Upload
others
View
22
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN GEREJA DALAM MENUMBUHKAN MINAT
KEWIRAUSAHAAN DI KALANGAN PEMUDA PEMUDI
GMIT SYALOM BOSEN KLASIS MOLLO UTARA
Oleh
Ynry Becitha Timo
712015123
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada program studi : Ilmu Teologi, Fakultas Teologi
Guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains
Teologi (S. Si. Teol)
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan atas kasih sayang-Nya karena telah menuntun serta
melimpahkan hikmat pengetahuan sehingga penulis bisa mencapai titik ini. Tulisan ini bisa
digunakan untuk memenuhi persyaratan tugas akhir dalam meraih gelar Sarjana Sains
Teologi (S.Si Teol). Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada setiap
orang orang yang telah memberi dukungan kepada penulis sehingga tulisan ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya, diantaranya ialah:
1. Keluarga yang selalu setia membimbingan dan mendoakan juga tidak pernah
meninggalkan saya dalam segalah kelu kesah, untuk Bapa Yoshep S.O Timo,
Mama Yohana Bantaika, Nene Bendelina Bantaika, Opa Petrus Timo dan kedua
adik Nyongki Timo dan Samuel Timo.
2. Kampus tercinta Universitas Kristen Satya Wacana yang telah menerima saya untuk
belajar, menemukan keluarga baru dan menciptakan suasana yang nyaman juga
telah mendukung setiap proses pembelajaran. Fakultas Teologi UKSW yang telah
mewadahi dengan segala hal yang diberikan. Terima kasih juga kepada seluruh staff
Tata Usaha, mama Ningsi, Ibu Budi, kaka Diane, mas Eko dan mas Adi yang tidak
bosan-bosannya memberikan bantuan. Tuhan senantiasa memberkati.
3. Dosen pembimbing Pdt. Simon Julianto M.Si dan Pdt. Gunawan Yuli yang selalu
mengarahkan penulis dengan penuh kesabar serta selalu memberi semangat.
4. Dosen wali Pdt. Gusti Menno, Pdt. Astrid Lusi, Pdt. Silo Abraham dan Pdt. Tony
Tampake yang menjadi orang tua selama di Salatiga. Beserta Pdt. Endang Ayu
Purwaningtias selaku mentor juga menjadi orang tua selama melakukan Praktek
Pendidikan Lapangan (PPL I VIII) di GKMI Salatiga.
5. Jemaat Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Salatiga kurang lebih dua tahun
penulis diberi kesempatan untuk belajar melayani dari PPL I sampai PPL VIII.
Panti Asuhan Terang Anak Bangsa selama empat bulan (PPL IX) penulis boleh
diterima untuk belajar, membimbing dan mendampingi anggota panti.
6. Asrama Kartini (ASKARSEBA) yang sudah memperbolehkan saya untuk menetap
selama dua tahun sehingga telah menghadirkan suasana rumah di (UNIT V).
7. Majelis dan Jemaat GMIT Syalom Sakteo yang dengan penuh sukacita dan damai
sejahtera selama empat bulan penulis boleh melaksakan pelayanan (PPL X) dengan
vii
baik. Terkhususnya untuk mama Pdt. Ninda O. Naisanu-Baok beserta suami bapa
Jems Naisanu yang sudah menjadi orangtua selama di Sakteo.
8. Majelis dan Jemaat GMIT Syalom Bosen yang telah menerima saya dengan baik,
serta telah membantu saya sehingga penelitian boleh berlangsung baik adanya.
9. Kaka Anita Haan yang selalu menjadi alaram juga panutan bagi saya dalam proses
perkuliahan sampai selesai. Syeba Lumalessil yang selalu dengan caranya sendiri
memberi dukungan kepada saya. Ita Gaa yang selalu dengan tulus memberikan
sumbangan jasmani. Friska Paulina Sumtaki yang senantiasa mendampingi saya
selama proses penulisan TA. Daesy, Enjel, Hans dan Juan yang selalu bertingkah
aneh terima kasih.
10. Keluarga Teologi 2015 yang sudah memberikan warna selama masa perkuliahan
dan sudah menghadirkan sosok keluarga yang kompak bagi saya. Terkhusus untuk
Dea, Vita, Clarita, Clara, Adel,Putri, Prins, Agi, Roki, Rian, Doni, Nefri, Angel
Dima, Eirene, Sinta terima kasih sudah menjadi tempat bahagia dan keluh kesah.
11. Untuk mereka yang terkasih: Riny Nomleni, Ivan Atok, Windy Lobo, Juman
Malaikosa, Idris Kleden, Juan Mekka dan Nyamin Nguru. Dan semua orang baik
yang telah mendukung saya selama ini. Tuhan memberkati kita semua.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES iv
PERNYATAAN BEBAS ROYALTI DAN PUBLIKASI v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
MOTTO x
ABSTRAK xi
1. Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 4
1.5 Metode Penelitian 4
2. Teori Motif Kewirausahaan dan Teori Kepemimpinan 4
2.1 Definisi Kewirausahaan 4
2.2 Menumbuhkan Motif Kewirausahaan 6
2.3 Kepemimpinan Jemaat 7
3. Hasil Penelitian 10
3.1 Sejarah Singkat Gereja 10
3.2 Pandangan Jemaat terhadap peran gereja dalam menumbuhkan
minat kewirausahaan 11
4. Analisa 14
4.1 Peran Gereja dalam Menumbuhkan Minta Kewirausahaan 14
5. Penutup 17
5.1 Kesimpulan 17
ix
5.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18
x
Motto:
- God is so good-
“Apapun juga yang kamu perbuat,
perbuatlah dengan segenap hatimu seperti
untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
(Kolose 3:23)”
xi
ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gereja berperan menumbuhkan
minat wirausaha kepada pemuda-pemudi GMIT Syalom Bosen. Tujuan tersebut dimaksudkan
untuk menjawab rumusan masalah yaitu bagaimana peran gereja dalam hal ini pelayan untuk
menumbuhkan minat kewirausahaan pada pemuda-pemudi jemaat GMIT Syalom Bosen.
Penelitian ini memberi suatu pemahaman baru dalam hal berwirausaha bagi jemaat GMIT
Syalom Bosen terkhususnya pemuda-pemudi agar tetap menetap di tempat asal mereka untuk
mengelolah hasil bumi yang ada dibandingkan pergi mencari pekerjaan diluar daerah bahkan
luar negeri. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif, sehingga dapat
memperoleh informasi secara mendalam lewat wawancara yang dilakukan kepada jemaat
GMIT Syalom Bosen khususnya pelayan gereja Pendeta, Penatua dan Diaken, Pemuda dan
Tokoh Jemaat. Dengan demikian, penulis dapat mencapai tujuan yang dimaksudkan di atas.
Kata Kunci: Kewirausahaan, Minat, Pelayan dan Pemuda jemaat GMIT Syalom Bosen.
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Desa Bosen Kecamatan Mollo Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa
Tenggara Timur (NTT), Kabupaten TTS merupakan daerah yang mempunyai udara yang
sejuk karena berada di ketinggian kurang lebih 500 Mdpl.1 Mollo Utara selain sebagai daerah
yang subur juga berlimpah dengan hasil bumi. Masuk dalam wilayah pelayan Gereja Masehi
Injili di Timor (GMIT) Klasis Mollo Utara, GMIT Syalom Bosen merupakan satu-satunya
gereja yang berada di Desa Bosen, sebagian besar masyarakat ialah jemaat gereja dan mereka
bekerja sebagai petani.
Dengan hasil bumi yang berlimpah dari lahan-lahan yang ada, sangat dimungkinkan
masyarakat atau jemaat dalam hal ini pemuda-pemudi GMIT Syalom Bosen bisa
menghadirkan peluang usaha serta lapangan pekerjaan. Untuk itu perlu motivasi untuk
berwirausaha atau kerja sama antar lembaga dan gereja. Sejauh ini Desa Bosen sendiri belum
ada program/kegiatan secara menyeluruh. Lembaga desa dan gereja masing-masing
mempunyai lahan, namun belum turut bergabung dengan jemaat yang ada untuk sama-sama
mengelolah hasil yang ada.
