145
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN KEBUDAYAAN “Peran Acara Karang Tumaritis di TVRI Stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta Sebagai Media Pelestarian Kebudayaan Jawa di Masyarakat Yogyakarta” Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun oleh : FABRYAN SANEKEWATRI D0206051 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN

KEBUDAYAAN

“Peran Acara Karang Tumaritis di TVRI Stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta

Sebagai Media Pelestarian Kebudayaan Jawa di Masyarakat Yogyakarta”

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Disusun oleh :

FABRYAN SANEKEWATRI

D0206051

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi

Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Persetujuan Pembimbing

Surakarta, Februari 2011

Pembimbing

Drs. A. Eko Setyanto, M.Si NIP. 19580617 198702 1 001

Page 3: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGESAHAN

Penulisan Skripsi ini telah diuji dan disahkan Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Hari :

Tanggal :

Panitia Ujian Skripsi :

1. Ketua Panitia : Dra. Hj. Sofiah, M.Si ( )

NIP. 19530726 197903 2 001

2. Sekretaris : Drs. Haryanto, M.Lib ( )

NIP. 19600613 198601 1 001

3. Penguji : Drs. A. Eko Setyanto, M.Si ( )

NIP. 19580617 198702 1 001

Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Drs. H. Supriyadi SN, SU NIP. 19530128 198103 1 001

Page 4: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul :

PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN KEBUDAYAAN (Peran Acara Karang Tumaritis di TVRI Stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta Sebagai Media Pelestarian Kebudayaan Jawa di Masyarakat Yogyakarta)

Adalah karya asli saya dan bukan plagiat baik secara utuh atau sebagian serta belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di institusi lain. Saya bersedia menerima akibat dari dicabutnya gelar sarjana apabila ternyata di kemudian hari terdapat bukti-bukti yang kuat, bahwa karya saya tersebut ternyata bukan karya saya yang asli atau sebenarnya.

Magelang, 12 Februari 2011 Fabryan Sanekewatri

Page 5: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTTO

I am not afraid of tomorrow, for I have seen yesterday and I love today (William Allen White)

For tomorrow belongs to the people who prepare for it today (African Proverb)

Page 6: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSEMBAHAN

For God, You’re the one and the only reason to live. You are so gracious and giving,

there are no words to describe my love and my passion for You. There won’t be me

without You. I’m thankful to all your blessing days.

For my whole big family, you are my backbones and my best friends. I couldn’t have

done this without your support. The time seems to be faster than I ever do without

you. And this is only a little gift to make you see that I am with you at this moment.

Page 7: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat bimbingan

dan petunjuk-Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul Peran Acara

Karang Tumaritis Sebagai Media Pelestarian Kebudayaan Jawa di Masyarakat

Yogyakarta dengan sebaik-baiknya. Penulis mengambil tema tentang media massa

dan pelestarian kebudayaan karena penulis melihat adanya peran yang besar dari media

massa untuk masyarakat. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memberikan

informasi kepada khalayak luas tentang segala hal tak terkecuali kebudayaan Jawa.

Media massa seperti televisi mampu memberikan manfaat untuk pelestarian

kebudayaan melalui acara yang ditayangkannya. Karang Tumaritis merupakan salah

satu acara yang mengangkat tentang kebudayaan Jawa di Yogyakarta. Dengan adanya

acara ini maka diharapkan potensi lokal beserta pelestarian kebudayaan bisa terangkat

kembali sebagai khasanah budaya Jawa Yogyakarta. Media massa merupakan wadah

yang efektif untuk mengembangkan dan melestarikan kebudayaan demi kebutuhan

masyarakat itu sendiri.

Skripsi ini bisa terlaksana dan selesai karena adanya arahan, bimbingan, dan

masukan dari banyak pihak. Karya ini tidak akan mungkin ada apabila penulis tidak

mendapat bantuan dari mereka. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-

besarnya kepada :

1. Bapak Drs. A. Eko Setyanto, M.Si, selaku pemimbing skripsi

2. Bu Iwung Sri Widati, Produser dan pembimbing di lapangan

3. Bapak RM. Kristiadi, Desain Program

Page 8: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Bapak Anang Wiharyanto, Penanggung Jawab Humas TVRI Stasiun D. I.

Yogyakarta

5. Bapak Maryanta, Kepala Seksi Program

6. Bu Sari Nainggolan, Pengarah Acara

7. Mas Altiyanto dan Bu Yati Pesek, Pembawa Acara Karang Tumaritis

8. Seluruh keluarga besar di Magelang dan Solo

9. Teman-teman dekatku, Kusnul, Hasna, Ria Putri, Arumtyas, Ajeng, Dewi Latif,

Intan Astri, Adinda, dan Faradyan.

10. Dan semua pihak yang tak bisa disebutkan satu per satu di atas

Akhir kata, penulis sangat mengharapkan adanya perbaikan dan kelengkapan

untuk penelitian tentang media massa dan pelestarian kebudayaan selanjutnya.

Semoga dengan adanya penelitian yang masih sederhana ini bisa membantu melihat

pentingnya kebudayaan Jawa dan pelestariannya melalui media massa terutama

televisi.

Magelang, 12 Februari 2011

Penulis

Page 9: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

PERSETUJUAN................................................................................................. ii

PENGESAHAN.................................................................................................. iii

PERNYATAAN ................................................................................................. iv

MOTTO ............................................................................................................. v

PERSEMBAHAN............................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii

DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xiii

ABSTRACT ....................................................................................................... xiv

ABSTRAK ......................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah........................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian......................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian....................................................................... 7

E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7

1. Komunikasi............................................................................ 8

2. Televisi dalam Komunikasi Massa ......................................... 10

3. TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik .............................. 15

4. Acara Televisi di TVRI.......................................................... 16

Page 10: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5. Kebudayaan ........................................................................... 19

6. Peran Komunikasi Massa dalam Pelestarian Kebudayaan....... 24

F. Metodologi Penelitian.................................................................. 32

1. Metode Penelitian .................................................................. 33

2. Jenis Penelitian ...................................................................... 34

3. Lokasi Penelitian.................................................................... 34

4. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 34

5. Teknik Analisa Data .............................................................. 37

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data..................................... 39

BAB II DESKRIPSI PROGRAM ACARA KARANG TUMARITIS

A. Acara Karang Tumaritis di TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta.......... 41

1. TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta .............................................. 41

2. Acara Karang Tumaritis ......................................................... 47

B. Program Pelestarian Kebudayaan Jawa di Yogyakarta ................. 53

1. Dinas Kebudayaan Provinsi Yogyakarta ................................ 53

2. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Kota

Yogyakarta ............................................................................ 55

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

A. Karakteristik Narasumber ............................................................ 58

B. Peran Acara Karang Tumaritis Dalam Mensukseskan Pelestarian

Kebudayaan Jawa di Masyarakat Yogyakarta .............................. 61

1. Mewartakan Nilai-nilai Luhur yang Terdapat di dalam

Kebudayaan Jawa kepada Masyarakat Luas ........................... 62

2. Membangun Kembali Spirit Kehidupan Bermasyarakat sesuai

dengan Nilai Luhur Kebudayaan Jawa ................................... 73

Page 11: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Melestarikan Berbagai Produk Kebudayaan Jawa .................. 83

4. Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan

Audien untuk Bidang Budaya ................................................ 93

5. Sarana Sosialisasi Program-program Pelestarian Kebudayaan

Jawa di Yogyakarta................................................................ 101

C. Kendala Acara Karang Tumaritis Dalam Mensukseskan

Pelestarian Kebudayaan Jawa di Masyarakat Yogyakarta............. 111

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................. 124

B. Saran ........................................................................................... 127

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pembagian Waktu Siaran dan Ketersediaan Audien ........................... 17

Tabel 2.1 Tempat dan Jumlah Penduduk di Jawa Tengah dan DIY.................... 43

Page 13: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Model Analisis Data Interaktif Miles & Huberman............................ 38

Page 14: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

Fabryan Sanekewatri. D0206051. The Role of Karang Tumaritis Program in Cultural Preserving (The Role of Karang Tumaritis Program in TVRI Stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta As Media of Preserving Javanese Culture in Yogyakarta Society). Bachelor Thesis Mass Communication Department Social and Politic Science Faculty Sebelas Maret Surakarta University.

Mass media such as television, radio, newspaper, magazine, and internet become a crucial need for society. Especially television as a mass media which is so close and easy to be accessed by every people. Television presents programs which their characteristic can be as entertainment, education, giving knowledge and new experience for every audience. So this is why television programs are liked by every kind of people.

However, television programs which take cultural things are lack in amount. Indonesian original culture like Javanese culture should has a place in television. But, programs that contain culture like Javanese culture is still lack in amount. One of the examples is Karang Tumaritis. This program has been presented by TVRI Stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta. Karang Tumaritis contains dialogue about Javanese culture and how it relates for its development at the present time in Yogyakarta.

TVRI as a Public Broadcasting Organization in Indonesia has a duty to give information serving, education, and healthy entertainment, control, and social adhesive, and preserve nation culture for every society importance. For Daerah Istimewa Yogyakarta that basically from Javanese culture, TVRI Stasiun DIY has missions which one of these is being central of the main information serving and serving healthy entertainment with making optimal local region potency and culture that grows and develops in Daerah Istimewa Yogyakarta.

For this research about television program and cultural preserving, writer used qualitative method with the kind of descriptive. It was located in TVRI Stasiun Daerah Istimewa Office in Magelang Street km. 4,5 Yogyakarta. Collecting data technique used from source and kind of main data such as written noted or through record. Then, for written source used document about Karang Tumaritis. Writer used observation, interview, and field note. For data analysis technique used Miles and Huberman Interactive Analysis Data. And then, for data validity technique, writer used diligence in observation and triangulation. Triangulation that writer took was source and method.

From data analysis result that had done by the writer it resulted clarification about role of Karang Tumaritis as Javanese preserving media. Those roles were formed from the aim of Karang Tumaritis and data analysis result after doing research. From data analysis result, writer also found obstacles for Karang Tumaritis in persevering Javanese culture. However, those obstacles did not effect for the success of Karang Tumaritis as a media that helped to preserve Javanese culture in Yogyakarta society.

From research and data analysis, writer could find role of Karang Tumaritis as a media for Javanese culture preserving in Yogyakarta society. First, to inform glorious values in Javanese culture to wide society. Second, to rebuild spirit of society’s life according to Javanese glorious values. Third, to preserve all kind of

Page 15: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Javanese product. Fourth, as a medium for interactive dialogue through television which could sharpen audiences’ mind in culture field. And fifth, as a medium for socialization of Javanese preserve programs in Yogyakarta. And for the obstacles were financial problem, has not collaborated with young people yet, the technology that has been used by TVRI, human resources of TVRI that were old, how to finish the dialogue when program was in process, the exclusives of its audience who were just older people and someone with high awareness of cultural things, and less in presenting time because of just once in two weeks.

As a program about Javanese culture, Karang Tumaritis has roles in preserving Javanese culture. These five roles are important roles which can help process of preserving Javanese culture in Yogyakarta. TVRI Stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta has given a space for preserving Javanese culture through television program called Karang Tumaritis.

Page 16: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Fabryan Sanekewatri. D0206051. Peran Acara Karang Tumaritis dalam Pelestarian Kebudayaan (Peran Acara Karang Tumaritis di TVRI Stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta Sebagai Media Pelestarian Kebudayaan Jawa di Masyarakat Yogyakarta). Skripsi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan internet sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat. Terutama televisi sebagai media massa yang paling dekat dan paling mudah untuk diakses oleh setiap lapisan masyarakat. Televisi menyajikan acara-acara yang sifatnya bisa hiburan, pendidikan, dan menambah pengetahuan serta pengalaman baru bagi pemirsanya. Sehingga acara-acara di televisi sangat disukai oleh setiap orang.

Namun, sayangnya acara-acara yang mengangkat tentang kebudayaan minim jumlahnya. Kebudayaan asli Indonesia seperti halnya kebudayaan Jawa seharusnya memiliki tempat di televisi. Namun, sayangnya acara yang berisi kebudayaan seperti kebudayaan Jawa masih sedikit di televisi. Salah satu contoh acara kebudayaan di televisi adalah Karang Tumaritis. Program ini ditayangkan oleh TVRI Stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta. Karang Tumaritis berisi dialog tentang kebudayaan Jawa dan bagaimana kaitannya dengan perkembangan masa sekarang di Yogyakarta.

TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik di Indonesia mempunyai tugas memberikan pelayanan informasi, pendidikan, dan hiburan yang sehat, kontrol, dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikian, untuk Daerah Istimewa Yogyakarta yang berbasis kebudayaan Jawa, maka TVRI Stasiun DIY memiliki misi yang salah satu diantaranya yaitu menjadi pusat pelayanan informasi yang utama serta menyajikan hiburan yang sehat dengan mengoptimalkan potensi daerah dan kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di DIY.

Untuk penelitian tentang acara televisi dan pelestarian kebudayaan ini, penulis menggunakan metode kualitatif dengan jenis deskriptif. Lokasi penelitian yaitu di TVRI Stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta di Jalan Magelang km. 4,5 Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang dipakai oleh penulis yaitu berasal dari sumber dan jenis data utama seperti catatan tertulis atau melalui perekaman. Kemudian untuk sumber tertulisnya yaitu menggunakan arsip tentang Karang Tumaritis. Penulis juga menggunakan pengamatan, wawancara, dan catatan lapangan. Sedangkan untuk teknik analisa data, penulis menggunakan Model Analisis Data Interaktif Miles dan Huberman. Kemudian selanjutnya teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan ketekunan atau keajegan pengamatan dan triangulasi. Triangulasi yang diambil yaitu triangulasi sumber dan metode.

Dari hasil analisa data yang telah dilakukan oleh penulis maka diperoleh jabaran tentang peran Karang Tumaritis sebagai media pelestarian kebudayaan Jawa. Peran-peran itu terbentuk dari tujuan Karang Tumaritis dan hasil analisa data setelah penelitian. Dari hasil analisa data, ternyata penulis juga mendapatkan kendala Karang Tumaritis dalam melestarikan kebudayaan Jawa. Namun, kendala tersebut tidak berdampak besar bagi keberhasilan Karang Tumaritis sebagai media yang membantu pelestarian kebudayaan Jawa di masyarakat Yogyakarta.

Page 17: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari hasil penelitian dan analisa data, maka peran Karang Tumaritis sebagai media pelestarian kebudayaan Jawa di masyarakat Yogyakarta adalah pertama, mewartakan nilai-nilai luhur yang terdapat di dalam kebudayaan Jawa kepada masyarakat luas. Kedua, membangun kembali spirit kehidupan bermasyarakat sesuai dengan nilai-nilai luhur kebudayaan Jawa. Ketiga, melestarikan berbagai produk kebudayaan Jawa. Keempat, sarana dialog interaktif melalui televisi yang mencerdaskan audien untuk bidang budaya. Dan kelima, sarana sosialisasi program-program pelestarian kebudayaan Jawa di Yogyakarta. Sedangkan kendalanya adalah masalah pendanaan, belum menggandeng anak-anak muda, teknologi yang digunakan, SDM di TVRI yang kebanyakan sudah tua, menuntaskan obrolan ketika acara sedang berlangsung, eksklusifme pemirsanya yang hanya sebatas orang tua dan orang yang sadar kebudayaan, dan kurangnya waktu penanyangan karena hanya dua minggu sekali.

Sebagai acara tentang kebudayaan Jawa, Karang Tumaritis mempunyai peran dalam melestarikan kebudayaan Jawa. Kelima peran tersebut merupakan peran yang penting untuk membantu proses pelestarian kebudayaan Jawa di Yogyakarta. TVRI Stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta telah menyediakan ruang untuk pelestarian kebudayaan Jawa melalui acara televisi yaitu Karang Tumaritis.

Page 18: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media massa telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat

Indonesia pada umumnya. Media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,

dan internet kini sudah dianggap sebagai sahabat. Dengan adanya perkembangan

teknologi komunikasi yang pesat, maka segala macam informasi yang diinginkan oleh

masyarakat bisa diperoleh melalui media massa. Sebagai bagian dari media massa,

televisi adalah media yang paling dekat dengan masyarakat.

Televisi mampu memberikan manfaat terhadap kelangsungan hidup manusia.

Manfaat-manfaat tersebut di antaranya yaitu mampu menumbuhkan aspirasi,

mengembangkan dialog, mampu mengenalkan norma-norma sosial, menumbuhkan

selera, dan sebagai pendidik. Kemudian, sebagai media massa, televisi juga

mempunyai fungsi untuk menyampaikan informasi, baik berisi pengetahuan maupun

pendidikan. Selain itu televisi bisa menggugah kesadaran masyarakat melalui

tayangannya.

Manfaat lain yang bisa didapat dari televisi diantaranya yaitu memperluas

wawasan, dimana melalui televisi pemirsa bisa melihat hal baru di luar sana yang

belum pernah dilihatnya. Kemudian, televisi bisa memberikan pengalaman hidup.

Dengan menonton televisi, tanpa harus pergi ke tempat kejadian, pemirsa bisa

langsung melihat dan merasakan apa yang terjadi di tempat lain. Dan yang terakhir

adalah mampu menyediakan hiburan di dalam rumah. Hiburan jenis ini bisa

didapatkan dengan menonton acara-acara di televisi untuk menghilangkan rasa bosan.

Page 19: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Televisi menjadi sangat populer di mata masyarakat karena mempunyai

pilihan acara yang menarik untuk ditonton. Dari semua program acara tersebut, ada

yang ditujukan untuk anak-anak, remaja, hingga dewasa. Namun, sayangnya hingga

saat ini ada sedikit sekali acara terutama pada televisi yang menyajikan tentang

kebudayaan. Padahal kebudayaan adalah sesuatu yang penting di dalam kehidupan

sosial manusia. Dengan adanya televisi yang mengangkat kebudayaan sebagai isi

acaranya, maka televisi bisa memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang

kebudayaan bangsa yang telah menjadi identitas Indonesia.

Dalam rangka memberikan pengetahuan kepada masyarakat, televisi

menyuguhkan program-program yang bervariasi. Mulai dari program yang berisi

hiburan hingga pengetahuan. Program yang berisi pengetahuan bisa didapatkan dari

program yang memberikan tayangan mendidik seperti masalah kebudayaan.

Kebudayaan yang dimaksud yaitu kebudayaan asli dari bangsa, yang merupakan

kebudayaan yang beragam dan memiliki nilai luhur dalam membentuk kepribadian

atau jati diri bangsa. Dengan adanya televisi, maka acara kebudayaan bisa ikut

ditampilkan, selain untuk mendidik generasi bangsa, salah satu tujuannya yaitu

pelestarian kebudayaan.

Namun, kita mendapati bahwa salah satu tantangan terbesar dalam masalah

pelestarian budaya tradisional bangsa yaitu generasi muda yang kurang tertarik

terhadap hal-hal berbau tradisi karena dianggap kuno dan ketinggalan jaman. Untuk

menghadapi keadaan itu, maka pemerintah dan segenap kelompok masyarakat yang

peduli terhadap kebudayaan tidak hanya diam saja. Mengingat kebudayaan tradisional

patut dilindungi dan dilestarikan, maka media massa termasuk televisi menjadi

medium yang baik untuk memulai proses pelestarian kebudayaan asli Indonesia.

Page 20: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Melalui berbagai macam pengemasan acara, kebudayaan bisa menjadi tontonan yang

menarik bagi pemirsa.

Ki Manteb Soedharsono menyatakan pendapatnya tentang tantangan dalam

upaya melestarikan kesenian wayang yang merupakan bagian dari kebudayaan

tradisional Jawa. Salah satu tantangan terbesarnya adalah regenerasi. Dalam upaya

pelestarian, seharusnya pemerintah, seniman, dan masyarakat bekerja sama. Dan yang

tidak kalah pentingnya adalah tersedianya ruang di media massa untuk kesenian

tradisional. Inilah yang dianggap oleh dalang kondang tersebut masih terbatas (Reko

Suroko, ”Butuh Ruang di Media Massa”, Wawasan Minggu, 27 Juli 2010, halaman 3).

Sedangkan menurut Drs. Tashadi, peneliti Balai Kajian Sejarah dan Nilai

Tradisional Yogyakarta bahwa dalam budaya tradisional terkandung nilai-nilai luhur

pembentuk jati diri bangsa. Ketika nilai-nilai ini hilang dan tidak lagi dimengerti oleh

generasi muda, maka mereka hanya akan memiliki nilai-nilai global dan hilanglah jati

diri bangsa Indonesia ini (Fachri Siradz, “Pelestarian Budaya Tradisional Melalui

Layar Kaca”, www.indosiar.com/program/resensi/67592/pelestarian-budaya-

tradisional-melalui-layar-kaca, 26/7/2010/11.00). Kebudayaan Jawa sebagai salah satu

dari kebudayaan tradisional Indonesia, cepat atau lambat bisa tergeser oleh arus

modernisasi dan globalisasi. Namun, sebelum semua itu terjadi, maka berbagai

langkah pelestarian mulai dirancang.

Menurut Fachri Siradz, supaya kebudayaan tradisional tidak mudah hilang

terkena arus modernisasi dan globalisasi, yang perlu dilakukan adalah pelestarian

kebudayaan. Pelestrian ini akan berjalan sukses bila didukung oleh berbagai pihak

termasuk pemerintah dan adanya sosialisasi luas dari media massa termasuk televisi.

Dan bisa dipastikan cepat atau lambat budaya tradisional akan kembali bergairah.

Seperti yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui TVRI, program-program acara

Page 21: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bertema kebudayaan tradisional tetap diproduksi. Baik dengan menggunakan dana

dari pemerintah pusat maupun dibiayai oleh pihak ketiga (pihak yang peduli dengan

kebudayaan). TVRI Yogyakarta merupakan salah satu dari banyak stasiun televisi

yang masih memproduksi acara budaya. Karena TVRI Yogyakarta bervisikan budaya,

pendidikan, dan kerakyatan, maka TVRI Yogyakarta berusaha untuk ikut melebur

bersama dinamika kehidupan masyarakat (Dokumen TVRI Stasiun Daerah Istimewa

Yogyakarta).

Salah satu contoh acara TVRI Yogyakarta yang memiliki tema kebudayaan,

terutama kebudayaan Jawa di daerah lingkup kebudayaan Jawa yaitu Karang

Tumaritis. Acara tersebut berisi dialog budayawan dan seniman yang dikemas dalam

sajian nuansa Jawa dengan lesehan di depan pendopo rumah dan diselingi alunan siter.

Di sela-sela obrolan diselingi sajian petuah atau nasehat dari tokoh punakawan dalam

cerita perwayangan dengan menggunakan kelir (Dokumen TVRI Stasiun Daerah

Istimewa Yogyakarta). Dalam mempertahankan eksistensi kebudayaan Jawa, acara

seperti Karang Tumaritis baik untuk diproduksi oleh stasiun televisi yang mempunyai

kepedulian terhadap pentingnya pelestarian budaya bangsa.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2005 menetapkan bahwa

tugas TVRI adalah memberikan pelayanan informasi, pendidikan dan hiburan yang

sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan

seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang

menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (Harun Nur,

”Mempertahankan TVRI Sebagai TV Publik”,

www.metronews.fajar.co.id/read/94460/19/index.php, 29/01/2011/8.28). Untuk TVRI

Stasiun DIY, ada acara Karang Tumaritis yang bisa melestarikan kebudayaan dan

potensi lokal di Yogyakarta. Karang Tumaritis ini adalah acara yang mengangkat

Page 22: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kebudayaan dan disajikan sesuai dengan perkembangan jaman. Sehingga Karang

Tumaritis memberikan informasi tentang unsur-unsur kebudayaan Jawa dan

bagaimana eksistensinya di jaman modern.

Karakteristik dari Karang Tumaritis yaitu, pertama, tema yang diangkat

adalah kebudayaan Jawa yang disajikan ke dalam bentuk dialog dengan orang yang

mengetahui dan berkecimpung pada budaya Jawa. Setiap tema yang ditampilkan

selalu berbeda-beda, sehingga narasumbernya pun juga berganti sesuai dengan

keahlian pada budaya Jawa yang dimiliki oleh narasumber. Kedua, penggunaan

bahasa Jawa. Dalam sepanjang acara, bahasa Jawa digunakan sebagai bahasa

pengantarnya. Ketiga, adanya telepon interaktif. Dengan menggunakan teknologi

telekomunikasi seperti telepon interaktif, maka penonton yang ingin menyampaikan

pesan maupun pertanyaan bisa disalurkan langsung kepada narasumber yang

dihadirkan.

Salah satu yang paling menarik dari Karang Tumaritis yaitu penggunaan

wayang kulit sebagai bagian dari acara. Nasehat atau petuah yang disampaikan

menggunakan bahasa Jawa oleh semar. Wayang kulit merupakan bagian dari kesenian

tradisional. Wayang sendiri sangat erat dengan kehidupan sosial, kultural, dalam

religius bangsa Jawa (Imam Sutardjo, 2008 : 60). Tokoh semar dalam perwayangan

yang ditampilkan pada Karang Tumaritis dianggap sebagai tetua yang memberikan

petuah kepada para manusia.

Karang Tumaritis merupakan sebuah acara yang bernafaskan budaya Jawa.

Sekarang ini budaya Jawa sudah mulai terlindas oleh budaya asing. Perkembangannya

mengalami kemacetan. Acara di media elektronik khususnya televisi lebih cenderung

berisikan budaya asing. Ditambah lagi masyarakat Jawa telah kehilangan rasa sebagai

Page 23: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

orang Jawa yang sesungguhnya. Dalam kehidupan sehari-hari misalnya, mereka lebih

suka mengagung-agungkan budaya asing dari pada budaya daerah sendiri.

Menurut Surya Sasangka, wartawan Newsweek dalam Sarasehan Budaya

Jawa “Adilihung Budaya Jawi Kawawas Saking Mancanegari” mendapati adanya tiga

sebab yang membuat budaya Jawa tidak berkembang dengan baik. Pertama, banyak

orang Jawa yang merasa minder dan tidak percaya diri dengan budaya sendiri

sehingga lebih suka mempelajari budaya asing. Kedua, banyak masyarakat Jawa yang

berkiblat pada agama dan budaya Timur Tengah. Akibatnya mereka tidak bisa

membedakan antara agama dan budaya sendiri. Ketiga, minimnya fasilitas dan sarana

untuk mengembangkan budaya Jawa. Bahkan media massa sendiri sebagai wadah

untuk mempromosikan budaya Jawa tidak memberikan ruang secara maksimal bagi

perkembangan budaya sendiri (“Surutnya Budaya Jawa Dari Ciri Khas Masyarakat

Jawa”, www.gudeg.net/id/news/2004/04/2382/Surutnya-Budaya-Jawa-dari-Ciri-Khas-

Masyarakat-Jawa.html, 27/2/2010/11.00).

Seharusnya media massa harus dilibatkan dalam proses pelestarian

kebudayaan Jawa sebagai bagian dari kebudayaan bangsa. Gerakan pembelaan budaya

bangsa hanya akan dapat mencapai hasil positif apabila “program informasi” secara

umum (baik melalui media cetak, radio, maupun televisi) ikut mengambil bagian aktif.

Pada area lokal di Yogyakarta ini, penulis mengangkat tentang bagaimana peran acara

Karang Tumaritis di Televisi Republik Indonesia Stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta

dalam pelestarian budaya Jawa di sana. Dalam acara Karang Tumaritis, dialog yang

dibawakan oleh para seniman merupakan dialog yang berisikan kebudayaan Jawa.

Acara ini bisa dijadikan contoh sebagai salah satu acara yang mampu menyajikan

materi kebudayaan Jawa di daerah Yogyakarta.

Page 24: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat sebuah rumusan

masalah :

Bagaimana peran acara Karang Tumaritis di TVRI D. I. Yogyakarta sebagai

media untuk mensukseskan pelestarian kebudayaan Jawa di Masyarakat Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka

tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui bagaimana peran acara Karang Tumaritis sebagai media

untuk mensukseskan pelestarian kebudayaan Jawa di masyarakat Yogyakarta

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi stasiun televisi yang bersangkutan bisa melakukan berbagai evaluasi

terhadap program acara tersebut

2. Bagi masyarakat Yogyakarta agar bisa memahami tentang pentingnya media

massa lokal terutama program acara di televisi dalam pelestarian kebudayaan Jawa

3. Bagi Pemerintah dan pihak terkait dengan masalah kebudayaan di Yogyakarta

agar memahami kontribusi yang bisa diberikan oleh media massa (televisi) dalam

proses pelestarian budaya Jawa di Yogyakarta

E. Tinjauan Pustaka

Komunikasi adalah sebuah kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk sosial.

Semua kegiatan manusia dilakukan atas dasar komunikasi. Manusia memiliki

keinginan untuk berbicara, tukar-menukar gagasan, mengirim dan menerima informasi,

Page 25: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

membagi pengalaman, kerja sama, dan lain sebagainya. Apalagi dalam abad modern

ini, berkomunikasi pun tidak hanya dilakukan dengan cara face to face saja.

Melainkan komunikasi dengan menggunakan media massa pun sudah lama dan banyak

dilakukan oleh manusia sebagai bagian dari kehidupannya.

Komunikasi merupakan sebuah ilmu yang cakupannya luas. Konsep tentang

komunikasi sendiri juga memiliki keterkaitan dengan berbagai hal. Seperti halnya

peran media massa terhadap pelestarian kebudayaan. Penulis telah merangkai teori-

teori yang memuat tentang konsep-konsep tersebut. Agar penjelasan yang diberikan

menjadi lebih runtut dan terstruktur, selanjutnya bagian tinjauan pustaka akan dibagi

menjadi beberapa sub bagian, yaitu : Komunikasi, Televisi Dalam Komunikasi Massa,

TVRI Sebagai Lembaga Penyiaran Publik, Acara Televisi di TVRI, Kebudayaan, dan

Peran Komunikasi Massa Dalam Pelestarian Kebudayaan.

1. Komunikasi

Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare yang artinya

memberitahukan. Kata tersebut kemudian berkembang dalam bahasa Inggris

communication yang artinya proses pertukaran informasi, konsep, ide, gagasan,

perasaan, dan lain-lain antara dua orang atau lebih. Secara sederhana dapat

dikemukakan pengertian komunikasi, ialah proses pengiriman pesan atau simbol-

simbol yang mengandung arti dari seorang sumber atau komunikator kepada seorang

penerima atau komunikan dengan tujuan tertentu (Suranto Aw, 2010 : 2).

Definisi komunikasi menurut Wilbur Schramm (1955) yaitu :

“Communication as an act of establishing contact between a sender and a receiver, with the help of message; the sender and receiver some common experience which meaning to the message incode and sent by the sender; and receiver and decode by the receiver”, (Suranto Aw, 2010 : 2). “Komunikasi merupakan suatu tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan penerima, memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan

Page 26: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima”, (Suranto Aw, 2010 : 2).

Sifat komunikasi diungkapkan oleh Suranto Aw dalam proses komunikasi

dapat dibedakan menjadi (2010 : 14) :

a. Komunikasi tatap muka (face to face communication), dalam hal ini pihak yang

berkomunikasi saling bertemu dalam suatu tempat tertentu

b. Komunikasi bermedia (mediated communication), ialah komunikasi dengan

menggunakan media, seperti telepon, surat, radio, dan sebagainya

c. Komunikasi verbal, komunikasi dengan ciri bahwa pesan yang dikirimkan berupa

pesan verbal atau dalam bentuk ungkapan kalimat, baik secara lisan maupun tulisan

d. Komunikasi non verbal, komunikasi dengan ciri bahwa pesan yang disampaikan

berupa pesan non verbal atau bahasa isyarat, baik isyarat badaniah (gestural)

maupun isyarat gambar (pictoral)

Sedangkan tahap komunikasi seperti yang dijelaskan dalam bukunya Suranto

Aw (2010 : 15) terdapat tiga tahap yaitu :

a. Komunikasi satu tahap (one step flow communication), ialah penyampaian ide,

gagasan, atau pesan langsung kepada komunikan yang dikehendaki. Dalam konteks

komunikasi massa, maka pesan dari media massa langsung diterima oleh

komunikan

b. Komunikasi dua tahap (two step flow communication), ide atau pesan disampaikan

komunikator dan diterima oleh para pemuka pendapat (opinion leader) baru

kemudian disampaikan kepada komunikan berikutnya.

c. Komunikasi banyak tahap (multi step flow communication), proses komunikasi ini

diawali dari komunikator menyampaikan pesan yang diterima oleh pemuka

pendapat, selanjutnya pemuka pendapat ini menyampaikan pesan yang sama ke

Page 27: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

orang lain, dan terus menerus orang tersebut menyampaikan informasi kepada

orang-orang berikutnya secara berantai

Bentuk komunikasi dapat diklarifikasikan menurut jumlah pihak yang terlibat

komunikasi, (Suranto Aw, 2010 : 13) :

a. Komunikasi intrapersonal (intrapersonal communication), ialah proses komunikasi

yang terjadi dalam diri sendiri

b. Komunikasi antarpersonal (interpersonal communication), komunikasi antara

seseorang dengan orang lain, bisa berlangsung secara tatap muka maupun dengan

bantuan media

c. Komunikasi kelompok (group communication), proses komunikasi yang

berlangsung dalam suatu kelompok

d. Komunikasi massa (mass communication), komunikasi yang melibatkan banyak

orang serta melalui media massa

Komunikasi merupakan dasar dalam segala hal. Komunikasi telah menjadi

sebuah kebutuhan untuk hidup. Manusia sebagai makhluk sosial menyampaikan

pesan-pesannya melalui komunikasi. Tanpa adanya komunikasi, manusia tidak dapat

hidup dengan baik.

