6
PERBAIKAN KONFIGURASI MESIN PADA PENGGILINGAN PADI KECIL UNTUK MENINGKATKAN RENDEMEN GILING PADI Uning Budiharti, Harsono dan Reni Juliana ABSTRAK Seba gai mata ran tai usah a peng olahan gabah men jadi beras dan perang kat suplai bera s dala m siste m  perekon omian masya rakat Indone sia, usaha pengg ilingan padi dituntut untuk memberik an kontribus i baik dari segi kua ntita s maupun kua litas , dalam peny edia an beras nasi ona l. Oleh kar ena itu usaha pen ggil inga n padi perlu dikemb angkan dan ditingka tkan kinerjanya dalam upaya menjaga ketahanan pangan nasional. Kinerja penggil ingan padi kecil (PPK) yang merupakan mayoritas dapat ditingkatkan kinerjanya melalui perbaikan konfigurasi mesinnya. ntuk itu dilakuk an penelitian pada pengg ilingan padi kecil dengan penerap an konfigurasi mesin yang berbeda , yaitu konfigurasi !usker"Poli sher (!P), !usker"Separator"Poli sher (!SP) dan #leaner"!usker"S eparator"P olisher (#!SP). $endemen dan kualitas bera s gili ng yan g dihasilkan oleh konfigurasi #"!"S"P lebi h ting gi diba ndin gkan kon figu rasi !"P dengan  perbeda an kompon en konfigur asi  paddy cleaner  (pembersih ga bah) dan  separator (pemisah beras pecah kulit dengan gabah tidak terk upas). Peningk atan ini dapat dicapai antar a lain karena bahan bak u gabah yang digiling lebih ber sih dengan digunakannya grain cleaner. Pada konfigurasi y ang menggunakan  separato r , tekanan roll karet pada husker pada  proses pengup asan bisa dikurangi untuk mengura ngi resiko beras patah sehingga %alaupun jumlah gabah tidak terkupa s menjadi lebih tinggi (bisa mencapai &'"') tetapi kemudian gabah tersebut dipisahkan oleh separator dan masuk kembali ke husk er untu k pros es pen gup asan ulang . *en gan penambah an sepa rator pada konf igur asi !P terd apat  peningk atan rendemen sebesar ',+ dan penambahan alsin pembersi h gabah (paddy cleaner) dan separator pada konfigu rasi !P terdapat peningkatan rend emen sebesar ,+. Peningk atan ini tentu lebih besar lagi, jika dibandingkan dengan rata"rata rendemen yang dihasilkan pada penggilingan padi kecil lainnya, yaitu hanya -. pab ila kon figu rasi sederha na yan g umu mnya dimiliki oleh PPK yan g jumlahn ya men cap ai lebih dari - dari keseluru han industri penggilinga n padi di Indones ia, disempurnaka n dari  Husker-Pol isher  menja di Cleaner-Husker-  Polisher  ata u Cleaner-Husker-Separator-Polisher , mak a deng an pen ingk atan rendemen ber as ',+ " ,+ secara kuantitatif dapa t diamankan sek itar /'.''' 0 +/'.''' ton beras. nalisis ini didasark an pada studi ODA tahun 1995  bah%a -/ jumlah PPK te rsebut menggiling 1' total kap asitas gilin g nasional. Kata kunci 2 perbaikan konfigura si mesin, Pen ggilingan padi, Pening katan rend emen gilin g PENDAHULUAN Indikator keberhasil an sektor pertan ian padi masi h dipandang sebag ai keberha silan jumlah  produksi, sehingga prioritas kebijakan pemerintah sampai saat ini masih berpatokan pada angka"angka  pencapaian target"target produksi. Sehingga kesuksesan di sektor pertanian dinilai dengan tingkat  produkti3itas. 4entunya perhatian terhada p sektor hulu ini merupakan hal yang penting, akan tetapi sejatinya ter dap at pel uan g pen eka nan keh ila nga n has il pad a pro ses pas ca pan en ya ng dap at dilakukan me lal ui  penerapan teknologi. 5PS menyebutkan kehilangan hasil panen dan pasca panen akibat dari ketidaksempurnaan penanganan pasca panen mencapai 6',/ persen, dimana kehilangan saat pemanenan +,/6 persen, perontokan ,17 persen, pengeringan 6,& persen dan penggilingan 6,+ persen. ngka ini jika dikon3ersikan terhadap produksi padi nasional yang mencapai /,& juta ton setara lebih dari $p/ triliun. Penekanan kehilangan hasil ini tentunya akan berdampak langsung pada peningkatan produksi akhir. Penggilingan padi sebagai mata rantai akhir dari proses produksi beras, mempunyai posisi yang stratesis untuk ditingkatkan kinerja dan efisiensinya sehingga dapat menyumbang pada peningkatan produksi  beras. !al ini mengingat rendemen giling dari tahun ke tahun mengalami penurunan secara kuantitatif dari 1' pada akhir tahun 1' an menjadi -/ pada tahun +7/, -&,6 pada tahun +++, dan pada tahun 6'''  paling tinggi hanya -6, bahkan kenyataan di lapang di ba%ah -'. Sa%it, +++. pabila setiap penurunan rendemen kehilangan kuantitatif beras lebih dari /''.''' ton, maka angka ini bernilai kerugian de3isa setara lebih dari 1,/ juta S* per tahun (asumsi produksi nasional /' juta ton dan harga beras 6&/ S*8ton) (Kompas, - gustus 6''). Keny ataan di lapan g, terd apat perbeda an rend emen yang dihas ilkan pada PP5, PP9 dan PPK. mumnya rende men pada PP5 dan PP 9 lebih tinggi dari PPK. Penelitian yang dilakukan 5 5P9P tahun 6''& menunju kkan adanya korela si antara konfigur asi mesin dengan rendemen. Konf igura si mesi n pada PP5 dan PP9 lebih leng kap dari pada PPK. !al pentin g yang merupa kan hasil kajia n pada kegiata n  penelitian tsb adalah terdapat potensi peningkatan pendapatan pada penggilingan padi, dengan adanya  perbaikan konfigurasi.  9anfaat lain den gan pen ambahan komponen alsin ter seb ut ial ah dic apa iny a  peningkatan kualitas gabah yang akan digiling menjadi lebih memenuhi standar giling yang pada akhirnya

perbaikankofigurasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

perbaikankofigurasi

Citation preview

PERBAIKAN KONFIGURASI MESIN PADA PENGGILINGAN PADI KECIL

PERBAIKAN KONFIGURASI MESIN PADA PENGGILINGAN PADI KECIL

UNTUK MENINGKATKAN RENDEMEN GILING PADIUning Budiharti, Harsono dan Reni Juliana

ABSTRAKSebagai mata rantai usaha pengolahan gabah menjadi beras dan perangkat suplai beras dalam sistem perekonomian masyarakat Indonesia, usaha penggilingan padi dituntut untuk memberikan kontribusi baik dari segi kuantitas maupun kualitas, dalam penyediaan beras nasional. Oleh karena itu usaha penggilingan padi perlu dikembangkan dan ditingkatkan kinerjanya dalam upaya menjaga ketahanan pangan nasional. Kinerja penggilingan padi kecil (PPK) yang merupakan mayoritas dapat ditingkatkan kinerjanya melalui perbaikan konfigurasi mesinnya. Untuk itu dilakukan penelitian pada penggilingan padi kecil dengan penerapan konfigurasi mesin yang berbeda, yaitu konfigurasi Husker-Polisher (HP), Husker-Separator-Polisher (HSP) dan Cleaner-Husker-Separator-Polisher (CHSP). Rendemen dan kualitas beras giling yang dihasilkan oleh konfigurasi C-H-S-P lebih tinggi dibandingkan konfigurasi H-P dengan perbedaan komponen konfigurasi paddy cleaner (pembersih gabah) dan separator (pemisah beras pecah kulit dengan gabah tidak terkupas). Peningkatan ini dapat dicapai antara lain karena bahan baku gabah yang digiling lebih bersih dengan digunakannya grain cleaner. Pada konfigurasi yang menggunakan separator, tekanan roll karet pada husker pada proses pengupasan bisa dikurangi untuk mengurangi resiko beras patah sehingga walaupun jumlah gabah tidak terkupas menjadi lebih tinggi (bisa mencapai 30-40%) tetapi kemudian gabah tersebut dipisahkan oleh separator dan masuk kembali ke husker untuk proses pengupasan ulang. Dengan penambahan separator pada konfigurasi HP terdapat peningkatan rendemen sebesar 0,9% dan penambahan alsin pembersih gabah (paddy cleaner) dan separator pada konfigurasi HP terdapat peningkatan rendemen sebesar 1,9%. Peningkatan ini tentu lebih besar lagi, jika dibandingkan dengan rata-rata rendemen yang dihasilkan pada penggilingan padi kecil lainnya, yaitu hanya 61%.