GMIT Syalom Bosen saat ini, mulai mengambil peran dalam mendukung pemuda-
pemudi yang ada untuk mengelola potensi pertanian dengan menumbuhkan motivasi
wirausaha. Dimana adanya kerja sama antara majelis dan lembaga desa sehingga
menempatkan gereja sebagai subjek bukan objek. Bagi Mastra dalam buku “Teologi
Kewirausahaan” menyatakan bahwa gereja yang menjadi subjek berarti gereja menjadi
berkat, saksi, garam dan ragi.2
Lembaga desa saat ini juga mulai memperhatikan akan masyarakat yang ada dalam
hal pertanian dengan mulai menyediakan pupuk-pupuk organik, serta mengadakan
penyuluhan untuk bertani. Hal ini baru-baru saja diperhatikan oleh lembaga karena adanya
posisi pelayan/majelis jemaat dalam lembaga desa, yang mana kepala desa Bosen sendiri
ialah sekretris gereja Syalom Bosen, sehingga mulai adanya kerja sama yang mulai
dibangun.3
1 Kristian Jerro, “Kabupaten Timor Tengah Selatan”, http://jerrokristian.blogspot.com/2013/10/kabupaten-
mollo-utara.html?view=mosaic , di akses tangal 27 Februari 2018 pukul 17:13.
2 Mastra Made Gunaraksawati, “Teologi Kewirausahaan Konsep dan Praktik Bisnis GKPB”. Yogyakarta:
Percetakan TPK, UKDW. 2009, hlm. 72. 3 Hasil wawancara dengan Ketua Majelis Jemaat GMIT Syalom Bosen, pada tanggal 26 Februari 2019 pukul
17:10
2
Hal utama yang dipikirkan terlebih dahulu ialah merubah paradigma atau pola pikir
jemaat/masyarakat yang masih sangat tradisional dengan pola pikir pertanian menjadi
masyarakat modern dengan pola pikir dagang atau bisnis.4 Dengan demikian gereja mampu
untuk mewadahi jemaat agar berwirausaha dengan hasil bumi yang berlimpah-limpah. Gereja
sebagai lembaga yang pada hakikatnya mempunyai fungsi sebagai penggerak/alat dalam
masyarakat untuk mempertahankan nilai juga norma yang berlaku atas dasar Alkitab dan
gereja sebagai persekutuan yang aspek komunitas sebagai daya tarik dan majelis gereja
sebagai panutan baik ia laki-laki atau perempuan.5
Pentingnya kewirausahaan ialah sebagai upaya memberikan solusi untuk membuka
lapangan pekerjaan, dengan upaya yang sudah dilakukan oleh majelis gereja saat ini dalam
hal pembinaaan serta mengarahkan bagaimana cara mengelola hasil. Dengan adanya minat
kewirausahan pemuda bisa memberdayakan lahan yang ada. Apa bila pemuda-pemudi sudah
menyadari akan hasil bumi yang ada, itu merupakan suatu sikap yang baik. Karena untuk
menumbuhkan minat mereka dalam berwirausaha, hal utama yang perlu diketahui ialah sikap
dan mental dari setiap mereka. Sikap dan mental merupakan persyaratan utama untuk
memotivasi mereka menjadi pengusaha sukses.6
Dengan demikian tidak hanya lembaga desa saja yang memperhatian masyarakat
melalui upaya-upaya yang ada tetapi gereja juga. Peran yang penting sebagai wadah dalam
mendampingi masyarakat/jemaat untuk mengelola hasil bumi dengan peluang usaha yang
ada, demi kemajuan perekonomian. Mereka menciptakan kesempatan untuk bekerja sendiri
dalam hal mengelolah hasil bumi yang ada, produksi dan distribusi barang dan jasa melalui
kegiatan kecil yang sering disebut dengan sektor informal.7 Baru terarahkan ke sektor formal
yang didampingi oleh gereja juga sebagai pemimpin dalam mengampil keputusan secara
kolektif agar tidak menjadi penghambat.8
Upaya-upaya sudah dilakukan oleh lembaga desa dan gereja, tapi ternyata masih
sangat kurang untuk menumbuhkan minat kewirausahaan dari masyarakat/jemaat yang ada.
Karena masih sangat rendah pemuda-pemudi yang terlibat. Hal ini terbukti dengan
4 Mastra Made Gunaraksawati, “Teologi Kewirausahaan Konsep dan Praktik Bisnis GKPB”. Yogyakarta:
Percetakan TPK, UKDW. 2009, hlm 76. 5 Hommes Anne, “Perubahan peran pria dan wanita dalam gereja dan masyarak at”. Jakarta: Percetakan
BPK. 1995, hlm. 124. 6 Hamdani, “Enterpreneurship Kiat melihat dan memberdayakan potensi bisnis”. Jakarta: Penerbit Starbooks.
2010, hlm 23. 7 Efwndi Tadjuddin Noer, “Sumber daya manusia peluang kerja dan kemiskinan”. Yogyakarta: PT. Tiara
Wacana Yogya. 1993, hal 43. 8 Casson Mark, “Enterpreneurship Teori, Jaringan, Sejarah”. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada. 2012,
hlm 241.
3
banyaknya pemuda-pemudi yang memilih untuk pergi dari desa dan menjadi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI). Membekali para pemuda-pemudi untuk menjadi wirausaha merupakan
upaya minimal yang harus dilakukan oleh gereja dalam memberi peluang kewirauhasaan.
Penulis akan menggunakan pendekatan teori motif kewirausahaan menurut Mastra
dan Yahya Wijaya. Motivasi dalam bahasa Inggris disebut juga dengan motivation, berasal
dari bahasa Latin “motivus” (bentuk kata dari “movere”) yang memiliki pengertian bergerak
atau menggerakkan.9 Motivasi adalah kemauan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif
adalah dorongan, kebutuhan, keinginan, dorongan atau impuls. Motivasi tergantung kepada
kekuatan motifnya. Motif dengan kekuatan terbesarlah yang akan menentukan perilaku
seseorang. Motif yang kuat mungkin saja berkurang apabila telah mencapai kepuasan atau
mengalami kegagalan.10
Sehingga motif yang penulis pahami ialah sebagai sebuah dorongan
dalam diri seorang demi mencapai sebuah keinginan pribadi.
Dalam menumbuhkan minat kewirausahan ditekankan juga bahwa pentingnya
kewirausahaan sebagai upaya untuk memberikan solusi, membuka lapangan pekerjaan.
Diharapkan dengan adanya upaya dari gereja, dapat menumbuhkan motif berwirausaha dan
membuat para pemuda terdorong untuk menjadi wirausahawan. Minat berwirausaha akan
menjadikan seseorang untuk lebih giat mencari dan memanfaatkan peluang usaha dengan
mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Minat tidak dibawa sejak lahir tetapi tumbuh dan
berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Dalam upaya menumbuhkan minat wirausaha kepada pemuda pemudi, gereja perlu
memprakarsai, karena gereja mempunyai peran/fungsi dalam menumbuhkan minat
kewirausahaan. Jan Hendriks menjelaskan fungsi dari seorang pelayan atau pemimpin gereja.
Sebagai seorang pelayan haruslah menjadi pemimpin formal, saling menghargai satu dengan
yang lain. Seorang pelayan harus mampu merangkul anggotanya agar bisa menjadi orang
yang berprestasi dala organisasi dengan semangat agar bisa lebih efektif.11
Banyak peluang usaha bagi pemuda-pemudi GMIT Syalom Bosen. Misalnya
dipisahkan pemuda-pemudinya di bidang pertanian dan tenun sehingga gereja mengarahkan
mulai dari pembinaan sampai tahap bagaimana mengolah hasil. Contoh di atas hanya
sebagian peluang usaha yang dapat dijalankan oleh pemuda-pemudi yang ada. Dengan
9 Rumah Belajar, “Asal kata motivasi”, https://rumahbeladjar.wordpress.com/tag/asal-kata-motivasi/, di akses
tanggal 27 Februari 2019 pukul 21:07 10 Supriyadi, “Motivasi Wirausaha”, https://www.academia.edu/6916634/MOTIVASI_WIRAUSAHA_Dosen,
di akses tangal 27 Februari 2018 pukul 21:24.
11
Hendriks Jan, “Jemaat Vital dan Menarik Membangun Jemaat dengan Menggunakan Metode Lima Faktor”.
Yogyakarta: Kanisius. 2002, hlm 66.
