11
TOPIK UTAMA Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif Tri Nugroho Adi Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNSOED Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran mengenai perilaku coping mahasiswa dalam mengatasi stres yang dialami mahasiswa dalam mengikuti kuliah MPK Kuantitatif. Penelitian berbentuk kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner kepada 65 responden secara ’Cluster Sampling’ . Penelitian menunjukkan lima sumber stres utama mahasiswa ketika menghadapi kuliah MPK Kuantitatif yaitu yang bersifat internal: banyaknya tugas yang harus dikerjakan (15,3%); deadline pengumpulan tugas yang sangat singkat (12,3%); kesulitan dalam menemukan dan menerapkan teori dalam penelitian (10,7%) ; materi ajar yang sulit dimengerti (9,2%). Sedangkan sumber stres eksternal adalah jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah yang terlampau besar (12,3%.) Berkenaan dengan itu, responden tidak hanya menggunakan satu jenis perilaku coping dalam mengatasi stres, secara berturutan menurut skor rerata dalam skala 5 adalah Problem Focused Coping(3,56) disusul oleh Emotion Focused Coping(3,33) dan terakhir adalah Maladaptif Coping(2,86). Kata Kunci: Problem Focused Coping, Emotion Focused Coping, Maladaptif Coping Pendahuluan Stres merupakan hal yang wajar dan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kita memerlukan stres untuk mendorong berusaha lebih baik lagi. Namun stres yang berlebihan dapat menyebabkan terganggunya fungsi pribadi seseorang, hal ini disebabkan daya tahan stres yang berbeda-beda pada setiap orang. Salah satu fenomena stres yang sering terjadi adalah stres yang dialami mahasiswa ketika mengikuti suatu mata kuliah. Fenomena stres ketika mahasiswa menempuh mata kuliah misalnya terjadi dalam mata kuliah MPK Kuantitatif yang ditawarkan di semester empat Jurusan Ilmu Komunikasi. Menurut pengakuan beberapa mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini, sumber stres tersebut bermacam-macam, ada yang mengalami stres karena merasa tugas-tugas yang diberikan menuntut dateline yang ketat. Selain karena stres dalam kaitannya dengan waktu pengumpulan tugas-tugas yang pendek, mahasiswa juga merasakan beratnya mengikuti MPK Kuantitatif karena sebagian dari mereka belum terbiasa membuat tulisan ilmiah . Stres mahasiswa juga diperberat karena hal-hal yang subjektif misalnya, karena adanya persepsi bahwa dosen pengampu mata kuliah

Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • TOPIK UTAMA

    Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres

    Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif

    Tri Nugroho Adi

    Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNSOED

    Abstrak

    Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran mengenai perilaku coping mahasiswa dalam mengatasi stres yang dialami mahasiswa dalam mengikuti kuliah MPK Kuantitatif. Penelitian berbentuk kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner kepada 65 responden secara Cluster Sampling . Penelitian menunjukkan lima sumber stres utama mahasiswa ketika menghadapi kuliah MPK Kuantitatif yaitu yang bersifat internal: banyaknya tugas yang harus dikerjakan (15,3%); deadline pengumpulan tugas yang sangat singkat (12,3%); kesulitan dalam menemukan dan menerapkan teori dalam penelitian (10,7%) ; materi ajar yang sulit dimengerti (9,2%). Sedangkan sumber stres eksternal adalah jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah yang terlampau besar (12,3%.) Berkenaan dengan itu, responden tidak hanya menggunakan satu jenis perilaku coping dalam mengatasi stres, secara berturutan menurut skor rerata dalam skala 5 adalah Problem Focused Coping(3,56) disusul oleh Emotion Focused Coping(3,33) dan terakhir adalah Maladaptif Coping(2,86). Kata Kunci: Problem Focused Coping, Emotion Focused Coping, Maladaptif Coping

    Pendahuluan

    Stres merupakan hal yang wajar dan

    merupakan bagian dari kehidupan manusia.

    Kita memerlukan stres untuk mendorong

    berusaha lebih baik lagi. Namun stres yang

    berlebihan dapat menyebabkan terganggunya

    fungsi pribadi seseorang, hal ini disebabkan

    daya tahan stres yang berbeda-beda pada setiap

    orang. Salah satu fenomena stres yang sering

    terjadi adalah stres yang dialami mahasiswa

    ketika mengikuti suatu mata kuliah.

    Fenomena stres ketika mahasiswa

    menempuh mata kuliah misalnya terjadi dalam

    mata kuliah MPK Kuantitatif yang ditawarkan

    di semester empat Jurusan Ilmu Komunikasi.

    Menurut pengakuan beberapa mahasiswa yang

    mengikuti mata kuliah ini, sumber stres

    tersebut bermacam-macam, ada yang

    mengalami stres karena merasa tugas-tugas

    yang diberikan menuntut dateline yang ketat.

