Aziz, 2016).

Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi sektor

keuangan, melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun

dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali kepada

masyarakat melalui pembayaran. Dana yang dihimpun dari masyarakat

disimpan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito baik dengan prinsip

wadi‟ah maupun prinsip mudharabah. Sedangkan penyaluran dana

dilakukan oleh bank syariah melalui pembiayaan dengan empat pola

penyaluran yaitu prinsip jual beli, bagi hasil, ujroh dan akad pelengkap

(Karim, 2008).

Hal tersebut sejalan dengan Institute Bankir Indonesia yang

menyebutkan bahwa tujuan perbankan syariah yaitu mendorong dan

mempercepat laju perekonomian masyarakat melalui aktifitas perbankan,

financial, komersial, investasi sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan ekonomi dan kesempatan kerja sesuai dengan syariat Islam.

Hal tersebut sesuai dengan kebijakan Bank Indonesia di tahun 2011 agar

perbankan syariah dapat berkembang di pasar yaitu memperluas jaringan

layanan dan lebih meningkatkan kualitas layanan bank syariah. Hal ini

menegaskan bahwa Bank Indonesia mendorong kerja sama sinergi antara

bank syariah dan bank konvensional yang merupakan induk. Bank induk

Page 19: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

4

harus berkomitmen dalam mengembangkan bisnis syariahnya (Laporan

Pengawasan Perbankan, 2011).

Eksistensi bank syariah saat ini kiat pesat, antusiasme masyarakat

terhadap lembaga keuangan yang terbilang baru dalam kancah

perekonomian Indonesia ini semakin meningkat termasuk juga di

kalangan pebisnis. Sebagai lembaga keuangan yang memiliki wewenang

melakukan banyak aktivitas, bank syariah dihadapkan pada berbagai

macam risiko, risiko yang mungkin terjadi dapat menimbulkan kerugian

bagi bank jika tidak dideteksi dan dikelola sedini mungkin. Berbagai

eksposur risiko tersebut bisa berupa penurunan tingkat kesehatan bank

hingga risiko kebangkrutan. Salah satu contoh kasus mengenai risiko

yang dihadapi perbankan adalah krisis moneter tahun 1997. Krisis

moneter telah menghilangkan sendi-sendi perekonomian yang kemudian

bertransformasi menjadi krisis ekonomi berkepanjangan yang

memberikan efek negatif terhadap kinerja perekonomian Indonesia.

Kondisi tersebut tercermin dari banyaknya sejumlah yang collapse karena

dianggap tidak mampu lagi mempertahankan going concern-nya sehingga

terpaksa dilikuidasi.

Selama krisis ekonomi tersebut, perbankan syariah masih dapat

memenuhi kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan perbankan

konvensional. Hal ini dapat dilihat dari relatif rendahnya penyaluran

pembiayaan yang bermasalah pada perbankan syariah dan tidak

terjadinya negative spread dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut

Page 20: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

5

dapat dipahami, mengingat tingkat pengembalian pada bank syariah tidak

mengacu pada tingkat suku bunga yang berlaku tetapi menurut prinsip

bagi hasil. Sehingga bank syariah dapat menjalankan kegiatannya tanpa

terganggu dengan kenaikan tingkat suku bunga yang terjadi, sehingga

perbankan syariah mampu menyediakan modal investasi dengan biaya

modal yang relatif lebih rendah dari bank konvensional kepada

masyarakat.

Pemahaman sistem ekonomi yang Islami senantiasa mengacu

pada konsep Islam yang menyeluruh atau kaffah. Pendekatan Islam

kaffah ini mengandung makna adanya ekspos mengenai Iman, Islam dan

Ihsan. Tiga (3) hal diskursus ini diperkuat oleh rukun Islam yaitu : 1)

Syahadat, 2) Shalat, 3) Zakat, 4) Puasa dan 5) Haji.

Resultan dari 3 pilar dalam Islam ini terjawantahkan pada teori

dasar ekonomi Islam yang terdiri dari : 1) Tauhid, 2) Teori Ibadah, 3)

Teori Maslahah. Implementasi dari pilar utama ekonomi ini sejalan

dengan perkembangan perusahaan dengan perspektif Islam yang ada di

Indonesia (Aziz, 2016).

Secara prinsip bank syariah mempunyai kemampuan bersaing

dalam memproses informasi tentang risiko dan tingkat pengembalian

suatu investasi. Hal ini juga diikuti dengan tingkat kepatuhan bank

syariah terhadap prinsip-prinsip syariah dalam melaksanakan operasional

perbankan. Kemampuan memproses informasi tentang risiko dan

Page 21: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

6

pengembalian yang baik diharapkan dapat menghasilkan keputusan untuk

mengalokasikan modal secara efisien.

Bank merupakan industri yang dalam kegiatan usahanya

mengandalkan kepercayaan masyarakat. Bank dianggap sebagai tempat

kepercayaan nasabah untuk mengelola dananya. Bank dengan manajemen

yang baik harus bisa menjaga kepercayaan nasabah, kesehatan bank

dilakukan dengan tetap menjaga likuiditas sehingga bank dapat

memenuhi kewajibannya dan menjaga kinerjanya agar bank selalu

memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Kepercayaan masyarakat

terhadap bank akan terwujud apabila bank mampu meningkatkan

kinerjanya yang optimal.

Bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsinya

dengan baik, dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat

menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan

fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran

serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai

kebijakannya, terutama kebijakan moneter (Permana, 2012:2). Perbankan

harus selalu dinilai kesehatannya agar tetap baik dalam melayani para

nasabahnya. Bank yang tidak sehat, bukan hanya membahayakan

perbankan saja, akan tetapi pihak lain. Untuk menilai suatu kesehatan

bank dapat dilihat dari berbagai segi penilaian yang bertujuan untuk

menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sangat sehat, sehat,

cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat.

Page 22: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

7

Kesehatan bank merupakan hasil dari penilaian kualitas atas

berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi kinerja suatu bank.

Upaya untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap dunia

perbankan diperlukan suatu penilaian tingkat kesehatan bank, penilaian

tingkat kesehatan bank dilakukan untuk mengetahui kredibilitas suatu

bank dan salah satu indikator penilaian kinerja manajemen perbankan.

Hal tersebut harus dilakukan agar dapat memberi gambaran yang lebih

tepat mengenai kondisi saat ini dan mendatang.

Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penilaian

kesehatan adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Dalam

Kasmir (2012:68), laporan keuangan bank menunjukkan kondisi

keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan keuangan akan terlihat

dan terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya. Berdasarkan

laporan keuangan akan dapat dihitung sejumlah rasio yang lazim

dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank.

Jika diamati, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia

memang cukup mengesankan dibandingkan sejak awal berdirinya bank

syariah pertama di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator

yaitu Laba, NPF, BOPO, CAR dan SBIS berdasarkan data Bank

Indonesia pada periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2016

perkembangan instrumen laba perbankan syariah mengalami peningkatan

setiap tahunnya dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Page 23: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

8

Tabel 1.1

Perkembangan Laba, Non Performing Financing (NPF),

Biaya OperasionalTerhadap Pendapatan Operasional (BOPO),

Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS) Periode Januari 2010–Desember 2016

Tahun Laba

(Miliar Rp)

NPF

(%)

BOPO

(%)

CAR

(%)

SBIS

(Miliar Rp)

2010 791 1,68 99,52 35,91 3.076

2011 1.051 1,53 87,27 31,52 5.408

2012 1.475 1,93 84,49 23,65 9.244

2013 2.645 1,89 89,39 20,51 4.993

2014 1.227 3,19 95,42 21,28 6.699

2015 1.324 3,23 97,41 23,02 8.858

2016 1.529 3,49 99,85 25,95 8.943

Sumber : Data Bank Indonesia yang sudah diolah

Dapat dilihat dari tabel 1.1 diatas perkembangan laba bank syariah

di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya walaupun

masih tidak signifikan. Hal ini menunjukkan indikasi positif yang ditinjau

dari kemajuan pencapaian visi pengembangan yang ditetapkan Bank

Indonesia. Sehingga percepatan peningkatan laba bank syariah akan lebih

mudah untuk tercapai. Kemudian perkembangan laba yang cukup stabil

dengan pola kenaikan yang konsisten menunjukkan perkembangan laba

bank syariah merupakan keunggulan bagi performa bank syariah di

Indonesia.

Jika dilihat, pada tahun 2009 merupakan tahun yang penuh

tantangan bagi perbankan syariah akibat dampak dari kenaikan harga

minyak dunia serta krisis keuangan yang bermula dari permasalahan

subrime mortgage telah mengganggu stabilitas keuangan, baik di Negara-

negaramaju maupun negara berkembang yang terjadi di tahun 2008.

Page 24: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

9

Oleh karena itu, kondisi tersebut telah memberikan imbas terhadap

ketahanan sistem keuangan dan pertumbuhan ekonomi, Indonesia juga

mempengaruhi industri perkembangan syariah. Disamping itu, industri

perkembangan syariah dapat menghadapi tekanan yang cukup berarti

dengan daya tahan sangat baik hingga dapat meningkatkan fungsi

intermediasi perbankan syariah yang terus berjalan efektif. Terbukti dari

kenaikan laba perbankan syariah yang terus meningkat dari tahun ke

tahun. Dari akhir tahun 2010 dimana laba perbankan syariah dari 791

milyar rupiah hingga mencapai 1.475 milyar rupiah pada tahun 2012.

Pada tahun 2015, laba perbankan syariah meningkat menjadi 3.293

milyar rupiah. Hal ini disebabkan oleh kinerja sektor riil yang membaik

dan aktivitas industri perbankan syariah yang semakin meningkat. Selain

itu dengan mulai ekspansinya bank umum syariah baru yang berdiri

ditahun sebelumnya.

Rasio BOPO perbankan syariah berada dikisaran 70% - 80%.

Namun diperiode 2012 sampai 2015 BOPO perbankan syariah mengalami

kenaikan yang cukup tinggi dan puncaknya pada tahun 2015 dengan nilai

BOPO sebesar 90%. Tingginya nilai BOPO menunjukan kurang efisiennya

perbankan syariah dalam mengelola biaya terhadap pendapatan yang

diperoleh. Tidak efisien dalam mengelola biaya akan menggerus laba yang

diperoleh. Tingginya nilai BOPO bank syariah merupakan efek dari

tingginya pembiayan macet, sehingga meningkatkan biaya dan menggerus

laba.

Page 25: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

10

Kondisi permodalan perbankan syariah masih terhitung sangat

terbatas. Keterbatasan permodalan yang menjadi faktor rendahnya

ekspansi aset perbankan syariah. Selain itu, agregat CAR perbankan

syariah tahun 2015 hanya 15,02% atau lebih rendah dari CAR perbankan

syariah. Dampak dari minimnya permodalan adalah kurang leluasanya

bank syariah dalam membuka kantor cabang, mengembangkan

infrastruktur, dan mengembangkan segmen layanan yang memiliki

karakteristik risiko lebih bervariasi. Keterbatasan dalam pengembangan

usaha tersebut mengakibatkan perbankan syariah kesulitan dalam

meningkatkan tingkat efisiensi operasionalnya.

Untuk membuktikan laporan keuangan bermanfaat maka dilakukan

penelitian mengenai manfaat laporan keuangan. Salah satu bentuk

penelitian yang menggunakan rasio-rasio keuangan yaitu penelitian-

penelitian yang berkaitan dengan manfaat laporan keuangan untuk

bertujuan memprediksi kinerja perusahaan seperti kebangkrutan dan

financial distress. Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Model

financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan mengetahui

kondisi financial distress perusahaan sejak dini diharapkan dapat

dilakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi yang mengarah kepada

kebangkrutan.

Dalam peraturan Bank Indonesia No. 13/I/PBI/2011 tentang

penilaian tingkat kesehatan bank umum menyebutkan bahwa kesehatan

bank merupakan sarana otoritas pengawas dalam menetapkan strategi dan

Page 26: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

11

fokus pengawasan terhadap bank. Tingkat kesehatan bank merupakan

aspek penting yang harus diketahui oleh stakeholders. Penilaian kesehatan

bank akan berguna dalam menerapkan GCG dan untuk menghadapi risiko

di masa yang akan datang.

Adapun manfaat penerapan tata kelola perusahaan (Good

Corporate Governance) yakni membantu perusahaan untuk tetap fokus

pada peningkatan kinerja sekaligus meminimalisir risiko, maka bank

syariah dituntut untuk menjalankan kegiatan usahanya dengan berpedoman

padap rinsip-prinsip Tata Kelola atau Good CorporateGovernance (GCG)

demi melindungi kepentingan stakeholder-nya. Regulasi mengenai tata

kelola telah diresmikan oleh Bank Indonesia (BI), sebagaimana diatur

dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.11/33/PBI/2009 tentang

Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah

(BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) serta Surat Edaran Bank Indonesia

(SEBI) No. 12/13/DPbS tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance

bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS).

Pratiwi (2013) melakukan penelitian Kualitas Penerapan GCG serta

Pengaruhnya terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah. Hasil

penelitian menyimpulkan bahwa secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa

variabel kualitas penerapan GCG berpengaruh positif dan signifikan

terhadap rasio CAR, FDR dan BOPO. Sedangkan kualitas penerapan GCG

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap rasio ROA dan ROE, namun

tidak berpengaruh terhadap rasio NPF dan NIM.

Page 27: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

12

Sebagai contoh penerapan corporate governance adalah adanya

dewan komisaris yang bisa mengawasi jalannya operasional perusahaan

dan segera menangani jika terjadi pelanggaran-pelanggaran dalam

perusahaan yang sekiranya akan membawa dampak buruk bagi

perusahaan. Kehadiran dewan komisaris bisa menjadi alat monitor internal

yang terkuat untuk memonitor top management karena dewan komisaris

memiliki hak untuk mengangkat, atau memberhentikan seorang manajer

perusahaan.

Menurut UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah,

bank wajib memelihara tingkat kesehatannya. Kesehatan bank harus

dipelihara dan/atau ditingkatkan agar kepercayaan masyarakat terhadap

bank dapat tetap terjaga. Selain itu, tingkat kesehatan bank digunakan

sebagai salah satu sarana dalam melakukan evaluasi terhadap kondisi dan

permasalahan yang dihadapi bank serta menentukan tindak lanjut untuk

mengatasi kelemahan atau permasalahan bank, baik berupa corrective

action oleh bank maupun supervisory action oleh Otoritas Jasa Keuangan

(OJK). Kesehatan bank yang merupakan cerminan kondisi dan kinerja

bank merupakan sarana bagi otoritas pengawas dalam menetapkan strategi

dan fokus pengawasan terhadap bank. Selain itu, kesehatan bank juga

menjadi kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola

(manajemen) dan masyarakat pengguna jasa bank (Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014). Kebijakan tersebut pada dasarnya

ditujukan untuk menciptakan dan memelihara kesehatan bank. Kesehatan

Page 28: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

13

atau kondisi keuangan dan keuangan non-bank merupakan kepentingan

semua pihak terkait tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam

menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang

berlaku dan manajemen risiko.

Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral Republik Indonesia (RI)

yang berwenang untuk mengatur dan mengawasi bank-bank yang

beroperasi di Indonesia mengeluarkan peraturan yaitu penilaian kesehatan

menurut Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tentang Sistem

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan SE BI No.6/23/DPNP

tanggal 31 Mei 2004 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Umum dengan Metode CAMELS.

Metode CAMELS mencakup faktor-faktor Capital (permodalan),

Asset (kualitas aset), Management (manajemen), Earning (rentabilitas),

Liquidity (likuiditas) dan Sensitivity to Market Risk (penilaian terhadap

risiko pasar). Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan secara

kuantitatif dengan memperhatikan unsur judgement yang didasarkan atas

materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta faktor-faktor

lainnya.

Seiring berjalannya waktu dan perubahan dibidang perbankan,

pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia menciptakan metode baru untuk

menilai kesehatan bank, dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor

13/I/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yang

Page 29: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

14

menyebutkan bahwa kesehatan bank merupakan sarana otoritas pengawas

dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap bank. Untuk

meningkatkan efektivitas penilaian tingkat kesehatan bank diperlukan

penyempurnaan penilaian tingkat kesehatan bank dengan pendekatan

berdasarkan risiko atua Risk Based Bank Rating yang dikenal dengan

istilah RGEC, yang merupakan singkatan dari Risk Profile, Good

Corporate Governance, Earnings dan Capital. Penilaian kinerja bank

dengan RGEC merupakan penyempurnaan dari CAMELS. Dengan sistem

penilaian yang baru ini, diharapkan bank mampu mengidentifikasi masalah

sejak dini, melakukan tindak lanjut perbaikan yang sesuai dan lebih cepat

serta menerapkan good corporate governance dan manajemen risiko yang

lebih baik (Astutik, 2014).

Dalam metode RGEC, kualitas manajemen merupakan pilar

penting. Kualitas manajemen yang baik dapat diketahui dari hasil

penerapan manajemen risiko dan GCG di bank tersebut. Dengan kata lain,

penilaian faktor rentabilitas dan permodalan hanya merupakan dampak

dari strategi yang dilakukan oleh manajemen (Permana, 2012).

Penilaian GCG dalam tata cara penilaian kesehatan bank secara

umum bersifat kualitatif dengan mengacu kepada penilaian pada Surat

Edaran Bank Indonesia No.15/15/DPNP tanggal 29 April Tahun 2013

perihal Pelaksanaan GCG bagi bank umum. Latar belakang dilakukannya

penyempurnaan Surat Edaran tersebut adalah terbitnya ketentuan mengenai

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum berdasarkan Risiko (Risk Based

Page 30: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

15

Bank Rating) yang menetapkan GCG sebagai salah satu faktor dalam

penilaian tingkat kesehatan Bank umum, sehingga perlu dilakukan

penyesuaian dan keselarasan dengan ketentuan mengenai GCG yang telah

ada sebelumnya. Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum Syariah dan Unit

Usaha Syariah berdasarkan dalam PBI No.11/33/PBI/2009.

Dengan menggunakan metode RGEC, diharapkan bank mampu

mengidenntifikasi permasalahan secara lebih dini, melakukan tindak lanjut

perbaikan yang sesuai dan lebih cepat, serta menerapkan Good Corporate

Governance (GCG) dan manajemen risiko yang lebih baik sehingga bank

lebih tahan dalam mengahadapi krisis.

RGEC muncul di industri perbankan konvensional, sedangkan

kekhususan pada industri perbankan syariah adalah adanya intangible

value yang sering muncul dan menjadi fenomena pembeda dengan industri

eksisting. Studi fungsi intangible value dalam industri perbankan syariah

sudah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu. RGEC menjadi sebuah

tolok ukur baru seperti akuarium besar konvensional yang di dalamnya

terdapat market share perbankan syariah dan eksisting. Tolok ukur

universal ini belum mengakomodir tutup dasar akuarium besar itu,

sehingga industri yang berada di dalamnya hanya mengkover nilai

konvensional tanpa syariah. Sisa tutup Financial Distress ini hanya tinggal

nilai Islam yang memberikan makna signifikan bahwa tanpa tutup tersebut

maka isi air akuarium RGEC tersebut akan tersedot dan kemudian hilang

tanpa makna. Dan tutup nilai Islam inilah yang akan menyelamatkan

Page 31: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

16

akuarium RGEC ini menjadi memiliki nilai manfaat yang lebih baik dan

berkelanjutan (Aziz, 2017).

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang menunjukkan tentang

implementasi RGEC (Risk, Good Corporate Governance, Earning,

Capital) terkait dengan pengukuran kinerja keuangan bank syariah, adalah:

Penelitian oleh Thomas S. Kaihatu (2006) Good Corporate Governance

dan Penerapannya di Indonesia, hasil penelitiannya adalah GCG

merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan guna

menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua shareholder. Konsep

ini menekankan pada dua hal yakni, pertama, pentingnya hak pemegang

saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada

waktunya dan, kedua kewajiban perusahaan untuk melakukan

pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap

semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan dan stakeholder.

Penelitian oleh Hurriyatul Akmal (2008) tentang Good Corporate

Governance dan manajemen risiko, menunjukkan hasil bahwa manajemen

risiko dan GCG adalah hal yang paling diperhatikan dalam perbankan,

prinsip dasar GCG adalah prinsip yang juga harus diterapkan dalam

manajemen risiko dan risiko terbesar yang dihadapi oleh bank syariah

adalah risiko reputasi dan operasional, kedua risiko ini membutuhkan

komitmen yang tinggi.

Page 32: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

17

Mulyani (2009) meneliti implementasi manajemen risiko dalam

upaya menjaga likuiditas bank syariah mandiri (BSM). Hasil penelitian ini

menyimpulkan, bahwa pengelolaan risiko pembiayaan di BSM cabang

Malang berjalan secara efektif sesuai dengan arahan, pedoman dan

kebijakan dari BSM Pusat. Dengan pola pengelolaan risiko tersebut

PT.BSM mampu menjaga likuiditasnya dalam batas yang aman. Hal ini

terlihat meskipun ditengah pertumbuhan pembiayaan yang tinggi dengan

tingkat FDR tahun 2006 dan 2007 masing-masing sebesar 90,21% dan

92,96% namun NPF dapat ditekan dibawah 5% yaitu NPF PT BSM cabang

Malang tahun 2008 sebesar 0,04% dan secara konsolidasi NPF PT BSM

pada tahun 2006 dan 2007 masing-masing sebesar 4,64% dan 3,39%.

Penelitian oleh Isniar Budiarti (2011) tentang Penerapan Prinsip-

Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Pada Dunia Perbankan, hasil

penelitian tersebut adalah Tata Kelola yang efektif ditetapkan dengan

menekankan pada pemahaman risiko dan kemampuan manajemen risiko.

Penelitian oleh Taufiq Naja (2012) tentang Pengaruh Mekanisme

Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perbankan Nasional, hasil

penelitian tersebut menunjukkan Mekanisme Pemantauan (GCG) Tata

Kelola Yang Baik masih menjadi masalah dalam rangka meningkatkan

tujuan yang ingin dicapai oleh shareholders.

Selanjutnya adalah penelitian oleh Yusri Putri (2012) Implementasi

Good Corporate Governance (GCG) untuk Mengelola Risiko Perbankan

Page 33: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

18

(Pada PT. BSM Cabang Makassar), hasil penelitian ini adalah dalam

aktivitas perbankan, risiko merupakan suatu kejadian yang tidak dapat

dihindari, namun risiko tersebut dapat diminimalisir.

Sementara Pratiwi (2013) melakukan penelitian Kualitas Penerapan

GCG serta Pengaruhnya terhadap Kinerja Keuangan pada Bank Umum

Syariah (BUS). Hasil penelitian menyimpulkan, bahwa secara parsial (uji

t) menunjukkan bahwa variabel kualitas penerapan GCG berpengaruh

positif dan signifikan terhadap rasio CAR, FDR dan BOPO. Sedangkan

kualitas penerapan GCG berpengaruh negatif dan signifikan terhadap rasio

ROA dan ROE, namun tidak berpengaruh terhadap rasio NPF dan NIM.

Nathan, Mansor dan Entebang (2014) melakukan penelitian

mengenai Loan to Deposit Ratio, hasil menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah. Penelitian tersebut

dilakukan pada 7 bank di Malaysia (2 bank syariah dan 5 bank

konvensional). Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian Thamrin,

Liviawati dan Wiyati (2011).

Terdapat empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep

Good Corporate Governance, yaitu fairness, transparency, accountability,

dan responsibility. Keempat komponen tersebut penting karena penerapan

prinsip Good Corporate Governance secara konsisten terbukti dapat

meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi

Page 34: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

19

penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan

keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan.

Mengacu dari beberapa hasil penelitian terdahulu diatas dimana

Good Corporate Governance memang penting diterapkan pada semua

perusahaan tidak terkecuali pada perusahaan yang bergerak dalam sektor

keuangan, perbedaan penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya

adalah, (1) penelitian sebelumnya membahas tentang kualitas kinerja pada

perbankan nasional, dalam bahasan pada penelitian ini akan mengerucut

pada perbankan syariah. (2) objek dalam penelitian ini adalah Bank

Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRISyariah dimana pada

penelitian sebelumnya belum diteliti khususnya pada tata kelola

perusahaannya (3) dalam penelitian ini akan membahas dan mengukur

kesehatan bank terhadap kinerja keuangan bank syariah dengan metode

RGEC, dalam penelitian sebelumnya membahas tentang implementasi

GCG untuk mengelola manajemen risiko.

Maka untuk mengantisipasi kejadian-kejadian yang kurang baik,

diperlukan suatu model analisis yang dapat memprediksi kemungkinan

terjadinya kebangkrutan pada perusahaan perbankan di masa yang akan

datang. Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan, model financial

distress perlu untuk dikembangkan supaya mengetahui kondisi financial

distress perusahaan sejak dini, diharapkan dapat dilakukan tindakan-

tindakan untuk mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kebangkrutan.

Page 35: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

20

Bank-bank yang mengalami kesulitan keuangan (financial distress) akan

lebih tertekan jika sudah mengarah ke arah kebangkrutan karena adanya

biaya-biaya tambahan. Dalam upaya menekan biaya yang berkaitan dengan

kebangkrutan, para regulator dan para manajer perusahaan berupaya

bertindak cepat mencegah kebangkrutan atau menurunkan biaya kegagalan

tersebut. Tingkat kesehatan bank dapat dinilai menggunakan beberapa

indikator. Salah satu indikator utama yang sering dijadikan dasar penilaian

adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan.

Berdasarkan laporan keuangan dapat dihitung sejumlah rasio

keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank.

Analisis rasio keuangan memungkinkan pihak manajemen untuk

mengidentifikasikan perubahan-perubahan pokok pada trend jumlah, dan

hubungan serta alasan perubahan tersebut. Hasil analisis laporan keuangan

dapat membantu menginterpretasikan berbagai hubungan kunci serta

kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai

potensi keberhasilan perusahaan di masa mendatang (Almilia dan

Herdiningtyas, 2005).

Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya dapat disimpulkan

pengukuran efisiensi dan analisa terhadap determinan atau faktor-faktor

yang mempengaruhi tingkat kesehatan bank syariah menjadi hal yang

sangat penting untuk mengevaluasi seberapa efisien operasional dari bank

syariah yang diteliti dengan pendekatan metode RGEC (risk profile, Good

Page 36: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

21

Corporate Governance, Earning dan Capital). Untuk itu, penelitian kali ini

akan membahas tentang “Pengukuran Tingkat Kesehatan Bank Syariah

terhadap Potensi terjadinya Financial Distress dengan Menggunakan Metode

RGEC (Studi kasus pada Bank Mandiri Syariah, BNI Syariah dan BRI

Syariah Periode 2012-2016)”.

1.2 Masalah Penelitian

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di

atas maka masalah–masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Perlunya penilaian terhadap tingkat kesehatan bank Syariah dalam

upaya mempertahankan loyalitas nasabah dan masyarakat, melalui

pendekatan Peraturan Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, yang

tata cara penilaiannya diatur dalam Surat Edaran Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014.

2. Mengingat Penilaian untuk mengetahui indikator financial distress

yang mengarah pada risiko kebangkrutan yang mungkin akan dihadapi

perusahaan dapat dilakukan dengan melihat perbandingan rasio-rasio

keuangan. Hal ini memungkinkan manajemen untuk

mengidentifikasikan perubahan-perubahan pokok pada tren jumlah dan

hubungan serta alasan perubahan tersebut, dan membantu

menginterprestasikan berbagai hubungan kunci serta kecenderungan

Page 37: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

22

yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi

keberhasilan perusahaan khususnya perbankan syariah di masa

mendatang.

1.2.2 Pembatasan Masalah

Kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank dalam

melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mengikuti

cara–cara yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pengertian kesehatan

bank di atas merupakan suatu batasan yang sangat luas karena peniliaian

kesehatan bank mencakup seluruh kegiatan perbankan.

Permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada penelitian terhadap

faktor Risk atau resiko (R),Good Corporate Governance (G), Earnings (E)

dan Capital (C). Untuk faktor Risk Profile pada penelitian ini yang

digunakan adalah risiko pembiayaan yaitu dengan menghitung NPF

(NonPerforming Finance) dan risiko likuiditas yaitu dengan menghitung

FDR (Financing to Deposit Ratio). Sedangkan yang faktor Earning

penilaian yang digunakan menggunakan rasio ROA (Return On Assets),

NOM (Net OperatingMargin). Untuk faktor Capital pada penelitian ini

yang digunakan adalah CAR (Capital Adequacy Ratio). Faktor–faktor

dalam analisis RGEC menjadi objek utama dalam penelitian ini karena

data–data untuk penilaian terhadap faktor–faktor sensitivitas terhadap

risiko pasar tidak didapatkan.

Page 38: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

23

Penilaian kesehatan bank yang dilakukan oleh peneliti pada laporan

keuangan bank syariahada tiga (3) yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM),

BNI Syariah dan BRISyariah periode 2012–2016.

1.2.3 Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana penerapan metode RGEC dalam mengukur tingkat

kesehatan pada Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI

Syariah periode 2012-2016 ?

2. Apakah penerapan metode RGEC dapat mengukur financial distress

pada Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRISyariah

periode 2012-2016 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari Penelitian yang dilakukan adalah :

1. Mengetahui Penerapan RGEC dalam mengukur tingkat kesehatan pada

Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI Syariah periode

2012-2016.

2. Mengetahui Penerapan RGEC dalam mengantisipasi financial distress

sejak dini, dimana perusahaan/perbankan dapat memenuhi kewajiban-

kewajiban debitur khususnya pada Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI

Syariah dan BRISyariah periode 2012-2016.

Page 39: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

24

1.4 Manfaat Penelitian

Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap laporan keuangan dari

sebuah perusahaan adalah kegunaannya untuk meramal kontinuitas atau

kelangsungan hidup perusahaan (Haryetti, 2010, hlm.27). Prediksi

kelangsungan hidup perusahaan sangat penting bagi manajemen dan

pemilik perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya

kebangkrutan.

Penilaian untuk mengetahui indikator financial distress yang

mengarah pada risiko kebangkrutan yang mungkin akan dihadapi

perusahaan dapat dilakukan dengan melihat tiga (3) faktor utama yaitu

internal, eksternal dan religiusitas dalam laporan keuangan. Hal ini

memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasikan perubahan-

perubahan pokok pada tren jumlah, dan hubungan serta alasan perubahan

tersebut dan memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi

keberhasilan bank syariah di masa mendatang.

Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan manfaat untuk

semua pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis dan

menambah referensi mengenai tingkat kesehatan bank syariah dan

financial distress. Serta untuk memenuhi salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi.

Page 40: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

25

2. Bagi Akademisi atau Penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi

dalam penelitian-penelitian selanjutnya dan memberikan informasi

tambahan bagi penelitian selanjutnya secara luas dan mendalam yang

berkaitan dengan penilaian tingkat kesehatan bank syariah dari tiga (3)

faktor utama yaitu internal, eksternal dan religiusitas dalam laporan

keuangan serta sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan guna

meningkatkan kinerja perbankan syariah.

3. Kontribusi Praktis

Sebagai sumber informasi dan referensi mengenai relevansi dalam

pengungkapan penilaian tingkat kesehatan bank syariah terhadap

potensi terjadinya financial distress dari tiga (3) faktor utama yaitu

internal, eksternal dan religiusitas dalam laporan keuangan serta

sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan guna meningkatkan

kinerja perbankan syariah.

Page 41: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Filosofi Ekonomi Islam

Kata “ekonomi” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2

kata yaitu “oikos” yang berarti “keluarga, rumah tangga” dan “nomos”

yang berarti “praturan, hukum” kemudian bila digabung bermakna

“aturan rumah tangga”. Sedangkan kata “Islam” berasal dari bahasa Arab

yang terdiri dari 3 akar kata yaitu “sin” yang berarti “alam”, “lam” yang

berarti Allah, dan“mim” yang berarti ibadah, kemudian bila digabung

menjadi “sinlammim ” bermakna “alam diciptakan Allah untuk ibadah”.

QS Adz-Dzariat [51]: 56

Artinya: Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah

kepada- Ku.

Kata “Islam” terdapat dalam 4 ayat dalam 3 surat yang berbeda. Kata Islam

dapat ditemukan dalam beberapa urat di al-Quran.

QS. Ali Imran [3]: 19.

Inna dina indallahil Islam.

Sesungguhnya Din di sisi Allahadalah Islam.

Sedangkan berdasarkan kata jadian “salama” bermakna

“keselamatan, kedamaian”. Sehingga jika digabungkan maka kata

“Ekonomi Islam” secara harfiah berarti “aturan rumah tangga untuk

keselamatan”. Di dalam filosofinya Ekonomi Islam terkandung tiga hal

Page 42: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

27

yaitu Ontologi Ekonomi Islam, Epistemologi Ekonomi Islam, dan

Aksologi Ekonomi Islam (Aziz, 2009).

Latar belakang keilmuan Ekonomi Islam disebut sebagai Ontologi

Ekonomi Islam yaitu berupa alasan mendasar adanya Ekonomi Islam.

Sesuai dengan sistem kehidupan yang ada pada diri manusia, keluarga,

lingkungan, dan alam semesta maka elemen dasar penciptaan terdiri dari 3

unsur yaitu manusia, Allah, dan ibadah. Kemudian perpaduan 3 hal ini

membentuk alasan besar penciptaan yaitu Islam, sehingga ontology dari

Ekonomi Islam adalah Islam.

QS. Ali-Imran [3]: 19.

Artinya: Sesungguhnya Din (sistem) di sisi Allah adalah Islam.

Sesuai dengan firman Allah tersebut bahwa sistem atau Din yang

diciptakan Allah itu hanya Islam. Sehingga sistem ekonomi yang ada

seharusnya juga mengikuti aturan dalam sistem Islam (Aziz, 2009).