4
demikian minta kewirausahan boleh ada dalam diri mereka dan hendaknya tidak hanya
sebatas dalam perencanaan dan perhitungan saja, karena sebagai seorang kewirausahaan
proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam menyelesaikan persoalan serta menemukan
peluang untuk memperbaiki usaha yang ada merupakan hal utama.12
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana peran gereja menumbuhkan minat kewirausahaan di
kalangan pemuda-pemudi GMIT Syalom Bosen? Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui bagaimana peran gereja menumbuhkan minat kewirausahaan pemuda-pemudi
GMIT Syalom Bosen. Disesuaikan dengan tujuan masalah diharapkan hasil penelitian ini
menjadi sumbangsih untuk GMIT Syalom Bosen Klasis Mollo Utara. Secara teori dapat
membuka cakrawala berpikir positif tentang pentingnya kewirausahaan bagi pemuda-pemudi
GMIT Syalom Bosen ditengah tantangan dan persoalan ekonomi. Secara praktis dapat
memberikan kontribusi pemikiran bagi pemuda-pemudi pentingnya berwirausahaan.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan ialah dengan pengumpulan data melalui hasil
wawancara jemaat (pemuda-pemudi) dan juga pelayan dari sisi pandangan meraka tentang
pemuda, sehingga bisa membantu penulis untuk memberikan gambaran berkaitan dengan
objek penelitian, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan wawancara tentu akan
mengumpulkan data untuk keterangan lisan dari seorang responden melalui percakapan yang
sistematis.
LANDASAN TEORI
Definisi Kewirausahaan
Kewirausahaan berasal dari terjemahan bahasa Inggris entrepreneurship. Josep
Schumpeter merupakan orang yang menerapkan konsep wirausaha secara lengkap, ia
menciptakan organisasi untuk mengelolah bahan baku dengan memperkenalkan jasa serta
barang yang baru.13
Menurut Peter F. Drucker kewirausahaan merupakan kemampuan dalam
menciptakan suatu hal yang baru juga berbeda dari yang lain. Sementara Penrose (1963)
Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi.
Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.
12 Kasmir, “Kewirausahaan”. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada. 2008, hlm. 17.
13 Hamdani, “Enterpreneurship Kiat melihat dan memberdayakan potensi bisnis”. Jakarta: Penerbit Starbooks.
2010, hlm 44.
5
Frank Knight (1921) Wirausahawan mencoba untuk menyikapi perubahan pasar.
Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada
dinamika pasar. Seorang wirausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi manajerial
mendasar seperti pengarahan dan pengawasan.14
Dengan demikian wirausaha adalah orang
yang mampu melihat peluang dan memanfaatkan peluang yang ada serta menciptakan sebuah
organisasi untuk mengembangkan peluang.
Sejak itulah kewirausahaan mulai berkembangan dengan berbagai konsep, sehingga
penulis memahami bahwa kewirausahan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan hal
baru dan berbeda melalui minat serta kreatifitas yang ada dalam diri, juga mampu
menghadapi tantangan yang terjadi. Maka dari itu kewirausahan sebenarnya sudah tidak asing
lagi di kalangan masyarakat. Dengan melihat peluang usaha yang ada masyarakat sebenarnya
semakin tertantang untuk mengembangkan usaha sendiri. Namun tidak semua masyarakat
mampu melihat peluang usaha yang ada di wilayah tempat tinggal. Meskipun kewirausahaan
sendiri membawa dampak positif bagi masyarakat yang mempunyai niat untuk
mengembangkan sikap sebagai seorang wirausaha. Hanya seringkali masyarakat selalu
berpikir negetif mengenai setiap peluang usaha yang ada.
Sebenarnya kewirausahaan sendiri merupakan disiplin ilmu yang mempelajari tentang
nilai, kemampuan dari perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk
memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapi.15
Hanya saja masih
sangat sedikit masyarakat yang mempunyai minat untuk berwirausaha karena mereka masih
menetap dengan pola pikir yang baik. Memang tidak mudah mengubah pola pikir seseorang
untuk melihat peluang usaha dan memulai untuk membuka usaha. Walaupun ini bukan
pekerjaan yang mudah, apalagi kalau kita tidak mempunyai minat atau bakat dalam
mengelolah suatu usaha.
Jika seseorang tidak mempunyai minat kewirausahaan, tentu tidak akan mendorong diri
sebagai seseorang yang mendirikan juga mengelola usaha dengan baik. Minat kewirausahaan
merupakan unsur utama yang harus ada dalam diri seorang wirausaha, itulah yang akan
menentukannya dalam menjalankan suatu usaha. Disertai dengan bekat dan kecerdasan tentu
keinginan yang besar akan menarik seseorang itu untuk melakukan pekerjaan yang
menyenangkan baginya demi mencapai sesuatu hal yang diinginkannya. Apabila minat itu
semakin ada, tentu akan semakin besar rasa ingin tahu atau sifat penasaran semakin tinggi
14
Habib Amin Nurrokhman, “Pengertian, Tujuan, dan Teori Kewirausahaan”,
https://www.kompasiana.com/www.habibamin.blogspot.com/550e5459813311862cbc625d/pengertian-tujuan-
dan-teori-kewirausahaan-materi-kuliah (diakses pada 1 April 2019, pukul 17.42). 15
Sunarya Abas, Sudaryono, Asep, “Kewirausahaan”. Yogyakarta: Penerbit ANDI Yogyakarta. 2011, hlm. 1.
6
dan dengan begitu seseorang akan terus mencari tahu serta mulai berani menanggung risiko
dalam setiap usaha yang ada.
Dapat disimpulkan bahwa kewirausahan murupakan suatu bakat yang ada dalam diri
seorang, sehingga tidak perlu diajar atau dipelajari meskipun masa sekarang kewirausahaan
merupakan suatu ilmu yang mulai dipelajari. Karena mulanya kewirausahaan hanya
berkembang dalam bidang perdagangan tapi dalam bidang-bidang yang lain. Kewirausahaan
sudah dijadikan pegangan untuk menciptakan perubahan, pembaharuan dan kemajuan.
Kewirausahaan tidak hanya digunakan untuk mencapai tujuan jangka pendek tapi juga tujuan
jangka panjang dan menciptakan peluang peluang usaha.
Menumbuhkan Motif Kewirausahaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesa Motif diartikan sebagai pola yang mendorong
seseorang untuk melakukan suatu hal.16
Motif adalah dorongan dalam diri manusia untuk
berbuat sesuatu. Menurut Bimo Walgito (2002:168) motif diartikan sebagai suatu kekuatan
yang terdapat dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut bisa bertindak atau
berbuat. Dorongan ini tertuju kepada tujuan-tujuan tertentu. Berbicara mengenai motif
kewirausahaan dalam kalangan pemuda-pemudi pada masa ini sangat minimnya motifasi
berwirausaha. Mastra menjelaskan beberapa pokok pikirannya mengenai cara-cara
menumbuhkan motif kewirausahan gereja terdiri beberapa bagaian:
1. Pentingnya kemandirian untuk jati diri dan martabat: Tugas gereja membuat program yang
bisa menolong memberdayakan pemuda-pemudi agar bisa mandiri dan nantinya bisa
menolong orang lain. Hal ini dalam rangka mengangkat martabat supaya bisa dihargai.
2. Orang Kristen diberkati untuk bisa memberkati: Gereja hadir untuk menjadi berkat dengan
janji berkat berupa kekayaan, kedudukan dan kepintaran.
3. Mengembangkan sikap hidup yang lebih suka untuk memberi dari pada menerima: Mau
menekankan keberadaan gereja sebagai pemberi dan bukan sebagai penerima.
4. Kesatuan holistik tubuh, roh dan jiwa: Harus adanya pemahaman utuh tentang berkat
jasmani maupun rohani, sebagai suatu kesatuan yang holistik antara tubuh, jiwa dan roh yang
tidak dapat terpisahkan.
5. Pentingnya memperlihatkan kasih Kristus dalam wujud yang nyata: Pentingnya kesaksian
melalui tindakan melebihi kesaksian melalui lisan. (Mastra berpandangan bahwa pendekatan
penginjilan, lebih efektif bagi orang Timur).
16
KBBI “Arti Motif”. ”https://kbbi.web.id/motif (diakses pada 20 Juni 2019, pukul 10.05).