    Selain karena stres dalam kaitannya dengan

    waktu pengumpulan tugas-tugas yang pendek,

    mahasiswa juga merasakan beratnya mengikuti

    MPK Kuantitatif karena sebagian dari mereka

    belum terbiasa membuat tulisan ilmiah . Stres

    mahasiswa juga diperberat karena hal-hal

    yang subjektif misalnya, karena adanya

    persepsi bahwa dosen pengampu mata kuliah

  • ini dikenal sebagai dosen yang sulit. Stres

    dalam mata kuliah ini juga diperparah karena

    ada juga mahasiswa yang merasa takut

    berkonsultasi dengan dosen. Ketika mahasiswa

    sudah sampai pada penggarapan tema

    proposal, stres tak juga surut karena rupanya

    sebagian di antara mereka mengaku ketika

    memilih judul asal memilih dan kebetulan

    judul itu di-acc sementara dia sesungguhnya

    kurang begitu menguasai topik yang disetujui

    itu.

    Menurut Rathus dan Nevid (dalam

    Januarti, 2009) stres adalah suatu kondisi yang

    menunjukkan adanya tekanan fisik dan psikis

    akibat tuntutan dalam diri dan lingkungan.

    Seseorang dapat dikatakan mengalami stres

    ketika seseorang mengalami suatu kondisi

    adanya tekanan dalam diri akibat tuntutan yang

    berasal dari dalam diri dan lingkungan.

    Menurut Atwater (1983) stres merupakan suatu

    tuntutan yang memerlukan respon adaptif.

    Hal-hal yang dilakukan individu untuk

    mengatasi keadaan atau situasi yang tidak

    menyenangkan, menantang, menekan ataupun

    mengancam disebut sebagai coping (Lazarus,

    1976). Menurut Sarafino (1990) individu

    melakukan perilaku coping sebagai usaha

    untuk menetralisir atau mengurangi stres.

    Sebagai sebuah studi awal (pilot

    project), penelitian ini bertujuan untuk melihat

    gambaran sumber-sumber stres yang terjadi

    para mahasiswa ketika mengikuti mata kuliah

    MPK Kuantitatif dan melihat bagaimana

    perilaku coping mahasiswa dalam mengatasi

    stres dikarenakan hal tersebut.

    Rumusan Masalah

    Masalah pokok yang akan dikaji dalam

    penelitian ini adalah :

    1. Hal-hal spesifik apakah yang menjadi

    sumber stres dalam mengikuti mata kuliah

    MPK Kuantitatif ?

    2. Jenis dan bentuk strategi coping yang

    seperti apakah yang digunakan mahasiswa

    dalam mengatasi stres mengikuti kuliah

    MPK Kuantitatif?

    Tujuan Penelitian

    Tujuan pokok penelitian ini adalah :

    1. Untuk mengidentifikasi hal-hal spesifik

    yang menjadi sumber stres dalam

    mengikuti mata kuliah MPK Kuantitatif

    2. Untuk mengetahui jenis dan bentuk strategi

    coping yang digunakan mahasiswa dalam

    mengatasi stres mengikuti kuliah MPK

    Kuantitatif

    Stres dalam Belajar

    Stres adalah konflik, tekanan eksternal

    ( tuntutan yang datang dari lingkungan fisik

    dan sosial) dan tekanan internal ( tuntutan yang

    datang dari dalam diri), serta kondisi bermasa-

    lah lainnya dalam kehidupan ( Haber dan Run-

    yon, 1984).

    Studi tentang stres dalam belajar khu-

    susnya yang dialami oleh mahasiswa dan

    memiliki kemiripan dengan penelian ini adalah

    penelitian yang dilakukan oleh Gunawati dkk

    (2006, dalam Januarti 2009) terhadap maha-

    siswa Program Studi Psikologi Universitas

    Diponegoro. Penelitian ini menemukan, maha-

    Acta diurnA Vol 6 No 2 2010

    Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif

  • 3

    siswa Program Studi Psikologi yang sedang

    menulis skripsi sering mengalami masalah

    kecemasan dalam menghadapi dosen pem-

    bimbing skripsi. Kecemasan dalam menghada-

    pi dosen pembimbing skripsi ditunjukkan ma-

    hasiswa dalam perilaku menghindar untuk ber-

    temu dengan dosen pembimbing skripsi.

    Peneliti juga menemukan adanya perilaku ma-

    hasiswa yang sedang menulis skripsi di Pro-

    gram Studi Psikologi Universitas Diponegoro

    dalam keseharian menunjukkan adanya gejala

    stres. Gejala yang banyak ditunjukkan oleh

    mahasiswa antara lain gangguan tidur seperti

    kesulitan tidur, sering terlihat cemas, mudah

    marah, dan ada beberapa mahasiswa yang

    menunjukkan gejala gangguan daya ingat yang

    ditunjukkan dengan seringnya mahasiswa lupa

    pada janji bimbingan dengan dosen pembimb-

    ing skripsi.

