17
30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanaan tindakan dijabarkan tentang deskripsi siklus I dan siklus II. 1. Deskripsi Pra Siklus Pada deskripsi pra siklus diuraikan mengenai hasil tindakan pra siklus dengan melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian hasil belajar yang diperoleh dari masing-masing siswa, apakah sudah mencapai KKM atau belum mencapai KKM.Kegiatan pada pra siklus dilaksanakan selama 1 pertemuan. Hasil pra siklus disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Pra Siklus Nilai Frekuensi 10-29 9 30-49 9 50-69 1 70-89 3 90-100 2 Rata-rata 42,8 Nilai tertinggi 95 Nilai terendah 13 Berdasarkan tabel 4.1 maka dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai 10-29 sebanyak 9 siswa.Siswa yang mendapat nilai 30-49 sebanyak 9 siswa. Siswa yang mendapat nilai 50-69 sebanyak 1 siswa. Siswa yang mendapat nilai 70-89 sebanyak 3 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 90-100 sebanyak 2 siswa. Nilai rata-rata yang diperoleh dari data pra siklus adalah 42,8 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 13. Untuk lebih memperjelas data mengenai hasil pra siklus pada tabel 4.1, maka dapat dibuat diagram batang seperti pada gambar 4.1.

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Sudut ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5602/5/T1_202008074_BAB IV.pdfRata-rata hasil belajar matematika siswa pada pra siklus

  • Upload
    buikiet

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Sudut ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5602/5/T1_202008074_BAB IV.pdfRata-rata hasil belajar matematika siswa pada pra siklus

30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan dijabarkan tentang deskripsi siklus I dan siklus II.

1. Deskripsi Pra Siklus

Pada deskripsi pra siklus diuraikan mengenai hasil tindakan pra siklus dengan

melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian hasil belajar yang diperoleh

dari masing-masing siswa, apakah sudah mencapai KKM atau belum mencapai

KKM.Kegiatan pada pra siklus dilaksanakan selama 1 pertemuan. Hasil pra siklus

disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini:

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Pra Siklus

Nilai Frekuensi

10-29 9

30-49 9

50-69 1

70-89 3

90-100 2

Rata-rata 42,8

Nilai tertinggi 95

Nilai terendah 13

Berdasarkan tabel 4.1 maka dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai

10-29 sebanyak 9 siswa.Siswa yang mendapat nilai 30-49 sebanyak 9 siswa.

Siswa yang mendapat nilai 50-69 sebanyak 1 siswa. Siswa yang mendapat nilai

70-89 sebanyak 3 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 90-100 sebanyak 2

siswa. Nilai rata-rata yang diperoleh dari data pra siklus adalah 42,8 dengan

nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 13.

Untuk lebih memperjelas data mengenai hasil pra siklus pada tabel 4.1, maka

dapat dibuat diagram batang seperti pada gambar 4.1.

Page 2: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Sudut ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5602/5/T1_202008074_BAB IV.pdfRata-rata hasil belajar matematika siswa pada pra siklus

31

Gambar 4.1

Hasil Pra Siklus

dari data mengenai hasil pra siklus kemudian peneliti melakukan analisis

mengenai ketuntasan hasil belajar siswa yang tertera pada table berikut ini :

Tabel 4.2

Ketuntasan hasil belajar siswa pra siklus

Kategori Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Tuntas ≥61 6 25

Tidak

Tuntas

<61

18 75

Jumlah 24 100

Rata-rata 42,8

Nilai tertinggi 95

Nilai terendah 13

Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa siswa yang tuntas dan tidak tuntas

jumlahnya tidak sama. Siswa kelas VII SMP N 1 Kaliwungu belum mencapai

KKM, yakni 6 dari 24 siswa sudah mencapai KKM atau dengan persentase 25%.

Sedangkan ada 18 siswa yang belum mencapai KKM atau dengan persentase

75%. Rata-rata hasil belajar matematika siswa pada pra siklus adalah 42,8, nilai

tertinggi 95, dan nilai terendah 13. Berdasarkan ketuntasan hasil belajar

matematika siswa kelas VII SMP N 1 kaliwungu pra siklus pada tabel 4.2 dapat

digambarkan dalam diagram lingkaran sebagai berikut:

0

2

4

6

8

10

10-29 30-49 50-69 70-89 90-100

Frekuensi

Frekuensi

Page 3: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Sudut ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5602/5/T1_202008074_BAB IV.pdfRata-rata hasil belajar matematika siswa pada pra siklus

32

Gambar 4.2

Presentasi ketuntasan hasil belajar matematika pra siklus

Berdasarkan gambar 4.2 tentang persentase ketuntasan hasil belajar

matematika pra siklus ada 6 siswa yang mencapai KKM atau 25% siswa sudah

mencapai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran di dalam kelas belum

berhasil karena lebih dari 80% siswa belum mencapai KKM (KKM=61) belum

berhasil. Untuk lebih meningkatkan hasil belajar matematika maka peneliti

menggunakan penerapan pembelajaran problem posing mdan penelitian

dilanjutkan siklus I.

2. Deskripsi Siklus I

Pada deskripsi siklus I akan diuraikan mengenai tahap perencanaan,

pelaksanaan tindakan dan observasi, hasil tindakan, dan refleksi. Kegiatan

pembelajaran pada siklus I dilaksanakan selama 1 pertemuan.

a. Rencana Tindakan

Rencana tindakan pada siklus I terdiri dari 1 perencanaan pertemuan dengan

rincian sebagai berikut:

1) Pertemuan Pertama

Setelah peneliti memperoleh data dari hasil observasi, maka peneliti melakukan

diskusi dengan guru kelas VII mengenai materi pembelajaran matematika yang

akan disajikan dengan pembelajaran problem posing. Guru menentukan

standar kompetensi (SK) yakni 5. Memahami gabungan garis dengan garis, garis

dengan sudut serta menentukan ukuranya, dengan kompetensi dasar (KD) 5.1

.Menentukan hubungan dua garis, serta besar dan jenis sudutnya Indikator

Tuntas

Tidak tuntas75%

25%

Page 4: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Sudut ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5602/5/T1_202008074_BAB IV.pdfRata-rata hasil belajar matematika siswa pada pra siklus

33

yang dipakai pada pertemuan ini yakni mengenal satuan sudut dalam konversi

satuan waktu, dan menjumlahkan dan mengurangkan sudut. Setelah

menentukan SK, KD, dan indikator, peneliti menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP). Peneliti juga menyiapkan alat peraga yang menunjang

proses pembelajaran yaitu berupa gambar jam dan lembar soal

b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus I

Pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I dilaksanakan selama 1 kali

pertemuan dengan alokasi waktu pada tiap pertemuan adalah 2x35 menit atau

2 jam pelajaran. Adapun pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I

adalah:

1) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari kamis tanggal 10 April 2014

pukul 08.40 – 10.40 dan terdiri dari 3 kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan

awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Langkah – langkah pembelajaran pada

pertemuan pertama adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

Sebelum memulai pelajaran, guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

selama pembelajaran dan melakukan pengkondisian kelas. Setelah semua siswa

siap mengikuti pembelajaran, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan

salam, berdoa menurut agama dan kepercayaan masing – masing dipimpin oleh

ketua kelas, dan melakukan absensi. Guru melakukan apersepsi yang

berhubungan dengan materi sudut yaitu tentang gunanya mengukur sudut

pada meja, lalu guru menyuruh siswa menganalisa kejadian-kejadian lain yang

berhubungan dengan sudut. Contohnya sudut pada jarum jam. Setelah guru

membimbing siswa merumuskan masalah penelitian berdasarkan kejadian

yang berkaitan dengan sudut, contohnya masalah menghitung jam

menggunakan satuan waktu kemudian guru membimbing siswa mengajukan

hipotesis terhadap masalah yang di rumuskan, contohnya mengapa 1 jam = 60

menit?

b) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, pertama–tama guru membimbing siswa untuk

merencanakan pemecahan masalah. Penyampaian informasi atau materi yang

dilakukan guru tidak didominasi dengan ceramah, tetapi guru juga melakukan

tanya jawab dengan siswa seputar materi agar siswa terdorong mengemukakan

gagasan yang berkaitan materi. Guru juga memfasilitasi siswa yang berusaha

memecahkan masalah dengan menghitung 1 putaran dalam 1 jam. Setelah itu

guru membantu siswa menganalisis, mengenal satuan waktu dan membuat

Page 5: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Sudut ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5602/5/T1_202008074_BAB IV.pdfRata-rata hasil belajar matematika siswa pada pra siklus

34

contoh mengitung putaran jam. Contoh 1 derajat = 60 menit atau ditulis 1° =

60’. Setelah siswa menguasai materi guru menyuruh siswa membuat soal

beserta jawabanya lalu siswa mengerjakan soal temuanya beserta jawabanya di

depan kelas dan di bahas bersama-sama. Kemudian siswa mengerjakan soal

penilaian pada modul yang di berikan.

c) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya tentang hal-hal yang belum di mengerti setelah itu guru dan siswa

bersama-sama mengambil kesimpulan. Setelah itu siswa dan guru melakukan

refleksi dengan menyebutkan beberapa manfaat mempelajari materi sudut

dalam kehidupan sehari-hari

c. Hasil Tindakan Siklus I

Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I dengan menerapkan

pembelajaran problem posing selesai, maka dilakukan evaluasi untuk

mengetahui pencapaian hasil belajar yang diperoleh dari masing-masing siswa,

apakah sudah mencapai KKM atau belum mencapai KKM.

Hasil belajar matematika siklus I disajikan dalam tabel distribusi frekuensi

berikut ini:

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus I

Nilai Frekuensi

10-29 2

30-49 5

50-69 7

70-89 5

90-100 5

Rata-rata 61,8

Nilai tertinggi 100

Nilai terendah 10

Page 6: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Sudut ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5602/5/T1_202008074_BAB IV.pdfRata-rata hasil belajar matematika siswa pada pra siklus

35

Berdasarkan tabel 4.3 maka dapat diketahui bahwa siswa yang

mendapat nilai 10-29 sebanyak 2 siswa. Siswa yang mendapat nilai 30-49

sebanyak 5 siswa. Siswa yang mendapat nilai 50-69 sebanyak 7 siswa. Siswa

yang mendapat nilai 70-89 sebanyak 5 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 90-

100 sebanyak 5 siswa. Nilai rata-rata yang diperoleh dari data hasil belajar siklus

I adalah 61,8 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 10.

Untuk lebih memperjelas data mengenai hasil belajar siswa siklus I pada

tabel 4.3, maka dapat dibuat diagram batang seperti pada gambar 4.3.

Gambar 4.3

Hasil Belajar Siswa Siklus I

Dari data mengenai hasil belajar siswa siklus I kemudian peneliti melakukan

analisis mengenai ketuntasan hasil belajar siswa siklus I yang tertera pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.4

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Tuntas ≥61 12 50

Tidak

Tuntas

<61

12 50

Jumlah 24 100

Rata-rata 61,8

0

1

2

3

4

5

6

7

8

10-29 30-49 50-69 70-89 90-100

Series1

Page 7: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Sudut ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5602/5/T1_202008074_BAB IV.pdfRata-rata hasil belajar matematika siswa pada pra siklus

36

Nilai tertinggi 100

Nilai terendah 10

Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa siswa yang tuntas dan tidak tuntas

jumlahnya sama. Siswa kelas VII SMP N 1 Kaliwungu belum mencapai KKM,

yakni 12 dari 24 siswa sudah mencapai KKM atau dengan persentase 50%.

Sedangkan ada 12 siswa yang belum mencapai KKM atau dengan persentase

50%. Rata-rata hasil belajar matematika siswa pada siklus I adalah 61,8 nilai

tertinggi 100, dan nilai terendah 10. Berdasarkan ketuntasan hasil belajar

matematika siswa kelas VII SMP N 1 kaliwungu siklus I pada tabel 4.4 dapat

digambarkan dalam diagram lingkaran sebagai berikut:

Gambar 4.4

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus I

Berdasarkan gambar 4.4 tentang persentase ketuntasan hasil belajar

matematika siklus I dengan penerapan pembelajaran problem posing

mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar matematika yang

diperoleh pada pretest. Pada siklus I ada 12 siswa yang mencapai KKM atau 50%

siswa sudah mencapai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan

pembelajaran problem posing yaitu ≥80% siswa belum mencapai KKM

(KKM=61) belum berhasil. Untuk lebih meningkatkan hasil belajar matematika

dengan penerapan pembelajaran problem posing maka penelitian dilanjutkan

siklus II.

Tuntas

Tidak Tuntas

50% 50%

Page 8: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Sudut ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5602/5/T1_202008074_BAB IV.pdfRata-rata hasil belajar matematika siswa pada pra siklus

37

d. Refleksi Siklus I

Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I baik, maka

peneliti melakukan refleksi terhadap keseluruhan proses pembelajaran yang

telah dilakukan. Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi kelebihan dan

kelemahan dari tindakan pembelajaran yang telah dilakukan, hasil tindakan,

serta hambatan – hambatan yang dihadapi. Hasil refleksi berguna untuk

menentukan apakah tindakan yang telah dilakukan sudah berhasil atau belum

berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh peneliti. Selain itu,

juga sebagai dasar untuk menyusun rencana kegiatan pada siklus II.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran

problem posing pada siklus I masih banyak kendala. Kendala tersebut antara

lain :.

1) Pada saat guru melakukan tanya jawab dengan siswa, tidak semua siswa

menjawab pertanyaan guru. Hanya beberapa siswa saja yang menjawab

pertanyaan guru.

2) Siswa masih tampak kebingungan dalam pelaksanaan pembelajaran problem

posing

Untuk mengatasi kendala pada siklus I, maka dilakukan perbaikan sehingga

dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II berjalan lebih baik. Perbaikan

tersebut antara lain:

1) Selain memberikan pertanyaan secara klasikal, guru sebaiknya juga

memberikan pertanyaan untuk dijawab oleh masing-masing siswa. Guru dapat

menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan (diusahakan semua

siswa secara bergiliran diberi pertanyaan oleh guru untuk dijawab secara

individu oleh siswa).

2) Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran problem posing, guru

harus mengawasi siswa dan membimbing siswa dengan baik agar siswa tidak

bingung.Berdasarkan observasi terhadap hasil belajar siswa, persentase

ketuntasan belajar siswa siklus I dibandingkan dengan hasil pretest mengalami

peningkatan. Pada pretest hanya ada 8 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan

minimal (KKM=61) dengan persentase 33,33%. Sedangkan pada postest siklus I

ada 12 siswa yang mencapai KKM dengan persentase 50%. Ini berarti hasil

belajar siswa pada mata pelajaran matematika sudah mencapai indikator

kinerja yang diharapkan oleh peneliti. Meskipun hasil belajar sudah mencapai

indikator kinerja tetapi keaktifan belajar siswa belum mencapai indikator

kinerja.Maka penelitian dilanjutkan ke siklus II untuk lebih meningkatkan

Page 9: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Sudut ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5602/5/T1_202008074_BAB IV.pdfRata-rata hasil belajar matematika siswa pada pra siklus

38

keaktifan dan hasil belajar matematika agar semua indikator dalam indikator

kinerja dapat tercapai.

2. Deskripsi Siklus II

Pada deskripsi siklus II akan diuraikan mengenai tahap perencanaan,

pelaksanaan tindakan dan observasi, hasil tindakan, dan refleksi. Kegiatan

pembelajaran pada siklus II dilaksanakan 1 kali pertemuan.

a. Rencana Tindakan

Rencana tindakan pada siklus II dilaksanakan 1 kali pertemuan.

Pembelajaran siklus II merupakan upaya perbaikan dari pembelajaran siklus I.

Rencana tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut:

Rencana tindakan untuk pertemuan pertama yaitu penulis bersama guru

menentukan standar kompetensi (SK) yakni 5.memahami gabungan garis dengan

garis, serta besar dan jenis sudutnya, dengan kompetensi dasar (KD)

5.2.menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudutnya

Indikator yang dipakai pada pertemuan pertama yakni memahami sudut-sudut

yang saling berkomplemen atau berpenyiku dan memahami sudut-sudut yang

saling bersuplemen atau berpelurus. Setelah menentukan SK, KD, dan indikator,

peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Peneliti juga

menyiapkan alat peraga yang menunjang proses pembelajaran yaitu berupa

gambar berbagai macam contoh gambar sudut yang berkomplemen dan

suplemen. Peneliti juga menyiapkan lembar absensi siswa, lembar observasi guru,

lembar observasi keaktifan siswa, dan nomor dada untuk memudahkan observer

dalam menilai keaktifan siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan 1 kali pertemuan dengan

alokasi waktu pada tiap pertemuan adalah 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran.

Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah:

Pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada

hari Kamis 17 April 2014 pukul 08.40-10.40 dan terdiri dari kegiatan pembelajaran,

yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Langkah – langkah

pembelajaran pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal, sebelum memulai pelajaran guru melakukan

pengkondisian kelas agar siswa siap mengikuti pembelajaran. Kemudian guru

melakukan apersepsi tanpa didahului dengan absensi dan berdoa. Guru melakukan

apersepsi dengan melakukan tanya jawab tentang benda-benda yang ada di sekitar

yang berhubungan dengan sudut berpenyiku. Kemudian guru menyampaikan

Page 10: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Sudut ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5602/5/T1_202008074_BAB IV.pdfRata-rata hasil belajar matematika siswa pada pra siklus

39

tujuan pembelajaran setelah itu siswa menganalisa kejadian yang memungkinkan

siswa menemukan masalah yang berkaitan dengan sudut berpelurus dan sudut

berpenyiku. Guru juga membantu siswa merumuskan masalah berdasarkan

kejadian yang berhubungan dengan materi dan setelah itu guru membimbing

siswa mengajukan hipotesis terhadap masalah yang telah di rumuskan

b) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, pertama –tama guru membimbing siswa merencanakan

pemecahan masalah memfasilitasi siswa memecahkan masalah dengan

menghitung jumlah sudut berpenyiku adalah 90° dan sudut berpelurus adalah

180°. Setelah itu guru memfasilitasi siswa untuk menganalisis sudut berpenyiku

yaitu dua sudut yang jumlahnya 90° atau x° + y° = 90°. Dan juga menganalisi sudut

berpelurus yaitu dua sudut yang jumlahnya 180° atau x° + y° = 190°. Kemudian

guru menyuruh siswa membuat soal beserta penyeleasianya dan menyuruh

mengerjakan di depan kelas soal temuanya beserta jawabanya. Setelah itu siswa

mengerjakan soal penilaian pada modul yang telah di berikan.

c) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa

tentang hal-hal yang kurang di mengerti dan guru membimbing siswa untuk

mengambil kesimpulan. Guru dan siswa dilanjutkan melakukan refleksi dengan

menyebutkan beberapa manfaat mempelajari materi sudut dalam kehidupan

sehari-hari

c. Hasil Tindakan Siklus II

Hasil tindakan siklus II diperoleh dari hasil belajar Matematika Setelah

pelaksanaan tindakan dan observasi dengan penerapan pembelajaran problem

posing, guru memberikan tes tertulis kepada siswa dengan bentuk soal essay

sejumlah 4 soal. Tes diberikan kepada siswa pada akhir siklus II.

Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi mengenai hasil belajar siswa

kelas VII siklus II:

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus II

Nilai Frekuensi

10-29 0

30-49 3

50-69 4

Page 11: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Sudut ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5602/5/T1_202008074_BAB IV.pdfRata-rata hasil belajar matematika siswa pada pra siklus

40

70-89 6

90-100 11

Rata-rata 77,2

Nilai tertinggi 100

Nilai terendah 30

Berdasarkan tabel 4.5 maka dapat diketahui bahwa tidak ada siswa yang

mendapat nilai 10-29. Siswa yang mendapat nilai 30-49 sebanyak 3 siswa. Siswa

yang mendapat nilai 50-69 sebanyak 4 siswa, siswa yang mendapat nilai 70-89

sebanyak 6 siswa dan siswa yang mendapat nilai 90-100 sebanyak 11 siswa. Nilai

rata-rata yang diperoleh dari data hasil belajar siklus I adalah 77,2 dengan nilai

tertinggi 100 dan nilai terendah 30.

Untuk lebih memperjelas data mengenai hasil belajar siswa siklus II pada

tabel 4.5, maka dapat dibuat diagram batang seperti pada gambar 4.5 di bawah ini:

Gambar 4.5

Hasil Belajar Siswa Siklus II

Dari data mengenai hasil belajar siswa siklus II kemudian peneliti

melakukan analisis mengenai ketuntasan hasil belajar siswa siklus II yang tertera

pada tabel berikut ini:

0

2

4

6

8

10

12

10-29 30-49 50-69 70-89 90-100

Series1

Page 12: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Sudut ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5602/5/T1_202008074_BAB IV.pdfRata-rata hasil belajar matematika siswa pada pra siklus

41

Tabel 4.6

Ketuntasan Belajar Matematika Siklus II

Kategori Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Tuntas ≥61 20 83,33

Tidak Tuntas <61 4 16,66

Jumlah 24 100

Rata-rata 77,2

Nilai terendah 30

Nilai tertinggi 100

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar matematika

siswa kelas VII pada mata pelajaran matematika siklus II yang telah mencapi KKM

sebanyak 20 siswa dengan persentase 88,33% dan siswa yang nilainya berada di

bawah KKM sebanyak 4 siswa dengan presentase 16,66. Berdasarkan ketuntasan

hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP N 1 Kaliwungu siklus II dapat

digambarkan dengan diagram lingkaran berikut ini:

Gambar 4.6

Persentase Ketuntasan Belajar Matematika Siklus II

Dari gambar 4.6 mengenai persentase ketuntasan hasil belajar matematika

siklus II dengan penerapan pembelajaran problem posing terlihat bahwa hasil

belajar matematika siswa 83,33% mencapai KKM dan 16,66% belum mencapai

KKM. Hasil belajar matematika dengan penerapan pembelajaran problem posing

1

283,33%

16,66% Tidak tuntas

Tuntas

Page 13: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Sudut ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5602/5/T1_202008074_BAB IV.pdfRata-rata hasil belajar matematika siswa pada pra siklus

42

pada siklus II mengalami peningkatan dari hasil belajar matematika yang diperoleh

pada siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII

SMP N 1 kaliwungu sudah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan penulis

yakni minimal 80% siswa mencapai KKM.

d. Refleksi Siklus II

Setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran maka peneliti melakukan

refleksi terhadap semua kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru

telah melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran problem

posing dengan baik.

Dari hasil evaluasi ketuntasan belajar matematika yang diperoleh siswa

pada siklus II dengan KKM = 61 dari 20 siswa, siswa sudah tuntas dengan

persentase 88,33% dan rata-rata 77,2. Hal ini menunjukkan bahwa, hasil belajar

matematika siswa sudah mencapai indikator kinerja yang sudah ditetapkan penulis

yaitu minimal 80% siswa mencapai KKM. Secara keseluruhan, keberhasilan

pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran problem posing pada

siklus II diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:

1. Langkah-langkah pembelajaran problem posing sudah dilaksanakan dengan

baik dan runtut oleh guru.

2. Guru mengawasidan membimbing siswa dengan baik saat membuat

pertanyaan beserta jawabanya.

3. Siswa sudah tidak bingung lagi dalam pelaksanaan pembelajaran dengan

penerapan pembelajaran problem posing.

4. Hasil belajar matematika mengalami peningkatan.

B. Hasil Analisis Data

Berikut ini akan dipaparkan mengenai hasil analisis data prasiklus, siklus I

dan siklus II mengenai hasil belajar siswa.

Pada kondisi prasiklus, hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP N 1

Kaliwungu, masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM=61). Hanya ada 6 siswa yang memperoleh nilai di atas

KKM atau dengan persentase 25% dan 18 siswa dengan persentase 75% belum

mencapai KKM. Rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada prasiklus adalah 42,8

dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 13. Setelah diterapkannya

pembelajaran problem posing pada mata pelajaran matematika, hasil belajar

matematika mengalami peningkatan, pada siklus I ada 12 siswa dengan persentase

50% yang mencapai KKM dan 12 siswa dengan persentase 50% belum mencapai

KKM. Rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada siklus I meningkat menjadi 61,8

Page 14: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Sudut ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5602/5/T1_202008074_BAB IV.pdfRata-rata hasil belajar matematika siswa pada pra siklus

43

dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 27. Pada siklus II hasil belajar

mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang mencapai KKM ada 20 siswa dengan

persentase 83,33% dan siswa yang tidak mencapai KKM ada 4 siswa dengan

presentase 16,66. Rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada siklus II adalah 77,2

dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 40. Perbandingan ketuntasan hasil

belajar siswa pada kondisi prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel

berikut 4.7

Tabel 4.7

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Matematika

Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

Kategori Nilai

Prasiklus Siklus I Siklus II

Jml.

Siswa

Persentase

(%)

Jml.

Siswa

Persentase

(%)

Jml.

Siswa

Persentase

(%)

Tidak

tuntas <61 18 75 12 50 4 16,66

Tuntas ≥61 6 25 12 50 20 83,33

Jumlah 24 100 24 100 24 100

Rata-rata 42,8 61,8 77,2

Nilai tertinggi 90 100 100

Nilai terendah 13 27 30

Berdasarkan tabel 4.7 mengenai perbandingan ketuntasan hasil belajar

matematika prasiklus, siklus I, dan siklus II, jumlah siswa yang mencapai KKM

mengalami peningkatan. Sebelum dikenai tindakan hanya ada 6 siswa yang

mencapai KKM dengan persentase 25%. Setelah dikenai tindakan pada siklus I,

jumlah siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan menjadi 12 siswa

dengan persentase 50%, dan pada siklus II jumlah siswa yang mencapai KKM

meningkat menjadi 20 siswa dengan persentase 83,33%.

Page 15: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Sudut ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5602/5/T1_202008074_BAB IV.pdfRata-rata hasil belajar matematika siswa pada pra siklus

44

Untuk lebih jelasnya mengenai perbandingan persentase ketuntasan

hasil belajar matematika prasiklus, siklus I, dan siklus II, maka dapat dilihat pada

gambar 4.7.

Gambar 4.7

Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar PraSiklus, Siklus I, dan 2

Perolehan rata-rata hasil belajar tiap siklus juga mengalami peningkatan.

Pada prasiklus, perolehan rata-rata hasil belajar adalah 42,8 setelah dilaksanakan

siklus I rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 61,8. Setelah dilaksanakan siklus

II rata-rata hasil belajar meningkat lagi menjadi 77,2. Berikut disajikan gambar

mengenai perbandingan rata-rata hasil belajar matematika prasiklus, siklus I, dan

siklus II:

Gambar 4.8

Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Matematika

Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

C. Pembahasan

Dari data yang dipaparkan oleh peneliti, pembelajaran problem posing

dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Pada kondisi awal sebelum

0%

20%

40%

60%

80%

100%

pra siklus siklus 1 siklus 2

tuntas

tidak tuntas

0

20

40

60

80

100

pra siklus siklus 1 siklus 2

Series1

Page 16: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Sudut ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5602/5/T1_202008074_BAB IV.pdfRata-rata hasil belajar matematika siswa pada pra siklus

45

diterapkannya pembelajaran problem posing, siswa yang mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM=61) hanya ada 6 siswa atau dengan persentase 25%.

Rata-rata yang diperoleh dari hasil belajar sebelum tindakan adalah 42,8.

Kemudian setelah dilakukan pembelajaran siklus I, jumlah siswa yang mencapai

KKM meningkat menjadi 12 siswa dengan persentase 50%. Rata-rata yang

diperoleh dari hasil belajar siklus I adalah sebesar 61,8.

Hasil belajar pada siklus I belum mencapai indikator kinerja yang

ditetapkan oleh peneliti, yakni minimal 80% siswa sudah mencapai KKM. Tetapi

dalam siklus 2 ada 20 siswa yang tuntas dan ada 4 siswa yang belum tuntas dengan

presentase 88,33% sudah tuntas dan 16,66 belum tuntas. Berdasarkan indikator

kinerja yang ditetapkan peneliti yakni minimal 80% siswa sudah mencapai KKM

maka siklus 2 sudah memenuhi syarat tersebut dengan ketuntasan 88,33%.

Penelitian yang dilakukan pada siklus II seluruhnya sudah mencapai

indikator kinerja. Hasil belajar siswa sudah mencapai indikator kinerja yang telah

ditetapkan oleh peneliti. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran

problem posing dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa karena

sudah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh peneliti. Peneliti

menetapkan bahwa penerapan dengan pembelajaran problem posing dikatakan

berhasil jika minimal 80% siswa mencapai KKM.

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh

Johnson dan Johnson (dalam Anita Lie, 2002:7) bahwa suasana belajar cooperative

learning menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan

penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh

persaingan dan memisah-misahkan siswa. Dengan suasana kelas yang dibangun

sedemikian rupa, maka siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu

sama lain sehingga terbentuk hubungan yang positif dan menambah semangat

siswa dalam belajar. Suasana seperti ini akan memperlancar pembentukan

pengetahuan secara aktif sehingga hasil belajar akan meningkat. Pembelajaran

problem posing merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif. Dengan

pembelajaran problem posing, siswa lebih aktif untuk mengembangkan

kemampuan berpikirnya. Disamping itu, problem posing juga memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat serta

berinteraksi dengan siswa yang menjadikan aktif dalam kelas. Menurut

Rahayuningsih (dalam Sutisna, 2002), kelebihan Problem Posing diantaranya

adalah: Kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi dituntut keaktifan

siswa, Minat siswa dalam pembelajaran matematika lebih besar dan siswa lebih

mudah memahami soal karena dibuat sendiri, Semua siswa terpacu untuk terlibat

Page 17: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Sudut ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5602/5/T1_202008074_BAB IV.pdfRata-rata hasil belajar matematika siswa pada pra siklus

46

secara aktif dalam membuat soal, dengan membuat soal dapat menimbulkan

dampak terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah, dan Dapat

membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada dan yang baru diterima

sehingga diharapkan mendapatkan pemahaman yang mendalam dan lebih baik.

Penelitian seperti yang telah dilakukan oleh Intan (2007) yang dilakukan di

SMP Negeri I Balapulang Tegal, Nurjanah (2007) dengan objek penelitian siswa

kelas 7B SMPN 4 Adiwerna Kabupaten Tegal dan Surtini, dkk (2003) yang

melakukan penelitian pada siswa SD kelas 4 di Salatiga, menyebutkan bahwa

dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran

Problem Posing lebih baik daripada model pembelajaran konvensional atau

ceramah. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitrianti (2009)

dengan objek penelitian di SMP Negeri 8 Malang, Feriani (2010) yang dilakukan di

SMP Negri 2 Juwana menyebutkan bahwa penerapan model pembelajaran

Problem Posing tidak lebih baik dari model pembelajaran konvensional (ceramah).

Selain sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Intan (2007),

penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suratman (2012),

dalam skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui

Pendekatan Melalui Penerapan Pembelajaran Problem Posing pada siswa kelas VII

Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

penerapan pembelajaran problem posing dapat meningkatkan hasil belajar siswa

kelas VII. Terbukti pada hasil belajar siklus I persentase ketuntasan hasil belajar

siswa 50% dengan 12 siswa yang mengalami tuntas belajar dan 12 siswa atau 50%

siswa yang belum tuntas. Pada Siklus II ketuntasan hasil belajar siswa meningkat

menjadi 83,33% atau 20 siswa sudah tuntas.