11
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang disusun dan disahkan untuk periode satu tahun merupakan bentuk investasi pemerintah dalam pembangunan perekonomian yang diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan, dan mengurangi kemiskinan. Mengingat pentingnya fungsi anggaran dalam perekonomian tersebut, APBN harus dikelola dengan sebaik-baiknya, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan sampai dengan pelaporan atau pertanggungjawaban anggaran. Dalam perencanaan anggaran, APBN harus disusun berdasarkan prioritas kebutuhan pemerintah dengan memastikan program dan kegiatan yang disusun dapat dilaksanakan tepat waktu serta dana yang dialokasikan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Setelah alokasi anggaran disahkan, pencairan anggaran perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk memastikan bahwa pelaksanaan anggaran dilakukan sesuai dengan perencanaan anggaran yang telah disusun, diperlukan adanya pengawasan anggaran. Selanjutnya agar masyarakat dan semua pihak yang berkepentingan memperoleh informasi mengenai anggaran yang telah dilaksanakan, maka diperlukan pertanggungjawaban anggaran yang berupa laporan keuangan dan laporan kinerja. Pelaksanaan anggaran merupakan tahap yang sangat penting dalam merealisasikan program dan kegiatan pemerintah yang telah disusun dalam APBN.

penumpukan anggaran-chapter1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

EVALUASI PENUMPUKAN PENCAIRAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT DI AKHIR TAHUN ANGGARAN PADA SATUAN KERJAPenulis: SolikhinPembimbing: Prof. Dr. Abdul Halim, M.B.A., Akt.

Citation preview

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang disusun dan

    disahkan untuk periode satu tahun merupakan bentuk investasi pemerintah dalam

    pembangunan perekonomian yang diharapkan mampu mendorong pertumbuhan

    ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan, dan mengurangi kemiskinan.

    Mengingat pentingnya fungsi anggaran dalam perekonomian tersebut, APBN harus

    dikelola dengan sebaik-baiknya, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan

    sampai dengan pelaporan atau pertanggungjawaban anggaran.

    Dalam perencanaan anggaran, APBN harus disusun berdasarkan prioritas

    kebutuhan pemerintah dengan memastikan program dan kegiatan yang disusun

    dapat dilaksanakan tepat waktu serta dana yang dialokasikan dapat digunakan

    dengan sebaik-baiknya. Setelah alokasi anggaran disahkan, pencairan anggaran

    perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk memastikan bahwa pelaksanaan

    anggaran dilakukan sesuai dengan perencanaan anggaran yang telah disusun,

    diperlukan adanya pengawasan anggaran. Selanjutnya agar masyarakat dan semua

    pihak yang berkepentingan memperoleh informasi mengenai anggaran yang telah

    dilaksanakan, maka diperlukan pertanggungjawaban anggaran yang berupa laporan

    keuangan dan laporan kinerja.

    Pelaksanaan anggaran merupakan tahap yang sangat penting dalam

    merealisasikan program dan kegiatan pemerintah yang telah disusun dalam APBN.

  • 2Tahapan ini dimulai ketika undang-undang (UU) APBN disahkan oleh Dewan

    Perwakilan Rakyat (DPR). Menurut Sadji, dkk (2007), langkah pertama yang

    dilakukan dalam tahapan ini adalah penetapan pejabat pengelola anggaran serta

    penerbitan dan pengesahan Dokumen Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang

    merupakan dasar hukum pelaksanaan anggaran bagi setiap satuan kerja (Satker) di

    lingkungan Kementerian Negara/Lembaga (K/L) dan instansi pemerintah daerah

    yang memperoleh dana APBN (dana dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan).

    Setelah DIPA disahkan, Satker sudah dapat menjalankan kegiatannya.

    Dalam praktiknya, pelaksanaan anggaran mengalami berbagai kendala. Salah

    satu kendala yang dihadapi adalah pencairan anggaran yang cenderung rendah di

    awal tahun dan menumpuk di akhir tahun. Kecenderungan penumpukan pencairan

    anggaran di akhir tahun tersebut menjadi perhatian Presiden dalam penyerahan

    DIPA tahun anggaran 2013 pada hari Senin, 10 Desember 2012, di Istana Negara

    Jakarta. Sebagaimana dilansir dari situs resmi Sekretariat Kabinet Republik

    Indonesia, www.setkab.go.id, Presiden dalam kesempatan tersebut menyampaikan

    dua pesan kepada jajaran pemerintahan. Pertama, DIPA tahun anggaran 2013 agar

    segera ditindaklanjuti dan digunakan secara lebih cepat, tidak ada hambatan, dan

    tidak terlambat. Kedua, Presiden meminta agar penggunaan anggaran dilakukan

    secara tepat, transparan, dan akuntabel. Presiden menambahkan bahwa penggunaan

    anggaran yang tidak tepat waktu akan mengganggu peningkatan kesejahteraan

    rakyat dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Menurut Kuswoyo (2011),

    peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak tercapai jika tidak diimbangi dengan

    pencairan anggaran yang maksimal.

  • 3Arahan Presiden tersebut dipicu oleh kecenderungan pencairan anggaran dari

    tahun 2006 sampai dengan 2013 yang masih memiliki pola yang sama, yaitu

    pencairan anggaran yang rendah di semester pertama dan menumpuk pada akhir

    tahun anggaran berjalan. Gambar di bawah ini menunjukkan persentase realisasi

    anggaran tahun 2006 sampai dengan akhir bulan November 2013.

    Sumber: Diolah dari LKPP 2006 s.d. 2012, data realisasi anggaran semester 1 2013Direktorat Jenderal Anggaran, dan I-Account APBN per 30 November 2013

    Gambar 1.1Realisasi Anggaran Tahun 2006 s.d. 30 November 2013

    Gambar 1.1 di atas merupakan realisasi anggaran per semester dari tahun 2006

    sampai dengan akhir bulan November 2013 yang dilaporkan dalam Laporan

    Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), laporan semester 1 pelaksanaan anggaran

    tahun 2013, dan I-Account Realisasi APBN per 30 November 2013. Realisasi

    anggaran tersebut merupakan total realisasi anggaran belanja pemerintah pusat di

    seluruh Satker K/L dan instansi pemerintah daerah yang menggunakan dana

    APBN. Gambar 1.1 tersebut menunjukkan bahwa selama delapan tahun terakhir

    0% 20% 40% 60% 80% 100%

    20062007200820092010201120122013

    Semester I Semester II

  • 4pencairan anggaran pada semester 2 lebih besar daripada pencairan anggaran

    semester 1. Pencairan anggaran pada tahun 2006 hanya sekitar 28,09% pada

    semester 1 dan 63,92% pada semester 2 atau lebih dari dua kali lipat persentase

    pencairan anggaran pada semester 1. Hal ini berarti pencairan anggaran APBN

    pada tahun 2006 terkonsentrasi pada semester 2. Pola pencairan anggaran seperti

    ini masih terus berlanjut hingga tahun anggaran 2013. Rata-rata pencairan anggaran

    pada semester 1 selama tahun 2006 sampai dengan 2013 hanya berkisar 31,93%

    dan rata-rata pencairan dan semester 2 selama delapan tahun terakhir adalah

    63,64%, dengan asumsi bahwa pencairan anggaran semester 2 tahun 2013 sesuai

    dengan prognosis pencairan anggaran dengan total pencairan anggaran 100%.

    Persentase pencairan anggaran belanja pemerintah pusat sampai dengan akhir

    bulan November selama tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa terjadi

    penumpukan pencairan anggaran sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut ini.

    Tabel 1.1Persentase Pencairan Anggaran Belanja s.d. Akhir Bulan November 2011-2013

    Jenis Belanja Nov 2011 Nov 2012 Nov 2013Belanja Pemerintah Pusat 71,3 72,8 76,0

    Belanja Pegawai 86,9 85,8 87,8Belanja Barang 59,5 62,1 56,9Belanja Modal 47,2 51,6 55,7Bunga Utang 79,1 77,2 92,6Subsidi 84,7 101,9 85,7Belanja Hibah 54,5 2,4 1,5Bansos 57,8 70,3 92,9Belanja Lainnya 30,2 6,0 8,8

    Sumber: diolah dari I-Account APBN Ditjen Perbendaharaan 2011-2013

  • 5Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa sampai dengan akhir bulan

    November 2011-2013, pencairan anggaran belanja pemerintah pusat kurang dari

    80%. Hal ini berarti pada bulan Desember atau akhir tahun anggaran 2011-2013,

    anggaran yang akan dicairkan adalah sekitar 20% dari total anggaran belanja.

    Apabila diambil rata-rata pencairan anggaran tiap bulan adalah 8,3%, maka dengan

    adanya pencairan anggaran pada bulan Desember sebesar 20% dapat dikatakan

    terjadi penumpukan pencairan anggaran di akhir tahun selama tiga tahun terakhir.

    Pola belanja atau pola pencairan anggaran dengan karakteristik tingkat

    pencairan anggaran yang rendah pada semester 1 dan menumpuk pada akhir tahun

    anggaran tersebut hampir terjadi di semua K/L di tingkat pusat maupun di daerah

    sebagaimana yang terjadi pada delapan tahun terakhir tersebut. Pola belanja

    tersebut secara makro akan berakibat terganggunya rencana kinerja kebijakan

    APBN terhadap pertumbuhan ekonomi sesuai yang diharapkan dalam kebijakan

    fiskal, serta berdampak kepada penyerapan tenaga kerja dan pengentasan

    kemiskinan. Dengan rendahnya penyerapan belanja pemerintah pusat pada

    semester 1, maka untuk mengejar target penyerapan anggaran, pencairan anggaran

    belanja akan menumpuk pada semester 2 sampai dengan akhir tahun anggaran. Hal

    tersebut dapat berpotensi menimbulkan kualitas output yang kurang baik. Hal ini

    juga mengakibatkan beban kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

    (KPPN) sebagai institusi yang mengelola pencairan anggaran akan bertambah besar

    pada setiap akhir tahun anggaran.

    Berdasarkan fakta bahwa masih terjadi penumpukan pencairan anggaran pada

    akhir tahun, penelitian ini akan meneliti mengenai faktor-faktor yang menyebabkan

  • 6fenomena penumpukan pencairan anggaran tersebut pada beberapa Satker, yaitu

    Pembangunan Jalur Ganda Cirebon-Kroya, Pengadilan Agama Banyumas, Kantor

    Kementerian Agama Kabupaten Banyumas, dan KPPN Purwokerto. Keempat

    Satker tersebut merupakan Satker yang menggunakan dana APBN yang

    mencairkan dananya di KPPN Purwokerto. Penentuan Satker tersebut didasarkan

    pada jumlah total nominal DIPA tahun 2013 yang paling besar dan yang paling

    kecil di wilayah bayar KPPN Purwokerto. Satker yang memiliki total DIPA tahun

    2013 terbesar adalah Pembangunan Jalur Ganda Cirebon-Kroya, sedangkan

    Pengadilan Agama Banyumas merupakan Satker yang memiliki total nominal

    DIPA tahun 2013 yang terkecil. Selain itu, penentuan Satker juga didasarkan pada

    jumlah kegiatan yang tercantum dalam DIPA tahun 2013, yaitu Satker yang

    memiliki jumlah kegiatan paling banyak dan paling sedikit. Kantor Kementerian

    Agama Kabupaten Banyumas adalah Satker yang mempunyai kegiatan tahun 2013

    yang terbanyak dan KPPN Purwokerto merupakan Satker yang mempunyai

    kegiatan paling sedikit.

    Penelitian ini menggunakan pendekatan metode studi kasus untuk dapat

    memahami lebih jauh mengenai kecenderungan penumpukan pencairan anggaran

    belanja pemerintah pusat di akhir tahun anggaran dan mengeksplorasi faktor

    penyebab penumpukan pencairan anggaran belanja pemerintah pusat yang terjadi

    selama beberapa tahun berturut-turut.

    Selanjutnya penelitian ini akan melihat pola pencairan anggaran Satker dari

    teori institutional isomorphism. Menurut DiMaggio dan Powell (1983) teori ini

    dapat menjelaskan suatu organisasi publik, dalam hal ini Satker dalam melakukan

  • 7pencairan anggaran, memperoleh tekanan institusional yang diakibatkan oleh

    tekanan dari luar, meniru organisasi sejenis atau satker lain, maupun adanya

    profesionalisme aparatur pemerintah yang menimbulkan kesadaran akan

    pentingnya pengelolaan keuangan yang dibuktikan dengan adanya pola pencairan

    anggaran yang wajar, sesuai dengan regulasi, dan tidak menumpuk di akhir tahun.

    1.2. Rumusan Masalah

    Pencairan anggaran yang terjadi saat ini masih saja terpusat pada semester 2

    terutama pada bulan-bulan terakhir berlakunya anggaran. Berdasarkan data LKPP

    tahun 2006 sampai dengan 2012 dan data realisasi anggaran semester 1 2013

    Direktorat Jenderal Anggaran, persentase pencairan anggaran pada semester 1 lebih

    kecil daripada persentase pencairan anggaran pada semester 2. Persentase rata-rata

    pencairan anggaran belanja pemerintah pusat semester 1 selama delapan tahun

    sebesar 31,93% sedangkan persentase rata-rata pada semester 2 adalah 63,66%. Hal

    tersebut menunjukkan bahwa Satker K/L dan instansi pemerintah daerah yang

    menggunakan dana APBN masih mempunyai kecenderungan untuk melakukan

    pencairan anggaran semester 2 yang mengakibatkan beban kerja KPPN bertambah

    besar pada setiap akhir tahun anggaran.

    Penelitian ini akan meneliti kecenderungan pencairan anggaran belanja

    pemerintah pusat di akhir anggaran dan mengeksplorasi faktor-faktor penyebab

    penumpukan pencairan anggaran di akhir tahun pada empat Satker di wilayah bayar

    KPPN Purwokerto, yaitu Pembangunan Jalur Ganda Cirebon-Kroya, Pengadilan

    Agama Banyumas, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyumas, dan KPPN

  • 8Purwokerto. Selanjutnya hasil penelitian akan dihubungkan dengan teori

    institusional isomphism yang dapat menjelaskan pola pencairan anggaran di akhir

    tahun pada Satker di wilyaha bayar KPPN Purwokerto.

    1.3. Pertanyaan Penelitian

    Pola pencairan anggaran belanja pemerintah pusat dengan karakteristik

    tingkat pencairan anggaran yang rendah pada semester 1 dan menumpuk pada akhir

    tahun anggaran saat ini masih terjadi. Hal ini membuat penulis merasa tertarik

    untuk mengeksplorasi permasalahan tersebut di lapangan dan berusaha untuk

    menemukan beberapa faktor yang diduga menyebabkan fenomena penumpukan

    pencairan anggaran. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan studi kasus

    dengan memfokuskan di beberapa Satker di wilayah bayar KPPN Purwokerto.

    Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah:

    1. Apakah Satker di wilayah bayar KPPN Purwokerto mempunyai kecenderungan

    melakukan penumpukan pencairan anggaran belanja pemerintah pusat di akhir

    tahun anggaran?

    2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya penumpukan pencairan

    anggaran belanja pemerintah pusat di akhir tahun anggaran pada Satker di

    wilayah bayar KPPN Purwokerto?

    3. Komponen teori institutional isomorphism manakah yang dapat menjelaskan

    pola pencairan anggaran pada Satker di wilayah bayar KPPN Purwokerto?

  • 91.4. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk:

    1. mengetahui kecenderungan penumpukan pencairan anggaran belanja

    pemerintah pusat di akhir tahun anggaran Satker di wilayah bayar KPPN

    Purwokerto,

    2. mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya penumpukan pencairan anggaran

    di akhir tahun pada Satker di wilayah bayar KPPN Purwokerto, dan

    3. mengidentifikasi komponen teori institutional isomorphism yang menjelaskan

    pola pencairan anggaran Satker di wilayah bayar KPPN Purwokerto.

    1.5. Motivasi Penelitian

    Penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini karena sampai dengan tahun

    anggaran 2013 masih terjadi kecenderungan pencairan anggaran di akhir tahun

    anggaran yang dilakukan oleh Satker K/L dan instansi pemerintah daerah yang

    menggunakan dana APBN. Selanjutnya penulis juga ingin memberikan masukan

    terkait dengan masalah penumpukan pencairan anggaran belanja yang terjadi pada

    Satker di wilayah bayar KPPN Purwokerto.

    1.6. Kontribusi Penelitian

    Beberapa manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah berupa

    kontribusi teori, praktis, dan policy making, yaitu:

  • 10

    1. Kontribusi teori, sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang tertarik dalam

    bidang kajian tentang pencairan anggaran Satker pengguna APBN, baik dalam

    hal teori maupun metode penelitian.

    2. Kontribusi praktis, sebagai masukan bagi pemerintah, dalam hal ini Satker

    instansi terkait dalam mengatasi permasalahan pencairan anggaran.

    3. Kontribusi policy making, sebagai bahan masukan bagi instansi pemerintah

    yang terkait dengan perumusan kebijakan mengenai pencairan anggaran.

    1.7. Proses Penelitian

    Secara singkat, tahapan penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar di

    bawah ini:

    Sumber: Pedoman Umum Penulisan Tesis (Program Maksi UGM, 2013)

    Gambar 1.2Tahapan Penelitian

    2. Tujuan Penelitian 3. Pondasi TeoretikalPenelitian Studi Kasus

    1. PertanyaanPenelitian

    5. Temuan danAnalisis

    4. Metode PenelitianKasus

  • 11

    1.8. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari:

    BAB I : Pendahuluan

    Bagian ini menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah,

    pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, proses

    penelitian, dan kontribusi penelitian.

    BAB II : Tinjauan Pustaka

    Bagian ini membahas teori yang melandasi penelitian ini dan penelitian

    terdahulu yang telah dilakukan.

    BAB III : Latar Belakang Kontekstual Penelitian

    Bagian ini menguraikan mengenai gambaran umum objek yang diteliti.

    BAB IV : Metode Penelitian

    Bagian ini menguraikan metode penelitian yang yang digunakan dalam

    penelitian ini.

    BAB V : Pemaparan Temuan Investigasi Kasus

    Bagian ini memaparkan temuan-temuan yang diperoleh selama

    pengumpulan data.

    BAB VI : Analisis dan Diskusi Hasil Investigasi Kasus

    Bab ini menguraikan mengenai analisis data dan diskusi hasil temuan

    penelitian studi kasus.

    BAB VII: Ringkasan, Simpulan, Keterbatasan, dan Rekomendasi

    Bagian ini memaparkan mengenai ringkasan, simpulan, keterbatasan dan

    rekomendasi penelitian.