7
6. Menghasilkan buah: Memadukan dua motif dasar yaitu berkat dan menghasilkan buah.
Dalam hal ini keberadaan umat Kristen bukan ditunjukkan bagi kepentingan diri sendiri yang
didasari oleh kasih.
7. Peran Pendeta untuk memberikan contoh: Pendeta perlu menjadi taladan kehidupan dalam
berwiraswasta dan kemandirian secara keuangan bagi jemaatnya.
8. Peran Konteks: Dengan mengembangkan perekonomian dengan memanfaatkan sumber
daya lokal yang tersedia.17
Kewirausahaan tidak pernah terpisahkan dari motif yang dalamnya ada kreativitas dan
inovasi. Keduanya saling mendukung, sehingga gereja perlu bekerjasama dengan lembaga
juga masyarakat/jemaat gereja. Dalam hal ini kita melihat bahwa sebagai seorang pelayan
juga harus memberikan palayanan dalam aspek perekonomian agar membebaskan jemaat dari
kemiskinan sehingga mereka bisa hidup dengan makmur. Oleh sebab itu perlu adanya peran
dari pelayan gereja untuk menumbuhkan minat wirausaha bagi jemaat yang ada dalam hal ini
pemuda pemudi. Menurut penulis selain motifasi, pemuda pemudi juga perlu adanya minat
dalam diri karena minat juga menjadi faktor utama yang mendorong seorang untuk giat
berwirausaha. Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan yang lahir dari
dalam diri seorang. Minat juga berperan sangat penting dalam kehidupan serta mempunyai
dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku seorang wirausaha.
Kepemimpinan Jemaat
Gereja harus menjadi suatu komunitas yang bisa menjadi teladan bagi jemaat yang ada.
Dimulai dengan mengadakan pembinaan keterampilan mengelola lahan serta keuangan yang
ada. Karena harus melihat juga dari latar belakang jemaat yang bekerja sebagai petani. Itu
sebabnya dimulai dari pembinaan keterampilan karena di desa terutama tidak memiliki
pengetahuan yang memadai dalam hal pengelolaan. Maka dari itu, untuk pembinaan bisa
berlangsung dengan baik, perlu adanya kreatifitas dan inovasi dari pelayan untuk bisa
menarik jemaat dalam hal ini pemuda pemudi yang ada, sehingga mereka bisa termotifasi
untuk terlibat dalam mengelolah hasil yang ada.18
Jan Hendriks mengemukakan mengenai peran kepemimpinan yang menggairahkan
dengan struktur beserta tujuan/tugas. Dalam hal ini berkaitan dengan tugas seorang pelayan
jemaat dalam suatu organisasi gereja. Berbicara mengenai berwirausaha, mengarahkan kita
pada kerja dalam suatu kelompok organisasi. Sehingga hal utama yang perlu kita ketahui
17
Mastra Made Gunaraksawati, “Teologi Kewirausahaan Konsep dan Praktik Bisnis GKPB”. Yogyakarta:
Percetakan TPK, UKDW. 2009, hlm 58-72. 18
Mutis Thoby, “Kewirausahaan yang Berproses”. Jakarta: PT. Grasindo. 1995, Hal. 2
8
ialah pengertian atau keuntungan dari berwirausaha agar setiap peluang bisa dimaksimalkan
dengan baik. Karena kewirausahaan tidak hanya digunakan untuk mencapai tujuan jangka
pendek tapi juga untuk mencapai tujuan jangka panjang dan untuk menciptakan peluang
usaha.
Hal ini dilihat dari kreatif dan inovasi dari kepemimpinan dalam kelompok organisasi
yang ada. Kepemimpinan sebagai fungsi untuk menjalankan suatu usaha/pelayanan.
Kepemimpinan dalam hal tidak ada berpusat pada satu orang saja, melaikan juga oleh orang
lain. Kepemimpinan yang dimaksud oleh Hendriks ialah kepemimpinan yang melayani.
Kepemimpinan bertujuan untuk menjalankan mendukung orang/kelompok untuk
menjalankan tugas dan bukan untuk mendiktekan apa yang harus dilakukan.
Sebagai pemimpin juga harus pandai dalam mengambil keputusan, yang mana
mengambil keputusan tanpa atau setelah konsultasi dengan anggota disesuaikan dengan
alasan yang berhubungan dengan prinsip dan pragmatis. Kepemimpinan sebagai pelayan
artinya, sebagia pertolongan dan dukungan serta dalam pengambilan keputusan, merupakan
ciri penting bagi organisasi vital.19
Hasil bumi yang berlimpah menjadi alasan utama untuk
masyarakat yang ada mengelola secara bersama. Dibawah pimpinan pelayan gereja. Ketika
menjadi seorang pelayan/pemimpin jemaat, tentunya ada tanggung jawab besar beserta
dengan wewenang yang harus dilaksanakan secara optimal. Jan Hendriks menjelaskan
mengenai fungsi kepemimpinan dalam lima tipe. Kelima tipe kepemimpinan ini sesuai
dengan dimensi yang berfokus untuk relasi dan perhatian untuk usaha. Dijelaskan sebagai
berikut:
1. Kepemimpinan Semu
Dengan usaha minimal dihasilkan prestasi yang pas, sehingga kedudukan dalam organisasi
dapat dipertahankan. Hal ini bisa bersifat netral agar dapat menjauhkan diri dari apapun yang
terjadi dalam organisasi, menyerahkan pengabilan keputusan kepada orang lain dan berusaha
tidak terlibat dalam konflik.
2. Kepemimpinan Otoriter
Efisiensi dan organisasi kerja sangat ketat, sehingga faktor manusia dibatasi sampai
minimum. Tipe ini tidak mempersulit karena pemimpin akan mengikuti keputusan yang ada
meskipun adanya keberatan terhadap arah yang ingin ditempuh. Apabila terjadi susuatu yang
positif tipe ini bereaksi antusias sedangkan kritik negatif dihindari.
19
Hendriks Jan, “Jemaat vital dan menarik mebangun jemaat dengan menggunakan metode lima faktor”.
Yokyakarta: Penerbit Kanisuus. 2002, Hal. 68
9
3. Kepemimpinan Country Club
Perhatian untuk kebutuhan rekan sekerja dan untuk relasi yang hangat dan ramah membawa
kepada suasana relaks dan ramah serta tempo pekerjaan yang mudah. Tipe ini mengartikan
bahwa kepemimpinan ini ingin mengambil keputusan sendiri dan jarang mau dipengaruhi
oleh pihak lain.
4. Kepemimpinan Status Quo
Pretasi mencukupi yang dimungkinkan oleh kalah mengalah antara “tuntutan produksi” dan
“kebutuhan rekan sekerja”. Tipe ini lebih kepeda kepemimpinan yang tidak mencari
keputusan yang tepat melainkan keputusan yang terjangkau dilaksanakan dan yang dapat
diterima orang lain.
5. Kepemimpinan Team
Keterlibatan besar pada usaha ketergantungan satu sama lain kerena menerima tujuan
bersama: membawa kepercayaan dan respek satu sama lain. Tipe ini dilatarbelakangi oleh
gagasan bahwa usaha dan kebutuhan serta keinginan orang tidak harus bersangkut satu sama
lain, tetapi dapat diintegrasikan.20
Faktor faktor ini yang menjadi tipe kepemimpinan yang menggairahkan, dari tipe yang
ada kita bisa melihat gaya kepemimpinan yang sesuai dengan usaha/organisasi apa yang akan
dibentuk. Gaya kepemimpinan yang ada ialah pemimpin mampu untuk memotifasi anggota
yang ada sehingga operatif dan koperatif harus melekat dalam diri pemimpin/pelayan. Dari
hal inilah tidak akan ada pembedaan jabatan dalam pelayanan maupun kelompok usaha.
Berbicara mengenai peran gereja atau peran dari pelayan sendiri, terarah kepada
kehidupan ekonomi umat kristen saat ini. Dari letak daerah tinggal beserta jumlah
penghasialan masyarakat/jemaat saat ini. Pada masa masa ini kehidupan ekonomi masyarakat
kita terkhusus di pelosok pelosok belum semua sadar akan perubahan sosial yang terjadi,
sehingga sering kali masih sangat sulit untuk bisa menghadapi kehidupan ketika masa krisis.
