Upload
vankhanh
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN LARI CEPAT DAN KEMAMPUAN
GERAK DASAR (MOTOR ABILITY) TERHADAP KECEPATAN LARI 40 METER
(Eksperimen Perbedaan Pengaruh Latihan Acceleration Sprint Dan Sprint Training
Pada Siswa Putra Kelas V Sekolah Dasar Se-Dabin 3 Kecamatan Kebakkramat Tahun
Ajaran 2009/2010)
SKRIPSI
Oleh :
Triyono Agus Saputro
NIM. K 5605044
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
i
2
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN LARI CEPAT DAN KEMAMPUAN
GERAK DASAR (MOTOR ABILITY) TERHADAP KECEPATAN LARI 40 METER
(Eksperimen Perbedaan Pengaruh Latihan Acceleration Sprint Dan Sprint Training
Pada Siswa Putra Kelas V Sekolah Dasar Se-Dabin 3 Kecamatan Kebakkramat Tahun
Ajaran 2009/2010)
Oleh :
Triyono Agus Saputro
NIM. K 5605044
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
3
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Agustiyanto, M.Pd NIP. 19680818 199403 1 001
Pembimbing II Fadilah Umar, S.Pd, M.Or
NIP. 19720927 200212 1 001
iii
4
Skirpsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan
mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Pada hari : Kamis
Tanggal : 1 April 2010
Tim Penguji Skripsi :
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Drs.Bambang Wijanarko, M.Kes .......................
Sekretaris : Islahuzzaman Nuryadin S. Pd, M. Or .......................
Anggota I : Drs. H. Agustiyanto, M. Pd .......................
Anggota II : Fadilah Umar, S. Pd. M. Or .......................
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001
iv
5
ABSTRAK
Triyono Agus Saputro. PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN LARI CEPAT DAN KEMAMPUAN GERAK DASAR (MOTOR ABILITY) TERHADAP KECEPATAN LARI 40 METER (Eksperimen Perbedaan Pengaruh Latihan Acceleration Sprint Dan Sprint Training Pada Siswa Putra Kelas V Sekolah Dasar Se-Dabin 3 Kecamatan Kebakkramat Tahun Ajaran 2009/2010). Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2010.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : (1) Perbedaan pengaruh latihan
acceleration sprint dan sprint training terhadap kecepatan lari 40 meter pada siswa putra
kelas V SD Se-Dabin 3 Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010. (2) Perbedaan
pengaruh kemampuan motor ability tinggi dan motor ability rendah terhadap kecepatan lari 40
meter pada siswa putra kelas V SD Se-Dabin 3 Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran
2009/2010. (3) Interaksi antara latihan acceleration sprint-sprint training dan kemampuan
gerak dasar (motor ability) terhadap kecepatan lari 40 meter pada siswa putra kelas V SD Se-
Dabin 3 Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa siswa putra kelas V SD Se-Dabin 3 Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran
2009/2010 yang berjumlah 70 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
stratatified random sampling. Dari jumlah populasi 70 orang diambil 40 siswa. Teknik
pengumpulan data dengan tes dan pengukuran kemampuan gerak dasar (motor ability) dari
Barry L Johnson And Jack K Nelson (1986:365) dan tes kecepatan lari 40 meter. Teknik
analisis data yang digunakan adalah ANAVA 2 X 2 dan uji Newman Keuls.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut : (1) Ada
perbedaan pengaruh signifikan antara latihan acceleration sprint dan sprint training terhadap
kemampuan kecepatan lari 40 meter pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar se-dabin 3
Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010. Dari hasil analisis data menunjukan F0
30.565 > Ft 4.110, dengan selisih perbedaan 0.30. (2) Ada perbedaan pengaruh yang
signifikasi antara motor ability tinggi dan motor ability rendah terhadap kemampuan
kecepatan lari 40 meter pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar se-dabin 3 Kecamatan
Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010 Dari hasil analisis data menunjukan F0 12.870 > Ft
4.110, dengan selisih perbedaan 0.16. (3) Ada interaksi antara pendekatan latihan acceleration
sprint - sprint training dan motor ability terhadap kemampuan kecepetan lari 40 meter pada
siswa putra kelas V Sekolah Dasar se-dabin 3 Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran
2009/2010 Dari hasil analisis data menunjukan F0 6.863 > Ft 4.110.
v
7
MOTTO
· Barang siapa yang memberi kemudahan kepada orang lain yang sedang mengalami
kesulitan, maka Allah akan memudahkan kepadanya dunia dan akhirat.
(HR. Ibnu dari Abu Hurairah)
· Jauhilah penyakit hati maka itu akan menuntunmu menuju kemudahan hidup dunia
maupun akhirat.
(Penulis)
· Jalani hidup ini untuk melakukan yang terbaik.
(Penulis)
vii
8
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
Bapak dan Ibu tercinta
Kakak tersayang
Dewi Tri Hastuti yang selalu ada untuk ku
Teman-teman Angkatan 2005
Adik-adik JPOK FKIP UNS
Almamater
vii
9
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini.
Menyadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat
bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk
mengadakan penelitian.
3. Ketua Program Pendidikan Kepelatihan dan Olahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs.H. Agustiyanto, M.Pd, sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5. Fadillah Umar, S.Pd, M.Or, sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
6. Kepala sekolah SD Se-Dabin 3 Kecamatan Kebakkramat yang telah memberikan ijin
penelitian.
7. Siswa Putra Kelas V Sekolah Dasar Se-Dabin 3 Kecamatan Kebakkramat Tahun Ajaran
2009/2010 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.
8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha
Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.
Surakarta, Juni 2010
Penulis
ix
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
PENGAJUAN ....................................................................................................... ii
PERSETUJUAN ................................................ iii
PENGESAHAN .................................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................ v
MOTTO ................................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................5
C. Pembatasan Masalah .......................................................................5
D. Perumusan Masalah ................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ........................................................................6
F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................8
1. Lari Jarak Pendek/Sprint .............................................................. 8
a. Pengertian lari jarak pendek.................................................... 8
b. Lari cepat 40 meter.................................................................. 9
c. Teknik dasar lari jarak pendek................................................. 10
2. Latihan ...................................................................................12
a. Pengertian latihan ................................................................... 12
b. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam lari 40 meter.........13
c. Tujuan latihan......................................................................... 14
d. Prinsip-prinsip latihan........................................................... 15
x
11
3. Latihan kecepatan dengan acceleration sprint ............................. 17
a. Metode acceleration sprint................................................... 17
b. Kelebihan dan kelemahan latihan acceleration
sprint ..................................................................................... 18
4. Latihan kecepatan dengan sprint training..................................... 19
a. Metode sprint training.......................................................... 19
b. Kelebihan dan kelemahan sprint taining .............................. 19
5. Kemampuan gerak dasar (motor ability) ...................................... 20
a. Pengertian kemampuan gerak dasar...................................... 20
b. Factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
gerak dasar ............................................................................ 21
6. Komponen tes kemampuan gerak dasar ....................................... 24
a. Perkembangan kemampuan lari............................................ 25
b. Perkembangan kemampuan melompat ................................. 25
c. Perkembangan kemampuan melempar ................................. 25
B. Kerangka Pemikiran .....................................................................26
C. Hipotesis ....................................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ 29
B. Metode Penelitian ........................................................................29
C. Variabel Penelitian............................................................................. 31
D. Definisi Variabel Penelitian .............................................................. 31
E. Populasi dan Sampel ......................................................................... 32
F. Teknik pengumpulan Data ................................................................. 33
G. Teknik Analisis Data.......................................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data................................................................................. 39
B. Mencari Reliabilitas ........................................................................ 42
C. Uji Prasyarat Analisis...................................................................... 43
D. Pengujian Hipotesis......................................................................... 44
E. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 45
xi
12
BAB V KESIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 50
B. Implikasi ......................................................................................... 50
C. Saran .............................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 52
LAMPIRAN ..................................................................................................... 54
xii
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Nilai Rata- Rata Tes Awal dan Tes Akhir
Kemampuan kecepatan lari 40 meter Tiap Kelompok
Berdasarkan Perlakuan dan Tingkat Motor Ability....................................... 41
Gambar 2. Histrogram Perbandingan Nilai Rata-Rata Peningkatan
Hasil Kemampuan kecepatan lari 40 meter Antar Kelompok
Perlakuan...................................................................................................... 41
Gambar 3. Bentuk Interaksi Nilai Peningkatan Hasil kecepatan
lari 40 meter.................................................................................................. 49
Gambar 4. Pelaksanaan Tes lari 40 meter ......................................................................... 86
Gambar 5. Dokomentasi Pelaksanaan Penelitian.............................................................. 95
xii
14
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Tes Kecepatan Lari 40 Meter Menurut Kelompok
Perlakuan ............................................................................................... 39
Tabel 2. Ringkasan Tes Awal Dan Tes Akhir .......................................................... 42
Tabel 3. Tabel Range Kategori Reliabilitas............................................................. 42
Tabel 4.Hasil Klasifikasi Dan Penilaian Motor Ability........................................... 42
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas dan Liliefors ............................................................ 43
Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas dengan Barlett...................................................... 43
Tabel 7. Ringkasan Keseluruhan Hasil Analisis Varians Dua Faktor...................... 44
Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman Keuls .......................................... 45
Tabel 9. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor
Utama Terhadap Hasil Kecepatan Lari 40 Meter .................................... 49
xiv
15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Tes Motor Ability Siswa Putra Kelas V SD Se-Dabin 3
Kecamatan Kebakkramat Tahun Ajaran 2009/2010 ........................ 54
Lampiran 2. Rangking Data Tes Motor Ability Siswa Putra Kelas V SD
Se-Dabin Kecamatan Kebakkramat Tahun Ajaran 2009/2010.. 55
Lampiran 3.Rekapitulasi Data Hasil Tes Motor Ability Dan Pengklasifikasian Kategori .............58
Lampiran 4. Rekapitulasi Pembagian Kelompok Penelitian Berdasarkan
Motor Ability Siswa Putra Kelas V SD Se-Dabin
Kecamatan Kebakkramat Tahun Ajaran 2009/2010 ........................ 59
Lampiran 5. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir lari 40
meter kelompok motor ability beserta pembagian
dalam sel-sel ........................................................................................... 61
Lampiran 6. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Akhir Lari 40 Meter Pada
Kelompok1 & 2 ( Kelompok Latihan acceleration sprint)........ 62
Lampiran 7. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Akhir Lari 40 meter Pada
Kelompok3 & 4 ( Kelompok Latihan sprint training) .................... 63
Lampiran 8. Tabel Kerja Menghitung Reliabilitas Hasil Tes Awal
Kemampuan Kecepatan lari 40 meter ............................................. 65
Lampiran 9. Uji Normalitas data Tes Awal Kelompok Perlakuan ......................... 72
Lampiran 10. Uji Homogenitas Pembagian Kelompok Sel-sel
Berdasarkan Hasil Tes Awal ........................................................... 76
Lampiran 11. Data Perhitungan Anava Eksperimen Faktorial 2X2........................ 79
Lampiran 12. Hasil Rentang Newman-Keuls ......................................................... 81
Lampiran 13. Petunjuk Pelaksanaan Tes Motor Ability .......................................... 83
Lampiran 14. Petunjuk Pelaksanaan Tes Lari Zig-Zag ........................................... 83
Lampiran 15. Petunjuk Pelaksanaan Tes Lempar Bola Medecine .......................... 84
Lampiran 16. Petunjuk Pelaksanaan Tes standing broad jump ............................... 86
Lampiran 17. Petunjuk Pelaksanaan lari 40 meter.................................................. 85
xvi
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Atletik merupakan cabang olahraga yang mempunyai peran penting untuk
menunjang perkembangan gerak dasar anak dalam olahraga. Atletik merupakan salah
satu cabang olahraga yang diajarkan disekolah-sekolah. Penerapan olahraga atletik
disekolah-sekolah dapat dikuasai oleh seorang siswa karena gerakan-gerakan dalam
atletik sangat erat dengan aktivitas sehari-hari, misalnya: lari, melompat, melempar.
Gerakan-gerakan tersebut membantu dalam usaha mengalihkan bentuk-bentuk gerak
dasar yang dimiliki anak sebelum memasuki sekolah menjadi bentuk-bentuk gerak dasar
yang mengarah pada gerak dasar atletik.
Hal ini sesuai dengan pendapat Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1992:18) bahwa, “pembentukan gerak dasar khususnya pembentukan gerak dasar atletik adalah suatu dorongan dalam usaha mengalihkan bentuk-bentuk gerak dasar yang dimiliki anak sebelum memasuki sekolah menjadi bentuk-bentuk gerak dasar yang mengarah pada gerak dasar atletik”.
Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) salah satu cabang olahraga yang terdapat pada
sub bidang studi adalah cabang atletik, dimana olahraga ini memerlukan perhatian khusus
dalam penangannya untuk mencapai prestasi maksimal dari dalam diri atlet maupun
siswanya. Dari dalam kurikulum pada Sekolah Dasar cabang atletik yang dipelajari salah
satunya adalah lari sprint. Dimana dalam cabang ini diperlukan kondisi fisik yang baik
serta bentuk latihan yang tepat dan sesuai. Namun demikian kenyataan yang sebenarnya
disuatu lembaga pendidikan khususnya tingkat Sekolah Dasar masih banyak guru atau
pelatih kurang memperhatikan penggunaan metode latihan yang tepat dalam menangani
siswa atau atletnya. Hal inilah yang menjadikan salah satu factor penghambat dalam
perkembangan olahraga khususnya cabang atletik.
Kemampuan gerak anak dapat ditingkatkan melalui pembelajaran atletik. Oleh
karena itu, cabang olahraga atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang wajib
diajarkan di sekolah-sekolah.
1
18
Menurut Ucup Yusup dan Adang Suherman (1999/2000:1) bahwa, “mengapa
cabang olahraga atletik wajib diajarkan di sekolah-sekolah, secara logis karena atletik
merupakan mother atau ibu dari semua cabang olahraga”. Gerakan-gerakan yang ada
dalam atletik dimiliki sebagian besar cabang-cabang olahraga”. Dalam pembelajaran
atletik disekolah diajarkan berbagai macam nomor cabang olahraga atletik. Salah satu
nomor cabang olahraga itu diantaranya adalah lari 40 meter.
Menurut Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1992:48) “Bahwa untuk tes lari
cepat yang telah ditentukan oleh pusat kesegaran jasmani”:
1. Anak umur 6-9 tahun ( SD kelas 1,2, dan 3) jarak 30 meter
2. Anak umur 10-12 tahun ( SD kelas 4,5, dan 6) jarak 40 meter
3. Anak umur 13-15 tahun ( SMP) jarak 50 meter
4. Anak umur 16-19 tahun ( SMA) jarak 60 meter
Bahwa dari pendapat tersebut untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani untuk
kelas 5 atau anak usia 10-12 tahun terutama kecepatan lari adalah menggunakan jarak 40
meter. Lari cepat 40 meter merupakan gerakan lari yang dilakukan kecepatan penuh dari
start sampai garis finish. Upaya untuk meningkatkan kemampuan lari cepat 40 meter
siswa sekolah dibutuhkan latihan yang sistematis dan kontinyu.
Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara berulang-ulang dengan
meningkatan beban latihan secara bertahap yang dilakukan secara teratur dan terpogram
untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Ada berbagai macam bentuk dan
metode latihan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecepatan lari 40 meter.
Metode untuk meningkatkan kecepatan lari 40 meter diantaranya adalah acceleration
sprint dan sprint training.(Mulyono.B 2000:20). Dalam pelaksanaan latihan lari cepat 40
meter harus diterapkan latihan yang baik dan tepat. Latihan acceleration sprint dan sprint
training merupakan bentuk latihan yang menekankan pada pengulangan gerak. Dari
kedua latihan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Sehingga kemungkinan akan
memiliki pengaruh yang berbeda pula dalam meningkat kemampuan lari 40 meter.
Disamping itu juga kecepatan lari seseorang tidak hanya dipengaruhi metode latihan dan
program latihan yang diterapkan dalam pelatihan. Tetapi faktor interen atau kemampuan
yang dimiliki siswa sangat berpengaruh dalam melakukan gerakan yaitu salah satunya
kemampuan kondisi fisik.
19
Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan lari adalah kemampuan gerak
dasar(motor ability). Motor ability merupakan komponen biomotorik yang penting dalam
mengintegrasikan berbagai gerakan. Dengan kata lain kemampuan gerak dasar
merupakan gerak yang sering dilakukan oleh setiap anak, sehingga dengan kemampuan
gerak dasar yang baik sangat mempengaruhi kemampuan aktivitas gerakan yang
dilakukan siswa.
Menurut Mulyono B (1994:294) bahwa “kemampuan motorik atau kemampuan
gerak dasar adalah hadirnya kemampuan bawaan dan kemampuan yang diperoleh dalam
melakukan keterampilan gerak (motor skill) dari sifat yang umum atau fundamental
diluar kemampuan olahraga spesialisasi tingkat tinggi”. Pentingnya pertumbuhan fisik
dan perkembangan gerak yang baik tersebut perlu benar-benar disadari oleh guru
pendidikan jasmani disekolah dasar. Salah satu kemampuan fisik yang harus diperhatikan
dalam perkembangan anak didik menuju pembentukan siswa yang berkualitas adalah
kemampuan motorik. Dalam pelaksanaan pendidikan jasmani kemampuan motorik
sangat berpengaruh terhadap kemampuan dan kesanggupan siswa dalam melakukan tugas
sehari-hari sebagai anak didik untuk meningkatkan pengetahuan dan prestasi dalam
pendidikan siswa. Mengingat pentingnya peranan kemampuan motorik maka kemampuan
motorik perlu ditingkatkan. Bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan motorik disekolah antara lain pendidikan jasmani, bermain,
dan kegiatan ekstrakulikuler olahraga. Usia sekolah dasar merupakan masa-masa yang
sangat menentukan didalam kemungkinan pencapaian pertumbuhan dan perkembangan
yang lebih baik dikemudian hari. Pada umumnya permainan yang dilakukan oleh murid
sekolah dasar merupakan pengembangan dari motorik yang diajarkan oleh guru penjas.
Pendidikan jasmani sendiri menurut Arma Abdullah(1994:2) memiliki antara lain : (1) perkembangan kesehatan jasmani dan organ-organ tubuh, (2) perkembangan mental-emosional, (3) perkembangan otot-otot syaraf atau keterampilan jasmani, (4) perkembangan social, (5) perkembangan kecerdasan atau intlektual.
Siswa putra kelas V SD Se-Dabin 3 kecamatan Kebakkramat tahun ajaran
2009/2010 adalah objek yang dijadikan sampel penelitian untuk membuktikan jawaban
masalah yang muncul dalam penelitian. Siswa putra kelas V SD Se-Dabin 3 kecamatan
Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010 menarik untuk diteliti, karena kemampuan lari 40
meter belum terlatih. Pembelajaran yang dilaksanakan dalam pendidikan jasmani hanya
20
terbatas pada pengenalan teknik lari cepat 40 meter dan siswa mempraktekkanya namun
waktunya terbatas. Secara teknik siswa mengetahui dan memahami teknik lari cepat 40
meter yang baik dan benar, namun kemampuan lari 40 meter masih rendah karena siswa
kurang latihan dan kurang tepatnya guru dalam menerapkan suatu metode latihan untuk
meningkatkan kecepatan lari. Dari beberapa metode latihan untuk meningkatkan
kecepatan lari diantaranya penggunaan metode latihan acceleration sprint dan sprint
traning. Jika tidak ditunjang dengan latihan yang sistematis dan kontinyu diluar jam
pelajaran sekolah, maka kemampuan lari cepat 40 meter tidak akan meningkat.
Disamping itu juga kemampuan gerak dasar (motor ability) yang dimiliki siswa juga
belum diketahui, karena belum pernah diadakan tes dan pengukuran kemampuan gerak
dasar. Kondisi inilah yang menyebabkan pencapaian prestasi lari cepat 40 meter masih
rendah. Untuk meningkatkan kemampuan lari cepat 40 meter siswa putra kelas V SD Se-
Dabin 3 kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010, maka perlu latihan yang baik
dan teratur. Inilah salah satu alasan mengambil sampel penelitian pada siswa putra kelas
V SD Se-Dabin 3 kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010.
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian
mengambil judul “Perbedaan pengaruh latihan acceleration sprint, sprint traning dan
kemampuan gerak dasar terhadap kecepatan lari 40 meter pada siswa putra kelas V SD
Se-Dabin 3 kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010”. Berdasarkan hal tersebut
muncul beberapa masalah yang perlu dikaji dan diteliti secara mendalam baik secara teori
maupun praktek melalui penelitian eksperimen.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perlu ditelusuri faktor-faktor yang menyebabkan prestasi lari cepat 40 meter siswa
putra kelas V SD Se-Dabin 3 kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010
masih rendah.
2. Belum pernah dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan lari cepat 40
meter siswa putra kelas V SD Se-Dabin 3 kecamatan Kebakkramat tahun ajaran
2009/2010.
21
3. Belum diketahui pengaruh latihan acceleration sprint dan sprint traning terhadap
kemampuan lari cepat 40 meter pada siswa putra kelas V SD Se-Dabin 3
kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010.
4. Belum diketahui kemampuan gerak dasar (motor ability) pada siswa putra kelas
V SD Se-Dabin 3 kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010.
5. Kemampuan lari cepat 40 meter pada siswa putra kelas V SD Se-Dabin 3
kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010 masih rendah.
6. Kurangnya kopetensi guru dalam meningkatkan kemampuan lari pada siswa putra
kelas V SD Se-Dabin 3 kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang salah dalam penelitian ini, masalah penelitian
dibatasi sebagai berikut:
1. Pengaruh latihan acceleration sprint dan sprint traning terhadap kemampuan lari
cepat 40 meter pada siswa putra kelas V SD Se-Dabin 3 kecamatan Kebakkramat
tahun ajaran 2009/2010.
22
2. Kemampuan gerak dasar (motor ability) terhadap kemampuan lari cepat 40 meter
pada siswa putra kelas V SD Se-Dabin 3 kecamatan Kebakkramat tahun ajaran
2009/2010.
3. Kemampuan lari cepat 40 meter pada siswa putra kelas V SD Se-Dabin 3
kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan pengaruh latihan acceleration sprint dan sprint traning
terhadap kemampuan lari cepat 40 meter pada siswa putra kelas V SD Se-Dabin 3
kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010?
2. Adakah pengaruh kemampuan gerak dasar (motor ability) tinggi dan kemampuan
gerak dasar (motor ability) rendah terhadap kemampuan lari cepat 40 meter pada
siswa putra kelas V SD Se-Dabin 3 kecamatan Kebakkramat tahun ajaran
2009/2010?
3. Adakah interaksi antara latihan acceleration sprint, sprint traning dan
kemampuan gerak dasar (motor ability) terhadap kemampuan lari cepat 40 meter
pada siswa putra kelas V SD Se-Dabin 3 kecamatan Kebakkramat tahun ajaran
2009/2010?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalah yang telah dirumuskan diatas, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui:
1. Perbedaan pengaruh latihan acceleration sprint dan sprint traning terhadap
kemampuan lari cepat 40 meter pada siswa putra kelas V SD Se-Dabin 3
kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010.
2. Perbedaan pengaruh kemampuan gerak dasar (motor ability) tinggi dan
kemampuan gerak dasar (motor ability) rendah terhadap kemampuan lari cepat 40
meter pada siswa putra kelas V SD Se-Dabin 3 kecamatan Kebakkramat tahun
ajaran 2009/2010.
23
3. Ada tidaknya interaksi antara latihan acceleration sprint, sprint traning dan
kemampuan gerak dasar (motor ability) terhadap kemampuan lari cepat 40 meter
pada siswa putra kelas V SD Se-Dabin 3 kecamatan Kebakkramat tahun ajaran
2009/2010.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat antara lain:
1. Bagi siswa dapat meningkatkan kemampuan lari 40 meter dan factor-faktor yang
mendukungnya khususnya peranan kemampuan gerak dasar (motor ability),
sehingga dapat mendukung pencapaian prestasi lari 40 meter menjadi lebih baik.
2. Bagi guru penjas dan siswa putra kelas V SD Se-Dabin 3 kecamatan Kebakkramat
dapat menambah pengetahuan dalam ilmu olahraga pada umumnya dan metode
latihan lari cepat serta serta pentingnya motor ability dalam peningkatan
kemampuan lari 40 meter.
24
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Lari Jarak Pendek/Sprint
a. Pengertian Lari Sprint
Lari sprint atau istilah lain lari jarak pendek merupakan lari yang dilakukan
dengan kecepatan penuh dari garis start sampai garis finish dengan waktu yang sesingkat
mungkin. Hal ini sesuai dengan pendapat Aip Syarifuddin(1992:41) bahwa, “Lari jarak
pendek atau lari cepat (sprint) adalah suatu cara lari dimana si atlet harus menempuh
seluruh jarak dengan kecepatan semaksimal mungkin. Artinya harus melakukan lari yang
secepat-cepatnya dengan mengerahkan seluruh kekuatannya mulai awal (mulai dari start)
sampai melewati garis akhir (finish)”.