Apabila konfigurasi sederhana yang umumnya dimiliki oleh PPK yang jumlahnya mencapai lebih dari 6 % dari keseluruhan industri penggilingan padi di Indonesia, disempurnakan dari Husker-Polisher menjadi Cleaner-Husker-Polisher atau Cleaner-Husker-Separator-Polisher, maka dengan peningkatan rendemen beras 0,9% - 1,9% secara kuantitatif dapat diamankan sekitar 450.000 950.000 ton beras. Analisis ini didasarkan pada studi ODA tahun 1995 bahwa 65% jumlah PPK tersebut menggiling 70% total kapasitas giling nasional.

Kata kunci : perbaikan konfigurasi mesin, Penggilingan padi, Peningkatan rendemen giling

PENDAHULUAN

Indikator keberhasilan sektor pertanian padi masih dipandang sebagai keberhasilan jumlah produksi, sehingga prioritas kebijakan pemerintah sampai saat ini masih berpatokan pada angka-angka pencapaian target-target produksi. Sehingga kesuksesan di sektor pertanian dinilai dengan tingkat produktivitas. Tentunya perhatian terhadap sektor hulu ini merupakan hal yang penting, akan tetapi sejatinya terdapat peluang penekanan kehilangan hasil pada proses pasca panen yang dapat dilakukan melalui penerapan teknologi. BPS menyebutkan kehilangan hasil panen dan pasca panen akibat dari ketidaksempurnaan penanganan pasca panen mencapai 20,51 persen, dimana kehilangan saat pemanenan 9,52 persen, perontokan 4,78 persen, pengeringan 2,13 persen dan penggilingan 2,19 persen. Angka ini jika dikonversikan terhadap produksi padi nasional yang mencapai 54,34 juta ton setara lebih dari Rp15 triliun. Penekanan kehilangan hasil ini tentunya akan berdampak langsung pada peningkatan produksi akhir.

Penggilingan padi sebagai mata rantai akhir dari proses produksi beras, mempunyai posisi yang stratesis untuk ditingkatkan kinerja dan efisiensinya sehingga dapat menyumbang pada peningkatan produksi beras. Hal ini mengingat rendemen giling dari tahun ke tahun mengalami penurunan secara kuantitatif dari 70% pada akhir tahun 70 an menjadi 65% pada tahun 1985, 63,2 pada tahun 1999, dan pada tahun 2000 paling tinggi hanya 62%, bahkan kenyataan di lapang di bawah 60%. Sawit, 1999. Apabila setiap penurunan rendemen 1% kehilangan kuantitatif beras lebih dari 500.000 ton, maka angka ini bernilai kerugian devisa setara lebih dari 117,5 juta USD per tahun (asumsi produksi nasional 50 juta ton dan harga beras 235 USD/ton) (Kompas, 6 Agustus 2001).

Kenyataan di lapang, terdapat perbedaan rendemen yang dihasilkan pada PPB, PPM dan PPK. Umumnya rendemen pada PPB dan PPM lebih tinggi dari PPK. Penelitian yang dilakukan BBPMP tahun 2003 menunjukkan adanya korelasi antara konfigurasi mesin dengan rendemen. Konfigurasi mesin pada PPB dan PPM lebih lengkap dari pada PPK. Hal penting yang merupakan hasil kajian pada kegiatan penelitian tsb adalah terdapat potensi peningkatan pendapatan pada penggilingan padi, dengan adanya perbaikan konfigurasi. Manfaat lain dengan penambahan komponen alsin tersebut ialah dicapainya peningkatan kualitas gabah yang akan digiling menjadi lebih memenuhi standar giling yang pada akhirnya kualitas beras gilingnyapun juga akan meningkat. Hal ini mendorong penelitian dilanjutkan dengan fokus pada PPK untuk ditingkatkan kinerjanya melului perbaiakn konfigurasi mesinnya.

