14
5/28/2018 PenugasanBlokMedikolegal-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/penugasan-blok-medikolegal 1/14 PENUGASAN BLOK MEDIKOLEGAL BAYI TABUNG disusun oleh :  Nama : Syarief Muhammad Hannifan  NIM : 08711158 Tutorial : 5 Tutor : dr. Mona Latifanza FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2011

Penugasan Blok Medikolegal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penugasan mediklegal

Citation preview

PENUGASAN BLOK MEDIKOLEGALBAYI TABUNG

disusun oleh :Nama:Syarief Muhammad HannifanNIM:08711158Tutorial:5Tutor:dr. Mona Latifanza

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIAYOGYAKARTA2011BAB I. ILUSTRASI KASUSSeorang Ibu bernama M, merupakan asisten di salah satu klinik kecantikan, tampak sedang bermain dengan putrinya, yang berumur empat tahun, bernama Ag di taman yang tidak jauh dari rumah mereka, Cardiff, Wales. Ibu M menikah dengan bapak E, kurang lebih sudah 15 tahun, dan mereka berdua mempunyai impian untuk memiliki keluarga yang besar, dan anak mereka, Ag, adalah salah satu bukti usaha pasangan ini, untuk memenuhi impian mereka, walau dengan proses bayi tabung.Semua ini bermula, ketika pasangan ini mencoba untuk mendapatkan keturunan, selama 3 tahun, dan ibu M sudah empat kali mengalami keguguran dalam rentang waktu tersebut. Pasangan ini pun berkonsultasi dengan dokter saat itu, dan mereka diminta untuk melakukan tes kesuburan. Dan hasilnya, ternyata sangat mencengangkan, ibu M memiliki beberapa penyulit untuk bisa mendapat keturunan, yaitu tuba falopii yang tersumbat dan adanya kista ovarium pada salah satu bagian tuba falopii yang lainnya.Selain itu, masalah tidak hanya bertumpu pada ibu M saja, bapak E juga mempunyai kendala tersendiri, yaitu spermanya yang tidak bergerak dengan baik. Bisa dikatakan spermanya adalah perenang yang buruk. Dengan mengetahui keadaan ini, dokter kemudian melakukan pengangkatan kista tersebut, dan merujuk pasangan ini ke klinik kesuburan NHS di Midlands Barat, dan menjalani pengobatan infertilitas yang disebut ICSI (Intra-Cytoplasmic Sperm Injection).Terapi infertilitas dengan ICSI ini, tampak membaik, dimana didapatkan tiga embrio yang siap ditanamkan pada rahim ibu M. Akan tetapi, ibu M sedang dalam kondisi yang tidak cukup baik, sehingga embrio tersebut dibekukan terlebih dahulu selama sebulan, sebelum nantinya ditanamkan pada rahim ibu M. Akhirnya setelah menunggu sekitar 1 bulan, ibu M dalam kondisi yang lebih baik, dan embrio tersebut siap ditanamkan.Setelah enam minggu proses implantasi, kepastian kehamilan pun didapat, dan pasangan ini tentunya bahagia sekali, akhirnya apa yang mereka impikan tecapai juga. Dan mereka memberi nama anak mereka Am. Ibu M tampak senang sekali, akhirnya ia benar-benar merasakan menjadi seorang ibu, akan tetapi, waktunya menjadi ibu tidaklah lama, karena anak semata wayang mereka, akhirnya meninggal dunia setelah 4 hari perawatan intensif di rumah sakit, akibat kesulitan bernafas.Satu setengah tahun setelah tragedi tersebut, bapak E, mencoba membujuk kembali ibu M, untuk melakukan pengobatan infertilitas yang lebih dari sebelumnya, dan dari klinik kesuburan tesebut, merekomendasikan IVF (In-Vitro Fertilization) atau bayi tabung. Setelah melalui berbagai macam pengobatan permulaan untuk IVF ini, akhirnya pada tanggal 13 februari 2004, tiga embrio ditanamkan pada rahim ibu M. Setelah penanaman ke-3 embrio tersebut, enam minggu kemudian, ibu M mendapat kepastian, bahwa dia telah hamil, dengan jumlah kehamilan tunggal.Waktu terus berjalan, pasangan ini semakin merasa senang, karena ketika kandungan sudah menginjak usia 3 bulan, dari hasil USG saat itu, semua kehamilan dan kandungannya tampak baik-baik saja, tidak ada kelainan disana. Akan tetapi, kekhawatiran masih saja dirasakan oleh pasangan ini, mengingat memori kelam, tentang kematian anak mereka yang pertama. Namun, Tuhan pun berkehendak lain, tepat tanggal 8 November 2005, anak tersebut lahir dengan berat 3,5 kg, mereka menamainya Ag.Dan sekarang, Ag telah berumur 4 tahun, serta dapat menikmati hidup selayaknya anak seusianya, dan bagi pasangan bapak E dan ibu M, ini merupakan salah satu impian yang seakan-akan menjadi kenyataan. (Sumber : http://www.fertilityexpert.co.uk/daughter-ivf-baby-case-study.html. Tahun : 2010)