Lari merupakan bagian dasar dalam kegiatan Atletik. Didalam gerakan lari
terdapat tahap pada waktu kedua kaki tidak harus menginjak tanah atau melayang, Hal
inilah yang membedakan lari dengan jalan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
dalam gerakan lari mulai dari saat salah satu kaki mulai melangkah menyentuh tanah dan
sampai menyentuh tanah kembali.
Selanjutnya untuk lebih jelasnya dalam pembagian nomor atletik Yoyo B. Ucup Y,
Adang S (1999:10-11) menjelaskan sebagai berikut:
a) Nomor jalan yang terdiri dari jarak 5 km, 10 km, 20 km, dan 50 km. b) Nomor lari yang ter dir dari:
- Lari jarak pendek (sprint) meliputi: lari 50 meter, 100 meter, 200 meter, dan 400 meter.
- Lari jarak menengah (middle distance) meliputi: lari 800 meter dan 1500 meter.
- Lari jarak jauh ( long distance) meliputi: lari 3000 meter, 5000 meter, 10000 meter.
- Lari maraton dengan jarak 42 km, 195 km - Lari khusus meliputi: lari gawang 100 meter, 110 meter, 400, dan lari
halang rintang 3000 meter. - Lari estafet 4x100 meter dan 4x400 meter
c) Nomor lompat, meliputi: lompat jauh, lompat jangkit, lompat tinggi, dan lompat tinggi galah.
8
25
d) Nomor lempar, meliputi: lempar lembing, lempar cakram, lontar martil dan tolak peluru.
Arma Abdullah (1981:38) membedakan nomor lari dalam tiga sudut pandang, yaitu:
a. Nomor lari dipandang dari jarak tempuhnya, dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: - Lari jarak pendek - Lari jarak menengah - Lari jarak jauh
b. Nomor lari dipandang dari jumlah pelakunya, dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: - Lari perorangan - Lari bergantian - Lari beregu
c. Nomor lari dipandang dari lapang atau rentangan yang ada dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: - Lari gawang - Lari steaple chast - Lari lading
Dalam pembelajaran atletik di Sekolah Dasar diajarkan berbagai macam nomor
cabang olahraga atletik. Salah satu nomor cabang olahraga itu diantaranya adalah lari 40
meter. Pada siswa kelas 5 atau anak usia 10-12 tahun tes yang di gunakan untuk
kecepatan lari adalah menggunakan jarak 40 meter. Lari 40 meter termasuk lari jarak
pendek atau cepat. Sedangkan pengertian dari jarak pendek sendiri atau sering disebut
dengan lari sprint, yaitu cara lari pada waktu pelari menempuh seluruh jarak dengan
kecepatan maksimal.
b. Lari cepat (sprint ) 40 meter
Tes lari cepat yang digunakan untuk anak usia 10-12 tahun adalah lari 40 meter,
hal tersebut untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani siswa atau anak. Lari cepat 40
meter merupakan lari yang dilakukan dengan kecepatan penuh dari garis start sampai
garis finish menempuh jarak 40 meter. Menurut Aip Syarifuddin(1992:41) bahwa, “Lari
jarak pendek atau lari cepat (sprint) adalah suatu cara lari dimana si atlet harus
menempuh seluruh jarak dengan kecepatan semaksimal mungkin. Artinya harus
melakukan lari yang secepat-cepatnya dengan mengerahkan seluruh kekuatannya mulai
awal (mulai dari start) sampai melewati garis akhir (finish)”.
Berdasar pendapat tersebut menunjukan bahwa, lari 40 meter harus dilakukan
dengan secepat-cepatnya menempuh jarak 40 meter dengan waktu sesingkat mungkin.
26
Untuk dapat lari cepat dengan baik dan benar maka harus menguasai teknik dasar lari
cepat dengan baik dan benar.
c. Teknik dasar lari jarak pendek/sprint
Lari dan jalan adalah sejenis, namun gerakan pada lari tekanannya lebih besar.
Lari adalah gerakan berpindah tempat dengan maju kedepan yang dilakukan lebih
lengkap dengan berjalan. Berjalan kedua kaki selalu kontak atau berhubungan dengan
tanah, sedang lari ada saat badan melayang diudara. Pada dasarnya untuk semua gerakan
lari adalah sama, namun mengingat adanya bagian jarak yang ditempuh dan penggunaan
sistem yang berbeda, maka dalam pelaksanaan teknik lari menjadi berbeda antara yang
satu dengan yang lain.
Lari merupakan gerakan dengan jalan memindahkan badan kedepan melalui
gerakan-gerakan langkah kaki. Kecepatan lari merupakan gerakan lari yang dilakukan
dengan secepat-cepatnya. Menurut Aip Syarifuddin(1992:41) bahwa, “Lari jarak pendek atau
lari cepat (sprint) adalah suatu cara lari dimana si atlet harus menempuh seluruh jarak dengan
kecepatan semaksimal mungkin. Artinya harus melakukan lari yang secepat-cepatnya dengan
mengerahkan seluruh kekuatannya mulai awal (mulai dari start) sampai melewati garis akhir
(finish)”. Dalam lari 40 meter perlu diperhatikan teknik-teknik khusus lari cepat. Ada tiga
teknik yang harus dipahami dan dikuasai, yaitu teknik start, teknik lari, teknik melewati
garis finish.
a. Teknik Start
Start adalah awalan seorang pelari saat akan melakukan lari dan merupakan kunci
pertama yang harus dikuasai oleh pelari. Kemampuan start yang baik sangat diperlukan
dalam lari 40 meter, karena selisih waktu yang dicapai pelari dengan lawan sangat kecil.
Menurut Arma Abdullah (1981:40) pada atletik ada tiga macam start yaitu, (1) start
berdiri ( standing start), (2) start melayang (flaying start), (3) start berlutut (crounching
start) atau start jongkok.
b. Teknik Lari Sprint
Dalam lari cepat harus memperhatikan teknik lari yang benar. Pada waktu lari
cepat, badan hampir tegak lurus pada tanah dan condong kedepan ±60 derajat. Rusli
Lutan (1992:137) menyatakan,” posisi badan lari cepat dipertahankaan tetap menghadap
27
kedepan dan agak condong kedepan. Sikap badan seperti ini memungkinkan titik berat
badan selalu berada didepan”. Namun dengan adanya perbedaan jarak yang harus
ditempuh dalam perlombaan maka tekniknya harus disesuaikan jarak yang akan
ditempuh. Frekuensi gerakan tungkai dalam lari jarak pendek memegang peranan yang
penting, sedang ayunan lengan atau tangan dan kecondongan bahu, selain menjaga
kelajuan lari juga untuk menjaga keseimbangan. Menurut Aip Syarifudin (1992:44)
bahwa: ”kekuatan dan frekuensi dari gerakan tungkai, harus benar-benar dipahami dan
dikuasai oleh setiap atlet pelari jarak pendek serta dapat dilakukan dengan benar,
sehingga merupakan suatu rangkaian urutan gerakan yang terpadu yang dilakukan dengan
cepat, tepat luwes, dan lancar”.
Disamping itu untuk memperoleh kecepatan yang tinggi seorang atlet pelari jarak
pendek hendaknya menerapkan prinsip-prinsip lari cepat. Aip Syarifudin (1992:40)
menjelaskan mengenai prinsip-prinsip teknik lari jarak pendek (sprint) sebagai berikut:
a. Pada saat menolak, kaki belakang harus berada dalam keadaan lurus dan membawanya kedepan tidak dalam sikap lurus (agak dibengkokkan) dan diangkat setinggi mungkin untuk mencapai langkah yang benar.
b. Pendaratan kaki harus selalu pada ujung telapak kaki, sedang lutut agak ditekuk atau dalam keadaan bengkok.
c. Badan condong kedepan, tidak membungkuk dan tidak membusungkan dada,pandangan tidak jauh kedepan, sebaiknya ± 5-10 meter kedepan.
d. Ayunan kedua lengan lemas (relaks) seakan-akan bergantung bebas pada bahu. Siku ditekuk membentuk sudut kira-kira ± 90 selama mengayunkan tangan siku ini tidak berubah. Ayunan kedua tangan tidak tepat kearah depan tetapi agak serong kedepan tangan ( medial). Ayunan lengan kedepan setinggi bahu dan ayunan kebelakang maksimal setinggi pinggang.
e. Pergelangan lengan tetap lurus tetapi tidak dikejangkan, jari-jari tangan setengah mengepal tidak seperti menggenggam sesuatu.
f. Punggung tidak dan segaris dengan kepala, otot leher tetap relaks, mulut agak terbuka.
g. Antara kedua kaki, pinggul dan lengan merupakan suatu kesatuan gerakan yang berlangsung secara tetap dan harmonis.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip diatas, maka diharap kecepatan maksimal
dari pelari akan dapat tercapai, sehingga mendukung dalam usaha untuk mencapai
prestasi optimal dicabang olah raga atletik pada nomor lari jarak pendek.
c. Teknik melewati garis finish
Dalam lari jarak pendek teknik melewati garis finish tidak kalah pentingnya,
28
karena gerakan memasuki garis finish merupakan faktor yang paling menentukan kalah
menangnya seorang pelari. Maka gerakan dan sikap memasuki garis finish perlu
mendapat perhatian yang khusus pula. Menurut Aip Syarifuddin(1992:48) bahwa, ” ada
tiga teknik yang dapat digunakan oleh para pelari (sprinter) pada melewarti garis finish,
yaitu dengan cara menjatuhkan salah satu bahu kedepan, menjatuhkan dada kedepan, dan
lari terus secepat-cepatnya sampai beberapa meter melewati garis finish. Dari ketiga
teknik tersebut yang paling banyak dilakukan adalah dengan cara menjatuhkan dada
kedepan, yaitu pada saat melewati garis finish.
2. Latihan
a. Pengertian Latihan
Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur guna mencapai
tujuan yang ditetapkan. Tujuan utama latihan olahraga prestasi adalah untuk
mengembangkan kemampuan biomotorik ke standart yang paling tinggi, atau dalam arti
fisiologis atlet berusaha mencapai tujuan perbaikan sistem organisme dan fungsinya
untuk mengoptimalkan prestasi atau penampilan olahraganya. Menurut Harsono
(1988:101),”latihan adalah proses yang sistematis dari latihan atau bekerja, yang
dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah latihan atau
pekerjaannya”. Menurut Suharno HP (1993:7) “Latihan adalah suatu proses
penyempurnaan atlet secara sadar untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi
beban-beban fisik, teknik, taktik, dan mental secara teratur, terarah, meningkat, bertahap
dan berulang-ulang waktunya”. Dari batasan yang dikemukakan diatas, dapat dirumuskan
bahwa latihan olahraga adalah suatu aktivitas olahraga yang dilakukan secara berulang-
ulang, secara kontinyu dengan peningkatan beban latihan secara periodik dan
berkelanjutan dan dilakukan berdasar jadwal, pola dan sistem serta metodik tertentu
untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan prestasi olahraga.
b. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Latihan Lari Cepat 40 Meter
Latihan merupakan suatu proses untuk mencapai prestasi yang tinggi. Untuk
mencapai prestasi lari cepat 40 meter, maka harus melakukan latihan secara baik dan
teratur, namun demikian, dalam melakukan latihan lari cepat 40 meter ada berapa hal
29
yang harus diperhatikan. Sedangkan faktor-faktor penentu kecepatan menurut Suharno
HP.(1993:48) yaitu:
1) Macam fibril otot yang dibawa sejak lahir (pembewaan), fibril berwarna putih(phasic) baik untuk gerak yang cepat.
2) Pengaturan nervous system
3) Kekuatan otot
4) Kemampuan elastisitas dan relaksasi suatu otot
5) Kemampuan dan disiplin individu atlet
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukan bahwa, kecepatan lari dapat
ditingkatkan dengan baik jika memiliki unsur-unsur penentu kecepatan yang baik jika
unsur-unsur penentu tersebut dalam kondisi baik, maka kecepatan lari dapat ditingkatkan
secara maksimal. Di samping itu juga, dalam melatih kecepatan harus dilakukan dengan
cara yang tepat.
Lebih lanjut Suharno HP.(1993:49) menyatakan:
Cara melatih kecepatan sprint dapat dilakukan yaitu dengan:
1) Volume beban latihan 5-10 kali giliran lari, tiap-tiap giliran atlet lari secepat-cepatnya dengan jarak 30-80 meter.
2) Intensitas lari 80%-100% dengan pedoman waktu dari pelatih.
3) Frekuensi dan tempo secepat-cepatnya.
4) Peningkatan beratnya latihan dapat mencari variasi perubahan ciri-ciri loading sesuai dengan kehendak atlet dan pelatih.
