Upload
phungnhu
View
243
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
UT/\Mi~
PERANAN SUAMI DALAM MEMBINA
KELUARGA SAKINAH
Skripsi
Ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi
syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd.I)
Oleh:
Asral Puadi~. 104011000046
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARJF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008/1429 H
r/\
LEMBARPERNYATAAN
Bismillahirrahmanirrahim
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Asral Puadi
Nim
Jurusan
Fakultas
: I 04011 000046
: Pendidikan Agama Islam
: I1mu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini saya menyatakan
I. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu (S 1) di
Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri SyarifHidayatullah Jakart'L
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sangsi berdasarkan Undang-undang yang berlaku di Universitas Islam
Negeri SyarifHidayatull<lh Jllkarta.
Jakarta, J5 Juli 2008
LEMBAR PENGESAHAN PEMBlMBlNG SKRIPSI
PERANAN SUAMI DALAM MEMBINA
KELUARGA SAKINAH
Skripsi
Ini diajukan kepada Fakultas IImu Tarbiyah dan K<,:guruan
Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd.i)
Oleh:
Asral PuadiNIM. 1040 I 1000046
o;vu .....h bimbingan
f'
Prof alman H n M. ANIP. ISO 062568
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMUTARBIYAHDAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M/1429 H
Lembar Pengesahan Panitia Ujian
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul: "Peranan Suami dalam Membina Keluarga Sakinah" diajukan
kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada 22 Juli 2008 di hadapan
dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh ge1ar sarjana SI (S. PdJ) dalam
bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 22 Juli 2008
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Panitia (Ketua JurusanIProgram Studi)
Dr. H Abd. Fatah Wibisono, M. ANIP. : 150236009
Tanggal Tanda tangan
J9){?cDP.'8 ..,,~ ..'
Sekretaris (Sekretaris JurusanlProdi)
Drs. Sapiudin Shidig, M. AgNIP. : 150299477
2.1 J-~"fY" ,..
~/_~·ff.. ····· .
Penguji IT
Drs. Sapiudin Shidiq, M. AgNIP. : 150299477
Penguji I
Dr. H. Abd. Fatah Wibisono, M. ANIP. : 150236009
Mengetahui:
Dekan,
ABSTRAK
Asral Puadi"Perlman Suami dalam Membina Keluarga Sakinah"
Islam telah menetapkan bahwa suami merupakan pemimpin dalam rumahtangga dan bertanggung jawab terhadap apa yang ia pimpin. Namun, tidak semuasuami mengerti dan memahami tentang peranannya dalam rumah tangga yangmenjadi tanggung jawabnya, terkadang suami cenderung ingin lepas dariperanannya itu, bahkan tidak mau peduli sarna sekali. Selain itu dampak dariketidak mengertian dan pemahaman suami tentang peranannya sebagai kepalarumah tangga, terutama dalam membina keluarga yang sakinah juga akan terlihatpada masyarakat.
Oleh sebab itu dirasa sangat perlu adanya pemahaman tentang peranansuami dalam membina keluarga yang sakinah. Peranan suami dalam hal inimemegang kedudukan yang sangat penting dalam menciptakan keluarga yangsakinah, mawaddah warahmah, sesuai dengan kedudukan suami dalam rumahtangga. Peranan suami, yang akhirnya menjadi tanggung jawabnya hamsdilaksanakan dengan penuh tanggung jawab agar suami tidak merasa sebagaikepala rumah tangga yang berhak melakukan apa saja terhadap keluarganyasesuai dengan yang ia inginkan, apalagi melakukan kekerasan dalam rumahtangga, yang umumnya dilakukan oleh kaum pria, yaitu suami. Justru sebaliknyasuami hams bisa menjaga dan mengayomi seluruh anggota keluarganya, sertamendidiknya, sehingga angota keluarga itu merasa tentram berada di dalamkeluarganya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah peranan suamidalam membina keluarga yang sakinah. Dengan menggunakan metode TafsirMaudhu'i (Tematik), maka diperoleh data-data bahwa Islam telah menetapkanperanan-peranan yang dimiliki oleh suami, dimana peranan ltu akan menjaditangung jawab suami dan akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah diakhirat kelak.
Menghadapi kenyataan tersebut suami terlebih dahulu harus mengetahuikedudukan dan fungsinya dalam keluarga, baru kemudian suami itu akanmengetahui peranan yang menjadi tanggung jawabnya. Sehingga suami akan lebihmudah dalam melaksanakan 'peranannya'clalam membina 'rumah tangga yangsakinah.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji hanya milik Allah Tuhan Semesta
Alam, berkat Rahmat, Taufik dan Inayah-Nya, skripsi ini dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada kekasih Allah pejuang
agama Islam dan teladan teladan yang terbaik Nabi Muhammad saw. beserta
keluarga, sahabat-sahabatnya dan kepada selulUh umat Islam di seluruh alamo
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempumaan sebagaimana yang diharapkan, walaupun waktu, tenaga dan pikiran
telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan Yllng penulis miliki,
demi selesainya skripsi ini dan agar bermanfaat bagi penulis dan pembaca
sekalian.
Sebelumnya penulis mengucapkanjazakumullah khairan katsiran kepada
kedua orang tua tercinta. dengan curahan cinta dan kasih sayangnya. kerjll
kerasnya, serta doa yang selalu dipanjatkan, telah mengantar penulis
menyelesaikan pendidikan S1 di DIN Jakarta, semoij;a Allah selalu menja~a serta
memberikan rahmat, nikmat beserta karunia-Nya kepada mereka.
Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas IImy
Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, penulis banyak
mendapatkan bantuan, motivasi serta bimbingan dan berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan DIN Syarif Hidayatullah
Jakartll.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Sekretaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
3. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fal.'1.l1tas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif
Hidavatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu neu!!etahuan dan
4. Bapak Prof Dr. H. Salman Hamn, MA., sebagai dosen pembimbing materi
dan teknik penulisan skripsi ini, yang telah meluangkan waktu,
mencurahkan tenaga, perhatian, pengertian, dan kemudahan dalam
memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berharga bagi penulis
dengan penuh kesabaran dan dedikasi yang tinggi dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Elman Sadri, sebagai penasehat akademik yang telah
membimbing penulis selama menjadi mahasiswa.
6. Seluruh keluarga di rumah khususnya orang tua tercinta "My Endless Love"
Apak (Muris) dan Amak (Nurisna) yang telah mencurahkan segala kasih
sayang dan tenaganya, serta yang selalu memberikan semangat dan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada segenap teman·teman seperjuangan PAl kelas B·04 dan ternan·
ternan kosan di Bait An-Najwa, serta specialfor Vera Fauziah yang selama
ini selalu saling melengkapi, memberikan pengalaman dan motivasi serta
doa kepada penulis.
Kepada semuanya yang telah membantu penulisan skripsi ini yang tidak
bisa disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar.besamya, semoga Allah swt. membalas kebaikan dan bantuan yang telah
mereka berikan selama penulisan. Apabila terdapat kekurangan dan kekhilafan
dalam penulisan skripsi ini mohon dimaafkan. Semoga skripsi ini dapat membuka
cakrawala yang lebih luas bagi pembaca serta menambah pengetahuan dan
semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin...
Jakarta, 15 Juli Z008
Penulis
DAFTARISI
Abstrak .
Kata Pengantar .
Daftar lsi . .
11
IV
BAB I PENDAHULUAN ,. I
A. Latar Belakang Masalah.......................................................... I
B. ldentifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 11
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 12
D. Metode Pembahasan 12
E. Tinjauan Pustaka .. 13
BAB II SUAMISEBAGAIKEPALARUMAHTANGGA 15
A. Fungsi Suami 15
B. Kedudukan Suami ,. 23
C. Kewajiban Suami 29
BAB ill PERANAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA
YANGSAKINAH 45
A. Memberikan Teladan 45
B. Bertanggung Jawab ,. 58
C. Menciptakan Rumah Tangga Sakinah 67
BAB IV PENUTUP 73
A. Kesimpulan............................................................................ 73
B. Saran-saran 74
DAFTAR rUSTAKA 75
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan risalah terakhir dari langit ke bumi yang universal. Dan
Islam pulalah yang telah membawa dunia menuju revolusi besar dalam berbagai
aspek kehidupan. Islam tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan
penciptanya tetapi juga mengatur hubungan antara manusia dengan manusia, dan
b. 1se agamya.
Aturan itu diramu dengan sangat sempurua, sehingga umat yang patuh pada
aturan yang dibuat akan menemukan suatu kebahagiaan dan kedamaian. Islam
menata hidup perkawinan dengan sempurna, karena masalah ini adalah masalah
pokok yang sangat vital. Melalui perkawinan manusia dapat saling mengasihi,
menjalin hubungan kekeluargaan dan meneruskan keturunan. Kehidupan
perkawinan merupakan industri pertama bagi umat sesudahnya untuk
meningkatkan industri selanjutnya. Bayangkan, dengan perantaraan seorang suami
dan istri, dengan perantaraan hubungan material dan individual, maka lahirlah
putera-puteri yang mungil, dengan izin Allah2
, Nasy'at Al-Masri, Nabi Suami Teladan, Terj. Salim Basyarahil. (Jakarta: Gema Insani Press,1993), eel. Ke-8, h. 11.
2
Hikmah diciptakan oleh Allah manusia berpasang-pasangan yang berlainan
bentuk dan sifat, adalah agar masing-masing saling membutuhkan, saling
memerlukan, sehingga dapat hidup berkembang selanjutnya.3
Mendambakan pasangan merupakan fitrah sebelum dewasa, dan dorongan
yang sulit dibendung. Oleh karena itu, agama mensyariatkan dijalinnya pertemuan
antara laki-laki dan perempuan, mengarahkan pertemuan itu sehingga
terlaksananya "perkawinan" dan beralihlah kerisauan laki-laki dan perempuan
menjadi ketentraman dan sakinah 4
Menurut pasal 1 undang-undang perkawinan nomor 1 tahun 1974,
menjelaskan bahwa "perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang laki
laki dengan perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
yang bahagia dan sejahtera berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa". 5
Perjanjian yang dibuat oleh seorang muslim untuk menjadikan seorang
muslimah sebagai istri, merupakan perjanjian yang dibuat atas nama Allah.
Karena itu hidup sebagai suami istri bukanlah semata-mata sebuah ikatan yang
dibuat berdasarkan perjanjian dengan manusia, yaitu dengan wali dari pihak
perempuan dan dengan keluarga perempuan itu secara keseluruhan, serta dengan
perempuan itu sendiri, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah membuat
perjanjian dengan Allah. Karena itu, pemikahan adalah salah satu di antara tanda
tanda kekuasaan Allah. 6
Allah Swt. berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 21:
~- - ~~-" _~:'.~: C - 1'.'.1\ \~l",'1' t:..r ··f :L.q '.' _~1 -~t:: '. f -util '. -.JJ Y' ('"""':11 l..J"-'?oJ '+.t'<~ • J.J~ (.)A r'"~ (j -- _ Uf'J
(n· )\) -. pO'll '~1 ...:..,L1J Zcl\~ '". I.('J W _~J""< _ -~(j<
, Amir Taat Nasution, Rahasia Perkawinan dalam Islam: Ttmtunan Keluarga Bahagia(Jakarta: Pedoman lImu Jaya, 1994), Cel. Ke-3, h. 1.
4 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur'an, (Bandung: MiZ<1Il, 2000), Cel. Ke-ll, h. 192.
S Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman limu Jaya, 1999), Cel. Ke-l, h. 14.
3
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untllkmuisteri-isteri dari jenismll sendiri, supaya kamu cenderung dan l1lerasatenteral1l kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tandabagi kaum yang beljikir" (Q, S. Ar-Rum: 21).
Ayat tersebut menggambarkan jalinan ketentraman, rasa kasih dan rasa sayang
sebagai suatu ketenangan yang dibutuhkan oleh masing-masing individu - laki
laki dan perempuan - ketika jauh dari pasangannya. Setiap suami istri yang
menikah, tentu sangat menginginkan kebahagiaan hadir dalam kehidupan rumah
tangga mereka, ada ketenansan, ketentraman, kenyamanan dan kasih sayang.
Rumah tangga yang menjadi surga dunia! tidaklah identik dengan limpahan
materi, kebahagiaan bukanlah sebuah kemustahilan untuk dicapai, sebab
kebahagiaan merupakan pilihan dan buah dari cara berfikir dan bersikap. Maka
dari itu, hanya densan pasangannyalah ia dapat menikmati manisnya cinta dan
indahnya kasih sayang dan kerinduan 7
Islam menjadikan keluarga sebagai tempat untuk menjaga diri, yaitu
menciptakan ketentraman dan keselamatan dari segala bentuk kejahatan yang
ditimbulkan oleh orang lain, sehingga keluarga harus dijadikan tempat tinggal
yang penuh dengan kebahagiaan agar seluruh anggota keluarga betah di rumah
dan selalu merindui. Sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 80:
"Dan Allah l1lenjadikan bagil1lu rlIl1lah-rlIl1lahmu sebagai tempat tinggal ... "(Q. S. An-NahI: 80).
Untuk mewujudkan keluarga seperti yang di atas, haruslab bersama-sama
antara suami dan istri untuk mengekalkan cinta yang merupakan anugerah dari
Allah, karena tidak dapat dipungkiri bahwa kualitas hubungan suami dan istri
dalam rumah tangga sangat mempengaruhi keluarga menjadi sakinah mawaddah
wa rahmah. 8
7 Lembaga Darut-Tauhid, Kiprah Muslimah dalam Keluarga Islam, TeIj. A. Churnaidi Umar,(Bandung: Mizan, 1990), Cel. Ke-l, II. 82.
4
"Kehidupan suami istri itu adalah rumus dari kebahagiaan dunia". Maka
ciptakanlah keluarga yang bahagia agar hidup di dunia juga bahagia. 9
Oleh sebab itu, suami istri harus sarna-sarna menjaga dan menghormati ikatan
perkawinan yang telah dibuat sebagai sebuah ikatan yang suei. Agar perkawinan
itu menjadi kuat, diperlukan pengikat yang kuat pula. Adapun pengikat
perkawinan yaitu:
I. Mawaddah
Mawaddah adalah kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari
kehendak buruk. Prof. DR. Quraish Shihab mengatakan: "Mawaddah"
adalah "einta plus". Orang yang di dalam hatinya ada mawaddah tidak
akan memutuskan hubungan, seperti apa yang terjadi pada orang
bereinta. lni disebabkan hatinya begitu lapang dan kosong dari
keburukan, sehingga pintu-pintunya pun tertutup untuk dimasuki
keburukan. 10
2. Rahmah
Prof. DR. Quraish Shihab mengatakan: "Rahmah" kondisi
psikologis yang muneul di dalam hati akibat menyaksikan
ketidakberdayaan. Rahmah menghasilkan kesabaran, murah hati, tidak
eemburu buta, tidak meneari keuntungan sendiri, tidak menjadi
pemarah apalagi pendendam. 11
Kualitas mawaddah wa rahmah di dalam rumah tangga, yang dipupuk oleh
suami dan istri sangat menentukan bagaimana kondisi rumah tangga tersebut,
apakah bahagia atau tidak. Lebih tegas Dr. Yusuf Al-Qardlawy mengatakan
"bahwa tidak ada artinya hubungan suami istri yang tidak didasarkan pada einta
dan kasih sayang, badan berdekatan namun ruh berjauhan". Jadi, tidak bisa kita
9 Abu Mohanuuad Jibril Abdurrahman, Karakteristik Lelaki Shalih, (yogyakarta: WihdahPress, 2000), Cet. Ke-3, h. 21.
10 M. Quraish Shihab, Wawasan AI-Qur 'an ... , h. 195.
5
sangkal bahwa istri tidak hanya membutuhkan makanan, mmuman, pakaian,
tempat tinggal dan segala kebutuhan material belaka, namun istri juga sangat
mengharapkan dari suami perhatian yang tulus, perkataan yang halus, wajah yang
cerah, senyum yang ceria, senda gurau yang menyenangkan, sentuhan yang
lembut, ciuman yang mesra serta berbagai perilaku mulia yang menyejukkan hati
dan mendinginkan gundahnya, bahkan itu semua melebihi daripada kebutuhan
material 12 •
Pernikahan dalam Islam menawarkan ketenangan jiwa dan kedamaian pikiran,
sehingga laki-Iaki dan perempuan bisa hidup bersama dalam cinta, kasih sayang,
kepahitan dalam hidup, harmonis, kerjasama, saling menasehati dantoleran
melet3.kkan pondasi mengangkat keluarga Islam dalam suatu lingkungan yang
lestari dan sehat. 13
Untuk mewujudkan itu, tidak hanya perempuan yang hams dipilih oleh laki
laki, tetapi perempuan pun diberi hak untuk memilih laki-l3.ki yang 3.kan
dijadikannya suami. Dan yang terbaik itu adalah yangbagl.lsagamanya.
Sebagaimana Rasulullah. saw. bersabda:
J u:.::.)';/1 ~ :u:;g~ 1)...S:i ';l 0 10Y!"JJ! J..¥...l J 41:;. 0y..:.:.y 0-" ~lJl I~I
(u\.p. eNI oIJ-.» ~y:...lU
"Jilra datang seorang pelamar yangbagusagamanya kepadamu,malralrawinlranlah dia. Karena jika tidak, akan terjadi fitnah di atas burni danbanyak kerusalran" (H. R. Ibnu Hibban).14
Selama ini, orang yang selalu di sorot dalam kehidupan rurnah tarigga adalah
seorang istri, karena dia memang dianggap sebagai yang pa.lingbertariggung
jawab tentang kehidupan di dalam rumah, mulai dari melayani suami, merawat
)2 'Adil Fathi Abdulloh,Menjadi Suami Tercinla, TeJj. Bukhori Abu Syauqi,(pasuruan: Hila!Pustaka, 2007). eet. Ke-I, h. xiii.
13 Muhammad Ali Al-Hasyimi, Menjadi Muslim Ideal, Telj. A1unad Baidowi, (Jakarta: PTMitra PuSlaka, 1999), Cet. Ke-I, h. 93.
6
dan mendidik anak, ini berakibat ketika ada sesuatu kesalahan di rumah tangga
itu, istri lah yang sering disalahkan.
Sejujurnya tidaklah pantas untuk selalu menyalahkan istri, karena suami pun
ikut bertanggung jawab. Tidak becusnya seorang istri dalam melayani suami,
tidak berhasil dalam mendidik anak dan lain sebagainya, juga menggambarkan
bahwa suami tidak bisa menjadi pemimpin dalam rumah tangga tersebut, sehingga
ia tidak bisa membimbing istrinya.
Dalam kehidupan rumah tangga adakalanya laki-Iaki menjadi pemimpin bagi
keluarganya, menjadi bapak bagi anak-anaknya, menjadi ternan hidup serta
sebagai saudara bagi istrinya. Dengan demikian, istri bukanlah menjadi saingan
bagi suami, apalagi sebagai musuh. Tetapi suami dan istri itu akan jalan bersama,
saling melengkapi untuk tercapainya cita-cita menjadi keluarga yang sakinah 15•
Suami istri adalah pondasi dasar bagi sebuah bangunan rumah tangga, karena
itulah Islam menetapkan kriteria khusus baginya, hingga menimbulkan rasa cinta,
kasih sayang, nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran serta saling
keterikatan. 16
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, yang dimaksud suami yaitu "Laki-Iaki
yang menjadi pasangan hidup resmi seorang perempuan"n Sedangkan Peranan
adalah dari kata dasar "peran" yang ditambahkan akhiran "an", peran memiliki
arti seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan
di masyarakat. Sedangkan "peranan" adalah bagian dari tugas utama yang harus
dilaksanakan. 18 Dan sakinah disini adalah kedamaian, ketentraman dan
kebahagiaan. 19 Jadi, peranan suami dalam membina keluarga sakinah adalah
15 Abu Mohammad, KarakteristikLelaki Shafih ... , h. 1.
16 Abdul Hamid, Bimbingan Islam un/uk Mencapai Keluarga Sakinah, Telj. Ida Nursida,(BandlUlg: AI-Bayan, 19%), Cel. Ke-3, h. 21.
17 Departemen Pendidikau dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 1988), Cel. Ke-l,h. 860.
18 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 1996). Edisi ke-2, h. 751.
7
bagian dari tugas utama yang harns dilakukan oleh suami (laki-Iaki yang menjadi
pasangan hidup resmi seorang perempuan) untuk mewujudkan keluarga yang
penuh dengan kedamaian, ketentraman, ketenangan dan kebahagiaan.