BAB II. ISIBayi tabung atau bisa juga disebut In-Vitro Fertilization (IVF) adalah proses pembuahan sel telur oleh sel sperma (Fertilization) di dalam tabung gelas (In-vitro), dimana proses pembuahan dilakukan diluar rahim sang wanita (Storck, 2010).

a. Fakta MedisBayi tabung adalah salah satu bentuk dari upaya reproduksi yang dibantu dengan alat. Hal ini, berarti upaya membantu seorang wanita agar dapat hamil dengan menggunakan suatu teknik medis khusus. Bayi tabung pertama yang berhasil dilakukan yaitu pada tahun 1978.Secara umum ada lima tahapan dalam proses bayi tabung atau IVF (Storck, 2010), yaitu :1. StimulasiPada tahapan ini, seorang wanita akan diberikan obat-obatan yang dapat merangsang atau meningkatkan produksi sel telurnya. Obat tersebut dapat diberikan secara oral atau injeksi. Umumnya, seorang wanita akan memproduksi satu telur dalam satu bulan, akan tetapi dengan pemberian obat tersebut, dapat merangsang pembentukan sel telur sampai beberapa buah. Selama langkah ini berlangsung, akan dilaksanakan secara rutin USG transvaginal untuk memeriksa ovarium dan secara rutin juga dilakukan pengecekan kadar hormon dalam darah.2. Pengambilan sel telurSelanjutnya yaitu pengambilan sel telur, dengan panduan menggunakan gambaran USG, caranya yaitu memasukan benda seperti jarum suntik tipis melalui vagina dan ke dalam ovarium. Jarum tersebut terhubung dengan alat penghisap, sehingga dapat menarik sel telur tersebut satu-persatu.3. PembuahanSetelah diambil sel telur yang terbaik, kemudian nantinya akan dipertemukan dengan sel sperma. Untuk proses pengambilan sel sperma, dilakukan dengan cara, sang pria melakukan ejakulasi, kemudian cairan ejakulat diletakkan dalam suatu wadah, dan nantinya dipilih yang mempunyai kualitas prima. Kemudian antara sel sperma dan sel telur akan dipertemukan dalam suatu wadah atau tabung, dan diamati proses pembuahan, terutama proses pembelahan sel. Apabila, kemungkinan terjadinya pembuahan sangat kecil, dapat dilakukan proses penyuntikan sel sperma ke dalam beberapa sel telur, biasa disebut injeksi sperma intra sitoplasma (ICSI / Intra-Cytoplasmic Sperm Injection).4. Pemindahan EmbrioApabila tidak ada gangguan ataupun kelainan dalam perkembangan embrio, sekitar 3-5 hari setelah pembuahan dapat dilakukan proses pemindahan atau transfer embrio ke rahim wanita tersebut. Proses pemindahannya, dapat melalui selang semacam kateter yang berisi embrio melalui vagina, melewati serviks, dan sampai ke dalam rahim (uterus).5. EvaluasiSetelah proses pemindahan embrio, diamati penempelan embrio pada dinding rahim, karena hal ini juga menentukan terjadinya kehamilan atau tidak.