Menerapkan cara latihan yang tepat sangat penting agar diperoleh hasil yang
maksimal. Cara-cara melatih kecepatan tersebut harus dipahami dan dikuasai dengan baik
dan benar. Di samping itu juga, dalam latihan harus berpedoman pada prinsip-prinsip
latihan yang tepat.
c. Tujuan
Tujuan latihan dapat dicapai secara optimal jika berpedoman pada prinsip latihan
yang benar. Dari prinsp-prinsip latihan tersebut harus dipahami dan dilaksanakan dengan
baik dalam latihan. Latihan tanpa berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang tidak
benar, tujuan latihan tidak akan tercapai. Menurut Fox(1984:47-51)“keberhasilan dalam
30
penampilan olahraga tidak hanya ditentukan oleh pencapaian pada domain fisik aja,
melainkan juga ditentukan oleh pencapaian pada domain psikomotor, domain kognitif
dan efektif”. Keempat domain tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain. Dalam
pencapaian tujuan latihan harus diperhatikan beberapa prinsip dasar latihan khusus.
d. Prinsip-Prinsip Latihan.
Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan latihan maka harus berpedoman
pada prinsip-prinsip latihan yang benar. Menurut Sudjarwo (1993:21) bahwa, “prinsip-
prinsip latihan digunakan agar pemberian dosis latihan dapat dilaksanakan secara tepat
dan tidak merusak atlet”.
Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam
latihan yang terorganisir dengar baik. Agar tujuan latihan dapat tercapai secara optimal,
hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat. Menurut
Harsono(1988:102-112) adalah “(1) prinsip beban lebih (overload principle), (2) prinsip
perkembangan menyeluruh, (3) prinsip spesialisasi, (4) prinsip individualis.
Prinsip-prinsip latihan tersebut sangat penting untuk diperhatikan dalam latihan.
Tujuan latihan dapat tercapai dengan baik, jika prinsip-prinsip latihan tersebut
dilaksanakan dengan baik dan benar. Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip latihan dapat
diuraikan sebagai berikut :
1) Prinsip beban lebih (overload principle)
Prinsip beban lebih merupakan prinsip latihan yang harus dipenuhi, prinsip beban
lebih merupakan prinsip latihan yang mendasar untuk memperoleh peningkatan
kemampuan kerja. Hal ini disebabkan kemampuan seseorang dapat meningkat jika
mendapat rangsangan berupa beban latihan yang cukup berat, yaitu diatas dari beban
latihan biasa terima. Menurut M Sajoto ( 1995:43) “prinsip beban lebih tersebut akan
merangsang penyesuaian fungsi fisiologis dalam tubuh”.pendapat tersebut menunjukan,
prinsip beban lebih bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kemampuan tubuh.
Pembebanan latihan yang lebih berat dari latihan sebelumnya tersebut akan merangsang
tubuh untuk beradaptasi dengan beban tersebut, sehingga kemampuan tubuh akan
31
meningkat. Kemampuan tubuh yang meningkat dimungkinkan akan mampu mencapai
prestasi yang baik.
Salah satu hal yang harus di ingat, dalam peningkatan beban latihan tidak boleh
terlalu tinggi atau berlebihan. Peningkatan beban latihan hendaknya disesuaikan dengan
tingkat kemampuan atlet serta ditingkatkatkan secara bertahap. Sebab bila suatu latihan
yang diberikan ditingkatkan secara cepat pula maka akan menyebabkan terjadi kelainan-
kelainan dalam tubuh.
Salah satu yang harus tepat diperhatikan dalam peningkatan beban latihan harus
tetap berada diatas diambang rangsang latihan. Hal ini karena beban latihan yang terlalu
berat tidak akan meningkatkan kemampuan lari, tetapi malah justru Sebaliknya yaitu
kemunduran kondisi fisik pelari.
2) Prinsip perkembangan menyeluruh
Komponen kondisi fisik pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisah-pisahkan baik dalam peningkatan maupun dalam pemeliharaannya.
Perkembangan menyeluruh dari kemampuan kondisi fisik merupakan dasar dalam
pembentukan prestasi, meski pada akhinya tujuan dalam latihan adalah kemampuan yang
bersifat khusus, namun kemampuan yang bersifat khusus tersebut harus didasari oleh
kemampuan kondisi fisik secara menyeluruh. Prinsip perkembangan menyeluruh
merupakan dasar yang diperlukan lari dalam mencapai prestasi olahraga. Menurut Yususf
Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:134) mengemukakan bahwa “prinsip
perkembangan multilateral didasarkan pada fakta bahwa selalu ada interdipensi (saling
ketergantungan) antara semua organ dan system tubuh manusia, antara komponen-
komponen biomotorik dan antara proses-proses fisik dan psikologi”.
Prinsip perkembangan menyeluruh terutama diterapkan pada periode awal latihan.
Sebab perkembangan menyeluruh ini merupakan landasan dalam pelaksanaan latihan
berikutnya. Meskipun pada akhirnya tujuan dalam latihan adalah kemampuan kondisi
fisik yang baik secara menyeluruh.
3) Prinsip spesialisasi
Pada dasarnya pengaruh yang ditimbulkan akibat latihan itu bersifat khusus, sesuai
32
dengan karakteristik gerakan keterampilan, unsur kondisi fisik dan sistem energi yang
digunakan selama latihan. Latihan harus dikhususkan pada olahraga yang dipilihnya serta
memenuhi kebutuhan khusus dan strategi untuk olahraga yang dipilih. Proses latihan
yang dilakukan harus menyangkut pengembangan potensi energi maupun penampilan
dari keterampilan olahraga yang dikembangkan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, program latihan yang dilaksanakan
harus bersifat khusus, disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Bentuk latihan yang
dilakukan harus bersifat khas dan sesuai dengan cabang olahraga yang akan
dikembangkan. Baik pola gerak, jenis kontraksi otot maupun kelompok otot yang dilatih
harus disesuaikan dengan jenis olahraga yang dikembangkan.
Agar memperoleh hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan maka program
latihan yang disusun untuk meningkatkan kemampuan lari juga harus berpegang teguh
pada prinsip kekhususan latihan ini. Baik dalam pola gerak, jenis kontraksi otot ,
kelompok otot yang dilatih dan sistem energi yang di kembangkan dalam latihan tersebut
harus disesuaikan dengan ciri-ciri dan karakteristik lari.
4) Prinsip individual
Manfaat latihan akan lebih berarti jika didalam pelaksanaan latihan didasarkan pada
karakteristik atau kondisi atlet yang dilatih. Perbedaan antara atlet yang satu dengan yang
lainnya tentu tingkat kemampuan dasar serta prestasinya juga berbeda. Oleh karena
perbedaan individu harus diperhatikan dalam pelaksanakan latihan. Prinsip individual
merupakan salah satu syarat dalam melakukan olahraga kontemporer. Prinsip ini harus
diterapkan kepada setiap atlet, sekali atlet tersebut memiliki prestasi yang sama. Konsep
latihan ini harus disusun dengan kekhususan yang dimiliki setiap individu agar tujuan
latihan dapat tercapai”.
Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan yang diterapkan
direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi setiap atlet.
Sudjarwo(1993:21) menyatakan, “pemberian beban latihan harus selalu mengingat
kemampuan dan kondisi masing-masing atlet. Factor-faktor individu yang harus
mendapat perhatian misalnya tingkat ketangkasan atlet, umur, atau lamanya latihan,
kesehatan dan kesegaran jasmani serta psikologi”.
33
3. Latihan Kecepatan Lari Dengan Acceleration Sprint
a. Metode Acceleration Sprint
Metode acceleration sprint merupakan suatu bentuk latihan yang dimulai dari
pelan, semakin cepat, dan lari secepatnya. Untuk mencapai kecepatan maksimum seorang
pelari harus mampu mengembangkan kecepatan startnya secepat mungkin. Akselerasi
mempertahankan kecepatan maksimum dan deselerasi (perlambatan) untuk setiap pelari
berbeda-beda. Menurut Fox(1984:208) bahwa, “Akselerasi adalah pertambahan secara
gradual dalam kecepatan lari, mulai dari pelan-pelan, semakin cepat, dan lari secepatnya
dalam jarak 50-120 yard”. Pelari-pelari yang berkualitas akan mencapai kecepatan yang
maksimum lebih cepat mempertahankan kecepatan maksimum pada jarak yang lebih
panjang dan kecepatan maksimum menurun lebih lambat dari pada rata-rata pelari cepat
yang lain atau pelari cepat yang tidak terkondisi atau tidak terlatih. Dalam kecepatan
maksimum ini terjadi proses akselerasi pik up (pik up ecceleration) yaitu jarak yang
diperlukan pelari sesudah tahap akselerasi start untuk mencapai kecepatan maksimal.
b. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Acceleration Sprint
Metode acceleration sprint merupakan bentuk latihan yang pelaksanaannya
dimulai dari pelan, semakin cepat, dan lari secepatnya yang pelaksaannya diselinggi
dengan istirahat diantara waktu latihan. Waktu istirahat sangat penting diantara waktu
latihan. Waktu istirahat membaerikan kesempatan kesempatan untuk mengadakan
pemulihan diantara perulangan gerakan.
Ditinjau dari pelaksanaan latihan acceleration sprint dapat diidentifikasikan
kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan latihan dengan metode acceleration sprint
antara lain : (1). Waktu latihan lebih efisien, karena latihan acceleration sprint dilakukan
secara berkelanjutan dalam satu set. (2). Penguasaan teknik lebih cepat tercapai, karena
dalam latihan acceleration sprint terdapat session latihan dengan intensitas rendah yang
mungkin untuk memperbaik teknik yang salah.
Disamping kelebihan diatas latihan acceleration sprint juga memiliki beberapa
kelemahan. Kelemahan latihan acceleration sprint diantarannya : Kurangnya frekuensi
34
latihan kecepatan dengan intensitas maksimal karena dalam pelaksanaan hanya sekitar
sepertiga dari jarak yang ditempuh yang merupakan kecepatan denagn intensitas
maksimal.
Latihan acceleration sprint jika dilakukan secara berulang ulang dapat
meningkatkan kecepatan lari 40 meter. Perkembangan kondisi fisik latihan acceleration
sprint juga berpengaruh terhadap sistem energi. Menurut Mulyono B(1988:4) adalah
ATP-PC bila 98% dan LA-O2 sebesar 2%, hal ini menandakan bahwa system energi
yang baik pada lari 40 meter adalah ATP-PC L atau anaerob.
4. Latihan Kecepatan Lari Dengan Sprint Traning
a. Metode Sprint Training
Sprint training merupakan program latihan yang dilakukan dengan intensitas atau
kecepatan penuh yang diselingi waktu istirahat pada setiap sesi latihannya. Menurut
Mulyono B (1998:1) bahwa, “Sprint training adalah latihan yang diselesaikan dalam
waktu yang singkat, dikerjkan berulang-ulang dengan intensitas yang relative tinggi”.
Pelaksanaan sprint training pada lari 40 meter dengan intensitas tinggi dilakukan
berulang-ulang dengan diselingi istirahat diantara ulangan tersebut. Jadi pelaksanaan
dalam 1 repetisi adalah lari dengan intensitas maksimal.
b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Sprint Training
Metode sprint training merupakan bentuk latihan yang pelaksanaanya dari awal
hingga akhir lari dengan menggunakan intensitas atau kekuatan maksimal yang
pelaksanaanya diselingi istirahat disetiap sesi latihannya
Ditinjau dari pelaksanaan sprint training dapat diidentifikasikan kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan lari dengan metode sprint training antara lain :
1. Frekuensi latihan kecepatan lebih efektif, karena jarak yang ditempuh harus dengan
intensitas maksimal.
2. Terdapat pemulihan sempurna, karena pemulihan diperlukan setelah melakukan kerja
dengan intensitas maksimal beban latihan.
Disamping kelebihan diatas, metode sprint training juga memiliki kelemahan
35
yaitu:
1. Penguasaan teknik sulit tercapai, karena gerakan yang dilakukan secara terus
menerus dengan intensitas maksimal akan menyebabkan kelelahan sehingga akan
berpengaruh pada kesempurnaan gerak.
2. Pengontrolan dan perbaikan gerakan sulit dilakukan karena selalu cepat.
Sprint training yang dilakukan secara berulang-ulang dapat meningkatkan
kemampuan kondisi fisik sesuai dengantipe kerja dan sistemenergi yang dikembangkan.
Tipe kerja sprint training adalah kerja anaerobic yaitu latihan yang dilakukan denagn
jangka waktu yang singkat dan memerlukan kerja maksimal, yang bertujuan
mengembangkan kondisi fisik , kecepatan dengan sistem energi (ATP-PC dan LA).
Dengan demikian peningkatan kecepatan lari ini maka pelari dalam melakukan kerja
dapat meningkat pula. Jadi sprint training dapat meningkatkan kecepatan lari 40 meter.