2. Televisi Dalam Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan komunikasi yang melibatkan banyak orang.

Ada sebagian ahli berpendapat bahwa komunikasi massa adalah komunikasi melalui

media massa (Suranto Aw, 2010 : 13). Media massa ini termasuk diantaranya adalah

surat kabar, film, radio, dan televisi. Ciri komunikasi massa bila dilihat dari unsur-

unsur yang mencakupnya menurut Onong Uchjana Effendy (2004 : 51-55) yakni :

a. Sifat komunikan

Komunikasi massa ditujukan kepada khalayak yang jumlahnya relatif besar,

Page 28: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

heterogen, dan anonim.

b. Sifat media massa

Serempak cepat, yaitu keserempakan kontak antara komunikator dengan komunikan

yang jumlahnya besar. Media massa bersifat cepat (rapid), dalam artian

memungkinkan pesan yang disampaikan kepada banyak orang dengan waktu yang

cepat.

c. Sifat pesan

Sifat pesan yang dibawa media massa adalah umum. Karena media massa adalah

sarana untuk menyampaikan pesan kepada khalayak, bukan untuk sekelompok

orang saja.

d. Sifat komunikator

Karena media massa adalah sebuah lembaga atau organisasi, maka ia termasuk

komunikator terlembagakan. Media massa memiliki pesan yang dikerjakan secara

kolektif.

e. Sifat efek

Efek komunikasi yang timbul pada komunikan bergantung pada tujuan komunikasi

yang dilakukan oleh komunikator.

Komunikasi massa mempunyai fungsi di masyarakat. Fungsi-fungsi itu

menurut Dominick (2001) terdiri dari (Elvinaro, dkk, 2007 : 15-18) :

a. Surveillance (Pengawasan)

Fungsi pengawasan terdiri dari dua jenis, yaitu peringatan dan instrumental.

Pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang

ancaman angin topan, meletusnya gunung merapi, dan sebagainya. Sedangkan

pengawasan instrumental yaitu penyebaran informasi yang memiliki kegunaan

dalam kehidupan sehari-hari. Isinya bisa tentang produk-produk baru dan harga-

Page 29: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

harga saham.

b. Interpretation (Penafsiran)

Fungsi ini mirip dengan pengawasan. Namun, media massa juga memberikan

penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting.

c. Linkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga

membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang

sesuatu.

d. Transmission of Value (Penyebaran Nilai-nilai)

Fungsi ini sering disebut sosialisasi. Sosialisasi mengacu pada cara, di mana

individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili

gambaran masyarakat itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media massa

memperlihatkan kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka.

Di antara semua jenis media massa, televisi sangat berpotensi untuk terjadinya

sosialisasi (penyebaran nilai-nilai).

e. Entertainment (Hiburan)

Televisi adalah media massa yang mengutamakan hiburan. Hampir tiga perempat

bentuk siaran televisi setiap harinya adalah hiburan. Melalui berbagai macam acara

yang ditayangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang

dikehendakinya.

Komunikasi massa berpijak pada teori yang dikembangkan oleh Harold

Lasswell pada tahun 1948. Model ini berupa ungkapan : Who says what in which

channel to whom with what effect atau siapa berkata apa melalui saluran apa kepada

siapa dengan efek apa. Komunikator membawa pesan melalui media kepada penerima

dengan efek tertentu (Morissan, 2008 : 16).

Page 30: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Untuk karakteristik komunikasi massa yang komunikannya bersifat

heterogen, maka tidak mudah untuk mengukur umpan balik yang datang dari semua

komunikan. Karena itu, umpan balik yang datang biasanya merupakan representative

(wakil) sampel, sehingga walaupun yang ditanggapi hanya satu atau dua komunikan,

namun hal tersebut sudah dianggap dapat mewakili seumlah komunikan yang lainnya

(Elvinaro, dkk, 2007 : 47).

Salah satu media massa yang saat ini sangat dekat dengan masyarakat yaitu

televisi. Televisi saat ini merupakan media massa yang paling berpengaruh pada

masyarakat, hal ini karena didukung oleh kemudahan untuk mengaksesnya. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, televisi adalah proses penyiaran gambar

melalui gelombang frekuensi radio dan menerimanya pada pesawat penerima yang

memunculkan gambar tersebut pada sebidang layar. Jadi, televisi secara sederhana

adalah media massa yang menampilkan siaran berupa gambar dan suara dari jarak

jauh. Televisi merupakan sistem gabungan antara gambar dan suara.

Televisi dalam komunikasi massa memiliki makna :

“…….merupakan bagian dari media massa. Dan ia dikenal sebagai media elektronik. Televisi merupakan media yang dapat mendominasi komunikasi massa karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Televisi memiliki kelebihan dari media massa lainnya karena bersifat audio visual (didengar dan dilihat), dapat menggambarkan kenyataan dan secara langsung dapat menyajikan peristiwa yang sedang terjadi kepada setiap pemirsa di manapun ia berada (Riswandi, 2009 : 2).”

Media menurut Riswandi adalah saluran komunikasi massa yang memiliki

ciri-ciri khusus, yaitu mempunyai kemampuan untuk menarik perhatian khalayak

secara serempak dan serentak (2009 : 2). Karakteristik televisi sebagai media yang

paling banyak diminati oleh khalayak menurut Riswandi (2009 : 5-6) adalah :

a. Audio visual, karena bisa didengar dan dilihat oleh khalayak dan menampilkan

informasi yang disertai kata-kata, gambar, dan rekaman peristiwa

Page 31: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Berpikir dalam gambar, ada dua tahap pada poin ini. Pertama, visualisasi,

menterjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar-

gambar. Kedua, penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar

individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu

c. Cara kerja yang kompleks, pengoperasian televisi lebih kompleks karena lebih

melibatkan banyak orang.

Sifat-sifat media massa televisi yang membedakannya dari jenis media massa

lainnya yaitu televisi dapat didengar dan dilihat bila ada siaran, dapat dilihat dan

didengar kembali bila diputar lagi, daya rangsang sangat tinggi, elektris, sangat mahal,

dan daya jangkau besar (J. B. Wahyudi dalam Morissan, 2008 : 11). Televisi

merupakan media yang menguasai ruang dan tidak menguasai waktu (J. B. Wahyudi

dalam Morissan, 2008 : 12). Artinya, siaran televisi bisa diterima di mana saja dalam

jangkauan pemancar. Namun, televisi tidak bisa dilihat dan didengar berulang-ulang

serta kapan saja. Inilah mengapa televisi hanya menguasai ruang saja, bukan waktu.

Menurut Prof. Dr. R. Mar’at dari Universitas Padjadjaran, tentang program

acara televisi (Onong Uchjana Effendy, 2004 : 122) yaitu :

“……acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan para penonton, ini adalah wajar”.

Kelebihan televisi dari media massa lainnya adalah kemampuan menyajikan

berbagai kebutuhan manusia, baik hiburan, informasi, maupun pendidikan. Pengaruh

televisi terhadap kehidupan sudah bisa dirasakan oleh khalayak yang menonton.

Karena pada dasarnya televisi bisa mengakibatkan penonton mendapatkan sesuatu dari

aspek psikologis yang ditonton dari televisi. Dan itu semua bukanlah sesuatu yang

baru dan istimewa lagi di mata khalayak.

Page 32: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. TVRI Sebagai Lembaga Penyiaran Publik

Stasiun penyiaran publik berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara,

bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk

kepentingan masyarakat. Stasiun penyiaran publik terdiri atas Radio Republik

Indonesia (RRI) dan Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang stasiun pusat

penyiarannya berada di ibu kota negara. Di daerah provinsi, kabupaten atau kota dapat

didirikan stasiun penyiaran publik lokal (Morissan, 2008 : 97).

Di Indonesia, pengertian stasiun publik identik dengan TVRI dan RRI karena

menurut Undang-Undang Penyiaran, stasiun publik terdiri dari RRI dan TVRI yang

stasiun pusat penyiarannya berada di Jakarta. Selain itu, di daerah provinsi, kabupaten

atau kota dapat didirikan stasiun penyiaran publik lokal. Undang-Undang Penyiaran di

Indonesia memberikan tugas lepada TVRI untuk memberikan pelayanan informasi,

pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial serta melestarikan budaya

bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan

penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah Indonesia (Morissan, 2008 : 97-

99).

Sumber pembiayaan media penyiaran publik di Indonesia berasal dari iuran

penyiaran yang berasal dari masyarakat, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sumbangan

masyarakat, dan siaran iklan. Sumber pembiayaan untuk stasiun penyiaran publik

lebih banyak dari pada stasiun swasta yang hanya memiliki dua sumber pendapatan,

yaitu siaran iklan dan usaha lain yang sah terkait dengan penyelenggaraan penyiaran

(Morissan, 2008 : 100). Sedangkan menurut Riswandi, sumber pendanaan penyiaran

publik berasal dari negara, iuran, iklan, dan donatur yang tidak mengikat (2009 : 17).

Page 33: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kemudian Efendi Gazali mengemukakan lima ciri penyiaran publik sebagai

berikut :

a. Akses publik, akses publik ini dimaksudkan tidak hanya coverage area, tetapi juga

menyangkut bagaimana penyiaran publik mau mengangkat isu-isu lokal dan

memproduksi program-program lokal dan tokoh-tokoh lokal

b. Dana publik, lembaga penyiaran publik tidak hanya mengandalkan keuangannya

dari anggaran negara, tetapi juga iuran dan donatur

c. Akuntabilitas publik, karena dana utamanya dari publik, maka terdapat kewajiban

dari penyiaran publik untuk membuat akuntabilititas finansialnya

d. Keterlibatan publik, artinya ada keterlibatan menjadi penonton atau menjadi

kelompok yang rela membantu menyumbangkan tenaga, pikiran, dan dana untuk

kelangsungan penyiaran publik

e. Kepentingan publik, kepentingan publik lebih diutamakan dari pada kepentingan

iklan. Misalnya ada satu acara yang sangat baik dan bermanfaat bagi publik, namun

ratingnya rendah, maka ia akan tetap diproduksi dan tetap dipertahankan

penanyangannya (Riswandi, 2009 : 17-18).

4. Acara Televisi di TVRI

Stasiun televisi setiap harinya menyajikan jenis program yang jumlahnya

sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Setiap program acara di televisi

mempunyai waktunya masing-masing. Jam tayang tersebut juga sebenarnya

berhubungan dengan ketersediaan audiens. Dalam bukunya, Morissan (2008 : 257)

memberikan pembagian waktu siaran dan ketersediaan audien menurut beberapa ahli :

Page 34: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 1.1

Pembagian Waktu Siaran dan Ketersediaan Audien

Bagian Hari Audien Tersedia

Pagi Hari

(06.00 – 09.00)

Anak-anak, ibu rumah tangga,

pensiunan, pelajar, dan karyawan yang

akan berangkat ke kantor

Jelang Siang

(09.00 - 12.00)

Anak-anak prasekolah, ibu rumah

tangga, pensiunan, dan karyawan yang

bertugas secara giliran (shift)

Siang Hari

(12.00 – 16.00)

Karyawan yang makan siang di rumah,

pelajar yang pulang dari sekolah

Sore Hari (early fringe)

(16.00 – 18.00)

Karyawan yang pulang dari tempat kerja,

anak-anak, dan remaja

Awal Malam (early evening)

(18.00 – 19.00)

Hampir sebagian besar audien sudah

berada di rumah

Jelang Waktu Utama (prime acces)

(19.00 – 20.00)

Seluruh audien tersedia menonton

televisi pada waktu ini

Waktu utama (prime time)

(20.00 – 23.00)

Seluruh audien tersedia pada waktu ini

utamanya antara pukul 20.00 – 21.00.

Namun, setelah itu, audien mulai

berkurang utamanya audien anak-anak,

dan pensiunan serta mereka yang harus

tidur lebih cepat agar dapat bangun pagi-

pagi

Jelang Tengah Malam (late fringe)

(23.00 – 23.30) Umumnya orang dewasa

Akhir malam (late night)

(23.30 – 02.00)

Orang dewasa, termasuk karyawan yang

bertugas secara giliran (shift)

(Sumber : Peter K. Pringue. Michael F. Starr, William E. McCavitt; Electronic Media

Management, second edition, Focal Press, Boston – London, 1991)

Page 35: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pada program yang ditayangkan oleh lembaga penyiaran publik ada

perbedaan dengan acara yang ditayangkan oleh stasiun komersial. Televisi publik

menata acaranya dengan menekankan pada aspek pendidikan masyarakat yang

bertujuan mencerdaskan audien. Program disusun berdasarkan pada gagasan

melestarikan dan mendorong berkembangnya budaya lokal, sejarah kebangsaan, dan

sebagainya. Televisi memegang peran penting menjaga dan melestarikan kebudayaan

daerah. Program acara pendidikan dan kebudayaan (seperti pengembangan bahasa

nasional dan kebudayaan daerah) harus menjadi tanggung jawab media penyiaran

publik untuk memproduksinya (Morissan, 2008 : 100-101).

Strategi dalam mengelola stasiun televisi publik menurut Pringle- Starr-

McCavitt (1991) yaitu the nature of the licensee (misi atau fungsi utama keberadaan

stasiun publik), kebutuhan dan kepentingan masyarakat, dan upaya menggalang dana

dari masyarakat (the requirements for fund raising from the audience). Fungsi utama

dari stasiun publik di Indonesia, sebagaimana disebutkan dalam UU Penyiaran adalah

memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Hal ini merupakan faktor

pertama yang harus dipertimbangkan sebelum menyusun strategi program (Morissan,

2008 : 101).

Program acara yang bertema kebudayaan lokal seakan hanya ada di TVRI

saja. Bahkan TVRI memberikan andil yang besar terhadap budaya lokal di stasiunnya.

Presentase secara persisnya yaitu TVRI memberikan paket siaran budaya lokal yang

lebih besar dari pada stasiun televisi swasta. Budaya lokal justru diangkat oleh TVRI

ke permukaan. Budaya lokal ini tidak dimuseumkan, tetapi TVRI mampu

mengangkatnya menjadi sebuah program acara (Syamsudin Noer Moenadi, 1997 : 33-

34).

Page 36: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Program acara di TVRI memang lebih banyak mengangkat budaya lokal. Hal

ini juga dimaksudkan agar kebudayaan asli milik bangsa ini tidak kalah dengan budaya

asing maupun budaya global di televisi. Sebagai lembaga penyiaran publik, TVRI

harus menyadari dan melaksanakan tugasnya sebagai televisi yang menghargai budaya

lokal. Selain itu, masyarakat juga hanya bisa menonton budaya lokal mereka di TVRI

di daerah mereka masing-masing. Kebudayaan Jawa, paling banyak disajikan di TVRI

D. I. Yogyakarta sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang ada di Yogyakarta dan

sekitarnya.

5. Kebudayaan

Kebudayaan memiliki bidang cakupan yang sangat luas. Istilah kebudayaan

atau budaya berasal dari kata “budi”. Budi berarti alat batin yang merupakan paduan

akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk (Anton Moeliono cs, 1988 : 131

dikutip oleh Astrid S. Susanto-Sunario, 1995 : 127). Kebudayaan menurut Zaetmulder

yaitu perkembangan dari majemuk budi-daya, artinya dari budi, kekuatan dari akal

(Imam Sutarjo, 2008 : 12).

Hari Poerwanto memberikan pengertian tentang istilah kebudayaan menjadi

(2008 : 51-52) :

“Istilah kebudayaan atau culture dalam bahasa Inggris, berasal dari kata kerja dalam bahasa Latin colere, yang berarti bercocok tanam (cultivation). Dalam bahasa Indonesia, kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari kata buddhi (budi atau akal). Sering kali ditafsirkan bahwa kata budaya merupakan perkembangan dari kata majemuk “budi-daya”yang berarti daya dari budi, yaitu berupa cipta, karsa, dan rasa. Karenanya ada juga yang mengartikan bahwa kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa.”

Secara lebih lanjut Koentjaraningrat (Hari Poerwanto, 2008 : 52)

mendefinisikan kebudayaan sebagai :

“…….keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan

Page 37: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

belajar”.

Kemudian, E. B. Taylor telah mencoba mendefinisikan kata kebudayaan

sebagai keseluruhan yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

hukum, moral, adat, dan berbagai kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh manusia

sebagai anggota masyarakat. Sedangkan konsep kebudayaan yang lebih sistematik

dirumuskan oleh A. L. Kroeber dan C. Kluchkohn adalah keseluruhan pola-pola

tingkah laku dan pola-pola bertingkah laku, baik eksplisit maupun implisit, yang

diperoleh dan diturunkan melalui simbol, yang akhirnya mampu membentuk sesuatu

yang khas dari kelompok-kelompok manusia, termasuk perwujudannya dalam benda-

benda materi (Hari Poerwanto, 2008 : 52-53).

Sedangkan menurut Koentjaraningrat, konsep kebudayaan sangat luas. Wujud

kebudayaan menurut Koentjoroningrat memiliki paling sedikit tiga wujud, yaitu

(Koentjoroningrat dalam Alfian, 1985 : 100) :

a. Wujud sebagai kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia

b. Wujud sebagai suatu kompleks aktivitas

c. Wujud sebagai benda

Alfian mengkutip dari Koentjoroningrat (Koentjoroningrat dalam Alfian,

1985 : 101-102) tentang isi kebudayaan yaitu :

“Isi kebudayaan manusia sebaiknya menggunakan unsur-unsur kebudayaan universal yaitu unsur-unsur yang ada dalam semua kebudayaan di seluruh dunia, baik yang kecil, bersahaja, dan terisolasi, maupun yang besar, kompleks dan dengan suatu jaringan hubungan yang luas. Dengan mengambil contoh konsepsi B. Malinowski, maka dalam semua kebudayaan di dunia ada tujuh buah unsur universal, yaitu bahasa, sistem teknologi, sistem mata pencaharian hidup atau ekonomi, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian.”

Kebudayaan menjadi milik manusia melalui proses belajar, dan diajarkan

kepada anggotanya melalui proses akulturasi, enkulturisasi, dan proses sosialisasi

Page 38: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(Imam Sutarjo, 2008 : 10). Hal ini juga mirip dengan pendapat yang dikemukan oleh

C. Kluckhohn yang menekankan bahwa kebudayaan merupakan proses belajar dan

bukan sesuatu yang diwariskan secara biologis. Oleh karenanya, kebudayaan

merupakan pola tingkah laku yang dipelajari dan disampaikan dari satu generasi ke

generasi berikutnya. Proses belajar kebudayaan yang berlangsung sejak dilahirkan

sampai mati, yaitu dalam kaitannya dengan pengembangan perasaan, hasrat, dan

emosi, dalam rangka pembentukan kepribadiannya (Hari Poerwanto, 2008 : 88).

Kebudayaan adalah suatu hal yang sangat penting untuk dipelajari. Apalagi

sejarah dari kebudayaan di masa lalu diperlukan untuk bisa membangun suatu

kebudayaan baru. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Poerbatjaraka bahwa

kebudayaan baru Indonesia harus berakar pada kebudayaan Indonesia sendiri atau

kebudayaan pra-Indonesia. Hal itu berarti bahwa kebudayaan Indonesia seharusnya

berakar pada kebudayaan suku-suku bangsa di daerah. Pendapat itu juga senada

dengan Ki Hajar Dewantara yang menyebutkan bahwa kebudayaan nasional Indonesia

adalah puncak-puncak dari kebudayaan-kebudayaan daerah (Koentjaraningrat dalam

Alfian, 1985 : 109).

Dalam pendapat yang dikemukan oleh Koentjaraningrat, seluruh wujud

kebudayaan adalah pengejawantahan, penerapan, perluasan, dan perentangan gagasan

manusia. Gagasan-gagasanlah yang melandasi seluruh hasil budi dan karya manusia.

Untuk bisa mengerti, memahami, dan menghargai gagasan di balik wujud hasil

kebudayaan, maka seseorang harus menangkap maksud gagasan dari wujud hasil

kebudayaan tersebut (Koentjoroningrat dalam Alfian, 1985 : 192).

Budaya sebagai sistem pemikiran mencakup sistem gagasan, konsep-konsep,

aturan-aturan serta pemaknaan yang mendasari dan diwujudkan dalam kehidupan yang

Page 39: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dimilikinya melalui proses belajar Lalu, C. Geertz juga menyatakan pendapatnya

seperti yang dikutip oleh Hari Poerwanto (2008 : 58) tentang kebudayaan yaitu :

“…...kebudayaan adalah sistem pemaknaan yang dimiliki bersama, dan kebudayaan merupakan hasil dari proses sosial dan bukan proses perorangan.”

Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan manusia dan kebudayaan, Hari

Poerwanto (2008 : 60) mengutip dari Leslie White (1969) bahwa :

“Pangkal dari semua tingkah laku manusia tercermin pada simbol-simbol yang tertuang dalam seni, religi dan kekuasaan, dan semua aspek simbolik tadi tampak dalam bahasa. Sementara itu, kebudayaan juga merupakan fenomena yang selalu berubah sesuai dengan alam sekitarnya dan keperluan suatu komunitas. Berdasar kerangka pemikiran tersebut di atas, maka jelaslah kebudayaan sebagai suatu sistem yang melingkupi kehidupan manusia pendukungnya, dan merupakan suatu faktor yang menjadi dasar tingkah laku manusia; baik dalam kaitannya dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya.”

Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.

Setelah manusia mati, maka kebudayaan akan diwariskan untuk keturunannya. Hari

Poerwanto (2008 : 88) memberikan penjelaskan tentang cara pewarisan kebudayaan :

“……..pertama, secara vertikal atau langsung kepada anak cucu mereka. Kedua, secara horizontal atau belajar kebudayaan kepada manusia lainnya. Berbagai pengalaman makhluk manusia dalam rangka kebudayaannya, akan diteruskan kepada generasi berikutnya atau dikomunikasikan dengan individu lainnya karena ia mampu mengembangkan gagasan-gagasannya dalam bentuk lambang-lambang vokal berupa bahasa; serta dikomunikasikan dengan orang lain melalui kepandaiannya berbicara dan menulis”.

Tugas pembinaan kebudayaan yang diemban oleh berbagai pihak dalam

masyarakat dapat dikelompokkan ke dalam usaha-usaha yang menurut sifatnya dapat

dibagi ke dalam lima kelompok, yaitu:

a. Pemeliharaan, perawatan, dan pemugaran

b. Penggalian dan pengkajian

c. Pengemasan informasi budaya dan penyebarluasannya

d. Perangsangan inovasi dan kreasi

Page 40: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

e. Perumusan nilai-nilai ideal bangsa dan sosialisasinya

Tujuan-tujuan besar seperti di atas dirumuskan sebagai “memperkukuh jati

diri budaya bangsa”, “memperkuat ketahanan budaya bangsa”, “melestarikan warisan

budaya bangsa”, “meningkatkan kesadaran budaya”, “meningkatkan kesadaran

sejarah”, serta “memperlancar dialog budaya”, pada dasarnya adalah tujuan-tujuan

payung yang harus dijabarkan ke dalam berbagai program kegiatan (Edi Sedyawati,

2008 : 203).

Kebudayaan yang ada di kehidupan manusia apabila dirawat, dipelihara, dan

dikembangkan atau mempunyai cukup pendukung, maka selama itu pula suatu budaya

sukar berubah. Dengan demikian, suatu perubahan budaya tidak selalu diadakan secara

sadar dari luar, tetapi bila ia tidak cukup memiliki pendukungnya, maka ia akan pudar

perlahan-lahan dari dalam (Astrid S. Susanto-Sunario, 1995 : 130). Hal inilah

dimaksud pentingnya menjaga kebudayaan yang ada di kehidupan suatu masyarakat

agar tidak memudar dengan sendirinya.

Pada dasarnya setiap kebudayaan, sebagai milik suatu masyarakat, dalam

intensitas dan kecepatan yang berbeda-beda senantiasa mengalami perkembangan.

Kebudayaan sebenarnya tidak pernah statis atau stagnant, namun sebaliknya meski

dapat terjadi perubahan dan perkembangan di dalam kebudayaan, jati diri suatu

kebudayaan dapat lestari. Artinya, lestari yang dinamis, yaitu ciri-ciri pengenalnya

secara keseluruhan tetap dimiliki meski bentuk-bentuk ungkapan di dalamnya (konsep,

tata tindakan, benda-benda-benda budaya) dapat mengalami perubahan (Edi

Sedyawati, 2008 : 290).

Page 41: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6. Peran Komunikasi Massa Dalam Pelestarian Kebudayaan

Komunikasi massa (mass communication) sendiri merupakan singkatan dari

komunikasi media massa (mass media communication), yang berarti komunikasi

melalui media massa (Onong Uchjana Effendy, 1993 : 12). Media massa ini yaitu

televisi, surat kabar, majalah, radio, dan lain sebagainya. Jadi, komunikasi massa

adalah berkomunikasi dengan menggunakan salah satu dari media massa tersebut.

Pengertian mengenai komunikasi massa rumit sifatnya. Sehingga Onong

Uchjana Effendy (1993 : 13-14) mengutip dari pernyataan Werner J. Severin dan

James W. Tankard Jr dalam bukunya Communication Theories, Origins, Methods,

Uses, mengatakan :

”Mass comunication is a part of skill, part art, and part science. It is skill in the sense that it envolves certain fundamental learnable techniques such as focusing a television camera, operating a tape recorder or taking notes during an interview. It is art in the sense that it envolves creative challeges such as writing a script for a a television program, developing an aesthetic layout for a magazine ad or coming up with a catchy lead for a news story. It is a science in the sense that there are certain principles involved in how communication works that can be verivied and used to make things work better”. (Komunikasi massa sebagian adalah keterampilam, bagian seni, dan sebagian ilmu. Ia adalah keterampilan dalam pengertian meliputi teknik-teknik tertentu yang secara fundamental dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan perekam pita atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni dalam pengertian tantangan-tantangan kretif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak untuk iklan majalah atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam pengertian meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik).”

Onong Uchjana Effendy juga merumuskan fungsi komunikasi massa menjadi

(2004 : 54) :

“Sejauh ini komunikasi massa telah membawa fungsi bagi masyarakat yaitu to inform (menyiarkan informasi), to educate (mendidik), dan to entertain(menghibur). Sedangkan fungsi lain dari komunikasi massa adalah to influence (mempengaruhi), to guide (membimbing), to criticize (mengkritik), dan lain-lain. Dari fungsi-fungsi yang ada, fungsi menghibur merupakan

Page 42: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

fungsi yang paling banyak ditemukan pada televisi maupun media elektronik lain. Sedangkan untuk surat kabar, fungsi yang lebih utama yaitu menyiarkan informasi”.

Wilbur Schramm memberikan penjelasan mengenai fungsi komunikasi massa

sebagai tiga poin yang saling berkaitan yaitu :

“Komunikasi massa berfungsi sebagai decoder, interpreter, dan encoder. Komunikasi massa mengdekode lingkungan sekitar, mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya persetujuan dan juga efek-efek hiburan. Komunikasi massa menginterpretasikan hal-hal yang didekode sehingga bisa mengambil kebijakan terhadap efek, menjaga berlangsungnya interaksi serta membantu anggota-anggota masyarakat menikmati kehidupan. Komunikasi massa juga mengenkode pesan-pesan yang memelihara hubungan kita dengan masyarakat lain serta menyampaikan kebudayaan baru kepada anggota masyarakat (Wiryanto, 2000 : 10).”

Dennis McQuail menguraikan pentingnya fungsi media massa di dalam

kehidupan (1996 : 3) :

“Media massa seperti televisi, radio, koran, dan lain sebagainya mempunyai fungsi penting. Fungsi penting itu di antaranya berpijak pada dalil yaitu media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, termasuk sebagai pengembangan tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma.”

Selain itu media massa mempunyai ciri-ciri khusus yaitu (Dennis McQuail,

1996 : 40) :

“Media massa sebagai komunikator massa tentunya memiliki ciri-ciri khusus bahwa salah satunya adalah memproduksi dan mendistribusi pengetahuan dalam wujud informasi, pandangan, dan budaya.”

Institusi media menyelenggarakan fungsinya seperti mendistribusikan

pengetahuan supaya pengetahuan itu bisa membuat manusia mampu untuk memetik

pelajaran dari pengetahuan. Pelajaran inilah yang akan mengingatkan manusia akan

pentingnya sejarah atau pengalaman masa lampau untuk berpijak ke masa depan serta

demi kelangsungan hidup pengetahuan tersebut. Media massa yang berperan untuk

menyelenggarakan produk distribusi pengetahuan itu dalam pengertian serangkaian

simbol yang mengacu pada pengalaman kehidupan sosial.

Page 43: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Secara umum, dalam beberapa segi, media massa memiliki perbedaan dengan

institusi pengetahuan lainnya yang ada. Perbedaan media massa dengan institusi

pengetahuan lainnya seperti seni, agama, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan

sebagainya (Dennis McQuail, 1996 : 51) yaitu :

a. Media massa memiliki fungsi pembawa bagi segenap macam pengetahuan

b. Media massa menyelenggarakan kegiatannya dalam lingkungan publik, yaitu dia

bisa dijangkau oleh segenap anggota masyarakat secara bebas

c. Pada dasarnya hubungan antara pengirim dan penerima seimbang dan sama

d. Media menjangkau lebih banyak orang dari pada institusi lainnya dan sejak dahulu

telah mengambil alih peranan sekolah, orang tua, agama, dan lain-lain

Menurut Imam Sutardjo, media massa dianggap memiliki peran yang besar

dalam pelestarian budaya seperti yang ia jelaskan (2008 : 49) :

“……hal ini bisa dilihat dari kerapuhan dalam unggah-ungguh berbahasa Jawa di kalangan masyarakat Jawa yang disebabkan oleh kurangnya peran campur tangan media massa. Salah satunya yaitu kurang tersedianya buku-buku bacaan dan majalah berbahasa Jawa (ngoko maupun krama), baik di sekolah maupun di rumah, serta semakin jarangnya media massa (cetak atau elektonik) yang menggunakan wahana unggah-ungguh Bahasa Jawa.”

Pada televisi, acara-acara yang ditayangkan bisa bersifat hiburan maupun

informatif. Namun, acara yang menghibur sekaligus mencerdaskan masih terasa

kurang di Indonesia. Menurut Imam Sutardjo, setiap televisi (TVRI dan swasta)

seminggu atau sebulan sekali wajib menayangkan acara seni tradisi yang disajikan

pada siang atau sore hari, sehingga para anak didik, generasi muda mudah untuk

melihatnya (2006 : 14-15). Seharusnya acara-acara berupa hiburan yang

mencerdaskan dan berasal dari khasanah kebudayaan Indonesia menjadi tayangan

utama di negeri ini.

Page 44: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Karena kebudayaan berkembang secara akumulatif, semakin banyak dan

kompleks, maka pendapat dari Hari Poerwanto (2008 : 89) tentang pelestarian

kebudayan yaitu :

“……untuk meneruskan dari generasi ke generasi, diperlukan suatu sistem komunikasi yang jauh lebih kompleks daripada yang dimiliki binatang, ialah bahasa, baik lisan, tertulis, maupun dalam bentuk bahasa isyarat. Agar suatu kebudayaan dapat merespon berbagai masalah kelangsungan hidup manusia dan tetap dipelajari oleh generasi berikutnya, serta tetap ‘lestari’; maka suatu kebudayaan harus mampu mengembangkan berbagai sarana yang dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan pokok para individu”.

Pengembangan kebudayaan daerah yang merupakan akar dari kebudayaan

nasional menjadi isu yang sangat penting. Pengembangan kebudayaan daerah tidak

diadakan demi pengembangan kebudayaan itu sendiri, tetapi selalu dalam rangka

pengembangan budaya nasional. Komunikasi merupakan alat dan wahana

penyampaian kemungkinan-kemungkinan perkembangan kebudayaan dalam arti luas,

yaitu mencakup seluruh kehidupan masyarakat di daerah-daerah sebagai bagian tak

terpisahkan dari kebudayaan nasional (Astrid S. Susanto-Sunario, 1995 : 151).

Kebudayaan dari setiap suku-suku bangsa di Indonesia adalah kebudayaan

asli Indonesia yang membedakan dari bangsa lain di dunia. Sehingga saat ini perlu

adanya suatu langkah untuk lebih mengenalkan kebudayaan tersebut kepada

masyarakat luas. Karena kebudayaan asli Indonesia ini merupakan milik orang

Indonesia. Seperti halnya dengan budaya Jawa. Seiring dengan perkembangan

teknologi dan sistem komunikasi yang pesat, maka seharusnya keterlibatan hasil

penemuan manusia modern itu diarahkan ke tujuan yang baik.

Fakta mengenai cepatnya perkembangan teknologi ini ternyata dikuasai oleh

negara-negara kuat. Hal ini mengakibatkan banyak negara berkembang mengalami

limpahan informasi beserta nilai-nilai asing yang masuk melalui acara-acara televisi

kita. Ini adalah momok bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, di mana

Page 45: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

seharusnya kebudayaan asli milik Indonesialah yang menjadi pegangan kita, bukan

dari nilai-nilai asing yang merasuk ke dalam kehidupan sehari-hari. Transformasi

nilai-nilai asing yang terkadang tak sesuai dengan kehidupan kita sebagai bangsa

Indonesia bisa masuk melalui acara di televisi. Masyarakat hanya sekedar disuguhi

oleh program-program acara yang tidak mendidik tanpa adanya proses interaktif di

dalamnya. Sehingga masyarakat hanya menerima dan bersikap pasif.

Menurut Edi Sedyawati, dalam bukunya Keindonesiaan Dalam Budaya (2008

: 41-42), ada beberapa hal penting yang berkaitan dengan permasalahan antara

kelimpahan informasi nilai-nilai asing dan budaya kita sendiri, yaitu :

“Arah pemecahan yang harus dicari adalah untuk menanggulangi dua persoalan itu : yaitu pertama, ketidakseimbangan informasi dari negara luar yang kuat dari negara kita sendiri, dan kedua, kedudukan penonton televisi sebagai pihak pasif menerima siaran. Untuk persoalan pertama yang perlu dilakukan adalah meningkatkan produksi industria budaya audio-visual dalam negeri yang memuat pula nilai-nilai budaya bangsa yang luhur, dan bukan justru mengambil alih nilai-nilai asing yang tidak luhur tetapi mengenakkan. Peningkatan produksi memerlukan suatu pengerahan modal, serta juga dan inilah yang justru sangat menentukan mutu, peningkatan tenaga-tenaga ahli dan sarana untuk itu….. Adapun untuk menjawab persoalan kedua ada dua jalan yang perlu ditempuh, yaitu pertama, mendayagunakan media, atau kemasan media yang lebih bersifat interaktif, dan kedua, menyelenggarakan lebih banyak kegiatan yang bersifat tatap muka, yang lebih memungkinkan pergaulan antara manusia yang hangat dan menumbuhkan kepekaan untuk saling mengerti.”