b. Fakta BioetikaProgram bayi tabung sebenarnya merupakan jawaban bagi pasangan suami-istri untuk mendapatkan keturunan, dimana mungkin mereka sebelumnya sudah mencapai berbagai metode atau cara untuk mendapatkan keturunan. Namun sudah menjadi hal yang wajar di masyarakat, apabila suatu program yang mutakhir atau baru diperkenalkan kepada masyarakat, pasti akan menuai pro dan kontra.Sebenarnya, secara umum bayi tabung ini masih dapat diterima oleh masyarakat, tentunya apabila bayi tabung tersebut berasal dari sel telur dan sel sperma pasangan suami-istri yang sah, dan penanaman embrio tersebut juga pada sang wanita yang merupakan pendonor sel telur tersebut. Dalam artian, embrio tersebut ditanamkan pada rahim sang isteri tersebut.Namun, dalam perkembangannya, proses bayi tabung tidak sebatas seperti itu saja, karena ada berbagai macam cara yang secara norma tidak sesuai, misalnya adanya donor (sperma atau ovum) dan sewa rahim. Apabila proses bayi tabung dengan memanfaatkan donor ataupun menggunakan jasa sewa rahim, di negara kita ini, Indonesia, tentunya akan dianggap melanggar norma-norma yang berlaku pada bangsa ini, yaitu norma kesusilaan. Selain norma kesusilaan, juga secara hukum, bayi tabung dengan cara demikian (menggunakan donor dan sewa rahim) juga melanggar ketentuan hukum yang berlaku di Republik Indonesia.Sedangkan berdasar bioetika, bayi tabung ini lebih mengacu pada autonomy. Karena berdasarkan prinsip autonomy, seseorang bebas bertindak atau memilih serta menentukan nasibnya sendiri. Maka dari itu, perihal bayi tabung, yang pada akhirnya berujung pada adanya keturunan atau tidak, tentunya ini diserahkan kepada yang mempunyai keinginan untuk mendapat keturunan tersebut. Sedangkan, sebagai seorang dokter dalam prinsip autonomy lebih kepada membenarkan, menyetujui, dan membela keputusan pasiennya terhadap dirinya sendiri dan pilihan yang diambilnya, dan tentunya harus sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku di negara Republik Indonesia.

c. Fakta HukumSecara hukum yang berlaku di Republik Indonesia, mengenai bayi tabung, sudah diatur dalam beberapa undang-undang, peraturan-peraturan, dan lain sebagainya. Bayi tabung sudah diatur dalam UU No. 23 Tahun 1992, bab V (upaya kesehatan), bagian kedua (kesehatan keluarga). Pada UU No. 23 Tahun 1992 penjelasan mengenai bayi tabung yang sah di Republik Indonesia, yaitu dalam pasal 16.Pasal 16 ayat 1 UU No. 23 Tahun 1992, menjelaskan bahwa kehamilan yang diluar proses alami dapat dilaksanakan, sebagai upaya terakhir untuk mendapatkan keturunan. Pasal 16 ayat 2 UU No. 23 Tahun 1992, lebih menjelaskan apa yang terkandung pada ayat 1, yaitu upaya kehamilan diluar proses alami dapat dilaksanakan oleh pasangan suami-istri yang sah, dengan ketentuan : (a) hasil pembuahan dari sperma dan ovum pasangan suami-istri yang bersangkutan, ditanamkan pada rahim istri yang diambil ovumnya; (b) proses ini harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk melakukannya; (c) dilakukan atau dilaksanakan pada sarana kesehatan tertentu.Selain berdasar pada UU No. 23 Tahun 1992, yaitu berdasar pada PerMenKes RI No. 73/MenKes/SK/I/ 1992 mengenai penyelenggaraan pelayanan teknologi reproduksi berbantu. Dalam perturan Menteri Kesehatan RI ini semakin menguatkan UU No. 23 Tahun 1992, dimana pasangan suami-istri yang sah dapat mendapatkan keturunan dengan metode In-Vitro dan dilakukan pemindahan embrio. Apabila, terdapat pelanggaran, pada pasal 16 UU No. 23 Tahun 1992, tentunya akan mendapat sanksi.Sanksinya juga telah diatur dalam UU No. 23 Tahun 1992, yaitu dalam pasal 82 ayat 2. Dalam pasal tersebut dijelaskan, apabila terdapat pelanggaran atau tindakan yang tidak sesuai dengan pasal 16, maka, akan dikenakan hukuman pidana penjara paling lama lima tahum dan atau denda paling banyak sebesar Rp. 100.000.000,-.

d. Fakta Hukum IslamPermasalahan bayi tabung sudah banyak dibicarakan bahkan diperdebatkan, baik di kalangan muslim, atau bukan, bahkan kalangan lokal, nasional dan internasional. Contohnya adalah Majelis Tarjih Muhammadiyah dalam salah satu kesempatan muktamarnya pada tahun 1980 mengharamkan bayi tabung dengan adanya donor sperma. Selain dari Muhammadiyah, lembaga fiqih islam OKI (Organisasi Konferensi Islam) pernah mengadakan sidang di Amman tahun 1986, membahas teknik mengenai bayi tabung, dan dari sidang tersebut didapatkan kesepekatan bahwa, bayi tabung itu dikatakan haram, jika donornya dari orang lain, bukan dari pasangan suami-istri yang sah yang melakukan bayi tabung tersebut.Berdasar forum Munas Alim Ulama di Kaliurang pada 1981, Nahdlatul Ulama (NU) menetapkan beberapa keputusan terkait dengan bayi tabung. Pertama, apabila mani yang ditampung dan kemudian dimasukkan ke dalam rahim sang wanita, ternyata bukan dari pasangan suami-istri yang sah, maka hukumnya haram. Kedua, apabila mani yang ditampung dan kemudian dimasukkan ke dalam rahim sang wanita, berasal dari pasangan suami-istri yang sah, akan tetapi cara mengeluarkan maninya tidak muhtaram, hukumnya adalah haram. Ketiga, jika mani yang ditampung dan dikeluarkan secara muhtaram dan dimasukkan ke rahim sang wanita, dan merupakan pasangan suami-istri yang sah, maka hukumnya mubah (Republika.co.id, 2010).MUI juga mengeluarkan fatwa mengenai bayi tabung, yang secara garis besar hampir sama dengan dua organisasi islam yang ada di negara ini (Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama), fatwa MUI tersebut adalah (Prayudi, 2007) :1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami istri yang sah dan memakai rahim dari istri sendiri yang diambil ovumnya, hukumnya mubah.2. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah, akan tetapi menitipkannya bukan di rahim isteri yang diambil ovumnya, hukumnya haram.3. Bayi tabung dengan sperma dan ovum diambil dari pasangan yang tidak sah, hukumnya haram.

BAB III. PEMBAHASANBayi tabung merupakan salah satu usaha yang sekarang dapat ditempuh pasangan suami-istri, apabila pasangan tersebut sulit mendapatkan keturunan. Bayi tabung yang pertama kali berhasil dilakukan yaitu pada tahun 1978, dimana saat itu lahir seorang anak bernama Louis Brown, yang merupakan anak pertama di dunia yang berasal dari proses bayi tabung. Di Indonesia sendiri, proses bayi tabung baru mulai bergema sekitar dekade ini. Karena terkait dengan teknologi yang bisa dibilang baru, bayi tabung menuai pro dan kontra.Memang secara medis, proses bayi tabung itu dibenarkan, dan sudah teruji, dimana telah lahir beberapa anak dari proses bayi tabung ini, dan bayi tabung ini seakan-akan menjadi alternatif atau bisa saja menjadi pilihan terakhir bagi pasangan suami-istri yang mungkin sudah mencoba berbagai cara untuk mendapatkan keturunan. Tapi memang secara medis, pilihan mendapat keturunan dengan menggunakan bayi tabung memang menjadi pilihan terakhir yang dicoba oleh pasangan suami-istri. Sebelum memilih program bayi tabung, bisa dipastikan setiap pasangan suami-istri pasti memilih mencoba-cara-cara yang lain terlebih dahulu untuk mendapat keturunan. Jadi, secara medis bayi tabung itu dapat dibenarkan, atau hukumnya adalah boleh.Selain secara medis, tentu permasalahan bayi tabung, harus ditinjau dari aspek lainnya, misalnya adalah masalah bioetika dan norma yang berlaku di masyarakat. Secara bioetika, memang ada beberapa prinsip disana, yaitu beneficence, non-maleficence, justice, dan autonomy. Akan tetapi jika dipertimbangkan secara matang-matang pada kasus bayi tabung, unsur autonomya akan lebih dominan, karena pada dasarnya autonomy menitikberatkan pada individu untuk bebas memilih, bertindak, dan menentukan nasibnya sendiri. Tentunya, dalam konteks bayi tabung adalah menentukan, apakah seseorang tersebut ingin melaksanakan bayi tabung atau tidak, sebagai usaha untuk mendapatkan keturunan.Berdasarkan norma yang ada, terutama norma-norma yang berlaku di Indonesia, bayi tabung sudah dapat diterima dengan wajar dan baik oleh masyarakat, apabila bayi tabung tersebut berasal dari pasangan suami-istri yang sah dan penanaman embrionya pada rahim istri yang diambil ovum nya tersebut. Sedangkan, yang dianggap tidak sesuai dengan norma yang berlaku di Indonesia, adalah apabila bayi tabung yang dilakukan ada unsur menggunakan sperma atau sel telur dari donor, serta adanya penggunaan rahim orang lain (biasa disebut sewa rahim). Memang penggunaan donor dan sewa rahim ini, secara luas masih diperdebatkan, terutama di negara Barat sana, ada yang mendukung ada pula yang tidak. Akan tetapi, di Indonesia, masyarakat sepertinya tidak menerimanya, karena hal itu juga bertentangan dengan hukum yang berlaku dan agama Islam.Dalam hukum yang ada pada Republik Indonesia, mengenai bayi tabung sudah diatur dalam UU No. 23 Tahun 1992, dalam pasal 16 sudah menerangkan mengenai bayi tabung dan kriteria-kriteria yang diperbolehkan dalam pelaksanaan bayi tabung tersebut. Secara umum yang diperbolehkan secara undang-undang untuk pelaksanaan bayi tabung yaitu harus berdasar dari sperma dan ovum pasangan suami-istri yang sah dan ditanam pada rahim sang istri yang diambil ovumnya, selain itu harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berwenang dan ahli dalam mengerjakan proses bayi tabung, serta dalam pengerjannya harus dilaksanakan pada sarana kesehatan yang sesuai. Apabila terdapat pelanggaran dalam pasal 16 UU No. 23 Tahun 1992 tersebut, akan dikenakan pidana penjara paling lama lima tahun dan atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- dimana hukuman ini berdasarkan pada pasal 82 ayat 2 UU No. 23 Tahun 1992.Agama Islam juga telah mengatur perihal bayi tabung ini, memang secara umum beberapa ulama dari Indonesia telah memberikan pendapat mengenai hal ini, seperti dari Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dah dari fatwa MUI itu sendiri. Secara umum pendapat dari mereka hampir sama semua, yaitu bayi tabung yang berasal dari sperma dan ovum pasangan suami-istri yang sah dan ditanamkannya embrio pada rahim sang istri yang diambil ovum nya, hukumnya adalah mubah (boleh). Dan, semua pun sepakat mengharamkan proses bayi tabung yang ada unsur donor (sperma ataupun ovum) dan penggunaan rahim orang lain (sewa rahim) ataupun pasangan tersebut tidak sah.Beberapa dasar yang bisa dipakai untuk mengharamkan bayi tabung yang ada unsur donor, sewa rahim, dan pasangan yang tidak sah, yaitu :1. Surat Al-Isra ayat 70, yang dapat ditafsirkan bahwa Allah SWT telah memuliakan semua manusia dan telah memberikan kesempurnaan yang melebihi makhluk-makhluk lain yang diciptakan. Surat At-Tin ayat 4, dimana dalam ayat ini Allah SWT berfirman, bahwa manusia itu diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Dari kedua ayat ini tampak sekali posisi manusia dibandingkan dengan makhluk yang lain, dimana manusia adalah yang paling mulia, dan yang paling baik. Jadi, jika dilakukan bayi tabung, secara tidak langsung bisa disamakan dengan hewan, wallahualam bi showaf.2. Hadits Nabi Muhammad SAW, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Abbas RA, dimana dalam hadits tersebut menjelaskan bahwa tidak ada dosa yang lebih besar selain syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan perbuatan laki-laki yang meletakkan spermanya di dalam rahim perempuan yang tidak halal baginya.3. Hadits Riwayat Abu Daud, Al-Tirmidzi Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada hari akhir menyiramkan airnya pada tanaman orang lain.

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARANa. Kesimpulan Secara medis, pelaksanaan bayi tabung dapat dilakukan sebagai upaya terakhir untuk mendapat keturunan Secara bioetika, bayi tabung lebih menitikberatkan pada prinsip Autonomy dan dalam norma yang berlaku di masyarakat, bayi tabung sudah dapat diterima. Menurut hukum yang berlaku di Republik Indonesia, bayi tabung boleh dilakukan, dan mengenai ketentuannya diatur dalam UU No. 23 Tahun 1992 pasal 16, dan apabila melanggar ada ketentuan pidana sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1992 pasal 82. Menurut hukum agama islam, masih terjadi perdebatan dalam menentukan boleh atau tidaknya bayi tabung, akan tetapi bayi tabung dianggap sebagai ikhtiar dalam memperoleh keturunan, dan berdasar ulama-ulam yang ada hukumnya mubah (boleh) dengan memenuhi ketentuan-ketentuna yang ada. Dari berbagai sudut pandang dan fakta yang ada, bayi tabung di Republik Indonesia boleh dilakukan dan dimata hukum juga sudah jelas diatur dalam undang-undang, dan dari sisi agama islam (para ulama di Indonesia) juga memperbolehkannya, asalkan dengan ketentuan : Pasangan suami-istri yang sah. Tidak adanya praktek donor (sperma ataupun ovum) dan penggunaan rahim orang lain.

b. Saran Sebelum melakukan bayi tabung, hendaknya mencoba dulu berbagai macam alternatif maupun pilihan yang ada terlebih dahulu untuk mendapatkan keturunan. Dalam melakukan bayi tabung, sudah sepantasnya dilaksanakan sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku di negara tersebut dan juga disesuaikan dengan kaidah agama yang dianutnya. Janganlah melakukan proses bayi tabung yang bertentangan dengan agama islam, karena selain termasuk dosa besar, karena tergolong zina, juga bisa mengaburkan nasab dari anak tersebut.

DAFTAR PUSTAKA__________,1992. Undang Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang: Kesehatan.

Hanafiah, M. J, Amir, A., 2007. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan (edisi 4). Jakarta: EGC.

Prayudi, Y., Y., 2007. Fatwa Bayi Tabung. http://prayudi.wordpress.com/2007/10/29/fatwa-bayi-tabung/. Diakses Tanggal 20 Desember 2011.

Quran Karim dan Terjemahan Artinya.

Republika.co.id., 2010. Apa Hukum Bayi Tabung Menurut Islam?. http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/fatwa/10/05/08/114856-apa-hukum-bayi-tabung-menurut-islam-. Diakses Tanggal 20 Desember 2011.

Senior, K., 2010. My Daughter is an IVF Baby: A Case Study. http://www.fertilityexpert.co.uk/daughter-ivf-baby-case-study.html. Diakses Tanggal 19 Desember 2011.

Storck, S., 2010. In Vitro Fertilization. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007279.htm. Diakses Tanggal 19 Desember 2011.

Tim Blok Medikolegal, 2011. Panduan Keterampilan Medik Blok Medikolegal. Yogyakarta: FKUII.