Upload
luhur-anggoro-sulistio
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
REFERAT
PERDARAHAN DISFUNGSIONAL
Pembimbing :
Dr. Syafril Sanusi, Sp.OG
Disusun Oleh :
Rochmawati I.S (94310078)
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGIRSMS PURWOKERTO / FAKULTAS KEDOKTERAN
UMUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2000
1
PERDARAHAN DISFUNGSIONAL
Perdarahan fungsional adalah perdarahan abdominal dari uterus yang terjadi
di dalam dan di luar siklus haid tanpa berhubungan dengan faktor organik,
merupakan kelainan poros hipotalamus – hipofisis.
Hal ini dapat terjadi pada setiap umur pada wanita yang dewasa yang
tersering terdapat pada masa pubertas dan klimakterium. Nama lain metropathia
haemorrhagica cystica atau folikel persistens. Pada masa pubertas dapat disebabkan
oleh keterlambatan maturasi hipotalamus.
Patologi
Schroder pada tahun 1915 menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan
ini terjadi karena persisten folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan
pembentukan korpus lutheum. Akibatnya terjadi hiperplasi endometrium karena
stimulasi esterogen terus-menerus. Pada penelitian menunjukkan pula bahwa
perdarahan disfungsional ditemukan bersamaan dengan berbagai jenis endometrium
yaitu endometrium atrofik, hiperplastik, proliferatik dan skretoris, dengan
endometrium non skresi merupakan bagian terbesar. Pembagian endometrium skresi
dan non skresi penting artinya dimana nanti akan digunakan untuk membedakan
yang ovulatoar dan anovulator.
Klasifikasi ini penting dan punya nilai klinik karena kedua jenis perdarahan
disfungsional memiliki dasar etiologi dan penanganan yang berbeda.
2
Gambaran Klinik
a. Perdarahan Ovulatoar
Peradarahan ini 10 % dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek
(polimenorea) atau panjang (oligomenorea) untuk menegakkan diagnosis dapat
dilakukan kuretase pada masa mendekati siklus haid. Jika karena perdarahan
lama dan siklus haid tidak teratur dan tidak dapat dikenali lagi maka kurve suhu
badan basal dapat menolong.
Etiologi
1. Korpus Luteum Persisten
Perdarahan kadang-kadang bersamaan dengan pembesaran ovarium. Korpus
lutheum persisten dapat menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur
(irregular shedding). Irregular shedding dibuat dengan kerokan yang tepat
waktunya menurut Mc lennon pada hari ke-4 mulainya perdarahan. Pada
waktu itu dijumpai endometrium dalam tipe skresi disamping tipe non
skresi.
2. Insufisiensi Korpsu Luteum
Dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia, polimenorea.
Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh gangguan
LH releasing factor. Diagnosis dibuat apabila hasil biopsi endometrial
dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang
seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan.
3
3. Apopleksia Uteri
Pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah
uterus.
4. Kelainan Darah
Anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam mekanisme
pembekuan darah.
b. Perdarahan Anovulatoar
Dengan terjadinya penurunan kadar estrogen dapat timbul perdarahan yang
kadang bersifat siklik, kadang tidak teratur sama sekali.
Fluktuasi kadar estrogen ada sangkut pautnya dengan jumlah folikel. Folikel-
folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia dan kemudian
diganti oleh folikel-folikel baru. Endometrium yang mula-mula proliferatif dapat
terjadi perubahan menjadi hiperplasia kistik.
Etiologi
1. Sentral : Psykogen, neurogen, hipofise
2. Perifer : Ovarial
3. Konstitusionil : Kelainan gizi, metabolik, penyakit endokrin
Diagnosis
Anamnesa yang cermat penting untuk diagnosis. Perlu ditanyakan :
a. Bagaimana mulanya perdarahan, b. Apakah didahului siklus yang pendek-pendek
atau oligomenorea / amenorea, c. Sifat perdarahan, d. Lama perdarahan.
4
Pada pemeriksaan umum perlu diperlihatkan tanda-tanda yang menunjuka ke arah
kemungkinan :
a. Penyakit metabolik
b. Penyakit endokrin
Pada pemeriksaan ginekologik dilihat ada tidaknya faktor kelainan organik yang
menyebabkan perdarahan abnormal.
Pada wanita dalam masa pubertas tidak perlu dilakukan kerokan.
Pada wanita berumur 20 sampai 40 tahun dilakukan kerokan, kemungkinan besar
penyebabnya adalah kehamilan terganggu, polip, mioma submukosum dan
sebagainya.
Pada wanita pramenopause dilakukan kerokan untuk memastikan ada
tidaknya tumor ganas.
Penanganan
Kadang-kadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat
banyak dalam hal ini penderita diistirahatkan dan diberi transfusi dan dilakukan
pemeriksaan untuk meyakinkan tidak adanya abortus inkompletus dan perdarahan
diyakini berasal dari uterus, maka dapat diberikan terapi hormonal.
a. PUD Ovulatoar :
- Perdarahan tengah siklus
Esterogen 0,625 – 1,25 mg hari ke 10 – 15 siklus
- Perdarahan bercak pra haid
Progesteron 5 – 10 mg hari ke 17 – 26 siklus
5
- Perdarahan pasca haid
Esterogen 0,625 – 1,25 mg hari ke 2 – 7 siklus
- Polimenorea
Progesteron 10 mg, hari ke 18 – 25 siklus
b. PUD anovulatoar
Hentikan perdarahan segera
- Kuret medisinalis
Esterogen 20 hari diikuti progesteron 5 hari
- Pil KB kombinasi
2 x 1 tablet 2 –3 hari diteruskan 1 x 1 tablet 21 hari
- Progesteron
10 – 20 mg selama 7 – 10 hari
Setelah darah berhenti atur siklus haid
- Dengan esterogen progesteron selama 3 siklus
- Pengobatan sesuai kelainan
Anovulasi Stimulasi Klomifen
Hiperrolaktin Bromokriptin
Polikistik ovarii Kortikosteroid lanjutkan stimulasi Klomifen.
6
DAFTAR PUSTAKA
- Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan, Edisi 2, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta, 1994 : 220-230
- Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi, BP FKUI, Jakarta, 1991 : 179.
- Ginekologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK-UNPAD Bandung, Elstar Offset Bandung : 31-40.
7