5. Kemampuan gerak dasar (motor ability)
a. Pengertian Kemampuan Gerak Dasar (Motor Ability)
Kemampuan gerak dasar (motor ability) merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang sejak kecil dari masa kanak-kanak yang akan berpengaruh terhadap
keterampilan geraknya. Rusli Lutan (1988:96) menyatakan “kemampuan motorik lebih
tepat disebut sebagai kapasitas dari seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan
peragaan suatu keterampilan yang relative melekat setelah masa kanak-kanak”. Menurut
Mulyono B (1994:294) bahwa “kemampuan motorik atau kemampuan gerak dasar adalah
hadirnya kemampuan bawaan dan kemampuan yang diperoleh dalam melakukan
keterampilan gerak (motor skill) dari sifat yang umum atau fundamental diluar
kemampuan olahraga spesialisasi tingkat tinggi”.
Dari pengertian motor ability yang dikemukakan oleh ketiga ahli tersebut dapat
disimpulkan, bahwa motor ability merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir yang
mendasari gerak baik olahraga maupun non olahraga diluar teknik khusus atau
spesialisasi pada suatu cabang olahraga tertentu. Motor ability berperan sebagai landasan
bagi perkembangan keterampilan, karena keterampilan olahraga banyak tergantung pada
kemampuan motor ability.
36
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Motorik
Dalam perkembangnya kemampuan motorik sangat ditentukan oleh dua faktor
yakni pertumbuhan dan perkembangan dan masih didukung dengan latihan sesuai dengan
kematangan anak dan gizi yang baik”. Sedang Burke E. J(1980:79) menyatakan faktor
seperti tipe tubuh, dasar fisiologi, intelegasi, usia dan jenis kelamin merupakan faktor
pembawaan yang dapat mempengaruhi kemampuan motorik.
1. Pengaruh unsur kondisi fisik terhadap kemampuan motorik
Kemampuan motorik merupakan unsur yang mendasari kemampuan gerak dari
seseorang. Kemampuan motorik terdiri dari unsur gerak dasar yang dimiliki manusia.
Unsur-unsur gerak dasar dari kemampuan motorik tersebut,terdiri dari unsur kondisi fisik
yang mendasari pembentukan keterampilan motorik anak. Kemampuan gerak
(kemampuan motorik) yang ditampilkan anak dalam kehidupan sehari-hari sangat
tergantung pada komponen-komponen kondisi fisik yang dimiliki.
Antara komponen gerak (motorik) dengan kondisi fisik tidak dapat dipisahkan.
Unsur kondisi fisik merupakan unsur yang mendasari terhadap tampilnya gerak yang
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Unsur-unsur kondisi fisik yang mendasari
keterampilan gerak anak menurut Ismaryati (2006:41) terdiri dari ” (a) kecepatan, (b)
power, (c) koordinasi, (d) kelincahan, (e) keseimbangan dan (f) kecepatan reaksi”. Unsur
daya tahan, kekuatan otot dan kelentukan juga berpengaruh terhadap kemampuan
motorik yang ditampilkan anak.
2. Pengaruh intelegensia tehadap kemampuan motorik
Intelegensia merupakan kemampuan dasar seseorang untuk berfikir dan berbuat
sesuatu. Secara luas dan terperinci Oxidene yang dikutip Rusli Lutan (1988:350)
mengemukan bahwa:
”Intelegensia pada dasarnya merupakan (1) kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru, (2) kemampuan untuk berfikir abstrak, (3) pembedaan kualitas antara manusia dan hewan,(4) abilitas untuk berfikir dengan cepat, (5) cara orang berperilaku dalam menghadapi maslah yang berubah-ubah.”
Penguasaan terhadap keterampilan motorik juga dipengaruhi tingkat intelegensia
37
anak. Kecepatan anak dalam mempelajari suatu gerak yang rumit dan kompleks sangat
tergantung pada tingkat intelegensia yang dimiliki. Anak yang cerdas (intelegensianya
tinggi) tentu memiliki kemampuan yang lebih baik dan cepat untuk menguasai jenis
keterampilan yang lebih kompleks dari pada anak yang intelegensianya rendah.
3. Pengaruh usia terhadap kemampuan motorik
Kemampuan motorik anak berkembang sesuai tingkat usia dan taraf pertumbuhan
fisiknya sesuai dengan kodrat alamiah pada manusia, seseorang pada usia muda
mengalami pertumbuhan dan perkembangan seiring dengan bertambahnya usia, anak
mengalami pertumbuhan, perkembagan dan kematangn baik fisik, fisiologi maupun
psikologi. Anak mengalami pertumbuhan yaitu berupa, bertambahnya masa otot,
bertambahnya ukuran tubuh, bertambahnya ukuran organ jantung dan paru-paru. Seiring
dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia dari anak-anak hingga dewasa
kemampuan motorik seseorang akan meningkat.
Penguasaan gerak yang dimiliki anak berbeda sesuai dengan tahap perkembangan
anak. Pertumbuhan dan perkembangan masa anak kecil, anak besar, masa pra pubertas
dan masa pubertas memiliki karakteristik yang berbeda. Penguasaan gerak anak pada
anak lebih besar lebih baik jika dibandingkan dengan masa aank kecil. Semakin tingkat
usia seseorang sampai pada taraf tertentu, maka semakintinggi pula tingkat kemampuan
motorik yang harus dimiliki.
4. Pengaruh jenis kelamin terhadap kemampuan motorik
Jenis kelamin merupakan suatu ciri yang menandakan seseorang dibawa sejak
lahir. Antara laki-laki dan perempuan memiliki ciri-ciri fisik dan kemampuan yang
berbeda. Rusli Lutan (1988:349) bahwa ”Empat alasan mengapa terjadi perbedaan dalam
penampilan fisik antara laki-laki dan perempuan yaitu: (1) bentuk tubuh, (2) struktur
anatomis, (3) fungsi fisiologis, (4) faktor-faktor budaya”. Dalam kegiatan sehari-hari
anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas sehingga peneliti ingin meneliti
kemampuan motori anak laki-laki, hal ini dilakukan karena laki-laki ukuran tubuh,
komposisi tubuh serta kemampuan fungsi paru dan jantung lebih baik dari perempuan.
Siswa putra SD kelas V adalah anak yang berumur 10-12 tahun. Pada usia tersebut terjadi
38
perkembangan yang besar dalam pengendalian koordinasi yang lebih baik yang
melibatkan kelompok otot yang lebih kecil dan otot besar, dikarenakan dalam usia
tersebut anak mulai dapat perlakuan teknik latihan atau penekanan beban latihan.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam belajar gerak (motorik) anak usia
10 sampai 11 tahun menurut Purnomo Ananto (2000:2) ada 6 hal penting yang harus
diperhatikan dalam belajar gerak yaitu:
a. Kesiapan belajar
Apabila pelajaran itu berkaitan dengan kesiapan belajar, maka yang dipelajari
dengan waktu dan usaha yang sama oleh orang yang sudah siap akan lebih unggul
ketimbang oleh orang yang belum siap untuk belajar.
b. Kesempatan belajar
Banyak anak yang tidak berkesempatan untuk mempelajari motorik karena hidup
dalam lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan belajar atau karena orang tua
takut hal yang demikian akan melukai anaknya.
c. Kesempatan latihan
Anak harus diberi waktu untuk berpraktek/ latihan sebanyak yang diperlukan
untuk dikuasainya. Meskipun demikian, kualitas praktek/ latihan jauh lebih penting
ketimbang kuantitasnya. Jika anak berpraktek/ belatih dengan model sekali sekali
pukul hilang, maka akan berkembangkebiasaan kegiatan yang jelek dan gerakan
yang tidak efisien.
d. Model yang baik
Dalam belajar gerak (motorik), meniru suatu model memainkan peran yang
penting, maka untuk mempelajari sesuatu yang dengan baik, anak harus dapat
mencontoh dengan baik.
e. Bimbingan
Untuk meniru suatu model dengan betul, anak membutuhkan bimbingan.
Bimbingan juga membantu anak membetulkan sesuatu kesalahan sebelum kesalahan
tersebut terlanjur dipelajari dengan baik sehingga sulit dibetulkan kembali.
f. Motivasi
Motivasi belajar penting untuk mempertahankan minat dari ketertinggalan,
39
sumber motivasi adalah kepuasan pribadi yang diperoleh anak dari kegiatan tersebut,
kemandirian dan ego yang diperoleh dari kelompok sebayanya serta kompensasi
terhadap perasaan kurang mampu dalam bidang lain khususnya dalam tugas sekolah.
6. Komponen Tes Kemampuan Gerak Dasar
Usia sekolah dasar (SD) merupakan masa-masa yang sangat menentukan dalam
kemungkinan pencapaian pertumbuhan dan perkembangan yang baik di kemudian hari.
Pendidikan harus mampu menciptakan kondisi yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan,
perkembangan dan kematangan anak SD, serta sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai
tingkat perkembangan yang diharapkan.
Menurut Sugiyanto (1998:154) “Untuk mengetahui kemampuan motorik pada
anak-anak dengan menggambarkan kemampuan melompat, melempar dan berlari”.
Diuraikan sebagai berikut:
1. Perkembangan kemampuan lari
Perkembangan kemampuan berlari dapat bias diukur antara lain dengan cara
mengukur kecepatan dan kelinahan yaitu dengan lari zig-zag. Kecepatan berlari
dihasilkan dari panjangnya langkah dan cepatnya irama langkah.panjang langkah
dipengaruhi oleh otot-otot kaki sedangkan kelincahan dipengaruhi oleh kemampuan
membelok atau mengubah arah. Pada anak besar pertumbuhan panjang kaki cukup cepat
demikian juga pertumbuhan jaringan ototnya terutama pada tahun-tahun terahir. Dengan
kecenderungan pertumubuhan tersebut sangat mendukung perkembangan kemampuan
berlari. Kemampuan berlari meningkat cukup cepat pada masa anak besar.
2. Perkembangan kemampuan meloncat
Kemampuan melompat dapat bisa digunakan sebagai prediktor kekuatan tubuh
dan juga merupakan tes diagnostic dalam hal koordinasi gerak. Perkembangan
kemampuan meloncat berkaitan erat dengan peningkatan dan koordinasi tubuh.
Pada masa anak besar terjadi perkembangan kemampuan meloncat yang cukup
cepat. Perkembanganya bentuk peningkatan daya loncat (semakin jauh atau makin tinggi)
dan berbentuk peningkatan kualitas bentuk gerakan. Bentuk gerakan semakin baik atau
semakin efisien ditinjau secara mekanik.
Perbandingan kemampuan meloncat antara anak laki-laki dengan anak perempuan
40
sampai umur lebih kurang 9 tahun hanya sedikit perbedaannya dan sesudah itu perbedaan
semakin besar itu semakin besar anak laki-laki lebih baik dalam kemampuan
meloncatnya, baik ditinjau dari segi daya lompat maupun dari segi kualitas geraknya.
3. Perkembangan kemampuan melempar.
Perkembangan kemampuan melempar terjadi pada anak besar meliputi dua aspek
perkembangannya, yaitu perkembangan yang bersifat kuantitatif (anak semakin jauh
kemampuannya melemparnya) dan bersifat kualitatif ( kualitas gerakan lemparan
semakin baik atau semakin efisien).
Kemampuan melempar bisa dinilai dengan cara mengukur jauhnya lemparan
menggunakan bola dengan beberapa ukuran, juga menggunakan cara menilai ketepatan
melempar suatu sasaran. Sedangkan untuk menilai kemampuan yang bersifat kualitatif
bisa menggunakan analisis sinematografis, yaitu analisis rekaman gambar gerakan untuk
melihat kebenaran mekaniknya.
Berdasarkan uraian diatas maka untuk mengukur kemampuan gerak dasar dapat
digunakan komponen-komponen tes Barrow Motor Ability dari Barry L Johnson and Jack
K Nelson (1986:365
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diurai tersebut diatas, dapat disusun kerangka
pemikiran sebagai berikut:
41
1. Perbedaan pengaruh latihan acceleration sprint dan sprint training terhadap
kecepatan lari 40 meter.
Metode acceleration sprint merupakan bentuk latihan yang pelaksanaannya
dimulai dari pelan, semakin cepat, dan lari secepatnya yang pelaksaannya diselinggi
dengan istirahat diantara waktu latihan. Sedangkan metode Sprint training merupakan
program latihan yang dilakukan dengan intensitas atau kecepatan penuh yang diselingi
waktu istirahat pada setiap sesi latihannya. Berdasarkan hal tersebut sudah jelas bahwa
kedua latihan diatas mempunyai perbedaan yang mencolok, sehingga hal ini akan
mempunyai pengaruh berbeda terhadap peningkatan kemampuan lari 40 meter.