Dalam hal ini gereja yang dalam terdapat para pelayan yang harusnya mulai bergerak
untuk memperhatikan kehidupan jemaat yang ada, serta menunjukkan ajaran sosial, untuk
memahami perubahan sosial masyarakat. Ini merupakan suatu peran yang penting untuk
menyajikan pemahaman kristiani tentang materi materi perkembangan kehidupan sosial
menurut injil Tuhan Yesusu Kristus. Dari perhatian gereja terhadapan kehidupan jemaat ini,
baru dapat membantu kita memahami hubungan gereja dan tantangan-tantangan ekonomi.
Menurut Mantzaridis ekonomi berarti kesejahtraan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Dalam teologi atau agama memahaminya sebagai penatalayan yang bijaksana, yang
20
Ibid, hal. 74 75
10
mana tidak hanya memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan pelayan dalam gereja saja
melainkan kehidupan ekonomi jemaat/masyarakat secara spesifik juga.21
HASIL PENELITIAN
Sejarah Singkat Gereja
Jemaat GMIT Syalom Bosen berdiri sekitar tahun 1975 dengan Ketua Majelis Jemaat
(KMJ) bapak Yusuf Salukfeto periode tahun 1975-1996 melayani 9 mata jemaat yang berada
di Desa Bosen, sebagai berikut: Mata Jemaat Syalom Bosen, Jemaat Hosana Fatununu,
Jemaat Eklesia Mnesat Anin, Jemaat Bethel Taomin, Jemaat Imanuel Olangka’I, Jemaat
Eklesia Sikam, Jemaat Sonhalan Ajobaki, Jemaat Imanuel Zebot dan Jemaat Ebenhaser
Sebau. Pada 31 Okotober 1999 jemaat Bosen dengan 9 mata jemaat dimekarkan menjadi 5
mata jemaat, sebaga berikut: Mata Jemaat Syalom Bosen, Jemaat Yagar Shaduta Noeteta,
Jemaat Imanuel Oelangka’I, Jemaat Eklesia Mnesat Anin, Jemaat Hosana Fatununu.22
Kelima mata jemaat dilayani oleh Pendeta Aplonia Udju Wadu periode tahun 1997-
2003. Dalam masa pelayanan Pendeta Aplonia jemaat Bosen mengalai pertambahan jemaat
yang dimekarkan pada tanggal 14 Januari 2001 dari mata jemaat Imanuel Oelangka’I
sehingga sapai saat ini jemaat Bosen memiliki 6 mata jemaat ditambahkan dengan Mata
Jemaat Imanuel Nasi’Un. Jemaat Syalom Bosen menjadi gereja pusat/induk dari 6 mata
jemaat yang sudah dilayani oleh 4 Pendeta sebaga berikut:
1. Alm. Pdt. Yusuf Salukfeto, Smth (1976-1996)
2. Pdt. Aplonia udju Wadu, S.Th (1997-2003)
3. Pdt. Sutrini Amnifu-Lusi, S.Th (2003-20017)
4. Pdt. Monna Elisca Olla-Koan, S.Th (2017-sekarang)
Sesuai data statistik jemaat sampai tahun ini 2019 jemaat Syalom Bosen berjumlah 733
jiwa yang terbagi dalam 9 rayon (Bosen A, Bosen B, Eno Oh, Ekmin, Beskin, Nasikbat,
Oesena A, Oesena B, Oesena C) dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) secara keseluruhan
adalah 151KK. Dibagi juga dalam beberapa kategorial, yaitu kategorial Perempuan (2
wilayah), kategorial kaum Bapak, kategorial Pemuda, dan kategorial PAR. Latar belakang
kehidupan jemaat Bosen mayoritas adalah suku Timor dengan pekerjaan sebagai petani,
peternak,swasta, tukang, PNS dan guru. Secara pemerintahan pelayanan di Jemaat Bosen
meliputi tiga desa yaitu Desa Bosen (Mata Jemaat Syalom Bosen, Eklesia Mnesat Anin,
Hosana Fatununu), Desa Oenbesi (Mata Jemaat Imanuel Nai’Un, Imanuel Oelangka’I) dan
21
Adrian ignin, “Christian Church and Economy” Romania: Valahia university from targoviste. 2013. Hal. 414 22
Arsip Jemaat GMIT Syalom Bosen tahun 2018
11
Desa Sebot (Mata Jemaat Yagar Shaduta Noeteta) kecamatan Mollo Utara. Sedangkan dalam
pemetaan wilayah pelayanan GMIT Jemaat Bosen merupakan bagian dari Klasis Mollo
Utara. 23
Pandangan Jemaat terhadap peran pelayan dalam menumbuhkan minat
kewirausahaan
Berbicara mengenai peran pelayan bagi pemuda pemudi jemaat Bosen, baru dua tahun
ini relasi antara pemuda dan pelayan dibangun dengan baik. Sehingga adanya peningkatan
partisipasi pemuda dalam kegiatan maupun pelayanan di gereja. Peran dari pelayan tentu
menjadi figur pendukungan yang menumbuhkan minat bagi kategorial pemuda yang mana
juga menjadi seorang motivator yang mampu membimbing juga membina pemuda agar lebih
bijaksana dalam mengontrol diri serta pola pikir mereka. Sehingga pada akhirnya pemuda
mampu menempatkan diri mereka dengan baik.24
Mengenai menumbuhkan minat kewirausahaan, mayoritas jemaat Bosen bekerja
sebagai petani dan sebenarnya sudah sangat memahani proses berwirusaha itu sendiri. Hanya
saja semakin berkembangannya zaman, masyarakat semakin melupakan proses wirausaha
dalam hal mengelolah lahan dan hasil bumi. Hal ini terjadi karena masyarakat semakin
berpikir pendek dalam artian setiap hari mereka membutuhkan uang, sehingga masyarakat
tidak pikir panjang untuk langsung menjual hasil secara utuh tanpa di kelolah.25
Untuk pengelolaan lahan pola pikir masyarakat saat ini sangat kurang, dikarenakan
masih bertani dengan cara tradisional sehingga untuk menuai hasil membutuhkan waktu
beberapa bulan.26
Jika sejauh ini adanya bimbingan yang baik dari lembaga desa tentunya
23
Arsip Jemaat GMIT Syalom Bosen tahun 2018 24
Hasil wawancara dengan Sdr. Sakarias Lete. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 14 Juli
2019. Pukul 11.35 WITA. Bpk. Darius Banoet. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 14 Juli 2019.
Pukul 13.46 WITA. Bpk. Aleluyana Toto. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 16 Juli 2019. Pukul
10.14 WITA. Bpk. Agustinus Toto. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 23 Juli 2019. Pukul 19.30
WITA. Ibu. Lisabeth Lette. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 23 Juli 2019. Pukul 07.53 WITA.
Ibu. Dorce Anin. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 23 Juli 2019. Pukul 15.27 WITA. 25
Hasil wawancara dengan Sdr. Sakarias Lete. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 14 Juli
2019. Pukul 11.35 WITA. Bpk. Darius Banoet. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 14 Juli 2019.
Pukul 13.46 WITA. Bpk. Aleluyana Toto. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 16 Juli 2019. Pukul
10.14 WITA. Bpk. Agustinus Toto. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 23 Juli 2019. Pukul 19.30
WITA. Ibu. Lisabeth Lette. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 23 Juli 2019. Pukul 07.53 WITA.
Ibu. Dorce Anin. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 23 Juli 2019. Pukul 15.27 WITA. 26
Hasil wawancara dengan Bpk. Darius Banoet. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 14 Juli
2019. Pukul 13.46 WITA. Bpk. Aleluyana Toto. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 16 Juli 2019.
Pukul 10.14 WITA. Sdr. Rifat Toto. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 19 Juli 2019. Pukul 14.52
WITA. Ibu. Debora Kase. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 20 Juli 2019. Pukul 19.45 WITA. Ibu.
Lisabeth Lette. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 23 Juli 2019. Pukul 07.53 WITA. Ibu. Dorce
Anin. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 23 Juli 2019. Pukul 15.27 WITA. Sdr. Rifat Toto. Anggota
Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 19 Juli 2019. Pukul 14.52 WITA.