Islam dalam Ekonomi Islam merupakan konsep besar sebagai suatu

sistem yang menyeluruh. Kemudian Islam yang menyeluruh inilah yang

menjadi epistemology dari keilmuan Ekonomi Islam yang sedang

berkembang yaitu kafah. Ekonomi Islam yang kafah muncul sebagai

konsep dasar ekonomi dengan batasan Islam sebagai suatu sistem.

QS. Al-Baqarah [2]: 208.

Artinya: Wahai orang-orang beriman masuklah kalian ke dalam Islam

secara kafah.

Page 43: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

28

Konsep Ekonomi Islam yang kafah didukung oleh Quran Surat Al-

Baqarah [2] ayat 208 bahwa tujuan dari Ekonomi Islam dapat dijalankan

oleh orang-orang yang beriman dan dilakukan secara sistematis dan

menyeluruh atau kafah yang berarti dimulai dari Islam sebagai kerangka

dasar kehidupan yang di dalamnya mengandung makna bahwa manusia

diciptakan Allah untuk ibadah. Kemudian dikembangkan ke berbagai

aspek termasuk ekonomi (Aziz, 2010).

Kerangka dasar Islam dari konsep yang menyeluruh berupa kafah

ini perlu diterjemahkan ke dalam penerapan berekonomi secara makro dan

mikro ekonomi. Implementasi dari kedua hal tersebut dijabarkan dalam

bentuk aksiologi yaitu keseimbangan sistem ekonomi yang terdiri dari 2

hal misalnya antara penawaran dan permintaan. Secara analogis, gambaran

tentang keseimbangan antara 2 hal dalam Al-Quran disebutkan sebagai

hubungan antara hal yang baik dan hal yang buruk (Aziz, 2010).

QS. Saba [34]: 28.

Artinya: dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia

seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi

peringatan.

Kaffah Thinking adalah berfikir holistic dengan pendekatan akar kata

Islam berupa makna sinlamim (Roikhan, 2009). Berfikir kaffah berarti bahwa

sebuah sistem yang menyeluruh pastilah bernilai Islam , sehingga sebuah sistem

yang kaffah akan terdiri dari tiga bagian utama, yaitu Tuhan, Alam dan Ibadah.

Tiga variable ini bermetamorfosis sesuai dengan parameter yang sedang diteliti.

Page 44: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

29

Variabel utama ini disebut sebagai super variable yang terdiri dari variabel s,l,m

yang merupakan akar kata dari Islam itu sendiri (Roikhan, 2016).

2.2 God (Tuhan)

Merupakan pencipta alam semesta yang memiliki kekuasaan

tertinggi hanya milik Allah SWT. Semua kekayaan, hak milik dan sumber-

sumber pemasukan merupakan kepunyaan Allah. Allah mengatur semua ini

sesuai dengan cara yang dikehendakinya. Allah menegaskan bahwa

diantara kaum muslimin dilarang saling memakan harta sesesama muslimin

dengan jalan yang batil kecuali dengan jalan perniagaan. Batil yang

dimaksud disini adalah yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syari‟ah

seperti riba maisyir, gharar. Dalam pengembangan muamalah ekonomi

disini memasukkan unsur tauhid yang diparameterkan dengan variabel L

atau Lam yang berarti Lillah atau ke Allah, bahwa pencipta tunggal dari

kehidupan ini hanyalah AllahSwt.

2.3 Human (manusia)

Kehidupan yang lebih baik bagi manusia dan alam, bentuk

kehidupan yang berpandu pada ketentuan-ketentuan Pencipta yaitu

keberangkatan dari kepercayaan akan adanya pencipta sebagai sebab

keterciptaannya sesuatu yang ada didunia, Tuhan semesta Alam dan

menempatkan diri sebagai pelayan Tuhan maksudnya hidup karena mencari

keridhaan Allah dan tidak lagi hidup untuk kepentingannya sendiri, karena

hanya dengan demikian pemeluk Islam dianggap kaffah dalam beragama.

Sementara itu manusia sebagai khalifah Allah tidak memiliki apapun, hak

manusia terbatas pada hak pemanfaatan dan pengurusan sesuai dengan

ketentuan yang telah digariskan Allah (Rozalinda, 2014). Makna khalifah

Page 45: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

30

manusia pada umumnya yang diindikasikan sebagai wakil Allah di bumi

dalam menjalankan amanah dan menegakkan hukum-hukum Allah secara

kolektif (Rahim, 2012). Seperti pada kaitannya dengan ekonomi dengan

memasukan unsur kemanusiaan yang diparameterkan sebagai variabel S

atau Sin dalam ekonomi untuk sama-sama memberikan keuntungan pada

pihak terkait, tanpa merugikan salah satu pihak diantaranya dengan

memperhitungkan pertanggung jawaban dari ketetapanNya.

2.4 Pray (Ibadah)

Merupakan umpan balik yakni ibadah kita yang akan dikembalikan

lagi kepada Allah SWT yang telah memberikan kemaslahatan atau

manfaat kepada manusia. Tidak hanya diarahkan untuk dunia dan akhirat

saja melainkan berkaitan dengan kepentingan perorangan dan kepentingan

umum serta keseimbangan hak dan kewajiban (Rozalinda, 2014). Sebagai

investasi kehidupan selanjutnya yaitu dimasa ukhrawiah. Faktor ibadah

merupakan dimensi ketiga berupa parameter M atau Mim sebagai feedback

dari Tuhan dan manusia sebagai penyeimbang berupa nilai ibadah atau

imball hasil yang dicapai. Dengan peluang yang akan dihasilkan dari dari

sistem ekonomi yang terjadi.

2.1.1 Faktor Internal

Merupakan variabel yang dinilai dari perbankan syariah itu sendiri,

seperti manusia terhadap Allah. Sebagai variabel internalnya adalah

manusia. Pengujian internal perlu dilakukan karena sebelum melihat

permasalahan yang diluar, terlebih dahulu melihat permasalahan yang

terjadi di internal perbankan itu sendiri. Di dalam Islam selalu

Page 46: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

31

mengajarkan untuk senantiasa mengintropeksi diri, sebelum yang Maha

Kuasa Mengintropeksi. Dalam hal perbankan syariah juga tidak jauh

berbeda, seperti sebelum Badan Pengawas Keuangan, Otoritas Jasa

Keuangan atau yang lainnya mengaudit, maka sudah sepantasnya

perbankan syariah mengaudit secara internal.

2.1.2 Faktor Eksternal

Merupakan variabel yang tidak bisa dihindarkan. Variabel ekternal bagaikan

Tuhannya terhadap manusia, walaupun tidak sama persis. Karena apa yang

dilakukan oleh manusia, harus melihat dan memperhatikan aturan atau syariat

yang ditentukan oleh Sang Penciptanya. Faktor eksternal merupakan kelompok

variabel dengan kriteria variabel- variabel yang ikut mempengaruhi sebuah

sistem ekonomi yang berasal dari luar variabel yang diteliti, seperti variabel

ekonomi makro.

2.1.3 Faktor Religiusitas.

Selain melihat faktor internal dan eksternal, kebijakan bank syariah juga perlu

memperhatikan faktor religiusitas seperti pelarangan riba, maisir, gharar. Selain

itu, perlu diingat oleh para peraktisi bank syariah mengenai hak orang lain yang

harus ditunaikan, dalam hal ini adalah zakat. Karena suatu pekerjaan tanpa

dilandasi dengan nilai ibadah menjadi hampa. Tidak terdapat ketenangan jiwa di

dalamnya. Selain itu, tujuan manusia diciptakan di muka bumi ini tidak lain

kecuali untuk beribadah kepada Robbnya. Faktor religiusitas muncul untuk

menyempurnakan dua faktor pertama yaitu internal dan eksternal. Dalam makna

Islam terkandung muatan tiga faktor utama yaitu s,l,m yang merupakan akar

kata dari Islam itu sendiri. Insial s merupakan singkatan dari sin atau manusia

yang bermakna sesuatu yang berada di dalam sebuah sistem atau disebut sebagai

Page 47: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

32

faktor internal. Inisial l singkatan dari lam atau lillah yang bermakna ke Allah

atau kepada pencipta yang bermakna sesuatu yang berada di luar sebuah sistem

atau disebut sebagai faktor eksternal. Dan inisial m singkatan dari mim atau

masjid bermakna ibadah yang memiliki arti segala sesuatu yang memiliki nilai

intangible atau resultan dari internal dan eksternal. Bisa juga dideskripsikan

sebagai kaitan antara faktor luar terhadap internal melalui media yang

menghasilkan sesuatu yang kemudian disebut sebagai faktor religiusitas.

2.1.4 Teori Hahslm

Dasar pemikiran dari pendekatan Hahslm adalah bahwa dalam Islam

tentunya memiliki genuine standar metodologi yang berbeda dengan

pendekatan eksisting sekarang ini. Analisis ekonomi yang dilakukan

peneliti secara ilmiah dalam lingkungan formal seperti perguruan tinggi

atau lembaga penelitian maupun non formal seperti terbitan berkala

majalah mayoritas menggunakan alat analisis. Alat tersebut dipakai untuk

menajamkan analisis yang dilakukan dalam rangka mengejar tujuan

analisis yang dirumuskan. Tetapi dengan semakin kompleksnya

permasalahan ekonomi dan kehidupan, dirasakan perlu menanamkan

makna ibadah dalam proses alat analisis tersebut untuk menjadikan tujuan

analisis ekonomi memberikan manfaat ganda yaitu dunia dan akhirat.

Penelitian selama ini berbasiskan pola berpikir linier dari pendekatan

sekular yang memisahkan keilmuan dengan keagamaan, sehingga

otomatis makna ibadah di dalam proses berpikir tersebut tercerabut

dengan sendirinya. Sekarang scholar muslim melakukan pendekatan yang

genuine dari Islam dengan membenamkan proses alat analisis berupa

Page 48: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

33

makna ibadah atau shalat.

Makna ibadah merupakan proses yang alami dalam setiap aktivitas

kehidupan termasuk ekonomi. Sesuai dengan Quran Surat Adz-Dzariyat

[51]: 56 yang berbunyi:

Artinya: Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah

Petunjuk mengenai ibadah yang diberikan Allah Swt. berasal dari ayat

kauliyah yaitu Al-Quran dan As-Sunnah serta ayat kauniyah yaitu alam

semesta. Untuk itu scholar Islam wajib meyakini bahwa landasan berpikir

dalam analisis ekonomi terdiri dari dua (2) komponen yaitu ayat kauliyah

dan kauniyah. Pernyataan ini perlu dipertegas untuk tidak mengotakkan

umat Islam hanya membatasi pada ayat kauliyah saja.

Dalam ayat di atas dinyatakan bahwa ibadah yang dimaksud

termasuk yang prioritas adalah shalat dengan menghitung jumlah total

bilangan ayat tersebut 5+1+5+6 = 17 rakaat. Selain itu waktu shalat harus

sesuai dengan petunjuk ayat kauniyah berupa rotasi bumi terhadap

matahari maupun bulan yang mengelilingi bumi. Sehingga makna ibadah

di setiap lokasi akan berbeda waktunya sesuai dengan fenomena alam yang

ada.

Fenomena alam bumi, matahari, dan bulan sudah ada bahkan sejak

sebelum wahyu kauliyah diturunkan yaitu Al-Quran. Makna beribadah

pasti sudah bisa diejawantahkan oleh pendahulu umat sebelum umat Nabi

Muhammad, dengan memelajari ayat kauniyah yang terjadi dari fenomena

alam tersebut. Kemudian, pada era risalah Nabi Muhamad Saw oleh Allah

Page 49: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

34

Swt fenomena alam tersebut dimodifikasikan serta diintegrasikan dalam

ayat kauliyah berupa Al-Quran maupun As-Sunnah. Untuk itu umat Islam

juga wajib meyakini adanya ayat kauniyah alam semesta ini. Karena

keterbatasan manusia untuk memahami ayat kauliyah Al-Quran, maka

umat Islam wajib merujuk ke ayat kauniyah, sehingga tidak hanya

membatasi pengetahuan pada ayat kauliyah Al-Quran semata.

Ayat kauliyah hanya memberikan inti dari modifikasi alam

semesta, sedangkan untuk detil penjabaran dari fenomena alam para

scholar muslim wajib untuk merujuk kepada sumber utamanya yaitu

kejadian alam itu sendiri.

Allah menegaskan bahwa penciptaan pasti mengandung makna

ibadah, maka menjadi kewajiban scholar muslim untuk menjadikan alat

analisis juga ada nilai ibadahnya. Selama ini keilmuan ekonomi Islam dan

perbankan syariah selalu menggunakan pendekatan eksisting. Hal tersebut

bukanlah berarti bahwa alat analisis tersebut tidak mengandung makna

ibadah, tetapi bisa jadi karena yang membangun software alat analisis

tersebut adalah kalangan barat yang selalu meniadakan faktor agama

dalam sains, maka probabilitas besar bahwa alat analisis yang ada

sekarang kurang memiliki makna nilai ibadah.

Alat analisis yang genuine dari scholar Islam perlu didorong secara

ilmiah, walaupun pada akhirnya nanti ternyata apa yang sudah ada

sekarang akan sama dengan yang akan dihasilkan oleh scholar Islam.

Tetapi makna dari konsep alat analisis tersebut akan berubah sesuai

Page 50: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

35

dengan model berpikir yang Islami. Lebih signifikan lagi bila ternyata

hasil akhir dari scholar Islam tersebut memiliki disferensiasi dalam hal

motode maupun model, sehingga mampu memberikan benchmark yang

mutlak antara alat analisis dari keluaran sekular versus keluaran Islam.

Untuk sekarang ini, konsep dalam alat analisis memperoleh

apresiasi dari berbagai sudut pandang. Ada yang memulai dari filosofi

Tauhid, ada yang berangkat dari perspektif maslahah, dan ada pula yang

melihat dari makna ibadah. Pada metode penelitian ini menggunakan sudut

pandang yang terakhir yaitu dari makna ibadah.

Definisi Teori H dari kata Hahslm menurut Roikhan (2015) adalah:

1. Secara sempit Teori H diartikan sebagai teori pola dasar dari super factors

yang terdiri dari faktor internal, eksternal, dan religiusitas dengan differentiate

variables sebagai variabel pelindung dan variabel penolong.

2. Secara luas untuk penggunaan paling umum Teori H dapat diartikan sebagai

teori konsep dasar pola penciptaan dengan hubungan tertentu. H berasal dari

rumus Hahslm, quran surat Hijr, juga singkatan dari Huda.

Untuk mengetahui filosofi dari Teori H ini diperlukan

pendalaman mengenai ontologinya yang selalu dikaitkan dengan Islam

baik secara harfiah maupun secara maknawi. Selanjutnya pengembangan

secara epistemologi dalam institusi Islam yang Kaffah menghadirkan

terminologi baru menjadi suatu pendekatan lebih komprehensif. Secara

umum filosofi teori H bisa dilogikakan secara berurut bahwa latar

belakang teori ini adalah nilai Islam dengan konsep yang menyeluruh

melalui cara yang seimbang dengan mengejawantahkan makna ibadah

Page 51: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

36

dalam kehidupan.

Hal ini sesuai dengan isi Al-Quran yang berbunyi „silmi kâffah‟,

dengan penjelasan bahwa kata „silmi‟ merupakan derivasi dari huruf sin

lam mim. Kata dasar sinlammim ini secara umum merupakan salah satu

solusi untuk menembus pengembangan konsep dalam rangka

memecahkan permasalahan yang mendasar. Hal ini dirasakan perlunya

suatu metode yang lebih baik untuk menjadi perimbangan dalam

mengatasi keterbatasan metodologi dalam studi Islam.

Gambar 2.1

Tulisan Islam Dalam Tangan

Manusia

Sumber: Lukisan, Aziz, 2006

Hal ini juga sejalan dengan perkembangan peradaban terakhir

yang menyatakan bahwa dirasakan perlu untuk mencari jalan tengah dari

permasalahan institusi peradaban yang ada dengan beralih ke hal-hal

yang berkaitan dengan spiritual. Semakin hari manusia semakin

menginginkan pemikiran yang lebih baik, lebih tajam, dan mampu

menjawab semua aspek. Hal ini akan menjadi dorongan pembuktian

bahwa Teori H adalah juga mencakup pencarian jati diri keilmuan Islam

yang paling sederhana yang dimulai dari tangan manusia.

Page 52: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

37

Gambar berpikir kafah dalam Islam di atas bermakna bahwa

sebuah sistem yang menyeluruh pastilah bernilai Islam, sehingga sebuah

sistem yang kafah akan terdiri dari 3 bagian utama yaitu Tuhan Alam,

dan Ibadah. Tiga variabel ini akan bermetamorforsis sesuai dengan

konteks dari topik yang sedang difokuskan. Tetapi dasar pemikiran dari

sebuah sistem atau sub-sistem yang utuh haruslah terdiri dari 3 hal.

Pendekatan Teori H dapat dikembangkan dalam kehidupan seperti

pengembangan institusi ekonomi. Dengan merubah elemen pertama

Tuhan menjadi elemen ekonomi makro, kemudian elemen kedua adalah

alam yang bisa dikonversikan menjadi elemen ekonomi mikro, dan

feedbacknya adalah ibadah yang ditransformasikan menjadi peluang

kehidupan berekonomi.

Sesuai dengan kaidah Bahasa Arab, kata Islam berasal dari kata

dasar 3 huruf konsonan: sinlammim, kemudian mendapat awalan 1 huruf

konsonan alif (I), sehingga terbentuk kata dasar alif sinlammim (I).

Gambar 2.2

Model Dasar Islam Kaffah

Sumber: Aziz, 2009

Allah

Manusia

Ibadah

Page 53: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

38

Bentuk kata dasar yang terdiri dari 4 huruf (3 huruf + 1 huruf)

tersebut menjadi kata dasar utama untuk membentuk kata Islam.

Kemudian bentukan kata dasar ini akan dituliskan dalam persamaan

sederhana yaitu: Islam adalah alif sinlammim.

Fungsi 1

Islam = Alif (Sin, Lam, Mim)

Dimana, Islam=I, Alif=A, Sin=S, Lam=L,

Mim=M. Rumus:

I = A (S,L,M) ……………………………………………………… (1)

Dari pernyataan di sisi Allah adalah Islam, diperoleh

persamaan yang dituliskan secara sederhana, tetapi sebenarnya bukan

persis mutlak sama, bahwa pendekatan persamaan hanya memberikan

kemudahan dalam pembacaan rumus, seperti Allah = Islam, yang

dibaca sebagai di sisi Allah adalah Islam. Analogi persamaan tersebut

dibuat garis minus tiga yang menyatakan tidak persis sama, karena

hanya untuk memudahkan pembacaan persamaan, yang sebenarnya

harus dituliskan lengkap bahwa „Dyn Di Sisi Allah = Islam‟.

Fungsi pertama di atas dapat dituliskan juga dalam persamaan

latin atau dalam Greek Alphabet.

Fungsi 2

I = A (S,L,M)

Iota = Alpha (Sigma, Lambda, Mu)

Page 54: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

39

Sekarang dari kata Islam diperoleh 4 variabel yaitu alif, sin,

lam, mim. Empat variabel ini akan dijadikan tolok ukur bagi

pengembangan rumus lainnya. Ada ayat Quran Surat Al-Hijr [15]: 87

yang berbunyi:

Artinya: “Dan Aku berikanmu 7 diulang dan Quran agung” (Q.S. Al-

Hijr: 87).

Dari Teori H di atas didapatkan rumus mengenai adanya

dimensi waktu dan dimensi ruang. Secara implisit Allah Swt

menyebutkan 7 diulang, kemudian peradaban manusia

mengintepretasikannya 14 abad setelahnya sebagai simbol dari dimensi

waktu dengan argumentasi adanya kata matsani atau diulang. Menurut

Aziz (2015) dari ayat tersebut, didapatkan dua variabel utama, yaitu 7

(Tujuh) dan Al-Qur‟an. 7 (Tujuh) dianggap sebagai variabel mutlak,

dan Al-Qur‟an masih dapat dipecah menjadi 2,3,1,9. Jika dijumlahkan,

2x3x19 hasilnya adalah 114. Sehingga didapatkan lima angka, yaitu

7,2,3,1,9. Untuk memudahkan dalam membuat rumus, angka-angka

tersebut diubah, ke dalam huruf. Dalam tabel diatas dapat dilihat 7

menjadi A (Alif), 2 menjadi h (hanif), 3 menjadi S (Sin/Manusia), 1

menjadi L (Lam/Lillah) dan 9 menjadi M (Mim/Masjid). Sehingga

terbentuklah AhSLM. Untuk menjadikannya sebuah persamaan,

dibutuhkan variabel dependen.

Variabelnya yaitu H (Huda/petunjuk). Huda didapatkan dari angka 4.

Page 55: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

40

Angka 4, berasal dari penjumlahan 7+2+3+1+9 = 22. (22) menjadi

2+2=4. Akhirnya, terbentuklah sebuah persamaan yaitu

H=A.h(S,L,M). Enam parameter ini dapat dideskripsikan sebagai

variabel dependen yaitu H, A sebagai konstanta, h sebagai tingkat

kesalahan atau error, sedangkan variabel S meupakan bagian dari

faktor internal, variabel L meupakan bagian dari faktor eksternal, dan

variabel M merupakan bagian dari faktor religiusitas. Jumlah variabel

tidak terbatas hanya tiga saja, dengan parameter ke-n bahwa variabel S

bisa berupa variabel S1, S2, S3...Sn, variabel L bisa berupa variabel L1,

L2, L3...Ln, dan variabel M bisa berupa variabel M1, M2,M3...Mn.

Perbedaan pendekatan antara rumus eksisting dengan rumus

beracuan kitab suci adalah adanya faktor bobot. Pada pendekatan

konvensional kategori hasil akan ditekankan dalam bentuk tangible

atau nilai fisik yang tampak. Sedangkan pada pendekatan agama akan

lebih menekankan intangibel atau perspektif yang lebih dari fisik yaitu

juga memasukkan nilai religiusitas atau ibadah. Walaupun jika

didampingkan akan terlihat rumus yang sama, tetapi ketika

implementasi terjadi deviasi hasil intepretasi. Keilmuan sekular akan

mendasari pada segmen data implementatif atau empirik. Sedangkan

keilmuan Islam akan senantiasa memasukkan tidak hanya empirik

tetapi juga besaran religiusitas atau intangible value.

Pengembangan epistemologi Ekonomi Islam secara Kâffah untuk

ibadah dalam tiga dimensi menghadirkan terminologi baru seperti

Page 56: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

41

metode Sinlammim. Hal ini sesuai dengan isi al-Quran yang berbunyi

„silmi kâffah‟, dengan penjelasan bahwa kata „silmi‟ merupakan

derivasi dari huruf sin lammim.

Pemaparan Kaffah Thinking dalam Ekonomi Kâffah atau Ekonomi

Tiga Dimensi atau Ekonomi Dinamis dapat mengambil analogi dari

System Thinking. Fungsi Ekonomi Dinamis di sini, untuk menjadi pilihan

konsep bila ternyata Ekonomi Kapitalis sudah terbukti tidak mampu

mengatasi masalah yang kompleks akhir-akhir ini. Sebagian ekonom barat

mulai memperbaiki sistem ekonomi kapitalis dengan pendekatan sistem

thinking. Dalam hal ini, Ekonomi Dinamis merupakan salah satu solusi

yang merupakan paradigma baru dari pertumbuhan pesat Ekonomi Islam.

Kehadiran Ekonomi Kâffah menjadi entitas yang berdiri sendiri, memiliki

diferensiasi, dan dasar yang kuat dari al-Quran (QS. AL-Baqarah [2]: 208),

tetapi dalam menjembatani pengembangan Ekonomi Kâffah dianalogikan

bersama System Thinking. Peradaban barat yang memiliki referensi yang

terstruktur, metodologi yang mendasar, dan yang paling penting sudah

merasuki setiap lembar pemikiran kaum intelektual dunia. Sehingga

dirasakan akan lebih sederhana dan logis bila Ekonomi Kâffah muncul

bersama konsep System Thinking.

Kekhususan yang dimiliki oleh Ekonomi Kâffah adalah penjabaran

dari metode Sinlammim. Hal ini sesuai dengan isi al-Quran yang berbunyi

„silmi kâffah‟, dengan penjelasan bahwa kata „silmi‟ merupakan derivasi

dari huruf sin lam mim.

Page 57: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

43

Dalam teori Hahslm terdapat Metode Sinlammim dalam Ekonomi

Kâffah, juga menjadi metode yang baru bagi pengembangan epistemologi

sistem ekonomi Islam secara keseluruhan. Metode Sinlammim secara

umum merupakan salah satu solusi untuk menembus kebuntuan kehidupan

dalam rangka memecahkan permasalahan yang mendasar. Hal ini

dirasakan perlunya suatu metode yang lebih baik untuk menjadi

perimbangan dalam pendekatan metafisika.

Hal ini sejalan dengan perkembangan metodologi terakhir yang

menyatakan bahwa dirasakan perlu untuk mencari jalan tengah dari

permasalahan ekonomi yang ada dengan beralih ke hal-hal yang berkaitan

dengan spiritual. Salah satu contoh dari bukti metodologi metode

Sinlammim adalah pencarian jati diri dari tangan manusia. Yang semula

manusia beranggapan bahwa tangan ini atau jari-jari ini adalah giffen dari

Tuhan, maka dengan semakin kritisnya manusia mulai mencari tahu

adakah pola tertentu yang menjadi standar dari penciptaan jari-jari

manusia.

Pendekatan yang ada selama ini kurang mampu mengintegrasikan

sistem secara lebih diagonal atau transendental. Pendekatan dapat

dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan metode

sinlammim. Dengan pendekatan ini secara metodologis dapat sedikit

membuka tabir konsep bentuk jari-jari manusia yang terkait erat dengan

nilai spiritual yang ada dalam kitab suci.

Dengan metode sinlammim ini, manusia mencoba membuktikan

Page 58: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

44

bahwa model sinlammim ini „mampu atau tidak‟ menjadi benchmark bagi

setiap penciptaan yang ada di alam semesta ini. Jika dianggap bahwa

dengan pendekatan ini dapat dibuat uraian tentang penciptaan jari-jari

manusia, maka selanjutnya dapat dilakukan analogy dalam sistem

ekonomi.

Pembuktian valid/sahih dan tidaknya Sinlammim sebagai salah

satu metode pendekatan dapat dilakukan dengan berbagai percobaan, trial

and error, pengamatan dan penelitian yang dilakukan selayaknya oleh

umat muslim sebagai pemilik dari model sinlammim ini. Kajian yang

dilakukan sebenarnya tidak membatasi sistem tetapi sekiranya metode ini

mampu menghadirkan buah karya dari umat Islam sendiri, mengapa tidak

umat muslim yang mengembang secara proaktif pada metode Sinlammim

ini. Untuk metode Sinlammim, Elemen pertama adalah Tuhan, kemudian

elemen kedua adalah alam, dan feedbacknya adalah ibadah.

Gambar 2.3

Diagram Kaffah Thinking Dalam

Islam

2. Rumus: Kaffah = Tuhan ; Alam ; Ibadah

Rumus: Ekonomi = Eksternal ; Internal ; Religiusitas

Kaffah Thinking Ekonomi

Tuhan

Ibadah

Eksternal

Religiusitas

Page 59: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

45

3. Penjelasan: Dalam ekonomi ada faktor eksternal yang

menjadi inflow bagi transmisi ekonomi ke faktor internal kemudian

melalui faktor religiusitas transmisi ekonomi ini dilakukan untuk

terjadinya keberlanjutan ekonomi yang lebih baik dan terus

bertumbuh.

Sinlammim merupakan akar dalam huruf. Selain huruf, dalam

bahasa Arab ada juga angka. Angka sudah digunakan dalam kehidupan

manusia sejak awal zaman sebagai simbol dasar untuk berkomunikasi

secara universal.

2.2 Manajemen Keuangan Dalam Ekonomi Islam

Manajemen sebagai suatu alat dan cara berpikir sesungguhnya dapat

diterapkan di berbagai bentuk institusi termasuk perbankan. Adapun hal yang

membedakan adalah pada proses pendefinisian serta penekanan dari masing-

masing fungsi dan proses manajemen mengingat setiap jenis institusi memiliki

karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya. Sebagaimana telah diketahui,

lembaga perbankan adalah lembaga intermediasi keuangan yang dalam

kegiatan operasionalnya sangat bergantung pada tingkat kepercayaan

masyarakat.

Manajemen yang baik harus memenuhi syarat-syarat yang tidak

boleh dtinggalkan demi mencapai hasil tugas yang baik. Oleh karena itu,

para penguasa atau pengusaha wajib mempelajari ilmu manajemen dengan

prinsip atau teknik manajemen yang diisyaratkan dalam Al-Qur‟an dan

Page 60: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

46

Hadits. Adapun beberapa prinsip atau kaidah dan teknik manajemen yang

ada relevansinya dengan Al-Qur‟an atau Hadits antara lain sebagai berikut:

1. Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Setiap muslim wajib melakukan perbuatan yang ma‟ruf, yaitu

perbuatan yang baik dan terpuji seperti perbuatan tolong-menolong

(ta’awun), menegakkan keadilan di antara manusia, meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, mempertinggi efisiensi dan lain-lain.

Sedangkan perbuatan munkar (keji) seperti korupsi, suap, pemborosan

dan sebagainya harus dijauhi dan bahkan harus diberantas. Untuk

melaksanakan prinsip tersebut, ilmu manajemen harus dipelajari dan

dilaksanakan secara sehat, baik secara bijak maupun secara ilmiah.

2. Kewajiban Menegakkan Kebenaran dan Keadilan

Ajaran Islam adalah metode Ilahi untuk menegakkan kebenaran dan

menghapuskan kebatilan dan untuk menciptakan masyarakat yang adil,

sejahtera serta diridhoi Tuhan. Kebenaran (haq) menurut ukuran dan

norma Islam, antara lain tersirat di dalam firman Allah Surah Al-

Isra‟(17) ayat 81 :

Dan katakanlah : “Yang benar telah datang dan yang batil telah

lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti

lenyap.

Manajemen sebagai suatu metode pengelolaan yang baik dan benar,

untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan dan menegakkan

kebenaran. Menegakkan kebenaran adalah metode Allah yang harus

Page 61: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

47

ditaati oleh manusia. Dengan demikian manajemen yang disusun oleh

manusia untuk menegakkan kebenaran itu menjadi wajib.

Beberapa faktor strategis dan fundamental harus dipertimbangkan

dalam menentukan penilaian dasar dan tujuan manajemen, yaitu :

1. Hak Asasi Manusia bahwa manusia adalah makhluk termulia yang

diciptakan Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-

Isra‟ (17) ayat 70 :

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami

angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki

dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan

yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

Maksud ayat di atas adalah Allah memudahkan bagi anak Adam

pengangkutan-pengangkutan di daratan dan lautan untuk

memperoleh penghidupan. Oleh karena itu semua kegiatan manusia

haruslah dalam rangka memelihara nilai kemuliaan itu. Manajemen

harus bertolak dari prinsip memelihara nilai-nilai kemuliaan

manusia, yang telah diberikan. Nilai-nilai serta hakekat dari manusia

tidak boleh dikurangi atau diabaikan dalam pelaksanaan manajemen

karena semua yang ada di permukaan bumi ini disediakan untuk

manusia bukan sebaliknya. Manusia juga tidak boleh menyembah

seorang oknum, betapapun besarnya kekuasaan dan kekayaannya.

Page 62: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

48

Manusia hanya wajib menyembah Allah. Inilah hakekat hak asasi

manusia yang harus dianut pula dalam manajemen.

2. Hak dan Kewajiban bekerja Ajaran Islam tidak mengenal kelas

dalam masyarakat yang membagi manusia menurut tingkat-tingkat

yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Ajaran Islam juga tidak

mengenal adanya kelas manajer, karena adanya sekolompok orang

yang berfungsi sebagai manajer hanya dapat dilihat dari pembagian

kerja, atas dasar persetujuan bersama atau atas dasar kemampuan

manajerial semata.

3. Akhlaqul Karimah, ajaran Islam didasarkan dan ditujukan untuk

membentuk akhlak yang luhur. Dengan akhlak yang luhur manusia

diharapkan melakukan perbuatan yang baik, indah, serasi dan

harmonis. Dengan demikian, prinisp manajemen dan pelaksanaannya

wajib dijiwai, dipimpin dan diarahkan untuk mencapai kebaikan

(maslahat), berdasarkan konsepsi dan norma-norma yang ditetapkan

oleh Allah dan Rasul-Nya. Konsep ajaran akhlak menuju perbuatan

baik dan terpuji (amal sholeh), berfaedah dan indah untuk mencapai

kebahagian dunia dan akhirat yang diridhai Allah SWT. Konsep

amal sholeh menjadi inti ajaran Islam yang harus diterapkan dan

untuk melatarbelakangi manajemen, baik dalam konsepsi, struktur

maupun operasinya.

Page 63: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

49

Adapun unsur-unsur manajemen dalam bank syariah, terdiri dari beberapa

penjelasan di bawah ini, antara lain :

1. Perencanaan

Semua dasar dan tujuan manajemen seperti yang telah disebutkan

sebelumnya, haruslah terintegrasi, konsisten dan saling menunjang satu

sama lain. Untuk menjaga konsistensi kearah pencapaian tujuan

manajemen maka setiap usaha itu harus didahului oleh proses

perencanaan yang baik. Allah berfirman dalam Surah Al-Hasyr (59)

ayat 18 :

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya

untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya

Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Suatu perencanaan yang baik dilakukan melalui berbagai proses

kegiatan yang meliputi forecasting, objective, policies, programes,

procedure dan budget.