Pada diri manusia mempunyai kelebihan dan juga kekurangan, kelebihan. Dan
kekurangan itu membuktikan bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan sifat
yang sempurna itu hanyalah ada pada Allah swt. untuk itulah manusia hidup di
dunia ini harns saling tolong menolong dan lengkap melengkapi.
Allah swt. juga telah menciptakan perbedaan antara laki-Iaki dan perempuan,
"dalam susunan badannya, bentuk dan sifatnya, kulit dan dagingnya, tulang dan
darahnya, kepala dan rambutnya, akal dan pikirannya, kekuatan tubuh dan
anggotanya, jenis kelamin dan seternsnya,,20
Perbedaan-perbedaan itu tentu mempunyai hikmah yang banyak dan laki-laki
maupun perempuan tidak akan dapat membantah dan menyangkalnya, sehingga
dengan perbedaan itu, mereka dapat saling mengerti, cinta mencintai, sayang
menyayangi dan selanjutnya mereka juga dapat saling kuasa menguasai. Maka
dari itu pendamping istri yang baik adalah suami yang bertanggung jawab. 21
Menurnt Al-Quran, suami yang bertanggungjawab adalah suami yang bergaul
dengan istrinya secara baik dan sabar atas apa yang tidak disukai darinya22 Sesuai
dengan firman Allah swt. dalam surat An-Nisa ayat 19:
. " 1 ,- :ill·.'l'._....~ 'J' tA.',<::' c...llil - , .\ '.~1·t' 'J 1 '-I '. ~I L~\ li~~ ,()l>~ J ..r '" yy U I"' U?':l .J-'A U:!- ~ _
'.' '.' .<::' 'U W ' ..... '.IL ".' , >l.t:.' :il~l~:\.:;.h\l, '. :it .\ '11 ".' ,.", C.()l>y>JA>J"" U, ' J..J"'""'"'. ()l>J..»" J... , ' . (J;!i _ U < ()l>JA-':!-l
( , '1 . WI) 1 ' .~<::' 1 ". 4.Ji jjll 'r ~~' f..i2, 1 ",t~ . \ " ••'" ~ ...>.:!"'-' _ lJX-'i'-'-J _ Y...r-' U ~
"Hai orang-orang yang heriman, tidak halal hagi kamu mempIIsakai wanitadengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karenahendak mengamhil kemhali sehagian dari apa yang telah kamu herikankepadanya, terkecllali bila mereka melakukan pekeljaan keji yang nyata.Dan hergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak
20 Abu Mohammad, Karakteristik Lelah Shalih ... , h. 12.
21 Abu Mohammad, Karakteristik Lelaki Shafih... , h. 12.
8
menyllkai mereka. (maka bersabarlah) karena mllnKkin kamll tidak menYlikaisesllatll. padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak" (Q. S.An-Nisa: 19).
Pandangan Al-Quran di atas tentang suami yang beltanggung jawab, sarna
dengan pandangan hadis dari Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah ra. :
"Sesungguhnya mukmin yang sempuma imannya adalah yang paling baikakhlaknya. dan sebaik.baik kalian adalah kalian yang baik terhadap istriistri kalian" (D. R. Timidzi).23
Sejalan dengan Al-Qur' an dan hadis di atas, Syaikh Hafizh Ali Syuaisyi'
mengatakan bahwa suami "akan menjaga istrinya, dan memperlakukannya dengan
patut seperti yang diperintahkan oleh Allah"24
Ahmad Kusyairi, yang menyebut suami dengan istilah "Suami yang Shalih"
mengatakan: "Yang selalu menunaikan kewajiban-kewajiban Allah, keluarga dan
semua orang yang ada dalam tanggungannya, dengan ikhlas penuh semangat dan
lapang dada, yang selalu berusaha membahagiakan istrinya"25
Penuturan Ahmad Kusyairi tersebut, hampir sarna dengan pendapat Kasmuri
Selamat: "yang melaksanakan kewajiban terhadap keluarganya dengan penuh
tanggung jawab, bersemangat, penuh perhatian serta berlapang dada".26
Di lain pihak Sholeh Gisymar menyebut suami sebagai "suami yang dapat
mendidik dan mengarahkan istri pada kebaikan yang dapat menuntunnya
menggapai ridha Ilahi".27
23 Abdurahman Suyuti, Jam/' AI-Had/s ... , Juz. 2. h. 63.
24 Syaikh Hafizh Ali Syuaisyi', Kado Pern/kahan, TeIj. Abdul Roysad Shiddiq, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2007), Cel. Ke-8, 11. 83.
25 Ahmad Kusyairi Suhail, Menghadirkan Surga di Rumah, (Jakarta: Maghfirah Pustaka,2007), Cel. Ke-l, h. 109.
26 Kasrnuri Selarnat, Suam/ ]daman IsM Imp/an: Mernbina Keluarga Sakinah, (Jakarta: KalarnMulia, 2007), Cel. Ke-6, h. L
9
Berdasarkan dari penjelasan-penjelasan tersebut di atas dapat penulis
simpulkan bahwa ada peranan yang hams dilakukan oleh suami. Ketika peranan
itu dilakukan, maka hadirlah di tengah-tengah keluarga kebaikan dan keberkahan.
Berbicara tentang keluarga, tentu kita tidak bisa melupakan sosok anak.
Dalam Islam, anak dipandang sebagai amanat dari Allah swt. "Amanat yang wajib
dipertanggung jawabkan. Jelas sekali tanggung jawab orang tua terhadap anak
tidaklah kedl, secara umum inti tanggung jawab itu ialah penyelenggaraan
pendidikan bagi anak-anak dalam mmah tangga,,28 Dengan demikian,
pertanggung jawaban amanat tersebut, langsung berhubungan dengan Allah swt.
sebagai pemberi amanat.
Dalam dunia pendidikan, keluarga mempakan salah satu lembaga yang
bertanggung jawab atas pendidikan anak selain sekolah dan masyarakat.
Sebagaimana dinyatakan oleh Ki Hajar Dewantara, dikenal adanya Tri Logy
Pendidikan atau Tri Pusat Pendidikan, yaitu 3 (tiga) Iingkungan (lembaga)
pendidikan yang sangat berpengamh dalam perkembangan kepribadian anak
didik. Tiga lembaga pendidikan tersebut adalah: pendidikan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Di antara 3 (tiga) lingkungan tersebut, lingkungan keluarga yang
paling penting pengamhnya daIam pendidikan agama. Karena dalam proses
pendidikan, sebelum mengenal masyarakat yang lebih luas dan sebelum mendapat
bimbingan dari sekolah, seorang anak lebih dulu memperoleh bimbingan dari
keluarganya. Dari kedua orang tua, temtama dari ibunya, untuk pertama kali
seorang anak mengalami pembentukan watak (kepribadian) dan mendapatkan
pengarahan moral. Walaupun demikian peran dari seorang ayah tidak bisa
dilupakan, karena ayah lah yang membimbing Istri tersebut dan dia menjadi figur
sebagai seorang pemimpin sekaligus pembimbing bagi anak-anak, dimana segala
tingkah lakunya akan ditim. Apalagi dalam keseluruhannya, kehidupan anak juga
lebih banyak dihabiskan dalam pergaulan keluarga. ltulah sebabnya pendidikan
keluarga disebut sebagai pendidikan pertama dan yang utama serta mempakan
26 Ahmad Tafsir. Ilmu Pl?ndidiknn nnlnm Povt'nolrliFT",/" ..... fDn. .......n~~. n ~_ n_~-,,~ TJ'_
10
peletak pondasi dari watak dan pendidikan setelahnya. "Demikianlah keluarga
mempunyai peranan penting dalam proses pendidikan anak. Karena itu, orang tua
yang berperan dan bertanggung jawab atas kehidupan keluarga harus memberikan
dasar dan pengarahan yang benar terhadap anak, yakni dengan menanamkan
ajaran agama dan akhlak karimah,,29
Ketika kita membicarakan pendidikan keluarga merupakan pendidikan awal
yang sangat penting, ini sangat sesuai dengan hadis Rasulullah saw.:
ol...U) 4"j~ ) 4"j1~ ) 4"j1.:l-*:! oly,19 ;;~I ~ .lIJ:! .:l)Y' tJ..o \...,
(~J(,$...J~I
"Tidak ada seorang anak pun keeuali dilahirkan sesuai dengan fitrah, lalukedua orang tuanya yang menjadikannya berafoama Yahudi, atau Nasrani,atau Majusi" (H. R. AI-Bukhari dan Muslim). 0
Atas pemikiran di atas, penulis mencoba menuangkan permasalahan tersebut
pada skripsi ini dengan judul "PERANAN SUAMl DALAM MEMBINA
KELUARGA SAKINAlf'.
Adapun alasan penulis memilih judul skripsi ini sebagai berikut:
I. Suami merupakan pemimpin dalam kehidupan rumah tangga yang
memiliki peranan yang sangat besar dalam membimbing istri dan
mempersiapkan pendidikan untlik anak-anaknya.
2. Inti dari sebuah keluatga itu adanya suami, istri dan anak, maka suami
yang bertanggung jawab sangat mutlak diperlukan untuk mencapai cita
cita dari perkawinan, yaitu membentuk keluarga yang sakinah, penuh
dengan mawaddah wa rahmah.
3. Melihat realita yang ada, banyaknya suami yang melakukan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga (KDRT).
29 Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesanlren Pendidikan Allernati!Masa Depan, (Jakarta:Gema InsaniPress, 1997), eel. Ke-l, h. 21.
30 Muslim. Shahih Imam Muslim. Teri. Rais LaWef. dkk. (Jakarta· Kolnar"" T,.h;pf' ,nm\
I I
4. Untuk memperkaya khazanah keilmuan tentang konsep-konsep Islam,
diharapkan menjadi sumbangan pemikiran yang dapat dimanfaatkan oleh
semua pihak yang membutuhkan.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari permasalahan-permasalahan yang dapat diidentifikasi di atas, kiranya
harns dicarikan jawaban dari masalah-masalah tersebut dan
menyelesaikannya. Untuk dapat menjadikan sebuah karya tulis yang baik
pembatasan terhadap masalah yang akan dikaji merupakan salah satu
bagian penting demi terciptanya fokus pembahasan, untuk itu objek kajian
yang akan dituangkan ke dalam skripsi ini diidentifikasikan pada hal-hal
berikut:
I. Suami yang dimaksud adalah yang berstatus sebagai individu dan
anggota masyarakat yang menjadi pasangan hidup resmi seorang
perempuan yang diikat dengan tali pernikahan.
2. Peranan yang dimaksud adalah bagian dari tugas utama (kepala
keluarga) yang harus dilakukan oleh suami.
2. Pembatasan Masalah
Kemudian dalam penulisan skripsi ini penulis merasa perlu untuk
memberikan suatu pembatasan masalah agar tidak melebar, yaitu:
I. Suami sebagai kepala rumah tangga.
2. Peranan suami dalam membina keluarga yang sakinah.
3. Karakteristik Suami yang bertanggungjawab
3. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah menjadi:
1. Bagaimana peranan suami sebagai kepala rumah tangga dalam
membina keluarga sakinah?
12
C. Tlljllan dan Manfaat Penlliisan
1. Tujuan penulisan
Setiap karya tulis yang bernilai ilmiah tentunya memiliki tujuan yang ingin
dicapai, begitu juga dengan penulisan skripsi ini. Berdasarkan seluruh
permasalahan yang dirumuskan dalam perumusan masalah, maka secara
spesifik tujuan yang akan dicapai dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi suami sebagai kepala rumah
tangga.
b. Untuk mengetahui peranan suam! dalam membina keluarga yang
sakinah.
c. Untuk mengetahui kriteria suami yang bertanggungjawab.
Sedangkan tujuan akademis dari penulisan skripsi ini adalah untuk
memperluas paradigma berpikir dan wacana keilmuan dalam bidang
pendidikan, terutama pendidikan keluarga.
2. Manfaat penulisan
Adapun hasil penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
a. Dari tulisan ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan para orang .
tua dalam upaya membentuk keluarga yang sakinah.
b. , Memberi acuan bagi para pelajar laki-laki untuk menjadi laki-Iaki yang
shaleh/bertanggung jawab dan mampu mengatasi berbagai masalah
dalam rumah tangga.
D. Metode Pembahasan
Metode pembahasan yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode
maudhu'i (tematik). Yaitu cara-cara menafsirkan ayat-ayat A1-Quran yang
dilakukan dengan cara tertentu31 Untuk itu harus dilalcukan komparasi dan
31 Ahmad Syadali, Ahmad Rofi'i.. Ulumul Duran 11. lBandlm~: Pml"b Selh !ql}7\ ('pi l(p_
13
penghimpunan ayat yang saling berkaitan, kemudian dibahas atau ditafsirkan
sesuai dengan kaedah yang berlaku.
Dr. M. Quraish Shihab, di dalam karyanya Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat (Mizan), memberikan defenisi tafsir maudhu' i secara lebih
rinci: " ... menghimpun ayat-ayat AI-Quran dari berbagai surah dan yang berkaitan
dengan persoalan atau topik yang ditetapkan sebelumnya. Kemudian, penafsir
membahas dan menganalisis kandungan ayat-ayat tersebut sehingga menjadi satu
kesatuan yang utuh32"
Orang yang pertama kali memperkenalkan metode ini adalah al-Jalil Ahmad
As-Sa'id al-Kumi, ketuajurusan tafsir di Universitas al_Azhar33
Adapun pedoman yang di jadikan sandaran penulis dalam penulisan skripsi ini
adalah pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (DIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
E. Tilljauall Pustaka
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang disusun dalam rangka menyelesaikan
studi tingkat sarjana program strata 1 (S 1). Maka tidak menutup kemungkinan
ketika skripsi yang disusun oleh penulis ini memiliki kemiripan dengan skripsi
penulis lainnya.
Dalam beberapa buku dan skripsi yang saya baca, banyak hal khususnya teori
dan pendapat yang menjadi perhatian penulis untuk dijadikan penunjang penulisan
dan menjadi perbandingan bagi penulis selanjutnya. Dan sebagai tinjauan pustaka
penulis dalam menyusun teori-teorinya mengambil dari buku-buku dan skripsi
yang bersangkutan dengan kewajiban suami dalam pandangan Islam.
Husain Syahatah merupakan penulis sebuah buku dengan judul Tanggung
Jawab Suami dalam Rumah Tangga; Antara Kewajiban dan Realitas yang
menjadi referensi penulis dalam rangka mengetahui berbagai teori tentang peranan
32 http://www.qalam.orJd/?pilih91ews&aksi=lihat&id=341, Pengenalan Singkat TentangMetode Taftir Tematik Sebagai Salah Satu Metode Taftir Terbaru. oleh Hamid. Selasa, 20Nopember 2007.
14
suami dalam membina keluarga yang sakinah. Dalam buku ini dijelaskan bahwa
peranan suami itu tidak jauh berbeda dengan peranan istri dalam Islam,
perbedaannya adalah suami merupakan pemimpin di dalam keluarga dan besar
larangannya jika suami tidak memperhatikan urusan keluarga (istri dan anak),
apalagi tidak memberi nafkah kepada mereka.
Dari skripsi yang penulis susun ini terdapat perbedaan dengan tinjauan
pustaka yang penulis tunjukan yaitu karya Husain Syahatah Tanggung Jawab
Suami cia/am Rumah Tangga; Amara Kewajiban dan Realitas perbedaan tersebut
terletak pada penjabaran teori yang lebih melihat dengan jelas kepada kewajiban
suami sebagai kepala, pendidik dan pendamping istri dalam rumah tangga.
BABn
SUAMI SEBAGAI KEPALA RUMAH TANGGA
A. Fungsi Suami
Sudah jamak dipahami bahwa suami adalah kepala rumah tangga, 'dan istri
adalah ibu rumah tangga. Logika ini tidak bisa diganti dengan sebaliknya.
Problemya adalah apa yang dimaksud dengan kepala rumah tangga dan apa yang
dimaksud dengan ibu rumah tangga.
Disini, yang berlaku umum dalam masyarakat kita adalah bahwa kepala rumah
tangga mengurusi urusan-wusan "besar" dalam rumah tangga, yakni yang
menyangkut penearian nafkah, penjagaan hubungan rumah tangga dengan
masyarakat, dan urusan-urusan lain yang melibatkan rumah tangga dengan
kehidupan sosial. Sementara, defenisi ibu rumah tangga adalah bahwa seorang ibu
mempunyai tugas-tugas pengaturan rumah tangga berskala "keeil," seperti
pengaturan rumah dan perabotan, pengaturan urusan dapur, pengaturan urusan
keuangan rumah tangga, pengaturan kesejahteraan anggota-anggota rumah tangga
dan pengaturan anak. I
Tampaknya, tugas ibu rumah tangga tersebut ringan dan "keeil," tetapi pada
kenyataannya, seorang ibu rumah tangga dihabiskan waktunya untuk disibukkan
dalam rumah tangga tersebut. Di sinilah kadang seorang kepala rumah tangga
kurang menyadari tugas-tugas ibu rumah tangga.
16
Jadi, kalau para suami mau jujur terhadap dirinya sendiri, maka suami akan
menyadari bahwa tugas-tugas konkrit seorang istri lebih berat daripada tugas
tugas seorang suami. Maka, kerelaan seorang istri untuk menjadi ibu rumah
tangga dan keikhlasannya menganggap suami menjadi kepala rumah tangga,
adalah penghormatan yang setinggi-tingginya yang dapat diberikan oleh seorang
istri kepada suaminya. Dan hal ini memang telah dimekanismekan oleh alam,
bahwa pembagian yang seperti itu adalah pembagian yang alamiah2
Keluarga bisa dianggap sebagai miniatur dari sebuah sistem pemerintahan,
yang memerlukan seseorang pemimpin, bertujuan untuk menciptakan negara yang
maju, aman dan sejahtera. Begitu juga dengan ke1uarga, yang memerlukan
seorang pemimpin yang biasa disebut dengan kepala rumah tangga untuk
menciptakan keluarga yang diimpikan yaitu keluarga yang saldnah, mawaddah
warahmah.
Agama Islam menganggap bahwa pemimpin atau kepala dalam rumah tangga
itu adalah seorang suami, ini tergambar jelas dalam firman Allah:
(» 1pi ~J ~ ~ f&~ ;,;! 4111 J:.;,! ~ l'c..lll ~ 2JJ.Ij! (J~yl
(r i . WI) :. 'I' , i.l' ... ("Jt':' Y'
"Kaum laid-laid itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allahtelah melebihkan sebahagian mereka (laid-laid) atas sebahagian yang lain(wanita), dan karena mereka (laid-laid) telah menajkahkan sebagian dariharta mereka" (Q S. An-Nisa: 34).
l'c..lll ~ 2JJ.Ij! ~yl, Para lelald, yakni jenis kelamin atau suaml
adalah qawwamun, pemimpin dan penanggung jawab ataspara wanita.
Thnu Abbas - pakar tafsir yang terkenal di kalangan sahabat - menafsirkan
bahwa laki-Iaki (suami) adalah pihak yang mempunyai kekuasaan dan wewenang
untuk mendidik perempuan (istri). Kemudian Az-Zamaksyari menjelaskan bahwa
laki-Iaki berkewajiban melaksanakan amar makruf nahi mungkar kepada
perempuan, sebagaimana penguasa terhadap raknyatnya. A1-A1usi menyatakan hal
yang senada bahwa tugas laki-Iaki adalah memimpin perempuan, sebagaimana
17
pemlmpm memlmpm raknyatnya dalam bentuk perintah, larangan dan
semacamnya. Jalaluddin as-Suyuthi memaknainya dengan "laki-laki sebagai
penguasa (musallilhun) atas perempuan," sedangkan Ibnu Katsir memaknainya
dengan "laki-laki adalah pemimpin yang dituakan dan pengambil kebijakan bagi
perempuan.3
Kata C(J4.:JI) ar-rijal adalah bentuk jamak dari kata (J,..J) yang
diterjemahkan lelaki, walaupun AI-Quran tidak selalu menggunakannya dalam arti
tersebut. Dalam buku wawasan AI-Quran, dikemukakan bahwa ar-rijalu
qawwamuna 'ala an-nisa·. bukan berarti lelaki secara umum karena konsideran
pernyataan di atas, seperti ditegaskan pada lanjutan ayat, adalah "karena mereka
(para suami) menajkahkan sebagian dari haria mereka" yakni untuk istri-istri
mereka. Seandainya yang dimaksud dengan kata "lelald" adalah kaum pria secara
umum, maka tentu konsiderannya tidak demikian4
Tetapi kemudian M. Quraish Shihab menemukan bahwa Muhammad Thahir
Ibn Asyur dalam tafsirnya mengemukakan satu pendapat yang amat periu
dipertimbangkan yaitu bahwa kata ar-rijal tidak digunakan oleh bahasa Arab,
bahkan bahasa Al-Quran dalam arti suami. Berbeda dengan kata ( ..WI) an-nisa'
atau (blyol) imra 'ah yang digunakan untuk makna istriS Namun, kata ar-rijal
yang dimaksud oleh Quraish Shihab dalam bukunya wawasan al-Quran adalah
lelaki secara khusus, yaitu suami, karena konsideran dengan lanjutan ayat yaitu
"karena mereka (para suami) menajkahkan sebagian dari haria mereka" yakni
istri-istri mereka.