    Sementara itu, penelitian Mujiyah dkk

    (2001, dalam Januarti 2009) menemukan adan-

    ya kendala-kendala yang biasa dihadapai ma-

    hasiswa dalam menulis tugas akhir skripsi yak-

    ni kendala internal yang meliputi malas sebe-

    sar (40%), motivasi rendah sebesar (26,7%),

    takut bertemu dosen pembimbing sebesar

    (6,7%), sulit menyesuaikan diri dengan dosen

    pembimbing skripsi sebesar (6,7%). Kendala

    eksternal yang berasal dari dosen pembimbing

    skripsi meliputi sulit ditemui sebesar (36,7%),

    minimnya waktu bimbingan sebesar (23,3%),

    kurang koordinasi dan kesamaan persepsi anta-

    ra pembimbing 1 dan pembimbing 2 sebesar

    (23,3%), kurang jelas memberi bimbingan

    sebesar (26,7%), dan dosen terlalu sibuk sebe-

    sar (13,3%). Kendala bukubuku sumber meli-

    puti kurangnya bukubuku referensi yang

    fokus terhadap permasalahan penelitian sebe-

    sar (53,3%), referensi yang ada merupakan bu-

    ku edisi lama sebesar (6,7%). Kendala fasilitas

    penunjang meliputi terbatasnya dana dengan

    materi skripsi, kendala penentuan judul atau

    permasalahan yang ada sebesar (13,3%),

    bingung dalam mengembangkan teori sebesar

    (3,3%). Kendala metodologi meliputi ku-

    rangnya pengetahuan penulis tentang metod-

    ologi sebesar (10%), kesulitan mencari dosen

    ahli dalam bidang penelitian berkaitan dengan

    metode penelitian dan analisis validitas instru-

    men tertentu sebesar (6,7%).

    Penelitian yang menjadi rujukan di atas

    lebih mengkhususkan pada mahasiswa yang

    sedang menulis skripsi, meski tidak sama per-

    sis, namun ada kesamaan sifat dari subjek yang

    diteliti tersebut dengan subjek penelitian yang

    akan dilakukan ini yakni mahasiswa memiliki

    beban psikologis untuk bisa menghasilkan se-

    buah karya ilmiah. Bedanya, dalam penelitian

    Gunawati dan Mujiyah, stres yang dialami ma-

    hasiswa berkaitan dengan tugas penyelesaian

    skripsi sedangkan penelitian ini, stres yang ter-

    jadi pada mahasiswa disebabkan oleh tugas

    akhir mata kuliah MPK Kuantitatif yaitu mem-

    buat usul penelitian yang sebenarnya juga

    merupakan proses menuju penyelesaian tugas

    akhir atau penulisan skripsi.

    Perilaku Coping

    Acta diurnA Vol 6 No 2 2010

    PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF

    Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif

  • Di dalam kehidupan sehari-hari

    seseorang mempunyai keinginan-keinginan

    baik yang bersifat fisik maupun psikis yang

    tentunya membutuhkan sesuatu pemenuhan.

    Usaha individu untuk memenuhi kebutuhannya

    tidak selamanya berjalan sebagaimana mesti-

    nya. Hal ini bergantung pada ketrampilan

    individu dalam mengelola keinginan-keinginan

    dalam dirinya. Dalam psikologi kemampuan

    mengelola tersebut dikenal dengan proses

    coping.

    Menurut Lazarus (dalam

    Nindhayati,2008) coping mempunyai dua

    konotasi, yaitu menunjukkan suatu cara

    menghadapi tekanan dan menunjukkan suatu

    cara untuk mengatasi kondisi yang

    menyakitkan, mengancam atau menantang

    ketika respon yang otomatis. Coping

    menunjukkan usaha dan perilaku yang

    dilakukan oleh individu tersebut. Usaha untuk

    mengatur tuntutan tersebut meliputi usaha

    untuk menurunkan, meminimalisasi dan juga

    menahan. Perilaku coping juga melibatkan

    kemampuan khas manusia seperti pikiran,

    perasaan, pemrosesan informasi, belajar dan

    mengingat. Implikasi proses coping tidak

    terjadi begitu saja, tetapi juga melibatkan

    pengalaman atau proses berpikir seseorang.

    Lazarus dan Folkman (dalam

    Nindhayati,2008) membagi coping menjadi

    dua macam, yaitu : Problem focused coping,

    yaitu perilaku coping yang digunakan untuk

    mengurangi stresor, individu akan mengatasi

    dengan mempelajari cara-cara atau

    keterampilan yang baru. Individu akan

    cenderung menggunakan strategi ini bila

    dirinya yakin akan dapat mengubah situasi.