12
masyarakat tidak akan acuh tak acuh terhadap pertanian. Terlebihnya pemuda pemudi Jemaat
Bosen. Dikarena faktor ekonomi keluarga dan faktor pergaulan (uang) mereka lebih memilih
keluar dari desa untuk bekerja di luar negeri serta luar pulau untuk mencari pekerjaan
dibandingkan mengelolah lahan. Padahal tidak ada bedanya bekerja di Bosen dan di luar
pulau.27
Perlu diketahui bahwa desa Bosen merupakan 1 dari 16 desa yang menghasilkan buru
migran terbanyak setiap tahunnya, itu mengapa sangat minimnya pemuda yang aktif
berpartisipasi dalam lingkungan gereja. Sehingga pada beberapa bulan ini setelah adanya
pergantian kepemimpinan dalam lembaga desa, maka dibentuklah tim untuk mengawasi
keluar masuknya pemuda pemudi bahkan orang tua yang memilih bekerja di luar negeri dan
luar pulau. Tim Desa Migran Produktif (desmigratif), bertugas untuk mendata, memfasilitasi,
menginformasi dan mengawasi setiap masyarakat/jemaat Bosen yang bekerja sebagai buruh
migran. Hanya saja sejauh ini belum maksimal dikarenakan sistem yang belum sampai ke
desa (IPTEK).28
Dari banyaknya pemuda yang ada terhitung 60 orang pemuda yang masih menetap di
desa Bosen, namun tidak semua aktif dan turut serta dalam kegiatan pemuda di gereja. Setiap
minggunya terhitung hanya 30 orang anggota pemuda yang turut serta dalam kegiatan dan
ibadah pemuda, itupun karena adanya tuntutan (Katekisasi) membuat laporan setiap ibadah
pemuda sehingga mereka hadir dalam ibadah. Sejauh ini badan pengurus harian (BPH)
pemuda, pelayan serta majelis pendamping pemuda telah mengusahakan untuk merangkul
teman teman pemuda yang ada di desa, tapi hanya sebagian kecil yang turut begabung. Faktor
lain yang terkait ialah tidak semua orang tua jemaat mendukung anak anak mereka untuk
bergabung dalam pelayan pemuda, itu sebabnya sering terjadi kesalah pahaman antara BPH
pemuda, pelayan dan pendamping pemuda.
27
Hasil wawancara dengan Ibu. Mona Olla. Pendeta Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 11 Juli 2019.
Pukul 15.00 WITA. Sdr. Sakarias Lete. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 14 Juli 2019. Pukul 11.35
WITA. Sdr. Irna Toto. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 14 Juli 2019. Pukul 12.46 WITA. Bpk.
Darius Banoet. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 14 Juli 2019. Pukul 13.46 WITA. Sdr. Trifeni
Mulklon. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 14 Juli 2019. Pukul 14.25 WITA. Bpk. Aleluyana Toto.
Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 16 Juli 2019. Pukul 10.14 WITA. Sdr. Ike Pandie. Anggota
Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 19 Juli 2019. Pukul 12.25 WITA. Sdr. Rifat Toto. Anggota Jemaat GMIT
Syalom Bosen. Bosen, 19 Juli 2019. Pukul 14.52 WITA. Sdr. Jhon Nenobais. Anggota Jemaat GMIT Syalom
Bosen. Bosen, 20 Juli 2019. Pukul 10.55 WITA. Sdr. Micel Talan. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen.
Bosen, 21 Juli 2019. Pukul 09.08 WITA. Bpk. Agustinus Toto. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen,
23 Juli 2019. Pukul 19.30 WITA. 28
Hasil wawancara dengan Ibu. Mona Olla. Pendeta Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 11 Juli 2019.
Pukul 15.00 WITA. Sdr. Sakarias Lete. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 14 Juli 2019. Pukul 11.35
WITA. Bpk. Darius Banoet. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 14 Juli 2019. Pukul 13.46 WITA.
Bpk. Aleluyana Toto. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 16 Juli 2019. Pukul 10.14 WITA. Sdr.
Rifat Toto. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 19 Juli 2019. Pukul 14.52 WITA. Bpk. Agustinus
Toto. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 23 Juli 2019. Pukul 19.30 WITA.
13
Gereja saat ini sedang mengupayakan agar jemaat secara menyeluruh tidak hanya
pemuda saja yang mampu mengelolah hasil bumi yang ada. Sehingga memasuki tahun ini
(2019) gereja menyerahkan lahan kosong agar jemaat bisa mengelolah menjadi lahan tanam.
Lahan dibagi berpetak petak sesuai dengan jumlah rayon (9 rayon) dan kategorial pemuda.
Untuk kategorial pemuda sudah mulai mengelolah sampai tahap penggemburan tanah,
menanan dan merawat. Partisipasi pemuda sangat baik untuk tahap ini karena adanya
pengontrolan dari BPH pemuda, pelayan gereja dan juga lembaga Desa Bosen dalam hal ini
pemberdayaan pangan. Dengan kata lain gereja mewadahi pemuda dengan lahan dan lembaga
Desa Bosen mewadahi pupuk dan mengadakan bimbingan untuk bertani.
Kerja sama antara gereja dan lembaga desa Bosen sendiri baru terjalin kembali satu
tahun ini, karena adanya pergantian kepemimpinan Kepala Desa ditahun kemarin, juga
pendobelan jabatan kepala desa Bosen sendiri ialah Sekretaris Umum Gereja untuk 6 mata
jemaat dan Bendarah Gereja Syalom Bosen sebagai gereja induk dari 6 mata jemaat.
Sehingga untuk saat ini dalam proses penyesuaian membangun kerja sama yang lebih baik
dan efektif. Sejauh ini sudah sampai pada tahap perancangan serta tahap pengelolaan bibit,
lahan dan hasil.29
Pelayan beserta majelis jemaat mengambil keputusan secara bersama untuk tidak hanya
membangun relasi/kerja sama dengan lembanga desa saja, melainkan dengan lembaga lain
(Yayasan PIKUL, POLTEK dan Pemerintah Kota). Sehingga tahun ini mulai adanya
penyuluhan mengenai pengelolaan pupuk, lahan dan hasil sehingga jemaat yang dalamnya
pemuda juga mulai berpartisipasi untuk bisa mengelolah dan mengenal dunia wirausaha.
Beberapa upaya telah dilakukan oleh pelayan gereja sampai saat ini, hanya saja masih sangat
rendah kesadaran dari pemuda pemudi yang ada untuk terlibat.
Tidak hanya faktor minat yang harus ada dalam diri setiap pemuda pemudi melainkan
dorongan dari keluarga juga sangat penting untuk mereka, agar bisa turut serta dalam setiap
kegiatan dan pelayanan yang mampu membantuk mereka untuk memenuhi kehidupan. Usaha
mandiri yang sering dilakukan oleh pemuda beberapa waktu ini ialah melakukan pelelangan
29
Hasil wawancara dengan Ibu. Mona Olla. Pendeta Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 11 Juli 2019.
Pukul 15.00 WITA. Sdr. Sakarias Lete. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 14 Juli 2019. Pukul 11.35
WITA. Sdr. Irna Toto. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 14 Juli 2019. Pukul 12.46 WITA. Bpk.
Darius Banoet. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 14 Juli 2019. Pukul 13.46 WITA. Sdr. Trifeni
Mulklon. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 14 Juli 2019. Pukul 14.25 WITA. Bpk. Aleluyana Toto.
Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 16 Juli 2019. Pukul 10.14 WITA. Sdr. Ike Pandie. Anggota
Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 19 Juli 2019. Pukul 12.25 WITA. Sdr. Rifat Toto. Anggota Jemaat GMIT
Syalom Bosen. Bosen, 19 Juli 2019. Pukul 14.52 WITA. Sdr. Jhon Nenobais. Anggota Jemaat GMIT Syalom
Bosen. Bosen, 20 Juli 2019. Pukul 10.55 WITA. Sdr. Micel Talan. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen.
Bosen, 21 Juli 2019. Pukul 09.08 WITA. Bpk. Agustinus Toto. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen,
23 Juli 2019. Pukul 19.30 WITA.
14
dana dari penjualan hasil bumi yang telah di olah (kacang ijo, kolak, keripik pisang dan ubi).