Kata (U.rl~') qawwamun adalah bentuk jamak dari kata C"I~') qawwam,
yang terambil dari kata (("1.9') qama. Kata ini berkaitan dengannya. Perintah shalat
-misalnya - juga menggunakan akar kata itu. Perintah tersebut bukan berarti
3 Sri Mulyati, Relasi Suami dalam Islam, (Jakarta: Pusat Studi Wauita (pSW), urn SyarifHidayatullah, 2004), h. 42.
4 M. Quraish Shihab, Taftir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian A1-Quran, (Jakarta:T.f>ntf"rn R!lt1 ?fini\ rp-t J{"p_V Til " h A'leA
18
perintah mendirikan shalat, tetapi melaksanakannya dengan sempurna, memenuhi
segala syarat, rukun dan sunah-sunahnya. Seorang yang melaksanakan tugas dan
atau apa yang diharapkan darinya dinamai (ri\..9) qa'im. Kalau dia melaksanakan
tugas itu sesempurna mungkin, berkesinambungan dan berulang-ulang, maka dia
dinamai qawwam. Ayat di atas menggunakan benluk jarnak, yakni qawwamun
sejalan dengan makna (Jll..)1) ar-rijal yang berarti banyak lelaki. Seringkali
kata ini diterjemahkan dengan pemimpin. Tetapi - seperti terbaca dari maknanya
di atas - agaknya terjemahan itu belum menggambarkan seluruh makna yang
dikehendaki, walau harus diakui bahwa kepemimpinan marupakan satu aspek
yang dikandungnya. Atau dengan kata lain dalam pengertian "kepemimpinan"
tercakup pemenuhan kebutuhan, perhatian, pemeliharaan, pembelaan, dan
pembinaan6
Seiring dengan pendapat di atas, Ahmad Mustafa Al-Maragi juga mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan Al-Qiyam ialah kepemimpinan, yakni orang yang
dipimpin bertindak sesuai dengan kehendak dan pilihan pemimpin. Sebab makna
Al-Qiyam tidak lain adalah bimbingan dan pengawasan di dalam melaksanakan
apa-apa yang ditunjukkan oleh suami dan memperhatikan segala perbuatannya7
Lebih tegas lagi, Sayyid Quthub menjelaskan bahwa ayat di atas merupakan
ayat yang mengatur organisasi dalam keluarga, kemudian menjelaskan
keistimewaan-keistimewaan peraturannya agar tidak teIjadi keberantakan antar
anggotanya, yaitu dengan mengembalikan mereka semua kepada hukum Allah,
bukan hukum hawa nafsu, perasaan dan keinginan pribadi, memberikan batasan
bahwa kepemimpinan dalam organisasi rumah tangga ini berada di tangan laki
laki8 Dengan ditunjuknya suami sebagai pemimpin dalam rumah tangga, maka
suami harus mampu membimbing keluarga tersebut dan menjaganya dari
keberantakan yang akan menyebabkan kehancuran rumah tangga.
6 Quraish Shihab, TaftirAI-Misbah ... ,h. 424
7 Ahmad Mustafa AI-Maragi, Taftir AI-Maragi, Telj. HeIy Neer Aly, dkk, (Semaraug: CV.Toha Putra, 1993), lit 5, Cel. Ke-2, h. 42.
19
Allah telah menetapkan adanya perbedaan antara laki-Iaki dan perempuan.
Kini, fungsi dan kewajiban masing-masing jenis kelamin, serta latar belakang
perbedaan itu, disinggung oleh ayat ini dengan menyatakan bahwa: para lelaki,
yakni jenis kelamin atau suami adalah qawwamun, pemimpin dan penanggung
jawab atas para wanita, oIeh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas
sebagian yang lain dan karena mereka, yakni Iaki-Iaki secara umum atau suami
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka untuk membayar mahar dan biaya
hidup untuk istri dan anak-anaknya. Dengan demikian, suamilah yang akan
bertanggung jawab terhadap keluarga tersebut, karena suami merupakan
pemimpinnya.
Persoalan yang dihadapi suami istri, seringkali muncul dari sikap jiwa yang
tercermin dalam keceriaan wajah atau cemberutnya, sehingga persesuaian dan
perselisihan dapat munenl seketika, tapi boleh jadi juga sirna seketika. Kondisi
seperti ini membutuhkan adanya seorang pemimpin, melebihi kebutuhan satu
perusahaan yang bergelut dengan angka-angka, bukan dengan perasaan, serta
diikat oleh perjanjian rinci yang dapat diselesaikan melalui pengadilan. Allah swt.
menetapkan laki-laki sebagai pemimpin dengan dua pertimbangan pokok, yaitu9:
Pertama,~ .)C. fog: 0;) 4.ll1~~ "karena Allah telah melebihkan
sebagian mereka atas sebagian yang lain." Yakni masing-masing memiliki
keistimewaan-keistimewaan. Tetapi keistimewaan yang dimiliki lelaki, lebih
menunjang tugas kepemimpinan daripada keistimewaan yang dimiliki perempuan.
Disisi lain keistimewaan yang dimiliki perempuan lebih menunjang tugasnya
sebagai pemberi rasa damai dan tenang kepada lelaki serta lebih mendukung
fungsinya dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya.
Murthadha Muthahhari seorang ulama terkemuka Iran dalam bukunya yang
diterjemahkan oleh Abu Az-Zahra An-Najafi ke dalam bahasa Arab dengan judul
Nizham Huquq al-Mar'ah menulis bahwa keistimewaan antara laki-Iaki dan
perempuan adalah sebagai berikut10:
9 Ouraish Shihab. Tat'ir AI_Mi.,hnh h d?,
20
I. Dari segi fisik
Lelaki secara umum lebih besar dan lebih tinggi dari perempuan; suara
lelaki dan telapak tangannya kasar, berbeda dengan suara dan telapak
tangan perempuan, pertumbuhan perempuan lebih cepat dari lelaki, tetapi
perempuan lebih mampu membentengi diri dari penyakit dibanding lelaki,
dan lebih cepat berbicara, bahkan dewasa dari lelaki. Rata-rata bentuk
kepala lelaki lebih besar dari perempuan, tetapi jika dibandingkan dari segi
bentuk tubuhnya, maka sebenarnya perempuan lebih besar. Kemampuan
pam-pam lelaki menghirup udara lebih besar/banyak dari perempuan, dan
denyut jantung perempuan lebih cepat dari denyut lelaki.
Sangat adil pula jika Allah melengkapi laki-Iaki dan wanita dengan
perangkat reproduksi yang berbeda, termasuk tanda-tanda seksual
keduanya1I.
2. Dari segi psikis
Secara umum le1aki lebih cenderung kepada olahraga, berburu, pekerjaan
yang melibatkan gerakan dibanding wanita. Lelaki secara umum
cenderung kepada tantangan dan perkelahian, sedangkan perempuan
cenderung kepada perdamaian dan keramahan; lelaki lebih agresif dan
suka ribut, sementara wanita lebih tenang dan tentram.
Perempuan menghindari penggunaan kekerasan lerhadap dirinya atau
orang lain, karena itu jumlah wanita yang bunuh diri lebih sedikit dari
jumlah pria. Caranya pun berbeda, biasanya lelaki menggunakan cara yang
keras - pistol, tali gantungan atau meloncat dari ketinggian - sementara
wanita menggunakan obat tidur, racun, dan semacamnya.
Perasaan wanita lebih cepat bangkit dari lelaki, sehingga sentimen dan rasa
takutnya segera muncul, berbeda dengan lelaki, yang biasanya lebih
berkepala dingin. Perempuan biasanya lebih cenderung kepada upaya
menghiasi diri, kecantikan, dan mode yang beraneka ragam serta berbeda
bentuk. Di sisi lain, perasaan perempuan secara umum kurang konsisten
2]
dibanding dengan lelaki. Perempuan lebih berhati-hati, lebih tekun
beragama, cerewet, takut, dan lebih banyak berbasa-basi. Perasaan
perempuan lebih keibuan, ini jelas nampak sejak kanak-kanak. Cintanya
kepada keluarga serta kesadarannya tentang kepentingan lembaga keluarga
lebih besar dari lelaki.
Perbedaan antara laki-laki dan wanita secara fisik dan psikis serta fenomena
kodrati di atas sesungguhnya diatur sedemikian rupa oleh Allah untuk menunjang
tugas masing-masing.
Perlu dicatat bahwa walaupun secara umum pendapat di atas sejalan dengan
petunjuk ayat yang sedang ditafsirkan ini, namun adalah sewajarnya untuk tidak
menilai perasaan wanita yang sangat halus itu sebagai kelemahan. Justru itulah
salah satu keistimewaan yang tidak dan kurang dimiliki oleh pria. Keistimewaan
itu amat dibutuhkan oleh keluarga, khususnya dalam rangka memelihara dan
membimbing anak-anak12•
Kedua, ~1y,1 (y. 1~1 c.,.:" disebabkan karena mereka (Iaki-Iaki) telah
menqfkahkan sebahagian harta mereka.
Bentuk kata kerja past tense/masa lampau yang digunakan ayat ini "telah
menafkahkan" menunjukkan bahwa memberi nafkah kepada wanita telah menjadi
suatu kelaziman bagi lelaki, serta kenyataan umum dalam masyarakat umat
manusia sejak dahulu hingga kini. Sedemikian lumrah hal tersebut, sehingga
langsung digambarkan dengan bentuk kata keIja masa lalu yang menunjukkan
terjadinya sejak dahulu. Penyebutan konsideran itu oleh ayat ini menunjukkan
bahwa kebiasaan lama itu masih berlaku hingga kini 13,
Wanita secara psikologis enggan diketahui membelanjai suami, bahkan
kekasihnya, di sisi lain pria malu jika ada yang mengetahui bahwa kebutuhan
hidupnya ditanggung oleh istrinya, Karena itu, agama Islam yang tuntunan-
12 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah .." h. 427-428.
22
tuntunannya sesuai dengan fitrah manusia, mewajiblean suami untule menanggung
biaya hidup istri dan anale-analenya l4
Dari Ieedua faletor yang disebut di atas - Ieeistimewaan fisile dan psileis, serta
Ieewajiban memenuhi Ieebutuhan dan anale-analc - lahir hale-hale suami yang harus
pula dipenuhi oleh istri. Suami wajib ditaati oleh istrinya dalam hal-hal yang tidale
bertentangan dengan ajaran agama, serta tidale bertentangan dengan hale pribadi
sang istri.
Perlu digarisbawahi bahwa Ieepemimpinan yang dianugerahlean Allah Ieepada
suami, tidalc boleh mengantamya Ieepada Ieesewenang-wenangan.
Paradigma pemimpin kaum adalah pelayan mereka, harus dipralcteklean oleh
lalci-Ialci dalam memimpin kaum perempuan atau Ieeluarga, agar ia tidak
mengembangkan kepemimpinan yang diktator, otoriter dan zalim. Sebab,
sebagaimana dijelaskan Taqiyyuddin an-Nabhani dalam buku an-Nizham al
Ijtima'i, bahwa hubungan antara lalei-Iaki dan perempuan dalam sebuah rumah
tangga bukanlah akad syirkah (perusahaan), akad perdata yang berkonsentrasi
pada kawin kontrak atau a1cad ijarah (sewa menyewa) sehingga istri ibarat budak
bagi suami untuk dipekerjalcan. Bukan pula seperti hubungan polisi dan pencuri,
sehingga istri selalu terancam dan diteror, dan suami selalu merasa superior.
Tetapi hubungan keduanya adalah hubungan sakinah, mawaddah dan rahmah.
Yaitu hubungan untuk saling mengondisikan munculnya sakinah (ketentraman
dan ketenangan) jiwa, mawaddah (Ginta kasih), dan rahmah (rasa sayang) 15,
Dengan demikian, suami akan menjadi pengayomi yang baik, serta akan
mendapatkan pelayanan baik dari istri dan anggota keluarga, bahkan akan
mendapatkan lebih baik dari apa yang telah diberikan oleh suami terhadap istri
dan anggota keluarganya.
Disinilah barangkali hikmah mengapa redaksi atas tidak berbunyi "ar-rijalu
aimmat an-nisa," melainkan berbunyi "ar-rijalu qawwamuna 'ala an-nisa"
padahal kedua redaksi mempunyai pengertian yang hampir sama. Hal ini tidak
14 Quraish Slrihab, Taftir AI-Misbah"., h. 428
23
lain karena makna yang terdapat dalam kata "qmvwamah" jauh lebih mendalam
dan integral daripada kata "imamah." Termasuk dalam makna "qawwamah"
adalah memimpin, meluruskan jika ia (perempuan) itu bengkok (salah),
mengayomi, menjaga, melindungi, membina dan mendidik l6 Maka jelaslah
bahwa suami menjadi pemimpin, bukan berarti ia harus menjadi otoriter dalam
memimpin, tanpa memikirkan apa yang diinginkan oleh istri dan anggota
keluarganya.
B. Kedudukan Suami
Walaupun suami merupakan pemimpin dalam keluarga, kepemimpinan suami
di sini tidak sampai memutlakkan seorang istri tunduk sepenuhnya. Istri tetap
mempunyai hak untuk bermusyawarah dan melakukan tawar menawar keinginan
dengan suaml berdasarkan argumen-argumen rasional-kondisional.
Kepemimpinan suami atas keluarganya tidak menghilangkan hak-hak mereka
dalam berbagai hal. Hal ini selain selaras dengan realitas, juga lebih sesuai dengan
firman Allah:
~ .l::' ' ..- j,ll1' :\.;.- ~ 0€'J;'" h: ·.W U '.~:JL..' 'k ~I' l~ "•.'.J~ .J:ty::. J . .J _ U~...)':!J _ JJ""""'. ~ r..;_ (.,)',0 I..NJ
('1'1 A :oY.Jl)
"Dan para wanila mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannyamenurol cara yang ma'ruj Akan lelapi para suami mempunyai salulingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha PerkiIsa lagi MahaBijaksana" (Q. S. AI-Baqarah: 228).
~Jy.;:J4 0~jl;'. r..;;,il ~ ~J Para wanita mempunyai hak yang
seimbang dengan kewqjibannya menurol cara yang ma'roj Sebagaimana pria
mempunyai hak untuk rujuk kepada istri yang diceraikannya, sang istri pun
mempunyai hak untuk diperlakukan secara ma'ruf, yakni sesuai dengan tuntunan
agama, sejalan dengan akal sehat, serta sesuai dengan sikap orang yang berbudi 17.
16Ahmad Kusyairi, Menghadirkan Surga di Rumah... ,h. 199.
24
Mendahulukan penyebutan hak wanita atas kewajiban wanita dinilai sebagai
penegasan tentang hal tersebut, sekaligus menunjukkan betapa pentingnya hak itu
diperhatikan, apalagi selama ini, pada beberapa suku masyarakat Jahiliyah, wanita
hampir dapat dikatakan tidak mempunyai hak sama sekali. Ayat ini secara tegas
menyatakan adanya hak tersebut l8 Adapun hak dan kewajiban istri kepada suami
adalahl9:
1. Hak istri
• Mendapatkan mahar
Hak istri yang pertama kali yang hams dipenuhi oleh seorang suami
adalah diberi mahar dengan penuh kerelaan. Ketika istri
menghendaki mahar tertentu suami harus memenuhinya tanpa
menguranginya sedikit pun. Bahkan istri berhak menolak ketika
suaminya ingin menyentuhnya apabila mahar belum diberikan.
Namun, jika ingin menjadi perempuan yang shalehah, sebaiknya
mempermudah lamaran dan tidak memberatkan mahar.
• Mendapatkan pergaulan dengan sebaik-baiknya
Secara naluri perempuan memang memiliki perasaan yang halus,
tetapi ia mudah marah. Oleh karena itu, perempuan berhak
mendapatkan perlakuan yang lembut dari suaminya saat
menghadapinya. Itulah yang dilakukan oleh Rasulullah saw.
terhadap istri-istrinya.
• Mendapatkan nalkah
Istri sangat berhak untuk mendapatkan nalkah dari suammya,
meskipun misalnya istri tersebut adalah orang yang kaya. Secara
umum termasuk nalkahnya ialah memberi makan dan pakaian.
25
• Mendapatkan pendidikan
Pendidikan juga menjadi hak istri, apalagi seorang istri nantinya
akan menjadi ibu bagi anak-anaknya, dan apabila ibunya tidak
berpendidikan, bagaimana nanti nasib dari anak-anaknya.
2. Kewajiban istri
• Seorang istri harus mengatur urusau rumah tangga dan
mempersiapkan kebutuhan hidup sehari-hari.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa istri mempunyai kewajiban
mengatur urusan rumah tangga dan mempersiapkan kebutuhan
hidup sehari-hari, seperti mengatur keuangan rumah taugga,
menyiapkan makanan untuk anak dan suaminya, serta yang lainya.
• Berkewajiban menjaga kehorrnatan dan ridha suami
Suami merupakan surga dan sekaligus juga neraka bagi istri, untuk
itulah istri harus menjaga kehormatau dan ridha suami. Sebagaimana
Rasulullah saw. bersabda:
(.lA.:>.1 01_'-.)) cclj.i.J ~.JA W~.u... ..::.ul 0.l1 (;p1.9
"Pi/drkanlah sikapmu kepadanya, karena sesunggllhnya ia adalahsurgamll danjuga nerakamll" (H. R. Ahmad).20
• Wajib taat dau patuh kepada suami
Secara mutlak seoraug istri wajib taat kepada suaminya terhadap
segala yang diperintahkannya, asalkan tidak termasuk perbuatan
durhaka kepada Allah. Sebab memang tidak ada alasan sama sekali
bagi makhluk untuk taat kepada sesama makhluk dalam berbuat
durhaka kepada Allah. Setiap istri yang taat kepada suaminya yaug
mukmin, ia akan masuk ke surga Tuhannya. Sebagaimana
Rasulullah saw. bersabda:
26
• ., I • 1. L. ., Lb"1 \ •_ . .., I . ·'1 .. 'I .. '1'1lJA '--l.l.:l..J~ '-'C J ~...ft' II I "' ....J € I ".:>. 0 Y'"' <....l.lJ,.,Q .J,
,(.lA.:>.i oIJ.») l.::ly~:t::J1 yl.>/i (.#1
"Apabila seorang wanita sudah menjalankan shalat lima waktu,menjaga kemaluannya, dan taat kepada suaminya, maka niscaya iaakan masuk surga dari pintu mana pun yang ia inginkan" (H, RAhmad).21
• Membantu suami bertakwa dan taat kepada Allah
Seorang istri wajib membantu suaminya untuk taat kepada Allah,
dan memberinya nasehat demi mencan keridhaal1 Allah.
Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda:
~i 0!-9 d, ",9 .uly l ~1 J ~d.!llI·CJA f'1.!%.).&1 p>-.)
J ''',I. ",9 d.!lll CJA ..:....I.! oiyl .&1 r"'".) jyWI ~J ~~
(.lA.:>.1 ol..V) yWI~J~ ,",... ,ni (,?Ii 0!-9~~Jj~i
"Allah merahmati seorang suami yang bangun tengah malam untukmelakukan shalat, lalu ia membangunkan islrinya agar ikut shalat,dan jika istrinya tidak mau bangun, ia l11emercikkan air padawqjahnya. Dan Allah juga merahmati seorang wanita yangbangilntengah malam untuk shalat, lalu ia membangunkallsuaminya agarikut shalat, danjikasuaminyatidak m~u/bangun, maka iafnemerciKkati airpada wajahiiya" (H. R Ahinad).22
• Setia dan ikhlas kepada sual11i
Setia adalah bukti keikhlasan dan cinta sejati. Sebrartg istri yang
sholehah akan selalu ikhlas kepada suaminyadan menjaga
perasaannya. Ia tidak mau mel11bebani sual11inyadel1gal1 tuntutan
tuntutannya. Ia rela menghadapikesulitandengal1 sabar dan ridha.