2. Forecasting

Forecasting adalah suatu peramalan atau penaksiran usaha yang

sistematis yang paling mungkin memperoleh sesuatu di masa yang

akan datang, dengan dasar penaksiran dan menggunakan perhitungan

yang rasional atas fakta yang ada. Fungsi tersebut untuk memberi

informasi sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh manajemen bank adalah

Page 64: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

50

melakukan peramalan usaha dengan melihat kondisi internal dan

eksternal dalam rangka perumusan kebijakan dasar.

3. Objective

Objective atau tujuan adalah nilai yang akan dicapai atau diinginkan

oleh seseorang atau badan usaha. Tujuan suatu organisasi harus

dirumuskan dengan jelas, realistis dan dapat diketahui oleh semua

orang yang terlibat dalam organisasi, agar dapat berpartisipasi dengan

penuh kesadaran. Tujuan manajemen bank syariah tidak saja

meningkatkan kesejahteraan bagi para stakeholders, tetapi juga harus

mempromosikan dan mengembangkan aplikasi dari prinsip-prinsip

syariah. Oleh karena itu aktivitas perencanaan tujuan masa depan harus

dilakukan dengan baik, teliti, lengkap dan rinci dan perumusan

kebijakan tersebut haruslah disusun bersama oleh Direksi, Dewan

Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah.

4. Policies

Policies berarti rencana kegiatan atau juga dapat diartikan sebagai

suatu pedoman pokok yang diadakan oleh suatu badan usaha atau

organisasi untuk menentukan kegiatan yang berulang-ulang. Policies

merupakan prinsip yang menjadi aturan dalam kegiatan yang terus-

menerus, selama jangka waktu pelaksanaan rencana suatu organisasi.

Para manajer bertanggung jawab untuk menafsirkan, menjelaskan dan

menjamin pelaksanaan policies tersebut.

Page 65: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

51

Pengelolaan Manajemen Keuangan Secara Islam

“…Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti

apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat

mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Luqman :34).

Pada masa sekarang ini manusia kurang sadar atau tidak mau sadar

saat ini manusia pada umumnya sudah terjebak dalam perekonomian

kapitalis dan jika hendak melepaskan diri adalah sukar. Mereka ini terdiri

dari golongan manusia yang memberikan hak kekuasaan (imperialisme)

kepada modal (kapitalisme), dalam arti yang tidak terbatas. Banyak sekali

yang membenci dan menentang imperialisme dan kapitalisme tetapi dalam

soal ekonomi ini tidak menolak atau pura-pura tidak menolak. Contohnya

adalah dengan memakai salah satu alat dalam sistem ekonomi kapitalis

yaitu sistem bunga (riba).

Sistem bunga (riba) bukan dari sistem Islam, tetapi dari sistem

jahiliyah baik yang dahulu ataupun kontemporer-konvensional. Sistem

bunga (riba) bukan timbul dari ajaran Wahyu yang bersumber dari Allah

Ta‟ala. Sistem bunga (riba) jelas haram, diperangi Allah Ta‟ala dan Rasul-

Nya dan pendapatan yang diperoleh darinya tidak berkah dan dilaknat

Allah Ta‟ala. Terbukti bahwa individu atau kelompok atau negara yang

mendapat penghasilan atau membangun dengan menggunakan uang riba

ternyata selalu dirundung nestapa dan duka yang tiada hentinya.

Page 66: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

52

Sebagaimana diketahui saat krisis moneter tahun 1997-1998 yang

berimbas kepada krisis perbankan melanda tanah air, suku bunga

perbankan mencapai 70%. Walaupun suku bunga sudah mencapai setinggi

itu, tetap saja waktu itu para nasabah bank konvensional banyak yang

ingin melakukan penarikan dana tabungan besar-besaran dari perbankan.

Kalau pemerintah waktu itu tidak turun tangan memulihkan kepercayaan

terhadap perbankan nasional dengan memberikan bantuan finansial seperti

program BLBI dan program Rekapitalisasi , niscaya semua nasabah

perbankan konvensional tersebut tidak akan bisa menarik dananya kembali

dari perbankan karena perbankan nasional waktu itu banyak yang

mengalami kondisi negative spread yaitu suatu kondisi di mana

pendapatan bunga dari peminjam lebih kecil daripada beban bunga yang

harus dibayarkan kepada nasabah penabung.

Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur‟an :

“…Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang

akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui

di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi

Maha Mengenal”. (Luqman :34)

Firman Allah,SWT dalam ayat lain :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk

hari esok. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr ayat 18).

Page 67: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

53

Bila melihat kenyataan dan memperhatikan firman Allah SWT di

atas, sebagai makhluk ciptaan Allah, tidak bisa memastikan apa yang akan

terjadi esok, apakah krisis jilid ke dua (2) bisa terjadi lagi atau tidak, yang

jelas adalah Allah SWT telah memerintahkan untuk berusaha semaksimal

mungkin agar tidak mengalami kerugian di dunia maupun di akhirat kelak.

Oleh karena itu sudah saatnya mulai sekarang bila tidak ingin rugi

dunia dan akhirat, dalam me-manage keuangan pribadi maupun

perusahaan lebih baik tidak hanya melihat tingginya tingkat suku bunga

perbankan jika menginvestasikan dana ke perbankan , ataupun tingginya

tingkat return hasil apabila dana diinvestasikan bukan di perbankan.

Tetapi lebih melihat kepada tingkat amannya yakni apakah dana yang

diinvestasikan bisa ditarik kembali jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Dan

tingkat aman yang ideal hanya bisa dicapai apabila dalam me-manage

keuangan memakai manajemen keuangan Islami yakni me-manage

keuangan yang sesuai dengan Al-Qur‟an dan Sunnah.

Banyak ayat-ayat Al-Qur‟an yang mengajarkan bagaimana me-manage

keuangan secara islami, antara lain :

1. Meninggalkan riba (sistem bunga) dan kembali kepada sistem ekonomi

syariah (Al-Baqarah : 275-278).

2. Meninggalkan segala bentuk pemborosan harta (Al-Isra: 26-27).

3. Meninggalkan segala bentuk usaha yang batil dalam mencari

penghasilan (An-Nisa :29).

Page 68: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

54

4. Meninggalkan segala bentuk usaha yang spekulatif /perjudian. (Al-

Maidah :90).

5. Memperbanyak amal/meninggalkan sifat kikir terhadap harta (Al-Isra-

29).

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Kesehatan Bank

Tingkat kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank untuk

melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu

memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai

dengan peraturan perbankan yang berlaku. Kesehatan bank dapat diartikan

sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional

perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya

dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan

yang berlaku. Bagi perbankan hasil akhir penilaian kesehatan perbankan

tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan

strategi uasaha di waktu yang akan datang, sedangkan bagi Bank Indonesia

hasil dari penilaian kesehatan perbankan digunakan sebagai sarana

penetapan dan implememtasi strategi pengawasan bank oleh Bank

Indonesia.

Tinjauan Tentang Kesehatan Bank Berdasarkan Pasal 29 UU No. 7

Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998

tentang Perbankan, bank wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai

Page 69: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

55

dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen,

likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas, serta aspek lain yang berkaitan

dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan

prinsip kehati-hatian.Menurut Surat Edaran Bank Indonesia

Nomor:13/24/DPNP tahun 2011, penilaian tingkat kesehatan bank

merupakan penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh

terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian tingkat

kesehatan, Risk profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital.

Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian

kuantitatif dan kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang

didasarkan atas meterialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian

serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan

perekonomian nasional. Penggolongan tingkat kesehatan bank dibagi

dalam empat kategori yaitu: sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak

sehat.

2.4 Kesulitan Keuangan (Financial Distress)

Kesulitan keuangan (Financial Distress) merupakan tahap awal

sebelum terjadinya kebangkrutan suatu perusahaan. Financial distress juga

dapat didefinisikan suatu kondisi keuangan perusahaan yang mengalami

kesulitan likuiditas yang sangat parah sehingga perusahaan tidak mampu

menjalankan operasi dengan baik. Definisi dari financial distress sering

kali dikaitkan dengan kebangkrutan. Kebangkrutan biasanya diartikan

Page 70: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

56

dengan kegagalan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya

untuk menghasilkan laba dan kegagalan dalam membayar kewajiban.

Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi atau penutupan perusahaan atau

insolvabilitas.

Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan

dalam keadaan tidak sehat atau krisis. Financial distress terjadi sebelum

kebangkrutan. Kebangkrutan sendiri biasanya diartikan sebagai suatu

keadaan atau situasi dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi

memenuhi kewajiban-kewajiban debitur karena perusahaan mengalami

kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan

usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan

dapat dicapai yaitu profit, sebab dengan laba yang diperoleh perusahaan

bisa digunakan untuk mengembalikan pinjaman, bisa membiayai operasi

perusahaan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi bisa ditutup

dengan laba atau aktiva yang dimiliki. Model financial distress perlu untuk

dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi financial distress

perusahaan sejak dini diharapkan dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk

mengantisipasi yang mengarah kepada kebangkrutan.

Dari penjelasan tentang kesulitan keuangan (financial distress) di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa Financial Distress dapat

memprediksi apakah perusahaan akan mengalami kebangkrutan atau tidak,

dan juga dapat digunakan sebagai persiapan untuk menentukan tindakan

Page 71: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

57

apa yang harus dilakukan oleh pihak manajemen dalam mengembalikan

kondisi keuangan perusahaannya agar dapat mempertahankan eksistensi

perusahaan di masa yang akan datang. Perusahaan mulai mengalami

kondisi financial distress ketika arus kas operasi perusahaan tidak

mencukupi dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, seperti :

pembayaran bunga kredit yang telah jatuh tempo.

2.4.1 Penyebab Terjadinya Financial Distress

Financial distress (kesulitan keuangan) dapat diakibatkan oleh

beberapa penyebab yang bermacam-macam. Awal terjadinya financial

distress dapat bermula pada saat arus kas yang dimiliki perusahaan lebih

kecil dari jumlah utang jangka panjang yang telah jatuh tempo. Hal ini

mencerminkan bahwa perusahaan tersebut tidak mampu untuk memenuhi

pembayaran kewajiban yang seharusnya dibayar pada saat itu juga.

Penyebab terjadinya kesulitan keuangan (financial distress) yang

dinyatakan oleh Sudana (2011:249) sebagai berikut :

“Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan perusahaan mengalami

kegagalan, diantaranya adalah faktor ekonomi, kesalahan dalam

manajemen, dan bencana alam. Perusahaan yang mengalami kegagalan

dalam operasinya akan berdampak pada kesulitan keuangan. Tapi

kebanyakan penyebab terjadinya financial distress baik secara langsung

maupun tidak langsung adalah karena kesalahan manajemen yang terjadi

berulang-ulang.”

Page 72: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

58

Pada dasarnya, kegiatan usaha dalam sebuah perusahaan dapat

dianggap sebagai suatu proses arus dana. Tahapannya dimulai dari proses

penarikan dana dari berbagai sumber, tahap berikutnya melakukan

pembelanjaan dana tersebut pada aktiva perusahaan, dan dilanjutkan

dengan re-investasi dana yang diperoleh dari operasi perusahaan, dan tahap

terakhir yaitu pengembalian dana. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa faktor yang sangat berpengaruh dalam terjadinya financial distress

yaitu hasil dari keburukan kinerja manajemen dalam mengelola kegiatan

usaha perusahaan tersebut.

2.4.2 Penyelesaian Financial Distress

Menurut Sjahrial (2011), menyatakan bahwa ada tiga pola

penyelesaian kesulitan keuangan (financial distress) yang terjadi pada

perusahaan, antara lain:

a. Restrukturisasi atau Reorganisasi

Pada umumnya istilah restrukturisasi digunakan jika perusahaan ingin

melakukan perbaikan secara menyeluruh, dan tujuannya adalah untuk

memperbaiki dan memaksimalkan kinerja perusahaan. Bagi perusahaan

yang go public, maksimilisasi nilai perusahaan ditandai dengan tingginya

harga saham perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan yang belum go

public, maksimilisasi nilai perusahaan dicerminkan pada harga jual

perusahaan tersebut. Baik harga saham maupun harga jual merupakan

ekspektasi investor atas kinerja perusahaan.

Page 73: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

59

Oleh karena itu, banyak perusahaan yang melakukan restrukturisasi

atau reorganisasi saat mengalami kondisi financial distress. Restrukturisasi

atau 16 reorganisasi pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi :

1) Restrukturisasi Bisnis ; penataan kembali rantai bisnis dengan tujuan

untuk meningkatkankeunggulan daya saing (competitive advantage)

perusahaan. Restrukturisasi ini dapat ditempuh melalui pemecahan

bisnis ke dalam unit usaha atau dikenal dengan Strategic Business Unit,

divestasi, dan likuidasi.

2) Restrukturisasi Keuangan ; penataan kembali struktur keuangan untuk

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Rstrukturisasi keuangan

dapat dilakukan dengan cara penjadwalan kembali pembayaran bunga

dan pokok pinjaman, serta dapat dilakukan dengan cara penjualan

saham kepada publik bagi perusahaan yang go public.

3) Restrukturisasi Manajemen ; proses penataan ulang secara radikal

manajemen dan bisnis perusahaan. Dalam hal ini radikal yang dimaksud

adalah melakukan perombakan total. Restrukturisasi ini dapat

dijalankan melalui pengurangan lapisan / tingkatan dalam struktur

organisasi pada perusahaan. Dengan kata lain perusahaan melakukan

pengurangan karyawan (Downsizing) dan pengecilan bisnis

(Downscoping) melalui pengurangan unit – unit yang tidak penting dan

hanya mempertahankan bisnis inti / utamanya saja.

Page 74: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

60

4) Restrukturisasi Organisasi ; penataan ulang organisasi perusahaan yang

dapat dilakukan baik dengan cara mengubah kembali struktur

manajemen termasuk dewan komisarisnya maupun menyangkut status

perusahaan. Pada umumnya, restrukturisasi organisasi ini dilakukan

dengan cara konsolidasi internal, misalnya penciutan jumlah cabang,

kantor wilayah 17 atau jaringan distribusi.

b. Penggabungan Diri dengan Perusahaan yang Lain

Alternatif kedua yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan kondisi

kesulitan keuangan (financial distress) yaitu penggabungan diri dengan

perusahaan yang lain. Adapun jenis penggabungan dengan perusahaan

lain, yaitu :

1) Merger ; suatu penggabungan antara badan usaha yang sejenis dengan

tujuan memperkuat kedudukan perusahaan. Hasil penggabungan dari

beberapa badan usaha ini akan membentuk perusahaan baru dan nama

dari perusahaan yang beru tersebut juga cenderung baru.

2) Akuisisi ; upaya untuk memperbesar badan usaha dengan cara memiliki

badan usaha lain atau memindahkan kepemilikan asal badan usaha lain.

Tindakan mengakuisisi dapat dilakukan oleh suatu badan usaha atau

perorangan untuk mengambil alih, baik seluruh maupun sebagian besar

saham dari badan usaha lain sehingga pengendalian terhadap

perusahaan tersebut dapat beralih.

Page 75: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

61

c. Penyelesaian Melalui Jalur Hukum, Pengadilan atau Arbitrage

Dalam hal ini perusahaan sebagai debitur diserahkan kepada pihak

ketiga. Pada umumnya, permasalahan mengenai pinjaman atau hutang

yang melibatkan peranan pihak ketiga (penegak hukum), menunjukkan

bahwa tidak adanya keepakatan antara debitur dengan kreditur.

Peranan pihak ketiga hanya sebagai penengah antara kedua belah pihak

yang berselisih. Pengadilan atau arbitrage merupakan pihak ketiga yang

independen dalam menengahi permasalahan dengan menggunakan

keahlian yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Di samping itu,

pihak penengah juga yang akan melikuidasi seluruh aktiva perusahaan dan

mendistribusikannya berdasarkan pro rata kepada para kreditur yang

terdaftar secara resmi.

2.4.3 Kinerja Bank

Perbankan sebagai badan usaha yang bergerak di bidang keuangan

sangat membutuhkan kepercayaan dari para nasabah guna mendukung dan

memperlancar kegiatan yang dilakukannya. Oleh karena itu, bank harus

memiliki kinerja yang baik untuk memperoleh kepercayaan dari para

nasabah. Menurut Kartika dan Syaichu (2006) kinerja dapat didefinisikan

sebagai “seberapa baik hasil yang dicapai oleh perusahaan dalam

mencapai tujuan perekonomian, dimana tujuan perekonomian adalah

untuk memaksimumkan kesejahteraan ekonomi.”

Page 76: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

62

Kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan

mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi dan kinerja keuangan di

masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi

keuangan dan kinerja perusahaan di masa depan (Esther dkk, 2011).

Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan,

karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam

mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya.

Menurut Gilbert dalam Kartika dan Syaichu (2006) ukuran kinerja

perbankan yang paling tepat adalah dengan mengukur kemampuan

perbankan dalam menghasilkan laba atau profit dari berbagai kegiatan

yang dilakukannya. Salah satu ukuran untuk mengetahui seberapa jauh

keefisienan dan keefektifan yang dicapai adalah dengan melihat

profitabilitas perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas maka semakin

efektif dan efisien juga pengelolaan kegiatan perusahaan.

Menurut Dani dan Hasan (2011) rasio profitabilitas dapat diukur

dengan beberapa indikator, yaitu profit margin, ROA (return on assets),

ROE (return on equity), ROI (return on investment), dan EPS (earning per

share). Lebih khususnya, ukuran profitabilitas yang tepat dalam menilai

kinerja perbankan adalah ROA (Gilbert dalam Kartika dan Syaichu, 2006).

Penggunaan ROA sebagai indikator kinerja dikarenakan ROA lebih

memfokuskan pada kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning

dalam operasi perusahaan secara keseluruhan. Selain itu, Bank Indonesia

Page 77: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

63

lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan

aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat,

sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas

perbankan (Listyorini, 2012).

ROA merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan

total aset. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan

(Dani dan Hasan, 2011). Semakin tinggi ROA maka semakin besar

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Sebaliknya, semakin

rendah ROA maka kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga

rendah.

2.5 Perkembangan Metode Penilaian Kesehatan Bank

Metode CAMEL pertama kali diperkenalkan di Indonesia sejak

dikeluarkannya pada bulan Februari 1991 mengenai sifat-sifat kehati-

hatian bank. Metode CAMEL tersebut dikeluarkan sebagai dampak

kebijakan paket kebijakan 27 oktober 1988. CAMEL berkembang menjadi

CAMELS pertama kali pada tanggal 1 Januari 1997 di Amerika. CAMELS

berkembang di Indonesia pada akhir tahuan 1997 sebagai dampak dari

krisis ekonomi dan moneter. Analisis CAMELS digunakan untuk

menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan bank umum di

Indonesia. Analisis CAMELS diatur dalam Peraturan Bank Indonesia

(PBI) Nomor 6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian Tingkat Kesehatan

Page 78: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

64

Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang

Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip

Syariah. Kemudian dikeluarkan PBI No. 13/1/PBI/2011 dan SE BI No.

13/24/DPNP yang berlaku per Januari 2012 menggantikan cara lama

penilaian kesehatan bank dengan metode CAMELS dengan metode

RGEC. Metode CAMELS tersebut sudah diberlakukan selama hampir 8

tahun sejak terbitnya PBI No. 6/10/PBI/2004 dan SE No.6/23/DPNP.

Dengan terbitnya PBI dan SE terbaru, metode CAMELS dinyatakan tidak

berlaku lagi, diganti dengan model baru yang mewajibkan Bank Umum

untuk melakukan penilaian sendiri (self-assessment) Tingkat Kesehatan

Bank dengan menggunakan pendekatan risiko RBBR (Risk-based Bank

Rating) baik secara individual maupun secara konsolidasi.

Gambar 2.4

Siklus Perubahan Metode Penilaian Kesehatan Bank

Februari 1991

CAMEL

(mulai berlaku 1991)

CAMELS PBI

No.6/10/PBI/2004

berlaku 2004 SE No.6/23/DPNP

RGEC PBI No.13/1/PBI/2011

SE BI No.13/24/DPNP 2012-sekarang

Page 79: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

65

2.6 Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.31/1/PBI/2011 dan SE

BI No.13/24/DPNP 2011, manajemen bank perlu memperhatikan prinsip-

prinsip umum berikut ini sebagai landasan dalam menilai tingkat kesehatan

bank.

1. Berorientasi risiko

Penilaian tingkat kesehatan didasarkan pada risiko-risiko bank dan

dampak yang ditimbulkan pada kinerja bank secara keseluruhan. Hal

ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor internal maupun

eksternal yang dapat meningkatkan risiko atau mempengaruhi kinerja

keuangan bank pada saat ini dan di masa yang akan datang. Dengan

demikian, bank diharapkan mampu mendeteksi secara lebih dini akar

permasalahan bank serta mengambil langkah-langkah pencegahan dan

perbaikan secara efektif dan efisien.

2. Proporsionalitas

Penggunaan parameter/indikator dalam tiap faktor penilaian tingkat

kesehatan bank dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dan

kompleksitas usaha bank. Parameter/indikator penilaian tingkat

kesehatan bank dalam surat edaran ini merupakan standar minimum

yang wajib digunakan dalam menilai tingkat kesehatan bank. Namun

demikian, bank dapat menggunakan parameter/indikator tambahan

Page 80: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

66

yang sesuai dengan karakteristik dan kompleksitas usahanya dalam

menilai tingkat kesehatan bank sehingga dapat mencerminkan kondisi

bank dengan lebih baik.

3. Materialitas dan Signifikansi

Bank perlu memperhatikan materialitas atau signifikansi faktor

penilaian tingkat kesehatan bank, yaitu profil risiko, good corporate

governance, rentabilitas, dan permodalan serta signifikansi

parameter/indikator penilaian pada masing-masing faktor dalam

menyimpulkan hasil penilaian dan menetapkan peringkat faktor.

Penentuan materialitas dan signifikansi tersebut didasarkan pada

analisis yang didukung oleh data dan informasi yang memadai

mengenai risiko dan kinerja keuangan bank.

4. Komprehensif dan Terstruktur

Proses penilaian dilakukan secara menyeluruh dan sistematis serta

difokuskan pada permasalahan utama bank. Analisis dilakukan secara

terintegrasi, yaitu dengan mempertimbangkan keterkaitan antar risiko

dan antar faktor penilaian tingkat kesehatan bank serta perusahaan

anak yang wajib dikonsolidasikan. Analisis harus didukung oleh fakta-

fakta pokok dan rasio-rasio yang relevan untuk menunjukkan tingkat,

trend, dan tingkat permasalahan yang dihadapi oleh bank.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011,

mulai 1 Januari 2012, seluruh bank umum di Indonesia sudah harus

menggunakan pedoman penilaian tingkat kesehatan bank yang terbaru,

Page 81: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

67

yaitu metode RGEC yang merupakan singkatan dari Risk Profile, Good

Corporate Governance, Earnings, dan Capital. Metode tersebut mulai

digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank posisi akhir bulan

Desember 2011. Peraturan Bank Indonesia tersebut menggantikan

peraturan terdahulu, yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004

tentang Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum dengan menggunakan

metode CAMELS (Capital, Asset Quality, Management, Earnings,

Liability, dan Sensitivity to Market Risk).

Perubahan peraturan tersebut merupakan langkah penyempurnaan

penilaian kesehatan bank yang dilatarbelakangi oleh perubahan

kompleksitas usaha dan profil risiko, penerapan pengawasan secara

konsolidasi, serta perubahan pendekatan penilaian tingkat kesehatan bank.

Secara substantif memang ada beberapa perubahan faktor-faktor penilaian,

namun dari sisi prinsip dan proses perhitungan tingkat kesehatan, PBI

Nomor 13/1/PBI/2011 tidak jauh berbeda dengan PBI Nomor

6/10/PBI/2004. Faktor penilaian tingkat kesehatan bank yang diatur dalam

Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011

antara lain mencakup penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut :

1. Risk Profile (Profil Risiko)

Risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa

(events) tertentu (PBI No. 11/25/PBI/2009). Semakin kompleksnya

produk dan aktivitas bank maka risiko yang dihadapi bank akan

semakin meningkat. Untuk itu, bank perlu menerapkan manajemen

Page 82: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

68

risiko yang memadai sehingga dapat mendukung efektivitas

pengawasan terhadap kegiatan operasional perbankan. Penilaian faktor

profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas

penerapan manajemen risiko dalam aktivitas operasional bank. Ada 8

(delapan) jenis risiko, yaitu (SE BI No. 13/24/DPNP):

a. Risiko Kredit (credit risk)

Merupakan risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain

dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Risiko kredit pada

umumnya terdapat pada seluruh aktivitas bank yang kinerjanya

bergantung pada kinerja pihak lawan (counterparty), penerbit

(issuer), atau kinerja peminjam dana (borrower).

b. Risiko Pasar (market risk)

Merupakan risiko pada posisi neraca dan rekening administratif

termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan dari kondisi pasar,

termasuk risiko perubahan harga option. Risiko pasar meliputi

antara lain risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko ekuitas, dan

risiko komoditas.

c. Risiko Likuiditas (liquidity risk)

Merupakan risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi

kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas,

dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan,

tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank. Risiko ini

disebut juga risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk).

Page 83: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

69

Risiko likuiditas juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan bank

melikuidasi aset tanpa terkena diskon yang material karena tidak

adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market

discruption) yang parah. Risiko ini disebut sebagai risiko likuiditas

pasar (market liquidity risk).

d. Risiko Operasional (operational risk)

Merupakan risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak

berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem,

dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi

operasional bank. Risiko operasional dapat bersumber dari sumber

daya manusia, proses, sistem, dan kejadian eksternal.

e. Risiko Hukum (legal risk)

Merupakan risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau

kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul antara lain

karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendasari

atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya

kontrak atau agunan yang tidak memadai.

f. Risiko Stratejik (strategic risk)

Merupakan risiko akibat ketidaktepatan bank dalam mengambil

keputusan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta

kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

Risiko stratejik ditimbulkan dari kelemahan dalam proses formulasi

strategi dan ketidaktepatan dalam perumusan strategi,

Page 84: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

70

ketidaktepatan dalam implementasi strategi, dan kegagalan

mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

g. Risiko Kepatuhan (compliance risk)

Merupakan risiko yang timbul akibat bank tidak mematuhi dan/atau

tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan

yang berlaku. Risiko kepatuhan timbul karena kurangnya

pemahaman atau kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun

standar bisnis yang berlaku umum.

h. Risiko Reputasi (reputation risk)

Merupakan risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan

stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.

2. Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)

Forum Corporate Governance Indonesia (FCGI) mendefinisikan

corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan

hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah,

karyawan serta peran pemegang kepentingan intern atau ekstern lainnya

sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain

sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan (Rahmawati,

2012). Arief (2009) mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai

suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama

mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui

Page 85: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

71

pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang

saham dalam jangka panjang.

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tentang

Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum, GCG adalah

“suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan

(transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban

(responsibility), independensi (independency) dan kewajaran (fairness).”

Good corporate governance mempunyai 5 (lima) tujuan utama, yaitu

sebagai berikut :

a. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.

b. Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholders non

pemegang saham.

c. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.

d. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja Dewan Pengurus

atau Board of Directors dan manajemen perusahaan.

e. Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan

manajemen senior perusahaan.

Penerapan GCG dalam kinerja perusahaan merupakan kunci sukses

bagi perusahaan untuk memperoleh keuntungan dalam jangka panjang dan

dapat bersaing dengan baik dalam bisnis global (Gabriela dan Fidelis,

2013). Peningkatan kualitas pelaksanaan GCG perlu dilaksanakan karena

risiko dan tantangan yang dihadapi bank baik dari intern maupun ekstern

semakin banyak dan kompleks. Secara internal, dewan Komisaris dan

Page 86: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

72

Direksi diharapkan mampu bertindak sebagai panutan (role model) dan

motor penggerak agar bank secara keseluruhan menerapkan prinsip-prinsip

GCG secara optimal.

Perhatian yang diberikan investor terhadap GCG sama besarnya

dengan perhatian terhadap kinerja perusahaan. Mereka yakin bahwa

perusahaan yang menerapkan praktik GCG telah berupaya meminimalkan

risiko keputusan yang akan menguntungkan diri sendiri, sehingga pada

akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan. Pelaksanaan GCG pada

industri perbankan berlandaskan pada 5 (lima) prinsip dasar, yaitu sebagai

berikut (SE BI No. 15/15/DPNP tanggal 29 April 2013):

a. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam

mengemukakan informasi yang material dan relevan serta

keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan

keputusan.

b. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi dan

pelaksanaan pertanggungjawaban organ bank sehingga

pengelolaannya berjalan secara efektif.

c. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian

pengelolaan bank dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan prinsip pengelolaan bank yang sehat.

d. Independensi (independency), yaitu pengelolaan bank secara

profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun.

Page 87: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

73

e. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan dalam

memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan

perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Prinsip-prinsip tersebut pada dasarnya memiliki tujuan untuk

memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan, salah satunya

adalah profitabilitas perusahaan (Dani dan Hasan, 2011). Untuk

memastikan penerapan prinsip-prinsip tersebut, bank harus melakukan

penilaian sendiri (self assessment) atas komponen-komponen yang menjadi

faktor penilaian pelaksanaan GCG.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/12/DPNP

tanggal 30 Mei 2007 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance

bagi Bank Umum, ada 11 (sebelas) faktor penilaian pelaksanaan GCG

yaitu:

a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris;

b. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi;

c. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite;

d. Penanganan benturan kepentingan;

e. Penerapan fungsi kepatuhan;

f. Penerapan fungsi audit intern;

g. Penerapan fungsi audit ekstern;

h. Penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian

intern;

Page 88: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

74

i. Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan

penyediaan dana besar (large exposures);

j. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank, laporan

pelaksanaan GCG dan pelaporan internal; dan

k. Rencana strategis bank.

Sesuai dengan SE BI tersebut, penilaian sendiri (self assessment)

atas sebelas faktor tersebut dilakukan dengan menggunakan Kertas Kerja

Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan GCG yang telah disiapkan

sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

Dalam melakukan self assessment, bank terlebih dahulu harus

memahami tujuan penilaian pelaksanaan GCG yang mencakup 3 (tiga)

aspek governance, serta kriteria/indikator pada setiap faktor penilaian.

Adapun ketiga aspek governance tersebut antara lain:

a. Governance structure, bertujuan untuk menilai kecukupan struktur dan

infrastruktur tata kelola bank agar proses pelaksanaan prinsip GCG

menghasilkan outcome yang sesuai dengan harapan stakeholder bank.

b. Governance process, bertujuan untuk menilai efektivitas proses

pelaksanaan prinsip GCG yang didukung oleh kecukupan struktur dan

infrastruktur tata kelola bank sehingga menghasilkan outcome yang

sesuai dengan harapan stakeholders bank.

c. Governance outcome, bertujuan untuk menilai kualitas outcome yang

memenuhi harapan stakeholders bank yang merupakan hasil proses

Page 89: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

75

pelaksanaan prinsip GCG yang didukung oleh kecukupan struktur dan

infrastruktur tata kelola bank.

Setelah bank memahami ketiga aspek tersebut, bank menyusun

analisis kecukupan pelaksanaan GCG dengan cara sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data dan informasi yang relevan, seperti data

kepengurusan, kepemilikan, struktur kelompok usaha, laporan tahunan,

laporan berkala dan laporan khusus Direktur Kepatuhan, laporan yang

berkaitan dengan tugas Satuan Kerja Audit Intern, laporan akuntan

publik, laporan profil risiko, hasil penilaian kesehatan bank, dokumen

rencana korporasi, rencana dan realisasi rencana bisnis, laporan-

laporan Dewan Komisaris dan laporan lain yang terkait dengan faktor

penilaian pelaksanaan GCG.

b. Membandingkan pemenuhan setiap kriteria/indikator per sub

faktor/faktor penilaian dengan pelaksanaan GCG sesuai kondisi,

permasalahan dan kekuatan yang dimiliki bank, kemudian menyusun

analisis pelaksanaan GCG terkait hal tersebut.

Dari hasil analisis self assessment tersebut, bank dapat mengambil

kesimpulan melalui penetapan peringkat (Peringkat 1, 2, 3, 4, atau 5)

pada setiap faktor beserta penjelasannya sesuai dengan kondisi bank

yang sebenarnya dengan berpedoman pada kriteria masing-masing

peringkat yang telah ditetapkan Bank Indonesia, dimana Peringkat 1

merupakan peringkat tertinggi dan Peringkat 5 merupakan peringkat

terendah.

Page 90: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

76

Kemudian bank membuat kesimpulan yang berisi peringkat

masing-masing faktor, identifikasi permasalahan, rencana tindak

(action plan) yang merupakan tindakan korektif (corrective action)

secara komprehensif dan sistematis beserta target waktu

pelaksanaannya.

3. Earnings (Rentabilitas)

Earnings atau rentabilitas adalah kemampuan bank dalam

meningkatkan keuntungan, efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai

bank bersangkutan. Rentabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan

bank dalam menghasilkan laba, serta mengukur tingkat efektifitas

manajemen dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan.

Penilaian faktor rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja

rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan (sustainability)

rentabilitas, dan manajemen rentabilitas. Penilaian dilakukan dengan

mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, stabilitas rentabilitas bank, dan

perbandingan kinerja bank dengan kinerja peer group, baik melalui

analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif (SE BI No. 13/24/DPNP

tanggal 25 Oktober 2011).

Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian terhadap

komponen-komponen : (Kasmir, 2007)

a. Pencapaian return on assets (ROA), return on equity (ROE), net

interestmargin (NIM), dan tingkat efisiensi bank;

Page 91: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

77

b. Perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan, penerapan

prinsipakuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya, dan prospek

labaoperasional.

4. Capital (Permodalan)

Penilaian faktor permodalan dilakukan dengan menggunakan

parameter/indikator kuantitatif maupun kualitatif. Parameter/indikator

dalam menilai permodalan meliputi (SE BI No. 13/24/DPNP):

a. Kecukupan modal bank, minimal mencakup:

1) tingkat, trend, dan komposisi modal bank;

2) rasio KPMM dengan memperhitungkan risiko kredit, risiko

pasar, dan risiko operasional; dan

3) kecukupan modal bank dikaitkan dengan profil risiko.

b. Pengelolaan permodalan bank, meliputi manajemen permodalan dan

kemampuan akses permodalan.

Penilaian atas faktor permodalan meliputi evaluasi terhadap

kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan permodalan. Dalam

melakukan perhitungan permodalan, bank wajib mengacu pada

ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Kewajiban

Penyediaan Modal Minimum bagi bank umum. Selain itu, dalam

melakukan penilaian kecukupan permodalan, bank juga harus

mengaitkan kecukupan modal dengan profil risiko bank. Semakin tinggi

risiko bank, semakin besar modal yang harus disediakan untuk

mengantisipasi risiko tersebut.

Page 92: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

78

Bank wajib menyediakan modal minimum sesuai profil risiko, baik

secara individual maupun secara konsolidasi.

Penyediaan modal minimum ditetapkan paling rendah sebagai

berikut:

1. 8% dari ATMR, untuk Bank dengan profil risiko peringkat 1;

2. 9% ≤ 10% dari ATMR, untuk Bank dengan profil risiko

peringkat 2 ;

3. 10% ≤ 11% dariATMR, untuk Bank dengan profil risiko

peringkat 3 ;

4. 11% ≥ 14% dari ATMR,untuk Bank dengan profil risiko

peringkat 4 atau peringkat 5.

2.7 Peringkat Komposit

Berdasarkan hasil penetapan PBI No. 13/1/PBI/2011 peringkat

setiap faktor yangditetapkan Peringkat Komposit (composite rating),

sebagai berikut :

1. Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi bank yang secara

umum sangat sehat, sehingga dinilai sangat mampu menghadapi

pengaruh negatifyang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan

faktor eksternal lainnya.

2. Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi bank yang secara

umum sehat, sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif

yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal

lainnya.

Page 93: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

79

3. Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi bank yang secara

umum cukup sehat, sehingga dinilai cukup mampu menghadapi

pengaruh negatifyang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan

faktor eksternal lainnya.

4. Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi bank yang secara

umum kurang sehat, sehingga dinilai kurang mampu menghadapi

pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan

faktor eksternal lainnya.

5. Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan kondisi bank yang secara

umum tidak sehat, sehingga dinilai tidak mampu menghadapi

pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan

faktor eksternal lainnya.

2.7.1 Menetapkan Bobot Peringkat Komposit

Menurut Rini Rachmaningsih (2009) yang mengacu pada

pedoman Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

Peraturan Bank Indonesia, penetapan peringkat komposit dilakukan

dengan melakukan pembobotan atas penilaian peringkat faktor risk

profile, Good corporate governance, Earnings dan capital terhadap

resiko dilakukan dengan memberikan nilai pada peringkat komponen

dan bobot berpedoman pada kriteria berikut:

Page 94: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

80

Bobot peringkat komponen: Bobot peringkat komposit:

Peringkat 1 = nilai 5 Peringkat 5 nilai 1 = >90-100 : 100

Peringkat 2 = nilai 4 Peringkat 4 nilai 2 = 74-90 : 80

Peringkat 3 = nilai 3 Peringkat 3 nilai 3 = 55-74 : 60

Peringkat 4 = nilai 2 Peringkat 2 nilai 4 = 35-54 : 40

Peringkat 5 = nilai 1 Peringkat 1 nilai 5 = <35 : 20

2.7.2 Peringkat Kesehatan Bank

Predikat Tingkat kesehatan Bank disesuaikan dengan ketentuan

dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP sebagai berikut :

1. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Sehat” dipersamakan dengan

Peringkat Komposit 1 (PK-1) atau Peringkat Komposit 2 (PK-2);

2. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Cukup Sehat” dipersamakan

denganPeringkat Komposit 3 (PK-3);

3. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Kurang Sehat” dipersamakan

denganPeringkat Komposit 4 (PK-4);

4. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Tidak Sehat” dipersamakan

denganPeringkat Komposit 5 (PK-5).

Page 95: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

81

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang analisis kesehatan bank syariah serta

pengaruhnya terhadap kinerja telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya,

namun menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Adapun ringkasan penelitian

terdahulu ditunjukkan dalam tabel berikut:

1. AlFajar, (2014) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana

kinerjakeuangan bank syariah dan non devisa dengan menggunakan

metode penilaianRisk Profile, Good corporate governance, Earnings

dan Capital (RGEC).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja bank syariah devisa

yang dibandingkan dengan kinerja bank syariah non devisa. Dalam

menganalisis kinerja bank syariah, Data yang digunakan pada

penelitian ini adalah data tahunan yang diambil dari berbagai sumber.

Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik Mann-Whitney

dengan menggunakan program computer SPSS versi 17.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini diketahui bahwa ada perbedaan

tingkat kesehatan bank syariah devisa dan bank syariah non devisa

dilihat dari variabel earnings karena signifikan. Sedangkan dilihat dari

variabel risk profil, good corporate governance, dan capital tidak

terdapat perbedaan karena tidak signifikan.

2. Permana (2011) meneliti tentang Analisis Tingkat Kesehatan Bank

Berdasarkan Metode CAMELS dan Metode RGEC, Hasil dari

Page 96: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

82

penelitian tersebut adalahMetode CAMELS sebenarnya telah

memberikan gambaran tingkat kesehatanbank yang efektif akan tetapi

metode CAMELS tidak memberikan suatukesimpulan yang

mengarahkan ke satu penilaian. Antar faktor memberikanpenilaian

yang sifatnya bisa berbeda. Sedangkan metode RGEC

lebihmenekankan akan pentingnya kualitas manajemen. Manajemen

yang berkualitastentunya akan mengangkat faktor pendapatan dan juga

faktor permodalan secaralangsung maupun tidak langsung.

3. Putri (2013) meneliti tentang Analisis Perbedaan tingkat kesehatan

BankBerdasarkan RGEC pada perusahaan Perbankan besar dan kecil.

Hasil daripenelitian tersebut adalah Teknik analisis data yang

digunakan adalah uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan tingkatkesehatan antara bank besar dan

bank kecil. Secara parsial faktor profil risiko danGCG menunjukkan

adanya signifikansi antara bank besar dan kecil. Sedangkanfaktor

rentabilitas dan permodalan menunjukkan hasil yang sebaliknya.

Proksiyang beragam dan jangka waktu yang diperpanjang berpotensi

akan memberikanhasil yang lebih baik dalam penelitian.

4. Firmansyah (2012) melakukan penelitian yang berjudul Analisis

Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia dengan

Bank Syariah Mandiri dimana penelitian ini menggunakan metode

analisis deskriptif untuk membandingkan kinerja Bank Muamalat

Indonesia dan Bank Syariah Mandiri yaitu periode 2007 sampai

Page 97: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

83

dengan 2011. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pada rasio CAR

BSM lebih tinggi yaitu sebesar 12,53 persen sedangkan CAR BMI

sebesar 11,52 persen, pada rasio NPF BSM memiliki rata-rata sebesar

1,86 persen sedangkan NPF BMI sebesar 2,91 persen, untuk rasio FDR

BSM terendah sebesar 82,54 persen sedangkan FDR BMI terendah

sebesar 85,18 persen, pada rasio ROA BMIterkecil sebesar 0,45 persen

sedangkan ROA BSM terkecil sebesar 1,53 persen.

5. Widianingrum (2014) meneliti tentang “Analisis tingkat kesehatan

bank denganmenggunakan metode Risk Based Bank Rating (RBBR)

Studi pada bank yangterdaftar di Bursa Efek Indonesia sub-sektor

perbankan tahun 2012. Jenis penelitianyang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian desktiptif denganpendekatan kuantitatif.

Hasil penelitian yang diperoleh dari Return On Asset menunjukkan

masih terdapat bank yang tidak sehat dengan nilai Return On Assetdi

bawah 1,25%. Penilaian Net Interest Margin menunjukkan keseluruhan

bankyang menjadi sampel penelitian dapat digolongkan ke dalam bank

sehat. Penilaianterhadap faktor capital dengan rasio Capital Adequacy

Ratio menunjukkan hasilyang positif pada setiap bank, secara

keseluruhan setiap bank memiliki nilaiCapital Adequacy Ratio di atas

10% sehingga masuk ke dalam bank sehat.

6. Arifin, et al. (2014) Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi dan menganalisis tingkat kesehatan PT Bank Rakyat

Indonesia Tbk yang diukur dengan pendekatan RGEC pada tahun

Page 98: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

84

2011-2013. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang bersifat

kuantitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa rasio NPL,

IRR, LDR, LAR, dan CR yang termasuk dalam faktor Risk Profile

bekerja dengan baik dalam pelaksanaan manajemen risiko. Bank BRI

juga menunjukan telah mengaplikasikan GCG dengan baik dan

maksimal. Rasio ROA dan NIM yang baik memperlihatkan bahwa

faktor rentabilitas BRI bekerja dengan baik. Hal ini diperkuat oleh total

asset dan pertumbuhan laba yang selalu meningkat setiap tahunnya.

Dengan menggunakan rasio CAR, BRI dianggap mempunyai sistem

permodalan yang baik. Hal ini dibuktikan dengan angka rasio CAR

yang selalu berada di atas 8% sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia.

7. Penelitian lain dilakukan oleh Sugari et al., (2015) tentang Analisis

Perbandingan Tingkat Kesehatan Bank Syariah dan Konvensional

Dengan Menggunakan Metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate

Governance, Earnings, dan Capital). Bank yang dijadikan sampel

dalam penelitian ini adalah bank umum, persero maupun swasta di

Indonesia. Teknik analisis data adalah dengan uji Mann-Whitney. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan

analisis tingkat kesehatan bank syariah dan konvensional dengan

metode RGEC terutama pada Earnings dan Capital. Perbedaan hanya

pada risk profile dan GCG.

Page 99: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

85

Tabel 2.5

Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Variabel yang digunakan Hasil Penelitian

1 Muhammad

Rasyad Al Fajar

(2014)

Analisis Kinerja

Keuangan Bank

Syariah Devisa dan

Non Devisa Dengan

Metode RGEC

Risk Profile, Good Corporate

Governance, Earnings,

Capital

Adanya perbedaan

tingkat kesehatan bank

syariah devisa dan bank

syariah non devisa dilihat

dari variabel earnings

karena signifikan.

Sedangkan dilihat dari

variabel risk profil, good

corporate governance,

dan capital tidak terdapat

perbedaan karena tidak

signifikan.

2 Bayu Aji

Pramana (2011)

Analisis Tingkat

Kesehatan Bank

Berdasarkan

Metode CAMELS

dan RGEC

CAMELS : permodalan,

kualitas asset, manajemen,

pendapatan, likuiditas, dan

sensitivitas pasar RGEC :

risiko profile, Good

Corporate Governance,

pendapatan, dan permodalan.

Metode CAMELS

sebenarnya telah

memberikan gambaran

tingkat kesehatan bank

yang efektif akan tetapi

metode CAMELS tidak

memberikan suatu

kesimpulan yang

mengarahkan ke satu

penilaian. Antar faktor

memberikan penilaian

yang sifatnya bisa

berbeda. Sedangkan

metode RGEC lebih

menekankan akan

pentingya kualitas

manajemen. Manajemen

yang berkualitas tentunya

akan mengangkat faktor

pendapatan dan juga

faktor permodalan secara

langsung maupun tidak

langsung.

3 I Dewa Ayu Diah

Esti Putri dan I

Gst. Ayu Eka

Damayanthi

(2013)

ANALISIS

PERBEDAAN

TINGKAT

KESEHATAN

BANK

BERDASARKAN

RGEC PADA

PERUSAHAAN

PERBANKAN

BESAR DAN

KECIL

Risk Profile, Good Corporate

Governance, Earnings,

Capital

Tidak terdapat perbedaan

tingkat kesehatan antara

bank besar dan bank

kecil. Secara parsial

faktor profil risiko dan

GCG menunjukkan

adanya signifikansi

antara bank besar dan

kecil. Sedangkan faktor

rentabilitas dan

permodalan

menunjukkan hasil yang

sebaliknya. Proksi yang

beragam dan jangka

Page 100: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

86

waktu yang diperpanjang

berpotensi akan

memberikan hasil yang

lebih baik dalam

penelitian.

4 Irman

Firmansyah

(2012)

ANALISIS

PERBANDINGAN

KINERJA

KEUANGAN

BANK

MUAMALAT

INDONESIA

DENGAN BANK

SYARIAH

MANDIRI

Rasio CAR, NPF, FDR dan

ROA selama periode tahun

2007 sampai 2011

Menunjukkan bahwa

pada rasio CAR BSM

lebih tinggi yaitu sebesar

12,53 persen sedangkan

CAR BMI sebesar 11,52

persen, pada rasio NPF

BSM memiliki rata-rata

sebesar 1,86 persen

sedangkan NPF BMI

sebesar 2,91 persen,

untuk rasio FDR BSM

terendah sebesar 82,54

persen sedangkan FDR

BMI terendah sebesar

85,18 persen, pada rasio

ROA BMIterkecil

sebesar 0,45 persen

sedangkan ROA BSM

terkecil sebesar 1,53

persen.

5 Elvis Ronald

Sumanti dan

Agus Tony

Paputra (2012)

Analisis Kualitas

Penerapan Good

Corporate

Governance dan

Kinerja PT. Bank

Mandiri (Persero)

Tbk

Rasio ROE, GCG, ROA dan

LDR (Independent) dan

Tingkat Kinerja Bank

(Dependent)

Penerapan GCG pada

Kinerja sangat baik

meskipun mengalami

penurunan 2011, Capital

Quality meningkat, Asset

Quality baik,

Management Quality

efisien, Earnings Quality

meningkat, Liquidity

terganggu.

6 Dwi S. Muniroh

(2014)

Analisis Kinerja

Keuangan

Menggunakan

Metode RGEC

(Risk, GCG,

Earning, Capital)

Pada Sektor

Keuangan

Perbankan

Rasio NPL, BOPO, CAR dan

LDR

Rasio NPL dan BOPO

berpengaruh negative

terhadap kinerja

keuangan, proporsi

komisaris independen,

komite audit,

kepemilikan

Institusional, CAR, dan

lDR tidak berpengaruh

terhadap kinerja.

7 Fitria Daniswara,

(2016)

Analisis

perbandingan

kinerja keangan

berdasarkan metode

RGEC pada bank

umum

konvensional dan

bank umum syariah

periode 2011-2014

Rasio NPL, NOP, LDR, GCG,

ROA, CAR.

Terdapat perbedaan NPL,

NOP, LDR, ROA, dan

CAR antara bank syariah

dan konvensional

sedangkan untuk GCG

tidak terdapat perbedaan.

Page 101: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

87

8 Heidy Arrvida,

Lasta Zainul

Arifin, dan Nila

Firdausi Nuzula

ANALISIS

TINGKAT

KESEHATAN

BANK DENGAN

MENGGUNAKAN

PENDEKATAN

RGEC (RISK

PROFILE, GOOD

CORPORATE

GOVERNANCE,

EARNINGS,

CAPITAL) (Studi

pada PT BANK

RAKYAT

INDONESIA,Tbk

Periode 2011-2013)

Rasio NPL, IRR, LDR, LAR,

Cash Ratio, ROA, NIM dan

CAR

Menunjukan bahwa rasio

NPL, IRR, LDR, LAR,

dan CR yang termasuk

dalam faktor Risk Profile

bekerja dengan baik

dalam pelaksanaan

manajemen risiko. Bank

BRI juga menunjukan

telah mengaplikasikan

GCG dengan baik dan

maksimal. Rasio ROA

dan NIM yang baik

memperlihatkan bahwa

faktor rentabilitas BRI

bekerja dengan baik. Hal

ini diperkuat oleh total

asset dan pertumbuhan

laba yang selalu

meningkat setiap

tahunnya. Dengan

menggunakan rasio

CAR, BRI dianggap

mempunyai sistem

permodalan yang baik.

9 Bella Puspita

Sugari, Bambang

Sunarko dan

Yayat Giyatno

(2015)

Analisis

Perbandingan

Tingkat Kesehatan

Bank Syariah dan

Bank Konvensional

Dengan

Menggunakan

Metode RGEC

Risk Profile, Good Corporate

Governance, Earnings, Capital

Menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan

signifikan analisis tingkat

kesehatan bank syariah

dan konvensional dengan

metode RGEC terutama

pada Earnings dan

Capital. Perbedaan hanya

pada risk profile dan

GCG.

10 Al-Deehani, Talla

M, Hasan Mounir

El-Deehani. 2015

Performance of

Islamic Banks and

Conventional

Banks Before

During Economic

Downtrurn.

Variabel yang diteliti Inv/A,

Loans/A, Deposits/A, ROA,

ROE and Payout Ratio

Terdapat perbedaan Pada

rasio ROA antara bank

syariah dan bank

konvensional.

Page 102: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

88

2.9 Kerangka Penelitian

Gambar 2.6 Kerangka Penelitian

Bank Syariah

(BSM, BNI Syariah dan BRI Syariah)

Laporan Keuangan 2012-2016

Metode RGEC

(PBI No.13/1/PBI/2011)

Uji Kolmograv-Smoirnov

Hasil Interprestasi Data Keuangan

Uji Man-Whitney Test

Analisis Data Keuangan

Kesehatan Bank :

Sangat Sehat/Sehat/Cukup Sehat

Kurang Sehat/Tidak Sehat

Risk Profile Good Corporate

Governance (GCG) Earnings Capital

NPF Self Assesment Bank

ROA CAR

FDR

Page 103: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

89

2.10 Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji dan memberikan

bukti yang meyakinkan terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini. Pengujian hipotesis menggunakan alat uji hipotesis Mann-Withney

Test dengan dua sampel independen. Indikator untuk Uji Mann-whitney

test ditentukan dengan:

a. Asymp. Sig lebih besar atau sama dengan dari 0.05 (Sig.> 0.05) atau Z

hitung lebih besar atau sama dengan Z tabel atau H1 ditolak.

b. Asympg. Sig lebih kecil dari 0.05 (Sig.< 0.05) atau Z hitung lebih kecil

dari Z tabel atau H1 diterima.

1. Pengaruh NPF (Non Performing Finance) terhadap financial

distress Perbankan Syariah

Rasio NPF digunakan untuk menunjukkan kemampuan manajemen

bank untuk mengelola pembiayaan bermasalah. Pembiayaan

bermasalah terdiri dari kurang lancar, diragukan dan macet.

Pembiayaan yang diberikan pihak bank kepada debitur, namun debitur

tidak dapat mengembalikan dana yang telah dipinjam, dapat

mengakibatkan pembiayaan bermasalah sehingga kemungkinan besar

bank mengalami kesulitan keuangan atau financial distress. Risiko

pembiayaan yang tinggi menunjukkan kesehatan bank yang rendah

dikarenakan terjadi pembiayaan bermasalah untuk kegiatan bank.

Page 104: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

90

Kesimpulan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Emil dan

Luciana (2014) menunjukkan bahwa Non Performing Loan (NPL)

yang digunakan untuk mengukur risiko kredit pada bank, signifikan

untuk menentukan kesulitan keuangan bank. Namun berbeda dengan

penelitian yang dilakukan Christina (2013), yang menunjukkan bahwa

NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress bank.

2. Pengaruh FDR (Finance to Deposit Ratio) terhadap financial

distress Perbankan Syariah

Rasio FDR (Finance to Deposit Ratio) menyatakan seberapa jauh

kemampuan bank untuk membayar kembali penarikan dana yang

dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan

sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh

pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban

bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik

kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan

kredit (Farah, 2007:60). Semakin tinggi rasio FDR memberikan

indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang

bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan

untuk membiayai kredit (pembiayaan) semakin besar (Farah, 2007:60).

Semakin tinggi rasio FDR bank syariah, maka semakin besar

kemungkin bank untuk kondisi bermasalah atau financial distress.

Page 105: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

91

Kesimpulan ini didukung oleh penelitian Christina dan Imam (2013)

yang menyatakan LDR mempunyai pengaruh terhadap financial

distress. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Emil dan

Luciana (2014) menunjukkan bahwa LDR tidak signifikan untuk

menentukan kesulitan keuangan bank.

3. Pengaruh GCG (Good Corporate Governance) terhadap financial

distress Perbankan Syariah

Pelaksanaan GCG dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan-

kesalahan yang besar untuk strategi perusahaan dan untuk memastikan

jika kesalahan itu terjadi maka dapat diperbaiki dengan segera. GCG

perlu dilakukan untuk mengantisipasi risiko-risiko yang mungkin

dihadapi bank yang berdampak buruk bagi bank tersebut. GCG juga

digunakan sebagai indikator bahwa bank yang menerapkan GCG dapat

dikatakan sehat dari segi pengelolaannya. Penelitian yang dilakukan

N.Hisamuddin dan M. Yayang (2012), menyatakan bahwa terdapat

pengaruh yang positif antara Good Corporate Governance dengan

kinerja keuangan Bank Umum Syariah. Hal ini menunjukkan bahwa

GCG yang semakin efektif akan meningkatkan kinerja keuangan Bank

Umum Syariah dan mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh

Dewan dengan keputusan yang menguntungkan diri sendiri.

Page 106: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

92

Meningkatnya kinerja keuangan mengindikasikan Bank untuk keadaan

sehat, sehingga kecil kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan

keuangan. Kesimpulan yang diperoleh semakin baik Good Corporate

Governance maka semakin kecil berpengaruh terhadap financial

distress. Berbeda dengan hasil dari penelitian Elen dan Juniarti (2013),

menyatakan bahwa GCG tidak mampu memprediksi financial distress.

Hal ini dibuktikan dengan tidak ada perbedaan rata-rata GCG score

dari perusahaan yang mengalami financial distress dengan perusahaan

yang tidak mengalami financial distress.

4. Pengaruh ROA (Return on Assets) terhadap financial distress

Perbankan Syariah

ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank untuk

memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar

ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang

dicapai bank dan semakin baik posisi bank dari segi penggunaan aset

(Farah, 2007:61), sehingga ketika ROA bank syariah tinggi, maka

kemungkinan terjadi kondisi bermasalah atau financial distress

semakin kecil. Kesimpulan ini didukung oleh penelitian Emil dan

Luciana (2014) menunjukkan berpengaruh signifikan untuk

memprediksi kondisi financial distress, yang dibuktikan dengan hasil

uji hipotesis yang menyatakan ROA berpengaruh negatif, yang berarti

semakin tinggi ROA suatu bank maka semakin kecil kemungkinan

Page 107: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

93

bank untuk kondisi financial distress. Penelitian yang dilakukan oleh

Luciana dan Winny (2006), menunjukkan hasil yang berbeda yaitu,

Return On Asset (ROA) tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah.

5. Pengaruh NOM (Net Operating Margin) terhadap financial distress

Perbankan Syariah

Rasio NOM digunakan untuk mengetahui kemampuan aktiva produktif

untuk menghasilkan laba. Semakin besar rasio NOM, maka laba atas

aktiva produktif yang dikelola bank semakin meningkat, sehingga

kemungkinan terjadi financial distress pada bank sangat kecil.

Kesimpulan ini didukung penelitian Adhistya Rizky Bhadestari dan

Abdul Rohman (2013) yang menyatakan NIM berpengaruh terhadap

financial distress. Namun penelitian Luciana dan Winny (2006)

menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu NIM tidak berpengaruh

signifikan terhadap kondisi bermasalah.

6. Pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio) terhadap financial

distress Bank Syariah Perbankan Syariah

Capital adequacy ratio adalah rasio yang digunakan untuk melihat

berapa jumlah aktiva bank yang mengandung risiko yang juga dibiayai

dari modal sendiri. Perhitungan modal dan aktiva tertimbang menurut

risiko dilakukan berdasarkan ketentuan kewajiban penyediaan modal

minimum yang berlaku.

Page 108: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

94

Peningkatan rasio CAR maka mengindikasikan semakin baik

kemampuan suatu bank untuk menanggung risiko dari setiap aktiva

produktif yang berisiko, sehingga semakin kecil untuk mengalami

financial distress. Kesimpulan ini didukung oleh penelitian Luciana

dan Winny (2005), yang menyatakan rasio CAR memiliki pengaruh

negatif signifikan terhadap prediksi yang signifikan terhadap prediksi

bermasalah bank. Berbeda dengan menurut Christina dan Imam (2013)

CAR, tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress

perbankan Indonesia. Hal ini dikarenakan, rasio CAR yang tinggi tidak

selalu memberikan hasil yang baik bagi kesehatan bank, karena

menunjukkan bank tidak cukup ekspansif untuk melakukan investasi

pada aktiva yang berisiko untuk memperoleh pendapatan bagi bank

(Christina dan Ghozali 2013).

Page 109: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

95

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, Penelitian

kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang

diolah dengan metode statistik. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh

signifikan perbedaan kelompok atau signifikan hubungan antar variabel

yang diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kesehatan bank

syariah dari tiga faktor utama yaitu internal, eksternal dan religiusitas

dalam variabel independen, yaitu Risk Profile, Risiko Likuiditas, Good

Corporate Governance, Rentabilitas (Earning), dan Permodalan(Capital)

sebagai faktor internal (S), Surat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai

faktor eksternal (L) dan kesehatan bank syariah sebagai faktor religiusitas

(M) terhadap variabel dependen, yaitu potensi terjadinya financial distress.

Penelitian ini diawali dengan studi literatur yang mencakup kajian teori,

penelitian empiris sebelumnya dan model yang relevan dengan masalah

penelitian. Penelitian ini juga menggunakan metode data sekunder, data

yang diperoleh secara tidak langsung, laporan keuangan perbankan syariah

yang dipublikasikan di www.ojk.go.id periode 2012-2016.

Page 110: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

96

3.2 Metode Penentuan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Penelitian ini

menggunakan laporan Triwulan Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI

Syariah dan BRI Syariah dari periode 2012-2016.

3.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan teknik purposive

sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu.Pengambilan sampel menggunakan metode purposive

sampling dengantujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan

kriteria yangditentukan. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Bank Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia.

2. Mempublikasikan annual report periode 2012-2016.

3. Melakukan self assessment terkait good corporate governance (GCG)

periode 2012-2016.

4. Laporan keuangan sudah diaudit oleh lembaga independen.

Didapat 3 bank syariah yang akan dijadikan sebagai sampel dalam

penelitian ini, diantaranya :

1. Bank Mandiri Syariah (BSM)

2. BNI Syariah

3. BRI Syariah

Page 111: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

97

3.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan data-data

antara lain :

a. Teknik Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data pokok secara tertulis dengan cara

melihat catatan atau arsip yang ada pada perusahaan. Pengumpulan

data yang dilakukan penulis dengan melihat dan mencatat data yang

bersumber dari laporan publikasi perbankan Indonesia di internet.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data yang berasal dari

laporan keuangan triwulan dan laporan pelaksanaan GCG Bank

Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRIS yariah tahun 2012,

2013, 2014, 2015 dan 2016.

b. Teknik Pustaka

Teknik pustaka ini dilakukan untuk memperoleh landasan teori yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dasar-dasar teoritis ini

diperoleh dari literatur-literatur, majalah-majalah maupun tulisan-

tulisan lainnya yang berhubungan dengan tingkat kesehatan bank

syariah.

Page 112: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

98

3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel

independen dan variabel dependen.

1. Variabel Independen

Menurut Sugiyono (2014: 59), variabel independen adalah: “... variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (terikat)”. Dalam penelitian ini terdapat

lima (5) variabel independen yang diteliti yaitu Risk Profile, Risiko

Likuiditas, Good Corporate Governance, Rentabilitas(Earning), dan

Permodalan(Capital) yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Risk Profile

a. Risiko Kredit, bertujuan mengukur tingkat permasalahan

pembiayaan yang dihadapi bank. Semakin tinggi rasio ini semakin

buruk kualitas pembiayaan.

NPF = Pembiayaan Bermasalah

X 100% Total Pembiayaan

b. Rasio Likuiditas, bertujuan mengukur tingkat kemampuan bank

dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dapat dihimpun oleh

bank sampel memenuhi standar bank. Semakin rendah nilai

likuiditas, maka semakin baik.

FDR= Total Pembiayaan

x 100% Total DPK

Page 113: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

99

2. Good Corporate Governance

Menurut Zarkasyi (2008:35), Good Corporate Governance adalah:

“...prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar

mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan

dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholders

khususnya dan stakeholders pada umumnya. Tentu saja hal ini

dimaksudkan pengaturan kewenangan Direktur, manajer, pemegang

saham, dan pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan

perusahaan di lingkungan tertentu.” Adapun indikator yang penulis

gunakan untuk mengukur variabel ini adalah :

Tabel 3.1

Aspek Penilaian Good Corporate Governance (GCG)

No Aspek yang dinilai Bobot

1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris 10%

2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi 20%

3 Kelengkapan dan Pelaksanaan tugas Komite 10%

4 Penanganan Benturan Kepentingan 10%

5 Penerapan fungsi kepatuhan Bank 5%

6 Penerapan fungsi audit intern 5%

7 Penerapan fungsi audit ekstern 5%

8 Penerapan fungsi manajemen risiko dan pengendalian

intern 7,5%

9 Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan

debitur besar (large exposures) 7,5%

10 Transparansi kondisi keuangan dan non-keuangan,

laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan internal 15%

11 Rencana Strategis Bank 5%

Nilai Komposit 100% Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.9/12/DPNP

Page 114: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

100

Penilaian terhadap faktor GCG menggunakan sistem self

assessmentdimana masing-masing Bank Syariah menghitung sendiri

komponen GCG.Adapun kriteria yang digunakan dengan nilai

komposit, yaitu :

Tabel 3.2

Hasil Penilaian Self Assessment Atas Pelaksanaan Good

Corporate Governance

Nilai Komposit Predikat Komposit

Nilai Komposit < 1,5 Sangat Baik

1,5 < Nilai Komposit < 2,5 Baik

2,5 < Nilai Komposit < 3,5 Cukup Baik

3,5 < Nilai Komposit < 4,5 Kurang Baik

4,5 < Nilai Komposit < 5 Tidak Baik

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No.15/15/DPNP Tahun 2013

3. Rentabilitas (Earnings)

Menurut Frianto Pandia (2012:65), rentabilitas (earnings)

adalah:“...suatu alat untuk mengukur kemampuan bank dalam

menghasilkan laba dengan membandingkan laba dengan aktiva atau

modal dalam periode tertentu. rentabilitas juga menunjukkan

bagaimana manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan modal

yang diserahkan pemilik modal kepadanya, hal itu ditunjukkan dengan

berapa besarnya dividen”.

Semakin kecil rasio rentabilitas, mengindikasikan kurangnya

kemampuan manajemen bank dalam hal mengelola aset untuk

meningkatkan pendapatan dan menekan biaya.

Page 115: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

101

ROA= Laba sebelum Pajak

x 100% Total Asset

4. Permodalan (Capital)

Variabel CAR (Capital Adequecy Rasio), yaitu rasio yang digunakan

untuk melihat atau mengukur kecukupan modal suatu perusahaan.

CAR= Modal

x 100% Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

Tabel 3.3

Indikator Penilaian Operasional Variabel Independen

Variabel Indikator Penilaian

Risk Profile

Risiko Kredit

NPF = Pembiayaan Bermasalah

X 100% Total Pembiayaan

Risiko Likuiditas

FDR : Total Pembiayaan

X 100% Total dana pihak ketiga

GCG

Hasil pelaksanaan prinsip-prinsip GCG Bank

sebagaimana diatur dalam ketentuan BI

mengenai GCG bagi Bank Umum yang

dilakukan secara self assessment oleh pihak

bank yang bersangkutan

Earnings ROA

NOM

Capital CAR

2. Variabel Dependen

Menurut Sugiyono (2016: 61) variabel dependen adalah: “... variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

bebas”. Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan yaitu

Financial Distress, yaitu tahap penurunan kondisi keuangan yang

terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi.

Page 116: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

102

Tabel 3.4

Kriteria Operasional Variabel Dependen

Faktor Rasio Peringkat

1 2 3 4 5

Risk Profile

NPF

(X1) NPF<2% 2%< NPF<5% 5%< NPF<8%

8%< NPF<

12% >12%

FDR

(X2) 50%<FDR≤

85%

75%<FDR≤85

%

85%<FDR≤10

0%

100%<FDR≤1

20% >120%

Good

Corporate

Governance

GCG

(X3) GCG <

1,50%

1,50% ≥ GCG

< 2,50%

2,50% ≥ GCG

< 3,50%

3,50% ≥ GCG

< 4,50%

4,50% ≥ GCG

< 5,00%

Earnings ROA

(X4) ROA >

1,5%

1,25% < ROA

≤ 1,5%

0,5% < ROA

≤ 1,25%

0% < ROA ≤

0,5% ROA ≤ 0%

Capital CAR

(X5) CAR ≥

12%

9% ≤ CAR<

12%

8% ≤ CAR<

9%

6% < CAR<

8% ≤ 6%

Sumber : Olah data penulis, 2017

Tabel 3.5

Pengukuran Tingkat Skor

Penilaian Tingkat KesehatanBank

Peringkat Skor

1 5

2 4

3 3

4 2

5 1

Page 117: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

103

3.5 Kriteria Penilaian Variabel Penelitian

1. Kriteria Penilaian Profil Risiko

Untuk dapat melihat peniliaian atas variabel tersebut, dapat dibuat

dengan tabel distribusi di bawah ini. Berikut langkah-langkahnya :

a. Menentukan pembiayaan bermasalah pada laporan keuangan di

perbankan syariah yang diteliti.

b. Menentukan total pembiayaan pada laporan keuangan di perbankan

syariah yang diteliti.

c. Menghitung non performing financing dengan cara membagi

pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan.

d. Menentukan jumlah kriteria, yaitu 5 kriteria

e. Menghitung nilai rata-rata (mean) perubahan dari variabel penelitian

tersebut.

f. Menentukan nilai maksimum dan nilai minimun pada variabel penelitian

tersebut.

g. Mencari range (jarak interval kelas) dengan cara menghitung selisih

nilai maksimum dan minimum kemudian dibagi 5 kriteria.

h. Kesimpulan.