Sehingga pemuda pemudi mampu menghasilkan uang dengan usaha mereka sendiri. Karena
sejauh ini mereka hanya cenderung lebih melihat hasil dari pada proses, dengan demikian
mereka bisa untuk mengasah minat dan tujuan kehidupan mereka ke depan, tanpa harus
keluar dari desa dan berkerja di luar daerah serta luar negeri yang mana sama sama bekerja
dan menghasilkan uang.30
Melalui penjelasan diatas, peran gereja sejauh ini sudah sangat terbuka untuk
mendampingin dan menyediakan perlengkapan untuk masyarakat agar bisa mengelola lahan
dan hasil. Respon dari jemaat sendiri sangat baik juga karena mereka merasa diperhatikan
oleh gereja. Sehingga dengan berjalannya waktu minat wirausaha mulai melekat kembali
dalam kehidupan jemaat GMIT Syalom Bosen. Menurut penulis minat kewirausahaan
sebenarnya sudah mendarah daging di masyarakat desa hanya saja karena perkembangan
zaman dan faktor kebutuhan ekonomi yang meningkat, sangat menuntut jemaat sehingga
mereka tidak mampu berpikir secara baik dalam menghasilkan uang.31
ANALISA
Peran Gereja dalam Menumbuhkan Minat Kewirausahaan
Peran pelayan menjadi faktor penentu bagi berjalannya sebuah organisasi gereja.
Pelayan merupakan jabatan yang dimiliki beberapa orang anggota sidi jemaat untuk
melengkapi organisasi gereja.32
GMIT sendiri mengenal dua jenis jabatan gerejawi, yaitu
jabatan pelayanan (terdiri dari pendeta, penatua, diaken dan pengajar) dan jabatan
keorganisasian (meliputi badan pelayanan, badan pembantu pelayanan dan unit pembantu
30
Hasil wawancara dengan Ibu. Mona Olla. Pendeta Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 11 Juli 2019.
Pukul 15.00 WITA. Sdr. Sakarias Lete. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 14 Juli 2019. Pukul 11.35
WITA. Sdr. Irna Toto. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 14 Juli 2019. Pukul 12.46 WITA. Sdr.
Trifeni Mulklon. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 14 Juli 2019. Pukul 14.25 WITA. Bpk.
Aleluyana Toto. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 16 Juli 2019. Pukul 10.14 WITA. Sdr. Ike
Pandie. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 19 Juli 2019. Pukul 12.25 WITA. Sdr. Rifat Toto.
Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 19 Juli 2019. Pukul 14.52 WITA. Sdr. Jhon Nenobais. Anggota
Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 20 Juli 2019. Pukul 10.55 WITA. Sdr. Micel Talan. Anggota Jemaat
GMIT Syalom Bosen. Bosen, 21 Juli 2019. Pukul 09.08 WITA. Bpk. Agustinus Toto. Anggota Jemaat GMIT
Syalom Bosen. Bosen, 23 Juli 2019. Pukul 19.30 WITA. 31
Hasil wawancara dengan Bpk. Darius Banoet. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 14 Juli
2019. Pukul 13.46 WITA. Bpk. Aleluyana Toto. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 16 Juli 2019.
Pukul 10.14 WITA. Sdr. Rifat Toto. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 19 Juli 2019. Pukul 14.52
WITA. Ibu. Debora Kase. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 20 Juli 2019. Pukul 19.45 WITA. Ibu.
Lisabeth Lette. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 23 Juli 2019. Pukul 07.53 WITA. Ibu. Dorce
Anin. Anggota Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 23 Juli 2019. Pukul 15.27 WITA. Sdr. Rifat Toto. Anggota
Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 19 Juli 2019. Pukul 14.52 WITA. 32
Lihat hasil penelitian hal
15
pelayanan).33
Untuk menjawab pergumulan gereja saat ini mengenai ekonomi jemaat,
pelayan mampu mengambil bagian atau berperan dalam mengatasi hal tersebut.
Sehingga untuk menumbuhkan minat pelayanan juga minat berwirausaha bagi pemuda
masih menjadi tantangan tersendiri bagi pelayan. Sejauh ini gereja tidak hanya membuka diri
untuk pemuda berpelayanan melainkan untuk belajar mandiri serta bertanggung jawab
dengan melibatkan pemuda dalam kegiatan yang diadakan bersama dengan lembaga desa dan
lembaga luar. Dengan demikian peran pelayan bagi pemuda jemaat Bosen sejauh ini
sangatlah aktif, hanya saja terkadang tidak di dukung dan di respon dengan baik oleh
beberapa pihak seperti orang tua dan juga pihak majelis jemaat.34
Peran pelayan menjadi faktor utama untuk menumbuhkan minat wirausaha, dimana
harus mengarahkan, membina dan menuntun mereka. Wirausaha mengarah pada kerja dalam
suatu kelompok organisasi, dengan berkelompok minat akan semakin besar dalam diri
pemuda pemudi sehingga kreatifitas dan inovasi yang selama ini ada dalam diri mereka bisa
dikembangkan. Sehingga dengan adanya peran dari gereja untuk mewadahi pemuda pemudi
yang ada, mereka mampu mengembangkan diri mereka. Hal ini sesuai dengan teori dari Jan
Hendriks mengenai kepemimpinan yang melayani. Dimana ada lima tipe kepemimpinan yang
telah dijelaskan sebelumnya sehingga tipe yang sesuai ialah tipe kelima yaitu kepemimpinan
Team. Kepemimpinan Team lebih mengarahkan pada satu tujuan yang sama tidak mengarah
pada kebutuhan satu pihak saja melaikan pada kelompok.
Peran gereja sejauh ini sudah mencapai titik maksimal dalam hal ini ialah pelayan
gereja telah membuka diri dan menyediakan lahan/menjadi wadah untuk pemuda pemudi
jemaat Bosen. Hanya saja pemuda pemudi jemaat Bosen saat ini lebih memilih untuk hidup
instan. Dalam artian mereka lebih memilih hidup bebas diluar dari pada harus menetap di
desa. Juga tidak adanya dukungan penuh dari orang tua. Hal ini sesuai dengan pandangan
Mantzaridis yang mana memahami teologi atau agama sebagai penata layanan yang bijaksana
dikarenakan baginya teologi atau agama tidak hanya memenuhi kebutuhan yang berkaitan
dengan pelayanan dalam gereja saja, melainkan memenuhi kebutuhan ekonomi
jemaat/masyarakat secara spesifik.
Jemaat GMIT Syalom Bosen sudah mempunyai jiwa wirausaha terkhususnya pemuda
pemudi yang ada dikarenakan dari zaman orang tua dulu mereka sudah berwirausaha hanya
saja karena perkembangan zaman sehingga jemaat/masyarakat saat ini tidak mau bersusah
susah dengan kata lain mereka lebih melihat hasil dari proses yang ada, padahal sama sama
33
GMIT Sinode. “Tata Gereja Gereja Masehi Injili di Timor 2010”.( Kupang: Majelis Sinode GMIT, 2015) 16 34
Lihat hasil penelitian hal
16
menghasil uang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hal ini sesuai dengan teori dari
Mastra yang mengemukakan 8 pokok pikirannya mengenai cara menumbuhkan minat/motif
kewirausahaan gereja.
Berdasarkan hasil studi teoritis dan hasil penelitian lapangan, ada beberapa hal yang
menarik dari hasil penelitian di jemaat GMIT Syalom Bosen terhadap peran gereja dalam
menumbuhkan minat wirausaha kepeda pemuda pemudi disana. Pertama, identitas diri yang
pada dasarnya masyarakat pertanian namun semakin berkembangnya zaman semakin
meninggalkan identitas tersebut. Sebelum berkembangnya zaman, begitu banyak pemuda
pemudi yang turut serta dalam mengelolah lahan. Faktor zaman yang mempengaruhi ialah
IPTEK, pergaulan dan pendidikan. Sehingga pemuda pemudi lebih cenderung meninggalkan
identitas tersebut.
Kedua, kurangnya dukungan dari pihak keluarga dan lingkungan sekitar untuk pemuda
pemudi mengasah kreativitas dan inovasi mereka sendiri. Padahal minat berwirausaha sangat
tinggi dan ada dalam diri setiap pemuda pemudi, hanya saja tidak semua mau
mengembangkan hal tersebut. Ada beberapa yang mengembangkan kreativitas dan inovasi
yang mereka punya di dalam lingkungan desa, tapi ada juga yang lebih memilih
mengembangkan ke luar. Bahkan jumlah di luar desa lebih banyak. Ini yang membuat
pemuda pemudi terus melalaikan lahan lahan yang mereka punya.