Jika ia kaya, ia mau membantu suaminya yang l11iskin.
21 Ahnmd hin Hanh:ll Uwmnfl Tmnm Lll,.,l1',//1 hj~ T-r':'~h ... l T~1:.:I 1 t;, 11\1
27
• Tidak menyakiti suami
Seorang istri tidak boleh menyakiti suaminya, misalnya dengan cara
membangga-banggakan kecantikannya, atau membangga-banggakan
harta kekayaannya di hadapannya sampai menymggung
perasaannya.
Agama Islam telah mengangkat derajat kaum wanita pada suatu tingkatan
yang belum pemah dilakukan oleh agama lain dan syari'at-syari'at lain
sebelumnya. Bahkan belum pernah dicapai oleh satu umat pun yang menganggap
diri mereka telah mencapai puncak peradaban dan kebudayaan. Meskipun mereka
telah menghormati dan memuliakan kedudukan wanita serta memberikan
pendidikan kepada mereka dalam bidang sains dan ilmu kemasyarakatan.
~~~ C;,jlc J4.YJJ Para suami mempullyai satu derajat (tingkatall) alas
mereka para istri. Derajat yang dimaksud adalah derajat kepemimpinan. Tetapi
kepemimpinan yang berlandaskan kelapangan dada suami untuk meringankan
sebagian kewajiban istri, karena itu Ath-Thabari menulis, walaupun ayat ini
disusun dalam redaksi berita, tetapi maksudnya adalah perintah bagi para suami
untuk memperlakukan istri mereka dengan sikap terpuji, agar mereka dapat
memperoleh derajat itu23.
Jadi, ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa suami itulah yang memimpin
istri, bukan istri yang memimpin suami. Dan terlihat juga bahwa dibebankal'nya
kepemimpinan kepada suami, bukan diberikan kepada wanita, sifatnya "jitrah",24
Adapun hak dan kewajiban atas kedua belah pihak hams seimbang, maksudnya,
jika suami meminta sesuatu dari istrinya, ia pun harns mengingat bahwa ia
mempunyai kewajiban yang harns dipenuhi terhadap istrinya. Jika tidak, ingatlah
~ 'Y..JO UlIJ Allah itu Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Dengan dibebankannya kepemimpinan kepada suami itulah, maka Kasmuri
Kasim, dalam bukunya Suami Idaman Istri Impian mengemukakan empat sifat
23 Onmi!':h Shih::th Tn{rdJ' AI_ItAi('hnh \Tn) 1 h IIOLIIO')
28
yang harus dimiliki oleh seorang laki-laki yang membuatnya layak menjadi
pemimpin di dalam rumah tangga:
a. Berpengetahuan agama dan mengamalkannya secara sempurna
Yang akan dipercayai sebagai kepala rumah tangga ialah suami, oleh
karena itu ia harus mempersiapkan dirinya dengan memperbanyak
pengetahuan agama. Disamping mengerjakan perintah agama yang
mendasar seperti, shalat, puasa, zakat dan lain-lain, kemudian harus
memahami pula bidang yang lain, karena Islam adalah agama yang
mencakup seluruh aspek kehidupan dan sesuai untuk seluruh zaman.
b. Sempurna akal dan pemikiran
Jika seorang itu ingin menjadi suami maka hendaklah ia berpikiran
positif. Karena apabila telah berumah tangga, seorang suami barus
memikirkan cara yang terbaik dalam memenuhi segala keperluan
rumah tangganya, baik secara labiriah maupun batiniah.
c. Sehat lahir dan batin
Bagi seorang laki-Iaki yang ingin berumah tangga, haruslah terlebih
dahulu memperbatikan kemampuan fisiknya, karena lemahnya
kemampuan tenaga batin akan membawa rumah tangga menjadi tidak
bahagia. Begitu juga jika sekiranya tidak mampu untuk bekerja karena
penyakit dan sebagainya akan menjadikan laki-Iaki tersebut tidak dapat
memberikan nafkah dan tanggung jawab lainnya kepada keluarganya.
d. Memberikan nafkab sesuai dengan kesanggupan
Dalam kebidupan berumab tangga, Islam tidak membebankan kaum
wanita supaya mencari nafkab, akan tetapi kewl\iiban ini harus
diJaksanakan oleh kaum laki-Iaki untuk menyediakan sesuai
kesanggupannya.
29
Pada hakikatnya, kehidupan rumah tangga adalah sebuah kerajaan iman.
Dalam artian, suami adalah rajanya, istri adalah ratunya dan anak-anak adalah
raknyatnya. Suami adalah raja yang memimpin kerajaan dan mengendalikan
semua urusannya, karena dialah yang menerima beban tanggung jawab serta
amanat25
C. Kewajiban Suami
Suami adalah kepala rumah tangga. Pada dirinya terletak responsibilitas yang
besar, kewajiban yang bermacam-macam terhadap keluarganya, dirinya dan
agamanya yang harus ia letakkan secara seimbang, sehingga satu kewajiban tidak
mengurangi kewajiban yang lain.
Sesungguhnya Allah swt. Telah berkehendak memberikan amanah kepada
perempuan untuk hamil, melahirkan dan menyusui tugas yang amat besar.
Karenanya sangat adil, jika kemudian Allah membebankan tugas kepada laki-laki
untnk mencari nafkah, untuk memenuhi kebutuhan utama keluarganya dan
memberikan perlindungan kepada perempuan sehingga dapat berkonsentrasi
menjalankan tugas mulianya.
1. Memberi nafkah lahir dan batin/pergaulan suami istri
Ajaran Islam menetapkan bahwa suami bertanggung jawab untuk
menafkahi istrinya, baik nafkah lahir maupun nafkah batin.
a. Najkah lahir
Allah swt. telah berfirman dalam Al-Qur'an surat AI-Baqarah ayat 233
yaitu:
4.t.G..,,:.II·.... ·1 ~I' 1'.-1 .·.1~ ·.·.1·' ".' ~'t 1'.' ." ~1:llr\I'Y (':!:! U .) e...r'Y~ u:-'y:.. 0\ J ~.J:! ' Y J
\1) ~ t-At<~ ':l ~Jy.'J4 ~J;"$J ~:).) jJ ,l):;JI ~J
( 'I'll '0 .::.11) \'.:'~.!. Y'"I" ...~J
"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahunpenuh yaitu bagi yang ingin menyempumakan penyusuan. Dankewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
30
cara yanK ma 'n!f SeseoranK tidak dibebani melainkan menurut kadarkesanggupannya...". (Q. S. AI-Baqarah: 233).
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dengan
rnenggunakan redaksi berita, ayat ini rnernerintahkan dengan sangat
kukuh kepada para ibu agar rnenyusukan anak-anaknya.
Kata (~IJJlyl~) al-walidat dalarn penggunaan Al-Quran berbeda
dengan kata (":"'4-"1) ummahat yang rnerupakan bentu jarnak dari kata
«('I) IImm. Kata ummahat digunakan untuk rnenunjuk kepada para ibu
kandung, sedang kata al-walidat rnaknanya adalah para ibu, baik ibu
kandung rnaupun bukan. Ayat ini rnenggunakan kata al-walidat,
karena dalarn hal ini adalah seorang ibu yang telah diceraikan oleh
suarninya itu rnasih rnempunyai kewajiban terhadap anaknya yang
rnasih rnenyusu. Itu suatu kewajiban yang ditetapkan oleh Allah dan
tidak dibiarkan-Nya rneskipun fitrah dan kasih sayangnya rnengalarni
kerusakan oleh pertengkaran urusan rumah tangganya, sehingga
rnerugikan si kecil ini26 lni berarti bahwa Al-Quran sejak dini telah
rnenggariskan bahwa air susu ibu, baik ibu kandung maupun bukan,
adalah rnakanan terbaik buat bayi hingga usia dua tahun. Namun
dernikian, tentunya air susu ibu kandung lebih baik dari selainnya.
Dengan rnenyusu pada ibu kandung, anak rnerasa lebih tentrarn; sebab
rnenurut penelitian ilmuan, ketika itu bayi rnendengar suara detak
jantung ibu yang telah dikenalnya secara khusus sejak dalarn perut27.
:i..C.t.:.l:.·"1 ..... . i ~r i '..',\ '''.1 IS ·...1' - "l.~)t' i -.' ." S 'ak. Y ('+.1 U -> U"':! ~ U*'J"'- US J U"+-'"_!:l eJ .
kelahiran hingga dua tahun penuh, para ibu diperintahkan untuk
26 Sayyid Quthub, Taftir Fi Zhilalil Quran ... , lil. r, Cel. II, h. 30r
31
menyusui anak-anaknya. Dua tahun adalah batas maksimal dari
kesempumaaan penyusuan. Di S1S1 lain, bilangan itu Juga
mengisyaratkan bahwa yang menyusu setelah usia tersebut bukanlah
penyusuan yang mempunyai dampak hukum yang telah mengakibatan
anak yang disusui berstatus sama dalam sejumlah hal dengan anak
kandung yang menyusunya28
~Jy.:J4 ~~J ~:J.J Aj ,.l'};J1 u;1cJ Dan merupakan
kewajiban atas yang dilahirkan untuknya, yakni ayah, memberi makan
dan pakaian kepada para ibu kalau ibu anak-anak yang disusukannya
itu telah diceraikannya secara ba'in, bukan raj'iy. Adapun jika ibu
anak itu masih berstatus istri walau telah ditalak secara raj'iy, maka
kewajiban memberi makan dan pakaian adalah kewajiban atas dasar
hubungan suami istri, sehingga bila mereka menuntut imbalan
penyusuan anaknya, maka suami wajib memenuhinya selama tuntutan
imbalan itu dinilai wajar29
Maka diwajibkanlah kepada seorang ayah menanggung kebutuhan
hidup istrinya berupa makanan dan pakaian, dengan tujuan sang ibu
bisa melakukan kewajibannya terhadap bayinya dengan sebaik
baiknya dan menjaganya dari serangan penyakieo.
Jatuhnya kewajiban memberikan kebutuhan hidup sehari-hari bagi
istri, dikarenakan anak itu membawa nama ayah, seakan-akan anak itu
lahir untuk ayahnya, nama ayah pun akan disandang oleh sang anak,
yakni dinisbahkan kepada ayahnya.
~J ":lJ~~ ':l Seseorang tidak dibebani melainkan menurut
kadar kesanggupannya. Kewajiban memberi makan dan pakaian itu
hendaknya dilaksanakan dengan cara yang ma 'ru]
Dalam ayat lain yang berhubungan dengan ayat di atas yaitu dalam
28 Quraish Shihab, TaftiI'AI-Misbah ... , h. 504.
32
Q. S. Al-Ahqaf ayat 15, menjelaskan:
: h~ :t1.. -. -, \ -~ 1~- b~\ -~ r. I~I ~- i ,-:. -. 'ill jJl:.."r .u:..;.,u'"" <..J:!!'-!.J (:"'J (:"' <~ -*"" UJ-l -J J ...
'. t ':ili' 1:' - '1:' ~\ "II ill'"~ -t'>\ '. \ ...' \ ~U J t.i - J <..5'"'" J <..5'"'" W - ..J-""" U ~.JJ ..J. - - --. <I' Z:!.tJ1 h',~ <I .... ~ . \:.. \~ -1' bt.:..:",' ,. WL:.." -r "-\L» c.F<J ., < . c.F< '-F.J ~ I.,F c...""""" J Y - u=
(' 0 :w!b.':II) lJJ-"J~ ,,'oJl
"Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluhtahun ia berdo a: "fa Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukurinrmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibubapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkauridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepadaanak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dansesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri" (Q. S.AI-Ahqaf: 15).
i~ lJJ-l'ili ~J .u:..;." ayat ini mengisyaratkan bahwa masa
kandungan minimal adalah enam bulan, karena pada Q. S. Al-Baqarah
ayat 2, telah dinyatakan bahwa masa penyusuan yang sempurna adalah
dua tahun, yakni 24 bulan. Di sisi lain dapat dikatakan bahwa
penyusuan minimal adalah sembilan bulan, karena masa kandungan
yang normal adalah sembilan bulan. Betapapun ayat di atas
menunjukkan betapa pentingnya ibu menyusukan anak dengan ASI
(Air Susu Ibu).
Ayat di atas juga menunjukkan betapa pentingnya ibu kandung
memberikan perhatian yang cukup terhadap anak-anaknya, khususnya
pada masa-masa pertumbuhan dan perkembangan jiwanya. Sikap
kejiwaan seorang dewasa banyak sekali ditentukan oleh perlakuan
yang dialaminya pada saat kanak-kanak, karena itu tidaklah tepat
membiarkan mereka hidup terlepas dari ibu bapak kandungnya.
Betapapun banyak kasih sayang yang dapat diberikan oleh orang lain,
tetap saja kasih sayang ibu bapak masing sangat mereka butuhkan.
33
~~1 ~ \jJ ~, Banyak ulama yang menyatakan bahwa itu
terpenuhi pada usia 33 tahun. Betapapun maknanya, yang jelas ayat di
atas menuntut peningkatan pengabdian dan bakti kepada orang tua
dari saat ke saat, dan bahwa walaupun seseorang telah mencapai usia
kedewasaan dan memiliki tanggung jawab terhadap istri dan anak
anaknya, namun bakti tersebut harns terns berlanjut dan terns
meningkat.
Dengan tuntutan 11ll, anak yang dilahirkan mendapat Jamman
pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwa dengan baik. Bahkan
jaminan tersebut hams tetap diperolehnya walau ayahnya telah
meninggal dunia31
Untuk masalah pemberian natkah ini, Allah lebih menjelaskannya lagi
pada surat At-Talaq ayat 7:
IJ Ull ~t:ii t:... 199;~1. 4.9" .(,k'..l!' u 4.:i;';'" .' ~ j 199;~\, , _ .).) ,_ .), (jAJ u (jA , J ' ._
(y . -)lbJI) 1 " " ~ Ull ' r'~' lAt:ii l. lil~~1l1~.0 Y-":l~ . ~ < _
"Hendaklah orang yang mampu memberi najkah menurutkemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklahmemberi najkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allahtidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apayang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikankelapangan sesudah kesempitan" (Q. S. At-Talaq: 7).,
~:,,, (;. ~:.. Jdl 19H!J Hendaklah yang lapang. yakni mampu dan
memiliki banyak rezeki memberi najkah untuk istri dan anak-anaknya
dari yang sebatas kadar kemampuannya dan dengan demikian
hendaknya ia memberi sehingga anak dan istrinya itu memiliki pula
kelapangan dan keluasan berbelanja32
31 Quraish Shihab, TaftirAl-Misbah ..., Voll, h. 505.
34
j]\ ~lli ~ 09 i)19 jJ:.i) ~~ j; c;.J Dan siapa yang disempitkan
rezekinya yakni terbatas penghasilannya, maka hendaklah ia memheri
nafkah dari harta yang diherikan Allah kepadanya. Jangan sampai ia
memaksakan diri untuk natkah itu dengan mencari rezeki dari sumber
yang tidak direstui Allah33
tAlli c., Uj ~ j]1 : .1,) UAllah tidak akan memik1l1kan hehan
kepada seseorang seslIai apa yang Allah herikan kepadanya. Karena
itu janganlah wahai istri menuntut terlalu banyak dan
pertimbangkanlah keadaan suami atau bekas suami kamu. Di sisi lain
hendaklah semua pihak selalu optimis dan mengharap kiranya Allah
memberinya kelapangan34
Tidak ada jumlah tertentu untuk kadar natkah bagi keluarga. lni
kembali kepada kondisi masing-masing dan adat kebiasaan yang
berlaku pada satu masyarakaes.
Suami yang tidak dapat menutupi biaya hidup keluarganya, mestinya
memperoleh sumbangan dari Bait ai-Mal atau kini dikenal dengan
Departement Sosial. Tetapi kalau seandainya suami tidak
mendapatkannya, maka istri - yang rela hidup bersama suami yang
tidak mampu memenuhi kebutuhannya secara wajar - dapat menuntut
cerai36
lj.4 ;..;,. ~ j]\~ Allah akan memberikan kelapangan
sesudah kesempitan, ada ulama yang memahaminya sebagai janji yang
pasti terlaksana. Al-Biqa'i mengomentari penggalan ayat ini bahwa:
33 Quraish Shihab, Taftir AI-Misbah , h. 303.
34 Quraish Shihab, TafsirAI-Misbah , h. 303.
35 Quraish Shihab, Taftir AI-Misbah , h. 303.
35
"karena itu tidak ada seseorang yang terus menerus sepanjang usia
hidupnya dalam keadaan kesempitan37
Kemudian Rasulullah saw. juga bersabda:
.I...U ) 4.!..u..o ,;J u\.S 'g,"""'.l .JA.J 41 ~ ~ ~I Jiil I.~!
.(I.S.J~I
"Apabila seorang suami memberi najkah kepada keluarganya denganmengharap pahala, maka naJkah tersebut termasuk sedekah. " (H. R.BUkhari).38
, l... -;:L.illl e I •. W 1 ':II ..ill "..::.. 1.. .., e ~ "w <.::..u.Jg. ~~...?-, ..J~~ (.jS- .J
.(F .I.J.J) ~1Y'1 ~ ~
"Sungguh, tidak ada najkah yang kamu berikan dengan maksudmendapatkan ridha Allah, kecuali kamu akan mendapatkanpahalaNya, termasuk juga makanan yang kamu berikan ke mulutistrimu." (H. R. Bukhari dan Muslim)39
Seorang ibu mengandung demi seorang ayah (suami) dan menyusui
juga demi sang suami. Oleh karena itu wajib bagi suami memberi
natkah secukupnya kepada istriya berupa sandang dan papan, agar ia
dapat melaksanakan kewajibannya dalam menjaga dan memelihara
bayinya.
Walaupun memberi natkah itu merupakan kewajiban yang harns
dipenuhi oleh seorang suami yang merupakan kepala rumah tangga,
tetapi sesuai dengan dalil yang di atas, memberi natkah itu tidak boleh
berlebih-lebihan, dalam artian melewati batas kemampuan suami itu,
yang nantinya akan membuat suami itu sengsara. Dan tidak boleh juga
kurang, yang nantinya akan berakibat memberatkan sang istri.
Sesungguhnya Islam melarang seorang suami "menikmati" hasil usaha
istrinya. Akan tetapi, aturan ini tidaklah kemudian menjadikan seorang
37 Quraish Shihab, TqfSirAI-Misbah..., h. 303.
38 Ahmad bin Ali bin Hajr Asqalani, Fathu Bari: Sarah Shahih Bukhari, (Beirut: Daar KutabAl::lm;v~) hl? ? h 11~"
36
istri tidak bekerja mencari nafkah, sekiranya memang nafkah yang
diberikan oleh suaminya tersebut tidak mencukupi kebutuhan rumah
tangganya. Dan pencarian nafkah yang dilakukan oleh seorang istri itu
terwujud karena dua hal40: Pertama, ia 'wajib' mencari nafkah
bersama-sama suaminya demi memenuhi kebutuhan-kebutuhan rumah
tangga mereka. Jadi, prinsip yang harus dipegang di sini adalah bahwa
walaupun nafkah itu diberikan oleh seorang suami kepada istrinya
sebagai hak bagi istrinya, tetapi kegunaan nafkah itu tidak semata-mata
untuk kebutuhan istrinya saja (misal, untuk membeli perhiasan atau
pakaian), melainkan juga untuk kegunaan suaminya (misal, makan dan
minum). Dengan demikian, harta yang diberikan oleh seorang suami
pada intinya merupakan harta yang digunakan untuk kepentingan
bersama. Oleh karena itu, pemenuhan akan kebutuhan bersama ini
tidak mencukupi, maka seorang istri tidak boleh hams memaksakan
diri untuk tidak mau tahu terhadap kekurangan tersebut dengan hanya
mengharapkan pemberian nafkah suaminya saja. Dan sang suami pun
harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan istri agar dalam memenuhi
kebutuhan itu cukup untuk istri, karena kalau tidak itu akan
memberatkan istri.
Kedua, pencarian nafkah yang dilakukan oleh seorang istri hanya
bersifat "membantu" suaminya, dan bukan merupakan kewajiban.