Page 118: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

104

Tabel 3.6

Kriteria Penilaian Non Performing Financing (NPF)

Interval Kriteria

NPF < 2% Sangat sehat

2% ≤ NPF < 5% Sehat

5% ≤ NPF < 8% Cukup sehat

8% ≤ NPF 12% Kurang sehat

NPF ≥ 12% Tidak sehat Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia

2. Kriteria Penilaian Likuiditas

Untuk dapat melihat peniliaian atas variabel tersebut, dapat dibuat

dengan tabel distribusi di bawah ini. Berikut langkah-langkahnya:

a. Menentukan total pembiayaan pada laporan keuangan di perbankan

syariah yang diteliti.

b. Menentukan total dana pihak ketiga pada laporan keuangan di

perbankan syariah yang diteliti.

c. Menghitung financing to deposit ratio dengan cara membagi total

pembiayaan dengan total dana pihak ketiga.

d. Menentukan jumlah kriteria, yaitu 5 kriteria.

e. Menghitung nilai rata-rata (mean) perubahan dari variabel penelitian

tersebut.

f. Menentukan nilai maksimum dan nilai minimun pada variabel penelitian

tersebut.

g. Mencari range (jarak interval kelas) dengan cara menghitung selisih

nilai maksimum dan minimum kemudian dibagi 5 kriteria.

h. Kesimpulan.

Page 119: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

105

Tabel 3.7

Kriteria Penilaian Financing to Deposit

Ratio (FDR)

Interval Kriteria

FDR ≤ 75% Sangat sehat

75% < FDR ≤ 85% Sehat

85% < FDR ≤ 100% Cukup sehat

100% < FDR ≤ 120% Kurang sehat

FDR > 120% Tidak sehat

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia

3. Kriteria Penilaian Good Corporate Governance

Untuk dapat melihat peniliaian atas variabel tersebut, dapat dibuat

dengan tabel distribusi di bawah ini. Berikut langkah-langkahnya:

a. Menentukan hasil penilaian self assessmentatas pelaksanaan Good

Corporate Governance pada perusahaan selama periode yang diteliti.

b. Menentukan kriteria kesimpulan yang diperoleh dari hasil penilaian self

assessment atas pelaksanaan Good Corporate Governance, kriteria

ditentukan menurut PBI NO. 13/1/PBI/2011

c. Kesimpulan.

Tabel 3.8

Kriteria Penilaian Good Corporate Governance

(GCG)

Interval Kriteria

Nilai komposit < 1,5 Sangat sehat

1,5 < nilai komposit < 2,5 Sehat

2,5 < nilai komposit < 3,5 Cukup sehat

3,5 < nilai komposit < 4,5 Kurang sehat

4,5 < nilai komposit < 5 Tidak sehat

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia

Page 120: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

106

4. Kriteria Penilaian Earnings

Untuk dapat melihat peniliaian atas variabel tersebut, dapat dibuat

dengan tabel distribusi di bawah ini. Berikut langkah-langkahnya:

a. Menentukan laba setelah pajak pada laporan keuangan di perbankan

syariah yang diteliti.

b. Menentukan total assets pada laporan keuangan di perbankan syariah

yang diteliti.

c. Menghitung return on assets dengan cara membagi laba setelah pajak

dengan total assets.

d. Menentukan jumlah kriteria, yaitu 5 kriteria.

e. Menghitung nilai rata-rata (mean) perubahan dari variabel penelitian

tersebut.

f. Menentukan nilai maksimum dan nilai minimun pada variabel penelitian

tersebut.

g. Mencari range (jarak interval kelas) dengan cara menghitung selisih

nilai maksimum dan minimum kemudian dibagi 5 kriteria.

h. Kesimpulan.

Tabel 3.9

Kriteria Penilaian Return on Assets

(ROA)

Interval Kriteria

ROA > 1,5% Sangat sehat

1.25% < ROA ≤ 1,5% Sehat

0,5% < ROA ≤ 1,25% Cukup sehat

0% < ROA ≤ 0,5% Kurang sehat

ROA ≤ 0% Tidak sehat

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia

Page 121: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

107

5. Kriteria Penilaian Capital

Untuk dapat melihat peniliaian atas variabel tersebut, dapat dibuat

dengan tabel distribusi di bawah ini. Berikut langkah-langkahnya:

a. Menentukan modal pada laporan keuangan di perbankan syariah yang

diteliti.

b. Menentukan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) pada laporan

keuangan di perbankan syariah yang diteliti.

c. Menghitung capital adequacy ratio dengan cara membagi modal

dengan ATMR.

d. Menentukan jumlah kriteria, yaitu 5 kriteria.

e. Menghitung nilai rata-rata (mean) perubahan dari variabel penelitian

tersebut.

f. Menentukan nilai maksimum dan nilai minimun pada variabel

penelitian tersebut.

g. Mencari range (jarak interval kelas) dengan cara menghitung selisih

nilai maksimum dan minimum kemudian dibagi 5 kriteria.

h. Kesimpulan.

Tabel 3.10

Kriteria Penilaian Capital

Adequacy Ratio (CAR)

Interval Kriteria

CAR > 12% Sangat sehat

9% ≤ CAR < 12% Sehat

8% ≤ CAR < 9% Cukup sehat

6% < CAR < 8% Kurang sehat

CAR ≤ 6% Tidak sehat

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia

Page 122: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

108

Pada perbankan syariah selain Financial Distress dari ukuran

RGEC adalah intangible value (nilai intangibilitas) yang bermakna nilai

ibadah dalam perspektif Islam.

3.6 Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisisrasio keuangan (Financial Ratio Analysis). Analisis rasio keuangan

denganpenilaian kinerja keuangan perusahaan atau bank. Analisis ini

didasarkanpada data yang bersifat kuantitatif, yaitu data-data yang berupa

angka-angkayang terdapat pada laporan keuangan perusahaan. Analisis

rasio keuanganyang digunakan adalah Risk Profile, Good Corporate

Governance, Earningsdan Capital.

Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk

mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 22.

Hubungan yang rumit tersebut dapat diartikan sebagai rangkaian hubungan

yang dibangun antara satu atau beberapa variabel dependen atau beberapa

variabel independen. Analisis ini dilakukan dalam empat tahap sebagai

berikut :

1. Analisis Deskriptif Statistik

Statistik deskriptif akan memberi gambaran atau deskripsi suatu data

yang diperoleh dari nilai rata-rata, standar deviasi, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis dan skewness.

Page 123: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

109

2. Uji Mann-Whitney Test

Uji Mann-Whitney Test merupakan metode statistika nonparametrik

yang digunakan untuk pengujian hipotesis komparatif dua sampel

independen bila datanya ordinal. Uji ini untuk menentukan apakah

terdapat perbedaan dari dua populasi data yang saling independen.

Indikator untuk Uji Mann-whitney test ditentukan dengan:

a. Asymp. Sig lebih besar atau sama dengan dari 0.05 (Sig.> 0.05) atau

Z hitung lebih besar atau sama dengan Z tabel atau H1 ditolak.

b. Asympg. Sig lebih kecil dari 0.05 (Sig.< 0.05) atau Z hitung lebih

kecil dari Z tabel atau H1 diterima.

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh yang signifikan antara variabel independen kepada variabel

dependen. Dengan pengujian hipotesis ini, penulis menetapkan dengan

menggunakan uji signifikan, dengan penetapan hipotesis nol (Ho) dan

hipotesis alternatif (Ha).

Hipotesis nol (Ho) adalah suatu hipotesis yang menyatakan bahwa

tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan

variabel dependen.

Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan

bahwa variabel-variabel independen berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen.

Page 124: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

110

Kriteria untuk penerimaan atau penolakan hipotesis nol (Ho) yang

digunakan adalah sebagai berikut:

H0 diterima apabila : H0 : β = 0

H0 ditolak apabila : H1 : β ≠ 0

Apabila Ho diterima, maka hal ini diartikan bahwa pengaruh variabel

independen secara parsial terhadap variabel dependen dinilai tidak

signifikan dan sebaliknya apabila Ho ditolak, maka hal ini diartikan

bahwa pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel

dependen dinilai berpengaruh secara signifikan.

3.6.4 Uji H

Metodologi memiliki fleksibilitas dalam penentuan variabel yang

akan diuji. Hal ini untuk memberikan ruang yang lebih luas bagi

intepretasi dari hasil olah data yang dilakukan.

Secara prosedural proses rekayasa metodologi H ini dilakukan dari

pengumpulan data dari obyek yang dijadikan sampel dalam

implementasi teori ini (Aziz, 2015).

1. Pertama melakukan pendataan untuk memperoleh besaran dari

obyek yang akan ditinjau dalam nilai, harga, indeks, persentase,

atau nominal yaitu dalam bentuk harga asli.

2. Kedua meninjau laju besaran dari obyek yang akan dihitung

dalam skala persentase berupa selisih dari harga awal dengan

harga berikutnya atau perbedaan dari besaran pertama dengan

Page 125: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

111

besaran kedua dan selanjutnya.

3. Ketiga membuat pola rata-rata dari obyek yang akan ditinjau

dengan perspektif teori ini dibandingkan dengan obyek-obyek lain

yang sejenis atau meninjau posisi obyek dikomparasi dengan rata-

rata obyek yang sejenis.

4. Setelah memperoleh nominal, laju, dan rata-rata laju, selanjutnya

dibutuhkan data lain dari obyek yang sama berupa data yang

bersifat intangible atau berkaitan dengan nilai religiusitas untuk

didapatkan besaran bobotnya dibandingkan dengan obyek lain.

Cara melakukan nilai bobot yaitu:

a. Membuat rasio bobot berdasarkan data lain dari obyek

yang sama kemudian dibandingkan dengan bobot dari

obyek lain dengan data yang untuk diperoleh ranking atau

urutan bobot antara obyek utama dengan obyek

pembanding yang lain.

b. Selain menggunakan sumber data dari obyek yang diteliti,

dikombinasikan dengan expert adjustment / wawancara

terstruktur dengan pakar sains yang memiliki otoritas

untuk menilai bobot suatu obyek.

Page 126: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

112

c. Kemudian melakukan perangkingan obyek berdasarkan

bobot yang diperoleh dari berbagai sumber data

tersebut, sehingga urutan tersebut juga merepresentasikan

besaran bobot dari obyek yang diteliti tersebut.

5. Selanjutnya setelah diperoleh data nominal, laju dan bobot maka

dilakukan penghitungan berupa perkalian dari data obyek tersebut

berupa : nominal x laju x bobot.

6. Setelah mendapatkan hasil dari perhitungan dari obyek yang

diteliti maka dilakukan perlakuan matriks untuk memperoleh

kategori hasil sesuai format dalam hal ini obyek akan

dikategorikan dalam formasi straight, loads dan impact :

a. Jika hasil positif adalah straight (jika minus adalah turn)

b. Jika hasil lebih besar dari 0,1 adalah load

c. Jika hasil lebih besar dari rata-rata nilai berarti impact

Page 127: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

113

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Didalam pemilihan sampel penelitian ini menggunakan 3 (tiga) bank

syariah, yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI Syariah

periode 2012-2016. Adapun rasio-rasio masing-masing ketiga bank

syariah, adalah sebagai berikut :

4.1.1 Deskripsi Bank Syariah Mandiri (BSM)

a. Sejarah Bank Syariah Mandiri

Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan

krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian

nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang

didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat

parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa

mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian

bank-bank di Indonesia.

Lahirnya Undang-undang No. 10 tahun 1998, tentang perubahan atas

Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan

November 1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya

bank-bank syariah di Indonesia. Undang-undang tersebut memungkinkan

Page 128: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

114

bank beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang

khusus syariah.

PT. Bank Susila Bakti (PT Bank Susila Bakti) yang dimiliki oleh

Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT

Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis 1 997-1999 dengan berbagai

cara. Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya

memilih konversi menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari

pemilik.

Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank

Bumi Daya, Bank Exim dan Bapindo) ke dalam PT Bank Mandiri

(Persero) pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT Bank Susila

Bakti menjadi bank syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil

alih oleh PT Bank Syariah Mandiri (Persero).

PT Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung

sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT Bank Susila Bakti

menjadi bank syariah.langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar

tentang nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Sakinah

berdasarkan Akta Notaris: Ny. Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19

Mei 1999. Kemudian melalui Akta No. 23 tanggal 8 September 1999

Notaris: Sutjipto, SH nama PT Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah

menjadi PT Bank Syariah Mandiri.

Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat

Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999 telah

Page 129: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

115

memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan

usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT Bank Susila Bakti.

Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank

Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober, Bank Indonesia

telah menyetujui perubahan nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank

Syariah Mandiri.

Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999

merupakan hari pertama beroperasinya PT Bank Syariah Mandiri.

Kelahiran Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para

perintis bank syariah di PT Bank Susila Bakti dan Manajemen PT Bank

Mandiri yang memandang pentingnya kehadiran bank syariah

dilingkungan PT Bank Mandiri (Persero).

PT Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang

mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang

melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai

rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT Bank Syariah

Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia.

b.Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri (BSM)

Bank Syariah Mandiri mempunyai visi yaitu menjadi bank syariah

tepercaya pilihan mitra usaha. Sedangkan misi Bank Syariah Mandiri

antara lain :

Page 130: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

116

a. Menciptakan suasana pasar perbankan syariah agar dapat berkembang

dengan mendorong terciptanya sarikat dagang yang terkoordinasi

dengan baik.

b. Mencapai pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan

melalui sinergi dengan mitra strategis agar menjadi bank syariah

terkemuka di Indonesia yang mampu meningkatkan nilai bagi para

pemegang saham dan memberikan kemaslahatan bagi masyarakat luas.

c. Mempekerjakan pegawai yang profesional dan sepenuhnya mengerti

operasional perbankan syariah.

d. Menunjukkan komitmen terhadap standar kinerja operasional

perbankan dengan pemanfaatan teknologi mutakhir, serta memegang

teguh prinsip keadilan, keterbukaan dan kehati-hatian.

e. Mengutamakan mobilisasi pendanaan dari golongan masyarakat

menengah dan ritel, memperbesar portofolio pembiayaan untuk skala

menengah dan kecil, serta mendorong terwujudnya manajemen zakat,

infak dan shadaqah yang lebih efektif sebagai cerminan kepedulian

sosial.

f. Meningkatkan permodalan sendiri dengan mengundang perbankan lain,

segenap lapisan masyarakat dan investor asing.

Page 131: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

117

4.1.2 Deskripsi BNI Syariah

a. Sejarah BNI Syariah

Didirikan pada tanggal 5 Juli 1946, PT Bank Negara Indonesia

(persero) Tbk atau BNI menjadi bank pertama milik negara yang lahir

setelah kemerdekaan Indonesia. Lahir pada masa perjuangan kemerdekaan

Republik Indonesia, BNI sempat berfungsi sebagai bank sentral dan bank

umum sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang No. 2/1946, sebelum akhirnya beroperasi sebagai bank

komersial sejak tahun 1955. Oeang Republik Indonesia atau ORI sebagai

alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia

pada tanggal 30 Oktober 1946 dicetak dan diedarkan oleh Bank Negara

Indonesia.

Menyusul penunjukan De Javache Bank yang merupakan warisan

dari Pemerintah Belanda sebagai bank sentral pada tahun 1949, Pemerintah

membatasi peran BNI sebagai bank sentral. BNI lalu ditetapkan sebagai

bank pembangunan dan diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa

pada tahun 1950 dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri.

Kantor cabang BNI pertama di luar negeri dibuka di Singapura pada tahun

1955.

Peranan BNI untuk mendukung perekonomian Indonesia semakin

strategis dengan munculnya inisiatif untuk melayani seluruh lapisan

masyarakat dari Sabang sampai Merauke pada tahun 1960-an dengan

memperkenalkan berbagai layanan perbankan seperti Bank Terapung,

Page 132: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

118

Bank Keliling, Bank Bocah dan Bank Sarinah. Tujuan utama dari

pembentukan Bank Terapung adalah untuk melayani masyarakat yang

tinggal di kepulauan seperti di Kepulauan Riau atau daerah yang sulit

dijangkau dengan transportasi darat seperti Kalimantan. BNI juga

meluncurkan Bank Keliling, yaitu jasa layanan perbankan di mobil keliling

sebagai upaya proaktif untuk mendorong masyarakat menabung.

Sesuai dengan UU No.17 Tahun 1968 sebagai bank umum dengan

nama Bank Negara Indonesia 1946, BNI bertugas memperbaiki ekonomi

rakyat dan berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.

Segmentasi nasabah juga telah dibidik BNI sejak awal dengan

dirintisnya bank yang melayani khusus nasabah wanita yaitu Bank Sarinah

di mana seluruh petugas bank adalah perempuan dan Bank Bocah yang

memberikan edukasi kepada anak-anak agar memiliki kebiasaan

menabung sejak dini. Pelayanan Bank Bocah dilakukan juga oleh anak-

anak. Bahkan sejak 1963, BNI telah merintis layanan perbankan

diperguruan tinggi saat membuka Kantor Kas Pembantu di Universitas

Sumatera Utara (USU) di Medan. Saat ini BNI telah memiliki kantor

layanan hampir di seluruh perguruan tinggi negeri maupun swasta

terkemuka di Indonesia.

Dalam masa perjalanannya, BNI telah mereposisi identitas

korporatnya untuk menyesuaikan dengan pasar keuangan yang dinamis.

Identitas pertama sejak BNI berdiri berupa lingkaran warna merah dengan

tulisan BNI 1946 berwarna emas melambangkan persatuan, keberanian,

Page 133: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

119

dan patriotisme yang memang merefleksikan semangat BNI sebagai bank

perjuangan. Pada tahun 1988, identitas korporat berubah menjadi logo

layar kapal & gelombang untuk merepresentasikan posisi BNI sebagai

Bank Pemerintah Indonesia yang siap memasuki pasar keuangan dunia

dengan memiliki kantor cabang di luar negeri. Gelombang mencerminkan

gerak maju BNI yang dinamis sebagai bank komersial Negara yang

berorientasi pada pasar.

Setelah krisis keuangan melanda Asia tahun 1998 yang

mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional, BNI

melakukan program restrukturisasi termasuk diantaranya melakukan

rebranding untuk membangun & memperkuat reputasi BNI. Identitas baru

ini dengan menempatkan angka „46‟ di depan kata „BNI‟. Kata „BNI‟

berwarna tosca yang mencerminkan kekuatan, keunikan, dan kekokohan.

Sementara angka ”46” dalam kotak orange diletakkan secara diagonal

untuk menggambarkan BNI baru yang modern.

Tempaan krisis moneter tahun 1998 membuktikan ketangguhan

sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu

adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat

terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada

Undangundang No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000

didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di

Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya

Page 134: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

120

UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor

Cabang Pembantu.

Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di

Kantor Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih

kurang 1500 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam

pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan

kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah

(DPS) yang saat ini diketuai oleh KH.Ma‟ruf Amin, semua produk BNI

Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan

syariah.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor

12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha

kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI

tahun 2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan

dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal

19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum

Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari

faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan

diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah

Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan

syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk

perbankan syariah juga semakin meningkat.

Page 135: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

121

b. Visi dan Misi BNI Syariah

BNI Syariah mempunyai visi untuk menjadi bank syariah pilihan

masyarakat yang unggul dalam layanan dan kinerja. Untuk mencapai visi

tersebut, BNI Syariah mempunyai misi sebagai berikut:

a. Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada

kelestarian lingkungan.

b. Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan

syariah.

c. Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.

d. Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk

berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan ibadah.

e. Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.

Bank syariah ini memiliki nilai intangibilitas yang menjadi

diferensiasi bagi perkembangan industri perbankan syariah yang selain

memiliki visi misi meningkatkan kinerja keuangan juga memberikan nilai

tambah pada model bisnisnya. Nilai intangibilitas ini diantaranya

memberikan kesempatan kepada Sumber Daya Insani perbankan untuk

melaksanakan ibadah shalat tepat waktu dan menghentikan sementara

transaksi perbankan selama beberapa menit. Program ibadah ini memberi

makna bahwa SDI di bank selain berkinerja tinggi juga tepat waktu untuk

beribadah. Sehingga akumulasi dari penilaian di industri syariah tidak

hanya bernilai keuangan saja tetapi juga memasukkan multiplier effect dari

Page 136: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

122

nilai intangibilitas yang sesuai dengan rukun Islam yang diyakini oleh SDI

perbankan syariah (Aziz, 2017).

4.1.3 Deskripsi Umum PT. BRI Syariah

a. Sejarah PT. BRI Syariah

Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,

terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan

izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya

No.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT.

BRI Syariah secara resmi beroperasi. Kemudia PT. Bank BRI Syariah

merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional,

kemudia diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah

Islam.

Dua tahun lebih PT. BRI Syariah hadir mempersembahkan sebuah

bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan

nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna.

Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence) dan

menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah dengan prinsip

syariah.

Kehadiran PT. BRI Syariah di tengah-tengah industri perbankan

nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti logo

perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan tuntutan masyarakat

terhadap sebuah bank modern sekelas PT. BRI Syariah yang mampu

Page 137: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

123

melayani masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang

digunakan merupakan turunan dari warna biru dan putih sebagai benang

merah dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk,.

Aktivitas PT BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember

2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT Bank Rakyat

Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRI Syariah

(proses spin-off) yang berlaku efektif pada 1 Januari 2009.

Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur

Utama PT. BRI Persero, Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur

Utama PT. Bank BRI Syariah.

Saat ini PT. BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar

berdasarkan aset. PT. BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset,

jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus

pada segmen menengah bawah, PT. BRI Syariah menargetkan menjadi

bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan

perbankan.

Sesuai dengan visinya, saat ini PT. BRI Syariah merintis sinergi

dengan PT. BRI Persero, Tbk., dengan memanfaatkan jaringan kerja PT.

BRI Persero, Tbk., sebagai kantor layanan syariah dalam mengembangkan

bisnis yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan

kegiatan konsumer berdasarkan prinsip syariah.

Page 138: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

124

b. Visi dan Misi BRI Syariah

Visi

Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial

sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan

lebih bermakna.

Misi

1) Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam

kebutuhan finansial nasabah.

2) Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai

dengan prinsip-prinsip syariah.

3) Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun

dan dimana pun.

4) Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup

dan menghadirkan ketenteraman pikiran.

Page 139: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

125

4.2 Analisis Data Penelitian

1. Uji Statistik Deskriptif

a. PT. Bank Syariah Mandiri Tbk

Adapun data rata-rata pergerakan rasio non performing finance (NPF),

financing to deposit ratio (FDR), return on asset (ROA), net operating

margin (NOM) dan capital adequacy ratio (CAR) pada masing-masing

Triwulan periode 2012-2016, sebagai berikut :

i. Risk Profile

Berikut adalah identifikasifinancial distress masing-masing variabel

risiko bank syariah mandiri (BSM) yang ditunjukkan dari 2 (dua) kinerja

risiko kredit dan risiko likuiditas.

Risiko Kredit

Dalam mengukur identifikasi financial risiko kredit yang digunakan adalah

rasio NPF. Rasio ini mengukur pembiayaan bermasalah kurang lancar

(KL), diragukan (D) dan macet (M) per total pembiayaan.

Risiko Likuiditas

Dalam mengukur identifikasi financial risiko likuiditas yang digunakan

adalah rasio FDR. Rasio ini mengukur perbandingan antara pembiayaan

yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga (DPK).

ii. Earning (Rentabilitas)

Berikut adalah identifikasi financial distress masing-masing rasio

ROA dan NOM.

Page 140: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

126

ROA (Return on Assets)

Dalam mengukur identifikasi potensi financial distress ROA merupakan

salah satu rasio utama dalam mengukur kinerja earnings.

NOM (Net Operating Margin)

Dalam mengukur identifikasi potensi financial distress NOM merupakan

salah satu rasio dalam mengukur kinerja earnings.

iii. Capital (Permodalan)

Dalam mengukur identifikasi financial distresscapital yang digunakan

adalah rasio CAR. Rasio ini mengukur perbandingan modal terhadap total

aktiva menurut risiko.

CAR (Capital Adequacy Ratio)

Capital berfungsi untuk menjaga kepercayaan masyarakat/nasabah

terhadap kemampuan bank dalam menjalankan fungsinya sebaga lembaga

intermediasi. Sebagai salah satu aspek yang paling mendasar dalam

pelaksanaan prinsip kehati-hatian, bank harus mencukupi kebutuhan

permodalan.

Tabel 4.1

Perhitungan Rasio-rasio NPF, FDR, ROA, NOM dan CAR Triwulanan Bank

Syariah Mandiri 2012-2016

Komp

onen 2012 2013 2014 2015 2016

NPF

Mare

t 0,86 1,55 2,65 4,41 4,32

Juni 1,41 1,1 3,9 4,7 3,74

Sept 1,55 1,59 4,23 4,34 3,63

Des 1,14 2,29 4,29 4,05 3,13

Total 4,96 6,53 15,07 17,5 14,82

Page 141: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

127

Rata-

rata 1,24 1,63 3,77 4,38 3,7

Standar BI NPF ≤ 7% NPF ≤ 7% NPF ≤ 7% NPF ≤ 7% NPF ≤ 7%

Predikat

Sangat

Sehat (1)

Sangat

Sehat (1)

Sangat

Sehat (1)

Sangat

Sehat (1)

Sangat

Sehat (1)

Rasio Rata-rata

2012-2016 2,94% (Predikat 1) Sangat Sehat

2012 2013 2014 2015 2016

FDR

Mare

t 87,25 95,61 90,34 81,67 80,16

Juni 92,21 94,22 89,91 85,01 82,31

Sept 93,9 91,29 85,68 84,49 80,4

Des 94,4 89,37 82,13 81,99 79,19

Total 367,76 370,49 348,06 333,16 322,06

Rata-

rata 91,94 92,62 87,01 83,29 80,51

Standar BI 85%<LDR

≤100%

85%<LDR

≤100%

85%<LDR≤

100%

75%<LDR≤

85%

75%<LDR≤

85%

Predikat Cukup

Sehat (3)

Cukup

Sehat (3)

Cukup

Sehat (3) Sehat (2) Sehat (2)

Rasio Rata-rata

2012-2016 87,07 (Predikat 3) Cukup Sehat

2012 2013 2014 2015 2016

ROA

Mare

t 2,17 2,56 1,77 0,81 0,56

Juni 2,25 1,79 0,66 0,55 0,62

Sept 2,22 1,51 0,8 0,42 0,6

Des 2,25 1,53 0,17 0,56 0,59

Total 8,89 7,39 3,4 2,34 2,37

Rata-

rata 2,22 1,85 0,85 0,58 0,59

Standar BI ROA

˃1,5%

ROA

˃1,5%

1,25%<RO

A≤1,5%

0,5%<ROA

≤1,25%

0,5%<ROA

≤1,25%

Predikat Sangat

Sehat (1)

Sangat

Sehat (1) Sehat (2) Cukup

Sehat (3)

Cukup

Sehat (3)

Rasio Rata-rata

2012-2016 1,22% (Predikat 2) Sehat

2012 2013 2014 2015 2016

NOM

Mare

t 6,88 7,09 6,39 6,31 0,6

Juni 6,8 7,31 6,2 0,59 0,67

Sept 7 7,23 6,04 0,45 0,65

Des 7,25 7,25 6,19 0,58 0,64

Total 27,93 28,88 24,82 7,93 2,56

Page 142: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

128

Rata-

rata 6,98 7,22 6,21 1,98 0,64

Standar BI NIM˃3% NIM˃3% NIM˃3% 1,98%<NI

M≤2% NIM≤1%

Predikat Sangat

Sehat (1)

Sangat

Sehat (1)

Sangat

Sehat (1)

Cukup

Sehat (3)

Tidak Sehat

(5)

Rasio Rata-rata

2012-2016 4,61% (Predikat 1) Sangat Sehat

2012 2013 2014 2015 2016

CAR

Mare

t 13,97 15,29 14,9 15,12 13,39

Juni 13,7 14,24 14,94 11,97 13,69

Sept 13,2 14,42 15,63 11,84 13,5

Des 13,88 14,12 14,81 12,85 14,01

Total 54,75 58,07 60,28 51,78 54,59

Rata-

rata 13,69 14,52 15,07 12,95 13,65

Standar BI CAR≥11% CAR≥11% CAR≥11% CAR≥11% CAR≥11%

Predikat Sangat

Sehat (1)

Sangat

Sehat (1)

Sangat

Sehat (1)

Sangat

Sehat (1)

Sangat

Sehat (1)

Rasio Rata-rata

2012-2016 13,97% (Predikat 1) Sangat Sehat

Sumber : Data diolah, 2017

Dari Tabel 4.1 diatas terlihat bahwa NPF (Net Performing Finance)

Bank Syariah Mandiri (BSM) dari tahun ke tahun mengalami

perkembangan fluktuatif. Tahun 2012 diperoleh NPF sebesar 1,24% berarti

tingkat rasio pembiayaan dari rata-rata dianggap efektif dan tidak

bermasalah. Begitupun tahun 2013 NPF sebesar 1,63% , tahun 2014

sebesar 3,77%, tahun 2015 NPF sebesar 4,38 dan tahun 2016 sebesar

3,70%. Semakin rendah persentase menunjukkan jika bank dalam keadaan

baik dalam menyeleksi calon peminjam, sebaliknya semakin tinggi

persentase menunjukkan jika bank kurang baik dalam menyeleksi calon

peminjam. Memiliki nilai NPF sebesar 2,94% dari tahun 2012-2016 dari

Page 143: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

129

rata-rata total rasio pembiayaan, termasuk dalam predikat Sangat Sehat

atau tingkat komposit I karena tidak melebihi batas maksimal 7%.

Berdasarkan perhitungan tingkat kesehatan dengan mengukur

faktor risk profile dari risiko kredit yaitu rasio NPF berdasarkan SEBI

No.9/24/DPNP tahun 2007 dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa bank

syariah mandiri (BSM) dari tahun 2012-2016 dapat menjaga kinerja rasio

NPF berada di level NPF ≤7%. Hal ini menunjukkan bahwa bank syariah

mandiri (BSM) mendapatkan potensi low financial distress.

Dari Tabel 4.1 Tahun 2012 diperoleh FDR (Financing to Deposit

Ratio) BSM sebesar 91,94% berarti setiap dana yang dihimpun BSM dapat

mendukung pinjaman yang diberikan sebesar 91,94% dari total

pembiayaan yang diberikan, dalam hal ini BSM dapat mengelola simpanan

dalam bentuk pembiayaan hingga 91,94%. Sehingga kemampuan

menghasilkan laba suatu bank akan meningkat seiring peningkatan

pemberian pembiayaan. Memiliki nilai FDR sebesar 91,94% di tahun

2012, sama halnya di tahun 2013 nilai FDR sebesar 92,62% dan tahun

2014 nilai FDR sebesar 87,01%, termasuk dalam predikat Cukup Sehat

atau Tingkat Komposit 3 karena melebihi batas maksimal 100% dan

menunjukkan telah mengalami potensi high financial distress.

Lain hal pada tahun 2015 diperoleh FDR (Financing to Deposit

Ratio) BSM sebesar 83,29% berarti setiap dana yang dihimpun BSM dapat

mendukung pinjaman yang diberikan sebesar 83,29% dari total

pembiayaan yang diberikan, dalam hal ini BSM dapat mengelola simpanan

Page 144: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

130

dalam bentuk pembiayaan hingga mencapai 83,29%. Sehingga

kemampuan menghasilkan laba suatu bank akan meningkat seiring

peningkatan pemberian pembiayaan. Pada tahun 2015 BSM mengalami

peningkatan dalam hal pemberian pembiayaan dari tahun-tahun

sebelumnya yang mencapai 83,29% dari 91,94% di tahun 2012, meningkat

menjadi 80,51% pada tahun 2016. Memiliki nilai FDR sebesar 83,29% di

tahun 2015 dan nilai FDR sebesar 80,51% di tahun 2016 termasuk dalam

predikat Sehat atau nilai Komposit 2 karena tidak melebihi batas maksimal

85%. Dengan demikian, dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa pada tahun

2015 dan 2016 bank syariah mandiri (BSM) dapat menjaga kinerja rasio

FDR berada di level 75% < FDR ≤ 85% karena masing-masing rasio

mendapatkan kriteria Sehat dan mendapatkan potensi low financial

distress.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa potensi high financial

distress dialami oleh BSM di tahun 2012, 2013 dan 2014. Sedangkan di

tahun 2015 dan 2016 BSM mendapatkan potensi low financial distress.