Ketiga, melalui upaya upaya yang telah dilakukan oleh gereja bekerja sama dengan
lembaga desa diharapkan pemuda pemudi mampu membudidayakan diri mereka dengan
melihat potensi potensi wirausaha yang telah disediakan. Sehingga peran gereja bisa
mencapai tahap yang lebih baik lagi dan bisa memenuhi kebutuhan rohani dan kebutuhan
jasmani jemaat Bosen sekaligus.
Dari sudut pandang penulis berkaitan dengan peran gereja, sejauh ini sudah sangat
mewadahi pemuda pemudi jemaat GMIT Syalom Bosen, dimana telah menyediakan lahan
untuk kategorial pemuda serta jemaat (9 rayon) bisa mengelola lahan yang disediakan, juga
bersama dengan lembaga desa mengadakan penyuluhan dan membentukkan kelompok
wirausaha serta menyediakan bibit untuk kelompok yang ada. Gereja tidak hanya
memperhatikan pemuda pemudi yang menetap permanen di desa Bosen saja, tapi juga
memperhatikan pemuda pemudi yang pernah bekerja di luar daerah dan luar negeri, karena
tidak semua dari mereka kembali ke desa dengan membawa perubahan hidup bagi keluarga.
Sehingga yang terjadi sekarang ialah mereka di bimbing untuk mampu mengelola diri dan
kemampuan.
17
Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa gereja
mempunyai peran yang sangat besar dalam hal mendampingi dan mewadahi pemuda pemudi.
Untuk menumbuhkan minat kewirausahaan kehidupan masyarakat desa Bosen terkhususnya
jemaat GMIT Syalom Bosen mempunyai peluang besar dalam hal berwiausaha karena lahan
yang telah tersedia, serta adanya pendampingan. Tidak hanya dari lembaga desa saja
melainkan dari pihak gereja juga sudah mulai mengambil peran. Sehingga minat
berwirausaha sudah mulai hadir kembali dalam kehidupan pemuda pemudi GMIT Syalom
Bosen.
Saran
Sesuai dengan hasil penelitian dan teori yang telah dianalisa dan dijelaskan, maka saran
yang dapat disampaikan oleh penulis ialah:
1. Gereja harus selalu memperhatikan dan mendampingi pemuda pemudi GMIT Syalom
Bosen. Tidak hanya sekedar menyediakan lahan saja melainkan bisa mendampingi
sampai pada tahan pengelolaan dan pemasaran hasil tanam.
2. Kiranya relasi antar pelayan dan jemaat dalam hal orang tua para pemuda pemudi
lebih di bangun lagi, gereja memberikan pemaham yang lebih kepada orang tua,
sehingga orang tua lebih paham akan peran dari gereja yang mana tidak hanya
menumbuhkan iman kepercayaan saja, melainkan bisa membentuk kepribadian serta
menumbuhkan kreatifitas dan inovasi dari pemuda pemudi jemaat Syalom Bosen.
3. Kerja sama yang di bangun tidak hanya sebatas pada lembaga desa Bosen dan
beberapa yayasan saja melaikan penulis berharap bisa bekerja sama dengan Sinode
GMIT juga dalam menumbuhkan minat wirausaha di Bosen. Dalam artian Sinode
juga bisa menjadi wadah penyalur dalam pendampingan pemuda pemudi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Abas Sunarya, Sudaryono, Asep. 2011. “Kewirausahaan”. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Yogyakarta.
Adrian Ignin. 2013 “Christian Church and Economy”. Romania: Valahia university from
targoviste,.
Habib Amin Nurrokhman, “Pengertian, Tujuan, dan Teori Kewirausahaan”,
https://www.kompasiana.com/www.habibamin.blogspot.com/550e5459813311862cbc6
25d/pengertian-tujuan-dan-teori-kewirausahaan-materi-kuliah (diakses pada 1 April
2019, pukul 17.42).
Hamdani. 2010. “Enterpreneurship Kiat melihat dan memberdayakan potensi bisnis”.
Jakarta: Penerbit Starbooks.
Hasil wawancara dengan Ketua Majelis Jemaat GMIT Syalom Bosen, pada tanggal 26
Februari 2019 pukul 17:10.
Hommes Anne. 1995. “Perubahan peran pria dan wanita dalam gereja dan masyarakat”.
Jakarta: Percetakan BPK.
Jan Hendriks. 2002. “Jemaat Vital dan Menarik Membangun Jemaat dengan Menggunakan
Metode Lima Faktor”. Yogyakarta: Kanisius.
Jerro Kristian, “Kabupaten Timor Tengah Selatan”,
http://jerrokristian.blogspot.com/2013/10/kabupaten-mollo-utara.html?view=mosaic, di
akses tangal 27 Februari 2018 pukul 17:13.
Kasmir. 2008. “Kewirausahaan”. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.
Made Gunaraksawati Mastra. 2009. “Teologi Kewirausahaan Konsep dan Praktik Bisnis
GKPB”. Yogyakarta: Percetakan TPK, UKDW.
Mark Casson. 2012. “Enterpreneurship Teori, Jaringan, Sejarah”. Jakarta: Penerbit Raja
Grafindo Persada.
Rumah Belajar, “Asal kata motivasi”, https://rumahbeladjar.wordpress.com/tag/asal-kata-
motivasi/ , di akses tanggal 27 Februari 2019 pukul 21:07
Sinode GMIT. “Tata Gereja Gereja Masehi Injili di Timor 2010”.( Kupang: Majelis Sinode
GMIT, 2015)
Supriyadi, “Motivasi Wirausaha”,
https://www.academia.edu/6916634/MOTIVASI_WIRAUSAHA_Dosen, di akses
tangal 27 Februari 2018 pukul 21:24.
19
Tadjuddin Noer Efwndi. 1993. “Sumber daya manusia peluang kerja dan kemiskinan”.
Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.
Thoby Mutis. 1995. “Kewirausahaan yang Berproses”. Jakarta: PT. Grasindo.
HASIL WAWANCARA
Hasil wawancara dengan Ibu. Mona Olla. Pendeta Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 11
Juli 2019. Pukul 15.00 WITA.
Hasil wawancara dengan Sdr. Sakarias Lete. Ketua Pemuda GMIT Syalom Bosen. Bosen, 14
Juli 2019. Pukul 11.35 WITA.
Hasil wawancara dengan Sdr. Irna Toto. Anggota Pemuda GMIT Syalom Bosen. Bosen, 14
Juli 2019. Pukul 12.46 WITA.
Hasil wawancara dengan Bpk. Darius Banoet. Penatua Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen,
14 Juli 2019. Pukul 13.46 WITA.
Hasil wawancara dengan Sdr. Trifeni Mulklon. Anggota Pemuda GMIT Syalom Bosen.
Bosen, 14 Juli 2019. Pukul 14.25 WITA.
Hasil wawancara dengan Bpk. Aleluyana Toto. Tokoh Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen,
16 Juli 2019. Pukul 10.14 WITA.
Hasil wawancara dengan Sdr. Ike Pandie. Anggota Pemuda GMIT Syalom Bosen. Bosen, 19
Juli 2019. Pukul 12.25 WITA.
Hasil wawancara dengan Sdr. Rifat Toto. Penatua Pemuda GMIT Syalom Bosen. Bosen, 19
Juli 2019. Pukul 14.52 WITA.
Hasil wawancara dengan Sdr. Jhon Nenobais. Anggota Pemuda GMIT Syalom Bosen. Bosen,
20 Juli 2019. Pukul 10.55 WITA.
Hasil wawancara dengan Ibu. Debora Kase. Tokoh Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 20
Juli 2019. Pukul 19.45 WITA.
Hasil wawancara dengan Sdr. Micel Talan. Anggota Pemuda GMIT Syalom Bosen. Bosen,
21 Juli 2019. Pukul 09.08 WITA.
Hasil wawancara dengan Ibu. Lisabeth Lette. Penatua Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen,
23 Juli 2019. Pukul 07.53 WITA.
Hasil wawancara dengan Ibu. Dorce Anin. Diaken Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen, 23
Juli 2019. Pukul 15.27 WITA.
Hasil wawancara dengan Bpk. Agustinus Toto. Tokoh Jemaat GMIT Syalom Bosen. Bosen,
23 Juli 2019. Pukul 19.30 WITA.