    Atkinson (dalam Nindhayati,2008)

    mengemukakan bahwa individu bisa disebut

    melakukan strategi coping yang berpusat pada

    masalah atau problem focused coping apabila

    individu tersebut melakukan tindakan antara

    lain: menentukan masalah, menciptakan

    pemecahan alternatif, menimbang-nimbang

    alternatif berkaitan dengan biaya dan manfaat,

    memilih salah satu dari alternatif pilihan

    mengimplementasikan alternatif yang dipilih.

    Problem focused coping juga dapat diarahkan

    ke dalam, yaitu orang dapat mengubah sesuatu

    pada dirinya sendiri dan bukan mengubah

    lingkungannya. Tindakan lain adalah

    mengubah tingkat aspirasi, menemukan

    pemuasan alternatif dan memelajari

    keterampilan baru.

    Emotion focused coping, yaitu perilaku

    coping yang digunakan untuk mengatur respon

    emosional terhadap stres bila individu tidak

    mampu mengubah kondisi yang stresful,

    individu akan cenderung untuk mengatur

    emosinya. Moss (dalam Nindhayati,2008)

    menambahkan bahwa orang yang

    menggunakan coping ini biasanya mencegah

    emosi negatif yang menguasai dirinya.

    Adwin dan Revenson (dalam

    Nindhayati,2008) mengungkapkan bahwa

    tingkah laku coping yang berorientasi pada

    masalah (problem focused coping) meliputi:

    Kehati-hatian, yaitu individu memikirkan dan

    mempertimbangkan secara matang beberapa

    alternatif pemecahan masalah yang mungkin

    Acta diurnA Vol 6 No 2 2010

    PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF

    Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif

  • 5

    dilakukan, meminta pendapat dan pandangan

    dari orang lain tentang masalah yang

    dihadapinya. Tindakan instrumental, yaitu

    tindakan yang ditujukan untuk menyelesaikan

    masalah secara langsung serta menyusun

    rencana-rencana apa yang akan dilakukan.

    Negosiasi, yaitu usaha yang ditujukan kepada

    orang lain yang terlibat atau yang menjadi

    penyebab masalah yang sedang dihadapinya

    untuk serta memikirkan atau menyelesaikan

    masalah.

    Tingkah laku coping yang berorientasi

    pada emosi (emotion focused coping),

    meliputi: Pelarian dari masalah, yaitu individu

    menghindari masalah dengan cara berkhayal

    atau membayangkan seandainya dia berada

    pada situasi yang menyenangkan. Pengurangan

    beban masalah, yaitu usaha untuk menolak,

    merenungkan suatu masalah dan bertindak

    seolah tidak terjadi apa-apa. Menyalahkan diri

    sendiri, yaitu suatu tindakan pasif yang

    berlangsung dalam batin, individu cenderung

    untuk menyalahkan dan menghukum diri

    sendiri serta menyesal dengan apa yang telah

    terjadi. Pencarian arti, yaitu usaha untuk

    menemukan kepercayaan baru atau sesuatu

    yang penting dari kehidupan.

    Sementara itu coping yang tergolong

    Maladaptif Coping mencirikan individu yang

    memusatkan diri pada pengalaman yang

    menekan atau pada kekecawaanya;

    mencurahkan emosi pada taraf tertentu dapat

    mengurangi tekanan yang dirasakan individu,

    namun jika dilakukan berlebihan, dimana

    individu terlalu berlarut-larut terhadap distres

    dapat memperparah stres itu sendiri.

    Karakteristik lain dalam coping jenis ini adalah

    individu mengurangi usahanya dalam

    mengatasi stresor, bahkan menyerah. Individu

    mengalihkan perhatiannya dari masalah atau

    stresor termasuk hal-hal yang berkaitan dengan

    masalah stresor. Bentuk perilaku mental

    disengangement, diantaranya adalah melamun

    atau berkhayal, tidur atau terpaku menonton

    TV sebagai cara melarikan diri dari masalah.

    Dan pada titik ekstrim maladaptif coping

    Individu lalu berusaha mengalihkan perhatian

    dengan menggunakan obat-obatan terlarang

    dan sejenisnya.

    Metode Penelitian

    Penelitian ini adalah penelitian

    kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif.

    Teknik pengumpulan data yang digunakan

    adalah teknik survey, di mana penelitian

    mengambil sejumlah sampel dari populasi.

    Penelitian deskriptif ini melibatkan 65

    mahasiswa responden (pria dan wanita) yang

    saat penelitian ini berlangsung sedang

    menempuh mata kuliah MPK Kuantitatif.