Dari Tabel 4.1 Tahun 2012 diperoleh ROA (Return on Asset) BSM

sebesar 2,22% dan 1,85% di tahun 2013 berarti tingkat produktivitas asset

dari rata-rata total asset yang digunakan mampu menghasilkan laba sebesar

2,22 di tahun 2012 dan sebesar 1,85% di tahun 2014. Semakin tinggi

persentase maka tingkat produktivitasnya semakin meningkat. Memiliki

nilai ROA sebesar 2,22% ditahun 2012 dan sebesar 1,85% di tahun 2013

termasuk dalam predikat Sangat Sehat atau Nilai Komposit 1 karena

Page 145: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

131

melebihi batas maksimal 1,5%. Tahun 2014 diperoleh ROA BSM sebesar

0,85% termasuk dalam Predikat Sehat atau Nilai Komposit 2 karena tidak

melebihi batas maksimal 1,5%.

Berdasarkan perhitungan tingkat kesehatan bank dengan penilaian

faktor earning dengan mengukur tingkat kesehatan dari rasio ROA

berdasarkan SEBI No.13/24/DPNP/2011 dari tabel 4.1 menunjukkan

bahwa bank syariah mandiri (BSM) di tahun 2012, 2013 dan 2014

mendapatkan potensi low financial distress.

Di tahun 2015 diperoleh ROA sebesar 0,58% dan sebesar 0,59% di

tahun 2016 dan keduanya termasuk dalam Predikat Cukup Sehat atau Nilai

Komposit 3 karena 0,5% <ROA≤1,25% sehingga teridentifikasi potensi

high financial distress.

Dari Tabel 4.1 Tahun 2012 diperoleh NOM sebesar 6,98% , tahun

2013 diperoleh NOM sebesar 7,22% dan sebesar 6,21% NOM diperoleh

tahun 2014 berarti termasuk dalam Predikat Sangat Sehat atau Nilai

Komposit 1 karena melebihi batas maksimal 3%. Semakin tinggi

persentase maka semakin tinggi kemampuan bank dalam menghasilkan

pendapatan operasi bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Sedangkan

pada tahun 2015 nilai NOM mengalami penurunan sebesar 1,98% yang

berarti termasuk dalam Predikat Cukup Sehat atau Nilai Komposit 3

karena tidak melebihi batas 2%. Tahun 2016 diperoleh NOM sebesar

0,64% mengalami penurunan drastis karena termasuk dalam Predikat

Tidak Sehat atau tingkat Komposit 5 , mengindikasikan ketidakmampuan

Page 146: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

132

bank dalam menghasilkan pendapatan operasi bersih terhadap rata-rata

aktiva produktif.

Oleh karena itu dapat disimpulkan, bahwa berdasarkan perhitungan

tingkat kesehatan dengan mengukur rasio NOM dari tabel 4.1

menunjukkan bahwa pada tahun 2012, 2013 dan 2014 tidak teridentifikasi

terjadinya potensi high financial distress karena dapat menjaga kinerja

rasio efisiensi NOM berada di level NOM ˃ 3%. Sedangkan di tahun 2015

dan 2016 bank syariah mandiri teridentifikasi terjadinya potensi high

financial distress karena berada di level 1,98% < NOM ≤ 2% dan NOM ≤

1%.

Dari Tabel 4.1 Tahun 2012 diperoleh CAR (Capital Adequacy

Ratio) BSM sebesar 13,69% yang berarti dalam seluruh permodalan yang

dimiliki BSM tersebut dapat mengantisipasi kemungkinan risiko

pembiayaan sebesar 13,69%. Semakin tinggi perentase maka semakin

baik, karena persentase CAR menunjukkan kemampuan permodalan untuk

menutupi kemungkinan kegagalan dalam hal pembiayaan. Memiliki CAR

sebesar 13,69% termasuk dalam Predikat Sangat Sehat atau tingkat

Komposit 1 karena melebihi batas maksimal 11%. Sama halnya dengan

tahun 2013 diperoleh CAR sebesar 14,52%, 2014 sebesar 15,07%, 2015

sebesar 12,95% dan 2016 sebesar 13,65% yang berarti termasuk dalam

Predikat Sangat Sehat atau tingkat Komposit 1 karena melebihi batas

maksimal 11%.

Page 147: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

133

Berdasarkan perhitungan tingkat kesehatan dengan metode RGEC

dengan mengukur tingkat kesehatan rasio CAR berdasarkan SEBI

No.9/24/DPNP tahun 2007 dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa bank

syariah mandiri (BSM) dari tahun 2012 hingga 2016 tidak teridentifikasi

terjadinya potensi high financial distress karena dapat menjaga kinerja

rasio CAR berada di level CAR ≥ 11%.

iv. Good Corporate Governance (GCG)

Pelaksanaan tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance)

yang baik secara berkesinambungan merupakan salah satu kunci dapat

bertahannya perusahaan dalam menghadapi persaingan. Pelaksanaan tata

kelola perusahaan (Good Corporate Governance) di bank syariah mandiri

(BSM) diterapkan secara menyeluruh di berbagai lapisan organisasi.

Manajemen bank memberikan semangat dalam menginternalisasikan

penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG), dengan

berbagai upaya meningkatkan awareness jajaran bank terhadap prinsip-

prinsip GCG.

Penerapan GCG secara konsisten akan memperkuat posisi daya

saing perusahaan, memaksimalkan nilai perusahaan, mengelola

sumberdaya dan risiko secara lebih efisien dan efektif, yang pada akhirnya

akan memperkokoh kepercayaan pemegang saham dan stakeholders,

sehingga Bank Syariah Mandiri (BSM) dapat beroperasi dan tumbuh

secara berkelanjutan dalam jangka panjang. Bank Syariah Mandiri (BSM)

Page 148: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

134

berkomitmen penuh melaksanakan GCG di seluruh tingkatan dan jenjang

organisasi dengan berpedoman pada berbagai ketentuan dan persyaratan

terkait dengan pelaksanaan GCG.

Implementasi pelaksanaan GCG di BSM mengacu pada Peraturan

Bank Indonesia No.11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 dan SEBI

No.12/13/DPbs tanggal 30 April 2010 tentang pelaksanaan Good

Corporate Governance bagi BUS dan UUS yaitu penerapan 5 prinsip dasar

Keterbukaan(Transparency), Akuntabilitas (Accountability),

Pertanggungjawaban (Responsibility), Profesional (Professional) dan

Kewajaran (Fairness).

Prinsip Good Corporate Governance di PT Bank Syariah Mandiri

Transparency (Keterbukaan Informasi), Bank Syariah Mandiri

mengungkapkan informasi yang meliputi tetapi tidak terbatas pada

visi, misi, sasaran usaha, strategi Bank, kondisi keuangan dan non

keuangan Bank, susunan direksi dan dewan komisaris, kepemilikan

saham, remunerasi dan fasilitas lain bagi direksi dan dewan komisaris.

Accountability (Akuntabilitas), Bank Syariah Mandiri menetapkan

sasaran usaha dan strategi untuk dapat di pertangungjawabkan

kepada stakeholders.

Responsibility (Pertanggungjawaban), Bank Syariah Mandiri

menjamin kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku dan Bank

Page 149: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

135

syariah Mandiri sebagai good corporatepeduli terhadap lingkungan

dan melaksanakan tanggung jawab sosial secara wajar.

Independency (Kemandirian), Bank Syariah Mandiri menghindari

terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh stakeholders manapun dan

tidak terpengaruhi oleh kepentingan sepihak serta terbebas dari

benturan kepentingan (conflict of interest).

Fairness (Kewajaran atau Keadilan), Bank Syariah Mandiri

memperhatikan kepentingan seluruhstakeholders berdasarkan asas

kesetaraan dan kewajaran (equaltreatment).

Berdasarkan hasil penilaian Bank Indonesia nilai komposit hasil

self assessment pelaksanaan GCG BSM tahun 2012 sebesar 2,25 (Baik)

atau meningkat 0,10 dibandingkan dengan nilai komposit tahun 2011

sebesar 2,35 (nilai semakin rendah semakin baik).

Tabel 4.2

Parameter Penilaian Self Assessment

Nilai Komposit Predikat Komposit

Nilai Komposit < 2,5 Sangat Baik (SB)

1,5 ≤ Nilai Komposit < 2,5 Baik (B)

2,5 ≤ Nilai Komposit < 3,5 Cukup Baik (CB)

3,5 ≤ Nilai Komposit < 4,5 Kurang Baik (KB)

4,5 ≤ Nilai Komposit < 5 Tidak Baik (TB)

Page 150: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

136

Tabel 4.3

Ringkasan Perhitungan Nilai Komposit Bank Syariah Mandiri (BSM)

Berdasarkan Penilaian Bank Indonesia Tahun 2012

No Faktor Peringkat (a) Bobot (b) Nilai (a) x (b)

1 Pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab Dewan

Direksi 3 12,50% 0,375

2 Pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab Direksi 3 17,50% 0,525

3 Kelengkapan dan Pelaksanaan

Komite 2 10,00% 0,2

4 Pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab Dewan

Pengawas Syariah

2 10,00% 0,2

5 Pelaksanaan prinsip syariah

dalam kegiatan

penghimpunan dana dan

penyaluran dana serta

pelayanan jasa

2 5,00% 0,1

6 Penanganan benturan

kepentingan 2 10,00% 0,2

7 Penerapan fungsi kepatuhan

Bank 2 5,00% 0,1

8 Penerapan fungsi audit intern 2 5,00% 0,1

9

Penerapan fungsi audit

ekstern 1 5,00% 0,05

10 Batas Maksimum Penyaluran

Dana 1 5,00% 0,05

11 Transparansi kondisi

keuangan dan non-keuangan,

laporan pelaksanaan GCG dan

pelaporan internal

2 15,00% 0,3

Nilai Komposit 100% 2,25

Predikat : Baik (B)

Sumber : www.syariahmandiri.co.id

Page 151: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

137

Tabel 4.4

Ringkasan Perhitungan Nilai Komposit Bank Syariah Mandiri (BSM)

Berdasarkan Penilaian Bank Indonesia Tahun 2013

No Faktor Predikat

(a)

Bobot

(b) Nilai (axb)

1 Pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab Dewan Direksi 2 12,50% 0,25

2 Pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab Direksi 2 17,50% 0,35

3 Kelengkapan dan Pelaksanaan

Tugas Komite 2 10,00% 0,2

4 Pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab Dewan Pengawas Syariah 2 10,00% 0,2

5 Pelaksanaan prinsip syariah

dalam kegiatan penghimpunan

dana dan penyaluran dana serta

pelayanan jasa 2 5,00% 0,1

6 Penanganan benturan kepentingan 3 10,00% 0,3

7 Penerapan fungsi kepatuhan

Bank 2 5,00% 0,1

8 Penerapan fungsi audit intern 2 5,00% 0,1

9 Penerapan fungsi audit ekstern 1 5,00% 0,05

10 Batas Maksimum Penyaluran

Dana 1 5,00% 0,05

11 Transparansi kondisi keuangan

dan non-keuangan, laporan

pelaksanaan GCG dan pelaporan

internal 1 15,00% 0,15

Nilai Komposit 100% 1,85

Predikat Baik

Sumber:www.syariahmandiri.co.id

Page 152: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

138

Adapun nilai komposit rata-rata pelaksanaan GCG Bank Syariah

Mandiri di tahun 2014 adalah sebagai berikut :

Periode Nilai Komposit Predikat

Semester I 2,09 Baik

Semester II 2,12 Baik

Manajemen Bank telah melakukan penerapan Good Corporate

Governance yang secara umum baik. Hal ini tercermin dari pemenuhan

yang memadai atas prinsip-prinsip GCG. Apabila terdapat kelemahan

dalam penerapan prinsip-prinsip GCG, maka secara umum kelemahan

tersebut kurang siginifikan dan dapat diselesaikan dengan tindakan normal

oleh manajemen bank.

a. Governance Structure

1. Faktor-faktor positif :

Struktur organisasi BSM telah lengkap, komposisi Dewan

Komisaris dan Direksi BSM telah sesuai dengan ketentuan

yang berlaku dan telah mendapatkan surat keputusan lulus fit

and proper test dari OJK.

Anggota Dewan Komisaris, Direksi, DPS dan anggota Komite

Eksekutif (komite audit, komite pemantau risiko dan komite

remunerasi dan nominasi) memiliki kompetensi yang memadai

dan relevan dengan jabatannya untuk menjalankan tugas dan

Page 153: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

139

tanggung jawabnya serta mampu mengimplementasikan

kompetensi yang dimilikinya dalam pelaksanaan tugas dan

tanggung jawabnya.

BSM telah memiliki infrastruktur peraturan dan kebijakan

internal yang memadai dalam mendukung kegiatan bank.

2. Faktor-faktor negatif :

Mayoritas anggota Dewan Komisaris dan Direksi baru masih

belum lulus fit dan proper test, setelah dinyatakan efektif

berdasarkan surat keputusan fit and proper test pada bulan

Agustus dan Oktober 2014 maka pelaksanaan fungsi tugas dan

tanggung jawab dapat berjalan optimal.

Business intelligence dashboard sebagai tools penyediaan

laporan untuk kebutuhan manajemen masih terus dilakukan

pengembangan untuk mendukung SDM sesuai kebutuhan

manajemen.

Peraturan code of conduct bank sebagai dasar yang mengatur

benturan kepentingan bank masih dalam proses pengkinian

atau finalisasi.

b. Governance Process

1. Faktor-faktor positif :

Kebijakan dan keputusan strategis yang diambil oleh Dewan

Komisaris dan Direksi telah dilakukan melalui mekanisme

rapat berdasarkan musyawarah mufakat.

Page 154: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

140

Pemilik tidak melakukan intervensi terhadap pelaksanaan tugas

dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi yang dapat

mengganggu kegiatan operasional bank.

2. Faktor-faktor negatif :

Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan

Direksi belum dapat berjalan efektif dikarenakan masih adanya

Dewan Komisaris dan Direksi yang belum lulus fit and proper

testdan Tindak Lanjut terhadap pemenuhan hasil temuan audit

yang belum optimal.

c. Governance Outcome

1. Faktor-faktor positif :

BSM telah mentransparansikan kondisi keuangan dan non-

keuangan kepada stakeholders.

BSM telah menyampaikan laporan keuangan dan non-

keuangan secara tepat waktu dan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

2. Faktor-faktor negatif :

Masih terdapat benturan kepentingan yang mengakibatkan

pelanggaran peraturan-peraturan internal bank.

Page 155: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

141

Adapun nilai komposit rata-rata pelaksanaan GCG Bank

Syariah Mandiri di tahun 2015 adalah sebagai berikut :

Periode Nilai Komposit Predikat

Semester I 1,09 Sangat Baik

Semester II 2,12 Baik

1) Faktor :

Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

Indikator Faktor Penguat :

Dewan Komisaris telah menyediakan waktu yang cukup

untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara

optimal.

Dewan Komisaris telah memastikan bahwa Komite yang

dibentuk telah menjalankan tugasnya secara efektif.

2) Faktor :

Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

Indikator Faktor Penguat :

Anggota Direksi membudayakan pembelajaran secara

berkelanjutan dalam rangka peningkatan pengetahuan

tentang perbankan dan perkembangan terkini terkait bidang

keuangan/lainnya yang mendukung pelaksanaan tugas dan

tanggung jawabnya pada seluruh tingkatan atau jenjang

organisasi.

Page 156: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

142

Direksi telah mengembangkan Budaya Manajemen Risiko

pada seluruh jenjang organisasi melalui program Pembuatan

Profil Risiko Operasional Cabang. Program untuk

meningkatkan risk culture/awareness terus berlanjut dengan

sebutan ALERT (awereness leveling of risk, effective

mitigation, risk forum, training and refreshment).

3) Faktor :

Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite

Indikator dan Faktor Penguat :

Rapat Komite diselenggarakan sesuai kebutuhan bank dan

hasil rapat Komite merupakan rekomendasi yang dapat

dimanfaatkan secara optimal oleh Dewan Direksi.

Adapun nilai komposit rata-rata pelaksanaan GCG Bank

Syariah Mandiri di tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Periode Nilai Komposit Predikat

Semester I 1,34 Sangat Baik

Semester II 1,45 Sangat Baik

Page 157: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

143

1) Faktor :

Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

Indikator Faktor Penguat :

Dewan Komisaris telah menyediakan waktu yang cukup

untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara

optimal.

Dewan Komisaris telah membentuk Komite Audit, Komite

Pemantau Risiko, Komite Remunerasi dan Nominasi.

Dewan Komisaris telah memastikan bahwa Komite yang

dibentuk telah menjalankan tugasnya secara efektif.

2) Faktor :

Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

Indikator Faktor Penguat :

Anggota Direksi memiliki kemauan dan kemampuan untuk

melakukan pembelajaran secara berkelanjutan dalam rangka

peningkatan pengetahuan tentang perbankan dan

perkembangan terkini terkait bidang keuangan/lainnya yang

mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya pada

seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.

Direksi telah mengungkapkan kebijakan-kebijakan Bank

yang bersifat strategis di bidang kepegawaian kepada

pegawai dengan media yang mudah diakses pegawai.

Page 158: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

144

3) Faktor :

Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite

Indikator dan Faktor Penguat :

Rapat Komite diselenggarakan sesuai kebutuhan bank dan

hasil rapat Komite merupakan rekomendasi yang dapat

dimanfaatkan secara optimal oleh Dewan Direksi.

b. PT. BNI Syariah Tbk

Adapun data rata-rata pergerakan rasio non performing finance (NPF),

financing to deposit ratio (FDR), return on asset (ROA), net operating

margin (NOM) dan capital adequacy ratio (CAR) pada masing-masing

Triwulan periode 2012-2016, sebagai berikut :

i. Risk Profile

Berikut adalah identifikasi financial distress masing-masing variabel

profil risiko BNI Syariah yang ditunjukkan dari 2 (dua) kinerja risiko

kredit dan risiko likuiditas.

Risiko Kredit

Dalam mengukur identifikasi financial distress risiko kredit yang

digunakan adalah rasio NPF. Rasio ini mengukur pembiayaan bermasalah

kurang lancar (KL), diragukan (D) dan macet (M) per total pembiayaan.

Page 159: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

145

Risiko Likuiditas

Dalam mengukur identifikasi financial distress risiko likuiditas

yang digunakan adalah rasio FDR. Rasio ini mengukur perbandingan

antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga

(DPK).

ii. Earnings (Rentabilitas)

Berikut adalah identifikasi financial distress masing-masing variabel

earnings risiko BNI Syariah yang ditunjukkan dari rasio ROA dan NOM.

ROA (Return on Assets)

Dalam mengukur identifikasi potensi financial distress ROA merupakan

salah satu rasio utama dalam mengukur kinerja earnings.

NOM (Net Operating Margin)

Dalam mengukur identifikasi potensi financial distress NOM merupakan

salah satu rasio dalam mengukur kinerja earnings.

iii. Capital (Permodalan)

Dalam mengukur identifikasi financial distresscapital yang

digunakan adalah rasio CAR. Rasio ini mengukur perbandingan modal

terhadap total aktiva menurut risiko.

CAR (Capital Adequacy Ratio)

Capital berfungsi untuk menjaga kepercayaan masyarakat/nasabah

terhadap kemampuan bank dalam menjalankan fungsinya sebaga lembaga

Page 160: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

146

intermediasi. Sebagai salah satu aspek yang paling mendasar dalam

pelaksanaan prinsip kehati-hatian, bank harus mencukupi kebutuhan

permodalan.

Tabel 4.5

Perhitungan Rasio-rasio NPF, FDR, ROA, NOM dan CAR Triwulanan BNI Syariah

2012-2016

Komponen 2012 2013 2014 2015 2016

NPF

Maret 2,77 0,97 1,27 1,3 1,59

Juni 1,75 1,54 1,35 1,38 1,5

Sept 1,62 1,49 1,51 1,33 1,41

Des 1,42 1,13 1,04 1,46 1,64

Total 7,56 5,13 5,17 5,47 6,14

Rata-

rata 1,89 1,28 1,29 1,37 1,54

Standar BI

NPF ≤

7% NPF ≤ 7% NPF ≤ 7% NPF ≤ 7% NPF ≤ 7%

Predikat

Sangat

Sehat

(1)

Sangat Sehat

(1)

Sangat Sehat

(1)

Sangat Sehat

(1)

Sangat

Sehat (1)

Rasio Rata-rata

2012-2016 1,47% (Predikat 1) Sangat Sehat

2012 2013 2014 2015 2016

FDR

Maret 78,78 80,11 96,67 90,1 86,26

Juni 80,94 92,13 98,96 96,65 86,92

Sept 85,36 96,37 94,29 89,65 85,79

Des 84,99 97,86 92,58 91,94 84,57

Total 330,07 366,47 382,5 368,34 343,54

Rata-

rata 82,52 91,62 95,63 92,09 85,89

Standar BI

75%<L

DR≤85

%

85%<LDR≤

100%

85%<LDR≤

100%

85%<LDR≤

100%

85%<LDR

≤100%

Predikat Sehat

(2)

Cukup Sehat

(3)

Cukup Sehat

(3)

Cukup Sehat

(3)

Cukup

Sehat (3)

Rasio Rata-rata

2012-2016 89,55 (Predikat 3) Cukup Sehat

2012 2013 2014 2015 2016

ROA

Maret 0,63 1,62 1,22 1,2 1,65

Juni 0,65 1,24 1,11 1,3 1,59

Sept 1,31 1,22 1,11 1,32 1,53

Des 1,48 1,37 1,27 1,43 1,44

Total 4,07 5,45 4,71 5,25 6,21

Rata-

rata 1,02 1,36 1,18 1,31 1,55

Page 161: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

147

Standar BI

0,5%<R

OA≤1,2

5%

1,25%<ROA

≤1,5%

0,5%<ROA

≤1,25%

1,25%<ROA

≤1,5%

ROA˃1,5%

Predikat

Cukup

Sehat

(3)

Sehat (2) Cukup Sehat

(3)

Sehat (2) Sangat

Sehat (1)

Rasio Rata-rata

2012-2016 1,28% (Predikat 2) Sehat

2012 2013 2014 2015 2016

NOM

Maret 7,92 10,28 8,47 0,52 1,3

Juni 9,97 9,07 8,22 0,61 1,18

Sept 9,97 9,22 8,21 0,43 1,03

Des 11,03 9,51 9,04 0,67 0,9

Total 38,89 38,08 33,94 2,23 4,41

Rata-

rata 9,72 9,52 8,49 0,56 1,10

Standar BI NIM˃3

% NIM˃3% NIM˃3% NIM≤1%

1%<NIM≤

1,5%

Predikat

Sangat

Sehat

(1)

Sangat Sehat

(1)

Sangat Sehat

(1)

Tidak Sehat

(5)

Kurang

Sehat (4)

Rasio Rata-rata

2012-2016 5,88% (Predikat 1) Sangat Sehat

2012 2013 2014 2015 2016

CAR

Maret 19,1 14,14 15,89 15,4 15,85

Juni 17,67 19,12 14,68 15,11 15,56

Sept 16,68 16,84 19,57 15,38 15,82

Des 14,22 16,54 18,76 15,48 14,92

Total 67,67 66,64 68,9 61,37 62,15

Rata-

rata 16,92 16,66 17,23 15,34 15,54

Standar BI CAR≥1

1% CAR≥11% CAR≥11% CAR≥11%

CAR≥11%

Predikat

Sangat

Sehat

(1)

Sangat Sehat

(1)

Sangat Sehat

(1)

Sangat Sehat

(1)

Sangat

Sehat (1)

Rasio Rata-rata

2012-2016 16,34% (Predikat 1) Sangat Sehat

Sumber : Data diolah, 2017

Dari Tabel 4.5 diatas terlihat bahwa NPF (Net Performing Finance)

BNI Syariah dari tahun ke tahun mengalami perkembangan fluktuatif.

Tahun 2012 diperoleh NPF sebesar 1,89% berarti tingkat rasio pembiayaan

Page 162: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

148

dari rata-rata dianggap efektif dan tidak bermasalah. Begitupun tahun 2013

NPF sebesar 1,28% , tahun 2014 sebesar 1,29%, tahun 2015 NPF sebesar

1,37 dan tahun 2016 sebesar 1,54%. Semakin rendah persentase

menunjukkan jika bank dalam keadaan baik dalam menyeleksi calon

peminjam, sebaliknya semakin tinggi persentase menunjukkan jika bank

kurang baik dalam menyeleksi calon peminjam. Memiliki nilai NPF

sebesar 1,47% dari tahun 2012-2016 dari rata-rata total rasio pembiayaan,

termasuk dalam predikat Sangat Sehat atau tingkat komposit I karena tidak

melebihi batas maksimal 7%.

Berdasarkan perhitungan tingkat kesehtan dengan mengukur faktor

risk profile dari risiko kredit yaitu rasio NPF berdasarkan SEBI

No.9/24/DPbs tahun 2007 dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa BNI Syariah

dari tahun 2012 hingga 2016 dapat menjaga kinerja rasio NPF berada di

level NPF ≤ 7%, hal ini menunjukkan BNI Syariah mendapatkan potensi

low financial distress.

Dari Tabel 4.5 Tahun 2012 diperoleh FDR (Financing to Deposit

Ratio) BNI Syariah sebesar 82,52% berarti setiap dana yang dihimpun BNI

Syariah dapat mendukung pinjaman yang diberikan sebesar 85,52% dari

total pembiayaan yang diberikan, dalam hal ini BNI Syariah dapat

mengelola simpanan dalam bentuk pembiayaan hingga 85,52%. Sehingga

kemampuan menghasilkan laba suatu bank akan meningkat seiring

peningkatan pemberian pembiayaan. Memiliki nilai FDR sebesar 82,52%

Page 163: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

149

di tahun 2012 termasuk dalam predikat Sehat atau Tingkat Komposit 2

karena melebihi batas maksimal 50%.

Tahun 2013 nilai FDR sebesar 91,62% , 2014 nilai FDR sebesar

95,63% kemudian tahun 2015 FDR sebesar 92,09% dan sebesar 85,89%

tahun 2016 berarti setiap dana yang dihimpun BNI Syariah dapat

mendukung pinjaman yang diberikan hingga sebesar 95,63% dari total

pembiayaan yang diberikan. Sehingga kemampuan menghasilkan laba

suatu bank akan meningkat seiring peningkatan pemberian pembiayaan.

Pada tahun 2016 BNI Syariah mengalami peningkatan dalam hal

pemberian pembiayaan dari tahun-tahun sebelumnya mencapai 85,89%

dari 95,63% di tahun 2014. Memiliki nilai FDR sebesar 92,09% di tahun

2015 dan nilai FDR sebesar 85,89% di tahun 2016 termasuk dalam

predikat Cukup Sehat atau nilai Komposit 3 karena melebihi batas

maksimal 50%.

Berdasarkan perhitungan tingkat kesehatan dengan penilaian

faktor-faktor risk profile dengan mengukur tingkat kesehatan risiko

likuiditas dari rasio FDR berdasarkan PBI No.12/19/PBI/2010 dari tabel

4.5 menunjukkan bahwa BNI Syariah di tahun 2012 mendapatkan potensi

low financial distress. Sedangkan pada tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016

rasio FDR BNI Syariah berada di level 85% < FDR ≤ 100% yang berarti

cukup sehat sehingga teridentifikasi high financial distress.

Tahun 2013 diperoleh ROA (Return on Asset) BNI Syariah sebesar

1,36% dan 1,31% di tahun 2015 berarti tingkat produktivitas asset dari

Page 164: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

150

rata-rata total asset yang digunakan mampu menghasilkan laba sebesar

1,36% di tahun 2013 dan sebesar 1,31% di tahun 2015. Semakin tinggi

persentase maka tingkat produktivitasnya semakin meningkat. Memiliki

nilai ROA sebesar 1,36% ditahun 2013 dan sebesar 1,31% di tahun 2015

termasuk dalam predikat Sehat atau Nilai Komposit 2 karena melebihi

batas minimal 1,5%. Tahun 2012 diperoleh ROA sebesar 1,02% termasuk

dalam Predikat Cukup Sehat atau Nilai Komposit 3 karena tidak melebihi

batas minimal 1,5%. Tahun 2014 diperoleh ROA sebesar 1,18% dan

sebesar 1,55% di tahun 2016 termasuk dalam Predikat Sangat Sehat atau

Nilai Komposit 1 karena melebihi batas minimal 1,5%.

Berdasarkan perhitungan tingkat kesehatan dengan penilaian faktor

earnings dengan mengukur tingkat kesehatan dari rasio ROA berdasarkan

SEBI No.13/24/DPNP/2011 dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada tahun

2012 dan 2014 BNI Syariah mendapatkan potensi high financial distress.

Rasio ROA BNI Syariah tahun 2013 dan 2015 berada di level

1,25% < ROA ≤ 1,5% yang berarti di level sehat sehingga teridentifikasi

potensi low financial distress. Di tahun 2016 BNI Syariah berpotensi low

financial distress karena dapat menjaga rasio ROA berada di level sangat

sehat yaitu di level ROA ˃ 1,5%.

Pada Tabel 4.5 di tahun 2012 diperoleh NOM sebesar 9,72% ,

tahun 2013 diperoleh NOM sebesar 9,52% dan sebesar 8,49% NOM

diperoleh tahun 2014 berarti termasuk dalam Predikat Sangat Sehat atau

Nilai Komposit 1 karena melebihi batas minimal 3%. Semakin tinggi

Page 165: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

151

persentase maka semakin tinggi kemampuan bank dalam menghasilkan

pendapatan operasi bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Sedangkan

pada tahun 2015 nilai NOM mengalami penurunan sebesar 0,56% yang

berarti termasuk dalam Predikat Tidak Sehat atau Nilai Komposit 5 karena

tidak melebihi batas minimal 3% sehingga mengindikasikan

ketidakmampuan bank dalam menghasilkan pendapatan operasi bersih

terhadap rata-rata aktiva produktif. Tahun 2016 diperoleh NOM sebesar

1,10% termasuk dalam Predikat Kurang Sehat atau tingkat Komposit 4

karena tidak melebihi batas minimal 3%.

Berdasarkan perhitungan tingkat kesehatan dengan metode RGEC

pada rasio NOM berdasarkan SEBI No.9/24/DPbs tahun 2007 dari tabel

4.5 menunjukkan bahwa BNI Syariah dari tahun 2012 hingga 2014

teridentifikasi terjadinya low financial distress karena dapat menjaga

kinerja rasio efisiensi NOM berada di level NOM ˃ 3%.

Tahun 2012 diperoleh CAR (Capital Adequacy Ratio) BNI Syariah

sebesar 16,92% yang berarti dalam seluruh permodalan yang dimiliki BNI

Syariah tersebut dapat mengantisipasi kemungkinan risiko pembiayaan

sebesar 16,92%. Semakin tinggi perentase maka semakin baik, karena

persentase CAR menunjukkan kemampuan permodalan untuk menutupi

kemungkinan kegagalan dalam hal pembiayaan. Memiliki CAR sebesar

16,92% termasuk dalam Predikat Sangat Sehat atau tingkat Komposit 1

karena melebihi batas minimal 11%. Sama halnya dengan tahun 2013

diperoleh CAR sebesar 16,66%, 2014 sebesar 17,23%, 2015 sebesar

Page 166: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

152

15,34% dan 2016 sebesar 15,54% yang berarti termasuk dalam Predikat

Sangat Sehat atau tingkat Komposit 1 karena melebihi batas minimal 11%.

Berdasarkan perhitungan tingkat kesehatan dengan mengukur

faktor capital dari rasio CAR berdasarkan SEBI No.9/24/DPbs tahun 2007

dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa BNI Syariah dari tahun 2012 hingga

2016 dapat menjaga kinerja rasio CAR berada di level CAR ≥ 11%

sehingga berpotensi low financial distress (rendah).

iv. Good Corporate Governance (GCG)

Tabel 4.6

Ringkasan Perhitungan Nilai Komposit Bank BNI Syariah Berdasarkan

Penilaian Bank Indonesia Tahun 2013

No Faktor Predikat (a) Bobot (b) Nilai (axb)

1 Pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab Dewan

Direksi 1 12,50% 0,125

2 Pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab Direksi 1 17,50% 0,175

3 Kelengkapan dan

Pelaksanaan Tugas

Komite 1 10% 0,1

4 Pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab Dewan

Pengawas Syariah 2 10% 0,2

5 Pelaksanaan prinsip syariah

dalam kegiatan

penghimpunan dana dan

penyaluran dana serta

pelayanan jasa

2 5% 0,1

6 Penanganan benturan

kepentingan 2

10% 0,2

Page 167: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

153

7 Penerapan fungsi

kepatuhan Bank 1 5% 0,5

8 Penerapan fungsi audit

intern 1 5% 0,05

9 Penerapan fungsi audit

ekstern 1 5% 0,5

10 Batas Maksimum

Penyaluran Dana 2 5% 0,1

11 Transparansi kondisi

keuangan dan non-

keuangan, laporan

pelaksanaan GCG dan

pelaporan internal

1 15% 0,15

Nilai Komposit 100% 1,3

Predikat Sangat Baik

c. PT. BRI Syariah Tbk

Adapun data rata-rata pergerakan rasio non performing finance (NPF),

financing to deposit ratio (FDR), return on asset (ROA), net operating

margin (NOM) dan capital adequacy ratio (CAR) pada masing-masing

Triwulan periode 2012-2016, sebagai berikut :

i. Risk Profile

Berikut adalah identifikasi financial distress masing-masing variabel

profil risiko BRI Syariah yang ditunjukkan dari 3 (tiga) kinerja risiko

kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas.

Risiko Kredit

Dalam mengukur identifikasi financial distress risiko kredit yang

digunakan adalah rasio NPF. Rasio ini mengukur pembiayaan bermasalah

kurang lancar (KL), diragukan (D) dan macet (M) per total pembiayaan.