RENDEMEN GILING BERAS, POTENSI DAN KONDISI AKTUAL DI LAPANGMenurut Thahir (2002), potensi aktual secara laboratoris pada kondisi ideal dari beberapa varietas unggul menunjukkan dalam 1 butir gabah mengandung sekitar 21 25% sekam dan 6 7% lapisan aleuron. Bahkan untuk varietas lokal jumlah sekam dan aleuronnya sebesar 29 33%. Dengan demikian rendemen beras pecah kulit (BPK) berkisar antara 75 79%, sedangkan beras putih (BP) 68 73% dari varitas unggul dan dari varietas lokal sebesar 67 71%. Hasil uji Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBPMP) Serpong pada lebih dari 25 unit mesin rice milling unit (RMU) komersial menunjukkan data rendemen beras giling berkisar antara 64,12% 67,92%. Penelitian yang dilakukan Munarso, dkk (1998) juga menunjukkan adanya kesenjangan antara kondisi di lapang dengan pengujian laboratorium sebagai mana disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Rendemen Beras Giling Menurut Alat Penggiling (Persen)

Alat PenggilingVarietasRata -rata

IR - 64Muncul

1. Hutler

2. Rice Milling Unit (RMU)

3. Penggilingan Padi Kecil (PPK)

4. Penggilingan Padi Besar (PPB)60,14

60,12

57,56

62,9664,25

65,50

60,69

62,9362,19

63,83

59,12

62,93

Rata - rata60,6963,3362,01

Penggilingan Laboratorium64,8766,6665,76

Sumber : Munarso, et.al. (1998)

Variasi pada nilai rendemen ini juga ditemukan pada hasil penelitian yang dilakukan BBP Mekanisasi Pertanian tahun 2003 terhadap 87 industri penggilingan padi di JawaBarat, Jawa tengah, Jawa Timur, Sumatra Barat Sumatra Utara, dan Sulawesi Selatan. Responden yang terdiri dari penggilingan padi kecil (PPK) sebanyak 46 responden (52,9%), penggilingan padi skala menengah (PPM) 17 responden (19,5%) dan penggilingan padi skala besar sebanyak 24 responden (27,6%) seperti yang disajikan pada Tabel 2.Tabel 2. Pengelompokan Rata-rata Kualitas Beras dan Rendemen Giling Berdasarkan Skala Usaha

Skala Penggilingan PadiJumlah SampleKualitas Gabah (%)Kualitas Beras (%)Rendemen

KA (%)BernasHampaKepalaPatahMenir%CV

PP Kecil4613.7093.106.7074.2514.9914.5755.717.96

PP Menengah 1714.0192.167.7575.7312.5211.7359.6910.89

PP Besar2413.5694.144.7282.4511.977.3461.486.65

Sumber : Thahjohutomo, et.al (2003)

Data di atas jika didasarkan pada susunan konfigurasi mesinnya menunjukkan perbedaan rendemen beras yang dihasilkan pada konfigurasi mesin yang berbeda, disajikan pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Pengelompokan Rata-rata Kualitas Beras dan Rendemen Giling Berdasarkan Konfigurasi Penggilingan Padi.

KonfigurasiJumlah SampleKualitas Beras (%)Rendemen

KA (%)KepalaPatahMenir%CV

HuskerPolisher3814.1069.7316.1114.1456.728.02

CleanerHusker-Polisher 313.2073.4514.0012.3559.1314.05

HuskerSeparator Polisher2013.6876.4513.3810.0461.525.69

HuskerPolisherGrader313.6078.3011.4510.0862.3812.35

CleanerHuskerSeparator-Polisher 413.8584.5210.405.0364..343.77

CleanerHusker-SeparatorPolisher Grader813.6685.0710.114.7464.679.16

DryerCleaner Husker Separator Polisher- Grader213.8589.955.134.9065.503.01

Sumber : Thahjohutomo, et.al (2003)

Dari data pada tabel 2 dan 3, menunjukkan bahwa susunan komponen mesin penggilingan padi (konfigurasi) berpengaruh terhadap rendemen dan kualitas beras giling. Rendemen beras giling yang dihasilkan oleh penggilingan padi kecil (PPK) yang berkonfigurasi sederhana yaitu Husker-Polisher (H-P) rata rata sebesar hanya 55.71% dengan kualitas beras kepala 74.25% dan broken 14.99%. Sedangkan penggilingan padi skala menengah (PPM) dengan konfigurasi Cleaner-Husker-Separator-Polisher (C-H-S-P) menghasilkan rendemen, kualitas beras kepala, dan broken masing masing sebesar 59.69%, 75.73% dan 12.52%. Adapun penggilingan padi besar (PPB) yang memiliki konfigurasi Dryer Cleaner Husker Separator Polisher Grader (D-C-H-S-P-G) menghasilkan rendemen 61.48% dengan kualitas beras kepala 82.45% dan broken 11.97%. Rendemen beras giling yang dicapai oleh industri penggilingan padi masih dibawah rendemen teoritis maupun hasil uji laboratorium; terutama rendemen yang dicapai oleh penggilingan padi berkonfigurasi sederhana.