Ditinjau dari hal tersebut, latihan acceleration sprint dan Sprint training juga
memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda pula. Kelebihan dan kelemahan yang
berbeda dari masing-masing kedua latihan tersebut telah disebutkan diatas. Perbedaan-
perbedaan tersebut tentunya akan menimbulkan pengaruh yang berbeda pula terhadap
peningkatan kemampuan lari 40 meter.
2. Pengaruh kemampuan gerak dasar (motor ability) tinggi dan rendah terhadap
kemampuan lari 40 meter.
Kemampuan motorik merupakan unsur yang mendasari kemampuan gerak dari
seseorang. Kemampuan motorik terdiri dari unsur gerak dasar yang dimiliki manusia.
Unsur-unsur gerak dasar dari kemampuan motorik tersebut,terdiri dari unsur kondisi fisik
yang mendasari pembentukan keterampilan motorik anak. Kemampuan gerak
(kemampuan motorik) yang ditampilkan anak dalam kehidupan sehari-hari sangat
tergantung pada komponen-komponen kondisi fisik yang dimiliki. Unsur-unsur kondisi
fisik yang mendasari keterampilan gerak anak menurut Ismaryati (1999:8) terdiri dari
”(a) kecepatan, (b) power, (c) koordinasi, (d) kelincahan, (e) keseimbangan dan (f)
kecepatan reaksi”. Unsur daya tahan, kekuatan otot dan kelentukan juga berpengaruh
terhadap kemampuan motorik yang ditampilkan anak. Kemampuan gerak dasar (motor
ability) mempunyai peranan peting terhadap kemampuan lari 40 meter karena motor
ability sebagai pengontrol suatu gerakan yang dilakukan. Baik tidaknya kemampuan
gerak dasar (motor ability) yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi penampilannya.
Jika orang mempunyai motor ability tingkat yang baik, maka kumungkinan gerakan dan
42
kecepatan lari 40 meter yang akan dilakukan juga akan baik dan dapat terkontrol. Namun
sebaliknya, jika tingkat kemampuan gerak dasar kurang baik, maka dimungkinkan
hasilnya juga tidak dapat dikuasai dengan baik.
3. Interaksi pengaruh latihan acceleration sprint, sprint training dan kemampuan
gerak dasar (motor ability) terhadap kecepatan lari 40 meter.
Setiap latihan yang diterapkan tentu mempunyai manfaat terhadap tujuan yang
telah ditetapkan atau diinginkan. Namun demikian selain faktor latihan yang diberikan
ada factor lain yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan yang diinginkan.
Dari kedua latihan yang diberikan diatas masing-masing memiliki nilai lebih
terhadap peningkatan kemampuan lari 40 meter. Kedua latihan tersebut akan memberikan
pengaruh terhadap peningkatan kemampuan lari 40 meter, namun pengaruh yang
ditimbulkan tentu berbeda karena keduanya memiliki perbedaan.
Selain faktor latihan factor internal (siswa) juga akan mempengaruhi kualitas
teknik lari 40 meter. Salah satunya adalah kemampuan gerak dasar(motor ability) yang
dimiliki oleh siswa atau pelari. Baik tidaknya kemampuan gerak dasar(motor ability)
akan mempengaruhi kemampuan lari 40 meter.
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan
diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh acceleration sprint dan sprint traning terhadap
kemampuan lari cepat 40 meter pada siswa putra kelas V SD Se-Dabin 3
kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010.
2. Ada pengaruh kemampuan gerak dasar (motor ability) tinggi dan kemampuan
gerak dasar (motor ability) rendah terhadap kemampuan lari cepat 40 meter pada
43
siswa putra kelas V SD Se-Dabin 3 kecamatan Kebakkramat tahun ajaran
2009/2010.
3. Ada interaksi antara latihan acceleration sprint, sprint traning dan kemampuan
gerak dasar (motor ability) terhadap kemampuan lari cepat 40 meter pada siswa
putra kelas V SD Se-Dabin 3 kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lapangan Desa Pulosari, Jl. Solo – Sragen, Km.
13, Kebakkramat, Karanganyar.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 25 November 2009 sampai 8 Januari
2010, dengan frekuensi latihan tiga kali dalam seminggu selama enam minggu.
B. Metode Penelitian
1. Metode Eksperimen
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Dasar penggunaan metode ini
adalah kegiatan diawali dengan memberikan perlakuan kepada subyek dan diakhiri
dengan suatu bentuk tes guna mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan.
2. Rancangan Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan faktorial 2 x 2 ”Rancangan faktorial adalah
rancangan dimana bisa dimasukkan dua variabel atau lebih untuk memanipulasi secara
simultan. Dengan rancangan ini bisa diteliti pengaruh setiap variabel independen
terhadap variabel dependen dan juga pengaruh interaksi antara variabel-variabel
independen (Sugiyanto, 1995 : 30)”.
Model rancangan faktorial 2 x 2 disajikan pada bagan dibawah ini : 29
45
Keterangan :
A : Variasi pendekatan latihan lari 40 meter
B : kemampuan gerak dasar (motor ability)
A1B1 : Kelompok lari 40 meter pendekatan acceleration sprint yang memiliki
kemampuan gerak dasar (motor ability) tinggi.
A1B2 : Kelompok lari 40 meter dengan pendekatan acceleration sprint kemampuan
gerak dasar (motor ability) rendah.
A2B1 : Kelompok lari 40 meter pendekatan sprint training yang memiliki
kemampuan gerak dasar (motor ability) tinggi.
A2B2 : Kelompok lari 40 meter pendekatan sprint training yang memiliki kemampuan
gerak dasar (motor ability) rendah.
C. Variabel Penelitian
Pendekatan latihan
( A )
Motor ability
( B )
Acceleration sprint
A1
Sprint training
A2
Tinggi ( B1 )
A1B1
A2B1
Rendah ( B2 )
A1B2
A2B2
Variabel terikat : kemampuan lari 40 meter
46
Dalam penelitian ini terapat dua variabel bebas (independent), dan satu varibel
terikat (dependen), yaitu :
1. Variabel bebas (independent) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain.
Variabel independent dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel manipulatif
a) Latihan dengan pendekatan acceleration sprint.
b) Latihan dengan pendekatan sprint training
2. Variabel atributif adalah variabel yang melekat pada sampel dan menjadi sifat
dari sampel itu sendiri. Variabel atributif dalam penelitian ini adalah dibedakan
antara:
a) Kemampuan gerak dasar (motor ability) tinggi.
b) Kemampuan gerak dasar (motor ability) rendah.
2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat
pada penelitian ini adalah kecepatan lari 40 meter.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Latihan acceleration sprint
Latihan acceleration sprint merupakan bentuk latihan yang pelaksanaannya
dimulai dari pelan, semakin cepat, dan lari secepatnya yang pelaksaannya diselinggi
dengan istirahat diantara waktu latihan.
2. Latihan sprint training
Latihan Sprint training merupakan program latihan yang dilakukan dengan
intensitas atau kecepatan penuh yang diselingi waktu istirahat pada setiap sesi latihannya
3. Kemampuan gerak dasar
Kemampuan gerak dasar (motor ability) merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang sejak kecil dari masa kanak-kanak yang akan berpengaruh terhadap
keterampilan geraknya. Kemampuan motorik merupakan unsur yang mendasari
kemampuan gerak dari seseorang. Kemampuan motorik terdiri dari unsur gerak dasar
yang dimiliki manusia. Unsur-unsur gerak dasar dari kemampuan motorik tersebut,terdiri
dari unsur kondisi fisik yang mendasari pembentukan keterampilan motorik anak.
Menurut Soe
47
giyanto (1998:154) untuk “Mengetahui kemampuan motorik pada anak-anak
dengan menggambarkan kemampuan melompat, melempar dan berlari”.
Strata I : Kemampuan gerak dasar tinggi
Strata II : Kemampuan gerak dasar rendah
4. Kemampuan lari 40 meter
Kemampuan lari 40 meter merupakan unjuk kerja anak atau siswa melakukan
gerakan lari 40 meter secepatnya berdasarkan aturan yang telah ditetapkan atau alat ukur
yang digunakan.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas V SD se-Dabin 3
Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 70 siswa.
2. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah Stratified Random Sampling
yaitu penentuan sampel dengan peringkat dan dikelompokan secara acak. Adapun
besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 siswa. Populasi yang ada
yaitu sejumlah 70 siswa dilakukan tes tingkat kemampuan gerak dasar (motor ability).
Kemudian dirangking dan dikelompokan antara kemampuan gerak dasar (motor ability)
tinggi, kemampuan gerak dasar (motor ability) sedang, dan kemampuan gerak dasar
(motor ability) rendah. Sampel yang digunakan yaitu 20 siswa dengan kategori motor
ability tinggi dan 20 siswa dengan kategori motor ability rendah. Sedang siswa dengan
kategori kemampuan gerak dasar (motor ability) sedang tidak dijadikan sampel. Untuk
mengelompokan sampel penelitian ke masing-masing kolompok dengan cara random
atau acak.
Selanjutnya dikelompokan menjadi 4 sesuai dengan rancangan faktorial 2 X 2.
a. Latihan lari 40 meter acceleration sprint dengan kemampuan gerak dasar (motor
ability) tinggi.
b. Latihan lari 40 meter acceleration sprint dengan kemampuan gerak dasar (motor
ability) rendah.
48
c. Latihan lari 40 meter sprint training dengan kemampuan gerak dasar (motor
ability) tinggi.
d. Latihan lari 40 meter sprint training dengan kemampuan gerak dasar (motor
ability) rendah.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini diadakan tes dan
pengukuran.
1. Tes dan pengukuran kemampuan gerak dasar (motor ability) dilakukan tes
Barrow Motor Ability dari Barry L Johnson and Jack K Nelson (1986:365).
2. Tes dan pengukuran dalam pendidikan jasmani untuk lari 40 meter dari Mulyono
Biyakto Atmojo (2008:68).
G. Teknik Analisis Data
1. Mencari Reliabilitas
Untuk Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi interklas, dengan
Rumus:
R = A
WA
MS
MSMS -
Keterangan :
R : koefisien reliabilitas
MSA : Jumlah rata-rata dalam kelompok
MSW : Jumlah rata-rata antar kelompok
2.Uji Prasyarat analisis
Uji Prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dalam penelitian ini mengunakan metode Lilliefors dari
Sudjana ( 2002 : 466 ). Adapun prosedur pengujian normalitas tersebut adalah
sebagai berikut :
49
1) Penggunaan X1, X2,…….., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,……., Zn dengan
menggunakan rumus :
Zi = {Xi – X }/ SD , dengan X dan SD berturut-turut merupakan rata-rata dan
simpangan baku.
2) Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor
tertinggi.
3) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z≤Zi)
4) Selanjutnya menghitung perbandingan antara nomor subyek I dengan subyek n,
yaitu : S(Zi) = i/n
5) Menghitung selisih F(Zi)-S(Zi), kemudian ditentukan harga mutlaknya.
6) Menentukan harga paling besar dari harga-harga mutlak diambil sebagai Lo.
Rumusnya : Lo = | F(Zi) - S(Zi) | maksimum.
Kriteria :
Lo ≤ Ltab : Sampel berasal dari populasi yang distribusi normal.
Lo > Ltab : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Dalam uji homogenitas dilakukan dengan cara membagi varians yang lebih
besar dengan varians yang lebih kecil. Adapun rumus yang digunakan adalah :
Fdbvk : dbvk = SD2bs / SD2kt
( Sutrisno Hadi, 1982 : 386 )
50
Keterangan =
Fdbvk : dbvk = Derajat kebebasan K1 dan K2
SD2bs = Standar deviasi KE1
SD2kt = Standar deviasi KE2
3. Analisis Data
a. ANAVA Rancangan Faktorial 2 X 2
1). Metode AB untuk ANAVA dua faktor.
Ringkasan ANAVA untuk Eksperimen faktorial 2 X 2,
Sumber Variasi Dk JK RJK Fo
Rata-rata perlakuan
A
B
AB
1
a-1
b-1
(a-1) (b-1)
Ry
Ay
By
ABy
R
A
B
AB
A/E
B/E
AB/E
Kekeliruan Ab ( n-1 ) Ey E
Keterangan :
A = Taraf faktorial A
B = Taraf faktorial B
N = Jumlah sampel
2). Langkah-langkah penghitungan :
a) åå= =
U=SUa
i
b
jij
1 1
22
b) abn
R
a
i
b
jY
å å= == 1 1
51
c) y
a
i
b
jijab RJJ -= åå
= =
2
1 1
)(
d) y
a
iy RbnAiA -= å
=
)/(1
2
e) å-
-=b
jyy BanBiA
1
2 )/(
f) Aby = Jab – Ay –By
g) Ey = Y2 – Ry – ( By + ABy )
3). Kriteria pengujian hipotesis :
Jika F ≥ F (1- ά) (V1- V2), maka hipotesis nol ditolak.