Bantuan dalam pencarian nafkah yang dilakukan oleh seorang istri
kepada suaminya di sini "tidak penting" untuk dilakukan (yakni tidak
sebagaimana dalam kasus yang pertama), karena nafkah yang
diberikan oleh suaminya telah mencukupi kebutuhan istri dan
kebutuhan rumah tangga mereka.
37
b. Nqfkah batin / Pergaulan Suami lstri
Tidak dapat dipungkiri bahwa laki-laki dan perempuan sarna-sarna
memiliki nafsu syahwat, dengan adanya nafsu syahwat itu maka setiap
orang ingin memiliki keturunan, yang akhirnya disyariatkanlah
perkawinan.
Ada ulama berpendapat bahwa hukum memberikan nafkah batin
(hubungan suami istri) bagi seorang suami apabila tidak ada halangan
adalah wajib. Ada juga yang mengatakan bahwa melakukan hubungan
suami istri itu waj ib dilakukan setiap empat hari sekali, tetapi ada juga
yang berpendapat enam hari sekali41.
Sebenarnya berbagai macam pendapat ulama di atas itu sejalan dengan
anjuran Rasulullah saw. yang melarang setiap suami meninggalkan
istrinya dalam waktu yang terlalu lama, walaupun untuk tujuan
berzikir, beribadah dan jihad. Karena perbuatan yang demikian itu
pada hakikatnya akan menyiksa perasaan istri42.
Selain hanya untuk memenuhi kebutuhan nafsu syahwat, memiliki
keturunan merupakan salah satu tujuan dari ikatan perkawinan. Oleh
karena itu, salah satu dari suami atau istri tidak boleh menghalangi
yang lainnya untuk memenuhi hak berhubungan suami istri. Hak
berhubungan suami istri ini ditetapkan oleh syara' . Allah swt.
berfirman:
"Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam,maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana sajakamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) un/uk dirimu, danbertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akanmenemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yangberiman. " (Q. S. AI-Baqarah: 223).
41 Kasmuri Selamat, Suami Idaman Istri Impian ... , h. 79.
38
~i":t! ';1 ;.s:;:;.. lJ-l"t9 f-Sl r::.,:;.. ~)L;"y tidak ada dosa bagi kalian
untuk mendatangi istri-istri kalian dengan cara apapun yang kalian
sukai, jika hal ini kalian lakukan untuk mendapatkan keturunan dan
kalian melakukannya pada tempat yang sebenarnya. Sebab, syariat
agama tidak bermaksud memberati kalian dan melarang kalian untuk
menikmati kelezatan ini. Sebaliknya syariat justru ingin mendatangkan
kebaikan dan manfaat bagi kalian43
Ayat di atas, yang menegaskan bahwa istri adalah tempat bercocok
tanam, bukan saja mengisyaratkan bahwa anak yang lahir adalah buah
dari benih yang ditanam ayah. Istri hanya berfungsi sebagai ladang
yang menerima benih44
Karena istri adalah ladang tempat bercocok tanam, maka datangilah,
garaplah tanah tempat bercocok tanam kamu. Datangi ia kapan dan
dari mana saja, asal sasarannya ke arah sana, bukan arah yang lain.
Arah yang lain berfungsi menge1uarkan najis dan kotoran, bukan untuk
menerima yang suci dan bersih. Sperma adalah sesuatu yang suci dan
menumpahkannya pun harns suci, karena itu lakukanlah ia dengan
tujuan memelihara diri dari terjerumus kepada dosa. Berdoalah ketika
melakukannya. Ciptakanlah suasana kerohanian agar benih yang
diharapkan berbuah itu, lahir, tumbuh dan berkembang, disertai oleh
nilai-nilai SUCi45.
Mt; l;'jiJ Dan kedepankanlah hubungan seks dengan tujuan
kemaslahatan untuk diri kamu di dunia dan akhirat, bukan semata-mata
untuk melampiaskan nafsu46.
43 Al-Maragi, Taftir Al-Maragi ... , Iii. 2, h. 274.
44 Quraish Shihab, Taftir Al-Misbah , Vol I, h. 480.
45 Quraish Shihab, Taftir Al-Misbah , Vol!. h. 481.
39
.ull 1~13 Serta bertakwalah kepada Allah dalam hubungan suami
istri, bahkan dalam segala hal. Jangan menduga Allah tidak
mengetahui keadaan kamu tentang segala sesuatu yang kamu
rahasiakan47
, '",' .~~\ 1.'.1:"1'oj9..;1.4 r"" .r-- J Ketahuilah, bahwa kamu kelak akan menemui-
Nya. Jika demikian, jangan sembunyikan sesuatu terhadap pasangan
yang seharusnya ia ketahui, jangan membohonginya. Di sisi lain,
Jangan membongkar rahasia rumah tangga yang seharusnya
dirahasiakan. Kalaupun ada cekcok selesaikan ke dalam, dan jangan
selesaikan melalui orang lain, kecuali kalau terpaksa. Allah kelak akan
menyelesaikannya, karena kelak kamu akan menemui-Nya. Demikian
kesan AI-Harrali, seorang ulama dan pengamal tashawuf (w. 637 H.)
yang banyak dikutip pendapatnya oleh AI-Biqa'i. Berilah kabar
gembira orang-orang yang beriman yang imannya mengantarkan
mereka mematuhi tuntutan-tuntutan ini48
Ayat ini menjelaskan bahwa hikmah menggauli wanita adalah untuk
menjaga kelestarian jenis manusia melalui kelahiran, bukan sekedar
untuk memperoleh kelezatan semata-mata. Karena itulah dilarang
untuk menggauli wanita yang sedang haid dan pada tempat yang lain,
sebab keadaan keduanya itu tidak akan pernah menghasilkan
keturunan49.
Penyebutan istri sebagai "ladang" secara tidak langsung juga
mengatakan bahwa suami itu adalah "petani" untuk itulah petani bebas
mendatangi ladangnya kapan pun dan darimana pun, yang penting
tujuan dari petani tercapai. Dan petani hams bisa menggarap
ladangnya dan menjaganya dari segala hama, serta ciptakanlah suasana
47 Quraish Shihab, Taftir AI-Misbah , Vol 1. h. 481.
48 Quraish Shihab, Taftir AI-Misbah , Vol 1. h. 481-482.
40
kerohanian yang agar benih yang diharapkan berbuah itu lahir, tumbuh
dan berkembang, disertai dengan nilai-nilai suci50.
Untuk menciptakan itu, maka kedepankanlah hubungan seks dengan
tujuan kemasalahatan untuk dunia dan akhirat, bukan hanya untuk
memuaskan nafsu yang tidak pernah kenyang, serta bertakwalah
kepada Allah dalam hubungan suami-istri, bahkan dalam segala hal.
Dengan melihat kedua ayat di atas, maka seks merupakan kebutuhan
laki-Iaki dan perempuan. Karena itu suami dan istri saling
membutuhkan, dan memberikan yang terbaik, sebagaimana petani
membutuhkan ladang dan ladang membutuhkan petani.
Ketika nafkah bathin ini tidak dilaksanakan oleh seorang suami dan
jiwa terlalu lama menantikan belaian cinta dari suami, air mata bisa
mengalir karena tidak kuat menahan rasa sepi yang mencekam.
Sementara tidak ada kekasih yang menguak hasratnya. Bahkan pada
tingkat tertentu bisa menyebabkan munculnya ketegangan rumah
tangga. Oleh karena itu, nafkah batin hams diberikan oleh suami
dengan baik.51
Adapun tentang berapa lama boleh suami meninggalkan istri, Saib bin
Jubair berkata52:
"Pada suatu malam, khalifah Umar bin Khattab beljalan-jalankeliling kota Madinah dan hal yang demikian itu sering ia lakukan.Secara kebetulan di dekat ntmah salah seorang wanita yang pintunyaterkunci, dari luar ia mendengar wanita tersebut mendendangkansyairnyaj yang isinya tentang keluhan kesedihan karena sudah terlalulama ditinggalkan oleh suaminya. Kemudian Umar pun bertanyatentang kemana suaminya. Perempuan itu menjawab bahwa suaminyasedang berjihadfi sabilillah. Besoknya Umar mengirim surat kepadasuaminya dan menyunthnya pulang. Kemudian kepada anaknyaHajsah, Umar bin Khattab bertanya: Wahai anakku, berapa lamakahkaum wanita boleh bersabar apabila ditinggal oleh suaminya? HajsahMenjawab: Subhanullah, orang seperti ayah bertanya kepadaku
50 Quraish Shihab, Taftir AI-Misbah... , Vol I, h. 481.
51 Mohammad Fauzil Adhim, Mencapai Pernikahan yang Barakah, (yogyakarta: MitraPnsl"kH. 2005\ eel Ke-XXT h 191
41
lentang perkara ini? Umar menjawab: Kalau bukan karena saya inginmemperhalikan permasalahan lmum muslimin, lenlu saya lidak akanberlanya lenlang masalah ini kepadamu. Hqfsah me,?jawab: Limabulan alau enam bulan. Mendengar jawaban dari anaknya ilu, makamulai saal ilu khalifah Umar bin Khattab menelapkan untuk nnljahidinberperang waktunya paling lama enam bulan, waktu berangkalsebulan, linggal di medan perang selama empal bulan dan kembalipulang selama sebulan. "
2. Mempergauli istri dengan baik
Islam memandang rumah tangga dengan mengidentifikasinya sebagai
tempat ketenangan, keamanan dan kesejahteraan. Islam juga memandang
hubungan dan jalinan suami-istri dengan menyifatinya sebagai hubungan
cinta, kasih dan sayang, dan menegakkan unsur ini di atas pilihan dan
kemauan mutlak agar semuanya dapat beIjalan dengan sambut
menyambut, sayang menyayangi dan cinta mencintai.
Kewajiban yang harns selalu diperhatikan oleh suami sebagai kepala
rumah tangga adalah menjaga kemuliaan istrinya dari hal-hal yang
menyebabkan kehormatannya dihina atau hal-hal yang merendahkan
martabatnya sebagai manusia. Sang suami harns menjauhi hal-hal yang
bisa melukai perasaannya dan berusaha sekuat mungkin untuk tidak
mengingkari janji yang telah dibuat bersama53,
Tentang hal ini Allah swt. Berfirman:
~..J f\:p~, 1;'~ ul~';jt.~;s. u\.i ,..AJy..:J4 ';jt.J:";'~J .,.
( , '\ . L.u..ll) 1..~l:: 1 '-. 4..l! jj,!j•~ Jj:"j-' ..>.!"'- - -
"...Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamutidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu lidakmenyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yangbanyak" (Q. S. An-Nisaa: 19).
":'-'\6 ., , >,-.-.,...J..J"""": ()l>J..»""""J Dan bergaullah dengan mereka secara maknif,
ada ulama yang memahaminya dalam arti perintah untuk berbuat baik
42
kepada istri yang dicintai maupun tidak. Kata (<""1JY'-") ma 'nif' mereka
pahami mencakup tidak menganggu, tidak memaksa, dan juga lebih dari
itu, yakni berbuat ihsan dan berbaik-baik kepadanya. Asy-Sya'rawi
memiliki pandangan lain. Dia menjadikan perintah di atas tertuju kepada
suami yang tidak mencintai lagi istrinya. Ulama Mesir yang meninggal
tahun 1999, membedakan antara mawaddah yang seharusnya menghiasi
hubungan suami istri dengan ma'ruf yang diperintahkan di sini. AI
mawaddah menurutnya adalah berbuat baik kepadanya, merasa senang
bersamanya serta bergembira dengan kehadirannya, sedang ma'ruf tidak
harus demikian. Mawaddah pastilah disertai dengan cinta, sedang makruf
tidak mengharuskan adanya cintaS4
Asy-Sya'rawi merujuk kepada firman Allah yang menafikan adanya
mawaddah atau cinta kepada orang-orang yang menentang Allah dan
Rasul-Nya sekalipun orang-orang itu bapak, anak atau saudara-saudara.
Padahal katanya; dalam ayat yang lain, Dia memerintahkan anak untuk
bergaul dengan makruf kepada ibu bapak yang memaksa anak untuk tidak
percaya keesaan Allah. lni berarti berbeda antara maknifdengan cintaSS.
Apa yang dikemukakan Asy-Sya'rawi di atas, sungguh tepat. Bahkan
mawaddah yang diharapkan teIjalin antara suami istri, bukan saja dalam
arti cinta, tetapi ia adalah cinta plus56
Penggalan ayat di atas melarang menyusahkan atau menyakiti istri oleh
sebab apapun, kecuali istri tersebut melakukan perbuatan yang keji yang
nyata, seperti berzina atau nusyuz.
Asy-Sya'rawi mengatakan, agar kehidupan rumah tangga tidak berantakan
hanya karena cinta suami istri telah pupus. Walau cinta pupus, tetapi
berbuat baik masih harns diperintahkan. Sebagaimana ketika seseorang
yang ingin menceraikan istrinya karena tidak mencintainya lagi, 'Vmar bin
54 Quraish Shihab, Taftir Al-Misbah , Vol 2, h. 382.
55 Quraish Shihab, Taftir Al-Misbah , Vol 2... , h. 383.
43
Khatab mengecamnya sambil berkata: "Apakah mmah tangga hanya
dibina atas dasar cinta? Kalau demikian mana nilai-nilai luhur? Mana
pemeliharaan, mana amanah yang engkau terima?"S7
Suami hams memperbaiki pergaulannya dengan istri, untuk itu harus
menggauli mereka dengan cara yang mereka senangi. Jangan memperketat
nafkah mereka, jangan menyakiti mereka melalui perkataan maupun
perbuatan. Atau menyambut mereka dengan wajah yang muram dan
menyambut mereka dengan mengemtkan dahi58
Dan apabila suami tidak menyenangi istrinya karena keaiban akhlak atau
fisik mereka yang tidak menyenangkan, bersabarlah, karena Allah
menjadikan kebaikan itu menyeluruh, menyangkut segala sesuatu,
termasuk pada mereka yang tidak disukai itu59•
Rasulullah pernah ditanya oleh seseorang, "Apa hak istri yang wajib kita
penuhi?" Rasulullah saw. menjawab,
~';l-J ~';l-J '4>-)1 yy:.:i:J';l-J '-'J"";S I~J tAy£i-J '~o...6 I:)J '€ O' b
.(~a.:>.1 ol-J.)) 41 ~ ';lJ
"Kamu memberi makan kepadanya apabila kamu makan. Kamu memberipakaian kepadanya apabila kamu berpakaian. Jangan kamu pukulwajahnyaf Jangan kamli celaf Dan, jangan kamu pisah fw:!oang (hajr)kecuali di dalam rumah. " (H. R. Ahmad Dand dan Nasaa'j). 0
Orang-orang saleh pernah berkata, "Seorang istri itu laksana bolOl, maka
penuhilah botol itu dengan minuman yang engkau sukai." Orang saleh
yang lain pernah berkata, "Dalam menghadapi searang wanita, kita
memerlukan sedikit humor, tutur kata yang lembut, melipur lara, dan
perhatian yang cukup." Juga diingat, tutur kata yang baik termasuk
sedekah.
57 Quraish Shihab, TqfsirAI-Misbah ... , Vol 2, h. 383.
58 A1-Maragi, TajSir AI-Maragi... , Jil4, b. 384.
44
Dengan melihat hadis di atas, secara tidak langsung Islam melarang suami
melukai perasaan istri dengan perkataan. Karena hal itu yang akan
membuka terjadinya pemukulan dan kekerasan lain oleh suami kepada
istri, akibatnya istri akan tersakiti secara fisik juga mentalnya, walaupun
dalam batas-batas yang dibenarkan oleh syariat karena istri tidak taat
kepada suaminya boleh memukulnya. Karena memukul merupakan
perubahan hukum dari kesulitan kepada kemudahan karena suatu alasan
disebabkan latar belakang hukum asli. Sebab larangan itu merupakan rasa
kasihan dan sayang kepada mereka. Menegakkan keadaan yang
membolehkan karena suatu alasan, yaitu demi kelanggengan suami istri
dan terciptanya keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah serta
menunaikan hak-haknya ketika hak-hak mereka ditinggalkan.
Jadi, seorang kepala rumah tangga mempunyai kewajiban; selain hams
memberikan nafkah kepada istrinya, baik lahir maupun batin, juga harus
menjaga kehormatan dan perasaan istrinya itu.
BAB III
PERANAN SUAMI DALAM MEMBINA
RUMAHTANGGA YANGSAKINAH
Peranan adalah dari kata dasar "peran" yang ditambahkan akhiran "an",
peran memiliki arti seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan di masyarakat. Sedangkan "peranan" adalah bagian dari tugas
utama yang harns dilaksanakan1. Dan "suami" memiliki arti pria yang menjadi
pasangan hidup resmi seorang wanita2• Sehingga yang dimaksud dengan peranan
suami adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan oleh suami.
Adapun peranan suami dalam rumah tangga menurut Ahmadi SatYan dalam
bukunya Ihe Best Husband in Islam meliputi; memberikan teladan, bertanggung
jawab, dan menciptakan rumah tangga teladan.
A. Memberikan Teladan
Harus diakui, bahwa merosotnya moral generasi muda 8aat ini, tidak lepas dari
kemerosotan akhlak para orang tua. Sesungguhnya orang tua adalah teladan yang
paling dekat dengan anak-anaknya. Namun, sayangnya temyata seringkali orang
I Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakmta: BalmPuslaka, 1996). Edisi ke-2, h. 751.
46
tua lalai membimbing mereka dengan akhlak yang baik dalam perlakuan dan
tindakan kita sehari-hari3
Membangun sebuah keluarga bukan hanya untuk sehari atau dua hari, akan
tetapi sepanjang hayat dikandung badan. Keutuhan dan kesuksesan dalam
berumah tangga akan menjadi cermin bagi anak-anak yang dilahirkan ketika
mereka berkeluarga nantinya. Oleh karena itu memberikan teladan kepada anak
merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan generasl yang
dilahirkan orang tua dari benih-benih cinta mereka.
Kelalaian ini terjadi ketika sang suami tidak mampu memberikan teladan
kepada istrinya dalam mendidik sebuah ke1uarga bahagia yang didambakan,
sedangkan sang istri pun lalai dalam memenuhi kewajibannya sebagai seorang
istri dan ibu rumah tangga yang baik. Akibatnya anak-anak menjadi korban dari
kelalaian seorang pendidik dalam rumah tangga4
Seorang suami diperintahkan untuk menasehati keluarganya, memerintahkan
mereka untuk melakukan kebaikan, mencegah mereka dari kemungkaran. Di
antara kewajiban seorang suami adalah mendidik keluarganya tentang hukum
hukum ag<tma5
Manusia dikatakan sebagai makhluk mulia di antara makhluk-makhluk ciptaan
lainNya, karena fa menganugerahkan dengan akhlak. Manusia yang tidak
memiliki akhlak, maka ia tidak patut dikatakan sebagai manusia. Akhlak ini pun
akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Allah swt. Begitu juga akhlak
suami dalam rumah tangga terhadap isterinya dan orang-orang yang menjadi
tanggung jawabnya. Karena isteri dan anak adalah amanah Allah swt. yang harus
diperlakukan dengan baik oleh seorang suami.
3 Ahmadi SofYan, The Best Husband in Islam, (Jakarta: Lintas Pustaka, 2(06). Cel Ke-I, h.29.
4 Ahmadi SofYau, The Best Husband in Islam ... , h. 29-30.
47
Adapun akhlak suami kepada istrinya adalah sebagai berikut6:
1. Memperlakukannya dengan baik
Allah swL berfi rman:
( \ '\ ·,..WI) w '.~'.\L. '.' , .:06'. . ... , JY""'"'. ~-'--" J ...
"Dan bergalilah dengan mereka dengan cara yang baik" (Q. S. An-Nisa:
19).
Seorang suami yang memiliki akhlak dan memahami sang isteri tercinta,
maka ia memberi makan isterinya dengan makanan yang baik,
memberinya pakaian yang sopan, dan mendidiknya dengan didikan Islam,
agar isterinya tidak membangkang seperti yang diperintahkan Allah swt.
kepadanya dengan menasehatinya tanpa mencaci-maki atau menjelek
jelekannya. Jika isteri tidak taat kepadanya, ia pisah ranjang dengannya,
jika isteri tetap tidak taat kepadanya, maka ia memiliki hak untuk
memukul, yakni memukul bukan untuk menyakiti atau melukai, tidak
mengucurkan darah, dan tidak meninggalkan bekas luka, dan tidak sampai
membuat salah satu organ tubuhnya tidak dapat menjalankan tugas.