Fenomena yang cukup menarik yang ditemui pada beberapa tahun terakhir ini yang dapat ditemukan antara lain di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, dan NTT adalah berkembangnya usaha penggilingan padi bergerak atau RMU keliling. Dengan cara ini alsin berpindah tempat dari satu desa ke desa lain mendatangi konsumen yang memerlukan, hal ini akan memudahkan petani karena petani tidak perlu membawa hasil panennya ke penggilingan. Penelitian yang dilakukan BBPMP pada tahun 2001 di Jombang, Kediri, Mojokerto, Nganjuk dan Pasuruan, menunjukkan kisaran rendemen beras pada penggilingan padi bergerak dan stasioner. Data disajikan pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4.Perbandingan Kualitas Hasil Giling Penggilingan Padi (RMU) Stasioner Dan Penggilingan Padi (RMU) Keliling.

No.ParameterRMU Stasioner (%)RMU Keliling (%)

1.

2.

3.

4.Beras Utuh & Kepala

Beras Patah

Menir

Rendemen giling 73,8

23,2

3

59 6566,4

26,9

6,7

60 - 63

Sumber : Budiharti dan Harsono (2001)

Huller keliling ini mendapatkan sambutan yang cukup baik dari petani, karena memudahkan bagi mereka dalam mengolah hasil panennya. Petani tidak perlu mengeluarkan ongkos transportasi untuk membawa hasil panennya, dan biaya bawonnya pun rata-rata lebih rendah dari pada RMU stasioner, sebagai perbandingan untuk daerah Kediri, jika untuk RMU stasioner bawonnya sebesar 5-6 Kg beras untuk setiap 1 kwintal gabah, akan tetapi untuk RMU mobil dengan berat gabah yang sama , ongkosnya adalah sebesar 4 Kg. Respon masyarakat yang baik terhadap huller keliling ini mendorong pertumbuhan populasinya dengan cepat, sehingga RMU stasioner yang umumnya berkapasitas lebih besar menjadi terancam keberadaanya, karena petani lebih menyukai huller keliling ini. Sehingga di beberapa daerah tersebut terjadi penentangan yang cukup besar terhadap keberadaan huller keliling ini dari para pengusaha RMU stasioner.

Usaha penggilingan padi di Indonesia diawali dengan mesin penggilingan padi berkapasitas besar. Seperti juga alsin lainnya, introduksi alsin penggilingan padi diadopsi langsung dari negara pengekspor. Kapasitas mesin penggilingan padi tersebut dikategorikan sebagai mesin penggilingan besar, yaitu 1,5 ton/jam. Namun seiring dengan semakin diterimanya alsin tersebut oleh masyarakat, maka tumbuhlah minat dalam usaha penggilingan padi kecil dan sedang (berkapasitas 0,7 ton/jam) oleh petani/pengusaha penggilingan kecil, karena investasi yang dikeluarkan lebih kecil.

Kecenderungan berkembangnya populasi mesin penggilingan kecil jika tanpa usaha meningkatkan kinerjanya untuk menghasilkan rendemen yang lebih tinggi, menjadi salah satu sebab dari kecenderungan penurunan rendemen giling secara nasional pada kurun 30 tahun terakhir. Jika hal ini berlangsung terus, maka dikhawatirkan dapat mengancam ketersediaan beras secara nasional.PERBAIKAN KONFIGURASI MESIN PADA PENGGILINGAN PADI KECILBBP Mekanisasi Pertanian melakukan penelitian mengenai perbaikan konfigurasi mesin pada penggilingan padi kecil untuk meningkatkan rendemen giling. Pengamatan meliputi pengamatan harian terhadap bahan baku, volume giling, rendemen giling dan kualitas beras hasil penggilingan. Disamping itu juga dilakukan pengujian secara periodik terhadap penggilingan padi tersebut dengan beberapa perlakuan konfigurasi yaitu Husker - Polisher (H-P), Husker Separator Polisher (H-S-P) dan Cleaner Husker Separator Polisher (C-H-S-P). Evaluasi dilakukan berdasarkan data-data hasil pengamatan dan pengujian yang ada. Lokasi penggilingan padi yang dipergunakan adalah penggilingan padi Cibinong (milik P. Ibrahim) dan penggilingan padi milik P. Mansyur, keduanya terdapat di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Konsumen pada kedua penggilingan padi tersebut beragam sehingga memungkinkan untuk dilakukan pengamatan pada berbagai konfigurasi yang ada. Konsumen petani biasanya menghendaki proses pengupasan kulit (husker) dan pemolesan saja (polisher) tanpa separator sedangkan konsumen pedagang menghendaki adanya proses pemisahan (separator).Pada penggilingan padi Cibinong, pemrosesan beras berlangsung secara kontinyu, bahan berupa gabah diumpankan ke dalam mesin pemecah gabah, kemudian beras pecah kulit dari mesin pengupas gabah dibawa oleh elevator ke separator yang terletak di bagian atas pemecah gabah, gabah yang belum terkupas kembali turun ke pengupas gabah dan beras pecah kulit turun ke pemoles, selanjutnya beras dari pemoles ditampung. Kedua penggilingan padi tersebut mempunyai tata letak mesin yang hampir sama, yaitu separator diletakkan diatas mesin pengupas gabah dan pemoles. Yang membedakan adalah pada penggilinggan kedua tidak dilengkapi elevator, sehingga harus dikerjakan oleh operator.

Dari kesebelas titik pengamatan pada lokasi survey yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur; maka kedua penggilingan padi percontohan mempunyai rata-rata rendemen yang lebih tinggi yaitu 65 % dan 66 %, sedangkan pada penggilingan padi sederhana rata-rata rendemennya adalah 61,39 %. Dibawah ini disajikan hasil pengamatan selama tahun 2005 pada beberapa penggilingan padi di Jawa barat, tengah dan Timur.

Tabel 5. Pengamatan Harian Rendemen dan Kualitas Beras pada beberapa konfigurasi penggilingan

Analisa Statistik terhadap rendemen dan kualitas beras menunjukkan perbedaan yang nyata antara konfigurasi sederhana (H-P) dengan konfigurasi lengkap (H-S-P dan C-H-S-P), pada tingkat kepercayaan untuk rendemen 95% dan 80% untuk kualitas beras. Analisa menggunakan Uji T Test.

Pengamatan pada penggilingan milik H. Mansyur dimana dilakukan tiga macam uji dan pengamatan dengan konfigurasi mesin yang berbeda, yaitu konfigurasi HP, HSP dan CHSP. Rendemen dan kualitas beras giling yang dihasilkan oleh konfigurasi C-H-S-P lebih tinggi dibandingkan konfigurasi H-P dengan perbedaan komponen konfigurasi paddy cleaner (pembersih gabah) dan separator (pemisah beras pecah kulit dengan gabah tidak terkupas). Peningkatan ini dapat dicapai antara lain karena bahan baku gabah yang digiling lebih bersih dengan digunakannya grain cleaner. Pada konfigurasi yang menggunakan separator, tekanan roll karet pada husker pada proses pengupasan bisa dikurangi untuk mengurangi resiko beras patah sehingga walaupun jumlah gabah tidak terkupas menjadi lebih tinggi (bisa mencapai 30-40%) tetapi kemudian gabah tersebut dipisahkan oleh separator dan masuk kembali ke husker untuk proses pengupasan ulang. Dengan penambahan separator pada konfigurasi HP terdapat peningkatan rendemen sebesar 0,9% dan penambahan alsin pembersih gabah (paddy cleaner) dan separator pada konfigurasi HP terdapat peningkatan rendemen sebesar 1,9%. Peningkatan ini tentu lebih besar lagi, jika dibandingkan dengan rata-rata rendemen yang dihasilkan pada penggilingan padi kecil lainnya, yaitu hanya 61%.

Konfigurasi pada level penggilingan ini tentunya akan dapat tercapai karena faktor daya saing yang cukup kuat di pasar dimana kualitas merupakan pendorong utama dari pemakaian pre-cleaner dan separator.

Apabila konfigurasi sederhana yang umumnya dimiliki oleh PPK yang jumlahnya mencapai lebih dari 65% dari keseluruhan industri penggilingan padi di Indonesia, disempurnakan dari Husker-Polisher menjadi Cleaner-Husker-Polisher atau Cleaner-Husker-Separator-Polisher, maka dengan peningkatan rendemen beras 0.9% - 1,9% secara kuantitatif dapat diamankan sekitar 450.000 950.000 ton beras. Analisis ini didasarkan pada studi ODA tahun 1995 bahwa 65% jumlah PPK tersebut menggiling 70% total kapasitas giling nasional. Faktor ini menjadi ladang pemberdayaan industri penggilingan skala kecil (PPK) yang konsumennya adalah petani kecil dan penderep. Kecuali memberikan bantuan kepada pemilik PPK, juga sekaligus memberikan peluang kepada penderep untuk memperoleh hasil giling lebih banyak dengan mutu yang lebih baik serta meningkatnya nilai tambah.

Pada penggilingan percontohan, dimana dilakukan pengamatan pada tiga konfigurasi berbeda, yaitu HP; HSP dan CHSP terlihat bahwa penambahan separator maupun separator dan cleaner sekaligus pada proses pengolahan beras meningkatkan pendapatan.

KESIMPULAN

Rata rata rendemen beras giling yang dihasilkan oleh penggilingan padi kecil yang berkonfigurasi sederhana Husker-Polisher sebesar hanya 61,4% dengan beras kepala dan utuh 76%. Sedangkan rata rata rendemen beras giling yang dihasilkan oleh penggilingan padi kecil percontohan (pilot) dengan konfigurasi Husker-Separator-Polisher adalah sebesar 65,8%, dengan beras kepala dan utuh 78%. Hasil uji pada penggilingan padi percontohan dengan tiga konfigurasi mesin berbeda juga menunjukkan bahwa konfigurasi mesin berpengaruh terhadap rendemen. Rata-rata rendemen yang dihasilkan pada konfigurasi Pengupas gabah-Pemoles beras (HP) adalah 65,3%, konfigurasi Pengupas gabah-Separator-Pemoles beras (HSP) adalah 66,3% dan Pembersih gabah-Pengupas gabah-Separator-Pemoles beras (CHSP) adalah 67,2%. Dengan persentase beras utuh dan kepala untuk masing-masing konfigurasi tersebut adalah 77,5%; 77,6% dan 81%. Susunan komponen mesin penggilingan padi (konfigurasi) berpengaruh nyata terhadap rendemen beras giling (tingkat kepercayaan 95%) dan berpengaruh pula pada kualitas beras giling (tingkat kepercayaan 80%).

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2002. Pengembangan Agribisnis Perberasan Berbasis Penggilingan Padi. Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Ditjen Bina Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Pertanian. Jakarta.

Arifin B. 2001. Kebijakan Pertanian dan Pangan Era Transisi. Kompas 23 Agustus 2001, hal.28.Jakarta.

Balai Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan. 2004. Restrukturisasi Penggilingan Padi di Indonesia. Seminar Peranan Litbang Mekanisasi untuk Mendapatkan Rendemen Giling dan Mutu Beras yang Tinggi. BBP Mekanisasi Pertanian Serpong, 14 Januari 2004.

Budiharti, Uning. dan Harsono. 2001. RMU keliling, agribisnis baru pengolahan beras. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 23 (5): 79.

Handaka. 1981. Technical And Economic Evaluation Of Rice Milling in West Java. Paper Presented in International Seminar on Consequences of Small Farm Mechanization. Los Banos, Philippines.

PERPADI. 2002. Pola Penanganan Pengolahan Hasil Tanaman Padi. Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Penggilingan Padi Dan Pengusaha Beras Indonesia (DPP PERPADI). Jakarta.

Tjahjohutomo,Rudy., Harsono, A. Asari, Teguh W.W dan Uning Budiharti. 2004. Pengaruh Konfigurasi Penggilingan Padi Rakyat Terhadap Rendemen Dan Mutu Beras Giling. Laporan hasil penelitian TA 2003. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. Serpong, Banten.

Thahir R, 2002. Tijauan Penelitian Peningkatan Kualitas Beras Melalui Perbaikan Teknologi Penyosohan.Makalah disajikan sebagai Persyaratan Kenaikan Pangkat /golongan IV/c. Balai Besar Pengembangan Alsintan, Serpong.

Thahir R, 2005. Peningkatan Kinerja Penggilingan Padi. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.