Page 168: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

154

Rasio Likuiditas

Dalam mengukur identifikasi financial distress risiko likuiditas yang

digunakan adalah rasio FDR. Rasio ini mengukur perbandingan antara

pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga.

ii. Earnings (Rentabilitas)

Berikut adalah identifikasi financial distress masing-masing variabel

earning risiko BRI Syariah yang ditunjukkan dari rasio ROA dan NOM.

ROA (Return on Assets)

Dalam mengukur identifikasi potensi financial distress ROA merupakan

salah satu rasio utama dalam mengukur kinerja earning.

NOM (Net Operating Margin)

Dalam mengukur identifikasi potensi financial distress NOM merupakan

salah satu rasio dalam mengukur kinerja earnings.

iii. Capital (Permodalan)

Dalam mengukur identifikasi potensi financial distress capital yang

digunakan adalah rasio CAR. Rasio ini mengukur perbandingan modal

terhadap total aktiva menurut risiko.

Page 169: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

155

Tabel 4.7

Perhitungan Rasio-rasio NPF, FDR, ROA, NOM dan CAR Triwulanan BRI Syariah

2012-2016

Komponen 2012 2013 2014 2015 2016

NPF

Maret 2,4 2,01 3,36 3,96 3,9

Juni 2,15 1,94 3,61 4,38 3,83

Sept 1,89 2,14 4,19 3,86 3,89

Des 1,84 3,26 3,65 3,89 3,19

Total 8,28 9,35 14,81 16,09 14,81

Rata-

rata 2,07 2,34 3,70 4,02 3,70

Standar BI

NPF ≤

7% NPF ≤ 7% NPF ≤ 7% NPF ≤ 7% NPF ≤ 7%

Predikat

Sangat

Sehat

(1)

Sangat Sehat

(1)

Sangat

Sehat (1)

Sangat Sehat

(1)

Sangat Sehat

(1)

Rasio Rata-rata

2012-2016 3,17% (Predikat 1) Sangat Sehat

2012 2013 2014 2015 2016

FDR

Maret 101,76 100,9 102,13 88,24 82,73

Juni 102,77 103,67 95,14 92,05 87,92

Sept 99,99 105,61 94,85 86,61 83,98

Des 100,2 102,7 93,9 84,16 81,42

Total 404,72 412,88 386,02 351,06 336,05

Rata-

rata 101,18 103,22 96,51 87,77 84,01

Standar BI

100%<

LDR≤1

20%

100%<LDR

≤120%

85%<LDR

≤100%

85%<LDR≤

100%

85%<LDR≤

100%

Predikat

Kurang

Sehat

(4)

Kurang

Sehat (4)

Cukup

Sehat (3)

Cukup Sehat

(3)

Cukup Sehat

(3)

Rasio Rata-rata

2012-2016 94,54 (Predikat 3) Cukup Sehat

2012 2013 2014 2015 2016

ROA

Maret 0,17 1,71 0,46 0,53 0,99

Juni 1,21 1,41 0,03 0,78 1,03

Sept 1,34 1,36 0,2 0,8 0,98

Des 1,19 1,15 0,08 0,76 0,95

Total 3,91 5,63 0,77 2,87 3,95

Rata-

rata 0,98 1,41 0,19 0,72 0,99

Standar BI

0,5%<R

OA≤1,2

5%

1,25%<RO

A≤1,5%

0%<ROA≤

0,5%

0,5%<ROA

≤1,25%

0,5%<ROA

≤1,25%

Page 170: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

156

Predikat

Cukup

Sehat

(3)

Sehat (2) Kurang

Sehat (4)

Cukup Sehat

(3)

Cukup Sehat

(3)

Rasio Rata-rata

2012-2016 0,86% (Predikat 3) Cukup Sehat

2012 2013 2014 2015 2016

NOM

Maret 7,7 6,61 6,09 7 0,44

Juni 7,68 6,57 5,97 1,67 0,51

Sept 8,36 7,48 5,9 1,51 0,45

Des 7,15 6,27 6,04 1,81 0,39

Total 30,89 26,93 24 11,99 1,79

Rata-

rata 7,72 6,73 6,00 3,00 0,45

Standar BI NIM˃3

% NIM˃3% NIM˃3%

2%<NIM≤3

% NIM≤1%

Predikat

Sangat

Sehat

(1)

Sangat Sehat

(1)

Sangat

Sehat (1) Sehat (2)

Tidak Sehat

(5)

Rasio Rata-rata

2012-2016 4,78% (Predikat 1) Sangat Sehat

2012 2013 2014 2015 2016

CAR

Maret 14,34 11,81 14,15 13,22 14,66

Juni 13,59 15 13,99 11,03 14,06

Sept 12,92 14,66 13,86 13,82 14,3

Des 11,35 14,49 12,89 13,94 20,63

Total 52,2 55,96 54,89 52,01 63,65

Rata-

rata 13,05 13,99 13,72 13,00 15,91

Standar BI CAR≥1

1% CAR≥11% CAR≥11% CAR≥11% CAR≥11%

Predikat

Sangat

Sehat

(1)

Sangat Sehat

(1)

Sangat

Sehat (1)

Sangat Sehat

(1)

Sangat Sehat

(1)

Rasio Rata-rata

2012-2016 13,94% (Predikat 1) Sangat Sehat

Sumber : Data diolah, 2017

Dari Tabel 4.7 diatas terlihat bahwa NPF (Net Performing Finance)

BRI Syariah dari tahun ke tahun mengalami perkembangan fluktuatif.

Tahun 2012 diperoleh NPF sebesar 2,07% berarti tingkat rasio pembiayaan

Page 171: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

157

dari rata-rata dianggap efektif dan tidak bermasalah. Begitupun tahun 2013

NPF sebesar 2,34% , tahun 2014 sebesar 3,70%, tahun 2015 NPF

mengalami peningkatan persentase sebesar 4,02 dan tahun 2016 sebesar

3,70%. Semakin rendah persentase menunjukkan jika bank dalam keadaan

baik dalam menyeleksi calon peminjam, sebaliknya semakin tinggi

persentase menunjukkan jika bank kurang baik dalam menyeleksi calon

peminjam. Memiliki nilai NPF sebesar 3,17% dari tahun 2012-2016 dari

rata-rata total rasio pembiayaan, termasuk dalam predikat Sangat Sehat

atau tingkat komposit I karena tidak melebihi batas maksimal 7%. Hal ini

menunjukkan bahwa BRI Syariah dari tahun 2012-2016 dapat menjaga

kinerja rasio NPF dan mendapatkan potensi low financial distress.

Dari Tabel 4.7 terlihat perolehan FDR (Financing to Deposit Ratio)

BRI Syariah tahun 2012 sebesar 101,18% berarti setiap dana yang

dihimpun BRI Syariah dapat mendukung pinjaman yang diberikan sebesar

101,18% dari total pembiayaan yang diberikan, dalam hal ini BRI Syariah

dapat mengelola simpanan dalam bentuk pembiayaan hingga 101,18%.

Sehingga kemampuan menghasilkan laba suatu bank akan meningkat

seiring peningkatan pemberian pembiayaan. Memiliki nilai FDR sebesar

103,22% di tahun 2013 termasuk dalam predikat Kurang Sehat atau

Tingkat Komposit 3 karena melebihi batas maksimal 50%.

Selanjutnya Tahun 2014 diperoleh nilai FDR sebesar 96,51% ,

sebesar 87,77% di Tahun 2015, kemudian di tahun 2016 FDR mengalami

peningkatan sebesar 84,01% berarti setiap dana yang dihimpun BRI

Page 172: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

158

Syariah dapat mendukung pinjaman yang diberikan. Sehingga kemampuan

menghasilkan laba suatu bank akan meningkat seiring peningkatan

pemberian pembiayaan dan termasuk dalam predikat Cukup Sehat atau

nilai Komposit 3 karena melebihi batas maksimal 50%.

Berdasarkan perhitungan tingkat kesehatan dengan mengukur

tingkat kesehatan rasio likuiditas berdasarkan PBI No.12/19/PBI/2010 dari

tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari tahun 2012-2016 BRI Syariah

mendapatkan potensi high financial distress.

Dari Tabel 4.7 tahun 2013 terlihat nilai ROA (Return on Asset) BRI

Syariah sebesar 1,41% berarti tingkat produktivitas asset dari rata-rata total

asset yang digunakan mampu menghasilkan laba sebesar 1,41%. Semakin

tinggi persentase maka tingkat produktivitasnya semakin meningkat.

Memiliki nilai ROA sebesar 1,41% ditahun 2013 termasuk dalam predikat

Sehat atau Nilai Komposit 2 karena tidak melebihi batas minimal 1,5%.

Tahun 2012 diperoleh ROA sebesar 0,98%; sebesar 0,72% di tahun 2015

dan 0,99% di tahun 2016 termasuk dalam Predikat Cukup Sehat atau Nilai

Komposit 3 karena tidak melebihi batas minimal 1,5%. Tahun 2014 ROA

mengalami penurunan sebesar 0,19% termasuk dalam Predikat Kurang

Sehat atau Nilai Komposit 3 karena tidak melebihi batas minimal 1,5%.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa potensi high financial

distress dialami oleh BRI Syariah dalam rasio ROA di tahun 2012, 2014,

2015 dan 2016. Sedangkan di tahun 2013 BRI Syariah mengalami potensi

low financial distress.

Page 173: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

159

Dari Tabel 4.7 Tahun 2012 diperoleh NOM sebesar 7,72% , tahun

2013 diperoleh NOM sebesar 6,73% dan sebesar 6,00% NOM diperoleh

tahun 2014 berarti termasuk dalam Predikat Sangat Sehat atau Nilai

Komposit 1 karena melebihi batas minimal 3%. Semakin tinggi persentase

maka semakin tinggi kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan

operasi bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Sedangkan pada tahun

2016 nilai NOM mengalami penurunan sebesar 0,45% yang berarti

termasuk dalam Predikat Tidak Sehat atau Nilai Komposit 5 karena tidak

melebihi batas minimal 3% sehingga mengindikasikan ketidakmampuan

bank dalam menghasilkan pendapatan operasi bersih terhadap rata-rata

aktiva produktif. Sedangkan tahun 2015 diperoleh NOM sebesar 3,00%

berarti termasuk dalam Predikat Sehat atau tingkat Komposit 2 karena

tidak melebihi batas minimal 3%.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa potensi low financial

distress dialami oleh BRI Syariah dalam rasio NOM di tahun 2012, 2013,

2014 dan 2015. Sedangkan di tahun 2016 BRI Syariah mengalami potensi

high financial distress.

Dari Tabel 4.7 Tahun 2012 diperoleh CAR (Capital Adequacy

Ratio) BRI Syariah sebesar 13,05% yang berarti dalam seluruh permodalan

yang dimiliki BRI Syariah tersebut dapat mengantisipasi kemungkinan

risiko pembiayaan sebesar 13,05%. Semakin tinggi perentase maka

semakin baik, karena persentase CAR menunjukkan kemampuan

permodalan untuk menutupi kemungkinan kegagalan dalam hal

Page 174: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

160

pembiayaan. Memiliki CAR sebesar 13,05% termasuk dalam Predikat

Sangat Sehat atau tingkat Komposit 1 karena melebihi batas minimal 11%.

Sama halnya dengan tahun 2013 diperoleh CAR sebesar 13,99%, 2014

sebesar 13,72%, 2015 sebesar 13,00% dan tahun 2016 nilai CAR

mengalami peningkatan sebesar 15,91% yang berarti termasuk dalam

Predikat Sangat Sehat atau tingkat Komposit 1 karena melebihi batas

minimal 11%.

Berdasarkan perhitungan tingkat kesehatan dengan mengukur

faktor capital dari rasio CAR menunjukkan bahwa dari tahun 2012 hingga

2016 BRI Syariah dapat menjaga kinerja rasio CAR berada di level CAR ≥

11% sehingga mendapatkan potensi low financial distress.

Page 175: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

161

iv. Good Corporate Governance (GCG)

Tabel 4.8

Ringkasan Perhitungan Nilai Komposit BRI Syariah Berdasarkan

Penilaian Bank Indonesia Tahun 2012

No Faktor Predikat (a) Bobot (b) Nilai (axb)

1 Pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab Dewan

Direksi 1 12,50% 0,125

2 Pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab Direksi 1 17,50% 0,175

3 Kelengkapan dan

Pelaksanaan Tugas

Komite 2 10% 0,1

4 Pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab Dewan

Pengawas Syariah 1 10% 0,2

5 Pelaksanaan prinsip

syariah dalam kegiatan

penghimpunan dana dan

penyaluran dana serta

pelayanan jasa

2 5% 0,1

6 Penanganan benturan

kepentingan 1 10% 0,1

7 Penerapan fungsi

kepatuhan Bank 1 5% 0,05

8 Penerapan fungsi audit

intern 2 5% 0,1

9 Penerapan fungsi audit

ekstern 1 5% 0,05

10 Batas Maksimum

Penyaluran Dana 2 5% 0,1

11 Transparansi kondisi

keuangan dan non-

keuangan, laporan

pelaksanaan GCG dan

pelaporan internal

2 15% 0,3

Nilai Komposit 100% 1,3

Predikat Sangat Baik

Page 176: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

162

Tabel 4.9

Ringkasan Perhitungan Nilai Komposit BRI Syariah Berdasarkan

Penilaian Bank Indonesia Tahun 2013

No Faktor Predikat (a) Bobot (b) Nilai (axb)

1 Pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab Dewan

Direksi 1 12,50% 0,125

2 Pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab Direksi 1 17,50% 0,175

3 Kelengkapan dan

Pelaksanaan Tugas

Komite 2 10% 0,1

4 Pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab Dewan

Pengawas Syariah 1 10% 0,2

5 Pelaksanaan prinsip

syariah dalam kegiatan

penghimpunan dana dan

penyaluran dana serta

pelayanan jasa

2 5% 0,1

6 Penanganan benturan

kepentingan 1 10% 0,1

7 Penerapan fungsi

kepatuhan Bank 1 5% 0,05

8 Penerapan fungsi audit

intern 2 5% 0,1

9 Penerapan fungsi audit

ekstern 1 5% 0,05

10 Batas Maksimum

Penyaluran Dana 1 5% 0,05

11 Transparansi kondisi

keuangan dan non-

keuangan, laporan

pelaksanaan GCG dan

pelaporan internal

2 15% 0,3

Nilai Komposit 100% 1,35

Predikat Sangat Baik

Page 177: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

163

Tabel 4.10

Ringkasan Perhitungan Nilai Komposit BRI Syariah Berdasarkan Penilaian Bank

Indonesia Tahun 2014

No Faktor Structure Process Outcome

1 Pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab Dewan Direksi 1,29 1,55 2,38

2 Pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab Direksi 1,13 1,72 2,29

3 Kelengkapan dan Pelaksanaan

Tugas Komite 1,2 1,86 2

4 Pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab Dewan Pengawas Syariah 1,13 1,55 1,6

5 Pelaksanaan prinsip syariah dalam

kegiatan penghimpunan dana dan

penyaluran dana serta pelayanan jasa 2,17 2,5 2

6 Penanganan benturan kepentingan 2 2 1

7 Penerapan fungsi kepatuhan

Bank 2 2 1,5

8 Penerapan fungsi audit intern 2,25 2,36 2,25

9 Penerapan fungsi audit ekstern 1 1 1

10 Batas Maksimum Penyaluran

Dana 2 1,67 2

Page 178: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

164

11

Transparansi kondisi keuangan dan

non-keuangan, laporan

pelaksanaan GCG dan pelaporan

internal

2 1,57 1,86

Total Nilai Parameter 1,65 1,8 1,81

Bobot Penilaian Parameter 40% 30% 30%

Nilai Per Parameter setelah bobot 0,66 0,54 0,54

Nilai Penilaian GCG Akhir 1,74

Predikat Baik

Tabel 4.11

Ringkasan Perhitungan Nilai Komposit BRI Syariah Berdasarkan Penilaian Bank

Indonesia Tahun 2015

No Faktor Structure Process Outcome

1 Pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab Dewan Direksi 1,21 1,3 1,75

2 Pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab Direksi 1,07 1,52 1,71

3 Kelengkapan dan Pelaksanaan

Tugas Komite 1,1 1,71 2

4 Pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab Dewan Pengawas Syariah 1,13 1,55 1,6

5 Pelaksanaan prinsip syariah dalam

kegiatan penghimpunan dana dan

penyaluran dana serta pelayanan jasa 2,17 2,5 2

6 Penanganan benturan kepentingan 2 2 1

7 Penerapan fungsi kepatuhan Bank 1,67 1,75 1,5

Page 179: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

165

8 Penerapan fungsi audit intern 2 2,18 2,25

9 Penerapan fungsi audit ekstern 1 1 1

10 Batas Maksimum Penyaluran Dana 2 1 1

11 Transparansi kondisi keuangan dan

non-keuangan, laporan pelaksanaan

GCG dan pelaporan internal 2 1,57 1,86

Total Nilai Parameter 1,58 1,64 1,61

Bobot Penilaian Parameter 40% 30% 30%

Nilai Per Parameter setelah bobot 0,63 0,49 0,48

Nilai Penilaian GCG Akhir 1,61

Predikat Baik

Tabel 4.12

Ringkasan Perhitungan Nilai Komposit BRI Syariah Berdasarkan Penilaian Bank

Indonesia Tahun 2016

No Faktor Structure Process Outcome

1 Pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab Dewan Direksi 1,07 1,3 1,63

2 Pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab Direksi 1,07 1,52 1,64

3 Kelengkapan dan Pelaksanaan

Tugas Komite 1,1 1,71 2

4 Pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab Dewan Pengawas Syariah 1,13 1,55 1,6

5 Pelaksanaan prinsip syariah dalam

kegiatan penghimpunan dana dan

penyaluran dana serta pelayanan jasa 2 2,5 2

Page 180: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

166

6 Penanganan benturan kepentingan 2 2 1,33

7 Penerapan fungsi kepatuhan Bank 1,67 1,75 1,5

8 Penerapan fungsi audit intern 2 2,18 2,25

9 Penerapan fungsi audit ekstern 1 1 1

10 Batas Maksimum Penyaluran Dana 2 1 1

11 Transparansi kondisi keuangan dan

non-keuangan, laporan pelaksanaan

GCG dan pelaporan internal 2 1,57 1,86

Total Nilai Parameter 1,55 1,64 1,62

Bobot Penilaian Parameter 40% 30% 30%

Nilai Per Parameter setelah bobot 0,62 0,49 0,49

Nilai Penilaian GCG Akhir 1,6

Predikat Baik

Dari hasil assesment terhadap seluruh faktor pelaksanaan GCG

tersebut di atas, nilai komposit dan predikat pelaksanaan tata kelola

perusahaan yang dilakukan BRI Syariah adalah Sangat Baik, berdasarkan

pemeringkatan nilai komposit yang ditetapkan BI.

Adapun kelemahan dan kekuatan pelaksanaan GCG secara umum,

perkembangan bisnis dan perluasan pasar yang sangat cepat serta

perubahan kondisi makro ekonomi yang dinamis pada periode laporan

GCG menjadi tantangan tersendiri, khususnya agar seluruh jajaran BRI

Syariah pada semua level dapat segera melakukan peningkatan

pelaksanaan GCG principle dari periode sebelumnya, sehingga kegiatan

Page 181: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

167

bisnis dan operasional bank senantiasa sejalan dengan ketentuan dari

perundangan yang berlaku.

Namun, dinamika internal dan eksternal dapat membawa dampak berupa

tingginya risiko dan besarnya tantangan dalam pelaksanaan GCG BRI

Syariah. Namun dengan komitmen aktif dari Direksi, Dewan Komisaris

dan DPS beserta seluruh stakeholders BRI Syariah lainnya menjadi modal

penting untuk terus meningkatkan pelaksanaan GCG dari waktu ke waktu.

Penerapan Tata Kelola Perusahaan (GCG) tidak lepas dari suatu

proses yang berkesinambungan untuk memberikan pemahaman dan

pengertian yang sama di setiap jenjang organisasi. Karena itu, penerapan

GCG harus diupayakan melebur dalam budaya perusahaan (corporate

culture) yang menjadi jiwa bagi seluruh pihak di BRI Syariah.

BRI Syariah secara konsisten akan terus memperbaiki dan

mengembangkan tata kelola perusahaan yang baik sehingga dapat

memberikan manfaat pertumbuhan yang berkesinambungan (sustainable

growth) dan return yang optimal sebagaimana yang diharapkan oleh

seluruh stakeholders BRI Syariah melalui pengelolaan usaha yang

berpegang pada prinsip-prinsip GCG : Transparansi (Transparancy),

Akuntabilitas (Accountability), Tanggung Jawab (Responsibility),

Independen (Independent) dan Kesetaraan (Fairness).

Page 182: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

168

2. Perbandingan Tingkat Kesehatan Bank Syariah

a. Uji Normalitas Data (Uji Kolmograv-Smirnov)

Sebelum dilakukan uji beda terlebih dahulu dilakukan pengujian

Kolmogrov-Smirnov test yang bertujuan untuk mengetahui

keselarasan/kesesuaian data dengan distribusi normal atau tidak. Jika nilai

Asymp Sig. (2-tailed) > 0,05 maka normalitas data terpenuhi dan jika nilai

Asymp Sig. (2-tailed) < 0,05 maka normalitas data tidak terpenuhi. Jika

data berdistribusi normal, tahap selanjutnya akan dilakukan metode

parametric Indepedent Sample t-test. Sedangkan jika data tidak

berdistribusi normal, tahap selanjutnya menggunakan metode non

parametric Mann Whitney test. Berikut ini merupakan tabel yang

menunjukkan hasil uji normalitas data (Uji Kolmogorov- Smirnov).

Tabel 4.13

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Bank Syariah Mandiri (BSM) Periode 2012-2016

NPF FDR ROA NOM CAR

N 20 20 20 20 20

Normal Parametersa,b

Mean 2,9440 87,0765 1,2195 4,6060 13,9735

Std. Deviation 1,36500 5,43832 ,77763 3,04169 1,01908

Most Extreme Differences Absolute ,192 ,160 ,251 ,331 ,094

Positive ,189 ,160 ,251 ,252 ,075

Negative -,192 -,113 -,139 -,331 -,094

Test Statistic ,192 ,160 ,251 ,331 ,094

Asymp. Sig. (2-tailed) ,051c ,196

c ,002

c ,000

c ,200

c,d

Sumber : Data diolah SPSS, 2017

Page 183: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

169

Tabel 4.14

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

BNI Syariah Periode 2012-2016

NPF FDR ROA NOM CAR

N 20 20 20 20 20

Normal Parametersa,b

Mean 1,4735 89,5460 1,2845 5,8775 16,3365

Std. Deviation ,36342 6,17217 ,27167 4,29409 1,67481

Most Extreme Differences Absolute ,223 ,116 ,178 ,283 ,205

Positive ,223 ,115 ,090 ,257 ,205

Negative -,138 -,116 -,178 -,283 -,126

Test Statistic ,223 ,116 ,178 ,283 ,205

Asymp. Sig. (2-tailed) ,010c ,200

c,d ,097

c ,000

c ,027

c

Sumber : Data diolah SPSS, 2017

Tabel 4.15

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

BRI Syariah Periode 2012-2016

NPF FDR ROA NOM CAR

N 20 20 20 20 20

Normal Parametersa,b

Mean 3,1670 94,5365 ,8565 4,7800 13,9355

Std. Deviation ,88966 8,06708 ,48051 2,96125 1,92062

Most Extreme Differences Absolute ,191 ,200 ,127 ,297 ,253

Positive ,174 ,132 ,114 ,192 ,253

Negative -,191 -,200 -,127 -,297 -,143

Test Statistic ,191 ,200 ,127 ,297 ,253

Asymp. Sig. (2-tailed) ,055c ,034

c ,200

c,d ,000

c ,002

c

Page 184: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

170

Berdasarkan hasil penelitian Tabel 4.13, 4.14 dan 4.15diatas dapat

disimpulkan, sebagai berikut :

Tabel 4.16

Hasil Uji Normalitas data (Uji K-S)

Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI

Syariah 2012-2016

Variabel Bank Signifikasi Uji-K S Keterangan

NPF BSM 0,051 Normal

BNIS 0,100 Normal

BRIS 0,550 Normal

FDR BSM 0,196 Normal

BNIS 0,200 Normal

BRIS 0,034 Tidak Normal

ROA BSM 0,002 Tidak Normal

BNIS 0,097 Normal

BRIS 0,200 Normal

NOM BSM 0,000 Tidak Normal

BNIS 0,000 Tidak Normal

BRIS 0,000 Tidak Normal

CAR BSM 0,200 Normal

BNIS 0,027 Tidak Normal

BRIS 0,002 Tidak Normal

Sumber : Data diolah SPSS, 2017

Berdasarkan kesimpulan yang dapat diambil dari hasil uji

normalitas data dengan Kolmogorov Smirnov untuk kelima variabel

diatas ada beberapa variabel yang tidak normal, atau tidak memenuhi

persyaratan uji normalitas.

Page 185: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

171

b. Uji Mann Whitney Test

Berdasarkan hasil uji normalitas data (Uji Kolomogrov-Smirnov),

pada kelima variabel data tersebut ada beberapa variabel berdistribusi

tidak normal sehingga untuk tahap selanjutnya akan dilakukan uji Mann

Whitney Test untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata

antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan dimana signifikasi

> 0,05 maka Ho diterima dan jika signifikasi <0,05 maka Ho ditolak.

1. Analisis Pengujian Hipotesis (Risk Profile)

Ho = Tidak terdapat pengaruh signifikan antara perbedaan tingkat

kesehatan Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI

Syariah dalam aspek Risk Profile,

H1= Terdapat pengaruh signifikan antara perbedaan tingkat kesehatan

Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI Syariah dalam

aspek Risk Profile.

a. Non Performing Finance (NPF)

Berdasarkan hasil penelitian keseluruhan dari ketiga bank yang

diteliti BRI Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio NPF sebesar

3,167%, lebih kecil dibandingkan mean rasio NPF Bank Syariah

Mandiri (BSM) yang sebesar 2,944%. Selanjutnya, rata-rata

(mean) tertinggi diperoleh BNI Syariah sebesar 1,473%. Hal ini

menunjukkan bahwa selama periode 2012-2016 Bank Syariah

Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI Syariah sama-sama

Page 186: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

172

mempunyai NPF yang baik, karena jika mengacu pada ketentuan

BI yang menyatakan bahwa standar terbaik NPL adalah dibawah

5%, maka Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI

Syariah masih berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai NPF

dibawah ketentuan BI.

b. Financing to Deposit Ratio (FDR)

BSM Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio FDR sebesar

87,076%, lebih kecil dibandingkan mean rasio FDR BNI Syariah

yang sebesar 89,546%. Dilanjutkan dengan rata-rata (mean) rasio

FDR BRI Syariah sebesar 94,536%. Selain itu, jika mengacu pada

ketentuan BI yang menyatakan bahwa standart terbaik FDR adalah

85%-110%, maka Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan

BRI Syariah berada pada kondisi ideal.

2. Analisis Pengujian Hipotesis (Earnings)

Ho = Tidak terdapat pengaruh signifikan antara perbedaan tingkat

kesehatan Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI

Syariah dalam aspek Earnings,

H1= Terdapat pengaruh signifikan antara perbedaantingkat kesehatan

Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI Syariah dalam

aspek Earnings

Page 187: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

173

b. Return On Asset (ROA)

BNI Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio ROA sebesar

1,284%, lebih besar dibandingkan mean rasio ROA Bank Syariah

Mandiri (BSM) yang sebesar 1,219 %. Adapula mean rasio ROA

BRI Syariah lebih kecil hanya 0,856%. Halini berarti bahwa selama

periode 2012-2016 BNI Syariah mempunyai ROA lebih baik

dibandingkan dengan Bank Syariah Mandiri (BSM) dan BRI

Syariah, karena semakin tinggi nilai ROA maka semakin bagus

kualitas bank tersebut.

c. Net Operating Margin (NOM)

Berdasarkan statistik deskriptif dan pengujian nilai rata-rata atau uji

beda menunjukkan bahwa, nilai NOM dari BNI Syariah sebesar

5,877% lebih besar dari rata-rata NOM BRI Syariah sebesar

4,780%, sedangkan NOM Bank Syariah Mandiri (BSM)

menunjukkan nilai sebesar4,606%. Hal ini menunjukkan bahwa

selama periode 2012-2016 Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI

Syariah dan BRI Syariah sama-sama mempunyai NOM yang baik,

karena jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa

standar terbaik NOM adalah diatas3%, maka Bank Syariah Mandiri

(BSM), BNI Syariah dan BRI Syariah masih berada pada kondisi

ideal karena memiliki nilai NOM dibawah ketentuan BI.

Page 188: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

174

3. Analisis Pengujian Hipotesis (Capital)

Ho = Tidak terdapat pengaruh signifikan antara perbedaan tingkat

kesehatan Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI

Syariah dalam aspek Capital.

H1= Terdapat pengaruh signifikan antara perbedaantingkat

kesehatan Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI

Syariah dalam aspek Capital.

d. Capital Adequacy Ratio (CAR)

BRI Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio CAR sebesar

13,935%, lebih kecil dibandingkan mean rasio CAR Bank Syariah

Mandiri (BSM) yang sebesar 13,973%. Akan tetapi, BNI Syariah

mempunyai rata-rata (mean) rasio CAR lebih besar yakni sebesar

16,336%. Hal ini berarti bahwa selama periode 2012-2016 BNI

Syariah mempunyai CAR lebih baik dibanding dengan Bank

Syariah Mandiri (BSM) dan BRI Syariah, karena semakin tinggi

nilai CAR maka semakin bagus kualitas bank tersebut.

Page 189: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

175

Tabel 4.17

Test StatisticsaHasil Uji Mann-Whitney

BSM & BNISyariah Periode 2012-2016

NPF FDR ROA NOM CAR

Mann-Whitney U 83,000 152,000 178,500 120,500 33,000

Wilcoxon W 293,000 362,000 388,500 330,500 243,000

Z -3,165 -1,298 -,582 -2,151 -4,517

Asymp. Sig. (2-tailed) ,002 ,194 ,561 ,031 ,000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,001b ,201

b ,565

b ,030

b ,000

b

Dari tabel 4.17 diatas, terlihat bahwa Nilai Mann-Whitney

U NPF adalah 83.000 dengan probabilitas 0,002. Oleh karena

probabilitas < 0,05dapatdisimpulkan Ho Ditolak, atau dapat

dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja

Bank Syariah Mandiri (BSM) dengan kinerja BNI Syariah.

Disamping itu terlihat pada tabel 4.17 bahwa hasil statistik

Mann Whitney U untuk FDR adalah 152.000 dengan probabilitas

0,194. Maka, probabilitas > 0,05 dapat dinyatakan bahwa Ho

diterima atau dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

siginifikan kinerja tingkat kesehatan Bank Syariah Mandiri (BSM)

dengan BNI Syariah.

Berikutnya, pada tabel 4.17 bahwa hasil statistik Mann

Whitney U untuk ROA adalah 178.500 dengan probabilitas 0,561.

Maka, probabilitas > 0,05 dapat dinyatakan bahwa Ho diterima

atau dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

Page 190: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

176

siginifikan kinerja tingkat kesehatan Bank Syariah Mandiri (BSM)

dengan BNI Syariah.

Berdasarkan uji beda, uji Mann Whitney U menunjukkan

nilai signifikansi sebesar 120.500 dengan probabilitas sebesar

0,031 yang berarti dapat disimpulkan bahwa uji perbedaa nilai rata-

rata menunjukkan hasil siginifikan < 0,05 dan dapat disimpulkan

terdapat perbedaan siginifikan terhadap kinerja Bank Syariah

Mandiri (BSM) dengan BNI Syariah (dalam hal ini Ho ditolak).

Jika mengacu pada ketentuan BI, maka BSM dan BNI

Syariah masih berada pada kondisi dibawah ideal kurang dari 8%.

Dari tabel 4.17 terlihat bahwa nilai hitung sebesar 33.000 dengan

probabilitas 0,000. Oleh karena probabilitas < 0,05 maka Ho

ditolah atau dapat dikatakan terdapat perbedaan siginifikan antara

kinerja Bank Syariah Mandiri (BSM) dengan kinerja BNI Syariah.

Page 191: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

177

Tabel 4.18

Test Statisticsa Hasil Uji Mann Whitney

BSM & BRISyariah Periode 2012-2016

NPF FDR ROA NOM CAR

Mann-Whitney U 193,500 94,500 156,000 196,500 179,000

Wilcoxon W 403,500 304,500 366,000 406,500 389,000

Z -,176 -2,854 -1,190 -,095 -,568

Asymp. Sig. (2-tailed) ,860 ,004 ,234 ,925 ,570

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,862b ,004

b ,242

b ,925

b ,583

b

Dari tabel 4.18 diatas, terlihat bahwa Nilai Mann-Whitney

U NPF adalah 193.500 dengan probabilitas 0,860. Oleh karena

probabilitas ˃ 0,05dapatdisimpulkan Ho Diterima, atau dapat

dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kinerja Bank Syariah Mandiri (BSM) dengan kinerja BRI Syariah.

Terlihat bahwa hasil statistik Mann Whitney U untuk FDR

adalah 94.500 dengan probabilitas 0,004. Maka probabilitas < 0,05

dapat dinyatakan bahwa Ho ditolak atau dapat disimpulkan terdapat

perbedaan yang signifikan antara kinerja tingkat kesehatan Bank

Syariah Mandiri (BSM) dengan BRI Syariah.

Pada tabel 4.18 nilai Mann Whitney U untuk ROA adalah

156.000 dengan probabilitas 0,234. Oleh karena probabilitas > 0,05

maka Ho diterima dan dapat dikatakan bahwa tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Syariah Mandiri

(BSM) dengan kinerja BRI Syariah.