Allah swt. berfirman:
"Wanita-wanita yang kalian khawatirkan nliSYllznya(pembangkangannya), maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah merekadi tempat tidllr mereka, dan pllkullah mereka. Kemlldian jika merekamentaati kalian, maka janganlah kalian mencari-cari jalan lIntlikmenyusahkan mereka" (Q. S. An-Nisa: 34).
Dalam hal ini Rasulullah saw. bersabda:
~';/J ~';/J'4-)1 yy:.:.:i';/J c"'J",,$ I.~J lA.-"",s:;J '"_w61~jl~o.6
.(.l.q",l 01-,.)) '''';lAI c). ';/j
6 Ahmadi Sofyan, The Best Husband in Islam.... h. 34.3R
48
"Kamu memberi makan kepadanya apabila kamu makall. Kamu memberipakaian kepadanya apahila kamu herpakaian. Jangan kamu pukulwajahnya! Jangan kamu cela! Dan. jangan kamu pisah rWljang (hajl)kecuali di dalam mmah. .. (H. R. Ahmad, Daud dan Nasaa'i).7
o...>#- :~ ...91 ..?oj ~ ~.) l'i\.:.. ~ o-.fi. (.I! :u..jA cJ-ojA dlY:ll!
.(~ 01...9,))
"Laki-laki mukmin tidak boleh memhenci wanita mukminah. jika iamembenci sesuatu pada fisiknya. ia menyenangi yang lainnya" (H. R.Muslim).8
2. Mengerjakan persoalan-persoalan yang urgen dalam agama kepada
isterinya jika belum mengetahui
Seorang suami wajib hukumnya memberikan kemudahan kepada isterinya
dalam mempelajari agama. Jika tidak mampu ulltuk mengajari sendiri,
maka hendaknya memberillya izin untuk menghadiri pengajian, majelis
ta'lim, forum-forum ilmiah dan lain-lain. Sebab kebutuhan ulltuk
memperbaiki kualitas agama, dan menyucikan jiwanya itu tidak lebih
sedikit dari kebutuhannya terhadap makanan, dan minuman yang wajib
diberikannya.
Allah swt. berfirman:
"Hai orang-orangyang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dariapi neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganyamalaikat-malaikat yang kasal', yang keras, yang tidak mendurhakai Allahterhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalumengerjakan apa yang diperintahkan" (Q. S. At~Tahrim: 6).
7 Ahmad bin Hanbal,Musnad Imam Ahmad bin Hanbal ...• Jilid. 4. h. 447.
8 Muslim Shahih Muslim. Teri. Adib Bisri Mnsthofa. (Semaran,,: Cy' Asv.Svifa 1991\ 1117
49
~1 \) Quu al!!usakum, Jadilah dirimu yaitu suami pelindung dari api
neraka dengan meninggalkan maksiaf Membentengi keluarga dari apr
neraka dapat dilakukan dengan berbagai cara di antaranya lO:
• Membentuk mereka menjadi manusia yang bertakwa pada Allah
dengan senantiasa menyeru mereka untuk mentaati Allah dan melarang
mereka dari maksiat kepadaNya. lni berarti ia harus selalu
mengondisikan dan memfasilitasi terwujudnya iklim yang mendorong
semua anggota keluarga menjadi orang-orang yang bertakwa.
Untuk itu, ketika orang tua membiasakan anak-anaknya shalat, puasa,
membaca Al-Quran dan lain-lain sesungguhnya mereka telah
membentengi anak-anak dari api neraka.
• Membina keluarga dengan pembinaan yang terpadu dan kontinyu.
• Menyiapkan sandang, pangan dan papan keluarga dengan cara yang
halal. Sebab, harta yang haram di dapat dari cara yang haram justru
menjerumuskan mereka ke dalam neraka. Hal ini sebagaimana sabda
Nabi saw.
"Setiap daging yang tumbuh (dalam tubuh manusia) dari sesuatu yang
haram, maka neraka lebih berhak untuk (tempat tinggal) nya. 11
;'S;t\~ lJ Wa ahlikum, yaitu suami harus membawa keluarganya kepada
penjagaan dari api neraka dengan nasehat dan pelajaran.
Allah memerintahkan kaum mukmin pada umumnya untuk menjaga diri
dan keluarga dari neraka yang kayu bakarnya adalah manusia dan berhala
berhala pada hari kiamat.
9 Al-Maragi, Tafsir A/-Maragi ... , Jil. 28. h. 259.
10 Ahmad Kusyairi, Menghadirkan Surga di Rumah ... , h. 208-209.
50
orang-orang yang beriman. peliharalah diri kamu antara lain dengan
meneladani Nabi dan pelihara juga kelual'ga kamu yakni istri, anak-anak
dan seluruh yang berada di bawah tanggung jawab kamu dengan
membimbing dan mendidik mereka agar kamu semua terhindar dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia-manusia yang kafir dan
juga batu-batu antara lain yang dijadikan berhala-berhala12.
Wahai orang-orang yang percaya kepada Allah dan RasulNya hendaklah
sebagian dari kamu memberitahukan kepada sebagian yang lain, apa yang
dapat menjaga dirimu dari api neraka dan menjauhkan kamu daripadanya,
yaitu ketaatan kepada Allah dan menuruti segala perintah-Nya. Dan
hendaklah kamu mengajarkan kepada keluargamu perbuatan yang
dengannya mereka dapat menjaga diri mereka dari api neraka dan bawalah
mereka kepada yang demikian ini melalui nasehat dan pengajaran13
'. "',' L. '. .t. ~~' ,,-- \ L. 4.1l1 '. ' "1J jCl.... .1;& ~tr.. \'. '.1:' .uJY'J:! U..J"""':lJ ~Y' uJ-'-""':! ' , , ~ Dz
atasnya yakni yang menangani neraka itu dan bertugas menyiksa
penghuni-penghuninya adalah Malaikat-malaikat yang kasar-kasar hati
dan perlakuannya, yang keras-keras perlakuannya dalam melaksanakan
tugas penyiksaan, yang tidak mendurhakai Allah menyangkut apa yang
Dia perintahkan kepada mereka sehingga siksa yang mereka jatuhkan
kendati mereka kasar - tidak juga b,;rlebih dari apa yang diperintahkan
Allah, yakni sesuai dengan dosa dan kesalahan masing-masing penghuni
neraka dan mereka juga senantiasa dan dari saat ke saat menge/:;akan
dengan mudah apa yang diperintahkan Allah kepada mereka14.
Telah diriwayatkan, bahwa Umar berkata ketika turun ayat itu, "Wahai
Rasulullah, kita menjaga diri kita sendiri. Tetapi bagaimana kita menjaga
12 Quraish Shihab, Tafsir AI-Misbah ... , Vol. 14. h. 326.
13 AJ-Maragi, Tafsir AI-Maragi... , Ill. 28. h. 259
14 Ouraish Shihab. TafSir AI-Misbah.... Vol. 14. h. 326.
51
keluarga kitaT' Rasulullah saw. menjawab, "Kamu larang mereka
mengerjakan apa yang dilarang Allah untukmu, dan kamu perintahkan
kepada mereka apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Itulah penjagaan
antara diri mereka dengan neraka15
Di dalam ayat ini terdapat isyarat mengenai kewajiban seorang suaml
mempelajari fardhu-fardhu agama yang diwajibkan baginya dan
mengajarkannya pada keluarga mereka. 16
Ayat enam di atas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus
bermula dari rumah. Ayat di atas walau secara redaksional tertuju kepada
kaum pria (ayah), tetapi itu bukan berarti hanya tertuju kepada mereka.
Ayat ini tertuju kepada perempuan dan lelaki (ibu dan ayah) sebagaimana
ayat-ayat yang serupa (misalnya ayat yang memerintahkan berpuasa) yang
juga tertuju kepada lelaki dan perempuan. Ini berarti kedua orang tua
bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing
sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya. Ayah
atau ibu sendiri tidak cukup untuk menciptakan satu rumah tangga yang
diliputi o1eh nilai-ni1ai agama serta dinaungi oleh hubungan yang
harmonis17
Ayat di atas juga secara langsung mengingatkan betapa tinggi dan penting
kedudukan keluarga dalam Islam dan betapa perhatian terhadap keluarga
hams diberikan dalam porsi yang besar. Al-Qur'an telah memberikan
perhatian yang amat besar terhadap kehidupan keluarga, sehingga tidak
berlebihan sampai ada yang menyebutnya sebagai kitab keluarga18
Berbeda dengan persepsi kebanyakan orang yang menilai kesuksesan
seseorang dengan standar materi, seperti kekayaan tampilan fisik, gelar
15 AI-Maragi, Tafsir Al-Maragi , lil. 28. h. 262
16 AJ-Maragi, TafsirAl-Maragi , Jil. 28. h. 262
17 Quraish Sllihab, Ta/sir Al-Misbah ... , Vol. 14. h. 327
18 AJunad Kusvairi, MenQhadirkan SurQa di Rumah .... h. 207.
52
serta jabatan, maka ayat di alas sesungguhnya juga memberikan
pemahaman bahwa standar kesempurnaan dan kesuksesan seorang
mukmin adalah sejauh mana ia sukses dalam menciptakan stabilitas
keluarga setelah mampu menciptakan stabilitas diri. Karenanya ayat
tersebut diawali dengan panggilan, I;:'i ().;~I 4~1 ~ (Hai orang-orang
yang beriman)19
Wanita termasuk bagian dari keluarga laki-laki dan penjagaan dirinya dari
api neraka ialah dengan iman, dan amal shaleh. Amal shaleh harns
berdasarkan ilmu, dan pengetahuan sehingga ia bisa mengerjakannya
seperti yang diperintahkan syariat.
3. Mewajibkan isterinya melaksanakan C!jaran-ajaran Islam beserta
etikanya.
Sikap dan perilaku istri bisa menjadi cermin bagi kehidupan rumah tangga.
Oleh karena itu seorang suami berkewajiban untuk mengajarkan dan
melaksanakan ajaran Islam beserta etikanya kepada isterinya.
Melarangnya untuk mengumbar aurat dan berhubungan bebas (ikhtilat)
dengan laki-laki yang bukan muhrimnya, memberikan perlindungan yang
memadai kepadanya dengan tidak mengizinkannya untuk merusak akhlak
atan agamanya, dan tidak memberikan kesempatan kepadanya untuk
menjadi wanita fasiq terhadap perintah Allah swt.
Selain itu, Allah swt. berfirman:
ti!Wr ~'" < '.' • U'· ~ \J 1'.".1':' ' ••1_~ -.I' ot.t...Jt.. ;511;,.1 ' '1'.- .J jY U"'-' jj ~~ .J ' • ...>" .J
('1"1' :~) i..GA"Dan perintahkanlah kepada keluargamll mendirikan shalat danbersabarlah kamll dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezkikepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yangbaik) itu adalah bagi orangyang bertakwa" (Q. S. Taha: 132).
53
Pada ayat ini disebut pasangan orang-orang beriman dan keluarganya.
Kenikmatan dari kehadiran mereka dalam satu rumah tangga diperoleh
melalui hubungan harmonis masing-masing anggota keluarga satu dengan
yang lain serta hubungan yang harmonis dengan Allah swt. yang tercermin
antara lain dalam pelaksanaan shalat.
Allah memerintahkan Nabi saw. dan setiap kepala keluarga muslim agar
~ ~I:J ~\.t...:J4 ~1 yl:J dan perintahkanlah keluargamu
melaksakan shalat secara baik dan bersinambung pada setiap waktunya
dan bersungguh-sungguhlah engkau wahai Nabi Muhammad dalam
bersabar atasnya, yakni dalam melaksanakannya20 Suruhlah, hai Rasul
keluargamu untuk mendirikan shalat, dan hendaklah kamu sendiri
memeliharanya, karena nasehat dengan perbuatan akan lebih membekas
dibanding dengan perkataan21.
l.S:Jg~lJ ~WI:J ~):; ~ f.!),J ~ \J Kami tidak meminta
kepadamu rezeki dengan perintah shalat ini, atau Kami tidak
membebanimu untuk menanggung rezeki bagi dirimu atau keluargamu,
Kamilah yang memberi jaminan rezeki kepadamu. Dan kesudahan yang
baik di dunia dan di akhirat adalah bagi orang··orang yang menghiasi
dirinya dengall ketakwaan.
Kata~1keluarga, jika ditinjau dari masa turunnya ayat ini, maka ia
hanya terbatas pada istri Nabi yaitu Khadijah fa. dan beberapa putera
beliau bersama 'Ali ibn Abi Thalib ra. yang beliau pelihara sepeninggal
Abu Thalib. Tetapi bila dilihat dari penggunaan kata ahlaka yang dapat
mencakup keluarga besar, lalu menyadari bahwa perintah tersebut
berlanjut sepanjang hayat, maka ia dapat mencakup keluarga besar Nabi
Muhammad saw. termasuk semua istri dan anak cucu beliau. Bahkan
20 Quraish Shihab, Talsir AI-Misbah... , Vol. 8. h. 402.
21 A1-Maralti. Tarsir AI-Marard.... lil. 28. h. 259.
54
sementara ulama memperluasnya sehingga mencakup seluruh umat
beliau22
Kata~I dari kata (y....al) bersabarlah, dengan penambahan huruf
(b). Penambahan itu mengandung makna penekanan. Nabi saw.
diperintahkan untuk lebih bersabar dalam melaksanakan shalat, karena
shalat yang waj ib bagi beliau adalah shalat lima waktu, tetapi juga shalat
malam yang diperintahkan kepada beliau. lni memerlukan kesabaran dan
ketekunan melebihi apa yang diwajibkan atas keluarga dan umat beliau23
Di antara hal yang dapat melanggengkan hubungan suami istri adalah
saling membantu dalam ketaatan kepada Allah swt. dengan
mengalokasikan waktu khusus untuk beribadah secara berjamaah, belajar
secara bersama.
Kemudian Rasulullah saw. juga bersabda:
~ ~1 0l-9 ,',I. 0" .ulyal .l:.i.!l "~~l cY> ("\.9 )4...J .&\ r"".J
~"j ~1 " "',1. a" ~l cY> w...\.9 olyal .&1 r"".J" I'WI ~,,~
.(..lA.:>.1 ol".J) I'WI ~,,~ '"1''''' oj ~l 0l-9~
"Allah merahmati seorang suami yang bangun tengah malam untukmelakukan shalat, lalu ia membangunkan istrinya agar ikut shalat, danjika istrinya tidak mau bangun, ia memercikkan air pada wajahnya. DanAllah juga merahmati seorang wanita yang bangun tmgah malam untukshalat, lalu ia membangunkan suaminya agar ikut shalat, dan jikasuaminya tidak mau bangun, maka ia memercikkan air pada wajahnya"(H. R. Ahmad).24
Jadi, seorang suami yang sukses dalam kehidupan berumah tangga adalah
suami yang sukses dalam mengayomi keluarga, mampu menempatkan
keluarganya untuk menjadi generator dan inspirator bagi dirinya dalam
22 Quraish Shihab, Tqftir AI-Misbah , Vol. 8, h. 402
23 Quraish Shihab, Taftir AI-Misbah , Vol. 8. h. 403.
55
memproduksi beraneka macam kebajikan. Mampu mewujudkan
keluarganya menjadi keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah.
4. Tidak membuka rahasia isterinya dan tidak membeberkan aibnya.
Seorang suami hendaknya menjadi orang yang paling dipercaya oleh isteri,
begitu pula sebaliknya. Tidak membuka rahasia dan tidak membeberkan
aib isteri, sebab suami yang diberi kepercayaan terhadapnya, dituntut
menjaga dan melindunginya.
Rasulullah saw. bersabda:
J .wIY' I~J~ J::..)I :L.4il1 f'.J:. ;uy.. .iliI ..llc 0"1.ll1 y:u c.Y> 0J
( .1.... 01)1A " '4.J.11 ,'., r-- J.J .Y" Y-"-':l ~ ...~
"Sesungguhnya mamJsia yang paling jelek kedudukannya di sisi Allahialah suami yang menggauli isterinya, dan isterinya bergaul dengannya.Kemudian ia membeberkan rahasia hubungan suami isteri tersebut" (fl.R. Muslim).2S
Hadist di atas merupakan dalil atas keharaman seseorang menyiarkan
rahasia hubungannya di atas ranjang dengan istrinya baik berupa ucapan,
perbuatan dan lain sebagainya26,
5. Berlaku adil terhadap isteri-isterinya, jika memiliki isteri lebih dari satu
orang.
Seorang suami harus bisa berlaku adil terhadap istri-istrinya supaya tidak
timbul perpecahan di antara mereka.
Jika seorang suami kebetulan memiliki isteri lebih dari satu orang, maka ia
memiliki tanggung jawab yang sangat besar yang hams dipertanggung
jawabkan di hadapan Allah swt. Suami berkewajiban untuk berbuat adil
terhadap mereka dalam hal makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal
" Abdurahman Suyuti, Jami' AI-Hadis... , Juz. 2. h. 398.
56
dan tidur. 1a tidak boleh bersikap curang atau dzolim sedikit pun. Karena
hal tersebut bisa menimbulkan kemurkaan Allah swt.
Dalam AI-Quran Allah swt. berfirman:
(, .~WI) ~i",J . 1 t~ ':l1 •":>. " U. .... .J9 y. ~ u, ...
"Kemudian jika kalian takut tidak akan dapat berlaku adil. makakawinilah satll orang saja..... " (Q. S. An-Nisa: 3),
Jelas sekali bahwa keadilan yang maksud oleh ayat di atas merupakan
keadilan dalam hal material. Jadi apabila ada orang yang ingin menutup
rapat-rapat pintu poligami dengan berdasarkan Q. S. An-Nisa: 129,
tidaklah tepat karena keadilan yang dimaksudnya adalah dalam hal
imaterial (cinta):
J;;JI (j!; '-9~ ~ ~y.. :1-9 ~G.Jl1 ~ 1),~ 01 1;.:-6';'",'; ulJ.~WI) tA.l.".: i ", -, \!; 4111 ", U 1 'w 1 ;,r, 01 'I' ~\!; \j, , •••. ,- j j~ U u, P -9 -9. U,-9 . -9~
.(~ ,,'\
"Dan kamll sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteriisteri (mu). walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itujanganlah kamu ter/alu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehinggakamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakanperbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnyaAllah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Q. S. An-Nisa: 129).
Musuh-musuh Islam menuduh, bahwa sesungguhnya hanya Rasulullah
saw. yang menganjurkan manusia untuk melakukan poligami, bukan Allah
swt. yang menganjurkan. Tujuan mereka ialah untuk memperburuk citra
Islam27
Sebenarnya poligami sudah ada jauh sebelum Islam. Poligami sudah
tersebar luas di kalangan bangsa-bangsa terdahulu; seperti bangsa Tibet,
Mongol, Mesir, China, Persi dan Romawi. Pada zaman Nazi, poligami
juga sudah dikenal di kalangan orang-orang Jerman. Bahkan para lIskup
27 Syaikh Hafizh Ali Svuaisvi'. Kado Pernikahan h 1,
57
memperbolehkan poligami kepada beberapa orang raja setelah masuknya
agama Kristen ke Eropa, seperti Napoleon. Jadi tidak benar tuduhan
orang-orang yang mengatakan bahawa: Islam adalah yang mempelopori
poligami28
Sedangkan Rasulullah saw. memiliki beberapa orang isteri karena alasan
untuk perlindungan terhadap janda-janda yang ditinggal mati oleh
suaminya. Rasulullah saw. adalah sosok suami yang sangat adil terhadap
isteri-isterinya.
Dalam hal ini beliau mewasiatkan perlakuannya yang baik terhadap isteri
isterinya:
"Orang terbaik dari kalian adalah orang yang paling baik terhadapkeluarganya, dan aku orang ya~.r; terbaik dari kalian terhadapkeluarganya" (H. R Ath-Thabmni).2
Selain itu, banyak kondisi yang merupakan alasan logis untuk tidak
menutup pintu poligami dengan syarat-syarat yang tidak ringan, seperti:
kemungkinan mandulnya seorang istri, atau teIjallgkiti pellyakit parah,
merupakan satu kemungkinan yang tidak aneh? Apakah jalan keluar bagi
suami yang dapat diusulkan untuk menghadapi kemungkinan itu?
Bagamana ia menyalurkan kebutuhan biologis atau memperoleh
dambaannya untuk memiliki anak? Poligami ketika itu adalah jalan yang
paling ideal, dan kemampuan untuk berbuat adil harns kepada semua istri
harns dimiliki.
1~ Syaikh Hafizh Ali Syuaisyi', Kado Pernikahan. .. , h. 16.
58
B. Bertanggung Jawab
Menjadi seorang suami bukanlah hal yang gampang, begitupula dalam
masalah tanggung jawab yang hams diemban. Laki-laki adalah pemimpin, yang
tentu akan bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya.
Sebelum menikah, seorang laki-Iaki bertanggung jawab untuk memenuhi
tuntutan-tuntutan agama, pekerjaan dan dirinya secara seimbang. Tanggung jawab
ini bertambah, setelah ia menyelesaikan masa lajangnya. Di samping itu hams
bertanggung jawab atas isterinya, juga bertanggung jawab atas anak-anaknya.
Pada saat itu, tuntutan yang menjadi beban bagi seorang laki-laki semakin
menumpuk. Oleh karena itu mang lingkup pertanggung jawabannya semakin luas.
Ia hams mempertanggung jawabkan apa yang telah ia lakukan kepada dirinya
sendiri, keluarga, masyarakat dan juga tentunya kepada Allah swt. Oleh sebab itu,
seorang laki-laki hams mengetahui dengan baik karakter dan macam-macam
tanggung jawab yang hams diembannya, sehingga tidak teIjadi tindakan ekstrem
dalam pengimplementasiannya, baik dengan berlebih-lebihan maupun sebaliknya.
Dalam hal ini para ahli fiqih dan ulama telah membahas banyak masalah tanggung
jawab laki-laki dalam Islam. Mereka menyimpulkan bahwa macam-macam
tanggung jawab tersebut sebagai berikueo:
I. Tanggung jawab terhadap Allah swt dan agamanya
Salah satu tanggung jawab seorang laki-laki adalah menegakkan dan
me~aga agamanya, karena agama mempakan pilar utama dalam
kehidupan seorang muslim3]. Syariat Islam memberikan perhatian khusus
terhadap masalah ini dan menjadikannya sebagai salah satu tujuan mulia.
Yang bisa menjadi indikasi terpenuhinya tanggung jawab, kategori ini
adalah menjalankan ibadah, melakukan amal sholeh, dan berdakwah
dengan bijaksana (bi! hikmah) dan tutur kata yang ramah (mau'izah
hasanah).
30 Husain Syahatah. Tanggung Jawab Suami da/am Rumah Tangga: Antara kewajiban danRealitas. (Jakarta: AMZAH, 2005), Cel. Ko-I. h. 4.
3J Husain Svahatah. Meniadi Kpnn/n Rumnh Trmnrrn Un","" ('~.lFh""'" 'T'~-= A...:..c nt.. .. ~ ... I'
59
2. Bertanggung jawab terhadap anggota keluarga dalam posisinya sebagai
pemimpin dalam rumah tangga
Tanggungjawab ini terbagi menjadi beberapa bagian32;
• Tanggung jawab terhadap isteri dengan memberikannya nafkah,
menggaulinya dengan baik, dan membimbingnya dengan penuh
kecintaan.
• Tanggung jawab terhadap anak-anaknya dan memberi mereka nafkah,
memperhatikan pendidikan mereka, mempersiapkan kemampuan
mereka dan mengemban tanggung jawab mereka di masa mendatang.
• Tanggung jawab terhadap kedua orang tua dengan berbakti, menjaga
dan memberikannya nafkah kepada keduanya.
• Tanggung jawab terhadap sanak kerabatnya dengan menjalin
silaturrahmi, menebarkan rasa kasih sayang, dan berbuat baik kepada
mereka.
3. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, dengan menjaga dan memenuhi
tuntutan-tuntutannya33.
Yang termasuk dalam kategori tanggung jawab ini adalah sebagai berikut;
• Pendidikan rohani untuk memperkuat intensitas dan kualitas ibadah
kepada Allah swt.
• Pendidikan jasmani untuk memperkuat kemampuan jasmani. Dengan
teIjaganya kesehatan, ibadah, amal baik dan usaha mencari nafkah
yang halal bisa terlaksana dengan baik.
• Memberikan waktu-waktu luang untuk istirahat. Dengan
memperhatikan hal ibadah, amal baik, dan usaha mencari nafkah yang
halal, bisa dilakukan dengan semangat dan wacana baru.
• Mempererat hubungan baik dengan orang lain dengan memenuhi hak
haknya dan membantu penyelesaian kepentingan-kepentingan mereka.
32 Husain Syahatah, Menjadi Kepala Rumah Tangga yang Sukses, ... , h. 10.
33 Ahmflili Sofvl-ln Thp Rp.f;'t J-TfI«hmul;n 1..1"I'M 1... A1
60
4. Tanggung jawab terhadap profesi yang digelutinya dalam mencari rezeki
yang baik dan hala!. Yang termasuk dalam kategori ini adalah:
.. Mencari pekerjaan yang halal yang akan menjadi sumber pendapatan
finansial yang baik.
.. Menjaga keikhlasan dalam bekerja dengan berniat untuk ibadah.
.. Bekerja dengan optimal dan sempurna, dengan disertai niat beribadah.
.. Menularkan keahlian yang dimiliki kepada orang lain (berbagi
keahlian atau ilmui 4
Seiring dengan pendapat di atas, dalam Islam terdapat hukum-hukum tentang
tanggung jawab suami terhadap rumah tangganya. Hukum itu meliputi poin-poin
sebagai berikut:
1. Suami merupakan pemimpin dalam rumah tangga, dan ia akan dimintai
pertanggung jawabannya atas kepemimpinannya itu di hadapan Allah
swt35 Sebagai datil tentang hal itu, firman Allah swt:
( '\ f . L ,II) ··l·.~~ '.H' GC -'Y"oU"'-'J UY""-' r"" (.} -Jo , •
"Mereka akan ditanya tentang apa yang kalian pernah lalalkan" (Q. S.
An-Nahl: 93).
Dalam sabda Rasulullah saw. dari Ibnu Vmar ra. disebutkan:
~.) we J.,,:....... .J t l.) 1"\""';11 :~.) we J_~ ~.J t l.)~
~ ~ ~I.) olyJ1-J ~.) we J~ Jh'-J 41 ~ t l.) J:..JI-J
we J"':"""'-J o~ Jt.., ~ t l.) ("..lGJI-J ~.) we ~"':"""'-J '-*-Jj
we J"':"""'-J ~l Jt.., ~ t l.) J:..JI-J J\.! ..l! Ol W,p.-J JL~ ~.)
.(~ -J .)~I QI-J.)) ~.) l.>"- Jjl;...1A-J t l.)~ -J .Ai?.)
"Masing-masing dari kamu adalah pemimpin dan masing-masing darikamu bertanggung jawab atas kepemimpinannyao Imam itu adalahpemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang lakilaki pemimpin terhadap keluarganya dan bertanggung jawab atas
34 Husain Syahatah, Menjadi Kepa/a Rumah Tangga yang Sukses, ... , h. 11
61
kepemimpinannya. Perempuan itu pemimpin dalam rumah suaminya danbertanggung jawab akan kepemimpinannya. Pelayan itu pemimpin dalamharta tuannya dan bertanggung jawab akan kepemimpinannya. faberkata: Dan saya menduga bahwa beliau teah bersabda: Seorang lakilaki (anak) adalah pemimpin dalam harta ayahnya dan bertanggungjmvab akan kepemimpinannya. Dan masing-masing dari kamu adalahpemimpin da bertanggung jawab akan kepemimpinannya" (H, R.Bukhal"i dan Mnslim).36
2. Tanggung jawab suami dalam Islam memiliki cakupan yang sangat luas,
meliputi tanggung jawab terhadap agamanya, dirinya, istrinya, anaknya.
Keluarganya, hartanya, ilmunya dan pekerjaannya37
3. Suami hendaknya berusaha mewujudkan keseimbangan antara tugas dan
tanggung jawab, jangan sampai tanggung jawab itu membuat pekeIjaan
lain terbengkalai38,
4. Seorang suami memiliki kewajiban dan tanggung jawab kepada istrinya,
seperti membantunya melaksanakan ajaran agama, menggaulinya dengan
baik, menafklahi, menjaga kehormatan dan menghiburnya, membantunya
dalam urusan rumah tangga jika diperlukan, menyambungkan hubungan
silaturrahim39 Semua itu merupakan dasar dalam mewujudkan keluarga
yang harmonis dan penuh kasih sayang. Dalil tentang hal ini terdapat
dalam firman-Nya:
~~' - .~:':. - t': - ,', '.11 1~l",-1' f.:,.J ',\ :~. "q ',' .~1 '~1::: ,.\ d.:ltiT '. 'JA~ U"'?-,j ~, ."........,... • ,jj~ (.JA r'" '-"'"'"' (.,I ,,_ (J;",j
(n· )1)" ~S9~' '.~~ c::.,!SIJ ~.r.l . -" ~.., f',j (J,j - r-""'. - . ~ (.,I, j,j
'" Bukhari. Shahih Bukhari. TeJj. Sunarto, dkk. (Semamng: Cv. Asy-Syifa, 1993). Vol. 2. h.9-10.
37 Husain SyaJlatah, Menjadi Kepala Rumah Tangga yang Sukses.... h. 134.
38 Ahmadi Sofyau, The Best Husband in Islam ... , lI. 152.
62
"Dari sebagian tanda-tanda kekllasaan Allah, diciptakanNya bagi kalianpasangan-pasangan dari jenismu sendiri sllpaya kamll dapat bersenangsenang dengannya, lalu menjadikan kalian karenanya berkasih sayang.Sesllnggllhnya hal itu menjadi tanda-tanda bag! kallm yang berpikir" (Q.S. AI'-Rllm: 21).
5. Kewajiban-kewajiban istri terhadap suaminya menurut syariat adalah taat
kepadanya selama bukan maksiat, menjaga kehormatan, melahirkan anak,
menjaga harta, berdandan untuk suami, mengurus rumah, ikut
berpartisipasi dalam acara-acara kekeluargaan dan masyarakat, tidak
keluar rumah tanpa izin suaminya, membantu suami mengeluarkan nafkah,
seperti zakat atau sedekah40 Sebagai hasilnYl! nanti, alcan tercipta
kedamaian, ketentraman, keharmonisan dan rasa cinta.
Hal itu dijelaskan dalam hadits Rasulullah saw.:
:J\.9 y~ ~WI ,:?1 :~J.yk .&1 J...o.&\ Jj-'J'j J1... oYJ 'S"i ue4..lL,J~ c) o..fi.:l \.4 4.ilw';/Jyi I~\ ~J P Ijl oyAl ,:?i\1
.(..w.i olJj)
"Abu Huraira. ra. Bertanya kepada Rasulullah saw. Tentangbagaimanakan istri yang baik? Rasulullah menjawab: Jika disllruh diataat, jika dipandang ia menyenangkan hati, jika diberi kebaikan diamembalas dengan kebaikan, jika ia ditinggal perg! oleh suami, ia menjagadiri dan harta suaminya" (D. R. Ahmad).41
6. Kewajiban dan tanggung jawab sebagai orang tul! kepada anak, seperti
memberikan pendidikan yang Islami, menjaga amalan ibadah, memberikan
pendidikan moral, menafkahi dan menyekolahkan, memberikan latihan
tentang urusan rumah tangga dan lcehidupan, menurunlcan bakat, dan
40 Ahmadi Sofyan, The Best Husband in Islam ... , 11. 154.
41 Ahmad bin HanbaL MusnadImam Ahmad hin Hnnhnl lili,l? h ?"
63
mengajar berdakwah di jalan Allah swt42 Sebagai hasil dari tanggung
jawab ini maka akan terlahir anak-anak yang shaleh.
7. Kewajiban anak terhadap orang tua dalam Islam adalah berbuat baik,
berperilaku baik, taat selama tidak dalam kemaksiatan, menatkahi
keduanya saat keduanya membutuhkan, menggantikannya dalam urusan
agama, melakukan haji dan umrah untuk keduanya, memuliakan dan
menghormatinya, serta berdoa untuk keduanya43
Dalil mengenai hal ini adalah firman Allah:
- .-.<11 ;:cl::w,. 0U '1 L.I tie..u;..1 . '~r-'Ll ~L;I '11 1~ '1\ ~ -.•--.P'"' - ••• • U:l-J".J _ • J. .J ~J
L..-fi '{j C4i <J~ W~ ':l~ Cst C4i ~ )t! W~ :.,1 Whl
('1'1 :ylY"';lI)
"Dan Tuhanmu lelah memerinlahkan supaya kamu jangan menyembahselain Dia dan hendaklah kamu berbual baik pada ibu bapakmu dengansebaik-baiknya. Jika salah seorang di anlara keduanya alau keduaduanya sampai bemmur lanjul dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kalijanganlah kamu mengalakan kepada keduanya perkalaan "ah" danjanganlah kamu membentak mereka dan ueaplamlah kepada merekapel'kataan yang mulia. " (Q. S. AI-Isra: 23).
Juga firmanNya:
c.;LAj a ~:'>I y~ JrJ ~~yl l» 0.,)1 c~ L4l ~I~(" i :ylY"';lI)l~
"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuhkesayangan dan ueapkanlah: Wahai Tllhanku, kasihilah mereka keduanya,sebagaimana mereka berdua lelah mendidik alal waktu keeil" (Q. S. AIIsra': 24).
8. Menyia-nyiakan, mengurangi, dan melampaui batas dalam menjalankan
kewajiban dan tanggung jawab, merupakan perbuatan yang bertentangan
42 Ahmadi SofYan, The Best Husband in Islam ... , h. 154.
64
dengan syari' at. Sebagai contoh bentuk kemaksiatan, dosa dan kejahatan
kejahatan dalam rumah, serta beberapa kesalahan lain, adalah seperti
berikut ini44:
• Pasangan suami istri dan anak-anak yang memiliki perangai jahat yang
bertentangan dengan syariat Allah swt.
• Hilangnya tanggung jawab kepemimpinan suaml terhadap keluarga
dan anaknya.
• Adanya tekananjiwa dan rusaknya urusan rumah tangga.
• Lemahnya keharmonisan, kasih sayang, kelembutan, dan sikap saling
hormat dalam rumah tangga.
• Membuka rahasia rumah tangga.
• Menyebarluaskan kehormatan rumah tangga di antara keluarga
keluarga dekat, tetangga, dan teman-ternan.
• Membiarkan keluarga saat keluarga tertimpa bencana yang pelik, sakit,
dan ditimpa masalah. Ia membiarkan begitu saja tanpa ada
penyelesaian.
• Anak-anak lari dari rumah dan melenceng dari jalan yang lurus.
• Tersebarnya kejahatan sosial.
• Rusaknya nama baik Islam dan kaum muslimin.
Perangai-perang~i di atas bertentangan dengan syariat Allah swt. akibatnya
kehidupan menjadi sempit. Seperti dalam firmanNya:
( , H ·4) ~ :I ;~". '. 4..l -. \.9 c·1:~ .' , . ' , \ '. ' ,. . ... _ U, y..r, OC r...>""y:. (jAJ
"Dan barang siapa yang menentang peringatanku. maka ia leanmendapatkan kehidupan yang sempit" (Q. S. Thaha: 124).
9. Perangai-perangai yang tidak sesuai dengan syariat dan kelalaian tanggung
jawab suami dalam rumah tangganya. Persoalan ini dapat diselesaikan
65
dengan melakukan langkah-langkah penyelesaian secara Islami seperti
berikut ini 45:
• Memberikan pendidikan yang lsIami untuk seluruh anggota keluarga,
sesuai dengan ajaran dan cara-cara yang baik.
• Menerapkan prinsip musyawarah dalam urusan rumah tangga.
• Adanya aturan sebagai pengontrol dan pengawas untuk rumah tangga,
setahap demi setahap.
• Adanya program untuk menenangkan jiwa, sesuai dengan aturan
syariat.
• Adanya sanksi yang Islami dalam menindak sikap yang terlarang
menurut syariat.
• Adanya sistem pahala dan sanksi, berlandaskan kepada asas
pendidikan yang formal.
• Kebersamaan dan mengemban tanggung jawab masyarakat terhadap
keluarga, ternan-ternan dan tetangga.
• Mengadakan sitaturrahmi dan menunaikan hak-hak mereka.
Saran-saran ini dapat mewujudkan rumah tangga muslim yang harmonis
dan penuh kasih sayang. Selain itu, dengan saran ini juga akan dapat
menghindarkan perasaan takut dan akan memperoleh keberkahan hidup.
Allah swt. membenarkan dalam firmanNya:
"Dari sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, diciptakanNya bagi kalianpasangan-pasangan dari jenismu sendiri supaya kamu dapat bersenangsenang dengannya, lalu menjadikcm kalian karenanya berkasih sayang,Sesungguhnya hal itu menjadi tanda-tanda bagi kaum yang berpikir" (Q.S. Ar-Rum: 21).
10. Langkah-langkah penyelesaian secaJ'a Islami yang dapat ditempuh untuk
menanggulangi pengaruh kurangnya tanggung jawab suami terhadap
66
rumah tangganya, adalah meningkatkan pendidikan rohani, pendidikan
akhlak, konsistensi terhadap perangai-perangai yang baik, mendalami
ajaran agama, menciptakan kelompok yang mengajak kepada yang baik
dan mencegah yang mungkar yang dapat diterima oleh orang banyak
dengan baik, dan terciptanya kepemimpinan yang senantiasa mengajak
masyarakat kepada dakwah di jalan Allah swt46.
Allah swt. menjelaskan hal itu dalam firmanNya:
W '~~\L I ' ~r :;IS', 'I I' ·r :;ILJII '~I "tll ," I~(;'. 'I " ~I, JY'-"". J.)A J Y jJ J JA 0'"J ~ ~ U, L.!:l.-
( i\ '--\1) 'tlIU'b<\Jr x"·'I" 1"<', .(;.-.)JA .. "J~ oe .JG-lJ
H(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka dimuka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,menyuruh berbuat yang makru/. dan mencegah dari perbuatan yangmungkar, dan kepada Allahlah kembali segala umsan" (Q. S. AI-Hajj:41).Alangkah lebih baik jika kami menutup hukum-hukum Islam tentang
tanggung jawab suami terhadap rumah tangganya ini dengan firman Allah
swt:
" • , ill31 1.:.' ,,~, ~' ~1' c...L q'" ~ " ·"~r I "j " ~I'(.)A ~ J ('+lJ...J ~ IJ 'v' ~J ~ J J"'" L.!:l.- J
(n· .'-'I)"' - w:;.,s c...' 'I' Ilo ,-. ," •• \'.::'..JY""" ~.J ' . '-S.Y' (F f<r' (.)A~
"Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikutimereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka denganmereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka.Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya" (Q. S. AthThur: 21).
Rasulullah saw pun pernah berwasiat kepada seorang laki-Iaki:
,,,.s~ Jl~~ I.)AI~ I~Jj ,y..'11 i'~IJ 4114 0'>J:J ulS ~
~I ~~ i!.PI UIJ~ 0'>~ ;;lyJl ~)Jj I'W4 IJ-"'"y....,IJ
I'Wl; 1J-""'ji.u>1 i!.PI JJ:! r.\.us.y uJJ.u~ <\ .jg,; ~~ ~)J o)\.c.l
.(rbo oIJ.J) I~
46 Ahmadi Safvan. The Best Husband in "lnm h I'll
67
"Baranxsiapa yanx heriman kepada Allah dan hari kiamat, ia/ah oranxyang apabila me/ihat suatu keadaan, ditanggapinya dengan kata yangbaik, atau diam. Saya wasiatkan supaya kamu memperhatikan nasib kaumwanita, karena jenis itu diciptakan dari tu/ang rusllk yang terbengkok.Jika anda mencoba me/lIrliskannya, dia akan patah, dan jika dibiarkan,dia akan tetap bengkok. Saya wasiatkan sllpaya kamll memperhatikannasib kallm wanita sebaik-bai/mya" (H. R. Muslim).47
C. Menciptakan Rumah Tangga Sakinah
Rumah tangga adalah sesuatu yang berkenaan dengan keluarga48 'Sedangkan
sakinah adalah kedamaian, ketentraman, ketenangan, kebahagiaan.49 Jadi
menciptakan rumah tangga sakinah, yaitu menciptakan IUmah tangga (sesuatu
yang berkenaan dengan keluarga) yang penuh dengan kedamaian, ketentraman,
ketenangan dan kebahagiaan.
Sesungguhnya membangun rumah tangga itu membutuhkan perjuangan yang
luar biasa beratnya, dimulai dari pemancangan pondasi aqidah dan pilar-pilar
akhlak.
Sebelum menciptakan rumah tangga yang sakinah, seorang suami harus
memiliki kepribadian suami yang shaleh, agar suami sukses membentuk keluarga
sakinah, Berhubungan dengan itu, Kasmuri Selamat mengemukakan beberapa
kepribadian sl,lami shaleh50:
1. Berpegang Teguh Kepada Syariat Allah
Laki-Iaki yang shaleh adalah seorang laki-Iaki yang senantiasa berpegang
teguh kepada syariat Allah dalam segala ulUsan kehidupannya. la tunaikan
kewajiban-kewajiban yang Allah telah tentukan keduanya. Jika ia menjadi
seorang suami, ia akan melaksanakan kewajiban terhadap keluarganya
dengan penuh tanggung jawab, bersemangat, penuh perhatian serta
berlapang dada.
47 Muslim. Shahih Muslim. TeIj. Adib Bisri Musthofa ..., Juz. II. h. 870.
48 Departemeu Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia , h. 758.
49 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia , h. 769.
68
2. Seimbang antara Hak dan Kewajiban
Dalam kehidupan sehari-hari sikapnya tidak tamak, tidak menuntut lebih
banyak dari yang semestinya, bahkan ia menerima dengan rela terhadap
kekurangan-kekurangan yang ada. Ia tidak pemah menyia-nyiakan
kewajibannya, kewajiban tersebut ia tunaikan sebelum menuntut haknya.
3. Berpedoman Kepada Petunjuk Rasulullah saw.
Laki-laki yang shaleh tentu akan membahagiakan istrinya. Dalam
kehidupan berumah tangga ia senantiasa berpedoman kepada hadis
Rasulullah saw. Yang maksudnya:
~yJl J,.,$l
((Si.y11
"Sesungguhnya mukmin yang sempuma imannya adalah yang paling baikakhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah kalian yang baik terhadap istriistri kalian" (H. R. Timidzi).5!
"Orang terbaik dari kalian adalah orang yang paling baik terhadapkeluarganya, dan aku orang yan{f terbaik dari kalian terhadapkeluarganya" (H. R. Ath-Thabrani).5
Ituah kesaksian agung Rasulullah saw. bagi suami yang shaleh, kesaksian
kebajikan yang diiringi dengan kesempumaan iman serta akhlak yang
mulia.
Disamping itu ciri-ciri dad laki-laki shaleh yang membahagiakan
kehidupan rumah tangga itu ialah53:
• Mendirikan rumah tangga semata-mata karena Allah swt.
S! Abdurnhman Suyuti, Jami 'AI-Hadis ... , 1uz. 2. h. 63.
52 Abdurnhman Suyuti, Jami' AI-Hadis... , 1uz. 4. h. 308.
69
• Melayani dan menasehati Istri dengan sebaik-baiknya.
• Menjaga hati dan perasaan istri.
• Senantiasa bertenggang rasa dan tidak menuntut sesuatu di luar
kemampuan istri.
• Bersabar dan menghindari memukul istri dengan pukulan yang
memudaratkan.
• Tidak mencaci istri di hadapan orang lain dan tidak memuji wanita lain
di hadapannya.
• Bersabar dan menerima kelemahan istri dengan hati yang terbuka,
serta meyakini bahwa segala sesuatu yang dijadikan Allah swt pasti
terdapat hikmah yang tersembunyi di sebaliknya.
• Mengelakkan agar jangan terlalu mengikuti kemauan istri, karena ia
akan melunturkan nama baik dan prestasi suami selaku pemimpin
rumah tangga.
• Memberi nafkah kepada istri dan anak-anak menurut kadar
kemampuan.
• Menyediakan keperluan dan tempat tinggal yang layak untuk mereka.
• Bertanggung jawab menidik akhlak istri dan anak-anak sesuai dengan
kehendak Islam.
• Senantiasa menjaga tentang keselamatan mereka.
• Memberi kasih sayang dan rei berkorban apa saja demi kepentingan
dan kebahagiaan bersama.
Menciptakan rumah tangga sakinah tidak semudah membalikkan telapak
tangan. Membina sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah,
adalah dambaan dari setiap suami istri yang berikrar dalam cinta dan kasih
sayang.
Semua orang Islam berharap dengan penuh perjuangan dan pengorbanan, agar
mahligai rumah tangga yang dibangun dengan landasan cinta dan kasih sayang_. _ _," • t .1
70
temyata ketika bahtera itu mulai mengarungi lautan yang luas, seringkali kemudi
menjadi rebutan antara suami istri. Mereka berusaha menjadi nakhoda yang
handal, dan bersikeras menunjukkan arah tujuan yang diarungi.
Begitu banyak di antara kita yang merindukan berumah tangga menjadi suatu
yang teramat indah, bahagia, penuh dengan pesona cinta dan kasih sayang. Akan
tetapi, kenyataan yang ada, kita saksikan deretan antrian orang-orang yang gagal
dalam menciptakan rumah tangga bahagia. Hari demi harinya hanya diisi
kecemasan, ketakutan, kekerasan, kegelisahan dan penderitraan. Bahkan tidak
jarang diakhiri dengan kenistaan yang berujung dengan perceraian sehingl5a
melahirkan penderitaan yang berkepanjangan, terutama bagi anak-anak yang
dilahirkan.
Temyata merindukan rumah tangga sakinah harns benar-benar disertai dengan
kesungguhan, yakni mengerahkan segala daya dan upaya dalam pengertian yang
sebenarnya.
Ahmadi Soryan mengatakan ada empat kiat minimal menuju keluarga yang
sakinah54:
1. Jadikan rumah tangga sebagai pusat ketentraman bathin dan ketenangan
jiwa.
Keluarga/rumah tangga adalah sebuah institusi terkecil di dalam
masyarakat yang berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan
yang tentram, aman, damai, dan sejahtera dalam suasana cinta dan kasih
sayang diantara anggota-anggotanyaS5
Sesungguhnya rumah tangga itu bisa dijadikan pusat ketenangan,
ketentraman dan kenyamanan bathin para penghuninya. Sehingga ketika
sang suami sudah berlumuran keringat, bersimbah peluh, beketja keras, ia
akan selalu merindukan untuk pulang ke rumah.
54 Ahmadi Sofyan, The Best Husband in Islam ... , h. 43-46.
71
Ketika rumah mampu dijadikan sebagai pusat ketentraman bathin dan
ketenangan jiwa, maka anak-anak pun akan rindu berkumpul bersama
dengan orang tuanya.
Menciptakan rumah sebagai pusat ketenangan bathin dan ketenangan jiwa,
akan mampu menjadi pelepas dahaga.
2. Jadikan rumah tangga sebagai pusat ilmu
Rumah tangga yang ditingkatkan derajatnya oleh Allah swt. bukanlah
rumah tangga yang memiliki status sosial keduniawian. Tidak pula rumah
tangga yang para penghuninya adalah penuh dengan deretan titel dan
gelar. Bahkan justru hal seperti itu seringkali memisahkan kita dengan
kebahagiaan bathin dan ketentraman jiwa.
Tidak jarang pula rumah tangga yang berlimpah dengan kekayaan justru. ..
membuat penghuninya di "miskinkan" oleh keinginan-keinginan,
diperbudak dan dinistakan oleh apa yang dimilikinya.
Hendaknya sesudah memantapkan niat kita kepada Allah untuk
mengarungi bahtera rumah tangga, maka kekayaan yang harus dimiliki
dalam berkeluarga adalah ilmu.
Merawat dan mendidik anak merupakan tugas bersama suami istIi56. Hal
ini dapat dipahami daIi teks-teks AI-Quran dan Hadis. Seperti yang
terdapat dalam firman Allah Q. S. At-TahIim: 6.
3. Jadikan rumah tangga sebagai pusat nasehat
Suami istri hendaknya mengetahui bahwa semakin hari semakin banyak
yang harns dilakukan. Untuk itulah kita membutuhkan orang lain agar bisa
melengkapi kekurangan kita guna memperbaiki kesalahan kita.
Rumah tangga bahagia adaah rumah tangga yang dengan sadar menjadikan
sikap saling menasehati, saling memperbaiki, serta saling mengoreksi
72
dalam kebenaran dan kesabaran sebagai kekayaan yang berharga dalam
rumah tangga.
Suami yang baik adalah suami yang mau dinasehatin oleh sang istri,
begitupula sebaliknya. Karena keduanya tidaklah boleh merasa lebih baik
dan lebih berjasa dalam membangun rumah tangga.
Apabila sebuah rumah tangga mulai saling menasehati, maka rumah
tangga tersebut bagaikan cermin, yang tentu cermin akan mampu membuat
sebuah penampilan penghuninya menjadi lebih baik. Tidak ada koreksi
yang paling aman selain koreksi dari keluarga kita sendiri.
4. Jadikan rumah tangga sebagai pusat kemuliaan
Hendaknya suami istri mampu menjadikan rumah tangga seperti cahaya
matahari. Menerangi kegelapan, menumbuhkan bibit-bibit, menyegarkan
yang layu, selalu dinanti cahayanya dan membuat gembira bagi yang
terkena pancaran cahayanya.
Keluarga yang mulia adalah keluarga yang bisa menjadi contoh kebaikan
bagi keluarga yang lainnya. Sehingga tidak ada yang diucapkan selain
kebaikan tentang keluarga yang telah dibangun.
Demikianlah empat kiat menuju keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah
yang hendaknya dilakukan oleh keluarga muslim di era modem in. Karena
betapa memilukan sekaligus memalukan jika ada keluarga muslim yang
melakukan tindakan kekerasan rumah tangga seperti yang akhir-akhir ini
teIjadi.
BABIV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian skripsi ini dapat ditarik tiga kesimpulan:
Pertama: seorang suami yang sholeh, sebagai kepala rumah tangga pasti tahu
fungsi, kedudukan dan kewajibannya, bahkan ia akan selalu lebih memperbatikan
kewajibannya terlebih dahulu dibanding dengan haknya, karena ia tahu semua itu
akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah swt. Apabila suami telah
melaksanakannya dengan baik, maka suami itu akan sukses sebagai kepala rumah
tangga dan rumah tangganya akan menjadi rumah tangga yang sakinah.
Kedua: seorang suami yang shaleh pasti tabu peranannya, yang menjadi
kewajibannya dan sangat menentukan akan terwujudnya rumab tangga yang sakinah,
sehingga ia bertanggung jawab terhadap apa yang menjadi peranannya, maka suami
itu akan memimpin, mendidik dan memberikan teladan bagi anak-anaknya dalam
segala hal. Walaupun peranan suami sangat menentukan, bukan berarti peranan istri
tidak menentukan, karena antara suami dan istri akan saling melengkapi, jika
demikian maka rumah tangga yang sakinah akan terwujud.
Ketiga: Islam melalui A1-Quran dan Sunnah telah memberikan tuntunan yang
sangat jelas bagi seorang laki-Iaki berupa karakter-karakter yang saling melengkapi
74
dalam membentuk laki-laki yang shaleh, yang akhirnya akan menjadi suami shaleh.
Apabila laki-laki tersebut mampu memiliki karakter-karakter itu, rumah tangga yang
sakinah, mawaddah wa rahmah pasti akan terwujud.
B. Saran-sal'an
1. Sebelum melangsungkan pernikahan sebaiknya teliti dalam memilih
pasangan, baik itu dari pihak laki-Iaki atau perempuan. Yang paling utama
haruslah yang seagama, karena apabila rumah tangga yang dibangun
berdasarkan beda agama maka akan menimbulkan berbagai masalah
pemberian pendidikan agama pada anak dan rumah tangga yang sakinah,
mawaddah wa rahmah sulit, bahkan tidak mungkin untuk dicapai.
2. Hak mem!mpm keluarga yang dimiliki oleh seonmg suami, tidak boleh
disalahgunakan, sehingga suami semena-mena terhadap anggota keluarga,
apalagi mentelantarkannya. Ingat semua itu akan dipertanggung jawabkan
kepada Allah swt.
3. Dalam menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, suam!
dan istri harus bisa bekerjasama dengan baik, saling melengkapi dan
mengbari;\ai. Karena tanggung jawab suami dan istri sarna besar dan beratnya.
4. Anak adalah amanah Allah yang harus dijaga dan dipelihara bersama.
Amanah tersebut pun akan dimintakan pertanggung jawabannya di akhirat
kelak. Untuk itu pendidikan harus meqjadi suatu kewqj iban yang tidak bisa
ditawar lagi, apalagi pendidikan agama. Seperti memilih sekolah yang Islami,
memperhatikan pergaulan anak dan menciptakan suasana keberagamaan di
dalam rurnah.
75
DAFTAR PUSTAKA
Abdulloh, Fathi, 'Adil, Menjadi Suami Tercinta, Terj. Bukhori Abu Syauqi,
(Pasuruan: Hilal Pustaka, 2007). Cet. Ke-l.
Abdurraliman, Jibril, Mohammad, Abu, Karakteristik Lelaki Shalih, (Yogyakarta:
Wihdah Press, 2000), Cet. Ke-3.
Adhim, Fauzil, Muhammad, Mencapai Pernikahan yang Barakah, (Yogyakarta:
Mitra Pustaka, 2005), Cet. Ke-XXI.
Ahmad bin Ali bin Hajr Asqalani, Fathu AI-Bari: Sarah Shahih Bukhari, (Beirut:
Daar Kutab Alamiya).
Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, (Beirut: Daar Al-Fikr).
Amin, RusH, M, Rumahku Surgaku: Sukses Membangun Keluarga Islami,
(Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2003), Cet. Ke-ll.
Anwar, Rosihan, Ilmu Tafsir, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), Cet. Ke-l.
Bukhari, Shqhih Bukhari, Ted, Sunarto, dkk, (Semarang: CV, Asy-Syifa, 1993).
Daudin, Sulaiman, Majid, Hanya untuk Suami, (Jakarta: Gema Insani, 1996), Cet.
Ke-l.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: BaJai Pustaka, 1988), Cet. Ke-l.
Gisymar, Sholeh, Kado ernta untuk Istri, (Yogyakarta: Arilla, 2005), Cet. Ke-l.
Hasyimi, Ali, Muhammad, Menjadi Muslim Ideal, TeIj. Ahmad Baidowi,
(Jakarta: PT Mitra Pustaka, 1999), Cet. Ke-l.
Kisyik, Hamid, Abdul, Bimbingan Islam untukMencapai Keluarga Sakinah, Ted.
Ida Nursida, (Bandung: Al-Bayan, 1996), Cet. Ke-3.
Lembaga Darut-Tauhid, Kiprah Muslimah clalam Keluarga Islam, Ter], A.
Chumaidi Umar, (Bandung: Mizan, 1990), Cet. Ke-l.
Maragi, Ahmad, Tcifsir Al-Maragi, Ted. Hery Noer Aly, dkk, (Semarang: CV.
Toha Putra, 1993), Cet. Ke-2.
MaSri, Nasy'at, Nabi Suami Teladan, Ted, Salim Basvarahil. (Jakarta' G"m"
76
Muhyidin, Muhammad, Meraih Mahkota PenKantin: Kiat-kiat Praktis Mendidik
Istri & Mengajar Suami, (Jakarta: PT. Lentera Basritama, 2003), Cet. Ke-l.
Mulyati, Sri, Relasi Suami dalam Islam, (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW), DIN
SyarifHidayatullah,2004).
Muslim, Husain, Abi, Shahih Muslim. (Beirut: Daar ibn Hazm).
_______"Shahih Muslim. Tetj. Adib Bisri Musthofa. (Semarang: CV.
Asy-Syifa, 1993).
Nasution, Taat, Amir, Rahasia Perkawinan dalam Islam: TuntunanKeluarga
Bahagia, (Jakarta: Pedoman lImu Jaya, 1994), Cet.Ke-3.
Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Quran: Di Bawah Naungan Al-Quran. Terj:
As'ad Yasin, dkk, (Jakarta: Gema Insani Pres, 2000), Cet. Ke-2.
Rofi'I, Ahmad., Syadali, Ahmad., Ulumul Quran lL (Bandung: Pustaka Setia,
1997), Cet. Ke-l.
Sabri, Alisuf, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman lImu Jaya, 1999), Cet. Ke-l.
Sayyid, Fathi, Majdi, Bingkai Cinta Sepasang Merpati, "Bahagia Menjadi Suami
Ideal dan Istri Ideal", Tetj. Thnu Ali, (Jakarta: Aillah, 200S), Cet.Ke-l.
Selamat, Kasmuri, Suami Idaman Istri Impian, "Membina Keluarga Sakinah",
(Jakarta: Kalam Mulia, 2007), Cet. Ke-6.
Shihab, Quraish, M, Tafsir AI-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian AlcQuran,
(Jakarta: Lentera Hati, 2007), Cet. Ke-X.
_______" Wawasan AI-Qur'an, (Bandung: Mizan, 2000), Cet. Ke-ll.
Sofyan, Ahmadi, The Best Husband in Islam, (Jakarta: Lintas Pustaka,2006). eel.
Ke-I.
Suhail, Kusyairi, Ahmad, Menghadirkan Surga di Rumah,(Jakarta: Maghfirah
Pustaka, 2007). eel. Ke-L
Suyuti, Abdurrahman, Jalaluddin, Jami' AI-Hadis, (Beirut: Daar Al-'Fikr).
Syahatah, Husain, Husain Syahatah, Menjadi KepalaRumah TanggCl yangSukses,
Tetj. Arif Chasanul Muna, (Jakarta: Gema Insani, 2000),Cet. Ke-I.
____---', Tanggung Jawab Suami clalam Rumah Tangga: Antara
kewajiban dan Realitas. (Jakarta: AMZAH, 2005), Cet. Ke-l.
77
Syuasyi', Ali, Hafizh, Kado Pernikahan, Terj. Abdul Roysad Shiddiq, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2007), Cet. Ke-8.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1994), Cet. Ke-2.
Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren Pendidikan Alternatif Masa Depan,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1997), Cet. Ke-l.
www.qalam.or.id. Pengenalan Singkat Tentang Metode Tafsir Tematik Sebagai
Salah Satu Metode Tafsir Terbaru. oleh Hamid. Selasa, 20 Nopember
2007.
Jakarta, I Januari2008Nomor : IstimewaLamp : I (satu) berkasHal : Pengajuan Proposal Skripsi
Kepada Yth,Ketua Jurusan PAIFakultas lImu Tarbiyah dan KeguruanUIN SyarifHidayatullah JakartaDi Tempat
Assalamualaikum Wr. Wb.Salam sejahtera kami sampaikan, semoga Bapak senantiasa beradadalam lindungan Allah swt, dan selalu sukses dalam menjalankanaktifitas sehari-hari. Amin.Selanjutnya saya yang bertanda tangan di bawah ini:
NamaNIMSemesterJurusanFaknltas
: ASI'3I Pnadi: 104011000046: VII (tnjnh): Pendidikall Agama Islam: limn Tarbiyah dan Kegllrnan
Bermaksud mengajnkan skripsi dengan judul "SUAMI IDEALMENURUT AL-QURAN". Sebagai pertimbangan, beriknt sayalampirkan proposal skripsi (termasuk Outline, BAB I, dan DaftarPustaka).
Demikian pengajuan judul ini saya buat, semoga bapak berkenanmenerima judul skripsi ini.Atas perhatian dan bantuannya, saya mengucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Dosen Seminar Proposal Skripsi Pemohon,
ra PuadiNIM.I04011000046
DEPARTEMEN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
lela Nomor 95, Ciputat 15412, IndonesiaTelp. : (62-21) 7443328, 7401925, Fax. (62-21) 7443328
Email: [email protected]
NomorLamp.Hal
: Un.01/FlrrL0221 /"z/ 12008: AbstraksilOutline: BIMBINGAN SKRIPSI
Jakarta, 14 Januari 2008
Kepada Yth.Prof. Dr. Salman Harun, MAPembimbing SkripsiFakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUIN SyarifHidayatuliahJakarta.
Assalamu 'alaikum wr. wb.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi Pembimbing 1/11(materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:
Nama
NIM
Jurusan
Semester
Judul Skripsi
Asral Puadi
104011000046
Pendidikan Agama Islam
VII
Suami Ideal Menurut AL- Quran
T __ t.. •• _
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 4 Januari2008 dengan abstrak/outline sebagaimana terlampir. Meskipun demikian Pembimbingberhak untuk mengubah judul tersebut bila dipandang tidak Ikurang sesuai.
Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapatdiperpanjang selama 6 bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan .
Atas perhatian dan kerja sarna Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu 'alaikum wr.wb.
. AF. Wibisol1o, Mil..150236009