    Pengumpulan data dilakukan dengan

    menggunakan kuesioer yang meliputi dua

    bagian: (1)Data kontrol : berupa pertanyaan

    mengenai identitas responden meliputi jenis

    kelamin, tahun angkatan.(2) Kuesioner sumber

    stres: pada kuesioner ini subjek diminta

    memberikan jawaban mengenai hal-hal apakah

    yang menjadi penyebab stres dalam mengikuti

    mata kuliah MPK Kuantitatif. Urutan jawaban

    responden tentang sumber stres dalam konteks

    Acta diurnA Vol 6 No 2 2010

    PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF

    Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif

  • ini menjadi ukuran prioritas sumber stres

    utama dalam mengikuti kuliah MPK

    Kuantitatif. Kuesioner Perilaku Coping : alat

    ini merupakan adaptasi dari Ways of Coping

    Quistionaire yang dikembangkan oleh Lazarus

    dan Folkman (1985).

    Penelitian deskriptif ini diikuti oleh 65

    mahasiswa responden (pria dan wanita) yang

    sedang menempuh mata kuliah MPK

    Kuantitatif. Besar sampel 65 orang ini

    dipertimbangkan cukup karena jumlah

    minimum sampel yang memadai apabila

    hendak dilakukan analisis statistik adalah 30

    orang (Slamet, 2006). Teknik pengambilan

    sampel dilakukan dengan Cluster Sampling

    karena peserta mahasiswa yang menempuh

    mata kuliah MPK Kuantitatif terdiri dari

    angkatan 2006, 2007 dan 2008. Dengan

    ditentukan jumlah sampel 65 orang, maka

    secara proposional setelah memperhitungkan

    jumlah masing-masing peserta tiap angkatan

    dengan total 207 mahasiswa, untuk angkatan

    2006 dipilih 10 orang mahasiswa/i, angkatan

    2007 sebanyak 25 mahasiswa dan 2008

    sebanyak 30 mahasiswa/i

    Proses face validity dilakukan dengan

    bantuan expert judgment dengan tujuan untuk

    menyempurnakan kuesioner. Mekanismenya

    dengan mendiskusikan kuesioner perilaku

    coping kepada rekan sejawat yang memiliki

    dasar keilmuwan psikologi untuk memperoleh

    masukan sehubungan dengan kejelasan bahasa

    dari pernyataan-pernyataan yang dipakai

    dalam kuesioner dan melihat kesesuaian antara

    pernyataan dengan tujuan penelitian. Face

    validity merupakan cara uji validitas untuk

    melihat apakah suatu alat ukur tersebut benar-

    benar mengukur konstruk yang ingin diukur

    (Anastasia &Urbina, 1997).

    Teknik Pengolahan Data meliputi (1)

    Teknik pengolahan data kontrol. Gambaran

    umum subjek yang menjadi responden dalam

    penelitian ini didapatkan melalui teknik data

    kontrol dengan rumus prosentase :

    % = f x 100 %

    N

    %=prosentase

    f= frekuensi

    N= jumlah subjek penelitian

    (2)Teknik pengolahan kuesioner sumber stres.

    Untuk melihat peringkat sumber stres yang

    dirasakan oleh para mahasiswa dalam

    mengikuti mata kuliah MPK Kuantitatif

    dilakukan dengan cara: (a.) Identifikasi

    sumber stres pokok yang dinyatakan oleh

    responden (b.) Dari sumber stres pokok

    tersebut kemudian dihitung persentase masing-

    masing jenis stres yang dilaporkan responden.

    (C). Mengurutkan sumber stres berdasarkan

    persentase yang terbesar sampai yang terkecil.

    Untuk melihat gambaran profil perilaku

    mengatasi stres (coping) yang ditampilkan

    pada tiap sumber stres dilakukan dengan cara:

    ((a)Menghitung frekuensi tiap perilaku coping

    yang dipilih oleh seluruh subjek yang

    menyatakan bahwa masalah merupakan

    sumber stres baginya.(b)Mencari persentase

    tiap perilaku coping tersebut.(c)Mencari rata-

    rata persentase pada setiap dimensi perilaku

    Acta diurnA Vol 6 No 2 2010

    PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF

    Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif

  • 7

    coping.(d)Mencari rata-rata persentase pada

    setiap jenis perilaku coping.

    Hasil Penelitian

    ` Berikut akan dipaparkan beberapa

    karakteristik responden yang relevan dengan

    pertimbangan teoritis dalam penelitian

    ini.Responden yang terpilih berjumlah 65

    orang yang merupakan mahasiswa Jurusan

    Ilmu Komunikasi Fisip Unsoed yang sedang

    menempuh mata kuliah MPK Kuantitatif.

    1. Karakteristik Responden Berdasarkan

    Jenis Kelamin

    Berdasarkan jenis kelamin, responden dapat

    dikelompokkan sebagai berikut :

    Tabel 1. Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

    Sumber data: primer 2. Karakteristik Responden Berdasarkan

    Tahun Angkatan

    Berdasarkan tahun angkatannya, responden

    dapat dikelompokkan sebagai berikut:

    Tabel 2. Karekteristik Responden Berdasarkan Tahun Angkatan

    Sumber data: primer

    3. Identifikasi Sumber Stres Dalam Belajar

    MPK Kuantitatif

    Tabel 3.