Page 192: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

178

Berdasarkan uji Mann Whitney U menunjukkan nilai

signifkansi sebesar 196.500 dengan probabilitas sebesar 0,925 yang

berarti tidak terdapat perbedaan nilai NOM yang signifikan antara

kinerja Bank Syariah Mandiri (BSM) dengan kinerja BRI Syariah.

Dengan demikian Ho diterima karena > 0,05.

Jika mengacu pada ketentuan BI maka nilai CAR pada

BSM dan BRI Syariah pada kondisi yang ideal karena memiliki

nilai CAR standar BI 8%. Dari tabel 4.18 terlihat bahwa nilai

hitung sebesar 179.000 dengan probabilitas 0,570. Oleh karena

probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan dapat dikatakan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang siginifikan antara kinerja Bank

Syariah Mandiri (BSM) dengan kinerja BRI Syariah.

Page 193: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

179

Tabel 4.19

Test StatisticsaHasil Uji Mann Whitney

BNIS& BRIS Periode 2012-2016

NPF FDR ROA NOM CAR

Mann-Whitney U 7,000 126,000 84,000 134,000 35,000

Wilcoxon W 217,000 336,000 294,000 344,000 245,000

Z -5,221 -2,002 -3,138 -1,785 -4,463

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,045 ,002 ,074 ,000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,000b ,046

b ,001

b ,076

b ,000

b

Dari tabel 4.19 diatas, terlihat bahwa Nilai Mann-Whitney

U NPF adalah 7.000 dengan probabilitas 0,000. Oleh karena

probabilitas < 0,05dapatdisimpulkan Ho Ditolak, atau dapat

dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja

BNI Syariah dengan kinerja BRI Syariah.

Terlihat bahwa hasil statistik Mann Whitney U untuk FDR

adalah 126.000 dengan probabilitas 0,45. Maka, probabilitas < 0,05

dapat dinyatakan bahwa, maka Ho ditolak atau dapat dikatakan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antaratingkat kesehatan

BNI Syariah dengan BRI Syariah.

Terlihat bahwa pada tabel 4.50 Nilai Mann-Whitney U

untuk ROA adalah 84.000 dengan probabilitas 0,002. Oleh karena

probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak atau dapat dikatakan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja BNI Syariah

dengan kinerja BRI Syariah.

Page 194: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

180

Berdasarkan uji beda, uji Mann Whitney U menunjukkan

nilai signifikansi sebesar 134.000 dengan probabilitas sebesar

0,074 yang berarti dapat disimpulkan bahwa uji perbedaan nilai

rata-rata menunjukkan hasil signifikan ˃ 5% dan dapat disimpulkan

bahwa, perbedaan nilai NOM antara BNISyariah dan BRI Syariah

adalah tidak terdapat perbedaan secara signifikan (dalam hal ini Ho

diterima).

Jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa

standar terbaik CAR adalah 8%, maka BNI Syariah dan BRI

Syariah masih berada jauh pada kondisi ideal karena memiliki nilai

CAR dibawah ketentuan BI. Dari tabel diatas, terlihat bahwa nilai

hitung adalah 35.000 dengan probabilitas 0,000. Oleh karena

probabilitas< 0,05, maka Ho ditolak atau dapat dikatakan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja BNI Syariah

dengan kinerja BRI Syariah.

c. Uji H

H merupakan variabel dependen dari singkatan Huda atau

petunjuk dalam hal ini adalah ROA. Sedangkan a merupakan

konstanta yang menjadi variabel pembeda (differentiate variable)

atau disebut sebagai varians, yang dalam th memiliki arti jalan dari

singkatan alif. Untuk variabel utamanya atau super variable

merupakan terjemahan dari S atau Sin yang berarti Manusia atau

Page 195: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

181

variabel internal, kemudian L atau Lam singkatan dari Lillah yang

berarti ke Allah atau variabel eksternal serta M atau Mim singkatan

dari Masjid yang berarti ibadah.

Dari penelitian diatas dapat kita ketahui hasil uji H :

Y = a + e + 𝛽1x1+ 𝛽2x1 + 𝛽3x3

H = A + h + a1S + a2L + a3M

Kesehatan Bank Syariah = a+e+RGEC+SBIS+Financial Distress

Dimana:

Variabel Internal (S) adalah RGEC

Variabel Eksternal (L) adalah SBIS

Variabel Religiusitas (M) adalah Financial Distress

Pengukuran Tingkat Kesehatan Bank Syariah Terhadap Potensi

Terjadinya Financial Distress dengan Menggunakan Metode RGEC

(studi kasus pada BSM, BNI Syariah dan BRI Syariah tahun 2012-

2016) = Metode RGEC + SDI Bank Syariah + Kesehatan Kinerja

Keuangan Bank Syariah.

Dan dapat diinterpretasikan bahwa metode RGEC disertai sumber

daya insani yang mumpuni mendukung terciptanya kesehatan kinerja

keuangan bank syariah agar tidak berpotensi terjadinya financial

distress.

Page 196: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

182

Gambar 4.20

Gambar Teori H

Sumber : Data diolah, 2017

Teori H memiliki diferensiasi dalam Causal Loop Diagram yang

terdiri dari 3 (tiga) elemen dasar yaitu elemen eksternal yang mengarah ke

elemen internal yang menuju ke elemen religiusitas kemudian kembali ke

elemen eksternal. Interaksi ketiga elemen ini menjadikan jalan lurus bagi

karyawan untuk mengeksplorasikan RGECnya di perusahaan. Sehingga

terjadi peningkatan kinerja perusahaan yang sesuai dengan paramater yang

dibebankan pada sistem perusahaan.

Pengukuran Tingkat Kesehatan Bank

Syariah Terhadap Potensi Terjadinya

Financial Distress Dengan

Menggunakan Metode RGEC (studi

kasus pada BSM, BNI Syariah dan

BRI Syariah tahun 2012-2016)

X2 SBIS

Variabel Eksternal

Eksogen Independen

X1 RGEC (Risk Profile,

GCG, Earning, Capital)

Variabel Internal

Eksogen Independen

X3 financial distress

Variabel Religiusitas

Eksogen Independen

SDI

Kinerja

Kesehatan

BS

Page 197: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

183

5. Ringkasan Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI Syariah 2012-2016

Tabel 4.21

Ringkasan Predikat Kesehatan BSM, BNI Syariah dan BRI Syariah Tahun 2012-2016

Tahun

Risk Profile (NPF)

BSM BNI Syariah BRI Syariah

Peringkat Predikat

Financial

Distress Peringkat Predikat

Financial

Distress Peringkat Predikat Financial Distress

2012 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low

2013 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low

2014 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low

2015 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low

2016 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low

Tahun

Risk Profile (FDR)

BSM BNI Syariah BRI Syariah

Peringkat Predikat

Financial

Distress Peringkat Predikat

Financial

Distress Peringkat Predikat Financial Distress

2012 3 Cukup Sehat High 2 Sehat Low 4 Kurang Sehat High

2013 3 Cukup Sehat High 3 Cukup Sehat High 4 Kurang Sehat High

2014 3 Cukup Sehat High 3 Cukup Sehat High 3 Cukup Sehat High

2015 2 Sehat Low 3 Cukup Sehat High 3 Cukup Sehat High

2016

2 Sehat Low 3 Cukup Sehat High 3 Cukup Sehat High

Tahun

Earning (NOM)

BSM BNI Syariah BRI Syariah

Peringkat Predikat

Financial

Distress Peringkat Predikat

Financial

Distress Peringkat Predikat Financial Distress

2012 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low

2013 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low

2014 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low

Page 198: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

184

2015 3 Cukup Sehat High 5 Tidak Sehat High 2 Sehat Low

2016 5 Tidak Sehat High 4 Cukup Sehat High 5 Tidak Sehat High

Tahun

Earning (ROA)

BSM BNI Syariah BRI Syariah

Peringkat Predikat

Financial

Distress Peringkat Predikat

Financial

Distress Peringkat Predikat Financial Distress

2012 1 Sangat Sehat Low 3 Cukup Sehat High 3 Cukup Sehat High

2013 1 Sangat Sehat Low 2 Sehat Low 2 Sehat Low

2014 2 Sehat Low 3 Cukup Sehat High 4 Kurang Sehat High

2015 3 Cukup Sehat High 2 Sehat Low 3 Cukup Sehat High

2016 3 Cukup Sehat High 1 Sangat Sehat Low 3 Cukup Sehat High

Tahun

Capital (CAR)

BSM BNI Syariah BRI Syariah

Peringkat Predikat

Financial

Distress Peringkat Predikat

Financial

Distress Peringkat Predikat Financial Distress

2012 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low

2013 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low

2014 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low

2015 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low

2016 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low 1 Sangat Sehat Low

Sumber : Data diolah, 2017

Page 199: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

185

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, pembahasan yang

telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesehatan Bank Syariah

Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI Syariah periode 2012-2016 dengan

menggunakan metode RGEC adalah sebagai berikut:

1. Hasil penilaian Profil Risiko (Risk Profile) Bank Syariah dengan

menggunakan dua indikator yaitu faktor risiko kredit menggunakan

rasio NPF dan risiko likuiditas dengan rasio FDR adalah, untuk rasio

NPF selama tahun 2012-2016 secara umum ke tiga Bank Syariah

berada dalam kondisi yang sehat, dimana selama periode tersebut rata-

rata NPF terbaik diperoleh oleh Bank BNI Syariah diperoleh Rasio

rata-rata sebesar 1,47% selama periode 2012-2016 dengan predikat

„Sangat Sehat‟ dan tidak berpotensi terjadinya financial distress.

Sedangkan rasio FDR berada pada kondisi sehat, dimana nilai ratarata

FDR terbaik selama periode tersebut diperoleh oleh Bank Syariah

Mandiri tahun 2016 diperoleh FDR sebesar 80,51% dengan predikat

„Sehat‟ dan tidak berpotensi terjadinya financial distress.

Page 200: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

186

Hasil Penilaian Good Corporate Governance (GCG) ke tiga Bank

Syariah selama tahun 2012-2016 menggunakan Self assesment secara

umum berada pada kondisi yang aman, dimana rata-rata nilai GCG

terbaik diperoleh oleh Bank BRI Syariah.

Hasil penilaian Rentabilitas (Earnings) ke tiga bank Syariah selama

tahun 2012-2016 dengan menggunakan dua rasio yaitu ROA dan

NOM adalah, NOM untuk tahun 2012-2014 pada tiga bank syariah

yang diteliti berada dalam kondisi „Sangat Sehat‟ sedangkan dua tahun

setelahnya yaitu 2015-2016 berada dalam kondisi cukup sehat. Rata-

rata rasio NOM terbesar diperoleh oleh Bank BNI Syariah. Sedangkan

rata-rata rasio ROA selama tahun 2012-2016 berada pada kondisi yang

cukup sehat, dimana rata-rata rasio ROA terbesar diperoleh oleh Bank

Syariah Mandiri (BSM) dan tidak berpotensi terjadinya financial

distress.

Hasil penilaian permodalan (Capital) ke tiga Bank Syariah selama

tahun 2012-2016 berada dalam kondisi yang sangat sehat. Rata-rata

nilai CAR terbesar diperoleh Bank BNI Syariah, diperoleh Rasio CAR

rata-rata sebesar 16,34% dengan predikat „Sangat Sehat‟ dan tidak

berpotensi terjadinya financial distress.

Page 201: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

187

2. Hasil penilaian mengenai potensi terjadinya financial distress pada

ketiga bank syariah yang diteliti, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut : Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI Syariah

dari tahun 2012-2016 dengan menggunakan pendekatan RGEC

mengalami tingkat kesehatan yang sehat dan tidak mengalami potensi

high financial distress.

Hasil penilaian tingkat kesehatan masing-masing ke tiga Bank Syariah

dilihat dari pendekatan RGEC selama periode 2012-2016 terdapat satu

Bank yang berada pada Peringkat Komposit 2 (PK-2) yaitu Bank BNI

Syariah, dimana hal tersebut menunjukkan bahwa bank tersebut

merupakan bank yang paling sehat dari yang lainnya, kemudian dua

bank lainnya berada pada Peringkat Komposit 3 (PK-3), yakni Bank

Syariah Mandiri (BSM) dan BRI Syariah.

5.2 Saran

Dengan berbagai telaah dan analisa yang dilakukan serta

berdasarkan keterbatasan-keterbatasan penelitian, maka dapat diberikan

saran sebagai berikut :

1. Membentuk SDI berkualitas, hal ini merupakan peluang yang sangat

prospektif sekaligus tantangan bagi kalangan akademisi dan dunia

pendidikan untuk menyiapkan Sumber Daya Insani (SDI) yang

berkualitas yang ahli di bidang ekonomi syariah. Tingginya kebutuhan

SDI bank syariah menunjukkan bahwa sistem ekonomi syariah

Page 202: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

188

semakin dibutuhkan dalam dunia industri manapun termasuk

perbankan syariah.

Peningkatan kuantitas jumlah bank syariah yang cepat tanpa diiringi

dengan peningkatan kualitas SDI syariah hanya akan bersifat

fatamorgana dan artifisial. Hal ini perlu diperhatikan dalam

pengembangan bank syariah. Seringkali perbankan syariah

mengadakan pelatihan seperti MODP kurang lebih selama 1 bulan,

seringkali training tersebut kurang memadai karena yang perlu di

upgrade bukan hanya knowledge semata, tetapi juga paradigma

syariah, visi dan misi serta kepribadian syariah bahkan sampai kepada

membangun militansi syariah.

2. Data keuangan perbankan yang dijadikan sebagai indikator penilaian

tingkat kesehatan bank tidak sepenuhnya tercantum dalam laporan

keuangan yang dipublikasikan bank, sehingga ada beberapa indikator

yang belum dapat dinilai antara lain faktor risiko pasar, risiko

operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan dan risiko

reputasi.

3. Dalam faktor risk profile tidak semua indikator dinilai hanya risiko

kredit dan risiko likuiditas saja yang dinilai karena keterbatasan

informasi yang didapat pada bank yang diteliti.

Page 203: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

189

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka beberapa saran dapat

ditemukan sebagai berikut:

1. Bagi Pihak Bank

a. Penilaian faktor Profil risiko (Risk Profile), dari aspek risiko

kredit sebaiknya pihak manajemen bank lebih selektif dan hati-

hati dalam pemberian pembiayaan terhadap nasabah dan

mengikuti peraturan-peraturan perkreditan oleh Bank Indonesia

dan Otoritas Jasa Keuangan sehingga menghindari terjadinya

pembiayaan kurang lancar.

b. Penilaian faktor profil risiko (Risk Profile), dari aspek risiko

likuiditas sebaiknya Bank BRI Syariah sebagai Bank Syariah

yang memiliki rata-rata rasio FDR sebesar 94,54% yang hampir

melebihi batas standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

untuk lebih memperhatikan seluruh kewajiban-kewajiban

terlebih khusus kewajiban jangka pendek dan berusaha untuk

menyeimbangkan antara penyaluran pembiayaan dengan banyak

dana yang akan diterima dari pihak ketiga agar likuiditas bank

tetap terjaga.

c. Untuk bank yang dinilai masih aman, agar dapat

mempertahankan dan meningkatkan kinerja yang lebih baik

demi kelangsungan usaha serta menjaga kepercayaan nasabah

dan stakeholder..

Page 204: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

190

3. Bagi penelitian selanjutnya :

a. Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas cakupan

penelitian tentang penilaian kesehatan bank syariah dengan

menghitung 10 (sepuluh) indikator profil risiko antara lain : risiko

kredit, risiko likuiditas, risiko pasar, risiko operasional, risiko

hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan dan risiko reputasi serta

risiko profitabilitas maupun risiko intangiblitas.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan menambah periode tahun

penelitian sesuai dengan tahun pergantian dan objek penelitian.

Penambahan tahun dan objek penelitian berpotensi akan

memberikan hasil yang lebih baik.

c. Selain RGEC standar yang sudah berlaku global, penelitian

ekonomi Islam atau perbank syariah perlu dilengkapi dengan nilai

Islam sehingga menjadi RGECI dimana nilai Islam menjadi satu

kesatuan dengan RGEC walaupun penjelasannya akan menjadi

bagian integral yang dikombinasikan.

Page 205: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

191

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, Habib (2006a), “Withdrawal Risk, Market Discipline and Efficiency in

Islamic Banking”, in Tariqullah Khan and Dadang Muljawan (Eds.),

Islamic Banking Stability : The Role of Risk Management, Regulation and

Supervision, Islamic Research and Training Institute, Islamic

Development Bank, Jeddah.

Ahmed, Habib (2006), “Risk Management Assessment Systems : An Application

to Islamic Banks”. Islamic Economic Studies, Vol. 19 No.1.

Anwar, M., Song, L., dan Wu, Q., 2011. Do Islamic Banks Employ Less Earnings

Management. ERF 17 th Annual Conference.

Astutik, Puji 2014. “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Menurut Risk Based Bank

Rating terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Syariah di

Indonesia)”. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2004. Islamic Micro Macro Economics. Module 1,

Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2005. Sinlammim Kode Tuhan. Esa Alam, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2006. Jejak Islam Yang Hilang. Sinlammim, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2008. Analisis Pemodelan Sukuk Indonesia Malaysia

Dengan System Dynamics. Disertasi, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. January-April 2008. Comparative Study of Islamic

Bonds in Indonesia and Malaysia on System Dynamics Approach. Jurnal

Ekonomi Kemasyarakatan Equilibirium, Vol,5, No. 2 Jakarta.

http://www.stiead.ac.id.

Page 206: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

192

Aziz, Roikhan Mochamad. August 2008. Kaffah Approach In Islamic Economics

Theory. Journal. University Islamic Indonesia (UII), Jogjakarta, Indonesia.

Aziz, Roikhan Mochamad. August 2008. Holistic Thinking To Develop Islamic

Bonds In Indonesia. Proceeding. IAEI – University Airlangga (Unair),

Surabaya, Indonesia.

Aziz, Roikhan Mochamad. September 2008. Sukuk Dynamics In System Thinking.

School Of Business (SBM), Institute Technology Bandung (ITB),

Bandung, Indonesia.

azziz, Roikhan Mochamad. October 2008. The Application Of Mathematics In

Information System Based On Al-Quran. Working Paper, Studium

General, State Islamic University (UIN) Jakarta, Indonesia.

Aziz, Roikhan Mochamad. October 2008. The Assimilation of Sinlammim Into

System Thinking In The Quantitative Method With Modeling On Sukuk As

Islamic Economic Instrument. Proceeding. University of Malahayati,

Lampung, Indonesia.

Aziz, Roikhan Mochamad. October 2008. The Future of Sukuk Between Malaysia

and Indonesia Based on System Thinking. Proceeding. Monash University,

Sunway Campus, Malaysia.

Aziz, Roikhan Mochamad. October 2008. The Mistery of Digital Root Based On

Sinlammim Method. Proceeding. Institut Teknologi Bandung (ITB).

Bandung, Indonesia.

Aziz, Roikhan Mochamad. October 2008. The Root Of Mathematics And Science

Is level Compared With Religious Thinking. Proceeding. State Islamic

University (UIN) Jakarta, Indonesia.

Page 207: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

193

Aziz, Roikhan Mochamad. November 2008. The Sukuk Competition Between

Indonesia and Malaysia With System Dynamics. Proceeding. University

Malaysia Sabah, Labuan, Malaysia.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Kaffah Thinking on Sinlammim Method Through

Digital Root. Proceeding, ISOIT International Seminar on Islamic

Thought, UKM, Bangi, Malaysia.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Education on Root Of Islam. Proceeding,

International Seminar On Islamic Education. UNJ, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Pasar Modal Syariah. Modul Kuliah, Fakultas

Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Moneter Syariah. Modul Kuliah, Fakultas

Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Perekonomian Indonesia. Modul Kuliah,

Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,

Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Ekonomi Makromikro Syariah. Modul Kuliah,

Pasca Sarjana, Institut Agama Islam Negeri Raden Intan, Lampung.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. New Paradigm on Sinlammim Kaffah In Islamic

Economics. Jurnal Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. March 2009. The Application of Kaffah Economics on

Sukuk As Islamic Economic Instrument In OIC Countries. IRTI-IDB,

IIUM, Kuala Lumpur, Malaysia.

Aziz, Roikhan Mochamad. April 2009. Pemodelan Institusi Keuangan Islam

Berbasis Metode Sinlammim Kaffah (Studi Kelayakan Pada Bofsa), UII,

Jogjakarta.

Page 208: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

194

Aziz, Roikhan Mochamad. August 2009. Islamic Principle and Financial Aspect

in Sukuk on Asset Becked securities. IALE Hukumonline.com, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. October 2009. Kaffah Thinking on Sinlammim Method

Through Digital Root. Proceeding, UKM Malaysia.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Ekonomi Makro Islam Tuga Dimensi. Modul

Kuliah, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Modul

Kuliah, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Islamic Civilization Versus western System.

Proceeding. International Conference on Islamic Civilization. Kahorem

Pakistam.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Ekonomi Moneter Tiga Dimensi. Modul Kuliah,

Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,

Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Perbankan Syariah. Modul Kuliah, Fakultas

Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Ekonomi Islam Tiga Dimensi. Modul Kuliah,

Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,

Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. The Prospect Of Islamic Revival In Indonesia

2015 Based on Development of Sukuk The Sukuk Through Sinlammim

Kaffah Method. Approved Paper For Seminar Sharia Economics Days

(Second), UI, Depok.

Page 209: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

195

Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. New Paradigm in On Sinlammim Kaffah In

Islamic Economics. Jurnal Signifikan, Vol. 9, No.2, Mei-Agustus, Jakarta.

http://www.uinjkt.ac.id.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Academic Literature, Haji Finance

Management, Ministerial of Religious, Affair. Directorate General of Haji,

Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Education on Root of Islam. Proceeding

International Seminar Islam's Contribution in Education to Empower

Human Resources.

Aziz, Roikhan Mochamad. April 2010. The prospect of IslamicRevival in

Indonesia 2015 Based on Development of Sukuk The Skuk Through

Sinlamim Kaffaf Method. Approved Paper For Seminar Sharia Economics

Days (Second), UI, Depok.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2011. New Paradigm on System Thinking. Jurnal

Ekonotika. Fakultas Ekonomi Bisnis, Jurusan Ilmu Ekonomi Studi

Pembangunan (IESP), Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2011. Draft regulation Act of Haji Finance

Management, Ministerial of Religious, Affair. Directorate General of Haji,

Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. Sinlamim: Kode Tuhan, Esa Alam, Jakarta.

Http://www.tokogunungagung.co.id

Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. Information System on Islam. Book Of MIS

Project Vol 1, Vol 2, Vol 3, Vol 4, Computer Comunication Information

Techonology, Faculty of Techniquem University of Indonesia, Depok.

Page 210: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

196

Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. Five Pillars of Economy, Economy Development

In Islamic Perspective. Book of Journal, Development Studdies, Fauculty

Economics Bussiniess, State Islamic University. Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. Islamic Economic. Book of Article, University

Of Islam Riau (UIR).

Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. Keterkaitan Indikator Moneter Syariah

Terhadap Pendapatan Domestik Bruto. Jurnal Signifikan Vol. 1 No. 1.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. New Paradigm on Islamic Kafah in Islamic

Economics. Jurnal Signifikan Vol. 1 No. 2.

Aziz, Roikhan Mochamad. April 2012. Islamic Micro Economy. Book of Article,

IESP Program FEB, UIN Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. May 2012. Macro Economy in Islam. Book of Article

Accounting Program FEB, UIN Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. June 2012. Islamic Economic. Book of Article,

University of Islam Riau (UIR).

Azis, Roikhan Mochamad. Oktober 2012. Five Pillars of Economy. Economy

Press. Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. November 2012. Information System on Islam. Book

Of MIS Project Vol 1, Vol 2, Vol 3, Vol 4, Computer

Communication Information Technology, Faculty Of Techniquem

University Of Indonesia, Depok.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2013. Pemodalan Lembaga Keuangan Syariah Non

Bank Dengan Metode Islam. Jurnal Ekonomi Umat. Vol 7 No.2, Jakarta.

http://www.uhamka.ac.id.

Page 211: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

197

Aziz, Roikhan Mochamad. 2013. Islamic Monetary Based On Method. Book of

Journal. Islamic Monetary Program State Islamic University, Faculty of

Economics Bussiness.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2013. The Simulation of Islamic Economic Instrument

as Sukuk. Jurnal Nalar Fiqh Vol. 8 No. 2.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2013. Determinan Tabungan Mudharabah di

Indonesia. Jurnal Signifikan Vol. 2 No. 2. Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. Januari 2013. Islamic Monetary Based On Method.

Book of Islam. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. UIN

Press, Jakarta.

Azis, Roikhan Mochamad. Januari – April 2013. Pemodelan Lembaga Keuangan

Syariah Non Bank Dengan Metode Islam. Jurnal Ekonomi Umat. Vol 7

No.2, Jakarta http://www.uhamka.ac.id.\

Aziz, Roikhan Mochamad. 2014. Integrasi Ilmu Ekonomi Islam: Pendekatan

Filosofis dan Simbolik. Integrasi Keilmuan. UIN Press, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2014. Dida dan Kada dalam Bahasa, Agama, serta

Keragaman Budaya. Dialektika, Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 1 No. 1.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2014. Economic is Universal Compliance. The 1st

International Conference on Thoughts on Human Science in Islam (IC-

ThuSI) Sadra International Institute & STFI Sadra Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2014. Islamic Physics. Proceeding of Islam, Science,

and Civilization UIN Walisongo dan Universitas Teknologi Malaysia.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2014. Peran Kata Ganti Dalam Membangun Karakter

Generasi Muda. Prosiding Seminar Nasional STKIP Siliwangi Bandung.

Page 212: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

198

Aziz, Roikhan Mochamad. 2015. Bahan Ajar (Diktat) Mata Kuliah: Investasi

Pasar Modal Syariah. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah. UIN Press, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2015. Bahan Ajar (Diktat) Mata Kuliah: Ekonomi

Makro Mikro Dalam Prespektif Islam. Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah. UIN Press, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2015. Teori H dalam Islam Sebagai Wahyu dan

Turats. Jurnal UIN Syarif Hidayatullah.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2015. Schumpeter Thought and Islamic Worldview.

Proceedings of International Seminar on Islamic Economics FEB UIN

Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2015. Hahslm Islamic Economic Methodology.

Proceeding ICOSEC: Developing Countries Readiness Toward Global

Universitas Negri Solo, Surakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2015. The Influence of Household's Income, Price and

Religiosity Towards Consumption of Halal Product. Proceeding of Call

For Paper And International Seminar on Thoughts of Schumpeter and

Islamic Economics Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2015. Hahslm Psychology in Family System. Book of

Abstract International Conference on Islamic Psychology (ICONYPSY).

Aziz, Roikhan Mochamad. 2015. Rumus Tuhan Hahslm Dalam Ekonomi. Buku

Program Seminar Nasional Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2015. Peer Review of Teaching as an Integral Part of

The Programme Accreditation Self Evaluation in FEB SIU Jakarta.

International Collaborative Research antara FEB UIN Jakarta dengan

Page 213: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

199

University of Graz (Austria), University of Applied Sciences Wurzburg-

Schweinfurt (Jerman), dan University of Rhein Waal (Jerman).

Aziz, Roikhan Mochamad. Agustus 2015. Rumus Tuhan Hahslm Dalam Berpikir

Menyeluruh Sebagai Metedologi Ekonomi Islam. Procedding ICIEF15:

Strengthning Islamic Economics and Financial Institution for Financial

Institution for the Welfare of Ummah. Universitas Mataram, Lombok.

Aziz, Roikhan Mochamad. September 2015. Hahslm Islamic Economics

Methodology. Proceeding ICOSEC: Developing Countries Readiness

Toward Global Universitas Negeri Solo, Surakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2016. Teori H Sebagai Wahyu Dan Turats Dalam

Islam. Jurnal Ushuluddin Vol 24 No 1. Universitas Islam Negeri Riau.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2016. Gold Pawn in Indonesian Islamic Banks and

Pawnshop for Asset Growth of Islamic Pawnshop. The 3rd

Sebelas Maret

International Conference on Business, Economics and Social Science

Solo.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2016. Factors of Internal, External And Religiosity To

Influence Lecture Performance By Peer Review Teaching on HAHSLM

Approach. The 3rd International Conference on Socio-Cultural

Relationship and Education Pedagogy Learning Science Bali.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2016. Bazis Scholarship Funds And Student

Achievement. Jurnal Shirkah Vol. 1 No. 2.

Bank Indonesia, Lampiran Surat Edaran No.9/24/2007 DPbs Tentang Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.

Bank Indonesia. 2004. PBI Nomor 6/10/PBI/2004 Tentang Sistem Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank Umum. (www.bi.go.id diakses tanggal 13 Juni

2017).

Page 214: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

200

_____________. 2007. PBI Nomor 9/1/PBI/2007 Perihal Sistem Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.

(www.bi.go.id diakses tanggal 13 Juni 2017).

Bank Indonesia. 2013. Statistik Perbankan Indonesia. Direktorat Perizinan dan

Informasi Perbankan. 9 No 1 2010.

BAPEPAM. 2004. Peraturan No IX.5: Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan

kerja Komite Audit. Jakarta

Fitriana, Nur dkk. 2015. “Tingkat Kesehatan BUMN Syariah dengan BUMN

Konvensional : Metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance,

Earnings dan Capital)”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEBI) Vol. 17 No.02

September 2015. STAIN Pekalongan.

Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Hussain, H.A.; dan Jasim Al-Ajmi. (2012). Risk Management Practices of

Conventional and Islamic Banks in Bahrain. The Journal of Risk Finance,

13 (3): 215-239.

Jensen, M.C., dan Meckling, W.H., 1976. Theory of The Firm: Managerial

Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial

Economics, 3. pp.305-360.

M, Muhamad Ibadil. (2013). Analisis Pengaruh Risiko, Tingkat Efisiensi, dan

Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan

(tidak dipublikasikan).

Maghyereh, Akhtam I.; dan Basel Awartani. (2014). The Effect of Market

Structure, Regulation, and Risk on Banks Efficiency. Journal of Economic

Studies, 41(3): 405-430.

Page 215: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

201

Mokni, Rim Ben Selma et al. (2014). Risk Management Tools Practiced in

Islamic Banks: Evidence in MENA Region. Journal of Islamic Accounting

and Business Research, 5 (1): 77-97.

Mutia, Noor. 2014. “Penilaian Tingkat Kesehatan Bank : CAMEL dan RGEC”.

Noormutia.blogspot.com/2014/04/blk5.html diakses 13 Januari 2017.

Otoritas Jasa Keuangan.2014.POJK Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Penilaian

Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. (www.ojk.go.id

diakses tanggal 22 Agustus 2017)

Permana, Bayu Aji.2012. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Metode

CAMELS dan Metode RGEC. Jurnal Akuntansi UNESA, Vol.1 No.1.

Permatasari, Ika; dan Novitasary. (2014). Pengaruh Implementasi Good Corporate

Governance terhadap Permodalan dan Kinerja Perbankan di Indonesia:

Manajemen Risiko Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Ekonomi

Kuantitatif Terapan, 7(1):52-59.

Poudel, Ravi Prakash Sharma. (2012). The Impact of Credit Risk Management on

Financial Performance of Commercial Banks in Nepal. International

Journal of Arts and Commerce, 1(5): 10-15.

Prasetyia, Ferry; dan Kanda Diendtara. (2011). Pengukuran Efisiensi Perbankan

Syariah Berbasis Manajemen Risiko. Jurnal Keuangan dan Perbankan, 15

(1): 119-129.

Purnamasari, K.; Irene H.; dan Evelyn S. (2012). Financial Risks, Growth,

Earnings, and Stock Returns Relationship: The Case of Indonesia.

International Review of Business Research Papers, 8(7): 79-93.

Rahman, Abdul; dan Baldric Siregar. (2012). Kecenderungan Penerimaan Opini

Audit Going Concern: Studi Empiris di Bursa Efek Indonesia. JRAK, 8(2):

91-112.

Page 216: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

202

Ramadhany, Adinda Putri,dkk. 2015. Analisis Perbandingan Tingkat Kesehatan

Bank Berdasarkan Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings

dan Capital (RGEC) pada Bank Konvensional BUMN dan Swasta (Studi

pada BUMN dan Bank Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di BEI

Periode 2011-2013)”. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol.23 No.1 Juni

2015. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya:Malang.

Rodoni, Ahmad; dan Herni Ali. (2014). Manajemen Keuangan Modern. Penerbit

Mitra Wacana Media, Jakarta.

Sekaran, Uma. (2014). Research Methods for Business. Jakarta: Salemba Empat.

Shen, Xuan; dan Valentina Hartarska. (2013). Derivatives as Risk Management

and Performance of Agricultural Banks. Agricultural Finance Review,

73(2): 290 -309.

Sutawijaya, Adrian; dan Etty Puji Lestari. (2009). “Efisiensi Teknik Perbankan

Indonesia Pascakrisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model

DEA”. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 2 (1): 49-67.

Tiby, Amr Mohamed El. 2011. Islamic Banking : How to Manage Risk and

Improve Profitability. New Jersey : John Wiley & Son.

Umiyati; dan Queenindya Permata Faly. (2015). Pengukuran Kinerja Bank

Syariah dengan Metode RGEC. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam

Vol.2, No.2.

Wahyuni, Sri; dan Iwan Fakhruddin. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Sustainability Ratio Perbankan Syariah di Indonesia.

Seminar Nasional dan Call For Paper Program Studi Akuntansi-FEB

UMS (pp 113-128).

Page 217: PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37652/2/YUDNINA... · 2014-2017 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

203

Wasiuzzaman, Shaista; dan Umadevi Nair Gunasegavan. (2013). Comparative

Study of the Performance of Islamic and Conventional Banks.

Humanomics, 29(1): 43-60.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014

Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP

Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP