Upload
phungdieu
View
223
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019
M. Hermayani Putera
WWF-Indonesia Region Kalimantan
Penjaringan Aspirasi MAsyarakat
• Alokasi luas perkebunan : 3,5 juta Ha, untuk perkebunan sawit 1,5 juta Ha. Realisasi 683.108 Ha (Disbun Kalbar)
• Luas HPH: 1.267.620 Ha (Baplan Kemenhut, 2012)
• Luas HTI : 2.429.807 ha + Pencadangan 827.614 ha total = 3. 257.421 Ha (BP2HP Wil X dan SK 3803 tahun 2012)
• Kawasan konservasi dan HL : 3.952.634 Ha (Baplan Kemenhut, 2012)
• Pertambangan (no record)
Total : 11.977.675 HaLuas Kalbar : 14,6 juta Ha
Latar Belakang
Pendekatan Pembangunan
• Kerjasama antar-wilayah, antar-sektor, antar aktor (pemerintah, swasta, masyarakat) dengan pendekatan lansekap;
• Penguatan Strategi Ketahanan (resilience) secara sosial-ekonomi-ekologi yang tidak saja memberikan manfaat terhadap kualitas sumber daya keragaman hayati itu sendiri, tetapi juga memastikan “keberlanjutan ekonomi” bagi masyarakat dan investasi swasta.
• Pembangunan berbasis pemenuhan hak-hak dasar (right based approach), terutama dalam hak ekonomi, sosial dan budaya (ECOSOC Right), untuk mengimbangi pemenuhan hak-hak sipil & politik yang sudah lebih siap infrastrukturnya.
• Mengoptimalkan Undang-Undang No 6/2014 tentang Desa sebagai momentum penegasan pemenuhan hak-hak konstitusi kepada rakyat selaku pemegang kedaulatan:
• Memperkuat sentra-sentra pembangunan sosial-ekonomi berbasis desa, untuk mengurangi beban pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di perkotaan yang harus dibayar mahal oleh kemacetan, polusi, dan penyakit sosial yang semakin akut (kriminalitas, human trafficking, dsb).
• Memperkuat tatakelola lahan (land governance), tidak dilihat sebagai business as usual (BAU), yang mempertimbangkan dinamika demografi, potensi daerah, pengembangan infrastruktur, dan mengakomodasi agregasi target setiap sektor.
• Menjadikan dokumen-dokumen strategis sebagai referensi utama seperti SRAP REDD+, RAD GRK, RPPLH, KLHS bagi pengembangan kebijakan setiap sektor dan sebagai “instrumen pemaksa” bagi harmonisasi kebijakan antar-sektor.
• Proyeksi perubahan lahan akibat kebutuhan setiap sektor perlu diinformasikan dan dikomunikasikan dengan memadai kepada para pemangku kepentingan kunci.
Infrastruktur Dasar
• Dengan pilihan kebijakan dan struktur ekonomi seperti ini, di sektor sawit, misalnya, tidak banyak industri berbasis sawit selain CPO yang tidak banyak menyerap tenaga kerja. Akibatnya, ada dorongan ekspansi lahan sawit yang terus menerus, dan membutuhkan lahan yang semakin massif.
• Produktivitas sawit Indonesia juga tertatih bersaing di tingkat global, karena pengembangan industri hilir (downstream industry) masih belum menjadi prioritas.
• Isu pemerataan pembangunan ekonomi berbasis potensi wilayah, pemberantasan kemiskinan, pengembangan infrastruktur yang pro terhadap masyarakat yang jauh, terutama infrastruktur energi. Selama ini yang menjadi ukuran adalah investasi biaya/kwh, sehingga pusat pembangkit listrik lebih banyak dibangun dengan skala besar dan di daerah perkotaan.
• Strategi pembangunan ketahanan energi harus berbeda, perlu ada aksi afirmatif (affirmative action), mempertimbangkan jenis energi apa yang harus dibangun.
Tabel isu prioritasIsu Prioritas Ruang lingkup/komponen isu Opsi Peran Masy Sipil
Tambang Izin pinjam pakai Advokasi kpd kementerian terkaitagar lebih selektif dan ketat dalammengeluarkan izin baru sertameninjau izin2 lama
Reklamasi pasca tambang (dan transparansi danajaminan reklamasi)
Mendorong perumusan kriteriaindikator reklamasi pasca tambang
Belum ada panduan tentang responsible mining Mendorong adanya kriteria kajiannilai konservasi tinggi/NKT (HCV)
Menjamurnya tambang skala kecil Mendorong adanya kriteria kajiannilai konservasi tinggi/NKT (HCV)
Ekosistem Pesisir dan SumberDaya Laut
konversi kawasan mangrove untuk kepentingantambak, pemberian izin konsesi (IUPHH) danpembuatan arang, dan jalur pipa migas
Mendorong valuasi ekonomi darikawasan mangrove
SD Laut yang semakin menipis karena over-eksploitasidan IUU (illegal, unregulated and unreported) fishing
BMP aquaculture (ASC); BMP ikantangkap (MSC); EBM ikan tangkap(ecosystem-based management)Enforcement kuota EBM, Mendorong terbentuknya KKPD/MPA di kabupaten/kota yg belum memilikiMPA dan efektivitas pengelolaanMPA;
Tabel isu prioritasIsu Prioritas Ruang lingkup/komponen isu Opsi Peran Masy Sipil
Air dan Pengelolaan DAS Institusi pengelolaan DAS tidak/kurang efektif Mendorong sinergi/integrasidalam kelembagaan pengelolaanDAS, efektivitas pengelolaankawasan RAMSAR (DanauSentarum)
Air (masih) dianggap sebagai sumberdaya yang gratis diperoleh - Mendorong kebijakan jasalingkungan (PES) di level nasional dankeuangan/anggaran antardaerah;
- Mengintensifkan kampanye air sbg sumberdaya vital hajathidup orang banyak, dikeloladengan asas keadilan inter danantar generasi, bukan denganpilihan swastanisasi.
Penurunan kualitas air karena rusaknya daerah tangkapan air dihulu, sempadan sungai, dan danau
- Advokasi penegakan hukumatas fungsi lindung daerahtangkapan air, sempadansungai, dan danau;
- Advokasi kasus mulaidiseminasi informasi sampaipada ‘bantuan hukum’ kepadapenyidik/ penuntut;
- Mendorong restorasi daerahtangkapan kunci;
- Pemantauan kualitasekosistem
Tabel isu prioritasIsu Prioritas Ruang lingkup/komponen isu Opsi Peran Masy Sipil
Perbatasan-Transboundary
Pengelolaan kawasan konservasi lintas batas belumefektif:
Memfasilitasi kerjasama antara otoritaskonservasi Indonesia & Malaysia (Betung Kerihun NP-Danau Sentarum NP & BatangAi NP-Lanjak Entimau Wildlife Sanctuary)
Tekanan membuka akses daerah terpencil di perbatasansemakin tinggi
- Advokasi penggunaan jalan yang sudah ada dan peningkatankualitasnya;
- Intensifikasi angkutan sungai danudara, dan terintegrasi denganangkutan darat yang sudah ada;
- Advokasi implementasi KSN HOB dantata ruang melalui sinkronisasikepentingan pertahanan danpembangunan berkelanjutan;
- Kajian jasa ekosistem untuk keutuhannatural capital/asset
Potensi konflik sosial akibat pembukaan akses: Membantu strategi antisipasi konflik sosial
Konservasi Spesies Kunci(flagship species)
Fragmentasi dan degradasi habitat beberapa species kunci (orangutan, bekantan, penyu, pesut dll)
Advokasi tata ruang untukmengintegrasikan habitat species kunci kedalam pembangunan wilayah (kab/kota, prov, pulau)
Tekanan dan ancaman terhadap populasi (perburuan, perdagangan, dll)
Penegakan hukum, intensitas kampanye, penyediaan alternatif sumberpenghidupan bagi masyarakat.
Isu Prioritas
Isu Prioritas Ruang lingkup/komponen isu Opsi Peran Masy Sipil
Tata Ruang Belum sinkronnya tata ruang KSN, provinsidan kabupaten/kota
Optimalisasi peran aliansi masy sipil untuk tata ruang berkeadilan dan berkelanjutan dalamkoordinasi dgn BKPRN/BKPRD, Badan Informasi Geospasial (BIG), dan para konsultan tata ruangdalam implementasi tata ruang hingga level paling bawah/desa
Pembangunan koridor ekologis dan sabukhijau
Mengawal implementasipembangunan koridor ekologis: TNBK-TNDS, Muller-Schwaner, TNBK-TNKM, Rongapa-Arabela;serta sabuk hijau (mangrove) disepanjang pesisir Pulau Kalimantan
Minimnya ruang partisipasi masyarakatdalam kebijakan perencanaan penataanruang
Memfasilitasi perencanaan tataruang perdesaan;Promosi penataan ruang berbasis kearifan mays adat/lokal adat yang masih ada
Pemekaran wilayah (provinsi dankabupaten baru: Kapuas Raya, Banua Lanjak)
Advokasi mengkritisi proses pemekaran wilayah dengan dayadukung lingkungan
Isu PrioritasIsu Prioritas Ruang lingkup/komponen isu Opsi Peran WWF
Ketahanan Pangan Pengabaian terhadap ruang pertanian tradisional Kajian dan advokasi nilai pentingpertanian tradisional dan skala rakyatterhadap ekologi Kalimantan, sebagaiupaya mengimbangi dominasi peranpelaku bisnis besar dalam MP3EI
Distribusi dan pemasaran - Advokasi kebijakan subsidibarang/produk terutama untukdaerah yang sulit dijangkau;
- Adanya insentif dan aksi afirmatifbagi pemasaran produk lokal;
- Advokasi intensifikasi angkutansungai yang terintegrasi denganskema distribusi dan pemasaran.
Konversi lahan gambut Kajian dan advokasi nilai pentingkawasan gambut sebagai sistempenyangga kehidupan bagi EkologiKalimantan
Produktivitas - Advokasi ketersedian air bagikeberlanjutan fungsi ekosistem & strategi pemenuhan pangan bagirakyat Kalimantan;
- Kajian kekayaan keanekaragamanhayatiuntuk budidaya tanamanpangan (mis. bank benih padilokal);
- Merancang strategi adaptasi & mitigasi bagi rakyat Kalimantan dlm membangun kemandirian dankedaulatan pangan
Isu PrioritasIsu Prioritas Ruang lingkup/komponen isu Opsi Peran Masy Sipil
Revitalisasi (hukum danlembaga) adat dan penguatanmasyarakat madani
Perlindungan HAKI Memperkuat semangat Protokol ABS (access and benefit sharing) bagi masyarakat dalamProtokol Nagoya
Kapasitas masyarakat dalam pengelolaan SDA - Advokasi isu lingkungan oleh masyarakat; - Pemantauan kasus-kasus SDA secara
partifipatif oleh masyarakat; - Transformasi konflik tenurial (melalui
mediasi dll); - promosi prakarsa lokal dalam praktek-
praktet terbaik pengelolaan SDA.
Tata Kelola Pemerintahanyang baik(pro-lingkungan, pro equity, pro-growth)
Transparansi anggaran, green budgeting - Penguatan Koalisi Masyarakat Sipil untuk Transparansi dan AkuntabilitasPenyusunan APBN/APBD;
- Memperkuat pelibatan dalam berbagaiPokja dan pilot strategis (SRAP REDD+, RAD GRK, RPJMD)
Pengarusutamaan kebijakan pro-gender, pro-poor, pro-environment
Penguatan Koalisi Masyarakat Sipil dalamTransparansi dan Akuntabilitas PenyusunanAPBN/APBD
Isu Prioritas
Isu Prioritas Ruang lingkup/komponen isu Opsi Peran Masy Sipil
Konversi Hutan HPH/HTI, Sawit, Pembalakan Adopsi KNKT/HCVF ke dalam kebijakantata ruang, Sertifikasi (RSPO, ISPO, FSC), optimalisasi pemanfaatan lahan kritis , promosi KPH
Ketahanan Energi Energi terbarukan Kajian dan advokasi potensi energiterbarukan kepada pemerintah, swastadan lembaga internasional
Efisiensi energy Massifikasi Kampanye Earth Hour menjadi agenda publik
Intensifikasi potensi SD Energi di Kalimantan Mendorong keadilan distribusipemanfataan/daya dukung energi untukpembangunan wilayah Kalimantan
Ekspektasi terhadapPeran dan Posisi Masyarakat Sipil ke Depan
• Secara umum peran masyarakat sipil sudah cukup diakui dan diapresiasi oleh berbagai pihakmelalui beragam pendekatan.
• Keterlibatan dalam perumusan dokumen-dokumen strategis (KLHS, Visi dan Misi PemimpinDaerah/RPJM, Musrenbang, REDD+, RAD GRK)
• Diperlukan intervensi program yang lebih komprehensif (advokasi kebijakan, pendidikanlingkungan, peningkatan kapasitas, penguatan aliansi masyarakat sipil, penguatan kelompok-kelompok rentan seperti kaum perempuan dan anak-anak dalam penyediaan sumber penghidupan
• Menerjemahkan lebih konkret terminologi Ekonomi Hijau ke dalam berbagai sektor (ekowisata, skema jasa lingkungan pengelolaan air, bentang lahan, energi terbarukan, promosi hasil hutanbukan kayu, hasil laut bukan ikan)
• Mempromosikan penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan dan praktek bisnis yang lebihbaik (mis. sertifikasi), dan prakarsa lokal dalam pengelolaan kawasan dan SDA sebagai sebuah strategi kebudayaan
• Memperluas skala dari keberhasilan satu inisiatif kepada wilayah dan sektor lainnya melalui pengelolaan pengetahuan (knowledge management) dan berbagi pengetahuan (knowledge sharing)
• Investasi bagi para pemimpin (sekarang dan masa depan) dengan berbagai pihak secara lebih inklusif (pemerintah, penegak hukum, pelaku bisnis, masyarakat sipil, media, masyarakatadat/lokal)