    Identifikasi Sumber Stres

    Sumber data: primer

    Acta diurnA Vol 6 No 2 2010

    PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF

    Jenis Kelamin Jumlah %

    Laki-laki 22 33,84

    Perempuan 43 66,16

    Total 65 100

    Tahun

    Angkatan Jumlah %

    2006 10 15,4

    2007 25 38,4

    2008 30 46,2

    Total 65 100

    SUMBER STRES Laki Laki

    Perempuan

    Jumlah

    %

    Tugasnya terlalu banyak

    1 9 10 15,3

    Terlalu banyak mahasiwa dalam kelas perkuliahan

    2 6 8 12,3

    Deadline tugas yang singkat

    3 5 8 12,3

    Kesulitan dalam menemukan/memahami teori

    2 5 7 10,7

    Materi ajar sulit dimengerti

    5 1 6 9,2

    Tidak menyukai angka-angka

    1 3 4 6,1

    Penyampaian materi (metode pembelajaran )yang kurang jelas

    2 1 3 4,6

    Kesulitan dalam mengerjakan tugas

    1 2 3 4,6

    Kesulitan memahami materi

    3 3 4,6

    Persepsi yang negatif terhadap mata kuliah MPK

    1 2 3 4,6

    Tidak menguasai statistik

    2 1 3 4,6

    Tidak terbiasa menulis ilmiah

    1 1 2 3,0

    Materi yang harus dipelajari banyak

    1 1 1,5

    Kuliah MPK Kuan menegangkan

    1 1 1,5

    Sulit mencari contoh penelitian

    1 1 1,5

    Fasilitas belajar (komputer ) yang dimiliki terbatas

    1 1 1,5

    Kesulitan membagi waktu

    1 1 1,5

    JUMLAH 22 43 65 100

    Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif

  • Tabel 3 di atas menggambarkan adanya 5

    (lima ) sumber stress utama yang dialami

    mahasiswa dalam mengikuti kuliah MPK

    Kuantitatif yakni : Terlalu banyak tugas (15,3

    %); Kelas/jumlah mahasiswa yang mengambil

    mata kuliah yang terlampau besar (12,3%);

    Deadline tugas yang sangat singkat ( 12,3%);

    Kesulitan dalam menemukan dan menerapkan

    teori dalam penelitian ( 10,7 %); Materi ajar

    yang sulit dimengerti (9,2%).

    Menarik mencermati data di atas bahwa

    ternyata faktor fisik/ kelas di mana jumlah

    mahasiswa yang sangat besar dalam kelas

    memberi andil cukup besar dengan menempati

    urutan kedua utama sumber stress dalam

    menempuh mata kuliah MPK Kuantitatif.

    Sementara keempat sumber stress lainnya

    berkaitan dengan faktor mahasiswa pelaku

    belajar maupun faktor bahan ajarnya itu

    sendiri. Dari keempat sumber stress non fisik

    ini kelihatan bahwa faktor tugas yang

    terlampau banyak menjadi sumber stress yang

    paling utama, menyusul kemudian faktor

    deadline dalam penyelesaian tugas, dan yang

    berikutnya adalah faktor kesulitan dalam

    menemukan teori atau menerapkan teori yang

    relevan. Sementara materi ajar yang sulit

    dimengerti menjadi sumber stress yang

    menempati uruan terakhir dari lima sumber

    stress utama.

    4. Penghitungan Rata-rata untuk Masing-

    masing Kategori Perilaku Coping

    Berikut ini adalah hasil penghitungan rata-rata

    untuk masing masing kategori perilaku coping.

    Tabel 4 Rata-Rata Skor Untuk Masing-Masing Kategori

    Perilaku Koping

    Sumber: data primer diolah

    Berdasarkan penghitungan rata-rata skor

    untuk masing-masing perilaku coping tampak

    bahwa secara keseluruhan model perilaku

    coping yang berfokus pada masalah memang

    cenderung dominan dengan angka 3,56

    sementara perilaku koping emosional

    menempati posisi kedua dengan total 3,33 dan

    perilaku coping yang mal adaptif tidak terlalu

    menonjol dengan nilai rerata 2,86 pada skala 5.

    Melalui tabel 3 kita bisa melihat bahwa

    secara umum mata kuliah MPK Kuantitatif

    memang dipersepsi sebagai mata kuliah yang

    mengakibatkan stress. Terdapat dua faktor

    utama yang menyebabkan stres itu terjadi.

    Pertama faktor sifat dari matakuliah baik dari

    segi materi ajar maupun model pembelajaran

    yang diterapkan. Kedua faktor lingkungan fisik

    kelas tempat kegiatan belajar ini berlangsung.