Peran media massa dianggap penting dalam pelestarian budaya bangsa.

Kebudayaan memerlukan pengelolaan dan pemanduan secara sadar agar bisa

menjalankan fungsinya sebagai pengidentitas yang mengangkat martabat manusia.

Pernyataan di bawah ini mengungkapkan tentang pentingnya peran media massa

seperti berikut :

“Televisi sebagai salah satu jenis media komunikasi dewasa ini telah berkembang menjadi suatu kekuatan yang sangat besar untuk mempengaruhi para pemirsanya dalam hal pandangan, selera, dan pemihakan. Oleh karena itu, kiranya masyarakat Indonesia sangat berharap agar televisi berperan

Page 46: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

efektif sebagai pembentuk karakter dan budaya bangsa, dan tidak sebaliknya, menjadi sarana peruntuh jati diri budaya bangsa. Harapan ini terutama dirasakan mendesak karena kita kini dihadapkan pada kenyataan bahwa di banyak daerah di Indonesia, pemahaman dan bahkan hanya pengenalan saja pada hasil-hasil budaya Indonesia sendiri (tradisional maupun kontemporer) menjadi sangat minim. Hal ini dapat diperhadapkan dengan kenyataan semakin populernya bentuk-bentuk ekspresi seni massa popular yang kebanyakan sebenarnya adalah epigon belaka dari hasil-hasil budaya asing, khususnya dari negara-negara industria kuat (Edi Sedyawati, 2008 : 161)”.

Permasalahan tentang bagaimana nasib kebudayaan asli milik sebuah negara

atau masyarakat tertentu telah menjadi isu di berbagai negara di dunia. Hal ini tak

terkecuali terjadi di Israel, dimana pada jurnal internasional ini meneliti tentang

pentingnya menjaga kebudayaan lokal dalam lingkungan global, yaitu masalah media

penyiaran Israel. Di sini terlihat bahwa seiring majunya teknologi, maka persaingan

dalam dunia penyiaran juga semakin bertambah. Salah satunya yaitu dengan adanya

global markets. Namun, dalam artikel yang ditulis oleh Yaron Katz, dari Holon

Institute of Technology ini menjelaskan bahwa proses antara persaingan komersial,

teknologi baru, dan pasar global merupakan sesuatu yang wajar. Namun, yang paling

penting adalah bagaimana upaya kita melindungi budaya lokal agar tidak terlindas

budaya global yang kini sudah mencoba untuk mengarahkan pasar.

Dalam Internasional Journal of Communication 3 (2009), 332-350, berjudul

Protecting Local Culture in a Global Environment : The Case of Israel’s Broadcast

Media, karya Yaron Katz, memberikan sejumlah gambaran mengenai dunia penyiaran

di Israel antara komitmen budaya lokal dan berbagai kompetisi komersial serta

teknologi baru dan pasar global. Untuk kaitannya dengan penelitian yang dikerjakan

penulis mengenai televisi dan kebudayaan Jawa, hal ini juga memberikan penegasan

bahwa dalam kondisi dimana kita sedang diterpa oleh arus modernisasi maupun

sergapan budaya pop, kita juga harus mampu menjaga supaya budaya yang kita miliki

jangan sampai kalah. Masyarakat lokal sebuah daerah perlu pelestarian supaya

Page 47: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

budayanya tidak hilang. Karena sebuah budaya lokal dari setiap daerah pasti memiliki

manfaat untuk masyarakat itu sendiri.

Dalam jurnal internasional, Protecting Local Culture in a Global

Environment : The Case of Israel’s Broadcast Media, halaman 335, disebutkan

pernyataan yaitu :

“.…With the beginning of television broadcasting, the public broadcasting model became dominant, based on European experience. The goals were to serve the good of the public and to be independent of political and commercial influence, with emphasis on local culture programs. To achieve these goals, the public broadcasting organization (the Broadcasting Authority) was compelled to promise representation of all groups of the population – to give true expression to a range of opinions, tastes, interests, traditions, preferences, beliefs, and local subcultures – including different regional representations, minorities, and languages.” “.…Dengan permulaan adanya penyiaran televisi, model penyiaran publik menjadi dominan, berdasarkan pengalaman di Eropa. Tujuannya yaitu untuk menyediakan kebutuhan publik dan menjadi mandiri dari pengaruh politik dan komersial, dengan menggarisbawahi pada program budaya lokal. Untuk mencapai tujuan ini, organisasi penyiaran publik (the Broadcasting Authority) diwajibkan untuk menjanjikan representasi dari semua kelompok dari populasi – untuk memberikan ekspresi sebenarnya pada pendapat, rasa, ketertarikan, tradisi, pilihan, kepercayaan, dan anak budaya lokal – termasuk perwakilan regional berbeda, minoritas, dan bahasa.”

Sebuah jurnal internasional lainnya juga mengangkat tema tentang televisi

dan komunitas Aborigin di Canada. Isu yang diangkat pada jurnal ini yaitu mengenai

asal muasal ATPN (Aboriginal Peoples Television Network). Di dalamnya

menggambarkan bagaimana sejarah dan komunitas, dan highlight isu penting dari

masalah klaim tanah sampai ke masalah pelestarian bahasa. Sehingga, isi dari jurnal

ini juga mencakup : Ketika produser berdedikasi untuk melindungi kebudayaan

Aborigin, mereka juga telah berpartisipasi dalam perkembangan produksi budaya

global.

Televisi sebagai hasil dari kebudayaan modern, mampu sebagai alat untuk

melindungi sebuah kebudayaan tradisional. Ini tergantung dari program apa yang

Page 48: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diangkatnya. Program-program kebudayaan tradisional atau lokal bisa menjadi bagian

yang menarik. Hal ini tertuang pada Canadian Journal of Communication, Vol. 29 (1)

tahun 2004, halaman 51-52, karya Doris Baltruschat, berjudul Television and

Canada’s Aboriginal Communities. Salah satu pernyataannya yaitu :

“….One key of the features of APTN is its multilingual programming. Programs in traditional languages such as Cree, Inuktitut, and Lakota provide an opportunity for Canada’s more than 60 indigenous languages to be spoken and heard through televised means. Interviews with indigenous elders and community leaders highlight discussion about environmental concerns, land claims, and natural resources. In addition, children’s programs educate about linguistic traditions (Claxton, interview, 2003). As First Nations seek to gain official status for their languages, programs deal with the importance of language preservation and Aboriginal traditions (APTN, 2002).” “….Salah satu kunci dari keistimewaan APTN adalah program multibahasa. Program dalam bahasa tradisional seperti Cree, Inuktitut, dan Lakota menyediakan sebuah kesempatan untuk Canada lebih dari 60 bahasa lokal dipakai dan didengar melalui televisi. Wawancara dengan tetua lokal dan pemimpin komunitas menekankan diskusi tentang perhatian terhadap lingkungan, klaim tanah, dan sumber daya alam. Sebagai tambahan, program anak-anak mengajarkan tentang tradisi linguistik (Claxton, wawancara, 2003). Sebagai negara dunia pertama mencari untuk meningkatkan status resmi untuk bahasa-bahasa mereka, program-program telah menyetujui pentingnya pemeliharaan bahasa dan tradisi-tradisi Aborigin (APTN, 2002). “

Hal yang sama terjadi di Indonesia. Dimana negara ini memiliki banyak suku

dan budaya dan bahasa. Salah satunya yaitu kebudayaan Jawa. Melalui program acara

yang disajikan televisi lokal di daerah berkebudayaan Jawa, maka proses pemeliharaan

budaya dari kepunahan bisa dilakukan. Karena televisi merupakan sebuah medium

yang mampu menyalurkan berbagai macam kabar dan informasi secara cepat dan

menjangkau khalayak luas. Dengan adanya televisi, maka program bertema

kebudayaan mampu ditayangkan dan menginformasikan kepada masyarakat lokal

tentang budaya yang ada di lingkungannya tersebut.

Dalam jurnal tersebut juga dikatakan bahwa masyarakat lokal yang memiliki

budaya tertentu menyukai program acara yang mempunyai kaitan dengan

Page 49: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kepentingannya. Canadian Journal of Communication, Vol. 29 (1,) halaman 54,

Television and Canada’s Aboriginal Communities, menyebutkan :

“Native American audiences have expressed interest in APTN’s programming, as letters to the network attest. According to Compton (interview, 2003), Native Americans would like see APTN’s signal extend into their communities, and negotiation are currently under way to make this a reality. Native American interest in APTN underscores the notion that Aboriginal people share a common bond through history, language, and culture that is not restricted by national boundaries. Aboriginal peoples in Australia and New Zealand are also interested in APTN’s programs (Compton, interview, 2003).” “Penduduk Amerika asli yang menjadi audiens telah mengekspresikan ketertarikan mereka pada program APTN, sebagaimana surat-surat kepada jaringan pembuktian. Menurut Compton (wawancara, 2003), penduduk Amerika Asli senang melihat APTN yang mensinyalkan pelebaran ke dalam komunitas mereka, dan negosiasi membuatnya menjadi kenyataan. Penduduk Amerika asli tertarik terhadap APTN menggarisbawahi dugaan bahwa orang Aborigin berbagi ikatan umum melalui sejarah, bahasa, dan budaya yang tidak dibatasi oleh lingkup nasional. Orang Aborigin di Australia dan New Zealand juga tertarik pada program-program APTN (Compton, interview, 2003).”

Televisi mempunyai kekuatan untuk menyatukan sebuah komunitas sebuah

budaya menjadi lebih baik. Melalui tayangan program yang ditayangkan seperti di

APTN yang mempunyai program untuk orang Aborigin, bahwa mereka mendapat

tanggapan positif dari orang-orang tersebut. Untuk program acara Karang Tumaritis di

TVRI D. I Yogyakarta, bisa menjadi acara yang digunakan selain sebagai hiburan

namun juga sebagai referensi untuk menginformasikan keadaan perkembangan budaya

tradisional di Yogyakarta di tengah arus modernisasi.

F. Metodologi Penelitian

Penulis telah merancang metodologi penelitian atau keseluruhan cara berpikir

yang digunakan peneliti untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

penelitian. Metodologi penelitian ini berisi :

Page 50: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang diambil oleh penulis adalah kualitatif. Definisi

metodologi kualitatif menurut Bogdan dan Taylor sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati. Maka dari itu, pada penelitian kualitatif tidak boleh

mengisolasikan individu atau organiasasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu

memandangnya sebagai bagian dari satu keutuhan (Lexy J. Moleong, 2009 : 4).

Anselm Strauss dan Juliet Corbin (2003 : 4) berpendapat bahwa penelitian

kualitatif merupakan jenis penelitian yang temuannya tidak diperoleh melalui prosedur

statistik atau bentuk hitungan lainnya. Dengan demikian, laporan penelitian akan

berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.

Menurut Anselm Strauss dan Juliet Corbin (2003 : 5) metode kualitatif dipilih karena

metode ini dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu di balik

fenomena yang sedikit pun belum diketahui.

Penelitian tentang bagaimana peran program acara Karang Tumaritis dalam

pelestarian kebudayaan Jawa menggunakan kualitatif karena bagaimana cara

mengungkap peran tersebut bisa dilakukan dengan kualitatif. Dimana penelitian

kualitatif mengijinkan evaluator memperlajari isu-isu, kasus-kasus, atau kejadian-

kejadian terpilih secara mendalam dan rinci ; fakta bahwa pengumpulan data tidak

dibatasi oleh kategori yang sudah ditentukan sebelumnya atas analisis menyokong

kedalaman dan kerincian data kualitatif. Selain itu data kualitatif menyediakan

kedalaman dan kerincian melalui kutipan secara langsung dan deskripsi yang teliti

tentang situasi program, kejadian, orang, interaksi, dan perilaku yang teramati

(Michael Quinn Patton, 1991 : 5-6).

Page 51: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang diambil adalah deskriptif. Hal ini dikarenakan data yang

dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Laporan penelitian ini akan

berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data

tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video tape,

dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Pada penulisan

laporan yang demikian, maka penulis menganalisis data yang sangat kaya tersebut dan

sejauh mungkin dalam bentuk aslinya (Lexy J. Moleong, 2009 : 11).

Jadi, penulis akan memberikan deskripsi-deskripsi tentang apa yang

didapatkan di lapangan selama penelitian. Deskripsi-deskripsi itu adalah hasil

wawancara dengan orang yang bekerja langsung untuk Karang Tumaritis dan

pemirsanya. Kemudian, kutipan-kutipan hasil wawancara serta data-data dari sumber

lainnya seperti foto, video tape, dan dokumen lain akan disajikan dalam bentuk kata-

kata, yaitu bagaimana deskripsinya.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di TVRI D.I. Yogyakarta di Jalan Magelang km. 4,5

Yogyakarta. Alasan pengambilan lokasi di TVRI D. I. Yogyakarta adalah di sanalah

produksi Karang Tumaritis dilakukan. Kemudian dalam lokasi tersebut akan

dilakukan pengumpulan data oleh peneliti.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik untuk mengumpulkan data menurut pandangan Lexy J. Moleong yaitu

terdiri dari empat poin, yaitu meliputi sumber dan jenis data, pengamatan, wawancara,

dan catatan lapangan. Penjelasan keempat poin tersebut adalah sebagai berikut :

Page 52: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Sumber dan jenis data

Sumber dan jenis data dalam teknik pengumpulan data yang digunakan

penulis yaitu :

1) Kata-kata dan tindakan

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai

merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau

melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan foto, atau film (Lexy J. Moleong,

2009 : 157). Dalam penelitian ini, menggunakan sumber dan jenis data utama seperti

yang diungkapkan oleh Lexy J. Moleong tersebut. Untuk memperoleh sumber dan

jenis data utama, maka penulis mencarinya di TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta.

2) Sumber tertulis

Bila dilihat dari sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber

tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan sumber majalah ilmiah, sumber dari arsip,

dokumen pribadi, dan dokumen resmi pemerintah (Lexy J. Moleong, 2009 : 159-160).

Penulis menggunakan sumber tertulis ini untuk memperkaya data yang digunakan

untuk penelitian ini.

b. Pengamatan

Pengamatan merupakan metode yang akan digunakan penulis dalam

melakukan penelitian. Menurut Lexy J. Moleong, alasan penggunaan pengamatan dan

macam-macamnya yaitu :

1) Alasan penggunaan pengamatan

Merupakan salah satu cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan

data. Lexy J. Moleong mengutip dari Guba dan Lincoln (1981 : 191-193), pengamatan

didasarkan atas pengalaman secara langsung karena melihat dan mengamati langsung

(2009 : 174). Jadi, pengamatan yang dilakukan di TVRI D. I. Yogyakarta akan

Page 53: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dilakukan untuk mendapatkan data yang sesuai dan mampu mengurangi kekeliruan.

2) Macam-macam pengamatan

Gambaran peneliti dalam pengamatan yang digunakan penulis dalam menulis

penelitian ini menurut Buford Juker (dalam Patton, 1980 : 131-132) seperti yang

dikutip Lexy J. Moleong (2009 : 176-177) yaitu pemeranserta sebagai pengamat,

peneliti tidak sepenuhnya sebagai pemeranserta, tetapi dia masih melakukan fungsi

pengamatan. Ia menjadi anggota pura-pura dan tidak melebur dalam arti

sesungguhnya. Pada penelitian ini, penulis menggunakan cara ini karena ketika di

lapangan, penulis memang tidak melebur ke dalam anggota yang sedang diamati.

c. Wawancara

Wawancara yang digunakan oleh penulis seperti dikemukakan oleh Guba &

Lincoln (1981 : 160-170) yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (2009 : 188-190) yaitu

wawancara terstruktur. Wawancara ini merupakan wawancara yang pewawancaranya

menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Alasan

penggunaan wawancara jenis ini adalah karena ia menerapkan penggunaan pertanyaan-

pertanyaan yang penting untuk keperluan penelitian ini. Wawancara akan dilakukan

kepada pihak yang berperan pada program acara Karang Tumaritis di TVRI D. I.

Yogyakarta yang meliputi produser, kepala seksi program, penanggung jawab humas,

desain program, pengarah acara, dan pembawa acara serta narasumber yang pernah

hadir dalam Karang Tumaritis.

d. Catatan Lapangan

Penggunaan catatan lapangan sangatlah penting. Catatan lapangan seperti

pendapat Bogdan dan Biklen (1982 : 74) yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (2009 :

209) yaitu catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan

dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.

Page 54: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pada penelitian yang dikerjakan oleh penulis, penggunaan catatan lapangan dirasa

perlu karena pada dasarnya setiap selesai mengadakan pengamatan atau wawancara,

penulis harus membuat catatan yang disalin dan dilengkapi lagi. Hal ini dikarenakan

ingatan seseorang yang terbatas. Jadi, penggunaan catatan lapangan akan sangat

membantu peneliti dalam mengerjakan tugasnya.

5. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data terdiri dari tiga model. Yaitu metode perbandingan tetap

yang dikemukakan oleh Glaser dan Strauss, metode analisis data menurut Spradley,

dan metode analisis data menurut Miles dan Huberman (Lexy J. Moleong, 2009 : 287).

Untuk jenis penelitian yang dikerjakan ini, akan digunakan teknik analisa data yang

berasal dari Miles dan Huberman yaitu model interaktif. Dalam analisis model ini ada

tiga jenis kegiatan. Kegiatan itu menurut Miles dan Huberman (2007 : 19) adalah

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Reduksi data terdiri dari dua tahap yaitu editing (pengelompokan dan

meringkas data), menyusun kode dan catatan tentang berbagai hal, dan menyusun

rancangan konsep-konsep serta penjelasan tentang tema, pola dan atau kelompok data

yang bersangkutan (Pawito, 2007 : 104-105). Lalu penyajian data melibatkan langkah-

langkah pengorganisasian data dan menjalin kelompok-kelompok data yang lain

sehingga ada dalam satu kesatuan (Pawito, 2007 : 105-106). Sedangkan penarikan

kesimpulan adalah pengimplementasian prinsip induktif dengan mempertimbangkan

pola-pola data yang ada atau kecenderungan dari penyajian data yang telah dibuat

(Pawito, 2007 : 106).

Menurut Miles dan Huberman (2007 : 16-19), reduksi data diartikan sebagai

proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyerdehanaan, pengabstrakan, dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

Page 55: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kemudian penyajian data diartikan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan mengambil tindakan.

Sedangkan penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan satu kegiatan dari

konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan ini juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung.

Pada pandangan tentang reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan /

verifikasi kegiatan di tingkat tahap analisis dan pengunpulan data merupakan sebuah

siklus interaktif. Peneliti harus siap bergerak di antara empat sumbu selama

pengumpulan data, yang kemudian bergerak bolak-balik di antara reduksi, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi selama sisa waktu penelitiannya (Miles

dan Huberman, 2007 : 19).

Dalam pandangan ini secara lebih jelasnya digambarkan menjadi sebuah

diagram seperti yang dibuat oleh Miles dan Huberman (2007 : 20) yaitu :

Bagan 1.1

Model Analisis Data Interaktif Miles & Huberman

Pengumpulan data Penyajian data

Reduksi data Kesimpulan-kesimpulan :

Penarikan / Verifikasi

Analisis data yang akan dilakukan oleh peneliti bersamaan dengan proses

pengumpulan data. Semua tahapan yang telah diungkapkan oleh Miles dan Huberman

yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi berlangsung secara simultan.

Page 56: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data terdiri dari beberapa cara. Penulis

mengambil beberapa cara untuk memeriksa keabsahan data dari Lexy J. Moleong,

yaitu :

a. Ketekunan atau keajegan pengamatan

Ketekunan pengamatan akan memberikan kedalaman terhadap persoalan atau

isu yang sedang dicari. Hali ini dikarenakan ketekunan pengamatan bermaksud

menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan

persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan pada hal-hal tersebut

secara rinci (Lexy J. Moleong, 2009 : 329-330). Pada penelitian ini, ketekunan

pengamatan diperlukan untuk mengamati dengan teliti dan rinci secara

berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Penelitian yang dilakukan

di TVRI D. I. Yogyakarta menggunakan ketekunan pengamatan karena peneliti harus

menemukan kedalaman dalam melakukan penelitian. Dalam melakukan penelitian ini,

penulis mengambil waktu satu bulan, dimana Karang Tumaritis diproduksi selama tiga

kali. Dan selama proses produksi tersebut penulis mengikuti terus di TVRI Stasiun D.

I. Yogyakarta.

b. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu. Denzin (1978) membedakan triangulasi menjadi empat

macam, yaitu sumber, metode, penyidik, dan teori (Lexy J. Moleong, 2009 : 330).

Triangulasi merupakan teknik yang paling banyak digunakan untuk memeriksa

keabsahan melalui sumber yang lainnya. Dalam penelitian tentang peran Karang

Tumaritis sebagai media pelestarian kebudayaan Jawa ini, penulis mengambil

Page 57: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

triangulasi sumber dan triangulasi metode.

Penulis mengambil triangulasi sumber untuk penelitian ini, yaitu dengan cara

membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara dan membandingkan

hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Dalam triangulasi sumber

ini, penulis melakukannya dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan

hasil wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan.

Kemudian untuk triangulasi metode yang dipilih yaitu menggunakan

pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik

pengumpulan data dan mengecek dengan berbagai sumber data. Penulis menggunakan

wawancara, pengamatan, dan dokumentasi. Kemudian penulis mengeceknya dengan

berbagai sumber data seperti kata-kata dan tindakan, sumber tertulis, dan foto.

Pada penelitian ini penulis menggunakan triangulasi sumber yaitu

mewawancarai orang-orang yang terlibat proses produksi Karang Tumaritis di TVRI

D. I. Yogyakarta, narasumber Karang Tumaritis, dan pemirsa Karang Tumaritis.

Kemudian penulis membandingkan hasil yang didapatkan dari wawancara dengan

pengamatan yang dilakukan saat penelitian dan isi dokumen tentang acara tersebut.

Sedangkan untuk triangulasi metode, maka menggunakan teknik wawancara,

pengamatan, dan menggunakan dokumentasi. Sumber-sumber tertulis dan arsip

tentang Karang Tumaritis akan digunakan untuk mengecek hasil yang telah

didapatkan.

Page 58: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

DESKRIPSI PROGRAM ACARA KARANG TUMARITIS

A. Acara Karang Tumaritis di TVRI Stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta

1. TVRI Stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta

a. Sejarah TVRI Stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta

Sebagai stasiun televisi daerah yang pertama kali mengudara yakni tahun

1965, TVRI Yogyakarta pertama kali berdiri di Jalan Hayam Wuruk, tepatnya saat

TVRI Yogyakarta dipimpin oleh Kepala Stasiun yang pertama yakni Ir. Dewabrata.

Menara pemancar yang pertama dibangun terbuat dari bambu. Selanjutnya, setelah

mendapat bantuan lahan dari Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, maka

menara pemancar TVRI Yogyakarta menempati lokasi baru di Jalan Magelang Km.

4,5 Yogyakarta, seluas 4 hektar, sampai saat ini. Siaran perdana TVRI Stasiun DIY

pada tanggal 17 Agustus 1965 adalah siaran acara pidato peringatan Hari Proklamasi

Kemerdekaan RI ke-20 oleh Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Paduka

Paku Alam VIII.

Pada awalnya TVRI Stasiun DIY mengudara tiga kali dalam satu minggu

yang masing-masing berdurasi dua jam. Pada saat itu jangkauan siaran masih terbatas

pada area yang dapat dijangkau pemancar VHF berkekuatan 10 Kw, sedangkan format

siarannya masih hitam putih. Namun pada tahun 1973, TVRI Stasiun DIY telah mulai

melakukan siaran setiap hari. Siaran produksi lokal TVRI Stasiun DIY tiap harinya

mencapai 2,5 hingga 3 jam, setelah diakumulasikan dengan penyiar terpadu dari TVRI

Pusat Jakarta. Sejak awal dioperasikannya TVRI Stasiun D.I Yogyakarta, pola siaran

yang mengacu pada pola siaran TVRI Nasional, di sebut pola acara terpadu. Hal ini

Page 59: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dikarenakan TVRI di bawah salah satu manajemen penyiaran, sehingga stasiun TVRI

daerah harus mengikuti pola acara terpadu dari pusat.

Acara yang diproduksi oleh TVRI Stasiun DIY disebut pola acara harian.

Pola acara harian disusun berdasarkan pola acara tahunan dari TVRI Pusat Jakarta.

Setelah diterima oleh TVRI Stasiun DIY pola acara tersebut disebut pola acara

tahunan. Hal ini berarti pola acara tahunan TVRI Stasiun DIY merupakan hasil

kombinasi antara pola acara pusat dengan daerah. Karena sistematis ini wajib, maka

siaran relay dari pusat pasti selalu ada. Disamping itu apabila terjadi kekosongan

produksi siaran, stasiun TVRI daerah bisa langsung me-relay dari TVRI Nasional.

Acara-acara dari stasiun televisi ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat

di DIY dan sebagian masyarakat Jawa Tengah yang tercakup dalam jangkaun siaran

TVRI Stasiun DIY. Oleh karena itu desain program TVRI Stasiun DIY tidak

mengenal istilah prime time, sebab dari realita di lapangan, kapanpun suatu acara

ditayangkan, asalkan bagus dan berkualitas, ia akan tetap mendapat tempat dihati

pemirsa. Sehingga kenyataan ini mematahkan anggapan bahwa pukul 7 hingga 9

malam adalah waktu prime time penayangan acara unggulan suatu acara televisi.

Sebagai stasiun televisi yang bervisikan budaya, pendidikan dan kerakyatan,

maka TVRI Stasiun DIY berusaha untuk ikut lebur bersama dinamika kehidupan

masyarakat. Untuk itu, selain melalui acara-acara talkshow yang memberi ruang luas

bagi pemirsa untuk ikut menyuarakan aspirasinya, kita juga memberikan kesempatan

kepada masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas yang ada di TVRI Stasiun DIY untuk

kegiatan pendidikan, seni budaya, serta kegiatan ekonomi.

Pada awalnya TVRI Stasiun DIY mengudara tiga kali dalam satu minggu

yang masing-masing berdurasi dua jam. Pada saat itu jangkauan siaran masih terbatas

pada area yang dapat dijangkau pemancar VHF berkekuatan 10 KWatt, begitu pula

Page 60: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

format siarannya masih hitam putih. Namun pada tahun 1973, TVRI Stasiun DIY telah

mulai melakukan siaran setiap hari. Siaran produksi lokal TVRI Stasiun DIY tiap

harinya mencapai 2,5 hingga 3 jam, setelah dikumulasikan dengan penyiaran terpadu

dari TVRI Pusat Jakarta.

Karena faktor topografis berupa pegunungan di daerah Gunung Kidul maupun

di Kulonprogo, sebelum tahun 2009 terdapat beberapa daerah yang belum dapat

menerima siaran TVRI Stasiun DIY, Untuk memberikan layanan yang optimal, maka

pada awal November 2008 dibangun tower pemancar di daerah Bukit Pathuk, Gunung

Kidul guna memperluas jangkauan siarannya.

Proses pembangunan dan instalasi peralatan cukup memakan banyak waktu,

baru September 2009 pemancar mulai beroperasi. Beroperasinya 22 UHF dari bukit

Patuk Gunung Kidul menjadi cover area siaran TVRI Stasiun DIY menjangkau 90%

wilayah DIY, Solo, Sragen, Blora, Temanggung, Wonosobo dan Purworejo. Sebagian

wilayah DIY yang tidak bisa menerima siaran 22 UHF dikarenakan karakteristik dari

peralatan pemancar BTsa buatan Spanyol ini. Daerah yang kurang baik tangkapannya

ada di wilayah Bantul bagian selatan.

Tempat dan Jumlah penduduk di Jawa Tengah dan DIY yang bisa menangkap

dengan baik siaran TVRI Stasiun DIY adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

NO TEMPAT JIWA

1 KOTA MAGELANG 120.000

2 KABUPATEN MAGELANG 1.440.000

3 TEMANGGUNG 696.000

4 PURWOREJO 709.000

Page 61: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

NO TEMPAT JIWA

5 BATANG 694.000

6 WONOSOBO 760.000

7 BANJARNEGARA 885.000

8 PURBALINGGA 777.650

9 BANYUMAS 1.752.846

10 BLORA 884.490

11 BOYOLALI 935.768

12 KARANGANYAR 813.000

13 SRAGEN 860.000

14 WONOGIRI 1.005.000

15 SURAKARTA 534.540

16 SUKOHARJO 810.000

17 KODYA YOGYAKARTA 511.754

18 KABUPATEN BANTUL 815.811

19 KABUPATEN SLEMAN 910.007

20 KABUPATEN KULON PROGO 375.000

21 GUNUNG KIDUL 686.000

Mengingat faktor keberadaan peralatan baru yang sudah dilengkapi dengan TVRO dan

penurunan kualitas peralatan pemancar lama yang ada di Jalan Magelang, maka pada

10 Maret 2010 ditetapkan bahwa Saluran 8 VHF hanya mendampingi program siaran

lokal (sekitar jam 15.00 – 21.00) dan selebihnya hanya dipancarkan 22 UHF dari bukit

Page 62: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Patuk Gunung Kidul (diolah dari Dokumen TVRI Stasiun Daerah Istimewa

Yogyakarta).

b. Visi, Misi, dan Makna Logo TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta

1) Visi TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta yaitu :

Terwujudnya TVRI D.I. Yogyakarta sebagai media Televisi Publik yang

independen, profesional, terpercaya dan pilihan masyarakat DIY, dalam keberagaman

usaha dan program yang ditujukan untuk melayani kepentingan masyarakat dalam

upaya memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan masyarakat, dan

melestarikan nilai budaya yang berkembang di DIY dalam rangka memperkuat

kesatuan nasional melalui jejaring TVRI Nasional.

2) Misi TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta yaitu :

a) Mengembangkan TVRI D. I. Yogyakarta menjadi media perekat sosial sekaligus

media kontrol sosial yang dinamis.

b) Mengembangkan TVRI D. I. Yogyakarta menjadi pusat layanan informasi yang

utama serta menyajikan hiburan yang sehat dengan mengoptimalkan potensi daerah

dan kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di DIY.

c) Memberdayakan TVRI D. I. Yogyakarta menjadi pusat pembelajaran demokratisasi

dan transparansi informasi dalam rangka mewujudkan masyarakat madani.

d) Memberdayakan TVRI D. I. Yogyakarta sebagai Televisi Publik yang bertumpu

pada keseimbangan informasi dengan tetap memperhatikan komunitas terabaikan.

e) Memberdayakan TVRI D. I. Yogyakarta menjadi media untuk membangun citra

positif DIY sebagai pusat budaya, pendidikan dan pariwisata ditingkat nasional,

regional maupun di dunia internasional melalui jejaring TVRI Nasional.

Page 63: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3) Makna Logo TVRI D. I. Yogyakarta

Khusus untuk TVRI Stasiun D. I Yogyakarta, dibawah logo tersebut

dicantumkan identitas lokal, yakni kata Jogja seperti yang tercantum dalam tulisan

Jogja Never Ending Asia, yang berupa tulisan tangan Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Hal ini mengandung makna sebagai penghormatan terhadap Kraton Yogyakarta

sebagai pusat budaya dan cikal bakal pengembangan wilayah DIY serta untuk turut

mempromosikan icon wisata DIY baik di kancah regional, nasional dan internasional.

Hal lain lagi, bahwa dengan pencantuman tulisan Jogja ini, diharapkan TVRI Jogja

mampu menjalankan visi dan misinya selaku TV Publik yang mempunyai kepedulian

dan keberpihakan terhadap publik DIY (diolah dari Dokumen TVRI Stasiun Daerah

Istimewa Yogyakarta).

c. Pola Siaran TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta

Sejak awal dioperasikannya TVRI Stasiun D.I Yogyakarta, pola siaran yang

mengacu pada pola siaran TVRI Nasional, disebut pola acara terpadu. Hal ini

dikarenakan TVRI dibawah salah satu manajemen penyiaran, sehingga stasiun TVRI

daerah harus mengikuti pola acara terpadu dari Pusat.

Page 64: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Acara yang diproduksi TVRI Stasiun DIY disebut pola acara harian. Pola

acara harian disusun berdasarkan pola acara tahunan dari TVRI Pusat Jakarta. Setelah

diterima oleh TVRI Stasiun DIY pola acara tersebut disebut pola acara tahunan. Hal

ini berarti pola acara tahunan TVRI Stasiun DIY merupakan hasil kombinasi antara

pola acara Pusat dengan daerah. Karena sistematis ini wajib, maka siaran relay dari

Pusat pasti selalu ada. Disamping itu apabila terjadi kekosongan produksi siaran,

stasiun TVRI daerah bisa langsung me-relay dari TVRI Nasional.

Sejak 1 Juni 2009 TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta mempunyai plotting waktu

sekitar 6 jam. Waktu ini diberikan oleh TVRI Nasional untuk lebih memberikan porsi

yang memadai bagi stasiun daerah. Dengan memulai waktu siaran secara lokal dari

pukul 15.00 WIB dan diakhiri pada pukul 21.00 WIB dalam kondisi normal. Akan

tetapi kalau ada hal-hal di luar ketentuan, maka siarannya bisa ditambah, seperti ada

liputan khusus, event-event atau gelar budaya (wayang kulit) dan lain-lain. Di luar jam

tersebut maka siarannya mengikuti acara dari TVRI Nasional (relay).

2. Acara Karang Tumaritis

Karang Tumaritis merupakan acara yang membicarakan tentang kebudayaan

Jawa. Namun, yang menjadikannya menarik dari acara kebudayaan Jawa lainnya yaitu

tentang isi dari dialog yang dibicarakan. Isi dialognya membicarakan tentang

kebudayaan Jawa di masa sekarang, dimana Jawa Yogyakarta yang sudah mengalami

perkembangan dan berbagai pengalaman baru Jadi, Karang Tumaritis adalah sebuah

acara yang mengangkat tentang bagaimana kebudayaan Jawa dipakai untuk hidup di

tengah modernisasi dan perkembangan jaman. Karang Tumaritis sendiri berarti rumah

(tempat tinggal) semar.

Sebagai sebuah acara kebudayaan Jawa, maka semua unsur kebudayaan Jawa

dipakai dalam Karang Tumaritis. Sebagai contohnya adalah pakaian tradisional Jawa,

Page 65: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bahasa pengantar yaitu bahasa Jawa, pendopo sebagai tempat dialog, duduk di lantai

(lesehan), alunan siter untuk mempertenang suasana, dan semar. Sebagai acara yang

bisa melestarikan kebudayaan Jawa, maka Karang Tumaritis sebisa mungkin

menggunakan semua unsur-unsur kebudayaan Jawa di dalamnya. Untuk segi tema,

tentu saja tentang kebudayaan Jawa. Meskipun tema yang dibicarakan terkadang

tentang sesuatu yang baru, tetapi Karang Tumaritis mengambil angle yang

disederhanakan yaitu sisi budaya Jawa. Karang Tumaritis merupakan acara yang

membawakan kebudayaan Jawa dan dikemas secara Jawa.

Sebagai dialog kebudayaan Jawa, Karang Tumaritis memiliki run down dan

naskah. Dalam run down dan naskah itu ada pijakan berpikir bagi pembawa acara

untuk membawakan Karang Tumaritis dari awal hingga akhir. Di dalamnya ada pon-

poin pertanyaan yang akan ditanyakan kepada narasumber di studio. Pertanyaan

tersebut adalah tentang tema yang sedang dikupas. Bahasa pengantarnya adalah

bahasa Jawa. Sebelum masuk ke dialog, pembawa acara Mas Altiyanto dan atau Bu

Yati Pesek serta Pak Robet biasanya akan tampil terlebih dahulu untuk berdialog

ringan untuk membuka acara sebelum masuk ke inti.

Pembawa acara bisa menanyakan pertanyaan itu dan kemudian dari

pertanyaan per pertanyaan akan menjadi sebuah dialog. Bahkan ketika telepon

interaktif dibuka, biasanya penelpon menanyakan ke narasumber atau ada yang

memberikan saran, kritikan, dan pendapat sehingga semua itu nantinya menjadi sebuah

dialog yang sifatnya cair. Bersifat cair karena kedekatan antara pembawa acara,

narasumber, dan penelpon pada saat berdialog tentang sebuah tema. Jadi, pihak

komunikator (Karang Tumaritis) tidak merasa menjadi benar sendiri, sebab komunikan

(penelpon) bisa memberikan sarannya atau pendapatnya saat on air ke studio Karang

Tumaritis.

Page 66: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Karang Tumaritis adalah acara kebudayaan Jawa yang menarik, karena selain

menginformasikan kebudayaan Jawa di masyarakat, ia juga menjadi sebuah sarana

dialog interaktif antara komunikator dan komunikan. Pihak narasumber bisa juga

memperoleh saran dan mendengarkan pendapat dari pemirsa melalui telepon interaktif.

Mereka bisa bertukar pikiran mengenai kebudayaan Jawa yang mereka dialogkan. Ini

mampu menjadi sebuah proses penyempurnaan dari Karang Tumaritis itu sendiri.

Acara ini bisa menjadi kaya dan lebih berbobot dengan semakin banyaknya sumber

untuk bicara tentang bagaimanakah kebudayaan Jawa yang sedang diangkat ke dalam

sebuah tema.

Pada bagian terakhir acara, ada semar yang memberikan petuah. Penggunaan

semar adalah dikarenakan tokoh wayang ini merupakan kalangan masyarakat bawah

yang bisa mengutarakan suara hati nurani masyarakat yang sesungguhnya. Tokoh

semar dianggap mencerminkan ketulusan hati masyarakat bawah yang jujur. Sehingga

ketika Karang Tumaritis menggunakan semar, itu berarti bagian dari esensi Karang

Tumaritis. Karang Tumaritis merupakan tempat tinggal semar, jadi semar pun juga

yang paling pantas memberikan petuah.

Semar sebagai tokoh metafora, bisa memberikan petuah kepada manusia

tentang sesuatu hal. Ketika Karang Tumaritis mengambil sebuah tema, maka semar

akan memberikan petuahnya sesuai dengan tema tersebut. Namun, suatu hal yang

perlu diketahui adalah petuah semar bukan merupakan pembenaran dari apa yang

terangkum. Karena kebenaran itu ada pada setiap pemirsa yang menyaksikan Karang

Tumaritis. Di sini semar sifatnya juga memberikan kesimpulan dari apa yang telah

dibicarakan. Untuk rangkuman hasil dialog akan dibawakan oleh Mas Altiyanto,

semar akan memberikan kesimpulan beserta petuahnya pada akhir acara.

Page 67: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Untuk tahun 2010, Karang Tumaritis tayang pada hari Selasa pada minggu

pertama, ketiga, dan kelima (kalau ada) setiap bulannya. Jam tayangnya adalah pukul

enam sore waktu Indonesia barat. Karang Tumaritis dibawakan oleh Mas Altiyanto

dan Bu Yati Pesek, sedangkan untuk pemain siternya adalah Pak Robet. Setiap acara,

Karang Tumaritis selalu membuka telepon interaktif melalui nomor (0274) 580800.

Setiap pemirsa yang ingin menyampaikan pendapat, saran, pertanyaan, dan kritikan

tentang tema yang sedang diangkat bisa menghubungi nomor yang disediakan oleh

TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta.

Secara ringkas, dapat disimpulkan bahwa Karang Tumaritis merupakan

sebuah acara dialog yang mengetengahkan tema-tema kebudayaan jawa Yogyakarta.

Seperti diketahui bahwa kota Yogyakarta saat ini telah menjadi miniatur Indonesia.

Yogyakarta dihuni oleh komponen masyarakat yang plural, berasal dari seluruh

penjuru nusantara ini. Akibatnya kebudayaan Jawa yang berada di Yogyakarta pun

menjadi beragam. Interaksi antar etnis yang terjadi juga membawa dampak yang luar

biasa bagi pertumbuhan budaya Jawa itu sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut

maka forum ini bisa menjadi wahana dialog tawar menawar mengenai berbagai

perubahan dan perkembangan nilai dalam kebudayaan Jawa yang terus berlangsung

itu.

Dipandu oleh Altiyanto dan ditemani oleh Yati Pesek, seorang komedian

ternama dari Yogyakarta menjadikan Karang Tumaritis sebuah acara dialog

kebudayaan yang cair dan menghibur. Pemirsa tidak akan diajak bersitegang dalam

sebuah dialog yang kaku, namun lebih santai dan tidak menggurui. Terlebih lagi

dengan kehadiran tokoh Robet yang siap menyegarkan suasana dengan denting siter

dan candanya.

Page 68: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Setting kebudayaan Jawa yang dimunculkan dalam sebuah pendapa sebagai

tempat berlangsungnya forum dialog ini mengisyaratkan bahwa berbagai tema yang

dibahas akan selalu ditinjau dari perpekstif budaya Jawa. Melengkapi suasana santai

dalam acara ini juga ditampilkannya tokoh wayang Kyai Semar Badranaya yang selalu

siap dengan berbagai nasehatnya.

Acara Karang Tumaritis sebagai acara yang diproduksi oleh TVRI Stasiun D.

I. Yogyakarta mempunyai karakteristik yaitu sebagai berikut :

1) Judul Program : Karang Tumaritis

2) Karakteristik : Live

3) Format Program : Talkshow

4) Format Produksi : Studio 3 Kamera

5) Durasi : 60 menit

6) Sasaran Pemirsa : Dewasa – Umum

7) Frekuensi Program : 2 s/d 3 mingguan (setahun 28 kali)

8) Deskripsi :

a) Latar belakang : Yogyakarta sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa, nyaris

kehilangan identitasnya. Pluralitas yang terjadi pada kehidupan masyarakat

Yogyakarta dewasa ini tidak semestinya jika mengeliminir spirit kebudayaan Jawa

yang sarat dengan filosofi. Sebaliknya, budaya Jawalah yang seharusnya menjadi

roh dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta sehari-hari. Oleh sebab itu, guna

mengingatkan kembali masyarakat akan nilai-nilai luhur kebudayaan Jawa perlu

disampaikan kembali kajian terhadap kearifan lokal yang terkandung dalam

khasanah kebudayaan Jawa di Yogyakarta.

Page 69: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b) Tujuan Karang Tumaritis yaitu :

(1)Mewartakan nilai-nilai luhur yang terdapat di dalam kebudayaan Jawa kepada

masyarakat luas

(2)Membangun kembali spirit kehidupan bermasyarakat sesuai dengan nilai-nilai luhur

budaya Jawa

(3)Melestarikan berbagai produk kebudayaan Jawa

c) Komponen Elemen Program :

(1)Seorang pemandu acara yang mendampingi Ibu Yati Pesek sebagai ikon program

acara, mengingat eksistensi Ibu Yati Pesek yang masih popular di kalangan

masyarakat Jawa di berbagai lapisan sosial ekonomi

(2)Pemain-pemain pendukung lain yang diperlukan untuk menghidupkan suasana agar

dialog tidak terkesan kaku sehingga isi dialog lebih bisa dipahami oleh pemirsa

(3)Tokoh semar yang diwujudkan dalam sesosok wayang kulit yang berfungsi sebagai

media refleksi terhadap isi dialog yang disampaikan oleh para narasumber

(4)Dua orang narasumber yang ahli di bidang kebudayaan Jawa sesuai dengan topik

yang sedang di bahas

d) Lay Out Program / Tata Urutan Program :

(1)Tune program

(2)Dramatisasi terhadap latar belakang pemilihan topik oleh pemain pendukung

(3)Paparan secara eksplisit mengenai pemilihan topik oleh presenter

(4)Permbahasan masalah oleh narasumber

(5)Refleksi tentang topik persoalan yang disampaikan oleh tokoh Semar

(6)Lanjutan pembahasan topik oleh narasumber dengan melibatkan interaksi pemirsa

televisi melalui telepon

(7)Kesimpulan pembahasan oleh tokoh Semar

Page 70: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(8)Closing program oleh presenter

B. Program Pelestarian Kebudayaan Jawa di Yogyakarta

Program-program pelestarian kebudayaan Jawa di Yogyakarta dilakukan oleh

berbagai pihak, terutama oleh lembaga negara yang mempunyai wewenang langsung

untuk mengurusi bidang kebudayaan. Program yang dilakukan oleh lembaga negara

mempunyai arahan dan tujuan. Pelestarian kebudayaan Jawa yang dilakukan oleh

lembaga negara mempunyai kebijakan masing-masing. Untuk penelitian ini, penulis

mengambil program pelestarian kebudayaan Jawa di Dinas Kebudayaan Provinsi

Yogyakarta dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Kota Yogyakarta.

Untuk itu, secara lanjut akan membahas program-program yang dilakukan

oleh masing-masing dinas, yaitu :

1. Dinas Kebudayaan Provinsi Yogyakarta

Untuk menjalankan tugasnya, maka Dinas Kebudayaan Provinsi Yogyakarta

mempunyai visi, misi, strategi, dan program. Dari keempat poin itu, maka Dinas

Kebudayaan Provinsi Yogyakarta menjalankan tugasnya yang berkaitan dengan

kebudayaan.

Visi Dinas Kebudayaan Provinsi Yogyakarta yaitu :

“Terwujudnya tata nilai budaya masyarakat yang berbasis pada nilai-nilai luhur budaya

lokal didukung oleh pemerintah daerah yang katalistik.”

Misi Dinas Kebudayaan Provinsi Yogyakarta yaitu :

a. Meningkatkan kualitas pelayanan melalui manajemen yang akuntabel, professional

dan beretika sesuai dengan tata nilai budaya masyarakat

b. Melestarikan, melindungi, dan mengembangkan aset budaya DIY sebagai upaya

mewujudkan jati diri masyarakat

Page 71: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Menjadikan ketahanan budaya sebagai jiwa dan semangat pemerintahan yang

katalistik

d. Menjadikan DIY sebagai pusat berbagai event budaya nasional dan internasional

(diolah dari website Dinas Kebudayaan Provinsi Yogyakarta,

http://www.tasteofjogja.org/web/IDA/visidisbudpar.asp, 20/12/2010/13.13)

Strategi Dinas Kebudayaan Provinsi Yogyakarta :

a. Peningkatan kualitas SDM

b. Peningkatan sarana dan prasarana dinas

c. Rehabilitasi Benda Cagar Budaya

d. Rekonstruksi tari klasik

e. Pengelolaan naskah kuno

f. Penyusunan Perda dan Pergub bidang budaya

g. Pembentukan Penyidik Pegawai Negeri bidang budaya

h. Fasilitasi lembaga pengelola dalam pengelolaan dan pengembangan event di KCB,

BCB, dan DB

i. Tersusunnya pedoman, pergub kebijakan pembangunan berbasis budaya

j. Penyiapan sarana dan prasarana event bertaraf nasional dan internasional

k. Peningkatan SDM pengelola event-event budaya di daerah

l. Promosi budaya

m. Penyelenggaraan event-event nasional dan internasional

(diolah dari website Dinas Kebudayaan Provinsi Yogyakarta,

http://www.tasteofjogja.org/web/IDA/stradisbudpar.asp, 20/12/2010/13.17)

Program Strategis Dinas Kebudayaan Provinsi DIY :

a. Program pengembangan nilai budaya

b. Program pengelolaan kekayaan budaya

Page 72: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Program pengelolaan keragaman budaya

d. Program pengembangan kerja sama pengelolaan kekayaan budaya

(diolah dari website Dinas Kebudayaan Provinsi Yogyakarta,

http://www.tasteofjogja.org/web/IDA/straprodisbudpar.asp, 20/12/2010/13.20)

2. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Kota Yogyakarta

Untuk dinas ini, ada bagian khusus yang menangani masalah kebudayaan. Pariwisata

di Yogyakarta berdasarkan atas kota Yogyakarta yang berbudaya. Jadi, pariwista pun

juga menggunakan tujuan atas dasar kebudayaan Jawa di Yogyakarta sebagai daya

tarik wisata.

Untuk itu, maka dinas tersebut mempunyai visi, misi, strategi kebijakan, dan program

untuk pelestarian kebudayaan. Visi, misi, strategi kebijakan, dan program tersebut

adalah :

Visi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Kota Yogyakarta adalah :

“Terwujudnya Kota Yogyakarta sebagai kota tujuan wisata terkemuka yang bertumpu

pada kekuatan dan keunggulan budaya lokal serta mampu memperkokoh jati diri,

memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat, serta dapat menjadi lokomotif

pembangunan Kota Yogyakarta secara menyeluruh.”

(diolah dari website Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Kota

Yogyakarta,http://pariwisata.jogja.go.id/index/extra.detail/1810, 20/12/2010/12.45)

Misi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Kota Yogyakarta adalah :

a. Mengoptimalkan potensi obyek, daya tarik, seni dan budaya yang ada di Kota

Yogyakarta sebagai aset utama kepariwisataan Yogyakarta.

b. Membuat perencanaan pembangunan pariwisata, seni dan budaya Kota Yogyakarta

secara komprehensif, terpadu dan berkelanjutan dengan tetap mengedepankan

prinsip pelestarian dan pengembangan pariwisata berbudaya.

Page 73: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Membangun kemitraan yang kondusif antara pemerintah, masyarakat, dan swasta /

pengusaha dalam mengembangkan pariwisata, seni dan budaya Kota Yogyakarta.

d. Meningkatkan peran aktif dan apresiasi masyarakat serta swasta/pengusaha dalam

memajukan pariwisata, seni dan budaya Kota Yogyakarta.

e. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumberdaya manusia bidang pariwisata,

seni dan budaya.

f. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya arti pelestarian budaya.

g. Menumbuhkan sikap sadar wisata dan sadar budaya pada semua komponen

masyarakat Yogyakarta.

h. Memberikan pelayanan prima dan menyiapkan system informasi pariwisata, seni

dan budaya yang memadai

i. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Yogyakarta baik secara material maupun

sosial.

(diolah dari website Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Kota Yogyakarta,

http://pariwisata.jogja.go.id/index/extra.detail/1811, 20/12/2010/12.48)

Strategi kebijakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Kota

Yogyakarta adalah :

a. Optimalisasi sumberdaya manusia, sarana, dan prasarana Dinas dalam mendukung

pelaksanaan ketugasan Dinas.

b. Melakukan inovasi/rekayasa dan pengembangan seluruh aspek kepariwisataan yang

tetap berlandaskan pada wisata budaya, wisata bangunan bersejarah, wisata

pendidikan, wisata konvensi dan wisata belanja.

c. Mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai positif budaya Kraton Ngayogyakarta

Hadiningrat dan kearifan lokal.

Page 74: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Program Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Kota Yogyakarta

adalah :

a. Program Pengembangan Pariwisata

b. Program Pengembangan dan Pelestarian Seni dan Budaya

(diolah dari website Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Kota Yogyakarta,

http://pariwisata.jogja.go.id/index/extra.detail/1811, 20/12/2010/12.55)

Page 75: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

A. Karakteristik Narasumber

Untuk narasumber yang diambil pada penelitian ini terdiri dari sepuluh orang.

Yaitu dari pihak TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta meliputi produser, kepala seksi

program, penanggung jawab humas, desain program, pengarah acara, dan dua

pembawa acara serta narasumber Karang Tumaritis. Sedangkan untuk pihak terkait

yang tidak berasal dari TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta yaitu Pejabat Pelaksana Teknis

Kegiatan Pembinaan, Pelestarian, dan Pengembangan Nilai-nilai Budaya dari Dinas

Pariwisata Kota Yogyakarta dan dua orang pemirsa Karang Tumaritis yang melakukan

pernah telepon interaktif.

Narasumber yang diambil oleh peneliti tersebut telah dipikirkan dan pada

akhirnya penulis mendapat kesempatan untuk melakukan wawancara kepada

narasumber tersebut. Dalam studi deskriptif yang dilakukan oleh penulis akan terdapat

kutipan-kutipan dari hasil wawancara kepada narasumber. Pemilihan narasumber

adalah berdasarkan proses sebelum berangkat pengumpulan data dan proses pada saat

di lapangan berlangsung sesuai dengan arahan dari pembimbing di lapangan.

Nama-nama di bawah ini merupakan pihak yang paling berkompeten untuk

dijadikan sebagai narasumber untuk penelitian tentang Karang Tumaritis ini. Segala

pertanyaan yang diajukan sesuai dengan pertanyaan di interview guide lalu kemudian

dikembangkan sesuai dengan keadaan di lapangan. Berikut ini adalah daftar

narasumber yang telah membantu proses pengumpulan data selama penulis melakukan

penelitian :

Page 76: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Bu Iwung Sri Widati, Produser Karang Tumaritis

2. Bapak Maryanta, Kepala Seksi Program

3. Bapak Anang Wiharyanto, Penanggung Jawab Humas TVRI Stasiun D.I.

Yogyakarta

4. Bapak RM. Kristiadi, Desain Program

5. Bu Sari Nainggolan, Pengarah Acara Karang Tumaritis

6. Mas Altiyanto, Pembawa Acara

7. Bu Yati Pesek, Pembawa Acara

8. Bu Widiastuti, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Pembinaan, Pelestarian, dan

Pengembangan Nilai-nilai Budaya

9. Bu Anna Amrih Rahayu, Pemirsa Karang Tumaritis

10. Bapak Joko Setiono, Pemirsa Karang Tumaritis

11. Bapak Drs. Sumaryono, MA, Narasumber Karang Tumaritis

12. Bapak Samuel Indratma, Narasumber Karang Tumaritis

Sebagai seorang produser Karang Tumaritis, Bu Iwung Sri Widati merupakan

orang yang termasuk paling berpengaruh dalam acara tersebut. Karena dari seorang

produserlah ide-ide bisa muncul. Namun, tentunya Bu Iwung tidak bekerja sendiri.

Ada tim dari Bidang Program dan Pengembangan Usaha TVRI Stasiun D. I.

Yogyakarta yang membantu proses pembuatan Karang Tumaritis. Tim ini terdiri atas

Bapak Maryanta (Kepala Seksi Program), Bapak Anang Wiharyanto (Penanggung

Jawab Humas TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta), Bapak RM. Kristiadi (Desain

Program), dan Bu Sari Nainggolan (Pengarah Acara Karang Tumaritis). Lalu dari

pihak pembawa acara Karang Tumaritis yaitu Mas Altiyanto dan Bu Yati Pesek serta

Pak Robet.

Page 77: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Bu Iwung selalu berdiskusi dengan Bapak RM. Kristiadi maupun dengan Bu

Sari tentang masalah ide untuk tema Karang Tumaritis. Dari diskusi itulah semakin

bisa menggali apa yang ada dari tema yang diajukan oleh produser. Dengan diskusi

maka ide-ide tersebut mampu menjadi lebih lengkap dan baik. Kemudian Bapak

Maryanta sebagai Kepala Seksi Program juga berperan dalam permasalahan program-

program acara, seperti mengalokasikan waktu tayang acara. Selain itu Bapak Anang

selaku Penanggung Jawab Humas akan selalu mempunyai waktu untuk melayani siapa

saja yang berkepentingan dengan TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta. Bu Sari adalah

pengarah acara atau eksekutor di studio saat acara on air. Karang Tumaritis

merupakan acara yang diarahkan oleh beliau. Dalam hal ini Bu Sari adalah pelaksana

ketika on air, run down dari produser akan dikerjakan oleh pengarah acara. Dan tanpa

adanya Mas Altiyanto dan Bu Yati Pesek, maka Karang Tumaritis tidak akan pernah

menarik untuk ditonton. Karena dua pembawa acara ini yang mampu menjadi

pembawa acara yang baik bagi Karang Tumaritis. Selain itu pembawa acara Karang

Tumaritis harus bisa mengendalikan materi dialog yang sedang ditayangkan.

Untuk narasumber dari pihak Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, maka perlu

diadakan wawancara karena pada saat minggu terakhir Bulan November 2010 Karang

Tumaritis diisi oleh mereka untuk sosialiasasi program dinas. Untuk tambahannya

yaitu narasumber lain yang pernah diundang oleh Karang Tumaritis. Dan tentunya

pemirsa juga diwawancarai, yaitu dipilih pemirsa yang melakukan telepon interaktif

untuk Karang Tumaritis. Jadi, narasumber-narasumber yang dipilih pada penelitian

yaitu karena mereka merupakan pihak yang paling baik untuk melengkapi data yang

dikumpulkan penulis dalam penelitian ini.

Page 78: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Peran Acara Karang Tumaritis Dalam Mensukseskan Pelestarian

Kebudayaan Jawa di Masyarakat Yogyakarta

Sebagai salah satu acara di stasiun publik yang menyiarkan kebudayaan Jawa,

Karang Tumaritis mempunyai peran dalam pelestarian kebudayaan Jawa. Karang

Tumaritis memiliki fungsi penting dalam proses pelestarian kebudayaan Jawa di

kalangan masyarakat Yogyakarta. Acara ini turut menyumbang demi terjaganya

kebudayaan Jawa, yaitu dengan memberikan suguhan acara yang sarat dengan nilai-

nilai positif kebudayaan Jawa. Karang Tumaritis mempunyai peran dalam

mensukseskan pelestarian kebudayaan Jawa yang nyaris terlindas oleh jaman dan

bahkan sering terlupakan oleh masyarakat.

Peran Karang Tumaritis dalam mensukseskan pelestarian kebudayaan Jawa di

masyarakat Yogyakarta terdiri atas lima poin. Poin-poin itu berasal dari tujuan Karang

Tumaritis sebagai acara yang mengangkat kebudayaan Jawa dan hasil dari penelitian

yang dilakukan. Peran Karang Tumaritis yang diambil dari tujuan acara ini yaitu

mewartakan nilai-nilai luhur yang terdapat di dalam kebudayaan Jawa kepada

masyarakat luas, membangun kembali spririt kehidupan bermasyarakat sesuai dengan

nilai-nilai luhur kebudayaan Jawa, dan melestarikan berbagai produk kebudayaan

Jawa. Kemudian, peran lainnya dari hasil yang dirumuskan oleh penulis setelah

mengadakan penelitian yaitu sarana dialog interaktif melalui televisi yang

mencerdaskan audien untuk bidang budaya, dan sarana sosialisasi program-program

pelestarian kebudayaan Jawa di Yogyakarta.

Dari hasil analisis yang telah dilakukan setelah penelitian, maka bisa

dirumuskan bahwa peran Karang Tumaritis secara lengkap terdiri dari mewartakan

nilai-nilai luhur yang terdapat di dalam kebudayaan Jawa kepada masyarakat luas,

membangun kembali spririt kehidupan bermasyarakat sesuai dengan nilai-nilai luhur

Page 79: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kebudayaan Jawa, melestarikan berbagai produk kebudayaan Jawa, sarana dialog

interaktif melalui televisi yang mencerdaskan audien untuk bidang budaya, dan sarana

sosialisasi program-program pelestarian kebudayaan Jawa di Yogyakarta. Poin-poin

tersebut yaitu :

1. Mewartakan Nilai-nilai Luhur yang Terdapat di Dalam Kebudayaan Jawa Kepada

Masyarakat Luas

Nilai-nilai luhur yang terdapat pada kebudayaan Jawa tidak akan pernah

sampai pada masyarakat apalagi untuk anak muda sebagai generasi penerus apabila

tidak ada penginformasian. Informasi yang dimaksud yaitu bisa berasal dari

sekelompok orang atau organisasi mengkomunikasikan pesan-pesan tentang

kebudayaan. Kebudayaan Jawa yang dikemas dalam suatu program acara tentunya

dikomunikasikan kepada khalayak. TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta memproduksi

Karang Tumaritis sebagai program acara yang tujuannya menginformasikan nilai-nilai

luhur kebudayaan Jawa.

Karang Tumaritis sebagai program acara untuk menginformasikan

kebudayaan Jawa ini ditayangkan setiap hari Selasa minggu pertama, ketiga, dan

kelima (bila ada). Jam tayangnya yaitu setiap pukul enam sore WIB. Dalam rangka

penginformasian pesannya, TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta memiliki alasannya sendiri

tentang waktu penayangan sehingga pemirsa bisa menonton. Hasil wawancara yang

didapatkan dari Bapak Maryanta sebagai Kepala Seksi Program, 3 November 2010,

adalah sebagai berikut :

“Sebenarnya ini hanya masalah teknis saja. Pertama adalah plotting, karena jam di TVRI terbatas, menganut pola siaran terpadu artinya stasiun di daerah diberi waktu tertentu oleh pusat. Karang Tumaritis di sini merupakan usaha kami untuk meneterjemahkan visi misi TVRI. Dan sepenuhnya program kan tidak bisa prime time, jam delapan malam kalau orang mengatakan sebab mereka sudah longgar. Ini hanya masalah prioritas saja. Kedua, masalah skala prioritas tebaran mata acara. Mana yang pantas ditempatkan di jam

Page 80: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

delapan. Misalnya Karang Tumaritis dan Musik, dilihat yang sesuai di jam delapan. Musik di sini adalah acara tentang Koesplus, kebetulan kami punya. Dan untuk Karang Tumaritis adalah acara dialog. Kalau jam enam banyak orang sedang shalat atau sedang melakukan apa. Tidak akan pas kalau musik yang jam enam. Kalau bisa kami ingin prime time semua, tetapi tetap ada yang harus “dikalahkan” untuk permasalahan waktunya. Dalam hal ini Karang Tumaritis lebih pantas ditempatkan di jam enam sore. Selain itu sekarang ini prime time relatif bagi setiap orang. Walaupun secara umum prime time jam delapan malam.”

Masalah waktu penayangan ini menurut pihak TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta

sendiri tidak menjadi masalah. Karena pada dasarnya jam-jam yang ada di sana tidak

seperti di televisi lainnya. Apabila telah menjadi kebijakan TVRI pusat, maka TVRI

Stasiun D. I. Yogyakarta pun akan mengikuti. Jika Karang Tumaritis ditayangkan

setiap hari Selasa pukul enam sore, maka pertimbangannya adalah seperti yang

diungkapkan oleh Bapak Maryanta di atas.

Pengkomunikasian kebudayaan Jawa melalui Karang Tumaritis telah sesuai

dengan pernyataan Wilbur Schramm (1955) yang dikutip oleh Suranto Aw (2010 : 2)

bahwa komunikasi merupakan suatu tindakan melaksanakan kontak antara pengirim

dan penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan penerima, memiliki beberapa

pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh

pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima. Jadi, Karang Tumaritis berisi

pesan tentang kebudayaan Jawa dikirimkan oleh TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta dan

kemudian ditafsirkan oleh penerima (pemirsa). Hal ini terjadi karena menurut

pendapat Suranto Aw bahwa proses komunikasi yang terjadi adalah komunikasi

bermedia, menggunakan media seperti telepon, surat, radio, dan sebagainya.

Sedangkan untuk masalah waktu penayangan, televisi terbatas pada waktu.

Dan untuk keputusan pengambilan jam enam sore itu memang bukan masalah.

Menurut teori pembagian waktu siaran dan ketersediaan audien dari Peter K. Pringue,

Michael F. Starr, dan William E. McCavitt, jam enam sore merupakan early evening.

Page 81: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Awal malam atau early evening terdapat pada pukul 18.00 s/d 19.00 yang menyatakan

hampir sebagian besar audien sudah berada di rumah. Untuk wilayah Yogyakarta dan

sekitarnya yang menganut sistem WIB, maka pukul 18.00 s.d 19.00 adalah waktu di

mana mereka sudah di rumah.

Apabila Karang Tumaritis ditayangkan pada jam tersebut, maka bukan

menjadi persoalan. Karena menurut teori ketersediaan audien ini mengatakan bahwa

sebagian besar orang sudah berada di rumah. Jadi, kesempatan untuk menonton

televisi menjadi lebih banyak. Termasuk program acara Karang Tumaritis, sebagian

besar orang sudah ada di rumah. Sehingga ini termasuk waktu yang potensial untuk

menayangkan acara kebudayaan Jawa.

Karang Tumaritis menginformasikan nilai-nilai luhur kebudayaan Jawa,

karena pada dasarnya acara ini bertumpu pada kebudayaan. Kebudayaan Jawa yang

menjadi ciri khas Karang Tumaritis adalah semar, bahasa Jawa, dan dialog yang

berpijak pada kebudayaan Jawa. Hasil wawancara dengan Bapak RM. Kristiadi,

Desain Program, 16 November 2010, adalah :

“Sebetulnya ketika esensi atau ciri dihilangkan dari Karang Tumaritis, maka itu tidak bisa disebut Karang Tumaritis. Esensi Karang Tumaritis adalah sebenarnya pada semar, dialog berbahasa Jawa dengan penyimpulnya tokoh wayang semar. Karena begitu semarnya tidak ada maka tidak punya identitas khusus. Jadi ciri khasnya adalah semar dan dialog berbahasa Jawa. Tapi, esensi itu bisa bergradasi. Yang paling esensi adalah semar sebagai penyimpul, karena dialog dan dekorasi bisa berubah. Ketika ada wedhus gembel yang mirip semar, maka orang mengidentikan itu Karang Tumaritis….”

Lalu pembawa acara Karang Tumaritis, Mas Altiyanto, juga memberikan

pendapatnya tentang Karang Tumaritis. Hasil wawancara dengannya pada tanggal 16

November 2010 yaitu :

“Merupakan program dari TVRI D.I Yogyakarta yang spesifik, yaitu formatnya talkshow atau dialog tetapi berbeda dengan dialog-dialog lain, Karang Tumaritis sifatnya sangat “cair” dan intim, sehingga antara pembawa

Page 82: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

acara, narasumber dan tema dengan pemirsa menjadi bagian dekat baik secara situasional maupun persolan publik. Membicarakan tentang kebudayaan dengan sifat “cairnya” itu maka Karang Tumaritis menjadi tidak sukar untuk dijangkau. Karang Tumaritis membicarakan tentang tema kebudayaan dengan cara yang dekat dan humanis. Selain itu, Karang Tumaritis menarik karena tidak menggurui, tidak muluk-muluk, terlalu tinggi, tetapi mampu mencerdaskan. Ketika mengomongkannya pun juga dengan santai bisa bercanda, tetapi bukan berarti lalu mengeliminir tingkat kesakralannya. Dan ini yang menurut saya membuat program ini menarik. Sebab tidak membicarakan secara berat, tetapi mampu mencerdaskan, menurut saya begitu.”

Hasil wawancara dengan Bapak Drs. Sumaryono, MA, Narasumber Karang

Tumaritis, 19 Maret 2011, yaitu :

“Bagus, karena Karang Tumaritis sebagai media untuk memperkenalkan seni budaya dalam suasana yang ringan dan menghibur. Cara memperkenalkan budaya secara philosofis namun disuguhi entertainment juga.”

Karang Tumaritis adalah dialog berbahasa Jawa yang mengangkat kearifan

lokal. Melalui televisi, kebudayaan Jawa bisa diapresiasi oleh masyarakat kembali.

Wujud penginformasian bisa terjadi karena televisi mempunyai kelebihan. Televisi

menurut Riswandi (2009 : 2) merupakan bagian dari media massa. Dan ia dikenal

sebagai media elektronik. Televisi merupakan media yang dapat mendominasi

komunikasi massa karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan

khalayak. Televisi memiliki kelebihan dari media massa lainnya karena bersifat audio

visual (didengar dan dilihat), dapat menggambarkan kenyataan dan secara langsung

dapat menyajikan peristiwa yang sedang terjadi kepada setiap pemirsa di manapun ia

berada.

Melalui penginformasian melalui televisi, kebudayaan Jawa mendapat

tempatnya kembali. Karena penginformasian melalui televisi mempunyai efek yang

besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Riswandi tentang televisi yang kini

mendominasi karena bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Selain itu

televisi bersifat audio visual. Karang Tumaritis menjadi dekat dengan khalayak karena

Page 83: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

selain bersifat audio visual, juga ada telepon interaktif supaya mereka bisa

menyalurkan aspirasinya.

Karang Tumaritis menjadi terkenal karena menyajikan kebudayaan Jawa. Hal

ini disebabkan oleh kelebihan televisi itu sendiri. Televisi menurut J. B. Wahyudi

dalam Morissan (2008 : 11) yaitu dapat didengar dan dilihat bila ada siaran, dapat

dilihat dan didengar kembali bila diputar lagi, daya rangsang sangat tinggi, elektris,

sangat mahal, dan daya jangkau besar. Siaran televisi bisa diterima di mana saja dalam

jangkauan pemancar. Maka, Karang Tumaritis sekarang bisa ditonton oleh masyarakat

di seluruh Yogyakarta dan sekitarnya. Inilah yang membuat televisi mampu menjadi

sebuah penginfo yang baik karena sifatnya itu.

Hasil wawancara dengan Bu Yati Pesek, pembawa acara, 16 November 2010,

tentang Karang Tumaritis adalah :

“Supaya orang-orang tahu akan budaya Jawa yang penuh santun. Kadang-kadang anak muda juga lupa akan sopan santun. Budaya Jawa mengajarkan yang baik dan santun. Sebagai contoh anak muda sekarang pamitnya lewat HP. Mengapa tidak anak muda mengulurkan tangan pamit cium tangan kepada orang tua, “Bu, kulo badhe sekolah, kuliah”, itu kan lebih bagus. Itulah salah satunya muatan yang ada pada Karang Tumaritis.”

Menurut hasil wawancara di atas dengan Bu Yati Pesek, bahwa muatan pada

Karang Tumaritis adalah nilai-nilai luhur kebudayaan Jawa. Melalui Karang Tumaritis

yang ditayangkan pada televisi, masyarakat bisa mendapatkan informasi tentang

kebudayaan Jawa. Berbagai nilai luhur yang terdapat pada kebudayaan Jawa diangkat

ke dalam Karang Tumaritis dan penyebarannya melalui siaran televisi.

Kemudian hal yang sama dikatakan pula oleh Bu Widiastuti, Pejabat

Pelaksana Teknis Kegiatan Pembinaan, Pelestarian, dan Pengembangan Nilai-nilai

Budaya di Dinas Pariwisata Yogyakarta, 30 November 2010, yaitu :

“Cukup bagus, karena memang kemudian bisa memunculkan beberapa persoalan-persoalan masyarakat yang berkaitan tentang penggunaan bahasa Jawa. Cukup bagus juga karena mempunyai tema-tema, tertentu seperti

Page 84: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sekarang ini mengupas tentang penggunaan bahasa Jawa di kalangan anak muda.”

Karang Tumaritis mempunyai tema-tema tertentu yang menyangkut tentang

kebudayaan Jawa. Tema-tema tersebut menginformasikan khasanah kebudayaan

Jawa, yaitu bahasa Jawa misalnya. Dengan adanya teknologi seperti siaran televisi,

maka penyebarluasan informasi tentang kebudayaan Jawa bisa menjangkau

masyarakat luas.

Hasil wawancara tentang Karang Tumaritis dengan pemirsa Karang

Tumaritis, Bu Anna Amrih Rahayu, 23 November 2010, yaitu :

“Sebenarnya saya sering nonton, sering tidak. Kalau kemarin yang tentang wayang, saya suka lalu nonton. Permasalahan yang diangkat adalah budaya, baik sekali. Namun, untuk saya pribadi, Karang Tumaritis tergantung tema yang diambil…”

Kemudian, hasil wawancara dengan pemirsa Karang Tumaritis lainnya yaitu

dengan Bapak Joko Setiono, 23 November 2010, yaitu :

“Menurut saya bahasa Jawanya bagus, karena hanya Karang Tumaritis yang menjadi sarana untuk menyalurkan budaya Jawa. Saya rasa acara lain di televisi belum ada yang seperti itu.”

Hasil wawancara lain dengan narasumber Karang Tumaritis, Bapak Drs.

Sumaryono. MA, 19 Maret 2011, yaitu :

“….Karang Tumaritis adalah sebuah mediator untuk menyampaikan seni budaya. Sifatnya entertain, maka pendalaman acara ini hanya sebatas etalase saja. Jadi, sifatnya bisa memperkenalkan (to introduce) seni budaya kita.”

Karang Tumaritis sebagai acara dipandang baik, karena menginfomasikan

kebudayaan Jawa di Yogyakarta. Masyarakat menganggap bahwa televisi adalah

media terdekat mereka, sehingga acara yang ada di televisi sering kali mampu

memberikan pandangan baru kepada mereka. Pendapat Prof. Dr. R. Mar’at dari

Universitas Padjadjaran, tentang program acara televisi dikutip Onong Uchjana

Page 85: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Effendy (2004 : 122) yaitu acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap,

pandangan, persepsi, dan perasaan para penonton, ini adalah wajar.

Bahkan untuk tujuan media massa menginformasikan kebudayaan Jawa di

wilayah Yogyakarta, Bu Iwung, produser Karang Tumaritis menyatakan pendapatnya

melalui wawancara tanggal 3 November 2010 yaitu :

“Kami berkomitmen bahwa tidak perlu bersaing. Karena dengan ada banyak acara seperti itu berarti kebudayaan Jawa juga makin banyak yang memelihara. Dan malah menjadi lebih baik. Saya pikir tidak masalah.”

Kemudian pernyataan tersebut juga diperkuat dengan pendapat dari Bapak

RM. Kristiadi, desain program, 16 November 2010 :

“Kalau persaingan tidak ada, namun presentase ada, yaitu 2 % untuk TVRI Yogyakarta. Ini maksudnya adalah TVRI Yogya merupakan nilai yang paling tinggi untuk televisi lokal baik swasta maupun daerah. Jadi, saya tidak memandang persaingan dengan acara lain. Karena jika banyak TV yang mengangkat tema kebudayaan berarti kebudayaan hidup. Adalah baik bila bisa seperti di Amerika Selatan. Tiap satu jam pasti ada program acara yang namanya ARTS. Setiap channel di sana wajib menayangkan ARTS. Di sana ada delapan channel yang berbeda, setiap channel harus menayangkan ARTS selama 1 jam, tapi jamnya beda-beda. Jadi, ketika kita misalnya pergi ke Chile dan menonton TV, pasti ada ARTS. Seperti semakin banyak Karang Tumaritis itu bagus, saya pandang itu bukan suatu persaingan.”

Untuk persaingan, mereka sebagai pihak TVRI tidak pernah menganggap

adanya persaingan. Karena dengan semakin banyaknya acara kebudayaan seperti

Karang Tumaritis berarti kebudayaan Jawa masih banyak yang menjaga. Acara di

televisi menginformasikan kebudayaan, karena pentingnya pembelajaran untuk

masyarakat. Hal ini sama dengan yang dikatakan oleh Koentjoroningrat yang dikutip

Hari Poerwanto (2008 : 52) yaitu kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan,

tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan

milik diri manusia dengan belajar.

Page 86: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Seperti halnya dengan kebudayaan Jawa, masyarakat tidak mungkin

mendapatkan kebudayaan tanpa belajar. Televisi bisa menjadi sarana belajar yang

baik, karena melalui informasi dari media massa maka masyarakat bisa mengerti

tentang sesuatu hal baru. Hal ini sesuai dengan yang terjadi di Kanada, seperti yang

ditulis pada Canadian Journal of Communication, Vol. 29 (1) tahun 2004, halaman 51-

52, karya Doris Baltruschat, berjudul Television and Canada’s Aboriginal

Communities, yaitu :

“….One key of the features of APTN is its multilingual programming. Programs in traditional languages such as Cree, Inuktitut, and Lakota provide an opportunity for Canada’s more than 60 indigenous languages to be spoken and heard through televised means. Interviews with indigenous elders and community leaders highlight discussion about environmental concerns, land claims, and natural resources. In addition, children’s programs educate about linguistic traditions (Claxton, interview, 2003). As First Nations seek to gain official status for their languages, programs deal with the importance of language preservation and Aboriginal traditions (APTN, 2002).”

“….Salah satu kunci dari keistimewaan APTN adalah program multibahasa. Program dalam bahasa tradisional seperti Cree, Inuktitut, dan Lakota menyediakan sebuah kesempatan untuk Canada lebih dari 60 bahasa lokal dipakai dan didengar melalui televisi. Wawancara dengan tetua lokal dan pemimpin komunitas menekankan diskusi tentang perhatian terhadap lingkungan, klaim tanah, dan sumber daya alam. Sebagai tambahan, program anak-anak mengajarkan tentang tradisi linguistik (Claxton, wawancara, 2003). Sebagai negara dunia pertama mencari untuk meningkatkan status resmi untuk bahasa-bahasa mereka, program-program telah menyetujui pentingnya pemeliharaan bahasa dan tradisi-tradisi Aborigin (APTN, 2002).”

Di Kanada seperti pada jurnal di atas juga menggunakan televisi untuk

menginformasikan dan memelihara kebudayaan Aborogin di sana. Dengan adanya

televisi maka bisa membantu proses pembelajaran tentang kebudayaan asli mereka.

Bahkan diskusi pun digelar untuk membuat hidup Aborigin menjadi lebih mudah,

karena permasalahan mereka diangkat ke permukaan melalui televisi.

Demikian pula Karang Tumaritis memberikan informasi tentang nilai-nilai

luhur kebudayaan Jawa sebagai pembelajaran kepada masyarakat. Seperti misalnya

Page 87: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bahasa Jawa yang dipakai di Karang Tumaritis. Ini merupakan indikasi bahwa dengan

menggunakan bahasa Jawa, maka masyarakat Yogyakarta bisa lebih memahami

bahasa daerah mereka. Hal ini terjadi karena sekarang tidak semua orang Jawa

mengerti dan menggunakan bahasa tersebut. Karang Tumaritis memberikan suguhan

tentang digunakannya bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar utamanya. Kegiatan ini

juga merupakan pemeliharaan terhadap bahasa Jawa sebagai bagian dari kebudayaan

Jawa.

Hasil wawancara dengan Bu Iwung juga memperlihatkan bahwa bahasa Jawa

sering kali tidak dimengerti oleh orang Jawa sendiri. Data dari wawancara dengan

produser Karang Tumaritis ini berlangsung tanggal 3 November 2010 menyatakan :

“Karena pernah ada tema yang bintang tamunya adalah orang dari luar Jawa, seperti Bali. Bahasa Jawa untuk kalangan orang Jawa sendiri saja kadang tidak terlalu baik. Dan orang-orang dari suku lain juga pernah diundang sebagai bintang tamu. Akan tetapi, mereka walaupun bukan orang Jawa juga akan ditanyai dalam bahasa Jawa. Meskipun mereka menjawab dalam bahasa Indonesia.”

Dari hasil wawancara di atas terlihat bahwa orang Jawa sendiri tidak

memahami bahasa Jawa. Sedangkan untuk orang yang bukan Jawa, mereka memang

tidak bisa berbahasa Jawa. Hal ini tidak menjadi masalah karena Karang Tumaritis

juga mengundang orang dari luar Jawa sebagai narasumber. Hanya saja orang dari

luar Jawa tetap menjadi narasumber yang mencerminkan kehidupan yang berhubungan

dengan Jawa. Jadi, bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar, walaupun juga

diselingi dengan bahasa Jawa. Yang menjadi masalah adalah ketika orang Jawa tidak

mengerti bahasa Jawa. Dengan adanya program acara yang menggunakan bahasa

Jawa, maka secara tidak langsung dan secara pelan-pelan orang Jawa yang tidak

mengerti bahasa Jawa akan mendapat terpaan dan mengerti.

Page 88: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hal ini sesuai dengan pendapat dari Imam Sutarjo (2008 : 49), media massa

dianggap memiliki peran yang besar dalam pelestarian budaya. Pendapat itu berbunyi

bahwa “….hal ini bisa dilihat dari kerapuhan dalam unggah-ungguh berbahasa Jawa di

kalangan masyarakat Jawa yang disebabkan oleh kurangnya peran campur tangan

media massa. Salah satunya yaitu kurang tersedianya buku-buku bacaan dan majalah

berbahasa Jawa (ngoko maupun krama), baik di sekolah maupun di rumah, serta

semakin jarangnya media massa (cetak atau elektonik) yang menggunakan wahana

unggah-ungguh Bahasa Jawa.”

Televisi sebagai media massa yang paling populer seharusnya memberikan

kontribusinya untuk pelestarian kebudayaan melalui transmisi informasi yang

direalisasikan ke dalam program acara. Pendapat dari (Dennis McQuail, 1996 : 51)

menyatakan bahwa secara umum, dalam beberapa segi, media massa memiliki

perbedaan dengan institusi pengetahuan lainnya yang ada. Perbedaan media massa

dengan institusi pengetahuan lainnya seperti seni, agama, ilmu pengetahuan,

pendidikan, dan sebagainya yaitu :

a. Media massa memiliki fungsi pembawa bagi segenap macam pengetahuan

b. Media massa menyelenggarakan kegiatannya dalam lingkungan publik, yaitu dia

bisa dijangkau oleh segenap anggota masyarakat secara bebas

c. Pada dasarnya hubungan antara pengirim dan penerima seimbang dan sama

d. Media menjangkau lebih banyak orang dari pada institusi lainnya dan sejak dahulu

telah mengambil alih peranan sekolah, orang tua, agama, dan lain-lain

Televisi dengan segala kelebihannya akan lebih baik bila diarahkan untuk

melakukan proses pelestarian kebudayaan. Dengan perbedaan-perbedaannya terhadap

jenis institusi pendidikan lainnya, maka diharapkan televisi di Yogyakarta termasuk

TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta mampu berperan dalam membantu proses pelestarian

Page 89: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kebudayaan Jawa. Karena televisi merupakan medium yang ampuh dalam dunia

komunikasi manusia.

Sebagai televisi publik, TVRI telah membuat acara-acara yang

berkepentingan untuk publik. Seperti Karang Tumaritis yang menyajikan kebudayaan

Jawa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Morissan (2008 : 100 - 101) yaitu, pada

program yang ditayangkan oleh lembaga penyiaran publik ada perbedaan dengan acara

yang ditayangkan oleh stasiun komersial. Televisi publik menata acaranya dengan

menekankan pada aspek pendidikan masyarakat yang bertujuan mencerdaskan audien.

Program disusun berdasarkan pada gagasan melestarikan dan mendorong

berkembangnya budaya lokal, sejarah kebangsaan, dan sebagainya. Televisi

memegang peran penting menjaga dan melestarikan kebudayaan daerah. Program

acara pendidikan dan kebudayaan (seperti pengembangan bahasa nasional dan

kebudayaan daerah) harus menjadi tanggung jawab media penyiaran publik untuk

memproduksinya.

Kemudian dilanjutkan pendapat lainnya yaitu strategi dalam mengelola

stasiun televisi publik menurut Pringle-Starr-McCavitt (1991) yaitu the nature of the

licensee (misi atau fungsi utama keberadaan stasiun publik), kebutuhan dan

kepentingan masyarakat, dan upaya menggalang dana dari masyarakat (the

requirements for fund raising from the audience). Fungsi utama dari stasiun publik di

Indonesia, sebagaimana disebutkan dalam UU Penyiaran adalah memberikan layanan

untuk kepentingan masyarakat. Hal ini merupakan faktor pertama yang harus

dipertimbangkan sebelum menyusun strategi program (Morissan, 2008 : 101).

Karang Tumaritis mempunyai tanggung jawab untuk mencerdaskan audiens

dalam bidang kebudayaan. Selain itu, demi kelestarian kebudayaan daerah (Jawa)

Karang Tumaritis memberikan andil untuk penyebaran informasi melalui media massa.

Page 90: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Televisi publik (TVRI) terutama yang di daerah, harus mengangkat kearifan lokal

sehingga tercapai kelestarian potensi dan kebudayaan di sana. Program yang disajikan

TVRI melalui Karang Tumaritis telah ikut proses dalam kelestarian kebudayaan Jawa.

Penginformasian melalui media massa memberikan andil yang cukup baik untuk

kebudayaan Jawa.

Karang Tumaritis adalah acara yang juga ikut berperan dalam

menginformasikan nilai-nilai luhur yang terdapat pada kebudayaan Jawa. Sebagai

sebuah acara di TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta, Karang Tumaritis menggunakan

unsur-unsur kebudayaan Jawa supaya lebih terasa Jawa. Informasi yang berisi tentang

kebudayaan Jawa akan memperkaya pengetahuan pemirsa dan menumbuhkan

pengalaman baru yang bisa dipetik dari suguhan Karang Tumaritis.

2. Membangun Kembali Spirit Kehidupan Bermasyarakat Sesuai Dengan Nilai Luhur

Kebudayaan Jawa

Karang Tumaritis juga berperan membangun kembali jiwa berkehidupan

masyarakat Yogyakarta sesuai dengan nilai luhur kebudayaan Jawa. Dengan adanya

acara ini, pemirsa bisa melihat kembali bagaimana kebudayaan Jawa eksis di jaman

modern. Kebudayaan Jawa yang penuh dengan nilai luhur tersebut tercermin melalui

tata cara dan dialog yang dibawakan oleh pembawa acara dan narasumber.

Pemirsa apabila menonton Karang Tumaritis merasa seperti kehidupan Jawa

muncul kembali di jaman sekarang. Yaitu kehidupan Jawa yang masa kini namun

kesakralan dan keluhuran budaya Jawa tetap menjadi intisarinya. Program acara ini

telah mampu memunculkan kembali jiwa kehidupan bermasyarakat yang sesuai

dengan nilai luhur kebudayaan Jawa. Dalam acara ini, terlihat bagaimana di jaman

sekarang budaya Jawa digali kembali dan diterapkan untuk berkehidupan di

masyarakat.

Page 91: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Untuk melihat bagaimana menumbuhkan jiwa kehidupan bermasyarakat

sesuai dengan nilai luhur kebudayaan Jawa maka diperjelas dengan hasil wawancara

dengan Bapak RM. Kristiadi, desain program Karang Tumaritis, 3 November 2010,

yakni :

“….Karang Tumaritis mengupas tentang kebudayaan Jawa yang sesuai dengan perspektif seperti apa. Karena kebudayaan Jawa sejak dulu sudah banyak berubah, perspekstifnya juga banyak sekali. Karang Tumaritis mengupas Jawa Yogyakarta yang multikultur, plural, dan hibrida, yang ada ada kos-kosan orang Bali, atau basecamp orang Sumatra. Jadi, interaksi sosial yang terjadi itulah kebudayaan Jawa Yogyakarta.”

Kemudian, hasil wawancara dengan Bapak Samuel Indratma, Narasumber

Karang Tumaritis, 20 Maret 2011 tentang materi yang disajikan Karang Tumaritis

yaitu :

“Sangat membantu ingatan kita akan kebudayaan Jawa. Bahasa Jawa saya pikir salah satu bagian penting dari kebudayaan Jawa itu sendiri. Dan materinya saya pikir sangat menarik. Karena Jawa beserta kebudayaannya selalu berkembang mengikuti jamannya.”

Lalu hasil wawancara dengan Bu Iwung sebagai produser Karang Tumaritis,

juga memperlihatkan bahwa materi Karang Tumaritis beragam dan berwarna untuk

mengupas kehidupan masyarakat Yogyakarta sekarang. Wawancara yang dilakukan

tanggal 3 November 2010 tersebut yaitu :

“Membicarakan bagaimana kehidupan mereka di Yogya, yang mayotitas orang Jawa. Lalu bagaimana mereka setelah bersentuhan dengan orang Jawa. Bagaimana mereka berinteraksi di tempat yang mayoritas Jawa dan budaya yang ada yaitu Jawa.”

Kebudayaan Jawa di Yogyakarta menurut Bapak RM. Kristiadi, Bapak

Samuel Indratma, dan Bu Iwung sudah banyak berubah sesuai dengan keadaan jaman

sekarang. Namun, tentunya esensi dari kebudayaan Jawa sendiri masih ada dan

sebagai pengenal bahwa inilah kebudayaan Jawa. Hanya saja di Karang Tumaritis

Page 92: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menjadi lebih beragam. Dengan kehidupan masyarakat Yogyakarta yang sekarang ini,

jiwa berkehidupan secara Jawa masih ada dan berbaur dengan perkembangan jaman.

Jadi, kebudayaan Jawa di masa sekarang sudah hidup dengan banyak pengalaman baru

di dalamnya, seperti Jawa Yogyakarta yang plural.

Kebudayaan bukanlah sesuatu yang tetap atau mati. Namun, kebudayaan bisa

tumbuh, berkembang, bahkan punah. Punah bila tidak ada yang meneruskan

kebudayaan itu sendiri. Sedangkan bila kebudayaan tetap dipelihara dan selalu

mengikuti kekinian maka, tak dipungkiri kebudayaan akan berkembang. Hal tersebut

sama dengan keadaan budaya Jawa Yogyakarta yang kini telah multikutural,

sedangkan kebudayaan Jawa itu tetap menjadi jiwa kehidupan masyarakatnya.

Dengan adanya kebudayaan Jawa yang plural tersebut, masyarakat

Yogyakarta menjadi semakin kaya akan pengetahuan baru. Sesuai dengan pernyataan

bahwa budaya sebagai sistem pemikiran mencakup sistem gagasan, konsep-konsep,

aturan-aturan serta pemaknaan yang mendasari dan diwujudkan dalam kehidupan yang

dimilikinya melalui proses belajar (Hari Poerwanto, 2008 : 58). Lalu, C. Geertz juga

menyatakan pendapatnya bahwa kebudayaan adalah sistem pemaknaan yang dimiliki

bersama, dan kebudayaan merupakan hasil dari proses sosial dan bukan proses

perorangan.

Dari pernyataan di atas terlihat jika kebudayaan adalah proses yang

diwujudkan dalam kehidupan yang dimiliki melalui proses belajar. Selain itu

kebudayaan adalah sistem pemaknaan bersama, proses sosial bukan perorangan.

Demikian pula dengan kebudayaan Jawa Yogyakarta yang sekarang juga berbaur

dengan banyak kalangan dari berbagai macam asal usulnya. Dengan ini maka

kebudayaan Jawa adalah semakin luas karena mendapatkan pengalaman baru dari

Page 93: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

proses sosial tersebut. Tetapi, nilai-nilai kebudayaan Jawa akan menjadi dasar

kehidupan bermasyarakatnya dalam rangka interaksi sosial.

Untuk memperlengkap pernyataan itu, maka sama seperti hasil wawancara

dengan Mas Altiyanto, pembawa acara, 16 November 2010 :

“…..Akan tetapi, lebih baik mengomongkan tentang kekinian dengan perspektif budaya-budaya Jawa. Yogyakarta seperti sekarang ini merupakan kota metropolitan, maka kebudayaan Jawa di Yogya sendiri menjadi kebudayaan Jawa yang urban. Meskipun dalam berpakaian kami seperti saya dan Ibu Yati mengenakan pakaian Jawa, namun bukan berarti bahwa kami hidup di jaman lalu, tetapi kami bukan hanya mewakili masa lalu, tetapi juga mewakili kebudayaan itu akan menjadi seperti apa. Tema pada Karang Tumaritis bisa mengangkat budaya luar daerah yang tinggal di sini, lalu bagaimana interaksi dengan mereka, bahkan pernah tema yang mural dan budaya pop. Jadi, yang dibahas adalah kebudayaan Jawa di Yogyakarta yaitu kebudayaan yang dulu dan sekarang. Itu semua adalah apa yang ada di Yogya saat ini.”

Kebudayaan Jawa di Yogyakarta telah menjadi plural. Namun, hal ini adalah

sesuatu yang wajar karena adanya proses interaksi sosial dengan siapa saja. Hal ini

juga sesuai dengan pernyataan Imam Sutarjo (2008 : 10) bahwa kebudayaan menjadi

milik manusia melalui proses belajar, dan diajarkan kepada anggotanya melalui proses

akulturasi, enkulturisasi, dan proses sosialisasi. Kemudian hal ini juga mirip dengan

pendapat yang dikemukan oleh C. Kluckhohn yang menekankan bahwa kebudayaan

merupakan proses belajar dan bukan sesuatu yang diwariskan secara biologis. Oleh

karenanya, kebudayaan merupakan pola tingkah laku yang dipelajari dan disampaikan

dari satu generasi ke generasi berikutnya. Proses belajar kebudayaan yang

berlangsung sejak dilahirkan sampai mati, yaitu dalam kaitannya dengan

pengembangan perasaan, hasrat, dan emosi, dalam rangka pembentukan

kepribadiannya (Hari Poerwanto, 2008 : 88).

Kebudayaan di Yogyakarta adalah kebudayaan Jawa, tetapi kebudayaan ini

meliputi proses interaksi yang luas. Sehingga tema-tema yang ada pada Karang

Page 94: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tumaritis adalah tentang kebudayaan Jawa di Yogyakarta yang luas dan banyak

perspektifnya. Lalu, hasil wawancara tentang Karang Tumaritis dengan Bu Widiastuti,

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Pembinaan, Pelestarian, dan Pengembangan Nilai-

nilai Budaya, 30 November 2010 :

“Mungkin pihak TVRI melakukan ekspansi dengan banyak pihak. Sehingga ada banyak pihak yang melakukan proses internalisasi dengan program ini. Dengan semakin banyak lini masyarakat yang diajak, maka program ini menyentuh banyak segmen. Sekarang temanya anak muda, tetapi tidak menutup kemungkinan besok mengajak para eksekutif muda yang mempunyai bisnis dan berhubungan dengan orang asing dan sebagainya. Selama mereka masih orang Jawa, lalu bagaimana mereka sebagai orang Jawa Yogya yang tetap bisa berbahasa Jawa dan mengerti budaya Jawa. Saya kira perlu ada ekspansi lebih dari TVRI.”

Kemudian dari segi pemirsa, yakni dengan Bapak Joko Setiono, 23 November

2010, pendapatnya tentang Karang Tumaritis adalah :

“Karang Tumaritis digunakan sebagai alat atau wadah untuk menggugah bagaimana budaya Jawa bisa dipakai masyarakat Jawa sendiri. Masyarakat Jawa tergugah bahwa ternyata budaya Jawa itu baik. Mereka menjadi tahu bagaimana cara berpikir ala timur itu seperti apa untuk dijadikan pijakan hidup. Selain itu budaya Jawa juga bisa dipakai untuk cara kita sebagai masyarakat Jawa untuk bergerak.”

Sedangkan menurut Bu Anna Amrih Rahayu, pemirsa Karang Tumaritis, 23

November 2010 adalah :

“Karang Tumaritis bermanfaat bagi siapa saja, karena mengangkat masalah budaya. Untuk saya sebagai orang Jawa, Solo, kebudayaan seperti yang ada di Karang Tumaritis itu bagus. Seperti tema yang minggu kemarin, tentang wayang, itu juga menjadi tontonan menarik bagi anak muda juga. Karena masalah kebudayaan seperti itu bisa menjadi contoh untuk budi pekerti bagi anak-anak muda.”

Untuk memunculkan kehidupan bermasyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai

luhur kebudayaan Jawa, maka Karang Tumaritis mengangkat kebudayaan Jawa yang

sesuai untuk jaman sekarang. Dengan seperti itu, maka kebudayaan tetap bisa

diterapkan dalam kehidupan. Apalagi masyarakat Yogyakarta sebagai orang Jawa

Page 95: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang mobilitasnya tinggi dan pergaulannya luas, Karang Tumaritis membangun

kembali bagaimana mereka bisa menjadi orang Jawa di arus globalisasi dan interaksi

sosial yang beragam. Karena nilai luhur Jawa sangat membanggakan bila digunakan

untuk kehidupan bermasyarakat dengan lingkungan sekitar.

Pewarisan kebudayaan Jawa diperlukan, karena untuk masyarakat Jawa perlu

mengetahui dan menerapkan nilai luhur tersebut. Sesuai dengan pendapat dari Hari

Poerwanto (2008 : 88), manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak bisa

dipisahkan. Setelah manusia mati, maka kebudayaan akan diwariskan untuk

keturunannya. Hari Poerwanto memberikan penjelaskan tentang cara pewarisan

kebudayaan, pertama, secara vertikal atau langsung kepada anak cucu mereka. Kedua,

secara horizontal atau belajar kebudayaan kepada manusia lainnya. Berbagai

pengalaman makhluk manusia dalam rangka kebudayaannya, akan diteruskan kepada

generasi berikutnya atau dikomunikasikan dengan individu lainnya karena ia mampu

mengembangkan gagasan-gagasannya dalam bentuk lambang-lambang vokal berupa

bahasa; serta dikomunikasikan dengan orang lain melalui kepandaiannya berbicara dan

menulis.

Nilai-nilai luhur kebudayaan Jawa harus diwariskan ke anak cucu mereka

nantinya. Tentunya Karang Tumaritis merupakan salah satu cara untuk melakukan

pewarisan ini yaitu melalui pesannya yang disebar ke khalayak. Proses

pengkomunikasian ini bertujuan untuk semakin menyebarkan pengetahuan tentang

kebudayaan Jawa kepada masyarakatnya. Karang Tumaritis dipandang baik oleh

semua kalangan karena mampu menghadirkan dialog tentang kebudayaan Jawa di

Yogyakarta.

Hal ini sama seperti yang terjadi di Kanada, yang disebutkan dalam jurnal

bahwa masyarakat lokal yang memiliki budaya tertentu menyukai program acara yang

Page 96: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mempunyai kaitan dengan kepentingannya. Canadian Journal of Communication,

Vol. 29 (1,) halaman 54, Television and Canada’s Aboriginal Communities,

menyebutkan :

“Native American audiences have expressed interest in APTN’s programming, as letters to the network attest. According to Compton (interview, 2003), Native Americans would like see APTN’s signal extend into their communities, and negotiation are currently under way to make this a reality. Native American interest in APTN underscores the notion that Aboriginal people share a common bond through history, language, and culture that is not restricted by national boundaries. Aboriginal peoples in Australia and New Zealand are also interested in APTN’s programs (Compton, interview, 2003).” “Penduduk Amerika asli yang menjadi audiens telah mengekspresikan ketertarikan mereka pada program APTN, sebagaimana surat-surat kepada jaringan pembuktian. Menurut Compton (wawancara, 2003), penduduk Amerika Asli senang melihat APTN yang mensinyalkan pelebaran ke dalam komunitas mereka, dan negosiasi membuatnya menjadi kenyataan. Penduduk Amerika asli tertarik terhadap APTN menggarisbawahi dugaan bahwa orang Aborogin berbagi ikatan umum melalui sejarah, bahasa, dan budaya yang tidak dibatasi oleh lingkup nasional. Orang Aborigin di Australia dan New Zealand juga tertarik pada program-program APTN (Compton, interview, 2003).”

Sebagai orang Jawa, mereka tentunya bahagia bila permasalahan mereka

diangkat untuk dibicarakan di publik. Seperti masalah tentang kebudayaan Jawa yang

semakin lama bisa tergerus arus globalisasi dan masalah mengenai bagaimana

penerapan nilai-nilai Jawa di kehidupan modern. Dengan adanya Karang Tumaritis,

maka segala bentuk permasalahan kebudayaan Jawa bisa diangkat dan menjadi

perdebatan terbuka. Hal ini dianggap membantu pemecahan masalah kebudayaan

yang sering kali terlindas dan terlupakan setelah adanya globalisasi.

Sebagai televisi publik, maka TVRI memberikan pelayanan yang baik dalam

rangka mencerdaskan masyarakat. Seluruh program acara TVRI diharuskan

mengangkat kearifan lokal dari setiap daerah yang memiliki stasiun TVRI di daerah

tersebut. Bahkan, dengan adanya komitmen untuk selalu memberikan pelayanan yang

baik tersebut, maka TVRI tidak melihat segi materi. Karang Tumaritis sebagai acara

Page 97: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kebudayaan di TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta, didaulat untuk menyuguhkan materi-

materi kebudayaan Jawa yang sesuai dengan kehidupan masyarakatnya.

Inti dari materi yang disajikan Karang Tumaritis adalah kebudayaan Jawa di

Yogyakarta yang plural sifatnya. Hasil wawancara dengan produser Karang Tumaritis,

Bu Iwung, 3 November 2010, mengatakan bahwa :

“Tergantung situasi di masa datang. Tetapi kita memberikan komitmen bahwa TVRI Yogyakarta akan memberikan acara yang baik sebagai bagian dari tugas TVRI. Paling tidak membuat filter dari kebudayaan-kebudayaan lain yang tidak sesuai. Namun, bila kebudayaan ini baik, mengapa tidak kita bisa hidup dan tumbuh bersama, saling mempengaruhi. Selanjutnya kami juga berkomitmen untuk menjaga budaya Jawa tetap hidup dalam pengertian bisa bertahan dengan adanya perubahan.”

Dari pernyataan di atas, terlihat bahwa ternyata TVRI Stasiun D. I.

Yogyakarta mengemban tugasnya sebagai televisi publik. Sebagai program acara yang

diproduksi oleh TVRI, maka Karang Tumaritis juga mendapat tugas yang sama.

Karang Tumaritis merupakan pencerminan dari tugas TVRI. Berhubungan dengan

kebudayaan Jawa, maka Karang Tumaritis akan menjadi sebuah filter untuk

kebudayaan lain yang tidak sesuai. Namun, bila kebudayaan tersebut sesuai dengan

nilai-nilai budaya Jawa, maka akan bisa tumbuh bersama. Komitmen dari TVRI

sendiri akan membuat kebudayaan Jawa tetap hidup meskipun ada perubahan.

Agar kebudayaan bisa tetap lestari dan bisa memfilter kebudayaan lain yang

sesuai, maka masyarakat perlu diberi informasi tentang kebudayaan itu. Pemberian

informasi bisa melalui media massa. Penyebaran informasi ini dimaksudkan agar

kebudayaan Jawa tidak semakin terlindas oleh jaman, tetapi bisa membuktikan bahwa

kebudayaan Jawa saat ini mampu mengikuti perkembangan jaman. Masyarakat pun

menjadi lebih paham akan kebudayaan Jawa yang bisa menjadi saringan bagi

kebudayaan-kebudayaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur.

Page 98: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Proses pelestarian kebudayaan bisa dilakukan melalui televisi. Hal ini senada

dengan pernyataan dari Dennis McQuail (1996 : 3) yang mengatakan bahwa media

massa seperti televisi, radio, koran, dan lain sebagainya mempunyai fungsi penting.

Fungsi penting itu di antaranya berpijak pada dalil yaitu media sering kali berperan

sebagai wahana pengembangan kebudayaan, termasuk sebagai pengembangan tata

cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma. Kemudian, Dennis McQuail (1996 : 40)

juga berpendapat bahwa media massa sebagai komunikator massa tentunya memiliki

ciri-ciri khusus bahwa salah satunya adalah memproduksi dan mendistribusi

pengetahuan dalam wujud informasi, pandangan, dan budaya.

Media massa berperan dalam pelestarian budaya. Seperti pernyataan di atas,

Karang Tumaritis sebagai program acara yang diproduksi TVRI Stasiun D. I.

Yogyakarta mentransfer informasi yang berisi pengetahuan tentang kebudayaan Jawa.

Selain itu, Karang Tumaritis menjadi wahana perkembangan kebudayaan Jawa yang

isinya meliputi tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma. Berpijak dari

pernyataan Dennis McQuail di atas, Karang Tumaritis menjadi wahana untuk

menyampaikan pesan-pesan kebudayaan Jawa demi terbentuknya jiwa kehidupan

bermasyarakat di Yogyakarta yang sesuai dengan nilai-nilai luhur kebudayaan Jawa.

Komitmen TVRI ini juga mempunyai indikator. Untuk program-program

acara yang diproduksi, tentunya ada tanda-tanda apakah sejauh ini acara tersebut masih

disukai atau tidak oleh pemirsa. Menurut hasil wawancara dengan Bapak Anang

selaku penanggung jawab humas TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta, 11 November 2010,

yaitu :

“….Sejauh masih dilihat oleh masyarakat maka acara ini akan dipertahankan. Selain itu pihak ketiga yang mau bekerja sama dan penelpon untuk acara interaktif juga menjadi pertimbangan. TVRI mengambil indikator dengan penelpon dan banyaknya yang menawarkan diri untuk kerja sama. Karena

Page 99: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pada dasarnya TVRI tidak mengedepankan kepentingan komersil, jadi tinggal melihat bagaimana sebuah program acara apakah masih ditonton atau sudah ditinggalkan.”

Dari pernyataan tersebut, TVRI mengambil indikator tentang dilihatnya atau

tidak suatu program dengan penelpon dan kerja sama. TVRI tidak mengedepankan

kepentingan komersil, hal ini sesuai dengan tugasnya sebagai televisi publik di

Indonesia. Menurut Efendi Gazali (Riswandi, 2009 : 17-18), TVRI sebagai televisi

publik harus mendahulukan kepentingan publik. Kepentingan publik lebih diutamakan

dari pada kepentingan iklan. Misalnya ada satu acara yang sangat baik dan bermanfaat

bagi publik, namun ratingnya rendah, maka ia akan tetap diproduksi dan tetap

dipertahankan penanyangannya. Acara di TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta juga tidak

pernah melihat segi keuntungan materi, karena mereka berkomitmen untuk

mencerdaskan masyarakat melalui tayangannya. Walaupun kadang-kadang acara di

TVRI sering dipandang ketinggalan jaman.

Pernyataan yang memberikan penjelasan tentang televisi publik juga

terangkum dalam Internasional Journal of Communication 3 (2009), 332-350,

berjudul Protecting Local Culture in a Global Environment : The Case of Israel’s

Broadcast Media, karya Yaron Katz, halaman 335, disebutkan bahwa :

“…With the beginning of television broadcasting, the public broadcasting model became dominant, based on European experience. The goals were to serve the good of the public and to be independent of political and commercial influence, with emphasis on local culture programs. To achieve these goals, the public broadcasting organization (the Broadcasting Authority) was compelled to promise representation of all groups of the population – to give true expression to a range of opinions, tastes, interests, traditions, preferences, beliefs, and local subcultures – including different regional representations, minorities, and languages.” “.…Dengan permulaan adanya penyiaran televisi, model penyiaran publik menjadi dominan, berdasarkan pengalaman di Eropa. Tujuannya yaitu untuk menyediakan kebutuhan publik dan menjadi mandiri dari pengaruh politik dan komersial, dengan menggarisbawahi pada program budaya lokal. Untuk mencapai tujuan ini, organisasi penyiaran publik (the Broadcasting Authority) diwajibkan untuk menjanjikan representasi dari semua kelompok dari

Page 100: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

populasi – untuk memberikan ekspresi sebenarnya pada pendapat, rasa, ketertarikan, tradisi, pilihan, kepercayaan, dan anak budaya lokal – termasuk perwakilan regional berbeda, minoritas, dan bahasa.”

Dari pengalaman yang sama dengan yang terjadi di Eropa, maka di Indonesia

pun bisa memetik pelajaran penting akan perlunya televisi publik. Yang dimaksud

dengan televisi publik di Indonesia adalah TVRI. Sebagai bagian dari TVRI, maka

TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta juga memiliki fungsi untuk tidak mengedepankan

kepentingan komersil. Publik adalah pihak yang berhak mendapatkan informasi dari

TVRI tanpa adanya intervensi kepentingan politik maupun komersil. Jadi, TVRI

seperti yang dijelaskan oleh Bapak Anang adalah menjalankan fungsinya tanpa

mengharap komersil dari berbagai pihak. Karena, pelayanan yang diberikan oleh

TVRI adalah representasi untuk lestarinya dan berkembangnya budaya lokal.

Karang Tumaritis adalah acara yang menjadi salah satu unggulan untuk

mengangkat budaya lokal. Acara ini akan dipertahankan bila masyarakat masih suka

dan antusias. Namun, TVRI juga memegang komitmen agar menjaga kebudayaan

lokal. Sejauh ini, Karang Tumaritis masih disukai, maka akan tetap dipertahankan

keberadaannya. Karena salah satu peran Karang Tumaritis adalah membangun

kembali jiwa kehidupan bermasyarakat sesuai nilai-nilai luhur kebudayaan Jawa, maka

TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta tetap berkomitmen untuk mengedepankan kepentingan

masyarakat dari pada kepentingan komersil.

3. Melestarikan Berbagai Produk Kebudayaan Jawa

Arus modernisasi telah mengubah keadaan Yogyakarta menjadi kota besar

yang metropolis seperti kota-kota lainnya di Indonesia. Namun, arus modernisasi

sekiranya tidak mengeliminir Yogyakarta sebagai kota yang penuh dengan budaya

Jawa. Karena kebudayaan Jawa adalah milik orang Yogyakarta, walaupun sekarang

kota ini telah banyak mengalami pengalaman barunya dengan kehidupan modern.

Page 101: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kebudayaan Jawa adalah satu-satunya kebudayaan asli yang dimiliki

Yogyakarta. Spirit kehidupan bermasyarakat di Yogyakarta tak pernah lepas dari

pengaruh budaya Jawa. Namun, di situasi seperti saat ini tentunya Yogyakarta

memiliki hubungan dengan orang-orang dan bentuk budaya baru. Akan tetapi, sebagai

daerah metropolis, Yogyakarta juga tidak lepas dari nafas kejawaan. Dua hal ini bisa

hidup secara berdampingan dan tumbuh bersama. Yang patut dipikirkan adalah

bagaimana supaya kebudayaan Jawa yang sarat dengan nilai luhur mampu tetap hidup

di jiwa kehidupan orang Jawa di Yogyakarta, sementara mereka juga bisa hidup secara

modern dan menerima bentuk budaya baru yang sesuai dengan nilai budaya Jawa.

Pada acara Karang Tumaritis ini bisa dilihat bahwa kebudayaan Jawa menjadi

temanya. Acara ini diproduksi oleh TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta dengan tujuan

untuk melestarikan berbagai produk kebudayaan Jawa yaitu dengan mengangkat

kearifan lokal yang ada di Yogyakarta. Kearifan lokal adalah kebijaksanaan ataupun

kecendekiawanan yang ada di sebuah lingkungan tertentu. Kearifan lokal yang ada di

Yogyakarta ini diangkat ke dalam sebuah program acara. Tentunya kearifan lokal

yang dimaksud yaitu segala hal yang baik dan potensial tentang Yogyakarta, termasuk

di antaranya adalah kebudayaan Jawa.

Dari wawancara dengan produser Karang Tumaritis, Bu Iwung pada 3

November 2010, Karang Tumaritis adalah acara yang mengangkat kearifan lokal.

Meskipun tema yang diangkat selalu berganti-ganti, namun kebudayaan adalah

nafasnya, dan kearifan lokal adalah pijakannya.

“…..acara Karang Tumaritis ini harus mengangkat kearifan lokal. Pokoknya temanya yaitu kebudayaan, dan kebudayaan itu luas seperti menyangkut segala aspek mulai dari pengetahuan, adat kebiasan, perilaku, dan lainnya.”

Dari hasil wawancara, Karang Tumaritis harus mengangkat kearifan lokal

yang ada di Yogyakarta. Kearifan lokal yaitu cara, ilmu, pengetahuan yang

Page 102: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bermanfaat bagi sekelompok masyarakat di suatu tempat, dan hanya di miliki oleh

kelompok masyarakat tersebut. Kearifan lokal ini juga menyangkut segala aspek yang

ada pada kebudayaan suatu daerah tertentu. Kebudayaan pada kearifan lokal yang

dimaksud adalah kebudayaan Jawa, sebagai kebudayaan aslinya. Kebudayaan seperti

yang diungkapkan oleh Koentjoroningrat yang dikutip oleh Alfian (1985 : 101-102),

yaitu isi kebudayaan manusia sebaiknya menggunakan unsur-unsur kebudayaan

universal yaitu unsur-unsur yang ada dalam semua kebudayaan di seluruh dunia, baik

yang kecil, bersahaja, dan terisolasi, maupun yang besar, kompleks dan dengan suatu

jaringan hubungan yang luas. Dengan mengambil contoh konsepsi B. Malinowski,

maka dalam semua kebudayaan di dunia ada tujuh buah unsur universal, yaitu bahasa,

sistem teknologi, sistem mata pencaharian hidup atau ekonomi, organisasi sosial,

sistem pengetahuan, religi, dan kesenian.

Kearifan lokal Yogyakarta menyangkut berbagai produk kebudayaan Jawa di

Yogyakarta. Kebudayaan itu luas, seperti kutipan di atas bahwa unsur-unsurnya

mencakup antara lain bahasa, sistem teknologi, sistem mata pencaharian hidup atau

ekonomi, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian. Jadi, kearifan

lokal merupakan milik dari masyarakat di lingkungan itu. Tergantung kebudayaan apa

yang menjadi pegangannya

Tema yang diambil untuk dijadikan materi dalam setiap tayangan Karang

Tumaritis yaitu bisa menyangkut tentang kesenian Jawa, kehidupan bermasyarakat

orang-orang pendatang di Yogyakarta, seni modern yang berkaitan dengan kebudayaan

Jawa, informasi tentang teknologi mutakhir yang berperan dalam pengembangan

budaya Jawa, dan lain sebagainya. Berbagai jenis kebudayaan baru, seperti contohnya

yaitu teknologi, ternyata memiliki peran dalam pengembangan budaya Jawa. Tema ini

menjadi sesuatu yang menarik karena pembicaraan tentang kebudayaan Jawa tidak

Page 103: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

terpaku pada yang lampau-lampau saja, tetapi mampu mengambil sisi positif dari

adanya hasil kebudayaan baru, yang disebut teknologi.

Untuk semakin memperjelas makna kerarifan lokal dalam rangka pelestarian

produk-produk kebudayaan Jawa, maka dari hasil wawancara dengan Bapak Anang,

Penanggung Jawab Humas, 11 November 2010, menyebutkan :

“Pada intinya, acara yang diangkat pada TVRI D. I. Yogyakarta adalah acara yang bisa mengangkat potensi lokal yang ada di sekitar stasiun tersebut. Contohnya seperti Obrolan Angkring, acara ini mengangkat budaya namun bukan budaya Jawa seperti tradisi, hanya sebatas obrolan. Lalu Pangkur Jenggleng benar-benar mengangkat budaya Jawa, seperti halnya Karang Tumaritis yang mengangkat budaya Jawa. Dan Campur Sari pun sebenarnya adalah budaya Jawa juga. Acara-acara yang ada memang harusnya dialokasikan untuk mengangkat potensi lokal.”

Acara-acara yang ada di TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta seharusnya

mengangkat kearifan lokal supaya potensi lokal tersebut bisa mendapat tempat dan

terekspos. Hal ini telah sesuai dengan Karang Tumaritis yang diproduksi untuk

mengangkat kearifan lokal sebagai bagian dari pelestarian produk kebudayaan Jawa di

Yogyakarta. Efendi Gazali mengungkapkan tentang televisi publik, salah satunya

yaitu akses publik, Akses publik ini dimaksudkan tidak hanya coverage area, tetapi

juga menyangkut bagaimana penyiaran publik mau mengangkat isu-isu lokal dan

memproduksi program-program lokal dan tokoh-tokoh lokal. TVRI Stasiun D. I.

Yogyakarta telah memproduksi acara yang mengangkat isu-isu lokal melalui Karang

Tumaritis dan acara lainnya. Alokasi ini terlihat dari banyaknya acara yang berbau

kelokalan Yogyakarta.

Kearifan lokal pada televisi sebagai media massa juga seperti yang ditulis

dalam pendapat menurut Wilbur Schramm (Wiryanto, 2000 : 10) yaitu terdiri dari tiga

poin. Komunikasi massa berfungsi sebagai decoder, interpreter, dan encoder.

Komunikasi massa mengdekode lingkungan sekitar, mengawasi kemungkinan

Page 104: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya persetujuan dan juga efek-efek hiburan.

Komunikasi massa menginterpretasikan hal-hal yang didekode sehingga bisa

mengambil kebijakan terhadap efek, menjaga berlangsungnya interaksi serta

membantu anggota-anggota masyarakat menikmati kehidupan. Komunikasi massa

juga mengenkode pesan-pesan yang memelihara hubungan kita dengan masyarakat

lain serta menyampaikan kebudayaan baru kepada anggota masyarakat.

Komunikasi massa atau komunikasi melalui media massa termasuk televisi

terdiri dari ketiga proses di atas. Kearifan lokal termasuk fungsi yang diemban oleh

media massa. Karena komunikasi massa mengdekode lingkungan sekitar kemudian

menginterpretasikannya. Dan komunikasi massa juga ikut mengenkode pesan-pesan.

Hal apa yang terjadi di dalam lingkungan sekitar dari media massa tersebut bisa

disebut kearifan lokal. TVRI mengangkat kearifan lokal dengan tujuan agar

mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi persetujuan, efek-efek

hiburan, menjaga kelangsungan interaksi, membantu masyarakat menikmati

kehidupan, memelihara hubungan dengan masyarakat, dan menyampaikan kebudayaan

baru kepada masyarakat.

Hasil wawancara yang memperkuat pernyataan tentang kearifan lokal sebagai

bagian dari proses melestarikan produk kebudayaan Jawa yaitu dengan Mas Altiyanto,

pembawa acara, 16 November 2010 :

“Kalau mau konsekuen kaitannya dengan cita-cita TV publik yang mencerdaskan pemirsa, maka TVRI Yogyakarta yang ada di Yogya ini terutama dengan segmentasi orang Jawa mayoritas, harusnya tidak hanya membahas tentang Jawa yang lampau-lampau saja. Akan tetapi, lebih baik mengomongkan tentang kekinian dengan perspektif budaya-budaya Jawa.”

Kearifan lokal tersebut merupakan potensi yang terkandung dalam kekayaan

yang dimiliki Yogyakarta. Di Yogyakarta yang disebut sebagai kearifan lokal adalah

juga termasuk kebudayaan yang ada di Yogyakarta saat ini. Jadi, kebudayaan Jawa

Page 105: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sifatnya luas, bahkan mencakup ruang dan waktu. Hari Poerwanto (2008 : 60)

mengutip dari Leslie White bahwa :

“…..Sementara itu, kebudayaan juga merupakan fenomena yang selalu berubah sesuai dengan alam sekitarnya dan keperluan suatu komunitas. Berdasar kerangka pemikiran tersebut di atas, maka jelaslah kebudayaan sebagai suatu sistem yang melingkupi kehidupan manusia pendukungnya, dan merupakan suatu faktor yang menjadi dasar tingkah laku manusia; baik dalam kaitannya dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya.”

Kebudayaan bukanlah sesuatu yang mati, namun dia bisa mengikuti

perubahan sesuai dengan keperluan jaman. Kebudayaan adalah sesuatu yang

digunakan manusia untuk memenuhi dan menjalani hidupnya. Termasuk kebudayaan

Jawa yang menjadi pegangan untuk orang Jawa. Karang Tumaritis adalah acara yang

mengangkat kearifan lokal sesuai dengan kekinian di Yogyakarta. hal ini terlihat dari

hasil wawancara lainnya dengan Bu Yati Pesek sebagai pembawa acara, 16 November

2010, yaitu :

“Menurut pribadi saya, memang seni budaya kita itu bukan benda mati. Seni budaya kita itu hidup. Kita boleh ikut, tapi jangan sampai hanyut. Kalau sekarang begini, ya oke lah. Misalnya saya sendiri, bila saya masih tetap melawak manggung seperti jaman dulu, maka anak-anak sekarang tidak ada yang suka. Mereka menganggap kuno. Tetapi, kalau saya pelestarian dan pengembangan. Kalau hanya pelestarian saja, saya lapar. Dulu saya melawak wayang orang sudah wah. Pertunjukannya mengambil waktu yang lama, jogednya lama, ngomongnya pun alon-alon. Anak muda sekarang berpikir pertunjukan apa itu. Nah sekarang bagaimana membuat pertunjukan menjadi singkat dan mudah diterima. Apalagi pakai bahasa kawi, anak muda pasti bilang pertunjukan apa itu. Tetapi, saya punya keinginan anak muda kenal dulu. Kalau sudah kenal mereka bisa jadi sayang. Kalau tidak kenal tidak sayang. Kami sebagai seniman, di samping pelestarian ada juga perkembangan….”

Dengan melihat kutipan dari Bu Yati Pesek sebagai seniman, mereka adalah

bagian dari pihak yang selalu mempelopori pelestarian kebudayaan Jawa. Bahkan

beliau juga berpendapat bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang tumbuh. Mereka juga

melakukan pengembangan kebudayaan. Karena setiap jaman akan selalu berubah,

seperti pendapat Bu Yati bahwa pengembangan ini bisa muncul karena keadaan

Page 106: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sekarang yang berbeda dengan dulu. Namun, tentunya pengembangan ini sesuai

dengan esensi dari kebudayaan Jawa.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Edi Sedyawati (280

: 290) yaitu pada dasarnya setiap kebudayaan, sebagai milik suatu masyarakat, dalam

intensitas dan kecepatan yang berbeda-beda senantiasa mengalami perkembangan.

Kebudayaan sebenarnya tidak pernah statis atau stagnant, namun sebaliknya meski

dapat terjadi perubahan dan perkembangan di dalam kebudayaan, jati diri suatu

kebudayaan dapat lestari. Artinya, lestari yang dinamis, yaitu ciri-ciri pengenalnya

secara keseluruhan tetap dimiliki meski bentuk-bentuk ungkapan di dalamnya (konsep,

tata tindakan, benda-benda-benda budaya) dapat mengalami perubahan.

Kebudayaan Jawa telah mengalami perkembangan ataupun perubahan.

Walaupun begitu, ciri-ciri yang terdapat dalam kebudayaan Jawa masih ada dan bisa

dikenali. Hanya saja perkembangan itu terjadi secara alami. Bahkan semua

kebudayaan yang ada di dunia ini pasti mengalami perkembangan. Hal ini sebaiknya

diantisipasi dengan arah perkembangan yang baik karena eksistensi sebuah

kebudayaan tergantung pada pemiliknya.

Untuk usaha melestarikan kebudayaan Jawa, televisi mampu membantu usaha

tersebut. Dengan dibuatnya acara yang melestarikan kebudayaan Jawa dan

mengangkat kearifan lokal di Yogyakarta maka masyarakat bisa mendapatkan

informasi tentang budayanya sendiri. Dan kebudayaan yang telah berkembang sesuai

dengan kekininan di Yogyakarta itu telah diangkat menjadi Karang Tumaritis. Hasil

wawancara dengan Bapak RM. Kristiadi sebagai desain program, 16 November 2010

yaitu :

“....Supaya punya esensi, maka dialog bahasa Jawa juga banyak menggunakan kata-kata serapan bahasa Indonesia. Sebetulnya tidak menggunakan bahasa Jawa yang membebani, karena tidak adil bila hanya bahasa Indonesia boleh

Page 107: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menggunakan kata-kata serapan. Masak bahasa Jawa tidak boleh memakai kata-kata serapan. Sebetulnya apabila bahasa Jawa boleh memakai kata-kata serapan, maka bahasa Jawa menjadi sangat indah dan fleksibel. Dan saya tidak setuju bila hal tersebut lalu merusak bahasa Jawa. Karang Tumaritis adalah milik orang Jawa, tetapi tamunya bisa datang dari mana-mana. Harusnya tayangan televisi bisa mencerdaskan masyarakat, maka Karang Tumaritis sebisa mungkin untuk selalu ganti-ganti tema dan narasumber. Supaya Karang Tumaritis menjadi semakin baik, narasumbernya ganti-ganti. Ketika narasumber berbicara tentang kebudayaan, itulah kecerdasan. Masyarakat yang cerdas adalah masyarakat yang mau berpikir.”

Perkembangan itu terlihat dari penggunaan kata-kata serapan dari bahasa

Indonesia sebagai bahasa yang juga digunakan di Yogyakarta sehari-hari. Di mana

pun di Indonesia, bahasa persatuan ini telah digunakan oleh orang Indonesia. Bahkan

tak dapat dipungkiri jika orang Jawa juga berbicara bahasa Indonesia. Ketika bahasa

Jawa memakai kata serapan dari bahasa Indonesia, ini berarti perkembangan

kebudayaaan telah terjadi. Kebudayan Jawa yang seperti inilah merupakan kebudayaan

di mana kita hidup saat ini.

Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat Koentjoroningrat yang dikutip

Alfian (1985 : 109) yaitu Poerbatjaraka menyampaikan bahwa kebudayaan baru

Indonesia harus berakar pada kebudayaan Indonesia sendiri atau kebudayaan pra-

Indonesia. Hal itu berarti bahwa kebudayaan Indonesia seharusnya berakar pada

kebudayaan suku-suku bangsa di daerah. Demikian pula dengan kebudayaan Jawa

yang boleh mengambil esensi dari kebudayaan nasional kita, yaitu bahasa Indonesia.

Dari pernyataan di atas telah dijelaskan bahwa kebudayaan nasional berpangkal pada

kebudayaan daerah. Jadi, Karang Tumaritis adalah acara yang juga mengambil kata-

kata serapan untuk semakin mencerminkan bahwa kebudayaan Jawa di Yogyakarta

saat ini menjadi sangat berwarna. Kebudayaan bangsa Indonesia maupun kebudayaan

Jawa merupakan dua kebudayaan yang saling mempengaruhi.

Page 108: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sebagai acara di televisi, maka Karang Tumaritis juga di-setting sedemikian

rupa sehingga pemirsa mampu menangkap dengan mudah. Bapak RM. Kristiadi

sebagai desain program berpendapat dalam wawancara yang dilaksanakan pada 16

November 2010 yaitu :

“Kadang-kadang membuat acara televisi tidak seperti buku yang harus satu titik. Seperti misalnya tentang drama tari di Yogyakarta, lalu kita memasukkan unsur tentang Idul Adha atau Merapi, itu tidak masalah bagi saya. TV tidak sama dengan buku, buku bisa mengupas secara detail, namun karena TV dibatasi oleh waktu, maka lebih baik sedikit namun diulang-ulang dari pada banyak tapi mendalam.”

Dari kutipan itu, pada dasarnya acara di televisi lebih baik sedikit namun

diulang-ulang. Hal yang sama juga dikatakan oleh pembawa acara Karang Tumaritis,

Mas Altiyanto, 16 November 2010 :

“Ketika berbicara tentang televisi, dimana TV itu berkaitan dengan durasi, daya tangkap informasi, maka alangkah baiknya bila pesan yang disampaikan diulang-ulang supaya pemirsa paham….”

Teori tentang televisi dijelaskan oleh Riswandi (2009 : 5-6) bahwa beberapa

karakteristik televisi yaitu diantaranya adalah berpikir dalam gambar, ada dua tahap

pada poin ini. Pertama, visualisasi, menterjemahkan kata-kata yang mengandung

gagasan yang menjadi gambar-gambar. Kedua, penggambaran, yakni kegiatan

merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya

mengandung makna tertentu. Televisi adalah media massa yang memiliki

keterbatasan. Tetapi, keterbatasan itu bisa diantisipasi, yaitu dengan lebih baik

pesannya diulang-ulang agar pemirsa mengerti.

Hal ini juga sesuai dengan pengertian komunikasi massa dari Werner J.

Severin dan James W. Tankard Jr (Onong Uchjana Effendy, 1993 : 13-14) yang

mengatakan :

”Mass comunication is a part of skill, part art, and part science. It is skill in the sense that it envolves certain fundamental learnable techniques such

Page 109: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

as focusing a television camera, operating a tape recorder or taking notes during an interview. It is art in the sense that it envolves creative challeges such as writing a script for a a television program, developing an aesthetic layout for a magazine ad or coming up with a catchy lead for a news story. It is a science in the sense that there are certain principles involved in how communication works that can be verivied and used to make things work better”.

(Komunikasi massa sebagian adalah keterampilam, bagian seni, dan sebagian ilmu. Ia adalah keterampilan dalam pengertian meliputi teknik-teknik tertentu yang secara fundamental dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan perekam pita atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni dalam pengertian tantangan-tantangan kretif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak untuk iklan majalah atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam pengertian meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik).”

Acara Karang Tumaritis di televisi merupakan bagian dari ketrampilan, seni,

dan ilmu. Untuk memproduksinya membutuhkan ketrampilan dalam memfokuskan

kamera, mengoperasikan perekam pita atau mencatat ketika wawancara. Seni di sini

dimaksud ketika menulis skrip untuk Karang Tumaritis membutuhkan seni supaya

lebih menarik untuk ditonton. Kemudian ia adalah ilmu untuk membuat komunikasi

bisa dikembangkan dan dipergunakan sehingga berbagai hal bisa menjadi lebih baik.

Pada hal ini, Karang Tumaritis sebagai acara di televisi berhubungan dengan

ketrampilan, seni, dan ilmu. Yaitu bagaimana ketiga hal tersebut digabungkan

sehingga mendapatkan hasil yang maksimal untuk Karang Tumaritis. Perpaduan

ketiga unsur itu akan menjadikan Karang Tumaritis menjadi sebuah program yang

layak untuk ditonton. Karena ketrampilan, seni, dan ilmu menjadi sebuah formula

untuk menjadikan kebudayaan Jawa menarik untuk disaksikan oleh pemirsa.

Karang Tumaritis merupakan acara yang berperan dalam melestarikan produk

kebudayaan Jawa di Yogyakarta saat ini. Segala potensi yang terkandung di

Yogyakarta diangkat ke dalam materi acara. Potensi lokal ini termasuk kebudayaan

Page 110: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Jawa di Yogyakarta. Dari tema-tema yang dilebur menjadi Karang Tumaritis berisi

informasi yang mencerdaskan dan membuka wawasan masyarakat Yogyakarta tentang

kearifan lokal yang mereka miliki. Sebuah program acara di televisi bisa memberikan

peran yang besar terhadap tereksposnya kearifan lokal yang bermanfaat untuk

kehidupan masyarakat. Kearifan lokal itu juga termasuk dalam pelestarian berbagai

produk kebudayaan Jawa, sehingga dengan mengangkat kearifan lokal maka produk-

produk kebudayaan Jawa juga ikut terlestarikan.

4. Sarana Dialog Interaktif Melalui Televisi Yang Mencerdaskan Audien Untuk

Bidang Budaya

Media televisi merupakan media massa yang bersifat audio visual, yaitu bisa

didengar dan dilihat. Maka, hal ini bisa menjadi sebuah kelebihan dibandingkan

dengan media massa lainnya. Dengan adanya kelebihan ini, televisi mampu membuat

sarana untuk melakukan dialog interaktif. Meskipun radio juga bisa melakukannya,

akan tetapi televisi lebih memungkinkan untuk mengadakan dialog interaktif dengan

pemirsanya.

Karang Tumaritis merupakan sebuah acara yang menggunakan dialog

interaktif. Dengan membuka line telepon, maka penelpon bisa berdialog dengan

narasumber maupun pembawa acara di studio. Inilah kelebihan dari televisi karena

dukungan teknologi yang lebih rumit dari pada jenis media massa lainnya. Ini juga

merupakan komunikasi bermedia (mediated communication) yaitu menurut Suranto

Aw (2010 : 14) adalah komunikasi dengan menggunakan media seperti telepon, surat,

radio, dan sebagainya. Karang Tumaritis menggunakan media seperti televisi dan

telepon. Dialog melalui telepon yang kemudian dimunculkan ke dalam televisi saat

live (on air), akan menambah rasa berinteraksi di dalam sebuah proses komunikasi.

Page 111: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut Bu Iwung, produser Karang Tumaritis, dalam wawancara 3

November 2010 tentang live interaktif Karang Tumaritis yaitu :

“Supaya ada interaksi. Jadi kami tidak merasa benar sendiri. Orang lain yang menonton juga bisa berpendapat melalui acara ini.” Kemudian, pernyataan itu diperkuat juga dengan hasil wawancara dengan

Bapak RM. Kristiadi, desain program, mengenai live interaktif tersebut pada 16

November 2010 adalah :

“Live mampu membuat interaksi yang lebih hangat, sebab adanya multiplying effect lebih terasa. Misalnya ada narasumber dari kampung ini, maka tentu saja penduduk dari kampung tersebut ikut menonton, itulah multiplying effect. Narasumber itu akan memberikan multiplying effect pada tempat tinggalnya. Bahkan, pernah ada penelpon yang kami jadikan narasumber langsung. Jadi, narasumbernya tidak melulu harus akademisi.”

Wawancara lainnya dengan Mas Altiyanto, pembawa acara Karang Tumaritis,

16 November 2010 tentang Karang Tumaritis yaitu :

“Merupakan program dari TVRI D.I Yogyakarta yang spesifik, yaitu formatnya talkshow atau dialog tetapi berbeda dengan dialog-dialog lain, Karang Tumaritis sifatnya sangat “cair” dan intim, sehingga antara pembawa acara, narasumber dan tema dengan pemirsa menjadi bagian dekat baik secara situasional maupun persolan publik….”

Dari hasil ketiga wawancara di atas maka Karang Tumaritis adalah acara yang

live dan bersifat interaktif antara narasumber, pembawa acara, dan penelpon. Hal ini

dilakukan karena supaya ada masukan-masukan, sehingga pihak pembuat program

acara Karang Tumaritis (TVRI) merasa benar. Akan tetapi, mereka juga

menginginkan adanya suara dari pemirsa melalui telepon. Selain itu, menurut Bapak

RM. Kristiadi, live interaktif mampu membuat rasa yang lebih hangat di antara

komunikator dan komunikan. Hal yang sama pula diungkapkan oleh Mas Altiyanto

yang mengutarakan pendapat tentang Karang Tumaritis yang sifatnya menjadi dekat

dan terasa berbeda dengan dialog-dialog lain di media massa.

Page 112: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hal tersebut di atas sesuai dengan teori yang menjelaskan tentang arti

komunikasi itu sendiri. Seperti yang dikutip dari Suranto Aw (2010 : 2), kata

komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare yang artinya memberitahukan.

Kata tersebut kemudian berkembang dalam bahasa Inggris communication yang

artinya proses pertukaran informasi, konsep, ide, gagasan, perasaan, dan lain-lain

antara dua orang atau lebih. Secara sederhana dapat dikemukakan pengertian

komunikasi, ialah proses pengiriman pesan atau simbol-simbol yang mengandung arti

dari seorang sumber atau komunikator kepada seorang penerima atau komunikan

dengan tujuan tertentu.

Dari pengertian di atas, maka Karang Tumaritis merupakan sarana

berkomunikasi (dialog interaktif) antara narasumber, pembawa acara, dan penelpon.

Petukaran informasi, konsep, ide, gagasan, persaan, dan lain-lain ini terjadi antara

pihak komunikator dengan pihak komunikan. Proses pengiriman pesan dari TVRI

mengandung pesan tentang kebudayaan Jawa dan tujuan tertentunya adalah supaya

pemirsa mengerti akan kebudayaan Jawa di Yogyakarta. Komunikasi interaktif

seperti ini di media massa akan membuat kedekatan antara komunikator dan

komunikan.

Sebagai seorang pembawa acara yang mengendalikan materi poin-poin

pertanyaan di Karang Tumaritis, maka Mas Altiyanto pada wawancara tanggal 16

November 2010 menjelaskan :

“Iya, saya lebih berfungsi menjadi pengendali tema. Ketika sifatnya obrolan yang ringan sifatnya, maka kalau ngobrol bisa sampai out of context. Supaya pada program televisi ketika berdialog tidak keluar jalur atau out of context, lebih berperan seperti itu. Ini kan bukan ada pertanyaan yang kemudian narasumber lalu membuat pemaparan panjang. Tetapi, pertanyaan menjadi sebuah obrolan, maka obrolan ada yang sifatnya interaksi, responsif, dan ada juga yang improvisasi.”

Page 113: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Diketahui dari hasil wawancara di atas bahwa Karang Tumaritis mempunyai

pijakan berpikir yang dituangkan ke dalam poin-poin pertanyaan untuk narasumber.

Namun, sesuai dengan perkembangannya, maka pembawa acara yang mengerti akan

kebudayaan Jawa, yaitu Mas Altiyanto membuat dialog yang Karang Tumaritis

menjadi enak dan tidak keluar dari jalur yang ditetapkan oleh produser. Di sini dapat

terlihat bahwa pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada narasumber tidak

menjadi sebuah pemaparan biasa, namun menjadi sebuah obrolan yang interaktif,

responsif, dan kadang juga improvisasi.

Karang Tumaritis menjadi enak untuk ditonton, karena sebagai pemirsa, tidak

hanya akan disuguhi oleh dialog panjang tertang kebudayaan Jawa yang terkesan

membosankan. Akan tetapi, pemirsa bisa melihat sebuah dialog atau obrolan yang cair

dan hangat. Selain itu, pemirsa yang berniat ingin ikut ke dalam suasana dialog

tersebut bisa menelpon ke studio lalu disambungkan ke narasumber dan pembawa

acara. Dialog interaktif memberikan kesan bahwa suara dari pemirsa juga didengar

dan dihargai, sehingga sebagai program acara, Karang Tumaritis bisa memberikan

kontribusi melalui sarana interaktif ini.

Hasil wawancara dengan pembawa acara Karang Tumaritis, Bu Yati Pesek,

16 November 2010 adalah :

“Sepertinya bahasa Jawa yang keliatannya mulai tersisih, saya kurang tahu juga bagaimana. Namun, dengan adanya Karang Tumaritis masyarakat menjadi antusias menonton Karang Tumaritis, salah satunya dengan penelpon yang berusaha untuk menyampaikan pendapatnya atau pertanyaan. Bahkan penelpon sampai ada banyak yang masuk.”

Menurut Bu Yati Pesek sendiri, pemirsa antusias dengan adanya Karang

Tumaritis. Dengan banyaknya telepon masuk ke TVRI, maka bisa dipastikan

masyarakat masih suka bahkan antusias untuk menyalurkan suara mereka. Dalam hal

ini adalah kebudayaan Jawa, ternyata masih banyak pihak yang suka memberikan

Page 114: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kontribusinya untuk menyuarakan pendapat, informasi, maupun saran mereka melalui

telepon. Untuk kalangan lokal Yogyakarta sendiri, dengan adanya penelpon yang

selalu antri untuk masuk berdialog dengan narasumber ataupun pembawa acara, maka

dapat dipastikan bahwa Karang Tumaritis disukai.

Menurut hasil pengamatan yang didapatkan oleh peneliti selama di ruang

telepon interaksi, yaitu ada telepon masuk namun waktunya sudah habis. Dari sini

terlihat pemirsa yang ingin berpartisipasi untuk Karang Tumaritis juga banyak.

Mereka rela membayar biaya telepon lebih untuk bisa memberikan suara melalui

interaktif. Penelpon bahkan tidak hanya datang dari Yogyakarta saja, tetapi dari

Magelang, Solo, Boyolali juga sering masuk.

Namun, apa pun bentuk suara dari penelpon, tentunya untuk ukuran pemirsa

juga tidak hanya melalui telepon yang masuk. Mungkin ada banyak kalangan yang

suka menonton Karang Tumaritis namun mereka tidak telepon. Kemungkinan seperti

itu bisa saja muncul, mengingat siaran televisi mampu menjangkau banyak orang

secara bersama-sama. Hasil wawancara dengan Bu Iwung, produser Karang

Tumaritis, 3 November 2010 adalah sebagai berikut :

“Namanya juga interaktif, jadi ada banyak respon juga dari masyarakat. Respon yang diterima biasanya karena mereka suka akan acara ini. Tentunya yang tidak suka mungkin diam saja. Sepertinya mereka merasa ini adalah sesuatu yang baik. Ada juga yang saran, kritik, pendapat, dan bertanya. Kan ini namanya dialog. Jadi, ada yang pernah berkata, jangan ngomong seperti ini, tetapi sebaiknya seperti itu.”

Kemudian pendapat yang serupa dengan Bu Iwung juga disampaikan oleh

Bapak RM. Kristiadi pada wawancara 16 November 2010 :

“Macam-macam, pertanyaan seperti itu, bagi saya itu tidak penting. Karena ketika dia telepon, berati mereka cerdas. Masyarakat perlu diberikan “gesekan” untuk menjadi cerdas. Contohnya yaitu Yogya Java Carnival dengan dana sekitar 2 Milyar memberikan dampak luar bisasa untuk mencerdaskan masyarakat. Dibandingkan secara ekstrem dengan lokalisasi.

Page 115: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Keduanya sama-sama memiliki dampak untuk masyarakat, tetapi berbeda sekali. Lokalisasi jelas sangat profit untuk pajak daerah, mampu menyumbang banyak untuk pemasukan daerah. Di sini pemerintah untung, namun masyarakatnya rugi dengan adanya lokalisasi. Sekarang tinggal bagaimana pemerintah, ingin pajak daerah tinggi tetapi menghancurkan masyarakat maka silahkan buka lokalisasi. Di Bali, pemerintah membuka tempat wisata tetapi tiket masuknya murah, tempat wisata tidak untung tidak masalah, namun masyarakatnya bisa hidup. Seperti halnya dengan Karang Tumaritis, bila ingin untung maka diganti saja dengan acara-acara hiburan.”

Dari dua hasil wawancara tersebut di atas, dapat dilihat bahwa Karang

Tumaritis merupakan dialog interaktif. Masyarakat bisa menyalurkan aspirasinya,

karena mereka juga mempunyai hak untuk berbicara. Untuk soal kebudayaan Jawa

tentunya akan menjadi persoalan yang menarik untuk dibicarakan, mengingat

eksistensinya sekarang.

Menurut pemirsa Karang Tumaritis, Bu Anna Amrih Rahayu, hasil

wawancara 23 November 2010, Karang Tumaritis mempunyai kelebihan yaitu :

“Sebenarnya saya sering nonton, sering tidak. Kalau kemarin yang tentang wayang, saya suka lalu nonton. Permasalahan yang diangkat adalah budaya, baik sekali. Namun, untuk saya pribadi, Karang Tumaritis tergantung tema yang diambil. Selain itu, adanya telepon interaktif sehingga bisa masuk ke line di TVRI dan menyampaikan pendapat.”

Dari pernyataan di atas telah terlihat bahwa dengan adanya telepon interaktif

berarti feed back dari pemirsa terlihat sedikit. Hal tersebut sesuai dengan poin

pernyataan dari Onong Uchjana Effendy (2004 : 51-55) yaitu sifat efek, efek

komunikasi yang timbul pada komunikan bergantung pada tujuan komunikasi yang

dilakukan oleh komunikator. Komunikator atau Karang Tumaritis berusaha

menginformasikan kebudayaan Jawa. Jadi, efek dari komunikasi ini adalah kesadaran

yang nantinya akan timbul pada masyarakat tentang kebudayaan Jawa.

Efek yang timbul nantinya yaitu efek kognitif yang berhubungan dengan

kebudayaan Jawa. Efek ini berupa efek positif yang bertujuan untuk memberikan

Page 116: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

informasi kepada masyarakat supaya mengerti akan kebudayaan Jawa. Hal ini sesuai

dengan pernyataan dari sebuah teori dari Harold Lasswell. Model ini berupa ungkapan

: Who says what in which channel to whom with what effect atau siapa berkata apa

melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa (Morissan, 2008 : 16). Di sini

komunikator membawa pesan melalui media kepada penerima dengan efek tertentu.

Dalam ungkapan who says what in which channel to whom with what effect

maka akan menjadi Karang Tumaritis menginformasikan kebudayaan Jawa melalui

siaran televisi kepada khalayak di daerah Yogyakarta dengan efek seperti apa. Maka

efek yang diharapkan adalah kesadaran akan pentingnya kebudayaan Jawa di

kehidupan masyarakat Yogyakarta. Acara Karang Tumaritis, dengan menggunakan

telepon interaktif, maka umpan balik yang terjadi bisa saja langsung. Namun,

sebenarnya untuk penerapannya dalam kehidupan sehari-hari memerlukan waktu yang

agak melambat, karena pelestarian kebudayaan adalah sebuah proses.

Umpan balik yang terjadi pada Karang Tumaritis yaitu bisa diketahui dari

penelpon. Pada setiap acara ini ditayangkan, maka paling tidak ada beberapa orang

yang menelpon ke studio. Dari hasil pengamatan inilah, maka umpan balik Karang

Tumaritis dilihat dari representative-nya. Dari sekian banyak pemirsa Karang

Tumaritis yang tersebar di seluruh wilayah DIY dan sekitarnya, maka beberapa orang

yang menelpon tersebut menjadi wakil dari semua pemirsa. Pertanyaan, saran, dan

juga kritikan dari wakil inilah yang langsung bisa diterima oleh Karang Tumaritis.

Hal tersebut sama dengan pernyataan tentang representative feedback dari

Elvinaro, dkk yaitu : untuk karakteristik komunikasi massa yang komunikannya

bersifat heterogen, maka tidak mudah untuk mengukur umpan balik yang datang dari

semua komunikan. Karena itu, umpan balik yang datang biasanya merupakan

representative (wakil) sampel, sehingga walaupun yang ditanggapi hanya satu atau dua

Page 117: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

komunikan, namun hal tersebut sudah dianggap dapat mewakili seumlah komunikan

yang lainnya (Elvinaro, dkk, 2007 : 47).

Dengan adanya telepon interaktif, maka Karang Tumaritis menjadi lebih

dari sekedar acara yang membahas kebudayaan. Telepon interaktif ini walaupun

masih sederhana atau kurang modern di bandingkan dengan televisi swasta, namun

untuk Karang Tumaritis sekiranya cukup untuk mengutarakan pendapat dari penelpon.

Antusias pemirsa di rumah ketika line telepon dibuka terjadi di studio. Karena untuk

tema-tema tertentu yang dipandang menarik oleh pemirsa, biasanya penelpon akan

melebihi target.

Kejadian ini sama seperti pengamatan yang dilakukan oleh penulis saat

minggu ketiga bulan November 2010 di studio bahwa ada satu penelpon yang terpaksa

ditolak karena waktu tayang Karang Tumaritis sudah habis. Sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa telepon interaktif adalah wadah untuk menyalurkan pendapat dan

sifatnya akan menyempurnakan dari acara tersebut. Pemirsa diajak untuk memberikan

masukan dan jadilah sebuah dialog yang mempunyai kesan tidak hanya sekedar

menggurui saja. Apalagi, Karang Tumaritis adalah acara kebudayaan Jawa yang tentu

saja melibatkan semua lapisan masyarakat baik Jawa di Yogyakarta maupun di

sekitarnya.

Hal mengenai telepon interaktif adalah sesuai dengan pernyataan yang

diungkapkan oleh Edi Sedyawati dalam bukunya Keindonesiaan Dalam Budaya (2008

: 41-42) yaitu arah pemecahan yang harus dicari adalah untuk menanggulangi dua

persoalan itu : yaitu pertama, ketidakseimbangan informasi dari negara luar yang kuat

dari negara kita sendiri, dan kedua, kedudukan penonton televisi sebagai pihak pasif

menerima siaran. Untuk persoalan pertama yang perlu dilakukan adalah meningkatkan

produksi industria budaya audio-visual dalam negeri yang memuat pula nilai-nilai

Page 118: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

budaya bangsa yang luhur, dan bukan justru mengambil alih nilai-nilai asing yang

tidak luhur tetapi mengenakkan. Peningkatan produksi memerlukan suatu pengerahan

modal, serta juga dan inilah yang justru sangat menentukan mutu, peningkatan tenaga-

tenaga ahli dan sarana untuk itu….. Adapun untuk menjawab persoalan kedua ada dua

jalan yang perlu ditempuh, yaitu pertama, mendayagunakan media, atau kemasan

media yang lebih bersifat interaktif, dan kedua, menyelenggarakan lebih banyak

kegiatan yang bersifat tatap muka, yang lebih memungkinkan pergaulan antara

manusia yang hangat dan menumbuhkan kepekaan untuk saling mengerti.

Dari pernyataan di atas, maka benar bila Karang Tumaritis bukan hanya

menjadi sekedar penyampai kebudayaan saja. Akan tetapi, acara ini juga mampu

membuka kesempatan untuk masyarakat (pemirsa) yang ingin mengajukan pendapat

melalui telepon interaktif saat on air. Karang Tumaritis adalah sarana untuk

menumbuhkan rasa persamaan untuk bicara tentang kebudayaan Jawa. Hal seperti

inilah yang dirasa perlu untuk dilakukan, agar media massa juga menampung atau

mendengar kata-kata dari pemirsa. Media massa yang bersifat interakif lebih bisa

memberikan efek yang mendalam untuk pemirsa maupun narasumber agar mereka

juga tahu bagaimana pendapat masyarakat tentang kebudayaan Jawa.

5. Sarana Sosialisasi Program-program Pelestarian Kebudayaan Jawa di Yogyakarta

Sebagai media massa, tentunya televisi tidak lepas dari perannya untuk

mensosialisasikan sesuatu. Dalam masalah ini, sosialisasi yang dimaksud yaitu

program-program pelestarian kebudayaan Jawa di Yogyakarta. Melalui salah satu

acaranya, TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta menjadi sarana sosialisasi program-program

yang berasal dari pihak-pihak seperti dinas atau pemerintah. Bentuk kerja sama ini

sudah berlangsung sejak lama, mengingat adanya kesamaan pandangan terhadap suatu

masalah.

Page 119: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Karang Tumaritis menjadi salah satu acara di TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta

yang menjalin kerja sama dengan pihak di luar TVRI. Dengan adanya kesamaan

komitmen, Karang Tumaritis bisa menjadi sarana sosialisasi ke masyarakat luas bagi

pihak tersebut. Pernyataan ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan produser

Karang Tumaritis, Bu Iwung, 3 November 2010 :

“Paling-paling kami hanya mengkomunikasikan komitmen-komitmen itu dengan lembaga lain. Bagi yang mempunyai komitmen yang sama kita bisa bekerja sama.”

Selain dari hasil wawancara dengan Bu Iwung, ada juga pernyataan yang

memperkuat dari Bapak Anang, Penanggung Jawab Humas TVRI Stasiun D. I.

Yogyakarta, 11 November 2010 :

“Untuk acara seperti Karang Tumaritis maupun yang mengangkat kebudayaan lokal yang lebih tertarik mengisi adalah dari kalangan dinas. Walaupun sebenarnya Karang Tumaritis bisa dimasuki oleh kalangan manapun. Biasanya ini karena kepentingan dari pihak dinas tertentu juga. Mungkin Dinas Pariwisata yang akan mengisi Karang Tumaritis bisa merangkul pihak lain yang ada dalam satu komunitas dengannya. Dinas Pariwisata yang mengisi pastinya akan mengajak dinas-dinas kepariwisataan lain untuk menonton penampilan mereka ini. Hal ini bisa jadi Karang Tumaritis lalu ditonton oleh kalangan tersebut. Selain itu, Karang Tumaritis sifatnya tema. Jadi, para penonton yang suka biasanya tergantung oleh cocoknya tema.”

Pelestarian kebudayaan tidak hanya menjadi tugas media massa saja. Namun,

berbagai pihak harus bekerja sama dalam proses pelestarian kebudayaan. TVRI perlu

adanya kerja sama dengan pihak pelestari kebudayaan lainnya supaya terjalin

hubungan untuk saling bertukar pikiran. Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa

bentuk kerja sama bisa saling menguntungkan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari

Edi Sedyawati (2008 : 203) tentang pembinaan kebudayaan. Tugas pembinaan

kebudayaan yang diemban oleh berbagai pihak dalam masyarakat dapat

dikelompokkan ke dalam usaha-usaha yang menurut sifatnya dapat dibagi ke dalam

Page 120: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lima kelompok, yaitu:

a. Pemeliharaan, perawatan, dan pemugaran

b. Penggalian dan pengkajian

c. Pengemasan informasi budaya dan penyebarluasannya

d. Perangsangan inovasi dan kreasi

e. Perumusan nilai-nilai ideal bangsa dan sosialisasinya

Tujuan-tujuan besar seperti di atas dirumuskan sebagai “memperkukuh jati

diri budaya bangsa”, “memperkuat ketahanan budaya bangsa”, “melestarikan warisan

budaya bangsa”, “meningkatkan kesadaran budaya”, “meningkatkan kesadaran

sejarah”, serta “memperlancar dialog budaya”, pada dasarnya adalah tujuan-tujuan

payung yang harus dijabarkan ke dalam berbagai program kegiatan.

Karang Tumaritis termasuk ke dalam pengemasan informasi budaya dan

penyebarluasannya. Melalui televisi, informasi budaya bisa dikemas secara menarik

dan kreatif dan dilakukan penyebarannya. Tujuannya adalah untuk memperkukuh jati

diri budaya bangsa, memperkuat ketahanan budaya bangsa, melestarikan warisan

budaya bangsa, meningkatkan kesadaran budaya, meningkatkan kesadaran sejarah,

serta memperlancar dialog budaya. Dengan terjaganya kebudayaan asli Indonesia

yang sesuai dengan nilai luhur bangsa maka, bangsa ini tidak rapuh dalam menghadapi

globalisasi. Kebudayaan Indonesia seharusnya berakar pada kebudayaan asli daerah di

NKRI.

Dalam masalah pengembangan kebudayaan, Karang Tumaritis ikut

melestarikan sekaligus mengembangkan kebudayaan Jawa. Dengan adanya sosialisasi

program-program yang berhubungan dengan kebudayaan Jawa, maka Karang

Tumaritis telah memberikan tempat kepada pihak-pihak yang ingin mengembangkan

sekaligus melestarikan kebudayaan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Astrid S.

Page 121: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Susanto-Sunario (1995 : 151) tentang pengembangan kebudayaan daerah yang

merupakan akar dari kebudayaan nasional. Kebudayaan daerah tidak ditiadakan demi

pengembangan kebudayaan itu sendiri, tetapi selalu dalam rangka pengembangan

budaya nasional. Komunikasi merupakan alat dan wahana penyampaian

kemungkinan-kemungkinan perkembangan kebudayaan dalam arti luas, yaitu

mencakup seluruh kehidupan masyarakat di daerah-daerah sebagai bagian tak

terpisahkan dari kebudayaan nasional.

Menurut pendapat dari Astrid S. Susanto-Sunario di atas, bahwa kebudayaan

nasional mencakup kebudayaan daerah-daerah di Indonesia. Komunikasi menjadi alat

dan wahana untuk menyampaikannya. Karang Tumaritis menjadi alat pelestari dan

pengembang kebudayaan Jawa, selain itu ia juga menjadi sebuah wahana untuk

mengkomunikasikan perkembangan kebudayaan. Untuk Daerah Istimewa Yogyakarta,

Karang Tumaritis menjadi alat penyampai perkembangan kebudayaan Jawa di masa

sekarang yang sesuai dengan kehidupan masyarakat di Yogyakarta sendiri.

Untuk mencapai tujuan itu, maka digunakan media massa sebagai salah satu

alat komunikasi. Televisi menjadi sebuah medium yang baik untuk mensosialisasikan

sesuatu kepada khalayak luas. Karena televisi memiliki kelebihan dibandingkan

dengan media massa lainnya. Sesuai dengan pernyataan dari Onong Uchjana Effendy

(2004 : 51-55) tentang ciri-ciri televisi yakni :

a. Sifat komunikan

Komunikasi massa ditujukan kepada khalayak yang jumlahnya relatif besar,

heterogen, dan anonim. Sifat komunikan di sini yaitu karena siaran televisi ditujukan

kepada khalayak yang jumlahnya relatif besar, heterogen, dan anonim. Acara Karang

Tumaritis ditujukan untuk khalayak yang mampu menangkap siaran TVRI Stasiun D.

I. Yogyakarta, yang diperkirakan besar jumlahnya. Apalagi sejak adanya tower baru di

Page 122: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gunung Kidul yang membuat siaran TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta mampu

menjangkau daerah yang lebih luas dari pada sebelumnya. Khalayak yang dituju juga

heterogen, dalam artian tidak peduli apakah dia orang kaya, miskin, laki-laki,

perempuan, pejabat atau bukan, dan lainnya. Dan tentunya khalayak yang dituju juga

tidak dikenal, mereka adalah orang-orang yang di wilayah tersebut yang mampu

menerima siaran.

b. Sifat media massa

Serempak cepat, yaitu keserempakan kontak antara komunikator dengan

komunikan yang jumlahnya besar. Media massa bersifat cepat (rapid), dalam artian

memungkinkan pesan yang disampaikan kepada banyak orang dengan waktu yang

cepat. Karena sifatnya yang cepat (keserempakan kontak antara komunikator dan

komunikan) yang jumlahnya besar, maka Karang Tumaritis bisa langsung dilihat dari

setiap televisi yang menjadi target area TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta. Pesan yang

dikirimkan oleh Karang Tumaritis mampu menjangkau cepat audiensnya di daerah

Yogyakarta dan sekitarnya.

c. Sifat pesan

Sifat pesan yang dibawa media massa adalah umum. Karena media massa

adalah sarana untuk menyampaikan pesan kepada khalayak, bukan untuk sekelompok

orang saja. Sifat pesan yang dibawa oleh media massa ini adalah umum, bukan untuk

kelompok saja. Karang Tumaritis menyampaikan pesannya kepada masyarakat umum

tentang kebudayaan Jawa. Jadi, pesan ini bukanlah pesan yang hanya dikhususkan

untuk kelompok tertentu saja, melainkan untuk masyarakat luas di sana.

d. Sifat komunikator

Karena media massa adalah sebuah lembaga atau organisasi, maka ia

termasuk komunikator terlembagakan. Media massa memiliki pesan yang dikerjakan

Page 123: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

secara kolektif. Sifat komunikator pada televisi merupakan terlembagakan atau berasal

dari sebuah lembaga bukan dari perorangan saja. Karang Tumaritis dari TVRI Stasiun

D. I. Yogyakarta adalah sebuah lembaga yang menyampaikan informasi ke khalayak

secara kolektif. Lembaga inilah dikenal dengan TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta.

e. Sifat efek

Efek komunikasi yang timbul pada komunikan bergantung pada tujuan

komunikasi yang dilakukan oleh komunikator. Sifat efek yang akan timbul yaitu efek

yang sifatnya bergantung pada tujuan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator.

Untuk efek dari Karang Tumaritis adalah efek yang bisa membuat kesadaran akan

pentingnya kebudayaan Jawa di masyarakat Yogyakarta. Efek ini terjadi dari

informasi yang dibawa melalui Karang Tumaritis.

Sebagai televisi, maka siaran melalui program-programnya sering dikatakan

sebagai wahana pendidikan yang berbeda dengan lembaga edukasi formal. Televisi

adalah sebuah medium yang baik untuk menularkan ilmu dengan sajian yang berbeda

dengan lembaga pendidikan formal. Sekilas televisi dianggap sebagai sarana hiburan

saja, namun dibalik itu, televisi juga mengambil peran sebagai pendidik bagi

pemirsanya. Yang perlu diperhatikan adalah masalah program yang mencerdaskan

atau tidak. Jelas bahwa program yang mencerdaskan bisa mengambil peran dari

lembaga pendidikan formal.

Karang Tumaritis bisa menjadi acara yang menghibur sekaligus

mencerdaskan. Karena isi dari materi yang ada di Karang Tumaritis bukan

sembarangan tema. Hal inilah yang menyebabkan mengapa acara ini patut untuk

dijadikan partner kerja sama. Hasil wawancara dengan Bu Widiastuti, Pejabat

Pelaksana Teknis Kegiatan Pembinaan, Pelestarian, dan Pengembangan Nilai-nilai

Budaya, 30 November 2010 adalah :

Page 124: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

“Cukup besar, karena memang proses edukasi seperti ini harus selalu dilakukan. Program-program seperti ini harus ada, dan menurut saya TVRI telah konsisten dengan tema khusus terhadap kebudayaan. Jadi ini menurut saya cukup relevan acara ini.”

Menurut hasil wawancara yang didapatkan, terlihat bahwa TVRI menurut dari

kalangan dinas seperti Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta telah menunjukkan

eksistensinya dengan membuat program seperti Karang Tumaritis. Program seperti

Karang Tumaritis dianggap menarik karena bertema kebudayaan dan memiliki

komitmen dalam proses edukasi. Karang Tumaritis menjadi acara yang baik karena

bisa mencerdaskan audien melalui tayangannya.

Kebudayaan Jawa berarti sesuatu milik orang Jawa. Kebudayaan menurut

Hari Poerwanto yaitu (2008 : 51-52) : istilah kebudayaan atau culture dalam bahasa

Inggris, berasal dari kata kerja dalam bahasa Latin colere, yang berarti bercocok tanam

(cultivation). Dalam bahasa Indonesia, kata kebudayaan berasal dari bahasa

Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari kata buddhi (budi atau akal). Sering

kali ditafsirkan bahwa kata budaya merupakan perkembangan dari kata majemuk

“budi-daya”yang berarti daya dari budi, yaitu berupa cipta, karsa, dan rasa. Karenanya

ada juga yang mengartikan bahwa kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa.

Untuk menerangkan tentang kebudayaan, maka menurut Koentjaraningrat

(Alfian, 1985 : 100) bisa dilihat dari wujud kebudayaan. Menurut Koentjoroningrat,

wujud kebudayaan paling sedikit memiliki tiga wujud yaitu wujud sebagai kompleks

gagasan, konsep, dan pikiran manusia ; wujud sebagai suatu kompleks aktivitas ; dan

wujud sebagai benda. Kebudayaan Jawa pastinya memiliki wujudnya sendiri yang

membedakan dari kebudayaan lain.

Kebudayaan Jawa adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa dari masyarakat

Jawa. Kebudayaan Jawa adalah yang menjadi tema di Karang Tumaritis. Kebudayaan

Page 125: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Jawa ini tidak akan mungkin dimiliki oleh masyarakat tanpa adanya proses belajar.

Proses belajar kebudayaan bisa melalui berbagai media, termasuk media massa seperti

televisi.

Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dijelaskan secara lebih lanjut oleh

Koentjaraningrat (Hari Poerwanto, 2008 : 52) yang mendefinisikan kebudayaan

sebagai :…….keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam

rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Maka

dari pernyataan dari Koentjoroningrat tersebut bisa diambil titik temu bahwa

kebudayaan tidak bisa langsung dimiliki oleh seseorang tanpa adanya proses belajar

terhadap kebudayaan itu sendiri. Pembelajaran adalah satu-satunya cara untuk

mendapatkan dan meneruskan kebudayaan dari generasi sebelumnya.

Hal yang sama terjadi di Karang Tumaritis. Hasil dari wawancara dengan Bu

Widiastuti menunjukkan tentang perlunya proses edukasi terhadap kebudayaan Jawa

melalui media massa. Apalagi TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta merupakan stasiun

televisi milik pemerintah yang paling mempunyai pengaruh dengan masyarakat di

sana. Proses edukasi seperti pembuatan program kebudayaan di televisi akan menjadi

salah satu sarana untuk belajar tentang kebudayaan Jawa.

Untuk masalah persamaan komitmen dengan lembaga lain, maka Karang

Tumaritis bisa bekerja sama dengan pihak tersebut. Namun, tentunya sebagai sebuah

acara, Karang Tumaritis tetap pada jalur mencerdaskan audien dalam bidang budaya.

Bentuk kerja sama untuk mengenalkan program-program kebudayaan yang dimiliki

oleh suatu lembaga akan menjadikan Karang Tumaritis semakin luas pengalamannya.

Karena dengan semakin menjaring banyak pihak untuk kerja sama, itu berarti proses

edukasi akan dilakukan bersama-sama untuk mencapai tujuan mulia sebagai media

edukasi.

Page 126: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Media massa mempunyai fungsi penting di masyarakat. Karang Tumaritis

sebagai acara yang di televisi tentunya yang paling utama adalah berfungsi dalam

sosialisasi dan hiburan. Hal ini sesuai dengan penyataan dari Dominick (2001) tentang

fungsi media massa. Fungsi-fungsi itu menurut Dominick (2001) terdiri dari

(Elvinaro, dkk, 2007 : 15-18) :

a. Surveillance (Pengawasan)

Fungsi pengawasan terdiri dari dua jenis, yaitu peringatan dan instrumental.

Pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang

ancaman angin topan, meletusnya gunung merapi, dan sebagainya. Sedangkan

pengawasan instrumental yaitu penyebaran informasi yang memiliki kegunaan

dalam kehidupan sehari-hari. Isinya bisa tentang produk-produk baru dan harga-

harga saham.

b. Interpretation (Penafsiran)

Fungsi ini mirip dengan pengawasan. Namun, media massa juga memberikan

penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting.

c. Linkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga

membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang

sesuatu.

d. Transmission of Value (Penyebaran Nilai-nilai)

Fungsi ini sering disebut sosialisasi. Sosialisasi mengacu pada cara, di mana

individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili

gambaran masyarakat itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media massa

memperlihatkan kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka.

Di antara semua jenis media massa, televisi sangat berpotensi untuk terjadinya

Page 127: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sosialisasi (penyebaran nilai-nilai).

e. Entertainment (Hiburan)

Televisi adalah media massa yang mengutamakan hiburan. Hampir tiga perempat

bentuk siaran televisi setiap harinya adalah hiburan. Melalui berbagai macam acara

yang ditayangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang

dikehendakinya.

Untuk Karang Tumaritis, fungsinya di masyarakat yang paling utama menurut

poin yang dibuat oleh Dominick (2001) yaitu poin (penyebaran nilai-nilai)

sosialisasi dan hiburan. Karang Tumaritis menjadi media untuk mensosialisasikan

program-program kebudayaan baik dari pihak yang peduli kebudayaan maupun

pihak yang mengurusi kebudayaan, selain itu ia juga menjadi sarana untuk

menyalurkan nilai-nilai luhur kebudayaan Jawa. Sedangkan fungsi hiburan pasti

ada dalam acara ini. Karena televisi merupakan sumber hiburan yang paling mudah

untuk diakses.

Hal tersebut juga sesuai dengan tugas yang diemban TVRI selama ini.

Menurut Morissan (2008 : 97-99) adalah Undang-Undang Penyiaran di Indonesia

memberikan tugas kepada TVRI untuk memberikan pelayanan informasi, pendidikan,

hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial serta melestarikan budaya bangsa untuk

kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi

yang menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

Jadi, terlihat bahwa TVRI harus memberikan pelayanan informasi,

pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial serta melestarikan budaya

bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan

penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Jadi, dengan adanya

Karang Tumaritis maka TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta telah memberikan andilnya

Page 128: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

untuk melaksanakan tugas tersebut.

C. Kendala Acara Karang Tumaritis Dalam Mensukseskan Pelestarian

Kebudayaan Jawa di Masyarakat Yogyakarta

Kendala yang dihadapi Karang Tumaritis menurut beberapa orang yang

terlibat di dalamnya adalah minim. Bahkan mereka juga mengatakan bahwa tidak ada

kendala. Sesuatu hal pasti ada kelemahannya, karena tidak ada yang sempurna di

dunia ini. Hal yang sama terjadi pada Karang Tumaritis. Ketika tidak ada persoalan

yang muncul, maka Karang Tumaritis memang tidak berkendala. Akan tetapi, ada

sedikit pernyataan yang ternyata bisa saja membuat Karang Tumaritis tidak menjadi

optimal.

Hasil-hasil wawancara dengan Bu Iwung (produser, 3 November 2010),

Bapak RM. Kristiadi (desain program, 16 November 2010), dan Bu Yati Pesek

(pembawa acara, 16 November 2010) memberikan jawaban tentang tidak adanya

kendala. Hasil wawancara tersebut yaitu :

“Sejauh ini tidak ada. Kami merasa nyaman-nyaman saja. Karena ngalir saja begitu.” (Bu Iwung)

“Tidak ada. Saya tidak pernah berpikir tentang kendala.” (Bapak RM. Kristiadi)

“Kalau bagi saya saat membawakan tidak ada masalah. Saya tidak berpikir ada kendala, kita lalui saja dengan senyum, pasti semua akan beres. Jangan dipikir sesuatu yang sulit sebagai kendala…” (Bu Yati Pesek)

Dari jawaban-jawaban tersebut, memang tidak ada kendala yang berarti.

Sehingga bisa dipastikan memang mereka suka terhadap hal-hal yang ada di Karang

Tumaritis. Bahkan menurut pengamatan penulis, terlihat saat proses produksi Karang

Tumaritis mereka sangat “mengalir”. Dan inilah yang dimaksudkan mengapa selama

Page 129: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ini tidak pernah ada kendala. Mereka tidak mau berpikir dan merasakan kendala,

tetapi adalah bagaimana mereka bisa melalui tugas-tugas ini.

Sedangkan dari hasil wawancara lainnya yang berhasil dihimpun oleh penulis,

ada beberapa pernyataan yang disinyalir sebagai kendala untuk Karang Tumaritis.

Menurut pihak-pihak yang terlibat langsung dalam Karang Tumaritis, memang tidak

ada kendala. Namun, menurut pihak-pihak yang agak tidak bersinggunggan secara

langsung dengan produksi Karang Tumaritis merasa ada sesuatu hal yang bisa

dianggap sebagai kendala untuk Karang Tumaritis.

Berikut ini adalah hasil wawancara dengan Bapak Maryanta, Kepala Seksi

Program, 3 November 2010 yaitu :

“Karena anggaran yang terbatas. Dana kita dari dua sumber, yaitu APBN dan pihak ketiga (sponsorship). Kalau pihak kedua yaitu pengisi acara, secara langsung berhubungan dengan kita. Masalahnya memang dana, biasanya tiap akhir tahun sudah habis. Untuk sponsor, memang dilihat ratingnya, apalagi untuk acara yang marketable. Namun, bila ada pihak yang mempunyai kepentigan yang hampir sama dengan kita, pasti akan masuk.…”

Menurut pernyataan yang diberikan oleh Bapak Maryanta di atas tentang

dana, maka terlihat bahwa inilah yang selama ini terjadi. Masalah pendanaan adalah

sesuatu yang sensitif, mengingat TVRI merupakan sebuah lembaga milik pemerintah

yang seperti banyak orang tahu bahwa dana adalah persoalan. Hal ini terjadi untuk

stasiun televisi, namun bisa juga berdampak ke acara-acara yang diproduksi. Acara-

acara tersebut tentunya mendapat porsi dana itu. Bila dana adalah menjadi sebuah

dilema, maka acara televisi juga merasakan imbasnya.

Karang Tumaritis adalah acara dari TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta. Dan

untuk pembiayaan program ini pasti telah diperhitungkan oleh pihak TVRI. Pihak

TVRI ini menyangkut pihak yang luas, termasuk TVRI Pusat. Dana untuk operasional

TVRI di daerah juga diperhitungkan kembali oleh Pusat. Maka, secara otomatis TVRI

Page 130: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

di daerah menunggu keputusan dari Pusat. Setelah adanya keputusan tentang dana,

maka TVRI di daerah bisa membuat rancangan program yang telah disesuaikan dengan

besarnya jumlah anggaran fixed dari Pusat.

Akibat yang bisa dirasakan oleh acara seperti Karang Tumaritis adalah

berkurangnya jumlah waktu tayang. Bisa saja anggaran untuk membiayai acara

tersebut harus dipotong untuk menyesuaikan anggaran yang diterima. Kendala

semacam ini terjadi karena sumber dana TVRI berasal dari APBN dan dari luar.

Apalagi APBN harus melalui rapat yang matang sebelum dana itu dikucurkan ke TVRI

di daerah.

Kemudian untuk memperkuat pernyataan Bapak Maryanta, maka hasil

wawancara dengan Bapak Anang, Penanggung Jawab Humas TVRI Stasiun D. I.

Yogyakarta, 11 November 2010 juga mengataka hal yang sama yaitu :

“Menurut yang saya ketahui adalah ada pada TVRI sendiri. Pertama, kendalanya yaitu dana. Karena dana kami berasal dari APBN dan pihak ketiga, jadi untuk pendanaan terbatas. Kami mengajukan rancangan ke pusat, namun jumlah dana tergantung dari mereka. Dana untuk TVRI akan dibagi ke TVRI di daerah-daerah, jadi kebijakan tergantung sana. Bila misalnya kami mengajukan 5 Milyar, namun hanya diberi 3 Milyar, maka berarti kami harus rapat untuk membahas bagaimana penggunaan dana. Dana ini bisa menjadi kendala juga bagi produser sebenarnya, karena untuk mendatangkan bintang tamu yang menarik membutuhkan biaya yang besar juga. Jadi, bisa saja produser tidak bisa mengundang bintang tamu yang menarik karena permasalahan dana tadi.”

Hal yang tertera di atas sesuai dengan pernyataan tentang dana untuk televisi

publik, yaitu TVRI. Pernyataan ini berisi tentang sumber pembiayaan media

penyiaran publik di Indonesia. Dana ini berasal dari iuran penyiaran yang berasal dari

masyarakat, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sumbangan masyarakat, dan siaran iklan.

Sumber pembiayaan untuk stasiun penyiaran publik lebih banyak dari pada stasiun

Page 131: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

swasta yang hanya memiliki dua sumber pendapatan, yaitu siaran iklan dan usaha lain

yang sah terkait dengan penyelenggaraan penyiaran (Morissan, 2008 : 100).

Sedangkan menurut Riswandi, sumber pendanaan penyiaran publik berasal dari

negara, iuran, iklan, dan donatur yang tidak mengikat (2009 : 17).

Dana yang berasal dari negara tersebut juga membutuhkan rapat untuk

memutuskan berapa besarnya alokasi APBN untuk TVRI. Ini dianggap sebagai

kedala, karena untuk produksi dan kebutuhan lainnya membutuhkan biaya yang tidak

sedikit. Langkah yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan dana di TVRI-

TVRI daerah adalah salah satunya mengadakan rapat yang bertujuan membahas

pemakaian dan pembagian dana dari negara tersebut agar mencukupi untuk TVRI.

Kemudian, hal lain yang bisa dikatakan sebagai kendala adalah dari internal

Karang Tumaritis. Hasil wawancara dengan Bu Sari Nainggolan, Pengarah Acara

Karang Tumaritis, 24 November 2010 yaitu :

“…..Kendala apa, saya rasa Karang Tumaritis itu mengalir, karena membicarakan kebudayaan. Jadi, kendalanya jarang. Namun, yang belum pernah saya temukan adalah bagaimana kebudayaan Jawa yang didialogkan oleh mereka disukai atau dipartisipasi oleh anak muda. Sebenarnya perlu ada pengemasan lagi sehingga anak muda tertarik dan mendapatkan manfaatnya. Hal ini adalah bagaimana anak muda sekarang bisa memetik manfaat. Mungkin sudah, ada anak muda yang suka. Tetapi, belum banyak. Apalagi untuk jaman sekarang, lalu kebudayaan Jawa apa maknanya. Apa yang bisa diserap dan diterapkan untuk jaman sekarang oleh anak muda. Anak muda kadang tidak butuh hanya sekedar pemaparan kebudayaan saja, tetapi maknanya untuk sekarang apa. Kebudayaan Jawa seperti ini, lalu kita mau apa, harus berbuat apa, maknanya apa. Karena yang penting adalah untuk anak muda sebagai generasi penerus. Merekalah yang akan menjadi tonggak masa depan kita. Namun, saya juga menginginkan telepon interaksi di Karang Tumaritis tidak satu per satu bertanya lalu dijawab. Akan lebih baik kalau disaring tiga pertanyaan baru kemudian dijawab oleh presenter. Ini gunanya agar tidak terlalu memakan waktu, karena yang masuk melalui telepon interaktif ada banyak sekali. Lalu untuk TVC menurut saya kebanyakan, ada empat kali.”

Page 132: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lalu hasil wawancara dengan Bu Anna Amrih Rahayu, pemirsa Karang

Tumaritis, 23 November 2010 yaitu :

“Karang Tumaritis sudah bagus, namun tergantung narasumbernya juga. Bu Yati Pesek bagus penampilannya. Namun, kritik saya bagi TVRI atau Karang Tumaritis, bagi acara yang interaktif adalah sebaiknya di TVRI Yogyakarta dibuat dua line telepon. Hal ini agar kita yang ingin interaktif tidak menunggu terlalu lama atau bahkan malah terputus. Padahal ada banyak yang antri, sehingga kami semua tidak bisa masuk ke TVRI. Seharusnya dibuat seperti di radio swasta, itu ada dua line telepon. Sehingga kami yang ada diurutan belakang tetap bisa masuk untuk interaktif.”

Hasil wawancara tentang kendala dengan Bapak Anang, Penanggung Jawab

Humas TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta, 11 November 2010 :

“Kedua, keterbatasan SDM di TVRI. Meskipun sudah berpengalaman, tetapi karyawan TVRI kebanyakan sudah berusia di atas empatpuluh tahun. Jadi, tidak seaktif yang masih muda. Memang seharusnya ada yang masih aktif, karena untuk orang tua juga mobilitasnya kurang. Selain itu, taste dari hasil acara yang diproduksi juga berbeda dengan hasil yang diproduksi orang muda. Ketiga, yaitu dukungan teknologi yang kurang. Teknologi yang dimiliki oleh TVRI sudah ketinggalan jaman dan terbatas. Padahal sebetulnya peralatan yang ada di sini sudah harus di-upgrade supaya mendapatkan hasil yang terbaik. Jadi, internalnya kurang mendukung. Menurut saya, kendala dari eksternalnya mungkin ada, tetapi sedikit. Semuanya memang mayoritas dari internalnya sendiri.”

Menurut hasil wawancara di atas, bahwa kendala yang dimaksud adalah

sesuatu mungkin belum ditemukan pada Karang Tumaritis selama ini yaitu untuk anak

muda. Ini bisa tentang kebudayaan Jawa untuk anak muda dalam menghadapi

kehidupan sekarang atau bagaimana penerapan kebudayaan Jawa untuk anak muda.

Hal ini menarik karena anak muda memang seharusnya diajak untuk terlibat dalam

proses pelestarian kebudayaan Jawa. Salah satunya yaitu dengan mengajak mereka

untuk berpartisipasi dalam sebuah acara kebudayaan seperti Karang Tumaritis.

Hal ini telah sesuai dengan pernyataan dari Riswandi (2009 : 17-18) tentang

keterlibatan publik. Keterlibatan publik ini adalah adanya keterlibatan antara penonton

atau yang menjadi kelompok yang rela membantu menyumbangkan tenaga, pikiran,

Page 133: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dan dana untuk kelangsungan penyiaran publik. Dengan hasil wawancara di atas, yang

menginginkan adanya mengambil anak muda untuk ikut berpartisipasi tentunya sesuai

dengan pernyataan tentang keterlibatan publik. Walau bagaimanapun juga,

kelangsungan penyiaran publik akan lebih terjamin bila masyarakat (dalam hal ini bisa

anak muda) untuk ikut berpartisipasi dalam Karang Tumaritis.

Selanjutnya tentang kendala teknis seperti sistem telepon atau iklan, ini

berkaitan dengan pihak TVRI secara keseluruhan. Teknologi TVRI memang perlu

upgrade lagi, kemudian untuk iklan yang dirasa terlalu banyak adalah pertimbangan

untuk pihak TVRI. Teknologi yang harusnya diperbaharui dengan yang lebih modern

pastinya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sedangkan dana yang ada untuk

TVRI saja masih kurang. Sedangkan iklan dari luar juga diperlukan TVRI sendiri

untuk menambah pendapatan di luar dana negara. Dan untuk iklan yang sifatnya

mengenalkan acara baru di TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta bertujuan untuk lebih

mempromosikan acara-acara yang diproduksi TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta.

Kemudian, masalah SDM yang ada di TVRI adalah yang sudah agak tua.

Memang ini juga bisa dilihat sebagai kendala. Mengingat untuk bekerja di media

massa juga memerlukan SDM yang masih fresh namun ada juga yang sudah

berpengalaman dan profesional. Untuk TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta menurut

pengamatan penulis yaitu mayoritas pegawainya adalah orang yang sudah berusia

empatpuluh tahunan. Ada yang masih di bawahnya, seperti tigapuluh maupun

duapuluh. Namun, jumlah mereka tidaklah banyak.

Hal tersebut bisa menjadi kendala. Dimana untuk pekerjaan media massa,

dibutuhkan orang-orang yang masih aktif seperti yang muda. Namun, orang tua pun

juga dibutuhkan untuk pengalamannya. Kendala ini terjadi juga karena TVRI sendiri.

Keputusan untuk merekrut pegawai-pegawai baru tergantung juga dari keputusan

Page 134: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pemerintah dalam mengangkat pegawai negeri. Kendala ini bisa tersamarkan apabila

hasil kerja yang diberikan pegawai-pegawai itu baik dan memuaskan, sehingga

kendala SDM bisa teratasi.

Lalu untuk kendala yang dirasakan oleh pembawa acara, maka ada hasil

wawancara dengan pembawa acara, Mas Altiyanto, 16 November 2010 adalah sebagai

berikut :

“Ketika berbicara tentang televisi, dimana TV itu berkaitan dengan durasi, daya tangkap informasi, maka alangkah baiknya bila pesan yang disampaikan diulang-ulang supaya pemirsa paham. Kendalanya adalah pada menuntaskan obrolan. Karena pada Karang Tumaritis tidak mencoba membuat solusi apa-apa, solusi itu sendiri ada pada setiap pemirsa.”

Dari hasil wawancara di atas, maka televisi sebagai media massa yang

mempunyai kelemahan seperti durasi akan menjadi sebuah pertimbangan tersendiri

untuk membuat acara. Karang Tumaritis adalah acara kebudayaan Jawa, dan pada

waktu selama kurang lebih enampuluh menit disajikan. Dari waktu tersebut pasti ada

trik untuk membuat pesan menjadi tersampaikan, salah satunya adalah mengulang-

ulang pesan.

Menurut pernyataan dari Riswandi (2002 : 2) bahwa televisi mempunyai

karakteristik yang berbeda dengan jenis media massa lain. Salah satu poin yang

mengatakan perbedaan itu adalah pada berpikir dalam gambar. Pertama, visualisasi,

menterjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar-gambar.

Kedua, penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual

sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.

Sesuai dengan pernyataan di atas, maka penggulangan yang bersifat

berkelanjutan pada pesan yang disampaikan televisi diperlukan supaya pemirsa paham.

Karena penggulangan ini dilakukan untuk menanggulangi kendala waktu pada siaran

televisi. Karang Tumaritis menggulang pesan yang dibawakan setiap episode karena

Page 135: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diantaranya adalah disebabkan oleh durasi. Pada Karang Tumaritis menurut Mas

Altiyanto, terkadang sulit untuk menuntaskan obrolan. Ini juga berhubungan dengan

waktu yang telah ditetapkan untuk tayang. Namun, ketika hal ini terjadi maka

pembawa acara harus siap menanggulanginya.

Sebagai acara yang bertema kebudayaan, Karang Tumaritis terkadang

dipandang sebagai acaranya orang tua atau orang yang mengerti kebudayaan saja.

Namun, pada dasarnya seperti yang penulis dapatkan dari dokumen yang ada bahwa

Karang Tumaritis bersegmen untuk masyarakat umum. Jadi, tentunya tidak hanya

orang tua atau orang “kebudayaan” saja. Acara ini bisa bermanfaat bagi siapa saja

yang ingin mengetahui kebudayaan Jawa di Yogyakarta sekarang.

Acara ini diproduksi oleh TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta untuk mengangkat

kearifan lokal di Yogyakarta. Acara ini merupakan acara yang berbobot dan mampu

mencerdaskan audien. Dari hasil wawancara dengan Bu Widiastuti, Pejabat Pelaksana

Teknis Kegiatan Pembinaan, Pelestarian, dan Pengembangan Nilai-nilai Budaya, 30

November 2010 yaitu :

“Semoga program ini tetap bisa berlangsung dan lebih diterima masyarakat. TVRI juga melakukan kerja sama dengan beragam pihak untuk berpartisipasi di TVRI untuk mengisi Karang Tumaritis, kemudian otomatis dengan semakin banyak yang digandeng maka sasarannya semakin banyak. Jadi nanti yang menonton tidak hanya eksklusif orang-orang tua atau orang-orang sadar budaya Jawa saja. Tetapi, kita juga menjangkau orang-orang yang lebih banyak lagi, seperti kalangan yang mengangap budaya Jawa itu ketinggalan jaman, tidak adaptif, bertentangan dengan nilai-nilai agama, dan lain sebagainya. Justru harapan saya lebih ke arah seperti itu.”

Jadi, menurut wawancara di atas terlihat bahwa yang menjadi kendala

terkadang adalah eksklusifme pemirsanya, yang dijangkau adalah orang tua atau orang

yang sadar budaya Jawa saja. Namun, saran dari pihak dinas seperti Bu Widiastuti itu

benar. Yaitu dengan semakin menggandeng banyak pihak, maka Karang Tumaritis

bisa menjangkau lebih banyak kalangan. Kalangan ini bisa berasal dari orang yang

Page 136: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menganggap budaya Jawa itu kuno, bertentangan dengan agama, dan lainnya. Inilah

yang membuat Karang Tumaritis nantinya menjadi lebih hidup untuk semua kalangan

dalam rangka pelestarian kebudayaan Jawa.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bu Yati Pesek, pembawa acara Karang

Tumaritis, 16 November 2010 :

“Sedangkan kendala yang saya rasakan untuk Karang Tumaritis adalah mungkin yang suka kebanyakan orang tua saja. Anak muda kurang memperhatikan masalah kebudayaan seperti ini. Tetapi, saya yakin lama-lama anak muda akan tertarik. Oh, ternyata budaya Jawa itu penuh santun dan menarik untuk diterapkan.”

Dari hasil wawancara di atas terlihat bahwa pemirsa Karang Tumaritis hanya

dari kalangan orang tua saja. Yang menjadi masalah adanya ketidakadaan anak muda

sebagai pihak yang menyukai dan mengapresiasi keberadaan Karang Tumaritis.

Kebudayaan Jawa sebaiknya juga disukai oleh anak muda, apalagi mereka akan

menjadi generasi penerus.

Hasil wawancara dengan Bu Yati tersebut sesuai dengan pernyataan tentang

kebudayaan perlu dilestarikan untuk anak muda. Kebudayaan Jawa dibutuhkan oleh

anak muda untuk menuntun hidup mereka. Maka, anak muda seharusnya juga

dipikirkan untuk bagaimana supaya mengerti kebudayaannya sendiri. Semakin

banyaknya kebudayaan yang ada dalam hidup ini, namun untuk anak muda di

Yogyakarta dan sekitarnya sebagai orang Jawa, maka mereka membutuhkan budaya

Jawa. Dalam arus modernisme seperti sekarang ini, kebudayaan Jawa bisa menjadi

semacam pembenteng dari kebudayaan yang tidak sesuai bagi mereka.

Pernyataan ini sesuai dengan pendapat bahwa kebudayaan berkembang

secara akumulatif, semakin banyak dan kompleks, maka pendapat dari Hari Poerwanto

(2008 : 89) tentang pelestarian kebudayan yaitu : ……untuk meneruskan dari generasi

Page 137: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ke generasi, diperlukan suatu sistem komunikasi yang jauh lebih kompleks daripada

yang dimiliki binatang, ialah bahasa, baik lisan, tertulis, maupun dalam bentuk bahasa

isyarat. Agar suatu kebudayaan dapat merespon berbagai masalah kelangsungan hidup

manusia dan tetap dipelajari oleh generasi berikutnya, serta tetap ‘lestari’, maka suatu

kebudayaan harus mampu mengembangkan berbagai sarana yang dapat diandalkan

untuk memenuhi kebutuhan pokok para individu.

Dari pendapat di atas, kebudayaan harus dilestarikan ke generasi selanjutnya,

termasuk kebudayaan Jawa. Sistem komunikasi diperlukan untuk menyalurkannya.

Sistem ini menyangkut berbagai macam sarana untuk melestarikan kebudayaan.

Melalui acara di televisi, maka ini juga termasuk sistem komunikasi yang bermanfaat

dalam pelestarian kebudayaan. Karang Tumaritis membicarakan kebudayaan Jawa di

masa Semarang, itu berarti anak muda juga perlu dijaring untuk manfaat pelestarian

kebudayaan Jawa di daerah Yogyakarta.

Menurut pendapat dari Hari Poerwanto di atas tersebut, bahasa juga termasuk

sarana untuk melestarikan. Bahkan bahasa Jawa sendiri adalah unsur kebudayaan

Jawa, maka untuk pemakaiannya sehari-hari adalah salah satu cara untuk

melestarikannya. Di Karang Tumaritis, bahasa Jawa adalah salah satu unsur yang

terkandung dalam acara ini. Jadi, Karang Tumaritis membuat langkah pelestarian yang

unsur-unsur di dalamnya adalah kebudayaan Jawa itu sendiri. Acara ini merupakan

acara yang sarat dengan kebudayaan Jawa, sehingga anak muda sepatutnya dijaring

baik sebagai segmen untuk audien maupun berpartisipasi dalam pelestarian

kebudayaan Jawa melalui media massa.

Pentingnya pelestarian kebudayaan menjadi topik yang menarik untuk di

bahas, apalagi tentang bagaimana dalam menghadapi tantangan hidup di dunia

modern. Televisi bisa dijadikan medium untuk melaksanakan tugas pelestarian

Page 138: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kebudayaan. Namun, dengan segala kelebihan maupun kelemahannya, televisi bisa

memberikan andil yang besar untuk mencerdaskan audien dalam berbagai bidang

termasuk kebudayaan. Karang Tumaritis tayang di TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta dua

sampai tiga kali sebulan dengan durasi enampuluh menit. Waktu memang agak

menjadi permasalahan ketika sebuah acara yang baik dan berbobot seperti Karang

Tumaritis.

Beberapa pendapat yang disampaikan pada hasil wawancara tentang Karang Tumaritis yaitu :

“Karang Tumaritis cukup baik menurut saya. Hanya kalau dari saya masalah waktu saja. Sebaiknya dirutinkan menjadi satu minggu sekali.” (Bapak Joko Setiono)

“Harapannya yaitu Karang Tumaritis bisa membuka dua line telepon. Kemudian Mbak Yati Pesek jangan terlalu lama saat berbicara saat interaktif sehingga masing-masing penelpon bisa mendapatkan kesempatan.” (Bu Anna Amrih Rahayu)

“Semoga acara Karang Tumaritis ini bisa dipertahankan, karena sebetulnya segmentasinya baik. Ada kalangan yang menyukai Karang Tumaritis. Maka, sebaiknya ini dijadikan motivasi untuk membuat Karang Tumaritis menjadi lebih dipertahankan lagi.” (Bapak Drs. Sumaryono, MA)

Permasalahan waktu adalah hal wajar terjadi pada televisi sebagai media

massa elektronik. Terkadang televisi juga dibatasi oleh kebijakan perusahaan.

Sebagai acara yang membicarakan tentang kebudayaan Jawa, maka Karang Tumaritis

yang hadir dua sampai tiga kali sebulan ini telah bisa memberikan manfaat yang besar

bagi audien. Kebudayaan Jawa mampu memperoleh eksistensinya melalui media

massa. Karena media inilah yang saat ini dirasa paling efektif untuk menyalurkan

pesan-pesan kebudayaan.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Imam Sutardjo, media massa

dianggap memiliki peran yang besar dalam pelestarian budaya seperti yang ia jelaskan

(2008 : 49) : ……hal ini bisa dilihat dari kerapuhan dalam unggah-ungguh berbahasa

Page 139: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Jawa di kalangan masyarakat Jawa yang disebabkan oleh kurangnya peran campur

tangan media massa. Salah satunya yaitu kurang tersedianya buku-buku bacaan dan

majalah berbahasa Jawa (ngoko maupun krama), baik di sekolah maupun di rumah,

serta semakin jarangnya media massa (cetak atau elektonik) yang menggunakan

wahana unggah-ungguh Bahasa Jawa.

Setiap televisi (TVRI dan swasta) seminggu atau sebulan sekali wajib

menayangkan acara seni tradisi yang disajikan pada siang atau sore hari, sehingga para

anak didik, generasi muda mudah untuk melihatnya (Imam Sutardjo, 2006 : 14-15).

Karang Tumaritis tayang setiap dua minggu sekali, yaitu minggu pertama, ketiga,

kelima (kalau ada) pada setiap bulan. Karang Tumaritis tayang pada pukul enam sore

secara live. Menurut pendapat Imam Sutardjo di atas, setiap televisi wajib

menanyangkan acara seni tradisi pada siang atau sore, seminggu atau sebulan sekali.

Dari pernyataan ini, maka Karang Tumaritis yang ditayangkan oleh TVRI Stasiun D. I.

Yogyakarta menjadi acara yang bermanfaat bagi audien, terutama segmen masyarakat

umum.

Karang Tumaritis adalah acara dialog kebudayaan Jawa. Selain

membicarakan tentang kebudayaan Jawa, Karang Tumaritis juga menggunakan bahasa

Jawa untuk berdialog. Bahasa Jawa ini adalah bahasa pengantar utama yang

digunakan, mengingat Karang Tumaritis adalah sebagai media pelestari kebudayaan

Jawa. Acara ini memiliki banyak kelebihan terutama untuk isinya sebagai acara yang

mengangkat kebudayaan Jawa. Meskipun kendala juga memang ada di dalamnya,

akan tetapi TVRI sebagai televisi yang mencerdaskan bangsa telah memberikan

kontribusinya dalam pelestarian budaya.

Dengan adanya campur tangan media massa seperti televisi, maka

setidaknya satu langkah untuk melestarikan kebudayaan bisa terlaksana. Kendala

Page 140: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dalam Karang Tumaritis merupakan kendala yang sifatnya internal dari TVRI dan

sedikit hambatan dalam menjaring audien yang lebih luas seperti anak muda dan

kalangan yang tidak sadar budaya Jawa. Namun, kendala tersebut masih bisa diatasi

dengan adanya langkah-langkah atau rencana untuk ke depan sehingga Karang

Tumaritis bisa lebih mengoptimalkan kesempatan dan potensi yang ada.

Page 141: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Media massa merupakan suatu hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan

manusia. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa media massa mempunyai fungsi penting

dalam kehidupan masyarakat. Bahkan media massa telah menjadi sebuah kebutuhan

yang penting untuk dipenuhi. Melalui media massa seperti televisi, masyarakat bisa

mendapatkan pengetahuan, informasi, hiburan, dan pengalaman baru. Salah satunya

dengan acara di televisi yang menyuguhkan materi yang menarik bagi masyarakat.

Karang Tumaritis adalah sebuah acara di TVRI Stasiun D. I. Yogyakarta

yang menyajikan kebudayaan Jawa. Diangkatnya kebudayaan Jawa ke dalam acara di

televisi pasti mempunyai peran. Karang Tumaritis mempunyai peran dalam

mensukseskan pelestarian kebudayaan Jawa. Maka dari hasil penelitian dan analisa

data yang telah dilakukan oleh penulis, dapat disimpulkan peran Karang Tumaritis

sebagai media pelestarian kebudayaan Jawa di masyarakat Yogyakarta, yaitu :

1. Mewartakan nilai-nilai luhur yang terdapat di dalam kebudayaan Jawa kepada

masyarakat luas. Karang Tumaritis sebagai acara di televisi pasti memberitakan

atau menginformasikan nilai-nilai luhur yang ada pada kebudayaan Jawa. Sesuai

dengan tema yang diambil, Karang Tumaritis memberikan nilai-nilai luhur

kebudayaan Jawa kepada masyarakat. Melalui tayangannya itulah setiap nilai luhur

kebudayaan Jawa diinformasikan supaya masyarakat bisa mendapatkan hiburan

yang mencerdaskan. Karang Tumaritis adalah acara yang juga menghibur, karena

dialog dan suasananya tidak kaku dan serius, tetapi cair namun berbobot.

Page 142: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Membangun kembali spirit kehidupan bermasyarakat sesuai dengan nilai-nilai luhur

budaya Jawa. Acara Karang Tumaritis juga ikut berperan dalam membangun

kembali jiwa kehidupan bermasyarakat yang sesuai dengan nilai luhur kebudayaan

Jawa. Dengan adanya format acara yang sangat Jawa sifatnya, maka masyarakat

bisa mendapatkan contoh bahwa kehidupan bermasyarakat sesuai dengan nilai luhur

kebudayaan Jawa adalah positif. Karena masyarakat Yogyakarta perlu contoh

untuk menghidupkan suasana kehidupan bermasyarakat yang sesuai dengan nilai

luhur kebudayaan Jawa, sehingga kebudayaan Jawa tidak hanya sebatas teori saja.

Namun, dalam prakteknya kebudayaan Jawa harus dibangun kembali di kehidupan

masyarakat. Melalui Karang Tumaritis, masyarakat bisa melihat dan mencontoh

betapa luhurnya nilai-nilai kebudayaan Jawa bila diterapkan dalam kehidupan

bermasyarakat.

3. Melestarikan berbagai produk kebudayaan Jawa. Melalui tayangan Karang

Tumaritis, berbagai produk kebudayaan Jawa bisa dilestarikan. Salah satu

pelestarian produk kebudayaan Jawa ini adalah dengan mengangkat kearifan lokal

yang ada di Yogyakarta. Kearifan lokal tersebut termasuk di dalamnya yaitu segala

sesuatu yang berhubungan dengan kebudayaan Jawa. Sehingga dengan mengangkat

kearifan lokal, maka berbagai produk kebudayaan Jawa terutama kebudayaan Jawa

Yogyakarta mampu mendapatkan tempatnya kembali. Media massa seperti televisi

bisa memberikan kontribusi untuk membantu melestarikan kebudayaan.

4. Sarana dialog interaktif melalui televisi yang mencerdaskan audien untuk bidang

budaya. Karang Tumaritis merupakan acara yang menggunakan format live dengan

telepon interaktif. Dengan adanya telepon interaktif ini, maka diharapkan pemirsa

bisa ikut memberikan suara melalui nomor telepon yang disediakan oleh TVRI

Stasiun D. I. Yogyakarta. Pemirsa bisa memberikan pendapat, saran, pertanyaan,

Page 143: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

atau kritikannya di Karang Tumaritis. Bahkan pemirsa juga bisa melakukan dialog

dengan narasumber yang didatangkan di studio. Perbincangan di Karang Tumaritis

tidak hanya melibatkan narasumber-narasumber di studio saja. Namun, pemirsa

bisa ikut menanggapi topik yang sedang dibicarakan.

5. Sarana sosialisasi program-program pelestarian kebudayaan Jawa di Yogyakarta.

Sebagai acara di televisi, Karang Tumaritis tentunya juga tak lepas dari fungsi

sosialisasi. Dengan kemampuannya menjangkau khalayak luas dan heterogen

dalam waktu yang singkat, maka televisi sering digunakan untuk mensosialisasikan

sesuatu. Karang Tumaritis juga menjadi sarana sosialisasi untuk program-program

kebudayaan seperti penggunaan bahasa Jawa di kalangan anak-anak muda.

Sosialisasi ini dilakukan atas kerja sama yang dijalin oleh lembaga atau pihak yang

mempunyai kepentingan yang sama dengan Karang Tumaritis. Kepentingan ini

yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kebudayaan. Karang

Tumaritis telah menjadi sebuah sarana sosialisasi program pelestarian kebudayaan

di Yogyakarta. Dengan semakin banyaknya sosialisasi yang dilakukan melalui

Karang Tumaritis terkait dengan kebudayaan, maka bisa membantu proses

pelestarian kebudayaan Jawa.

Dalam usaha untuk membantu pelestarian kebudayaan Jawa di masyarakat

Yogyakarta, ternyata masih terdapat kendala. Namun, kendala-kendala itu tidak

menjadi pengganggu yang berarti dalam pelestarian kebudayaan Jawa di TVRI Stasiun

D. I. Yogyakarta. Kendala-kendala tersebut yaitu pendanaan, belum menggandeng

anak-anak muda, teknologi yang digunakan sudah harus di-up grade lagi, SDM di

TVRI yang kebanyakan sudah berusia tua, ketika acara sedang on air sering kali susah

untuk menuntaskan obrolan, eksklusifme pemirsa yang hanya orang tua dan orang

Page 144: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang sadar kebudayaan, dan kurangnya waktu penanyangan karena hanya dua minggu

sekali.

B. Saran

Setelah mendapatkan hasil secara keseluruhan selama penelitian dan analisa

data, maka saran untuk Karang Tumaritis yaitu :

1. Karang Tumaritis adalah acara yang mengangkat kebudayaan Jawa di TVRI Stasiun

D. I. Yogyakarta, maka sebaiknya lebih mengajak semua lapisan masyarakat untuk

berpartisipasi dalam perbincangan. Untuk saat ini Karang Tumaritis memang

seakan hanya untuk orang tua dan orang yang mengerti kebudayaan saja. Namun,

alangkah lebih baik apabila semua lapisan masyarakat diajak untuk ikut dalam

perbincangan kebudayaan Jawa. Mereka bisa berasal dari kalangan anak muda,

kaum perempuan, aparat penegak hukum, tokoh agama, dan pendidik. Dengan

menampilkan pihak-pihak yang beragam maka Karang Tumaritis juga bisa menjadi

semakin kaya. Karena dialog kebudayaan tidak hanya khusus untuk mereka yang

berkecimpung dalam bidang budaya saja, namun kebudayaan Jawa adalah milik

semua lapisan masyarakat Jawa yang ada di Yogyakarta.

2. Untuk telepon interaktif, ada baiknya bila TVRI memberikan perhatian. Karena

menurut pengamatan yang dilakukan oleh penulis, kualitas suara yang dihasilkan

oleh telepon interaktif di studio tidak jelas. Sehingga ini bisa menjadi penghambat

dalam penyampaian pesan dari penelpon ke studio. Suara yang dihasilkan dari

telepon interaktif yang sering kali tidak jelas tentunya akan mengganggu proses

Karang Tumaritis ketika disiarkan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik

seharusnya pihak TVRI memperhatikan tentang kebutuhan primer dalam Karang

Tumaritis ini.

Page 145: PERAN ACARA KARANG TUMARITIS DALAM PELESTARIAN …eprints.uns.ac.id/5387/1/212231812201103461.pdf · Sarana Dialog Interaktif melalui Televisi yang Mencerdaskan ... Sehingga acara-acara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Saran metodologis, penelitian tentang peran acara Karang Tumaritis dalam

pelestarian kebudayaan ini telah menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penulis

mengambil metode tersebut karena kualitatif lebih mampu menelaah penelitian

tentang peran. Sedangkan penulis menggunakan deskritif yaitu karena penelitian ini

ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada. Selain itu

deskriptif digunakan untuk memaparkan seadanya berdasarkan hasil interview dan

pengamatan, tanpa menambah dan mengurangi data yang didapatkan. Namun,

saran yang penulis berikan untuk penelitian selanjutnya adalah menggunakan

metode kualitatif eksploratif. Penggunaan metode eksploratif ini bertujuan untuk

mengetahui tentang situasi atau informasi yang lebih untuk memahami latar

belakang masalah ketika peneliti berada dalam situasi tidak mengetahui banyak

tentang informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini juga diperlukan

pengumpulan data yang bersifat intensif dan wawancara mendalam. Jadi, untuk

penelitian ke depan sebaiknya mencoba menggunakan metode lain seperti metode

eksploratif untuk mengerjakan penelitian tersebut supaya kelemahan yang terdapat

pada penelitian yang penulis kerjakan terminimalisir pada penulis selanjutnya.