Jika F < F (1ά) (V1- V2), maka hipotesis nol diterima dengan : dk pembilang .
Vi (K-1) dan dk penyebut V2 = ( n1 + ……..nk-k ), ά = taraf signifikasi untuk
pengujian hipotesis.
Keterangan :
ΣY2 : Jumlah kuadrat data.
Ry : Rata-rata peningkatkan karena perlakuan.
Ay : Jumlah peningkatan pada kelompok berdasarkan latihan acceleration
sprint dan sprint training
By : Jumlah peningkatan berdasarkan Motor Ability.
ABy : Selisih antara jumlah peningkatan data keseluruhan dan jumlah
peningkatan kelompok perlakuan dan Motor Ability.
Jab : Selisih jumlah kuadrat data dan rata peningkatan perlakuan.
b. Uji Rentang Newman-Keuls Setelah ANAVA
52
Langkah-langkah untuk melakukan uji Newman-Keuls sebagai berikut :
1) Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya dari yang terkecil
sampai pada yang terbesar.
2) Dari rangkaian ANAVA, diambil harga RJK disertai dk-nya.
3) Hitung kekeliruan baku rata-rata untuk tiap perlakuan dengan rumus :
N
kekeliruanRJKS E
y
)(=
RJK kekeliruan juga didapat dari hasil rangkuman ANAVA.
4) Tentukan taraf signifikasi ά , lalu gunakan daftar rentang student. Untuk uji
Newman-Keuls, Diambil V = dk dari RJK ( kekeliruan ) dan p = 2,3……k.
Harga-harga yang didapat dari daftar sebanyak (k-1) untuk V dan P supaya
dicatat.
5) Kalikan harga-harga yang didapat dititik …….diatas masing-masing dengan Sy .
dengan jalan emikian diperoleh apa yang dinamakan rentang signifikasi
terkecil (RST).
6) Bandingkan selisih rata-rata terkecil dengan RST untuk mencari P-k selisih rata-
rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-1) dan
seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih yang rata-rata terbesar kedua
rata-rata terkecil dengan RST dengan P= (k-2), dan seterusnya. Dengan jalan
begitu, semua akan ada 1/2K(k-1) pasangan yang harus dibandingkan. Jika
selisih-selisih yang didapat lebih besar daripada RST-nya masing-masing akan
disimpulkan bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata
perlakuan.
c. Hipotesa Statistik
Hipotesa 1 Ho = µ A1 ≥ µ A2
HA = µ A1 < µ A2
Hipotesa 2 Ho = µ B1 ≥ µ B2
HA = µ B1 < µ B2
Hipotesa 3 Ho = Interaksi A X B = 0
53
HA = Interaksi A X B ≠ 0
Keterangan =
µ = Nilai rata-rata
A1 = Latihan acceleration sprint
A2 = Latihan sprint training
B1 = Motor ability tinggi
B2 = Motor ability rendah
BAB IV
54
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini akan disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya.
Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada tes awal
dan tes akhir kemampuan kecepatan lari 40 meter. Berturut-turut berikut disajikan
mengenai diskripsi data, uji prasyarat analisis, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil
penelitian.
A. Deskripsi Data
Deskripsi hasil analisis data hasil kemampuan kecepatan lari 40 meter pada
siswa putra kelas V Sekolah Dasar se-dabin 3 Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran
2009/2010 yang dilakukan sesuai dengan kelompok yang dibandingkan, disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 1.Deskriptif Data Hasil Kemampuan kecepatan lari 40 meter.Tiap Kelompok Berdasarkan Perlakuan.
Perlakuan Motor
ability
Statistik Tes
Awal
Tes
Akhir
Peningkatan
Jumlah 77.26 68.34 8.92
Mean 7.73 6.83 0.89
Tinggi
(B1) SD 0.07 0.24 0.22
Jumlah 77.59 69.25 8.34
Mean 7.76 6.93 0.83
Acceleration
sprint
(A1)
Rendah
(B2) SD 0.11 0.25 0.20
Jumlah 77.6 70.34 7.26
Mean 7.76 7.03 0.73
Tinggi
(B1) SD 0.10 0.17 0.16
Jumlah 74.65 70.83 3.82
Mean 7.47 7.08 0.38
Sprint
training
(A2)
Rendah
(B2) SD 0.22 0.21 0.08
Hal-hal yang menarik dari nilai-nilai yang terdapat dalam tabel diatas adalah sebagai 46
55
berikut :
1. Jika kelompok siswa dengan motor ability tinggi yang mendapat perlakuan dengan
bentuk pendekatan acceleration sprint mempunyai rata-rata tes awal 7.73 dan tes
akhir 6.83 dengan rata-rata peningkatan 0.89 . Sedangkan kelompok siswa yang
mendapat pelakuan dengan bentuk pendekatan sprint training mempunyai rata-rata
tes awal 7.76 dan tes akhir 7.03 dengan rata-rata peningkatan 0.73 . Bila kedua
pendekatan latihan dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan
dengan bentuk pendekatan acceleration sprint lebih baik daripada kelompok
perlakuan dengan bentuk pendekatan sprint training .
2. Kelompok perlakuan pada siswa dengan motor ability rendah dengan perlakuan
bentuk pendekatan acceleration sprint mempunyai rata-rata tes awal 7.76 dan tes
akhir 6.93 dengan peningkatan 0.83. Sedangkan pada kelompok siswa dengan
perlakuan bentuk pendekatan sprint training mempunyai rata-rata tes awal 7.47 dan
tes akhir 7.08 dengan peningkatan 0.39. Bila kedua kelompok dibandingkan, maka
dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan dengan bentuk pendekatan acceleration
sprint lebih baik daripada kelompok perlakuan dengan bentuk pendekatan sprint
training terhadap kemampuan kecepetan lari 40 meter pada siswa putra kelas V
Sekolah Dasar se-dabin 3 Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010.Untuk
mengetahui gambaran secara menyeluruh dari nilai-nilai hasil kecepatan lari 40
meter maka dapat dibuat diagram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut :
56
Diagram Deskripsi Data Hasil Lari 40 Meter
0123456789
1 2 3 4
Kelompok
Sebelum
Sesudah
Peningkatan
Gambar 1. Diagram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan kecepatan lari 40 meter Tiap Kelompok Berdasarkan Perlakuan dan Tingkat Motor Ability
3. Agar nilai rata-rata peningkatan hasil kemampuan kecepatan lari 40 meter yang
dicapai tiap kelompok mudah dipahami, maka nilai peningkatan hasil kemampuan
kecepatan lari 40 meter pada tiap kelompok perlu disajikan dalam bentuk diagram
sebagai berikut :
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
1 2 3 4
Kelompok
Peningkatan
Gambar 2. Histogram Perbandingan Nilai Rata-Rata Peningkatan Hasil Kemampuan kecepatan lari 40 meter antar Kelompok Perlakuan.
B. Mencari Reliabilitas
57
Dalam penelitian ini dilakukan penghitungan reliabilitas data hasil tes, dengan
maksud untuk mengetahui tingkat keajegan hasil tes yang diperoleh. Hasil uji reliabilitas
tes awal dan tes akhir kemampuan lari 40 meter dalam penelitian sebagai berikut:
Tabel 2. Ringkasan hasil uji reliabilitas data tes awal dan akhir
Hasil tes Reliabilitas Kategori
Tes awal lari 40 meter
Tes akhir lari 40 meter
0.593
0.893
Cukup
Tinggi sekali
Adapun dalam mengartikan kategori koefisien reliabilitas tes tersebut,
menggunakan pemedoman tabel korelasi dari Book Walter seperti dikutip Mulyonyo
B.(1992:15) sebagai berikut:
Tabel 3. Tabel range kategori reliabilitas
Kategori Validitas Reliabilitas Obyektivitas
Tinggi sekali
Tinggi
Cukup
Kurang
Tidak signifikan
0,80-1,0
0,70-0,79
0,50-0,69
0,30-0,49
0,00-0,29
0,90-1,0
0,80-0,89
0,60-0,79
0,40-0,59
0,00-0,39
0,95-1,0
0,85-0,94
0,70-0,84
0,50-0,69
0,00-0,49
Tabel 4. Hasil klasifikasi dan norma penilaian hasil tes Motor Ability pada siswa putra
kelas V sekolah dasar se-dabin 3 Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010.
Nilai Kategori Jumlah siswa Jumlah siswa dalam %
≥ 191
163-190
140-162
108-139
≤107
Tinggi sekali
Tinggi
Cukup
Kurang
Tidak signifikan
3
35
19
10
3
4,29
50
27,14
14,28
4,29
C. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas Dari data hasil prediksi kemampuan kecepatan lari 40 meter sebelum diberi
perlakuan, setelah dianalisis menggunakan uji Liliefors, maka diperoleh hasil pengujian
58
seperti tercantum dalam tabel berikut :
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas dengan Liliefors. Kelompok N Prob Lo Lt Kesimpulan
A1B1 10 0.05 0.140 0.285 Distribusi Normal
A2B1 10 0.05 0.087 0.285 Distribusi Normal
A1B2 10 0.05 0.197 0.285 Distribusi Normal
A2B2 10 0.05 0.222 0.285 Distribusi Normal
Dari tabel diatas diketahui bahwa Lo < Lt. Hal ini menunjukkan bahwa sampel
yang terambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dengan demikian
persyaratan normalitas data telah terpenuhi. Rincian dan prosedur Uji Normalitas dapat
dilihat dalam lampiran.
2. Uji Homogenitas Varians
Dengan data yang sama dianalisis menggunakan uji Barlett, maka diperoleh
hasil pengujian yang tercantum dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas Dengan Uji Barlett Σ
Kelompok
Ni
S2gab
X2hit
X2tabel
Kesimpulan
4 10 0.0193 6.8743 7.815 Homogen
Dari tabel diatas dapat diketahui X2hit lebih kecil dari pada X2
tabel . Hal ini
menunjukkan sampel-sampel penelitian pada kelompok bentuk pendekatan acceleration
sprint dan bentuk pendekatan sprint training, keduanya bersifat homogen . Dengan
demikian persyaratan homogenitas juga dipenuhi. Rincian dan prosedur analisis uji
homogenitas varians dapat diperiksa pada lampiran.
Setelah uji homogenitas dan normalitas dilakukan, maka dapat dilakukan
analisis varians dua faktor untuk kepentingan pengujian hipotesis.
59
D. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan interpretasi
analisis varians. Uji rentang Newman Keuls ditempuh sebagai langkah-langkah uji rata-
rata setelah anava. Bila anava menghasilkan kesimpulan tentang perbedaan pengaruh
kelompok yang dibandingkan, maka uji rentang Newman Keuls, dimaksud untuk
mengetahui pengaruh kelompok mana yang lebih baik.
Berkenaan dengan hasil analisis dan uji rentang Newman Keuls, ada beberapa
hipotesis yang harus diuji. Hasil analisis data dapat dilihat seperti yang tercantum dalam
tabel berikut ini.
Tabel 7. Ringkasan Keseluruhan Hasil Analisis Varians Dua Faktor
Sumber Variasi dk JK RJK Fo Ft
RatarataPerlakuan 1 20.08 20.08 - -
A
B
AB
Kekeliruan
1
1
1
36
0.95
0.40
0.21
1.12
0.95
0.40
0.21
0.03
30.565 ***
12.870 ***
6.863 ***
-
4.110
Total 40 22.76
Keterangan :
A : Kelompok Siswa Berdasarkan Pendekatan Latihan
B : Kelompok siswa berdasarkan motor ability
AB : Interaksi Antara Kelompok Siswa Berdasarkan Pendekatan
Latihan dan motor ability
*** : Tanda Signifikans
Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman Keuls
60
A2B2 A2B1 A1B2 A1B1 RST KP Mean
0.38 0.73 0.83 0.89 a=0.05
A2B2 0.38 - 0.34*
0.45* 0.51* 0.16
A2B1 0.73 - -
0.11 0.17 0.19
A1B2 0.83 - - -
0.06 0.21
A1B1 0.89 - - - - -
Keterangan :
*** : Signifikasi pada p < 0.05.
A1B1 : Kelompok latihan lari 40 meter dengan latihan acceleration sprint yang
memiliki motor ability tinggi.
A1B2 : Kelompok latihan lari 40 meter dengan latihan acceleration sprint yang
memiliki motor ability rendah.
A2B1 : Kelompok latihan lari 40 meter dengan latihan sprint training yang memiliki
motor ability tinggi.
A2B2 : Kelompok latihan lari 40 meter dengan latihan sprint training yang memiliki
motor ability rendah.
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Untuk perlakuan dengan bentuk latihan acceleration sprint dan sprint training,
hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan
hasil kemampuan kecepetan lari 40 meter pada siswa kelas V Sekolah Dasar se-dabin 3
Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010. Perbedaan peningkatan ini karena F0 =
30.565 lebih besar dari Ft = 4.110 pada taraf signifikan 5%. Ini berarti bahwa hipotesis
nol (Ho) ditolak sehingga ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok
perlakuan.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Dari hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
*
61
siswa yang memiliki motor ability tinggi dengan siswa yang memilki motor ability
rendah terhadap peningkatan hasil belajar kemampuan kecepetan lari 40 meter pada
siswa putra kelas V Sekolah Dasar se-dabin 3 Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran
2009/2010. Dari hasil perhitungan diperoleh F0 =12.870 lebih besar dari Ft = 4.110 pada
taraf signifikasi 5%. Ini berarti hipotesis nol (H0) ditolak sehingga ada perbedaan yang
signifikasi antara kedua kelompok kategori motor ability.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Dari hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada interaksi antara,
yang ditunjukkan oleh F0 = 6.863 lebih besar dari Ft = 4.110 pada taraf signifikasi 5%
sehingga H0 ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa antara bentuk bentuk latihan
acceleration sprint, sprint training dan motor ability ada interaksi dalam peningkatan
hasil kemampuan kecepetan lari 40 meter pada siswa putra kelas 5 Sekolah Dasar se-
dabin 3 Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran lebih lanjut mengenai
hasil-hasil analisis data yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan pengujian
hipotesis telah mengahasilkan tiga kemungkinan analisis yaitu : (1) Ada perbedaan
pengaruh yang signifikan antara latihan acceleration sprint dan sprint training terhadap
peningkatan hasil kemampuan kecepetan lari 40 meter pada siswa putra kelas V Sekolah
Dasar se-dabin 3 Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010. (2) Ada perbedaan
pengaruh yang signifikan antara motor ability tinggi dan motor ability rendah terhadap
peningkatan hasil kemampuan kecepetan lari 40 meter pada siswa putra kelas V Sekolah
Dasar se-dabin 3 Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010. (3) Ada interaksi
antara bentuk pendekatan latihan dan motor ability terhadap peningkatan hasil
kemampuan kecepetan lari 40 meter pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar se-dabin 3
Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010. Kelompok kesimpulan analisis
tersebut dapat dipaparkan lebih lanjut secara rinci sebagai berikut :
1. Pengaruh Latihan Acceleration Sprint, dan Sprint Training Terhadap
Kecepetan Lari 40 Meter Pada Siswa Putra Kelas V Sekolah Dasar Se-Dabin 3
62
Kecamatan Kebakkramat Tahun Ajaran 2009/2010.
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa, ada pengaruh
latihan acceleration sprint, sprint training terhadap kecepetan lari 40 meter pada siswa
putra kelas V Sekolah Dasar se-dabin 3 Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran
2009/2010. Kelompok yang mendapat perlakuan dengan bentuk latihan acceleration
sprint memiliki peningkatan lebih baik dibanding dengan kelompok perlakuan dengan
bentuk latihan sprint training. Ditinjau dari hasil kemampuan kecepatan lari 40 meter
yang dihasilkan ternyata kelompok perlakuan pendekatan latihan dengan bentuk
pendekatan acceleration sprint lebih baik daripada kelompok perlakuan dengan bentuk
pendekatan sprint training. Hal ini karena latihan acceleration sprint merupakan latihan
yang dapat mengembangkan unsur-unsur fisiologis terutama pengembangan ATP PC, LA
yang sangat berperan dalam lari 40 meter, sedangkan latihan sprint training dengan jarak
40 meter dengan kecepatan maksimal terus menerus yang dilakukan berulang-ulang
sehingga latihan ini lebih mengembangkan unsur daya tahan.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F0 30.565
>Ft 4.110. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh
latihan acceleration sprint, dan sprint training terhadap kecepetan lari 40 meter pada
siswa putra kelas V Sekolah Dasar se-dabin 3 Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran
2009/2010.
2. Pengaruh Motor Ability Terhadap Kecepetan Lari 40 Meter Pada Siswa
Putra Kelas V Sekolah Dasar Se-Dabin 3 Kecamatan Kebakkramat Tahun Ajaran
2009/2010
Berdasarkan pengujian hipotesis kedua ternyata ada perbedaan antara motor
ability tinggi dan rendah terhadap kecepetan lari 40 meter pada siswa putra kelas V
Sekolah Dasar se-dabin 3 Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010. Pada
kelompok motor ability tinggi dimungkinkan akan menghasilkan kekuatan yang lebih
besar dalam melakukan kemampuan lari 40 meter daripada kelompok siswa yang
mempunyai motor ability rendah.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F0 12.870
>Ft 4.110. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh latihan
63
motor ability tinggi, dan motor ability rendah terhadap kecepetan lari 40 meter pada
siswa putra kelas V Sekolah Dasar se-dabin 3 Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran
2009/2010.
3. Interaksi Antara Latihan Acceleration Sprint, Sprint Traning Dan
Kemampuan Gerak Dasar (Motor Ability) Terhadap Kecepatan Lari Cepat 40 Meter
Pada Siswa Putra Kelas V Sekolah Dasar Se-Dabin 3 Kecamatan Kebakkramat
Tahun Ajaran 2009/20109.
Penggunaan pendekatan latihan dalam kemampuan lari 40 meter dapat dijadikan
sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan motor ability. Untuk terbentuknya
kekuatan yang memadai, seseorang harus memiliki unsur-unsur utama dari kekuatan
yaitu power dan kecepatan. Jika seseorang memiliki unsur power yang baik maka akan
mendukung terbentuknya kekuatan yang memadai dan sebaliknya. Dengan demikian
penggunaan pendekatan latihan dan motor ability mempunyai interaksi yang positif,
dimana motor ability yang baik dapat mendukung pencapaian hasil kemampuan
kecepetan lari 40 meter yang lebih optimal. Untuk mengetahui interaksi antara
pendekatan latihan dan motor ability, disajikan sebagai berikut :
Tabel 9. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama,dan interaksi Faktor Utama terhadap Peningkatan Hasil Kemampuan lari 40 meter.
A1 A2 Rerata A1-A2
B1 0.89 0.73 0.81 0.16
B2 0.83 0.38 0.61 0.45
Rerata 0.86 0.56 0.71 0.30
B1-B2 0.06 0.35 0.05 -0.29
64
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
2
A1 A2
B2
B1
Gambar3. Bentuk Interaksi Nilai Peningkatan Hasil kemampuan lari 40 meter .
Gambar diatas menunjukkan bahwa, Bentuk garis perubahan besarnya nilai
kemampuan lari 40 meter adalah tidak sejajar, sehingga jika garis tersebut diteruskan
akan mendapat suatu titik pertemuan (perpotongan) antara pendekatan latihan dan motor
ability. Berarti terdapat kecenderungan ada interaksi antara keduanya. Hal ini sesuai
dengan kajian teori yang dikemukakan bahwa peningkatan hasil tidak dipengaruhi oleh
pendekatan latihan saja, tetapi juga faktor internal, dimana kedua faktor tersebut
mempengaruhi secara berkaitan. Tinggi rendahnya motor ability yang dimiliki akan
mempengaruhinya terbentuknya motor ability yang memadai, sehingga dapat
mempengaruhi kemampuan kecepatan lari 40 meter. Dengan kata lain, siswa yang
memiliki motor ability akan lebih optimal dalam melakukan lari sehingga hasil kecepatan
lari 40 meter lebih baik jika dibanding dengan siswa yang motor abilitynya rendah.
65
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh yang menyakinkan antara latihan acceleration sprint dengan
latihan sprint training terhadap kecepetan lari 40 meter pada siswa putra kelas V
Sekolah Dasar se-dabin 3 Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010. Dari
hasil analisis data menunjukan F0 30.565 > Ft 4.110, dengan selisih perbedaan 0.30
2. Ada pengaruh yang menyakinkan antara motor ability tinggi dan motor ability rendah
terhadap kecepetan lari 40 meter pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar se-dabin 3
Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010. Dari hasil analisis data
menunjukan F0 12.870 > Ft 4.110, dengan selisih perbedaan 0.16
3. Ada interaksi antara bentuk bentuk latihan acceleration sprint, sprint training dan
motor ability tehadap kecepetan lari 40 meter pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar
se-dabin 3 Kecamatan Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010. Dari hasil analisis data
menunjukan F0 6.863 > Ft 4.110.
B. Implikasi
Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang
lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar kesimpulan
yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut :
1. Secara umum dapat dikatakan bahwa bentuk latihan acceleration sprint dan sprint
training merupakan bentuk latihan yang dapat mempengaruhi peningkatan kecepetan
lari 40 meter.
2. Penggunaan latihan acceleration sprint memberikan pengaruh lebih baik dari pada
bentuk latihan sprint training. Hal ini berarti bahwa penggunaan bentuk latihan
dengan bentuk latihan acceleration sprint secara menyakinkan memberikan pengaruh
yang efektif dalam kemampuan kecepatan lari 40 meter, karena dalam penggunaanya 57
66
hasil lari 40 meter dapat meningkat yang optimal. Sedangkan latihan dengan bentuk
latihan sprint training hasil kurang optimal dalam peningkatan hasil kecepetan lari
40 meter, sehingga latihan ini efektifitasnya kurang optimal dalam lari 40 meter.
3. Penggunaan bentuk latihan acceleration sprint, sprint training dan motor ability ada
interaksi, hal ini karena ada perubahan taraf dari faktor yang satu berarti ada
perubahan atau taraf faktor lain.
C. Saran
Saran-saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kemampuan kecepatan lari 40 meter dapat diterapkan dengan
bentuk latihan acceleration sprint dan sprint training. Dari hasil penelitian ini
menunjukan bahwa, bentuk latihan acceleration sprint lebih baik pengaruhnya
terhadap peningkatan kecepatan lari 40 meter, sehingga bentuk latihan acceleration
sprint dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan kecepatan lari 40 meter
pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar se-dabin 3 Kecamatan Kebakkramat tahun
ajaran 2009/2010.
2. Dalam peningkatan hasil kemampuan kecepatan lari 40 meter, disamping pemilihan
bentuk latihan yang tepat perlu juga mempertimbangkan komponen kondisi fisik
yang dapt mendukung keberhasilannya. Dalam penelitian ini untuk meningkatkan
hasil kemampuan kecepatan lari 40 meter perlu mempertimbangkan motor ability.
Karena tingkat motor ability yang baik akan berpengaruh terhadap kemapuan
kecepatan lari 40 meter.
67
DAFTAR PUSTAKA Aip Syariffudin. 1992. Atletik. Jakarta: Depdikbud Arma Abdullah. 1981. Olahraga Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta. PT. Sastra Husada. Barry L. Johnson dan Nelson Kack K. 1986. Pratical Measurement For Evolution
Physical Education. Menesota. Publishing Company. Burke E.J. 1980. Toward And Understanding Of Uman Perfoment. New York:
Mouvement Plubication. Fox. Edward L. 1984. Sport Physiokology.New york. WB. Sounders Company. Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Ismaryati. 2006. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: Lembaga Pengembangan
Pendidikan dan Universitas Sebelas Maret Mulyono B. 1998. Pembinaan dan Peningkatan Kondisi Fisik. Surakarta : UNS Press Mulyono B. 2002. Tes dan Pengukuran Olah Raga. Surakarta : UNS Press. M. Sajoto. 1995. Pembinaan Kondisi Fisik Olah Raga. Semarang : IKIP Semarang Press. M Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifudin. 1996. ilmu kepelatihan dasar. Jakarta :
Dedikbud. Dirjendirti. Purnomo Ananto. 2000. Kemampuan Motorik Murid Sekolah Dasar Kelas 2 di DKI.
Jakarta.www.google.com Rusli Lutan. 1988. Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta:
Depdikbud. Dirjendikti. Rusti Lutan dan Adang Suherman. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjakes.
Depdiknas. Direktorat Jenderal pendidikan Dasar dan Menengah bagian Proyek Penataran guru SLTP Setara D-III.
Sudjarwo, 1993. Ilmu Kepelatihan Dasar. Surakarta. UNS Prees. Suharno HP. 1993. Metodologi Pelatihan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung : Tarsito
Sugiyanto. 1995. Metodologi Penelitian. Surakarta
Sugiyanto. 1998. Perkembangan dan Belajar motorik. Jakarta . universitas Terbuka Sutrisno Hadi.1983. Metode research. Yogyakarta. Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi
UGM. Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Andang Suherman.1999. Atletik. Jakarta: Depdikbud.
Derektoral Jendral dan Pendidikan Dasar dan menengah Bagian Proyek Penataran SLTP Setara D-III