    Kita bahas faktor yang pertama dulu.

    Mengapa mata kuliah MPK Kuantitatif ini bisa

    Acta diurnA Vol 6 No 2 2010

    PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF

    Statistics

    65 65 65

    0 0 0

    3,5621 3,3346 2,8615

    ,06231 ,06034 ,08278

    3,5385 3,3333 2,7500

    3,23 3,42 2,50

    ,50238 ,48647 ,66736

    ,307 ,275 ,118

    ,297 ,297 ,297

    2,54 2,08 1,25

    4,92 4,42 4,50

    231,54 216,75 186,00

    Valid

    Missing

    N

    Mean

    Std. Error of Mean

    Median

    Mode

    Std. Deviation

    Skewness

    Std. Error of Skewness

    Minimum

    Maximum

    Sum

    PFC EFC MC

    Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif

  • 9

    dipersepsi menegangkan salah satu sebabnya

    karena mata kuliah ini menjadi salah satu

    prasarat dalam menempuh tahap penulisan

    skripsi. Apabila mata kuliah ini gagal maka

    kesempatan untuk bisa memulai memproses

    penulisan skripsi juga akan tertunda.

    Sementara kalau dilihat dari pengakuan

    responden yang secara mayoritas

    menempatkan faktor jumlah tugas yang banyak

    sebagai sumber stress yang utama itu

    disebabkan karena model pembelajaran yang

    diterapkan menuntut pembuatan tugas bagi

    mahasiswa setiap mingggunya. Model

    pembelajaran yang menuntut pembuatan tugas

    ini kemudian dikenal sebagai model

    pembelajaran dengan penugasan berkelanjutan.

    Tugas didesain untuk memberi kesempatan

    mahasiswa berlatih dan menemukan sendiri

    pengalaman pembelajaran dalam research.

    Tugas yang diberikan pada minggu pertama

    sampai dengan minggu ketiga sesungguhnya

    merupakan langkah-langkah yang harus dilatih

    ketika mahasiswa nantinya hendak menulis

    bab 1 yang berisi latar belakang masalah

    penelitian, rumusan masalah dan penentuan

    tujuan dan manfaat penelitian. Sedangkan

    tugas minggu keempat sampai dengan minggu

    ke 6 fokusnya adalah pada eksplorasi teori dan

    desain penelitian yang hendak dipilih. Tugas

    minggu ketujuh sampai ke 9 sudah bergerak

    pada latihan konstruksi alat ukur dan uji alat

    ukur. Dan tugas pada minggu ke 10 sampai

    dengan minggu ke dua belas mahasiswa dilatih

    untuk melakukan uji instrumen penelitian

    sekaligus sesungguhnya mempraktekkan

    proses pengumpulan data dan analisis

    statistiknya meskipun sampel yang dipakai

    masih dalam skala kecil.

    Demikian desain penerapan tugas

    berkelanjutan ini dijalankan dalam proses

    pembelajaran mata kuliah MPK Kuantitatif

    yang kemudian dipersepsi sebagai tugas yang

    banyak dan dateline penyerahan tugas yang

    memang relatif singkat yakni hanya satu

    minggu untuk tiap penugasan.

    Sedangkan faktor fisik (eksternal)

    penyebab stress yakni jumlah mahasiswa yang

    mengikuti mata kuliah MPK kuantitatif ini

    sangat besar ( total mahasiswa yang terdaftar

    di mata kuliah ini adalah 207 ) dikarenakan

    mata kuliah ini tidak hanya diambil oleh

    angkatan 2008 di mana pada semester ini

    memang manjadi mata kuliah wajib yang

    ditawarkan di angkatan ini. Mahasiswa

    angkatan 2007 dan 2006 yang mengambil mata

    kuliah ini adalah mereka yang mengulang

    karena tahun sebelumnya belum berhasil lulus,

    atau mereka yang mengulang karena ingin

    memperbaiki nilai. Dengan jumlah mahasiswa

    yang sangat besar dan tidak dipararel maka

    tidak heran kalau kondisi perkuliahan menjadi

    sangat tidak kondusif. Apalagi jadwal kuliah

    MPK Kuantitatif adalah pada siang hari pukul

    12.20 sampai dengan 14.50 WIB. Situasi inilah

    yang menjadi faktor penyebab stress dalam

    belajar MPK Kuantitatif.

    Dilihat dari profil perilaku copingnya

    tampak bahwa responden tidak hanya

    menggunakan satu model perlilaku ketika

    mereka mencoba mengatasi stress belajar.

    Acta diurnA Vol 6 No 2 2010

    PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF

    Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif

  • Namun prosentase yang menonjol (3,56 pada

    skala 5 )adalah pada model perilaku coping

    yang berpusat pada masalah. Karakter dari

    model perilaku ini mencerminkan bahwa

    sumber stres itu sesungguhnya bergantung

    pada pandangan dan interpretasi individu

    terhadap stresor (Feldman, 1989). Akan tetapi

    kalau dilihat dari rata-rata skor yang

    menunjukkan angka 3,33 pada skala 5 untuk

    kategori perilaku coping yang berfokus emosi

    sesungguhnya juga mencerminkan bahwa

    responden juga cenderung menganggap

    sumber stres adalah sesuatu yang tidak dapat

    diubah karena individu tidak memiliki sumber

    daya yang kuat (Folkman dan Lazarus dalam

    Taylor, 1995). Dan untuk kategori perilaku

    coping yang mal adaptif juga relatif tinggi

    (skor 2,86) di mana perilaku individu

    cenderung bersifat menekan pada stresor

    semata atau memilih cara-cara pengingkaran

    pada persoalan sumber stres dan memilih jalan

    yang tidak tepat seperti mengkhayal, atau

    bahkan menyerah, hal ini menunjukkan bahwa

    responden cenderung menganggap sumber

    stres sebagai sesuatu yang tidak dapat diubah

    dan merasa tidak berdaya untuk mengubahnya.

    Kesimpulan

    Ada 5 (lima) sumber stress utama yang

    dialami mahasiswa dalam mengikuti kuliah

    MPK Kuantitatif yakni : terlalu banyak tugas ;

    kelas/jumlah mahasiswa yang mengambil mata

    kuliah yang terlampau besar; deadline

    pengumpulan tugas yang sangat singkat;

    kesulitan dalam menemukan dan menerapkan

    teori dalam penelitian ; materi ajar yang sulit

    dimengerti. Responden tidak hanya

    menggunakan satu jenis perilaku coping

    namun prosentase terbesar adalah Problem

    Focused Coping disusul oleh Emotion

    Focused Coping dan terakhir adalah

    Maladaptif Coping.

    Berdasarkan temuan di atas maka upaya

    untuk mengkondusifkan proses belajar

    melalui : Pertama, berdasar data yang terkait

    dengan model perilaku coping yang berfokus

    pada masalah maka strategi untuk mengurangi

    stress adalah dengan memberi bekal soft skill

    yang kuat kepada mahasiswa sehingga mereka

    senantiasa memiliki persepsi yang positif

    kepada pengalaman pembelajaran meskipun

    mendapat tekanan yang berat di dalam

    prosesnya. Kedua, hal-hal yang sifatnya di luar

    kuasa responden untuk mengubah dan itu

    menimbulkan stres seperti kondisi jumlah

    mahasiswa dalam kelas yang terlalu besar,

    maka mau tidak mau pengelola fakultas harus

    memikirkan hal ini dan berupaya untuk

    memfasilitasi kelas yang memungkinkan

    pararel sehingga tercipta jumlah ideal

    mahasiswa dalam tiap kelasnya. Apabila kedua

    hal tersebut tidak segera diatasi maka besar

    kemungkinan frustasi yang terjadi dalam kasus

    stres menghadapi mata kuliah MPK Kuantitatif

    ini cepat atau lambat akan menimbulkan pola-

    pola perilaku coping yang mal adaptif.

    Acta diurnA Vol 6 No 2 2010

    PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF

    Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif

  • 11

    Daftar Pustaka

    Anastasi,A. &Urbina, S. 1997. Psychologycal Testing (7ed) Prentice-Hall Inc Atwater, Estwood.1983. Psychology of Adjustment, Personal Growth in A Changing World (2ed).

    New Jersey: Prentice Hall,Inc. Feldmman,R.S. 1989. Adjustment : Applying Psychology in a Complex World. Mc. Graw Hill. Folkman, S. & Lazarus, R. S. 1985. If it changes it must be a process: Study of emotion and cop-

    ing during three stages of a college examination. Journal of Personality and Social Psy-chology, 48, 150-170.

    Haber, Aubrey & Runyon, Richard P. 1984. Psychology of Adjustment. Homewood Illionis : The Dorsey Press.

    Januarti, Rozi. 2009.HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRES DALAM MENULIS. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhamadiyah Surakarta. Tidak diterbitkan.

    Lazarus, Richard S. 1976. Patterns of Adjustment, (3ed). Japan : Mc Graw Hill, Kogakusha Comp.Ltd.

    Nindhayati, Cahya. 2008. PERILAKU COPING ANGGOTA SAMAPTA POLRI KETIKA MENGHADAPI KERUSUHAN MASSA. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhamadiyah Surakarta. Tidak diterbitkan.

    Sarafino, Edward P. 1990. Health Psychology : Biopsychology Interactions (2ed). New York : John Willey & Sons.

    Slamet, Y. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta : Sebelas Maret University Press.

    Acta diurnA Vol 6 No 2 2010

    PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF

    Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif